207
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS HASIL WAWANCARA MENJADI NARASI MENGGUNAKAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBASIS KARAKTER PADA SISWA KELAS VII MTs NEGERI KENDAL SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Jihan Noor Fitriana NIM : 2101411067 Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS HASIL WAWANCARA …lib.unnes.ac.id/22217/1/2101411067-s.pdf · Saran untuk guru bahasa Indonesia agar menggunakan dan menerapkan pembelajaran

Embed Size (px)

Citation preview

1

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS HASIL

WAWANCARA MENJADI NARASI MENGGUNAKAN METODE

STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBASIS KARAKTER

PADA SISWA KELAS VII MTs NEGERI KENDAL

SKRIPSI

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Nama : Jihan Noor Fitriana

NIM : 2101411067

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

ii

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia

ujian skripsi.

Semarang,27 Juli 2015

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Wagiran, M.Hum. Septina Sulistyaningrum, S.Pd., M.Pd.

NIP 196703131993031002 NIP 198109232008122004

iii

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan

Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

pada hari : .................................................

tanggal :..................................................

Panitia Ujian Skipsi

Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum.

(196008031989011001)

Ketua ____________________

Sumartini, S.S, M.A.

(197307111998022001)

Sekretaris ____________________

Ahmad Syaifudin, S.S, M.Pd.

(198405022008121005)

Penguji I ____________________

Septina Sulistyaningrum, S.Pd.,M.Pd.

(198109232008122004)

Penguji II/Pembimbing II ____________________

Drs. Wagiran, M.Hum.

(196703131993031002)

Penguji III/Pembimbing I ____________________

Mengetahui,

Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum.

(196008031989011001)

iv

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan

Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi menggunakan Metode Student

Facilitator and Explaining Berbasis Karakter pada Siswa Kelas VII MTs Negeri

Kendal” benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari orang lain, baik

sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan yang terdapat dalam skripsi

ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juli 2015

Jihan Noor Fitriana

2101411067

v

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto

“Belajarlah mengalah sampai tak seorang pun kan mengalahkanmu. Belajarlah

merendah sampai tak seorangpun kan merendahkanmu”

“Bermimpilah yang sebesar-besarnya, tapi bersegeralah untuk mengerjakan

sekecil-kecilnya kebaikan yang terdekat” (Mario Teguh)

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk

1. Abahku, Ibuku, yang selalu menyayangiku, memberi

motivasi, memberi nasihat, dan mengiringi langkahku

dengan doa.

2. Kakak-kakakku tersayang, yang selalu memberi

motivasi.

3. Almamater.

vi

vi

SARI

Fitriana, Jihan Noor. 2015. Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Hasil

Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and

Explaining Berbasis Karakter pada Kelas VII MTs Negeri Kendal. Jurusan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri

Semarang, Pembibing I: Drs. Wagiran, M.Hum, Pembimbing II: Septina

Sulistyaningrum, S.Pd., M.Pd.

Kata Kunci : keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi,

metode student facilitator and explaining, berbasis karakter.

Kemampuan siswa dalam pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi di MTs Negeri Kendal masih rendah. Hal ini

disebabkan motivasi siswa dalam menulis masih kurang, konsep atau bahan yang

dimiliki siswa untuk dikembangkan menjadi tulisan sangat terbatas, kurangnya

kemampuan siswa menuangkan gagasan atau pikiran ke dalam bentuk kalimat-

kalimat yang mempunyai kesatuan yang logis dan padu. Selama ini pembelajaran

keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi masih dibutuhkan

sarana yang menunjang dan metode pembelajaran belum efektif. Kemudian

kebutuhan pendidikan karakter pada saat ini sangat meningkat, karena krisis

karakter yang dialami bangsa Indonesia saat ini. Berdasarkan beberapa sebab

rendahnya kemampuan menulis siswa, maka perlu penanganan dalam proses

pembelajaran ini. Oleh karena itu, diharapkan penerapan metode student

facilitator and explaining berbasis karakter mampu meningkatkan keterampilan

siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu (1) bagaimanakah proses

pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi

menggunakan penerapan metode student facilitator and explaining berbasis

karakter di MTs Negeri kendal, (2) bagaimanakah peningkatan hasil pembelajaran

keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan

penerapan metode student facilitator and explaining berbasis karakter di MTs

Negeri Kendal, dan (3) bagaimana perubahan sikap siswa setelah mengikuti

pembelajaran keterampillan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi

menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter di MTs

Negeri Kendal. Adapun tujuan penelitian selaras dengan rumusan masalah yaitu

mendeskripsikan proses, memaparkan peningkatan keterampilan mengubah teks

hasil wawancara menjadi narasi dan menjelaskan perubahan sikap siswa.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, guru, dan

siswa.

Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas melalui dua

tahap, yaitu siklus I dan siklus II. Tiap siklus terdiri atas proses perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah keterampilan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi siswa kelas VII A. Sumber data

yang diperoleh dari penelitian ini yaitu siswa kelas VII A dengan jumlah 35 siswa.

vii

vii

Teknik pengambilan data adalah dengan tes dan nontes berupa jurnal siswa, jurnal

guru, wawancara, dan dokumentasi.

Proses pembelajaran siklus II berjalan lebih tertib dan lancar dibandingkan

siklus I. Hasil penelitian ini diketahui bahwa kualitas proses pembelajaran

keterampilan mengubah teks hasil wawancara wawancara menjadi narasi berjalan

baik dan lancar meskipun ada beberapa siswa yang kurang mengikuti

pembelajaran tetapi dapat diatasi oleh peneliti. Hasil penelitian ini juga

menunjukkan adanya peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis

karakter pada siswa kelas VII A MTs Negeri Kendal. Selain itu, hasil tes

keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi mengalami

peningkatan dengan nilai tes prasiklus siswa dari keseluruhan aspek memperoleh

nilai rata-rata sebesar 66,5. Pada siklus I, hasil tes siswa rata-rata kelas meningkat

15,4% menjadi sebesar 73,3 dan termasuk kategori cukup dan masih jauh dari

kriteria ketuntansan minimal di sekolah yaitu 80. Pada siklus II nilai rata-rata

meningkat 13,8% menjadi 83,5 dan masuk dalam kategori baik. Hasil tes siklus II

tersebut menunjukkan bahwa seluruh siswa kelas VII A yang berjumlah 35 siswa

dinyatakan tuntas. Adapun secara keseluruhan sikap siswa mengalami perubahan

ke arah yang positif. Misalnya ketika siswa mengumpulkan tugas tepat waktu

yang mencerminkan sikap disipiln.

Saran untuk guru bahasa Indonesia agar menggunakan dan menerapkan

pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi

menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter. Bagi

peneliti lain disarankan agar melakukan penelitian serupa dengan menggunakan

strategi, teknik, atau metode yang lain agar memberikan alternatif dalam

pembelajaran.

viii

viii

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi

Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining Berbasis

Karakter pada Siswa Kelas VII MTs Negeri Kendal” ini tanpa halangan yang

berarti.

Skripsi ini disusun dengan baik berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada Drs.

Wagiran, M. Hum., selaku pembimbing I dan Septina Sulistyaningrum, S.Pd.,

M.Pd., pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama

penyusunan skripsi ini. Tidak lupa peneliti juga menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan

untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang;

2. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan izin penelitian;

3. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilititas adminitrasi

dalam penulisan skripsi ini;

4. Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan bekal

kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini;

ix

ix

5. keluarga besar MTs Negeri Kendal yang telah memberikan kesempatan untuk

melakukan penelitian;

6. keluargaku tercinta, Abah, Ibu, dan Kakak-kakakku yang selalu memberi

motivasi, memberi nasihat, dan mengiringi langkahku dengan doa;

7. teman-temanku, yang saling membantu dan memotivasi dalam penyusunan

skripsi ini.

8. seluruh pihak yang telah membantu peneliti sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

Peneliti berharap semoga segala sesuatu yang tersirat maupun tersurat pada

skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada peneliti khususnya dan kepada

pembaca pada umumnya.

Semarang, Juli 2015

Peneliti

x

x

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL .......................................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. ii

PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iii

PERNYATAAN ............................................................................................ iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v

SARI .............................................................................................................. vi

PRAKATA .................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xix

DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... xxi

DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xxii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xxiii

BABIPENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 9

1.3 Pembatasan Masalah ............................................................................. 10

1.4 Rumusan Masalah ................................................................................. 11

1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................. 12

1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................ 12

xi

xi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANTASAN TEORETIS .................... 14

2.1 Kajian Pustaka ................................................................................... 14

2.2 Landasan Teoretis ............................................................................. 21

2.2.1 Pengertian Mengubah ........................................................................ 22

2.2.2 Pengertian Teks Hasil Wawancara .................................................... 22

2.2.3 Unsur-unsur Teks Hasil Wawancara ................................................. 24

2.2.4 Pengertian Narasi .............................................................................. 24

2.2.5 Ciri-ciri Narasi ................................................................................... 26

2.2.6 Unsur-unsur Narasi ........................................................................... 27

2.2.7 Jenis-jenis Narasi ............................................................................... 29

2.2.8 Langkah-langkah Menulis Narasi ..................................................... 30

2.2.9 Kriteria Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi ............. 31

2.2.10 Langkah-langkah Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi

Narasi ................................................................................................. 31

2.2.11 Persamaan dan Perbedaan Teks Hasil Wawancara dengan Narasi .. 36

2.2.12 Metode Student Facilitator and Explaining ....................................... 36

2.2.13 Kelebihan dan Kekurangan Metode Student Facilitator and

Explaining ......................................................................................... 40

2.2.14 Langkah –langkah Metode Student Facilitator and Explaining ....... 42

2.2.15 Konsep Pendidikan Berbasis Karakter .............................................. 43

2.2.16 Nilai-nilai Karakter ........................................................................... 47

2.2.17 Penerapan Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil

Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student

Facilitator and Explaining Berbasis Karakter .................................. 50

2.3 Kerangka Berpikir ........................................................................... 54

xii

xii

2.4 Hipotesis Tindakan ......................................................................... 57

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 58

3.1 Desain Penelitian ............................................................................ 58

3.1.1 Proses Tindakan Siklus I ................................................................. 59

3.1.1.1 Perencanaan Siklus I ....................................................................... 60

3.1.1.2 Tindakan Siklus I ............................................................................ 62

3.1.1.3 Observasi Siklus I ........................................................................... 64

3.1.1.4 Refleksi Siklus I .............................................................................. 66

3.1.2 Proses Tindakan Siklus II ............................................................... 66

3.1.2.1 Perencanaan Siklus II ...................................................................... 66

3.1.2.2 Tindakan Siklus II ........................................................................... 67

3.1.2.3 Observasi Siklus II .......................................................................... 70

3.1.2.4 Refleksi Siklus II ............................................................................. 71

3.2 Subjek Penelitian ............................................................................ 72

3.3 Variabel Penelitian .......................................................................... 73

3.3.1 Variabel Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara

Menjadi Narasi ................................................................................ 73

3.3.2 Variabel Penggunaan Metode Pembelajaran Student Facilitator

and Explaining Berbasis Karakter .................................................. 74

3.3.3 Variabel Sikap Siswa Selama Pembelajaran ................................... 75

3.4 Instrumen Penelitian ....................................................................... 77

3.4.1 Instrumen Tes .................................................................................. 77

3.4.2 Instrumen Nontes ............................................................................ 80

3.4.2.1 Pedoman Observasi ...................................................................... 80

xiii

xiii

3.4.2.2 Wawancara ................................................................................... 83

3.4.2.3 Jurnal ............................................................................................ 84

3.4.2.4 Dokumentasi ................................................................................. 85

3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 86

3.5.1 Teknik Tes .................................................................................... 86

3.5.2 Teknik Nontes .............................................................................. 87

3.5.2.1 Observasi ...................................................................................... 87

3.5.2.2 Wawancara ................................................................................... 88

3.5.2.3 Jurnal ............................................................................................ 89

3.6 Teknik Analisis Data .................................................................... 91

3.6.1 Teknik Kuantitatif ........................................................................ 91

3.6.2 Teknik Kualitatif .......................................................................... 92

3.7 Indikator Keberhasilan ................................................................. 92

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 93

4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 93

4.1.1 Hasil Penelitian Prasiklus ............................................................. 93

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I ............................................................... 97

4.1.2.1 Proses Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil

Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student

Facilitator and Explaining Berbasis Karakter Siklus I... .............. 98

4.1.2.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks

Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode

Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter Siklus I ... 110

4.1.2.2.1 Aspek Kesesuaian Isi Siklus I ...................................................... 114

xiv

xiv

4.1.2.2.2 Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung

Siklus I .......................................................................................... 115

4.1.2.2.3 Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus I ..................... 116

4.1.2.2.4 Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus I .......................................... 117

4.1.2.2.5 Aspek Pemilihan Kata Siklus I ..................................................... 117

4.1.2.2.6 Aspek Urutan Cerita Siklus I ........................................................ 118

4.1.2.2.7 Aspek Kerapian Tulisan Siklus I .................................................. 119

4.1.2.3 Sikap Siswa Siklus I ..................................................................... 120

4.1.2.4 Refleksi Siklus I ........................................................................... 125

4.1.2.4.1 Refleksi Proses Siklus I ................................................................ 125

4.1.2.4.2 Refleksi Hasil Siklus I .................................................................. 126

4.1.2.4.3 Refleksi Sikap Siswa Siklus I ....................................................... 127

4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II .............................................................. 128

4.1.3.1 Proses Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil

Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student

Facilitator and Explaining Berbasis Karakter Siklus II ... .......... 129

4.1.3.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks

Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode

Student Facilitator and Explaining Berbasis Karakter Siklus II 142

4.1.3.2.1 Aspek Kesesuaian Isi Siklus II ..................................................... 146

4.1.3.2.2 Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung

Siklus II ........................................................................................ 147

4.1.3.2.3 Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus II .................... 148

4.1.3.2.4 Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus II ......................................... 149

4.1.3.2.5 Aspek Pemilihan Kata Siklus II .................................................... 150

4.1.3.2.6 Aspek Urutan Cerita Siklus II ...................................................... 151

xv

xv

4.1.3.2.7 Aspek Kerapian Tulisan Siklus II ................................................. 151

4.1.3.3 Sikap Siswa Siklus II .................................................................... 152

4.1.3.4 Refleksi Siklus II .......................................................................... 157

4.1.3.4.1 Refleksi Proses Siklus II ............................................................... 158

4.1.3.4.2 Refleksi Hasil Siklus II ................................................................. 158

4.1.3.4.3 Refleksi Sikap Siswa Siklus II ...................................................... 159

4.2 Pembahasan .................................................................................. 160

4.2.1 Proses Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil

Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student

Facilitator and Explaining Berbasis Karakter .............................. 160

4.2.2 Peningkatan Hasil Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks

Hasil Wawancara Menjadi Narasi ................................................ 168

4.2.3 Perubahan Sikap ........................................................................... 176

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 184

5.1 Simpulan ....................................................................................... 184

5.2 Saran ............................................................................................. 187

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 188

LAMPIRAN .................................................................................................. 191

xvi

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif ................... 30

Tabel 2.2 Contoh Menyunting dalam Mengubah Teks Hasil Wawancara

Menjadi Narasi ........................................................................... 32

Tabel 2.3 Contoh Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi ...... 33

Tabel 2.4 Persamaan dan Perbedaan Teks Hasil Wawancara dengan

Narasi ......................................................................................... 36

Tabel 3.1 Pedoman Penilaian ..................................................................... 78

Tabel 3.2 Rubrik Penilaian Karangan Narasi ............................................. 78

Tabel 3.3 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Keterampilan

Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi

Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining ........ 81

Tabel 3.4 Lembar Observasi Sikap Siswa dalam Pembelajaran ................ 82

Tabel 4.1 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara

Menjadi Narasi Prasiklus ........................................................... 94

Tabel 4.2 Hasil Observasi Poses Langkah 1 Siklus I ................................. 99

Tabel 4.3 Hasil Observasi Poses Langkah 2 Siklus I ................................. 99

Tabel 4.4 Hasil Observasi Poses Langkah 3 dan 4 Siklus I ....................... 102

Tabel 4.5 Hasil Observasi Poses Langkah 6 Siklus I ................................. 104

Tabel 4.6 Hasil Observasi Poses Langkah 7 Siklus I ................................. 105

Tabel 4.7 Hasil Observasi Poses Langkah 8 Siklus I ................................. 108

Tabel 4.8 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara

Menjadi Narasi Siklus I .............................................................. 111

Tabel 4.9 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi Siklus I .................................... 114

xvii

xvii

Tabel 4.10 Hasil Tes Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak

Langsung Siklus I ....................................................................... 115

Tabel 4.11 Hasil Teks Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus I. . 116

Tabel 4.12 Hasil Tes Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus I ........................ 117

Tabel 4.13 Hasil Tes Aspek Pemilihan Kata Siklus I .................................. 118

Tabel 4.14 Hasil Tes Aspek Urutan Cerita Siklus I ..................................... 119

Tabel 4.15 Aspek Kerapian Tulisan Siklus I ................................................. 120

Tabel 4.16 Hasil Observasi Sikap Pembelajaran Keterampilan Mengubah

Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode

Student Facilitator and Explaining Siklus I ................................ 121

Tabel 4.17 Hasil Observasi Poses Langkah 1 Siklus II ................................ 132

Tabel 4.18 Hasil Observasi Poses Langkah 3 Siklus II ................................ 133

Tabel 4.19 Hasil Observasi Poses Langkah 4 Siklus II ................................ 135

Tabel 4.20 Hasil Observasi Poses Langkah 5 Siklus II ................................ 135

Tabel 4.21 Hasil Observasi Poses Langkah 6 dan 7 Siklus II ...................... 136

Tabel 4.22 Hasil Observasi Poses Langkah 8 Siklus II ................................ 139

Tabel 4.23 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara

Menjadi Narasi Siklus II ............................................................ 142

Tabel 4.24 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi Siklus II ................................... 146

Tabel 4.25 Hasil Tes Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak

Langsung Siklus II ..................................................................... 147

Tabel 4.26 Hasil Teks Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus II.. 148

Tabel 4.27 Hasil Tes Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus II ...................... 149

Tabel 4.28 Hasil Tes Aspek Pemilihan Kata Siklus II ................................. 150

Tabel 4.29 Hasil Tes Aspek Urutan Cerita Siklus II .................................... 151

Tabel 4.30 Aspek Kerapian Tulisan Siklus II ............................................... 152

xviii

xviii

Tabel 4.31 Hasil Observasi Sikap Pembelajaran Keterampilan Mengubah

Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode

Student Facilitator and Explaining Siklus II .............................. 153

Tabel 4.32 Perbandingan Hasil Observasi Proses Siklus I dan Siklus II ..... 162

Tabel 4.33 Peningkatan Tiap Aspek dari Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ... 174

Tabel 4.34 Perbandingan Hasil Observasi Sikap Siklus I dan Siklus II ...... 177

xix

xix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Aktivitas Guru Memberikan Penjelasan Tujuan, Manfaat,

dan Motivasi Pembelajaran ................................................... 98

Gambar 4.2 Aktivitas Siswa Mengamati Contoh Teks Hasil Wawancara 100

Gambar 4.3 Aktivitas Guru Memberikan Penjelasan Materi .................... 101

Gambar 4.4 Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Kelompok ..................... 103

Gambar 4.5 Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Kelompok ..................... 103

Gambar 4.6 Aktivitas Guru Mengulang Materi yang Belum Dipahami

Siswa ...................................................................................... 103

Gambar 4.7 Aktivitas Perwakilan Kelompok Mempresentasikan Hasil

Kerjanya ................................................................................ 106

Gambar 4.8 Aktivitas Siswa Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi

Narasi Secara Individu .......................................................... 108

Gambar 4.9 Aktivitas Siswa Mempresentasikan Hasil Kerjanya Secara

Individu .................................................................................. 109

Gambar 4.10 Aktivitas Guru Mengubah Tempat Duduk Menjadi Bentuk

“U” ......................................................................................... 130

Gambar 4.11 Aktivitas Siswa Aktif Bertanya ............................................. 131

Gambar 4.12 Aktivitas Siswa Mengamati Contoh Teks Hasil Wawancara 132

Gambar 4.13 Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Kelompok ..................... 134

Gambar 4.14 Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Kelompok ..................... 134

Gambar 4.15 Aktivitas Siswa Menempel Hasil Karya Kelompok dan

Mengomentari ........................................................................ 137

Gambar 4.16 Aktivitas Siswa Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi

Narasi Secara Individu .......................................................... 139

xx

xx

Gambar 4.17 Aktivitas Siswa Bermain Tempat Pensil Berjalan ................. 140

Gambar 4.18 Aktivitas Siswa Mempresentasikan Hasil Kerjanya Secara

Individu .................................................................................. 141

Gambar 4.19 Aktivitas Siswa Mempresentasikan Hasil Kerjanya Secara

Individu .................................................................................. 141

xxi

xxi

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 4.1 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara

Menjadi Narasi Prasiklus ....................................................... 95

Diagram 4.2 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks

Hasil Wawancara Menjadi Narasi Prasiklus ......................... 96

Diagram 4.3 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara

Menjadi Narasi Siklus I ......................................................... 112

Diagram 4.4 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks

Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I ............................ 113

Diagram 4.5 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara

Menjadi Narasi Siklus II ........................................................ 144

Diagram 4.6 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks

Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II .......................... 145

Diagram 4.7 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara

Menjadi Narasi Siklus I ......................................................... 169

Diagram 4.8 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks

Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I ............................ 170

Diagram 4.9 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara

Menjadi Narasi Siklus II ........................................................ 172

Diagram 4.10 Hasil Perincian Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks

Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II .......................... 173

Diagram 4.11 Peningkatan Tiap Aspek dari Prasiklus, Siklus I, dan

Siklus II ................................................................................. 175

xxii

xxii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ...................................................................... 57

Bagan 3.1 Model Siklus Arikunto, dkk (2008:16) ...................................... 59

xxiii

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ......................... 191

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ........................ 199

Lampiran 3 DaftarNilai Tes Keterampilan Mengubah Teks Hasil

Wawancara Menjadi Narasi Prasiklus, Siklus I, dan Siklus

II.. ........................................................................................... 208

Lampiran 4 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Mengubah Teks Hasil

Wawancara Menjadi Narasi Prasiklus ................................... 209

Lampiran 5 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Mengubah Teks Hasil

Wawancara Menjadi Narasi Siklus I ..................................... 210

Lampiran 6 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Mengubah Teks Hasil

Wawancara Menjadi Narasi Siklus II .................................... 211

Lampiran 7 Pedoman Lembar Observasi Proses ...................................... 212

Lampiran 8 Pedoman Wawancara Siswa .................................................. 214

Lampiran 9 Pedoman Jurnal Siswa ........................................................... 215

Lampiran 10 Pedoman Jurnal Guru ............................................................ 216

Lampiran 11 Pedoman Observasi Sikap ..................................................... 217

Lampiran 12 Hasil Observasi Proses Siklus I ............................................. 219

Lampiran 13 Hasil Wawancara Siklus I ...................................................... 221

Lampiran 14 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I (1)................................... 223

Lampiran 15 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I (2)................................... 224

Lampiran 16 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I (3).................................. 235

Lampiran 17 Hasil Jurnal Guru Siklus I ..................................................... 226

Lampiran 18 Rekapitulasi Hasil Observasi Sikap Siklus I ......................... 227

xxiv

xxiv

Lampiran 19 Hasil Observasi Proses Siklus II............................................. 230

Lampiran 20 Hasil Wawancara Siklus II ..................................................... 232

Lampiran 21 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II (1) ................................. 234

Lampiran 22 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II (2) ................................. 235

Lampiran 23 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II (3) ................................ 236

Lampiran 24 Hasil Jurnal Guru Siklus II ..................................................... 237

Lampiran 25 Rekapitulasi Hasil Observasi Sikap Siklus I ......................... 238

Lampiran 26 SK Pembimbing ..................................................................... 241

Lampiran 27 Surat Permohonan Izin Penelitian Unnes .............................. 242

Lampiran 28 Surat Keterangan dari MTs Negeri Kendal ........................... 243

Lampiran 29 Surat Keterangan Lulus UKDBI ........................................... 244

Lampiran 30 Surat Keterangan Selesai Bimbingan Penulisan Skripsi ....... 245

Lampiran 31 Lembar Pembimbingan Penulisan Skripsi ............................. 246

Lampiran 32 Contoh Teks Hasil Wawancara Siklus I ................................ 250

Lampiran 33 Contoh Teks Hasil Wawancara Siklus II ............................... 254

Lampiran 34 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks

Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I (Nilai Baik) ....... 258

Lampiran 35 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks

Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I (Nilai Cukup) .... 260

Lampiran 36 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks

Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus I (Nilai Kurang)... . 262

Lampiran 37 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks

Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II (Nilai Baik) ...... 264

Lampiran 38 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks

Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II (Nilai Cukup) ... 266

xxv

xxv

Lampiran 39 Hasil Karya Siswa dalam Keterampilan Mengubah Teks

Hasil Wawancara Menjadi Narasi Siklus II (Nilai Kurang)... 268

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pokok yang wajib

dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah. Pelajaran bahasa Indonesia juga

merupakan pelajaran yang diujikan untuk memenuhi standar kelulusan siswa pada

saat Ujian Nasional. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk

mengembangkan dan meningkatkan keterampilan berbahasa siswa.

Salah satu keterampilan berbahasa yaitu menulis. Menulis merupakan suatu

keterampilan berbahasa untuk berkomunikasi secara tidak langsung dengan orang

lain (Tarigan 2008:3). Salah satu bentuk keterampilan menulis adalah mengubah

teks hasil wawancara menjadi narasi. Keterampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi merupakan kegiatan menyampaikan informasi yang

terdapat dalam teks wawancara secara tidak langsung kepada orang lain atau

pembaca.

Dalam Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi tersebut harus dikuasai oleh siswa

kelas VII SMP pada semester genap. Dalam KD tersebut, siswa difokuskan untuk

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi secara tertulis. Artinya siswa akan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi tertulis dalam bentuk karangan

narasi.

2

Selanjutnya teks hasil wawancara tersebut dapat diubah menjadi narasi.

Menurut Keraf (2010:136), narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana

yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan

menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Narasi adalah

suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan jelas kepada

pembaca tentang suatu peristiwa yang telah terjadi. Dengan demikian, pengertian

narasi itu mencakup dua unsur dasar, yaitu perbuatan atau tindakan yang terjadi

dalam suatu rangkaian waktu (Keraf 2010:136). Narasi juga berusaha menjawab

pertanyaan apa yang terjadi. Keterampilan mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi bertujuan untuk menyampaikan informasi yang terdapat dalam

teks hasil wawancara kepada pembaca. Informasi tersebut dapat dipahami oleh

orang lain, dipilihlah jenis karangan narasi yang sesuai untuk mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi.

Namun, dalam kenyataannya pembelajaran bahasa Indonesia sering

dianggap pelajaran yang membosankan oleh siswa, sehingga hasil pembelajaran

yang dicapai tidak maksimal. Padahal setiap mata pelajaran memiliki peran

penting dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Terlebih pada keterampilan

menulis merupakan keterampilan yang paling sulit untuk dikuasai siswa

dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Selain itu, pembelajaran

keterampilan menulis pada keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi

narasi tampaknya belum menggembirakan. Salah satu realita konkret yang

mendukung pernyataan tersebut adalah kondisi pembelajaran keterampilan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi di kelas VII A di MTs Negeri

3

Kendal. Berdasarkan pengalaman guru dan hasil observasi terhadap keadaan

pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi di

sekolah tersebut serta wawancara awal yang dilakukan dengan sejumlah guru

bahasa Indonesia di sekolah tersebut, diperoleh informasi bahwa motivasi dan

keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi siswa masih sangat

rendah yang ditandai siswa sering merasa jenuh jika disuruh mengarang, tidak ada

siswa yang mempunyai keterampilan yang menonjol dalam pembelajaran

mengarang, dan hasil karangan siswa yang kurang memuaskan yang dibuktikan

dengan hasil tes mengarang siswa rata-rata yang hanya sekitar 66,5. Seharusnya

siswa mencapai target KKM 80.

Fenomena lain yang tampak berdasarkan observasi awal di sekolah yang

diteliti adalah pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi yang diterapkan oleh guru cenderung monoton dan masih

menggunakan metode konvensional. Masalah yang timbul dalam proses

pembelajaran menulis serta keterampilan siswa dalam mengarang yang belum

memadai (masih rendah) sebagaimana uraian tersebut disebabkan oleh dua faktor

utama, yaitu: faktor siswa dan faktor dari luar diri siswa. Adapun faktor yang

berasal dari siswa, antara lain: (1) motivasi siswa dalam menulis sangat minim;

(2) konsep atau bahan yang dimiliki siswa untuk dikembangkan jadi tulisan sangat

terbatas; (3) keterampilan siswa menuangkan gagasan atau pikiran ke dalam

bentuk kalimat-kalimat yang mempunyai kesatuan yang logis dan padu serta

diikat oleh struktur bahasa. Adapun faktor yang berasal dari luar diri siswa, antara

lain: (1) sarana dan metode pembelajaran menulis belum efektif. Hal tersebut

4

mengisyaratkan bahwa dibutuhkan pembenahan dalam pembelajaran menulis.

Kompetensi siswa dalam menulis karangan narasi dapat ditingkatkan dengan

membenahi segala hal yang menjadi titik kelemahan siswa dalam menulis. Secara

umum, menulis sebagai suatu proses berupa pengelolaan ide atau gagasan dari

tema atau topik yang dipilih untuk dikomunikasikan dan pemilihan jenis wacana

tertentu yang sesuai atau tepat dengan situasi dan konteksnya. Keterampilan

menulis yang menuntut kemampuan untuk dapat melahirkan dan menyatakan

kepada orang lain tentang hal yang dirasakan, dikehendaki, dan dapat dipikirkan

dengan bahasa tulisan. Keterampilan menulis bukanlah kemampuan yang diwarisi

secara turun-temurun dan tidak datang dengan sendirinya. Keterampilan ini

menuntut pelatihan yang cukup dan teratur serta pembelajaran yang terprogram.

Program-program tersebut disusun dan direncanakan untuk mencapai tujuan

tertentu.

Dalam proses belajar menulis, berbagai keterampilan itu tidak mungkin

dikuasai siswa secara bersamaan. Semua kemampuan itu dapat dikuasai siswa

melalui suatu proses, serta tahap demi tahap. Karena keeterampilan itu tidak bisa

dikuasai secara serentak. Suatu karangan merupakan pernyataan gagasan atau ide

yang bersumber dari pengalaman, pengamatan, imajinasi, pendapat, dan

keyakinan, dengan menggunakan media tulis sebagai alatnya. Kemudian siswa

harus memiliki pengetahuan, gagasan, dan ide yang luas. Terkadang mereka tidak

mampu merangkai kata-kata untuk membentuk sebuah karangan, terlebih pada

wacana. Siswa juga kurang menyadari hubungan antara kalimat yang satu dengan

kalimat yang lain. Pada akhirnya, sering dijumpai beberapa kalimat sumbang.

5

Kalimat sumbang sendiri dalam sebuah karangan dapat menimbulkan kekaburan

makna atau isi sebuah karangan. Begitu pula sebaliknya, sebuah karangan akan

lebih mudah dipahami jika kalimat-kalimatnya tersusun rapi, jelas kohesi dan

koherensi antar kalimatnya. Sebuah karangan pada dasarnya merupakan

perwujudan hasil penalaran siswa. Penalaran ini merupakan proses pemikiran

untuk memperoleh ide yang logis. Penalaran ini berkaitan dengan proses

penafsiran fakta sebagai ide dasar untuk dikembangkan menjadi sebuah tulisan.

Setiap penulis harus dapat menuangkan pikiran atau gagasannya secara cermat ke

dalam tulisannya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memunculkan ide

adalah dengan curah gagasan. Curah gagasan digunakan untuk menuntun siswa

mengembangkan idenya berdasarkan fakta yang ada di sekitar siswa atau

peristiwa yang pernah dialami siswa.

Selain itu, untuk memperoleh bahan informasi atau bahan yang akan ditulis

oleh siswa, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menuntun siswa

mencermati suatu bentuk teks dan menyajikannnya kembali dalam bentuk teks

yang berbeda, misalnya dari teks hasil wawancara menjadi narasi. Hal ini

merupakan salah satu kompetensi dasar menulis yang diharapkan dimiliki oleh

siswa kelas VII A MTs Negeri Kendal sebagai hasil dari pembelajaran menulis,

yaitu keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Pengubahan

tersebut dari teks hasil wawancara yang berbentuk dialog ke dalam bentuk wacana

yang berbentuk monolog, yaitu narasi. Teks hasil wawancara dapat diubah dan

disajikan dalam bentuk kerangka karangan. Kerangka karangan tersebut

selanjutnya disusun menjadi sebuah tulisan yang utuh. Keberhasilan pembelajaran

6

menulis narasi ini juga ditentukan oleh faktor lingkungan dan suasana

pembelajaran. Pada dasarnya dalam melaksanakan pembelajaran faktor

lingkungan dan suasana pembelajaran pun haruslah menarik dan menyenangkan

dari segi psikologis peserta didik. Ada kecenderungan pada saat ini untuk kembali

pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik apabila diciptakan belajar

yang bernuansa alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami hal

yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target

penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek,

akan tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan

jangka panjang. Oleh karena itu, untuk menciptakan suasana belajar yang

kooperatif interaktif, menyenangkan, dan bermakna, guru harus cermat memilih

dan menerapkan strategi pembelajaran, seperti salah satu metode pembelajaran

yaitu metode student facilitator and explaining.

Metode student facilitator and explaining merupakan pembelajaran

kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang

berorientasi pada masyarakat belajar (learning community) yang menganggap

bahwa siswa lebih mudah menentukan dan memahami konsep-konsep yang sulit

jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan sesama temannya. Hal

ini dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif siswa terhadap

pembelajaran keterampilan menulis, khususnya menulis narasi. Hasil

pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif diharapkan mampu memberikan

pengalaman bermakna sehingga sukar dilupakan oleh siswa. Melalui

pembelajaran ini, siswa akan terlatih berpikir dan menghubungkan hal yang

7

mereka pelajari dengan situasi dunia nyata sehingga menjadi pembelajar yang

otonom dan mandiri. Pembelajaran kooperatif ini merupakan model pembelajaran

yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill)

berupa hasil belajar, sekaligus keterampilan sosial (social skill) berupa kecakapan

berkomunikasi, bekerja bersama, dan solidaritas serta interpersonal skill berupa

kemampuan untuk mengerti dan peka terhadap orang lain. Dengan kata lain,

model pembelajaran kooperatif menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran

yang memberikan kesempatan besar dalam memberdayakan potensi siswa secara

optimal. Interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru pun dapat terjalin baik

dengan pembelajaran ini.

Salah satu pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan untuk

menumbuhkan minat dan suasana belajar yang kondusif bagi siswa, khususnya

pada pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi

adalah metode pembelajaran student facilitator and explaining. Jadi, metode

student facilitator and explaining merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif.

Penerapan metode pembelajaran student facilitator and explaining dalam

mata pelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan relatif mudah oleh

seorang guru. Guru memberikan pendampingan aktivitas yang dilakukan siswa

serta mengondisikan siswa agar belajar dengan kelompoknya. Setiap kelompok

memperoleh tugas presentasi dan diskusi untuk menyajikan beberapa kompetensi

dasar bahasa Indonesia. Guru memberikan penekanan kembali tentang materi-

materi yang penting dikuasai serta bersama siswa mengevaluasi sumbangan

anggota dan prestasi kelompoknya pada akhir kegiatan pembelajaran. Dalam

8

Qohar (2009:36) Whithin mengemukakan bahwa kemampuan komunikasi

menjadi penting ketika diskusi antarsiswa dilakukan.

Metode student facilitator and explaining merupakan suatu metode dimana

siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada siswa lainnnya (Suyatno,

2009:126). Langkah-langkah pembelajaran dengan metode student facilitator and

explaining yaitu guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, guru

menyajikan materi, memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada

siswa lainnnya baik melalui bagan atau peta konsep maupun yang lainnya, guru

menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa sekaligus memberi penjelasan

singkat, evaluasi, dan penutup. Melalui metode student facilitator and explaining

siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa yang lain, siswa dapat

mengeluarkan ide-ide yang ada di pikirannya sehingga lebih dapat memahami

materi tersebut. Dengan demikian proses pembelajaran bahasa Indonesia

khususnya keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi

menggunakan metode student facilitator and explaining diharapkan dapat

meningkatkan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.

Kemudian selain itu, dalam proses pembelajaran ini tidak hanya

pengetahuan saja yang dibutuhkan, namun pendidikan karakter juga sangat

dibutuhkan. Kebutuhan pendidikan karakter pada saat ini sangat meningkat. Hal

itu disebabkan karena generasi pemuda saat ini tidak memperhatikan tingkah laku

mereka. Padahal negara Indonesia sangat menjunjung budaya ketimuran yaitu

tentang budaya karakter. Oleh karena itu, guru di sekolah harus menanamkan

nilai-nilai karakter sejak usia dini di lingkungan sekolah. Menurut Kamus Besar

9

Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau

budi pekerti yang membedakan seseorang dari orang lain.

Krisis karakter yang dialami bangsa Indonesia saat ini sudah berada pada

titik yang sangat mengkhawatirkan. Sifat tulus, luhur, mulia, jujur, kesopanan, dan

tanggung jawab terkikis seketika tergantikan dengan rasa cemas, kekerasan,

perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai, keyakinan, norma-norma, agama,

adat istiadat yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara

Indonesia.

Pendidikan karakter di sekolah, dianggap akan dapat mencegah

meningkatnya perilaku menyimpang pelajar. Pendidikan karakter diharapkan

menciptakan generasi unggul, tangguh dan mempunyai daya saing. Pada

kenyataannya, siswa mengalami penurunan etika dalam berkomunikasi dengan

guru dalam proses pembelajaran. Selama jam sekolah berlangsung, siswa yang

sedang berada di kelas pada proses pembelajaran, bebas berjalan, keluar-masuk

kelas, mengerjakan tugas mata pelajaran lain, dan sibuk melakukan aktifitas lain

seperti menggunakan laptop maupun telepon genggam yang tidak berkaitan

dengan materi. Peserta didik tidak begitu memperhatikan guru yang sedang

memberikan petunjuk serta penjelasan mengenai materi dan tugas. Oleh karena

itu, diterapkannya pendidikan karakter di sekolah sangatlah penting.

1.2 Identifikasi Masalah

Sejalan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006) siswa

kelas VII SMP, pemerintah telah menetapkan standar kompetensi dan kompetensi

dasar yang harus dicapai oleh siswa dengan nilai ketuntasan yang telah

10

ditentukan. Salah satu dari kompetensi dasar tersebut adalah menulis narasi dari

teks hasil wawancara. Secara tidak langsung mengharuskan siswa untuk

memahami semua hal yang berkaitan dengan kaidah penulisan yang baik.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di MTs Negeri Kendal,

peneliti menemukan adanya kelemahan dan keterampilan menulis khususnya

dalam indikator kesesuaian isi, ejaan dan tanda baca, kohesi dan koherens dan

juga urutan cerita.

Fakta menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi di MTs Negeri Kendal belum menampakkan adanya

suatu keberhasilan karena masih jauh dari harapan. Siswa memiliki kemampuan

menuangkan ide dan gagasan menjadi sebuah karangan yang masih rendah. Hal

tersebut disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor

yang berasal dari dalam atau internal yaitu motivasi siswa dalam menulis sangat

minim dan kurangnya wawasan dan pengetahuan siswa tentang keterampilan

menulis khususnya narasi. Faktor dari luar siswa atau eksternal meliputi sarana

dan metode atau strategi pembelajaran menulis belum efektif.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, permasalahan

yang akan diatasi adalah rendahnya keterampilan siswa dalam mengubah teks

hasil wawancara menjadi narasi yang disebabkan oleh hal-hal berikut (1)

motivasi siswa dalam menulis sangat minim, (2) konsep atau bahan yang dimiliki

siswa untuk dikembangkan jadi tulisan sangat terbatas, (3) kemampuan siswa

menafsiran fakta untuk ditulis sangat rendah, (4) kemampuan siswa menuangkan

11

gagasan atau pikiran ke dalam bentuk kalimat-kalimat yang mempunyai kesatuan

yang logis dan padu serta diikat oleh struktur bahasa, dan (5) sarana dan metode

atau strategi pembelajaran menulis belum efektif.

Kemudian peneliti membatasi pada penelitian tindakan kelas untuk

mengetahui peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi

narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter

pada siswa kelas VII MTs Negeri Kendal.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis

merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimanakah proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and

explaining berbasis karakter di MTs Negeri Kendal?

2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining

berbasis karakter di MTs Negeri Kendal?

3. Bagaimanakah perubahan sikap siswa setelah mengikuti pembelajaran

keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan

metode student facilitator and explaining berbasis karakter di MTs Negeri

Kendal?

12

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, tujuan dari penelitian

ini sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and

explaining berbasis karakter di MTs Negeri Kendal.

2. Memaparkan peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi pada siswa kelas VII MTs Negeri Kendal setelah mengikuti

pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi

menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter.

3. Menjelaskan perubahan sikap siswa kelas VII MTs Negeri Kendal setelah

mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and explaining

berbasis karakter.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat. Manfaat penelitian ini ada

dua yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini dapat memberikan informasi terhadap penerapan metode

student facilitator and explaining pada pembelajaran keterampilan mengubah

teks hasil wawancara menjadi narasi. Pembelajaran keterampilan mengubah

teks hasil wawancara menjadi narasi diharapkan menjadi lebih variatif,

inovatif dan menarik.

13

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, sebagai bahan masukan tentang cara menerapkan metode

Student Facilitator and Explaining untuk meningkatkan keterampilan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi siswa kelas VII MTs

Negeri Kendal.

b. Bagi sekolah, dapat memberikan konstribusi sekolah dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian biasanya mengacu pada penelitian lain yang dapat dijadikan tolok

ukur dalam penelitian selanjutnya, sehingga penelitian murni atau yang berawal

dari nol jarang ditemukan. Dengan demikian, peninjauan dari nol sangat

diperlukan, sebab bisa digunakan sebagai relevansi dalam penelitian. Selain itu,

penelitian tersebut digunakan untuk membandingkan seberapa besar keaslian dari

penelitian yang akan dilakukan.

Upaya meningkatkan keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji dan

diteliti. Hal ini terbukti dengan banyaknya upaya meningkatkan keterampilan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi yang telah dilakukan oleh para

peneliti. Arikunto, dkk. (2008:3) mengatakan penelitian tindakan kela s

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,

yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang

dilakukan oleh siswa.

Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut demi menyempurnakan

penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang dijadikan kajian dalam

penelitian ini yaitu Jayanty, dkk (2012), Rumiana (2013), Irlinawati (2013),

Sinaga (2013), Suhendariyanti (2014), Aisyah (2014) dan Hidayati, dkk (2014).

15

Jayanty, dkk (2012) melakukan penelitian dengann judul “Peningkatan

Menarasikan Teks Wawancara dengan Teknik Pemodelan Siswa Kelas VII.4

SMPN 6 Bukittinggi.” Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa nilai siswa dalam

kompetensi mengubah teks wawancara menjadi narasi rata-rata nilai siswa yang

belum mencapai KKM yang telah ditetapkan 70. Pada prasiklus 54,78%. Setelah

dilakukan tindakan siklus I rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 79,1% dan

pada siklus II juga mengalami peningkatan menjadi 90,5%. Dari hasil analisis

deskriptif kualitatif dapat diketahui bahwa rata-rata pertama, memperluas

pengetahuan pembaca pada prasiklus 53,15%, pada siklus I 84,40% dan pada

siklus II 95,87%. Kedua, menyampaikan informasi suatu kejadian 55,28%, pada

siklus I 92,72% dan pada siklus II 100%. Ketiga, didasarkan pada penalaran,

53,12%, pada siklus I 75,03% dan pada siklus II 88,65%. Keempat, menggunakan

bahasa informatif 53,09%, pada siklus I 80,25% dan pada siklus II 88,65%.

Kelima, EYD 56,31, pada siklus I 65,72% dan padasiklus II 83,5%.

Persamaannya penelitian Jayanty, dkk (2012) dengan peneliti yaitu memiliki

kompetensi dasar penelitian yang sama. Kemudian perbedaan yaitu pada teknik

pembelajaran yang digunakan. Pada peneliti ini menggunakan teknik pemodelan

sedangkan penulis menggunakan metode studen facilitator and explaining.

Kelemahann yang terdapat pada penelitian ini yaitu pada subjek dan teknik

pembelajaran yang digunakan. teknik pemodelan memiliki kelemahan yang

hampir sama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan yakni ada

beberapa siswa yang harus berperan sebagai model sehingga mereka tidak dapat

mengikuti pembelajaran secara maksimal.

16

Penelitian Skripsi Rumiana (2013) tentang “Peningkatan Keterampilan

Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi dengan Metode Pencarian Informasi

melalui Media Kartun Bercerita pada Kelas VII D SMP Negeri 30 Semarang.”

Proses peningkatan pembelajaran menunjukkan kriteria baik. Hal tersebut dapat

dilihat pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 70,7 sendangkan pada siklus II

meningkat menjadi 81. Peningkatan masing-masing aspek penilaian dari siklus I

ke siklus II yaitu pada aspek kesesuaian isi mengalami peningkatan sebesar 12,5%

dari 72 menjadi 81. Aspek penggunaan kalimat langsung dan tak langsung

mengalami peningkatan sebesar 10% dari 68,6 menjadi 75,5. Aspek penggunaan

ejaan dan tanda baca mengalami peningkatan sebesar 23,7% dari 67,9 menjadi 84.

Aspek kohesi dan koherensi mengalami peningkatan sebesar 16,8% dari 73,6

menjadi 86. Aspek pemilihan kata mengalami peningkatan sebesar 17,6% dari

71,4 menjadi 84. Aspek urutan cerita mengalami pengingkatan sebesar 10% dari

80 menjadi 88. Aspek kerapian tulisan mengalami peningkatan sebesar 23,5% dari

66,4 menjadi 82.

Persamaannya penelitian Rumiana (2013) dengan peneliti yaitu memiliki

kompetensi dasar penelitian yang sama mengubah teks hasil wawancara menjadi

narasi. Kemudian perbedaan yaitu pada metode dan media pembelajaran yang

digunakan. Pada penelitian Rumiana (2013) ini menggunakan metode pencarian

informasi dengan media kartun bercerita sedangkan peneliti menggunakan metode

studen facilitator and explaining dan tidak menggunakan media.

Selanjutnya, pada tahun 2013 Irlinawati melakukan penelitian yang berjudul

“Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada

17

Perkalian Bilangan Bulat.” Dari penelitian ini dikaji peran model student

facilitator and explainig untuk meningkatkan perkalian bilangan bulat. Diperoleh

data dari hasil siklus I mencapai 32,5% dengan nilai rata-rata kelas 65,03. Hasil

siklus II menunjukkan skor rata-rata kelas 76,2 dan mengalami peningkatan

menjadi 81,4%. Aktivitas peserta didik selama pembelajaran mengalami

peningkatan setiap siklusnya dari 67,43% pada siklus pertama, menjadi 82,02%

pada siklus kedua. Relevansi penelitian yang dilakukan Irliawati dengan

penelitian ini adalah sama-sama mengkaji mengenai metode pembelajaran student

facilitator and explaining. Perbedaannya adalah pada subjeknya yaitu pada

Irliawati pada perkalian bilangan bulat sedangkan peneliti ini pada keterampilan

mengubah teks hasil observasi menjadi narasi.

Penelitian yang dilaksanakan oleh Sinaga (2013) tentang “Pengaruh Metode

Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Terhadap Prestasi Belajar

Mahasiswa Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen.” Proses penerapan

pembelajaran menunjukkan kriteria baik sekali dengan perolehan analisis dan

observasi pada uji hipotesis penelitian dengan kriteria pengujian adalah Ha

diterima dan Ho ditolak jika > serta Ha ditolak dan Ho diterima jika

< dengan taraf signifikan 95 % atau taraf nyata = 0,05. Derajat

keabsahan untuk uji distribusi t adalah dk = (n1 + n2 – 2). Untuk uji hipotesis

diperoleh data = 4,29 dan = 1,66 pada taraf nyata = 0,05. Hasil ini

menunjukkan bahwa > (4,26 >1,66), dengan demikian Ha diterima

dan Ho ditolak artinya ada pengaruh yang positif yang signifikan metode

18

pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap prestasi belajar

mahasiswa pada program studi pendidikan ekonomi fakultas keguruan dan ilmu

pendidikan Universitas HKBP Nommensen. Penelitian ini memiliki kesamaan

pada penggunaan metode Student Facilitator and Explaining.

Penelitian yang dilakukan Sinaga (2013) memiliki kesamaan dengan

peneliti yaitu pada metode pembelajaran yang diteliti tentang student facilitator

and explainig, sedangkan perbedaannya terletak pada subjeknya yaitu pada

Dearlina prestasi belajar mahasiswa pada program studi pendidikan ekonomi

fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas HKBP Nommensen

sedangkan pada penelitian ini pada keterampilan mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi.

Penelitian Suhendariyanti (2014) berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar

IPA melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining

Siswa Kelas IXE SMP Negeri 01 Wonoasri Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran

2013/2014.” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining

dapat meningkatkan keterampilan siswa. Hal ini terbukti dari siklus pertama

diperoleh hasil prosentase rata-rata kelas 70,63 dan ketuntasan belajar baru

mencapai 54,17% atau siswa yang mendapat nilai > 70 baru 26 siswa, pada siklus

kedua, nilai rata-rata mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu 80,63

dan ketuntasan belajar mencapai 95,83% atau siswa yang mendapat nilai > 70

sudah 37 siswa, sehingga secara klasikal kelas sudah mencapai ketuntasan belajar

yang sesuai dengan indikator ketuntasan belajar yaitu 85%. Hal ini menujukkan

19

bahwa penggunaan metode student facilitator and explaining dapat meningkatkan

prestasi belajar siwa dalam mata pelajaran IPA.

Penelitian yang dilakukan Suhendariyanti (2014) memiliki kesamaan

dengan peneliti yaitu pada metode pembelajaran yang diteliti, sedangkan

perbedaannya terletak pada subjeknya yaitu pada Suhendariyanti prestasi belajar

IPA sedangkan pada penelitian ini pada keterampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi. Kelemahan pada penelitian ini yaitu penerapan

metode yang kurang maksimal.

Kemudian penelitian Aisyah (2014) berjudul “The Implementation of

Character Education Through Contextual Teaching And Learning at Personality

Development Unit in the Sriwijaya University Palembang.” Dari penelitian ini

dikaji pelaksanaan pendidikan karakter di Universitas Sriwijaya Palembang.

Diperoleh data dari hasil penelitian mahasiswa Sriwijaya mengalami perubahan

sikap yaitu 90% dari siswa menyapa dengan sopan (menghormati teman-teman

dan mengamalkan ajaran agama), 99% dari tugas yang diberikan dikumpulkan

tepat waktu, rapi, bersih dan tidak ada kecurangan, kecuali mahasiswa yang sakit,

atau yang tidak bisa mengikuti kelas (menunjukkan rasa percaya diri), mahasiswa

bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, aktif, berpartisipasi, dan

dapat berdiskusi bersama-sama (mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara

efektif dan sopan, selalu berkolaborasi dengan teman sekelas, terutama dalam

memecahkan masalah di luar kelas (bekerjasama), dalam kelompok telah

mengunjungi beberapa panti jompo dan pondok pesantren di dekat kampus,

hasilnya cukup memuaskan, siswa peduli lingkungan kampus mereka (yang

20

menunjukkan kepedulian terhadap orang lain dalam hidup), Ketika dosen

memasuki kelas, kelas bersih, rapi, ketika di dalam kelas, dan terakhir para

mahasiswa menggunakan bahasa Indonesia yang baik, sopan dan hormat, bahkan

meskipun mereka berasal dari kelompok etnis dan ras yang berbeda (menerapkan

nilai-nilai bersama dalam masyarakat, bangsa dan negara)

Relevansi penelitian yang dilakukan Aisyah (2014) dengan penelitian ini

adalah sama-sama mengkaji mengenai pendidikan karakter. Kemudian

perbedaannya adalah pada objeknya yaitu pada penelitian Aisyah dilakukan di

Universitas Sriwijaya Palembang, sedangkan peneliti pada siswa kelas VII MTs

Negeri kendal.

Hidayati, dkk (2014) melakukan penelitian dengann judul “The

Development of Character Education Curriculum For Elementary Student in West

Sumatera.” Hasil dari penelitian ini diketahui dari kuesioner yang dibagikan

dalam pengembangan kurikulum pendidikan karater siswa SMP di Sumatera

Barat menunjukkan sebanyak 80,66% menunjukkan bahwa pelaksanaan

pendidikan karakter dalam kategori baik, 12,2 % dalam kategori baik, dan 7,4 %

berada dalam kategori rendah.

Persamaannya penelitian Hidayati, dkk (2014) dengan peneliti yaitu sama-

sama mengkaji tentang pendidikan karakter. Kemudian perbedaan yaitu objek

penelitiannya. Pada penelitian Hidayati, dkk (2014) ini dilaksanakan kepada siswa

beberapa SMP di Sumatera Barat sedangkan peneliti melaksanakan hanya pada

satu sekolah yaitu di MTs Negeri Kendal.

21

Berdasarkan kajian pustaka di atas, peneliti berusaha melanjutkan dan

melengkapi penelitian mengenai narasi dengan melakukan penelitian tindakan

kelas. Peneliti mencoba menerapkan pembelajaran keterampilan mengubah teks

hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and

explaining berbasis karakter. Kemudian peneliti berharap keterampilan siswa

dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dapat meningkat dan dapat

membantu guru dalam proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi pada kurikulum KTSP.

2.2 Landasan Teoretis

Pada bagian ini akan membahas beberapa teori tentang pengertian

mengubah, pengertian teks hasil wawancara, unsur-unsur teks hasil wawancara,

pengertian narasi, ciri-ciri narasi, unsur-unsur narasi, jenis-jenis narasi, langkah-

langkah menulis narasi, kriteria mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi,

langkah-langkah mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, persamaan dan

perbedaan teks hasil wawancara dengan narasi, metode student facilitator and

explaining, kelebihan dan kekurangan metode student facilitator and explaining,

langkah-langkah metode student facilitator and explaining, konsep pendidikan

berbasis karakter, nilai-nilai karakter, dan penerapan pembelajaran keterampilan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student

facilitator and explaining berbasis karakter.

22

2.2.1 Pengertian Mengubah

Mengubah berasal dari kata dasar “ubah” yang artinya bertukar (beralih,

berganti) menjadi sesuatu yang lain. Kemudian kata dasar “ubah” dapat imbuhan

me- menjadi “mengubah.” Mengubah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) adalah menjadikan lain dari semula, menukar bentuk.

Mengubah biasa disebut juga konversi. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) konversi adalah perubahan dari satu sistem pengetahuan ke

sistem yang lain, perubahan dari satu bentuk ke bentuk yang lain.

Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian

mengubah adalah perubahan dari semula manjadi bentuk yang lain.

2.2.2 Pengertian Teks Hasil Wawancara

Dalam kegiatan wawancara dibutuhkan suatu teks hasil wawancara agar

proses wawancara berjalan lancar. Pengertian teks menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari

kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis untuk dasar

memberikan pelajaran, berpidato, dsb.

Wawancara merupakan suatu bentuk kegiatan berbahasa dengan jalan

mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau responden untuk memperoleh

informasi. Wawancara harus dilakukan berdasarkan tujuan yang jelas. Tanpa

suatu tujuan, kegiatan wawancara tak mungkin berlangsung dengan baik. Modal

seorang pewawancara adalah keterampilan dalam berbahasa. Hal ini pun senada

dengan pendapat Indrawati dan Durianto (2008:113) mengemukakan bahwa

23

wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan ataupun pendapat tentang

suatu masalah.

Dan selajutnya Anindyarini dan Ningsih (2008:78) juga mengungkapkan

bahwa wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk

dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal untuk dimuat dalam

surat kabar, siaran melalui radio, atau ditanyangkan di layar televisi.

Djuraid (2009:121) menjelaskan wawancara adalah kegiatan liputan untuk

mendapatkan informasi dari sumber berita mengenai sebuah masalah. Hal lain

juga dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (dalam Sulistyarini dan Novianti,

2012:2) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan

oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pihak yang mengajukan

pertanyaan dan pihak yang diwawancara (interviewee) sebagai pihak yang

memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Stewart (dalam Sulistyarini dan Novianti 2012:2) mendefinisikan

wawancara sebagai proses komunikasi interaksional antara dua orang atau lebih

dengan suatu tujuan dan biasanya berisi pertanyaan serta jawaban dari suatu

pertanyaan.

Kemudian menurut Mahardhika (2013:28) teks wawancara merupakan

bentuk penyajian informasi berupa tanya jawab antara pewawancara dan

narasumber.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teks hasil

wawancara merupakan naskah yang berisi tentang interaksi antara dua orang yaitu

24

pewawancara dengan narasumber dengan tujuan untuk mendapatkan informasi

tertentu.

2.2.3 Unsur-unsur Teks Hasil Wawancara

Unsur-unsur dalam teks hasil wawancara sebagai berikut.

1) Tema yaitu pokok pikiran yang menjadi suatu dasar peristiwa.

2) Tokoh yaitu dalam teks hasil wawancara ada pewawancara dan narasumber.

3) Alur atau plot yaitu rangkaian peristiwa yang dijalin dengan seksama

sehingga membentuk peristiwa yang menarik.

2.2.4 Pengertian Narasi

Mata pelajaran bahasa Indonesia berisi berbagai macam karangan. Jika

dilihat dari cara penyajian dan tujuannya, karangan dapat dibedakan menjadi lima

jenis, yaitu (1) narasi, (2) deskripsi, (3) eksposisi, (4) argumentasi, dan (5)

persuasi.

Suparno dan Yunus (2006:49) mengungkapkan bahwa narasi adalah

karangan yang berisi tentang rangkaian peristiwa. Karangan narasi memberi

pengertian kepada pembaca tentang sebuah kejadian atau serentetan kejadian

supaya pembaca dapat mengambil hikmah dari cerita tersebut. Selain itu, juga

untuk memberikan amanat kepada para pembaca tentang suatu kejadian yang

telah terjadi. Sejalan dengan pendapat tersebut, Suparno dan Yunus (2008:4.31)

mengungkapkan bahwa istilah narasi atau sering disebut naratif berasal dari kata

bahasa Inggris narration (cerita) dan narrative (yang menceritakan). Karangan

yang disebut narasi menyajikan serangkaian peristiwa. Karangan ini berusaha

25

menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis),

dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga

pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. Dengan kata lain, karangan

semacam ini hendak memenuhi kingintahuan pembaca yang selalu bertanya, “Apa

yang terjadi?.”

Selanjutnya, Keraf (2010:87) narasi merupakan suatu bentuk karangan yang

sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkai menjadi sebuah

peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Hal ini dilakukan agar

pembaca dapat memahami isi narasi sehingga pesan yang ingin disampaikan oleh

penulis dapat dimengerti oleh pembaca. Atau dapat juga dirumuskan narasi adalah

suatu bentuk karangan yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada

pembaca tentang suatu peristiwa yang telah terjadi. Pendapat lain diungkapkan

oleh Dalman (2014:105) mengungkapkan bahwa narasi adalah cerita. Cerita ini

berdasarkan pada urutan-urutan suatu (serangkaian) kejadian atau peristiwa.

Dalam kejadian itu ada tokoh atau (beberapa tokoh), dan tokoh ini mengalami

atau menghadapi suatu (serangkain) konflik atau tikaian. Narasi juga dapat berupa

fakta bisa pula berupa fiksi atau rekaan.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa narasi bersifat

menceritakan kisah yang telah terjadi. Menceritakan kembali sebuah cerita sama

saja dengan menyejarakan peristiwa tersebut dalam bentuk tulisan. Selain itu,

Finoza (dalam Dalman 2014:105) karangan narasi (berasal dari naration berarti

bercerita) adalahh suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan,

26

dan merangkaikan tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuat peristiwa secara

kronologis atau berlangsung dalam suatu kesatuan waktu.

Berdasarkan pendapat Suparno dan Yunus (2008:4.31), Keraf (2010:87)

Dalman (2014:105) dan Finoza (dalam Dalman 2014:105) dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan narasi oleh peneliti adalah suatu jenis karangan

yang berisi suatu rangkaian cerita atau peristiwa yang terjadi secara jelas dengan

tujuan tertentu.

2.2.5 Ciri-ciri Narasi

Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup berbagai macam karangan.

Masing-masing karanagn mempunyai ciri yang berbeda dengan jenis karangan

yang lain. Salah satu jenis karangan yang ada yaitu narasi.

Menurut Kusmayadi (2008: 35) narasi pempunyai ciri sebagai berikut.

1) Adanya unsur perbuatan atau tindakan.

2) Adanya unsur rangkaian waktu.

3) Adanya unsur Informatif.

4) Adanya sudut pandang penulis.

Selain itu, Semi (dalam Dalman 2014:110) mengungkapkan beberap ciri

narasi, yaitu (1) berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia, (2)

kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau kejadian

yang benar-benar terjadi, dapat berupa imajinasi, maupun gabungan keduanya, (3)

berdasarkan konflik karena tanpa konflik narasi biasanya tidak menarik, (4)

memiliki nilai estetika, (5) menekankan susunan kronologis, dan (6) biasanya

memiliki dialog.

27

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Keraf (dalam Dalman 2014:110)

bahwa ciri-ciri narasi, yaitu (1) menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan, (2)

dirangkai dalam urutan waktu, (3) berusaha menjawab pertanyaan apa yang

terjadi?, (4) ada konfilk, narasi dibangun oleh sebuah alur cerita.

Ciri-ciri narasi adalah sebagai berikut (1) diceritakan dari sudut pandang

tertentu, (2) membuat dan mendukung suatu sudut pandang, (3) diisi dengan detail

yang tepat, (4) menggunakan kata kerja yang jelas, (5) menggunakan konflik dan

urutan cerita, dan (6) dapat menggunakan dialog.

Terdapat beberapa perbedaan antara narasi dengan jenis lainnya, ada

beberapa ciri narasi yang dapat kita gunakan sebagai pembeda, yaitu (1)

bersumber pada fakta atau sekadar fiksi, (2) berupa rangkaian peristiwa, dan (3)

bersifat menceritakan.

Berdasarkan pendapat Kusmayadi (2008:35), Semi (dalam Dalman,

2014:110), dan Keraf (dalam Dalman, 2014:110) dapat disimpulkan bahwa ciri-

ciri narasi yaitu (1) berupa rangkaian peristiwa, (2) terdapat tokoh, (3) adanya

latar, dan (4) menekankan susunan kronologis.

2.2.6 Unsur-unsur Narasi

Menurut Kusmayadi (2008:35) narasi dapat dibangun dengan unsur-unsur

berikut.

1) Tema adalah pokok pembicaraan yang menjadi dasar penceritaan penulis.

2) Alur (plot) adalah jalinan cerita, bagaimana cerita itu disusun sehingga

peristiwa demi peristiwa dapat terjalin dengan baik.

28

3) Watak atau karakter berhubungan dengan perangai si pelaku atau tokoh

dalam suatu narasi.

4) Suasana berhubungan dengan kesan yang ditimbulkan sehingga pembaca

dapat ikut membayangkan dan merasakan suasana yang dihadapi pelaku.

5) Sudut pandang berhubungan dengan dari mana penulis memandang suatu

peristiwa. Dia boleh memandang dari sudut pandang orang pertama atau

orang ketiga.

Selain itu, Keraf (2010:145) mengungkapkan bahwa struktur narasi dapat

dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya: perbuatan, penokohan,

latar, sudut pandang, dan alur. Alur merupakan kerangka dasar yang terpenting

dalam suatu kisah. Alur mengatur bagaimana watak para tokoh digambarkan,

serta situasi dan perasaan tokoh yang terkait dalam satu kesatuan waktu. Keraf

(2010:147) membatasi alur sebagai suatu interelasi fungsional antara unsur-unsur

narasi yang timbul dari tindak-tanduk, karakter, pikiran, dan sudut pandang.

Tindak-tanduk perbuatan sebagai satu kesatuan unsur dalam alur. Dalam narasi

setiap tindakan harus diungkapkan secara terperinci dalam komponen-

komponennya sehingga pembaca seolah-olah merasakan sendiri kejadian itu.

Berdasarkan pendapat Kusmayadi (2008:35) dan Keraf (2010:145) dapat

disimpulkan struktur utama pembentuk narasi yaitu terdiri atas perbuatan,

penokohan, latar, sudut pandang, dan alur cerita. Tindak-tanduk dalam sebuah

narasi biasanya mengambil suatu tempat. Tempat itulah yang dinamakan latar.

Latar dapat menjadi unsur utama maupun unsur tambahan dalam narasi. Selain

itu, sudut pandang juga merupakan salah satu unsur penting. Tujuan sudut

29

pandang adalah sebagai pedoman atau tindak-tanduk karakter dalam sebuah

pengisahan.

2.2.7 Jenis-jenis Narasi

Menurut Dalman (2014:111) karangan narasi ada dua, yaitu narasi

ekspositoris dan narasi sugestif.

a. Narasi Ekspositoris (Narasi Faktual)

Narasi Ekspositoris adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian

informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas orang

tentang kisah seseorang. Narasi ekspositoris merupakan jenis karangan narasii

yang mengutamakan kisah yang sebenarnya dari tokoh yang diceritakan.

b. Narasi Sugestif (Narasi Artistik)

Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu

maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung tampak seolah-olah

melihat. Dalam hal ini, seorang penulis harus mampu menggambarkan atau

mendeskripsikan perwatakan para tokoh dan menggambarkan kejadian atau

peristiwa yang dialami para tokoh, dan tempat terjadinya peristiwa yang dialami

para tokoh tersebut secara detail sehingga pembaca seolah-olah mengalaminya

sendiri.

Berikut ini akan dikemukakan perbedaan antara narasi ekspositoris dan

narasi sugestif agar lebih jelas. Keraf (2010:138) mengungkapkan perbedaan

narasi ekspositoris dan sugestif sebagai berikut.

30

Tabel 2.1 Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif

No Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif

1. Memperluas pengetahuan. Menyampaikan suatu makna atau

suatu amanat yang tersirat.

2. Menyampaikan informasi

mengenai suatu kejadian.

Menimbulkan daya khayal.

3 . Didasarkan pada penalaran untuk

mencapai kesepakatan rasional.

Penalaran hanya berfungsi sebagai

alat untuk menyampaikan makna,

sehingga kalau perlu penalaran perlu

dilanggar.

4. Bahasanya lebih condong ke

bahasa informatif dengan titik

berat pada penggunaan kata-kata

denotatif.

Bahasanya lebih condong bahasa

figuratif dengan menitik beratkan

penggunaan kata-kata konotatif.

Pokok-pokok perbedaan seperti yang dikemukakan di atas merupakan garis

yang menojol antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Antara keduanya itu

masih terdapat percampuran-percampuran, dari narasi ekspositoris yang murni

berangsur-angsur mengandung ciri-ciri narasi sugestif yang semakin meningkat

hingga ke narasi sugestif yang murni.

2.2.8 Langkah-langkah Menulis Narasi

Suparno dan Yunus (2008:4.50) mengungkapkan langkah-langkah menulis

narasi yaitu (1) tentukan tema dan amanat yang akan disampaikan, (2) tetapkan

sasaran pembaca, (3) rancang peristiwa-peristiwa yang akan ditampilkan dalam

bentuk skema alur, (4) membagi peristiwa utama ke dalam bagian awal,

perkembangan, dan akhir cerita, (5) rinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam

detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita, dan (6) susun tokoh dan

perwatakan, latar, dan sudut pandang.

Berdasarkan pendapat Suparno dan Yunus (2008:4.50), langkah-langkah

pokok dalam menulis karangan narasi yaitu menentukan tema, sasaran pembaca,

31

menyusun peristiwa dan mengembangkannya, serta menentukan tokoh dan

perwatakan, latar, dan sudut pandang.

2.2.9 Kritreria Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi

Untuk menceritakan atau menyampaikan kembali hasil wawancara kepada

orang lain, teks wawancara perlu diubah dalam bentuk narasi. Narasi merupakan

bentuk karangan pengisahan suatu cerita atau kejadian. Dalam proses pengubahan

teks wawancara menjadi narasi dibutuhkan kriteria-kriteria sehingga akan

menghasilkan narasi yang baik. Adapun kriteria-kriteria pengubahan teks

wawancara menjadi narasi yang baik antara lain : (1) kesesuaian isi, (2)

memperhatikan penggunaan kalimat langsung dan tidak langsung, (3) penggunaan

ejaan dan tanda baca yang tepat, (4) memperhatikan kohesi dan koherensi, (5)

pemilihan kata yang tepat, dan (6) memperhatikan urutan cerita.

2.2.10 Langkah-langkah Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi

Berdasarkan uraian diatas tentang langkah-langkah menulis narasi, kita dapat

menarasikan teks hasil wawancara dengan baik. Langkah-langkahnya sebagai

berikut.

1. Bacalah teks hasil wawancara dengan cermat.

2. Catatlah pokok-pokok isi teks hasil wawancara.

3. Buatlah kerangka karangan narasi berdasarkan pokok-pokok isi teks

wawancara.

4. Narasikan isi teks hasil wawancara dengan mengembangkan pokok-pokok isi;

5. Lengkapilah narasi dengan bagian penutup.

32

6. Suntinglah jika ada kesalahan bahasa maupun tulisan.

Tabel 2.2 Contoh Menyuntuing dalam Mengubah Teks Hasil Wawancara

Menjadi Narasi

No Kutipan Pokok-pokok Isi

Wawancara Narasi

1. “Ya, pastinya saya sangat

bangga sekali bermain

untuk Timnas Indonesia,

karena saya berdarah

campuran Indonesia. Dan

saya yang terpenting

sekarang adalah fokus

kepada pertandingan AFF

dan mencoba untuk

memenangkannya”, jawab

Irfan.

a. Irfan mengatakan

bahwa dia bangga

bermain untuk

Timnas Indonesia.

b. Menurut Irfan

yang terpenting

fokus pada

perbandingan dan

mencoba untuk

memenangkannya

.

Irfan sangat bangga

bermain untuk

Timnas Indonesia.

Menurutnya yang

terpenting sekarang

ia harus fokus pada

pertandingan AFF

dan berusaha agar

Indonesia dapat

memenangkannya.

Teks hasil wawancara yang akan digunakan adalah hasil wawancara antara

wartawan dan Irfan Bachdim. Kutipan jawaban Irfan dapat digunakan untuk

menentukan pokok-pokok isi wawancara dan narasi.

33

Tabel 2.3 Contoh Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi

No Kutipan Pokok-pokok Isi

Wawancara Narasi

1. “Saya sangat bangga dan

senang bisa mencetak

gol.”

Irfan sangat bangga

dan senang bisa

mencetak gol.

Irfan sangat bangga

dan senang bisa

mencetak gol

pertama untuk

Indonesia.

2. “Ya, pastinya saya sangat

bangga sekali bermain

untuk Timnas Indonesia,

karena saya berdarah

campuran Indonesia. Dan

saya yang terpenting

sekarang adalah fokus

kepada pertandingan AFF

dan mencoba untuk

memenangkannya.”

a. Irfan mengatakan

dia bangga

bermain untuk

Timnas Indonesia.

b. Menurut Irfan

yang terpenting

fokus pada

pertandingan dan

mencoba untuk

memenangkannya.

Irfan sangat bangga

bermain untuk

Timnas Indonesia

dan menurutnya

yang terpenting

fokus pada

pertandingan AFF

dan berusaha agar

Indonesia dapat

memenangkannya.

3. “Saya bisa bermain

dengan Christian Gonzales

dan Bambang Pamungkas.

Keduanya sangat bagus

dan saya ingin belajar dari

mereka, karena mereka

idola saya di Timnas.”

a. Christian Gonzales

dan Bambang

Pamungkas

merupakan pemain

yang sangat bagus.

b. Irfan ingin belajar

dari mereka.

Christian Gonzales

dan Bambang

Pamungkas

merupakan pemain

yang sangat bagus

dan Irfan ingin

belajar dari mereka.

4. “Tim terkuat di Grup A

sudah pasti Indonesia.”

a. Menurut Irfan tim

terkuat di grup A

adalah Indonesia.

Menurut Irfan tim

terkuat di grup A

adalah Indonesia.

5. “Ya, saya pikir Thailand

cukup bagus, tapi saya

tidak takut dengan lawan

kita, karena kita pasti akan

bermain bagus sehingga

kita bisa mengalahkan

mereka.”

a. Indonesia akan

bermain bagus

sehingga bisa

mengalahkan

lawan-lawannya.

Menurut Irfan

Indonesia akan

bermain bagus

sehingga bisa

mengalahkan lawan-

lawannya.

6. Tidak penting siapa yang

akan mencetak gol, yang

terpenting untuk kita

memenangkan

pertandingan. Jadi saya

tidak harus mencetak gol,

a. Menurut Irfan

yang terpeting

Indonesia dapat

memenangkan

pertandingan.

b. Meskipun ia tidak

Menurut Irfan yang

terpenting Indonesia

dapat memenangkan

pertandingan,

meskipun ia tidak

mencetak gol dalam

34

saya tidak punya target

pribadi. Dan bila saya

tidak mencetak gol selama

turnamen ini, tidak

masalah bagi saya, asalkan

kita menang dalam

turnamen ini, saya

menang.”

mencetak gol,

asalkan Indonesia

menang, ia akan

senang.

turnamen ini.

Bentuk narasinya sebagai berikut :

Pada langkah-langkah keterampilan mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi ini diperlukan keterampilan menulis. Menulis merupakan salah

satu cara untuk mengekspresikan segala ide, gagasan, pikiran, dan pendapat

sehingga bisa diketahui oleh orang lain. Melalui menulis, semua orang bisa

berkomunikasi dengan orang lain meskipun tidak secara langsung. Apa yang telah

ditulis biasanya merupakan cerminan dari apa yang dirasakan. Tarigan (2008:3)

Saat ini tim nasional sepak bola Indonesia sedang mengikuti turnamen piala AFF. Dalam

turnamen ini timnas Indonesia melibatkan beberapa permainan turunan, diantaranya Irfan

Bachdim. Sebelum masuk dalam tim nasional Indonesia, Irfan bermain sepakbola di

Belanda.

Irfan merasa senang dan bangga bisa bermain untuk tim nasional Indonesia dalam

turnamen AFF, apalagi dia bisa mencetak gol pertama untuk Indonesia dalam turnamen ini.

Menurutnya yang terpenting sekarang adalah fokus pada pertandingan dan berusaha agar

Indonesia dapat memenangkannya. Dalam tim nasional, Irfan bermain di lini depan

berpasangan dengan Christian Gonzales dan Bambang Pamungkas. Menurutnya kedua

pemain tersebut merupakan pemain yang bagus dan Dia ingin belajar dari mereka.

Turnamen AFF ini terbagi dalam beberapa grup dan Indonesia masuk dalam grup A

bersama beberapa Negara lain. Tim-tim dari Negara lain dalam grup A merupakan tim-tim

yang bagus, termasuk tim nasional Thailand. Tapi menurut Irfan, Indonesia adalah tim

terkuat di grup A dan akan bermain bagus sehingga bisa mengalahkan lawan-lawannya

dalam turnamen.

Selama beberapa kali mengikuti turnamen AFF, Indonesia belum pernah menjadi juara.

Oleh karena itu, ia bertekad agar Indonesia bisa menjadi pemenang dalam turnamen ini

35

mengatakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang

dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka

dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan

ekspresif. Hal ini memang benar, karena menulis itu bisa karena terbiasa, bukan

karena bawaan bakat dari lahir sehingga siapa saja dapat menjadi penulis jika mau

berusaha. Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga

keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam (Tarigan 2008:1).

Pembelajaran bahasa tidak dapat dipisahkan dari keempat keterampilan dasar

lainnya.

Menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang aktif dan produktif. Hal

ini disebabkan karena saat seseorang menulis dituntut aktif untuk menghasilkan

sebuah tulisan apapun itu bentuknya. Setiap keterampilan berbahasa memiliki

hubungan yang sangat erat dengan keterampilan berbahasa lainnya. Hubungan ini

sangat beragam. Tarigan (2008:1) mengatakan bahwa dalam memperoleh

keterampilan berbahasa, seseorang harus melalui suatu urutan hubungan yang

teratur. Mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian

berbicara, sesudah itu belajar membaca dan menulis. Hal tersebut merupakan

bentuk konkrit hubungan keempat aspek berbahasa.

Kemudian menulis merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan

oleh seorang pelajar. Menulis mempunyai peranan penting bagi mereka. Hal ini

senada dengan pendapat Suparno dan Yunus (2008:1.3) yang menegaskan bahwa

menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan

(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya. Selain itu,

36

adapula yang mengatakan bahwa keterampilan menulis merupakan kemampuan

seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa

itu sendiri maupun orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap

simbol-simbol bahasa tersebut.

Pendapat yang lain juga diungkapkan oleh Dalman (2014:3) bahwa menulis

merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi)

secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat

atau medianya. Aktivitas menulis melibatkan beberapa unsur, yaitu: penulis

sebagai penyampaian pesan, isi tulisan, saluran atau media, dan pembaca.

Berdasarkan pendapat Tarigan (2008:3), Suparno dan Yunus (2008:1.3), dan

Dalman (2014:3) pengertian menulis dapat disimpulkan oleh penulis yaitu salah

satu keterampilan berbahasa dengan suatu kegiatan berkomunikasi secara tidak

langsung antara penulis dan pembaca yang mempunyai tujuan mengekspresikan

ide, gagasan, pikiran, pesan atau pendapat melalui lambang-lambang bahasa agar

dapat dipahami oleh pembaca.

2.2.11 Persamaan dan Perbedaan Teks Hasil Wawancara dengan Narasi

Persamaan dan perbedaan teks hasil wawancara dengan narasi adalah

sebagai berikut.

Tabel 2.4 Persamaan dan Perbedaan Teks Hasil Wawancara dengan Narasi

Persamaan Perbedaan

Pada unsurnya sama-sama

terdapat tema, dan alur.

Pada unsur narasi terdapat watak/karakter,

suasana, dan sudut pandang sedangkan pada

unsur teks hasil wawancara tidak ada.

Sama-sama mempunyai tujuan

tertentu.

Pada teks hasil wawancara berupa dialog

dan pada narasi berupa monolog.

37

2.2.12 Metode Student Facilitator and Explaining

Menurut Sudjana (2009:76) metode mengajar ialah cara yang dipergunakan

guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya

pengajaran. Dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan

dengan kondisi dan suasana kelas. Dengan metode ini diharapkan tumbuh sebagai

kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata

lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai

penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau

yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik ketika siswa banyak aktif

dibandingkan dengan guru. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah

metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa.

Selain itu, perasaan bersahabat merupakan ciri-ciri dan sifat interaksi remaja

dalam kelompok sebayanya. Mereka sadar bahwa dirinya dituntut untuk dapat

menyesuaikan dirinya dengan teman lain dalam kelompok, meskipun beberapa

saat tertentu mereka kurang dapat memenuhi tuntutan kelompok tersebut.

Teman sejawat merupakan hal penting yang tidak dapat diremehkan pada

masa-masa remaja. Diantara para remaja terdapat jalinan perasaan yang sangat

kuat. Pada kelompok teman sejawat itu untuk pertama kalinya remaja menerapkan

prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerjasama. Dalam jalinan yang kuat itu

terbentuk norma, nilai-nilai dan simbol-simbol tersendiri yang lain dibandingkan

apa yang ada di rumah mereka masing-masing. Terkadang pertentangan nilai dan

norma yang sering terjadi antara norma dan nilai kelompok pada satu pihak

dengan nilai dan norma keluarga pada lain pihak, sering kali timbul pada masa

38

remaja. Dalam hal ini penyesuaian diri dihadapi oleh remaja. Remaja berusaha

untuk tidak melanggar peraturan rumah tangga, sementara ia juga merasa takut

dikucilkan teman sebaya sekelompok mereka

Penyesuaian diri remaja dalam kelompok teman sejawat, umumnya terjadi

dalam kelompok yang heterogen, minat, sikap dan sifat, usia dan jenis kelamin

yang berbeda. Dalam kelompok besar semacan itu, remaja menyesuaikan diri

dengan cara lebih banyak mengabaikan kepentingan pribadi demi kepentingan

kelompoknya. Tetapi yang sesungguhnya terjadi adalah karena remaja itu sendiri

merasa takut atau menghindari keterkucilan dari kelompok. Dengan kata lain

bahwa dalam hal-hal yang tidak membuat remaja yang bersangkutan terlalu

dirugikan, remaja cenderung mengikuti kemauan kelompok. Akan tetapi bila

pertentangan yang terjadi menyangkut hal prinsip bagi seorang remaja, maka

seorang remaja akan menyesuaikan dalam bentuk lain. Teman sejawat biasanya

berpengaruh terhadap sikap remaja pada sikap dan perilaku remaja tergantung

pada sikap dan aktivitas yang ada di dalam kelompok serta kebutuhan individu.

Jika unsur prestasi atau hasil belajar yang lebih diutamakan oleh kelompok

umumnya anggota kelompok menunjukan prestasi atau hasil belajarnya. Jika yang

menjadi pilihan kekerasan dan kenakalan maka pilihan itu segera diterjemahkan

ke dalam sikap dan perilaku individu.

Kelompok teman sebaya baik yang terjadi di masyarakat maupun di sekolah

terdiri kelompok-kelompok sosial yang beranggotakan beberapa orang. Dalam

kelompok ini sering terjadi tukar-menukar pengalaman, berbagai pengalaman,

kerja sama, tolong-menolong, tenggang masa dalam kelompok sebaya adalah

39

tinggi. Karakteristik teman sejawat cenderung saling tolong menolong, tenggang

rasa. Apabila tolong-menolong tersebut dalam hal yang positif maka tentu terjadi

pergaulan yang baik. Contohnya antar teman sejawat tersebut membuat kelompok

belajar, maka prestasi mereka akan naik di bidang akademik di sekolahnya. Tetapi

apabila tolong-menolong tersebut dalam hal yang negatif, maka dapat dipastikan

terjadi pergaulan yang jelek yang dapat meremberi kearah kenakalan remaja.

Sikap remaja akan cenderung berubah bila mereka masuk ke suatu

kelompok yang baru. Sikap dan perilakunya disesuaikan dengan nilai-nilai dan

norma-norma kelompok yang baru walaupun tidak seluruhnya sikap dan

perilakunya berubah. Teman sejawat cukup berperan dalam pembentukan sikap

dan perilaku yang kurang baik. Hal ini bisa terjadi karena remaja suka melakukan

peniruan yaitu bahwa anak adalah peniru sikap-sikap yang mereka tangkap

sebagaimana mereka mempelajarinya.

Salah satu upaya pencapaian keberhasilan proses pembelajaran telah

dibahas pada bagian sebelumnya, yaitu melalui pemilihan metode pembelajaran

salah satunya adalah metode student facilitator and explaining.

Student facilitator and explaining ini merupakan salah satu dari tipe model

pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan

jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan

penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis

dan menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Metode student facilitator and explaining merupakan suatu metode dimana

siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada siswa lainnya. Sedangkan

40

menurut Suprijono (2009:129) metode student facilitator and explaining

mempunyai arti metode yang menjadikan siswa dapat membuat peta konsep

maupun bagan untuk meningkatkan kreatifitas siswa dan prestasi belajar siswa.

Perbedaan metode student facilitator and explaining dengan metode diskusi

terletak pada cara pertukaran pikiran antar siswa. Dalam metode student

facilitator and explaining siswa dapat menerangkan dengan bagan atau peta

konsep. Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

metode student facilitator and explaining menjadikan siswa sebagai fasilitator dan

diajak berpikir secara kreatif sehingga menghasilkan pertukaran informasi yang

lebih mendalam dan lebih menarik serta menimbulkan rasa percaya diri pada

siswa.

Kegiatan yang terjadi pada metode ini memberikan kebebasan siswa baik

untuk mengemukakan ide atau gagasan mereka maupun menanggapi pendapat

siswa lainnya. Sehingga menuntut adanya komunikasi antarsiswa agar proses

pembelajaran menjadi optimal. Selain itu, tanggung jawab terhadap ide atau

pendapat yang mereka sampaikan sangat diperlukan.

2.2.13 Kelebihan dan Kekurangan Metode Student Facilitator and

Explaining

Dalam pelaksanaannya, setiap metode yang sudah ada selama ini memiliki

kelebihan dan kekurangan begitu juga dengan metode student facilitator and

explaining memiliki kedua hal tersebut. Adapun menurut Prasetya (dalam Andari

2013:13) kelebihan dan kekurangan dari model ini sebagai berikut.

a. Kelebihan

41

1) Dapat mendorong tumbuh dan kembangnya potensi berpikir kritis siswa

secara optimal.

2) Melatih siswa aktif, kreatif dalam menghadapi setiap permasalahan.

3) Mendorong tumbuhnya tenggang rasa, mau mendengarkan dan

menghargai pendapat orang lain.

4) Mendorong tumbuhnya sikap demonstrasi.

5) Melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan saling bertukar pendapat

secara objektif, rasional guna menentukan suatu kebenaran dalam

kerjasama anggota kelompok.

6) Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat siswa secara

terbuka.

7) Melatih siswa untuk selalu dapat mandiri dalam menghadapi setiap

masalah.

8) Melatih kepemimpinan siswa.

9) Memperluas wawasan siswa melalui kegiatan saling bertukar informasi,

pendapat dan pengalaman antar mereka.

b. Kekurangan

1) Timbul rasa yang kurang sehat antar siswa satu dengan yang lainnya.

2) Peserta didik yang malas mungkin akan menyerahkan bagian pekerjaanya

kepada siswa yang pintar.

3) Penilaian individu sulit karena tersembunyi dibalik kelompoknya.

4) Metode student facilitator and explaining memerlukan persiapan yang

rumit dibanding dengan model lain, misalnya model ceramah.

42

5) Apabila terjadi persaingan yang negatif hasil pekerjaan akan memburuk.

6) Peserta didik yang malas memiliki kesempatan untuk tetap pasif dalam

kelompoknya, dan memungkinkan akan memperngaruhi kelompoknya

sehingga usaha kelompok tersebut gagal.

2.2.14 Langkah-langkah Metode Student Facilitator and Explaining

Suprijono (2009:128) mengungkapkan langkah-langkah yang digunakan

dalam proses pembelajaran menggunakan metode student facilitator and

explaining sebagai berikut.

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

b. Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi.

c. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya

misalnya melalui bagan atau peta konsep.

d. Guru menyimpukan ide atau pendapat dari siswa.

e. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.

f. Penutup.

Dari pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa metode student

facilitator and explaining mempunyai tahapan atau langkah-langkah seperti

berikut.

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai atau kompetensi dasar.

2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.

3) Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya,

misalnya melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran.

4) Guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa.

43

5) Guru menerangkan materi yang disajikan saat itu.

6) Penutup.

7) Evaluasi.

Selain itu, peran siswa sebagai facilitator and explaining dan penjelas dalam

metode ini yaitu merencanakan bagaimana cara mereka mengajari materi yang

sedang dipelajari kepada satu sama lain dan menyampaikan secara lisan melalui

bagan kepada anggota kelompok lainnya. Selain itu, menggambarkan bagaimana

cara menyelesaikan tugas yang diberikan (tanpa memberikan jawabannya),

memberikan umpan balik yang spesifik mengenai pekerjaan siswa lain, dan

menyelesaikan tugas dengan meminta siswa lain untuk mendemonstrasikan cara

menyelesaikan tugas tersebut.

Sedangkan peran guru yaitu sebagai manager, guru memonitoring disiplin

kelas dan hubungan interpesonal, dan memonitoring ketepatan penggunaan waktu

dalam menyelesaikan tugas. Selain itu sebagai mediator, guru memandu

menjembatani mengaitkan materi pembelajaran yang sedang dibahas dengan

permasalahan yang nyata dikemukakan di lapangan. Dengan kata lain, guru

memberikan pengarahan kepada kelompok dengan menyatakan tujuan dari tugas

atau materi yang diberikan, mendorong dan memastikan siswa untuk

berpartisipasi. Membuat siswa mendapatkan giliran adalah salah satu cara untuk

menarik partisipasi seluruh anggota kelompok. Selain itu, memberikan

kesempatan untuk menyampaikan umpan balik positif kepada semua anggota.

2.2.15 Konsep Pendidikan Berbasis Karakter

44

Secara faktual, data realistis menunjukkan bahwa moralitas maupun

karakter bangsa saat ini telah runtuh. Runtuhnya moralitas dan karakter bangsa

tersebut telah mengundang berbagai musibah dan bencara di negeri ini. Musibah

dan bencana tersebut meluas pada ranah sosial-keagamaan, hukum, maupun

politik. Kondisi kualitas sumber daya manusia yang rendah dapat memperburuk

kehidupan masyarakat. Pendidikan sekarang ini masih melahirkan generasi yang

ahli dalam pengetahuan sains dan teknologi, hal ini bukan merupakan suatu

prestasi, karena pendidikan seharusnya menghasilkan generasi dengan

kepribadian yang unggul dan sekaligus menguasai ilmu pengetahuan.

Pembentukan karakter merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Agama

yang menjadi faktor penting dalam pembentukan karakter peserta didik hanya

ditempatkan pada posisi yang sangat minim, dan tidak menjadi landasan dari

seluruh aspek.

Karakter juga dapat disebut dengan moral. Menurut Suseno (dalam

Budiningsih 2008:24) bahwa kata moral selalu mengacu pada baik buruknya

manusia sebagai manusia, sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan

manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia.

Kemudian menurut Koesoema (2010:4) pendidikan karakter bukan hanya

berurusan dengan penanaman nilai bagi siswa, namun merupakan sebuah usaha

bersama untuk menciptakan sebuah lingkungan pendidikan tempat setiap individu

dapat menghayati kebebasannya sebagai sebuah persyaratan bagi kehidupan moral

yang dewasa. Oleh karena itu, ada dua macam paradigma dalam pendidikan

karakter. Yang pertama memandang pendidikan karakter dalam cakupan

45

pemahaman moral yang sifatnya lebih sempit. Yang kedua melihat pendidikan

karakter dalam sudut pandang pemahaman isu-isu moral yang lebih luas, terutama

melihat keseluruhan peristiwa dalam dunia pendidikan itu sendiri.

Selanjutnya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Sulhan,

2010:1) karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti

yang membedakan seseorang dari yang lain. Hal lain juga disebutkan bahwa

pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada

warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan,

dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang

Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan

sehinggga menjadi manusia insan kamil (Narwanti 2011:14).

Pendidikan karakter, menurut Megawati (dalam Kesuma dkk. 2012:5)

adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan

dengan bijak dan mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka

dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Definisi lainnya

dikemukakan oleh Gaffar (dalam Kesuma dkk. 2012:5) bahwa pendidikan

karakter merupakan sebuah tranformasi nilai-nilai kehidupan untuk

ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam

perilaku kehidupan orang itu.

Pada hakikatnya, tujuan pendidikan nasional tidak boleh melupakan

landasan konseptual filosofi pendidikan yang membebaskan dan mampu

menyiapkan generasi masa depan untuk dapat bertahan hidup (survive) dan

berhasil menghadapi tantangan-tantangan zamannya (Kesuma dkk. 2012: 6).

46

Amin (dalam Suyadi 2013:6) mengemukakan bahwa kehendak (niat)

merupakan awal terjadinya akhlak (karakter) pada diri seseorang jika kehendak itu

diwujudkan dalam bentuk pembiasan sikap dan perilaku. Hal tersebut juga

ditegaskan bahwa pendidikan karakter dapat diartikan sebagai upaya sadar dan

terencana dalam mengetahui kebenaran atau kebaikan, mencintainya dan

melakukannya dalam kehidupan sehari-hari (Suyadi 2013:6). Orang yang

berkarakter adalah orang yang berkepribadian, berperilaku bersifat, bertabiat, atau

berwatak tertentu, dan watak tersebut yang membedakan dirinya dengan orang

lain (Suyadi 2013:5).

Kemudian, fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional menurut UUSP No.20

tahun 2003 Bab 2 Pasal 3 (dalam Kesuma dkk. 2012:6).

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esaa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Mencermati fungsi pendidikan nasional, yakni mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak dan beradaban bangsa seharusnya

memberikan pencerahan yang memadai bahwa pendidikan harus berdampak pada

watak manusia atau bangsa Indonesia. Fungsi ini amat berat untuk dipikul oleh

pendidikan nasional, terutama apabila dikaitkan dengan siapa yang

bertanggungjawab untuk keberlangsungan fungsi ini.

47

Menurut Daryanto, dkk (2013:3) ada enam pilar karakter (the six pillars of

character) atau enam aturan dasar dalam kehidupan (six basic rules of living)

meliputi kejujuran (trustworthiness), rasa hormat (respect), tanggung jawab

(responsibility), keadilan (fairness), kepedulian (caring), dan warga negara yang

baik (good citizenship).

Dalam konteks pendidikan karakter, bahwa kemampuan yang harus

dikembangkan pada peserta didik melalui sekolah adalah berbagai kemampuan

yang akan menjadikan manusia sebagai makhluk yang berketuhanan (tunduk

patuh pada konsep ketuhanan) dan mengemban amanah sebagai pemimpin di

dunia. Kemampuan yang perlu dikembangkan pada peserta didik Indonesia adalah

kemampuan mengabdi kepada Tuhan yang menciptakannya, kemampuan untuk

menjadi dirinya sendiri, kemampuan untuk hidup seccara harmoni dengan

manusia dan makhluk lainnya, dan kemampuan untuk menjadikan dunia ini

sebagai wahana kemakmuran dan kesejahteraan bersama.

2.2.16 Nilai-nilai Karakter

Menurut Suyadi (2013:6), beerikut ini akan dikemukakan 18 nilai karakter

versi Kemendiknas sebagaimana tertuang dalam buku Pengembangan Pendidikan

Budaya dan Karakter Bangsa yang disusun Kemendiknas melalui Badan

Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum (Kementrian Pendidikan Nasional

2010). Nilai-nilai tersebut, yaitu (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin,

(5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10)

semangat kebangsaan atau nasionalisme, (11) cinta tanah air, (12) menghargai

48

prestasi, (13) komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli

lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab.

Dalam pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi dibutuhkan beberapa sikap karakter yang perlu dimiliki oleh

sisiwa, yaitu (1) jujur, (2) disiplin, (3) kerja keras, (4) kreatif, (5) mandiri, (6) rasa

ingin tahu, dan (7) tanggung jawab. Penjelasan dari masing-masing karakter

sebagai berikut.

(1) Jujur, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara

pengetahuan, perkataan dan perbuatan (mengetahui yang benar, mengatakan

yang benar dan melakukan yang benar), sehingga menjadikan orang yang

bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya. Contoh sikap jujur pada

pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara misalnya, siswa

selalu mengerjakan tugas sendiri, dan siswa tidak berbohong pada kegiatan

membuat kerangka narasi dann mengembangkan menjadi karangan narasi

yang utuh.

(2) Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk

peraturan atau tata tertib yang berlaku. Contoh sikap disiplin pada

pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara misalnya, siswa

masuk kelas tepat waktu, dan siswa selalu mengerjakan tugas dengan baik

dan dikumpulkan tepat waktu.

(3) Keja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh

(berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai

tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya. Contoh

49

sikap kerja keras pada pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil

wawancara misalnya, siswa aktif mencatat penjelasan guru, siswa aktif

bertanya kepada guru maupun temannya ketika kurang paham tentang materi

yang diajarkan, siswa bersunggug-sungguh dalam mengerjakan tugas, dan

siswa berusaha menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh.

(4) Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai

segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara

baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya. Contoh sikap

kreatif pada pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara

misalnya, siswa menuangkan ide atau gagasan baru dalam mengerjakan tugas.

(5) Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak bergantung pada orang lain

dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini bukan

berarti tidak boleh kerja sama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh

melempar tugas dan tanggung jawab kepada orang lain. Contoh sikap mandiri

pada pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara misalnya,

siswa mengerjakan tugas mengembangkan kerangka kangan narasi menjadi

karangan narasi yang utuh sendiri tanpa bantuan teman.

(6) Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap dan perilaku yang mencerminkan

penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan

dipelajari secara lebih mendalam. Contoh sikap rasa ingin tahu pada

pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara misalnya, siswa

mendengarkan penjelasan guru dengan penuh perhatian, siswa aktif bertanya

50

kepada guru, dan siswa aktif menjawab pertanyaan atau memberikan

tanggapan.

(7) Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan

tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial

masyarakat, bangsa, negara maupun agama. Contoh sikap tanggung jawab

pada pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara misalnya,

siswa selalu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik pada

kegiatan pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, dan

siswa selalu menyelesaikan tugas dengan data atau informasi yang dipercaya.

2.2.17 Penerapan Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Hasil

Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student Facilitator

and Explaining Berbasis Karakter

Pembelajaran menulis karangan narasi berdasarkan teks hasil wawancara

ini menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and

explaining berbasis karakter. Sudah dipaparkan sebelumnya, metode

pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining berbasis karakter

ini dipilih karena akan menjadikan siswa lebih aktif dan memberikan siswa

pengalaman belajar yang tinggi. Siswa akan belajar mengenai tanggung jawab,

kerja sama, dan sumbang saran. Di samping itu, siswa akan mendapatkan

bimbingan dari guru dan teman yang lain secara bertahap, melihat bahwa siswa

kurang mendapakan pelatihan sebelumnya, sehingga setiap siswa memahami

pembelajaran yang diberikan dan mendapatkan hasil pembelajaran yang

maksimal.

51

Dalam penerapan pembelajaran ini, satu kelas terdiri atas 35 siswa, siswa

dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri atas 5 orang, siswa

tersebut mendiskusikan mengenai pemodelan yang diberikan guru. Guru berperan

sebagai motivator bukan sebagai pemberi informasi sehingga siswa lebih aktif

dalam mencari informasi. Berikut ini tahapan yang akan dilaksanakan dalam

pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi

dengan metode pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining

berbasis karakter.

Berdasarkan Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses,

pelaksanaan pembelajaran terdiri atas 3 kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti yang terdiri atas eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, lalu kemudian

yang terakhir kegiatan penutup.

Pertemuan pertaman pada tahap yang pertama adalah kegiatan

pendahuluan diawali dengan apersepsi yang diberikan oleh guru kepada siswa.

Guru memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat yang akan diperoleh

siswa jika telah menguasai kompetensi mengubah teks hasil wawancara menjadi

narasi. Motivasi pun tak lupa guru sampaikan dengan menceritakan kisah

kesuksesan penulis agar siswa bersemangat selama mengikuti pembelajaran.

Pada tahap inti merupakan tahapan pelaksanaan metode student facilitator

and explaining. Langkah-langkah yang dilakukan guru pada tahapan inti yang

pertama eksplorasi yaitu siswa diberikan contoh teks hasil wawancara dan

karangan narasi oleh guru. Selain itu, guru menjelaskan persamaan dan perbedaan

teks hasil wawancara dengan narasi, guru menjelaskan bagaimana cara mengubah

52

teks hasil wawancara menjadi narasi. Selanjutnya tahapan inti yang kedua

elaborasi yaitu siswa dikelompokkan, setiap kelompok terdiri atas 5 anak, tiap

kelompok dibagikan contoh teks hasil wawancara oleh guru, guru menugaskan

kepada siswa untuk mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, siswa

berdiskusi membahas mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, siswa

secara berkelompok membuat kerangka karangan narasi berdasarkan teks

wawancara yang telah dibagikan, setelah membuat kerangka karangan. Lalu

tahapan inti yang terakhir konfirmasi yaitu setiap perwakilan kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya berupa kerangka karangan dan kelompok yang

lain memberi masukan sehingga hasilnya menjadi maksimal, setelah semua

kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, selanjutnya mengembangkan

kerangka karangan dengan dipandu oleh guru, setiap perwakilan kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya lagi dan kelompok yang lain memberi masukan

sehingga hasilnya menjadi maksimal, hasil akhir pekerjaan kelompok ditempelkan

di papan tempel, siswa dengan dibimbing guru mengoreksi hasil pekerjaan

kelompok lain, tiap kelompok memperbaiki karangannya berdasarkan komentar

yang telah diberikan oleh kelompok lain.

Selanjutnya tahap terakhir pada pertemuan pertama yaitu penutup. Guru

bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, dan guru bersama siswa

melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung.

Kemudian, guru memberi penjelasan kepada siswa untuk persiapan apa saja yang

dibutuhkan pada pertemuan yang akan datang.

53

Pada pertemuan kedua terdiri atas tiga tahap pula. Tahapan itu yaitu terdiri

atas tiga tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pelaksanaan pembelajaran

harus sesuai dengan perencanaan yang telah disiapkan agar mencapai tujuan

pembelajaran.

Tahapan pertama pertemuan kedua yaitu pendahuluan. Tahapan ini terdiri

atas beberapa langkah yaitu guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti

pembelajaran, guru menjelaskan tentang tujuan dan manfaat pembelajaran, guru

memotivasi siswa agar semangat dalam belajar, guru bertanya kepada siswa

tentang wawancara dan narasi untuk mengarahkan pemahaman siswa tentang

materi yang akan dipelajari, dan siswa diberikan kesempatan untuk bertanya jika

ada materi yang belum dipahami.

Tahap inti pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai

berikut, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran mengubah teks wawancara

menjadi narasi dengan metode student facilitator and explaining, siswa dibagikan

selembaran contoh teks hasil wawancara oleh guru, guru membagikan LK 1

(kerangka narasi) dan LK 2 (pengembangan karangan narasi), siswa secara

individu menyusun karangan narasi pada LK 1 dan 2 berdasarkan contoh teks

wawancara yang telah dibagikan oleh guru, setelah selesai siswa

mempresentasikan hasil pekerjaan mereka, dan guru menjelaskan materi yang

belum dipahami siswa selama pembelajaran berlangsung.

Tahap terakhir pada pertemuan kedua yaitu penutup. Langkah-langkah pada

tahapan ini yaitu (1) guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, dan

54

(2) guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah

berlangsung.

2.3 Kerangka Berpikir

Keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi

di MTs Negeri Kendal ditengarai masih rendah. Sebagian besar siswa

mendapatkan nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal. Hal ini disebabkan

karena siswa merasa bosan dan minimnya motivasi siswa selama pembelajaran

sehingga tidak memperhatikan materi yang diberikan oleh guru. Sarana dan

metode pembelajaran menulis belum efektif. Menyelipkan pendidikan karakter

pada karangan siswa dimaksudkan untuk mendidik menjadi siswa yang

berkarakter baik.

Perlu diadakan suatu upaya untuk meningkatkan nilai siswa. Metode

student facilitator and explaining dipilih untuk meningkatkan motivasi,

konsentrasi serta ketelitian siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi

narasi berbasis karakter sehingga mereka akan lebih aktif dan bersemangat.

Guru sebagai pendidik memegang peranan yang sangat penting dalam

proses belajar mengajar. Melalui proses belajar mengajar, guru dituntut untuk

menampilkan keahliannya di depan kelas. Salah satu keahlian yang dimiliki guru

yaitu kemampuan menyampaikan pelajaran. Agar penyampaian pelajaran tepat

pada tujuan pembelajaran maka harus memilih metode pembelajaran yang inovatif

dan tidak monoton. Pemilihan metode pembelajaran pada materi mengubah teks

hasil wawancara menjadi narasi misalnya dengan metode yang melibatkan

55

keaktifan siswa dan menuntut siswa untuk menemukan konsep sendiri, sehingga

memudahkan siswa untuk memahaminya.

Penggunaa metode student facilitator and explaining menyajikan cara

pembelajaran baru yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan dalam

menulis, khususnya dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.

Metode student facilitator and explaining akan mendorong siswa untuk

bekerjasama antar teman sehingga hasil pekerjaannya memuaskan karena telah

mendapatkan masukan-masukan dari teman yang lain. Setelah mendapatkan

informasi yang lengkap, maka langkah siswa membuat sebuah kerangka karangan

narasi dengan merangkai informasi yang telah didapatkan dari lembaran teks hasil

wawancara yang telah disediakan oleh guru. Setelah menyusun kerangka

karangan, lalu siswa mengembangkan kerangka tersebut menjadi suatu karangan

yang utuh.

Metode Pembelajaran student facilitator and explaining merupakan

metode pembelajaran dimana siswa belajar mempresentasikan pendapat kepada

teman-teman siswa yang lainnya. Dalam pelaksanaanya siswa diminta untuk

berkelompok, dengan kelompoknya membuat kerangka karangan narasi yang

telah dibuat dengan kelompok kemudian mempresentasikannya. Metode ini

memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk bertindak sebagai seorang

pengajar/penjelas materi dan seorang yang memfasilitasi proses pembelajaran

terhadap siswa lain, kemudia kelompok yang yang dapat memberi tambahan

kepada temannya yang sedang presentasi sehingga hasil akhir yang didapatkan

memuaskan. Dengan metode ini, siswa yang selama ini tidak mau terlibat akan

56

ikut serta dalam pembelajaran secara aktif. Sehingga siswa dapat lebih mudah

memahami menulis narasi dan pemahaman siswa akan meningkat. Dengan

meningkatnya pemahaman terhadap keterampilan mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi melalui penerapan metode student facilitator and explaining

berbasis karakter dalam pembelajaran, diharapkan mampu meningkatkan hasil

belajar kognitif, afektif maupun psikomotorik siswa.

Metode student facilitator and explaining pada penelitian ini dilaksanakan

dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus.

Pelaksanaan penelitian ini mengacu pada instrumen yang sudah disusun pada

tahap perencanaan berupa silabus dan RPP. Penyusunan RPP pada siklus II

mengacu pada hasil penelitian dari siklus I dengan materi yang berbeda.

Pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi

menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter

diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan

pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.

Penilaian terhadap hasil belajar kognitif siswa dilaksanakan setiap akhir

siklus. Penilaian hasil belajar efektif dan psikomotorik diambil dari pengamatan

selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi.

Kemudian hasil penilaiannya dikumpullkan untuk dianalisis peningkatan hasil

belajarnya. Jika hasil belajar siswa setelah dianalisis belum memenuhi indicator

ketuntasan belajar baik ranah kognitif, ranah afektif maupun ranah psikomotorik,

maka kekurangan penelitian akan diperbaiki pada siklus berikutnya.

57

Berdasarka uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini

dapat digambarkan sebagai berikut: Kerangka Berpikir Penerapan Metode

Pembelajaran Student Facilitator and Explaining untuk Meningkatkan

Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Berbasis

Karakter. Bagan kerangka berpikir digambarkan sebagai berikut.

INPUT

PELAKSANAAN

OUTPUT

Bagan 1.1 Kerangka Berpikir

Penemuan metode pembelajaran student

facilitator and explaining berbasis karakter

Pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran student facilitator and explaining

berbasis karakter

Hasil belajar siswa mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi menggunakan metode

pembelajaran student facilitator and explaining

berbasis karakter

Kurang terampil dalam mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi

SIKLUS I

1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pengamatan

SIKLUS II

1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pengamatan

58

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah setelah dilaksanakan

pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi

dengan menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter

maka siswa akan mengalami peingkatan kompetensi tersebut dan perubahan sikap

ke arah yang lebih baik.

59

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian tentang peningkatan keterampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and

explaining berbasis karakter pada siswa kelas VII MTs Negeri Kendal adalah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dan penelitian ini menggunakan desain

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyantoro (2007:7) menjelaskan bahwa

penelitian tindakan kelas merupakan bentuk kajian yang sistematis reflektif,

dilakukan oleh pelaku tindakan (guru), dan dilakukan untuk memperbaiki kondisi

pembelajaran. Kajian ini dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan

kemantapan rasional dari tindakan-tindakan yang dilaksanakan serta memperbaiki

kondisi-kondisi praktik-praktik tesebut yang dilaksanakan.

Penelitian tindakan kelas terdiri atas dua siklus, yaitu proses tindakan pada

siklus. Tiap siklus terdiri dari empat komponen, yaitu, perencanaan, tindakan,

observasi, dan refleksi. Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rancangan

mengajar termasuk mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Selanjutnya peneliti melakukan kegiatan pembelajaran dengan melaksanakan

tindakan yang akan dilakukan pada penelitian. Siklus bertujuan untuk mengetahui

keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Jika siklus I

dinyatakan belum berhasil maka dilaksanakan siklus II. Siklus digunakan sebagai

60

refleksi untuk melaksanakan siklus selanjutnya. Hasil proses tindakan pada siklus

II bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi setelah dilakukan perbaikan dalam kegiatan belajar

mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus I.

Adapun rancangan penelitian yang digunakan penulis adalah siklus model

yang dikemukakan oleh Arikunto, dkk. (2008:16). Beliau menyatakan bahwa

secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1)

perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model

dan penjelasan untuk maisng-masing tahap adalah sebagai berikut.

Bagan 2.1 Model Siklus Arinkunto, dkk (2008:16)

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Refleksi

Pengamatan

Refleksi Pelaksanaan

Pelaksanaan

?

61

3.1.1 Proses Tindakan Siklus I

Penelitian dilakukan melalui dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Siklus I

merupakan tahapan awal pelaksanaan penelitian. Siklus I digunakan sebagai

refleksi untuk melakukan siklus II. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan penelitian. Setiap tahapan dilaksanakan secara maksimal agar

penelitian dapat berjalan lancar dan tepat sasaran. Pada siklus ini dilakukan empat

tahapan penelitian yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4)

refleksi.

3.1.1.1 Perencanaan Siklus I

Tahap perencanaan ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-

langkah yang dilakukan penelitian untuk memecahkan masalah. Masalah yang

dialami dalam pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi di MTs Negeri Kendal yaitu masih rendahnya keterampilan siswa

dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi karena berbagai faktor,

baik faktor siswa maupun dari luar diri siswa. Adapun faktor yang berasal dari

siswa, antara lain: motivasi siswa dalam menulis sangat minim, konsep atau bahan

yang dimiliki siswa untuk dikembangkan jadi tulisan sangat terbatas, kemampuan

siswa menafsiran fakta untuk ditulis sangat rendah, kemampuan siswa

menuangkan gagasan atau pikiran ke dalam bentuk kalimat-kalimat yang

mempunyai kesatuan yang logis dan padu serta diikat oleh struktur bahasa.

Adapun faktor yang berasal dari luar diri siswa, antara lain: sarana dan metode

atau strategi pembelajaran menulis belum efektif. Upaya untuk mengatasi

62

permasalahan tersebut adalah dengan mengubah metode pembelajaran agar minat

siswa dan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran meningkat.

Pada tahap perencanaan siklus I, dilakukan persiapan pembelajaran

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator

and explaining. Langkah-langkah pembelajarannya yaitu (1) menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi

narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter,

(2) guru memberi pemahaman awal kepada siswa tentang cara mengubah teks

hasil wawancara menjadi narasi, (3) siswa diberitahu tema teks hasil wawancara

yang akan diubah menjadi narasi, (4) siswa dibagi menjadi kelompok, masing-

masing kelompok beranggotakan 5 siswa (pembagian kelompok dibentuk

berdasarkan posisi lajur kursi siswa). Alternatif tindakan untuk tahap ini adalah

siswa dikelompokkan ditentukan oleh guru dengan mempertimbangkan berbagai

hal, antara lain: karakter siswa, jenis kelamin, keakraban siswa untuk melakukan

diskusi secara bersama-sama, (5) siswa dibagi contoh teks hasil wawancara yang

telah disiapkan oleh guru. Setiap kelompok mendapatkan 1 teks hasil wawancara

yang telah disiapkan oleh guru, (6) setelah setiap kelompok mendapatkan

lembaran teks hasil wawancara, mereka bekerjasama membuat narasi dengan

mengembangkan teks hasil wawancara yang telah disediakan oleh guru, (7) setiap

langkah pembuatan dipresentasikan kepada kelompok lain, agar mendapat

masukan dan koreksi dari kelompok lain. Lalu narasi tersebut diperbaiki

disempurnakan, (8) setelah disempurnakan, semua karangan siswa dalam satu

kelompok ditempel pada karton manila, lalu dipajang di dinding, (9) setiap

63

kelompok mengunjungi, menilai, dan memilih karya yang dianggap terbaik sesuai

dengan aturan, dan (10) pemberian penghargaan terhadap karya siswa yang

terbaik.

3.1.1.2 Tindakan Siklus I

Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah

dipersiapkan. Tindakan merupakan langkah inti dalam suatu pembelajaran yang

harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai sesuai sasaran. Tindakan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang

telah dirancang sebelumnya.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan masing-masing siklus

terdiri atas dua pertemuan. Masing-masing pertemuan terdiri atas tiga tahap

pembelajaran yaitu pendahuluan, inti, dan penutup.

Pertemuan pertama, tahap pendahuluan yaitu (1) diawali dengan apersepsi

yang diberikan oleh guru kepada siswa, (2) guru memberikan penjelasan tentang

tujuan dan manfaat yang akan diperoleh siswa jika telah menguasai kompetensi

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi (3) motivasi pun tak lupa guru

sampaikan dengan menceritakan kisah kesuksesan penulis agar siswa bersemangat

selama mengikuti pembelajaran.

Tahap inti merupakan tahapan pelaksanaan metode student facilitator and

explaining. Langkah-langkah yang dilakukan guru pada tahapan inti yaitu (1)

siswa diberikan contoh teks hasil wawancara dan karangan narasi oleh guru, (2)

guru menjelaskan persamaan dan perbedaan teks hasil wawancara dengan narasi,

(3) guru menjelaskan bagaimana cara mengubah teks hasil wawancara menjadi

64

narasi, (4) siswa dikelompokkan, setiap kelompok terdiri atas 5 anak, (5) tiap

kelompok dibagikan selembaran contoh teks hasil wawancara oleh guru, (6) guru

menugaskan kepada siswa untuk mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi,

(7) siswa berdiskusi membahas mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi,

(8) siswa secara berkelompok membuat kerangka karangan narasi berdasarkan

teks hasil wawancara yang telah dibagikan, (9) setelah membuat kerangka

karangan, setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa

kerangka karangan dan kelompok yang lain memberi masukan sehingga hasilnya

menjadi maksimal, (10) setelah semua kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya, selanjutnya mengembangkan kerangka karangan dengan dipandu oleh

guru, (11) setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya lagi dan

kelompok yang lain memberi masukan sehingga hasilnya menjadi maksimal, (12)

hasil akhir pekerjaan kelompok ditempelkan di papan tempel, (13) siswa dengan

dibimbing guru mengoreksi hasil pekerjaan kelompok lain, (14) tiap kelompok

memperbaiki karangannya berdasarkan komentar yang telah diberikan oleh

kelompok lain.

Tahapan tahapan terakhir pada pertemuan pertama yaitu penutup. Langkah-

langkah pembelajaran pada bagian penutup yaitu (1) guru bersama siswa

menyimpulkan materi pembelajaran, (2) guru bersama siswa melakukan refleksi

terhadap kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung, dan (3) guru memberi

penjelasan kepada siswa untuk persiapan apa saja yang dibutuhkan pada

pertemuan yang akan datang.

65

Pertemuan kedua terdiri atas tiga tahap pula. Tahapan itu yaitu terdiri atas

tiga tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pelaksanaan pembelajaran harus

sesuai dengan perencanaan yang telah disiapkan agar mencapai tujuan

pembelajaran.

Tahapan pertama pertemuan kedua yaitu pendahuluan. Tahapan ini terdiri

atas beberapa langkah yaitu (1) guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti

pembelajaran, (2) guru menjelaskan tentang tujuan dan manfaat pembelajaran, (3)

guru memotivasi siswa agar semangat dalam belajar, (4) guru bertanya kepada

siswa tentang wawancara dan narasi untuk mengarahkan pemahaman siswa

tentang materi yang akan dipelajari, dan (5) siswa diberikan kesempatan untuk

bertanya jika ada materi yang belum dipahami.

Tahap inti pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai

berikut (1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator and explaining, (2)

siswa dibagikan selembaran contoh teks hasil wawancara oleh guru, (3) guru

membagikan LK 1 (kerangka narasi) dan LK 2 (pengembangan karangan narasi),

(4) siswa secara individu menyusun karangan narasi pada LK 1 dan 2 berdasarkan

contoh teks hasil wawancara yang telah dibagikan oleh guru, (5) setelah selesai

siswa mempresentasikan hasil pekerjaan mereka, dan (6) guru memberi penguatan

dengan menanggapi pekerjaan siswa dan memberi penilaian.

Tahap terakhir pada pertemuan kedua yaitu penutup. Langkah-langkah pada

tahapan ini yaitu (1) guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, dan

66

(2) guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah

berlangsung.

3.1.1.3 Observasi Siklus I

Observasi merupakan kegiatan mengamati reaksi dan perilaku siswa selama

kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi atau pengamatan

dilaksanakan untuk mengumpulkan data tentang metode yang digunakan yaitu

metode student facilitator and explaining selama proses pembelajaran

berlangsung. Pengambilan data dilakukan melalui tes dan nontes.

Proses pengambilan data tes dilakukan untuk melihat kemampuan materi

yang diserap oleh siswa. Kegiatan yang dilakukan berupa data tes individu siswa

dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi serta peningkatan

keterampilan siswa setelah dilakukan pembelajaran. Proses pengambilan data

nontes dilakukan oleh peneliti untuk melihat perilaku siswa selama proses

pembelajaran berlangsung. Beberapa aspek yang diamati adalah perilaku dan

aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran, respons siswa terhadap

metode yang digunakan dalam pembelajaran, keaktifan siswa di dalam kelas yang

berupa menjawab pertanyaan dari guru maupun bertanya kepada guru tentang

materi yang belum dipahaminya. Berdasarkan data nontes dapat diketahui apakah

metode yang digunakan peneliti dapat diterima dengan baik oleh siswa atau tidak.

Data nontes diperoleh melalui beberapa tahap. Tahapan untuk memperoleh

data nontes yaitu (1) observasi siswa untuk mengetahui perilaku atau aktivitas

siswa selama pembelajaran berlangsung, (2) jurnal penelitian untuk guru dan

siswa dalam proses pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi

67

dengan metode student facilitator and explaining, (3) wawancara untuk

mengetahui pendapat siswa yang dilakukan di luar pembelajaran kepada

perwakilan siswa yang memperoleh nilai rendah, sedang, dan tinggi, (4)

dokumentasi foto yang digunakan sebagai laporan yang berupa gambar dan

aktivitas selama pembelajaran berlangsung. Semua data tersebut dijelaskan dalam

bentuk deskripsi secara lengkap.

3.1.1.4 Refleksi Siklus I

Peneliti melakukan refleksi dengan menganalisis hasil tes dan nontes setelah

melakukan tindakan siklus I. Refleksi dilakukan sebagai upaya mengkaji segala

hal yang terjadi pada tahap tindakan siklus I. Hasil refleksi ini digunakan sebagai

bahan masukan dalam menetapkan langkah selanjutnya. Refleksi pada siklus I

dijadikan masukan dalam menentukan langkah pada siklus II sehingga hasil yang

didapatkan dapat maksimal. Masalah-masalah pada siklus I dapat dicari

pemecahannya, sedangkan kelebihan-kelebihannya dipertahankan dan

ditingkatkan, sehingga akan diperoleh hasil pembelajaran yang lebih baik pada

siklus II.

3.1.2 Proses Tindakan Siklus II

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam siklus II terdiri atas empat

tahap seperti layaknya pada siklus I. Empat tahap tersebut yaitu tahap

perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang merupakan tindak lanjut dan

perbaikan dari siklus I. Hasil refleksi pada siklus I diperbaiki pada siklus II

sehingga hasilnya lebih maksimal.

68

3.1.2.1 Perencanaan Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus I, peneliti

memperbaiki proses pembelajaran pada siklus II. Pada proses penelitian tindakan

kelas siklus II dilakukan beberapa perbaikan dan penyempurnaan pada

perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Peneliti mempersiapkan hal-hal

yang akan dilaksanakan pada siklus II dengan memperbaiki hasil refleksi pada

siklus I.

Peneliti melakukan beberapa perbaikan pada beberapa aspek. Perbaikan

yang dilakukan sebagai bentuk perencanaan pada siklus II meliputi (1) identifikasi

masalah yang timbul pada siklus I sehingga memerlukan perbaikan, yakni

perbaikan cara penyampaian materi oleh guru, (2) menentukan langkah-langkah

perbaikan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator and explaining

dengan merevisi instrumen yang berupa data tes yaitu: tes individu mengubah teks

hasil wawancara menjadi narasi berupa lembar kerja, dan (3) menyiapkan

perangkat pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi yang

akan digunakan dalam evaluasi hasil belajar siklus II.

3.1.2.2 Tindakan Siklus II

Tindakan pada siklus II merupakan hasil revisi tindakan yang dilakukan

pada siklus I. Revisi tersebut dilakukan berdasarkan beberapa masukan setelah

melakukan tindakan pada siklus I. Masukan dari siswa menjadi salah satu

pertimbangan peneliti untuk melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II.

69

Tindakan yang dilakukan pada siklus II dilakukan dalam dua kali pertemuan yang

terbagi atas tiga tahap yaitu tahap pendahuluan, inti, dan penutup.

Pertemuan pertama, tahap pendahuluan yaitu (1) diawali dengan apersepsi

yang diberikan oleh guru kepada siswa, (2) guru memberikan penjelasan tentang

tujuan dan manfaat yang akan diperoleh siswa jika telah menguasai kompetensi

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi (3) motivasi pun tak lupa guru

sampaikan dengan menceritakan kisah kesuksesan penulis agar siswa bersemangat

selama mengikuti pembelajaran.

Tahap inti merupakan tahapan pelaksanaan metode student facilitator and

explaining. Langkah-langkah yang dilakukan guru pada tahapan inti yaitu (1)

siswa diberikan contoh teks hasil wawancara dan karangan narasi oleh guru, (2)

guru menjelaskan persamaan dan perbedaan teks hasil wawancara dengan narasi,

(3) guru menjelaskan bagaimana cara mengubah teks hasil wawancara menjadi

narasi, (4) siswa dikelompokkan, setiap kelompok terdiri atas 5 anak, (5) tiap

kelompok dibagikan selembaran contoh teks hasil wawancara oleh guru, (6) guru

menugaskan kepada siswa untuk mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi,

(7) siswa berdiskusi membahas mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi,

(8) siswa secara berkelompok membuat kerangka karangan narasi berdasarkan

teks hasil wawancara yang telah dibagikan, (9) setelah membuat kerangka

karangan, setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa

kerangka karangan dan kelompok yang lain memberi masukan sehingga hasilnya

menjadi maksimal, (10) setelah semua kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya, selanjutnya mengembangkan kerangka karangan dengan dipandu oleh

70

guru, (11) setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya lagi dan

kelompok yang lain memberi masukan sehingga hasilnya menjadi maksimal, (12)

hasil akhir pekerjaan kelompok ditempelkan di papan tempel, (13) siswa dengan

dibimbing guru mengoreksi hasil pekerjaan kelompok lain, (14) tiap kelompok

memperbaiki karangannya berdasarkan komentar yang telah diberikan oleh

kelompok lain.

Tahapan terakhir pada pertemuan pertama yaitu penutup. Langkah-langkah

pembelajaran pada bagian penutup yaitu (1) guru bersama siswa menyimpulkan

materi pembelajaran, (2) guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap

kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung, dan (3) guru memberi penjelasan

kepada siswa untuk persiapan apa saja yang dibutuhkan pada pertemuan yang

akan datang.

Pertemuan kedua terdiri atas tiga tahap pula. Tahapan itu yaitu terdiri atas

tiga tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pelaksanaan pembelajaran harus

sesuai dengan perencanaan yang telah disiapkan agar mencapai tujuan

pembelajaran.

Tahapan pertama pertemuan kedua yaitu pendahuluan. Tahapan ini terdiri

atas beberapa langkah yaitu (1) guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti

pembelajaran, (2) guru menjelaskan tentang tujuan dan manfaat pembelajaran, (3)

guru memotivasi siswa agar semangat dalam belajar, (4) guru bertanya kepada

siswa tentang wawancara dan narasi untuk mengarahkan pemahaman siswa

tentang materi yang akan dipelajari, dan (5) siswa diberikan kesempatan untuk

bertanya jika ada materi yang belum dipahami.

71

Tahap inti pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai

berikut (1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator and explaining, (2)

siswa dibagikan contoh teks hasil wawancara oleh guru, (3) guru membagikan LK

1 (kerangka narasi) dan LK 2 (pengembangan karangan narasi), (4) siswa secara

individu menyusun karangan narasi pada LK 1 dan 2 berdasarkan contoh teks

hasil wawancara yang telah dibagikan oleh guru, (5) setelah selesai, siswa

mempresentasikan hasil pekerjaan mereka dengan cara bermain tempat pensil

berjalan, dan (6) guru menjelaskan materi yang belum dipahami siswa selama

pembelajaran berlangsung.

Tahap terakhir pada pertemuan kedua yaitu penutup. Langkah-langkah pada

tahapan ini yaitu (1) guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, dan

(2) guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah

berlangsung.

3.1.2.3 Observasi Siklus II

Pada siklus II peneliti juga melakukan observasi seperti pada siklus I.

Observasi adalah kegiatan mengamati reaksi dan perilaku siswa selama proses

pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan observasi, peneliti dibantu oleh seorang

teman selama proses pembelajaran berlangsung. Teman membantu peneliti dalam

melakukan observasi. Pada tindakan siklus II ini masih dilakukan observasi untuk

melihat peningkatan keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi dan perubahan tingkah laku siswa setelah dilakukan tindakan

72

siklus II. Observasi siklus II juga masih sama dengan siklus I yaitu dilakukan

melalui data tes dan nontes.

Selama proses observasi, data diperoleh melalui beberapa cara yaitu (1) tes

untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap materi, dan tes

keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, (2)

observasi untuk mengetahui sikap dan aktivitas siswa selama pembelajaran

berlangsung, (3) jurnal diberikan untuk mengetahui apa yang dirasakan oleh siswa

selama mengikuti proses pembelajaran, (4) wawancara untuk mengetahui

pendapat siswa yang dilakukan di luar pembelajaran kepada perwakilan siswa

yang memperoleh nilai rendah, sedang, dan tinggi, (5) dokumentasi foto yang

digunakan sebagai laporan yang berupa gambar dan aktivitas selama pembelajaran

berlangsung. Semua data tersebut dijelaskan dalam bentuk deskripsi secara

lengkap.

Observasi pada siklus II dilakukan dengan cara melihat peningkatan hasil

tes dan melihat perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang

meliputi keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas. Kegiatan wawancara juga

dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran

terutama pada siswa yang mendapatkan nilai tertinggi, sedang, dan rendah.

3.1.2.4 Refleksi Siklus II

Refleksi pada siklus II ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan

penggunaan metode student facilitator and explaining dan untuk mengetahui

keberhasilan pelaksanaan perbaikan tindakan pada siklus I. Refleksi dilakukan

dengan menganalisis hasil tes keterampilan mengubah teks hasil wawancara

73

menjadi narasi dan hasil nontes yang dilakukan pada siklus II. Hasil nontes berupa

observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto juga dilakukan untuk

mengetahui perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran.

Refleksi pada siklus II dilakukan untuk merefleksi hasil evaluasi belajar

siswa pada siklus I dan II. Tujuan refleksi ini adalah untuk menentukan kemajuan-

kemajuan yang telah dicapai selama proses pembelajaran dan untuk mencari

kelemahan-kelemahan yang muncul dalam proses pembelajaran. Kemajuan yang

dicapai pada siklus II adalah peningkatan tes keterampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi dan perubahan tingkah laku siswa dari negatif menjadi

positif.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah keterampilan mengubah teks

hasil wawancara menjadi narasi siswa kelas VII MTs Negeri Kendal. Peneliti

mengadakan penelitian dikelas VII A karena dalam kurikulum kelas VII terdapat

kompetensi dasar mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Harapannya,

siswa MTs Negeri Kendal kelas VII A telah memiliki bekal yang cukup untuk

melakukan proses menulis dan mengetahui bagaimana mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi dengan bahasa yang baik dan benar. Selain itu,

diharapkan siswa memiliki minat dalam mengikuti pembelajaran menulis.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru bahasa Indonesia di MTs Negeri

Kendal, tingkat keterampilan menulis khususnya menulis menjadi masih rendah.

Salah satunya adalah kompetensi dasar mengubah teks hasil wawancara menjadi

74

narasi. Siswa cenderung mementingkan panjang karangan daripada kualitas dari

isi karangan tersebut sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai. Penelitian

dilaksanakan di kelas VII A dengan jumlah siswa 35 siswa yang terdiri atas 17

siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Peneliti mengambil subjek tersebut

dengan alasan berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru mata

pelajaran bahasa Indonesia di MTs Negeri Kendal yang mengajar di kelas VII A,

saat ini kondisi kemampuan akademik relatif rendah, khususnya keterampilan

menulis dan siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran menulis narasi.

3.3 Variabel Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan tiga variabel yaitu (1) variabel

keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, (2) variabel metode

student facilitator and explaining, dan (3) Variabel perilaku siswa selama

pembelajaran.

3.3.1 Variabel Keterampilan Mengubah Teks Hasil Wawancara Menjadi

Narasi

Dalam penelitian ini, siswa akan disajikan teks hasil wawancara. Kemudian

siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi teks hasil wawancara yang

diberikan untuk diubah menjadi narasi. Kompetensi menulis teks hasil wawancara

menjadi narasi merupakan salah satu kompetensi dasar aspek menulis dalam

kurikulum 2006 yang harus dicapai siswa kelas VII SMP. Keterampilan menulis

membutuhkan kesabaran ekstra sehingga banyak siswa yang kurang meminati

aspek menulis. Keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi

yang dimaksud di sini adalah keterampilan siswa dalam mengolah sebuah teks

75

hasil wawancara menjadi karangan narasi dengan memperhatikan beberapa aspek

seperti penggunaan kalimat langsung dan tak langsung. Selain itu, kesesuaian isi,

penggunaan kalimat langsung dan tak langsung, ejaan dan tanda baca, kohesi dan

koherensi, pemilihan kata, urutan cerita, dan kerapian tulisan juga harus

diperhatikan oleh siswa dalam mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.

Dalam penelitian tindakan kelas ini, siswa dikatakan berhasil dalam pembelajaran

keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi paragraf narasi apabila

telah mencapai nilai ketuntasan belajar yaitu 80. Dalam hal ini peneliti mengambil

sampel keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi siswa kelas

VII A MTs Negeri Kendal.

3.3.2 Variabel Penggunaan Metode Pembelajaran Student Facilitator and

Explaining Berbasis Karakter

Proses penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe student facilitator

and explaining untuk mengarahkan siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk saling bekerjasama dalam

kelompok agar siswa dapat saling menyumbang saran dan membantu temannya

yang belum mengerti mengenai pembelajaran mengubah teks hasil wawancara

menjadi paragraf narasi. Metode student facilitator and explaining dimaksudkan

agar dalam pembelajaran siswa dapat bekerja sama dengan teman. Guru di sini

secara eksplisit memberikan pengarahan ketika proses menulis dan menunjukkan

penulisan-penulisan yang benar kepada siswa. Metode student facilitator and

explaining digunakan untuk mencapai penulisan mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran.

76

Kemudian, langkah-langkah yang dilakukan pada pembelajaran ini yaitu,

siswa, siswa diberikan contoh teks hasil wawancara dan karangan narasi oleh

guru, guru menjelaskan materi yang berkaitan dengan pembelajaran, siswa

dikelompokkan, setiap kelompok terdiri atas 5 anak, tiap kelompok dibagikan

contoh teks hasil wawancara oleh guru, guru menugaskan kepada siswa berdiskusi

untuk mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, siswa secara berkelompok

membuat kerangka karangan narasi berdasarkan teks hasil wawancara yang telah

dibagikan, setelah membuat kerangka karangan, setiap perwakilan kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya berupa kerangka karangan dan kelompok yang

lain memberi masukan sehingga hasilnya menjadi maksimal, selanjutnya

mengembangkan kerangka karangan dengan dipandu oleh guru, setiap perwakilan

kelompok mempresentasikan hasil kerjanya lagi dan kelompok yang lain memberi

masukan sehingga hasilnya menjadi maksimal, hasil akhir pekerjaan kelompok

ditempelkan di papan tempel, siswa secara individu menyusun karangan narasi

pada LK 1 dan 2 berdasarkan contoh teks hasil wawancara yang telah dibagikan

oleh guru, setelah selesai siswa mempresentasikan hasil pekerjaan mereka.

Diharapkan metode pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and

explaining mampu memacu keaktifan siswa dan sekaligus mendidik karakter, dari

awal sampai akhir proses pembelajaran.

3.3.3 Variabel Sikap Siswa Selama Pembelajaran

Sikap adalah suatu perasaan, pikiran, dan kecenderungan yang ada pada

diri manusia yang menggerakkannya untuk berbuat dalam aktivitas sosial dengan

perasaan tertentu, juga dalam menanggapi objek situasi atau kondisi di sekitarnya.

77

Kcenderungan bertindak ini dipengaruhi oleh faktor-faktor kognisi, afeksi, dan

konasi dari sikap seseorang. Dapat diketahui bahwa menilai sikap siswa sebagai

salah satu kompetensi hasil belajar disetiap mata pelajaran khusunya mata

pelajaran Bahasa Indonesia. Penilaian sikap siswa pada pembelajaran ini terdiri

atas sikap jujur, disiplin, kerja keras, religius, kreatif, rasa ingin tahu, dan lainnya.

Karena itu, agar penilaian sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran

keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dapat dilakukan

dengan baik, maka perlu dipertimbangkan objek sikap yang akan dijadikan

penilaian dari guru sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran. Dari beberapa

nilai-nilai yang bersumber dari Permendiknas No 23 tahun 2006, peneliti memilih

aspek sikap yang sesuai dengan pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi, yaitu sikap jujur, sikap disiplin, sikap kerja keras,

sikap kreatif, sikap rasa ingin tahu, dan sikap tanggung jawab.

Selain itu, krisis karakter yang dialami bangsa Indonesia saat ini sudah

berada pada titik yang sangat mengkhawatirkan. Sifat tulus, luhur, mulia, jujur,

kesopanan, dan tanggung jawab terkikis seketika tergantikan dengan rasa cemas,

kekerasan, perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai, keyakinan, norma-

norma, agama, adat istiadat yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, bangsa

dan negara Indonesia. Penerapan karakter di proses pembelajaran ini agar siswa

tidak hanya menguasai materi saja. Diharapkan dengan diterapkannya karakter

dapat memperbaiki perilaku siswa menjadi lebih baik. Selain itu, penerapan

karakter disekolah sangat baik dan untuk menyiapkan generasi yang unggul.

78

Indikator keberhasilan penilaian sikap yang diharapkan adalah siswa

mampu memiliki sikap positif sesuai dengan aspek penilaian setelah mengikuti

pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi

menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter

tersebut.

3.4 Instrumen Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua bentuk instrumen yaitu

instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen tes yang digunakan berupa

penugasan siswa secara individu untuk mengubah teks hasil wawancara menjadi

narasi. Instrumen nontes yang digunakan berupa observasi, jurnal siswa, jurnal

guru, wawancara, dan dokumentasi foto.

3.4.1 Intrumen Tes

Instrumen tes adalah instrumen yang berupa pemberian proyek yang

berupa tes tertulis pada siswa untuk mengubah teks hasil wawancara menjadi

narasi. Siswa ditugaskan membuat kerangka karangan narasi dan

memngembangkannya menjadi narasi yang utuh dari teks hasil wawancara yang

telah peneliti bagikan. Pada instrumen tersebut menggunakan pedoman penilaian

keterampilan mengubah teks wawacara menjadi narasi. Standar kompetensi:

mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkat.

Kompetensi dasar: mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan

memerhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung. Indikator : (1)

mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks hasil wawancara.

79

(2) mampu menentukan ciri-ciri karangan narasi, (3) mampu mengubah kalimat

langsung menjadi kalimat tak langsung, (4) mampu mengubah teks hasil

wawancara menjadi karangan narasi, dan (5) mampu menyunting karangan yang

telah dibuat.

Tabel 3.1 Pedoman Penilaian

No Aspek Penilaian Skor

Bobot Bobot x

skor 5 3 2 1

1. Kesesuaian isi narasi dengan teks

wawancara

8 40

2. Penggunaan kalimat langsung dan

tak langsung

5 25

3. Ejaan dan tanda baca 2 10

4. Kohesi dan koherensi 3 15

5. Pemilihan kata 5 25

6. Urutan cerita 7 35

7. Kerapian tulisan 5 25

Jumlah 35 175

Tabel 3.2 Rubrik Penilaian Karangan Narasi

No Aspek Kategori Nilai Keterangan

1. Kesesuaian

isi

a. Isi narasi sesuai dengan teks

wawancara, tepat, bahasanya

bervariatif dan lengkap.

b. Isi narasi sesuai dengan teks

wawancara, tapi kurang bervariatif.

c. Isi narasi cukup sesuai dengan teks

wawancara namun kurang lengkap

dan kurang bervariatif

d. Isi narasi tidak sesuai dengan teks

wawancara, tidak bervariatif dan

tidak lengkap.

5

4

3

2

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

2. Penggunaan

kalimat

langsung dan

tak langsung

a. Penggunaan kalimat langsung dan

tak langsung tepat dan

penulisannya benar dan

komunikatif.

b. Penggunaan kalimat langsung dan

tak langsung tepat dan cukup

5

4

Sangat baik

Baik

80

bervariatif.

c. Penggunaan kalimat langsung dan

tak langsung ada beberapa yang

salah, namun cukup bervariatif.

d. Penggunaan kalimat langsung dan

tak langsung banyak yang salah

dan tidak bervariatif.

3

2

Cukup

Kurang

3. Ejaan dan

tanda baca

a. Penggunaan ejaan dan tanda baca

tepat semua.

b. Kesalahan ejaan dan tanda baca

kurang dari tiga kesalahan

c. Kesalahan penggunaan ejaan dan

tanda baca lebih dari tiga sampai

delapan kesalahann

d. Kesalahan penggunaan ejaan dan

tanda baca lebih dari delapan

kesalahan

5

4

3

2

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

4. Kohesi dan

koherensi

a. Kohesi dan koherensi tepat

sehingga mudah dipahami dan

bervariatif

b. Kohesi dan koherensi tepat namun

kurang bervariatif

c. Kohesi dan koherensi cukup tepat

namun tidak bervariasi

d. Tidak ada kohesi dan koherensi.

Sehingga sulit dipahami.

5

4

3

2

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

5. Pemilihan

kata (diksi)

a. Pemilihan kata tepat, sesuai, dan

bervariasi.

b. Pemilihan kata tepat, sesuai, tetapi

tidak bervariasi.

c. Beberapa pemilihan cukup tepat

tetapi bervariasi dan masih bisa

dipahami.

d. Pemilihan kata tidak tepat, tidak

bervariasi sehingga sulit dipahami.

5

4

3

2

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

6. Urutan cerita a. Urutan cerita tepat dan runtut.

b. Urutan cerita tepat dan cukup

runtut.

c. Urutan cerita cukup tepat dan

cukup runtut

d. Cerita banyak yang salah dan tidak

runtut.

5

4

3

2

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

7. Kerapian

tulisan

a. Tulisan rapi dan mudah dibaca.

b. Tulisan rapi namun ada beberapa

coretan.

5

4

Sangat baik

Baik

81

c. Tulisan kurang rapi dan banyak

coretan.

d. Tulisan tidak rapi dan sulit dibaca.

3

2

Cukup

Kurang

Perhitungan nilai adalah sebagai berikut:

Kategori Penilaian

No Skor Kategori Nilai

1 >85 Sangat baik

2 75-85 Baik

3 65-74 Cukup

4 <65 Kurang

3.4.2 Instrumen Nontes

Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman

observasi, wawancara, jurnal dan dokumentasi.

3.4.2.1 Pedoman Observasi

Pedoman Instrumen nontes yang berupa lembar observasi dilakukan oleh

peneliti untuk mengetahui perilaku siswa melalui pengamatan pada saat

pembelajaran sedang berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan

sikap positif dan sikap negatif. Aspek perilaku yang diamati dalam penelitian ini

meliputi (1) siswa memperhatikan penjelasan guru, (2) siswa mendengarkan

pertanyaan pancingan dengan baik dan langsung bisa menjawab, (3) siswa terlihat

antusias dan saat berdiskusi dengan pasangan, (4) siswa terlihat aktif dan antusias

82

ketika praktik mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, (5) respon siswa

ketika mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode

pembelajaran student facilitator and explaining.

a. Lembar Observasi Proses

Tabel 3.3 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Keterampilan Mengubah

Teks Hasil Wawancara Menjadi Narasi Menggunakan Metode Student

Facilitator and Explaining

N

o

Respo

nden

Aspek Kegiatan

Keterangan Kegiatan Kegiatan 1 Kegiatan 2 Kegiatan

...

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Kegiatan 1: Siswa membaca

dan mengamati contoh teks

hasil wawancara yang telah

dibagikan oleh guru.

Kegiatan 2: Siswa

mendengarkan beberapa

pertanyaan pancingan yang

dibacakan oleh guru agar

lebih teliti dalam

menganalisis isi teks

wawancara.

Kegiatan 3: Siswa

dikelompokkan. Masing-

masing kelompok terdiri atas

5 anak.

Kegiatan 4: Setiap

kelompok membuat

kerangka karangan narasi

yang terdapat pada LK I.

Kegiatan 5: Perwakilan

kelompok mempresentasikan

hasil kerjanya berupa

kerangka karangan dan yang

lain memberi masukan.

Kegiatan 6: Setiap

kelompok mengembangkan

kerangka karangan menjadi

narasi yang utuh yang

terdapat pada LK 2.

Langkah 7: Perwakilan

kelompok mempresentasikan

hasil kerjanya berupa

karangan narasi dan yang

lain memberi masukan.

1 R1

2 R2

3 R3

83

Kegiatan 8: siswa secara

individu mengubah teks

hasil wawancara menjadi

karangan narasi.

Berilah tanda (√) pada setiap kegiatan yang telah diikuti oleh siswa

Keterangan penskoran:

1. Skor 1 : BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha

sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

2. Skor 2 : MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-

sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

3. Skor 3 : MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-

sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

4. Skor 4 : MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-

sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

b. Lembar Observasi Sikap

Tabel 3.4 Lembar Observasi Sikap Siswa dalam Pembelajaran

No Sikap/

Nilai Aspek Pengamatan

Hasil Observasi Catatan

Baik Cukup Kurang

1

Jujur

Siswa selalu

mengerjakan tugas

sendiri, tidak plagiat.

Siswa tidak berbohong

pada kegiatan membuat

kerangka narasi dan

mengembangkan

menjadi karangan narasi

yang utuh

84

Siswa tidak menyontek

ketika ulangan

2 Disiplin Siswa masuk kelas tepat

waktu

Siswa selalu

mengerjakan tugas

dengan baik dan

dikumpulkan tepat waktu

3

Kerja

keras

Siswa aktif mencatat

penjelasan guru

Siswa aktif bertanya

kepada guru maupun

temannya ketika kurang

paham tentang materi

yang diajarkan

Siswa bersungguh-

sungguh dalam

mengerjakan tugas

Siswa berusaha

menyelesaikan tugas

dengan sungguh-

sungguh

4 Kreatif Siswa menuangkan ide

atau gagasan baru dalam

mengerjakan tugas

5 Rasa

ingin tahu

Siswa mendengarkan

penjelasan guru dengan

penuh perhatian

Siswa aktif bertanya

kepada guru

Siswa aktif menjawab

pertanyaan atau

memberikan tanggapan

6

Tanggung

jawab

Siswa selalu

melaksanakan tugas dan

kewajibannya dengan

baik pada kegiatan

pembelajaran mengubah

teks hasil observasi

menjadi narasi

Siswa selalu

menyelesaikan tugas

dengan data atau

informasi yang dapat

dipercaya

85

3.4.2.2 Pedoman Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengetahui pendapat dan motivasi siswa

mengenai proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi dengan metode pembelajaran student facilitator and explaining.

Pelaksanaan wawancara tidak dilakukan kepada semua siswa, tetapi hanya kepada

enam siswa yang terdiri dari, dua siswa yang nilainya berkategori kurang, dua

siswa yang nilainya berkategori cukup, dan dua siswa yang nilainya berkategori

baik.

Hal-hal yang ditanyakan kepada siswa di dalam wawancara yaitu: 1)

pendapat siswa mengenai pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi dengan metode pembelajaran student facilitator and

explaining, 2) pendapat siswa mengenai metode pembelajaran kooperatif tipe

student facilitator and explaining yang digunakan dalam pembelajaran mengubah

teks hasil wawancara menjadi narasi, 3) pendapat siswa mengenai pembelajaran

kooperatif dalam pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, 4)

kesulitan yang dialami siswa ketika diminta untuk mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi dengan metode pembelajaran student facilitator and

explainig, 4) manfaat apa yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode pembelajaran

student facilitator and explaining, 5) kesan, pesan dan saran mengenai proses

pembelajaran yang telah dilakukan.

86

3.4.2.3 Jurnal

Jurnal merupakan catatan yang dibuat baik oleh guru atau pun siswa.

Pedoman jurnal yang dibuat adalah pedoman jurnal siswa dan guru. Jurnal guru

memuat segala sesuatu yang terjadi dalam pembelajaran keterampilan mengubah

teks hasil wawancara menjadi narasi, seperti minat siswa dalam mengikuti

pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode

pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining, respon dan

keaktifan siswa dalam pembelajaran, tingkah laku siswa dalam mengikuti diskusi

kelompok, dan fenomena-fenomena lain yang muncul dalam proses pembelajaran.

Jurnal digunakan untuk mendapat data kualitatif, yaitu berupa jurnal peneliti

atau jurnal guru dan jurnal siswa yang diperoleh pada akhir pembelajaran. Jurnal

guru berisi antara lain (1) catatan mengenai kesiapan siswa dalam mengikuti

pembelajaran, (2) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, (3) catatan

tentang tanggapan siswa terhadap tugas pada kegiatan pembelajaran, (4)

tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran student facilitator and explaining,

dan (5) catatan kejadian-kejadian di dalam kelas, sedangkan jurnal siswa berisi (1)

materi yang dipelajari, (2) perasaan siswa selama mengikuti pembelajaran pada

hari ini, (3) kesulitan apa yang dialami siswa, dan (4) saran yang dapat siswa

berikan untuk pembelajaran mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi

dengan metode student facilitator and explaining.

3.4.2.4 Dokumentasi

Alat yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini

berupa kamera yang digunakan untuk foto kegiatan siswa pada saat pembelajaran

87

berlangsung. Aspek yang diamati pada perekaman (kamera) meliputi (1) aktivitas

guru memberikan penjelasan tujuan, manfaat, dan motivasi pembelajaran, (2)

aktivitas siswa mengamati contoh teks hasil wawancara, (3) aktivitas guru

memberikan penjelasan materi, (4) aktivitas siswa berdiskusi dengan kelompok,

(5) aktivitas guru mengulang materi yang belum dipahami siswa, (6) aktivitas

perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, (7) aktivitas siswa

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi secara individu, (8) aktivitas

siswa mempresentasikan hasil kerjanya secara individu, (9) aktivitas guru

mengubah tempat duduk menjadi bentuk “u”, (10) aktivitas siswa aktif bertanya,

(11) aktivitas siswa menempel hasil karya kelompok dan mengomentari. Masing-

masing kegiatan dalam pembelajaran diambil satu dokumen, dan (12) aktivitas

siswa bermain tempat pensil berjalan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian kali ini dilakukan dengan dua teknik,

yaitu tes dan nontes. Teknik tes dilakukan untuk mendapatkan nilai siswa,

sedangkan data nontes diperoleh dengan cara observasi, jurnal, wawancara, dan

dokumentasi.

3.5.1 Teknik Tes

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes yang

dilakukan sebanyak dua kali. Tes dilakukan pada siklus I dan siklus II. Teknik tes

diberikan guna mengetahui data keterampilan siswa dalam mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator and explaining.

88

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes. Tes ini

dilakukan secara individu. Evaluasi proses pembelajaran mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and

explaining ini digunakan tes uji hasil produk yaitu berupa karangan narasi. Hasil

tes penelitian setelah dianalisis untuk mengetahui kelemahan siswa, selanjutnya

sebagai dasar perbaikan untuk melakukan siklus berikutnya.

3.5.2 Teknik Nontes

Teknik pengumpulan data nontes ini meliputi observasi, jurnal, wawancara,

dan dokumentasi. Teknik nontes digunakan untuk mengetahui sejauh mana

perubahan sikap siswa setelah diadakan proses pembelajaran menggunakan

metode student facilitator and explaining.

3.5.2.1 Observasi

Teknik observasi ini digunakan untuk mengamati keadaan, respon, sikap,

dan keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Observasi dilakukan

oleh bantuan seorang teman selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini

dilakukan agar pembelajaran yang dilakukan dapat berjalan dengan baik.

Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan memberikan

tanda check pada lembar obsevasi. Observasi digunakan untuk mengumpulkan

data mengenai proses dan perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hasil dari

observasi tersebut kemudian dianalisis dan dideskripsikan dalam bentuk uraian

kalimat sesuai dengan perilaku nyata yang ditunjukkan siswa.

89

Adapun tahap observasinya yaitu (1) mempersiapkan lembar observasi yang

berisi butir-butir sasaran amatan tentang keaktifan siswa dalam mendengarkankan

penjelasan guru, keaktifan siswa dalam mengerjakan tes, (2) melaksanakan

observasi selama proses pembelajaran yaitu mulai dari penjelasan guru, proses

belajar-mengajar sampai dengan siswa mengubah teks hasil wawancara menjadi

narasi, dan (3) mencatat hasil observasi dengan mengisi lembar observasi yang

telah dipersiapkan. Terdapat beberapa langkah pokok yang menjadi aspek

observasi yaitu (1) siswa membaca dan mengamati contoh teks hasil wawancara

yang telah dibagikan oleh guru, (2) siswa mendengarkan beberapa pertanyaan

pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis isi teks

hasil wawancara, (3) siswa dikelompokkan, masing-masing kelompok terdiri atas

5 anak, (4) setiap kelompok membuat kerangka karangan narasi yang terdapat

pada LK 1, (5) perwakian kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa

kerangka karangan dan yang lain memberi masukan, (6) setiap kelompok

mengembangkan kerangka karangan menjadi narasi yang utuh yang terdapat pada

LK 2, (7) perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa

karangan narasi dan yang lain memberi masukan, dan (8) siswa secara individu

mengubah teks hasil wawancara menjadi karangan narasi.

3.5.2.2 Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mengungkapkan data penyebab

kesulitan dan hambatan dalam pembelajaran. Wawancara dilakukan pada para

siswa yang hasil tesnya berkategori baik, cukup, dan kurang. Masing-masing

kategori diambil satu siswa. Diharapkan jawaban yang diberikan dapat mewakili

90

pendapat dari seluruh siswa kelas VIIA. Adapun cara yang ditempuh peneliti

dalam pelaksanaan wawancara yaitu (1) mempersiapkan lembar wawancara yang

berisi daftar pertanyaan yang akan diajukan pada siswa, (2) menentukan siswa

yang nilai tesnya kurang, cukup, dan baik untuk kemudian diajak wawancara, (3)

mencatat hasil wawancara dengan menulis tanggapan terhadap tiap butir

pertanyaan, dan (4) peneliti meneliti jawaban siswa.

Pertanyaan untuk wawancara yaitu (1) apakah kamu suka mengubah teks

hasil wawancara menjadi narasi, (2) biasanya kamu mengubah teks hasil

waawancara menjadi narasi untuk apa, (3) apakah penjelasan guru mengenai

materi pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi

sudah dipahami, (4) materi apa yang kurang kamu pahami dalam pembelajaran

keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, (5) apa kamu

tertarik mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi tadi, (6) kesulitan apa yang kamu peroleh setelah mengikuti

pembelajaran tadi, (7) manfaat apa yang kamu peroleh setelah mengikuti

pembelajaran tadi, (8) bagaimana perasaan kamu ketika mengikuti pembelajaran

keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi, (9) adakah

perbedaan sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah

teks hasil wawancara menjadi narasi, dan (10) apa saran kamu terhadap

pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi yang

akan datang.

91

3.5.2.3 Jurnal

Jurnal digunakan untuk mendapat data kualitatif, yaitu berupa jurnal peneliti

atau jurnal guru dan jurnal siswa yang diperoleh pada akhir pembelajaran.

Sebelum melalui pembelajaran, siswa diberi tahu terlebih dahulu bahwa nanti

pada akhir pembelajaran siswa akan diminta untuk mengisi jurnal kegiatan selama

mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan

yang ada dalam jurnal siswa yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru.

Siswa bebas menuliskan pendapatnya, kritik maupun saran terhadap pembelajaran

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator

and explainig.

Pertanyaan dalam jurrnal siswa yaitu (1) bagaimana perasaan Anda selama

mengikuti pembelajaran menulis narasi dari teks hasil wawancara pada hari ini,

(2) apa kesulitan yang Anda alami dalam menulis narasi dari teks hasil

wawancara, (3) bagaimana tanggapan Anda mengenai metode student facilitator

and explaining yang digunakan, (4) bagaimana kesan Anda terhadap gaya

mengajar yang dilakukan oleh guru, dan (5) saran apa yang Anda berikan untuk

pembelajaran menulis narasi dari teks hasil wawancara melalui metode

pembelajaran student facilitator and explaining berbasis karakter. Selain itu,

pertanyaan untuk jurnal guru yaitu (1) bagaimana persiapan siswa sebelum

mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi

narasi dengan metode student facilitator and explaining berbasis karakter, (2)

bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran keterampilan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator

92

and explaining berbasis karakter, (3) bagaimana perilaku siswa selama mengikuti

pembelajaran, (4) bagaimana situasi kelas saat pembelajaran, dan (5) kejadian-

kejadian apa saja yang muncul pada saat pembelajaran keterampilan mengubah

teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode student facilitator and

explaining berbasis karakter.

Sementara itu, guru juga mengisi jurnal guru yang sudah dipersiapkan

sebelumnya, ketika pembelajaran sudah berakhir. Jurnal guru digunakan untuk

mendeskripsikan atau mencatat fenomena-fenomena pada saat pembelajaran yaitu

respon siswa terhadap pembelajaran, serta keaktifan siswa.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik kuantitatif dan

teknik kualitatif.

3.6.1 Teknik Kuantitatif

Teknik kuantatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif yang

diperoleh dari data tes keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi

narasi dengan metode pembelajaran student facilitator and explaining berbasis

karakter, pada siklus I dan siklus II. Hasil tes ditulis secara persentase dengan

langkah-langkah berikut (1) merekap nilai yang diperoleh siswa, (2) menghitung

nilai-nilai komulatif dari tugas-tugas siswa, (3) menghitung nilai rata-rata, dan (4)

menghitung prosentase.

93

Presentase ditulis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

P : Nilai presentase kemampuan siswa

K : Nilai komulatif (jumlah nilai) dalam satu kelas

N : Nilai maksimal soal tes

R : Jumlah responden dalam satu kelas

Hasil perhitungan dari masing-masing siklus kemudian dibandingkan yaitu

antara hasil siklus I dan siklus II. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai

presentase peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi

narasi dengan metode student facilitator and explaining.

3.6.2 Teknik Kualitatif

Data kualitatif ini diperoleh dari data nontes, yaitu data observasi, jurnal,

wawancara, dan dokumentasi. Adapun langkah-langkah penganalisian data

kualitatif adalah dengan menganalisis lembar observasi yang telah diisi saat

pembelajaran dan mengklarifikasikannya dengan teman peneliti yang membantu

dalam penelitian. Data jurnal dianalisis dengan membaca seluruh jurnal siswa dan

guru.

Data wawancara dianalisis dengan cara membaca lagi data wawancara.

Hasil tersebut untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam

pembelajaran, untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran, dan

sebagai dasar untuk mengetahui peningkatan keterampilan mengubah teks hasil

94

wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and

explaining serta untuk mengetahui perubahan perilaku siswa pada siklus I dan

siklus II. Selain itu, juga untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap

pembelajaran menggunakan metode student facilitator and explaining.

3.7 Indikator Keberhasilan

Siklus dalam penelitian ini akan berakhir apabila keterampilan mengubah

teks hasil wawancara menjadi narasi yang diperoleh telah mencapai ketuntasan

klasikal yaitu, 80% siswa telah memperoleh nilai 80,00. Berarti siswa tersebut

sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan dapat melanjutkan

kemampuan dasar berikutnya.

189

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian tindakan kelas,

maka simpulan penelitian ini sebagai berikut.

1. Penelitian tentang keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi

narasi menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis

karakter secara keseluruhan pada siklus I dan siklus II mempunyai langkah

pembelajaran yang hampir sama. Pada siklus II merupakan perbaikan dari

siklu I. Langkah-langkah pembelajaran tersebut sebagai berikut: 1) siswa

diberikan contoh teks hasil wawancara oleh guru, 2) guru menyampaikan

materi tentang teks hasil wawancara dan narasi, 3) siswa dikelompokkan,

setiap kelompok terdiri atas 5 anak, 3) tiap kelompok dibagikan contoh teks

hasil wawancara oleh guru, 4) masing-masing kelompok membuat kerangka

karangan narasi berdasarkan teks hasil wawancara yang telah dibagikan, 5)

perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya berupa kerangka

karangan dan kelompok yang lain memberi masukan sehingga hasilnya

menjadi maksimal, 6) masing-masing kelompok berdiskusi kembali

mengembangkan kerangaka karangan menjadi narasi yang utuh, 7)

perwakilan kelompok mempresentasikan kembali hasil pekerjaannya berupa

190

narasi yang utuh dan kelompok yang lain memberi masukan sehingga

hasilnya menjadi maksimal, 8) hasil akhir pekerjaan kelompok ditempelkan

di papan tempel, 9) masing-masing kelompok memperbaiki karangan

berdasarkan masukan yang telah diberikan oleh kelompok lain, 10) siswa

secara inidividu menyusun kerangka karangan narasi pada LK 1, 11) siswa

secara individu mengembangkan kerangka karangan menjadi narasi yang

utuh pada LK 2 berdasarkan contoh teks hasil wawancara yang telah

dibagikan oleh guru, 12) siswa mempresentasikan hasil pekerjaan mereka.

Proses pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi

narasi kelas VII A MTs Negeri Kendal telah mengalami perbaikan pada

siklus II daripada siklus I. Pada siklus I masih terdapat beberapa kendala

dalam pembelajaran, namun hal ini dapat diperbaiki pada siklus II. Salah satu

kendala yang muncul yaitu banyak siswa yang tidak ramai dan gaduh ketika

guru menjelaskan materi. Setelah melakukan refleksi, peneliti memutuskan

mengubah tempat duduk menjadi berbentuk “U”. Proses pembelajaran siklus

II pun menjadi lancar. Kemudian perbedaan yang lain pada siklus II yaitu,

pada langkah mempresentasikan hasil pekerjaannya secara individu dengan

bermain tempat pensil berjalan.

2. Terdapat peningkatan keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi

narasi kelas VII A di MTs Negeri Kendal setelah mengikuti pembelajaran

keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi menggunakan

metode student facilitator and explaining berbasis karakter. Selain itu, hasil

tes keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi mengalami

191

peningkatan dengan nilai tes prasiklus siswa dari keseluruhan aspek

memperoleh nilai rata-rata sebesar 63,5. Pada siklus I, hasil tes siswa rata-rata

kelas meningkat 15,4% menjadi sebesar 73,3 dan termasuk kategori cukup

dan masih jauh dari kriteria ketuntansan minimal di sekolah yaitu 80. Pada

siklus II nilai rata-rata meningkat 13,8% menjadi 83,5 dan masuk dalam

kategori baik. Hasil tes siklus II tersebut menunjukkan bahwa seluruh siswa

kelas VII A yang berjumlah 35 siswa dinyatakan tuntas. Perolehan hasil ini

menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and

explaining berbasis karakter pada kelas VII A MTs Negeri Kendal dapat

dikatakan berhasil.

3. Terjadi perubahan sikap yang lebih positif pada siklus II terhadap

pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi

menggunakan metode student facilitator and explaining berbasis karakter.

Peningkatan tiap aspek sikap dari siklus I ke siklus II berbeda. Pada aspek

sikap jujur 6,51%, aspek sikap disiplin 4,6%, aspek sikap kerja keras

sebanyak 24,2%, aspek sikap kreatif 7,4%, aspek sikap rasa ingin tahu 69,5%,

dan yang terakhir aspek sikap tanggung jawan 0%. Perubahan sikap tersebut

dapat dibuktikan dengan siswa yang menunjukkan keantusiasan yang lebih

baik selama proses pembelajaran, menjadi serius dan semangat dalam

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi. Dengan demikian, metode

student facilitator and explaining berbasis karakter dapat meningkatkan

192

keterampilan siswa dalam keterampilan mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi.

5.2 Saran

1. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia seharusnya dapat memanfaatkan

metode student facilitator and explaining sebagai salah satu alternatif untuk

variasi dalam pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi. Selain itu, guru hendaknya memiliki kreativitas yang tinggi

dan dapat menghadirkan pembelajaran yang menarik dan efektif.

2. Para peneliti di bidang pendidikan atau peneliti lain hendaknya dapat

melakukan penelitian serupa dengan strategi, teknik, metode, atau media

pembelajaran yang lain sehingga didapatkan alternatif lain untuk

pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.

Namun, sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, hendaknya peneliti

sudah mengenal terlebih dahulu siswa yang akan dijadikan sebagai responden

sehingg siswa tidak merasa asing terhadap peneliti.

193

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah. 2014. “The Implementation of Character Education Through Contextual

Teaching and Learning at Personality Development Unit in The Sriwijaya

University Palembang”. International Journal of Education and Research.

October 2014. Vol. 2 No.10.

Agusnain, Yusron. 2010. “PeningkatanKeterampilan Menarasikan Teks

Wawancara melalui metode student teams achievement division pada

siswa kelas VII C SMP N 3 Getasan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran

2009/2010”, mengkaji peran metode student teams achievement

division.Skripsi.Unnes.

Andari, Dita Wuri. 2013. “Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and

Explaining (SFAE) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Kelas VIII

SMP Nurul Islam”. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Anindyarini, Atikah dan Sri Ningsih. 2008. Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs

Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Budiningsih, C. Asri. 2008. Pembelajaran Moral. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dalman. 2014. Keteranpilan Menulis. Jakarta: Rajawali Pers. Rosdakarya.

Daryanto, dkk. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta:

Gava Media.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Djuraid, Husnun N. 2009. Panduan Menulis Berita. Malang: UPT Penerbit

Universitas Muhammadiyah Malang.

Hidayati, Abnan, dkk. 2014. “The Development of Character Education

Curriculum for Elementary Student in West Sumatera”. International

Journal of Education and Research, June 2014, Vol. 2 No.6.

Indrawati, Dwi dan Didik Durianto. 2008. Aktif Berbahasa Indonesia untuk

SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan

Nasional.

194

Irlinawati, Dewi. 2013. “Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and

Explaining pada Perkalian Bilangan Bulat”. Jurnal Pendidikan

Matematika, September 2013, Vol. 1 No. 2 ISSN. 2337-8166.

Jayanty, Venny, dkk.. 2012. Peningkatan Menarasikan Teks Wawancara dengan

Teknik Pemodelan Siswa Kelas VII.4 SMPN 6 Bukittinggi. Laporan Hasil

Penelitian. Padang: Universitas Negeri Padang.

Keraf, Gorys. 2010. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Kesuma, Darma, dkk. 2012. Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja

Koesoema, Doni. 2010. Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Grasindo.

Kusmayadi, Ismail. 2008. Think Smart Bahasa Indonesia. Bandung: Gravindo

Media Pratama

Leech, Beth L. 2006. “Asking Questions: Teqniques for Semistructured

Interviews”. Stor. January 2006. Vol. 35 No.4.

Mahardika, Bagus. 2013. “Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Narasi

dari Teks Wawancara dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Explisit Instructions Teknik Kronologis Peristiwa pada Siswa Kelas VII I

SMP Negeri 3 Ungaran”. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri

Semarang.

Narwati, Sri. 2011. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Familia (Grup Relasi Inti

Media)

Qohar, Abdul. 2009. “Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Komunikasi,

dan Koneksi Matematis Siswa SMP Melalui Reciprocal Teaching”. Thesis.

Bandung: Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Rumiana. 2013. “Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara menjadi

Narasi dengan Metode Pencarian Informasi melalui Media Kartun

Bercerita pada Kelas VII D SMP Negeri 30 Semarang”. Skripsi.

Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Rubiah. 2009. “Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi

Karangan Narasi dengan Teknik Concept Map pada siswa Kelas VII SMP

N 3 Juwana”. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Sinaga, Dearlina. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Student Facilitator and

Explaining Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pada Program Studi

195

Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

HKBP Nommensen”. Keguruan, Juli-Desember 2013, Vol. 1 No. 2 Hal.

111 – 120.

Subyantoro. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Rumah Indonesia.

Suhendariyanti. 2014. “Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Pembelajaran

Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining Siswa Kelas IXE SMP

Negeri 01 Wonoasri Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Jurnal Florea Volume 1 No. 2, Nopember 2014, 30-36.

Sudjana, Nana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algensindo.

Sulhan, Najib. 2010. Pendidikan Berbasis Karakter. Surabaya: PT JePe Press

Media Utama (Jawa Pos Grup).

Sulistyarini, Indah Ria dan Nur Pratiwi N. 2012. Wawancara sebagai Metode

Aktif unutk Memahami Perilaku Manusia. Bandung: Karya Putra Darwati.

Suparno dan Mohamad Yunus. 2008. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana

Pustaka.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

196

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

SIKLUS I

Satuan Pendidikan : MTs Negeri Kendal

Mata pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : VII

Semester :2

Alokasi Waktu : 4 x 40 menit (2x pertemuan)

Karakter : Jujur, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Rasa ingin tahu,

Tanggung jawab.

A. STANDAR KOMPETENSI

Menulis: 12. Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan

pesan singkat.

B. KOMPETENSI DASAR

12.2 Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memperhatikan cara

penulisan kalimat langsung dan tak langsung.

C. INDIKATOR

1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung.

2. Mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks

wawancara.

3. Mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi.

4. Mampu menyunting karangan narasi yang telah dibuat.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Siswa mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung.

2. Siswa mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks

wawancara.

3. Siswa mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi.

4. Siswa mampu menyunting karangan narasi yang telah dibuat.

E. MATERI AJAR

1. Kalimat Langsung dan Tak Langsung

2. Langkah-langkah Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi

3. Kriteria Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi

197

F. METODE PEMBELAJARAN

Metode : Student Facilitator and Explaining

Teknik : Ceramah, Diskusi, dan Tanya jawab.

G. MEDIA PEMBELAJARAM

Media : Video Wawancara, Teks wawancara.

Sumber : Buku Paket Airlangga Bahasa dan Sastra Indonesia untuk

SMP/MTs Kelas VII.

1. Media : Contohteks hasil wawancara

2. Alat/Bahan :Laptop, AlatTulis, tekswawancara

3. SumberPembelajaran :

Dwi Indrawati dan Didik Durianto. 2008. Aktif Berbahasa Indonesia

untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen

Pendidikan Nasional.

H. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Pertemuan Pertama

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi

waktu

Pendahuluan

1. Guru mengondisikan siswa agar

siap mengikuti pembelajaran.

2. Siswa menjawab sapaan guru,

berdoa, dan mengondisikan diri

siap belajar.

3. Guru menjelaskan tentang tujuan

dan manfaat pembelajaran.

4. Guru memotivasi siswa dengan

cara menceritakan salah satu kisah

penulis sukses. Setelah mendengar

cerita ini diharapkan siswa mulai

tertarik untuk menulis.

5. Guru bertanya kepada siswa

tentang wawancara dan narasi

untuk mengarahkan pemahaman

siswa tentang materi yang akan

dipelajari.

Tanya

Jawab

Tanya

Jawab

Ceramah

Ceramah

Tanya

Jawab

10 menit

198

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi

waktu

Inti

EKSPLORASI

1. Siswa diberikan contoh teks

wawancara dan karangan narasi

oleh guru.

2. Guru menjelaskan persamaan dan

perbedaan teks hasil wawancara

dengan narasi.

3. Guru menjelaskan bagaimana cara

mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi.

Ceramah

Ceramah

Ceramah

10 menit

ELABORASI

4. Siswa dikelompokkan, setiap

kelompok terdiri atas 5 anak.

5. Tiap kelompok dibagikan contoh

teks hasil wawancara oleh guru.

6. Guru menugaskan kepada siswa

untuk mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi.

7. Siswa berdiskusi membahas

mengubah teks hasil observasi

menjadi narasi dengan kerja keras

dan rasa ingin tahu.

8. Siswa secara berkelompok

membuat kerangka karangan narasi

berdasarkan teks wawancara yang

telah dibagikan dengan kreatif.

9. Setelah membuat kerangka

karangan, setiap perwakilan

kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya berupa kerangka karangan

dan kelompok yang lain memberi

masukan sehingga hasilnya

menjadi maksimal dengan tpenuh

anggung jawab.

Diskusi

Diskusi

Ceramah

Diskusi

dan

Inquiri

Student

Facilitat

or and

Explaini

ng

Student

Facilitat

or and

Explaini

ng

Ceramah

45 menit

199

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi

waktu

10. Guru memberi penguatan dengan

menanggapi pekerjaan siswa dan

memberi penilaian.

11. Setelah semua kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya,

selanjutnya mengembangkan

kerangka karangan dengan dipandu

oleh guru dengan penuh tanggung

jawab.

12. Setiap perwakilan kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya

lagi dan kelompok yang lain

memberi masukan sehingga

hasilnya menjadi maksimal.

13. guru juga memberi penguatan

dengan menanggapi pekerjaan

siswa dan memberi penilaian.

14. Siswa dengan dibimbing guru

mengoreksi hasil pekerjaan

kelompok lain dengan jujur.

15. Tiap kelompok memperbaiki

karangannya berdasarkan komentar

yang telah diberikan oleh

kelompok lain dengan jujur dan

rasa ingin tahu.

Student

Facilitat

or and

Explaini

ng

Student

Facilitat

or and

Explaini

ng

Ceramah

Ceramah

Inquiri

KONFIRMASI

16. Guru menjelaskan materi yang

belum dipahami siswa selama

pembelajaran berlangsung.

Ceramah

dan

Tanya

Jawab

5 menit

Penutup

1. Guru bersama siswa

menyimpulkan materi

pembelajaran.

2. Guru bersama siswa melakukan

refleksi terhadap kegiatan

pembelajaran yang telah

berlangsung.

Ceramah

dan

Tanya

Jawab

Tanya

Jawab

10 menit

200

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi

waktu

3. Guru menyampaikan rencana

kegiatan pembelajaran menulis

narasi untuk pertemuan berikutnya.

Inquiri

Pertemuan Kedua

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi

waktu

Pendahuluan

1. Guru mengondisikan siswa agar

siap mengikuti pembelajaran.

2. Guru menjelaskan tentang tujuan

dan manfaat pembelajaran.

3. Guru memotivasi siswa agar

semangat dalam belajar.

4. Guru bertanya kepada siswa

tentang wawancara dan narasi

untuk mengarahkan pemahaman

siswa tentang materi yang akan

dipelajari.

5. Siswa diberikan kesempatan

untuk bertanya jika ada materi

yang belum dipahami.

Tanya

Jawab

Tanya

Jawab

Ceramah

Tanta

jawab

dan

Ceramah

Tanya

Jawab

10 menit

Inti

EKSPLORASI

1. Siswa dibagikan contoh teks hasil

wawancara oleh guru.

2. Guru membagikan LK 1

(kerangka narasi) dan LK 2

(pengembangan karangan narasi).

Ceramah

Ceramah

5 menit

ELABORASI

3. Siswa secara individu menyusun

karangan narasi pada LK 1

berdasarkan contoh teks

wawancara yang telah dibagikan

oleh guru dengan kerja keras dan

kreatif.

Inquiri

60 menit

201

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi

waktu

4. Setelah selesai siswa

mempresentasikan hasil

pekerjaan mereka.

5. Guru memberi penguatan dengan

menanggapi pekerjaan siswa dan

memberi penilaian.

6. Secara individu siswa

mengembangkan kerangka

karangan narasi pada LK 2

menjadi narasi yang utuh dengan

mandiri dan tanggung jawab.

7. Siswa kembali mempresentasikan

pekerjaannya. Dan siswa yang

lain memberi masukan dengan

tanggung jawab.

8. Guru memberi penguatan dengan

menanggapi pekerjaan siswa dan

memberi penilaian.

Demonstr

asi

Ceramah

Inquiri

Demonstr

asi

Ceramah

KONFIRMASI

9. Guru menjelaskan materi yang

belum dipahami siswa selama

pembelajaran berlangsung.

Tanya

Jawab

Penutup 1. Guru bersama siswa

menyimpulkan materi

pembelajaran.

2. Guru bersama siswa melakukan

refleksi terhadap pembelajaran

yang telah berlangsung.

Tanya

Jawab

Tanya

Jawab

10 menit

I. PENILAIAN

1. Teknik : Tes dan Nontes

2. Bentuk : a. Rubrik penilaian

b. Lembar Observasi Proses

c. Lembar Observasi Sikap

d. Jurnal Catatan Guru

202

3. Rubrik penilaian

Pedoman Penilaian Karangan Narasi

No Aspek Kategori Nilai Keterangan

1. Kesesuai

an isi

e. Isi narasi sesuai dengan teks

wawancara, tepat, bahasanya bervariatif

dan lengkap.

f. Isi narasi sesuai dengan teks

wawancara, tapi kurang bervariatif.

g. Isi narasi cukup sesuai dengan teks

5

4

3

Sangat baik

Baik

Cukup

wawancara namun kurang lengkap dan

kurang bervariatif

h. Isi narasi tidak sesuai dengan teks

wawancara, tidak bervariatif dan tidak

lengkap.

2

Kurang

2. Pengguna

an

kalimat

langsung

dan tak

langsung

e. Penggunaan kalimat langsung dan tak

langsung tepat dan penulisannya benar

dan komunikatif.

f. Penggunaan kalimat langsung dan tak

langsung tepat dan cukup bervariatif.

g. Penggunaan kalimat langsung dan tak

langsung ada beberapa yang salah,

namun cukup bervariatif.

h. Penggunaan kalimat langsung dan tak

langsung banyak yang salah dan tidak

bervariatif.

5

4

3

2

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

3. Ejaan

dan tanda

baca

e. Penggunaan ejaan dan tanda baca tepat

semua.

f. Kesalahan ejaan dan tanda baca kurang

dari tiga kesalahan

g. Kesalahan penggunaan ejaan dan tanda

baca lebih dari tiga sampai delapan

kesalahann

h. Kesalahan penggunaan ejaan dan tanda

baca lebih dari delapan kesalahan

5

4

3

2

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

4. Kohesi

dan

koherensi

e. Kohesi dan koherensi tepat sehingga

mudah dipahami dan bervariatif

f. Kohesi dan koherensi tepat namun

kurang bervariatif

g. Kohesi dan koherensi cukup tepat

namun tidak bervariasi

h. Tidak ada kohesi dan koherensi.

Sehingga sulit dipahami.

5

4

3

2

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

203

No Aspek Kategori Nilai Keterangan

5. Pemiliha

n kata

(diksi)

e. Pemilihan kata tepat, sesuai, dan

bervariasi.

f. Pemilihan kata tepat, sesuai, tetapi tidak

bervariasi.

g. Beberapa pemilihan cukup tepat tetapi

bervariasi dan masih bisa dipahami.

h. Pemilihan kata tidak tepat, tidak

bervariasi sehingga sulit dipahami.

5

4

3

2

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

6. Urutan

cerita

e. Urutan cerita tepat dan runtut.

f. Urutan cerita tepat dan cukup runtut.

Urutan cerita cukup tepat dan cukup

runtut

g. Cerita banyak yang salah dan tidak

runtut.

5

4

3

2

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

7. Kerapian

tulisan

e. Tulisan rapi dan mudah dibaca.

f. Tulisan rapi namun ada beberapa

coretan.

g. Tulisan kurang rapi dan banyak

coretan.

h. Tulisan tidak rapi dan sulit dibaca.

5

4

3

2

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Perhitungan nilai adalah sebagai berikut:

Pedoman Penilaian

No Skor Kategori Nilai

1 >85 Sangat baik

2 75-85 Baik

3 65-74 Cukup

4 <65 Kurang

Kendal, 20 Maret 2015

Guru Bahasa Indonesia Peneliti

Hj. Lina Andriyani S.Pd. Jihan Noor Fitriana

NIP 19740712 200501 2 002 NIM 2101411067

204

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

SIKLUS II

Satuan Pendidikan : MTs Negeri Kendal

Mata pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : VII

Semester : 2

Alokasi Waktu : 4 x 40 menit (2x pertemuan)

Karakter : Jujur, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Rasa ingin tahu,

Tanggung jawab.

A. STANDAR KOMPETENSI

Menulis: 12. Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan

pesan singkat.

B. KOMPETENSI DASAR

12.2 Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memperhatikan cara

penulisan kalimat langsung dan tak langsung.

C. INDIKATOR

1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung.

2. Mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks

wawancara.

3. Mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi.

4. Mampu menyunting karangan narasi yang telah dibuat.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Siswa mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung.

2. Siswa mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks

wawancara.

3. Siswa mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi.

4. Siswa mampu menyunting karangan narasi yang telah dibuat.

E. MATERI AJAR

1. Kalimat Langsung dan Tak Langsung

2. Langkah-langkah Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi

3. Kriteria Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi

205

F. METODE PEMBELAJARAN

Metode : Student Facilitator and Explaining

Teknik : Ceramah, Diskusi, dan Tanya jawab.

G. MEDIA PEMBELAJARAM

Media : Video Wawancara, Teks wawancara.

Sumber : Buku Paket Airlangga Bahasa dan Sastra Indonesia untuk

SMP/MTs Kelas VII.

1. Media : Video wawancara, contohteks wawancara

2. Alat/Bahan :Laptop, AlatTulis, tekswawancara

3. SumberPembelajaran :

Dwi Indrawati dan Didik Durianto. 2008. Aktif Berbahasa Indonesia

untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen

Pendidikan Nasional.

H. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Pertemuan Pertama

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi

waktu

Pendahuluan

1. Guru mengondisikan siswa agar

siap mengikuti pembelajaran.

2. Siswa menjawab sapaan guru,

berdoa, dan mengondisikan diri

siap belajar.

3. Guru memerintahkan siswa untuk

mengubah tempat duduk menjadi

bentuk “U” dengan disiplin.

4. Guru menjelaskan tentang tujuan

dan manfaat pembelajaran.

5. Guru memotivasi siswa dengan

cara menceritakan salah satu kisah

penulis sukses. Setelah mendengar

cerita ini diharapkan siswa mulai

tertarik untuk menulis.

6. Guru bertanya kepada siswa

tentang wawancara dan narasi

untuk mengarahkan pemahaman

siswa tentang materi yang akan

dipelajari.

Tanya

Jawab

Tanya

Jawab

Ceramah

Ceramah

Ceramah

Tanya

Jawab

10 menit

206

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi

waktu

Inti

EKSPLORASI

1. Siswa diberikan contoh teks

wawancara dan karangan narasi

oleh guru.

2. Guru menyajikan contoh

wawancara.

3. Guru menjelaskan persamaan dan

perbedaan teks hasil wawancara

dengan narasi.

4. Guru menjelaskan bagaimana cara

mengubah teks hasil wawancara

menjadi narasi.

Ceramah

Ceramah

dan

Tanya

Jawab

Ceramah

Ceramah

10 menit

ELABORASI

1. Siswa dikelompokkan, setiap

kelompok terdiri atas 5 anak.

2. Tiap kelompok dibagikan contoh

teks hasil wawancara oleh guru.

3. Guru menugaskan kepada siswa

untuk mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi.

4. Siswa berdiskusi membahas

mengubah teks hasil observasi

menjadi narasi dengan kerja keras

dan tanggung jawab.

5. Siswa secara berkelompok

membuat kerangka karangan narasi

berdasarkan teks wawancara yang

telah dibagikan dengan jujur dan

kreatif.

6. Setelah membuat kerangka

karangan, setiap perwakilan

kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya berupa kerangka karangan

Diskusi

Diskusi

Ceramah

Diskusi

dan

Inquiri

Student

Facilitat

or and

Explaini

ng

Student

Facilitat

or and

Explaini

45 menit

207

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi

waktu

dan kelompok yang lain memberi

masukan sehingga hasilnya

menjadi maksimal dengan rasa

ingin tahu.

7. Guru memberi penguatan dengan

menanggapi pekerjaan siswa dan

memberi penilaian.

8. Setelah semua kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya,

selanjutnya mengembangkan

kerangka karangan dengan dipandu

oleh guru dengan kreatif.

9. Setiap perwakilan kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya

lagi dan kelompok yang lain

memberi masukan sehingga

hasilnya menjadi maksimal dengan

penuh tanggung jawab.

10. Guru kembali memberi penguatan

dengan menanggapi pekerjaan

siswa dan memberi penilaian.

11. Hasil akhir pekerjaan kelompok

ditempelkan di papan tempel.

12. Siswa dengan dibimbing guru

mengoreksi hasil pekerjaan

kelompok lain dengan jujur.

13. Tiap kelompok memperbaiki

karangannya berdasarkan komentar

yang telah diberikan oleh

kelompok lain dengan jujur..

ng

Ceramah

Student

Facilitat

or and

Explaini

ng

Student

Facilitat

or and

Explaini

ng

Ceramah

Student

Facilitat

or and

Explaini

ng

Ceramah

Inquiri

KONFIRMASI

14. Guru menjelaskan materi yang

belum dipahami siswa selama

pembelajaran berlangsung.

Ceramah

dan

Tanya

Jawab

5 menit

208

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi

waktu

Penutup

1. Guru bersama siswa

menyimpulkan materi

pembelajaran.

2. Guru bersama siswa melakukan

refleksi terhadap kegiatan

pembelajaran yang telah

berlangsung.

3. Guru menyampaikan rencana

kegiatan pembelajaran menulis

narasi untuk pertemuan berikutnya

Ceramah

dan

Tanya

Jawab

Tanya

Jawab

Inquiri

10 menit

Pertemuan Kedua

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi

waktu

Pendahuluan

1. Guru mengondisikan siswa agar

siap mengikuti pembelajaran.

2. Guru menjelaskan tentang tujuan

dan manfaat pembelajaran.

3. Guru memotivasi siswa agar

semangat dalam belajar.

4. Guru bertanya kepada siswa

tentang wawancara dan narasi

untuk mengarahkan pemahaman

siswa tentang materi yang akan

dipelajari.

5. Siswa diberikan kesempatan

untuk bertanya jika ada materi

yang belum dipahami.

Tanya

Jawab

Tanya

Jawab

Ceramah

Tanta

jawab

dan

Ceramah

Tanya

Jawab

10 menit

Inti

EKSPLORASI

1. Siswa dibagikan contoh teks hasil

wawancara oleh guru.

Ceramah

5 menit

209

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi

waktu

2. Guru membagikan LK 1

(kerangka narasi) dan LK 2

(pengembangan karangan narasi).

Ceramah

ELABORASI

3. Siswa secara individu menyusun

karangan narasi pada LK 1 dan 2

berdasarkan contoh teks

wawancara yang telah dibagikan

oleh guru dengan jujur dan

kreatif.

4. Siswa mempresentasikan hasil

pekerjaan mereka. Guru membuat

permainan dengan tempat pensil

berjalan. Permaianan ini berjalan

diawali dengan membuat formasi

lingkaran. Kemudian, semua

siswa menyanyikan sebuah lagu

dengan memegang tempat pensil

secara bergantian. Dan ketika

selesai menyanyikan lagu, siapa

yang memegang kotak pensil

yang terakhir maka siswa tersebut

yang mempresentasikan

pekerjaannya. Begitu pula

selanjutnya dengan tanggung

jawab dan rasa ingin tahu.

5. Siswa secara individu

mengembangkan kerangka

karangan menjadi karangan

narasi yang utuh dengan kerja

keras dan kreatif.

6. Siswa kembali mempresentasikan

hasil kerjanya. Guru kembali

dengan bermain kotak pensil

berjalan dengan tanggung jawab.

Inquiri

Demonstr

asi

Ceramah

Demonstr

asi

60 menit

210

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Metode Alokasi

waktu

7. Guru memberi penguatan dengan

menanggapi pekerjaan siswa dan

memberi penilaian.

Ceramah

KONFIRMASI

8. Guru menjelaskan materi yang

belum dipahami siswa selama

pembelajaran berlangsung.

Tanya

Jawab

5 menit

Penutup 1. Guru bersama siswa

menyimpulkan materi

pembelajaran.

2. Guru bersama siswa melakukan

refleksi terhadap pembelajaran

yang telah berlangsung.

Tanya

Jawab

Tanya

Jawab

10 menit

I. PENILAIAN

1. Teknik : Tes dan Nontes

2. Bentuk : a. Rubrik penilaian

1. Lembar Observasi Proses

2. Lembar Observasi Sikap

3. Jurnal Catatan Guru

3. Rubrik penilaian

Rubrik Penilaian Karangan Narasi

No Aspek Kategori Nilai Keterangan

1. Kesesuaian

isi

a. Isi narasi sesuai dengan teks

wawancara, tepat, bahasanya

bervariatif dan lengkap.

b. Isi narasi sesuai dengan teks

wawancara, tapi kurang bervariatif.

c. Isi narasi cukup sesuai dengan teks

wawancara namun kurang lengkap

dan kurang bervariatif

d. Isi narasi tidak sesuai dengan teks

wawancara, tidak bervariatif dan

tidak lengkap.

5

4

3

2

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

211

No Aspek Kategori Nilai Keterangan

2. Penggunaan

kalimat

langsung

dan tak

langsung

a. Penggunaan kalimat langsung dan

tak langsung tepat dan penulisannya

benar dan komunikatif.

b. Penggunaan kalimat langsung dan

tak langsung tepat dan cukup

bervariatif.

c. Penggunaan kalimat langsung dan

tak langsung ada beberapa yang

salah, namun cukup bervariatif.

d. Penggunaan kalimat langsung dan

tak langsung banyak yang salah dan

tidak bervariatif.

5

4

3

2

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

3. Ejaan dan

tanda baca

a. Penggunaan ejaan dan tanda baca

tepat semua.

b. Kesalahan ejaan dan tanda baca

kurang dari tiga kesalahan

c. Kesalahan penggunaan ejaan dan

tanda baca lebih dari tiga sampai

delapan kesalahann

d. Kesalahan penggunaan ejaan dan

tanda baca lebih dari delapan

kesalahan

5

4

3

2

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

4. Kohesi dan

koherensi

a. Kohesi dan koherensi tepat sehingga

mudah dipahami dan bervariatif

b. Kohesi dan koherensi tepat namun

kurang bervariatif

c. Kohesi dan koherensi cukup tepat

namun tidak bervariasi

d. Tidak ada kohesi dan koherensi.

Sehingga sulit dipahami.

5

4

3

2

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

5. Pemilihan

kata (diksi)

a. Pemilihan kata tepat, sesuai, dan

bervariasi.

b. Pemilihan kata tepat, sesuai, tetapi

tidak bervariasi.

c. Beberapa pemilihan cukup tepat

tetapi bervariasi dan masih bisa

dipahami.

d. Pemilihan kata tidak tepat, tidak

bervariasi sehingga sulit dipahami.

5

4

3

2

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

6. Urutan

cerita

a. Urutan cerita tepat dan runtut.

b. Urutan cerita tepat dan cukup runtut.

c. Urutan cerita cukup tepat dan cukup

runtut

d. Cerita banyak yang salah dan tidak

runtut.

5

4

3

2

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

212

No Aspek Kategori Nilai Keterangan

7. Kerapian

tulisan

a. Tulisan rapi dan mudah dibaca.

b. Tulisan rapi namun ada beberapa

coretan.

c. Tulisan kurang rapi dan banyak

coretan.

d. Tulisan tidak rapi dan sulit dibaca.

5

4

3

2

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Perhitungan nilai adalah sebagai berikut:

Pedoman Penilaian

No Skor Kategori Nilai

1 >85 Sangat baik

2 75-85 Baik

3 65-74 Cukup

4 <65 Kurang

Kendal, 20 Maret 2015

Guru Bahasa Indonesia Peneliti

Hj. Lina Andriyani S.Pd. Jihan Noor Fitriana

NIP 197407122005012002 NIM 2101411067

213

Lampiran 3

Daftar Nilai Tes Keterampilan Megubah Teks Hasil Wawancara Menjadi

NarasiSiklus I dan Siklus II

No Nama Nilai

Prasiklus

Nilai

Siklus I

Nilai

Siklus II

1 Abdul Mutolib 77 88 88

2 Ahmad Khoerul Anam 91 91 94

3 Ahmad Maulana Dzikri 68 77 82

4 Akhmad Fatkur Rohman 77 88 91

5 Alfi Farabida 65 74 80

6 Alfina Fahalisda Hakimah 68 77 82

7 Aprilia Iva Nabila 88 88 85

8 Ari Nur Rokhim 54 60 80

9 Bagus Setiawan 65 68 80

10 Buyung Rajatman 85 91 91

11 Dewi Wahyuni 57 65 82

12 Dheni Rizki Angelinawati 68 85 88

13 Dian Rizky Sulestyaningrum 54 60 80

14 Fatih Izzati 65 65 80

15 Fikran Ali Fahmi 65 77 85

16 Ida Lestari 65 71 82

17 Ikhsan Nudin Wahid 54 60 80

18 Ilham Prasetyo 77 88 91

19 Istiqomah 65 85 88

20 Lafina Kholisatul Ulya 60 62 82

21 Lia Nurdila 65 68 80

22 M.Mu'allifil Ma'ruf 77 85 88

23 Maftuchin Septiaji 54 60 80

24 Muhammad Misbahudin 65 74 82

25 Muhammad Utomo Mulyadi 54 57 80

26 Mukhamad Bagas Kurniawan 54 60 82

27 Noor Khawatun Choirunnisa 65 68 80

28 Rismatul Hidayah 68 71 80

29 Saila Qothrinnada 57 60 80

30 Siti Nafillatussa'adah 62 65 85

31 Siti Nurul Hikmah 68 85 82

32 Siti Rokhaniah 65 65 80

33 Siti Wakhidatul Inayah 65 74 82

34 Ujang Roni 65 68 82

35 Zidan Ilman Arzaq 77 88 85

Jumlah 2329 2568 2919

Rata-rata 66,5 73,3 83,4

214

Lampiran 4

Rekapitulasi Nilai Keterampilan Megubah Teks Hasil Wawancara Menjadi

Narasi Prasiklus

No Responden 1 2 3 4 5 6 7 Skor Kat

1 R1 4 3 4 5 4 4 3 77 B

2 R2 5 5 3 4 5 5 5 91 SB

3 R3 4 4 3 3 4 2 4 68 C

4 R4 4 2 5 5 3 4 4 77 B

5 R5 4 3 3 4 4 2 3 65 C

6 R6 3 2 4 4 3 4 4 68 C

7 R7 5 3 5 4 4 5 5 88 SB

8 R8 3 2 2 3 4 3 2 54 K

9 R9 4 5 2 2 3 4 3 65 C

10 R10 4 4 5 5 4 3 5 85 B

11 R11 4 2 3 2 3 2 4 57 K

12 R12 4 3 2 4 4 4 3 68 C

13 R13 2 3 3 2 3 4 2 54 K

14 R14 5 4 2 3 2 3 4 65 C

15 R15 4 4 3 2 2 3 5 65 C

16 R16 4 5 3 3 2 2 4 65 C

17 R17 3 2 2 3 4 2 3 54 K

18 R18 5 4 3 4 2 4 5 77 C

19 R19 3 5 4 3 4 2 2 65 C

20 R20 3 3 2 4 2 2 5 60 K

21 R21 2 3 5 4 2 3 4 65 C

22 R22 4 5 4 2 3 4 5 77 B

23 R23 3 3 2 2 3 2 4 54 K

24 R24 4 2 3 4 2 3 5 65 C

25 R25 4 2 2 2 3 2 4 54 K

26 R26 3 2 3 2 2 4 3 54 K

27 R27 5 4 2 3 2 3 4 65 C

28 R28 3 4 2 4 3 3 5 68 C

29 R29 3 2 4 3 2 2 4 57 K

30 R30 4 3 2 4 2 2 5 62 K

31 R31 5 4 3 4 3 2 3 68 C

32 R32 4 5 3 3 2 2 4 65 C

33 R33 5 4 2 3 4 2 3 65 C

34 R34 4 4 2 3 2 3 5 65 C

35 R35 4 4 3 4 3 4 5 77 B

Jumlah 105 137 102 92 136 101 105 2329

Rata-rata 60

(K)

78,2

(B)

58,3

(K)

52,6

(K)

77,7

(B)

57,7

(K)

60

(K) 66,5

215

Lampiran 5

Rekapitulasi Nilai Keterampilan Megubah Teks Hasil Wawancara Menjadi

Narasi Siklus I

No Responden 1 2 3 4 5 6 7 Skor Kat

1 R1 5 5 4 4 4 4 5 88 SB

2 R2 4 5 5 5 5 4 4 91 SB

3 R3 3 4 3 4 4 4 5 77 B

4 R4 4 5 4 5 4 4 5 88 SB

5 R5 4 4 3 4 3 4 4 74 B

6 R6 3 4 4 3 4 4 5 77 B

7 R7 5 5 4 5 4 5 3 88 SB

8 R8 3 3 3 2 4 3 3 60 K

9 R9 4 4 3 4 4 3 2 68 C

10 R10 5 5 5 4 5 5 3 91 SB

11 R11 3 4 3 3 4 4 2 65 C

12 R12 4 5 4 4 5 5 3 85 B

13 R13 3 4 3 2 4 3 2 60 K

14 R14 3 2 3 3 4 4 4 65 C

15 R15 4 5 3 4 3 4 4 77 B

16 R16 4 3 3 4 4 4 3 71 C

17 R17 2 4 3 2 4 3 3 60 K

18 R18 4 5 4 5 5 5 3 88 SB

19 R19 4 5 3 5 4 5 4 85 B

20 R20 3 3 2 4 4 4 2 62 K

21 R21 4 4 3 4 3 3 3 68 C

22 R22 4 5 5 4 4 5 3 85 B

23 R23 3 4 2 3 3 4 2 60 K

24 R24 4 4 3 4 3 4 4 74 C

25 R25 2 2 3 3 4 3 3 57 K

26 R26 3 3 3 3 3 4 2 60 K

27 R27 3 3 3 4 3 4 4 68 C

28 R28 4 4 3 4 4 4 2 71 C

29 R29 3 2 3 3 4 4 4 60 K

30 R30 2 4 3 4 4 4 4 65 C

31 R31 5 5 4 4 4 4 4 85 B

32 R32 4 4 3 4 3 3 2 65 C

33 R33 4 4 3 4 3 4 4 74 C

34 R34 4 4 3 4 3 4 2 68 C

35 R35 4 5 4 4 5 5 4 88 SB

Jumlah 127 141 117 132 137 140 115 2568

Rata-rata 72,8

(C)

80,5

(B)

66,8

(C)

75,5

(B)

78,3

(B)

80

(B)

65,7

(C)

73,3

(C)

216

Lampiran 6

Rekapitulasi Nilai Keterampilan Megubah Teks Hasil Wawancara menjadi

Narasi Siklus II

No Responden 1 2 3 4 5 6 7 Skor Kat

1 R1 4 5 5 5 4 5 3 88 SB

2 R2 5 5 5 5 4 4 5 94 SB

3 R3 4 4 3 5 5 4 4 82 B

4 R4 5 4 5 4 5 5 4 91 SB

5 R5 4 4 3 5 4 3 5 80 B

6 R6 4 4 3 5 4 5 4 82 B

7 R7 4 4 5 4 4 4 5 85 SB

8 R8 4 4 5 3 4 4 4 80 B

9 R9 4 5 4 5 4 3 3 80 B

10 R10 5 5 4 5 5 5 3 91 SB

11 R11 4 3 5 5 4 4 4 82 B

12 R12 5 5 5 3 4 4 5 88 SB

13 R13 4 4 4 3 4 5 4 80 B

14 R14 3 5 3 5 4 4 4 80 B

15 R15 4 5 3 5 5 4 4 85 B

16 R16 4 4 3 5 5 3 5 82 B

17 R17 3 4 3 5 4 4 5 80 B

18 R18 5 4 5 3 5 5 5 91 SB

19 R19 4 5 5 4 5 5 3 88 SB

20 R20 4 4 3 5 4 4 5 82 B

21 R21 4 3 5 3 4 5 4 80 B

22 R22 5 4 5 5 4 4 4 88 SB

23 R23 4 4 4 4 4 5 3 80 B

24 R24 4 4 4 3 5 5 4 82 B

25 R25 4 5 4 3 4 5 3 80 B

26 R26 4 4 5 4 3 5 4 82 B

27 R27 4 3 4 4 4 5 4 80 B

28 R28 4 4 4 3 4 5 4 80 B

29 R29 4 5 4 3 4 5 3 80 B

30 R30 4 4 5 4 4 4 5 85 B

31 R31 4 4 4 4 4 4 5 82 B

32 R32 3 4 3 4 4 5 5 80 B

33 R33 4 4 4 4 4 5 4 82 B

34 R34 4 3 4 5 4 4 5 82 B

35 R35 4 4 5 4 5 4 4 85 B

Jumlah 143 146 145 147 148 149 146 2919

Rata-rata 81,7

(B)

83,4

(B)

82,7

(B)

84

(B)

85,2

(B)

88

(SB)

83,4

(B)

83,4

(B)

217

Lampiran 7

Pedoman Lembar Observasi Proses

No Respon

den

Kegiatan

1

Kegiatan

2

Kegiatan

3

Kegiatan

4

Kegiatan

5

Kegiatan

6

Kegiatan

7

Kegiatan

8 Keterangan Kegiatan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 R1 Kegiatan 1: Siswa membaca dan

mengamati contoh teks hasil

wawancara yang telah dibagikan

oleh guru.

Kegiatan 2: Siswa mendengarkan

beberapa

pertanyaan pancingan yang

dibacakan oleh guru agar lebih teliti

dalam menganalisis isi teks

wawancara.

Kegiatan 3: Siswa

dikelompokkan. Masing-masing

kelompok terdiri atas 5 anak.

Kegiatan 4: Setiap

kelompokmembuat kerangka

karangan narasi yang terdapat pada

LK I.

2 R2

3 R3

4 R4

5 R5

6 R6

7 R7

8 R8

9 R9

10 R10

11

12

13

14

15

16

218

No Respon

den

Kegiatan

1

Kegiatan

2

Kegiatan

3

Kegiatan

4

Kegiatan

5

Kegiatan

6

Kegiatan

7

Kegiatan

8 Keterangan Kegiatan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

17 Kegiatan 5: Perwakilan kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya

berupa kerangka karangan dan yang

lain memberi masukan.

Kegiatan 6: Setiap

kelompokmengembangkan kerangka

karangan menjadi narasi yang utuh

yang terdapat pada LK 2.

Langkah 7: Perwakilan

kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya berupa karangan narasi dan

yang lain memberi masukan.

Kegiatan 8: siswa secara individu

mengubah teks hasil wawancara

menjadi karangan narasi.

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

Jumlah

Berilah tanda (√) pada setiap nilai kegiatan yang telah diikuti oleh siswa

Keterangan penskoran:

1. Skor 1 : BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

2. Skor 2 : MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalammengikuti kegiatan pembelajaran.

219

3. Skor 3 : MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

4. Skor 4 : MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

220

Lampiran 8

Pedoman Wawancara Siswa

Nama siswa :

Kelas/No. Presensi :

Hari, tanggal :

1. Apakah kamu suka mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi?

2. Biasanya kamu mengubahteks hasil wawancara menjadi narasiuntuk apa?

3. Apakah penjelasan guru mengenai materi pembelajaran keterampilan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasimudah dipahami?

4. Materi apa yang kurang kamu pahami dalam pembelajaran keterampilan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi?

5. Apa kamu tertarik mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi tadi?

6. Kesulitan apa yang kamu hadapi ketika mengikuti pembelajaran tadi?

7. Manfaat apa yang kamu peroleh setelah mengikuti pembelajaran tadi?

8. Bagaimana perasaan kamu ketika mengikuti pembelajaran tadi?

9. Adakah perbedaan sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran keterampilan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi?

10. Apa saran kamu terhadap pembelajaranketerampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasiyang akan datang?

221

Lampiran 9

Pedoman Jurnal Siswa

Nama siswa :

Kelas/No. Presensi :

Hari, tanggal :

1. Bagaimana perasaan Anda selama mengikuti pembelajaran menulis narasi dari

teks hasil wawancara pada hari ini?

............................................................................................................................

Alasan : ..............................................................................................................

................................................................................................. ...........................

2. Apa kesulitan yang Anda alami dalam menulis narasi dari teks hasil

wawancara?

............................................................................................................................

Alasan : ..............................................................................................................

................................................................................................. ...........................

3. Bagaimana tanggapan Anda mengenai metode pembelajaran student facilitator

and explaining yang digunakan?

............................................................................................................................

Alasan : ..............................................................................................................

................................................................................................. ...........................

4. Bagaimana kesan Anda terhadap gaya mengajar yang dilakukan oleh guru?

............................................................................................................................

Alasan : ..............................................................................................................

................................................................................................. ...........................

5. Saran apa yang dapat Anda berikan untuk pembelajaran menulis narasi dari

teks hasil wawancara melalui metode pembelajaran student facilitator and

explainingberbasis pendidikan karakter?

............................................................................................................................

............................................................................................................................

222

Lampiran 10

Pedoman Jurnal Guru

Guru pengampu :

Hari, tanggal :

1. Bagaimana persiapan siswa sebelum mengikuti pembelajaran menulis narasi

dari teks hasil wawancara dengan metode pembelajaran student facilitator and

explainingberbasis karakter?

............................................................................................................................

............................................................................................................................

2. Bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis narasi dari

teks hasil wawancara melalui metode pembelajaran student facilitator and

explainingberbasis karakter?

............................................................................................................................

............................................................................................................................

1. Bagaimana perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran?

............................................................................................................................

............................................................................................................................

............................................................................................................................

4. Bagaimana situasi kelas saat pembelajaran?

............................................................................................................................

............................................................................................................................

............................................................................................................................

5. Kejadian-kejadian apa saja yang muncul pada saat pembelajaran keterampilan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi dengan metode pembelajaran

student facilitator and explaining berbasis karakter?

............................................................................................................................

............................................................................................................................

223

Lampiran 11

Pedoman Lembar Observasi Sikap

No Sikap/

Nilai Aspek Pengamatan

Hasil Observasi Catatan

Baik Cukup Kurang

1

Jujur

Siswa selalu mengerjakan

tugas sendiri, tidak plagiat.

Siswa tidak berbohong pada

kegiatan membuat kerangka

karangan narasi dan

mengembangkan menjadi

narasi yang utuh

Siswa tidak menyontek

ketika ulangan

2 Disiplin Siswa masuk kelas tepat

waktu

Siswa selalu mengerjakan

tugas dengan baik dan

dikumpulkan tepat waktu

3 Kerja

keras

Siswa aktif mencatat

penjelasan guru

Siswa aktif bertanya kepada

guru maupun temannya

ketika kurang paham

tentang materi yang

diajarkan

Siswa bersungguh-sungguh

dalam mengerjakan tugas

Siswa berusaha

menyelesaikan tugas

dengan sungguh-sungguh

4 Kreatif Siswa menuangkan ide atau

gagasan baru dalam

mengerjakan tugas

5

Rasa

ingin tahu

Siswa mendengarkan

penjelasan guru dengan

penuh perhatian

Siswa aktif bertanya kepada

224

No Sikap/

Nilai Aspek Pengamatan

Hasil Observasi Catatan

Baik Cukup Kurang

guru

Siswa aktif menjawab

pertanyaan atau

memberikan tanggapan

6 Tanggung

jawab

Siswa selalu melaksanakan

tugas dan kewajibannya

dengan baik pada kegiatan

pembelajaran mengubah

teks hasil observasi menjadi

narasi

Siswa selalu menyelesaikan

tugas dengan data atau

informasi yang dapat

dipercaya

225

Lampiran 12

Hasil Observasi Proses Siklus 1

No Respon

den

Kegiatan

1

Kegiatan

2

Kegiatan

3

Kegiatan

4

Kegiatan

5

Kegiatan

6

Kegiatan

7

Kegiatan

8 Keterangan Kegiatan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 R1 √ √ √ √ √ √ √ √ Kegiatan 1: Siswa membaca dan

mengamati contoh teks hasil

wawancara yang telah dibagikan

oleh guru.

Kegiatan 2: Siswa

mendengarkan beberapa

pertanyaan pancingan yang

dibacakan oleh guru agar lebih

teliti dalam menganalisis isi teks

wawancara.

Kegiatan 3: Siswa

dikelompokkan. Masing-masing

kelompok terdiri atas 5 anak.

Kegiatan 4: Setiap

kelompokmembuat kerangka

karangan narasi yang terdapat

pada LK I.

2 R2 √ √ √ √ √ √ √ √

3 R3 √ √ √ √ √ √ √ √

4 R4 √ √ √ √ √ √ √ √

5 R5 √ √ √ √ √ √ √ √

6 R6 √ √ √ √ √ √ √ √

7 R7 √ √ √ √ √ √ √ √

8 R8 √ √ √ √ √ √ √ √

9 R9 √ √ √ √ √ √ √ √

10 R10 √ √ √ √ √ √ √ √

11 R11 √ √ √ √ √ √ √ √

12 R12 √ √ √ √ √ √ √ √

13 R13 √ √ √ √ √ √ √ √

14 R14 √ √ √ √ √ √ √ √

15 R15 √ √ √ √ √ √ √ √

16 R16 √ √ √ √ √ √ √ √

No Respon

den

Kegiatan

1

Kegiatan

2

Kegiatan

3

Kegiatan

4

Kegiatan

5

Kegiatan

6

Kegiatan

7

Kegiatan

8 Keterangan Kegiatan

226

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

17 R17 √ √ √ √ √ √ √ √ Kegiatan 5: Perwakilan

kelompok mempresentasikan

hasil kerjanya berupa kerangka

karangan dan yang lain memberi

masukan.

Kegiatan 6: Setiap

kelompokmengembangkan

kerangka karangan menjadi

narasi yang utuh yang terdapat

pada LK 2.

Langkah 7: Perwakilan

kelompok mempresentasikan

hasil kerjanya berupa karangan

narasi dan yang lain memberi

masukan.

Kegiatan 8: siswa secara

individu mengubah teks hasil

wawancara menjadi karangan

narasi.

18 R18 √ √ √ √ √ √ √ √

19 R19 √ √ √ √ √ √ √ √

20 R20 √ √ √ √ √ √ √ √

21 R21 √ √ √ √ √ √ √ √

22 R22 √ √ √ √ √ √ √ √

23 R23 √ √ √ √ √ √ √ √

24 R24 √ √ √ √ √ √ √ √

25 R25 √ √ √ √ √ √ √ √

26 R26 √ √ √ √ √ √ √ √

27 R27 √ √ √ √ √ √ √ √

28 R28 √ √ √ √ √ √ √ √

29 R29 √ √ √ √ √ √ √ √

30 R30 √ √ √ √ √ √ √ √

31 R31 √ √ √ √ √ √ √ √

32 R32 √ √ √ √ √ √ √ √

33 R33 √ √ √ √ √ √ √ √

34 R34 √ √ √ √ √ √ √ √ √

35 R35 √ √ √ √ √ √ √ √

Jumlah

Berilah tanda (√) pada setiap nilai kegiatan yang telah diikuti oleh siswa

Keterangan penskoran:

1. Skor 1 : BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

2. Skor 2 : MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalammengikuti kegiatan pembelajaran.

3. Skor 3 : MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

227

4. Skor 4 : MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

228

Lampiran 13

Hasil Wawancara Siswa Siklus I

1. Apakah kamu suka mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi?

Jawaban:

No Responden 2 : Senang karena sering menulis narasi

16 : Biasa saja

25 : Tidak suka karena tidak bisa mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi.

2. Biasanya kamu mengubahteks hasil wawancara menjadi narasi untuk apa?

Jawaban:

No Responden 2 : Untuk membuat tugas

16 : Untuk membuat tugas

25 : Membuat tugas

3. Apakah penjelasan guru mengenai materi pembelajaran keterampilan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi mudah dipahami?

Jawaban:

No Responden 2 : Mudah sekali

16 : Mudah dipahami

25 : sangat mudah

4. Materi apa yang kurang kamu pahami dalam pembelajaran keterampilan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi?

Jawaban:

No Responden 2 : Semua materi bisa dipahami

16 : Semua materi bisa dipahami namun sulit menerapkan

terutama harus sesuai dengan kronologis peristiwa

25 : sangat mudah

5. Apa kamu tertarik mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi tadi?

Jawaban:

No Responden 2 : Tertarik karena menyenangkan

16 : tertarik karena semakin mudah saat mengubah teks

hasil wawancara menjadi narasi

25 : Tertarik karena menyenangkan

6. Kesulitan apa yang kamu hadapi ketika mengikuti pembelajaran tadi?

229

Jawaban:

No Responden 2 : Kesulitan saat menentukan ide pokok dan harus sesuai

dengan kronologis peristiwa

16 : Menentukan ide pokok dan sesuai dengan kronologis

peristiwa

25 : kesulitan menentukan ide pokok dan harus sesuai

dengan kronologis peristiwa

7. Manfaat apa yang kamu peroleh setelah mengikuti pembelajaran tadi?

Jawaban:

No Responden 2 : Jadi tahu langkah mudah mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi

16 : Berpikir bahwa menulis narasi itu mudah

25 : Semakin cepat saat menulis narasi

8. Bagaimana perasaan kamu ketika mengikuti pembelajaran tadi?

Jawaban:

No Responden 2 : Senang

16 : Sangat senang

25 : Senang

9. Adakah perbedaan sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran keterampilan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi?

Jawaban:

No Responden 2 : Jadi tahu langkah mudah mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi

16 : Semakin cepat saat menulis narasi

25 : Semakin cepat saat menulis narasi

10. Apa saran kamu terhadap pembelajaranketerampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasiyang akan datang?

Jawaban:

No Responden 2 : Agar guru meminta siswa mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi sendiri dari awal

16 : Sudah baik dan tidak ada saran apa-apa.

25 : Sudah baik dan tidak ada saran apa-apa.

230

Lampiran 14

Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I (1)

231

Lampiran 15

Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I (2)

232

Lampiran 16

Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I (3)

233

Lampiran 17

Hasil Jurnal Guru Siklus I

Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks

hasil wawancara menjadi narasi menggunakan metode student facilitator and

explaining berbasis karakterdapat dilihat ketika peneliti memasuki kelas, siswa

telah siap di tempat duduk masing-masing. Suasan kelas menjaditenang ketika

guru memulai pembelajaran. Keaktifan siswa berpartisipasi dalam kegiatan

pembelajaran sudah terlihat dengan baik. Namu, masih ada siswa yang masih

terlihat malu dan belukm aktif. Siswa dapat menerima materi dengan semangat

dan antusias. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang aktif, senang dan bersemangat

baik ketika menerima materi maupun saat melakukan tes mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi. Perilaku siswa selama proses pembelajaran sebagian

besar sudah menunjukan perilaku positif artinya siswa memperhatikan penjelasan

guru dengan seksama dan sungguh-sungguh dalam mengerjakan tes yang

diberikan, meskipun ada siswa yang kurang serius dan berbicara sendiri ketika

guru memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran.

Tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran bermacam-macam.

Beberapa siswa putri memberikan tanggapan yang antusias terhadap materi yang

diberikan. Namun sebagian siswa putra terlihat enggan melakukan pembelajaran

ini. Siswa merasa kesulitan mengembangkan cerita dan masih kesulitan dalam

pilihan kata dan ejaan.

Selain hal di atas, kejadian lain yang muncul ketika proses pembelajaran

adalah adanya beberapa siswa putra yang mencoba menggangu temanya yang

sedang mengerjakan, sehingga menggangu konsentrasi teman yang lain.

234

Lampiran 18

Rekapitulasi Hasil Observasi Sikap Siklus 1

No Respon

den

Jujur Disiplin Kerja Keras Kreatif Rasa Ingin Tahu Tanggung

Jawab

Aspek

1

Aspek

2

Aspek

3

Aspek

1

Aspek

2

Aspek

1

Aspek

2

Aspek

3

Aspek

4

Aspek

1

Aspek

1

Aspek

2

Aspek

3

Aspek

1

Aspek

2

1 R1 B B B B B C B C B B B K B B B

2 R2 C B B B B B B B C B B K B B B

3 R3 B B B B B B C B B C B B C B B

4 R4 B B B B B B K B B B C B B B B

5 R5 B B B C B B B B B B B C K B B

6 R6 B B B B B B C B B B B C K B B

7 R7 B C B B B B B K B B B B C B B

8 R8 B B B B B C B B K B B K B B B

9 R9 C B B B B B K C B B B B K B B

10 R10 B B B B B B C B B C K B B B B

11 R11 B B B B B B B B C B B B C B B

12 R12 B B B B B B C B B B C K B B B

13 R13 B K B B B B C B B C B B B B B

14 R14 B B B B B C K B B B B B C B B

15 R15 C B B B B B B C B B B B K B B

16 R16 B B B B B B C K B B B K B B C

17 R17 B B B K B K B B B B C B B B B

No Respon

den Jujur Disiplin Kerja Keras Kreatif Rasa Ingin Tahu

Tanggung

Jawab

235

Aspek

1

Aspek

2

Aspek

3

Aspek

1

Aspek

2

Aspek

1

Aspek

2

Aspek

3

Aspek

4

Aspek

1

Aspek

1

Aspek

2

Aspek

3

Aspek

1

Aspek

2

18 R18 B B B B B B C B B B B C K B B

19 R19 B C B B B B B B B C B B C B B

20 R20 B B B B B B C B B B B K B B B

21 R21 B B B B B C B C B B B K B B B

22 R22 B B B B C B B B C K B B K B B

23 R23 B B B B B B C K B B B B K B B

24 R24 C B B B B B B C B B B B K B B

25 R25 B B B B B B B B K B B C B B K

26 R26 B B C B B B B B B C B K B B B

27 R27 B B B B B C C B B B B B K B B

28 R28 B K B B B B B B C B B B B B B

29 R29 B B B B B B C B B B B K B B B

30 R30 B C B B B B K B B B C B K B B

31 R31 C B B B B B B B B K B B B B B

32 R32 B B B B B B B B C B B K B B B

33 R33 B B B B B B B C B B K B B B B

34 R34 B B B B B B K B B B B C K B B

35 R35 B B B C B B B K B B C K B B B

Ju

ml

ah

B 30 30 34 32 34 29 20 25 28 27 28 17 15 35 33

C 5 3 1 2 1 5 11 6 5 5 5 5 9 0 1

K 0 2 0 1 0 1 4 4 2 3 2 13 11 0 1

Keterangan nilai: B: Baik,C: Cukup, dan K: Kurang.

236

Keterangan Aspek Sikap:

Sikap Aspek

Jujur 1. Siswa selalu mengerjakan tugas sendiri, tidak plagiat.

2. Siswa tidak berbohong pada kegiatan membuat kerangka karangan narasi dan

mengembangkan menjadi narasi yang utuh.

3. Siswa tidak menyontek ketika ulangan.

Disiplin 1. Siswa masuk kelas tepat waktu.

2. Siswa selalu mengerjakan tugas dengan baik dan dikumpulkan tepat waktu.

Kerja keras 1. Siswa aktif mencatat penjelasan guru.

2. Siswa aktif bertanya kepada guru maupun temannya ketika kurang paham tentang materi

yang diajarkan.

3. Siswa bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas.

4. Siswa berusaha menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh.

Kreatif 2. Siswa menuangkan ide atau gagasan baru dalam mengerjakan tugas.

Rasa ingin

tahu

1. mendengarkan penjelasan guru dengan penuh perhatian.

2. Siswa aktif bertanya kepada guru.

3. Siswa aktif menjawab pertanyaan atau memberikan tanggapan.

Tanggung

jawab

1. Siswa selalu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik pada kegiatan

pembelajaran mengubah teks hasil observasi menjadi narasi

2. Siswa selalu menyelesaikan tugas dengan data atau informasi yang dapat dipercaya

237

Lampiran 19

Hasil Observasi Proses Siklus 2

No Respon

den

Kegiatan

1

Kegiatan

2

Kegiatan

3

Kegiatan

4

Kegiatan

5

Kegiatan

6

Kegiatan

7

Kegiatan

8 Keterangan Kegiatan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 R1 √ √ √ √ √ √ √ √ Kegiatan 1: Siswa membaca dan

mengamati contoh teks hasil

wawancara yang telah dibagikan

oleh guru.

Kegiatan 2: Siswa

mendengarkan beberapa

pertanyaan pancingan yang

dibacakan oleh guru agar lebih

teliti dalam menganalisis isi teks

wawancara.

Kegiatan 3: Siswa

dikelompokkan. Masing-masing

kelompok terdiri atas 5 anak.

Kegiatan 4: Setiap

kelompokmembuat kerangka

karangan narasi yang terdapat

pada LK I.

2 R2 √ √ √ √ √ √ √ √

3 R3 √ √ √ √ √ √ √ √

4 R4 √ √ √ √ √ √ √ √

5 R5 √ √ √ √ √ √ √ √

6 R6 √ √ √ √ √ √ √ √

7 R7 √ √ √ √ √ √ √ √

8 R8 √ √ √ √ √ √ √ √

9 R9 √ √ √ √ √ √ √ √ √

10 R10 √ √ √ √ √ √ √ √

11 R11 √ √ √ √ √ √ √ √

12 R12 √ √ √ √ √ √ √ √

13 R13 √ √ √ √ √ √ √ √

14 R14 √ √ √ √ √ √ √ √

15 R15 √ √ √ √ √ √ √ √

16 R16 √ √ √ √ √ √ √ √

No Respon

den

Kegiatan

1

Kegiatan

2

Kegiatan

3

Kegiatan

4

Kegiatan

5

Kegiatan

6

Kegiatan

7

Kegiatan

8 Keterangan Kegiatan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

238

17 R17 √ √ √ √ √ √ √ √ Kegiatan 5: Perwakilan

kelompok mempresentasikan

hasil kerjanya berupa kerangka

karangan dan yang lain memberi

masukan.

Kegiatan 6: Setiap

kelompokmengembangkan

kerangka karangan menjadi

narasi yang utuh yang terdapat

pada LK 2.

Langkah 7: Perwakilan

kelompok mempresentasikan

hasil kerjanya berupa karangan

narasi dan yang lain memberi

masukan.

Kegiatan 8: siswa secara

individu mengubah teks hasil

wawancara menjadi karangan

narasi.

18 R18 √ √ √ √ √ √ √ √

19 R19 √ √ √ √ √ √ √ √

20 R20 √ √ √ √ √ √ √ √

21 R21 √ √ √ √ √ √ √ √

22 R22 √ √ √ √ √ √ √ √

23 R23 √ √ √ √ √ √ √ √

24 R24 √ √ √ √ √ √ √ √

25 R25 √ √ √ √ √ √ √ √

26 R26 √ √ √ √ √ √ √ √

27 R27 √ √ √ √ √ √ √ √

28 R28 √ √ √ √ √ √ √ √

29 R29 √ √ √ √ √ √ √ √

30 R30 √ √ √ √ √ √ √ √

31 R31 √ √ √ √ √ √ √ √

32 R32 √ √ √ √ √ √ √ √

33 R33 √ √ √ √ √ √ √ √

34 R34 √ √ √ √ √ √ √ √

35 R35 √ √ √ √ √ √ √ √

Jumlah

Berilah tanda (√) pada setiap nilai kegiatan yang telah diikuti oleh siswa

Keterangan penskoran:

1. Skor 1 : BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

2. Skor 2 : MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalammengikuti kegiatan pembelajaran.

3. Skor 3 : MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

4. Skor 4 : MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

239

Lampiran 20

Hasil Wawancara Siswa Siklus II

1. Apakah kamu suka mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi?

Jawaban:

No Responden 2 :Tertarik.

19 : Ya, tertarik.

32 : Tertarik

2. Biasanya kamu mengubahteks hasil wawancara menjadi narasi untuk apa?

Jawaban:

No Responden 2 :Menurut saya untuk membuat tugas.

19 : Membuat tugas.

32 : Untuk membuat tugas.

3. Apakah penjelasan guru mengenai materi pembelajaran keterampilan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi mudah dipahami?

Jawaban:

No Responden 2 : Mudah sekali

19 : Mudah dipahami

32 : Sangat mudah

4. Materi apa yang kurang kamu pahami dalam pembelajaran keterampilan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi?

Jawaban:

No Responden 2 : Semua materi bisa dipahami

19 : Semua materi bisa dipahami namun sulit menerapkan

terutama harus sesuai dengan kronologis peristiwa

32 : Semua materi bisa dipahami namun sulit menerapkan

terutama harus sesuai dengan kronologis peristiwa.

5. Apa kamu tertarik mengikuti pembelajaran keterampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi tadi?

Jawaban:

No Responden 2 : Tertarik karena menyenangkan.

16 : Tertarik karena semakin mudah saat mengubah teks

hasil wawancara menjadi narasi.

25 : Tertarik karena semakin mudah saat mengubah teks

hasil wawancara menjadi narasi.

6. Kesulitan apa yang kamu hadapi ketika mengikuti pembelajaran tadi?

240

Jawaban:

No Responden 2 : Sudah tidak ada kesulitan dalam keterampilan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.

16 : Sudah tidak ada kesulitan dalam keterampilan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.

25 : Sudah tidak ada kesulitan dalam keterampilan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi.

7. Manfaat apa yang kamu peroleh setelah mengikuti pembelajaran tadi?

Jawaban:

No Responden 2 : Jadi tahu langkah mudah mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi

16 : Berpikir bahwa menulis narasi itu mudah

25 : Semakin cepat saat menulis narasi

8. Bagaimana perasaan kamu ketika mengikuti pembelajaran tadi?

Jawaban:

No Responden 2 : Senang

16 : Sangat senang

25 : Senang

9. Adakah perbedaan sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran keterampilan

mengubah teks hasil wawancara menjadi narasi?

Jawaban:

No Responden 2 : Jadi tahu langkah mudah mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi

16 : Semakin cepat saat menulis narasi

25 : Semakin cepat saat menulis narasi

10. Apa saran kamu terhadap pembelajaranketerampilan mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasiyang akan datang?

Jawaban:

No Responden 2 : Agar guru meminta siswa mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi sendiri dari awal

16 : Sudah baik dan tidak ada saran apa-apa.

25 : Sudah baik dan tidak ada saran apa-apa.

241

Lampiran 21

Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II (1)

242

Lampiran 22

Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II (2)

243

Lampiran 23

Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II (3)

244

Lampiran 24

Hasil Jurnal Guru Siklus II

Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran mengubah teks hasil

wawancara menjadi narasi menggunakan metodestudent facilitator and

explainingberbasis karakter ini terlihat lebih baik. Siswa terlihat lebih antusias

untuk menerima pembelajaran dibandingkan siklus I.

Keaktifan siswa berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran siklus II juga

lebih baik daripada siklus I. Siswa dapat menerima materi dengan semangat dan

antusias. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang aktif, senang dan bersemangat baik

ketika menerima materi maupun saat melakukan tes menulis paragraf narasi.

Perilaku siswa selama proses pembelajaran siklus II ini juga lebih baik

dibandingkan siklus I. Sebagian besar sudah menunjukan perilaku positif artinya

siswa memperhatikan penjelasan guru dengan seksama dan sungguh-sungguh

dalam mengerjakan tes yang diberikan, meskipun ada siswa yang kurang serius

dan berbicara sendiri ketika guru memberikan penjelasan tentang materi

pembelajaran.

Tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran bermacam-macam .

Beberapa siswa putri memberikan tanggapan yang antusias terhadap materi yang

diberikan. Namun, sebagian siswa juga kesulitan dalam pembejaran menulis

narasi ini.

Selain hal di atas, kejadian lain yang muncul ketika proses pembelajaran

adalah adanya beberapa siswa putra yang mencoba menggangu temanya yang

sedang mengerjakan, sehingga menggangu konsentrasi teman yang lain. Namun

kejadian ini dapat dihentikan oleh peringatan guru.

245

Lampiran 25

Rekapitulasi Nilai Observasi Sikap Siklus 2

No Respon

den

Jujur Disiplin Kerja Keras Kreatif Rasa Ingin Tahu Tanggung

Jawab

Aspek

1

Aspek

2

Aspek

3

Aspek

1

Aspek

2

Aspek

1

Aspek

2

Aspek

3

Aspek

4

Aspek

1

Aspek

1

Aspek

2

Aspek

3

Aspek

1

Aspek

2

1 R1 B B B B B B C B B B B B B B B

2 R2 B B B B B B B B B C B B B B B

3 R3 B B B B B B B C B B B B B B B

4 R4 B B B B B B B B C B B B B B B

5 R5 B B B B B B B B B B B C B B B

6 R6 B C B B B B B B B B B B B B B

7 R7 B B B B B B C B B B B B B B B

8 R8 B B B B B C B B B B B B B B B

9 R9 B B B B B B B B B C B B B B B

10 R10 B B B B B B B C B B B B B B B

11 R11 B B B B C B B B B B B B B B B

12 R12 B B B B B B B B B B C B B B B

13 R13 B B B B B B B B B B B C B B B

14 R14 B K B B B B B B B C B B B B B

15 R15 B B B B B B B B B B B C B B B

16 R16 B B B B B B B B B B B B C B B

17

R17 B B B B B C B B B B B B B B B

No Respon

den Jujur Disiplin Kerja Keras Kreatif Rasa Ingin Tahu

Tanggung

Jawab

246

Aspek

1

Aspek

2

Aspek

3

Aspek

1

Aspek

2

Aspek

1

Aspek

2

Aspek

3

Aspek

4

Aspek

1

Aspek

1

Aspek

2

Aspek

3

Aspek

1

Aspek

2

18 R18 C B B B B B B B B B B C B B B

19 R19 B B B B B B B C B C B B B B B

20 R20 B B B B B B B B C B B B B B B

21 R21 B C B B B B B B B B B B B B B

22 R22 B B B B B B B B B C B B B B B

23 R23 B B B B B B B B B C B B B B B

24 R24 B B B B B B B C B B B B B B B

25 R25 B B B B B B C B B B B B B B B

26 R26 B B B B B B B B B B B C B B B

27 R27 B B B B B B B B B B B B C B B

28 R28 B B B B B B B B B B B K B B B

29 R29 B B B B B B C B B B B B B B B

30 R30 B B B B B B B B C B B B B B B

31 R31 B B B B B B B B B B B B B B B

32 R32 C B B B B B B B B B B K B B B

33 R33 B B B B B B C B B B B B B B B

34 R34 B B B B B B B B B B B B B B B

35 R35 B B B B B B B B B B B B B B B

Ju

ml

ah

B 33 32 35 35 34 33 30 31 32 29 34 28 33 35 35

C 2 2 0 0 1 2 5 4 3 6 1 5 2 0 0

K 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0

Keterangan nilai: B: Baik,C: Cukup, dan K: Kurang

247

Keterangan Aspek Sikap:

Sikap Aspek

Jujur 4. Siswa selalu mengerjakan tugas sendiri, tidak plagiat.

5. Siswa tidak berbohong pada kegiatan membuat kerangka karangan narasi dan

mengembangkan menjadi narasi yang utuh.

6. Siswa tidak menyontek ketika ulangan.

Disiplin 3. Siswa masuk kelas tepat waktu.

4. Siswa selalu mengerjakan tugas dengan baik dan dikumpulkan tepat waktu.

Kerja keras

5. Siswa aktif mencatat penjelasan guru.

6. Siswa aktif bertanya kepada guru maupun temannya ketika kurang paham tentang

materi yang diajarkan.

7. Siswa bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas.

8. Siswa berusaha menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh.

Kreatif 3. Siswa menuangkan ide atau gagasan baru dalam mengerjakan tugas.

Rasa ingin

tahu

4. mendengarkan penjelasan guru dengan penuh perhatian.

5. Siswa aktif bertanya kepada guru.

6. Siswa aktif menjawab pertanyaan atau memberikan tanggapan.

Tanggung

jawab

3. Siswa selalu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik pada kegiatan

pembelajaran mengubah teks hasil observasi menjadi narasi

4. Siswa selalu menyelesaikan tugas dengan data atau informasi yang dapat dipercaya

248

Lampiran 26

249

Lampiran 27

250

Lampiran 28

251

Lampiran 29

252

Lampiran 30

253

Lampiran 31

254

255

256

257

Lampiran 32

Contoh Teks Hasil Wawancara Siklus I

1. Contoh Teks 1

Bahaya Narkoba

Angga : Selamat siang, Dok. Apa kabar?

Dokter : Siang, Dik. Kabar saya baik-baik saja. Mari, silahkan duduk.

Angga : Terima kasih, Dok. Maaf mengganggu waktunya. Nama saya Yusuf

Angga Dwitama, siswa kelas VII di SMP Nurul Islam.

Dokter : Oh tidak apa-apa, jangan sungkan Dik Yusuf. Jadi ada perlu apa Adik

kemari?

Angga : Begini Dok, saya ada tugas dari sekolah untuk mewancarai dokter, ini

perihal narkoba dan bahayanya bagi manusia.

Dokter : Oh, bagus sekali itu untuk diketahui. Jadi, dimulai dari mana ini?

Angga : Pertama-tama, menurut dokter apa penyebab generasi muda jaman

sekarang mudah terjerumus oleh narkoba dan hal-hal yang

diharamkan lainnya?

Dokter : Nah baiklah. Menurut saya, ada 3 penyebab utamanya, Dik. Pertama

adalah pergaulan yang bebas dari orang tersebut, kurangnya asuhan

dari orang tua, dan terakhir adalah faktor lingkungan. Apabila

ketiganya kurang baik, maka ada kemungkinan untuk terjerumus

narkoba.

Angga : Oh jadi begitu. Lalu, sebesar apakah sebenarnya bahaya dari

pengkonsumsi narkoba ini, Dok?

Dokter : Pertanyaan yang bagus. Sebetulnya bahaya ini tidak hanya untuk

pengguna narkobanya, tapi juga kepada pengedarnya. Karena yang

harus diketahui, tanpa adanya pengedar pasti tidak akan ada yang

menjadi konsumennya. Betul tidak, Dik?

258

Angga : Iya betul sekali, Dok. Jadi, kira-kira apa dampaknya pengguna

narkoba ini untuk kesehatannya sendiri?

Dokter : Sudah pasti berdampak tidak baik. Pertama, tubuh kita akan

mengalami respon yang buruk akibat kinerja otak yang terganggu.

Kedua, akan mengalami kecanduan, hingga apabila dihentikan maka

pengguna narkoba akan mengalami sakit yang luar biasa. Ketiga, ada

perubahan fisik pada kondisi tubuh sehingga semakin lama semakin

lemah. Dan terakhir adalah akan menghambat proses kerja jantung

yang tertekan oleh kehadiran narkoba ini hingga berakhir kematian

sewaktu-waktu. Walau mencicipi saja atau menjadi pecandu ini

keduanya sama-sama berdampak buruk. Jadi jangan berani coba-coba,

ya!

Angga : Wah, mengerikan sekali ya, Dok.

Dokter : Sangat mengerikan memang. Untuk itu Adik harus menjaga diri

supaya tidak terjerumus ke hal yang buruk contohnya narkoba,

minuman keras, dan begitu juga dengan rokok.

Angga : Untuk penutup, bisakah dokter memberi saran khusus supaya

terhindar dari bahaya narkoba?

Dokter : Ya awalnya memang dari diri sendiri, yakni belajar untuk

menghindari diri dari hal-hal negatif. Selanjutnya adalah untuk jangan

salah bergaul dengan orang-orang yang tidak benar, kemudian jauhi

lingkungan yang kurang baik. Setelah itu jangan lupa juga untuk

selalu menuruti perintah dari orang tua. Kira-kira seperti itu intinya.

Bisa dimengerti, Dik?

Angga : Iya, Dok. Terimakasih banyak atas informasinya.

Dokter : Sama-sama, Dik. Semoga yang sudah saya sampaikan ini bermanfaat

ya.

2. Contoh Teks 2

Menyontek

Dita : Bagaimana dengan sekolahmu hari ini dik?

Ali : Ya, menyenangkan Kak.

259

Dita : Menurut Adik apakah sekolah disana menyenangkan?

Ali : Ya, begitulah Kak, kadang enak kadang juga tidak enak.

Dita : Apakah Adik tidak ada masalah di sekolah?

Ali : Baik-baik saja Kak, tidak ada masalah.

Dita : Kakak tadi sempat bertemu dengan teman Adik. Temanmu banyak

cerita dengan Kakak. Apakah benar banyak temanmu yang ketahuan

menyontek ketika ulangan bahasa Indonesia?

Ali : Iya Kak benar.

Dita : Kalau boleh tau, kenapa teman-temanmu menyontek?

Ali : Tidak belajar, tidak siap ulangan. Alasan kedua mereka menyepelekan

ulangan itu sendiri kak. Dan ada juga yang temanku yang kurang pede

dengan jawabannya sendiri. Meskipun sudah menjawab, tapi mereka

tetap menyontek karena kurang pede dengan jawabannya sendiri.

Dita : Tapi kamu tidak menyontek kan?

Ali : Tidak kak. Memangnya bahaya menyontek itu apa Kak?

Dita : Ada bahaya jangka pendek ada juga bahaya jangka panjang.

Ali : Bahaya pendeknya apa Kak?

Dita : Siswa menjadi tidak pede dengan jawabannya. Padahal barangkali

jawabannya lebih benar daripada milik temannya. Menyontek juga

membahayakan diri sendiri karena bila ketahuan guru, bisa dipastikan

nilai 0. Bagi yang dicontek, tidak menyesalkah bila yang menyontek

mendapat hasil ujian yang lebih tinggi daripada yang dicontek?

Artinya, kerjasama saat di ujian adalah kesia-siaan, karena teman anda

hanya memanfaatkan diri anda, dan anda tidak sadar telah

dimanfaatkan. Hal ini sering terjadi. Yang namanya kompetisi, maka

setiap peserta harus bersaing, bukannya malah bekerja sama. Karena

yang namanya juara itu hanya dimiliki oleh satu orang, bukan tim /

kolektif.

Ali : Kemudian bahaya jangka panjangnya apa kak?

Dita : Bila seorang siswa terbiasa menyontek, maka kebiasaan itulah yang

akan membentuk diri. Beberapa karakter yang dapat dihasilkan dari

kegiatan menyontek antara lain: mengambil milik orang lain tanpa

izin, menyepelekan, senang jalan pintas dan malas berusaha keras.

Bisa dipastikan, saat siswa sudah dewasa dan hidup sendiri, kebiasaan

hasil perilaku menyontek mulai diterapkan dalam kehidupan sehari-

260

hari, seperti mencuri, korupsi, manajemen buruk, pemalas tapi ingin

jabatan dan pedapatan tinggi.

Ali : Banyak sekali ya Kak dampaknya.

Dita : Nah, maka dari itu kamu jangan meyontek karena akan merugikan diri

sendiri.

Ali : Baiklah Kak, sekarang saya mengerti. Saya tidak akan pernah

menyontek.

Dita : Pintar, itu baru adik Kakak.

261

Lampiran33

Contoh Teks Hasil Wawancara Siklus I

1. Contoh Teks 1

Kebersihan Lingkungan

Doni : Bagaimana pendapat anda tentang kebersihan lingkungan sekolah?

Rafa : Lingkungannya sudah bersih tetapi kelasnya masih kotor.

Doni : Seberapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan? Dan beri alasan

anda!

Rafa : Penting sekali, karena kebersihan dapat mempengaruhi kesehatan.

Doni : Setelah anda mengetahui pentingnya menjaga kebersihan lingkungan,

progam apa yang akan anda lakukan?.

Rafa : Jum’at bersih, Sabtu indah, Minggu sehat.

Doni : Siapa saja yang berperan dalam kebersihan lingkungan?

Rafa : Semua warga sekolah.

Doni : Bagaimana cara menyadarkan semua warga sekolah akan pentingnya

kebersihan sekolah?

Rafa : Dengan mengadakan berbagai kegiatan kebersihan.

Doni : Menurut anda, seberapa penting kebersihan lingkungan sekolah bagi

kelangsungan kegiatan belajar mengajar?

Rafa : Sangat penting, karena kebersihan lingkungan memberikan

kenyamanan saat proses belajar mengajar.

Doni : Bagaimana tanggapan anda mengenai kesadaran para siswaakan

kebersihan lingkungan?

Rafa : Para siswa belum semuanya menyadari akan kepentingan kebersihan

sekolah.

Doni : Apakah kebersihan lingkungan mempengaruhi proses belajar

mengajar ?

262

Rafa : Sangat berpengaruh.

Doni : Apa alasan mereka tidak memperhatikan kebersihan lingkungan?

Rafa : Mungkin mereka tidak peduli dengankebersihan dan malas untuk

membersihkannya .

Doni : Bagaimana menurut anda tentang kebersihan ?

Rafa : Kebersihan itu lingkungan yang tidak kotor dan menciptakan

kesehatan pada diri kita.

2. Contoh Teks 2

Kenakalan Remaja

Ingrrid : Assalamu’alaikum.Selamat pagi pemirsa, jumpa lagi dengan saya

Inggrid Dwi Safira.Selama 10 menit ke depan kami akan

menemani Andadalam acara, “Dialog Interaktif”.Pagi kali

inidialog interaktif akan membahas

tentang“KenakalanRemaja”.Untuk membahas tema kita kali ini

saya tidak sendiri, tentunya bersama para narasumber yaitu Bu

Dina selaku Ibu rumah tangga yang mempunyai anak usia remaja.

Apakabar ibu?

Bu Dina : Baik. Selamat pagi.

Ingrrid : Terima kasih ibu atas kedatangannya di studio kami. Sehubung

dengan tema dialog kali ini yakni kenakalan remaja. Sekarang

memang banyak sekali terjadi kasus-kasus seputarremaja di

negara manapun di dunia ini. Nah, pendapat Ibu Dina sendiri

terhadap kenakalan remaja di Indonesia ini bagaimana?

Bu Dina : Iya, pendapat saya tentang kenakalan remaja di Indonesia

memang sangat-sangat mengecewakan, terlebih lagi posisi

mereka diIndonesia sangatlah penting yakni sebagai generasi

muda bangsa.

Ingrrid : Menurut Bu Dina yang sehari-hari mengontrol perilaku anak

remaja di rumah. Sebenarnya apa saja ya bu, jenis-jenis perilaku

para remaja yangharus dibenahi?

Bu Dina : Sebenarnya banyak sekali jenis-jenis kenakalan remaja saat ini,

contoh kecilnya membolos sekolah karena tidak suka dengan

gurumata pelajaran, banyaknya remaja yang berpacaran, seperti

263

pegangan tangan. Selain itu, semakin banyak remaja yang

merokok.

Inggrid : Bicara soal merokok, Indonesia ini menduduki urutan ke-5

konsumsitembakau tertinggi di dunia. Bagaimana pendapat Ibu

mengenai hal ini?

Bu Dina : Benar-benar parah ya, Bu. Apalagi kan dampak rokok

terhadapkesehatan itu sangat berbahaya. Selain untuk kesehatan,

merokok juga mempengaruhi psikoligis dan IQ manusia.

Terutama remaja.

Inggrid : Ibu Dina selaku orang tua, bagaimana cara ibu memberi tahu

padaanak ibu tentang bahayanyamerokok? Pastinya remaja masa

kini sudah mengenal bahkan ada yang sudah pernah merokok.

Bu Dina : Ya saya menasehati anak saya dengan baik. Memberitahu dampak

negatifnya jika merokok. Dan satu hal lagi, tidak boleh kasar

terhadap anak. Jadi harus sabar kalau menasehati. Kalau kasar,

anak bukannya nurut, tapi malah jengkel terhadap kita sebagai

orang tua.

Inggrid : Mungkin itu bisa dijadikan satu pelajaran untuk para orang

tua,bahwa kita tidak boleh terlalu kasar ya terhadap anak.

Pastinya itu juga dapat memengaruhi psikologisnya kalau orang

tua marah-marah terus. Setelah kita mengetahui jenis-jenis

kenakalan remaja Indonesia, menurut ibu Dina apa faktor yang

menyebabkan kenakalan remaja semakin marak terjadi?

Bu Dina : Sebenarnya banyak sekali faktor penyebab kenakalan remaja,

salah satunya faktor pergaulan di lingkungan masyarakat dan

lingkungan sekitar, anak yang tidak baik akan membuat dampak

negatif sangat drastis karena bisa mengubah perbuatan baik

menjadi tidak baik. Maka cermatilah jika memilih teman.

Inggrid : Oke. Saya sekarang akan bertanya kepada Ibu. Bagaimanacara

mengontrol anak agar tidak terpengaruh oleh lingkungan

pergaulan negatif?

Bu Dina : Sebaiknya meluangkan waktu dengan keluarga, sehingga

menciptakan keharmonisan karena keluarga sangatlah

berpengaruh pada anak. Memberikan pendidikan karakter pada

anak seperti sopan santun, bertanggungjawab, dan jujur.

Inggrid : Tapi Bu, faktor keluarga juga bisa menjadi penyebab

kenakalanremaja. Contohnya apabila ada anak yang orang tuanya

bercerai, sehingga menyebabkan anak itu menjadi liar tak

terkendali karena tidak ada yang mengawasi. Akhir-akhirnya

narkoba, lalu bunuh diri. Bagaimana itu solusinya, Bu?

264

Bu Dina : Kalau menurut saya pribadi, sebaiknya para remaja masa kini

agar memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan melakukan

hal-hal yang positif dan bermanfaat, karena kalau tidak dapat

merugikan dirinya sendiri. Dan juga harus bisa memilih perilaku

yang mana yang pantas dicontoh dan tidak dicontoh.

Inggrid : Setelah mendengarkan harapan dari Ibu Dina, selanjutnya saya

ingin tahu harapan Ibu Dina terhadap sebagian orang tua

yangmembiarkan anaknya terjun ke pergaulan yang tidak baik?

Bu Dina : Menurut saya, seharusnya orang tua itu lebih memerhatikan

tingkahlaku anaknya, dan memberi nasihat yang baik buat

anaknya agar merasa kalau dia itu sudah terjerumus ke dalam hal

yang tidak baik.

Inggrid : Wah, memotivasi banget ya jawaban-jawaban dari narasumber

kita ini. Terima kasih kepada Ibu Dina yang sudah menyempatkan

waktu untuk datang ke acara kami ini. Tujuandiadakannya acara

ini adalah untuk meningkatkan keterlibatan para orang tua, para

pendidik, media massa dan tokoh masyarakat untuk bersama-

sama melindungi generasi muda dari kenakalan-kenakalan remaja

yang saat ini marak terjadi.

Dinda : Dan terimakasih kepada semua pemirsa yang setia mengikuti

acaraini dan semoga acara ini bermanfaat bagi kita semua.

Baiklah, usai sudah perjumpaan kita kali ini. SayaInggrid Dwi

Safira mohon undur diri, sampai Jumpa. Wassalamu’alaikum.

265

Lampiran 34

266

267

Lampiran 35

268

Lampiran 36

Siklus I

269

270

271

Lampiran 37

272

273

Lampiran 38

274

275

Lampiran 39

276