29
A. Observasi Observasi penampilan umum klien sebelum memulai pemeriksaan system pernafasan yang lebih rinci, temukan adanya tanda- tanda berikut ini : (Ali : 1994) 1. Dispne Perhatikan apakah terdapat tanda-tanda dispne pada waktu istirahat, respirasi rate yang abnormal, penggunaan otot- otot bantu pernafasan, pola nafas abnormal : pernafasan Cheyne Stokes, pernafasan Kussmaul, hyperventilasi, pernafasan biot, pernafasan apnestik. 2. Sianosis sentral, Amati adanya sianosis sentral pada lidah atau mukosa Sianosis sentral dapat terjadi akibat penyakit paru yang cukup berat untuk menimbulkan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. 3. Batuk, amati bagaimana sifat batuknya, apakah produktif atau tidak produktif produktif. 4. Sputum Obsevasi jumlah dan jenis sputum (purulen, mukoid, atau mukopurulen). Volume sputum yang besar dan purulen menunjukan kemungkinan bronkiektasis. Sekresi yang berbusa dan merah muda dari trachea menunjukan adanya edema paru. Sputum yang berwarna gelap dan berbau menunjukkan adanya abses paru. Hemoptisis menunjukan tanda penyakit paru yang gawat. 5. Stridor

pengkajian 1

  • Upload
    -

  • View
    226

  • Download
    6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pengkajian

Citation preview

Page 1: pengkajian 1

A. Observasi

Observasi penampilan umum klien sebelum memulai pemeriksaan system pernafasan

yang lebih rinci, temukan adanya tanda-tanda berikut ini : (Ali : 1994)

1. Dispne

Perhatikan apakah terdapat tanda-tanda dispne pada waktu istirahat, respirasi rate yang

abnormal, penggunaan otot- otot bantu pernafasan, pola nafas abnormal : pernafasan

Cheyne Stokes, pernafasan Kussmaul, hyperventilasi, pernafasan biot, pernafasan

apnestik.

2. Sianosis sentral, Amati adanya sianosis sentral pada lidah atau mukosa Sianosis sentral

dapat terjadi akibat penyakit paru yang cukup berat untuk menimbulkan

ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.

3. Batuk, amati bagaimana sifat batuknya, apakah produktif atau tidak produktif

produktif.

4. Sputum

Obsevasi jumlah dan jenis sputum (purulen, mukoid, atau mukopurulen). Volume sputum

yang besar dan purulen menunjukan kemungkinan bronkiektasis. Sekresi yang berbusa

dan merah muda dari trachea menunjukan adanya edema paru. Sputum yang berwarna

gelap dan berbau menunjukkan adanya abses paru. Hemoptisis menunjukan tanda

penyakit paru yang gawat.

5. Stridor

Stridor adalah bunyi serak kasar atau bunyi mengi yang paling keras pada inspirasi. Hal

ini dapat disebabkan oleh adanya obstruks laring, trahkea atau jalan nafas yang besar oleh

benda asing, tumor atau inflamasi. Ini adalah tanda yang memerlukan perhatian yang

mendesak.

6. Suara serak

Dengarkan suara serak akibat adanya kelumpuhan saraf laringeus rekuren yang berkaitan

dengan karsinoma paru atau karsinoma laring.Tetapi penyebab paling sering adalah

laryngitis.

Dibawah ini merupakan penuntun yang dipat digunakan saat melakukan observasi pada

pengkajian system pernafasan. (Matassarin :1997)

Page 2: pengkajian 1

1. Bagaimana frekwensi, kedalaman, dan pola nafas? Adakah penggunaan otot Bantu

nafas?

2. Apakah ada indikasi sianosis sentral yang memungkinkan adanya hipoksemia dan

penyakit jantung?

3. Apakah ada distensi vena jugularis?, apakah ada edema perifer atau tanda lain dari

kelainan jantung?

4. Apakah palpasi dada menyebabkan nyeri?, bagaimana kesimetrisan pergerakan rongga

dada?

5. Bagaimana bunyi nafas di lapang paru, apakah bersih atau ada ronchi, wheezing atau

crackles?, apakah bunyi paru sama dikedua belah paru.

6. Periksa sputum atau hemaptoe, jika ada berapa jumlahnya, warna dan kosistensinya

dan keasamaannya.

B. Interview

Interview dilakukan melalui pendekatan langsung maupun tidak langsung kepada

klien atau kedua-duanyanya. Tujuan pengumpulan data melalui interview adalah

untuk mengumpulkan data serta untuk mengetahui keterkaitannya. Adapun data yang

perlu dikaji melalui interview pada pengkajian system pernafasan lanjut adalah

sebagai berikut:

1. Biodata

Biodata yang perlu diketahui pada pengkajian system pernafasan yaitu : nama, usia,

jenis kelamin, pendidikan serta pekerjaan. Angka kejadian beberapa gangguan system

pernafasan sering berhubungan usia, jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan rendah.

