2
Pengujian Permeasi In Vitro Menggunakan Sel Difusi Pengujian permeasi obat dilakukan untuk mengetahui kemampuan permeasi obat dalam sediaan transdermal di kulit. Pengujian permeasi dilakukan secara in vitro dengan menggunakan menggunakan sel difusi karena pada teknik ini konsentrasi donor dan resptor dapat dimonitoring secara kontinyu. Selain itu, parameter kondisi percobaan dapat dikontrol dengan mudah. Terdapat dua kompartmen dalam sel difusi, yaitu kompartmen donor dan kompartmen reseptor. Kompartmen donor merupakan analogi kondisi tempat sediaan trnsdermal dioleskan, yaitu diluar tubuh tepatnya pada kulit, sedangkan kompartmen reseptor merupakan analogi dari kondisi di dalam tubuh setelah obat terpermeasi melewati kulit. Keduanya dipisahkan dengan suatu membrane, yang dalam penelitian ini adalah kulit (OECD, 2004) Kompartemen reseptor diisi dengan larutan dapar fosfat pH 7,4 dan suhu dipertahankan pada kisaran 32 ± 1 o C. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kondisi compartment reseptor yang sesuai dengan kondisi cairan tubuh. Kulit uji ukuran 1x1 cm2 diletakkan pada kompartemen donor dan disetimbangkan dengan cairan reseptor selama 10 menit untuk menjenuhkan kulit untuk dapat menyeisuaikan dengan kondisi kompartmen reseptor yang dianalogikan sebagai cairan tubuh dibawah kulit. Permukaan kulit dikeringkan dan diolesi sediaan gel etosom vitamin C sebanyak 150 mg (mengan-dung 15 mg vitamin C). Cairan reseptor dicuplik sejumlah 2 ml pada menit ke-30, 60, 120, 180, 240, 300, dan 360, untuk mendapatkan larutan uji yang akan dihitung kadar vitamin c

Pengujian Permeasi in Vitro Menggunakan Sel Difusi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengujian Permeasi in Vitro Menggunakan Sel Difusi

Pengujian Permeasi In Vitro Menggunakan Sel Difusi

Pengujian permeasi obat dilakukan untuk mengetahui kemampuan permeasi obat dalam

sediaan transdermal di kulit. Pengujian permeasi dilakukan secara in vitro dengan menggunakan

menggunakan sel difusi karena pada teknik ini konsentrasi donor dan resptor dapat dimonitoring

secara kontinyu. Selain itu, parameter kondisi percobaan dapat dikontrol dengan mudah.

Terdapat dua kompartmen dalam sel difusi, yaitu kompartmen donor dan kompartmen reseptor.

Kompartmen donor merupakan analogi kondisi tempat sediaan trnsdermal dioleskan, yaitu diluar

tubuh tepatnya pada kulit, sedangkan kompartmen reseptor merupakan analogi dari kondisi di

dalam tubuh setelah obat terpermeasi melewati kulit. Keduanya dipisahkan dengan suatu

membrane, yang dalam penelitian ini adalah kulit (OECD, 2004)

Kompartemen reseptor diisi dengan larutan dapar fosfat pH 7,4 dan suhu dipertahankan

pada kisaran 32 ± 1oC. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kondisi compartment reseptor yang

sesuai dengan kondisi cairan tubuh. Kulit uji ukuran 1x1 cm2 diletakkan pada kompartemen

donor dan disetimbangkan dengan cairan reseptor selama 10 menit untuk menjenuhkan kulit

untuk dapat menyeisuaikan dengan kondisi kompartmen reseptor yang dianalogikan sebagai

cairan tubuh dibawah kulit. Permukaan kulit dikeringkan dan diolesi sediaan gel etosom vitamin

C sebanyak 150 mg (mengan-dung 15 mg vitamin C). Cairan reseptor dicuplik sejumlah 2 ml

pada menit ke-30, 60, 120, 180, 240, 300, dan 360, untuk mendapatkan larutan uji yang akan

dihitung kadar vitamin c nya. Cairan reseptor yang dicuplik segera digantikan dengan volume

dan suhu yang sama agar kondisi kedua kompartmen tetap terjaga dengan baik. Perlakuan yang

sama dilakukan terhadap kontrol (sediaan gel vitamin C tanpa formulasi etosom) untuk

membandingkan permeasi vitamin C dalam kedua sediaan tersebut (Taylor, 1994).

OECD, 2004, Guidance Document for The Con-duct of Skin Absorption Studies OECD Series

on Testing and Assessment, No. 28, Joint Meeting, Organisation for Economic Cooperat-ion and

Develompment, Paris.

Taylor. R.M., dan D.J. Wilson, 1994, Ascorbic Acid Composition and Transdermal Administrat-

ion Method, United Stated Patent No. 5. 308, 621.