Upload
haanh
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENILAIAN KINERJA BANK SYARIAH
DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)
Oleh: HILMAN FATONI NIM: 104046101618
K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R IA H
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1432 H/ 2011
ABSTRAK
Fatoni, Hilman, 2011, Skripsi. Judul: “Analisa Penilaian Kinerja Bank Syariah
Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)”.
Pembimbing: DR. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd dan Dwi Nur’aini Ichsan, SE, MM
Kata kunci: Penilaian Kinerja Bank Syariah Dengan Metode EVA
Economic Value Added (EVA) adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk
mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa
kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya
operasi (operating costs) dan biaya modal (cost of capital). sistem manajemen untuk
mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa
kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya
operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital).
Bank Syariah Mega Indonesia adalah salah satu bank syariah yang pertama kali
berdiri di Indonesia yang juga memiliki kewajiban untuk mengembangkan perbankan
syariah yang pada masa sekarang ini masih banyak yang menganut sistem
konvensional. Oleh karena itu, perlu strategi-strategi khusus untuk menarik minat
para investor diantaranya dengan meningkatkan kinerjanya.
Fokus utama pada studi ini adalah bagaimana suatu perusahaan meningkatkan
kinerjanya dengan menggunakan metode EVA dan strategi-strategi apa yang akan
diterapkan untuk meningkatkan kinerja berdasarkan keuangan dari tahun-tahun
sebelumnya. Hasilnya kinerja Bank Syariah Mega Indonesia dapat dikatakan semakin
baik tiap tahunnya, karena terjadi peningkatan nilai EVA secara terus menerus dari
tahun 2006-2010.
v
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمن الرحيم
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan pemelihara dan
pengatur semesta alam, Allah Yang Maha Kuasa. Berkat kehendak dan kuasa-Nya
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam sepatutnya
tiada henti kita panjatkan kepada uswah kita, Nabi Muhammad SAW, suri tauladan
kita dalam setiap aktivitas kehidupan.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis banyak menemui hambatan dan
cobaan yang harus penulis hadapi dengan ikhtiar dan tawakal. Alhamdulillah atas
berkat do’a orang tua, keluarga, sahabat dan teman-teman yang selalu silih berganti
memberi motivasi dan inspirasi.
Karena itupula, dari lubuk hati yang dalam penulis mengucapkan rasa terima
kasih yang tulus kepada segenap pihak yang telah membantu dan mendukung
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Diantaranya adalah:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan
seluruh dosen yang telah membimbing penulis selama menempuh perkuliahan
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua Program studi Muamalat, Dr. Euis Amalia, M. Ag., dan Sekretaris Program
studi Muamalat, Bapak Mu’min Rauf, S.Ag, MA.
3. Segenap Staff Akademik dan Staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Pembimbing I Bapak Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd dan Pembimbing II Ibu Dwi
Nur’aini Ihsan, SE, MM., yang telah menyediakan waktu luang untuk
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan
skripsi.
vi
5. Dosen Penguji I Bapak Nur Rianto Al Arif, SE, M.Si., dan penguji II Ibu Ir. Ela
Patriana, MM, AAIJ., yang telah memberikan masukan kepada penulis.
6. Kedua orang tua, Ayahanda Bakri serta Ibunda Nurhidayati, dan adik-adikku Aini
Fadila dan Rifni Arifa yang selalu memberi motivasi kepada penulis dalam setiap
aktivitas lewat dukungan moril maupun materil.
7. Rekan-rekan seperjuangan di BMT Cita Sejahtera, Bapak Aries Koentjoro, Bapak
Ismail, Abdurrahman, Sumarni dan teman-teman jurusan Perbankan Syariah
Angkatan 2004, Wira, Fauzan, Shesaar, Irfan, Zaenal, Ajeng, Nurul, Evi, Icha,
Rica, Luthfi, Fatah, Udin, Hidayat, dan teman-teman yang tidak bisa saya
sebutkan satu per satu.
8. Serta Suryani Taher yang selalu setia menemani dan memberikan dorongan
yang sangat berarti bagi penulis.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih sekali lagi yang tak terhingga
kepada seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu atas semua bantuan dan
masukan-masukannya kepada penulis. Lebih dari ucapan terima kasih, kepada Yang
Maha Bijaksana, Semoga Allah SWT senantiasa memberikan sinar terang serta
kekuatan kepada para pemikir dan aktivis yang senantiasa berjuang merubah dunia ke
arah yang lebih baik dan semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
kalangan.
Jakarta, 18 Agustus 2011
HILMAN FATONI
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI......................................... ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH.......................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN.............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 8
D. Review kajian Terdahulu....................................................................... 9
E. Kerangka Konsep ............................................................................... 12
F. Metode Penelitian ............................................................................... 13
G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 14
BAB II : LANDASAN TEORI......................................................................... 16
A. Definisi Economic Value Added (EVA) ............................................... 16
viii
B. Keunggulan Economic Value Added (EVA)........................................... 18
C. Kelemahan Economic Value Added (EVA) ........................................... 20
D. Tahap Dalam Penerapan Konsep Economic Value Added (EVA) ............ 23
E. Permasalahan Dalam Penerapan Konsep
Economic Value Added (EVA) ............................................................ 24
F. Perhitungan Economic Value Added (EVA) .......................................... 25
G. Struktur Permodalan ........................................................................... 26
H. Biaya Rata-Rata Modal Tertimbang (WACC) ........................................ 37
BAB III : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN........................................... 39
A. Sejarah Singkat Perusahaan.......................................................................39
B. Struktur organisasi .....................................................................................40
C. Visi dan Misi Perusahaan ........................................................................... 41
D. Produk-Produk PT. Bank Syariah Mega Indonesia, Tbk ........................... 42
BAB IV : PENILAIAN KINERJA BANK SYARIAH DENGAN
MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) .......................47
A. Kinerja Keuangan Bank Syariah Mega Indonesia Dengan
Metode EVA (Economic Value Added)................................................. 47
1. Perhitungan NOPAT ............................................................................ 47
2. Perhitungan Modal .............................................................................52
3. Perhitungan Weighted Average Cost of Capital (WACC) .................. 57
ix
4. Perhitungan Nilai Economic Value Added (EVA) ............................. 59
B. Strategi Manajemen Dalam Menciptakan Nilai Tambah Perusahaan.........
66
BAB V : PENUTUP ....................................................................................... 69
A. Kesimpulan ................................................................................................. 69
B. Saran ...........................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 72
LAMPIRAN..........................................................................................................74
x
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1 Perhitungan NOPAT financing approach ............................ ....... 48
2. Tabel 4.2 Perhitungan NOPAT operating approach .....................................50
3. Tabel 4.3 Perbandingan NOPAT financing approach dengan
NOPAT operating approach ....................................................... 52
4. Tabel 4.4 Capital Financing Approach ....................................................... 53
5. Tabel 4.5 Capital Operating Approach ....................................................... 54
6. Tabel 4.6 Perbandingan Capital financing approach dengan
Capital operating approach ............................................................. 56
7. Tabel 4.7 Perhitungan biaya modal atas rata-rata tertimbang ......................... 57
8. Tabel 4.8 Perhitungan Capital Charge ........................................................ 58
9. Tabel 4.9 Perhitungan Nilai EVA ............................................................... 60
10. Tabel 4.10 Perbandingan nilai EVA Spread Method dan EVA
Residual Income Method ............................................................. 60
DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 2.1 Penerapan Konsep EVA menurut Stern and Stewart ................... 24
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank sebagai lembaga bisnis dalam bidang keuangan menempati
posisi sangat strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, khususnya
dalam menghadapi industri perbankan yang semakin kompleks dan global.
Tantangan baru muncul dengan semakin banyaknya teknik operasi perusahaan
dan perdagangan serta sistem pembayaran yang telah mendorong makin
meningkatnya transaksi lintas antar negara dan jumlah bank yang beroperasi
di luar batasan wilayahnya.
Untuk dapat memperoleh gambaran yang tepat tentang
perkembangan perusahaan, kita perlu mengetahui kondisi bisnis yang
dijalankan perusahaan dalam beradaptasi terhadap lingkungan usaha yang
selalu berubah. Laporan keuangan yang merupakan ringkasan dari kegiatan
ekonomi yang dijalankan suatu perusahaan dapat mencerminkan kondisi
perusahaan itu. Maka perlu dilakukan penilaian kinerja keuangan terhadap
kondisi perusahaan.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia pada saat ini menurut
Karnaen A Perwataatmadja dan Henri Tandjung menjelaskan bahwa
2
perkembangan bank syariah di Indonesia mengikuti tiga tahapan; yaitu Tahap
perkenalan (introduction), tahap pengakuan (recognition), dan terakhir tahap
pemurnian (purification).1 Dimana dalam tiap-tiap tahap tersebut ada ciri yang
menandakan masing-masing tahapan.
Kini memasuki umur aqil baligh rasanya cukup banyak terobosan-
terobosan yang sudah dilakukan para pelaku perbankan syariah di Indonesia
dalam mencari nasabah, baik itu nasabah emosional maupun nasabah
rasional. Mulai dari dikembangkannya skema-skema pembiayaan yang sesuai
dengan kebutuhan nasabah di lapangan, hingga berbagai kemudahan dalam
bertransaksi.
Dapat dilihat pula pada masa sekarang ini para nasabah pun sudah
mulai jeli melihat bank syariah mana yang memiliki prospek yang baik melalui
kinerjanya. Penilaian kinerja merupakan hal yang esensial bagi sebuah
perusahaan untuk memenangkan persaingan global yang semakin ketat ini,
kinerja sebuah organisasi haruslah mencerminkan peningkatan dari satu
periode ke periode berikutnya. Menurut P. F. Drucker kinerja perusahaan
adalah tingkat prestasi (karya) atau hasil yang dicapai kadang-kadang
digunakan untuk dicapainya suatu hasil yang positif.2 Kinerja sebuah
1 Karnaen A Perwataatmadja dan Henri Tandjung, "Bank Syariah; Teori, Praktik dan
Peranannya" (Celestial Publishing:Jakarta, 2007) hal. 86 2 Drucker, P. F. “Pengantar Manajemen”, Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, hal. 134.
1982
3
perusahaan lebih banyak diukur berdasarkan rasio-rasio keuangan selama satu
periode tertentu. Pengukuran berdasarkan rasio keuangan ini sangatlah
bergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang digunakan dalam
menyusun laporan keuangan perusahaan sehingga seringkali kinerja
perusahaan terlihat baik dan meningkat, yang mana sebenarnya kinerja tidak
mengalami peningkatan bahkan menurun.
Perusahan yang baik adalah perusahaan yang memiliki kemampuan
mengelola kesempatan untuk investasi dengan kemampuan memberikan
tingkat pengembalian diatas tingkat pengembalian minimum yang diharapkan.
Sementara pemberian nilai tambah merupakan opportunity cost (biaya
kesempatan) yang hilang dari investor atas dananya. Biaya kesempatan itu
timbul karena ketika investor memilih melakukan investasi atas dananya
disuatu perusahaan maka investor akan kehilangan kesempatan untuk
menggunakan dananya tersebut untuk keperluan konsumsinya saat ini atau
kehilangan kesempatan menananmkan dananya di perusahaan lain yang
mungkin perusahaan lain tersebut dapat memberikan hasil lebih dibandingkan
dengan perusahaan tempat investor menanamkan modalnya saat ini.
Dalam manajemen keuangan terdapat banyak metode yang bisa
digunakan untuk mengevaluasi dan menilai investasi. Pada dasarnya, metode
penilaian investasi bisa didasarkan atas dua hal yaitu laba akuntansi dan arus
4
kas. Untuk mengukur return dari investasi, dapat digunakan accounting
earnings dan arus kas. Informasi arus kas juga berguna untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas. Jumlah arus kas yang
berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah
dari operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk
melunasi peminjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan,
membayar deviden, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada
sumber pendanaan dari luar. Selain itu pengukuran kinerja juga dapat
dilakukan dengan metode yang telah umum digunakan seperti analisa rasio,
tetapi sayangnya pengukuran kinerja dengan menggunakan analisa rasio tidak
memperhitungkan adanya biaya modal, padahal biaya modal adalah salah satu
komponen yang terpenting dari diperolehnya sumber pendanaan dan juga
sebagai cerminan atas opportunity cost sumber pendanaan tersebut.
Terdapat berbagai cara mengukur kinerja perusahaan yang sudah
dikenal seperti Return on Equity (ROE) dan Return on Asset (ROA). ROE
merupakan alat yang telah lama digunakan. Penggunaan ROE dan ROA sebagai
pengukur kinerja memang sangat mudah dan sering digunakan namun
memiliki distorsi sehingga sebaiknya tidak digunakan. Adapun kelemahan dari
metode ROE dan ROA:
1) Distorsi akuntansi
5
Rasio ROE dan ROA dibuat berdasarkan pendapatan akuntansi, bahwa
pendapatan yang dilaporkan secara akuntansi mengalami distorsi pada
pemilihan pembiayaan persediaan (LIFO, FIFO, dan average cost),
akuisisi, pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan, penggunaan
successful effort atau full cost untuk investasi yang beresiko serta
pembukuan secara akrual.
2) Distorsi pembiayaan
Rasio ROE terpengaruh oleh perubahan dari struktur pembiayaan
hutang dan modal, dimana perubahan menanggung tingkat bagi hasil
yang harus dibayar. Hal ini membuat sulit untuk mengetahui sumber
keberhasilan atau kegagalan perusahaan yang berasal dari operasional
atau keuangan.