2. Riwayat kesehatan :

a. Keluhan utama yang biasa ditemukan pada gangguan system pernafasan adalah

sesak napas, batuk, sputum produktif, haemoptisis, stridor dan nyeri dada. Stridor

terjadi pada penyempitan partial jalan nafas bagian atas. Nyeri dada biasa terjadi pada

kasus pleuritis, nyeri tersebut dirasakan tajam dan menusuk, berlokasi pada satu sisi

dan nyeri meningkat dengan adanya pergerakan dada atau nafas dalam.

Page 3: pengkajian 1

b. Riwayat kesehatan sekarang : merupakan penjelasan keluhan utama yang meliputi

Provocative/Palliative (P), Quality/Quantity (Q), Region/Radiation (R), Scale/Severe

(S), Time (T)

c. Riwayat kesehatan dahulu :

Pada riwayat kesehatan terdahulu harus dikaji tentang riwayat penyakit, trauma,

injury saluran nafas atas dan dada seperti fraktur tulang iga, alergi, penggunaan

antibiotic dan obat-obatan untuk pengobatan paru seperti bronchodilator, steroid, dan

spesifik terapi seperti pil, cairan atau inhalasi.

d. Riwayat kesehatan keluarga :

Pada saat pengkajian riwayat kesehatan keluarga harus titanyakan tentang penyakit

keturunan atau penyakit yang menyebar diantara anggota keluarga seperti asma,

cystik fibrosis, emfisema, COPD, Ca. paru, TBC atau alergi. Buat daftar usia dan

penyebab kematian pada anggota keluarga.

e. Riwayat psikososial :

1) Pekerjaan : identifikasi adanya agen dari lingkungan yang mungkin berkontribusi

terhadap kondisi klien. Identifikasi lingkungan meliputi: lingkungan kerja atau hobi

yang memungkinkan terjadinya paparan dari debu, asbestos, berilium, silica, atau

polutan yang lain.

2) Geografik : perjalanan yang dilakukan baru-baru ini kedaerah-daerah dimana

terdapat penyakit infeksi pernafasan seperti tuberkulosa (TBC), flu burung.

3) Lingkungan : Kondisi tempat tinggal yang buruk dan lingkungan yang padat/sesak

dapat meningkatkan kemungkinan terpapar penyakit infeksi menular.

4) Kebiasaan sehari-hari : riwayat merokok baik jenis dan jumlahnya, minum alcohol

yang dapat menyebabkan depresi reflek batuk sehingga beresiko terjadinya aspirasi,

adiksi narkoba yang dapat menyebabkan over dosis dan gagal nafas. Penggunaan

jarum suntik secara bergantian pada pemakai narkoba akan menyebabkan pneumoni

kranii dan TBC.

5) Latihan/olahraga : Timbulnya batuk selama olahraga

6) Nutrisi : penyakit pernafasan kronik dapat menurunkan kapasitas paru dan

meningkatkan kerja paru serta system kariovaskuler. Penambahan beban kerja ini

Page 4: pengkajian 1

dapat meningkatkan kebutuhan kalori dan dapat terjadi kehilangan berat badan.

Pengaruh sekunder lainnya adalah anoreksia yang disebabkan

oleh obat-obatan, kelelahan.

f. Review of system : tanyakan pada klien manivestasi lain yang berhubungan dengan

system pernafasan tentang adanya, flu, pilek, batuk, produksi seputum, nyeri dada,

kesulitan bernafas, keluar cairan/sekret, oedem dependent, pembengkakan sinus,

kelelahan, disorientasi, perubahan kepribadian, tachycardia 3. Pemeriksaan Fisik

System Pernafasan

a. Inspeksi :

1) Kepala dan leher :

Bau nafas, sputum, pursed lips breathing, cyanosis bibir, adanya penggunaan otot-otot

pernafasan seperti fleksi otot sternocleidomastoides. Diaphoresis, pernafdasan cuping

hidung, jejas pada daerah leher, deviasi trachea, peningkatan JVP (oedema pareu dan

tension pneumothorak).

2) Bentuk dan ukuran dada : ukuran diameter anterior posterior dan tranversal, dapat

ditemukan

a) barel chest pada klien emfisema yang ditandai dengan peningkatan diameter

anterior posterior

b) funnel chest : dada menjorok kedalam pada bagian bawah sternum pada klien.

c) Pigeon chest (pectus carinatum) : dada tampak menyerupai dada burung yang dapat

disebabkan oleh ricketsia, yang ditandai oleh ada depresi dua bagian yaitu bagian

bawah serta sternum yang menonjol.

