9
PENGGUNAAN OXYGEN SCAVENGER DAN AMINE CORROSION INHIBITOR SEBAGAI ZAT ADITIF AIR LAUT PADA KEGIATAN HYDROSTATIC TEST Oleh : Tim Enjiniring Proyek Restorasi Tanki Unit 31 Pertamina RU IV Cilacap I. PENDAHULUAN Pada tanggal 02 April 2011, PT. Pertamina RU IV Cilacap mengalami musibah kebakaran hebat dan menghanguskan empat tangki di unit 31. Tangki-tangki tersebut berisi HOMC (High Octane Mogas Component), suatu bahan yang digunakan sebagai campuran untuk meningkatkan nilai oktan pada bensin. Karena keberadaan tangki unit 31 yang hangus terbakar tersebut dianggap sangat penting untuk menjaga pasokan bensin, PT. Pertamina RU IV Cilacap mengadakan proyek “Restorasi Tangki Unit 31 di Kilang PT. Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap”. Partisipasi PT. Wijaya Karya dalam proyek ini adalah sebagai Main Contractor yang bertanggung jawab atas pekerjaan sipil, piping, elektrikal dan instrumentasi. Untuk pekerjaan mekanikal tangki, PT. Wijaya Karya bekerja sama dengan PT. Winteco Indonesia sebagai sub-kontraktor. Proyek “Restorasi Tangki Unit 31 di Kilang PT. Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap” ini dilaksanakan dalam waktu 480 hari kalender. Jumlah tangki yang akan dibangun dalam proyek ini adalah empat buah, yaitu tangki 31T-1, 31T-2, 31T-3 dan 31T-7. Tangki 31T-1, 31T-2 dan 31T-3 adalah tangki dengan ukuran yang sama, dengan diameter 29300 mm dengan total tinggi shell adalah 22036 mm dan berkapasitas 13785 m 3 . Tangki 31T-7 memiliki diameter 34200 mm dengan total tinggi shell adalah 22036 mm dan berkapasitas 18781 m 3 . Keempat tangki tersebut merupakan tangki dome roof yang dilengkapi dengan internal floating roof. Shell tangki terbuat dari bahan carbon steel A283 gr. C sedangkan internal floating roof terbuat dari bahan aluminium. II. LATAR BELAKANG Sebagai salah satu syarat penyelesaian proyek, sebelum dioperasikan tangki yang telah dibangun harus melalui tahapan hydrostatic test. Hydrostatic test adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengetes adanya kebocoran pada shell tangki serta untuk mengecek settlement pondasi tangki. Hydrostatic test dilakukan dengan cara mengisi tangki pada level ¼, ½, dan ¾ volume tangki menggunakan air. Pada masing-masing level pengisian diberikan holding time selama

Penggunaan Oxygen Scavenger Dan Amine Corrosion

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Oxygen scavenger

Citation preview

  • PENGGUNAAN OXYGEN SCAVENGER DAN AMINE CORROSION

    INHIBITOR SEBAGAI ZAT ADITIF AIR LAUT PADA KEGIATAN

    HYDROSTATIC TEST Oleh :

    Tim Enjiniring Proyek Restorasi Tanki Unit 31 Pertamina RU IV Cilacap

    I. PENDAHULUAN

    Pada tanggal 02 April 2011, PT. Pertamina RU IV Cilacap mengalami musibah

    kebakaran hebat dan menghanguskan empat tangki di unit 31. Tangki-tangki tersebut berisi

    HOMC (High Octane Mogas Component), suatu bahan yang digunakan sebagai campuran

    untuk meningkatkan nilai oktan pada bensin. Karena keberadaan tangki unit 31 yang hangus

    terbakar tersebut dianggap sangat penting untuk menjaga pasokan bensin, PT. Pertamina RU

    IV Cilacap mengadakan proyek Restorasi Tangki Unit 31 di Kilang PT. Pertamina (Persero)

    RU-IV Cilacap. Partisipasi PT. Wijaya Karya dalam proyek ini adalah sebagai Main

    Contractor yang bertanggung jawab atas pekerjaan sipil, piping, elektrikal dan instrumentasi.

    Untuk pekerjaan mekanikal tangki, PT. Wijaya Karya bekerja sama dengan PT. Winteco

    Indonesia sebagai sub-kontraktor.

    Proyek Restorasi Tangki Unit 31 di Kilang PT. Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

    ini dilaksanakan dalam waktu 480 hari kalender. Jumlah tangki yang akan dibangun dalam

    proyek ini adalah empat buah, yaitu tangki 31T-1, 31T-2, 31T-3 dan 31T-7. Tangki 31T-1,

    31T-2 dan 31T-3 adalah tangki dengan ukuran yang sama, dengan diameter 29300 mm

    dengan total tinggi shell adalah 22036 mm dan berkapasitas 13785 m3. Tangki 31T-7

    memiliki diameter 34200 mm dengan total tinggi shell adalah 22036 mm dan berkapasitas

    18781 m3. Keempat tangki tersebut merupakan tangki dome roof yang dilengkapi dengan

    internal floating roof. Shell tangki terbuat dari bahan carbon steel A283 gr. C sedangkan

    internal floating roof terbuat dari bahan aluminium.

    II. LATAR BELAKANG

    Sebagai salah satu syarat penyelesaian proyek, sebelum dioperasikan tangki yang

    telah dibangun harus melalui tahapan hydrostatic test. Hydrostatic test adalah salah satu

    metode yang digunakan untuk mengetes adanya kebocoran pada shell tangki serta untuk

    mengecek settlement pondasi tangki.

    Hydrostatic test dilakukan dengan cara mengisi tangki pada level , , dan volume

    tangki menggunakan air. Pada masing-masing level pengisian diberikan holding time selama

  • 12 jam untuk memastikan apakah terjadi kebocoran serta untuk mengecek settlement pondasi

    tangki.

    Jenis air yang dapat digunakan untuk hydrostatic test adalah air tawar (air PDAM) maupun

    air laut. Baik air tawar maupun air laut akan berisiko menyebabkan korosi pada tangki. Maka

    dari itu dibutuhkan adanya suatu metode untuk mencegah terjadinya korosi pada tangki.

    III. TUJUAN

    Adapun tujuan pembuatan makalah Knowledge Management ini antara lain :

    1. Mencari suatu metode untuk mencegah terjadinya korosi pada tangki akibat kegiatan

    hydrostatic test

    2. Mampu menghasilkan solusi yang dapat menghemat biaya, mutu dan waktu

    IV. PEMBAHASAN

    Korosi terjadi akibat adanya reaksi reduksi oksidasi yang terjadi antara anode dan

    katode. Berikut dibawah ini adalah penjabaran terjadinya reaksi korosi :

    Besi akan berperan sebagai anode dan akan mengalami oksidasi sesuai reaksi berikut : Fe(s) Fe2+(aq) + 2e

    Elektron yang dibebaskan dalam oksidasi akan bereaksi dengan ion H+ yang berasal dari air serta juga bereaksi dengan oksigen menurut reaksi berikut:

    4e- + 4H+(aq) + O2(aq) 2H2O(l)

    Ion Fe2+ akan bereaksi dengan ion OH- yang berasal dari air menurut reaksi sebagai berikut : Fe2+(aq) + 2OH-(aq) Fe(OH)2(s)

    Fe(OH)2 adalah karat yang berwarna hijau

    Ion Fe2+ juga akan bereaksi dengan ion H+ dan oksigen menurut reaksi sebagai berikut : 4Fe2+(aq) + 4H+(aq) + O2(aq) 4Fe3+(aq) + 2H2O(l)

    Ion Fe3+ selanjutnya akan bereaksi dengan ion OH- menurut reaksi sebagai berikut : Fe3+(aq) + 3OH-(aq) Fe(OH)3(s)

    Fe(OH)3 secara perlahan akan terdehidrasi menjadi Fe2O3.xH2O yang selama ini kita

    kenal sebagai karat

    Dari penjabaran reaksi di atas dapat diketahui bahwa penyebab utama korosi adalah karena

    adanya kontak antara logam, air dan oksigen yang terlarut dalam air. Penggunaan air tawar

    (air PDAM) maupun air laut akan memiliki risiko yang sama untuk menimbulkan korosi,

    namun memang kandungan garam pada air laut akan mempercepat ionisasi sehingga reaksi-

    reaksi yang dijelaskan di atas akan berlangsung lebih cepat.

  • Berikut di bawah ini adalah tabel kelebihan dan kekurangan antara penggunaan air

    tawar (air PDAM) dengan air laut.

    Tabel 1. Perbandingan kelebihan dan kekurangan antara air tawar dan air laut

    Jenis air Kelebihan Kekurangan

    Air tawar (air PDAM)

    Kandungan garam sangat rendah

    Harga air PDAM per m3 untuk industri cukup tinggi

    Debit air PDAM yang rendah sehingga membutuhkan waktu

    pengisian yang lama

    Hanya bisa melakukan pengisian pada malam hari

    karena apabila dilakukan pada

    siang hari dapat mengganggu

    supply air PDAM ke warga

    Membutuhkan suatu aditif untuk mencegah terjadinya

    korosi

    Air laut

    Dapat digunakan secara gratis dan mudah didapat

    Debit air lebih tinggi karena menggunakan air laut yang

    berasal dari hydrant area 31

    sehingga mempercepat

    proses pengisian

    Pengisian dapat dilakukan siang dan malam tanpa takut

    mengganggu supply air ke

    warga

    Kandungan garam yang tinggi mempercepat laju korosi

    Membutuhkan suatu aditif untuk mencegah terjadinya

    korosi

    Dari tabel perbandingan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan air laut

    memiliki lebih banyak kelebihan daripada penggunaan air tawar (air PDAM). Maka dari itu,

    untuk kegiatan hydrostatic test pada proyek ini akan menggunakan air laut.