Berdasarkan beberapa hal diatas, perlu dicermati kembali apakah
terdapat suatu alat ukur yang memadai untuk membuktikan pengukuran
kinerja yang dilakukan sesuai dengan kondisi riil perusahaan yang diukur,
dimana dalam hal ini Economic Value Added (EVA) sebagai salah satu alat ukur
menilai kinerja perusahaan memperkenalkan konsepnya untuk turut
memperhitungkan adanya biaya modal dan juga melakukan penyesuaian-
6
penyesuaian atas laporan keuangan untuk meminimalisir distorsi atas sistem
akuntansi dengan accrual basis.3
Dalam penelitian ini diambil sampel perusahaan yaitu, PT. Bank
Syariah Mega Indonesia. Jika dikaitkan dengan pencapaian asset, maka
manajemen perusahaan memerlukan suatu penilaian kinerja yang lebih akurat
yang dapat meningkatkan kekayaan pemegang sahamnya bila tingkat
pengembaliannya lebih besar daripada biaya kapitalnya.
Sekilas mengenai visi Bank Syariah Mega Indonesia, dikutip dari
sumber annual report PT. Bank Syariah Mega Indonesia adalah menjadi bank
syariah kebanggan bangsa. Serta misinya adalah memberikan layanan jasa
keuangan syariah terbaik bagi semua kalangan, melalui kinerja organisasi yang
unggul, untuk meningkatkan nilai tambah bagi stakeholder dalam mewujudkan
kesejahteraan bangsa.
Dengan melakukan penelitian dengan konsep EVA maka akan
dilakukan simulasi penerapan konsep EVA untuk melihat seberapa besar nilai
tambah yang telah diciptakan manajemen bagi perusahaan dan seberapa
besar kemampuannya dalam meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan
tersebut. Dengan kata lain bahwa penelitian ini bertujuan untuk menilai
kinerja manajemen PT. Bank Syariah Mega Indonesia dan melihat seberapa
3 Accrual basis adalah basis akuntansi yang mengakui pendapatan pada periode
diperolehnya pendapatan tersebut dan mengakui beban pada periode terjadinya beban dalam rangka memperoleh pendaptan (Warren, Reeve, Fess: accounting, 20th ed, South Western, 2001).
7
besar kemampuannya dalam meningkatkan nilai tambah perusahaan dikaitkan
dengan visi dan misi perusahaan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Berawal dari uraian yang telah dipaparkan di atas, untuk mengukur
kinerja terdapat beberapa cara seperti Return On Equity (ROE) dan
Return On Asset (ROA), namun dalam hal ini penulis memfokuskan
penelitian hanya pada penilaian kinerja keuangan Bank Syariah Mega
Indonesia dengan menggunakan metode economic value added (EVA)
saja.
2. Perumusan masalah
Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting karena
langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan.
Perumusan masalah pada hakikatnya merupakan perumusan pertanyaan
yang jawabannya akan dicari melalui penelitian. Jawaban yang benar
tidak mungkin diperoleh apabila pertanyaannya salah, walaupun
8
jawaban yang salah masih mungkin dihasilkan untuk suatu pertanyaan
yang benar.4
G. Bennett Steward III dalam wawancaranya dengan Ellen M. Heffes
dari Financial Executives International edisi Juli/Agustus 2003
(Accounting’s Cure: Shifting Focus-From Lender to Shareholders)
menjelaskan bahwa EVA lahir dikarenakan kelemahan sistem akuntansi
yang lama. Beliau mengatakan bahwa akuntansi tidak memiliki nilai
obyektif. Laba bersih dalam suatu laporan keuangan adalah hasil dari
sejumlah bisnis transaksi dengan berbagai situasi berbeda menyertainya.
Pengukuran laba bersih tersebut kurang tepat digunakan sebagai alat
ukur untuk pemegang saham. Akibatnya, manajemen perusahaan bahkan
CEO dapat mengambil keputusan yang kurang tepat.
Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, pembahasan yang akan
dilakukan dirumuskan dalam beberapa pertanyan sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja keuangan Bank Syariah Mega Indonesia
berdasarkan metode EVA?
2. Bagaimana strategi manajemen agar dapat menciptakan nilai
tambah perusahaan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
4 Dr. Irawan Soehartono. “Metode Penelitian Sosial” (PT: Remaja Rosdakarya : Bandung,
2002) hal. 23
9
1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a. Menganalisa kinerja bank syariah dengan menggunakan metode
Economic Value Added (EVA).
b. Menjelaskan strategi yang digunakan Bank Syariah Mega
Indonesia dalam meningkatkan kinerja.
2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi penulis
Untuk mengetahui lebih jauh tentang kinerja bank syariah melalui
metode Economic Value Added (EVA) serta untuk menerapkan
ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan ke dalam
praktek yang sebenarnya.
b. Bagi perusahaan
Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan informasi
mengenai kinerja perusahaan, sehingga dapat dijadikan alat ukur
dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan penyusunan
rencana atau kebijakan masa yang akan datang agar hasil yang
10
akan didapatkan pada masa mendatang bisa lebih baik dari tahun
sebelumnya.5
c. Bagi investor
Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan informasi
kepada para investor agar dapat melakukan pertimbangan-
pertimbangan untuk melakukan investasi.
d. Bagi akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah gambaran
pengetahuan dan dapat dijadikan informasi tentang kinerja suatu
perusahaan.
D. Review Kajian Terdahulu
Tinjauan pustaka merupakan inspirasi penulis melakukan penelitian
pada bidang ini atau dengan kata lain penelitian ini berawal dari penelitian
sebelumnya. Adapun tinjauan pustaka yang penulis telah kaji adalah:
No Penulis/Judul Skripsi/Tahun Isi Referensi Perbedaan
1 Evi Wafiroh/”Analisis Pengaruh
Pajak Penghasilan terhadap
Penelitian tentang
pengaruh pajak
Dalam penelitian
ini langsung
5 Kenneth Lehn dan Anil K. Makhija, “Manfaat EVA Bagi Perusahaan”, Majalah Usahawan,
April 1997, h.14
11
Economic Value Added (EVA).
(Studi kasus pada perusahaan
kelompok yang terdaftar di
BEJ)/2007
penghasilan (PPh)
terhadap
Economic Value
Added (EVA)
dalam mengukur
kinerja keuangan
perusahaan
dengan melihat
saham
perusahaan
tersebut yang
terdaftar di BEJ
memfokuskan
pada penilaian
kinerja dilihat dari
laporan keuangan
dan dilakukan
analisa dengan
metode EVA
2 Istiqomah/”Pengaruh Economic
Value Added, Residual Income,
Earnings, Operating Cash Flow,
dan Ukuran Perusahaan terhadap
return yang diterima oleh
pemegang saham (sektor
infrasturktur, utilitas,
transportasi, sektor properti, dan
real estate di BEJ)”/2007
Penelitian tentang
return yang
diterima oleh
pemegang saham
yang sahamnya
terdaftar di BEJ
berdasarkan
sektor yang diteliti
dengan
memasukkan
Return yang dapat
diterima para
pemegang saham
tidak berdasarkan
sahamnya yang
terdaftar di BEJ
12
pengaruh dari
EVA, Residual
Income, Earnings,
dan Operating
Cash Flow
3 Rifqiyati Samhari/”Analisa
Economic Value Added Sebagai
Indikator Keberhasilan Kinerja
Perusahaan Dalam Menciptakan
Nilai Perusahaan (Studi kasus
pada PT. Indofood Tbk. Tahun
1999-2003)”/2004
Penelitian ini
membahas
tentang hasil uji
hipotesis yang
dilakukan dalam
mencari hubungan
antara tingkat
Return On Equity
(ROE) dengan
penciptaan nilai
perusahaan
Economic Value
Added (EVA)
Penelitian ini
memfokuskan
pada kemampuan
perusahaan dalam
meningkatkan
kinerjanya melalui
metode Economic
Value Added (EVA)
4 Lukman Hakim Giawa/”Analisa
Economic Value Added (EVA) dan
Market Value Added (MVA)
Sebagai Alat Ukur Penilaian
Penelitian ini
membahas
tentang
bagaimana
Dalam penelitian
ini tidak
menjelaskan
apakah terdapat
13
Kinerja Emiten Syariah/2009 mengukur kinerja
emiten yang
termasuk dalam
Jakarta Islamic
Index (JII) dengan
metode EVA dan
MVA, juga apakah
terdapat pengaruh
dari pergerakan
EVA terhadap
MVA dari masing-
masing
perusahaan
pengaruh dari
perhitungan EVA
terhadap faktor
lainnya yang dapat
meningkatkan
kinerja
perusahaan
E. Kerangka Konsep
Menurut Stewart & Company, Earnings dan Earnings Per Share
adalah pengukuran yang keliru untuk menilai kinerja perusahaan. Pengukuran
kinerja yang terbaik adalah dengan menggunakan metode Economic Value
Added (EVA), (Stewart 1991). Sebab perbedaan utama antara EVA dengan
Profit Measures konvensional adalah EVA tidak hanya menghitung Economic
Profit dimana pendapatan harus mencakup beban operasi tetapi juga
14
mencakup beban modal. Selain itu, EVA dapat menghilangkan distorsi dalam
pengukuran laba berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Dibandingkan dengan pengukuran kinerja lain, EVA lebih baik karena
menghubungkan semua pengambilan keputusan dengan fokus yang sama yaitu
bagaimana meningkatkan EVA. EVA memungkinkan semua keputusan
manajemen dibuat, dimonitor, dikomunikasikan, dan dikompensasikan dalam
cara yang konsisten yaitu memberikan nilai tambah atas investasi pemegang
saham.
Dengan menggunakan EVA, manager akan termotivasi untuk
menciptakan shareholders value yang semakin besar. Sebab manajer akan
memperoleh bonus jika dapat menciptakan shareholders value. Sehingga
dapat mengurangi benturan kepentingan antara manajer dan pemegang
saham.
F. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dalam
bentuk desain deskriptif dan metode pengumpulan data. Dalam pengertian ini
penelitian deskriptif menggunakan data-data dan angka-angka yang telah
diperoleh lalu dijelaskan maksud dari hasil pengolahan angka-angka tersebut.
Penelitian merupakan upaya untuk menambah dan memperluas
pengetahuan, yang selain untuk menghasilkan pengetahuan yang baru sama
15
sekali yaitu yang sebelumnya belum ada atau belum dikenal, juga termasuk
pengumpulan keterangan baru yang bersifat memperkuat teori-teori yang
sudah ada, atau bahkan juga menyangkal teori-teori yang sudah ada.6
1. Jenis Penelitian
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini langsung melihat pada laporan keuangan PT. Bank
Syariah Mega Indonesia, buku-buku, jurnal, artikel, majalah, maupun
hasil laporan penelitian terdahulu yang terkait dengan metode EVA.
2. Jenis Data
Jenis data merupakan data kualitatif yang bersumber dari:
a. Data Sekunder
1. Laporan keuangan konsolidasi PT. Bank Syariah Mega
Indonesia.
2. Buku, artikel, majalah dan karya ilmiah yang berkaitan dengan
penelitian.
3. Teknik Penulisan
Penulisan skripsi ini mengacu pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi
yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2007.
G. Sistematika Penulisan
6 Dr. Irawan Soehartono. “Metode Penelitian Sosial” . PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.
2002
16
Sistematika penulisan yanng digunakan dalam menyusun skripsi ini
adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka
Konsep, Penelitian Terdahulu, Metode Penelitian, serta Sistematika
Penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dijelaskan secara umum mengenai definisi
Economic Value Added (EVA), kelebihan dan kekurangan Economic
Value Added (EVA), tahapan dalam penerapan Economic Value
Added (EVA), kendala dari penerapan konsep Economic Value
Added (EVA), perhitungan Economic Value Added (EVA), dan
struktur permodalan.
BAB III : GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MEGA INDONESIA
Dalam bab ini dibahas mengenai kondisi internal Bank Syariah
Mega Indonesia yang meliputi sejarah pendirian, struktur
organisasi,visi dan misi, produk-produk dan kegiatan-kegiatan di
Bank Syariah Mega Indonesia.
BAB IV : ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
17
Dalam bab ini membahas tentang perhitungan-perhitungan yang
berkaitan untuk mencari nilai Economic Value Added (EVA) yang
meliputi perhitungan modal, perhitungan NOPAT, perhitungan
Weigted Average Cost of Capital (WACC), dan nilai Economic Value
Added (EVA) itu sendiri.
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan serta
saran-saran dari penulis untuk perusahaan tersebut.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added (EVA) adalah suatu sistem manajemen keuangan
untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan
bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi
semua biaya operasi (operating costs) dan biaya modal (cost of capital). suatu
sistem manajemen untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan
yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan
mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost
of capital).7
Sementara menurut Stern and Stewart, EVA adalah ukuran kinerja
keuangan yang menunjukkan economic profit yang sebenarnya. EVA juga
merupakan ukuran kinerja yang mempunyai hubungan menciptakan kekayaan
bagi pemegang saham. Pada dasarnya EVA merupakan pengembangan dari
pengukuran kinerja dengan menggunakan Net Present Value (NPV) yang
7 Tunggal, Amin Widjaja. “Memahami Konsep EVA dan Value-Based Management”.
Harvarindo, Jakarta, 2000.
19
melihat nilai intrinsik perusahaan saat ini dalam memprediksi nilai expected
arus kas dimasa datang.