Catat pergerakan dada yang dapat terlihat seperti adanya ketidak simetrisan pada

dinding dada yang biasa terjadi pada klien dengan trauma dada atau flail chest. Lihat

juga adanya jejas, tumor dan hematome serta penggunaan otot-otot bantu pernafasan ,

retraksi interkoste serta jenis pernafasan (perutatau dada).

Gb. 3 Pigeon chest (pectus carinatum) Sumber :

Page 5: pengkajian 1

3) Kaji jenis pernafasan abnormal, meliputi:

a) cheynestoke

b) kussmaul

c) hyperventilasi

d) tachipnoe

e) dyspnoe

f) hypoventilasi (bradipnoe)

g) orthopnea

h) apnea

b. Palpasi

1) Trachea

Palpasi adanya massa, crepitasi, penyipangan trachea dari garis tengah (deviasi

trachea)

2) Dada

Palpasi kesimetrisan pengembangan dada, tektur kulit, pulsasi, krepitasi, empisema

subcutis massa, kehilangan kelenturan (tenderness), nyeri, bengkak. Tactile fremmitus

atau Evocal fremmitus adalah fibrasi pada dinding dada yang dihasilkan oleh

vocalisasi. Peningkatan fremitus terjadi karena adanya cairan atau massa seperti pada

pneumonia, tumor dan di atas effuse pleura sedangkan penurunan fremitus terjadi

pada effuse pleura atau atelektasis.

c. Perkusi

Perkusi dilakukan untuk mengkaji adanya suara resonan,hyperesonance, dullness,

tymphani, dan flat.

d. Auskultasi

Dengarkan adanya perubahan bunyi pernafasan berupa penurunan atau hilang.

Disamping itu kaji juga adanya bunyi wheezing, rales, dan ronchi. Wheezing terjadi

pada pasien dengan obstruksi jalan napas yang disebabkan oleh benda asing atau

tumor, PPOK. Rales dibagi menjadi 3 bagian yaitu fine, medium, coarse.

Page 6: pengkajian 1

Fine rales terjadi pada fibrosis interstisial (asbestosis, edema intertisial (permulaan

edema paru), terendamnya anveolus (pneumonia), kehilangan volume paru

(atelektasis) dan permulaan fase CHF.

Medium rales terjadi pada klien dengan edema pulmonal, inflamasi brohial

(bronchitis dan bronchiolitis).

Coarse rales terjadi pada klien yang bronchusnya berisi cairan.

Ronchi terjadi karena lewatnya udara melalui saluran yang berisi cairan, ronchi

kadang terdengar pada kondisi penyakit yang menyebabkan peningkatan produksi

mucus seperti pada pneumonia, bronchitis, brochoektasis. Ronchi terdengar pada saat

ekspirasi dan lebih jelas pada saat batuk.

Fleural friction rub diakibatkan karena adanya inflamani pleura yang berhubungan

dengan penyakit infeksi pada pleura, seperti pada pleuritis, pneumonia atau kematian

jaringan pleura (infark). Bunyi ini disebabkan oleh pergesekan permukaan dua bagian

pleura (visceral dan parietal) yang mengalami inflamasi, juga dapat didengar pada

dinding dada yang mengalami fraktur.

4. Pemeriksaan penunjang

Diagnostic tes digunakan untuk mengkaji stats fungsional dari system pernafasan

meliputi:

a. Test fungsi paru

Tes fungsi paru akan memberikan informasi tentang kondisi klien terkait dengan

volume paru, kerja paru, mekanik/pergerakan paru dan kemampuan difusi paru. Test

ini dilakukan di laboratorium akan tetapi dapat juga dilakukan diluar laboratorium

dengan memodifikasi test ventilasi yang meliputi test kekuatan pengeluaran paru

(volume), kapasitas paru, dan pengukuran ventilasi paru maksimal. Perubahan

kemampuan fungsi paru terjadi pada pasien astma

b. Oksimetri

Oksimetri merupakan metoda yang aman dan sederhana dalam pengkajian oksigenasi.

Keuntungan dari prosedur ini adalah pengambilan data dapat dilakukan dengan cara

non invasive dan terus menerus. Sebelumnya metode umum untuk mengkaji status

oksigenasi menggunakan analisa gas darah. Oksimetri pada dasarnya dipakai dalam

Page 7: pengkajian 1

pembedahan tetapi sekarang sudah meluas pada pelayanan akut. Fakta sekarang pulse

oksimetri dapat dikatakan sebagai vital sign yang ke lima. Oksimeter dipasang pada

jaringan atau ditempel pada ujung jari tangan, jari kaki pada daun telinga. Oksimeter

dapat memberikan informasi presentasi Hb yang berikatan dengan oksigen (SaO2).

