Upload
buikhanh
View
235
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
1
LAPORAN
P2M
FBS UNDIKSHA
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bahasa
di SMP dan SMA Melalui Pelatihan Lesson Study
Oleh
Prof. Dr. I Nyoman Adi Jaya Putra, M.A.
Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A.
Drs. I Nyoman Adil, M.A.
Drs. Gede Gunatama, M.Hum.
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SEPTEMBER 2014
2
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Program : Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bahasa di SMP dan SMA
Melalui Pelatihan Lesson Study
Jenis Program : Workshop
a. Bidang Kegiatan : Peningkatan Kualitas Pembelajaran
b. Identitas Pelaksana :
1. Ketua
a. Nama (lengkap dengan gelar) : Prof. Dr. I Nyoman Adi Jaya Putra, M.A.
b. NIP : 19620319 198703 1 001
c. Pangkat/Golongan : Pembina Utama Muda/ IVc
d. Fakultas/ Jurusan : FBS/ Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris
e. Telepon/ Faximile : (0362) 21541/27561
f. Alamat Rumah : Jalan Sri Rama 21 Baktiseraga, Singaraja (81541)
g. E-mail : [email protected]
2. Anggota 1
a. Nama (lengkap dengan gelar) : Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A.
b. NIP : 19620626 198603 2 002
c. Pangkat/Golongan : Pembina Utama Madya/ IVd
d. Fakultas/ Jurusan : FBS/ Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris
e. Telepon/ Faximile : (0362) 21541/27561
f. Alamat Rumah : Jalan Jalak 4 Singaraja (81116)
3. Anggota 2
a. Nama (lengkap dengan gelar) : Drs. I Nyoman Adil, M.A.
b. NIP : 19540529197903 100
c. Pangkat/Golongan : Pembina/ IVa
d. Fakultas/ Jurusan : FBS/ Jurusan Bahasa Inggris D3
e. Telepon/ Faximile : (0362) 21541/27561
f. Alamat Rumah : Gang Bumi Indah III/2 Pemaron, Singaraja.
4. Anggota 3
a. Nama (lengkap dengan gelar) : Drs. Gede Gunatama, M.Hum.
b. NIP : 19570122 198601 1 002
c. Pangkat/Golongan : Pembina Tk 1/ IVb
d. Fakultas/ Jurusan : FBS/ Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
e. Telepon/ Faximile : (0362) 21541/27561
f. Alamat Rumah : Jalan Pulau Lombok Gang II/8 Singaraja.
3
Singaraja, 12 September 2014
Mengetahui,
Dekan FBS Ketua Pelaksana,
Universitas Pendidikan Ganesha,
Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A. Prof. Dr. I Nyoman Adi Jaya Putra, M.A.
NIP 196206261986032002 NIP 196203191987031001
4
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………. iv
1. Pendahuluan ……………………………………………………………………………. 1
2. Analisis Situasi ………………………………………………………………………… 2
3. Identifikasi dan Perumusan Masalah …………………………………………………… 2
4. Tinjauan Pustaka ……….……………………………………………………………….. 3
5. Tujuan Kegiatan …………………………….………………………………………….. 10
6. Manfaat Kegiatan ………………………………………………………………………. 10
7. Khalayak Sasaran Strategis …………………………………………………………… 10
8. Metode Pelaksanaan Pemecahan Masalah …………………………………………… 11
9. Jadwal Kerja ……………………………………………………………………………. 11
10. Organisasi Pelaksana …………………………………………………………………. 11
11. Biaya ……………………………………………………………………….................... 12
12. Hasil Kegiatan ………………………………………………………………………… 12
13. Simpulan ……………………………………………………………………………… 14
13. Daftar Pustaka ………………………………………………………………………... 14
Lampiran-Lampiran
5
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bahasa di SMP dan SMA
Melalui Pelatihan Lesson Study
1. Pendahuluan
Peningkatan kualitas pembelajaran di perguruan tinggi merupakan titik sentral di dalam
peningkatan mutu perguruan tinggi. Guru merupakan faktor utama di dalam peningkatan kualitas
pembelajaran, di samping faktor lain di antaranya; siswa, kurikulum, sarana-prasarana
pembelajaran, dan juga manajemen perguruan tinggi secara menyeluruh.
