Click here to load reader
Upload
lamnhu
View
283
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS
PENDIDIKAN ANTIKORUPSI UNTUK PEMBELAJARAN
MEMBACA SISWA KELAS III B SD KANISIUS
WIROBRAJAN I YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Florentina Pradita Setyaningsih
NIM: 131134196
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan untuk:
Tuhan Yesus yang senantiasa menjadi andalan dalam setiap permasalahan untuk
pengerjaan skripsi dan Bunda Maria yang memberikan doa restu lewat doa Novena
Tiga Salam Maria
Orang tua tercinta: Bapak Yohanes De Britto Budiyono dan Ibuk Cicilia Eny Setyawati,
karena ketekunan dalam mendoakan dan menyemangati dalam pengerjaan skripsi
ini hingga selesai.
Adik Stevanus Gading Nindya Asmara yang selalu memotivasi untuk cepat
menyelesaikan skripsi ini.
Bowman Squad yang menjadi tempat menangis dan bercerita: Rhemanda dan
Adinda.
Kakak yang sudah menginspirasi dan teman bercerita selama proses pengerjaan:
Mas Paulus Yuli Suseno
Sahabat-sahabat yang selalu ada untuk memberikan saran, motivasi, serta semangat
dan doa yang diberikan: Andreas, Frater Toni, Khalih, Ayek, Agnes, Putri, Alvin, Iyus,
Sinung, Mak Angel, Ayu, Mas Demi, Dheo, Niken, Vo, Adam.
Teman-teman Payung Antikorupsi: Bang Jojo, Iyus, Alvin, Bintang, Edo, Margono,
Wulan, Hary, Dicky
PPL Squad: Nindi, Achichi, Tika, Lola, Vera, Azal, Winda, Agnes
Geng Rumpi yang menjadi penghibur di kala kejenuhanku untuk
mengerjakan karya ini: Wahyek, Tikul, Angel, Kecil
Saint Mary Choir yang menjadi teman pelayanan untuk Tuhan dan teman sharing.
Teman-teman PGSD Angkatan 2013 yang sudah menemani perjuangan.
Almamater tercinta Universitas Sanata Dharma dan Prodi PGSD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Kamu lebih dari bisa karena kamu diciptakan luar biasa!”
-Dita-
“Kekhawatiranmu serahkanlah pada sang Maha Penenang, Gusti Yesus bakal
paringi dalan, kabeh bakal terang”
-Caecilia Eny Setyawati-
“The lord is my strength and song, And He has become my salvation; He is my
God, and I will praise Him; My Father’s God, and I will exalt Him”
-Exodus 15:2-
“Aku ini hamba Tuhan, terjadilah pada-Ku menurut kehendak-Mu.
Let not your heart be troubled; believe in God, believe also in Me.”
-John 14:1-
“Kamu tidak perlu khawatir karena kamu berjalan perlahan-lahan, karena kamu
akan memhami proses dan mampu melihat hal-hal yang lebih jelas. Dan
percayalah hal-hal luar biasa di depanmu”
-DreamHigh-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Juni 2017
Penulis
Florentina Pradita Setyaningsih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Florentina Pradita Setyaningsih
Nomor Mahasiswa : 131134196
Demi pengembangan ilmu pengtahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS
PENDIDIKAN ANTIKORUPSI UNTUK PEMBELAJARAN MEMBACA
SISWA SD KELAS III B SD KANISIUS WIROBRAJAN I YOGYAKARTA
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 15 Juni 2017
Yang menyatakan
Florentina Pradita Setyaningsih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS
PENDIDIKAN ANTIKORUPSI UNTUK PEMBELAJARAN MEMBACA
SISWA KELAS III B SD KANISIUS WIROBRAJAN I YOGYAKARTA
Florentina Pradita Setyaningsih
Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini dilaksanakan karena adanya ketertarikan dari peneliti untuk
mengembangkan sebuah buku cerita bergambar berbasis pendidikan antikorupsi
yang dapat dijadikan referensi bacaan untuk siswa. Buku yang dikembangkan ini
diharapkan dapat membantu siswa untuk memahami nilai-nilai yang terkandung
dalam pendidikan antikorupsi seperti nilai kejujuran, kepedulian, kemandirian,
kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, keberanian, dan nilai
keadilan. Penelitian ini difokuskan pada pengembangan buku cerita bergambar
berbasis pendidikan antikorupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas III B
SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta.
Metode penelitian dan pengembangan ini menggunakan modifikasi
langkah dari Borg dan Gall serta langkah pengembangan dari Sugiyono, yaitu; (1)
potensi dan masalah; (2) pengumpulan data; (3) Desain Produk; (4) Validasi
Desain; (5) Revisi Desain; (6) Uji Coba Produk; dan (7) Revisi Produk. Untuk
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner dan
daftar pertanyaan wawancara. Wawancara dilakukan dengan guru kelas III SD
Kanisius Wirobrajan I sebagai data untuk analisis kebutuhan, dan untuk kuesioner
digunakan untuk validasi buku cerita bergambar.
Berdasarkan hasil validasi, didapat skor oleh ahli Bahasa Indonesia
sejumlah 4,68 dan dari guru kelas III B memperoleh skor 4,38. Rerata skor yang
didapatkan adalah 4,53 dengan kategori “sangat baik”. Sedangkan uji coba produk
kepada enam siswa kelas III B memperoleh hasil rerata 4,35 dengan kategori
“sangat baik”. penilaian buku cerita bergambar ini ditinjau dari aspek: (1) sampul
buku; (2) isi buku cerita; dan (3) anatomi buku.
Kata kunci: penelitian pengembangan buku cerita bergambar, pendidikan
antikorupsi, pembelajaran membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The Development of Pictorial Storybook with Anticorruption Education Base
for Teaching Reading to The Students of Grade III B
SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta
Florentina Pradita Setyaningsih
Sanata Dharma University
2017
This research was conducted because the researchers feel interest to
develop an anticorruption based a pictorial story book it was can be used as
reference reading book for students. This developed book is expected to help
students to understand the values contained in anticorruption education such as
honesty value, caring, independence, discipline, responsibility, hard work, simple,
courage, and justice value. This research is focused on the development of
pictorial storybook with anticorruption education base for teaching reading to the
students of grade III B SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta.
A method of research and development it uses modification step of Borg
and Gall and the development step of Sugiyono, there are: (1)Potentials and
problems; (2) Data collection; (3) The product design; (4) Validation of design;
(5) Revision the design; (6)The product trials; and (7) Product revisions. The
instrument used in this research was a questionnaire and a list of interview
question. The interviews were conducted with teacher of grade III B SD Kanisius
Wirobrajan I as data for needs analysis, and for the questionnaires were used for
the validation of pictorial strory books.
Based on the results of validation,obtained score by Indonesian experts
amounted to 4,68 and from the teacher of grade II B is 4,38. The average score
obtained is 4,53 with the category “very good”. While the trial of the product with
six students of grade III B get the average result of 4,35 with the category “very
good”. The assessment of this picture book is viewed from: (1) Book Cover; (2)
The content of the storuy book; and (3) Anatomy books.
Keywords: research and development of pictorial story book, anticorruptions
education, reading learning.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat kesehatan dan keselamatan yang diberikan, penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir atau skripsi yang berjudul “Pengembangan Buku Cerita Bergambar
Berbasis Pendidikan Antikorupsi untuk Pembelajaran Membaca Kelas III B
SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta” ini dengan baik. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, ada banyak
bimbingan serta dukungan yang diberikan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dengan penuh kerendahan hati, rasa syukur terima kasih, serta cinta,
perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dukungan, dan motivasi baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi
ini.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada: Bapak Rohandi, Ph. D.,
selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Ibu Christiyanti
Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ibu Ketua Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD), Bapak Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., Wakil Ketua Prodi
PGSD yang juga berperan sebagai dosen pembimbing skripsi II bersama dengan
Ibu Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi., sebagai dosen pembimbing
skripsi I yang telah membimbing dari awal penelitian hingga akhir dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
memotivasi penulis dengan sepenuh hati untuk menyelesaikan skripsi ini. Dan tak
lupa juga kepada Dr. Yosep Yapi Taum yang sudah bersedia menjadi validator
penulis.
Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Ibu Ernawati, S.Pd.,
selaku kepala sekolah SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta yang telah
memberikan izin penelitian dan Ibu Margaretha Ika yang memberikan kesempatan
pada penulis untuk melakukan penelitian di kelas III B, Bapak/Ibu Guru dan
Karyawan SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta yang telah memberikan
semangat dan motivasi pada peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi. Anak-
anak SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta yang telah memberikan penghiburan
selama pengerjaan skripsi dan juga telah membantu dalam menguji coba hasil
produk penelitian dari penulis.
Penghargaan luar biasa dan rasa terimakasih yang besar juga penulis
sampaikan kepada Romo/Bapak/Ibu Dosen Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan ilmunya dan mendidik selama penulis menempuh pendidikan serta
seluruh Bapak/Ibu karyawan PGSD yang senantiasa membantu penulis dalam
segala hal baik dalam bentuk administrasi dan teknik pelaksanaan yang menjadi
kebutuhan penulis selama ini.
Dan tanpa mengurangi rasa hormat, ucapan terimakasih juga penulis
sampaikan untuk Bapak dan Ibu penulis, Bapak Yohanes De Britto Budiyono dan
Ibu Cicilia Eny Setyawati yang selalu memberikan doa, cinta, semangat,
dukungan, dan segenap kasih sayang pada penulis sehingga dapat menyelesaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
skripsi ini dan pada adik Stevanus Gading Nindya Asmara yang sudah
menyemangati dan mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi ini. Juga untuk
teman-teman se-payung Antikorupsi yang sudah bekerjasama dengan baik dengan
penulis. Kepada pemilik beserta karyawan Mandiri Copy Center yang selama ini
telah membantu penulis dalam persiapan ujian dan pihak-pihak yang telah
membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penulisan karya
ini, oleh karena itu kritik dan saran dapat diberikan untuk membangun karya
ilmiah ini menjadi lebih baik lagi. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi anda
semua. Terimakasih.
Penulis
Florentina Pradita Setyaningsih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 10
1.5 Definisi Operasional....................................................................... 11
1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ....................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 13
2.1 Kajian Pustaka ............................................................................. 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.1.1 Pendidikan Antikorupsi ............................................................... 13
2.1.1.1 Pengertian Pendidikan ........................................................... 13
2.1.1.2 Pengertian Korupsi ................................................................ 14
2.1.1.2.1 Penyebab Korupsi .......................................................... 16
2.1.1.2.2 Bentuk-bentuk Korupsi .................................................. 21
2.1.1.3 Pengertian Pendidikan Antikorupsi....................................... 26
2.1.1.4 Tujuan Pendidikan Antikorupsi ............................................ 27
2.1.1.5 Nilai-nilai dalam Pendidikan Antikorupsi ............................ 29
2.1.2 Buku Cerita Bergambar............................................................... 33
2.1.2.1 Pengertian Buku Cerita Bergambar ...................................... 33
2.1.2.2 Fungsi Buku Cerita Bergambar ............................................. 34
2.1.2.3 Unsur-unsur Cerita ................................................................ 35
2.1.2.4 Kriteria Buku Cerita Bergambar yang Baik .......................... 39
2.1.3 Membaca ..................................................................................... 40
2.1.3.1 Pengertian Membaca ............................................................. 40
2.1.3.2 Tujuan Membaca ................................................................... 41
2.1.3.3 Jenis-jenis Kegiatan Membaca .............................................. 43
2.1.4 Karakteristik Perkembangan Anak ............................................ 46
2.1.4.1 Tahap Perkembangan Anak .................................................. 46
2.1.4.2 Perkembangan Anak SD Kelas Bawah ................................. 48
2.1.5 Perkembangan Bahasa Anak ....................................................... 49
2.1.5.1 Perkembangan Bahasa Anak Kelas III SD............................ 53
2.2 Penelitian yang Relevan ............................................................... 54
2.3 Kerangka Berpikir ....................................................................... 57
2.4 Pertanyaan Penelitian .................................................................. 60
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 61
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................... 61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
3.2 Setting Penelitian ........................................................................... 69
3.3.1 Tempat Penelitian..................................................................... 69
3.3.2 Subjek Penelitian ...................................................................... 69
3.3.3 Objek Penelitian ....................................................................... 69
3.3.3 Waktu Pelaksanaan .................................................................. 69
3.3 Prosedur Pengembangan ................................................................ 70
3.3.1 Potensi dan Masalah ................................................................. 70
3.3.2 Pengumpulan Data ................................................................... 71
3.3.3 Desain Produk .......................................................................... 71
3.3.4 Validasi Desain ........................................................................ 71
3.3.5 Revisi Desain ........................................................................... 72
3.3.6 Uji Coba Produk ....................................................................... 72
3.3.7 Revisi Produk ........................................................................... 72
3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 72
3.4.1 Wawancara ............................................................................... 73
3.4.2 Observasi .................................................................................. 74
3.4.3 Kuesioner ................................................................................. 74
3.5 Instrumen Penelitian ...................................................................... 75
3.5.1 Wawancara ............................................................................... 75
3.5.2 Observasi .................................................................................. 77
3.5.3 Kuesioner ................................................................................. 77
3.6 Teknik Analisis Data ...................................................................... 82
3.6.1 Teknik Analisis Data Kualitatif ............................................... 82
3.6.2 Teknik Analisis Data Kuantitatif ............................................. 83
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 86
4.1 Hasil Penelitian Pengembangan ..................................................... 86
4.1.1 Proses Pengembangan Buku Cerita ......................................... 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
4.1.1.1 Potensi dan Masalah .......................................................... 87
4.1.1.2 Pengumpulan Data ............................................................ 89
4.1.1.3 Desain Produk Awal ......................................................... 92
4.1.1.3.1 Konsep Buku ............................................................... 93
4.1.1.3.2 Tokoh .......................................................................... 93
4.1.1.3.3 Format dan Ukuran Buku ............................................ 95
4.1.1.3.4 Isi dan Tema Buku ...................................................... 95
4.1.1.3.5 Judul Buku .................................................................. 96
4.1.1.3.6 Desain Gambar ............................................................ 97
4.1.1.3.7 Teknik Pengerjaan ....................................................... 97
4.1.1.3.8 Warna .......................................................................... 98
4.1.1.3.9 Tipografi ...................................................................... 98
4.1.1.3.10 Teknik Cetak ............................................................. 99
4.1.1.4 Validasi Desain ................................................................. 99
4.1.1.4.1 Data Hasil Validasi Ahli Bahasa Indonesia ................ 99
4.1.1.4.2 Data Hasil Validasi Guru Kelas III B ......................... 103
4.1.1.5 Revisi Desain .................................................................... 105
4.1.1.6 Uji Coba Produk ................................................................ 110
4.1.1.7 Revisi Produk .................................................................... 112
4.2 Pembahasan .................................................................................... 113
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 120
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 120
5.2 Keterbatasan Penelitian .................................................................. 121
5.3 Saran ............................................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 123
LAMPIRAN .................................................................................................... 127
BIOGRAFI PENELITI ................................................................................. 151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perkembangan Bahasa pada Anak .............................................. 53
Tabel 3.1 Pedoman pertanyaan wawancara guru kelas III .......................... 76
Tabel 3.2 Kisi-kisi Uji Validasi Produk (Pakar&Guru) .............................. 78
Tabel 3.3 Instrumen Uji Validasi Produk Untuk Ahli Dan Guru ............... 79
Tabel 3.4 Kisis-kisi Uji Coba Produk (Siswa) ............................................ 80
Tabel 3.5 Instrumen Kuesioner Uji Coba Produk Untuk Siswa ................. 81
Tabel 3.6 Konversi Nilai Skala Lima Menurut Sukardjo............................ 83
Tabel 3.7 Pedoman Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ...................... 85
Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Wawancara Guru SD Kelas III B .................. 90
Tabel 4.2 Penjabaran Karakter Tokoh dalam Cerita ................................... 94
Tabel 4.3 Hasil Validasi oleh Dosen Ahli ................................................... 100
Tabel 4.4 Hasil Validasi oleh Guru Kelas III B .......................................... 103
Tabel 4.5 Komentar Dosen Ahli dan Revisi Produk ................................... 106
Tabel 4.6 Komentar Guru Kelas III B dan Revisi Produk .......................... 107
Tabel 4.7 Hasil Rekapitulasi Validator ....................................................... 108
Tabel 4.8 Hasil Rekapitulasi Ujicoba Produk Oleh Siswa .......................... 109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Literatur map penelitian yang relevan......................................... 57
Bagan 3.1 Langkah prosedur pengembangan model Borg and Gall ............ 67
Bagan 3.2 Langkah prosedur pengembangan model Sugiyono ................... 67
Bagan 3.3 Langkah prosedur pengembangan modifikasi model
Borg and Gall dan Sugiyono ....................................................... 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Judul Buku Cerita Bergambar .................................................. 96
Gambar 4.2 Sketsa Tangan .......................................................................... 97
Gambar 4.3 Sketsa Sebelum Warna ............................................................. 98
Gambar 4.4 Sketsa Setelah diwarnai dengan CorelDraw X4 ...................... 98
Gambar 4.5 Judul Sebelum Revisi ............................................................... 107
Gambar 4.6 Judul setelah Revisi .................................................................. 107
Gambar 4.7 Sebelum Revisi dari Guru ........................................................ 108
Gambar 4.8 Sesudah Revisi dari Guru ......................................................... 108
Gambar 4.9 Diagram Batang Hasil Rekapitulasi Validator ......................... 109
Gambar 4.10 Sebelum Revisi Tulisan ........................................................... 112
Gambar 4.11 Sesudah Revisi Tulisan ............................................................ 112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas III B SD Kanisius
Wirobrajan I ............................................................................. 128
Lampiran 2 Data Hasil Validasi Ahli Bahasa Indonesia ............................. 130
Lampiran 3 Data Hasil Validasi Guru Kelas III B SD Kanisius
Wirobrajan I ............................................................................. 133
Lampiran 4 Data Hasil Uji Perseorangan Siswa kelas III B SD Kanisius
Wirobrajan I ............................................................................. 134
Lampiran 5 Data Hasil Uji Coba Produk Terbatas pada Siswa Kelas III B
SD Kanisius Wirobrajan I ........................................................ 139
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian ................................................................. 151
Lampiran 7 Surat Keterangan Melakukan Penelitian .................................. 152
Lampiran 8 Dokumentasi ............................................................................ 153
Lampiran 9 Buku Cerita Bergambar (Terlampir & dicetak terpisah) .......... 154
Lampiran 10 Biodata Peneliti ........................................................................ 156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Pendidikan antikorupsi adalah usaha sadar untuk memberi pemahaman dan
pencegahan terjadinya perbuatan korupsi yang dilakukan melalui pendidikan
formal di sekolah, pendidikan informal di lingkungan keluarga, serta pendidikan
nonformal di masyarakat (Wijaya, 2014: 26). Korupsi di dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti palsu, busuk, dan suap yang secara
harafiah lagi diartikan sebagai kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran,
dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, dan kata-kata atau
ucapan yang memfitnah (Hamzah dalam Syarbini, 2014: 5). Sedangkan definisi
yang umum diketahui oleh masyarakat tentang korupsi adalah sebuah tindakan
yang dilakukan secara tidak adil untuk memperkaya diri sendiri dengan
merugikan pihak lain, entah itu negara ataupun orang yang dicurangi.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai salah satu lembaga resmi milik
pemerintah memiliki tugas untuk menyelidiki tindak pidana korupsi juga
memikirkan bagaimana cara untuk menanggulangi korupsi yang seakan-akan
sudah sangat merajalela di Indonesia ini. Sikap penolakan terhadap tindakan
korupsi atau sikap antikorupsi merupakan langkah strategis untuk diterapkan pada
mentalitas generasi penerus bangsa. Penolakan tindak korupsi ini merupakan
mentalitas dalam membina kemampuan generasi mendatang untuk mampu
mengidentifikasi kelemahan dari berbagai sistem nilai yang mereka warisi dan
memperbaharui sistem nilai warisan dengan situasi-situasi tertentu (Mukodi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Burhanuddin, 2014 : 114). Penerapan sikap antikorupsi ini dapat dilakukan pada
institusi pendidikan formal seperti sekolah. Karena sekolah adalah wahana yang
tepat dan strategis untuk menanamkan nilai-nilai dari pendidikan antikorupsi. Di
sekolah siswa mendapatkan berbagai penerapan pendidikan karakter yang secara
tidak sadar mereka terima sehingga muncul karakter-karakter yang ingin dicapai
oleh sekolah dalam diri siswanya. Saat menerima pembelajaran di dalam kelas
pun guru menjadi perantara untuk dapat membantu siswa menghayati nilai-nilai
suatu pelajaran tertentu seperti nilai-nilai dalam pendidikan antikorupsi.
Bagi siswa sekolah dasar (SD) istilah korupsi masih asing, namun akan lebih
mudah dalam menerapkan sikap antikorupsi karena mereka yang masih mau
mendengarkan dan menurut. Siswa kelas III B yang ditemui peneliti saat analisis
kebutuhan, istilah korupsi diketahui mereka sebagai tindakan yang tidak baik dan
merugikan orang lain. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti saat masuk
ke kelas III, banyak siswa yang beranggapan bahwa yang bisa melakukan korupsi
hanyalah orang-orang yang menjabat di pemerintahan saja. Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru kelas III B SD Kanisius Wirobrajan I diketahui bahwa
pendidikan antikorupsi penting adanya untuk diberikan pada siswa secara jelas
dan gamblang yang diimplementasikan melalui mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dengan penanaman nilai-nilai pada pendidikan
antikorupsi.
Narasumber menjelaskan bahwa sejauh ini nilai-nilai pendidikan antikorupsi
yang sering diterapkan kepada siswa adalah nilai kejujuran dan kedisiplinan. Nilai
kejujuran diberikan dengan cara mengajak siswa menabung bersama di dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kelas yang mana pengurus dan pengawas adalah bagian dari mereka sendiri, selain
itu juga adanya kantin kejujuran dapat melatih mereka untuk tetap bersikap jujur.
Sedangkan nilai kedisiplinan selalu dilakukan oleh semua guru dengan cara
mengajak siswa untuk masuk ke dalam kelas tepat waktu dan pengumpulan tugas
tepat waktu.
Selain dengan implementasi langsung tersebut, pengenalan nilai pendidikan
antikorupsi dapat diberikan melalui beragam cara dan salah satunya menggunakan
buku cerita bergambar. Menurut Nurgiyantoro (2010: 152) buku bergambar
adalah buku bacaan cerita yang menampilkan teks narasi secara verbal dan
disertai gambar-gambar ilustrasi. Untuk anak-anak kelas bawah, bahan bacaan
yang menarik minat mereka adalah buku-buku yang memiliki gambar, warna,
karakter tokoh yang mudah dikenali dan memiliki alur sederhana. Buku
bergambar dipergunakan untuk bacaan anak di usia awal sampai usia yang lebih
besar dan bahkan, tidak jarang juga, untuk orang dewasa. Buku bergambar
merupakan perpaduan antara tulisan dan gambar. Melalui gambar dapat
diterjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk lebih realistis (Anitah, 2009: 8).
Maka dari itu, banyak guru yang menghias kelasnya dengan beragam gambar-
gambar ataupun bentuk-bentuk yang berwarna untuk menambah semangat dan
motivasi siswanya untuk belajar di dalam kelas.
Seorang siswa bukan hanya mendapatkan pendidikan dan pembelajaran dalam
kelas di sekolah, melainkan mendapatkan kesempatan belajar dengan lingkungan
keluarga terutama dari orang tuanya, tentunya dengan waktu yang lebih banyak
dari sekolah. Untuk itu, sebagai orang tua perlu mengetahui minat dan bakat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
anaknya. Terutama dalam mengembangkan minat baca anak-anak di saat mereka
sedang dalam masa perkembangannya. Dengan demikian, peran orang tua sangat
besar dalam pengaruh penanaman kebiasaan membaca pada anak-anak. Kebiasaan
dan minat adalah dua pengertian yang berbeda namun erat berkaitan. Kebiasaan
adalah suatu tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga
menimbulkan pembiasaan sedangkan definisi dari minat menurut Poerbakawatja
(1982: 214) adalah kesediaan jiwa yang sifatnya aktif untuk menerima sesuatu
dari luar.
Minat dibedakan menjadi dua macam, yaitu minat spontan dan minat terpola.
