Pengolahan Sludge

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 Pengolahan Sludge

    1/10

     Ikbal dan Nugroho. R. 2006: Pengolahan Sludge……J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 80 – 89 80

    PENGOLAHAN SLUDGE DENGAN PROSES BIOLOGIANAEROBIK

    Ikbal dan Rudi Nugroho 

    Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair,Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan, BPPT

     Abstract

    Mixed sludge generated from wastewater treatment plant increases annually.Organic content as COD of the mixed sludge is about 20.000mg/l, which isconsidered to be high-strength wastewater. Due to the sludge have high watercontent, it cannot self-burn. In addition, in many industries, there is not enoughland for landfill. For this reason, an experiment of anaerobic treatment wasconducted to investigate the degradation of organic materials in the mixedsludge. The result shows that high degradation efficiency of organic sludge of 90,70 and 50% was achieved at organic loading rate of 0,7; 1,4 and 2,1 g/l/drespectively. The degradation efficiency decreased drastically when the organicloading rate increased up to 2.8 g/l/d. During the experiment, gas evolution ratewas low due to low organic content of the sludge.

    Kata kunci: Mixed sludge, anaerobic treatment, organic sludge degradation,biogas

    1. PENDAHULUAN

    Pada sebagian besar industri, untukmenanggulangi dampak negatif yangditimbulkan air limbah buangannya, telahdibangun instalasi pengolahan air limbah(IPAL). Namun, beroperasinya IPAL jugamemunculkan masalah baru yaitu timbulnyalumpur atau “sludge” sebagai produksamping IPAL. Khusus pada IPAL sistembiologis, sludge yang timbul adalah berupasludge organik yang berasal dari kolampengendap awal ( primary settling tank ) dan

    dari kolam pengendap akhir (secondarysettling tank ). Sludge dari  primary settlingtank  disebut primary sludge yang merupakanendapan padatan yang ikut mengalirbersama air limbah, sedangkan sludge darisecondary settling tank   disebut secondarysludge, merupakan endapan mikroba sisayang dibuang dari unit IPAL. Sejalan denganpengoperasian IPAL, akumulasi sludge darihari ke hari juga terus bertambah sehinggamenimbulkan masalah baru cukup seriusdilingkungan pabrik. Sebagai gambaran,pada salah satu kawasan IPAL terpadu di

    Cikarang,

    Jawa Barat produksi sludge mencapai 150m

    3/hari. Karena tidak memiliki teknologi

    untuk mengolah sludge, maka sampai saat inisludge tersebut masih belum diolah secaramandiri, tetapi dibawa dan dikelola ditempatlain, dimana setiap tahun membutuhkanbiaya sangat besar, mencapai ratusan jutarupiah.

    Pada beberapa industri, sludge inihanya ditumpuk pada lahan-lahan kosong disekitar pabrik atau dijadikan sebagai tanah

    urukan. Cara seperti ini jelas tidak tepat,karena bahan-bahan organik sludge akanmencemari lingkungan serta air tanahdisekitarnya. Pada sebagian industri, volumesludge diperkecil dengan cara mengurangikadar airnya dengan alat belt press atau filter press. Ada juga industri yang menggunakanfasilitas drying bed untuk mengeringkansludgenya. Cara ini selain membutuhkanlahan yang sangat luas, pengeringan dengansludge drying bed sangat tergantung padakondisi cuaca. Disamping cara-cara diatas,ada juga industri yang membakar sludge

    yang dihasilkannya. Cara terakhir ini

  • 8/18/2019 Pengolahan Sludge

    2/10

     81 Ikbal Nugroho. R. 2005: Pengolahan Sludge……..J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 80- 89

    disamping boros energi karena untukmembakar sludge secara sempurnadiperlukan suhu sekitar 800

    oC, pembakaran

    tidak sempurna akan mencemari udara.Untuk mengatasi beberapa masalah

    diatas, maka perlu dicarikan solusi baru yangmudah dan murah untuk diaplikasikan dalammengolah sludge.

    Salah satu cara yang tepat untukmengolah limbah organik berpolutan tinggiseperti sludge organik adalah prosesfermentasi metana atau proses biologianaerobik

    1). Proses ini dikenal tidak saja

    hemat energi, tetapi sekaligus proses yangmenghasilkan energi berupa biogas metana(CH4)

    2)  dari penguraian polutan-polutan

    organik. Disamping itu proses ini sangatbersahabat dengan lingkungan, karena

    produk akhir hasil pengolahan adalahsenyawa-senyawa yang sudah stabil

      3).

    Diharapkan dengan alternatif baru ini jumlahproduksi sludge dapat dikurangi secarasignifikan sehingga bisa membantu kalanganindustri dalam pengoperasian IPAL danmengelola sludgenya.

    1.1 Tinjauan Proses Anaerobik1.2

    Pada proses anaerobik ataufermentasi metana, hampir semua polimerorganik dapat diuraikan menjadi senyawa

    karbon tunggal. Tahap penguraian ini meliputitahap pembentukan asam dan tahappembentukan gas metana

      4). Keseluruhan

    tahapan proses anaerobik secara umumdapat dijelaskan Gambar 2.1. berikut ini:

    Gambar 1. Mekanisme penguraian polutanorganik pada proses anaerobik

    1. Tahap Hidrolisa dan PembentukanAsam (Hydrolysis & Acidogenesis)

    Polutan-polutan organik komplekseperti lemak, protein dan karbohidrat padakondisi anaerobik akan dihidrolisa oleh enzim

    hidrolisa yang dihasilkan bakteri pada tahap

    pertama. Enzim penghidrolisa seperti lipasa,proteasa dan sellulosa. Hasil hidrolisapolimer-polimer diatas adalah monomerseperti monosakarida, asam amino, peptidadan gliserin. Selanjutnya monomer-monomer

    ini akan diuraikan menjadi asam-asam lemakmolekel rendah (lower fatty acids) dan gashidrogen sebagai berikut:

