Upload
truongmien
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG
MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI NGABEYAN 02 KARTASURA SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan
Oleh :
ISTININGDYAH FITRIA HADI ASTUTI
X7109053
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Istiningdyah Fitria Hadi Astuti. PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI NGABEYAN 02 KARTASURA SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendididikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober. 2011.
Tujuan penelitian adalah (1) Meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02 Kartasura Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. (2) Mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang pada siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02 Kartasura Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011.
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek pada penelitian ini siswa kelas V SDN Ngabeyan 02 Kartasura Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 18 dan memiliki pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang yang rendah.
Hasil penelitian diperoleh nilai terendah yang diperoleh siswa pada data awal sebesar 28, pada siklus I naik menjadi 37, dan pada siklus II naik menjadi 53. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada data awal sebesar 74, pada siklus I naik menjadi 100, dan pada siklus II juga 100. Nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan yaitu pada data awal sebesar 47,2 , pada siklus I naik menjadi 75,7 ,dan pada siklus II menjadi 86,1. Untuk siswa tuntas belajar (kriteria ketuntasan minimal 70) pada data awal sebesar 11,1%, siklus I 61,1%, dan pada siklus II menjadi 86,1%.
Penggunaan model pembelajaran CTL dalam pembelajaran matematika adalah dengan melibatkan 7 komponen yang ada pada CTL yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, pemodelan, masyarakat belajar, refleksi, dan penilaian nyata.
Dengan demikian dapat direkomendasikan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang pada siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02. Kata Kunci : Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning
Konsep sifat-sifat bangun ruang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Istiningdyah Fitria Hadi Astuti. THE UNDERSTANDING INCREASE OF GEOMETRI CHARACTERISTIC CONCEPT THROUGH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) FOR FIFTH GRADE STUDENTS OF SD NEGERI NGABEYAN 02 KARTASURA SUKOHARJO YEAR S 2010/2011, Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University Surakarta, Oktober. 2011.
The research s aims (1) To increase the understanding concept of geometri characteristic through Contextual Teaching and Learning for fifth grade students of SD Negeri Ngabeyan 02 Kartasura Sukoharjo year s 2010/2011. (2) To describe the use of Contextual Teaching and Learning in increasing the understanding concept of geometri characteristic for fifth grade students of SD Negeri Ngabeyan 02 Kartasura Sukoharjo year s 2010/2011.
The type of this research is classroom action research. This research is conducted two cycles. Each cycle consists of planning, action, observation, and reflection. The subject of this research is the 18 fifth grade students of SD Negeri Ngabeyan 02 Kartasura Sukoharjo year s 2010/2011 who have low understanding of geometri characteristic concept.
The result show that student s lowest score is 28 in initial data, in the first cycle ascend to be 37, and in the second cycle ascend to be 53. Meanwhile, student s highest score is 74 in initial data, in the first cycle ascend to be 100, and in the second cycle to be 100. The class mean score increases as well. It is 47,2 in the initial data. It becomes 75,7 and 86,1 in the first and second cycle. It is 11,1 % for those who pass the minimum grade in the initial data. It also rises into 61,1 % and 86,1 % in the first and second cycle.
The use of Contextual Teaching and Learning on mathematics involves 7 component of CTL, such as contructivism, inquiry, questioning, modeling, learning community, reflection, and authentic assessment. It suggested that mathematic learning using Contextual Teaching and Learning can increase the understanding concept of geometri characteristic for fifth grade students of SD Negeri Ngabeyan 02 year s 2010/2011. Keyword : Contextual Teaching and Learning Geometri characteristic concept
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
-orang yang beriman, minta tolonglah kamu dengan sabar dan solat.
Sesungguhnya Allah bersama orang-
(Q.S Al-Baqarah : 153)
inkan sesuai dengan kesanggupan.
(Q.S Al-Baqarah :286)
(Q.S Al-Insyirah : 6)
( Penulis )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini kepada :
Bapak dan Ibu , kedua orang tuaku yang tercinta
Kakak dan adikku tersayang
Sahabat-sahabatku terkasih
Semua Dosen PGSD FKIP UNS Surakarta yang terhormat
Teman-temanku di PGSD FKIP UNS
Semua warga SDN Ngabeyan 02, terima kasih atas semuanya
Almamater Program Studi PGSD FKIP UNS tercinta, kampus tempat kutimba ilmu untuk bekalku sebagai guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rakhmat dan karunia yang dilimpahkan sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak sekali hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Namun berkat bantuan, bimbingan, dorongan semangat, dan doa dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang ada dapat teratasi. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta;
2. Drs. R. Indianto, M.Pd. selaku Ketua jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta;
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi;
4. Drs. Sukarno, M. Pd. selaku dosen pembimbing I dan pembimbing akademik
serta Drs. Hadi Mulyono, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat penulis selesaikan dengan lancar;
5. Ibu Karmiyati, S.Pd, selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri Ngabeyan 02 yang
telah memberikan izin tempat penelitian;
6. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.
Surakarta, Desember 2011 Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Pen
A.
B. Rumusan Mas
C.
D.
A.
1. Hakikat Pemahaman Konsep Sifat-Sifat Bangu
a.
b.
c.
d.
e. Sifat-
1. Hakikat Model Pembelajarn Contextual Teaching
a.
b.
c.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2. Konsep Bangun Rua
B.
C.
D.
A. Setting Penelitian
B.
C.
D.
E.
F. 30
G.
H.
A.
1. ........ 44
2.
B.
A.
B. ...... 84
C.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
1.
2. Frekuensi Data Nilai Tes Siswa
3.
4. Hasil Rata-
5.
6. Ketuntasan Belajar Sisw
7. Hasil Rata-
8. Perkembangan Pemahaman Konsep Sifat-Sifat Bangun Ruang Siswa
9. Frekuensi Data Nilai Sik
10.
11. Hasil Rata-
12.
13. Perbandingan Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep pada Data Awal,
14. Perbandingan Nilai Pemahaman Konsep pada Data Awal,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
1.
2. ... 30
3. Grafik Nilai Tes Siswa Sebelum Tindakan
4.
5. Grafik Nilai Rata-Rat
6.
7.
8. Grafik Nilai Rata-
9. Grafi
10.
11. Grafik Nilai Rata-
12. Grafik Perbandingan Nilai Data Awal, Tes Siklus I, dan Tes Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2. Lembar Evaluasi Siklus I Pertemuan ke-
3. Lembar Evaluasi Siklus I Pertemuan ke-
4. Kunci Jawaban & Teknik Penilaian Lembar Evaluasi Siklus I
Pertemuan ke- 98
5. Kunci Jawaban dan Teknik Penilaian Lembar Evaluasi Siklus I
Pertemuan ke- 99
6. Lembar Diskusi Kelompok Siklus I Pertemuan ke-
7. Lembar Diskusi Kelompok Siklus I Pertemuan ke- 101
8.
9. Lembar Evaluasi Siklus II Pertemuan ke-
10. Lembar Evaluasi Siklus II Pertemuan ke- 110
11. Kunci Jawaban dan Teknik Penilaian Lembar Evaluasi Siklus II
Pertemuan ke- 111
12. Kunci Jawaban dan Teknik Penilaian Lembar Evaluasi Siklus II
Pertemuan ke- 112
13. Lembar Diskusi Kelompok Siklus II Pertemuan ke-
14. Lembar Diskusi Kelompok Siklus II Pertemuan ke-
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21. Data Nilai Tes Siklus I Siswa Kelas V SDN Ngabeyan 02
22.
23. Frekuensi Data Nilai Tes Sebelum Tindakan Siswa Kelas V
133
24. 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
25. 135
26. Perbandingan Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep pada Data Awal,
Siklus I, dan Siklus 136
27. Perbandingan Nilai Pemahaman Konsep pada Data Awal,
137
28. 138
29. 139
30. Foto penelitia 140
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu hal yang menentukan kemajuan suatu Negara. Di
Indonesia, setiap orang berhak untuk mendapat pendidikan, seperti halnya bunyi
Dengan adanya pendidikan diharapkan dapat menciptakan generasi penerus bangsa
yang berbudi luhur dan memiliki intelektualitas yang baik. Banyak hal yang
diperlukan untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, salah satu diantaranya
adalah pendidik atau guru. Sebagai seorang pendidik, profesionalisme seorang guru
tidak hanya terletak pada kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan saja,
tetapi lebih pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik
dan bermakna bagi siswanya. Menurut Degeng (dalam Sugiyanto, 2008: 5) daya tarik
suatu mata pelajaran ditentukan oleh dua hal. Pertama, oleh mata pelajaran itu
sendiri,dan kedua cara mengajar guru. Oleh karena itu tugas profesionalisme seorang
guru adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadi menarik,
yang sebelumnya sulit menjadi mudah, dan yang sebelumnya tidak berarti menjadi
bermakna.
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.
Matematika diajarkan mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan tingkat
Sekolah Menengah, bahkan juga di perguruan tinggi. Matematika termasuk salah satu
mata pelajaran yang dijadikan sebagai penentu kelulusan atau digunakan dalam Ujian
Nasional (UN). Cornelius dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 253) mengemukakan
pentingnya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir
yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari,
(3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana
untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran
terhadap perkembangan budaya. Untuk itu,diperlukan suatu usaha untuk
meningkatkan pemahaman konsep dalam matematika khususnya pada tingkat
Sekolah Dasar yang menjadi dasar untuk melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Siswa-siswa memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit.
Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana
untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Matematika sering dianggap
sebagai momok bagi sebagian siswa. Banyak siswa yang menganggap bahwa
matematika adalah mata pelajaran yang rumit dan sulit untuk dipecahkan. Siswa
beranggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang serius dan tidak
menyenangkan. Siswa merasa takut untuk mengikuti pembelajaran matematika.
Bahkan siswa enggan untuk mengikuti pembelajaran matematika. Ditambah lagi
proses pembelajaran matematika terkesan kaku. Berbagai hal tersebut menyebabkan
siswa hanya diam atau pasif saja selama proses pembelajaran matematika.
Berdasarkan dokumen tahun 2010 dan pengalaman peneliti sebagai guru
kelas diketahui jika di SD Negeri Ngabeyan 02 khususnya di kelas V, hampir 90%
siswanya mengalami kesulitan dalam pemahaman konsep dalam matematika. Mereka
mengalami kesulitan dalam pemahaman konsep sifat-sifat yang dimiliki bangun
ruang. Hal itu dapat dilihat dari nilai harian maupun nilai ulangan yang diperoleh
siswa pada semester I. Banyak siswa masih mendapatkan nilai di bawah KKM yakni
di bawah 70. Di semester II nanti, siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02 akan
mendapatkan materi tentang sifat-sifat bangun ruang (tabung, prisma, limas, dan
kerucut) dengan Kompetensi Dasar mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. Materi
tersebut merupakan kelanjutan dari materi bangun ruang di semester I. Di semester I
siswa mendapatkan materi yang berhubungan dengan 2 bangun ruang sederhana
(balok dan kubus). Pada saat itu siswa dituntut untuk mampu menentukan volume
dari bangun ruang. Akan tetapi pemahaman siswa akan bangun ruang masih sangat
rendah. Jangankan untuk menentukan volume bangun ruang tersebut, siswa sendiri
sebelumnya belum memahami sifat dari bangun ruang tersebut. Akhirnya nilai yang
diperoleh siswa pun masih di bawah KKM yang telah ditentukan yakni di bawah 70.
Hampir separuh lebih dari siswa mendapatkan nilai di bawah 70 (KKM) untuk materi
bangun ruang ini. Hal itu dapat dibuktikan dengan nilai yang diperoleh siswa. Dari 18
siswa kelas V, hanya 2 anak yang mampu mencapai KKM atau dikatakan tuntas dan
mendapatkan nilai 70 dan 74. Sedangkan 16 siswa lainnya mendapat nilai di bawah
70. Dari nilai ulangan tersebut hanya didapatkan nilai rata-rata kelas 47, 2. Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
tersebut sungguh masih jauh dari KKM. Nilai tertinggi yang mampu didapat siswa
adalah 74, sedangkan nilai terendahnya adalah 28 (lihat lampiran 20 halaman 130).
Padahal materi sifat-sifat bangun ruang harus dipahami siswa dengan baik karena
materi ini merupakan materi dasar sebelum melanjutkan ke materi selanjutnya seperti
menggambar jaring-jaring dan menyelesaikan berbagai masalah sehari-hari yang
berhubungan dengan volume dan luas permukaan bangun ruang. Oleh karena itu
tanpa adanya pemahaman yang baik dalam materi ini mustahil siswa mampu
menyelesaikan permasalahan tentang bangun ruang yang lebih kompleks di materi
selanjutnya.
Rendahnya nilai siswa kelas V SDN Ngabeyan 02 untuk materi sifat-sifat
bangun ruang tersebut disebabkan oleh model pembelajaran yang digunakan oleh
guru kelas dalam pembelajaran matematika. Pada saat guru itu guru kelas V hanya
menggunakan model pembelajaran yang masih bersifat konvensional dalam
pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika di kelas ini hanya terpusat pada
guru saja. Siswa hanya duduk diam mendengarkan ceramah dari guru saja. Bahkan
sama sekali guru tidak menggunakan media. Tidak ada seorang siswa pun dari
seluruh siswa kelas ini yang mengajukan pertanyaan kepada guru. Jika ditanya
tentang kejelasan materi seluruh siswa menjawab sudah mengerti. Akan tetapi jika
siswa diberikan pertanyaan atau evaluasi tentang materi ini, hanya ada satu dua siswa
saja yang mampu menjawabnya dengan tepat. Siswa pun terlihat bosan dan barmalas-
malasan dalam mengikuti pembelajaran ini. Siswa tidak diberi kesempatan untuk
mencoba atau menemukan berbagai hal dalam materi bangun ruang ini. Ditambah
lagi banyak siswa yang sebenarnya dari awal kurang menyukai pembelajaran
matematika ini dikarenakan proses pembelajaran matematika sejak sebelum
sebelumnya yang terkesan kaku, rumit, dan sulit dipahami. Bahkan dari awal sampai
akhir, pembelajaran terkesan berlangsung dengan sangat serius. Dan kembali lagi
semuanya itu disebabkan karena model pembelajaran yang digunakan guru bersifat
konvensional dan kurang sesuai dengan pembelajaran matematika. Berbagai hal
tersebut dapat peneliti ketahui karena peneliti merupakan guru kelas V. Peneliti
merasa ada yang kurang pas dalam cara peneliti atau guru kelas V mengajar. Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kelas atau peneliti mencari penyebabnya dan ditemukanlah berbagai permasalahan
tersebut di atas.
Dari berbagai hal tersebut, maka diperlukan suatu usaha untuk mengatasinya.
Hal yang dapat dilakukan antara lain dengan mengubah model pembelajaran yang
digunakan guru. Yang sebelumnya guru hanya menggunakan model pembelajaran
yang hanya berpusat pada guru saja selama proses pembelajaran dan siswa hanya
duduk diam mendengarkan ceramah dari guru atau model pembelajaran konvensional
harus diubah dan mulai untuk menggunakan model pembelajaran yang lebih sesuai
untuk pembelajaran matematika khususnya materi sifat-sifat bangun ruang. Materi
sifat-sifat bangun ruang menjadi materi dasar untuk materi bangun ruang selanjutnya
seperti menggambar jaring-jaring bangun ruang dan menghitung volume bangun
ruang. Selain itu matematika adalah mata pelajaran yang mengajarkan tentang konsep
nyata yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, hendaknya di dalam
pembelajarannya digunakan model pembelajaran yang memberi kesempatan siswa
untuk aktif dalam mencari atau menemukan konsep dalam matematika yang
didasarkan atas apa yang telah dialami / didapatkannya di waktu sebelumnya. Jadi
siswa tidak hanya menerima pengetahuan tetapi lebih kepada siswa berperan dalam
proses menemukan pengetahuan. Selain itu karena nilai yang dicapai siswa dalam
materi sifat-sifat bangun ruang masih dibawah KKM maka diharapkan dengan
penggunaan model pembelajaran yang sesuai, nilai yang dicapai siswa untuk materi
sifat-sifat bangun ruang dapat mencapai KKM. Model pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran hendaknya sumber belajarnya tidak hanya berasal pada guru
tetapi juga bisa didapatkan dari siswa yang lainnya. Karena anak lebih mudah
menerima dan memahami apa yang disampaikan oleh teman sebayanya. Selain itu,
karena siswa yang berumur antara 7-12 tahun berada pada fase operasional konkrit
yakni siswa hanya dapat memahami apa yang dilihat atau dialaminya secara nyata
maka model pembelajaran itu pun harus menghadirkan model yang nyata dalam
proses pembelajarannya. Sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa benar-benar
akan tahan lama dalam ingatan siswa. Selain itu
Model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan berbagai hal di atas adalah
model CTL. Model pembelajaran CTL adalah suatu model pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
menghubungkan konsep antara materi dengan situasi dunia nyata. Model
pembelajaran ini dirasa tepat untuk digunakan pada pembelajaran matematika
khususnya materi sifat-sifat bangun ruang. Materi sifat- sifat bangun ruang sangat
berhubungan dengan kehidupan nyata siswa sehingga akan tepat jika menggunakan
model pembelajaran CTL karena dengan model pembelajaran ini siswa diharuskan
untuk mengkonstruksi segala pengetahuan yang ada dengan pengalaman yang pernah
didapatkannya. Jadi pengetahuan yang didapatkan siswa tentang sifat-sifat bangun
ruang diharapkan menjadi lebih tahan lama dalam ingatan siswa. Dengan model
pembelajaran CTL pun proses pembelajaran matematika akan menjadi lebih
bermakna bagi siswa. Dengan CTL proses pembelajaran matematika materi sifat-sifat
bangun ruang harus menghadirkan model / media nyata yang sesuai dengan materi
ini. Selain itu model pembelajaran ini juga memungkinkan siswa untuk menemukan
sendiri segala pengetahuan tentang sifat-sifat bangun ruang yang ingin didapatkan
siswa. Dalam model pembelajaran ini sumber pembelajaran matematika tidak hanya
didapatkan dari guru saja akan tetapi juga bisa didapatkan siswa dari teman
sebayanya. Sehingga pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna bagi siswa
dan pengetahuan yang didapatkan siswa akan lebih tahan lama dalam ingatannya.
