68
| Pintar Menganalisis Cerpe 3. Aspek membaca Memahami cerpen dan puisi melalui kegiatan membaca kritis 3.1 menganalisis cerpen yang dianggap penting pada setiap periode untuk menemukan standar budaya yang dianut masyarakat dalam periode tersebut. 1. Mengenal cerpen 2. Periodisasi sastra indonesia 3. Menjelaskan standar budaya masyarakat dalam cerpen 4. Contoh cara menganalisis cerpen untuk mene- mukan standar budaya masyarakat tersebut 1. Cerpen Standar Kompetensi Materi Subkompetensi Kompetensi Dasar

pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

uraian bahan ajar menurut kompetensi dasar

Citation preview

Page 1: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

3. Aspek membaca Memahami cerpen dan puisi melalui kegiatan membaca kritis

3.1 menganalisis cerpen yang dianggap penting pada setiap periode untuk menemukan standar budaya yang dianut masyarakat dalam periode tersebut.

1. Mengenal cerpen2. Periodisasi sastra indonesia3. Menjelaskan standar budaya masyarakat dalam

cerpen4. Contoh cara menganalisis cerpen untuk mene-

mukan standar budaya masyarakat tersebut

1. Cerpen2. Contoh cerpen yang menonjol pada tia periode3. Periodisasi sastra khusus cerpen4. Standar budaya masyarakat

Pendekatan Analitis

Standar Kompetensi

Materi

Subkompetensi

Kompetensi Dasar

Pendekatan

Page 2: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

BAB I

Mengenal Cerpen

Sebuah cerita pendek lahir dari sebuah

imajinasi, cita-cita, dan suatu pengalaman

yang diperoleh penulis. Fenomena-fenomena

sosial dan budaya dalam

kehidupan sehari-hari

menjadi landasan penulis

untuk menulis cerita

pendek tersebut. Oleh

karena itu, dalam menulis

sebuah cerpen tentu saja

penulis memiliki dasar

cerita dan tema yang

jelas. Namun, ketika

membaca sebuah cerita

pendek, tentu kalian

memperoleh pengalaman yang dapat kalian

rasakan. Ada cerita pendek yang mudah

dipahami isinya, ada pula cerita yang sulit

dipahami isinya. Ada cerita yang menarik,

A

Cerita pendek (cerpen) merupakan cerita rekaan yang

memusakan pada satu tokoh dalam satu

situasi, hingga memberikan kesan tunggal terhadap perkalian yang

mebadasri cerita tersebut.

Sumber: ensiklopedi sastra, 2004

Page 3: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

ada pula cerita yang kurang menarik. Jelas

dan tidak jelas, menarik atau kurang

menarik, semua cerita pendek memiliki dasar

pemikiran yang jelas. Sekalipun cerita itu

bersifat absurd, namun tetap memiliki dasar

pemikiran yang jelas, hanya cara

penulisannya yang inkonvensional. Cerpen

tersebut seolah-olah dasar pemikirannya

yang berbelit. Padahal tidak begitu, konsep

ceritanya tentu saja secara kronologis

memiliki alur cerita yang dialirkan oleh

penulis.

Sebagai karya sastra dalam bentuk

prosa, cerita pendek berpijak pada fenomena

sosial dan budaya yang ada di lingkungan

pengarang. Tokoh-tokoh, latar, dan sudut

pandang pengarang berkaitan dengan

fenomena sosial dan budaya masyarakat

tempat pengarang berinteraksi dengan

lingkungannya. Faktor budaya, adat istiadat,

dan lingkungan penulis turut serta

memperkaya dan memengaruhi cerita yang

Page 4: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

dilahirkannya. Dalam catatan sejarah kesusastraan

Indonesia, cerpen merupakan genre (jenis) sastra yang

usianya lebih muda dibandingkan dengan puisi dan

novel. Tonggak terpenting sejarah penulisan cerpen di

Indonesia dimulai oleh cerita-cerita M. Kasim bersama

Suman Hasibuan (Suman Hs) pada awal 1910-an.

Mereka memperkenalkan bentuk tulisan berupa cerita-

cerita pendek yang lucu.

Sejak saat itulah, di Indonesia mulai dikenal

bentuk penulisan cerita pendek (cerpen). Pada tahun-

tahun I930-an, kegairahan penulisan cerpen semakin

marak dengan didukung oleh terbitnya dua majalah

penting pada waktu itu, yakni Pedoman Masjarakat dan

Poedjangga Baroe. Tema-tema cerita yang ditampilkan

mulai beragam, tidak hanya seputar cerita-cerita yang

"ringan dan lucu". Pada zaman ini, digarap juga tema-

tema tentang kemanusiaan, pergerakan ke arah

kebangsaan, dan tema-tema revolusi.

Penulisan cerpen kian marak ketika pemerintahan

Jepang menggaungkan slogan Kemakmuran Asia Raya.

Pada zaman ini, karangan-karangan berbentuk cerpen

dianggap lebih efektif dalam mendukung tujuan bersama,

Page 5: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

karena sifatnya yang lebih pendek (dibandingkan dengan

novel) dan lebih komunikatif (dibandingkan dengan

puisi). Atas dasar tujuan itulah pemerintah Jepang

memfasilitasi berbagai macam kegiatan lomba

cerpen dan membuka seluas-luasnya ruang

publikasi cerpen pada koran-koran yang merupakan

corong pemerintahan Jepang, yakni Djawa Baroe dan

Asia Raja ( www.id.wikipedia.org).

Untuk dapat menganalisis cerpen, mari kita ulas

kembali unsur-unsur yang ada di dalam ceren.

Periodisasi Sastra Indonesia

Untuk dapat menganalisis cerpen yang dianggap penting

pada tiap periode, sebelumnya kita harus dapat

mengetahui periodisasi sastra Indonesia khususnya untuk

cerpen. Periodisasi adalah pembagian menurut

zamannya, pembabakan (KBBI). Berikut akan diuraikan

lebih jelas.

Periodisasi menurut HB Jasin

1. Sastra Melayu Lama

B

Page 6: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

2. Sastra Indonesia Modern

a. Periode 20 atau balai pustaka

1) Kumpulan cerpen bertengkar berbsisik

(Muhammad Kasim tahun 1929)

2) Kumpulan cerpen teman duduk (Muhammad

Kasim tahun 1929)

3) Kumpulan cerpen Si Dul Anak Betawi (Aman D.

M. Tahun 1 956)

b. Periode 33 Angkatan pujangga baru

1) Kumpulan cerpen di dalam lembah kehidupan

(HAMKA tahun 1941)

c. Perode 45

1) Kumpulan cerpen Pertempuran dan salju di Paris

(Sitor S. Tahun 1956)

2) Kumpulan cerpen Keretakan dan ketegangan

(Achdiat K.)

3) Kumpulan cerpen Kesan dan kenangan (Achdiat

K.)

4) Kumpulan cerpen perempuan (Moctar Lubis)

Page 7: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

5) Kumpulan cerpen Si Jamal dan cerita-cerita lain

(Mochtar Lubis)

6) Kumpulan cerpen Kranji dan Bekasi (Mochtar

lubis)

7) Kumpulan cerpen subuh ( Mochtar Lubis)

8) Kumpulan cerpen percekan revolusi (Mochtar

Lubis)

9) Kumpulan cerpen cerita dari Blora (Mochtar

Lubis)

10) Kumpulan cerpen yang terhempas dan terkandas (

Rusman Sulia S)

11) Kumpulan cerpen dan kering (Trisno S.)

12) Kumpulan cerpen wajah –wajah yang berubah

( Trisno S.)

d. Periode 66

1) Kumpulan cerpen mereka telah bangkit (Bur

Rususanto)

2) Kumpulan cerpenbumi yang berpeluh (Bur

Rususanto)

Page 8: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

3) Kumpulan cerpen tegak lurus dengan langit (Iwan

Simatupang)

4) Kumpulan cerpen umi Kalsum (Jamil S)

5) Kumpulan cerpen dua kerinduan (S.

Tjahjaningsih)

6) Kumpulan cerpen di tengah padang ( A. Bastari)

7) Kumpulan cerpen gemah lembah cahaya ( M.