    Dekomposisi lemak :

    lipase C3H5(RCOO)3 + 3H2O 3RCOOH + C3H5(OH)3 

    lemak asam lemak gliserol

    Dekomposisi protein :

     protease 

    Protein Asam amino

    RCHNH2COOH + H2  RCH2COOH + NH3 

     Asam amino asam lemak

    Dekomposisi karbohidrat :

    Selulosa glukosa

     sellulase C6H12O6  CH3CH2CH2COOH + 2H2 +2CO2

    Glukosa asam butirat 

    2. Tahap pembentukan asam asetat danhydrogen (acetogenesidehydrogenation) 

    Meskipun sejumlah asam asetat dan H2 dihasilkan dari penguraian monosakarida danasam-asam amino pada tahap acidogenesis,namun sebagian besar diproduksi daripenguraian asam-asam lemak yangmempunyai gugus karbon lebih tinggi melaluitahap acetogenesis  dan dehydrogenation,seperti berikut:

    Dekomposisi asam propionat dilakukan olehSyntrophobacter Wolini  

    CH3CH2COOH + 3H2O CH3COOH + H2CO3 +

    3H2 

     Asam propioat Asam asetat

    Dekomposisi asam butirat olehSyntrophomonas Wolfei

    CH3CH2CH2COOH + 2H2O 2CH3COOH +

    2H2

     Asam butirat 

    Carbohydrat e Monosaccharide  H2

    Protein  Peptide, amino acids

    Lipid  Glycerine , fat

    Fiber   Monosaccharide  Aceticacid

    CH4 

    Lower fatty acids 

    Hydrolysis  Acidogenesis  Acetogenesis&dehydrogenation

    Methanogenesis

  • 8/18/2019 Pengolahan Sludge

    3/10

     Ikbal dan Nugroho. R. 2006: Pengolahan Sludge……J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 80 – 89 82

    Dekomposisi asam laktat oleh ClostridiumFormicoaceticum CH3CHOHCOOH + 2H2O CH3COOH + H2CO3  +

    2H2O

     Asam laktat 

    Reaksi H2  dengan CO2  oleh Clostridium Aceticum dan Acetobacterium Woodii  

    4H2  + 2CO2  CH3COOH + 2H2O

    3. Tahap pembentukan gas metana(methanogenesis)

    Proses ini merupakan tahap akhir darikeseluruhan konversi zat organik menjadiCH4  dan CO2, dimana sumber utamapembentukan gas metan adalah asam asetat(70-80%), H2  dan CO2. Dalam proses ini

    terdapat dua group mikro organisme yangtelah diidentifikasi yaitu :a. Obligate acetoclastic methanogenens yanghanya menggunakan asam asetat sebagaisumber energi.

    CH3COOH CH4  + CO2

    b. Obligate hydrogenotropic methanogenens yang menggunakan H2  sebagai sumberenergi dan CO2 sebagai sumber karbon.

    CO2 + 4H2  CH4  + 2H2O 

    Disamping itu, gas metan juga dihasilkan darikonversi asam format dan methanol.

    HCOOH 0,25 CH4  + 0,75 CO2  + 0,5

    H2O

     Asam format

    CH3OH 0,75 CH4  + 0,25 CO2  + 0,5 H2O

    Methanol

    1.2 Faktor-faktor yang Berpengaruhterhadap Proses Anaerobik

    Kesuksesan proses pengolahan secaraanaerobik dipengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu:

    1. Derajat keasaman (pH)

    Pada umumnya bakteri metanogenpembentuk gas metana merupakan bakteriyang sangat sensitif terhadap perubahan pHdan mempunyai kisaran pH optimum antara6.5 – 7.5

    5). Diatas atau dibawah pH ini,

    proses penguraian polutan masih dapat

    berjalan tetapi efisiensinya akan menurun.Sedangkan bakteri pembentuk asammempunyai rentang toleransi pH yang lebihtinggi dibanding bakteri pembentuk gasmetana.

    2. Temperatur  

    Temperatur sangat mempengaruhi lajumetabolisme, keseimbangan ionisasi, dankelarutan substrat. Hal ini terjadi karenareaksi-reaksi kimia dan fisik di dalam prosesbiologi sangat tergantung pada temperatur.Pengolahan anaerobik kondisi mesophilik

    berlangsung pada suhu antara 25℃  sampai

    40oC dengan suhu optimum 37℃, sedangkan

    kondisi thermophilik pada temperatur 50

    sampai 60℃  dengan suhu optimum 53℃6)

    .

    Untuk daerah tropis seperti di Indonesia yangsuhunya tidak terlalu fluktuatif dimana suhu

    harian berkisar 28 sampai 33 ℃ , proses

    anaerobik cukup dijalankan pada suhu kamarartinya tidak perlu penambahan panas dariluar sistem.

    3. Hydraulic retention time (HRT) atauwaktu tinggal

    HRT adalah lamanya substrat beradadalam reaktor sebelum keluar sebagai hasilolahan (effluent). HRT harus lebih lama dari

    waktu generasi bakteri anaerobik untukmencegah agar mikroba di dalam reaktortidak keluar (washed out) dari reaktorbersama air olahan. Bioreaktor jenispertumbuhan melekat memiliki HRT antara 1sampai 10 hari, lebih pendek dari bioreaktor jenis pertumbuhan tersuspensi yaitu 10sampai 60 hari

    7) 

    4. Nutrisi

    Pada proses biologi anaerobik, limbahharus memiliki keseimbangan antara jumlah

    karbon (C) dengan nutrisi seperti nitrogen (N)dan phosphor (P) yang ideal. PerbandinganC:N:P menurut Sahm (1984) 700 : 5 : 1.Peneliti lain berpendapat bahwa rasio C : Nuntuk menghasilkan biogas yang maksimalharus bernilai 25 : 1 (Polprasert, 1989).Bakteri metanogen menggunakan senyawaammonia dan sulfida sebagai sumbernitrogen dan sulfur. Mineral-mineral sepertibesi, kobal, dan nikel juga dibutuhkan dalamsangat sedikit

    8).