Minat spontan adalah minat yang muncul atau tumbuh secara spontan (tidak
terduga) dalam diri seseorang tanpa dipengaruhi oleh pihak luar (Dawson dan
Bamman, 1960: 31). Sedangkan minat terpola adalah minat yang timbul sebagai
akibat adanya pengaruh dan kegiatan yang terencana atau terpola terutama pada
kegiatan belajar mengajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah (Dawson dan
Bamman, 1960: 31).
Dewasa ini, ada banyak faktor yang mempengaruhi minat siswa untuk
membaca. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri siswa maupun
berasal dari luar diri siswa, seperti keadaan lingkungan yang tidak mendukung
ataupun keberadaan sarana dan prasarana untuk membaca yang tidak memadai.
Terbatasnya variasi buku bacaan akan mempengaruhi minat siswa untuk mau
membaca ditambah pula dengan bentuk tampilan buku yang biasa saja.
Umumnya, anak-anak yang berada di kelas bawah akan lebih menyukai buku
bacaan bergambar dibandingkan buku bacaan yang berisi tulisan saja. Padahal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
masa-masa anak tersebut merupakan masa yang baik untuk memberikan pondasi
pada anak untuk gemar membaca (dalam jurnal Monica, 2016: 3)
Mengutip salah satu berita yang sempat ditulis oleh Purba Gervin Nathaniel
yang diterbitkan oleh Metrotvnews.compada 15 Maret 2017 lalu, diberitakan
bahwa berdasarkan studi “Most Literate Nation in the World” pada tahun 2016 di
Connecticut State University, minat baca masyarakat Indonesia berada di urutan
ke-60 dari 61 negara mengenai minat membaca. Persis di bawah Thailand yang
ada diurutan 59 dan di atas Bostwana yang berada diurutan terakhir. Keadaan ini
tentunya menjadi hal yang begitu memprihatinkan banyak pihak. Hal ini pun
ternyata menjadi salah satu pokok perhatian Bapak Joko Widodo sebagai Presiden
Republik Indonesia ke-8. Terbukti dalam berita yang ditulis oleh Muhamad
Nuramdani pada 19 Februari 2017 yang lalu di website news.liputan6.com,
Bapak Jokowi beserta Sang Putri, Kahiyang, menyempatkan diri untuk
mengunjungi Mall Senayan City, Jakarta Pusat untuk mencari buku-buku seperti
buku tentang Bung Karno, Bung Hatta, dan cerita rakyat yang kemudian beliau
beli untuk menjadi oleh-oleh anak-anak SD dan SMP di daerah-daerah saat beliau
mengadakan kunjungan. Beliau menginginkan untuk minat baca di Indonesia
menjadi meningkat.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata atau bahasa tulis (Hodgson dalam Tarigan 1994: 7). Tentunya
dengan banyak membaca, siswa akan bertambah wawasannya dan akan banyak
gagasan yang bisa ia kembangkan. Dan bahkan dengan membaca seseorang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
hanya mendapat pencerahan ide dan kata, tetapi juga muncul banyak inspirasi
(Putra, 2008: 23). Membaca pun juga dapat dijadikan hal untuk memetik dan
memahami makna dalam sebuah tulisan serta dapat digunakan untuk
mengembangkan intelektualitas dan sebagai pembelajaran sepanjang hayat
(Finochiaro dan Bonomo dalam Tarigan 1985: 8). Menurut Tarigan (1985: 8)
membaca merupakan proses menerima pesan dan suatu metode yang
dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan kadang-kadang
dengan orang lain untuk memahami makna yang tersurat maupun tersirat dalam
lambang-lambang tertulis. Sehingga dapat diketahui bahwa tujuan utama dari
membaca adalah mendapatkan informasi dan memaknai isi dari bacaan yang
dibaca. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, membaca pun menajdi salah satu dari
empat kemampuan bahasan pokok dan merupakan satu bagian atau komponen
dari komunikasi tulisan (Tampubolon, 1987: 8). Keterampilan yang
dikembangkan selain membaca tersebut adalah mendengarkan, berbicara dan juga
menulis.
Data dari hasil survei UNESCO pada tahun 2011 menunjukkan indeks tingkat
membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen yang artinya hanya ada satu
orang dari seribu penduduk Indonesia yang masih mau membaca buku secara
serius (jurnalasi.id, 30/04/2016). Fakta lain pun juga ditemukan peneliti saat
berada di lapangan berupa hasil wawancara dengan guru kelas III B SD Kanisius
Wirobrajan I pada tanggal 16 November 2016, menunjukkan bahwa masih ada
siswa di kelasnya yang belum bisa membaca dengan lancar. Hasil wawancara
(hasil wawancara terlampir) dan observasi yang dilakukan peneliti selama proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
di kelas ada 6 anak dari 40 siswa di kelas yang masih belum lancar membaca. 3
diantaranya membaca dengan jeda yang cukup lama, 1 siswa membaca membaca
terbata-bata (masih mengeja) dan 2 yang lainnya membaca tanpa memahami
bacaannya. Selain itu masih ada siswa lain yang masih kesulitan ketika diminta
untuk membaca dalam hati, sehingga mereka membaca masih dengan gumaman
atau ejaan pelan.
Langkah yang diambil guru untuk memperlancar siswanya dalam membaca
dan menumbuhkan minat membaca pada siswa dengan memberi kegiatan siswa
untuk meminjam buku di perpustakaan minimal satu buku setiap minggunya.
Kebanyakan dari siswa kelas III B ini adalah penyuka buku bacaan bergambar.
Mereka yang belum lanacar membaca tetap bisa mengerti alur cerita dengan
melihat gambarnya. Kegiatan yang dilakukan guru ini juga sebagai wujud
dukungan pada pemerintah dengan adanya program Gerakan Literasi Sekolah
(GLS).
GLS merupakan salah satu upaya dari pemerintah untuk menumbuhkan minat
baca siswa. Upaya ini menyeluruh pada warga sekolah dan dilakukan di
lingkungan sekolah untuk tujuan menanamkan budaya membaca sebagai
kebiasaan yang menyenangkan dan memperluas pengetahuan. Penanaman
kebiasaan membaca ini dilakukan dengan kisaran waktu 15 menit sebelum
pelajaran dimulai ataupun sesudah pelajaran selesai sebagai gerakan partisipatif.
Menumbuhkan minat membaca anak tentu tidak semudah mengingatkan anak
untuk makan. Kebiasaan membaca tersebut perlu dimulai sejak anak-anak masih
berada di usia dini. Dengan memberikan bacaan-bacaan ringan yang tepat untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
anak-anak. Cerita anak memilki tema kekhasan untuk menarik minat siswa
membaca. Dan untuk dapat menarik keinginan anak dalam membaca diperlukan
media seperti melalui buku bacaan anak-anak yang mengandung cerita kehidupan
sehari-hari, imajinatif, dan memiliki penanaman nilai yang tidak terkesan
memaksa anak dan menekan anak (Kurniati, 2011: 25).
Salah satu bahan yang bisa dimunculkan dalam bacaan siswa adalah nilai-nilai
dari pendidikan antikorupsi. Langkah ini dapat ditekankan kepada siswa secara
tersirat melalui isi cerita. Semakin banyak bahan bacaan yang
mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan antikorupsi akan semakin baik untuk
anak dan menguntungkan negara untuk menanggulangi budaya korupsi.
Dikarenakan semakin tingginya angka pelaku korupsi di Indonesia. Berdasarkan
survei Indeks Persepsi Korupsi (IPK) yang dilakukan oleh Transparency
Internasional, Indonesia menduduki posisi 100 dari 180 negara di dunia.
Berdasarkan masalah tersebut, peneliti mengembangkan buku cerita berbasis
pendidikan antikorupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas III SD. Buku
yang dikembangkan diharapkan dapat memberikan bantuan pada guru untuk
memudahkan penyampaian nilai-nilai pendidikan antikorupsi pada siswa seperti
sikap jujur, bertanggung jawab dan melalui buku cerita bergambar ini siswa
terbantu dalam proses penangkapan pesan moral yang ingin disampaikan penulis
untuk mengajak siswa menolak korupsi. Buku yang dikembangkan dalam
penelitian ini merupakan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan
Antikorupsi untuk Pembelajaran Membaca Siswa Kelas III B SD Kanisius
Wirobrajan I Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, rumusan dari
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses pengembangan buku cerita bergambar berbasis
pendidikan antikorupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas III SD
Kanisius Wirobrajan I?
2. Bagaimana kualitas buku cerita bergambar berbasis pendidikan antikorupsi
yang layak untuk pembelajaran membaca siswa kelas III SD Kanisius
Wirobrajan I?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan antikorupsi
ini adalah:
1. Menjelaskan proses pengembangan buku cerita bergambar berbasis
pendidikan antikorupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas III SD
Kanisius Wirobrajan I.
2. Mendeskripsikan kualitas buku cerita bergambar berbasis pendidikan
antikorupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas III SD Kanisius
Wirobrajan I.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi mahasiswa
Dengan adanya pengembangan buku cerita bergambar ini, dapat
menambah wawasan mahasiswa yang nantinya dapat mengembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
bahan-bahan bacaan untuk pembelajaran membaca siswa di kelas bawah.
Selain itu sebagai calon guru, adanya penelitian ini diharapkan dapat
membantu mahasiswa untuk mengerti pentingnya manfaat buku ajar dalam
kegiatan pembelajaran terkhusus pelajaran membaca untuk siswa kelas
bawah dan memberikan penanaman nilai-nilai antikorupsi terhadap siswa-
siswi nantinya.
1.4.2 Bagi guru
Buku yang dibuat dalam penelitian ini dapat membantu guru dalam
memberikan pengertian korupsi dan bagaimana mengajak anak untuk
bersikap antikorupsi.
1.4.3 Bagi siswa
Pembelajaran membaca untuk siswa menjadi lebih mudah dan diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan baca siswa kelas bawah, terutama siswa
kelas III dengan adanya buku cerita bergambar ini. Selain itu, siswa
mendapatkan pesan moral dari cerita yang tersurat berisikan pendidikan
karakter antikorupsi.
1.4.4 Bagi sekolah
Sekolah memiliki pustaka baru untuk mengembangkan pelajaran membaca
siswa kelas bawah yang berbasis pendidikan antikorupsi.
1.4.5 Bagi Prodi PGSD
Penelitian dari pengembangan buku ini dapat menjadi tambahan pustaka
untuk prodi PGSD Universitas Sanata Dharma berupa buku cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
bergambar untuk pembelajaran membaca muatan bahasa Indonesia kelas
III SD yang berbasis pendidikan antikorupsi.
1.4.6 Bagi Peneliti
Memberikan tambahan wawasan dan pengalaman bagi peneliti saat
melakukan proses pengembangan buku cerita bergambar berbasis
pendidikan antikorupsi ini. Peneliti berharap dengan adanya buku cerita
bergambar berbasis pendidikan antikorupsi ini dapat membantu dalam
pembelajaran membaca anak sekaligus memperkenalkan nilai antikorupsi
pada anak.
1.5 Definisi Operasional
1.5.1 Membaca adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan pemahaman
atau informasi dari tulisan yang sudah dibaca
1.5.2 Buku cerita bergambar adalah sebuah buku cerita dengan narasi singkat
beserta gambar-gambar sebagai ilustrasi yang memberikan efek visual
bagi pembacanya.
1.5.3 Pendidikan Antikorupsi adalah usaha sadar untuk memberikan
pemahaman dan pencegahan terjadinya perbuatan korupsi yang dilakukan
melalui pendidikan formal di sekolah, pendidikan informal di lingkungan
keluarga, serta pendidikan nonformal di masyarakat.
1.6 Spesifikasi Produk yang Dihasilkan
Spesifikasi produk yang dihasilkan adalah
1.6.1 Buku cerita bergambar yang dihasilkan mengandung kegiatan yang
berhubungan dengan sekolah dan siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
1.6.2 Isi buku disesuaikan dengan perkembangan anak dengan bahasa
sederhana.
1.6.3 Bersifat kontekstual atau kejadian-kejadian yang ada pada buku cerita
berasal dari cerita kehidupan sehari-hari.
1.6.4 Buku cerita mengandung isi yang akan dicapai untuk penanaman nilai-
nilai pendidikan antikorupsi.
1.6.5 Buku cerita bergambar mengandung komponen kata pengantar, panduan
penggunaan buku, isi cerita, dan refleksi.
1.6.6 Buku cerita bergambar dicetak dengan menggunakan kertas ivory 190
pada bagian sampul depan-belakang buku, sedangkan isi buku dicetak
dengan kertas HVS 100 berukuran A5 (14,8 cm x 21 cm).
1.6.7 Buku menggunakan gambar sketsa tangan yang kemudian diaplikasikan
menggunakan CorelDraw X4.
1.6.8 Produk buku cerita bergambar yang dihasilkan memiliki halaman 32
lembar yang sudah termasuk sampul bagian depan dan belakang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Pendidikan Antikorupsi
2.1.1.1 Pengertian m, Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang mutlak didapatkan oleh seorang anak
dari dalam keluarga, masyarakat lingkungannya, maupun dalam komunitas
formal seperti sekolah. Definisi dari pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran atau pelatihan dengan proses, cara, ataupun perbuatan mendidik.
Sedangkan di dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003, pendidikan
didefinisikan sebagai sebuah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar serta proses pembelajaran agar peserta didik aktif
mengembangkan potensi dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Abidin,
2012: 38).
Tokoh kenamaan John Dewey menegaskan bahwa pendidikan adalah
proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental (pokok) secara
intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia (Syarbini, 2014:
3). Apabila disimpulkan dari beberapa definisi mengenai pendidikan tersebut,
pendidikan adalah sebuah usaha untuk menjadikan seseorang menjadi lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
baik dan untuk dididik mengembangkan potensi dalam dirinya yang dapat
berguna untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang lain.
2.1.1.2 Pengertian Korupsi
Kejujuran dan integritas merupakan pilar utama karakter manusia
Indonesia yang menjadi barang langka yang penting dan mendesak. Banyak
bencana birokrasi seperti korupsi; bencana kemanusiaan seperti pembunuhan
dan pelanggaran HAM, serta bencana korporasi seperti kerjasama yang tidak
baik bermula dari sikap ketidakjujuran yang akhirnya merajalela di Indonesia
akibat tidak kuatnya dasar pendidikan karakter seseorang. Pelaku-pelaku
kejahatan ini lebih mengutamakan keuntungan pribadinya dan tidak
memperhatikan keadaan sekitarnya.
Tindakan ketidakjujuran banyak dilakukan oleh orang-orang yang
memiliki jabatan tinggi. Seperti berita yang ada di penghujung tahun 2016
yaitu pada 31 Desember 2016 yang memberitakan bahwa seorang Bupati di
salah satu daerah Jawa Tengah tertangkap tangan oleh lembaga pemberantasan
korupsi atau KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) saat sedang melakukan
operasi tangkap tangan kegiatan jual-beli jabatan. KPK merupakan lembaga
negara yang bekerja untuk menegakkan keadilan dari tindakan orang-orang
yang melakukan sesuatu untuk keuntungan diri sendiri atau kelompoknya, yang
saat ini lebih dikenal dengan tindakan korupsi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) korupsi berarti palsu,
busuk, dan suap. Namun, secara harafiah kata korupsi ialah kebusukan,
keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
penyimpangan dari kesucian, dan kata-kata atau ucapan yang memfitnah
(Hamzah dalam Syarbini, 2014: 5). Sedangkan di dalam kamus hukum oleh
Prof. Raden Subekti (Suradi, 2014: 62), korupsi diartikan sebagai tindak pidana
memperkaya diri sendiri secara langsung atau tidak langsung dengan
merugikan pihak lain.
Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi No. 31 tahun
1999 pasal 2 ayat 1 menyatakan bahwa korupsi diartikan dengan tindakan
memperkaya diri sendiri, memperkaya orang lain, dan memperkaya korporasi
dengan cara melawan hukum dan merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara. Dan dijelaskan lebih lanjut pada ayat 3 bahwa setiap
perbuatan yang terdiri dari penyalahgunaan kewenangan, penyalahgunaan
kesempatan, dan penyalahgunaan sarana yang ada karena jabatan dan
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara dan perekonomian negara
juga termasuk tindakan korupsi (dikutip dari https://ww.kpk.go.id/korupsi ).
Sedangkan oleh Wijaya (2014: 4), korupsi dilihat dari nilai politik dirumuskan
sebagai tindakan yang menyebabkan negara menjadi bangkrut dengan
pengaruh luar biasa seperti hancurnya perekonomian, pelayanan kesehatan
yang tidak memadai, dan bahkan rusaknya sistem pendidikan yang membudaya
dalam kehidupan bangsa.
Perbuatan-perbuatan yang merugikan seperti ini perlu mendapatkan
perhatian lebih dari negara. Karena di Indonesia sendiri, korupsi tergolong
ekstra ordinary crime yang telah merusak bukan hanya keuangan Negara dan
potensi ekonomi Negara, tetapi juga telah menghancurkan pilar-pilar sosio
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
budaya, moral, politik, dan tatanan hukum dan keamanan sosial (Syarbini,
2014: 27). Pernyataan ini didukung dengan adanya hasil survei TII
(Transparency International Indonesia) tahun 2016 mengenai Indeks Persepsi
Korupsi (IPK) Indonesia yang dikatakan membaik namun lamban, ini terbukti
dengan adanya fakta bahwa Indonesia naik satu poin sebesar 37 dari angka
tertinggi 100 yang menetapkan Indonesia berada diurutan ke-90 dari 176
negara yang diukur dunia (dikutip dari www.bbc.com/indonesia yang ditulis
oleh Pilar Anugerah) jauh di bawah negara-negara tetangga serumpun Asia
seperti Malaysia (49 poin), Brunei (58 poin) dan Singapura (85 poin) dan di
atas Filipina (35 poin), Thailand (35 poin), Vietnam (33 poin), Myanmar (28
poin), dan Kamboja (21 poin).
Dari beberapa definisi tentang korupsi di atas, dapat disimpulkan
bahwa arti dari korupsi sangat luas, tergantung dari bidang dan perspektif
pendefinisian. Namun, secara garis besar korupsi memiliki makna yang
semuanya mengarah kepada keburukan, tidak baik, ataupun kecurangan yang
berakibat merusak. Dan dapat disimpulkan bahwa definisi korupsi adalah
tindakan memperkaya diri, keluarganya ataupun kelompoknya secara
tersembunyi dengan merugikan pihak lain.
2.1.1.2.1 Penyebab Korupsi
Banyak hal yang menjadi penyebab untuk seseorang atau
kelompok melakukan tindakan korupsi yang entah itu berasal dari dalam diri
pelaku atau dari luar pelaku. Beberapa alasan yang menyebabkan terjadinya
korupsi yaitu seperti adanya kelemahan peraturan perundang-undangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
tentang korupsi yang mencakup peraturan yang monopolistik yang
menguntungkan pihak penguasa. Kualitas peraturan yang kurang memadai
dan kurangnya pensosialisasian sanksi yang terlalu ringan, tidak konsisten
dan tebang pilih, juga lemahnya bidang evaluasi dan revisi peraturan
perundang-undangan menjadi lingkaran politik saat ini. Seperti yang pernah
dikatakan Yamamah dalam Wijaya (2014: 13) bahwa ketika perilaku
matrealistik dan konsumtif masyarakat serta sistem politik masih
‘mendewakan’ materi, maka dapat ‘memaksa’ terjadinya permainan uang dan
korupsi. Dengan kondisi seperti itu, pastinya seseorang akan ‘terpaksa’ untuk
korupsi. Berbeda pandangan yang dikemukakan oleh Arifin (2002: 32) bahwa
korupsi disebabkan oleh faktor-faktor berupa: (1) aspek perilaku individu,
(2) aspek organisasi, (3) aspek masyarakat tempat individu dan organisasai
itu berada. Sedangkan ICW (Indonesia Corruption Watch) sebagai organisasi
non pemerintah yang mempunyai tujuan untuk mengawasi dan melaporkan
pada masyarakat tentang aksi korupsi yang terjadi Indonesia. Ada beberapa
faktor yang mendasari seseorang untuk berbuat korupsi menurut ICW
(dikutip dari www.kompasiana.com/faktorkorupsi ) dan faktor-faktor itu
ialah:
1. Faktor Politik
Dunia politik adalah dunia yang rentan untuk dilakukannya tindak
pidana korupsi. Ini dapat terlihat dari instabilitias (ketidakstabilan) politik
dari kepentingan pribadi politisi ataupun mengenai rebutan kekuasaan dan
mempertahankan kekuasaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Perilaku korup seperti menyuap, politik uang merupakan fenomena
yang sering terjadi. Menurut Susanto korupsi pada level pemerintahan
adalah dari sisi penerimaan, pemerasan uang suap, pemberian perlindungan,
pencurian barang-barang publik untuk kepentingan pribadi, tergolong
korupsi yang disebabkan oleh konstitusi dalam politik.
Robert Klitgaard menjelaskan proses korupsi dengan formulasi:
M+D-A=C.
Simbol M adalah monopoly, D adalah discretionary (kewenangan), A
adalah accountability (pertanggungjawaban). Penjelasan atas simbol
tersebut dapat dikatakan bahwa korupsi adalah hasil dari adanya monopoli
(kekuasaan) ditambah dengan kewenangan yang begitu besar tanpa
pertanggung-jawaban.
2. Faktor Hukum
Faktor ini dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi dari aspek perundang-
undangan dan sisi lainnya adalah lemahya penegakan hukum. Bibit Slamet
Riyanto (Riyanto 2009: 62) mengatakan ada lima jenis potensi masalah
penyebab korupsi, yaitu:
Sistem yang biasa diatur dalam perundang-undangan atau semacam
standar profesi
Integritas moral dari pejabat atau petugas
Tingkat kesejahteraan yang masih rendah
Tingkat pengawasan yang masih kurang baik internal atau eksternal
Budaya taat aturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
3. Faktor Ekonomi
Kondisi ekonomi merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi
dan ini terlihat dari pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan.
Terkait faktor ekonomi dan terjadinya korupsi, banyak pendapat
menyatakan bahwa kemiskinan merupakan akar masalah korupsi, namun
pernyataan tersebut tidak benar sepenuhnya, sebab banyak korupsi yang
dilakukan oleh pemimpin-pemimpin yang tidak tergolong orang miskin.
Dengan demikian korupsi bukan disebabkan oleh kemiskinan, tapi justru
sebaliknya, kemiskinan disebabkan oleh korupsi (Pope, 2003: 23)
4. Faktor Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi yang luas, termasuk sistem
pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi korban
korupsi atau dimana korupsi terjadi, biasanya memberi andil terjadinya
korupsi karena membuka peluang atau kesempatan untuk melakukan
korupsi.
Aspek-aspek terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi
meliputi: (a) kurang adanya teladan dari pemimpin (b) tidak adanya kultur
organisasi yang benar, (c) sistem akuntabilitas dalam instansi kurang
memadai, dan (d) manajemen cenderung menutupi didalam organisasinya.
Sebuah organisasi dapat berfungsi dengan baik apabila anggotanya
bersedia mengintegrasikan diri dibawah sebuah pola tingkah laku (yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
normatif), sehingga dapat dikatakan bahwa kehidupan bersama hanya
mungkin apabila anggota-anggota bersedia mematuhi dan mengikuti aturan
yang ditentukan.
Di banyak negara berkembang muncul pandangan bahwa korupsi
adalah akibat dari perilaku-perilaku yang membudaya. Anggapan ini lama-
lama akan berubah jika uang pelicin yang diminta semakin besar, atau
konsumen tahu bahwa kelangkaan yang melandasi uang semir sengaja
diciptakan atau justru prosedur dan proses yang lebih baik bisa diciptakan.
2.1.1.2.2 Bentuk-bentuk Korupsi
Bentuk-bentuk tindakan korupsi berdasarkan tingkatnya
dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1. Pengkhianatan kepercayaan (betrayal of trust)
Merupakan bentuk korupsi yang paling sederhana dan mudah terjadi di
kalangan masyarakat luas. Semua orang yang berkhianat atau mengkhianati
kepercayaan maupun amanat yang diterima bisa disebut sebagai koruptor.
Misalnya saja DPR yang tidak menyampaikan aspirasi rakyat atau
menggunakan aspirasi rakyat untuk kepentingan pribadi pun juga
merupakan tindakan pengkhianatan kepercayaan.
