22
PENGEMBANGAN KURIKULUM DALAM RANGKA PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA BERENCANA BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Oleh: Weni Kurniawati, Rusman Pengembangan Kurikulum, Universitas Pendidikan Indonesia Email : [email protected], [email protected] Pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), salah satunya adalah pengembangan kurikulum dalam rangka meningkatkan kapasitas para Penyuluh Keluarga Berencana (PKB). Berdasarkan hasil uji kompetensi sejumlah 14.920 PKB/PLKB telah mengikuti uji kompetensi dengan metode Computer Assissted Test (CAT) melalui media aplikasi sertifikasi. Hasil yang diperoleh 29% PKB/PLKB terkategori di atas standar, 2% PKB terkategori sesuai standar dan 69% tindak lanjut pengembangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengembangan kurikulum yang dilakukan BKKBN dari berbagai konsep landasan, prinsip serta model pengembangan kurikulum. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif melalui studi literatur dari berbagai sumber. Dalam pengembangan kurikulum untuk peningkatan kapasitas PKB ini, BKKBN menyesuaikan dengan landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial budaya dan landasan IPTEK. Adapun prinsip yang digunakan adalah prinsip relevansi, prinsip fleksibilitas, prinsip kontinuitas, prinsip praktis, dan prinsip efektivitas. Sedangkan model pengembangan kurikulum yang digunakan lebih mengarah kepada model teknologi dan kurikulum yang berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki oleh PKB. Kaitannya dengan teknologi informasi dan komunikasi, dalam kurikulum ini PKB telah dibekali dengan aplikasi untuk memudahkan kinerja di lapangan. Untuk ke depan, BKKBN diharapkan dapat mengembangkan kurikulum bagi PKB yang kompetensinya sudah sesuai standar sebagai bentuk penguatan. Kata Kunci: Pengembangan Kurikulum, Penyuluh Keluarga Berencana (PKB), Teknologi Informasi dan Komunikasi. Abstract Curriculum development carried out by the National Population and Family Planning Board/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) is an effort to increase the capacity of Family Planning Field Workers (PKB). Based on the results of the competency test, a total of 14,920 PKB/PLKB have participated in the competency test with the Computer Assissted Test (CAT) method through application media certification. The results obtained by 29% PKB / PLKB is categorized as Above Standards, 2% PKB is categorized as Meet the Standards, and 69% is categorized as Need Follow-up Development. The purpose of this study is to identify curriculum development conducted by BKKBN from various concepts of foundation, principles, and curriculum development models. The method used in this study is descriptive research through the study of literature from various

PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA …icerd2018.conference.upi.edu/wp-content/uploads/...PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus ... Proses lanjutan

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA …icerd2018.conference.upi.edu/wp-content/uploads/...PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus ... Proses lanjutan

PENGEMBANGAN KURIKULUM DALAM RANGKAPENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA BERENCANA

BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Oleh: Weni Kurniawati, RusmanPengembangan Kurikulum, Universitas Pendidikan Indonesia

Email : [email protected], [email protected]

Pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh Badan Kependudukan danKeluarga Berencana Nasional (BKKBN), salah satunya adalah pengembangankurikulum dalam rangka meningkatkan kapasitas para Penyuluh KeluargaBerencana (PKB). Berdasarkan hasil uji kompetensi sejumlah 14.920 PKB/PLKBtelah mengikuti uji kompetensi dengan metode Computer Assissted Test (CAT)melalui media aplikasi sertifikasi. Hasil yang diperoleh 29% PKB/PLKBterkategori di atas standar, 2% PKB terkategori sesuai standar dan 69% tindak lanjutpengembangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasipengembangan kurikulum yang dilakukan BKKBN dari berbagai konsep landasan,prinsip serta model pengembangan kurikulum. Metode yang digunakan dalampenelitian ini merupakan penelitian deskriptif melalui studi literatur dari berbagaisumber. Dalam pengembangan kurikulum untuk peningkatan kapasitas PKB ini,BKKBN menyesuaikan dengan landasan filosofis, landasan psikologis, landasansosial budaya dan landasan IPTEK. Adapun prinsip yang digunakan adalah prinsiprelevansi, prinsip fleksibilitas, prinsip kontinuitas, prinsip praktis, dan prinsipefektivitas. Sedangkan model pengembangan kurikulum yang digunakan lebihmengarah kepada model teknologi dan kurikulum yang berdasarkan kompetensiyang harus dimiliki oleh PKB. Kaitannya dengan teknologi informasi dankomunikasi, dalam kurikulum ini PKB telah dibekali dengan aplikasi untukmemudahkan kinerja di lapangan. Untuk ke depan, BKKBN diharapkan dapatmengembangkan kurikulum bagi PKB yang kompetensinya sudah sesuai standarsebagai bentuk penguatan.

Kata Kunci: Pengembangan Kurikulum, Penyuluh Keluarga Berencana (PKB),Teknologi Informasi dan Komunikasi.

AbstractCurriculum development carried out by the National Population and Family

Planning Board/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) is aneffort to increase the capacity of Family Planning Field Workers (PKB). Based onthe results of the competency test, a total of 14,920 PKB/PLKB have participatedin the competency test with the Computer Assissted Test (CAT) method throughapplication media certification. The results obtained by 29% PKB / PLKB iscategorized as Above Standards, 2% PKB is categorized as Meet the Standards, and69% is categorized as Need Follow-up Development. The purpose of this study isto identify curriculum development conducted by BKKBN from various conceptsof foundation, principles, and curriculum development models. The method used inthis study is descriptive research through the study of literature from various

Page 2: PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA …icerd2018.conference.upi.edu/wp-content/uploads/...PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus ... Proses lanjutan

sources. In developing the curriculum to improve the capacity of PKB, BKKBNadjusts the philosophical foundation, psychological basis, socio-cultural foundationwith science and technology foundation. The principles used were the principles ofrelevance, flexibility, continuity, practical, and effectiveness. While the curriculumdevelopment model used is more directed to the technology model and competency-based curriculum that must be mastered by PKB. In relation to information andcommunication technology, this curriculum PKB has been equipped withapplications to facilitate performance in the field. In the future, BKKBN is expectedto develop a curriculum for PKB whose competencies are in accordance with thestandards as a form of strengthening.