  • 8/18/2019 Pengolahan Sludge

    4/10

     83 Ikbal Nugroho. R. 2005: Pengolahan Sludge……..J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 80- 89

    5. Racun.

    Beberapa senyawa kimia yang bersifatracun terhadap mikroba anaerobik, adalah:

    Oxygen. Kehadiran oksigen sangatmengganggu aktifitas mikroba anaerobik,terutama terutama kelompok mikrobapembentuk gas (methanogen), karena bakterimethanogen  termasuk golonganmikroorganisme anaerob mutlak.Sulfida.  Bakteri methanogen sangat sensitifterhadap senyawa sulfida. Diketahuikonsentrasi senyawa sulfida lebih dari 200mg/l akan meracuni bakteri methanogen 

    5).

    Amonium. Konsentrasi NH3  bebas sangatmempengaruhi produktivitas bakterimethanogen. Apabila pH diatas 7,5,

    konsentrasi NH3  bebas sebesar 150 mg/ldidalam bioreaktor menyebabkan produksibiogas turun sampai 50%

    5).

    Asam-asam organik. Akumulasi asam-asamorganik menghalangi aktivitas bakterimethanogen. Konsentrasi asam asetat diatas3.000 mg/l atau konensentrasi asampropionat 4.000 mg/l menyebabkan produksibiogas berkurang secara drastis

    5).

    Logam berat.  Kehadiran ion-ion Cu+2

    , Pb+2

    ,Cd

    +2, Ni

    +2, Zn

    +2, Cr 

    +6 dalam air limbah industri

    pada konsentrasi tinggi sangat menggangguproses anaerobik

    6).

    2. BAHAN DAN METODA

    2.1 Sludge

    Sludge yang diolah pada penelitian inidiambil dari salah satu IPAL Kawasan (PT. A)yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat.Sludge yang diteliti merupakan sludgecampuran (mixed sludge) dari primary dansecondary sludge dengan perbandingan 1volume berbanding 2 volume (1 vol : 2 vol).

    Gambar 2. Skematik diagram IPAL PT. A

    Perbandingan ini disesuaikan denganperbandingan jumlah primary dan secondarysludge yang dihasilkan oleh PT. A tersebut.Gambar 2 adalah skematik diagram IPAL PT.

     A serta tempat-tempat pengambilan sludgeyang meliputi  primary   serta secondarysludge.

    Gambar 3 adalah photo primary dansecondary sludge yang baru diambil darimasing-masing kolam pengendap. Primarysludge  bewarna hitam sedangkan secondarysludge bewarna coklat kekuning-kuningan.

    Gambar 3. Photo primary sludge (kanan) dansecondary sludge (kiri)

    2.2 Mikroba Anaerobik

    Sebagai sumber mikroba anaerobikuntuk mengolah sludge, diambil cairan dalam

    bioreaktor anaerobik Rumah PemotonganHewan Cakung (RPH), Jakarta Timur.Sebelum digunakan untuk mengolah sludge,terlebih dulu dilakukan pengujian apakahcairan mikroba anaerob tersebut masih aktifatau tidak. Caranya yaitu cairan mikrobayang telah diambil dimasukkan kedalam botolbermulut lebar mempunyai volume 1 literyang difungsikan sebagai bioreaktor (Gambar4). Botol ditutup dengan karet yang telahdiberi 2 buah lobang. Lobang pertamadigunakan untuk tempat sampling,sedangkan yang kedua untuk tempat keluarbiogas menuju tangki penampung biogas(gas holder). Setiap hari cairan didalam botoldiambil dalam jumlah tertentu, kemudianlimbah sintetis dalam jumlah yang samadimasukkan ke dalamk botol sebagaipengganti cairan yang diambil. Limbahsistetis yang digunakan adalah larutan gulasebagai sumber karbon dengan konsentrasi25 g/l. Keaktifan mikroba diamati dari jumlahbiogas yang dihasilkan setiap hari sebagaihasil penguraian senyawa karbon gula. Gasholder dilengkapi dengan skala pembacaanuntuk mengetahui jumlah produksi biogas.

    Raw

    wastewater 

    Treated

    wastewater Primary

    settling

    tank 

    Secondary

    settling

    tank 

    Aerobic

    treatment

    reactor 

    Return of sludge

    Primary

    sludgeSecondary

    sludge

  • 8/18/2019 Pengolahan Sludge

    5/10

     Ikbal dan Nugroho. R. 2006: Pengolahan Sludge……J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 80 – 89 84

    Gambar 4. Rangkaian peralatan untuk pengujian

    keaktifan mikroba

    2.3 Bioreaktor anaerobik

    Bioreaktor yang digunakan untukmengolah sludge adalah tangki berbentuk

    silinder yang dibuat dari bahan akrilik,mempunyai tinggi 48 cm, diameter 20 cm danvolume operasi 12 liter. Pengadukan isibioreaktor dilakukan dengan caramensirkulasikan cairan didalam bioreaktordengan bantuan pompa jenis Handy Pump(Shimisu dan Wilo, Jepang) kapasitas 20l/menit. Pengadukan dilakukan secarakontinyu selama 24 jam dalam satu hari.Pengadukan berfungsi untuk membebaskanbiogas yang terbentuk serta menjagahomogenitas cairan dalam bioreaktor. Gasholder yang digunakan untuk menampung

    biogas juga dibuat dalam bahan akrilikbervolume 10 liter. Gambar 5 adalahrangkaian peralatan yang digunakan untukpenelitian pengolahan sludge dengan proses