Peningkatan kualitas pembelajaran hakekatnya adalah suatu usaha untuk meningkatkan
profesionalitas guru. Guru profesional hendaknya memiliki kompetensi yang unggul pada semua
ranah kompetensi. Kompetensi akademik merupakan ranah kompetensi yang secara terus
menerus mesti ditingkatkan lewat berbagai kegiatan inservice training seperti seminar dan
workshop. Di samping kompetensi akademik, kompetensi pedagogik yang sebagian juga telah
didapatkan pada saat kuliah perlu juga terus dimantapkan dan dikembangkan dengan mengikuti
berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan serta kegiatan seminar yang terkait dengan
perkembangan terbaru di bidang pedagogik. Perkembangan ranah kompetensi ini begitu dinamis
sesuai dengan kecenderungan kurikulum dan silabi yang ditetapkan oleh pemerintah.
Ranah kompetensi tersebut terus berkembang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan
kemajuan jaman, di antaranya adalah perkembangan metode pembelajaran berbasis
konstruktivisme. Metode pembelajaran yang dikembangkan dengan pendekatan konstruktivisme
mempunyai ciri-ciri, yang salah satu di antaranya, guru memfasilitasi siswa untuk dapat
mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri dengan berbagai metode pembelajaran baik secara
individu dan atau kelompok. Untuk melaksanakan pendekatan tersebut maka disusunlah berbagai
metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa seperti: hand’s-on activity, daily-life,
kontekstual, dan kolaboratif.
Lesson Study (yang disingkat LS), atau „Kaji Pembelajaran‟ adalah suatu pendekatan
peningkatan kualitas pembelajaran yang kini diupayakan untuk disebarluaskan ke sebagian besar
lembaga pendidikan di Indonesia. Hal ini dikarenakan LS diyakini dapat meningkatkan
kemampuan dan keprofesionalan pendidik sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
yang dibinanya. Sekelompok guru merancang tujuan pendidikan jangka panjang siswanya,
6
menerjemahkannya ke dalam Research Lesson atau „pembelajaran yang dikaji‟ secara nyata
dalam kelas; dan secara kolaboratif mengamati, mendiskusikan dan memperbaiki pembelajaran
tersebut. Pelaksanaan LS akan lebih mudah bila kurikulum sederhana dan luwes dan didukung
sikap pendidik yang mau mengkritik diri sendiri; terbuka terhadap orang luar; mau mengakui
kesalahan; mau memakai ide orang lain; dan mau memberi masukan yang jujur dan sportif.
Hambatan terhadap pelaksanaan LS adalah kurangnya pemahaman dan komitmen pendidik
mengenai apa, mengapa, dan bagaimana melaksanakannya, di samping adanya miskonsepsi
mengenainya.
Pelaksanaan LS dapat diringkas menjadi tiga yaitu plan, do, dan see. Agar dapat
melaksanakannya sebagai sarana peningkatan kualitas pembelajaran, diperlukan komitmen
sekelompok pendidik yang berniat melaksanakannya, selain penjadwalan pembelajaran yang
cerdas agar guru dapat saling asih, asah, dan asuh.
2. Analisis Situasi
Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) adalah salah satu fakultas dari tujuh fakultas yang dinaungi
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. FBS merupakan salah satu pusat unggulan dan
rujukan dalam rangka menyiapkan calon guru masa depan yang mampu menguasai pengetahuan
dan keterampilan sesuai visi dan misi FBS di samping juga mampu menguasai teknologi
informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pembelajaran dan memecahkan masalah-masalah
pembelajaran/pendidikan secara cerdas dan kompetitif. Sebagai pusat unggulan, FBS senantiasa
mengejar keunggulan-keunggulan atau capaian yang telah diraih fakultas-fakultas lainnya. Di
samping itu, sebagai salah satu misi yang merupakan kegiatan dari tri dharma perguruan tinggi
FBS juga berkewajiban untuk memberikan pencerahan bagi guru-guru bahasa, terutama yang
mengajar di SMP dan SMA, terkait implementasi inovasi pembelajaran, yang salah satu di
antaranya adalah berupa kegiatan Lesson Study. Melalui komitmen para pimpinan di FBS, untuk
kegiatan P2M fakultas, FBS bermaksud untuk memberikan pelatihan tentang pelaksanaan Lesson
Study kepada guru-guru bahasa yang mengajar di SMP dan SMA di Kecamatan Buleleng.
3. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan analisis situasi di atas, dan kesepakatan hasil diskusi antara pimpinan fakultas
maka diprioritaskan untuk dilakukan kegiatan Pengabdian pada Masyarakat (P2M) dengan
7
mengundang pakar untuk memberikan wawasan dan bimbingan yang benar terkait pelaksanaan
LS kepada guru-guru bahasa SMP dan SMA se-Kecamatan Buleleng. Permasalahan yang
diangkat melalui kegiatan pelatihan ini adalah, Bagaimana kualitas pembelajaran di SMP dan
SMA dapat ditingkatkan melalui pelaksanaan Lesson Study (LS)?
4. Tinjauan Pustaka
a. Peranan Lesson Study dalam Peningkatan Sistem Pendidikan.
Lewis (2002) dan Wang-Iverson (2002) menyatakan bahwa Lesson Study memiliki
peran yang cukup besar dalam melakukan perubahan secara sistemik. Menurut Lewis (2002)
di Jepang Lesson Study atau yang dikenal dengan Jugyokenkyu tidak hanya memberikan
sumbangan terhadap pengetahuan keprofesionalan guru/pendidik, tetapi juga terhadap
peningkatan sistem pendidikan yang lebih luas. Lewis menguraikan bagaimana hal tersebut
dapat terjadi dengan membahas lima jalur yang dapat ditempuh Lesson Study, yaitu: (1)
membawa tujuan standar pendidikan ke realita dalam kelas, (2) menggalakkan upaya
perbaikan dengan dasar data, (3) menargetkan pencapaian berbagai kualitas siswa yang
mempengaruhi kegiatan belajar, (4) menciptakan tuntutan mendasar perlunya peningkatan
kualitas pembelajaran, dan (5) menjunjung tinggi nilai guru.
Melalui Lesson Study guru (dan atau pendidik) secara kolaboratif berupaya
menerjemahkan tujuan dan standar pendidikan ke realita dalam kelas. Mereka berupaya
merancang pembelajaran sedemikian sehingga siswa dapat dibantu menemukan tujuan
pembelajaran yang dituliskan untuk suatu materi pokok (yang di dalam kurikulum kita
sekarang berarti siswa dibantu untuk menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang diharapkan). Selain itu guru di Jepang juga memperhatikan aspek lain standar
pendidikan nasional mereka yaitu agar siswanya belajar memiliki kebiasaan berpikir ilmiah,
saya menyebutnya di sini sebagai belajar memiliki kecakapan hidup. Mereka berupaya
merancang suatu skenario pembelajaran yang memperhatikan kompetensi dasar dan
pengembangan kebiasaan berpikir ilmiah itu (lebih luas lagi: kecakapan hidup) dengan
membantu siswa agar sedapat mungkin mengalaminya sendiri (dalam istilah bahasa
Inggrisnya „hands on’ dan „mind on’, artinya siswa terlibat secara aktif secara fisik dan
mental dalam mengamati objek yang dipelajarinya). Setelah itu rancangan pembelajaran itu
dilaksanakan, diamati, didiskusikan, dan direvisi, dan kalau perlu dilaksanakan lagi di kelas
8
lain. Hasilnya kemudian disebarluaskan dalam bentuk rancangan pembelajaran yang sudah
direvisi.
Lesson Study menggalakkan upaya perbaikan dengan dasar data, dan data ini tidak
seperti yang selama ini terbatas pada hasil tes tulis (UTS dan UAS) yang hanya mengukur
performansi akademik yang sangat sempit. Sebaliknya, di dalam mengkaji pembelajaran
dalam Lesson Study, guru-guru secara cermat mengamati siswa dan mengumpulkan data
untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti berikut.
1) Bagaimana pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai topik tertentu dapat
berubah sepanjang proses pembelajaran?
2) Apakah siswa benar-benar tertarik pada topik tersebut, atau apakah mereka belajar
dengan terpaksa?
3) Apakah siswa memiliki kualitas individu mendasar yang diperlukan untuk belajar?
Misalnya, apakah mereka tertib, bertanggung jawab dan mampu mendengarkan dan
memberi jawaban atau komentar terhadap ide teman mereka satu sama lain?