Keywords : curriculum development, family planning field workers (PKB),information and communication technology

Pendahuluan

Pada tahun 2017 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) mendapat amanah untuk mengelola sejumlah Penyuluh Keluarga

Berencana (PKB) yang dialihkan ke Pusat. Beralihnya status kepegawaian PKB

tersebut menjadi tanggung jawab BKKBN untuk menggerakkan kembali tenaga

PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus

kependudukan dan keluarga berencana. Sebagaimana undang-undanng nomor 23

tahun 2014 tentang pemerintah daerah dalam pasal 12 yang menyatakan bahwa

pengendalian penduduk dan keluarga berencana merupakan salah satu urusan

pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar. Sehingga dalam

implementasinya menyebabkan Penyuluh Keluarga Berencana/Penyuluh Lapangan

Keluarga Berencana (PKB/PLKB) kembali sentralisasi ke BKKBN. Menurut

undang-undang tersebut, kewenangan pengelolaan tenaga PKB/PLKB menjadi

kewenangan Pemerintah Pusat tetapi pendayagunaannya tetap di Kabupaten/Kota.

Pengalihan status PKB ini juga merupakan implementasi dari peraturan kepala

badan kepegawaian negara nomor 6 tahun 2016 tentang pelaksanaan pengalihan

pegawai negeri sipil daerah kabupaten/kota yang menduduki jabatan fungsional

penyuluh keluarga berencana dan petugas lapangan keluarga berencana menjadi

pegawai negeri sipil badan kependudukan dan keluarga berencana nasional.

Page 3: PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA …icerd2018.conference.upi.edu/wp-content/uploads/...PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus ... Proses lanjutan

Proses lanjutan dari pengalihan tersebut BKKBN melaksanakan sertifikasi bagi

seluruh penyuluh KB yang status kepegawaiannya akan dialihkan ke Pusat.

“Sertifikasi Penyuluh KKBPK merupakan proses penilaian dan penetapan atas jenis

dan tingkat kompetensi yang dikuasai oleh Penyuluh KB berdasarkan hasil uji

kompetensi dengan mengacu kepada standar kompetensi” (Badan, Dan, &

Berencana, 2017). Sertifikasi ini dimaksudkan untuk memetakan kompetensi PKB

dengan metode menggunakan uji kompetensi berbasis online dengan penggunaan

sistem Computer Assisted Test (CAT). Sertifikasi ini dilaksanakan untuk menilai

dan menetapkan jenis dan tingkat kompetensi yang dikuasai oleh para penyuluh KB

dengan mengacu kepada standar kompetensi untuk mewujudkan tenaga lapangan

program KKBPK yang kompeten, berintegritas dan profesional.

Hasil sertifikasi sejumlah 14.920 PKB/PLKB yang mengikuti uji kompetensi

diperoleh 29% PKB/PLKB terkategori di atas standar, 2% PKB terkategori sesuai

standar dan 69% tindak lanjut pengembangan. Dari hasil tersebut, dapat dilihat

bahwa terdapat gap kompetensi yang harus ditingkatkan pengembangannya.

Pengembangan kompetensi yang berada pada tingkat tindak lanjut pengembangan

tersebut dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan (diklat). Dalam

pelaksanaan diklat tersebut harus didukung suatu perangkat diklat yang sesuai

dengan kebutuhan.

Untuk itu, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana

(Pusdiklat KKB), mengembangkan kurikulum diklat teknis bagi penyuluh KB.

Kurikulum ini disusun sebagai acuan dan standar nasional dalam pengembangan

kompetensi penyuluh KB di seluruh Indonesia.

Berdasarkan hal di atas, penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi

pengembangan kurikulum yang dilakukan BKKBN dari berbagai konsep landasan,

prinsip serta model pengembangan kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum,

konsep yang digunakan sangat penting agar kurikulum yang dihasilkan bisa

menjawab kebutuhan dari BKKBN.

Page 4: PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA …icerd2018.conference.upi.edu/wp-content/uploads/...PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus ... Proses lanjutan

Kajian Pustaka

Menurut Ali, M (2017:66) mengemukakan bahwa “The curriculum is an essential

plan that guides teachers or practioners in organizing the educational process.

Therefore, the authors create a category of curriculum definition into : Curriculum

as a lesson plan or teaching materials, The curriculum as a learning experience,

The curriculum as a learning plan.” Berdasarkan pendapat di atas, dalam

pelaksanaan proses pendidikan kurikulum dapat dijadikan sebagai panduan bagi

guru maupun praktisi. Selanjutnya pengertian kurikulum ini dapat dibagi kedalam

3 kategori, yaitu : kurikulum sebagai rencana pembelajaran, kurikulum sebagai

pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai rencana belajar. Kurikulum

mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu proses pembelajaran, baik

dalam lingkungan pendidikan maupun pelatihan. Karena, kurikulum merupakan

acuan dalam mencapai tujuan sebagaimana telah ditetapkan dalam penyusunan

standar capaian yang harus dikuasai oleh peserta didik.

Selain itu, kurikulum harus menyesuaikan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang berkembang sekarang ini. Peranan teknologi informasi dan komunikasi sangat

penting dalam ruang lingkup pekerjaan saat ini, sehingga akan sangat

mempengaruhi dengan kurikulum yang akan disusun atau dikembangkan. Menurut

Munir (2010:6-7) : “Perbedaan kurikulum berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) tampak pada pembahasan mengenai pembelajaran, seperti

manajemen kelas dan sumber belajar berbasis TIK, pemanfaatan internet dalam

pembelajaran, e-Learning, multimedia dan hypertext dalam pembelajaran”.

Kerangka Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat

digambarkan sebagai berikut :

Page 5: PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA …icerd2018.conference.upi.edu/wp-content/uploads/...PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus ... Proses lanjutan

Pembelajaran melalui TIK ini bertujuan agar peserta didik mempunyai kompetensi

dalam memanfaatkan teknologi informasi sebagai alat dalam mengolah data serta

teknologi komunikasi sebagai bahan komunikasi yang baik. Berdasarkan kerangka

di atas, pemanfaatan TIK dapat berupa manajemen kelas berbasis TIK, TIK dan

sumber belajar, pemanfaatan internet, e-learning, hypertext, multimedia, atau etika

pengguna TIK.