Hansen and Mowen mendefinisikan EVA yaitu EVA adalah suatu ukuran
akuntansi manajemen internal dan pengeluaran-pengeluaran ini dapat
dianggap sebagai investasi.8
EVA mentransformasikan income yang diperoleh dari perhitungan
akuntansi (pendapatan - beban) ke dalam income yang diperoleh dari
perhitungan ekonomis (arus kas – biaya modal dan biaya hutang). Perhitungan
ini sejenis dengan residual income, tetapi dibedakan dengan:
1. Penyesuaian-penyesuaian untuk mengeliminasi adanya distorsi akibat
penggunaan sistem akrual.
2. Memperhitungkan biaya dari sumber pendanaan yang berasal dari
ekuitas dan hutang.
EVA mengukur nilai sebenarnya yang sedang diciptakan maka
menjadikannya suatu ukuran kinerja yang lebih baik daripada pertumbuhan
penjualan, return on investment, earning per share, atau ukuran tradisional
lainnya. EVA juga menyediakan kerangka untuk pembuatan keputusan.
8Hansen, Dor R. dan Maryanne M. Mowen. "Management Accounting”. Buku 2, Edisi 7,
Salemba Empat, Jakarta, 1997.
20
Oleh karena itu, diperlukan suatu rumusan mengenai bagaimana
seharusnya mengukur laba operasi, bagaimana mengukur modal, dan
bagaimana menentukan biaya penggunaan modal.
B. Keunggulan Economic Value Added (EVA)
Dari penjelasan tentang EVA diatas, terdapat beberapa keunggulan jika
dibandingkan dengan ukuran kinerja konvensional lainnya. Beberapa
keunggulan yang dimiliki EVA antara lain:
1. EVA dapat menyelaraskan tujuan manajemen dan kepentingan pemegang
saham dimana EVA digunakan sebagai ukuran operasional dari manajemen
yang mencerminkan keberhasilan perusahaan didalam menciptakan nilai
tambah bagi pemegang saham atau investor.
2. EVA memberikan pedoman bagi manajemen untuk meningkatkan laba
operasi tanpa tambahan dana/modal, mengeksposur pemberian pinjaman
(piutang), dan menginvestasikan dana yang memberikan imbalan tinggi.
3. EVA merupakan sistem manajemen keuangan yang dapat memecahkan semua
masalah bisnis, mulai dari strategi dan pergerakannya sampai keputusan
operasional sehari-hari.
4. Penggunaan EVA akan menghasilkan persepsi yang sama dalam membuat
keputusan, khususnya keputusan jangka panjang dalam mengukur potensi
nilai yang dapat diciptakan pada setiap pilihan strategi. EVA akan
21
menghilangkan kesulitan yang ditimbulkan akibat penggunaan suatu ukuran
keuangan dengan menghubungkan semua keputusan yang diambil pada satu
tujuan yang sama yaitu bagaimana meningkatkan nilai EVA. Sehingga EVA
tidak memerlukan pembanding.
Isnani dan Iswati menyebutkan keunggulan EVA adalah sebagai berikut:
1. Bermanfaat sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai
creation(value).
2. Membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur modal.
3. Dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang
memberikan pengembalian lebih tinggi dari biaya modal.9
Menurut Journal of Retail Banking Services yang berjudul “Centura Banks
Promote Sales Culture, measure performance by Economic Value Added (EVA)”
musim dingin tahun 1997 dimana pengarangnya, Michael R. Hilton,
mengisahkan bagaimana sebuah bank, Centura Banks, menggunakan EVA
sebagai alat ukur penilaian kinerjanya dan pendukung penentuan keputusan
managerial sejak tahun 1993 dan hasilnya adalah peningkatan kinerja
keuangannya yang berimbas pada kenaikan jumlah nasabahnya serta
peningkatan pada harga-harga sahamnya dua kali lipat dari sebelum
menggunakan EVA. Dengan demikian, untuk kasus Centura Bank, telah
9 Isnani N. dan Iswati S. “Pengaruh Merger Terhadap Kinerja Keuangan: Analisis EVA”. Majalah
Ekonomi, XI, 3, Desember, 2001
22
dibuktikan bahwa EVA memiliki kelebihan dalam menilai kinerja suatu entitas
bisnis dalam hal ini perbankan.
Sehingga EVA dipandang lebih mudah diterapkan terutama pada
perbankan dikarenakan kesulitan-kesulitan yang akan timbul ketika perbankan
harus menerapkan VAR dan RAROC, selain itu EVA juga dapat digunakan untuk
menghitung sistem pemberian bonus seperti yang dilakukan VAR dan RAROC
dengan lebih mudah.
Selain itu keunggulan pengukuran kinerja dengan metode EVA adalah
dengan diperhitungkannya beban biaya modal yang timbul sebagai akibat dari
investasi yang dilakukan perusahaan, baik biaya modal atas hutang maupun
biaya modal atas ekuitas, sehingga EVA lebih akurat dalam menghitung nilai
tambah (value added) yang diciptakan perusahaan.
EVA bukan hanya sebagai pengukur tingkat kinerja, tetapi EVA dapat
digunakan untuk menyusun perencanaan strategi perusahaan, menentukan
alokasi perencanaan, struktur modal perusahaan, dan menentukan anggaran
operasionalnya. Selain itu EVA juga dapat digunakan dalam kompensasi
manajemen serta EVA dapat dijadikan sebagai alat komunikasi internal
perusahaan dan alat komunikasi eksternal dengan pasar modal.10
C. Kelemahan Economic Value Added (EVA)
10
Young, S David, Stphen F, O’Byrne. 2001.”EVA and Value Based Management: A Practical Guide to Implementation. Mcgraw-Hill. New York. Hal.18.
23
Disamping memiliki keunggulan seperti terlihat diatas, EVA juga
memiliki beberapa kelemahan yang belum dapat ditutupi, antara lain sebagai
berikut:
1. Sulitnya menentukan biaya modal yang benar-benar akurat, khususnya
biaya modal sendiri,. Terutama dalam perusahaan go public biasanya
mengalami kesulitan dalam perhitungan sahamnya.
2. Analisis EVA hanya mengukur kuantitatif saja. Sedangkan untuk mengukur
kinerja perusahaan harus diukur berdasarkan faktor-faktor kuantitatif dan
kualitatif.
3. EVA menggambarkan penciptaan nilai pada tahun tertentu. Artinya untuk
perusahaan yang melakukan kegiatan investasi yang tinggi, biaya modal
lebih tinggi dari return maka nilai EVA akan negatif selama beberapa tahun
tetapi belum tentu kinerja perusahaan tersebut buruk. Dengan demikian
nilai EVA yang negatif dapat menyebabkan perusahaan tersebut
menghindar untuk melakukan investasi.
Isnani dan Iswati juga menyebutkan kelemahan EVA adalah sebagai
berikut:
1. Hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu periode tertentu.
2. Proses perhitungannya memerlukan estimasi atas biaya modal, estimasi
tersebut cukup sulit dilakukan dengan tepat terutama pada perusahaan
yang belum go public.
24
3. EVA terlalu menekan pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan
pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk
menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor-faktor lain kadang-
kadang justru dominan.
4. Konsep EVA sangat tergantung pada transparansi internal untuk
menghasilkan perhitungan yang akurat. Di dalam kenyataan perusahaan
jarang mengemukakan kondisi internalnya.11
Disamping itu konsep EVA hanya mengukur hasil akhir tetapi tidak
mengukur aktifitas-aktifitas penentu lainnya. Sehingga hal ini menyebabkan
kelemahan di dalam konsep EVA karena hanya mengukur kinerja keuangan
perusahaan saja. Oleh karena itu EVA tidak dapat meningkatkan kinerja
perusahaan, karena EVA merupakan sebuah indikator bukan sebuah sistem.
Indikator sejumlah nilai tambah murni dari sejumlah dana yang ditanamkan
dalam perusahaan, sedangkan kinerja ditentukan oleh sistem dan praktek
perusahaan.
EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun
tertentu, artinya bahwa nilai perusahaan adalah merupakan akumulasi EVA
selama umur perusahaan. Dengan demikian mungkin saja perusahaan
mempunyai EVA positif pada tahun yang berlaku, tetapi nilai perusahaan
11
Isnani N. dan Iswati S. “Pengaruh Merger Terhadap Kinerja Keuangan: Analisis EVA”. Majalah Ekonomi, XI, 3, Desember, 2001.
25
tersebut rendah. Hal ini disebabkan nilai EVA perusahaan dimasa datang
negatif, keadaan ini mungkin saja terjadi jika perusahaan memiliki prospek
masa depan yang suram.12
Sebaliknya untuk perusahaan yang melakukan kegiatan investasi yang
tinggi dimana biaya modal yang dikeluarkan jauh lebih tinggi dari tingkat
pengembalian yang diterima akan menghasilkan nilai EVA yang negatif selama
beberapa tahun, padahal belum tentu perusahaan tersebut mempunyai
kinerja yang buruk. EVA pada tahun awal adalah negatif sedangkan EVA pada
masa akhir proyek akan positif. Hal ini merupakan kelemahan dari konsep EVA,
dimana akibatnya perusahaan ingin menghasilkan EVA yang tinggi sehingga
perusahaan menghindari investasi dengan biaya tinggi. Untuk idealnya
penggunaan EVA harus dilihat nilai masa kini dan nilai masa depan untuk
menilai kinerja perusahaan.
D. Tahapan Dalam Menerapkan Konsep Economic Value Added (EVA)
Menurut Stern and Stewart, penerapan konsep EVA memiliki lima
tahap yang saling terkait, yaitu sebagai berikut:
1. Memperkenalkannya kepada karyawan dan manajemen.
2. Membangun center dan pelatihan.
3. Membuat sistem pelaporan kinerja.
12
Umar, Husein. ”Evaluasi Kinerja Perusahaan. PT. Gramedia PustakaUtama. Jakarta.2002. hal 14-15.
26
4. Memperkuat sistem insentif.
5. Melatih manajer-manajer lini
Gambar 2.1
Memperkenalkannya kepada
karyawan dan manajemen
Membangun center dan pelatihan
Membuat sistem pelaporan kinerja
Memperkuat sistem insentif
Melatih manajer-manajer lini
Penerapan Konsep EVA
(menurut Stern dan Stewart)
27
E. Permasalahan Dalam Penerapan Konsep Economic Value Added (EVA)
Wood menjelaskan permasalahan dalam penerapan konsep EVA antara
lain:
1. Tidak ada harapan yang nyata bahwa EVA dengan sendirinya dapat
memperbaiki keadaan perusahaan.
2. Timbulnya demotivasi pada saat perusahaan tidak mampu menaikkan EVA
karena faktor-faktor eksternal perusahaan yang tidak dapat dikontrol.
3. Kesulitan dalam menghitung biaya modal dan penyusunan alokasi modal.
4. Kesulitan komunikasi dan perbedaan konsep, terutama jika EVA
diimplementasikan ke seluruh bagian perusahaan.
5. Administrasi dari EVA membutuhkan pengawasan yang sangat hati-hati
untuk menghindari terjadinya birokrasi yang berbelit-belit.
6. Pengukuran dengan EVA saja, sama dengan alat pengukur keuangan lainnya,
adalah tidak cukup jika berdiri sendiri.13
F. Perhitungan Economic Value Added (EVA)
13 Turagan, Joyce. A. “Economic Value Added EVA dan Market Value Added MVA: model
peramalan kesejahteraan pemegang saham”. Jurnal akuntansi/Th.VII/02 Desember. Universitas
Tarumanegara, Jakarta, 2003. hal. 152.
28
Angka EVA berarti mencerminkan keuntungan yang sebenar-benarnya
dari investasi perusahaan (true economic profit). Bagi pemegang saham atau
pemodal, hal ini memudahkan menilai seberapa besar nilai tambah yang
dihasilkan (manajemen) perusahaan dari kegiatan bisnis atau investasinya. Jadi
bila EVA-nya tinggi, pemegang saham bisa menilai secara lebih pasti bahwa
perusahaan tersebut mampu membudayakan kapitalnya dengan baik.
Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan manajemen dalam
mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan EVA, yaitu sebagai
berikut:
1. Menghitung biaya modal (cost of capital)
Biaya modal ini antara lain meliputi biaya hutang (cost of debt), biaya
modal saham preferen (cost of preferred stock), biaya modal saham biasa
(cost of common stock), dan biaya laba ditahan (cost of retained earning).
2. Menghitung besarnya struktur permodalan/pendanaan (capital structure)
Modal suatu perusahaan dapat dibangun dengan berbagai alternatif
komposisi modal.
3. Menghitung biaya rata-rata modal tertimbang (Weighted Average Cost of
Capital = WACC).
4. Menghitung nilai EVA.
G. Struktur Permodalan
1. Pengertian Struktur Modal
29
Menentukan besarnya presentase masing-masing sumber modal
yang tersedia untuk memaksimalkan nilai perusahaan dengan
menciptakan struktur modal merupakan salah satu kegiatan yang penting
bagi suatu perusahaan.
Struktur modal adalah merupakan pertimbangan jumlah hutang
jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham
preferen, dan saham biasa. Penggunaan masing-masing jenis modal
mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap laba yang diperoleh
perusahaan. Penggunaan modal asing akan memperkecil keuntungan
yang diperoleh sebab harus membayar bunga yang bisa dimanfaatkan
sebagai pengurang pajak yang ditanggung perusahaan. Sedangkan modal
sendiri yang kompensasinya berupa pembayaran deviden diambilkan dari
keuntungan setelah pajak, karena itu perusahaan harus berhati-hati
dalam mengambil keputusan yang menyangkut penentuan struktur
modal optimal sehingga mampu memaksimalkan perusahaan.
