Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG (BALOK
DAN KUBUS) MELALUI PENDEKATAN PEDIDIKAN
MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA KELAS IV
MI MAHAD ISLAM KOPENG KECAMATAN
GETASAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN
PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
Martini
NIM 11511052
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
ii
iii
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG (BALOK
DAN KUBUS) MELALUI PENDEKATAN PEDIDIKAN
MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA KELAS IV
MI MAHAD ISLAM KOPENG KECAMATAN
GETASAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN
PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
Martini
NIM. 11511052
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
iv
v
vi
vii
MOTTO
اس س ق ل س ق ق و ه ق ق ل ق هللق : ق اق ق س و سس فه و ه ه وم ق نو ق قكق طقره يوق يق وتقمه مق
نلة ) مس و ه م ق ق اس ( س لق س به ه طقره يوق إه لقى لوجق
“Rosullalah SAW bersabda: Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk
menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga” (HR
Muslim).
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Ibuku (Marseh) dan Bapakku (Umar) sebagai wujud baktiku padanya,
yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan doanya.
Kakakku (Marno, Sri Lestari dan alm.Riyanti) yang selalu mendukung dan
memberi semangat.
Keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakanku.
Sahabat – sahabatku yang tidak bisa ku sebut satu persatu
Teman-teman PGMI B angkatan 2011
Rekan-rekanita IPNU-IPPNU Kec. Getasan.
viii
KATA PENGANTAR
ب لرحمن لرح
Alhamdulillahi rabbil‟alamin penulis ucapkan sebagai rasa syukur
kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhitung dan rahmat-Nya yang
tiada henti. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Bangun Ruang (Balok
Dan Kubus) Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Pada Siswa
Kelas IV MI MAHAD ISLAM KOPENG Kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015.
Penulisan skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga
3. Ibu Peni Susapti, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah
4. Ibu Dr. Muna Erawati, M.Si selaku Pembimbing yang telah mengarahkan,
membimbing, memberikan petunjuk, memberi motivasi dan meluangkan
waktunya dalam penulisan skripsi ini.
ix
5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian
akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta
bantuan kepada penulis.
6. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta
memotivasi kepada penulis, baik moral maupun spiritual.
7. Bapak Amir, S.Pd.I selaku Kepala Sekolah MI MAHAD ISLAM KOPENG
beserta guru-guru yang telah mengizinkan pada penulis untuk melakukan
penelitian di MI MAHAD ISLAM KOPENG.
8. Siswa-siswi kelas IV MI MAHAD ISLAM KOPENG yang telah
mendukung dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.
9. Teman–teman PGMI B 2011, IPNU-IPPNU Kecamatan Getasan dan
KARTUN MAYA yang selalu bersama dalam suka dan duka.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan, semoga segala bantuan yang telah
diberikan mendapat balasan dan ridho dari Allah SWT serta tercatat dalam
bentuk amalan ibadah. Amin.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi
penulis dan pembaca bagi umumnya.
Salatiga, 3 Agustus 2015
Penulis
Martini
x
ABSTRAK
Martini. 2015. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Bangun Ruang
(Balok Dan Kubus) Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik Pada Siswa Kelas IV MI MAHAD ISLAM KOPENG
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
2014/2015. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Salatiga Pembimbing Dr. Muna Erawati, M.Si.
Kata Kunci : Prestasi Belajar Matematika, Bangun Ruang (Balok dan Kubus),
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis dan MC.
Taggart dengan langkah perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang
dilaksanakan dengan dua siklus. Subyek penelitian ini siswa kelas IV MI Mahad
Islam Kopeng tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 20 siswa yang terdiri
dari 11 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Obyek penelitian ini adalah
prestasi belajar matematika pada materi sifat-sifat bangun ruang (balok dan
kubus) menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Teknik
pengumpulan data yang digunakan berupa tes, dokumentasi dan observasi
terhadap guru. Hasil tes dianalisis dengan statistik deskriptif.
Hasil belajar matematika pada materi sifat-sifat bangun ruang (balok dan
kubus) yang diperoleh siswa kelas IV MI Mahad Islam Kopeng Kecamatan
Getasan Tahun Pelajaran 2014/2015 masih rendah yaitu 45% siswa masih
mendapatkan nilai di bawah KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 60. Hal ini
karena dalam menyampaikan pelajaran matematika, guru masih menggunakan
metode ceramah dan kurang melibatkan siswa dalam kegiatan pelajaran.
Pendidikan Matematika Realistik dapat dijadikan alternatif pendekatan dalam
membelajarkan matematika. Pendekatan ini mengarahkan pemahaman siswa pada
kenyataaan bahwa matematika sangat dekat dengan kehidupan mereka, sehingga
belajar matematika menjadi lebih bermanfaat dan bermakna.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV pada
sifat-sifat bangun ruang (balok dan kubus). Keberhasilan penelitian ini dapat
ditunjukan melalui tes yang telah diperoleh. Pada siklus I siswa yang tuntas
sebanyak 15 siswa atau 75% dan yang belum tuntas 5 siswa atau 25% dengan
rata-rata kelas 70, siklus II yang tuntas sebanyak 20 siswa atau 100% dan rata-rata
kelasnya 85,5 dan siklus III prestasi siswa 100% mampu mencapai nilai KKM
yang ditentukan dan dengan rata-rata kelas 95.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL JUDUL.........................................................................................
LEMBAR LOGO..........................................................................................
JUDUL..........................................................................................................
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................
PENGESAHAN KELULUSAN...................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.....................................................
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................
ABSTRAK....................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
DAFTAR TABEL.........................................................................................
DAFTAR GAMBAR....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................
C. Tujuan Penelitian..................................................................
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan...................
E. Manfaat Hasil Penelitian.......................................................
F. Definisi Operasional.............................................................
G. Metodologi Penelitian...........................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
x
xi
xv
xvi
xvii
1
7
7
7
8
9
13
xii
H. Sistematika Penulisan...........................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar Matematika..................................................
1. Matematika ...................................................................
2. Belajar ...........................................................................
3. Prestasi Belajar Matematika..........................................
B. Materi Bangun Ruang (Balok dan Kubus)............................
1. Pengertian Bangun Ruang.............................................
2. Balok..............................................................................
3. Kubus ............................................................................
C. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik......................
1. Sejarah Pendidikan Matematika Realistik.....................
2. Pengertian Pendidikan Matematika Realistik................
3. Konsepsi Pendidikan Matematika Realistik tentang
Siswa..............................................................................
4. Konsepsi Pendidikan Matematika Realistik tentang
Guru...............................................................................
5. Konsepsi Pendidikan Matematika Realistik tentang
Pengajaran......................................................................
6. Prinsip-prinsip Pendidikan Matematika
Realistik.........................................................................
7. Fungsi Pendidikan Matematika Realistik.....................
24
27
27
32
37
41
41
42
44
48
48
50
50
51
51
52
53
xiii
8. Karakteristik Pendidikan Matematika Realistik............
9. Langkah-langkah Pendidikan Matematika Realistik.....
10. Kelebihan Pendidikan Matematika Realistik.................
11. Kesulitan Implementasi Pendidikan Matematika
Realistik.........................................................................
D. Hasil Penelitian Yang Relevan..............................................
E. Implementasi PMR pada Materi Bangun Ruang (Balok dan
Kubus)...................................................................................
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Subjek Penelitian..................................................................
B. Deskripsi Pelaksanaan per-siklus..........................................
1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I......................................
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II.....................................
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III...................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian.....................................................................
1. Hasil Observasi Tahap Pra Siklus..................................
2. Siklus I...........................................................................
3. Siklus II..........................................................................
4. Siklus III........................................................................
B. Pembahasan Hasil Penelitian................................................
54
56
58
59
59
62
63
65
65
68
71
74
74
77
80
83
86
xiv
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................
B. Saran.....................................................................................
DFTAR PUSTAKA......................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN
94
95
96
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jadwal Penelitian Tindakan Kelas Semester II............................. 17
Tabel 1.2 Kisi-kisi Instrumen Prestasi Belajar Matematika.......................... 20
Tabel 3.1 Daftar Nama Siswa Kelas IV MI Mahad Islam Kopeng.............. 64
Tabel 4.1 Nilai Matematika Siswa Pra Siklus............................................... 75
Tabel 4.2 Nilai Matematika Siswa Siklus I................................................... 79
Tabel 4.3 Nilai Matematika Siswa Siklus II................................................. 82
Tabel 4.4 Nilai Matematika Siswa Siklus III................................................ 85
Tabel 4.5 Perbandingan Nilai Matematika Siswa......................................... 87
Tabel 4.6 Perbandingan Prosentase Prestasi Belajar Siswa.......................... 90
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Siklus Penelitian........................................................................ 14
Gambar 2.1 Balok ABCD.EFGH.................................................................. 42
Gambar 2.2 Jaring-jaring Balok.................................................................... 44
Gambar 2.3 Kubus ABCD.EFGH................................................................. 45
Gambar 2.4 Jaring-jaring Kubus................................................................... 47
Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Nilai Matematika Siswa...................... 88
Gambar 4.2 Perbandingan Prosentase Rata-rata Prestasi Belajar Siswa....... 90
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi Kemampuan Guru Dalam Membelajarkan
Matematika Materi Bangun Ruang (Balok dan Kubus)
Lampiran 2 Silabus Pembelajaran
Lampiran 3 Lembar Soal Pra-Test Materi Bangun Ruang Balok dan Kubus
Lampiran 4 Kunci Jawaban Soal Pra-Siklus
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pada Siklus I
Lampiran 6 Kunci Jawaban Soal Siklus I
Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pada Siklus II
Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pada Siklus III
Lampiran 9 Foto Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 10 Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 11 Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 12 Lembar Konsultasi Pembimbing
Lampiran 13 Daftar SKK
Lampiran 14 Daftar Riwayat Hidup Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu menghadapi banyak
permasalahan. Permasalahan-permasalahan itu tentu saja tidak semuanya
merupakan permasalahan matematis, namun matematika memiliki peranan
yang sangat sentral dalam menjawab permasalahan keseharian itu. Ini berarti
bahwa matematika sangat diperlukan oleh setiap orang dalam kehidupan
sehari-hari untuk membantu memecahkan permasalahan.
Kebutuhan akan aplikasi matematika saat ini dan masa depan tidak
hanya untuk keperluan sehari-hari, tetapi juga dalam dunia kerja dan untuk
mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, matematika
sebagai ilmu dasar perlu dikuasai dengan baik oleh siswa, terutama sejak usia
sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Pada usia siswa Sekolah Dasar (7-8 tahun hingga 12-13 tahun),
menurut teori kognitif Piaget termasuk pada tahap operasional konkret.
Berdasarkan perkembangan kognitif ini, maka anak usia sekolah dasar pada
umumnya mengalami kesulitan dalam memahami matematika yang bersifat
abstrak. Karena keabstrakkannya matematika relatif tidak mudah untuk
dipahami oleh siswa sekolah dasar pada umumnya (Ahmad Susanto,
2013:183-184).
2
Rendahnya penguasaan siswa terhadap pelajaran matematika, karena
pada saat proses pembelajaran berlangsung guru kurang memanfaatkan
sumber balajar yang memadai dan siswa kurang berperan aktif dalam
pembelajaran. Akibatnya siswa merasa jenuh dan bosan, sehingga minat
belajar siswa kurang meningkat, konsep/rumus yang telah dihafal dan
dipelajari mudah terlupakan dan siswa kesulitan pada saat menghadapi soal.
Masalah ini berakibat pada prestasi belajar siswa yang tidak mencapai tujuan
yang sudah ditentukan.
Padahal dalam kurikulum Depdiknas 2004 telah disebutkan bahwa
standar kompetensi matematika di sekolah dasar yang harus dimiliki siswa
setelah melakukan kegiatan pembelajaran bukanlah penguasaan matematika,
namun yang diperlukan ialah dapat memahami dunia sekitar, mampu bersaing
dan berhasil dalam kehidupan. Standar kompetensi yang dirumuskan dalam
kurikulum ini mencakup pemahaman konsep matematika, komunikasi
matematis, koneksi matematis, penalaran dan pemecahan masalah, serta sikap
dan minat yang positif terhadap matematika (Ahmad Susanto, 2013:184).
Untuk itu harus ada pembelajaran matematika yang baik.
Dimana Pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar
mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas
berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta
dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai
upaya meningkatkan kemampuan penguasaan yang baik terhadap materi
matematika (Ahmad Susanto, 2013:186). Pelajaran ini sangat penting, karena
3
dengan belajar metematika kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif,
aktif dan akan meningkatkan prestasi belajar.
Untuk mencapai prestasi belajar matematika dalam proses
pembelajaran dibutuhkan minat anak dalam belajar matematika, dan untuk
menumbuhkan minat tersebut seorang guru harus se-kreatif mungkin dalam
mengelola proses belajar mengajar di kelas supaya prestasi belajar siswa terus
meningkat. Pengunaan media bisa membantu guru untuk menarik perhatian
siswa dan membuat siswa lebih aktif di kelas dan belajar secara nyata.
Karena perolehan pengetahuan siswa akan semakin abstrak apabila
hanya disampaikan melalui bahasa verbal. Hal ini memungkinkan terjadinya
verbalisme, yaitu siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan
mengerti makna yang terkandung dalam kata tersebut. Hal semacam ini dapat
menimbulkan kesalahan persepsi dalam diri siswa. Oleh sebab itu, sebaiknya
diusahakan agar pengalaman siswa menjadi lebih konkret, pesan yang ingin
disampaikan harus benar-benar dapat mencapai sasaran dan tujuan yang ingin
dicapai, serta dilakukan melalui kegiatan yang dapat mendekatkan siswa
dengan kondisi yang sebenarnya. Selain itu menyampaikan informasi yang
hanya melalui bahasa verbal juga dapat membuat gairah siswa untuk
menangkap pesan semakin kurang, karena siswa kurang diajak berpikir dan
menghayati pesan yang disampaikan. Padahal untuk memahami sesuatu,
perlu adanya keterlibatan siswa, baik fisik maupun psikis (Mastur Faizi,
2013:55).
4
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran
dalam proses belajar mengajar dapat memba ngkitkan keinginan dan minat
yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar,
bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan
media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu
keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan isi pelajaran pada
saat itu. Di samping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media
pengajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman,
menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran
data, dan memadatkan informasi.
Adapun menurut Sukartini (1986: 63), perkembangan minat tergantung
pada kesempatan belajar yang dimiliki oleh seseorang. Karena minat
memberikan sumbangan besar terhadap keberhasilan belajar peserta didik
(Ahmad Susanto, 2013:63-67).
Menumbuhkan minat siswa terhadap pelajaran merupakan kekuatan
yang akan mendorong siswa untuk semangat dalam belajar. Untuk itu seorang
guru yang mengampu mata pelajaran matematika harus memahami dan
mengerti pendekatan pembelajaran yang sesuai, baik sesuai dengan materi
pelajaran yang disampaikan maupun dengan kondisi siswa serta sarana dan
prasarana yang tersedia, karena melalui hal ini secara tidak langsung akan
membangkitkan minat belajar siswa untuk menguasai materi yang diajarkan
dan meningkatkan prestasi belajarnya.
5
Peneliti pada saat ini melakukan penelitian yang dilakukan peneliti di
MI MAHAD ISLAM KOPENG dengan jumlah murid kelas IV sebanyak 20
anak. Menurut observasi prestasi belajar matematika materi bangun ruang
(balok dan kubus) 45% siswa masih mendapatkan nilai di bawah KKM,
dimana sekolah menetapkan KKM mata pelajaran matematika adalah 60.
Kondisi di atas membuat guru melakukan refleksi tentang proses
pembelajaran matematika terutama pada materi bangun ruang (balok dan
kubus) bagi siswa kelas IV MI MAHAD ISLAM KOPENG Kecamatan
Getasan. Berdasarkan refleksi tersebut ditemukan jawaban sementara yaitu:
1. Pembelajaran yang dilakukan guru adalah ceramah.
2. Guru menggunakan media pembelajaran tetapi siswa tidak diajak praktik
secara langsung untuk membuat bangun ruang (balok dan kubus) secara
individu.
Dua hal tersebut diatas menjadi pemicu rendahnya minat belajar siswa
sehingga siswa menjadi tidak tertarik pada proses pembelajaran matematika
materi bangun ruang (balok dan kubus) dan akibatnya prestasi siswa
menurun. Padahal geometri atau bangun ruang merupakan salah satu materi
matematika SD/MI yang cukup menunjang untuk meningkatkan kemampuan
anak dalam berpikir logis, rasional dan kritis. Serta membantu anak
memahami, menggambarkan dan mendiskripsikan benda-benda di sekitar
mereka. Akan tetapi obyek matematika yang berupa benda-benda abstrak
terkadang membuat materi ini sulit di terima anak. Untuk itu kondisi ini perlu
6
segera diatasi, sebab jika proses pembelajaran tidak diubah maka sulit bagi
siswa mencapai kompetensi yang diharapkan.
Dengan latar belakang itulah, penulis mencoba untuk menerapkan
pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dalam menjelaskan
materi pelajaran matematika materi bangun ruang (kubus dan balok) untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa lebih maksimal. Hal ini didasarkan pada
pemikiran bahwa Pendidikan Matematika Realistik membuat siswa
barpartisipasi secara aktif dalam proses belajar ke pengalaman belajar yang
berorientasi pada kenyataan. Dan dari media pembelajaran yang digunakan
siswa secara langsung diharapkan bisa munumbuhkan minat belajar
matematika dan pada akhinya prestasi belajar siswa meningkat dari
sebelumnya.
Sejauh mana efektifitas penerapan pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik (PMR) dalam proses pembelajaran materi bangun ruang (kubus dan
balok) akan dibuktikan melalui penelitian tindakan kelas dengan judul
“PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI
BANGUN RUANG (BALOK DAN KUBUS) MELALUI PENDEKATAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA KELAS IV
MI MAHAD ISLAM KOPENG KECAMATAN GETASAN
KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015”
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka dalam
penelitian tindakan kelas ini peneliti memfokuskan permasalahan antara
“Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik dengan Prestasi Belajar
Siswa”. Oleh karena itu permasalahan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat
dirumuskan sebagai berikut: Apakah penerapan Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik (PMR) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika
materi bangun ruang (balok dan kubus) pada siswa kelas IV MI MAHAD
ISLAM KOPENG Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran
2014/2015?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik (PMR) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi
bangun ruang (balok dan kubus) pada siswa kelas IV MI MAHAD ISLAM
KOPENG Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran
2014/2015.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan Pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dapat meningkatkan prestasi
belajar matematika materi bangun ruang (balok dan kubus) pada siswa
8
kelas IV MI MAHAD ISLAM KOPENG Kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang Tahun Ajaran 2014/2015.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) ini
dikatakan efektif apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun
indikator yang dapat dirumuskan penulis adalah sebagai berikut:
a. Ada perubahan prestasi belajar secara berkelanjutan (continue) dari
siklus I ke siklus II dan siklus III.
b. Tingkat pemahaman siswa terhadap materi bangun ruang (balok
dan kubus) yang disampaikan lebih 80%.
E. Manfaat Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua
kalangan pendidik sekolah pada umumnya. Adapun berbagai manfaat yang
diharapkan antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan kontribusi atau
sumbangan untuk pengembangan teori Pendekatan pembelajaran yang
diperoleh dari penelitian lapangan.
2. Manfaat praktis
Manfaat secara praktis penelitian ini terbuktinya penerapan Pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik (PMR) mampu meningkatkan prestasi
belajar matematika materi bangun ruang (balok dan kubus) pada siswa
kelas IV MI MAHAD ISLAM KOPENG Kecamatan Getasan Kabupaten
9
Semarang Tahun Ajaran 2014/2015, dan mampu memberikan inovasi
kepada guru dalam membelajarkan materi bangun ruang (balok dan kubus)
terhadap siswa. Sehingga Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dapat
dikembangkan di kelas lain sesuai dengan materi pelajaran yang akan di
ajarkan, bukan hanya pada proses pembelajaran materi bangun ruang pada
kelas IV MI.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam menafsirkan
penelitian ini, berikut ini disampaikan maksud yang terkandung dalam judul
penelitian ini sebagai berikut:
1. Peningkatan dan Prestasi Belajar
a. Pengertian Peningkatan
Secara etimologi kata peningkatan berasal dari kata tingkat
mendapat imbuhan pe-an. Sedangkan arti kata tingkat adalah lapis dari
sesuatu yang bersusun atau berlenggek-lenggek seperti lantai yang
berketinggian, lenggek rumah, tutupan pada tangga. Tingkat dapat pula
diartikan untuk menunjukan jenjang atau kelas (Angga Putra
Wicaksono, 2007: 397). Makna lain dari kata tingkat adalah: (1). Tinggi
rendah martabat yang menunjuk pada kedudukan, jabatan, kemajuan,
peradaban, dan dapat pula menunjukan pangkat, derajat, taraf, kelas.
(2). Kata tingkat juga dapat digunakan untuk menyatakan batas waktu
(masa), sepadan suatu peristiwa (proses kejadian dan sebagainya),
babak (an), tahap (Qonita Alya, 2008:802).
10
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditegaskan bahwa
maksud kata peningkatkan adalah upaya untuk mambuat lebih tinggi
dalam hal pencapaian tujuan yang dalam hal ini adalah tujuan proses
pembelajaran.
b. Pengertian prestasi belajar
Prestasi belajar adalah proses belajar yang dialami siswa dan
menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman,
penerapan, daya analisis, sintesis dan evaluasi (Bloom, 2004:26).
Nawawi (dalam Hamalik, 2005:67) menjelaskan tentang prestasi
belajar yaitu tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor, diperoleh dari
hasil tes, mengenai materi pelajaran yang telah disajikan.
2. Matematika dan Bangun Ruang
a. Pengertian Matematika
Jujun S. Suria Sumantri (dalam Acep Yonny, 2012:157)
Matematika adalah bentuk pengetahuan yang penggunaannya dilakukan
pembuktian berdasarkan teori kohern di mana sistemnya disusun di atas
beberapa dasar pernyataan yang dianggap benar yaitu aksioma, dan dari
beberapa aksioma maka dapat disusun suatu theorema.
Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan
antara bilangan dan prosedur oprasional yang digunakan dalam
penyelesaian masalah mengenai bilangan.
11
b. Pengertian Bangun Ruang
Bangun ruang merupakan bangun matematika yang memiliki isi
atau volume. Bangun ruang terdiri dari beberapa titik yang akan
membentuk beberapa garis, dari bebrapa garis tersebut akan
membentuk bidang, dari beberapa bidang akan membentuk bangun
ruang. Pada materi bangun ruang di sini hanya terfokus pada dua
bangun ruang yaitu balok dan kubus.
c. Lingkup Materi Bangun Ruang
Menurut DEPDIKNAS (2001:9), kompetensi atau kemampuan
umum pembelajaran matematika di sekolah dasar salah satunya yaitu
menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang
sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas dan volume.
Seorang guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi
pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk,
menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian siswa
dapat membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu
proses belajar dan mengkontruksinya dalam ingatan yang dapat di
proses dan dikembangkan lebih lanjut untuk mengkomunikasikan
konsep yang telah dipahaminya untuk menyelesaikan masalah
matematika. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Jean Piaget, bahwa
pengetahuan atau pemahaman siswa itu ditentukan, dibentuk dan
dikembangkan oleh siswa itu sendiri (Ahmad Susanto, 2013:189-191).
12
3. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR)
a. Pengertian Pendidikan Matematika Realistik (PMR)
Pendidikan Matematika Realistik merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran matematika yang berorientasi pada siswa, bahwa
matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus
dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa
ke pengalaman belajar yang berorientasi pada hal-hal yang real (nyata).
Suatu prinsip Pendidikan Matematika Realistik adalah siswa harus
berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar. Siswa harus diberi
kesempatan untuk membangun pengetahuan dan pemahaman mereka
sendiri. Ini bukan berarti Pendidikan Matematika Realistik harus selalu
menggunakan masalah yang ada dalam kehidupan nyata. Yang
terpenting adalah masalah matematika yang bersifat abstrak dapat
dibuat menjadi nyata dalam pikiran siswa (Ahmad Susanto, 2013:.206).
b. Alasan pemilihan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik
Pendekatan ini dipilih karena Pendidikan Matematika Realistik
memiliki kelebihan sebagai berikut:
1) Berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian
mengambil inisiatif bertanggung jawab dan berdiri sendiri.
2) Siswa mampu menemukan matematika melalui praktik yang
mereka alami sendiri, membuat siswa berpartisipasi secara aktif
dalam proses belajar.
13
4. Siswa kelas IV MI MAHAD ISLAM KOPENG Kecamatan Getasan
Subyek penelitian ini adalah Siswa kelas IV MI MAHAD ISLAM
KOPENG Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang pada tahun ajaran
2014/2015.
G. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian berturut-turut akan menjelaskan: rancangan
penelitian, subyek penelitian, langkah-langkah penelitian, pengumpulan data,
instrumen penelitian, dan analisis data. Penjelasan masing-masing komponen
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Prosedur dan langkah-langkah penelitian mengikuti prinsip-prinsip dasar
yang berlaku dalam penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah
kelas secara bersama ( Suharsini Arikunto, 2007:3).
Penelitian terdiri dari tiga siklus yaitu I, II dan III. Setiap siklus
dilaksanakan sesuai perubahan yang dicapai seperti desain faktor-faktor
penelitian yang diselidiki. Tapi jika sudah selesai dengan siklus kedua dan
guru belum merasa puas, dapat melanjutkan dengan siklus ketiga, yang
cara dan tahapannya sama dengan siklus sebelumnya. Tidak ada ketentuan
tentang berapa kali siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung
kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, sebaiknya tidak kurang dari
14
dua siklus. Adapun gambaran tahap penelitian (Arikunto, 2006:74-75)
adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1 Siklus Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan PTK partisipasi yaitu jenis
penelitian yang dirancang dengan menuntut peneliti terlibat langsung
didalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang
Permasalahan
Perencanaan
tindakan I
Pelaksanaan
tindakan I Siklus I
Pengamatan/
pengumpulan data I
Siklus II Refleksi I
Pelaksanaan
tindakan II
Perencanaan
tindakan II
Permasalahan
baru hasil refleksi I
Pengamatan/
pengumpulan
data II
Refleksi II
Dilanjutkan ke
siklus berikutnya
Apabila masalah
belum
terselesaikan
15
berupa laporan. Dengan demikian, sejak perencanaaan penelitian, peneliti
senantiasa terlibat langsung, selanjutnya peneliti memantau, mencatat dan
mengumpulkan data, lalu menganalisis serta berakhir dengan melapor
hasil penelitiannya (Samsu Sumadoyo, 2013: 26).
2. Lokasi, waktu, dan subyek penelitian
a. Lokasi penelitian
1) Tempat penelitian : MI MAHAD ISLAM KOPENG Kec,
Getasan, kab. Semarang.
2) Mata pelajaran : Matematika
3) Materi pokok : Bangun Ruang (Balok dan Kubus).
4) Kelas/semester : IV/II
b. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada akhir semester II tahun ajaran 2014-2015
Observasi dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2015
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 8 Mei 2015
Sikus II dilaksanakan pada tanggal 13 Mei2015
Siklus III dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2015
c. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Mahad Islam
Kopeng, Kec. Getasan Kab. Semarang pada tahun ajaran 2014/2015,
dengan jumlah 20 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 9
siswa perempuan. Adapun perubahan yang diharapkan pada siswa
adalah meningkatnya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran
16
matematika khususnya materi bangun ruang balok dan kubus.
Meningkatnya prestasi belajar matematika siswa ditandai dengan
meningkatnya nilai dari siklus ke siklus sesuai dengan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yaitu 60.
3. Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian
Perencanaan penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pra-penelitian
Awal kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilakukan refleksi
terhadap proses pembelajaran yang terjadi sebelumnya. Berdasarkan
refleksi tersebut kemudian dilakukan identifikasi masalah,
mendiskusikan permasalahan, melakukan kajian teori, dan mengkaji
pendekatan pembelajaran yang relevan.
Pada tahap ini peneliti juga menyajikan pertanyaan tentang mata
pelajaran matematika materi bangun ruang balok dan kubus kepada
siswa, sebelum siswa menerima perilaku/pemberian Pendidikan
Matematika Realistik diberikan.
b. Perencanaan Tindakan
Dalam perencanaan terdiri dari tiga kegiatan yaitu: menentukan
target kompetensi, mendesain pembelajaran pada siklus I dan siklus II,
mendesain alat tes, dan membuat jadwal pembelajaran yaitu
pembelajaran siklus I dan siklus II yang terlihat pada tabel 1 (Rosma
Hartiny Sam‟s, 2010:74-76).
17
Tabel 1.1
Jadwal Penelitian Tindakan Kelas Semester II
Bulan Mei 2015
Tanggal Kegiatan Keterangan Target Materi
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Mei
2015
6 Mei
2015
Pra
observasi/inst
-rumen
asesmen awal
hasil belajar
matematika
bangun ruang
balok dan
kubus
Pengamatan
langsung
Perlakuan asesmen awal hasil belajar
matematika
Wawancara
Observasi awal
(proses KBM)
Asesmen matematika di MI
Mahad Islam
Kopeng
7 Mei
2015
Perencanaan Berdasarkan hasil pra observasi, guru
dan peneliti
merencanakan
pembelajaran
8 Mei
2015
Siklus I Peneliti mengajarkan
matematika bangun
ruang balok dan
kubus di kelas IV
1. Menyebutkan
sifat-sifat bangun
ruang: balok dan
kubus.
2. Menggambar
bangun sesuai
sifat-sifat bangun
ruang yang
diberikan.
3. Membuat jaring-
jaring balok dan
kubus.
Bangun
ruang
balok
dan
kubus
13 Mei
2015
Siklus II Memperbaiki
kelemahan pada
siklus I sambil
melakukan tindakan
pada pembelajaran
matemati
1. Menyebutkan
sifat-sifat bangun
ruang: balok dan
kubus.
2. Menggambar
bangun sesuai
sifat-sifat bangun
ruang yang
diberikan.
3. Membuat jaring-
jaring balok dan
kubus.
Bangun
ruang
balok
dan
kubus
18
(1) (2) (3) (4) (5)
15-22
Mei
2015
Observasi
dan refleksi
Dengan melihat
perubahan
pembelajaran
matematika maka
perlu tidaknya
diadakan siklus III
29 Mei
2015
Asesmen
akhir/instrum
-en asesmen
hsil belajar
matematika
akhir
c. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan yaitu melaksanakan proses pembelajaran
siklus I dan siklus II. Untuk data dari siklus I-II terlampir di RPP.
Diharapkan kelemahan dan kekurangan silkus I dapat diperbaiki dan
ditingkatkan pada proses pembelajaran siklus II, demikian pula
selanjutnya jika ada kelemahan dan kekurangan pada siklus II dapat
diperbaiki dan ditingkatkan pada proses pembelajaran siklus III.
d. Observasi
Observasi merupakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan
menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Instrumen
observasi menggunakan pedoman observasi yang berisikan indikator
yang didesain berdasarkan fokus penelitian. Dalam hal ini berisi
indikator yang mewakili data. Tujuan pedoman tersebut untuk
mendeskripsikan hal-hal yang terjadi dalam proses penelitian (Rosma
19
Hartiny Sam‟s, 2010:77). Observasi dilakukan terhadap guru dan
siswa.
1) Observasi terhadap guru
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh informasi
mengenai pendekatan dari guru mata pelajaran matematika di
MI MAHAD ISLAM KOPENG. Informasi tersebut digunakan
oleh peneliti untuk mempersiapkan RPP pada siklus I.
2) Pedoman observasi terhadap subyek
Observasi terhadap siswa dilakukan untuk mendapatkan
data tentang prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran
sebelum dan sesudah diberi pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik (PMR), dengan memberikan latihan soal matematika
materi bangun ruang balok dan kubus. Untuk soal terlampir.
e. Refleksi
Data hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis. Berdasarkan hasil
observasi tersebut guru melakukan refleksi tentang proses
pembelajaran yang baru saja dilakukan untuk mengetahui efektivitas
proses pembelajaran matematika untuk peningkatan prestasi belajar
siswa. Melalui kegiatan refleksi akan diketahui kelemahan dan
kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran untuk diperbaiki
pada siklus selanjutnya. Dengan demikian pelaksanaan tindakan siklus
II merupakan perbaikan dan peningkatan siklus I, dan pelaksanaan
siklus III merupakan perbaikan siklus II.
20
4. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:
a. Dokumentasi berupa: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
buku absensi, buku daftar nilai siswa, dokumentasi yaitu catatan
pelaksanaan proses pembelajaran.
b. Pedoman lembar observasi yaitu lembar pengamatan yang digunakan
untuk mengamati guru selama proses pembelajaran. Jadi lembar
observasi ini ada satu macam yaitu lembar observasi untuk guru
(terlampir) yang dilakukan di observasi sebelum penelitian.
c. Tes
Tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau
kelompok murid. Kisi-kisi instrumen penelitian dapat dilihat di tabel 2
sebagai berikut:
Tabel 1.2
Kisi-Kisi Instrumen Prestasi Belajar Matematika
No Kegiatan Dimensi Aspek Indikator Butir Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Pra-
siklus
8.2
Menentukan
jaring-jaring
balok dan
kubus
Menyebutkan
dan
menggambar
bangun sesuai
sifat-sifat bangun ruang
yang
diberikan
1.1Menyebutka
n bentuk balok
dan kubus
disekitar
1.2 Pengertian
sifat-sifat
bangun ruang
1 1
2, 3,
4
3
1.3
Menyebutkan
sifat pada balok
dan kubus
5,
6,7,
8
4
1.4
Menggambark-
9, 10 2
21
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
an jaring-jaring
balok dan kubus
Pernyataan 10
2. Siklus I 8.2
Menentukan
jaring-jaring
balok dan
kubus
Menyebutkan
dan
menggambar
bangun sesuai
sifat-sifat
bangun ruang
yang
diberikan
1.1 Menyebutka
n sifat pada
balok dan
kubus
1, 2,
3
3
1.2 Menggamba
rkan jaring-
jaring balok
dan kubus
5, 6 2
Pernyataan 5
3 Siklus II 8.2
Menentukan
jaring-jaring
balok dan
kubus
Menggambar
dan membuat
berbagai
jaring-jaring
balok dan
kubus
1.1
Menggambarka
n jaring-jaring
balok dan kubus
1, 2 2
1.2 Membuat
balok dan kubus
3, 4 2
1, 3 Dapat
menunjukan
sifat pada balok
dan kubus
5, 6 2
Pernyataan 6
4. Siklus III 8.2
Menentukan
jaring-jaring
balok dan
kubus
Menyebutkan,
menggambar
dan membuat
bangun sesuai
sifat-sifat
bangun ruang
yg diberikan
1.1
Menggambarka
n jaring-jaring
balok dan kubus
1, 2 2
1.2 Menunjukan
dan
menyebutkan
sifat-sifat pada
balok dan kubus
3, 4,
5, 6,
7, 8
6
Pernyataan 8
22
5. Pengumpulan Data
a. Lokasi
Sesuai dengan setting penelitian, data diperoleh dari guru dan siswa
kelas IV MI MAHAD ISLAM KOPENG Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2014/2015.
b. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
1) Siswa
2) Guru
3) Dokumen pembelajaran
4) Nilai hasil belajar
5) Profil madrasah
6) Lain-lain terkait administrasi pembelajaran.
c. Jenis data
Ada dua jenis data dalam penelitian ini yaitu:
1) Data kualitatif berupa:
a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b) Buku daftar kelas
c) Buku absensi
d) Buku evaluasi
e) Buku daftar nilai
f) Buku analisis hasil evaluasi
g) Hasil observasi
23
2) Data kuantitatif berupa nilai hasil belajar yang diperoleh siswa
sebelum dilakukan penelitian dan nilai yang diperoleh dalam
penelitian.
d. Teknik pengambilan data
Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari 3 teknik, yaitu teknik observasi, dokumentasi dan teknik
tes.
1) Teknik Observasi
Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang dibuat
untuk digunakan sebagai perangkat pengumpul data. Adapun hal-
hal yang diobservasi antara lain:
a) Observasi terhadap rencana pembelajaran.
b) Observasi terhadap proses pembelajaran.
c) Observasi terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah
dilakukan tindakan.
2) Dokumentasi
Dokumentasi diperlukan untuk merekam kegiatan siswa
dan guru dalam proses pembelajaran berupa foto.
3) Teknik Tes
Teknik tes dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan lembar soal. Tes ini dilakukan untuk
24
mendapatkan data kuantitatif berupa nilai yang menggambarkan
pencapaian target kompetensi.
6. Analisis data
Setelah data terkumpul dilakukan analisis data. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, yakni dengan
menggambarkan perbandingan prosentase capaian KKM antar siklus
untuk data prestasi belajar. Untuk membuktikan hipotesis, yaitu
penerapan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika materi bangun ruang (balok dan
kubus) pada siswa kelas IV MI MAHAD ISLAM KOPENG Kecamatan
Getasan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2014/2015.
Teknik deskriptif yang digunakan berupa persentase sebagai berikut:=
𝑃 =𝑓
𝑁 × 100%
Keterangan:
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah siswa (Djamarah, 2000: 225-226).
H. Sistematika Penulisan
Sistematika laporan hasil pehfznelitian tindakan kelas ini di susun dalam
format skripsi sebagai berikut:
1. Bagian awal skripsi, terdiri dari:
(a). Sampul, (b). Lembar logo, (c). Halaman judul, (d). Lembar
persetujuan pembimbing, (e). Lembar pengesahan kelulusan, (f).
25
Pernyataan keaslian tulisan, (g). Halaman motto dan persembahan, (h).
Kata pengantar, (i). Abstrak, (j). Daftar isi, (k). Daftar tabel, (l). Daftar
gambar, (m). Daftar lampiran.
2. Bagian inti skripsi yang terdiri dari:
Bab I Pendahuluan memuat: (a). Latar belakang masalah, (b).
Rumusan masalah, (c). Tujuan penelitian, (d). Hipotesis tindakan dan
Indikator Keberhasilan, (e). Manfaat hasil penelitian, (f). Definisi
operasional, (g). Metodologi penelitian, dan (h). Sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka yang akan membahas: (a). Teori prestasi belajar
matematika, (b). Teori Matematika materi bangun ruang, (c), Pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik (PMR), (d). Hasil penelitian yang
relevan, dan (e). Implementasi PMR pada Materi Bangun Ruang (balok
dan kubus) bagi siswa kelas IV MI MAHAD ISLAM KOPENG
Kecamatan Getasan Tahun Ajaran 2014/2015.
Bab III Pelaksanaan Penelitian, memuat subyek penelitian dan
deskripsi pelaksanaan proses pembelajaran siklus I, II, dan III. Masing-
masing siklus akan menjelaskan perencanaan, pelaksanan, pengamatan,
pengumpulan data, dan refleksi.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan hasil penelitian terdiri dari:
(a). Analisis pra-siklus, (b). Analisis data siklus I, (c). Analisis data siklus
II, (d). Analisis data siklus III. Analisis data setiap siklus, yang meliputi:
(1). Menganalisa dokumen yang terdiri dari RPP, alat evaluasi, penyiapan
bahan pembelajaran, sarana dan prasarana. (2). Analisa proses
26
pembelajaran. (3). Analisa hasil observasi dan hasil tes formatif. (4).
Peristiwa-peristiwa yang menghambat dan mendukung proses
pembelajaran.
Bab V Penutup, memuat: (a). Kesimpulan dan (b). Saran-saran.
3. Bagian akhir skripsi, memuat daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan
riwayat hidup penulis.
27
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar Matematika
1. Matematika
a. Pengertian matematika
Matematika berasal dari bahasa latin Matheis/Matema yang berarti
belajar/hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut
Wiskunde/ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.
Definisi matematika sangat beragam dan bervariasi sesuai dengan
sudut pandang pendefinisiannya, sehingga tidak satupun definisi
matematika yang tunggal dan disepakati secara umum oleh
tokoh/pakar matematika (Acep Yonny, 2012:157).
Matematika memiliki bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan
baik, penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan
antarkonsep yang kuat. Unsur utama pekerjaan matematika adalah
penalaran deduktif yang bekerja atas dasar asumsi (kebenaran
konsistensi). Selain itu, matematika juga bekerja melalui penalaran
induktif yang didasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk sampai
pada perkiraan tertentu. Tetapi perkiraan ini, tetap harus dibiktikan
secara deduktif, dengan argumen yang konsisten (Ahmad Susanto,
2013:184-185).
Menurut Mulyani Sumantri (dalam Rosma Hartiny Sam‟s, 2010:
12) matematika adalah pengetahuan yang tidak kurang pentingnya
28
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu tujuan pengajaran
matematika ialah agar peserta didik dapat berkonsultasi dengan
mempergunakan angka-angka dan bahasa dalam matematika.
Pengajaran matematika harus berusaha mengembangkan suatu
pengertian sistem angka, keterampilan menghitung dan memahami
simbol-simbol yang seringkali dalam buku-buku pelajaran mempunyai
arti khusus. Pengjaran matematika perlu ditekankan pada arti dan
pemecahan berbagai masalah yang seringkali ditemui dalam
kehidupan sehari-hari.
Matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat
pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan
praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan
konstruksi, generalitas dan individualitas, dan mempunyai cabang-
cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis (Hamzah,
2009:109).
b. Pembelajaran matematika
Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik. Pembelajaran di dalamnya mengandung
makna belajar dan mengajar, atau merupakan kegiatan belajar
mengajar. Belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh
seseorang sebagai subyek yang menerima pelajaran, sedangkan
mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan guru sebagai
29
pemberi pelajaran. Pembelajaran dalam pandangan Corey sebagai
upaya menciptakan kondisi dan lingkungan belajar yang kondusif
sehingga memungkinkan siswa berubah tingkah lakunya.
Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar
mengajar yang mengadung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan.
Kegiatan tersebut adalah belajar dan mengajar. Kedua aspek ini akan
berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi
interaksi antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa, dan
antara siswa dengan lingkungan di saat pembelajaran matematika
sedang berlangsung.
Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa
bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembeljaran.
Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila
pembelajaran berjalan secara efektif. Pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif.
Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi
hasil. Seseorang dikatakan belajar matematika apabila pada diri
seseorang tersebut terjadi suatu kegiatan yang dapat mengakibatkan
perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika. Perubahan
tersebut terjadi dari tidak tahu sesuatu menjadi tahu konsep
matematika, dan mampu menggunakannya dalam materi lanjut atau
dalam kehidupan sehari-hari (Ahmad Susanto, 2013:185-188).
30
c. Tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar
Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar
adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika.
Selain itu juga, dengan pembelajaran matematika dapat memberikan
tekanan penetaran nalar dalam penerapan matematika. Menurut
Depdiknas (2001:9), kompetensi atau kemampuan umum
pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, sebagai berikut;
1) Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang
melibatkan pecahan.
2) Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun
ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan
volume.
3) Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat.
4) Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antarsatuan, dan
penaksiran pengukuran.
5) Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran
tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan
menyajikannya.
6) Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan
mengomunikasikan gagasan secara matematika.
Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar,
sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas, sebagai berikut:
31
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk mejelaskan keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam
kehidupan sehari-hari (Ahmad Susanto, 2013:185-188).
Sebagai indikator bahwa siswa dapat dikatakan paham terhadap
konsep matematika, menurut Salimi (2010) dapat dilihat dari
kemampuan siswa dalam beberapa hal, sebagai berikut;
1) Mendefinisikan konsep-konsep secara verbal dan tulisan.
2) Membuat contoh dan noncontoh penyangkal.
3) Mempresentasikan suatu konsep dengan model, diagram, dan
simbol.
4) Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lain.
5) Mengenal berbagai makna dan interprestasi konsep.
6) Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat-
syarat yang menentukan suatu konsep.
32
7) Membandingkan dan membedakan konsep-konsep (Ahmad
Susanto, 2013:209).
2. Belajar
a. Pengertian belajar
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif,
afektif, dan psikomotor (Syaiful Bahri Djamarah, 2011:13).
Selanjutnya, dalam perspektif keagamaan pun (dalam hal ini
Islam), belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman agar
memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat
kehidupan mereka. Hal ini dinyatakan dalam surat Mujadalah: 11
yang berbunyi:
حوا اقيلا لاك تافاسذ نوااذا ينا اما ااالذ ايه حو يا لس فاافسا جا ح الل لاك ف الما افسا ي
نوامنك ينا اما ايا فا الل الذ افااا اقيلا اا اذا الل ا راجت ا ينا ا تواالعلا دا الذ ا
لو ا ا اتاعما ما
Artinya:
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:”Berlapang-
lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:”Berdirilah
kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
33
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan” (QS. Mujadalah: 11)
Ilmu dalam hal ini tentu saja tidak hanya berupa pengetahuan
agama tetapi juga berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntukan
kemajuan zaman (Muhibbin Syah, 2010:62-63).
Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam
diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang
baru berkat pengalaman dan latihan (Hamalik, 1990:21).
Menurut Cronbach dalam bukunya Educational Psychology
mengemukakan “learning is shown by a change in behavior as a
result of experience” menurutnya belajar yang baik harus ditempuh
dengan mengalami secara langsung (Lilik Sriyanti, 2011: 16).
Pendapat yang dikemukakan oleh Galloway yang mendefinisikan
belajar sebagai perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi
sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.
Berdasarkan pendapat di atas maka belajar dapat disimpulkan
bahwa dalam belajar mengandung tiga pokok hal, yaitu: 1) belajar
mengakibatkan perubahan kemampuan atau perilaku, 2) perubahan
kemampuan atau perilaku yang terjadi bersifat relatif menetap, 30
perilaku tersebut disebabkan karena hasil adanya latihan atau
pengalaman (Rosma Hartiny, 2010:32).
b. Tahap-tahap belajar
Tahap belajar menurut Jerome S. Bruner yaitu, karena belajar itu
merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi
34
perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut
timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dengan yang lainnya
bertalian secara berurutan dan fungsional. Menurut Bruner, dalam
proses belajar menempuh tiga episode/tahap, yaitu:
1) Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh
sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.
2) Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis,
diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau
konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi
hal-hal yang lebih luas.
3) Tahap evaluasi ( tahap penilaian materi)
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh
mana informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat
dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah
yang dihadapi.
c. Ciri-ciri belajar
Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada
beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri
belajar, antara lain yaitu:
1) Perubahan yang terjadi secara sadar, individu yang belajar akan
menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya
35
individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam
dirinya.
2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional, suatu perubahan yang
terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya, dan akan berguna
bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan-
perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh
suatu yang lebih baik dari sebelumnya.
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, tingkah laku
yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, perubahan tingkah
laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai dan terarah
pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, jika seseorang
belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan
tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan,
keterampilan, dan pengetahuan (Syaiful Bahri Djamarah, 2011:15-
16).
d. Prinsip-prinsip belajar
Menurut Slameto (1991:29) mengatakan bahwa prinsip-prinsip
belajar adalah dengan mempelajari uraian-uraian yang terdahulu,
maka calon guru/ pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun
sendiri prinsip-prinsip belajar, ialah prinsip belajar yang dapat
36
dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap
siswa secara individual. Namun demikian marilah kita susun prinsip-
prinsip belajar itu, sebagai berikut:
1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
instruksional.
2) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki sruktur,
penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap
pengertiannya.
3) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang
kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
4) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut
perkembangannya.
5) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan
discovery.
6) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai
dengan tujuan instruksional yang harus dicapainnya.
7) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat
belajar dengan tenang.
8) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan
efektif.
9) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
37
10) Belajar adalah proses kontiguitas (hubungan antara pengertian yang
satu dengan pengertian yang lain) ehingga mendapatkan pengertian
yang diharapkan.
11) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian/ ketrampilan/ sikapitu mendalam pada siswa.
3. Prestasi belajar
a. Pengertian prestasi belajar
Dalam pengertian yang lebih spesifik, belajar didefinisikan sebagai
perolehan pengetahuan dan kecakapan baru. Pengertian inilah yang
merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah-sekolah atau di
lembaga-lembaga pendidikan yang memiliki program terencana,
tujuan instruksional yang konkret, dan diikuti oleh para siswa sebagai
suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis. Dalam hal ini,
pengertian prestasi atau keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan
dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai rapor, indeks prestasi
studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan, dan semacamnya
(Saifuddin Azwar. 2006:164).
Menurut Arifin (1990:2) prestasi belajar berasal dari bahasa
belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa indonesia menjadi
“prestasi” yang berarti “hasil usaha” istilah “prestasi belajar”
(achievment) berbeda dengan hasil belajar (learning outcome).
Prestasi yang dimaksudkan adalah kemampuan, keterampilan, dan
sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.
38
Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial
dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang
kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan
kemampuan masing-masing.
Prestasi belajar adalah hasil pencapaian maksimal menurut
kemampuan anak didik pada waktu tertentu terhadap sesuatu yang
dikerjakan, dipelajari, dan diterapkandan prestasi belajar disebut juga
nilai kemampuan hasil belajar anak yang digunakan untuk mengetahui
sejauh mana penguasaan anak terhadap materi yang diberikan untuk
mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
b. Bentuk-bentuk prestasi belajar
Bentuk-bentuk prestasi belajar dibagi dalam tiga ranah yaitu: ranah
psikomotorik, ranah kognitif dan ranah afektif. Akan dijelaskan
bentuk-bentuk prestasi menurut Henker (2012:34) yaitu:
1) Kognitif (proses berfikir)
Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berfikir,
mengetahui dan memecahkan masalah.
2) Afektif (nilai atau sikap)
Afektif atau intelektual adalah mengenal sikap, minat, emosi,
nilai hidup dan operasi siswa.
3) Psikomotorik (keterampilan)
Psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan
otot dan fisik.
39
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut
Semiawan (2008:11) mengemukakan bahwa faktor-faktor lain yang
mempengaruhi prestasi belajar adalah:
1) Pemenuhan kebutuhan Psikologis
Secara umum diketahui bahwa dalam perkembangan anak perlu
dipenuhi berbagai kebutuhan yaitu kebutuhan primer, pangan,
sandang, dan perumahan serta kasih sayang, perhatian,
penghargaan terhadap dirinya dan peluang mengaktualisasikan
dirinya.
2) Intelegensi, emosi, dan motivasi
Prestasi belajar bukan saja dipengaruhi oleh kemampuan
intelektual yang bersifat kognitif, tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor nonkognitif seperti emosi, motivasi, kepribadian serta
berbagai pengaruh lingkungan.
3) Pengembangan kreativitas
Setiap anak dilahirkan dengan bakat yang merupakan potensi
kemampuan (inherent component of ability) yang berbeda-beda dan
terwujud karena interaksi yang dinamis antara keunikan individu
dan pengaruh lingkungan.
d. Fungsi prestasi belajar
Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan,
karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:
40
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para
ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi
keingintahuan (couriosty) dan merupakan kebutuhan umun pada
manusia, termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program
pendidikan.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan
sebagai umpan balik (feed back) dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan. Indikator intern dan ekstern dalam arti bahwa
prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas
suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa kurikulum
yang digunakan relevan denagn kebutuhan masyarakat dan anak
didik (Arifin, 1990:3).
e. Prestasi belajar matematika
Hakikat belajar matematika adalah suatu aktivitas mental untuk
memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol,
kemudian diterapkannya pada situasi nyata. Schoenfeld (1985)
mendefinisikan bahwa belajar matematika berkaitan dengan apa dan
41
bagaimana menggunakannya dalam membuat keputusan untuk
memecahkan masalah (Hamzah, 2009:110).
Jadi prestasi belajar matematika adalah perubahan kemampuan,
keterampilan, dan sikap seseorang setelah mengalami proses
pembelajaran/pengalaman dalam menyelesaikan masalah yang ada
pada matematika.
B. Bangun Ruang (Kubus dan Balok)
1. Pengertian bangun ruang
Semua bangun datar berada dalam himpunan bangun berdimensi dua.
Disebut berdimensi dua, karena pada bangun tersebut hanya ada dua
besaran yaitu besaran panjang dengan besaran lebar. Selain dimensi dua,
ada juga bangun yang berdimensi tiga. Pada bangun yang berdimensi tiga,
setiap bangun mempunyai satu tambahan besaran lagi, yaitu tinggi.
Bangun yang berdimensi tiga disebut juga bangun ruang, sebab bangun-
bangun tersebut mempunyai ruang di dalamnya. Jika ruangannya berisi
udara, bangun ruangannya disebut bangun ruang berongga. Jika
ruangannya berisi, bangun ruangnya disebut bangun ruang padat atau
pejal. Bangun ruang ada beberapa macam yaitu kubus, balok, prisma,
limas, tabung,kerucut, dan bola, tetapi bangun ruang yang di pelajari dala
penelitian ini yaitu kubus dan balok (Sunarroso, 2008:28).
42
2. Balok
a. Pengertian balok
Balok adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam bidang
persegi panjang. Keenam bidang persegi panjang tersebut sepasang-
sepasang, sejajar, dan kongruen (Dawig Roosbiyantana, 2007:3).
Selain itu, balok adalah suatu bangun ruang berdimensi tiga yang
dibatasi oleh dua belas garis sebagai ssinya yang membentuk bangun
persegi panjang yang terdiri dari tiga pasang yang kongruen. Dengan
kata lain, suatu balok memiliki pasangan sisi berbentuk persegi panjang
yangg setiap pasangnya kongruen (Mastur Faizi, 2012:61).
b. Bagian-bagian balok
Gambar di bawah merupakan gambar balok ABCD.EFGH, bagian-
bagian balok tersebut adalah sebagi berikut:
Gambar 2.1 Balok ABCD.EFGH
1) Sisi balok
Balok terdiri atas 3 pasang bidang persegi panjang yang
kongruen. Ketiga pasang bidang persegi panjang tersebut disebut
sebagai bidang (sisi) balok. Ketiga pasang bidang (sisi) balok
tersebut adalah:
43
a) Sisi ABCD dinamakan sisi alas atau dasar, berpasangan
dengan sisi EFGH yang dinamakan sisi atas atau tutup.
b) Sisi ABFE berpasangan dengan sisi DCGH.
c) Sisi BCGF berpasangan dengan sisi ADHE.
2) Rusuk balok
Rusuk balok adalah perpotongan dua sisi balok. Rusuk balok
berupa ruas garis. Balok mempunyai 12 rusuk. Rusuk-rusuk
tersebut adalah AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG,
dan DH. Pada balok ABCD.EFGH, panjang rusuknya tidak
seluruhnya sama panjang.
3) Titik sudut
Pertemuan tiga rusuk pada balok membentuk suatu titik yang
disebut titik sudut. Balok mempunyai 8 buah titik sudut. Berikut ini
adalah kedelapan titik sudut pada balok.
Titik sudut Pertemuan dengan rusuk-rusuk
A AB, AD, dan AE
B BC, BA, dan BF
C CB, CD, dan CG
D DA, DC, dan DH
E EF, EH, dan EA
F FG, FE, dan FB
G GF, GH, dan GC
H HE, HG, dan HD
(Dawig Roosbiyantana, 2007: 4-7)
44
c. Jaring-jaring balok
Jaring-jaring merupakan bentuk dua dimensi dari suatu bangun tiga
dimensi. Jika suatu bangun ruang (balok, kubus, prisma, dan limas)
dibuka sehingga semua sisinya terletak dalam satu bidang datar maka
bangun datar yang dihasilkan disebut jarung-jaring.
Jaring-jaring balok merupakan rangkaian enam buah persegi
panjang, yang apabila dilipat-lipat menurut garis persekutuannya dua
persegi panjang akan membentuk suatu balok (Dawig Roosbiyantana,
2007:16). Macam-macam jaring-jaring balok antara lain yaitu:
Gambar 2.2 Jaring-jaring Balok
3. Kubus
a. Pengertian kubus
Kubus adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam bidang
persegi yang kongruen (sama dan sebangun). Kubus juga merupakna
45
suatu balok yang sumua sisinya berbentuk persegi. Bentuk kubus
banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dadu, kotak kapur,
kotak tisu, meja kursi, bungkusan kado, banyak yang berbentuk kubus
(Dawig Roosbiyantana, 2007:3).
Bangun ruang kubus merupakan bagian dari prisma. Kubus
mempunyai ciri khas, yaitu memiliki sisi yang sama (Heruman, 2010:
110).
Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua belas garis
sama panjang yang membentuk bangun persegi sama sisi yang
berdimensi tiga. Dengan kata lain, kubus dibangun dari enam buah
bangun datar persegi yang disusun sedemikian rupa, sehingga
membentuk sebuah bangun berdimensi tiga (Mastur Faizi, 2012:61).
b. Bagian-bagian kubus
Gambar di bawah merupakan gambar balok ABCD.EFGH, bagian-
bagian balok tersebut adalah sebagi berikut:
Gambar 2.3 Kubus ABCD.EFGH
46
1) Sisi kubus
Bidang atau sisi kubus terdiri atas enam daerah persegi.
Keenam daerah persegi tersebut kongruen, keenam daerah persegi
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Sisi datar yaitu sisi ABCD. Sisi ini berpasangan dan kongruen
dengan sisi atas atau tutup kubus, yaitu sisi EFGH.
b) Sisi tegak terdiri atas sisi ABFE sebagai sisi depan yang
berpasangan dan kongruen dengan sisi DCGH, yaitu sisi
belakang kubus. Sisi tegak yang lain adalah sisi-sisi samping
yaitu ADHE dan BCGF.
2) Rusuk kubus
Rusuk kubus merupakan pertemuan dua bidang (sisi) kubus
yang berupa ruas garis. Kubus mempunyai 12 rusuk yaitu AB, BC,
CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan DH.
3) Titik sudut
Titik sudut adalah pertemuan tiga rusuk kubus. Seperti halnya
pada balok, kubus juga mempunyai 8 buah titik sudut. Berikut ini
adalah kedelapan titik sudut pada kubus ABCD.EFGH.
47
Titik sudut Pertemuan dengan rusuk-rusuk
A AB, AD, dan AE
B BC, BA, dan BF
C CB, CD, dan CG
D DA, DC, dan DH
E EF, EH, dan EA
F FG, FE, dan FB
G GF, GH, dan GC
H HE, HG, dan HD
(Dawig Roosbiyantana, 2007: 24-26)
c. Jaring-jaring kubus
Jaring-jaring kubus merupakan rangkaian enam buah persegi yang
apabila dilipat-lipat menurut garis persekutuan dua persegi akan
membentuk kubus, sehingga tidak ada bidang yang rangkap(ganda) dan
tidak ada bidang kubus yang terbuka (Dawig Roosbiyantana, 2007:33).
Macam-macam jaring-jaring balok antara lain yaitu:
Gambar 2.4 Jaring-jaring Kubus
48
C. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR)
1. Sejarah PMR
Pendidikan matematika realistik (PMR) tidak dapat dipisahkan dari
Institut Freudenthal. Institut ini didirikan pada tahun 1971, berada di
bawah Utrecht University di Negeri Belanda. Nama institut diambil dari
nama pendirinya, yaitu profesor Hans Freudenthal (1905 – 1990), seorang
penulis, pendidik dan matematikawan berkebangsaan Jerman/Belanda.
Sejak tahun 1971, Institut Freudenthal mengembangkan suatu
pendekatan teoritis terhadap pembelajaran matematika yang dikenal
dengan RME (Realistic Mathematics Education). Penggunaan kata
”realistik” sebenarnya berasal dari belanda ”zich realiseren”yang berarti
untuk ”dibayangkan” atau ”to imagine”. Penggunaan kata ”realistik”
tersebut tidak sekedar menunjukkan adanya suatu koneksi dengan dunia
nyata (real-world) tetapi lebih mengacu pada fokus Pendidikan
Matematika Realistik dalam menempatkan penekanan penggunaan suatu
situasi yang bisa dibanyangkan (imagineable) oleh siswa.
RME menggabungkan pandangan tentang apa itu matematika,
bagaimana siswa belajar matematika dan bagaimana matematika harus
diajarkan. Freudenthal berkeyakinan bahwa siswa tidak boleh dipandang
sebagai passive receivers of ready-made mathematics (penerima pasif
matematika yang sudah jadi. Menurutnya pendidikan harus mengarahkan
siswa kepada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk
menemukan kembali matematika dengan cara mereka sendiri. Banyak soal
49
yang dapat diangkat dari berbagai situasi (konteks), yang dirasakan
bermakna sehingga menjadi sumber belajar. Konsep matematika muncul
dari proses matematisasi, yaitu dimulai dari penyelesaian yang berkait
dengan konteks (context-link solution), siswa secara perlahan
mengembangkan alat dan pemahaman matematik ke tingkat yang lebih
formal.
Teffers membedakan dua macam matematisasi, vertikal dan horizontal,
yang digambarkan oleh Gravemeijer sebagai proses penemuan kembali
(reinvention process). Dalam matematisasi horizontal, siswa mulai dari
soal-soal kontekstual, mencoba menguraikan dengan bahasa dan simbol
yang dibuat sendiri, kemudian menyelesaikan soal-soal tersebut. Dalam
proses ini, setiap orang dapat menggunakan cara mereka sendiri yang
mungkin berbeda dengan orang lain. Dalam matematisasi vertikal, kita
juga mulai dari soal-soal kontekstual, tetapi dalam jangka panjang kita
dapat menyusun prosedur tertentu yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan soal-soal sejenis secara langsung, tanpa menggunakan
bantuan konteks. Gravemeijer menyebut hal ini sebagai matematisasi
persoalan matematika, untuk membedakannya dengan matematisasi
horizontal yang merupakan matematisasi soal kontekstual.
Model-model yang muncul daru aktivitas matematik siswa dapat
mendorong terjadinya interaksi di kelas, sehingga mengarah pada level
berpikir metematik yang lebih tinggi.
50
2. Pengertian PMR
PMR dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal yang
berpendapat bahwa matematika merupakan aktivitas insani (human
actiities) dan harus dikaitkan dengan realitas. Berdasarkan pemikiran
tersebut PMR mempunyai ciri antara lain, bahwa dalam proses
pembelajaran siswa harus diberikan kesempatan untuk menemukan
kembali (to reinvent) matematika melalui bimbingna guru dan bahwa
penemuan kembali (reinvention) ide dan konsep matemtika tersebut harus
dimulai dari penjelajahan berbagai situasi dan persoalan “dunia riil”.
Dalam Pendidikan Matematika Realistik, proses belajar mempunyai
peranan penting. Rute belajar (learning route) dimana siswa mampu
menemukan sendiri konsep dan ide matematika, harus dipetakan. Sebagai
konsekuensinya, guru harus mampu mengembangkan pengajaran yang
interaktif dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan
kontribusi terhadap proses belajar mereka (Daryanto, 2012:149-150).
PMR menekankan kepada konstruksi dari konteks benda-benda konkret
sebagai titik awal bagi siswa guna memperoleh konsep matematika
(Ahmad Susanto, 2013:206).
3. Konsepsi PMR tentang siswa
PMR mempunyai konsepsi tentang sisiwa sebagai berikut:
a. Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide
matematika yang mempengaruhi belajar selanjutnya.
51
b. Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan
itu untuk dirinya sendiri.
c. Pembentukan pengetahuan merupakan proses oerubahan yan meliputi
penambahan, kreasi, modifikasi, penghalusan, penyusunan kembali dan
penolakan.
d. Pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa untuk dirinya sendiri
berasal dari seperangkat ragam pengalaman.
e. Setiap siswa tanpa memandang ras, budaya dan jenis kelamin mampu
memahami dan mengerjakan matematik.
4. Konsepsi PMR tentang guru
PMR mempunyai konsepsi tentang guru sebagai berikut:
a. Guru hanya sebagai fasilitator belajar.
b. Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif.
c. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif
menyumbang pada proses belajar dirinya dan secara aktif membantu
sisiwa dalam menafsirkan persoalan riil.
d. Guru tidak terpancang pada materi yang termaktub dalam kurikulum,
melainkan aktif mengaitkan kurikulum dengan dunia riil, baik fisik
maupun sosial.
5. Konsepsi PMR tentang pengajaran
Pengajaran matematika dengan pendekatan PMR meliputi aspek-aspek
berikut (De Lange, 1995):
52
a. Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang „riil‟ bagi
siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga
siswa segera terlibat dalam pelajaran secara bermakna.
b. Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut.
c. Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara
informal terhadap persoalan/masalah yang diajukan.
d. Pengajaran berlangsung secara interaktif: siswa menjelaskan dan
memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami
jawaban temannya (siswa lain), setuju terhadap jawaban temannya,
menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lan
dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau
terhadap hasil pelajaran (Daryanto, 2012:150-153).
6. Prinsip-prinsip PMR
Suatu prinsip utama PMR adalah siswa harus berpartisipasi secara aktif
dalam proses belajar. Siswa harus diberi kesempatan untuk membangun
pengetahuan dan pemahaman mereka sendiri. Konsep-konsep matematika
yang bersifat abstrak perlu ditransformasikan menjadi hal-hal yang bersifat
real bagi siswa. yang terpenting adalah masalah matematika yang bersifat
abstrak dapat dibuat menjadi nyata dalam pikiran siswa. Oleh karena itu,
menurut Suherman (2003) dalam pembelajaran matematika yang
menggunakan model PMR inni menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:
53
a. Didominasi oleh masalah-masalah dalam konteks, melayani dua hal
yaitu sebagai sumber dan sebagai terapan konsep matematika.
b. Perhatian diberikan kepada pengembangan model-model, situasi,
skema, dan simbol-simbol.
c. Sumbangan dari para siswa, sehingga dapat membuat pembelajaran
menjadi konstruktif dan produktif.
d. Interaktif sebagai karakteristik dari proses pembelajaran matematika.
e. Interwining (membuat jalinan) antartopik atau antarpokok bahasan atau
antarstrand.
7. Fungsi PMR
Kerangka pembelajaran matematika dengan PMR menuntun siswa dari
keadaan yang sangat konkret menuju yang abstrak. Para siswa dibimbing
oleh masalah-masalah kontekstual. Dunia nyata digunakan sebagai titik
pangkal pemulaan dalam pengembangan konsep-konsep dan gagasan
mereka. Menurut Traffers dan Goffree (dalam Suherman:2003), bahwa
masalah kontekstual dalam kurikulum realistis, berguna untuk mengisi
sejumlah fungsi, yaitu:
a. Pembentukan konsep: dalam fase pertama pembelajaran, para siswa
diperkenalkan untuk masuk ke dalam matematika secara alamiah dan
termotivasi.
b. Pembentukan model: masalah-masalah kontekstual memasuki fondasi
siswa unuk belajar operasi, prosedur, notasi, aturan, dan mereka
54
mengerjakan ini dalam kaitannya dengan model-model lain yang
kegunaannya sebagi pendorong penting dalam berpikir.
c. Keterterapan: masalah kontekstual menggunakan „reality‟ sebagai
sumber dan domain untuk terapan.
d. Praktik dan latihan dari kemampuan spesifik dalam situasi terapan
(Ahmad Susanto, 2013:206-207).
8. Karakteristik PMR
Menurut Treffer (1987) karakteristik dari matematika realistik yaitu:
a. Penggunaan konteks (situasi nyata).
Pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual (dunia nyata),
sehingga memungkinkan mereka menggunakan pengalaman
sebelumnya secara langsung. Ini berarti, pembelajaran tidak dimulai
dari sistem formal. Fenomena konsep terjadi dalam dunia nyata anak.
Proses penyiaran (inti) dari konsep yang sesuai dari situasi nyata
dinyatakan oleh De Lange (1987) sebagai matematisasi konseptual.
Melalui abstraksi dan formalisasi siswa akan mengembangkan konsep
yang lebih komplit. Kemudian siswa dapat mengaplikasikan konsep-
konsep matematika ke bidang baru atau ke dunia nyata (applied
mathematization) sehingga memperkuat pemahaman konsep.
b. Penggunaan model.
Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematik
yang dikembangkan oleh siswa sendiri (self developed models). Peran
self developed models merupakan jembatan bagi siswa dari situasi
55
konkret ke abstrak atau kontek informal ke formal. Artinya siswa
membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah. Model suatu
situasi yang dekat dengan dunia nyata siswa. Dengan generalisasi dan
formalisasi model tersebut berubah menjadi model-of masalah
tersebut. Melalui penalaran matematik model-of brerubah menjadi
model-formasalah yang sejenis, sehingga diperoleh pengetahuan
matematika formal.
c. Pemanfaatan hasil konstruksi siswa.
Siswa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan strategi-
strategi informal pemecahan masalah mereka yang dapat mengarahkan
pada pengkonstruksian prosedur-prosedur pemecahan. Streefland
(1991) menekankan bahwa, dengan produksi dan konstruksi, siswa
terdorong untuk melakukan refleksi pada bagian yang mereka sendiri
anggap penting dalam prose belajar mereka. Dengan bimbingan guru
siswa diharapkan menemukan kembali konsep (bentuk formal).
d. Interaktivitas
Interaksi antar siswa dan dengan guru merupakan hal yang
mendasar dalam matematika realistik. Secara eksplisit bentuk-bentuk
interaksi yang berupa negisiasi, penjelasan, pembenaran, sutuju, tidak
setuju, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk
formal dari bentuk-bentuk informal siswa.
56
e. Keterkaitan
Dalam matematika realistik pengintegrasian unit-unit matematika
adalah esensial. Dengan keterkaitan ini akan memudahkan siswa
dalam proses pemecahan masalah. Dalam kehidupan nyata, fenomena-
fenomena saling berkait.
Dari kelima karakteristik tersebut RMEini yang pertama harus benar-
benar menggunakan situasi yang nyata, yakni yang ada di dalam
lingkungan sekitar siswa serta hala yang mudah dibayangkan oleh siswa,
yang kedua harusmenggunakan model dengan tujuan sebagai jembatan
dari pengetahuan tingkat konkrit menuju tingkat formal, yang ketiga
memanfaatkan hasil kontruksi siswa yakni siswa diberi kebebasan untuk
dalam pemecahan masalahnya, yang keempat interaktivitas yakni siswa
harus saling mengkomunikasikan hasil kerjanya, kelima keterkaitan yakni
menggunakan macam-macam model yang saling berkaitan.m
9. Langkah-langkah PMR
Langkah-langkah Pendidikan Matematika Realistik yaitu:
a. Memahami masalah kontekstual.
Memahami masalah konstektual dilakukan dengan cara guru
memberikan masalah konstektual dalam kehidupan sehari-hari kepada
siswa dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut, serta
memberi kesempatan pada siswa untuk menanyakan masalah yang
belum dipahami. Ciri pada langkah ini adalah ciri pertama yaitu
57
menggunakan masalah konstektual sebagai titik tolak dalam
pembelajaran, dan ciri kelima yaitu interaksi antara murid dan guru.
b. Menjelaskan masalah kontekstual.
Ketika memahami masalah siswa kadang menemui kesulitan, maka
guru menjelaskan maksud dari soal dengan cara memberikan petunjuk-
petunjuk atau saran seperlunya, terbatas pada bagian-bagian tertentu
dari masalah yang belum diketahui.
c. Menyelesaikan masalah kontekstual.
Siswa mendiskripsikan masalah konstektual, melakukan
interpretasi aspek matematika yang ada pada masalah yang dimaksud
dan memikirkan strategi pemecahan masalah. Selanjutnya siswa
berusaha menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri berdasarkan
pengetahuan awal yang dimilikinya, sehingga dimungkinkan adanya
perbedaan penyelesaian antara siswa satu dengan yang lain. Guru
mengamati, memotivasi, dan memberi bimbingan terbatas sehingga
siswa dapat memperoleh penyelesaian masalah-masalah tersebut. Ciri
yang muncul pada langkah ini adalah ciri kedua yaitu menggunakan
model.
d. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban.
Guru mengamati apa yang dilakukan siswa dan memberi bantuan
jika dibutuhkan. Setelah siswa mengerjakan lembar kerja siswa, guru
meminta beberapa siswa untuk maju ke depan kelas menjelaskan hasil
pekerjaannya. Kemudian guru membimbing siswa dalam mengambil
58
kesimpilan sampai pada rumusan konsep matematika. Ciri pada tahap
ini adalah ciri ketiga yaitu menggunakan hasil dan konstruksi siswa
sendiri, dan ciri kelima yaitu terjadi interaksi antara guru dan siswa.
e. Menyimpulkan
Guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan suatu
rumusan konsep atau prinsip dari topik yang dipelajari. Ciri yang
muncul pada tahap ini adalah adanya interaksi antara guru dan siswa.
10. Kelebihan PMR
Pendidikan matematika realistik memberikan pengertian yang jelas
kepada siswa bahwa matematika:
a. Keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan kegunaan pada umumnya
bagi manusia.
b. Suatu bidang kajian yang dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh
siswa tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang
tersebut.
c. Cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak
harus sama antara yang satu dengan orang yang lain.
d. Proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama dan orang harus
menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-
konsep matematika dengan bantuan pihak lain yang sudah lebih tahu
(misalnya guru).
59
11. Kesulitan implementasi pendidikan matematika realistik
Adanya persyaratan-persyaratan tertentu agar kelebihan PMR dapat
muncul justru menimbulkan kesulitan tersendiri dalam menerapkannya.
Kesulitan-kesulitan tersebut, yaitu:
a. Tidak mudah untuk merubah pandangan yang mendasar tentang
berbagai hal, misalnya mengenai siswa, guru dan peranan soal atau
masalah kontekstual, sedang perubahan itu merupakan syarat untuk
dapat diterapkannya PMR.
b. Pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang
dituntut dalam pembelajaran matematika realistik tidak selalu mudah
untuk setiap pokok bahasan matematika yang dipelajari siswa,
terlebihlebih karena soal-soal tersebut harus bisa diselesaikan dengan
bermacam-macam cara.
c. Tidak mudah bagi guru untuk mendorong siswa agar bisa menemukan
berbagai cara dalam menyelesaikan soal atau memecahkan masalah.
d. Tidak mudah bagi guru untuk memberi bantuan kepada siswa agar
dapat melakukan penemuan kembali konsep-konsep atau prinsip-
prinsip matematika yang dipelajari.
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Pada bagian ini peneliti akan memaparkan beberapa penelitian yang
relevan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan peneliti yang mana
dipaparkan sebagaimana berikut ini.
60
1. Penelitian yang dilaksanakan oleh Utari Diplomati dengan judul
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan Menggunakan
Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada siswa kelas III
SD Negeri Wonokerto Tegalrejo Kabupaten Magelang.
Berdasarkan pada hasil penelitian, disimpulkan bahwa penggunaan
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan
hasil belajar matematika tentang konsep pecahan pada siswa kelas III SD
Negeri Wonokerto, Tegalrejo, Kabupaten Magelang. Peningkatan hasil
belajar ditunjukan dengan adanya perubahan nilai hasil belajar pada mata
pelajaran matematika, yaitu sebelum dikenai tindakan nilai rata-ratanya
54,36 dengan presentasi ketuntasan 14,29% siswa tuntas belajar, pada
siklus I nilai rata-rata meningkat menjadi 82,14 dengan presentasi
ketuntasan 64,28%, dan pada siklus II nilai rata-rata menjadi 87,86 dengan
ketuntasan belajar yang mencapai 85,71%.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sukamiyati dengan judul Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika melalui Pendidikan Matematika Realistik
(PMR) pada siswa kelas IV SD Negeri Timbulharjo.
Berdasarkan pada hasil penelitian, disimpulkan bahwa penerapan
pendekatan Pendidikan Matematika Realistik dalam pembelajaran
matematika tentang siswa sifat-sifat bangun ruang sederhana pada siswa
kelas IV SD Negeri Timbulharjo dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
matematika dengan cara konvensional. Hal ini ditunjukan pada siklus I ke
61
siklus II sebesar 31%. Pada siklus I siswa mengalami ketuntasan belajar
dengan memperoleh nilai ≥ 65 terdapat 23 siswa atau sebesar 61%,
sedangkan siswa yang belum tuntas dengna memperoleh nilai dibawah
KKm (65) ada 15 siswa atau sebesar 39% dengan nilai rat-rata 69. Pada
siklus II siswa yang mengalami ketuntasan belajar dengan memperoleh
nilai ≥ 65 terdapat 35 siswa atau sebesar 92%, sedangkan siswa yang
belum tuntas dengan memperoleh nilai dibawah kkm (65) tinggal 3 siswa
atau sebesar 8%, dengan nilai rata-rata 78.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Azmi Asvia dengan judul Peningkatan
aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV pada materi bangun ruang
melalui pembelajaran matematika realistik di sekolah dasar negeri I
Maribaya karanganyar Purbalingga.
Berdasarkan pada hasil penelitian, disimpulkan bahwa penerapan
pendekatan PMR dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
kelas IV SD Negeri I Maribaya Karanganyar Purbalingga, yang ditandai
dengan niali hasil belajar yang diperoleh pada siklus I, rata-ratanya hanya
sebesar 71,26, sedangkan pada siklus II, mengalami peningkatan
memcapai 84,33. Meningkatnya rata-rata nilai hasil tes formatif pada
siklus II menjadikan persentase ketuntasan belajar juga ikut meningkat.
62
E. Implementasi PMR untuk Peningkatan Prestasi Belajar Matematika
Siswa pada Materi Bangun Ruang (balok dan kubus)
Implementasi pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) pada
mata pelajaran matematika materi bangun ruang (balok dan kubus) sejalan
dengan konsep PMR yang sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki
pendidikan matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan
bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan
mengembangkan daya nalar. Kerena dengan penerapan PMR diharapkan
prestasi akademik siswa meningkat, baik dalam pelajaran matematika
maupun mata pelajaran lainnya (Daryanto, 2012:151-153).
PMR menekankan kepada konstruksi dari konteks benda-benda konkret
sebagai titik awal bagi siswa guna memperoleh konsep matematika secara
abstrak. Para siswa dibimbing oleh masalah-masalah konstektual, yaitu dunia
nyata digunakan sebagai titik pangkal permulaan dalam pengembangan
konsep-konsep dan gagasan mereka (Ahmad Susanto, 2013:206-207).
63
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Dalam bab III penulis ingin menyampaikan keadaan lokasi
dilaksanakannya penelitian skripsi ini. Menyampaikan kondisi yang riil
lokasi penelitian menjadi sangat penting ketika hasil dari penelitian ini
akan dijadikan referensi. Secara garis besar lokasi penelitian dapat
penulisan sampaikan seperti berikut:
Tempat Penelitian : MI MAHAD ISLAM Kopeng Kec. Getasan.
Alamat Penelitian : Desa Kopeng, Kec.Getasan, Kab. Semarang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015, observasi
dilaksanakan pada hari Rabu 6 Mei 2015 dan masing-masing siklus satu
kali pertemuan. Siklus I dilaksanakan pada hari Jumat 8 Mei 2015. Siklus
II dilaksanakan pada hari Rabu 13 Mei 2015. Dan siklus III dilaksanakan
pada hari Jumat 29 Mei 2015. Penelitian ini dilakukan diruang kelas yang
biasa digunakan untuk proses belajar mengajar yaitu kelas IV di MI
MAHAD ISLAM Kopeng Kec. Getasan Kab. Semarang.
3. Mata pelajaran: Matematika materi bangun ruang (balok dan kubus).
4. Keadaan siswa
Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian adalah semua
siswa kelas IV MI MAHAD ISLAM Kopeng Kec. Getasan
64
Kab. Semarang yang keseluruhannya berjumlah 20 siswa, 11 siswa laki-
laki dan 9 siswi perempuan. Adapun nama siswa adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Daftar nama siswa kelas IV MI MAHAD ISLAM Kopeng
Kec. Getasan Kab. Semarang Tahun 2014/2015
No Nama Siswa Jenis kelamin TTL
1 Nur Said Laki-laki Kab. Semarang, 17-11-2003
2 Galih Vebiyanto Laki-laki Kab. Semarang, 16-02-2003
3 Aditya Wahyu M Laki-laki Kab. Semarang, 03-04-2005
4 Ana Dwi Aprilia Perempuan Kab. Semarang, 05-04-2005
5 Ana Ludfiana Perempuan Kab. Semarang, 29-10-2005
6 Asrofi Laki-laki Kab. Semarang, 26-08-2005
7 Azrad Alam Sahdiono Laki-laki Kab. Semarang, 09-03-2006
8 Bayu Aji Ramadhan Laki-laki Kab. Semarang, 23-11-2003
9 Isna Dea Laisia Perempuan Kab. Semarang, 17-03-2005
10 Muhammad Faqih A Laki-laki Kab. Semarang, 17-02-2005
11 Putriani Perempuan Kab. Semarang, 29-11-2004
12 Ratna Wulandari Perempuan Kab. Semarang, 01-05-2005
13 Rizki Adi Pratama Laki-laki Kab. Semarang, 13-10-2005
14 Setia Didik R Laki-laki Kab. Semarang, 29-09-2005
15 Siswati Perempuan Kab. Semarang, 20-10-2003
16 Sofian Maulana Laki-laki Kab. Semarang, 25-01-2005
17 Sriyani Perempuan Kab. Semarang, 15-09-2005
18 Suryaningtyas Perempuan Kab. Semarang, 10-03-2005
19 Riani Perempuan Kab. Semarang, 15-06-2003
20 Farhan Dwi Andika Laki-laki Kab. Semarang, 10-09-2005
65
B. Deskripsi Pelaksanaan Per-siklus
1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan pelaksanaan siklus I
adalah:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2) Menyiapkan bahan, media, dan sumber pembelajaran.
3) Menyiapkan alat evaluasi.
b. Pelaksanaan
Proses pembelajaran peningkatan prestasi belajar matematika
siklus I dilaksanakan pada hari Jumat, 8 Mei 2015 selama 70 menit.
Bahan pembelajaran siklus 1 ini adalah materi bangun ruang (balok
dan kubus). Jalannya proses pembelajaran adalah sebagian berikut:
1) Kegiatan awal
a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan
berdoa bersama yang dipimpin oleh salah satu peserta didik.
b) Guru mengkondisikan siswa sebelum memulai pembelajaran.
c) Guru mengabsen dan menanyakan kabar siswa.
d) Memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa:
e) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa
setelah pembelajaran selesai.
66
2) Kegiatan inti
Eksplorasi
a) Guru memberikan penjelasan mengenai sifat-sifat bangun
ruang (balok dan kubus).
b) Guru memberikan contoh bangun ruang (balok dan kubus)
yang nyata.
Elaborasi
a) Membagi siswa menjadi 4 kelompok dengan cara berhitung
(setiap kelompok 5 orang).
b) Setiap kelompok di minta untuk membongkar bangun ruang
(balok dan kubus) dari kardus yang sudah disediakan.
Konfirmasi
a) Setelah itu, siswa akan melakukan identifikasi terhadap
media yang sudah dibongkar. Siswa akan menemukan sifat-
sifat dan jaring-jaring dari media yang dibongkar.
b) Guru mendampingi kegiatan yang dilakukan anak.
3) Kegiatan penutup
a) Setiap kelompok maju kedepan menjelaskan sifat-sifat dan
menggambarkan jaring-jaring balok dan kubus.
b) Mengajak siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
c) Menutup pelajaran dengan berdoa bersama siswa dan
mengucapkan salam.
67
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data tentang prestasi
belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran melalui
pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR), dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal dan penilaianya ketika setiap
kelompok maju ke depan kelas.
d. Pengumpulan data
Data yang dapat dikumpulkan dari pelaksanaan siklus 1 yaitu
nilai hasil belajar siswa siklus 1.
e. Refleksi pelaksanaan siklus I
Setelah melakukan pembelajaran pada siklus I dan menganalisis
hasil belajar, peneliti mengadakan refleksi. Yaitu pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan PMR tersebut apakah dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika. Refleksi dilakukan dengan
menganalisis hasil belajar seberapa jauh tingkat perubahan
kemampuan siswa sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Juga
mengkaji keberhasilan belajar siswa sebagai persiapan tindakan
selanjutnya.
Adapun refleksi yang didapatkan dalam siklus I ini adalah
penggunaan pendekatan PMR pada siklus I ini kurang begitu
maksimal, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1) Ketika membongkar kardus berbentuk balok dan kubus, siswa
tidak memegang satu-satu jadi ada siswa yang hanya melihatnya.
68
2) Masih ada beberapa yang kurang memperhatikan materi, kondisi
kelas jadi kurang kondusif.
Adapun tindakan perbaikan untuk siklus I ini adalah:
1) Untuk selanjutnya sebaiknya peserta didik dilibatkan secara
individu dalam melakukan kegiatan meskipun ada kelompok.
2) Sebaiknya yang dilakukan guru adalah membuat pembelajaran
semenarik mungkin dan menyenangkan sehingga siswa akan
memperhatikan materi yang disampaikan.
2. Deskripsi Pelaksanaan siklus II
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan pelaksanaan siklus II
adalah:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2) Menyiapkan bahan, media, dan sumber pembelajaran.
3) Menyiapkan alat evaluasi.
b. Pelaksanaan
Proses pembelajaran peningkatan prestasi belajar matematika
siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Mei 2015 selama 70 menit.
Bahan pembelajaran siklus I1 ini adalah materi bangun ruang (balok
dan kubus). Jalannya proses pembelajaran adalah sebagian berikut:
1) Kegiatan awal
a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan
berdoa bersama yang dipimpin oleh salah satu peserta didik.
69
b) Guru mengkondisikan siswa sebelum memulai pembelajaran.
c) Guru mengabsen dan menanyakan kabar siswa.
d) Memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa.
e) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa
setelah pembelajaran selesai.
2) Kegiatan inti
Eksplorasi
a) Guru mengulangi penjelasan mengenai sifat-sifat bangun
ruang (balok dan kubus).
b) Guru memberikan contoh bangun ruang balok dan kubus
yang sudah dibongkar.
Elaborasi
a) Setiap kelompok di minta untuk membuat jaring-jaring balok
dan kubus dari kertas yang sudah disediakan. Meskipun
dilakukan pada kelompok tetapi setiap anak akan membuat
sendiri.
b) Siswa diminta untuk menggabungkan jaring-jaring balok dan
kubus menjadi bentuk balok dan kubus yang utuh.
Konfirmasi
a) Setelah balok dan kubus dibentuk, maka setiap kelompok
maju kedepan menjelaskan sifat-sifat balok dan kubus.
c) Guru mendampingi kegiatan yang dilakukan anak.
70
3) Kegiatan penutup
a) Mengajak siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
b) Menutup pelajaran dengan berdoa bersama siswa dan
mengucapkan salam.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data tentang prestasi
siswa setelah mengikuti proses pembelajaran melalui pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik (PMR), dengan cara memberikan
evaluasi berupa soal, penilainya ketika setiap kelompok maju ke
depan kelas dan hasil karya dari siswa.
d. Pengumpulan data
Data yang dapat dikumpulkan dari pelaksanaan siklus II yaitu nilai
hasil belajar siklus II.
e. Refleksi pelaksanaan siklus II
Setelah melakukan pembelajaran pada siklus II dan menganalisis
hasil belajar, peneliti mengadakan refleksi. Adapun refleksi Pada
siklus II ini adalah:
1) Masih ada satu dua siswa yang belum bisa membuat jaring-
jaring balok dan kubus yang tepat ketika di bentuk ke bangun
balok dan kubus yang utuh.
2) Ada beberapa siswa yang tidak membawa peralatan yang
sebelumnya sudah diberitahu untuk membawa, jadi pada saat
71
proses pembelajaran siswa sibuk mencari alat yang belum
mereka bawa.
Adapun tindakan perbaikan pada siklus II adalah sebagai berikut:
1) Guru seharusnya mempersiapkan peralatan cadangann untuk
siswa, jadi kondisi kelas tetap kondusif.
2) Untuk tindakan perbaikan sebaiknya siswa yang belum tuntas di
lakukan dampingan, dimotivasi dan dicari penyebab kesulitan
belajar sehingga pada pembelajaran selanjutnya akan lebih baik.
3. Deskripsi Pelaksanaan siklus III
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan pelaksanaan siklus II
adalah:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2) Menyiapkan bahan, media, dan sumber pembelajaran.
3) Menyiapkan alat evaluasi.
b. Pelaksanaan
Proses pembelajaran peningkatan prestasi belajar matematika
siklus III dilaksanakan pada hari Jumat, 29 Mei 2015 selama 70
menit. Bahan pembelajaran siklus III ini adalah bangun balok dan
kubus. Jalannya proses pembelajaran adalah sebagian berikut:
1) Kegiatan awal
a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan
berdoa bersama yang dipimpin oleh salah satu peserta didik.
72
b) Guru mengkondisikan siswa sebelum memulai
pembelajaran.
c) Guru mengabsen dan menanyakan kabar siswa.
d) Memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa.
e) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
siswa setelah pembelajaran selesai.
2) Kegiatan inti
Eksplorasi : Guru mengulangi penjelasan mengenai sifat-
sifat bangun ruang (balok dan kubus).
Elaborasi : Guru meminta siswa secara bergiliran maju
kedepan kelas untuk menjelaskan sifat-sifat dan
menggambarkan jaring-jaring balok dan kubus.
Konfirmasi : Siswa lainnya menanggapi penjelasan siswa
yang maju. Guru mendampingi kegiatan yang
dilakukan anak.
3) Kegiatan penutup
a) Mengajak siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
b) Menutup pelajaran dengan berdoa bersama siswa dan
mengucapkan salam.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data tentang prestasi
siswa setelah mengikuti proses pembelajaran melalui pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik (PMR), dengan cara memberikan
73
evaluasi berupa soal dan penilainya ketika setiap kelompok maju ke
depan kelas.
d. Pengumpulan data
Data yang dapat dikumpulkan dari pelaksanaan siklus III yaitu
nilai hasil belajar siklus III.
e. Refleksi pelaksanaan siklus III
Setelah melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus III ini
jumlah siswa yang memperhatikan semakin banyak dibanding siklus-
siklus sebelumnya yaitu siklus I dan II, siswa dapat memperhatikan
materi dan mengikuti pembelajaran dengan kondusif.
Pada siklus III ini peneliti telah berhasil dalam meningkatkan
prestasi belajar matematika melalui pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik pada pokok bahasan bangun ruang (balok dan
kubus) siswa kelas IV MI MAHAD ISLAM Kopeng.
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Observasi pada Tahap Pra siklus
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan pra siklus, dan
pra siklus ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 6 Mei 2015 selama 2
jam pelajaran. Dalam pra siklus ini peneliti melakukan beberapa kegiatan
yaitu mengamati kondisi atau keadaan siswa dalam mengikuti
pembelajaran dan selanjutnya peneliti juga mengamati guru kelas IV
dalam menyampaikan pembelajaran apa saja metode yang digunakan
selama pra siklus ini, hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
kondisi atau keadaan siswa saat mengikuti pembelajaran dan selanjutnya
bertujuan untuk mengetahui bagaimana seorang guru kelas IV dalam
mengelola pembelajaran .
Dalam pra siklus ini yang didapatkan bahwa siswa pada saat
mengikuti pembelajaran kurang memperhatikan guru pada saat
menyampaikan pembelajaran, masih banyak yang bercerita sendiri dll,
dan selanjutnya bahwa saat pra siklus ini guru yang mengajar kelas IV
menggunakan media pembelajaran dalam menyampaikan pembelajaran
tetapi siswa tidak di beri stimulasi membongkar media nyata terlebih
dahulu dan ketika membuat tidak dilibatkan secara individu dan banyak
menggunakan pembelajaran secara konvesional saja yaitu dengan metode
ceramah dan pemberian tugas.
75
a. Data hasil pengamatan
Adapun hasil berupa nilai yang didapatkan dari pra siklus yang
dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Nilai Matematika Siswa Pra-Siklus
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Nur Said 40 Belum tuntas
2 Galih Vebiyanto 30 Belum tuntas
3 Aditya Wahyu M 30 Belum tuntas
4 Ana Dwi Aprilia 80 Tuntas
5 Ana Ludfiana 75 Tuntas
6 Asrofi 35 Belum tuntas
7 Azrad Alam Sahdiono 65 Tuntas
8 Bayu Aji Ramadhan 30 Belum tuntas
9 Isna Dea Laisia 85 Tuntas
10 Muhammad Faqih A 100 Tuntas
11 Putriani 85 Tuntas
12 Ratna Wulandari 40 Belum tuntas
13 Rizki Adi Pratama 75 Tuntas
14 Setia Didik R 40 Belum tuntas
15 Siswati 60 Tuntas
16 Sofian Maulana 50 Belum tuntas
17 Sriyani 85 Tuntas
18 Suryaningtyas 85 Tuntas
19 Riani 85 Tuntas
20 Farhan Dwi Andika 45 Belum tuntas
Jumlah Nilai 1220
Nilai Rata-rata 61
76
Data di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang tuntas mencapai
nilai tuntas dengan KKM 60 adalah sebanyak 11 siswa atau 55% dan
yang belum tuntas sebanyak 9 siswa atau 45%. Dari jumlah siswa
yang ada di kelas IV MI MAHAD ISLAM Kopeng dengan nilai rata-
rata kelasnya adalah 61.
b. Refleksi
Refleksi dalam pra siklus ini peneliti menggunakan dua hasil
penelitian yaitu pengamatan situasi kelas dan hasil test formatif.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap situasi pembelajaran
didapatkan data sebagai berikut:
1) Siswa merasa bosan dan kurang antusias atau kurang tertarik
dengan pembelajaran karena guru menyampaikan pelajarannya
hanya menggunakan metode konvesional saja yaitu dengan metode
ceramah dan penugasan saja (anak tidak membuat balok dan kubus
secara individu).
2) Siswa masih cenderung pasif dalam pembelajaran dan kurang
memperhatikan penjelasan dari guru
3) Siswa masih kelihatan kebingungan saat mengerjakan soal dan
kurang percaya diri.
77
2. Deskripsi pelaksanaan siklus I
a. Kegiatan Perencanaan Siklus I
Kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan siklus I adalah:
1). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), 2).
Menyiapkan bahan, media, dan sumber pembelajaran, 3).
Menyiapkan alat evaluasi. Dokumen-dokumen pembelajaran tersebut
terlampir dalam lampiran.
b. Proses Pembelajaran Siklus I
1) Pelaksanaan: Proses pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari
Jumat tanggal 8 Mei 2015 selama 70 menit.
2) Bahan pembelajaran: materi bangun ruang (balok dan kubus).
3) Siswa yang hadir: 20 siswa (100%).
4) Alat dan sumber pembelajaran: kardus-kardus bekas yang
berbentuk balok dan kubus, penggaris dan gunting. Buku
MATEMATIKA 4B halaman 205-217.
Burhan Mustaqim, Ary Astuty. 2008. Ayo Belajar Matematika
SD/MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Pembukuan, Departemen
Pendidikan Nasional.
5) Kegiatan pokok pembelajaran: a). Guru memberikan penjelasan
mengenai sifat-sifat bangun ruang (balok dan kubus) dengan
menggunakan bangun yang asli, b). Membagi siswa menjadi 4
kelompok dengan cara berhitung (setiap kelompok 5 orang), c).
Setiap kelompok di minta untuk membongkar bangun ruang
78
(balok dan kubus) dari kardus yang sudah disediakan, d). Siswa
akan melakukan identifikasi terhadap media yang sudah
dibongkar. Siswa akan menemukan sifat-sifat dan jaring-jaring
dari media yang dibongkar, e). Guru mendampingi kegiatan yang
dilakukan anak.
6) Pendekatan yang diterapkan: Pendidikan Matematika Realistik.
7) Evaluasi: Setiap kelompok maju kedepan menjelaskan sifat-sifat
dan menggambarkan jaring-jaring balok dan kubus.
c. Pendukung pelaksanaan siklus I
1) Antusiasme siswa karena pada proses pembelajaran
menggunakan media yang nyata, sehingga anak mengalami
pengalaman secara langsung.
2) Antara siswa satu dengan yang lain saling kerjasama.
d. Penghambat pelaksanaan siklus I
1) Dalam menggunakan media tidak semua siswa memegangnya,
jadi ada siswa yang hanya melihatnya saja dan ini berakibat siswa
kurang memahami materi pelajaran..
2) Kondisi kelas kurang kondusif karena siswa yang tidak
memegang media tidak memperhatikan materi.
79
e. Hasil evaluasi siklus
Tabel 4.2
Nilai Matematika Siswa Siklus I
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Nur Said 70 Tuntas
2 Galih Vebiyanto 50 Belum tuntas
3 Aditya Wahyu M 50 Belum tuntas
4 Ana Dwi Aprilia 80 Tuntas
5 Ana Ludfiana 90 Tuntas
6 Asrofi 80 Tuntas
7 Azrad Alam Sahdiono 50 Belum tuntas
8 Bayu Aji Ramadhan 50 Belum tuntas
9 Isna Dea Laisia 80 Tuntas
10 Muhammad Faqih A 100 Tuntas
11 Putriani 80 Tuntas
12 Ratna Wulandari 80 Tuntas
13 Rizki Adi Pratama 80 Tuntas
14 Setia Didik R 60 Tuntas
15 Siswati 70 Tuntas
16 Sofian Maulana 30 Belum tuntas
17 Sriyani 80 Tuntas
18 Suryaningtyas 90 Tuntas
19 Riani 70 Tuntas
20 Farhan Dwi Andika 60 Tuntas
Jumlah Nilai
1400
Nilai Rata-rata
70
80
Data di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang tuntas mencapai
nilai tuntas dengan KKM 60 adalah sebanyak 15 siswa atau 75% dan
yang belum tuntas sebanyak 5 siswa atau 25%. Dari jumlah siswa
yang ada di kelas IV MI MAHAD ISLAM Kopeng dengan nilai rata-
rata kelasnya adalah 70.
3. Deskripsi pelaksanaan siklus II
a. Kegiatan perencanaan siklus II
Kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan siklus II adalah:
1). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), 2).
Menyiapkan bahan, media, dan sumber pembelajaran, 3).
Menyiapkan alat evaluasi. Dokumen-dokumen pembelajaran tersebut
terlampir dalam lampiran.
b. Proses pembelajaran siklus II
1) Pelaksanaan: Proses pembelajaran siklus II dilaksanakan pada
hari Rabu tanggal 13 Mei 2015 selama 70 menit.
2) Bahan pembelajaran: materi bangun ruang (balok dan kubus).
3) Siswa yang hadir: 20 siswa (100%).
4) Alat dan sumber pembelajaran: kertas karton, penggaris,
lem/solatip, dan gunting. Buku MATEMATIKA 4B halaman
205-217.
Burhan Mustaqim, Ary Astuty. 2008. Ayo Belajar Matematika
SD/MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Pembukuan, Departemen
Pendidikan Nasional.
81
5) Kegiatan pokok pembelajaran: a). Guru mengulangi penjelasan
mengenai sifat-sifat bangun ruang (balok dan kubus), b). Guru
memberikan contoh bangun ruang balok dan kubus yang sudah
dibongkar, c). Setiap kelompok di minta untuk membuat jaring-
jaring balok dan kubus dari kertas yang sudah disediakan dan
setiap anak akan membuat sendiri, d). Siswa diminta untuk
menggabungkan jaring-jaring balok dan kubus menjadi bentuk
balok dan kubus yang utuh, e). Guru mendampingi kegiatan yang
dilakukan anak.
6) Pendekatan yang diterapkan: Pendidikan Matematika Realistik.
7) Evaluasi: Setelah balok dan kubus dibentuk, maka setiap
kelompok maju kedepan menjelaskan sifat-sifat balok dan kubus.
c. Pendukung pelaksanaan siklus II
1) Prestasi belajar siswa pada siklus I yang meningkat dari
pembelajaran matematika sebelumnya membuat siswa semakin
termotivasi.
2) Upaya mencapai prestasi belajar matematika bagi siswa relatif
tinggi.
d. Penghambat pelaksanaan siklus II
1) Ada beberapa siswa yang tidak membawa peralatan yang
sebelumnya sudah diberitahu untuk membawa, jadi pada saat
proses pembelajaran siswa sibuk mencari alat yang belum mereka
bawa.
82
e. Ada satu dua siswa yang belum bisa membuat jaring-jaring balok dan
kubus yang tepat ketika nanti di bentuk ke bangun balok dan kubus.
f. Hasil evaluasi siklus II
Tabel 4.3
Nilai Matematika Siswa Siklus II
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Nur Said 90 Tuntas
2 Galih Vebiyanto 80 Tuntas
3 Aditya Wahyu M 75 Tuntas
4 Ana Dwi Aprilia 85 Tuntas
5 Ana Ludfiana 90 Tuntas
6 Asrofi 90 Tuntas
7 Azrad Alam Sahdiono 85 Tuntas
8 Bayu Aji Ramadhan 85 Tuntas
9 Isna Dea Laisia 90 Tuntas
10 Muhammad Faqih A 100 Tuntas
11 Putriani 85 Tuntas
12 Ratna Wulandari 90 Tuntas
13 Rizki Adi Pratama 90 Tuntas
14 Setia Didik R 85 Tuntas
15 Siswati 80 Tuntas
16 Sofian Maulana 80 Tuntas
17 Sriyani 85 Tuntas
18 Suryaningtyas 85 Tuntas
19 Riani 85 Tuntas
20 Farhan Dwi Andika 75 Tuntas
Jumlah Nilai
1710
Nilai Rata-rata
85,5
83
Data di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang mencapai nilai
tuntas dengan KKM 60 adalah sebanyak 20 siswa atau 100%. Dari
jumlah siswa yang ada di kelas IV MI MAHAD ISLAM Kopeng
dengan nilai rata-rata kelasnya adalah 85,5. Tetapi nilai pada siklus II
ini, peneliti belum puas dengan hasilnya karena masih ada beberapa
siswa yang belum benar-benar paham.
4. Deskripsi pelaksanaan siklus III
a. Kegiatan perencanaan siklus III
Kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan siklus III
adalah: 1). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
2). Menyiapkan bahan, media, dan sumber pembelajaran, 3).
Menyiapkan alat evaluasi. Dokumen-dokumen pembelajaran
tersebut terlampir dalam lampiran.
b. Proses pembelajaran siklus III
1) Pelaksanaan: Proses pembelajaran siklus III dilaksanakan pada
hari Jumat tanggal 29 Mei 2015 selama 70 menit.
2) Bahan pembelajaran: bangun balok dan kubus.
3) Siswa yang hadir: 20 siswa (100%).
4) Alat dan sumber pembelajaran: bangun balok dan kubus. Buku
MATEMATIKA 4B halaman 205-217
Burhan Mustaqim, Ary Astuty. 2008. Ayo Belajar Matematika
SD/MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Pembukuan, Departemen
Pendidikan Nasional.
84
5) Kegiatan pokok pembelajaran: a). Guru mengulangi penjelasan
mengenai sifat-sifat bangun ruang (balok dan kubus), b). Guru
meminta siswa secara bergiliran maju kedepan kelas untuk
menjelaskan sifat-sifat dan menggambarkan jaring-jaring balok
dan kubus, c). Guru mendampingi kegiatan yang dilakukan
anak.
6) Pendekatan yang diterapkan: Pendidikan Matematika Realistik.
7) Evaluasi: ketika siswa maju ke depan kelas menjelaskan sifat-
sifat dan menggambarkan jaring-jaring balok dan kubus itu
merupakan evaluasi dari proses pembelajaran yang berlangsung
dari siklus I sampai siklus III.
c. Pendukung pelaksanaan siklus III
1) Respon positif siswa setiap mendapat penjelasan materi dari
guru.
2) Nilai prestasi belajar siswa yang mengalami peningkatan
memacu siswa dalam pembelajaran matematika.
d. Penghambat pelaksanaan siklus III
Penghambat dalam pelaksanaan siklus III ini adalah ada
satu dua siswa yang masih memerlukan pantauan dan bimbingan
individual.
85
e. Hasil evaluasi siklus III
Tabel 4.4
Nilai Matematika Siswa Siklus III
No Nama Siswa Siklus III Keterangan
1 Nur Said 100 Tuntas
2 Galih Vebiyanto 80 Tuntas
3 Aditya Wahyu M 80 Tuntas
4 Ana Dwi Aprilia 100 Tuntas
5 Ana Ludfiana 100 Tuntas
6 Asrofi 100 Tuntas
7 Azrad Alam Sahdiono 100 Tuntas
8 Bayu Aji Ramadhan 90 Tuntas
9 Isna Dea Laisia 100 Tuntas
10 Muhammad Faqih A 100 Tuntas
11 Putriani 100 Tuntas
12 Ratna Wulandari 100 Tuntas
13 Rizki Adi Pratama 100 Tuntas
14 Setia Didik R 90 Tuntas
15 Siswati 100 Tuntas
16 Sofian Maulana 80 Tuntas
17 Sriyani 100 Tuntas
18 Suryaningtyas 100 Tuntas
19 Riani 100 Tuntas
20 Farhan Dwi Andika 80 Tuntas
Jumlah Nilai
1900
Nilai Rata-rata
95
Data di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang mencapai nilai
tuntas dengan KKM 60 adalah sebanyak 20 siswa atau 100%. Dari
86
jumlah siswa yang ada di kelas IV MI MAHAD ISLAM Kopeng
dengan nilai rata-rata kelasnya adalah 95. Nilai pada siklus III ini,
peneliti puas dengan hasilnya karena masih hampir semua siswa
benar-benar paham dengan materi bangun ruang (balok dan kubus).
B. Pembahasan hasil penelitian
Setelah dilakukan berbagai kegiatan mulai dari kegiatan pra siklus sampai
diberikan tindakan pada siklus I, siklus II, dan siklus III, banyak hal yang
terjadi pada proses kegiatan pembelajaran. Pada kegiatan pra siklus di
dapatkan bahwa siswa belum sepenuhnya mengikuti proses pembelajaran di
karenakan guru kurang melibatkan siswa dalam menggunakan media
pembelajaran dan banyak menggunakan ceramah. Oleh karena itu, hasil pada
pra siklus ini dijadikan acuan dalam membuat RPP pada siklus I. Penyusunan
RPP siklus I dirancang oleh guru dan peneliti, dalam siklus I ini siswa
kurang mengikuti proses pembelajaran karena dalam satu kelompok hanya
ada beberapa media jadi tidak semua anak memegang media yang ada. Hal ini
menyebabkan siswa kurang paham dengan pelajaran yang sedang
berlangsung. Hasil pada siklus I menjadi acuan RPP pada siklus II, pada
proses pembelajaran siklus II, siswa sudah mengikuti kegiatan dalam
pembelajaran dan hasilnya siswa paham dengan materi pelajaran yang
dipelajari dan hasil prestasinya meningkat tapi dengan rata-rata yang masih
belum memuaskan peneliti. Oleh karena itu peneliti melakukan siklsu III.
