Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
200
PENGEMBANGAN MEDIA KALENDER HURUF HIJAIYYAH UNTUK
PEMBELAJARAN MEMBACA HURUF ARAB
BAGI SISWA TUNARUNGU
Iftirohatul Adhimah, Nurhidayati, Lilik Nur Kholidah
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5 Malang
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan media kalender huruf
hijaiyyah untuk pembelajaran membaca huruf Arab bagi siswa tunarungu, (2)
mendeskripsikan penggunaan media kalender huruf hijaiyyah, dan (3)
mendeskripsikan efektivitas media tersebut. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode R & D Borg and Gall yang telah dimodifikasi oleh peneliti karena
adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan dana. Produk yang dihasilkan dari penelitian
ini berupa kalender huruf hijaiyyah yang terdiri atas 6 bagian, yaitu: (1) standar
operasional produk, (2) transliterasi Arab-Latin-bahasa isyarat, (3) latihan membaca
bagi pemula, (4) latihan membaca pendalaman, (5) bacaan do’a-do’a sholat dan
surat pendek dalam Al-Qur’an, serta (6) biodata peneliti. Berdasarkan hasil uji
validasi pada para ahli dan hasil uji coba lapangan, dari ahli media diperoleh tingkat
validitas 83%, dari ahli materi diperoleh 80%, dari ahli materi dan pembelajaran
anak berkebutuhan khusus diperoleh 78%, serta dari hasil uji coba lapangan
diperoleh tingkat kelayakan 83% dengan kategori efektif dan dapat dinyatakan
bahwa media kalender huruf hijaiyyah layak digunakan sebagai media pembelajaran
membaca huruf Arab bagi siswa tunarungu.
Kata kunci: siswa tunarungu, kalender huruf hijaiyyah, huruf latin, bahasa isyarat,
pembelajaran membaca huruf Arab
Pendahuluan
Bahasa Arab digunakan dalam interaksi sehari-hari maupun dalam kehidupan
beragama, khususnya agama Islam, sehingga setiap muslim perlu dan butuh untuk
mempelajari bahasa Arab. Sebagaimana penjelasan Ibnu Taimiyyah (dalam Al-Fauzan
1423 H: ت) bahwa bahasa Arab merupakan sebagian dari agama Islam. Seorang muslim
secara mutlak tidak boleh menjalankan sholat dengan selain bahasa Arab, padahal sholat
hukumnya fardlu ‘ain bagi setiap muslim.
Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kesempurnaan dalam berbahasa
karena beberapa keterbatasan yang ada padanya sejak lahir maupun karena kecelakaan.
Seperti halnya seseorang yang mengalami cacat pendengaran (tunarungu) tidak bisa
melakukan empat keterampilan berbahasa (istima:’, kala:m, qira:’ah, dan kita:bah)
secara keseluruhan. Hal tersebut berpengaruh terhadap kemampuan berbicaranya karena
keterbatasan kosakata yang diserap otak. Seorang tunarungu hanya memahami apa yang
dilihat (bahasa visual) sehingga hanya dapat melihat tulisan yang ada di hadapannya,
lalu memperhatikan dan menirukan cara bacanya, yang diperagakan oleh guru dengan
bahasa isyarat dan bahasa bibir. Menurut Somantri (2012: 93, 95-96) tunarungu dapat
diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang
tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya.
Pada anak tunarungu tidak terjadi proses peniruan suara, proses peniruaannya hanya
terbatas pada peniruan visual.
Seorang tunarungu juga kesulitan dalam menulis tulisan Arab karena arah dan
bentuknya berbeda dengan tulisan huruf latin yang biasa dipelajari. Di sekolah, siswa
tunarungu diajarkan cara menulis dan membaca huruf latin dalam bahasa Indonesia. Hal
201
tersebut sejalan dengan pendapat uruf Arab (biasa disebut Effendy (2012: 109) bahwa h
huruf hijaiyyah) memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan huruf
latin yang umum digunakan di Indonesia. Di antara perbedaan tersebut adalah
huruf hijaiyyah bersifat sillabary (tidak mengenal huruf vokal karena semua hurufnya
konsonan), begitu pula cara menulis dan membaca huruf hijaiyyah dari kanan ke kiri.
Sebagaimana bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan lainnya, pembelajaran
bahasa Arab juga terdiri atas 4 kemahiran yang harus dipelajari siswa, yaitu istima’,
kalam, qiro’ah, dan kitabah. Hal ini sependapat dengan Al-Fauzan dkk (1424 H: 25)
yang menjelaskan bahwa bahasa Arab mempunyai empat kemahiran yang dipelajari,
yaitu istima’ (menyimak), kalam (berbicara), qiro’ah (membaca), dan kitabah
(menulis). Media yang menerjemahkan keterampilan berbicara adalah suara yang
menjadi penyambung langsung antara pendengar dan pembicara. Sedangkan
keterampilan membaca dan menulis, medianya adalah huruf yang tertulis.
Selain itu, keterbatasan kosa kata yang didengar oleh siswa tunarungu
menyebabkan kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Guru harus menjelaskan
tiap kata hingga siswa paham maksud dari materi tersebut. Menurut Somantri (2012:
95-96) materi pelajaran dapat diserap oleh siswa tunarungu dengan mudah jika terdapat
media pembelajaran yang menarik dan berbasis visual. Sejalan dengan Levie dan Lentz
(dalam Rosyidi dkk, 2012: 105) yang memaparkan bahwa media visual memiliki empat
fungsi, yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris.
Terdapat banyak jenis media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan guru untuk
mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran. Penggunaan media
pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan materi yang diajarkan.
Sependapat dengan Asrori dan Ahsanuddin (2014: 16-22) yang menjelaskan bahwa
terdapat beberapa pembagian media pembelajaran. Berdasarkan indera penyerapnya
atau indera yang dirangsang, media dikelompokkan lagi menjadi empat, yaitu media
audio, media visual, media audio-visual, dan multimedia. Berdasarkan keasliannya,
media dikelompokkan lagi menjadi dua, yaitu (1) benda asli atau benda sesugguhnya
seperti benda-benda yang ada di kelas, di lingkungan sekolah, di rumah, maupun baju
yang sedang dipakai, dan (2) benda tiruan atau model seperti boneka, mainan anak,
mobil-mobilan, dan lainnya.
Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti bermaksud untuk memecahkan
permasalahan tersebut melalui pengembangan sebuah media pembelajaran yang
memudahkan siswa tunarungu untuk mempelajari bahasa Arab. Media pembelajaran
yang dikembangkan peneliti adalah media berupa kalender huruf hijaiyyah yang
dilengkapi bahasa isyarat, ejaan Latin, gambar-gambar dan kata-kata motivasi, latihan
membaca huruf Arab full color, serta latihan membaca dan menghafal do’a-do’a sholat
dan surah-surah pendek di Al-Qur’an.
Pada umumnya, kalender adalah sebuah sistem untuk memberi nama pada
sebuah periode waktu seperti hari (http://www.percetakanmoca.wordpress.com). Media
kalender yang dikembangkan peneliti ini tidak berupa daftar hari atau bulan, tetapi
berisi daftar huruf hijaiyyah berwarna yang dilengkapi gambar motivasi, ejaan latinnya,
dan bahasa isyaratnya. Media kalender huruf hijaiyyah ini tergolong media tiruan yang
berdimensi 2 sisi/dimensi dan digunakan sebagai media pembelajaran visual tanpa alat
pendisplai seperti bitha:qa:t al-hija:`i dan karikatur (pada keterangan sebelumnya). Hal
tersebut sesuai dengan penelitian Marwoto (2014) yang membuat kalender keaksaraan
sebagai media untuk pembelajaran tutor pendidikan keaksaraan yang efektif.
202
Media kalender huruf hijaiyyah ini dapat dibawa kemana-mana dan tidak harus
berada pada satu ruangan. Huruf isyarat jari yang digunakan pada media itu berbasis
ASL. ASL adalah bahasa isyarat yang paling banyak dikenal dan telah dipakai sebagai
pedoman bahasa isyarat oleh dunia internasional (http://www.ikhwan-
smoothcriminal.blogspot.com).
Guru mengenalkan dan mengajarkan cara membaca huruf hijaiyyah kepada
siswa tunarungu dengan menggunakan media kalender huruf hijaiyyah. Siswa
tunarungu dapat melihat dan memperhatikan huruf-huruf hijaiyyah yang ada pada
kalender. Jika siswa belum memahami jenis huruf hijaiyyah, siswa dapat melihat ejaan
latin dari setiap huruf hijaiyyah tersebut atau melihat ejaan isyarat jarinya.
Latihan membaca perlu dilakukan secara intensif dan berulang-ulang karena
siswa tunarungu cenderung pelupa terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari. Hal
tersebut sejalan dengan Somantri (2012: 97) yang menjelaskan bahwa kerendahan
tingkat intelegensi anak tunarungu bukan berasal dari hambatan intelektualnya yang
rendah, melainkan secara umum karena intelegensinya tidak mendapat kesempatan
untuk berkembang. Seseorang yang tunarungu juga cenderung sulit untuk berbicara dan
berfikir secara mendalam.
Peneliti mengembangkan media kalender huruf hijaiyyah tersebut untuk
memudahkan siswa tunarungu dalam pembelajaran membaca huruf Arab. Hal itu
dikarenakan siswa tunarungu sebagai sasaran penerapan media adalah siswa dengan
keterbatasan pendengaran dan cenderung informasi masuk atau dipahami dari apa yang
dilihat.
METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model R & D yang dirumuskan oleh
Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2009: 169-170), yaitu (1) penelitian dan
pengumpulan data, (2) perencanaan, (3) pengembangan draf produk, (4) uji coba
lapangan awal, (5) revisi hasil uji coba, (6) uji coba lapangan, (7) penyempurnaan
produk hasil uji coba, (8) uji pelaksanaan lapangan, (9) penyempurnan produk akhir,
dan (10) diseminasi dan implementasi. Kesepuluh tahapan tersebut dimodifikasi
menjadi tujuh tahapan, dikarenakan keterbatasan waktu, dana, dan tenaga yang dimiliki
peneliti. Ketujuh tahapan tersebut adalah: (1) analisis kebutuhan, (2) pengembangan
produk, (3) uji validasi, (4) revisi hasil validasi, (5) uji coba produk, (6) revisi akhir, dan
(7) produk akhir.
Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi SD kelas 1-3 di SLB-B Dharma Wanita
Sidoarjo. Sebagai permulaan, peneliti melakukan observasi pada pembelajaran
Pendidikan agama Islam di SD, SMP, dan SMA SLB-B Dharma Wanita Sidoarjo dan
wawancara kepada guru pengampu mata pelajaran agama Islam dan kepala sekolah
tersebut. Melalui data hasil observasi dan wawancara, peneliti dapat menganalisa
masalah, hambatan, dan potensi siswa tunarungu dalam membaca huruf hijaiyyah.