2. Konsep Biaya Modal (Cost of Capital)
Tidak seperti analisis rasio keuangan tradisional, EVA selalu
memperhatikan biaya modal dan perhitungannya yaitu biaya yang harus
dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh modal yang diinvestasikan
pada perusahaan. Besarnya kompensasi tergantung pada tingkat risiko
30
perusahaan, makin tinggi risiko makin tinggi pula tingkat pengembalian
yang dituntut investor, makin rendah tingkat risiko makin rendah pula
ekspektasi pengembalian yang dituntut.
Konsep cost of capital merupakan konsep yang krusial dalam
pengambilan keputusan finansial. Jika diteliti lagi maka konsep cost of
capital ini berangkat dari konsep opportunity cost, sehingga untuk
memahami kerangka dasar cost of capital dapat dipahami logika berpikir
opportunity cost dengan asumsi bahwa investor selalu bertindak rasional
dan investor mempunyai pilihan atau alternatif berinvestasi, maka sudah
sewajarnya cost of capital suatu perusahaan sama dengan minimum rate
of return investor.
Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya Cost of Capital adalah:
1. Keadaan perekonomian secara umum
Salah satu indikator perekonomian adalah tingkat inflasi, apabila
terjadi inflasi yang menyebabkan lemahnya daya beli, maka
perusahaan akan menetapkan tingkat pengembalian yang tinggi
sebagai antisipasi terhadap kerugian.
2. Kondisi pasar sekuritas
31
Inti dari faktor ini adalah jika risiko investasinya cukup tinggi maka
investor menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi sebagai
antisipasi terhadap kerugian.
3. Kondisi operasi dan pembiayaan
Dinyatakan bahwa jika perusahaan menggunakan debt atau prefferen
stock dalam jumlah banyak, maka risiko perusahaan akan meningkat
dan investor akan meminta tingkat pengembalian yang tinggi pula.
Sehingga akan membuat cost of capital perusahaan tinggi.
4. Jumlah perusahaan
Jika jumlah permintaan terhadap dana meningkat, maka cost of
capital akan meningkat, begitu pula sebaliknya.
Dalam melakukan perhitungan terhadap biaya modal, cost of capital
dari masing-masing komponen harus ditentukan terlebih dahulu. Untuk itu
ada 3 (tiga) langkah dasar yang perlu dilakukan:
a. Menghitung biaya modal masing-masing sumber dana secara
terpisah, yang terdiri dari hutang, saham preferen, saham biasa, dan
laba ditahan.
b. Menentukan presentase hutang, saham preferen, dan saham biasa
yang akan digunakan untuk membiayai investasi selanjutnya.
32
c. Menghitung biaya modal secara keseluruhan atau bobot dari
berbagai jumlah pembiayaan yang dibutuhkan.
3. Biaya Hutang (Cost of Debt)
Biaya hutang didefinisikan sebagai rate yang harus dibayar oleh
perusahaan untuk mendapatkan hutang jangka panjang yang baru. Biaya
ini sebenarnya harus dikoreksi dengan faktor pajak. Sebagai contoh, jika
suatu perusahaan harus membayar bagi hasil dan hutangnya setiap tahun
sebesar Rp. 50.000.000,- tersebut bukanlah biaya hutang yang
sebenarnya. Bagi hasil adalah biaya yang dapat mengurangi Penghasilan
Kena Pajak (PKP) perusahaan (Tax Deductable Expenses). Sehingga
besarnya biaya hutang yang sebenarnya tergantung dari besarnya biaya
hutang tingkat marjinal pajak (Marginal Tax Rate). Seandainya
perusahaan mempunyai Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 50.000.000,-
dan Tax Rate sebesar 40% berarti perusahaan kena pajak sebesar Rp.
20.000.000,-.
Jika besarnya bagi hasil yang harus dibayarkan perusahaan setiap
tahun sebesar Rp. 50.000.000,- itu mengurangi Penghasilan Kena Pajak
(PKP) maka beban bagi hasil tersebut menghemat pajak sebesar Rp.
20.000.000,- [Rp. 20.000.000,- (Rp. 50.000.000 – Rp. 50.000.000) x 0,4].
Dapat disimpulkan bahwa hutang biaya efektif sebenarnya adalah Rp.
33
30.000.000 (Rp. 50.000.000 - Rp. 20.000.000). Perusahaan membayar
bagi hasil kepada kreditor sebesar Rp. 20.000.000,- dari penghemat
pajak. Dengan kata lain pemerintah yang mensubsidi Rp. 20.000.000,-
biaya hutang perusahaan. Ilustrasi perhitungan diatas dapat
disederhanakan sebagai berikut:
Kd = Rd (1-T)
Dimana:
Kd = Biaya hutang efektif
Rd = Biaya hutang sebelum mengurangi penghasilan kena pajak
T = Tingkat marjinal pajak
4. Biaya Saham Preferen
Saham preferen adalah surat berharga yang mempunyai konsep
perpetual (tidak pernah mature atau jatuh tempo). Saham preferen
mempunyai deviden yang tetap dan biasanya dalam bentuk presentase
dari nilai perusahaan. Nilai saham preferen merupakan present value dari
semua deviden yang diterima investor dimasa yang akan datang.
KPs = D/P
Dimana:
KPs = Biaya prefferen stock atau tingkat return
D = Deviden
34
P = Harga atau nilai prefferen stock
5. Biaya Saham Biasa
Biaya saham biasa dapat terjadi melalui 2 (dua) komponen. Yang
pertama adalah melalui internal, yaitu dari laba ditahan perusahaan, dan
yang kedua adalah melalui eksternal dengan mengeluarkan saham biasa
yang baru.
Capital yang diperoleh melalui internal dapat terjadi setelah
perusahaan membagikan labanya kepada kreditor dan pemegang saham
preferen. Sisa laba dimiliki oleh common shareholders. Manajemen
perusahaan dapat membagikan sisa laba ini dalam bentuk cash devidend
atau dapat menahannya untuk diinvestasikan kembali. Jika ternyata laba
digunakan untuk investasi maka para common shareholders tentu saja
secara rasional akan meminta tingkat pengembalian yang mereka
harapkan jika mereka mengelolanya sendiri setelah menerima dalam
bentuk deviden. Biaya internal ini adalah opportunity cost dari pemegang
saham. Opportunity cost adalah apa yang shareholders dapatkan dari
penggunaan dana ini pada tingkatan risiko yang sama.
Perbedaan yang ada antara biaya internal dengan eksternal
hanyalah pada biaya dalam mengeluarkan saham biasa (cost of issuing
common stock). Kalau biaya internal merupakan opportunity cost dari
35
pengguna dana (laba), maka biaya eksternal (modal yang didapat dari
penjualan saham baru) merupakan penjumlahan dari opportunity cost
dan biaya mengeluarkan common stock.
Biaya untuk mengeluarkan common stock sulit untuk diestimasi
karena sifat dasarnya itu sendiri berupa ketidakpastian arus kas (cash
flow) kepada para pemegang saham. Para pemegang saham common
stock menerima return investasinya dari deviden dan perubahan nilai
saham yang mereka miliki. Besarnya deviden juga tidak tetap seperti
pada saham preferen. Belum lagi sering terjadi pihak manajemen
perusahaan dengan otoritasnya menentukan sendiri besarnya deviden
yang dibayarkan kepada shareholders. Perubahan nilai atau harga saham
juga sulit diestimasi karena dipengaruhi oleh ekspektasi investor
terhadap arus kas perusahaan dimasa yang akan datang.
Didalam teori keuangan ada bermacam-macam pendekatan yang
dipakai untuk menghitung besarnya biaya common stock, akan tetapi
Dividend Valuation Model (DVM) dan CAPM merupakan model yang
sudah umum dan sangat populer. Setiap model atau metode mempunyai
asumsi yang berbeda-beda dalam membangun fondasi rumusan metode
tersebut sehingga akan menghasilkan perhitungan yang berbeda-beda
pula.
36
a. Dividend Valuation Model (DVM)
Metode ini berangkat dari asumsi bahwa harga saham bukanlah
sesuatu yang penting dibandingkan dengan present value dari cash
deviden dimasa yang akan datang. Perhitungan cost common stock
dengan metode ini sebenarnya mempunyai dasar yang sama dengan
perhitungan cost preffered stock. Bedanya hanya pada diikutsertakannya
komponen tingkat pertumbuhan deviden. Perhitungannya adalah sebagai
berikut:
P = D1 / (Ks – 9); D1 = D0 + (1 – 9)
Maka cost common stock adalah:
Ks = (D1 / P) = G
Dimana:
P = Nilai atau harga saham
D0 = Deviden pada periode sekarang
D1 = Deviden pada periode berikut
Ks = Cost Common Stock atau tingkat return
G = Tingkat pertumbuhan deviden
Model ini mempunyai beberapa kelemahan yang patut dinyatakan, yaitu:
37
1. Bagaimana jika pertumbuhan deviden tidak tetap? Model ini
mengakomodasi perhitungan untuk saham yang mempunyai
tingkat pertumbuhan yang tidak tetap.
2. Bagaimana jika deviden ditunda pembayarannya? dalam kasus ini
D1 akan menjadi 0, berarti nilai atau harga saham akan menjadi 0
juga. Hal ini tentu saja tidak masuk akal. Begitu pula kasusnya pada
current deviden, bagaimana dengan expected deviden?
3. Bagaimana jika ternyata tingkat pertumbuhan deviden lebih besar
dari tingkat pengembalian yang diharapkan (required rate of
return)? Bagaimana harga saham akan negatif, dan tidak mungkin
bukan?
b. Capital Asset Pricing Models (CAPM)
CAPM pada awalnya diperkenalkan pada awal tahun 1960 oleh
Sharpe, Litner, dan Mossin. CAPM menjelaskan keseimbangan antara
tingkat rasio yang sistematis dan tingkat keuntungan yang disyaratkan
sekuritas portofolio. Konsep CAPM digunakan untuk mengkuantifikasikan
hubungan antara risk dan return. Titik awal asumsinya adalah investor
memegang portofolio yang telah didiversifikasi itu dapat dioptimalkan
atau diminimalkan, logikanya resiko yang secara keseluruhan yang ada
dalam portofolio itu berhubungan dengan pergerakan pasar secara
38
keseluruhan yang berarti resiko pasarlah yang menentukan nilai
investasi. CAPM terdiri atas asumsi dibawah ini:
1). Tidak adanya biaya transaksi.
2). Investasi sepenuhnya bisa dipecah-pecah (fully disible).
3). Tidak ada pajak penghasilan bagi pemodal.
4). Para pemodal tidak bisa mempengaruhi harga saham dengan
tindakan buy and selling saham (analog dengan teori pasar
persaingan sempurna.
5). Semua aktivitas bisa diperjualbelikan.
6). Pemodal mempunyai penghasilan yang homogen.
7). Pemodal diasumsikan akan bertindak semata-mata atas
pertimbangan expected value dan deviasi standar tingkat
keuntungan portofolio.
Pada prakteknya asumsi diatas tidak realistis. Ilustrasi dari metode
CAPM, yaitu:
)( RfRmRfKe
Dimana:
Ke = Tingkat hasil minimum para pemegang saham
Rf = Tingkat bebas risiko Risk free rate of return
= Beta coefficient for the merket portofolio
39
Berdasarkan rumus untuk menghitung tingkat pengembalian saham
biasa tersebut, maka variabel yang diamati adalah
22
xxn
yxxyn
Dimana:
n = Banyaknya periode pengamatan
x = Tingkat keuntungan portofolio pasar (Rm)
y = Tingkat keuntungan suatu saham (Ri)
Tingkat keuntungan portofolio atau return pasar (Rm)
Return pasar diperoleh dari besarnya keuntungan seluruh saham yang
beredar di bursa efek. Perhitungan return pasar didasarkan atas Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) di pasar modal, dan perhitungan return
pasar ini dapat dilakukan dengan rumus:
1
1
IHSGt
IHSGtIHSGtRm
Dimana:
Rm = Tingkat pengambilan pasar bulan ke t.
IHSG t = IHSG bulan ke t
IHSG t-1 = IHSG bulan ke t-1
40
Tingkat keuntungan suatu saham atau return individual (Ri)
Return individual dihitung berdasarkan data perkembangan harga
saham individual dan jumlah deviden yang dibagikan. Perhitungan
return individual dapat dilakukan dengan rumus:
1
1
PT
PTPTRi
Dimana:
PT = Harga saham atau lembar pada periode t
PT-1 = Harga saham atau lembar pada periode t-1
Kelemahan dalam metode ini adalah:
a. menghitung besarnya cost common stock model ini sangat
bergantung pada nilai historis. Tingkat pengembalian saham dan
tingkat pasar merupakan perhitungan model CAPM menggunakan
nilai historis, sedangkan nilai historis tidak merefleksikan future.
b. Sensitivitas stock return dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Misalnya jika perusahaan merubah struktur modalnya.
41
c. Jika saham perusahaan tidak diperdagangkan secara umum maka
tidak ada sumber informasi untuk menhitung biaya modalnya
(sekalipun itu nilai historis).
H. Biaya Rata-Rata Modal Tertimbang (WACC)
Investor dan kreditur yang melakukan investasi dalam sebuah
perusahaan menginginkan opportunity cost yang minimal sama dengan
pengembalian yang mereka terima dari investasi lain. Opportunity cost ini
adalah biaya modal perusahaan yaitu tingkat pengembalian minimum
yang dapat dihasilkan oleh perusahaan dengan aset yang ada dan tetap
memenuhi harapan dari para pemberi modal.
Weighted Average Cost of Capital adalah gabungan dari masing-
masing biaya modal dari perusahaan dan presentase dari masing-masing
capital structure, yaitu hutang jangka panjang dan saham biasa dimana
tujuan WACC adalah menghitung cost of capital perusahaan secara
keseluruhan.