2. Penyalahgunaan kepercayaan (abuse of power)
Tindakan korupsi ini merupakan korupsi tingkat menengah dengan
segala bentuk tindakan penyimpangan yang dilakukan melalui struktur
kekuasaan, baik di tingkat negara maupun lembaga struktural lain, termasuk
lembaga pendidikan tanpa memperoleh keuntungan materi. Misalnya saja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
memasukkan anak ke dalam struktural jabatannya untuk memperluas dinasti
yang menjabat seperti yang terjadi di Kepulauan Seribu dan Klaten yang
dipimpin oleh suatu Dinasti (garis keluarga).
3. Penyalahgunaan kekuasaan agar bisa memperoleh keuntungan
materi (material benefit)
Tindakan penyalahgunaan kekuasaan ini memperoleh keuntungan
materi, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Korupsi yang terjadi
merupakan korupsi yang paling membahayakan karena kekuasaan dan
keuntungan materi serta sering terjadi di Indonesia. Contohnya adalah
Hakim MK (Mahkamah Konstitusi) yang ditangkap oleh KPK karena
terlibat operasi tangkap tangan dari kasus suap importir daging. Hakim ini
menerima suap untuk perusahaan yang ingin usahanya lancar di Indonesia.
Sifat egoisme mernjadi penyebab utama timbulnya korupsi. ICW
merumuskan penyebab timbulnya korupsi dengan persamaan:
C = N + K
Yang mana C adalah Corruption yang berarti korupsi atau tindakan
kriminal; N adalah niat yang dikaitkan dengan faktor moral, budaya, individu,
dan keinginan; dan K adalah kesempatan yang dikaitkan dengan faktor
sistem, struktur sosial, politik, ekonomi, struktur pengawasan, hukum,
ataupun kelembagaan.
Dari perpaduan faktor tersebut yang menjadi penyebab adanya
tindak pidana korupsi. Artinya apabila ada niat untuk melakukan korupsi
tetapi tidak ada kesempatan, perbuatan korupsi tidak akan terjadi. Sebaliknya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
jika kesempatan untuk melakukan korupsi terbuka lebar dan niat untuk
melakukan korupsi tidak ada, korups tidak akan terjadi. Sehingga dengan
demikian korupsi merupakan perpaduan masalah moral dan sister dari
keegoisan manusia itu sendiri untuk mengubah dan menjadikan sistem
sebagai kepentingan pribadi.
Berbeda dengan rumusan yang dibuat oleh ICW, menurut Yogi
Suwarno (dalam Mukodi dan Burhanuddin, 2014: 49) suatu tindakan dapat
dikategorikan sebagai korupsi apabila memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
1. Suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan.
2. Penipuan terhadap badan pemerintah, lembaga swasta, atau
masyarakat umumnya.
3. Dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan
khusus.
4. Dilakukan dengan rahasia, kecuali dengan keadaan dimana orang-
orang berkuasa tahu bawahannya menganggapnya tidak perlu.
5. Melibatkan lebih dari satu orang pihak.
6. Adanya kewajiban dan keuntungan bersama dalam bentuk uang atau
yang lain.
7. Terpusatnya kegiatan korupsi pada mereka yang menghendaki
keputusan yang pasti dan mereka yang dapat mempengaruhinya.
8. Adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk-bentuk
pengesahan hukum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
9. Menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif (berlawanan) pada
mereka yang melakukan korupsi.
Sedangkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), bentuk-
bentuk yang tergolong korupsi (dalam www.kpk.go.id/bentuk-korupsi.html)
adalah sebagai berikut:
1. Kerugian uang negara
Tindakan ini menggunakan uang milik negara untuk menyokong
kegiatan yang dilakukan oleh pelaku yang menyebabkan negara
merugi.
2. Suap menyuap
Penyuapan merupakan sebuah perbuatan kriminal yang melibatkan
sejumlah pemberian kepada seseorang dengan sedemikian rupa
sehingga bertentangan dengan tugas dan tanggungjawabnya. Sesuatu
yang diberikan sebagai suap tidak harus berupa uang, tapi bisa berupa
barang berharga, rujukan hak-hak istimewa, keuntungan ataupun janji
tindakan, suara atau pengaruh seseorang dalam sebuah jabatan publik.
3. Penggelapan
Merupakan bentuk korupsi yang melibatkan pencurian uang, properti
atau barang berharga dari seseorang yang telah memberikan amanat
untuk menjaga dan mengurus hal-hal itu.
4. Pemerasan
Ini berarti menggunakan ancaman kekerasan atau pembujukan secara
keras untuk diajak kerjasama. Misalnya seorang pejabat menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
korban pemerasan oleh orang yang dulunya menolongnya untuk
mengambil keuntungannya.
5. Perbuatan curang (nepotisme)
Nepotisme berarti memilih keluarga atau teman dekat berdasarkan
pertimbagan hubungan kekeluargaan, bukan karena kemampuannya.
Kata nepotisme berasal dari bahasa Latin yaitu nepos yang berarti
"keponakan" atau "cucu" (www.wikipedia.com/nepotisme). Dalam
UU RI No. 28 Tahun 1999 tentang penyelenggara negara yang bersih
dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme; menyebutkan bahwa,
nepotisme adalah setiap perbuatan penyelenggara negara secara
melawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan
atau kroninya di atas kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara
(Pasal 1 Angka 5). Contoh dari perbuatan nepotisme misalnya seorang
pejabat negara yang mengangkat anggota keluarganya menduduki
jabatan tertentu tanpa memperhatikan aturan hukum yang berlaku
(dikutip dari www.pengertianahli.com/nepotisme).
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
Yang dimaksudkan adalah apabila seseorang ditugaskan untuk
menjalankan suatu jabatan, kemudian baik secara langsung atau tidak
langsung ikut serta dalam pemborongan.
7. Gratifikasi
Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang,
rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan
fasilitas lainnya.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencegah tindakan-
tindakan korupsi seperti di atas adalah memberikan penanaman nilai-nilai
antikorupsi yang dapat diimplementasikan dalam dunia pendidikan seperti
pendidikan antikorupsi. Pendidikan antikorupsi diharapkan dapat mencetak
generasi penerus bangsa bisa sehingga mereka membedakan kegiatan korupsi
selain itu juga digunakan sebagai tindakan mencegah, mengurangi, dan
memberantas korupsi sebagai upaya untuk mendorong generasi muda.
Tindakan mencegah ini dapat digunakan sebagai langkah mengembangkan
sikap menolak tegas untuk tidak bersedia menerima dan memaafkan
perbuatan korupsi dalam kondisi apapun.
2.1.1.3 Pengertian Pendidikan Antikorupsi
Sikap antikorupsi adalah sikap tidak setuju, tidak suka, dan tidak
senang terhadap tindakan korupsi. Antikorupsi merupakan sikap yang dapat
mencegah dan menghilangkan perkembangan korupsi. Artian mencegah disini
adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran individu untuk tidak melakukan
tindak korupsi serta menyelamatkan uang dan aset negara atau yang bukan hak
milik pelaku korupsi itu.
Sikap antikorupsi dapat diintegrasikan dalam dunia pendidikan karena
pendidikan antikorupsi adalah usaha sadar untuk memberikan pemahaman dan
pencegahan terjadinya perbuatan korupsi yang dilakukan melalui pendidikan
formal di sekolah, pendidikan informal di lingkungan keluarga, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
pendidikan nonformal di masyarakat (Wijaya, 2014: 26). Pendidikan
antikorupsi merupakan tindakan untuk mengendalikan dan mnegurangi korupsi
berupa keseluruhan upaya untuk mendorong generasi mendatang untuk
mengembangkan sikap menolak secara tegas terhadap setiap bentuk korupsi
(Sumiarti, 2007: 8)
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan antikorupsi merupakan
salah satu usaha sadar untuk memberikan pemahaman bahaya korupsi dan
usaha untuk menanamkan dan menguatkan nilai-nilai dalam membentuk sikap
antikorupsi. Dan pada dasarnya pendidikan antikorupsi memberikan
pengajaran dan penanaman kejujuran pada siswa yang merupakan landasan
dari antikorupsi.
2.1.1.4 Tujuan Pendidikan Antikorupsi
Menurut Dharma (dalam Wijaya, 2004: 26) tujuan umum dari
pendidikan antikorupsi adalah: (1) pembentukan pengetahuan dan pemahaman
mengenai bentuk korupsi serta aspek-aspeknya; (2) pengubahan persepsi dan
sikap terhadap korupsi; serta (3) pembentukan keterampilan dan kecakapan
batu yang dituduhkan untuk melawan korupsi.
Sedangkan tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan antikorupsi di
sekolah adalah untuk:
1. Menanamkan nilai dan sikap hidup antikorupsi kepada warga sekolah.
2. Menumbuhkan kebiasaan perilaku antikorupsi kepada warga sekolah.
3. Mengembangkan kreativitas warga sekolah dalam memasyarakatkan dan
membudayakan perilaku antikorupsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Ada lima tujuan pendidikan antikorupsi menurut Wijaya (2014:25)
yaitu:
1. Membangun kehidupan sekolah sebagai bagian dari masyarakat melalui
penciptaan lingkungan belajar yang berbudaya integritas (antikorupsi), yaitu
jujur, disiplin, adil, tanggung jawab, bekerja keras, sederhana, mandiri,
berani, peduli dan bermartabat.
2. Mengembangkan potensi kalbu/nurani peserta didik melalui ranah afektif
sebagai manusia yang memiliki kepekaan hati dan selalu menjunjung tinggi
nilai-nilai budaya sebagai wujud rasa cinta tanah air serta didukung
wawasan kebangsaan yang kuat.
3. Menumbuhkan sikap, perilaku, kebiasaan yang terpuji sejalan dengan nilai
universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.
4. Menanamkan jiwa kepemimpinan yang profesional dan bertanggung jawab
sebagai generasi penerus bangsa.
5. Menyelenggarakan manajemen sekolah secara terbuka, transparan,
profesional, serta bertanggung jawab.
Yang menjadi sasaran pendidikan antikorupsi adalah siswa sebagai
generasi penerus bangsa. Dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan
antikorupsi adalah baik adanya untuk dapat menanamkan nilai-nilai karakter
pendidikan antikorupsi dan kebiasaan-kebiasaan baik seperti jujur, disiplin,
adil, tanggung jawab, bekerja keras, sederhana, mandiri, berani, peduli dan
bermartabat serta mengembangkan nurani siswa untuk memiliki kepekaan
hati dan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai budaya sebagai wujud rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
cinta tanah air serta didukung wawasan kebangsaan yang kuat sehingga
akan mampu bersikap antikorupsi.
2.1.1.5 Nilai-nilai dalam Pendidikan Antikorupsi
Pendidikan antikorupsi sebenarnya dipengaruhi oleh nilai-nilai
antikorupsi yang tertanam dalam diri seseorang itu. Menurut Nanang dan
Romie (dalam Mukodi dan Burhanuddin, 2014 : 79) terdapat 9 (sembilan) nilai
anti korupsi, yaitu 1) kejujuran, 2) kepedulian, 3) kemandirian, 4) kedisiplinan,
5) tanggung jawab, 6) kerja keras, 7) kesederhanaan, 8) keberanian, dan 9)
keadilan yang bisa tumbuh dalam diri seseorang. Berikut adalah penjelasannya
mengenai setiap nilainya:
1. Kejujuran
Kejujuran atau jujur diartikan sebagai sebuah tindakan lurus hati,
tidak berbohong, berkata apa adanya, tidak curang dengan mengikuti
aturan yang berlaku, tulus, ikhlas (dalam KBBI). Nilai kejujuran ibarat
sebuah mata uang yang berlaku dimana-mana termasuk dalam kehidupan
di sekolah. Prinsip kejujuran harus dipegang teguh oleh peserta didik.
Nilai kejujuran di sekolah dapat diwujudkan dalam bentuk tidak
melakukan kecurangan akademik seperti tidak menyontek saat ujian, tidak
memalsukan nilai, dan sebagainya.
2. Kepedulian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline v1.3, peduli
diartikan sebagai sikap mengindahkan, memperhatikan, menghiraukan.
Nilai kepedulian dapat diwujudkan oleh peserta didik dalam beragam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
bentuk, diantaranya berusaha ikut memantau jalannya proses
pembelajaran, memantau sistem pengelolaan sumber daya di sekolah atau
madrasah, memantau kondisi infrastruktur lingkungan sekolah.
3. Kemandirian
Menurut Nanang dan Romie dalam (Mukodi dan Burhanuddin,
2014 : 85) kondisi mandiri bagi peserta didik diartikan sebagai proses
mendewasakan diri atau membentuk karakter kuat dalam diri seseorang
yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan tugas
dan tanggung jawabnya. Nilai kemandirian dapat diwujudkan antara lain
dalam bentuk mengerjakan tugas secara mandiri, mengerjakan ujian secara
mandiri, dan menyelenggarakan kegiatan kesiswaan dengan swadaya.
4. Kedisiplinan
Disiplin (dalam KBBI) diartikan sebagai ketaatan (kepatuhan)
kepada peraturan. Sikap disiplin diperlukan dalam berkehidupan di
sekolah atau madrasah maupun masyarakat. Manfaat dari hidup yang
disiplin adalah peserta didik dapat mencapai tujuan hidupnya dengan
efektif dan efisien. Disiplin pada akhirnya juga dapat menambah rasa
kepercayaan kepada orang lain. Dalam berbagai situasi guru dituntut untuk
dapat mengembangkan sikap disiplin peserta didik.
5. Tanggung jawab
Menurut Nanang dan Romie (dalam Mukodi dan Burhanuddin,
2014 : 88) tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu dari sebuah
perbuatan yang salah, baik itu disengaja maupun tidak disengaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Penerapan nilai tanggung jawab antara lain dapat diwujudkan dalam
bentuk belajar dengan sungguh-sungguh, mengerjakan tugas dengan baik
dan tepat waktu, lulus tepat waktu dengan nilai yang baik, menjaga
amanah dan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Orang yang berani
bertanggung jawab tentunya akan mendapatkan kepercayaan dari orang
lain.
6. Kerja keras
Kerja keras didasarkan atas kemauan yang tinggi. Kemauan juga
diasosiasikan sebagai tekad, ketekunan, pendirian pantang mundur, hingga
keberanian. Kerja keras dapat diwujudkan oleh peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari seperti melakukan sesuatu dengan menghargai
proses bukan hasil semata, tidak melakukan jalan pintas, belajar dan
mengerjakan tugas-tugas akademik dengan sungguh-sungguh.
7. Kesederhanaan
Prinsip hidup sederhana merupakan indikator bagian penting dalam
menjalin hubungan antara sesama peserta didik. Hidup yang sederhana
akan menjauhkan seseorang pada bentuk kecemburuan sosial yang tak
jarang dapat berujung pada sebuah tindakan untuk melawan hukum.
Prinsip hidup sederhana juga menghindari seseorang dari keinginan yang
berlebihan. Nilai kesederhanaan dapat diterapkan oleh peserta didik dalam
bentuk diantaranya hidup sesuai dengan kemampuan, hidup sesuai dengan
kebutuhan, ataupun tidak suka pamer kekayaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
8. Keberanian
Berani menyampaikan pendapat adalah modal awal untuk
mencegah terjadinya korupsi. Nilai keberanian dapat dikembangkan
peserta didik diantaranya melalui berani mengatakan dan membela
kebenaran, berani bertanggung jawab terhadap segala bentuk kesalahan,
berani menyampaikan pendapat, dan sebagainya.
9. Keadilan
Keadilan diartikan dengan memberikan hak seimbang dengan
kewajiban, atau memberi sesuatu dengan kebutuhannya. Nilai keadilan
dapat dikembangkan oleh peserta didik diantaranya melalui bentuk
memberikan saran perbaikan dan semangat pada temannnya yang tidak
berprestasi, tidak memilih teman dalam bergaul berdasarkan suku, agama,
ras dan antar golongan.
Terkait dengan 9 nilai pendidikan anti korupsi di atas, peneliti
memunculkan beberapa nilai anti korupsi dalam pengembangan produk buku
cerita bergambar miliknya. Nilai pendidikan anti korupsi yang dimunculkan
peneliti yaitu nilai kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, dan keberanian.
Pemunculan nilai-nilai pendidikan antikorupsi dimaksudkan agar anak dapat
mengambil amanat setelah membaca cerita tersebut.
2.1.2 Buku Cerita Bergambar
2.1.2.1 Pengertian Buku Cerita Bergambar
Variasi dari literasi yang digunakan sebagai bahan bacaan anak-anak
haruslah bermacam-macam. Salah satunya adalah buku cerita bergambar yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
dapat menarik minat siswa kelas bawah untuk membaca. Pada siswa usia kelas
bawah, gambar memiliki peranan yang penting dalam proses pembelajaran.
Karena masih berada di tahapan imajinatif, buku-buku yang memiliki gambar
menarik perhatian lebih dari siswa-siswa tersebut.
Buku cerita bergambar adalah buku bacaan cerita yang menampilkan
teks narasi secara verbal dan disertai gambar-gambar ilustrasi (Nurgiyantoro,
2005: 152). Mitchel (dalam Nurgiyantoro, 2005: 153) mengatakan bahwa buku
cerita bergambar adalah buku yang menyampaikan cerita dengan gambar dan
teks yang keduanya saling menjalin. Sedangkan Lukens (dalam Nurgiyantoro,
2005: 153) berpendapat bahwa ilustrasi cerita dan gambar adalah media yang
berbeda tetapi dalam buku cerita keduanya secara bersama membentuk suatu
perpaduan. Dengan demikian, pembaca dapat mengerti alur cerita yang
diberikan dari teks narasi dan gambar tersebut. Akan lebih baik apabila buku
cerita bergambar memiliki tampilan serta isi yang menarik siswa dan juga
bahasa yang digunakan pun bahasa yang mudah dimengerti anak sehingga anak
menjadi suka untuk membacanya. Apabila buku tersebut dibuat secara asal-
asalan, kegiatan membaca buku tersebut dapat menjadi hal yang membosankan
ketika anak membaca (Priyono, 2006: 3).
Berdasarkan uraian teori-teori mengenai buku cerita bergambar di atas
dapat diketahui bahwa sesungguhnya buku cerita bergambar adalah sebuah
media yang dibuat dengan adanya perpaduan antara teks narasi dan ilustrasi
yang dapat memberikan penjelasan alur cerita pada pembaca walaupun tanpa
membaca teks narasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Dengan mengembangkan buku cerita bergambar yang memiliki
landasan pendidikan antikorupsi, diharapkan anak-anak yang membaca buku
tersebut memiliki pengalaman membaca yang baru. Di mana dalam kegiatan
membaca terdapat pesan-pesan moral yang bisa diterima oleh anak-anak. Dan
tujuan pengembangan buku tersebut pun dapat tercapai.
2.1.2.2 Fungsi Buku Cerita Bergambar
Banyak fungsi dari kegiatan membaca buku cerita bergambar bagi
anak-anak. Mitchel (dalam Nurgiyantoro, 2005: 159-160) memaparkan
beberapa fungsi dan pentingnya buku cerita bergambar bagi anak-anak adalah
sebagai berikut:
1. Dapat membantu anak pada pengembangan dan perkembangan emosi serta
memberikan rangsangan anak untuk penyaluran emosi. Dengan adanya
buku tersebut anak merasa terfasilitasi dan terbantu untuk memahami serta
menerima dirinya juga orang lain. Buku cerita bergambar dapat membantu
anak untuk mengekspresikan perasaan dirinya seperti rasa takut, bahagia,
senang, maupun sedih agar emosi-emosi tersebut dapat berjalan wajar dan
terkontrol.
2. Membantu anak-anak untuk belajar tentang dunia serta menyadarkan anak
tentang keberadaannya di dunia yaitu di tengah masyarakat dan alam.
Karena dunia inilah yang akan menambah pengalaman hidup yang penting
bagi perkembangan dirinya.
3. Buku cerita bergambar dapat membantu anak belajar tentang orang lain,
hubungan yang terjadi serta pengembangan perasaan. Hal ini dapat terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
karena di dalam ilustrasi buku cerita bergambar serta kata-kata
digambarkan secara jelas dan konkret tentang kehidupan.
4. Buku cerita bergambar membantu anak untuk memperoleh kesenangan.
5. Membantu anak untuk mengapresiasi keindahan secara verbal maupun
ilustrasi yang mendukungnya.
2.1.2.3 Unsur-unsur Cerita
Dalam buku Nurgiyantoro (2005 : 7), dikatakan bahwa isi cerita anak
tidak harus yang baik-baik saja, seperti kisah anak rajin, suka membantu ibu,
dan lain-lain. Anak-anak dapat menerima cerita yang “tidak baik” seperti anak
malas, anak pembohong, atau binatang yang suka memakan sebangsanya.
Terkait beberapa contoh isi cerita di atas merupakan kesatuan dari berbagai
elemen yang membentuknya. Elemen-elemen itu dapat dibedakan ke dalam
unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur instrinsik adalah unsur-unsur cerita fiksi yang secara langsung
berada di dalam, menjadi bagian dan ikut membentuk eksistensi cerita yang
bersangkutan. Unsur fiksi yang termasuk dalam kategori ini misalnya adalah
tokoh dan penokohan, alur, pengaluran, dan berbagai peristiwa yang
membentuknya, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Berbeda dengan unsur
ekstrinsik, di pihak lain, adalah unsur yang berada di luar teks fiksi yang
bersangkutan, tetapi mempunyai pengaruh membangun cerita yang dikisahkan,
langsung atau tidak langsung (Nurgiyantoro, 2005 : 221).
Berbeda dengan Rampan (2012: 73) yang menyatakan bahwa sebuah
cerita sebenarnya terdiri dari pilar-pilar sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
1) Tema
Tema merupakan pilar pertama yang adalah rancangan awal penulis untuk
dapat membangun sebuah cerita yang dilandasi amanat atau pesan moral
yang ingin disampaikan pada pembaca. Pemberian amanat perlu dibuat
secara menarik sehingga pembaca merasa tidak sedang membaca sebuah
wejangan moral, kemudian juga bersifat menghibur dan membangun
pengertian supaya pembaca dapat menarik kesimpulan pesan yang ingin
disampaikan. Umumnya, tema dinyatakan secara eksplisit untuk pembaca.
2) Tokoh
Pilar kedua dalam sebuah cerita adalah tokoh. Secara umum, tokoh atau
penokohan dibagi menjadi dua, yaitu tokoh utama yang bersifat
protagonis dan tokoh lawan yang umumnya bersifat antagonis. Tokoh-
tokoh ini tentunya memiliki tokoh-tokoh lain sebagai pelengkap untuk
menjadi satu kesatuan bagian dari cerita. Setiap penulis perlu
memperlihatkan kejelasan karakter dari setiap tokohnya.
3) Latar
Menjadi pilar ketiga, latar termasuk bagian yang penting dalam sebuah
cerita. Peristiwa-peristiwa dalam cerita dapat dibangun dengan menarik
bila penempatan latar waktu dan tempat dilakukan dengan tepat, hal ini
dikarenakan latar berhubungan dengan tokoh dan karakter. Latar
menunjukkan bahwa cerita tertentu dapat menghidupkan tokoh-tokoh dan
menghidupkan alur yang lebih spesifik dan unik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
4) Alur
Ibarat manusia, pilar keempat atau alur ini, merupakan bagian dari nyawa.
Pengarang dituntut untuk dapat membuat alur cerita yang menarik
sehingga kronologi dalam cerita dapat membuat pembaca seolah-olah ikut
menjadi bagian dalam penceritaan. Alur dapat dibina secara lurus atau
secara kronologis. Peristiwa-peristiwa dibuat berkaian langsung satu sama
lain hingga cerita berakhir. Dapat dibangun secara episodik, dimana cerita
diikat oleh episode-episode tertentu, dan pada setiap episodenya
ditemukan gawatan, klimaks dan leraian. Alur juga dapat dibangun dengan
sorot balik atau maju. Sorot balik adalah paparan informasi atau peristiwa
yang terjadi di masa lampau, dikisahkan kembali dalam situasi masa kini,
sementara alur maju merupakan wujud ancang-ancang untuk menerima
peristiwa-peristiwa tertentu yang nanti akan terjadi.
