Upload
others
View
37
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGETAHUAN GURU TENTANG TUJUAN PEMBELAJARAN FISIKA DAN
PENGARUHNYA TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN
(STUDI KASUS MENGENAI 2 GURU FISIKA)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh
Agustinus Cristhian Damiano
131424014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGETAHUAN GURU TENTANG TUJUAN PEMBELAJARAN FISIKA DAN
PENGARUHNYA TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN
(STUDI KASUS MENGENAI 2 GURU FISIKA)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh
Agustinus Cristhian Damiano
131424014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PENGETAHUAN GURU TENTANG TUJUAN PEMBELAJARAN FISIKA
DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN
(STUDI KASUS MENGENAI 2 GURU FISIKA)
Disusun oleh
Nama : Agustinus Cristhian Damiano
NIM : 131424014
Telah disetujui oleh :
Pembimbing
Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D.
Tanggal.........
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
SKRIPSI
PENGETAHUAN GURU TENTANG TUJUAN PEMBELAJARAN FISIKA
DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN
(STUDI KASUS MENGENAI 2 GURU FISIKA)
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Agustinus Cristhian Damiano
NIM: 131424014
Telah dipertahankan di depan panitia penguji
Pada tanggal ........
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. ...........................
Sekretaris : Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S. ...........................
Anggota : Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. ...........................
Anggota : ...........................
Anggota : ...........................
Yogyakarta, ........
Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
Rohandi, Ph.D.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dalam setiap hidupku.
Keluargaku bapak Yosef Barus, ibu Ingar Irmina, adik Paulina Ware Dani yang
selalu memberikan semangat, kebutuhan ekonomi yang diperlukan dan selalu
mendoakanku.
Almamaterku Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka seperti layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, ........
Penulis
Agustinus Cristhian Damiano
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Agustinus Cristhian Damiano
NIM : 131424014
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya dengan judul:
PENGETAHUAN GURU TENTANG TUJUAN PEMBELAJARAN FISIKA
DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN
(STUDI KASUS MENGENAI 2 GURU FISIKA)
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola
dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
memublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang dibuat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal.....
Yang menyatakan,
(Agustinus Cristhian Damiano)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Damiano, Agustinus Cristhian. 2017. Pengetahuan Guru Tentang Tujuan
Pembelajaran Fisika dan Pengaruhnya Terhadap Proses Pembelajaran
(Studi Kasus Mengenai 2 Guru Fisika). Skripsi: Yogyakarta:
Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengetahuan guru
tentang tujuan pembelajaran fisika dan pengaruhnya terhadap proses pembelajaran
yang dilakukan guru.
Penelitian dilakukan di satu Sekolah Menegah Atas Negeri di Yogyakarta.
Penelitian dilakukan pada bulan April hingga Mei 2017. Subyek dalam penelitian
ini adalah dua orang guru fisika. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
deskriptif dengan instrumen pengumpulan data berupa rekaman video
pembelajaran dan wawancara guru.
Video hasil rekaman diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk transkrip
data. Dari hasil transkrip data tersebut kemudian peneliti menyusun daftar
pertanyaan wawancara. Hasil wawancara ini digunakan untuk mendukung
transkrip dari hasil analisis video pembelajaran. Penelitian ini dianalisis dengan
mencari tahu pengetahuan guru mengenai tujuan pembelajaran dan bagaimana
proses pembelajaran yang diadakan oleh guru tersebut.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Guru A mengetahui 3 dan Guru B
mengetahui 2 dari 5 tujuan pembelajaran fisika menurut Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud). Tampak bahwa pengetahuan Guru
A dan Guru B mengenai tujuan pembelajaran fisika tersebut berbeda. Ketiga
tujuan pembelajaran fisika yang diketahui oleh Guru A kurang sesuai dengan
tujuan pembelajaran fisika menurut Permendikbud. Penelitian menunjukkan
bahwa tujuan pembelajaran fisika yang diketahui oleh Guru A tersebut terungkap
dan berpengaruh terhadap proses pembelajaran fisika. Kedua tujuan pembelajaran
fisika yang diketahui oleh Guru B juga kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran
fisika menurut Permendikbud. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat sebagian
tujuan pembelajaran fisika yang terungkap dan mempengaruhi proses
pembelajaran fisika.
.
Kata kunci: tujuan pembelajaran fisika, proses pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
Damiano, Agustinus Cristhian. 2017. Teachers Knowledge About The Purpose
Of Physics Learning And Its Influence On The Learning Process. (Case
Study About 2 Physics Teachers). Skripsi. Yogyakarta: Physics
Education, Departemnt of Mathematics and Natural Sciences
Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma
University Yogyakarta.
The purpose of this research was to identifty the teachers knowledge of
about the purpose of learning physics and its influence on the learning process
undertaken by teachers.
The research was conducted at one of the Senior High School‟s in
Yogyakarta. The study was conducted from April to May 2017. The subjects in
this study were two physics teachers. This research is a descriptive qualitative
research with instrumen data collection of a video learning and teachers
interview.
The recorded video was converted into transcript data. From the results of
the transcripts, the researchers compiled a list of interview questions. The results
of this interview were used to support the transcript of the results. This study was
analyzed by finding out the teacher's knowledge of the purpose of learning and
how the learning process organized by the teacher.
The reseacrh revealed the Teachers A and B recognised 3 and 2
respectively out of 5 physics teaching objectives prescibed by Regulation Ministry
of Education. It appear that the Teacher A and Teachers B knowledge of purpose
physics learning is different. Three know about the purpose of learning physics
Teacher A is not in accordance with the purpose of learning physics by
Regulation Ministry of Education. Research shows that the purpose of learning
physics know by Teacher A was revealed and influences learning physics. Two
know about the purpose of learning physiscs Teacher B also is not in accordance
with the purpose og learning physics by Regulation Ministry of Education.
Research shows be found that partlythe purpose of learning physics revealed and
influences learning physics.
Keywords: The purpose of learning physics, the learning process.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah Yang Mahakuasa, atas karunia-Nya
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul
PENGETAHUAN GURU TENTANG TUJUAN PEMBELAJARAN FISIKA
DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN (STUDI
KASUS MENGENAI 2 GURU FISIKA).
Penyelesaian skripsi ini dapat terwujud atas bantuan berbagai pihak,
sehingga dalam kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing
Skripsi dan Dosen Pembimbing Akademik atas kesediaannya meluangkan
waktu, kesabaran membimbing dengan penuh perhatian, saran dan
masukan selama penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Fisika dan segenap dosen Program Studi Pendidikan Fisika
yang telah memberikan pengalaman, pengetahuan dan bimbingan selama
penulis belajar di Universitas Sanata Dharma.
3. Segenap staf, sekretaris JPMIPA yang telah membantu segala urusan
administrasi selama penulis belajar di Universitas Sanata Sharma.
4. Guru-guru yang menjadi responden dalam penelitian ini yang atas
kesediaannya meluangkan waktu berkontribusi dalam penelitian ini.
5. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan semangat serta bantuan finansial
selama menyelesaikan skripsi ini.
6. Semua teman Pendidikan Fisika 2013 yang berkontribusi dalam kehidupan
kuliah penulis.
7. Ignatia Debby dan Bernadetha Charisma yang menjadi partner menyusun
skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
8. Paulina, Antonia, Mariana, Adven, Yanto, Felix dan teman-teman di
Komunitas Paingan yang selalu mendukung dan memberikan semangat
kepada penulis.
Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca dan
dalam bidang ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, ....
Penulis
Agustinus Cristhian Damiano
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................ vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
ABSTRACK ........................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Batasan Masalah....................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
D. Tujuan ...................................................................................................... 3
E. Manfaat .................................................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
A. Pedagogical Content Knowledge ............................................................. 5
B. Pengetahuan Tujuan Pembelajaran Fisika .............................................. 10
C. Proses Pembelajaran................................................................................ 12
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 19
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 19
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 20
C. Partisipasi Penelitian ............................................................................... 20
D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ............................ 20
E. Metode Analisis Data .............................................................................. 21
BAB IV DATA, ANALISIS DAN PEMBAHASAN ......................................... 23
A. Data ......................................................................................................... 23
B. Analisa Dan Pembahasan ........................................................................ 27
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 67
A. Kesimpulan ............................................................................................. 68
B. Saran ........................................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Lima aspek PCK dan hubungannya dengan pengajaran fisika yang di
adaptasi dari Etkina (2010). ................................................................ 7
Tabel 2.2. Tujuan Pembelajaran Fisika ............................................................... 12
Tabel 4.2. Hasil wawancara dan proses pembelajaran Guru A mengenai tujuan
pembelajaran fisika ............................................................................. 48
Tabel 4.3. Hasil wawancara dan proses pembelajaran Guru B mengenai tujuan
pembelajaran fisika ............................................................................. 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar struktur pengetahuan PCK seorang guru .............................. 1
Gambar 4.1. Guru A menjelaskan materi torsi ................................................... 30
Gambar 4.2. Guru A menggambar komponen gaya pada sebuah pada salah atu
ujung tiang .................................................................................... 31
Gambar 4.3. Guru A menuliskan soal 1 di papan tulis ....................................... 32
Gambar 4.4. Contoh soal 2 yang dibuat Guru A ................................................. 35
Gambar 4.5. Penyelesaian soal 2 yang dibuat Guru A ........................................ 36
Gambar 4.6. Guru B menjelaskan materi mengenai getaran pada bandul .......... 56
Gambar 4.7. Guru B menjelaskan materi mengenai getaran pada pegas ............ 56
Gambar 4.8. Guru B menjelaskan materi mengenai getaran pada plat yang diberi
beban pada salah satu ujungnya ..................................................... 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai seorang tenaga profesional, Guru tidak hanya dituntut
menguasai konten materi pelajaran dan pengetahuan mendidik (pedagogi),
namun juga harus memahami bagaimana memadukan keduanya sehingga
menjadikan suatu pembelajaran yang bermakna. Salah satu komponen
yang sangat penting dimiliki oleh seorang Guru Adalah Pedagogical
Content Knowledge (PCK) , yaitu pengetahuan tentang bagaimana seorang
guru mengombinasi Content Konowledge (CK) dan Pedagogical
Knowledge (PK) dalam proses belajar mengajar (Etkina 2010). Secara
sederhana PCK digambarkan dalam struktur pengetahuan yang harus
dimiliki oleh seorang guru fisika.
Gambar 1. Gambar struktur pengetahuan PCK seorang guru.
Tujuan Pembelajaran fisika adalah untuk mengembangkan
pemahaman siswa mengenai fisika. Namun dari penelitian yang dilakukan
oleh Sarkim (2006) menunjukkan bahwa pengetahuan guru mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
siswa yang telah memahami fisika memiliki arti yang berbeda-beda bagi
masing-masing guru. Pernyataan tersebut sesuai dengan pengalaman
peneliti pada saat melaksanakan program pengalaman lapangan (PPL).
Selama melaksanakan PPL, peneliti diminta oleh guru pamong agar ketika
mengajar di kelas lebih terfokus pada penjelasan rumus-rumus fisika dan
bagaimana cara mengerjakan soal fisika. Sehingga ketika mengajar di
kelas peneliti diusahakan untuk dapat menjelaskan minimal 10 soal fisika
kepada siswa. Berbeda dengan peneliti, rekan peneliti yang ditempatkan di
sekolah yang sama diminta oleh guru pamongnya agar ketika mengajar
fisika, lebih banyak untuk menjelaskan konsep fisikanya sehingga selama
mengajar hanya menjelaskan dua soal fisika saja. Setelah peneliti
berkonsultasi dengan kedua guru tersebut, ternyata guru pertama
menganggap bahwa yang terpenting bagi siswa setelah belajar fisika
adalah bisa mengerjakan soal-soal fisika dengan baik. Sedangkan guru
kedua mengajar fisika sesuai dengan tujuan dari kurikulum pendidikan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan empat
standar akademis yang dapat membantu guru dalam merumuskan tujuan
pembelajaran fisika. Empat standar akademis tersebut yaitu Peraturan
Menteri Pendidikan Tahun nomor 20 sampai dengan nomor 24 tahun
2016.
Grossman dan Magnuson (1999) dalam Sarkim (2006),
pengetahuan tujuan mengajar tercermin dalam banyak aspek pengajaran.
Oleh karena itu berdasarkan pengalaman peneliti di atas, peneliti menduga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
bahwa masing-masing guru memiliki tujuan pembelajaran fisika yang
berbeda. Pengetahuan yang dimiliki guru tersebut tentang pembelajaran
fisika akan mempengaruhi guru tersebut dalam melaksanakan proses
pembelajaran di kelas. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian dengan judul:
“PENGETAHUAN GURU TENTANG TUJUAN PEMBELAJARAN
FISIKA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES
PEMBELAJARAN”
B. Batasan Masalah
Lingkup penelitian ini dikhususkan pada pengetahuan guru tentang
tujuan pembelajaran fisika menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Tahun 2016 dan pengaruhnya terhadap proses pembelajaran.
C. Rumusan Masalah
Adapun masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana
pengetahuan guru tentang tujuan pembelajaran fisika menurut Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2016 dan pengaruhnya
terhadap proses pembelajaran?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengetahuan guru
tentang tujuan pembelajaran fisika menurut Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Tahun 2016 dan pengaruhnya terhadap proses
pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
antara lain:
1. Bagi guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refleksi bagi guru
untuk mengetahui pengetahuannya tentang tujuan pembelajaran fisika.
Selain itu guru juga bisa mengetahui apakah kegiatan pembelajaran
fisika yang dilaksanakannya sesuai dengan tujuan pembelajaran
tersebut.
2. Bagi peneliti
Peneliti mendapatkan kesempatan untuk mengetahui pengetahuan
guru mengenai tujuan pembelajaran fisika. Peneliti juga
berkesempatan untuk mendapatkan gambaran apakah pengetahuan
guru tersebut juga mempengaruhi proses pembelajaran fisika yang
dilaksanakan.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian
selanjutnya yang menggunakan topik serupa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pedagogical Content Knowledge
Pendagogical Content Kowledge (PCK) pertama kali dikemukakan
oleh Shulman (1998). PCK merupakan perpaduan antara pengetahuan
mengenai materi atau disiplin ilmu dengan pengetahuan mengenai
pedagogi umum, sehingga ada suatu struktur pengetahuan yang khas di
dalam bidang pembelajaran ilmu tertentu (Sarkim, 2015). Gagasan
mengenai PCK juga sudah dikemukakan oleh tokoh pendidikan John
Dewey. Ketika itu Dewey (Dewey, 1902, dalam Sarkim, 2005:6)
menyatakan:
“Setiap ilmu pengetahuan memiliki dua dimensi yang berbeda
namun tidak saling berlawanan: satu untuk ilmuwan dan satu lagi untuk
guru. Seorang ilmuwan memandang ilmu pengetahuan sebagai sebuah
kebenaran dalam kerangka memahami fakta-fakta, merumuskan
permasalahan baru, memandu penelitian dan mendapatkan pengetahuan
baru. Sementara itu, seorang guru tidak menaruh perhatian terhadap
pengembangan ilmu. Akan tetapi, guru menaruh perhatiannya untuk
merepresentasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada para muridnya,
agar dapat dipelajari dan dipahami oleh para muridnya sesuai dengan
tingkat perkembangan psikologisnya dan dalam konteks pembelajaran
yang ada.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Sebagaimana kemampuan atau keterampilan, PCK membantu guru
mengintegrasikan materi pembelajaran dan ilmu keguruan (pedagogi)
untuk pembelajaran bagi siswa tertentu dan pada kondisi sekolah tertentu
yang akan direalisasikan dalam struktur materi yang sesuai dengan
kemampuan siswa serta strategi guru menyampaikan materinya (Budi,
2016).
