3
PENTINGNYA PENTINGNYA PENTINGNYA PENTINGNYA KEIKHLASAN KEIKHLASAN KEIKHLASAN KEIKHLASAN DALAM DALAM DALAM DALAM SELURUH SELURUH SELURUH SELURUH AMAL AMAL AMAL AMAL IBADAH IBADAH IBADAH IBADAH Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…[Al-Bayyinah: 5] Segala Puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala Rabb semesta alam Shalawat dam salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad Shalalllahu 'alaihi wa sallam Pembawa risalah yang haq ini sebagai rahmat bagi semesta alam kepada keluarganya para shahabatnya dan orang-orang yang setia mengikuti jejaknya hingga akhir zaman. Berikut ini adalah pembahasan secara singkat hal-hal yang berkaitan dengan pentingnya “keikhlasan” dalam seluruh `amal `ibadah. Sesungguhnya perkara paling mendasar dan terpenting dalam dien ini adalah mengikhlaskan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam setiap amal ibadah yang kita lakukan, hal itu sebagai syarat utama diterimanya amal ibadah. Ikhlas adalah termasuk amalan hati yang perlu mendapatkan perhatian “istimewa” (secara mendalam) dan dilakukan dengan cara “istimrar” (terus menerus) di setiap kita hendak melakukan `amal `ibadah, agar amalan kita menjadi bernilai di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala. PENTINGNYA AMALAN HATI. Telah kita ketahui bahwa pengertian iman menurut Ahlus Sunah adalah : Keyakinan dengan hati, ikrar dengan lisan, dan amalan dengan seluruh anggota badan, bertambah dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan berkurang dengan perbuatan maksiat. Perlu diketahui bahwa ikhlas adalah perkara terpenting dalam amalan hati, yang hal tersebut sangat erat hubungannya dengan pengertian iman tersebut di atas. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: Amalan-amalan hati adalah termasuk pokok-pokok dari keimanan dan tonggak-tonggak agama Islam ini, seperti: mencintai Allah dan Rasul-Nya, bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, mengikhlaskan seluruh macam `ibadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala semata, bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmat-Nya dan berlaku sabar di atas hukum-hukum-Nya, khauf (perasaan takut kepada-Nya akan siksa atau adzab-Nya), raja` (berharap) kepada-Nya…Semua amalan ini wajib atas seluruh makhluk berdasarkan kesepakatan para imam agama. [Majmu’ Al-Fatawa 10/5 dan 20/70] Ibnul Qayim juga menjelaskan keagungan amalan-amalan hati : Amalan–amalan hati ialah pokok adapun amalan–amalan anggota badan adalah pengikut dan penyempurna. Sesungguhnya niat sekedudukan dengan ruh, adapun amalan sekedudukan dengan jasad, sehingga apabila ruh telah terpisah dengan jasad maka binasalah. Oleh sebab itu mengetahui hukum – hukum hati lebih penting dari pada mengetahui hukum-hukum jasad. [Badai`ul Fawaaid 3/224]. Hal inilah di antaranya yang mendorong kami untuk mengulas hal ini agar seluruh aktifitas kita sehari-hari tidak menemui kesia-siaan, yakni hampa, jauh dari berkah Allah atau Ramat-Nya, seolah-olah tiada nilainya aktifitas yang kita laksanakan setiap hari. Niat berasal dari bahasa Arab, yang berarati tujuan. Sedangkan menurut istilah syara' memiliki dua arti: 1. Ikhlash dalam beramal, yaitu semata-mata karena Allah, dan inilah yang sering dibicarakan oleh para Ulama ahli tauhid, suluk (perilaku) dan akhlak. 2. Membedakan antara ibadah yang satu dengan ibadah yang lain, atau ibadah dengan kebiasaan. Istilah ini sering dipakai oleh Ulama-ulama Fiqh. Niat dipakai untuk membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan yang dilakukan oleh manusia), misalnya: mandi, apabila dimaksudkan (niatkan) karena Allah semata untuk menghilangkan hadats besar (mandi junub misalnya) maka hal yang semacam itu akan menjadi ibadah, lain halnya apabila mandi semata-mata dimaksudkan untuk membersihkan badan atau mendapatkan kesegaran, maka hal itu menjadi adat (kebiasaan) saja. Kemudian bahwa niat itu tempatnya di hati dan apabila di lafadzkan menjadi bid`ah. KEDUDUKAN IKHLAS. Sesungguhnya ikhlas adalah hakekat dien dan kunci dakwah para rasul, yakni menyembah Allah Subhanahu wa Ta'ala semata dan menjauhi thagut : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…[Al-Bayyinah: 5] Yang dimaksud dengan " (َﺎءَ َ ُ ) agama yang lurus” pada ayat di atas adalah terjauhkan dari perkara-perkara syirik dan menuju kepada tauhid. Di sinilah pentingnya ikhlash dalam selurus amal ibadah, agar amalan tersebut tidak sia-sia, dan tidak mendapat adzab dari Allah, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Kemudian bahwa pengaruh ikhlas terhadap amalan itu sangatlah besar, amal yang kecil dan sedikit jika dilakukan dengan ikhlas dapat memperoleh pahala yang besar. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam perkara ini mengatakan: “Suatu jenis amalan yang dikerjakan oleh manusia dengan menyempurnakan keikhlasannya dan ketundukkannya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, terkadang Allah Subahnahu wa Ta'ala akan mengampuni dosa-dosa besar dengan sebab amalan itu, sebagaimana hadits al-bithaqah (seorang yang memiliki satu kartu Laa ilaaha illa Allah, lalu diampuni dosa-dosanya sebanyak 99 lembaran catatan amal keburukan-Red)…ini karena dia mengucapkan Laa ilaaha illa Allah dengan ikhlas dan jujur/benar, karena kalau tidak, maka para pelaku dosa besar yang masuk ke dalam neraka semuanya juga mengucapkan tauhid, tetapi perkataan mereka tidaklah lebih berat terhadap dosa-dosa mereka sebagaimana pemilik kartu (Laa ilaaha illa Allah) itu.” Hadits pemilik kartu Laa ilaaha illa Allah itu, adalah sebagai berikut: Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash c , dia berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah akan mengadili salah seorang laki-laki dari ummatku di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat. Lalu ditunjukan kepada laki-laki tersebut 99 catatan (`amal keburukan), setiap satu catatan panjangnya sejauh mata memandang. Kemudian dikatakan kepada laki-laki tersebut: ”Apakah kau ingkari dari semua ini (kedzaliman yang telah kau perbuat)? Apakah para malaikat-Ku pencatat dan penjaga amalan menzhalimimu? Laki-laki tersebut menjawab: “Tidak Ya Tuhanku!”. Lalu Allah berkata kepada laki-laki tersebut: “Apakah engkau punya alasan (berbuat kezhaliman itu)? Laki-laki tersebut menjawab: “Tidak Ya Tuhanku!”. Kemudian Allah berkata kepada laki-laki tersebut: “Ya benar, tetapi sesungguhnya engkau memiliki satu kebaikan di sisi Kami, dan