5) Gaya
Pilar yang terakhir adalah gaya. Hal ini menentukan keberhasilan sebuah
cerita. Karena secara eksplisit dikatakan keberhasilan sebuah cerita bukan
pada apa yang dikatakan melainkan bagaimana mengatakannya. Kalimat-
kalimat yang enak dibaca, ungkapan-ungkapan yang baru dan hidup,
suspence yang menyimpan kerahasiaan, pemecahan persoalan yang rumit
namun penuh tantangan, pengalaman-pengalaman baru yang bernuansa
kemanusiaan, dan sebagainya merupakan muatan gaya yang membuat
pembaca terpesona. Disamping sebagai tanda seorang pengarang, gaya
tertentu mampu menyedot perhatian pembaca untuk terus membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Bersama elemen lainnya, seperti penggunaan sudut pandang yang tepat,
pembukaan dan penutup yang memberi kesan tertentu, gaya adalah salah
satu kunci yang menentukan berhasil atau gagalnya sebuah cerita.
Penyusunan kerangka buku cerita bergambar dalam penelitian ini
tentunya didasari oleh teori kelima pilar cerita di atas. Kelima pilar tersebut
seperti tema yang diangkat yaitu mengenai nilai pendidikan antikorupsi yang
berisi nilai kejujuran, tanggung jawab, keberanian, dan juga kedisiplinan.
Selanjutnya mengenai tokoh, pengembangan buku cerita bergambar ini
mengambil beberapa tokoh seperti tokoh utama bernama Judika, Ibu Judika,
Bu Ijak sebagai guru, dan teman Judika yang bernama Bogi. Latar yang
digunakan dalam cerita adalah kelas, lapangan sepak bola, rumah Judika, dan
kamar Judika. Selain itu, alur yang digunakan dalam pembuatan buku cerita
menggunakan alur maju, sehingga pemunculan masalah hingga penyelesaian
masalah terdapat pada isi cerita. Sedangkan untuk gaya penulisan, buku cerita
ini dilengkapi gambar yang dipadu tulisan dan warna yang diharapkan
memberi kesan buku terlihat lebih menarik. Hal ini dilakukan supaya
menumbuhkan minat baca anak ketika melihat tampilan buku sehingga
membantu anak dalam belajar membaca dan juga wujud penanaman nilai-nilai
antikorupsi yang dapat diimplementasikan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.2.4 Kriteria Buku Cerita Bergambar yang baik
Perlu diketahui bahwa buku bacaan yang baik adalah buku bacaan
yang: (1) dapat memberikan nilai positif pada pembacanya; (2) disampaikan
dalam bahasa yang sederhana, enak dibaca dan penulisnya seakan ingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
berbagi dengan pembaca, bukan menggurui; (3) gaya penulisan tidak meledak-
ledak; (4) menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, tidak
menggunakan istilah asing yang sebenarnya ada padanannya dalam bahasa
Indonesia (Christantiowati dalam Santosa, 2008: 9).
Pendapat serupa juga dikatakan oleh Effendi, Bangsa, dan Yudani
(dalam Santosa, 2008: 89) bahwa buku cerita yang baik adalah buku yang
memiliki: (a) tampilan visual buku dirancang menggunakan tampilan full
color; (b) tampilan visual buku lebih dominan gambar dibandingkan dengan
teks; (c) jenis huruf pada buku cerita memiliki tingkat keterbacaan yang baik
bagi anak-anak; (d) judul buku cerita mewakili keseluruhan isi cerita dan
menarik minat anak untuk membaca lebih lanjut; dan (e) tampilan warna
mampu memberikan kesan dan mudah ditangkap oleh indra penglihatan anak.
Berdasar uraian-uraian teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kriteria
buku cerita yang baik bagi anak adalah buku yang menggunakan bahasa
sederhana dan mudah dimengerti oleh pembaca. Selain itu buku yang baik
perlu memperhatikan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dengan
menggunakan ilustrasi buku full color dan lebih dominan dibandingkan
teksnya. Judul buku cerita juga perlu diperhatikan karena harus mewakili isi
cerita dan dapat memberikan nilai positif bagi pembaca terutama dalam
penelitian dan pengembangan buku cerita bergambar ini adalah nilai
pendidikan antikorupsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2.1.3 Membaca
2.1.3.1 Pengertian Membaca
“Buku adalah jendela dunia” ini merupakan salah satu ungkapan yang
umum didengar. Buku adalah salah satu bahan untuk dibaca. Kegiatan
membaca bagi anak-anak merupakan sebuah jembatan untuk menuju proses
memahami dan mengerti, karena dengan membaca anak menjadi tahu banyak
hal yang menjadi salah satu ciri anak cerdas. Definisi membaca menurut
Hodgson (dalam Tarigan, 1994: 7) adalah suatu proses yang dilakukan serta
digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampailan
penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Dalam hal ini membaca
diartikan sebagai pemberiann respon terhadap ungkapan penulis bahwa
pembaca mampu memahami materi dengan baik.
Frank Smith (dalam Zuchdi, 2008: 21) mendefinisikan membaca
sebagai proses komunikasi yang berupa pemerolehan informasi dari penulis
oleh pembaca. Hal ini juga sejalan dengan Emerald V Dechant (dalam Zuchdi,
2008: 21) yang mengungkapkan bahwa membaca adalah proses pemberian
makna terhadap tulisan, sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penulis bacaan
itu. Selain itu dapat diartikan pula bahwa membaca adalah salah satu metode
yang digunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan orang lain, yaitu
untuk mengkomunikasikan isi yang terkandung dalam suatu tulisan (Tarigan,
2008: 7).
Berdasarkan pengertian membaca yang diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa membaca merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
mendapatkan suatu informasi ataupun pemahaman tentang isi suatu tulisan
yang telah dibaca.
2.1.3.2 Tujuan Membaca
Dalam membaca, tentu ada tujuan yang tersurat maupun tersirat di
dalamnya. Dijelaskan dalam Tarigan (2008: 9) tujuan pokok membaca yaitu
untuk mencari dan memperoleh informasi, mencangkup isi, dan memahami
makna dari bacaan. Adapun beberapa tujuan seseorang dengan membaca,
yaitu:
a. Membaca untuk memperoleh rincian atau fakta. Misalnya untuk
mengetahui sebuah berita, hal-hal apa saja yang terjadi di dalam berita
tersebut. Seperti kejadian sehari-hari.
b. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama. Dalam kegiatan ini,
pembaca ingin mengetahui mengapa bacaan yang dibacanya menjadi
topik yang baik dan menarik, masalah apa yang ada pada bacaan
tersebut, hal-hal apa saja yang bisa dipelajari dari bacaan tersebut, dan
hal apa saja yang bisa dilakukan untuk mencapai sesuatu.
c. Membaca untuk mengetahui suatu susunan atau urutan cerita. Misalnya
sebuah cerita, seorang pembaca membacanya supaya tahu alur yang ada
pada cerita dan bisa mengetahui hal-hal yang terjadi pada cerita
tersebut.
d. Membaca untuk menyimpulkan. Kegiatan membaca ini adalah
mengambil inti dari bacaan yang telah dibaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
e. Membaca untuk dapat mengelompokkan atau mengklasifikasi sesuatu.
Ini dapat dicontohkan kegiatan membaca untuk menemukan serta
mengetahui apa-apa saja yang tidak biasa, tidak wajar mengenai
seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita tersebut
benar atau tidak. Pembaca akan mengelompokkannya.
f. Membaca untuk dapat menilai atau mengevaluasi. Tujuan membaca ini
menginginkan apakah dalam bacaannya tersebut ada sesuatu hal yang
salah yang dapat diperbaiki.
g. Membaca untuk dapat membandingkan atau mempertentangkan. Dalam
tujuan ini, kegiatan yang dilakukan pembaca adalah membandingkan
dua bacaan yang memiliki kisah yang hampir sama.
Beberapa tujuan di atas adalah hal-hal yang dilakukan seseorang
ketika membaca suatu bacaan (Anderson dalam Tarigan, 1984: 9). Selain itu,
ada beberapa tujuan lain lagi yang dilakukan oleh pembaca menurut
Prasetyono (2008: 58), yaitu:
a. Tujuan membaca untuk mendapatkan informasi. Biasanya informasi
yang dicari pembaca adalah berupa fakta dan kejadian yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan membaca agar citra dirinya
meningkat, ini biasanya dilakukan bukan karena kebiasaan membaca
melainkan untuk sekedar pamer dan dilakukan dihadapan orang lain.
b. Tujuan membaca untuk melepaskan diri kenyataan, misalnya untuk
berkhayal yang menjauhkannya dari kejenuhan atau kesedihan yang
dirasakan pembacanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
c. Membaca untuk tujuan rekreatif atau untuk mendapatkan hiburan atau
kesenangan.
d. Membaca untuk mengisi waktu luang.
e. Pembaca yang memiliki tujuan membaca untuk mencari pengalaman
hidup orang lain atau untuk mencari nilai kehidupan lainnya.
Sejak dini, akan lebih baik bila mulai membiasakan untuk membaca
pada anak-anak. Namun, bukan dengan memaksa untuk membaca. Menurut
Alex Rider (Kurniati dan Antarsari, 2011: 22), membaca buku bukanlah hal
yang harus dibenturkan ke kepala anak, jangan memaksa anak untuk membaca,
karena dengan memaksa akan menjadikan anak menjadi tidak suka untuk
membaca dan jangan biarkan mereka untuk membenci membaca. Erikson
menyarankan untuk orang tua berupaya agar kegiatan membaca menjadi
kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak, misalnya saja dimulai dengan
membaca buku bersama-sama. Apabila anak senang, anak akan melanjutkan
kebiasaan membaca tersebut tanpa harus diingatkan oleh orang tua.
2.1.3.3 Jenis-jenis Kegiatan Membaca
Ada berbagai macam bentuk membaca. Apabila ditinjau dari segi
terdengar tidaknya suara pembaca, proses membaca dibagi menjadi membaca
nyaring dan membaca dalam hati.
Membaca nyaring (reading out loud) adalah suatu aktivitas atau
kegiatan yang menjadi alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama
dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami
informasi, pikiran, dan perasaan pengarang. Dalam hal ini, pendengar benar-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
benar harus menyimak bahan yang dibacakan agar bisa mengerti dan
memahami bacaan yang dibacakan dalam ingatannya. Mengingat hal itu, bahan
bacaan yang dipilih haruslah mengandung isi dan bahasa yang mudah dipahami
(Broughton dalam Tarigan, 1984: 23). Selain itu, membaca menyaring menjadi
sebuah pendekatan yang dapat memuaskan serta memenuhi ragam tujuan untuk
mengembangkan keterampilan dalam bahasa. Dalam mengajarkannya guru
perlu memahami proses komunikasi dua arah (Tarigan, 1984: 23).
Di dalam buku Tarigan (1984: 25) diungkapkan keterampilan
membaca nyaring yang seharusnya dapat dicapai oleh siswa kelas III yaitu bisa
membaca dengan penuh perasaan dan ekspresi serta siswa mampu mengerti
dan memahami bahan bacaan. Membaca nyaring pun memiliki beberapa tujuan
sebagai berikut:
a. Memotivasi siswa untuk mau membaca.
b. Membuat siswa dapat membaca dan gemar membaca.
c. Memberi pengalaman dalam membaca yang menyenangkan.
d. Membangun komunikasi guru dan siswa.
e. Guru/ pustakawan/ kepala sekolah dapat menjadi teladan siswa untuk
membaca
Berbeda dengan membaca nyaring, kegiatan membaca dalam hati
(silent reading) mempergunakan ingatan visual yang melibatkan pengaktifan
mata dan ingatan. Tujuan dari kegiatan membaca di dalam hati ialah untuk
memperoleh informasi (Tarigan, 1984: 29). Membaca dalam hati sudah
seharusnya dilatihkan kepada anak sejak di kelas bawah ketika sudah mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
bisa membaca sendiri dan perlu dilengkapi bacaann tambahan untuk dapat
mengarahkan anak menguasai isi bacaan dan memahami ide-ide dengan
usahanya sendiri. Ketika anak-anak dapat melakukan kegiatan membaca dalam
hati, berarti anak-anak telah mencapai beberapa keterampilan seperti kecepatan
dalam pemahaman frase-frase, kosa kata yang semakin banyak, serta sudah
akrab dengan sastra. Setelah membaca dalam hati, guru dapat menyuruh serta
mendorong para siswanya untuk mengutarakan yang sudah dibaca oleh anak-
anak dan ini memudahkan pengujian pertumbuhan daya pemahaman dan
apresiasi siswa (Cole, 1950: 244-245).
Kegiatan membaca dalam hati menjadi kegiatan membaca yang
berkembang dalam masyarakat. Dibandingkan dengan kegiatan membaca
nyaring, kegiatan membaca dalam hati lebih praktis dan ekonomis dilakukan di
manapun tempatnya pembaca itu berada karena kegiatan membaca dalam hati
adalah kegiatan membaca tanpa mengganggu orang lain. Keterampilan yang
didapatkan oleh siswa kelas III dalam kegiatan membaca dalam hati ialah
mampu membaca tanpa adanya tunjukkan dari jari tangan dan gerakan bibir,
memahami isi bacaan dan dapat secara cepat dalam kegiatan membaca dalam
hati (Tarigan, 1985: 37).
Dengan cara apapun kegiatan membaca dilihat dari terdengar tidaknya
suara, yang terpenting ialah meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca
serta minat membaca siswa merupakan hal yang terpenting.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
2.1.4 Karakteristik Perkembangan Anak
2.1.4.1 Tahap Perkembangan Anak
Anak-anak merupakan individu yang akan berkembang dan
bertumbuh dalam fase kehidupannya. Bukan hanya sekadar fisiknya saja yang
akan mengalami perubahan, dalam diri anak tentu saja akan mengalami
perkembangan sesuai dengan usianya. Perkembangan ini berkaitan dengan
perubahan kualitatif dan kuantitatif, yaitu berupa perubahan teratur dan saling
berhubungan (Hurlock, 1978: 23). Dan setiap perubahan dalam perkembangan
itu akan maksimal apabila lingkungan sekitar seseorang tersebut pun
mendukung. Sehingga sangat penting untuk diperhatikan perkembangan
seorang anak. Mulai dari pengaruh orang tua, pendidikan yang terima, serta
teman-teman yang ada di sekitarnya yang dapat memaksimalkan
perkembangan itu.
Seperti yang sudah dirumuskan oleh Jean Piaget (dalam Gunarsa.
2004: 23) ada 4 tahapan perkembangan kemampuan kognitif seorang anak
dibagi dalam usianya. Adapun tahapan tersebut adalah tahap sensori-motor,
tahap pra-operasional, tahap operasional-konkret, dan tahap operasional-
formal. Yang mana penjelasannya adalah sebagai berikut ini:
1. Tahap sensori-motor (sejak lahir – 2 tahun)
Pada tahap ini, anak-anak akan memiliki tanda adanya refleks-refleks
sederhana yang dilakukan oleh si anak untuk mulai berpikir simbolis. Seperti
kemampuan yang dimiliki anak melihat dirinya sendiri berbeda dengan objek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
yang ada di sekitarnya. Anak pada tahap ini juga sensitif terhadap rangsangan
yang didapatkan dari sinar dan suara.
2. Tahap pra-operasional (2 – 7 tahun)
Di tahap ini, anak-anak mulai dapat membuat tiruan atau rekayasa dari
simbol-simbol yang sudah dilihat atau didengarkannya secara langsung.
Seperti sebuah bahasa yang didengarnya akan ditirukannya. Karakteristik
yang ada pada tahapan ini adalah munculnya sistem bahasa yang canggih,
penalaran egosentris (menilai sesuai dengan sudut pandangnya sendiri), serta
memiliki pemikiran yang terbatas pada persepsi indra (Salkind, 2009: 328)
3. Tahap operasional-konkret (7 – 12 tahun)
Mereka yang sudah memasuki tahap ketiga ini sudah mulai memasuki
masa-masa awal di mana mereka dapat melakukan operasi logis untuk dapat
menyelesaikan permasalahan-permasalahan konkret. Anak-anak di usia
seperti ini sudah memiliki persepsi dan pemikiran mereka sendiri. Namun
perlu adanya dorongan dari orang tua untuk dapat terus berkembang secara
optimal.
4. Tahap operasional-formal (12 tahun – dewasa)
Di tahap kognitif fase terakhir ini adalah adalah tahap di mana anak
memiliki kemampuan untuk merumuskan serta menguji hipotesis kemudian
berpikir secara abstrak serta memiliki penalaran hipotesis deduktif dan tidak
lagi berpikir yang terikat dengan indra (Salkind, 2009: 328)
Dalam keempat tahap operasional yang sudah dijabarkan dalam setiap
usia anak, terdapat perkembangan kognitif dalam dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
2.1.4.2 Perkembangan Anak SD Kelas Bawah
Usia anak untuk bisa masuk di SD umumnya berusia 6/7 tahun. Pada
masa bersekolah di SD ini ada 6 kelas yang dibagi menjadi dua bagian besar
yaitu kelas bawah dan kelas atas. Untuk kelas bawah sendiri adalah anak-anak
yang duduk di kelas I (6/7 tahun) hingga kelas III (9/10 tahun) dan sedangkan
anak-anak yang ada di kelas atas yaitu kelas IV yang memiliki kisaran usia
9/10 tahun hingga kelas VI usia 12/13 tahun. Mereka yang masih bersekolah di
SD merupakan termasuk dalam tahap operasional konkret. dalam tahapan
tersebut siswa sudah memiliki pemikirannya sendiri, namun agar lebih optimal
dalam mengembangkan potensinya perlu adanya dorongan serta dukungan dari
orang-orang dewasa di sekitar mereka.
Anak-anak yang ada di kelas bawah memiliki beberapa karakteristik
seperti: (1) memiliki hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi
sekolah; (2) cenderung suka memuji diri sendiri; (3) kalau tidak bisa
menyelesaikan tugas dianggap tidak pending tugas tersebut; (4) suka
membandingkan dirinya dengan anak lain yang menguntungkan dirinya; dan
(5) suka meremahkan orang lain (Purwanti 2015: 2).
Peneliti menyusun buku cerita dengan mempertimbangkan
perkembangan kognitif anak yang berada pada tahap operasional konkret.
Dengan mempertimbangkan cerita yang ada di kehidupan sehari-hari siswa,
gambar serta bahasa yang mudah dipahami siswa kelas bawah. Maka
diharapkan, buku cerita berbasis pendidikan antikorupsi yang disusun secara
kontekstual ini mampu memberikan pemahaman kepada siswa cara bersikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
antikorupsi. Dan peneliti pun merujuk pada nilai-nilai antikorupsi seperti
kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan dan keberanian.
2.1.5 Perkembangan Bahasa Anak
Sejak dilahirkan, anak langsung dikondisikan dengan mendengarkan
kata-kata yang diucapkan oleh orang di sekelilingnya. Berkembangnya fisik
seorang anak akan berpengaruh terhadap perkembangan emosional dan
bahasanya. Tahap perkembangan bahasa anak menurut Piaget dan Vygotsky
(Tarigan dalam Madyawati, 2016: 62) ada 3 tahapan besar yaitu: 1) Tahap
Meraban Pertama (Pralinguistik), 2) Tahap Meraban Kedua, dan 3) Tahap
Linguistik. Dan untuk penjelasannya adalah berikut ini:
1. Tahap Meraban Pertama (Pralingustik)
Tahap ini terjadi pada anak usia 0-0,5 tahun. Di tahap ini, anak pada
umumnya belum bisa berbicara banyak namun sudah mengeluarkan suara
tangisan dan ocehan, dengkuran, jeritan, dan tertawa.
Pada tahapan pralinguistik ini anak mulai meraban (mengoceh) dengan
suara melodis. Pada tahap ini, perkembangan bahasa anak yang paling
mencolok adalah perkembangan comprehension/penggunaan bahasa
secara pasif. (Marat dalam Madyawati 2016: 63)
2. Tahap Meraban Kedua
Tahapan meraban kedua ini terjadi pada anak usia 0.5-1 tahun. Usia ini
anak mulai aktif, artinya tidak sepasif waktu anak berada di tahap meraban
pertama. Orang tua anak pada usia ini mulai merasa asyik ketika mengajak
anak mereka berkomunikasi dan tentunya akan lebih baik jika orang tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
aktif untuk terus mengajak anak berkomunikasi. Keberhasilan tahap ini
ditandai dengan adanya keberhasilan anak mengucapkan beberapa suku
kata sebagai reaksi terhadap sesuatu.
3. Tahap Linguistik
Pada tahap ini anak mulai bisa mengucapkan bahasa yang menyerupai
ujaran orang dewasa. Para ahli linguistik membagi tahap ini menjadi lima
tahapan, yaitu:
a. Tahap Holofrastik (1-2 tahun)
Menurut Tarigan (dalam Madyawati, 2016: 66) ucapan satu kata pada
tahap ini disebut holofrasa/holofrastik karena anak dapat menyatakan
makna keseluruhan frasa atau kalimat dalam satu kata yang
diucapkannya. Anak berumur satu tahun menggunakan isyarat secara
komunikatif.
b. Tahap II: Kalimat Dua Kata (2-3 tahun)
Komunikasi yang dilakukan anak dalam tahapan ini adalah meminta
dan bertanya. Masih juga dengan mengucapkan dua holofrasa dalam
rangkaian cepat (Tarigan dalam Madyawati, 2016: 67). Kata yang akan
sering muncul adalah: sana, sini, itu, lihat, mau, dan minta.
c. Tahap Linguistik III: Pengembangan Tata Bahasa (3-4 tahun)
Di tahapan ini anak mulai aktif dan bisa bercakap-cakap dengan teman
sebayanya. Menurut Marrat (dalam Madyawati, 2016: 68) keterampilan
anak berkembang dengan menguasai bahasa ibunya, pengertian abstrak
ruang dan waktu sudah mulai dimengerti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
d. Tahap Linguistik IV: Bahasa Menjelang Dewasa/ Pradewasa (4-5
tahun)
Anak mulai bisa menyusun kalimat-kalimat yang cukup rumit seperti
“Ibu beli sayur dan kerupuk; Ayo nyanyi dan nari”. Perbendaharaan
kata anak bertambah dan memiliki peningkatan kemampuan
komunikasi anak. Namun, pada tahap ini anak masih mengalami
kesulitan untuk mengungkapkan pikirannya ke dalam kata-kata yang
bermakna (Clark dalam Madyawati, 2016: 69)
e. Tahap Linguistik V: Kompetensi Penuh (5 tahun-lebih)
Anak-anak pada tahap ini telah mengusai bahasa ibunya dengan penuh
dan memiliki kompetensi untuk memahami bahasa dengan baik.
Walaupun masih terbatas perbendaharaan kata-katanya. Menurut
Gielson (dalam Madyawati 2016: 70) pada periode ini merupakan
periode yang sensitif untuk belajar bahasa. Bagaimana perkembangan
bahasa seorang anak pun bergantung pada keadaan keluarga dan
peranan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.
Berbeda dengan Piaget dan Vygotsky yang lebih merincikan
perkembangan bahasa anak sejak usia 0 tahun, tokoh Ross dan Roe (Zuchdi &
Budiasih, 1997: 98) membagi tahap perkembangan bahasa menjadi tiga tahap,
yaitu sebagai berikut:
1) Perkiraan usia 0-2 tahun merupakan Tahap perkembangan bahasa fase
fonologis yang mana anak mampu mengungkapkan bunyi-bunyi bahasa
hingga menyebutkan kata sederhana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
2) Perkiraan usia 2-7 tahun adalah perkembangan bahasa fase sintaktik atau
kemampuan anak menunjukkan kemampuan gramatis, berbicara
menggunakan kalimat.
3) Perkiraan 7-11 tahun merupakan perkembangan bahasa fase semantik atau
kemampuan anak dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep
yang terkandung dalam kalimat.
Anak-anak kelas rendah masuk dalam perkembangan bahasa fase
sintaktik dan juga masuk dalam fase semantik. Ada lima sistem aturan bahasa
yang meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan pragmatik (Waldo
dalam Santrock, 2007: 353).
Tabel 2.1 Perkembangan Bahasa Anak
No Sistem Aturan Definisi
1 Fonologi
Sistem bunyi dari bahasa termasuk bunyi yang
digunakan dan bagaiman bunyi-bunyi tersebut
dikombinasikan.
2 Morfologi Satuan makna yang melibatkan pembentukan kata.
3 Sintaksis Merupakan cara mengkombinasikan kata-kata untuk
menyusun frase dan kalimat yang dapat diterima.
