76
PENGEMBANGAN FRAMEWORK DAN EVALUASI USABILITY PADA SITUS-SITUS WEB E-GOVERNMENT PROVINSI DI INDONESIA Abstract Every website includes government websites (province, city/county) should be user friendly or easy to use by their users. Therefore, ease of use factor on website for common user (known as usability) is important related to the purpose of government websites development, which is to improve public services quality effectively and efficiently. This paper conducted usability evaluation to 31 Indonesian provinces active websites. The usability evaluation method of provinces websites is direct user observation method with 31 respondents and uses several parameters such as total time in seconds, total steps, success level, respond time, and type of responder. The final score is obtained from the processing of score from five parameters, including total time in seconds, total steps, task success, completeness of content, and respondent’s satisfaction. The result showed that in term of usability, Jambi Province has the highest rank and Nusa Tenggara Barat Province has the lowest rank. In term of think out loud result, all provinces websites have negative respond dominantly. Key Words: usability, usability severity level, respondent, video, think out loud Pendahuluan Definisi usability menurut Tullis dan Albert (2008) adalah kemampuan pengguna untuk menggunakan sesuatu agar melaksanakan tugas dengan sukses. Suatu sistem atau situs web memerlukan proses pengujian usability karena terdapat penelitian yang melaporkan bahwa suatu sistem yang dirancang dengan mengikutsertakan pengujian usability, dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan pengguna untuk melakukan pembelajaran menjadi sekitar 25% (Landauer 1995). Dari beberapa metode pengujian atau evaluasi usability, menurut Mayhew (1999), metode observasi langsung terhadap beberapa orang responden dianggap lebih objektif dan efektif daripada hanya melakukan suatu demonstrasi situs web atau sistem dan meminta umpan balik dari pengguna secara subjektif. Tujuan

PENGEMBANGAN FRAMEWORK DAN EVALUASI …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59445/7/BAB IV... · Skenario 2: Responden diminta untuk mencari struktur organisasi pemerintah

  • Upload
    ngonhu

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENGEMBANGAN FRAMEWORK DAN EVALUASI

USABILITY PADA SITUS-SITUS WEB E-GOVERNMENT

PROVINSI DI INDONESIA

Abstract

Every website includes government websites (province, city/county) should be

user friendly or easy to use by their users. Therefore, ease of use factor on website

for common user (known as usability) is important related to the purpose of

government websites development, which is to improve public services quality

effectively and efficiently. This paper conducted usability evaluation to 31

Indonesian provinces active websites. The usability evaluation method of

provinces websites is direct user observation method with 31 respondents and

uses several parameters such as total time in seconds, total steps, success level,

respond time, and type of responder. The final score is obtained from the

processing of score from five parameters, including total time in seconds, total

steps, task success, completeness of content, and respondent’s satisfaction. The

result showed that in term of usability, Jambi Province has the highest rank and

Nusa Tenggara Barat Province has the lowest rank. In term of think out loud

result, all provinces websites have negative respond dominantly.

Key Words: usability, usability severity level, respondent, video, think out loud

Pendahuluan

Definisi usability menurut Tullis dan Albert (2008) adalah kemampuan

pengguna untuk menggunakan sesuatu agar melaksanakan tugas dengan sukses.

Suatu sistem atau situs web memerlukan proses pengujian usability karena

terdapat penelitian yang melaporkan bahwa suatu sistem yang dirancang dengan

mengikutsertakan pengujian usability, dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan

pengguna untuk melakukan pembelajaran menjadi sekitar 25% (Landauer 1995).

Dari beberapa metode pengujian atau evaluasi usability, menurut Mayhew

(1999), metode observasi langsung terhadap beberapa orang responden dianggap

lebih objektif dan efektif daripada hanya melakukan suatu demonstrasi situs web

atau sistem dan meminta umpan balik dari pengguna secara subjektif. Tujuan

26

diadakannya penelitian ini ialah untuk melakukan analisis hasil evaluasi usability

dengan metode observasi terhadap responden secara langsung pada situs web

pemerintah provinsi di Indonesia.

Metode Penelitian

Pengembangan Framework Evaluasi Usability

Pada tahap ini, dilakukan pengembangan framework evaluasi usability

yang digunakan pada penelitian selanjutnya, yaitu evaluasi usability situs web e-

Government provinsi di Indonesia menggunakan metode observasi responden

secara langsung. Pelaksanaan evaluasi usability terhadap situs web belum

memiliki kerangka kerja (framework) yang baku terlebih lagi apabila

menggunakan metode observasi responden secara langsung. Hal tersebut

dikarenakan penggunaan perangkat perekam seperti video dan audio. Kerangka

kerja usability yang telah dikembangkan ialah yang dikemukakan oleh ISO 9241 -

11 mengenai panduan usability, dimana terdapat dua kerangka utama yang

memiliki beberapa faktor penyusun, yaitu pengukuran usability (usability

measure) dan konteks penggunaan (context of use) (Gambar 4).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengukuran usability, yaitu

efektifitas, efisiensi, dan kepuasan pengguna. Ketiga faktor tersebut dijadikan

acuan pada pengembangan framework pada paper ini. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi konteks penggunaan adalah pengguna, tugas, perlengkapan dan

lingkungan.

Gambar 4 Kerangka kerja (framework) usability berdasarkan ISO 9241-11.

27

Terdapat tiga cara potensial untuk mengukur usability suatu produk, antara

lain (Bevan 1998):

1. Dengan menganalisis produk dalam konteks penggunaan: Usability dapat

diukur dengan menilai fitur-fitur produk yang dibutuhkan untuk usability

dalam konteks tertentu.

2. Dengan menganalisis proses interaksi: Usability dapat diukur dengan

memodelkan interaksi antara seorang pengguna yang melaksanakan tugas

dengan suatu produk.

3. Dengan menganalisis efektivitas dan efisiensi yang dihasilkan dari

penggunaan produk dalam konteks tertentu dan mengukur kepuasan

pengguna produk. Dikarenakan ini adalah pengukuran langsung terhadap

usability, hal tersebut merupakan ujian akhir dari usability. Jika suatu

produk lebih usable dalam suatu konteks tertentu, maka pengukuran

usability akan lebih baik.

Diagram alir yang memaparkan proses pengembangan framework untuk evaluasi

usability situs web provinsi secara umum disajikan pada Gambar 5.

Mulai

Perancangan skenario

penyelesaian tugas

Perancangan instrumen

evaluasi

Pelaksanaan Pilot Test

Selesai

TIDAK

Instrumen Sesuai

Harapan?

YA

Gambar 5 Diagram alir pengembangan framework evaluasi usability.

28

Tahapan awal pelaksanaan evaluasi usability dijelaskan di bawah ini:

1. Penentuan jenis dan jumlah pengguna yang bertindak sebagai responden

evaluasi usability.

Responden yang diobservasi pada penelitian ini terdiri atas para

mahasiswa yang tergolong mahir dalam mengoperasikan Internet dan

mencari informasi dalam situs web, serta memiliki alamat e-mail dan

menggunakan e-mail sebagai alat komunikasi di dunia maya. Responden

yang diobservasi 31 orang, dimana seorang responden diminta

mengevaluasi 2 (dua) dari 31 situs web pemerintah provinsi yang berstatus

aktif dan situs-situs web tersebut selanjutnya juga dievaluasi oleh peneliti,

sehingga masing-masing situs web memiliki 3 (tiga) data hasil evaluasi

atau rekaman responden.

2. Perancangan skenario penyelesaian tugas.

Skenario yang digunakan pada evaluasi usability berjumlah 9 (sembilan)

skenario, dimana enam di antaranya didasarkan atas konten minimal yang

harus ada pada setiap situs web pemerintah daerah, yang diterbitkan oleh

Kementerian Komunikasi dan Informatika (2003) dalam Panduan

Penyelenggaraan Situs Web Pemerintah Daerah, yaitu Selayang Pandang,

Pemerintahan Daerah, Geografi, Peta Wilayah dan Sumberdaya,

Peraturan/Kebijakan Daerah, dan Buku Tamu. Keenam konten tersebut

digunakan dalam perancangan skenario pada penelitian ini agar

mempermudah pelaksanaan evaluasi usability bersama dengan tiga konten

lainnya yaitu APBD, alamat e-mail dan berita atau artikel. Tugas

dikatakan sukses jika seluruh informasi tersebut telah berhasil ditampilkan

di layar atau responden memberikan tanda cek pada kuesioner.

a. Skenario 1: Responden diminta untuk mencari informasi sejarah

provinsi (Skenario 1A), motto provinsi (Skenario 1B), visi dan misi

(Skenario 1C), lambang daerah dan artinya (Skenario 1D), serta peta

provinsi (Skenario 1E) yang seluruhnya termasuk ke dalam informasi

selayang pandang atau profil provinsi. Skenario 1A dimulai dari

halaman mesin pencari (Google) untuk menemukan situs web resmi

provinsi, kemudian mulai untuk mencari informasi sejarah provinsi.

29

Informasi Sejarah provinsi merupakan informasi mengenai latar

belakang berdirinya suatu provinsi. Motto provinsi atau yang biasa

disebut slogan atau semboyan daerah merupakan frase atau kalimat

dalam bahasa Indonesia, bahasa daerah ataupun bahasa Inggris, yang

mencerminkan motivasi dan semangat provinsi dalam bentuk singkat.

Visi merupakan pandangan ke depan yang akan diwujudkan oleh

setiap provinsi, sedangkan misi adalah langkah dan upaya untuk

mewujudkan visi provinsi. Lambang daerah dan artinya merupakan

logo khas dari setiap provinsi yang disertai dengan penjelasan

mengenai logo tersebut. Peta provinsi merupakan gambar wilayah

provinsi, baik berupa peta administratif, peta potensi, atau peta wisata.

b. Skenario 2: Responden diminta untuk mencari struktur organisasi

pemerintah provinsi yang mewakili informasi pemerintahan daerah,

dimulai dari halaman utama situs web. Struktur organisasi yang dicari

oleh responden dapat berupa gambar, tabel atau tulisan yang memuat

susunan pengelola pemerintahan provinsi.

c. Skenario 3: Responden diminta untuk mencari informasi demografi

atau kependudukan yang mewakili konten geografi, dimulai dari

halaman utama situs web. Informasi demografi yang dicari dapat

berupa statistik jumlah penduduk atau keadaan penduduk (jenis

kelamin, pekerjaan, dan lain-lain) di suatu provinsi pada tahun tertentu.

d. Skenario 4: Responden diminta untuk mencari informasi potensi

sumberdaya alam provinsi yang mewakili konten peta wilayah dan

sumberdaya, dimulai dari halaman utama situs web.

e. Skenario 5: Menurut Dephumham dan UNDP (2008), Perda

mempunyai fungsi yang salah satunya adalah sebagai penampung

kekhususan dan keragaman daerah serta penyalur aspirasi masyarakat

di daerah. Oleh karena itu, keberadaan Perda pada situs web provinsi

adalah penting karena dapat digunakan sebagai acuan bagi masyarakat

untuk mengetahui apakah aspirasi mereka telah disalurkan melalui

keberadaan Perda yang seyogyanya diperbarui secara konsisten pada

situs web provinsi. Responden melaksanakan skenario yang diberikan

30

dimulai dari halaman utama untuk mengakses Peraturan Daerah

(Perda) Provinsi yang terakhir dipublikasikan oleh pemerintah provinsi

di situs webnya. Tugas dikatakan sukses jika Perda terbaru tersebut

berhasil ditampilkan di layar baik dalam bentuk tulisan ataupun tautan

untuk mengunduh file berbentuk PDF.

f. Skenario 6: Responden diminta untuk mencari informasi mengenai

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Tugas dikatakan

selesai jika APBD provinsi berhasil ditampilkan di layar monitor, baik

dalam bentuk tabel langsung ataupun dalam bentuk tautan yang dapat

diunduh dan disimpan. Penyusunan arah dan kebijakan umum APBD

bersumber dari Rencana dan Strategi Daerah (Renstrada), laporan

performa historis, pokok-pokok pikiran DPRD, kebijakan keuangan

pemerintah, dan yang tidak kalah pentingnya adalah hasil penjaringan

aspirasi masyarakat. Arah dan kebijakan umum tersebut selanjutnya

dapat menjadi dasar untuk penilaian performa keuangan daerah selama

satu tahun anggaran (Kartiwa 2004). Konten APBD tergolong penting

karena salah satu komponen penyusunannya adalah hasil dari

penjaringan aspirasi masyarakat, sehingga masyarakat juga memiliki

kepentingan untuk mengkonfirmasi aspirasi yang telah disalurkannya.

g. Skenario 7: Responden diminta untuk mencari alamat e-mail

pemerintah provinsi, selanjutnya responden diminta untuk

mengirimkan pesan berupa pertanyaan ke alamat e-mail tersebut

dengan cara mengirimkan pesan lewat akun e-mail pribadi responden

atau mengakses tautan Microsoft Outlook yang telah disediakan oleh

situs web pemerintah provinsi. Adapun pertanyaan yang dikirimkan

telah disediakan oleh peneliti sebagai contoh: Selamat

Pagi/Siang/Sore. Saya mau bertanya siapa yang bisa dihubungi untuk

meminta izin melaksanakan penelitian di kantor pemprov? Terima

kasih (secara lengkap ditampilkan pada Lampiran 2). Setelah itu

respon balik yang diberikan oleh pemerintah provinsi dievaluasi,

apakah maksimal dalam jangka waktu 14 hari terdapat balasan e-mail

berupa jawaban dari pemerintah provinsi atau tidak ada balasan sama

31

sekali. Respon balik tersebut dianalisa dalam hal lamanya pengiriman

tanggapan segera setelah pesan terkirim (responden dihubungi pada

dalam jangka waktu beberapa hari setelah kegiatan evaluasi oleh

peneliti untuk mengetahui apakah pemerintah provinsi telah

mengirimkan respon ke alamat e-mail pribadi responden), siapa pihak

yang mengirimkan tanggapan (sistem otomatis, web master,

administrator web atau kepala seksi bidang komunikasi dan informasi).

Skenario tersebut dirancang dengan tujuan untuk mengevaluasi media

komunikasi pemerintah dan warga negaranya menggunakan pesan

tertutup melalui e-mail. Keberadaan e-mail dinilai cukup penting

karena selain dapat menyampaikan aspirasi warga negara yang bersifat

umum ataupun rahasia, e-mail juga dapat digunakan untuk melakukan

pertukaran dokumen seperti formulir pendaftaran kepada pemerintah

provinsi.

h. Skenario 8: Responden diminta untuk menuliskan pertanyaan yang

disediakan oleh peneliti pada Buku Tamu situs web provinsi yang

dimulai dari halaman utama situs web. Adapun pertanyaan yang

dikirimkan telah disediakan oleh peneliti seperti pada Skenario 7.

Buku Tamu yang dimiliki oleh situs web pemerintah daerah biasanya

memiliki beberapa nama lain yang berfungsi serupa, yaitu

mengirimkan pesan kepada pemerintah daerah tanpa melalui akun e-

mail pengunjung, seperti Hubungi Kami, Kontak, Suara Masyarakat,

Pesan Anda, Kritik dan Saran, dan lain-lain.

Respon balik yang diberikan oleh pemerintah provinsi dievaluasi,

yakni apakah dalam jangka waktu 14 hari pesan tersebut ditampilkan

dalam situs web provinsi dan terdapat tanggapan dari pemerintah

provinsi atau tidak ditampilkan pada situs web provinsi dan tidak ada

tanggapan sama sekali. Skenario ini dirancang dengan tujuan untuk

mengevaluasi media komunikasi pemerintah dan warga negaranya,

baik dengan menggunakan pesan terbuka melalui Buku Tamu.

Keberadaan Buku Tamu tergolong penting karena dapat menjadi

media penyaluran aspirasi singkat dari warga negara kepada

32

pemerintah yang isinya dapat dipantau dan ditanggapi oleh pengunjung

lain atau pemerintah provinsi yang bersangkutan.

i. Skenario 9: Pada skenario ini responden diminta untuk mencari berita

atau artikel terakhir yang dipulikasikan pada situs web. Responden

juga diminta untuk menuliskan tanggal berita atau artikel tersebut guna

dianalisis tingkat ke-uptodate-an beritanya.

3. Perancangan kuesioner evaluasi

Kuesioner evaluasi usability yang dikembangkan adalah seperangkat

kuesioner yang terdiri dari kata pengantar (prakata), formulir kesediaan

responden untuk direkam pada saat evaluasi berlangsung, formulir data

diri responden, skenario dan kuesioner evaluasi usability, serta formulir

pendapat responden mengenai situs web yang dievaluasi yang didasarkan

pada penilaian Questionnaire for User Interface Satisfaction (QUIS) yang

diterbitkan oleh University of Maryland dan berisi 30 pertanyaan, namun

pada penelitian ini digunakan hanya sebanyak 16 pertanyaan yang

dianggap relevan dan tidak membingungkan bagi responden.

4. Pelaksanaan pilot test

Pilot test merupakan evaluasi permulaan yang menguji apakah skenario,

kuesioner, dan peralatan pendukung berjalan dengan baik dan

menghasilkan data yang diharapkan. Responden yang diminta untuk

melaksanakan pilot test berjumlah 5 (lima) orang dengan karakteristik

sesuai dengan responden evaluasi utama. Hasil pengujian pada pilot test

berguna untuk meminimalisir kesalahan pada saat evaluasi utama

dilaksanakan.

5. Revisi prosedur dan materi evaluasi

Tahap ini dilaksanakan jika terdapat prosedur atau materi evaluasi yang

perlu diperbaiki berdasarkan hasil yang diperoleh dari pilot test. Apabila

telah dihasilkan perbaikan dari pilot test pertama, maka dilakukan pilot test

berikutnya untuk memperoleh hasil perbaikan yang optimal. Seperangkat

kuesioner final yang digunakan pada penelitian ini ditampilkan pada

Lampiran 3 sampai 7.

33

6. Persiapan ruangan dan peralatan observasi

Penelitian ini mengambil lokasi di ruang laboratorium SEIns dan

perpustakaan Departemen Ilmu Komputer, Institut Pertanian Bogor

dengan menggunakan seperangkat komputer jinjing yang terhubung pada

modem Internet dengan kecepatan download hingga 512 kbps. Proses

observasi terhadap responden direkam web camera dan mikrofon pada

headset dengan sepengetahuan responden dan dibantu oleh screen capture

software (Camtasia versi 7.1 for Windows) yang menghasilkan video

pergerakan pointer dan kegiatan yang dilakukan oleh responden pada saat

menjalankan evaluasi usability.

7. Perekrutan responden dan penjadwalan evaluasi usability utama.

Responden yang diperlukan untuk mengevaluasi situs web provinsi adalah

sebanyak 31 orang responden yang direkrut secara bertahap. Selanjutnya

disusun jadwal evaluasi usability utama untuk pengambilan data 31 situs

web provinsi yang berstatus aktif.

Pelaksanaan Evaluasi Usability

Proses evaluasi usability yang dilaksanakan didasarkan pada metode yang

dikemukakan oleh Mayhew (1999), yaitu observasi responden. Observasi yang

dilakukan mencakup tiga hal, yaitu menghitung jumlah langkah yang diperlukan

untuk menyelesaikan tugas, menghitung jumlah waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan tugas, dan mengukur sukses atau tidaknya tugas dilaksanakan.