Magnuson dkk (dalam Sarkim, 2006) mengindentifikasikan
komponen-komponen PCK. Komponen-komponen ini meliputi: 1)
pengetahuan dan keyakinan dari tujuan pengajaran, 2) pengetahuan dan
keyakinan kurikulum sains, 3) pengetahuan dan keyakinan strategi
mengajar, 4) pengetahuan dan keyakinan siswa dalam memahami sains,
dan 5) pengetahuan dan keyakinan dalam penilaian pembelajaran.
Tabel 2.1. Lima aspek PCK dan hubungannya dengan pengajaran
fisika yang di adaptasi dari Etkina (2010)
Aspek fisika Bagaimana hubungannya dengan pengajaran fisika
Orientasi
untuk
mengajar sains
Mengembangkan pengetahuan siswa tentang
konsep fisika untuk memahami fenomena
alam.
Mengembangkan kemampuan siswa untuk
memecahkan masalah dengan menerapkan
metode ilmiah.
Pengetahuan mengenai motivasi siswa
mempelajari sains.
Pengetahuan guru tentang eksperimen pada
kegiatan pembelajaran
Pengetahuan
tentang
Pengetahuan menyusun urutan topik yang
memungkinkan siswa untuk membangun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
kurikulum pemahaman konsep baru atau keterampilan
yang sudah dia ketahui
Pengetahuan
tentang
pemahaman
siswa
Pengetahuan tentang konsep awal yang
dimiliki siswa ketika membangun konsep baru.
Pengetahuan tentang kesulitan-kesulitan yang
dialami siswa untuk memahami fisika ketika
berbeda dengan istilah yang digunakan siswa
sehari-hari.
Pengetahuan
tentang
menyusun
strategi
pembelajaran
Pengetahuan mengenai beberapa metode
pembelajaran atau urutan aktivitas
pembelajaran yang memudahkan siswa belajar.
Kemampuan memilih strategi yang paling tepat
atau mengembangkan strategi untuk kelompok
siswa tertentu.
Pengetahuan
mengenai
penilaian hasil
belajar siswa
Pengetahuan mengenai cara untuk menilai
pemahaman konseptual dan kemampuan
memecahkan masalah serta kemampuan ilmiah
siswa.
Pengetahuan mengenai cara membantu siswa
menilai diri mereka sendiri melalui kegiatan
refleksi
Secara umum, tiga hal yang dapat diambil dari tabel 2.1 yaitu:
1. Pengetahuan materi yang mendalam sangat diperlukan agar dapat
mengembangkan PCK.
Jika seorang guru tidak dapat memahami konsep, maka ia tidak dapat
menghubungkan konsep tertentu dengan konsep lainnya, dan cara-cara
membangun konsep fisika, serta menjelaskan konsep tersebut kepada
siswa. Oleh karena itu sangat penting bahwa guru fisika memahami
konten dan proses fisika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Pemahaman tentang proses pembelajaran fisika sangat penting untuk
mengembangkan orientasi terhadap pengajaran, metode penilaian,
gagasan-gagasan yang diungkapkan oleh siswa.
3. PCK memiliki wilayah yang spesifik, oleh karena itu sangat penting
bagi guru untuk mengembangkan PCK sesuai bidang mereka. Hal ini
dikarenakan setiap berbagai disiplin ilmu memiliki metodologi
pengajaran, kurikulum dan urutan instruksional yang berbeda-beda.
Penelitian yang ingin memahami PCK juga mengungkapkan
sumber yang berkontribusi terhadap perkembangan PCK. Sumber pertama
PCK yaitu bidang ilmu yang diajarkan atau disiplin ilmu yang merupakan
studi keterampilan pengetahuan yang dipelajari siswa disekolah. Menurut
Grossman, 1990 (dalam Sarkim 2006) disiplin ilmu menyediakan dasar
untuk pengetahuan tentang materi, struktur sintaktis (mencakup
perumusan dan cara validasi pengetahuan) serta pemahaman struktur
substantif(mencakup organisasi konten ilmu). Pemahaman disiplin ilmu
mempengaruhi dalam mengambil keputusan tentang konsep-konsep yang
dipandang penting. Pengetahuan yang diperoleh selama mempelajari fisika
akan menjadi bagian pengetahuannya ketika ia mengajarkan fisika kepada
para murid di sekolah (Sarkim, 2015).
Sumber kedua PCK adalah pengalaman belajar. Pengalaman
belajar seseorang selama menempuh pendidikannya menghasilkan
pemahaman sendiri mengenai makna belajar bagi dirinya. Keterlibatan di
dalam proses pendidikan yang cukup lama, secara tidak sengaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
membangun suatu pemahaman yang melekat tentang belajar dan
mengajar. Inilah yang membuat seorang guru tidak mudah untuk
mengubah cara pandang dia mengenai pendekatan pembelajaran karena di
dalam pikiran para guru sudah terbangun pemahaman tentang belajar dan
mengajar (Sarkim, 2015).
Sumber ketiga PCK yaitu studi pendidikan, studi pendidikan
meliputi studi tentang mengajar, belajar pengembangan siswa dan filosofi
serta dasar-dasar etika pendidikan. Melalui studi pendidikan disediakan
dasar pengetahuan dan keterampilan dari strategi pengajaran, pengelolaan
kelas dan cara penilaian guru (Sarkim 2006). Lebih lanjut, Sarkim (2015)
mengungkapkan bahwa lembaga pendidikan merupakan tempat terjadinya
reproduksi pemahaman guru tentang belajar dan mengajar. para calon guru
secara khusus mempelajari berbagai teori yang berhubungan dengan
pembelajaran.
Sumber keempat PCK adalah pengalaman guru. Shulman 1987
(dalam Sarkim 2006) menunjukkan bahwa pentingnya pengalaman pada
pengembangan PCK seorang guru. Seorang guru harus terus
merekonstruksi dan mengembangkan pemahaman mereka tentang
pengajaran berdasarkan pengalaman mengajar mereka melalui proses
refleksi.
B. Pengetahuan Guru tentang Tujuan Pembelajaran Fisika
Menjadi seorang guru fisika harus mengerti tujuan dari pengajaran
fisika yang dia lakukan. Dengan mengetahui tujuannya mengajar fisika,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
maka guru dapat mengarahkan siswa ke arah tujuan dengan lebih efektif
dan efisien. Suparno (2007: 3) menjelaskan tujuan umum pembelajaran
fisika yang perlu diketahui guru seperti:
1. Kompetensi fisika yang diharapkan dikuasai siswa
2. Tuntutan sekolah atau pemerintah dalam pengajaran fisika
3. Tujuan umum pengajaran fisika seperti:
Mengerti dan menggunakan metode ilmiah
Menguasai pengetahuan fisika (konsep)
Menggunakan sikap ilmiah
Memenuhi kebutuhan pribadi dan masyarakat
Kesadaran akan karir masa depan.
Secara lebih khusus tujuan tersebut dijabarkan ke dalam tujuan
setiap pokok bahasan dengan pola: mampu melakukan pengukuran,
melakukan percobaan, diskusi, dan bernalar untuk memahami konsep,
prinsip, hukum atau teori sesuai pokok bahasan yang dipelajarinya, serta
mampu menerapkannya untuk memecahkan masalah-masalah (soal-soal)
yang berkaitan. Dalam tujuan tersebut, ditekankan betapa pentingnya
kemampuan siswa melakukan proses, baik sebagai hasil maupun sebagi
langkah kerja yang harus dialami dalam proses pembelajaran (Budi, 2008).
Mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud) No. 20 tentang Standar Kompetensi Lulusan, No. 21
tentang Standar Isi, No. 22 tentang Standar Proses, No. 23 tentang Standar
Penliaian, dan No. 24 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Tahun 2016, maka dapat dirumuskan mengenai tujuan pembelajaran fisika
seperti ditunjukkan pada tabel 2.2 :
Tabel 2.2. Tujuan Pembelajaran Fisika
No Tujuan Pembelajaran Fisika
1 Menyadari keteraturan dan keindahan alam dan berperilaku
beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2 Mengembangkan rasa ingin tahu, jujur, disiplin, tanggung jawab,
kritis, dan dapat bekerja sama dengan orang lain.
3 Mengembangkan keterampilan siswa dalam merumuskan hipotesis,
merancang, dan melaksanakan eksperimen dan mengumpulkan
data, mengolah, menalar, dan menyajikan data serta melaporkan
hasilnya dalam bentuk lisan maupun tertulis.
4 Mengembangkan pemahaman dan kemampuan siswa dalam
menganalisis untuk memecahkan masalah dan menjelaskan
berbagai fenomena alam dengan menggunakan konsep dan prinsip
fisika secara kualitatif maupun kuantitatif.
5 Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai
konsep fisika tentang penerapan fisika dalam teknologi dan
melanjutkan pendidikan.
Pengetahuan guru tentang tujuan pembelajaran ini akan terungkap
secara eksplisit melalui pernyataan dan tindakan-tindakan guru di di dalam
pembelajaran. Lebih lanjut, Grossman (1999) dan Magnusson dkk (1999)
dalam Sarkim, 2006 menyatakan bahwa pengetahuan dan keyakinan
tujuan pembelajaran merupakan konsepsi yang menyeluruh mengenai
pembelajaran. Ini menyatakan bahwa pengetahuan guru mengenai tujuan
pembelajaran terungkap dari berbagai aspek pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
C. Proses Pembelajaran
Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk
mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-
kejadian intern yang berlangsung dialami siswa (Winkel, 1991). Unsur
yang terpenting dalam pembelajaran yang baik adalah (1) siswa yang
belajar, (2) guru yang mengajar, (3) bahan pelajaran, dan (4) hubungan
antara guru dan siswa. (Suparno, 2007:2).
Pembelajaran menekankan pada kegiatan atau keaktifan siswa,
bukan kegiatan guru. Ukuran dan kualitas pembelajaran tidak terletak pada
baiknya guru menerangkan, tetapi pada kualitas dan kuantitas belajar
siswa, dalam arti seberapa banyak dan seberapa serong siswa terlibat
secara aktif. Peran guru yang pokok adalah menciptakan situasi,
menyediakan kemudahan, merancang kegiatan, dan membimbing siswa
agar mereka terlibat dalam proses belajar secara berkesinambungan
(Brook dalam Kartika Budi: 41).
Proses pembelajaran ini dapat terlaksanakan dengan baik apabila
didukung dengan aspek-aspek pembelajaran. Adapun aspek-aspek
pembelajaran yang terdapat dalam proses pembelajaran adalah 1) tujuan,
2) materi pembelajaran, 3) metode, 4) kegiatan belajar mengajar, 5) media
dan 6) evaluasi pembelajaran (Djamarah dan Aswan, 2010). Beberapa
komponen tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Dalam kegiatan pembelajaran, tujuan adalah cita-cita yang
dicapai dalam kegiatannya. Tujuan ini dapat mempengaruhi aspek-
aspek pembelajaran lain. Apabila salah satu aspek pembelajaran
tidak sesuai dengan tujuannya, maka kegiatan pembelajaran tidak
akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Suatu tujuan
pembelajaran mengatakan suatu hasil yang kita harapkan dari
pembelajaran tersebut dan bukan sekedar suatu proses dari
pembelajaran itu sendiri (Djamarah dan Aswan, 2010:42)
2. Materi pembelajaran
Materi pelajaran adalah segala sesuatu yang menjadi isi
kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan
kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi
setiap m ata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu. materi
pelajaran merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran,
di mana materi pelajaran merupakan inti dari kegiatan
pembelajaran (Sanjaya, 2010:141).
Terdapat dua persoalan dalam penguasaan materi
pembelajaran yaitu materi pokok dan materi pelengkap. Materi
pokok adalah materi yang menyangkut bidang studi yang dipegang
oleh guru sesuai dengan profesinya (disiplin keilmuan). Sedangkan
materi pelengkap merupakan materi yang dapat membuka wawasan
seorang Guru Agar dalam mengajar dapat menunjang penyampaian
materi pokok. Materi pelengkap ini biasanya materi yang terlepas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dari disiplin keilmuan guru, tetapi dapat digunakan sebagai
penunjang dalam penyampaian materi pokok (Syaiful dan Aswan,
2010:43) .
3. Metode Pembelajaran Fisika
Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh
seorang guru, dan penggunaannya pun bervariasi sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Metode pembelajaran didefinisikan
sebagai cara yang digunakan guru, sehingga dalam menjalankan
fungsinya, metode merupakan alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran (Siregar 2010: 10).
Dalam praktik pembelajaran, terdapat beragam jenis
metode pembelajaran dan penerapannya. Berikut ini beberapa
metode mengajar fisika yang dapat dipertimbangkan dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar (Suparno, 2010).
a. Ceramah Siswa Aktif
Model ceramah siswa aktif adalah model pembelajaran di
mana guru menjelaskan prinsip dan bahan fisika kepada siswa,
dan di antara ceramah dan penjelasannya, guru sering bertanya
kepada siswa dan siswa diminta sebentar berpikir atau
menjawab pertanyaan itu. Kadang guru mengajak siswa
berdiskusi di dalamnya sebentar, atau siswa mengerjakan
persoalan yang terkait.
b. Eksperimen atau Laboratorium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Secara umum metode eksperimen adalah metode mengajar
yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai
pembuktian, pengecekan bahwa teori yang sudah dibicarakan
itu memang benar. Metode eksperimen biasanya dilakukan di
laboratorium.
c. Metode Demonstrasi
Model pembelajaran demonstrasi diartikan sebagai model
mengajar dengan pendekatan visual agar siswa dapat
mengamati proses, informasi, peristiwa, alat dalam pelajaran
fisika. Tujuannya agar siswa lebih memahami bahan yang
diajarkan lewat suatu kenyataan yang diamati sehingga mudah
dipahami.
d. Problem Solving
Model pembelajaran problem solving yaitu pembelajaran
dengan pemecahan masalah. Pada model pembelaajran ini guru
memberikan perosalan yang sesuai dengan topik yang mau
diajarkan dan siswa diminta untuk memecahkan persoalan
tersebut.
Model problem solving dapat membantu mengatasi
miskonsepsi. Siswa mengerjakan beberapa soal yang telah
disiapkan oleh guru. Dari pekerjaan itu, dapat dilihat apakah
gagasan siswa benar atau tidak. Dengan memecahkan
persoalan, siswa dilatih untuk mengorganisasikan pengertian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
mereka dan kemampuan mereka. Ketika siswa mempunyai
miskonsepsi, maka guru dapat bertanya kepada siswa mengapa
dia memiliki pengertian seperti itu.
4. Kegiatan Belajar Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan siswa terlibat
dalam sebuah interaksi dengan materi pelajaran sebagai
mediumnya. Interaksi dikatakan maksimal bila interaksi tersebut
terjadi antara guru dengan semua siswanya, antara siswa dengan
guru dan antara satu siswa dengan siswa lainnya dalam rangka
bersama-sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama
pokok (Syaiful dan Aswan, 2010:45) .
5. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai
segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan
pengajaran, media mempunyai fungsi yaitu sebagai perlengkapan,
sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan dan
sebagai tujuan (Dr. Ahmad D. Marimba 1989:51, dalam Djamarah
dan Aswan, 2010:47)
6. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar adalah segala macam prosedur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai unjuk kerja
(performance) siswa atau seberapa jauh siswa dapat mencapai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
tujuan-tujuan pembelajaran yang ditetapkan (Siregar 2011: 144).
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan bukti-bukti kemajuan siswa, yaitu sebagai berikut:
a. Penilaian portofolio
Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja siswa yang
sistematis dalam satu periode. Kumpulan hasil kerja ini
memperlihatkan prestasi dan keterampilan siswa. Hal penting
yang menjadi ciri dari portofolio adalah hasil kerja tersebut
harus diperbaharui sebagaimana prestasi dan keterampilan
siswa mengalami perkembangan.
b. Penilaian melalui unjuk kerja (performance)
Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil
pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang
terjadi. Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku
atau interaksi siswa.
c. Penilaian melalui penugasan (project)
Penilaian melalui proyek dilakukan terhadap suatu tugas
atau penyelidikan yang dilakukan siswa secara individual atau
kelompok untuk periode tertentu. penyelidikan meliputi
pengumpulan dan pengorganisasian data, analisa data, dan
penyajian data dalam bentuk laporan.
d. Penilaian melalui hasil kerja (Products)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Penilaian hasil kerja adalah penilaian terhadap kemampuan
siswa membuat produk-produk.
e. Penilaian melalui tes tertulis.
Tes tertulis biasanya diadakan untuk waktu yang terbatas
dan dalam kondisi tertentu. bentuk-bentuk tes tertulis adalah
benar-salah, menjodohkan, pilihan ganda, isian singkat
maupun uraian atau esai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah
orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel yang bisa
dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata (Setyosari, 2010)
Bentuk penelitian kualitatif yang digunakan yaitu studi kasus.
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seseorang individu
atau kelompok yang dipandang mengalami kasus tertentu secara
mendalam. Mendalam, artinya mengungkapkan semua variabel yang dapat
menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek. Pada
penelitian ini teknik pengumpulan data sangat komprehensif seperti
observasi perilaku, wawancara, analisis dokumenter, tes dan lain-lain
bergantung kepada kasus yang dipelajari. Setiap data dicatat secara cermat,
kemudian dikaji, dihubungkan satu sama lain, kalau perlu dibahas dengan
peneliti lain sebelum menarik kesimpulan-kesimpulan penyebab terjadinya
kasus atau persoalan yang ditunjukkan oleh individu tersebut (Triano,
2011: 199)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian pada penelitian skripsi ini dilakukan di salah satu SMA
Negeri di Yogyakarta. Penelitian dilakukan dari bulan April 2017 sampai
dengan Mei 2017.
C. Partisipan Penelitian
Partisipan penelitian ini adalah dua guru fisika SMA dari suatu
SMA di Yogyakarta. Partisipan ini dipilih berdasarkan kesediaan guru-
guru tersebut untuk menjadi partisipan penelitian ini.
D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Observasi
Sebelum pengumpulan data penelitian berlangsung, peneliti
melakukan observasi kegiatan proses belajar mengajar guru. Observasi
ini bertujuan untuk melihat kondisi kelas, siswa dan guru.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data mengenai
proses belajar siswa meliputi materi, metode pembelajaran yang
digunakan guru, kegiatan pembelajaran, media pembelajaran dan
evaluasi pembelajaran. Proses saat proses pembelajaran, dilakukan
perekaman dengan handy-cam. Proses pembelajaran yang akan direkam
adalah proses pembelajaran normal di mana peneliti tidak ikut terlibat
dan hanya sebagai pengamat. Peneliti tidak membuat skenario dan
hanya guru yang merancang pembelajaran tersebut.
2. Wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Wawancara bertujuan untuk mengetahui pengetahuan guru tentang
tujuan pembelajaran fisika. Wawancara yang digunakan adalah
wawancara semi-terstruktur di mana peneliti membuat pedoman
wawancara, pedoman ini dijadikan patokan dalam alur, urutan dan
penggunaan kata, kemudian saat wawancara pertanyaan tersebut
dikembangkan oleh peneliti. Wawancara direkam menggunakan voice
recorder. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai pewawancara
sedangkan pihak yang diwawancarai adalah seorang guru.
3. Dokumentasi Data
Dokumentasi dalam hal ini adalah bentuk-bentuk data yang
diperoleh peneliti untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Hasil
dokumentasi yang dimaksudkan adalah hasil observasi foto maupun
video, hasil wawancara peneliti dan guru.
4. Fieldnotes
Fieldnotes adalah semua catatan tertulis tentang segala sesuatu
yang didengar, dilihat, diamati, dialami, dipikirkan, dan direfleksikan
oleh peneliti (Suparno, 2014: 102). Peneliti menggunakan fieldnotes
untuk mengambil data dalam penelitian yang bertujuan untuk melihat
dan menangkap gambar proses pembelajaran yang terjadi terkait
dengan pengetahuan guru tentang tujuan pengajaran fisika.
E. Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti melakukan beberapa tahapan yaitu:
1. Transkrip data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Transkrip data ini dilakukan untuk semua data yang diperoleh
peneliti, yaitu video hasil rekaman handy-cam dan hasil voice
recorder wawancara. Untuk data video akan diubah menjadi bentuk
tulisan atau cerita deskriptif. Hal tersebut dilakukan dengan cara
memutar kembali video proses pembelajaran yang terekam,
mengamati dan mencermati video-video tersebut.
2. Kategorisasi coding
Data-data yang sudah ditranskrip kemudian diberi tanda (coding,
kode). Coding diwujudkan dalam suatu kata yang menunjukkan isi
dari bagian data tertentu. Coding disesuaikan dengan topik penelitian
kemudian data-data yang sama codingnya kemudian disatukan. Dalam
penelitian ini kategori coding yaitu materi pembelajaran, metode
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, media pembelajaran dan
evaluasi pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
BAB IV
DATA, ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Data
1. Deskripsi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Negeri di Yogyakarta. Subjek
penelitian adalah dua orang guru fisika yang mengajar di sekolah tersebut. Peneliti
memilih sekolah tersebut karena sebelumnya peneliti pernah melaksanakan
kegiatan PPL di sekolah tersebut, sehingga peneliti telah mengenal guru-guru di
sekolah tersebut terutama guru yang akan menjadi subjek yang akan diteliti.
Guru yang pertama adalah Guru A, yaitu guru laki-laki yang mengajar fisika
di semua kelas XII-IPA dan salah satu kelas XI-IPA di SMA Y. Guru A mengajar
di kelas yang heterogen. Beliau sudah mengajar selama 28 sejak tahun 1989
sampai sekarang. Selama itu Guru A telah berpindah-pidah dalam mengajar.
Awalnya beliau mengajar di salah satu sekolah di Yogyakarta, kemudian karena
murid di sekolah tersebut tidak ada maka pada tahun 1998 beliau pindah ke SMA
Y sampai dengan sekarang. Selain menjadi guru di SMA, beliau juga bekerja
sebagai tentor di salah satu lembaga bimbingan terkenal di Yogyakarta. Sebagai
seorang guru fisika, beliau selalu belajar dengan cara mengerjakan soal-soal
fisika. Beliau pernah mengatakan bahwa seorang guru harus selalu belajar. Beliau
bercerita bahwa ketika dia baru menjadi sorang tentor di Yogyakarta, sering
terjadi persaingan yang tidak sehat di antara para tentor. Oleh karena itu beliau
selalu mengerjakan soal-soal fisika sehingga dapat memahami karakteristik dari
soal-soal fisika tersebut. Bagi guru muda beliau selalu mengingatkan bahwa
menjadi seorang guru juga termasuk penjualan, bedanya yaitu ketika menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
seorang guru yang dijual bukanlah barang melainkan cara mengajar. Ketika guru
dapat mengajar dengan baik dan meyakinkan, maka murid akan segan dengan
guru tersebut.
Guru yang kedua adalaj Guru B, yaitu seorang guru laki-laki yang juga
mengajar di SMA Y. Guru B telah mengajar di SMA Y sejak tahun 1987 hingga
sekarang. Di SMA Y guru B mengajar di kelas X-MIA 3 dan X-MIA 4. Peraturan
pemerintah yang mengharuskan guru mengajar minimal 24 jam/Minggu membuat
Guru B juga mengajar di SMA AC dan AB.
Penelitian dilakukan di dua tingkat kelas yang berbeda dengan guru yang
berbeda dan mengajarkan materi yang berbeda juga. Walaupun penelitian ini
dilaksanakan di dua kelas yang berbeda dengan dua guru yang berbeda, peneliti
tidak bermaksud untuk membandingkan kedua guru tersebut namun untuk
mendapatkan variasi data mengenoleh ai tujuan pembelajaran yang dimiliki guru-
guru tersebut.
Kegiatan penelitian dilakukan secara bertahap. Pertama peneliti melakukan
observasi ketika guru mengajar di kelas, kegiatan observasi dilakukan dengan
menggunakan Handycam. Tujuan menggunakan Handycam tersebut untuk
merekam kegiatan mengajar guru di kelas sehingga peneliti dapat kembali melihat
guru mengajar dari hasil rekaman. Kegiatan observasi dilakukan sebagai berikut:
a. Observasi pada Guru A dilaksanakan pada tanggal 25 April 2017, 26 April
2017 dan 3 Mei 2017.
b. Observasi pada Guru B, peneliti melakukan observasi pada tanggal 8 Mei
2017, 15 Mei 2017 dan 18 Mei 2017. Observasi pada tanggal 8 Mei dan 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Mei dilakukan di 2 kelas yang berbeda pada hari yang sama, sehingga dalam 1
hari peneliti mendapatkan 2 data sekaligus.
Setelah mengambil data melalui observasi, peneliti menonton kembali
rekaman video tersebut secara berulang-ulang kemudian mentranskripsikan isi
dari video tersebut. Setelah menonton video tersebut, peneliti membuat daftar
pertanyaan wawancara yang akan ditanyakan kepada subjek penelitian.
Wawancara dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2017 pada Guru B dan 24 Mei
2017 pada Guru A. Wawancara dilakukan dengan menggunakan Digital voice
recorder dan smartphone. Selain dari wawancara yang telah dijadwalkan, peneliti
juga melakukan wawancara setelah guru selesai mengajar, pertanyaan yang
diajukan pada saat itu adalah pertanyaan yang spontan terpikirkan oleh peneliti
ketika melakukan observasi di kelas. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 22
Mei 2017 pada Guru B dan 24 Mei 2017 pada Guru A.
2. Hasil Penelitian
Berdasarkan pengamatan selama pengambilan data pada Guru A dan Guru B,
terlihat bahwa kedua guru tersebut memiliki perbedaan mengenai tujuan
pembelajaran fisika serta melakukan pembelajaran di kelas. Hasil penelitian
disampaikan pada bagian di bawah ini:
a. Rekaman Video
Dari rekaman video observasi pada Guru A selama penelitian,
diperoleh data:
1) Pada pertemuan I, Guru A mengajarkan materi mengenai torsi dan
momen inersia. Karena materi tersebut adalah pemantapan materi
untuk persiapan pengambilan nilai (ujian) di pertemuan selanjutnya,
maka guru menerangkannya hanya sebagian saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2) Pada pertemuan II, Guru A mengadakan ujian kepada siswa dari materi
yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Guru memberikan 5
soal mengenai torsi dan momen inersia kepada siswa untuk dikerjakan,
kemudian setelah itu guru membahas soal-soal ujian yang baru saja
diberikan kepada siswa-siswa.
3) Pada pertemuan III, Guru A mengawali proses pembelajaran dengan
mengoreksi hasil ujian siswa pada pertemuan sebelumnya sambil
membahas soal-soal ujian tersebut mengenai kesetimbangan dan
fluida. Pengoreksian tersebut dilakukan oleh siswa sendiri. Setelah itu,
Guru A kembali memberikan ujian kepada siswanya mengenai materi
temperatur, teori kinetik dan termodinamika.
Sedangkan untuk rekaman video observasi Guru B, peneliti hanya
menggunakan 2 rekaman video observasi saja yaitu video observasi
pertemuan I dan pertemuan II di salah satu kelas X. Peneliti melakukan hal
tersebut karena data yang dimiliki adalah kegiatan pembelajaran di dua
kelas yang berbeda dengan materi yang sama, sehingga peneliti berusaha
agar tidak membandingkan kegiatan belajar mengajar oleh Guru B di dua
kelas tersebut. Dari hasil observasi pada Guru B diperoleh data sebagai
berikut:
1) pertemuan I, Guru baru memasuki materi mengenai getaran dan
proyeksi gerak getaran pada sumbu vertikal y.
2) Pada pertemuan II, guru melanjutkan materi dari pertemuan yang
sebelumnya yaitu kecepatan dan percepatan getaran yang
diproyeksikan pada sumbu vertikal y.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Rekaman dari video yang telah diperoleh disajikan kembali dalam bentuk
transkrip.
b. Catatan Lapangan (Fieldsnotes)
Fieldsnotes yang dibuat ketika melakukan observasi dan pengambilan
data melalui pengamatan secara langsung pada proses pembelajaran.
Tujuan pembuatan fieldnotes adalah untuk mendokumentasikan data-data
yang diperoleh di lapangan.
c. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengungkapkan hal-hal yang mendukung
hasil rekaman dan mengungkapkan alasan guru menentukan tujuan
mengajar tersebut.
B. Analisa dan Pembahasan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terungkap pengetahuan tujuan
pembelajaran fisika yang dimiliki oleh Guru A dan Guru B. Pengetahuan tujuan
pembelajaran fisika tersebut terungkap dari hasil wawancara kedua guru tersebut. Dari
hasil wawancara tersebut diketahui pula bahwa Guru A dan Guru B memiliki
pengetahuan tentang tujuan pembelajaran fisika yang berbeda-beda.
Pengetahuan guru mengenai tujuan pembelajaran fisika tersebut seharusnya
berakibat terhadap proses pembelajaran yang guru lakukan ketika mengajar yaitu cara
guru mengajar, cara menyajikan materi pembelajaran serta cara evaluasi terhadap
siswa. Oleh karena itu pada bagian selanjutnya akan dijabarkan mengenai hubungan
pengetahuan guru tersebut dengan proses pembelajaran yang guru lakukan ketika
mengajar fisika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
1. Guru A
a. Pengetahuan Guru A Tentang Tujuan Pembelajaran Fisika
Dari hasil wawancara terungkap bahwa Guru A mengharapkan agar
siswanya siap menghadapi Ujian Nasional (UN) serta Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan mengembangkan karakter disiplin
dan jujur. Hal ini terungkap dari kutipan wawancara yang diutarakan Guru A
sebagai berikut:
“Untuk jangka pendeknya, bisa ngerjain Ujian Nasional (UN) dan
SBMPTN. Nah, sing paling penting bisa disiplin dan jujur.”
Pernyataan dari Guru A tersebut yaitu agar siswanya siap menghadapi
UN dan SMBMPT bukan tanpa sebab. Guru A sendiri selain menjadi guru di
SMA Y juga berprofesi sebagai tentor di suatu lembaga bimbingan belajar
(Bimbel) di Yogyakarta. Latar belakang profesi tersebut dapat menjadi alasan
yang membentuk pengetahuan Guru A dalam menentukan tujuan
pembelajaran fisika.
Tujuan pembelajaran fisika untuk mempersiapkan siswa menghadapi
UN dan SBMPTN menjadi prioritas jangka pendek bagi siswanya. Sedangkan
yang pengetahuan tujuan pembelajaran fisika agar siswanya dapat bertingkah
laku disiplin dan jujur merupakan prioritas jangka panjang dan utama bagi
Guru A. Perbedaan prioritas tersebut diutarakan Guru A dalam kutipan
wawancara sebagai berikut:
G: “Nah itu yang pertama, sing paling penting bisa disiplin dan
jujur, karena tidak semua siswa senang fisika mas, iya toh?
M: iya
G: Tapi yang jujur selalu saya katakan pada siswa kok. Mungkin
kamu nanti di jurusan yang lain, fisikanya kamu hilang mas,
dalam waktu satu bulan, dua bulan hilang, tidak ngerti apa-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
apa mas. Tapi yang tidak boleh dilupakan pelajaran saya apa?
disiplin dan jujur.
Guru A meyakini bahwa tidak semua dari muridnya begitu lulus dari SMA
akan melanjutkan ke jenjang lebih tinggi yang berkaitan dengan fisika,
sehingga setelah lulus materi fisika yang disampaikan Guru A di kelas
perlahan mulai terlupakan. Oleh karena itu, Guru A lebih mengajarkan
siswanya agar dapat memiliki perilaku disiplin dan jujur sebab walaupun
siswanya sudah lulus, ingatan akan perilaku jujur tetap membekas dalam hidup
mereka.
Guru A sendiri mempunyai alasan lain mengapa dia mengajarkan
perilaku disiplin dan jujur kepada siswanya. Hal ini diutarakan Guru A dalam
kutipan wawancara berikut:
“Guru itu agen perubahan sebenarnya, merubah perilaku. Kadang
pengawas aja udah sampai mana? Oh, gini-gini aja, tapi kan pada
prakteknya tidak bisa, hanya ngajar saja, jadi pengajar saja.”
Di sini Guru A mengetahui bahwa tugas seorang Guru bukan hanya untuk
mengajarkan materi yang diampu, namun guru juga memiliki tugas untuk
mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada peserta didiknya. Guru A
beranggapan bahwa dalam prakteknya beberapa guru hanya sekedar untuk
memenuhi tanggung jawab sebagai pengajar saja. Seharusnya guru juga harus
menjadi inspirasi bagi siswa-siswanya terutama dalam mengajarkan perilaku
kepada siswa-siswanya.
b. Proses Pembelajaran Fisika Guru A
1) Materi Pembelajaran yang digunakan Guru A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Dari hasil penelitian yang dilakukan terungkap bahwa dalam
menyampaikan materi fisika kepada siswa, Guru A terlebih dahulu
memberikan suatu peristiwa fisika kemudian dianalisis sehingga
didapatkan persamaan fisika untuk kasus peristiwa tersebut. Setelah itu
Guru A akan memberikan latihan-latihan soal kepada siswanya yang
diambil dari soal-soal UN dan SBMPTN.
Penelitian yang dilakukan pada tanggal 25 April menunjukkan cara
Guru A memberikan materi fisika kepada siswanya. Pada saat itu Guru A
memberikan materi mengenai torsi kepada siswanya. Materi tersebut
disampaikan Guru A melalui menganalisis persamaan dan menyelesaikan
soal-soal yang berhubungan dengan torsi. Berikut transkrip video ketika
guru menyampaikan materi mengenai torsi:
G: nah, kembali dulu.. supaya besok kamu ujian bagus. Gerak
melingkar, atau torsi ya.. torsi. Torsi itu adalah hasil kali
antara...
SS: Gaya dan panjang lengan.
G: gaya dengan jarak. Tapi harus tegak lurus. Se... (guru
menggambar di papan tulis) panjangnya misalnya d, ini F.
Sudah siku-siku belum?
SS: sudah..
G: nah, di sini geraknya.. arahnya gimana?
SS: searah jarum jam..
G: maka torsinya sama dengan F kali R. Sekarang kalau begitu,
nah... seperti ini misalkan (gambar lain), alfa..d..
.
Gambar 4.1 Guru A menjelaskan materi torsi
SS: disiku-siku..
G: disiku-sikukan, boleh tarik, boleh diginikan..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Gambar 4.2 Guru A menggambar komponen gaya pada
salah satu ujung tiang.
Ini berarti, F sama dengan F sin.alfa, yang ini F cos alfa. Nah,
F cos alfa, punya jarak tidak terhadap titik d?
SS: tidak..
G: tidak, berarti yang punya apa?
SS: F sin..
G: berarti torsinya sama dengan F.sin alfa, kali apa?
SS: d..
G: kali d.
Dari transkrip tersebut, tampak Guru A menjelaskan peristiwa torsi
pada sebuah balok yang pada salah satu ujungnya diberikan gaya F. Dari
peristiwa tersebut Guru A bersama siswa mencari persamaan fisikanya.
Dalam menjelaskan materi tersebut, guru menuntun siswanya dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
mengarahkan pemikiran siswa sehingga tidak bingung ketika
menyelesaikan persamaan fisika tersebut.
Setelah Guru A menjelaskan kepada siswa cara menganalisis suatu
persamaan fisika, kemudian Guru A memberikan latihan soal-soal kepada
siswanya. Penelitian menunjukkan bahwa Guru A memberikan soal-soal
tersebut secara spontan kepada siswanya. Spontanitas dalam memberikan
soal tersebut dilakukan Guru A setelah menjelaskan suatu peristiwa fisika
tersebut. Berikut kutipan transkrip video observasi yang mendukung
tindakan Guru A tersebut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
“Ada bentuk seperti ini (guru menggambar di papan tulis). Ta ulangi
lagi. (guru mengambil bukunya di meja guru, kemudian menggambar
di papan tulis)
.
Gambar 4.3. Guru A menuliskan soal di papan tulis.
Jangan anda berbohong. Yoyo bermassa m, massa yoyonya ini m.
Tidak terlalu besar sehingga dia menggelinding murni seperti di
gambar, jika momen inersia yoyo 0,6MR2 , jari-jari poros r kecil 0,6 R
besar, maka percepatan sudut yoyo? Geraknya gerak apa?”
Kalimat yang diucapkan oleh Guru A, “Ada bentuk seperti ini”
menyatakan bahwa Guru A telah mengetahui soal-soal yang sesuai dengan
materi yang telah disampaikannya. Hal ini juga diungkapkan oleh Guru A
dalam wawancara berikut:
M: Pertemuan kemarin, beberapa kali bapak memberikan soal,
apakah dalam memberikan soal tersebut bapak sudah
rencanakan atau pas mengajar itu langsung terlintas?
G: Ya, karena sudah berpengalaman ya mas ya, itu sudah terlintas
di sini (Kepala). Ne saya ngajar misalnya ngajar teori kinetik
gas, oh saya nanti inti-intinya harus ta ngasih contoh ini, ta
kasih contoh ini, kan siapa yang hafal kalau begitu. Saya kan
mengajar terus kan, ngajar terus. Habis pagi di sini, sore di
luar sampai hafal kan. Oh ne konsep ini saya terapkan contoh
soal ini.
Kutipan wawancara tersebut menegaskan bahwa Guru A tidak
mempersiapkan soal-soal untuk dikerjakan siswa-siswanya, namun Guru
A telah mengetahui soal-soal yang sesuai dengan materi yang diajarkan
kepada siswanya. Selain itu kutipan tersebut juga menyatakan bahwa
Guru A mengetahui inti dari materi fisika yang harus disampaikan kepada
siswanya saat mengajarkan materi fisika tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Pengalaman Guru A sebagai tentor di lembaga Bimbel juga menjadi
faktor yang mendukung tindakan Guru A tersebut, sebagaimana di
lembaga Bimbel peserta didik lebih banyak berlatih mengerjakan banyak
soal. Dengan demikian Guru A telah memiliki pengalaman mengenai
contoh-contoh soal yang harus diberikan kepada siswa ketika
mengajarkan materi tertentu.
2) Metode Pembelajaran yang digunakan Guru A
Penelitian yang dilakukan terhadap Guru A menunjukkan bahwa Guru
A menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran fisika di
kelas. Hal ini terungkap dari kutipan wawancara berikut:
M: Kalau metode bapak dalam mengajar itu bagaimana pak?
G: Ya, dengan cara konsep biasa dengan biasa cara-cara yang
umum, cara-cara standar gitu.
Peneliti beranggapan bahwa metode umum yang dimaksud oleh Guru A
yaitu metode ceramah yang lazim digunakan oleh guru-guru di sekolah.
Pernyataan Guru A tersebut juga sesuai dengan keadaan yang peneliti
dapatkan saat melakukan observasi pembelajaran yang dilakukan oleh
Guru A. Dari hasil observasi terungkap bahwa Guru A menggunakan
metode ceramah selama proses pembelajaran di kelas. Hal ini terungkap
bahwa selama proses pembelajaran, Guru A lebih dominan menerangkan
analisis pemecahan masalah fisika dan penyelesaian soal-soal kepada
siswanya.
Selama memberi penjelasan kepada siswanya, Guru A menjelaskan
materi dengan tempo bicara yang sedang dan tegas. Guru A juga
memberikan penekanan pada materi tertentu ketika dia jelaskan kepada
siswanya. Penekanan tersebut dilakukan Guru A dengan mengulang kata-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
kata yang baru saja diucapkan siswa ataupun Guru A sendiri. Berikut salah
satu contoh transkrip ketika guru melakukan pengulangan kata saat
menjelaskan materi:
G: supaya ngerti maka kita gunakan translasi. Translasi,
penyebab translasi apa?
SS: gaya
G: gaya. F sama dengan?
SS: m kali a
G: m kali ..
SS: a
G: m kali a. Anda lihat, F = m.a
Dari kutipan tersebut tampak bahwa Guru A mengulang-ulang ucapan dia
mengenai translasi. Selain itu Guru A mengulang kalimat yang baru saja
diucapkan oleh siswanya. Guru A sendiri menyadari bahwa pengulangan
kata tersebut memang disengaja. Alasan dari tindakan Guru A tersebut
terungkap dari kutipan wawancara berikut:
M: Di video itu, saya perhatikan bapak sering mengulang-ulang
kalimat, nah ini torsi, kemudian bapak ucapkan lagi torsi, nah
itu apakah cara bapak seperti itu?
G: Ya maksudnya supaya dia itu ingat terus maksudnya, supaya
konsepnya nyantol terus. Karena sekarang itu masalahnya
kurang fokus, peserta didik itu kurang fokus. Tidak hanya di
sini, banyak di mana-mana tidak fokus. Masalahnya ya di itu
lagi.
M: Ooh,, jadi alasan bapak berkali-kali seperti itu..
G: iya, biar latah, biar latah.
Dari kutipan tersebut, terungkap bahwa Guru A mengetahui bahwa siswa
sering tidak fokus saat memperhatikan guru yang mengajar. Padahal
metode dominan yang digunakan oleh Guru A adalah metode ceramah di
mana guru menjadi pusat dari perhatian siswa. Oleh karena itu, Guru A
menyiasati dengan melakukan pengulangan kata. Tindakan pengulang kata
tersebut dimaksudkan untuk mempertegas materi yang disampaikan Guru A
serta membuat siswa menjadi lebih fokus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
3) Kegiatan Belajar Mengajar
Penelitian menunjukkan bahwa Guru A memiliki cara khusus dalam
mengajarkan fisika kepada siswanya terutama ketika menyelesaikan soal
fisika. Guru A menuntut siswanya agar dapat menyelesaikan soal dengan
waktu yang singkat, oleh karena itu Guru A juga menerapkan trik-trik agar
siswa dapat menyelesaikan soal dengan cepat. Guru A sendiri menyatakan
bahwa Ia menggunakan trik untuk mengerjakan soal agar dapat diselesaikan
dengan mudah dan cepat sebagaimana kutipan wawancara berikut:
“Maka saya kadang-kadang mengajar pakai dua cara, cara yang
biasa dengan cara kalau bagaimana anda di luar, cara ngetriknya
supaya agak cepat mengerjakan soalnya.”
Berikut adalah salah satu trik yang digunakan guru ketika menyelesaikan
trigonometri pada soal fisika:
G: Kesetimbangan, enam puluh derajat, di sini berarti. Berarti
sertatus dua puluh, ini berarti seratus lima puluh.
Gambar 4.4. Contoh soal 2 yang dibuat Guru A
Pertanyaannya adalah berapa T1 dan T2nya? T1 adalah 50
dibagi sin 90 sama dengan T1, sin 150. Iya ga?
SS: iya.
G: berarti T1 sama dengan 50, sin 150.
Sin 150 berapa Shalma? Sana Shalma
Sc: (hening)
Apa pak?
G: melamun, sin 150?
S: Cos 45
G: Cos empat..
S: Cos 45.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
G: he..?
SS: Cos 60.
G: nah. Ganjil ganti, satu tambah lima,
Sin 150 = cos 60
SS: enam.
G: cos 60? Lima puluh,setengah. Lima puluh kali setengah?
SS: dua lima (25)
Tahapan penyelesaian soal
G: T2, lima puluh sin 90, T2 per..
SS: sin 120.
G: seratus dua puluh. Cos 30, setengah akar tiga.
S: dua lima akar tiga. Yes.
Gambar 4.5. Penyelesaian soal 2 yang dibuat Guru A
Tahapan penyelesaian soal
√ √
Pada transkrip tersebut guru tampak menggunakan trik untuk
menyelesaikan soal trigonometri. Ketika siswa dihadapkan dengan soal sin
150, Guru A membimbing siswa agar dapat dengan mudah menyelesaikan
soal tersebut. Trik yang dilakukan oleh Guru A yaitu dengan pertama kali
mengubah sin menjadi cos. Setelah itu Guru A menjumlahkan angka
pertama dengan angka kedua pada angka 150 yaitu 1 ditambahkan 5
sehingga menghasilkan 5. Kemudian angka terakhir dari 150 yaitu 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
dimasukkan pada angka setelah 6 sehingga diperoleh 60. Dengan demikian
maka didapatkan bahwa sin 150 sama dengan cos 60. Trik ini juga
digunakan Guru A untuk menyelesaikan sin 120 sehingga diperoleh cos 30.
Karena cos 60 dan cos 30 merupakan sudut istimewa, maka siswa menjadi
lebih mudah mengerjakannya ketimbang menghitung nilai sin 150 dan sin
120.
Penelitian juga menunjukkan bahwa selama proses pembelajaran fisika
Guru A selalu memberikan nasihat kepada siswanya agar disiplin belajar
dan bertingkah laku jujur dalam kehidupan. Berikut transkrip video ketika
Guru A memberikan nasihat kepada siswanya supaya disiplin dalam
belajar:
G: Kelas XI IPA 4 kalau sudah pulang langsung pulang kan?
SS: iya
G: terus kamu istirahat, belajar terus belajar ya, masih, masih ke
sana itu loh. Ga pernah saya datang ke sini kamu sdah
langsung pulang. Dan saya heran lagi setiap sudah jam 2 pasti
ada peringatan kembalikan kunci. Yo tidak ada yang
mengembalikan? Musti dikembali toh?
Mas Kevin yang salah di mana?
S: (tidak terdengar dengan jelas)
G: nomor lima, nomor lima. Digambar seperti kemarin! Paling
tidak lewat gambar kamu ngerti, dibaca lagi, banyak kan
contohnya kemarin. Kemudian yang betul, ini jangan sampai
lupa, diulangi lagi sampai kamu ngerti betul. Kamu akan ngerti
betul kalau kamu ada niat. Ya mba lusi ya. Sing niat. Orang tua
kamu itu ngarapin kamu, betul. Ya Sania, Sania dapat berapa?
S: (tidak terdengar jelas)
G: tujuh, tujuh puluh. Beh, masih kurang sedikit loh ya.
Belajarnya banyak atau sedikit?
S: sedikit.
G: oh, ya dibanyaki supaya dapat sepuluh. Sing benar-benar, sing
sabar, jangan kamu dikebut jangan SKS sistem kebut semalam
jangan. Woh ini pelajaran ini misalnya, diulangi di rumah,
sampai kamu ngerti betul. Oh ya. Jangan kamu ikut-ikutan.
Walaupun kamu SMA sepuluh tapi kamu punya rasa, oh saya
SMA sepuluh tapi rasa saya SMA satu. Seperti anak saya, kamu
SMA sebelas ya tidak apa-apa, wong SD, SMP saja saya
biarkan. Tapi kamu harus berasa bahwa kamu itu SMA satu,
maka belajar terus. Bayangkan SMA sebelas saja bisa lulus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
teknik kimia. Tidak pernah dolan, udah mantep terus (belajar).
Tidak ngerti ya tanya, malah tidak tidur, oh kok ga ngerti ya
ini? Buka buku sampai ngerti, oh ini. Itu saran saya begitu.
Jangan aah, angel buang. Waduh, wah angel buang. Jangan
gitu. Yo Kevin ya, yo Bram.sing tenan belajar, kamu masih
muda masih kuat, energinya bertumpuk-tumpuk.
Dalam transkrip video tersebut, Guru A menasihati siswanya untuk
belajar dengan disiplin. Guru A mengingatkan siswanya agar tidak hanya
belajar ketika mau ujian. Guru A memberi saran kepada siswanya agar
materi yang dipelajari di sekolah juga diulang kembali ketika di rumah
sampai materi tersebut bisa dipahami. Selain memberikan nasihat, Guru A
juga memberikan motivasi kepada siswanya. Pada transkrip tersebut, Guru
A memberi memberi motivasi bahwa walaupun siswanya bersekolah di
SMA biasa, namun mereka harus memiliki pikiran bahwa sedang
bersekolah di SMA favorit. Guru A sendiri memberi contoh bahwa
anaknya yang bersekolah di tempat biasa namun karena disiplin dalam
belajar akhirnya berhasil masuk ke jurusan teknik kimia.
Guru A juga mengetahui bahwa untuk mengajarkan disiplin kepada
siswanya tidak hanya dengan cara memberikan nasihat saja, namun juga
dengan memberikan contoh secara langsung kepada siswanya. Hal tersebut
diungkapkan Guru A dalam kutipan wawancara berikut:
“Besok kalau sudah jadi guru ya, harus banyak pembelajar (belajar)
baca pengetahuan umum ya, bagaimana bisa memotivasi, kalau kita
kelihatan pintar kan segan siswa itu. Secara itu, mengapa siswa
terlambat? Terlambat itu karena disengaja loh itu. Coba saya masuk,
tidak ada yang terlambat. Dimulai dari diri kita sendiri, jangan
sampai kita kasih tahu, kamu harus begini, tapi kita malah tidak kan.
Kamu harus rajin, kita malah datangnya tidak rajin. “
Guru A meyakini bahwa agar siswa mau untuk disiplin, maka harus
dimulai dari diri guru sendiri. Penelitian yang dilakukan juga menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
bahwa Guru A memberi contoh disiplin kepada siswanya. Ketika
melakukan observasi di jam pertama, Guru A sudah memasuki kelas
sebelum bel jam pelajaran pertama berbunyi.
Penelitian menunjukkan bahwa Guru A juga memberikan nasihat
kepada siswanya untuk berbuat jujur. Guru A mengingatkan kepada
siswanya untuk berani bertanya apabila masih belum mengerti dengan
materi yang sudah dijelaskan. Berikut kutipan transkrip video ketika Guru
A mengingatkan siswanya agar jujur apabila masih belum paham dengan
materi yang telah disampaikan:
G: Maka torsi 1 ditambah torsi 2 dikurangi torsi 3 sama dengan
nol
Sampa di sini ngerti tidak? Ngerti? Yang tidak ngerti tunjuk
jari. Jadi kuncinya satu, sekolah ini jujur dan disiplin, ne sudah
tidak jujur, berat. Saya melihat tidak jujur aja beberapa orang
itu, beh. Untung ada yang pengawas itu, Pak ini tidak jujur,
karena saya bingung isinya. Kamu tidak bisa ya tidak apa-apa,
asal kamu jujur. Kalau kamu sudah jujur, pasti kamu minimal
dapat di tengah-tengah. Tujuh itu pasti dapat kalau jujur. Jujur
pasti belajar. Ngerti, wong sekolah kan?
Selain mengingatkan siswa untuk berlaku jujur, Guru A sendiri telah
melatih kejujuran kepada siswanya dalam hal mengoreksi hasil ulangan
harian. Dalam mengoreksi hasil ulangan, Guru A sama sekali tidak
mengoreksi hasil pekerjaan siswanya namun siswalah yang mengoreksi
pekerjaan mereka sendiri. Ini terlihat dari kutipan transkrip berikut:
G: Yok, kita koreksi.
Kamu mau jujur atau tidak, terserah. Yang penting saya
mengajarkan kamu suatu kejujuran, ya Mba Salma? Tingkat
kedisiplinan, yang jarang diajarkan. Sudah ta kasih tahu
seperti itu, tidak pernah disiplin. Belajar itu kedisiplinan.
Besok kalau kamu sudah lulus, bekerja maka kamu tidak ada
ilmu fisika, yang ada saya adalah, kalau kamu mau sukses,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
pelajaran yang melekat pada kamu, harus belajar kejujuran
dan kedisiplinan, itu saja.
Dalam wawancara, Guru A mengakui bahwa dia sengaja melakukan
tindakan tersebut untuk melatih kejujuran siswanya, hal ini terungkap dari
wawancara berikut:
M: Lalu untuk mengoreksi nilai ujian kemarin itu, kan saya lihat
ada siswa juga bapak minta selesai menyelesaikan soal
langsung memeriksa sendiri.
G: Langsung, itu bagus. Saya kan hanya melatih kejujurannya,
kejujurannya. Itu dia jujur.
M: Iya pak, bahkan yang dapat nilai rendah saja tetap dikatakan.
G: Lah itu yang saya anukan, ke depannya sebagai guru ya
bagaimana rakyat Indonesia ini, karena kita ini kan agen
perubahan sebetulnya. Dalam arti besar, kita ini agen
perubahan, kadang-kadang kita ini hanya arti sempit. Maka
cobalah koreksi sendiri, coba tapi jangan nipu. Akhirnya jelek
aja ngomong jelek loh, ga akan diubah, dia ngubah aja bisa
toh. dengan sampingnya aja ga pas toh. nah di situ, tadi kan itu
melalui pengalaman mas, kita coba, kita sampai ke hati, biar
kita ngomong bawanya kalau jujur nanti pasti hebat.
Guru A menganggap bahwa dengan cara tersebut, maka siswa akan
membiasakan diri untuk berbuat jujur. Peneliti sendiri mengamati
langsung bahwa ketika guru menanyakan nilai dari hasil koreksi siswanya,
semua siswa mengatakan nilai yang diperoleh sesuai dengan yang
sebenarnya.
G: Talita?
S: empat puluh pak, empat puluh.
G: empat puluh, Nurul?
S: Delapan lima pak,
G: lapan lima, Dina?
S: tujuh lima
G: tujuh puluh lima, Walhendra
S: seratus
G: seratus. Maya?
S: tujuh lima
G: Nabila?
S: lima tujuh pak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
G: lima tujuh? Piye mba? Sing tenan, sing sabar, kalau tidak bisa,
tanya dengan temannya yang bisa. Begitu. Ya, kita ini yang
mau pintar belajar. Kalau tidak bisa ya, ya ngomong. Berlatih
di rumah yang tenan, itu belajar seperti itu, nanti enak
ujungnya, kedepannya enak. Saskia?
Dari transkrip di atas, tampak bahwa siswa mengatakan nilai mereka
kepada guru, walaupun nilai yang mereka peroleh termasuk rendah namun
mereka tetap mengatakannya kepada guru.
4) Media Pembelajaran yang digunakan Guru A
Pada penelitian ini dari hasil wawancara tidak terungkap media khusus
yang digunakan Guru A dalam proses pembelajaran. Selama
melaksanakan proses pembelajaran di kelas, tampak bahwa Guru A hanya
menggunakan media pembelajaran berupa spidol, penggaris dan papan
tulis saja.
5) Evaluasi Pembelajaran yang digunakan Guru A
Dalam observasi pembelajaran fisika di kelas yang dilakukan peneliti
terhadap Guru A, peneliti sempat melakukan observasi ketika Guru A
sedang memberikan evaluasi kepada peserta disik. Evaluasi tersebut
dilakukan pada tanggal 26 April 2017 dan 5 Mei 2017. Sebenarnya Guru
A juga telah melaksanakan evaluasi pada tanggal 2 Mei 2017, namun pada
tanggal tersebut peneliti tidak bisa melakukan observasi.
Evaluasi pembelajaran yang digunakan oleh Guru A berupa pemberian
soal-soal perhitungan fisika berbentuk esai. Hal ini terungkap dari
wawancara berikut:
M: Di bulan ini kan bapak banyak mengambil nilai dari siswa, nah
cara evaluasinya apakah seperti kemarin di mana hanya
memberikan soal saja tau ada yang lain?
G: ya, ngasih soal saja mas. Nanti diulang-ulang, sampai ulang-
ulang beberapa kali loh saya ini mas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Pernyataan Guru A tersebut juga sesuai dengan hasil yang peneliti peroleh
ketika melakukan observasi terhadap Guru A di mana evaluasi yang
diberikan Guru A kepada siswanya merupakan soal fisika berbentuk esai.
Dalam memberikan Dalam memberikan evaluasi, Guru A mempunyai
target waktu kepada siswa dalam menyelesaikan soal fisika. Dalam
observasi yang peneliti lakukan, saat melakukan evaluasi yang pertama,
guru memberikan waktu sekitar 45 menit untuk menyelesaikan 5 soal esai
dan pada evaluasi yang kedua guru memberikan waktu sekitar 25 menit
untuk menyelesaikan 4 soal. Hal itu terungkap dari hasil observasi pada
tanggal 3 Mei 2017 dalam transkrip berikut.
G: Oke, masih ada waktu. Sedikit saja, 4 saja. Di baliknya saja
tidak apa-apa. Di balikin saja, oh dibalikin. (guru meminta
siswa untuk mengembalikan hasil kerja milik temannya).
4 L gas, pada suhu 270C
Sf1: berapa pak?
G: 270C, tekanannya 1,5 Pa. Dimampatkan hingga volumenya 2 L
dan dipanaskan hingga suhunya menjadi 1270C. Maka tekanan
gas akhir adalah?
Suatu gas ideal, energi dalamnya U pada saat suhunya 270C.
Bila suhunya di naikan menjadi 1270C, maka besar kenaikan
energi dalamnya adalah ....U.
Sg1: Dalam U pak?
G: dalam U, enak kok.
Sh1: pak, ini 2, soalnya 2?
G: masih.
Suatu gas ideal, bertekanan 30 N/m2, volumenya 1,38 L dan
suhunya 270 C. Jika tetapan Boltzman 1,38x10
-23 J/K maka
jumlah partikel gas tersebut adalah?
Si1: pak, simbolnya konstanta Boltzman?
G: K, K.
Ta lanjutkan lagi, sebuah mesin carnot mula-mula difungsikan
dengan suhu masing-masing 300 K dan 400 K. agar
efisiensinya naik menjadi 2x semula dengan suhu rendah tetap,
maka suhu kalor yang bersuhu tinggi harus dinaikkan menjadi
... K.
Empat saja. (guru hanya memberikan 4 soal saja)
Kok bisa ngeyel? Ta kandani eh tahu-tahu sudah ujian, tau-tau
udah SBMPTN loh, betul itu.
Sampai jam 8 lewat 25 aja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Dalam transkrip observasi tersebut, guru memberikan waktu kepada siswa
untuk mengerjakan soal terebut sekitar 25 menit di mana video dimulai
dari menit 35:56 sampai menit 60:12. Dengan demikian maka siswa harus
bisa mengerjakan 1 soal dengan waktu sekitar 6,25 menit.
Guru A meyakini bahwa dengan cara tersebut siswa akan terbiasa
dengan soal-soal ujian nasional dan SBMPT yang dalam pelaksanaannya
mengharuskan siswa dapat menyelesaikan soal dalam waktu yang sedikit.
Hal itu diungkapkan dalam wawancara di bawah ini:
M: Nah, lalu yang kemarin itu kan waktu bapak memberikan soal
itu, mengenai waktunya selama 3x itu, bapak memberikan
soalnya, 4 soal kurang lebih 25 menit, itu memang bapak
targetkan ya?
G: Iya, memang ditargetkan. Karena itu tadi mas, untuk soal-soal
pas ujian itu kan ada soal esai 5 toh, itu kalau dia kelamaan
kan, sebetulnya soal-soal sekarang untuk yang esainya 3 menit
selesai gitu loh.
M: Untuk target soal sendiri, untuk 1 soal bapak biasa
menargetkan berapa menit?
G: Kalau esai ya 5 menit. Kalau multiple choise ya 2-3 menit.
Harusnya seperti itu target saya, seperti itu.
M: Itu berarti bapak sudah menentukan soal yang ditargetkan
waktunya sekian?
G: Iya, karena gini mas ya, nanti kan di akhir jadi endingnya dia
harus bergelut dengan soal-soal yang 2 menitan, di sini saya
sudah berpikir ke sana gitu loh, tidak berpikir hanya gini, tidak-
tidak. Kadang guru kadang berpikirnya hanya gini, tapi saya
tidak. Saya berpikir ke sana, kemana? Ke PTNnya ke
perguruan tingginya. Karena soal-soalnya biasanya 2 menitan
mas. Ya itu, seperti itu loh. Kalau saya ta mulai gitu, ta
rangsang gitu, berat nantinya. Saya berorientasi pada itu.
c. Pengaruh Pengetahuan Tujuan Pembelajaran Fisika terhadap Proses
Pembelajaran
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai hubungan antara
pengetahuan tujuan pembelajaran fisika yang dimiliki oleh Guru A dengan
proses pembelajaran yang dilakukan oleh Guru A. Tujuan Pembelajaran fisika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
yang menjadi acuan adalah tujuan pembelaajran fisika menurut Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2016 nomor 20 sampai dengan
nomor 24. Dari analisis pada bagian a terungkap bahwa Guru A mengetahui 3
tujuan pembelajaran fisika yaitu tujuan pembelajaran fisika nomor 2, 3 dan 5.
Sedangkan tujuan pembelajaran fisika nomor 1 dan 3 tidak terungkap baik
melalui wawancara maupun melalui observasi. Berikut adalah pengaruh tujuan
pembelajaran fisika menurut Permendikbud yang diketahui Guru A terhadap
proses pembelajaran:
Tujuan pembelajaran fisika nomor 2 menurut Permendikbud
a) Pengetahuan Guru A tentang tujuan pembelajaran fisika menurut
Permendikbud
Mengembangkan rasa ingin tahu, jujur, disiplin, tanggung jawab,
kritis, dan dapat bekerja sama dengan orang lain.
b) Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran fisika, Guru A sering memberikan nasihat
kepada siswanya untuk berperilaku jujur dan disiplin. Selain dengan
memberikan nasihat, guru juga memberikan contoh kedisiplinan
kepada siswanya dengan masuk ke kelas lebih awal ketika jam pertama
di sekolah. Selain itu Guru A melatih kejujuran dengan memberikan
kesempatan kepada siswanya untuk memeriksa dan memberikan
penilaian terhadap hasil ulangan harian mereka masing-masing.
Tujuan pembelajaran fisika nomor 3 menurut Permendikbud
a) Pengetahuan Guru A tentang tujuan pembelajaran fisika
Mengembangkan pemahaman dan kemampuan siswa dalam
menganalisis untuk memecahkan masalah dan menjelaskan berbagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
fenomena alam dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika secara
kualitatif maupun kuantitatif.
b) Proses Pembelajaran
Penelitian menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran, Guru A
memberikan materi fisika yang menekankan siswa untuk dapat
menganalisis peristiwa fisika. Guru A sendiri sudah mengetahui inti
dari materi yang akan disampaikan kepada siswanya saat mengajarkan
materi tertentu. Selain itu ketika mengajar di kelas Guru A lebih
banyak mengajarkan cara-cara untuk menganalisis persamaan suatu
peristiwa fisika.
Hal lainnya adalah metode yang digunakan guru merupakan metode
ceramah dengan memberikan soal-soal latihan. Soal-soal ini diberikan
oleh Guru A setelah menyampaikan penjelasan mengenai cara
menganalisis persamaan suatu peristiwa fisika. Selain itu Guru A sendiri
telah mengetahui contoh-contoh soal yang harus diberikan kepada
siswanya ketika menjelaskan materi fisika tertentu. Guru A juga
mengajarkan trik penyelesaian agar siswanya dapat mengerjakan soal
fisika dengan cepat dan mudah.
Agar siswanya dapat memahami materi yang disampaikan oleh Guru A
dengan baik, maka ketika mengajar Guru A memberikan penjelasan
dengan tempo bicara yang tegas dan mengulang-ulang kalimat pada
materi tertentu.
Tujuan pembelajaran fisika nomor 5 menurut Permendikbud
a) Pengetahuan Guru A tentang tujuan pembelajaran fisika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai
konsep fisika tentang penerapan fisika dalam teknologi dan melanjutkan
pendidikan.
b) Proses Pembelajaran
Pengetahuan Guru A tentang tujuan pembelajaran fisika yang
menghendaki agar siswanya bisa menghadapi UN dan SBMPTN dengan
tujuan dapat diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Pengetahuan
tujuan pembelajaran ini mempengaruhi proses pembelajaran di mana
Guru A selalu memberikan latihan-latihan soal kepada siswanya. Soal-
soal yang diberikan kepada siswanya tersebut merupakan soal-soal yang
berhubungan dengan soal-soal UN dan SBMPTN.
Pengetahuan tujuan pembelajaran tersebut juga mempengaruhi guru
ketika memberikan evaluasi pembelajaran. Hal ini terungkap di mana
Guru A menggunakan soal-soal fisika yang diambil dari soal UN dan
SBMPTN. Selain itu Guru A juga membiasakan siswanya untuk dapat
mengerjakan soal fisika dengan cepat sekitar 5 menit. Ini bertujuan
untuk membiasakan siswa ketika menghadapi UN dan SBMPTN yang
dalam pelaksanaannya memiliki waktu yang terbatas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tabel 4.2. Hasil wawancara dan proses pembelajaran terhadap Guru A mengenai tujuan pembelajaran fisika
Tujuan Pembelajaran Fisika Menurut
Permendikbud Hasil Wawancara Terhadap Guru A Proses Pembelajaran
Menyadari keteraturan dan keindahan alam
dan berperilaku beriman kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Tidak terungkap dari wawancara Tidak terungkap dari proses pembelajaran
Mengembangkan rasa ingin tahu, jujur,
disiplin, tanggung jawab, kritis, dan dapat
bekerja sama dengan orang lain.
Mengharapkan agar siswanya memiliki
perilaku disiplin dan jujur karena
meyakini bahwa tidak semua dari
siswanya ketika lulus SMA akan
melanjutkan pendidikan yang
berhubungan dengan fisika namun
ingatan akan perilaku disiplin dan jujur
tetap membekas dalam hidup siswanya.
Memberikan nasihat serta contoh kepada siswanya
untuk berperilaku disiplin dan jujur.
Melatih perilaku jujur kepada siswanya dengan
memberikan kesempatan memeriksa dan
memberikan nilai terhadap hasil ulangan harian
masing-masing.
Mengembangkan keterampilan siswa
dalam merumuskan hipotesis, merancang
dan melaksanakan eksperimen serta
mengumpulkan, mengolah, menalar, dan
menyajikan data kemudian melaporkan
dalam bentuk lisan maupun tertulis.
Tidak terungkap dari wawancara Tidak terungkap dari proses pembelajaran
Mengembangkan pemahaman dan
kemampuan siswa dalam menganalisis
untuk memecahkan masalah dan
menjelaskan berbagai fenomena alam
dengan menggunakan konsep dan prinsip
fisika secara kualitatif maupun kuantitatif.
Telah mengetahui mengenai inti-inti dari
materi yang harus dipelajari oleh siswa
serta soal-soal fisika yang berhubungan
dengan materi tersebut.
Dominan memberikan analisis peristiwa fisika dan
mencari persamaan untuk kasus-kasus fisika
tertentu.
Dominan memberikan latihan kepada siswanya
berupa soal-soal fisika yang bersifat matematis
secara spontan setelah menjelaskan materi fisika.
Mengajarkan trik kepada siswanya agar dapat
mengerjakan soal-soal fisika dengan cepat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
mudah.
Mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman siswa mengenai konsep fisika
tentang penerapan fisika dalam teknologi
dan melanjutkan pendidikan.
Mengharapkan agar setelah mempelajari
fisika di SMA, seluruh siswanya siap
untuk menghadapi Ujian Nasional (UN)
dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SBMPTN) sehingga dapat
melanjutkan pendidikan ke Perguruan
Tinggi Negeri (PTN)
Memberikan latihan-latihan soal dan evaluasi
kepada siswanya dengan menggunakan soal-soal
yang diambil dari soal-soal UN dan SBMPTN.
Membiasakan siswanya untuk dapat mengerjakan
1 soal esai dengan waktu maksimal 5 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
d. Tanggapan Hasil Penelitian Guru A
Dari tabel 4.2 tampak bahwa Guru A mengetahui 3 tujuan
pembelajaran fisika dari 5 tujuan pembelajaran fisika menurut Permendikbud.
Tujuan pembelajaran fisika yang diketahui Guru A yaitu: 1) memupuk sikap
jujur dan disiplin kepada siswanya, 2) mengembangkan pemahaman dan
kemampuan siswa dalam menganalisis, dan 3) mengembangkan pengetahuan
fisika untuk mempersiapkan siswanya melanjutkan pendidikan pada jenjang
yang lebih tinggi.
Namun dari ketiga tujuan pembelajaran fisika yang diketahui oleh
Guru A tersebut ternyata kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran fisika
menurut Permendikbud. Salah satunya yaitu tujuan pembelajaran fisika
menurut Permendikbud nomor kedua. Guru A hanya mengetahui bahwa tujuan
pembelajaran fisika yaitu untuk mengembangkan sikap jujur dan disiplin.
Padahal pada tujuan pembelajaran fisika tersebut meliputi mengembangkan
rasa ingin tahu, tanggung jawab, kritis dan dapat bekerja sama dengan orang
lain. Ketidaksesuaian tujuan pembelajaran fisika tersebut juga terjadi pada
tujuan pembelajaran fisika nomor 3 dan 5.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang tujuan
pembelajaran fisika yang diketahui oleh Guru A berpengaruh terhadap proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran Guru A dominan memberikan
latihan soal, trik cepat menyelesaikan soal, menggunakan soal-soal yang
berasal dari UN dan SBMPTN untuk evaluasi dan sering memberikan nasihat
kepada siswanya untuk berperilaku jujur dan disiplin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran fisika
yang diketahui serta proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh Guru A
terfokus pada tujuan kognitif. Pengalaman dan latar belakang sebagai tentor di
lembaga bimbingan belajar dapat menjadi penyebab dari tindakan yang
diambil oleh Guru A tersebut. Mayoritas lembaga bimbingan belajar
memberikan fasilitas program khusus untuk mempersiapkan peserta didiknya
agar dapat lulus UN dan diterima di PTN ternama.
Pengalaman Guru A sebagai tentor Bimbel yang mempengaruhi cara
guru mengajar ternyata sesuai dengan sumber PCK. Pengalaman sebagai
tentor Bimbel tersebut akan merekonstruksi dan mengembangkan pemahaman
Guru A tentang pengajaran melalui proses refleksi. Dengan demikian maka
Guru A meyakini bahwa pembelajaran fisika yang baik yaitu dengan latihan
soal-soal fisika. Hal ini menegaskan bahwa pengalaman mengajar serta tempat
guru mengajar juga mempengaruhi guru dalam menentukan tujuan
pembelajaran dan dan strategi pembelajaran mereka.
2. Guru B
a. Pengetahuan Guru B Tentang Tujuan Pembelajaran Fisika
Dari hasil penelitian terungkap bahwa Guru B memiliki pengetahuan
tujuan pembelajaran fisika yaitu untuk mengembangkan pengetahuan
siswanya mengenai konsep fisika dan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari. Pengetahuan tujuan pembelajaran fisika tersebut terungkap dari kutipan
wawancara berikut:
“Ya sebenarnya mengetahui bahwa belajar fisika itu adalah ilmu
pengetahuan yang terapan, yang kita ketahui yang ada di lingkungan
hidup kita adalah fisika. Jadi belajar apapun di lingkungan kita
adalah belajar fisika. Contoh, misalkan kita itu kalau lewat di jalan
yang licin itu terpeleset, itu masalahnya gravitasi ya ada gaya gesekan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
kecil, sehingga apa, terselip dan seterusnya. Itu akibat kalau bawa
motor licin tidak boleh, takut selip karena gaya gesekannya kecil”
Guru B mengharapkan agar setelah mempelajari fisika, siswanya tidak
hanya dapat menyelesaikan soal-soal fisika saja namun mengetahui juga
bahwa fisika itu berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu
Guru B juga mengharapkan agar siswanya tidak hanya mengetahui
rumus/persamaan fisika, namun dapat memahami konsep-konsep dari prinsip
fisika itu sendiri.
b. Proses Pembelajaran Fisika Guru B
1) Materi Pembelajaran yang digunakan Guru B
Dari hasil penelitian terungkap bahwa dalam memberikan materi
fisika, Guru B menentukan terlebih dahulu materi pokoknya, kemudian
materi lainnya akan disesuaikan dengan kebutuhan siswa. hal ini
diutarakan Guru B dalam kutipan transkrip wawancara berikut:
“Nanti urutannya adalah ini, ini, ini, nanti walaupun ada anak yang
dibalik pun tidak apa-apa, yang penting nanti materinya tidak terlepas
dari pokok masalah yang diajarkan. Mungkin ada yang tanya lebih
jauh lagi, misalkan teknologi masa kini, tetap akan saya usahakan
untuk dijawab walaupun mungkin akan menyita waktu tapi saya
jawab. Setelah itu kembali ke bagian utama.”
Pernyataan tersebut terlihat ketika proses pembelajaran fisika di kelas,
tampak bahwa ketika Guru B menyampaikan materi lain yang memang
berhubungan dengan materi pokok, Guru B berusaha kembali untuk
mengembalikan alur pembelajaran saat itu kepada materi pokok sehingga
materi yang harus disampaikan pada pembelajaran tersebut dapat
terselesaikan dengan lengkap.
Dalam menyampaikan materi pelajaran fisika, Guru B memulainya
dengan menjelaskan materi fisika, penjelasan penurunan rumus dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
diakhiri dengan pemberian contoh-contoh soal. Terkait materi fisika yang
digunakan, Guru B menyatakan bahwa materi yang disampaikan kepada
siswanya tersebut berdasarkan paket materi yang sudah ditentukan dari
kurikulum itu sendiri. Pernyataan tersebut disampaikan Guru B dalam
kutipan transkrip wawancara berikut:
“Saya berharap supaya jangan sampai pelajaran saya itu kosong,
masalahnya ya itu lagi, target yang direncanakan terlaksana.
Walaupun kita tergesa-gesa ngejar, itu karena tuntutannya adalah
menyelesaikan materi, paket materi yang ada di semester.”
Oleh karena itu pada awal pembelajaran fisika Guru B terlebih dahulu
menyampaikan kepada siswanya mengenai materi-materi yang akan
dipelajari ke depanya. Guru B juga menyampaikan mengenai targetnya
untuk dapat menyelesaikan paket materi fisika tersebut di semester ini.
2) Metode Pembelajaran yang digunakan Guru B
Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Guru B menggunakan
metode ceramah siswa aktif, demonstrasi dan praktikum. Metode ceramah
siswa aktif tersebut terungkap ari proses pembelajaran di mana ketika guru
menjelaskan materi fisika, Guru B selalu mengajak siswanya untuk aktif
dengan cara berdiskusi sembari memberikan pertanyaan. Berikut kutipan
transkrip video ketika Guru B mengajak siswanya berdiskusi:
G: Jadi untuk satu kali bergetar, atau satu kali berayunan, satu
kali bergetar, jadi dari titik A ke O, ke B, ke O, ke A. Jadi dari
titik A ke O ke B ke O ke A.
Trus.. dikerjain terus (sambil menunjuk ke salah satu siswa).
Kalau dari O, trus ke
SS: A,
G: terus
SS: ke O
G: terus
SS: ke B
G: terus
SS: ke O.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
G: nanti di akhirnya sama dengan gerak bolak-balik
Tampak bahwa dari kutipan transkrip video tersebut bahwa Guru B selain
menjelaskan materi fisika sendiri, Guru B juga mengajak siswanya untuk
terlibat dalam proses pembelajaran tersebut dengan mengajak mereka
berdiskusi.
Guru B juga mengombinasikan metode ceramah siswa aktifnya dengan
metode demonstrasi. Saat menggunakan metode demonstrasi, Guru B juga
memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswanya. Peneliti melihat
bahwa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan tersebut maka siswa
juga ikut terlibat dalam proses pembelajaran tersebut. Dengan cara tersebut
maka siswa tidak hanya sekedar menerima informasi dari Guru B semata,
namun mereka juga ikut mengolah informasi tersebut yang akan menjadi
pengetahuan mereka.