Hal penting lainnya dalam pengembangan kurikulum adalah landasan yang

mendasari dari kurikulum tersebut. Landasan kurikulum ini sangat penting sebagai

dasar pijakan dalam menentukan tujuan dan arah dari sebuah kurikulum.

Menurut Sukmadinata (2017:38) mengemukakan beberapa landasan utama dalam

pengembangan suatu kurikulum, yaitu :

1. Landasan Filosofis, disesuaikan dengan tujuan pendidikan. Dengan adanya

tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat yang dianut, maka akan

mendapat gambaran yang jelas tentang hasil yang harus dicapai.

2. Landasan Psikologis, sebagai acuan dalam menentukan apa dan bagaimana

perilaku peserta didik itu harus dikembangkan, berdasarkan psikologi belajar

dan psikologi perkembangan.

KurikulumBerbasis TIK

KonsepKurikulum

Pengembangan Materi

Pengembangan Tujuan

Pengembangan Strategi

Pengembangan Evaluasi

TIK dalamPembelajaran

Manajemen KelasBerbasis TIK

TIK dan Sumber Belajar

Pemanfaatan Internet

E-Learning

Hypertext

Multimedia

Etika Penggunaa TIK

Page 6: PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA …icerd2018.conference.upi.edu/wp-content/uploads/...PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus ... Proses lanjutan

3. Landasan Sosial Budaya, disesuaikan dengan harapan/kebutuhan masyarakat,

pemerintah, perkembangan dan perubahannya, kebudayaan manusia, hasil

kerja manusia berupa pengetahuan, agama, ekonomi. Landasan ini menjadi

salah satu pilar utama bagaimana kurikulum dibuat untuk mengakomodir

kebutuhan masyarakat, diharuskan mempunyai kepekaan terhadap perubahan-

perubahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat

4. Landasan Perkembangan Ilmu dan Teknologi (IPTEK), perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi secara langsung maupun tidak langsung menuntut

perkembangan pendidikan. Pengaruh langsung perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi adalah memberikan isi/materi atau bahan yang akan

disampaikan dalam pendidikan. Pengaruh tidak langsung adalah

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan perkembangan

masyarakat menimbulkan problema-problema baru yang menuntut pemecahan

dengan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan baru yang dikembangkan

dalam pendidikan.

Sedangkan menurut Wahyudin, D. (2014:34) menyatakan bahwa “ terdapat tiga

landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu landasan filosofi, landasan

psikologi, dan landasan sosiologi. Masing-masing landasan sangat berperan dalam

langkah pengembangan kurikulum”.

Pengembangan kurikulum harus didasari dengan landasan-landasan yang kuat, agar

kurikulum yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan. Landasan tersebut

dijadikan acuan dalam pengembangan kurikulum sebagai pondasi atas

pertimbangan-pertimbangan mendasar serta menyeluruh.

Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum

pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu

kurikulum. Prinsip-prinsip ini harus digunakan dalam pengembangan kurikulum

yang dilakukan di berbagai tingkatan pendidikan. Teori prinsip pengembangan

kurikulum menurut Sukmadinata (2017:150), sebagai berikut:

Page 7: PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA …icerd2018.conference.upi.edu/wp-content/uploads/...PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus ... Proses lanjutan

1. Prinsip Relevansi, bahwa prinsip ini harus menyesuaikan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sesuai dengan kompetensi

yang dibutuhkan peserta didik serta sesuai dengan tuntutan yang ada di

masyarakat.

2. Prinsip Fleksibilitas, pada prinsip ini dalam pelaksanaannya dimungkinkan

adanya penyesuaian-penyesuaian yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi

di daerahnya, waktu, serta latar belakang dan kemampuan peserta didik dengan

tetap mengacu pada tujuan dari kurikulum tersebut.

3. Prinsip Kontinuitas, artinya kesinambungan, dalam pengembangan kurikulum

perlu adanya keterkaitan yang saling menjalin antara tingkat pendidikan, jenis

program pendidikan dan bidang studi (bahan pembelajaran).

4. Prinsip Praktis, artinya mudah untuk dilaksanakan, yakni mengusahakan agar

dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan

sumber-sumber lain yang ada secara optimal sehingga hasilnya memadai,

tetapi tetap memperhatikan kualitas kurikulum yang dikembangkan agar sesuai

dengan tujuan.

5. Prinsip Efektifitas, dalam hal ini tujuan dari pengembangan kurikulum bisa

tercapai baik secara kualitas maupun kuantitas. Efektivitas disini juga harus

mempertimbangkan agar tujuan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh

pendidik dan peserta didik dapat berjalan dengan baik

Adapun menurut Abdulah Idi dalam Toenlioe (2017:31), mengemukakan “prinsip-

prinsip pengembangan kurikulum sebagai berikut: prinsip relevansi, prinsip

kontinuitas, prinsip fleksibilitas, prinrip efektivitas, dan prinsip efisiensi”.

Sedangkan dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) perlu

memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip: (1) keimanan, nilai dan

budi pekerti luhur; (2) penguatan integritas nasional; (3) keseimbangan etika,

logika, estetika, dan kinestetika; (4) kesamaan memperoleh kesempatan; (5) abad

pengetahuan dan teknologi informasi; (6) pengembangan keterampilan untuk

hidup; (7) belajar sepanjang hayat; (8) berpusat pada peserta didik dengan penilaian

Page 8: PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA …icerd2018.conference.upi.edu/wp-content/uploads/...PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus ... Proses lanjutan

yang berkelanjutan dan komprehensif; (9) pendekatan menyeluruh dan kemitraan.

(Depdikbud, 2002).

Prinsip-prinsip di atas mempunyai hubungan yang erat satu sama lain, sehingga

dalam penerapan pengembangan kurikulum prinsip tersebut saling melengkapi satu

sama lain. Prinsip sangat penting sebagai azas atau keyakinan yang harus

diperhatikan dalam pengembangan kurikulum.

Dalam pengembangan kurikulum, selain landasan dan prinsip, model

pengembangan kurikulum juga sangat berperan penting untuk tercapainya

kurikulum yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Model pengembangan kurikulum

merupakan suatu alternatif dalam rangka mendesain suatu kurikulum. Beberapa

ahli mengemukakan dari model-model pengembangan kurikulum ini. Salah satunya

adalah Mcneil (1999) dalam Ali, M (2017:74) bahwa “categorizes the curriculum

concepts into four kinds, namely (1) humanistic curriculum concepts, (2)

technological curriculum concepts, (3) concepts of social reconstruction

curriculum, and (4) academic curriculum concepts”.

Selanjutnya, dalam Hamalik (2009:143) mengemukakan bahwa “Kurikulum dapat

dikategorikan ke dalam empat kategori umum, yaitu humanistik, rekonstruksi

sosial, teknologi, dan akademik”.

Sedangkan menurut Sukmadinata (2017:81) macam-macam model konsep

kurikulum, antara lain :

1. Kurikulum Subjek Akademis, kurikulum subjek akademis bersumber dari

pendidikan klasik. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan, maka

pendidikannya lebih bersifat intelektual.

2. Kurikulum Humanistik, kurikulum humanistik bertolak pada siswa, dimana

siswa mempunyai peranan penting sebagai objek utama dalam pendidikan.

Siswa mempunyai potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang.

3. Kurikulum Rekonstruksi Sosial, kurikulum ini lebih memusatkan perhatian

pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Model ini

mendorong peserta didik agar mempunyai pengetahuan yang cukup tentang

Page 9: PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA …icerd2018.conference.upi.edu/wp-content/uploads/...PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus ... Proses lanjutan

masalah-masalah sosial yang mendesak dan kerjasama atau bergotong royong

untuk memecahkannya.

4. Teknologi dan Kurikulum, inti dari pengembangan kurikulum teknologi adalah

penekanan pada kompetensi. Pengembangan dan penggunaan alat dan media

pengajaran bukan hanya sebagai alat bantu tetapi bersatu dengan program

pengajaran dan ditujukan pada penguasaan kompetensi tertentu.

“Model kurikulum berfungsi memberikan arah dalam pendesainan pembelajaran

yang dapat membantu peserta didik mencapai berbagai tujuan dan/atau

kompetensi”. (Daoudi, 2000). Pendekatan model kurikulum yang digunakan juga

sangat mempengaruhi kualitas sebuah kurikulum, karena harus menyesuaikan

dengan model yang tepat tujuan dari kurikulum dapat tercapai dengan optimal.

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, pada kesimpulannya bahwa terdapat

empat model dalam pengembangan kurikulum, yaitu : model humanistik yang

berpusat pada peserta didik atau siswa, model teknologi yang menyesuaikan dengan

kompetensi peserta didik, model rekonstruksi sosial yang berpusat pada pemecahan

masalah yang berkembang di masyarakat, serta model akademik yang

mengutamakan peningkatan pengetahuan melalui perkembangan disiplin ilmu.

Pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh BKKBN, salah satunya erat

kaitannya dengan peningkatan sumber daya yang ada di tingkat lapangan yaitu

Penyuluh KB. Jabatan fungsional PKB sebagaimana tertuang dalam Peraturan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik

Indonesia Nomor 21 Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Keluarga

Berencana, “Pejabat Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana yang selanjutnya

disebut Penyuluh KB adalah PNS yang memenuhi kualifikasi dan standar

kompetensi serta diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh

oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan, pelayanan,

penggerakan dan pengembangan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan

Pembangunan Keluarga”. Dalam menjalankan tugasnya tentunya seorang PKB

harus memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh BKKBN.

Page 10: PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA …icerd2018.conference.upi.edu/wp-content/uploads/...PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus ... Proses lanjutan

Sesuai dengan peraturan kepala BKKBN nomor 2 Tahun 2017 tentang standar

kompetensi penyuluh KB, Standar Kompetensi penyuluh KB sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 terdiri atas: Kompetensi Teknis (19 unit), Kompetensi

Manajerial (13 unit), dan Kompetensi sosial kultural (2 unit). Penyuluh KB harus

memiliki standar kompetensi berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

harus dipenuhi dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya.

“Seluruh PKB harus memiliki standar kompetensi tersebut. Tujuannya adalah agar

ada pengakuan terhadap profesi PKB. Selain itu standarisasi PKB mempunyai

tujuan khusus sebagai berikut: 1) terwujudnya kesamaan pengertian, penafsiran dan

persepsi dalam pemahaman Standar Kompetensi PKB; 2) tersedianya acuan untuk

uji kompetensi dalam pelaksanaan sertifikasi PKB; 3) tersedianya acuan dalam

merancang program pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi bagi PKB; dan

4) tersedianya acuan dalam pengembangan karir PKB”. (Nurhajati, 2018).

Untuk menunjang kinerja para PKB di lapangan, maka perlu disusun suatu

kurikulum yang sesuai dengan kualifikasi dan standar kompetensi baik teknis,

manajerial maupun sosial kultural. Kurikulum juga harus sesuai dengan tuntutan

yang ada di masyarakat untuk mempermudah pengembangan Program

Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga. Dalam

pelaksanaannya, pengembangan tersebut harus mengacu pada konsep kurikulum.

Metode

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai konsep dalam

pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh BKKBN dari segi landasan, prinsip

serta model kurikulum. Dalam proses pelaksanaannya, penulis menggunakan

metode analisis deskriptif melalui studi literatur dari berbagai sumber yang relevan.

Selain itu, digunakan juga telaah dokumen, baik dokumen sumber hukum maupun

kurikulum yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum yang telah

dilaksanakan.

Page 11: PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA …icerd2018.conference.upi.edu/wp-content/uploads/...PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus ... Proses lanjutan

Pembahasan

Berdasarkan hasil sertifikasi penyuluh KB yang telah dilaksanakan, terdapat 5 jenis

kompetensi teknis yang berada pada level paling rendah dikuasai oleh para

penyuluh KB, yaitu : Pembinaan Kader IMP, Monitoring dan Evaluasi, Pembinaan

dan Fasilitasi Pembentukan Poktan (BKB, BKR, BKL, PIK R/M, UPPKS),

Pengembangan Media Advokasi, KIE dan Konseling, dan Pendataan IMP. Kelima

gap kompetensi tersebut merupakan dasar kebutuhan diklat yang dibutuhkan oleh

penyuluh KB. Komponen terkait, yaitu Direktorat Bina Lini Lapangan BKKBN

melakukan identifikasi pengembangan kapasitas bagi penyuluh KB sebagai bentuk

rekomendasi kepada Pusdiklat KKB dalam penyusunan perangkat diklat yang

dibutuhkan. Kriteria pengembangan kompetensi tersebut antara lain : Reposisi

Penyuluh KKBPK (perubahan mindset), Pelatihan Teknis Pembinaan IMP,

Pembentukan Karakter (soft kompetensi), Penggunaan Teknologi Informasi, dan

Pembinaan dan fasilitasi pembentukan poktan-poktan.

Dari kebutuhan identifikasi tersebut, Pusdiklat KKB bersama komponen terkait

kemudian mengembangkan kurikulum untuk penguatan kapasitas penyuluh KB dan

penggerakan mitra potensial berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

Kurikulum ini bersumber pada tujuan dalam rangka meningkatkan pengetahuan,

sikap, dan keterampilan Penyuluh KB untuk melakukan penyuluhan dan

penggerakan. Untuk menjawab salah satu gap kompetensi terkait penggunaan

teknologi informasi, maka dalam kurikulum ini dikembangkan berbagai media

berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Kurikulum ini juga berbasis pada

kompetensi yang menjadi kebutuhan para Penyuluh KB untuk ditingkatkan

kompetensinya.

Berikut ini merupakan bentuk struktur kurikulum yang dikembangkan oleh

BKKBN dalam rangka Penguatan Kapasitas Penyuluh KB berbasis Teknologi

Informasi dan Komunikasi. Kurikulum ini disusun untuk kemudian dapat

diimplementasikan di setiap daerah di seluruh Indonesia.

Page 12: PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA …icerd2018.conference.upi.edu/wp-content/uploads/...PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus ... Proses lanjutan

No Materi Pelatihan

Jam Pelajaran (JPL)

T P L Jumlah

A Materi Dasar

1. Kebijakan dan Strategi Program KKBPK 2 - - 2

B Materi Inti

1. Penguatan tugas dan fungsi pokok Penyuluh

KB dan Pembinaan IMP

2. Pengetahuan teknis tentang metode dan alat

kontrasepsi beserta miskonsepsi terhadapnya

3. Strategi komunikasi dan perumusan pesan

kunci

4. Pemanfaatan TIK (Aplikasi KKBPK dan

SKATA) dan media KIE lainnya

5. Advokasi efektif untuk pengintegrasian

Program KKBPK dalam perencanaan dan

penganggaran di Tingkat Desa/Kelurahan

6. Penguatan mitra potensial lini lapangan

2

2

2

2

2

2

-

1

2

2

2

4

-

1

1

2

1

2

2

4

5

6

5

8

C Materi Penunjang

1. Building Learning Commitment (BLC) - 2 - 2

TOTAL 14 13 7 34

Berdasarkan struktur kurikulum di atas, dapat kita lihat dari segi materi pelatihan

yang harus dikuasai oleh peserta didik, BKKBN telah menjawab gap kompetensi

teknis yang harus ditingkatkan oleh Penyuluh KB sesuai hasil sertifikasi. Materi

tersebut terdapat pada materi inti, diantaranya :

1. Penguatan tugas dan fungsi pokok Penyuluh KB dan Pembinaan IMP;

2. Pengetahuan teknis tentang metode dan alat kontrasepsi beserta miskonsepsi

terhadapnya;

3. Strategi komunikasi dan perumusan pesan kunci;

4. Pemanfaatan TIK (Aplikasi KKBPK dan SKATA) dan media KIE lainnya;

Page 13: PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA …icerd2018.conference.upi.edu/wp-content/uploads/...PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus ... Proses lanjutan

5. Advokasi efektif untuk pengintegrasian Program KKBPK dalam perencanaan

dan penganggaran di Tingkat Desa/Kelurahan;

6. Penguatan mitra potensial lini lapangan.

Materi inti di atas merupakan bagian dari kompetensi teknis yang harus dimiliki

oleh Penyuluh KB. Kompetensi Teknis adalah kemampuan kerja setiap PNS yang

mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang mutlak

diperlukan dalam melaksanakan tugas-tugas jabatannya (BKKBN, 2017).

Sehingga, pengembangan kurikulum ini merupakan kurikulum yang berstandar

pada kompetensi Penyuluh KB.

Menurut Sukmadinata & Erliana (2012:38), kurikulum berbasis kompetensi

merupakan salah satu model pengembangan kurikulum yang difokuskan pada

pengembangan kapasitas atau kompetensi dalam bidang pekerjaan masing-masing.

Bidang tugas yang dikembangkan tersebut sesuai dengan uraian tugas dan perannya

dalam suatu pekerjaan. Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2005:2), kurikulum

berbasis kompetensi dapat digambarkan dalam pola sikap dan perilaku seseorang

yang merefleksikan hasil dari pemahaman suatu pengetahuan atau intelektual.

Berdasarkan pendapat di atas, pengembangan kurikulum berbasis kompetensi fokus

tujuannya pada penguasaan kemampuan atau kompetensi-kompetensi khusus.

Penguasaan kompetensi-kompetensi tersebut berkenaan dengan tugas dan

peranannya dalam menjalankan pekerjaan. Sehingga, BKKBN dalam

pengembangan kurikulumnya, mengacu pada kompetensi-kompetensi yang harus

ditingkatkan oleh Penyuluh KB. Hal ini tertuang di dalam kurikulum sebagai

bentuk kemampuan yang diharapkan, sebagai berikut :

1. Kemampuan untuk menjelaskan tentang Tugas dan fungsi pokok Penyuluh

KB;

2. Kemampuan untuk menjelaskan tentang perangkat peraturan dan kebijakan

yang dapat mendukung program KB;

3. Kemampuan pemahaman tentang konten teknis alat dan metode kontrasepsi;

Page 14: PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA …icerd2018.conference.upi.edu/wp-content/uploads/...PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus ... Proses lanjutan

4. Inisiatif yang positif untuk mendorong bergulirnya mekanisme operasional

dalam hal promosi KB;

5. Kemampuan untuk meningkatkan Keterampilan PKB dalam mempromosikan

KB pada calon peserta KB;

6. Kemampuan untuk meningkatkan keterampilan PKB dalam strategi

komunikasi efektif dan pesan kunci untuk perubahan perilaku;

7. Kemampuan untuk meningkatkan keterampilan PKB dalam menggunakan alat

bantu promosi: Aplikasi KKBPK dan SKATA dan media KIE lainnya ;

8. Keterampilan melakukan fasilitasi Diklat Teknis Penguatan Kapasitas

Penyuluh Keluarga Berencana dalam Penyuluhan Keluarga Berencana dan

Penggerakan Mitra Potensial Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Landasan dalam Pengembangan Kurikulum yang dilakukan BKKBN

Menurut Munif Chatib, mengemukakan bahwa “the curriculum development base

consisting of philosophical, psychological, sociological, scientific and

technological foundations” (Foley, Haggerty, & Harrison, 2015). Hal tersebut

sesuai dengan landasan yang digunakan BKKBN dalam pengembangan kurikulum.

1. Landasan filosofis

Landasan filosofis disini disesuaikan dengan tujuan pendidikan secara umum

juga dikaitkan dengan filosofi BKKBN yang mempunyai visi menjadi lembaga

yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan penduduk tumbuh seimbang

dan keluarga berkualitas. Serta sesuai misi BKKBN sebagai berikut:

a. Mengarusutamakan pembangunan berwawasan Kependudukan;

b. Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi;

c. Memfasilitasi Pembangunan Keluarga;

d. Mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolaan Kependudukan,

Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga;

e. Membangun dan menerapkan budaya kerja organisasi secara konsisten.

(Nurhajati & Bachri, 2014).

Page 15: PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA …icerd2018.conference.upi.edu/wp-content/uploads/...PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus ... Proses lanjutan

Visi dan misi BKKBN ini merupakan dasar filosopi yang paling kuat dalam

menentukan arah pendidikan dan pelatihan yang akan dilaksanakan oleh

Pusdiklat KKB.

2. Landasan Psikologis

Landasan yang mendasari berkaitan erat dengan pribadi manusia yang dibentuk

dari hasil belajar. Peserta didik belajar melalui sebuah pelatihan sebagai

stimulus atau rangsangan agar dapat menjalankan tugasnya. Untuk itu, diklat

dilakukan untuk memberikan pengalaman belajar dalam rangka membentuk

perilaku peserta didik agar sesuai dengan peran dan fungsinya. Dalam hal ini

Penyuluh KB yang dibekali dengan diklat dapat berkembang dari segi

kompetensinya sehingga bisa menjalankan tugas jabatannya. Sebagaimana

tertera dalam Peraturan Kepala BKKBN nomor 2 Tahun 2017 tentang standar

kompetensi penyuluh KB, tugas jabatan Penyuluh KB yaitu melakukan

pengelolaan Program KKBPK yang meliputi penyuluhan, pelayanan,

penggerakan dan pengembangan di bidang pengendalian penduduk dan

keluarga berencana.

3. Landasan Sosial

Landasan yang dipakai menyesuaian dengan tuntutan yang ada di masyarakat

terhadap Penyuluh KB. Sebagai ujung tombak pelaksana program KB di

tingkat lini lapangan, maka Penyuluh KB harus mempunyai kompetensi yang

berkualitas. Selain kualitas, maka kuantitas dari Penyuluh KB juga harus

memenuhi rasio ideal yang harus melayani sekitar 81.813 desa/kelurahan (rasio

1:5). Sebagai wujud dari pondasi sosial ini, sesuai dengan pasal 37 Perka

BKKBN nomor 2 Tahun 2017 tentang standar kompetensi penyuluh KB, (1)

untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme, Penyuluh KB

diikutsertakan dalam pelatihan. (2) Pelatihan yang diberikan kepada Penyuluh

KB disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan pelatihan dan/atau

pertimbangan dari Tim Penilai Angka Kredit Penyuluh KB.

4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Untuk menjawab tantangan perkembangan teknologi yang sangat maju

sekarang ini dan untuk bersaing dengan ilmu pengatehuan yang serba canggih.

Page 16: PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA …icerd2018.conference.upi.edu/wp-content/uploads/...PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus ... Proses lanjutan

Tentunya kurikulum ini juga harus disesuaikan dengan kebutuhan sesuai

perkembangan IPTEK. Dalam hal ini BKKBN merancang beberapa aplikasi

sebagai dukungan bagi Penyuluh KB dalam melaksanakan pekerjaannya di

lapangan. Aplikasi tersebut dapat digunakan oleh Penyuluh KB sebagai sarana

penyampaian materi sesuai dengan kebutuhan kepada masyarakat di lapangan.

Prinsip yang digunakan dalam Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum yang dilaksanakan oleh BKKBN dalam rangka

penguatan kapasitas Penyuluh KB ini menerapkan prinsip-prinsip yang diyakini

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, beberapa prinsip tersebut antara lain :

1. Prinsip relevansi, sesuai prinsip ini kurikulum yang dikembangkan

menitikberatkan pada kebutuhan yang ada di masyarakat. Hal ini terlihat

dengan menitikberatkan pada materi-materi yang memang menjadi tuntutan

saat ini. Berdasarkan gap kompetensi tersebut, materi yang sangat dibutuhkan

saat ini adalah Penguatan tupoksi Penyuluh KB dan Pembinaan IMP,

Pengetahuan teknis tentang metode dan alat kontrasepsi, Strategi komunikasi,

Pemanfaatan TIK, Advokasi efektif, serta Penguatan mitra potensial lini

lapangan. Materi-materi ini akan disampaikan dalam bentuk pelatihan di

masing-masing daerah.

2. Prinsip Fleksibilitas, menurut prinsip ini kurikulum yang dikembangkan oleh

BKKBN akan digunakan secara nasional di seluruh Indonesia. Karena yang

menjadi sasaran pesertanya adalah para Penyuluh KB yang tersebar di seluruh

Indonesia. Pelaksanaan pelatihan berada di level Balai Pelatihan dan

Pengembangan (Balatbang) tingkat provinsi. Sebagai bagian dari modifikasi,

kurikulum dapat dikembangkan kembali di provinsi masing-masing dengan

mempertimbangkan kebutuhan di lapangan. Namun, acuan utama sebagai

rambu-rambu dalam kurikulum tetap berpatokan pada kurikulum yang sudah

disusun di pusat.

3. Prinsip Kontinuitas, dalam prinsip ini kurikulum harus berkesinambungan

dengan kurikulum selanjutnya. Baik pendidikan maupun pelatihan adalah

proses tahapan dan berkelanjutan yang berlangsung secara terus menerus. Dari

Page 17: PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA …icerd2018.conference.upi.edu/wp-content/uploads/...PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus ... Proses lanjutan

segi materi-materi di dalam kurikulum penguatan kapasitas Penyuluh KB

tersebut, disusun dengan mempertimbangkan kesinambungannya dengan

bidang pekerjaan. Setelah mengikuti pelatihan ini, para Penyuluh KB bisa

mengikuti jenis pelatihan lain dengan kurikulum yang berbeda yang

merupakan tahapan selanjutnya dari pembelajaran ini. Dalam peningkatan

kompetensi ini, selain peningkatan kompetensi teknis, Penyuluh KB juga harus

mengikuti peningkatan kompetensi manajerial dan sosio kultural.

4. Prinsip Praktis, dalam pengembangan kurikulum ini tentunya BKKBN

memperhatikan aplikasi di lapangan sesuai dengan situasi dan kondisi.

Pengembangan kurikulum mempertimbangkan implementasi agar dapat

mendayagunakan sumber daya pendidikan yang ada secara optimal, cermat,

dan tepat sehingga hasilnya memadai.

5. Prinsip Efektivitas, berorientasi pada tujuan. Tujuan dari pengembangan

kurikulum untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan Penyuluh

KB untuk melakukan penyuluhan KB dan penggerakan mitra potensial dengan

menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Model Pengembangan Kurikulum Teknologi

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ini membawa

potensi dan juga tantangan yang luar biasa untuk program KKBPK.

Perubahan lingkungan eksternal telah membawa konsekuensi pada berubahnya

cara bekerja di lapangan. Dalam upaya untuk mempersiapkan petugas lapangan

dengan sebaik-baiknya, BKKBN melalui Dana Alokasi Khusus (DAK

melakukan pengadaan smartphone untuk Penyuluh KB sejak Tahun 2016.

Penyuluh KB perlu dibangun kapasitasnya untuk dapat secara optimal

mengoperasikan smartphone dan aplikasi yang dimilikinya sehingga mampu

menggunakannya sebagai alat bantu mereka di lapangan dalam menyampaikan

informasi yang akurat tentang kontrasepsi.

Berikut ini adalah Sebelas (11) aplikasi yang ada dan dapat dimanfaatkan oleh

Penyuluh KB BKKBN, baik dalam fungsinya untuk kepegawaian, maupun

dalam fungsinya sebagai Penyuluh KB dan memerlukan bahan konten

Page 18: PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA …icerd2018.conference.upi.edu/wp-content/uploads/...PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus ... Proses lanjutan

pengayaan diri dan rujukan ketika berinteraksi dengan PUS. Sebelas aplikasi

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Aplikasi SIMSDM Untuk databasis kepegawaian;

2. Aplikasi SIPP - Untuk informasi pendapatan pegawai;

3. Aplikasi Sertifikasi PKB - Untuk pemetaan kompetensi PKB;

4. Aplikasi E-Visum - Untuk pelaporan kegiatan Operasional dan Penyuluhan;

5. Aplikasi SIGA - Untuk monitoring kinerja Program KKBPK;

6. Aplikasi Kampung KB - Untuk monitoring perkembangan Kampung KB;

7. Aplikasi Penyuluhan - Untuk media Penyuluhan PKB;

8. Aplikasi SKATA - Untuk informasi program KB;

9. Aplikasi Orangtua Hebat - Untuk Informasi menjadi orangtua hebat;

10. Aplikasi GenRe - Untuk Informasi program GenRe dan Lokasi PIK;

11. Aplikasi Lansia Tangguh - Untuk Informasi Lansia Tangguh.

Aplikasi Program KKBPK dan SKATA

Dalam mendukung kinerja Penyuluh KB di lapangan harus menyesuaikan dengan

perkembangan ilmu teknologi yang berkembang sekarang ini. Untuk itu, Penyuluh

KB dibekali dengan perangkat tablet pintar agar pelaksanaan kinerja di lapangan

bisa berjalan dengan optimal. Setiap hari para Penyuluh KB harus memperbaharui

kegiatan yang dilaksanakan dengan aplikasi E-visum. Selain itu mereka juga

dipermudah dengan adanya aplikasi penyuluhan KKBPK dan aplikasi SKATA.

Aplikasi ini sebagai alat bantu sosialisasi/penyuluhan dan alat bantu pembinaan

IMP.

Salah satu aplikasi yang digunakan adalah SKATA yang merupakan salah satu

alat bantu KIE tentang perencanaan keluarga yang berfungsi sebagai alat bantu

bagi keluarga di Indonesia untuk merencanakan keluarganya, kehamilan, dan

anak-anaknya. SKATA ini suatu alat bantu yang berbentuk aplikasi dan dapat

dengan mudah diakses baik bagi pengguna Android maupun Iphone. Visi dari

SKATA ini adalah membangun komunikasi antara pasangan untuk bersama-

sama merencanakan keluarga melalui misi menghadirkan informasi yang akurat

Page 19: PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA …icerd2018.conference.upi.edu/wp-content/uploads/...PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus ... Proses lanjutan

dan praktis terkait perencanaan keluarga dan menghubungkan keluarga dengan

fasilitas kesehatan yang terdekat dengannya.

SKATA adalah alat KIE yang dapat dipromosikan kepada PUS untuk

mendapatkan informasi yang akurat dan praktis serta mendalam terkait keluarga

berencana, kesehatan reproduksi, dan kontrasepsi. SKATA memudahkan

Penyuluh KB dalam melakukan penyuluhan KKBPK. Aplikasi KKBPK

bersama-sama dengan aplikasi publik SKATA diharapkan dapat saling

melengkapi sebagai media kreatif KIE baru, dimana penyuluh KKBPK dapat

merujukkan PUS pada aplikasi SKATA atau website-nya setelah selesai

dijangkau.

SKATA memiliki 7 (tujuh) fitur atau menu utama yaitu :

1. Artikel: membantu keluarga di Indonesia menemukan informasi yang

bermanfaat seputar perencanaan keluarga, pengasuhan anak, kesehatan

reproduksi, penjelasan metode kontrasepsi, dan komunikasi pasangan;

2. Metode kontrasepsi: memberikan informasi yang akurat dan praktis tentang

semua metode kontrasepsi yang ada di Indonesia, termasuk cara kerja,

manfaat, efek samping, dan rumor serta fakta mengenainya;

3. Cari petugas kesehatan: menghubungkan pengguna SKATA dengan petugas

kesehatan terdekat agar memudahkan seseorang dan pasangannya dalam

berkonsultasi dengan tenaga kesehatan;

4. Kuis uji pengetahuan: menghadirkan sejumlah topik pertanyaan untuk dapat

mengetes pengetahuan terkait kesehatan reproduksi dan perencanaan

keluarga. Kuis juga dilengkapi dengan jawaban yang benar dan penjelasannya;

5. Simulasi perencanaan keluarga: membantu keluarga di Indonesia dalam

memproyeksikan masa depan keluarga dan kebutuhan finansialnya;

6. Kalender menstruasi: membantu pengguna SKATA dalam memonitor jadwal

haidnya;

7. Tahapan kehidupan: memberikan penjelasan terkait tahapan kehidupan dan

pilihan yang dimiliki seseorang dan pasangannya terkait tahapannya tersebut.

Page 20: PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA …icerd2018.conference.upi.edu/wp-content/uploads/...PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus ... Proses lanjutan

Aplikasi SKATA dapat di download pada Apps Store atau Play Store dan juga

dapat di akses melalui website www.skata.info serta berbagai media sosial

lainnya seperti Facebook, Twitter, Instagram serta Youtube. Dilihat dari mdel

yang digunakan BKKBN telah menerapkan TIK dalam pembelajaran dengan

pemanfaatan internet sebagai dasar pengembangan teknologi. Pembelajaran

tersebut dibuat dalam bentuk aplikasi untuk mendukung kinerja Penyuluh KB di

lapangan.

Simpulan

Pengembangan kurikulum mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses

pendidikan dan pelatihan karena kurikulum merupakan deskripsi visi, misi, dan

tujuan pendidikan suatu bangsa pada umumnya maupun instansi pada khususnya.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) dalam hal ini

melaksanakan pengembangan kurikulum yang bertujuan meningkatkan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melakukan penyuluhan dan

penggerakan bagi Penyuluh Keluarga Berencana (PKB). Tujuan pengembangan

kurikulum ini dilaksanakan dengan mengacu pada standar kompetensi teknis yang

menjadi gap kompetensi. Terdapat hal-hal yang harus diperhatikan dalam

mengembangkan suatu kurikulum, mulai dari pemahaman teori dan konsep

kurikulum, landasan kurikulum, prinsip kurikulum, berbagai model konsep

kurikulum, dan lainnya yang terkait dengan proses pengembangan kurikulum.

Sebagai pondasi dalam pengembangan kurikulum, BKKBN mengacu pada

landasan filsafat, landasan psikologi, landasan sosiologi, dan landasan teknologi.

Sedangkan prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum,

menerapkan pada prinsip relevansi, prinsip kontinuitas, prinsip fleksibilitas, prinsip

praktis, dan prinsip efektivitas. Adapun terkait model kurikulum yang

dikembangkan fokus pada model teknologi. Sebagai bentuk pemanfaatan internet

dalam pembelajaran, aplikasi SKATA menjadi salah satu alat untuk mempermudah

penyuluhan yang dilakukan oleh Penyuluh KB.

Page 21: PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA …icerd2018.conference.upi.edu/wp-content/uploads/...PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus ... Proses lanjutan

Daftar Pustaka

Ali, M. (2017). Curriculum Development for Sustainability Education. Bandung:

UPI PRESS.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2017). Standar

Kompetensi Penyuluh Keluarga Berencana. Jakarta: BKKBN

Hamalik, Oemar. (2009). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik

Indonesia. (2018). Jabatan Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana.

Jakarta: Menpan RB.

Mulyasa. (2010). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Munir. (2010). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Jakarta: Prenadamedia Group.

Sukmadinata & Erliana. (2012). Kurikulum & Pembelajaran Kompetensi.

Bandung: PT Refika Aditama.

Sukmadinata, Nana S. (2017). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Toenlioe, A. (2017). Pengembangan Kurikulum Teori, Catatan kritis, dan Panduan.

Bandung: PT Refika Aditama

Wahyudin, Dinn. (2014). Manajemen Kurikulum. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Daoudi, M. (2000). [ No Title ]. Journal of Visual Languages & Computing,

11(3), 287–301.

Page 22: PENGUATAN KAPASITAS PENYULUH KELUARGA …icerd2018.conference.upi.edu/wp-content/uploads/...PKB yang berada di daerah, karena BKKBN sebagai lembaga yang mengurus ... Proses lanjutan

Foley, K. P., Haggerty, T. S., & Harrison, N. (2015). Curriculum development.

The International Journal of Psychiatry in Medicine, 50(1), 50–59.

https://doi.org/10.1177/0091217415592360

Islam, U., Syarif, N., & Jakarta, H. (2011). Pengembangan Kurikulum Berbasis

Kompetensi dan Strategi Pencapaian, 4(2), 1–7.

Nurhajati, W. A. (2018). Peningkatan Kompetensi Penyuluh Keluarga Berencana

Provinsi Jawa Timur Melalui Diklat Berbasis E-Learning. Proceedings of the

ICECRS, 1(3), 183–196. https://doi.org/10.21070/picecrs.v1i3.1395

Nurhajati, W. A., & Bachri, B. S. (2014). Pengembangan Kurikulum Pendidikan

Dan Pelatihan ( Diklat ) Berbasis Kompetensi Dalam Membangun

Profesionalisme Pegawai Negeri Sipil ( Pns ).