4 Semantik Merujuk pada makna kata dan kalimat.
5 Pragmatik
Sistem dari penggunaan percakapan dan pengetahuan
yang sesuai mengenai bagaimana menggunakan bahasa
secara efektif dalam berbagai konteks.
dikutip dari website: www.kompasiana.com/perkembanganbahasapadaanak
Tujuan pengembangan bahasa pada anak adalah supaya dapat
memperlancarnya untuk berkomunikasi dengan orang lain. Selain itu dengan
perbendaharaan kata-katanya tersebut dapat memudahkannya untuk membaca.
Karena dengan pengenalan kata, menjadi suatu prasyarat yang diperlukan anal
untuk mampu membaca, apabila pengenalan kata saja anak tidak mampu tentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
akan kecil nilainya untuk dikatakan mampu (Harris dan Sipay dalam Zuchdi,
2008: 19).
2.1.4.1 Perkembangan Bahasa Anak Kelas III SD
Anak-anak yang duduk di kelas III SD masuk dalam perkembangan
bahasa fase semantik, di mana pada fase ini anak mampu membedakan kata
sebagai simbol dan konsep yang ada dalam kalimat. Piaget mengkategorikan
anak usia 9/10 tahun masuk ke tahap operasional konkret. ciri-ciri
perkembangan bahasa pada anak masa ini adalah (1) bertambahnya kosakata;
(2) mampu menghubungkan kalimat satu dengan yang lain dan menghasilkan
deskripsi, narasi, serta cerita; (3) keahlian membaca mulai berkembang; (4)
anak perempuan lebih banyak bicara dibandingkan anak laki-laki (Purwanti,
2015: 8). Kesenangan membaca anak di usia ini meningkat. Mulai dari bacaan-
bacaan yang realistis, cerita-cerita petualangan, sejarah, cerita mengenai hobi,
maupun olahraga yang lebih disukai oleh anak laki-laki. Sedangkan anak
perempuan lebih menyukai cerita tentang binatang, cerita realistis, puisi, cerita
dari kitab suci maupun cerita fantasi dongeng (Anonymous, 2015: 47).
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian untuk mengembangkan buku-buku yang bermuatan pelajaran
Bahasa Indonesia sudah sering dilakukan. Sehingga sudah banyak jurnal-jurnal
penelitian dan skripsi yang mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam
berbahasa seperti membaca, menulis, berbicara dan bahkan dari aspek
mendengarkan. Namun dalam penelitian ini dikhususkan pada mengembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
keterampilan membaca siswa. Dan berikut adalah tiga penelitian yang relevan
dengan penelitian ini:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Maria Magdalena Wargini (2016)
yang berjudul “Pengembangan Buku Suplemen Muatan Pelajaran Bahasa
Indonesia untuk Siswa kelas III Semester 2 SD Negeri Gelaran II”. Penelitian
yang dilakukan menggunakan metode penelitian dan pengembangan modifikasi
dari Borg & Gall yang bertujuan untuk mengetahui kualitas produk yang
dikembangkan berupa buku suplemen bermuatan pelajaran Bahasa Indonesia
untuk siswa kelas III semester 2. Langkah-langkah pengembangan tersebut
adalah: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4)
validasi, (5) revisi desain, (6) ujicoba desain, (7) revisi desain hingga menghasil
produk final. Skor rata-rata yang diperoleh dari keseluruhan penilaian kualitas
produk adalah 3,88 yang masuk dalam kategori baik.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Wigianto (2012) dengan judul
“Pengembangan Buku Cerita Bergambar Pendidikan Karakter Tanggung Jawab
untuk Peserta Didik Sekolah Dasar”. Tujuan dari penelitian yang dilakukan
adalah memperoleh data primer berupa deskripsi hasil angket, data sekunder
berupa kajian pustaka, proses pembuatan media buku cerita bergambar, dan
menghasilkan buku cerita bergambar pendidikan karakter tanggung jawab untuk
peserta didik yang layak. Dan langkah pokok yang dilakukan peneliti adalah: (1)
analisis potensi masalah yang mencakup karakteristik peserta didik dan materi
untuk produk; (2) perancangan produk pada tahap tema, story board, desain
karakter, ilustrasi, penyusunan buku cerita bergambar, validasi desain, revisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
desain; (3) ujicoba produk pada peserta didik. Hasil penelitian berupa buku cerita
bergambar dikatakan layak setelah divalidasi oleh ahli media, ahli materi, ahli
bahasa, dan reviewer seorang guru kelas 2.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Lusia Yeni Puspitasari (2011) yang
mengambil judul “Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Terintegrasi dengan
Pendidikan Antikorupsi pada Siswa Kelas VII Semester 2 SMP Joannes Bosco
Yogyakarta”. Penelitian tersebut memiliki tujuan untuk menghasilkan produk
berupa model pembelajaran Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan
pendidikan antikorupsi. Dan berdasarkan dari hasil analisi kebutuhan, diketahui
dari 25 topik yang diajukan peneliti 17 diantarnya sangat diminati oleh siswa.
Sehingga peneliti memberikan saran kepada guru agar mengintegrasikan nilai-
nilai antikorupsi pada siswa sehingga tertanam sikap antikorupsi dalam diri siswa.
Berdasarkan ketiga penelitian yang dituliskan di atas, diketahui bahwa
penelitian tersebut memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan peneliti
ini saat ini. Penelitian tersebut sama-sama memiliki tujuan untuk mengembangkan
buku cerita bergambar dan penelitian ini dikhususkan pada keterampilan
membaca kelas bawah, terutama untuk kelas III di SD Kanisius Wirobrajan dan
diharapkan dapat membantu siswa dalam pembelajaran membaca. Permasalahan
yang di ambil untuk dikembangkan sebagai cerita dalam buku tersebut adalah
sikap antikorupsi yang ingin ditanamkan untuk anak-anak. Bagan penelitian
tersebut dapat dilihat berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Bagan 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan
2.3 Kerangka Berpikir
Membaca merupakan cara untuk mendapatkan pesan dan makna
menggunakan media kata-kata. Tarigan (1984: 7) menyampaikan bahwa membaca
adalah proses yang dilakukan dan dipergunakan pembaca untuk memperoleh
pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau tulisan
yang ditulis. Salah satu bahan bacaan yang bisa diberikan untuk anak-anak adalah
buku-buku berbasis pendidikan karakter dan salah satunya adalah pendidikan
Pengembangan Buku Cerita Pendidikan Antikorupsi
Wargini (2016)
“Pengembangan Buku
Suplemen Muatan
Pelajaran Bahasa
Indonesia untuk Siswa
kelas III Semester 2 SD
Negeri Gelaran II”
Wigianto (2012)
“Pengembangan Buku
Cerita Bergambar
Pendidikan Karakter
Tanggung Jawab untuk
Peserta Didik Sekolah
Dasar”
Puspitasari (2011)
“Model Pembelajaran
Bahasa Indonesia
Terintegrasi dengan
Pendidikan Antikorupsi
pada Siswa Kelas VII
Semester 2 SMP Joannes
Bosco Yogyakarta”
Penelitian yang dilakukan
“Pengembangan Buku Cerita Anak Berbasis Pendidikan Antikorupsi untuk
Pembelajaran Membaca Kelas III SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
antikorupsi. Pendidikan antikorupsi merupakan salah satu usaha sadar untuk
memberikan pemahaman bahaya korupsi dan usaha untuk menanamkan dan
menguatkan nilai-nilai dalam membentuk sikap antikorupsi. Pendidikan
antikorupsi merupakan salah satu bentuk pendidikan yang menanamkan banyak
nilai karena terdapat 9 (sembilan) nilai anti korupsi, yaitu 1) kejujuran, 2)
kepedulian, 3) kemandirian, 4) kedisiplinan, 5) tanggung jawab, 6) kerja keras, 7)
kesederhanaan, 8) keberanian, dan 9) keadilan yang bisa tumbuh dalam diri
seseorang (dalam Mukodi dan Burhanuddin, 2014 : 79).
Adanya pendidikan antikorupsi untuk memperkenalkan fenomena korupsi
yang terjadi yang mencakup kriteria, penyebab dan akibat, meningkatkan sikap
tidak toleran pada tindakan korupsi, menunjukkan berbagai kemungkinan usaha
untuk melawan korupsi dan berkontribusi aktif untuk mengamati segala bentuk
tindakan korupsi. Untuk penanaman pendidikan antikorupsi di sekolah dapat
diberikan dengan kegiatan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Secara garis besar, sikap antikorupsi merupakan pembiasaan yang perlu
dibiasakan pada siswa sejak sedini mungkin.
Saat ini istilah korupsi masih asing di telinga anak-anak kelas III, namun akan
lebih baik bila mulai dikenalkan dengan fenomena yang ada. Fenomena korupsi
yang menyeret berbagai pihak dari berbagai kalangan seperti pejabat-pejabat
pemerintahan hingga masyarakat biasa. Upaya ini dilakukan untuk memotong
rantai korupsi yang semakin membudaya dan menggerogoti karakter bangsa
Indonesia. Pengenalan nilai-nilai antikorupsi pada anak dapat diberikan dengan
berbagai cara dan salah satunya dengan menggunakan buku cerita bergambar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Buku cerita bergambar menjadi media yang efektif untuk memberikan pengenalan
nilai pendidikan antikorupsi pada anak. Karena gambar dipercaya sebagai salah
satu dunia yang dekat dengan anak, maka buku cerita bergambar memungkinkan
untuk menyampaikan pesan dari penulis mengenai beberapa nilai pendidikan
antikorupsi pada anak.
Media buku cerita bergambar dapat dijadikan sebagai bahan bacaan realistis
yang dapat diberikan pada anak terutama anak-anak usia sekolah dasar. Selain itu,
buku cerita bergambar dapat diberikan untuk proses latihan membaca anak yang
masih belum dapat membaca. Gambar-gambar yang dominan dapat merangsang
pikiran anak untuk mengerti maksud dan alur dari cerita yang diceritakan dalam
buku cerita bergambar. Untuk itu, sasaran dalam penelitian ini adalah sebagai
salah satu referensi bacaan untuk membantu anak-anak belajar membaca dan
memahami fenomena korupsi sera sebuah usaha untuk menanamkan sikap
antikorupsi yang mana cerita dalam buku ini merupakan salah satu peristiwa yang
bisa saja terjadi pada kehidupan pribadi siswa. Buku ini menggunakan bahasa
yang disesuaikan untuk anak-anak usia SD.
Berdasarkan pemaparan yang telah ditulis di atas, peneliti bermaksud untuk
mengembangkan sebuah buku cerita bergambar yang berkaitan dengan
pendidikan antikorupsi dan pembelajaran membaca untuk anak SD Kelas III.
Pengembangan buku cerita bergambar ini disesuaikan pada karakteristik anak-
anak usia SD dan telah disesuaikan oleh peneliti mengandung nilai-nilai positif
terkait dengan sikap antikorupsi yang diharapkan dapat dijadikan permenungan
anak dan nilai positifnya dapat terapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
2.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian teori yang disampaikan diatas, maka dapat dirumuskan
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut ini:
1) Bagaimana proses pengembangkan buku cerita bergambar berbasis
pendidikan antikorupsi untuk pembelajaran membaca pelajaran Bahasa
Indonesia di kelas III SD Kanisius Wirobrajan I?
2) Bagaimana kualitas produk buku cerita bergambar berbasis pendidikan
antikorupsi yang layak untuk pembelajaran membaca siswa kelas III B SD
Kanisius Wirobrajan I?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis penelitian Research and
Development (R&D). Menurut Borg dan Gall (dalam Sugiyono, 2012: 9)
penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk
mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam
pendidikan dan pembelajaran. Hal ini sama dengan pengertian yang disampaikan
Sugiyono (2012: 407) bahwa penelitian research and development adalah metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji
keefektifan produk tersebut. Sanjaya (2013: 130) menambahkan tujuan akhir dari
R&D adalah suatu produk tertentu yang dianggap andal karena telah melewati
pengkajian terus-menerus; produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan
lapangan; proses untuk pengembangan dimulai dari awal pengembangan produk
hingga validasi produk yang dilakukan secara ilmiah dengan menganalisis data
secara empiris. Jenis serta tujuan akhir penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan peneliti untuk mengembangkan buku cerita bergambar berbasis
pendidikan antikorupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas III B SD
Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta.
Penelitian yang dilakukan ini menggunakan prosedur pengembangan Borg
dan Gall (dalam Sukmadinata, 2007: 169-170) dan pengembangan Sugiyono
(2012: 298-311). Langkah-langkah pelaksanaan penelitian dan pengembangan
Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2007: 169-170) adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
1. Penelitian dan Pengumpulan Data (Research and Information Collecting)
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi; analisis kebutuhan, studi
literatur, dan riset skala kecil untuk pertimbang dalam segi nilai.
2. Perencanaan (Planning)
Setelah mendapatkan informasi dari riset atau pengamatan peneliti,
kemudian dilakukan penyusunan rencana penelitian, meliputi kemampuan-
kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan
yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah-
langkah penelitian, maupun kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas.
3. Pengembangan Draf Produk (Develop Preliminary Form of Product)
Proses pengembangan bahan pembelajaran untuk produk dan instrumen
untuk evaluasi.
4. Uji Coba Lapangan Awal (Preliminary Field Testing)
Di tahap ini, produk yang sudah jadi dilakukan pengujian pada lebih dari 2
tempat yang mana subjek yang diminta 6-12 subjek uji coba. Selama
pengujian diadakan pengamatan, wawancara, serta pengedaran angket untuk
mendapatkan evaluasi.
5. Merevisi Hasil Uji Coba (Main Product Revision)
Memperbaiki atau menyempurnakan hasil uji coba.
6. Uji Coba Lapangan (Main Field Testing)
Tahap ini melakukan uji coba kepada subjek yang lebih luas dan banyak.
Biasanya 15-30 sekolah dengan jumlah subjek 100 orang. Dalam tahap ini
juga diberikan lembar evaluasi untuk melihat tingkat keberhasilan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
7. Penyempurnaan Produk Hasil Uji Lapangan (Operational Product Revision)
Menyempurnakan produk hasil uji lapangan.
8. Uji Pelaksanaan Lapangan (Operational Field Testing)
Uji pelaksanaan lapangan yang ketiga dilakukan pada 10-30 sekolah dengan
melibatkan lebih banyak subjek penelitian, sekitar 200 orang. Pengujian
dilakukan melalui angket, wawancara, dan observasi yang kemudian
dianalisis hasilnya.
9. Penyempurnaan Produk Akhir (Field Product Revision)
Penyempurnaan didasarkan dari pemberian evaluasi dan saran-saran uji
pelaksanaan lapangan.
10. Diseminasi dan Implementasi (Dissemination and Implementation)
Proses melaporkan hasilnya ke dalam pertemuan profesional dan dalam
jurnal. Hal ini dilakukan untuk memonitor persebaran dari pengontrolan
kualitas.
Sedangkan prosedur pengembangan Sugiyono (2012: 298-311),
dipaparkan sepuluh langkah dalam penelitian dan pengembangan, yaitu:
1. Potensi dan Masalah
Untuk menciptakan sesuatu perlu diketahui terlebih dahulu sebuah potensi
suatu permasalahan. Potensi adalah segala sesuatu yang bisa
didayagunakan akan memiliki nilai tambah (Sugiyono, 2012: 409).
Namun, apabila potensi tersebut tidak dimanfaatkan secara bijaksana dan
baik akan menjadikannya masalah, yang mana masalah adalah
penyimpangan dari harapan dengan yang terjadi. Potensi dan masalah bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
didapatkan dari hasil laporan penelitian maupun pengamatan dan
dokumentasi orang lain, sehingga tidak melulu harus dicari sendiri, namun
harus tetap up to date.
2. Pengumpulan Data
Langkah yang perlu dilakukan setelahnya adalah mengumpulkan
informasi-informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang dijadikan
sebagai bahan penelitian. Dalam hal ini, peneliti perlu menggunakan
metode penelitian tersendiri tergantung dengan permasalahan dan
ketelitian tujuan yang ingin dicapai. Hal ini diupayakan agar di hasil akhir
peneliti dapat menghasilkan produk yang efektif.
3. Desain Produk
Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah merancang produk
yang hendak dibuat. Sifat dari desain produk ini sementara karena
keefektifan dari produk ini masih belum terbukti dan karena itu perlu
dilakukan pengujian terhadap produk.
4. Validasi Desain
Proses untuk menilai keefektifan rancangan produk yang dibuat adalah
kegiatan utama validasi desain. Sifat penilaian pada validasi desain ini
berdasarkan pemikiran rasional dan belum berdasarkan fakta lapangan,
dilakukan penelitian untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari
produk tersebut. Yang memberikan penilaian pun merupakan pakar atau
tenaga ahli yang sudah berpengalaman dalam penilaian produk baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
5. Revisi Desain
Setelah mendapatkan penilaian, produk yang dibuat diperbaiki. Hal ini
untuk memperbaikan hal-hal dalam produk yang memiliki kelemahan agar
mendapatkan hasil produk yang lebih baik dan efektif digunakan.
6. Ujicoba Produk
Uji coba produk yang pertama dilakukan pada kelompok yang terbatas.
Hal ini dilakukan untuk menguji dan membandingkan keefektifan serta
efisiensi produk yang dihasilkan setelah proses revisi desain.
7. Revisi Produk
Langkah ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kembali
kekurangan produk setelah diuji cobakan secara terbatas. Revisi ini
dilakukan untuk mendapatkan produk yang lebih baik lagi agar
mendapatkan keefektifan dan keefisienan produk.
8. Ujicoba Pemakaian
Kegiatan yang dilakukan setelah melakukan revisi produk adalah
melakukan penguji cobaan pemakaian dalam lingkup yang lebih luas. Di
dalam uji coba ini pun dilakukan penilaian untuk melihat kekurangan
beserta hambatan yang muncul dalam pemakaian produk agar dapat
diperbaiki kembali.
9. Revisi Produk
Langkah ini dilakukan apabila kegiatan ujicoba pemakaian masih terdapat
kekurangan pada produk yang sudah dibuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
10. Produksi Masal
Tahap produksi masal akan dilakukan jika produk yang dihasilkan sudah
diujicobakan dan direvisi kembali sehingga menghasilkan produk yang
efektif serta efisien dan layak untuk diproduksi masal.
Berdasarkan langkah-langkah pengembangan dari Borg dan Gall serta
langkah-langkah dari Sugiyono, peneliti mengambil beberapa langkah dari kedua
teori tersebut. Prosedur pengembangan tersebut disederhanakan menjadi tujuh
langkah sesuai dengan langkah penelitian yang dilakukan peneliti. Karena dalam
pengembangan produk ini hanya dilakukan uji coba terbatas pada siswa kelas III
SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta kemudian dilakukan revisi produk untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik. Ketujuh langkah tersebut meliputi kegiatan:
(1) potensi dan masalah; (2) pengumpulan data; (3) desain produk; (4) validasi
desain; (5) revisi desain; (6) uji coba produk; dan (7) revisi produk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Bagan 3.1 Langkah prosedur pengembangan model Borg and Gall
Bagan 3.2 Langkah prosedur pengembangan model Sugiyono
Penyempurna
an Produk
Akhir
Diseminasi
dan
Implementasi
Uji Coba
Lapangan
Penyempurnaa
n Produk
Uji
Pelaksanaan
Lapangan
Merevisi Hasil
Uji Coba
Pengumpulan
Data
Perencanaan
Pengembangan
Draf Produk
Uji Coba
Lapangan
Awal
Revisi Desain Uji Coba
Produk
Revisi Produk Uji Coba
Pemakaian
Revisi Produk Produksi Masal
Potensi dan
Masalah
Pengumpulan
Data
Desain Produk Validasi Desain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Bagan 3.3 Prosedur Pengembangan Hasil Modifikasi Borg & Gall dan
Sugiyono
Langkah 1
Potensi dan Masalah
Analisis Kebutuhan
Langkah 2
Pengumpulan Data
Langkah 3
Desain Produk
Langkah 4
Validasi Desain
Langkah 5
Langkah 6
Revisi Desain
Uji Coba Produk
Langkah 7
Revisi Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
3.2 Setting Penelitian
3.3.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Wirobrajan I yang
beralamatkan di Jalan HOS Cokroaminoto No. 08, Gampingan, Pakuncen,
Wirobrajan, Yogyakarta. Peneliti melakukan penelitian di SD tersebut
sekaligus merangkap program PPL atau magang guru selama 3 bulan yang
menjadi syarat perkuliahan di PGSD.
3.3.2 Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian dan pengembangan ini adalah
enam siswa kelas III B SD Kanisius Wirobrajan I tahun ajaran 2016/2017
yang terdiri dari 3 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan. Kemudian untuk
wawancara yang digunakan untuk analisis kebutuhan dilakukan kepada wali
kelas III B SD Kanisius Wirobrajan I.
3.3.3 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah pengembangan buku cerita
bergambar berbasis pendidikan antikorupsi untuk siswa SD kelas bawah.
3.3.4 Waktu Penelitian
Penelitian dan pengembangan produk yang menghasilkan buku cerita
bergambar berbasis pendidikan antikorupsi untuk pembelajaran membaca
siswa kelas III B di SD Kanisius Wirobrajan I dilaksanakan sejak bulan
November 2016 sampai dengan bulan Januari 2017. Analisis kebutuhan
dilakukan pada tanggal 16 November 2016 dan pengujian produk dilakukan
pada tanggal 20 Mei 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
3.3 Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh
peneliti selama melakukan penelitian dan pengembangan. Hasil akhir dari
prosedur pengembangan ini adalah buku cerita bergambar berbasis pendidikan
antikorupsi untuk pembelajaran membaca kelas III SD. Dan langkah-langkah
yang diambil merupakan hasil adaptasi dari model penelitian Sugiyono (2011:
298) serta model penelitian dari Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2007: 169-
170). Peneliti menggunakan tujuh langkah dari kedua model penelitian tersebut
karena menyesuaikan penelitian yang dilakukan.
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan tersebut adalah sebagai
berikut ini:
3.3.1 Potensi dan Masalah
Dalam penelitian ini, potensi dan masalah didapatkan berdasarkan hasil
wawancara dengan salah satu guru kelas III di SD Kanisius Wirobrajan pada
tanggal 16 November 2016. Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk dapat
mendapatkan informasi dan mengidentifikasi dari fakta dan masalah yang terjadi
di lapangan terkait dengan adanya pembelajaran membaca serta implementasi
pendidikan antikorupsi untuk siswa di sekolah. Selain itu juga peneliti melakukan
observasi saat jam pembelajaran berlangsung di dalam kelas.
3.3.2 Pengumpulan Data
Sumber atau informasi-informasi didapatkan dari adanya wawancara dan
juga observasi di SD Kanisius Wirobrajan. Teknik wawancara yang digunakan
bertujuan untuk mengetahui kebutuhan belajar siswa untuk membaca dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
mengetahui sejauh mana pendidikan karakter berbasis pendidikan antikorupsi
diimplementasikan pada siswa di kelas.
3.3.3 Desain produk
Sebelum memiliki desain produk, peneliti terlebih dahulu menyusun cerita
yang pas untuk anak kelas rendah terutama kelas III untuk pembelajaran membaca
mereka yang memiliki isi atau ada kaitannya dengan pendidikan antikorupsi.
Untuk membuat cerita, peneliti melakukan pergantian cerita sebanyak 2 kali, yang
mana diangkat cerita dengan isi kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan
siswa. Setelah cerita selesai, dilakukanlah penge-plotan disetiap halaman untuk
menentukan ilustrasi seperti apa yang cocok digambarkan. Barulah desain produk
dibuat dimana isi desain mencakup isi dan refleksi.
3.3.4 Validasi desain
Validasi desain digunakan untuk menilai rancangan produk yang dibuat
apakah efektif atau tidak berdasarkan pemikiran rasional. Validasi dilakukan
terbatas oleh seorang ahli atau pakar saja dan belum berdasarkan fakta lapangan.
Untuk rancangan produk pengembangan buku cerita bergambar berbasis
pendidikan antikorupsi ini dilakukan oleh satu dosen dari bahasa atau seni di
Universitas Sanata Dharma dan satu orang guru kelas III SD Kanisius Wirobrajan.
Kritik dan saran dari ahli digunakan untuk mengetahui kekurang dan kelebihan
dari buku sebelum dilakukan revisi desain.
3.3.5 Revisi Desain
Revisi desain atau perbaikan desain dilakukan setelah validator
memvalidasi desain produk yang diserahkan. Dari hasil validasi oleh validator ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
beberapa hal yang perlu diperbaiki pada desain produk. Dilakukan revisi ini untuk
memperbaiki kekurangan isi dari produk menurut para ahli.