Pentingnya Keikhlasan Dalam Seluruh Amal Ibadah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pentingnya Keikhlasan Dalam Seluruh Amal Ibadah

Citation preview

Page 1: Pentingnya Keikhlasan Dalam Seluruh Amal Ibadah

PENTINGNYAPENTINGNYAPENTINGNYAPENTINGNYA KEIKHLASANKEIKHLASANKEIKHLASANKEIKHLASAN DALAMDALAMDALAMDALAM SELURUHSELURUHSELURUHSELURUH AMALAMALAMALAMAL IBADAHIBADAHIBADAHIBADAH

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nyadalam (menjalankan) agama yang lurus…[Al-Bayyinah: 5]

Segala Puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala Rabb semesta alam Shalawat dam salam kita sampaikankepada Nabi Muhammad Shalalllahu 'alaihi wa sallam Pembawa risalah yang haq ini sebagai rahmat bagisemesta alam kepada keluarganya para shahabatnya dan orang-orang yang setia mengikuti jejaknya hinggaakhir zaman.

Berikut ini adalah pembahasan secara singkat hal-hal yang berkaitan dengan pentingnya “keikhlasan” dalamseluruh `amal `ibadah. Sesungguhnya perkara paling mendasar dan terpenting dalam dien ini adalahmengikhlaskan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam setiap amal ibadah yang kita lakukan, hal itusebagai syarat utama diterimanya amal ibadah. Ikhlas adalah termasuk amalan hati yang perlu mendapatkanperhatian “istimewa” (secara mendalam) dan dilakukan dengan cara “istimrar” (terus menerus) di setiap kitahendak melakukan `amal `ibadah, agar amalan kita menjadi bernilai di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala.PENTINGNYA AMALAN HATI.

Telah kita ketahui bahwa pengertian iman menurut Ahlus Sunah adalah : Keyakinan dengan hati, ikrardengan lisan, dan amalan dengan seluruh anggota badan, bertambah dengan ketaatan kepada AllahSubhanahu wa Ta'ala dan berkurang dengan perbuatan maksiat.

Perlu diketahui bahwa ikhlas adalah perkara terpenting dalam amalan hati, yang hal tersebut sangat erathubungannya dengan pengertian iman tersebut di atas.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: Amalan-amalan hati adalah termasuk pokok-pokok dari keimanan dantonggak-tonggak agama Islam ini, seperti: mencintai Allah dan Rasul-Nya, bertawakal kepada Allah Subhanahuwa Ta'ala, mengikhlaskan seluruh macam `ibadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala semata, bersyukurkepada-Nya atas nikmat-nikmat-Nya dan berlaku sabar di atas hukum-hukum-Nya, khauf (perasaan takutkepada-Nya akan siksa atau adzab-Nya), raja` (berharap) kepada-Nya…Semua amalan ini wajib atas seluruhmakhluk berdasarkan kesepakatan para imam agama. [Majmu’ Al-Fatawa 10/5 dan 20/70]

Ibnul Qayim juga menjelaskan keagungan amalan-amalan hati : Amalan–amalan hati ialah pokok adapunamalan–amalan anggota badan adalah pengikut dan penyempurna. Sesungguhnya niat sekedudukan denganruh, adapun amalan sekedudukan dengan jasad, sehingga apabila ruh telah terpisah dengan jasad makabinasalah. Oleh sebab itu mengetahui hukum – hukum hati lebih penting dari pada mengetahui hukum-hukumjasad. [Badai`ul Fawaaid 3/224].

Hal inilah di antaranya yang mendorong kami untuk mengulas hal ini agar seluruh aktifitas kita sehari-haritidak menemui kesia-siaan, yakni hampa, jauh dari berkah Allah atau Ramat-Nya, seolah-olah tiada nilainyaaktifitas yang kita laksanakan setiap hari.

Niat berasal dari bahasa Arab, yang berarati tujuan. Sedangkan menurut istilah syara' memiliki dua arti:1. Ikhlash dalam beramal, yaitu semata-mata karena Allah, dan inilah yang sering dibicarakan oleh para Ulamaahli tauhid, suluk (perilaku) dan akhlak.2. Membedakan antara ibadah yang satu dengan ibadah yang lain, atau ibadah dengan kebiasaan. Istilah inisering dipakai oleh Ulama-ulama Fiqh.

Niat dipakai untuk membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan yang dilakukan oleh manusia), misalnya:mandi, apabila dimaksudkan (niatkan) karena Allah semata untuk menghilangkan hadats besar (mandi junubmisalnya) maka hal yang semacam itu akan menjadi ibadah, lain halnya apabila mandi semata-matadimaksudkan untuk membersihkan badan atau mendapatkan kesegaran, maka hal itu menjadi adat (kebiasaan)saja.

Kemudian bahwa niat itu tempatnya di hati dan apabila di lafadzkan menjadi bid`ah.KEDUDUKAN IKHLAS.

Sesungguhnya ikhlas adalah hakekat dien dan kunci dakwah para rasul, yakni menyembah Allah Subhanahuwa Ta'ala semata dan menjauhi thagut :

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nyadalam (menjalankan) agama yang lurus…[Al-Bayyinah: 5]