Pada siklus ini, dilakukan evaluasi dari materi awal sampai akhir dan hasilnya
menunjukkan prestasi yang meningkat dan menunjukan bahwa pendekatan
87
yang digunakan dalam penelotian ini berhasil. Berikut data hasil penelitian
pada pra siklus, siklus I, siklus II, dan siklus III pada pelajaran matematika
materi bangun ruang (balok dan kubus) yaitu
Tabel 4.5
Perbandingan Nilai Matematika Siswa
No Nama Siswa Pra-siklus Siklus I Siklus II Siklus III
1 Nur Said 40 70 90 100
2 Galih Vebiyanto 30 50 80 80
3 Aditya Wahyu M 30 50 75 80
4 Ana Dwi Aprilia 80 80 85 100
5 Ana Ludfiana 75 90 90 100
6 Asrofi 35 80 90 100
7 Azrad Alam Sahdiono 65 50 85 100
8 Bayu Aji Ramadhan 30 50 85 90
9 Isna Dea Laisia 85 80 90 100
10 Muhammad Faqih A 100 100 100 100
11 Putriani 85 80 85 100
12 Ratna Wulandari 40 80 90 100
13 Rizki Adi Pratama 75 80 90 100
14 Setia Didik R 40 60 85 90
15 Siswati 60 70 80 100
16 Sofian Maulana 50 30 80 80
17 Sriyani 85 80 85 100
18 Suryaningtyas 85 90 85 100
19 Riani 85 70 85 100
20 Farhan Dwi Andika 45 60 75 80
Jumlah Nilai
1220 1400 1710 1900
Nilai Rata-rata
61 70 85,5 95
88
Rekapitulasi data perolehan nilai siswa dari pra-siklus, siklus I, siklus II
dan siklus III di atas dapat digambarkan pada perubahan perolehan nilai
dengan gambar diagram di bawah ini:
Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Nilai Matematika Siswa
Berdasarkan data tabel atau diagram di atas dapat diketahui bahwa dari
pra-siklus sampai setiap siklus siswa mengalami perubahan dalam
meningkatkan hasil pembelajaran. Rata-rata kelas yang diperoleh kelas IV
juga meningkat pada pra-siklus rata-rata kelas mencapai 61 dengan siswa
yang tuntas dengan nilai ≥60 mencapai 11 siswa dan siswa yang mendapat
nilai ≤60 atau belum tuntas ada 9 siswa. Rata-rata ini didapatkan pada
pembelajaran sebelum diberi pendekatan Pendidikan Matematika Realistik,
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pra-siklus
Siklus I
Siklus II
Siklus III
89
untuk itu mulai pada siklus I diberi Pendekatan Pendidikan Matematika
realistik dan hasilnya menunjukan peningkatan. Pada siklus I rata-rata kelas
mencapai 70 dengan siswa yang tuntas dengan nilai ≥60 mencapi 15 siswa
dan siswa yang mendapat nilai ≤60 atau belum tuntas ada 5 siswa, yang
dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang belum tuntas adalah
siswa dilibatkan secara individu dalam proses pembelajaran pada siklus II
meskipun sudah ada kelompok belajar. Dan setiap kelompok memiliki
anggota yang sudah paham/mengerti materi bangun ruang (balok dan kubus),
hal ini bertujuan untuk membantu siswa yang belum jelas/tuntas dalam
belajar bangun ruang (balok dan kubus). Pelibatan siswa secara individu pada
siklus II diharapkan dapat berjalan dengan baik, sehingga siswa yang belum
tuntas dapat meningkatkan hasil belajarnya dan siswa yang sudah tuntas dapat
mempertahankan dan meningkatkan ketuntasan belajarnya.
Siklus II mengalami peningkatan dengan rata-rata kelas meningkat
menjadi 85,5. Siswa yang tuntas dengan mendapat nilai ≥60 bertambah
mencapai 20 siswa dan siswa yang mendapat nilai ≤60 atau belum tuntas
tidak ada. Tapi pada siklus II ini peneliti belum merasa puas dengan nilai
yang di hasilkan oleh siswa, untuk itu dilakukan siklus III dengan cara
memberikan pengulangan dan evaluasi.
Siklus III rata-rata kelas telah mencapai 95 siswa yang tuntas dengan nilai
≥60 mencapai 20 siswa. Yang perlu dilakukan guru denagn memberinya
latihan/unjuk kerja siswa untuk maju kedepan kelas menjelaskan tentang
bangun ruang (balok dan kubus) yang sudah dipelajari.
90
Sedangkan perbandingan prosentase ketuntasan yang diperoleh siswa
kelas IV dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.6
Perbandingan prosentase rata-rata prestasi belajar siswa
No Pelaksanaan
Penelitian
Jumlah Rata-
rata
kelas
% Ketuntasan
Tuntas Belum
tuntas
1 Pra-siklus 1220 61 55 11 9
2 Siklus I 1400 70 75 15 5
3 Siklus II 1710 85,5 100 20 -
4 Siklus III 1900 95 100 20 -
Tabel 4.6 yaitu tentang perbandingan prosentase hasil belajar siswa dapat
digambarkan dalam diagram dibawah ini:
Gambar 4.2 perbandingan prosentase rata-rata prestasi belajar siswa
Rekapitulasi presentase ketuntasan yang diperoleh dari pra-siklus sampai
setiap siklus juga mengalami peningkatan. Kriteria yang digunakan peneliti
dalam penelitian materi bangun ruang (balok dan kubus) melalui pendekatan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pra-siklus Siklus I Siklus II Siklus III
Prosentase
91
Pendidikan Matematika Realistik yaitu apabila presentase ketuntasan klasikal
mencapai ≥ 80% maka penelitian dikatakan berhasil. Pada pra-siklus
presentase ketuntasan yang diperoleh baru mencapai 55% dengan siswa yang
tuntas dengan indikator keberhasilan ≥60 mencapai 11 siswa. Siklus I siswa
yang tuntas meningkat menjadi 15 siswa dengan presentase 75%. Siklus II
siswa yang tuntas meningkat menjadi 20 siswa dengan presentase 100%,
tetapi karena rata-rata nilainya masih kurang bagi peneliti maka dilakukan
siklus III. Siklus I siswa yang tuntas 20 siswa dengan presentase 100% dan
rata-rata nilai kelasnya memuaskan. Karena pada siklus III sudah mencapai
indikator yang ditetukan dan rata-rata nilai kelas memuaskan maka tidak
perlu diadakan penelitian lagi. Penelitian menggunakan pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik dalam pembelajaran bangun ruang (balok
dan kubus) dikatakan berhasil dengan baik karena presentase sudah melebihi
indikator keberhasilan yang ditentukan peneliti.
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (Tarigan, 2006:4)
merupakan pendekatan pelajaran yang orientasinya menuju kepada penalaran
siswa yang bersifat realistik sesuai dengan pengembangan pola pikir praktis,
logis, kritis, dan jujur sesuai dengan berorientasi pada penalaran matematika
dalam menyelesaikan masalah. Ada empat pilar yang perlu diberdayakan agar
siswa nantinya mampu untuk berbuat untuk memeperkaya pengalaman
belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan
lingkungan fisik, sosial maupun budaya sehingga mampu membangun
pemahaman (learning to know). Dengan demikian, siswa dapat membangun
92
pengetahuan dan kepercayaan dirinya (learning to be). Kesempatan untuk
berinteraksi dengan individu maupun kelompok yang bervariasi (learning to
live together).
Penggunaan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) ini
ternyata siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dan secara aktif terlibat
secara langsung dan dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru
dengan baik. Prestasi belajar dapat diperoleh sesudah mengikuti proses
belajar. Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai
tujuan pengajaran, sedangkan prestasi belajar adalah kemampuam-
kemampuan secara kognitif, afektif dan psikomotorik yang di capai siswa.
Meningkatnya prestasi belajar siswa tersebut disebabkan pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik mampu membuat siswa mengalami secara
langsung proses pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan teori yang
diungkapkan oleh Peter (Muncarno, 2012: 96) bahwa pengalaman langsung
memeberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan
gagasan yang terkandung dalam pembelajaran karena hampir melibatkan
seluruh indera, pemahaman yang didapat dari kegiatan melakukan sebesar
90%. Selain itu aktivitas siswa dalam proses matematisasi horizontal dan
matematisasi vertikal juga mampu membuat siswa berpikir kritis,
membangun sendiri pemahamannya sehingga ketika permasalahan yang baru
diberikan, siswa mampu menyelesaikannya berdasarkan pengalaman belajar
yang telah dialami. Siswa tidak lagi terikat pada belajar menghafal simbol-
simbol dan algomaritma matematika.
93
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika
siswa dapat ditingkatkan melalui pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik (PMR). Hasil analisis tindakan ini mendukung hipotesis tindakan
yang diajukan yaitu melalui penerapan Pendidikan Matematika Realistik
(PMR) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas IV MI
Mahad Islam Kopeng semester II tahun pelajaran 2014/2015.
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diperoleh
bahwa Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “PENINGKATAN
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG
(BALOK DAN KUBUS) MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN
MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA KELAS IV MI MAHAD
ISLAM KOPENG KECAMATAN GETASAN KABUPATEN
SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015”. Bahwa pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik ini dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Matematika pada
pokok bahasan materi bangun ruang (balok dan kubus) pada siswa kelas IV
MI MAHAD ISLAM KOPENG Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang
Tahun Ajaran 2014/2015.
Hal ini bisa dilihat dari hasil yang diperoleh siswa pada hasil test yang
dilakukan oleh siswa mulai dari pra siklus yang presentasenya yang tuntas
KKM adalah sebanyak 11 siswa atau 55% dan yang belum tuntas 9 siswa
atau 45%, dengan rata-rata kelas 61. Selanjutnya siklus I presentasenya
yang tuntas KKM adalah sebanyak 15 siswa atau 75% dan yang belum
tuntas sebanyak 5 siswa atau 25% dengan rata-rata kelas 70, siklus II
presentasenya adalah yang tuntas KKM sebanyak 20 siswa atau 100% dan
rata-rata kelasnya 85,5 dan siklus III dimana pada siklus ketiga ini seluruh
95
siswa mampu menunjukkan bahwa prestasi mereka dapat meningkat yaitu
hasil test seluruh siswa yang berjumlah 20 siswa atau 100% mampu
mencapai nilai KKM yang ditentukan dan dengan rata-rata kelas 95.
B. Saran
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya serta
data yang diperoleh dan bukti-bukti yang riil yang terjadi dilapangan bahwa
setelah menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik pada
mata pelajaran Matematika materi bangun ruang (balok dan kubus) ternyata
mampu meningkatkan prestasi belajar siswa, untuk itu dapat dikemukakn
beberapa saran antara lain:
1. Bagi guru: Pembelajaran dengan pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik perlu dilaksanakan dengan metode yang bervariasi dan kreatif
lagi dan di terapkan pada pelajaran matematika dengan materi yang
berbeda untuk meningkatkan prestasi belajar matematika.
2. Bagi sekolah: Sekolah hendaknya menyediakan berbagai sarana dan
prasarana yang menunjang keberhasilan pelaksanaan pembelajaran. Agar
prestasi belajar siswa meningkat.
3. Bagi peneliti selanjutnya lebih kreatif dan inovatif lagi dalam
mengembangkan metode, strategi, dan pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran supaya prestasi anak meningkat sesuai dengan tujuan yang
sudah ditetapkan.
96
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 1992. Islam Paragdima Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Madia.
Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Instruksional (Prinsip-Teknik-Prosedur).
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsini. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Asvia, Azmi. 2012. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV
Pada Materi Bangun Ruang Melalui Pembelajaran Matematika Realistik
Di Sekolah Dasar Negeri I MARIBAYA KARANGANYAR
PURBALINGGA. Skriosi tidak diterbitkan. Semarang. Jurusan PGSD
Fakultas ILMU PENDIDIKAN UNNES SEMARANG.
Azwar, Saifuddin. 2006. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Burhan Mustaqim, Ary astuty. 2008. Ayo Belajar Matematika SD/MI Kelas IV.
Jakarta: Pusat Pembukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Conny, Semiawan. 2008. Belajar Dan Pembelajaran Prasekolah Dan Sekolah
Dasar. Indonesia: PT Macanan Jaya Cemerlang.
Daryanto. 2012. Konsep Pembelajaran Kreatif. Yogyakarta: Gaya Media.
Diplomati, Utari. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan
Menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Pada
Siswa Kelas III SD NEGERI WONOKERTO TEGALREJO Kabupaten
Magelang. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga. Jurusan Tarbiyah IAIN
Salatiga.
Djamarah , Syaiful Bahri,. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.
Faizi , Mastur. 2013. Ragam Metode Mengajarkan Eksakta Pada Murid.
Yogyakarta: DIVA Press.
Hamalik, Oemar. 1990. Metoda Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar.
Bandung: Tarsito.
Heruman. 2010. Model Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
97
Roosbiyantana, Dawig. 2007. Mengenal Bangun Ruang Sisi Datar. Yogyakarta:
PT Citra Aji Darawa.
Sam‟s, Rosma Hartiny. 2010. Model Penelitian Tindakan Kelas: Teknik
Bermain Konstruktif untuk Peningkatan Hasil Belajar Matematika.
Yogyakarta: Sukses Offset.
Slameto. 1991. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Memepengaruhinya. Salatiga:
Rineka Cipta.
Sriyanti , Lilik. 2011. Psikologi Belajar. Salatiga: STAIN Salatiga Press.
Sukamiyati. 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendidikan
Matematika Realistik (PMR) Pada Siswa Kelas IV Sd NEGERI
TIMBULHARJO. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta. Jurusan Pra
Sekolah Dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan UNY Yogyakarta
Sumadoyo, Samsu. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sunarroso. 2008. Bimbingan Belajar Geometri. Surakarta: PT Era Pustaka
Utama.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Balajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakata: Kencana Prenada Media Group.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta:Rajawali Pers.
Yonny, Acep, dkk. 2012. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:
Familia
Uno, Hamzah B, Masri Kudrat Umar. 2009. Mengelola Kecerdasan Dalam
Pembelajaran: Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan.
Jakarta: Bumi Aksara.
98
99
Lampiran I
LEMBAR OBSERVASI KEMAMPUAN GURU DALAM MEMBELAJARKAN
MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG (BALOK DAN KUBUS)
Dilaksanakan pada: Rabu, 6 Mei 2015
NO ASPEK PENGAMATAN 1 2 3 4 5
1 Kemampuan menyiapkan proses pembelajaran √
2 Kemampuan memberikan motivasi belajar siswa √
3
Kemampuan mempresentasikan bahan
pembelajaran √
4 Kemampuan mengorganisasi kelas √
5 Kemampuan menciptakan suasana interaktif √
6 Kemampuan membimbing siswa √
7 Kemampuan menerapkan metode pembelajaran √
8 Kemampuan melibatkan siswa dalam pembelajaran √
9 Kemampuan melakukan penilaian dengan obyektif √
10 Kemampuan menggunakan media pembelajaran √
- Jumlah skor 21 12
Total skor 33
Kopeng, 6 Mei 2015
Pengamat
Keterangan:
Skor 5 artinya amat baik (A)
Skor 4 artiny baik (B)
Skor 3 artinya cukup (C)
Skor 2 artinya kurang (D)
Skor 1 artinya amat kurang (E)
100
Lampiran 2
101
102
Lampiran 3
Lembar Soal Pra-Test Materi Bangun Ruang Balok Dan Kubus
Rabu, 6 Mei 2015
1. Sebutkan macam-macam bentuk balok dan kubus yang ada disekitar
kalian?
2. Apa yang dimaksud dengan sisi?
3. Apa yang dimaksud dengan rusuk?
4. Apa yang dimaksud dengan titik sudut?
5. Apa berapa titik sudut pada balok?
6. Pada kubus ABCD.EFGH ada 6 sisi, sebutkan 3 sisi balok ABCD.EFGH?
7. Apa berapa rusuk-rusuk pada kubus?
8. Pada balok ABCD.EFGH ada 6 sisi, sebutkan 3 sisi kubus ABCD.EFGH?
9. Gambarkan 2 macam jaring-jaring balok?
10. Gambarkan 2 macam jaring-jaring kubus?
103
Lampiran 4
Kunci Jawaban Soal Pra-Siklus
1. Macam-macam bentuk balok dan kubus: bungkus pepsoden, almari,
tempat pensil, kardus mie, kardus tivi, kardus minuman mineral, dll)
2. Sisi adalah bidang atau permukaan yang membatasi bangun ruang.
3. Rusuk adalah garis yang merupakan pertemuan dari dua sisi bangun ruang.
4. Titik sudut adalah titik pertemuan dari tiga buah rusuk pada bangun ruang.
5. Ada 8 titik sudut pada balok.
6. Sisi ABCD, sisi ABFE, sisi ADHE, sisi EFGH, sisi DCGH, dan sisi BCGF
7. Ada 12 rusuk pada kubus.
8. Sisi EFGH, sisi DCGH dan sisi BCGF
9.
10.
104
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) KTSP (Siklus I)
Sekolah : MI Ma’had Islam Kopeng
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV (Empat) / 2 (Dua)
Alokasi Waktu : 2 × 35 menit ( 1 kali pertemuan)
A. Standar Kompetensi
8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun
datar.
B. Kompetensi Dasar
8.2 Menentukan jaring-jaring balok dan kubus.
C. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
4. Menyebutkan sifat-sifat bangun ruang: balok dan kubus.
5. Menggambar bangun sesuai sifat-sifat bangun ruang yang diberikan.
6. Membuat jaring-jaring balok dan kubus.
D. Materi Pembelajaran
Bangun ruang balok dan kubus.
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan PMR (Pendidikan Matematika Realistik)
105
F. Langkah-langkah Pembelajaran
No Pembelajaran Tahapan
PMR
Kegiatan Pembelajaran Waktu
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Pendahuluan a. Guru membuka pelajaran
dengan mengucapkan salam
dan berdoa bersama yang
dipimpin oleh salah satu peserta
didik.
b. Guru mengkondisikan siswa
sebelum memulai pembelajaran
(meliputi: kebersihan kelas,
pakaian dan tempat duduk, guru
meminta siswa untuk berdiri
dan antara dua siswa saling
berhadapan untuk saling
memeriksa kerapian dari teman
yang berada dihadapannya,
kemudian apabila ada temannya
yang kurang rapi bisa saling
merapikan. Kemudian guru
meminta siswa duduk kembali).
c. Guru mengabsen siswa, dengan
bertanya: “apakah hari ini
semuanya berangkat anak-
anak?”
d. Guru bertanya: “apa kabar
anak-anak?”
5
menit
106
(1) (2) (3) (4) (5)
e. Guru melakukan apersepsi dan
motivasi:
- Siapa yang tahu bangun
ruang?
- Sebutkan macam-macam
bangun ruang yang ada di
kelas, rumah dan
lingkungan sekitar kalian?
f. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai
setelah pembelajaran selesai.
Yaitu setelah selesai
pembelajaran diharapkan anak-
anak mampu menyebutkan
sifst-sifat dan menggambar
bangun ruang balok dan kubus.
2 Kegiatan inti Memahami
masalah
konstektual
a. Eksplorasi
- Guru memberikan
penjelasan mengenai sifat-
sifat bangun ruang (balok
dan kubus), dengan
mengamati bangun-bangun
yang ada di ruang kelas
maupun luar kelas.
- Guru memberikan contoh
bangun ruang yang nyata,
seperti yang ada di kelas
(almari, kotak pensil) dan
guru membawa media dari
60
menit
107
(1) (2) (3) (4) (5)
kotak bekas pasta gigi, sabun,
kardus bekas tempat makanan yang
berbentuk balok dan kubus
Menjelask-
an masalah
konstektual
b. Elaborasi
- Setelah menjelaskan, guru
membagi siswa menjadi 4
kelompok dengan cara
berhitung (setiap kelompok
5 orang).
- Guru meminta setiap
kelompok untuk
membongkar bangun ruang
(balok dan kubus) dari
media yang sudah
disediakan oleh guru. Disini
guru mendampingi kegiatan
yang dilakukan anak,
karena guru sebagai
fasilitator belajar siswa.
Menyelesak
-an masalah
konstektual
- Setelah selesai
membongkar, siswa akan
menemukan jaring-jaring
dan bisa menemukan sifat-
sifat balok dan kubus.
Membandi-
ngkan dan
mendiskusi-
kan
jawaban
c. Konfirmasi (latihan)
- Setelah selesai
membongkar, maka setiap
kelompok maju kedepan
menjelaskan sifat-sifat
108
(1) (2) (3) (4) (5)
dan menggambarkan jaring-
jaring balok dan kubus
kepada teman-temannya
secara bergantian.
- kelompok lainnya
menanggapi penjelasan
kelompok yang maju.
3 Penutup Menyimpul-
kan
a. Guru dan siswa bersama-sama
menyimpulkan materi yang
telah dipelajari hari ini.
b. Guru menyampaikan materi
yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya.
c. Guru menutup pelajaran dengan
berdoa bersama siswa dan
mengucapkan salam.
5
menit
G. Media, Alat dan Sumber Belajar
1. Media dan alat
- Kardus/bungkus bekas yang berbentuk balok dan kubus (kardus
kapur, kardus sabun, kardus lampu, bungkus pepsodent dll).
- Penggaris.
- Gunting.
2. Sumber belajar
Buku MATEMATIKA 4B halaman 205-217
Burhan Mustaqim, Ary Astuty. 2008. Ayo Belajar Matematika SD/MI
Kelas IV. Jakarta: Pusat Pembukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
109
110
Lampiran 6
Kunci Jawaban Soal Siklus I
1. Sisi pada balok yaitu : Sisi ABCD, sisi ABFE, sisi ADHE, sisi EFGH, sisi
DCGH, dan sisi BCGF
2. 6 rusuk pada kubus yaitu: AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF,
CG, dan DH.
3. Titik sudut pada balok yaitu: A, B, C, D, E, F, G, dan H.
4. Jaring-jaring balok
5. Jaring-jaring kubus
111
Lampiran 7
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) KTSP (13 Mei 2015)
Sekolah : MI Ma’had Islam Kopeng
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV (Empat) / 2 (Dua)
Alokasi Waktu : 2 × 35 menit ( 1 kali pertemuan)
A. Standar Kompetensi
8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun
datar.
B. Kompetensi Dasar
8.2 Menentukan jaring-jaring balok dan kubus.
C. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Menyebutkan sifat-sifat bangun ruang: balok dan kubus.
2. Menggambar bangun sesuai sifat-sifat bangun ruang yang diberikan.
3. Membuat jaring-jaring balok dan kubus.
D. Materi Pembelajaran
Bangun ruang balok dan kubus.
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan PMR (Pendidikan Matematika Realistik).
112
F. Langkah-langkah Pembelajaran
No Pembelajaran Tahapan
PMR
Kegiatan Pembelajaran Waktu
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Pendahuluan g. Guru membuka pelajaran
dengan mengucapkan salam
dan berdoa bersama yang
dipimpin oleh salah satu peserta
didik.
h. Guru mengkondisikan siswa
sebelum memulai pembelajaran
(meliputi: kebersihan kelas,
pakaian dan tempat duduk,
guru meminta siswa untuk
berdiri dan antara dua siswa
saling berhadapan untuk saling
memeriksa kerapian dari teman
yang berada dihadapannya,
kemudian apabila ada temannya
yang kurang rapi bisa saling
merapikan. Kemudian guru
meminta siswa duduk kembali).
i. Guru mengabsen siswa, dengan
bertanya: “apakah hari ini
semuanya berangkat anak-
anak?”
j. Guru bertanya: “apa kabar
anak-anak?”
5
menit
113
(1) (2) (3) (4) (5)
k. Guru melakukan apersepsi dan
motivasi:
- Kemarin kita sudah belajar
bangun ruang balok dan
kubus, sekarang tolong
sebutkan sisi yang ada pada
bangun tersebut?
l. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai
setelah pembelajaran selesai
(siswa mampu menggambar
dan membuat jaring-jaring
balok dan kubus).
2 Kegiatan inti Memahami
masalah
konstektual
d. Eksplorasi
- Guru mengulangi
penjelasan mengenai sifat-
sifat bangun ruang (balok
dan kubus), dengan
mengamati bangun-bangun
yang ada di ruang kelas.
- Guru memberikan contoh
bangun ruang balok dan
kubus yang sudah
dibongkar, kemudian
menjelaskan jaring-jaring
dari kardus yang sudah
dibongkar.
60
menit
114
(1) (2) (3) (4) (5)
Menjelask-
an masalah
konstektual
e. Elaborasi
- Guru membagikan kertas
kepada setiap kelompok
yang sudah dibentuk, kertas
tersebut digunakan untuk
membuat jaring-jaring
balok dan kubus dengan
ukuran yang sudah
ditentukan. Disini guru
mendampingi kegiatan yang
dilakukan anak, karena guru
sebagai fasilitator belajar
siswa. Meskipun dilakukan
pada kelompok tetapi setiap
anak akan membuat sendiri.
Menyelesak
-an masalah
konstektual
- Setelah melakukan kegiatan
di atas, siswa diminta untuk
menggabungkan jaring-
jaring balok dan kubus
menjadi bentuk balok dan
kubus yang utuh.
Membandi-
ngkan dan
mendiskusi-
kan
jawaban
f. Konfirmasi (latihan)
- Setelah balok dan kubus
dibentuk, maka setiap
kelompok maju kedepan
menjelaskan sifat-sifat
balok dan kubus kepada
teman-temannya secara
bergantian.
115
(1) (2) (3) (4) (5)
- kelompok lainnya
menanggapi penjelasan
kelompok yang maju.
3 Penutup Menyimpul-
kan
d. Guru dan siswa bersama-sama
menyimpulkan materi yang
telah dipelajari hari ini.
e. Guru menyampaikan materi
yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya.
f. Guru menutup pelajaran dengan
berdoa bersama siswa dan
mengucapkan salam.
5
menit
G. Media, Alat dan Suber Belajar
1. Media dan alat
- Kertas karton
- Penggaris
- Lem/solatip
- Gunting
2. Sumber belajar
Buku MATEMATIKA 4B halaman 205-217
Burhan Mustaqim, Ary Astuty. 2008. Ayo Belajar Matematika SD/MI
Kelas IV. Jakarta: Pusat Pembukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
116
117
Lampiran 8
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) KTSP (29 Mei 2015)
Sekolah : MI Ma’had Islam Kopeng
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV (Empat) / 2 (Dua)
Alokasi Waktu : 2 × 35 menit ( 1 kali pertemuan)
A. Standar Kompetensi
8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun
datar.
B. Kompetensi Dasar
8.2 Menentukan jaring-jaring balok dan kubus.
C. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Menyebutkan sifat-sifat bangun ruang: balok dan kubus.
2. Menggambar bangun sesuai sifat-sifat bangun ruang yang diberikan.
3. Membuat jaring-jaring balok dan kubus.
D. Materi Pembelajaran
Bangun ruang balok dan kubus.
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan PMR (Pendidikan Matematika Realistik).
118
F. Langkah-langkah Pembelajaran
No Pembelajaran Tahapan
PMR
Kegiatan Pembelajaran Waktu
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Pendahuluan m. Guru membuka pelajaran
dengan mengucapkan salam
dan berdoa bersama yang
dipimpin oleh salah satu peserta
didik.
n. Guru mengkondisikan siswa
sebelum memulai pembelajaran
(meliputi: pakaian dan tempat.
duduk, guru meminta siswa
untuk berdiri dan antara dua
siswa saling berhadapan untuk
saling memeriksa kerapian dari
teman yang berada
dihadapannya, kemudian
apabila ada temannya yang
kurang rapi bisa saling
merapikan. Kemudian guru
meminta siswa duduk kembali).
o. Guru mengabsen siswa, dengan
bertanya: “apakah hari ini
semuanya berangkat anak-
anak?”
p. Guru bertanya: “apa kabar
anak-anak?”
5
menit
119
(1) (2) (3) (4) (5)
q. Guru melakukan apersepsi dan
motivasi:
- Kemarin kita sudah belajar
membuat jaring-jaring dan
membuat bangun ruang
balok dan kubus, sekarang
tolong sebutkan sisi yang
ada pada bangun tersebut?
r. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai
setelah pembelajaran selesai
(setelah belajar membuat
jaring-jaring dan membuatnya
menjadi bangun balok dan
kubus, maka siswa sudah
paham sifat-sifatnya).
2 Kegiatan inti Memahami
masalah
konstektual
g. Eksplorasi
- Guru mengulangi
penjelasan mengenai sifat-
sifat bangun ruang (balok
dan kubus), dengan
mengamati bangun balok
dan kubus yang sudah
dibuat oleh siswa.
60
menit
Menjelask-
an dan
menyelesaik
-an masalah
konstektual
h. Elaborasi
- Guru meminta siswa secara
bergiliran maju kedepan
kelas untuk menjelaskan
sifat-sifat balok dan kubus
120
(1) (2) (3) (4) (5)
menggunakan bangun yang sudah
dibuat . Disini guru mendampingi
kegiatan yang dilakukan anak,
karena guru sebagai fasilitator
belajar siswa.
Membandi-
ngkan dan
mendiskusi-
kan
jawaban
i. Konfirmasi (latihan)
- Siswa lainnya menanggapi
penjelasan siswa yang
maju.
3 Penutup Menyimpul-
kan
g. Guru dan siswa bersama-sama
menyimpulkan materi yang
telah dipelajari hari ini.
h. Guru menyampaikan materi
yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya.
i. Guru menutup pelajaran dengan
berdoa bersama siswa dan
mengucapkan salam.
5
menit
G. Media, Alat dan Suber Belajar
3. Media dan alat
- Bangun balok dan kubus.
4. Sumber belajar
Buku MATEMATIKA 4B halaman 205-217
Burhan Mustaqim, Ary Astuty. 2008. Ayo Belajar Matematika SD/MI
Kelas IV. Jakarta: Pusat Pembukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
121
122
Lampiran 9
1. Proses pembelajaran siklus I
123
2. Proses pembelajaran siklus II
124
3. Proses pembelajaran siklus III
125
Lampiran 10
126
127
Lampiran 11
128
Lampiran 12
129
Lampiran 13
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Martini Fakultas/Jurusan : Tarbiyah/PGMI
Nim : 11511052 Dosen PA : Rasimin, S.Pd.I, M.Pd
NO NAMA KEGIATAN PELAKSANAAN STATUS SKOR
1 Piagam Penghargaan OPAK STAIN
Salatiga 2011
20 - 22 Agustus
2011
Peserta 3
2 Sertifikat Achievement Motivation
Training (AMT) “ Membangun
Mahasiswa Cerdas Emosi, Spiritual, dan
Intelektual Melalui AMT”.
23 Agustus 2011 Peserta 2
3 Piagam Penghargaan Orientasi Dasar
Keislaman (ODK) Stain Salatiga
24 Agustus 2011 Peserta 2
4 Sertifikat Seminar Entrepreneurship dan
Koperasi KSEI STAIN Salatiga
25 Agustus 2011 Peserta 2
5 Sertifikat UPT Perpustakaan Stain
Salatiga
20 September 2011 Peserta 2
6 Piagam Penghargaan “Super Teens Super
Leader” KAMMI Salatiga
8 Oktober 2011 Peserta 2
7 Surat Keputusan Pengurus Karang
Taruna Manunggal Karya Dusun
Kaliduren
22 Oktober 2011 Pengurus 4
8 Surat Keputusan Pengurus Remaja
Masjid Baitul Mutaqim Dusun Kaliduren
11 November 2011 Pengurus 4
9 Piagam Penghargaan DMS “Let‟s Be An
inspiring Women” LDK STAIN Salatiga
24 November 2011 Peserta 2
10 Piagam Penghargaan Seminar “Menuju
Pendidikan Indonesia Yang Ideal” HMI
Salatiga
28 Desember 2011 Peserta 2
11 Sertifikat Praktikum Kepramukaan
PGMI stain Salatiga
8 Februari 2012 Peserta 2
12 Seminar Nasional Kristologi & Tabligh
Akbar“ Membangun Pemahaman Agama
Menuju Khoirul Ummah” MUI Kota
Salatiga
20 Mei 2012 Peserta 8
13 Sertifikat Seminar Nasional
Entrepreneurship “Menumbuhkan Jiwa
Entrepreneur Generasi Muda” KOPMA
STAIN Salatiga
27 Mei 2012 Peserta 8
130
14 Sertifikat pelatihan mengatasi kecemasan
tampil di depan umum.
9 Juni 2012 Peserta 2
15 Panitia “Kegiatan HUT RI ke-67”
Karang Taruna Manunggal Karya Dusun
Kaliduren
17 Juli 2012 Panitia 3
16 Surat Pengesahan PAC IPPNU Kec.
Getasan periode 2012-2014
24 November 2012 Pengurus 4
17 Sertifikat Seminar Nasional Kebangsaan
“ Menggagas Menasionalismekan Ber-
Agama, Upaya Membingkai Perbedaan
Keberagamaan dalam Ke-Indonesiaan”
IPNU Kab. Semarang
27 Desember2012 Peserta 8
18 Sertifikat Seminar Nasional “How To
Develop The Best Generation” CEC
STAIN Salatiga
1 Juni 2013 Peserta 8
19 Panitia “Kegiatan HUT RI ke-68”
Karang Taruna Manunggal Karya Dusun
Kaliduren
8 Juni 2013 Panitia 3
20 Panitia Pesantren Kilat IPNU-IPPNU
Kec. Getasan “Membentuk Pelajar Yang
Berwawasan Luas, Berakhlakul Karimah
dan Bertaqwa Kepada ALLAH SWT”
10 Juni 2013 Panitia 3
21 Surat keterangan mengikuti kegiatan
BAKESBANG POLINMAS Provinsi
Jawa Tengah “Penguatan Rekonsiliasi
Elemen Masyarakat dalam Rangka
Peningkatan Wawasan Kebangsaan”
28 Agustus 2013 Peserta 2
22 Sertifikat Sosialisasi Empat Pilar oleh
MPR-RI di Pendopo Bupati Ungaran
20 Oktober 2013 Peserta 2
23 Sertifikat Public Hearing “STAIN
menuju IAIN dari Mahasiswa oleh
Mahasiswa untuk Mahasiswa” SEMA
STAIN Salatiga
10 Juni 2014 Peserta 2
24 Panitia Pesantren Kilat IPNU-IPPNU
Kec. Getasan “Menanamkan Nilai Birul
Walidain pada Putra-Putri Bangsa”
19-21 Juli 2014 Panitia 3
25 Panitia “Kegiatan HUT RI ke-69”
Karang Taruna Manunggal Karya Dusun
Kaliduren
2 Agustus 2014 Panitia 3
26 Sertifikat Diklat Microteaching HMPS
PAI STAIN Salatiga
8 November 2014 Peserta 2
27 Surat Pengesahan PAC IPPNU Kec.
Getasan periode 2014-2016
11 November 2014 Pengurus 4
131
132
Lampiran 14
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA LENGKAP : MARTINI
ALAMAT : DUSUN KALIDUREN RT02/RW005, DESA
BATUR, KEC.GETASAN, KAB.SEMARANG
NO.HP : 0857-9910-0134
TEMPAT/TGL LAHIR : KAB.SEMARANG, 29 OKTOBER 1993
AGAMA : ISLAM
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN
GOL.DARAH : AB
RIWAYAT PENDIDIKAN : SDN BATUR 03 2005
: MTS SUDIRMAN KOPENG 2008
: SMK DIPONEGORO SALATIGA 2011
: IAIN SALATIGA (PGMI)
PROSES
PENGALAMAN ORGANISASI:
: PENGURUS KARANG TARUNA MANUNGGAL
KARYA DUSUN KALIDUREN mulai 2008
: REMAJA MASJID BAITUL MUTTAQIM mulai
2007
: KARANG TARUNA BAKTI UTAMA DESA
BATUR 2012
: IPPNU KECAMATAN GETASAN 2012
PENGALAMAN BEKERJA : -
MOTTO HIDUP : “Kita hidup hanya sekali dan pasti punya impian,
berbuatlah yang berarti dan bermanfaat, wujudkan
mimpimu menjadi nyata.”