Upload
others
View
17
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PENGEMBANGAN BUKU AJAR SUPLEMEN BERBASIS KEARIFANLOKAL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
DI SEKOLAH DASAR
Tesis
OlehEVI SEFTIANA
PROGRAM STUDI MAGISTER KEGURUAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSTAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF LOCAL WISDOM-BASEDSUPPLEMENTARY TEXTBOOKS WITH
INQUIRY LEARNING MODELS INELEMENTARY SCHOOLS
By
EVI SEFTIANA
This research and development aims to develop local wisdom-based
supplementary textbooks with inquiry learning models and to know effectivity
level of local wisdom-based supplementary textbooks with inquiry learning
models. The type of research used is research and development that refers to the
theory of Borg & Gall. The population of this research is the students of grade 4th
of Primary School in Gugus Anggrek, Pasuruan, South Lampung District. The
sample of the study was 33 students of grade 4th in Primary School is determined
using purposive sampling technique. Data were collected used questionnaires and
test questions. The results showed that local wisdom-based supplementary
textbooks with inquiry learning models was valid and effective to improve student
learning outcomes.
Keyword: textbook, local wisdom-based, learning outcomes
ABSTRAK
PENGEMBANGAN BUKU AJAR SUPLEMEN BERBASIS KEARIFANLOKAL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
DI SEKOLAH DASAR
By
EVI SEFTIANA
Penelitian dan pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan dan mengetahui
tingkat efektivitas buku ajar suplemen berbasis kearifan lokal yang layak dengan
model pembelajaran inkuiri. Jenis penelitian ini merujuk teori Borg and Gall.
Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SD Gugus Anggrek,
Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan. Sampel penelitian sebanyak 33 peserta
didik yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan
menggunkan lembar observasi, dokumentasi, angket dan soal tes. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa buku ajar suplemen berbasis kearifan lokal dengan model
pembelajaran inkuiri layak dan efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik.
Keyword: buku ajar, kearifan lokal, hasil belajar
PENGEMBANGAN BUKU AJAR SUPLEMEN BERBASIS KEARIFANLOKAL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
DI SEKOLAH DASAR
OlehEVI SEFTIANA
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarMAGISTER PENDIDIKAN
PadaProgram Studi Magister Keguruan Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
PROGRAM STUDI MAGISTER KEGURUAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSTAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2018
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Evi Seftiana
NPM : 1623053003
Fakultas/ Jurusan : FKIP/ Ilmu Pendidikan
Program Studi : MKGSD
menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar Magister di Program Studi MKGSD, dan sepanjang
pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumber
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, November 2018
Yang membuat pernyataan,
Evi Seftiana
NPM 1623053003
RIWAYAT HIDUP
Evi Seftiana lahir di Kota Guring Kabupaten Lampung
Selatan, tanggal 06 September 1977, puteri dari pasangan
Bapak A. Rahman (alm) dan Ibu Dahlia. Menikah dengan
Bapak Irwansyah dan memiliki anak Rafa Nabila Syah, M.
Attar Syah, dan Kafka Alfaqih Syah.
Pendidikan formal yang diikuti peneliti adalah sebagai berikut. Sekolah Dasar
Negeri 2 Kota Guring lulus tahun 1990, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di
SMP Negeri 2 Kalianda lulus tahun 1993, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di
SMEA Muhammadiyah Kalianda lulus tahun 1996, D2 PGSD Universitas
Terbuka lulus tahun 2007, Strata 1 PGSD Universitas Terbuka lulus tahun 2011.
Tahun 2016 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa S2 Program Studi Magister
Keguruan Guru Sekolah Dasar PPs Universitas Lampung.
MOTTO
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Makaapabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanyakepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
(Q.S. ash-Sharh: 5-8)
PERSEMBAHAN
BismillahirrohmanirrohimDengan mengucap rasa syukur kepada Allah swt.
Sholawat dan salam kehadirat Nabi Muhammad saw.Karya ini kupersembahkan
- teruntuk-
Bapakku tercinta A. Rahman (alm) dan Ibuku tercinta Dahlia.yang selalu mendoakan kebaikan dan kesuksesanku, mendidikdan membesarkanku dengan sabar dan penuh pengorbanan.
Suamiku tercinta Irwansyahyang selalu menyayangiku dengan tulus dan memberikan
semangat yang tidak pernah padam
Putera-puteriku tercinta Rafa Nabila Syah, M. Attar Syah, Kafka Alfaqih Syahyang selalu memberi keceriaan dan semangat.
Guru dan Dosen yang telah memberikan bimbingan dan ilmu yang sangatberharga melalui ketulusan dan kesabaran.
Semua sahabat yang tulus menyayangiku dengan segala kekuranganku.
Almamaterku tercinta MKGSD- Universitas Lampung
SANWACANA
Segala puji hanya milik Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam kepada
Nabi Muhammad SAW. Tesis dengan judul “Pengembangan Buku Ajar Suplemen
Berbasis Kearifan Lokal dengan Model Pembelajaran Inkuiri di Sekolah Dasar”
adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan di
Universitas Lampung.
Penyusunan tesis ini dapat terwujud berkat adanya bimbingan, masukan, dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan terima kasih
kepada berbagai pihak sebagai berikut.
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas
Lampung yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti menempuh
studi Magister Keguruan Guru SD Universitas Lampung.
2. Bapak Prof. Drs. Mustofa, M.A, Ph.D. selaku Direktur Pascasarjana FKIP
Universitas Lampung yang telah memberikan pengarahan dan petunjuk yang
bermanfaat bagi peneliti untuk menyelesaikan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. Dekan FKIP Universitas Lampung
beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada peneliti
dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP
Universitas Lampung yang mempermudah peneliti dalam menyelesaikan tesis
ini.
5. Bapak Dr. Alben Ambarita, M.Pd. Ketua Program Studi Magister Keguruan
Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Lampung sekaligus sebagai
Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan masukan, nasihat,
motivasi yang berarti dengan penuh kesabaran sehingga penyusunan tesis ini
dapat terselesaikan.
6. Bapak Dr. M. Thoha Sampurna Jaya, M.S. selaku Pembimbing Akademik
sekaligus Pembimbing I dan Ketua Penguji yang telah membimbing dan
memberikan nasihat, saran-saran dan motivasi yang berarti dengan penuh
kesabaran sehingga penyusunan tesis ini dapat terselesaikan.
7. Bapak Dr. Darsono, M.Pd. selaku Penguji 1, dan Validator Ahli Materi yang
telah memberikan motivasi, bimbingan, ilmu yang berharga, serta
memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga tesis ini dapat
terselesaikan.
8. Ibu Dr. Lilik Sabdaningtyas, M.Pd. selaku Penguji 2 yang telah memberikan
motivasi, bimbingan, ilmu yang berharga, serta memberikan kritik dan saran
yang membangun sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
9. Ibu Dr. Dwi Yulianti, M.Pd. selaku Validator Ahli Materi yang telah bersedia
meluangkan waktu menjadi validator, memberikan motivasi dan saran dalam
penyusunan tesis ini.
10. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Magister Keguruan Guru
Sekolah Dasar FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu yang
berharga, motivasi, dan kemudahan bagi peneliti dalam menyelesaikan tesis.
11. Bapak Ahmad Barit, S.Pd. selaku kepala SD Negeri 2 Pasuruan , Kecamatan
Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan, yang telah mengizinkan peneliti
untuk melakukan penelitian, memberikan masukan, dan motivasi dalam
menyelesaikan tesis ini.
12. Guru Kelas IV B SD Negeri 2 Pasuruan Kecamatan Penengahan Kabupaten
Lampung Selatan yang telah memberikan motivasi, saran, semangat, menjadi
teman diskusi dalam menyelesaikan tesis ini..
13. Sahabat-sahabat tercinta yang selalu mendukung, mendo’akan, menjadi
teman berbagi sedih dan bahagia.
14. Sahabat-sahabatku angkatan 2016 Magister Keguruan Guru SD yang selalu
menghadirkan semangat dan kebersamaan yang tak terlupakan.
15. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya, terima kasih atas
doa dan dukungan yang diberikan.
Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala
dari Allah SWT. dan peneliti berharap semoga tesis ini bermafaat bagi dunia
pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Aamiin.
Bandar Lampung, November 2018
Peneliti,
Evi Seftiana
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL .................................................................................. xviDAFTAR GAMBAR ............................................................................... xviiDAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xviii
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 10C. Batasan Masalah ................................................................................... 11D. Rumusan Masalah ................................................................................ 12E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 12F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 13G. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ............................................... 14
II KAJIAN TEORIA. Pengertian Belajar ................................................................................... 15
1. Pengertian Belajar .............................................................................. 152. Ciri Belajar ....................................................................................... 163. Teori Belajar ...................................................................................... 22
a. Behavioristik ................................................................................. 23b. Kognitivisme ................................................................................. 24c. Konstruktivistik............................................................................. 25
4. Hasil Belajar....................................................................................... 26B. Kearifan Lokal......................................................................................... 30
1. Pengertian Kearifan Lokal ................................................................. 302. Kearifan Lokal dalam Proses Pendidikan di Sekolah ........................ 31
C. Model Pembelajaran Inkuiri.................................................................... 331. Langkah-langkah Inkuiri.................................................................... 362. Kelebihan dan Kekurangan Metode Inkuiri....................................... 41
D. Pengembangan Bahan Ajar ..................................................................... 441. Pengertian Bahan Ajar ....................................................................... 442. Jenis- Jenis Bahan Ajar ..................................................................... 45
E. Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar ..................................................50 47F. Pengembangan Bahan Ajar Suplemen Berbasis Kearifan Lokal ............ 48G. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 51H. Kerangka Pikir Penelitian........................................................................ 56I. Hipotesis Penelitian................................................................................. 58
III. METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian ................................................................................. 59B. Prosedur Penelitian Pengembangan ............................................... 60
1. Pengumpulan Informasi Awal ..................................................... 602. Perencanaan ................................................................................. 603. Pengembangan Produk ................................................................ 604. Uji Coba Produk Awal................................................................. 615. Revisi Produk Awal ..................................................................... 616. Uji Coba Produk Utama............................................................... 617. Revisi Produk Utama ................................................................... 618. Implementasi Produk ................................................................... 62
C. Lokasi dan Subyek Penelitian ........................................................... 62D. Populasi dan Sampel ......................................................................... 62E. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional.................................. 63
1. Definisi Konseptual ..................................................................... 632. Definisi Operasional .................................................................... 64
F. Kisi-kisi Instrumen Penelitian........................................................... 651. Kisi-kisi Instrumen Tes .............................................................. 652. Lembar Observasi ........................................................................ 66
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 671. Observasi ..................................................................................... 672. Dokumentasi ................................................................................ 673. Angket.......................................................................................... 674. Tes................................................................................................ 68
H. Uji Persyaratan Instrumen................................................................. 681. Validitas Instrumen...................................................................... 682. Reliabilitas Instrumen .................................................................. 693. Tingkat Kesulitan......................................................................... 704. Daya Beda .................................................................................... 71
I. Teknik Analisis Data......................................................................... 721. Uji Efektivitas .............................................................................. 722. Uji Hipotesis................................................................................ 74
IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian dan Pengembangan 75
1. Pengembangan Buku Ajar Berbasis Kearifan Lokal denganModel Pembelajaran inkuiri.................................................. 751) Pengumpulan Informasi Awal............................................... 752) Perencanaan........................................................................... 77
a) Analisis Kurikulum ......................................................... 77b) Perancangan Pengembangan Buku Ajar Suplemen
Berbasis Kearifan Lokal dengan Model PembelajaranInkuiri .............................................................................. 77
c) Perencanaan Alat Evaluasi .............................................. 793) Pengembangan Buku Ajar..................................................... 79
a) Pra Penulisan ................................................................... 80b) Penyusunan Draf Buku Ajar Suplemen Berbasis
Kearifan Lokal dengan Model Pembelajaran Inkuiri ...... 80(1) Halaman Sampul ....................................................... 80(2) Kata Pengantar .......................................................... 81(3) Daftar Isi.................................................................... 82(4) Pemetaan KI, KD, Indikator Pembelajaran ............... 83(5) Petunjuk Penggunaan Buku Ajar bagi Pendidik dan
Peserta Didik ............................................................. 84(6) Materi Tema 5 Pahlawanku, Subtema 1 Perjuangan
para Pahlawan, Pembelajaran 1 dan 5 ....................... 854) Uji Coba Produk Awal .......................................................... 87
a. Validasi Materi ................................................................ 87b. Ahli Media/ Desain ......................................................... 88c. Validasi oleh Guru Kelas IV ........................................... 90d. Hasil Uji Instrumen ......................................................... 90
(1) Validitas Instrumen ................................................... 90(2) Reliabilitas................................................................. 91(3) Tingkat Kesulitan ...................................................... 91(4) Daya Beda ................................................................. 91
5) Uji Coba Kelompok Kecil.................................................... 926) Revisi Produk Awal .............................................................. 937) Uji Coba Produk.................................................................... 938) Revisi Produk Akhir.............................................................. 95
2. Efektivitas Buku Ajar Suplemen Berbasis Kearifan Lokaldengan Model Pembelajaran Inkuiri............................................ 95
B. Uji Hipotesis...................................................................................... 95C. Pembahasan....................................................................................... 95
1. Pengembangan Produk Buku Ajar Suplemen Berbasis KearifanLokal dengan Model Pembelajaran Inkuiri.................................. 96
2. Efektivitas Buku Ajar Suplemen Berbasis Kearifan Lokaldengan Model Pembelajaran Inkuiri ............................................ 99
3. Kelebihan Buku Ajar Suplemen Berbasis Kearifan Lokal denganModel Pembelajaran Inkuiri ........................................................ 99
4. Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan Buku AjarSuplemen Berbasis Kearifan Lokal dengan Model PembelajaranInkuiri........................................................................................... 100
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARANA. Kesimpulan........................................................................................ 102B. Implikasi............................................................................................ 103C. Saran.................................................................................................. 104
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 106
LAMPIRAN................................................................................................ 112
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1.1 Tahapan Perkembangan Kognitif Menurut Piaget ................................. 81.2 Spesifikasi Pengembangan Buku Ajar Suplemen Berbasis
Kearifan Lokal Dengan Model Pembelajaran Inkuiri di SekolahDasar ................................................................................................... 14
2.1 Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), dan IndikatorPembelajaran ........................................................................................ 50
3.1 Data Peserta Didik Kelas IV Gugus Anggrek ....................................... 633.2 Kisi-Kisi Instrumen Hasil Belajar .......................................................... 663.3 Daftar Interpretasi Koefisien “r”............................................................. 703.4 Indeks Kesulitan Butir Soal .................................................................... 713.5 Indeks Daya Beda ................................................................................... 723.6 Kategori n- Gain Ternormalisasi ............................................................ 734.1 Hasil Validasi Ahli Media ...................................................................... 884.2 Rekapitulasi Data Hasil Belajar Peserta Didik pada Kelompok
Kecil........................................................................................................ 924.3 Rekapitulasi Data Hasil Belajar Peserta Didik pada Kelompok
Besar ....................................................................................................... 94
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman2.1. Alur Kerangka Pikir Penelitian ........................................................... 593.1. Model Desain Borg and Gall .................................................................. 594.1. Tampilan Sampul Buku Ajar.................................................................. 814.2. Tampilan Kata Pengantar ....................................................................... 824.3. Tampilan Daftar Isi................................................................................. 834.4. Tampilan KI, KD, Indikator ................................................................... 844.5. Tampilan Petunjuk Penggunaan Buku Ajar ........................................... 854.6. Tampilan Materi Pembelajaran .............................................................. 864.7. Lembar Ahli Validasi Materi.................................................................. 874.8. Tampilan Gambar Halaman Sampul Sebelum dan Sesudah
Revisi ...................................................................................................... 894.9. Tampilan Kompetensi Inti Sebelum dan Sesudah Revisi....................... 89
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman1. Surat Izin Penelitian ............................................................................... 1122. Surat Balasan Penelitian dari SD............................................................ 1133. Angket Analisis Kebutuhan Guru .......................................................... 1144. Hasil Analisis Angket Kebutuhan Guru ................................................. 1165. Instrumen Validasi Ahli Materi.............................................................. 1186. Instrumen Validasi Ahli Media .............................................................. 1207. Soal Tes Sesudah Validasi...................................................................... 1228. Hasil Uji Validitas .................................................................................. 1259. Hasil Uji Reliabilitas .............................................................................. 12710. Hasil Uji Daya Beda ............................................................................... 12911. Hasil Uji Tingkat Kesulitan ................................................................... 13112. Rekapitulasi Hasil Pretes-Postes dan N-Gain Uji Coba Kelompok
Kecil ....................................................................................................... 13313. Rekapitulasi Hasil Pretes-Postes dan N-Gain Uji Coba Kelompok
Besar ....................................................................................................... 13414. RPP Tema 5 Pahlawanku Subtema 1 ..................................................... 13515. Foto Penelitian........................................................................................ 140
1
I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara..