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, media pembelajaran kalender huruf
hijaiyyah dikembangkan menjadi 3 tahapan. Tahap pemula, berupa latihan membaca
huruf-huruf hijaiyyah dan ejaan huruf latinnya, dilengkapi dengan panduan bahasa
isyarat. Tahap menengah, berupa serangkaian huruf hijaiyyah yang berbentuk kata
maupun kalimat untuk melatih kemahiran dan kepekaan siswa tunarungu dalam
membaca huruf Arab. Tahap akhir untuk hafalan harian, berupa bacaan-bacaan dalam
sholat dan surat-surat pendek dalam Al-Qur’an.
203
Adapun rancangan materi dalam media kalender huruf hijaiyyah sebagai berikut:
a. Halaman pertama berupa halaman sampul
b. Halaman kedua dan ketiga berupa standar operasional media kalender hijaiyyah
c. Halaman keempat sampai kesebelas berupa transliterasi khusus anak tunarungu yaitu
abjad huruf hijaiyyah ke abjad huruf latin dan bahasa isyaratnya
d. Halaman kedua belas sampai ketiga puluh delapan berupa materi pembelajaran
membaca huruf Arab yang mengacu pada buku Iqro’ dan buku Qiro’atijilid 1, yaitu
mulai dari huruf alif sampai ya’ yang berharakat fathah atau berbunyi vokal /a/. Pada
semua halaman ini dilengkapi dengan kata-kata motivasi Islami beserta gambar-
gambar pendukung yang menarik.
e. Halaman ketiga puluh sembilan dan keempat puluh berupa latihan membaca huruf-
huruf hijaiyyah yang dirangkai menjadi satu lafadz.
f. Halaman keempat puluh satu berupa materi pembelajaran membaca huruf Arab yang
dipanjangkan
g. Halaman keempat puluh dua berupa materi pembelajaran membaca huruf Arab yang
berharakat kashrah atau berbunyi vokal /i/ dan meteri huruf Arab yang dipanjangkan
h. Halaman keempat puluh tiga berupa materi pembelajaran membaca huruf ha’ dengan
berbagai macam bentuknya dan huruf ha’ yang dipanjangkan
i. Halaman keempat puluh empat berupa materi pembelajaran membaca huruf Arab
yang berharakat dhummah atau berbunyi vocal /u/
j. Halaman keempat puluh lima dan keempat puluh enam berupa materi pembelajaran
membaca huruf Arab yang dipanjangkan
k. Halaman keempat puluh tujuh sampai halaman keenam puluh enam berupa beberapa
surah pendek dalam Al-Qur’an (Al-Fatihah, Al-Ikhlash, Al-Falaq, An-Nash, An-
Nashr, Al-‘Ashr), niat sholat, do’a iftitah, do’a qunut, dan do’a tasyahhud akhir,
beserta transliterasinya. Jika lafalnya ada yang dibaca panjang, maka pada ejaan
latinnya diberi tanda titik yang menunjukkan bacaan harus dipanjangkan.
Dari segi proses pembuatan, media ini melalui 3 tahapan juga. Tahap pertama
adalah pembuatan isi materi dalam kalender huruf hijaiyyah. Tahap kedua adalah
pembuatan desain background kalender, cover depan, dan editing gambar-gambar untuk
kata-kata motivasi Islami dengan memanfaatkan program Corel Draw X6 dan Word
2013. Tahap ketiga adalah penataan tata letak, pembuatan SOP (standar operasional
produk), dan pencetakkan pada kertas A3 jenis Artpaper 150.
Media ini diuji validasi oleh 3 tenaga ahli, yaitu (1) ahli media pembelajaran
bahasa Arab, yaitu Bapak Moh. Ahsanuddin, S.Pd., M.Pd. selaku dosen program studi
S1 Pendidikan Bahasa Arab Universitas Negeri Malang, (2) ahli materi pembelajaran
bahasa Arab, yaitu Ibu Dra. Anisa Ridwan, M.Pd. selaku dosen program studi S1
Pendidikan Bahasa Arab Universitas Negeri Malang, dan (3) ahli materi dan
pembelajaran ABK (anak berkebutuhan khusus), Bapak Drs. Abdul Huda, M.Pd. selaku
dosen program studi S1 Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Malang. Setelah
kalender huruf hijaiyyah divalidasi oleh beberapa tenaga ahli, peneliti melakukan
perbaikan dan penyempurnaan produk. Revisi dilakukan berdasarkan hasil instrumen
angket, kritik, dan saran dari para tenaga ahli.
Media kalender huruf hijaiyyah diuji cobakan pada siswa kelas 1, 2, 3 SDLB di
SLB-B Dharma Wanita Sidoarjo. Tahap pertama, siswa dikenalkan ejaan latin dari
setiap huruf hijaiyyah. Kemudian guru mengajarkan cara membaca ejaan latin tersebut
dengan bahasa isyarat jari. Guru mengenalkan dan melatihkan perbedaan ejaan
beberapa huruf hijaiyyah yang cara bacanya hampir sama melalui isyarat bibir dan
204
lidah, serta memanfaatkan gerakan tangan (gesture) dan tekanan udara dari mulut pada
tangan. Gerakan tangan (gesture) dan tekanan udara tersebut dapat membedakan huruf-
huruf yang mempunyai kesamaan isyarat. Setelah itu, guru mengajarkan membaca huruf
hijaiyyah tanpa melihat ejaan latinnya. Guru hanya menunjukkan ejaan latinnya jika
siswa benar-benar lupa.
Tahap kedua, guru mengenalkan ejaan latin dari do’a-do’a sholat dan surah-
surah pendek yang ada di Al-Qur’an. Kemudian, siswa membacanya berulang-ulang di
depan kelas hingga siswa menghafalnya. Guru harus mereview ulang ingatan siswa
terhadap materi huruf hijaiyyah dan hafalan bacaan sholat pada pertemuan sebelumnya.
Selain itu, guru dapat mencontohkan bacaan do’a dan surah pendek tersebut dalam
sholat. Setelah itu, guru dapat melanjutkan materi berikutnya jika siswa dirasa dapat
membaca huruf hijaiyyah yang sebelumnya dengan lancar. Uji coba produk juga
dilengkapi dengan penilaian angket oleh guru pengampu mata pelajaran agama Islam di
SLB-B tersebut.
Setelah uji coba lapangan, peneliti melakukan perbaikan dan penyempurnaan
produk berdasarkan pada data hasil uji coba lapangan dan angket yang diberikan.
Kemudian, media pembelajaran kalender huruf hijaiyyah dikemas dan dicetak menjadi
lebih baik, efisien, dan efektif sehingga dapat disebarluaskan di sekolah-sekolah luar
biasa yang lain sebagai media pembelajaran membaca huruf Arab maupun sebagai
referensi bagi civitas akademik yang lain.
Data yang diperoleh peneliti dari hasil uji validasi dan uji coba lapangan, berupa
data kuantitatif dan kualitatif. Data-data tersebut dikumpulkan melalui instrumen
observasi, wawancara, dan penyebaran angket yang berbentuk rating scale. Data-data
dianalisis dengan model interaktif, yaitu (1) identifikasi data, (2) pengelompokan data,
(3) penyajian data, dan (4) penyimpulan. Peneliti menggunakan standar penilaian
Arikunto (2006: 282-287) untuk menentukan tingkat validitas produk berupa kriteria
data kuantitatif diubah atau ditafsirkan menjadi data kualitatif berikut ini:
P : Skor yang dicari
X : Jumlah keseluruhan jawaban responden dalam seluruh item
Xi : Jumlah keseluruhan nilai ideal dalam satu item
100% : Bilangan konstanta
Tabel 2.1 Persentase Tingkat Validitas Arikunto (2006: 282-287)
Kategori Persentase (%) Kualifikasi
1 85% s.d 100% Valid tidak perlu revisi
2 75% s.d 84% Cukup valid perlu revisi
3 60% s.d 74% Tidak valid perlu revisi
4 0% - 59% Tidak valid tidak perlu revisi
Sedangkan, berdasarkan hasil uji coba produk di sekolah, peneliti juga
menggunakan standar penilaian Arikunto (2006: 282-287) untuk menentukan tingkat
kelayakan produk berupa kriteria data kuantitatif diubah atau ditafsirkan menjadi data
kualitatif berikut ini:
P : Skor yang dicari
P =
P =
205
X : Jumlah keseluruhan jawaban responden dalam seluruh item
Xi : Jumlah keseluruhan nilai ideal dalam satu item
100% : Bilangan konstanta
Tabel 2.2 Persentase Tingkat Kelayakan Arikunto (2006: 282-287)
Kategori Persentase (%) Kualifikasi
1 85% s.d 100% Sangat efektif
2 75% s.d 84% Efektif
3 60% s.d 74% Kurang efektif
4 0% - 59% Sangat tidak efektif
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses Pengembangan Media Kalender Huruf Hijaiyyah untuk Pembelajaran
Huruf Arab bagi Siswa Tunarungu
Proses pengembangan media ini ditempuh dalam tiga tahap, yaitu pra-
pengembangan media, aktivitas pengembangan media, dan pasca-pengembangan media.
Tahap pra-pengembangan media berupa observasi dan wawancara.
Peneliti melakukan observasi di SLB-B Dharma Wanita Sidoarjo, tepatnya di
Jln. Pahlawan gang TMP Sidoarjo. Observasi yang dilakukan peneliti berbentuk
observasi now participant. Peneliti mengamati seluruh kegiatan pembelajaran materi
agama dan membaca huruf Arab pada hari Senin-Kamis pada jenjang SD, SMP, SMA,
dan kelas ekstrakulikuler mengaji. Buku yang digunakan dalam pembelajaran adalah
buku pelajaran agama Islam dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sidoarjo, serta
buku Iqro’.
Melalui hasil observasi di SLB-B Dharma Wanita Sidoarjo, dapat diketahui
beberapa kriteria siswa SLB-B berikut ini:
Kriteria Siswa SDLB
Siswa kelas 1 terdiri atas 6 anak dan kelas 2 terdiri atas 3 anak. Layaknya siswa
SD kelas 1 dan 2 pada umumnya, siswa SDLB kelas 1 dan 2 juga masih terbawa sifat
kekanak-kanakannya semasa TK. Siswa masih senang bermain, berbuat jail pada teman-
temannya, berlari keluar kelas, bersikap manja, dan bercanda dengan teman di bangku
lain. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Saragih dkk
(http://tamariskagurusinga.blogspot.com/2017/03/psikologi-pendidikan-tentang-
metode_18.html) bahwa metode pembelajaran melalui bermain adalah metode belajar
yang digunakan di PG/TK. Bermain merupakan aktivitas yang positif bagi anak karena
terkandung bermacam-macam fungsi dalam pengembangan kemampuan fisik, motorik,
intelektual, bahasa, emosi, dan sosial.
Di kelas 1 dan 2, pengenalan huruf hijaiyyah dan ejaan latinnya diberikan secara
berulang-ulang karena masih pengetahuan baru. Di kelas 3 ke atas, siswa sudah
membaca huruf Arab yang dirangkai menjadi satu susunan huruf atau berbentuk satu
kata. Semua siswa SDLB menghafalkan surah Al-Fatihah, surah-surah pendek, dan
bacaan sholat, tetapi hanya ejaan latinnya yang dihafal. Apabila siswa tersebut sudah
tuntas belajar iqro’ dan hafalannya, siswa bisa langsung belajar membaca Al-Qur’an
tanpa huruf latin.
Pelajar sekolah dasar di Indonesia umumnya berusia 7-12 tahun. Rentang usia
tersebut termasuk masa kanak-kanak akhir. Menurut Piaget (1952) usia 7-11 tahun
memasuki masa perkembangan konkret operasional (dalam
http://tamariskagurusinga.blogspot.com/2017/03/psikologi-pendidikan-tentang-
206
metode_18.html). Oleh karena itu, selama pembelajaran guru terkadang menyelingi
candaan, semangat, dan motivasi untuk siswa agar terus rajin belajar dan tidak bosan.
Candaan tersebut dipilih candaan yang lucu dan bersifat kekanak-kanakan.
Kriteria Siswa SMPLB
Di SMPLB, terdapat 3 kelas. Kelas 7-9 rata-rata berisi 7-10 siswa. Semua siswa
memiliki tingkat pendengaran dan penyebab tunarungu yang berbeda-beda. Menurut
Somantri (2012: 94-95) penyebab terjadinya ketunarunguan terbagi menjadi tiga, yaitu:
(a) pada saat sebelum dilahirkan seperti gen bawaan, (b) pada saat kelahiran seperti
prematuritas, dan (c) pada saat setelah kelahiran seperti kecelakaan.
Selama pembelajaran membaca huruf Arab, diberlakukan tahapan yang sama
seperti pembelajaran di jenjang SD karena siswa SMP ada yang berasal dari SD lain dan
ada yang berasal dari SLB Dharma Wanita Sidoarjo. Siswa dikenalkan huruf hijaiyyah
dan cara membacanya dengan bahasa isyarat dan huruf latin. Setelah itu, siswa diminta
menulis ejaan latin dari surah-surah pendek dan bacaan sholat. Tulisan tersebut dibaca
di depan kelas secara berulang-ulang hingga hafal. Guru juga mengajarkan gerakan-
gerakan sholat seperti yang diajarkan pada siswa SD kelas 3 ke atas.
Selama pembelajaran, guru juga memberi selingan candaan yang bersifat
kedewasaan atau remaja, seperti pujian, sindiran, dan bersifat tidak kekanak-kanakan
lagi. Menurut Santrock (1998) salah satu karakterisktik penting perkembangan konsep
diri pada masa remaja adalah social comparison. Sejumlah ahli perkembangan percaya
bahwa dibandingkan dengan anak-anak, remaja lebih sering menggunakan
perbandingan sosial untuk mengevaluasi diri mereka sendiri. Hal tersebut dikarenakan,
masa remaja (12 – 21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak–
anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa
pencarian jati diri (dalam https://atikanurul22.wordpress.com/2013/10/31/makalah-
karakteristik-siswa-smp-dan-sma/).
Kriteria Siswa SMALB
Di SMALB, terdapat 3 kelas. Kelas 10-12 rata-rata berisi 10 anak. Pembelajaran
materi agama dan membaca huruf Arab pada jenjang SMA hampir sama dengan jenjang
SMP. Siswa dikenalkan huruf hijaiyyah, dilatih kemampuan mengingatnya dengan
membaca huruf hijaiyyah pada buku iqro’, karena siswa tunarungu cenderung pelupa.
Sebagaimana Somantri (2012: 97) berpendapat bahwa kerendahan tingkat intelegensi
anak tunarungu bukan berasal dari hambatan intelektualnya yang rendah, melainkan
secara umum karena intelegensinya tidak mendapat kesempatan untuk berkembang
Sedangkan untuk bacaan yang panjang seperti bacaan sholat dan surah pendek,
siswa diminta menulis ejaan latinnya, dibaca di depan kelas secara berulang-ulang, dan
dihafalkan. Begitu juga, candaan yang diselipkan selama proses pembelajaran lebih
bersifat kedewasaan.
Tahap kedua, peneliti melakukan wawancara kepada guru agama, Pak Widi
Agung Prasetiawan, S.Th.I. dan kepala sekolah SLB-B Dharma Wanita Sidoarjo, Bu
Endang Sulistyorini, S.Pd. SLB-B Dharma Wanita Sidoarjo berdiri sejak tahun 1982.
Terdapat sekitar 90 lebih siswa yang terdaftar di SLB tersebut tahun 2014-2015.
Terdapat 14 kelas dari jenjang TK hingga SMA. Di kelas, pembelajaran agama Islam
dan membaca huruf Arab hanya 1 jam pelajaran. Hal tersebut menjadikan pembelajaran
membaca huruf Arab belum maksimal karena kondisi dan keterbatasan siswa
tunarungu. Siswa masih perlu banyak pengulangan dan latihan. Solusinya adalah Pak
Widi membentuk kelas ekstrakulikuler mengaji yang sifatnya semi wajib.
207
Media pembelajaran yang digunakan Pak Widi berupa buku Iqro’ dan
whiteboard yang ditulisi tabel huruf hijaiyyah beserta ejaan latinnya dan whiteboard
yang bertuliskan ejaan latin dari bacaan-bacaan sholat dan surah-surah pendek dalam
Al-Qur’an. Media-media tersebut digantungkan dengan penjepit clip hitam pada sebuah
rangkaian tiang di sebuah ruang ekstrakulikuler, bukan di setiap kelas. Guru
menjelaskannya dengan bantuan bahasa isyarat, bahasa bibir, dan gesture tangan.
Strategi pembelajaran yang digunakan adalah belajar intensif dan membaca berulang-
ulang. Siswa tunarungu cenderung pelupa sehingga setiap pelajaran, siswa harus
melakukan kegiatan tersebut berulang-ulang.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut, peneliti melakukan analisis
kebutuhan terhadap media pembelajaran yang diperlukan siswa. Peneliti bermaksud
mengembangkan media whiteboard menjadi media kalender huruf hijaiyyah. Media
pembelajaran yang dikembangkan peneliti berbentuk seperti kalender yang dapat
digantung di mana saja.
Materi huruf hijaiyyah yang dimasukkan bersumber dari gabungan antara buku
Iqro’jilid 1 dan buku Qiro’ati jilid 1. Media ini didesain pada program Corel Draw X6
dan Adobe Photoshop dengan ukuran kertas A3. Gambar-gambar untuk background dan
ilustrasi kata motivasi berasal dari internet yang di-crop sedemikian rupa. Warna-warna
untuk huruf, background, dan gambar dipilih warna yang cerah dan bervariasi.
Ditambahkan kata-kata mutiara bersumber dari Al-Qur’an, hadits, dan nasihat ulama’.
Kemasan kalender ini dicetak full colors pada kertas A3 jenis artpaper yang dirangkai
dengan ring besi. Di tengah lubang ring besi tersebut diselipkan pita agar bisa
digantungkan pada dinding kelas seperti kalender tahunan.
Media kalender huruf hijaiyyah ini terdiri atas 64 halaman. Dari segi luaran
kalender huruf hijaiyyah, terdapat 6 bagian yang terdiri atas: (1) standar operasional
produk, (2) transliterasi Arab-Latin-bahasa isyarat, (3) latihan membaca bagi pemula,
(4) latihan membaca pendalaman, (5) bacaan do’a-do’a sholat dan surah-surah pendek
dalam Al-Qur’an, dan (6) biodata peneliti.
Pasca-pengembangan media, peneliti melakukan uji validasi media kepada
dosen ahli media, dosen ahli materi, dan dosen ahli materi dan pembelajaran anak
berkebutuhan khusus. Tahap berikutnya adalah revisi produk. Kesalahan dan
kekurangan produk dari hasil uji validasi, diperbaiki pada saat revisi agar media
menjadi lebih sempurna, efisien, dan efektif diterapkan. Kemudian, media kalender
huruf hijaiyyah diuji cobakan di SLB-B Dharma Wanita Sidoarjo dengan sampel siswa
kelas 1,2, dan 3 SD pada tanggal pada tanggal 30 November dan 1 Desember 2016.
Setelah media pembelajaran kalender huruf hijaiyyah diuji coba, media direvisi kembali
dan dicetak ulang agar dapat dimanfaatkan oleh siswa-siswi tunarungu yang belajar
membaca huruf Arab.
Proses Penggunaan Media Adapun langkah-langkah penggunaan media kalender huruf hijaiyyah berikut ini:
1. Guru mengenalkan huruf hijaiyyah yang berbunyi vokal /a/ atau berharakah fathah.
2. Guru mengenalkan cara membaca huruf hijaiyyah yang berharakah fathah tersebut
dengan huruf latin atau ejaan latinnya.
3. Guru mengajarkan huruf hijaiyyah dan ejaan latinnya melalui bahasa isyarat dan
gesture yang ada pada media.
4. Guru melatih ingatan siswa terhadap cara membaca huruf Arab pada halaman huruf
alif sampai ya’ yang berharakah fathah. Huruf-huruf tersebut mempunyai warna
208
yang berbeda-beda. Huruf hijaiyyah yang bentuk tipografinya serupa, memiliki
warna yang hamper mirip untuk mempermudah hafalan.
5. Jika siswa telah menghafalkan semua huruf hijaiyyah yang berharakah fathah, guru
dapat mulai mengajarkan huruf hijaiyyah yang berharakah kasrah atau berbunyi
vokal /i/, begitu juga ketika pengajaran huruf hijaiyyah yang berharakah dhummah
atau berbunyi vokal /u/. Guru tetap harus melakukan review ulang dalam membaca
huruf hijaiyyah karena siswa tunarungu cenderung pelupa.
6. Tahapan ini dapat dilakukan bersamaan dengan tahapan-tahapan di atas. Pada
tahapan ini siswa hanya dituntut untuk menghafal ejaan latin dari bacaan sholat dan
surah-surah pendek di halaman belakang. Tahap keenam adalah menulis ejaan latin
atau transliterasi huruf latin dari niat sholat shubuh.
7. Siswa membaca ejaan latin dari niat sholat shubuh yang telah ditulis di hadapan
guru.