Guru di Jepang mengumpulkan dan menganalisis data-data ini dan menggunakannya
sebagai dasar untuk merancang perubahan dalam pembelajaran, merancang prosedur dalam
kelas, dan merancang iklim kelas. Jadi di dalam Lesson Study tidak hanya diurus kegiatan
belajar akademis siswa saja, tetapi juga diperhatikan motivasi siswa dan iklim sosial, yaitu
faktor-faktor yang mungkin turut berkontribusi terhadap kesuksesan akademis siswa dalam
jangka panjang.
Jadi tidak seperti tes dan hasil karya siswa yang hanya memberikan informasi mengenai
apa yang perlu ditingkatkan, Lesson Study juga menyarankan bagaimana meningkatkannya.
Sebagai contohnya pengamat mungkin mencatat bahwa suatu cara mengajarkan konsep
tertentu itu menyebabkan kesalahpahaman siswa karena itu ia menyarankan cara lain yang
lebih baik. Kebalikan dari hasil tes terstandar, masukan yang diperoleh melalui Lesson Study
itu langsung dapat diterima, sesuai dengan kondisi siswa saat itu, dan berdasarkan observasi
terhadap realita pembelajaran. Masukan berasal dari mitra guru yang umumnya memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai siswa dan konteks pembelajaran mereka, yaitu orang-
orang yang punya posisi terbaik untuk memahami permasalahan yang dihadapi siswa dan
menyarankan pemecahan yang mungkin ditempuh.
9
Lesson Study menargetkan pencapaian berbagai kualitas siswa yang mempengaruhi
kegiatan belajar yang disebut kecerdasan berpikir dan bersikap (the habits of mind and heart
that are fundamental to success in school). Kecerdasan berpikir dan bersikap (dalam istilah
kekinian disebut soft skills) yang dikembangkan selama bertahun-tahun di Jepang itu berupa
ketekunan (persistence), kerjasama (cooperation), tanggungjawab (responsibility), dan
kemauan untuk bekerja keras (willingness to work hard). Agar dapat mengembangkan hal
tersebut, guru perlu bekerjasama sebagai suatu tim untuk memberikan lingkungan belajar
untuk menumbuhkan budaya sekolah yang koheren dan konsisten. Tidak mungkin siswa
belajar “berpikir seperti ilmuwan” hanya di salah satu kelas, lalu pada tahun berikutnya hal
ini tidak dikembangkan lagi oleh gurunya. Lewis (2002) mencontohkan kecerdasan berpikir
dan bersikap yang dapat diamati pada siswa Jepang antara lain mendengarkan dan
merespons ide teman selama diskusi, dengan penuh tanggungjawab, dan berhati-hati
menangani bahan berbahaya dan mudah pecah, mencatat dengan tertib, bekerja sama dengan
lancar dalam kerja kelompok, dan membersihkan bahan dan air yang tumpah setelah
praktikum.
Lesson Study juga menciptakan tuntutan mendasar perlunya peningkatan kualitas
pembelajaran. Seorang guru yang mengamati pelaksanaan pembelajaran yang dikaji
(research lesson) akan mengadopsi pembelajaran sejenis setelah mengamati respons siswa
yang tertarik dan termotivasi untuk belajar dengan cara seperti yang dilaksanakan. Melalui
pengamatan langsung terhadap pembelajaran yang dikaji (research lesson) maupun laporan
tertulis, video, ataupun berbagi pengalaman dengan kolega, telah tersebar luas di Jepang
berbagai rancangan pembelajaran yang telah dikembangkan melalui Lesson Study yang
meliputi berbagai topik. Semuanya itu dimulai di tingkat lokal, dikelola secara lokal, dan
menyebar menjadi reformasi tingkat sistem pendidikan ke seluruh negeri. Misalnya dalam
bidang Matematika, berkat inspirasi dari sekelompok guru Matematika yang aktif
menyelenggarakan Lesson Study pada tahun 1970-an, seluruh guru di Jepang dalam 30 tahun
terakhir ini mulai menekankan pemecahan masalah dalam Matematika, dan perlahan-lahan
beralih ke mengajar untuk memahamkan (teaching for understanding) untuk tingkat
Matematika SD.