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(2007: 8). Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Selama ini sumber belajar yang digunakan pada kebanyakan sekolah hanya
satu atau dua buku saja. Terlebih pada kurikulum 2013 pemerintah
menyediakan buku pelajaran yang sama untuk diberlakukan untuk semua
sekolah pada setiap jenjangnya, baik di kota maupun di desa, baik di Jawa
maupun di luar Jawa. Penggunaan sumber belajar yang terbatas yang
memandang isi pembelajaran dari satu sudut pandang saja berpotensi
2
menjadikan pembelajaran yang kurang bermakna, bahkan tidak menutup
kemungkinan materi pembelajaran tidak ada relevansinya dengan kehidupan
nyata peserta didik.
Buku adalah jendela dunia, filosofi ini menjadi keyakinan manusia turun-
temurun. Melalui buku seseorang tidak menjadi sekat-sekat pemisah bagi
seseorang untuk memperoleh berbagai informasi hal-hal yang jauh, baik dari
segi tempat, ruang dan waktu. Pengetahuan dapat menumbuhkan kesadaran
tentang ilmu, nilai dan norma. Buku adalah media transformasi budi dan
daya manusia kepada manusia berikutnya, bahkan penentuan zaman sejarah
dan zaman pra-sejarah di tentukan oleh prasasti yang berisikan tulisan.
Peradaban Yunani yang tertuang dalam buku-buku karya Plato, Aristoteles dll
yang notabene telah ratusan tahun terpendam dan terbengkalai, setelah digali
kembali oleh para ilmuan muslim abad pertengahan dijadikan momentum
kebangkitan (renascence) yang mana sebelumnya Eropa berada dalam masa
kegelapan. Sejak buku diproduksi besar-besaran, menggali ilmu adalah
kegemaran anak muda, peradaban manusia berkembang pesat di tandai
dengan revolusi industri, revolusi Perancis dan kejadian luar biasa lainnya.
Kampus dan perpustakaan tumbuh dan berkembang dimana-mana, research
dilakukan besar-besaran untuk menemukan teori, menggali teori dan
menemukan teknologi yang canggih. Lagi-lagi buku yang menjadi media
untuk menuangkan hasil penelitian para ilmuan dan seniman.
Buku merupakan deskripsi ide, gagasan dan hasil pemikiran seseorang, yang
diwujudkan melalui kalimat-kalimat yang mudah dipahami, untuk
3
menyampaikan berbagai pesan-pesan secara tersurat, mewakili pesan lisan
berupa bahasa yang dapat ditransformasikan kepada orang lain maupun
generasi berikutnya. Suriasumantri (2009: 171) menyatakan bahwa keunikan
manusia dalam berbahasa, sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan
berpikirnya, melainkan terletak pada kemampuan berbahasanya. Ernest
Cassirer dalam Suriasumantri (2009) menyebut manusia sebagai animal
symbolicum, yaitu mahluk yang mempergunakan simbol, yang secara generik
mempunyai cakupan yang lebih luas daripada homo sapiens yakni mahluk
yang berpikir, sebab dalam kegiatan berpikirnya manusia mempergunakan
simbol.
Tanpa kemampuan berbahasa yang baik, kegiatan berpikir seseorang secara
sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dapat dilakukan Suriasumantri
(2009: 171). Seseorang dapat berpikir dengan baik, karena dia mempunyai
kemampuan bahasa yang baik juga. Tanpa bahasa maka manusia tidak akan
dapat berpikir secara rumuit dan abstrak seperti apa yang dilakukan dalam
kegiatan ilmiah. Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak di
mana objek-objek yang faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol
bahasa yang bersifat abstrak, dengan adanya transformasi ini maka manusia
dapat berpikir mengenai suatu objek tertentu meskipun objek tersebut secara
factual tidak berada ditempat di mana kegiatan berpikir itu dilakukan
Suriasumantri (2009: 173). Manusia memberi arti bagi yang indah dalam
hidup ini dengan bahasa. Semua yang dirasakan, disukai dan lainnya adalah
nilai-nilai hakiki yang dituangkan dalam kata-kata. Bertrand Russell dalam
4
Suriasumantri (2009: 179) menyatakan bahwa dunia tanpa kesukaan dan
kemesraan adalah dunia tanpa nilai.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 24 Tahun 2007 tentang
standar sarana dan prasarana untuk sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah
(SD/MI), sekolah menengah pertama/ madrasah tsanawiyah (SMP/MTs),
sekolah menengah atas/ madrasah aliyah (SMA/MA). Buku ajar adalah buku
untuk memperkaya pengetahuan peserta didik dan guru, buku ajar untuk
tingkat dasar setidaknya terdiri dari 840 judul setiap sekolah, yang terdiri atas
60% non-fiksi dan 40% fiksi. Banyak eksemplar/sekolah minimum: 1000
untuk 6 rombongan belajar, 1500 untuk 7-12 rombongan belajar, 2000 untuk
13-24 rombongan belajar. Dari data yang didapatkan peneliti (data
terlampir), di temukan tidak ada satupun sekolah yang memenuhi standar
minimal keberadaan buku perpustakaan.
Teknologi pendidikan kian maju dan berkembang seiring dengan majunya
media komunikasi terutama perkembangan internet. Penelitian
pengembangan secara sporadis pada masa-masa kini setidaknya 10-15 tahun
terakhir. Penelitian-penelitian tersebut menciptakan berbagai produk mulai
dari media pembelajaran, metode, strategi, model atau pendekatan
pembelajaran, administrasi, mangment dan lainnya. Tentunya secara umum
tujuan penelitian pengembangan tersebut untuk meningkatkan kualitas
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Model pembelajaran tidak
urung mengalami pengembangan yang signifikan. Guru atau dosen dapat
menerapkan berbagai jenis model pembelajaran sesuai dengan tujuan yang
5
ingin dicapai dengan pembelajaran dan materi pembelajaran dikelasnya.
Salah satu model pembelajaran yang menjanjikan adanya proses
pembelajaran yang bermakna adalah model pembelajaran inkuiri. Model
pembelajaran inkuiri merupakan prosedur pengajaran yang menekankan
kegiatan siswa secara mandiri untuk menemukan konsep-konsep keilmuan
terutama pada mata pelajaran sejarah yang membutuhkan pemahaman dan
penguasaan berfikir secara ilmiah. Model pembelajaran ini akan mengiring
siswa lebih aktif melakukan dan penelitian didalam maupun di luar kelas
dengan bimbingan guru. Strategi pembelajaran berbasis inkuiri menekankan
kepada pengembangan intektual atau mental anak. Selama ini guru cendrung
menyajikan bahan untuk dihapal dan diingat saja, oleh sebab itu perlunya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan sendiri dan mencari
serta memecahkan suatu masalah yang ditemukannya.
Pada praktiknya terutama pendidik SD di Kecamatan Penengahan Kabupaten
Lampung Selatan berjumlah 12 pendidik terbiasa menggunakan model
pembelajaran yang bervariasi. Metode pembelajaran guru-guru kebanyakan
masih berkutat pada metode-metode konserpatif seperti metode ceramah,
metode diskusi atau metode drill. Sesungguhnya metode-metode tersebut
masih relevan digunakan, namun variasi penggunaan metode sangat
dibutuhkan mengingat materi pembelajaran, tujuan pembelajaran dan
perbedaan domain pencapaian pembelajaran yang berbeda. Model
pembelajaran inkuiri masih jarang dilakukan guru, ini disebabkan karena
jarangnya guru mengetahui model pembelajaran tersebut.
6
Lampung memiliki budaya dengan tatanan nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakatnya, dipegang teguh sebagai way of life. Selain itu,
kekayaan budaya Lampung banyak juga berbentuk nonbenda, terkait dengan
tari-tarian, lagu, upacara adat, dan bentuk lainnya. Kearifan budaya Lampung
sangat kompleks yang dapat diklasifikasi sebagai berikut. (1) Pandangan
hidup masyarakat Lampung (Pi’il pengsenggiri, Sakai sambayan, Nemuy
Nyimah dan Bejuluk Beadek), (2) Sistem Perkawinan (uang jujur. semenda,
sebambangan, tekop), (3) Sistem Kekerabatan/ kemasyarakatan, (4) Bahasa
(dialek api dan dialek nyou), dan (5) Sistem Pemerintahan Lampung sebelum
masa kemerdekaan dan perjuangan Raden Inten II yang kemudian menjadi
kekuatan tersendiri bagi perlawanan Raden Inten II dalam upaya mengusir
penjajah.
Budaya Lampung yang khas dan memiliki nilai-nilai yang baik, patut dimiliki
peserta didik untuk membentuk karakter yang bermanfaat bagi masa depan
mereka. Sesungguhnya selama ini, budaya Lampung telah diberikan sebagai
pendidikan muatan lokal di Sekolah Dasar, namun masih sebatas pada bahasa
dan aksara Lampung. Permasalahan yang muncul adalah kemampuan guru di
sekolah dasar yang kurang mumpuni, karena secara umum tenaga
kependidikan berlatar belakang non suku Lampung, sehingga menghadapi
kendala pada pembelajaran muatan lokal tersebut. Guru kelas juga jarang
yang melakukan upaya pembelajaran terpadu yang memasukan materi nilai-
nilai kearifan lokal Lampung yang dipadukan dengan mata pelajaran lain,
sehingga siswa tidak memiliki atau hanya sedikit pengetahuan mengenai
budayanya sendiri.
7
Trasformasi kearifan lokal (local wisdom) daerah adalah sebagai upaya
mewariskan kekayaan budaya lokal, berupa nilai dan norma yang berlaku di
daerah setempat. Transformasi kearifan budaya lokal kerap terpuruk pada
generasi tertentu diakibatkan oleh berbagai permasalahan. Adanya
pergeseran nilai adalah salah satu sebab suatu kebudayaan mulai di
tinggalkan, teknologi komunikasi yang canggih juga mempengaruhi daya
pikir manusia, yang cenderung mencari kebudayaan yang datangnya dari
bangsa lain dan beresiko meninggalkan budayanya sendiri yang dianggap
ketinggalan zaman atau bertentangan dengan budaya luar. Ketika kearifan
budaya lokal mulai ditinggalkan maka sesungguhnya kita telah kehilangan
jati diri sendiri.
Penanaman nilai budaya secara strategis mudah dilakukan di sekolah yang
dituangkan dalam kurikulum yang diberlakukan di sekolah tersebut. Pada
kenyataanya kebanyakan sekolah tidak memiliki program pembelajaran untuk
menanamkan buday lokal secara khusus, baik dalam kegiatan kurikuler,
ekstrakurikuler maupun intrakurikuler. Di perpustakaan sekolah sebagian
besar juga sulit di temukan buku-buku tentang kearifan budaya lokal
setempat. Peserta didik di sekolah dasar (SD) diajarkan berbagai disiplin
ilmu yang sesungguhnya jauh dari pemahaman mereka yang seharusnya.
Padahal, siswa Sekolah Dasar (SD) belum bisa berpikir tentang sesuatu yang
abstrak yang belum di dilihat, di dengar atau dirasakannya. Sebagaimana
teori perkembangan yang dikemukakan oleh ahli psikologi Piaget dalam
Wardani (2016:5.9) diuraikan pada Table 1.1. berikut.
8
Tabel 1.1. Tahapan Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
No. Tahapan Usia Karakteristik Pokok1. Sensor
Motor0-2 Tahun Anak membangun makna melalui
koordinasi sensori dan gerakan fisik.Perkembangan mulai dari gerakanrefleksif dan insting sampai awal berpikirsimbolik
2. Pre-operasional
2-7 Tahun Anak mulai menggambarkan duniasekelilingnya dengan kata-kata dangambar, yang merefleksikan peningkatankemampuan berpikir simbolik, yangmelebihi hubungan sensori dan gerakanfisik.
3. OperasionalKonkret
7-11 Tahun Anak mulai mampu member alasan /menerangkan sesuatu secara logis tentangkejadian konkret dan mengelompokkanobjek kedalam berbagai cara / kriteria
4. OperasionalFormal
11.15 Tahunsampai masadewasa
Anak remaja (adolesen) dapatmenjalankan atau memberi alasan tentangsuatu hal dengan cara yang lebih abstrak,idelistik, dan logika.
Dari table 1.1. di atas, anak usia kelas IV SD berada pada tahapan operasional
konkret (7-11 tahun) pada usia ini anak mampu melakukan klasifikasi
(classification), seriasi (seriation), dan transitifiti (transitivity). Klasifikasi
adalah membagi-bagi sesuatu ke dalam set-set atau sub-set yang berbeda-
beda dengan mempertimbangkan hubungan di antara sesuatu tersebut. Serasi
adalah operasi konkret yang melibatkan kemampuan mengurutkan stimulus
yang muncul bersama-sama dengan beberapa dimensi kuantitatif. Transitifiti
adalah kemampuan untuk memberi alasan dan mengkombinasikan hubungan
secara logis. Pada tahapan ini tidak dapat memberikan alasan berdasarkan
pengalaman konkret ke tingkat berpikir yang lebih abstrak, idealis dan logis
sebagai contoh jika orang dewasa dapat menyimpulkan suatu informasi secara
verbal, anak pada tahapan ini tidak dapat melakukannya tanpa ia melihat atau
merasakannya.
9
Nilai ujian akhir sekolah kerap menjadi salah satu acuan keberhasilan
pembelajaran di suatu sekolah. Data yang ditemukan (terlampir) menunjukan
nilai IPS peserta didik di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung
Selatan tergolong rendah di bandingkan dengan mata pelajaran lainnya seperti
Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) yaitu 70, Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan (PJK) yaitu 69,. Nilai rata-rata IPS sama dengan nilai rata-rata
IPA yaitu 66, sedangkan mata pelajaran dengan nilai rata-rata terrendah
adalah Matematika dan Bahasa Indonesia masing-masing 65.
Permasalahan yang di temukan dalam pembelajaran di sekolah dasar di
wilayah Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan. Masalah-
masalah tersebut yakni: (1) Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah di
Kecamatan Penengahan tidak mencukupi standar sarana dan prasarana
pendidikan dalam hal keberadaan buku, (2) guru SD jarang menggunakan
model pembelajaran yang beragam, hanya menggunakan metode-metode
konvensional seperti metode ceramah, diskusi, dan drill, (3) kurikulum yang
di gunakan sebagian besar SD/MI di Kecamatan Penengahan adalah KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) hanya ada satu Sekolah Dasar yaitu
SDN 2 Pasuruan yang telah menggunakan Kurikulum Tahun 2013, (4)
Kearifan budaya Lampung jarang dipadukan dengan materi pembelajaran lain
hanya dikhususkan pada bahasa daerah Lampung yang lebih didoninasi oleh
bahasa dan aksara Lampung, (5) hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran IPS tergolong rendah. Untuk mengatasi masalah pada deskripsi di
atas, peneliti ingin mendekatkan tradisi sebagai media pembelajaran terutama
10
IPS untuk meningkatkan pemahaman nilai budaya budaya lokal . Untuk
mendukung proses pembelajaran yang optimal demi terlaksananya tujuan
pendidikan nasional, penting bagi guru dan praktisi pendidikan lainnya untuk
berinovasi mengembangkan sarana dan prasarana pembelajaran termasuk
buku pengayaan.
B. Identifikasi Masalah
Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang yang
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Pembelajaran mengacu
pada segala kegitan yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar
siswa. Sebagai program, pembelajaran semestinya harus terus di evaluasi dan
diperbaiki untuk memenuhi tantangan zaman dan mendukung tujuan
pendidikan Nasional.
Permasalahan pembelajaran di Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah di
Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan sangat beragam,
setidaknya peneliti menemukan tiga masalah penting yaitu.
1. Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Penengahan tidak
mencukupi standar sarana dan prasarana pendidikan dalam hal keberadaan
buku.
2. Guru SD jarang menggunakan model pembelajaran yang beragam, hanya
menggunakan metode-metode konvensional seperti metode ceramah,
diskusi, dan drill.
3. Kurikulum yang di gunakan sebagian besar SD/MI di Kecamatan
Penengahan adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) hanya
11
ada satu Sekolah Dasar yaitu SDN 2 Pasuruan yang telah menggunakan
Kurikulum Tahun 2013.
4. Kearifan budaya Lampung kurang dipadukan dengan matei pembelajaran
lain hanya dikhususkan pada bahasa daerah Lampung yang lebih
didominasi oleh bahasa dan aksara Lampung.
5. Kebanyakan Guru SD/MI di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung
Selatan hanya menggunakan metode pembelajaran yang monoton. Yaitu,
metode ceramah dan metode diskusi. Model pembelajaran inkuiri jarang
digunakan oleh guru.
6. Hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS belum memenuhi
KKM yang ditentukan..
C. Batasan Masalah
Dari berbagai permasalahan yang terjadi di SD/ MI di Kecamatan
Penengahan Kabupaten Lampung Selatan sebagaimana dipaparkan pada
bagian sebelumnya, peneliti tidak mungkin dapat menyelesaikan semua
permasalahan sendiri dalam waktu yang singkat. Maka pentinglah bagi
penulis untuk membatas penelitian ini. Judul yang diangkat pada penelitian
ini adalah Pengembangan Buku Ajar Suplemen Berbasis Kearifan Lokal
dengan Model Pembelajaran Inkuiri di Sekolah Dasar. Adapun batasan
penelitian ini adalah mengembangkan buku ajar berupa buku suplemen pada
tema 5 Pahlawanku subtema 1 Perjuangan para Pahlawan, pembelajaran 1
dan 5 buku ajar yang dikembangkan dikhususkan pada materi mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial Tema 5 Pahlawanku sub tema Perjuangan para
Pahlawan pembelajaran 1 dan 5.
12
D. Rumusan Masalah
Masalah penelitian ini adalah sebagian besar nilai IPS siswa kelas IV SD di
Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan belum mencapai KKM.
rumusan masalahnya penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pengembangan buku ajar suplemen berbasis kearifan lokal
yang layak dengan model pembelajaran inkuiri di Sekolah Dasar?
2. Bagaimanakah efektivitas buku ajar suplemen berbasis kearifan lokal
dengan model pembelajaran inkuiri?
E. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian tentu memiliki tujuan, demikian juga penelitian yang
mengangkat judul pengembangan buku pengayaan kurikulum tahun 2013
berbasis kearifan lokal budaya Lampung untuk Kelas IV Sekolah Dasar ini
bertujuan untuk:
1. Mewujudkan buku ajar suplemen berbasis kearifan lokal yang layak
dengan model pembelajaran inkuiri di Sekolah Dasar.
2. Mengetahui efektivitas buku ajar suplemen berbasis kearifan lokal dengan
model pembelajaran inkuiri.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian pengembangan ini diharapakan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak
sebagai berikut.
13
1. Peserta Didik
Hasil penelitian ini bagi peserta didik berguna sebagai percepatan
pemahaman materi tentang kearifan budaya lokal yaitu budaya Lampung
dengan model pembelajaran inkuiri
2. Pendidik
Penelitian ini berguna bagi pendidik dapat digunakan sebagai pengayaan
(suplemen) pengetahuan peserta didik dalam memahami kearifan budaya
Lampung sekaligus guru juga dapat menerapkan model pembelajaran
inkuiri pada materi pembelajaran lainnya
3. Kepala Sekolah
Bagi sekolah hasil penelitian ini berguna sebagai masukan pengayaan
(suplemen) pengetahuan kearifan budaya lokal Lampung dan masukan
sebagai pengayaan model pembelajaran dalam hal ini model pembelajaran
inkuiri.
4. Peneliti
Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat berguna sebagai sebagai referensi
atau dapat diuji dan dikembangkan menjadi lebih baik.
G. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Pengembangan mengembangkan buku ajar sebagai suplemen kurikulum
2013 berbasis kearifan lokal dengan model pembelajaran pembelajaran
inkuiri di Sekolah Dasar mengikuti metodologi yang masyhur di gunakan
untuk penelitian pengembangan yang pada umumnya di gunakan. Konten
buku tersebut terdiri dari beberapa bagian. Komponen yang terdapat dalam
buku ini sebagaimana di tuangkan pada tabel 1.2 berikut
14
Tabel 1.2 Spesifikasi Pengembangan Buku Ajar Sebagai SuplemenBerbasis Kearifan Lokal Dengan Model PembelajaranInkuiri di Sekolah Dasar
No. Komponen Pengembangan
1 Cover Gambar ilustrasi Buku Ajar Suplemen BerbasisKearifan Lokal
a. Judul Sesuai dengan tema
b. Tema Tema 5 Pahlawanku, Subtema 1 Perjuangan paraPahlawan
c. Mata Pelajaran Disesuaikan dengan mata pelajaran IPS
d. Kelas/ Semester IV (empat)/ Ganjil
2. Pemetaan KompetensiDasar dan HubunganTema
Mengikuti pemetaan yang tertera pada buku gurutema 5
3. Petunjuk belajar (petunjukGuru/siswa)
- Petunjuk Guru: Berisi langkah-langkahkegiatan dalam menyampaikan materiberbasis kearifan lokal
- Petunjuk Siswa: Berisi langkah-langkahkegiatan dalam pembelajaran berbasiskearifan lokal
4. Tujuan/Kompetensibelajar yang akan dicapai
Mengembangkan indikator dan tujuanpembelajaran yang jelas dengan kaidah A-B-C-D(audience, Behavior, Conditoning, Degree)
5. Ringkasanmateri/informasipendukung
- Ruang lingkup materi yang dikemas dalamsebuah tema dengan mengintegrasikan materiyang berhubungan dengan IPS dan kearifanlokal
- Materi pembelajaran menurut perinsip modelpembelajaran pembelajaran inkuiri.
6. Tugas-tugas dan langkahkerja
Disesuaikan dengan langkah-langkah modelpembelajaran pembelajaran inkuiri yaituorientasi, merumuskan masalah, pengujianhipotesis, merumuskan kesimpulan, merumuskanhipotesis, pengumpulan data.
7. Penilaian - Penilaian dilakukan terhadap kompetensimelalui indikator pencapaian dikhususkanpada domain kognitif.
15
II. KAJIAN TEORI
A. Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh
aneka ragam competences (kemampuan), skill (keterampilan) dan
attidudes (sikap) secara bertahap dan berkelanjutan, mulai dari masa bayi
sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.
Kemampuan belajar inilah yang membedakan manusia dari mahluk
lainnya Bell-Gredler (dalam Winataputra, 2008: 1.5). Selanjutnya,
Winataputra (2008: 1.5) berpendapat bahwa belajar adalah modifikasi atau
mempertangguh kelakuan melalui pengalaman. Hasil belajar merupakan
segala perubahan tingkah laku, baik yang berbentuk kognitif, afektif
maupun psikomotor dan terjadi melalui proses pengalaman. Artinya,
proses belajar dapat dimaknai bahwa 1) yang terpenting dalam
pembelajaran adalah adanya proses belajar (learning process), 2) belajar
membutuhkan interaksi artinya dalam pembelajaran adanya proses
penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau
sekelompok orang (penerima pesan), dan 3) pembelajaran juga dikatakan
sebagai sebuah sistem karena didalamnya mengandung komponen yang
saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan Riyana
16
(2009:3). Komponen-komponen yang dimaksud dalam sistem
pembelajaran meliputi: tujuan, materi, metode, media dan evaluasi,
masing-masing komponen saling berkaitan erat dan merupakan satu
kesatuan Riyana (2009:6).
Amri (2013: 24) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses
memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan
tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap
karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Sedangkan
menurut Kimble dalam (Hergenhahn, 2010: 8) salah satu ahli psikologi
pendidikan mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku atau potensi
perilaku yang bersifat permanen yang berasal dari pengalaman dan tidak
bisa di nisbahkan ke temporary body states (keadaan tubuh temporer)
seperti keadaan yang disebabkan oleh sakit, keletihan atau obat-obatan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas,peneliti menyimpulkan bahwa
belajar adalah proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam
wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif
permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan
lingkungannya.
2. Ciri Belajar
Menurut Winataputra (2008: 2.8) belajar adalah proses mental dan
emosional atau biasa disebut juga sebagai proses berpikir dan merasakan.
Seorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas
perasaan pikiran dan perasaannya itu sendiri tidak dapat diamati orang
17
lain, akan tetapi akan terasa oleh yang bersangkutan (orang yang sedang
belajar itu) guru tidak dapat melihat aktivitas fikiran dan perasaan siswa,
yang dapat diamati oleh guru ialah manifestasinya, yaitu kegiatan siswa
sebagai akibat adanya aktivitas fikiran dan perasaan pada diri siswa
tersebut.
a. Perubahan Perilaku
Menurut Masitoh (2009: 6) hasil belajar berupa perubahan perilaku atau
tingkah laku. Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah
perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan motorik, atau
penguasaan nilai-nilai (sikap) menurut para ahli psikologi tidak semua
perubahan perilaku dapat digolongkan kedalam hasil belajar. Perubahan
perilaku karena kematangan (umpamanya seseorang anak kecil dapat
merangkak, duduk atau berdiri, berjalan lebih banyak disebabkan oleh
kematangan daripada oleh belajar), demikian pula perubahan perilaku
yang disadari karena meminum minuman keras, tidak digolongkan ke
dalam perubahan perilaku hasil belajar.
Perubahan perilaku hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari
pengalaman (interaksi dengan lingkungan), dimana proses mental dan
emosional terjadi. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar
dikelompokkan kedalam tiga ranah (kawasan), yaitu: pengetahuan
(kognitif), keterampilan motoric (psikomotor), dan penguasaan nilai-
nilai atau sikap (afektif). didalam pemebelajaran perubahan perilaku
sebagai hasil belajar tesebut dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.
18
b. Pengalaman
Belajar adalah mengalami artinya belajar terjadi dalam interaksi antara
individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial. Lingkungan fisik contohnya: buku, media, perpustakaan, alam
sekitar. lingkungan sosial contohnya: guru, siswa, pustakawan, kepala
sekolah. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang
dapat menstimulasi dan menantang siswa untuk belajar.guru mengajar
tanpa menggunakan media biasanya akan kurang merangsang siswa
untuk belajar lebih giat dan hal ini biasanya terdapat pada siswa sekolah
dasar.
Belajar bisa melalui pengalaman langsung maupun pengalaman tidak
langsung. Belajar melalui pengalaman langsung contohnya: siswa
belajar secara mandiri dengan mengalaminya sendiri. Belajar dengan
melalui pengalaman langsung hasilnya akan lebih baik, karena siswa
akan lebih memahami dan lebih menguasai pelajaran tersebut. Bahkan
nantinya siswa akan merasakan pelajarn lebih bermakna. Pembelajaran
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi,
dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik.
Oleh karena pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistematik
untuk menginisiasi, memfasillitasi dan meningkatkan proses belajar
maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat jenis hakikat, dan jenis
belajar serata hasil belajar tersebut. Pembelajaran harus menghasilkan
belajar, tertapi tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran.
19
Proses belajar juga terjadi dalam konteks interaksi sosial-kultural dalam
lingkungan masyarakat.
Pembelajaran dalam konteks pendidikan formal, yakni pendidikan
disekolah, sebagian besar terjadi dikelas dan lingkungan sekolah.
Sebagian kecil pembelajaran terjadi juga dilingkungan masyarakat,
misalnya pada saat kegiatan ko-kulikuler (kegitan di luar kelas dalam
rangka tugas mata pelajaran), ekstra-kulikuler (kegitan di luar mata
pelajaran, di luar kelas), dan ekstramural (kegiatan dalam rangka
proyek belajar atau kegiatan di luar kurikulum yang diselenggarakan di
luar kampus sekolah, seperti kegiatan perkemahan sekolah). Dengan
demikan proses belajar bisa terjadi dikelas, dalam lingkungan sekolah,
dan dalam lingkungan masyarakat, termasuk dalam interaksi sosial-
kultural melalui media massa dan jaringan. Dalam konteks pendidikan
non-formal, justru sebaliknya, proses pembelajaran sebagian besar
terjadi dalam lingkungan masyarakat, termasuk dunia kerja, media
massa dan jaringan internet, hanya sebagian kecil saja pembelajaran
terjadi di kelas dan lingkungan non-formal seperti pusat kursus. yang
lebih luas adalah belajar dan pembelajaran dalam konteks pendidikan
terbuka dan jarak jauh, yang karena karakteristik peserta didik dan
paradigma pembelajarannya, proses belajar dan pembelajaran bisa
terjadi dimana saja, dan kapan saja tidak dibatasi oleh jarak, ruang dan
waktu.
20
Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk
menunjukan kegiatan guru dan siwa. sebelumnya kita menggunakan
istilah proses belajar-mengajar dan pengajaran istilah pembelajaran
merupakan terjemahan dari kata instruksion menurut Gagne, Briggs,
dan Wanger (dalam Rusmono, 2012:6) pembelajaran adalah
serangkaian kegiatan yang dirancang yang memungkinkan terjadinya
proses belajar pada siswa. Instruction is a set of events that affect
learners in such a way that learning is facilitated.
Istilah pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang berpengaruh
langsung terhadap proses belajar siswa. Kalau kita menggunakan kata
pengajaran, kita membatasi diri hanya pada konteks tatap muka guru-
siswa di dalam kelas. sedangkan dalam istilah pembelajaran, interaksi
siswa tidak dibatasi oleh kehadiran guru secara fisik. Siswa dapat
belajar melalui buku ajar cetak, program radio, program televisi dan
program lainnya. Tentu saja guru tetap memainkan peran penting dalam
merancang setiap kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, pengajaran
merupan bagian dari pembelajaran.
Konsep dasar pembelajaran dirumuskan dalam Undang-undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir 20
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar Dalam konsep tersebut
terkandung 5 konsep, yakni interaksi, peserta didik, pendidik, sumber
belajar dan lingkungan belajar. dalam kamus Ilmiah popular kata
21
interaksi mengandung arti pengaruh timbal balik; saling mempengaruhi
satu sama lain. Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 butir 4 tentang
sisdiknas, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Sementara pendidik
menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 4 tentang Sisdiknas
adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan. Sumber belajar atau learning
resources secara umum diartikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan
oleh peserta didik dan pendidik dalam proses belajar dan pembelajaran.
Jika dikelompokan sumber belajar dapat berupa sumber belajar
tertulis/cetakan, terekam, tersiar, jaringan dan lingkungan (alam, sosial,
budaya, spiritual) lingkungan belajar atau learning environment adalah
lingkungan yang menjadi latar terjadinya proses belajar seperti di kelas,
perpustakaan, sekolah, tempat kursus, warnet, keluarga, masyarakat dan
alam semesta.
Dari pengertian di atas, kita mengetahui bahwa ciri utama pembelajaran
adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Ini
menunjukan bahwa unsur kesenjangan dari pihak di luar individu yang
melakukan proses belajar, dalam hal ini pendidik secara perorangan
atau secara kolektif dalam suatu sistem, merupakan ciri utama dari
konsep pembelajaran. perlu diingat bahwa tidak semua proses belajar
22
terjadi dengan sengaja. Di samping itu ciri lain dari pembelajaran
adalah adanya interaksi yang sengaja diprogramkan, interaksi tesebut
terjadi antara peserta didik yang belajar dengan lingkungan belajarnya,
baik dengan pendidik, siswa lainnya, media, dan atau sumber belajar
lainnya. ciri lain dari pembelajaran adalah adanya komponen-komponen
yang saling berkaitan satu sama lain. Komponen-komponen tersebut
adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran. tujuan
pembelajaran mengacu pada kemampuan atau kompetensi yang
diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti suatu pembelajaran
tertentu. materi pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibahas dalam
pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Kegiatan pembelajaran mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi.
metode, dan teknik dan media dalam rangka membangun proses belajar,
antara lain membahas materi dan melakukan pengalaman belajar
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Proses
pembelajaran dalam arti yang luas merupakan jantungnya dari
pendidikan untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak
dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka pencerdasan
kehidupan bangsa.
3. Teori Belajar
Secara umum, teori belajar dikelompokkan atas behavioristik,
kognitivisme, dan konstruktivisme.
23
a. Behavioristik
Menurut Winataputra (2008: 2.16) belajar merupakan suatu proses bagi
manusia untuk menguasai berbagai kompetensi, keterampilan dan
sikap. teori belajar behavoiristik lahir sebagai upaya penyempurnaan
terhadap perspektif tentang cara manusia belajar. Menurut teori belajar
behavioristik belajar merupakan perubahan perilaku manusia yang
sangat dipengaruhi oleh lingkungan.
Premis dasar belajar behavioristik menyatakan bahwa interaksi antara
stimulus respons dan penguatan terjadi dalam suatu proses belaja. teori
belajar behavioristik sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu
perubahan tingkah laku yang dapat dilihat. hasil belajar diperoleh dari
proses penguatan atas respons yang muncul terhadap stimulus yang
bervariasi. Salah satu teori belajara behavioristic adalah teori classical
conditioning dari Vaplov, yang didasarkan pada rekasi sistem tak
terkondisi dalam diri seseorang serta gerak reflex stelah menerima
stimulus. menurut Vaplov, penguatan berperan penting dalam
mengkondisikan munculnya respons yang diharapkan. jika penguatan
tidak dimunculkan, dan stimulus hanya di tampilkan sendiri, maka
respons terkondisi akan menurun dan atau menghilang. namun, suatu
saat respons tersebut dapat muncul kembali. Sementara itu,
connectionism dari Thorndike menyatakan bahwa belajar merupakan
proses coba-coba sebagi reaksi terhadap stimulus. respons yang benar
akan diperkuat melalui serangkaian proses coba-coba, sementara
respons yang tidak benar akan semakin menghilang akibat
24
menyenangkan dari suatu respons akan memperkuat kemungkinan
berulang kali yang dapat terjadi hanya jika siswa dalam keadaan siap.
Teori behaviorisme pembelajaran dari Watson menyatakan bahwa
stimulus dan respons yang menjadi konsep dasar dalam teori perilaku
haruslah berbentuk tingkah laku yang dapat diamati, interaksi stimulus
dan respons merupakan proses pengkondisian yang akan terjadi
berulang-ulang untuk mencapai hasil yang cukup kompleks
Winataputra (2008: 2.16).
b. Kognitivisme
Teori kognitivisme menekankan belajar sebagai proses internal. Sani
(2014: 10) mengemukakan menurut teori kognitivisme pembelajaran
terjadi dengan mengaktifkan indera peserta didik agar memperoleh
pemahaman. Pengaktifan indera dapat dilakukan dengan menggunakan
media/alat bantu melalui berbagai metode. Menurut Lapono (2008: 22)
struktur mental individu berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangan kogitif seseorang. Semakin tinggi tingkat perkembangan
kognitif seseorang semakin tinggi pula kemampuan dan
keterampilannya dalam memproses berbagai informasi atau
pengetahuan yang diterimanya dari lingkungan, dari lingkunga fisik
maupun lingkungan sosial. Suprijono (2013: 22) mengemukakan bahwa
menurut teori kognitivisme belajar merupakan peristiwa mental, bukan
peristiwa behavioral tampak lebih nyata hampir setiap peristiwa belajar.
Menurut Komalasari (2011: 20) teori kognitivisme berpendapat bahwa
25
proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap
perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini
bersifat hierarkis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan
seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada diluar tahap
kognitifnya. Sani (2014: 10) mengemukakan belajar merupakan
perubahan persepsi dan pemahaman (tidak selalu berbentuk perubahan
tingkah laku yang dapat diamati). Setiap orang telah mempunyai
pengetahuan/ pengalaman dalam dirinya, yang tertata dalam bentuk
struktur kognitif. Proses belajar terjadi bila materi yang baru
beradaptasi dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki. Berdasarkan
pendapat apara ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa teori kognitivisme
bukan semata-mata perubahan perilaku yang tampak, melainkan lebih
mementingkan proses belajar. Belajar melibatkan proses berpikir yang
kompleks.
c. Konstruktivistik
Kontruktivistik merupakan landasan berpikir (filosofis) pembelajaran
konteksual, yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia secara sedikit
demi sedikit dan hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
Sanjaya (2013: 236) mengemukakan belajar menurut teori
konstruktivistik bukanlah sekedar menghafal, akan tetapi, proses
mengonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Menurut teori
konstruktivis, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa pendidik tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada peserta didik. Sani (2014: 20) mengemukakan
26
bahwa menurut teori kontruktivistik, pengetahuan ada dalam pikiran
manusia dan merupakan interpretasi manusia terhadap pengalamannya
tentang dunia, bersifat perspektif, konvensional, tentatif, dan
evousioner. Menurut Nur dalam Trianto (2011: 28) teori konstruktivis
ini menyataan bahwa peserta didik harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru
dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu
tidak lagi sesuai. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky,
teori-teori pemerolehan informasi, dan teori psikologi kognitif yang
lain, seperti teori Bruner . Berdasarkan beberapa teori belajar di atas,
dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku
sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Teori belajar digunakan
sebagai landasan terjadinya proses belajar, landasan dalam
melaksanakan pembelajaran dengan memperhatikan stimulus dan
respon serta memahami bahwa belajar merupakan proses
mengkonstruksi pengetahuan. Teori kontruktivistik merupakan landasan
berpikir (filosofis) inkuiri, yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia
secara sedikit demi sedikit dan hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar pesera didik pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah
laku setelah melalui proses belajar mengajar. Menurut Suprijono (2013: 7)
hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya
27
salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya hasil belajar tidak
dilihat secara fragmatis atau terpisah, melainkan komprehensif.
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitusisi peserta didik dan sisi pendidik. Dari sisi peserta didik, hasilbelajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik biladibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembanganmental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, danpsikomotor. Sedangkan dari sisi pendidik, hasil belajar merupakansaat terselesaikannya bahan pelajaran (Majid, 2014: 28).
Rusman (2010: 276-277) mengemukakan bahwa hasil belajar pada
hakikatnya merupakan kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak. Susanto (2013: 5) memperjelas konsep
hasil belajar sebagai perubahanperubahan yang terjadi pada diri peserta
didik, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Majid (2014: 4-5) menjelaskan bahwa Taksonomi Bloom
mengklasifikasikan tingkat ranah kognitif peserta didik menjadi enam
kategori, yaitu:
1) Pengetahuan (Knowledge)Pengetahuan dalam pengertian ini melibatkan proses mengingatkembali hal hal yang spesifik dan universal, metode dan proses,pola, struktur, atau setting.
2) Pemahaman (Comprehension)Suatu bentuk pengertian atau pemahaman yang menyebabkanseseorang mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan.
3) Penerapan (Application)Kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus,teori,prinsip, di dalam berbagai situasi.
4) Analisis (Analysis)Pemecahan atau pemisahan suatu komunikasi (peristiwa, pengertian)menjadi unsur-unsur penyusunanya, sehingga ide menjadi jelas.
5) Sintesis (Synthesis)Peserta didik dapat menghasilkan produk, menggabungkan beberapabagian dari pengalaman atau informasi baru untuk menghasilkansesuatu yang baru.
6) Evaluasi (Evaluation)
28
Penentuan nilai materi/metode secara kualitatif dan kuantutatif untukmemenuhi tolak ukur tertentu.
Anderson dan Krathwol (2001:66-88) merevisi taksonomi Bloom, yaitu:
1) Mengingat (Remembering)
Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari
memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan
maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi
yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna
(meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem solving).
Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali
(recognition) dan memanggil
kembali (recalling).
2) Memahami (Understanding)
Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian
dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi.
Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan
(classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan
akan muncul ketika seorang peserta didik berusaha mengenali
pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan
tertentu.
3) Menerapkan (Applaying)
Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau
mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan
ataumenyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan
29
dimensi pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan
meliputi kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan
mengimplementasikan (implementing).
4) Menganalisis (Analysing)
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan
memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari
keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana
keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Menganalisis
berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut (attributeing) dan
mengorganisasikan (organizing).
5) Menilai (Evaluating)
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian
berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada.Evaluasi meliputi
mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing). Mengecek mengarah
pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan
dari suatu operasi atau produk. Mengkritisi mengarah pada penilaian
suatu produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan standar
eksternal.
6) Menciptakan (Creating)
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur
secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan
mengarahkan peserta didik untuk menghasilkan suatu produk baru
dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola
30
yang berbeda dari sebelumnya.Menciptakan meliputi
menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi (producing).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan perilaku secara keseluruhan yang mencakup kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotor setelah melalui kegiatan pembelajaran.
B. Kearifan Lokal
1. Pengertian Kearifan Lokal
Kearifan lokal (local wisdom) adalah istilah yang sering digunakan oleh
para ilmuwan untuk mewakili sistem nilai dan norma yang diatur,
diadakan, dipahami, dan diterapkan oleh masyarakat setempat berdasarkan
pemahaman dan pengalaman mereka dalam berinteraksi dan saling terkait
dengan lingkungan.
Menurut Rusilowati, dkk (2015:42) pada penelitiannya yang berjudul
“Natural Disaster vision Learning SETS integrated in Subject of Physics-
Based Local Wisdom” menjelaskan bahwa kearifan lokal merupakan nilai-
nilai yang berlaku dalam suatu amsyarakat, yang diyakini kebenarannya
dan menjadi acuan dalam bertingkah laku sehari-hari, serta
menggambarkan cara bersikap dan bertindak untuk merespon perubahan-
perubahan yang khas dalam lingkungan fisik maupun kultural.
Menurut hasil penelitian Callaghan (2008:43) by connecting local issues to
scientific inquiry can provide students the opportunity to apply facts from
their book to real life situation.they will become more environmentally
31
aware of their world. Menghubungkan isu lokal dengan inkuiri dapat
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan fakta
dari buku mereka hingga situasi kehidupan nyata, merekea akan menjadi
lebih sadar lingkungan akan dunia mereka.
Kearifan lokal adalah tatanan nilai kehidupan yang diwarisi dari satu
generasi ke generasi lainnya dalam bentuk agama, budaya atau adat
istiadat dalam masyarakat. Sementara itu, kearifan lokal, bagi Ridwan
(2007: 24), bisa dipahami sebagai usaha manusia untuk bertindak dan
memperlakukan sesuatu, suatu peristiwa yang terjadi di tempat tertentu,
sesuai dengan pikiran mereka.
2. Kearifan Lokal dalam Proses Pendidikan di Sekolah
Di Indonesia masing-masing daerah memiliki keunggulan regional yang
berbeda. Kearifan lokal adalah bentuk keunggulan regional yang khas
dalam mengelola hubungan dengan sesama dengan menyesuaikan dengan
keadaan lingkungan dan alam. Kearifan lokal juga dapat diartikan sebagai
nilai-nilai mulia yang berlaku dalam masyarakat sebagai pranata
kehidupan masyarakat untuk melindungi dan mengelola lingkungan.
Kearifan lokal adalah istilah yang sering digunakan oleh para ilmuwan
untuk mewakili sistem nilai dan norma yang diatur, diadakan, dipahami,
dan diterapkan oleh masyarakat setempat berdasarkan pemahaman dan
pengalaman mereka dalam berinteraksi dan Saling terkait dengan
lingkungan. Taylor dan Loe (dalam Chaiphar, 2013: 17) menjelaskan
bahwa kearifan lokal merupakan pengetahuan lokal mengenai nilai
32
penting dalam mendukung teknik investigasi, kebijakan pembangunan,
dan keputusan yang efektif dalam proses pengelolaan lingkungan.
Kearifan lokal adalah tatanan nilai kehidupan yang diwarisi dari satu
generasi ke generasi lainnya dalam bentuk agama, budaya atau adat yang
biasa digunakan dalam sistem sosial masyarakat. Sementara itu, kearifan
lokal menurut Ridwan (2007: 24), bisa dipahami sebagai usaha manusia
untuk bertindak dan memperlakukan sesuatu, atau peristiwa yang terjadi di
tempat tertentu, menggunakan pikiran mereka.
Alam, manusia dan lingkungan memiliki hubungan. Sejak dahulu bahasa
alam memberikan pelajaran bagi manusia. Masyarakat tradisional
menjadikan bahasa alam sebagai suatu system pengetahuan yang mana
pada waktu itu digunakan untuk mengurus alam. Kearifan lokal adalah
sikap positif manusia yang berhubungan dengan alam dan melingkupi
lingkungan. Kearifan lokal dapat dijadikan bahan pembelajaran. Dengan
menggunakan materi pembelajaran kearifan lokal , secara tidak langsung
peserta didik sedang mempelajari karakter dan keperibadiannya sendiri.
Kearifan lokal dapat digunakan sebagai sumber belajar dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, nilai dan keterampilan yang
menjadikan siswa berkarakter. Materi-materi kearifan lokal juga dapat
dijadikan literature bagi peserta didik, selain itu kaerifan lokal dapat
dijadikan sebagai alat untuk mengembangkan nilai-nilai budaya lokal .
Kearifan lokal juga sebagai identitas khusus suatu tempat atau wilayah
yang merupakan nilai-nilai luhur budaya lokal nilai-nilai tersebut
semestinya dipelihara dan ditransformasikan dari generasi ke generasi
33
karena kearifan lokal adalah sebuah kearifan yang merupakan nilai-nilai
baik yang bermanfaat dan dapat diterapkan oleh siapapun. Kearifan lokal
adalah kumpulan fakta, konsep, kepercayaan dan pemahaman manusia
terhadap lingkungannya.
Kearifan lokal sebagai karya besar masyarakat adalah nilai-nilai yang
semestinya dilestarikan dan ditularkan (ditransformasikan) kepada
generasi muda. Karenanya, kearifan lokal dapat dijadikan sebagai bahan
pembelajaran, bagi peserta didik. Kearifan lokal dapat membantu siswa
memahami hubungan kehidupan mereka dengan apa yang mereka pelajari
di sekolah. Kearifan lokal yang berakar pada kehidupan siswa adalah
bentuk pengalaman langsung yang kontekstual. Jadi penggunaan kearifan
lokal dalam mempelajari materi untuk membantu siswa memahami konsep
secara kontekstual dan benar.
C. Model Pembelajaran Inkuiri
Menurut Gulo (2008:84) menyatakan bahwa penggunaan inkuiri dapat
mengembangkan rasa percaya diri siswa dalam merumuskan sendiri
penemuannya. Metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk
menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada
siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran
sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Trowbridge
(1990:132) mengatakan bahwa esensi dari pengajaran inkuiri adalah menata
lingkungan/suasana belajar yang berfokus pada siswa dengan memberikan
bimbingan secukupnya dalam menemukan konsep - konsep dan prinsip
34
prinsip ilmiah. Menurut Hamalik (2001:219) metode inkuiri atau penemuan
adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau prinsip,
misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, dan membuat kesimpulan dan sebagainya. Penemuan yang
dilakukan tentu saja bukan penemuan yang sesungguhnya, sebab apa yang
ditemukan itu sebenarnya sudah ditemukan orang lain. Jadi penemuan di
sains adalah penemuan pura- pura atau penemuan siswa yang bersangkutan
saja. Selain itu, menurut Anita (2001:1-4) metode inkuiri merupakan metode
discovery artinya suatu proses mental yang lebih tingkatannya. Upaya
mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan yang dibutuhkan siswa
untuk membantu memecahkan masalah dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang memperoleh jawaban atas dasar rasa ingin tahu merupakan
bagian proses inkuiri. Keterlibatan aktif secara mental dalam kegiatan belajar
yang sebenarnya. Inkuiri secara kooperatif memperkaya cara berpikir siswa
dan mendorong mereka hakikat timbulnya pengetahuan tentatif dan berusaha
menghargai penjelasan.
Phillips (dalam Arnyana, 2007:39) mengemukakan inkuiri merupakan
pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan pada semua jenjang
pendidikan. Pembelajaran dengan pendekatan ini sangat terintegrasi meliputi
penerapan proses sains yang menerapkan proses berpikir logis dan berpikir
kritis. Menurut Mulyasa (2003:234) metode inkuiri adalah metode yang
mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan
selama belajar, inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar
yang aktif. Peserta didik dituntut untuk berperan aktif dalam pembelajaran.
35
Tidak hanya guru yang harus selalu memberikan materi satu per satu kepada
peserta didik. Dengan menerapkan metode inkuiri peserta didik dapat mejadi
pelaku utama yaitu sebagai subyek belajar (student centered) . Ini berarti
bahwa pelaku sesungguhnya dalam kelas bukan gurunya, melainkan peserta
didik sedangkan guru hanya sebagai fasilitator belajar. Sanjaya (2008:196)
berpendapat bahwa strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Menurut Sagala (2011:196) metode inkuiri merupakan metode
pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar- dasar berpikir ilmiah pada
diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam proses
pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan
kreativitas dalam memecahkan masalah. Berdasarkan beberapa definisi diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa metode inkuiri adalah suatu cara
menyampaikan pelajaran yang meletakkan dan mengembangkan cara berpikir
ilmiah dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau prinsip, misalnya
mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan
membuat kesimpulan dan sebagainya. Menurut pendapat Usman (1993:124)
metode inkuiri adalah suatu cara menyampaikan pelajaran dengan penelaahan
sesuatu yang bersifat mencari secara kritis, analisis, dan argumentative
(ilmiah) dengan menggunakan langkah- langkah tertentu menuju kesimpulan
Langkah-langkah yang terdapat dalam metode inkuiri ini secara tidak
langsung aka mengarahkan peserta didik untuk berpikir secara kritis. Peserta
didik yang berpikir secara kritis itu dapat menelaah dan memahami suatu
36
input yang ia terima dari pembelajaran, sehingga tercapai tujuan
pembelajaran.
1. Langkah-langkah Inkuiri
Langkah- langkah dalam proses inkuiri menurut Sagala (2003:97)
diuraikan seperti berikut ini:
1) menyadarkan peserta didik bahwa mereka memiliki keingintahuanterhadap sesuatu.
2) merumusan masalah yang harus dipecahkan peserta didik.3) menetapkan jawaban sementara atau hipotesis.4) mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab
permasalahan atau hipotesis.5) menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi.6) mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi dari situasi baru.
Menurut Bruner (1961:87) langkah- langkah model pembelajaran inkuiri
sebagai berikut.
1) Menentukan tujuan pembelajaran.2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa, entry behavior.3) Memilih materi pelajaran.4) Menentukan topik- topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif.5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa.6) Mengatur topik -topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks,
dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampaike simbolik.
7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Secara umum Sanjaya (2012: 199) mengemukakan bahwa proses
pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dapat
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
1) Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsive. Pada langkah ini guru mengondisikan
agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Berbeda dengan
37
tahapan preparation dalam strategi pembelajaran ekspositori (SPE)
sebagai langkah untuk mengkondisikan agar siswa tiap menerima
pelajaran, pada langkah orientasi dalam SPE, guru merangsang dan
mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkan
orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan strategi
pembelajaran inkuiri sangat tergantung pada kemauan siswa untuk
beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan
masalah; tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses
pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini
adalah sebagai berikut (a) menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar
yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa, (b) menjelaskan pokok-
pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan, (c) menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini
dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
2) Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka - teki. Persoalan yang disajikan
adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan
teka teki itu. Dikatakan teka teki dalam rumusan masalah yang ingin
dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya dan siswa didorong
untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang
sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses
tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga
38
sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. Dengan
demikian, teka-teki yang menjadi masalah dalam berinkuiri adalah teka
teki yang mengandung konsep yang jelas yang harus dicari dan
ditemukan. Ini penting dalam pembelajaran inkuiri. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya adalah
sebagai beikut:
a) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan
memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam
merumuskan masalah yang hendak dikaji. Dengan demikian, guru
sebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru
hanya memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana
rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan
sebaiknya diserahkan kepada siswa.
b) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka teki
yang jawabannya pasti. Artinya guru dapat mendorong agar siswa
dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawaban sebenarnya
sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya
secara pasti.
c) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah
diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya sebelum masalah itu
dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih
dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-
konsep yang ada dalam rumusan masalah. Jangan harapkan siswa
39
dapat melakukan tahapan inkuiri selanjutnya, manakalaia belum
paham konsep-konsep yang terkandung dalam rumusan masalah.
3) Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada
dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir itu
dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-
ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat
membuktikan tebakannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa
mendorong untuk berpikir lebih lanjut. Oleh sebab itu, potensi untuk
mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu harus
dibina. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak
adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong
siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat
merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu
permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang
perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga
hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan
berpikir logis itu sendiri akan sangat berpengaruh oleh kedalaman
wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian,
setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit
mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
40
4) Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi
pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental
yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses
pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam
belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan
menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran gutu
dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang
dibutuhkan. Sering terjadi kemacetan berinkuiri adalah manakal siswa
tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiatif itu
biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakbergairahan dalam
belajar. Manakala guru menemukan gejala-gejala semacam ini, maka
guru hendaknya secara terus menerus memberikan dorongan kepada
siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan
secara merata kepada seluruh siswa sehingga meraka terangsang untuk
berpikir.
5) Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah
mencari tingkat keyakinan siswa atau jawaban yang diberikan.
Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan
41
kemampuan berikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang
diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus
didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.
6) Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumukan
kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering
terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan
kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang
hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang
akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang
relevan.
Berdasarkan beberapa hal di atas, maka dapat disimpulkan langkah-
langkah inkuiri adalah orientasi masalah,merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menyimpulkan
2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Inkuiri
Meskipun sudah banyak diterapkan dalam pembelajaran dan seringkali
dapat meningkatkan kemampuan tertentu, metode inkuiri tidak hanya
memiliki kelebihan namun juga memiliki kekurangan. Menurut Sanjaya
(2006: 2008) bahwa model inkuiri memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan, diantaranya adalah sebagai berikut.
Kelebihan model pembelajaran inkuiri:
1. Model inkuiri merupakan model model pembelajaran yangmenekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
42
psikomotor, secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebihbermakna.
2. Model inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuaidengan gaya belajar meraka.
3. Model inkuiri merupakan model yang dianggap sesuai denganperkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajaradalah proses perubahan tingkah laku
4. Keuntungan lain adalah model pembelajaran ini dapat melayanikebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidakakan terlambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Kekurangan model pembelajaran inkuiri
1. Jika model inkuiri digunakan sebagai model pembelajaran, makaakan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karenaterbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3. Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjangsehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yangtelah ditentukan.
4. Semua kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswamenguasai materi pelajaran, maka model inkuiri akan sulitdiimplemintasikan oleh setiap guru.
Menurut Mulyasa (2003: 234) pembelajaran inkuiri memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan pembelajaran inkuiri, yaitu:
1. Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang menekankan kepadapengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secaraseimbang, sehingga pembelajaran melalui pembelajaran ini dianggapjauh lebih bermakna.
2. Pembelajaran dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajarsesuai dengan gaya belajar mereka.
3. Pembelajaran ini merupakan strategi yang dianggap sesuai denganperkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajaradalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
4. Keuntungan lain adalah dapat melayani kebutuhan siswa yanngmemiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memilikikemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yanglemah dalam belajar.
Disamping memiliki keunggulan, pembelajaran ini juga mempunyai
kelemahan, diantaranya:
1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
43
2. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbenturdengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukanwaktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannyadengan waktu yang telah ditentukan.
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuansiswa menguasai materi pelajaran, maka strategi ini tampaknya akansulit diimplementasikan.
Model pembelajaran inkuiri menekankan pada penemuan dan pemecahan
masalah secara berkelanjutan kelebihan model ini mendorong siswa
berpikir secara ilmiah, kreatif, intuitif dan bekerja atas dasar inisiatif
sendiri, menumbuhkan sikap objektif, jujur, dan terbuka. Kelebihan
metode inkuiri menurut Hamdani (2011:270) adalah:
1. Mendorong siswa untuk berpikir dan atas inisiatifnya sendiri,bersifat objektif, jujur, dan terbuka.
2. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.3. Dapat membentuk dan mengembangkan sel consept pada diri siswa.4. Membantu dalam mengguanakan ingatan dan transfer pada situasi
belajar yang baru.5. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan
hipotesisnya sendiri.
Kekurangan metode inkuiri menurut Suryosubroto (2002:201) adalah
sebagai berikut.
1. Dipersyaratkan oleh keharusan ada persiapan mental untuk carabelajar ini.
2. Pembelajaran inkuiri kurang berhasil dalam kelas besar, karenasebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan ejaandari bentuk kata-kata tertentu.
3. Harapan yang ditumpah pada strategi ini mungkinmengecewakansiswa yang biasa pada dengan perencanan dan pembelajaran secaratradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri.
44
D. Pengembangan Bahan Ajar
1. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar termasuk kedalam bagian dari media pembelajaran. Media
adalah bentuk jamak dari perantara (medium), merupakan sarana
komunikasi.berasal dari bahasa latin medium (antara) istilah ini merujuk
pada apa saja yang membawa informasi antara sebuah sumber dan sebuah
penerima. Menurut Majid (2008:173) bahan ajar merupakan seperangkat
materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan atau
suasana yang memungkinkan sehingga peserta didik belajar dengan baik.
Asmawati (2015:4) mendefinisikan bahan ajar sebagai segala bentuk
bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam
melaksanakan kegitaan belajar mengajar di kelas. Menurut Suwarni
(2015:90) bahan ajar merupakan media pembelajaran cetak yang dapat
digunakan untuk memudakan pendidik dan peserta didik guna
meningkatkan kompetensinya. Menurut Prastowo (2015:16) bahan ajar
merupakan segala bahan (baik informasi,alat,maupun teks) yang disusun
secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang
akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran
dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Bahan ajar tersebut berupa materi pembelajaran yang digunakan guru dan
peserta didik dalam proses pembelajaran dapat berupa bahan ajar tertulis
maupun bahan ajar tidak tertulis. Melalui bahan ajar, peserta didik dapat
mempelajari suatu kompetensi secara sistematis dan runtut.
45
Sejalan dengan pendapat Prastowo, Majid (2008:176) mengemukakan
bahwa sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain: (a) petunjuk
belajar, (b) kompetensi yang akan dicapai, (c) informasi pendukung, (d)
latihan-latihan, (e) petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK), (f)
evaluasi.
Astuti (2016: 200) menyatakan bahwa secara umum, fungsi bahan ajar
adalah untuk mengarahkan semua aktivitas guru dalam proses
pembelajaran, sebagai pedoman bagi peserta didik dalam proses
pembelajaran, dan merupakan kompetensi yang seharusnya dipelajari.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan nahwa bahan ajar
merupakan materi pelajaran yang digunakan pendidik dan peserta didik
dalam proses pembelajara, dapat berupa bahan tertulis maupun bahan tidak
tertulis.
2. Jenis- jenis Bahan Ajar
Beragam jenis bahan ajar yang digunakan pada sekolah sebagai penunjang
proses pembelajaran. Menurut Yaumi (2013: 250) bahan ajar dilihat dari
segi format atau bentuknya dibagi menjadi tiga jenis yaitu bahancetak,
bahan bukan cetak, dan kombinasi cetak dan bukan cetak. Menurut Amri
(2013: 95) jenis-jenis bahan ajar berdasarakan pengemasannya dapat
dibedakan menjadi: (a) buku teks belajar, (b) modul belajar, (c) diktat, (d)
LKPD, (e) petunjuk praktikum, (f) handout.
46
Jenis-jenis bahan ajar menurut Depdiknas dalam Asmawati (2015: 4)
adalah sebagai berikut:
a) Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed)
antara lain handout, buku,modul, lembar kerja peserta didik,
brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan noncetak (nonprinted)
seperti model/ maket.
b) Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan
compact disk audio.
c) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact
disk, film
d) Bahan ajar multi media interaktif (interactive teaching material)
seperti CAI ( Computer Assisted Instruction), Compact Disk (CD)
multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar bebrasis web
(web based learning materials)
Majid (2008: 174) mengelompokkan bahan ajar menjadi empat yaitu:
a) Bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar
kerja peserta didik, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar,
mode/maket
b) Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset,radio, piringan hitam, dan
compact disk audio.
c) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact
disk, film
d) Bahan ajar interaktif ( interactive teaching material) seperti
compact disk interaktif.
47
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, bahan ajar yang dikembangkan
dalam penelitian ini adalah suplemen pembelajarna untuk buku peserta
didik. Suplemen buku ajar digunakan sebagai tambahan atau pelengkap
yang digunakan dalam proses pembelajaran.
3. Suplemen Pembelajaran
Suplemen pembelajaran merupakan tambahan atau pelengkap yang
digunakan dalam proses pembelajaran, dengan tujuan untu melengkapi
materi yang telah ada. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2011:1359) suplemen adalah sesuatu yang ditambahkan untuk
melengkapi, tambahan, bagian ekstra pada surat kabar, majalah, dan
sebagainya dalam bentuk lampiran pelengkap.
Menurut Majid (2008:180) suplemen bahan ajar sebagai suplemen
(tambahan) apabilaguru atau peserta didik mempunyai kebebasan memilih,
apakah akan memanfaatkan media pembelajaran atau tidak untuk materi
pembelajaran tertantu. Jenis-jenis suplemen bahan ajar menurut Amri
(2016: 100) suplemen bahan ajar dapatt berupa LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik), modul pembelajaran, serta buku ajar lainnya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, suplemen bahan ajar yang akan
dikembangkan pada penelitian ini adalah buku ajar pada tema 5
Pahlawanku, Subtema 1 Perjuangan para Pahlawan, pembelajaran 1 dan 5.
E. Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
48
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Kurikulum tahun 2013 dilandasi oleh Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan nomor 81A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum.
Kurikulum untuk sekolah dasar di tuangkan dalam Peraturuan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan nomor 67 Tahun 2013 tentang kerangka dasar
dan strutur kurikulum sekolah dasar / madrasah ibtidaiyah.
F. Pengembangan Bahan Ajar Suplemen Berbasis Kearifan Lokal
Menurut Majid (2008: 180) suplemen bahan ajar berfungsi sebagai suplemen
(tambahan) apabila guru atau peserta didik mempunyai kebebasan memilih,
apakah aakan memmanfaatkan media pembelajaran atau tidak untuk materi
pembelajaran tertentu. Jenis- jenis suplemen bahan ajar menurut Amri
(2016:100) suplemen bahan ajar dapat berupa LKPD, modul pembelajaran,
serta buku ajar lainnya. Perkembangan kehidupan masyarakat masih ditandai
dengan kesenjangan moral, masalah keperibadian, masalah sosial ekonomi
dan politik, dan kehidupan berbangsan dan bernegara. Inilah masalah yang
muncul secara luas hari ini Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa
pendidikan kita belum mampu mengembangkan manusia dan masyarakat
Indonesia seperti yang diharapkan Nur Rokhman (dalam Agung S, 2015: 51).
Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan tujuan pendidikan. Seharusnya
pendidikan selain bersifat akademis, juga menanamkan nilai sosial yang
sesuai dengan keperibadian bangsa. Kekhawatiran akan adanya degradasi
moral dan kemerosotan karakter (ahlak) lulusan sekolah semakin tampak,
terbukti setiap hari kita disuguhkan dengan berita-berita miring tentang
kenakalan remaja seperti tauran, pergaulan bebas, bullying, narkoba dan lain-
49
lain. Kemerosotan kualitas hasil pendidikan dalam hal ini moral dan karakter
peserta didik adalah pekerjaan rumah seluruh elemen bangsa Indonesia.
Asumsi ini yang mendukung pengembangan sumber belajar yang bersal dari
kearifan lokal bangsa. Sebagaimana yang dikatakan oleh Wardani (2016:
1.24) faktor-faktor yang berperan dalam penyelenggaraan pendidikan (dasar)
terdiri dari tiga kelompok. Kelompok yang pertama adalah faktor dasar atau
faktor inti, mencakup siswa, guru, kurikulum, pembelajaran, buku ajar ,
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, dan lulusan. Kelompok yang
kedua berada dalam lingkarang kedua, terdiri dari orang tua peserta didik,
kehidupan masyarakat sekitar, lingkungan alam sekitar, kearifan lokal dan
kebijakan komite sekolah. Kelima faktor yang ada di lapisan atau lingkaran
kedua ini juga sangat menentukan penyelenggaraan pendidikan (dasar).
Selanjutnya Wardani (2016:1.14) ciri khas kehidupan masyarakat sekitar,
lingkungan alam sekitar, dan kearifan lokal harus menjadi acuan dalam
mengembangkan materi dan kegiatan pembelajaran. Jika memang benar-
benar kehidupan masyarakat sekitar, lingkungan alam sekitar dan kearifan
lokal merupakan sumber asumsi yang menjadi perinsip dasar, tentulah dalam
penyelenggaraan pendidikan semua factor tersebut akan dipertimbangkan.
Dengan demikian kegiatan dan materi pembelajaran akan bervariasi sesuai
dengan lingkungan sekitar lokasi sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar kelas empat
Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah sebagai suplemen kurikulum tahun
2013 berbasis kearifan lokal . Dengan harapan peserta didik dapat mengenal,
menjelaskan dan menghayati kearifan budayanya sehingga dapat
50
membanggakan dirinya. Materi Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar
(KD) dan Indikator pembelajaran yang dikembangkan tertuang pada tabel 2.1
di bawah ini:
Tabel 2.1 Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD) dan Indikatorpembelajaran
No Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator1. Menerima,
menjalankan, danmenghargai ajaranagama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilakujujur, disiplin,tanggung jawab,santun, peduli, danpercaya diri dalamberinteraksi dengankeluarga, teman, guru,dan tetangganya
3. Memahamipengetahuan faktualdengan caramengamati danmenanya berdasarkanrasa ingin tahu tentangdirinya, makhlukciptaan Tuhan dankegiatanny, danbenda-benda yangdijumpainya di rumah,di sekolah dan tempatbermain
4. Menyajikanpengetahuan faktualdalam bahasa yangjelas, sistematis danlogis, dalam karyayang estetis, dalamgerakan yangmencerminkan anaksehat, dan dalamtindakan yangmencerminkanperilaku anak berimandan berakhlak mulia
3.4 Mengidentifikasi kerajaanHindu, Budhadan Islam sertapengaruhnyapada kehidupanmasyarakatmasa kini dilingkungandaerah setempat
4.4. Menyajikanhasil identifikasiHindu, Budhadan Islam sertapengaruhnyapada kehidupanmasyarakatmasa kini dilingkungandaerah setempat
3.4.1 Menyebutkanpeninggalankerajaan Hindu,Budha dan Islampada masa kinidan pengaruhnyabagi masyarakatdi wilayahsetempat
3.4.2 Menjelaskanperjuangantokoh zamanHindu, Budhadan Islam
4.4.1 Membuatlaporanpeniggalankerajaan Hindu,Budha dan Islampada masa kinidan pengaruhnyabagi masyarakatdi wilayahsetempat dalambentuk pikiran
4.4.2 Menceritakanperjuangantokoh di zamanHindu, Budhadan Islam
51
G. Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang kearifan lokal sesungguhnya telah banyak dilakukan oleh
banyak peneliti dari berbagai bidang keilmuan begitu pula dengan bidang
pendidikan.