3.3.6 Uji Coba Produk
Setelah melakukan revisi produk langkah yang selanjutnya dilakukan
adalah uji coba produk. Uji coba dilakukan secara terbatas pada 6 siswa kelas III
B SD Kanisius Wirobrajan I. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi
apakah produk yang dihasilkan efektif dan efisien untuk digunakan.
3.3.7 Revisi Produk
Proses revisi produk dilakukan setelah melakukan uji coba lapangan.
Produk yang sudah diujicobakan pada siswa, akan mendapatkan masukan dari
siswa berupa kuesioner. Hasil revisi dari produk ini akan menjadi desain produk
akhir buku cerita bergambar anak berbasis pendidikan antikorupsi.
Ketujuh langkah ini dilakukan oleh peneliti selama melakukan penelitian
dan pengembangan buku cerita bergambar, alasan diambilnya tujuh langkah dari
kesepuluh langkah adalah pengembangan produk buku yang terbatas. Dari
beberapa langkah yang telah dilakukan, peneliti berharap dalam proses
pengembangan buku cerita bergambar ini, produk yang dihasilkan dapat
bermanfaat dan layak digunakan untuk pembelajaran membaca siswa SD Kelas
bawah terutama kelas III.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik yang digunakan untuk
mendapatkan data dengan teknik tertentu (Sugiyono, 2012: 308). Teknik
pengumpulan data ini terdiri dari teknik tes dan non-tes. Sugiyono
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
mengungkapkan bahwa teknik pengumpulan dapat dilakukan dengan interview
(wawancara), angket (kuesioner), observasi (pengamatan), atau bahkan gabungan
dari ketiganya. Pada penelitian dan pengembangan ini, peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data ketiganya, yaitu wawancara, observasi dan kuesioner.
3.4.1 Wawancara
Wawancara menjadi salah satu teknik pengumpulan data yang
digunakan peneliti untuk mengumpulkan informasi-informasi dari responden
secara lebih mendalam dari sedikitnya jumlah responden (Sugiyono, 2014:
194). Peneliti melakukan wawancara secara terstruktur pada narasumber untuk
menganalisis kebutuhan. Di dalam pertanyaannya pun dimunculkan
pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana pendidikan antikorupsi
diimplementasikan pada siswa dan sejauh mana kesulitan siswa dalam
pembelajaran membaca yang dimuat dalam 9 pertanyaan. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut akan diberikan pada narasumber yaitu guru kelas III B SD
Kanisius Wirobrajan I yang nantinya akan didapat jawaban yang lebih
terperinci terkait penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
3.4.2 Observasi
Kegiatan pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti untuk
mendapatkan data dari uji coba produk. Peneliti melakukan pengamatan saat
adanya kegiatan pembelajaran di kelas terutama pembelajaran PKn di dalam
kelas untuk mengetahui sejauh mana implementasi dari pendidikan antikorupsi
diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
3.4.3 Kuesioner
Kuesioner digunakan pada tahap validasi produk yang dilakukan oleh
dosen ahli dan guru kelas III B SD Kanisius Wirobrajan I yang terdiri dari 16
pernyataan meliputi aspek judul buku, warna, isi cerita, pesan yang berkaitan
dengan pendidikan antikorupsi, bahasa, kesesuaian gambar dengan cerita,
halaman, tata letak dan bahkan jenis huruf. Selain itu kuesioner juga
disebarkan lagi saat melakukan ujicoba produk terbatas pada kelompok siswa
untuk mengetahui sejauh mana mereka memahami isi dari produk buku cerita
bergambar. Dari hasilnya ini kemudian dianalisis untuk melakukan perbaikan
kembali agar menghasilkan produk buku cerita bergambar yang lebih efektif
dan efisien.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan
peneliti untuk mengumpulkan data hasil penelitian (Trianto, 2010). Dapat disebut
pula alat yang digunakan untuk mengukur fenomena yang diamati dalam
penelitian (Sugiyono, 2014: 148). Instrumen dalam penelitian dapat berupa
pedoman, wawancara, pedoman observasi, dan pendoman kuesioner (Sugiyono,
2014: 172). Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
wawancara, observasi, dan kuisoner.
Kegiatan wawancara dan observasi dilakukan di awal penelitian sebelum
adanya desain produk. Hal ini dilakukan supaya mendapatkan informasi
bagaimana seharusnya ketersediaan buku cerita bergambar berbasis pendidikan
antikorupsi serta kesadaran siswa kelas III terhadap pentingnya bersikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
antikorupsi. Setelah melaksanakan kedua kegiatan tersebut, peneliti membuat
kuesioner sebagai alat untuk memberikan penilaian terhadap produk buku cerita
bergambar yang dikembangkan oleh penliti. Berikut ini dapat dilihat gambaran
secara umum, instrumen yang digunakan oleh peneliti:
3.5.1 Wawancara
Wawancara merupakan proses tanya jawab atau dialog lisan antara
pewawancara dengan narasumber dengan tujuan untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan peneliti (Widoyoko, 2012: 40). Wawancara yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur yang berpedoman pada
pertanyaan yang telah dibuat peneliti. Dalam wawancara ini juga digunakan
untuk melakukan survei kebutuhan. Berikut ini adalah tabel daftar pertanyaan
wawancara yang dilakukan pada guru kelas III B di SD Kanisius Wirobrajan:
Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan Wawancara
Daftar Pertanyaan wawancara Nomor
Aitem
Sejauh mana kesulitan siswa dalam pembelajaran
membaca? 1
Kesulitan apa saja yang bapak/ibu temui ketika
mengajarkan kepada siswa tentang pembelajaran
membaca?
2
Bagaimana minat siswa dalam membaca? 3
Apakah bapak/ibu merasa membutuhkan buku cerita
untuk membantu siswa dalam pembelajaran
membaca?
4
Apakah pendidikan anti korupsi sudah
diimplementasikan dalam pembelajaran di kelas? 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Apakah pendidikan karakter anti korupsi perlu
diajarkan kepada siswa? 6
Bagaimana kesadaran siswa tentang bersikap jujur
dan bersikap anti korupsi? 7
Apakah bapak/ibu membutuhkan buku cerita
tentang pendidikan karakter anti korupsi untuk
membantu meningkatkan kesadaran siswa tentang
sikap jujur anti korupsi melalui pembelajaran
membaca?
8
Saran apa yang bapak/ibu berikan terkait dengan
buku cerita yang memuat tentang pendidikan
antikorupsi untuk membantu pembelajaran
membaca siswa?
9
3.5.2 Observasi
Observasi merupakan bagian dari kegiatan mengamati. Namun, dalam
observasi pengamatan yang dilakukan lebih detail dan perlu adanya
pencatatan. Menurut Suharsimi Arikunto (dalam web:
www.gurupendidikan.com/instrumenpenelitian) observasi adalah pengamatan
langsung dari lingkungan fisik atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang
sedang berlangsung mencakup semua kegiatan perhatian ke objek dengan
menggunakan alat penilaian sensorik atau suatu pekerjaan yang dilakukan
dengan sengaja dan sadar untuk mengumpulkan data dan melaksanakan
prosedur yang sistematis dan tepat.
Penelitian ini menggunakan observasi partisipan yang mana peneliti
mengambil bagian dalam kegiatan penelitian yang dilakukan. Observasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
dilakukan dengan cara mengamati subjek penelitian ketika ada pembelajaran
di dalam kelas, kegiatan ekstrakurikuler, ataupun ketika istirahat. Mengamati
setiap tindakan yang dilakukan siswa apakah mereka jujur dalam bertingkah
laku.
3.5.3 Kuesioner
Kuesioner adalah instrumen untuk pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden (Sugiyono, 2011: 142). Kuesioner yang digunakan oleh peneliti
dalam penelitian ini berbentuk pernyataan. Ini bertujuan untuk dapat
mengetahui kelayakan produk yang telah dikembangkan untuk serta
menerima masukan pendapat untuk perbaikan produk. Tipe kuesioner yang
diberikan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup dilakukan saat
validasi terhadap produk yang dikembangkan. Kuesioner diberikan pada
satu dosen ahli/pakar yang sudah memiliki kemampuan lebih dalam menilai
produk tersebut, satu guru kelas III B dan satu siswa kelas III B SD Kanisius
Wirobrajan I. Sebelum menyusun kuesionernya, peneliti menyusun kisi-kisi
terlebih dahulu. Berikut kisi-kisi instrumen kuesioner pada penelitian ini
untuk validasi produk:
Tabel 3.2 Kisi-kisi Uji Validasi Produk (Pakar dan Guru)
No. Topik Nomor Pertanyaan
1.
Cover buku
a. Judul buku
b. Warna
1, 2
2.
Isi buku
a. Isi cerita
b. Bahasa yang digunakan
c. Tampilan gambar dan tulisan
d. Ketertarikan isi buku
3, 4, 5, 6, 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
3.
Anatomi buku
a. Rancangan halaman
b. Tata letak
c. Jenis huruf
8, 9, 10, 11
Tabel di atas merupakan kisi-kisi kuesioner untuk diserahkan kepada
validator yaitu ahli pakar atau guru. Setelah menyusun kisi-kisi makan
peneliti menyusun instrumen kuesioner yang akan digunakan untuk
melakukan penilaian terhadap produk buku cerita bergambar. Berikut ini
adalah instrumen kuesioner yang digunakan:
Tabel 3.3 Instrumen Kuesioner Uji Validasi Produk (Pakar dan Guru)
No. Aspek yang Dinilai Skor
Komentar 1 2 3 4 5
A. Cover buku
1.
Judul buku cerita
menarik bagi siswa
untuk membaca.
2.
Warna cover buku cerita
menarik bagi siswa
untuk membaca.
B. Isi buku cerita
3. Isi cerita mudah
dipahami oleh siswa.
4.
Isi buku cerita memiliki
gambar dan teks yang
sesuai.
5.
Isi buku lebih banyak
gambar dibandingkan
tulisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
6. Gambar buku cerita
jelas.
7.
Isi buku menarik bagi
siswa untuk terus
mengikuti jalan cerita.
C. Anatomi buku
8. Halaman buku tertata
dengan baik.
9. Jenis huruf menarik
perhatian siswa.
10. Jenis huruf mudah
dibaca bagi siswa.
11.
Penulisan tidak terlalu
sempit memudahkan
siswa untuk membaca.
Total Skor
Rata-rata skor
Sedangkan kisi-kisi kuesioner yang digunakan untuk menilai produk
buku cerita bergambar oleh siswa adalah seperti berikut ini:
No. Topik Nomor Pertanyaan
1.
Cover buku
c. Judul buku
d. Warna
1, 2
2.
Isi buku
e. Isi cerita
f. Bahasa yang digunakan
g. Tampilan gambar dan tulisan
h. Ketertarikan isi buku
3, 4, 5, 6, 7
3.
Anatomi buku
d. Rancangan halaman
e. Tata letak
f. Jenis huruf
8, 9, 10, 11
Tabel 3.4 Kisi-kisi Uji Coba Produk (Siswa)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Setelah kisi-kisi dibentuk, peneliti mulai menyusun kuesioner yang
akan digunakan untuk melakukan penilaian produk oleh siswa pada saat
uji coba terbatas. Berikut pengembangan kisi-kisi tersebut:
Tabel 3.5 Instrumen Kuesioner Uji Coba Produk (Siswa)
No. Aspek yang Dinilai Skor
Komentar 1 2 3 4 5
A. Cover buku
1.
Judul buku cerita
menarik bagi siswa
untuk membaca.
2.
Warna cover buku cerita
menarik bagi siswa
untuk membaca.
B. Isi buku cerita
3. Isi cerita mudah
dipahami oleh siswa.
4.
Isi buku cerita memiliki
gambar dan teks yang
sesuai.
5.
Isi buku lebih banyak
gambar dibandingkan
tulisan.
6. Gambar buku cerita
jelas.
7.
Isi buku menarik bagi
siswa untuk terus
mengikuti jalan cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
C. Anatomi buku
8. Halaman buku tertata
dengan baik.
9. Jenis huruf menarik
perhatian siswa.
10. Jenis huruf mudah
dibaca bagi siswa.
11.
Penulisan tidak terlalu
sempit memudahkan
siswa untuk membaca.
Total Skor
Rata-rata skor
Keterangan Skor:
Skor 5 : Sangat baik
Skor 4 : Baik
Skor 3 : Cukup Baik
Skor 2 : Kurang Baik
Skor 1 : Sangat Kurang Baik
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu langkah penting untuk memperoleh
temuan-temuan hasil riset. Menurut Sugiyono analisis data (2014: 207) adalah
kegiatan yang dilakukan setelah data-data dari seluruh responden telah terkumpul
selain itu juga didefinisikan sebagai proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain. Penelitian ini dianalisis menggunakan dua teknik yaitu
kualitatif dan kuantitatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
3.6.1 Teknik Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif merupakan skor validasi yang diberikan validator ahli dan
guru kelas pada saat memvalidasi produk. Teknik analisis data kualitatif
didapatkan dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas III B dan
juga dari kuesioner yang dikerjakan oleh validator saat tahapan validasi desain
untuk melihat produk yang dikembangkan dengan memberikan kritik serta cara
yang membangun. Komentar yang diberikan digunakan untuk memperbaiki
produk yang sedang dikembangkan agar menjadi lebih baik dan berkualitas.
Dan peneliti pun melakukan revisi produk sesuai dengan komentar dan saran
dari para validator.
3.6.2 Teknik Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan skor validasi berupa nilai angka yang
diberikan oleh validator ahli dan guru kelas dalam tahap validasi produk.
Analisis dara dilakukan secara deskriptif dari data yang didapatkan dari lembar
kuesioner, dan langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan data kasar
b. Pemberian skor untuk analisis kuantitatif
c. Skor yang diperoleh dikonversikan menjadi nilai dengan skala lima
menggunakan acuan konversi pada pendekatan PAP (Penilaian Acuan
Patokan) yaitu sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Tabel 3.6 Konversi Nilai Skala Lima (Sukardjo, 2005: 53)
Kategori Interval skor
Sangat baik x > Xi + 1,80 SB i
Baik Xi + 0,60 Sbi < ≤ Xi + 1,80 SBi
Cukup baik Xi - 0,60 Sbi < ≤ Xi + 0,60 SBi
Kurang baik Xi - 1,80 Sbi < ≤ Xi + 0,60 SBi
Sangat kurang baik ≤ Xi – 1,80 SBi
Keterangan :
Xi = Rerata ideal = (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
Sbi = Simpangan baku ideal = (skor maksimal ideal – skor minimal
ideal).
= Skor aktual
Berdasarkan rumus konveksi diatas maka berikut penjelasan mengenai
perhitungan PAP :
Xi = rerata ideal = (skor maksimal ideal+skor minimal ideal)
= (5 + 1) = 3
Simpangan baku ideal (Sbi) = (skor maksimal ideal– skor minimal ideal)
= (5– 1) = 0,67
Sangat baik = > Xi + 1,80 SBi
= >3 + (1,80 x 0,67)
= >3 + 1,21
= x > 4,21
Baik = Xi + 0,60 SBi < ≤ Xi + 1,80 SBi
= 3 + (0,60 x 0,67) <x ≤ 3 + (1,80 x 0,67)
= 3 + 0,40<x ≤ 3 + 1,21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
= 3,40<x ≤ 4,21
Cukup baik = Xi –0,60 SBi < ≤ Xi + 0,60 SBi
= 3 – (0,60 x 0,67) <x ≤ 3 + (0,60 x 0,67)
= 3 – 0,40<x ≤ 3 + 0,40
= 2,60<x ≤ 3,40
Kurang baik = Xi – 1,80 SBi < ≤ Xi – 0,60 SBi
= 3 – (1,80 x 0,67) <x ≤ 3 – (0,60 x 0,67)
= 3 – 1,21<x ≤ 3 – 0,40
= 1,79<x ≤ 2,60
Sangat kurang baik = ≤ Xi – 1,80 SBi
= x ≤ 3 – (1,80 x 0,67)
= x ≤ 3 – 1,21
= x ≤ 1,79
Berdasarkan dari perhitungan tersebut, data kuantitatif di atas
kemudian dikonversikan ke data kualitatif dengan skala lima sebagai
berikut :
Tabel 3.7 Pedoman Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif dengan Skala 5
(Sukardjo 2005: 53)
Kategori Interval skor
Sangat baik >4,21
Baik 3,40 - 4,21
Cukup baik 2,60 - 3,40
Kurang baik 1,70 - 2,60
Sangat kurang baik ≤ 1,79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Pengembangan
Dalam penelitian dan pengembangan ini terdapat permasalahan yang
hendak dikemukakan. Permasalahan tersebut ialah proses pengembangan buku
cerita bergambar dan kualitas buku cerita bergambar yang dikembangkan.
Permasalahan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut ini:
4.1.1 Proses Pengembangan Buku Cerita
Berdasarkan langkah-langkah pengembangan yang telah dijelaskan pada
bab sebelumnya, berikut adalah proses pengembangan buku cerita bergambar
ini:
4.1.1.1 Potensi dan Masalah
Proses yang dilakukan sebagai langkah awal penelitian
pengembangan buku cerita bergambar ini adalah dengan melakukan
analisis kebutuhan. Peneliti melakukan analisis kebutuhan dengan cara
melakukan wawancara dengan wali kelas III B SD Kanisius Wirobrajan I.
Berdasarkan hasil wawancara, potensi yang ditemui peneliti ada dua, yang
pertama adalah kejujuran siswa dan yang kedua adalah minat membaca
siswa.
Kejujuran merupakan dasar yang dibutuhkan untuk membangun
sebuah pribadi yang berkarakter baik. Anak-anak, umumnya dikatakan
sebagai salah satu hakim yang paling jujur karena dia akan mengatakan
segala sesuatunya tanpa dibuat-buat dan apa adanya. Orang tua perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
menjaga kejujuran anak ini, dengan tidak hanya memberikan contoh
melainkan juga memberikan figur atau sosok yang bisa ditirunya untuk
terus berlaku jujur, misalnya saja orang tua itu sendiri. Kejujuran juga
merupakan dasar dari pendidikan antikorupsi yang saat ini banyak
dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi korupsi yang terjadi di
Indonesia melalui anak-anak yang diberikan sejak usia dini. Di dalam
kelas, pendidikan antikorupsi sudah diberikan saat pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan sebanyak 2 kali pertemuan dalam seminggu.
Namun, sayangnya belum dijelaskan secara rinci mengenai korupsi
tersebut, sehingga siswa hanya mengetahui bahwa korupsi tidak baik yang
menyebabkan masuk penjara. Seharusnya ada media yang dapat
membantu siswa untuk mengetahui apa itu korupsi dan beberapa contoh
konkret yang biasanya sering terjadi di sekitar lingkungan siswa. Karena
usia anak 9 tahun merupakan usia yang sudah mengetahui benar dan salah,
sehingga dengan pemberian media yang tepat dapat membentuk karakter
anak yang baik. Diberikannya pendidikan antikorupsi sejak dini juga
diharapkan dapat mencetak generasi penerus bangsa yang jujur dan
berbudi pekerti.
Potensi yang kedua adalah minat baca dari siswa. Dikatakan sebagai
potensi karena apabila minat membaca siswa dikembangkan, akan
memiliki nilai tambah yang sebenarnya sudah baik, hal ini dikukung
dengan adanya pelatihan dari guru yang mewajibkan siswa membaca
minimal satu buku dalam satu minggu. Hanya saja masih ada siswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
kesusahan untuk membaca dengan lancar. Siswa juga belum berminat
untuk membaca bahan bacaan yang berat tanpa gambar. Sehingga guru
mengalami kesulitan untuk menumbuhkan minat membaca siswa dengan
tuntutan menumbuhkan karakter baik pada siswa seperti karakter kejujuran
yang menjadi dasar pendidikan antikorupsi. Dibutuhkan media yang dapat
menarik perhatian siswa untuk membaca dan di dalam bacaan tersebut
terdapat ilmu yang dapat membantu siswa mengetahui arti korupsi dan
bagaimana bersikap antikorupsi. Oleh karena itu untuk memperoleh data-
data mengenai permasalahan yang dihadapi guru, peneliti pun
mengumpulkan informasi.
4.1.1.2 Pengumpulan Data
Setelah menemukan potensi dan masalah yang ada di lapangan,
langkah selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data atau informasi.
Hal ini dilakukan untuk mengumpulkan data sebagai bahan analisis
kebutuhan. Data analisis ini diperoleh dari melakukan wawancara dengan
guru kelas III di SD Kanisius Wirobrajan I yang beralamatkan di Jalan
HOS Cokroaminoto, No. 08, Pakuncen, Wirobrajan, Yogyakarta dan
wawancara dilakukan pada tanggal 16 November 2016.
Wawancara dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kesadaran siswa
tentang pentingnya bersikap jujur yang menjadi landasan pendidikan
antikorupsi. Hal ini dimaksud untuk dapat mengembangkan buku cerita
yang nantinya akan mudah dipahami oleh siswa untuk menunjang
pemahaman siswa mengenai korupsi dan bagaimana harus bersikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
antikorupsi serta memberikan referensi bacaan untuk menumbuhkan minat
baca dari siswa.
Daftar pertanyaan pada wawancara berpedoman pada 9 butir
pertanyaan. Berikut daftar pertanyaan beserta rangkuman jawaban dari
hasil wawancara yang dilakukan kepada guru kelas III SD Kanisius
Wirobrajan I adalah sebagai berikut di dalam tabel:
Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Wawancara
No Daftar Pertanyaan wawancara Rangkuman Hasil Wawancara
1 Sejauh mana kesulitan siswa
dalam pembelajaran membaca?
Masih ada beberapa siswa yang
masih harus mengeja dalam
membaca. Jika di prosentase dari
siswa seluruh kelas, ada 10% siswa
yang masih belum lancar dan yang
lainnya sudah lancar dalam
membaca.
2
Kesulitan apa saja yang bapak/ibu
temui ketika mengajarkan kepada
siswa tentang pembelajaran
membaca?
Siswa masih kesulitan untuk
membaca di dalam hati.
Kebanyakan dari mereka ketika
membaca adalah dengan
menggunakan suara, jadi ketika
diminta membaca dalam hati justru
mereka akan bergumam membaca
dan perlu diingatkan untuk
membaca dengan tenang dalam
hati.
3 Bagaimana minat siswa dalam
membaca?
Minat siswa dalam membaca
sebagian cukup tinggi, terutama
terhadap bacaan-bacaan yang
bergambar yang memiliki cerita
mengenai legenda, dongeng, komik
horor, dan buku-buku cerita
bergambar yang lain. Selain itu,
dengan adanya penugasan dari
guru untuk bacaan minimal pada
siswa dalam seminggu membuat
siswa menjadi senang untuk
membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
4
Apakah bapak/ibu merasa
membutuhkan buku cerita untuk
membantu siswa dalam
pembelajaran membaca?
Tentu saja kami membutuhkan
buku-buku tersebut. Bahan bacaan
dalam buku pelajaran tentunya
tidak banyak, sehingga
membutuhkan buku-buku
tambahan sebagai bahan bacaan
siswa seperti buku cerita
bergambar, sehingga semakin
lancar siswa membaca akan
mempengaruhi minat siswa dalam
membaca.
5
Apakah pendidikan anti korupsi
sudah diimplementasikan dalam
pembelajaran di kelas?
Pengimplementasian pendidikan
antikorupsi sudah ada pada
pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, tetapi belum
secara jelas diberikan di kelas
mengenai korupsi itu sendiri.
Siswa hanya memiliki pengetahuan
bahwa korupsi merupakan tindakan
yang tidak baik dan dapat
dipenjara.
6 Apakah pendidikan anti korupsi
perlu diajarkan kepada siswa?
Tentu saja perlu diajarkan dan
diimplementasikan dalam
pembelajaran siswa sehari-hari.
Karena sekolah dapat mencetak
generasi penerus bangsa yang
bebas dan bersih dari korupsi.
7
Bagaimana kesadaran siswa
tentang bersikap jujur dan
bersikap anti korupsi?
Untuk kesadaran mengenai sikap
antikorupsi belum sepenuhnya
diketahui oleh anak-anak. Mereka
hanya tahu korupsi itu tindakan
yang tidak baik dan merugikan
atau secara singkatnya definisi
korupsi masih belum dipahami
oleh anak-anak.