Oksimetri masih memiliki keterbatasan dan masih perlu dikembangkan secara

teknologi. Pergerakan pada tempat sensor dapat merubah absorbsi cahaya ,

pergerakan dapat mempengaruhi kemampuan oksimetri dalam mendeteksi kadar O2

yang diikat oleh Hb.

Hipotensi, hipotermi dan vasokontriksi dapat mengurangi aliran darah ke sensor.

Untuk mengatasi masalah ini kehangatan jari harus dipelihara. Sensor seharus tidak

ditempatkan pada daerah blood pressure cap terpasang, baju yang menekan, arteri line

atau pemasangan kateter invasive. Sensor seharusnya tidak diplester pada jari klien.

Oksimeter tidak dapat membaca dengan akurat pada Klien dengan gagal jantung

kanan dan pada pasien yang dipasang PEEP.

Pembacaan oksimeter akan tidak akurat pada kuku yang di Cat Hiperbilirubin, dan

warna kulit yang gelap dan cahaya yang terang.

Perbandingan saturasi oksigen dengan tekanan partial oksigen.

Kalau saturasi oksigen 50 % dan PaO2 25 mmHg menunjukan hipoksemia yang dapat

mengacam kehidupan.

Saturasi O2 dengan PaO2 40 mmHg menunjukan pasien mengalami hipoksimia

moderat. Sedangkan jika SaO2 90% PaO2 55 mmHg menunjukan pasien mengalami

hipoksia ringan.

Gb. 6 Pulse Oxymetri

c. Capnografi

Capnografi merupakan prosedur non invasife yang digunakan untuk mengukur

konsentrasi CO2 yang dikeluarkan pada saat klien terpasang ventilator. Jumlah CO2

yang ditemukan pada ekspirasi, end tidal CO2 (ETCO2) memiliki hubungan yang

sangat dekat dengan PaCO2 arteri pada pasien dengan fungsi kardiorespiratori dan

mertabolisme normal .

Page 8: pengkajian 1

Gradien atau kemiringan normal PaCO2 dan ETCO2 memiliki kemiringan sekitar 5

mm. PaCO2 meningkat pada pasien hipoventilasi dan menurun pada hiperventilasi.

d. Analisa Gas Darah

AGD arteri digunakan untuk mengukur Ph, PaO2, PaCO2, bicarbonate HCO3 – dan

SatO2. PaO2 merefleksikan efesiensi pertukaran gas, sedangkan PaCO2

merefleksikan efektifitas ventilasi alveolar. AGDsangat esensial untuk mengkaji klien

dengan gangguan pulmonary dan nonpulmonary akut, yang membutuhkan jalan nafas

buatan dan ketergantungan pada ventilasi mekanik atau klien yang mengalami

penyakit pernafasan kronik. PH, menunjukan derajat keasaman darah, nilai normalnya

7,35 – 7,45. PH kurang dari 7,35 menujukan asidosis, sedangan lebih dari 7,45

menunjukan alkalosis. PH harus dijaga dalam rentang batas normal untuk memelihara

fungsi enzim dan metabolisma normal pada tubuh, jika tubuh menjadi asam kontraksi

kardiak akan menurun dan secara normal pada fungsi vascular akan menurunkan

katekolamin, sedangkan pada kondisi alkalosis oksigenasi jaringan dan fungsi

neuromuscular akan terganggu. Evaluasi PaO2 dilakukan pertama karena menunjukan

keseriusan hipoksemia. Hypoksemia merefleksikan PaO2 tetapi tidak menunjukan

status oksigensai jaringan. Nilai normalnya 80 – 100 mmHg. Hipoksemina ringan

terjadi jika PaO2 < 80 mmHg pada udara

3 3

kamar, Hipoksemia berat terjadi jika PaO2 50 mmHg. Hiperventilasi alveolar dengan

PaCO2 < 30 mmHg dapat menyebabkan over breathing. PaCO2 sangat penting

mengingat PaCO2 menunjukkan derajat keasaman. CO2 normalnya berikatan dengan

air untuk membentuk asam karbonat sehingga jika PaCO2 tinggi darah menjadi asam,

sedangkan PaC rendah menyebabkan darah alkalosis. Paru-paru dapat melakukan

kompensasi terhadap perubahan abnormalitas pH dalam waktu 15 -60 menit.

HCO3

- nilai normalnya 22 -26 mEq/Lt. HCO3

- adalah basa dan merupakan cerminan dari komponen metabolic keseimbangan asam

basa dan diatur oleh ginjal. Ketika HCO3

- meningkat dalam darah maka darah menjadi basa. Tubuh menjadi asidosis jika

HCO3

Page 9: pengkajian 1

- < 22 mEq/lt.

Kompensasi untuk membantu mempertahankan homeostasis dan pH normal tubuh.

Sistem renal dan pernafasan yang sehat dapat melakukan kompensasi sebagian atau

komplet yang berefek terhadap naik turunnya pH. Adanya kompensasi dapat dilihat

dari kadar PaCO2 dan HCO3

- . Kompensasi dapat terjadi jika PaCO2 dan HCO3

- nilainya berlawanan. Partial kompensasi terjadi jika ada bukti kompensasi tetapi pH

abnormal. Kompensasi komplet ditunjukkan jika pH, PaCO2 dan HCO3

- normal. Tidak terkompensasi jika salah satu komponen dariPaCO2 dan HCO3

- tidak normal dan yang lainnya normal.

e. Scan Ventilasi dan Perfusi Paru

Digunakan untuk mengetahui emboli pulmonal , infark pulmonal, fibrosis emfisema

dan bronchiektasis.

CT scan

CT stands for computerized tomography. In this procedure, a thin X-ray beam is

rotated around the area of the body to be visualized. Using very complicated

mathematical processes called algorithms, the computer is able to generate a 3-D

image of a section through the body. CT scans are very detailed and provide excellent

information for the physician.

Thyroid cancer – CT scan

This CT scan of the upper chest (thorax) shows a malignant thyroid tumor (cancer).

The dark area around the trachea (marked by the white U-shaped tip of the respiratory

tube) is an area where normal tissue has been eroded and died (necrosis) as a result of

tumor growth.

Pulmonary nodule, solitary – CT scan

This CT scan shows a single lesion (pulmonary nodule) in the left lung. This nodule is

seen as the light circle in the upper portion of the dark area on the left side of the

picture. A normal lung would look completely black in a CT scan.

Page 10: pengkajian 1

Lung mass, right upper lobe – CT scan

This is a CT scan of the upper lungs. This individual has a mass in upper part of the

right lung (left side of picture).

f. Tes untuk evaluasi struktur anatomi yaitu dengan foto thorak, USG,

Fluoroscopy, CT Scan Bronchoscopy, MRI, Galium Scan, Alveolar lavage,

Endoscopy torakotomi, pulmonary angiography.

1) Photo thorak

Photo thorak memberikan informasi yang tidak dapat diketahui melalui pemeriksaan

fisik, dan sering mengilustrasikan kelainan respiratory. Hasil torak foto menunjukkan

struktur tulang. Columna vertebra terlihat vertical ditengah torak. Kedua

hemidiapragma normalnya tampak melingkar halus dan tajam. Hemidiapragma kanan

terlihat lebih tinggi dari pada kiri. Perbatasan antara lingkar iga dan diapragma

disebut sudut kostophrenic normalnya jelas kelihatan dan memiliki sudut. Jaringan

jantung padat dan jelas kelihatan putih tetapi intensitasnya tidak seputih struktur

tulang. Bayangan jantung normalnya memiliki batasan yang jelas dan umumnya

cenderung miring kekiri dari torak. Observasi lebih dekat menunjukan trackea berada

ditenga atas dada juga diatas tulang cervical dan thorakal, percabangan trachea berada

pada thoraxic ke 4 ke kanan dan ke kiri dan menjadi percabangan utama bronchus.

Pembuluh darah pulmoner, bronchi dan kelenjar limfe terletak pada hilum sisi kiri dan

kanan ditengah thorak. Jaringan paru tampak hitam pada foto hasil rontgent. Struktur

penmbuluh darah paru terlihat putih dan tipis. Tujuan thorax foto adalah mendeteksi

perubahan struktur anatomi jantung dan paru, mendeteksi adanya gangguan paru akut

akibat gangguan jantung, mendeteksi adanya efusi perikard serta melakukan evaluasi

letak kanul dan kateter yang terpasang.

Tanggung jawab perawat dalam pelaksanaan thorax foto yaitu menjelaskan prosedur

dan alasan pemeriksaan, penderit diposisikan untuk mengambil foto pd posisi tegak,

mendampingi pasien. Usahakan tidak ada yang meghalangi lempeng foto.

Prosedur:

- Tidak perlu pembatasan makanan dan cairan

- Foto dada PA dan lateral kiri untuk mengetahui kondisi dan ukuran jantung

- lepaskan perhiasan dileher, turunkan baju sampai ke pinggang dan pakaikan baji

Page 11: pengkajian 1

kertas/kain

- anjurkan posisi klien tegak dan menarik nafas dalam dan menahannya saat difoto.

Pneumothorax – chest X-ray

Pneumothorax occurs when air leaks from inside of the lung to the space between the

lung and the chest wall. The lung then collapses. The dark side of the chest (right side

of the picture) is filled with air that is outside of the lung tissue.

Tuberculosis, advanced – chest X-rays

Tuberculosis is an infectious disease that causes inflammation, the formation of

tubercules and other growths within tissue, and can cause tissue death. These chest X-

rays

show advanced pulmonary tuberculosis. There are multiple light areas (opacities) of

varying size that run together (coalesce). Arrows indicate the location of cavities

within

these light areas. The X-ray on the left clearly shows that the opacities are located in

the

upper area of the lungs toward the back. The appearance is typical for chronic

pulmonary

tuberculosis but may also occur with chronic pulmonary histiocytosis and chronic

pulmonary coccidioidomycosis. Pulmonary tuberculosis is making a comeback with

new

resistant strains that are difficult to treat. Pulmonary tuberculosis is the most common

form of the disease, but other organs can be infected

Lung cancer, frontal chest X-ray

A CXR in a patient with central cancer of the right lung. Notice the white mass in the

middle portion of the right lung (seen on the left side of the picture).

2) USG

USG digunakan untuk menegakan diagnosa di berbagai bagian tubuh. USG sangat

membantu dengan akurat dalam mendeteksi jumlah dan lokasi cairan pleura sebanyak

50 ml atau kurang. Dibandingkan dengan foto thorax yang dapat mendeteksi bila

cairan dipleura minimal 500 ml. jika teknik ini dikombinasikan dengan thoracentesis,

USG dapat menentukan lokasi terbaik untuk penususkan jarum ketempat cairan itu

Page 12: pengkajian 1

berada.

3) Fluoroscopy

Fluoroscopy digunakan unutk mengobserbvasi struktur

dalam. Flouroscopuy penggunaanya tidak rutin tetapi lebih sering

pada situasi yang membutuhkan obsrvasi thorak yang kontinu.

Kegunaan flouoroscopy yaitu : mengobservasi diafragma selama

inspirasi dan ekspirasi, mendeteksi pergerakan mediastinum saat

nafas dalam, mengkaji jantung, pembuluh darah dan struktur

terkait. Mengidentifikasi kelainan oesofagus dan adanya masa pada

mediastinum.

4) Brochoscopy

Bronchoscopy adalah pemeriksaan daerah brochial dengan

menggunakan bronchoscop. Bronchoscopy untuk pemeriksaan

diagnostik, pemeriksaan jaringan, evaluasi lanjut terhadap

pengangkatan tumor , pengambilan spesimen untuk diagnosis dan

evaluasi area perdarahan. Untuk tujuan therapeutik bronchoscopy

dilakukan untuk pengangkatan benda asing dari tubuh,

mengeluarkan sekret yang berlebihan, therapi atelektasis post

operatif dan pengangkatan lesi.

Prosedur

Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga untuk

mendap[atkan inform consent. Intruksikan pasien untuk puasa

enam jam sebelum melakukan bronchoscopy. Jelaskan pada pasien

bahwa setelah dilakukan prosedur akan timbul gejala sulit menelan

sementara. Anjurkan kepada pasien apabila menggunakan gigi

palsu, kontak lensa atau alat protesis lainnya agar dilepaskan.

Berikan pakaian atau gaun steril. Pemberian anastesi lokal dan

sedatif intara vena untuk menekan refleks batuk dan mengurangi

kecemasan. Anastesi lokal juga disemprotkan pada tenggorakan.

Selama prosedur klien diposisikan supine dengan kepala

hyperektensi. Perawat mengukur tanda-tanda vital kemudian

Page 13: pengkajian 1

menyakinkan pasien dan membantu dokter jika diperlukan.

Setelah prosedur tanda-tanda vital dimonitor. Kaji adanya

distress pernafasan meliputi dispne, perubahan respirasi rate,

penggunaan otot-otot pernafasan dan perubahan atau hilanggnya

gerak pernafasan. Sekret diinspeksi untuk melihat adanya

hemoptisis. Pasien dipuasakan hingga refleks batu dan menelan

klembali normal, bioasanya satu samapai dua jam. Sekali pasien

dapat menelan berikan air minum sedikit demi sedikit. Suara paru

dimonitor selama 24 jam. Adanya suara yang tidak simetris atau

abnormal supaya segera dilaporkan, karena pnemothorak dapat

muncul setelah bronchoscopy

5) Endoscopy thoracothomy

Endoscopy thorachotomy adalah prosedur diagnostik

sebagai alternatif untuk biopsy paru terbuka dan untuk melihat

gangguan permukaan pleura.

Sebelum dilakukan prosedur ini jelaskan kepada pasien

pentinmgnya dilakukan tinadakan tersebut utnuk memperoleh

inform consent. Endoscopy thoracothomy merupakan tindakan

4 1

pembedahan yang memerlukan anasthesi umum.. Jelaskan bahwa

akan terpasang chestube yang akan diperlukan untuk memfasilitasi

batuk dan nafas dalam.

Secara umum akan dibuat tiga incisi kecil pada dinding

dada pada bagian tengah, sebuah alat yang dilengkapi dengan

kamera dan video proyektor dimasukan pada incisi pertama untuk

melihat jaringan kemudian dilakukan manipulasi dan biopsi pada

oncisi yang lain. Sebuah alat seperti selang dimasukan untuk menin

gklatkan ekspansi paru. Keuntungan prosedur ini adalah anasthesi

dilakukan singkat, nyeri minimal, dan rawat inap sebentar.

6) Pulmonary Angiografi

Pulmonary angiografi adalah prosedur yang digunakan

untuk memeriksa struktur vaskularisasi secara spesifik. Prosedur

ini dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan kongenital pada

cabang vaskular paru, kelainan sirkulasi vena pulmonal, adanya

Page 14: pengkajian 1

kelainan pada arteri atau vena pulmonal (hypertensi arteri

pulmonal), destruksi akibat efek emfisema, melihat kemajuan dari

reseksi karsinoma bronkhogenik, adanya lesi periferal paru dan

adanya tromboemboli di paruy.

Prosedur dilakukan dengan menginjeksikan zat kontras ke

sistem vaskulkar paru melalui kateter. Selama dilakukan prosedur

ini kateter dapat dilakukan pada ateri perifer atau langsung ke arteri

pulmonal pada salah satau cabangnya. Pada saat zat kontras

diinjeksikan dilakukan pengambilan foto.

Setelah dilakukan prosedur ini maka daerah dimana

dimasukannya kateter baik pada arteri perifer maupun sentral

penting untuk dilakukan observasi untuk mengkaji adanya infeksi,

hematoma, atau reaksi lokal terhada zat kontras (peningkatan

distress pernafasan, hypotensi, stridor dan adanya reaksi

anafilaksis.

4 2

g. Thoracentesis

Tharacentesis adalah pengambilan atau udara yang ditemukan pada

rongga pleura, tindakan thorasentesis akan menghilangkan akumulasi

cairan atau udara pada pleural yang menyebabkan kompresi paru dan

distress pernafasan. Pemeriksaan diagnosis ini sangat diperlukan untuk

menentukan penyebab adanyta infeksi atau emphiema. Cairan

dikumpulkan dan dikirimkan kelaboratorium untuk diperiksa spesifik

grafitasinya, adanya glukosa, protein, PH, kultur, dan uji sensitifitas serta

sitologi. Pendokumentasian terhadap warna dan konsistensi dari cairan

pleura juga dilakukan.

Prosedur dilakukan dengan tetap membrikan informed consent dan

menjelaskan pentingnya tindakan ini ke pasien. Pasien dalam posisi sit

upright. Pada posisi ini cairtan pleura akan terakumulasi pada basis thorak.

Posisi selain ini adalah posisi recumbent diman lengan diletaka di bawah

kepala. Instruksikan pasien untuk memepertahankan posisinya selama

proisedur. Jarum dimasukan ke ronga pleura melewati poleura visceral

atau parenkhim paru selama prosedur ini monitir tanad vital, observasi

adanya dispnea, kesulitan bernafas, mual, atau nyeri

Page 15: pengkajian 1

Setelah prosedur ini berikan posisi berlawanan selama 1 jam untuk

memfasilitasi ekspansi paru. Pengkajian tanda-tanda vital, RR, karakter

dan bunyi nafas selalu dilakukan. Kaji adanya pneumothorak jika timbul

takhgipnea, dispnea, sianosis, retraksi atau hilangnya bunyi nafas. Cairan

yang diambil jumlahnya di catat. Foto thorak dilakukan untuk

mengevaluasi ekspansi paru atau untuk melihat adanya pneumothorak,

pada prosedur ini emphisema sub kutan dapat terjadsi karena udara pada

rongga pleura masuk ke jaringan sub kutan jaringan akan teraba seperti

kertas atau krepitus saat dipalpasi.

4 3

h. Biopsi spesimen dari biopsai dapat diambil dari babarapa jaringan organ

pernafasan untuk dipereksa. Biopsi pada struktur thorakobronkhial dapat

dilakukan selama bronkhoskopi, . Tujuan biopsi untuk melihat adanya

jaringan terhadap proses pathologi, struktur atau pengkajian sitilogi.

1) Biopsi Pleura

Dilakukan dengan tindakan pembedahan melalui insisi thorakotomi

atau selama thorakosentesis. Prosedur ini relatif aman, prosedur

diagnostik yang sederhana serta dapat menentukanb penyebab dari

efusi pleura. Cairan pleura dilakukan uji mikroskopik selular dan

kultur, jika ditemukan adanya bakteri maka perlu dilakukan biopsi

spesimen sebelum therapi. Pada prosedur ini pasien diberikan

penjelasan terkait dengan tujuan. Posisi pada biopsi sama dengan

thorakocentesis. Setelah prosedur ini dilakukan maka perlu dikaji

adanya injury nervus intercostal, pneumotorak dan haemotorak.

Komplikasi lain yang perlu dikaji meliputi adanya pucat, dispneu,

diaporesis dan adanya nyeri hebat. Prosedur inio biasanya diikuti foto

torak untuk melihat adanya hematorak yang diindikasikan adanya

peningkatan cairan pleura yang membutuhkan torakocentesis segera.

2) Biopsi paru

Biopsi paru dapat dilakukan bersamaan denga biopsi pleura

melalui tindakan pembedahan dengan atau tanpa endoskopi

menggunakan jarum yang didisain untuk mengambil jaringan paru.

Jaringan diperikssa untuk menemukan adanya kelainan struktur seluler

paru dan bakteri. Tindakan ini paling sering dilakukan untuk

Page 16: pengkajian 1

mengidentifikasi adanya tumor paru atau perubahan parenchim paru

(Sarcoidosis)

4 4

i. Sputum

Obsevasi jumlah dan jenis sputum (purulen, mukoid, atau

mukopurulen). Volume sputum yang besar dan purulen (kuning atau hijau

) menunjukkkan kemungkinan bronkiektasis. Sekresi yang berbusa dan

merah muda dari trachea menunjukan adanya edema paru. Sputum yang

berwarna gelap dan berbau busuk menunjukkan adanya abses paru dengan

organisme anaerobik. Sejumlah kecil sputum purulen seringkali disertai

darah (hemoptisis) menunjukkan kemungkinan pneumonia lobaris.

Hemoptisis (batuk darah) dapat merupakan penyakit paru yang gawat dan

harus selalu diselidiki. Paling baik adalah berdasarkan penilaian pasien

mengenai rasa dari sputumnya, yang berbau busuk pada keadaan seperti

bronkiektasis atau abses paru.

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk mengetahui adanya bakteri,

jamur, atau adanya sel yang dapat menentukan therapy untuk mengatasi

infeksi tersebut. Pemeriksaan sputum meliputi warna, jumlah dan kwalitas,

adanya darah, partikel makanan atau unsur yang tidak biasa ada dalam

sputum.Pemeriksaan sputum sebaiknya dilakukan sebulum mendapatkan

therapy antibiotik . Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui jenis bakteri

serta pemeriksaan sitologi. Pemeriksaa sputum sebaiknya dilakukan pada

pagi hari karena sputum mengalami konsentrasi dalam satu hari. Sputum

diperiksa untuk menentukan jenis bakteri, kultur bakteri dan uji

sensitifitas. Jenis bakteri negative atau positif akan menentukan jenis

antibiotika yang sesuai.

4 5

III. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien dengan gangguan

system pernafasan yaitu :

1. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuan

pengeluaran sekret, akumulasi sekret, sekresi sekret yang berlebihan,

trauma dada, tindakkan pembedahan, nyeri dan edema. Ditandai dengan :

Page 17: pengkajian 1

sesak, abnormal AGD, gaurgling, stridor, ronchi, wheezing batuk tidak

produktif.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan

perfusi ventilasi. Penurunan fungsi paru, perubahan hasil AGD. Ditandai

dengan dyspneu, Pigeon chest, hiperventilasi atau hipoventilasi, adanya

PCH, rales, stridor, sianosis, retraksi intercosta, abnormal AGD,

hipoksemia, perkusi paru dullness/tympani/ hipersonor, pergerakan

difragma tidak simetris, penurunan kesadaran, frekuensi nafas meningkat

atau menurun.

3. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan tidak adequatnya

ventilasi dan oksigenasi jaringan, nyeri, gangguan neuromuscular,

penyakit paru kronik. Ditandai dengan : sesak, hipoventilasi, adanya

trauma dada, pernafasan abdominal, pursed lips breathing,

frekuensi/kedalaman nafas abnormal, wheezing, ronkhi.

4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan nyeri, kelelahan, tidak adequatnya

oksigenasi.

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan pengeluaran sputum

berlebihan, batuk terus menerus, penyakit paru kronik, mual dan muntah.

6. Perubahan membrane mukosa mulut berhubungan dengan bernafas

melalui mulut, pemasangan intubasi, penyakit dan status koma.

7. Cemas berhubungan dengan kongesti paru, penyakit paru kronik, sesak

dan nyeri

8. Nyeri berhubungan degan proses inflamasi, penyakit paru akut atau

pleuritis, pneumonia, dan status terminal atau kanker.

9. Syndroma deficit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan, hipoksia,

penurunan kesadaran, penyakit paru kronik dan kerusakan pertukaran gas.

10. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.