Dengan begitu diharapkan pemahaman konsep siswa tentang sifat-sifat bangun ruang
dapat meningkat. Selain itu juga diharapkan nilai yang dicapai siswa dalam materi
sifat-sifat bangun ruang dapat mencapai KKM dan anggapan siswa bahwa
matematika adalah mata pelajaran yang sulit dapat hilang. Model pembelajaran CTL
lebih menekankankan proses pembelajaran atau dengan kata lain lebih menekankan
pada pemahaman konsep siswa daripada hasil belajarnya.
Dengan digunakannya model pembelajaran ini maka diharapkan berbagai hal
tersebut di atas dapat diatasi dan pemahaman konsep siswa akan sifat- sifat bangun
ruang akan meningkat. Maka dari uraian dari berbagai hal tersebut penulis akan
melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Pemahaman Konsep Sifat Sifat
Bangun Ruang Melalui Contextual Teaching And Learnimg ( CTL ) Pada Siswa
Kelas V SD Negeri Ngabeyan 02 Kartasura Sukoharjo Tahun Pelajaran
2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
B. Rumusan Masalah
Dari berbagai permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang di atas
dapat dirumuskan :
Apakah penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang pada siswa
kelas V SD Negeri Ngabeyan 02 Kartasura Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010 / 2011 ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
Meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang melalui
penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada
siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02 Kartasura Sukoharjo tahun pelajaran
2010/2011.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
a. Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam ilmu pendidikan guru
sekolah dasar
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat ikut melengkapi usaha pemerintah dalam
membina mutu tenaga profesional kependidikan
2. Secara Praktis
Bagi siswa
a. Meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika khususnya
dalam pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang
b. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Bagi Peneliti
a. Meningkatkan keterampilan dalam mengatasi masalah yang ada di kelas
b. Menambah pengalaman dalam mengatasi permasalahan yang ada di kelas
c. Mengatasi permasalahan yang ditemui di kelas selama proses pembelajaran
berlangsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Pemahaman Konsep Sifat-Sifat Bangun Ruang
a. Hakikat Matematika
Menurut Johnson dan Myklebust (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 252)
hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah
gkan Lerner (dalam Mulyono Abdurrahman,
juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan,
endapat
yang hampir sama dikemukakan oleh Kline (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003:
adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara berpikir
Paling (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 252) mengatakan bahwa Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan- hubungan.
Cockroft (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 253) mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran, keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Menurut Hudoyo (dalam Nyimas Aisyah, 2008: 1-
dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara
logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Sutawijaya (dalam Nyimas Aisyah dkk, 2008:1-1) mengatakan bahwa
un dalam suatu
Dari berbagai pendapat tentang matematika di atas dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah ilmu tentang fakta-fakta kuantitatif yang berkaitan dengan konsep-
konsep yang abstrak.
b. Hakikat Pembelajaran Matematika
Nyimas Aisyah (2008: 9-
proses belajar dapat ditunjukkan dalam bentuk seperti perubahan pengetahuan,
pemahaman, tingkah laku, keterampilan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek
yang ada pada diri individu yang sedang belajar. Pendapat yang hampir sama
ange
in organism due to experience which can affect the organism
belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organism (manusia dan hewan)
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme
tersebut.
Sejalan dengan pendapat di atas Skinner dalam Muhibbin Syah (2004: 90)
(2004: 90) membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama,
respons respons sebagai akibat adanya latiha
dalam Muhibbin Syah (2004 : 91) membatasi belajar dalam dua macam definisi.
t change in
perubahan kemampuan bereaksi yang relative langgeng sebagai hasil latihan yang
diperkuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Belajar adalah suatu
proses perubahan ke arah yang lebih baik setelah melalui proses interaksi dengan
lingkungannya.
proses di mana lingkungan seseorang dikelola secara sengaja untuk memungkinkan ia
turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam kondisi-kondisi khusus akan
lingkungan yang dapat menciptakan proses belajar pada diri siswa selaku peserta
didik dan guru sebagai pendidik, dengan didukung oleh seperangkat kelengkapan,
Menurut Nyimas Aisyah, dkk (2008: 1-
proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Matematika
adalah suatu kegiatan yang telah dirancang atau direncanakan yang bertujuan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam mata pelajaran matematika.
c. Tujuan Matematika
Menurut Nyimas Aisyah dkk (2008: 1-4) tujuan Matematika sekolah, khusus
di Sekolah Dasar ( SD) atau Madrasah Ibtidiyah (MI) adalah agar peserta didik
memiliki kemampuan :
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Freudental (dalam Nabisi Lapono, 2008: 3-105) mengatakan bahwa tujuan
diajarkannya matematika di sekolah adalah untuk melengkapi apa yang telah dimiliki
oleh para ahli matematika.
Pandangan yang lebih khusus dikemukakan oleh Stanic (dalam Nabisi
Lapono, 2008: 3-105) bahwa tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah
untuk meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik.
d. Hakikat Pemahaman Konsep
Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar,
sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami. Pemahaman
juga diartikan sebagai suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik-baik
supaya paham dan banyak pengetahuan. Selain itu, Pemahaman dapat dimaksudkan
sebagai kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam orang lain.
Menurut Nyimas Aisyah dkk (2008: 8-
dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan /
m - 28)
mengelompokkan ide-ide atau peristiwa yang masih dalam angan-
Sejalan dengan pendapat tersebut Bruner ( dalam Ruminiati, 2007: 1-28) berpendapat
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pemahaman Konsep
adalah suatu proses untuk memahami pernyataan yang masih bersifat abstrak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
e. Sifat-Sifat Bangun Ruang
1) Tabung
Tabung merupakan bentuk khusus dari prisma dengan alas berbentuk
lingkaran. (Clara Ika Sari Budhayanti dkk, 2009: 3-28)
sisi atas / penutup
sisi lengkung
sisi bawah / alas
Sifat yang dimiliki :
a) Mempunyai 3 sisi, yaitu dua buah sisi datar ( sisi atas / penutup dan sisi bawah /
alas), dan sisi lengkung
b) Mempunyai sisi alas dan tutup berbentuk lingkaran
c) Bidang yang menyelubungi bagian samping tabung disebut selimut tabung
d) Jarak antara lingkaran alas dan lingkaran tutup adalah tinggi tabung
e) Tidak memiliki titik sudut
2) Limas
Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah segitiga atau segi
banyak sebagai alas dan beberapa buah bidang berbentuk segitiga yang bertemu pada
satu titik puncak. (Clara Ika Sari Budhayanti, 2009: 3-29).
a) Limas segi empat
Sifat yang dimiliki :
(1) Mempunyai alas berbentuk persegi panjang atau persegi
(2) Mempunyai 5 sisi, 5 titik sudut, dan 8 rusuk
(3) Mempunyai titik puncak
(4) Sisi tegaknya berbentuk segitiga
(5) Jarak titik puncak ke alas limas disebut tinggi limas segi empat
b) Limas segitiga
Sifat yang dimiliki :
(1) Mempunyai 4 sisi, 4 titik sudut, dan 6 rusuk
(2) Mempunyai alas berbentuk segitiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
(3) Mempunyai titik puncak
(4) Jarak dari titik puncak ke alas disebut tinggi limas segitiga
3) Prisma
Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua sisi berhadapan yang
sejajar & kongruen dan sisi-sisi lain yang tegak lurus dengan kedua sisi berhadapan
tersebut. (Clara Ika Sari Budhayanti, 2009: 3-28)
a) Prisma tegak segi empat
Sifat yang dimiliki :
(1) Mempunyai 6 buah bidang sisi
(2) Mempunyai 12 rusuk
(3) Mempunyai 8 titik sudut
(4) Bidang sisi yang berhadapan sama luasnya
( Balok dan Kubus termasuk prisma tegak segi empat )
Balok Kubus
b) Prisma Segitiga
Sifat yang dimiliki :
(1) Memiliki 5 sisi,
(2) Memiliki 6 titik sudut
(3) Memiliki 9 rusuk
(4) 2 sisinya berbentuk segitiga dan 3 lainnya berbentuk segiempat
4) Kerucut
Kerucut adalah bentuk khusus dari limas dengan alas berbentuk lingkaran.
(Clara Ika Sari Budhayanti, 2009: 3-30)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Sifat yang dimiliki :
a) Mempunyai 2 sisi, yaitu sisi lengkung dan sisi alas
b) Mempunyai sisi alas berbentuk lingkaran
c) Sisi lengkung disebut selimut kerucut
d) Mempunyai sebuah rusuk lengkung berbentuk lingkaran
e) Mempunyai satu titik sudut yang merupakan titik puncak lingkaran
f) Jarak dari titik puncak ke bidang lingkaran (alas) disebut tinggi kerucut
2. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
a. Model Pembelajaran
Menurut Arends dalam Trianto (2007 The term teaching
model refers to a particular approach to instruction its goals, syntax, environment,
and management system
pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem
pengelolaannya.
Menurut Joyce dalam Trianto (2007: 5) Model Pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,
kurikulum, dan lain-lain.
mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik
sedemikian rupa sehingga tujuan p
Adapun Soekamto dkk (dalam Trianto, 2007: 5) mengemukakan maksud dari
Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu,dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
Dari berbagai pendapat tersebut diperoleh kesimpulan bahwa Model
Pembelajaran adalah suatu pola atau kerangka yang mengggambarkan prosedur
perencanaan dalam suatu pembelajaran agar tujuan dalam pembelajaran dapat
tercapai.
b. Contextual Teaching and Learning (CTL)
Menurut Nurhadi dalam Sugiyanto (2008 : 18) Pembelajaran Kontekstual
atau CTL adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara
materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa
Menurut US. Department of Education the National School-to-Work Office
yang dikutip oleh Blanchard dalam Trianto (2007: 101) Pembelajaran Kontekstual
atau CTL merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan konten mata
pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara
pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga,
warga negara, dan tenaga kerja.
Pembelajaran kontekstual
atau CTL adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan
pengalaman sesungguhnya
Menurut University of Washington dalam Trianto (2007 : 102) Pembelajaran kontekstual atau CTL adalah pengajaran yang memungkinkan siswa-siswa TK sampai dengan SMU untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan.
Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami
apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah dunia nyata yang
berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga,
warga negara, siswa, dan tenaga kerja (University of Whasington dalam Trianto,
2007: 102).
Johnson dalam Sugiyanto (2008 : 19) menyatakan bahwa CTL adalah sebuah
proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek
akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks
keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.
Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi tujuh komponen, yaitu
membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti,
melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerja sama, membantu
individu untuk tumbuh dan berkembang, berpikir kritis dan kreatif untuk mencapai
standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik.
Contextual teaching is as teaching that enables learning in which students
employ their academic understandings and abilities in a variety of in- and outof-
school contexts to solve simulated or real-world problems, both alone and with
others. Model pembelajaran CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa
untuk belajar menggunakan keterampilan akademiknya dan kemampuannya dalam
berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah untuk memecahkan masalah
yang disimulasikan atau masalah-masalah dunia nyata, keduanya dengan sendiri dan
juga dengan yang lainnya.
Contextual Teaching and Learning (CTL) is a much-discussed concept for
integrating real-
what is a commonsense notion : that students learn better when they are tught
knowledge within the context of actual experience, rather than abstractly. CTL
adalah sesuatu yang lebih banyak mendiskusikan konsep untuk mengintegrasikan
pengalaman dunia nyata dengan akademik. CTL adalah sebuah model yang
merefleksikan pemahaman apa yang ada dalam akal sehat yang siswa pelajari lebih
ketika mereka memperoleh pengetahuan dalam konteks pengalaman yang aktual,
lebih dari sesuatu yang abstrak.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Model
Pembelajaran CTL atau kontekstual adalah suatu konsep belajar yang mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
untuk mengkonstruksi antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c. Komponen Model Pembelajaran Kontekstual atau CTL
Pembelajaran kontekstual atau CTL menurut Sanjaya dalam Sugiyanto
( 2008: 21) memiliki tujuh komponen utama pembelajaran, yaitu konstruktivisme
(Constructivism), inkuiri (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar
(Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), penilaian
sebenarnya (Authentic Assesment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan model
pembelajaran CTL, jika menerapkan ketujuh prinsip tersebut dalam pembelajarannya.
1) Konstruktivisme (Constructivism)
Salah satu landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme yaitu filosofi belajar
yang menekankan pentingnya siswa membangun atau mengkonstruksi sendiri
pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar.
Sehingga belajar tidak hanya sekedar menghafal. Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta yang siap untuk diambil atau diingat. Siswa harus mengkonstruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
2) Inkuiri (Inquiry)
Inkuiri merupakan proses pembelajaran yang didasarkan pada pencairan dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Proses inkuiri dapat dilakukan
melalui beberapa langkah, yaitu : (a) merumuskan masalah, (b) mengajukan hipotesa,
(c) mengumpulkan data, (d) menguji hipotesis, (e) membuat kesimpulan.
3) Bertanya (Questioning)
Bertanya adalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan. Dalam
model pembelajaran CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja tetapi
memancing siswa dengan bertanya agar siswa dapat menemukan jawabannya sendiri.
Sehingga pengembangan keterampilan guru dalam bertanya sangat penting. Hal
tersebut penting karena pertanyaan yang disampaikan guru membuat pembelajaran
menjadi lebih produktif, yaitu berguna untuk menggali informasi tentang kemampuan
siswa dalam penguasaan pelajaran, membangkitkan motivasi siswa untuk belajar,
merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu, memfokuskan siswa pada sesuatu
yang diinginkan, dan membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan
sesuatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar atau learning community menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari hasil kerja sama dengan orang lain. Dalam CTL hasil
belajar diperoleh dari sharing dengan orang lain, teman, antar kelompok, sumber lain
dan bukan hanya guru. Dengan demikian masyarakat belajar dapat diterapkan melalui
belajar kelompok, dan sumber-sumber lain dari luar yang dianggap tahu tentang
sesuatu yang menjadi fokus pembelajaran.
5) Pemodelan (Modelling)
Pemodelan adaah proses pembelajaran dengan memperagakan suatu contoh
yang dapat ditiru oleh siswa. Dengan pemodelan, siswa dapat terhindar dari verbalisme
atau pengetahuan yang bersifat teoritis maupun abstrak. Dalam CTL pemodelan tidak
hanya terbatas pada guru saja tetapi juga dapat diakukan siswa atau sumber lain yang
mempunyai pengalaman.
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan
apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan
revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,
aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterimanya.
Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan yang dimiliki
siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi
sedikit. Guru membantu siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Sehingga siswa merasa memperoleh
sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya.
7) Penilaian Nyata (Authentic Assesment)
Penilaian nyata adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan
belajar siswa perlu diketahuioleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami
proses pembelajaran dengan benar. Pembelajaran CTL lebih menekankan pada proses
pembelajaran daripada sekedar hasil belajar. Oleh karena itu penilaian ini harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
dilakukan terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dan dilakukan
secara terintegrasi.
3. Konsep Bangun Ruang dan CTL
Bangun Ruang adalah bangun matematika yang mempunyai isi ataupun
volume. Selain itu Bangun Ruang juga dapat diartikan sebagai bangun geometri yang
dibentuk oleh beberapa bangun datar sehingga memiliki ruang volume dan isi.
Pendapat lain menyatakan bahwa Bangun Ruang adalah sejenis benda ruang
beraturan yang memiliki rusuk, sisi, dan titik sudut.
Menurut Nurhadi dalam Sugiyanto (2008 : 18) Pembelajaran Kontekstual
atau CTL adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara
materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata sisw
Pembelajaran kontekstual atau CTL adalah
pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman
sesungguhnya
Johnson dalam Sugiyanto (2008 : 19) menyatakan bahwa CTL adalah sebuah
proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam
materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek
akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks
keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa materi bangun
ruang dengan menggunakan CTL adalah suatu pembelajaran tentang bangun yang
memiliki volume dan juga memiliki sisi, rusuk, maupun titik sudut yang di dalam
pembelajarannya menghubungkan antara pengalaman siswa dengan situasi dunia
nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya adalah
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan Metode Inkuiri
Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Ngrejo Kecamatan
Bakung Keca Kesimpulan dari penelitian ini
adalah hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar IPA cukup
baik.
tidak tuntas belajar, yang 8 s
tuntas belajar.
(91,6%) dan dikatakan tuntas belajar,
dikatakan tidak tuntas belajar. Nilai tertinggi 100, sedangkan nilai terendah 50. Dari
data nilai tersebut diperoleh rata-rata kelas 80. Nilai ini sama dengan nilai rata-rata
yang ditetapkan. Selama proses pembelajaran berlangsung telah menggunakan
karakteristik model pembelajaran CTL dengan metode inkuiri pada tiap pertemuan.
Keaktifan dalam pembelajaran meningkat. Hasil belajar siswa meningkat. Hasil
belajar siswa meningkat setelah menerapkan model pembelajaran CTL dengan
metode inkuiri.
Penelitian lain yang juga relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
Kontekstual dan Assesmen Belajar Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi
Belajar IPS Siswa Kelas VIII B di SMPN 4 Nusa Penida Tahun Pelajaran
. Kesimpulan dari penelitian ini adalah berdasarkan analisis data terhadap
perolehan hasil belajar pada mata pelajaran IPS dapat disimpulkan bahwa perolehan
hasil belajar siswa berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh, mengalami peningkatan
yang cukup berarti per siklusnya. Dari hasil evaluasi belajar siswa pada tindakan
pertama yang membelajarkan Kompetensi Dasar Masalah Kependudukan Indonesia
dan upaya mengatasinya. Setelah pembelajaran berlangsung dengan menerapkan
model kontekstual dan asssesmen kinerja, rata-rata ulangan harian pertama (siklus I)
siswa mencapai 80,03% dan daya serapnya 80,03% dengan ketuntasan mencapai
88,46% dari 5 soal essay yang diujikan. Siswa secara individual dikatakan tuntas jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
mencapai skor minimal 66 dari skor maksimum. Sedangkan secara klasikal dikatakan
tuntas jika ketuntasannya 85% ke atas . Jika dilihat dari daya serap dan ketuntasan
materinya tampak sudah sesuai dengan target yang diharapkan, akan tetapi untuk
lebih meyakinkan apakah model pembelajaran kontekstual dan assesmen kinerja
mampu meningkatkan hasil belajar IPS siswa, tetap dilanjutkan pada tindakan ke dua
(siklus II). Sedangkan melalui penerapan model pembelajaran kontekstual dan
assesmen kinerja dengan perbaikan (siklus II) dengan pokok bahasan atau KD
masalah lingkungan dan upaya penanggulangan dalam pembangunan berkelanjutan,
jika dilihat dari hasil ulangan hariannya (siklus II) Nampak ada peningkatan
walaupun hanya sedikit. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa mencapai 80,27%
dengan daya serap 80,27%, sedangkan ketuntasan belajar siswa mencapai 96,15%.