Yang dimaksud dengan " ( حُنَفَاءَ ) agama yang lurus” pada ayat di atas adalah terjauhkan dari perkara-perkarasyirik dan menuju kepada tauhid. Di sinilah pentingnya ikhlash dalam selurus amal ibadah, agar amalan tersebuttidak sia-sia, dan tidak mendapat adzab dari Allah, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Kemudian bahwa pengaruh ikhlas terhadap amalan itu sangatlah besar, amal yang kecil dan sedikit jikadilakukan dengan ikhlas dapat memperoleh pahala yang besar. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam perkara inimengatakan: “Suatu jenis amalan yang dikerjakan oleh manusia dengan menyempurnakan keikhlasannya danketundukkannya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, terkadang Allah Subahnahu wa Ta'ala akan mengampunidosa-dosa besar dengan sebab amalan itu, sebagaimana hadits al-bithaqah (seorang yang memiliki satu kartuLaa ilaaha illa Allah, lalu diampuni dosa-dosanya sebanyak 99 lembaran catatan amal keburukan-Red)…inikarena dia mengucapkan Laa ilaaha illa Allah dengan ikhlas dan jujur/benar, karena kalau tidak, maka parapelaku dosa besar yang masuk ke dalam neraka semuanya juga mengucapkan tauhid, tetapi perkataan merekatidaklah lebih berat terhadap dosa-dosa mereka sebagaimana pemilik kartu (Laa ilaaha illa Allah) itu.”

Hadits pemilik kartu Laa ilaaha illa Allah itu, adalah sebagai berikut: Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash c , diaberkata: “Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah akanmengadili salah seorang laki-laki dari ummatku di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat. Lalu ditunjukankepada laki-laki tersebut 99 catatan (`amal keburukan), setiap satu catatan panjangnya sejauh matamemandang. Kemudian dikatakan kepada laki-laki tersebut: ”Apakah kau ingkari dari semua ini (kedzalimanyang telah kau perbuat)? Apakah para malaikat-Ku pencatat dan penjaga amalan menzhalimimu? Laki-lakitersebut menjawab: “Tidak Ya Tuhanku!”. Lalu Allah berkata kepada laki-laki tersebut: “Apakah engkau punyaalasan (berbuat kezhaliman itu)? Laki-laki tersebut menjawab: “Tidak Ya Tuhanku!”. Kemudian Allah berkatakepada laki-laki tersebut: “Ya benar, tetapi sesungguhnya engkau memiliki satu kebaikan di sisi Kami, dan

Page 2: Pentingnya Keikhlasan Dalam Seluruh Amal Ibadah

sesungguhnya tidak ada kedzaliman atasmu pada hari ini. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala mengeluarkansebuah kartu kecil yang di dalamnya terdapat :

Asyhadu an laa ilaaha illa Allah wa asyhadu anna Muhamadan ‘abduhu warasuluhu (Aku bersaksi bahwatiada sesembahan yang haq kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya).Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala berkata kepada orang tersebut: “Datangkan timbanganmu”, maka orangtersebut berkata: “Ya Tuhan untuk apa kartu kecil ini dibandingkan dengan catatan (`amal keburukan) ini ?”,maka Allah Subhanahu wa Ta'ala berkata kepada orang tersebut: “Sesungguhnya pada hari ini tiadakedzaliman”. Maka diletakkanlah catatan itu pada salah satu daun timbangan, dan kartu kecil itu diletakan padasatu daun timbangan yang lain. Maka jadi ringanlah catatan-catatan `amal keburukan itu dan beratlah kartu keciltersebut, maka tiadalah sesuatupun yang menjadi berat dibandingkan dengan nama Allah Subhanahu wa Ta'ala.[HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa'i].PENGERTIAN IKHLAS DAN BATASNNYA

Ada beberapa pengertian tentang ikhlas yang disebutkan oleh `Ulama, antara lain :1. Diantaranya ada yang mengatakan : Ikhlas ialah “Menjadikan Allah Subhanahu wa Ta'ala satu-satunya tujuandi dalam menjalankan ketaatan”.2. Ada juga yang mengatakan : “Ikhlas ialah membersihkan perbuatan dari mencari pandangan manusia”.3. Al-Harawi berkata: “Ikhlas ialah membersihkan amalan dari setiap noda”.4. Dan sebagian yang lain ada yang mengatakan: “Orang yang mukhlis ialah orang yang tidak perduli,seandainya hilang seluruh penghormatan kepadanya di dalam hati manusia, untuk kebaikan hatinya bersamaAllah Subhanahu wa Ta'ala. Dan dia tidak suka manusia mengetahui amalannya walaupun seberat debu. Allah.