    Gambar 5. Rangkaian peralatan pengolahansludge dengan proses anaerobik 

    biologi anaerobik. Mula-mula kedalambioreaktor dimasukkan cairan mikrobaanaerobik sebanyak 11,75 liter dan limbahsintetis yang mengandung gula sebagai

    sumber karbon sebanyak 0,25 liter. Mula-

    mula bioreaktor diberi umpan limbah sintetis.Setelah biogas mulai terbentuk yaitu setelah3 hari, limbah sintetis sebagai umpanbioreaktor diganti dengan sludge campurandari IPAL PT. A. Pengambilan cairan dari

    dalam bioreaktor dan pemasukan umpanbaru kedalam bioreaktor dilakukan setiap harisecara “draw-and-fill”, yaitu cairan didalambioreaktor diambil dalam jumlah tertentu,kemudian sludge segar dalam jumlah yangsama dimasukkan kedalam bioreaktor.Cairan hasil olahan kemudian dianalisa untukmengetahui pH dan konsentrasi bahanorganik yang tersisa. Metode draw and filldigunakan karena jumlah draw and fill setiaphari sedikit, disamping itu konsentrasipadatan dalam sludge cukup tinggi sehinggapengumpanan sludge dengan pompa secara

    kontinyu sulit dilakukan. Jumlah produksibiogas setiap hari diketahui dari pembacaanskala gas holder. Dalam selang waktutertentu, biogas dalam gas holder disamplingdan dianalisa untuk mengetahui konsentrasigas CH4  dan CO2. Penelitian dilaksanakanpada suhu ruangan.

    2. 4 Analisa

    Beberapa parameter penting yangdianalisa dalam pengolahan sludge adalahsebagai berikut:a. pH

    Pengukuran pH dilakukan denganmenggunakan Horiba pH Meter F-22 (Horiba,Jepang). Sebelum digunakan, elektroda pHmeter dikalibrasi dengan larutan standar 4,01dan 6,86.

    b. Produksi Gas

    Jumlah produksi biogas diukurmenggunakan gas holder yang dilengkapiskala pembacaan. Komposisi biogas meliputiCH4. dan CO2  diukur menggunakan serbuk

    CaO. Biogas didalam gas holder diambilmenggunakan syringe  dari bahan gelasbervolume 100 ml. Kemudian diinjeksikankedalam botol bertutup rapat yang berisiserbuk CaO. Dalam botol, gas CO2  akanbereaksi dengan serbuk CaO membentukCaCO3, sedangkan gas CH4. akan balikkembali kedalam syringe. Selisih jumlah gasawal dan akhir dalam syringe  adalah jumlahgas CO2, sedangkan gas yang masih tersisadalam syringe  adalah gas CH4. Disinidiasumsi bahwa biogas hanya mengandunggas CO2 dan gas CO4.

    B io rea k to r G as h o lde r  

    Gas holder Bioreaktor

    (volume 11 L)

    Pompa

    sirkulasi

  • 8/18/2019 Pengolahan Sludge

    6/10

     85 Ikbal Nugroho. R. 2005: Pengolahan Sludge……..J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 80- 89

    c. Chemicals Oxygen Demand (COD)

    COD adalah jumlah oksigen yangdiperlukan untuk mengoksidasi polutanorganik dalam jumlah tertentu dan

    merupakan salah satu parameter pentingdalam menetapkan tingkat pencemaran.Semakin tinggi kadar COD, maka tingkatpencemaran limbah tersebut juga makintinggi. COD yang diukur disini adalah CODtotal, meliputi COD dalam cairan dan CODdalam padatan sludge. Metoda yangdigunakan mengikuti prosedur Hach(methode no. 430). Slugde setelahdiencerkan dimasukkan kedalam reagentHach, kemudian dipanaskan dalam COD

    reaktor pada suhu 150℃  selama 120 menit.

    Setelah dingin, konsentrasi COD diukur

    dengan Spektrofotometer (Hach DR/2000, Amerika) pada panjang gelombang 420 nm.Nilai yang terbaca pada spektrometerkemudian dikalikan dengan tingkatpengenceran yang dilakukan diawal proses,maka akan diperoleh konsentrasi COD (mg/l).d. Total Solid (TS) dan Total Volatile

    Solid (TVS)

    TS dan TVS merupakan parameterpenting dalam pengolahan limbah yangmempunyai konsentrasi padatan tinggi

    seperti sludge. TS adalah jumlah padatantotal dalam limbah, meliputi padatan terlarutdan tidak larut, sedangkan TVS menunjukkan jumlah bahan organik yang terdapat didalamTS. Mula-mula sampel dalam jumlah tertentudimasukkan kedalam cawan porselin yangtelah ditimbang beratnya (A g). Cawandipanaskan diatas water bath  pada suhu105

    oC untuk menguapkan air dalam sludge,

    kemudian dikeringkan dalam drying oven 105ºC selama 1 malam. Setelah didinginkan,berat cawan dan sludge kering ditimbang (Bg). Selanjutnya sludge kering dibakar dalam

    burner   pada suhu 600℃  selama 30 menit.

    Setelah dingin, cawan dan abu sisapembakaran ditimbang (C g). Besarnya TSadalah pengurangan B dengan A (mg/l),sedangkan nilai TVS adalah selisih antara Bdengan C (mg/l).

    e. Suspended Solid (SS) dan VolatileSuspended Solid (VSS)

    Disamping TS dan TVS, parameter SSdan VSS juga cukup penting dalam

    pengolahan sludge. TS menunjukkan jumlahpadatan yang tersuspensi dalam limbah,

    sedangkan VSS adalah jumlah materialorganik dalam SS. Cara mengukurkonsentrasi SS dan VSS hampir samadengan cara mengukur konsentrasi TS danTVS. Karena disini yang diukur hanya

    padatan sludgenya saja, maka cairan yangada dalam sludge harus dipisahkan, yaitudengan alat sentrifugator (Kokusan, type H103, Jepang). Caranya, sampel dalam jumlahtertentu dimasukkan kedalam tabung khususyang dilengkapi penutup, kemudiandisentrifius pada kecepatan 4.000 rpmselama 10 menit. Cairan supernatan yangterpisah pada dibagian atas dibuang danpadatan dipindahkan kedalam cawan porselin.Langkah-langkah selanjutnya adalah samaseperti cara analisa parameter TS dan TVS.

    3. HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1 Analisa sludge

    Salah satu contoh hasil analisa sludgeIPAL PT. A adalah seperti terlihat pada Tabel1, meliputi konsentrasi TS, TVS, SS, VSSdan COD primary dan secondary sludge.Pada bagian kanan Tabel juga disajikan hasilanalisa sludge campuran.

    Tabel 1. Hasil analisa primary, secondary dansludge campuran (mixed sludge)*

    Parameter Unit Primary

    sludge

    Secondary

    sludge

    Mixed

    sludge

    pH

    TS

    TVS

    SS

    VSS

    COD

    (-)

    mg/l

    mg/l

    mg/l

    mg/l

    mg/l

    6.8

    49.225

    24.815

    43.630

    21.525

    23.000

    6..9

    21.255

    8.250

    20.105

    6.805

    11.400

    6.8

    32.335

    14.895

    31.570

    13.775

    20.250

    *campuran primary sludge dan secondary sludge (1 vol :2 vol).

    Disini terlihat, pH sludge mendekatinormal yaitu sekitar 7. Primary sludge yangberasal dari bak pengendap awal IPALmemiliki konsentrasi TS, SS dan COD sangattinggi yaitu masing-masing 49.225, 43.630dan 23.000 mg/l, sedangkan secondarysludge cukup rendah masing-masing 21.255,20.105 dan 11.400 mg/l atau sekitarsetengahnya. Sludge  campuran yang diolah

    pada penelitian ini mempunyai kadarkonsentrasi TS, SS dan COD cukup tinggi

  • 8/18/2019 Pengolahan Sludge

    7/10

     Ikbal dan Nugroho. R. 2006: Pengolahan Sludge……J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 80 – 89 86

    yaitu masing-masing 32.335, 31.570 dan20.250 mg/l. Konsentrasi organik TVS danVSS kurang dari 50% TS dan SS, yaitumasing-masing 14.895 dan 13.775 mg/l.

    Tabel 2 adalah hasil analisa unsur-

    unsur dominan pembentuk sludge yangmeliputi karbon,  hidrogen dan nitrogen. DariTabel 2 diketahui bahwa kandungan karbonpada masing-masing sludge hanya sekitar 25dan 32%. Nilai-nilai ini lebih kecil biladibandingkan dengan kandungan karbonpada sludge organik IPAL limbah domestikyaitu mencapai 45%. Kecilnya kandungankarbon ini berpengaruh pada tingkatdegradasi sludge dan jumlah biogas yangakan dihasilkan.

    Tabel 2. Konsentarsi karbon, hydrogen, nitrogen

    dan protein dalam sludge

    Unsur PrimarySludge

    SecondarySludge

    Carbon (C) 25,8 % 32,3 %

    Hidrogen (H) 3,8 % 4,8 %

    Nitrogen (N) 3,25 % 4,7 %

    3.2. Pengujian Keaktifan Mikroba

    Gambar 6 adalah produksi biogas hasilpenguraian polutan organik limbah

    Gambar 6. Produksi Biogas pada Limbah Sintetis

    sintetis oleh mikroba anaerobik. Terlihatdisini, mulai dari hari pertama penambahanlimbah sintetis kedalam bioreaktor sudahterbentuk biogas. Selanjutnya pada hari-hariberikutnya jumlah biogas yang dihasilkanrelatif stabil. Keadaan ini memperlihatkanbahwa mikroba yang akan digunakan padapenelitian ini mempunyai keaktifan yang

    cukup tinggi dan relatif stabil.

    3.3 Pengolahan sludge campuran

    Seperti dijelaskan diatas, mula-mulabioreaktor diberi umpan limbah sintetis,kemudian setelah 3 hari limbah sintetis

    diganti dengan sludge campuran dari IPALPT. A.. Pengumpanan sludge dimulai dari jumlah kecil, kemudian secara bertahap jumlah sludge dinaikan sampai diperolehbeban maksimum yang bisa dicapai. Padatiap beban dilakukan analisa pH, COD, TS,VS, SS dan VSS disamping mengitung jumlah produksi dan konsentrasi biogas.

    3.3.1 Pengaruh perubahan bebanterhadap pH dan produksi biogas

    Gambar 7 adalah perubahan pH dan

    produksi gas selama penelitian pengolahansludge berlangsung. Bagian paling atasdalam

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    0 10 20 30 40 50 60 70 800

    1.000

    2.000

    3.000

    4.000

    5.000

     ,  p   H

       (  -   )

     ,   P  r  o   d  u   k

      s   i   b   i  o  g  a  s   (  m   l   /   d   )

    Waktu (hari)

    Konsentrasi gas CH4 40~60%

    0,5 1,0 1,5 2,00,3 1,0

    Beban VSS (g/l/d)

    0,4 0,7 1,4 2,1 2,8 1,4

    1,5

    2,1

    Jumlah umpan (l/d)

    0,5 1,0 1,5 2,00,3 1,0

    Beban VSS (g/l/d)

    0,4 0,7 1,4 2,1 2,8 1,4

    1,5

    2,1

    Jumlah umpan (l/d)

     

    Gambar 7. Pengaruh kenaikan jumlah umpanterhadap pH dan produksi biogas

    gambar adalah jumlah umpan yangdimasukkan kedalam bioreaktor dandibawahnya adalah beban organik VSS (VSSloading rate). Beban VSS (g/l/d) dihitungdengan cara mengalikan konsentrasi VSS(g/l) dengan jumlah sludge yang diumpankandalam 1 hari (l/d), kemudian hasil yangdiperolah dibagi dengan volume bioreaktor.Seperti terlihat pada gambar 7, kenaikan jumlah umpan bioreaktor yang dilakukansecara bertahap mulai dari 0,3 l/hari sampaidengan 2,0 l/hari hampir tidak mempengaruhiderajat keasaman (pH) dalam bioreaktor.Selama penelitian berlangsung, nilai pH tetapstabil disekitar 7. Dari sini dapat disimpulkanbahwa perubahan beban organik (organicmatter loading rate) tidak mempengaruhi nilaipH dalam bioreaktor. Hal ini terjadi karena

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    0 2 4 6 8 10

    Waktu (hari)

       P  r  o   d  u   k  s   i   b   i  o  g  a  s   (  m   l   /   d   )

  • 8/18/2019 Pengolahan Sludge

    8/10

     87 Ikbal Nugroho. R. 2005: Pengolahan Sludge……..J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 80- 89

    sludge organik mengandung larutanpenyagga (buffer solution) yang cukup kuat.

    Produksi biogas pada saatmenggunakan limbah sintetis cukup tinggimencapai 4.000 ml/hari. Ini menandakan

    aktifitas mikroba yang digunakan cukuptinggi. Namun setelah umpan diganti dengansludge jumlah produksi biogas menuruncukup signifikan. Kenaikan jumlah umpanhampir tidak menambah jumlah produksibiogas. Produksi biogas pada hari ke 6,13,41, 55, 69, 76 lebih banyak dibandingkanpada hari-hari lainnya. Hal ini terjadi karena jumlah biogas pada titik-titik tersebutmerupakan akumulasi produksi biogasselama 3 hari, yakni jumlah produksi biogasmulai dari hari Jumat sampai hari Minggu,karena hari Sabtu merupakan hari libur jadi

    pada hari tersebut tidak dilakukan aktifitaspenelitian. Sedikitnya produksi biogas padahari ke 29, 30, 58, 62 disebabkan karenapada hari-hari tersebut terjadi kerusakanpada pompa sirkulasi cairan dalam bioreaktoryang menyebabkan isi bioreaktor tidakteraduk, sehingga keaktifan mikroba menjadimenurun dan produksi biogas menjadiberkurang.

    Produksi biogas per hari rata-ratahanya 300~800 ml atau 50~75 ml per gramVSS umpan. Angka ini sangat kecil biladibanding produksi biogas pada pengolahan

    sludge limbah domestik yang mencapai 200ml per gram VSS umpan. Hal ini didugakarena terjadi kebocoran pada gas holdersehingga sebagian gas tidak tertampung,disamping itu konsentrasi karbon dalamsludge IPAL PT. A juga lebih sedikitdibanding konsentrasi karbon dalam limbahdomestik. Kandungan gas CH4  didalambiogas cukup tinggi, berkisar antara 45-60%.

    3.3.2 Pengaruh perubahan bebanterhadap effisiensi penguranganCOD

    Pengaruh kenaikan jumlah umpan(beban organik) terhadap perubahankonsentrasi COD hasil olahan dan effisiensipengurangan COD seperti terlihat padagambar 8. Kenaikan jumlah umpan barudilakukan setelah dicapai kondisi stabil padabeban umpan tersebut yang memerlukanwaktu 10 sampai 15 hari. Penambahan jumlah sludge dilakukan secara bertahapsebesar 0,5 liter. Pada jumlah pengumpanansludge 0,5 liter perhari atau pada beban VSS(VSS loading rate) 0,7 g/l/hari dengan waktu

    tinggal (HRT) 22 hari, diperoleh effisiensi

    pengurangan COD (COD degradationefficiency) sebesar 90%. Effisiensipengurangan COD masih dapatdipertahankan tinggi sekitar 70% pada jumlahumpan 1 l/hari. Penambahan jumlah umpan

    sampai 1,5 l/hari effisiensi pengurangan COD

    Gambar 8. Pengaruh kenaikan jumlah umpan

    terhadap konsentrasi dan effisiensi pengurangan

    COD turun menjadi sekitar 50%. Pada bebanini, konsentrasi COD dalam sludge olahansekitar 15 g/l. Selanjutnya dengan menaikkan jumlah umpan menjadi 2,0 l/hari, konsentrasiCOD olahan naik secara drastis seharisetelah penambahan. Naiknya konsentrasiCOD menyebabkan effisiensi penguranganCOD turun secara tajam. Pada hari ke 55,effisiensi pengurangan COD tinggal sekitar15% dan angka ini cenderung terus turunsehingga kestabilan proses tidak dapatdipertahankan. Disini dapat disimpulkanbahwa terjadi kondisi “over load“ dalambioreaktor dimana mikroba tidak mampu lagimengolah sludge yang masuk, sehinggaeffisiensi penguraian terus menurun. Padahari ke 56 umpan bioreaktor diturunkanmenjadi 1 l/hari dan setelah kwalitas effluenkembali normal seperti kondisi semula, bebanbioreaktor dinaikkan lagi menjadi 1,5 l/hari.Selama 10 hari lebih penelitian dilakukanpada beban 1,5 l/hari, ternyata effisiensipengurangan COD tetap dapat dipertahankansekitar 50%, sama besar dengan angka yangdicapai sebelumnya pada beban yang sama.

    3.3.3 Pengaruh perubahan bebanterhadap effisiensi pengurangantotal volatile solid (TVS)

    Total volatile solid adalah jumlahseluruh bahan-bahan organik yang ada

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    0 10 20 30 40 50 60 70 800

    20

    40

    60

    80

    100

     ,   K  o  n  s

      e  n   t  r  a  s   i   C   O   D   i  n   l  e   t   (  g              l   )

     ,   K  o  n  s

      e  n   t  r  a  s   i   C   O   D  o  u   t   l  e   t   (  g   /              l   )

     ,   E   f   f   i  s   i  e  n  s   i  p  e  n  g  u  r  a  n  g  a  n   C   O   D   (   %   )

    Waktu (hari)

    90%

    70%

    95%

    50%

    0,5 1,0 1,5 2,00,3 1,0

    Beban VSS (g/l/d)

    0,4 0,7 1,4 2,1 2,8 1,4

    1,5

    2,1

    Jumlah umpan (l/d)

    0,5 1,0 1,5 2,00,3 1,0

    Beban VSS (g/l/d)

    0,4 0,7 1,4 2,1 2,8 1,4

    1,5

    2,1

    Jumlah umpan (l/d)

  • 8/18/2019 Pengolahan Sludge

    9/10

     Ikbal dan Nugroho. R. 2006: Pengolahan Sludge……J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 80 – 89 88

    dalam limbah, meliputi bahan organik dalampadatan dan dalam cairan limbah. Padapengolahan biologi anaerobik, bahan-bahanorganik inilah yang akan diuraikan menjadibiogas melalui reaksi biokimia oleh mikroba

    anaerobik.Gambar 9 adalah pengaruh

    penambahan jumlah umpan terhadapperubahan konsentrasi TVS dalam sludgeolahan dan effisiensi pengurangan TVSselama penelitian berlangsung.Bertambahnya jumlah umpan bioreaktormenyebabkan konsentrasi TVS hasil olahanmeningkat sehingga effisiensi pengolahanmenjadi berkurang. Effisiensi penguranganTVS masih dapat dipertahankan stabilsampai jumlah umpan 1,5 l/hari. Kenaikanvolume umpan menjadi 2 l/hari menyebabkan

    effisiensi pengurangan TVS terus menerusturun. Hal ini diduga karena terjadi kondisi

    Gambar 9. Pengaruh kenaikan jumlah umpanterhadap konsentrasi dan effisiensi pengurangan

    TVS over load   didalam bioreaktor yangmenyebabkan kinerja mikroba menurundrastis. Setelah umpan bioreaktor diturunkanmenjadi 1 l/hari, seperti lihat pada gambar 8,

    konsentrasi TVS sludge olahan kembalimembaik dan effisiensi pengolahan juga naik.Pada hari ke 70 umpan bioreaktor dinaikkanlagi menjadi 1,5 l/hari. Pada beban inieffisiensi pengurangan TVS dapat kembalidipertahankan sekitar 40%, sama sepertikondisi sebelumnya pada beban yang sama.

    Dari gambar 9 diatas terlihat, pada jumlah pengumpanan sludge 1 l/hari (waktutinggal 11 hari) effisiensi pengurangan TVSadalah sekitar 65%, apabila dinaikan menjadi1,5 l/hari (waktu tinggal 7,3 hari) effisiensinyaturun menjadi sekitar 40%.

    3.3.4 Pengaruh perubahan bebanterhadap effisiensi penguranganvolatile suspended solid (VSS)

    Volatile suspended solid (VSS) adalah

    material-material organik yang terdapatdalam padatan yang tidak larut atau dalamsuspended solid (SS). Parameter ini sangatpenting, karena tujuan utama daripengolahan sludge adalah untuk mengetahuiseberapa banyak padatan khususnyapadatan organik (VSS) dalam sludge yangdapat diuraikan oleh mikroba anaerobik.

    Gambar 10 menunjukkan pengaruhperubahan beban bioreaktor terhadapkonsentrasi VSS dalam sludge hasilolahan

    Gambar 10. Pengaruh kenaikan jumlah umpanterhadap konsentrasi dan effisiensi pengurangan

    VSS serta effisiensi pengurangan VSS.Seperti halnya COD dan TVS, kenaikan jumlah umpan bioreaktor juga menyebabkaneffisiensi pengurangan VSS menurun.Kenaikkan jumlah umpan sampai 1,5 l/harimenyebabkan effisiensi pengurangan VSS

    turun sampai 50%.

    3.3.4 Effisiensi pengolahan sludge tiap-tiap beban yang diteliti pada kondisistabil

    Tabel 3 adalah rangkuman hasilpenelitian yakni effisiensi pengolahan sludgeyang meliputi chemical oxygen demand  (COD), total volatile solid   (TVS), volatilesuspended solid   (VSS) pada tiap bebanyang diteliti dalam kondisi stabil. Jumlahumpan 0,3, 0,5, 1,0 dan 1,5 l/hari bila

    dikonversi menjadi besaran beban organikdalam padatan (VSS loading rate)  maka

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    0 10 20 30 40 50 60 70 800

    20

    40

    60

    80

    100

     ,   K  o  n  s  e  n   t  r  a  s   i   T   V   S   i  n   l  e   t   (  g   /              l   )

     ,   K  o  n  s  e  n   t  r  a  s   i   T   V   S  o  u   t   l  e   t   (  g   /              l   )

     ,   E   f   f   i  s   i  e  n  s   i

      p  e  n  g  u  r  a  n  g  a  n   T   V   S   (   %   )

    Waktu (hari)

    80%

    65%

    40%

    90%

    0,5 1,0 1,5 2,00,3 1,0

    Beban VSS (g/l/d)

    0,4 0,7 1,4 2,1 2,8 1,4

    1,5

    2,1

    Jumlah umpan (l/d)

    0,5 1,0 1,5 2,00,3 1,0

    Beban VSS (g/l/d)

    0,4 0,7 1,4 2,1 2,8 1,4

    1,5

    2,1

    Jumlah umpan (l/d)

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    0 10 20 30 40 50 60 70 800

    20

    40

    60

    80

    100

     ,   K  o  n  s  e  n   t  r  a  s   i   V   S   S   i  n   l  e   t   (  g   /              l   )

     ,   E   f   f   i  s   i  e  n  s   i  p  e  n  g  u  r  a  n  g  a  n   V   S   S   (   %   )

     ,   K  o  n  s  e  n   t  r  a  s   i   V   S   S  o  u   t   l  e   t   (  g   /              l   )

    Waktu (hari)

    93%

    70%

    50%

    98%

    0,5 1,0 1,5 2,00,3 1,0

    Beban VSS (g/l/d)

    0,4 0,7 1,4 2,1 2,8 1,4

    1,5

    2,1

    Jumlah umpan (l/d)

    0,5 1,0 1,5 2,00,3 1,0

    Beban VSS (g/l/d)

    0,4 0,7 1,4 2,1 2,8 1,4

    1,5

    2,1

    Jumlah umpan (l/d)

  • 8/18/2019 Pengolahan Sludge

    10/10

     89 Ikbal Nugroho. R. 2005: Pengolahan Sludge……..J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 80- 89

    angka-angka diatas menjadi setara dengan0,4; 0,7; 1,4 dan 2,1 g/l/hari.

    Dari Tabel 3 diatas terlihat, kenaikkan jumlah umpan akan menurunkan effisiensipengolahan sludge. Dari sini diketahui

    effsisiensi pengurangan masing-masingparameter pada beban maksimum VSS yangbisa dicapai yakni 2,1 g/l/hari adalah hampirsama yaitu sekitar 50%. Angka ini lebih besardari studi yang pernah dilakukan Ikbal dkk

     9,10).

    dalam mengolah sludge limbah domestik,dimana effisiensi pengurangan VSSmaksimal yang bisa diperoleh hanya sekitar45% pada beban VSS yang sama.

    Tabel 3. Effisiensi pengolahan sludge pada tiapbeban umpan dalam kondisi stabil

    Flow rate Effisiensi pengurangan (%)

    Beban VSS

    COD TVS VSS

    0,3 l/hari

    0,4 g/ l  /hari95 90 98

    0,5 l/hari

    0.7 g/ l  /hari90 80 93

    1,0 l/hari

    1,4 g/ l  /hari70 65 70

    1,5 l/hari

    2.1 g/ l  /hari50 40 50

    4. KESIMPULAN

    Dari hasil penelitian pengolahan sludgecampuran IPAL PT. A dapat disimpulkansebagai berikut:1. Sludge campuran dari IPAL biologis

    dapat diolah dengan effektifmenggunakan proses biologi anaerobik.

    2. Beban organik maksimal yang bisadicapai 2,1 g/l/hari dengan waktu tinggalsludge dalam bioreaktor 7,3 hari.

    3. Effisiensi penguraian organik dalamsludge (VSS degradation efficiency )

    sangat tinggi, masing-masing sebesar 98,93, 70 dan 50% pada masing-masingbeban organik 0,4; 0,7; 1,4 dan 2,1g/l/hari.

    4. Produksi biogas relatif sedikit. Hal inidisebabkan karena kandungan bahanorganik dalam sludge kecil (sekitar 50%),disamping itu diduga terjadi kebocoranpada gas holder sehingga sebagianbiogas yang diproduksi tidak tertampung.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Bitton, Gabriel. : WastewaterMicrobiologi, 13, 229, Anaerobicdigestion of wastewater and sludge,

    Wiley-Liss Inc. (1994).2. Beppu, T. and Anazawa, H. : Studies on

    methane fermentation at hightemperature, Tokyo University, Bunkyo-ku, Tokyo 113, Japan.

    3. Metcalf and Eddy, Inc. : WastewaterEngineering, Treatment, Disposal andReuse, McGraw-Hill, Inc.(1979)

    4. Nagai, S., and Nishio, M. : Biologicalaspects of anaerobic digestion.Handbook of Heat and Mass Transfer, 3,702-704, Catalysis, Kinetics and ReactorEngineering, Gulf Publishing Co. (1989).

    5. Ikbal, Tang, Y., Fujimura, Y., Shigematsu,T., Morimura, S., and Kida, K.: Theaffecting factors for optimization ofmesophilic aceticlastic methanogenesis.J. Water Treatment Biology, 39, 189-197(2003).

    6. Sonoda, Y., Kida, K., and Nagai, S. :Conventional anaerobic digestion.Handbook of Heat and Mass Transfer, 3,753-772, Catalysis, Kinetics and ReactorEngineering, Gulf Publishing Co. (1989).

    7. Kida, K., Morimura, S., Sonoda, Y., Obe,M., and Kondo, T.: Support media for

    microbial adhesion in an anaerobicfluidized-bed reactor. J. Ferment.Bioeng. 69, 354~359 (1990).

    8. Kida. K., Ikbal, Sonoda, Y., Kawase, andNomura, T.: Influent of mineralnutrients on high performance duringanaerobic treatment of waste waterfrom beer brewery. J. Ferment. Bioeng.72, 54~57 (1991).

    9. Kida. K., and Ikbal.: Treatment ofsewage sludge by two-series digestionwith liquefaction of thickened surplussludge. J. Water Environment (Mizu

    Kankyou Gakkaishi), 18, 215-221 (1995).10. Ikbal, Morimura, S., Shigematsu, T and

    K. Kida.: Bacterial population anddegradation of sludge components in amodified two-series digestion processincluding sludge liquefaction. J. WaterTreat. Biol., 38, 193-201 (2002).