71
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN KONSULTASI DAN KONSELING SEDIAAN FARMASI PADA MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeroleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Bernadeta Dhiyana Krismadanti NIM : 148114038 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN

KONSULTASI DAN KONSELING SEDIAAN FARMASI PADA

MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA

DHARMA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memeroleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Bernadeta Dhiyana Krismadanti

NIM : 148114038

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

i

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN

KONSULTASI DAN KONSELING SEDIAAN FARMASI PADA

MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA

DHARMA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memeroleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Bernadeta Dhiyana Krismadanti

NIM : 148114038

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN

KONSULTASI DAN KONSELING SEDIAAN FARMASI PADA

MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA

DHARMA YOGYAKARTA

Skripsi yang diajukan oleh:

Bernadeta Dhiyana Krismadanti

NIM: 148114038

telah disetujui oleh:

Pembimbing

Dr. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. tanggal 22 Oktober 2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

You do not need to be great to start something. Do it now and do not ever put

off because the chance may not come twice.

Mencintai apa yang dilakukan dan melakukan atas dasar kecintaan.

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus yang selalu mendampingi sampai selesainya penelitian ini

Kedua orang tuaku yang selalu memberi support

Sahabatku yang selalu ada untukku dan menyemangati dalam pembuatan karya

tulis ini

Semua orang yang terlibat

Almamater yang ku banggakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah

ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 22 Oktober 2018

Penulis

Bernadeta Dhiyana Krismadanti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:

Nama : Bernadeta Dhiyana Krismadanti

NIM : 148114038

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah saya yang berjudul

“Pengembangan Instrumen Pengukuran Kemampuan Konsultasi dan

Konseling Sediaan Farmasi Pada Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain unuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin saya atau memberi royalty kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 22 Oktober 2018

Yang menyatakan,

Bernadeta Dhiyana Krismadanti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus karena atas berkat dan

rahmat kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN

KONSULTASI DAN KONSELING SEDIAAN FARMASI PADA

MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA” dengan baik dan lancar. Penulisan skripsi ini merupakan salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari banyak bantuan, dukungan, semangat,

dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan ilmu, dukungan, dan saran dalam penelitian ini.

3. Ibu Putu Dyana Christasani, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah

bersedia memberikan kritik dan saran dalam penelitian ini.

4. Ibu T. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D., Apt. selaku dosen penguji yang

telah bersedia memberikan kritik dan saran dalam penelitian ini.

5. FSM 2014 yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini yang

tidak bisa disebutkan satu persatu.

6. Kedua orang tua yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungan secara

finansial dari awal hingga akhir penyusunan skripsi.

7. Agnes Chyntia Silalahi, Eleonora, Suster Frida, Lucia Desmar, Paulus Wikan,

Gisela Lupita, Mas Ari yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan

perhatian selama penyusunan skripsi.

8. Segenap pihak yang terlibat dalam proses penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

perkembangan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari bahwa masih terdapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

viii

kekurangan di dalam skripsi ini. Oleh karena itu dengan terbuka dan senang hati

penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhir

kata, selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Yogyakarta, 22 Oktober 2018

Penulis,

Bernadeta Dhiyana Krismadanti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

ix

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN

KONSULTASI DAN KONSELING SEDIAAN FARMASI PADA

MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA

DHARMA YOGYAKARTA

Bernadeta Dhiyana Krismadanti

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan,

Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, 55282, Indonesia.

Telp. (0274) 883037, Fax. (0274) 886529

[email protected]

ABSTRAK

Komunikasi yang baik antara apoteker dengan pasien dapat

meningkatkan kualitas hidup pasien dan meningkatkan kepercayaan kepada

apoteker. Hal ini didukung dengan bergesernya orientasi dari medication oriented

menjadi patient oriented. Diharapkan dengan perubahan orientasi tersebut,

menjadikan pelayanan kesehatan berjalan kearah yang lebih efisien, terutama

untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan outcome terapi. Selain itu dengan

manajemen terapi obat oleh Apoteker biaya yang dikeluarkan pasien sedikit,

tetapi mendapatkan terapi yang optimal. Untuk mengetahui sejauh mana

pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah

kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

konsultasi dan konseling sediaan farmasi. Kuesioner dibua berdasarkan salah satu

poin dalam SKAI tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian analitik

observasional dengan rancangan deskriptif. Dalam penelitian ini dilakukan uji

validitas konten, uji pemahaman bahas, uji validitas dan reliabilitas. Berdasarkan

penelitian ini didapatkan kuesioner komunikasi dengan nama “Kuesioner

Konseling Farmasi 4.0” yang memiliki 32 pernyataan yang valid dan reliabel,

sehingga kuesioner telah siap digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi

dan konsultasi sediaan farmasi.

Kata kunci: komunikasi, SKAI, kuesioner, validitas dan reliabilitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

x

ABSTRACT

A good communication between pharmacists and patients can improve

quality of life of the patients and increase trust to the pharmacist. This is

supported by the change in orientation from medication oriented to patient

oriented. The adjustment is expected, making health services more efficiently,

especially to improve quality of life of the patients and the results of therapy. In

addition, the therapeutic management by the pharmacist costs the patient a little,

but gets optimal therapy. To find out the extent of information about the

communication conducted by the pharmacist, it is necessary to have a

questionnaire that can measure understanding in conducting pharmaceutical

consultation and counseling. Questionnaires were made from one of the aspects in

SKAI 2016. This study was an observational analytical study with descriptive

design. In this study there are content validity test, discussion comprehension test,

validity and reliability test. Based on this research communication questionnaire

was made with the name “ Kuesioner Konseling Farmasi 4.0” which has 32 valid

and reliable statement, and the questionnaire is ready to use to measure

communication and consultation skills.

Keywords: communication, SKAI, questionnaire, validity and reliability

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ v

PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................................................................... vi

PRAKATA ......................................................................................................... vii

ABSTRAK ......................................................................................................... ix

ABSTRACT ......................................................................................................... x

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

METODE PENELITIAN ................................................................................... 2

HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 3

Uji Validitas Konten ...................................................................................... 3

Uji Pemahaman Bahasa ................................................................................. 6

Uji Validitas .................................................................................................. 6

Uji Reliabilitas ............................................................................................... 8

Dimensi yang Terdapat Dalam Kuesioner .................................................... 9

Formulasi Kuesioner yang Valid dan Reliabel Secara Konten ..................... 10

KESIMPULAN .................................................................................................. 12

SARAN .............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

xii

LAMPIRAN ....................................................................................................... 14

BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 56

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Uji validitas konten pertama .............................................................. 4

Tabel II. Uji validitas konten kedua ................................................................ 4

Tabel III. Uji Validitas kuesioner pengambilan pertama ............................... 7

Tabel IV. Uji Validitas kuesioner pengambilan kedua ................................... 8

Tabel V. Hasil Seleksi Kuesioner yang Valid dan Reliabel ............................ 8

Tabel VI. Konsultasi dan Konseling Sediaan Farmasi .................................... 10

Tabel VII. Formulasi Kuesioner yang Valid secara Konten dan Reliabel ...... 11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Pengambilan Data ........................................ 15

Lampiran 2. Uji Validitas Konten I ................................................................... 16

Lampiran 3. Uji Validitas Konten II .................................................................. 19

Lampiran 4. Revisi Uji Validitas konten ............................................................ 22

Lampiran 5. Kuesioner Edar ............................................................................. 25

Lampiran 6. Kuesioner Uji Pemahaman Bahasa I ............................................. 28

Lampiran 7. Informed Consent ......................................................................... 31

Lampiran 8. Kuesioner Penelitian Uji Validitas dan Reliabilitas ...................... 32

Lampiran 9. Cara Menganalisis Menggunakan SPSS ........................................ 35

Lampiran 10. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengambilan

Pertama ............................................................................................................... 43

Lampiran 11. Perbaikan Pernyataan Kuesioner ................................................. 45

Lampiran 12. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengambilan

Kedua ................................................................................................................. 48

Lampiran 13. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pengambilan Kedua ............ 50

Lampiran 14. Sertifikat CE&BU ....................................................................... 52

Lampiran 15. Jenis Kuesioner ............................................................................ 53

Lampiran 16. Kuesioner Pengukuran ................................................................ 54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

1

PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan hal mutlak yang dibutuhkan oleh setiap orang.

Segala hal akan dilakukan untuk mendapatkan kesehatan kembali. Salah satu

pihak yang dapat membantu memulihkan kesehatan tidak lain adalah tenaga

kesehatan, termasuk apoteker. Hubungan baik yang dijalin antara tenaga

kesehatan dengan pasien akan memberikan hasil yang baik pula dalam pemulihan

kesehatan. Hubungan tersebut didukung dengan adanya komunikasi yang baik

antar-tenaga kesehatan dan antara pasien dengan tenaga kesehatan. Hal ini juga

dipengaruhi oleh bergesernya orientasi pelayanan kefarmasian yang sebelumnya

medication oriented menjadi patient oriented (Menteri Kesehatan RI, 2016).

Dalam “The Expanding Role of Pharmacists in a Transformed Health

Care System” (2015), dijelaskan bahwa perubahan orientasi tersebut membuat

apoteker sebagai kesatuan tim bersama tenaga kesehatan lain menyediakan

pelayanan berupa manajemen terapi obat. Apoteker adalah sarjana farmasi yang

telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker

(Firmansyah, 2009; Peraturan Pemerintah, 2009). Diharapkan dengan pelayanan

tersebut menjadikan pelayanan kesehatan berjalan kearah yang lebih efisien,

terutama untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan outcome terapi. Selain itu

dengan manajemen terapi obat oleh Apoteker biaya yang dikeluarkan pasien

sedikit, tetapi mendapatkan terapi yang optimal.

Untuk memberikan pelayanan terbaik dengan tujuan meningkatkan hasil

terapi dan memangkas biaya, maka terdapat peran penting yang dilakukan oleh

apoteker yaitu Pelayanan Kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical

Care) adalah suatu tanggung jawab profesi dari apoteker dalam mengoptimalkan

terapi dengan cara mencegah dan memecahkan masalah terkait obat (Drug

Related Problem) (Departemen Kesehatan RI, 2006; Grech and Lau, 2016;

Rickles, Wertheimer, and Smith, 2010). Masalah terkait obat misalnya tercantum

dalam Standar Kompetensi Apoteker Indonesia (SKAI) tahun 2016, yaitu masalah

pasien terkait pemberian informasi obat: (poin 4.1) tidak memperoleh informasi

dan edukasi tentang tujuan penggunaan obat. Hal ini dapat menurunkan

kepercayaan kepada apoteker sebagai tenaga kesehatan yang menguasai tentang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

2

informasi obat. Komunikasi, pemberian informasi, dan cara mengedukasi pasien

(KIE) merupakan bagian dari mata kuliah wajib Komunikasi Farmasi. Mata

kuliah tersebut diberikan kepada mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma pada saat menjalani masa perkuliahan tahun ketiga (semester lima).

Pemahaman terkait KIE dapat dinilai ketika mahasiswa telah mengambil mata

kuliah tersebut dan dinyatakan lulus.

Penguasaan kemampuan KIE pada mahasiswa farmasi sangat penting

sebagai bekal setelah kelulusan dari S1 Farmasi. Penguasaan kemampuan KIE

tersebut harus diketahui. Salah satu cara untuk mengetahui kemampuan tersebut

adalah dengan melakukan survei. Survei tersebut akan dilakukan dengan

menggunakan instrumen yang berdasarkan SKAI tahun 2016. Untuk mengukur

kemampuan mahasiswa farmasi pada aspek konsultasi dan konseling sediaan

farmasi dibutuhkan kuesioner yang valid dan reliabel. Pengukuran kemampuan

sangat penting untuk mengetahui keberhasilan proses belajar pada aspek

komunikasi, sekaligus sebagai feedback pada sistem pembelajaran di Program

Studi Farmasi. Selain itu, keberhasilan suatu terapi obat dipengaruhi oleh

kemampuan konsultasi dan konseling sediaan farmasi seorang apoteker.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian analitik

observasional dengan rancangan deskriptif. Responden sebanyak 30 mahasiswa

diambil dari populasi mahasiswa semester tujuh Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta dengan kriteria mahasiswa aktif Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma, telah mengambil matakuliah komunikasi farmasi dan

bersedia menjadi subjek penelitian ini.

Penelitian dilakukan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta pada bulan April – Juni 2018. Peneliti mencari sumber pustaka

tentang Kemampuan Komunikasi Apoteker Indonesia pada Standar Kompetensi

Apoteker Indonesia 2016 (SKAI 2016) yang telah dibuat oleh Ikatan Apoteker

Indonesia (IAI). Standar tersebut menjadi acuan penulis untuk membuat

instrumen penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

3

Dimana sebagai wawasan tambahan bagi Farmasis untuk terus belajar

komunikasi. Pertanyaan pada kuesioner menggunakan jawaban skala likert. Butir

pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner ini terdiri dari dua jenis, yaitu

pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Kuesioner

dilakukan content validity oleh expert judgment. Uji pemahaman bahasa

dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada 5 responden yang memiliki

kriteria yang sama dengan responden pada penelitian. Uji validitas dan uji

reliabilitas instrumen dilakukan oleh Clinical Epidemiology & Biostatics Unit

(CE&BU) Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Kuesioner

dinyatakan valid jika koefisien korelasi lebih dari 0,3. Dikatakan reliabel jika nilai

Cronbach Alpha > 0,6 (Dahlan, 2014).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian pengembangan kuesioner tentang persepsi dalam kemampuan

memberi konsultasi dan konseling sediaan farmasi kepada mahasiswa Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagai responden penelitian.

Responden tersebut merupakan mahasiswa aktif angkatan 2014, telah mengambil

mata kuliah komunikasi farmasi dan bersedia menjadi responden penelitian ini.

Uji Validitas Konten

Pada uji validitas konten dilakukan oleh expert jugdement untuk

mengetahui relevansi pernyataan dengan data yang dibutuhkan dari kuesioner. Uji

pertama oleh ahli Farmasi dalam bidang Komunikasi dan Konsultasi yaitu

apoteker, merevisi bagian judul, penyempurnaan bahasa, pemisahan domain

dengan pernyataan dan tujuan dari pernyataan isi kuesioner. Pada bagian judul

dilakukan perbaikan dari “Kuesioner Konsultasi dan Konseling Sediaan Farmasi”

menjadi “Kuesioner tentang Persepsi dalam kemampuan memberi konsultasi dan

konseling sediaan farmasi”. Revisi pada bagian penyempurnaan bahasa dapat

dilihat pada Lampiran 2. Revisi untuk pemisahan domain ditunjukkan dengan

penambahan bold, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Revisi

untuk tujuan dari pernyataan isi kuesioner nomor 2b dan 3b untuk lebih menggali

persepsi kemampuan apoteker, dapat dilihat pada Lampiran 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

4

Uji kedua dilakukan oleh ahli dalam pembuatan kuesioner, revisi lebih

mengarah pada penataan bahasa dari pernyataan kuesioner. Revisi dan perbaikan

dapat dilihat pada Lampiran 4. Setelah mendapatkan persetujuan dari expert

judgement, akhirnya didapatkan item yang layak secara konten dan dapat

dilanjutkan pada uji pemahaman bahasa.

Tabel I. Uji validitas konten pertama

No Item Revisi Perbaikan

1. Judul

Kuesioner

Kuesioner Konsultasi dan

Konseling Sediaan Farmasi

Kuesioner tentang Persepsi dalam

kemampuan memberi konsultasi dan

konseling

2. Penilaian Setuju, Tidak Setuju Relevan

3. Pernyataan Mengidentifikasi kebutuhan

pasien dengan berbagai macam

pendekatan untuk memenuhi

kebutuhan pasien.

Mengidentifikasi kebutuhan pasien

dengan berbagai macam

pendekatan untuk memenuhi

kebutuhan pasien.

(di Bold dan di pisah dengan

pernyataan yang akan diisi oleh

responden)

4. Pernyataan

memperjelas tujuan pernyataan, untuk menggali apa

Saya memberikan obat yang

diminta pasien setelah

mengambilkannya.

Saya berlatih untuk memberi edukasi

kepada pasien.

Patient Medication Record

(PMR) tidak diperlukan di

apotek.

Patient Medication Record (PMR)

tidak diperlukan di apotek.

Skrining resep tidak selalu

dibutuhkan.

Skrining resep tidak selalu

dibutuhkan.

Tabel II. Uji Validitas konten kedua

No Jenis Pernyataan Perbaikan

1 Mengidentifikasi kebutuhan pasien dengan berbagai macam pendekatan untuk memenuhi

kebutuhan pasien.

1a + Saya telah mampu menggali kebutuhan

kepada pasien secara lisan.

Saya telah mampu menggali keluhan

yang dialami pasien secara lisan.

+ Saya telah mampu menggali kebutuhan

pasien secara tertulis.

Saya telah mampu menggali gejala

yang dialami pasien secara tertulis.

1b - Saya tahu obat yang dibutuhkan pasien Saya tahu obat yang dibutuhkan

pasien

- Saya mengerti keluhan pasien dari cara

pasien berbicara.

Saya mengerti keluhan pasien dari

cara pasien berbicara.

2 Menyiapkan tempat, prosedur, sarana-prasarana, mental dan sikap untuk penyampaian

informasi dan edukasi pasien tentang obat dan sediaan farmasi lainnya.

2b - Saya tidak perlu melakukan PIO karna

pasien telah mengetahui cara

penggunaan obat

Saya tidak perlu melakukan Pelayanan

Informasi Obat (PIO) karna pasien

telah mengetahui cara penggunaan

obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

5

Lanjutan Tabel II

3 Menggali informasi tentang riwayat pengobatan pasien, dari pasien langsung, keluarga pasien,

rekam data pengobatan, sejawat dan tenaga kesehatan lain .

3b - Saya mengetahui informasi pengobatan

pasien dari resep yang dibawa pasien.

Saya mengetahui informasi

pengobatan pasien dari resep yang

dibawa pasien.

- Skrining resep dilakukan pada saat obat

akan diberikan kepada pasien.

Skrining resep dilakukan pada saat

obat akan diberikan kepada pasien.

4 Memberikan informasi dan edukasi tentang obat dan sediaan farmasi lainnya sesuai

kebutuhan dan pemahaman pasien .

4b - Pasien lansia yang sudah lama

menggunakan obat, tidak perlu

dilakukan konseling.

Pasien lansia yang sudah lama

menggunakan obat, tidak perlu

dilakukan konseling penggunaan obat.

- Pasien dengan sediaan obat khusus

tidak perlu diberi edukasi cara

penggunaan.

Pasien dengan sediaan obat khusus

tidak perlu diberi edukasi cara

penggunaan.

5 Menjelaskan karakteristik obat, mekanisme kerja obat, dan karakteristik produk kepada

pasien serta keterkaitannya dengan obat pasien .

6 Menghargai privasi dan kerahasiaan pasien .

6a + Problem pasien merupakan hal yang

rahasia.

Problem pasien merupakan hal yang

bersifat rahasia.

+ Informasi terkait penyakit pasien

menjadi data yang hanya diketahui oleh

apoteker.

Informasi terkait penyakit pasien

menjadi data yang hanya boleh

diketahui oleh apoteker.

6b - Saya tidak menyimpan informasi

tentang pasien diruangan apoteker.

Saya tidak menyimpan informasi

tentang pasien diruangan apoteker.

7 Melakukan tahapan konseling dengan runut .

7a + Saya melakukan konseling mulai dari

sapa, perkenalan diri.

Saya melakukan konseling mulai dari

menyapa, memperkenalan diri.

7b - Saya selalu bertanya secara spontan

saat melakukan komunikasi farmasi

Saya melakukan komunikasi farmasi

tidak secara runut karena mengikuti

pertanyaan pasien.

8 Membantu pasien memahami masalah terapi obat atau sediaan farmasi lainnya yang

dialami pasien dengan cara mengajukan pertanyaan secara fokus, faktual dan berupaya

menghindari bias.

8a + Riwayat pengobatan pasien perlu

diketahui untuk mengetahui

permasalahan dalam penggunaan obat.

Riwayat pengobatan pasien perlu

diketahui oleh apoteker untuk

mengetahui permasalahan dalam

penggunaan obat.

8b - Saya memberikan informasi tanpa

memastikan pemahaman pasien

Saya memberikan informasi tanpa

memastikan “pemahaman pasien”

apakah mengerti atau tidak.

9 Mendiskusikan bersama pasien penyelesaian masalah terapi obat dan/atau sediaan farmasi lainnya

dengan cara yang jelas, dengan mempertimbangkan kenyamanan pasien, dan dapat diterima oleh

pasien.

10 Menjelaskan dan memperagakan cara penggunaan obat dan sediaan farmasi lainnya dan alat

bantunya dengan baik dan benar .

11 Mengukur pemahaman pasien dari umpan balik yang diberikan oleh pasien .

11a + Saya mengkonfirmasi pengetahuan pasien

dengan cara mengulangi informasi obat

yang telah dijelaskan.

Saya mengkonfirmasi pengetahuan pasien

dengan cara mengulangi informasi tentang

obat yang telah saya jelaskan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

6

Lanjutan Tabel II

12 Memastikan informasi yang diberikan sudah dipahami pasien.

12b - Pasien banyak bertanya mengenai

informasi obat yang telah dijelaskan.

Saya tidak perlu memberikan

kesempatan kepada pasien untuk

bertanya tentang informasi obat yang

telah dijelaskan.

13 Melaksanakan tindak lanjut rekomendasi penyelesaian masalah obat pasien.

13a + Saya memonitor penggunaan obat oleh

pasien melalui telepon.

Saya memonitor penggunaan obat

degeneratif oleh pasien melalui

telepon.

13b - Semua pasien yang memiliki problem

medis dapat menelepon apoteker.

Saya merasa tidak perlu melakukan

monitoring obat degeneratif oleh

pasien.

14 Mendokumentasikan seluruh kegiatan konsultasi dan konseling obat dan/atau sediaan

farmasi lainnya.

14b - Saya hanya mendengarkan pasien saat

konsultasi.

Saya hanya mendengarkan pasien saat

konsultasi tanpa melakukan

pencatatan.

Uji Pemahaman Bahasa

Uji pemahaman bahasa dilakukan untuk memperoleh gambaran bahwa

responden dalam penelitian tidak mengalami kesulitan dalam memahami

pernyataan yang diajukan. Tujuan lain dalam uji pemahaman bahasa adalah untuk

mendapatkan masukan terhadap kuesioner terkait penulisan dan bahasa yang

digunakan. Data hasil pada uji pemahaman bahasa ini diambil dari mahasiswa

Farmasi Universitas Ahmad Dahlan dan Universitas Gadjah Mada sebanyak 10

orang dan dengan kriteria yang setara dengan responden penelitian. Hasil data

diambil dari luar Fakultas Farmasi Sanata Dharma karena kuesioner dibuat agar

dapat digunakan juga oleh universitas lain selain Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Hasil dari uji pemahaman bahasa yaitu perbaikan kata-kata yang “typo”

dan penambahan tanda baca titik pada akhir kalimat. Hasil keseluruhan dari uji

pemahaman bahasa yaitu kalimat pernyataan sudah mudah dimengerti dan tidak

menimbulkan kesalahpahaman responden dalam memberikan jawaban. Hasil uji

pemahaman bahasa dapat dilihat pada Lampiran 5-7.

Uji Validitas

Pada uji validitas, dilihat setiap item pernyataan. Validitas merupakan

suatu indeks yang menunjukkan alat ukur benar-benar mengukur apa yang diukur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

7

Untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun tersebut mampu mengukur apa

yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skors (nilai)

tiap-tiap item (pertanyaan). Untuk memperoleh alat ukur yang valid, maka

pertanyaan yang tidak bermakna harus diganti atau direvisi, atau di-”drop”

(dihilangkan) (Notoatmodjo, 2012). Uji validitas dilakukan pada 30 responden.

Responden yang terlibat yaitu mahasiswa Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta angkatan 2014. Hasil dari uji validitas dengan R hitung yang didapat

sebagai berikut:

Tabel III. Uji Validitas kuesioner pengambilan pertama

No R hitung No R hitung No R hitung No R hitung No R hitung

1 -0,068 11 0,062 21 0,470 31 0,494 41 -0,071

2 0,324 12 -0,264 22 -0,094 32 0,297 42 0,289

3 0,350 13 0,082 23 0,120 33 0,044 43 0,116

4 0,057 14 0,144 24 0,501 34 0,057 44 0,500

5 0,134 15 0,379 25 0,043 35 0,383 45 0,288

6 -0,216 16 0,353 26 0,206 36 -0,009 46 0,189

7 0,341 17 0,412 27 0,529 37 0,319 47 0,003

8 0,073 18 0,476 28 0,215 38 -0,042

9 0,076 19 -0,252 29 -0,146 39 0,295

10 0,137 20 0,425 30 -0,293 40 -0,257

Terdapat angka yang tidak valid yaitu pada sebagian besar item. Angka

tersebut dibawah 0,3 , jadi dikatakan tidak valid. Seperti yang tertulis di buku

Notoatmodjo (2012) apabila terdapat pernyataan yang tidak valid maka harus

direvisi atau dihilangkan. Maka perlu dilakukan pengambilan data ulang untuk uji

validitas dan reliabilitas kuesioner.

Pengujian validitas dilakukan kembali untuk melihat apakah nilai R

hitung dari item tersebut dapat meningkat atau tidak. Maka didapatkan nilai R

hitung:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

8

Tabel IV. Uji Validitas kuesioner pengambilan kedua

No R hitung No R hitung No R hitung No R hitung No R hitung

1 -0,109 11 0,209 21 0,648 31 0,391 41 0,401

2 0,416 12 -0,228 22 -0,252 32 0,543 42 0,157

3 0,379 13 0,460 23 0,284 33 0,005 43 0,478

4 0,454 14 0,052 24 0,489 34 0,330 44 0,443

5 0,456 15 0,537 25 0,397 35 0,682 45 0,459

6 0,206 16 0,644 26 0,454 36 -0,047 46 0,440

7 0,486 17 0,317 27 0,591 37 0,587 47 -0,140

8 0,482 18 0,543 28 0,410 38 0,179

9 0,201 19 0,349 29 0,169 39 0,511

10 0,190 20 0,474 30 0,345 40 0,235

Untuk item 1, 6, 9, 10, 11, 12, 14, 22, 29, 33, 36 ,38, 40, 42 dan 47

dihilangkan karena dinyatakan tidak valid (pernyataan dibawah 0,3). Maka

didapatkan nilai sebagai berikut :

Tabel V. Hasil Seleksi Kuesioner yang Valid

No R hitung No R hitung No R hitung No R hitung

1 0,391 11 0,484 21 0,300 31 0,512

2 0,307 12 0,276 22 0,372 32 0,347

3 0,372 13 0,510 23 0,534

4 0,436 14 0,695 24 0,303

5 0,574 15 0,298 25 0,672

6 0,501 16 0,473 26 0,563

7 0,506 17 0,356 27 0,578

8 0,575 18 0,414 28 0,472

9 0,697 19 0,574 29 0,400

10 0,428 20 0,468 30 0,335

Setelah melalui seleksi, didapatkan kuesioner dengan nilai R hitung yang

valid untuk pengukuran. Secara statistik ditentukan batas kuesioner yang baik

yaitu dengan nilai lebih dari 0,3. Sehingga, pada pengujian validitas pengambilan

kedua didapatkan kuesioner yang valid sebanyak 32 item.

Uji Reliabiltas

Uji reliabilitas pada penelitian dilakukan pada 30 mahasiswa Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2014. Instrumen

penelitian menggunakan cara single trial administration yaitu pengujian satu kali

pada suatu kelompok penelitian. Nilai reliabilitasnya dilihat dari nilai alpha.

Pengukuran reliabilitas dilakukan menggunakan bantuan program Statistical

Package for the Social Sciences (SPSS).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

9

Uji reliabilitas digunakan untuk melihat sejauh mana alat ukur dapat

diandalkan (Notoatmodjo, 2012). Uji kualitas instrumen dilakukan sebanyak dua

kali dengan seleksi dua kali untuk setiap uji. Pada uji pertama untuk kuesioner

belum reliabel karena nilai alpha sebesar 0,581 dan dilihat kembali pada nilai R

hitung pada uji validitas yang masih terdapat nilai dibawah 0,3. Untuk pengujian

kedua dilakukan hal yang sama dengan pengujian pertama dan didapatkan nilai

alpha sebesar 0,826. Seleksi item termasuk dalam uji kualitas instrumen dan

bertujuan untuk mendapatkan nilai alpha yang lebih baik serta mendukung

tercapainya kualitas instrumen yang baik sesuai dengan tujuan pengukuran. Item

yang dilakukan uji kualitas instrumen merupakan item yang telah valid dan telah

melalui uji pemahaman bahasa pada responden dengan kriteria yang sama dengan

responden penelitian. Setelah dilakukan seleksi item, didapatkan nilai alpha

sebesar 0,893 hal ini dikatakan bahwa kuesioner telah reliabel. Interpretasi hasil

uji korelasi item hanya dibedakan menjadi “terseleksi” dan “tidak terseleksi”.

Perlakuan yang diberikan pada item kuesioner bertujuan untuk

meningkatkan nilai alpha atau reliabilitas kuesioner dengan merevisi pernyataan

kuesioner dan seleksi item. Pada seleksi item pada pengambilan kedua dikatakan

reliabel karena memenuhi nilai alpha > 0,60 (Budiman dan Riyanto, 2013).

Dimensi yang terdapat dalam kuesioner

Pernyataan pada kuesioner merupakan pengembangan dari item yang

terdapat dalam Standar Kompetensi Apoteker tahun 2016, yaitu standar

kompetensi 2. Standar kompetensi 2 tentang “Optimalisasi Penggunaan Sediaan

Farmasi” pada unit kompetensi 2.2 yaitu “Konsultasi dan Konseling Sediaan

Farmasi” yang mengandung 14 poin yang harus dikuasai oleh lulusan apoteker. 14

poin tersebut adalah :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

10

Tabel VI. Konsultasi dan Konseling Sediaan Farmasi

No Kemampuan yang diharapkan saat lulus No item

1. Mengidentifikasi kebutuhan pasien dengan berbagai macam

pendekatan untuk memenuhi kebutuhan pasien.

3

2. Menyiapkan tempat, prosedur, sarana-prasarana, mental dan sikap

untuk penyampaian informasi dan edukasi pasien tentang obat dan

sediaan farmasi lainnya.

14, 15,

23,28

3. Menggali informasi tentang riwayat pengobatan pasien, dari pasien

langsung, keluarga pasien, rekam data pengobatan, sejawat dan

tenaga kesehatan lain .

5, 9,

17, 32

4. Memberikan informasi dan edukasi tentang obat dan sediaan

farmasi lainnya sesuai kebutuhan dan pemahaman pasien .

4, 20,

30

5. Menjelaskan karakteristik obat, mekanisme kerja obat, dan

karakteristik produk kepada pasien serta keterkaitannya dengan

obat pasien .

1, 16,

29

6. Menghargai privasi dan kerahasiaan pasien . 11, 19

7. Melakukan tahapan konseling dengan runut . 13

8. Membantu pasien memahami masalah terapi obat atau sediaan

farmasi lainnya yang dialami pasien dengan cara mengajukan

pertanyaan secara fokus, faktual dan berupaya menghindari bias.

7, 22,

26

9. Mendiskusikan bersama pasien penyelesaian masalah terapi obat

dan/atau sediaan farmasi lainnya dengan cara yang jelas, dengan

mempertimbangkan kenyamanan pasien, dan dapat diterima oleh

pasien.

12, 21

10. Menjelaskan dan memperagakan cara penggunaan obat dan

sediaan farmasi lainnya dan alat bantunya dengan baik dan benar .

6, 13,

27

11. Mengukur pemahaman pasien dari umpan balik yang diberikan

oleh pasien .

18

12. Memastikan informasi yang diberikan sudah dipahami pasien. 10, 31

13. Melaksanakan tindak lanjut rekomendasi penyelesaian masalah

obat pasien.

8

14. Mendokumentasikan seluruh kegiatan konsultasi dan konseling

obat dan/atau sediaan farmasi lainnya.

2, 24

Formulasi Instrumen yang Valid secara Konten dan Reliabel

Pada akhir seleksi dihasilkan 32 item yang tercantum pada Lampiran 12.

Seluruh item telah melalui uji validitas konten dan uji reliabilitas sehingga telah

layak dan siap digunakan sebagai instrument pengukuran persepsi dalam

kemampuan memberi konsultasi dan konseling sediaan farmasi kepada mahasiswa

Fakultas Farmasi. Selama proses pengujian validitas konten dan reliabilitas

intrumen terdapat pengurangan item yang telah melalui pertimbangan dan

konsultasi. Kueioner yang telah valid dan reliabel selanjutnya akan disebut

dengan “Kuesioner Konseling Farmasi 4.0”. Formulasi instrument yang telah

valid secara konten dan reliabel dapat dilihat pada Lampiran 16.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

11

Tabel VII. Formulasi Kuesioner yang Valid secara Konten dan

Reliabel

No Pernyataan

1 Pasien tidak perlu mengetahui perbedaan obat generik dengan obat paten.

2 Saya hanya mendengarkan pasien saat konsultasi tanpa melakukan pencatatan.

3 Saya telah mampu menggali gejala yang dialami pasien secara tertulis.

4 Pasien dengan sediaan obat khusus tidak perlu diberi edukasi cara penggunaan obat.

5 Saya mengetahui informasi pengobatan pasien dari resep yang dibawa pasien.

6 Saya mampu menjelaskan cara pemakaian obat special device kepada pasien dengan

menggunakan leaflet.

7 Saya memberikan informasi dan edukasi tanpa mempertimbangkan riwayat penyakit

pasien.

8 Saya merasa tidak perlu melakukanmonitoring obat degeneratif oleh pasien.

9 Three prime questions merupakan pertanyaan wajib dalam melakukan komunikasi dengan

pasien.

10 Saya meminta pasien untuk mengulang informasi yang telah diterima.

11 Problem pasien merupakan hal yang bersifat rahasia.

12 Saya mempersilakan pasien berkonsultasi di ruang konseling.

13 Saya melakukan konseling mulai dari menyapa dan memperkenalkan diri.

14 Untuk memberikan konsultasi, diperlukan ruangan khusus bagi pasien.

15 Saya tidak memberikan edukasi kepada pasien karena pasien rutin membeli obat tersebut.

16 Saya mampu memberikan informasi terkait obat, dosis, dan kegunaan masing-masing

obat.

17 Saya menggali informasi tentang riwayat pengobatan pasien untuk mengetahui kebutuhan

pasien.

18 Saya mengkonfirmasi pengetahuan pasien dengan cara mengulangi informasi tentang obat

yang telah saya jelaskan.

19 Saya tidak menyimpan informasi tentang pasien di ruangan apoteker.

20 Pasien lansia yang sudah lama menggunakan obat, tidak perlu dilakukan konseling

penggunaan obat.

21 Saya mampu membantu pasien dalam memilih produk obat.

22 Riwayat penyakit pasien perlu diketahui pasien supaya kualitas hidup pasien baik.

23 Saya tidak perlu melakukan Pelayanan Informasi Obat (PIO) karena pasien telah

mengetahui cara penggunaan obat.

24 Saya telah mampu menulis lembar dokumentasi konseling.

25 Saya memberikan obat special device dan membiarkan pasien mencari tahu penggunaan

di internet.

26 Saya memberikan informasi tanpa memastikan “pemahaman pasien” apakah pasien

mengerti atau tidak.

27 Saya memperagakan cara penggunaan obat khusus saat memberi informasi kepada pasien.

28 Saya berlatih untuk memberi edukasi kepada pasien.

29 Saya memberitahukan golongan obat dan merk obat untuk pasien dengan penyakit

tertentu.

30 Pasien dengan penyakit degeneratif membutuhkan konseling.

31 Saya tidak perlu memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya tentang informasi

obat yang telah dijelaskan.

32 Skrining resep dilakukan pada saat obat akan diberikan kepada pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

12

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian validitas konten, pemahaman bahasa,

validitas dan reliabilitas, dapat disimpulkan bahwa instrumen Kemampuan

mahasiswa Farmasi untuk memberikan konseling tentang sediaan farmasi yang

telah dibuat sudah siap digunakan.

SARAN

Instrumen Kemampuan mahasiswa Farmasi untuk memberikan

konseling tentang sediaan farmasi yang valid dan reliabel masih dapat

dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

13

DAFTAR PUSTAKA

Bryan, K., 2009. Communication in Healthcare. Peter Lang. Bern.

Departemen Kesehatan RI, 2006. Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di

Sarana Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Firmansyah, M., 2009. Tata Cara Mengurus Perizinan Usaha Farmasindan

Kesehatan. Visimedia. Jakarta.

Gray, D. E., 2009. Doing Research in the Real World. 2nd ed. Sage Publications.

Thousand Oaks.

Grech, L. and Lau, A., 2016. Pharmaceutical Case Issues of Patients with

Rheumatoid Arthritis; From Hospital to Community. Springer. Singapore.

Kurniawan, D. W. dan Chabib, L., 2010. Pelayanan Informasi Obat: Teori dan

Praktik. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Menteri Kesehatan RI, 2016. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Notoatmojo, S., 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Peraturan Pemerintah RI, 2009. Pekerjaan Kefarmasian. Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia RI. Jakarta.

Rickles, N. M., Wertheimer, A. I., and Smith, M. C., 2010. Social and Behavioral

Aspects of Pharmaceutical Care. Jones and Bartlett Publishers.

Massachusetts.

Sam, A. T. and Parasuraman, S., 2014. Seven-star Pharmacist concept by World

Health Organization. Journal of Young Pharmacists, 6 (2), 1-3.

Sam, A. T. and Parasuraman, S., 2015. The Nine Star Pharmacist: An Overview.

Journal of Young Pharmacists, 7(4), 281-284.

Siregar, C. J. P., 2003. Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Penerapan. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Suryani dan Hendryadi., 2015. Metode Riset Kuantitatif: Teori dan Aplikasi

Penelitian Bidang Manajeman dan Ekonomi Islam. Edisi Pertama.

Prenadamedia Grup, Jakarta.

Swarjana, I. K., 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Andi Offset.

Yogyakarta.

Tahrun, Houtman, dan Nasir, M., 2016. Keterampilan Pers dan Jurnalistik

Berwawasan Jender. Deepublish, Yogyakarta.

Uripni, C. L., Sujianto, U., dan Indrawati, T., 2003. Komunikasi Kebidanan.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

14

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

15

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Pengambilan Data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

16

Lampiran 2. Uji Validitas Konten I

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

19

Lampiran 3. Uji Validitas Konten II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

22

Lampiran 4. Revisi Uji Validitas konten

No Jeni

s

Pernyataan Perbaikan

1 Mengidentifikasi kebutuhan pasien dengan berbagai macam pendekatan untuk

memenuhi kebutuhan pasien.

1a + Saya telah mampu menggali kebutuhan

kepada pasien secara lisan.

Saya telah mampu menggali keluhan

yang dialami pasien secara lisan.

+ Saya telah mampu menggali kebutuhan

pasien secara tertulis.

Saya telah mampu menggali gejala

yang dialami pasien secara tertulis.

1b - Saya tahu obat yang dibutuhkan pasien Saya tahu obat yang dibutuhkan

pasien

- Saya mengerti keluhan pasien dari cara

pasien berbicara.

Saya mengerti keluhan pasien dari

cara pasien berbicara.

2 Menyiapkan tempat, prosedur, sarana-prasarana, mental dan sikap untuk penyampaian

informasi dan edukasi pasien tentang obat dan sediaan farmasi lainnya.

2a + Untuk memberikan konsultasi,

diperlukan ruangan khusus bagi pasien.

+ Saya berlatih untuk memberi edukasi

kepada pasien.

2b - Saya tidak perlu melakukan PIO karna

pasien telah mengetahui cara

penggunaan obat

Saya tidak perlu melakukan Pelayanan

Informasi Obat (PIO) karna pasien

telah mengetahui cara penggunaan

obat

- Saya tidak memberikan edukasi kepada

pasien karena pasien telah rutin

membeli obat tersebut.

3 Menggali informasi tentang riwayat pengobatan pasien, dari pasien langsung, keluarga

pasien, rekam data pengobatan, sejawat dan tenaga kesehatan lain .

3a + 3 prime questions merupakan

pertanyaan wajib dalam melakukan

komunikasi dengan pasien

+ Saya menggali informasi tentang

riwayat pengobatan pasien untuk

mengetahui kebutuhan pasien.

3b - Saya mengetahui informasi pengobatan

pasien dari resep yang dibawa pasien.

Saya mengetahui informasi

pengobatan pasien dari resep yang

dibawa pasien.

- Skrining resep dilakukan pada saat obat

akan diberikan kepada pasien.

Skrining resep dilakukan pada saat

obat akan diberikan kepada pasien.

4 Memberikan informasi dan edukasi tentang obat dan sediaan farmasi lainnya sesuai

kebutuhan dan pemahaman pasien .

4a + Pasien dengan penyakit degeneratif

membutuhkan konseling.

+ Semua pasien yang menebus resep

perlu diberi edukasi.

4b - Pasien lansia yang sudah lama

menggunakan obat, tidak perlu

dilakukan konseling.

Pasien lansia yang sudah lama

menggunakan obat, tidak perlu

dilakukan konseling penggunaan obat.

- Pasien dengan sediaan obat khusus

tidak perlu diberi edukasi cara

penggunaan.

Pasien dengan sediaan obat khusus

tidak perlu diberi edukasi cara

penggunaan.

5 Menjelaskan karakteristik obat, mekanisme kerja obat, dan karakteristik produk

kepada pasien serta keterkaitannya dengan obat pasien .

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

23

5a + Saya mampu memberikan informasi

terkait obat, dosis, dan kegunaan

masing-masing obat.

+ Saya memberitahukan golongan obat

dan merk obat untuk pasien dengan

penyakit tertentu.

5b - Pasien hanya perlu nama obat dan

kegunaan obat tersebut.

- Pasien tidak perlu mengetahui

perbedaan obat generik dengan obat

paten.

6 Menghargai privasi dan kerahasiaan pasien .

6a + Problem pasien merupakan hal yang

rahasia.

Problem pasien merupakan hal yang

bersifat rahasia.

+ Informasi terkait penyakit pasien

menjadi data yang hanya diketahui oleh

apoteker.

Informasi terkait penyakit pasien

menjadi data yang hanya boleh

diketahui oleh apoteker.

6b - Saya menceritakan problem pasien

kepada banyak orang.

- Saya tidak menyimpan informasi

tentang pasien diruangan apoteker.

Saya tidak menyimpan informasi

tentang pasien diruangan apoteker.

7 Melakukan tahapan konseling dengan runut .

7a + Saya menyapa pasien pada saat akan

memulai konsultasi obat

+ Saya melakukan konseling mulai dari

sapa, perkenalan diri.

Saya melakukan konseling mulai dari

menyapa, memperkenalan diri.

7b - Saya selalu bertanya secara spontan

saat melakukan komunikasi farmasi

Saya melakukan komunikasi farmasi

tidak secara runut karena mengikuti

pertanyaan pasien.

8 Membantu pasien memahami masalah terapi obat atau sediaan farmasi lainnya yang

dialami pasien dengan cara mengajukan pertanyaan secara fokus, faktual dan berupaya

menghindari bias.

8a + Riwayat pengobatan pasien perlu

diketahui untuk mengetahui

permasalahan dalam penggunaan obat.

Riwayat pengobatan pasien perlu

diketahui oleh apoteker untuk

mengetahui permasalahan dalam

penggunaan obat.

- Riwayat penyakit pasien perlu

diketahui pasien supaya kualitas hidup

pasien baik.

8b - Saya memberikan informasi tanpa

memastikan pemahaman pasien

Saya memberikan informasi tanpa

memastikan “pemahaman pasien”

apakah mengerti atau tidak.

- Saya memberikan informasi dan

edukasi tanpa mempertimbangkan

riwayat penyakit pasien

9 Mendiskusikan bersama pasien penyelesaian masalah terapi obat dan/atau sediaan

farmasi lainnya dengan cara yang jelas, dengan mempertimbangkan kenyamanan

pasien, dan dapat diterima oleh pasien.

9a + Saya mampu membantu pasien dalam

memilih produk obat.

9b - Pasien cukup mendapatkan informasi

tentang nama dan dosis obat.

9c + Saya mempersilakan pasien

berkonsultasi di ruang konseling

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

24

9d - Saya memberikan obat sesuai yang

diminta oleh pasien.

10 Menjelaskan dan memperagakan cara penggunaan obat dan sediaan farmasi lainnya

dan alat bantunya dengan baik dan benar .

10a + Saya mampu menjelaskan cara

pemakaian obat Special device kepada

pasien dengan menggunakan leaflet.

+ Saya memperagakan cara penggunaan

obat khusus saat memberi informasi

kepada pasien.

10b - Saya meminta pasien membaca sendiri

leaflet tentang obat special device.

- Saya memberikan obat special device

dan membiarkan pasien mencari tahu

penggunaan di internet.

11 Mengukur pemahaman pasien dari umpan balik yang diberikan oleh pasien .

11a + Saya mengkonfirmasi pengetahuan

pasien dengan cara mengulangi

informasi obat yang telah dijelaskan.

Saya mengkonfirmasi pengetahuan

pasien dengan cara mengulangi

informasi tentang obat yang telah saya

jelaskan.

11b - Saya meminta pasien untuk

menandatangani dokumentasi

konseling setelah mendapatkan obat.

12 Memastikan informasi yang diberikan sudah dipahami pasien.

12a + Saya meminta pasien untuk mengulang

informasi yang telah diterima.

12b - Pasien banyak bertanya mengenai

informasi obat yang telah dijelaskan.

Saya tidak perlu memberikan

kesempatan kepada pasien untuk

bertanya tentang informasi obat yang

telah dijelaskan.

13 Melaksanakan tindak lanjut rekomendasi penyelesaian masalah obat pasien.

13a + Saya memonitor penggunaan obat oleh

pasien melalui telepon.

Saya memonitor penggunaan obat

degeneratif oleh pasien melalui

telepon.

13b - Semua pasien yang memiliki problem

medis dapat menelepon apoteker.

Saya merasa tidak perlu melakukan

monitoring obat degeneratif oleh

pasien.

14 Mendokumentasikan seluruh kegiatan konsultasi dan konseling obat dan/atau sediaan

farmasi lainnya.

14a + Saya telah mampu menulis lembar

dokumentasi konseling.

14b - Saya hanya mendengarkan pasien saat

konsultasi.

Saya hanya mendengarkan pasien saat

konsultasi tanpa melakukan

pencatatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

25

Lampiran 5. Kuesioner Edar

Kuesioner Tentang Persepsi dalam Kemampuan Memberi Konsultasi dan

Konseling Sediaan Farmasi

No. Pernyataan STS TS R S SS

1 Saya telah mampu menggali keluhan yang dialami pasien secara lisan.

2 Pasien tidak perlu mengetahui perbedaan obat generik dengan obat

paten.

3 Saya tidak menyimpan informasi tentang pasien di ruangan apoteker.

4 Saya tidak memberikan edukasi kepada pasien karena pasien telah rutin

membeli obat tersebut.

5 Saya memberikan obat special device dan membiarkan pasien mencari

tahu penggunaan di internet.

6 Pasien hanya perlu nama obat dan kegunaan obat tersebut.

7 Saya melakukan konseling mulai dari menyapa dan memperkenalkan

diri.

8 Problem pasien merupakan hal yang bersifat rahasia.

9 Saya memonitor penggunaan obat degeneratif oleh pasien melalui

telepon.

10 Saya melakukan komunikasi farmasi tidak secara runut karena

mengikuti pertanyaan pasien.

11 Saya menceritakan problem pasien kepada banyak orang.

12 Saya meminta pasien untuk menandatangani dokumentasi konseling

setelah mendapatkan obat.

13 Saya mampu membantu pasien dalam memilih produk obat.

14 Pasien cukup mendapatkan informasi tentang nama dan dosis obat.

15 Saya meminta pasien untuk mengulang informasi yang telah diterima.

16 Saya mampu memberikan informasi terkait obat, dosis, dan kegunaan

masing-masing obat.

17 Saya mempersilakan pasien berkonsultasi di ruang konseling.

18 Saya tidak perlu memberikan kesempatan kepada pasien untuk

bertanya tentang informasi obat yang telah dijelaskan.

19 Untuk memberikan konsultasi, diperlukan ruangan khusus bagi pasien.

20 Three prime questions merupakan pertanyaan wajib dalam melakukan

komunikasi dengan pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

26

21 Saya berlatih untuk memberi edukasi kepada pasien.

22 Saya tahu obat yang dibutuhkan pasien.

23 Saya telah mampu menggali gejala yang dialami pasien secara tertulis.

24 Saya memberikan informasi dan edukasi tanpa mempertimbangkan

riwayat penyakit pasien.

25 Saya tidak perlu melakukan Pelayanan Informasi Obat (PIO) karena

pasien telah mengetahui cara penggunaan obat.

26 Saya hanya mendengarkan pasien saat konsultasi tanpa melakukan

pencatatan.

27 Saya memberikan informasi tanpa memastikan “pemahaman pasien”

apakah pasien mengerti atau tidak.

28 Saya telah mampu menulis lembar dokumentasi konseling.

29 Riwayat pengobatan pasien perlu diketahui untuk mengetahui

permasalahan dalam penggunaan obat.

30 Saya mengetahui informasi pengobatan pasien dari resep yang dibawa

pasien.

31 Pasien dengan penyakit degeneratif membutuhkan konseling.

32 Riwayat penyakit pasien perlu diketahui pasien supaya kualitas hidup

pasien baik.

33 Informasi terkait penyakit pasien menjadi data yang hanya boleh

diketahui oleh apoteker.

34 Saya memberitahukan golongan obat dan merk obat untuk pasien

dengan penyakit tertentu.

35 Saya memperagakan cara penggunaan obat khusus saat memberi

informasi kepada pasien.

36 Saya mengerti keluhan pasien dari cara pasien berbicara.

37 Pasien lansia yang sudah lama menggunakan obat, tidak perlu

dilakukan konseling penggunaan obat.

38 Saya meminta pasien membaca sendiri leaflet tentang obat special

device.

39 Saya mampu menjelaskan cara pemakaian obat special device kepada

pasien dengan menggunakan leaflet.

40 Saya menyapa pasien pada saat akan memulai konsultasi obat.

41 Saya mengkonfirmasi pengetahuan pasien dengan cara mengulangi

informasi tentang obat yang telah saya jelaskan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

27

42 Semua pasien yang menebus resep perlu diberi edukasi.

43 Pasien dengan sediaan obat khusus tidak perlu diberi edukasi cara

penggunaan obat.

44 Saya merasa tidak perlu melakukan monitoring obat degeneratif oleh

pasien.

45 Saya menggali informasi tentang riwayat pengobatan pasien untuk

mengetahui kebutuhan pasien.

46 Skrining resep dilakukan pada saat obat akan diberikan kepada pasien.

47 Saya memberikan obat sesuai yang diminta oleh pasien.

Keterangan:

STS : Sangat Tidak Setuju

TS : Tidak Setuju

R : Ragu-ragu

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

28

Lampiran 6. Kuesioner Uji Pemahaman Bahasa

No. Pernyataan STS TS R S SS

1. Saya telah mampu menggali keluhan yang dialami pasien

secara lisan.

2. Pasien tidak perlu mengetahui perbedaan obat generik

dengan obat paten.

3. Saya tidak menyimpan informasi tentang pasien di

ruangan apoteker.

4. Saya tidak memberikan edukasi kepada pasien karena

pasien telah rutin membeli obat tersebut.

5. Saya memberikan obat special device dan membiarkan

pasien mencari tahu penggunaan di internet.

6. Pasien hanya perlu nama obat dan kegunaan obat tersebut. √

7. Saya melakukan konseling mulai dari menyapa dan

memperkenalkan diri.

8. Problem pasien merupakan hal yang bersifat rahasia. √

9. Saya memonitor penggunaan obat degenerative oleh

pasien melalui telepon.

10. Saya melakukan komunikasi farmasi tidak secara runut

karena mengikuti pertanyaan pasien.

11. Saya menceritakan problem pasien kepada banyak orang. √

12. Saya meminta pasien untuk menandatangani dokumentasi

konseling setelah mendapatkan obat.

13. Saya mampu membantu pasien dalam memilih produk

obat.

14. Pasien cukup mendapatkan informasi tentang nama dan

dosis obat.

15. Saya meminta pasien untuk mengulang informasi yang

telah diterima.

16. Saya mampu memberikan informasi terkait obat, dosis,

dan kegunaan masing-masing obat.

17. Saya mempersilakan pasien berkonsultasi di ruang

konseling

18. Saya tidak perlu memberikan kesempatan kepada pasien

untuk bertanya tentang informasi obat yang telah

dijelaskan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

29

No. Pernyataan STS TS R S SS

19. Untuk memberikan konsultasi, diperlukan ruangan khusus

bagi pasien.

20. Three prime questions merupakan pertanyaan wajib dalam

melakukan komunikasi dengan pasien.

21. Saya berlatih untuk memberi edukasi kepada pasien. √

22. Saya tahu obat yang dibutuhkan pasien √

23. Saya telah mampu menggali gejala yang dialami pasien

secara tertulis.

24. Saya memberikan informasi dan edukasi tanpa

mempertimbangkan riwayat penyakit pasien

25. Saya tidak perlu melakukan Pelayanan Informasi Obat

(PIO) karena pasien telah mengetahui cara penggunaan

obat.

26. Saya hanya mendengarkan pasien saat konsultasi tanpa

melakukan pencatatan.

27. Saya memberikan informasi tanpa memastikan

“pemahaman pasien” apakah pasien mengerti atau tidak.

28. Saya telah mampu menulis lembar dokumentasi konseling. √

29. Riwayat pengobatan pasien perlu diketahui untuk

mengetahui permasalahan dalam penggunaan obat.

30. Saya mengetahui informasi pengobatan pasien dari resep

yang dibawa pasien.

31. Pasien dengan penyakit degeneratif membutuhkan

konseling.

32. Riwayat penyakit pasien perlu diketahui pasien supaya

kualitas hidup pasien baik.

33. Informasi terkait penyakit pasien menjadi data yang hanya

boleh diketahui oleh apoteker.

34. Saya memberitahukan golongan obat dan merk obat untuk

pasien dengan penyakit tertentu.

35. Saya memperagakan cara penggunaan obat khusus saat

memberi informasi kepada pasien.

36. Saya mengerti keluhan pasien dari cara pasien berbicara. √

37. Pasien lansia yang sudah lama menggunakan obat, tidak

perlu dilakukan konseling penggunaan obat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

30

No. Pernyataan STS TS R S SS

38. Saya meminta pasien membaca sendiri leaflet tentang obat

special device.

39. Saya mampu menjelaskan cara pemakaian obat Special

device kepada pasien dengan menggunakan leaflet.

40. Saya menyapa pasien pada saat akan memulai konsultasi

obat.

41. Saya mengkonfirmasi pengetahuan pasien dengan cara

mengulangi informasi tentang obat yang telah saya

jelaskan.

42. Semua pasien yang menebus resep perlu diberi edukasi. √

43. Pasien dengan sediaan obat khusus tidak perlu diberi

edukasi cara penggunaan obat.

44. Saya merasa tidak perlu memelakukan mpnitoring obat

degenerative oleh pasien.

45. Saya menggali informasi tentang riwayat pengobatan

pasien untuk mengetahui kebutuhan pasien.

46. Skrining resep dilakukan pada saat obat akan diberikan

kepada pasien.

47. Saya memberikan obat sesuai yang diminta oleh pasien. √

Keterangan:

STS : Sangat Tidak Setuju

TS : Tidak Setuju

R : Ragu-ragu

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

31

Lampiran 7. Informed Consent

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

1. Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

NIM :

Menyatakan BERSEDIA MENJADI RESPONDEN dalam penelitian dengan judul :

“PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN KONSULTASI

DAN KONSELING SEDIAAN FARMASI PADA MAHASISWA FAKULTAS

FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA “.

2. Saya menyatakan bahwa peneliti telah memberikan penjelasan secara lisan untuk

memperjelas hal-hal terkait dengan informasi tersebut di atas. Saya telah memahaminya

dan telah diberi waktu untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas.

3. Saya menyadari bahwa mungkin saya tidak akan secara langsung menerima atau

merasakan manfaat dari penelitian ini, namun telah disampaikan kepada saya bahwa hasil

penelitian ini akan berguna untuk pengukuran persepsi dalam memberi konseling dan

konsultasi sediaan farmasi.

4. Saya telah diberi hak untuk menolak memberikan informasi jika saya berkeberatan untuk

menyampaikannya.

5. Saya juga diberi hak untuk dapat mengundurkan diri sebagai responden pada penelitian

ini sewaktu-waktu tanpa ada konsekuensi apapun.

6. Saya mengerti dan saya telah diberitahu bahwa semua informasi yang akan saya berikan

akan sepenuhnya digunakan untuk kepentingan penelitian.

7. Saya juga telah diberi informasi bahwa identitas pribadi saya akan dijamin kerahasiannya,

baik dalam laporan maupun publikasi hasil penelitian.

Yogyakarta, 2018

Peneliti Yang membuat pernyataan

Bernadeta Dhiyana Krismadanti ………………………………

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

32

Lampiran 8. Kuesioner Penelitian Uji Validitas dan Reliabilitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

34

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

35

Lampiran 9. Cara Menganalisis menggunakan SPSS

1. Siapkan lembar kerja SPSS.

2. Buka data yang akan diolah dengan : File Open Data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

36

3. Pilih data yang akan kamu olah, lau klik Open.

4. Maka akan tampil sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

37

5. Pada lembar kerja SPSS klik Variable view. Pada kolom Name, baris 1 ketik

Q1 atau nama yang diinginkan. Pada baris kedua ketik Q2 atau nama yang

diinginkan dan seterusnya sesuai banyaknya item. Pada kolom Decimal dapat

diubah menjadi angka “0” supaya mempermudah.

6. Klik Data View lalu simpan data yang telah kita input di atas dengan cara klik

Save File hingga muncul kotak dialog, kemudian beri nama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

38

7. Klik menu Analyze Scale Reliability Analysis

8. Kemudian muncul kotak. Tekan Ctrl + A kecuali jumlah total, dalam hal ini

VAR00048

9. Sehingga tampak seperti berikut. Pada kolom Model, pilih Alpha lalu klik

tombol Statistics

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

39

10. Pada kolom Reliability Analysis Statistics, beri tanda checklist pada item

Scale, Scale if item deleted. Lalu klik Continue. Selanjutnya klik OK.

11. Muncul gambar seperti berikut. Nilai reliabilitas dilihat dari nilai Cronbach’s

Alpha kotak Reliability Statistics yang ditunjuk tanda panah. Untuk melihat

Validitas dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Corelation

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.881 40

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

VAR00002 4.00 .947 30

VAR00003 3.87 1.167 30

VAR00004 4.03 .999 30

VAR00005 4.60 .855 30

VAR00006 4.43 .728 30

VAR00007 4.60 .675 30

VAR00008 4.80 .484 30

VAR00009 3.80 .761 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

40

VAR00010 2.97 1.033 30

VAR00011 4.70 .535 30

VAR00013 4.33 .661 30

VAR00015 4.40 .814 30

VAR00016 4.37 .809 30

VAR00017 4.30 .794 30

VAR00018 4.77 .430 30

VAR00019 4.10 .759 30

VAR00020 4.63 .718 30

VAR00021 4.63 .718 30

VAR00023 3.73 .740 30

VAR00024 4.43 .935 30

VAR00025 4.10 .995 30

VAR00026 4.10 1.062 30

VAR00027 4.63 .669 30

VAR00028 3.80 .887 30

VAR00029 4.27 .785 30

VAR00030 3.07 1.048 30

VAR00031 4.67 .547 30

VAR00032 4.70 .466 30

VAR00034 3.83 .699 30

VAR00035 4.73 .521 30

VAR00037 4.47 .819 30

VAR00038 3.97 .964 30

VAR00039 4.20 .761 30

VAR00040 4.53 .681 30

VAR00041 4.40 .724 30

VAR00042 3.80 .961 30

VAR00043 4.27 .785 30

VAR00044 4.27 .583 30

VAR00045 4.50 .509 30

VAR00046 3.20 1.448 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

41

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

VAR00002 165.00 176.690 .405 .878

VAR00003 165.13 176.671 .315 .880

VAR00004 164.97 176.516 .387 .878

VAR00005 164.40 177.214 .433 .877

VAR00006 164.57 183.426 .195 .881

VAR00007 164.40 177.766 .532 .876

VAR00008 164.20 181.338 .477 .878

VAR00009 165.20 183.269 .191 .881

VAR00010 166.03 184.171 .091 .885

VAR00011 164.30 184.976 .174 .881

VAR00013 164.67 179.195 .461 .877

VAR00015 164.60 174.386 .593 .874

VAR00016 164.63 173.206 .655 .873

VAR00017 164.70 179.045 .382 .878

VAR00018 164.23 181.702 .509 .878

VAR00019 164.90 181.197 .295 .880

VAR00020 164.37 177.689 .501 .876

VAR00021 164.37 174.585 .669 .874

VAR00023 165.27 181.306 .298 .879

VAR00024 164.57 175.357 .467 .876

VAR00025 164.90 177.403 .355 .879

VAR00026 164.90 173.679 .464 .876

VAR00027 164.37 176.930 .586 .875

VAR00028 165.20 176.510 .446 .877

VAR00029 164.73 184.685 .117 .883

VAR00030 165.93 177.444 .331 .879

VAR00031 164.33 182.299 .352 .879

VAR00032 164.30 181.114 .515 .877

VAR00034 165.17 182.282 .266 .880

VAR00035 164.27 178.202 .670 .875

VAR00037 164.53 175.016 .558 .875

VAR00038 165.03 184.999 .071 .885

VAR00039 164.80 176.097 .550 .875

VAR00040 164.47 182.051 .287 .880

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

42

VAR00041 164.60 178.317 .463 .877

VAR00042 165.20 182.579 .165 .883

VAR00043 164.73 178.202 .428 .877

VAR00044 164.73 181.857 .356 .879

VAR00045 164.50 181.086 .471 .878

VAR00046 165.80 172.166 .356 .881

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

169.00 187.793 13.704 40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

43

Lampiran 10. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengambilan Pertama

No Pernyataan R hitung

1 Saya telah mampu menggali keluhan yang dialami pasien secara lisan. -0,068

2 Pasien tidak perlu mengetahui perbedaan obat generik dengan obat paten. 0,324

3 Saya tidak menyimpan informasi tentang pasien di ruangan apoteker. 0,350

4 Saya tidak memberikan edukasi kepada pasien karena pasien telah rutin

membeli obat tersebut.

0,057

5 Saya memberikan obat special device dan membiarkan pasien mencari tahu

penggunaan di internet.

0,134

6 Pasien hanya perlu nama obat dan kegunaan obat tersebut. -0,216

7 Saya melakukan konseling mulai dari menyapa dan memperkenalkan diri. 0,341

8 Problem pasien merupakan hal yang bersifat rahasia. 0,073

9 Saya memonitor penggunaan obat degeneratif oleh pasien melalui telepon. 0,076

10 Saya melakukan komunikasi farmasi tidak secara runut karena mengikuti

pertanyaan pasien.

0,137

11 Saya menceritakan problem pasien kepada banyak orang. 0,062

12 Saya meminta pasien untuk menandatangani dokumentasi konseling setelah

mendapatkan obat.

-0,264

13 Saya mampu membantu pasien dalam memilih produk obat. 0,082

14 Pasien cukup mendapatkan informasi tentang nama dan dosis obat. 0,144

15 Saya meminta pasien untuk mengulang informasi yang telah diterima. 0,379

16 Saya mampu memberikan informasi terkait obat, dosis, dan kegunaan

masing-masing obat.

0,353

17 Saya mempersilakan pasien berkonsultasi di ruang konseling. 0,412

18 Saya tidak perlu memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya

tentang informasi obat yang telah dijelaskan.

0,476

19 Untuk memberikan konsultasi, diperlukan ruangan khusus bagi pasien. -0,252

20 Three prime questions merupakan pertanyaan wajib dalam melakukan

komunikasi dengan pasien.

0,425

21 Saya berlatih untuk memberi edukasi kepada pasien. 0,470

22 Saya tahu obat yang dibutuhkan pasien. -0,094

23 Saya telah mampu menggali gejala yang dialami pasien secara tertulis. 0,120

24 Saya memberikan informasi dan edukasi tanpa mempertimbangkan riwayat

penyakit pasien.

0,501

25 Saya tidak perlu melakukan Pelayanan Informasi Obat (PIO) karena pasien

telah mengetahui cara penggunaan obat.

0,043

26 Saya hanya mendengarkan pasien saat konsultasi tanpa melakukan

pencatatan.

0,206

27 Saya memberikan informasi tanpa memastikan “pemahaman pasien” apakah

pasien mengerti atau tidak.

0,529

28 Saya telah mampu menulis lembar dokumentasi konseling. 0,215

29 Riwayat pengobatan pasien perlu diketahui untuk mengetahui permasalahan

dalam penggunaan obat.

-0,146

30 Saya mengetahui informasi pengobatan pasien dari resep yang dibawa

pasien.

-0,293

31 Pasien dengan penyakit degeneratif membutuhkan konseling. 0,494

32 Riwayat penyakit pasien perlu diketahui pasien supaya kualitas hidup pasien

baik.

0,297

33 Informasi terkait penyakit pasien menjadi data yang hanya boleh diketahui

oleh apoteker.

0,044

34 Saya memberitahukan golongan obat dan merk obat untuk pasien dengan

penyakit tertentu.

0,057

35 Saya memperagakan cara penggunaan obat khusus saat memberi informasi 0,383

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

44

No Pernyataan R hitung

kepada pasien.

36 Saya mengerti keluhan pasien dari cara pasien berbicara. -0,009

37 Pasien lansia yang sudah lama menggunakan obat, tidak perlu dilakukan

konseling penggunaan obat.

0,319

38 Saya meminta pasien membaca sendiri leaflet tentang obat special device. -0,042

39 Saya mampu menjelaskan cara pemakaian obat special device kepada pasien

dengan menggunakan leaflet.

0,295

40 Saya menyapa pasien pada saat akan memulai konsultasi obat. -0,257

41 Saya mengkonfirmasi pengetahuan pasien dengan cara mengulangi

informasi tentang obat yang telah saya jelaskan.

-0,071

42 Semua pasien yang menebus resep perlu diberi edukasi. 0,289

43 Pasien dengan sediaan obat khusus tidak perlu diberi edukasi cara

penggunaan obat.

0,116

44 Saya merasa tidak perlu melakukan monitoring obat degeneratif oleh pasien. 0,500

45 Saya menggali informasi tentang riwayat pengobatan pasien untuk

mengetahui kebutuhan pasien.

0,288

46 Skrining resep dilakukan pada saat obat akan diberikan kepada pasien. 0,189

47 Saya memberikan obat sesuai yang diminta oleh pasien. 0,003

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.581 47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

45

Lampiran 11. Perbaikan Pernyataan Kuesioner

No Pernyataan Perbaikan

1 Saya telah mampu menggali keluhan yang

dialami pasien secara lisan.

Saya mampu menggali keluhan yang

dialami pasien.

2 Pasien tidak perlu mengetahui perbedaan

obat generik dengan obat paten.

Pasien tidak perlu mengetahui perbedaan

obat generik dengan obat paten.

3 Saya tidak menyimpan informasi tentang

pasien di ruangan apoteker.

Saya tidak menyimpan informasi tentang

pasien di ruangan apoteker.

4 Saya tidak memberikan edukasi kepada

pasien karena pasien telah rutin membeli

obat tersebut.

Saya tidak memberikan edukasi kepada

pasien karena pasien rutin membeli obat

tersebut.

5 Saya memberikan obat special device dan

membiarkan pasien mencari tahu

penggunaan di internet.

Saya memberikan obat special device dan

membiarkan pasien mencari tahu

penggunaan di internet.

6 Pasien hanya perlu nama obat dan kegunaan

obat tersebut.

Pasien hanya perlu nama obat dan kegunaan

obat tersebut.

7 Saya melakukan konseling mulai dari

menyapa dan memperkenalkan diri.

Saya melakukan konseling mulai dari

menyapa dan memperkenalkan diri.

8 Problem pasien merupakan hal yang bersifat

rahasia.

Problem pasien merupakan hal yang bersifat

rahasia.

9 Saya memonitor penggunaan obat

degeneratif oleh pasien melalui telepon.

Saya memonitor penggunaan obat

degeneratif oleh pasien melalui telepon.

10 Saya melakukan komunikasi farmasi tidak

secara runut karena mengikuti pertanyaan

pasien.

Saya melakukan komunikasi farmasi tidak

secara runut karena mengikuti pertanyaan

pasien.

11 Saya menceritakan problem pasien kepada

banyak orang.

Saya menceritakan problem pasien kepada

banyak orang.

12 Saya meminta pasien untuk menandatangani

dokumentasi konseling setelah mendapatkan

obat.

Saya meminta pasien untuk menandatangani

dokumentasi konseling setelah mendapatkan

obat.

13 Saya mampu membantu pasien dalam

memilih produk obat.

Saya mampu membantu pasien dalam

memilih produk obat.

14 Pasien cukup mendapatkan informasi

tentang nama dan dosis obat.

Pasien cukup mendapatkan informasi

tentang nama dan dosis obat.

15 Saya meminta pasien untuk mengulang

informasi yang telah diterima.

Saya meminta pasien untuk mengulang

informasi yang telah diterima.

16 Saya mampu memberikan informasi terkait

obat, dosis, dan kegunaan masing-masing

obat.

Saya mampu memberikan informasi terkait

obat, dosis, dan kegunaan masing-masing

obat.

17 Saya mempersilakan pasien berkonsultasi di

ruang konseling.

Saya mempersilakan pasien berkonsultasi di

ruang konseling.

18 Saya tidak perlu memberikan kesempatan

kepada pasien untuk bertanya tentang

informasi obat yang telah dijelaskan.

Saya tidak perlu memberikan kesempatan

kepada pasien untuk bertanya tentang

informasi obat yang telah dijelaskan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

46

19 Untuk memberikan konsultasi, diperlukan

ruangan khusus bagi pasien.

Untuk memberikan konsultasi, diperlukan

ruangan khusus bagi pasien.

20 Three prime questions merupakan

pertanyaan wajib dalam melakukan

komunikasi dengan pasien.

Three prime questions merupakan

pertanyaan wajib dalam melakukan

komunikasi dengan pasien.

21 Saya berlatih untuk memberi edukasi kepada

pasien.

Saya berlatih untuk memberi edukasi kepada

pasien.

22 Saya tahu obat yang dibutuhkan pasien. Saya tahu obat yang dibutuhkan pasien.

23 Saya telah mampu menggali gejala yang

dialami pasien secara tertulis.

Saya telah mampu menggali gejala yang

dialami pasien secara tertulis.

24 Saya memberikan informasi dan edukasi

tanpa mempertimbangkan riwayat penyakit

pasien.

Saya memberikan informasi dan edukasi

tanpa mempertimbangkan riwayat penyakit

pasien.

25 Saya tidak perlu melakukan Pelayanan

Informasi Obat (PIO) karena pasien telah

mengetahui cara penggunaan obat.

Saya tidak perlu melakukan Pelayanan

Informasi Obat (PIO) karena pasien telah

mengetahui cara penggunaan obat.

26 Saya hanya mendengarkan pasien saat

konsultasi tanpa melakukan pencatatan.

Saya hanya mendengarkan pasien saat

konsultasi tanpa melakukan pencatatan.

27 Saya memberikan informasi tanpa

memastikan “pemahaman pasien” apakah

pasien mengerti atau tidak.

Saya memberikan informasi tanpa

memastikan “pemahaman pasien” apakah

pasien mengerti atau tidak.

28 Saya telah mampu menulis lembar

dokumentasi konseling.

Saya telah mampu menulis lembar

dokumentasi konseling.

29 Riwayat pengobatan pasien perlu diketahui

untuk mengetahui permasalahan dalam

penggunaan obat.

Riwayat pengobatan pasien perlu diketahui

untuk mengetahui permasalahan dalam

penggunaan obat.

30 Saya mengetahui informasi pengobatan

pasien dari resep yang dibawa pasien.

Saya mengetahui informasi pengobatan

pasien dari resep yang dibawa pasien.

31 Pasien dengan penyakit degeneratif

membutuhkan konseling.

Pasien dengan penyakit degeneratif

membutuhkan konseling.

32 Riwayat penyakit pasien perlu diketahui

pasien supaya kualitas hidup pasien baik.

Riwayat penyakit pasien perlu diketahui

pasien supaya kualitas hidup pasien baik.

33 Informasi terkait penyakit pasien menjadi

data yang hanya boleh diketahui oleh

apoteker.

Informasi terkait penyakit pasien menjadi

data yang hanya boleh diketahui oleh

apoteker.

34 Saya memberitahukan golongan obat dan

merk obat untuk pasien dengan penyakit

tertentu.

Saya memberitahukan golongan obat dan

merk obat untuk pasien dengan penyakit

tertentu.

35 Saya memperagakan cara penggunaan obat

khusus saat memberi informasi kepada

pasien.

Saya memperagakan cara penggunaan obat

khusus saat memberi informasi kepada

pasien.

36 Saya mengerti keluhan pasien dari cara

pasien berbicara.

Saya mengerti keluhan pasien dari cara

pasien berbicara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

47

37 Pasien lansia yang sudah lama

menggunakan obat, tidak perlu dilakukan

konseling penggunaan obat.

Pasien lansia yang sudah lama

menggunakan obat, tidak perlu dilakukan

konseling penggunaan obat.

38 Saya meminta pasien membaca sendiri

leaflet tentang obat special device.

Saya meminta pasien membaca sendiri

leaflet tentang obat special device.

39 Saya mampu menjelaskan cara pemakaian

obat special device kepada pasien dengan

menggunakan leaflet.

Saya mampu menjelaskan cara pemakaian

obat special device kepada pasien dengan

menggunakan leaflet.

40 Saya menyapa pasien pada saat akan

memulai konsultasi obat.

Saya menyapa pasien pada saat akan

memulai konsultasi obat.

41 Saya mengkonfirmasi pengetahuan pasien

dengan cara mengulangi informasi tentang

obat yang telah saya jelaskan.

Saya mengkonfirmasi pengetahuan pasien

dengan cara mengulangi informasi tentang

obat yang telah saya jelaskan.

42 Semua pasien yang menebus resep perlu

diberi edukasi.

Semua pasien yang menebus resep perlu

diberi edukasi.

43 Pasien dengan sediaan obat khusus tidak

perlu diberi edukasi cara penggunaan obat.

Pasien dengan sediaan obat khusus tidak

perlu diberi edukasi cara penggunaan obat.

44 Saya merasa tidak perlu melakukan

monitoring obat degeneratif oleh pasien.

Saya merasa tidak perlu melakukan

monitoring obat degeneratif oleh pasien.

45 Saya menggali informasi tentang riwayat

pengobatan pasien untuk mengetahui

kebutuhan pasien.

Saya menggali informasi tentang riwayat

pengobatan pasien untuk mengetahui

kebutuhan pasien.

46 Skrining resep dilakukan pada saat obat

akan diberikan kepada pasien.

Skrining resep dilakukan pada saat obat

akan diberikan kepada pasien.

47 Saya memberikan obat sesuai yang diminta

oleh pasien.

Saya memberikan obat sesuai yang diminta

oleh pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

48

Lampiran 12. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengambilan Kedua

No Pernyataan R Hitung

1 Saya mampu menggali keluhan yang dialami pasien. -0,109

2 Pasien tidak perlu mengetahui perbedaan obat generik dengan obat paten. 0,416

3 Saya tidak menyimpan informasi tentang pasien di ruangan apoteker. 0,379

4 Saya tidak memberikan edukasi kepada pasien karena pasien rutin membeli obat

tersebut.

0,454

5 Saya memberikan obat special device dan membiarkan pasien mencari tahu

penggunaan di internet.

0,456

6 Pasien hanya perlu nama obat dan kegunaan obat tersebut. 0,206

7 Saya melakukan konseling mulai dari menyapa dan memperkenalkan diri. 0,486

8 Problem pasien merupakan hal yang bersifat rahasia. 0,482

9 Saya memonitor penggunaan obat degeneratif oleh pasien melalui telepon. 0,201

10 Saya melakukan komunikasi farmasi tidak secara runut karena mengikuti pertanyaan

pasien.

0,190

11 Saya menceritakan problem pasien kepada banyak orang. 0,209

12 Saya meminta pasien untuk menandatangani dokumentasi konseling setelah

mendapatkan obat.

-0,228

13 Saya mampu membantu pasien dalam memilih produk obat. 0,460

14 Pasien cukup mendapatkan informasi tentang nama dan dosis obat. 0,052

15 Saya meminta pasien untuk mengulang informasi yang telah diterima. 0,537

16 Saya mampu memberikan informasi terkait obat, dosis, dan kegunaan masing-masing

obat.

0,644

17 Saya mempersilakan pasien berkonsultasi di ruang konseling. 0,317

18 Saya tidak perlu memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya tentang

informasi obat yang telah dijelaskan.

0,543

19 Untuk memberikan konsultasi, diperlukan ruangan khusus bagi pasien. 0,349

20 Three prime questions merupakan pertanyaan wajib dalam melakukan komunikasi

dengan pasien.

0,474

21 Saya berlatih untuk memberi edukasi kepada pasien. 0,648

22 Saya tahu obat yang dibutuhkan pasien. -0,252

23 Saya telah mampu menggali gejala yang dialami pasien secara tertulis. 0,284

24 Saya memberikan informasi dan edukasi tanpa mempertimbangkan riwayat penyakit

pasien.

0,489

25 Saya tidak perlu melakukan Pelayanan Informasi Obat (PIO) karena pasien telah

mengetahui cara penggunaan obat.

0,397

26 Saya hanya mendengarkan pasien saat konsultasi tanpa melakukan pencatatan. 0,454

27 Saya memberikan informasi tanpa memastikan “pemahaman pasien” apakah pasien

mengerti atau tidak.

0,591

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

49

No Pernyataan R Hitung

28 Saya telah mampu menulis lembar dokumentasi konseling. 0,410

29 Riwayat pengobatan pasien perlu diketahui untuk mengetahui permasalahan dalam

penggunaan obat.

0,169

30 Saya mengetahui informasi pengobatan pasien dari resep yang dibawa pasien. 0,345

31 Pasien dengan penyakit degeneratif membutuhkan konseling. 0,391

32 Riwayat penyakit pasien perlu diketahui pasien supaya kualitas hidup pasien baik. 0,543

33 Informasi terkait penyakit pasien menjadi data yang hanya boleh diketahui oleh

apoteker.

0,005

34 Saya memberitahukan golongan obat dan merk obat untuk pasien dengan penyakit

tertentu.

0,330

35 Saya memperagakan cara penggunaan obat khusus saat memberi informasi kepada

pasien.

0,682

36 Saya mengerti keluhan pasien dari cara pasien berbicara. -0,047

37 Pasien lansia yang sudah lama menggunakan obat, tidak perlu dilakukan konseling

penggunaan obat.

0,587

38 Saya meminta pasien membaca sendiri leaflet tentang obat special device. 0,179

39 Saya mampu menjelaskan cara pemakaian obat special device kepada pasien dengan

menggunakan leaflet.

0,511

40 Saya menyapa pasien pada saat akan memulai konsultasi obat. 0,235

41 Saya mengkonfirmasi pengetahuan pasien dengan cara mengulangi informasi tentang

obat yang telah saya jelaskan.

0,401

42 Semua pasien yang menebus resep perlu diberi edukasi. 0,157

43 Pasien dengan sediaan obat khusus tidak perlu diberi edukasi cara penggunaan obat. 0,478

44 Saya merasa tidak perlu melakukan monitoring obat degeneratif oleh pasien. 0,443

45 Saya menggali informasi tentang riwayat pengobatan pasien untuk mengetahui

kebutuhan pasien.

0,459

46 Skrining resep dilakukan pada saat obat akan diberikan kepada pasien. 0,440

47 Saya memberikan obat sesuai yang diminta oleh pasien. -0,140

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.826 47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

50

Lampiran 13. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pengambilan Kedua

No Pernyataan R hitung

1 Saya mampu menggali keluhan yang dialami pasien. -

2 Pasien tidak perlu mengetahui perbedaan obat generik dengan obat paten. 0,391

3 Saya tidak menyimpan informasi tentang pasien di ruangan apoteker. 0,307

4 Saya tidak memberikan edukasi kepada pasien karena pasien rutin membeli obat

tersebut.

0,372

5 Saya memberikan obat special device dan membiarkan pasien mencari tahu

penggunaan di internet.

0,436

6 Pasien hanya perlu nama obat dan kegunaan obat tersebut. -

7 Saya melakukan konseling mulai dari menyapa dan memperkenalkan diri. 0,574

8 Problem pasien merupakan hal yang bersifat rahasia. 0,501

9 Saya memonitor penggunaan obat degeneratif oleh pasien melalui telepon. -

10 Saya melakukan komunikasi farmasi tidak secara runut karena mengikuti pertanyaan

pasien.

-

11 Saya menceritakan problem pasien kepada banyak orang. -

12 Saya meminta pasien untuk menandatangani dokumentasi konseling setelah

mendapatkan obat.

-

13 Saya mampu membantu pasien dalam memilih produk obat. 0,506

14 Pasien cukup mendapatkan informasi tentang nama dan dosis obat. -

15 Saya meminta pasien untuk mengulang informasi yang telah diterima. 0,575

16 Saya mampu memberikan informasi terkait obat, dosis, dan kegunaan masing-masing

obat.

0,697

17 Saya mempersilakan pasien berkonsultasi di ruang konseling. 0,428

18 Saya tidak perlu memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya tentang

informasi obat yang telah dijelaskan.

0,484

19 Untuk memberikan konsultasi, diperlukan ruangan khusus bagi pasien. 0,276

20 Three prime questions merupakan pertanyaan wajib dalam melakukan komunikasi

dengan pasien.

0,510

21 Saya berlatih untuk memberi edukasi kepada pasien. 0,695

22 Saya tahu obat yang dibutuhkan pasien. -

23 Saya telah mampu menggali gejala yang dialami pasien secara tertulis. 0,298

24 Saya memberikan informasi dan edukasi tanpa mempertimbangkan riwayat penyakit

pasien.

0,473

25 Saya tidak perlu melakukan Pelayanan Informasi Obat (PIO) karena pasien telah

mengetahui cara penggunaan obat.

0,356

26 Saya hanya mendengarkan pasien saat konsultasi tanpa melakukan pencatatan. 0,414

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

51

27 Saya memberikan informasi tanpa memastikan “pemahaman pasien” apakah pasien

mengerti atau tidak.

0,574

28 Saya telah mampu menulis lembar dokumentasi konseling. 0,468

29 Riwayat pengobatan pasien perlu diketahui untuk mengetahui permasalahan dalam

penggunaan obat.

-

30 Saya mengetahui informasi pengobatan pasien dari resep yang dibawa pasien. 0,300

31 Pasien dengan penyakit degeneratif membutuhkan konseling. 0,372

32 Riwayat penyakit pasien perlu diketahui pasien supaya kualitas hidup pasien baik. 0,534

33 Informasi terkait penyakit pasien menjadi data yang hanya boleh diketahui oleh

apoteker.

-

34 Saya memberitahukan golongan obat dan merk obat untuk pasien dengan penyakit

tertentu.

0,303

35 Saya memperagakan cara penggunaan obat khusus saat memberi informasi kepada

pasien.

0,672

36 Saya mengerti keluhan pasien dari cara pasien berbicara. -

37 Pasien lansia yang sudah lama menggunakan obat, tidak perlu dilakukan konseling

penggunaan obat.

0,563

38 Saya meminta pasien membaca sendiri leaflet tentang obat special device. -

39 Saya mampu menjelaskan cara pemakaian obat special device kepada pasien dengan

menggunakan leaflet.

0,578

40 Saya menyapa pasien pada saat akan memulai konsultasi obat. -

41 Saya mengkonfirmasi pengetahuan pasien dengan cara mengulangi informasi tentang

obat yang telah saya jelaskan.

0,472

42 Semua pasien yang menebus resep perlu diberi edukasi. -

43 Pasien dengan sediaan obat khusus tidak perlu diberi edukasi cara penggunaan obat. 0,400

44 Saya merasa tidak perlu melakukan monitoring obat degeneratif oleh pasien. 0,335

45 Saya menggali informasi tentang riwayat pengobatan pasien untuk mengetahui

kebutuhan pasien.

0,512

46 Skrining resep dilakukan pada saat obat akan diberikan kepada pasien. 0,347

47 Saya memberikan obat sesuai yang diminta oleh pasien. -

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.893 32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

52

Lampiran 14. Sertifikat CE&BU

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

53

Lampiran 15. Jenis Pernyataan

No Pernyataan Jenis

1 Pasien tidak perlu mengetahui perbedaan obat generik dengan obat paten. N

2 Saya hanya mendengarkan pasien saat konsultasi tanpa melakukan pencatatan. N

3 Saya telah mampu menggali gejala yang dialami pasien secara tertulis. F

4 Pasien dengan sediaan obat khusus tidak perlu diberi edukasi cara penggunaan obat. N

5 Saya mengetahui informasi pengobatan pasien dari resep yang dibawa pasien. N

6 Saya mampu menjelaskan cara pemakaian obat special device kepada pasien dengan

menggunakan leaflet.

F

7 Saya memberikan informasi dan edukasi tanpa mempertimbangkan riwayat penyakit

pasien.

N

8 Saya merasa tidak perlu melakukan monitoring obat degeneratif oleh pasien. N

9 Three prime questions merupakan pertanyaan wajib dalam melakukan komunikasi dengan

pasien.

F

10 Saya meminta pasien untuk mengulang informasi yang telah diterima. F

11 Problem pasien merupakan hal yang bersifat rahasia. F

12 Saya mempersilakan pasien berkonsultasi di ruang konseling. F

13 Saya melakukan konseling mulai dari menyapa dan memperkenalkan diri. F

14 Untuk memberikan konsultasi, diperlukan ruangan khusus bagi pasien. F

15 Saya tidak memberikan edukasi kepada pasien karena pasien rutin membeli obat tersebut. N

16 Saya mampu memberikan informasi terkait obat, dosis, dan kegunaan masing-masing

obat.

F

17 Saya menggali informasi tentang riwayat pengobatan pasien untuk mengetahui kebutuhan

pasien.

F

18 Saya mengkonfirmasi pengetahuan pasien dengan cara mengulangi informasi tentang obat

yang telah saya jelaskan.

F

19 Saya tidak menyimpan informasi tentang pasien di ruangan apoteker. N

20 Pasien lansia yang sudah lama menggunakan obat, tidak perlu dilakukan konseling

penggunaan obat.

N

21 Saya mampu membantu pasien dalam memilih produk obat. F

22 Riwayat penyakit pasien perlu diketahui pasien supaya kualitas hidup pasien baik. F

23 Saya tidak perlu melakukan Pelayanan Informasi Obat (PIO) karena pasien telah

mengetahui cara penggunaan obat.

N

24 Saya telah mampu menulis lembar dokumentasi konseling. F

25 Saya memberikan obat special device dan membiarkan pasien mencari tahu penggunaan

di internet.

N

26 Saya memberikan informasi tanpa memastikan “pemahaman pasien” apakah pasien

mengerti atau tidak.

N

27 Saya memperagakan cara penggunaan obat khusus saat memberi informasi kepada pasien. F

28 Saya berlatih untuk memberi edukasi kepada pasien. F

29 Saya memberitahukan golongan obat dan merk obat untuk pasien dengan penyakit

tertentu.

F

30 Pasien dengan penyakit degeneratif membutuhkan konseling. F

31 Saya tidak perlu memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya tentang informasi

obat yang telah dijelaskan.

N

32 Skrining resep dilakukan pada saat obat akan diberikan kepada pasien. N

Note : N (unfavorable) ; F (favorable)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

54

Lampiran 16. Kuesioner Pengukuran

Kuesioner Konseling Farmasi 4.0

Petunjuk pengisisan :

Berilah tanda ceklis (√) pada kolom yang tersedia sesuai pernyataan di bawah ini

STS bila Sangat Tidak Setuju

TS bila Tidak Setuju

RR bila Ragu-ragu

S bila Setuju

SS bila Sangat Setuju

No Pernyataan SS S RR TS STS

1 Pasien tidak perlu mengetahui perbedaan obat generik

dengan obat paten.

2 Saya hanya mendengarkan pasien saat konsultasi tanpa

melakukan pencatatan.

3 Saya telah mampu menggali gejala yang dialami pasien

secara tertulis.

4 Pasien dengan sediaan obat khusus tidak perlu diberi

edukasi cara penggunaan obat.

5 Saya mengetahui informasi pengobatan pasien dari resep

yang dibawa pasien.

6 Saya mampu menjelaskan cara pemakaian obat special

device kepada pasien dengan menggunakan leaflet.

7 Saya memberikan informasi dan edukasi tanpa

mempertimbangkan riwayat penyakit pasien.

8 Saya merasa tidak perlu melakukan monitoring obat

degeneratif oleh pasien.

9 Three prime questions merupakan pertanyaan wajib dalam

melakukan komunikasi dengan pasien.

10 Saya meminta pasien untuk mengulang informasi yang

telah diterima.

11 Problem pasien merupakan hal yang bersifat rahasia.

12 Saya mempersilakan pasien berkonsultasi di ruang

konseling.

13 Saya melakukan konseling mulai dari menyapa dan

memperkenalkan diri.

14 Untuk memberikan konsultasi, diperlukan ruangan khusus

bagi pasien.

15 Saya tidak memberikan edukasi kepada pasien karena

pasien rutin membeli obat tersebut.

16 Saya mampu memberikan informasi terkait obat, dosis,

dan kegunaan masing-masing obat.

17 Saya menggali informasi tentang riwayat pengobatan

pasien untuk mengetahui kebutuhan pasien.

18

Saya mengkonfirmasi pengetahuan pasien dengan cara

mengulangi informasi tentang obat yang telah saya

jelaskan.

19 Saya tidak menyimpan informasi tentang pasien di

ruangan apoteker.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

55

No Pernyataan SS S RR TS STS

20 Pasien lansia yang sudah lama menggunakan obat, tidak

perlu dilakukan konseling penggunaan obat.

21 Saya mampu membantu pasien dalam memilih produk

obat.

22 Riwayat penyakit pasien perlu diketahui pasien supaya

kualitas hidup pasien baik.

23

Saya tidak perlu melakukan Pelayanan Informasi Obat

(PIO) karena pasien telah mengetahui cara penggunaan

obat.

24 Saya telah mampu menulis lembar dokumentasi konseling.

25 Saya memberikan obat special device dan membiarkan

pasien mencari tahu penggunaan di internet.

26 Saya memberikan informasi tanpa memastikan

“pemahaman pasien” apakah pasien mengerti atau tidak.

27 Saya memperagakan cara penggunaan obat khusus saat

memberi informasi kepada pasien.

28 Saya berlatih untuk memberi edukasi kepada pasien.

29 Saya memberitahukan golongan obat dan merk obat untuk

pasien dengan penyakit tertentu.

30 Pasien dengan penyakit degeneratif membutuhkan

konseling.

31

Saya tidak perlu memberikan kesempatan kepada pasien

untuk bertanya tentang informasi obat yang telah

dijelaskan.

32 Skrining resep dilakukan pada saat obat akan diberikan

kepada pasien.

By : bernadetadhiyanakrismadanti

[email protected]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN KEMAMPUAN … · pemahaman tentang komunikasi yang dimiliki apoteker, maka perlu sebuah kuesioner yang dapat mengukur pemahaman apoteker dalam melakukan

56

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi yang berjudul “Pengembangan

Instrumen Pengukuan Kemampuan Konsultasi dan

Konseling Sediaan Farmasi pada Mahasiswa Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogaykarta” memiliki

nama lengkap Bernadeta Dhiyana Krismadanti. Dilahirkan

di Pringsewu pada tanggal 12 Agustus 2018. Penulis

merupakan anak pertama dari dua bersaudara . dari

pasangan Bapak M. Umar Said dan Ibu Theresia Suparmi.

Penulis telah menyelesaikan pendidikan di TK Fransiskus Xaverius Pringsewu

pada tahun 2000-2002, lalu melanjutkan pendidikan di SD Fransiskus Pringsewu

pada tahun 2002-2008. Penulis menempuh sekolah menengah pertama di SMP

Negeri 1 Ambarawa pada tahun 2008-2011, kemudian melanjutkan ke tingkat

menengah atas di SMA Xaverius Pringsewu pada tahun 2011-2014. Penulis

melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

pada tahun 2014-2018. Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma, penulis mengikuti kepanitiaan yaitu Tiga Hari Temu

Akrab Farmasi 2015 (anggota Teater), Latihan Kepemimpinan 2015 (Anggota

Div. Acara), Sanata Dharma Championship 2015 (anggota Div. Perlombaan),

Tiga Hari Temu Akrab Farmasi 2016 (CO Teater). Penulis juga aktif dalam Unit

Kegiatan Mahasiswa Fakultas pada DNA dan Paduan Suara Veronica. Penulis

aktif menjadi asisten dosen dalam mata kuliah Praktikum Pelayanan Informasi

Obat, Praktikum Farmasetika dan Praktikum Pharmaceutical Care 3. Penulis juga

aktif dalam organisasi tingkat Universitas sebagai Anggota Komisi Personalia

masa jabatan 2016-2017 dan lolos program yang didanai oleh dikti pada Program

Kreativitas Mahasiswa 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI