15
1 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT SENGAJA DIKOSONGKAN © 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973 ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP PENYEBAB PERBEDAAN PERSEPSI MASYARAKAT DAN PEMERINTAH DESA TERHADAP DESA PINTAR (Studi kasus Desa Hanura) Fajar Maulana 1 , Muhammad Irfan Affandi 2 , Lutfi Setianingrum 3 Institut Teknologi Sumatera, Jalan Terusan Ryacudu Desa Way Huwi, Jati Agung, Lampung Selatan Email : [email protected] Abstrak Desa pintar merupakan suatu konsep yang mengadopsi komponen-komponen atau indikator dari konsep kota pintar namun dengan skala yang lebih kecil (wilayah desa atau kelurahan) dengan tujuan untuk terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan yang lebih baik terhadap warganya. Menurut Viswanadham (2010) konsep desa pintar dibutuhkan agar desa-desa mampu mengetahui permasalahan yang ada di dalamnya, memahami kondisi permasalahan tersebut dan dapat mengatur berbagai sumber daya yang ada untuk digunakan secara efektif dan efisien. Provinsi Lampung pada saat ini tengah merencanakan penerapan desa pintar di beberapa desa salah satunya yakni Desa Hanura. Maka perlu dilakukan penelitian tentang desa pintar di Desa Hanura karena belum adanya penelitian sejenis di Provinsi Lampung Khususnya Desa Hanura. Penelitian ini berfokus pada persepsi masyarakat dan pemerintah desa untuk menemukan penyebab perbedaan persepsi tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah induktif kualitatif yang bersifat naturalistik. Hasil analisis menunjukan bahwa proses transfer dan tingkat pemahaman menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi antara masyarakat dan pemerintah desa terhadap desa pintar. Kata Kunci : Persepsi, Desa Pintar, Desa Hanura Abstract Smart village is concept contains components or indicators of the concept of smart city, but on a smaller scale (village) with the aim of creating better governance and services for its citizens. According to Viswanadham (2010) concept of a smart village is needed so villages are able to see the problems in it, understand the conditions of these problems and can manage various existing resources be used effectively and efficiently. Lampung Province is currently planning to implement a smart village in several villages, one of which Hanura Village. So necessary research on smart villages in Hanura Village because there is no similar research in Lampung Province, especially Hanura Village. This research is the perception of the community and village government to find the causes of these perceptions. The approach used in this research is qualitative which is naturalistic. The results of the analysis show that the transfer process and the level of understanding lead to community and village government perceptions of smart villages. Keywords : Perception, Smart Village, Hanura Village

PENYEBAB PERBEDAAN PERSEPSI MASYARAKAT DAN …

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENYEBAB PERBEDAAN PERSEPSI MASYARAKAT DAN …

1 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

SENGAJA DIKOSONGKAN

© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973

ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP

PENYEBAB PERBEDAAN PERSEPSI MASYARAKAT DAN

PEMERINTAH DESA TERHADAP DESA PINTAR

(Studi kasus Desa Hanura)

Fajar Maulana1, Muhammad Irfan Affandi2, Lutfi Setianingrum3

Institut Teknologi Sumatera, Jalan Terusan Ryacudu Desa Way Huwi, Jati Agung, Lampung

Selatan

Email : [email protected]

Abstrak

Desa pintar merupakan suatu konsep yang mengadopsi komponen-komponen atau

indikator dari konsep kota pintar namun dengan skala yang lebih kecil (wilayah desa atau

kelurahan) dengan tujuan untuk terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan dan

pelayanan yang lebih baik terhadap warganya. Menurut Viswanadham (2010) konsep desa

pintar dibutuhkan agar desa-desa mampu mengetahui permasalahan yang ada di dalamnya,

memahami kondisi permasalahan tersebut dan dapat mengatur berbagai sumber daya yang

ada untuk digunakan secara efektif dan efisien. Provinsi Lampung pada saat ini tengah

merencanakan penerapan desa pintar di beberapa desa salah satunya yakni Desa Hanura.

Maka perlu dilakukan penelitian tentang desa pintar di Desa Hanura karena belum adanya

penelitian sejenis di Provinsi Lampung Khususnya Desa Hanura. Penelitian ini berfokus

pada persepsi masyarakat dan pemerintah desa untuk menemukan penyebab perbedaan

persepsi tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah induktif

kualitatif yang bersifat naturalistik. Hasil analisis menunjukan bahwa proses transfer dan

tingkat pemahaman menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi antara masyarakat dan

pemerintah desa terhadap desa pintar.

Kata Kunci : Persepsi, Desa Pintar, Desa Hanura

Abstract

Smart village is concept contains components or indicators of the concept of smart city,

but on a smaller scale (village) with the aim of creating better governance and services for

its citizens. According to Viswanadham (2010) concept of a smart village is needed so

villages are able to see the problems in it, understand the conditions of these problems and

can manage various existing resources be used effectively and efficiently. Lampung

Province is currently planning to implement a smart village in several villages, one of

which Hanura Village. So necessary research on smart villages in Hanura Village because

there is no similar research in Lampung Province, especially Hanura Village. This

research is the perception of the community and village government to find the causes of

these perceptions. The approach used in this research is qualitative which is naturalistic.

