14
283 TOTOBUANG Volume 8 Nomor 2, Desember 2020 Halaman 283295 PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA PAPAN NAMA TOKO, PERUMAHAN, DAN HOTEL DI KOTA AMBON (Indonesia Language Application in Stores Signboard, Clusters Area Signboard, and Hotels Signboard in Ambon City) Nita Handayani Hasan Kantor Bahasa Maluku Kompleks Perkantoran LPMP Maluku, Wailela, Ambon. Posel: [email protected] Diterima: 10 September 2020; Direvisi: 20 Oktober 2020; Disetujui: 27 Oktober 2020 doi: https://doi.org/10.26499/ttbng.v8i2.248 Abstract The phenomenon of foreign languages application in public space is more endanger. There is an assumption that application of foreign language in stores signboard, clusters area signboard, and hotels signboard has more valuable than application of Indonesian language. That assumption causing Indonesian language become not popular. In fact, this assumption is not entirely correct. There are some stores, clusters area, and hotels which using Indonesian language still have high selling. This research will discuss about language situation in Ambon City, especially in stores signboard, clusters area signboard, and hotels signboard; and the applications of Indonesian language grammar in stores signboard, clusters area signboard, and hotels signboard. This study aims to find out level of compliance business owner in applications of Indonesian language grammar, especially in Ambon City. It is a qualitative description research. Researcher using data sample of stores signboard, clusters area signboard, and hotels signboard to analyze the structure of phrase. The conclusions of this research are most of stores signboard, clusters area signboard, and hotels signboard choosing foreign vocabulary than Indonesian vocabulary. The phrase pattern which using in stores signboard, clusters area signboard, and hotels signboard is M D. The M D is English phrases pattern. Keywords: Phrase pattern, signboard, Ambon City Abstrak Fenomena penggunaan bahasa asing pada ruang publik semakin memprihatinkan. Penggunaan bahasa asing dalam penamaan toko, perumahan, dan hotel seolah-olah memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan menggunakan kosakata bahasa Indonesia. Adanya anggapan tersebut semakin membuat bahasa Indonesia semakin tersisihkan. Padahal, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Masih banyak nama toko, perumahan, dan hotel yang memiliki nilai jual yang tinggi walaupun menggunakan kosakata bahasa Indonesia. permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah kondisi penggunaan bahasa pada papan nama toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon; dan bagaimana penerapan kaidah kebahasaan pada papan nama toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon. Tujuan diadakan penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat ketaatan penerapan kaidah bahasa Indonesia oleh pemilik usaha di Kota Ambon. Metode yang digunakan yaitu deskriptif analisis. Peneliti menggunakan sampel nama-nama toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon untuk dianalisis struktur frasanya. Simpulan yang diperoleh yaitu mayoritas penamaan toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon lebih memilih menggunakan kosakata bahasa asing dibandingkan kosakata bahasa Indonesia. Pola frasa yang digunakan pada penamaan toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon yaitu M D. Pola M D merupakan pola frasa bahasa Inggris. Kata-kata kunci: pola farasa, papan nama, Kota Ambon PENDAHULUAN Pemartabatan bahasa negara di ruang publik harus terus-menerus digalakkan. Hal tersebut disebabkan oleh makin maraknya penggunaan bahasa asing di ruang publik. Banyak pemilik usaha yang lebih suka menamakan usahanya dengan kosakata bahasa asing, dari pada menggunakan kosakata bahasa Indonesia. Fenomena tersebut janganlah dianggap remeh. Rasa

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA PAPAN NAMA TOKO

  • Upload
    others

  • View
    35

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA PAPAN NAMA TOKO

283

TOTOBUANG

Volume 8 Nomor 2, Desember 2020 Halaman 283—295

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA PAPAN NAMA TOKO,

PERUMAHAN, DAN HOTEL DI KOTA AMBON

(Indonesia Language Application in Stores Signboard, Clusters Area Signboard, and

Hotels Signboard in Ambon City)

Nita Handayani Hasan

Kantor Bahasa Maluku

Kompleks Perkantoran LPMP Maluku, Wailela, Ambon.

Posel: [email protected]

Diterima: 10 September 2020; Direvisi: 20 Oktober 2020; Disetujui: 27 Oktober 2020

doi: https://doi.org/10.26499/ttbng.v8i2.248

Abstract

The phenomenon of foreign languages application in public space is more endanger. There is an

assumption that application of foreign language in stores signboard, clusters area signboard, and hotels

signboard has more valuable than application of Indonesian language. That assumption causing Indonesian

language become not popular. In fact, this assumption is not entirely correct. There are some stores, clusters

area, and hotels which using Indonesian language still have high selling. This research will discuss about

language situation in Ambon City, especially in stores signboard, clusters area signboard, and hotels signboard;

and the applications of Indonesian language grammar in stores signboard, clusters area signboard, and hotels

signboard. This study aims to find out level of compliance business owner in applications of Indonesian

language grammar, especially in Ambon City. It is a qualitative description research. Researcher using data

sample of stores signboard, clusters area signboard, and hotels signboard to analyze the structure of phrase.

The conclusions of this research are most of stores signboard, clusters area signboard, and hotels signboard

choosing foreign vocabulary than Indonesian vocabulary. The phrase pattern which using in stores signboard,

clusters area signboard, and hotels signboard is M – D. The M – D is English phrases pattern.

Keywords: Phrase pattern, signboard, Ambon City

Abstrak

Fenomena penggunaan bahasa asing pada ruang publik semakin memprihatinkan. Penggunaan bahasa

asing dalam penamaan toko, perumahan, dan hotel seolah-olah memiliki nilai jual yang lebih tinggi

dibandingkan menggunakan kosakata bahasa Indonesia. Adanya anggapan tersebut semakin membuat bahasa

Indonesia semakin tersisihkan. Padahal, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Masih banyak nama toko,

perumahan, dan hotel yang memiliki nilai jual yang tinggi walaupun menggunakan kosakata bahasa Indonesia.

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah kondisi penggunaan bahasa pada papan

nama toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon; dan bagaimana penerapan kaidah kebahasaan pada papan

nama toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon. Tujuan diadakan penelitian ini yaitu untuk mengetahui

tingkat ketaatan penerapan kaidah bahasa Indonesia oleh pemilik usaha di Kota Ambon. Metode yang

digunakan yaitu deskriptif analisis. Peneliti menggunakan sampel nama-nama toko, perumahan, dan hotel di

Kota Ambon untuk dianalisis struktur frasanya. Simpulan yang diperoleh yaitu mayoritas penamaan toko,

perumahan, dan hotel di Kota Ambon lebih memilih menggunakan kosakata bahasa asing dibandingkan

kosakata bahasa Indonesia. Pola frasa yang digunakan pada penamaan toko, perumahan, dan hotel di Kota

Ambon yaitu M – D. Pola M – D merupakan pola frasa bahasa Inggris.