Tidak diragukan lagi bahwa keikhlasan membutuhkan kesungguhan yang tinggi hingga seorang hambameraihnya dengan sempurna.PENGERTIAN RIYA', SUM'AH, UJUB

Telah kita ketahui bahwa keikhlasan dapat dihilangkan oleh beberapa perkara, seperti: mencintai dunia,kemasyhuran, kemuliaan, riya`, sum`ah dan ‘ujub.1. Riya ialah melakukan `ibadah dengan tujuan dilihat oleh manusia, sehingga orang yang riya’ itu mencaripengagungan, pujian, harapan atau rasa takut terhadap orang yang dia berbuat riya’ karenanya.2. Sum'ah adalah amalan yang dilakukan dalam rangka agar didengar orang lain, misalnya memperdengarkanbacaan Al-qur`an atau yang lainnya.3. Ujub adalah teman riya, yaitu perasaan bangga terhadap diri sendiri atas kemampuan yang dimiliki secaraberlebihan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah membedakan antara keduanya (antara riya dan ujub ):a. Riya adalah salah satu bentuk dari syirik kepada makhluq.b. Adapun ujub adalah bentuk dari pada syirik kepada diri sendiri. [Al-Fatawa:10/277]DIANTARA BENTUK-BENTUK RIYA, UJUB DAN SUM'AH1. Riya dalam ibadah sholat, misalnya: Mempebaiki posisi atau gerakan shalat karena mengetahui bahwa diasedang diperhatikan oleh orang yang dianggap lebih ‘alim atau lainya.2. Riya atau sum'ah dalam kepribadian misalnya: karena di karuniai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala suara yangmerdu misalnya, maka timbulah penyakit riya` atau ujub ini pada ni`mat tersebut; Mengeraskan/menbaguskanbacaan dalam membaca Al-Qur`an atau ketika mengumandangkan adzan dengan harapan ingin mendapatkanpujian atau agar diakui bahwa dia memiliki suara yang bagus atau merdu. Pada hakekatnya membaguskansuara dalam membaca Al-Qur'an, dengan tidak dibuat-buat atau berlebih-lebihan merupakan sunnah RasulullahShallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana sabadanya: Baguskanlah (bacaan) Al-Qur`an dengan suara kalian[HR. Abu Dawud dan Ahmad]3. Ujub atau Riya dalam berdakwah misalnya : berceramah, menasehati orang, atau mentahdzir (memberiperingatan terhadap seseorang) dengan niat agar dikenal sebagai seorang penasehat, ahli pidato denganharapan agar semua orang memujinya atau menyanjungnya. Kita berlindung kepada Allah Subhanahu waTa'ala dari semua perkara ini. Hendaklah kita ikhlash dalam berda`wah agar orang yang mendengarnya punmenerima dengan ikhlash (yakni : mendapatkan hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala)4. Riya atau Ujub dalam menuntut ilmu, yaitu berbangga dengan ilmu yang dikaruniakan Allah Subhanahu waTa'ala kepadanya atau menuntut ilmu hanya dalam rangka ingin menjadi seorang yang ahli dalam berdebat,bukan mengharapkan wajah Allah atau mencari berkah dari Allah atas ilmu yang dimilikinya. Sehingga ilmu yangAllah Subhanahu wa Ta'ala karuniakan tidak mampu membawa dia ke dalam kebahagian di dunia ataupundiakhirat. Padahal rasulullah telah memperingatkan dengan keras bagi para penuntut ilmu dengan ancamantidak akan mendapatkan bau surga, apabila mempelajari suatu ilmu dalam rangka untuk mencari dunia semata;Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabada: Barang siapa menuntut ilmu yang seharusnya untuk mencariwajah Allah Subhanahu wa Ta'ala ; tetapi dia tidak mempelajari ilmu itu kecuali untuk mendapatkan harta bendadunia, maka dia tidak akan mendapatkan bau surga pada hari kiamat kelak. [HR. Abu Dawud]5. Riya atau Ujub ketika bershadaqah, misalnya: memperlihatkan harta yang telah dishadaqahkan, ataumengungkit-ungkit kembali pemberian yang telah lalu dengan harapan agar disebut sebagai seorang dermawan.PENAWAR RIYA