8. Guru menyimak bacaan siswa dan mengoreksinya. Jika terdapat bacaan yang kurang
tepat baik makhroj maupun panjang pendek lafadz, guru dapat memberikan clue atau
tanda-tanda yang mengarahkan dan mengingatkan siswa pada huruf hijaiyyah
tersebut. Jika siswa masih belum dapat mengingat dan membacanya dengan benar,
guru dapat menunjukkan cara membaca huruf tersebut.
9. Jika bacaan siswa telah benar, siswa dapat membacanya di depan kelas sebanyak
lima kali atau lebih. Jika setiap hari dibiasakan pengulangan, siswa akan menghafal
bacaan tersebut secara tidak langsung. Setelah siswa menghafal niat sholat, siswa
dapat melanjutkan untuk menghafal lafadz yang lainnya dengan proses belajar
seperti sebelumnya.
Efektivitas Media Kalender Huruf Hijaiyyah untuk Pembelajaran Membaca
Huruf Arab bagi Siswa Tunarungu
Hasil Validasi Ahli Media
Berdasarkan hasil penilaian angket validasi ahli media diketahui bahwa dari 13
butir penilaian, terdapat 1 butir yang tergolong valid, yaitu kualitas kertas yang
digunakan. Sedangkan 12 butir yang lain tergolong cukup valid, yaitu (1) tampilan
bentuk kalender huruf hijaiyyah, (2) tampilan gambar motivasi, (3) tampilan
background kalender, (4) tampilan huruf hijaiyyah, (5) kejelasan tulisan (jenis, ukuran,
dan warna font), (6) kejelasan gambar yang digunakan, (7) ketepatan gambar yang
digunakan, (8) tata letak kalender huruf hijaiyyah, (9) kemenarikkan media, (10)
keefektifitasan media yang digunakan, (11) kemudahan dalam penggunaan media, dan
(12) kebermanfaatan media yang dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Dapat
disimpulkan bahwa media kalender huruf hijaiyyah memenuhi tingkat validitas sebesar
83% dengan kualifikasi cukup valid dan perlu revisi.
Uji validasi ahli media juga menghasilkan data kualitatif berupa saran dan kritik
dari dosen ahli media. Ahli media menyarankan agar disertakan nama peneliti pada
cover depan media, ditambahkan penomoran halaman dan judul pada setiap bacaan,
serta perlu ditambahkan profil diri peneliti di halaman terakhir media. Selain itu, ahli
media juga menyarankan agar harakah panjang-pendek setiap lafal perlu diperhatikan.
Hasil Validasi Ahli Materi
Berdasarkan hasil penilaian angket validasi ahli materi diketahui bahwa dari 10
butir penilaian, terdapat 2 butir yang tergolong valid, yaitu (1) kesesuaian huruf
hijaiyyah dengan ejaan huruf latin dan (2) kesesuaian ejaan huruf latin dengan bahasa
209
isyarat. Sedangkan 8 butir yang lain tergolong cukup valid, yaitu (1) kejelasan isi
materi, (2) ketepatan penulisan materi, (3) tingkat kemudahan materi, (4) kesesuaian
latihan dengan kemampuan siswa tunarungu, (5) ketepatan susunan latihan untuk
pembelajaran kemahiran membaca huruf Arab, (6) kejelasan isi latihan, (7) tingkat
kecukupan jumlah latihan membaca huruf Arab yang disediakan, dan (8) kesesuaian
tingkat kesulitan latihan membaca huruf Arab. Dapat disimpulkan bahwa isi materi
dalam media kalender huruf hijaiyyah memenuhi tingkat validitas sebesar 80% dengan
kualifikasi cukup valid dan perlu revisi.
Uji validasi ahli materi juga menghasilkan data kualitatif berupa saran dan kritik
dari dosen ahli materi dalam hal tulisan, kertas, dan materi. Pertama dari segi tulisan,
ahli materi menyarankan agar tulisan istilah asing dicetak miring seperti, mad, fathah,
hijaiyyah, dan lainnya. Selain itu, peneliti disarankan untuk menambahkan tulisan
berbahasa Arab dari istilah asing tersebut seperti, كسرة. Dari segi kertas, ahli materi
menyarankan bahan kertas yang digunakan untuk mencetak media kalender huruf
hijaiyyah diganti dengan bahan kertas yang kaku dan ringan seperti kardus agar media
dapat ditegakkan seperti kalender duduk, sehingga pemakaiannya lebih efisien. Dari
segi materi, peneliti disarankan agar menghafal semua pola isyarat dari huruf hijaiyyah
yang akan diajarkan pada siswa tunarungu.
Hasil Validasi Ahli Materi dan Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus
Berdasarkan hasil penilaian angket validasi ahli materi dan pembelajaran ABK
diketahui bahwa dari 10 butir penilaian, terdapat 1 butir yang tergolong valid, yaitu
kesesuaian huruf hijaiyyah dengan ejaan huruf latin. Sedangkan 9 butir yang lain
tergolong cukup valid, yaitu (1) kesesuaian ejaan huruf latin dengan bahasa isyarat, (2)
kejelasan isi materi, (3) ketepatan penulisan materi, (4) tingkat kemudahan materi, (5)
kesesuaian latihan dengan kemampuan siswa tunarungu, (6) ketepatan susunan latihan
untuk pembelajaran kemahiran membaca huruf Arab, (7) kejelasan isi latihan, (8)
tingkat kecukupan jumlah latihan membaca huruf Arab yang disediakan, dan (9)
kesesuaian tingkat kesulitan latihan membaca huruf Arab. Dapat disimpulkan bahwa
materi dan pembelajaran ABK dalam media kalender huruf hijaiyyah memenuhi tingkat
validitas sebesar 78% dengan kualifikasi cukup valid dan perlu revisi.
Revisi Media
Berdasarkan uji validasi dan uji coba lapangan, dihasilkan beberapa data
kuantitatif dan kualitatif dari para ahli, praktisi pembelajaran, dan pengguna. Data
tersebut menjadi bahan revisi produk agar produk yang dihasilkan lebih efektif dan
layak guna (Ainin, 2014: 93).
Pertama dari segi tata letak, ditambahkan nama peneliti pada cover media bagian
depan, judul halaman untuk setiap bacaan, penomoran pada setiap halaman, dan
penggantian harakah pada lafadz yang seharusnya dibaca mad.
Kedua, dari segi kelengkapan, ditambahkan halaman biodata diri peneliti di
halaman terakhir kalender huruf hijaiyyah. Ketiga, dari segi isi materi, tulisan istilah
asing dicetak miring seperti, mad, fathah, hijaiyyah, dan lainnya. Keempat, dibedakan
bahasa isyarat dari beberapa huruf hijaiyyah yang mempunyai kemiripan bunyi seperti
huruf َ َ dan ح .ه
210
PENUTUP
Simpulan
Proses pengembangan media kalender huruf hijaiyyah mengacu pada teori R &
D Borg and Gall yang telah dimodifikasi, antara lain: (1) analisis kebutuhan, (2)
pengembangan produk, (3) uji validasi, (4) revisi hasil validasi, (5) ujicoba produk, (6)
revisi akhir, dan (7) produk akhir. Adapun media kalender huruf hijaiyyah ini terdiri
atas 64 halaman. Dari segi luaran kalender huruf hijaiyyah, terdapat 6 bagian yang
terdiri atas: (1) standar operasional produk, (2) transliterasi Arab-Latin-bahasa isyarat,
(3) latihan membaca bagi pemula, (4) latihan membaca pendalaman, (5) bacaan do’a-
do’a sholat dan surah-surah pendek dalam Al-Qur’an, dan (6) biodata peneliti. Prosedur
penggunaan media kalender huruf hijaiyyah tertera pada halaman standar operasional
produk. Guru yang akan melakukan pembelajaran membaca huruf Arab terhadap siswa
tunarungu, dapat melihat dan memperaktekannya dengan mudah. Ketika media
digunakan di dalam kelas, media dapat dikaitkan atau digantungkan pada paku dinding
atau ujung papan tulis. Media juga dapat diletakkan di atas meja, seperti halnya buku
bacaan.
Berdasarkan hasil uji validasi pada para ahli, hasil uji validasi ahli media
diperoleh tingkat validitas sebesar 83% dengan kualifikasi cukup valid dan perlu revisi,
hasil uji validasi ahli materi diperoleh tingkat validitas sebesar 80% dengan kualifikasi
cukup valid dan perlu revisi, dan hasil uji validasi ahli materi dan pembelajaran anak
berkebutuhan khusus diperoleh tingkat validitas sebesar 78% dengan kualifikasi cukup
valid dan perlu revisi. Adapun hasil ujicoba media oleh praktisi pembelajaran
memenuhi tingkat kelayakan sebesar 83%. Prosentase angka tersebut termasuk dalam
kategori efektif dan dapat dinyatakan bahwa media kalender huruf hijaiyyah layak
digunakan sebagai media pembelajaran membaca huruf Arab bagi siswa tunarungu.
Revisi media dilakukan peneliti berdasarkan pada data kualitatif hasil validasi ahli
media, ahli materi, serta ahli materi dan pembelajaran anak berkebutuhan khusus, di
antaranya adalah: (1) tata letak bagian-bagian media, (2) kelengkapan media, (3)
ketepatan tulisan dalam materi, dan (4) kesesuaian huruf hijaiyyah dengan bahasa
isyarat.
DAFTAR RUJUKAN
الدورات التدريبية لمعلم اللغة العربية لغير دروس ه. 4141الفوزان، عبد الرحمن بن إبراهيم و زملاؤه. . الرياض: مؤسس الوقف الإسلامي.الناطقين بها )الجانب النظري(
Ainin, Moh. 2014. Metodologi Penelitian Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bahasa
Arab (Teori dan Praktik). Malang: Bintang Sejahtera.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pengantar Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Asrori, Imam dan Ahsanuddin, Mohammad. 2014. Media Pembelajaran Bahasa Arab:
Dari Kartu Sederhana Sampai Web Penjelajahan Dunia. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Effendy, Ahmad Fuad. 2012. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Penerbit
Misykat.
211
https://atikanurul22.wordpress.com/2013/10/31/makalah-karakteristik-siswa-smp-dan-
sma/, diakses 15 Agustus 2018.
http://www.ikhwan-smoothcriminal.blogspot.com, diakses 21 September 2016.
http://www.percetakanmoca.wordpress.com, diakses 10 Desember 2016.
http://tamariskagurusinga.blogspot.com/2017/03/psikologi-pendidikan-tentang-
metode_18.html, diakses 15 Agustus 2018.
Marwoto, Sujud. 2014. Kalender Keaksaraan. Media untuk Pembelajaran Tutor
Pendidikan Keaksaraan yang Efektif, (Online), (http://www.skbpekalongan.com),
diakses 1 September 2015.
Rosyidi, Abd. Wahab dkk. 2012. Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa
Arab. Malang: UIN Maliki Press.
Somantri, T. Sutjihati. 2012. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.