Dalam wawancara Guru B mengungkapkan bahwa beliau juga
merencanakan kegiatan praktikum untuk materi yang diajarkannya
tersebut, berikut pernyataan Guru B tersebut:
M: Terkait praktikum itu apakah memang sudah bapak jadwalkan
ya?
G: Sebenarnya iya, pokoknya harus ada itu. Karena di satu siswa
penelitian tidak hanya prestasi semacam itu, pengetahuan
macam itu saja, tapi saya juga harus memahami apa yang dia
pelajari di lingkungan hidup yang ada, sebenarnya apa yang
dia jumpai harusnya dia melaksanakan dan menghubungkan
antara pengetahuan dengan kejadian yang ada di lingkungan
kita. Jadi seolah-olah tidak terlalu sistematis, tapi tahu proses-
prosesnya.
Menurut kutipan wawancara tersebut, Guru B menggunakan metode
praktikum untuk membuktikan secara ilmiah pengetahuan yang telah
diperoleh siswa di kelas dan menghubungkannya dengan fenomena di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
sekitar mereka. Hal ini dilakukan Guru B dengan memberikan materi dulu
sebelum melaksanakan praktikum, Pernyataan tersebut dikatakan Guru B
dalam kutipan transkrip wawancara berikut:
“Kalau bisa itu sebenarnya praktikumnya juga materinya dibahas
dulu, biar tidak langsung praktikum, nanti seolah-olah apa yang
hendak dia pelajari itu belum berhubungan.”
Namun selama melaksanakan observasi, peneliti tidak mendapat
bahwa Guru B melaksanakan metode praktikum. Ini mungkin disebabkan
karena jam pelajaran yang kurang di mana Guru B hanya mengajar di
hanya mengajar fisika di hari Senin dan Kamis, sedangkan pada bulan
Mei 2017 banyak tanggal merah di hari Kamis.
3) Kegiatan Belajar Mengajar
Penelitian menunjukkan bahwa Guru B memiliki cara khusus dalam
mengajar fisika. Ketika mengawali kegiatan pembelajaran, Guru B
terlebih dahulu mencari pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Hal ini
dilakukan Guru B dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai
materi yang akan dibahasnya pada pertemuan tersebut. Berikut transkrip
video ketika guru mencari tahu pengetahuan awal siswa:
G : Kita teruskan pada bab terakhir. Bagian paling terakhir itu
adalah getaran... getaran...
Ada yang sudah pernah mendengar kata getaran? (Guru
Bertanya kepada siswa)
SS: Pernah
G: Pernah... apa?
Kalau untuk getaran, kita tahu persis merupakan gerakan.
Gerakannya seperti apa kalau getaran?
SS: bergetar.
G: bergetar... (sambil menggerakkan tangan). Getarannya seperti
apa?
Sa: begini (sambil menurun – naikkan tangan)
G: gini-gini (sambil mengikuti gerakkan tangan siswa)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Jadi nanti kalau getaran gerakannya adalah bolak-baik, kaya
gelombang laut. (sambil memperagakan gelombang laut
dengan tangannya).
Kalau kita bicara mengenai getaran. Maka yang pertama kali
adalah mengenai gerak. Kalau benda bergerak penyebabnya
apa? Kalau benda bergerak penyebabnya apa? Mengapa
bergerak?
Sb: Gesekan.
G: karena ada gesekan, ada lagi?
Sb: gaya
G: Karena ada gaya. Nanti pertama kali penyebab gerakan
dikatakan adalah gaya. Kalaupun untuk gerak yang merupakan
gerak bolak-balik atau yang dikatakan lain getaran juga ada
gaya berubah bentuk.
Pada kutipan tersebut, tampak bahwa Guru B mencari pengetahuan
awal yang dimiliki siswanya mengenai konsep getaran. Ketika pendapat
yang diutarakan siswa mengenai konsep fisika tersebut kurang tepat, Guru
B tidak langsung menyatakan bahwa pendapat tersebut salah, namun Guru
B tetap merespons jawaban tersebut dan menanyakan pendapat siswa yang
lain lagi. Namun ketika jawaban yang diutarakan siswa benar maka Guru
B akan mempertegas jawaban siswa tersebut dengan memberikan
pertanyaan lagi.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa selama kegiatan
pembelajaran, Guru B tidak hanya mengajarkan konsep dan persamaan
fisika saja, namun juga mengaitkan fisika dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Penerapan prinsip fisika yang diterangkan Guru B
merupakan contoh-contoh dari benda-benda di kehidupan sehari-hari.
Berikut kutipan transkrip video tersebut:
G: Pegas diberi beban kemudian disimpangkan ke bawah, terus
dilepas maka akan bergerak naik turun. Biasanya untuk
efektivitas, kalau jaman saya dulu, ayunan bayi seperti ini
(sambil menunjuk gambar bandul).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Gambar 4.6. Guru B menjelaskan mengenai materi
getaran pada bandul.
Pakai keranjang, dikasih tali panjang terus bayi ditaruh di
dalamnya dan diayun-ayun. Tapi kalau sekarang jadinya gini
(menunjuk gambar pegas), dikasih kain, ini pegas ini pegas
terus digerakkan ke atas bawah, masalahnya apa? Nah, bisa
kamu cari tahu penyebabnya apa! Kalau jaman duli tidak
pakai ini, soalnya jaman dulu jarang adanya pegas, soalnya
desa.
Gambar 4.7. Guru B menjelaskan mengenai materi
getaran pada pegas.
a-o-b.(menulis pada pegas) jadi dapat gerak naik turun, itu
juga termasuk getaran. Ada juga yang lain, yang lain misalkan
ini, ada plat, atasnya diberi beban. Misalkan ini ya, ada plat
diberi beban di atasnya. Disimpangkan ke sini (kiri) dilepaskan
maha akan . .(guru memperagakan gerakan dengan tangannya)
akan bergerak bolak-balik juga.
Gambar 4.8. Guru B menjelaskan mengenai materi getaran
pada plat yang diberi beban pada salah satu
ujungnya
Ada pula juga yang kamu jumpai alat semacam ini, kemudian
di sini ada skala, kemudian di sini ada semacam plat,
kemudian di tengahnya ada beban, disimpangkan ke kiri dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
kanan sehingga ada gerak (menggerakkan tangan)
ctok..ctok..ctok.. namanya apa?
Se: detik
G: apa namanya? Ada yang sudah lupa?
Sf: Kucing (menunjuk boneka kucing yang biasa ada di toko-toko)
SS: (tertawa)
G: alat untuk mengatur gerak langkah, namanya apa? Ala ntuk
mengukur irama gerak langkah namanya apa?
Sg: steoroform
G: huruf depannya m
SS: monokrom.. monofrom.
G: me-tro-nom. Yang di sana, apa tadi? (sambil menunjuk siswa
di belakang)
Sh: metronom.
G: metronom, alat untuk mengatur irama, entah itu gerakan
langkah atau bukan yang diperlukan kira-kira berapa sekon.
Andaikata ya, ini bebannya ditarik ke atas atau digeser ke atas.
Kira-kira iramanya tambah cepat atau tambah berkurang?
Kalau ini ditambahkan ke atas (menunjuk gambar)
orientasinya pada ini. (menunjuk gambar plat dengan beban).
SS: (ribut)
G: coba dengan dulu, orientasinya pada ini hanya berbentuk
seperti .. (menunjuk gambar metronom). (guru memperagakan
tangannya naik turun seperti boneka kucing). Ya.. kalau ini
ditambahkan ke atas gimana? Ketukannya tambah cepat atau
lambat? Siapa yang sudah pernah menggunakan metronom?
Sf: saya...
G: Siapa yang sudah pernah melihat?
Sf-g: saya.
G: melihat pernah, menggunakan pernah. Tadi sudah kamu tebak,
kalau ditambah ke atas iramanya bagaimana? Tambah cepat
atau tambah lambat? Coba yang milih tambah cepat.
SS: (ribut)
G: Kita ini cuma punya 1 jam pelajaran. Tadi kalau bebannya
dipindahkan ke atas atau digeser ke atas, ketukannya makin
cepat atau makin lambat?
SS: lambat
G: makin lambat. Kalau misalkan ini (menunjuk gambar plat). Ini
diperpanjang ke atas, kira-kira kecepatannya makin cepat atau
makin lambat?
SS: lambat, cepat
G: jawabannya makin lambat.
Dari kutipan transkrip video terseut, Guru B menjelaskan kepada siswa
mengenai penerapan fisika di bidang teknologi yaitu penerapan konsep
getaran pada bandul, pegas dan plat yang diberi beban. Tampak dari
kutipan transkrip tersebut Guru B tidak hanya menyebutkan alat-alat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
menggunakan konsep fisika, namun juga menjelaskan alasan akan
penggunaan konsep fisika tersebut. Dalam proses pembelajaran tersebut,
Guru B menjelaskan bahwa penggunaan konsep getaran pegas atau bandul
pada ayunan disesuaikan dengan efektivitasnya. Sedangkan untuk plat
berbeban yang diterapkan pada metronom, Guru B menjelaskan bahwa
posisi beban pada plat tersebut akan mempengaruhi periode plat tersebut
berosilasi.
Tindakan Guru B tersebut yang mengaitkan penerapan fisika dengan
kehidupan sehari-hari, dijelaskan Guru B dalam kutipan wawancara
berikut:
M: Saya juga melihat bahwa bapak sering menghubungkan fisika
dengan kehidupan sehari-hari. Seperti kemarin bapak
menerangkan mengenai metronom, bandul dan alat pendeteksi
gempa. Apakah ketika mengajar selalu menghubungkan ya?
G: Sebenarnya itu biar anak punya pemikiran logis, sebenarnya
yang dipelajari ini ada aplikasinya ada penerapan di bidang
teknologi. Misalkan kalau momentum, saya malah berkaitan
dengan harusnya helm itu dalamnya dikasih bahan yang
empuk, biarpun di luarnya keras, tujuannya buat apa? Ada
lagi, semacam tinju, mukulnya kenapa habis dipukul harus
ditarik balik ga boleh mukul terus gini saja (menempel di
wajah musuh), jadi waktunya singkat, karena gaya dan waktu
itu ada hubungannya, dan pada kejadiannya sendiri sering
dijumpai pada anak-anak, itu.
Dari kutipan tersebut Guru B menjelaskan bahwa alasan dia mengajar
demikian supaya siswanya dapat mengetahui bahwa prinsip fisika juga
diterapkan dalam bidang teknologi di kehidupan sehari-hari. Selain itu,
Guru B mengharapkan selain siswanya mengetahui contoh-contoh
penerapan prinsip fisika tersebut, juga mengetahui alasan dari penggunaan
prinsip fisika pada bidang teknologi tersebut .
4) Media Pembelajaran yang digunakan Guru B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Penelitian menunjukkan bahwa Guru B menggunakan media
pembelajaran berupa, spidol, papan tulis, alat peraga dan LCD. Alat
peraga digunakan Guru B untuk mengajarkan konsep fisika kepada
siswanya. Dalam menggunakan alat peraga tersebut, Guru B mengajak
siswanya untuk memberikan hipotesis mengenai pengaruh terhadap alat
peraga tersebut apabila salah satu bagian alat peraga tersebut diubah-ubah.
berikut kutipan transkrip video ketika Guru B mengajarkan fisika
menggunakan alat peraga:
G: Getaran, masih ingat getaran? Tolong sebutkan apa itu
getaran!
SS: gerak bolak balik
G: gerakan yang bolak balik, terus?
SS: menuju kesetimbangan.
G: (guru mengambil bandul di mejanya)
Seperti ini ya, (guru menggoyangkan bandul) ini gerakan
bolak-balik. Jadi dari sini geraknya bolak, balik, bolak, balik.
Sedangkan kalau talinya makin pendek, apa yang terjadi?
(guru kemudian memendekkan tali)
SS: makin cepat
G: periodenya makin pendek. Periodenya makin singkat.
Kalau panjang talinya diperbesar? (guru lalu memanjangkan
tali bandul)
SS: makin lama.
Dari transkrip video tersebut tampak bahwa Guru B menggunakan alat
peraga bandul untuk mengajarkan materi fisika mengenai getaran. Guru B
mengajak siswa berpikir mengenai pengaruh periode ayunan bandul
apabila panjang talinya diubah-ubah. Dari demonstrasi alat peraga tersebut
siswa akhirnya paham bahwa periode ayunan bandul dipengaruhi oleh
panjangnya tali bandul.
5) Evaluasi Pembelajaran yang digunakan Guru B
Pada penelitian ini, dari hasil observasi peneliti tidak mendapatkan
evaluasi pembelajaran yang digunakan oleh Guru B, namun dari hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
wawancara terungkap bahwa Guru B menggunakan 2 bentuk evaluasi
pembelajaran yaitu laporan hasil praktikum dan ulangan harian. Laporan
praktikum yang digunakan oleh Guru B merupakan laporan siswa setelah
melaksanakan praktikum di laboratorium.
Evaluasi pembelajaran melalui ulangan harian yang digunakan oleh
Guru B didominasi oleh perhitungan matematis. Dalam evaluasi tersebut,
Guru B memberikan sekitar 14 sampai 15 soal dengan persentase 80% soal
gabungan pilihan ganda beserta esai dan 20% soal esai. Hal ini
diungkapkan Guru B dalam transkrip wawancara berikut:
M: Kalau untuk soal ulangan terori?
G: Ulangan teori pilihan ganda, tapi harus ada penyelesaian.
Tidak boleh hanya silang saja, kalau silang saja langsung
salah. Karena dari awal tulisannya adalah „buatlah
penyelesaian kemudian pilih jawaban yang sesuai‟. Kalau tidak
sesuai dibikin jawaban sendiri. Dihitung ternyata beda, sendiri
silahkan ditambah dengan jawaban sendiri
M: Biasanya berapa soal pak?
G: kalau rata-rata sekitar 14 sampai 15 soal, dengan 12 pilihan
ganda juga esai, maksudnya pilihan ganda dengan
penyelesaian, kemudian esainya juga full penyelesaian. Nanti
misalkan pilihan ganda esai, nanti dapat nilai separo (1/2),
tapai kalau menyilang saja kosong. Kalau hampir betul berarti
¾, nah itu 75% nanti akumulasi kan tidak mungkin nilainya
nol.
M: Kalau terkait soal, apakah soal-soal tersebut hitungan pak?
G: hampir hitungan, untuk rata-rata hitungan. Kalau aplikasi
berikan contoh ini mungkin hanya rumusan apa yang terkait,
rumusan yang sesuai. Itu milih misalkan, itu yang tanpa
hitungan. Terus penerapan bagian apa, itu misalkan untuk
momentum, apa gravitasi, apa getaran itu nanti alat-alatnya
dibuat berdasarkan itu. Tidak menghitung ya, hanya memilih,
itu baru boleh memilih dengan silang saja. Ataupun diberi
keterangan saja satu, itu dengan ini, kaitannya dengan apa?,
yang tidak masuk adalah ini. Ya, pokok dalam artinya saya
tidak pernah memberikan ulangan hanya pilihan saja
Dalam evaluasi ulangan harian untuk jenis pilihan ganda, Guru B
mengharuskan siswanya untuk menuliskan juga langkah penyelesaiannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Apabila dalam menyelesaikan soal tersebut siswa memperoleh nilai yang
berbeda dengan pilihan-pilihan yang tersedia, maka siswa diperkenankan
untuk menambah pilihan jawaban dari hasil yang telah diperolehnya.
Selain menggunakan soal-soal hitungan, Guru B juga menggunakan
soal-soal yang dikaitkan dengan contoh-contoh penerapan fisika.
Pemberian evaluasi pada saat ulangan harian dengan cara tersebut
mendukung pengetahuan guru tersebut mengenai tujuan pembelajaran
fisika. Namun dari pernyataan Guru B tersebut terlihat bahwa soal tersebut
hanya meminta siswa untuk menyebutkan saja dan tidak sampai
menjelaskan alasan digunakannya prinsip fisika tersebut.
c. Pengaruh Pengetahuan Tujuan Pembelajaran Fisika terhadap Proses
Pembelajaran
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai hubungan antara
pengetahuan tujuan pembelajaran fisika yang dimiliki oleh Guru B dengan
proses pembelajaran yang dilakukan oleh Guru B. Tujuan Pembelajaran fisika
yang menjadi acuan adalah tujuan pembelajaran fisika menurut Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2016 nomor 20 sampai dengan
nomor 24. Dari analisis pada bagian a terungkap bahwa Guru A mengetahui 2
tujuan pembelajaran fisika yaitu tujuan pembelajaran fisika nomor 3 dan 5.
Sedangkan tujuan pembelajaran fisika nomor 1, 2 dan 4 tidak terungkap baik
melalui wawancara maupun melalui observasi. Berikut adalah pengaruh tujuan
pembelajaran fisika menurut Permendikbud yang diketahui Guru B terhadap
proses pembelajaran:
Tujuan pembelajaran fisika nomor 3 menurut Permendikbud
a) Pengetahuan Guru B tentang tujuan pembelajaran fisika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Mengembangkan keterampilan siswa dalam merumuskan hipotesis,
mendesain dan melaksanakan eksperimen dan mengumpulkan,
mengolah, menalar, dan menyajikan data serta melaporkan hasilnya
dalam bentuk lisan maupun tertulis
b) Proses Pembelajaran
Selama observasi peneliti tidak menemukan bahwa Guru B
melaksanakan praktikum dalam proses pembelajaran fisika, namun
dalam wawancara terungkap bahwa Guru B telah merencanakan
mengusahakan adanya kegiatan praktikum untuk setiap materi yang di
ajarkan kepada siswanya serta menjadikan laporan praktikum siswa
sebagai salah satu instrumen evaluasi. Namun karena guru B mengejar
terselesaikannya target materi semester di tersebut maka kegiatan
praktikum mendapatkan kendala dalam pelaksanaannya.
Walaupun Guru B tidak melaksanakan kegiatan praktikum namun
dari proses pembelajaran terungkap tujuan pembelajaran fisika yang
lainnya. Tampak bahwa Guru B menggunakan bantuan alat peraga
untuk mempermudah siswa memahami konsep fisika. Hal ini karena
siswa dapat melihat langsung peristiwa fisika tersebut ketimbang
hanya mendengarkan penjelasan dari Guru B semata. Selain itu dengan
cara demikian, maka akan mengurangi terjadinya miskonsepsi
mengenai konsep fisika pada siswa.
Penggunaan alat peraga ini juga untuk melatih kemampuan bernalar
siswanya dengan mengajak siswanya berhipotesis mengenai kejadian
fisika pada suatu alat peraga apabila salah satu bagian alat peraga
tersebut diubah-ubah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
permasalahan fisika, di akhir proses pembelajaran Guru B melatih
siswanya untuk menyelesaikan soal-soal fisika yang berkaitan dengan
materi yang baru saja dipelajari.
Tujuan pembelajaran fisika nomor 5 menurut Permendikbud
a) Pengetahuan Guru B Tentang Tujuan Pembelajaran Fisika
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai
konsep fisika tentang penerapan fisika dalam teknologi dan
melanjutkan pendidikan.
b) Proses Pembelajaran
Penelitian menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran, tampak
bahwa di awal kegiatan pembelajaran Guru B mencari terlebih dahulu
pengetahuan awal siswa sehingga guru dapat memastikan apakah
pengetahuan awal yang dimiliki siswa sudah tepat. Dalam
menyampaikan materi fisika, walaupun Guru B mengutamakan topik-
topik materi yang dituntut pada semester tersebut, namun Guru B tetap
menjelaskan kepada siswanya mengenai peristiwa-peristiwa fisika
terutama penerapan fisika dalam teknologi di kehidupan sehari-hari.
Selain memberikan contoh-contoh teknologi yang menerapkan prinsip
fisika, Guru B juga menjelaskan mengenai alasan dari penerapan
prinsip fisika pada teknologi-teknologi tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tabel 4.3. Hasil wawancara dan proses pembelajaran terhadap Guru B mengenai tujuan pembelajaran fisika
Tujuan Pembelajaran Fisika Menurut
Permendikbud Hasil Wawancara Terhadap Guru B Proses Pembelajaran
Menyadari keteraturan dan keindahan
alam dan berperilaku beriman kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Tidak terungkap dari wawancara Tidak terungkap dari proses pembelajaran
Mengembangkan rasa ingin tahu, jujur,
disiplin, tanggung jawab, kritis, dan dapat
bekerja sama dengan orang lain.
Tidak terungkap dari wawancara Tidak terungkap dari proses pembelajaran
Mengembangkan keterampilan siswa
dalam merumuskan hipotesis, merancang
dan melaksanakan eksperimen serta
mengumpulkan, mengolah, menalar, dan
menyajikan data kemudian melaporkan
dalam bentuk lisan maupun tertulis.
Guru telah merencanakan dan mengusahakan
kegiatan praktikum dalam proses
pembelajarannya serta menjadikan laporan
praktikum sebagai bagian dari evaluasi.
Guru menyadari bahwa lewat praktikum
siswa dapat melaksanakan dan
menghubungkan antara pengetahuan yang
diperolehnya dengan kejadian di sekitar
mereka.
Kegiatan praktikum tidak terungkap dari
proses pembelajaran karena guru ingin agar
target materi pada semester tersebut
terselesaikan.
Memanfaatkan alat peraga untuk membantu
siswa memahami konsep fisika.
Menggunakan alat peraga untuk melatih
siswanya agar dapat berhipotesis terhadap
suatu peristiwa fisika.
Mengembangkan kemampuan dan
pemahaman siswa dalam menganalisis
untuk memecahkan masalah dan
menjelaskan berbagai fenomena alam
dengan menggunakan konsep dan prinsip
fisika secara kualitatif maupun
kuantitatif.
Tidak terungkap dari wawancara Tidak terungkap dari proses pembelajaran
Mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman siswa mengenai konsep Mengharapkan agar siswanya mengetahui
bahwa fisika itu sangat erat hubungannya
Menjelaskan kepada siswa mengenai
contoh-contoh teknologi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
fisika tentang penerapan fisika dalam
teknologi dan melanjutkan pendidikan.
dengan peristiwa yang terjadi di dalam
kehidupan sehari-hari.
Mengharapkan agar siswanya dapat
mengembangkan pengetahuannya mengenai
konsep fisika dan penerapannya pada
teknologi di kehidupan sehari-hari
menggunakan prinsip fisika dan alasan
digunakannya prinsip fisika tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
d. Tanggapan Hasil Penelitian Guru B
Dari tabel 4.3 tampak bahwa Guru B mengetahui 2 tujuan
pembelajaran fisika dari 5 tujuan pembelajaran fisika menurut Permendikbud.
Tujuan pembelajaran fisika yang diketahui Guru B yaitu 1) mengembangkan
keterampilan siswa melalui percobaan, dan 2) menguasai konsep dan prinsip
fisika serta penerapannya pada bidang teknologi.
Kedua tujuan pembelajaran fisika yang diketahui oleh Guru B kurang
sesuai dengan menurut Permendikbud. Sebagai contoh tujuan pembelajaran
fisika menurut Permendikbud nomor 5 yaitu mempersiapkan siswa untuk
melanjutkan studi. Walaupun dalam wawancara Guru B tidak menyatakan
bahwa dia mempersiapkan siswanya untuk melanjutkan studi ke jenjang yang
lebih tinggi, namun peneliti menganggap bahwa Guru B tentu menyadari
bahwa mempelajari fisika di SMA juga bertujuan agar siswa dapat
melanjutkan pendidikannya.
Penelitian menunjukkan bahwa tidak semua tujuan pembelajaran fisika
yang diketahui Guru B terungkap dalam proses pembelajaran. Tujuan
pembelajaran fisika yang tidak terungkap tersebut adalah tujuan pembelajaran
fisika menurut Permendikbud nomor 3 yaitu mengembangkan keterampilan
siswa melalui percobaan. Sebelumnya Guru B telah meyakini bahwa kegiatan
praktikum tersebut penting namun dalam praktiknya kegiatan tersebut tidak
terungkap. Peneliti memahami bahwa pada masa penelitian tersebut, jam
pelajaran fisika yang dimiliki Guru B banyak yang kosong akibat libur
sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Oleh karena itu penelitian ini juga menunjukkan ketidakmampuan
Guru untuk menjaga antara keyakinan dan pengetahuan tentang tujuan
pembelajaran fisika dengan praktek pembelajaran mereka. Situasi jadwal
mengajar fisika yang sering kosong tersebut membuat Guru B meninggalkan
tujuan pembelajaran yang diyakininya dan kemudian memfokuskan untuk
terlebih dahulu menyelesaikan materi pelajaran yang telah ditentukan oleh
kurikulum.
Penelitian ini menunjukkan bahwa evaluasi pembelajaran yang
digunakan juga tidak konsisten dengan tujuan pembelajaran fisika yang
diyakini Guru B. Walaupun Guru B ingin mengembangkan pengetahuan
siswanya mengenai konsep fisika yang terjadi di sekitar manusia dan
penerapannya, namun evaluasi yang diberikan oleh Guru B cenderung
didominasi penyelesaian soal fisika yang berupa perhitungan matematis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan maka dapat diidentifikasi pengetahuan tujuan
pembelajaran fisika yang dimiliki oleh Guru A dan Guru B serta pengaruhnya
terhadap proses pembelajaran:
1. Guru A mengetahui 3 dan Guru B hanya mengetahui 2 tujuan pembelajaran fisika
dari 5 tujuan pembelajaran fisika menurut Permendikbud No. 20, 21, 22, 23 dan
24 Tahun 2016. Tujuan pembelajaran fisika diketahui Guru A berbeda dengan
tujuan pembelajaran fisika yang diketahui Guru B.
2. Tiga tujuan pembelajaran fisika yang diketahui oleh Guru A kurang sesuai dengan
tujuan pembelajaran fisika menurut Permendikbud. Tiga tujuan pembelajaran
fisika yang diketahui oleh Guru A tersebut terungkap dan berpengaruh semua
terhadap proses pembelajaran fisika.
3. Dua tujuan pembelajaran fisika yang diketahui oleh Guru B kurang sesuai dengan
tujuan pembelajaran fisika menurut Permendikbud. Dari 2 tujuan pembelajaran
fisika tersebut, terdapat salah satu tujuan pembelajaran fisika yang hanya
terungkap sebagiannya dan mempengaruhi proses pembelajaran fisika.
B. Saran
Saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Peneliti lain yang menggunakan topik serupa agar sebaiknya membuat pedoman
wawancara yang menampakkan secara jelas aspek-aspek penting dari tujuan
pembelajaran fisika dan proses pembelajaran. Pengambilan data melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
wawancara juga dilakukan beberapa kali sehingga dapat memperjelas pernyataan
dari subjek penelitian dan mengurangi kekurangan data. Selain itu peneliti
sebaiknya berani untuk mengatur jalannya wawancara sehingga proses wawancara
dapat berjalan dengan lancar.
2. Bagi penelitian lain yang menggunakan data dari hasil observasi dan wawancara
agar menguasai bahasa daerah yang digunakan oleh subjek penelitian sehingga
mempermudah dalam memahami maksud dan ucapan subjek tersebut.
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standari Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: BSNP
Budi Kartika. 2008. Berbagai Stratgegi Untuk Melibatkan Siswa Secara Aktif Dalam Proses
Pembelajaran Fisika Di SMU, Efektivitasnya, Dan Siap Mereka Pada Strategi
Tersebut. Perspektif Pembelajaran Bidang Studi. Disunting oleh A.M. Slamet
Soewandi et al. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Cruickshank, Donald R., Deborah Nainer Jenkins & Kim K. Metcalf. 2014. Perilaku
Mengajar Edisi 6 Buku 1/The Act of Teaching, 6th ed. Jakarta: Salemba Humanika
Dariyo, Agoes. 2013. Dasar-Dasar Pedagogi Modern. Jakarta: PT Indeks
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi).
Jakarta: Rineka Cipta
Eggen, Paul & Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten
dan Keterampilan Berpikir Edisi 6. Jakarta: PT Indeks
Etkina, E. 2010. Pedagogical Content Knowledge and Preparation of High School Physics
Teacher. Physical Review Special Topic-Physics Education Research. 6. 2. 020110
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016
tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menegah.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2016
tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menegah.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menegah.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016
tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menegah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016
tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013
Pada Pendidikan Dasar dan Menegah.
Purwianingsih, Widi, Nuryani Y. Rustaman, dan Sri Redjeki. 2010. Pengetahuan Konten
Pedagogi (PCK) dan Urgensinya Dalam Pendidikan Guru. Jurnal Pengajaran
MIPA Vol. 15 no 2 hal 87-94 (Okt 2010)
Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Sarkim, Tarsisius. 2006. Investigating Pedagogical Content Knowledge (PCK) of Secondary
School Physics Teachers: A Case Study. Widya Dharma: Jurnal Kependidikan
(Majalah Ilmiah Kependidikan) vol. 17 no. 1 (Oct. 2006)
Sarkim, Tarsisius. 2015. Pedagogical Content Knowledge: Sebuah Konstruk untuk
Memahami Kinerja Guru. (Dipublikasikan di seminar nasional HFI tahun 2015)
Setyosari, Punaji.2010. Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan. Jakarta: Kencana
Prenada Group.
Siregar, Eveline dan Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Suparno, Paul. 2007. Metedologi Pembelajaran Fisika: Konstruktivistik dan Menyenangkan.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Suparno, Paul. 2014 Metode Penelitian Pendidikan IPA. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma
Suyatno dan Asep Jihad. 2013. Menjadi Guru Profesional Strategi Meningkatkan Kualifikasi
dan Kualitas Guru di Era Global. Yogyakarta: Penerbit Erlangga.
Suyitno, Imam. 2014. Memahami Tindak Pembelajaran: Cara Mudah dalam Perencanaan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bandung: PT Refika Aditama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Taufik, M., Sukmadinata, S., Abdulhak, I., & Tumbelaka, B.Y. 2010. Desain Model
Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dalam
Pembelajaran IPA (Fisika) Sekolah Menengah Pertama di Kota Bandung. Berkala
Fisika, vol 13 no.2 hal: 31-44 (April 2010)
Trianto. 2011. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan
Dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana Prenada Group.
Setyosari, Punaji.2010. Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan. Jakarta: Kencana
Prenada Group.
Winkel, W.S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Penerbit PT. Grasindo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI