Upload
vudat
View
248
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGURANGAN PEMBOROSAN WAKTU TUNGGU PADA PEMBUATAN DINING CHAIR DENGAN MENGGUNAKAN
PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING (STUDI KASUS: CV. RAKABU FURNITURE, PABELAN)
Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
ANGGER OSCAR ARISTA I 1306022
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam kepada Rasulullah Muhammad SAW, Al Amin suri tauladan kita.
Pada kesempatan ini, dengan segenap kerendahan hati dan rasa yang setulus-tulusnya,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT, yang telah melimpahkan segala berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan lancar.
2. Kedua orang tua tercinta, Bapak Mohamad Istamar dan Ibu Titik Sumairina, yang selalu
memberikan doa yang tiada henti, selalu memberikan kasih sayang yang tiada habis dan
dukungannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. “Kalian Adalah
Motivasiku.”
3. Kakak tercinta, Yufriska Citra Dini, yang selalu mendoakan, memberikan dukungan dan
rela memberikan sedikit uang gajinya. hehe….☺
4. Ibu Ir. Noegroho Djarwanti, MT, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6. Bapak Taufiq Rochman, STP, MT, selaku Ketua Program S-1 Nonreguler Jurusan Teknik
Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT, selaku dosen pembimbing skripsi I dan Bapak
Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT, selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah sabar
dalam memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan lancar.
8. Bapak Ir. R. Hari Setyanto, Msi, selaku dosen penguji skripsi I, dan Ibu Ir. Munifah,
MSIE, MT, selaku dosen penguji skripsi II yang berkenan memberikan saran dan
perbaikan terhadap skripsi ini.
9. Bapak Eko Pujiyanto, Ssi, MT dan Bapak Yuniaristanto, ST, MT, selaku pembimbing
akademik. Terimakasih atas bantuan, nasehat yang selalu diberikan kepada saya selama
empat tahun lebih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
10. Seluruh staf dan karyawan Jurusan Teknik Industri UNS, atas segala kesabaran dan
kesediaan dalam memberikan bantuan.
11. Seluruh staf dan karyawan CV. Rakabu Furniture, khususnya Bapak Andreas, Mas
Paryanto, Mas Pukuh dan Mbak Sugiarti yang telah meluangkan waktu dan membantu
proses penelitian skripsi ini.
12. Seluruh keluarga-keluargaku atas dukungan dan doanya.
13. Keluarga besar kontrakan The Keppind’s Community, Tira Budi Utomo, Miftahudin,
Testiyan Wijaya, dan Sultra Retnawan S, Terima kasih atas segala kebersamaan dan
bantuannya. Jagalah selalu tali silaturahmi diantara kita semua.
14. Seluruh teman-teman Gudang Skill, Toyo, Brian, Samto, Dinar, Bonek, Siro, Chubby,
Kiki Mbokdhe, Gembel, Pepe, Mas Edwin, Mas Bison, Itol, Isti, Esha, zulfa, dan Budi.
Terima kasih atas bantuannya.
15. Seluruh teman-teman Latansa Crew, Heru Crisnanto, Nurdin “kubu”, Liya Iwan, Edi,
Ferdi, dan Danang. Terima kasih atas segala dukungannya.
16. Sahabat-sahabat tersayang, Febri, Novian, Sheilma, Hendro, Rofiatin, Erva, Nindy, Erika,
Tya, Ida, Ani, Kumbara, FX, Didik, Wawan, Sari, Ririn, Hendra, Erlyn, Arif, Fiko,
Mbokdhe Rezky, Wakhid, Witarso, Taufik. Terimakasih atas dukungannya. Terima kasih
buat persahabatnnya teman. J
17. Seluruh teman-teman seperjuangan Teknik Industri angkatan 2006 yang bersama-sama
berjuang dalam menyelesaikan studi Strata 1. Semoga persahabatan kita selalu terjaga
dalam ikatan ukhuwah yang indah. Terimakasih buat semua kenangan yang berharga.
18. Seluruh pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala
bimbingan, bantuan, kritik, dan saran dalam penyusunan tugas akhir ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa maupun siapa saja yang
membutuhkannya. Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna,
dengan senang hati dan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik yang membangun.
Surakarta, 29 Maret 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Angger Oscar Arista, NIM: I 1306022. PENGURANGAN PEMBOROSAN WAKTU TUNGGU PADA PROSES PEMBUATAN DINING CHAIR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING (Studi Kasus: CV. Rakabu Furniture, Pabelan). Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Maret 2011. CV. Rakabu Furniture adalah salah satu perusahaan industri yang bergerak di bidang mebel. Pada saat ini yang menjadi produk andalan dari CV. Rakabu Furniture adalah dining chair. Permasalahan yang sering terjadi pada proses produksi dining chair adalah adanya pemborosan dalam bentuk waktu menganggur (idle time) dan waktu tunggu. Pemborosan dalam bentuk idle time dan waktu tunggu terjadi karena perusahaan tidak memperhatikan adanya alternatif urutan perakitan dining chair, sehingga menyebabkan penjadwalan mesin menjadi kurang baik. Pada penelitian ini, pengurangan pemborosan dilakukan dengan menggunakan lean manufacturing dan penjadwalan produksi. Dalam konsep lean manufacturing, digunakan value stream mapping (VSM) untuk menggambarkan seluruh aliran nilai dalam proses produksi yang meliputi aliran informasi dan material. Sedangkan penjadwalan produksi digunakan untuk menjadwalkan ulang proses produksi dining chair, sehingga diharapkan dapat mengurangi pemborosan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan jadwal proses pemesinan yang mampu mengurangi pemborosan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dengan penjadwalan produksi yang memperhatikan urutan perakitan didapatkan waktu penyelesaian produksi sebesar 400 detik dan mampu mengurangi pemborosan idle time sebesar 20 detik dan waktu tunggu sebesar 50 detik. Kata kunci: lean manufacturing, value stream mapping, penjadwalan produksi Xvi + 59 halaman; 24 gambar; 7 tabel ; 3 lampiran Daftar pustaka : 19 (1974-2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRACT
Angger Oscar Arista, NIM: I 1306022. WASTE REDUCTION IN DINING CHAIR PRODUCTION PROCESS USING LEAN MANUFACTURING APPROACH (Case Study: CV. Rakabu Furniture, Pabelan). Thesis. Surakarta: Industrial Engineering Department, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, March 2011. CV. Rakabu Furniture is a company which produces many types of furniture. Dining chair is one of the best selling product in CV. Rakabu Furniture. The problem that often occurs in the production process of dining chair is waste, in the form of idle and waiting time. Those wastes are exist since the company did not consider the alternative assembly sequence, which leads to inappropriate machining schedule. In this research, lean manufacturing and production scheduling are used to reduce the waste. Lean manufacturing uses value stream mapping (VSM) to describe the whole flow of value in the production process that includes information and material flow, while production scheduling is used to reschedule the production process. The purpose of this research is to reduce the waste by rescheduling the production process considering the assembly sequence. The result of this research shows that the completion time can be reduced to 400 seconds, while idle time and waiting time can be reduced by 20 and 50 seconds respectively. Key words: lean manufacturing, value stream mapping, production planning Xvi + 59 pages, 24 drawings, 7 tables, 3 appendix Refrences : 19 (1974-2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
i
ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
v
vi
BAB I PENDAHULUAN I-1
1.1. Latar Belakang ……………………………………………….. I-1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................. I-3
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... I-3
1.4. Manfaat Penelitian …………………………………………… I-3
1.5. Batasan Masalah ....................................................................... I-3
1.6. Sistematika Penulisan ………………………………………... I-3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-1
2.1. Penjelasan Singkat Perusahaan ……………………………... II-1
2.2. Konsep Lean Manufacturing ……………………………….. II-2
2.2.1. Munculnya Lean Production …………………………. II-3
2.2.2.
2.2.3.
Value Stream Mapping (VSM) ……………………….
Macam-Macam Pemborosan ………………………….
II-4
II-5
2.3. Penjadwalan ………………………………………………… II-6
2.3.1. Tujuan Penjadwalan ………………………………….. II-7
2.3.2. Kriteria dalam Penjadwalan Produksi ………………... II-7
2.3.3.
2.3.4.
2.3.5.
2.3.6.
Kriteria Pengukuran Kinerja Jadwal ………………….
Jenis Persoalan Jadwal ………………………………..
Metode Penjadwalan ………………………………….
Metode Heuristic untuk Penjadwalan dengan Perakitan
2.3.6.1. Aggregate Scheduling Mesin dan Sistem
Perakitan …………………………………….
2.3.6.2. Penjadwalan di Lingkungan Agile
Manufacuring ………………………………..
II-9
II-9
II-11
II-13
II-13
II-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III-1
3.1. Identifikasi Permasalahan …………………………………… III-2
3.2. Pengumpulan Data …………………………………………... III-3
3.3. Pengolahan Data …………………………………………….. III-3
3.3.1. Penggambaran Value Stream Mapping (VSM) Awal ... III-3
3.3.2. Penentuan Aktifitas yang Memberikan Nilai Tambah
dan Aktifitas yang Tidak Memberikan Nilai Tambah ...
III-4
3.3.3.
3.3.4.
Pengurangan Pemborosan dengan Alternatif Perakitan
dan Penjadwalan Produksi …………………………….
Penggambaran Value Stream Mapping (VSM)
Perbaikan ……………………………………………...
III-4
III-4
3.4. Analisis dan Interpretasi Hasil ……………………………… III-4
3.5. Kesimpulan dan Saran ……………………………………… III-5
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA IV-1
4.1. Pengumpulan Data ………………………………………….. IV-1
4.1.1. Bill of Material ……………………………………….. IV-1
4.1.2. Komponen Dining Chair ……………………………... IV-2
4.1.3. Data Jumlah Operator dan Jumlah Mesin di tiap
Stasiun Kerja ………………………………………….
IV-6
4.1.4.
4.1.5
Waktu Proses dan Urutan Proses …………………….
Urutan Perakitan Dining Chair Awal ………………....
IV-6
IV-7
4.2. Pengolahan Data …………………………………………….. IV-8
4.2.1. Penentuan Value Stream Awal Pada Proses Pembuatan
Dining Chair …………………………………………..
IV-8
4.2.2. Penentuan Aktifitas yang Memberikan Nilai Tambah
dan Aktifitas yang Tidak Memberikan Nilai Tambah ...
IV-12
4.2.3. Proses Penjadwalan Produksi Dining Chair Awal …… IV-15
4.2.4. Proses Penjadwalan Produksi Dining Chair Perbaikan IV-16
4.2.5. Value Stream Mapping Perbaikan pada Proses
Pembuatan Dining Chair ……………………………...
IV-23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR PUSTAKA
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL V-1
5.1. Analisis Value Stream Mapping (VSM) Awal Proses
Pembuatan Dining Chair ............................................................
V-1
5.2.
5.3.
Analisis Penjadwalan Produksi Dining Chair Perbaikan ……..
Analisis Value Stream Mapping (VSM) Perbaikan Proses
Pembuatan Dining Chair ………………………………………
V-2
V-3
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI-1
6.1. Kesimpulan ................................................................................ VI-1
6.2. Saran .......................................................................................... VI-1
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
Tabel 4.6.
Tabel 4.7.
Stasiun Kerja dan Jumlah Operator …………………………..
Waktu Proses dan Urutan Proses Kerja Proses Pengovenan …
Waktu Proses dan Urutan Proses Produksi …………………..
Proses Pembuatan Dining Chair ………………………………….
Aktifitas Proses Pembuatan Dining Chair ………………………
Routing Proses Pembuatan Dining Chair ………………….....
Waktu Permesinan dan Perakitan Proses Produksi …………..
IV-6
IV-6
IV-7
IV-10
IV-12
IV-17
IV-17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Gambar 2.3.
Gambar 2.4.
Gambar 2.5.
Gambar 4.1.
Gambar 4.2.
Gambar 4.3.
Gambar 4.4.
Gambar 4.5.
Gambar 4.6.
Gambar 4.7.
Gambar 4.8.
Gambar 4.9.
Gambar 4.10.
Gambar 4.11.
Gambar 4.12.
Gambar 4.13.
Gambar 4.14.
Gambar 4.15.
Gambar 4.16.
Gambar 4.17.
Jenis Penjadwalan Flowshop ……………………………..
Jenis Penjadwalan Jobshop ……………………………….
Contoh Sebuah Digraph ………………………………….
Aplikasi dari Aturan Maximum Left Depth First (MLDF)
(a) Teori 2.1 Simple Digraph, (b) Penjadwalan yang
Sesuai untuk Meminimumkan Makespan ………………...
(a) Digraph N-produk, (b) Perubahan Digraph N-produk
Menjadi Kompleks Digraph dengan Dummy …………….
Bill of Material Dining Chair ………………....................
Komponen Kaki Panjang …………………………………
Ruji Sandaran ……………………………………………..
Komponen Palang Dudukan ……………………………...
Komponen Kaki Pendek ………………………………….
Komponen Siku-Siku ……………………………………..
Komponen List Dudukan ………………………………....
Komponen Dudukan ……………………………………...
Produk Dining Chair yang Sudah Dirakit ………………..
Urutan Perakitan Proses Pembuatan Dining Chair ……….
Value Stream Mapping Proses Produksi Dining Chair …..
Digraph Awal Proses Perakitan Dining Chair di Rakabu
Furniture ………………………………………………….
Pemisahan Digraph Proses Produksi Dining Chair ………
Gantt Chart Sebagian Penjadwalan g11 dan g21 ………….
Penggabungan Sebagian Penjadwalan g11 dan g21 dengan
V3 …………………………………………………………
Gantt Chart Penjadwalan dengan Minimum Makespan
untuk Produk Dining Chair ……………………………...
Simple Digraph Proses Produksi Dining Chair …………..
II-10
II-11
II-13
II-14
II-19
IV-1
IV-2
IV-2
IV-3
IV-3
IV-4
IV-4
IV-5
IV-5
IV-7
IV-11
IV-15
IV-18
IV-18
IV-19
IV-20
IV-21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Gambar 4.18.
Gambar 4.19.
Gantt Chart Penjadwalan Simple Digraph ……………….
Value Stream Mapping Perbaikan Proses Produksi Dining
Chair ……………………………………………………...
IV-18
IV-24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Penjadwalan proses produksi dining chair CV. Rakabu
Furniture
Penjadwalan proses produksi dining chair CV. Rakabu
Furniture alternatif 1
Penjadwalan proses produksi dining chair CV. Rakabu
Furniture alternatif 2
L-1
L-2
L-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Angger Oscar Arista, NIM: I 1306022. PENGURANGAN PEMBOROSAN WAKTU TUNGGU PADA PROSES PEMBUATAN DINING CHAIR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING (Studi Kasus: CV. Rakabu Furniture, Pabelan). Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Maret 2011. CV. Rakabu Furniture adalah salah satu perusahaan industri yang bergerak di bidang mebel. Pada saat ini yang menjadi produk andalan dari CV. Rakabu Furniture adalah dining chair. Permasalahan yang sering terjadi pada proses produksi dining chair adalah adanya pemborosan dalam bentuk waktu menganggur (idle time) dan waktu tunggu. Pemborosan dalam bentuk idle time dan waktu tunggu terjadi karena perusahaan tidak memperhatikan adanya alternatif urutan perakitan dining chair, sehingga menyebabkan penjadwalan mesin menjadi kurang baik. Pada penelitian ini, pengurangan pemborosan dilakukan dengan menggunakan lean manufacturing dan penjadwalan produksi. Dalam konsep lean manufacturing, digunakan value stream mapping (VSM) untuk menggambarkan seluruh aliran nilai dalam proses produksi yang meliputi aliran informasi dan material. Sedangkan penjadwalan produksi digunakan untuk menjadwalkan ulang proses produksi dining chair, sehingga diharapkan dapat mengurangi pemborosan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan jadwal proses pemesinan yang mampu mengurangi pemborosan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dengan penjadwalan produksi yang memperhatikan urutan perakitan didapatkan waktu penyelesaian produksi sebesar 400 detik dan mampu mengurangi pemborosan idle time sebesar 20 detik dan waktu tunggu sebesar 50 detik. Kata kunci: lean manufacturing, value stream mapping, penjadwalan produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Angger Oscar Arista, NIM: I 1306022. WASTE REDUCTION IN DINING CHAIR PRODUCTION PROCESS USING LEAN MANUFACTURING APPROACH (Case Study: CV. Rakabu Furniture, Pabelan). Thesis. Surakarta: Industrial Engineering Department, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, March 2011. CV. Rakabu Furniture is a company which produces many types of furniture. Dining chair is one of the best selling product in CV. Rakabu Furniture. The problem that often occurs in the production process of dining chair is waste, in the form of idle and waiting time. Those wastes are exist since the company did not consider the alternative assembly sequence, which leads to inappropriate machining schedule. In this research, lean manufacturing and production scheduling are used to reduce the waste. Lean manufacturing uses value stream mapping (VSM) to describe the whole flow of value in the production process that includes information and material flow, while production scheduling is used to reschedule the production process. The purpose of this research is to reduce the waste by rescheduling the production process considering the assembly sequence. The result of this research shows that the completion time can be reduced to 400 seconds, while idle time and waiting time can be reduced by 20 and 50 seconds respectively. Key words: lean manufacturing, value stream mapping, production planning Bibliography: 19 (1974-2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user I-1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang penelitian, perumusan
masalah dalam penelitian, serta tujuan dan manfaat penelitian yang dilakukan.
Berikutnya akan diuraikan mengenai batasan masalah, asumsi yang digunakan dalam
penelitian dan sistematika penulisan untuk menyelesaikan permasalahan yang
diangkat.
1.1 Latar Belakang Permasalahan.
CV. Rakabu Furniture adalah salah satu perusahaan industri yang bergerak di
bidang mebel. Produk yang dihasilkan oleh CV. Rakabu Furniture adalah mebel-
mebel indoor (mebel khusus dalam ruangan) dan untuk saat ini yang menjadi produk
andalan adalah dining chair. Dining chair adalah kursi restaurant yang terdiri atas 8
komponen, yaitu: komponen kaki panjang, ruji sandaran, kaki pendek, palang
dudukan, palang kaki, siku-siku, list dudukan, dan dudukan.
Pada sistem produksinya CV. Rakabu Furniture merupakan perusahaan yang
menganut sistem make to order atau membuat produk berdasarkan pesanan. Sebagai
perusahaan yang menganut sistem make to order, Rakabu Furniture perlu untuk
selalu tepat waktu dalam menyelesaikan produksinya. Berdasarkan wawancara
dengan manajer produksi, perusahaan sudah mampu menyelesaikan produksinya
sesuai dengan due date yang diberikan oleh buyer. Namun, pada proses produksinya
terdapat permasalahan yang sering terjadi yaitu adanya pemborosan dalam bentuk
waktu menganggur (idle time) dan waktu tunggu. Dengan adanya pemborosan
tersebut maka completion time proses produksi dining chair menjadi lebih lama.
Untuk mendapatkan completion time yang lebih pendek maka perusahaan perlu
mengurangi pemborosan yang ada. Dengan demikian completion time proses
produksi dining chair diharapkan menjadi lebih pendek dan produktifitas perusahaan
meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user I-2
Berdasarkan pengamatan di lantai produksi CV. Rakabu Furniture, pemborosan
dalam bentuk idle time dan waktu tunggu terjadi karena penjadwalan mesin yang
kurang baik. Selain itu, perusahaan juga tidak memperhatikan adanya alternatif dalam
proses perakitan. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengurangi
pemborosan adalah lean manufacturing. Lean manufacturing dapat didefinisikan
sebagai sebuah pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi dan meminimasi
pemborosan secara terus menerus dan berkelanjutan, sehingga mampu menarik
perhatian konsumen dengan aliran produksi yang lancar, (Hines dan Taylor, 2000).
Value stream mapping merupakan sebuah metode dari lean manufacturing yang
dapat digunakan untuk menggambarkan seluruh aliran nilai dalam proses produksi
yang meliputi aliran informasi dan material. Beberapa penelitian telah dilakukan
dengan menggunakan lean manufacturing, diantaranya adalah Sahoo dkk, (2007)
yang mengimplementasikan filosofi lean di perusahaan forging. Penelitian tersebut
menghasilkan perbaikan-perbaikan, meliputi pengurangan lead time, lot size, waktu
set up mesin, dan produk cacat. Narayana dan Sharma (2007) melakukan penelitian
untuk mengoptimalkan aliran produk dan aliran informasi pada perusahaan dengan
menggunakan VSM. Chitturi dkk, (2007) mengimplementasikan VSM pada
perusahaan jobshop. Singh dkk, (2010) membahas penelitian tentang VSM untuk
studi kasus perusahaan-perusahaan di India.
Metode penjadwalan pada penelitian digunakan untuk menjadwalkan ulang
proses produksi dining chair, sehingga diharapkan dapat mengurangi pemborosan
dalam bentuk idle time dan waktu tunggu. Penjadwalan adalah pengalokasian sumber
daya atau mesin-mesin yang tersedia untuk menjalankan sekumpulan tugas dalam
jangka waktu tertentu, (Baker, 1974). Babayan dan He (1995), melakukan penelitian
tentang penjadwalan mesin yang memperhatikan urutan perakitan. Dalam penelitian
tersebut ukuran kinerja yang digunakan adalah minimasi makespan. Hasil dari
penelitian tersebut akan dipergunakan sebagai dasar untuk melakukan pengurangan
pemborosan sehingga nantinya mendapatkan perbaikan terhadap proses pembuatan
dining chair.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user I-3
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah bagaimana mengurangi pemborosan pada proses pembuatan
dining chair dengan menggunakan pendekatan lean manufacturing.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah:
1. Menghasilkan VSM keadaan sekarang dan setelah perbaikan.
2. Menghasilkan jadwal produksi yang meminimumkan waktu penyelesaian
produksi dengan memperhatikan alternatif perakitan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini meliputi :
1. Berdasarkan VSM, perusahaan dapat mengetahui aktifitas yang memberikan
nilai tambah dan aktifitas yang tidak memberikan nilai tambah pada proses
produksi dining chair.
2. Berdasarkan VSM, perusahaan dapat mengetahui cara untuk mengurangi
pemborosan.
3. Mengurangi waktu penyelesaian produksi dining chair.
1.5 Pembatasan Masalah
Batasan masalah ini berfungsi untuk membatasi penelitian agar tidak terlalu
luas dan memperjelas objek penelitian yang dilakukan. Batasan masalah yang
digunakan adalah lamanya jam kerja 7 jam/hari.
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan penelitian ini, diberikan uraian setiap bab yang berurutan
untuk mempermudah pembahasan. Dari pokok-pokok permasalahan dapat dibagi
menjadi enam bab, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pengantar permasalahan yang dibahas seperti
latar belakang masalah, perumusan masalah, asumsi-asumsi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user I-4
dipakai, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta
sistematika penulisan laporan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisi gambaran umum perusahaan, mulai dari sejarah berdirinya
perusahaan dan gambaran umum proses produksi. Selain itu, pada
bab ini juga merupakan penjelasan secara terperinci mengenai teori-
teori yang dipergunakan sebagai landasan pemecahan masalah serta
memberikan penjelasan secara garis besar metode yang digunakan
oleh penulis sebagai kerangka pemecahan masalah.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Mengandung uraian tentang bahan, materi penelitian, alat, tata cara
penelitian, variabel dan data yang akan dikaji serta cara analisis yang
dipakai dan bagian alur penelitian.
BAB IV : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Merupakan penyajian dan pengolahan data-data yang diperoleh dari
perusahaan tempat pengamatan, sesuai dengan usulan pemecahan
masalah yang digunakan.
BAB V : ANALISIS
Berisikan pembahasan permasalahan yang ada berdasarkan hasil
pengumpulan dan pengolahan data.
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bab akhir yang berisikan kesimpulan yang diperoleh dari
analisis pemecahan masalah maupun hasil pengumpulan data serta
saran-saran perbaikan bagi perusahaan tempat pengamatan
berlangsung dan untuk penelitian lebih lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum perusahaan dan
landasan teori yang dipakai untuk menyelesaikan masalah yang ada. Gambaran
umum perusahaan meliputi sejarah berdirinya perusahaan, lokasi perusahaan, struktur
organisasi, personalia, produk yang dihasilkan, proses produksi, dan pemasaran.
2.1 PENJELASAN SINGKAT PERUSAHAAN
Rakabu Furniture Surakarta berdiri pada tanggal 21 Februari 1988. Pada awal
berdirinya, perusahaan ini berbentuk perusahaan perseorangan yang bergerak di
bidang penggergajian kayu dengan jumlah karyawan sebanyak 7 orang. Alat-alat
yang digunakan antara lain: 2 unit mesin pemotong, 3 unit mesin pembelah kayu, 3
unit bor bulat, 2 unit bor kotak dan lain-lain. Untuk Mengembangkan perusahaan,
maka kegiatan perusahaan diarahkan menjadi lebih luas. Hal ini diwujudkan dengan
perubahan bidang usaha penggergajian kayu sekarang menjadi perusahaan industri
mebel. Pada tahun 1990 perusahaan mulai bisa menembus pasar internasional. Dalam
memasarkan produknya, Rakabu Furniture lebih mengutamakan jalur ekspor dari
pada jalur lokal. Jadi, semua produk yang dihasilkan oleh Rakabu Furniture
ditujukan untuk pasar luar negeri. Untuk saat ini daerah pemasaran di luar negeri
telah menembus beberapa negara antara lain: Belanda, Italia, Perancis, Spanyol,
Amerika, Taiwan, Singapura, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Australia.
Rakabu Furniture adalah salah satu perusahaan yang memproduksi mebel
indoor (mebel khusus dalam ruangan) dan untuk saat ini yang menjadi produk
andalan dari Rakabu Furniture, adalah Dinning Chair. Hal ini disebabkan karena
produk tersebut lebih besar prosentasenya dibandingkan dengan produk yang lainnya.
Adapun produk-produk yang dihasilkan Rakabu Furniture antara lain: Cabinet,
Dining table, Coffee Table, TV Stand, Dining Chair, Bookcase, Bed, Buffet, Round
table, Bench dan produk lainnya sesuai pesanan pelanggan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user II-2
Pada proses produksinya Rakabu Furniture menganut sistem make to order
atau membuat produk berdasarkan pesanan konsumen. Namun, selain memenuhi
pesanan, perusahaan juga membuat produk selain pesanan walaupun dalam jumlah
yang tidak banyak. Hal ini bertujuan untuk menambah variasi produk yang dihasilkan
dan bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen dalam memilih
produk yang hendak dibeli. Bahan baku yang digunakan untuk produksi berupa kayu
jati, mahoni, dan mangifera yang sudah berbentuk mebel setengah jadi. Bahan baku
tersebut di supply langsung dari Boyolali, Karanganyar, Klaten, Sragen dan
Purwodadi.
2.2 KONSEP LEAN MANUFACTURING
Prinsip utama dari pendekatan lean adalah untuk mengurangi atau
meniadakan pemborosan (Pujawan, 2002). Istilah “lean“ yang dikenal luas dalam
dunia manufaktur dewasa ini dikenal dalam berbagai nama yang berbeda seperti: lean
production, lean manufacturing, toyota production system, dan lain-lain. Meskipun
demikian, lean dipercaya oleh sebagian orang dikembangkan di Jepang, khususnya
Toyota sebagai pelopor sistem lean manufacturing. Pengertian lean manufacturing
yaitu sebuah pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi dan meminimasi
pemborosan melalui perbaikan dan pengembangan yang terus-menerus dan
berkelanjutan, berusaha membuat aliran produksi menjadi lancar untuk berusaha
menarik perhatian konsumen dalam upaya mencapai kesempurnaan. Beberapa alat
standar untuk lean, seperti value stream mapping (VSM), produksi smoothing
(Heijunka), perbaikan terus-menerus (kaizen), 5S, pertukaran mati satu menit, total
manajemen kualitas, just in time, dan lain-lain, telah dikandung oleh Toyota
Production System (Sahoo dkk., 2007).
Dasar pemikiran lean manufacturing ini merupakan hal mendasar untuk
mewujudkan sebuah value stream yang ramping. Tujuan dari lean manufacturing
adalah untuk membangun dan merancang sebuah manufaktur yang mampu
memproduksi beberapa produk dengan menggunakan jumlah waktu yang benar-benar
dibutuhkan membuat produk. Menunggu, waktu antrian, dan penundaan lainnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user II-3
dianggap pemborosan dan sangat diminimumkan atau dihilangkan dalam lean
manufacturing (Hobbs, 2004).
Menurut Pujawan (2002) lima prinsip pendekatan lean yang diterapkan di
pabrik Toyota, meliputi:
1. Identifikasikan apa yang memberikan nilai dan apa yang tidak dilihat dari
sudut pandang pelanggan dan bukan dari perspektif organisasi, fungsi, atau
departemen.
2. Identifikasikan langkah-langkah yang diperlukan untuk merancang, memesan,
dan memproduksi produk di sepanjang aliran proses nilai tambah untuk
menandai adanya pemborosan.
3. Buat kegiatan yang memberikan nilai tambah mengalir tanpa gangguan,
berbalik, atau menunggu.
4. Buatlah hanya yang diminta oleh pelanggan.
5. Berupayalah untuk sempurna dengan secara kontinyu mengurangi
pemborosan.
2.2.1 Munculnya Lean Production
Menurut Shah dan Ward (2007), awal munculnya filosofi lean pada tahun
1927, Henry ford merencanakan filosofi produksinya dan yang menjadi prinsip dasar
perubahan Ford Production System (FPS). Tahun 1937 Toyoda (Toyota) mendirikan
perusahaan motor di Koromo Jepang. Toyoda, Kiichiro dan Eiji, mempelajari
kesempurnaan konsep dan alat FPS dengan Taiichi Ohno untuk menyusun Toyota
Production System (TPS). Metode produksi just in time adalah kunci dari TPS. Tahun
1978, Ohno mempublikasikan “Toyota Production System” di Jepang. Menurut
Ohno, mula-mula penyelesaian dari TPS adalah mengurangi biaya (mengeleminasi
pemborosan); mengendalikan kuantitas; jaminan kualitas; dan respect kepada
manusia. Ohno merekomendasikan produksi sesuai dengan unit yang dibutuhkan,
waktu yang dibutuhkan dan kuantitas yang dibutuhkan. Tahun 1977, artikel ilmiah
pertama tentang kanban dan produksi just in time diterbitkan oleh Sugimori dkk,
artikel tersebut membahas tentang kanban dan produksi just in time.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user II-4
Menurut Shah dan Ward (2007), pada tahun 1984, New United Motor
Manufacturing Incorporation (NUMMI) bergabung dengan Toyota Motor dan
General Motor di California. Pada tahun 1983, diterbitkan buku yang berjudul
Monden’s Toyota Production System, dan pada tahun 1988, Ohno menerbitkan
Toyota Production Systems. Kedua buku tersebut menjelaskan Toyota production
system dan elemen-elemennya seperti, just in time, dan kanban. Tahun 1988 Krafcik
menguraikan teori manufacturing system yang digunakan oleh Toyota. Pada
pertengahan tahun 1990, diterbitkan artikel yang menceritakan aturan just in time,
Total Quality Management dan artikel yang menghubungkan keduanya. Tahun 1994,
dipublikasikan buku tentang Lean Thinking oleh Womack dan Jones. Buku tersebut
memperluas filosofi dan membimbing perusahaan ke level lean. Pada tahun 2006,
perusahaan motor Toyota menjadi automotive manufacturing nomor satu di Amerika
Utara.
2.2.2 Value Stream Mapping (VSM)
Menurut Kalsaas (2002), fokus dari VSM dibatasi pada aliran produksi di
dalam pabrik. Aliran material harus diperhatikan dan pemetaan ditujukan pada satu
produk sejenis. Tujuan dari VSM adalah mendapatkan suatu proses untuk
menentukan proses apa saja yang dibutuhkan selanjutnya. Proses pemetaan dari
current state dimulai dari awal proses produksi sampai dengan produk siap dikirim ke
konsumen, dimana setiap proses dalam jalur aliran material menjadi obyek pemetaan.
Intinya adalah untuk menentukan waktu yang memberikan nilai tambah dan
pemborosan dari waktu yang tidak memberikan nilai tambah. Inti utama dari proses
pemetaan adalah untuk menyesuaikan langkah produksi dengan permintaan, sehingga
diperlukan usaha untuk membuat proses kerja seimbang dengan waktu yang tersedia.
VSM adalah sebuah teknik perbaikan perusahaan untuk menggambarkan
seluruh proses produksi, yang meliputi aliran informasi dan material, dalam rangka
meningkatkan proses produksi dan mengidentifikasi sumber pemborosan. Teknik
penggambaran peta aliran material dan informasi dimulai dari waktu bahan baku
masuk ke dalam jalur produksi, hingga menjadi produk jadi. Pemetaan kegiatan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user II-5
lantai produksi pandai besi dengan waktu siklus, waktu turun, persediaan WIP,
gerakan material, dan jalur informasi aliran membantu konsep proses kegiatan saat ini
dan oleh karena itu, membimbing kita menuju keadaan masa depan yang diinginkan.
Pertanyaan kunci dan trade off untuk future state adalah merancang sistem
produksi yang baik untuk memenuhi permintaan konsumen, menentukan pada titik
mana produksi harus dijadwalkan, dan mengidentifikasi proses mana yang akan
dibutuhkan agar aliran nilai mengalir sesuai dengan future state map.
2.2.3 Macam-Macam Pemborosan
Pemborosan adalah segala aktivitas dalam proses kerja yang tidak
memberikan nilai tambah bagi produk. Minimasi pemborosan merupakan hal yang
penting untuk mendapatkan value stream yang baik. Produktivitas yang meningkat
mengarah pada operasi yang lebih baik, yang pada gilirannya akan membantu
menentukan pemborosan dan problem kualitas di dalam sistem. Penanganan
pemborosan secara sistematis secara tidak langsung juga merupakan pemecahan
sistematis terhadap faktor-faktor yang mengakibatkan problem dalam manajemen.
Berikut ini penjelasan mengenai tujuh tipe-tipe pemborosan menurut Shingo
(1990), yaitu:
1. Produksi berlebih, stasiun kerja atau unit kerja sebelumnya memproduksi terlalu
banyak sehingga mengakibatkan terganggunya aliran material dan inventory
berlebih.
2. Menunggu, kondisi dimana tidak terdapat aktivitas yang terjadi pada produk,
maupun pekerja (misalnya: operator menunggu material atau part yang akan
diproses, material atau part menunggu untuk diproses, operator menunggu
instruksi kerja, dan sebagainya) sehingga mengakibatkan waktu tunggu yang
lama.
3. Transportasi berlebih, proses perpindahan baik manusia, material atau produk
yang berlebihan sehingga mengakibatkan pemborosan waktu, tenaga, dan biaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user II-6
4. Proses tidak sesuai, kesalahan proses produksi yang disebabkan oleh kesalahan
penggunaan mesin atau tool atau diakibatkan kesalahan prosedur, operator,
maupun system.
5. Persediaan tidak perlu, penyimpanan berlebih dan penundaan material dan produk
sehingga mengakibatkan peningkatan biaya.
6. Gerakan tidak perlu, berhubungan dengan kondisi lingkungan kerja yang dapat
mempengaruhi performansi operator, misalnya terlalu banyak membungkuk,
berjongkok.
7. Cacat, yaitu pengerjaan ulang (rework) pada produk maupun pada desain serta
cacat pada produk yang dihasilkan.
Apabila membahas mengenai pemborosan, maka perlu didefinisikan tiga jenis
aktivitas yang terjadi di dalam suatu sistem produksi (Hines, 2008). Ketiga jenis
aktivitas tersebut, yaitu:
1. Aktifitas yang memberikan nilai tambah, merupakan aktivitas yang mampu
memberikan nilai tambah pada suatu produk atau jasa sehmgga customer mau
membayar untuk aktivitas tersebut.
2. Aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah, merupakan aktivitas yang tidak
memberikan nilai tambah pada suatu produk atau jasa. Aktivitas ini merupakan
pemborosan yang harus segera dihilangkan.
3. Aktifitas yang tidak memberikan nilai tambah tapi dibutuhkan, merupakan
aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah pada produk atau jasa tetapi
dibutuhkan pada prosedur atau sistem operasi yang ada. Aktivitas ini tidak dapat
dihilangkan dalam jangka pendek tetapi dapat dibuat lebih efisien. Dalam upaya
untuk menghilangkan aktivitas ini membutuhkan perubahan yang cukup besar
pada sistem operasi dan memerlukan jangka waktu cukup lama.
2.3 PENJADWALAN
Penjadwalan adalah salah satu komponen penting dalam suatu sistem
manufaktur. Beberapa pengertian penjadwalan menurut pendapat para ahli,
diantaranya adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user II-7
1. Penjadwalan dipandang sebagai suatu aktifitas pembuatan jadwal, baik jadwal
produksi induk (Master Production Schedule), jadwal bengkel, jadwal perawatan
dan sebagainya (Fogarty, 1991).
2. Penjadwalan yang dimaksudkan disini adalah pengalokasian sumber-sumber atau
mesin-mesin yang tersedia untuk menjalankan sekumpulan tugas dalam jangka
waktu tertentu (Baker, 1974).
2.3.1 Tujuan Penjadwalan
Tujuan umum dari penjadwalan adalah sebagai berikut (Baker ,1974):
1. Meningkatkan produktifitas mesin dengan jalan meminimasi waktu menganggur
mesin.
2. Mengurangi persediaan barang setengah jadi (work-in-process inventory) dengan
jalan mengurangi rata-rata jumlah pekerjaan yang menunggu dalam antrian
karena mesin sedang sibuk melakukan suatu aktivitas.
3. Mengurangi keterlambatan karena waktu proses suatu pekerjaan telah melampaui
jatuh temponya (due date) dengan cara mengurangi maksimum keterlambatan
maupun dengan mengurangi jumlah pekerjaan yang terlambat.
4. Meminimasi biaya produksi.
Jika makespan dari suatu kegiatan penjadwalan adalah konstan, maka urutan
kerja yang tepat akan menurunkan flow time dan juga menurunkan rata-rata work-in-
process. Tujuan terakhir yang biasanya diinginkan dalam proses penjadwalan adalah
penepatan due date, yaitu saat dimana suatu produk harus dikirim ke konsumen.
Keterlambatan dari due date yang telah ditetapkan akan memperbesar biaya produksi,
karena adanya denda atau penalti.
2.3.2 Kriteria dalam Penjadwalan Produksi
Variabel ukur performansi yang telah dikembangkan dalam penjadwalan
diantaranya sebagai berikut (French, 1982):
1. Completion time ( jC ), merupakan waktu penyelesaian operasi paling akhir suatu
pekerjaan j.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user II-8
2. Flow time, disebut juga dengan shop time atau manufacturing interval, yaitu
waktu yang diperlukan suatu pekerjaan j berada di shop.
Diformulasikan sebagai berikut:
jjj rCF -= ………………………………………….………………(2-1)
Keterangan : jF = flow time pekerjaan j
jC = completion time pekerjaan j
jr = ready time pekerjaan j
3. Waiting time, yaitu waktu menunggu antara waktu suatu proses selesai diproses
hingga dimulai operasi berikutnya dari pengerjan tiap operasi pada pekerjaan j,
diformulasikan sebagai berikut:
å=
--=m
kjjjj trCw
1
……………………….………………………….(2-2)
Keterangan : jw = waiting time pekerjaan j
jC = completion time pekerjaan j
jr = ready time pekerjaan j
å=
m
kjt
1
= jumlah waktu proses yang diperlukan pekerjaan j dari mesin ke-1
sampai mesin ke-m. 4. Lateness, yaitu lamanya perbedaan antara waktu penyelesaian pekerjaan i dan
due date pekerjaan i, diformulasikan sebagai berikut:
jjj dCL -= ………………………………………….……………...(2-3)
Keterangan : jL = lateness pekerjaan j
jC = completion time pekerjaan j
jd = due date pekerjaan j
5. Tardiness ( jT ), yaitu lamanya keterlambatan waktu penyelesaian untuk pekerjaan
j.
6. Makespan (waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan)
7. Idle time (waktu menganggur) mesin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user II-9
8. Mean queue time (rata-rata waktu antrian pekerjaan)
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan sebelum melakukan penjadwalan dan
menentukan tipe penjadwalan yang tepat antara lain (Elsayed,1994):
1. Jumlah pekerjaan yang akan dikerjakan
2. Jumlah mesin pada lantai produksi
3. Tipe dari fasilitas manufaktur (flowshop atau jobshop)
4. Prosedur kedatangan pekerjaan (bersifat statis atau dinamis)
2.3.3 Kriteria Pengukuran Kinerja Jadwal
Beberapa parameter umum yang diperhatikan dalam menetapkan suatu kriteria
penjadwalan (Baker,1974):
1. Meminimumkan rata-rata waktu tinggal (the mean flow time).
2. Meminimumkan total nilai keterlambatan (the weight tardiness).
3. Meminimumkan keterlambatan maksimum (the maximum tardiness).
4. Meminimumkan waktu maksimum yang dihabiskan suatu pekerjaan berada dalam
lantai produksi (the maximum flow time).
5. Meminimumkan jumlah pekerjaan yang terlambat (the number of tardy jobs).
6. Meminimumkan rata-rata keterlambatan positif (the mean tardiness).
2.3.4 Jenis Persoalan Penjadwalan
Persoalan penjadwalan menurut aliran proses, dapat diterapkan pada
(Baker,1974):
1. Penjadwalan flowshop
Dalam proses produksi flowshop akan dijumpai pola aliran yang identik dari satu
mesin ke mesin yang lainnya. Penjadwalan flowshop ada dua macam yaitu pure
flowshop dan general flowshop. Pada pure flowshop semua pekerjaan akan
mengalir pada jalur produksi yang sama, sedangkan pada general flowshop setiap
pekerjaan dapat memiliki pola aliran yang berbeda. Pola aliran yang berbeda
disebabkan karena pekerjaan yang datang dalam proses produksi tidak harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user II-10
dikerjakan pada semua mesin yang ada. Perbedaan antara pure flowshop dan
general flowshop dapat dilihat pada Gambar 2.1.
2. Penjadwalan Jobshop
Penjadwalan jobshop adalah proses pengurutan (sequencing) pekerjaan untuk
lintas produk yang tidak beraturan (tata letak berdasarkan proses). Pada pola ini
setiap pekerjaan mempunyai pola aliran proses pada tiap mesin yang spesifik, dan
sangat mungkin berbeda untuk setiap pekerjaan. Akibat aliran yang tidak searah
ini, maka setiap pekerjaan yang akan diproses pada satu mesin dapat menjadi
pekerjaan baru atau pekerjaan dalam proses. Secara umum pekerjaan ini dikenal
dengan penjadwalan n pekerjaan m mesin. Karena pada penjadwalan jobshop
mempunyai urutan proses yang berbeda tiap pekerjaannya sehingga untuk
menggambarkan sebuah operasi akan lebih tepat dengan menggunakan notasi
tripel (i, j, k), notasi ini menjelaskan operasi i dari pekerjaan j pada mesin k. Jenis
penjadwalan seperti ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.1 Jenis penjadwalan flowshop
Mesin 1 Mesin 2 Mesin 3
General Flowshop
Mesin 1 Mesin 2 Mesin 3
Pure Flowshop
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user II-11
Gambar 2.2 Jenis penjadwalan jobshop
2.3.5 Metode Penjadwalan
Dalam melakukan kegiatan produksi, terdapat beberapa metode yang biasanya
digunakan untuk melakukan penjadwalan produksi, yaitu (Fogarty,1991):
1. Metode penjadwalan maju (forward scheduling), yaitu menjadwalkan kegiatan
operasi mulai saat kedatangan pekerjaan atau pada t = 0 hingga seluruh pekerjaan
selesai (completion time).
2. Metode penjadwalan mundur (backward scheduling), yaitu menjadwalkan
kegiatan operasi secara mundur yang dimulai dari saat jatuh tempo (due date)
pekerjaan hingga seluruh pekerjaan terjadwalkan.
3. Metode penjadwalan kompromi (compromised scheduling), yaitu penjadwalan
yang menggabungkan metode penjadwalan maju dan mundur. Tahap pertama,
dilakukan penjadwalan secara maju sehingga diperoleh saat selesai pekerjaan,
kemudian pekerjaan dijadwalkan kembali secara mundur yang dimulai saat
selesai pekerjaan hingga seluruh pekerjaan terjadwalkan dan diperoleh saat mulai
pekerjaan.
4. Metode penjadwalan dipaksakan (forced scheduling), yaitu menjadwalkan
kegiatan produksi pada kapasitas yang mempunyai jeda kapasitas atau
Mesin 1 Mesin 2
Mesin 3 Mesin 4
Jobshop
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user II-12
penggunaan kapasitas untuk pekerjaan tertentu pada range waktu tertentu.
Penyelesaian penjadwalan dengan kondisi ini adalah dengan menjadwalkan
secara mundur pekerjaan sebelum jeda kapasitas dan menjadwalkan secara maju
pekerjaan setelah jeda pekerjaan.
Selain itu, ada beberapa aturan dasar yang sering dipakai dalam menentukan
urutan pengerjaan, yaitu (Bedworth, 1987):
1. First Come First Served (FCFS), dimana pekerjaan pertama yang datang ke
stasiun kerja, akan diproses terlebih dahulu.
2. Last Come First Served (LCFS), dimana pekerjaan terakhir yang datang ke
stasiun kerja, akan diproses terlebih dahulu.
3. Shortest Processing Time (SPT), dimana pekerjaan dengan waktu proses yang
dibutuhkan pada stasiun kerja yang terkecil adalah yang diprioritaskan untuk
dikerjakan terlebih dahulu.
4. Shortest Total Processing Time (STPT), dimana pekerjaan dengan total waktu
proses yang dibutuhkan pada stasiun kerja terkecil adalah yang diprioritaskan
untuk dikerjakan terlebih dahulu.
5. Longest Processing Time (LPT), dimana pekerjaan dengan waktu proses yang
dibutuhkan pada stasiun kerja terlama adalah yang diprioritaskan untuk
dikerjakan terlebih dahulu.
6. Earliest Due Date (EDD), dimana pekerjaan yang mempunyai jatuh tempo paling
awal akan dikerjakan terlebih dahulu.
7. Fewest Operation (FO), dimana pekerjaan dengan jumlah operasi paling sedikit
akan dikerjakan terlebih dahulu.
8. Critical Ratio (CR), dimana pekerjaan yang memiliki critical ratio paling rendah
(<1,0) dikerjakan dibelakang jadwal, sedang pekerjaan dengan critical ratio =0
maka itu tepat dengan jadwal. Jika critical ratio tinggi (>1,0), maka job tersebut
berada didepan jadwal.
9. Slack Time (ST), dimana pekerjaan yang dikerjakan lebih awal dari jadwal yang
telah ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user II-13
2.3.6 Metode Heuristic Untuk Penjadwalan dengan Perakitan
Heuristic Algorithm adalah salah satu metode yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah penjadwalan dengan perakitan (Baker,1974). Berikut
beberapa contoh pembuatan heuristic algorithm didalam sistem perakitan dan
lingkungan agile manufacturing.
2.3.6.1 Aggregate Scheduling Mesin dan Sistem Perakitan
Berdasarkan penggambaran digraph dari sebuah produk, yang mana terdiri dari
sebuah komponen dan subassembly. Pada sebuah digraph masing-masing node diberi
label (a, b, c) dimana a adalah waktu mesin, b adalah waktu subassembly dan c adalah
level dari kedalaman node. Kedalaman level tersebut meliputi: nilai 0 menunjukan
akar dari node (untuk contoh, node A2 pada Gambar 2.3) dan, dibelakang akar node
terdapat node P1, P2, dan P3 yang berarti proses mesin atau waktu mesin. Sebelum
mengembangkan algorithm untuk masalah single produk digambarkan 1 definisi dan
2 teori (Baker,1974).
Gambar 2.3 Contoh sebuah digraph
Definisi : Menurut Baker (1974), Sebuah simple digraph Gs adalah sebuah digraph
yang mana masing-masing node dari sudut lebih besar dari 1 (yaitu subassembly dari
produk). Lihat Gambar 2.4 (a) dan, sebuah digraph kompleks G menunjukan sebuah
digraph yang tidak simple Gambar 2.4 (b).
Berdasarkan definisi, ternyata digraph kompleks dapat dipisah menjadi simple
subdigraph dengan menghapus nomer dari node yang sesuai untuk final assembly
atau subassembly.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user II-14
(a)
MA P1 P2 P4 P6
AS A3
I2 I3
MA : Machining systemAS: Asembly systemIn- proses idle time I = I1 + I2 + I3Terminal time T
P3
A1
P5
A2
I1
(b)
Gambar 2.4 Aplikasi dari aturan maximum left depth first (MLDF) (a) teori
2.1 Simple digraph, (b) Penjadwalan yang sesuai untuk
meminimumkan makespan.
Teori 2.1 Menurut Baker (1974), penjadwalan node (komponen/subassembly) dari
sebuah simple digraph (Gs) dengan MLDF, berfikir untuk meminimumkan makespan.
Teori 2.1 diilustrasikan pada gambar 2.4 sebagai bukti dari teori 2.1.
Kesimpulan. Jika subassembly digambarkan dengan sebuah digraph kompleks, dapat
dipisah-pisah menjadi subdigraph g1, g2,…., gt dan node (komponen) P1, P2, …., Ps.
Dengan menghapus akar node V0, kemudian
Cmax (S(g1), S(g2), …, S(gj), S(gj+1), …, S(gt), P1, …, Pi, Pi+1, …, P5) ≤ Cmax (S(g1),
S(g2), …, S(gj), Pi, S(gj+1), …, S(gt), P1, …, Pi-1, Pi+1, …, P5),
i = 1, …., s, j = 0, 1, ….,t
Keterangan, S(*) adalah adalah penjadwalan dari subdigraph dan Cmax (*) adalah
makespan dari penjadwalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user II-15
Teori 2.2 Menurut Baker (1974), menimbang sebuah subassembly atau perakitan
akhir produk C digambarkan dengan sebuah digraph kompleks G dan menjadikannya
subdigraph g1, g2, …, gt dengan menghapus akar node V0 dari digraph G.
meminimumkan makespan S(gi) dengan penjadwalan sebagian gi, i =1, ….t. Jika
komponen dan subassembly sesuai untuk gi dan gj, i ≠ j, kemudian meminimumkan
makespan produk C, meliputi:
S (C) = {S1(G), S2(G), V0},
Keterangan S1 (G) = [S (g(1)), S (g(2), …., S (g[k])], untuk I [i] ≤ T [i]
i = 1, …., k adalah penjadwalan yang diperoleh menggunakan aturan
longest in process idle time last (LITL)
S2 (G = [S (g[k+1]), S (g [k+2]), ….S (g [t])], untuk I[i] > T[i],
i = k + 1, k + 2, …., t, adalah penjadwalan yang diperoleh menggunakan
aturan longest terminal time first (LITF)
Algorithm 2.1 ( masalah single produk)
Langkah 1 Beri label semua node pada digraph G yang menggambarkan struktur
pembuatan produk. Jika G adalah simple digraph, kemudian gunakan
aturan MLDF untuk menghasilkan penjadwalan produk C yang
optimal, berhenti, dengan cara lain pergi ke langkah 2.
Langkah 2 Hapus akar node V0 dari digraph G dan pisahkan menjadi subdigraph
g1, l = i , …., L. jika semua gt adalah simple digraph, tentukan k = 0
dan pergi ke langkah 3; dengan cara lain, pisahkan masing-masing gl
yang tidak simple digraph menjadi sebuah simple digraph dengan
menghapus akar node, Vj berarti sebuah akar node yang harus dihapus,
j =1, …., J. tentukan k = J dan pergi ke tahap 3.
Langkah 3 Gabungkan gik simple subdigraph dengan Vk. Gunakan aturan MLDF
untuk meminimumkan makespan yang menghasilkan sebagian
penjadwalan. S(gik) untuk masing- masing subdigraph gik, i = 1, ….,
Nk, dimana Nk adalah nomor dari subdigraph yang diperoleh setelah Vk
dihapus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user II-16
Langkah 4 Untuk masing-masing sebagian penjadwalan S(gik) yang diperoleh
pada langkah 3, menentukan (a) idle time Iik dan (b) Terminal Time Tik,
i = 1, …., Nk.
Langkah 5 Pisahkan S(gik) kedalam 2 list:
List 1: jadwalkan S(gik) bahwa Iik ≤ Tik
List 2: jadwalkan S(gik) bahwa Iik > Tik
Langkah 6 Gunakan aturan LITL untuk menghasilkan:
S1(gk) = [S(g[1]k), S(g[2]k), ...S(g[r]k)], untuk S(gik) pada list 1, i = 1, ..., r
Gunakan aturan LITF untuk menghasilkan:
S2(gk) = [S1(gk), S2(gk), ...S(g[r]k), Vk]
Langkah 7 Jika Vk = V0, kemudian S(C) = S(g0) penjadwalan optimal, berhenti,
dengan cara lain pergi ke tahap 3.