Saribi)

Menjelaskan Standar Budaya Masyarakat dalam

Cerpen

Dalam cerpen-cerpen tertentu dijumpai gambaran

masyarakat dalam untaian cerita yang menampilkan

standar budaya baik-buruk dan benar-salah. Dalam

cerpen-cerpen tersebut pengarang mengekspresikan sikap

masyarakat yang cenderung masih memegang nilai-nilai

budaya yang adiluhung, yang humanistis, bahkan relijius.

Di sana pengarang menampilkan perannya sebagai figur

yang adiluhung, yang mempunyai komitmen terhadap

nilai kebaikan dan kebenaran yang menjunjung

C

Page 9: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

peradaban dan keadilan. Ada misi dan visi yang terarah

dan tanggung jawab moral dalam karya-karya mereka.

Page 10: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

Contoh Cara Menganalisis Cerpen ntuk

Menemukan Standar Budaya Masyarakat

Tersebut

Untuk dapat menganalisis cerpen untuk menemukan

standar budaya terlebih dahulu bacalah cerpen berikut!

Pemungut Infak

(Zamzami Z.)

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas lewat lima

menit. Udara memang agak terasa panas. Langit

kelihatan bersih. Beberapa minggu ini hujan memang tak

pernah turun sehingga rumput-rumput di halaman masjid

itu sudah agak kekuning-kuningan.

Pak Garin, penjaga masjid memutar kaset

pengajian. Dari corong yang dipasang di menara

terdengar lantunan ayat-ayat suci yang menggetarkan

kalbu. Orang sudah mulai datang satu-persatu. Di antara

yang datang itu, terdapat seorang bernama Asad. Orang-

orang memanggilnya Pak Asad.

Para jamaah masjid kota ini umumnya sudah

mengenal Pak Asad. Pak Asad selalu datang agak cepat

dibandingkan dengan jamaah lainnya.

D

Page 11: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

Jumat ini, entah Jumat yang keberapa, orang akan

melihat Pak Asad melakukan pekerjaan mengumpulkan

infak di masjid itu. Para jamaah tidak mengetahui apakah

memang ditugaskan oleh pengurus atau inisiatif dari Pak

Asad sendiri untuk melakukan pekerjaan ini, karena

pengumpulan infak selama ini tidak ada yang seperti itu,

baik di masjid itu maupun di masjid-masjid lain.

”Saya jadi bertanya-tanya sendiri, mengapa Pak

Asad menjadi pengumpul infak di masjid ini”, kata Kadri

kepada temannya yang duduk di sebelahnya.

”Saya juga heran. Selama ini tidak ada orang yang

mengumpulkan infak seperti ini,” sambung Jasir.

”Dari mana Pak Asad mendapatkan pengajian

seperti ini ya? Siapa guru beliau?” kata Kadri lagi.

Begitulah obrolan orang-orang yang sudah duduk

pada saf-saf dalam masjid itu beberapa Jumat ini,

sebelum khatib naik mimbar untuk menyampaikan

khotbahnya. Saf-saf bagian depan sudah hampir penuh,

bahkan hampir tidak tampak yang masih kosong.

Page 12: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

Jam dinding yang digantungkan di dinding

sebelah kanan sudah menunjukkan pukul dua belas lewat

lima menit. Waktu salat Jumat hari ini masuk pukul dua

belas lewat lima belas menit. Waktu yang tersisa ini

digunakan oleh pengurus masjid untuk menyampaikan

pengumuman. Apakah itu, menyangkut tentang

pembangunan masjid atau laporan keuangan yang

didapat atau dikeluarkan selama seminggu yang lalu.

”Bapak-bapak, saudara-saudara, serta anak-anak

yang kami cintai,” kata Ahmad, pengurus masjid itu

memulai pembicaraannya mengisi waktu yang tersisa.

”Yang perlu kita perhatikan nanti adalah pada

waktu khatib menyampaikan khotbah, kita tidak boleh

berbicara, tidak boleh berjalan-jalan, terutama kepada

anak-anak. Jangankan berjalan, bergerak sedikit saja

kalau bisa kita hindari,” sambungnya. ”Mari kita

dengarkan khotbah dengan tenang dan diam. Dan, kepada

yang sudah datang, marilah kita penuhi saf-saf yang

masih kosong di hadapan kita lebih dulu,” imbau Pak

Ahmad.