Tahapan pelaksanaan evaluasi usability terhadap situs web provinsi di

Indonesia antara lain:

a. Pengujian usability situs web provinsi dan pengambilan data.

a) Responden ditempatkan pada suatu tempat observasi yang dilengkapi

dengan komputer jinjing yang tersambung dengan jaringan Internet

menggunakan modem dengan kapasitas download maksimal 512 KB dan

telah diinstal perangkat lunak screen capture, disertai dengan web camera,

headset dan seperangkat kuesioner. Web camera yang terpasang pada

komputer jinjing digunakan untuk menangkap reaksi wajah dan kegiatan

yang dilakukan responden. Responden diminta untuk menggunakan

34

headset dan diminta mengucapkan tindakan yang sedang dikerjakan,

pikiran yang terlintas, perasaan yang dialami pada saat evaluasi secara

terus menerus agar dapat direkam oleh mikrofon pada headset, kemudian

transkrip pembicaraan yang dihasilkan dianalisis apakah dominan reaksi

positif atau reaksi negatif. Metode ini disebut sebagai Think Out Loud

(Mayhew 1999). Adapun lingkungan pelaksanaan evaluasi usability

ditampilkan pada Gambar 6 di bawah ini.

Gambar 6 Lingkungan pelaksanaan evaluasi usability.

b) Responden diminta untuk menandatangani formulir kesediaan direkam

selama observasi berlangsung dan mengisi formulir data diri yang tertera

pada Lampiran 4 dan 5. Hal ini diperlukan responden merasa yakin bahwa

hasil rekaman tersebut hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

c) Skenario dan prosedur penilaian evaluasi usability yang disajikan pada

Lampiran 6 dibaca oleh responden dengan disertai penjelasan singkat dari

peneliti, dan dipersilahkan untuk mengajukan pertanyaan jika diperlukan.

d) Pelaksanaan Skenario 1 - 9. Pada Skenario 1A, yaitu pencarian informasi

Sejarah Provinsi dilaksanakan oleh responden dimulai dari halaman Mesin

Pencari (Search Engine) Google sampai responden menemukan informasi

Sejarah Provinsi. Untuk Skenario 2 - 9 dimulai dari halaman utama situs

web sampai tugas-tugas yang diberikan selesai dilaksanakan.

35

Kegiatan evaluasi diobservasi oleh peneliti yang berada di luar area

penglihatan responden, tanpa banyak berinteraksi dengan responden.

Dengan demikian, responden tidak terlalu merasa terbebani atau terganggu

dengan kehadiran peneliti di sekelilingnya agar dapat menjalankan

skenario sesuai dengan kondisi sebenarnya, yaitu pada saat mencari

informasi di luar kegiatan evaluasi.

e) Responden mengisi formulir data diri dan pendapat subjektif mereka

mengenai evaluasi yang telah dijalankan terhadap situs web pemerintah

provinsi menggunakan formulir QUIS atau Questionnaire for User

Interface Satisfaction (Lampiran 7).

2. Perangkuman data hasil evaluasi berdasarkan beberapa parameter penilaian.

Seluruh situs web provinsi yang berjumlah 31, dievaluasi oleh tiga orang

sehingga menghasilkan 93 rekaman responden. Seluruh rekaman responden

dianalisis menggunakan beberapa parameter, yaitu jumlah langkah, jumlah

waktu, kesuksesan tugas, waktu respon, pihak pemberi respon balik dan

kepuasan responden. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Parameter 1: Jumlah langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.

Parameter ini diukur dalam satuan langkah yang dianalisis dari video rekaman

hasil screen capture menggunakan perangkat lunak Camtasia versi 7.1.

Adapun kategori langkah yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a) Menyorot menu atau submenu untuk mencari informasi

b) Mengklik menu atau submenu untuk membuka halaman baru

c) Menggulung (scroll) layar monitor ke atas atau ke bawah untuk

mencari informasi

d) Melakukan klik kanan untuk menyalin (copy) informasi atau

melekatkan informasi (paste)

e) Mengetik karakter, kata atau kalimat dalam satu formulir pengisian

f) Membuka dan menutup tab atau window baru

g) Menekan tombol Enter

h) Klik tombol kembali (back)

i) Melakukan reload halaman web

36

Tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam menghitung parameter jumlah

langkah, antara lain:

a) Video rekaman dijalankan pada perangkat lunak Camtasia versi 7.1.

b) Dilakukan pemeriksaan apakah terdapat waktu loading dalam

rekaman tersebut. Jika ada, maka dilakukan pemotongan waktu

loading dengan cara menggeser tab yang ada pada bagian bawah

tampilan perangkat lunak untuk menentukan durasi video yang akan

dipotong. Selanjutnya ditekan tombol cut sampai durasi waktu

tersebut terpotong.

c) Dilakukan penghitungan langkah responden dalam mengakses situs

web dimulai dari responden menatap halaman utama untuk pertama

kali dan mencari informasi pada masing-masing skenario.

d) Hasil penghitungan langkah dimasukkan ke dalam Microsoft Excel.

e) Dilakukan rekapitulasi dan pengambilan rata-rata jumlah langkah

untuk setiap situs web provinsi.

b. Parameter 2: Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas.

Parameter ini diukur dalam satuan detik. Video dan hasil rekaman screen

capture dianalisis mengenai jumlah detik yang dibutuhkan responden dalam

menyelesaikan tugas, dimulai dari responden menatap layar monitor dan atau

menggerakkan mouse untuk mencari informasi, sampai responden tidak

menatap layar dan atau mouse tidak bergerak untuk mencari informasi.

Tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam menghitung parameter jumlah

waktu, antara lain:

a) Video rekaman dijalankan pada perangkat lunak Camtasia versi 7.1.

b) Dilakukan pemeriksaan apakah terdapat waktu loading dalam

rekaman tersebut. Jika ada, maka dilakukan pemotongan waktu

loading dengan cara menggeser tab yang ada pada bagian bawah

tampilan perangkat lunak untuk menentukan durasi video yang akan

dipotong. Selanjutnya ditekan tombol cut sampai durasi waktu

tersebut terpotong.

c) Dilakukan penghitungan waktu responden dalam mengakses situs

web dimulai dari responden menatap layar monitor dan pointer pada

37

mouse bergerak mencari informasi pada masing-masing skenario.

Waktu yang dihitung adalah waktu yang tertera pada perangkat lunak

Camtasia versi 7.1.

d) Penghitungan waktu responden dihentikan pada saat responden tidak

menatap ke arah layar monitor dan mouse berhenti mencari informasi.

e) Hasil penghitungan waktu dimasukkan ke dalam Microsoft Excel.

f) Dilakukan rekapitulasi dan pengambilan rata-rata jumlah waktu untuk

setiap situs web provinsi.

c. Parameter 3: Kesuksesan penyelesaian tugas yang diberikan.

Sebuah tugas dikatakan sukses apabila informasi yang dicari telah berhasil

ditampilkan di layar atau responden memberikan tanda cek pada kuesioner.

Peneliti kemudian memeriksa video rekaman untuk memastikan bahwa

responden yang memberikan tanda cek benar-benar menyelesaikan tugas yang

diberikan. Dari setiap skenario yang dilaksanakan, terdapat tiga rekaman

responden, sehingga persentase kesuksesan tugas ditentukan oleh

perbandingan kesuksesan penemuan konten dengan ketidaksuksesan

penemuan konten.

d. Parameter 4: Waktu respon balik oleh pihak pemerintah daerah provinsi.

Parameter waktu respon balik diukur dalam satuan hari. Parameter ini hanya

diberlakukan pada Skenario 7 dan 8. Pada Skenario 7, respon balik dikirimkan

dalam bentuk e-mail balasan ke alamat e-mail pengirim, sedangkan pada

Skenario 8 respon balik ditunjukkan dalam bentuk jawaban yang ditampilkan

dalam Buku Tamu ataupun pesan ke alamat e-mail responden.

e. Parameter 5: Pihak yang mengirim respon balik.

Seperti pada parameter waktu respon balik, parameter ini juga hanya

diberlakukan pada Skenario 7 dan 8. Pihak yang mengirimkan respon

dianalisis apakah berasal dari kepala seksi bidang komunikasi dan informasi,

administrator situs web (staf dinas komunikasi dan informasi), web master,

atau sistem penjawab otomatis (autoresponder).

f. Parameter 6: Kepuasan Responden

Parameter ini dirangkum dan diinterpretasikan pendapat responden mengenai

situs web provinsi yang dievaluasi menggunakan kuesioner yang didasarkan

38

pada Questionnaire for User Interface Satisfaction (QUIS) versi 5.0 yang

pertama kali dikembangkan oleh University of Maryland pada tahun 1988.

3. Menetapkan skor evaluasi usability untuk setiap situs web provinsi berdasarkan

akumulasi dari parameter jumlah langkah, jumlah waktu, kesuksesan tugas,

kelengkapan tugas, dan kepuasan responden. Setiap parameter dihitung skor

normalisasinya dengan rumus berikut (Al Shahabi, Shaaban & Kasasbeh

2006):

v’= (v – mina) * (new_maxa – new_mina) + new_mina

(maxa – mina)

Dimana:

v’ = Data hasil normalisasi

v = Data sebelum dinormalisasi

maxa = Nilai maksimum

mina = Nilai minimum

new_maxa = Nilai batas atas yang baru, dalam penelitian ini batas

atasnya adalah 10

new_mina = Nilai batas bawah yang baru, dalam penelitian ini batas

bawahnya adalah 1

Batas bawah baru bernilai 1 dan batas atas baru bernilai 10 ditetapkan

berdasarkan perbandingan yang telah dilaksanakan sebelumnya menggunakan

batas bawah 0 dan batas atas 1 seperti yang telah diterapkan pada

penghitungan normalisasi data pada umumnya. Penggunaan batas bawah 0

dan batas atas 1 dengan menggunakan rumus di atas menghasilkan angka

bernilai negatif, dimana hal tersebut tidak sesuai dengan penetapan batas

bawah bernilai 0 dan batas atas bernilai 1.

4. Perangkuman data hasil evaluasi menggunakan metode Think Out Loud.

Data yang diperoleh melalui metode Think Out Loud ialah berupa komentar

dan perilaku responden yang dapat dievaluasi dari rekaman audio dan video

mengenai hal-hal yang mereka rasakan dan temui pada saat mengevaluasi

situs web provinsi. Komentar dan perilaku tersebut berupa tanggapan positif

atau negatif yang mencerminkan kepuasan responden terhadap situs web yang

dievaluasinya (Tabel 2). Tanggapan positif berisi kata, frase, kalimat, atau

sikap dan ekspresi tubuh yang mengungkapkan perasaan puas, kagum, senang

dan sebagainya pada saat mengakses situs web. Adapun tanggapan negatif

39

merupakan kata atau kalimat yang mengungkapkan perasaan kecewa, tidak

sedang, menyerah dan sebagainya.

Menurut Preece et al. (2002), tanggapan responden yang termasuk ke dalam

insiden kritis (critical incidents) adalah pada saat responden mengalami

kebuntuan atau stuck yang biasanya ditandai dengan komentar, sikap diam,

pandangan kebingungan, dan lain-lain. Seluruh tanggapan tersebut dievaluasi

untuk mengetahui tingkat kepuasan responden terhadap situs web yang

mereka evaluasi, apakah termasuk ke dalam kategori dominan respon positif

atau kategori dominan respon negatif.

Tabel 2 Contoh jenis tanggapan responden evaluasi usability untuk metode

think out loud

No. Jenis

Tanggapan

Contoh Tanggapan

Positif Contoh Tanggapan Negatif

1. Kata atau Frase 1. Wow

2. Wah Keren

3. Cepat juga

4. Keren banget

5. Gampang banget

6. Bagus juga

7. Lengkap

1. Kok begini?

2. Kok aneh?

3. Susah amat

4. Ribet amat

5. Ngebingungin deh

6. Standar banget

7. Biasa aja

8. Lumayan deh

9. Apaan nih?

2. Kalimat 1. Saya suka situs ini

2. Saya puas

memakai situs ini

3. Situs ini mudah

digunakan

1. Saya bingung dengan

situs ini

2. Saya nggak suka situs

ini

3. Situs ini susah

digunakan

3. Sikap Tubuh 1. Tersenyum senang

2. Bersenandung

kecil

3. Sikap rileks

1. Menghela nafas panjang

2. Mendengus kesal

3. Diam

4. Mengerutkan dahi

5. Pandangan bingung

6. Cemberut

Rekaman responden yang direkam dalam evaluasi usability biasanya diberikan

keterangan pada saat observasi berlangsung. Responden diamati oleh peneliti

atau evaluator, namun tanpa sepengetahuan peneliti. Apabila terdapat

kesalahan atau tindakan yang tidak biasa, maka video tersebut ditandai oleh

peneliti. Pada saat evaluasi selesai dilaksanakan, peneliti dapat menggunakan

40

rekaman yang ditandai tersebut untuk menghitung waktu performa, sehingga

dapat dibandingkan performa penggunanya dengan situs-situs web lainnya.

Aliran data dari log atau catatan interaksi digunakan dengan cara yang serupa

untuk menghitung waktu performa (Preece et al. 2002).

5. Menampilkan hasil data karakteristik responden yang melakukan evaluasi,

seperti jenis kelamin, usia, asal daerah, pekerjaan, pendidikan terakhir,

penggunaan kacamata atau lensa kontak, kondisi buta warna atau normal, dan

keahlian komputer yang dimiliki, penggunaan Internet, fasilitas komputer di

rumah dan di tempat kerja, dan lain-lain.

Tempat dan Waktu Penelitian

Keseluruhan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai

dengan bulan Juni 2012. Penelitian mengambil lokasi di Laboratorium SEIns dan

Ruang Perpustakaan Departemen Ilmu Komputer, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Perangkat lunak dan tool yang digunakan pada penelitian ini ialah

Camtasia versi 7.1 for Windows sebagai perangkat lunak screen capture, Google

Chrome sebagai Internet Browser, SPSS 18 for Windows sebagai alat penguji

korelasi dan Microsoft Office 2007 untuk mengolah data dan mempresentasikan

hasil. Adapun perangkat keras yang digunakan antara lain komputer jinjing yang

dilengkapi modem sebagai penyedia jaringan Internet, web camera, headset, dan

formulir kuesioner untuk pengumpulan data.

Hasil dan Pembahasan

Pada saat penelitian dilaksanakan di bulan Februari – Juni 2012,

Pemerintah Republik Indonesia memiliki 33 provinsi dari Nanggroe Aceh

Darussalam hingga Papua Barat. Namun demikian, dari 33 provinsi tersebut

hanya 31 provinsi yang memiliki situs web dan berstatus aktif. Provinsi tidak

memiliki situs web adalah Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara. Penentuan

situs web provinsi aktif dan tidak aktif didasarkan atas penelusuran situs web

41

resmi menggunakan mesin pencari (search engine) Google dengan mengetikkan

query berupa nama provinsi.

Pelaksanaan Pilot Test

Pilot test merupakan suatu pengujian yang dilaksanakan untuk

memperbaiki framework, metode dan kuesioner agar menghasilkan data yang

sesuai dengan harapan. Pilot test telah dilaksanakan sebanyak dua kali dengan

melibatkan masing-masing lima dan enam responden untuk menguji coba

skenario evaluasi usability dan kuesioner QUIS (Questionnaire for User Interface

Satisfaction). Pilot test 1 dilaksanakan menggunakan dua skenario dan setiap

responden diminta mengevaluasi 31 situs web, sedangkan pilot test 2

dilaksanakan menggunakan delapan skenario dan responden diminta

mengevaluasi lima situs web provinsi. Hasil dari pelaksanaan Pilot Test ialah

perbaikan skenario dan kuesioner agar lebih dimengerti oleh responden, serta

perbaikan metode agar kegiatan evaluasi usability berjalan efektif dan efisien.

Karakteristik Responden

Responden yang telah menjalankan evaluasi usability adalah mahasiswa

jenjang perkuliahan sarjana dan pascasarjana pada Institut Pertanian Bogor yang

berjumlah 31 orang. Berikut ini adalah Tabel 3 yang berisi karakteristik responden

yang dihimpun dari formulir data diri yang telah diisi oleh para responden. Daftar

karakteristik responden secara lengkap disajikan pada Lampiran 8 dan 9.

Tabel 3 Hasil rekapitulasi karakteristik responden

No. Profil Uraian Jumlah Persentase

(%)

1. Jenis Kelamin Perempuan 23 74

Laki-laki 8 26

Total 31 100

2. Usia < 17 tahun 0 0

17 – 25 tahun 24 77

26 – 35 tahun 7 23

> 35 tahun 0 0

Total 31 100

3. Jenjang Perkuliahan SMA 0 0

D3 0 0

S1 12 39

S2 19 61

42

No. Profil Uraian Jumlah Persentase

(%)

Total 31 100

4. Jurusan Ilmu komputer 22 71

Selain ilmu

komputer 9 29

Total 31 100

5. Penggunaan Kacamata Ya 5 39

Tidak 26 61

Total 31 100

6. Mengalami Buta Warna Ya 0 0

Tidak 31 100

Total 31 100

7. Frekuensi Penggunaan

Internet

Setiap Hari 28 81

3 kali per minggu 2 6

1 kali per minggu 1 3

1 kali per bulan 0 0

Total 31 100

Evaluasi Usability

Evaluasi usability merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan untuk

mengetahui performa situs web. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan

sejak tanggal 23 Mei 2012 hingga 25 Juni 2012. Data yang telah dihasilkan pada

evaluasi usability adalah sebagai berikut.

Parameter Jumlah Waktu dan Jumlah Langkah

Parameter ini diukur berdasarkan jumlah detik yang diperlukan oleh

responden untuk melaksanakan tugas pada setiap skenario dimulai dari halaman

mesin pencari untuk Skenario 1 dan halaman utama untuk Skenario 2 sampai 9.

Untuk pertanyaan yang telah disediakan peneliti agar dikirimkan ke alamat e-mail

atau buku tamu, telah dilakukan usaha penyeragaman banyaknya kata yakni

kurang lebih 2 – 3 baris untuk setiap pertanyaan. Untuk kecepatan waktu memuat

informasi, telah dilakukan pemotongan loading time agar penghitungan jumlah

waktu tidak menjadi bias. Oleh karena itu, jumlah waktu yang dihitung adalah

waktu responden membuka halaman-halaman situs web, waktu responden

membaca informasi dan waktu responden berpikir serta memutuskan apakah

informasi yang dicari telah ditemukan atau tidak.

Setiap pengunjung situs web memiliki tujuan untuk mencari informasi

yang mereka butuhkan atau hanya sekedar melihat-lihat. Apabila pengunjung

43

memerlukan suatu informasi, maka mereka memerlukan petunjuk yang jelas agar

dapat menemukan informasi tersebut dengan efisien dan efektif. Petunjuk yang

diperlukan dapat berupa judul yang jelas pada menu, submenu, tautan dan lain-

lain. Faktor lainnya adalah letak informasi yang mudah atau sulit untuk ditemukan

oleh pengunjung. Namun, pada penelitian ini faktor efisiensi yang dibahas

ditentukan oleh faktor seberapa banyak langkah yang harus dilaksanakan oleh

pengunjung untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Tindakan responden

pada layar monitor yang dihitung sebagai langkah pada penelitian ini antara lain:

a. Menyorot menu atau submenu untuk mencari informasi,

b. Mengklik menu atau submenu untuk membuka halaman baru,

c. Menggulung (scroll) layar monitor ke atas atau ke bawah untuk mencari

informasi,

d. Melakukan klik kanan untuk menyalin (copy) informasi atau melekatkan

informasi (paste),

e. Mengetik karakter, kata atau kalimat dalam satu formulir pengisian,

f. Membuka dan menutup tab atau window baru,

g. Menekan tombol Enter,

h. Mengklik tombol kembali/back, dan

i. Melakukan reload halaman web.