Hal ini berarti secara klasikal ketuntasan belajar siswa sudah tercapai dan mengalami
peningkatan dari tindakan yang diberikan pada sebelumnya. Peningkatan hasil belajar
dari siklus I hingga II diduga karena pertama, pengaruh suasana libur Galungan dan
Kuningan selama 2 minggu. Di mana perlakuan yang diberikan pada siklus II
dilakukan sebelum libur Galungan dan Kuningan, sehingga ada kemungkinan siswa
melupakan konsep materi yang yang dikuasai dan masih terlena dengan suasana
liburan. Kedua, tingkat kesulitan materi pada siklus II cukup sulit bila dibandingkan
dengan materi yang dibelajarkan pada siklus I.
Dari dua penelitian di atas yang sama-sama menggunakan model
pembelajaran kontekstual, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kontekstual
dapat meningkatkan hasil belajar maupun prestasi belajar dari suatu mata pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
C. Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran matematika, materi bangun ruang khususnya sifat-sifat
bangun ruang termasuk salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa. Siswa
merasa kesulitan untuk memahami konsep yang ada dalam pembelajaran. Hal
tersebut terjadi karena pembelajaran matematika berlangsung dengan suasana yang
serius dan kaku. Siswa mengganggap pembelajaran matematika tidak menyenangkan.
Siswa pun merasa takut untuk mengikuti pembelajaran matematika. Hal tersebut
akhirnya menjadikan siswa menjadi pasif atau diam saja selama pembelajaran
matematika berlangsung. Bahkan materi yang disampaikan guru hanyalah gambaran
secara abstrak saja. Siswa tidak diberi kesempatan untuk memperoleh pengetahuan
secara nyata. Sehingga pengetahuan yang didapatkan siswa hanya berupa hafalan
saja. Siswa hanya menerima transfer pengetahuan dari guru, yang akhirnya
menyebabkan pembelajaran matematika menjadi kurang bermakna. Siswa menjadi
kesulitan untuk memahami konsep sifat-sifat bangun ruang. Hal tersebut diakibatkan
karena model pembelajaran yang digunakan dirasa tidak sesuai dengan pembelajaran
matematika. Berbagai hal tersebut akhirnya menyebabkan pemahaman siswa akan
konsep sifat-sifat bangun ruang menjadi rendah.
Untuk itu, diperlukan suatu tindakan guna mengatasi masalah tersebut. Salah
satu diantaranya adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai
dengan pembelajaran matematika. Dan model pembelajaran yang dirasa sesuai
dengan pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun ruang adalah model
pembelajaran CTL. Model pembelajaran CTL adalah suatu model pembelajaran yang
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa untuk mengkonstruksi antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan model pembelajaran
CTL maka pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun ruang dapat
berlangsung dengan lebih menyenangkan dan pengetahuan yang didapatkan siswa
bukan hanya gambaran secara abstrak saja. Siswa akan mengkonstruksi pengetahuan
yang didapatkannya dengan pengalamannya. Siswa dituntut untuk mencari tahu dan
menemukan sendiri segala informasi yang ingin diketahuinya. Dan semua
pengetahuan atau informasi didapatkan melalui sharing dengan temannya atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
sumber lainnya bukan hanya guru. Proses pembelajaran akan berpusat pada siswa.
Sehingga pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun ruang akan menjadi
lebih bermakna dan menjadi lebih tahan lama dalam ingatan siswa.
Dengan digunakannya model pembelajaran CTL pada pembelajaran
matematika maka pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang dapat meningkat.
Berdasarkan uraian di atas maka alur kerangka berpikir diperlihatkan pada gambar 1
berikut ini :
Gambar 1. Alur kerangka berpikir
D. Perumusan Hipotesa
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir di atas maka
disimpulkan sebagai berikut :
Penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat
meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang siswa kelas V SD Negeri
Ngabeyan 02 Kartasura Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010 / 2011.
Tindakan
Dalam pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun ruang guru
menggunakan model pembelajaran CTL
Kondisi Akhir
Pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang
meningkat
Kondisi Awal
Dalam pembelajaran matematika materi sifat-sifat
bangun ruang guru menggunakan model
pembelajaran konvensional
Pemahaman konsep sifat-sifat
bangun ruang rendah
Siklus I (mempelajari bangun
ruang prisma dan tabung)
Siklus II (mempelajari bangun
ruang limas dan kerucut)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Ngabeyan 02 yang beralamat di
Brontowiryan Ngabeyan Kartasura Sukoharjo. Sekolah Dasar ini dikepalai oleh ibu
Karmiyati, S.Pd. SD Negeri Ngabeyan 02 memiliki 6 ruang kelas. Jumlah siswa yang
ada di SD ini adalah 108.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Ngabeyan 02 didasarkan pada
pertimbangan: Pertama, sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek
penelitian yang sama sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang. Kedua,
berdasarkan observasi peneliti di lapangan terdapat permasalahan dalam
pembelajaran matematika.
Waktu penelitian dilaksanakan selama 10 bulan yaitu bulan Februari sampai
dengan bulan Oktober 2011. Kegiatan kegiatan tersebut mencakup persiapan,
pelaksanaan tindakan, hingga penyelesaian yang dijelaskan pada bagian prosedur
penelitian. Adapun waktu dan jenis kegiatan selama penelitian dapat dilihat pada
tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No Jenis Kegiatan
Bulan
Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
1 Penyusunan dan pengajuan proposal
x x x x x x x
2 Mengurus izin penelitian
x x
3 Pelaksanaan Penelitian
x x x
4 Analisis Data
x x x x
5 Penyusunan Laporan
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02
Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo yang berjumlah 18 siswa. Siswa kelas V
yang berjumlah 18 tersebut terdiri dari 9 siswa laki- laki dan 9 siswa perempuan.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh
(Suharsimi Arikunto, 2002: 107). Data yang dikumpulkan berupa informasi tentang
pemahaman konsep siswa mengenai sifat sifat bangun ruang dan kemampuan guru
dalam menyusun rencana pembelajaran & melaksanakan pembelajaran (penggunaan
model pembelajaran kontekstual) di kelas.
Data informasi yang didapat selama proses penelitian dikumpulkan untuk
kemudian dikaji dan menghasilkan data kualitatif. Data tersebut akan digali dari
berbagai sumber dan jenis data yang dimanfaatkan dalam penelitian, meliputi:
1. Hasil pengamatan pelaksanaan proses pembelajaran matematika dengan
Kompetensi Dasar mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang
2. Dokumen atau arsip yang berupa foto kegiatan siswa di kelas, lembar observasi
guru dan siswa
3. Hasil tes siswa tentang materi sifat- sifat bangun ruang
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data antara lain :
1. Observasi
Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek
dengan menggunakan seluruh alat indra. Observasi dilakukan untuk memantau proses
pembelajaran matematika. Kegiatan ini bertujuan untuk mengamati kegiatan yang
dilakukan guru dan siswa di dalam kelas sejak sebelum pelaksanaan tindakan, saat
pelaksanaan tindakan, sampai akhir dari tindakan.
Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaksana pembelajaran
matematika dalam kegiatan penelitian tindakan kelas. Peneliti di sini juga berperan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
sebagai guru kelas V sehingga yang berperan sebagai pengamat adalah guru kelas
lainnya. Dalam hal ini pengamat akan mengamati jalannya proses pembelajaran
dengan mengambil posisi di tempat duduk belakang. Pengamat selain mengamati
proses pembelajaran matematika juga bertugas untuk mencatat segala sesuatu yang
terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi terhadap siswa
difokuskan pada pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika materi
sifat- sifat bangun ruang. Sedangkan observasi terhadap guru difokuskan pada
kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kontekstual selama proses
pembelajaran matematika sifat- sifat bangun ruang.
Hasil observasi akan didiskusikan bersama guru yang lain untuk kemudian
akan dianalisis bersama sama untuk mengetahui berbagai kelebihan maupun
kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kontekstual selama proses
pembelajaran matematika materi sifat- sifat bangun ruang. Dari yang telah dilakukan
tersebut akan diupayakan solusinya. Solusi yang telah disepakati bersama antara
peneliti dengan guru yang lain dapat dilaksanakan pada siklus berikutnya. Observasi
terhadap guru difokuskan pada perilaku guru saat mengajar matematika materi sifat-
sifat bangun ruang, sedangkan observasi pada siswa difokuskan terhadap perilaku
siswa saat sebelum tindakan maupun ketika tindakan berlangsung berkaitan dengan
peningkatan pemahaman konsep sifat sifat bangun ruang. Selain itu observasi juga
dilakukan untuk memantau proses pembelajaran matematika sifat- sifat bangun ruang
dengan KD mengidentifikasi sifat- sifat bangun ruang dan dampak pembelajaran
matematika materi sifat- sifat bangun ruang yang diperlukan untuk menentukan
langkah langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien.
2. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data bersumber dari dokumen dan arsip. Dokumen
berupa daftar nilai, daftar hadir siswa dan arsip arsip yang dimiliki guru kelas V
seperti silabus dan kriteria ketuntasan minimal untuk materi sifat-sifat bangun ruang.
3. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2006: 150).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Dalam penelitian ini, pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur sejauh
mana pengetahuan yang dimiliki siswa setelah tindakan. Tes dengan materi sifat-sifat
bangun ruang ini dilakukan kepada siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02 tahun
pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 18 siswa di setiap akhir siklus untuk mengetahui
peningkatan pemahaman konsep siswa. Dengan kata lain, tes disusun dan dilakukan
untuk mengetahui tingkat perkembangan pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang
siswa sesuai dengan siklus yang telah ditentukan.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari dokumen.
Agar hasil penelitian dapat sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka dalam
menganalisis data penelitian ini, menggunakan analisis model interaktif (Milles dan
Huberman). Kegiatan pokok analisa model ini meliputi reduksi data, penyajian data,
kesimpulan data atau verifikasi.
Adapun rincian model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan catatan lapangan
dengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian, rangkuman catatan-catatan lapangan itu kemudian disusun secara
sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam serta mempermudah
pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data diperlukan kembali.
Pada saat reduksi data, dipilih data yang relevan dengan tujuan perbaikan
pembelajaran. Data yang tidak relevan dapat dibuang, dan jika dianggap perlu, dapat
ditambahkan data baru dengan mengingat kembali peristiwa atau fenomena yang
terjadi selama pelaksanaan rencana tindakan. Dengan kata lain, reduksi data adalah
kegiatan memilih data- data yang diperlukan dan membuang data yang dirasa tidak
diperlukan yang didapatkan selama proses penelitian.
2. Penyajian Data / Display Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pelaksanaan penelitian, penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang
utama bagi analisis kualitatif yang valid.
Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan hasil penelitian,
baik yang berbentuk matrik atau pengkodean, dari hasil reduksi data dan display data
itulah selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan data memverifikasikan sehingga
menjadi kebermaknaan data .
Penyajian data ( display data ) dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi
peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu
dari data penelitian. Hal ini merupakan pengorganisasian data ke dalam suatu bentuk
tertentu sehingga kelihatan jelas sosoknya lebih utuh. Data-data tersebut kemudian
dipilah-pilah dan disisikan untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai
dengan kategori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan permasalahan
yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu
data direduksi. Atau dengan kata lain penyajian data adalah kegiatan untuk
menyajikan data yang telah direduksi ke dalam bentuk grafik maupun tabel.
3. Kesimpulan data atau verifikasi
Setelah data data direduksi, disajikan langkah terakhir yaitu dilakukan
pengambilan kesimpulan atau verifikasi atas data yang telah disajikan. Data data
yang telah didapatkan dari hasil penelitian kemudian diuji kebenarannya. Penarikan
kesimpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi utuh, sehingga kesimpulan
kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi data yaitu
pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil laporan penelitian. Sedang kesimpulan
adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat diuji
kebenarannya ,kekokohannya merupakan validitasnya. Kesimpulan yang didapat
dibuat dalam bentuk kata- kata.
Verifikasi data dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian
dilakukan. Sejak pertama memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data,
peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang
dikumpulkan, yaitu mencari pola tema, hubungan persamaan, hipotetsis dan
selanjutnya dituangkan dalam bentuk kesimpulan yang masih bersifat tentatif. Dalam
tahapan untuk menarik kesimpulan dari kategori-kategori data yang telah direduksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dan disajikan untuk selanjutnya menuju kesimpulan akhir mampu menjawab
permasalahan yang dihadapi. Tetapi dengan bertambahnya data melalui verifikasi
secara terus menerus, maka diperoleh kesimpulan yang bersifat grounded. Dengan
kata lain, setiap kesimpulan senantiasa akan selalu terus dilakukan verifikasi selama
penelitian berlangsung yang melibatkan interpretasi peneliti. Untuk menetapkan
kesimpulan yang lebih beralasan dan tidak lagi berbentuk kesimpulan yang coba-
coba.
Berdasarkan uraian di atas maka reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi sebagai suatu yang jalin menjalin pada saat sebelum dan
sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan
umum yang disebut analisis. Kegiatan pengumpulan data itu sendiri merupakan siklus
dan interaktif.
Oleh karena penelitian ini bersifat kualitatif maka diperlukan adanya
objektifitas, subjektifitas, dan kesepakatan intersubjektifitas dari peneliti agar hasil
penelitian tersebut mudah dipahami bagi para pembaca secara mendalam. Adapun
langkah-langkah untuk melakukan analisis adalah:
1. Melakukan analisis awal, bila data yang didapat di kelas sudah cukup maka data
didapat dikumpulkan.
2. Mengembangkan bentuk sajian data yang berguna untuk penelitian selanjutnya.
3. Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar kasus.
4. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
5. Merumuskan kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran dalam laporan
akhir penelitian.
Adapun langkah-langkah analisis di atas dapat terlihat pada gambar 2. Model
analisis interaktif berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Gambar 2. Model Analisis Interaktif
F. Validitas Data
Validitas data disebut juga keabsahan data. Dalam validitas data, data yang
sudah terkumpul selama proses penelitian selanjutnya akan dianalisis dan dipakai
sebagai bahan masukan penarikan kesimpulan. Karena itu validitas menjadi sangat
vital karena data yang absah akan menghasilkan kesimpulan hasil penelitian yang
benar. Validitas dapat dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi adalah suatu
pendekatan analisa data yang mensintesa data dari berbagai sumber. Triangulasi juga
dapat diartikan sebagai cara mendapatkan data yang benar- benar absah dengan
menggunakan pendekatan metode ganda. Triangulasi terdiri dari:
1. Triangulasi Data
Triangulasi data mencakup penggunaan sumber data atau sumber informasi
yang berbeda. Sumber data yang digunakan berupa hasil pengamatan pelaksanaan
pembelajaran matematika dengan Kompetensi Dasar mengidentifikasi sifat-sifat
bangun ruang, dokumen atau arsip yang berupa foto kegiatan siswa di kelas lembar
observasi guru maupun siswa, serta hasil tes siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02
tahun pelajaran 2010/2011 dengan materi sifat-sifat bangun ruang. Dari hasil
pengamatan yang dilakukan terhadap guru dan siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan
02 diketahui adanya peningkatan tingkah laku di setiap siklusnya. Hal itu dapat
dilihat dari lembar observasi guru maupun lembar observasi siswa. Kegiatan yang
dilakukan siswa juga dapat dilihat dari foto-foto kegiatan di kelas selama pelaksanaan
penelitian. Hasil tes siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02 tahun pelajaran
2010/2011 juga mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Prosentase ketuntasan
siswa kelas V mengalami peningkatan dan nilai yang diperoleh siswa telah mencapai
Pengumpulan
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan / Verifikasi
Sajian Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
KKM yang telah ditentukan yakni 70. Karena baik hasil observasi siswa dan guru
maupun hasil tes siswa dengan materi sifat-sifat bangun ruang mengalami
peningkatan di setiap siklusnya maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep
sifat-sifat bangun ruang siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02 Kartasura Sukoharjo
tahun pelajaran 2010/1011 mengalami peningkatan.
2. Triangulasi Metode
Triangulasi metode adalah usaha mengecek keabsahan data atau keabsahan
temuan penelitian. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu
teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang sama. Pelaksanaannya dapat
juga dengan cara cek dan recek. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada
penelitian ini adalah observasi, dokumentasi, dan tes.
Observasi dilakukan terhadap guru dan siswa untuk mengamati tingkah laku
guru dan siswa selama penelitian. Dokumentasi pada penelitian ini bersumber dari
dokumen yang dimiliki guru kelas yakni berupa daftar nilai, daftar hadir siswa,
silabus, serta kriteria ketuntasan minimal untuk materi sifat-sifat bangun ruang.
Sedangkan tes dilakukan disetiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan
pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang. Dari kegiatan observasi yang dilakukan
kepada guru dan siswa diketahui adanya peningkatan yang lebih baik di setiap
siklusnya. Antara siklus I dan siklus II terjadi peningkatan tingkah laku baik siswa
maupun guru. Dari kegiatan tes yang diikuti oleh 18 siswa dengan materi sifat-sifat
bangun ruang diperoleh hasil bahwa nilai yang diperoleh siswa kelas V SD Negeri
Ngabeyan 02 mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Hal itu dapat diketahui dari
prosentase ketuntasan siswa yang meningkat di setiap siklusnya maupun nilai tes
yang dicapai siswa mampu mencapai KKM yang telah ditentukan yakni 70. Hasil
observasi, dokumentasi, maupun tes menunjukkan adanya peningkatan maka dapat
disimpulkan bahwa pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang siswa kelas V SD
Negeri Ngabeyan 02 Kartasura Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011 mengalami
peningkatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan tolok ukur
dalam menentukan keberhasilan dalam penelitian . Harapan peneliti indikator kinerja
bisa mencapai 70 % dari jumlah siswa dalam mengerjakan soal tes mendapat nilai
lebih dari KKM yakni lebih dari 70 untuk materi dengan Kompetensi Dasar
mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus yang masing
masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Pelaksanaan tindakan akan dilakukan dengan mengadakan kegiatan pembelajaran
yang dalam setiap siklusnya terdiri dari 2 kali tatap muka yang masing masing tatap
muka lamanya 2 x 35 menit. Tiap siklus dilaksanakan sesuai perubahan yang dicapai,
seperti yang telah didesain. Untuk mengetahui adanya peningkatan pemahaman
konsep sifat sifat bangun ruang siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02 diadakan
observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Berdasarkan temuan yang ada di kelas, maka peneliti berusaha meningkatkan
pemahaman konsep sifat sifat bangun ruang siswa kelas V dengan penanaman
konsep melalui penggunaaan model pembelajaran kontekstual.
Adapun prosedur penelitian kelas ini secara rinci diuraikan sebagai berikut :
1. Siklus Pertama ( Siklus I )
a. Tahap Persiapan Tindakan, meliputi langkah langkah sebagai berikut :
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) mata pelajaran
matematika dengan KD Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang
2) Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan
3) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakannya pembelajaran
4) Menyiapkan lembar penilaian
5) Membuat lembar observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Peneliti melaksanakan proses pembelajaran matematika sesuai dengan RPP
mata pelajaran matematika dengan KD mengidentifikasi sifat sifat bangun ruang
yang ditulis dalam bentuk model pembelajaran kontekstual. Berikut pelaksanaan
pembelajaran matematika siklus I dengan materi sifat-sifat bangun ruang :
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama ini dimulai dengan berdoa menurut agama masing-
masing dan mengabsen kehadiran siswa. Selanjutnya guru memotivasi siswa agar
siswa siap menerima materi pembeajaran matematika. Guru bertanya kepada siswa,
Benda S Masih
ingatkah kalian tentang materi di semester satu tentang bangun
Pada tahapan kegiatan inti tahap eksplorasi guru melakukan tanya jawab
dengan siswa tentang macam-macam bangun ruang. Guru juga menunjukkan
berbagai gambar bangun ruang. Lalu guru memberikan penjelasan tentang
bagian/sifat yang dimiliki oleh bangun ruang seperti sisi, rusuk, dan titik sudut.
Selanjutnya pada tahap elaborasi guru membagi siswa menjadi 3 kelompok dan
pembagian kelompok diserahkan kepada siswa. Lalu guru membagikan model
bangun ruang prisma (balok, kubus, prisma segitiga) yang terbuat dari karton beserta
potongan kertas kecil kepada tiap kelompok. Guru menugasi tiap kelompok siswa
untuk mengamati model tersebut. Guru membimbing siswa untuk memberikan nama
untuk model bangun ruang tersebut. Misalnya kubus ABCDEFGH kemudian
menyuruh siswa untuk menulisi potongan kertas kecil tersebut dengan nama yang
diberikan. Selanjutnya potongan kertas tersebut ditempelkan pada setiap sudut dari
bangun ruang. Setelah itu tiap kelompok siswa dibimbing untuk diskusi
mengidentifikasi sifat yang dimiliki bangun ruang tersebut, misalnya jumlah sisi,
jumlah rusuk, jumlah titik sudutnya, bentuk sisinya, bentuk alasnya, serta
menunjukkan sisi, rusuk, dan titik sudutnya berdasarkan nama huruf yang telah siswa
tempelkan di setiap sudutnya.dan mendiskusikan sifat-sifat yang dimiliki bangun
ruang prisma tersebut. Guru membimbing tiap kelompok siswa selama proses diskusi.
Lalu guru membagikan berbagai model bangun ruang dari karton dan menugasi siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
untuk memilih model bangun ruang yang termasuk bangun ruang prisma. Selanjutnya
guru menugasi tiap kelompok siswa untuk menggambar prisma. Kemudian pada
tahap konfirmasi guru meminta salah satu kelompok untuk maju ke depan kelas
menyampaikan hasil diskusi dan pengamatannya. Guru menanggapi hasil diskusi
yang siswa sampaikan ke depan kelas.
Pada tahapan kegiatan akhir guru memberikan pemantapan tentang materi
sifat bangun ruang prisma yang telah dipelajari siswa. Guru juga menanyakan
kesulitan / ketidakjelasan yang dialami siswa. Selanjutnya guru mengambil
kesimpulan dari materi sifat bangun ruang prisma yang telah dipelajari. Setelah itu
guru memberikan soal evaluasi kepada siswa untuk mengetahui seberapa besar
pemahaman yang siswa peroleh. Setelah siswa selesai mengerjakan soal evaluasi,
guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa. Terakhir guru menutup pembelajaran
dengan memberikan pesan kepada siswa agar mengulangi materi tersebut di rumah
dan memberikan salam.
2) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua ini guru mengawali dengan berdoa bersama dan
mengabsen siswa. Pada tahapan kegiatan awal guru memberikan motivasi kepada
siswa agar siswa siap untuk menerima materi pembelajaran matematika. Selanjutnya
awabnya
-sifat yang dimiliki bangun
siswa akan mempelajari bangun ruang tabung.
Pada tahapan kegiatan inti tahap eksplorasi guru melakukan tanya jawab
mengenai bangun ruang tabung. Guru memberikan penjelasan tentang bangun ruang
tabung. Guru menunjukkan gambar bangun ruang tabung. Pada tahap elaborasi, guru
membagi siswa menjadi 3 kelompok. Pembagian kelompok diserahkan kepada siswa
atau siswa memilih sendiri anggota kelompoknya (kemampuan siswa dalam
kelompok homogen). Selanjutnya guru membagikan model bangun ruang tabung dari
karton kepada tiap kelompok. Guru juga membagikan lembar diskusi kepada tiap
kelompok. Lalu guru menugasi tiap kelompok siswa untuk mengamati model bangun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
ruang tabung dan berdiskusi mengidentifikasi sifat yang dimiliki bangun ruang
tabung. Yakni meliputi jumlah sisinya, jumlah rusuknya, ada tidaknya titik sudut,
bentuk sisinya, dan terbagi menjadi berapa bagiankah tabung tersebut. Guru
membimbing tiap kelompok siswa selama proses diskusi tersebut. Setelah itu guru
membagikan berbagai bentuk model bangun ruang kepada tiap kelompok dan
menugasi tiap kelompok siswa untuk menentukan bangun ruang manakah yang
termasuk tabung. Kemudian guru membimbing tiap kelompok siswa untuk
menggambar bangun ruang tabung. Selanjutnya guru meminta satu kelompok siswa
untuk mrnyampaikan hasil pengamatan dan diskusinya ke depan kelas. Guru
memberikan tanggapan atas hasil pengamatan dan diskusi yang siswa sampaikan ke
depan kelas.
Pada tahapan kegiatan akhir guru memberikan pemantapan tentang materi
sifat bangun ruang tabung yang telah dipelajari. Guru juga bertanya kepada siswa
tentang kesulitan / ketidakjelasan tentang materi sifat bangun ruang tabung. Setelah
itu guru mengambil kesimpulan dari materi sifat bangun ruang tabung. Sebagai tindak
lanjut guru memberikan soal evaluasi tentang sifat bangun ruang tabung. Setelah
siswa selesai mengerjakan soal evaluasi, guru mengumpulkan soal evaluasi pekerjaan
siswa. Terakhir guru berpesan kepada siswa untuk mengulangi materi tersebut di
rumah dan guru menutup pembelajaran dengan memberikan salam.
c. Tahap Observasi
Pengamatan pelaksanaan pembelajaran matematika dilakukan secara
kolaboratif antara guru kelas dan observer dengan siswa. Kegiatan pengamatan atau
observasi dilaksanakan untuk mengamati siswa ketika mengikuti pembelajaran
matematika sifat-sifat bangun ruang dengan CTL. Observasi juga dilakukan untuk
mengamati guru yang mengajar dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual
dalam pembelajaran matematika. Tahapan ini dilaksanakan pada proses pembelajaran
matematika materi sifat-sifat bangun ruang atau pada tahap pelaksanaan tindakan.
Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditentukan dalam indikator.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
1 ) Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai adalah :
a) Penampilan guru di depan kelas
b) Kemampuan guru dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
sesuai dengan model pembelajaran CTL
c) Kemampuan guru bertanya kepada siswa untuk memancing siswa
menemukan jawabannya sendiri
d) Kemampuan guru menghadirkan model atau media pembelajaran
e) Kemampuan guru membimbing siswa selama proses penemuan
f) Kemampuan guru menciptakan iklim masyarakat di dalam kelas
g) Kemampuan guru melakukan penilaian nyata dalam pembelajaran
matematika
h) Kemampuan guru mengadakan refleksi di akhir proses pembelajaran
i) Kemampuan guru mengembangkan pemikiran siswa untuk mengkonstruksi
sendiri pengetahuannya
j) Waktu yang diperlukan guru
k) Kemampuan guru dalam menggunakan alat / media pembelajaran
2 ) Indikator indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai adalah :
a) Peningkatan pemahaman konsep siswa tentang sifat bangun ruang
b) Kerjasama siswa selama diskusi kelompok
c) Keaktifan siswa selama proses pembelajaran matematika
d) Perhatian siswa selama proses pembelajaran matematika
e) Kemampuan siswa untuk menggunakan media pembelajaran
f) Hasil diskusi kelompok siswa
Berdasarkan lembar observasi guru siklus 1 lampiran 18, selama 2 kali
pertemuan diperoleh hasil observasi bahwa guru telah menyiapkan rencana
pelaksanaan pembelajaran dengan baik dan sesuai dengan model pembelajaran CTL.
Selain itu guru juga telah menghadirkan media / model pembelajaran pada proses
pembelajaran. Akan tetapi media yang guru hadirkan kurang dapat siswa gunakan
dengan baik. Selama pembelajaran guru memberikan pertanyaan yang mampu
memancing siswa menemukan jawabannya sendiri. Selama kegiatan diskusi dan
pengamatan untuk menemukan sifat-sifat bangun ruang guru telah membimbing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
siswa. Penampilan guru selama pembelajaran matematika sudah baik. Hal itu dapat
dilihat dari sikap selama mengajar maupun dalam penyampaian materi pelajaran.
Guru juga telah mengkontruksi pengetahuan siswa melalui kegiatan pemecahan
masalah maupun penemuan sifat-sifat bangun ruang. Diakhir pembelajaran
matematika guru telah melakukan refleksi. Guru juga melakukan penilaian nyata pada
pembelajaran matematika. Selama pembelajaran guru juga telah memberikan
kesempatan siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti.
Akan tetapi ada beberapa hal yang masih kurang seperti pengelolaan waktu
pada langkah-langkah pembelajaran yang kurang ditaati oleh guru. Guru juga kurang
dapat menciptakan iklim masyarakat belajar di dalam kelas yang disebabkan dalam
pembagian kelompok diskusi, guru memberikan kebebasan siswa memilih anggota
kelompok sehingga kelompok siswa bersifat homogen baik kemampuan maupun jenis
kelamin siswa. Guru kelas juga kurang memberikan kesempatan siswanya untuk
menyampaikan hasil diskusinya maupun untuk mengambil kesimpulan dari materi
yang dipelajari.
Berdasarkan lembar observasi siswa siklus I lampiran 16 diperoleh data
bahwa selama pembelajaran matematika siswa sudah cukup aktif mengikuti
pembelajaran matematika. Hal itu dapat diketahui dari adanya beberapa siswa yang
menyampaikan pertanyaan saat pembelajaran matematika berlangsung. Akan tetapi
masih ada beberapa siswa yang kurang aktif selama kegiatan diskusi kelompok.
Kerjasama siswa selama kegiatan diskusi kelompok juga masih kurang. Hal ini
disebabkan kemampuan siswa dalam kelompok yang tidak seimbang atau kelompok
diskusi siswa bersifat homogen. Perhatian siswa selama proses pembelajaran
matematika sudah cukup baik, walaupun masih ditemukan beberapa siswa yang ramai
kurang memperhatikan pembelajarn matematika. Pada saat menggunakan media
pembelajaran, ada siswa yang kurang mampu menggunakannya dengan baik.
Keberanian siswa dalam menyampaikan hasil diskusinya ke depan kelas juga masih
kurang. Hasil dari diskusi kelompok siswa juga sudah cukup baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
d. Tahap Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini peneliti, kepala sekolah, dan observer menganalisis kegiatan
pembelajaran matematika dengan Model Pembelajaran CTL pada siklus I yang
dilakukan oleh guru. Pada kegiatan analisis ditemukan beberapa kekurangan
diantaranya sebagai berikut :
Guru belum melaksanakan alokasi waktu kegiatan pembelajaran dengan
baik. maka untuk perbaikannya guru harus lebih menaati alokasi waktu yang telah
ditentukan pada rencana pelaksanaan pembelajaran matematika agar pembelajaran
matematika berjalan lebih efektif.
Media pembelajaran yang guru gunakan belum maksimal. Hal itu dapat
diketahui dengan ditemukannya siswa yang kesulitan dalam menggunakan media
tersebut. Yang akhirnya membuat siswa kurang memperhatikan dan ramai sendiri
selama proses pembelajaran. Maka upaya perbaikannya adalah dengan menggunakan
media pembelajaran lebih menarik yang dapat siswa coba / gunakan secara langsung
dan tentu saja mudah digunakan.
Guru kurang mampu menciptakan iklim masyarakat belajar yang baik. Selain
itu juga ditemukan beberapa siswa yang kurang aktif saat proses pembelajaran
khususnya saat kegiatan diskusi kelompok. Kerjasama siswa dalam kelompokpun
juga masih kurang. Maka upaya perbaikan yang dilakukan adalah dengan membagi
siswa menjadi kelompok yang heterogen baik kemampuan maupun jenis kelamin
siswa dan juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dengan cara
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil diskusinya ke
depan kelas dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil kesimpulan
dari materi yang telah dipelajari.
Berdasarkan hasil observasi siswa pada siklus I diperoleh kesimpulan bahwa
tingkah laku dan sikap siswa cukup baik dalam mengikuti proses pembelajaran
matematika materi sifat-sifat bangun ruang. Sedangkan untuk hasil observasi
terhadap guru pada siklus I diperoleh kesimpulan bahwa guru sudah baik dalam
melaksanakan pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun ruang
menggunakan model pembelajaran CTL. Hasil tes siswa materi sifat-sifat bangun
ruang pada siklus I diketahui bahwa siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02 yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
mendapat nilai kurang dari KKM 70 sebanyak 7 siswa atau 38,9 %. Sedangkan siswa
yang telah mencapai ketuntasan sebanyak 11 siswa atau 61,1 %.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa hasil tes siswa belum
mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan. Sehingga peneliti akan melanjutkan
upaya perbaikan ke siklus II.
2 . Siklus Kedua ( Siklus II )
Rancangan pada siklus II ini merupakan tindakan yang diambil dari hasil
yang telah dicapai pada siklus I sebagai usaha perbaikan.
a. Perencanaan
Peneliti merancang tindakan yang akan dilaksanakan dalam proses penelitian
selanjutnya. Rancangan kegiatan dalam siklus II ini meliputi pembuatan rencana
pelaksanaan pembelajaran dengan materi pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang
menggunakan Model Pembelajaran CTL yang lebih bervariasi dari siklus yang
sebelumnya. Tahap perencanaan siklus II meliputi sebagai berikut :
Pada siklus II guru akan lebih menaati alokasi waktu yang telah ditentukan
pada rencana pelaksanaan pembelajaran matematika agar pembelajaran matematika
berjalan lebih efektif.
Guru akan menghadirkan media pembelajaran lebih menarik yang dapat
siswa coba / gunakan secara langsung dan tentu saja mudah digunakan agar siswa
tidak kesulitan dalam menggunakan media tersebut dan membuat siswa lebih
memperhatikan dan tidak ramai sendiri selama proses pembelajaran matematika
berlangsung.
Guru akan membagi siswa menjadi kelompok yang heterogen baik
kemampuan maupun jenis kelamin siswa dan memberikan kesempatan siswa untuk
menyampaikan hasil diskusinya maupun mengambil kesimpulan dari materi
pembelajaran agar tercipta iklim masyarakat belajar yang lebih baik dan membuat
siswa untuk lebih aktif dan bekerjasama selama proses pembelajaran matematika
ataupun pada saat diskusi kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP mata
pelajaran matematika dengan KD mengidentifikasi sifat sifat bangun ruang yang
ditulis dalam model pembelajaran CTL / kontekstual.
a) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama dimulai dari tahap pra KBM yakni memberi salam,
berdoa, dan mengabsen siswa. Selanjutnya adalah tahap kegiatan awal yang dimulai
dengan memberikan motivasi kepada siswa agar bersungguh-sungguh serta siap
menerima materi pembelajaran matematika. Setelah itu guru memberikan apersepsi
sifat bangun ruan
Pada tahap kegiatan Inti yakni tahapan eksplorasi guru menunjukkan gambar
bangun ruang limas dan jenis-jenisnya serta tanya jawab dengan siswa mengenai
bangun ruang limas. Guru menjelaskan sifat yang dimiliki bangun ruang yakni sisi,
rusuk, dan titik sudut. Selanjutnya pada tahapan elaborasi, guru membagi siswa
menjadi 3 kelompok yang heterogen. Lalu guru menunjukkan model bangun ruang
limas dan membagikan model limas tersebut kepada kelompok. Guru membagikan
potongan lidi dan steroform kepada tiap kelompok dan membimbing tiap kelompok
siswa untuk merangkai lidi dan steroform tersebut agar menjadi bentuk limas.
Selanjutnya guru membagikan lembar diskusi kepada tiap kelompok dan menugasi
siswa untuk mengidentifikasi sifat-sifat yang dimiliki limas. Guru membimbing siswa
selama siswa mengamati dan diskusi untuk menemukan sifat yang dimiliki limas.
Setelah itu guru menugasi tiap kelompok siswa untuk menggambar bangun ruang
limas. Kemudian guru membagikan berbagai model bangun ruang dan menugasi tiap
kelompok siswa untuk memilih bangun ruang mana yang berbentuk limas.
Selanjutnya pada tahap konfirmasi, guru memberikan kesempatan kepada tiap
kelompok siswa untuk menyampaikan hasil pengamatan dan diskusinya. Kemudian
guru memberikan tanggapan mengenai hasil pengamatan dan diskusi yang
disampaikan tiap kelompok siswa. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
lain untuk memberikan tanggapan. Lalu guru memberikan pemantapan tentang hasil
pengamatan dan diskusi.
Pada tahap kegiatan akhir, guru membimbing siswa untuk mengambil
kesimpulan dari materi sifat-sifat bangun ruang limas yang telah dipelajari. Setelah
itu guru memberikan soal-soal latihan tentang materi sifat bangun ruang limas.
Setelah siswa selesai mengerjakan, guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa.
b) Pertemuan ke dua
Pada pertemuan ke dua di siklus II ini dimulai dengan kegiatan pra KBM
yakni memberi salam, berdoa, dan mengabsen siswa. Selanjutnya adalah tahap
kegiatan awal yang diawali dengan memberikan motivasi kepada siswa agar siswa
siap menerima materi pembelajaran serta bersungguh-sungguh mengikuti
pembelajaran matematika. Kemudian guru memberikan apersepsi kepada siswa
-sifat ya
guru memberikan acuan bahwa hari ini siswa akan mempelajari sifat-sifat bangun
ruang kerucut.