Langkah 8 Menimbang S(gk) adalah sebuah simple digraph jadwalkan dan hitung:
Ik dan Tk = k = k - 1. Pergi ke tahap 3.
2.3.6.2 Penjadwalan di Lingkungan Agile Manufacturing
Objek dari penelitian He dkk, (2001) adalah untuk menentukan urutan
komponen dan subassembly/assembly pada tahap permesinan, jadi makespan (Cmax)
atau maksimum completion time dapat di minimumkan. Urutan perakitan produk
menghasilkan sistem yang digambarkan dalam digraph G. Pada digraph G masing-
masing node menggambarkan komponen, subassembly atau assembly. Node dengan 1
anak panah yaitu dengan lambang Pi merupakan sebuah komponen. Node dengan
lebih dari satu anak panah pada akhir node menggambarkan sebuah subassembly atau
assembly.
Penggambaran urutan perakitan dengan menggunakan digraph dapat
diklasifikasikan menjadi 2 tipe: simple digraph dan kompleks digraph. Simple
digraph adalah sebuah digraph yang memiliki 1 node subassembly pada setiap level
assembly. Simple digraph dapat digambarkan dengan urutan perakitan yang linear
dari disain produk. Sedangkan pada digraph kompleks, terdapat lebih dari 1 node
subassembly. Penyelesaian masalah penjadwalan disesuaikan dengan sitem produksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user II-17
3 penggambaran urutan perakitan produk: (a) produksi single produk dengan urutan
perakitan yang simple; (b) produksi single produk dengan urutan perakitan yang
kompleks; (c) produksi N-produk. Sesuai dengan 3 definisi produksi, masalah
penjadwalan dibatasi dengan penjadwalan simple digraph Gs, masalah penjadwalan
complex digraph Gc, dan masalah penjadwalan N-produk.
a. Penyelesaian Masalah Penjadwalan Simple Digraph (Gs)
Menurut He dkk (2001), ketika sebuah single produk dengan urutan perakitan
simple digraph (Gs) menghasilkan masalah penjadwalan. Maka, masalah penjadwalan
simple digraph (Gs) dapat diformulasikan menjadi model integer programming
berikut:
(1) Minimize t
(2) Subject to ( ) .......1,1
11
mjtxPt ij
m
i
L
i
=£åå==
(3) .,...1.....,1,11
1
Limixij
m
j
===å=
(4) ( ) ( )
....21....1
21
1
1
Lmj
AttxPt
i
kk
iij
nj
i i
L
k
==
-£ ååå ===
(5) xijl=0 or 1, for l=1,…, L, i=1,…, nl,
j=1,…, m,
Catatan objective function (1) meminimasi maksimum completion time.
Constrain (2) total waktu mesin komponen pada masing-masing mesin tidak lebih
besar dari maximum completion time. Constrain (3) sebuah komponen hanya
menunjukan satu mesin. Constrain (4) subassembly atau final assembly tidak bisa
dimulai sebelum semua komponen tersedia. Constrain (5) decision variable Xij
mengambil salah satu nilai dari 0 atau 1. Setelah menyelesaikan model 1-5, masalah
penjadwalan minimasi makespan memperhitungkan t+t(A1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user II-18
b. Penyelesaian Masalah Penjadwalan Complex Digraph (Gc)
Menurut He dkk (2001), kemudian masalah penjadwalan complex digraph
(Gc) dengan single produk menghasilkan sebuah urutan perakitan yang kompleks.
Jika m=2 membentuk complex digraph Gc koneksikan dengan simple digraph yang
hanya memiliki 2 node komponen untuk di dummy. Penyelesaian masalah node
assembly dengan waktu assembly 0. Ada 2 langkah heuristic untuk menyelesaikan
masalah penjadwalan complex digraph Gc Langkah 1 dari heuristic adalah mencapai
optimal aggregate schedule dengan menggunakan teori ke 2 pada Kusiak (1989).
Umumnya aggregate schedule dapat dicapai dengan teori 2 dan selalu digambarkan
dengan urutan:
(6) S(Gc) = {g1, g2, …., gk, A1} dimana A1 adalah akar node (final assembly) dari
digraph Gc. Penggambaran salah satu node komponen atau simple digraph terdiri
dari node komponen dan node subassembly.
Dari urutan optimal aggregate terbentuk sebuah simple digraph dengan akar
node A1. Pada digraph g1 menggambarkan komponen dan subassembly dengan nilai
assembly level rendah. Setelah terbentuk penggambaran simple digraph untuk urutan
aggregate yang optimal pada (G), digunakan formulasi (1) - (5) untuk mencapai
penyelesaian penjadwalan yang optimal pada simple digraph. Heuristic algorithm
untuk menyelesaikan masalah complex digraph (Gc) digambarkan pada tahap
selanjutnya.
HEURISTIK ALGORITHM 1 (HA1)
Step 1 Gunakan teori 2 dari Kusiak (1989) untuk mendapatkan optimal aggregate
schedule S(Gc) pada kompleks digraph (Gc).
Step 2 Buat sebuah simple digraph Gs dari S(Gc).
Step 3 menyelesaikan model (1) – (5) untuk Gs yang diperoleh pada step 2.
c. Penyelesaian Masalah Penjadwalan N-Produk
Menurut He dkk (2001), masalah penjadwalan N-produk yang termasuk
dalam multiple N-produk. Pada penyelesaian masalah N-produk, urutan perakitan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user II-19
sebuah produk merupakan salah satu simple digraph atau kompleks digraph.
Pendekatan untuk penyelesaian masalah penjadwalan N-produk adalah menyusun
sebuah kompleks digraph dengan menghubungkan node assembly dari N-produk
dengan node dummy final assembly, Ad. Waktu assembly Ad yaitu, t (Ad) = 0.
Kemudian penyelesaian masalah penjadwalan N-produk sama dengan penyelesaian
masalah penjadwalan Gc. Gambar 2.5 menunjukan perubahan bentuk dari digraph N-
produk menjadi kompleks digraph.
(a) (b)
Gambar 2.5 (a) digraph N-produk, (b) perubahan digraph N-produk
menjadi kompleks digraph dengan dummy.
Heuristic algorithm untuk penyelesaian masalah penjadwalan N-produk digambarkan
berikut.
HEURISTIK ALGORITHM 2 (HA2)
Step 1 Buat sebuah kompleks digraph dengan menghubungkan assembly node
dari N-produk dengan node dummy final assembly, Ad. t (Ad) =0.
Step 2 Gunakan HA1 untuk menyelesaikan masalah penjadwalan Gc untuk
masalah kompleks digraph pada langkah 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user III-1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan secara sistematis mengenai tahapan yang dilakukan
dalam penelitian. Langkah-langkah penelitian diuraikan pada gambar 3.1 di bawah
ini.
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user III-2
Tahapan penyelesaian masalah pada gambar 3.1 diuraikan dalam sub bab
dibawah ini.
3.1 Penentuan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di pusat industri kecil (pik) CV. Rakabu Furniture yang
berlokasi di daerah Pabelan, Kartosuro. Kemudian pada penelitian di CV. Rakabu
Furniture dilakukan pengumpulan data penelitian untuk mendapatkan informasi-
informasi yang lengkap serta menentukan masalah yang diangkat dalam penelitian.
Metode untuk mendapatkan data penelitian dilakukan dengan pengamatan langsung,
pendokumentasian gambar dan wawancara kepada manajer produksi.
3.2 Wawancara Manajer Produksi
Pengumpulan data melalui wawancara ini dilakukan untuk mengetahui
permasalahan apa yang terjadi di Rakabu Furniture pada saat ini. Adapun
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut :
1. Produk apa yang sedang di produksi.
2. Permasalahan apa yang sering terjadi pada proses produksi.
3.3 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendukung penyelesaian proses pengumpulan
dan pengolahan data dalam penelitian ini. Informasi studi literatur diperoleh dari
berbagai sumber, baik dari buku referensi, arsip perusahaan, maupun jurnal dan
laporan penelitian. Adapun informasi yang didapat dalam penelitian ini adalah
informasi mengenai lean manufacturing dan penjadwalan produksi.
3.4 Studi lapangan
Studi lapangan dilakukan di CV. Rakabu Furniture, Pabelan. Studi lapangan
bertujuan untuk mengetahui kondisi awal perusahaan, serta memahami proses
produksi dining chair. Tahap pelaksanaan studi lapangan ini antara lain yaitu dengan
melakukan observasi langsung pada lantai produksi dan melakukan wawancara
langsung kepada operator ahli ditiap-tiap stasaiun kerja dan manajer produksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user III-3
3.5 PENGUMPULAN DATA
Pada tahapan ini akan dikumpulkan data-data tentang proses produksi dining
chair. Adapun data-data yang dikumpulkan, meliputi:
1. Bill Of Material (BOM) dari dining chair.
2. Data jumlah operator dan jumlah mesin ditiap stasiun kerja.
3. Data waktu proses dan urutan proses kerja.
4. Urutan perakitan dining chair.
Metode yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah observasi,
wawancara langsung dengan operator ditiap stasiun kerja dan manajer produksi, serta
pencatatan waktu dengan menggunakan jam henti (stopwatch).
3.6 PENGOLAHAN DATA
Setelah mengumpulkan data selanjutnya data tersebut diolah dengan langkah-
langkah pada sub bab berikut ini.
3.6.1 Penggambaran Value Stream Mapping (VSM) Awal
Pada penyusunan penelitian ini digunakan penggambaran VSM untuk
menggambarkan seluruh proses produksi, yang mewakili informasi dan aliran
material. Adapun cara penggambaran VSM awal ini yaitu mencari aliran informasi
proses pembuatan dining chair mulai dari produsen memesan produk hingga
pemesanan bahan baku ke supplier, kemudian mencatat aliran material pada proses
produksi.
3.6.2 Penentuan Aktifitas yang Memberikan Nilai Tambah dan Aktifitas yang
Tidak Memberikan Nilai Tambah
Aktifitas yang memberikan nilai tambah dan aktifitas yang tidak memberikan
nilai tambah ditentukan berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada lantai produksi
proses pembuatan dining chair. Penentuan aktifitas yang memberikan nilai tambah
dan aktifitas yang tidak memberikan nilai tambah bertujuan untuk mengetahui
aktifitas pada proses pembuatan dining chair. Proses penentuan aktifitas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user III-4
memberikan nilai tambah dan aktifitas yang tidak memberikan nilai tambah tersebut
dilakukan dengan cara observasi langsung.
3.6.3 Pembuatan Urutan Perakitan
Pembuatan urutan perakitan dilakukan dengan melakukan perubahan pada
urutan perakitan yang sudah ada. Sehingga dengan melakukan perubahan urutan
perakitan didapatkan urutan perakitan baru yang akan digunakan untuk membangun
proses penjadwalan produksi perbaikan.
3.6.4 Penjadwalan Produksi
Proses pembuatan penjadwalan produksi dilakukan dengan dua tahap, pertama
pembuatan proses produksi awal dan yang kedua proses pembuatan penjadwalan
produksi perbaikan. Adapun proses proses penjadwalan produksi awal merupakan
proses penjadwalan yang ada di CV. Rakabu Furniture. Proses pembuatan
penjadwalan produksi awal dilakukan dengan menggunakan Gantt chart. Dalam
pembuatan gantt chart data yang dibutuhkan adalah urutan proses poduksi dan waktu
proses produksi disetiap stasiun kerja. Penjadwalan produksi awal ini nantinya akan
dibandingkan dengan proses penjadwalan produksi perbaikan untuk mengetahui
pengurangan waktu setelah dilakukan proses penjadwalan produksi perbaikan.
Sedangkan proses penjadwalan produksi perbaikan dilakukan dengan pembuatan
alternatif penjadwalan produksi, sehingga dengan alternatif penjadwalan yang ada
dipilih alternatif yang paing baik. Adapun proses pembuatan penjadwalan perbaikan
meliputi, membuat digraph, membuat heuristic algorithm, dan membuat Gantt chart.
Ukuran kinerja yang digunakan pada penjadwalan produksi adalah minimasi
makespan, variabel penjadwalan produksi adalah urutan penjadwalan dan parameter
penjadwalan produksi adalah waktu proses dan jumlah mesin.
3.6.5 Penggambaran Value Stream Mapping (VSM) Perbaikan
Pada penggambaran VSM perbaikan ini bertujuan untuk mengetahui
perubahan atau perbaikan yang terjadi pada proses produksi dining chair setelah
dilakukan upaya perbaikan melalui penjadwalan ulang proses produksi dan urutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user III-5
proses perakitan. penggambaran VSM ini juga akan mengetahui pengurangan
aktifitas yang tidak memberikan nilai tambah dan aktifitas yang memberikan nilai
tambah pada proses pembuatan dining chair.
3.7 ANALISIS DAN INTEPRETASI HASIL
Tahap analisis dan interpretasi hasil dilakukan untuk menganalisis makespan
awal proses produksi dining chair dan makespan setelah dilakukan perbaikan dan
pengurangan pemborosan, menganalisis VSM awal dan VSM setelah perbaikan, dan
menganalisis aktifitas yang tidak memberikan nilai tambah yang telah di reduksi.
3.8 KESIMPULAN DAN SARAN
Pada tahap ini disimpulkan hasil penelitian dengan menjawab tujuan penelitian.
Kesimpulan ditarik dengan berpijak pada pengolahan data dan analisis, sedangkan
saran berisi pengembangan penelitian yang diharapkan dapat menyempurnakan
penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-1
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan data dalam
penelitian. Data yang telah diperoleh dan dikumpulkan dapat dijelaskan pada sub bab
di bawah ini.
4.1 PENGUMPULAN DATA
Dalam penyusunan laporan ini lean manufacturing digunakan untuk
mengidentifikasi pemborosan. Data yang dikumpulkan meliputi bill of material
(BOM) dari dining chair, data jumlah operator dan jumlah mesin di tiap stasiun kerja,
waktu dan urutan proses pembuatan dining chair, dan urutan perakitan dining chair.
Data yang diperoleh kemudian diolah guna menentukan perbaikan apa yang dapat
dilakukan dalam upaya pengurangan pemborosan pada proses pembuatan dining
chair.
4.1.1 Bill of Material (BOM)
Bagian utama yang menyusun dining chair dapat dibedakan menjadi
komponen utama dan komponen pendukung, yaitu:
1. Komponen utama, terdiri dari 2 buah kaki panjang, 6 buah ruji sandaran, 2 buah
kaki pendek, 5 buah palang dudukan, 3 buah palang kaki, 4 buah siku-siku, 2
buah list dudukan, dan 1 buah dudukan.
2. Komponen pendukung, terdiri dari 16 buah baut.
Bagian penyusun dari dining chair apabila digambarkan dalam bentuk BOM
dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-2
Gambar 4.1 Bill of material dining chair
4.1.2 Komponen Dining Chair
Dining chair terdiri dari beberapa komponen penyusun, yaitu kaki panjang,
ruji sandaran, kaki pendek, palang dudukan, palang kaki, siku-siku, list dudukan, dan
dudukan. Gambar 4.2 berikut ini menunjukkan bentuk komponen kaki panjang.
Gambar 4.2 Komponen kaki panjang
Bahan baku yang digunakan untuk membuat komponen kaki panjang adalah kayu jati
yang memiliki dimensi, panjang 90 cm, lebar 10 cm dan tebal 10 cm. Pada komponen
kaki panjang nantinya akan dirakit dengan komponen ruji sandaran dan palang
dudukan. Pada sisi samping dari komponen kaki panjang dibuat lubang purus sebagai
penghubung antara komponen kaki panjang, palang dudukan dan ruji sandaran.
Gambar 4.3 berikut ini menunjukkan bentuk komponen ruji sandaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-3
Gambar 4.3 Ruji sandaran
Bahan baku yang digunakan untuk membuat komponen ruji sandaran adalah kayu jati
yang memiliki dimensi, panjang 40 cm, lebar 8 cm dan tebal 8 cm. Komponen ruji
sandaran di atas nantinya akan dirakit dengan komponen kaki panjang dengan purus
yang ada pada ujung komponen sebagai pengait. Gambar 4.4 berikut ini
menunjukkan bentuk komponen palang dudukan.
Gambar 4.4 Komponen palang dudukan
Bahan baku yang digunakan untuk membuat komponen palang dudukan adalah kayu
jati yang memiliki dimensi, panjang 50 cm, lebar 8 cm dan tebal 8 cm. Pada Gambar
4.4 diatas merupakan komponen palang dudukan yang memiliki purus yang sama
dengan ruji sandaran yang berfungsi sebagai pengait antara komponen ruji sandaran
dan kaki pendek. Gambar 4.5 berikut ini menunjukkan bentuk komponen kaki
pendek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-4
Gambar 4.5 Komponen kaki pendek
Bahan baku yang digunakan untuk membuat komponen kaki pendek adalah kayu jati
yang memiliki dimensi, panjang 50 cm, lebar 8 cm dan tebal 8 cm. Pada Gambar 4.5
diatas komponen kaki pendek memiliki lubang purus yang sama seperti pada
komponen kaki panjang yang berfungsi yaitu sebagai pengait antara komponen kaki
pendek dengan palang dudukan dan palang kaki. Gambar 4.6 berikut ini
menunjukkan bentuk komponen siku-siku.
Gambar 4.6 Komponen siku-siku
Bahan baku yang digunakan untuk membuat komponen siku-siku adalah kayu jati
yang memiliki dimensi, panjang 40 cm, lebar 8 cm dan tebal 8 cm. Komponen siku-
siku merupakan komponen yang berfungsi sebagai penyangga komponen dudukan.
Pada komponen siku-siku dibuat lubang yang berfungsi sebagai lubang baut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-5
komponen dudukan sehingga perakitan komponen dudukan menjadi kuat. Gambar
4.7 berikut ini menunjukkan bentuk komponen list dudukan.
Gambar 4.7 Komponen list dudukan
Bahan baku yang digunakan untuk membuat komponen list dudukan adalah kayu jati
yang memiliki dimensi, panjang 40 cm, lebar 8 cm dan tebal 8 cm. Komponen list
dudukan memiliki fungsi yang sama dengan komponen siku-siku yaitu sebagai
penyangga komponen dudukan. Pada komponen list dudukan juga dibuat lubang
yang berfungsi sebagai lubang baut komponen dudukan sehingga perakitan
komponen dudukan menjadi kuat. Gambar 4.8 berikut ini menunjukkan bentuk
komponen dudukan.
Gambar 4.8 Komponen dudukan
Bahan baku yang digunakan untuk membuat komponen dudukan adalah kayu jati
yang memiliki dimensi, panjang 50 cm dan lebar 50 cm. Komponen dudukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-6
merupakan komponen yang berfungsi sebagai dudukan bagi pengguna dining chair.
Komponen dudukan juga merupakan komponen yang paling terakhir di rakit pada
proses pembuatan dining chair.
Hasil akhir proses perakitan antara komponen kursi panjang, ruji sandaran,
kaki pendek, palang dudukan, palang kaki, siku-siku, list dudukan, dan dudukan
dapat dilihat pada Gambar 4.9 berikut ini.
Gambar 4.9 Produk dining chair yang sudah dirakit
Pada Gambar 4.9 merupakan produk dining chair yang sudah melewati proses
pengamplasan dan pemlisturan.
4.1.3 Data Jumlah Operator dan Jumlah Mesin di tiap Stasiun Kerja
Perincian jumlah stasiun kerja, jumlah, dan jenis mesin yang digunakan di
tiap stasiun kerja tercantum pada Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Stasiun kerja dan jumlah operator Stasiun Kerja Jenis Mesin Jumlah Mesin Jumlah Operator
Stasiun Kerja 1 Pengovenan 1 4Stasiun Kerja 2 Mesin Potong 2 2Stasiun Kerja 3 Mesin Circle 2 4Stasiun Kerja 4 Mesin Mourtise 1 2Stasiun Kerja 5 Mesin Spindel 1 2Stasiun Kerja 6 Mesin Tenoner 1 2Stasiun Kerja 7 Mesin Bor 2 2Stasiun Kerja 8 Mesin Planer 1 2Stasiun Kerja 9 Mesin Router 1 2Stasiun Kerja 10 Perakitan - 4Stasiun Kerja 11 Pengamplasan - 5Stasiun Kerja 12 Pengobatan - 2Stasiun Kerja 13 Pemlisturan - 4Stasiun Kerja 14 Finishing - 2Stasiun Kerja 15 Packaging - 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-7
Pada tiap mesin di tiap stasiun kerja terdapat seorang operator khusus yang
mempunyai keahlian masing-masing dalam membuat komponen dining chair.
4.1.4 Waktu Proses dan Urutan Proses
Perincian waktu proses dan urutan elemen kerja di tiap stasiun kerja
ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2 Waktu proses dan urutan proses kerja proses pengovenan
Stasiun Kerja Urutan Proses Waktu Proses (menit)Pengovenan Pengovenan seluruh komponen 20160
Tabel 4.3 Waktu proses dan urutan proses produksi Komponen Urutan Proses Waktu Proses (detik)
Circle 30Potong 10
Mourtise 40Spindel 60Circle 40
Potong 30Tenoner 50
Circle 40Potong 25Spindel 20Tenoner 40
Circle 30Potong 15Spindel 30Circle 25
Potong 15Tenoner 20
Circle 15Potong 30
Bor 40Circle 15
Potong 15Bor 20
Circle 20Potong 20Router 20
List dudukan
Dudukan
Kaki panjang
Ruji sandaran
Palang duduk
Kaki pendek
Palang kaki
Siku-siku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-8
4.1.5 Urutan Perakitan Dining Chair Awal
Urutan perakitan pada proses pembuatan dining chair di Rakabu Furniture
adalah sebagai berikut :
Gambar 4.10 Urutan perakitan proses pembuatan dining chair
Urutan perakitan penting untuk diperhatikan sebelum melakukan proses
penjadwalan. Dari sebuah urutan perakitan dapat diketahui komponen apa saja yang
dibutuhkan pada awal proses perakitan. Berdasarkan Gambar 4.11 diatas komponen
kaki panjang, ruji sandaran, kaki pendek dan palang kaki adalah komponen yang
memiliki urutan perakitan yang paling awal dalam proses perakitan, sehingga pada
proses penjadwalan komponen tersebut dijadwalkan lebih dahulu.
4.2 PENGOLAHAN DATA
Berikut ini tahapan pengolahan data dari data-data yang diperoleh dari hasil
observasi lapangan dalam penyusunan laporan penelitian. Adapun proses pengolahan
data meliputi penentuan value stream awal, proses penjadwalan produksi awal, proses
penjadwalan produksi perbaikan, dan penentuan value stream perbaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-9
4.2.1 Penentuan Value Stream Mapping Awal Proses Pembuatan Dining Chair
Pemahaman terhadap aliran material dalam proses produksi merupakan hal
yang penting dalam mengevaluasi value stream. Secara sederhana, value stream
dapat diartikan sebagai segala aktivitas yang memberikan nilai tambah terhadap
produk, mulai dari kedatangan bahan baku sampai menjadi produk jadi dan siap
dikirim ke tangan konsumen. Dalam penelitian ini digunakan VSM untuk
menggambarkan seluruh proses produksi, yang meliputi aliran informasi dan aliran
material dalam proses produksi dinning chair. Penggambaran value stream sistem
produksi dining chair di Rakabu Furniture dimulai dari proses pemesanan bahan
baku ke supplier, proses perencanaan produksi, proses produksi, sampai dengan
produk siap dikirim ke konsumen. Skema VSM yang menggambarkan value stream
proses pembuatan satu unit dining chair ditunjukkan pada Gambar 4.11. Berikut ini
penjelasan gambar VSM pada proses pembuatan dining chair di Rakabu Furniture,
adalah sebagai berikut :
1. Buyer memesan dining chair kepada Rakabu Furniture melalui bagian pemasaran.
Ketika mendapatkan order kemudian bagian pemasaran memberikan informasi
kepada manajer produksi. Setelah mendapatkan informasi order, kemudian
manajer produksi memberikan informasi kepada bagian pengadaan dan supervisor
lantai produksi.
2. Bagian pengadaan melakukan pemesanan bahan baku ke supplier yang biasanya
di kirim dari Boyolali, Karanganyar, Klaten, Sragen dan Purwodadi.
3. Ketika bahan baku yang dikirim oleh supplier datang supervisor lantai produksi
memeriksa kualitas dan jumlah bahan baku tersebut. Setelah selesai diperiksa
kemudian bahan baku di oven pada stasiun pengovenan selama 14 hari untuk
menurunkan kadar air dalam kayu.
4. Kemudian supervisor lantai produksi mengkoordinasi semua operator stasiun
kerja untuk melakukan proses produksi sesuai dengan pesanan. Adapun proses
produksi dining chair meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-10
Tabel 4.4 Proses pembuatan dining chair
No Urutan Proses Waktu Proses (detik)P1 Pengovenan seluruh bahan baku 1209600P2 Proses circle kaki panjang 30P3 Pemotongan kaki panjang 10P4 Proses mourtise kaki panjang 40P5 Proses Spindel kaki panjang 60P6 Proses circle Ruji sandaran 40P7 Pemotongan ruji sandaran 30P8 Proses tenoner ruji sandaran 50P9 Perakitan Kaki Panjang dan Ruji Sandaran = (A1) 35
P10 Proses circle Palang dudukan 40P11 Pemotongan palang dudukan 25P12 Proses Spindel palang dudukan 20P13 Proses tenoner palang dudukan 40P14 Perakitan (A1) dengan Palang dudukan = (A2) 25P15 Proses circle kaki pendek 30P16 Pemotongan kaki pendek 15P17 Proses Spindel kaki pendek 30P18 Proses circle palang kaki 25P19 Pemotongan palang kaki 15P20 Proses tenoner palang kaki 20P21 Perakitan kaki panjang dengan Palang kaki = (A3) 30P22 Perakitan (A2) dengan (A3) = (A4) 35P23 Proses circle siku-siku 15P24 Pemotongan siku-siku 30P25 Proses pengeboran siku-siku 40P26 Perakitan (A4) dengan siku-siku = (A5) 45P27 Proses circle list dudukan 15P28 Pemotongan list dudukan 15P29 Proses pengeboran list dudukan 20P30 Perakitan (A5) dengan list dudukan = (A6) 40P31 Proses circle dudukan 20P32 Proses planer dudukan 20P33 Proses router dudukan 20P34 Perakitan (A6) dengan dudukan 40P35 Pengobatan Dining Chair 90P36 Pengamplasan 1 180P37 Pemlisturan 1 120P38 Pengamplasan 2 240P39 Pemlisturan 2 150
5. Tahap terakhir adalah pengiriman dining chair ke customer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-11
Gambar 4.11 Value stream mapping awal proses produksi dining chair
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-12
Dari Gambar 4.11 dapat diketahui bahwa lead time proses pembuatan dining
chair di CV. Rakabu Furniture sebesar 1.223.301 detik.
4.2.2 Penentuan Aktifitas yang Memberikan Nilai Tambah dan Aktifitas yang
Tidak Memberikan Nilai Tambah
Aktifitas yang memberikan nilai tambah dan aktifitas yang tidak memberikan
nilai tambah ditentukan berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada lantai produksi
proses pembuatan dining chair. Penentuan aktifitas yang memberikan nilai tambah
dan aktifitas yang tidak memberikan nilai tambah bertujuan untuk mengetahui
aktifitas pada proses pembuatan dining chair. Adapun aktifitas yang memberikan
nilai tambah dan aktifitas yang tidak memberikan nilai tambah yang ada pada proses
pembuatan dining chair di jelaskan pada Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5 Aktifitas proses pembuatan dining chair
No Komponen Proses Produksi Waktu (detik) Memberikan Nilai Tambah1 Semua Pengovenan 1209600 Ya2 Unloading 10 Tidak3 Moving Kaki panjang ke circle 30 Tidak4 Circle 30 Ya5 Unloading 8 Tidak6 Moving Kaki panjang ke pemotongan 10 Tidak7 Pemotongan 10 Ya8 Unloading 8 Tidak9 Moving Kaki panjang 10 Tidak10 Mourtise 40 Ya11 Inspeksi 10 Tidak12 Unloading 8 Tidak13 Moving Kaki panjang ke spindel 10 Tidak14 Spindel 60 Ya15 Unloading 8 Tidak16 Moving Kaki panjang ke perakitan 25 Tidak17 Unloading 30 Tidak18 Moving Ruji Sandaran ke circle 30 Tidak19 Circle 40 Ya20 Unloading 18 Tidak21 Moving Ruji Sandaran ke pemotongan 10 Tidak22 Mesin potong idle 30 Tidak23 Pemotongan 30 Ya24 Unloading 18 Tidak25 Moving Ruji Sandaran ke tenoner 15 Tidak26 Tenoner 50 Ya27 Unloading 18 Tidak28 Inspeksi 15 Tidak29 Moving Ruji Sandaran ke perakitan 15 Tidak
kaki
panj
ang
Ruji S
anda
ran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-13
30 Unloading 10 Tidak31 Moving Palang duduk ke circle 30 Tidak32 Circle 40 Ya33 Unloading 15 Tidak34 Moving Palang duduk ke pemotongan 10 Tidak35 Mesin potong idle 10 Tidak36 Pemotongan 25 Ya37 Unloading 15 Tidak38 Moving Palang duduk ke spindel 15 Tidak39 Palang duduk menunggu di spindel 5 Tidak40 Spindel 20 Ya41 Inspeksi 10 Tidak42 Unloading 15 Tidak43 Moving Palang duduk ke tenoner 8 Tidak44 Mesin tenon idle 10 Tidak45 Tenoner 40 Ya46 Inspeksi 15 Tidak47 Unloading 15 Tidak48 Moving Palang duduk ke perakitan 20 Tidak49 Unloading 15 Tidak50 Moving Palang kaki ke circle 30 Tidak51 Circle 25 Ya52 Unloading 9 Tidak53 Moving Palang kaki ke pemotongan 10 Tidak54 Pemotongan 15 Ya55 Unloading 9 Tidak56 Moving Palang kaki ke tenoner 15 Tidak57 Palang kaki menunggu di tenoner 50 Tidak58 Tenoner 20 Ya59 Inspeksi 10 Tidak60 Unloading 9 Tidak61 Moving Palang kaki ke perakitan 15 Tidak62 Unloading 10 Tidak63 Moving Kaki Pendek ke circle 30 Tidak64 Circle 30 Ya65 Unloading 6 Tidak66 Moving Kaki Pendek ke pemotongan 10 Tidak67 Mesin potong idle 15 Tidak68 Pemotongan 15 Ya69 Unloading 6 Tidak70 Moving Kaki Pendek ke spindel 15 Tidak71 Mesin spindel idle 20 Tidak72 Spindel 30 Ya73 Inspeksi 15 Tidak74 Unloading 6 Tidak75 Moving Kaki Pendek ke perakitan 20 Tidak76 Unloading 5 Tidak77 Moving Siku-Siku ke circle 30 Tidak78 Circle 15 Ya79 Unloading 6 Tidak80 Moving Siku-Siku ke pemotongan 10 Tidak81 Pemotongan 30 Ya82 Unloading 8 Tidak83 Moving Siku-Siku ke pengeboran 8 Tidak84 Pengeboran 40 Ya85 Unloading 12 Tidak86 Moving Siku-Siku ke Perakitan 25 Tidak
Pala
ng d
uduk
Pala
ng K
aki
Kaki
pen
dek
Siku
-sik
u
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-14
87 Unloading 5 Tidak88 Moving List Dudukan ke circle 30 Tidak89 Circle 15 Ya90 Unloading 5 Tidak91 Moving List Dudukan ke pemotongan 10 Tidak92 List dudukan Menunggu di potong 15 Tidak93 Pemotongan 15 Ya94 Unloading 5 Tidak95 Moving List Dudukan ke pengeboran 8 Tidak96 List dudukan menunggu di bor 25 Tidak97 Pengeboran 20 Ya98 Unloading 5 Tidak99 Moving List Dudukan ke Perakitan 25 Tidak
100 Unloading 5 Tidak101 Moving Dudukan ke Circle 30 Tidak102 Circle 20 Ya103 Unloading 4 Tidak104 Moving Dudukan ke Planer 8 Tidak105 Planer 20 Ya106 Unloading 4 Tidak107 Moving Dudukan ke router 10 Tidak108 Router 20 Ya109 Inspeksi 10 Tidak110 Unloading 4 Tidak111 Moving Dudukan ke Perakitan 15 Tidak112 Menunggu komponen ruji sandaran 10 Tidak113 Merakit komponen kaki panjang dengan ruji sandaran = (A1) 35 Ya114 Menunggu komponen palang dudukan 15 Tidak115 Merakit komponen (A1) dengan palang dudukan = (A2) 25 Ya116 Perakitan kaki pendek dengan palang kaki (A3) menunggu perakitan (A2) 15 Tidak117 Merakit komponen kaki pendek dengan palang kaki = (A3) 30 Ya118 A2 menunggu perakitan (A3) 30 Tidak119 Merakit (A2) dengan (A3) = (A4) 35 Ya120 Siku-siku menunggu (A4) 40 Tidak121 Merakit komponen Siku-siku dengan (A4) = (A5) 45 Ya122 List dudukan menunggu (A5) 65 Tidak123 Merakit komponen list dudukan dengan (A5) = (A6) 40 Ya124 Komponen dudukan menunggu (A6) 120 Tidak125 Perakitan komponen dudukan dengan (A6) 40 Ya126 Moving Dining Chair ke pengobatan 30 Tidak127 Pengobatan Dining Chair 90 Ya128 Moving Dining Chair ke pengeringan 20 Tidak129 Pengeringan 7200 Ya130 Moving Dining Chair ke pengamplasan ke-1 30 Tidak131 Pengamplasan ke-1 180 Ya132 Moving ke pemlisturan tahap-1 15 Tidak133 Memplitur Dining Chair tahap 1 120 Ya134 Pengeringan 900 Ya135 Moving Dining Chair ke pengamplasan ke-2 15 Tidak136 Pengamplasan ke-2 240 Ya137 Moving Dining Chair ke pelituran ke-2 15 Tidak138 Memplitur Dining Chair tahap 2 150 Ya139 Pengeringan 1800 Ya140 Moving Dining Chair ke inspeksi 25 Tidak141 Inspeksi Final 90 Tidak142 Moving Dining Chair ke packaging 30 Tidak143 Packaging 300 Ya
List d
uduk
anDu
duka
nPe
raki
tan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-15
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pada proses pembuatan dining chair
terdapat 1.221.545 detik aktifitas yang memberikan nilai tambah dan 1.756 detik
aktifitas yang tidak memberikan nilai tambah.
4.2.3 Proses Penjadwalan Produksi Dining Chair Awal
Proses penjadwalan produksi awal pada penelitian ini digunakan untuk
mengetahui proses penjadwalan yang dilakukan oleh perusahaan. Sehingga dapat
diketahui waktu completion time, waktu menganggur (idle time) dan waktu tunggu
komponen pada proses perakitan dining chair. Adapun proses penjadwalan produksi
awal pada proses pembuatan dining chair di Rakabu Furniture meliputi:
1. Digraph proses perakitan dining chair Rakabu Furniture
Digraph proses perakitan dining chair di Rakabu Furniture digambarkan pada
Gambar 4.12 berikut.
Keterangan : P1 = komponen kaki panjang P2 = komponen ruji sandaran P3 = komponen palang dudukan P4 = komponen kaki pendek
P5 = komponen palang kaki P6 = komponen siku-siku P7 = komponen list dudukan P8 = komponen dudukan
Gambar 4.12 Digraph awal proses perakitan dining chair di Rakabu Furniture.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-16
Urutan perakitan dari sebuah produk menghasilkan sistem yang digambarkan
dengan digraph. Pada sebuah digraph masing-masing node menggambarkan suatu
komponen, subassembly atau assembly. Node dengan satu buah anak panah dengan
lambang Pi ditengahnya menggambarkan sebuah komponen, Sedangkan node dengan
lebih dari satu anak panah pada ujung node dengan lambang Ai menggambarkan
suatu subassembly atau assembly. Dan pada akhir dari node selalu menggambarkan
suatu assembly.
2. Proses Penjadwalan dengan Menggunakan Gantt Chart
Proses penjadwalan produksi awal pada proses pembuatan dining chair di
Rakabu Furniture digambarkan dengan menggunakan Gantt chart. Pembuatan Gantt
chart dimaksudkan untuk mengidentifikasi waktu dan urutan dalam merencanakan
suatu kegiatan, yang terdiri dari waktu mulai dan waktu penyelesaian. Adapun proses
penjadwalan produksi dengan menggunakan Gantt chart dapat dilihat pada Lampiran
1. Dari hasil pembuatan Gantt chart pada proses pembuatan dining chair di dapat
waktu completion time sebesar 415 detik, perakitan dining chair sebesar 250 detik,
waktu menganggur (idle time) sebesar 250 detik, dan waktu tunggu sebesar 390 detik.
4.2.4 Proses Penjadwalan Produksi Dining Chair Perbaikan
Proses perbaikan penjadwalan produksi pada penelitian ini digunakan untuk
mengetahui pengurangan pemborosan pada proses penjadwalan produksi setelah
dilakukannya penjadwalan ulang produksi. Adapun proses penjadwalan produksi
perbaikan pada proses perakitan dining chair meliputi:
1. Routing Mesin Proses Pembuatan Dining Chair
Routing mesin proses pembuatan dining chair ini digunakan untuk
mengetahui urutan proses pembuatan komponen dan mesin yang digunakan untuk
memproses komponen tersebut. Routing proses pembuatan dining chair di gambarkan
pada Tabel 4.6 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-17
Tabel 4.6 Routing proses pembuatan dining chair
NO KOMPONEN ROUTING 1 2 3 4 5 6 7 8
Kaki Panjang Ruji Sandaran Palang Dudukan Kaki Pendek Palang Kaki Siku-siku List Dudukan Dudukan
1-2-3-4 1-2-5 1-2-4-5 1-2-4 1-2-5 1-2-6 1-2-6 1-7-8
Keterangan : 1. Mesin Circle 2. Mesin Potong 3. Mesin Mourtise 4. Mesin Spindel
5. Mesin Tenoner 6. Mesin Bor 7. Mesin Planer 8. Mesin Router
2. Waktu Mesin dan Perakitan
Pada proses penjadwalan perbaikan ini untuk mempermudah proses pembuatan
heuristic algorithm proses pemesinan yang digunakan adalah proses pemesinan yang
terakhir memproses masing-masing komponen. Adapun waktu pemesinan dan
perakitan proses produksi dining chair perbaikan adalah, sebagai berikut:
Tabel 4.7 Waktu pemesinan dan perakitan proses produksi
Nomor komponen P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8Waktu permesinan 60 50 40 30 20 40 20 20
Nomor subassembly A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 -Waktu perakitan 35 25 25 25 45 40 40
3. Heuristic Algorithm (alternatif 1)
Pada penelitian ini heuristic algorithm digunakan untuk menyusun perbaikan
proses penjadwalan produksi alternatif 1. Adapun langkah-langkah dalam
penyusunan heuristic algorithm yaitu:
Langkah 1 Buat simple digraph Gs dari S(Gc), dengan menghapus akar node V0 dan
node V1, V2, V3 sehingga diperoleh simple digraph g11 dan g21 (Gambar
4.13).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-18
Gambar 4.13 Pemisahan digraph proses produksi dining chair
Langkah 2 Gunakan aturan MLDF untuk menggabungkan sebagian penjadwalan
untuk subdigraph g11 dan g21, Gantt chart untuk masing-masing
subdigraph ditunjukan pada Gambar 4.14
Mesin Spindel Mesin Tenoner
0 10 20 30 40 50 60 70 90 100 110 140 150 160 170 180 190A1 A2 A3
130
Kaki Panjang (P1)Ruji Sandaran (P2) Palang duduk (P3)
0 10 20 30 40 50 60 80
Mesin Spindel Mesin Tenoner
KPD (P4)PK (P5)
A4
Gambar 4.14 Gantt chart sebagian penjadwalan g11 dan g21
Langkah 3 Untuk masing-masing subdigraph, proses idle time dan terminal time
adalah:
I11 = 70 , T11 = 75 , I21 = 30 , T21 = 35
Langkah 4 Gunakan aturan LITL, sehingga menghasilkan:
S1(g2) = [(P4, P5, A4)]
S2(g2) = [(P1, P2, A1, P3, A2, A3)]
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-19
Kemudian sebagian penjadwalan digabung dengan V3:
S(g2) = [S1(g2), S2(g2), V3]
= [(P4, P5, A4), (P1, P2, A1, P3, A2, A3)]
Gantt chart sebagian penjadwalan tersebut ditunjukan pada Gambar
4.15
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 150 160 170 180 190 200A4
Kaki Panjang (P1)KPD (P4)PK (P5)
A3A2
Ruji Sandaran (P2) Palang duduk (P3)
A1140
Mesin Spindel Mesin Tenoner
Gambar 4.15 Penggabungan sebagian penjadwalan g11 dan g21 dengan V3
Langkah 5 penjadwalan dengan minimum makespan untuk produk dining chair
adalah:
S(g2) = [S1(g0), S2(g0), V0]
= {(P4, P5, A4), (P1, P2, A1, P3, A2, A3), [(P6, A5, P7, A6, P8, A7)}
Gantt chart penjadwalan dengan minimum makespan untuk produk
dining chair ditunjukan pada Gambar 4.16
Setelah mendapatkan penjadwalan sebagian dengan menggunakan heuristic
algorithm, kemudian penjadwalan produksi secara keseluruhan dilakukan dengan
menggunakan metode penjadwalan backward scheduling (Lampiran 2). Berdasarkan
penjadwalan produksi perbaikan alternatif 1 didapat waktu completion time sebesar
545 detik, waktu idle sebesar 375 detik dan waktu tunggu sebesar 595 detik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-20
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320 330A4
List Ddk
Kaki Panjang (P1)PK (P5)
KPD (P4)
DudukanMesin Bor
A1 A2140
Siku-siku
A5
Ruji Sandaran (P2) Palang duduk (P3)
A6 A7A3
Mesin Router
Mesin Spindel Mesin Tenoner
Gambar 4.16 Gantt chart penjadwalan dengan minimum makespan untuk produk dining chair
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-21
4. Heuristic Algorithm (alternatif 2)
Pada penyusunan alternatif 2 ini dilakukan perubahan pada proses perakitan
dining chair yaitu komponen kaki panjang dirakit dengan komponen ruji sandaran,
kemudian dirakit dengan komponen palang dudukan, kaki pendek, palang kaki, siku-
siku, list dudukan dan dudukan. Pada penelitian ini heuristic algorithm digunakan
untuk menyusun perbaikan proses penjadwalan produksi alternatif 2. Adapun
langkah-langkah dalam penyusunan heuristic algorithm yaitu:
Langkah 1 Buat simple digraph Gs dari S(Gc). (lihat Gambar 4.17)
Gambar 4.17 Simple digraph proses produksi dining chair
Langkah 2 Gunakan aturan MLDF untuk penjadwalan simple digraph Gs. Gantt
chart penjadwalan simple digraph ditunjukan pada Gambar 4.18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-22
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200 205 210 215 220 225 230 235 240 245 250 255 260 265 270 275 280 285 290 295 300A3
List dudukanDudukan
Kaki Panjang Kaki pendek Ruji sandaran Palang kaki Palang dudukanMesin Tenoner
Mesin BorMesin Router
A1
Mesin Spindel
Siku-siku
A2 A4 A5 A6 A7
Gambar 4.18 Gantt chart penjadwalan simple digraph
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-23
Langkah 3 Untuk simple digraph Gambar 4.18, memiliki proses idle time dan
terminal time sebesar:
I= 60 , T = 185
Langkah 4 penjadwalan dengan minimum makespan untuk produk dining chair
adalah:
S(g) = {(P1, P2, A1), (P3, A2), (P4, A3, P5, A4, P6, A5, P7, A6, P8, A7)}
Gantt chart penjadwalan dengan minimum makespan untuk produk
dining chair ditunjukan pada Gambar 4.18
Setelah mendapatkan penjadwalan sebagian dengan menggunakan heuristic
algorithm, kemudian penjadwalan produksi secara keseluruhan dilakukan dengan
menggunakan metode penjadwalan backward scheduling (Lampiran 3). Berdasarkan
penjadwalan produksi perbaikan alternatif 2 didapat waktu completion time sebesar
400 detik, waktu idle sebesar 230 detik dan waktu tunggu sebesar 340 detik.
4.2.5 Value Stream Mapping Perbaikan pada Proses Pembuatan Dining Chair
Pada penyusunan penelitian ini digunakan VSM untuk menggambarkan value
stream sistem produksi dining chair setelah dilakukan perbaikan (future state
mapping). Penggambaran VSM perbaikan proses pembuatan dining chair ditunjukkan
pada Gambar 4.19 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-24
Gambar 4.19 Value stream mapping perbaikan proses produksi dining chair
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-25
Dari VSM perbaikan yang ditunjukan pada Gambar 4.19 dapat diketahui
bahwa lead time proses pembuatan satu unit dining chair berkurang sebesar 85 detik,
idle time berkurang sebesar 20 detik dan waktu tunggu berkurang sebesar 50 detik.
Sehingga lead time proses pembuatan dining chair menjadi 1.223.216 detik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV-26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user V-1
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Analisis dan interpretasi hasil penelitian bertujuan untuk menginterpretasikan
hasil penjadwalan produksi proses pembuatan dining chair setelah dilakukan upaya
pengurangan pemborosan. Analisis dan interpretasi hasil akan diuraikan dalam sub
bab dibawah ini.
5.1. Analisis Value Stream Mapping (VSM) Awal Proses Pembuatan Dining
Chair
Kondisi awal proses pembuatan dining chair di CV. Rakabu Furniture
digambarkan dalam VSM awal proses pembuatan dining chair. Proses pemetaan
VSM awal dimulai dari proses pemesanan bahan baku ke supplier, dilanjutkan
dengan proses produksi yang meliputi proses pengovenan bahan baku, proses circle,
pemotongan, mourtise, spindle, tenoner, pengeboran, planer, dan router. Sampai
dengan produk siap dikirim ke konsumen. Berdasarkan penggambaran VSM,
diperoleh informasi bahwa setelah bahan baku dari supplier datang, dilakukan proses
material controlling. Setelah proses material controlling selesai, kemudian
komponen di oven selama 14 hari untuk mengurangi kadar air pada komponen
tersebut. Setelah proses pengovenan selesai, dilakukan proses produksi sehingga
menghasilkan satu unit dining chair. Karena pengovenan adalah proses yang harus
dilakukan dan memiliki besaran waktu yang tetap atau tidak bisa dikurangi, maka
dalam proses penjadwalan perbaikan waktu proses pengovenan tidak di perhitungkan.
Sehingga, lead time proses produksi satu unit dining chair sebesar 415 detik.
Berdasarkan VSM awal juga didapatkan aktifitas yang memberikan nilai
tambah dan aktifitas yang tidak memberikan nilai tambah. Adapun aktifitas yang
memberikan nilai tambah pada proses pembuatan dining chair meliputi proses
pengovenan, proses circle, proses pemotongan, proses mourtise, proses spindle,
proses tenoner, proses pengeboran, proses planer, proses router, perakitan A1, A2,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user V-2
A3, A4, A5, A6, dan A7. Sedangkan aktifitas yang tidak memberikan nilai tambah
pada proses pembuatan dining chair meliputi transportasi, waktu menganggur (idle
time) dan waktu tunggu. Pemborosan idle time pada proses pembuatan dining chair
terjadi pada mesin potong, mesin tenoner dan mesin spindel. Sedangkan pemborosan
waktu tunggu terjadi pada komponen palang duduk, palang kaki, list dudukan, kaki
panjang, kaki pendek, siku-siku, dudukan, assembly 1 dan assembly 2. Untuk
mengurangi pemborosan tersebut digunakan penjadwalan produksi dengan
memperhatikan proses perakitan dining chair. Sehingga, diharapkan waktu proses
pembuatan dining chair menjadi lebih cepat dan lead time proses produksi menjadi
lebih pendek.
5.2. Analisis Penjadwalan Produksi Dining Chair Perbaikan
Proses penjadwalan produksi dining chair perbaikan dilakukan dengan
menggunakan heuristic algorithm. Heuristic algorithm digunakan untuk menyusun
perbaikan proses penjadwalan produksi alternatif. Tahap awal pada pembuatan
heuristic algorithm adalah dengan membuat digraph, kemudian menjadwalkan proses
produksi. Pada pembuatan heuristic algorithm mesin yang digunakan adalah mesin
yang terakhir memproses masing-masing komponen. Setelah mendapatkan
penjadwalan dengan menggunakan heuristic algorithm, dilakukan penjadwalan
produksi dengan menggunakan metode backward scheduling. Sebelum melakukan
penjadwalan produksi perbaikan, dilakukan proses penjadwalan produksi awal untuk
mengetahui proses penjadwalan yang dilakukan oleh perusahaan. Sehingga dengan
melakukan proses penjadwalan awal dapat diketahui waktu penyelesaian pembuatan
dining chair, idle time dan waktu tunggu. Setelah dilakukan penjadwalan awal,
didapat waktu penyelesaian produksi dining chair awal sebesar 415 detik, idle time
sebesar 250 detik, dan waktu tunggu sebesar 390 detik.
Berdasarkan penjadwalan produksi perbaikan alternatif 1 didapat waktu
completion time sebesar 545 detik, idle time sebesar 375 detik dan waktu tunggu
sebesar 595 detik. Penjadwalan produksi perbaikan alternatif 2 didapat waktu
completion time sebesar 400 detik, idle time sebesar 230 detik dan waktu tunggu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user V-3
sebesar 340 detik. Penjadwalan produksi perbaikan alternatif 2 mampu mengurangi
pemborosan idle time sebesar 20 detik dan waktu tunggu sebesar 50 detik. Sedangkan
untuk penjadwalan perbaikan alternatif 1, menambah idle time sebesar 125 detik dan
waktu tunggu sebesar 205 detik. Sehingga berdasarkan proses penjadwalan produksi
terbaik, maka dipilih proses penjadwalan perbaikan alternatif 2 karena memiliki
waktu penyelesaian proses produksi yang lebih singkat dan mampu mengurangi
pemborosan dalam bentuk idle time dan waktu tunggu.
5.3. Analisis Value Stream Mapping (VSM) Perbaikan Proses Pembuatan
Dining Chair
VSM perbaikan ini digunakan untuk menggambarkan aliran nilai sistem
produksi dining chair setelah dilakukan perbaikan. Proses pembuatan VSM perbaikan
didasarkan pada proses penjadwalan produksi perbaikan alternatif terbaik. Proses
pemetaan VSM awal dimulai dari proses pemesanan bahan baku ke supplier,
dilanjutkan dengan proses produksi yang meliputi proses pengovenan bahan baku,
proses circle, pemotongan, mourtise, spindle, tenoner, pengeboran, planer, dan
router. Sampai dengan produk siap dikirim ke konsumen. Berdasarkan VSM
perbaikan, dapat diketahui bahwa perusahaan mampu mengurangi lead time proses
pembuatan satu unit dining chair sebesar 85 detik, idle time sebesar 20 detik dan
waktu tunggu sebesar 50 detik apabila melakukan pengurangan pemborosan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user VI-1
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dan saran dari tugas akhir
mengenai pengurangan pemborosan waktu tunggu pada pembuatan dining chair
dengan menggunakan pendekatan lean manufacturing. Adapun kesimpulan dan saran
seperti diuraikan di bawah ini.
6.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tugas akhir di CV. Rakabu
Furniture, sebagai berikut.
1. VSM menggambarkan seluruh aliran nilai dalam proses produksi yang
meliputi aliran fisik dan material. Berdasarkan penggambaran VSM awal
terdapat pemborosan berupa idle time dan waktu tunggu. Sehingga
menghasilkan lead time pada proses pembuatan dining chair sebesar 339,8058
jam. Setelah dilakukan perbaikan dengan menggunakan penjadwalan produksi
dan menggambarkan VSM perbaikan berdasarkan alternatif terbaik, lead time
proses pembuatan dining chair berkurang menjadi 339,7822 jam.
2. Berdasarkan penjadwalan produksi perbaikan dengan mengubah urutan
perakitan, didapatkan waktu penyelesaian produksi sebesar 400 detik.
Penjadwalan produksi tersebut juga mampu mengurangi pemborosan idle time
sebesar 20 detik dan waktu tunggu sebesar 50 detik. Sehingga, waktu
penyelesaian produksi dining chair menjadi lebih cepat.
6.2 SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di CV. Rakabu Furniture, maka
saran dari penelitian ini, sebagai berikut:
1. Perusahaan diharapkan terus melakukan pengurangan pemborosan yang ada
di proses produksi, sehingga mampu menjadi perusahaan yang lean.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user VI-2
2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperhatikan ukuran lot pada
proses produksi dining chair.