Page 13: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

Sejalan dengan itu, Pak Asad berdiri dan berjalan

menuju sudut kanan saf yang paling depan. Di tangannya

sudah ada sebuah kotak kecil yang digunakannya untuk

mengumpulkan infak.

”Alhamdulilahirobbilalamin,” khatib Haji

Bustaman memulai khotbahnya. Pak Asad berdiri dan

berjalan memulai pekerjaannya mengumpulkan infak

menemui para jamaah yang duduk tenang mendengarkan

khotbah. Para jamaah yang akan berinfak sudah tampak

merogoh sakunya masing-masing, sebelum Pak Asad

sampai di depannya.

Baru saja Pak Asad sampai di tengah-tengah saf

paling depan, tepatnya sejajar dengan mimbar Haji

Bustaman menyampaikan khotbah, seorang jamaah

memasukkan uang kertas sepuluh ribu ke dalam

keranjang Pak Asad. Pak Asad jadi tertegun,

dipandangnya orang itu baik-baik. Dari penampilan dan

pakaiannya, Pak Asad bisa menebak, bahwa orang ini

adalah tamu dari Jakarta. Pak Asad jadi ingat bahwa tadi

ada acara peresmian sebuah proyek yang diresmikan

langsung oleh orang pusat.

Page 14: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

Kemudian Pak Asad jadi ragu, apakah akan

dikembalikan sebagian uang orang yang memasukkan

uang sepuluh ribu itu. Sebelumnya jamaah tidak ada dan

belum pernah ada yang memasukkan uang sebanyak itu.

Paling seribu, lima ratus, bahkan ada yang hanya uang

recehan seratus rupiah. Maka terlintas dalam pikiran Pak

Asad, lebih baik saya tanyakan kepada orang ini.

”Apakah akan dikembalikan sebagian, Pak?”

tanya Pak Asad. Orang itu hanya diam dan balik

memandang Pak Asad dengan heran.

”Nanti saya kembalikan sebagian, ya, Pak! Kalau

boleh saya tahu, siapa nama Bapak, biar nanti saya

mudah mengembalikannya?” tanya Pak Asad. Orang itu

tidak menyahut. Akhirnya Pak Asad melanjutkan

tugasnya menemui para jamaah yang lain. Pak Khatib

Haji Bustamam sudah selesai menyampaikan khotbah

pertama, Pak Asad baru sampai pada saf keempat, yang

sesekali menyapa jamaah yang dilewatinya. Dia

melanjutkan tugasnya. Jangan-jangan nanti tidak selesai,

begitu kata hatinya. ”Banyak infaknya, Pak?” Seorang

jamaah bertanya.

Page 15: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

”Lumayan juga,” jawab Pak Asad. ”Dan kalau

diperhatikan hanya sekitar ini-ini juga tiap Jumat,”

sambung Pak Asad lagi, sambil menghitung uang yang

masih dalam keranjang, setelah salat Jumat selesai dan

sebagian jamaah sudah pulang.

”Mudah-mudahan Allah Subhanahuwa ta'alaa

akan membalas pahala yang berlipat ganda kepada orang

yang berinfak ini,” kata Pak Asad lagi.

”Bapak tentu juga akan diberi pahala oleh Allah,”

kata jamaah tadi.

Hati Pak Asad menjadi riang mendengar ucapan

tadi. Pak Asad bertambah yakin bahwa dengan

mengumpulkan infak seperti ini akan dapat menebus

dosa-dosanya yang dia perbuat selama ini. Bahkan,

menurut pikirannya dia termasuk orang yang beruntung

di antara jamaah-jamaah yang lain. Orang hanya

mendapatkan pahala Jumat saja, sedangkan dirinya

ditambah lagi dengan pahala mengumpulkan infak.

Pak Asad seorang pensiunan pegawai

pemerintahan. Selama lebih kurang lima puluh lima

Page 16: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

tahun beliau mengabdikan dirinya untuk bangsa dan

negara ini. Telah banyak yang beliau lakukan. Banyak

orang yang beliau bantu untuk menjadi pegawai.