Kata-kata kunci: pola farasa, papan nama, Kota Ambon

PENDAHULUAN

Pemartabatan bahasa negara di ruang

publik harus terus-menerus digalakkan. Hal

tersebut disebabkan oleh makin maraknya

penggunaan bahasa asing di ruang publik.

Banyak pemilik usaha yang lebih suka

menamakan usahanya dengan kosakata

bahasa asing, dari pada menggunakan

kosakata bahasa Indonesia. Fenomena

tersebut janganlah dianggap remeh. Rasa

Page 2: PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA PAPAN NAMA TOKO

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 283—295

284

tidak percaya diri pada penggunaan bahasa

negara harus ditanggapi secara serius. Jika

hal tersebut tidak dilakukan, maka bangsa

Indonesia dapat kehilangan jati dirinya.

Keberadaan bahasa Indonesia sebagai

bahasa pemersatu bangsa harus disyukuri.

Bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai

macam suku bangsa dan bahasa telah

dipersatukan oleh bahasa Indonesia.

Sebelum bangsa Indonesia lahir, bahasa

Indonesia telah ada terlebih dahulu. Rasa

memiliki satu bahasa menjadikan suku-suku

bangsa di Indonesia merasa saling

terhubung sehingga merasa memiliki satu

dan lainnya. Rasa tersebut yang mendorong

semangat nasionalisme hingga lahirlah

bangsa Indonesia.

Bahasa Indonesia merupakan berkah

yang diberikan oleh Tuhan yang maha

kuasa kepada bangsa Indonesia. Jika

dibandingkan dengan negara Malaysia,

India, dan Filipina, bangsa Indonesia

sangatlah beruntung. Hal tersebut

disebabkan bahasa Indonesia telah ada jauh

sebelum masa kemerdekaan. Negara

Malaysia memang telah memiliki bahasa

Melayu sebagai bahasa nasional, tetapi

masyarakatnya lebih sering menggunakan

bahasa Inggris atau bahasa China

(Suhendar, 1997, p. 125). Contoh lain yaitu

bahasa nasional di negara India. Sejak

merdeka di tahun 1947, India masih

berusaha menetapkan satu bahasa sebagai

bahasa nasional. Pada awalnya, pemerintah

India mengajukan bahasa Urdu (bahasa

Hindi) sebagai bahasa nasional kepada

pihak parlemen. Namun, sebagian rakyat

tidak setuju dengan gagasan tersebut.

Sebagian rakyat tersebut malah mengajukan

bahasa daerah masing-masing sebagai

bahasa nasional. Hal tersebut membuat

pihak parlemen menjadi bingung. Agar

dapat berkomunikasi antar masyarakat,

negara India masih menggunakan bahasa

Inggris sebagai bahasa nasional (Zaenal,

dkk. 2017, p.98).

Setelah masa kemerdekaan, keberadaan

bahasa Indonesia kembali diuji. Keberadaan

bahasa Inggris, sebagai bahasa

Internasional, mulai memengaruhi

penggunaan bahasa Indonesia. Maraknya

penggunaan bahasa asing di ruang publik

merupakan contoh nyata. Penggunaan

bahasa asing di ruang publik harus

ditanggapi serius. Jika tidak, keberadaan

bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan

dapat runtuh sehingga dapat memengaruhi

kedaulatan negara.

Selain sebagai bahasa pemersatu,

bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai

bahasa negara. Hal tersebut terlihat jelas

pada pasal 36 UUD 1945. Fungsi bahasa

Indonesia sebagai bahasa negara mencakup

beberapa hal, yaitu sebagai bahasa resmi

kenegaraan; bahasa pengantar dalam dunia

pendidikan; alat penghubung dalam hal

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan

pada tingkat nasional; dan alat

pengembangan kebudayaan, ilmu

pengetahunan, dan teknologi.

Pemanfaatan bahasa Indonesia di ruang

publik merupakan salah satu bentuk

implementasi fungsi bahasa negara sebagai

alat penghubung dalam hal perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan pada tingkat

nasional. Bahasa ruang publik merupakan

alat penghubung yang efektif bagi siapa

saja, baik antara masyarakat dan

pemerintah, penghubung antarsuku, juga

sebagai penghubung dalam masyarakat

yang memiliki kesamaan latar belakang

sosial budaya dan bahasa (Arifin, 2006).

Kota Ambon merupakan pusat

perdagangan, pendidikan, dan pariwisata di

Provinsi Maluku. Masyarakat yang

bertempat tinggal di kabupaten-kabupaten

di Provinsi Maluku pergi ke Kota Ambon

untuk menjual hasil bumi. Harga

kebutuhan pokok yang dijual di Kota

Ambon biasanya lebih memiliki nilai

ekonomis. Hal tersebut menyebabkan

banyak petani yang datang ke Kota Ambon

untuk menjual hasil pertanian mereka.

Pedagang-pedagang yang berasal dari

kabupaten-kabupaten di Provinsi Maluku

Page 3: PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA PAPAN NAMA TOKO

Penggunaan Bahasa Indonesia pada Papan …. (Nita Handayani Hasan)

285

juga pergi ke Kota Ambon untuk membeli

barang-barang kebutuhan usaha.

Sebagai pusat pemerintahan, Kota

Ambon juga memiliki fasilitas pendidikan

yang lengkap. Bagi sebagian besar pelajar

yang berasal dari kabupaten-kabupaten,

Kota Ambon menjadi tempat untuk

melajutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi (universitas).

Sektor pariwisata juga semakin

berkembang. Banyak wisatawan domestik

dan luar negeri datang untuk menikmati

keindahan Kota Ambon. Oleh karena itu,

usaha perhotelan semakin marajalela

sehingga banyak hotel dibangun di Kota

Ambon.

Tingkat kepadatan yang semakin tinggi

di pemukiman lama menjadikan pemerintah

Kota Ambon menerima pembangun swasta

untuk membangun perumahan-perumahan

baru. Perumahan-perumahan baru tersebut

sangat diminati oleh masyarakat Kota

Ambon. Sayang, perumahan-perumahan

baru tersebut banyak menggunakan

kosakata bahasa asing.

Pembangunan hotel, perumahan, dan

pusat-pusat perbelanjaan baru di Kota

Ambon menunjukkan bahwa Kota Ambon

mulai dilirik sebagai tempat untuk

berinvestasi. Hal tersebut searah dengan

laporan pertumbuhan dan kontribusi sektor

ekonomi di Kota Ambon (Bank, 2010).

Pada laporan tersebut terlihat bahwa sektor

perdagangan, hotel, dan restoran merupakan

sektor utama dalam meningkatkan

perekonomian masyarakat.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi

pada sektor perdagangan, hotel, dan

restoran menyisakan masalah baru. Pusat-

pusat perbelanjaan, hotel, dan restoran-

restoran yang baru dibangun, lebih memilih

menggunakan kosakata bahasa asing,

dibandingkan kosakata bahasa Indonesia.

Hal tersebut harus menjadi perhatian khusus

bagi pemerintah daerah agar ruang-ruang

publik di Kota Ambon nantinya tidak

dipenuhi dengan tulisan-tulisan bahasa

asing, seperti yang terjadi di kota-kota besar

saat ini.

Penelitian terdahulu yang digunakan

sebagai rujukan pada penelitian ini yaitu

pelitian mengenai pemakaian bahasa

Indonesia pada ruang publik di Kota

Suarakarta (Dasuki, 2015). Penelitian

tersebut mambahas penggunaan kaidah

pada ruang publik di Kota Surakarta. Data

yang digunakan yaitu tempat-tempat usaha

di Kota Surakarta. Hasil dari penelitian

tersebut yaitu para pengusaha di Kota

Surakarta belum memperhatikan kaidah

bahasa dalam penamaan usahanya. Selain

itu, diharapkan ada perhatian khusus dari

pemerintah daerah dan pihak universitas

dalam memartabatkan bahasa negara di

ruang publik.

Penelitian terdahulu berikutnya yaitu

penelitian mengenai tingkat keterkendalian

penggunaan bahasa pada media luar ruang

di Kota Ambon (Hasan, 2019). Penelitian

tersebut mengukur tingkat ketaatan

penggunaan bahasa di media luar ruang di

Kota Ambon. Alat ukur yang digunakan

yaitu instrument yang dibuat oleh Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Hasil dari penelitian tersebut yaitu Kota

Ambon berada pada peringkat terkendali

III. Peringkat terkendali III bermakna Kota

Ambon termasuk wilayah/daerah yang

penggunaan bahasa asing agak terkendali

dengan agak mengutamakan peggunaan

bahasa Indoenesia, dan pelestarian bahasa

daerah sebagai penguatan bahasa nasional

agak baik.

Penelitian lain yaitu penelitian yang

membahas pemanfaatan ruang publik

sebagai sarana pembelajaran kata dan

bahasa (Murniah, 2018). Penelitian tersebut

bertujuan untuk mengidentifikasi dan

mengetahui penggunaan bahasa Indonesia

di ruang publik Kota Semarang. Objek yang

diteliti yaitu penggunaan ejaan, kata, atau

kalimat yang berisi informasi pada papan

nama, spanduk, atau penunjuk arah di Kota

Semarang. Hasil yang diperoleh yaitu telah

terjadi penyimpangan kaidah, ejaan, diksi,

Page 4: PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA PAPAN NAMA TOKO

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 283—295

286

dan struktur bahasa Indonesia pada ruang

publik di Kota Semarang.

Penelitian terdahulu lainnya yang

berhubungan dengan penelitian ini yaitu

penelitian yang menganalisis variasi bahasa

pada industri kreatif sebagai bagian dari era

revolusi industri 4.0. Penelitian tersebut

bertujuan untuk mengidentifikasikan kata

dan frasa pada papan nama apertemen yang

meliputi ciri leksikal dan struktur sintaksis

dengan memperlihatkan variasi bahasanya.

Penelitian tersebut berlokasi di Jakarta

Timur. Temuan penelitian ini yaitu bahasa

asing sangat mendominasi pada ruang

publik di Jakarta Timur. Bahasa asing yang

paling banyak penggunaannya yaitu bahasa

Inggris (Kurniawati, 2018).

Berdasarkan hasil studi pustaka tersebut

diketahui bahwa belum ada yang

membahas, secara spesifik, penggunaan

bahasa pada papan nama toko, perumahan,

dan hotel di Kota Ambon. Oleh karena itu,

Permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian ini yaitu pertama, bagaimana

kondisi penggunaan bahasa Indonesia pada

papan nama toko, perumahan, dan hotel di

Kota Ambon; kedua, bagaimanakah

penerapan kaidah kebahasaan pada papan

nama toko, perumahan, dan hotel di Kota

Ambon.

Tujuan penelitian yaitu untuk

mengetahui fenomena penggunaan bahasa

Indonesia pada papan nama toko,

perumahan, dan hotel di Kota Ambon dan

untuk mengetahui tingkat ketaatan berbahasa

Indonesia para pemilik toko, perumahan,

dan hotel di Kota Ambon. Penelitian ini juga

dapat berfungsi sebagai acuan pembuatan

kebijakan pengutamaan bahasa negara di

ruang publik. Penelitian ini juga diharapkan

dapat mejadi dasar penyusunan kebijakan

dalam menentukan aturan penamaan badan

usaha. Penamaan usaha harus diatur dengan

baik agar wajah penggunaan bahasa di ruang

publik dapat tertata dengan rapi.

LANDASAN TEORI

Penggunaan bahasa Indonesia pada

berbagai ranah telah diatur dalam Undang-

Undang nomor 24 Tahun 2009. Ranah yang

dimaksud yaitu pada peraturan perundang-

undangan, dokumen resmi negara, pidato

resmi kenegaraan, pelayanan administrasi

publik, laporan, penulisan karya ilmiah,

nama geografi, informasi produk, dan papan

informasi.

Pasal-pasal yang mengatur

penggunaan bahasa pada ruang publik yaitu

pasal 25 ayat (2) dan (3), pasal 36 ayat (3),

pasal 37 ayat (1), serta pasal 38 ayat (1) dan

(2)(Bahasa, 2011). Pasal 25 ayat (2)

berbunyi, bahasa Indonesia berfungsi

sebagai jati diri bangsa, kebanggaan

nasional, sarana pemersatu berbagai suku

bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah

dan antarbudaya daerah. Ayat (3) pasal

tersebut berbunyi, bahasa Indonesia sebagai

bahasa resmi negara berfungsi sebagai

bahasa resmi kenegaraan, pengantar

pendidikan, komunikasi tingkat nasional,

pengembangan kebudayaan nasional,

transaksi, dan dokumentasi niaga, serta

sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa

media massa.

Pasal 36 ayat (3) menyatakan, bahasa

Indonesia wajib digunakan untuk nama

bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau

permukiman, perkantoran, kompleks

perdagangan, merek dagang, lembaga usaha,

lembaga pendidikan, organisasi yang

didirikan atau dimiliki oleh warga negata

Indonesia atau badan hukum Indonesia.

Pasal (37) ayat (1) menerangkan, bahasa

Indonesia wajib diguanakan dalam Informasi

tentang produk barang atau jasa produksi

dalam negeri atau luar negeri yang beredar

di Indonesia.

Pasal terakhir yaitu pasal 38 ayat (1)

dan (2). Ayat (1) berbunyi, bahasa Indonesia

wajib digunakan dalam rambu umum,

penunjuk jalan, fasilitas umum, spanduk,

dan alat informasi lain yang merupakan

pelayanan umum. Ayat (2) berbunyi,

Page 5: PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA PAPAN NAMA TOKO

Penggunaan Bahasa Indonesia pada Papan …. (Nita Handayani Hasan)

287

penggunaan bahasa Indonesia sebagaimana

dimaksudkan pada ayat (1) dapat disertai

bahasa daerah dan/atau bahasa asing.

Berdasarkan aturan-aturan tersebut

diketahui bahwa penggunaan bahasa

Indonesia pada ruang-ruang publik harus

diutamakan. Penggunaan kata, frasa dan

kalimat dalam tulisan-tulisan di ruang publik

harus harus menggunakan bahasa Indonesia

yang baik dan benar.

Frasa merupakan satuan sintaksis,

biasanya terdiri atas dua kata atau lebih,

serta memiliki unsur inti dan keterangan.

Frasa berbeda dengan kalimat. Kata-kata

dalam kalimat telah membentuk satu ide

karena terdiri atas beberapa fungsi (subjek,

predikat, objek, dan pelengkap), sedangkan

frasa biasanya hanya menduduki salah satu

fungsi saja (mungkin hanya berfungsi

sebagai subjek, objek, atau pelengkap).

Perhatikan contoh berikut ini, (1)

daun yang menguning; (2) pohon yang

ditebang itu hampir mengenai pengendara

motor. Contoh (1) merupakan contoh frasa.

Frasa daun yang menguning telah memiliki

arti, tetapi hanya menduduki satu fungsi

dalam kalimat. Contoh (2) merupakan

contoh kalimat. Kata-kata pada contoh (2)

telah mengungkapkan pikiran secara utuh,

serta telah memiliki fungsi subjek, predikat,

dan objek.

Frasa biasanya terdiri atas dua kata

atau lebih. Diantara kata-kata pembentuk

frasa akan ditemukan unsur utama

(berfungsi sebagai inti kata) dan keterangan

(berfungsi sebagai tambahan atau atribut).

Unsur inti merupakan unsur yang

diterangkan, sedangkan unsur tambahan

merupakan unsur yang menerangkan

(Sasangka, 2018).

Terdapat empat bentuk frasa yang

sering ditemui dalam bahasa Indonesia, yaitu

frasa nominal, adjektival, verbal, dan

numeralial. Untuk menentukan sebuah frasa

termasuk pada bentuk frasa nominal,

adjektival, verbal, atau numeralial, yaitu

dengan melihat unsur intinya. Jika sebuah

frasa memiliki unsur inti berupa nomina,

maka frasa tersebut disebut frasa nominal.

Begitu pun pada frasa adjektival, verbal, dan

numeralial.

Perhatikan contoh berikut ini, (1)

Hotel Wijaya, (2) sangat sombong, (3)

belum makan, (4) Sembilan kilometer.

Contoh (1) merupakan contoh frasa nominal,

karena inti dari frasa tersebut ialah hotel

(kelas kata nomina). Contoh (2) merupakan

contoh frasa adjektival, karena inti dari frasa

tersebut ialah sombong (kelas kata

adjektiva). Contoh (3) merupakan contoh

frasa verbal, karena inti dari frasa tersebut

ialah makan (kelas kata verba). Contoh (4)

merupakan contoh frasa numeralial, karena

inti dari frasa tersebut ialah sembilan (kelas

kata numeralia).

Hubungan kata-kata pembentuk frasa

yaitu diterangkan (D) dan menerangkan (M).

Bagian yang diterangkan merupakan inti,

sedangkan bagian yang menerangkan

merupakan tambahan atau atribut.

Berdasarkan letaknya, hubungan diterangkan

dan menerangkan, maka urutan frasa dapat

berupa frasa DM dan frasa MD. Urutan frasa

nominal dan frasa numeral lazimnya yaitu

DM, sedangkan urutan frasa adjektival dan

verbal yaitu MD.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa

yang berkembang. Banyak kosakata bahasa

asing yang telah diserap dalam bahasa

Indonesia. Penyerapan kosakata bahasa

asing dalam bahasa Indonesia tidak dapat

dihindari. Hal tersebut disebabkan adanya

interaksi antar bangsa.

Interaksi antarbangsa yang paling

mencolok, yaitu terjadi pada bidang

teknologi, ekonomi, hukum, sains, dan

politik. Banyak kosakata-kosakata baru yang

ada dalam bidang-bidang tersebut yang tidak

ada konsepnya dalam bahasa Indonesia.

Oleh karena itu, dibutuhkan teknik-teknik

khusus agar kosakata-kosakata asing pada

bidang-bidang tersebut juga dipahami dalam

kosakata bahasa Indonesia. Pemadanan

istilah asing dalam bahasa Indonesia dapat

dilakukan dengan beberapa cara, yaitu

penerjemahan, penyerapan, gabungan

Page 6: PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA PAPAN NAMA TOKO

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 283—295

288

penerjemahan dan penyerapan, dan

perekaciptaan (Qodratillah, 2016, p. 19).

Bahasa Inggris ialah bahasa yang

sering digunakan pada ruang-ruang publik.

Terdapat beberapa kosakata dalam bahasa

Inggris yang telah diserap dalam bahasa

Indonesia, dan penulisannya pun telah

disesuaikan dengan kaidah bahasa

Indonesia. Sayangnya, masyarakat Indonesia

masih sering menggunakan bentuk bahasa

asingnya, dibandingkan bentuk yang telah

diserap dalam bahasa Indonesia. Contoh

kosakata-kosakata tersebut, yaitu restaurant

(‘restoran’), mall (‘mal’), market (‘pasar’),

online (‘daring’), download (‘unduh’),

boutique (‘butik’), guesthouse

(‘penginapan’), café (‘kafe’), dan lain

sebagainya.

Penggunaan kosakata-kosakata

dalam bahasa asing akan berpengaruh pada

struktur kalimat atau frasa. Jika kita terbiasa

menggunakan istilah asing, kita akan

terbawa dalam menulis struktur kalimat

dalam bahasa Indonesia. Contoh yang sering

ditemukan yaitu penulisan nama hotel. Kita

sering munjumpai tulisan Amaris HoteI

(MD) padahal contoh tulisan tersebut salah.

Penulisan contoh tersebut dalam bahasa

Indonesia menjadi Hotel Amaris (DM).

Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan

bentuk penelitian yang berusaha memahami

fenomena yang dialami oleh subjek

penelitian. Fenomena tersebut dapat

berbentuk perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dll (Moleong, 2014, p. 6).

Penelitian kualitatif dapat berfungsi dan

dimanfaatkan untuk memahami isu-isu yang

sensitif, digunakan untuk lebih dapat

memahami setiap fenomena yang sampai

sekarang belum banyak diketahui, serta

dapat dimanfaatkan untuk menelaah sesuatu

latar belakang, misalnya tentang motivasi,

peranan, nilai, sikap, dan persepsi.

METODE

Peneliti menggunakan metode

deskriptif kualitatif. Metode deskriptif

kualitatif digunakan untuk menafsirkan dan

munguraikan data yang ada, sesuai situasi,

sikap, serta pemikiran atau pandangan

masyarakat. Metode deskriptif merupakan

metode yang berfungsi untuk meneliti status

sekelompok manusia, objek, sebuah kondisi,

suatu sistem pemikiran, atau sebuah

peristiwa dengan cara membuat deskripsi,

gambaran, atau lukisan secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta, sifat,

serta hubungan antarfenomena yang diteliti

(Nasir, 1988, p. 17). Metode deskriptif

sangat diperlukan untuk mencari fakta

dengan menggunakan interpretasi yang

tepat.

Metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

lapangan. Metode pengumpulan data

lapangan merupakan cara memindahkan data

yang ada di lapangan ke atas meja peneliti

(Ratna, 2010, p. 189). Data-data yang

diperoleh di lapangan kemudian diolah atau

dikelompokkan sesuai tujuan penelitian.

Data yang digunakan yaitu tulisan pada

papan nama toko, tulisan pada papan nama

perumahan, dan tulisan pada papan nama

hotel di Kota Ambon. Peneliti akan memilih

sampel nama-nama toko, perumahan, dan

hotel secara acak.

Teknik pengumpulan data yang

digunakan yaitu merekam dan mencatat.

Peneliti akan merekam foto papan-papan

nama toko, perumahan dan hotel yang ada di

Kota Ambon. Selanjutnya, tulisan-tulisan

yang terdapat pada foto-foto tersebut

kemudian dicatat dan dikelompokkan sesuai

permasalahan yang dianalisis.

Langkah yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu, pada awalnya peneliti

mengambil gambar papan-papan nama toko,

perumahan, dan hotel yang ada di Kota

Ambon. Berdasarkan gambar-gambar

tersebut, peneliti dapat menyimpulkan

fenomena penggunaan bahasa Indonesia.

Setelah melihat fenomena yang terjadi, kata-

kata yang terdapat pada gambar papan-

papan nama toko, perumahan, dan hotel di

Page 7: PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA PAPAN NAMA TOKO

Penggunaan Bahasa Indonesia pada Papan …. (Nita Handayani Hasan)

289

Kota Ambon dianalisis berdasarkan teori

kaidah kebahasaan.

Setelah menganalisis dan

menginterpretasi data, peneliti dapat

menarik simpulan. Simpulan yang ditarik

berdasarkan permasalahan yang telah

dibahas

PEMBAHASAN

Kondisi penggunaan bahasa pada

papan nama toko, perumahan, dan hotel di

Kota Ambon dapat terlihat dari foto-foto

hasil pamantauan yang dilakukan oleh

peneliti. Peneliti memaparkan beberapa

contoh foto yang telah diambil di lapangan.

Foto-foto tersebut berisi terdiri atas foto

papan-papan nama pertokoan, perhotelan,

dan perumahan di Kota Ambon.

Foto-foto tersebut diambil di

berbagai wilayah di Kota Ambon. Situasi

penggunaan bahasa di Kota Ambon sangat

bervariasi. Pusat-pusat pertokoan lama

terletak di bagian tengah kota, sedangkan

pertokoan-pertokoan baru tersebar di

berbagai wilayah di Kota Ambon. Hal

tersebut berlaku pada perumahan dan hotel.

Gambar 1

Contoh Penggunaan Bahasa pada Papan Nama

Toko

Pada gambar di atas, diketahui

bahwa terdapat toko-toko yang menggunaan

kosakata bahasa Indonesia dan kosakata

bahasa asing pada papan namanya. Kosakata

yang digunakan juga mengikuti struktur

bahasa Indonesia dan asing. Mekipun

demikian, terlihat bahwa desain yang

digunakan pada papan nama toko-toko lama

kurang menarik dibandingkan pada desain

nama pada papan nama toko yang

menggunakan kosakata bahasa asing.

Berdasarkan hasil pemantauan,

peneliti berkesimpulan bahwa penggunaan

istilah asing pada papan nama toko di Kota

Ambon masih bisa dikendalikan. Hal

tersebut dikarenakan masih banyak terdapat

pusat pertokoan lama yang masih

menggunakan kosakata bahasa Indonesia.

Pusat pertokoan tersebut masih

mempertahankan nama bahasa Indonesia

dengan baik. Meskipun terletak di wilayah-

wilayah yang strategis di Kota Ambon,

pusat-pusat pertokoan tersebut memiliki

bentuk bangunan yang sudah kuno.

Berbeda dengan toko-toko lama,

toko-toko yang baru dibangun lebih

menggunakan kosakata bahasa asing. Toko-

toko tersebut juga didesain dengan lebih

baik, agar para pengunjung lebih nyaman

berbelanja.

Page 8: PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA PAPAN NAMA TOKO

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 283—295

290

Gambar 2

Contoh Penggunaan Bahasa pada Papan Nama

Perumahan

Pada gambar 2 diketahui bahwa

nama-nama perumahan di Kota Ambon

mayoritas menggunakan kosakata bahasa

asing. Para pembangun perumahan saat ini,

lebih memilih menggunakan kosakata

bahasa asing dibandingkan kosakata bahasa

Indonesia. Memang terdapat perumahan-

perumahan yang menggunakan kosakata

bahasa Indonesia, tetapi jumlahnya sangat

sedikit. Perumahan yang menggunakan

kosakata bahasa Indonesia biasanya dibangun oleh pemerintah.

Penamaan perumahan baru yang

menggunakan kosakata bahasa asing harus

segera dikendalikan. Hal tersebut bertujuan

agar nantinya Kota Ambon tidak dipenuhi

dengan nama perumahan-perumahan

berbahasa asing.

Gambar 3

Contoh Penggunaan Bahasa pada Papan

Nama Hotel

Gambar 3 merupakan contoh

penggunaan bahasa pada papan nama hotel.

Papan nama hotel di Kota Ambon mayoritas

menggunakan istilah asing. Penggunaan

kosakata bahasa asing dianggap lebih

menjual, dibandingkan menggunakan

kosakata bahasa Indonesia. Hotel-hotel yang

menggunakan struktur bahasa Indonesia biasanya merupakan hotel lama.

Hotel-hotel baru yang bermunculan

biasanya memiliki bangunan yang lebih

modern. Selain itu, hotel-hotel baru juga

Page 9: PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA PAPAN NAMA TOKO

Penggunaan Bahasa Indonesia pada Papan …. (Nita Handayani Hasan)

291

sering menawarkan layanan khusus yang

menjadi daya tarik bagi para pengguna jasa.

Penataan penggunaan bahasa pada

papan-papan nama toko, perumahan, dan

hotel harus dilakukan. Hal tersebut bertujuan

untuk meningkatkan kesadaran berbahasa

bagi para pemilik usaha.

Penerapan kaidah kebahasaan yang

akan dibahasa pada penelitian ini yaitu

penerapan konsep diterangkan (D) –

menerangkan (M). Berikut ini akan

dikemukakan contoh pemakaian bahasa

Indonesia pada penamaan toko, perumahan,

dan hotel di Kota Ambon.

Tabel 1

Pemakaian Bahasa pada Papan Nama Toko

No Nama Toko Inti Pola

1 Diva Bridal Spa Spa M – D

2 Maluku City Mall Mal M – D

3 Plaza Ambon Plaza D – M

4 Swalayan Oasis Swalayan D – M

5 Pasar Nania Pasar D – M

6 Imperial Resto Resto M – D

7 Ambon Manise

Square

Square M – D

8 Toko Biam Toko D – M

9 Toko Emas

Sulawesi

Toko

Emas

D – M

10 Farmers Market Market M – D

11 Coto Anda Coto D – M

12 Fris Fresh Market Market M – D

13 Super Mart Mart

M – D

14 Toko Hidayah Toko D – M

15 Super Mart Mart M – D

16 Food Mart Mart M – D

17 Toko Meter Toko D – M

18 Jang Sombong Ale

Cellular

Cellular M – D

19 Dapor Kole-Kole

Dapor D – M

20 Big Star Cellular Cellular M – D

Pada tabel 1 diketahui penggunaan

pola M – D lebih banyak dibandingkan pola

D – M. Papan nama toko yang menggunakan

pola M – D yaitu toko-toko yang

menggunakan kosakata asing. Sedangkan

nama toko yang menggunakan pola D – M

merupakan toko-toko yang menggunakan

kosakata dalam bahasa Indonesia. Salah satu

contoh nama toko yang menggunakan pola

M – D padahal menggunakan kosakata

bahasa Indonesia, yaitu Imperial Resto. Kata

resto merupakan penggalan kata restoran.

Oleh karena itu, penulisan yang benar yaitu

Resto Imperial.

Terdapat satu nama pusat pertokoan

yang penulisannya sudah benar, tetapi

masyarakat Kota Ambon lebih memilih

menyebutnya dengan pola bahasa asing.

pusat pertokoan itu yaitu Plaza Ambon.

Pusat pertokoan tersebut merupakan salah

satu pertokoan yang sangat dikenal di Kota

Ambon, namun masyarakat lebih memilih

menyebutnya dengan Ambon Plaza.

Penamaan toko dengan

menggunakan kosakata bahasa daerah juga

terjadi Kota Ambon. Salah satu contohnya

yaitu nama toko Jang Sombong Ale Cellular.

Pemilihan kosakata bahasa daerah pada

penamaan toko merupakan suatu hal yang

perlu diapresiasi. Hal tersebut dikarenakan

dapat memperkenalkan kosakata-kosakata

bahasa daerah setempat kepada masyarakat

luas. Namun sayangnya, pemilihan kosakata

bahasa daerah masih dilekatkan dengan

kosakata bahasa asing. Penambahan kata cell

menunjukkan pemilik toko masih belum

Page 10: PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA PAPAN NAMA TOKO

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 283—295

292

percaya diri menggunakan kosakata bahasa

daerah pada penamaan tokonya.

Toko lainnya yang menggunakan

kosakata bahasa daerah yaitu Dapor Kole-

Kole. Toko tersebut merupakan salah satu

rumah makan di Kota Ambon. Meskipun

menggunakan kosakata bahasa daerah, nama

tersebut telah menerapkan dengan tepat pola

bahasa Indonesia (D – M).

Toko-toko yang menggunakan pola

D – M pada papan namanya merupakan

toko-toko lama. Toko-toko tersebut

mayoritas dibangun sebelum tahun 2000.

Toko-toko tersebut memiliki bangunan yang

kurang menarik. Toko-toko yang namanya

berpola M – D merupakan toko-toko yang

baru dibangun, serta paling sering

dikunjungi oleh masyarakat.

Tabel 2

Pemakaian Bahasa pada Papan Nama Perumahan

No Nama

Perumahan

Inti Pola

1 Royal

Kingdom

Residance

Residance M – D

2 Bliss Village Village M – D

3 BTN Kanawa BTN D – M

4 Perumahan

Taman Passo

Indah

Perumahan D – M

5 Pesona alam

estate

estate M – D

6 Citra Land Land M – D

7 BTN Kebun

Cengke

BTN D – M

8 Aimar

Permata

Regency

Regency M – D

9 Villa Indah

Passo

Villa D – M

10 The Orchard

Townhouse

Townhouse M – D

Tabel 2 berisi contoh pemakaian

bahasa pada papan nama perumahan di Kota

Ambon. Penggunaan papan nama yang

berpola M – D lebih banyak bila

dibandignkan dengan yang berpola D – M.

Perumahan-perumahan yang dibangun

menggunakan kosakata bahasa asing

merupakan perumahan-perumahan milik

swasta. Sedangkan perumahan-perumahan

yang menggunakan kosakata bahasa

Indonesia merupakan perumahan-perumahan

yang dibangun oleh pemerintah daerah,

sehingga berlokasi di tempat-tempat yang

lebih strategis, namun kini padat penduduk.

Dari segi harga jual, perumahan-perumahan

yang dibangun oleh pihak swasta lebih

mahal dibandingkan perumahan-perumahan

yang dibangun oleh pemerintah daerah.

Tabel 3

Pemakaian Bahasa pada Papan Nama Hotel

No Nama Hotel Inti Pola

1 The Natsepa

Resort

Resort M – D

2 Marina Hotel Hotel M – D

3 Hotel Amans Hotel D – M

4 Hotel Wijaya Hotel D – M

5 Golden Palace

Hotel

Hotel M – D

6 Everbright Hotel Hotel M – D

7 Budget Hotel Hotel M – D

Page 11: PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA PAPAN NAMA TOKO

Penggunaan Bahasa Indonesia pada Papan …. (Nita Handayani Hasan)

293

8 Biz Hotel Hotel M – D

9 Amaris Hotel Hotel M – D

10 Hotel Santika Hotel D – M

11 Hotel Cemerlang Hotel D – M

12 Pasific Hotel Hotel M – D

13 New Mulia Guest

House

Guest

House

M – D

14 Green House House M – D

15 Penginapan

Rejeki

Penginapan D – M

Tabel 3 berisi contoh pola penamaan

hotel di Kota Ambon. Pada tabel tersebut

diketahui bahwa hotel-hotel yang

menggunakan pola bahasa asing (M – D)

lebih banyak dibandingkan yang

menggunakan pola bahasa Indonesia (D –

M). Hotel-hotel yang menggunakan pola

bahasa asing mayoritas merupakan hotel

yang baru dibangun di Kota Ambon.

Sedangkan hotel-hotel yang menggunakan

pola bahasa Indonesia mayoritas merupakan

hotel lama.

Terdapat satu hotel yang baru

dibangun di Kota Ambon, yaitu hotel

santika, yang tetap menggunakan pola

bahasa Indonesia. Hotel Santika Ambon

merupakan salah satu cabang dari hotel-

hotel Santika yang ada di seluruh Indosenia.

Semua hotel santika yang ada di seluruh

Indonesia tetap menggunakan pola (D – M)

dalam penamaannya.

Hotel-hotel yang baru dibangun

umumnya memiliki bangunan yang lebih

menarik dibandingkan hotel-hotel lama.

Hotel-hotel baru juga memiliki fasilitas yang

lebih menarik dibandingkan hotel-hotel

lama.

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis yang telah

dilakukan, peneliti menarik simpulan bahwa

kondisi penggunaan bahasa pada papan

nama toko di Kota Ambon masih dapat

dikendalikan. Di Kota Ambon masih banyak

terdapat toko-toko yang menggunakan

kosakata bahasa Indonesia pada papan-

papan namanya. Meskipun demikian, toko-

toko yang menggunakan kosakata bahasa

Indonesia merupakan toko-toko yang telah

lama beroperasi di Kota Ambon. Toko-toko

tersebut juga terletak di lingkungan

pertokoan lama.

Toko-toko yang menggunakan kosakata

bahasa asing, pada umumnya merupakan

pusat perbelanjaan yang baru dibangun.

Walaupun jumlahnya masih sedikit, namun

toko-toko tersebut sering dikunjungi oleh

masyarakat Kota Ambon.

Kondisi penggunaan bahasa Indonesia

pada penamaan wilayah perumahan mulai

menunjukkan tren perubahan ke bahasa

asing. Perumahan-perumahan lama masih

menggunakan kosakata bahasa Indonesia,

namun wilayah perumahan baru mulai

menggunakan kosakata bahasa asing.

Hal serupa juga terjadi pada

penggunaan bahasa pada papan nama hotel

di Kota Ambon. Hotel-hotel yang baru

dibangun, mayoritas, menggunakan kosakata

bahasa asing, sedangkan hotel-hotel lama

masih menggunakan kosakata bahasa

Indonesia.

Jika dilihat trendnya, maka dapat

disimpulkan bahwa pengaruh bahasa asing

di Kota Ambon mulai menunjukkan

peningkatan. Hal tersebut semestinya

menjadi perhatian khusus bagi pemerintah

daerah dalam mengendalikan penggunaan

bahasa asing di ruang publik. Pemerintah

daerah semestinya memberikan perhatian

khusus pada masalah tersebut dengan

membuat regulasi khusus yang berhubungan

dengan aturan pengutamaan penggunaan

Page 12: PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA PAPAN NAMA TOKO

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 283—295

294

bahasa negara pada penamaan toko,

perumahan, dan hotel di Kota Ambon.

Penerapan kaidah kebahasaan pada

papan-papan nama toko di Kota Ambon

menunjukkan peningkatan pemakaian pola

M–D (pola bahasa asing). Pola tersebut

berhubungan dengan pemilihan kosakata

bahasa asing pada papan-papan nama toko.

Meskipun demikian, peneliti juga

menemukan toko-toko yang menggunakan

kosakata bahasa Indonesia, namun tetap

menggunakan pola M – D. hal tersebut

menunjukkan tingkat pemahaman pemilik

toko terhadap kaidah bahasa Indonesia

masih minim. Penulis juga menemukan

penamaan toko yang polanya menggunakan

bahasa Indonesia (D–M), tetapi masyarakat

lebih suka menyebutnya dengan pola bahasa

asing (M – D).

Penerapan kaidah bahasa asing pada

papan nama perumahan juga mulai terjadi

peningkatan. Perumahan-perumahan yang

baru di bangun, semuanya menggunakan

pola bahasa asing. Perumahan-perumahan

lama pada umumnya masih menggunakan

pola D – M.

Meskipun perumahan lama berlokasi di

tempat-tempat yang strategis, namun

penamaan perumahan-perumahan baru yang

menggunakan kosakata bahasa asing harus

segera dikendalikan. Jumlah perumahan

baru setiap tahun mengalami penambahan.

Hal tersebut menyebabkan penggunaan pola

bahasa asing (M – D) pada papan-papan

nama perumahan semakin meningkat.

Penerapan kaidah kebahasaan pada

papan nama hotel sangat memprihatinkan.

Banyak hotel-hotel besar di Kota Ambon

yang menggunakan pola M – D pada papan

namanya. Hotel-hotel kecil dan lama masih

menggunakan pola D – M.

Kesalahan penggunaan kaidah yang

terjadi pada papan nama toko, perumahan,

dan hotel menunjukkan kurangnya

pemahaman para pemilik usaha dalam

menerapkan Undang-Undang nomor 24

Tahun 2009. Pemahaman tentang

pengutamaan bahasa negara juga masih

minim.

Ketidakpedulian para pengusaha pada

pengutamaan bahasa negara di ruang publik

memicu terjadinya kesalahan penggunaan

kaidah. Jika para pengusaha memilih untuk

menggunakan kosakata bahasa asing, maka

struktur bahasa juga akan menjadi

berstruktur bahasa asing.

Penamaan tempat usaha dengan

menggunakan kosakata bahasa daerah di

Kota Ambon masih jarang ditemukan. Para

pemilik tempat usaha masih jarang melirik

kosakata bahasa daerah dibandingkan

kosakata bahasa asing dan Indonesia dalam

penamaan tempat usaha. Padahal

penggunaan kosakata bahasa daerah

merupakan hal yang unik dan dapat

menunjukkan ciri kedaerahan.

Pemakaian kosakata bahasa daerah pada

nama tempat usaha dianggap dapat

menurunkan jumlah pendapatan. Namun hal

tersebut tidaklah terbukti. Terdapat toko-

toko yang menggunakan kosakata bahasa

daerah pada penamaannya, tetap memiliki

pemasukan dan pelanggan yang banyak. Hal

tersebut dikarenakan barang-barang yang

dijual memiliki kulaitas yang baik, sehingga

para pelanggan percaya untuk berbelanja di

toko tersebut.

Peran pemerintah pusat dan daerah

sangat dibutuhkan dalam hal pengendalian

penggunaan bahasa di ruang publik. Hal

tersebut dikarenakan pemilihan penggunaan

bahasa di ruang publik merupakan salah satu

bentuk cerminan jati diri bangsa. Pihak

pemerintah dapat membuat aturan khusus

yang mengatur penamaan tempat usaha.

Agar para pengusaha lebih mengutamakan

penggunaan kosakata bahasa Indonesia pada

tempat-tempat usahanya.

Pengendalian penggunaan bahasa asing

di ruang publik harus segera diterapkan.

Pembangunan pusat pertokoan, perhotelan

dan perumahan di Kota Ambon semakin

marak. Oleh karena itu, dibutuhkan langkah

preventif agar penggunaan istilah asing pada

Page 13: PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA PAPAN NAMA TOKO

Penggunaan Bahasa Indonesia pada Papan …. (Nita Handayani Hasan)

295

papan-papan nama di pusat-pusat pertokoan,

perhotelan, dan perumahan dapat dibatasi.

Penerapan aturan penggunaan bahasa

Indonesia di ruang publik harus segera

dilakukan agar ruang-ruang publik di Kota

Ambon tidak dipenuhi dengan tulisan-tulisan

dalam bahasa asing. Pengendalian tersebut

harus menjadi tanggung jawab bersama.

Pihak pemerintah daerah harus

mengeluarkan atuan-aturan yang mengatur

penggunaan bahasa di ruang publik.

Masyarakat juga harus berperan aktif dalam

memartabatkan penggunaan bahasa negara

di ruang publik.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Z. & S. A. T. (2006). Cermat

Berbahasa Indonesia. Jakarta:

Akademika Pressindo.

Arifin, E. Z. S. M. dkk. (2017). Pembinaan

dan Pengembangan Bahasa pada Era

Teknologi Informasi. (J. H. Matanggui,

Ed.). Tangerang: Pustaka Mandiri.

Bahasa, B. P. dan P. Undang-Undang

Republik Indonesia nomor 24 tahun

2009 tentang Bendera, Bahasa, dan

Lambang Negara, serta Lagu

Kebangsaan (2011). Indonesia.

Bank, I. (2010). Kajan Ekonomi Regional

Provinsi Maluku. Ambon.

Dasuki, S. (2015). Pemakaian Bahasa

Indonesia dalam Ruang Publik di Kota

Surakarta. In Seminar Nasional

Pendidikan Bahasa Indonesia (pp.

255–266). Surakarta: Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Retrieved

from http://hdl.handle.net/11617/6369

Hasan, N. H. (2019). KETERKENDALIAN

PENGGUNAAN BAHASA

INDONESIA PADA “MEDIA LUAR

RUANG” DI KOTA AMBON.

Totobuang, 7(2), 247--260.

Kurniawati, W. (2018). Variasi Bahasa di

Ruang Publik sebagai Industri Kreatif

di Era Revolusi Industri 4.0. In M. Dkk

(Ed.), Prosiding Seminar dan

Lokakarya Pengutamaan Bahasa

Negara. Lanskap Bahasa Ruang

Publik: Dimensi Bahasa, Sejarah, dan

Hukum (pp. 509--532). Jakarta: Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Moleong, L. J. (2014). Metodologi

Penelitian Kualitatif (Tiga puluh).

Bandung: Rosda.

Murniah, D. (2018). Ruang Publik Sarana

Belajar Bahasa Indonesia. In Kongres

Bahasa Indonesia XI 2018. Jakarta:

Badan Pengembangan dan Pembinaan

Bahasa. Retrieved from

http://118.98.228.113/kbi_back/file/dok

umen_makalah/dokumen_makalah_154

0351921.pdf

Nasir, M. (1988). Metode Penelitian.

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Qodratillah, M. T. (2016). Tata Istilah.

Jakarta: Pusat Pembinaan Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Ratna, N. K. (2010). Metodologi Penelitian.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sasangka, S. S. T. W. (2018). Gapura

Bahasa Indonesia. Yogyakarta:

Elmatera.

Suhendar, H. M. E. ; dkk. (1997).

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Indonesia. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 14: PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA PAPAN NAMA TOKO