Selanjutnya, Lesson Study juga menjunjung tinggi nilai guru karena Lesson Study
mengenali pentingnya dan sulitnya membelajarkan siswa, yaitu secara nyata menerjemahkan
10
standar pendidikan, kerangka dasar pendidikan dan “praktik pembelajaran” terbaik ke kelas.
Lesson Study menggunakan waktu dan sumber daya guru untuk merancang, mengkaji dan
memperbaiki apa yang secara nyata terjadi di kelas. Lesson Study merupakan suatu sistem
penelitian dan pengembangan di mana guru-guru mengembangkan teori dan praktik melalui
kajian cermat terhadap praktik terbaik ”best practices” dalam kelas yang terus diuji dan
dikembangkan.
b. Peranan Lesson Study dalam Pengembangan Keprofesionalan Guru
Menurut Lynn Liptak (Lewis, 2002) perbandingan antara pengembangan
keprofesionalan guru secara tradisional dengan yang melalui Lesson Study dapat diamati
dalam Tabel berikut.
Aspek Tradisional Lesson Study
Awal mula Dimulai dengan jawaban Dimulai dengan pertanyaan
Tenaga
Pendorong
Seorang “pakar dari luar” Guru peserta atau pelaksana
sendiri
Aliran
Komunikasi
Pelatih atau penatar ke guru Dari guru ke guru
Hubungan
hirarki
Ada hirarki antar pelatih
dengan
yang dilatih (pebelajar)
Hubungan setara (timbal
balik) antar
guru atau guru sebagai
pebelajar
Sebutan Penelitian memberi
informasi
untuk praktik (Research
informs practice)
Praktik itu sendiri adalah
penelitian
(Practice is research)
Lebih lanjut lagi Lewis (2002) menguraikan bagaimana Lesson Study dapat memberikan
sumbangan terhadap pengembangan keprofesionalan guru yaitu dengan menguraikan
delapan pengalaman yang diberikan Lesson Study kepada guru sebagai berikut. Lesson Study
memungkinkan guru untuk: (1) memikirkan dengan cermat mengenai tujuan pembelajaran,
materi pokok, dan pembelajaran bidang studi, (2) mengkaji dan mengembangkan
pembelajaran yang terbaik yang dapat dikembangkan, (3) memperdalam pengetahuan
mengenai materi pokok yang diajarkan, (4) memikirkan secara mendalam tujuan jangka
panjang yang akan dicapai yang berkaitan dengan siswa, (5) merancang pembelajaran secara
kolaboratif, (6) mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta perilaku siswa, (7)
11
mengembangkan pengetahuan pedagogik yang sesuai untuk membelajarkan siswa, dan (8)
melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata siswa dan kolega.
Lesson Study itu tidak hanya memperhatikan pembelajaran untuk satu pertemuan atau
satu pokok bahasan saja, tetapi bagaimana membelajarkan satu unit materi pokok dan
bahkan membelajarkan bidang studi, dan juga memperhatikan perkembangan siswa secara
jangka panjang. Karena itu ketika memilih bidang kajian akademis dan topik Lesson Study,
guru sering: (a) menargetkan untuk juga mengatasi kelemahan siswa dalam belajar, (b)
memilih topik yang bagi guru sulit mengajarkannya, (c) memilih subjek terkini misalnya
baru isinya, teknologinya, pendekatan pembelajarannya, dan (d) memusatkan perhatian pada
hal terpenting yang mendasar yang berpengaruh terhadap pembelajaran lainnya (misalnya
pentingnya pelajaran Bahasa dan Matematika untuk mempelajari IPA).
Melalui Lesson Study, guru dapat mengkaji dan mengembangkan pembelajaran yang
terbaik yang dapat dikembangkan. Hasil Lesson Study disebarkan melalui buku-buku yang
ditulis guru yang di dalamnya juga dijelaskan tujuan jangka panjang yang ingin dicapai,
filosofi pembelajaran yang dianut, diberikan rancangan pembelajaran dan rancangan seluruh
unit, contoh hasil kerja siswa, hasil refleksi mengenai kekuatan dan kesulitan dalam
pembelajaran, serta petunjuk praktis bagi guru yang ingin mencoba pembelajaran tersebut.
Kalau guru lain mencoba membelajarkan ajaran ini, menambah, menguji, dan melaporkan
perbaikan yang mereka lakukan, maka kualitas pembelajaran itu akan makin meningkat.