The results of the analysis show that the transfer process and the level of understanding

lead to community and village government perceptions of smart villages.

Keywords : Perception, Smart Village, Hanura Village

Page 2: PENYEBAB PERBEDAAN PERSEPSI MASYARAKAT DAN …

2 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

SENGAJA DIKOSONGKAN

© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973

ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Perkembangan ilmu teknologi

merupakan suatu yang tidak bisa

dihindarkan untuk dapat mengatasi

kesenjangan antara daerah perkotaan

dengan perdesaan, sehingga gagasan

akan desa pintar menjadi suatu hal yang

penting untuk dibahas. Dalam desa pintar

adanya inisiatif berbasis komunitas yang

digagas untuk memanfaatkan teknologi

informasi bagi masyarakat perdesaan.

Inisiatif ini merupakan upaya untuk

mencerahkan dan mengedukasi

masyarakat lokal dengan memobilisasi

kekuatan kolektif komunitas dari

berbagai suku/etnis dan profesi untuk

mendorong pelaksanaan program

pelayanan publik berkualitas yang

diintegrasikan dengan teknologi

informasi dan komunikasi (TIK) agar

memberikan manfaat maksimal bagi

masyarakat desa (Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia, 2018).

Sedangkan desa pintar merupakan desa

yang mampu memberikan pelayanan

kepada masyarakat secara efektif dan

efisien melalui pendekatan partisipatif

kepada masyarakat (Subekti, 2019)

Sejalan dengan janji kerja Gubernur

Provinsi Lampung periode 2019-2024

yang ingin membangun desa pintar

dengan fokus memasukan internet ke

desa digitalisasi administrasi desa dan e-

participation. Dalam kondisi lapangan

desa pintar merupakan program unggulan

langsung dari Dinas Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa Provinsi Lampung.

Dalam data Indeks Desa Membangun

2018 yang dikeluarkan oleh Dinas

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Provinsi Lampung, Desa Hanura

memiliki indeks tertinggi di Provinsi

Lampung yakni sebesar 0,8486 dan

termasuk dalam desa mandiri.

Kedepannya Desa Hanura menjadi salah

satu tonggak desa pintar yang akan

memulai konsep ini di Provinsi

Lampung. Dalam Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Kabupaten Pesawaran

2011-2031 yang termuat dalam Peraturan

Daerah Kabupaten Pesawaran Nomor 4

tahun 2012 Desa Hanura merupakan

bagian Pusat Pelayanan Kawasan Teluk

Pandan yang berfungsi sebagai pusat

minapolitan tangkap dan kawasan

penunjang agropolitan. Sedangkan Desa

Hanura diperuntukan sebagai kawasan

permukiman perkotaan untuk Kecamatan

Teluk Pandan yang membuat Desa

Hanura menjadi pusat kegiatan untuk

wilayah disekitarnya. Dilihat dari

kesiapan tersebut baik sumberdaya

manusia maupun sumberdaya alam serta

teknologi infrastruktur yang ada Desa

hanura merupakan desa yang disiapkan

untuk memulai desa pintar di Provinsi

Lampung Oleh Dinas Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa Provinsi Lampung.

Page 3: PENYEBAB PERBEDAAN PERSEPSI MASYARAKAT DAN …

3 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

SENGAJA DIKOSONGKAN

© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973

ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP

Dalam merumuskan konsep desa

pintar perlunya pelibatan antara pihak-

pihak yang terlibat. Menurut Baru, dkk

(2019) pihak-pihak yang terkait dalam

desa pintar yakni pemerintah,

masyarakat, swasta dan media.

Pemerintah dan masyarakat merupakan

pihak penting yang terlibat secara

langsung, dimana pemerintah sebagai

aktor penggerak utama atau sebagai

pihak yang memiliki wewenang dari

kebijakan yang akan dikeluarkan

sedangkan masyarakat selain sebagai

pengguna atau pihak yang memanfaatkan

juga sebagai akselerator pembangunan

dalam perencanaan desa pintar. Maka

dalam melihat kesiapan sumber daya

yang dimiliki Desa Hanura dalam

merumuskan konsep desa pintar perlu

adanya sebuah persepsi dari masyarakat

dan pemerintah mengenai hal-hal yang

disiapkan dalam desa pintar ini.

Pemerintah dan masyarakat memiliki

beberapa kepentingan yang dapat

berbeda sesuai dengan tingkat masalah

masing-masing. Dimana perbedaan

persepsi ini jika tidak diketahui

penyebabnya maka akan terjadi sebuah

masalah karena tidak menemukan jalan

keluar dari perbedaan tersebut. Perlunya

mengetahui penyebab ini juga yang dapat

membuat konsep desa pintar nantinya

dapat dimanfaatkan dan dapat berguna

oleh semua pihak.

2. Rumusan Masalah dan Tujuan

Penelitian

Kesenjangan antara perkotaan dan

perdesaan setiap waktu memiliki jurang

yang sangat dalam jika tidak diperhatikan

secara serius. Undang-Undang No 6

tahun 2014 tentang Desa telah

mengamanatkan pemerintah desa untuk

mandiri melakukan pembangunan agar

desa dapat swadaya memenuhi

kebutuhannya baik dalam mengelola

sumber daya maupun sumber dana. Desa

pintar dapat menjadi salah satu arus balik

untuk dapat mengatasi kesenjangan

antara daerah perkotaan dan perdesaan.

Desa Hanura dicangangkan sebagai

desa yang akan menerapkan konsep desa

pintar oleh Gubernur Provinsi Lampung

periode 2019-2024. Desa pintar ini tidak

terlepas dari pemerintah desa sebagai

stakeholder yang memiliki wewenang

dan peran aktif masyarakat yang akan

merasakannya, dimana dalam hal ini

adanya sebuah perbedaan persepsi

mengenai desa pintar antara masyarakat

dan pemerintah desa. Maka perlunya

mengetahui perbedaan yang ada dan

penyebabnya agar desa pintar nantinya

dapat terealisasi dengan baik. Penelitian

ini juga perlu dilakukan mengingat

belum adanya penelitian terkait desa

pintar di Provinsi Lampung khususnya

Desa Hanura. Penelitian ini juga dapat

melihat bagaimana persepsi masyarakat

dan pemerintah desa terkait penerapan

desa pintar, agar nantinya desa pintar

Page 4: PENYEBAB PERBEDAAN PERSEPSI MASYARAKAT DAN …

4 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

SENGAJA DIKOSONGKAN

© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973

ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP

yang akan diterapkan dapat sesuai

dengan tujuan dari perencanaan awal.

Berdasarkan rumusan masalah diatas

maka tujuan penelitian ini adalah

menemukan penyebab perbedaan

persepsi desa pintar menurut masyarakat

dan pemerintah desa terhadap desa pintar

di Desa Hanura.

Sumber : Analisis, 2020

Gambar 1 Peta Wilayah Penelitian

3. Teori

a. Konsep Desa Pintar

Desa dalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki batas wilayah

wilayah yang berwenang untuk megatur

dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak

asal usul, dan/atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (UU No 6 Tahun 2014).

Sedangkan cerdas adalah sempurna

perkembangan akal budinya (untuk

berpikir, mengerti, dan sebagainya) (Web

KBBI). Desa pintar atau smart Village

merupakan suatu konsep desa pintar yang

mengadopsi komponen-komponen atau

indikator dari konsep kota pintar atau

smart city namun dengan skala yang

lebih kecil (wilayah desa atau kelurahan)

dengan tujuan untuk terwujudnya

penyelenggaraan pemerintahan dan

pelayanan yang lebih baik terhadap

warganya. Sebuah konsep desa pintar

bisa dijadikan solusi untuk mengatasi

berbagai permasalahan yang terjadi

dalam penyelenggaraan pemerintah desa.

Dengan mengadopsi komponen kota

pintar, maka bukan hal yang mustahil jika

dari desa akan muncul kekuatan ekonomi

nasional berbasis UMKM, sumber daya

manusia yang unggul, pemerintahan

yang bersih dan transparan, serta

lingkungan sosial yang baik.

Viswanadham dan Vedula dalam

sebuah papernya yang cukup populer,

Design of Smart Village (2010),

Page 5: PENYEBAB PERBEDAAN PERSEPSI MASYARAKAT DAN …

5 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

SENGAJA DIKOSONGKAN

© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973

ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP

mendefinisikan desa pintar sebagai

seperangkat layanan yang diberikan

kepada masyarakat dan kelompok swasta

dengan cara yang lebih efektif dan

efisien. Smart vilage bukan hanya

berfokus pada optimalisasi penggunaan

perangkat IT saja, namun juga fokus pada

penguatan human investment dan modal

sosial masyarakat di samping pemenuhan

investasi fisik (infrastruktur) desa.

Konsep desa pintar dibutuhkan agar

desa-desa mampu mengetahui

permasalahan yang ada di dalamnya,

memahami kondisi permasalahan

tersebut dan dapat mengatur berbagai

sumber daya yang ada untuk digunakan

secara efektif dan efisien. Beberapa

konsep lain menyimpulkan desa pintar

merupakan suatu konsep pengembangan,

penerapan dan implementasi teknologi

yang diterapkan untuk suatu wilayah

(khususnya perdesaan) sebagai sebuah

interaksi yang kompleks diantara

berbagai sistem yang ada di dalamnya.

Berdasarkan kosep ini, pengertian desa

pintar lebih ditekankan kepada penerapan

suatu teknologi pada salah satu aspek

yang ada di desa tersebut (Lembaga

Administrasi Negara, 2018).

b. Persepsi Masyarakat dan

Pemerintah Desa

Persepsi adalah kegiatan berupa

mengenali, menginterpretasi dan

menyusun informasi dalam rangka

memahami atau merepresentasikan

lingkungannya pembentukan persepsi

melibatkan indra manusia seperti

penciuman, sentuhan, pendengaran dan

penglihatan. Namun persepsi itu sendiri

tidak berupa penerimaan pasif dari

signal-signal indra melainkan dibentuk

oleh pembelajaran, ingatan, ekspektasi

dan perhatian (Gregory, 1987 dalam

Ardianto, 2006).

Melalui persepsi individu dapat

menyadari, dapat mengerti tentang

keadaan diri individu yang bersangkutan.

Persepsi itu merupakan aktivitas yang

integrateed, maka seluruh apa yang ada

dalam diri individu seperti perasaan,

pengalaman, kemampuan berpikir,

kerangka acauan dan aspek-aspek lain

yang ada dalam diri individu masyarakat

akan ikut berperan dalam persepsi

tersebut (Walgito dalam Adrianto, 2006).

Faktor-faktor yang berpengaruh pada

persepsi adalah faktor internal: perasaan,

pengalaman, kemampuan berpikir,

motivasi dan kerangka acuan. Sedangkan

faktor eksternal adalah : stimulus itu

sendiri dan keadaan lingkungan dimana

persepsi itu berlangsung. Kejelasan

stimulus akan banyak berpengaruh pada

persepsi. Bila stimulus itu berwujud

benda-benda bukan manusia, maka

ketepatan persepsi lebih terletak pada

individu yang mengadakan persepsi

karena benda-benda yang dipersepsi

tersebut tidak ada usaha untuk

mempengaruhi yang mempersepsi.

Page 6: PENYEBAB PERBEDAAN PERSEPSI MASYARAKAT DAN …

6 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

SENGAJA DIKOSONGKAN

© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973

ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP

Mengenai pengertian masyarakat

dalam kamus bahasa Inggris, masyarakat

disebut society asal katanya socius yang

berarti kawan. Arti yang lebih

khusus,bahwa masyarakat adalah

kesatuan sosial yang mempunyai

kehidupan jiwa seperti adanya ungkapan-

ungkapan jiwa rakyat, kehendak rakyat,

kesadaran masyarakat dan sebaginya.

Sedangkan jiwa masyarakat ini

merupakan potensi yang berasal dari

unsur-unsur masyarakat meliputi pranata,

status dan peranan sosial. Sehingga para

pakar sosiologi seperti Mac Iver, J.L

Gillin memberikan pengertian bahwa

masyarakat adalah kumpulan individu-

individu yang saling bergaul berinteraksi

karena mempunyai nilai-nilai, norma-

norma, cara-cara dan prosedur yang

merupakan kebutuhan bersama berupa

suatu sistem adat istiadat tertentu yang

bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu

identitas bersama (Musadun dalam

Adrianto, 2006). Sedangkan pemerintah

desa menurut UU No 06 tahun 2014

tentang desa dijelaskan sebagai

penyelenggara urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam

sistem pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Berdasarkan

penjelasan tersebut maka persepsi

masyarakat dan pemerintah merupakan

rangkaian proses pengenalan, penilaian

atau aktifitas evaluasi emosional

terhadap suatu objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh

dengan cara menyimpulkan informasi

dan menafsirkan pesan tersebut dengan

menggunakan media pendengaran,

pengelihatan, peraba dan sebagainya.

Metode Penelitian

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Hanura

Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten

Pesawaran. Waktu penelitian ini berkisar

6 bulan antara Juni – Desember 2020.

Dengan melakukan tahapan pengambilan

data serta analisis data.

2. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan

pendekatan penelitian naturalistik

dengan metode induktif kualitatif.

Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui penyebab terjadinya

perbedaan persepsi masyarakat dan

pemerintah desa terhadap desa pintar di

Desa Hanura. Penelitian ini dilakukan

dengan mengumpulkan informasi

mengenai pengetahuan desa pintar dan

penerapannya di Desa Hanura. penelitian

induktif merupakan penelitian yang

berdasarkan pada kejadian atau peristiwa

di lapangan yang kemudian dianalisis

untuk membentuk konsep baru. Adapun

tahapan yang dilakukan pada penelitian

ini yaitu: Penjelasan dari tahapan tahapan

penelitian tersebut antara lain:

Page 7: PENYEBAB PERBEDAAN PERSEPSI MASYARAKAT DAN …

7 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

SENGAJA DIKOSONGKAN

© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973

ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP

Sumber : Setianingrum, 2018

Gambar 2 Bagan Tahapan Penelitian

1. Tahapan Grand Tour : bertujuan

untuk mengumpulkan informasi

awal mengenai topik penelitian.

Grand tour, atau pengamatan

menyeluruh bertujuan untuk

menemukan unit-unit keunikan

spasial dari suatu obyek keruangan

yang akan direncanakan

(Sudaryono, 2006).

2. Tahapan debriefing : proses

mengelompokkan informasi-

informasi yang didapatkan dari

grand tour ke dalam tema-tema

tertentu. Tema-tema yang

didapatkan kemudian dilaporkan

kepada eksternal auditor

(Setianingrum, 2018).

3. Tahapan Minitour merupakan

langkah lebih lanjut dari grand tour

untuk melakukan pendalaman pada

setiap unit-unit keunikan yang telah

terbangun (Sudaryono, 2016).

Tujuan dari mini tour adalah untuk

menemukan keunikan informasi dan

mendalami serta memperkaya tema-

tema penelitian yang telah

didapatkan dari tahap debriefing.

4. Tahapan Induksi : bertujuan

menyusun tema-tema berdasarkan

kategori unit-unit informasi.

5. Tahapan Penyusunan Kesimpulan :

Penyusunan kesimpulan dilakukan

setelah terbentuk konsep.

Kesimpulan pada penelitian ini

menyesuaikan pada konsep yang

terbentuk.

6. Tahapan in-member check : tahap

mengkonfirmasi ulang hasil

temuan-temuan penelitian kepada

narasumber yang sudah

diwawancarai sebelumnya.

7. Tahapan Eksternal Audit : berfungsi

untuk membantu peneliti menjaga

agar penelitiannya tetap memenuhi

kredibilitas (memastikan

keterlibatan langsung peneliti

Page 8: PENYEBAB PERBEDAAN PERSEPSI MASYARAKAT DAN …

8 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

SENGAJA DIKOSONGKAN

© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973

ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP

dengan narasumber yang bertujuan

untuk memahami sudut pandang

narasumber dalam menanggapi

suatu peristiwa), dependabilitas,

dan konfirmabilitas (Setianingrum,

2018).

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data

adalah teknik yang dilakukan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data.

Pengumpulan data dilakukan untuk

memperoleh informasi yang dibutuhkan

dalam rangka mencapai tujuan

penelitian. Dalam penyusunan tugas

akhir ini peneliti mengambil wilayah

penelitian di Desa Hanura, data yang

dibutuhkan merupakan data primer yang

mana pengumpulan data primer ini

diperoleh dengan metode wawancara

mendalam dan observasi.

4. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam

penelitian ini memiiki tiga tahap, yaitu:

1) induksi, 2) in-member check, dan 3)

external audit. Analisis dalam penelitian

ini berikat pada penelitian naturalistik,

dimana metode ilmiah yang mencoba

untuk mengetahui keadaan atau kondisi

yang sebenarnya. Tahap yang akan

ditempuh pada analisis data penelitian ini

adalah analisis induksi. Ada tiga tahap

analisis induksi yang harus dilakukan,

yaitu: 1) Kategorisasi, 2) reduksi eidetic,

3) abstraksi. Secara umum ketiga tahap

ini dilakukan dengan cara bersamaan

Pembahasan

Pada penelitian ini menggunakan tahap

induksi dan tahap induksi ini terbagi

menjadi dua tahap yaitu induksi emprikal

dan induksi intensional. Tahap induksi

empirikal dilakukan dengan cara

mengelompokkan unit unit informasi

yang didapatkan dari proses indepth

interview menjadi tema-tema empiris.

Pada penelitian ini terdapat 15 tema

empiris, yaitu : 1) Pengetahuan tentang

program desa pintar; 2) Peran teknologi

di Desa Hanura; 3) Optimisme Desa

Hanura dalam mewujudkan program

smart village; 4) Peran Masyarakat

Dalam Desa Pintar; 5) Prioritas dalam

menerapkan program smart village; 6)

Pola Pikir Masyarakat Terhadap Program

Desa Pintar; 7) Dukungan Pemerintah

Kepada Masyarakat; 8) Pelayanan Desa

Dalam Desa Pintar; 9) Partisipasi

Masyarakat Desa Hanura; 10) Jaringan

Internet Desa Hanura; 11) Program

Dalam Desa Pintar; 12) Permasalahan

Desa Hanura; 13) Pelatihan Desa

Hanura; 14) Manfaat Desa Pintar Untuk

Ekonomi Desa Hanura; 15) Cara

Pemerintah Desa Memasyarakatkan

Program Desa Pintar.

Tahap induksi selanjutnya yaitu

induksi intensional yang dalam penelitian

ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu

induksi tema menjadi sub-konsep dan

induksi sub konsep menjadi konsep serta

induksi konsep menjadi grand konsep.

Induksi intensional yang pertama

Page 9: PENYEBAB PERBEDAAN PERSEPSI MASYARAKAT DAN …

9 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

SENGAJA DIKOSONGKAN

© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973

ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP

mereduksi 15 tema empiris ke dalam sub

konsep. Sub konsep dalam penelitian ini

terdiri atas 6 sub konsep. 6 sub konsep

hasil induksi intensional tahap pertama

adalah : 1) Deskripsi desa pintar menurut

masyarakat Desa Hanura; 2) Deskripsi

desa pintar menurut Pemerintah Desa

Hanura; 3) Fokus Pemerintah Desa

Hanura dalam merealisasikan desa

pintar; 4) Prioritas menurut masyarakat

Desa Hanura terhadap desa pintar; 5)

Proses perubahan tingkat pemahaman

desa pintar; dan 6) Pengetahuan yang

didapatkan dalam desa pintar. Berikut

merupakan gambar tabel induksi tema

empiris menjadi sub-konsep.

Sumber : Analisis, 2020

Gambar 3 Bagan Induksi Tema Empiris Menjadi Sub-Konsep

Keenam sub konsep yang terbentuk

kemudian direduksi pada analisis induksi

intensional tahap II dan menghasilkan

tiga konsep, yaitu: 1) Perbedaan desa

pintar menurut masyarakat Desa Hanura

dan Pemerintah desa Hanura; 2)

Perbedaan prioritas dalam

merealisasikan desa pintar menurut

masyarakat Desa Hanura dan Pemerintah

Desa Hanura; dan 3) Penyebab

perbedaan masyarakat Desa Hanura dan

Pemerintah Desa Hanura dalam

pandangan mengenai desa pintar. Berikut

merupakan gambar tabel induksi sub-

konsep menjadi konsep.

Page 10: PENYEBAB PERBEDAAN PERSEPSI MASYARAKAT DAN …

10 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

SENGAJA DIKOSONGKAN

© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973

ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP

Sumber : Analisis, 2020

Gambar 4 Bagan Induksi Sub-Konsep Menjadi Konsep

Ketiga konsep yang terbentuk kemudian

kembali direduksi pada anlisis

intensional tahap III dengan

menghasilkan sebuah grand konsep,

yaitu : “Proses dan tingkat

pemahaman menyebabkan perbedaan

pandangan masyarakat Desa Hanura

dan pemeritnah Desa Hanura

terhadap desa pintar”. Berikut

merupakan gambar tabel induksi konsep

menjadi grand konsep.

Sumber : Analisis, 2020

Gambar 5 Bagan Induksi Konsep Menjadi Grand Konsep

Proses transfer perubahan dalam

membentuk pemahaman memang terjadi

pada narsumber, dimana untuk

masyarakat sangat dipengaruhi oleh

kemajuan teknologi dan pemerintah desa.

Teknologi yang dapat memberikan

informasi begitu cepat merubah

pemahaman masyarakat tentang des aitu

sendiri, dimana pengaruh kemajuan

teknologi yang berkembang saat ini

Page 11: PENYEBAB PERBEDAAN PERSEPSI MASYARAKAT DAN …

11 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

SENGAJA DIKOSONGKAN

© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973

ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP

menyebabkan tejadinya perubahan di

Desa Hanura. Perubahan-perubahan ini

berpengaruh pada beberapa lini

kehidupan Desa Hanura baik dalam

pelayanan desa, sosial ekonomi

masyarakat dan transportasi yang ada di

Desa Hanura. Banyak narasumber yang

telah mengalami pengaruh akibat

kemajuan teknologi tersebut, salah satu

contohnya yaitu telah berkembang

sebuah jasa yang berbasis teknologi

informasi menawarkan sebuah jasa pesan

antar makanan di Desa Hanura. Jasa yang

memanfaatkan teknologi informasi ini

dianggap sangat membantu untuk waktu

sekarang karena dapat mempermudah

masyarakat yang sedang dalam kondisi

sibuk atau berhalangan untuk membeli

makanan sendiri.

Selain itu akibat kemajuan

teknologi ini membuat beberapa

pelayanan masyarakat desa bisa diakses

dari rumah dalam hal ini masyarakat

Desa Hanura telah dapat membuat surat

pengantar dan beberapa pelayanan lain

bisa diakses melalui rumah. Kemajuan

teknologi ini diharapkan dapat membuat

pemerintah desa dan masyarakat Desa

Hanura dapat bersinergi untuk kemajuan

Desa. Lebih lanjut perkembangan

teknologi ini juga mempengaruhi

beberapa kegiataan usaha kecil yang ada

di Desa Hanura, dimana masyarakat yang

memiliki usaha kecil ini mendapatkan

beberapa pelatihan dasar baik pelatihan

mengenai usahanya ataupun pelatihan

memanfaatkan teknologi informasi

dalam kegiataan usahanya. Selain itu

teknologi juga berpengaruh pada

pendidikan karena selain mendapatkan

materi dari guru siswa yang sedang

sekolah juga bisa mencari referensi lain

tentang materi yang sedang dipelajari.

Narasumber pada penelitian ini juga

merasakan bahwa teknologi berperan

penting pada informasi yang belum

didapatkan. Teknologi juga berperan

membentuk karakter masyarakat Desa

Hanura yang sebelumnya konsumtif

menjadi produktif, karena telah memiliki

tempat untuk menghasilkan dan tempat

yang bisa dijadikan sebuah hal yang

dapat bermanfaat. Proses perubahan yang

dialami oleh pemerintah desa mengenai

desa pintar juga dipengaruhi oleh

pandangan dari pemerintah Provinsi

Lampung. Dimana provinsi Lampung

dalam hal ini memberikan pemahaman

mengenai desa pintar dan capaian dari

desa pintar tersebuit.

Karena pengaruh dari

pemerintah provinsi tersebut yang

menginginkan Desa Hanura dapat

menjadi daearah perdesaan yang

memiliki sumber daya manusia yang

kreatif dan inovatif maka pemerintah

desa memiliki beberapa fokus yang ingin

diterapkan. fokus pemerintah juga

menyajikan sebuah transparansi tentang

pelayanan desa serta penyajian data desa.

Page 12: PENYEBAB PERBEDAAN PERSEPSI MASYARAKAT DAN …

12 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

SENGAJA DIKOSONGKAN

© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973

ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP

Transparansi ini diharapkan dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat untuk

melihat kinerja aparatur pemerintahan

serta juga untuk mengakses beberapa

data yang diperlukan. Nantinya

penyajian data ini akan selalu diperbarui

dengan menggunakan website yang dapat

menampung lalu lintas yang padat. Selain

itu juga pemerintah ingin meningkatkan

sistem pelayanan desa agar dapat lebih

mudah diakses oleh masyarakat secara

online. Fokus lain seperti penyediaan

fasilitas jaringan internet serta sebuah

program ekonomi yang menyasar para

pelaku usaha bernama enjoyfood hanura.

serta pelatihan kegiataan usaha maupun

pelatihan lain yang menyasar pemuda

desa.

Penjelasan diatas juga

menggambarkan tentang adanya

pembentukan pola pikir masyarakat Desa

Hanura. Masyarakat dapat

memanfaatkan kemjuan teknologi dalam

kegiataan sehari-hari baik sosial maupun

ekonomi. Teknologi sekarang bukan

hanya sebagai sarana hiburan namun

menjadi sebuah kebutuhan karena

dampak yang dihasilkan. Dan juga

manfaat yang dapat dicapai oleh

penggunanya lebih luas. Perubahan ini

diharapkan menjadi sebuah awal untuk

perkembangan desa pintar karena

masyarakat dapat memanfaatkan

teknologi dengan baik diberbagai lini

kehidupan sehingga mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat

itu sendiri. Selain itu juga dijelaskan oleh

pemerintah desa bahwa nantinya dengan

adanya desa pintar ini pola pikir

masyarakat dapat berubah ke arah yang

lebih baik lebih kreatif dan menjadi

masyarakat cerdas.

Berdasarkan pandangan

masyarakat sebagai narasumber konsep

desa pintar merupakan desa berbasis

teknologi terutama dalam bidang internet

yang dapat mempermudah dalam

memperoleh informasi dan membuat

desa dapat mandiri dalam memenuhi

kebutuhan masyarakatnya. Sedangkan

menurut pandangan pemerintah desa

desa pintar merupakan desa yang dapat

mengelola dan menyelesaikan masalah

dengan sumber daya yang dimiliki dan

bisa dirasakan oleh masyarakat luas dan

dapat merubah pola pikir lebih maju lagi.

Desa pintar menurut pemerintah desa

menitik beratkan kepada bagaimana desa

dapat memiliki sumber daya manusia

yang cerdas yang memiliki sebuah

pemikiran yang kreatif. Sedangkan

pemerintah sebagai fasilitator yang

menyediakan segala fasilitas mengenai

kebuituhan masyarakatnya, baik

kebutuhan perizinan maupun yang lain.

Proses perubahan dan tingkat

pemahaman yang didapatkan dalam desa

pintar ini memang sangat mempengaruhi

pandangan mereka terhadap desa pintar

itu sendiri.

Page 13: PENYEBAB PERBEDAAN PERSEPSI MASYARAKAT DAN …

13 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

SENGAJA DIKOSONGKAN

© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973

ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP

Kesimpulan

Setelah mengidentifikasi

persepsi dari masyarakat dan Pemerintah

Desa Hanura terdapat beberapa

perbedaan pandangan mengenai desa

pintar tersebut. Didapatkan bahwa

perbedaan ini disebabkan oleh proses dan

pengetahuan yang didapatkan dimana

masyarakat mengalami proses dengan

pengalaman memanfaatkan teknologi

dan dari pemerintah desa itu sendiri

sedangkan pemerintah desa mendapatkan

proses dengan edukasi dari pemerintah

Provinsi Lampung. Kesimpulan dari

penelitian ini yaitu terbentuknya satu

grand konsep mengenai penyebab

perbedaan persepsi tersebut. Grand

konsep yang terbentuk yaitu “Proses

transfer dan tingkat pemahaman yang

didapatkan menimbulkan perbedaan

persepsi masyarakat desa dan

Pemerintah Desa Hanura terhadap

desa pintar”.

Adanya proses transfer ini

karena sosialisasi yang dilakukan

terhadap pemerintah desa dan

masyarakat berbeda, dimana pemerintah

desa mendapatkan sosialisasi secara

langsung dari pemerintah provinsi.

Sedangkan masyarakat desa

mendapatkan sosialisasi dari pemerintah

desa, namun sosialisasi ini menurut

narasumber tidak terlalu maksimal

karena hanya beberapa masyarakat saja

yang mengetahui tentang desa pintar ini.

Proses transfer inilah yang menyebabkan

adanya perbedaan tingkat pemahaman

yang terjadi dilihat dari perbedaan

persepsi antara masyarakat dan

pemerintah desa tentang desa pintar.

Daftar Pustaka

Agusta, I. (2007). Indonesia dalam

Pertautan Budaya Pembangunan

dan Budaya Warga Desa.

WACANA, VOL. 9 NO. 2, 135-

153.

Amri, A (2018). Desa Hanura

Kembangkan UMKM Melalui

Program Dana Gadis at

:https://www.lampost.co/berita-

desa-hanura-kembangkan-

umkm-melalui-program-dana-

gadis.html. Diakses pada tanggal

8 November 2019.

Ardianto, B. (2006). Persepsi dan

Partisipasi Masyarakat Terhadap

Pembangunan Prasarana Dasar

Permukiman Yang Bertumpu

Pada Swadaya Masyarakat di

Kota Magelang (Skripsi).

Semarang : Universitas

Diponegoro.

Aziz, Wibowo (2018), Pengembangan

Sustainable Smart Village di

Desa Loram Wetan. Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia at :

http://ipsk.lipi.go.id/index.php/k

olom-peneliti/kolom-

politik/658pengembanga n-

sustainable-smart-village-di-

Page 14: PENYEBAB PERBEDAAN PERSEPSI MASYARAKAT DAN …

14 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

SENGAJA DIKOSONGKAN

© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973

ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP

desa-loram-wetan Dikases

pada tanggal 1 oktober 2019.

Badan Pusat Statistik Kabupaten

Pesawaran. (2018). Kecamatan

Teluk Pandan Dalam Angka

2018. Pesawaran: BPS

Kabupaten Pesawaran.

Barru, V.P. Junaedi, A. Herwangi. dkk

(2019). Tahap Pengembangan

Smart Kampung di Desa

Ketapang Kabupaten

Banyuwangi. Jurnal Planoeart.

Volume 4 No 2 Hal 68-80

Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa Provinsi Lampung. (2018).

Indeks Desa Membangun

Provinsi Lampung 2018. Bandar

Lampung: DPMD Provinsi

Lampung

Eva Nurjanah, T. Y. (2018). Tingkat

Urbanisasi dan Ciri Wilayah

Perkotaan di Kabupaten

Pringsewu. Jurnal Pendidikan,

1-11.

Herdiana, D. (2019). Pengembangan

Konsep Smart Village bagi Desa-

Desa di Indonesia. IPTEK-KOM,

Vol. 21, 1-16.

KIP TIM. (2018). Komisi Informasi

Provinsi Lampung Tunjuk Desa

Hanura Sebagai Desa

Memiliki Keterbukaan Informasi

at:

https://komisiinformasi.lampung

prov.go.id/berita/berita-

kegiatan/komisi informasi-

Provinsi-lampung-tunjuk-desa-

hanura-sebagai-desa-memiliki-

keterbukaan-informasi. Diakses

pada tanggal 11 Desember 2019

Laksanawan, I. (2014). Peningkatan

Kesejahteraan Masyarakat Desa

melalui ICT Berbasis Cloud

System Dengan E-Desa. Jakarta.

McGlynn, D. (2018). EU Rural Review

26 smart village: Revitalising

Rural Services. Diakses dari

https://enrd.ec.europa.eu/sites/en

rd/files/enrd_publications/publi-

enrd-rr26-2018-en.pdf tanggal

14 oktober 2020

Nasution. (2003). Metode Penelitian

Naturalistik Kualitatif. Bandung:

Tarsito.

Pemerintah Indonesia. 2014. Undang-

Undang Republik Indonesia

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang

Desa. Lembaran RI Tahun 2014

Nomor 7. Jakarta: Sekertariat

Negara

Pemerintah Indonesia. 2016. Peraturan

Menteri Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor 2 Tahun 2016.

Jakarta: Kemendes PDTT

Pemerintah Indonesia. 2017. Peraturan

Menteri Dalam Negeri Republik

Indonesia Nomor 2 Tahun

2017Tentang Standar Pelayanan

Page 15: PENYEBAB PERBEDAAN PERSEPSI MASYARAKAT DAN …

15 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

SENGAJA DIKOSONGKAN

© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973

ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP

Minimal Desa. Jakarta:

Mendagri

Pemerintah Kabupaten Pesawaran. 2012.

Peraturan Daerah Nomor 4

Tahun 2012 Tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Pesawaran Tahun 2011-2031.

Gedong Tataan: Sekertaris

Daerah Kabupaten Pesawaran

Purwanto, A. Permadi, D. (2019). Desa

Cerdas : Transformasi

Kebijakan dan Pembangunan

Desa Merespon Era Revolusi

Industri 4.0. Yogyakarta: UGM.

Pusat Kajian Desentralisasi dan Otonomi

Daerah Lembaga Administrasi

Negara. (2018). Pengembangan

Model Desa Cerdas. Jakarta:

Lembaga Administrasi Negara.

Rachmawati, R. (2018). Pengembangan

Smart Village Untuk Penguat

Smart City dan Smart Regency.

Jurnal Sistem Cerdas 2018

Volume 01, 12-18.

Rahadi, D. R. (2016). Model

Pengembangan Kampung

sebagai Desa Inovatif (Studi

Kasus Kota Palembang).

Manajemen Bisnis, 1-9.

S.Wisni Septiarti, W. (2007).

Pengembangan Masyarakat Desa

Tertinggal. Pengembangan

Masyarakat Desa, 1-17.

Setianingrum, L. (2018). Keluarga

Dongkelan Sebagai Kesadaran

Transendental Keberadaan dan

Keberlanjutan Elemen-elemen

Inti Tata Ruang (Tesis).

Yogyakarta: UGM.

Sudaryono. (2006). PARADIGMA

LOKALISME DALAM

PERENCANAAN SPASIAL.

Jurnal Perencanaan Wilayah

dan Kota, 28-38.

Tia Subekti, R. D. (2019). Penerapan

Model Smart Village dalam

Pengembangan Desa Wisata:

Studi pada Desa Wisata Boon

Pring Sanankerto Turen

Kabupaten Malang. Journal of

Public Administration and

Governanc Governance , 18-28.

Viswanadham dan Vedula. (2010).

Design of Smart Villages.

Hyderabad: Indian School of

Business.

_________. (2016). Hanura Raih Juara I

Lomba Desa Tingkat Provinsi

Lampung Tahun 2016 at:

http://www.pesawarankab.go.id/

informasi-159-hanura-raih-

juara-i-l lomba-desa-tingkat-

provinsi-lampung-tahun-

2016.html. Diakses pada 11

Desember 2019