Upload
trantram
View
241
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
365
PENGEMBANGAN MATERI AJAR BAHASA INGGRIS TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MAB
Angga Taufan Dayu, Hidayatullah, dan Raudhatul Haura
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Kalimantan
E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini yaitu memberikan materi bahasa Inggris yang sesuai untuk keperluan
mahasiswa jurusan teknik mesin. Adapun target luaran penelitian ini yaitu akan disusunnya
satu modul bahan ajar Bahasa Inggris untuk keperluan mahasiswa teknik mesin dan hasil
penelitian ini akan di seminarkan pada konferensi pengajaran bahasa Inggris di Padang
2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode kualitatif;
digunakan untuk pengumpulan data dalam analisis keperluan pembelajar menggunakan
pendekatan ESP. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan analisis 3K
(Keperluan,Keinginan dan Kekurangan). Untuk mengkaji bahan ajar pembelajaran ESP
pada program studi teknik mesin peneliti melihat dengan tiga perspektif, yakni (analisis
keperluan,analisis keinginan dan analisis kekurangan). maka dapat dikatakan bahwa
bahan ajar yang tersedia sebagai mana ditunjukkan dalam silabus mata kuliah ESP
baru memenuhi sebagian dari seluruh karakteritik yang ada. Jika dianalisis lebih
lanjut tentang kebutuhan mahasiswa jurusan teknik mesin tentu harus didekati dari
berbagai aspek yang melingkupinya. Artinya, pengembangan bahan ajar ESP harus
diarahkn pada disiplin dan bidang keilmuan. Oleh karena itu, substansi dan isi ESP
dikaitkan dengan tema dan topik pada bidang ilmu tertentu, jenis pekerjaan atau
aktivitas tertentu. Di sini, ESP harus diarahkan pada bidang keilmuan yang dipayungi
oleh konteks keislaman. Dengan kata lain, ESP yang dikembangkan pada jurusan teknik
mesin seharusnya diarahkan pada bidang keilmuan dilingkupi bidang kajian keislaman.
ESP juga harus berpusat pada bentuk kebahasaan yang sesuai dengan aktivitas dan
bidang keilmuan atau pekerjaan. Secara linguistik, bentuk bahasa yang paling terkecil
dapat dianalisis secara komprehensif melalui fonetik dan fonologi yang bidang
kajiannya menggarap hal-hal yang berhubungan dengan bunyi dan fonem. Pada level kosa
kata dengan segala kategori dan struktur pembentukannya dianalisis dalam bidang
kajian morphology, kemudian pada level kalimat yang mencakup frasa dan klausa dikaji
secara mendalam melalui bidang keilmuan sintaksis. Di samping itu, receptive skills
seperti listening dan reading serta productive skills seperti speaking dan writing
merupakan bagian yang terpisahkan dengan ESP.
Kata Kunci: Analisis 3K, ESP, Pendekatan ESP.
ABSTRACT
The objectives of this study is to give English language materials are appropriate for the
purposes of students majoring in mechanical engineering. The target of this research is the
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
366
outcome will be the drafting of a single module of English teaching materials for the
purposes of mechanical engineering students and the results of this study will be in
seminarkan on English language teaching conference in Padang in 2017. The method used
in this research is using qualitative methods; used for data collection purposes in the
analysis of learner using ESP approach. In this study, researchers used the analytical
approach 3K (Needs, Wants and Disadvantages). To assess the ESP learning teaching
materials for a course in mechanical engineering researchers looked at three perspectives,
namely (analysis purposes, the analysis of desire and analysis deficiency). it can be said
that the teaching materials which are available as indicated in the course syllabus new ESP
satisfy most of all existing characteristic. If further analysis of the needs of students
majoring in mechanical engineering would have to be approached from various aspects
surrounding. That is, the development of teaching materials ESP should diarahkn on
discipline and scientific fields. Therefore, the substance and the contents of the ESP is
associated with the theme and topic of the given field of science, type of work or activity.
Here, the ESP should be directed to the field of science housed within the Islamic context.
In other words, ESP developed in the mechanical engineering department should be
directed towards scientific fields covered by the field of Islamic studies. ESP also should
focus on linguistic form that corresponds to the activity and scientific field or job.
Linguistically, the smallest kind of language which can be analyzed comprehensively
through phonetics and phonology areas of study work on matters related to sounds and
phonemes. At the level of vocabulary in all categories and analyzed the structure formation
in the field of study morphology, then at the level of the sentence that includes the phrases
and clauses studied in depth through scientific field syntax. In addition, the receptive skills
such as listening and reading as well as productive skills like speaking and writing is an
integral part of the ESP.
Keywords : ESP, ESP Approach, 3K Analysis,
PENDAHULUAN
Pengembangan bahan ajar English for Specific Purpose (ESP) untuk mahasiswa
kependidikan dan non-kependidikan dewasa ini sangat dibutuhkan, karena mengingat
kebutuhan pasar global yang memungkinkan masuknya perusahaan asing ke Indonesia.
Dengan terbukanya pasar global akibat perkembangan teknologi internet yang
memungkinkan batas-batas suatu Negara menjadi maya dan setiap orang dapat mengakses
pasar melalui internet. Globalisasi menyebabkan terjadinya persaingan yang semakin keras
di semua lini, sehingga perguruan tinggi harus tanggap, sigap, tepat dan arif dalam
mengantisipasinya. Untuk menunjang program pemerintah dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan nasional maka kebutuhan inovasi kurikulum English for Specific
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
367
Purpose untuk mahasiswa perlu secepatnya dikembangkan agar para lulusan dapat
bersaing dalam memasuki dunia kerja.
Dengan masuknya perusahaan-perusaaan asing dan dibukanya perusahaan digital di
Indonesia serta dibukanya sekolah-sekolah internasional di Indonesia maka dirasakan
sangat perlu memberikan bekal ESP yang sesuai kebutuhan dunia kerja kepada mahasiswa
sains.
Pengembangan bahan ajar ESP perlu dilakukan untuk menunjang dan menciptakan
lulusan berkualitas dan mampu bersaing dalam dunia kerja yang membutuhkan tenaga
kerja terampil berbahasa Inggris secara aktif sesuai dengan kebutuhan dunia kerja masa
kini.
Oleh karena itu sudah perlu dikembangkan bahan ajar ESP yang layak bagi
mahasiswa sains dan teknologi agar para lulusan dapat menjadi lulusan yang siap pakai
dalam dunia kerja. Bahan ajar ESP harus dikembangkan berbasis kebutuhan mahasiswa
dan dunia kerja untuk meningkatkan motivasi belajar dan partisipasi belajar peserta didik
menggunakannya di kampus dan di luar kampus. Berdasarkan paparan permasalahan diatas
peneliti tertarik untuk mendesain materi untuk bahasa Inggris teknik mesin dikarenakan
observasi peneliti mahasiswa teknik mesin sangat memerlukan materi bahasa Inggris
pendukung kemampuan kerja mereka di era akan datang.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode kualitatif.
Metode kualitatif menurut Evan (2000) digunakan untuk pengumpulan data dalam analisis
keperluan pembelajar menggunakan pendekatan ESP. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan pendekatan analisis 3K (Keperluan,Keinginan dan Kekurangan).
PEMBAHASAN
ESP adalah Bahasa Inggris untuk tujuan khusus. Robinson selanjutnya
mengatakan “It (here ESP) is generally used to refer to the teaching and learning of a
foreign language for a clearly itilitarian purpose of which there is no doubt.” 22 Bahasa
Inggris untuk Tujuan Khusus (English For Specific Purposes) mempunyai pendekatan
dan asumsi yang berbeda dengan General English (GE). Tujuan ESP adalah agar
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
368
peserta didik mampu menguasai Bahasa Inggris pada bidang yang mereka pelajari.
Misalnya mahasiswa kimia, maka mereka harus memahami Bahasa Inggris untuk
kimia, atau jika mereka mahasiswa teknik, mereka harus mengetahui Bahasa Inggris
untuk teknik, atau jika mereka bekerja di perhotelan, maka mereka harus menguasai
Bahasa Inggris perhotelan, jika mereka mahasiswa maritim, maka mereka harus menguasai
Bahasa Inggris maritime, dan sebagainya.
Untuk mengkaji bahan ajar pembelajaran ESP pada program studi teknik mesin
peneliti melihat dengan tiga perspektif, yakni (analisis keperluan,analisis keinginan dan
analisis kekurangan). maka dapat dikatakan bahwa bahan ajar yang tersedia sebagai
mana ditunjukkan dalam silabus mata kuliah ESP baru memenuhi sebagian dari
seluruh karakteritik yang ada. Jika dianalisis lebih lanjut tentang kebutuhan
mahasiswa jurusan teknik mesin tentu harus didekati dari berbagai aspek yang
melingkupinya. Artinya, pengembangan bahan ajar ESP harus diarahkn pada disiplin dan
bidang keilmuan. Oleh karena itu, substansi dan isi ESP dikaitkan dengan tema dan topik
pada bidang ilmu tertentu, jenis pekerjaan atau aktivitas tertentu. Di sini, ESP harus
diarahkan pada bidang keilmuan yang dipayungi oleh konteks keislaman. Dengan kata
lain, ESP yang dikembangkan pada jurusan teknik mesin seharusnya diarahkan pada
bidang keilmuan dilingkupi bidang kajian keislaman. ESP juga harus berpusat pada
bentuk kebahasaan yang sesuai dengan aktivitas dan bidang keilmuan atau pekerjaan.
Secara linguistik, bentuk bahasa yang paling terkecil dapat dianalisis secara komprehensif
melalui fonetik dan fonologi yang bidang kajiannya menggarap hal-hal yang
berhubungan dengan bunyi dan fonem. Pada level kosa kata dengan segala kategori dan
struktur pembentukannya dianalisis dalam bidang kajian morphology, kemudian pada
level kalimat yang mencakup frasa dan klausa dikaji secara mendalam melalui bidang
keilmuan sintaksis. Di samping itu, receptive skills seperti listening dan reading serta
productive skills seperti speaking dan writing merupakan bagian yang terpisahkan
dengan ESP. Terakhir, ESP berbeda dengan General English. Perbedaan ini dapat
dilihat dari cakupan materinya dan fokus keterampilan yang hendak dicapai. Bahasa
Inggris umum boleh mengambil materi yang tidak sesuai dengan bidang kajian yang
penting dapat mengembangkan keempat keterampilan bahasa seperti disebutkan di atas.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
369
Dengan demikian, materi sebagaimana dijelaskan dalam silabus ESP yang telah
disajikan sebelumnya lebih berorientasi pada bahasa Inggris umum dari pada masuk
dalam kategori ESP. Artinya materi bahasa ESP saat ini belum sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa program studi teknik mesin.
KESIMPULAN
Bahan Ajar dalam Pembelajaran English for Specific Purpose pada Jurusan teknik
mesin belum menggambartkan substansi dan isi ESP dikaitkan dengan tema dan topik
pada bidang ilmu tertentu, jenis pekerjaan atau aktivitas tertentu, belum berpusat
pada bentuk kebahasaan yang sesuai dengan aktivitas dan bidang ilmu atau
pekerjaan seperti sintaksis, leksikal, wacana, dan semantik. Pembelajaran ESP masih
bersifat tradisional yang hanya mengandalkan buku teks, papan tulis, dan kehadiran
langsung dosen dalam ruang kelas. Padahal berbagai fasilitas seperti ketersediaan
Internet dan fasilitas penunjang telah tersedia.
Pengambangan bahan ajar bahasa Inggris untuk program studi teknik mesin
berbasis pendekatan ESP mencakup beberapa tahap, yakni tahap (1) merancang
tujuan Instruksional, (2) analisis instruksional (3) analisis pengetahuan prasyarat dan
karakteristik peserta didik (4) menyusun kompetensi atau kinerja yang diinginkan, (5)
mengembangkan instrumen (6) menyusun strategi instruksional, (7) menyusun bahan ajar
yang sesuai, tujuan pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat berpikir, dan
pelaksanaan penilaian harus dapat mengukur keempat keterampilan bahasa dan bukan
hanya reading dan writing saja.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, J. P. B., & Widdowson, H. G. (1974). Teaching the communicative use of English.
International Review of Applied Linguistics. XII(I).
Allwright, R. L. (1982). Perceiving and pursuing learners’ needs. In M. Geddes, & G.
Coffey, B. (1984). ESP-English for specific purposes. Language Teaching, 17(1).
Anthony, L. (1997). ESP: What does it mean? Retrieved from the World Wide Web on
Dec. 5, 2006, on CUE.
Clapham, C. (1996) . The development of IELTS: a study of the effect of background
knowledge on reading comprehension. Cambridge: Cambridge University Press.
Carver, D. (1983). Some propositions about ESP. English for Specific Purposes, 2, 131-
137.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
370
Close, R. A. (1992). A teachers’ grammar: The central problem of English. Hove:
Language Teaching Publications.
Douglas, D. (2000). Assessing language for specific purposes. Cambridge: Cambridge
University Press.
Dudley-Evans, T. (1998). An Overview of ESP in the 1990s. Paper presented at The Japan
Conference on English for Specific Purposes, Fukushima.
Dudley-Evans, A., & St. John, M. J. (1998). Developments in ESP: a multi-disciplinary
approach. Cambridge: Cambridge University Press.
Ewer, J. R., & Latorre, G. (1969). A course in basic scientific English. London: Longman.
Halliday, M. A. K., McIntosch, A., & Strevens, P. (1964). The linguistic science and
language teaching. London: Longman.
Hutchinson, T., & Waters, A. (1987). English for specific purposes: A learning centered
approach. Cambridge: Cambridge University Press.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
371
THE STUDENTS’ PROBLEMS, EFFORTS AND EXPECTATIONS IN
PRACTICING SPEAKING AT MTS AL-INAYATUT THOLIBIN BANJARMASIN
M. Arbain
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Kalimantan
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan permasalahan yang dialami oleh siswa, upaya-
upaya yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan dan harapan dalam praktik
berbicara. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Permasalahan yang
dialami siswa dalam praktik berbicara meliputi perasaan gugup, rasa percaya diri yang
rendah, perasaan malu, takut membuat kesalahan/takut diejek, kurangnya penguasaan
kosakata/pengetahuan tata bahasa, pengucapan yang buruk, kelancaran yang buruk, sering
dikoreksi/diinterupsi saat salah ucap, jarang berbahasa Inggris dan berbahasa Inggris
dicampur dengan bahasa Indonesia/bahasa ibu, ruang kelas ribut dan sering diganggu atau
diolok-olok. Usaha yang dilakukan berupa bersikap tenang saat mereka gugup berbicara,
tetap berbicara semampunya, meminta guru mengingatkan yang lain untuk tetap tenang,
membawa kamus atau bertanya kepada teman atau guru, meminta guru menjelaskan tata
bahasa, mengucapkan kata setepat mungkin atau meminta guru membetulkan kesalahan
pengucapan mereka, mendengarkan apa dikatakan guru, berbahasa Inggris semampunya,
tetap tenang, meminta guru mengingatkan yang lain untuk tidak mengganggu/mengolok-
olok mereka. Harapan-harapan siswa berupa dalam praktik berbicara diberi atau
ditanamkan motivasi, ditanamkan rasa percaya diri, kesalahan mereka ditolerir, banyak
diberi penjelasan tata bahasa, dibentuk kegiatan berguna/kelompok belajar bahasa Inggris,
tidak dikoreksi/dinterupsi di depankelas, banyak berbahasa Inggris, kelas kondusif, dan
meminta guru untuk mengingatkan yang lain agar tidak mengganggu atau mengolok-olok.
Kata Kunci: Harapan, Kemampuan berbicara, Masalah berbicara, Upaya
ABSTRACT
The research is aimed at describing problems encountered by the students, efforts done to
solve the problems and expectations in practicing speaking skill. The design of this
research is qualitative descriptive. The problems encountered in practicing speaking cover
nervousness, low self-confidence, shyness, fear of making mistakes/derision, lack of
vocabulary mastery and grammatical knowledge, bad pronunciation, bad fluency, often
corrected/interrupted while mispronouncing, rarely speaking English and speaking English
mixed with Indonesian/mother tongue, noisy classroom and often bothered or yelled. The
efforts done were taking it easy when they were nervous to talk, keeping confident to
control their shyness, being careful to talk, keeping speaking their best, asking the teacher
to remind others to keep silent, bringing their own dictionary or asking their friends/teacher
for a question, asking the teacher to explain about the grammar, pronouncing words as
correctly as possible or asking the teacher to correct their mispronunciation, listening to
what the teacher said, speaking English their best, keeping silent, asking the teacher to
remind the others not to bother/yell at them. And the students’ expectations were: given or
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
372
implanted motivation, implanted self-confidence, their mistakes could be tolerated, their
mispronunciation is corrected, introduced a lot of vocabulary, given much explanation
about grammar, established a useful activity/English study club, not corrected/interrupted
in front of class, speaking English a lot, the class is conducive, and asking teacher to
remind the others not to bother or yell.
Key words: Efforts, Expectation, Speaking problems, Speaking skill
INTRODUCTION
In many areas in Indonesia, as mentioned above, students are not exposed to
English, especially spoken one. Consequently, the students should work hard to develop
their speaking skill and it is surely not easy for them to learn how to speak because they
may have some difficulties or problems in speaking class. Students tend to have difficulties
speaking English or saying something in English. Furthermore, most students tend to be
passive to use English either in asking or in answering some questions. According Lawtie
(2004), most of the research findings have shown that most of the students of EFL are
quite difficult to improve their speaking ability. There are some problems dealing with this
fact. First, it relates to the condition of the students who are lack of vocabulary mastery
that will make them unable to say words during the speaking class. Second, most of
students are not confident to use English in speaking class. And the third, students prefer
speaking their mother tongue.
This has led to the fact that many students at junior high school are not able to
speak yet. This class condition is necessary to solve in order that the students get involved
actively in learning English especially in speaking English in the classroom.
From the researcher’s experience while doing survey at an Islamic Junior High
School, the researcher found that the students were reluctant or had difficulties in
expressing their ideas orally in English. The researcher assumed that there must be reasons
for their reluctance to speak English, and one of them is they have some problems that
inhibit them to practice and improve their speaking skill. In addition, however from my
interview with two teachers, those problems do not make them do nothing. Some of them
even try to solve their own problems. In addition, they also expected that all of the efforts
done either by themselves or from their teachers that may lead to the improvement of their
speaking skill. That is why the researcher decides to do the research dealing with the
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
373
problems the students’ problems in practicing speaking skill, the students’ efforts to solve
their problems, and the students’ expectations in practicing speaking skill.