Adapun rumus menghitung WACC sebagai berikut:
WACC = (Kd x Wd) + (Ke x We)
Dimana:
Kd = Cost of debt setelah pajak (%)
42
Wd = Presentase total hutang jangka panjang terhadap struktur
modal
Ke = Cost of Equity (%)
We = Presentase saham biasa dalam struktur modal
43
BAB III
GAMBARAN UMUM
1. Sejarah Berdirinya PT. Bank Syariah Mega Indonesia
Perjalanan PT. Bank Syariah Mega Indonesia diawali dari sebuah bank
umum bernama PT. Bank Umum Tugu yang berkedudukan di Jakarta. Pada
tahun 2001, Para Group (PT. Para Global Investindo dan PT. Para Rekan
Investama), kelompok usaha yang juga menaungi PT Bank Mega, Tbk., Trans TV,
dan beberapa Perusahaan lainnya, mengakuisisi PT Bank Umum Tugu untuk
dikembangkan menjadi bank syariah. Hasil konversi tersebut, pada 25 Agustus
2004 PT. Bank Umum Tugu resmi beroperasi syariah dengan nama PT. Bank
Syariah Mega Indonesia.
Komitmen penuh PT Para Global Investindo sebagai pemilik saham
mayoritas untuk menjadikan PT Bank Syariah Mega Indonesia sebagai bank
syariah terbaik, diwujudkan dengan mengembangkan bank ini melalui pemberian
modal yang kuat demi kemajuan perbankan syariah dan perkembangan ekonomi
Indonesia pada umumnya. Penambahan modal dari Pemegang Saham merupakan
landasan utama untuk memenuhi tuntutan pasar perbankan yang semakin
meningkat dan kompetitif. Dengan upaya tersebut, PT. Bank Syariah Mega
Indonesia yang memiliki semboyan "untuk kita semua" tumbuh pesat dan
44
terkendali serta menjadi lembaga keuangan syariah ternama yang berhasil
memperoleh berbagai penghargaan dan prestasi.
Dalam upaya mewujudkan kinerja sesuai dengan nama yang disandangnya,
PT. Bank Syariah Mega Indonesia selalu berpegang pada azas profesionalisme,
keterbukaan dan kehati-hatian. Didukung oleh beragam produk dan fasilitas
perbankan terkini, PT. Bank Syariah Mega Indonesia terus berkembang, hingga
saat ini memiliki 15 jaringan kerja yang terdiri dari kantor cabang, cabang
pembantu dan kantor kas yang tersebar di hampir seluruh kota besar di Pulau
Jawa dan di luar Jawa.
Guna memudahkan nasabah dalam memenuhi kebutuhannya di bidang
keuangan, PT Bank Syariah Mega Indonesia juga bekerjasama dengan PT
Arthajasa Pembayaran Elektronis sebagai penyelenggara ATM Bersama serta
PT. Rintis Sejahtera sebagai penyelenggara ATM Prima dan Prima Debit. Ini
dilakukan agar nasabah dapat melakukan berbagai transaksi perbankan dengan
lebih efisien, praktis, dan nyaman.
2. Struktur Organisasi PT. Bank Syariah Mega Indonesia
Dewan Pengawas Syariah
a. K.H. Ma’ruf Amin Ketua DPS
b. Dr. H. A. Satori Ismail Anggota DPS
c. Kanny Hidaya Y. Anggota DPS
Dewan Komisaris
45
a. Mar’ie Muhammad Komisaris Utama
b. Dudi Hendrakusuma Syahlani Komisaris
c. Ari Prabowo Komisaris
Dewan Direksi
a. Beny Witjaksono Direktur Utama
b. Ani Murdiati Direktur Bisnis
c. Haryanto Budi Purnomo Direktur Compliance & HCM
3. Visi Dan Misi PT. Bank Syariah Mega Indonesia
VISI
Bank Syariah Kebanggaan Bangsa.
MISI
Memberikan jasa layanan keuangan syariah terbaik bagi semua kalangan,
melalui kinerja organisasi yang unggul, untuk meningkatkan nilai tambah bagi
stakeholder dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa.
NILAI - NILAI
Visioner, Amanah, Profesional, Konsisten, Interpreneurship, Teamwork dan
Berbagi.
PENGHARGAAN
a. Bank Syariah Terbaik 2007 Versi Majalah Investor.
b. Bank non devisa terefisien 2007 Versi Bisnis Indonesia.
c. The Most Growing Earning Asset Market Share Sharia Bank 2006 Versi
Karim Businss Consulting.
46
d. The Most Growing Third Party Fund Market Share Sharia Bank 2006 Versi
Karim Business Consulting.
e. Bank Umum Syariah terbaik Peringkat 2 tahun 2006 versi karim Business
Consulting.
f. Bank Mega Syariah meraih predikat " sangat bagus " untuk kinerja tahun
2004 versi Majalah Infobank.
4. Produk Produk PT. Bank Syariah Mega Indonesia
a. Produk Pendanaan
1) Mega Syariah Tama (Leluasa dan Sesuai Syariah)
Mega Syariah Tama, leluasa dan sesuai syariah adalah simpanan
wadiah yang memungkinkan investasi sesuai syariah sekaligus
memperoleh kemudahan mengelola dana selayaknya tabungan.
2) Mega Syariah Fleksi (Simpanan Fleksibel Sesuai Syariah)
Mega Syariah Fleksi, simpanan fleksibel sesuai syariah adalah
simpanan dengan konsep syariah titipan (wadiah) yang dapat Anda
manfaatkan untuk berinvestasi dalam waktu yang lebih leluasa.
3) Mega Syariah Pendidikan (Perencanaan Dana Pendidikan Sesuai Syariah)
Mega Syariah Pendidikan, perencanaan dana pendidikan sesuai
syariah. Anda ingin merencanakan dan mewujudkan masa depan yang
indah bagi buah hati anda tercinta sejak dini? Bank Mega Syariah
mewujudkannya melalui Mega Syariah Pendidikan.
47
4) Mega Syariah Umrah (Memudahkan Langkah Ke Tanah Suci)
Mega Syariah Umrah, untuk memudahkan anda mempersiapkan
biaya perjalanan umrah dengan simpanan terencana sesuai syariah, Bank
Mega Syariah menawarkan Mega Syariah Umrah.
Dengan fasilitas ini persiapan biaya umrah akan lebih pasti karena
dapat diangsur setiap bulannya.
5) Mega Syariah Giro (Rekening Koran Wadiah)
Mega Syariah Giro, adalah rekening koran wadiah yang
kemungkinan anda mengelola dana dengan nyaman sesuai kebutuhan.
Menyimpan dana sesuai syariah dan mendapatkan kemudahan
bertransaksi melalui cek dan bilyet giro? mengapa tidak? Mega Syariah
Giro dari Bank Mega Syariah bisa menjawab kebutuhan anda.
6) Mega Syariah Depo (Deposito Sesuai Syariah)
Mega Syariah Depo, simpanan berjangka mudharabah yang bukan
hanya memberikan nisbah bagi hasil yang relatif tinggi, tetapi juga dapat
dijadikan fasilitas jaminan untuk kebutuhan pembiayaan anda.
Bagi anda yang ingin menginvestasikan dana sesuai syariah
48
sekaligus mendapatkan keuntungan optimal, Mega Syariah Depo dari
Bank Mega Syariah adalah pilihan yang tepat.
b. Produk Pembiayaan
1) Syariah Mega Oto (Pembiayaan Kepemilikan Mobil Sesuai Syariah)
Mega Syariah Oto adalah fasilitas pembiayaan kepemilikan
kendaraan dengan konsep secara syariah jual beli (murabahah) yang
dapat diangsur dengan jumlah yang tetap setiap bulannya, dalam jangka
waktu yang disepakati.
2) Syariah Mega Griya (Pembiayaan Kepemilikan Rumah Sesuai Syariah)
Mega Syariah Griya adalah fasilitas pembiayaan pemilikan rumah,
apartemen ataupun renovasi dan pembangunan rumah dengan konsep
syariah jual beli (murabahah) dengan angsuran tetap selama jangka waktu
yang disepakati.
3) Syariah Mega Multi
Mega Syariah Multi adalah fasilitas pembiyaan untuk keperluan
barang konsumtif yang merupakan barang halal dengan konsep syairah
jual beli (murabahah) dengan angsuran tetap selama jangka waktu yang
disepakati.
49
4) Syariah Mega Invest
Mega Syariah Invest adalah fasilitas pembiayaan kepada pengusaha
atau perusahaan untuk keperluan pengadaan barang investasi dengan
konsep syariah jual beli atau bagi hasil dengan kemudahan proses dan
persyaratannya.
5) Syariah Mega Capital
Mega Syariah Capital adalah fasilitas pembiayaan kepada
pengusaha atau perusahaan untuk tujuan modal kerja usaha, di mana
pemberian modal biaya tersebut dapat secara penuh atau sharing dana
berdasarkan sistem bagi hasil.
6) Syariah Mega Garansi
Mega Syariah Garansi adalah fasilitas penjaminan tertulis yang
diberikan Bank Mega Syariah kepada penerima jaminan untuk keperluan
nasabah dalam melaksanakan proyek tertentu.
7) Syariah Mega Emas (Fasilitas Gadai Sesuai Syariah)
Mega Syariah Emas adalah fasilitas pinjaman dana yang sesuai
prinsip syariah dengan menggandakan barang berharga berupa perhiasan
emas, emas batangan dan koin emas, tanpa dikenakan bunga atau margin.
c. Jasa Dan Layanan
1) Syariah Mega Card
50
Mega Syariah Card merupakan fasilitas kartu ATM serbaguna bagi
nasabah rekening tabungan Bank Mega Syariah yang dapat digunakan
untuk penarikan tunai pada seluruh ATM berlogo ATM Bersama.
2) Syariah Mega Safe Deposit Box
Mega Syariah Safe Deposit Box adalah fasilitas penyimpanan
barang berharga (safe deposit box) dengan berbagai ukuran dan harga
hemat14
.
14
“Profil Bank Syariah Mega Indonesia”, diakses pada 22 Januari 2011 dari www.megasyariah.co.id//profil
51
BAB IV
PENILAIAN KINERJA BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE
ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)
Langkah awal untuk mendapatkan nilai EVA adalah pertama dengan
mengitung laba bersih setelah pajak (NOPAT), laba bersih setelah pajak (NOPAT)
dibagi menjadi dua yaitu NOPAT Financing Approach dan NOPAT Operating
Approach. Langkah kedua dengan menghitung modal (capital). Modal adalah
seluruh modal yang diinvestasikan (invested capital) dan diambil rata-ratanya dan
modal awal (modal pada akhir tahun lalu) dan modal akhir (modal pada akhir tahun
berjalan) dengan asumsi bahwa manajemen mengunakan modal tersebut untuk
mengelola perusahaan selama kurun waktu satu tahun berjalan.
Setelah NOPAT dan modal didapat selanjutnya adalah menghitung tingkat
biaya modal rata-rata tertimbang (rWACC) untuk kemudian dikalikan terhadap modal
agar didapat capital charge. Dan terakhir adalah menghitung nilai EVA itu sendiri.
A. KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH MEGA INDONESIA DENGAN METODE EVA
1. PERHITUNGAN NOPAT
NOPAT dihitung melalui pendekatan finansial dan penyesuaian yang
diperlukan pada pendapatan (laba bersih) adalah dengan menambahkan
beban bagi hasil setelah pajak, hak minoritas atas perusahaan anak serta
penyesuaian terhadap ekuivalen ekuitas yaitu pajak yang ditangguhkan
52
(deffered income tax) serta perubahan penyisihan terhadap aktiva produktif
serta hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan.
Hasil analisis yang dilakukan terhadap laporan keuangan PT. Bank
Syariah Mega Indonesia menunjukkan adanya penyesuaian terhadap ekuitas
ekuivalen. Penyesuaian terhadap ekuitas ekuivalen yang harus ditambahkan
ke pendapatan sebagai penyesuaian yaitu: kenaikan pajak tangguhan,
kenaikan penyisihan aktiva produktif, penambahan terhadap hak minoritas
atas laba bersih anak perusahaan, kemudian dilakukan penyesuaian terhadap
beban bagi hasil agar tidak double counting pada perhitungan NOPAT
operating approach, karena beban bagi hasil sudah termasuk pada biaya dana
(cost of fund) yang dikeluarkan pada kegiatan operasional manajemen.
Tabel 4.1 Perhitungan NOPAT financing approach
PT. BANK SYARIAH MEGA INDONESIA, Tbk
NOPAT financing approach
(dinyatakan dalam jutaan rupiah)
2006 2007 2008 2009 2010
LABA BERSIH 203,303 114,119 467,255 660,293 546,921
Kenaikan pajak
tangguhan 124,855 15,856 25,572 (89,088) (38,293)
Kenaikan penyisihan
aktiva produktif 0 93,006 372,192 311,129
201,462
Hak minoritas atas
laba bersih
perusahaan
(1,561) 14,388 1,721 (1,453) (886)
Adjusted expenses
agar tidak double
counting
2,202,119 2,268,054 1,404,287 1,126,790 1,976,122
53
NOPAT
FINANCING
APPROACH
2,528,715 2,532,423 2,271,027 2,007,671 2,685,326
Sumber: Laporan keuangan Bank Syariah Mega Indonesia yang telah diolah
NOPAT (Net Operating Profit After Tax) Financing Approach
diperoleh berdasarkan penyesuaian terhadap ekuitas ekuivalen yang harus
ditambahkan ke pendapatan dari semua pembiayaan sesuai dengan akunnya
masing-masing pada tiap tahunnya maka diperoleh hasil berturut-turut dari
tahun 2006 sebesar Rp 2.528.715, pada tahun 2007 mengalami peningkatan
menjadi Rp 2.532.423, pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi
sebesar Rp 2.271.027, pada tahun 2009 kembali terjadi penurunan yang cukup
signifikan menjadi sebesar Rp 2.007.671, namun pada tahun 2010 mengalami
kenaikan yang melebihi tahun-tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp
2.685.326. penyebab naik turunnya nilai tersebut terpengaruh akibat dari
kondisi pembiayaan (financing) yang tidak bisa diprediksikan. Kondisi
pembiayaan yang diberikan pada tahun 2006 sebesar Rp 1.873.060 juta dan
Rp 2.147.699 juta pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 12,79%
atau sebesar Rp 274.639 juta, dikarenakan adanya perubahan strategi
pembiayaan dari konsumer ke komersial. Pembiayaan pada tahun 2008
sebesar Rp 3.195.592 juta menurun sebesar Rp 1.101.110 juta atau sebesar
52,57% dari tahun 2009 yang jumlahnya sebesar Rp 2.094.82 juta, hal ini
dikarenakan jumlah pembiayaan ke sektor komersial menurun karena tingkat
resiko pembiayaan macet yang pada tahun 2008 sebesar 5,2% diprediksi akan
54
bertambah pada tahun 2009 jika pembiayaan ditambah. Namun pada tahun
2010 pembiayaan mengalami kenaikan sebesar Rp 4.460 miliar. Jumlah
tersebut sangat signifikan dikarenakan semakin berkurangnya NPF. Pada
tahun 2006 NPF sebesar 1,32%, 2007 sebesar 1%, 2008 sebesar 1,50%, 2009
sebesar 3,52%, dan pada 2010 sebesar 2,08%. Posisi NPF tersebut masih
tergolong sangat baik karena masih berada dibawah standar maksimal yang
diberikan Bank Indonesia yaitu sebesar 5%.
Tabel 4.2 Perhitungan NOPAT operating approach
PT. BANK SYARIAH MEGA INDONESIA, Tbk
NOPAT operating approach
(dinyatakan dalam jutaan rupiah)
2006 2007 2008 2009 2010
Pendapatan bagi hasil 2,381,391 2,776,935 2,427,704 2,507,839 3,713,324
Beban bagi hasil
(adjusted agar tidak
double counting)
0 0 0 0 0
Beban provisi dan
komisi (13,246) (31,950) (3,522) (8,014)
(10,910)
Pendapatan bagi hasil,
net 2,368,645 2,744,985 2,424,182 2,499,825 3,702,414
Pendapatan
operasional lainnya 457,031 399,266 410,568 551,580
410,835
Beban operasional
lainnya (601,963) (760,286) (721,630) (980,127)
(1,209,044)
Pendapatan
operasional, net 2,223,712 2,383,965 2,113,120 2,071,278
2,904,205
Pendapatan non
operasional, net 55,791 54,522 109,838 120,718 19,708
EBT (earning before
taxes) 2,279,503 2,438,487 2,222,958 2,191,996
2,923,913
Operating taxes 124,357 14,696 22,497 (95,237)
(200,294)
55
Pos-pos luar biasa 0 63,384 0 0
0
Laba setelah pajak 2,403,860 2,516,567 2,245,455 2,096,759
2,723,619
(+) Kenaikan pajak
penangguhan 124,855 15,856 25,572 (89,088)
(38,293)
NOPAT
OPERATING
APPROACH
2,528,715 2,532,423 2,271,027 2,007,671 2,685,326
Sumber: Laporan keuangan Bank Syariah Mega Indonesia yang telah diolah
NOPAT (Net Operating Profit After Tax) Operating Approach
diperoleh berdasarkan penyesuaian terhadap ekuitas ekuivalen yang harus
ditambahkan ke pendapatan dari semua pembiayaan sesuai dengan akunnya
masing-masing pada tiap tahunnya maka diperoleh hasil berturut-turut dari
tahun 2006 sebesar Rp 2.528.715, pada tahun 2007 mengalami peningkatan
menjadi Rp 2.532.423, pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi
sebesar Rp 2.271.027, pada tahun 2009 kembali terjadi penurunan yang cukup
signifikan menjadi sebesar Rp 2.007.671, namun pada tahun 2010 mengalami
kenaikan yang melebihi tahun-tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp
2.685.326. Hampir sama dengan NOPAT Financing Approach yang nilainya
naik turun akibat kondisi financing yang tidak bisa diprediksi, pada NOPAT
Operating Approach naik turunnya nilai tersebut dipengaruhi oleh biaya
operasional yang tidak bisa diprediksi pula. Pada tahun 2006 biaya
operasional sebesar Rp 42.110 juta mengalami kenaikan sebesar 53,05% atau
sebesar Rp 22.339 juta menjadi Rp 54.449 juta pada tahun 2007. Pada tahun
2008 sebesar Rp 18.020 juta mengalami kenaikan sebesar 81,06% atau
56
sebesar Rp 14.606 juta menjadi Rp 32.626 juta pada tahun 2009. Terakhir
pada tahun 2010 sebesar Rp 285 miliar.
Tabel 4.3 Perbandingan NOPAT financing approach dengan NOPAT operating approach
(dinyatakan dalam jutaan rupiah)
2006 2007 2008 2009 2010
Average NOPAT
operating approach 2,528,715 2,532,423 2,271,027 2,007,671 2,685,326
Average NOPAT
financing approach 2,528,715 2,532,423 2,271,027 2,007,671
2,685,326
Selisih 0 0 0 0
0
Sumber: Laporan keuangan Bank Syariah Mega Indonesia yang telah diolah
Dengan demikian maka perbandingan nilai NOPAT financing
approach dan NOPAT operating approach dari tahun 2006 sampai 2010 secara
berturut-turut memiliki hasil yang identik sebagaimana dilihat melalui tabel.
Dapat diartikan tidak ada manipulasi laporan baik yang ditambah maupun
dikurangi dari laporan tersebut karena keduanya memiliki selisih nilai 0.
Berarti juga nilai tersebut seperti apa adanya ketika dilaporkan.
2. PERHITUNGAN MODAL
Modal dihitung berdasarkan pendekatan finansial maupun
pendekatan operating dan dilakukan penyesuaian pada nilai ekuitas dengan
menambahkan seluruh kewajiban hutang yang menanggung beban baik jangka
57
panjang maupun jangka pendek, menambahkan hak minoritas atas perusahaan
anak, mengurangi pajak yang ditangguhkan, mengurangi penyisihan
penghapusan pada rekening administratif serta menambahkan penyisihan
piutang ragu-ragu.
Tabel 4.4 Capital Financing Approach
PT. BANK SYARIAH MEGA INDONESIA, Tbk
CAPITAL FINANCING APPROACH
(dinyatakan dalam jutaan rupiah)
2006 2007 2008 2009 2010
Nilai Ekuitas 1,216,782 1,176,127 1,975,226 2,363,001
3,966,113
(+) Jumlah
kewajiban
hutang
21,737,905 21,354,699 21,765,864 28,428,557 37,610,301
(+) Hak
minoritas
atas aktiva
bersih anak
perusahaan
2,005 6,736 8,239 6,754 3,447
(-)
Penyisihan
penghapusan
pada
rekening
administratif
(4,724) (9,784) (4,533) (5,193) (5,652)
(-) Pajak
tangguhan (124,906) (140,762) (166,334) (77,246)
(38,953)
(+)
Penyisihan
piutang
ragu-ragu
550,559 540,464 604,424 703,735 638,441
Jumlah
Capital (awal 23,377,621 23,227,480 24,182,886 31,419,608
42,173,697
58
dan akhir)
Average
Capital
Financing
Approach
23,377,621 23,302,550 23,705,183 27,801,247 36,796,653
Sumber: Laporan keuangan Bank Syariah Mega Indonesia yang telah diolah
Average Capital Financing Approach dihitung berdasarkan
pendekatan finansial, pada tahun 2006 diperoleh nilai sebesar Rp 23.377.621,
pada tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp 23.302.550, hal
tersebut juga bertambah pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp 23.705.183,
pada tahun 2009 meningkat cukup besar menjadi sebesar Rp 27.801.247, dan
terakhir pada tahun 2010 terjadi peningkatan yang sangat signifikan menjadi
sebesar Rp 36.796.653. Dari tahun 2006 hingga tahun 2010 terjadi
peningkatan dari tahun ke tahun, hal tersebut dikarenakan meningkatnya
jumlah kewajiban hutang dari tahun ke tahun. Berdasarkan data yang
diperoleh dari laporan keuangan, tahun 2006 sebesar Rp 2.157.554, pada
tahun 2007 sebesar Rp 2.169.454, pada tahun 2008 sebesar Rp 2.646.251,
pada tahun 2009 sebesar Rp 3.947.372, dan pada tahun 2010 sebesar Rp 4.041
miliar.
Tabel 4.5 Capital Operating Approach
PT. BANK SYARIAH MEGA INDONESIA, Tbk
Capital operating approach
(dinyatakan dalam jutaan rupiah)
2006 2007 2008 2009 2010
59
AKTIVA
Kas 256,642 291,504 300,286 370,961
463,751
Giro pada BI 861,214 874,772 941,130 1,546,208 2,492,585
Giro pada bank
lain 329,997 428,638 380,007 352,425
268,960
Penempatan
pada bank lain
dan BI, net
1,951,418 2,033,003 1,555,991 1,933,932 2,449,628
Surat-surat
berharga, net 1,326,824 1,059,269 705,853 4,249,753 4,932,800
Surat-surat
berharga yang
dibeli yang janji
dijual kembali,
net
53,798 0 0 0 0
Tagihan
derivatif, net 14,036 329 2,697 5,241
10,809
Pembiayaan
yang diberikan,
net
8,930,870 11,755,933 14,407,877 21,091,762 29,309,860
- pihak yang mempunyai hubungan istimewa
141,355 163,144 171,950 16,519 60,476
- pihak ketiga 8,789,516 11,052,325 13,631,503 20,371,508
28,610,943
- penyisihan penghapusan
0 0 0 0 0
Tagihan
akseptasi, net 58,097 111,437 220,849 389,117
686,523
Obligasi
pemerintah 8,350,238 5,571,946 4,667,640 0 0
Penyertaan
- penyertaan sementara, net
0 4,557 975 89,151 75,614
- penyertaan jangka panjang, net
2,039 2,864 24,999 28,436 14,589
Aktiva tetap, net 287,048 281,590 376,855 389,310 440,499
Aktiva lain-lain
yang dibayar 960,122 821,422 602,260 978,505 1,033,731
60
dimuka,net
JUMLAH AKTIVA 23,382,345 23,237,264 24,187,419 31,424,801 42,179,349
Penyisihan
penghapusan
atas transaksi
pada rek.
Administratif
(4,724) (9,784) (4,533) (5,193) (5,652)
JUMLAH
CAPITAL (awal
dan akhir)
23,377,621 23,227,480 24,182,886 31,419,608 42,173,697
Average
Capital
Operating
Approach
23,377,621 23,302,550 23,705,183 27,801,247 36,796,653
Sumber: Laporan keuangan Bank Syariah Mega Indonesia yang telah diolah
Average Capital Operating Approach dihitung berdasarkan
pendekatan finansial, pada tahun 2006 diperoleh nilai sebesar Rp
23.377.621, pada tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp
23.302.550, hal tersebut juga bertambah pada tahun 2008 menjadi sebesar
Rp 23.705.183, pada tahun 2009 meningkat cukup besar menjadi sebesar
Rp 27.801.247, dan terakhir pada tahun 2010 terjadi peningkatan yang
sangat signifikan menjadi sebesar Rp 36.796.653. Dari hasil tersebut nilai
rata-rata, modal awal dan modal akhir yang mempengaruhi peningkatan
dari tahun 2006 hingga tahun 2010. Berdasarkan data laporan keuangan
2006-2010 pada neraca pasiva jumlah tersebut terus bertambah seiring
dengan peningkatan jumlah dana pihak ketiga melalui produk tabungan,
dan giro yang termasuk dalam dana-dana murah. Pada tahun 2006 sebesar
61
Rp 2.344.939, pada tahun 2007 sebesar Rp 2.561.804, pada tahun 2008
sebesar Rp 3.096.201, pada tahun 2009 sebesar Rp 4.381.991, dan pada
tahun 2010 sebesar Rp 4.637.730.
Tabel 4.6 Perbandingan Capital financing approach dengan Capital operating approach
(dinyatakan dalam jutaan rupiah)
2006 2007 2008 2009 2010
Average capital
operating approach 23,377,621 23,302,550 23,705,183 27,801,247
36,796,653
Average capital
financing approach 23,377,621 23,302,550 23,705,183 27,801,247 36,796,653
Selisih 0 0 0 0 0
Sumber: Laporan keuangan Bank Syariah Mega Indonesia yang telah diolah
Dari perbandingan tabel diatas nilai modal yang dipakai dalam
penelitian ini adalah nilai rata-rata dan modal awal (modal pada akhir tahun
lalu) dan modal akhir (modal pada akhir tahun berjalan)15 dengan asumsi
bahwa manajemen menggunakan modal tersebut untuk mengelola perusahaan
selama kurun waktu satu tahun berjalan. Dan hasil perhitungan sebagaimana
dapat dilihat pada tabel 4.4 dan tabel 4.5, hasil perhitungan melalui
pendekatan operating maupun financing menghasilkan nilai yang sama dari
tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 yaitu memiliki selisih nilai 0, seperti
pada tabel 4.6, yaitu membandingkan penghitungan kedua pendekatan
15
Young, S David, Stphen F, Byrne. 2001.”EVA and Value Based Management: A Practical Guide to Implementation. Mcgraw-Hill. New York. hal: 54
62
tersebut. Dapat diartikan bahwa modal yang digunakan tidak ada manipulasi
laporan baik yang ditambah maupun dikurangi dari laporan tersebut karena
keduanya memiliki selisih nilai 0. Berarti juga nilai tersebut seperti apa adanya
ketika dilaporkan.
3. PERHITUNGAN WEIGTED AVERAGE COST OF CAPITAL (WACC)
Tingkat biaya rata-rata modal tertimbang (rWACC) merupakan
gabungan dari tingkat biaya modal atas hutang (rd) dan tingkat biaya modal
atas ekuitas (re), sesuai dengan porsinya pada struktur modal.
Tabel 4.7 Perhitungan biaya modal atas rata-rata tertimbang
PT. BANK SYARIAH MEGA INDONESIA, Tbk
Weighted Average Cost of Capital (WACC)
(dinyatakan dalam jutaan rupiah)
2006 2007 2008 2009 2010
WACC
Jumlah hutang 20,430,750 19,271,652 20,182,577 25,165,920
34,894,930
Proporsi hutang 94.38% 92.89% 91.09% 91.42% 89.79%
Jumlah ekuitas 1,216,782 1,476,127 1,975,226 2,363,001
3,966,113
Proporsi ekuitas 5.62% 7.11% 8.91% 8.58%
10.21%
Proporsi hutang
+ekuitas
100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Total Modal 21,647,531 20,747,779 22,157,803 27,528,921 38,861,043
Biaya Modal Atas
Hutang (Rd) 0,0754 0.0824 0.0487 0.0313 0.0396
Biaya Modal Atas
Ekuitas (Re) 0.1824 0.2112 0.1975 0.1474
0.1214
RWACC 0.0815 0.0915 0.0620 0.0413 0.0480
Sumber: Laporan keuangan Bank Syariah Mega Indonesia yang telah diolah
63
RWACC diperoleh berdasarkan gabungan dari biaya modal atas hutang
dan tingkat biaya modal atas ekuitas yang mana pada tahun 2006 diperoleh
hasil sebesar 0.0815, pada tahun 2007 diperoleh hasil 0.0915, tahun 2008
dengan nilai 0.0620, tahun 2009 dengan nilai 0.0413, dan terakhir pada tahun
2010 dengan nilai 0.0480. Hasil tersebut berbeda-beda karena disesuaikan
dengan porsinya pada struktur modal.
a. Perhitungan Capital Charge
Capital Charge merupakan total biaya modal (total costs of capital) yaitu
hasil dari tingkat biaya modal rata-rata tertimbang (rWACC) dikalikan dengan
modal yang diinvestasikan.
Tabel 4.8 Perhitungan Capital Charge
PT. BANK SYARIAH MEGA INDONESIA, Tbk
CAPITAL CHARGE
(dinyatakan dalam jutaan rupiah)
2006 2007 2008 2009 2010
WACC 8.15% 9.15% 6.20% 4.13% 4.80%
Invested
Capital 23,377,621 23,302,550 23,705,183 27,801,247 36,796,653
Capital
Charge 1,904,310 2,133,317 1,469,034 1,148,393 1,765,552
Sumber: Laporan keuangan Bank Syariah Mega Indonesia yang telah diolah
64
Hasil perhitungan Capital Charge diperoleh dari hasil perkalian
antara WACC dengan modal yang diinvestasikan, pada tahun 2006 diperoleh
nilai sebesar Rp 1.904.310, tahun 2007 diperoleh nilai Rp 2.133.317, tahun
2008 diperoleh nilai Rp 1.469.034, pada tahun 2009 diperoleh nilai Rp
1.148.393, dan terakhir pada tahun 2010 diperoleh nilai sebesar Rp 1.765.552.
4. PERHITUNGAN NILAI EVA
Dengan seluruh komponen yang telah dihitung diatas maka kemudian
dapat dihitung nilai EVA PT. Bank Syariah Mega Indonesia, Tbk yaitu dengan
mengurangi NOPAT dengan capital charges, sebagaimana perhitungan dengan
menggunakan spread method maupun residual income method.
Penilaian kinerja melalui metode EVA menghasilkan nilai EVA yang
bervariasi. Hal ini disebabkan oleh jumlah capital yang dimiliki tiap tahunnya.
Nilai EVA yang positif pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 tingkat
pengembalian yang dihasilkan lebih besar dari tingkat biaya yang dikeluarkan.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan hal ini dapat terjadi, antara lain
besarnya marjin keuntungan dan rendahnya atau tidak adanya biaya
penelitian dan pengembangan. Secara umum nilai negatif pada EVA berarti
tingkat pengembalian yang diperoleh tidak mampu menutupi biaya modal
yang dikeluarkan.
65
Tabel 4.9 Perhitungan Nilai EVA
PT. BANK SYARIAH MEGA INDONESIA, Tbk
Economic Value Added (EVA)
(dinyatakan dalam jutaan rupiah)
2006 2007 2008 2009 2010
PERFORMANCE
SUMMARY
NOPAT 2,528,715 2,532,423 2,271,027 2,007,671
2,685,326
Average Capital 23,377,621 23,302,550 23,705,183 27,801,247 36,796,653
NOPAT/Average
Capital (r) 10.8% 10.9% 9.6% 7.2%
7.3%
Weighted Average Cost
of Capital (c*) 8.1% 9.2% 6.2% 4.1% 4.8%
EVA SPREAD METHOD
Profit Spread (r-c*) 2.7% 1.7% 3.4% 3.1%
2.5%
Average Capital 23,377,621 23,302,550 23,705,183 27,801,247 36,796,653
EVA= (r-c*) x Average
Capital 624,405 399,106 801,993 859,278
919,774
EVA RESIDUAL
INCOME METHOD
NOPAT 2,528,715 2,532,423 2,271,027 2,007,671
2,685,326
Weighted Average Cost
of Capital (c*) 8.1% 9.2% 6.2% 4.1%
4.8%
Average Capital 23,377,621 23,302,550 23,705,183 27,801,247 36,796,653
Capital Charge 1,904,310 2,133,317 1,469,034 1,148,393 1,765,552
EVA= NOPAT – Capital
Charge 624,405 399,106 801,993 859,278
919,774
Sumber: Laporan keuangan Bank Syariah Mega Indonesia yang telah diolah
Tabel 4.10 Perbandingan nilai EVA Spread Method dan EVA Residual Income Method
66
(dinyatakan dalam jutaan rupiah)
2006 2007 2008 2009 2010
EVA Spread Method 624,405 399,106 801,993 859,278
919,774
EVA Residual Income
Method 624,405 399,106 801,993 859,278 919,774
Selisih 0 0 0 0
0
Sumber: Laporan keuangan Bank Syariah Mega Indonesia yang telah diolah
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan konsep EVA
terlihat bahwa nilai EVA akan positif apabila nilai NOPAT melebihi capital
charge yang berarti terjadi penciptaan nilai tambah dan nilai EVA akan
meningkat apabila peningkatan nilai NOPAT lebih besar dan peningkatan
capital charge yang berarti terjadi peningkatan atau perbaikan nilai tambah
walaupun mungkin nilai EVA masih negatif.
Pada tahun 2006 manajemen berhasil menciptakan nilai EVA positif
sebesar Rp 624,405 (dalam jutaan rupiah), dengan nilai NOPAT Rp 2,528,715
(dalam jutaan rupiah) serta capital charge dengan nilai Rp 1,904,310 (dalam
jutaan rupiah) dan perusahaan meraih laba bersih sebesar Rp 203,303 (dalam
jutaan rupiah). Capital charge dipengaruhi oleh komponen biaya modal atas
ekuitas (cost of equity) dan biaya modal atas hutang (cost of debt). Pada tahun
2006 tingkat pengembalian atas modal (r = NOPAT/Average capital) sebesar
10.8%, sedangkan tingkat biaya modal (rWACC) 8.1%. artinya telah tercipta
nilai tambah yang berhasil diciptakan oleh manajemen karena adanya selisih
67
yang positif antara tingkat pengembalian atas modal (r) dengan tingkat biaya
modal (rWACC). Penyesuaian pada NOPAT dilakukan atas hal yang
menyangkut kenaikan pajak tangguhan, kenaikan penyisihan aktiva produktif,
kenaikan hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan serta adjusted
terhadap beban bagi hasil agar tidak double counting.
Pada tahun 2007, terjadi penurunan nilai EVA walaupun nilai yang
tercipta tidak negatif, nilai EVA tahun 2006 sebesar Rp 399,106 (dalam jutaan
rupiah). Dibandingkan dengan tahun sebelumnya nilai EVA mengalami
penurunan sebesar 36.08%. NOPAT mengalami peningkatan sebesar Rp
2,532,423 (dalam jutaan rupiah) artinya meningkat sebesar 0.15%. Capital
charge meningkat menjadi Rp 2,133,317 (dalam jutaan rupiah) dibandingkan
tahun sebelumnya, artinya meningkat sebesar 12.03%. Perusahaan meraih
laba sebesar Rp 141,119 (dalam jutaan rupiah). Pada tahun 2007 tingkat
pengembalian atas modal (r = NOPAT/Average capital) sebesar 10.9%,
sedangkan tingkat biaya modal (rWACC) 9.2%. artinya telah tercipta nilai
tambah yang berhasil diciptakan oleh manajemen karena adanya selisih yang
positif antara tingkat pengembalian atas modal (r) dengan tingkat biaya modal
(rWACC). Penyesuaian pada NOPAT dilakukan atas hal yang menyangkut
kenaikan pajak tangguhan, kenaikan penyisihan aktiva produktif, kenaikan hak
minoritas atas laba bersih anak perusahaan serta adjusted terhadap beban
bagi hasil agar tidak double counting.
68
Pada tahun 2008 terjadi penciptaan nilai tambah yang cukup
signifikan dimana EVA positif didapat sebesar Rp 801,903 (dalam jutaan
rupiah) meningkat 100.95%. Penghitungan NOPAT mengalami penurunan Rp
2,271,027 (dalam jutaan rupiah), yang artinya menurun sebesar 10.32%
dibandingkan tahun sebelumnya. Laba bersih perusahaan meningkat
231.11%dari tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp 467,255 (dalam jutaan
rupiah). Penurunan capital charge sekitar 31.14% dari tahun sebelumnya
menjadi Rp 1,469,034 (dalam jutaan rupiah). Pada tahun 2008 tingkat
pengembalian atas modal (r = NOPAT/Average capital) sebesar 9.6%,
sedangkan tingkat biaya modal (rWACC) 6.2%. artinya telah tercipta nilai
tambah yang berhasil diciptakan oleh manajemen karena adanya selisih yang
positif antara tingkat pengembalian atas modal (r) dengan tingkat biaya modal
(rWACC). Penyesuaian pada NOPAT dilakukan atas hal yang menyangkut
kenaikan pajak tangguhan, kenaikan penyisihan aktiva produktif, kenaikan hak
minoritas atas laba bersih anak perusahaan serta adjusted terhadap beban
bagi hasil agar tidak double counting.
Penciptaan nilai tambah juga terjadi pada tahun 2009 dengan nilai
EVA positif diraih sebesar Rp 859,278 (dalam jutaan rupiah) atau meningkat
sebesar 7.14% dari tahun sebelumnya. Hal ini didapat dan adanya penurunan
NOPAT sebesar 11.6% dari tahun sebelumnya menjadi Rp 2,007,671 (dalam
jutaan rupiah) dan penurunan capital charge sebesar 21.83% dari tahun
sebelumnya menjadi Rp 1,148,393 (dalam jutaan rupiah). Sisi modal walaupun
69
di tahun 2009 ini terjadi peningkatan sebesar 17.28% menjadi Rp 27,801,247
(dalam jutaan rupiah), namun pada capital charge terjadi penurunan karena
adanya penurunan WACC yang semula 6.20% menjadi 4.13%. Pada tahun
2009 tingkat pengembalian atas modal (r = NOPAT/Average capital) sebesar
7.2%, sedangkan tingkat biaya modal (rWACC) 4.1%. artinya telah tercipta
nilai tambah yang berhasil diciptakan oleh manajemen karena adanya selisih
yang positif antara tingkat pengembalian atas modal (r) dengan tingkat biaya
modal (rWACC). Penyesuaian pada NOPAT dilakukan atas hal yang
menyangkut kenaikan pajak tangguhan, kenaikan penyisihan aktiva produktif,
kenaikan hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan serta adjusted
terhadap beban bagi hasil agar tidak double counting.
Pada tahun 2010 penciptaan nilai tambah EVA positif diraih sebesar
Rp 919,774 (dalam jutaan rupiah) atau meningkat sebesar 7.04% dari tahun
sebelumnya. Hal ini didapat dan adanya peningkatan NOPAT sebesar 33.75%
dari tahun sebelumnya menjadi Rp 2,685,326 (dalam jutaan rupiah) dan
adanya peningkatan capital charge sebesar 53.74% dari tahun sebelumnya
menjadi Rp 1,765,552 (dalam jutaan rupiah). Dari sisi modal walupun di tahun
2009 terjadi peningkatan jumlah modal tetapi di tahun 2010 terjadi
peningkatan jumlah modal yang cukup tinggi atau dapat dikatakan pencapaian
modal yang tertinggi selama periode penelitian yaitu sekitar 32.36% menjadi
Rp 36,796,653 (dalam jutaan rupiah), namun pada capital charge terjadi
peningkatan sebesar 53.74% karena adanya peningkatan pada WACC yang
70
semula pada tahun 2009 4.13% (dalam jutaan rupiah) menjadi 4.80% (dalam
jutaan rupiah), artinya naik sebesar 16.22%. Artinya telah tercipta nilai
tambah yang telah diciptakan manajemen karena adanya selisih yang positif
antara tingkat pengembalian atas modal (r) dengan tingkat biaya modal
(rWACC). Penyesuaian pada NOPAT dilakukan atas hal yang menyangkut
kenaikan pajak tangguhan, kenaikan penyisihan aktiva produktif, kenaikan hak
minoritas atas laba bersih anak perusahaan serta adjusted terhadap beban
bagi hasil agar tidak double counting.
Nilai NOPAT relatif menunjukkan peningkatan pada setiap tahunnya
selama periode 2006 sampai dengan periode 2010, tetapi pada tahun 2007
nilai EVA mengalami penurunan dibandingkan nilai EVA tahun sebelumnya.
Sementara capital charge menunjukkan peningkatan pada tahun 2006 ke
2007, kemudian pada tahun 2007 ke tahun 2009 mengalami penurunan. Akan
tetapi pada tahun 2009 ke 2010 adanya peningkatan nilai capital charge.
Banyak manfaat yang dapat diambil dari perhitungan nilai tambah
baik bagi pemegang saham maupun bagi manajemen. Dengan menghitung nilai
tambah, maka pemegang saham mempunyai acuan yang sederhana untuk
menilai kinerja manajemennya pada suatu periode tertentu. Bila manajemen
mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan, berarti manajemen telah
bekerja sesuai dengan keinginan penegang saham, semakin tinggi nilai tambah
yang dihasilkan manajemen bagi perusahaan maka semakin baik kinerja
mereka. Tetapi sebaliknya jika manajemen tidak mampu memberikan nilai
71
tambah bagi perusahaan, maka dapat dikatakan manajemen tidak mampu
memenuhi keinginan pemegang saham untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Namun demikian dalam menentukan baik buruknya kinerja manajemen perlu
juga untuk memperhatikan faktor-faktor eksternal yang mungkin
mempengaruhi kinerja mereka, sehingga perlu analisis yang akurat apakah
faktor eksternal tersebut bisa dikendalikan atau tidak.
B. STRATEGI MANAJEMEN DALAM MENCIPTAKAN NILAI TAMBAH PERUSAHAAN
Banyak strategi yang dapat diterapkan oleh manajemen perusahaan dalam
meningkatkan kinerja atau profit perusahaan khususnya pada lembaga keuangan
atau perbankan diantaranya melalui fitur layanan yang beragam yang dapat
mempermudah nasabah untuk mengaksesnya, memperluas kantor-kantor cabang,
memberikan pembiayaan yang murah, mengutamakan service excellence pada
semua nasabah, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, manajemen Bank Syariah Mega
Indonesia memfokuskan pada pelayanan, pendanaan, dan pembiayaan untuk dapat
menambah nilai-nilai tersebut. Upaya meningkatkan pencapaian penghimpunan
dana dan memperbesar komposisi dana murah menjadi fokus Bank Syariah Mega
Indonesia sejak tahun 2006. Pada akhir 2006 komposisi dana murah masih sekitar
11,53% dari total dana pihak ketiga, sementara pada akhir 2007 meningkat sebesar
24,55% menjadi Rp 2.169,44 miliar. Sementara itu pembiayaan yang disalurkan
selama tahun 2007 sebesar Rp 1.842,89 miliar.
Pada tahun 2008, Bank Syariah Mega Indonesia berhasil meningkatkan
dana pihak ketiga sebesar Rp 2.646.453 miliar atau mengalami pertumbuhan
sebesar 21,99%. Pertumbuhan ini merupakan buah dari produk-produk funding
72
yaitu produk giro valas yang menggunakan mata uang asing. Untuk pembiayaan
yang disalurkan pada tahun 2008 sebesar Rp 2.094.482 juta atau mengalami
pertumbuhan sebesar 11,82% dari tahun 2007. Pada tahun 2008 ini juga telah
dibukanya Mega Mitra Syariah yang mampu memberikan kontribusi secara khusus
pada pencapaian pembiayaan.
Tahun 2009 peningkatan terhadap dana pihak ketiga juga terjadi sebesar
Rp 3.951 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 49% dari tahun
sebelumnya. Pada tahun 2009 ini juga Bank Syariah Mega Indonesia mulai
melayani setoran dana haji dan wakaf tunai. Perluasan jaringan ATM, penambahan
fitur seperti PC Banking, EDC:Office Channeling, dan Bill Payment ikut menunjang
dalam penghimpunan dana pihak ketiga. Dari segi penyaluran pembiayaan, pada
tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 53% atau sekitar Rp 3.195.592 juta,
tingginya pertumbuhan pembiayaan ini terutama dari pembiayaan mikro dan
gadai.
Pada tahun 2010 perekonomian Indonesia mulai pulih kembali setelah
terjadi krisis global pada akhir 2008. Seiring dengan itu perkembangan bisnis juga
mengalami peningkatan. Sampai 31 Desember 2010, total dana pihak ketiga yang
berhasil dikumpulkan sebesar Rp 4.052 miliar. Pada tahun 2010 produk tabungan
haji merupakan produk simpanan yang tumbuh sangat cepat mencapai sekitar Rp
185 miliar. Pada akhir tahun 2010 Bank Syariah Mega Indonesia telah memiliki 394
jaringan kerja dengan komposisi 8 kantor cabang, 13 kantor cabang pembantu, 49
Gallery Mega Syariah, dan 324 kantor Mega Mitra Syariah. Penyaluran pembiayaan
73
pada tahun 2010 sebesar Rp 4.460 miliar, meningkat tipis dibandingkan
penyaluran pembiayaan pada tahun 2009.
Semua hal tersebut diatas mempunyai peranan sangat penting dalam
menciptakan nilai tambah perusahaan dan mempunyai efek yang sangat baik
bukan hanya bagi pihak manajemen tapi juga untuk semua pihak termasuk
nasabah, investor, maupun para pemegang saham yang akan terus memberikan
kepercayaan kepada perusahaan untuk mengelola dananya.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara keseluruhan penilaian kinerja perusahaan PT. Bank Syariah Mega
Indonesia, Tbk melalui metode EVA dapat dikatakan semakin baik tiap tahunnya,
karena terjadi peningkatan nilai EVA yang terus-menerus selama kurun waktu
penelitian (2006-2010), kecuali pada tahun 2007. Dari hasil penelitian yang
mencakup kurun waktu 2006 sampai dengan tahun 2010, maka diperoleh
kesimpulan bahwa:
1. Atas dasar perhitungan EVA maka nilai tambah yang berhasil diciptakan oleh
manajemen PT. Bank Syariah Mega Indonesia, Tbk adalah sebagai berikut:
a. Pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 manajemen berhasil
menciptakan nilai tambah yang cukup signifikan, penciptaan nilai EVA
yang didapat adalah positif. Faktor-faktor yang mempengaruhi
peningkatan nilai EVA yang cukup signifikan antara lain adanya
peningkatan jumlah modal, peningkatan NOPAT, penurunan capital
charge. Sehingga tingkat pengembalian atas modal (r = NOPAT/Average
capital) lebih besar dibandingkan dengan tingkat biaya modal (rWACC).
Artinya telah tercipta nilai tambah yang berhasil diciptakan oleh
manajemen karena adanya selisih antara nilai (r) dengan nilai (rWACC)
yang positif.
75
b. Pada tahun 2007 penciptaan nilai EVA mengalami penurunan sebesar
36.08% dari tahun sebelumnya. Penurunan tersebut dikarenakan
peningkatan biaya ekuitas, sehingga berakibat kepada meningkatnya
biaya modal atas ekuitas (cost of equity) dan berdampak kepada tingginya
tingkat biaya atas modal (rWACC).
2. Untuk meningkatkan kinerja perusahaan, Bank Syariah Mega Indonesia akan
terus mengedepankan prinsip kehati-hatian perbankan (prudential banking),
sektor usaha mikro dan gadai syariah akan menjadi sektor utama. Namun
untuk mengurangi ketergantungan terhadap sektor tersebut, Bank Syariah
Mega Indonesia akan meningkatkan pembiayaan melalui joint financing.
Untuk menyalurkan pembiayaan tersebut, Bank Syariah Mega Indonesia akan
melakukan kerjasama dengan dengan perusahaan pembiayaan terkemuka
nasional. Sektor lain yang hendak dioptimalkan adalah pembiayaan
konsumen. Dengan adanya pembayaran gaji (payroll) karyawan perusahaan,
Bank Syariah Mega Indonesia memiliki potensi pasar yang cukup menarik
untuk memberikan pembiayaan konsumen.
B. Saran
Sehubungan dengan kesimpulan diatas, maka penilaian perusahaan
berdasarkan metode EVA memiliki nilai yang cukup baik setiap tahunnya bahkan
dapat dikatakan mengalami peningkatan selama kurun waktu penelitian, yaitu
pada tahun 2006 sampai dengan 2010, kecuali adanya penurunan nilai EVA pada
tahun 2007. Pengukuran kinerja perusahaan berdasarkan EVA, artinya juga dapat
76
melihat kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mega Indonesia, Tbk yang sangat baik,
karena selalu meningkat pada setiap tahunnya.
Dari hasil analisis diketahui bahwa nilai EVA yang dihasilkan dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang diluar kendali manajemen, seperti
misalnya kondisi perekonomian. Sehubungan dengan hal itu maka disarankan
agar hal-hal yang berada di bawah kendali langsung manajemen khususnya yang
dapat meningkatkan NOPAT lebih mendapat perhatian. Hal tersebut dapat
diupayakan dengan cara meningkatkan pendapatan-pendapatan lainnya seperti
meningkatkan fee based income (charges) yang dibebankan kepada nasabah.
Saran lain yang dapat disampaikan adalah proporsi ekuitas perlu
diperhatikan untuk menghindari peningkatan nilai cost of equity yang
dipengaruhi oleh faktor eksternal, sehingga dapat mendukung penurunan nilai
(rWACC) dan capital charge menjadi lebih efektif. Alternatif lain manajemen dapat
menggunakan sumber dana lain untuk membiayai modalnya, tetapi tidak begitu
mengandung resiko yang dipengaruhi oleh faktor eksternal iklim politik dan
perekonomian.
77
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek. Jakarta : Gema
insani Press, 2001. Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Alvabet, 2003, Cet. Ke-
2. Damodaran, Aswath. “New York: Applied Corporate Finance: A User’s Manual”. John
Wiley and Sons. Inc. 1999. Drucker, P. F. “Pengantar Manajemen”, Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, hal:
134, 1982. Gitman, Lawrence J. “Principles of Managerial Finance”. USA. Hal: 20. 1997. Hansen, Dor R. dan Maryanne M. Mowen. "Management Accounting”. Buku 2, Edisi
7, Salemba Empat, Jakarta, 1997. Higgins, Robert C. “Analysis For Financial Management”. 7th ed. The McGraw Hill.
2004. Isnani N. dan Iswati S. “Pengaruh Merger Terhadap Kinerja Keuangan: Analisis EVA”.
Majalah Ekonomi, XI, 3, Desember, 2001. Karim, Adiwarman A. Bank Islam Analisis Fikih dan Keuangan, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2006. Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Ed. Ke-6, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002. Kenneth Lehn dan Anil K. Makhija, “Manfaat EVA Bagi Perusahaan”, Majalah
Usahawan, April 1997. Pambudi, Teguh S. “EVA Bukan Sekedar Hitungan”. Majalah Swa Sembada
20/XVII/4-17 Oktober, 2001.
78
Rudianto. “Akuntansi Manajemen”. PT. Grasindo, anggota Ikapi, Jakarta, 2006. Siamat, Dahlan. "Manajemen Lembaga Keuangan", edisi keempat, Lembaga Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta, 2004. Stewart, G. Bennett. “The Ecocnomic Value Added: The Quest for Value, A Guide for
Senior Managers”. Harper Collins. Hal: 118. 1993. Sudarsono, heri, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta : Ekonisia, 2004. Supramono, Gatot. Perbankan dan Masalah Kredit: Suatu Tinjauan Yuridis, Jakarta,
Djambatan, 1996. Tunggal, Amin Widjaja. “Memahami Konsep EVA dan Value-Based Management”.
Harvarindo, Jakarta, 2000. Tunggal, Amin Widjaja. “Pengantar Konsep EVA dan Value-Based Management”.
Harvarindo, Jakarta, 2008. Turagan, Joyce. A. “Economic Value Added EVA dan Market Value Added MVA:
model peramalan kesejahteraan pemegang saham”. Jurnal akuntansi/Th.VII/02 Desember. Universitas Tarumanegara, Jakarta, 2003.
Umar, Husein. ”Evaluasi Kinerja Perusahaan”.PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.2002. Usman, Rachmadi., Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2003. Widiyanto, Gatot. “EVA/NITAMI: Suatu Terobosan Baru Dalam Pengukuran Kinerja
Perusahaan” Manajemen Usahawan. Jakarta: No. 12, Desember, hal: 50. 1993.
Widiyanto, Gatot. “Nitami dan Penentuan Bonus Karyawan”. Edisi April/No.5,
Manajemen Usahawan, Jakarta, 1994. Young, S David, Stphen F, Byrne. 2001.”EVA and Value Based Management: A
Practical Guide to Implementation. Mcgraw-Hill. New York.
79
LAMPIRAN
80
81
82
83