Lesson Study juga memperdalam pengetahuan guru mengenai materi pokok yang
diajarkan. Dengan melaksanakan Lesson Study, guru dapat mengidentifikasi dan
mengorganisasi informasi apa yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah
pembelajaran yang menjadi fokus kajian dalam Lesson Study. Melalui Lesson Study guru
secara bersama-sama berkesempatan untuk memikirkan pengetahuan yang mana yang
penting, apa saja yang belum mereka ketahui mengenai hal itu, dan berusaha mencari
informasi yang mereka perlukan untuk membelajarkan siswa.
Lesson Study juga memberi kesempatan kepada guru untuk mempertimbangkan kualitas
ideal yang mereka harapkan dimiliki siswa pada saat mereka lulus, kualitas apa yang
dimiliki siswa saat sekarang, dan bagaimana mengatasi kesenjangan yang ada di antaranya.
Kita sekarang menerjemahkan kualitas ideal yang kita harapkan dimiliki oleh siswa-siswa
kita itu dalam bentuk kecakapan hidup. Orang Jepang ada yang menyebutkan sebagai
12
menghargai persahabatan, mengembangkan perspektif dan cara berpikir dan menikmati
sains.
Lesson Study memberi kesempatan guru secara kolaboratif merancang pembelajaran.
Menurut Lewis (2002) rata-rata guru di Jepang mengamati sekitar sepuluh pembelajaran
yang dikaji (research lesson) setiap tahun. Guru-guru di Jepang merasa kolaborasi itu
menguntungkan karena memberikan kesempatan kepada mereka untuk memikirkan
pembelajarannya sendiri dengan cara mengaitkannya dengan apa yang dilakukan guru lain.
Melalui Lesson Study guru dapat saling membelajarkan.
Lesson Study memberi kesempatan kepada guru untuk mengkaji secara cermat cara dan
proses belajar serta tingkah laku siswa. Fokus Lesson Study hendaknya pada peningkatan
pembelajaran, melalui pengamatan terhadap siswa, agar dapat dipikirkan cara-cara untuk
meningkatkan kegiatan belajar dan kegiatan berpikir siswa bukan pada kegiatan guru
(http://www.learningpt.org/nsc/products/tol.htm) sehingga tidak malah menyalahkan guru
atau mengkritik kesalahan guru. Di dalam Lesson Study guru perlu mencari bukti bahwa
siswa memang belajar, termotivasi, dan berkembang. Jadi melalui data yang dikumpulkan,
guru dapat melihat pembelajarannya melalui mata siswa. Pertanyaan yang pantas diajukan
adalah: Bagaimana pemahaman siswa mengenai materi pembelajarannya? Apakah siswa
tertarik untuk belajar? Apakah mereka memperhatikan ide siswa lainnya? Secara singkat
data yang perlu dikumpulkan mengenai siswa meliputi lima hal, yaitu: (1) hasil belajar
akademis, (2) motivasi dan persepsi, (3) tingkah laku sosial, (4) sikap terhadap belajar, dan
(5) interaksi guru-siswa dalam proses pembelajaran.
Lesson Study mengembangkan pengetahuan pedagogis yang sesuai untuk
membelajarkan siswa karena melalui Lesson Study guru terus menerus berupaya untuk
mengembangkan dan meningkatkan strategi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk
menerjemahkan kurikulum. Guru misalnya terus memikirkan bagaimana memberikan
pertanyaan untuk dipecahkah siswa dalam pembelajaran yang dapat mempertahankan minat
siswa untuk terus belajar, bagaimana menggunakan debat untuk memaksimalkan partisipasi
siswa dalam diskusi, dan bagaimana mendorong siswa untuk dapat membuat catatan yang
baik dan melakukan refleksi diri.
Lesson Study memberi kesempatan guru melihat hasil pembelajarannya sendiri melalui
mata siswa dan kolega. Data yang diberikan kolega menjadi “cermin” bagi guru pelaksana
13
Lesson Study. Kolega dapat membantu guru mencatat kegiatan diskusi dalam kelompok
kecil, menghitung jumlah siswa yang angkat tangan atau mencatat pertanyaan dan jawaban
guru; atau dapat juga guru memilih 3 siswa dengan prestasi berbeda dan meminta kolega
mencatat interaksi yang melibatkan ketiga siswa tadi, karya mereka dan seterusnya. Dengan
cara ini guru dapat melihat bagaimana siswa mengalami pembelajaran yang
dilaksanakannya.
Lebih lanjut Lewis (2002) mengadaptasi tulisan Darling-Hammond (1999) seperti
dikutip Suarni (2011) mengenai bagaimana Pengembangan Keprofesionalan Guru yang
efektif dapat dilaksanakan melalui Lesson Study yaitu sebagaimana dicantumkan dalam
Tabel berikut.
No. Ciri Keterangan
1. Melalui pengalaman
(Eksperiensial)
Melibatkan guru dalam tugas konkrit
mengajar, melakukan asesmen, dan
melakukan pengamatan
terhadap siswa.
2. Fokus pengembangan
berasal dari guru
Pertanyaan dan keingintahuan guru
menjadi dasar
pengembangan profesi.
3. Orang yang terlibat Melibatkan pakar dari dalam dan luar
sekolah.
4. Kolaboratif Memungkinkan guru berbagi
pengetahuan dan pengalaman
5. Berpusat pada realitas Mengembangkan apa yang nyata
dibelajarkan, bagaimana
membelajarkannya
6. Berkelanjutan Pelaksanaannya berkesinambungan, tidak
hanya satu kali (one shot)
7. Berdasarkan bukti Merespons terhadap bukti mengenai
proses dan hasil belajar siswa serta
perkembangan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
8. Tidak berdiri sendiri Dikaitkan dengan aspek-aspek lain atau
perubahan yang terjadi di sekolah.
Di Australia, menurut White dan Lim (2007) seperti yang dikutip Suarni (2011), Lesson
Study merupakan suatu proses yang kuat untuk mengarahkan guru-guru menuju praktik-
praktik dan kecenderungan berperilaku yang baru, selain itu juga menyatukan hasil
pengamatan praktik dengan ciri-ciri kegiatan belajar mengajar yang berkualitas untuk
14
menciptakan suatu proses pembelajaran yang rapi dan terstruktur dengan baik. Sementara itu
di Malaysia, setelah mencobakannya kepada sekelompok guru, mereka menyimpulkan
bahwa sebagian besar guru berpendapat bahwa proses dalam Lesson Study dapat
menggalakkan kolaborasi antar mereka, memberikan ide-ide mengajar baru, dan
meningkatkan keterampilan mengajar mereka.
5. Tujuan Kegiatan
Kegiatan P2M ini bertujuan:
1) Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada guru-guru bahasa SMP dan SMA
se-Kecamatan Buleleng tentang pelaksanaan Lesson Study di sekolah.
2) Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pelatihan kegiatan Lesson Study ini.
6. Manfaat kegiatan
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan pelatihan kaji tindak pembelajaran (Lesson Study)
bagi para guru peserta pelatihan dan bagi sekolah adalah sebagai berikut.
1) Dipahaminya metode pelaksanaan pengkajian pembelajaran (lesson study) di SMP
dan SMA.
2) Dihasilkannya perangkat pelaksanaan pengkajian pembelajaran (lesson study) di
sekolah yang dapat dijadikan acuan untuk melaksanakan kegiatan ini secara lebih
lanjut.
7. Khalayak sasaran Strategis
Kegiatan pelatihan menyasar guru-guru bahasa SMP dan SMA dari 19 sekolah se-
Kecamatan Buleleng (lihat Lampiran 2). Guru-guru yang dijadikan peserta pelatihan antara lain
adalah guru-guru: SMAN 1 Singaraja, SMAN 2 Singaraja, SMAN 3 Singaraja, SMAN 4
Singaraja, SMA Lab UNDIKSHA, SMPN 1 Singaraja, SMPN 2 Singaraja, SMPN 3 Singaraja,
SMPN 4 Singaraja, SMPN 5 Singaraja, SMPN 6 Singaraja, dan SMP Lab UNDIKSHA Singaraja
dan yang lainnya. Jumlah guru bahasa yang menghadiri kegiatan adalah sebanyak 25 orang.
15
8. Metode Pelaksanaan Pemecahan Masalah
Permasalahan yang menjadi prioritas dalam usulan pengabdian pada masyarakat (P2M)
ini adalah belum pernah dilaksanakannya kegiatan Lesson Study bagi guru-guru bahasa SMP
dan SMA se-Kecamatan Buleleng. Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan tentang
LS, kegiatan P2M FBS tahun 2014 ini didedikasikan untuk memberikan pelatihan kepada
khalayak sasaran strategis seperti yang telah dikemukakan pada poin 7. Kegiatan P2M ini
dirancang berupa kegiatan pelatihan dengan mengundang nara sumber yang telah
melaksanakan kegiatan LS sebelumnya. Nara sumber yang dimaksud adalah Prof. Dr. Putu
Budi Adnyana, M.Si, seorang dosen Jurusan Pendidikan Biologi UNDIKSHA yang telah
memulai kegiatan Lesson Study di UNDIKSHA.
9. Jadwal Kerja
Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini dilaksanakan pada hari Kamis dan Jumat tanggal
11 dan 12 September 2014 bertempat di Ruang Seminar FBS.
10. Organisasi Pelaksana
Tim inti pelaksana kegiatan ini berjumlah 4 orang yang terdiri dari seorang ketua dan 3
orang anggota. Nama-nama tim inti pelakasanaan P2M beserta uraian tugasnya dapat dilihat
pada tabel berikut.
No. Nama/NIDN Instansi
Asal Bidang Ilmu Uraian Tugas
1. Prof. Dr. I Nyoman
Adi Jaya Putra,
M.A./0019036201
UNDIKSHA Pendidikan
Bahasa Inggris
Membuat proposal kegiatan
dan menyusun laporan
2. Prof. Dr. Putu Kerti
Nitiasih,
M.A/0026066203
UNDIKSHA Pendidikan
Bahasa Inggris
Menyusun rencana kegiatan,
mengkoordinasikan
persiapan dan pelaksanaan.
3. Drs. I Nyoman Adil,
M.A./0029055402
UNDIKSHA Bahasa Inggris
D3
Membantu ketua menyusun
rencana dan melaksanakan
kegiatan.
4. Drs. Gede
Gunatama,
UNDIKSHA Bahasa dan
Sastra Indonesia
Membantu ketua menyusun
rencana dan melaksanakan
16
M.Pd./0022015702 kegiatan.
Dalam melaksanakan kegiatan, tim inti pelaksana kegiatan dibantu oleh sejumlah tenaga
kependidikan (Pegawai FBS) yang ditugaskan dengan SK Dekan (lihat Lampiran 4).
11. Hasil Kegiatan
Kegiatan berlangsung dengan baik sesuai rencana. Kegiatan berlangsung selama 2
hari. Pada hari pertama dilakukan pembukaan dan penyajian materi, beserta tanya jawab.
Pada hari kedua dilanjutkan kegiatan pelatihan. Guru-guru peserta bekerja pada kelompok-
kelompok kecil sesuai mata pelajaran yang diasuh. Ada 3 kelompok guru, yang terdiri dari
guru-guru pengajar Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Bali. Hasil kerja
kelompok mereka dapat dilihat pada Lampiran 5.
Presensi Peserta Menyanyikan Lagu Kebangsaan
Kegiatan Pembukaan oleh Sekretaris LPM Peserta
17
12. Simpulan
Kegiatan P2M yang bertajuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Bahasa di SMP dan
SMA Melalui Pelatihan Lesson Study ini dapat disimpulkan sebagai kegiatan pengabdian yang
berhasil yang ditujukan bagi guru-guru sasaran strategis. Kegiatan strategis semacam ini
hendaknya ditingkatkan volumenya sehingga terbina jalinan silaturahmi akademik terutama bagi
UNDIKSHA sebagai almamater dengan stakeholder-nya, para guru.
13. Daftar Pustaka
Herawati. 2009. Lesson Study Sebagai Alternatif Sarana Peningkatan Kualitas Perkuliahan Dan
Pengembangan Keprofesionalan Dosen. Makalah disajikan dalam Workshop Lesson Study
yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Pendidikan ganesha
(Undiksha) Singaraja, tanggal 7 November 2009
Suarni, dkk. 2011. Laporan Pelaksanaan Lesson Study di Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha.
Singaraja: FIP UNDIKSHA.
Team. 2012. Pedoman Studi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha tahun
2012. Singaraja: UNDIKSHA