The objectives of the research are intended to describe the problems encountered
by the students in practicing speaking skill, the students’ efforts doneby the students to
solve their problems, and the students’ expectations in practicing speaking skill.
METHODOLOGY
The design of this research belongs to qualitative, which is designed to obtain
information concerning the current status of phenomena (Ary, et al, 2002). It tries to
describe some important events that occur naturally in the classroom. The research is
intended to describe the students’ problem, efforts and expectations in speaking practice.
The researcher prepares a number of instruments to collect the data. The
instruments consist of observation sheet, interview guide and field notes. The observation
is the important technique to record (1) the problems encountered by the students in
practicing speaking skill, (2) the students’ efforts to solve their problems encountered.
Meanwhile, the interview is also needed to (1) the problems encountered by the students in
practicing speaking skill, (2) the students’ efforts to solve their problems encountered, and
(3) the students’ expectations in practicing speaking skill. Data analysis in qualitative
research is a process of categorizing, description and synthesizing the collected data (Ary
et al, 2002). After the data have been collected through interviews, observations, field
notes, the data will be selected, simplified, organized, and then reduced. It is done to make
the researcher easier to understand, interpret and make sense out of the collected data. Data
analysis in qualitative research is a process of data collection, data reduction, data display,
and conclusion/verifying of data (Miles and Hubberman, 1994: 128).
FINDINGS AND DISCUSSION
Based on the research problems, this research focuseson (1) the problems
encountered by the students in practicing speaking skill, (2) the students’ efforts to solve
the problems encountered, and (3) the students’ expectations in practicing speaking skill.
The Problems Encountered by the Students in Practicing Speaking Skill
Based on the four classroom observations and five interviews above, in general, it
can be concluded that the problems encountered by the students in practicing speaking
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
374
skillare 1) they were nervous to talk, 2) they had no self-confidence, 3) they tended to be
shy to talk, 4) they were afraid of making mistakes to speak or afraid of derision. All of
those problems mentioned could be categorized as internal problems Moreover, the other
problems encountered by in practicing speaking skill are 5) they were lack of vocabulary
mastery, 6) their grammatical knowledge was poor, 7) their pronunciation was bad, 8) their
fluency was bad. All of those problems mentioned could be categorized as external
problems. The other problems encountered when speaking in front class were 9) they were
often corrected/interrupted when mispronouncing, 10) they rarely spoke English and
tended to speak English mixed with Indonesian/Banjarese, 11) the classroom situation
seemed noisy while talking and 12) they were often bothered or yelled by other classmates.
One of the big problems that affect EFL students to practice speaking English is
psychological barrier. Psychological barrier included low self-confidence, shyness to talk,
fear of making mistakes/derision, and nervousness/anxiety.Self-confidence is one of the
personal factors, which are highly correlated with anxiety self-confident can be negatively
influenced when the learner thinks one oneself as deficient and limited in the target
language. Thus, it will make EFL students less-confidence to perform oral speech. On the
other hand, according to Heyde (1979) as cited in Arsyad (2014:12), high self-confident
can be positively correlated with oral performance. He and Chen (2010) state that the main
cause of students’ confidence is their low ability in speaking English.Shyness to talk is one
of psychological barriers encountered by the EFL/ESL learners. In other word, shyness is
one of mental problems encountered by EFL/ESL students that must be overcome. This is
also in line with Gebhard (2006) who points out that the students’ problem in speaking is
caused mostly by their shyness or anxiety. All these indicate the importance for teachers to
help students reduce those feelings to maximize their learning to speak in English.
The other problems encountered by ESL/EFL students in speaking practice are fear
of making mistakes/derision. In line with this,Tsui(as cited in Nunan 1996) identified at
least 5 (five) principal factors dealing with the students’ reluctance to speak up in class,
one of them is students’ fear of derision and mistake.
Most of the students said that they became anxious (nervousness, shyness, fear of
mistake or derision) when practicing speaking skill in English in the classroom, and this
indicated that they did not become apprehensive in informal setting. Horwitz, Tallon, and
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
375
Luo (2010: 99) argued that “approximately one-third of students studying a foreign
language experience at least a moderate level of foreign language anxiety”. Dealing with
the students’ anxiety, Tsui (Bailey and Nunan, 1998:157), students who have low English
proficiency tend to be anxious. However, this does not mean that the students with high
English proficiency have little or no anxiety.
The other problems encountered by in practicing speaking skill were they were lack
of vocabulary, it was difficult to construct the sentences, most of the students had bad
pronunciation and fluency and did not know what to say. All of those problems mentioned
could be categorized as external problems.
Dealing with the internal problems above, according to Brown and Nation (1997),
in speaking classes, students must be always exposed to three key items, namely (1) form-
focus interaction, (2) meaning-focus interaction, and (3) opportunity to improve fluency.
Form-focus interaction is defined as attention to details of vocabulary, grammar,
andpronunciation, and so forth.
Vocabulary is one of vital aspects of a language that students master. Vocabulary
has a very dominant role in language learning. Therefore, vocabulary is viewed central
(Nunan, 2003:23). It cannot be separated from any other skills including. In other words,
we can say that without good structure one cannot speak well enough, but without
vocabulary one cannot speak at all.
Grammar is also another vital aspect of a language that students master. Grammar
plays an important role in a language to construct correct and understandable.
Pronunciation is viewed as one of the vital aspects of a language. It is important for
every teacher to teach pronunciation to their students because it deals with the way certain
sound or sounds are produced (Richard and Schmidt, 2002: 429). Students’ speaking
ability closely deals with the pronunciation of the target language. It is not surprising that
students are required to perform good pronunciation in order to make listeners understand
their utterance.
The main goal of teaching productive skill is to improve students’ fluency (Byrne,
1997). Fluency is described as a quality of being fluent. Listeners are probably unable to
understand the messages from speaker who has poor fluency when the communication
which is not held fluently.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
376
The other aspect of productive skill is comprehension (Hornby: 235).
Comprehension is viewed as the ability to understand what other speaker says. Since oral
language requires a “give and take” approach, sometimes we speak, sometimes we listen,
and thus, comprehension is actually very crucial.
The Students’ Efforts to Solve the Problems Encountered
Based on the interviews carried out, it was known that the students’ efforts to solve
the problems encountered were as follow 1) many of them preferred keep calming down or
taking it easy when they were nervous to talk, 2) some of them tried to keep confident or to
control themselves, 3) some of them were careful to talk, and 4) they even did not care and
kept speaking their best, 5) they asked the teacher to remind the others to keep silent. 6)
they preferred bringing their own dictionary or asking their friends/teacher, 7) when they
did not know how to construct appropriate sentences, they asked the teacher to explain the
grammar, 8) they tended to pronounce words their best and asked the teacher to correct
their mispronunciation, 8) since most of them did not speak English fluently or since
theiroral proficiency was low, they speak their best, 9) they just listened to what the
teacher said while they were interrupted/corrected, 10) they tended to speak their best even
though many of them speak English mixed with Indonesian/Banjarese language, 11) they
attempted to keep calming down when the classroom was noisy and 12) they asked the
teacher to remind them not to bother or yell at them.
All of the efforts done by the students to solve the problems encountered should be
appreciated. As ESL/EFL learners, they have their own ways to overcome their own
problems. The use of dictionary when they speak in front of class is regarded logic and
possible to solve their oral performance problems. Therefore, a dictionary plays an
important role to help reduce students’ problem in practicing skill.
Asking friends or teacher directly who know more is also considered not only
crucial and an effective way as well. It indicates they are not passive learners. Therefore,
students should be facilitated. And one of teacher’s roles is as a facilitator. It means that a
teacher facilitates the process of learning, making learning easier for students; helping
them to clear away feedback, to find shortcut, to negotiate rough terrain (Brown 2007:167).
One of the ways to do is by helping students share vocabulary the students do not know
and the way to pronounce each word.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
377
Compared to the students who tend to be passive and have nothing to say, students
do not care how bad their own speaking ability, but are still willing to speak are still better.
It indicates they still have confidence. However, it should be teacher’s serious attention to
motivate them in order to perform better. Therefore, a teacher is required to able to play
his/her role as motivator (Brown 2007:167). Thus, teaching English cannot be separated
from the role of students’ motivation and a teacher play an important role in motivating
students to be involved and participate in learning process. Student’s motivation in
learning is viewed as an important factor to be considered by teachers in teaching and
learning process. It can be said that the teaching and learning result is influenced much by
the motivation of the students in learning.
The Students’ Expectations in Practicing Speaking Skill
Based on the five interviews administrated above, in general, it can be concluded
that the students’ expectations in practicing speaking skill as follow the students expect
that: 1) they were given or implanted motivation, 2) they were implanted self-confidence,
3) their mistakes could be tolerated when they slip of tongue 4) their mispronunciation was
corrected, 5) they were introduced a lot of vocabulary, 6) they were given much
explanation of grammar, 7) they were given a extra activity such as English study club, 8)
they did not want to be corrected/interrupted in front of class, 9) the teacher and students
speak English a lot and at the same time the use of Indonesia/Banjarese is minimized, 10)
the class keep silent in order that they keep concentrating, and 11) at the same time the
teacher remind other students not to bother or not to yell at them while practicing speaking
skill in front of class.
Arends (2004) considers the importance of teacher’s role to help students construct
their own knowledge and to be actively involved in their own learning. Therefore, to help
students, teachers need to know their students’ expectations to be fulfilled in the learning.
The students’ expectation that the teacher gives them enough time is something that
should be appreciated. It is very important for students in which they could use their short
time proportionally. So that, it is expected they could perform optimally in front of class.
The students’ involvement in many speaking activities is considered vital. It is one
of the ways to enrich their learning experience in class.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
378
Motivation is regarded important and plays very vital role for students’
development intrinsically and extrinsically. Students’ motivation in learning is an
important factor to be considered by teacher in teaching and learning process. In other
words, teaching and learning result tends to be much influenced by motivation of students
in learning. Thus, motivation is probably the most important characteristics that students
bring to a learning task (O’Malley, 1990). So, teachers need to motivate students in
learning English. Dealing with this purpose, some efforts need to be done to arouse their
students’ motivation in order to gain a good achievement. According to Gardner (1985) in
Arsyad (2014: 12), motivation includes positive attitudes towards learning the language.
The students’ expectation in term of the teacher’s willingness to exemplify how to
speak well is very important and should be appreciated. A teacher is viewed as a model
that could transfer the cognitive knowledge to the students.
CONCLUSION
Dealing with the problems encountered by the students in practicing speaking skill,
the researcher draws conclusion that the problems encountered by the students in
practicing speaking skillcould be intrinsic (such asnervousness to talk, low self-confident,
shyness to talk, fear of making mistakes to speak, or fear of derision) or extrinsic such as
lack of vocabulary mastery, lack of grammatical knowledge, bad pronunciation, bad
fluency. The other problems encountered when speaking in front class are
correction/interruption done when they mispronounce words, speaking English mixed with
Indonesian or a mother tongue (such as Banjarese language), noisy classroom situation
while talking and any other obstacles such as they are frequently bothered or yelled by
other classmates.
Meanwhile, dealing with the students’ efforts to solve the problems encountered in
practicing speaking skill, the researcher draws conclusion that are any possible solutions
could be done to solve or to minimize the problems encountered such as keeping calming
down or taking it easy when they were nervous to talk, trying to keep confident or trying to
throw their shyness, being careful to talk, and trying not to care and keeping speaking
one’s best, asking teacher to remind the audiences to keep silent, bringing their own
dictionary or asking their friends/teacher, asking the teacher to explain the grammar,
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
379
pronouncing words one’s best and asking the teacher to help them pronounce the wrong
words correctly, speaking one’s best even though having low oral proficiency, just
overhear what the teacher said, speaking one’s best even though many of them speak
English mixed with Indonesian and their mother tongue, attempting to keep silent when the
classroom noisy and asking the teacher to remind the others not to bother or yell at them.
And dealing with the students’ expectations in practicing speaking skill,the
researcher draws some conclusions thatthere are so many expectation that cross students’
minds and it is very important for the teacher to pay some more attention to the students
who expect that the teacher could give or implant motivation/self-confidence, tolerate their
mistakes, correct their mispronunciation particularly after class, introduce a lot of
vocabulary, give much explanation of grammar, give a useful activity/English study
club/speech community/speech contest, etc. Besides the students also expect that the
teacher does not interrupt them in class while practicing speaking skill, speak English
language a lot and minimize the use of Indonesia/mother tongueat the same time, make
conducive class, so that they keep concentrating, and remind other students not to bother or
not to yell at them practicing speaking skill in front of class.
REFERENCES
Arends, R. L. 2004. Learning to Teach Guide to Field Experience and Portopolio
Developments to Accompany (6th edition). Connecticut: Central Connecticut
University.
Ary, D. Jacobs, L. Chaser &Razavieh, A. 2002.Introduction to Research in Education.(6th
edition).Belmonth: Wards word Group.
Arsyad, Muhammad. 2014. Students’ Problems in Developing Skills at Midwifery
Academic Study of BanuaBinaHusadaBanjarbaru. UNISMA: Unpublished Thesis.
Bailey, K. M., &Nunan, D. 1996.Voices from the Language Classroom: Qualitative
Research on Language Education. New York: Cambridge University Press.
Brown, H.D. 2007.Teaching by Principles: An Interactive Approach to Language
Pedagogy (3nd edition). Cambridge: Cambridge University Press.
Brown and Nation (http://www.jalt-publications.org/tlt/files/97/jan/speaking.html)
Byrne, D. 1997. Teaching Oral English. London: Longman
Gebhard, J. G. 2006. Teaching English as A Foreign or Second Language. University of
Michigan.2nd Edition.
He, Summer X & Chen, Amanda J.Y, 2010, How to Improve Spoken English. [Online]
Available:
http://sites.google.com/site/languagejournal/Home/how-to-improve-spoken-english
(February 19, 2016)
Hornby, A.S. 1995. Oxford Advanced Learner’s Dictionary.Oxford University Press.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
380
Horwitz, E. K., Tallon, M., &Luo, H. 2010.Foreign language anxiety.In J. C. Cassady
(Ed.), Anxiety in schools: The causes, consequences, and solutions for academic
anxieties (pp. 95-115). New York: Peter Lang.
Lawtie, F. 2004. Teaching Speaking Skill to Overcome Classroom Problems. (Outline:
http://www.teachingenglish.org.uk/think/articles/teaching-speaking-skills-
2overcoming-classroom-problems, accessed 9 December 2016)
Miles, B, Mathew and Michael Hubberman.1994.Qualitative Data Analyze. New York:
Sage Publication.
Nunan, D. 2003. Practical English Language Teaching. New York: McGraw Hill.
Nunan, D. 1996. Language teaching methodology.London: Prentice hall.
O’Malley, J. M., and A. U. Chamot. 1990. Learning Strategies in Second Language
Acquisition. Cambridge: Cambridge University Press.
Richard, J. and Schmidt, Richard.2002. Longman Dictionary of Language Teaching and
Applied Linguistics.(3rd edition): London: Longman.
Tsui, A. B. M. 1996. Reticence and anxiety in second language learning. In K. M. Bailey
and D. Nunan (eds.), Voice from the Language classroom: Qualitative research in
second language education(pp. 145-167). Cambridge: Cambridge University Press.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
381
PENGARUH FULL DAY SCHOOL TERHADAP PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN ANAK SISWA KELAS IV & V DI SDIT UKHUWAH
BANJARMASIN
Eka Sri Handayani dan Laelatul Anisah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam kalimantan
E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Pendidikan merupakan salah satu unsur fundamental dalam kehidupan manusia. Bisa
dikatakan pendidikan menjadi bagian dari kebutuhan individu. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal diharapkan memiliki kualitas yang baik sehingga mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat. Untuk memenuhi tuntutan masyarakat dengan kualitas pendidikan
yang baik dengan tuntuttan pekerjaan dan kesibukan maka lahirlah sekolah-sekolah Full
Days Scholl atau Half Days School tentu saja yang akan muncul pertanyaan adalah
bagaimana dengan perkembangan anak apakah mampu menyesuaikan atau tidak maka
peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Full Day Scholl terhadap Perkembangan
Kepribadian Anak Siswa Kelas IV dan V di SDIT Ukhuwah Banjarmasin”. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan metode diskriptif kuantitatif, Teknik analisis regresi
linier Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV dan V SDIT Ukhuwah
Banjarmasin, dengan jumlah keseluruhan berjumlah 88 orang siswa. Pada tabel Model
Summary dapat dilihat nilai R sebesar 0,546 yang berarti Full Day School mempunyai
peranan yang cukup erat terhadap Perkembangan Kepribadian Anak. Koefisien determinasi
(R2 atau R square) sebesar 0,298, hal ini menunjukkan peranan Full Day School terhadap
Perkembangan Kepribadian Anak sebesar 29,8%, sedangkan selebihnya merupakan faktor
lain. Sehingga melalui rumus Y’ = a + bx, maka Y’ = 84,677 + 0,432x. Dapat diartikan
bahwa jika Full Day School mengalami kenaikan 1 (satu) poin (misalnya 84,677 →
85,677), maka Perkembangan Kepribadian Anak akan mengalami peningkatan sebesesar
0,432. Koefisien bernilai positif maksudnya adalah terjadi hubungan positif antara Full
Day School dengan Perkembangan Kepribadian Anak. Artinya, semakin tinggi Full Day
School maka semakin tinggi Perkembangan Kepribadian Anak, dan sebaliknya. Dengan
demikian dapat ditemukan bahwa t hitung > t tabel (6,048 > 1,988) dan p < 0,05 (0,000 <
0,05).
Kata Kunci : Full Days School, Perkembangan Kepribadian Anak
ABSTRACT
Education is one of the fundamental elements of human life. Education has to be part of
the needs of the individual. Schools as formal educational institutions are expected to have
a good quality so as to meet the needs of the community. To meet the demands of the
public with good quality education with tuntuttan job and bustle it gives birth to schools
Full Days Scholl or Half Days School course that will appear question is what child
development is capable of adjusting or not the researcher is interested in studying "The
Effects of Full Scholl Day against Children Personality development Student Class IV and
V in Banjarmasin SDIT brotherhood ". In this study, researchers used quantitative
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
382
descriptive method, linear regression analysis technique subjects of this study are students
of class IV and V SDIT UkhuwahBanjarmasin, with the amount totaling 88 students. In
Table Model Summary viewable R value of 0.546 which means Full Day School has a role
quite closely to the Development of the Child Personality. The coefficient of determination
(R 2 or R square) of 0.298, demonstrating the role of Full Day School to the Development
of Children Personality of 29.8%, while the rest is another factor. Thus, with the formula Y
= a + bx, then Y '= 84.677 + 0,432x. It has been suggested that if the Full Day School has
increased 1 (one) point (eg 84.677 → 85.677), then the Personality Development of
Children will experience an increase in sebesesar 0.432. The coefficient is positive, the
point is going positive relationship between the Full Day School with Personality
Development of Children. That is, the higher the Full Day School, the higher the
Personality Development of Children, and vice versa. Thus it can be found that t> t table
(6,048> 1,988) and p <0.05 (0.000 <0.05).
Keywords: Full Days School, Personality Development of Children
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu unsur fundamental dalam kehidupan manusia.
Bisa dikatakan pendidikan menjadi bagian dari kebutuhan individu. Di Indonesia terdapat
tiga jalur pendidikan yang dapat ditempuh yakni informal, formal, dan non formal. Sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal diharapkan memiliki kualitas yang baik sehingga
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.Berawal dari kebutuhan dan mobilitas
masyarakat yang tinggi muncullah konsep pendidikan baru yang dinamakan full day school
(Sukur Basuki, 2007). Konsep full day school berbeda dengan sekolah reguler pada
umumnya atau half day school. Half day school merupakan sekolah setengah hari yang
berlangsung dari pagi sampai siang. Full day school merupakan sekolah sepanjang hari
atau proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul 06.45-15.00 dengan waktu
istirahat setiap dua jam sekali (Baharudin, 2010: 221). Masyarakat dengan tingkat
mobilitas yang tinggi akan meninggalkan rumah untuk bekerja dari pagi hingga sore,
bahkan sampai malam hari. Dengan demikian, orangtua tidak bisa mendidik anaknya
secara maksimal. Di lain pihak, sekolah dengan sistem pendidikan half day cenderung
kurang bahkan tidak memperhatikan anak didiknya ketika berada di luar sekolah. Ketika
anak sudah pulang dari sekolah maka tanggung jawab pendidikan ada di tangan orangtua
atau keluarga.Sekolah Dasar menjadi sangat vital dalam pembentukan perilaku anak dalam
proses pendidikan, salah satunya adalah pembentukan kemandirian. Ketika menginjak usia
dewasa, maka dituntut untuk mandiri dan sudah tidak bergantung lagi kepada orangtua.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
383
Pada masa itu, akan lebih banyak tantangan yang dihadapi. Maka dari itu perlu ditanamkan
kemandirian sejak dini agar terbiasa untuk tidak menggantungkan diri pada orang lain dan
mampu menghadapi tantangan hidup yang semakin berat.Berdasarkan gambaran tersebut
pemilihan full day school dapat berakibat terhadap perkembangan kepribadiannya dimana
kurangnya waktu bermain, kurangya berkumpul dengan keluarga, kurangnya cara anak
dalam mengeksplorasi kemampuannya di luar ruang lingkup pendidikan namun di sisi lain
semua fasilitas yang ditawarkan dari pihak full day school pun bervariatif mulai dari
kegiatan ektrakurikuler yang bersifat hard skills sampai dengan soft skills seperti
menghafal Al-Quran dll, namun apakah semua itu sebanding dengan kemampuan anak,
oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai “Pengaruh Full Day Scholl terhadap
Perkembangan Kepribadian Anak Siswa Kelas IV dan V di SDIT Ukhuwah
Banjarmasin”.
Full Day School Kata Full Day School merupakan kata dalam bahasa inggris yang terdiri
dari tiga suku kata yaitu Full, Day dan School. Kata Full yang berarti penuh, Day Yang
berarti hari, dan School yang berarti sekolah. Full day school sebagai jembatan antara
pendidikan islam pesantren degan pendidikan islam reguler. Metode yang cukup populer di
sekolah semacam ini pada umumnya adalah metode learning by playing atau belajar
sambil bermain, dengan cara ini siswa dapat belajar pelajaran yang rumit sekalipun sambil
bermain. Full day school (Sekolah Sehari Penuh) merupakan sekolah yang
mengalokasikan waktu pembelajaran yang lebih lama dibdandingkan dengan proses
pembelajaran di sekolah konvensional. Istilah perkembangan berarti serangkaian
perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Seperti yang dikatakan oleh Van den Daele “perkembangan berarti perubahan secara
kualitatif”. Ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa
sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang,
melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks. Struktur
Kepribadian Kepribadian dapat juga diartikan sebagai “kualitas perilaku individu yang
tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik” (Abin
Syamsuddin Makmun dalam Syamsu Yusuf, 2015). Keunikan penyesuaian tersebut sangat
berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri, yaitu meliputi hal-hal berikut.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
384
1. Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsisten atau
teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
2. Temperamen, yaitu disposisi reaktif seseorang, atau cepat/lambatnya mereaksi terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
3. Sikap, sambutan terhadap objek (orang, benda, peristiwa, norma dan sebagainya) yang
bersifat positif, negatif atau ambivalen (ragu-ragu).
4. Stabilitas emosional, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari
lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih atau putus asa.
5. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau
perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau
melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
6. Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal.
Disposisi ini seperti tampak dalam sifat pribadi yang tertutup atau terbuka, dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode diskriptif kuantitatif, yaitu
mendiskripsikan fenomena-fenomena yang terjadi dengan menggunakan ukuran, jumlah,
atau frekuensi serta analisis statistik. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis
statistik dengan tehnik Regresi Linier Sederhana.
Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV dan V SDIT Ukhuwah
Banjarmasin, Yang menekankan obyek penelitian tetang pengaruh full day schooll
terhadap perkembangan kepribadian anak di lembaga tersebut. Dalam penelitian ini
peneliti memakai tekhnik populasi, yaitu menggunakan keseluruhan obyek penelitian yang
terdiri dai manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes atau peristiwa sebagai
sumber data yang memilih karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah Kepala sekolah dan siswa-siswi kelas IV dan V SDIT Ukhuwah
Banjarmasin dengan jumlah keseluruhan berjumlah 88 orang siswa. Untuk mendapatkan
data yang cukup dan sesuai dengan pokok permaslahan yang diteliti, maka peneliti
menggunkanbeberapa metode pengumpulan data yang mana satu sama lainnya saling
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
385
melengkapi metode tersebut antara lain : Metode Kuisoner / Angket : Menggunakan
Angket Metode Full Day School & Perkembangan Diri, Metode Observasi, Metode
Interview / Wawancara, Metode Dokumentasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Asumsi Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel memiliki hubungan
yang linear atau tidak secara signifikan. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan
yang linear jika signifikansi (linearity) kurang dari 0,05.
Tabel 1. ANOVA
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Perkembang
an_Kepribad
ian_Anak *
Fullday_Sch
ool
Between
Groups
(Combined) 6680.121 45 148.447 1.427 .124
Linearity 3297.163 1 3297.16
3
31.69
0 .000
Deviation
from
Linearity
3382.958 44 76.885 .739 .838
Within Groups 4369.833 42 104.044
Total 11049.95
5 87
Uji Hipotesis (Regresi)
Tabel 2. Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Perkembangan_Kepribadian_Anak 155.52 11.270 88
Fullday_School 163.88 14.240 88
N
Correlations
Perkembangan_
Kepribadian_A
nak
Fullday_Scho
ol
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
386
Pearson
Correlation
Perkembangan_Kepriba
dian_Anak 1.000 .546
Fullday_School .546 1.000
Sig. (1-tailed)
Perkembangan_Kepriba
dian_Anak . .000
Fullday_School .000 .
N
Perkembangan_Kepriba
dian_Anak 88 88
Fullday_School 88 88
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 3297.163 1 3297.163 36.575 .000b
Residual 7752.791 86 90.149
Total 11049.955 87
a. Dependent Variable: Perkem
b. bangan_Kepribadian_Anak
b. Predictors: (Constant), Fullday_School
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 84.677 11.758 7.202 .000
Fullday_Scho
ol .432 .071 .546 6.048 .000
a. Dependent Variable: Perkembangan_Kepribadian_Anak
Pada tabel Model Summary dapat dilihat nilai R sebesar 0,546 yang berarti Full Day
School mempunyai peranan yang cukup erat terhadap Perkembangan Kepribadian Anak.
Koefisien determinasi (R2 atau R square) sebesar 0,298, hal ini menunjukkan peranan Full
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .546a .298 .290 9.495
a. Predictors: (Constant), Fullday_School
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
387
Day School terhadap Perkembangan Kepribadian Anak sebesar 29,8%, sedangkan
selebihnya merupakan faktor lain.
Pada tabel Coefficients, diperoleh
a. Nilai a (constant ada Unstandardized Coefficients di B) sebesar 84,677
b. Nilai b (constant ada Unstandardized Coefficients di Full Day School sebesar 0,432
Sehingga melalui rumus Y’ = a + bx, maka Y’ = 84,677 + 0,432x. Dapat diartikan bahwa
jika Full Day School mengalami kenaikan 1 (satu) poin (misalnya 84,677 → 85,677), maka
Perkembangan Kepribadian Anak akan mengalami peningkatan sebesesar 0,432. Koefisien
bernilai positif maksudnya adalah terjadi hubungan positif antara Full Day School dengan
Perkembangan Kepribadian Anak. Artinya, semakin tinggi Full Day School maka semakin
tinggi Perkembangan Kepribadian Anak, dan sebaliknya.
Pada tabel Coefficients pada baris Full Day School, diperoleh
a. Nilai t hitung sebesar 6,048
b. Nilai t tabel diperoleh dari =tinv (0,05,df) –nilai df = n-k-1 = 88-2-1 = 85 melalui
excel atau nilai t tabel diperoleh nilai sebesar sebesar 1,988 menggunakan signifikansi α =
5% : 2 = 2,5% (0,025) uji 2 sisi. Kesimpulan: Dengan demikian dapat ditemukan bahwa t
hitung > t tabel (6,048 > 1,988) dan p < 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh secara signifikan antara Full Day School dengan Perkembangan
Kepribadian Anak pada Siswa Kelas IV & V di SDIT Ukhuwah Banjarmasin.
PEMBAHASAN
Program Full Day School di nilai berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian
anak, tidak hanya dikarenakan program yang mewajibkan anak memiliki jam extra untuk
membentuk kepada akhlak, kepribadiannya, tingkah lakunya dan sikap-sikap
perkembangan kepribadian yang lebih ke arah positif karna program Full Day School di
SDIT Ukhuwah sedikit berbeda dengan program Full day School lainnya karena di SDIT
lebih mengedepankan filosofi ajaran agama islam yang akan membentuk individu lebih
berkarakter dan memiliki standar kurikulum yang sudah di akui secara nasional. Maka
dengan program dan kurikulum yang memang sudah terstandar secara nasional program ini
menitikberatkan kepada perkembangan kepribadian yang lebih positif tentunya,
diadakannya hampir tiap hari untuk menghafal Al-quran, menyesuaikan dengan tujuan visi
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
388
dan profil individu yang selain berprestasi namun mampu tartil baca Al-quran dan hapal 30
Juz, selain itu ditambahkan ada beberapa guru BK yang membimbing siswa selain
ustadzah / ustadz yang berlaku sebagai wali kelasnya yang memonitoring siswanya tidak
hanya di sekolah namun bekerjasama dengan orang tua lewat komunikasi yang tiap hari
terjaga sehingga anak tidak hanya sekedar di titipkan di sekolah sampai sore, namun ada
tanggung jawab yang bersambung dari pihak sekolah dan orang tua, rutinnya di adakannya
pertemuan orang tua juga dalam rangka membangun komunikasi anak tidak hanya terputus
sampai di sekolah, apabila ada orag tua yang tidak datang pada pertemuan sebanyak 3 kali
maka pihak sekolah sudah melakukan home visit untuk menindak lanjuti, menurut
penjelasan Wakasek Kemahsiswaan Abdurrahman, M,Pd yang telah 10 tahun menjadi
pegawai tetap dan pengampu pelajaran Bahasa Inggris menurut beliau setahun sekali
tenaga pengajar di sana juga di berikan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan
kompetensinya. Sehingga dapat dikatakan dari hasil penelitian ini terdapat pengaruh
psositif antara Full Day Scholl dengan Perkembangan Kperibadian Anak
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dapat dirumuskan beberapa simpulan, yaitu sebagai
berikut:
1. Terdapat signifikasni antara variabel Full Day School dengan perkembangan
kepribadian anak artinya terdapat hubungan yang linear.
2. Perkembangan kepribadian anak akan mengalami peningkatan positif maksudnya
terjadi hubungan positif antara full day School dengan perkembangan kepribadian anak.
3. Ada pengaruh secara signifikan antara full day school dengan perkembangan
kepribadian anak pada siswa kelas IV & V di SDIT Ukhuwah Banjarmasin.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diberikan beberapa saran
antara lain:
1. Bagi Peneliti lain untuk mempertimbangkan beberapa kelemahan dalam
penelitian ini agar dijadikan perhatian, antara lain keterbatasan subyek yang tidak
menyeluruh,
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
389
2. Bagi peneliti selanjutnya bisa mempertimbangkan jumlah subyek tidak
hanya kelas IV dan Kelas V saja.
3. Bagi guru untuk melakukan strategi pendampingan yang baik dengan bagi
anak-anak agar program yang ada dapat tercapai maksimal
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Wibowo. 2012. Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa
Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Baharuddin. 2010. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Danim Sudarman, Prof, Dr, Khairil, Dr. H. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Dariyo, Agoes. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung: PT
Refika Aditama.
Doni, Koemoema. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo
Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan). Jakarta: Erlangga.
Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Nor Hasan. 2006. Full Day School (Model Alternatif Pembelajaran bahasa Asing). Jurnal
Pendidikan, Tadris Vol 1, No 1, 114-115.
Priyatno, D. 2010. Paham analisis statistik data dengan SPSS. Yogyakarta: Mediakom.
Santrok, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid
1. Jakarta: Erlangga.
Sjarkawi, Dr, M.Pd. 2011. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sujianto, Agus Eko. 2005. Penerapan Full Day School dalam Lembaga Pendidikan Islam.
Jurnal Pendidikan, Ta’allim Vol 29, No 2, 204.
Syamsu, Yusuf. 2007. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
390
THE CORRELATION BETWEEN VOCABULARY MASTERY AND STUDENTS’
READING COMPREHENSION ACHIEVEMENT AT THE SEVENTH GRADE OF
SMPN2 AMUNTAI UTARA KEC. HAUR GADING IN ACADEMIC YEAR
2016/2017
Hartatya Novika dan Dewi Rosaria
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Kalimantan
Email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tentang bagaimana signifikansi korelasi
antara penguasaan kosa kata dan pencapaian pemahaman membaca siswa kelas tujuh di
SMPN 2 Amuntai Utara kec. Haur Gading tahun akademik 2016/2017. Penelitian ini
merupakan penelitian korelasi sebagai sebagai salah satu model penelitian kuantitatif non-
experimental. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas tujuh di SMPN 2 Amuntai Utara
dengan jumlah 25 siswa sebagai sampelnya. Data diambil dari hasil tes kosa kata dan hasil
tes pemahaman membaca dan data tersebut dianalisis dengan menggunakan Pearson
Product Moment pada SPSS 17.0. Hasil dari analisis tersebut ternyata membenarkan
bahwa ada suatu korelasi positif yang signifikan antara penguasaan kosa kata siswa dan
pencapaian pemahaman membaca mereka. AnalisisPearsonProductMoment menghasilkan
nilai yang dihitung dari koefisien korelasi (nilai r) adalah 0,428 sedangkan nilai kritis r
tabel pada tingkat signifikansi 0,05 dari uji dua sisi adalah 0,388 (df = N-1, df = 24).Itu
berarti bahwa nilai r lebih tinggi daripada nilai r tabel (nilai r > r tabel). Dari temuan di
atas, penguasaan kosakata memiliki korelasi dengan pemahamanmembaca mereka. Ketika
siswa memiliki penguasaan kosa kata yang banyak, mereka juga mampu untuk memahami
tentang teks bacaan dengan mudah. Ini telah ditunjukkan oleh nilai mereka dari kedua hasil
tes yakni tes kosakata dan tes pemahaman membaca. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
semakin tinggi skor kosakata yang dapat diperoleh oleh siswa, semakin tinggi pula skor
membaca mereka berdasarkan teks yang diberikan.
Kata Kunci: correlation, vocabulary, reading comprehension.
ABSTRACT
This research aims to describe how significantthe correlation between vocabulary mastery
and students’ Reading Comprehension Achievement at the seventh grade of SMPN 2
Amuntai Utara Kec. Haur Gading in Academic Year 2016/2017.The research is a
correlation research as one of quantitative non-experimental research design. The subject
of the research is the seventh grade of SMPN 2 Amuntai Utarawhish has 25 students as
sample. The data was taken from the result of vocabulary test and the result of reading
comprehension test and the data was analyzed by using Pearson Product Moment of SPSS
17.0.The result turned out to confirm that there is a significant positive correlation between
students’ vocabulary mastery and their reading comprehension achievement. The analysis
of Pearson Product Moment yielded the computed value of correlation coefficient (r value)
is 0.428 while critical value of r table at 0.05 level of significance of two-tailed test is
0.388 (df=N-1, df=24). Itmeansthat r valueishigherthan r table (r value> r table). From the
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
391
finding above, the students’ vocabulary mastery has a correlation with their reading
comprehension. When the students had a lot of vocabulary that can be mastered, they were
also able to comprehend about reading text easily. It has been shown by their scores of
both test vocabulary and readingcomprehension. It can be explained that the higher
vocabulary score can be obtained by the students, the higher reading score they have got
based on the text that was given.
Key Words: correlation, vocabulary, reading comprehension.
INTRODUCTION
English as an International language is used for communication among people in
the world, whether in oral communicationorwrittencommunication. It makes easier to have
International relation with all Nations in the world if we have a good command of
English.English is a foreign language studied by Indonesian students, and even now the
government permits it to be studied from the fourth year of elementary school until
university. Nevertheless, English learners often face a lot of problems, the problems are in
the vocabulary, pronunciation, writing, and reading and so on. As the English learners, the
students primarilyshould increase their vocabulary, because with the vocabulary itself
theycanunderstandaboutinformation in English. The students who have vocabulary mastery
will understand the reading comprehension easily.
In fact, some students are lack of vocabulary mastery. It happened to students at a
Junior HighSchool. Based on the problem, the researcher feels that is necessary to know
the correlation between vocabulary mastery and students’ reading comprehension
achievement.
The objectiveoftheresearchisto describe how significant the correlation between
vocabulary mastery and students’ Reading Comprehension Achievement.