  • Menurut NACE International, suatu organisasi professional yang bergerak di bidang

    pengendalian korosi, ada empat cara yang dapat ditempuh untuk mencegah terjadinya korosi,

    yaitu :

    1. Mengubah potensial logam ke titik dimana korosi terhenti, salah satu metodenya

    adalah menggunakan cathodic protection.

    2. Menghambat terjadinya korosi elektrokimia dengan meminimalisasi kandungan

    oksigen terlarut dalam air, salah satu metodenya adalah menggunakan oxygen

    scavenger

    3. Dengan menciptakan suatu lapisan pada logam sehingga akan menghambat laju

    korosi, salah satu metodenya adalah menggunakan corrosion inhibitor

    4. Mengubah pH lingkungan dengan menambahkan zat kimia

    Dari keempat metode pencegahan korosi di atas, metode yang dapat diaplikasikan untuk

    kegiatan hydrostatic test hanya dua, yaitu menggunakan oxygen scavenger dan corrosion

    inhibitor.

    Cathodic protection tidak mungkin digunakan dalam kegiatan hydrostatic test karena

    dapat mengubah dan mempengaruhi struktur tangki akibat pemasangan cathodic protection

    pada tangki, selain itu cathodic protection juga dimaksudkan untuk proteksi terhadap korosi

    untuk jangka panjang sehingga sangat tidak ekonomis apabila digunakan hanya untuk

    kegiatan hydrostatic test.

    Mengubah pH air laut dengan menambahkan zat kimia akan menyebabkan air

    buangan setelah kegiatan hydrostatic test tersebut menjadi tidak ramah lingkungan dan

    berbahaya bagi biota laut.

    Oxygen scavenger adalah suatu zat kimia yang ditambahkan ke dalam air untuk

    menurunkan kandungan oksigen yang terlarut dalam air. Dengan menurunnya kandungan

    oksigen terlarut dalam air diharapkan dapat mencegah terjadinya korosi. Oxygen scavenger

    yang akan digunakan dalam proyek ini adalah natrium bisulfit (NaHSO3). Natrium bisulfit

    akan bereaksi dengan oksigen menurut reaksi sebagai berikut :

    2 NaHSO3 + O2 2 NaHSO4 Dari studi beberapa literatur diketahui bahwa natrium bisulfit memiliki kemampuan

    yang baik sebagai oxygen scavenger dibandingkan beberapa zat kimia lainnya. Berikut di

    bawah ini adalah beberapa gambar cuplikan dari beberapa literatur yang menunjukkan bahwa

    natrium bisulfit dapat diandalkan sebagai oxygen scavenger agent :

  • Gambar 1. Perbandingan Kemampuan Beberapa Oxygen Scavenger

    Gambar 2. Perbandingan Kemampuan Beberapa Oxygen Scavenger pada 70 F dan pH 11

  • Gambar 3. Perbandingan Kemampuan Beberapa Oxygen Scavenger pada 70 F dan pH 8,5

    Corrosion inhibitor adalah suatu zat yang dapat menghambat laju korosi dengan cara membentuk suatu film pada permukaan metal. Salah satu jenis zat kimia yang baik digunakan

    sebagai corrosion inhibitor adalah imidazoline. Imidazoline akan membentuk lapisan film

    amine yang terjadi akibat fenomena adsorpsi pada metal dan film tersebut akan mampu

    menahan korosi elektrokimia. Selain itu imidazoline juga akan membentuk suatu metal pasif

    yang berupa magnetite structure (Fe3O4). Magnetite structure (Fe3O4) tersebut merupakan

    suatu struktur yang kuat dan akan melapisi permukaan metal dari reaksi elektrokimia korosi.

  • Kombinasi penggunaan metode oxygen scavenger dan corrosion inhibitor merupakan

    suatu kombinasi yang baik dalam perlindungan metal terhadap karat, bahkan ketika fluida

    yang digunakan adalah air laut. Dengan penambahan kedua zat aditif tersebut, kandungan

    garam dalam air laut tidak akan berpengaruh terhadap laju korosi karena kadar oksigen yang

    terlarut dalam air laut akan diturunkan hingga serendah mungkin serta besi yang dalam reaksi

    elektrokimia berperan sebagai anode akan dilindungi oleh film amine dan magnetite structure

    (Fe3O4) sehingga tidak akan terjadi oksidasi.

    Menurut studi literatur, penggunaan natrium bisulfit sebagai oxygen scavenger

    maupun imidazoline sebagai corrosion inhibitor terbukti aman bagi lingkungan. Kedua bahan

    tersebut di atas juga bukan merupakan zat yang bersifat karsinogen (dapat menyebabkan

    penyakit kanker). Meskipun demikian, penggunaaan natrium bisulfit sebagai oxygen

    scavenger maupun imidazoline sebagai corrosion inhibitor harus dilakukan oleh pihak yang

    berwenang dan berkompeten agar hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan maksimal

    serta proses pembuangan zat aditif tersebut ke lingkungan harus dilakukan oleh pihak yang

    berkompeten dan disaksikan juga oleh LSM lingkungan.

    V. METODE KERJA

    Air laut yang akan digunakan dalam kegiatan hydrostatic test adalah air laut yang

    berasal dari line hydrant di area 31 Pertamina RU IV Cilacap. Natrium bisulfit dan

    imidazoline akan ditempatkan dalam tangki penampung. Kemudian dari tangki penampung,

    natrium bisulfit dan imidazoline akan diinjeksikan ke line hydrant area 31 dengan

    menggunakan dosing pump. Air laut yang sudah ditambahkan kedua zat aditif tersebut

    kemudian dialirkan ke dalam tangki. Secara berkala, air laut yang telah diisikan ke dalam

    tangki akan diambil sampel untuk dilakukan pengujian terhadap kadar oksigen terlarut dalam

    air laut. Apabila kadar oksigen diketahui masih cukup tinggi, maka dosis penggunaan oxygen

    scavenger akan ditingkatkan. PFD proses injeksi oxygen scavenger maupun corrosion

    inhibitor terlampir pada halaman selanjutnya.

  • Gambar 4. PFD Injeksi Oxygen Scavenger dan Corrosion Inhibitor

  • VI. KESIMPULAN

    1. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk pencegahan korosi pada kegiatan

    hydrostatic test pada Proyek Restorasi Tanki Unit 31 Pertamina RU IV Cilacap, yaitu

    dengan menggunakan oxygen scavenger dan penggunaan corrosion inhibitor

    2. Penyebab utama terjadinya korosi adalah adanya air dan oksigen yang bereaksi

    dengan besi

    3. Oxygen scavenger akan menurunkan kadar oksigen dalam air, dimana oksigen

    merupakan salah satu penyebab utama terjadinya korosi

    4. Corrosion inhibitor akan membentuk suatu film amine dan magnetite structure pada

    metal dan akan melindungi metal terhadap oksidasi

    5. Air yang akan digunakan dalam kegiatan hydrostatic test pada Proyek Restorasi Tanki

    Unit 31 Pertamina RU IV Cilacap adalah air laut yang berasal dari line hydrant area

    31. Penggunaan air laut dipertimbangkan karena dapat menghemat biaya karena gratis

    serta memiliki debit yang kencang serta dapat digunakan siang dan malam sehingga

    dapat menghemat waktu pengisian. Selain itu penggunaan air laut tidak akan

    mengganggu supply air ke warga sekitar.

    6. Penggunaan air tawar (air PDAM) sangat tidak ekonomis karena biaya per m3 untuk

    industry cukup tinggi. Debit air PDAM relatif kecil dan hanya dapat digunakan ketika

    malam hari agar tidak mengganggu supply air ke warga. Selain itu penggunaan zat

    aditif untuk pencegahan korosi juga tetap diperlukan meskpun menggunakan air tawar

    karena penyebab utama korosi bukanlah kandungan garam, melainkan adanya air dan

    oksigen yang bereaksi dengan besi

    VII. PENUTUP

    Konsep yang disajikan dalam makalah Knowledge Management ini berawal dari

    pemikiran yang sangat sederhana dan hasilnya juga masih jauh dari kesempurnaan. Namun

    demikian, kami berharap bahwa apa yang kami sampaikan dalam makalah ini dapat

    memberikan suatu nilai tambah di dalam Proyek Restorasi Tanki Unit 31 Pertamina RU IV

    Cilacap, dapat menjadi inspirasi bagi rekan-rekan di proyek WIKA yang lain serta dapat

    mengimplementasikan nilai-nilai WIKA, terutama nilai Inovasi di dalam setiap penyelesaian

    tugas.