Berikut ini adalah hasil perbandingan antara parameter jumlah waktu dan

jumlah langkah untuk setiap skenario pada seluruh situs web provinsi.

a. Skenario 1A (Sejarah Provinsi)

Pada skenario 1A, responden diminta untuk mencari informasi sejarah

berdirinya provinsi, baik yang terletak pada submenu khusus atau tercantum di

dalam submenu lainnya. Informasi ini umumnya termasuk ke dalam bagian dari

profil provinsi. Informasi sejarah berdirinya provinsi pada situs web tidak selalu

diberi judul Sejarah, namun ada pula yang diberi judul dengan kata Tentang

Provinsi, Sekilas Provinsi, Profil Provinsi, Gambaran Umum, bahkan diletakan

pada ucapan Selamat Datang seperti yang tercantum pada situs web Provinsi

Maluku Utara.

Dari 31 situs web yang diteliti, terdapat 29 situs web yang memiliki

informasi Sejarah Provinsi, sedangkan dua situs web (Kepulauan Riau dan

44

Sulawesi Selatan) tidak memiliki informasi tersebut. Sebanyak 87 rekaman

responden dihasilkan dari tiga orang respoden untuk setiap situs web. Adapun dari

data tersebut, sebanyak 85 rekaman responden berhasil menemukan informasi

Sejarah Provinsi dan dua rekaman responden pada Provinsi Maluku Utara tidak

berhasil menemukan informasi tersebut.

Pada Gambar 7 dan 8 dapat dilihat bahwa Provinsi Maluku Utara memiliki

rata-rata jumlah langkah dan jumlah waktu yang paling tinggi, yaitu 11 langkah

dan 154 detik. Adapun nama provinsi pada grafik-grafik tersebut diurutkan

berdasarkan nomor identitas provinsi dari wilayah Indonesia bagian barat, tengah

dan timur. Informasi mengenai sejarah berdirinya Provinsi Maluku Utara

ditemukan pada ucapan Selamat Datang yang dapat dibaca pada tautan di halaman

utama, bukan disimpan pada menu Profil.

Pada saat mencari informasi sejarah pada situs web Provinsi Maluku

Utara, responden lebih cenderung mengakses halaman menu Profil yang memuat

beberapa informasi mengenai Maluku Utara dan memerlukan waktu cukup lama

untuk membacanya. Panjangnya waktu yang diperlukan untuk membaca informasi

menu Profil diduga menjadi penyebab lamanya waktu melaksanakan Skenario 1A

pada Provinsi Maluku Utara. Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata jumlah

langkah pada skenario pencarian informasi sejarah provinsi untuk seluruh provinsi

adalah 5 langkah, sedangkan untuk jumlah waktu rata-ratanya adalah 58 detik.

Gambar 7 Rata-rata jumlah langkah pencarian sejarah provinsi.

5

2

8

3 2

3 2

5 4

10

6

4 4 4

6 5 5 5

3 3 4

3 4

6

3

10 11

8

3

0

2

4

6

8

10

12

AC

EH

SUM

UT

SUM

BA

R

RIA

U

JAM

BI

SUM

SEL

LAM

PU

NG

BEN

GK

ULU

KEP

BA

BEL

BA

NTE

N

JAK

AR

TA

JAB

AR

JATE

NG

YOG

YA

JATI

M

BA

LI

NTB

NTT

KA

LBA

R

KA

LTIM

KA

LTEN

G

KA

LSEL

SULT

ENG

SULB

AR

GO

RO

NTA

LO

MA

LUK

U

MA

LUT

PA

PU

A

PA

PU

A B

AR

AT

Jum

lah

Lan

gkah

Nama Provinsi

45

Gambar 8 Rata-rata jumlah waktu pencarian sejarah provinsi.

b. Skenario 1B (Motto Provinsi)

Pada skenario 1B, responden diminta untuk mencari informasi motto,

slogan atau semboyan provinsi. Informasi ini umumnya termasuk ke dalam bagian

dari profil provinsi. Motto atau yang juga biasa disebut sebagai semboyan atau

slogan dapat berbentuk kalimat atau frase yang mencerminkan visi dan misi

provinsi setempat dalam bentuk singkat. Motto yang dicantumkan pada situs web

dapat menggunakan Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, maupun Bahasa Inggris

(seperti pada Provinsi Bali). Motto Provinsi sebagian besar terletak pada banner

utama, sehingga tidak terlalu disadari oleh sebagian responden. Adapun letak

motto pada provinsi yang lainnya dicantumkan pada lambang daerah dan dibahas

maknanya pada submenu lambang daerah dan artinya. Sedangkan ada pula

provinsi yang secara khusus menampilkan motto yang diletakkan pada submenu

lambang daerah dan artinya, submenu visi dan misi, serta submenu motto seperti

yang dimiliki oleh situs web Provinsi Jawa Timur.

Dari 31 situs web yang telah diteliti, hanya 17 situs web yang

mencantumkan mottonya, sedangkan 14 situs web tidak memiliki atau

mencantumkan motto provinsi. Sebanyak 51 rekaman responden dihasilkan dari

tiga orang respoden untuk masing-masing situs web. Adapun dari data tersebut,

sebanyak 29 rekaman responden berhasil menemukan informasi Motto Provinsi

dan 22 rekaman responden tidak berhasil menemukan informasi tersebut. Kendala

65

27

110

24 20

53

11

82

60 76

84

61 44

36

80

57 56 61

16 31

100

65

39

61

34

67

154

44

21

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

AC

EH

SUM

UT

SUM

BA

R

RIA

U

JAM

BI

SUM

SEL

LAM

PU

NG

BEN

GK

ULU

KEP

BA

BEL

BA

NTE

N

JAK

AR

TA

JAB

AR

JATE

NG

YOG

YA

JATI

M

BA

LI

NTB

NTT

KA

LBA

R

KA

LTIM

KA

LTEN

G

KA

LSEL

SULT

ENG

SULB

AR

GO

RO

NTA

LO

MA

LUK

U

MA

LUT

PA

PU

A

PA

PU

A B

AR

AT

Jum

lah

Wak

tu

Nama Provinsi

46

responden dalam menemukan letak motto provinsi diduga karena sembilan motto

dari 16 situs web dicantumkan pada banner utama, sehingga tidak terlalu disadari

dan menarik perhatian responden.

Pada Gambar 9 dan 10 di bawah ini dapat dilihat bahwa Provinsi DKI

Jakarta memiliki rata-rata jumlah langkah dan waktu yang paling tinggi, yaitu 10

langkah dan 151 detik. Provinsi DKI Jakarta memiliki motto atau slogan yang

berbeda-beda dan dipublikasikan setiap masa kepemimpinan Gubernur. Untuk

menemukan motto tersebut, responden harus menggunakan fasilitas mesin pencari

yang tersedia dikarenakan motto Provinsi DKI Jakarta berada pada fasilitas

Ensiklopedi Jakarta, dimana jika menggunakan langkah pencarian biasa, diduga

kecil kemungkinan untuk menemukan motto tersebut. Berdasarkan hasil

pengamatan, rata-rata jumlah langkah pada skenario pencarian motto provinsi

untuk seluruh provinsi adalah 6 langkah, sedangkan untuk jumlah waktu rata-

ratanya adalah 61 detik.

Gambar 9 Rata-rata jumlah langkah pencarian motto provinsi.

6

4

2 2

6

10

2 3

5 4

9 8

9 10

8

5 5

0

2

4

6

8

10

12

Jum

lah

Lan

gkah

Nama Provinsi

47

Gambar 10 Rata-rata jumlah waktu pencarian motto provinsi.

c. Skenario 1C (Visi dan Misi)

Informasi mengenai visi dan misi dimiliki oleh hampir seluruh situs web,

dengan penempatan yang strategis seperti di menu Profil atau Tentang Provinsi

dengan submenu tersendiri. Namun pada situs web Provinsi Jawa Timur, visi dan

misi tidak memiliki submenu tersendiri melainkan berada pada submenu Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Timur, sehingga

responden kesulitan untuk menemukan informasi tersebut.

Dari 31 situs web yang diteliti, terdapat 27 situs web yang mencantumkan

informasi visi dan misinya, sedangkan empat situs web tidak memiliki atau

mencantumkan visi dan misi provinsi. Sebanyak 81 rekaman responden dihasilkan

dari tiga orang respoden untuk masing-masing situs web. Adapun dari data

tersebut, sebanyak 76 rekaman responden berhasil menemukan informasi visi dan

misi dan lima rekaman responden tidak berhasil menemukan informasi tersebut.

Pada Gambar 11 dan 12 di bawah ini dapat dilihat bahwa Provinsi Jawa

Timur memiliki rata-rata jumlah langkah tertinggi, yaitu 12 langkah, sedangkan

Provinsi Sumatera Barat memiliki rata-rata jumlah waktu tertinggi, yaitu 155

detik. Pada situs web Provinsi Jawa Timur, konten visi dan misi tidak memiliki

submenu tersendiri melainkan berada pada submenu Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Timur, sehingga responden

kesulitan untuk menemukan informasi tersebut. Penamaan konten visi dan misi

59

85

25 16

38

151

14

70

39

56 50

84 92

130

73

41 25

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Jum

lah

Wak

tu (

De

tik)

Nama Provinsi

48

yang kurang sesuai juga terdapat pada situs web Provinsi DKI Jakarta, dimana

konten visi dan misi berada pada submenu Pesan Gubernur yang terletak dalam

menu Pemerintahan Provinsi.

Pada Provinsi Sumatera Barat, konten visi dan misi berada pada menu

Profile Daerah, submenu Visi dan Misi, namun submenu tersebut digabungkan

visi dan misi dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) seperti badan dan dinas

Provinsi Sumatera Barat, sehingga memiliki 38 tautan (link) yang terdiri atas dua

halaman. Untuk visi dan misi Provinsi Sumatera Barat dapat ditemukan pada

halaman kedua submenu Visi dan Misi. Untuk rata-rata jumlah langkah dengan

waktu tercepat dimiliki oleh situs web Provinsi Jambi (2 langkah dan 11 detik)

yang memiliki menu tersendiri untuk Visi dan Misi, yaitu pada bagian atas situs

web sehingga mudah untuk ditemukan oleh responden dengan relatif cepat.

Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata jumlah langkah pada skenario pencarian

visi dan misi provinsi untuk seluruh provinsi adalah 4 langkah, sedangkan untuk

jumlah waktu rata-ratanya adalah 40 detik.

Gambar 11 Rata-rata jumlah langkah pencarian visi dan misi provinsi.

2

10

2 2 2 2 2

7

4

6

3 3 3

12

3 4

3 2

8

3 4 4

3 3 3 3 3

0

2

4

6

8

10

12

14

SUM

UT

SUM

BA

R

RIA

U

JAM

BI

SUM

SEL

LAM

PU

NG

KEP

RI

KEP

BA

BEL

BA

NTE

N

JAK

AR

TA

JAB

AR

JATE

NG

YOG

YA

JATI

M

BA

LI

NTT

KA

LBA

R

KA

LTIM

KA

LTEN

G

KA

LSEL

SULS

EL

SULT

ENG

GO

RO

NTA

LO

MA

LUK

U

MA

LUT

PA

PU

A

PA

PU

A B

AR

AT

Jum

lah

Lan

gkah

Nama Provinsi

49

Gambar 12 Rata-rata jumlah waktu pencarian visi dan misi provinsi.

d. Skenario 1D (Lambang Daerah dan Artinya)

Setiap provinsi memiliki lambang atau logo daerahnya masing-masing

yang memuat ciri khas dari daerah tersebut. Pemilihan bentuk dasar, warna,

tulisan, dan lain-lain memiliki filosofi tersendiri, sehingga perlu disebutkan arti

lambang tersebut agar dapat mensosialisasikan ciri khas masing-masing provinsi.

Dari 31 situs web provinsi yang diteliti, terdapat 25 situs web yang

mencantumkan informasi lambang daerah dan artinya, sedangkan enam situs web

tidak memiliki atau mencantumkan lambang daerah dan artinya. Sebanyak 75 data

rekaman responden dihasilkan dari tiga orang respoden untuk masing-masing

situs web. Dari data tersebut, seluruh rekaman responden berhasil menemukan

informasi lambang daerah dan artinya.

Pada Gambar 13 dan 14 di bawah ini dapat dilihat bahwa Provinsi

Kalimantan Tengah memiliki rata-rata jumlah waktu yang paling tinggi, yaitu 66

detik. Untuk rata-rata jumlah langkah dengan waktu tercepat dimiliki oleh

Provinsi Jambi (1 langkah dan 8 detik) yang meletakkan informasi lambang

daerah dan artinya pada submenu Sejarah yang ditampilkan di bagian kiri situs

web, sehingga apabila pada Skenario 1A responden telah menemukan informasi

Sejarah Provinsi pada submenu yang sama, maka untuk menemukan informasi

lambang daerah dan artinya akan mudah bagi responden. Berdasarkan hasil

pengamatan, rata-rata jumlah langkah pada skenario pencarian informasi lambang

28

155

15 11

32 13 20

47 34

72

16

52

32

70

16 33

13 11

86

22 27 33 21

46

11 16 15

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

SUM

UT

SUM

BA

R

RIA

U

JAM

BI

SUM

SEL

LAM

PU

NG

K

EPR

I K

EP B

AB

EL

BA

NTE

N

JAK

AR

TA

JAB

AR

JA

TEN

G

YOG

YA

JATI

M

BA

LI

NTT

K

ALB

AR

K

ALT

IM

KA

LTEN

G

KA

LSEL

SU

LSEL

SU

LTEN

G

GO

RO

NTA

LO

MA

LUK

U

MA

LUT

PA

PU

A

PA

PU

A B

AR

AT

Jum

lah

Wak

tu (

De

tik)

Nama Provinsi

50

daerah dan artinya untuk seluruh provinsi adalah 4 langkah, sedangkan jumlah

waktu rata-ratanya adalah 32 detik.

Gambar 13 Rata-rata jumlah langkah pencarian lambang daerah dan

artinya.

Gambar 14 Rata-rata jumlah waktu pencarian lambang daerah dan

artinya.

e. Skenario 1E (Peta Provinsi)

Peta provinsi dapat diletakan pada menu atau submenu tersendiri,

diberikan tautan, atau dicantumkan pada menu atau submenu Letak atau Kondisi

3

4

2

1

2

3 3

2

5

4

3

4

3

4

3

2

4

3

5

3

2

4 4

3

0

1

2

3

4

5

6 SU

MU

T

SUM

BA

R

RIA

U

JAM

BI

SUM

SEL

LAM

PU

NG

KEP

RI

KEP

BA

BEL

BA

NTE

N

JAK

AR

TA

JAB

AR

YOG

YA

JATI

M

NTB

NTT

KA

LTIM

KA

LTEN

G

KA

LSEL

SULS

EL

SULT

ENG

GO

RO

NTA

LO

MA

LUK

U

PA

PU

A

PA

PU

A B

AR

AT

Jum

lah

Lan

gkah

Nama Provinsi

21

57

20

8

21 20 18

28 32

53

23 15

24 23

13 16

66

34 26

32

23 29 26

12

0

10

20

30

40

50

60

70

SUM

UT

SUM

BA

R

RIA

U

JAM

BI

SUM

SEL

LAM

PU

NG

KEP

RI

KEP

BA

BEL

BA

NTE

N

JAK

AR

TA

JAB

AR

YOG

YA

JATI

M

NTB

NTT

KA

LTIM

KA

LTEN

G

KA

LSEL

SULS

EL

SULT

ENG

GO

RO

NTA

LO

MA

LUK

U

PA

PU

A

PA

PU

A B

AR

AT

Jum

lah

Wak

tu (

De

tik)

Nama Provinsi

51

Geografis, Wilayah, Letak Administratif, dan lain-lain. Peta provinsi yang

ditemukan pada situs web bervariasi dari mulai Peta Kontur, Peta Administratif,

Peta Pariwisata, Peta Potensi Daerah, dan lain-lain.

Dari 31 situs web yang dievaluasi, terdapat 22 situs web yang

mencantumkan informasi peta provinsi. Sebanyak 66 rekaman responden

dihasilkan dari tiga orang respoden untuk masing-masing situs web. Dari data

tersebut, 63 rekaman responden berhasil menemukan informasi peta provinsi,

sedangkan tiga rekaman responden tidak berhasil menemukan informasi tersebut.

Pada Gambar 15 dan 16 di bawah ini dapat dilihat bahwa Provinsi

Sumatera Utara memiliki rata-rata jumlah langkah tertinggi, yaitu 10 langkah,

sedangkan Provinsi Riau memiliki rata-rata jumlah waktu tertinggi, yaitu 88 detik.

Pada Provinsi Riau, peta wilayahnya memiliki submenu tersendiri yang dapat

ditemukan pada menu Profil. Namun pada saat mengakses submenu tersebut, dua

orang responden melihat pesan yang menyatakan bahwa peta sedang dimuat

(loading) sebanyak 33%, sedangkan seorang responden pada saat mengakses

submenu tersebut, berhasil menemukan gambar peta secara keseluruhan.

Peta Provinsi Riau dinyatakan ada dan dapat diakses dikarenakan terdapat

minimal satu orang responden yang dapat mengaksesnya. Berdasarkan hasil

pengamatan, rata-rata jumlah langkah pada skenario pencarian peta provinsi untuk

seluruh provinsi adalah 6 langkah, sedangkan untuk jumlah waktu rata-ratanya

adalah 54 detik.

Gambar 15 Rata-rata jumlah langkah pencarian peta provinsi.

10

4

2

6

4 3

8

3 2

3

5 5

3 4 4

3 2

4

2 3

5

3

0

2

4

6

8

10

12

SUM

UT

RIA

U

JAM

BI

SUM

SEL

BEN

GK

ULU

KEP

RI

KEP

BA

BEL

JAK

AR

TA

JAB

AR

JATI

M

NTT

KA

LBA

R

KA

LTIM

KA

LTEN

G

KA

LSEL

SULS

EL

SULT

ENG

GO

RO

NTA

LO

MA

LUK

U

MA

LUT

PA

PU

A

PA

PU

A B

AR

AT

Jum

lah

Lan

gkah

Nama Provinsi

52

Gambar 16 Rata-rata jumlah waktu pencarian peta provinsi.

f. Skenario 2 (Struktur Organisasi Provinsi)

Tugas yang diberikan kepada responden pada Skenario 2 ialah mencari

struktur organisasi pemerintah provinsi yang terdiri dari Gubernur beserta

jajarannya. Struktur organisasi yang ideal adalah berbentuk gambar dengan

struktur hirarki dan aliran tanggung jawab yang jelas. Namun, struktur organisasi

provinsi yang diakui pada penelitian ini dapat berupa gambar hirarkis, tabel, atau

berbentuk poin-poin dimulai dari tingkat tertinggi, yaitu Gubernur, hingga dinas,

biro atau badan di bawahnya.

Dari 31 situs web provinsi yang dievaluasi, terdapat 17 situs web yang

mencantumkan informasi struktur organisasi, sedangkan 14 situs web tidak

memiliki atau mencantumkan struktur organisasi. Sebanyak 51 rekaman

responden dihasilkan dari tiga orang respoden untuk masing-masing situs web.

Dari data tersebut, sebanyak 47 rekaman responden berhasil menemukan

informasi struktur organisasi, sedangkan empat rekaman responden tidak berhasil

menemukan struktur organisasi.

Pada Gambar 17 dan 18 di bawah ini dapat dilihat bahwa Provinsi

Sumatera Barat memiliki rata-rata jumlah langkah dan jumlah waktu tertinggi,

yaitu 11 langkah dan 154 detik. Provinsi Sumatera Barat memiliki struktur

organisasi di situs webnya. Namun dikarenakan penempatan informasinya yang

48

88

17

42 35

60 57 53

11 17

36 42

26

73

40 39

27 33

20

69

46

11

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

100

SUM

UT

RIA

U

JAM

BI

SUM

SEL

BEN

GK

ULU

KEP

RI

KEP

BA

BEL

JAK

AR

TA

JAB

AR

JATI

M

NTT

KA

LBA

R

KA

LTIM

KA

LTEN

G

KA

LSEL

SULS

EL

SULT

ENG

GO

RO

NTA

LO

MA

LUK

U

MA

LUT

PA

PU

A

PA

PU

A B

AR

AT

Jum

lah

Wak

tu (

De

tik)

Nama Provinsi

53

berada pada menu “Struktur Organisasi” dan dalamnya terdapat 33 submenu

dengan terdiri dari dua halaman, serta tidak berfungsinya mesin pencari, maka hal

tersebut diduga mengakibatkan responden membutuhkan waktu yang cukup lama

untuk memastikan bahwa peta tersebut tidak dapat ditemukan.

Struktur organisasi yang dimiliki oleh Provinsi Sumatera Barat berupa

tabel dengan judul SOTK Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang berada di

halaman kedua dari menu “Struktur Organisasi”, namun nama Gubernur yang

tertera bukanlah Gubernur yang tengah menjabat saat ini. Nama Gubernur dan

Wakil Gubernur yang tertera adalah Gubernur yang menjabat sebelumnya.

Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata jumlah langkah pada skenario pencarian

struktur organisasi provinsi untuk seluruh provinsi adalah 6 langkah, sedangkan

untuk jumlah waktu rata-ratanya adalah 67 detik.

Gambar 17 Rata-rata jumlah langkah pencarian struktur organisasi.

3

11

3 2 2

6

9

3

6 6

4

7

3 3

5 5 4

0

2

4

6

8

10

12

Jum

lah

Lan

gkah

Nama Provinsi

54

Gambar 18 Rata-rata jumlah waktu pencarian struktur organisasi.

g. Skenario 3 (Informasi Demografi atau Kependudukan)

Informasi demografi merupakan salah satu bagian dari informasi geografi

yang khusus membahas tentang kependudukan. Keberadaan informasi ini

mencerminkan bahwa pemerintah provinsi memiliki kepedulian terhadap para

penduduknya, dimana informasi tersebut dapat digunakan guna menanggulangi

masalah seperti kemiskinan atau kurangnya pendidikan. Tugas yang diberikan

kepada responden pada Skenario 3 adalah mencari informasi demografi atau data

kependudukan yang termasuk ke dalam kategori konten Geografi sesuai dengan

panduan dari Kemkominfo (2003). Informasi demografi meliputi informasi

keberagaman penduduk yang mendiami provinsi setempat, seperi data penduduk

berdasarkan kategori jenis kelamin, usia, agama, pendidikan, pekerjaan, dan lain-

lain. Pada penelitian ini, data minimal yang dapat disebut sebagai informasi

demografi adalah data jumlah penduduk dalam suatu waktu.

Dari 31 situs web yang dievaluasi, terdapat 22 situs web yang

mencantumkan informasi demografi, sedangkan sembilan situs web tidak

memiliki atau mencantumkan informasi demografi. Sebanyak 66 rekaman

responden dihasilkan dari tiga orang respoden untuk masing-masing situs web.

Dari data tersebut, sebanyak 59 rekaman responden berhasil menemukan

informasi demografi, sedangkan 10 rekaman responden tidak berhasil menemukan

informasi demografi.

25

154

34

16 12

39

129

20

40 47 31

39

18 21

53

35 39

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180 Ju

mla

h W

aktu

(D

eti

k)

Nama Provinsi

55

Pada Gambar 19 dan 20 dapat dilihat bahwa Provinsi Sumatera Selatan

memiliki rata-rata jumlah langkah tertinggi, yaitu 9 langkah, sedangkan Provinsi

Kalimantan Tengah memiliki rata-rata jumlah waktu tertinggi, yaitu 77 detik.

Berdasarkan hasil pengamatan, situs web Provinsi Kalimantan Tengah memiliki

mesin pencari yang berada di setiap halaman situs web, namun mesin pencari

tersebut hanya akan berfungsi pada halaman yang dibuka saja. Dengan kata lain,

apabila responden ingin mencari suatu informasi pada keseluruhan isi situs web,

maka responden harus kembali ke halaman utama agar mesin pencari bekerja pada

keseluruhan isi situs web. Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata jumlah langkah

pada skenario pencarian informasi demografi untuk seluruh provinsi adalah 6

langkah, sedangkan untuk jumlah waktu rata-ratanya adalah 50 detik.

Gambar 19 Rata-rata jumlah langkah pencarian informasi demografi.

4

6 5

7

9

4 3

4 5

3 3 4

6 5

4 4 3

2 2

4

8

3

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

AC

EH

SUM

BA

R

RIA

U

JAM

BI

SUM

SEL

LAM

PU

NG

BEN

GK

ULU

KEP

BA

BEL

BA

NTE

N

JAK

AR

TA

JAB

AR

YOG

YA

JATI

M

NTT

KA

LBA

R

KA

LTEN

G

SULT

ENG

SULB

AR

GO

RO

NTA

LO

MA

LUK

U

MA

LUT

PA

PU

A B

AR

AT

Jum

lah

Lan

gkah

Nama Provinsi

56

Gambar 20 Rata-rata jumlah waktu pencarian informasi demografi.

h. Skenario 4 (Potensi Sumberdaya Alam)

Kekayaan alam di setiap daerah sangat beragam dan belum tentu diketahui

oleh masyarakat domestik ataupun mancanegara. Salah satu cara untuk dapat

menarik investor untuk mengelola kekayaan alam tersebut adalah dengan

mempromosikannya di situs web provinsi dalam bentuk menu Potensi

Sumberdaya Alam.

Selain menu Potensi Sumberdaya Alam, menu lain yang juga digunakan

adalah menu Investasi atau Perekonomian. Pada Skenario 4 responden diminta

untuk mencari informasi potensi sumberdaya alam (SDA) di provinsi setempat.

Informasi ini termasuk ke dalam kategori konten Peta Wilayah dan Sumberdaya

yang termasuk konten minimal pada situs web pemerintah daerah.

Dari 31 situs web provinsi yang diteliti, terdapat 25 situs web yang

mencantumkan informasi potensi sumberdaya alam, sedangkan enam situs web

tidak memiliki atau mencantumkan informasi potensi sumberdaya alam. Sebanyak

75 rekaman responden dihasilkan dari tiga orang respoden untuk masing-masing

situs web. Dari data tersebut, sebanyak 66 rekaman responden berhasil

menemukan informasi potensi sumberdaya alam, sedangkan sembilan rekaman

responden tidak berhasil menemukan informasi potensi sumberdaya alam.

Pada Gambar 21 dan 22 di bawah ini dapat dilihat bahwa Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam memiliki rata-rata jumlah langkah tertinggi, yaitu 12

60 54

49

70

52

23 23 31 30 31

20 28

70

45

23

77

17 22

28

56 64

19

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

AC

EH

SUM

BA

R

RIA

U

JAM

BI

SUM

SEL

LAM

PU

NG

BEN

GK

ULU

KEP

BA

BEL

BA

NTE

N

JAK

AR

TA

JAB

AR

YOG

YA

JATI

M

NTT

KA

LBA

R

KA

LTEN

G

SULT

ENG

SULB

AR

GO

RO

NTA

LO

MA

LUK

U

MA

LUT

PA

PU

A B

AR

AT

Jum

lah

Wak

tu (

De

tik)

Nama Provinsi

57

langkah, sedangkan Provinsi Sumatera Barat memiliki rata-rata jumlah waktu

tertinggi, yaitu 112 detik. Informasi potensi sumberdaya alam Provinsi Sumatera

Barat dapat ditemukan pada menu Peluang Investasi dan Produk Unggulan.

Namun, terdapat informasi potensi sumberdaya alam, seperti potensi kehutanan

yang menggunakan bentuk gambar dan tidak dapat ditampilkan atau corrupt.

Selanjutnya responden perlu mencari potensi sumberdaya lain yang tidak corrupt.

Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata jumlah langkah pada skenario pencarian

informasi potensi sumberdaya alam untuk seluruh provinsi adalah 6 langkah,

sedangkan untuk jumlah waktu rata-ratanya adalah 60 detik.

Gambar 21 Rata-rata jumlah langkah pencarian informasi potensi sumberdaya

alam.

Gambar 22 Rata-rata jumlah waktu pencarian informasi potensi sumberdaya

alam.

12

7 6

4 5 5

4 3

11

5 5

8

3 4

5

2

6 7

3 2

5

9

3 2

4

0

2

4

6

8

10

12

14

AC

EH

SUM

BA

R

JAM

BI

LAM

PU

NG

BEN

GK

ULU

KEP

BA

BEL

BA

NTE

N

JAK

AR

TA

JAB

AR

JATE

NG

JATI

M

BA

LI

NTB

NTT

KA

LBA

R

KA

LTIM

KA

LTEN

G

KA

LSEL

SULT

ENG

SULB

AR

GO

RO

NTA

LO

MA

LUK

U

MA

LUT

PA

PU

A

PA

PU

A B

AR

AT

Jum

lah

Lan

gkah

Nama Provinsi

103 112

80

19

72

27

44

20

89 72

40

71

17 32

23 20

53 57

19 20

55

84

32 31

67

0

20

40

60

80

100

120

AC

EH

SUM

BA

R

JAM

BI

LAM

PU

NG

BEN

GK

ULU

KEP

BA

BEL

BA

NTE

N

JAK

AR

TA

JAB

AR

JATE

NG

JATI

M

BA

LI

NTB

NTT

KA

LBA

R

KA

LTIM

KA

LTEN

G

KA

LSEL

SULT

ENG

SULB

AR

GO

RO

NTA

LO

MA

LUK

U

MA

LUT

PA

PU

A

PA

PU

A B

AR

AT

Jum

lah

Wak

tu (

De

tik)

Nama Provinsi

58

i. Skenario 5 (Peraturan Daerah)

Keberadaan peraturan daerah di situs web provinsi penting bagi

masyarakat untuk mengetahui performa pemerintahnya dalam mengambil

kebijakan. Peraturan daerah juga dapat menjadi sarana bagi pemerintah provinsi

untuk mensosialisasikan proses-proses perizinan yang menjadi tanggung jawab

pemerintah provinsi. Letak penempatan peraturan daerah, ada yang diserahkan

kepada situs web biro atau badan hukum yang ada di bawah provinsi, bukan pada

situs web provinsi. Sebagian besar peraturan daerah yang dicantumkan dapat

diunduh dalam format PDF, Doc atau Winrar.

Dari 31 situs web yang telah diteliti, hanya 16 situs web yang

mencantumkan peraturan daerah, sedangkan enam situs web tidak memiliki atau

mencantumkan peraturan daerah. Sebanyak 48 rekaman responden dihasilkan dari

tiga orang respoden untuk masing-masing situs web. Dari data tersebut, sebanyak

42 rekaman responden berhasil menemukan peraturan daerah, sedangkan enam

rekaman responden tidak berhasil menemukan peraturan daerah.

Pada Gambar 23 dan 24 di bawah ini dapat dilihat bahwa Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam memiliki rata-rata jumlah langkah tertinggi, yaitu 12

langkah, sedangkan Provinsi Sulawesi Selatan memiliki rata-rata jumlah waktu

tertinggi, yaitu 119 detik. Pada Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, peraturan

daerah dapat disebut dengan Qanun. Peneliti telah memberi informasi kepada para

responden mengenai hal tersebut di awal evaluasi. Namun dikarenakan

penggunaan kata “Qanun” tidak umum dan situs web Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam juga memiliki submenu Peraturan Daerah, maka responden tidak

terlalu mengingat hal tersebut, sehingga cenderung mengabaikannya dan

mengakses submenu Peraturan Daerah.

Hal-hal tersebut diduga menjadi penyebab Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam memiliki rata-rata jumlah langkah tertinggi. Untuk Provinsi Sulawesi

Selatan, peraturan daerah dapat ditemukan pada menu Mengunduh dimana hal

tersebut diduga menjadi penyebab Provinsi Sulawesi Selatan memiliki rata-rata

jumlah waktu tertinggi, karena nama menu yang kurang mencerminkan isinya,

tidak seperti situs web lain yang memberikan nama menu Produk Hukum,

Kebijakan, Peraturan, Regulasi, dan lain-lain. Berdasarkan hasil pengamatan, rata-

59

rata jumlah langkah pada skenario pencarian peraturan daerah untuk seluruh

provinsi adalah 9 langkah, sedangkan untuk jumlah waktu rata-ratanya adalah 90

detik.

Gambar 23 Rata-rata jumlah langkah pencarian peraturan daerah.

Gambar 24 Rata-rata jumlah waktu pencarian peraturan daerah.

Pada Skenario 5 responden diminta untuk mencari Peraturan Daerah

(Perda) yang dipublikasikan oleh pemerintah provinsi. Pencantuman Perda dalam

situs web resmi provinsi termasuk ke dalam menu Produk Hukum, Kebijakan,

Regulasi atau Dokumentasi. Lampiran 10 memuat daftar peraturan daerah yang

12

7 6

4

3

11

5 5

8

4 5

2

7

11

3 2

0

2

4

6

8

10

12

14

Jum

lah

Lan

gkah

Nama Provinsi

103 112

80

19 20

89

72

40

71

32 23 20

57

119

32 31

0

20

40

60

80

100

120

140

Jum

lah

Wak

tu (

De

tik)

Nama Provinsi

60

ditemukan oleh setiap responden. Terdapat perbedaan perda yang ditemukan

antara masing-masing rekaman responden, hal ini diduga karena situs web tidak

mencantumkan nomor perda secara berurutan, sehingga responden tidak berhasil

menemukan perda dengan nomor terakhir yang dipublikasikan.

j. Skenario 6 (APBD)

Skenario ini berisi tugas responden untuk mencari informasi tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang terakhir dipublikasikan

oleh pemerintah provinsi di dalam situs webnya. Melalui pengamatan ini

diperoleh informasi mengenai keaktifan dan transparansi provinsi dalam

menginformasikan APBD kepada masyarakat.

Pencantuman APBD juga berfungsi sebagai indikator transparansi

pemerintah provinsi dalam mempublikasikan performanya pada saat mengelola

pendapatan dan belanja daerah yang sebagian juga bersumber dari pajak yang

dibayarkan oleh masyarakat. APBD yang dicantumkan sebagian besar dapat

diunduh dalam format PDF dan Doc, yakni dapat berupa peraturan daerah yang

menetapkan mengenai APBD atau memang khusus file yang memuat APBD

dalam bentuk Winrar.

Dari 31 situs web yang telah dievaluasi, hanya 14 situs web yang

mencantumkan informasi APBD, sedangkan enam situs web tidak memiliki atau

mencantumkan informasi APBD. Sebanyak 42 rekaman responden dihasilkan dari

tiga orang respoden untuk masing-masing situs web. Dari data tersebut, sebanyak

30 rekaman responden berhasil menemukan informasi potensi APBD, sedangkan

12 rekaman responden tidak berhasil menemukan informasi APBD.

Pada Gambar 25 dan 26 di bawah ini dapat dilihat bahwa Provinsi

Sumatera Barat memiliki rata-rata jumlah langkah dan waktu tertinggi, yaitu 16

langkah dan 202 detik. Pada skenario ini, Provinsi Sumatera Barat memiliki

jumlah langkah dan waktu terbanyak untuk menemukan APBD diduga karena

informasi APBD Provinsi Sumatera Barat tidak terletak menu tersendiri atau

diletakkan pada submenu Keuangan Daerah yang ada pada menu Profile Daerah,

melainkan terletak pada Peraturan Daerah dalam submenu “Produk Hukum” yang

nomornya tidak berurutan sehingga harus dibaca satu per satu. Berdasarkan hasil

61

pengamatan, rata-rata jumlah langkah pada skenario pencarian APBD provinsi

untuk seluruh provinsi adalah 8 langkah, sedangkan untuk jumlah waktu rata-

ratanya adalah 74 detik.

Gambar 25 Rata-rata jumlah langkah pencarian APBD.

Gambar 26 Rata-rata jumlah waktu pencarian APBD.

Tabel 4 memuat daftar tahun anggaran APBD yang terakhir dipublikasikan

di situs web provinsi. Tahun anggaran yang paling lama diunggah adalah tahun

2006 (situs web Provinsi Kalimantan Barat), sedangkan yang paling baru adalah

tahun 2012 (situs web Provinsi DKI Jakarta, Bali dan Gorontalo).

8

14

16

4

2

11

6 6 6

10

8 9

5 5

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Jum

lah

Lan

gkah

Nama Provinsi

50

91

202

19 14

89 65

51 53

79

117

146

60 50

0

50

100

150

200

250

Jum

lah

Wak

tu (

De

tik)

Nama Provinsi

62

Tabel 4 Informasi tahun anggaran APBD yang dipublikasikan sampai periode

Juni 2012

No Nama Provinsi Tahun Anggaran

1. Kalimantan Barat 2006

2. Kalimantan Tengah 2007

3. Kalimantan Selatan 2008

4. Kalimantan Timur 2008

5. Nanggroe Aceh Darussalam 2009

6. Riau 2009

7. Sumatera Utara 2010

8. Jawa Barat 2010

9. Sulawesi Barat 2010

10. Sumatera Barat 2011

11. Jambi 2011

12. DKI Jakarta 2112

13. Bali 2012

14. Gorontalo 2012

Keterangan: Diakses bulan Mei – Juni 2012

k. Skenario 7 (Pengiriman pesan ke Alamat E-mail)

Alamat e-mail merupakan salah satu item minimal yang harus ada pada

halaman utama (homepage) menurut Panduan Penyelenggaraan Situs Web

Pemerintah Daerah yang diterbitkan oleh Kemkominfo (2003). Untuk kontak e-

mail, hanya alamat e-mail yang mempunyai domain “.go.id” yang bisa digunakan

sebagai alamat e-mail resmi. Pemakaian alamat generik (seperti ‘manajer situs’,

‘sekda’) lebih diutamakan daripada alamat atau nama pribadi, hal tersebut

dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya perubahan personil pada manajemen

situs web pemerintah daerah. Penanggung jawab situs web harus memastikan

bahwa semua e-mail ke alamat-alamat yang dituju dijawab dengan segera, seperti

halnya komunikasi fisik atau komunikasi elektronik lainnya dengan instansi

Pemerintah Daerah setempat (Kemkominfo 2003).

Skenario 7 berisi tugas kepada responden untuk mencari alamat e-mail dan

mengirimkan pesan berupa pertanyaan yang disediakan peneliti kepada alamat

tersebut melalui akun e-mail pribadi responden atau Microsoft Outlook.

Kemungkinan yang dapat muncul sebagai hasil evaluasi pada skenario ini, antara

lain:

63

a. Responden berhasil menemukan alamat e-mail provinsi dan berhasil

mengirimkan pertanyaan menggunakan akun alamat e-mail pribadi

responden.

b. Responden berhasil menemukan alamat e-mail provinsi, tetapi tidak

berhasil mengirimkan pesan dikarenakan setelah responden mengirimkan

e-mail muncul pernyataan gagal terkirim seperti Mailer Daemon Failure

Notice seperti pada akun Yahoo. Jika hal tersebut terjadi, maka alamat e-

mail yang tercantum tidak dapat digunakan oleh pengunjung untuk

berinteraksi dengan pemerintah provinsi.

c. Responden tidak berhasil mengirimkan pesan karena alamat e-mail tidak

berhasil ditemukan.

Dari 31 situs web provinsi yang telah diteliti, terdapat 19 situs web yang

mencantumkan alamat e-mail, sedangkan 12 situs web tidak memiliki atau

mencantumkan alamat e-mail. Sebanyak 57 rekaman responden dihasilkan dari

tiga orang respoden untuk masing-masing situs web. Dari data tersebut, sebanyak

47 rekaman responden berhasil menemukan alamat e-mail, sedangkan sepuluh

rekaman responden tidak berhasil menemukan alamat e-mail.

Terdapat 19 alamat e-mail berhasil ditemukan pada situs web provinsi

yang memiliki ID akun beragam dari mulai Info, Dishubkominfo, Kantor

Pengelolaan Data Elektronik (PDE), Biro Humas, hingga menggunakan akun e-

mail pribadi stafnya (Contoh: Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi

Lampung). Posisi pencantuman alamat e-mail bervariasi dari diletakkan pada

menu Kontak, Kontak Kami, Hubungi Kami, hingga yang paling banyak ialah di

posisi paling bawah situs web. Penempatan alamat e-mail pada posisi paling

bawah situs web diduga tidak terlalu disadari oleh responden, sehingga mereka

beranggapan bahwa situs web provinsi tidak memiliki alamat e-mail.

Selain masalah letak pencantuman alamat e-mail, responden juga

melaksanakan langkah yang seharusnya tidak perlu dilakukan, yaitu meng-klik

menu yang bernama Mail, E-Mail, Webmail atau bahkan gambar amplop, seperti

yang terdapat pada situs web Provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan,

DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Kalimantan Barat,

Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Papua. Menu tersebut merupakan

64

menu yang mengharuskan pengunjung untuk mengetik username dan password

agar dapat masuk ke dalam suatu sistem atau aplikasi. Adapun username dan

password tersebut tentunya hanya dimiliki oleh para pengelola pemerintah

provinsi atau orang-orang yang berhubungan dengan pemerintah provinsi.

Pengelola situs web seharusnya dapat memberikan keterangan lebih banyak

mengenai fasilitas tersebut agar tidak membingungkan bagi para pengunjung situs

web.

Pada Gambar 28 di bawah ini dapat dilihat bahwa Provinsi Sumatera Barat

memiliki rata-rata jumlah waktu tertinggi, yaitu 407 detik. Namun demikian, rata-

rata jumlah langkah Provinsi Sumatera Barat adalah 15 (Gambar 27). Hal ini

diduga karena terdapat responden yang salah menduga Login ID pada fasilitas e-

mail Login sebagai alamat e-mail dan mencoba mengirimkan pesan ke Login ID

tersebut sebanyak dua kali namun keduanya gagal karena Login ID memang

bukan alamat e-mail yang dimaksud. Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata

jumlah langkah pada skenario pengiriman pesan ke alamat e-mail provinsi untuk

seluruh provinsi adalah 11 langkah, sedangkan untuk jumlah waktu rata-ratanya

adalah 157 detik.

Gambar 27 Rata-rata jumlah langkah pengiriman pesan ke alamat

e-mail.

Dari 19 situs web yang memiliki alamat e-mail, terdapat enam situs web

yang menggunakan fasilitas tautan ke Microsoft Outlook, yaitu Sumatera Barat,

DI Yogyakarta, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Maluku.

15

13

7

9

12 11

14 14

9 9

17 16 16

12

17

13 12

14

12

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Jum

lah

Lan

gkah

Nama Provinsi

65

Pengiriman pesan menggunakan fasilitas tautan ke Microsoft Outlook dapat

mempersingkat langkah daripada pengiriman pesan menggunakan cara biasa,

yaitu melakukan sign up ke akun e-mail responden. Dengan mengklik tautan

Microsoft Outlook, responden hanya perlu mengkoneksikan akun e-mail aktifnya,

menuliskan subjek pesan, menulis pesan dan menekan tombol send untuk

mengirimkan pertanyaan.

Gambar 28 Rata-rata jumlah waktu pengiriman pesan ke alamat

e-mail.

l. Skenario 8 (Pengiriman pesan ke Buku Tamu)

Skenario ini memuat tugas responden untuk mencari fasilitas Buku Tamu

atau fasilitas sejenis seperti Kontak, Hubungi Kami, Pesan Anda, Suara

Masyarakat dan lain-lain, dan mengirimkan pesan berupa pertanyaan yang

disediakan peneliti. Buku tamu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa

formulir yang dapat diisi oleh responden tanpa melalui proses mendaftar, login

atau sign up untuk dapat mengirimkan pesan kepada pemerintah provinsi. Isi

pesan tersebut dapat ditampilkan pada situs web dan diharapkan dapat

memperoleh tanggapan berupa jawaban terhadap pertanyaan yang sekaligus

ditampilkan pada situs web atau jawaban tersebut dikirimkan ke alamat e-mail

pengirim dikarenakan setiap mengirimkan pesan ke buku tamu, pengirim harus

mengisi kolom alamat e-mail yang dimiliki. Jawaban yang dikirimkan ke alamat

e-mail pengirim telah dilakukan oleh Provinsi Kalimantan Barat dengan

407

149 118

151 172

107

172 190

133 177

216 252

270

207 183

224 193

241 230

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

Jum

lah

Wak

tu (

De

tik)

Nama Provinsi

66

menggunakan alamat e-mail pribadi administrator situs web. Keberagaman

penamaan fasilitas buku tamu ditampilkan pada Lampiran 11. Adapun

kemungkinan yang dapat muncul sebagai hasil evaluasi pada skenario ini, antara

lain:

a. Responden berhasil menemukan Buku Tamu atau fasilitas sejenis dan

berhasil mengirimkan pertanyaan.

b. Responden berhasil menemukan Buku Tamu atau fasilitas sejenis, tetapi

tidak berhasil mengirimkan pertanyaan.

c. Responden tidak berhasil mengirimkan pesan karena fasilitas Buku Tamu

tidak berhasil ditemukan.

Faktor lain yang dibahas pada Skenario 8 ini adalah apakah setelah

responden mengirimkan pertanyaan kepada fasilitas Buku Tamu, pertanyaan

tersebut akan ditampilkan di situs web atau tidak. Jika ditampilkan, berapa lama

waktu yang dibutuhkan untuk memverifikasi agar pesan dapat ditampilkan, serta

apakah pertanyaan tersebut dijawab oleh administrator, pejabat atau tidak dijawab

sama sekali.

Dari 31 situs web yang dievaluasi, terdapat 21 situs web yang memiliki

fasilitas buku tamu, sedangkan sepuluh situs web tidak memiliki fasilitas buku

tamu. Sebanyak 63 rekaman responden dihasilkan dari tiga orang respoden untuk

masing-masing situs web. Dari data tersebut, sebanyak 53 rekaman responden

berhasil menemukan fasilitas buku tamu, sedangkan sepuluh rekaman responden

tidak berhasil menemukan fasilitas buku tamu. Setelah responden berhasil

menemukan buku tamu dan mengirimkan pesan berupa pertanyaan, situs web

secara otomatis akan menampilkan pesan berupa ucapan terima kasih dan pesan

bahwa tulisan pengunjung telah berhasil terkirim dan akan diverifikasi terlebih

dahulu oleh admin sebelum dapat ditampilkan atau dijawab.

Namun demikian, tidak semua buku tamu yang ditemukan dapat

digunakan untuk mengirimkan pesan. Terdapat empat dari 21 fasilitas buku tamu

yang tidak dapat digunakan untuk mengirimkan pesan. Keempat fasilitas buku

tamu tersebut antara lain pada situs web Provinsi Nusa Tenggara Barat, Sulawesi

Barat, Jambi dan Maluku Utra. Buku tamu Provinsi Nusa Tenggara Barat dan

Sulawesi Barat yang memiliki kerusakan pada gambar kode verifikasi yang dapat

67

membedakan pengunjung situs web apakah manusia atau mesin untuk

menghindari pesan tidak diinginkan (spam) yang disebut CAPTCHA (Completely

Automated Public Turing test to tell Computers and Humans Apart). Buku tamu

pada situs web Provinsi Jambi tidak memiliki pesan yang menandakan apakah

pertanyaan yang dikirimkan telah diterima atau tidak, sedangkan buku tamu pada

situs web Provinsi Maluku Utara yang memiliki kerusakan pada saat menekan

tombol submit yang terus menerus menampilkan pesan bahwa data yang

dimasukkan salah.

Pada Gambar 29 dan 30 di bawah ini, dapat dilihat bahwa Provinsi

Kepulauan Riau dan Nusa Tenggara Timur memiliki rata-rata langkah tertinggi,

yaitu 14 langkah, sedangkan Provinsi Kalimantan Selatan memiliki rata-rata

waktu tertinggi, yaitu 217 detik. Pada fasilitas buku tamu Provinsi Nusa Tenggara

Timur, sebelum pesan dikirimkan kepada pemerintah provinsi, terdapat fitur yang

melakukan preview terhadap pesan yang ditulis oleh responden. Apabila pesan

yang hendak dikirimkan sudah sesuai, responden dapat menekan tombol “Save”,

namun jika kurang sesuai dengan keinginan dan responden ingin melakukan

perubahan, maka pesan tersebut dapat dikoreksi dengan menekan tombol “Edit”.

Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata jumlah langkah pada skenario pengiriman

pesan ke buku tamu provinsi untuk seluruh provinsi adalah 9 langkah, sedangkan

untuk jumlah waktu rata-ratanya adalah 116 detik.

Gambar 29 Rata-rata jumlah langkah pengiriman pesan ke buku tamu.

8 8 8

10 10

7

14

8 10 9

7

14

9 10 10

13

7

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Jum

lah

Lan

gkah

Nama Provinsi

68

Gambar 30 Rata-rata jumlah waktu pengiriman pesan ke buku tamu.

m. Skenario 9 (Berita atau Artikel yang Terakhir Dipublikasikan)

Berita seputar provinsi yang pada umumnya disajikan pada halaman utama

merupakan salah satu indikator yang menyatakan bahwa situs web yang

bersangkutan tergolong uptodate atau tidak. Penyajian berita terkini pada halaman

utama, biasanya disajikan dengan dokumentasi gambar. Sebagian situs web

mengkategorikan berita terkininya, sehingga menyulitkan responden untuk

mengetahui letak berita yang paling uptodate.

Dari 31 situs web provinsi yang diteliti, seluruhnya memiliki berita atau

artikel yang dicantumkan pada halaman utama situs web. Adapun seluruh

rekaman responden berhasil menemukan berita atau artikel yang paling akhir

dipublikasikan oleh provinsi pada saat responden mengevaluasi situs webnya atau

memiliki tingkat kesuksesan tugas sebesar 100%. Dari seluruh situs web yang

diteliti, situs web Provinsi Maluku Utara yang tergolong tidak uptodate karena

pada saat penelitian ini berlangsung, berita yang paling akhir dipublikasikan

adalah berita yang diunggah pada tanggal 5 Desember 2008.

Pada Gambar 31 dan 32, dapat dilihat bahwa Provinsi Maluku memiliki

rata-rata langkah tertinggi, yaitu 6 langkah. Provinsi Kalimantan Tengah memiliki

rata-rata waktu tertinggi, yaitu 100 detik. Jumlah waktu yang tinggi pada situs

web Provinsi Kalimantan Tengah diduga karena situs web tersebut memiliki area

latest news (berita terbaru) di bagian tengah, meskipun waktu mengunggahnya

101

147

115

172

102

130

182

133

78 93 84

194

126

189

217

150

95

0

50

100

150

200

250 Ju

mla

h W

aktu

(D

eti

k)

Nama Provinsi

69

tidak berurutan dan sulit untuk membuka tautan berita tersebut karena area

tersebut bergerak ke atas dan ke bawah menggunakan animasi. Selain itu, situs

web Provinsi Kalimantan Tengah memiliki menu Berita di bagian kiri yang berisi

berita-berita terbaru, namun karena letaknya di samping dan ukuran hurufnya

kecil, sehingga responden diduga sulit untuk menemukan berita terbaru yang

dipublikasikan. Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata jumlah langkah pada

skenario pencarian berita yang terakhir dipublikasikan untuk seluruh provinsi

adalah 2 langkah, sedangkan untuk jumlah waktu rata-ratanya adalah 29 detik.

Gambar 31 Rata-rata jumlah langkah pencarian berita atau artikel yang terakhir

dipublikasikan.

Gambar 32 Rata-rata jumlah waktu pencarian berita atau artikel yang terakhir

dipublikasikan.

1

2

3

1

2

4

2

1

2 2 2

3

2

1

2 2 2

1

3

2

1

5

4

2 2 2

4 4

6

3 3

0

1

2

3

4

5

6

7

AC

EH

SUM

UT

SUM

BA

R

RIA

U

JAM

BI

SUM

SEL

LAM

PU

NG

BEN

GK

ULU

K

EPR

I

KEP

BA

BEL

BA

NTE

N

JAK

AR

TA

JAB

AR

JATE

NG

YOG

YA

JATI

M

BA

LI

NTB

NTT

KA

LBA

R

KA

LTIM

K

ALT

ENG

KA

LSEL

SULS

EL

SULT

ENG

SULB

AR

GO

RO

NTA

LO

MA

LUK

U

MA

LUT

PA

PU

A

PA

PU

A B

AR

AT

Jum

lah

Lan

gkah

Nama Provinsi

10 25

55

28 16

42 35

41

21 20 13

27 23 11 16

23 17 21 29

11 16

100

36 21

32 20

52 52 49

21 16

0

20

40

60

80

100

120

AC

EH

SUM

UT

SUM

BA

R

RIA

U

JAM

BI

SUM

SEL

LAM

PU

NG

B

ENG

KU

LU

KEP

RI

KEP

BA

BEL

B

AN

TEN

JA

KA

RTA

JA

BA

R

JATE

NG

YO

GYA

JA

TIM

B

ALI

N

TB

NTT

K

ALB

AR

K

ALT

IM

KA

LTEN

G

KA

LSEL

SU

LSEL

SU

LTEN

G

SULB

AR

G

OR

ON

TALO

M

ALU

KU

M

ALU

T P

AP

UA

P

AP

UA

BA

RA

T

Jum

lah

Wak

tu (

De

tik)

Nama Provinsi

70

Pada penelitian ini, diberikan predikat kepada situs web provinsi

berdasarkan berita atau artikel yang diunggah oleh pemerintah provinsi pada saat

diakses sejak Mei – Juni 2012. Situs web yang mengunggah beritanya 1 – 3 hari

diberi predikat Sangat Uptodate, 4 – 7 hari diberi predikat Uptodate, 8 – 14 hari

diberi predikat Cukup Uptodate, 14 – 30 hari diberi predikat Kurang Uptodate

dan >30 hari diberi predikat Tidak Uptodate. Predikat situs web menurut kebaruan

berita atau artikelnya disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Predikat provinsi berdasarkan kebaruan berita atau artikel

No Nama Provinsi

Predikat Berdasarkan Kebaruan Berita

Responden

1

Responden

2

Responden

3

1. Nanggroe Aceh Darussalam 4 4 4

2. Sumatera Barat 4 4 4

3. Riau 4 4 4

4. Jambi 4 4 4

5. Kepulauan Bangka Belitung 4 4 4

6. DKI Jakarta 4 4 4

7. Jawa Barat 4 4 4

8. Banten 4 4 4

9. DI Yogyakarta 4 4 4

10. Bali 4 4 4

11. Nusa Tenggara Timur 4 4 4

12. Kalimantan Barat 4 4 4

13. Sulawesi Selatan 4 4 4

14. Sulawesi Barat 4 4 4

15. Papua 4 4 4

16. Jawa Timur 4 3 4

17. Nusa Tenggara Barat 3 4 3

18. Sumatera Selatan 4 2 3

19. Jawa Tengah 1 4 4

20. Kalimantan Timur 4 1 4

21. Sumatera Utara 4 0 4

22. Kepulauan Riau 3 1 4

23. Maluku 3 1 4

24. Gorontalo 3 1 3

25. Bengkulu 1 4 1

26. Kalimantan Tengah 1 4 1

27. Kalimantan Selatan 1 1 4

28. Papua Barat 2 2 1

29. Sulawesi Tengah 1 1 1

30. Lampung 1 1 0

31. Maluku Utara 0 0 0

Keterangan:

71

0 = Tidak Uptodate (> 30 hari)

1 = Kurang Uptodate (14 – 30 hari)

2 = Cukup Uptodate (8 – 14 hari)

3 = Uptodate (4 – 7 hari)

4 = Sangat Uptodate (1 – 3 hari)

Berdasarkan Tabel 5, dapat disimpulkan hanya 15 situs web provinsi

(48.4%) yang tergolong Sangat Uptodate dan ditemukan oleh seluruh responden

yang mengevaluasi situs web tersebut. Adapun sebanyak 51.6% situs web

provinsi memiliki keragaman dalam hal predikatnya dikarenakan perbedaan hasil

dari masing-masing responden. Hal ini diduga karena situs web tidak meng-

update beritanya setiap hari atau situs web mengelompokan beritanya menjadi

beberapa kategori sehingga responden tidak dapat menemukan berita yang paling

akhir di-update.

Parameter Kesuksesan Tugas

Evaluasi usability pada penelitian ini menggunakan skenario dengan

melibatkan 13 konten yang sebagian besar ditetapkan sebagai konten minimal

oleh Kemkominfo (2003). Untuk mengetahui berapa jumlah konten yang dimiliki

oleh setiap provinsi yang diteliti, telah dilakukan proses observasi dengan mencari

setiap konten tersebut dalam situs web provinsi. Jumlah konten yang terdapat

pada masing-masing situs web beragam dari yang memiliki ketiga belas konten

seperti Provinsi Jawa Barat, hingga provinsi yang hanya memiliki enam konten

seperti Provinsi Bengkulu, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan. Tabel 6

menunjukkan persentase kesuksesan tugas yang dimiliki oleh setiap situs web

beserta kelengkapan kontennya.

Tabel 6 Persentase kesuksesan tugas dan kelengkapan konten situs web (total 13

konten)

No. Nama Provinsi Persentase

Kesuksesan Tugas

Jumlah Konten

yang Dimiliki

1. Riau 100.0 9

2. Kepulauan Riau 100.0 7

3. Sulawesi Tengah 100.0 7

4. Papua 96.3 9

5. Papua Barat 95.2 8

6. Jawa Barat 94.9 13

7. Sumatera Selatan 94.4 7

8. Bengkulu 94.4 6

72

No. Nama Provinsi Persentase

Kesuksesan Tugas

Jumlah Konten

yang Dimiliki

9. Kalimantan Selatan 93.3 10

10. Sumatera Utara 91.7 8

11. Kalimantan Timur 91.7 12

12. DKI Jakarta 90.9 11

13. Kalimantan Barat 90.9 11

14. Aceh 90.5 7

15. Sumatera Barat 88.9 12

16. Jambi 88.9 12

17. Kepulauan Bangka Belitung 88.9 9

18. Banten 88.9 9

19. Sulawesi Selatan 88.9 6

20. Nusa Tenggara Timur 87.9 11

21. DI Yogyakarta 87.5 8

22. Bali 85.2 9

23. Lampung 84.8 11

24. Gorontalo 81.8 11

25. Jawa Tengah 81.0 7

26. Maluku 80.0 10

27. Sulawesi Barat 79.2 8

28. Nusa Tenggara Barat 77.8 6

29. Jawa Timur 76.7 10

30. Kalimantan Tengah 73.3 10

31. Maluku Utara 66.7 9

Keterangan: Diakses pada Bulan Mei – Juni 2012

Dalam melaksanakan tugas yang diberikan, tidak semua responden

berhasil menemukan konten yang dimiliki oleh situs web. Pada setiap situs web

provinsi yang dievaluasi, terdapat tiga, dua, atau satu rekaman responden yang

sukses. Oleh karena itu, untuk menghitung skor parameter kesuksesan tugas,

dilakukan perbandingan antara jumlah rekaman responden yang sukses

melaksanakan skenario dengan jumlah rekaman responden yang tidak sukses

kemudian dihasilkan persentase kesuksesan tugas. Provinsi-provinsi yang

memiliki persentase kesuksesan tugas tertinggi, yaitu 100%, adalah Riau,

Kepulauan Riau dan Sulawesi Tengah.

Parameter Waktu Respon

Pesan yang disampaikan kepada situs web provinsi merupakan

pertanyaan-pertanyaan yang cukup beragam dari mulai kegiatan sehari-hari

hingga tugas, pokok, dan fungsi (tupoksi) dari pemerintah provinsi. Apa saja

73

bentuk pertanyaan yang diajukan, diharapkan mendapat respon balik dari

pemerintah provinsi karena setiap pertanyaan merupakan bentuk kepedulian

masyarakat terhadap provinsi yang bersangkutan. Lamanya waktu respon

mengindikasikan seberapa besar perhatian dan keaktifan pemerintah provinsi

dalam melayani masyarakat yang memerlukan informasi.

Parameter waktu respon diukur dalam satuan hari sebagai tindak lanjut

dari pelaksanaan Skenario 7 dan 8 oleh responden. Parameter waktu respon

dibedakan menjadi 0 – 3 hari atau tergolong Sangat Responsif, 4 – 7 hari atau

tergolong Responsif, 8 – 14 hari atau tergolong Cukup Responsif dan lebih dari

14 hari atau tergolong Tidak Responsif. Melalui parameter ini, dapat diketahui

apakah pengelola situs web provinsi merespon aspirasi dalam bentuk pertanyaan,

saran atau kritik yang disampaikan oleh masyarakat, dalam hal ini diwakili oleh

para responden. Tabel 7 berikut ini menampilkan hasil rekapitulasi respon balik

Skenario 7, yaitu pengiriman pertanyaan ke alamat e-mail.

Tabel 7 Hasil respon balik skenario pengiriman pesan ke alamat e- mail

No. Nama Provinsi Responden

ke

Lama Respon

(hari) Predikat

1. DKI Jakarta 1 6 Responsif

3 19 Tidak Responsif

2. Jawa Barat 1 < 1 Sangat Responsif

2 < 1 Sangat Responsif

3 < 1 Sangat Responsif

3. DI Yogyakarta 3 < 1 Sangat Responsif

4. Bali 1 < 1 Sangat Responsif

3 7 Responsif

5. Kalimantan

Tengah

3 12 Cukup Responsif

Tabel 8 menyajikan hasil rekapitulasi respon balik pengiriman pesan ke

buku tamu. Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa waktu pengiriman

respon balik berkisar antara kurang dari 1 (satu) hari yang diberi predikat sangat

responsif hingga 5 hari yang diberi predikat responsif.

Tabel 8 Hasil evaluasi respon balik skenario pengiriman pesan ke buku tamu

No. Nama

Provinsi

Responden

ke-

Jenis Respon Lama

Respon

(hari)

Predikat Ditampilkan Dijawab

1. Nanggroe

Aceh

Darussalam

1 √ √ 5 Responsif

74

No. Nama

Provinsi

Responden

ke-

Jenis Respon Lama

Respon

(hari)

Predikat Ditampilkan Dijawab

2. Kalimantan

Barat

1 √ √ < 1 Sangat

Responsif

2 √ - < 1 Sangat

Responsif

3 √ √ < 1 Sangat

Responsif

3. Kepulauan

Riau

1 √ - < 1 Sangat

Responsif

4. Kepulauan

Bangka

Belitung

1 √ - < 1 Sangat

Responsif

2 √ - < 1 Sangat

Responsif

3 √ - < 1 Sangat

Responsif

5. Jawa Barat 3 √ - < 1 Sangat

Responsif

6. Kalimantan

Selatan

1 √ - < 1 Sangat

Responsif

3 √ - < 1 Sangat

Responsif

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tidak semua pesan yang

dikirimkan oleh ketiga orang responden ditampilkan atau bahkan memperoleh

tanggapan dari pengelola situs web provinsi. Hal tersebut diduga karena

pertanyaan yang tidak ditampilkan atau tidak ditanggapi dianggap pertanyaan

yang tidak penting atau pihak pengelola situs hanya memilih pertanyaan yang

jawabannya berisi informasi yang penting untuk diketahui oleh pengunjung

lainnya, sehingga pertanyaan sejenis tidak perlu ditanyakan kembali di kemudian

hari. Adapun hal tersebut disinyalir tidak berlaku untuk Provinsi Kepulauan Riau

karena dari sekian banyak pesan ke buku tamu yang dikirimkan oleh responden

ataupun dari pengunjung lainnya, hanya 7 (tujuh) buah pesan yang ditampilkan

pada situs webnya.

Parameter Pihak Pemberi Respon

Pemberi respon balik pada suatu situs web bertugas untuk menjawab

pertanyaan yang ditujukan kepada pemerintah provinsi, baik pertanyaan yang

dapat dijawab secara langsung sesaat setelah pertanyaan tersebut diterima,

75

ataupun pertanyaan yang perlu dikonsultasikan ke bagian lain sehingga

membutuhkan sedikit waktu untuk menjawabnya. Pengelola situs web provinsi

dapat terdiri dari bagian Humas, Komunikasi, dan lain sebagainya. Apabila

pertanyaan dijawab oleh pejabat yang berhubungan dengan pertanyaan yang

diberikan atau minimal Kepala Seksi bidang Komunikasi dan Informasi, maka hal

tersebut merupakan nilai tambah karena pejabat setempat meluangkan waktunya

untuk merespon aspirasi masyarakat. Selain pejabat, pertanyaan yang diajukan

dapat dijawab oleh administrator situs web, web master, atau sistem penjawab

otomatis (autoresponder). Adapun administrator situs web dapat berasal dari staf

dinas/biro pemerintah provinsi bidang Humas atau Komunikasi.

Sistem penjawab otomatis atau autoresponder adalah suatu program

komputer yang dapat merekam nama dan alamat e-mail yang berada pada situs

web yang dipasangi dengan autoresponder. Autoresponder tersebut selanjutnya

dapat digunakan untuk melakukan kontak dengan pengunjung menggunakan

pesan e-mail balasan yang biasanya berupa ucapan terima kasih karena telah

mengirimkan e-mail kepada provinsi setempat. Berikut ini adalah Tabel 9 yang

menampilkan hasil rekapitulasi pihak pemberi respon balik untuk Skenario 7 atau

pengiriman pesan ke alamat e-mail.

Tabel 9 Pihak pemberi respon dan jenis respon pada pengiriman pesan ke alamat

e-mail (5 dari 27 situs web yang memiliki alamat e-mail)

No. Nama Provinsi Responden

ke-

Pihak Pemberi

Respon Jenis Respon

1. DKI Jakarta 1 Humas Provinsi Jawaban

pertanyaan

3 Humas Provinsi Jawaban

pertanyaan

2. Jawa Barat 1 (Tidak

Dicantumkan)

Jawaban

pertanyaan

2 Admin Jawaban

pertanyaan

3 (Tidak

Dicantumkan)

Jawaban

pertanyaan

3. Yogyakarta 3 Erin Mirnawati

(Pengelola e-mail)

Jawaban

pertanyaan

4. Bali 1 Admin Ucapan terima

kasih

3 (Tidak

Dicantumkan)

Jawaban

pertanyaan

5. Kalimantan 3 Herson Tamin Jawaban

76

No. Nama Provinsi Responden

ke-

Pihak Pemberi

Respon Jenis Respon

Tengah pertanyaan

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa terdapat

ketidakkonsistenan dalam pencantuman pihak pemberi respon, seperti pada

Provinsi Jawa Barat dan Bali yang hanya satu kali mencantumkan kata Admin

sebagai pengirim e-mail balasan. Selain itu, Provinsi Bali diduga menggunakan

fasilitas autoresponder untuk memberikan balasan kepada alamat e-mail berupa

ucapan terima kasih, namun selanjutnya pertanyaan akan dibalas oleh

administrator dalam jangka waktu beberapa hari berikutnya.

Adapun alamat e-mail pada Provinsi Kalimantan Tengah yang beralamat

pada [email protected], tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh

Kemkominfo (2003) dalam Panduan Penyelenggaraan Situs Web Pemerintah

Daerah, yaitu tidak boleh menggunakan nama pribadi karena dikhawatirkan

terdapat kemungkinan terjadinya perubahan personil pada manajemen situs web

pemerintah daerah. Provinsi lain yang juga menggunakan alamat pribadi sebagai

alamat e-mail-nya adalah Provinsi Lampung, yaitu [email protected]. Namun,

saat dilakukan update terbaru pada situs web Provinsi Lampung, alamat tersebut

sudah tidak lagi dicantumkan pada bagian bawah situs web, hal ini diduga karena

telah dilakukan perubahan susunan pengelola situs web pada Provinsi Lampung.

Berikut ini disajikan Tabel 10 yang berisi hasil rekapitulasi pihak pemberi respon

terhadap pesan ke buku tamu (Skenario 8).

Tabel 10 Pihak pemberi respon dan jenis respon pada pengiriman pesan ke buku

Tamu (6 dari 21 situs web yang memiliki buku tamu)

No Nama Provinsi Responden

ke-

Jenis Respon Pihak Pemberi Respon

Ditampilkan Dijawab Admin Autoresponder

1. Nanggroe

Aceh

Darussalam

1 √ √ √ -

2. Kalimantan

Barat

1 √ √ √ -

2 √ - √

3 √ √ √

3. Kepulauan

Riau

1 √ - - √

4. Kepulauan

Bangka

Belitung

1 √ - - √

2 √ - - √

3 √ - - √

5. Jawa Barat 3 √ - - √

77

6. Kalimantan

Selatan

1 √ - - √

3 √ - - √

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hanya terdapat dua jenis pihak

pemberi respon yang diperoleh pada penelitian ini, yaitu administrator atau

operator situs web dan autoresponder. Berdasarkan hasil observasi, terdapat dua

jenis fasilitas untuk menyampaikan pesan kepada pemerintah provinsi yang

disediakan di situs web, yaitu buku tamu dan kotak saran. Fasilitas buku tamu

pada umumnya akan menampilkan komentar atau pesan yang disampaikan pada

situs web, baik langsung ditampilkan, ataupun setelah melalui proses verifikasi

dan diberikan tanggapan oleh administrator.

Adapun pesan yang disampaikan pada fasilitas kotak saran, umumnya

tidak menampilkan di situs web. Pencantuman pesan beserta tanggapannya

berguna bagi pengunjung untuk menilai keaktifan staf Dinas Komunikasi dalam

memberikan respon dan berguna pengelola situs web untuk menjadi bahan

pembuatan fasilitas FAQ (Frequently Asked Questions). Lampiran 12

menampilkan daftar nama dinas komunikasi untuk masing-masing provinsi yang

menangani hal-hal yang berkaitan dengan situs web.

Berdasarkan hasil pencarian informasi, Provinsi Sulawesi Utara juga

memiliki dinas bernama Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo), namun

provinsi ini tidak memiliki situs web resmi. Situs web pemerintah yang dimiliki

oleh Provinsi Sulawesi Utara adalah Badan Pendidikan dan Pelatihan (Bandiklat)

Provinsi Sulawesi Utara (www.bandiklat.sulutprov.go.id). Situs web Bandiklat

Provinsi Sulawesi Utara, instansi pusatnya adalah Pemerintah Provinsi Sulawesi

Utara dan subdomainnya adalah Bandiklat.

Analisis Kepuasan Responden

Questionnaire for User Interface Satisfaction (QUIS) digunakan untuk

mengukur tingkat kepuasan responden pada penelitian ini. QUIS diterbitkan oleh

University of Maryland pada tahun 1988 untuk mengukur kepuasan pengguna

terhadap suatu sistem atau situs web. Kuesioner ini berisi 27 pertanyaan dengan

skala jawaban dari 0 – 9, namun yang digunakan pada penelitian ini hanya

sebanyak 16 pertanyaan yang dianggap relevan dan tidak membingungkan bagi

78

responden. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terbagi ke dalam beberapa bagian,

yaitu pertanyaan mengenai reaksi keseluruhan terhadap situs web, halaman web,

istilah dan informasi dalam situs web, serta kemampuan situs web.

Gambar 33 di bawah ini menyajikan informasi berupa rata-rata skor QUIS

yang dirangkum dari seluruh responden. Rata-rata skor diperoleh dengan cara

menjumlahkan rata-rata skor setiap pertanyaan yang dijawab oleh tiga orang

responden pada masing-masing provinsi. Selanjutnya hasil penjumlahan rata-rata

skor tersebut dibagi dengan angka 16 yang mewakili jumlah pertanyaan pada

kuesioner QUIS, sehingga pada akhirnya menghasilkan rata-rata skor.

Berdasarkan grafik di bawah ini dapat dilihat bahwa Provinsi Kalimantan Barat

memperoleh skor tertinggi, yaitu 7.5.

Gambar 33 Rata-rata skor questionnaire for user interface satisfaction (QUIS).

Nielsen (1993) telah membagi kelompok situs web menjadi lima level

berdasarkan performa usability-nya, yaitu Tidak Memiliki Masalah Usability

sama sekali (Level 0), Hanya Masalah Penampilan Luar (Level 1), Masalah

Usability Minor (Level 2), Masalah Usability Mayor (Level 3), dan Bencana

Usability (Level 4). Namun, pada penelitian ini, di akhir kuesioner QUIS

diberikan satu pertanyaan yang mengharuskan responden untuk menilai

permasalahan usability dari situs web yang telah dievaluasi dengan cara memilih

satu dari lima kondisi. Rata-rata skor kondisi permasalahan usability kemudian

dikorelasikan dengan rata-rata skor QUIS untuk mengetahui apakah keduanya

4.4 4.9 5.2 5.4

6.7

4.8 5.4

6.6 6.1

6.5 5.7 5.9 6.1 6.2

6.6

4.8

6.5 5.8

6.2

7.5

5.6 6.3

6.8 6.3

6.8

4.4

6.3 6.7

4.7

6.1 5.8

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

9.0

Ace

h

Sum

ut

Sum

bar

R

iau

Ja

mb

i Su

mse

l La

mp

un

g

Ben

gku

lu

Kep

. Ria

u

Kep

. Bab

el

Ban

ten

Ja

kart

a Ja

bar

Ja

ten

g Yo

gyak

arta

Ja

tim

B

ali

NTB

N

TT

Kal

bar

K

alti

m

Kal

ten

g K

alse

l Su

lsel

Su

lten

g Su

lbar

G

oro

nta

lo

Mal

uku

M

alu

t P

apu

a P

apu

a B

arat

Rat

a-ra

ta S

kor

QU

IS

Nama Provinsi

79

berhubungan atau tidak. Kelima kondisi permasalahan usability disesuaikan untuk

mempermudah pemahaman responden dengan penyesuaian sebagai berikut:

1. Kondisi 1: Tidak memiliki masalah usability sama sekali. Untuk kondisi

ini, skor yang diberikan adalah 5.

2. Kondisi 2: Memiliki masalah usability tingkat ringan atau hanya masalah

penampilan luar, sehingga masalah dapat diperbaiki hanya jika

pengembang situs web memiliki waktu luang. Untuk kondisi ini, skor yang

diberikan adalah 4.

3. Kondisi 3: Memiliki masalah usability tingkat sedang/minor/kurang

penting, sehingga perbaikan masalah hanya memerlukan prioritas yang

rendah saja. Untuk kondisi ini, skor yang diberikan adalah 3.

4. Kondisi 4: Memiliki masalah usability tingkat berat/mayor/penting,

sehingga penting untuk diperbaiki, sehingga memerlukan prioritas tinggi.

Untuk kondisi ini, skor yang diberikan adalah 2.

5. Kondisi 5: Masalah usability sangat berat, sehingga penting untuk

diperbaiki sebelum situs web diluncurkan. Untuk kondisi ini, skor yang

diberikan adalah 1.

Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan perbandingan antara tingkat

permasalahan usability menurut responden, yang telah dirata-ratakan dari tiga

orang responden (Gambar 34). Berdasarkan grafik tersebut, dapat diketahui bahwa

menurut responden:

Situs web provinsi yang memiliki Skor 5 (Kondisi 1) atau tidak memiliki

permasalahan usability sebanyak 3.2 % (satu provinsi, yaitu Kalimantan

Barat).

Situs web provinsi yang memiliki Skor 4 (Kondisi 2) atau memiliki

permasalahan usability tingkat ringan sebanyak 41.9%.

Situs web provinsi yang memiliki Skor 3 (Kondisi 3) atau memiliki

permasalahan usability tingkat sedang sebanyak 45.2%.

Situs web provinsi yang memiliki Skor 2 (Kondisi 4) atau memiliki

permasalahan usability tingkat berat sebanyak 12.9%.

Tidak ada situs web yang memiliki Skor 1 (Kondisi 5) atau memiliki

permasalahan usability tingkat sangat berat.

80

Gambar 34 Rata-rata skor kondisi permasalahan usability situs web provinsi.

Hasil pengujian korelasi antara rata-rata skor Questionnaire for User

Interface Satisfaction dengan rata-rata skor kondisi permasalahan usability adalah

lemah, searah dan nyata (r = 0.400, p = 0.026) yang hasilnya dapat dilihat pada

Lampiran 13. Hal ini berarti apabila skor Questionnaire for User interface

Satisfaction tergolong tinggi, maka tidak dapat dipastikan bahwa skor kondisi

permasalahan usability-nya juga tergolong tinggi, dikarenakan sifat korelasinya

cenderung lemah.

Metode Think Out Loud

Metode Think Out Loud atau juga ada yang menyebutnya sebagai metode

Think Aloud merupakan metode yang didasarkan pada sikap tubuh dan ucapan

yang ditunjukkan oleh seorang responden pada saat melaksanakan evaluasi

usability. Sebelum melaksanakan evaluasi, responden diberi pengarahan untuk

dapat mengemukakan apa yang ada dalam pikirannya pada saat mengevaluasi

situs web dalam bentuk ucapan. Ucapan responden tersebut direkam

menggunakan mikrofon pada headset yang digunakan, sedangkan perilaku atau

ekspresi tubuh yang ditunjukkan oleh responden direkam menggunakan web

camera yang ada pada komputer jinjing. Seluruhnya tersimpan dan terintegrasi

dalam Camtasia versi 7.1 sebagai screen capture software, sehingga

menghasilkan video yang berisi gambar, suara dan aktivitas responden pada layar

monitor.

3

4

2

3

4

3

4 4 4 4 4 4 4

3

4

3 3 3

4

5

2

3

4

3

2

3 3

4

3 3 3

0

1

2

3

4

5

Ace

h

Sum

ut

Sum

bar

R

iau

Ja

mb

i Su

mse

l La

mp

un

g

Ben

gku

lu

Kep

. Ria

u

Kep

. Bab

el

Ban

ten

Ja

kart

a Ja

bar

Ja

ten

g Yo

gyak

arta

Ja

tim

B

ali

NTB

N

TT

Kal

bar

K

alti

m

Kal

ten

g K

alse

l Su

lsel

Su

lten

g Su

lbar

G

oro

nta

lo

Mal

uku

M

alu

t P

apu

a P

apu

a B

arat

Leve

l Pe

rmas

alah

an U

sab

ility

Nama Provinsi

81

Video rekaman setiap responden selanjutnya diobservasi untuk membagi

ucapan dan perilakunya menjadi ucapan atau ekspresi positif dan ucapan atau

ekspresi negatif. Kata atau frase yang berada di luar kurung merupakan perkataan

atau ucapan responden, sedangkan kata atau frase yang berada dalam tanda

kurung merupakan ekspresi atau sikap tubuh responden. Berdasarkan Lampiran

14, diketahui bahwa seluruh situs web provinsi di Indonesia mendapat reaksi

negatif yang lebih dominan jika dibandingkan dengan reaksi positif.

Analisis Hasil Evaluasi Usability

Skor yang diperoleh pada evaluasi usability berasal dari penjumlahan skor

parameter jumlah waktu, jumlah langkah, kesuksesan tugas, kelengkapan konten,

dan kepuasan responden (berdasarkan hasil evaluasi QUIS). Kelima parameter

tersebut sesuai dengan ISO 9241:11 yang menyatakan bahwa usability memiliki

tiga komponen yaitu efisiensi, efektifitas dan kepuasan penggunaan. Parameter

jumlah waktu dan jumlah langkah mewakili komponen efisiensi, parameter

kesuksesan tugas dan kelengkapan konten mewakili komponen efektivitas,

sedangkan parameter kepuasan responden mewakili komponen kepuasan

penggunaan.

Untuk memperoleh skor pada masing-masing parameter, dilakukan

normalisasi data dengan memberikan skor 1 – 10 untuk menghindari hasil bernilai

negatif seperti yang diperoleh jika menggunakan skor normalisasi 0 – 1. Proses

normalisasi data tersebut diperlukan karena kelima parameter yang digunakan

untuk menentukan skor evaluasi usability memiliki satuan dan rentang yang

berbeda-beda. Parameter jumlah waktu memiliki satuan detik, parameter jumlah

langkah memiliki satuan langkah, parameter kesuksesan tugas memiliki satuan

persen (%), parameter kelengkapan konten memiliki satuan konten, dan parameter

kepuasan responden memiliki satuan poin. Metode normalisasi data yang

digunakan adalah metode Min-Max Normalization.

Penetapan skor pada penelitian ini menggunakan pendekatan skor terbalik,

dimana skor terendah dimiliki oleh situs web yang terbaik menurut hasil evaluasi

usability. Pada parameter jumlah langkah dan jumlah waktu, nilainya diurutkan

dari provinsi yang memiliki nilai terkecil hingga terbesar. Selanjutnya diberikan

82

skor 0 – 1, dimana nilai terkecil diberi skor terkecil pula dikarenakan provinsi

yang memiliki efektivitas tinggi dalam mencari informasi adalah provinsi yang

memiliki jumlah langkah dan jumlah waktu terendah. Adapun untuk parameter

kesuksesan tugas, kelengkapan konten dan kepuasan responden, nilainya

diurutkan dari provinsi yang memiliki nilai terbesar hingga terkecil. Selanjutnya

diberikan skor 1 – 10, dimana nilai terbesar diberi skor terkecil dikarenakan

provinsi yang baik adalah provinsi yang memiliki persentase kesuksesan tugas

yang tinggi, konten yang lengkap, dan kepuasan responden yang tinggi.

Parameter kesuksesan tugas memiliki nilai dalam bentuk presentase yang

berasal dari tugas yang secara nyata sukses dijalankan oleh tiga orang responden

dibagi dengan jumlah maksimal tugas (berasal dari jumlah konten dikali dengan

angka tiga sebagai representasi dari tiga data rekaman). Persentase tertinggi untuk

parameter kesuksesan tugas, yaitu 100%, dimiliki oleh Provinsi Riau, Kepulauan

Riau dan Sulawesi Tengah. Skor normalisasi parameter jumlah langkah, jumlah

waktu dan kesuksesan tugas disajikan secara berturut-turut pada Lampiran 15 –

17, dimana semakin kecil skor normalisasi yang diperoleh, maka situs web

tersebut akan semakin baik.

Untuk parameter kepuasan responden, nilainya diperoleh dari penjumlahan

rata-rata skor pada kuesioner QUIS untuk setiap provinsi. Setiap provinsi yang

dievaluasi memiliki tiga nilai untuk setiap item pertanyaan. Ketiga nilai tersebut

selanjutnya dirata-ratakan dan dijumlahkan untuk memperoleh nilai akhir. Nilai

akhir tertinggi untuk parameter kepuasan responden berdasarkan QUIS dimiliki

oleh Provinsi Kalimantan Barat (skor 119.3).

Untuk parameter kelengkapan konten, situs web diberi nilai berdasarkan

jumlah informasi atau konten yang dimiliki dari 13 konten yang dicari pada

evaluasi usability, sehingga nilai tertingginya adalah 13. Nilai tertinggi dimiliki

oleh Provinsi Jawa Barat yang memiliki seluruh konten yang dijadikan sebagai

skenario evaluasi. Skor normalisasi parameter kepuasan responden, kelengkapan

konten ditampilkan pada Lampiran 18 dan 19. Hasil skor normalisasi dari seluruh

parameter diakumulasi untuk menghasilkan skor yang disajikan pada Lampiran

20. Adapun Tabel 11 menampilkan skor pada masing-masing situs web provinsi.

83

Tabel 11 Skor evaluasi usability

No. Nama Provinsi Skor

1. Jambi 10.32

2. Kalimantan Barat 13.64

3. Jawa Barat 13.74

4. Papua Barat 14.72

5. Papua 15.78

6. Riau 17.38

7. Lampung 18.27

8. Kalimantan Timur 18.68

9. Bali 19.20

10. Gorontalo 19.24

11. DI Yogyakarta 19.71

12. DKI Jakarta 20.11

13. Sulawesi Tengah 20.21

14. Kalimantan Selatan 20.65

15. Nusa Tenggara Timur 20.76

16. Banten 21.78

17. Kepulauan Bangka Belitung 21.97

18. Maluku 22.17

19. Sumatera Utara 23.88

20. Bengkulu 24.38

21. Jawa Timur 25.60

22. Sumatera Selatan 25.91

23. Sulawesi Selatan 26.40

24. Kepulauan Riau 26.59

25. Jawa Tengah 26.72

26. Kalimantan Tengah 28.74

27. Sulawesi Barat 30.13

28. Sumatera Barat 31.44

29. Nanggroe Aceh Darussalam 31.88

30. Maluku Utara 34.36

31. Nusa Tenggara Barat 34.38

Dalam penilaian evaluasi usability, skor terkecil merupakan skor terbaik

dari seluruh situs web provinsi, sedangkan skor terbesar merupakan skor terburuk.

Hal ini dikarenakan sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa

penelitian ini menggunakan pendekatan skor terbalik. Dari tabel di atas dapat

diketahui bahwa situs web Provinsi Jambi merupakan situs web dengan performa

usability tertinggi, sedangkan situs web Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan

situs web dengan performa usability terendah.

Suharko (2009) telah melakukan evaluasi usability terhadap provinsi, kota

dan kabupaten di Indonesia menggunakan tool bernama Bobby dan LIFT

84

Machine. Penelitian tersebut memberi peringkat kepada situs-situs web dalam

empat kategori, yaitu kategori nasional yang peringkat teratasnya diduduki oleh

Provinsi Jawa Tengah, kategori provinsi yang diduduki oleh Provinsi Jawa

Tengah, kategori kota yang diduduki oleh Kota Bandung, dan kategori kabupaten

yang diduduki oleh Kabupaten Gresik. Parameter yang digunakan oleh LIFT

Machine adalah efektivitas, kemudahan navigasi, kemudahan pencarian, kepuasan

dan efisiensi pengunjung.

Apabila parameter yang digunakan dalam penelitian ini dan penelitian

Suharko dibandingkan, maka dapat dilihat bahwa parameter efisiensi, efektifitas,

dan kepuasan merupakan parameter yang sama-sama digunakan. Pada penelitian

ini dimensi efisiensi diwakili oleh jumlah langkah dan jumlah waktu, dimensi

efektifitas diwakili oleh kesuksesan tugas dan kelengkapan konten, sedangkan

dimensi kepuasan diwakili oleh parameter kepuasan responden.

Rekomendasi Peningkatan Performa Usability

Untuk meningkatkan efisiensi pencarian informasi yang dapat pula

meningkatkan performa usability, direkomendasikan untuk:

Mengurangi jumlah submenu yang harus di-klik untuk mencapai informasi

tertentu: Pengurangan jumlah submenu pada suatu situs web dapat

dikurangi dengan menghilangkan tautan-tautan seperti “baca selanjutnya”,

“selengkapnya”, “read more” dan lain-lain pada saat pengunjung telah

meng-klik judul submenu yang akan dibacanya.

Menggunakan bentuk dropdown untuk membuka menu utama situs web

lebih direkomendasikan daripada menu yang harus di-klik terlebih dahulu:

Bentuk dropdown merupakan salah satu bentuk menu situs web yang

dapat menampilkan submenu-submenu di dalamnya hanya dengan

menyorot atau mengarahkan pointer di atas menu dropdown tersebut.

Bentuk tersebut lebih efisien daripada bentuk menu yang harus di-klik

terlebih dahulu dikarenakan tidak perlu menekan tombol kembali apabila

submenu yang terdapat di dalamnya bukan termasuk informasi yang dicari

oleh pengunjung situs web.

85

Fasilitas mesin pencari yang efektif dan tepat sasaran sangat diperlukan di

setiap halaman situs web: Fasilitas mesin pencari yang disediakan di setiap

halaman situs web sangat berguna agar tidak perlu kembali ke halaman

muka, untuk dapat mempercepat pencarian informasi yang dibutuhkan

oleh pengunjung.

Menyediakan peta situs (sitemap) dan fitur petunjuk lokasi pengunjung:

Peta situs berguna untuk memperlihatkan submenu-submenu apa saja yang

dimiliki oleh suatu situs web dalam satu halaman web, sehingga

pengunjung dapat langsung menuju ke submenu yang diinginkan dalam

sekali klik. Petunjuk lokasi, seperti “Anda Berada di …” atau “You are

here” bermanfaat bagi pengunjung untuk memberitahukan dimana lokasi

mereka berada, sehingga pengunjung dapat menentukan dengan mudah ke

mana selanjutnya mereka akan bergerak mencari informasi.

Memberikan penamaan menu, submenu, tautan dan lain-lain yang benar-

benar mencerminkan isi di dalamnya: Pemberian nama menu, submenu,

dan tautan yang sesuai dengan isinya akan dapat mempermudah

pengunjung untuk memperoleh informasi yang diperlukan secara efektif

dan efisien.

Simpulan dan Saran

Simpulan

Simpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain:

Framework (kerangka kerja) yang dihasilkan ialah untuk penilaian hasil

rekaman responden dapat digunakan enam parameter jumlah waktu, jumlah

langkah, kesuksesan tugas, waktu respon balik, pihak pemberi respon, dan

kepuasan responden. Selain itu, hasil evaluasi usability situs web provinsi di

Indonesia ditentukan oleh lima parameter, yaitu jumlah langkah, jumlah

waktu, kesuksesan tugas, kepuasan responden, dan kelengkapan konten.

Situs web Provinsi Jambi memiliki performa usability tertinggi dengan skor

terkecil dari seluruh situs web provinsi yang dievaluasi, yaitu 10.32,

sedangkan situs web Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki performa

usability terendah dengan skor terbesar, yaitu 34.38.

86

Berdasarkan metode think out loud yang telah dilaksanakan, seluruh situs web

provinsi di Indonesia memiliki hasil lebih dominan reaksi negatif daripada

reaksi positif.

Saran

Hal-hal yang dapat disarankan berdasarkan hasil penelitian ini di

antaranya:

Evaluasi usability berikutnya dapat menggunakan metode yang lebih canggih,

yaitu metode eye tracking. Metode ini merupakan evaluasi antarmuka situs

web berdasarkan data pergerakan mata responden dalam mencari informasi

yang dibutuhkan menggunakan suatu alat untuk menangkap pergerakan mata.

Evaluasi usability berikutnya dapat melibatkan jumlah responden yang lebih

banyak dan lebih heterogen, yaitu berasal dari latar belakang yang berbeda-

beda dari segi pekerjaan, pendidikan, usia, asal daerah, tingkat kemahiran

dalam menggunakan komputer atau web dan lain-lain.

Evaluasi usability berikutnya juga dapat diterapkan pada layanan perizinan

yang disediakan oleh masing-masing daerah sebagai perwujudan dari tingkat

e-Government ketiga yaitu Tingkat Pemantapan.

Pelaksanaan metode think out loud pada penelitian selanjutnya dapat

menggunakan pemeringkatan jenis reaksi responden yang terdiri atas reaksi

berbentuk ucapan atau sikap tubuh. Pemeringkatan tersebut menggunakan

metode kodifikasi dari setiap reaksi yang diterima dan dapat membedakan

antara situs web yang paling tidak memuaskan hingga paling memuaskan.

87

PENGEMBANGAN FRAMEWORK DAN EVALUASI

ACCESSIBILITY PADA SITUS-SITUS WEB E-GOVERNMENT

PROVINSI DI INDONESIA

Abstract

From 33 provinces in Indonesia, only 31 provinces have active websites,

excluding Sulawesi Utara and Sulawesi Tenggara. In this research, the

accessibility evaluation was held on 31 provinces websites by using Web Content

Accessibility Guidelines (WCAG) 2.0 standards, created by World Wide Web

Consortium (W3C) in 2008. AChecker tool used to perform the accessibility

evaluation for all websites. The results show that in term of accessibility, Jawa

Barat and DI Yogyakarta have the highest rank, Sumatera Utara and Sumatera

Barat have the lowest rank.

Key Words: accessibility, province websites, WCAG 2.0, W3C, AChecker tool

Pendahuluan

Istilah accessibility seringkali disamakan dengan usability dimana kedua

istilah tersebut sama-sama mengacu pada kinerja antarmuka perangkat lunak atau

situs web. Menurut Ma dan Zaphiris (2003), accessibility merupakan sebuah

himpunan bagian dari usability, di mana accessibility sendiri berarti merancang

suatu antarmuka yang tidak hanya efektif, efisien, dan mencapai kepuasan

pengguna, tetapi juga mencakup lebih banyak orang pada berbagai situasi. Di lain

pihak, Krug (2006) berpendapat bahwa suatu situs web tidak dapat disebut

sebagai situs web yang mudah digunakan (usable) jika tidak mudah diakses

(accessible).

Tujuan penelitian ini ialah melakukan analisis accessibility menggunakan

standar Web Content Accessibility Guidelines (WCAG) 2.0 pada situs web

pemerintah provinsi di Indonesia. Hasil dari evaluasi accessibility adalah skor

yang dikorelasikan dengan skor evaluasi usability dari penelitian sebelumnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan framework (kerangka kerja) yang diterapkan

pada evaluasi accessibility situs web provinsi lebih ditekankan terhadap analisis

88

laporan hasil evaluasi menggunakan alat pengukur accessibility berdasarkan

standar internasional. Proses evaluasi accessibility situs web pemerintah provinsi

di Indonesia menggunakan parameter penilaian yang dikeluarkan oleh World

Wide Web Consortium (2008), yaitu Web Content Accessibility Guidelines

(WCAG) 2.0. Standar WCAG 2.0 merupakan kumpulan panduan yang meliputi

rekomendasi-rekomendasi untuk dapat membuat konten situs web lebih mudah

diakses oleh pengguna secara luas.

Standar WCAG 2.0 memiliki 57 success criteria, berbeda dengan versi

pendahulunya yaitu WCAG 1.0 yang memiliki 65 success criteria. Standar

WCAG 2.0 juga terbagi menjadi tiga level, yaitu level A, AA dan AAA. Level A

terdiri dari 25 success criteria, level AA terdiri dari 12 success criteria, dan level

AAA terdiri dari 20 success criteria. Web Content Accessibility Guideline 2.0

memiliki 4 prinsip dan 12 panduan, yaitu:

1. Prinsip Perceivable

Prinsip ini memiliki arti bahwa setiap konten informasi dan antarmuka

pengguna harus dapat dipresentasikan kepada pengguna dengan cara-cara

yang dapat mereka kenal dan rasakan. Prinsip perceivable memiliki

panduan sebagai berikut:

1) Alternatif teks, yaitu menyediakan alternatif teks untuk konten

Non-teks,

2) Media berbasis waktu, yaitu menyediakan alternatif untuk media

berbasis waktu,

3) Mudah beradaptasi, yaitu menghasilkan konten yang dapat

disajikan dalam berbagai cara (sebagai contoh tampilan yang lebih

sederhana) tanpa menghilangkan informasi atau struktur, dan

4) Mudah dibedakan, yaitu memudahkan pengguna untuk melihat dan

mendengar konten termasuk memisahkan latar muka dari latar

belakang.

2. Prinsip Operable

Prinsip ini memiliki arti bahwa setiap komponen antarmuka pengguna dan

navigasinya harus dapat dioperasikan dengan mudah oleh pengguna.

Prinsip operable mempunyai panduan sebagai berikut:

89

1) Keyboard accessible, yaitu mengupayakan agar seluruh fungsi

tersedia melalui keyboard,

2) Waktu yang cukup, yaitu menyediakan cukup waktu bagi pengguna

untuk membaca dan menggunakan konten,

3) Seizure, yaitu tidak merancang konten menggunakan cara yang

dapat mengakibatkan seizures, dan

4) Mudah dinavigasi: Menyediakan cara yang membantu pengguna

menavigasi, menemukan konten, dan menemukan dimana mereka

berada.

3. Prinsip Understandable

Prinsip ini memiliki arti bahwa setiap antarmuka pengguna dapat

dimengerti dengan mudah oleh para pengguna. Prinsip understandable

memiliki panduan sebagai berikut:

1) Mudah dibaca, yaitu mengupayakan agar konten lebih mudah

dibaca dan dimengerti,

2) Mudah diprediksi, yaitu mengupayakan agar halaman-halaman

situs web muncul dan beroperasi dengan cara-cara yang mudah

diprediksi, dan

3) Asistensi input, yaitu membantu pengguna dalam menghindari dan

mengoreksi kesalahan.

4. Prinsip Robust

Prinsip ini memiliki arti bahwa konten situs web harus cukup tahan

sehingga dapat diinterpretasikan dengan reliable dalam suatu keragaman

yang luas kepada agen pengguna, termasuk teknologi bantuan. Prinsip

robust memiliki satu panduan, yaitu Kompatibel atau memaksimalkan

kompatibilitas dengan agen pengguna terkini dan yang akan datang,

termasuk teknologi bantuan.

Penelitian ini menggunakan suatu alat atau tool untuk mengevaluasi situs

web pemerintah provinsi dalam hal accessibility, yaitu AChecker yang dapat

digunakan secara online dengan mengakses alamat URL

http://achecker.ca/checker/index.php, yang disebut dengan Public AChecker. Tool

tersebut juga dapat diunduh aplikasinya yang tersedia secara open source dan

90

dapat digunakan untuk membuat versi AChecker sendiri sesuai kebutuhan

pengguna. Tool tersebut digunakan pada penelitian ini karena beberapa alasan

berikut:

a. Memiliki cukup banyak jenis panduan seperti Web Content Accessibility

Guidelines (WCAG) 1.0 (standar Internasional), WCAG 2.0 (standar

Internasional), BITV 1.0 (standar Jerman), Section 508 (standar Amerika

Serikat) dan Stanca Act (standar Italia). Adapun panduan WCAG 2.0

tersebut dibutuhkan dalam penelitian ini dan merupakan panduan yang

masih jarang dimiliki oleh tool sejenis lainnya.

b. Menghasilkan laporan dalam bentuk PDF, EARL, CSV, dan HTML yang

dapat dipilih sesuai kebutuhan dokumentasi. Penelitian ini memerlukan

laporan dalam bentuk PDF dikarenakan dapat disimpan dan digunakan

kapanpun jika dibutuhkan.

Hasil evaluasi accessibility menggunakan AChecker menghasilkan laporan

dalam bentuk PDF yang memaparkan baris dan kolom source code situs web

provinsi yang memiliki masalah pengaksesan. Pemberian skor yang dilakukan

ialah memberikan skor 1, 3 atau 5 untuk setiap success criteria (kriteria

kesuksesan) yang berhasil dipenuhi oleh situs web. Untuk memperoleh skor,

dilakukan penjumlahan skor terhadap success criteria pada Level AAA, AA dan

A pada masing-masing situs web provinsi.

Dalam hal pemberian skor, success criteria pada Level AAA yang

dipenuhi oleh situs web provinsi dikalikan dengan angka 5 dikarenakan

prioritasnya yang paling tinggi dan kriterianya paling sulit untuk dipenuhi,

success criteria pada Level AA dikalikan dengan angka 3 dikarenakan

prioritasnya pada tingkat menengah, sedangkan success criteria pada Level A

dikalikan dengan angka 1 dikarenakan prioritasnya yang paling rendah dan

kriterianya cukup mudah dipenuhi. Ketiga nilai tersebut selanjutnya

diakumulasikan untuk memperoleh skor evaluasi accessibility.

91

Bahan dan Alat

Perangkat lunak dan tool yang digunakan pada evaluasi accessibility ialah

AChecker Tool dan Microsoft Office 2007 untuk mengolah data dan

mempresentasikan hasil. Adapun perangkat keras yang digunakan antara lain

komputer jinjing yang dilengkapi modem sebagai penyedia jaringan Internet.

Hasil dan Pembahasan

Pengembangan Framework untuk Evaluasi Accessibility

Framework (kerangka kerja) yang diterapkan pada evaluasi accessibility

situs web provinsi lebih ditekankan terhadap analisis laporan hasil evaluasi

menggunakan alat pengukur accessibility berdasarkan standar internasional.

Sasaran dari peningkatan kinerja accessibility situs web adalah masyarakat

dengan keterbatasan fisik atau different abilities (diffable). Namun demikian,

penelitian ini mengambil objek situs web pemerintah provinsi yang setelah

dilakukan proses observasi sejak bulan Agustus 2011 hingga Februari 2012 belum

seluruhnya memiliki fasilitas untuk masyarakat dengan keterbatasan fisik. Salah

satu contoh situs web yang memiliki fasilitas accessibility adalah situs web

Provinsi Gorontalo yang memiliki fasilitas untuk memperbesar atau memperkecil

ukuran huruf pada situs web hanya dengan mengklik satu tombol yang terletak

pada pojok kanan atas (Gambar 35).

Gambar 35 Fasilitas memperbesar atau memperkecil ukuran huruf situs web

Provinsi Gorontalo.

Alat pengukur accessibility lebih dipilih daripada mengobservasi para

pengguna dengan keterbatasan fisik (misalkan penderita tuna netra, penderita

mata rabun, orang lanjut usia, dan lain-lain) dikarenakan standar internasional

yang digunakan, yaitu Web Content Accessibility Guidelines (WCAG) 2.0,

memiliki banyak kriteria kesuksesan yang perlu diujikan. Dengan

mengembangkan kuesioner yang memiliki banyak item penilaian, diduga akan

92

menyulitkan responden dengan keterbatasan fisik serta membutuhkan waktu yang

cukup lama.

Dalam menganalisis hasil laporan alat ukur accessibility, diperlukan

kerangka kerja yang dijadikan sebagai acuan. Dikarenakan standar yang

digunakan adalah standar internasional, maka diprediksi terdapat beberapa kriteria

penilaian yang tidak diaplikasikan oleh situs web provinsi yang diteliti. Oleh

karena itu, perlu ditampilkan kriteria mana saja yang diaplikasikan pada sebagian

besar situs web, baik secara sukses ataupun tidak. Kriteria yang sukses diberi skor

0 sedangkan yang tidak sukses diberikan skor berupa angka. Hal ini dikarenakan

standar WCAG 2.0 memiliki tingkat permasalahan yang berbeda-beda, sehingga

pemberian skor angka dimaksudkan untuk membedakan tingkatan tersebut. Selain

menampilkan kriteria penilaian accessibility, pada penelitian ini juga ditampilkan

jumlah permasalahan yang dialami oleh setiap situs web provinsi untuk kemudian

dibandingkan satu sama lain.

Evaluasi Accessibility

Tool yang digunakan pada penelitian ini untuk mengevaluasi accessibility

adalah AChecker. AChecker tool dapat diakses secara online dan open source,

serta menghasilkan laporan dalam bentuk PDF (Gambar 36). Laporan tersebut

berisi baris dan kolom source code situs web yang memiliki masalah pada success

criteria Level A, AA dan AAA pada Web Content Accessibility Guideline

(WCAG) 2.0. Laporan tersebut selanjutnya dianalisis untuk memperoleh skor

evaluasi accessibility.

93

Gambar 36 Antarmuka AChecker tool.

Pemberian skor untuk masing-masing provinsi didasarkan pada level

success criteria yang dipenuhi oleh situs web. Situs web yang memenuhi success

criteria level A diberi skor 1, level AA diberi skor 3, level AAA diberi skor 5.

Skor yang diperoleh dari penjumlahan skor level A – AAA, kemudian diurutkan

dengan skor terkecil berada di peringkat teratas dan skor terbesar berada di

peringkat terbawah. Berikut ini disajikan Tabel 12 yang menampilkan skor

masing-masing provinsi yang dievaluasi, diurutkan berdasarkan skor tertinggi

hingga skor terendah. Nilai minimum yang mungkin ada pada evaluasi

accessibility adalah 0, sedangkan nilai maksimumnya yang mungkin dicapai

adalah 156 dan berasal dari penjumlahan skor Level A – AAA jika 57 success

criteria terpenuhi. Berdasarkan hasil evaluasi accessibility, Provinsi Jawa Timur

dan DI Yoyakarta memiliki skor tertinggi (skor 15) dan memenuhi 9 dari 57

success criteria, sedangkan Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat memiliki

skor accessibility terendah (skor 0) dengan sama sekali tidak memenuhi seluruh

success criteria pada standar WCAG 2.0.

94

Tabel 12 Skor evaluasi accessibility

No. Nama Provinsi

Skor

Level A

(Skor x 1)

Skor

Level AA

(Skor x 3)

Skor Level

AAA

(Skor x 5)

Skor

1. Jawa Timur 7 3 5 15

2. DI Yogyakarta 7 3 5 15

3. Nusa Tenggara Timur 6 3 5 14

4. Gorontalo 3 3 5 11

5. Bali 2 3 5 10

6. Banten 3 0 5 8

7. Kalimantan Selatan 5 3 0 8

8. Maluku 3 0 5 8

9. Lampung 6 0 0 6

10. Kepulauan Bangka

Belitung 6 0 0 6

11. Kepulauan Riau 1 0 5 6

12. Jawa Barat 1 0 5 6

13. Sulawesi Selatan 1 0 5 6

14. Papua 3 3 0 6

15. Bengkulu 2 3 0 5

16. Jawa Tengah 5 0 0 5

17. Kalimantan Timur 5 0 0 5

18. Sulawesi Tengah 5 0 0 5

19. Kalimantan Barat 4 0 0 4

20. Maluku Utara 4 0 0 4

21. Riau 3 0 0 3

22. Jambi 3 0 0 3

23. DKI Jakarta 3 0 0 3

24. Nusa Tenggara Barat 3 0 0 3

25. Papua Barat 3 0 0 3

26. Sulawesi Barat 2 0 0 2

27. Nanggroe Aceh

Darussalam 1 0 0 1

28. Sumatera Selatan 1 0 0 1

29. Kalimantan Tengah 1 0 0 1

30. Sumatera Utara 0 0 0 0

31. Sumatera Barat 0 0 0 0

Keterangan:

Skor Level A = Dikalikan dengan 1

Skor Level AA = Dikalikan dengan 3

Skor Level AAA = Dikalikan dengan 5

Penilaian pada tabel di atas dilakukan dengan memperhatikan success

criteria yang dapat dipenuhi oleh masing-masing situs web pada level A, AA dan

AAA. Success criteria pada level A merupakan kriteria yang harus dipenuhi oleh

pengembang situs web. Jika tidak terpenuhi, maka satu atau beberapa kelompok

95

masyarakat tidak mungkin mengakses informasi dokumen, dan pemenuhan

kriteria tersebut merupakan persyaratan dasar bagi beberapa kelompok

masyarakat untuk dapat menggunakan situs web. Adapun kriteria pada level AA

adalah kriteria yang sebaiknya dipenuhi oleh pengembang situs web, dan

pemenuhan kriteria tersebut dapat menghilangkan rintangan signifikan untuk

mengakses situs web. Kriteria level AAA adalah kriteria yang boleh dipenuhi oleh

para pengembang situs web, di mana pemenuhan kriteria tersebut dapat

meningkatkan akses terhadap situs web. Tabel 13 menampilkan 10 success

criteria yang ditampilkan pada AChecker Tool.

Tabel 13 Success criteria situs-situs web provinsi di Indonesia yang ditampilkan

pada AChecker tool

No. Poin Success Criteria Level Prioritas

1. 1.1.1 Konten yang bukan teks memiliki

alternatif teks yang melayani

tujuan sejenis.

A Perceivable

2. 1.3.1 Informasi, struktur, dan hubungan

disampaikan melalui presentasi

yang dapat ditentukan secara

programatis atau tersedia dalam

bentuk teks.

A Perceivable

3. 1.4.4 Kecuali untuk captions dan

gambar dari teks, teks dapat

diperbesar atau diperkecil tanpa

teknologi bantuan sampai 200%

tanpa kehilangan konten atau

fungsi.

AA Perceivable

4. 1.4.6 Presentasi visual pada teks dan

gambar teks memiliki rasio

kontras minimal 7:1.

AAA Perceivable

5. 2.1.1 Seluruh fungsi pada konten dapat

dioperasikan menggunakan

antarmuka keyboard.

A Operable

6. 2.2.2 Untuk menggerakkan,

mengedipkan, menggulung, atau

meng-update informasi secara

otomatis, tersedia opsi untuk

menghentikan sementara,

menghentikan total, atau

menyembunyikan pergerakan.

A Operable

96

No. Poin Success Criteria Level Prioritas

7. 2.4.4 Tujuan dari setiap tautan dapat

ditentukan dari teks pada tautan

itu sendiri atau dari teks tautan

bersama dengan konteks tautan

yang ditentukan secara

programatis.

A Operable

8. 3.1.1 Bahasa manusia yang tersedia

(default) untuk setiap halaman

web dapat ditentukan secara

programatis.

A Understandable

9. 3.3.2 Tersedia label atau instruksi pada

saat konten membutuhkan input

pengguna.

A Understandable

10. 4.1.1 Elemen konten memiliki penanda

mulai dan akhir yang lengkap,

elemen dikelompokan menurut

spesifikasinya, elemen tidak

mengandung sifat yang

terduplikasi, dan seluruh ID-nya

unik.

A Robust

AChecker tool menghasilkan laporan dalam bentuk PDF yang memuat

baris dan kolom source code situs web provinsi yang memiliki masalah

accessibility. Jumlah masalah accessibility untuk masing-masing poin di atas pada

setiap situs web provinsi ditampilkan pada Lampiran 21. Provinsi Kalimantan

Tengah memiliki masalah accessibility terbanyak pada poin 1.1.1, 2.1.1, dan

1.4.4, masing-masing dengan 200, 84, dan 222 masalah. Provinsi Sumatera Barat

memiliki masalah terbanyak untuk poin 1.3.1, 3.3.2, dan 4.1.1, yaitu 18, 11 dan 2

masalah secara berturut-turut.

Situs web yang memiliki masalah terbanyak pada poin 1.4.6 adalah situs

web Provinsi Sumatera Selatan, yaitu sebanyak 302 masalah. Situs web yang

memiliki masalah terbanyak pada poin 2.2.2 adalah situs web Provinsi Sumatera

Utara, Jawa Barat dan Papua Barat, yaitu sebanyak 2 masalah. Provinsi Sulawesi

Selatan memiliki masalah accessibility terbanyak pada poin 2.4.4, yaitu sebanyak

4 masalah. Situs web yang memiliki masalah terbanyak pada poin 3.1.1 adalah

situs web Provinsi Sumatera Utara dan Jawa Timur, yaitu sebanyak 4 masalah.

97

Hasil evaluasi accessibility menggunakan AChecker tool menunjukkan bahwa

situs web yang memiliki masalah paling banyak adalah situs web Provinsi

Kalimantan Tengah dengan 544 masalah.

Dari seluruh poin success criteria, poin yang paling banyak dipenuhi oleh

situs web provinsi adalah poin 2.2.2 (untuk menggerakkan, mengedipkan,

menggulung, atau meng-update informasi secara otomatis, tersedia opsi untuk

menghentikan sementara, menghentikan total, atau menyembunyikan pergerakan).

Poin 2.2.2 berada pada level A dan dipenuhi oleh 19 dari 31 situs web provinsi

yang dievaluasi.

Sebagai perbandingan, dilakukan evaluasi accessibility terhadap situs web

World Wide Web Consortium (W3C) dengan alamat www.w3c.org yang dapat

digolongkan sebagai situs web dengan performa accessibility tinggi. Berdasarkan

hasil evaluasi menggunakan AChecker Tool, diperoleh hasil bahwa situs web

W3C selaku penerbit standar WCAG 2.0 hanya memiliki 1 (satu) kesalahan,

yaitu pada success criteria 1.3.1 level A (informasi, struktur, dan hubungan

disampaikan melalui presentasi yang dapat ditentukan secara programatis atau

tersedia dalam bentuk teks). Adapun skor accessibility untuk situs web W3C

adalah 155 dari total skor 156 untuk level A – AAA dengan 57 success criteria

apabila seluruhnya terpenuhi.

Apabila dilakukan perbandingan antara situs-situs web provinsi di

Indonesia yang paling tinggi skornya adalah 15 dengan 11 success criteria dengan

situs web W3C, maka terlihat perbedaan yang sangat jauh dalam hal performa

accessibility dimana situs web W3C telah memenuhi 96% success criteria level

A, 100% success criteria level AA, dan 100% success criteria level AAA.

Pemenuhan success criteria pada situs-situs web provinsi di Indonesia,

ditampilkan pada Tabel 14. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa sepuluh dari

31 situs web provinsi atau hanya 32% yang memenuhi satu poin success criteria

pada level AAA dari 20 poin yang tersedia, dimana level AAA merupakan level

yang paling sulit untuk dipenuhi. Untuk level AA, terdapat delapan dari 31 situs

web provinsi atau hanya 26% yang memenuhi satu poin success criteria dari 12

poin yang tersedia, sedangkan pada level A, terdapat 29 dari 31 situs web provinsi

atau 94% yang memenuhi 1 – 7 poin success criteria dari 25 poin yang tersedia.

98

Tabel 14 Jumlah success criteria yang dipenuhi pada evaluasi accessibility

No. Nama Provinsi

Jumlah Success Criteria

(Persentase per Level)

Level AAA

(20 success

criteria)

Level AA

(12 success

criteria)

Level A

(25 success

criteria)

1. Jawa Timur 1 (5%) 1 (8.3%) 7 (28%)

2. DI Yogyakarta 1 (5%) 1 (8.3%) 7 (28%)

3. Nusa Tenggara Timur 1 (5%) 1 (8.3%) 6 (24%)

4. Gorontalo 1 (5%) 1 (8.3%) 3 (12%)

5. Bali 1 (5%) 1 (8.3%) 2 (8%)

6. Banten 1 (5%) 0 3 (12%)

7. Maluku 1 (5%) 0 3 (12%)

8. Kepulauan Riau 1 (5%) 0 1 (4%)

9. Jawa Barat 1 (5%) 0 1 (4%)

10. Sulawesi Selatan 1 (5%) 0 1 (4%)

11. Kalimantan Selatan 0 1 (8.3%) 5 (20%)

12. Papua 0 1 (8.3%) 3 (12%)

13. Bengkulu 0 1 (8.3%) 2 (8%)

14. Lampung 0 0 6 (24%)

15. Kepulauan Bangka Belitung 0 0 6 (24%)

16. Jawa Tengah 0 0 5 (20%)

17. Kalimantan Timur 0 0 5 (20%)

18. Sulawesi Tengah 0 0 5 (20%)

19. Kalimantan Barat 0 0 4 (16%)

20. Maluku Utara 0 0 4 (16%)

21. Riau 0 0 3 (12%)

22. Jambi 0 0 3 (12%)

23. DKI Jakarta 0 0 3 (12%)

24. Nusa Tenggara Barat 0 0 3 (12%)

25. Papua Barat 0 0 3 (12%)

26. Sulawesi Barat 0 0 2 (8%)

27. Nanggroe Aceh Darussalam 0 0 1 (4%)

28. Sumatera Selatan 0 0 1 (4%)

29. Kalimantan Tengah 0 0 1 (4%)

30. Sumatera Utara 0 0 0

31. Sumatera Barat 0 0 0

Berdasarkan hal-hal di atas, dapat disimpulkan bahwa seluruh situs web

provinsi di Indonesia sangat sedikit memenuhi kriteria accessibility dengan

standar internasional seperti yang telah ditetapkan oleh W3C melalui WCAG 2.0.

Oleh karena itu, pemerintah provinsi setempat perlu meningkatkan kinerja situs

webnya dalam hal accessibility, agar dapat digunakan oleh masyarakat yang lebih

banyak seperti orang-orang dengan keterbatasan fisik. Dengan demikian, situs

99

web pemerintah provinsi dapat dijadikan sebagai role model oleh situs-situs web

kota dan kabupaten di bawahnya dengan tetap memperhatikan kebutuhan dan hak

masyarakat dengan keterbatasan fisik sebagai bagian dari warga negara Republik

Indonesia.

Rekomendasi Peningkatan Performa Accessibility

Untuk meningkatkan performa accessibility situs web pemerintah provinsi,

direkomendasikan untuk menambah atau memperbaiki fasilitas pada poin-poin

success criteria berdasarkan standar WCAG 2.0 yang belum terpenuhi

berdasarkan evaluasi accessibility. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat

situs web Provinsi Jawa Timur dan DI Yogyakarta yang memperoleh skor

accessibility tertinggi berdasarkan AChecker tool, baru sembilan dari 57 poin

success criteria atau 16% saja pada standar WCAG 2.0 yang dapat dipenuhi,

adapun totalnya hanya 19% poin yang dipenuhi seluruh situs web yang diteliti.

Rekomendasi berdasarkan poin yang belum terpenuhi secara lengkap dapat dilihat

pada Lampiran 25.

Simpulan dan Saran

Simpulan

Simpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain:

Terdapat 11 success criteria yang ditampilkan pada sebagian besar laporan

evaluasi accessibility menggunakan AChecker Tool. Success criteria yang

paling banyak terpenuhi adalah success criteria poin 2.2.2 yang dapat

dipenuhi oleh 19 dari 31 situs web provinsi.

Provinsi Jawa Timur dan DI Yogyakarta memiliki skor accessibility tertinggi

dan memenuhi 9 dari 57 success criteria, sedangkan Provinsi Sumatera Utara

dan Sumatera Barat memiliki skor accessibility terendah dengan sama sekali

tidak memenuhi seluruh success criteria pada standar WCAG 2.0.

Seluruh situs web provinsi di Indonesia sangat sedikit memenuhi kriteria

accessibility dengan standar internasional seperti yang telah ditetapkan oleh

W3C melalui WCAG 2.0.

100

Saran

Hal yang dapat disarankan berdasarkan hasil penelitian ini, yaitu evaluasi

accessibility selanjutnya dapat melibatkan responden yang benar-benar

merupakan orang-orang berketerbatasan fisik (tuna netra, rabun, atau lanjut usia)

agar evaluasi menghasilkan rekomendasi sesuai kebutuhan pengguna situs web

yang benar-benar berketerbatasan fisik.