Pada tahap kegiatan Inti tahapan kegiatan eksplorasi, guru menunjukkan
gambar bangun ruang kerucut. Guru tanya jawab dengan siswa tentang bangun ruang
kerucut. Guru juga memberikan penjelasan tentang berbagai benda yang berbentuk
kerucut. Selanjutnya pada tahapan kegiatan elaborasi, guru membagi siswa menjadi 3
kelompok yang heterogen. Kemudian guru menunjukkan model bangun ruang
kerucut dan membagikan model bangun ruang kerucut kepada tiap kelompok. Setelah
itu guru membagikan potongan jaring-jaring kerucut dari karton warna kepada tiap
kelompok. Guru menugasi tiap kelompok siswa untuk mengamati model kerucut
kemudian membimbing siswa untuk membentuk karton tersebut agar menjadi sebuah
bangun ruang kerucut. Lalu guru membagikan lembar diskusi kepada tiap kelompok
dan menugasi tiap kelompok siswa untuk mengidentifikasi sifat yang dimiliki kerucut
seperti jumlah sisinya, jumlah rusuknya, titik sudutnya, bentuk sisinya, dan bentuk
alasnya. Selanjutnya guru menugasi tiap kelompok siswa untuk menggambar kerucut.
Lalu guru membagikan berbagai model bangun ruang dan menugasi siswa untuk
memilih bangun ruang yang berbentuk kerucut. Setelah itu pada tahapan kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
konfirmasi, guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok siswa untuk
menyampaikan hasil pengamatan dan diskusinya ke depan kelas. Guru memberikan
tanggapan terhadap hasil pengamatan dan diskusi yang disampaikan tiap kelompok
siswa. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi hasil
pengamatan dan diskusi kelompok yang disampaikan. Lalu guru memberikan
pemantapan terhadap hasil pengamatan dan diskusi siswa.
Pada tahap kegiatan akhir, guru membimbing siswa untuk mengambil
kesimpulan dari materi sifat bangun ruang kerucut yang telah dipelajari. Lalu guru
memberikan soal-soal latihan tentang materi sifat bangun ruang kerucut. Setelah
siswa selesai mengerjakan soal latihan, guru mengumpulkan pekerjaan siswa.
c. Tahap Observasi
Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran matematika atau pada tahap
pelaksanaan tindakan. Pengamatan pelaksanaan pembelajaran matematika dilakukan
secara kolaboratif antara guru kelas dan observer dengan menggunakan instrumen
pengamatan. Selama melaksanakan tindakan, guru melakukan pengamatan terhadap
siswa selama mengikuti pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun ruang.
Observasi juga dilakukan terhadap guru pada saat melaksanakan pembelajaran
matematika dengan menerapkan model pembelajaran CTL. Berdasarkan hasil
pengamatan terhadap proses pembelajaran pemahaman konsep sifat-sifat bangun
ruang, diperoleh hasil sebagai berikut :
Guru telah menaati alokasi waktu mengajar sehingga pembelajaran
matematika materi sifat-sifat bangun ruang berjalan lebih efesien. Guru telah mampu
menciptakan iklim masyarakat belajar yang baik. Hal itu dapat diketahui dari siswa
yang aktif selama pembelajaran matematika berlangsung khususnya selama diskusi
kelompok. Guru telah menghadirkan media pembelajaran yang dapat digunakan
dengan mudah oleh siswa. Hal tersebut akhirnya membuat siswa lebih
memperhatikan dan tidak ramai saat pembelajaran matematika berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti, observer, dan kepala sekolah menganalisis kegiatan
pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun ruang dengan model pembelajaran
CTL pada siklus II. Refleksi ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan pencapaian
tujuan yang didasarkan pada indikator kinerja. Jika tingkat keberhasilan telah
mencapai indikator kinerja yang ditentukan maka penelitian ini akan dihentikan
sampai siklus II.
Berdasarkan hasil observasi siswa pada siklus II diketahui bahwa tingkah
laku dan sikap siswa baik selama mengikuti pembelajaran matematika materi sifat-
sifat bangun ruang. Sedangkan hasil observasi guru pada siklus II menunjukkan
bahwa guru baik sekali dalam melaksanakan pembelajaran matematika materi sifat-
sifat bangun ruang menggunakan model pembelajaran CTL. Hasil tes siswa materi
sifat-sifat bangun ruang pada siklus II diketahui bahwa siswa kelas V SD Negeri
Ngabeyan 02 yang memperoleh nilai di bawah KKM 70 sebanyak 3 siswa atau
16,7%. Sedangkan 15 siswa lainnya atau 83,3% telah mencapai ketuntasan.
Karena prosentase ketuntasan tes siswa telah mencapai indikator kinerja yang
telah ditentukan yakni 70% siswa memperoleh nilai di atas 70 maka penelitian ini
dihentikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Ngabeyan 02
Brontowiryan Kartasura Sukoharjo. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester
genap Tahun Pelajaran 2010/2011. Fasilitas yang tersedia di sekolah ini kurang
memadai. Berbagai jenis alat peraga untuk berbagai mata pelajaran yang tersedia
kurang lengkap. Sedangkan alat peraga yang telah ada tidak terawat dengan baik. Di
dalam ruang kelas juga terdapat alat peraga namun alat peraga tersebut tidak
dimanfaatkan oleh guru dengan baik dalam proses pembelajaran. Selain itu juga tidak
tersedianya ruangan praktikum yang mendukung dalam pembelajaran.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri Ngabeyan 02. Pemilihan
tempat tersebut didasarkan pada pertimbangan: Pertama, sekolah tersebut belum
pernah digunakan sebagai objek penelitian yang serupa sehingga terhindar dari
kemungkinan penelitian ulang. Kedua, berdasarkan hasil observasi peneliti di
lapangan terdapat permasalahan dalam pembelajaran matematika khususnya pada
materi pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang .
Karakter siswa-siswi kelas V tempat penelitian tidak jauh berbeda
dengan kelas lain. Kebanyakan siswa menganggap matematika sebagai suatu mata
pelajaran sulit dan rumit. Siswa juga menggap matematika sebagai mata pelajaran
yang serius dan tidak menyenangkan. Belum lagi dengan model pembelajaran yang
diterapkan oleh guru. Guru hanya menggunakan model pembelajaran konvensional.
Berbagai hal tersebut akhirnya menyebabkan rendahnya pemahaman konsep sifat-
sifat bangun ruang siswa pada mata pelajaran Matematika. Untuk mengatasi hal
tersebut peneliti mengadakan penelitian di kelas V SD Negeri Ngabeyan 02. Peneliti
menggunakan Model Pembelajaran CTL yang dapat meningkatkan pemahaman
konsep sifat-sifat bangun ruang siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Dengan penelitian ini diharapkan siswa Sekolah Dasar Negeri Ngabeyan 02
lebih tertarik untuk belajar Matematika, sehingga pemahaman konsep sifat-sifat
bangun ruang siswa kelas V dapat meningkat.
2. Deskripsi Hasil Penelitian
a. Deskripsi Data Awal
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan
kegiatan observasi pada siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02 , tahun pelajaran
2010/2011 pada materi sifat-sifat bangun ruang. Data awal ini berupa nilai-nilai siswa
pada materi bangun ruang sederhana ( balok dan kubus ) yang sebelumnya telah
dipelajari siswa saat semester I.
Berdasarkan hasil observasi sebelum melakukan tindakan, masih terdapat
permasalahan yang ditemui pada diri guru maupun siswa, antara lain:
1) Model pembelajaran yang digunakan Guru
Guru masih menggunakan pembelajaran konvensional dalam proses
pembelajaran matematika sehingga pembelajaran tidak berjalan dengan maksimal.
Proses pembelajaran hanya berpusat pada guru sedangkan para siswa hanya pasif dan
duduk diam selama proses pembelajaran matematika berlangsung. Sepanjang proses
pembelajaran, guru hanya berceramah saja. Siswa tidak diberikan kesempatan untuk
terlibat secara aktif dalam pembelajaran matematika.
Hal ini semakin diperparah dengan tidak digunakannya media pembelajaran
selama proses pembelajaran matematika berlangsung. Guru hanya memberikan
gambaran materi secara abstrak. Selama proses pembelajaran tidak ada siswa yang
bertanya tentang materi yang diajarkan. Berbagai hal tersebut akhirnya menyebabkan
pemahaman konsep siswa tentang materi sifat-sifat bangun ruang menjadi rendah.
2) Permasalahan yang ditemui pada diri siswa
Siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02 kurang menyukai mata pelajaran
matematika. Mereka beranggapan bahwa pembelajaran matematika terkesan kaku,
rumit, dan sulit dipahami. Mereka menganggap pembelajaran matematika
berlangsung dengan sangat serius. Selama proses pembelajaran matematikapun siswa
terlihat bosan dan bermalas-malasan mengikutinya. Ditambah lagi selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
pembelajaran berlangsung siswa tidak diberikan kesempatan untuk mencoba atau
menemukan berbagai hal yang berkaitan dengan materi bangun ruang ini.
Siswa lebih memilih untuk diam selama proses pembelajaran matematika
berlangsung. Mereka cenderung pasif selama pembelajaran matematika. Siswa tidak
berusaha bertanya tentang kesulitan yang mereka alami. Hal tersebut akhirnya
menyebabkan siswa mengalami kesulitan saat mengerjakan soal ulangan dengan
materi sifat bangun ruang yang diberikan guru. Dengan kata lain pemahaman konsep
siswa tentang sifat-sifat bangun ruang masih rendah. Rendahnya pemahaman konsep
siswa tentang sifat-sifat bangun ruang tersebut menyebabkan rendahnya nilai tes yang
diperoleh siswa. Dari 18 siswa kelas V, hanya 2 orang siswa atau 11,1 % yang
mampu mencapai KKM yakni memperoleh nilai 70 dan 74. Sedangkan 16 siswa
kelas lainnya atau 88,9 % memperoleh nilai di bawah KKM. Rata-rata kelas yang
didapatkan hanya 47,2.
Fakta hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas
V SD Negeri Ngabeyan 02 mendapatkan nilai di bawah KKM pada materi sifat-sifat
bangun ruang. Kondisi seperti tersebut tentunya tidak bisa dibiarkan berlarut larut.
Maka berbagai upaya dilakukan guna meningkatkan pemahaman konsep sifat-
sifat bangun ruang. Salah satunya adalah dengan menggunakan Model Pembelajaran
CTL. Dengan demikian pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang kelas V SD
Negeri Ngabeyan 02 dapat ditingkatkan. Berdasarkan lampiran 20 halaman 128 data
awal nilai tes tersebut disajikan dalam tabel 2 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 2. Frekuensi Data Nilai Tes Siswa sebelum Tindakan
No Rentang Nilai Frekuensi Prosentase
1 24 34 1 5,6 %
2 35 45 8 44,4 %
3 46 56 6 33,3 %
4 57 67 1 5,6 %
5 68 78 2 11,1%
Jumlah 18 100 %
Berdasarkan tabel 2. maka dapat digambarkan pada grafik gambar 3 :
Gambar 3. Grafik Nilai Tes Siswa sebelum Tindakan
Berdasarkan data nilai di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan, siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02 banyak yang memperoleh di bawah
batas nilai KKM. Data ketuntasan belajar pada kondisi awal dapat diketahui pada tabel
3:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0-23 24 34 35 45 46 56 57 67 68 78
Frek
uens
i
Rentang Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tabel 3. Ketuntasan Hasil Tes Siswa sebelum Tindakan
No
Ketuntasan
Jumlah Siswa
Data awal
Jumlah Persen
1 Tuntas 2 11, 1 %
2 Tidak Tuntas 16 88, 9 %
Jumlah 18 100 %
Berdasarkan tabel 3 maka dapat digambarkan pada grafik gambar 4 :
Gambar 4. Grafik Ketuntasan Nilai Tes Siswa sebelum Tindakan
Berdasarkan data nilai di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan �ndakan,
siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02 sebanyak 18 siswa hanya 2 siswa atau 11,1 % yang
memperoleh nilai di atas batas nilai KKM. Sebanyak 16 siswa atau 89,9 % memperoleh nilai di
bawah batas nilai KKM yaitu 70.
Hasil rata-rata nilai data awal sebelum dilakukan �ndakan dapat ditunjukkan dalam
tabel 4:
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Tuntas Tidak Tuntas
Prosentase
Ketuntasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Tabel 4. Hasil rata-rata nilai tes siswa sebelum dilakukan 團ndakan
No Keterangan Data awal
1 Nilai terendah 28
2 Nilai tertinggi 74
3 Rata-rata nilai 47,2
4 Siswa belajar tuntas 11,1 %
Untuk memperjelas hasil rata-rata data awal sebelum dilakukan �ndakan dapat
digambarkan dalam grafik gambar 5 :
Gambar 5. Grafik Nilai Rata-rata Nilai Tes Siswa sebelum Tindakan
Analisis hasil evaluasi dari data awal sebelum dilakukan �ndakan kepada siswa
diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan benar masih di bawah
rata-rata nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneli�, dan sekolah yaitu sebesar 70.
Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada materi pemahaman konsep sifat-sifat
bangun ruang 11,1 % saja, dari pihak peneli� ketuntasan siswa diharapkan mencapai lebih
dari 70%. Dari hasil analisis data awal tersebut, maka dilakukan �ndakan lanjutan untuk
meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-Rata
Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Dari hasil data awal pada tabel di atas dapat disimpulkan sementara bahwa
pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang oleh siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02 masih
rendah. Adanya nilai tes siswa yang masih kurang dari yang diharapkan memberikan indikasi
bahwa siswa masih belum begitu paham pada beberapa indikator belajar pemahaman
konsep sifat-sifat bangun ruang. Maka peneli� mengadakan konsultasi dengan dewan guru
untuk melaksanakan pembelajaran konsep sifat-sifat bangun ruang melalui Model
Pembelajaran CTL.
b. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan
Deskripsi data pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini
terdiri dari deskripsi tindakan siklus I dan deskripsi tindakan siklus II, setiap siklus
terdiri dari 2 kali pertemuan, masing-masing terdiri atas 4 tahapan yaitu, (1)
perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan (4) refleksi
tindakan.
1) Deskripsi Tindakan Siklus I
Penerapan pembelajaran konsep sifat-sifat bangun ruang pada siklus I dengan
menggunakan model pembelajaran CTL sebagai berikut:
a) Perencanaan Tindakan Siklus I
Dalam perencanaan awal guru menyusun skenario pembelajaran yang sesuai
dengan model pembelajaran CTL dan membuat media pembelajaran dengan
menggunakan kertas karton berwarna yang dibentuk menjadi bangun ruang prisma
(balok, kubus, prisma segitiga) dan tabung. Di samping itu disiapkan pula alat
evaluasi untuk mengetahui keberhasilan siswa.
Kegiatan perencanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal
16 April 2011 sampai dengan hari Selasa tanggal 19 April 2011. Peneliti dan observer
mendiskripsikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan. Peneliti
mengungkapkan bahwa siswa mempunyai permasalahan dalam konsep sifat-sifat
bangun ruang sehingga diperlukan suatu model pembelajaran yang mampu
mendorong siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Selanjutnya disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I akan
dilaksanakan selama dua kali pertemuan yakni pada hari Rabu tanggal 20 April 2011
dan Sabtu tanggal 23 April 2011.
Kegiatan perencanaan tindakan kelas pada siklus I dapat dideskripsikan
sebagai berikut:
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Guru kelas dan observer merencanakan implementasi tindakan perbaikan
pembelajaran konsep sifat-sifat bangun ruang dalam siklus I yang dirancang dalam
dua kali pertemuan, dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Rancangan pelaksanaan
pembelajaran mencakup penentuan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran, metode pembelajaran,
media pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan sistem penilaian.
Langkah-langkah pembelajaran pada siklus I mencakup kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
Pada tahap pra KBM ini guru memulai dengan berdoa menurut agama
masing-masing. Selanjutnya adalah mengabsen siswa. Pada kegiatan awal guru
memotivasi siswa agar siswa siap untuk menerima materi pembelajaran. Selanjutnya
guru melakukan apersepsi terhadap siswa dengan cara memberikan pertanyaan. Guru
bertanya tentang benda apa saja yang siswa temukan di dalam kelas. Selanjutnya guru
bertanya apakah siswa masih mengingat materi tentang bangun ruang saat semester
pertama.
Pada kegiatan inti tahap eksplorasi guru melakukan tanya jawab dengan
siswa tentang berbagai macam bangun ruang. Guru menunjukkan berbagai macam
gambar bangun ruang. Selain itu guru juga memberikan penjelasan tentang bagian /
sifat yang dimiliki bangun ruang yakni sisi, rusuk, dan titik sudut. Selanjutnya guru
membagi siswa menjadi 3 kelompok (dalam membagi kelompok guru memberikan
kebebasan untuk memilih anggota kelompok). Setiap kelompok mendapatkan tugas
yang sama. Guru membagikan model bangun ruang (pertemuan ke-1 prisma dan
pertemuan ke-2 tabung) dari bahan karton kepada tiap kelompok. Guru juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
membagikan lembar diskusi kepada tiap kelompok. Guru menugasi tiap kelompok
siswa untuk mengidentifikasi sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun ruang prisma.
Guru membimbing tiap kelompok siswa selama proses diskusi. Selanjutnya pada
tahap elaborasi guru membagikan berbagai macam model bangun ruang kepada tiap
kelompok dan membimbing tiap kelompok siswa untuk memilih bangun ruang yang
termasuk prisma. Setelah itu guru menugasi tiap kelompok untuk menggambar
bangun ruang (pertemuan ke-1 prisma dan pertemuan ke-2 tabung) berdasarkan
model bangun ruang prisma yang dibagikan kepada tiap kelompok. Selanjutnya pada
tahap konfirmasi tiap kelompok siswa dibimbing untuk menyampaikan hasil kegiatan
diskusi di depan kelas. Guru juga memberikan pemantapan terhadap hasil diskusi
siswa.
Pada tahapan kegiatan akhir guru menanyakan tentang kesulitan yang
dialami siswa. Guru juga mengambil kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
Selanjutnya guru mengadakan evaluasi dengan memberikan soal tes dengan materi
sifat-sifat bangun ruang prisma. Sebagai tindak lanjut, guru memberikan pekerjaan
rumah kepada siswa.
b) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran yaitu
ruang kelas yang dipergunakan tidak didesain secara khusus namun khusus saat
diskusi kelas maka desain ruangan diubah karena siswa dibuat berkelompok.