8
Apakah bapak/ibu membutuhkan
buku cerita tentang pendidikan
karakter anti korupsi untuk
membantu meningkatkan
kesadaran siswa tentang sikap
jujur anti korupsi melalui
pembelajaran membaca?
Perlu. Karena siswa cenderung
diberikan pengertian melalui
bacaannya, daya imajinasi anak
juga masih tinggi, sehingga dengan
adanya bacaan yang berbasis
antikorupsi siswa dapat mengerti
tindakan mana yang harus
dihindari untuk jauh dari indikasi
korupsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
9
Saran apa yang bapak/ibu berikan
terkait dengan buku cerita yang
memuat tentang pendidikan
karakter anti korupsi untuk
membantu pembelajaran
membaca siswa?
Sarannya adalah gunakan contoh-
contoh sederhana yang bisa terjadi
di dalam kehidupan sehari-hari
siswa. Sampaikan juga dengan
gambar yang bagus, full color, dan
bahasa yang sederhana yang bisa
dimengerti anak.
Berdasarkan dari hasil wawancara untuk survei kebutuhan tersebut,
narasumber mengatakan bahwa membutuhkan buku cerita berbasis
pendidikan antikorupsi. Selain untuk membantu siswa dalam pembelajaran
membaca pun juga dapat memberikan amanat siswa untuk berlaku jujur
sebagai perwujudan pendidikan antikorupsi. Guru juga memberikan saran
agar cerita yang diangkat adalah cerita-cerita sederhana yang umumnya
dan kemungkinan besar bisa terjadi di sekitar dan di kehidupan siswa
sehari-hari. Ini mempermudah siswa untuk dapat memahami isi yang ingin
disampaikan sebenarnya supaya siswa memiliki karakter jujur dan
bersikap antikorupsi.
4.1.1.3 Desain Produk Awal
Langkah awal untuk mengembangkan buku cerita bergambar berbasis
pendidikan antikorupsi ini adalah disesuaikan dengan hasil analisis
kebutuhan siswa. Untuk mencapai rancangan yang berhasil tersebut,
perlunya adanya beberapa patokan prinsip dalam setiap langkah yang
diambil untuk proses pengembangan. Yang menjadi patokan dalam
penyusunan buku cerita tersebut adalah:
4.1.1.3.1 Konsep buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Jika melihat hasil analisis kebutuhan yang dilakukan pada awal
penelitian, konsep buku cerita bergambar ini mengambil tokoh
seorang siswa SD kelas III yang berkali-kali melakukan tindakan
korupsi yang biasa terjadi di keseharian anak-anak saat ini. Cerita-
cerita yang dimasukkan ke dalam buku dimaksudkan untuk
menanamkan nilai-nilai kejujuran kepada siswa untuk bersikap
antikorupsi. Sebab, melalui pendidikan yang benar dan berkarakter,
dapat digunakan sebagai langkah untuk menanggulangi tindak
korupsi. Diharapkan dengan adanya buku cerita bergambar ini, siswa
menjadi semakin paham tindakan-tindakan yang berindikasi korupsi,
supaya saat dewasa nanti anak-anak menjauhi tindakan tersebut dan
perilaku-perilaku korupsi di Indonesia semakin berkurang.
4.1.1.3.2 Tokoh
Tokoh dalam cerita buku bergambar ini adalah seorang anak laki-
laki bernama Judika. Pemberian nama tokoh ini pun memiliki arti dari
singkatannya. Judika berarti Jujur Dikit Kak. Karena tema besar yang
diambil adalah Antikorupsi. Harapannya, anak-anak bisa bersikap
jujur untuk bisa menolak tindakan korupsi. Dan sekolah bisa
mencetak generasi penerus bangsa yang nantinya akan bersih dari
tindak pidana korupsi. Selain ada Judika sebagai tokoh utama, tokoh
pendukung lainnya adalah Ibunya Judika dan Bu Gurunya yang
bernama Bu Ijak. Nama Ijak diambil dari kata Bijaksana, yang mana
guru kelas Judikalah yang memberikan penyadaran kepada Judika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
untuk berbuat jujur dan memberikan pengertian kepada kelasnya
untuk menjauhi sikap-sikap yang terindikasi dengan korupsi. Selain
itu ada teman Judika yang memberikan pengaruh untuk berbohong
yang bernama Bogi, kepanjangan dari Bohong Lagi.
Tabel 4.2 Penjabaran Karakter Tokoh dalam Cerita
Gambar Nama dan Sifat
Judika:
1. Anak yang berbohong pada
ibunya
2. Penakut
3. Tidak bertanggung jawab
Bogi:
1. Suka mempengaruhi teman
2. Tidak bertanggung jawab dan
tidak disiplin
Ibunya Judika:
1. Tegas
2. Disiplin
Bu Ijak (Bu Guru):
1. Disiplin
2. Tegas
3. Bijaksana dan suka memberi
nasihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
4.1.1.3.3 Format dan Ukuran Buku
Buku ini memiliki ukuran 14,8 cm x 21 cm atau sama dengan A5
dan memiliki 32 halaman yang sudah termasuk sampul bagian depan
dan belakang. Buku cerita bergambar ini berisi sapaan penulis dalam
kata pengantar, panduan penggunaan buku yang berisikan panduan-
panduang umum yang mendukung buku cerita bergambar ini, lembar
tokoh, serta dilengkapi dengan tambahan berupa soal yang terdapat
dihalaman 30 dalam bentuk refleksi yang dimana mengajak anak
untuk dapat merefleksikan buku yang telah dibaca.
4.1.1.3.4 Isi dan Tema Buku
Isi cerita dalam buku cerita bergambar ini merupakan salah satu
pengalaman yang pernah dilakukan oleh peneliti dan bahkan mungkin
pernah dilakukan oleh siswa-siswa yang lain. Peneliti memilih kisah
sederhana yang bisa terjadi dalam kehidupan sehari-hari siswa supaya
pesan moral yang ingin disampaikan dapat diresapi oleh siswa dengan
membaca. Tema yang digunakan dalam buku cerita bergambar ini
adalah bersikap antikorupsi yang diambil dari lingkungan siswa itu
sendiri, yang diharapkan mampu menarik perhatian siswa untuk
memahami isi bacaan.
4.1.1.3.5 Judul Buku
Judul buku dari buku cerita bergambar ini adalah “Maaf, Aku
menyesal Bu”. Buku ini berisi tentang tindakan-tindakan korupsi yang
rentan terjadi dalam keseharian siswa dan nilai-nilai kejujuran yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
seharusnya dilakukan oleh tokoh utama. Berikut adalah gambar judul
yang telah dibuat oleh peneliti :
Gambar 4.1 Judul Buku
4.1.1.3.6 Desain Gambar
Gambar yang dibuat dalam buku cerita bergambar menggunakan
sketsa tangan yang sederhana dan jelas agar tidak membuat anak
menjadi bingung, selain itu didukung juga dengan tambahan
background atau benda-benda yang akan mendukung suasana dalam
cerita agar terlihat lebih hidup dan nyata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Gambar 4.2 Gambar Sketsa Tangan
4.1.1.3.7 Teknik Pengerjaan
Pengerjaan buku cerita bergambar ini menggunakan teknik
gabungan antara manual dan komputer. Sketsa digambar secara
manual atau dengan sketsa tangan kemudian discan, diproses, dan
diwarnai secara digital dengan komputer menggunakan program
CorelDRAW X4. Berikut contoh gambar sebelum dan sesudah
diwarnai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Gambar 4.3 Sketsa tangan sebelum
diwarnai
Gambar 4.4 Sketsa setelah diwarnai
menggunakan Coreldraw X4
4.1.1.3.8 Warna
Warna yang digunakan dalam buku cerita bergambar merupakan
warna-warna cerah yang sederhana. dengan kesederhanaan warna dan
gambar yang dibuat itu, diharapkan adalah warna-warna yang terang
dan cerah hal ini disesuaikan dengan umur anak yaitu umur 7 – 9
tahun (kelas bawah).
4.1.1.3.9 Tipografi
Tipografi merupakan gaya pencetakan atau penulisan yang
digunakan dalam buku. Gaya tipografi yang digunakan dalam
pengembangan buku cerita bergambar ini ada 3 yaitu Schoolbell untuk
judul dan penulisan halaman depan, Si Kancil untuk isi buku cerita
dan Times New Roman digunakan pada kata pengantar, panduan
penggunaan buku, refleksi, dan biodata penulis. Tipografi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
digunakan karena menurut peneliti akan lebih mudah untuk dibaca
dan dapat menarik bagi anak-anak untuk dibaca.
4.1.1.3.10 Teknik Cetak
Jenis kertas yang digunakan oleh peneliti dalam mencetak cover
buku cerita adalah kertas ivory 190 sedangkan jenis kertas yang
digunakan peneliti untuk mencetak isi buku adalah HVS 100. Teknik
penjilidan yang digunakan menggunakan teknik penjilidan stapler
tengah, sementara untuk isi buku cerita mengunakan cetak bolak
balik.
4.1.1.4 Validasi Desain
Hasil validasi didasarkan dari skor rerata yang mengacu pada tabel
konveksi nilai skala lima berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
yang telah sebelumnya pada bab 3 di tabel 3.6. Sebelum buku hasil
pengembangan ini diujicobakan secara terbatas, terlebih dahulu divalidasi
oleh dua validator yang akan dijelaskan berikut ini:
4.1.1.4.1 Data Hasil Validasi Dosen Ahli
Validasi buku cerita bergambar ini dilakukan oleh dosen ahli pada
tanggal 10 Mei 2017. Berdasarkan validasi tersebut diperoleh data
penilaian dan komentar pada buku cerita bergambar. Berikut ini adalah
penjelasan hasil validasi yang dilakukan oleh dosen ahli:
Pada aitem nomor 1 ditanyakan mengenai judul buku yang
digunakan menarik atau tidaknya untuk dibaca oleh siswa. Dosen
memberikan skor empat yang berarti baik untuk menarik siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
membaca. Namun beliau memberikan catatan kepada peneliti untuk
pemberian judul yang lebih baik apabila tidak dimulai dengan kata
negatif seperti “Maaf”, akan baik bila diganti dengan suatu kata yang
positif seperti “Aku Berjiwa Ksatria”. Judul buku juga sangat baik karena
sudah mewakili keseluruhan cerita (menyesal karena telah korupsi).
Pesan yang akan disampaikan juga sudah baik karena terselipkan di judul
dan warna cover buku sangat baik untuk menarik siswa membaca.
Menurut validator, isi buku cerita dan bahasa yang digunakan
sudah baik karena bisa dipahami oleh siswa karena isi cerita berasal dari
kehidupan sehari-hari dari siswa sendiri. Teks dan gambar juga sangat
baik karena memiliki kesesuaian. Isi buku dan gambar pun sudah lebih
seimbang untuk kelas III sehingga diberikan skor berkategori baik oleh
validator. Gambar pun sudah sangat baik karena memperjelas jalan cerita
yang ada dan alur cerita pun sudah mengacu pada nilai-nilai pendidikan
karakter yang spesifik yang ingin diujikan atau dilatihkan. Aitem yang
menyatakan isi buku dan gambar menarik untuk diikuti jalan ceritanya,
keterkaitan teks dan gambar, kejelasan gambar dan kemudahan
membedakan, ilustrasi buku yang memperjelas latar maupun rangkaian
cerita; penjiwaan serta karakter pun diberikan skor sangat baik oleh
validator.
Buku cerita bergambar yang dihasilkan memiliki 32 halaman yang
sudah termasuk cover depan dan belakang. Menurut dosen ahli, jika
dilihat dari anatomi buku, sudah baik. Untuk pemilihan huruf, beliau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
hanya menyarankan menggunakan Times New Roman yang mudah
dibaca. Beliau tidak menuntut untuk diganti, hanya menyarankan untuk
memilih huruf yang baik dan jelas apabila dibaca.
Dari keseluruhan butir penilaian untuk validasi, dosen ahli
memberikan skor sebanyak 75 dengan rata-rata skor 4,68. Berdasarkan
tabel konversi skala lima, buku cerita yang dikembangkan oleh peneliti
tergolong “sangat baik”, sehingga layak untuk diujicobakan dengan
adanya perbaikan sesuai saran dan komentar yang telah diberikan seperti
memperbaiki beberapa kesalahan ketik (typo), pengejaan, dan pemberian
tanda baca yang tepat.
4.1.1.4.2 Data Hasil Validasi Guru Kelas III
Setelah melakukan validasi kepada dosen ahli, peneliti kemudian
melanjutkan validasi yang diilakukan oleh guru kelas III pada tanggal
yang sama, yaitu 10 Mei 2017. Berikut adalah penjelasan dari validasi
yang dilakukan oleh guru kelas:
Judul buku cerita menurut guru yang berperan sebagai validator
adalah baik dan sudah sangat baik karena judul mewakili keseluruhan
cerita. Validator juga memberikan kesan sangat baik karena judul
membawa pesan yang akan disampaikan. Untuk cover buku cerita pun
sudah baik dan menarik untuk dibaca siswa.
Bagian isi buku cerita dan bahasa yang digunakan dalam buku
cerita pun diberikan penilaian sangat baik karena memiliki bahasa yang
singkat dan mudah dipahami oleh siswa, selain itu menurut guru kelas III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
mudah dipahami karena ceritanya yang sederhana dan biasa terjadi pada
keseharian siswa. Cerita juga memberikan pemahaman pada siswa bahwa
korupsi bukan hanya dilakukan oleh pejabat-pejabat tinggi dalam
pemerintahan yang mengambil uang rakyat, melainkan bisa dilakukan
oleh siswa-siswa seperti mereka dalam kasus yang lebih sederhana dan
biasa mereka lakukan seperti korupsi waktu. Untuk kesesuaian teks dan
gambar, isi buku lebih banyak gambar daripada teks, gambar yang
memperjelas alur cerita hingga isi dan gambar yang menarik siswa untuk
membaca diberikan penilaian baik oleh validator. Teks dan gambar pun
sangat baik karena memiliki keterkaitan satu sama lain. Validator pun
memberikan penilaian baik pada kejelasan gambar yang mudah
dibedakan dan ilustrasi buku cerita yang memperjelas latar, rangkaian
cerita, penjiwaan, serta karakter.
Jika melihat anatomi buku cerita, pemilihan huruf sudah baik untuk
menarik perhatian siswa. Guru memberikan saran serta komentar untuk
memberikan perbaikan pada penulisan supaya diberi jarak yang lebih
lebar agar memudahkan siswa dan font lebih dibesarkan kembali.
Hasil validasi oleh guru kelas III memperoleh skor 70 yang di rata-
rata memiliki skor 4,38. Berdasar tabel konversi skala lima, buku cerita
bergambar yang dikembangkan oleh peneliti tergolong “sangat baik”
sehingga layak untuk diujicobakan dengan adanya revisi sesuai saran dan
komentar yang telah diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
4.1.1.5 Revisi/ Perbaikan Desain
Revisi desain atau perbaikan desain dilakukan peneliti berdasarkan
hasil validasi yang sudah didapatkan oleh peneliti, terdapat beberapa
komentar dan saran yang diperoleh dari dosen ahli. Dari komentar-
komentar dan saran yang diberikan, peneliti telah melakukan perbaikan
agar diperoleh produk penelitian yang lebih baik lagi. Berikut ini revisi
produk yang dilakukan peneliti berdasarkan komentar dari dosen ahli
selaku validator:
Tabel 4.5 Komentar Dosen Ahli dan Revisi Produk
No Komentar Dosen Ahli Revisi
1 Judul jangan menggunakan kata
negatif seperti maaf (Maaf, Aku
menyesal Bu)
Judul cerita diganti menjadi
“Judika Berani Berkata Jujur”.
2 Ada typo (kesalahan ketik) di
beberapa tulisan dan pengejaan
serta pemberian tanda baca yang
kurang tepat.
Memperbaiki kesalahan ketik,
pengejaan dan lebih teliti lagi
dalam pemberian tanda baca
dibantu oleh dosen ahli tersebut.
3 Biodata Penulis akan lebih baik bila
ada gambar diri.
Memberikan foto sebagai
pelengkap di biodata penulis.
Berdasarkan komentar tersebut, peneliti melakukan revisi desain
yang dapat dilihat sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Gambar 4.5 Judul Sebelum Revisi Dosen Ahli
Gambar 4.6 Judul Sesudah Revisi Dosen Ahli
Seperti yang terlihat pada gambar 4.5 sebelum mengalami
perbaikan, judul cerita adalah “Maaf, Aku menyesal Bu” kemudian
dengan pertimbangan dan saran dari dosen ahli diganti menjadi seperti
gambar 4.6 yaitu “Judika Berani Berkata Jujur”. Peneliti juga
memperbaiki kesalahan-kesalahan ketik pada cerita dengan sebaik
mungkin agar tidak ada kesalahan ketik yang sepele pada isi cerita
maupun pelengkap isi buku. dan mengubah font size yang digunakan dari
size 12 ke size 14.
Tabel 4.6 Komentar Guru Kelas III dan Revisi Produk
No Komentar Guru Kelas Revisi
1 Font size huruf diperbesar lagi. Memperbaiki font size yang digunakan
2 Percakapan yang ada di bawah
sebaiknya dimasukkan dalam
narasi cerita.
Memasukkan percakapan ke dalam
narasi agar berkesinambungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Berdasarkan komentar tersebut, peneliti melakukan revisi yang
dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 4.7 Sebelum Revisi dari Guru Kelas III
Gambar 4.8 Sesudah Revisi dari Guru Kelas III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Seperti yang terlihat pada gambar 4.7 yang belum dilakukan
perbaikan, font yang digunakan berukuran 12 dan percakapan di berikan di
bawah. Setelah dilakukan revisi terlihat font lebih besar dengan size 14 dan
percakapan dimasukkan pada narasi.
Produk berupa buku cerita bergambar yang telah divalidasi oleh
dosen ahli dan guru kelas III mengalami perbaikan atau revisi terlebih
dahulu untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Berikut hasil rekapitulasi
dari validator yang telah menguji pengembangan produk buku cerita
bergambar:
Tabel 4.7 Hasil Rekapitulasi Validator
Validator Rerata Kategori
Dosen Ahli 4,68 Sangat Baik
Guru Kelas III 4,38 Sangat Baik
Rata-rata 4,53 Sangat Baik
Berdasarkan hasil rekapitulasi di atas, dapat disimpulkan bahwa
buku cerita bergambar yang telah dikembangkan memperoleh skor rerata
sebesar 4,53 dengan kategori sangat baik. hal tersebut ditunjukkan dari
judul buku yang mewakili keseluruhan isi cerita, cover yang menarik
minat siswa untuk membaca lebih lanjut, isi cerita yang mudah dipahami
karena berkaitan dengan keseharian siswa, ilustrasi yang saling berkaitan
dan seimbang untuk anak kelas III juga penggunaan bahasa yang
sederhana sehingga memudahkan pemahaman siswa. Berikut hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
rekapitulasi penilaian yang dilakukan oleh validator dalam bentuk diagram
batang:
Gambar 4.9 Diagram Batang Rekapitulasi Hasil Validasi Produk
4.1.1.6 Uji Coba Produk
Setelah dilakukannya revisi hasil dari validasi, tahap selanjutnya
adalah melakukan pengujian produk secara terbatas. Uji coba produk
terbatas dilakukan bersama dengan 6 orang siswa kelas III B di SD
Kanisius Wirobrajan I untuk mengetahui pendapat siswa mengenai
kualitas buku cerita. Uji coba dilakukan pada tanggal 20 Mei 2017 pukul
09.15 dan dilakukan selama 50 menit. Keenam siswa diminta untuk
membaca buku cerita secara berurutan dari halaman pertama sampai
dengan halaman terakhir. Kemudian siswa mengerjakan lembar refleksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
dalam buku cerita sebagai latihan setelah membaca buku cerita. Setelah
itu, peneliti membagikan lembar kuesioner untuk mengetahui persepsi
siswa terhadap buku cerita bergambar yang telah dikembangkan. Ada 11
aitem pertanyaan pada lembar kuesioner tersebut yang digunakan untuk
menunjukkan kualitas buku cerita yang dibuat dan dikembangkan oleh
peneliti.
Berdasarkan hasil uji coba produk terbatas terhadap 6 siswa kelas
III B di SD Kanisius Wirobrajan I didapatkan skor rata-rata 4,35 yang
berkategori “Sangat Baik”. Berikut adalah data uji coba yang diberikan
oleh siswa:
No.
Siswa
Nomor Kuesioner Total
Rata-
rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 51 4,6
2 5 3 4 5 2 5 5 4 4 3 5 45 4
3 4 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 51 4,6
4 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 50 4,5
5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 48 4,4
6 4 5 5 3 2 5 4 3 5 4 5 45 4
Rata-rata Total 4,35
Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Gambar 4.9 Diagram Batang Rekapitulasi Hasil Validasi Produk
4.1.1.7 Revisi Produk
Produk buku cerita bergambar yang telah diujicoba diberikan
komentar oleh pakar. Kemudian peneliti menindaklanjuti komentar pakar
dengan melakukan revisi yang dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.11 Sebelum Revisi
3,7
3,8
3,9
4
4,1
4,2
4,3
4,4
4,5
4,6
4,7
Siswa 1 Siswa 2 Siswa 3 Siswa 4 Siswa 5 Siswa 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Gambar 4.10 Sesudah Revisi
D
apat terlihat pada gambar 4.11 yang belum mengalami perbaikan ada
beberapa kesalahan tulisan yang nantinya akan membuat siswa
kebingungan terlambat menjadi terlambar dan pembesaran font size yang
digunakan menjadi ukuran 14 untuk semakin memudahkan siswa dalam
membaca.
4.2 Pembahasan
Adanya buku cerita bergambar yang dikembangkan ini berawal akan
adanya kebutuhan guru mengenai media pembelajaran yang menarik yang bisa
membantu siswa dalam pembelajaran membaca. Berdasarkan hasil kuesioner,
tanggapan guru mengenai buku cerita bergambar sebagai media belajar adalah
bagus. Buku cerita bergambar yang baik untuk media belajar siswa menurut guru
adalah yang memiliki ilustrasi yang menarik, penuh warna, dan memiliki
penyajian materi yang tersirat di dalamnya. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
melakukan penelitian pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan
antikorupsi untuk pembelajaran membaca siswa SD kelas III.
Menurut Ibrahim dan Syaodih (2003: 112) media pengajaran diartikan
sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi
pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa
sehingga mendorong proses belajar mengajar. Buku cerita bergambar berbasis
pendidikan antikorupsi yang dikembangkan ini guna mendukung Gerakan Literasi
Sekolah (GLS). Menurut Buku Saku Gerakan Literasi Sekolah (2015), kegiatan
dalam GLS adalah kegiatan 15 menit membaca buku non-pelajaran sebelum
waktu belajar dimulai. Selain untuk mendukung GLS, buku ini juga mendukung
program dari KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) untuk menanggulangi
korupsi lewat pendidikan antikorupsi yang diimplementasikan di sekolah-sekolah
sejak dini agar dapat menciptakan generasi yang bebas dari korupsi dan bersikap
antikorupsi. Buku yang dikembangkan ini diharapkan dapat menarik perhatian
siswa agar minat membaca siswa dapat meningkat, karena buku yang
dikembangkan ini adalah hasil penelitian, buku ini dikhususkan pada pendidikan
antikorupsi dan keterampilan membaca dari empat keterampilan dalam berbahasa
(membaca, menulis, berbicaran dan menyimak dalam Tarigan, 2008: 1).
Sebelum melakukan pengembangan, peneliti terlebih dahulu melakukan
analisis kebutuhan potensi dan masalah dengan wawancara pada guru kelas III B
SD Kanisius Wirobrajan I pada tanggal 16 November 2016. Peneliti mendapatkan
hasil yang sesuai dengan kegiatan wawancara guru kelas III B, bahwa perlunya
buku cerita bergambar berbasis pendidikan antikorupsi untuk membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
pemahaman siswa mengenai korupsi dan bagaimana seharusnya bersikap
antikorupsi serta kegiatan apa yang berkemungkinan untuk munculnya tindak
korupsi. Guru kelas III B juga memberikan saran kepada peneliti untuk
menggunakan cerita sederhana dari keseharian siswa. Selain itu juga hendaknya
buku memiliki gambar yang sesuai dengan isi cerita, full color, dan menggunakan
cerita yang bisa terjadi dalam kehidupan sehari-hari siswa dengan bahasa yang
sederhana mudah dipahami siswa. Oleh karena itu, peneliti semakin terdorong
untuk melakukan penelitian pengembangan buku cerita bergambar berbasis
pendidikan antikorupsi untuk pembelajaran membaca siswa SD kelas III.