Adapun di antara cara-cara mengobati riya adalah sebagi berikut:1. Mengetahui seluk beluk riya itu sendiri dan takut terhadapnya. Sebagaimana hal tersebut adalah perkarayang paling ditakutkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallambersabda: Sesungguhnya yang paling kutakutkan dari perkara yang aku takutkan atas kalian ialah syirik kecil.Para shahabat bertanya: “Apakah syirik kecil itu wahai rasulullah? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallambersabda: “Riya', Pada hari kiamat , ketika membalas amalan-amalan manusia, Allah Subhanahu wa Ta'alaakan berfirman: “Pergilah kepada orang yang kamu dahulu sewaktu di dunia berbuat riya’ kepadanya, danlihatlah apakah kamu dapakan balasan (pahala) darinya? [HR. Ahmad, At-Thabrani dan Al-Baihaqi]

Page 3: Pentingnya Keikhlasan Dalam Seluruh Amal Ibadah

2. Memberikan sanjungan atau pujian hanya ditujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala semata, karena AllahSubhanahu wa Ta'ala sumber dari segala kebaikan; maka hanya Allahlah yang berhaq mendapatkan pujian:Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. [Al-Fatihah:2]3. Mengingat mati dan sekaratnya, hari akhir dan kedahsyatan adzabnya, kubur dan kerasnya siksa yangdiberikan karena dosa-dosa yang diperbuat selama di dunia. Keadaan di kubur yang sunyi, gelap gulita dansempit, tiada ibu dan bapak atau orang-orang yang dicinta di dekatnya.4. Melihat akibat riya`, baik di dunia maupun diakhirat.

Maka perlu diketahui oleh setiap orang bahwa seandainya seluruh manusia berkumpul dalam rangkamemberikan manfaat kepada siapapun, maka tiadalah mereka mampu memberikannya kecuali sesuatu itu telahditentukan oleh Allah Subhanhau wa Ta'ala baginya; Oleh sebab itu sebagian orang-orang salaf mengatakan:“Bersungguh-sungguhlah dalam mencegah timbulnya riya` darimu, anggaplah orang lain bagimu sepertibinatang dan anak-anak, janganlah kau bedakan adanya mereka atau tidak adanya, mereka tahu atau tidaktahu, cukuplah Allah Subhanahu wa Ta'ala saja yang mengetahuinya.

Kemudian singkirkan perasaan ingin dipuji ketika (syetan menggoda), dengan do'a-do'a yang diajarkanRasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam seperti: Aku berlindung kepada Allah dari godaan Syetan yang terkutuk”

Adapun akibat riya di akhirat antara lain; sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.Barang siapa (yang beramal) ingin didengar maka Allah akan memperdengarkannya dan barang siapa (beramal)ingin dilihat maka Allah pun akan memperlihatkannya. [HR. Bukhari & Muslim]

Artinya : Bila seseorang beramal hanya ingin didengar atau dilihat orang lain maka itulah yang akan diadapatkan, Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Sempurna tidak butuh sekutu-sekutu tersebut, RasulullahShallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: Aku adalah Yang palingtidak butuh sekutu, barangsiapa yang mengamalkan suatu perbuatan, yang di dalamnya dia menyekutukanKudengan selain Aku, maka Aku tinggalkan dia dan sekutunya. [HR. Muslim dari Abu Hurairah]5. Memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar senantiasa berlaku ikhlas dalam segala amalibadah dan berlindung dari-Nya dari riya`. Seorang mu`min atau mu`minah hendaklah tunduk, berserah dirikepada-Nya, berusaha semaksimal mungkin menghindarkan diri dari riya, sum'ah dan ujub; dan memperbanyakdzikir (mengingat Allah kapan saja di manapun berada) dan berdo`a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala,sebagaimana do'a-do'a yang diajarkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam antara lain : Kesyirikan yang adapada kalian lebih tersembunyi merayapnya seekor semut, dan aku akan memberitahukan sesuatu kepadamuapabila hal itu kau kerjakan, maka akan menghilangkan kesyirikan kecil dan besar darimu. Yaitu engkaumengatakan (berdo`a): “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari mensekutukan-Mu sedangkan sayamengetahuinya dan aku berlindung kepada-Mu dari apa-apa yang aku tidak aku tahu."Wallahu A’lam. (Disadur oleh Abdul Wahid dari kitab Al-Ikhlash Wasy Syirkul Ashghar, karya Syeikh Abdul AzizAli Abdul Lathif dan tambahan dari sumber lain) [Majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun V/1422H/2001M]