Beberapa model bangun ruang prisma dan tabung dari karton, media gambar
bangun ruang dan juga berbagai bentuk model bangun ruang lainnya seperti limas
dan kerucut juga turut disiapkan guna mempermudah siswa mendapatkan gambaran
secara konkret tentang materi sifat-sifat bangun ruang.
c) Menyiapkan lembar pengamatan dan lembar penilaian
Lembar pengamatan yang digunakan untuk merekam segala aktifitas siswa
selama pelaksanaan pembelajaran berupa blangko pengamatan yang mencakup
kegiatan siswa dan juga kegiatan guru. Lembar pengamatan untuk siswa meliputi
bagaimana keaktifitas siswa selama proses pembelajaran, kerjasama siswa selama
proses pembelajaran dan juga ketepatan jawaban hasil diskusi siswa. Lembar
pengamatan untuk guru meliputi penampilan guru di depan kelas, kemampuan guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
membuat RPP yang sesuai dengan model pembelajaran CTL, kemampuan guru dalam
bertanya kepada siswa untuk memancing siswa menemukan jawabannya sendiri,
kemampuan guru menghadirkan model / media pembelajaran, kemampuan guru
dalam membimbing siswa dalam proses inkuiri/penemuan, kemampuan guru
menciptakan iklim masyarakat belajar di dalam kelas, kemampuan guru
mengembangkan pemikiran siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya,
kemampuan guru dalam mengadakan refleksi di akhir proses pembelajaran, dan
kemampuan guru dalam melalukan penilaian nyata dalam pembelajaran matematika,
waktu yang diperlukan guru, dan kemampuan guru dalam menggunakan alat / media
pembelajaran.
b) Pelaksanaan Siklus I
Dalam tahapan ini guru melaksanakan pembelajaran Matematika melalui
Model Pembelajaran CTL sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
telah disusun. Pembelajaran yang telah disusun pada siklus I dengan menggunakan
Model Pembelajaran CTL sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
telah disusun ini dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.
(1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama ini dimulai dengan berdoa menurut agama masing-
masing dan mengabsen kehadiran siswa. Selanjutnya guru memotivasi siswa agar
siswa siap menerima materi pembelajaran matematika. Guru bertanya kepada siswa,
Pada tahapan kegiatan inti tahap eksplorasi guru melakukan tanya jawab
dengan siswa tentang macam-macam bangun ruang. Guru juga menunjukkan
berbagai gambar bangun ruang. Lalu guru memberikan penjelasan tentang
bagian/sifat yang dimiliki oleh bangun ruang seperti sisi, rusuk, dan titik sudut.
Selanjutnya guru membagi siswa menjadi 3 kelompok dan pembagian kelompok
diserahkan kepada siswa (kelompok siswanya homogen). Lalu guru membagikan
model bangun ruang prisma (balok, kubus, prisma segitiga) yang terbuat dari karton
beserta potongan kertas kecil kepada tiap kelompok. Guru menugasi tiap kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
siswa untuk mengamati model tersebut. Guru membimbing siswa untuk memberikan
nama untuk model bangun ruang tersebut. Misalnya kubus ABCDEFGH kemudian
menyuruh siswa untuk menulisi potongan kertas kecil tersebut dengan nama yang
diberikan. Selanjutnya potongan kertas tersebut ditempelkan pada setiap sudut dari
bangun ruang. Setelah itu tiap kelompok siswa dibimbing untuk diskusi
mengidentifikasi sifat yang dimiliki bangun ruang tersebut, misalnya jumlah sisi,
jumlah rusuk, jumlah titik sudutnya, bentuk sisinya, bentuk alasnya, serta
menunjukkan sisi, rusuk, dan titik sudutnya berdasarkan nama huruf yang telah siswa
tempelkan di setiap sudutnya. Guru membimbing tiap kelompok siswa selama proses
diskusi. pada tahap elaborasi guru membagikan berbagai model bangun ruang dari
karton dan menugasi siswa untuk memilih model bangun ruang yang termasuk
bangun ruang prisma. Selanjutnya guru menugasi tiap kelompok siswa untuk
menggambar prisma. Kemudian pada tahap konfirmasi guru meminta salah satu
kelompok untuk maju ke depan kelas menyampaikan hasil diskusi dan
pengamatannya. Guru menanggapi hasil diskusi yang siswa sampaikan ke depan
kelas.
Pada tahapan kegiatan akhir guru memberikan pemantapan tentang materi
sifat bangun ruang prisma yang telah dipelajari siswa. Guru juga menanyakan
kesulitan / ketidakjelasan yang dialami siswa. Selanjutnya guru mengambil
kesimpulan dari materi sifat bangun ruang prisma yang telah dipelajari. Setelah itu
guru memberikan soal evaluasi kepada siswa untuk mengetahui seberapa besar
pemahaman yang siswa peroleh. Setelah siswa selesai mengerjakan soal evaluasi,
guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa. Sebagai tindak lanjut guru memberikan
pekerjaan rumah kepada siswa. Terakhir guru menutup pembelajaran dengan
memberikan pesan kepada siswa agar mengulangi materi tersebut di rumah dan
memberikan salam.
(2) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua ini guru mengawali dengan berdoa bersama dan
mengabsen siswa. Pada tahapan kegiatan awal guru memberikan motivasi kepada
siswa agar siswa siap untuk menerima materi pembelajaran matematika. Selanjutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
-sifat yang dimiliki bangun
. Selanjutnya guru memberitahukan bahwa pada pertemuan kali ini
siswa akan mempelajari bangun ruang tabung.
Pada tahapan kegiatan inti tahap eksplorasi guru melakukan tanya jawab
mengenai bangun ruang tabung. Guru memberikan penjelasan tentang bangun ruang
tabung. Guru menunjukkan gambar bangun ruang tabung. Guru membagi siswa
menjadi 3 kelompok. Pembagian kelompok diserahkan kepada siswa atau siswa
memilih sendiri anggota kelompoknya (kemampuan siswa dalam kelompok
homogen). Selanjutnya guru membagikan model bangun ruang tabung dari karton
kepada tiap kelompok. Guru juga membagikan lembar diskusi kepada tiap kelompok.
Lalu guru menugasi tiap kelompok siswa untuk mengamati model bangun ruang
tabung dan berdiskusi mengidentifikasi sifat yang dimiliki bangun ruang tabung.
Yakni meliputi jumlah sisinya, jumlah rusuknya, ada tidaknya titik sudut, bentuk
sisinya, dan terbagi menjadi berapa bagiankah tabung tersebut. Guru membimbing
tiap kelompok siswa selama proses diskusi tersebut. Pada tahap elaborasi guru
membagikan berbagai bentuk model bangun ruang kepada tiap kelompok dan
menugasi tiap kelompok siswa untuk menentukan bangun ruang manakah yang
termasuk tabung. Kemudian guru membimbing tiap kelompok siswa untuk
menggambar bangun ruang tabung. Selanjutnya pada tahap konfirmasi guru meminta
salah satu kelompok siswa untuk menyampaikan diskusinya ke depan kelas. Guru
memberikan tanggapan atas hasil diskusi yang siswa sampaikan ke depan kelas.
Pada tahapan kegiatan akhir guru memberikan pemantapan tentang materi
sifat bangun ruang tabung yang telah dipelajari. Guru juga bertanya kepada siswa
tentang kesulitan / ketidakjelasan tentang materi sifat bangun ruang tabung. Setelah
itu guru mengambil kesimpulan dari materi sifat bangun ruang tabung. Selanjutnya
guru memberikan soal evaluasi tentang sifat bangun ruang tabung. Setelah siswa
selesai mengerjakan soal evaluasi, guru mengumpulkan soal evaluasi pekerjaan
siswa. Sebagai tindak lanjut guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.
Terakhir guru berpesan kepada siswa untuk mengulangi materi tersebut di rumah dan
guru menutup pembelajaran dengan memberikan salam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
c) Observasi
Pengamatan pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara kolaboratif antara
guru kelas dan observer dengan siswa. Selama melaksanakan tindakan, guru
melakukan pengamatan tingkah laku dan sikap siswa selama mengikuti pembelajaran
konsep sifat-sifat bangun ruang, serta meminta teman sejawat sebagai observer untuk
mengamati guru dalam mengajar menggunakan model pembelajaran CTL.
(1) Hasil Observasi bagi Guru
Berdasarkan lembar observasi guru pada akhir siklus I lampiran 18 selama 2
kali pertemuan diperoleh data sebagai berikut :
(a) Penampilan guru di depan kelas amat baik
(b) Guru telah menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan amat baik
dan sesuai dengan model pembelajaran CTL
(c) Guru memberikan pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk
menemukan jawabannya sendiri dengan baik
(d) Guru telah menghadirkan model atau alat selama proses pembelajaran
(e) Guru membimbing siswa selama proses penemuan
(f) Guru kurang dapat menciptakan iklim masyarakat belajar di dalam kelas
(g) Guru melakukan penilaian nyata pada pembelajaran matematika
(h) Guru memberikan refleksi diakhir proses pembelajaran
(i) Guru mengkonstruksi pengetahuan siswa melalui kegiatan pemecahan
masalah dan penemuan
(j) Pengelolaan waktu pada langkah-langkah pembelajaran kurang ditaati oleh
guru
(k) Guru menggunakan alat/model pembelajaran dengan amat baik
(l) Guru kurang memberikan kesempatan kepada tiap kelompok siswa untuk
menyampaikan hasil diskusinya
(2) Hasil Observasi bagi Siswa
Berdasarkan lembar observasi siswa pada akhir siklus I lampiraan 16 selama
2 kali pertemuan diperoleh data sebagai berikut:
(a) Kerjasama siswa selama proses diskusi kelompok cukup baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
(b) Siswa cukup aktif dalam pembelajaran matematika hal itu dapat diketahui dari
adanya beberapa siswa yang bertanya pada saat pembelajaran matematika
berlangsung
(c) Perhatian siswa selama proses pembelajaran sudah baik walaupun masih ada
beberapa siswa yang kurang memperhatikan pada saat pembelajaran
matematika
(d) Beberapa siswa kurang mampu menggunakan media pembelajaran dengan
baik
(e) Hasil diskusi kelompok sudah baik
(f) Ada beberapa siswa yang kurang aktif selama proses pembelajaran khususnya
saat diskusi kelompok
d) Refleksi
Dari hasil penelitian pada siklus I, diketahui bahwa siswa kelas V di SD
Negeri Ngabeyan 02 yang mendapatkan nilai kurang dari KKM 70 sebanyak 7 siswa
atau 38,9 %. Sedangkan yang telah mencapai ketuntasan sebanyak 11 siswa atau 61,1
%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 5. Frekuensi Data Nilai Siklus I Siswa Kelas V SD Negeri Ngabeyan 02
No Rentang Nilai Frekuensi Prosentase
1 35 45 2 11,1 %
2 46 56 2 11,1 %
3 57 67 3 16,7 %
4 68 78 1 5,6 %
5 79 89 3 16,7 %
6 90 100 7 38,9 %
Jumlah 18 100 %
Berdasarkan tabel 5. maka dapat digambarkan dalam grafik gambar 6 :
Gambar 6. Grafik Data Nilai siklus I siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02
Data yang diperoleh dari penelitian siklus yang pertama dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
(1) Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 35 45 sebanyak 2 siswa,
(2) Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 46 56 sebanyak 2 siswa,
(3) Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 57 67 sebanyak 3 siswa,
(4) Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 68 78 sebanyak 1 siswa,
(5) Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 79 89 sebanyak 3 siswa,
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0-35 35 45 46 56 57 67 68 78 79 89 90 100
Feku
ensi
Rentang Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
(6) Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 90 100 sebanyak 7 siswa,
Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100
Berdasarkan data nilai di atas dapat dilihat bahwa siklus I, siswa kelas V SD Negeri
Ngabeyan 02 masih banyak yang memperoleh nilai tes di bawah batas nilai KKM yaitu 7 siswa
atau 38,9 % dari 18 siswa. Data ketuntasan belajar pada siklus I dapat diketahui pada tabel 6:
Tabel 6. Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus I
No
Ketuntasan
Jumlah Siswa
Pra Siklus
Jumlah Persen
1 Tuntas 11 61,1 %
2 Tidak Tuntas 7 38,9 %
Jumlah 18 100 %
Berdasarkan tabel 6. maka dapat digambarkan pada grafik gambar 7 :
Gambar 7. Grafik Ketuntasan Nilai Tes Siswa pada Siklus I
Berdasarkan data nilai di atas, dapat dilihat bahwa pada siklus I siswa kelas V
SD Ngabeyan 02 sebanyak 18 siswa hanya 11 siswa atau 61,1 % yang memperoleh
nilai di atas atau sama dengan batas nilai KKM. Sebanyak 7 siswa atau 38,9 %
memperoleh nilai di bawah batas nilai KKM yaitu 70. Hasil rata-rata nilai data siklus I
dapat ditunjukkan dalam tabel 7 :
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Tuntas Tidak Tuntas
Prosentase
Ketuntasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 7. Hasil rata-rata nilai tes Siklus I
No Keterangan Data awal
1 Nilai terendah 37
2 Nilai tertinggi 100
3 Rata-rata nilai 75,7
4 Siswa belajar tuntas 11
Untuk memperjelas hasil rata-rata data data siklus I dapat digambarkan dalam
grafik gambar 8:
Gambar 8. Grafik Nilai Rata-rata pada Siklus I
Tabel 7. Perkembangan Pemahaman Konsep Sifat-sifat Bangun Ruang Siswa
pada Data Awal dan Tes Siklus I Siswa Kelas V SDN Ngabeyan 02
No Keterangan Data awal Siklus I
1 Nilai terendah 28 37
2 Nilai tertinggi 74 100
3 Rata-rata nilai 47,2 75,7
0
20
40
60
80
100
120
Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-Rata
Nilai
Nilai Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
4 Siswa belajar tuntas 11,1 % 61,1 %
Dari hasil analisa data perkembangan pemahaman konsep sifat-sifat bangun
ruang siswa pada tes siklus I dapat disimpulkan bahwa prosentase hasil tes siswa
yang tuntas naik 50 % dengan nilai batas tuntas 70, siswa yang tuntas belajar di siklus
I sebesar 61,1 % , yang semula pada data awal hanya terdapat 11,1 % siswa mencapai
batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat data awal
sebesar 28 dan pada siklus I menjadi 37. Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari
74 naik menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada data awal sebesar 47,2 naik
pada tes siklus I menjadi 75,7. Ketuntasan yang diperoleh siswa belum sesuai dengan
ketuntasan yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti dan sekolah yaitu dengan 70
% dari 18 siswa mencapai batas ketuntasan KKM yakni 70.
Dalam penelitian tindakan kelas siklus I masih banyak ditemukan
kekurangan-kekurangan, antara lain:
(a) Bagi Guru
(1) Guru belum melaksanakan alokasi waktu KBM dengan baik
(2) Media pembelajaran yang digunakan guru belum maksimal
(3) Guru dalam pembagian kelompok menyerahkan sepenuhnya pada siswa
sehingga kelompok siswa bersifat homogen berdasarkan kemampuannya
maupun jenis kelamin
(4) Guru kurang memberikan kesempatan kepada tiap kelompok siswa untuk
menyampaikan hasil diskusinya
(5) Guru kurang dapat menciptakan iklim masyarakat belajar di dalam kelas
(b) Bagi Siswa
(1) Masih ada beberapa siswa yang ramai dalam kelompok dan kurang
memperhatikan selama pembelajaran matematika
(2) Dalam kegiatan kelompok tidak semua siswa ikut aktif berperan
(3) Siswa sudah mulai aktif selama proses pembelajaran matematika, namun
masih perlu ditingkatkan lagi agar pemahaman konsep lebih maksimal
(4) Kerjasama siswa dalam berkelompok masih kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
(5) Kelompok siswa bersifat homogen sehingga antara kelompok satu dengan
yang lain tidak seimbang
(6) Beberapa siswa kurang mampu menggunakan media pembelajaran dengan
baik
Dengan ditemukannya permasalahan pada siklus I dan hasil di siklus I belum
sesuai dengan yang diharapkan maka diperlukan upaya perbaikan pembelajaran pada
siklus II. Upaya perbaikan yang tepat untuk mengatasi permasalahan di siklus I
berdasarkan kekurangan tersebut diantaranya adalah :
(1) Guru belum melaksanakan alokasi waktu kegiatan pembelajaran dengan
baik. Maka untuk perbaikannya guru harus lebih menaati alokasi waktu
yang telah ditentukan pada rencana pelaksanaan pembelajaran matematika
agar pembelajaran matematika berjalan lebih efektif.
(2) Media pembelajaran yang guru gunakan belum maksimal. Hal itu dapat
diketahui dengan ditemukannya siswa yang kesulitan dalam menggunakan
media tersebut. Yang akhirnya membuat siswa kurang memperhatikan dan
ramai sendiri selama proses pembelajaran. Maka upaya perbaikannya adalah
dengan menggunakan media pembelajaran lebih menarik yang dapat siswa
coba / gunakan secara langsung dan tentu saja mudah digunakan.
(3) Guru kurang mampu menciptakan iklim masyarakat belajar yang baik.
Selain itu juga ditemukan beberapa siswa yang kurang aktif saat proses
pembelajaran khususnya saat kegiatan diskusi kelompok. Kerjasama siswa
dalam kelompokpun juga masih kurang. Maka upaya perbaikan yang
dilakukan adalah dengan membagi siswa menjadi kelompok yang heterogen
baik kemampuan maupun jenis kelamin siswa dan juga memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dengan cara memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil diskusinya ke depan
kelas dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil
kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
2) Deskripsi Tindakan Siklus II
Tindakan Siklus II dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari siklus yang
pertama. Siklus ke II akan dilaksanakan dalam 2 x pertemuan yaitu pada hari Rabu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
tanggal 27 April 2011 dan pertemuan kedua pada hari Rabu tanggal 4 Mei 2011. Pada
siklus II ini, penggunaan model pembelajaran CTL untuk dapat meningkatkan
pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang dilaksanakan dalam 4 tahapan, yaitu:
tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan analisis serta refleksi.
a) Tahap perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada Siklus I
diketahui bahwa pembelajaran matematika tentang pemahaman konsep sifat-sifat
bangun ruang melalui Model Pembelajaran CTL yang dilaksanakan pada siklus I
sudah menunjukkan adanya peningkatan namun belum sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh peneliti atau guru. Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki.
Oleh karena itu peneliti atau guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
matematika kembali melalui Model Pembelajaran CTL dengan rencana tindakan yang
berbeda.
Kegiatan perencanaan tindakan Siklus II dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 25 April 2011. Guru sebagai peneliti menentukan rencana tindakan yang akan
dilaksanakan dalam siklus II ini. Kemudian ditetapkan, bahwa pelaksanaan tindakan
kelas untuk siklus ke II dilakukan dalam 2 x pertemuan, di mana setiap pertemuan
mendapat alokasi waktu 2 x 35 menit. Pertemuan pertama pada pelaksanaan tindakan
siklus ke II ini dimulai pada hari Rabu tanggal 27 April 2011 dan pertemuan kedua
pada hari Rabu tanggal 4 Mei 2011. Kegiatan yang dilakukan merupakan perbaikan
dari pembelajaran siklus I, yaitu peningkatan pemahaman konsep sifat-sifat bangun
ruang menggunakan model pembelajaran CTL.
Peneliti merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan dalam proses
penelitian selanjutnya. Perencanaan kegiatan dalam siklus II ini meliputi pembuatan
RPP pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang menggunakan Model Pembelajaran
CTL yang lebih bervariasi dari siklus yang sebelumnya. Tahap perencanaan tindakan
yang akan di laksanakan siklus II adalah sebagai berikut :
(1) Guru akan lebih menaati alokasi waktu yang telah ditentukan pada rencana
pelaksanaan pembelajaran matematika agar pembelajaran matematika berjalan
lebih efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
(2) Guru akan menghadirkan media pembelajaran yang lebih menarik. Media yang
dapat siswa coba atau gunakan secara langsung dan tentu saja mudah
digunakan. Hal tersebut bertujuan agar siswa tidak kesulitan dalam
menggunakan media tersebut serta membuat siswa lebih memperhatikan dan
tidak ramai sendiri selama proses pembelajaran matematika berlangsung.
(3) Guru akan membagi siswa menjadi kelompok yang heterogen baik kemampuan
maupun jenis kelamin siswa. Guru juga akan memberikan kesempatan siswa
untuk menyampaikan hasil diskusinya maupun mengambil kesimpulan dari
materi pembelajaran matematika agar tercipta iklim masyarakat yang lebih baik.
Hal tersebut juga akan membuat siswa untuk lebih aktif dan bekerjasama
selama proses pembelajaran matematika ataupun pada saat diskusi kelompok.
Perencanaan tindakan kelas pada siklus II meliputi kegiatan-kegiatan sebagai
berikut :
(1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Guru kelas yang sekaligus sebagai peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran pada siklus II yang sesuai dengan model pembelajaran CTL. Pada
siklus II ini siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02 akan mengidentifikasi sifat-sifat
bangun ruang limas dan kerucut. Selain itu siswa juga akan menggambar dan memilih
bangun ruang yang berbentuk limas dan kerucut. Siswa akan mengidentifikasi sifat-
sifat bangun ruang dengan terlebih dahulu membuat kerangka limas dari lidi yang
ditusukkan pada potongan steroform dan membentuk kerucut dari karton warna. Hal
ini akan membuat siswa lebih berperan aktif dan lebih memperhatikan. Guru akan
membimbing siswa selama kegiatan pengamatan dan diskusi berlangsung.
Pembagian kelompok siswa akan dilakukan oleh guru agar kelompok siswa
lebih heterogen. Sehingga kemampuan tiap kelompok akan lebih seimbang dan siswa
lebih berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Setiap kelompok juga
akan diberikan kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusinya. Di akhir
pembelajaran siswa akan diberikan soal-soal evaluasi tentang materi sifat-sifat
bangun ruang limas maupun kerucut.
Langkah-langkah pembelajaran pada siklus II mencakup kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tahap Pendahuluan
(a) Guru kelas memasuki ruangan dan mengucapkan salam, dimulai dengan
berdoa bersama-sama menurut keyakinannya masing-masing, mengabsen
dan memotivasi siswa agar bersungguh-sungguh dan aktif serta segera
menyiapkan diri untuk menerima pelajaran.
(b) Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa mengenai macam bangun
ruang dan mengingat bangun ruang yang telah mereka pelajari.
Tahap Inti
(a) Guru menunjukkan gambar bangun ruang ( limas / kerucut ).
(b) Guru memberikan penjelasan tentang bagian yang dimiliki oleh bangun
ruang yakni sisi, rusuk, dan titik sudut.
(c) Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok yang heterogen lalu guru
menunjukkan model bangun ruang (limas / kerucut).
(d) Guru membagikan potongan lidi dan steroform (pertemuan 1) serta
potongan bagian jaring-jaring kerucut dari karton warna (pertemuan 2)
kemudian membimbing tiap kelompok siswa untuk merakit lidi dan
steroform tersebut menjadi bentuk bangun ruang limas dan membentuk
kertas karton warna menjadi bangun ruang kerucut.
(e) Selanjutnya guru menugasi siswa untuk mengidentifikasi sifat yang dimiliki
bangun ruang tersebut serta menggambarnya, lalu guru membagikan
berbagai model bangun ruang dan menugasi siswa untuk memilih bangun
ruang yang berbentuk limas / kerucut.
(f) Guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok siswa untuk
menyampaikan hasil pengamatan dan diskusinya ke depan kelas.
(g) Guru menanggapi hasil pengamatan dan diskusi siswa serta memberikan
kesempatan kepada siswa lain yang ingin memberikan tanggapan.
(h) Guru memberikan pemantapan tentang hasil pengamatan dan diskusi siswa.
Tahap Penutup
(a) Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan dari materi yang telah
dipelajari.
(b) Guru memberikan soal latihan tentang materi sifat-sifat bangun ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
(c) Setelah siswa selesai mengerjakan soal latihan, guru mengumpulkan hasil
pekerjaan siswa dan memberikan pekerjaan rumah.
(2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran pada
siklus II adalah:
(a) Ruang kelas yang dipergunakan didesain secara khusus pada kegiatan diskusi
kelompok.
(b) Berbagai macam media model bangun ruang limas dan kerucut dari karton,
berbagai macam model bangun ruang, potongan lidi dan steroform, serta
potongan jaring-jaring tabung dari karton warna.
(3) Mempersiapkan lembar pengamatan dan lembar penilaian unjuk kerja
Lembar pengamatan yang digunakan untuk merekam segala aktifitas siswa
selama pelaksanaan pembelajaran berupa blangko pengamatan yang mencakup
kegiatan siswa dan juga kegiatan guru. Lembar pengamatan untuk siswa meliputi
bagaimana keaktifan siswa selama proses pembelajaran matematika, kerjasama siswa
selama diskusi kelompok, perhatian siswa selama proses pembelajaran, kemampuan
siswa dalam menggunakan media pembelajaran, dan hasil diskusi kelompok. Lembar
pengamatan untuk guru meliputi penampilan guru di depan kelas, kemampuan guru
membuat RPP model pembelajaran CTL, kemampuan guru bertanya kepada siswa
untuk memancing siswa menemukan jawabannya sendiri, kemampuan menghadirkan
model / media pembelajaran, kemampuan guru membimbing siswa dalam proses
inkuiri / penemuan, kemampuan menciptakan iklim masyarakat belajar di dalam
kelas, kemampuan guru dalam mengembangkan pemikiran siswa untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, kemampuan guru mengadakan refleksi di
akhir proses pembelajaran, kemampuan guru melakukan penilaian nyata dalam
pembelajaran matematika, waktu yang diperlukan guru, serta kemampuan guru dalam
menggunakan alat atau media pembelajaran.
b) Pelaksanaan Siklus II
Dalam pelaksanaan tindakan, guru membuat perencanaan 2x pertemuan
dengan alokasi waktu setiap pertemuan 2 x 35 menit. Untuk pertemuan pertama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
mengacu pada indikator mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang limas, menggambar
bangun ruang limas, serta memilih bangun ruang yang berbentuk limas.
Sedangkan pada pertemuan kedua dilaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan mengacu pada indikator mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang kerucut,
menggambar bangun ruang kerucut, serta memilih bangun ruang yang berbentuk
kerucut.
Pelaksanaan tindakan siklus II meliputi kegiatan sebagai berikut:
c) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama dimulai dari tahap pra KBM yakni memberi salam,
berdoa, dan mengabsen siswa. Selanjutnya adalah tahap kegiatan awal yang dimulai
dengan memberikan motivasi kepada siswa agar bersungguh-sungguh serta siap
menerima materi pembelajaran matematika. Setelah itu guru memberikan apersepsi
Pada tahap kegiatan Inti yakni tahapan eksplorasi guru menunjukkan gambar
bangun ruang limas dan jenis-jenisnya serta tanya jawab dengan siswa mengenai
bangun ruang limas. Guru menjelaskan sifat yang dimiliki bangun ruang yakni sisi,
rusuk, dan titik sudut. Selanjutnya guru membagi siswa menjadi 3 kelompok yang
heterogen. Lalu guru menunjukkan model bangun ruang limas dan membagikan
model limas tersebut kepada kelompok. Guru membagikan potongan lidi dan
steroform kepada tiap kelompok dan membimbing tiap kelompok siswa untuk
merangkai lidi dan steroform tersebut agar menjadi bentuk limas. Selanjutnya guru
membagikan lembar diskusi kepada tiap kelompok dan menugasi siswa untuk
mengidentifikasi sifat-sifat yang dimiliki limas meliputi jumlah sisi, jumlah rusuk,
jumlah titik sudut, bentuk alas, dan bentuk sisi tegaknya. Guru membimbing siswa
selama siswa mengamati dan diskusi untuk menemukan sifat yang dimiliki limas.
Pada tahap elaborasi guru menugasi tiap kelompok siswa untuk menggambar bangun
ruang limas. Kemudian guru membagikan berbagai model bangun ruang dan
menugasi tiap kelompok siswa untuk memilih bangun ruang mana yang berbentuk
limas. Selanjutnya pada tahap konfirmasi, guru memberikan kesempatan kepada tiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
kelompok siswa untuk menyampaikan hasil pengamatan dan diskusinya. Kemudian
guru memberikan tanggapan mengenai hasil pengamatan dan diskusi yang
disampaikan tiap kelompok siswa. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa
lain untuk memberikan tanggapan. Lalu guru memberikan pemantapan tentang hasil
pengamatan dan diskusi.
Pada tahap kegiatan akhir, guru membimbing siswa untuk mengambil
kesimpulan dari materi sifat-sifat bangun ruang limas yang telah dipelajari. Setelah
itu guru memberikan soal-soal latihan tentang materi sifat bangun ruang limas.
Setelah siswa selesai mengerjakan, guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa.
Sebagai tindak lanjut guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.
d) Pertemuan ke dua
Pada pertemuan ke dua di siklus II ini dimulai dengan kegiatan pra KBM
yakni memberi salam, berdoa, dan mengabsen siswa. Selanjutnya adalah tahap
kegiatan awal yang diawali dengan memberikan motivasi kepada siswa agar siswa
siap menerima materi pembelajaran serta bersungguh-sungguh mengikuti
pembelajaran matematika. Kemudian guru memberikan apersepsi kepada siswa
-
guru memberikan acuan bahwa hari ini siswa akan mempelajari sifat-sifat bangun
ruang kerucut.
Pada tahap kegiatan Inti tahapan kegiatan eksplorasi, guru menunjukkan
gambar bangun ruang kerucut. Guru tanya jawab dengan siswa tentang bangun ruang
kerucut. Guru juga memberikan penjelasan tentang berbagai benda yang berbentuk
kerucut. Selanjutnya guru membagi siswa menjadi 3 kelompok yang heterogen.
Kemudian guru menunjukkan model bangun ruang kerucut dan membagikan model
bangun ruang kerucut kepada tiap kelompok. Setelah itu guru membagikan potongan
jaring-jaring kerucut dari karton warna kepada tiap kelompok. Guru menugasi tiap
kelompok siswa untuk mengamati model kerucut kemudian membimbing siswa untuk
membentuk karton tersebut agar menjadi sebuah bangun ruang kerucut. Lalu guru
membagikan lembar diskusi kepada tiap kelompok dan menugasi tiap kelompok
siswa untuk mengidentifikasi sifat yang dimiliki kerucut seperti jumlah sisinya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
jumlah rusuknya, titik sudutnya, bentuk sisinya, dan bentuk alasnya. Pada tahap
elaborasi guru menugasi tiap kelompok siswa untuk menggambar kerucut. Lalu guru
membagikan berbagai model bangun ruang dan menugasi siswa untuk memilih
bangun ruang yang berbentuk kerucut. Setelah itu pada tahapan kegiatan konfirmasi,
guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok siswa untuk menyampaikan
hasil pengamatan dan diskusinya ke depan kelas. Guru memberikan tanggapan
terhadap hasil pengamatan dan diskusi yang disampaikan tiap kelompok siswa. Guru
juga memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi hasil pengamatan
dan diskusi kelompok yang disampaikan. Lalu guru memberikan pemantapan
terhadap hasil pengamatan dan diskusi siswa.
Pada tahap kegiatan akhir, guru membimbing siswa untuk mengambil
kesimpulan dari materi sifat bangun ruang kerucut yang telah dipelajari. Lalu guru
memberikan soal-soal latihan tentang materi sifat bangun ruang kerucut. Setelah
siswa selesai mengerjakan soal latihan, guru mengumpulkan pekerjaan siswa. Sebagai
tindak lanjut, guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.
c) Observasi
Pengamatan pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara kolaboratif dengan
observer menggunakan lembar observasi, observer terhadap guru kelas sebagai
peneliti, dan observer terhadap siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02. Pelaksanaan
siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan dan tiap pertemuan dilaksanakan dengan
alokasi waktu 2 x 35 menit.
Peneliti melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran
matematika siswa melalui Model Pembelajaran CTL. Observasi ini ditujukan pada
kegiatan siswa dalam melaksanakan pembelajaran seperti keaktifan siswa selama
proses pembelajaran, kerjasama siswa selama diskusi kelompok, perhatian siswa
selama proses pembelajaran matematika, kemampuan siswa dalam menggunakan
media pembelajaran, serta hasil diskusi kelompok siswa. Keseluruhan data yang
diperoleh dalam kegiatan ini termasuk hasil lembar kerja siswa baik kelompok
maupun individu. Sebagai bahan atau masukan untuk menganalisis pemahaman
konsep siswa melalui Model Pembelajaran CTL dengan menggunakan berbagai
media dan metode. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi terhadap sikap,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
perilaku siswa selama proses pembelajaran serta keterampilan guru dalam mengajar
dengan Model Pembelajaran CTL pada pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang.
(1) Hasil observasi guru.
Berdasarkan lembar observasi guru pada akhir siklus II lampiran 19
diperoleh data sebagai berikut :
(a) Penampilan guru di depan kelas sudah baik
(b) Guru telah menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan baik sesuai
dengan model pembelajaran CTL
(c) Guru telah bertanya kepada siswa sehingga siswa dapat memancing siswa
menemukan jawabannya sendiri
(d) Guru telah menghadirkan model atau media pembelajaran yang dapat siswa
gunakan dengan baik
(e) Guru membimbing siswa selama proses penemuan sifat-sifat bangun ruang
(f) Guru telah membagi siswa ke dalam kelompok yang heterogen berdasarkan
kemampuan maupun jenis kelamin sehingga dapat menciptakan iklim
masyarakat belajar yang baik
(g) Guru telah melakukan penilaian nyata dalam pembelajaran matematika materi
sifat-sifat bangun ruang
(h) Guru mengadakan refleksi di akhir proses pembelajaran
(i) Guru telah mengembangkan pemikiran siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri
(j) Alokasi waktu selama proses pembelajaran matematika sesuai dengan alokasi
waktu pada rencana pelaksanaan pembelajaran matematika
(k) Guru mampu menggunakan alat/model pembelajaran dengan amat baik
(l) Guru memberikan kesempatan tiap kelompok siswa untuk menyampaikan ke
depan kelas hasil diskusi kelompoknya
(m) Guru membimbing siswa dalam mengambil kesimpulan dari materi yang
dipelajari
(2) Hasil observasi siswa.
Berdasarkan lembar observasi siswa pada akhir siklus II lampiran 17
diperoleh data sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
(a) Kerjasama siswa selama diskusi kelompok baik dan meningkat
(b) Siswa aktif selama proses pembelajaran matematika
(c) Siswa memperhatikan selama proses pembelajaran matematika
(d) Siswa mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik
(e) Hasil diskusi kelompok siswa baik
Dalam pelaksanaan siklus II ini terlihat siswa lebih aktif dibandingkan dalam
pelaksanaan siklus I. Keaktifan siswa selama proses pembelajaran terlihat pada saat
diskusi kelompok berlangsung.
d) Refleksi
Pelaksanaan siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan yaitu pada hari Rabu
tanggal 27 April 2011 dan tanggal 4 Mei 2011. Pada siklus II siswa lebih aktif dalam
mengikuti pembelajaran matematika dibandingkan dengan siklus I. Setelah guru
melakukaan kegiatan belajar mengajar, observer dan peneliti mulai mengadakan
refleksi terhadap kegiatan pembelajaran tersebut. Refleksi tindakan dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana kekurangan dan kelebihan peneliti dan proses pembelajaran.
Untuk itu dalam penelitian ini akan terjadi tanya jawab antara peneliti dengan
observer menyangkut hal-hal yang diamati observer.
Pada siklus II ini siswa lebih aktif selama proses pembelajaran matematika
berlangsung. Selain itu pembagian kelompok yang heterogen menciptakan iklim
masyarakat belajar yang baik sehingga kerjasama siswa dalam kelompok meningkat
dan kemampuan tiap kelompok siswa menjadi seimbang. Adanya media
pembelajaran yang menarik dan mudah digunakan membuat siswa lebih
memperhatikan selama proses pembelajaran matematika berlangsung. Siswapun tidak
mengalami kesulitan menggunakan media tersebut. Tiap kelompok siswa juga
menyampaikan hasil diskusinya ke depan kelas yang semakin menambah keaktifan
dari siswa. Siswa juga diberikan kesempatan untuk mengambil kesimpulan dari
materi yang telah dipelajari. Tentu saja hal itu dilakukan dengan bimbingan guru.
Alokasi waktu yang guru gunakan selama pembelajaran matematikapun telah sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Setelah pelaksanaan siklus II selesai dilakukan, maka diadakan tes belajar
siswa. Dari nilai tes belajar siswa dapat diketahui pemahaman konsep sifat-sifat
bangun ruang siswa meningkat, yang tentunya berpengaruh terhadap kemampuan
dalam menyelesaikan soal mengenai pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang.
Diketahui bahwa siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02 yang mendapatkan nilai
lebih dari KKM yaitu sudah mencapai 83,3 % atau 15 siswa sudah tuntas dalam
pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tabel 9. Frekuensi Data Nilai Siklus II Siswa Kelas V SDN Ngabeyan 02
Nomor Rentang Nilai Frekuensi Prosentase
1 46 56 1 5,6 %
2 57 67 2 11,1 %
3 68 78 2 11,1 %
4 79 89 3 16,7 %
5 90 100 10 55,6 %
Jumlah 18 100 %
Berdasarkan tabel 9. maka dapat digambarkan dalam grafik gambar 9 :
Gambar 9. Grafik Data Nilai siklus II siswa kelas V SDN Ngabeyan 02
Data yang diperoleh dari penelitian siklus II dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
(1) Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 46 56 sebanyak 1 siswa,
(2) Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 57 67 sebanyak 2 siswa,
(3) Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 68 78 sebanyak 2 siswa,
(4) Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 79 89 sebanyak 3 siswa,
(5) Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 90 100 sebanyak 10 siswa,
Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100
0
2
4
6
8
10
12
0-45 46 56 57 67 68 78 79 89 90 100
Frek
uens
i
Rentang Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Berdasarkan data nilai di atas dapat dilihat bahwa pada siklus II, siswa kelas V SD
Negeri Ngabeyan 02 yang memperoleh nilai di bawah batas nilai KKM hanya 3 siswa atau 16,7
% dari 18 siswa maka, banyaknya siswa yang mendapatkan nilai di atas atau sama dengan
batas KKM sebanyak 15 siswa atau 83,3 %. Sedangkan besarnya persentase diharapkan dari
pihak peneli� ketuntasan siswa mencapai lebih dari 70 %. Data ketuntasan belajar pada siklus
II dapat diketahui pada tabel 10 :
Tabel 10. Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus II
No
Ketuntasan
Jumlah Siswa
Pra Siklus
Jumlah Persen
1 Tuntas 15 83,3 %
2 Tidak Tuntas 3 16,7 %
Jumlah 18 100 %
Berdasarkan tabel 10. maka dapat digambarkan pada grafik gambar 10 :
Gambar 10. Grafik Ketuntasan Nilai Tes Siswa pada Siklus II
Berdasarkan data tersebut di atas dapat diketahui bahwa siswa yang
mencapai ketuntasan sebanyak 15 siswa atau 83,3 % dari 18 siswa. Hal itu
menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Rata-rata kelas pun meningkat.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Tuntas Tidak tuntas
Prosentase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Hasil nilai rata-rata kelas siklus II pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang
diperjelas pada tabel 11 :
Tabel 11. Hasil rata-rata nilai tes Siklus II
No Keterangan Data awal
1 Nilai terendah 53
2 Nilai tertinggi 100
3 Rata-rata nilai 86,1
4 Siswa belajar tuntas 15
Untuk memperjelas tabel di atas, maka dapat digambarkan dengan grafik gambar
11:
Gambar 11. Grafik Nilai Rata-rata pada Siklus II
Di sini hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi sifat-sifat
bangun ruangpun mengalami peningkatan. Itu terbukti dengan meningkatnya rata-rata
kelas dari 75,7 menjadi 86,1. Siswa yang sebelumnya pada Siklus I mendapatkan
nilai terendah 37, pada siklus II mendapatkan nilai terendah 53.
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II, dapat diketahui
bahwa melalui Model Pembelajaran CTL dapat meningkatkan pemahaman konsep
sifat-sifat bangun ruang siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02. Hal tersebut dapat
dilihat dari tabel 12:
0
20
40
60
80
100
120
Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata
Nil
ai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Tabel 12. Data Nilai Tes Siklus II Siswa Kelas V SD Negeri Ngabeyan 02
Keterangan Data Awal Siklus I Siklus II
Nilai terendah 28 37 53
Nilai tertinggi 74 100 100
Rata-rata nilai 47,2 75,7 86,1
Siswa belajar tuntas 47,2 % 61,11 % 83,33 %
(a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada data awal 28, pada siklus I naik
menjadi 37, dan pada siklus II naik lagi menjadi 53, Nilai tertinggi yang
diperoleh siswa pada data awal sebesar 74, pada siklus I dan II naik menjadi
100.
b) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada data awal sebesar 47,2
, siklus I yaitu 75,7 , dan pada siklus II meningkat menjadi 86,1.
c) Untuk siswa tuntas belajar dengan nilai di atas atau sama dengan nilai KKM
yaitu 70 pada data awal 47,2 %, tes siklus I yaitu sebesar 61,1 % dan pada tes
siklus II menjadi 83,3 %. Setelah dilakukan refleksi siklus II semua siswa
sudah mencapai ketuntasan yang diharapkan oleh peneliti yaitu lebih dari 70
%.
Meningkatnya hasil belajar siswa dalam pemahaman konsep sifat-sifat
bangun ruang dengan menggunakan Model Pembelajaran CTL yang diraih dalam
pembelajaran menjadi tanda bahwa tindakan telah berhasil sehingga tindakan tidak
perlu dilanjutkan. Namun guru harus terus melaksanakan bimbingan belajar untuk
mempertahankan keaktifan, kerjasama, maupun perhatian siswa dalam kelas sebagai
tindak lanjut.
Setelah melaksanakan tindakan pada setiap siklus diperoleh hasil
peningkatan pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang, ditandai dengan hasil nilai
tes belajar pada materi konsep sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan Model
Pembelajaran CTL.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Analisis hasil penelitian berdasarkan pelaksanaan tindakan dan observasi
pada siklus I dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Siswa aktif selama proses pembelajaran matematika tapi masih perlu ditingkatkan
2. Perhatian selama proses pembelajaran matematika sudah cukup baik walaupun
masih ada beberapa siswa yang ramai sendiri
3. Hasil diskusi kelompok siswa sudah baik
4. Kerjasama siswa dalam diskusi kelompok sudah cukup baik walaupun tidak
semua siswa saling bekerjasama selama proses diskusi
5. Dalam kegiatan diskusi kelompok tidak semua siswa ikut aktif berperan
6. Beberapa siswa kurang mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik
Dari hasil analisa data perkembangan pemahaman konsep sifat-sifat bangun
ruang dari hasil belajar siswa siklus I dapat disimpulkan bahwa prosentase hasil tes
siswa mengalami peningkatan dengan nilai batas tuntas 70, siswa yang tuntas belajar
pada siklus I sebesar 61,1 % , yang semula pada data awal hanya terdapat 16,7 %
siswa mencapai batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat
data awal sebesar 28 dan pada siklus I sebesar 37. Untuk nilai tertinggi terdapat
kenaikan dari 74 naik menjadi 100 dan nilai rata-rata kelas yang pada data awal
sebesar 47,2 naik pada tes siklus I menjadi 75,7.
Selanjutnya peneliti melaksanakan tindakan pada siklus II dengan materi
konsep sifat-sifat bangun ruang. Pembelajaran menggunakan media yang lebih
menarik dan mudah digunakan siswa. Hal tersebut juga bertujuan agar siswa lebih
memperhatikan selama proses pembelajaran matematika. Pembagian kelompok
diskusi siswanya heterogen yang bertujuan untuk menciptakan iklim masyarakat
belajar yang baik serta untuk meningkatkan kerjasama siswa dalam kegiatan
kelompok dan membuat siswa lebih aktif selama proses pembelajaran matematika.
Alokasi waktu yang guru perlukan selama pembelajaran matematika juga disesuaikan
dengan alokasi waktu pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Setelah pelaksanaan
tindakan siklus II ditemukan perkembangan belajar siswa, yaitu :
1. Kerjasama siswa selama diskusi kelompok baik dan meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
2. Siswa aktif selama proses pembelajaran matematika
3. Siswa memperhatikan selama proses pembelajaran matematika
4. Siswa mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik
5. Hasil diskusi kelompok siswa baik
Dari hasil analisa data perkembangan pemahaman konsep sifat-sifat bangun
ruang dari hasil tes siswa pada siklus I diperoleh data bahwa 15 siswa atau 83,3 %
memperoleh nilai sama atau lebih dari KKM yakni 70. Sedangkan 3 siswa lainnya
atau 16,7 % mendapat nilai kurang dari 70. Nilai terendah yang diperoleh siswa
adalah 53, sedangkan nilai tertingginya 100. Diperoleh nilai rata-rata kelas 86,1.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai terendah yang
diperoleh siswa pada siklus I naik menjadi 37, dan pada siklus II naik lagi menjadi
53. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes siklus I adalah 100 dan pada siklus II
juga 100. Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes siklus I
mendapat 75,7, naik pada siklus II mendapat 86,1 , siswa belajar tuntas pada siklus I
sebesar 61,1 % pada siklus II naik menjadi 83,3 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Tabel 13. Perbandingan Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep pada Data Awal,
Siklus I dan Siklus II Siswa Kelas V SDN Ngabeyan 02
No Rentang Nilai Tes Awal Siklus I Siklus II
f % f % f %
1 24 34 1 5,6 % - - - -
2 35 45 8 44,4 % 2 11,1 % - -
3 46 56 6 33,3 % 2 11,1 % 1 5,6 %
4 57 67 1 5,6 % 3 16,7 % 2 11,1 %
5 68 78 2 11,1 % 1 5,6 % 2 11,1 %
6 79 89 - - 3 16,7 % 3 16,7 %
7 90 100 - - 7 38,9 % 10 55,6 %
Total 18 100 % 18 100 % 18 100 %
Tabel 14. Perbandingan Nilai Pemahaman Konsep pada Data Awal, Siklus I,
dan Siklus II Siswa Kelas V SD Negeri Ngabeyan 02
Keterangan Data awal Siklus I Siklus II
Nilai terendah 28 37 53
Nilai tertinggi 74 100 100
Rata-rata nilai 47,2 75,7 86,1
Siswa belajar tuntas 2 11 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Berdasarkan tabel 14. maka dapat digambarkan grafik gambar 12 :
Gambar 12. Grafik Perbandingan nilai dari data awal, tes siklus I dan tes
siklus II
(a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada data awal 28; pada siklus I naik
menjadi 37; dan pada siklus II naik lagi menjadi 53.
(b) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada data awal sebesar 74; pada siklus I
naik menjadi 100; dan pada siklus II juga 100.
(c) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada data awal sebesar 47,2
; siklus I ada 75,7 ; dan pada siklus II menjadi 86,1.
(d) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 70) pada data awal 11,1 %, pada
tes siklus I ada 61,1 % dan pada tes siklus II ada 83,3 % siswa sudah
mencapai ketuntasan.
Dari analisis data dan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada
siklus II, secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Guru dalam
melaksanakan pembelajaran semakin baik terbukti guru telah mampu menghadirkan
media pembelajaran yang lebih menarik dan mudah digunakan, menaati alokasi
0
20
40
60
80
100
120
Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-Rata belajar Tuntas
Data Awal Siklus I Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
waktu sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran matematika, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil diskusi dan
mengambil kesimpulan dari materi, serta mampu menciptakan iklim masyarakat
belajar yang baik.
Prosentase perkembangan belajar siswa meningkat. Hal ini terbukti adanya
siswa yang lebih aktif selama proses pembelajaran matematika, siswa lebih
memperhatikan pembelajaran, siswa mampu menggunakan media pembelajaran
dengan baik, serta siswa bekerjasama dengan baik selama diskusi kelompok.
Berbagai hal tersebut akhirnya menyebabkan peningkatan pemahaman konsep sifat-
sifat bangun ruang pada siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02. Berdasarkan
peningkatan pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang yang ditandai dengan nilai
tes yang telah dicapai siswa, maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dianggap
cukup dan diakhiri pada siklus ini.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa
pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran CTL dapat meningkatkan
pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang pada siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan
02. Perkembangan belajar siswa yang ditemui setelah pelaksanaan tindakan pada
siklus I dan siklus II diantaranya adalah :
1. Kerjasama siswa selama diskusi kelompok menjadi lebih baik
2. Siswa menjadi lebih aktif selama proses pembelajaran matematika
3. Siswa lebih memperhatikan selama proses pembelajaran matematika
berlangsung
4. Siswa mampu menggunakan media pembelajaran yang ada dengan baik
5. Hasil diskusi kelompok siswa menjadi lebih baik
6. Hasil tes siswa untuk materi sifat-sifat bangun ruang menjadi meningkat
Untuk meningkatnya hasil tes siswa untuk materi sifat-sifat bangun ruang
dapat diketahui dari adanya nilai tes materi sifat-sifat bangun ruang yang mengalami
peningkatan setelah tindakan. Setelah dilaksanakannya siklus I dan dievaluasi, dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
dilihat adanya peningkatan hasil tes siswa yaitu 11 siswa atau 61,1 % mendapatkan
nilai di atas KKM atau di atas 70. Sedangkan 7 siswa lainnya atau 38,9 % mendapat
nilai kurang dari 70. Nilai rata-rata yang dicapai siswa 75,7.
Siklus II merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk memperbaiki
kekurangan di siklus I dan mencapai tujuan penelitian. Hasil tes siswa pada siklus II
menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata siswa 86,1 dan
siswa belajar tuntas mencapai 15 siswa atau 83,3 % dari jumlah seluruh siswa. Hanya
3 siswa atau 16,7 % yang mendapat nilai kurang dari 70.
Dari analisis data dan diskusi terhadap pelaksanaan pembelajaran
matematika pada setiap siklus, secara umum telah menunjukkan perubahan yang
signifikan. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan nilai terendah siswa, nilai tertinggi
siswa, rata-rata kelas, dan siswa yang tuntas belajar dari tes awal hingga pada tes
siklus II.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep sifat-
sifat bangun ruang pada siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02 meningkat yang
ditandai dengan peningkatan kemampuan belajar siswa. Dengan demikian
penggunaan Model Pembelajaran CTL dalam pembelajaran matematika dapat
meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang pada siswa kelas V SD
Negeri Ngabeyan 02.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdas
Sifat-Sifat Bangun Ruang Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02 Tahun
Pelajaran
Pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang siswa kelas V SD Negeri
Ngabeyan 02 meningkat dengan Model Pembelajaran CTL. Hal ini dapat dilihat dari
nilai terendah yang diperoleh siswa pada data awal sebesar 28; pada siklus I naik
menjadi 37; dan pada siklus II naik lagi menjadi 53. Nilai tertinggi yang diperoleh
siswa pada data awal sebesar 74; pada siklus I naik menjadi 100; dan pada siklus II
ada 100. Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada data awal sebesar
47,2; siklus I ada 75,7; dan pada siklus II menjadi 86,1. Untuk siswa tuntas belajar
(nilai ketuntasan 70) pada data awal 11,1 %, tes siklus I ada 61,1 % dan pada tes
siklus II ada 83,3 % siswa sudah mencapai ketuntasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
B. Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan
implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat
bangun ruang baik secara teoretis maupun secara praktis.
1. Implikasi Teoretis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan Model
Pembelajaran CTL dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang
pada siswa dan mendapatkan respon positif dari siswa.
Dengan penggunaan Model Pembelajaran CTL, siswa dapat membangun
sendiri konsep mengenai sifat-sifat bangun ruang, sehingga siswa tidak pernah lupa
tentang hal yang dipelajari atau ingatan siswa bertahan lebih lama. Suasana dalam
proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena menggunakan realita kehidupan
nyata. Hal tersebut membuat siswa lebih memperhatikan dan menjadi aktif selama
pembelajaran Matematika. Keaktifan siswa meningkat karena siswa harus
menemukan sendiri informasi yang ingin diketahuinya. Kerjasama dalam kelompok
juga meningkat. Siswapun juga harus menyampaikan hasil diskusi kelompoknya.
Dengan partisipasi siswa yang aktif dalam pembelajaran yang semakin
meningkat, suasana kelaspun menjadi lebih hidup dan menyenangkan dan pada
akhirnya pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang pada siswa kelas V SD Negeri
Ngabeyan 02 meningkat.
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa penggunaan Model Pembelajaran
CTL dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang pada siswa
kelas V SD Negeri Ngabeyan 02. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
masukan bagi guru dan calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru
dalam mengajar dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan
dengan pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang yang akan dicapai. Pemahaman
konsep sifat-sifat bangun ruang dapat ditingkatkan dengan penggunaan Model
pembelajaran yang tepat bagi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang
diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk membantu
dalam menghadapi permasalahan yang sejenis yang dialami di dalam kelas.
Pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran CTL pada hakikatnya dapat
digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan yang
sejenis, terutama untuk mengatasi masalah peningkatan pemahaman konsep sifat-sifat
bangun ruang, yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adapun
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini harus dapat diatasi
semaksimal mungkin. Oleh karena itu kreativitas dan keaktifan guru sangat
diperlukan dalam meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan Model Pembelajaran
CTL pada siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 02 tahun pelajaran 2010 / 2011, maka
saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu
pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi / kemampuan siswa SD
Negeri Ngabeyan 02 pada khususnya sebagai berikut :
1. Bagi Sekolah
a. Peneli�an dengan penggunaan Model Pembelajaran CTL dapat membantu dalam
meningkatkan mutu pembelajaran matema�ka di sekolah.
b. Memberikan pilihan model pembelajaran yang efek�f untuk kegiatan belajar
mengajar di sekolah dasar.
c. Menciptakan dan meningkatkan kualitas pembelajaran para guru.
2. Bagi Guru
a. Untuk meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang hendaknya
guru menggunakan model pembelajaran CTL
b. Guru harus lebih meningkatkan kualitas pembelajarannya agar tercipta
pembelajaran yang lebih efektif.
c. Guru hendaknya memperbaiki pembelajaran yang selama ini dilaksanakan
sehingga dapat memberikan proses pembelajaran yang lebih baik bagi siswa.
3. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya lebih meningkatkan kemampuannya dalam pemahaman
sifat-sifat bangun ruang melalui sharing/diskusi dengan teman-temannya.
b. Siswa hendaknya memanfaatkan pemahamannya pada materi sifat-sifat
bangun ruang di dalam kehidupan sehari-hari dan mengkontruksi
pengalamannya sebagai bekal untuk memahami materi kelanjutan dari materi
ini.
c. Siswa hendaknya lebih mandiri dan kreatif untuk menemukan berbagai hal
yang berhubungan dengan sifat-sifat bangun ruang serta memanfaatkan
berbagai benda/model yang ada di sekitarnya untuk lebih meningkatkan
pemahamannya dalam materi sifat-sifat bangun ruang.