METHODOLOGY OF RESEARCH
Research Design
The correlation research as one of quantitative non-experimental research design is
used in this research because the researcher wants to know the correlation between two
variables namely students’ vocabulary mastery and theirreading comprehension
achievement.Itis in linewithAry&friends(2014) whostate that in non-experimental
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
392
quantitative research, the researcher identifies variables and may look for relationship
among them but does not manipulate the variables. One of the non-experimental researches
is correlation research.
Data Collection and Data Analysis
The researcher used tests as the main instrument of this research. Tests were used
to measure the students’ vocabulary mastery and their reading comprehension and usedto
get the objective score.The data of this research is the result of vocabulary test and the
result of reading comprehension test.
The researcher used Pearson Product Moment of SPSS 17.0 to analyze the data and
to know the correlation between vocabulary mastery and students’ reading comprehension
achievement.
FINDINGS AND DISCUSSION
From the tests that were given to the students, obtained the following results of
students’ vocabulary score and students’ reading comprehension score as follow:
Table 1. Scores of Vocabulary and Reading Comprehension
NO. NAME VOCABULARY SCORE READING SCORE
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
SAF
DAN
IO
MZ
RNG
TDU
NS
NAV
DL
AU
MA
S
NR
SK
MRIS
SU
R
SI
DR
TTPS
HN
HSS
75
70
85
60
80
75
65
80
65
65
70
80
75
80
70
80
75
75
85
60
75
70
80
75
85
70
85
60
75
85
75
85
75
85
85
70
85
75
90
80
90
70
65
85
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
393
23.
24.
25.
AJR
EY
AHR
70
80
55
80
85
70
The output as the result of data analysis by using Pearson Product Moment of
SPSS 17.0 can be seen at the table below:
Table 2. Correlation Computation by using SPSS 17.0Correlations
Vocabularyscor
e Readingscore
vocabularysc
ore
PearsonCorrelation 1 .428*
Sig. (2-tailed) .033
N 25 25
readingscore PearsonCorrelation .428* 1
Sig. (2-tailed) .033
N 25 25
*. Correlationissignificantatthe 0.05 level (2-tailed).
The table shows that the correlation coefficient (r value) is 0.428 and the significant
(sig.) is 0.03. To test the hypotheses, the researcher used standard of significant or Sig.
(two-tailed) at 5% (0.05).
- If significant (sig.) is lower than level of significant 0.05 (5%), the alternative
hypothesis (Ha) is accepted and the null hypothesis (Ho) is rejected.
- If significant (sig.) is higher than level of significant 0.05 (5%), the null hypothesis (Ho)
is accepted and the alternative hypothesis (Ha) is rejected.
To determine whether the relationship is significant or not, the researcher used the r
Product Moment with Standard of Significant 5% or 0.05 level (Two-tailed).
Table 3. r Product Moment
N R N R
20 0.432 26 0.374
21 0.413 27 0.367
22 0.404 28 0.361
23 0.396 29 0.355
24 0.388 30 0.349
25 0.381 31 0.344
Basedontheresultsabove, it has beenfoundthatr value is 0.428 is higher than r table
(df=N-1=25-1=24) is 0.388 at significant 0.05 level (two-tailed) and it means there is
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
394
significant correlation between two variables.Whilethesignificant (sig.) is 0.03 is lower
than 0.05 (5%)anditmeansthat the alternative hypothesis can be accepted.
Itcanbeconcludedthatthe alternative hypothesis (Ha)which states thatthere is a
significant positive correlation between students’ vocabulary mastery and their reading
comprehension achievement is accepted and the null hypothesis (Ho) which states
thatthere is no a significant positive correlation between students’ vocabulary mastery and
their reading comprehension achievementis rejected. In theotherword, whenstudents’
vocabularyscoreisgood, thentheirreadingcomprehensionscorewillbe as good as
theirscoreofvocabulary.
Dealingwiththefindingabove, Silverman &Hartranft (2015) have stated that
vocabulary is central to both reading and writing development, but it serves other academic
purposes as well. It means that vocabulary is very important in developing reading, beside
the structure of the sentence, because the most basic constituents of a language is the
vocabulary itself and the vocabulary is manipulated by particular structure to make up that
meaning.
In reading comprehension, studtents are expected to be able to understand about the
text that they read. It is in line with Reynolds & Janzen (2007) that explains that reading
comprehension is the ability to comprehend connected discourse during reading. It means
that the ability of readers to understand what they are reading about.
To others, readingcomprehension skills are related withthingkingskillsbecause in
reading comprehension need some cognitive strategies such as activating prior knowledge,
skimming, asking questions, mapping and networking, paraphrasing, imaging, notetaking,
reviewing and summarizing enable a thinker to identify and relate information and ideas
(FrenchandRodher: 2011).
According to McNamara (2007) reading comprehension includes some skills, those
are comprehend word meaning, sentences, paragraph and the whole composition.
Therefore, students should be able to have good vocabulary mastery in order to make them
can understand or comprehend the reading text easily.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
395
CLOSURE
Conclusion
From the results of data analysis and discussion as reportedabove, the following
conclusions are then made.
The students’ vocabulary mastery has a correlation with their reading
comprehension. When the students had a lot of vocabulary that can be mastered, they were
also able to comprehend about reading text easily. It has been shown by their scores of
both test vocabulary and reading. It can be explained that the higher vocabulary score can
be obtained by the students, so the higher reading score they have got.
Finally, the most important thing is that this research has successfully proven that
there is a significant positive correlation between the students’ vocabulary mastery and
their reading comprehension achievement. It means that there is a rejection of the null
hypothesis and the acceptance of the alternative hypothesis of this research.
Suggestion
Based on the findings of this research, some suggestions are made for English
subject class. The suggestions are proposed as follows: (1) For the Teacher; English
teachers are expected to motivate their students in learning English especially in
memorizing vocabulary and comprehending reading text and to be creative in teaching
English especially in teaching vocabulary and reading by using interesting techniques. (2)
For the Students; Students should study harder and should have high motivation to learn
English especially in memorizing vocabulary and read as much as possible in order to
increase their comprehension in reading text. (3) For Further Researcher; This research
investigates only the description of how significant the correlation between vocabulary and
reading comprehension and the present research uses only the seventh grade of SMPN 2
Amuntai Utara kec. Haur Gading as population and sample. Further researchers suggested
to be conducted to the other level of students and large population and sample.
REFERENCES
Ary, Donald,. Jacobs, Lucy Cheser,. Sorensen, Chris,. & Walker, David A. 2014.
IntroductiontoResearch in Education: NinthEdition. USA:
WadsworthCengageLearning.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
396
McNamara, Danielle S. 2007. ReadingComprehensionStrategies: Theories, Interventions,
and Technologies. New York: Lawrence ErlbaumAssociates.
Reynold, Cecil R., &Janzen, Elaine Fletcher. 2007. EncyclopediaofSpecialEducation: A
ReferencefortheEducationChildren, Adolescent,
andAdultswithDisabilitiesandOtherExceptionalIndividuals. New Jersey: John
Wiley& Sons.
Silverman, R. D., &Hartranft, A. M. 2015. DevelopingVocabularyand Oral language in
Young Children. New York: Guilford Press.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
397
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KIMIA
BERBASIS PEDAGOGICAL CHEMISTRY KNOWLEDGE
Mohan Taufiq Mashuri, Gusti Hadiatus Solehah, dan Herlina Apriani
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Kalimantan
E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian berjenis Research and Development (R&D). Penelitian
ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran kimia berbasis Pedagogical
Chemistry Knowledge (PChK). Pengembangan perangkat pembelajaran dilakukan sebagai
bentuk program jangka pendek dari penyusunan seluruh perangkat pembelajaran berbasis
PChK khususnya bagi Program Studi Pendidikan Kimia di Universitas Islam Kalimantan
Muhammad Arsyad Al Banjari. Tujuan jangka panjangnya adalah menghasilkan lulusan
(guru kimia) yang memiliki kemampuan pedagogi dan keilmuan untuk dapat mengajarkan
kimia tidak hanya pada postulat, teori, atau hukum, namun juga mengedepankan aspek
proses ilmiah dan perkembangan mutakhir dalam mata pelajaran kimia itu sendiri,
sehingga mereka memiliki kemampuan mengajar yang lebih baik. Pentingnya penerapan
proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis PChK juga
disebabkan oleh adanya kondisi yang mewajibkan seorang dosen kimia untuk senantiasa
mengembangkan konsep dasar keilmuannya disertai dengan kemampuan mengajar yang
baik (pedagogi). Selain itu dalam proses pembelajaran sains (khususnya kimia) sangat
jarang ditemukan seorang pengajar mengimplementasikan konsep-konsep pembelajaran
sebagaimana yang disebutkan dalam konsep belajar PChK. Perangkat pembelajaran yang
dikembangkan dalam penelitian ini mencakup pada penyusunan Rencana Pembelajaran
Semester (RPS) dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Prosedur pengembangan yang
dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan yang
dikemukakan oleh Borg dan Gall namun dengan adanya modifikasi.
Kata kunci: Perangkat pembelajaran kimia, Pedagogical Chemistry Knowledge.
ABSTRACT
This research is a kind of Research and Development (R&D). This research has a purpose
to develop chemistry learning device which is based on Pedagogical Chemistry Knowledge
(PChK). The learning device development is done as a form of short-term program of
arranging all learning devices which are based on PChK especially for Chemical Education
Department at Islamic University of Kalimantan (chemistry teacher) which have pedagogy
and scholarly ability to be able teaching chemistry, not only on it’s postulate, teory, and
law, but also forwarding scientific process and recent developments aspects in the
chemistry subject itself, so they have better teaching ability. The importance of learning
process by using learning devices which are based on PChK is also caused by the existence
of a condition which require a chemistry lecture to always develop his science basic
concept along with his great teaching ability (pedagogy). Beside of that, in science learning
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
398
process (especially chemistry) it’s so odd to be found that a teacher implements learning
concepts as mentioned in PChK learning concept. Learning devices which are developed in
this research cover on the arranging of Semester Learning Plans (Rencana Pembelajaran
Semester (RPS)) and Learners’ Worksheets (Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)).
Development procedure which is used in this research uses development procedure which
is stated by Borg and Gall but with some modification existence.
Keywords: Chemistry learning devices, Pedagogical Chemistry Knowledge.
PENDAHULUAN
Ilmu kimia merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Kimia
juga merupakan salah satu mata pelajaran yang mengedepankan aspek sikap ilmiah.
Namun pada kenyataannya proses pembelajaran kimia cenderung terlihat sangat berbeda
dan justru tidak mengedepankan aspek sikap ilmiah yang terkandung di dalamnya. Kimia
sering dipandang sebagai mata pelajaran yang rumit karena mengedepankan logika
berpikir, hafalan, dan rumus yang rumit. Selain itu kimia juga seringkali dianggap sebagai
mata pelajaran yang tidak memiliki keterikatan sama sekali dengan kehidupan sehari-hari.
Contoh sederhananya adalah pada pernyataan siswa sekolah menengah tahun pertama yang
menggambarkan kimia sebagai “cara membuat bom” atau kimia sebagai “bahan beracun
dan berbahaya”.
Pandangan yang salah dari peserta didik mulai dari tingkat sekolah menengah bahkan
sampai ke perguruan tinggi terhadap kimia tidak begitu saja terjadi. Pandangan tersebut
umumnya terbangun karena teknik dan metode penyampaian yang salah dari seorang
pengajar. Pengajar pada tingkat sekolah menengah maupun perguruan tinggi seringkali
mengajarkan kimia hanya pada tataran produk berupa konsep, prinsip, teori, atau hukum-
hukum yang dikemukakan oleh para ahli. Hal ini menyebabkan perkembangan ilmu kimia
lebih sulit bila dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya di sekolah.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dapat ditempuh dengan cara
mengembangkan perangkat pembelajaran kimia yang memiliki keterkaitan terhadap
kehidupan sehari-hari dan mengedepankan aspek sikap ilmiah. Hal ini bertujuan untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas khususnya untuk memberikan gambaran sifat
asli dari bidang ilmu kimia. Selanjutnya dalam pengembangan perangkat pembelajaran
tersebut dapat menggunakan konsep Pedagogical Chemistry Knowledge.
Melalui pengembangan perangkat pembelajaran berbasis Pedagogical Chemistry
Knowledge diharapkan akan mampu mempermudah seorang guru dalam mengajarkan
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
399
kimia dan sekaligus merubah pandangan peserta didik terhadap ilmu kimia. Hal ini karena
Pedagogical Chemistry Knowledge merupakan konsep pembelajaran yang mengedepankan
berbagai aspek penting pembelajaran kimia. Dengan demikian hal tersebut nantinya akan
dapat meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya dan pendidikan kimia pada
khususnya untuk menjadi lebih baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran kimia
berbasis PChK yang paling sesuai untuk dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Dengan adanya perangkat pembelajaran yang baik diharapkan mahasiswa pendidikan
kimia memiliki pemahaman dan kemampuan pedagogi kimia yang baik dan selanjutnya
dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah (khususnya pada tingkat sekolah
menengah). Selain itu pengembangan perangkat pembelajaran ini juga dapat dimanfaatkan
sebagai rujukan bagi peneliti lain atau penelitian lanjutan lainnya dalam mengembangkan
pembelajaran yang lebih baik lagi di masa mendatang. Untuk itu target akhir dari
penelitian ini adalah untuk dapat dijurnalkan pada jurnal atau prosiding ber-ISSN sehingga
dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
khususnya kimia.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and Development
(R&D) yang ditujukan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis PChK
untuk mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan IPA. Pengembangan yang dilakukan mengikuti
prosedur pengembangan dari Borg dan Gall dengan sepuluh tahapan namun telah
dimodifikasi menjadi enam tahapan, yakni; (1) research and information collecting, (2)
develop preliminary form of products, (3) preliminary field testing, (4) main product
revision, (5) main field testing, dan (6) operational products revision.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester I (satu) Program
Studi Pendidikan Kimia di Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari
yang mengikuti mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan IPA. Populasi dari penelitian ini
terdiri dari dua kelas, karena setiap angkatan mahasiswa pada Program Studi Pendidikan
Kimia terdiri dari dua kelas dengan jumlah rata-rata 20 sampai 30 orang mahasiswa.
Dalam penelitian ini karena populasi hanya terdiri dari dua kelas saja atau dengan kata lain
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
400
keseluruhan populasi adalah sampelnya. Namun untuk menentukan masing-masing kelas
yang akan dijadikan kelas uji coba perangkat pembelajaran (eksperimen) dan kelas yang
tidak (kontrol) digunakan teknik simple random sampling.
Dalam penelitian ini, untuk melihat peningkatan kemampuan mengajar yang
diperoleh oleh mahasiswa calon guru kimia setelah mengikuti pembelajaran Dasar-Dasar
Pendidikan IPA menggunakan perangkat pembelajaran kimia berbasis PChK dilihat dari
nilai yang diraih mahasiswa. Untuk itu instrumen yang digunakan dalam penelitian ini juga
adalah soal ulangan atau ujian.
Data berupa nilai mahasiswa atau prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah
Dasar-Dasar Pendidikan IPA diperoleh menggunakan teknik tes. Tes yang dimaksud dalam
hal ini adalah tes menggunakan lembar penilaian Dasar-Dasar Pendidikan IPA. Tes
tersebut selanjutnya akan menghasilkan skor prestasi belajar untuk masing-masing kelas
yang sebelumnya diberikan perlakuan melalui penerapan perangkat pembelajaran kimia
berbasis PChK untuk mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan IPA (eksperimen) dan skor
prestasi belajar untuk mahasiswa yang tidak menggunakan perangkat pembelajaran kimia
yang dikembangkan (kontrol).
Secara sederhana teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
teknik yang dapat membedakan secara jelas dan tegas perbedaan antara masing-masing
kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
untuk menentukan apakah terdapat perbedaan pengaruh penerapan perangkat pembelajaran
kimia berbasis PChK dengan pembelajaran konvensional terhadap kemampuan mengajar
mahasiswa calon guru kimia. Pengujian hipotesis ini menggunakan teknik analisis uji-t (t-
test).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini mengembangkan produk berupa Rencana Pembelajaran Semester (RPS)
dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Proses pengembangan RPS dan LKPD tersebut
mengikuti beberapa tahapan sesuai dengan tahapan pengembangan oleh Borg dan Gall.
Tahapan pertama dalam proses peenelitian ini adalah identifikasi dan pengumpulan
informasi awal (Research and Information Collecting).
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
401
Berdasarkan tahapan awal proses pengembangan produk, dapat diperoleh adanya
kesenjangan atau masalah pada kondisi pembelajaran bagi peserta didik. Dalam tahapan ini
peneliti menemukan beberapa kondisi yang cukup signifikan. Beberapa permasalahan yang
diperoleh diantaranya; (1) mahasiswa tidak memiliki kemampuan dalam menghubungkan
berbagai konsep dan teori yang telah diberikan pada saat perkuliahan dalam kehidupan
sehari-hari, (2) mahasiswa mengakumulasi teori hanya bersumber dari dosen, (3) teori
yang disampaikan oleh dosen banyak yang sudah tidak relevan dengan kondisi terkini.
Tahapan kedua dalam penelitian ini adalah penyusunan awal produk (Develop
Preliminary Form of Products). Produk berupa RPS dan LKPD yang dikembangkan
disusun dan disesuaikan dengan materi pokok yang diajarkan pada mata kuliah Dasar-
Dasar Pendidikan IPA yang pada kurikulum sebelumnya adalah mata kuliah Dasar-Dasar
Pendidikan MIPA. Penyusunan produk dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi
permasalahan yang telah ditemukan pada tahapan pertama proses pengembangan.
Penusunan produk awal dilakukan dengan mengakomodasi permasalahan pada tahapan
pertama. Salah datu kondisi yang ditemukan pada tahapan pertama adalah bahwa memang
dalam pembelajaran Dasar-Dasar Pendidikan IPA, penyusunan RPS sebelumnya tidak
mencantumkan dengan jelas aspek-aspek yang menyatakan hubungan antara konsep yang
diberikan dengan kehidupan sehari-hari, namun dalam pengembangan awal peneliti
menambahkan hal tersebut.
Pada tahapan kedua LKPD juga disusun dengan menambahkan beberapa konsep
terbuka (belum tuntas). Konsep terbuka dalam hal ini bertujuan untuk memberikan kepada
siswa untuk menggali inormasi lebih dalam terkait materi yang dipelajari. Selain itu dalam
LKPD juga disisipkan gambar-gambar kondisi riil dalam kehidupan sehari-hari yang
menghubungkan konsep yang diajarkan dengan aplikasinya.