1. Dahliani, Ispurwono Soemarno, Purwanita Setijanti dalam International
Journal of Education and Research (Vol. 3 No. 6 June 2015). Doctoral
Student in Department of Architecture Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya, Indonesia Kampus ITS Keputih, Sukolilo, Surabaya
60111, Indonesia. Dengan Judul Lokal Wisdom In Built Environment In
Globalization Era (Pembangunan Lingkungan Kearifan Lokal di Era
Globalisasi) Dari penelitian ini menghasilkan bahwa kearifan lokal dalam
membangun lingkungan pada era globalisasi berubah seiring
berkembangnya teknologi dan komunikasi. Perubahan ini terjadi pada
pola, tempat dan unsure-unsur tetapi bangunan mengandung arti yang tetap
merawat kearifan lokal . Pada era globalisasi ini. Perpaduan kebudayaan
terjadi. Kearifan lokal dapat terjaga dengan teknologi cara
memperhitungkan budaya lokal , menyesuaikan dengan kondisi alam di
lingkungan tersebut.
2. Yusfan Adeputera Yusran. International Journal of Education and
Research (Vol. 3 No. 6 June 2015). Doctoral Student in Department of
Architecture Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia
Kampus ITS Keputih, Sukolilo, Surabaya 60111, Indonesia. Dengan Judul
Ex-Situ Conservation on Nusantara Architecture: Implementation and
Challenges (An Overview towards TMII and Stübing Freilichtmuseum)
52
Penelitian ini menghasilkan revitalisasi contoh bangunan tradisional yang
mencerminkan kearifan lokal di TMII menjadi penting posisinya di tengah
semakin punahnya jenis bangunan tersebut di daerah asalnya. Namun
semestinya diadakan perluasan dan pengembangan management yang
lebih baik. Penelitian ini dapat dijadikan acuan pengembangan kebijakan
revitalisasi rumah tradisional Indonesia yang lebih terencana, terpadu dan
terorganisir.
3. Ayu A. Kurniawati, Sri Wahyuni, Pramudya D. A. Putra. International
Journal of Social Science and Humanity. (Vol. 7, No. 1, January 2017).
Department of Physics, Universitas Jember, East Java, Indonesia Dengan
Judul Utilizing of Comic and Jember’s Lokal Wisdom as Integrated
Science Learning Materials. (Pemanfaatan komik dan kearifan budaya
lokal Jember yang diintegrasikan dengan materi pembelajaran IPA). Hasil
penelitian ini adalah pemanfaatan kearifan lokal komik dan Jember
merupakan alat yang efektif dalam mengajarkan ilmu pengetahuan
terpadu. Alat pembelajaran ini meningkatkan kinerja siswa dan
memotivasi mereka untuk belajar
4. Bartoven Vivit Nurdin, Reevany Bustami. International Journal of
Multicultural and Multireligious Understanding (Volume 2, Issue 1
February, 2015 Pages: 18-24). Centre for Policy Research and
International Studies, University Sciences Malaysia, Malaysia. Dengan
judul Food Culture, Food Security and the Harmonization of Interethnic
Groups: A Case Study of Karta Village in the Transmigration Area of
Lampung Province, Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
53
berkaitan dengan budaya makanan dan ketahanan pangan, dua faktor
utama yang memfasilitasi hubungan antaretnis adalah organisasi sosial dan
kekerabatan yang ada di masyarakat, dan pengetahuan dan teknologi lokal
(ilmu etno).
5. Sudarmin, Sri Endang Pujiastuti. International Journal of Science and
Research (IJSR). (Volume 4 Issue 9, September 2015). Departmen of
Chemistry, Mathematics and Natural Science, Semarang State University,
Indonesia. Dengan judul Scientific Knowledge Based Culture and Lokal
Wisdom in Karimunjawa for Growing Soft Skills Conservation. Hasil
penelitian ini menemukan bahwa kearifan lokal masyarakat karimun jawa
merupakan pekerja keras, tekun, gotongroyong, taat beragama, bersahabat,
perduli dan memelihara lingkungan. Pemeliharaan lingkungan oleh
masyarakat Karimunjawa adanya berbagai taman observasi mulai dari
observasi fauna berupa burung, ikan langka, terumbu karang yang
dipelihara oleh masyarakat secara sadar.
6. Muhammad Agus Martawijaya. Journal of EST. (June 2015, Volume 1,
Number 1. Page 53-65) Department of Physics, Faculty of Mathematics
and Sciences Universitas Negeri Makassar, Indonesia. Dengan Judul
Development Of Physics Learning Model To Improve Scientific
Characters Of Junior High School Student (Pengembangan model
pembelajaran IPA untuk meningkatkan pendidikan karakter untuk siswa
SMP). Hasil penelitian ini mengembangkan model pembelajaran IPA
yang diintegrasikan dengan kearifan lokal yakni kriteria dan kebenaran
dan kedaya gunaan mengkembangtumbuhkan kejujuran ilmiah siswa
54
secara efektif. Model ini dapat diterapkan materi ajar yang disesuaikan
dengan karakteristik bidang studi,
7. Uus Toharudin, Iwan Setia Kurniawan. International Journal of Sciences:
Basic and Applied Research (IJSBAR). (Volume 32, No 1, pp 29-49)
Pasundan University, Tamansari road, Bandung 40116, Indonesia. Dengan
judul Sundanese Cultural Values of Local Wisdom: Integrated to Develop
a Model of Learning Biology.
8. Leo Agung S. American International Journal of Social Science (Vol. 4,
No. 4; August 2015). Historical Education Study Program of Social
Science Department of Teacher Training and Education Faculty of
Surakarta Sebelas Maret University. Dengan judul The Development of
Lokal Wisdom-Based Social Science Learning Model with Bengawan
Solo as the Learning Source. Hasil penelitian (1) Objek pembelajaran IPS
adalah untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial
siswa; materi tersebut sesuai dengan standar kompetemsi; Guru semestinya
menggunakan metode pembelajaran yang beragam seperti metode
ceramahnya bervariasi, menggunakan power point, film, dan Media LCD;
penilaian pembelajaran difokuskan pada aspek kognitif dan afektif, dan
keterampilan; (2) Guru IPS SMP telah memahami model pembelajaran
yang inovatif; Dan (3) Model pembelajaran IPS berbasis kearifan lokal
Bengawan Solo telah dikembangkan sebagai sumber belajar.
9. Laode Monto Bauto. International Journal of History Education, (Vol.
XIV, No. 2 December 2013) Social and Political Science, Haluoleo
University of Kendari. Dengan judul Socio-Cultural Values As
55
Community Lokal Wisdom Katoba Muna In The Development Of
Learning Materials Social Studies And History. Hasil penelitian Model ini
sesuai dengan teori pembelajaran. Selanjutnya model pembelajaran IPS
yang dikembangkan juga dapat bermanfaat bagi pembelajaran. Untuk
memperkuat pengetahuan dan nilai social siswa terhadap budaya lokal
(katoba). Perhatian penelitian ini pada proses pembelajaran menekankan
pada rekonstruksi, menemukan, dan memperoleh pengetahuan dan
mengembangkan nilai social dari budaya katoba yaitu mengenai
kepercayaan, pengetahuan, dan petunjuk pola perilaku dalam kehidupa
social mereka.
10.Penelitian oleh Spencer dan Walker berjudul Creating a Love of Science
for Elementary Students through Inqiry Based Learning. Journal of
Virginia Science Education. Tahun 2012. Volume 4. Hal 2-8. Menyatakan
bahwa pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan minat siswa
terhadap sains. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa strategi yang tepat
dalam melaksanakan pembelajaran berbasis inkuiri dapat mendorong
siswa menciptakan sendiri definisi dan pemahaman mereka akan materi
yang dipelajari. Berdasarkan hasil penelitian diatas bahwa penggunaan
bahan ajar berbasis inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang
lebih baik, oleh karena itu penelitian ini ingin mengembangkan buku ajar
berbasis kearifan lokal dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri.
11.Erna Novitasari dalam dalam journal inkuiri Program Pendidikan Sains,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
(Volume 5, no. 1 Tahun 2016, hal 112-121) dengan judul Pengembangan
56
bahan ajar pembelajaran IPA terpadu berbasis inkuiri terbimbing tema
matahari dan sumber energy alternatif di kelas VII SMP. Hasil penelitian
ini adalah: (1) menghasilkan sebuah model IPA terpadu tema matahari
sebagai sumber energy alternative, dikembangkan dengan komponen
pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dan menggunakan model
pengembangan 4-D meliputi Define, Design, Develop dan Disseminate,
(2) Model IPA terpadu berbasis inkuiri terbimbing tema matahari sebagi
sumber energy alternative yang telah diuji oleh dosen ahli, guru IPA
(reviewer) dan teman sejawat (peer review). Berdasarkan hasil uji
menunjukan bahwa model IPA terpadu berbasis inkuiri terbimbing tema
matahari sebagai sumber energi alternatif layak digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, (3) Modul IPA terpadu berbasis inkuiri tema matahari
sebagai sumber energy alternative efektif untuk meningkatkan hasil belajar
siswa, rata-rata nilai pretest dan posttest siswa menggunakan model IPA
terpadu lebih besar dibandingkan siswa yang tidak menggunakan model
IPA terpadu.
H. Kerangka Pikir Penelitian
Proses pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik dengan guru
serta sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Peserta didik dituntut
aktif dalam proses pembelajaran. Pemerintah telah melakukan inovasi pada
tahun 2013 dengan diterapkannya kurikulum 2013 yang bersifat tematik
integratif. Pembahasan tema ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Pelajaran
satu dengan yang lainnya saling berintegrasi. Tercapainya tujuan
pembelajaran tidak terlepas dengan adanya perangkat pembelajran yang
57
digunakan. Potensi peserta didik akan muncul apabila dibantu dengan
penggunaan bahan ajar yang mencakup unsur model pembelajaran inkuiri
serta pendekatan saintifik untuk mendukung proses interaksi yang positif
dalam pembelajaran. Sehingga hasil belajar peserta didik dapat meniingkat.
Dari uraian diatas, penelitian ini bertujuan mengembangkan sumber belajar
berupa buku pengayaan kurikulum 2013 yang berbasiskan kearifan lokal
budaya Lampung. Penelitian ini didasarkan adanya buku ajar kurikulum
tahun 2013 diseragamkan untuk seluruh Indonesia sehingga tidak
mengakomodir karakteristik kedaerahan yang sesungguhnya mengandung
nilai-nilai sosial sebagai kearifan lokal . Faktor-faktor yang berperan dalam
penyelenggaraan pendidikan (dasar) berbagai faktor. Faktor inti, mencakup
siswa, guru, kurikulum, pembelajaran, bahan ajar, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, dan lulusan. Produk yang dihasilkan berupa buku yang
digunakan sebagai pengayaan untuk memperkenalkan kearifan budaya
Lampung sebagai pendukung buku kurikulum tahun 2013 untuk kelas IV
tema 5 (Pahlawanku) sub tema 1 (Perjuangan para Pahlawan). Isi dari produk
tersebut adalah cover, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, pembelajaran 1
peninggalan kerajaan Hindu, Budha dan Islam di Lampung (termasuk di
dalamnya letak geografis dilengkapi dengan peta), pembelajaran 5 perjuangan
pahlawan pada masa kerajaan Hindu, Budha dan Islam di Lampung, serta
daftar pustaka. Penyajian pembelajaran menggunakan model pembelajaran
inkuiri. Kerangka pikir yang dirumuskan sebagai mana tertuang di bawah ini.
58
INPUT
1. Hasil belajar peserta didik rendah
2. Belum adanya pengembangan bahan ajar berbasis
kearifan lokal dengan model pembelajaran inkuiri
Model Pembelajaran Bahan Ajar
PROSES
InkuiriBuku Ajar
Bahan ajar berbasis model
inkuiri tentang kearifan lokal
OUTPUTMenghasilkan buku ajar yang layak dengan berbasis
kearifan lokal menggunakan model pembelajaran Inkuiri
Gambar 2.1 Alur Kerangka Pikir Penelitian
I. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis yang diajukan pada penelitian yang berjudul pengembangan
buku ajar sebagai suplemen kurikulum 2013 berbasis kearifan lokal dengan
model pembelajaran pembelajaran inkuiri di sekolah dasar ini adalah:
Hipotesis 1: Terwujudnya buku ajar suplemen berbasis kearifan lokal
dengan model pembelajaran inkuiri yang layak di Sekolah
Dasar
Hipotesis 2: Terwujudnya efektivitas buku ajar suplemen berbasis kearifan
lokal dengan model pembelajaran pembelajaran inkuiri di
Sekolah Dasar
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian dan pengembangan (Research and Development) dimaksudkan
untuk menghasilkan suatu. Hal ini sesuai Sugiyono (2013: 407) menjelaskan
R&D adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Jenis penelitian R&D yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model desain Borg dan Gall
(1983:781). Langkah.-langkah R&D dapat dilihat pada gambar berikut.
Pengumpulaninformasi awal
Perencanaan Pengembanganproduk
Uji cobaproduk awal
Uji cobaproduk
operasional
Revisi produkutama
Uji cobaproduk utama
Revisiproduk awal
Revisi produkfinal
Desiminasi
Gambar 3.1. Model Desain Borg dan Gall (1983:781)
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk berupa buku ajar
yang diterapkan pada pembelajaran tema 5 Pahlawanku subtema Perjuangan
para Pahlawan, pembelajaran 1 dan 5. Langkah-langkah penelitian R&D yang
digunakan dalam penelitian ini diselesaikan pada tahap tujuh, yaitu
60
melakukan revisi produk utama berdasarkan hasil uji coba utama. Hal ini
dikarenakan langkah delapan dan selanjutnya harus dilakukan dengan skala
besar, desiminasi produk harus dilakukan setelah melalui quality control
sebelum dapat diterbitkan. Langkah delapan sampai sepuluh memerlukan
waktu yang lebih lama sedangkan penyelesaian tesis ini dibatasi oleh waktu.
B. Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan berdasarkan model Borg & Gall dalam penelitian ini
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Pengumpulan Informasi Awal
Pengumpulan data yang meliputi mengumpulkan sumber rujukan/ kajian
pustaka, observasi/pengamatan kelas, dan identifikasi permaslahan yang
dijumpai dalam pembelajaran dan merangkum permasalahan. Pada tahap
ini peneliti melakukan observasi, mengumpulkan dokumen hasil belajar,
dan penyebaran angket kebutuhan pendidik pada lima sekolah yaitu MI
Miftahul Huda, SDN 2 Pasuruan, dan SDN 3 Pasuruan. Setelah itu peneliti
melakukan kajian pustaka untuk menemukan rujukan yang mendukung
informasi yang ada.
2. Perencanaan
Melakukan perencanaan yang meliputi identifikasi dan definisi kondisi
awal, penetapan tujuan, penentuan urutan,dan uji coba pada skala kecil.
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan
perencanaan kompetensi dasar, indikator pemeblajaran, tujuan
pembelajaran, dan cakupan materi, serta menyusun kisi-kisi instrumen.
61
3. Pengembangan Produk
Mengembangkan jenis/ bentuk produk awal, yang meliputi: penyiapan
materi pembelajaran, penyusunan buku pegangan, dan perangkat evaluasi.
Pengembangan bentuk awal berupa draf produk buku ajar. Produk yang
dihasilkan dalam penelitian ini adalah buku ajar suplemen berbasis
kearifan lokal dengan model pembelajaran inkuiri.
4. Uji Coba Produk Awal
Pengumpulan informasi/ data dengan menggunakan observasi, kuesioner,
dan dilanjutkan dengan analisis data. Uji coba tahap awal dilakukan untuk
menguji validitas dan reliabilitas instrumen yang dilakukan pada peserta
didik kelas IV SD/MI Gugus Anggrek Kecamatan Penengahan, Kanupaten
Lampung Selatan, dan memvalidasi buku ajar melalui subjek ahli dengan
sasaran dosen ahli materi dan media.
5. Revisi Produk Awal
Melakukan revisi terhadap produk awal , berdasarkan masukan dan saran
dari hasil uji lapangan awal. Berdasarkan hasil validasi instrumen dan
buku ajar, dengan saran dari ahli maka dilakukan revisi produk awal.
6. Uji Coba Produk Utama
Melakukan uji coba produk utama, dilakukan terhadap 30-300 subjek. Tes
atau penilaian tentang prestasi belajar peserta didik dilakukan sebelum dan
sesudah proses pembelajaran. Pada tahap uji lapangan, buku ajar suplemen
berbasis kearifan lokal dengan model pembelajaran inkuiri diujikan pada
peserta didik kelas IV A SDN 2 Pasuruan berjumlah 33 orang peserta
didik.
62
7. Revisi produk utama
Melakukan revisi terhadap produk operasional, berdasarkan hasil uji coba
lapangan utama, saran dan masukan yang diberikan validator dan praktisi
terkait produk yang dikembangkan.
C. Lokasi dan Subyek Penelitian
Pelaksanaan studi pendahuluan dan uji coba perangkat LKPD dilakukan di
SDN 2 Pasuruan, sedangkan proses pengembangan perangkat pembelajaran
dilaksanakan di kampus Universitas Lampung. Subyek penelitian adalah
pengembangan buku ajar suplemen berbasis kearifan lokal dengan
menerapkan model pembelajaran inkuiri. Subyek uji coba adalah siswa kelas
IV SD.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek atau subyek dalam penelitian. Sugiyono
(2013: 61) menyatakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas; objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas IV
SD/MI Gugus Anggrek di Kecamatan Panengahan, seperti pada tabel di
bawah ini.
63
Tabel 3.1 Data Peserta Didik Kelas IV Gugus Anggrek di KecamatanPenengahan
No Nama Sekolah Rombel Jumlah Siswa1 MI Miftahul Huda IV 22
2 SDN 2 PasuruanIV A 33IV B 32
3 SDN 3 Pasuruan IV 28Jumlah 115
Sumber : Data Sekolah Dasar Gugus Anggrek Tahun 2018/2019
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2013: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada penelitian ini,
sampel diambil dengan menggunakan purposive sampling yaitu
pengambilan sampel sesuai dengan tujuan penelitian dan pengembangan.
Sampel ditentukan peserta didik kelas IV A SDN 2 Pasuruan, sedang uji
instrumen digunakan peserta didik kelas IV B SDN 2 Pasuruan.
E. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional
1. Definisi Konseptual
a) Buku Ajar Berbasis Kearifan Lokal
Buku ajar berbasis lokal memuat pengetahuan yang ditemukan oleh
masyarakat lokal tertentu melalui kumpulan pengalaman dalam
mencoba dan diintegrasikan dengan pemahaman terhadap keadaan alam
suatu tempat. Materi yang terdapat di dalamnya mengandung unsur
nilai-nilai lokal agar peserta didik lebih memahami keunggulan
daerahnya.
64
b) Hasil Belajar
Hasil belajar pada hakikatnya merupakan kompetensi-kompetensi yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
2. Definisi Operasional
a) Buku Ajar Berbasis Kearifan Lokal
Pengembangan buku ajar berbasis kearifan lokal mengadaptasi pada
dimensi konten dalam buku ajar tersebut mengandung kearifan lokal
daerah tempat tinggal peserta didik yang merujuk pada dimensi
pengetahuan, faktual, konseptual, dan prosedural. Pengetahuan
faktual yang akan dikembangkan pada buku ajar berbasis kearifan
lokal ini berupa sejarah perjuangan pahlawan Lampung beserta
peninggalan sejarahnya,serta tempat wisata Kabupaten Lampung
Selatan.Pengetahuan konseptual pada buku ajar berbasis kearifan
lokal ini memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencari
tahu dampak dari adanya wisata lokal yang ada di Lmpung Selatan
baik dari segi ekoomi, sosial, dan budaya. Pengetahuan prosedural
pada buku ajar berbasis kearifan lokal ini berupa pengambilan
kesimpulan atas penjelasan-penjelasan kearifan lokal Lampung
Selatan.
b. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan pemahaman kompetensi siswa
setelah mengikuti serangkaian proses pembelajaran, dengan
indikator pada ranah pengetahuan (kognitif) dan sikap (afektif).
65
Indikator hasil belajar kognitif yang diharapkan sesuai dengan
indikator perubahan pemahaman dari C1 (mengingat), C2
(memahami), C3 (mengaplikasikan) dan C4 (menganalisis). Hasil
belajar kognitif dilakukan dengan menghitung peningkatan hasil
belajar dengan menghitung N-gain berdasarkan data hasil penelitian
pre-test dan post-test pada akhir pembelajaran.
F. Kisi- Kisi Instrumen Penelitian
Kisi-kisi Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Kisi-kisi Instrumen Tes
Tes adalah alat penilaian berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
kepada peserta didik baik secara lisan, tertulis, atau tindakan (Sudjana,
2010: 35). Jenis tes kemampuan kognitif yang akan digunakan dalam
penelitian berupa pre-test dan post-test. Instrumen tes digunakan untuk
memperoleh data mengenai keefektivan penggunaan buku ajar suplemen
berbasis kearifan lokal dengan model pembelajaran inkuiri
66
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar
Kompetensi Dasar Indikator IPKJumlahButirSoal
3.4. Mengidentifikasi kerajaanHindu, Budhadan Islam sertapengaruhnyapada kehidupanmasyarakatmasa kini dilingkungandaerah setempat
3.4.1 Menyebutkanpeninggalan kerajaanHindu, Budha dan Islampada masa kini danpengaruhnya bagimasyarakat di wilayahsetempat
3.4.2 Menjelaskan perjuangantokoh zaman Hindu,Budha dan Islam
C2
C4
7
8
4.4 MenyajikanhasilidentifikasiHindu, Budhadan Islam sertapengaruhnyapadakehidupanmasyarakatmasa kini dilingkungandaerahsetempat
4.4.1. Menyimpulkanpeninggalan kerajaanHindu, Budha dan Islampada masa kini danpengaruhnya bagimasyarakat di wilayahsetempat dalam bentukpikiran
4.4.2.Mendeskripsikanperjuangan tokoh dizaman Hindu, Budha danIslam
C4
C4
10
5
Jumlah 30
2. Angket
Angket digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan
lembar penilaian buku ajar. Lembar penilaian buku ajar digunakan untuk
mengukur kevalidan buku ajar suplemen berbasis kearifan lokal dengan
model pembelajaran inkuiri yang ditujukan pada ahli materi dan ahli
media.
67
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian pengembangan ini adalah sebagai
berikut.
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
mengamati perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan
sebagainya (Sugiyono, 2013: 203). Data yang diperoleh melalui
pedoman observasi ahli berupa data kuantitatif berdasarkan hasil skor
pertanyaan tentang kesesuaian buku ajar, dan data kualitatif diperoleh
berdasarkan komentar atau saran mengenai kelayakan buku ajar yang
dikembangkan.
2. Dokumentasi
Dokumentasi tidak hanya bukti foto-foto saat suatu kegiatan
berlangsung. Menurut Arikunto (2007: 154) dokumentasi adalah
mencari dan mengumulkan data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, majalah, agenda, notulen rapat, dan
sebagainya. Teknik dokumentasi ini digunakan peneliti untuk
memperoleh data sekunder berupa data jumlah peserta didik, nilai hasil
belajar, dan hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran, serta
profil sekolah di SDN 2 Pasuruan.
3. Angket
Pengumpulan data awal pada penelitian ini menggunakan angket
analisis kebutuhan peserta didik. Menurut Sugiyono (2013: 199) angket
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
68
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis terhadap
responden untuk dijawabnya. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk
memperoleh data dari ahli media, ahli materi, dan peserta didik sebagai
subjek pengguna buku ajar.
4. Tes
Tes adalah alat penilaian yang digunakan untuk memperoleh data
sebagai ukuran berhasil atau tidaknya tindakan yang telah dilakukan
(Sugiyono, 2013: 198). Efektivitas penggunaan buku ajar dilihat dari hasil
belajar peserta didik, dengan mengevaluasi rata-rata hasil belajar peserta
didik sebelum dan sesudah menggunakan buku ajar suplemen berbasis
kearifan lokal dengan model pembelajaran inkuiri pada pembelajaran
Tema 5 Pahlawanku subtema 1 Perjuangan para Pahlawan pembelajaran 1
dan 5.
H. Uji Persyaratan Instrumen Tes
1. Validitas Instrumen
Menurut Yusuf (2014: 174) validitas merupakan kadar keshahihan,
ketepatan, atau keakuratan kesimpulan hasil penelitian sebagai akibat
perlakuan. Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur dengan tepat atau sahih apa yang diukur.
Agar instrumen valid maka perlu disusun sedemikian rupa dengan
memperhatikan materi dan tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Hasil
penyusunan instrumen berupa butir soal akan dinilai validitasnya melalui
uji coba, dan teknik validitas instrumen menggunakan product moment
correlation dengan rumus sebagai berikut.
69
rxy =∑ (∑ )(∑ ){ ∑ (∑ ) }{ ∑ (∑ ) }
Keterangan:rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel YN : Jumlah sampelX : Skor butir soalY : Skor total
Kriteria pengujian apabila rhitiung > rtabel dengan α= 0,05, maka instrumen
tes tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila rhitung < rtabel, maka
instrumen tes tersebut tidak valid. Validitas tes diperoleh setelah
melaksanakan uji coba soal. Jumlah soal yang diujicobakan sebanyak 40
soal, dengan responden sebanyak 32 peserta didik. Soal yang tidak valid
berjumlah 10 soal yaitu soal nomor 7, 8, 12, 13, 17, 23, 28, 30, 31, dan 40.
Hal ini berdasarkan dari hasil perhitungan nilai rhitung untuk soal di atas
kurang dari rtabel. Validitas soal instrumen baru berjumlah 30 soal dan
keseluruhannya valid. Hasil perhitungan validitas butir soal selengkapnya
pada lampiran 8 halaman 125.
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas merupakan konsintensi atau kestabilan skor suatu instrumen
penelitian terhadap individu yang sama (Sugiyono, 2013: 362). Dalam
penelitian ini, instrumen tes berupa soal pilihan ganda. Pengujian
reliabilitas dapat menggunakan rumus KR.20 (Kuder Richardson) sebagai
berikut.
= [ ] ∑
70
Keterangan:
: Reliabilitas instrumen: Proporsi subjek yang menjawab benar
q : Proporsi subjek yang menjawab salah∑ : Jumlah hasil perkalian antara p dan q
Jika instrumen itu valid, maka dilihat dari kriteria penafsiran mengenai
indeks ri sebagai berikut
Tabel 3.3 Daftar Interpretasi Koefisien “r”
Koefisien r Reliabilitas0,80 – 1,00 Sangat Tinggi0,60 – 0,79 Tinggi0,40 – 0,59 Sedang0,20 – 0,39 Rendah0,00 – 0,19 Sangat Rendah
Sumber: Sugiyono (2013: 231)
Setelah dilakukan perhitungan reliablitas instrumen tes soal, diperoleh
koefisien reliabilitas sebesar 0,87. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa instrumen soal yang digunakan memiliki kriteria
reliablilitas yang sangat tinggi. Dengan demikian, instrumen ini dapat
digunakan dalam penelitian. Hasil perhitungan reliabilitas selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 127
3. Tingkat Kesulitan
Tingkat kesulitan (difficulty index, difficulty level) butir soal menurut
Sudjana (2010:137) adalah proporsi peserta tes menjawab dengan benar
terhadap suatu butir soal. Sedangkan angka yang menunjukkan sulit atau
mudahnya suatu butir soal dinamakan dengan indeks kesulitan yang
dilambangkan dengan p (proportion correct). Rumus untuk menentukan
tingkat kesulitan butir soal adalah sebagai berikut.
71
p =∑
Keterangan:
p : tingkat kesulitan butir∑ : jumlah peserta yang menjawab pertanyaan benarN : jumlah seluruh peserta tes
Berikut ini adalah hasil analisis tingkat kesulitan butir soal instrumen tes.
Tabel 3.4 Indeks Kesulitan Butir Soal
Indeks Kesulitan ButirSoal
Keterangan
0 – 0,30 Sulit0,31 – 0,70 Sedang0,71 – 1,00 Mudah
Sumber: Sudjana (2010: 137)
Hasil analisis tingkat kesulitan soal instrumen pada uji coba soal adalah
terdapat 30 butir soal instrumen uji coba. Dari data yang dapat dilihat pada
lampiran 11 halaman 131 dijelaskan bahwa dari 30 butir soal instrumen
tes, 6 soal mempunyai tingkat kesulitan mudah, 20 soal mempunyai
tingkat kesulitan sedang, 4 soal mempunyai tingkat kesulitan sulit.
4 Daya Beda
Daya beda (Descriminating Power) butir soal menurut Sudjana (2010:141)
adalah indeks yang menunjukkan tingkat kemampuan butir soal
membedakan peserta didik yang pandai (kelompok atas) dengan peserta
didik yang kurang pandai (kelompok bawah). Rumus untuk mencari
indeks daya beda menurut Sudjana (2010: 139) adalah sebagai berikut.
D =
72
KeteranganD = Daya bedaBA = jumlah jawaban benar kelompok atas.BB = jumlah jawaban benar kelompok bawahN = jumlah peserta tes
Tabel 3.5 Indeks Daya Beda
Indeks Daya Pembeda Keterangan0,41 - 1,00 Sangat baik, dapat digunakan0,31 - 0,40 Baik, dapat digunakan dengan revisi0,21 - 0,30 Cukup baik, perlu pembahasan dan
revisi0,00 - 0,20 Kurang baik, dibuang atau diganti
Sumber: Sudjana (2010: 139).
Hasil analisis uji daya beda butir soal instrumen pada uji coba soal terdapat
30 butir soal instrumen uji coba. Dari data yang dapat dilihta pada
lampiran 10 halaman129 dijelaskan bahwa dari 30 butir soal instrumen uji
coba, 6 soal instrumen tes mempunyai daya beda cukup baik, 16 butir soal
instrumen tes mempunyai daya beda baik, dan 8 butir soal instrumen tes
mempunyai daya beda sangat baik.
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah
1. Uji Efektivitas
Uji efektivitas dilakukan untuk mengukur peningkatan kemampuan
berpikir kreatif peserta didik melalui tes hasil belajar pada ranah kognitif
dengan tema 5 Pahlawanku subtema Perjuangan para Pahlawan
pembelajaran 1 dan 5 . Data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan penguasaan konsep sebelum dan sesudah
diberikan perlakuan. Nilai masing-masing pre-test dan posttest dapat
ditentukan dengan rumus sebagai berikut.
73
Nilai individu = 100Data yang diperoleh kemudian dianalisis, dengan menghitung n–gain.
Hake (dalam Sundayana, 2015: 149) mengungkapkan bahwa untuk
mengetahui efektivitas suatu pembelajaran dalam pemahaman konseptual,
maka dilakukan dengan analisis nilai rata-rata gain yang ternormalisasi.
Rumus n–Gain menurut Meltzar (dalam Sundayana, 2015: 151) adalah
sebagai berikut.n- Gain = ( ) ( )Tabel 3.6 Kategori n-Gain Ternormalisasi
Nilai GainTernormalisasi
Interprestasi
-100 ≤ g < 0,00 Terjadi penurunang = 0,00 Tetap0,00 < g < 0,30 Rendah0,30 ≤ g < 0,70 Sedang0,70 ≤ g ≤1,00 Tinggi
Sumber: Sundayana (2015: 151)
2. Uji Hipotesis
Menurut Sugiyono (2013: 96) hipotesis adalah jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Berikut ini adalah uji
hipotesis dalam penelitian pengembangan ini.
Hipotesis 1
Ha :Terwujudnya buku ajar suplemen berbasis kearifan lokal dengan
model pembelajaran inkuiri yang layak bagi peserta didik.
Ho :Tidak terwujudnya buku ajar suplemen berbasis kearifan lokal
dengan model pembelajaran inkuiri yang layak bagi peserta didik
74
Pengujian hipotesis ini berdasarkan pada validasi produk buku ajar oleh
ahli.
Hipotesis 2
Ha :Menghasilkan buku ajar suplemen berbasis kearifan lokal dengan
model pembelajaran inkuiri yang efektif bagi peserta didik.
Ho :Tidak menghasilkan buku ajar suplemen berbasis kearifan lokal
dengan model pembelajaran inkuiri yang efektif bagi peserta didik.
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan N-Gain
ternormalisasi
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan buku ajar suplemen
berbasis kearifan lokal dengan model pembelajaran inkuiri pada Tema
Pahlawanku Subtema Perjuangan Para Pahlawan Pembelajaran 1 dan 5
dapat disimpulkan bahwa:
1) Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini adalah
buku ajar suplemen berbasis kearifan lokal dengan model
pembelajaran inkuiri, menggunakan model R&D dari Borg and Gall
sesuai dengan analisis kebutuhan dan tahapan penelitian
pengembangan. Adapun pengembangan buku ajar suplemen berbasis
kearifan lokal dengan model pembelajaran inkuiri disesuaikan dengan
model pembelajaran inkuiri meliputi (1) orientasi masalah, (2)
hipotesis, (3) pengumpulan data, (4) menguji hipotesis, (5)
menyimpulkan. Produk buku ajar yang dihasilkan sudah melalui
tahapan validasi ahli materi dan ahli media dilakukan sebanyak dua
kali pada setiap ahli. Adapun yang diusulkan oleh ahli materi dan ahli
media sebagai berikut
(a) Membuat tujuan pembelajaran dengan kalimat yang mudah
dimengerti dan dipahami peserta didik
(b) Menyusun kegiatan disesuaikan dengan tahapan inkuiri
103
(c) Mencantumkan sumber pada gambar
(d) Gambar pada halaman judul diganti dengan pahlawan Lampung
(e) Mengganti gambar dan warna yang lebih terang
2) Buku ajar suplemen berbasis kearifan lokal dengan model
pembelajaran inkuiri efektif digunakan dalam proses pembelajaran
pada siswa kelas IV A SDN 2 Pasuruan Kecamatan Penenganahan
Kabupaten Lampung Selatan untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil perhitungan N-Gain
sebesar 0,52 (kategori sedang).
B. Implikasi
Implikasi penelitian dan pengembangan buku ajar suplemen berbasis
kearifan lokal dengan model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut.
1) Pembelajaran yang menggunakan buku ajar suplemen berbasis
kearifan lokal dengan model pembelajaran inkuiri dapat membuat
peserta didik belajar secara aktif dan meningkatkan hasil belajar
peserta didik. Hal ini dikarenakan buku ajar suplemen berbasis
kearifan lokal dengan model pembelajaran inkuiri disajikan dengan
tampilan yang menarik dan kontekstual, serta menyajikan
pembelajaran dengan kegiatan yang bervariasi. Buku ajar suplemen
berbasis kearifan lokal dengan model pembelajaran inkuiri lebih baik
jika mengandung lebih banyak soal-soal berbasis kearifan lokal yang
dapat dikembangkan dengan creative dan critical thinking peserta
didik termotivasi belajar dengan dukungan materi yang relevan
dengan kehifdupan riil mereka sehari-hari.
104
2) Hasil penelitian dan pengembangan buku ajar suplemen berbasis
kearifan lokal dengan model pembelajaran inkuiri efektif dijadikan
penunjang buku pelajaran dalam pengenalan budaya lokal,
peninggalan sejarah budaya Lampung, dan perjuangan para pahlawan
Lampung. Adanya pengembangan buku ajar suplemen berbasis
kearifan lokal dengan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan
aktivitas belajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik khusunya pada pembelajaran IPS pada pembelajaran
tematik. Selain itu, buku ajar ini dapat dijadikan alternatif pengenalan
budaya lokal yang sudah mulai menghilang/memudar dari masyarakat.
Bahan ajar ini lebih bermakna apabila peserta didik memiliki
pengetahuan awal tentang topik sehingga dalam pembelajarn di kelas
lebih mudah dan cepat memahami.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang diuraikan di atas, saran yang
disampaikan adalah sebagai berikut.
1) Peserta didik
Diharapkan peserta didik dapat selalu aktif mengajukan berbagai
pertanyaan kepada guru sebagai usaha dalam proses pencarian
informasi dalam meningkatkan hasil belajar dan juga meningkatkan
kemampuan baik dalam ranah afektif, kognitif, dan psikomotor
sehingga hasil belajar peserta didik meningkat untuk tercapainya
KKM dan tujuan pembelajaran.
105
2) Pendidik
Guru diharapkan lebih kreatif dalam menyajikan pembelajaran, selalu
mengarahkan, memotivasi, membimbing peserta didik, dan selama
proses pembelajaran hendaknya dua arah agar peserta didik lebih
tertarik mengikuti kegiatan belajar dan hasil belajar peserta didik
meningkat. Guru diharapkan mengimplementasikan teori tersebut
dalam bentuk demonstrasi simulasi budaya lokal seperti tarian-tarian
dan menyajikannya dengan bentuk lainnya.
3) Kepala sekolah
Buku ajar suplemen berbasis kearifan lokal dengan model
pembelajaran inkuiri dapat menambah informasi tentang
alat bantu/media/sumber belajar berupa bahan ajar dan menjadi
alternatif bahan ajar yang menarik, mudah, dan efektif dalam proses
pembelajaran kelas IV SD.
4) Peneliti
Bagi peneliti selanjutnya hendaknya dapat mengembangkan buku ajar
suplemen berbasis kearifan lokal dengan model pembelajaran inkuiri
tidak hanya dilihat dari aspek kognitif namun pada aspek afektif dan
psikomotor
DAFTAR PUSTAKA
Agung S, Leo. 2015. The Development of Local Wisdom-Based Social ScienceLearning Model with Bengawan Solo as the Learning Source. AmericanInternational Journal of Social Science. 2325-4165. Vol. 4, No. 4. 10 Agustus2013. www.aijssnet.com
Amri, Sofan, & AIif Khoiri Ahmad. 2010. Konstruks iPengembanganPembelajaran (Pengaruhnya terhadap Mekanisme dan PraktikKurikulum). Prenada Media Group. Jakarta.
Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum2013. Prestasi Pustakarya. Jakarta.
Anderson, L., & Kratwhol, D.A. 2001. Taxonomy for Learning, Teaching andAssesing: A Revision of Bloom’s taxonomy of educational objectives.Longman. New York.
Anita, Sri. W. 2001. Metode Belajar Mengajar. Alfabeta. Bandung.
Anggoro, M. Toha. 2007. Metode Penelitian (cekatak ke 4). UnoiversitasTerbuka. Jakarta
Arif, Muhammad. 2009. Ilmu Pengetahuan Sosial. Dirjen Pendais Kemenag RI.Jakarta.
Arnyana, Putu. 2007. Buku Ajar Strategi Belajar Mengajar. Ganesha. Singaraja.
Ashshiddiqi, Hasbi. 1971. Alqur’an dan Terjemahnya. Depag RI. Jakarta.
Asmawati, Eka Yulia Sari. 2015. Lembar Kerja Siswa (LKS) MenggunakanModel Guided Inquiry untuk Meningkatkan Keterampilan BerpikirKritis dan Penguasaan Konsep Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol. 3,No. 1, Hlm 1-16.
Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. GaungPersada Press. Jakarta.
Bartoven, Vivit Nurdin. Reevany, Bustami. 2015. Food Culture, Food Securityand the Harmonization of Interethnic Groups: A Case Study of KartaVillage in the Transmigration Area of Lampung Province, Indonesia.
107
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding(IJMMU). Pages: 18-24 Volume 2, Issue 1 February 2015http://ijmmu.com [email protected]
Bauto, Laode Monto. 2013. Socio- Cultural Values as Community Local WisdomKatoba Muna in The Developmwnt of Learning Materials ocial Studiesand History. International Journal of History Education. Vol. 14. No.2
Borg & Gall. 1983. Educational Research: An Introduction (4 th ed). LongmanInc: New York & London.
Bruner, J. 1960. The Process of Education. Harvard University Press. Cambridge,Mass
Callaghan, Margy. 2008. Connecting Local Issues to Scientific Inquiry; OysterResearch and Its Impact on a Teacher. Panhandle Area EducationalConsortium. Florida.
Chaiphar, W., Promsaka, Th., Naipinit, A. 2013. Local Wisdom in TheEnvironmental Management of a Community Analysis of LocalKnowledge in Tha Pong Village, Thailand. Journal of SustainableDevelopment . Vol.6 No 8. (16-24)
Dahliani, Soemarno, dan Setijanti. 2015. Local Wisdom in Built Environment inGlobalization Era. International Journal of Education and Resesarch.Vol. 3 No. 6 (157-166).
Darsono. 2008. Pengembangan Model Inkuiri Sosial Dalam Pembelajaran IlmuPengetahuan Sosial di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Pendidikanuntuk Meningkatkan Pemahaman Materi IPS dan Keterampilan BerpikirKritis Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Kota Metro): Sebuah Disertasi.Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Bandung.
Deni, S. Dkk. 2009.Komputerdan Media Pembelajaran.Depdiknas.JakartaBudiningsih, C.Asri. 2004. Belajar dan pembelajaran. PT. Rineka Cipta.Jakarta
Depag RI. 2006. Undang-undang Republik Indonesia. Nomor 14 Tahun 2005Tentang Guru danDosen Serta Undang-undang Republik IndonesiaNomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas.Depag RI. Jakarta.
Gulo, W. 2008. Strategi Belajar Mengajar. PT. Grasindo. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. CV. Pustaka Setia. Bandung
108
Hergenhahn, B.R. Olson, M.H. 2010.Theories of Learning. Kencana PrenadaMedia Group. Jakarta.
Joyce, Bruce, Weil, Marsha. 2011.Models of Teaching. PustakaPelajar.Yogyakarta.
Kemendikbud. 2013. Permendikbud nomor 28A tahun 2013 TentangImplementasi Kurikulum Tahun 2013. Kemdikbud. Jakarta.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. PT Refika Aditama.Bandung.
____________ . 2011. Pembelajaran Kontekstual. PT Refika Aditama. Bandung
Kurniawati, Ayu A. Wahyuni, Sri. Putra, Pramudya D. A. 2017. Utilizing ofComic and Jember’s Local Wisdom as Integrated Science LearningMaterials.International Journal of Social Science and Humanity. doi:10.18178 / ijssh.2017.7.1.793
Lapono, Nabisi. 2008. Belajar dan Pembelajaran di SD. Depdiknas. Jakarta.
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan StandarKompetensi Guru. Rosdakarya. Bandung.
__________ . 2014. Penelitian Autentik Proses dan Hasil Belajar. RemajaRosdakarya. Bandung.
Martawijaya, Muhammad A,et al. 2015. Development of Physics Learning Modelto Improve Scientific Characters of Junior High School Student. Journalof EST. Vol. 1 No. 1 (53-65)
Masitoh, Laksmi Dewi. 2009. Strategi Pembelajaran. Dirjen Pendis Depag RI.Jakarta
Mikarsa, Hera Lestari. 2008.Pendidikan Anak di SD .Depdiknas. Jakarta
Miswanto.2012. Pengembangan Komik Pendidikan Ekonomi Sebgai SumberBelajar Siswa SMA/MA Kelas X Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011-2013: Sebuah Tesis.Universitas Lampung. Bandar lampung.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. PT.Remaja Rosda Karya.Bandung.
Nasution, Noehi. 2009. Evaluasi Pengajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.
Nurdin, Bartoven V, et al. 2015. Food Culture, Food Security and TheTransmigration Area of Lampung Province, Indonesia. International
109
Journal of Multicultural and Multireligious Understanding. Vol. 2 No 1(18-24)
Omochatoys. Tuesday, 13 April 2010. www.omochatoys.com. di unggah 05 April2012 08:12
Pargito. 2009. Penelitian dan Pengembangan bidang Pendidikan. UniversitasLampung.Bandar Lampung
______. 2010. Dasar-dasar IPS.FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung
______.2011. Penilaian Berbasis Kelas (Classroom Based Assesment). FKIPUniversitas Lampung. Bandar Lampung.
Primadasa Juniarta, Hagi, Edi Susilo, dan Mimit Primyastanto. 2013. KajianProfil Kearifan Lokal Masyarakat Pesisir Pulau Gili Kecamatan SumberKabupaten Probolinggo Jawa Timur. Jurnal ECSOFiM. Vol. 1 No. 1,2013 h. 11 -25
Prastowo, Andi. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Penduan LengkapAplikasi. Diva Press. Yogyakarta.
Purwanto, Tri. 2015. Developing Students Interest in Mathematics LearningThrough Collaborative Problem Based Leaning Model. Proceeding ofInternational Conference On Research, Implementation and Education ofMathematics and Sciences
Ridwan, N.A. 2007. Landasan Keilmuan Kearifan Lokal. Jurnal Studi Islam danBudaya. Vol 5, No 1. (27-38)
Riyana, Cepi. 2009. Media Pembelajaran. Dirjen Pendais Kemenag RI. Jakarta.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta
Rusilowati, dkk. 2015. Natural Disaster vision Learning SETS integrated inSubject of Physics- Based Local Wisdom. Jurnal Pendidikan FisikaIndonesia. Vol. 1, No 11 (42-48).
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning ituPerlu. Ghalia Indonesia. Bogor
Sagala, Syaiful. 2003. Metode Belajar Mengajar. Alfabeta.Bandung.
____________. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.
Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Inovasi Pembelajaran. PT Bumi Aksara. Jakarta.
110
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses.Pendidikan. Kencana Prenada Media. Jakarta.
____________. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. KencanaPrenada Media Grup. Jakarta
____________. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik PengembanganKTSP. Kencana Prenada Media Group. Jakarta
____________. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta.
____________. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Prenada Media Grup.Jakarta
Semiawan, Conny R. 2007. Catatan Kecil tentang Penelitian dan PengembanganIlmu Pengetahuan. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta.
Setyosari, Punaji. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.Kencana. Jakarta
Smaldino, Sharon E, Lowther, Deborah L, Russel, James D. 2011. IntructionalTecnologi& Media For Learning. Kencana. Jakarta
Spencer & Welker. 2012. Creating a Love of Science for Elementary Studentthrough Inquiry Based Learning. Journal of Virginia Science Education.Vol. 4 (2-8)
Sudjarwo.Basrowi.2012. Mengenal Model Pembelajaran. Jenggala PustakaUtama. Surabaya.
Sudarmin. 2015. Scientific Knowledge Based Culture and Local Wisdom inKarimunjawa for Groing Soft Skills Conservation. International Journalof Science and Research. Vol. 4 No. 9
Sudjana, Nana. 2010. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Rosdakarya.Bandung
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (cetakan ke-14). Alfabeta. Bandung.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D). Alfabeta. Bandung.
Sundayana, Rostina. 2015. Statistika Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
Suprayekti. 2009. Pembaharuan Pembelajaran di SD. Depdiknas. Jakarta
111
Supiyarno, Sri. Mulyati, Sri. 2012. Kearifan Lokal di Balik Peribahasa JawaMasyarakat di Kota Surakarta (Studi Kasus Etnolinguistik). tersediadalam: http://eprints.uns.ac.id/13171/ diakses, 1 April 2015.
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Suriasumantri, Jujun S. 2009. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. PenerbitPustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta.Jakarta.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar.Kencana. Jakarta.
____________. 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.Prenadamedia Group. Jakarta.
Sutopo, Hadi. 2008. Pengembangan model Pembelajaran pembuatan aplikasimultimedia game Puzzel pada matakuliah Multimedia: sebuah ProposalDisertasi.Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.
Suwarni, Erna. 2015. Pengembangan Buku Ajar Berbasis Lokal MateriKeanekaragaman Laba- Laba di Kota Metro Sebagai Sumber BelajarAlternatif Biologi untuk Siswa SMA Kelas X. Jurnal Pendidikan Biologi.Vol.6 (2). Hlm 86-92.
Tilaar, H.A.R. 2012.Pengembangan Kreativitas dan Entrepreneurship.Kompas.Jakarta
Tim Bina Mitra Pemberdayaan Madrasah. 2005. Panduan Evaluasi Belajar.Depag RI. Jakarta.
Tola, Burhanuddin, Fahmi. 2005. Standar Penilaian Kelas. Depag RI. Jakarta
Trianto, 2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. PrenadaMedia Group. Jakarta.
Trowbridge, L.W. 1990. Becoming a Secondary School Science Teacher. MerillPublishing Company. Melbourne.
Usman, M. Uzer. 1993. Optimalisasi Proses Belajar Mengajar. RemajaRosdakarya. Bandung.
Wardani, I.G.A.K. 2008. Teknik Menulis Karya Ilmiyah. (cetakan ke-5).Depdiknas. Jakarta.
112
_______________. 2016. Filsafat Pendidikan Dasar. (cetakan ke-3). Depdiknas.Jakarta
Winataputra. U.S. 2008. Materi dan pembelajaran IPS SD (cetakan ke-11).Universitas Terbuka. Jakarta
.2008. Teori Belajar dan Pembelajaran . Depdiknas. Jakarta
Yani, Ahmad. 2009. Pembelajaran IPS. Dirjen Pendais Kemenag RI. Jakarta
Yusran, Yusfan A. 2015. Ex-Situ Conservation on Nusantara Architecture:Implementation and Challenge (An Overview towards TMII and StubingFreilichtmuseum). International Journal of Education andResearch. Vol.3 No. 6.
Yusuf, A. Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan PenelitianGabungan. Prenada Media Grup. Jakarta.
Zubaedi.2011. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasi dalamLembaga Pendidikan. Kencana Prenanda Media Group. Jakarta