Buku cerita bergambar sebagai produk penelitian yang dikembangkan
memiliki spesifikasi yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa kelas
III. Beberapa buku cerita bergambar dikembangkan dengan metode-metode yang
beragam. Namun, tentunya metode yang dilakukan ini perlu memperhatikan
beberapa karakteristik agar dapat dikatakan baik untuk sasaran pembacanya.
Karakteristik itu disesuaikan dengan perkembangan bahasa anak. Yang artinya
buku cerita bergambar ini dalam pengembangannya disesuaikan dengan usia dan
perkembangan anak usia kisaran 7-11 tahun yang menurut Piaget (dalam
Nurgiyantoro, 2005: 52) merupakan tahun anak dalam operasional konkret. Anak-
anak mengembangkan kemampuan sistematisnya, namun hanya ketika mereka
dapat mengacu pada obyek-obyek atau aktivitas-aktivitas konkret. Dalam kegiatan
penelitian ini, benda konkret yang dimaksud adalah buku cerita. Dengan
demikian, penelitian ini melakukan penyusunan dan pengembangan buku cerita
bergambar dengan mempertimbangkan perkembangan kognitif anak pada tahapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
operasional konkret. Buku cerita bergambar ini bersifat kontekstual dengan
keseharian siswa.
Produk hasil penelitian pengembangan ini diharapkan dapat membantu
guru maupun orangtua dalam menyediakan media pembelajaran untuk
menanamkan nilai-nilai pada anak tanpa disadari oleh anak. Mitchell (dalam
Nurgiyantoro, 2015: 54) mengungkapkan bahwa buku cerita bergambar dapat
membelajarkan anak untuk bersikap dan bertingkah laku secara verbal dan
nonverbal yang benar sesuai dengan tuntutan kehidupan sosial-budaya dalam
masyarakat. Pendidikan antikorupsi adalah usaha sadar untuk memberikan
pemahaman dan pencegahan terjadinya perbuatan korupsi yang dilakukan melalui
pendidikan formal di sekolah, pendidikan informal di lingkungan keluarga, serta
pendidikan nonformal di masyarakat (Wijaya, 2014: 26). Yang mana sasaran
utama dari pendidikan antikorupsi ini adalah memperkenalkan fenomena korupsi
yang mencakup kriteria, penyebab dan akibat, meningkatkan sikap tidak toleran
terhadap tindakan korupsi, menunjukkan berbagai kemungkinan usaha untuk
melawan korupsi, serta berkontribusi terhadap standar yang telah ditentukan
seperti mewujudkan nilai-nilai dan kapasitas untuk menentang korupsi di
kalangan generasi penerus bangsa. Dengan adanya pendidikan antikorupsi melalui
media buku cerita bergambar ini diharapkan tertanamnya nilai-nilai untuk
membentuk sikap antikorupsi.
Buku cerita yang dikembangkan ini memperhatikan karakter-karakter
pengembangan buku cerita bergambar yang baik. Menurut Faizah (2009: 252)
karakteristik buku cerita bergambar yaitu; (1) bersifat ringkas dan langsung, (2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
berisi konsep-konsep berseri, (3) konsep yang ditulis dapat dipahami oleh anak-
anak, (4) gaya penulisan sederhana, dan (5) terdapat ilustrasi yang melengkapi
teks. Karakter-karakter tersebut terlihat dari cerita yang dibuat oleh peneliti. Buku
cerita dibuat dengan 24 halaman bolak-balik (8 halaman lembar pelengkap), yang
mana gambar dibuat secara berkotak-kotak layaknya komik. Konsep yang dibuat
peneliti pun merupakan konsep sederhana yang bisa terjadi pada keseharian siswa,
seperti adanya korupsi waktu dimana siswa tidak memanfaatkan waktu sebaik
mungkin untuk mengerjakan tugas sekolah dan menjalankan kewajiban sebagai
pelajar untuk belajar. Peneliti berharap dengan adanya pemenuhan karakteristik
buku cerita bergambar seperti di atas, buku cerita yang dibuat dan dikembangkan
dapat berfungsi sesuai dengan fungsi buku cerita menurut Mitchell (dalam
Nurgiyantoro, 2005: 159-160) yang sudah dijelaskan pada bab II.
Pada saat wawancara, peneliti menemukan beberapa fakta saat berada di
lapangan. Seperti keadaan siswa yang ternyata belum mengetahui secara jelas
definisi dari korupsi dan perbuatan seperti apa saja yang masuk dalam kategori
korupsi. Selain itu keterbatasan media untuk menjelaskan perbuatan korupsi itu
seperti apa dari guru pun menjadi salah satu kendala. Padahal, korupsi menjadi
salah satu hal yang mudah dan sepele yang bisa dilakukan oleh siapa saja
termasuk siswa itu sendiri. Maka dari itu, ketika guru mengetahui perencanaan
untuk pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan antikorupsi,
guru antusias. Beliau menyarankan untuk mengambil cerita-cerita yang sederhana
namun berada dan bisa terjadi di kalangan siswa. Saran guru pun dapat dipenuhi
peneliti saat pembuatan cerita. Peneliti pun juga melakukan wawancara tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
terstruktur terhadap siswa untuk mengetahui sejauh mana siswa mengetahui
definisi dari kotupsi. Mereka beranggapan bahwa korupsi adalah hal yang tidak
baik dan hanya bisa dilakukan oleh pegawai-pegawai pemerintahan. Keadaan
inilah yang menjadi bahan pertimbangan peneliti dalam pengembangan buku
cerita bergambar.
Langkah selanjutnya setelah melakukan wawancara sebagai pengumpulan
informasi serta mengetahui potensi dan masalahnya adalah melakukan desain
produk. Penyusunan cerita dilakukan oleh peneliti sendiri dengan mengambil
judul cerita “Maaf, Aku Menyesal Bu...”. Judul yang dibuat ini cukup sederhana,
menarik, dan sudah mewakili keseluruhan cerita dimana seorang anak yang
menyesal karena sudah melakukan tindakan korupsi berupa korupsi waktu karena
dia tidak segera pulang malah main dengan teman-temannya. Selain itu dia juga
telah berbohong kepada ibunya mengenai nilai yang didapatnya ketika ulangan,
yang dapat 65 dikatakan 80. Ditambah lagi dia tidak mengerjakan PR yang
diberikan oleh gurunya dan ketahuan belum mengerjakan.
Pembuatan desain gambar peneliti dibantu oleh seorang ahli desain yang
nantinya disebut sebagai ilustrator. Saat proses validasi desain berlangsung, tidak
ada revisi untuk bentuk gambar dari para validator, melainkan yang menjadi
perhatian adalah isi dari buku. Jeda dari proses pengumpulan data dengan validasi
cukup lama, yaitu kurang lebih 5 bulan. Dikarenakan ada beberapa hal, peneliti
melakukan pergantian kerjasama dengan 3 ilustrator, sehingga memperlambat
jalannya penelitian pengembangan ini. Untuk pengeplotan gambar, peneliti
membuat sendiri dibantu beberapa saran dari ilustrator yang lebih profesional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Untuk jenis huruf digunakan 3 jenis, yaitu Times New Roman untuk kata
pengantar, panduan penggunaan buku, refleksi dan juga biodata penulis,
SchoolBell digunakan untuk judul dan tulisan di sampul depan, sedangkan isi
cerita menggunakan SiKancil.
Tata letak atau sistematika pada penulisan buku cerita bergambat ini tidak
terlalu sempit ataupun lebar, sehingga memudahkan siswa untuk membaca dengan
baik, hal ini diperoleh dari hasil validasi guru kelas III dan dosen ahli. Menurut
Mansoor (dalam Santosa, 2008: 65) buku yang memiliki rancangan halaman
tertata baik, dalam pemilihan jenis huruf, jarak antar baris, tata letak halaman, luas
cetak, maupun luas margin akan sangat menentukan kenyamanan dalam membaca
siswa.
Setelah desain terselesaikan dan sudah dicetak, peneliti melakukan
validasi desain pada satu dosen ahli, satu guru kelas III, dan satu siswa kelas III.
Sehingga diketahui hasil validasi dengan skor rata-rata 4,49 yang dikategorikan
“sangat baik”. Dan dari hasil validasi tersebut diberikan saran-saran dari validator
untuk membuat buku yang dikembangkan lebih baik lagi. Seperti penggantian
judul menjadi “Judika Berani Berkata Jujur”, perbaikan tulisan-tulisan yang masih
salah, size dari font yang digunakan, sampai spacing yang digunakan. Setelah
revisi atau perbaikan desain selesai, peneliti melakukan langkah terakhir untuk
menguji coba produk pada enam siswa kelas III B di SD Kanisius Wirobrajan I.
Siswa diminta untuk membaca dan memahami isi dari cerita yang diberikan dan
nantinya diminta untuk mengisi refleksi yang diselipkan setelah pemberian cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Kemudian siswa mengisi lembar kuesioner untuk memberikan nilai dan pendapat
mereka seperti apa produk yang telah dikembangkan.
Hasil dari penelitian pengembangan ini menunjukkan bahwa buku cerita
bergambar yang dikembangkan mendapatkan respon yang positif dari guru dan
siswa yang artinya buku ini juga memfasilitasi dan mendukung GLS (Gerakan
Literasi Sekolah). Respon positif tersebut diketahui peneliti saat mengujicobakan
produk. Saat melakukan refleksi bersama, siswa sangat antusias dalam menjawab.
Selain itu mereka juga mengatakan bahwa mereka baru tahu kalau tidak tepat
waktu saat masuk kelas pun menjadi salah satu kategori korupsi. Buku yang
dikembangkan ini setidaknya dapat dimanfaatkan untuk memberikan bimbingan
pada anak-anak mengenai sikap antikorupsi yang mana penekanan karakter
kejujuran dan beberapa nilai-nilai antikorupsi lainnya lebih digerakkan untuk
siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
BAB V
PENUTUP
Bab V ini berisi (1) kesimpulan, (2) keterbatasan penelitian, dan (3) saran.
Kesimpulan merupakan hasil akhir dari seluruh kegiatan penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti. Pada bab ini disebutkan pula keterbatasan dari penelitian
pengembangan ini serta saran-saran yang diberikan oleh peneliti untuk dapat
memperbaiki penelitian ini pada penelitian selanjutnya oleh peneliti-peneliti
lainya.
5. 1 Kesimpulan
Penelitian pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan
antikorupsi untuk pembelajaran membaca kelas III B SD Kanisius Wirobrajan ini
menghasilkan hasil penelitian yang kemudian disimpulkan. Dan berdasarkan hasil
penelitian yang didapat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Buku cerita bergambar berbasis pendidikan antikorupsi untuk
pembelajaran membaca pelajaran kelas III B SD Kanisius Wirobrajan ini
dikembangkan dengan metode modifikasi dari Borg and Gall dan
Sugiyono yang kemudian diambil tujuh langkah yaitu: (1) potensi dan
masalah; (2) pengumpulan data; (3)desain produk; (4) validasi desain; (5)
revisi desain; (6) uji coba produk; dan (7) revisi produk. Hasil penelitian
pengembangan ini berupa buku dengan judul “Judika Berani Berkata
Jujur”
2. Buku cerita bergambar berbasis pendidikan antikorupsi untuk
pembelajaran membaca kelas III B SD Kanisius Wirobrajan ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
dikembangkan dengan kualitas yang baik dan layak digunakan sebagai
buku belajar tentang pendidikan antikorupsi dan pembelajaran membaca.
Penilaian buku ini ditinjau dari lembar kuesioner yang diisi oleh validator
seperti dosen ahli dan guru kelas III yang diberikan skor rata-rata 4,43
dengan kategori ‘sangat baik’.
5. 2 Keterbatasan Penelitian
Peneliti pengembangan produk memiliki beberapa keterbatasan selama
melakukan penelitian pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan
antikorupsi untuk pembelajaran membaca pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas
III
1. Wawancara dilakukan untuk menganalisis kebutuhan siswa dilakukan
hanya pada satu sekolah dan hanya satu guru saja
2. Waktu pembuatan ilustrasi memakan waktu lama di luar rencana dan
penggantian ilustarasi sebanyak tiga kali semakin memperlama proses
pembuatan desain
3. Pembiayaan dalam pembuatan desain cukup mahal dan di luar
perencanaan
4. Waktu pelaksanaan uji coba terbatas dengan tempat yang kurang memadai
5. 3 Saran
Saran untuk penelitian pengembangan terkait dengan buku cerita bergambar
berbasis pendidikan karakter antikorupsi pada pembelajaran membaca pelajaran
Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
1. Wawancara analisis kebutuhan perlu dilakukan kepada beberapa guru
dalam kategori kelas rendah dan kelas tinggi
2. Pembuatan ilustrasi sebaiknya ditarget dan dimatangkan dalam pembuatan
desain (pengeplotan cerita dalam buku dan sketsa isinya)
3. Apabila menggunakan jasa ilustrator, ada baiknya dibicarakan terlebih
dahulu mengenai pembiayaan agar tidak terkendala dalam pemberian
uang lelah di akhir
4. Untuk waktu pelaksanaan dalam penelitian lebih baik dilaksanakan sesuai
alokasi waktu yang ditentukan setiap kegiatan belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. (2012). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan
Karakter. Bandung: Refika Aditama.
Alatas, S.H. (1987). Korupsi: Sifat, Sebab, dan Fungsi. Jakarta: LP3ES
(Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan
Sosial)
Anitah, Sri. (2009). Media Pembelajaran. Surakarta: Yama Pustaka
Bekerjasama dengan FKIP UNS.
Freire, Paulo. (1999). Politik Pendidikan: Kebudayaan, Kekuasaan, dan
Pembebasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fenny Monica, dkk. (2016). Perancangan Buku Cerita Rakyat Bergambar
Interaktif untuk Menanamkan Kejujuran pada Anak Usia 5-10
tahun. Yogyakarta: Jurnal Pendidikan Institut Seni Indonesia.
Kurniawan, Syamsul Rose. (2013). Pendidikan Karakter: Konsepsi dan
Implementasinya secara Terpadu di Lingkungan Keluarga,
Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Jeremy, Pope. (1999). Pengembangan Sistem Integritas Nasional: Buku
Panduan Transparency International. Jakarta: Pustaka Utama
Grafiti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Kurniati, Laila & Antarsari, Septriwi. (2011). Agar Anak Gemar Membaca
Seperti Mereka Suka Makan Cokelat. Semarang: SQ Press.
Madyawati, Lilis. (2016). Strategi Pengembangan Bahasa pada Anak.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Mukodi & Burhanuddin, Afid. (2014). Pendidikan Anti Korupsi:
Rekonstruksi Interpretatif dan Aplikatif di Sekolah. Yogyakarta:
Aura Pustaka.
Nurgiyantoro, Burhan. (2005). Sastra Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Yaumi, Muhammad, dkk. (2014). Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar,
dan Implementasi. Jakarta: Kencana.
Poernomo, Soen’an Hadi. (2013). Berani Korupsi Itu Memalukan: Bunga
Rampai Filosofi, Masalah, Solusi Negeri Kelautan dan Upaya
Pemberantasan Korupsi. Depok: Imania.
Rianto, Bibit. (2009). Koruptor Go To Hell! Mengupas Anatomi Korupsi
di Indonesia. Jakarta: Hikmah.
Rosidi, Ajib. (1983). Pembinaan Minat Baca, Bahasa, dan Sastera.
Surabaya: Bina Ilmu.
Salkind, Neil J. (2009). Teori-teori Perkembangan Manusia. Bandung:
Nusa Media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Santrock, John W. (2002). Remaja. Jakarta: Erlangga.
Setyosari, Punaji. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan
Pengembangan. Jakarta: Rajawali Press.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Peneitian Kombinasi (Mixedmethods). Bandung:
Penerbit Alfabeta
Sukmadinata, N.S. (2005) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaha Rosdakarya.
Sumardianta, J. (2013). Guru Gokil Murid Unyu. Yogyakarta:
Bentang.
Suradi. (2014). Pendidikan Antikorupsi. Yogyakarta: Penerbit Gava
Media.
Syarbini, Amirulloh & Arbain, Muhammad. (2014). Pendidikan Anti
Korupsi: Konsep, Strategi, dan Implementasi Pendidikan
Antikorupsi di Sekolah/Madrasah. Bandung: Alfabeta.
Tarigan, H.G. (2008). Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Tarigan. H.G. (1984). Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Widoyoko, S.E.P. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wijaya, David. (2014). Pendidikan Antikorupsi Untuk Sekolah dan
Perguruan Tinggi. Jakarta: Indeks.
Zuchdi, Darmiyati. (2008). Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca.
Yogyakarta: UNY Press.
Referensi Online:
Ilmu, Berbagi. 2015. Makalah: Faktor penyebab korupsi. Diakses pada tanggal 30
Mei 2017 dari
http://hasbagiilmu.blogspot.co.id/2015/08/faktor-penyebab-korupsi.html
Anugerah, Pilar. 2016. Pemberantasan korupsi Indonesia pada 2015 ‘membaik’.
Diakses pada 29 Maret 2017 dari
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/01/160127_indonesi
a_indeks_korupsi
Gervin Nathaniel, Purba. 2017. Tingkatkan Minat Baca, BCA Inisiasi Gerakan
#BukuUntukIndonesia. Diakses pada 16 Maret 2017 dari
http://news.metrotvnews.com/peristiwa/wkBqe0lb-tingkatkan-minat-baca-
bca-inisiasi-gerakan-bukuuntukindonesia
Nuramdani, Muhamad. 2017. Kunjungi Senayan City, Jokowi beli buku untuk
hadiah anak.anak. diakses pada 29 Maret 2017 dari
http://news.liputan6.com/read/2862503/kunjungi-senayan-city-jokowi-
beli-buku-untuk-hadiah-anak-anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Lampiran 1
Hasil Wawancara dengan Guru Kelas III B SD Kanisius Wirobrajan I
No Daftar Pertanyaan wawancara Rangkuman Hasil Wawancara
1 Sejauh mana kesulitan siswa
dalam pembelajaran membaca?
Masih ada beberapa siswa yang
masih harus mengeja dalam
membaca. Jika di prosentase dari
siswa seluruh kelas, ada 10% siswa
yang masih belum lancar dan yang
lainnya sudah lancar dalam
membaca.
2
Kesulitan apa saja yang bapak/ibu
temui ketika mengajarkan kepada
siswa tentang pembelajaran
membaca?
Siswa masih kesulitan untuk
membaca di dalam hati.
Kebanyakan dari mereka ketika
membaca adalah dengan
menggunakan suara, jadi ketika
diminta membaca dalam hati justru
mereka akan bergumam membaca
dan perlu diingatkan untuk
membaca dengan tenang dalam
hati.
3 Bagaimana minat siswa dalam
membaca?
Minat siswa dalam membaca
sebagian cukup tinggi, terutama
terhadap bacaan-bacaan yang
bergambar yang memiliki cerita
mengenai legenda, dongeng, komik
horor, dan buku-buku cerita
bergambar yang lain. Selain itu,
dengan adanya penugasan dari
guru untuk bacaan minimal pada
siswa dalam seminggu membuat
siswa menjadi senang untuk
membaca.
4
Apakah bapak/ibu merasa
membutuhkan buku cerita untuk
membantu siswa dalam
pembelajaran membaca?
Tentu saja kami membutuhkan
buku-buku tersebut. Bahan bacaan
dalam buku pelajaran tentunya
tidak banyak, sehingga
membutuhkan buku-buku
tambahan sebagai bahan bacaan
siswa seperti buku cerita
bergambar, sehingga semakin
lancar siswa membaca akan
mempengaruhi minat siswa dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
membaca.
5
Apakah pendidikan anti korupsi
sudah diimplementasikan dalam
pembelajaran di kelas?
Pengimplementasian pendidikan
antikorupsi sudah ada pada
pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, tetapi belum
secara jelas diberikan di kelas
mengenai korupsi itu sendiri.
Siswa hanya memiliki pengetahuan
bahwa korupsi merupakan tindakan
yang tidak baik dan dapat
dipenjara.
6 Apakah pendidikan anti korupsi
perlu diajarkan kepada siswa?
Tentu saja perlu diajarkan dan
diimplementasikan dalam
pembelajaran siswa sehari-hari.
Karena sekolah dapat mencetak
generasi penerus bangsa yang
bebas dan bersih dari korupsi.
7
Bagaimana kesadaran siswa
tentang bersikap jujur dan
bersikap anti korupsi?
Untuk kesadaran mengenai sikap
antikorupsi belum sepenuhnya
diketahui oleh anak-anak. Mereka
hanya tahu korupsi itu tindakan
yang tidak baik dan merugikan
atau secara singkatnya definisi
korupsi masih belum dipahami
oleh anak-anak.
8
Apakah bapak/ibu membutuhkan
buku cerita tentang pendidikan
karakter anti korupsi untuk
membantu meningkatkan
kesadaran siswa tentang sikap
jujur anti korupsi melalui
pembelajaran membaca?
Perlu. Karena siswa cenderung
diberikan pengertian melalui
bacaannya, daya imajinasi anak
juga masih tinggi, sehingga dengan
adanya bacaan yang berbasis
antikorupsi siswa dapat mengerti
tindakan mana yang harus
dihindari untuk jauh dari indikasi
korupsi.
9
Saran apa yang bapak/ibu berikan
terkait dengan buku cerita yang
memuat tentang pendidikan
karakter anti korupsi untuk
membantu pembelajaran
membaca siswa?
Sarannya adalah gunakan contoh-
contoh sederhana yang bisa terjadi
di dalam kehidupan sehari-hari
siswa. Sampaikan juga dengan
gambar yang bagus, full color, dan
bahasa yang sederhana yang bisa
dimengerti anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Lampiran 2
Hasil Validasi Dosen/Ahli Bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Lampiran 3
Validasi Guru Kelas III B SD Kanisius Wirobrajan I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Lampiran 4
Uji Coba Perseorangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Lampiran 5
Uji Coba Terbatas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Lampiran 6
Surat Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Lampiran 7
Surat Keterangan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Lampiran 8
Dokumentasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Lampiran 10
Biodata Penulis
(Curriculum Vitae)
Florentina Pradita Setyaningsih merupakan
anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak
Yohanes De Britto Budiyono dan Ibu Caecilia Eny
Setyawati. Adiknya Stevanus Gading Nindya Asmara
menjadi sahabatnya selama pengerjaan skripsi penulis.
Lahir di Bantul, 7 Mei 1995. Menempuh pendidikan
dasar di SD Pangudi Luhur Sugiyapranata Klaten dari
2001 hingga tamat 2007. Kemudian melanjutkan pendidikan menengah di SMP
Pangudi Luhur 1 Klaten hingga tamat 2010. Selanjutnya meneruskan pendidikan
di SMK Kristen 4 Klaten dan berhasil selesai tahun 2013.
Penulis tercatat sebagai mahasiswa aktif di Program Studi Pendidikan
Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Sanata Dharma sejak bulan Agustus 2013. Selama mengenyam
pendidikan di USD, penulis terlibat aktif dalam keorganisasian Prodi dan
Kepanitiaan di Prodi. Terbukti selama 3 periode menjadi pengurus di organisasi
Himpunan Mahasiswa Program Studi PGSD. Tahun 2013-2014 sebagai anggota
Koordinator kesenian, 2014-2015 dan 2015-2016 sebagai Koordinator Kesenian.
Selain itu penulis juga terlibat aktif dalam kegiatan di luar prodi seperti
Kepanitiaan Parade Gamelan Anak yang menjadi salah satu acara tahunan Dies
Natalis USD. Tahun 2013 sebagai anggota Divisi Acara, 2014 sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Koordinator Acara dan di tahun 2015 menjadi Ketua Umum Parade Gamelan
Anak. Kepanitiaan acara prodi seperti Malam Kreativitas PGSD pun pernah
diikuti seperti 2013 sebagai anggota Divisi Acara dan 2015 sebagai Sekretaris
Umum. Kegiatan Seminar Internasional pernah diikuti dan menjadi Koordinator
Fasilitator PPKM 2 2015. Masa kependidikan di USD diakhiri penulis tahun 2017
dengan menulis sebuah skripsi berjudul, “Pengembangan Buku Cerita Bergambar
Berbasis Pendidikan Antikorupsi untuk Pembelajaran Membaca Kelas III B SD
Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI