Pengukuran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lapak fisika

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Modul 1Pengukuran Dasar pada Benda Padat

Disusun Oleh:Nama: Fransisca ArielaNPM : 240210130108Kelompok / Shift: 6 / TIP B2Hari / Tanggal: Kamis, 3 Oktober 2013Waktu: Pukul 10.00 12.00Asisten: Fredy Agil Raynaldo

LABORATORIUM FISIKA DASARJURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIANUNIVERSITAS PADJADJARANJATINANGOR2013

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pengukuran suatu benda atau objek seringkali kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pengukuran panjang, lebar, ketinggian, ketebalan, suhu, kelembaban udara, dan lain-lain. Pengukuran, dalam fisika khususnya, terbentang mulai dari ukuran partikel yang terkecil, seperti massa atom dan molekul, sampai ukuran yang sangat besar, seperti massa bumi.Namun, setiap pengukuran yang kita lakukan selalu dihinggapi suatu ketidakpastian. Permasalahan ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya keterbatasan alat pengukuran, keterbatasan keterampilan praktikan, maupun gangguan yang bersifat internal dan eksternal.

1.2. TujuanPraktikan diharapkan mampu memahami:1. Mempelajari penggunaan alat-alat ukur dasar.2. Menuliskan dengan benar bilangan-bilangan berarti dan hasil pengukuran / perhitungan.3. Menghitung besaran lain berdasarkan ukuran-ukuran dasar.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan besaran sejenis (alat ukur) yang ditetapkan sebagai satuan, yang bertujuan untuk menetukan besaran nilai ukur.Setiap pengukuran selalu memiliki ketidakpastian. Ketidakpastian juga disebut galat (error), karena hal tersebut juga mengindikasikan selisih maksimum yang mungkin terjadi antara nilai terukur dan nilai sebenarnya. Ketidakpastian atau galat dari sebuah nilai terukur bergantung pada teknik pengukuran yang dilakukan. Kita sering mengindikasikan akurasi dari nilai terukur yaitu seberapa dekat nilai terukur itu terhadap nilai sebenarnya dengan menuliskan bilangan diikuti simbol dan bilangan kedua yang menyatakan ketidakpastian pengukuran. Kita juga dapat menyatakan akurasi dengan galat fraksional (fractional error) atau galat persen (percent error) maksimum (disebut juga fraksi ketidakpastian dan persen ketidakpastian).Setiap alat ukur mempunyai batas ketelitian dan batas maksimum kemampuan mengukur (batas ukur). Sebagai contoh, alat-alat ukur untuk besaran fisis (panjang, lebar, tebal, jarak, dalam, dan sebagainya) adalah : Mistar biasa, mempunyai ketelitian 1 mm atau kurang Jangka sorong, mempunyai ketelitian 0,1 mm atau kurang Mikrometer sekrup, mempunyai ketelitian 0,001 mm atau kurang Spherometer sekrup, mempunyai ketelitian 0,0001 mm atau kurangJangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang memiliki tiga fungsi pengukuran panjang, yaitu :a.Pengukuran panjang bagian luar bendab.Pengukuran panjang bagian rongga dalam bendac.Pengukuran kedalaman lubang bendaSkala alat ukur terletak pada bagian utama jangka sorong, terdapat dua macam skala satuan yaitu dalam satuan centimeter dan satuan inchi. Sedangkan skala nonius terdapat pada bagian yang bergeser. Jangka sorong memiliki batas ukur maksimum hanya 13,5 cm. Ada beberapa diantarnya karena sudah agak rusak, pada saat rahang yang bergeser merapat benar dengan rahang yang fiam sehingga kedudukan pembacaan tidak tepat diangka nol.Mikrometer sekrup adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur berskala sampai 50 yang memiliki tingkat ketelitian hingga 0.01 mm. Mikrometer sekrup dipergunakan untuk mengukur panjang benda yang memiliki ukuran maksimum sekitar 2,50 cm. Cara pengukurannya (untuk menjepit benda) dengan cara memutar ujung dari mikrometer sekrup. Pembacaan skala pengukuran dengan melihat tepi skala putar telah sampai pada nilai berapa di skala utama. Pembacaan skala putar dengan melihat garis poros pada skala utama berimpitan dengan nilai skala berapa pada skala putar.

BAB IIIMETODE PERCOBAAN

3.1. Alat1. Jangka sorong, berfungsi untuk mengukur panjang atau lebar suatu objek.2. Mikrometer sekrup, berfungsi untuk mengukur ketebalan suatu objek.3. Plat logam bentuk kubus4. Plat logam bentuk balok5. Plat logam bentuk silinder3.2. Prosedura. Jangka Sorong1. Meregangkan rahang luar jangka sorong2. Meletakkan plat yang akan diukur pada posisi ukur3. Menggeser rem pada jangka sorong hingga plat terkunci4. Membaca skala pada jangka sorong5. Mencatat hasil dan mengulangi pengukuran sebanyak 8 kali

b. Mikrometer sekrup1. Memutar sekrup bagian skala putar sehingga rahang terbuka dan benda dapat masuk2. Meletakkan benda pada rahang3. Memutar kembali sekrup hingga benda terkunci4. Membaca skala pada mikrometer sekrup5. Mencatat hasil dan mengulangi pengukuran sebanyak 8 kali

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HasilTabel 1. Dimensi KubusNo.Panjang(p + p) cmLebar(l + l) cmTebal(t + t) cmVolume(cm3)

1.12,02012,0200,0152,167

2.12,01512,0150,0152,165

3.12,01012,0100,0142,019

4.12,02012,0100,0142,021

5.12,01012,0100,0121,730

6.12,01512,0150,0142,021

7.12,01512,0200,0152,166

8.12,02012,0250,0131,879

12,01612,0160,0131,876

x96,12596,1250,111

x21154,8821155,0020,002

(x)29240,0169240,0160,012

Massa kubus = 54,8 gram

= = 0,054862661= 0,055 cm3

Tabel 2. Dimensi BalokNo.PanjangcmLebarcmTebalcmVolume(cm3)

1.12,1105,950,0141,009

2.12,1205,940,0141,008

3.12,1105,950,0130,937

4.12,1105,960,0130,938

5.12,1005,960,0171,226

6.12,1005,950,0141,008

7.12,1055,960,0130,938

8.12,1005,970,0141,012

X12,107

5,9550,0141,0095

X96,88547,6400,112

X21172,612283,6970,00158

(X)29386,7032269,5700,013

Massa Balok = 54,7 gram

= = 0,0334 cm3

Tabel 3. Dimensi SilinderNo.DiametercmTebalcmVolume(cm3)

1.11,6000,0111,162

2.11,5900,0090,949

3.11,5500,0111,152

4.11,5650,0111155

5.11,6000,0111,762

6.11,5950,0111,161

7.11,5900,0111,159

8.11,5800,0111,158

X11,5840,0111,132

X92,6700,087

X21073,4680,0096

(X)28587,7290,076

Massa silinder = 52,6 gram

4.2 PembahasanPada praktikum kali ini, praktikan melakukan pergukuran terhadap tiga plat logam yang berbeda bentuk yaitu kubus, balok dan silinder dengan menggunakan alat ukur. Alat ukur tersebut diantaranya jangka sorong dan mikrometer sekrup. Jangka sorong dan mikrometer sekrup memiliki nilai ketelitian yang berbeda. Pengukuran yang praktikan lakukan dengan jangka sorong memiliki nilai ketelitian sampai 0,1 mm serta batas ukur maksimum sampai 13,5 cm. Sedangkan pengukuran yang praktikan lakukan dengan mikrometer sekrup memiliki nilai ketelitian sampai 0,01 mm serta batas ukur maksimum sampai 2,5 cm. Dalam praktikum ini, jangka sorong berfungsi untuk mengukur panjang, lebar, dan diameter plat dan mikrometer sekrup berfungsi dalam pengukuran tebal plat.Kesalahan dalam pengukuran bisa terjadi karena beberapa hal, yaitu: kesalahan dari alat ukur dapat terjadi karena kesalahan pemberian skala saat produksi, titik awal skala dari alat ukur tidak tepat 0, serta kondisi alat yang sudah lama digunakan sehingga ketepatannnya berkurang, berikutnya, kesalahan dari peneliti dapat terjadi karena peneliti tidak dapat membaca skala yang ada pada alat ukur serta karena faktor keakuratan mata peneliti yang berbeda dan faktor lain seperti kurangnya waktu sehingga membuat peneliti gugup, kesalahan dalam perhitungan, serta pembulatan saat perhitungan yang menyebabkan hasil perhitungan berbeda.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KesimpulanPengukuran adalah kegiatan membandingkan besaran untuk mendapatkan satuan yang dibutuhkan dengan menggunakan alat bantu yaitu alat ukur. Alat ukur yang dapat digunakan seperti jangka sorong dan mikrometer sekrup. Nilai ketelitian jangka sorong adalah 0,1 mm dan batas maksimum 13,5 cm. Nilai ketelitian mikrometer sekrup adalah 0,001 mm dan batas maksimum 2,5 cm. Kesalahan dalam pengukuran dapat terjadi oleh beberapa hal antara lain kesalahan dari alat ukur, kesalahan dari peneliti dan faktor lainnya.

5.2. Saran Dalam proses perhitungan dibutuhkan pemahaman mengenai materi yang dipraktikkan, juga ketelitian dalam mengolah angka. Dalam proses pengukuran dibutuhkan pemahaman cara penggunaan alat ukur.

DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika / Edisi kelima, jilid 1. Jakarta: Erlangga.Young & Freedman. 2002. Fisika Universitas / Edisi kesepuluh, Jilid I. Jakarta: Erlangga.