Tahapan ketiga dalam penelitian ini adalah uji coba awal (Preliminary Field Testing).
Tahapan uji coba awal produk dilakukan untuk seluruh mahasiswa pada tahapan Ujian
Tengah Semester (UTS), untuk mengetahui tingkat prestasi mahasiswa dan seberapa besar
pengaruh penerapan RPS dan LKPD terhadap permasalahan yang ada. Terbukti melalui
penelitian ini prestasi belajar peserta didik mengalami peningkatan dari rata-rata pretest 60
menjadi 68 pada saat UTS. Selain itu mahasiswa lebih tanggap dalam menganalisis dan
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
402
menemukan solusi atas berbagai permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari
terkait materi yang sudah diberikan.
Tahapan keempat dalam penelitian ini adalah revisi utama produk (Main Product
Revision). Pada tahapan ketiga peneliti mencoba menganalisis produk yang telah
dihasilkan dengan melakukan uji kelayakan dari segi kesesuaian konten (isi), penyajian,
dan konten Pedagogical Chemistry Knowledge (PChK) yang termuat dalam produk. Pada
tahapan tersebut diketahui bahwa untuk konten PChK yang diberikan belum maksimal.
Salah satu alasannya adalah karena materi yang diajarkan masih bersifat sangat umum,
terkecuali untuk materi pokok ke-dua yaitu materi dan perubahannya. Untuk materi pokok
ke-dua peneliti dapat menerapkan konsep PChK secara maksimal. Untuk itu dalam tahapan
ini peneliti menyesuaikan LKPD yang telah disusun untuk seluruh materi pokok dengan
berupaya memfokuskan kajian pada PChK untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan
Kimia.
Setelah melakukan revisi yang cukup signifikan, peneliti selanjutnya melaksanakan uji
coba utama (Main Field Testing). Uji coba utama dilakukan pada tahapan Ujian Akhir
Semester (UAS). Pada saat UAS dilakukan uji tahap akhir produk dengan hasil yang cukup
memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari prestasi peserta didik yang meningkat dari 60 untuk
pretest menjadi 78 pada saat UAS.
Selanjutnya tahapan terakhir dari penelitian ini adalah revisi operasional produk
(Operational Products Revision). Tahapan terakhir dari proses pengembangan perangkat
pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan dengan hanya menyesuaikan sedikit saja
produk yang sudah dikembangkan sehingga dapat diterapkan atau dioperasionalkan secara
maksimal.
KESIMPULAN
Pengembangan produk yang dilakukan menghasilkan produk RPS dan LKPD
dalam enam tahapan proses dan terbukti dapat meningkatkan kemampuan peserta didik
dalam mengaitkan antara materi dan konsep yang diterima pada saat perkuliahan dengan
kehidupan sehari-hari. Selain itu prestasi belajar peserta didik juga meningkat dari 60
menjadi 78. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produk yang dikembangkan berhasil
secara signifikan.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
403
DAFTAR PUSTAKA
Bond, J., & Robinson. 2005. Identifying Pedagogical Content Knowledge (PCK) in the
Chemistry Laboratory. Journal of Chemistry Education Research and Practice, 6(2),
83-103.
Eli Rohaeti, Endang W.LFX., & Regina T.P. 2008. Pengembangan LKS Mata Pelajaran
Sains Kimia untuk SMP Kelas VII, VIII, dan IX. Artikel Penelitian UNY.
Herlanti Y. 2011. Model Supervisi Pendidikan Sains Berbasis Pedagogical Content
Knowledge. Bogor: Tabloid Aksara Edisi 42-25.
Hofstein, A. 2005. Chemistry Teachers’ Professional Development for the Implementation
of New Content and Pedagogical Standards. Jurnal online diakses pada tanggal 14
April 2012 dari www.iupac.org/publications/cei.
Lukman Abdul Rauf Laliyo. 2011. Model Mental Siswa dalam Memahami Perubahan
Wujud Zat. Jurnal Penelitian dan Pendidikan, 1-8.
Newsome, J.G., & Lederman, N.G. 2001. Examining Pedagogical Content Knowledge.
Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.
Padilla, K., & Van Driel, J. 2011. The Relationships Between PCK Components: The
Cause of Quantum Chemistry Professors. Journal of Chemistry Education Research
and Practice. 12, 367-378.
Poppy K. Devi. 2008. Upaya Peningkatan Kompetensi Guru Kimia Melalui Kegiatan
MGMP Wilayah. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, 6-6.
Sudjana. 2003. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
404
IMROVING READING COMPREHENSION USING STRATEGIES ON
DIFFERENT GENDER
Neneng Islamiah dan Yudha Aprizani
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Kalimantan
E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemahaman bacaan menggunakan
strategi tentang berbeda jenis kelamin akan hasil yang berbeda atau sama saja. Penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa dari
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjary. peneliti menggunakan
cluster random sampling untuk memilih dua kelompok sampel. Untuk lebih spesifik,
peneliti diterapkan 2x2 desain faktorial, dengan dua tingkat gender (pria dan wanita) dan
dua tingkat dari strategi membaca (strategi kognitif dan metakognitif membaca). Ukuran
sampel minimal masing-masing kelompok dihitung menggunakan Sampling Fraksi Per-
Cluster Formula. Dari dua kelas yang sedang diteliti (kelas A dan B), hanya 50 siswa yang
terpilih sebagai sampel. Mereka dipilih secara acak menggunakan spss versi 21. Mereka
terdiri dari 25 laki-laki dan 25 siswa perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
antara dua kelompok strategi; strategi kognitif sebagian besar disukai oleh siswa laki-laki.
siswa laki-laki seharusnya menggunakan strategi membaca kognitif untuk meningkatkan
pemahaman membaca mereka dengan mengoperasikan memahami tugas, menghafal kata-
kata, dan mengambil nama-nama item atau objek. Hal ini dapat diartikan bahwa siswa laki-
laki dan perempuan memiliki berbagai jenis strategi membaca dengan cara mereka
mencapai hasil pemahaman yang lebih baik.
Kata kunci: Membaca pemahaman, Membaca strategi dan Gender
ABSTRACT
This study was aimed to find out whether reading comprehension using strategies on
different gender would be different result or just the same. The research used a quantitative
method. The population of the research were the students from Islamic University of
Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjary. The researcher used cluster random sampling
to select two sample groups. To be more specific, the researcher applied 2x2 factorial
design, with two levels of gender (male and female) and two levels of reading strategies
(cognitive and metacognitive reading strategies). The minimum sample size of each group
was calculated using Sampling Fraction Per-Cluster Formula. From the two classes which
were being researched (class A and B), only 50 students were chosen as the samples. They
were randomly selected using spss version 21. They consist of 25 male and 25 female
students. The result of the study showed that between two groups of strategies; the
cognitive strategy was mostly favored by male students. Male students were supposed to
use cognitive reading strategy to enhance their reading comprehension by operate
comprehending the task, memorizing the words, and retrieving the names of items or
objects. It can be interpreted that male and female students have different types of reading
strategies in their way of achieving better comprehension result.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
405
Keywords: Reading comprehension, Reading strategies and Gender.
INTRODUCTION
According to Richard and Renandya (2002,p.273) “Many foreign language students
often have reading as one of their most important goal. They want to be able to read
information, for pleasure, and for study purposes”. In Indonesian educational context,
students at schools and universities have limited exposures to real language use, so they
need reading as a way for them to absorb the knowledge of English.
It has found that English Proficiency Index in 2013 reported that Indonesia’s
position due to the rank 25 (53.44) out of 100 in the country ranking table with the status
of “moderate proficiency” in English. This position is much better than in 2012 with
position of 27 (53.31) or “low proficiency”, and 2011 with position of 34 (44.78) or “very
low proficiency”. The three-year data reflects that many Indonesian people, especially
students still have to struggle in mastering the four English language skills including
reading.
Students’ themselves, as suggested by Nunan(1999,p.58) if they want to posses the
characteristics of the good learners , they should create their own chance, and find
strategies for getting practice in using language, specifically in practicing reading, inside
and outside the classroom.
Many of the beliefs reflected address notions of gender differences in cognitive
abilities, proficiencies and achievements. Further, Mulrine(2001,p.40-48) reports that the
difference level achievements between gender where boys are often making failing grades
and they were being labeled as having learning disabilities.
Recent research of Pavlenko and Piller (2008,p.57-69) has also resulted in a more
nuanced picture of ways in which gender ideologies and practices shape learners’ desires,
investments, and actions with regard to what languages they choose to learn and speak.
Thus, based on Brantmeier’s (2003,p.33-43) findings, it is clear that gender becomes one
of the factors which influences in second language reading comprehension performance
besides prior knowledge, interest, and language ability.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
406
METHOD OF RESEARCH
The researcher used a quantitative causal-comparative research, because it selecting
two or more groups that differ on a particular variable of interest and comparing them on
another variable or variables.
Therefore, the variables in this research are divided into independent variables
(gender differences and reading strategies), and a dependent variabe (reading
comprehension).
The researcher applied 2 x 2factorial design, with two levels of gender (male and
female) and two levels of reading strategies (cognitive and metacognitive reading
strategies).
The population of this research were the English undergraduate students of
University of Islam Kalimantan MAB Banjarmasin who study at seven semester taking the
reading class (regular and non regular class). All populations were about 241 students. The
whole populations of the seven semester students are 241 students. From the two classes
which were being researched (class A and B), only 50 students were chosen as the samples
(attendance lists are attached). They were randomly selected using SPSS version 21. They
consist of 25 male and 25 female students.
In this research, the writer used two kinds of instruments. They are: reading
comprehension test and questionnaires. Gronlud in Brown (2000,p.306) said that the
validity refers to “the extent to which inferences made from assessment result are
appropriate meaningful, and useful in terms of purpose of the assessment”. Thus, a reading
test can only be said valid if it is actually measures reading ability. Moreover, Alderson
cited in Arifin(2009,p.44). Therefore, in this research the researcher used the internal
consistency. It was said so because the researcher administered one test and correlate items
to each other. For testing reliability using internal consistency, the researcher only needed
to give the instrument twice. First, at the time of trying out the instrument, and secondly at
the time of the research.
The data has been analyzed descriptively and inferentially. Descriptive analysis
covers the mode, median, range, mean, standard deviation of data and the distribution of
frequency in histograms. The result from descriptive analysis is meant to give information
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
407
concerning the students’ scores. Inferential analysis has been done by using a two-way
ANOVA for hypotheses testing.
FINDING AND DISCUSSION
A. Findings
The test of normality and homogeneity, as SugiyonoA data is normally distributed
if the amount of highest and the lowest score are the same, and so its standard deviation.
1. Normality and Homogeneity of The Test
a. Test of Normality
The statistical test for normality is a test of the null hypothesis that the distribution
is normal. The desirable outcome is a significance value for the statistic more than 0.05 or
α so that the data fails to reject the null hypothesis. If it fails to reject the null hypothesis, it
can be conclude that the data is normally distributed and meets the normality assumption.
The hypotheses of the test of normality are:
H0 : The data distribution is normal
H1 : The data distribution is not normal
To be more specific, the data distributed into four different groups according to the
2x2 factorial design (two levels of gender with two levels of reading strategies).
Due to the statistical data with 50 samples of reading comprehension test scores,
the significance value of the normality test statistic for the four different groups is bigger
than 0.05 which is, in this case, 0.178, 0.216, 0.365 and 0.247. Thus we can reject the null
hypothesis (H0) of normality and see a transformation of the variable has met the statistical
assumption. Thus, it was concluded that the four groups of data follow the normal
statistical distribution.
b. Test of Homogeneity
Test of homogeneity or Levene’s test statistics is an inferential statistic used to
assess the equality of variances for a variable calculated for two or more groups.
The result of the Levene’s Test of homogeneity of variances indicated that the
transformations of data are effective explaining the homogeneity of error variance for the
two groups (male and female). The p-value is 0.188 (18,8%) which is bigger than 0.05
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
408
(5%) or ɑ. We can accept the null hypothesis (H0), so it can be interpreted that the
population variances are equal.
2. Test of Hypotheses
a. Descriptive Analysis
They were categorized based on their gender differences and reading strategies
preferences. There were 50 respondents which consist of 25 males and 25 females. Out of
50, there were 25 respondents of cognitive strategy users and the rest of 25 respondents
were metacognitive strategy users. It can be seen that the mode or score which has
frequently shown from fifty sample scores was 76, the overall mean of reading scores of
male was 62.56and female was78.54, the maximum score was 93, the minimum score was
40, the range are 50, the median were 73, the standard deviation was 12.762, and the
variance was 162.857.
To be more specific, the data was divided into the mean score of male using
cognitive strategy was 60.53, and male using metacognitive strategy was 65.60; whereas
mean score of female using cognitive strategy was 76.90and female using metacognitive
strategy was 79.80.
To conclude, the most favorable reading strategies that were used by male students
were the cognitive reading strategies; whereas female students were mostly use the
metacognitive reading strategies. It can be interpreted that male and female students have
different types of reading strategies in their way of achieving better comprehension result.
Inferential Analysis
Two wayAnalysis of Variances (ANOVA) was used to find the answer for related
research questions and to test the three hypotheses.
To test the three hypotheses in this study, the p-value of each category must be seen
whether they are higher than the p-value of ɑ. The general assumptions of the the
hypotheses are:
H0 : If p-value is less than ɑ (0,05) it means that there is a significant
difference/interaction within category.
H1 : If p-value is bigger than ɑ (0,05) it means that there is no significant
difference/interaction within category, the p-value (0,000) < ɑ (0,05) which means there
was a significant difference of reading comprehension score between the two gender. The
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
409
null hypothesis (H0) is rejected and we accept the alternate hypothesis (H1). Thus we can
conclude that there is a significant difference result between male and female students on
their reading comprehension.
The null hypothesis (H0) is accepted, and the alternate hypothesis (H1) is rejected.
Thus, we can conclude that there is no significant difference between students who use
cognitive reading strategy with the students who use metacognitive reading strategy.
For the last category which is interaction, The null hypothesis (H0) is accepted, and
the alternate hypothesis (H1) is rejected. Thus, we can conclude that there is no interaction
between gender differences and reading strategies on students’ reading comprehension.
Gender was the only category that showed a significant difference among the three
hypotheses. As an illustration, table 4.7 above has showed which type of gender had better
score in the reading comprehension that is female.
B. Discussion
At the first point, due to the first research question it has been proven that female
has better reading comprehension result from their male peers as it could be seen from the
total of their mean scores and the significant p-value. This difference of the female
superiority can be seen through three different aspects: verbal fluency, overall
performance, and language acquisition.
In aspect of verbal fluency, female students of UNISKA have better ability in
identify the meaning of words rather than their male peers. From five questions which
required the test takers to guess the meaning of the underlined words (items number 16-
20), out of 125 items tested, male gave correctly 81 (64.8%) answers, whereas female gave
more correct answers of 93 (74.4%).
In aspect of overall performance, female students are more interactive than male
students because from all classes being observed (regular and non-regular class); female
students were the majority members of all classes. Thus, female were dominated in all
learning activities including classroom discussion. In aspect of language acquisition,
female students are outperformed than male students where they could fill in the blank
with the correct words more properly.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
410
In this study, as the researcher found that female had more better result in their
reading comprehension result. It can be concluded that the theory of female superiority was
proven through these two researches.
The numbers of students and higher the average scores of students who belong to
the metacognitive strategy indicated that English department students of UNISKA, while
they were conducting reading comprehension test, had attempted to identify easy and
difficult test tasks, make plan to complete the test and follows it, being aware of what and
how the test is being completed, checked the performance and progress while completing
the test, corrected mistakes immediately, aware of how much the test remained to be
completed, and so on (components of metacognitive strategy).
From the illustration above, the researcher concluded that reading comprehension
result of a reader cannot be explained by his or her type of gender and the type of reading
strategy being used by him or her. Gender and reading strategies were not strong factors in
explaining the variability of students’ reading comprehension at seven semester students of
UNISKA.
CONCLUSION
As a result, male and female will have different view and comprehend differently
according to what they have read. Other possible factors which differentiate male and
female in reading are needed to be further investigated.
Based on the result of this research, the researcher intended to give suggestion to be
considered for the further researcher who is interested in conduction research with the
same topic. The first is the amount of the population and samples should be adequate
enough. The sufficient numbers of samples would give better representation of the overall
population. Secondly, it is better for the further researcher to make sure that the samples
have already familiar in using reading strategies.
For University of Islam Kalimantan MAB Banjarmasin and other similar
institution, the idea of putting the reading and extensive reading as the major subjects in
English department could be the way of increasing the comprehension level of the
students. Institution, therefore, should provide the meaningful foreign language textbook
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
411
and other written materials which support and can motivate the students to increase their
reading habit.
REFERENCES
Jack C. Richards and Willy A. Renandya. 2002. Methodology in language teaching. New
York: Cambridge University Press.
English Proficient Index. 2013. Retrieved on September 10th, 2013 from
www.ef.com/epi/ef-epi-ranking/
Soejono Dardjowidjojo. Psikolinguistik: Pengantar pemahaman bahasa manusia. Jakarta
Yayasan Obor,
Asher Cashadan (ed.). 1979. Language, reading and learning. United States: University
Park Press.
David Nunan. 1999. Second language teaching and learning. Heinle: Cengage learning.
A. Maulrine. 2001. Are boys the weaker sex? U.S. New & World Report, 131 (4),
Benjamin S. Bloom. 1976. Human characteristics and school learning. Chicago: McGraw
Hill Book Company.
Aneta Pavlenko and Ingrid Piller. 2008. Language education and gender. in Stephen May
(Ed.), The Encyclopedia of Language and Education (2nd Ed), Vol. 1 (Political
Issues). New York: Springer. Retrieved on September 25th, 2013 from
http://link.springer.com/referenceworkentry/10.1007%2F978-0-387-30424-3_5
C. Brantmeier. 2003. Beyond linguistics knowledge: Individual differences in second
language reading. Foreign Language Annals.
Lesley Milroy and Matthew Gordon. 2003. Sociolinguistics: Method and interpretation.
Oxford: Blackwell Publishing Ltd.
M. Ikbal Hasan. 2002. Metodologi penelitian dan aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
J.R Fraenkel and N.E Wallen, 1993.How to designandevaluate researchin education. New
York: Mcgraw-Hill.
C. Wu and M. Hamada. 2000. Planning, analysis, and parameter design optimization. New
York: Wiley. Retrieved on November 11th, 2012 From
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/pmc2796056/
Nada Michael Salem. 2006. The Role of Motivation, Gender, and Language Learning
Strategies in EFL Proficiency. Thesis.American University of Beirut. p.84-85
Retrieved on January 4th, 2014 from http://www.nadasisland.com/nsalem-thesis-
TEFL-2006.
SyaadiahArifin. 2009. The effect of deductive and inductive methods in teaching tenses to
improve students’ writing skill at intermediate I level oflembagabahasa LIA-Slipi.
Unpublished.Thesis for Degree Magister PendidikanIn English Education. University
Of Prof. Dr. Hamka, Jakarta.
Burke Johnson and Larry Christensen. 2008. Educational reseach: Quantitative,
qualitative, and mixed approach. California: Sage Publication, Inc.
Sonja Ziniel. 2008. Splithalf. Retrieved on January 15th, 2014 from
http://srmo.sagepub.com/view/encyclopedia-of-survey-research-methods/n542.xml
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
412
http://www.stmarys-ca.edu/academics/academic-resources-support/student-
academicsupport-services/tutorial-academic-skills-6
MeenaSinghal. Reading Proficiency, reading strategies, metacognitive awareness and L2
readers. The reading matrix Vol.1, No.1, April 2001. Retrieved on May 14th, 2014
from http://www.readingmatrix.com/articles/singhal
AnasSudijono. 2000. PengantarStatistikPendidikan. Jakarta: Rajawalo Press.
Sugiyono. 2007. Statistikauntukpenelitian. Alfabeta: Bandung.
http://www.stmarys-ca.edu/academics/academic-resources-support/student-
academicsupport-services/tutorial-academic-skills-6
MeenaSinghal. Reading Proficiency, reading strategies, metacognitive awareness and L2
readers. The reading matrix Vol.1, No.1, April 2001. Retrieved on May 14th, 2014
from http://www.readingmatrix.com/articles/singhal/
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
413
ANALISIS RAGAM BAHASA LISAN PADA PEDAGANG PASAR TERAPUNG
SIRING SUNGAI MARTAPURA
Nurhasanah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Kalimantan
Email : [email protected]
ABSTRAK
Pasar terapung siring sungai Martapura merupakan pasar favorit masyarakat Banjarmasin
dan para wisatawan dari luar kota bahkan luar pulau hingga mancanegara. Pasar terapung
ini paling ramai dikunjungi oleh peminat yang berasal dari warga setempat, wisatawan
domestik, hingga turis asing. Secara khusus, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan
menganalisis bentuk ragam bahasa lisan pada percakapan para pedagang pasar terapung
siring sungai Martapura. Dan memiliki target yang nantinya dapat bermanfaat bagi
Pemerintah Kota Banjarmasin dalam membina dan melestarikan bahasa Indonesia.
Penelitian ini menerapkan metode kualitatif, karena datanya bersifat deskriptif. Data
dalam penelitian ini dikumpulkan melalui teknik rekam, teknik simak, dan teknik
dokumentasi, data yang direkam didokumentasikan dan ditranskipkan dengan
menggunakan teknik catat. Subjek dalam penelitian ini adalah para pedagang, subjek
dalam penelitian ini diambil secara acak. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah
percakapan secara lisan para pedagang pasar terapung siring sungai Martapura. Data
penelitian berupa kutipan kata, kalimat, dan, ungkapan yang terdapat dalam percakapan
para pedagang pasar terapung siring sungai Martapura. Bahasa yang digunakan para
pedagang pasar terapung siring sungai Martapura adalah bahasa Banjar Hulu. Bahasa ini
dipergunakan dalam kehidupan keseharian seperti berbelanja, bergaul, berbicara santai dan
lain-lain yang semua itu merupakan cara yang komunikatif dan sering dipergunakan oleh
sesama warga Kalimantan Selatan khususnya. Dalam bahasa Banjar tidak ada F, Q, V
karena F dan V masuk ke P, dan Q masuk ke K, dan Z masuk ke abjad S/J. Vokal Bahasa
Banjar Hulu:[ a ],[ i ],[ u ],[ au ],[ ai ], [ ui ].
Kata Kunci : Ragam, Bahasa Lisan, Pedagang, Pasar Terapung Siring
ABSTRACT
Siring Floating Market Martapura River is Banjarmasin society and the tourists’ favorite
market. This floating market is the most crowded which is visited by the interested people
who are from the local residents, the domestic tourists, even the foreign tourists.
pecifically, this research has a purpose to describe and analyze the form of variety of oral
language on the traders’ conversation at Siring floating market Martapura river. This
research also has a target which will give some benefits for Banjarmasin City Government
in developing and preserving Indonesian language. This research applies qualitative
method because the data is descriptive. The data in this research is collected through
recording technique, collecting technique, and documentation technique, the recorded data
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
414
is documented and made a transcription by using a note technique. Subject of this research
is the traders, the subject of this research is taken randomly. Meanwhile the object of this
research is the oral conversation of Siring floating market Martapura river’s traders. The
data of the research are quotationts, sentences, and expressions which are be found in
Siring floating market Martapura river’s traders’ conversation. The language which is used
by the traders’ is Banjar Hulu language. This language is used in daily life such as in
shopping, interacting, non-formal conversation, and so on, which all of them are a kind of
communicative way and used oftenly, by South of Kalimantan society specifically. In
Banjar language, there is no ‘F’, ‘Q’, ‘V’ letters because ‘F’ and ‘V’ are included to ‘P’,
and ‘Q’ is included to ‘K’, and ‘Z’ is inluded to ‘S’/’J’. Banjar Hulu language’s vocal : [ a
],[ i ],[ u ],[ au ],[ ai ], [ ui ].
Keywords : Variety, Oral Language, Traders, Siring Floating Market
PENDAHULUAN
Sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat, bahasa memegang peranan
penting dalam proses komunikasi. Bahasa juga berperan dalam menyatukan masyarakat.
Kehidupan yang dipenuhi semangat kekeluargaan akan mampu terwujud jika
antarmasyarakat mampu berkomunikasi dengan baik. Komunikasi yang paling sering
digunakan sehari-hari adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu
dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk
mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai
pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa. Suatu kelemahan
yang tidak disadari. Bahasa Indonesia adalah bahasa untuk ilmu pengetahuan, teknologi,
dan ekonomi atau perdagangan. Sementara untuk urusan-urusan seni, kebudayaan, dan
kehidupan keluarga, orang-orang Indonesia lebih senang menggunakan bahasa daerah
sehari-hari. Oleh karena itu, muncul persoalan loyalitas kepada bahasa nasional di berbagai
daerah. Tidak semua daerah memiliki derajat loyalitas yang sama terhadap bahasa
Indonesia. Penggunaan bahasa daerah khususnya bahasa Banjar telah mewarnai
penggunaan bahasa Indonesia secara lisan. Penggunaan bahasa daerah tersebut telah
mempengaruhi cara pikir masyarakat Indonesia dalam berbahasa Indonesia resmi.
Khususnya para pedagang di pasar terapung siring sungai Martapura Banjarmasin. Pasar
terapung ini paling ramai dikunjungi oleh peminat yang berasal dari warga setempat,
wisatawan domestik, hingga turis asing. Pasar terapung siring sungai Martapura
merupakan pasar favorit masyarakat Banjarmasin dan para wisatawan dari luar kota
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
415
bahkan luar pulau hingga mancanegara. Karena banyak para wisatawan yang mengunjungi
pasar terapung siring sungai Martapura, yang tidak mengerti dengan bahasa daerah, yaitu
bahasa Banjar. Untuk itu, diperlukan tata cara penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar bagi para pedagang pasar terapung siring sungai Martapura, agar para pedagang
mudah dalam interaksi jual beli dengan para pembeli dan para wisatawan. Atas dasar
tersebut, penulis ingin menganalisis ragam bahasa lisan pada para pedagang pasar terapung
siring sungai Martapura.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menerapan metode kualitatif, karena datanya bersifat deskriptif.
Artinya, data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi yaitu berupa
kata-kata dari data yang diperoleh tidak berupa angka-angka atau koefisiensi tentang
hubungan antarvariabel. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui teknik rekam,
teknik simak, dan teknik dokumentasi, data yang direkam didokumentasikan dan
ditranskipkan dengan menggunakan teknik catat. Subjek dalam penelitian ini adalah para
pedagang pasar terapung siring sungai Martapura, subjek dalam penelitian ini diambil
secara acak, yaitu sepuluh persen dari enam puluh pedagang pasar terapung siring
tersebut. Jadi, hanya enam pedagang yang diteliti. Sedangkan objek dalam penelitian ini
adalah percakapan secara lisan para pedagang pasar terapung siring sungai Martapura.
Data penelitian berupa kutipan kata, kalimat, dan, ungkapan yang terdapat dalam
percakapan para pedagang pasar terapung siring sungai Martapura. Sumber data penelitian
ini adalah para pedagang pasar terapung siring sungai Martapura. Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka, simak, rekam, dan catat.
PEMBAHASAN
Penelitian ini meneliti tentang ragam bahasa yang digunakan para pedagang pasar
terapung siring sungai Martapura. Adapun bentuk dan makna yang didapat dari hasil
penelitian sebagai berikut.
Minggu pagi yang cerah tepatnya pukul 07.00 pagi, penulis berangkat dari rumah
menuju pasar terapung siring sungai Martapura. Di kawasan pasar terapung siring sungai
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
416
Martapura sudah dipadati oleh pengunjung dari luar dan dalam kota bahkan mancanegara.
Kebanyakan dari pedagang pasar terapung ini adalah ibu-ibu dan yang mereka jual pun
macam-macam. Diantaranya bahan-bahan dapur, buah-buahan, sayur-mayur. Kue khas
tradisional seperti; putu mayang, buras, lapat, jagung besumap (jagung kukus). Dan
makanan khas Banjar, sepeti; soto Banjar, ketupat kandangan, dan lain-lain. Mereka
menjualkan dagangannya bukan di atas perahu tetapi di atas titian yang mengapung dengan
alas bambu.
Pertama kali penulis menghampiri seorang pedagang yang menjual makanan seperti
nasi sop, soto, gado-gado, buras, dan laksa. (makanan khas masyarakat Banjarmasin)
Penulis : “Selamat pagi, Bu?
Pedagang 1 :”Pagi”
Jawaban pedagang hanya satu kata Pagi, menunjukkan bentuk yang tidak baku,
seharusnya pedagang mengucapkan kembali salam dengan menjawab Selamat pagi.
Penulis : “Maaf, bisakah saya bertanya-tanya sedikit tentang ibu?”
Pedagang 1 : “Bisa ai, batakun apa ikam?”
Makna kata “bisa ai” berarti bisa tanpa kata ai. Kata “ai” adalah penambahan kata
yang tidak ada artinya tetapi lebih kepada penekanan arti kata di depannya dalam
percakapan. “Batakun” berarti bertanya, “ikam” (ikam adalah bahasa yang digunakan
antar sebaya) yang berarti kamu.
Bentuk yang tepat dari jawaban pedagang “bisa ai, batakun apa ikam” adalah bisa
silakan, apa yang ingin kamu tanyakan?
Penulis :”Sejak kapan ibu berjualan di sini?”
Pedagang 1 : ”lawas sudah aku bajualan, satahun labih bisa.”
Makna dari “lawas” berarti lama, makna “bajualan” berarti berjualan, dan makna
“satahun labih” berarti setahun lebih.
Bentuk yang tepat dari jawaban lawas sudah aku bajualan, satahunan labih bisa
ialah aku berjualan di sini sudah lama, mungkin lebih dari setahun.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
417
Penulis : “Berasal darimana Ibu?”
Pedagang 1 : “Aku nih asli urang banjar ding ai, salawasan bagana di lok
baintan.”
Makna dari “aku nih” berarti aku, “asli urang banjar” berarti asli orang banjar, dan
“ding ai” singkatan dari kata ading yang berarti adik. “Salawasan” berarti sudah lama,
“bagana’ berarti diam.
Bentuk yang tepat dari jawaban “Aku nih asli urang banjar ding ai, salawasan bagana
di lok baintan” ialah “Aku berasal dari Banjarmasin, sudah lama berdiam di Lok baintan.”
Penulis : “Terima kasih atas waktunya, Bu?(sambil berjabat tangan dengan
pedagang)
Pedagang 1 : “iih, sama-sama”
Makna dari “iih” berarti iya, sama-sama berarti terima kasih kembali.
Bentuk dari jawaban “iih, sama-sama” ialah iya, terima kasih kembali.
Pedagang di atas bernama Ibu Nurlian, mempunyai empat orang anak, beralamat di
Lok Baintan. Suami ibu Nurlian bekerja sebagai supir klotok (klotok adalah perahu khas
Kalimantan Selatan yang biasanya digunakan untuk alat transportasi di sungai) sekaligus
menjadi koordinator para pedagang di pasar terapung siring tersebut. Dari percakapan
singkat dengan Ibu Nurlian dapat disimpulkan bahwa bahasa sehari-hari yang digunakan
untuk berkomunikasi ialah bahasa Banjar Hulu. Yang mana cara pengucapan Banjar Hulu
terdapat irama tertentu, serta cara pengucapannya yang agak cepat sehingga mereka yang
belum mengerti bahasa dan dialek tersebut akan kesulitan menangkap arti dan maksudnya.
Kemudian penggunaan vokal pada dialek Banjar Hulu yang dipakai hanya vokal A, I, dan
U, sedangkan pada Dialek Banjar Kuala sebaliknya menggunakan seluruh huruf vokal
yang tersedia.
Penulis ingin membeli buah jeruk dan menghampiri pedagang yang menjual
bermacam-macam buah.
Penulis : “Permisi Bu, berapa harga jeruk ini?”(sambil memegang satu buah
jeruk)
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
418
Pedagang 2 : “Sapuluhnya lima balas ribu, mun babutingan tangah dua ribu.”
Makna dari” sapuluhnya” berarti sepuluh, “lima balas ribu” berarti lima belas ribu,
“mun” berarti kalau, “babutingan” berarti satuan, dan“tangah dua ribu” berarti seribu lima
ratus rupiah.
Bentuk yang tepat dari jawaban “Sapuluhnya lima balas ribu, mun babutingan
tangah dua ribu.” adalah apabila beli 10 jeruk harganya lima belas ribu rupiah, sedangkan
harga satu jeruk seribu lima ratus rupiah.
Pedagang buah-buahan yang bernama Hj. Hamdah ini, dalam berkomunikasi
menggunakan bahasa Banjar Hulu karena huruf vokal yang terdengar hanya huruf A, I, dan
O. Sedangkan huruf Ediganti dengan huruf A.
Penulis mampir pada pedagang yang berjualan lontong, nasi kuning, mie, dan
laksa. Dan memesan satu porsi lontong kepada pedagang tersebut. (‘lontong’ adalah
makanan khas Kaliimantan Selatan terbuat dari beras yang dimasak dengan cara
dimasukkan atau dibungkus daun pisang)
Penulis : “Permisi Bu...”(sambil mencari tempat duduk lesehan yang dekat
dengan penjualnya) “Saya pesan satu porsi lontong ya, Bu!”
Pedagang 3 : “Iwaknya apa?” “intalukah, haruankah, ayamkah....”
Penulis : “Saya minta telur satu saja”
Pedagang 3 : “Balombokkah, Nak?”
Penulis : “Tidak usah, Bu...”
Makna dari “iwaknya apa” maksudnya lauknya apa,” intalukah” maksudnya
apakah telur, “haruankah” maksudnya apakah ikan gabus, “ayamkah” berarti apakah
ayam. “Belombokkah, Nak” maksudnya tambah sambal, Nak.
Bentuk yang tepat dari jawaban “iwaknya apa? Intalukah, haruankah,
ayamkah..”adalah pertanyaan dari penjual yang menawarkan pilihan pada pembeli
“lauknya mau apa? Apakah telur, apakah ikan gabus, apakah ayam.” Kemudian penjual
juga bertanya, “Apakah mau sambal pedas, Nak.” Kata “Nak” singkatan dari kata “Anak.”
Kata “Anak” selain diucapkan oleh seorang ibu kepada anaknya juga bisa diucapkan
kepada orang lain.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
419
Pedagang makanan yang bernama Rusnah yang beralamat di sungai Lulut, sudah
mempunyai dua orang cucu ini, dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Banjar Hulu.
SIMPULAN
Bahasa yang digunakan para pedagang pasar terapung siring sungai Martapura
adalah bahasa Banjar Hulu, merupakan bahasa persatuan daerah bagi warga Kalimantan
Selatan. Bahasa ini dipergunakan dalam kehidupan keseharian seperti berbelanja, bergaul,
berbicara santai dan lain-lain yang semua itu merupakan cara yang komunikatif dan sering
dipergunakan oleh sesama warga Kalimantan Selatan khususnya. Dalam bahasa Banjar
tidak ada F, Q, V karena F dan V masuk ke P, dan Q masuk ke K, dan Z masuk ke abjad
S/J. Vokal Bahasa Banjar Hulu:[ a ],[ i ],[ u ],[ au ],[ ai ], [ ui ]. Kekurangtahuan dan
kekurangpahaman mereka akan pengetahuan tentang cara berbahasa Indonesia yang baik
dan benar, membuat mereka sedikit mempunyai kesulitan dalam berkomunikasi dengan
orang yang penutur asli berbahasa Indonesia. Bahasa yang diucapkan secara lisan, harus
mempunyai tatanan yang benar dan sesuai dengan EYD. Para pedagang menggunakan
bahasa Banjar Hulu, bahasa yang mereka gunakan dalam berkomunikasi sehari-hari
dengan para pengunjung atau pun pembeli.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin. 2010. Metode Pengembangan Baca. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
A.R., Syamsuddin. (1992). Studi wacana: teori-analisis-pengajaran. Bandung:
Mimbar Pendidikan Bahasa dan Seni FPBS IKIP.
Bachman, dkk. 2001. Keragaman Bahasa dalam Pembelajaran. Bandung:FPBS-UPI
Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 2004.Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta:
Bhineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2008. Sintaktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Subroto, Edi. 2007. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: UPT
Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press).
Hastuti, Sri. 1989. Sekitar Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia.Yogyakarta: PT Mitra
Jasa Niaga.
Mahsun. 2011. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, Tekniknya. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
420
Suprapto, MS Tommy. 2009. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi.Jakarta:
Media Pressindo.
Syamsuddin AR.1992. Studi Wacana. Bandung: Mimbar Bahasa dan Seni.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
421
PEMBUATAN KOMPOS CAIR BERBAHAN DASAR LIMBAH SAYURAN
MENGGUNAKAN BAHAN AKTIF EFFECTIVE MICROORGANISMS-4 (EM-4)
Okviyoandra Akhyar dan Rr. Ariessanty Alicia Kusuma Wardani
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Kalimantan
E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai pembuatan kompos cair berbahan dasar limbah
sayuran menggunakan bahan aktif Effective Microorganisms-4 (EM4). Peningkatan nilai
mutu sampah merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak
negatif dari penumpukan sampah. Limbah padat sisa sayuran yang merupakan salah satu
penyumbang terbesar peningkatan volume sampah pada pasar tradisional dapat diolah
menjadi produk yang memiliki nilai guna. Pada penelitian ini telah berhasil mengubah
limbah sayuran yang tidak memiliki nilai jual menjadi kompos yang kedepannya dapat
dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi tanaman selada hidroponik. Berdasarkan hasil analisis
terhadap parameter uji; suhu, bau, pH, EC, maka dihasilkan kompos cair yang dapat
digunakan sebagai alternatif pengganti nutrisi tanaman selada dengan budidaya secara
hidroponik. Kandungan pH sebesar 7.4 dan EC sebesar 1566.7 µS/cm mendekati nilai
nutrisi yang dibutuhkan tanaman selada untuk dapat tumbuh pada budidaya secara
hidroponik.
Kata Kunci: Kompos Cair, , Limbah Sayuran, Hidroponik
ABSTRACT
This research concerned about liquid composting of vegetable solid waste using effective
microorganisms-4 (EM-4). Increasing value of vegetable solid waste was one of great way
to decrease negative impact of waste overloaded. Vegetable solid waste could be
transform to higher value product such as Liquid Composting, which could be used for
less expensive nutrition of lettuce on hydroponic cultivation system. This research already
done, based on parameter analyzed; temperature, odor, pH and salinity (EC) resulting that
liquid composting of vegetable solid waste using effective microorganisms-4 (EM-4) could
be used for alternative nutrition of hydroponic lettuce system. pH and salinity this liquid
composting was 7.4 and 1566.7 µS/cm which was approached the nutritional value of
lettuce Needed for Grows on hydroponic cultivation system.
Keyword : Liquid Composting, Vegetable Solid Waste, Hydroponic
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
422
PENDAHULUAN
Pemilihan limbah padat sisa sayuran dalam pembuatan kompos cair dikarenakan
sayuran merupakan bahan pokok yang dipanen sepanjang tahun sehingga pasokannya di
pasar terutama pasar tradisional sangat melimpah. Tingginya pasokan sayuran di pasar akan
berbanding lurus dengan jumlah limbah padat yang dihasilkan.
Pemanfaatan limbah padat sayuran sebagai kompos cair diharapkan nanti nya selain untuk
menjadi solusi permasalahan sampah pada pasar tradisional, juga diharapkan menjadi
alternatif pengganti pupuk anorganik yang lebih ramah lingkungan dan tidak merusak
keseimbangan unsur hara di dalam tanah.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat kompos cair berbahan dasar limbah sayuran
menggunakan bahan aktif Effective Microorganisms-4 (EM4).
METODA PENELITIAN
Reaktor pengomposan berupa ember berukuran 100 L yang dimodifikasi. Tutup dari
wadah pengomposan diberi lobang angin dengan diameter 2 inchi untuk mengalirkan panas
yang terjadi selama pengomposan.
Proses pengomposan memerlukan waktu selama 1 bulan, dimana pada setiap range 15
hari terhitung pengomposan di mulai, sampel dianalisis suhu, bau, pH dan EC
(Electroconductivity). Limbah sawi yang diambil dari pedagang di pasar tradisional
Banjarbaru dipotong-potong halus untuk meningkatkan luas permukaannya sehingga
mempercepat proses interaksi dengan bakteri EM-4. Perlakuan tambahan yang diperlukan
saat pengomposan adalah dengan pemberian nutrisi tambahan bagi 10 mL EM-4 berupa
larutan gula sebanyak 0.5 Liter kedalam reaktor pengomposan yang berisi 5 Kg limbah sawi.
Kompos hasil penguraian bakteri EM-4 kemudian diuji coba untuk menilai kemampuannya
dalam menggantikan nutrisi tanaman selada secara hidroponik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kompos Cair 1 (15 hari Pengomposan)
Analisis suhu, bau, pH dan EC pada sampel kompos cair dilakukan setelah 15 hari
terhitung dari awal proses pengomposan dilakukan. Data yang tersaji pada Tabel 1
merupakan hasil pengukuran masing-masing parameter sebelum dan sesudah proses
pengomposan selama 15 hari. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada
bagian atas, bagian tengah dan bagian bawah kompos.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
423
Tabel 1. Data analisis kompor cair 1
No. Parameter Sebelum sesudah
Pengukuran Rata-rata Pengukuran Rata-rata
1 Suhu ( oC)
30
30
62
66.7 30 69
30 69
2 Bau
-
-
+++
+++ - +++
- +++
3 pH
6.9
6.9
5.4
5.7 6.9 6
6.9 6
4 EC (µS/cm)
1100
966.6 900
900
Suhu kompos mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan sebelum
pengomposan dilakukan. Proses penguraian limbah oleh bakteri merupakan reaksi eksoterm
dimana terjadi pelepasan energi oleh bakteri ke lingkungan selama proses penguraian
berlansung. Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa suhu tertinggi terukur pada bagian bawah
kompos. Hal tersebut karena jarak yang semakin jauh dari celah udara pada reaktor sehingga
pelepasan panas ke lingkungan menjadi lebih lambat. Panas yang tinggi mengakibatkan
melambatnya proses penguraian, hal terbebut dibuktikan dengan pengukuran EC yang
memperlihatkan penurunan nilai pada bagian bawah kompos.
Analisis pH menghasilkan keterbalikan terhadap nilai EC, dimana pH bagian bawah
kompos lebih tinggi dibandingkan dengan bagian atasnya. Proses penguraian limbah sawi
menjadi asam-asam organik. Pembentukan asam-asam organik tersebut mengakibatkan
terjadinya penurunan pH yang cukup signifikan dibandingkan kondisi awal sampel. Akan
tetapi, pH mengalami sedikit kenaikan pada kompos bagian bawah. Hal tersebut dikarenakan
pH yang asam memicu terjadinya perubahan NO3 hasil penguraian limbah dirubah menjadi
NH3 (Amonia) yang bersifat basa lemah. NH3 yang berupa gas lebih susah keluar melalui
celah udara pada bagian atas reaktor karena jarak yang lebih jauh. Oleh sebab itu, terjadi
penumpukan NH3 pada bagian bawah kompos. Pembentukan NH3 itu juga berakibat
menurunnya nilai EC yang berarti terjadi perlambatan penguraian limbah, hal tersebut
dikarenakan perubahan NO3 menjadi NH3 membutuhkan konsumsi oksigen yang lebih besar
sedangkan posisi yang cukup jauh dari celah reaktor bagian atas mengurangi supply oksigen
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
424
ke bagian bawah reaktor. Keberadaan NH3 juga dibuktikan dengan bau kompos yang lebih
tajam dan menyengat jika dibandingakan saat sebelum pengomposan dilakukan.
Kompos Cair 2 (30 hari Pengomposan)
Kompos yang sudah berumur 30 hari dianalisis masing-masing parameter uji, data analisis
disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Data analisis kompor cair 2
No. Parameter Sebelum sesudah
Pengukuran Rata-rata Pengukuran Rata-rata
1 Suhu ( oC)
30
30
40
44.7 30 47
30 47
2 Bau
-
-
+++
+++ - +++
- +++
3 pH
6.9
6.9
7.3
7.4 6.9 7.2
6.9 7.7
4 EC (µS/cm)
-
-
1700
1566.7 - 1500
- 1500
Suhu kompos yang berumur 30 hari mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
kompos yang berumur 15 hari. Meskipun proses penguraian tetap berlansung, akan tetapi
jumlah limbah yang diuraikan semakin berkurang, sehingga aktifitas penguraian tidak lagi
setinggi saat kompos baru berumur 15 hari. Pembentukan asam-asam organik juga menurun
akan tetapi perubahan NO3 menjadi NH3 tetap terjadi sehingga pH kompos mengalami
kenaikan. Kenaikan tertinggi tetap terjadi pada kompos bagian bawah karena jarak yang
cukup jauh dari celah udara dibagian atas reaktor. Hal tersebut dibuktikan dengan masih
terciumnya bau ammonia yang cukup tajam pada kompos. Nilai EC pada kompos mengalami
kenaikan dibandingkan kompos yang berumur 15 hari, hal tersebut menandakan walau
aktivitas bakteri menurun, akan tetapi proses penguraian limbah sawi menjadi kompos cukup
berhasil.
Uji coba Kompos terhadap tanaman selada hidroponik
Hasil analisis kompos limbah sawi di bandingkan dengan Standar nutrisi untuk
pertumbuhan tanaman selada. Standar nutrisi minimum yang dibutuhkan selada untuk dapat
tumbuh pada budidaya hidroponik adalah pH 7.4 dan EC= 2000 -3000. Penelitian ini
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
425
menghasilkan nilai yang mendekati standar minimum kebutuhan nutrisi selada yang
dikembangkan secara hidroponik. Berdasarkan uji coba terhadap tanaman selada sampel,
tanaman masih dapat tumbuh meskipun mengalami perlambatan dalam pertumbuhannya
dimana daun sejati baru mulai muncul setelah selada berumur 25 hari. Dalam kondisi normal,
daun sejati selada akan muncul setelah berumur 1 minggu. Hal tersebut disebabkan oleh
kandungan EC yang mewakili ketersediaan unsur hara untuk tanaman selada masih belum
tercukupi oleh kompos yang dihasilkan dari penguraian limbah sawi selama 30 hari
menggunakan bakteri EM-4.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pembuatan kompos cair berbahan
dasar limbah sayuran menggunakan bakteri Effective Microorganisms-4 (EM-4), maka dapat
disimpulkan bahwa Proses penguraian limbah sawi menggunakan bakteri EM-4 membentuk kompos
berhasil dilakukan, kompos dapat digunakan sebagai pengganti nutrisi komersil untuk tanaman selada
yang dibudidayakan secara hidroponik meskipun terjadi perlambatan pertumbuhan tanaman yang
disebabkan oleh nilai pH dan EC dari kompos masih dibawah standar kebutuhan nutrisi tanaman
selada hidroponik.
Saran
Penelitian ini merupakan penelitian awal dengan parameter uji yang cukup sederhana.
Dibutuhkan penelitian lanjutan untuk menganalisis kandungan unsur hara yang lebih komplek pada
kompos cair sehingga kedepannya dapat digunakan sebagai sumber data yang lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Ermanita. 2004. Pertumbuhan Vegetatif Dua Varietas Jagung pada Tanah Gambut yang
Diberi Limbah Pulp dan Paper. JurnalBiogenesis 1(1): 1-8. Program Studi Pendidikan
Biologi, Universitas Riau.
Hadisuwito. 2007. Membuat Kompos Cair. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta
Lingga dan Marsono. 2001. Petunjuk Pengguaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta
Purwendro dan Nurhidayat. 2006. Mengolah Sampah untuk Pupuk Pestisida Organik.
Penebar Swadaya. Jakarta
Rahayu, S.S.. 2008. Kimia Industri Jilid II. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
426
Rahmah, A., Izzati, M., Parman, S.,2014: Pengaruh Pupuk Organik Cair Berbahan Dasar
Limbah Sawi Putih (Brassica Chinensis L.) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung
Manis, Buletin Anatomi dan Fisiologi, Vol. XXII, No. 1. Semarang
Sulistyorini, L., 2005: Pengelolaan sampah dengan cara menjadikannya kompos, J.
Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, Juli 2005: 77 – 84. Surabaya
Sundari, E., Sari, E. dan Rinaldo, R.. 2012. Pembuatan Pupuk Organik Cair Menggunakan
Bioaktivator Biosca dan EM4. Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta.
Palembang
Zubachtirodin, M. S. P. dan Subandi. 2007. Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan
Jagung. Dalam Sumarno, et.al. (Editor). Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan:
464-473. Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian. Bogor
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
427
ANALISA KESALAHAN GRAMMATIKAL DALAM MENULIS ESSAY
MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FKIP
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MAB
Supiani dan Lailatul Kodriyah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Kalimantan
E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasi jenis kesalahan grammatikal dalam menulis
essay bahasa Inggris yang terjadi pada mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP
UNISKA dan mendiskripsikan bentuk kesalahan grammatikal di tulisan essay bahasa Inggris
mereka. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang mana dapat
mendiskripsikan suatu phenomena yang terjadi di dalam tulisan essay mahasiswa. Tulisan essay
mahasiswa nampak adanya kesalahan grammatical form dimana kesalahan terjadi di berbagai
pada penghilangan kata atau to be di tenses, artikel, preposisi dan lain-lain,
addition/penemabahan, kesalahan formasi/misformasi dan kesalahan penyusunan kalimat. Ini
tentu diakibatkan ketidaktahuan mahasiswa itu sendiri dan kurangnya penjelasan serta feedback
yang diberikan oleh dosen mata kuliah writing. Jadi, melalui penelitian ini jelaslah dapat dianalisa
dan dideskripsikan berkaitan dengan jenis kesalahan grammatical bahasa Inggris dan bentuk
kesalahannya pada pola kalimat yang dibuat oleh mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris
FKIP UNISKA MAB. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian yang komprehensif terhadap
penganalisaan kesalahan grammatical form pada tulisan essay mahasiswa karena dengan cara
demikian dapat menemukan benang merahnya untuk perbaikan menulis essay secara akurat
sesuai dengan kaidah bahasa Inggris yang baku kedepannya. Ini adalah sebagai evaluasi
terhadap proses belajar mengajar menulis agar meminimalisir kesalahan tata bahasa.
Kemudian, dosen harus memberikan feedback yang efektif terhadap tulisan essay mahasiswa
sehingga karya tulis mahasiswa dapat diterima khalayak umum dan tata bahasanya lebih baik.
Kata Kunci: Analisa Kesalahan, Grammatikal form, menulis, recount text essay
ABSTRACT
The purpose of this research is to classify the kinds of the error analysis of grammatical form
which has been written by students of English Department of FKIP UNISKA and to describe
the form of grammatical sentences in students’ essays regarding to recount texts. The
methodology is employed in the descriptive qualitative which emphasizes on the written
phenomena occurring to written texts. Based on the results revealed that many students
obtained written errors in the surface of structure such as to-be in tense, article, preposition,
and so on. Those errors emerged in the types of error analyses that consisted of omission,
addition, misformation, misordering in sentences. All of kinds of errors were caused by the
students who did not know much more about the knowledge of grammar and lecturer’s
feedback was less given to their works in the form of sentences. Therefore, it needs
evaluative tasks to students’ written essay not only coming from students but also lecturer to
provide feedback and explain much about sentences in the sentences surface.
Key words: Error analysis, grammatical form, writing, recount texts
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
428
PENDAHULUAN
Di era globalisasi dan teknologi sekarang ini tuntutan penguasaan bahasa Inggris
sangat lah di utamakan dalam bersaing di berbagai bidang. Ini karena bahasa Inggris sebagai
bahasa internasional yang digunakan oleh sebagaian besar negara untuk berkomunikasi baik
secara lisan maupun tertulis. Berbagai negara sudah mewajibkan warganya untuk
mempelajari bahasa Inggris agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi di bidang teknologi,
bisnis, pendidikan dan lain lain sehingga segala tantangan perubahan dan dinamisasi jaman
dapat terjawab dengan berkualitas. Untuk mempelajari bahasa Inggris, pembelajar tentunya
harus memiliki empat keterampilan berbahasa yaitu, mendengarkan (listening skill),
kertampilan berbicara (speaking skill), ketrampilan membaca (reading skill), dan ketrampilan
menulis (writing skill).
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada aspek kemampuan menulis. Menulis
merupakan keterampilan yang sulit bagi pembelajar untuk menuangkan ide-idenya kedalam
bentuk tulisan. Sebagaimana dikatakan Alwasilah (2009) bahwa menulis merupakan kegiatan
yang paling sulit dilakukan pembelajar dan paling sulit diajarkan oleh guru. Factor
kesulitannya terletak pada indicatornya yang begitu kompleks dimana menentukan pada
penguasaan menulis itu sendiri. Indikatornya adalah penguasaan kosakata, struktur
kalimat/grammar, content/isi, pengorganisasian kalimat menjadi paragraph, tanda baca, dan
pengejaan tulisan. Semua indicator haruslah dikuasai oleh pembelajar dan pengajar agar
mereka mampu membangun ide dan gagasan menulis dengan baik dan akurat. Menurut Allen
dan Campbel dalam Vivian (2016), seseorang harus dapat membentuk gagasan,
menyusunnya dalam wacana yang terorganisasi dengan efektif dan mengungkapkannya
dengan baik sesuai dengan tata bahasa, diksi, dan sintaksis yang berterima. Oleh karena itu,
struktur kaidah bahasa atau grammatical form sangat berpengaruh dalam pembentukan
tulisan yang akurat.
Umumnya mahasiswa banyak mengalami kesalahan dan ketidaktahuan pada aspek
grammarnya. Pengetahuan tentang grammar memerlukan pembelajaran di kelas agar
mahasiswa mampu mengurangi tingkat kesalahan di aspek tata bahasa. Oleh karena itu
dperlukan analisa mendalam struktur kalimat/ grammatical form di essay mahasiswa agar
mereka dapat memperbaiki kesalahan dan mendapatkan feedback dari dosen pada proses
pembelajarannya di kelas. Ini sangat penting didalam menganalisa kesalahan essay
mahasiswa. Melalui error analysis (analisis kesalahan) inilah, dosen dan mahasiswa akan
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
429
mengetahui megevaluasi proses pengajaran dan pembelajaran menulis karena sebagai
pembelajar bahasa asing tentu dipengaruhi oleh bahasa pertama (interferensi) atau mother
tongue.
Error analysis (analisis kesalahan) menekankan pada form (bentuk) bahasa
pembelajar/ languge learner, mengkaji bahasa pembelajar berdasarkan jenis dari error
analysis: error of omission (penghilangan), error of addition (penambahan), error of
selection (penggantian), dan error of ordering (kesalahan susunan kata) (Heidi Dulay,et al, di
Suhendi, 2012) . Semua jenis kesalahan tersebut disebabkan oleh faktor interferensi saat
mempelajari keterampilan menulis. Dalam kasus ini, banyak mahasiswa beranggapan bahwa
gramatikal Bahasa Inggris sama dengan aturan gramatikal Bahasa Indonesia. Interferensi
tidak bisa terlepas dari bahasa ibu dan budaya yang ada pada mahasiswa sehingga saat
berkomunikasi dalam bentuk tertulis pada khususnya selalu saja ada unsur ejaan Bahasa
Indonesia yang mereka gunakan. Masalah inilah menimbulkan banyak kesalahan di tulisan
essay mahasiswa karena kaidah grammar yang di formalkan bahasa Inggris berbeda
ejaaannya dengan ejaan bahasa Indonesia. Seperti contoh kalimat bahasa Inggris
menggunakan tense “I went to the school yesterday(saya pergi ke sekolah kemaren)” secara
grammatical ketika menggunakan waktu lalu maka kata predikatnya menjadi kedua dari go-
went. Selanjutnya my friends were at home last night, ketika diikuti penambahan oleh
plural/jamak maka harus dibubuhi to be dari was- were. Kemudian kalimat I looked at a
beautiful beach (saya melihat pantai yang indah), susunah kata berbalik dari DM
(diterangkan-menerangkan) ke MD (menerangkan-diterangkan).
Contoh diatas bagian dari alasan mengapa pembelajar Bahasa Inggris saat ini sering
bingung menggunakannya dan melakukan kesalahan grammatikal dalam menulis essay
Bahasa Inggris. Fenomena ini yang sering dihadapi oleh mahasiswa, maka penelitian ini
dilakukan di Prodi Pendidikan bahasa Inggris FKIP UNISKA MAB dengan tujuan untuk
mengklasifikasi jenis kesalahan grammatika dalam menulis bahasa Inggris yang terjadi dan
mendiskripsikan bentuk kesalahan grammatika sehingga akan menjadikan evaluasi dan
feedback bagi guru untuk pembenahan pengajarannya dikelas dalam hal perbaikan
keterampilan menulis bahasa Inggris.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang termasuk salah
satu penelitian kebahasaan. Boydan dan Taylor (via Moleong, 2006: 4) mengatakan bahwa
pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
430
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Jadi, penelitian ini
mendiskripsikan suat hal atau phenomena yang terjadi didalam tulisan mahasiswa berkaitan
dengan aspek kesalahan grammatical bahasa Inggris dan tipe kesalahannya pada pola kalimat
yang dibuat oleh mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris. Analisa kesalahan diambil
berdasarkan sampel purposive dengan jumlah 20 mahasiswa yang dengan variasi berbagai
semester dengan latar belakang dan social yang berbeda yang mengarah pada mahasiswa dari
daerah lahan rawa basah.
PEMBAHASAN
Menulis essay berbahasa Inggris tentu tidak mudah karena dalam menulis bahasa
Inggris harus melibatkan beberapa unsur yaitu salah satunya aspek grammatical yang baku
atau tata bahasa yang sesuai dengan kaidah kebahasaan. Untuk itu diperlukan pemahaman
dan pembelajaran kebahasaan agar kesalahan grammatical di tulisan dapat diminamalisir.
Dalam analisa kesalahan menurut Lennon (1991) yang mengklasifikasikan kesalahan yaitu
penghilangan, penambahan, misformasi, dan pengurutan. Di penelitian ini ditemukan
beberapa jenis dan bentuk kesalahan yang terjadi pada analisa tulisan mahasiswa prodi
bahasa Inggris ketika mereka menulis essay yang berbentuk cerita pengalaman dimasa lalu.
Hasil penelitian ini disajikan dengan analisa kesalahan grammatical yang dikalsifikasi
sebagai berikut.Kekeliruan harus dibedakan secara teliti dari kesalahan pembelajar bahasa
kedua, kejanggalan dalam bahasa pembelajar bersangkutan merupakan manifestasi langsung
sebuah sistem yang dijalankan saat itu (Brown, 2007:283).
Ommision/Penghilangan
Kesalahan di type ini diidentifikasi melalui ketidakadaan atau hilangnya satu atau
lebih kata yang semestinya nampak pada pembentukan kalimat yang baik. Ellis (1998)
menyatakan bahwa, kesalahan penghilangan (Omission) adalah menghilangkan suatu kata
atau unsur gramatikal yang dibutuhkan dalam suatu ungkapan yang berhubungan dengan tata
bahas. Di jenis ini ditemukan berbagai kesalahan yaitu auxiliaries (was, were, did), preposisi,
artikel, noun dan verb.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
431
Tabel .1. (was, were, did), preposisi, artikel, noun dan verb.
NO Auxiliaries (was, were, did)
Incorrect Data Correct Data
1 The river very clean. The river was very clean.
2 Many people there to play Many people were there to play
3 It pleasure visiting a beautiful
beach.
It was pleasure visiting a beautiful
beach.
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kalimat yang bercetak tebal merupakan
kesalahan yang terjadi di penghilangan To Be, mahasiswa mengabaikan unsur To Be karena
di setiap kalimat yang melibatkan subject yang bersifat nominal harus diikuti oleh To Be
sebagai target bahasa atau disebut dengan intralingua. Dalam bahasa Inggris, to be
dikelompokkan sebagai kata kerja bantu atau auxiliary verb yang berfungsi sebagai pengganti
kata kerja atau digunakan untuk menyatakan keberadaan subjek yang menyertainya
(Gitamedia, 2006). Ini berarti bahwa mahasiswa telah mengenal struktur bahasa target akan
tetapi belum memehami pengimplementasian kalimat yang bersifat nominal selalu diikuti To
Be taitu “was, were dan did”.
Tabel 2
NO Regular Verb (– ed )
Incorrect Data Correct Data
1 I prepare food and drink for us. I prepared food and drink for us.
2 I wait in front of the ICU. I waited in front of the ICU.
3 We arrive at my grandparents' house. We arrived at my grandparents'
house.
Regular verb atau dapat disebut juga dengan kata kerja beraturan adalah kata yang
perubahannya beraturan dengan hanya penambahan menambahkan "suffix -ed" dari bentuk
semulanya. Atau jika kata kerja itu berakhiran dengan huruf maka tinggal ditambah akhiran
"-d" saja. Di kalimat essay yang bercetak tebal ditulis mahasiswa merupakan kesalahan
tentang pemahaman regular verb yang masih belum tuntas dalam penggunaannya.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
432
Table 3
D
tabel ini menunjukkan bahwa di kalimat nomer 1 yang bercetak tebal menekankan
pada istilah possessive pronoun yang diartikan sebagai kata ganti yang digunakan untuk
mewakili atau menggantikan kepemilikan dari orang, untuk menegaskan kepemilikkan
ditandai apostrof. Menurut Gitamedia (2006), tanda apostrof digunakan bila nama benda atau
nama orang yang menjadi pemilik berakhiran dengan huruf “s”, dan jika tidak maka
digunakan tanda apostrof + s („s). Jadi kalimat nomer 1 tidak bisa berdiri dan dipahami
sendiri tanpa ada kata yang menjelaskannya dari konteks kalimat. Sedangkan di kalimat
nomer 2 penghilangkan kata kerja tidak bisa dipahami maksud dan tujuan dari konteks
tersebut. Maka harus ada penambahan kata untuk menjelaskan maksud yang diinginkan. Jadi
kata kerja yang bisa menjelaskan dari kalimat tersebut yaitu menambahkan kata “went”yang
berasal dari kata kerja “go”.
Table 4
NO Preposition
Incorrect Data Correct Data
1 We walked the street. We walked in the street.
2 Last week my parents, brother, sister
and I went zoo.
Last week my parents, brother,
sister and I went to the zoo.
Preposition adalah bagian dari part of speech yang digunakan untuk menghubungkan
kata benda, kata ganti, atau frase dengan kata lain dalam sebuah kalimat. Menurut Baehaqi
(2009), preposisi adalah kata yang digunakan di depan kata benda atau frase kata benda untuk
menerangkan letak atau posisi benda tersebut. Sementara istilah lain, preposisi sebagai kata
depan yang digunakan untuk menghubungkan noun atau pronoun dengan kata-kata lainnya
dalam sebuah kalimat (Razaq, 2010).
Kata ganti biasanya terletak didepan kata benda atau kata ganti. Dengan kesalahan
pada penghilangan preposisi di kalimat essay mahasiwa menandai ketidak pahaman
penggunaan preposisi dalam kalimat. Kata “in” menunjukkan suatu tempat yang dituju,
sedangkan “to” digunakan untuk menggambarkan arah.
NO Possesive Pronoun and Verb
Incorrect Data Correct Data
1 We arrived at my grandparent. We arrived at my grandparent's
house.
2 On Sunday, My family and I to the
Flower Island.
On Sunday, My family and I
went to the Flower Island.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
433
Table 5
NO Article
Incorrect Data Correct Data
1 Last week my parents, brother, sister
and I went zoo.
Last week my parents, brother,
sister and I went to the/a zoo.
2 We went to beach. We went to the/a beach.
Kata ‘a’, ‘an’, dan ‘the’ adalah jenis kata artikel yang terbagi menadi dua kategori,
yaitu definite dan indefinite. Kata ‘the’ termasuk definite, yang berarti sudah pasti.
Sedangkan kata ‘a’ dan ‘an’ termasuk indefinite, yang berarti tidak pasti atau secara general.
Sebagaimana dikatakan oleh Gitamedia (2006) kata yang termasuk definite artikel yaitu
“the”, sedangkan yang termasuk dalam indefinite artikel yaitu “a dan an”.
Ketika menggunakan kata ‘the’ memberikan makna bahwa menyatakan sesuatu suatu
hal yang pasti. Kata ‘a’ dan ‘an’ digunakan saat kita ingin menyatakan suatu hal yang
sifatnya umum atau general. Mahasiswa telah menghilangkan makna tersebut tanpa
menunjukkan pernyataan yang pasti atau tidak dan tidak memperhatikan penulisan artikel di
kalimat tersebut. Maka pembetulannya harus ditambahi “the atau a”.
Addition/Penambahan
Bentuk addition merupakan kesalahan yang menambahkan suatu item yang
seharusnya tidak ada pada sebuah ujaran. Kesalahan penambahan adalah sebuah jenis
kesalahan yang dilakukan ketika mahasiswa menggunakan bagian yang tidak diperlukan dan
membuat kalimat yang dihasilkan tidak gramatikal. Berikut bentuk kesalahan addition yang
ditulis mahasiswa.
Table 6
NO To be
Incorrect Data Correct Data
1 My mother was told me that news. My mother told me that news.
2 We were arrived at the hospital. We arrived at the hospital.
Kalimat di atas tidak tepat karena terdapat kata bantu atau Tobe was dan were karena
konteksnya suatu pernyataan aktif untuk menegaskan penyampaian pesan atau informasi
kepada seseorang. Jadi penambahan kata itu harus dihilangkan Tobe nya untuk menjadi
kalimat yang benar dalam bahasa Inggris.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
434
Table 7
NO Verb –ed
Incorrect Data Correct Data
1 They did not forgetted with me. They did not forget with me.
2 I did not visited my friends. I did not visit my friends.
Pada tataran level ini, para mahasiswa telah mendapatkan aturan gramatikal bahasa
Inggris, tetapi mereka seringkali salah pemahaman. Sehingga, mereka kemudian melakukan
kesalahan tersebut. kesalahan yang menambahkan suatu item yang seharusnya tidak ada pada
sebuah ujaran kalimat seperti contoh di atas did notforgetted semestinya forget dan did
notvisited semestinya visit.
Misformation/Misformation.
Misformation adalah kesalahan penggunaan bentuk yang salah pada morfem atau
struktur kalimat.Menurut Ellis (1998), kesalahan penggunaan bentuk (misinformation) adalah
penggunaan satu bentuk gramatikal yang tidak tepat. Tulisan mahasiswa membentuk suatu
frasa atau kalimat yang tidak sesuai kaidah bahasa itu. Akibatnya konstruksi frasa atau
kalimat menjadi salah (penyimpangan) kaidah bahasa.
Tabel 8
Kalimat diatas merupakan penanda yang menyatakan penempatan pada bentuk
irregular, seperti dalam go untuk went, walked untuk woke up, come untuk came. Biasanya
kesalahan ini terjadi ketika mahasiswa masih tidak mengerti rule of sentence dan pola
penggunaannya dengan perubahan formasi kata kerja regular ke kata kerja irregular.
NO Verb-1 Verb-2
Incorrect Data Correct Data
1 I go to the floating market. I went to the floating market
2 My sister waked up earlier. My sister woke up earlier.
3 I come to his home I came to his home.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
435
Table 9
Hal tersebut disebut dengan istilah Archi-forms errors merupakan kesalahan dalam
pemilihan sebuah bentuk untuk menyatakan sesuatu yang lainnya, misalnya kesalahan
pemilihan determiners “(this, that, these, those)” dalam sebuah kalimat. Contoh di kalimat di
atas “That sebenarnya those, this sebenarnya these” karena kata benda yang diikutinya
adalah berbentuk plural atau jamak kecuali hanya berbentuk singular atau tunggal.
Misordering/Kesalahan penyusunan
Mahasiswa menyusun atau mengurutkan unsur-unsur bahasa dalam suatu konstruksi
frasa atau kalimat di luar kaidah bahasa Inggris. Akibatnya frasa atau kalimat itu
menyimpang dari kaidah bahasa. Ellis (1998) menyatakan bahwa kesalahan penempatan
(Misordering) adalah penempatan kata-kata yang salah dalam satu ungkapan.
Table 10
Struktur model di atas yang incorrect data adalah struktur bahasa Indonesia,
sedangkan di correct data struktur dalam bahasa Inggris berlaku sebaliknya seperti pada
NO Singular Plural
Incorrect Data Correct Data
1 That monkeys made me scare. Those monkeys made me
scare.
2 I watched this children at the beach. I watched these children at the
beach.
NO Misordering Sentences
Incorrect Data Correct Data
1 I went to house my grandmother. I went to my grandmother's
house.
2 My father was again sick. My father was sick again.
3 I visited a beach beautiful. I visited a beautiful beach.
4 I and my family went to the Beach
Tangkisung.
I and my family went to the
Tangkisung Beach.
5 My family while prepared our car. While my family prepared our
car.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
436
kalimat “again sick seharusnya sick again”, “a beach beautiful seharusnya a beautiful
beach” dan “beachTakisung seharusnya Takisung beach”.Sedangkan formasi house my
grandmother semestinya my grandmother’s house. Kalimat ini sebagai makna possessive atau
kepemilikkan yang diikuti kata benda dibelakangnya. Begitu pula dengan kalimat “my family
while semestinya while my family” yang mana formasi incorrect data tersebut merupakan
kekeliruan pada kaidah struktur. Ini dipengaruhi oleh pola bahasa Indonesia atau interference
yang tidak bisa mengikuti target bahasanya.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data tentang jenis-jenis analisa kesalahan dan bentuk
penggunaan dalam menulis essay recount teksyang telah di uraikan ada 4 jenis kesalahan
yang ditemukan yaitu kesalahan penghilangan (omission), kesalahan penambahan (addition),
kesalahan penggunaan bentuk (misinformation), dan kesalahan penempatan (misordering).
Jenis kesalahan-kesalahan tersebut telah diklasifikasikan sesuai dengan kategori kesalahan
yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pembahasan dari bentuk kesalahan penghilangan yaitu: kesalahan
penghilangan akhiran kata kerja (-ed, -d) pada kata kerja beraturan (regular verb), kesalahan
penghilangan to be, kesalahan penghilangan possessive pronoun dan verb, kesalahan
penghilangan article dan kesalahan penghilangan kata preposition.
Dalam kesalahan penambahan (addition) bentuk yang ditemukan yaitu: kesalahan
penggunaan bentuk kata kerja beraturan (regular verb- ed) dan kesalahan penggunaan bentuk
to be. Kemudian, jenis-jenis kesalahan formasi (misformation) terletak pada formasi kalimat
yang tidak tepat yakni penggunaan verb 1 ke verb 2 dan formasi penggunaan kata Tunggal
(singular) ke jamak (plural). Dan terakhir, bentuk-bentuk kesalahan penempatan
(Misordering) yang ditemukan yaitu: kesalahan penempatan subjek, kesalahan penempatan
objek, kesalahan penempatan kata keterangan dan kesalahan penempatan kata penghubung.
Oleh karena itu, Setelah mengetahui tingkat kesalahan dari jenis dan bentuk kesalahan
grammatikal yang dilakukan mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, peneliti
menyampaikan beberapa saran
1. Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris seharusnya mengimplikasikan pengetahuan
tentang jenis dan bentuk kesalahan penggunaan struktur kalimat pada mata kuliah writing
dan skripsi ataupun penulisan lainnya agar mahasiswa lebih cermat dan teliti dalam
menggunaan struktur kalimat dalam bahasa Inggris.
PROSIDING HASIL PENELITIAN DOSEN UNISKA TAHUN 2017 ISBN : 978-602-71393-6-7
437
2. Mahasiswa seharusnya bisa mengevaluasi dan belajar lebih giat lagi serta meminta dosen
melakukan feedback terhadap tulisan essay mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, Chaedar. 2009. Sosiologi Bahasa: Bandung. Angkasa Bandung.
Baehaqi, Imam. 2009. A handbook of English Grammar. Yogyakarta. Media Ilmu.
Brown, H. Douglas. 2000. Principles of Language Learning and Teaching 4th. Edition. New
York: The Free Press.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Cetakan Pertama Edisi IV).
Jakarta: PT Gramedia.
Dulay, et al.1982. Language Two. New York: Oxford University Press.
Dulay, H., Burt, M. & Krashen, S. 1982. Language Two. New York: Oxford University
Press.
Ellis, Rod. 1998. Second Language Aquisition. New York: Oxford University Press.
Gitamedia, Tim. 2006. Serious English for Serious Students. Surabaya. Gitamedia Press
Hastuti PH, S. 2003. Sekitar Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra
Gama Widya.
--------------- 2003. Sekitar Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Edisi kedua.
Yogyakarta: Mitra Gama Media.
James, Carl. 1998. Error in Language Learning and Use. London: Longman.
Norissh, John. 1983. Language Learners and Theirs Errors. London: The Macmillan Press.
Nurgiantoro, Burhan. 1984. “Analisis Kesalahan Berbahasa dalam PengajaranBerbahasa”.
Yogyakarta: Jurnal Kependidikan No. I Vol. 14.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.
Supraba, TH. Ellisa Tesdy. 2008. Analisis Pola Pengembangan Paragraf dalam
Karangan Narasi Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta. Yogyakarta: FBS
UNY.
Vivan, Rose. 2011. Analisis Kesalahan Berbahasa. https://www.academia.edu/9423407/.
Diakses tanggal 05 September 2016.