Upload
veni
View
235
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis
1/23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) merupakan penyakit yang mempunyai
karekteristik keterbatasan jalan napas yang tidak sepenuhnya reversible. Gangguan yang bersifat
progresif ini disebabkan inflamasi kronik akibat pajanan partikel atau gas beracun yang terjadi
dalam waktu lama dengan gejala utama sesak napas, batuk, dan produksi sputum. eberapa
penelitian terakhir menemukan bahwa PPOK sering disertai dengan kelainan ekstra paru yang
disebut sebagai efek sistemik pada PPOK. American Thoracic Society (!"#) melengkapi
pengertian PPOK menjadi suatu penyakit yang dapat dicegah dan diobati yang ditandai dengan
keterbatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible. Keterbatasan aliran udara ini bersifat
progresif yang terutama disebabkan oleh rokok ($%&, ').
Penyakit paru ini merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah
menjadi masalah kesehatan masyarakat di &ndonesia. *al ini disebabkan oleh meningkatnya usia
harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor resiko, seperti faktor pejamu yang diduga
berhubungan dengan kejadian PPOK, semakin banyaknya jumlah perokok khususnya pada
kelompok usia muda, serta pencemaran udara didalam ruangan maupun diluar ruangan dan
ditempat kerja (+epkes, ').
+i !merika kasus kunjungan pasien PPOK di &G+ mencapai angka -, juta. '/.
memerlukan perawatan di %#, dan --0. meninggal selama tahun '. #ebagai penyebab
kematian, PPOK menduduki peringkat ke 1 setelah jantung, kanker, dan penyakit
serebro2askuler (%obbins, ').
3*O memperkirakan bahwa menjelang tahun '' pre2alensi PPOK akan meningkat.
!kibat sebagai penyebab penyakit tersering peringkatnya akan meningkat dari ke -' menjadi ke
dan sebagai penyebab kematian akan meningkat dari ke / menjadi ke 4. erdasarkan sur2ey
kesehatan rumah tangga +epkes %& tahun -00', PPOK bersama asma bronchial menduduki
1
7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis
2/23
peringkat ke /. 5erokok merupakan faktor resiko terpenting penyebab PPOK disamping faktor
resiko lainnya seperti polusi udara, faktor genetik, dan lain6lain (!ru dkk, '0).
erdasarkan hasil #7#89!# (#ur2ey #osial 8konomi 9asional) tahun '-, sebanyak
1,: penduduk laki6laki dan -,': perempuan merupakan perokok, 0',: dari perokok
menyatakan kebiasaannya merokok didalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga
lainnya, dengan demikian sebagian besar anggota rumah tangga merupakan perokok pasif.
$umlah perokok yang berisiko menderita PPOK atau kanker paru berkisar antara '6': (P#,
'-).
2
7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis
3/23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi PPOK
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) atau juga dikenali sebagai Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (COPD) merupakan obstruksi saluran pernafasan yang progresif dan
ire2ersibel; terjadi bersamaan bronkitis kronik, emfisema atau kedua6duanya (#nider, '4).
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) bukanlah penyakit tunggal, tetapi merupakan satu istilah
yang merujuk kepada penyakit paru kronis yang mengakibatkan gangguan pada sistem
pernafasan.
#ecara klinis, bronkitis kronik didefinisikan sebagai manifestasi batuk kronik yang
produktif selama 4 bulan sepanjang dua tahun berturut6turut. #ementara emfisema didefinisikan
sebagai pembesaran al2eolus di hujung terminal bronkiol yang permanen dan abnormal disertai
dengan destruksi pada dinding al2eolus serta tanpa fibrosis yang jelas. The Global Initiative for
Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) guielines mendefinisikan PPOK sebagai penyakit
yang ditandai dengan gangguan pernafasan yang ire2ersibel, progresif, dan berkaitan dengan
respon inflamasi yang abnormal pada paru akibat inhalasi partikel6partikel udara atau gas6gas
yang berbahaya (Kamangar, '-).
#ementara menurut !ffyarsyah, dkk ('0), PPOK adalah penyakit paru kronik yang
tidak sepenuhnya re2ersibel, progresif, dan berhubungan dengan respon inflamasi yang abnormal
terhadap partikel dan gas yang berbahaya. Kata ung and lood &nstitute, '0).
2.2 Etiologi
?aktor yang mempengaruhi perkembangan dan progesi2itas penyakit PPOK (@ulkarnain ddk,
'-') A
-. 5erokok
%iwayat perokok A perokok aktif, perokok pasif, bekas perokok
'. Genetik
3
7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis
4/23
?aktor genetik yang sering terjadi adalah kekurangan B- antitripsin (!!") sebagai
inhibitor dari protease serin.4. 7sia dan Gender
1. Paparan terhadap partikel
. #tatus sosial dan ekonomi
/. !sma atau hipereakti2itas bronkus. ronkitis kronis
. &nfeksi
2. !aktor "isiko
a. #erokok
Pada tahun -0/1, penasihat Committee Surgeon General of the !nite States
menyatakan bahwa merokok merupakan faktor risiko utama mortalitas bronkitis kronik
dan emfisema. eberapa penelitian menunjukkan bahwa dalam waktu satu detik setelahforce e"#iratory maneuver (?8C-), terjadi penurunan mendadak dalam 2olume ekspirasi
yang bergantung pada intensitas merokok. *ubungan antara penurunan fungsi paru
dengan intensitas merokok ini berkaitan dengan peningkatan kadar pre2alensi PPOK
seiring dengan pertambahan umur. Pre2alansi merokok yang tinggi di kalangan pria
menjelaskan penyebab tingginya pre2alensi PPOK dikalangan pria. #ementara pre2alensi
PPOK dikalangan wanita semakin meningkat akibat peningkatan jumlah wanita yang
merokok dari tahun ke tahun (%eily dkk, ').
PPOK berkembang pada hampir -: perokok. 7mur pertama kali merokok,
jumlah batang rokok yang dihisap dalam setahun, serta status terbaru perokok
memprediksikan mortalitas akibat PPOK. &ndi2idu yang merokok mengalami penurunan
pada ?8C-dimana kira6kira hampir 0: perokok berisiko menderita PPOK $Kamangar,
'-).
Secon$han smo%er atau perokok pasif berisiko untuk terkena infeksi sistem
pernafasan, dan gejala6gejala asma. *al ini mengakibatkan penurunan fungsi paru
$Kamangar, '-). Pemaparan asap rokok pada anak dengan ibu yang merokok
menyebabkan penurunan pertumbuhan paru anak. &bu hamil yang terpapar dengan asap
rokok juga dapat menyebabkan penurunan fungsi dan perkembangan paru janin semasa
gestasi.
4
7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis
5/23
%. Hi&eres&onsif sal'ran &ernafasan
5enurutDutch hy#othesis, asma, bronkitis kronik, dan emfisema adalah 2ariasi
penyakit yang hampir sama yang diakibatkan oleh faktor genetik dan lingkungan.
#ementara&ritish hy#othesis menyatakan bahwa asma dan PPOK merupakan dua kondisi
yang berbeda; asma diakibatkan reaksi alergi sedangkan PPOK adalah proses inflamasi
dan kerusakan yang terjadi akibat merokok. Penelitian yang menilai hubungan tingkat
respon saluran pernafasan dengan penurunan fungsi paru membuktikan bahwa
peningkatan respon saluran pernafasan merupakan pengukur yang signifikan bagi
penurunan fungsi paru (%eily dkk, ').
5eskipun begitu, hubungan hal ini dengan indi2idu yang merokok masih belum
jelas. *iperesponsif salur pernafasan ini bisa menjurus kepada remoeling salur nafas
yang menyebabkan terjadinya lebih banyak obstruksi pada penderita PPOK $Kamangar,
'-).
(. Infeksi sal'ran &ernafasan
&nfeksi saluran pernafasan adalah faktor risiko yang berpotensi untuk
perkembangan dan progresi PPOK pada orang dewasa. +ipercaya bahwa infeksi salur
nafas pada masa anak6anak juga berpotensi sebagai faktor predisposisi perkembangan
PPOK. 5eskipun infeksi saluran nafas adalah penyebab penting terjadinya eksaserbasi
PPOK, hubungan infeksi saluran nafas dewasa dan anak6anak dengan perkembangan
PPOK masih belum bisa dibuktikan (%eily dkk, ').
). Pe*a&aran aki%at &eker+aan
Peningkatan gejala gangguan saluran pernafasan dan obstruksi saluran nafas juga
bisa diakibatkan pemaparan terhadap abu dan debu selama bekerja. Pekerjaan seperti
melombong arang batu dan perusahaan penghasilan tekstil daripada kapas berisiko untukmengalami obstruksi saluran nafas. Pada pekerja yang terpapar dengan kadmium pula,
?8C-, ?8C-D?CE, dan +>EO menurun secara signifikan (?CE, force vital ca#acity;
+>EO, carbon mono"ie iffusing ca#acity of lung). *al ini terjadi seiring dengan
peningkatan kasus obstruksi saluran nafas dan emfisema' 3alaupun beberapa pekerjaan
yang terpapar dengan debu dan gas yang berbahaya berisiko untuk mendapat PPOK, efek
5
7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis
6/23
yang muncul adalah kurang jika dibandingkan dengan efek akibat merokok (%eily dkk,
').
e. Pol'si U)ara
eberapa peneliti melaporkan peningkatan gejala gangguan saluran pernafasan
pada indi2idu yang tinggal di kota daripada desa yang berhubungan dengan polusi udara
yang lebih tinggi di kota. 5eskipun demikian, hubungan polusi udara dengan terjadinya
PPOK masih tidak bisa dibuktikan. Pemaparan terus6menerus dengan asap hasil
pembakaran biomass dikatakan menjadi faktor risiko yang signifikan terjadinya PPOK
pada kaum wanita di beberapa negara. 5eskipun begitu, polusi udara adalah faktor risiko
yang kurang penting berbanding merokok (%eily dkk, ').
f. !aktor genetik
+efisiensi B-6antitripsin adalah satu6satunya faktor genetik yang berisiko untuk
terjadinya PPOK. &nsidensi kasus PPOK yang disebabkan defisiensi B-6antitripsin di
!merika #erikat adalah kurang daripada satu peratus. B-6antitripsin merupakan inhibitor
protease yang diproduksi di hati dan bekerja menginhibisi neutro#hil elastase di paru.
+efisiensi B-6antitripsin yang berat menyebabkan emfisema pada umur rata6rata 4 tahun
bagi bukan perokok dan 1 tahun bagi perokok $Kamangar, '-).
2., Klasifikasi PPOK
erdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GO>+) '--,
PPOK diklasifikasikan berdasarkan derajat berikut.-
-. +erajat (berisiko) Gejala klinis A 5emiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi
sputum, dan dispnea. !da paparan terhadap faktor resiko. #pirometri A 9ormal
'. +erajat & (PPOK ringan) Gejala klinis A +engan atau tanpa batuk. +engan atau tanpa produksisputum. #esak napas derajat sesak sampai derajat sesak -. #pirometri A ?8C-D?CE F :,
?8C- :
4. +erajat && (PPOK sedang)
Gejala klinis A +engan atau tanpa batuk. +engan atau tanpa produksi sputum. #esak napas derajat
sesak ' (sesak timbul pada saat akti2itas). #pirometri A?8C-D?CE F :; : F ?8C- F :
6
7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis
7/23
1. +erajat &&& (PPOK berat)
Gejala klinis A #esak napas derajat sesak 4 dan 1.8ksaserbasi lebih sering terjadi. #pirometri
A?8C-D?CE F :; 4: F ?8C- F :.
. +erajat &C (PPOK sangat berat)
Gejala klinis A Pasien derajat &&& dengan gagal napas kronik. +isertai komplikasi kor pulmonale
atau gagal jantung kanan. #pirometri A?8C-D?CE F :; ?8C- F 4: atau F :
2.- Patofisiologi
P8
7
5erokok
anyak spesies O'reaktif
(radikal bebas)
&nakti2asi B- anti
protease paru
8fek kemotraktan langsung
thdp neutrofil*ipertrofi kel.mukosa bronkus H
peningkatan jumlah dan ukuran
sel goblet
*ipersekresi mucus(banyak dan kental)
&nfiltrasi neutrofil kedalam
al2eolus
9eutrofil yang aktif melepasproteaseKerusakan jaringan parut
Menyumbat saluranObstruksi >umen5enghalangi keluarnya
udara Kerja Pernapasan meningkat %% meningkat+ispnea
7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis
8/23
2. #anifestasi Klinis
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) sering dikaitkan dengan gejala eksaserbasi akut
dimana kondisi pasien mengalami perburukan dari kondisi sebelumnya dan bersifat akut.8ksaserbasi akut ini dapat ditandai dengan gejala yang khas, seperti sesak nafas yang semakin
memburuk, batuk produktif dengan perubahan 2olume atau purulensi sputum atau dapat juga
memberikan gejala yang tidak khas seperti malaise kelelahan dan gangguan tidur.
Gejala klinis PPOK eksaserbasi akut ini dapat dibagikan menjadi dua yaitu gejala
respirasi dan gejala sistemik. Gejala respirasi berupa sesak nafas yang semakin bertambah berat,
peningkatan 2olume dan purulensi sputum, batuk yang semakin sering, dan nafas yang dangkal
dan cepat. Gejala sistemik ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, peningkatan denyut nadi
serta gangguan status mental pasien (%iyanto, *isyam, '/).
+iagnosis PPOK dipertimbangkan apabila pasien mengalami gejala batuk, sputum yang
produktif, sesak nafas, dan mempunyai riwayat terpajan faktor risiko. +iagnosis memerlukan
pemeriksaan spirometri untuk mendapatkan nilai 2olumeforce e"#iratory maneuver (?8C-) dan
force vital ca#acity (?CE). $ika hasil bagi antara ?8C-dan ?CE kurang dari ,, maka terdapat
8
#usah untuk
makan
G+ menurun dan 5&
5enurun
8kspirasi
sulit7dara dipaksa keluar dari
sal. Iang sempit
8kspirasi memanjang dan rasio
?8C menurun
7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis
9/23
pembatasan aliran udara yang tidak re2ersibel sepenuhnya (?ahri, #utoyo, Iunus, '0). Pada
orang normal 2olume force e"#iratory maneuver (?8C-) adalah ' ml per tahun, sedangkan
pada pasien PPOK adalah 6 ml. 5enurut ational Po#ulation *ealth Stuy (P*S), -:
penderita PPOK mengeluhkan bahwa sesak nafas yang mereka alami menyebabkan keterbatasan
akti2itas di rumah, kantor dan lingkungan social (!bidin, Iunus, 3iyono, '0).
2./ Diagnosa
-. !namnesis
a. !da faktor resiko
7sia (pertengahan)
%iwayat pajanan
!sap rokok
Polusi udara
Polusi tempat kerja (K8P589K8#, ')b. Gejala ;
Gejala PPOK terutama berkaitan dengan respirasi. Keluhan respirasi ini harus
diperiksa dengan teliti karena sering kali dianggap sebagai gejala yang biasa terjadi
pada proses penuaan (K8P589K8#, ').
atuk kronik
!dalah batuk hilang timbul selama 4 bulan yang tidak hilang dengan pengobatan
yang diberikan (K8P589K8#, ')
erdahak kronik
Kadang6kadang pasien mengatakan hanya berdahak terus menerus tanpa disertaibatuk (K8P589K8#, ').
#esak nafas
"erutama pada saat melakukan akti2itas, seringkali pasien sudah mengalami
adpatasi dengan sesak nafas yang bersifat progresif lambat sehingga sesak ini
tidak dikeluhkan (K8P589K8#, ').
'. Pemeriksaan fisik A
Pada pemeriksaan fisik seringkali tidak ditemukan kelainan yang jelas terutama
auskultasi pada PPOK ringan, karena sudah mulai terdapat hiperinflamasi al2eoli.
#edangkan pada PPOK derajat sedang dan PPOK derajat berat seringkali terlihta
perubahan cara bernafas atau perubahan bentuk anatomi toraks (K8P589K8#, ').
5enurut K8P589K8# ('), secara umum pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan hal6hal sebagai berikutA
9
7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis
10/23
-. &nspeksi
entuk dadaA barrel chest (dada seperti tong)
"erdapat cara bernafas#urse li#s breathing(seperti orang meniup)
"erlihat penggunaan dan hipertropi (pembesaran) otot bantu nafas
Pelebaran sela iga
'. Perkusi *ipersonor
4. !uskultasi
?remitus melemah
#uara nafas fesikuler melemah atau normal
8kspirasi memanjang
5engi (biasanya timbul pada eksasarbasi)
%onki
+inyatakan PPOK (secara kllinis) apabila sekurang6kurangnya pada anamnesis
ditemukan adanya riwayat pajanan faktor resiko disertai batuk kronik dan berdahak
dengan sesak nafas terutama pada saat melakukan akti2itas pada seseorang yang
berusia pertengahan atau yang lebih tua (K8P589K8#, ').
2.0 Pe*eriksaan Pen'n+ang
a. Pemeriksaan %adiologis
Pada stadium dini, foto paru hamper tidak menunjukkan adanya kelainan yang nyata,
mungkin hanya ada tampak sedikit penambahan gambaran bronkofaskuler. "idak lama
kemudian, akan tampak sebagian paru yang hiperlusen, biasanya dilapangan atas atau
parakardial dan bilateral.Pada stadium lanjut, daerah hiperlusen akan meliputi seluruh paru yang disertai dengan
berkurangnya gambaran retikuler halus (jaringan bronkus dan pembuluh darah) dan
diafragma yang nyata sekali letak rendah. Pada foto lateral akan tampak jelas tambahan
kifosis. "idak jarang gambaran bula6bula suppleural (*alim, '-').
?oto toraks P! dan >ateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain. Pada
emfisema terlihat gambaran A
*iperinflasi
*iperlusen
%uang retrosternal melebar +iafragma mendatar
$antung menggatung (jantung pendulum D tear ro# + eye ro# a##earance)
Pada bronchitis kronik A
9ormal
10
7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis
11/23
Eorakan bronko2askuler bertambah pada '-: kasus (P+&P, '4)
Gambaran hasil rontgen dada pada pasien PPOK
b. Pemeriksaan >aboratorium!nalisa gas darah dan elektrolit perlu dikerjakan pada penderita PPOK dengan ?8C -
kurang dari -, liter atau ekg yang konsisten dengan pembeasaran 2entrikel kanan.
8ritrositosis sekunder yang didapatkan dari kadar *b dan hematokrit, mencerminkan
keadaan hipoksemia yang kronis. Pemeriksaan laboratorium patologi klinik lainnya
disesuaikan dengan keadaan (!lsagaff, '0).
c. Pemeriksaan tes faal paru
?8C-dan ?CE mengalami penurunan. Penyembpitan dari lumen bronkus dapat dari
penurunan ?8C- D ?CE ini. Pembesaran beta6' agonis hanya dapat meningkatkan
perbandingan ?8C- dan ?CE ini menjadi kurang dari ': ("abrani, '-).
d. Pemeriksaan bronkoskopi+apat ditemukan adanya obstruksi dan kolaps pada al2eoli dan kadang6kadang dapat
meliputi bronkus yang besar. Pada bronchitis kronik tampak warna mukosa yang merah dan
hipersekresi ("abrani, '-).
2. Penatalaksanaan
"ujuan penatalaksanaan A
5engurangi gejala
5encegah eksaserbasi berulang
5emperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
5eningkatkan kualitas hidup penderita (P+P&, '4).
Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi A
-. 8dukasi
11
7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis
12/23
8dukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil.
8dukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma, karena PPOK adalah penyakit
kronik yang ire2ersibel dan progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan
akti2itas dan mencegah kecepatan perburukan fungsi paru. erbeda dengan asma yang
bersifat re2ersible, menghindari pencetus dan memperbaiki derajat adalah inti dari
edukasi atau tujuan dari pengobatan asma. "ujuan edukasi dari pasien PPOK A
a. 5engenal perjalanan penyakit dan pengobatanb. 5elaksanakan pengobatan yang maksimal
c. 5encapai akti2itas optimal
d. 5eningkatkan kualitas hidup (P+P&, '4)
8dukasi PPOK diberikan sejak ditentukan diagnosis dan berlanjut secara berulang
pada setiap kunjungan, baik bagi penderita sendiri maupun bagi keluarganya. 8dukasi
dapat diberikan di poli klinik, ruang rawat, bahkan di unit gawat darurat ataupun di icu
dan dirumah. #ecara intensif edukasi diberikan di klinik rehabilitasi atau klinik konseling,
karena memerlukan waktu yang khusus dan memerlukan alat peraga. 8dukasi yang tepat
diharapkan dapat mengurangi kecemasan pasien PPOK, memberikan semangat hidup
walaupun dengan keterbatasan akti2itas. Penyesuaian akti2itas dan pola hidup merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup pasien PPOK (P+P&, '4).
ahan dan cara pemberian edukasi harus disesuaikan dengan derajat berat penyakit,
tingkat pendidikan, lingkungan sosial, cultural dan kondisi ekononomi penderita (P+P&,
'4).
5enurut P+P& '4 secara umum bahan edukasi yang harus diberikan adalahA
-. Pengobatan dasar tentang PPOK
'. Obat6obatan, manfaat dan efek sampingnya
4. Eara pencegahan perburukan penyakit
1. 5engindari pencetus (berhenti merokok)
. Penyesuaian akti2itas
'. Obat6obatan
12
7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis
13/23
a. ronkodilator
+iberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan
disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit. Pemilihan bentuk obat diutamakan
inhalasi, nebuliJer tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat
diutamakan pemberian obat lepas lambat (slo, release) atau obat berefek panjang
(longacting)
5acam6macam bronkodilator A
6 Golm, ,k &$5&$$$&5&&
ongan antikolinergik
+igunakan pada derajat ringan ringan sampai berat, disamping sebagai bronkodilator
juga mengurangi sekresi lendir (maksimal 1 kali per hari) (P+P& '4) contoh obatA
ipratropium, tiotropium.
&pratropium.
+eri2at696propil dari atropin ini (-01) berkhasiat bronchodilatasi, karena melawan
pembentukan cG5P yang menimbulkan konstriksi. &pratropin berdaya mengurangi
hipersekresi di bronchi, yakni efek mengeringkan dari obat antikolinergika, maka amat
efektif pada pasien yang mengeluarkan banyak dahak. Khususnya digunakan sebaga inhalasi,
efeknya dimulai lebih lambat (- menit) dari pada b '6mimetika. 8fek maksimalnya dicapai
setelah -6' jam dan bertahan rata6rata / jam. #angat efektif sebagai obat pencegah dan
pemeliharaan, terutama pada bronchitis kronis. Kini, Jat ini tidak digunakan (lagi) sebagai
monoterapi (pemeliharaan), melainkan selalu bersama kortikosteroida6inhalasi.
Kombinasinya dengan b'6mimetika memperkuat efeknya (adisi).
%esorpsinya secara oral buruk (seperti semua senyawa amonium kwaterner). #ecaratracheal hanya bekerja setempat dan praktis tidak diserap. Keuntungannya ialah Jat ini juga
dapat digunakan oleh pasien jantung yang tidak tahan terhadap adrenergika. 8fek
sampingnya jarang terjadi dan biasanya berupa mulut kering, mual, nyeri kepala, dan pusing.
+osis inhalasi 461 dd ' semprotan dari ' mcg (bromida).
13
7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis
14/23
6 Golongan agonis beta6'
entuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah penggunaan
dapat sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. #ebagai obat pemeliharaan sebaiknya
digunakan untuk tablet yang berefek panjang. entuk nebuliJer dapat digunakan untuk
mengatasi eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang (P+P&, '4)
contoh obatA salbutamol, terbutalin, fenoterol.
#albutamol
+eri2at isoprenalin ini merupakan adrenergikan pertama (-0/) yang pada dosis biasa
memiliki daya kerja yang lebih kurang spesifik terhadap reseptor b'. selain berdaya
bronchodilatasi baik, salbutamol juga memiliki efek lemah terhadap stabilisasi mastcell,
maka sangat efektif mencegah maupun meniadakan serangan asma. +ewasa ini obat ini
sudah laJim digunakan dalam bentuk dosis6aerosol berhubung efeknya pesat dengan efek
samping yang lebih ringan daripada penggunaan per oral. Pada saat inhalasi seruk halsu atau
larutan, kira6kira : mencapai trachea, tetapi hanya 6: dari bagian terhalus (-6
mikron) tiba di bronchioli dan paru6paru.
8fek samping jarang terjadi dan biasanya berupa nyeri kepala, pusing6pusing, mual, dan
tremor tangan. Pada o2erdose dapat terjadi stimulasi reseptor b 6-dengan efek kardio2askulerA
tachycardia, palpitasi, aritmia, dan hipotensi. Oleh karena itu sangat penting untuk
memberikan instruksi yang cermat agar jangan mengulang inhalasi dalam waktu yang terlalu
singkat, karena dapat terjadi tachyfylais (efek obat menurun dengan pesat pada penggunaan
yang terlalu sering).
+osis 461 dd '61 mg (sulfat) inhalasi 461 dd ' semprotan dari - mcg, pada serangan
akut ' puff yang dapat diulang sesudah - menit. Pada serangan hebat i.m. atau s.c. '6
mcg, yang dapat diulang sesudah 1 jam.
"erbutalin
+eri2at metil dari orsiprenalin (-0) ini juga berkhasiat b'selektif. #ecara oral, mulai
kerjanya sesudah -6' jam, sedangkan lama kerjnya ca / jam. >ebih sering mengakibatkan
14
7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis
15/23
tachycardia. +osis '64 dd ',6 mg (sulfat) inhalasi 461 dd -6' semprotan dari ' mcg,
maksimum -/ puff sehari, s.c. ' mcg, maksimum 1 kali sehari.
?enoterol
!dalah deri2at terbutalin dengan daya kerja dan penggunaan yang sama. 8feknya lebih
kuat dan bertahan ca / jam, lebih lama daripada salbutamol (ca 1 jam). +osis A 4 dd ',6 mg
(bromida), suppositoria malam hari - mg, dan inhalasi 461 dd -6' semprotan dari ' mcg.
entuk ijeksi subkutan atau drip untuk mengatasi eksaserbasi berat A
Kombinasi antikolinergik dan agonis beta6'
Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat efek bronkodilatasi karena
keduanya mempunyai tempat kerja yang berbeda. +isamping itu penggunaa obat kombinasi
lebih sederhana dan mempermudah penderita (P+P&,'4).
Golongan antin
+alam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang terutama
pada derajat sedang dan berat. entuk tablet biasa atau puyer untuk mengatasi sesak (pelega
nafas), bentuk suntikan bolus atau drip untuk mengatasi eksaserbasi akut. Penggunaan jangka
panjang diperlukan pemeriksaan kadar aminopilin darah (P+P&, '4). Eontoh obat
aminofilin, teofilin.
"eofilin
!lkaloida ini (-0) terdapat bersama kofein (trimetilksantin) pada daun teh (Iuntheos L
!llah, phykllon L daun) dan memiliki sejumlah khasiat antara lain berdaya spasmolitis
terhadap otot polos, khususnya otot bronchi, menstimulasi jantung (efek inotrop positif) dan
mendilatasinya. "eofilin juga menstimulasi ##P dan pernafasan, serta bekerja diuretis lemah
dan singat. Kofein juga memiliki semua khasiat ini meski lebih lemah, kecuali efek stimulasi
15
7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis
16/23
sentralnya yang lebih kuat. Kini, obat ini banyak digunakan sebagai obat pre2ensi dan terapi
serangan asma.
8fek bronchodilatasinya tidak berkorelasi baik dengan dosis, tetapi memperlihatkan
hubungan jelas dengan kadar darahnya dan kadar di air liur. >uas terapeutisnya sempit,
artinya dosis efektifnya terletak berdekatan dengan dosis toksisnya. 7ntuk efek optimal
diperlukan kadar dalam darah dari -6- mcgDml, sedangkan pada ' mcgDml sudah terjadi
efek toksis. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menetapkan dosis secara indi2idual
berdasarkan tuntutan kadar dalam darah. *al ini terutama perlu pada anak6anak di bawah
usia ' tahun dan pada manula diatas / tahun, yang sangat peka terhadap o2erdose, juga pada
pasien gangguan hati dan ginjal. "erapi dengan teofilin harus dipandu dengan penentuan
kadar dalam darah.
%esorpsinya di usus buruk dan tidak teratur. &tulah sebabnya mengapa bronchodilator tua
ini (-04) dahulu jarang digunakan. aru pada tahun -06an, diketahui bahwa resorpsi
dapat menjadi lengkap bila digunakan dalam bentuk seruk microfine. (besarnya partikel 6-
mikron) begitu juga pada penggunaan sebagai larutan, yang seperlunya ditambahkan alkohol
':. Plasma6t M nya 46 jam, ekskresinya berlangsung sebagai asam metilurat lewat kemih
dan hanya -: dalam keadaan utuh. "eofilin sebaiknya digunakan sebagai sediaan
Nsutanined release yang memberikan resorpsi konstan dan kadar dalam darah yang lebih
teratur.
8fek sampingnya yang terpenting berupa mual dan muntah, baik pada penggunaan oral
maupun rektal atau parenteral. Pada o2erdose terjadi efek sentral (gelisah, sukar tidur, tremor,
dan kon2ulsi) serta gangguan pernafasan, juga efek kardio2askuler, seperti tachycardia,
aritmia, dan hipotensi. !nak kecil sangat peka terhadap efek samping teofilin. +osis 461 dd
-' ' mg microfine
!minofilin
!dalah garam yang dalam darah membebaskan teofilin kembali. Garam ini bersifat basa
dan sangat merangsang selaput lendir, sehingga secara oral sering mengakibatkan gangguan
lambung (mual, muntah), juga pada penggunaan dalam suppositoria dan injeksi
16
7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis
17/23
intramuskuler (nyeri). Pada serangan asma, obat ini digunakan sebagai injeksi i.2. sediaan
'mg, injeksi '1mgDml (-ml), lama kerja 16/ jam.
b. !nti inflamasi
+igunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intra2ena,
berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau
prednisone. entuk inhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji
kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan ?8C-paska bronkodilator meningkat Q ':
dan minimal ' mg (P+P&, '4).
#ediaan kortikosteroid dapat juga dibedakan menjadi tiga golongan berdasarkan masa
kerjanya. #ediaan masa kerja singkat mempunyai waktu paruh biologis kurang dari -' jam,sediaan kerja lama mempunyai waktu paruhnya lebih dari 4/ jam, sedangkan yang kerja
sedang mempunyai waktu paruh antara -'64/ jam.
a. Kerja singkat A Kortisol atau hidrokortison
Kortison, Kortikosteron, ?ludrokortison
b. Kerja sedang A /6alfa6metilprednisolon
Prednison, Prednisolon, "riamsinolon
c. Kerja lama A Parametason, etametason, +eksametason
Glukokortikoid menghambat akumulasi sel inflamasi, termasuk makrofag dan leukosit pada
lokasi inflamasi. 5etilprednisolon juga menghambat fagositosis, pelepasan enJim lisosomal,
sintesis dan atau pelepasan beberapa mediator kimia inflamasi. 5eskipun mekanisme yang pasti
belum diketahui secara lengkap, kemungkinan efeknya melalui blokade faktor penghambat
makrofag (5&?), menghambat lokalisasi makrofagA reduksi atau dilatasi permeabilitas kapiler
yang terinflamasi dan mengurangi lekatan leukosit pada endotelium kapiler, menghambat
pembentukan edema dan migrasi leukosit; dan meningkatkan sintesis lipomodulin (macrocortin),
17
7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis
18/23
suatu inhibitor fosfolipase !'6mediasi pelepasan asam arakhidonat dari membran fosfolipid, dan
hambatan selanjutnya terhadap sintesis asam arakhidonat6mediator inflamasi deri2at
(prostaglandin, tromboksan dan leukotrien). Kerja immunosupresan juga dapat mempengaruhi
efek antiinflamasi
#ediaan 5ethylprednisolone -' mgD'ml tab 16 mg dosis awal 161 mgDhari, #ediaan
prednisone -61 tabDhari, tab mg
c. !ntibiotika
*anya diberikan bila terdapat infeksi. !nti biotic yang digunakanA
>ini - A !moicilin sediaanA caps '6mg dengan dosis 6-mgD jam
>ini ' A !moicilin dan asam kla2unalat sediaanA tab 'mg, mg dengan dosis 6
-mgD jam.
#efalosporin A ceftriakson sediaanA -6' gram fial - sehari, cefadroil sediaan
caps '6mg dengan dosis 6-mg ' sehari.
Ruinolon A le2ofloksasin sediaanA caps mgDhari fial A mgD-ml dosis
mgDhari, ciprofloasin sediaanA tab '6mg, fial 'mgD-ml (P+P&, '4)
s
d. !ntioksidan
+apat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kulitas hidup, digunakan 96asetilsistein.
+apat diberikan pada PPOK eksesrbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai pemberian
yang rutin (P+P&,'4).
e. 5ukolitik
18
7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis
19/23
7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis
20/23
Pemberian oksigen jangka panjang
Pemberian oksigen pada waktu akti2itas
Poemberian oksigen pada waktu sesak mendadak
Pemberian oksigen secara intensif pada waktu gagal nafas (P+P&,'4).
2.1 Ko*&likasi
1. Gagal nafas kronik A +itunjukkan oleh hasil analisis gas darah berupa PaO'F/ mm*g
dan PaEO'Q mm*g, serta p* dapat normal. Gagal nafas kronik A ditandai oleh sesak
nafas dengan atau tanpa sianosis, 2olume sputum bertambah dan purulen, demam, dan
kesadaran menurun.
'. &nfeksi berulang A pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan
terbentuknya koloni kuman, hal inin memudahkan terjadi infeksi berulang
4. Eor pulmonal A ditandai oleh P pulmoal pada ekg, hematokrit Q :, dan dapat disertai
gagal jantung kanan (%ianto at all, '0).
2.11 Prognosis
Prognosis pada pasien PPOK tergantung kepada keparahan obstruksi aliran udara. Pasien
dengan ?8C-F, > mempunyai angka mortalitas tahunan S ':. Pasien dengan cor pulmonal,
hiperkapnia, kebiasaan merokok, dan penurunan berat badan memilik prognosis yang buruk.
Kematian biasanya terjadi akibat infeksi, gagal nafas akut, emboli paru atau aritmia jantung
($eremy, ')
BAB III
KESI#PULAN
PPOK adalah penyakit paru kronik yang tidak sepenuhnya re2ersibel, progresif, dan
berhubungan dengan respon inflamasi yang abnormal terhadap partikel dan gas yang berbahaya.
Kata
7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis
21/23
?aktor yang mempengaruhi perkembangan dan progesi2itas penyakit PPOK A
-. 5erokok
'. Genetik
4. 7sia dan Gender
1. Paparan terhadap partikel. #tatus sosial dan ekonomi
/. !sma atau hipereakti2itas bronkus
. ronkitis kronis. &nfeksi
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) sering dikaitkan dengan gejala eksaserbasi akut
dimana kondisi pasien mengalami perburukan dari kondisi sebelumnya dan bersifat akut.
8ksaserbasi akut ini dapat ditandai dengan gejala yang khas, seperti sesak nafas yang semakin
memburuk, batuk produktif dengan perubahan 2olume atau purulensi sputum atau dapat jugamemberikan gejala yang tidak khas seperti malaise kelelahan dan gangguan tidur.
DA!TA" PUSTAKA
!>! (!merican >ung !ssociation). '-. Chronic Obstructive Pulmonary Disease. !2ailable
from AhttpADDwww.lung.orgDassetsDdocumentsDpublicationDsolddc6chapterDcopd.pdf.(!cceseed '
!pril '-/)
!ru #udoyo 3,dkk.'0. uku ajar ilmu penyakit dalam 8disi C $ilid &&&. $akartaA &nterna
Publishing.
P# (adan Pusat #tatistik) '-. %isiko merokok. !2ailable fromA
httpADDwww.bps.go.idDtabTsubD2iew.phpUtabelL-VdaftarL-VidTssubyekL-V. (!ccessedA '
!pril '-/)
21
http://www.lung.org/assets/documents/publication/solddc-chapter/copd.pdfhttp://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_ssubyek=17&http://www.lung.org/assets/documents/publication/solddc-chapter/copd.pdfhttp://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_ssubyek=17&7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis
22/23
+armanto, +. '0. %espirologi.$akarta A 8GE
+epkes %&. '1. +irektorat $enderal Pemberantasan Penyakit 5enular dan Pengendalian
Penyakit
+epartemen Kesehatan %epublik &ndonesia, '. Pedoman Pengendalian Penyakit.Paru
Obstruktif Kronik
GO>+.'-.Global #trategy for the diagnosis, 5anagement, and Pre2ention of Ehronic
Obstructi2e Pulmonary +isease 7pdate '-. !2ailable fromA
http;DDwww.goldcopd.orgDuploadsDusersDfilesDGO>+TreportT'-.pdf (!ccessedA ' !pril '-/)
*alim +anusantoso. '-'. uku saku ilmu penyakit paru edisi &&. $akartaA 8GE
$%& ($urnal %espirologi &ndonesia). '. Penyakit Paru Obstruktif Kronik #ebagai Penyakit
#istemik. !2ailable fromA httpADDwww.klikpdpi.comDjurnal6wartaDjri6-6Djurnal6/.html.
(!ccessed A ' !pril '-/).
Kamangar 9, '-. Chronic Obstructive Pulmonary Disease, e5edicine Pulmonology. !2ailable
fromA httpADDemedicine.medscape.comDarticleD'0//16o2er2iew. W!ccessedA ' !pril '-/X
Kepmenkes. '. Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronis. $akartaAKepmenkes.
!2ailable fromA httpADDwww.hukor.depkes.go.idDupTprodTkepmenkesDK5K:'no.
:'-'':'ttg:'pedoman:'pengendalian:'penyakit:'paru:'obstruktif
:'kronik.pdf. (!ccessedA '1 !pril '-/)
Perhimpunan +okter Paru &ndonesia, '4. Penyakit P!ru Obstruktif Kronis (PPOK)A Pedoman
+iagnosis dan Penatalaksanaan di &ndonesia.
%ab "abrani, *. '-. &lmu Penyaklt Paru. $akarta A "&5
22
http://www.klikpdpi.com/jurnal-warta/jri-01-07/jurnal-6.html.%20(Accessedhttp://www.klikpdpi.com/jurnal-warta/jri-01-07/jurnal-6.html.%20(Accessedhttp://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20no.%201022%20ttg%20pedoman%20pengendalian%20penyakit%20paru%20obstruktif%20kronik.pdfhttp://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20no.%201022%20ttg%20pedoman%20pengendalian%20penyakit%20paru%20obstruktif%20kronik.pdfhttp://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20no.%201022%20ttg%20pedoman%20pengendalian%20penyakit%20paru%20obstruktif%20kronik.pdfhttp://www.klikpdpi.com/jurnal-warta/jri-01-07/jurnal-6.html.%20(Accessedhttp://www.klikpdpi.com/jurnal-warta/jri-01-07/jurnal-6.html.%20(Accessedhttp://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20no.%201022%20ttg%20pedoman%20pengendalian%20penyakit%20paru%20obstruktif%20kronik.pdfhttp://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20no.%201022%20ttg%20pedoman%20pengendalian%20penyakit%20paru%20obstruktif%20kronik.pdfhttp://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20no.%201022%20ttg%20pedoman%20pengendalian%20penyakit%20paru%20obstruktif%20kronik.pdf7/26/2019 Penyakit paru obstrukstif kronis
23/23
%eilly $.$., $r. , #il2erman 8.K., #hapiro #.+., '. Ehronic Obstructi2e Pulmonary +isease' InA
?auci et al, ed.*arisson-s Princi#les of Internal .eicine. -th ed. Colume &&, Part -
%ianto, ambang #igit.,et al'0. Obstruksi #aluran Pernapasan !kut. uku ajar ilmu penyakit
paru. +alam A !ru 3. #udoyo, ambang.
23