Walaupun beliau meminta imbalan dua sampai tiga juta

per-orang. Pak Asad juga kepala instansi. Semua proyek

yang akan dikerjakan harus melalui tangan beliau terlebih

dahulu. Seorang kontraktor kalau ingin memenangkan

tender, harus berpandai-pandai dengan beliau. Sepuluh

sampai lima belas persen harus menjadi bagiannya.

Kalau tidak, jangan harap seorang kontraktor akan

memenangkan tender tersebut. Di samping itu, Pak Asad

juga senang dengan perempuan. Bahkan, sekretaris

beliau menjadi perempuan yang beliau kencani setiap

minggu.

Jamaah masjid tampak tinggal beberapa orang

lagi yang belum pulang ke rumahnya. Pak Asad selesai

menghitung uang infak yang dikumpulkannya.

”Aku mau pulang” pikirnya. Dengan sebuah

kantong plastik, dibawanya uang itu ke rumahnya dan

besok akan dimasukkan ke rekening atas nama masjid di

sebuah bank di kota ini.

Page 17: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

Jam sudah menunjukkan pukul dua belas lewat

lima menit, waktu salat pada Jumat minggu ini lebih

cepat masuk dibandingkan jumat-jumat sebelumnya.

Seperti biasa, sebelum waktu Jumat masuk, pengurus

masjid selalu menyampaikan pengumuman dan laporan

keuangan.

”Kaum muslimin yang berbahagia. Hidup kita ini

ibarat seorang pergi merantau. Di rantau kita bekerja

untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Uang

yang sudah kita kumpulkan ini nanti yang akan kita bawa

pulang ke kampung. Uang yang akan kita kumpulkan ini

kita umpamakan dengan amal yang kita perbuat hari ini.

Amal inilah yang nanti yang akan menolong kita di

akhirat kelak. Untuk itu, mari kita berlomba-lomba untuk

mendapatkannya,” kata, Khatib Maliki dengan berapi-

api.

Namun, Pak Asad terus saja dengan pekerjaannya

menemui para jamaah dari saf ke saf. Sesekali Pak Asad

tidak lupa menegur jamaah yang memberikan uang lebih

dari jamaah lainnya.

Page 18: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

”Orang yang baik di sisi Allah adalah orang mau

bertobat dari segala perbuatan yang tidak baik.” Kalimat

khatib yang terakhir terdengar jelas oleh Pak Asad.

Hatinya jadi riang. ”Aku termasuk orang yang dikatakan

khatib,” pikirnya.

Apa yang dilakukan Pak Asad sebenarnya tidak

sesuai dengan tata tertib melaksanakan salat Jumat. Pak

Asad melakukan saat khatib menyampaikan khotbah.

Pernah seorang jamaah menyampaikan kepada seorang

pengurus. ”Katakanlah kepada Pak Asad itu, jangan

memungut infak sewaktu khatib menyampaikan

khotbah.”

Namun, pengurus itu mengatakan kalau tidak ada

Pak Asad, siapa yang melakukan ini. Uangnya, kan untuk

masjid juga. Hari demi hari berjalan terus, Jumat ke

Jumat dilalui Pak Asad dengan tugasnya mengumpulkan

infak. Orang-orang yang mengetahui bahwa itu

merupakan sebuah kesalahan hanya membiarkan saja.

Pak Asad tidak mendapatkan apa-apa. Dalam hatinya dia

bertobat, tapi malah dia tambah terpuruk.

Page 19: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

Menjelaskan Standar Budaya Masyarakat dalam

Cerpen

Dalam cerpen-cerpen tersebut pengarang

mengekspresikan sikap masyarakat yang cenderung

masih memegang nilai-nilai budaya yang adiluhung,

yang humanistis, bahkan relijius. Di sana pengarang

menampilkan peran utama yaitu pak Asad yang bertekat

untuk bertaubat, melakukan hal apapun yang ia kira dapat

untuk mengurangi dosanya. Tapi sisi buruknya pak Asad

tidak tahu bahwa hal yang dilakukannya itu salah, karena

pada saat khotbah semua jamaah dianjurkan untuk duduk

tenang mendengarkan khotbah.

Refleksi

Setelah kita membaca uraian di atas, kita

akan mampu menganaisis cerpen untuk

menentkan standar budya masyarakat

tersebut.

Page 20: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

Bacalah cerpen berikut!

ROBOHNYA SURAU KAMI

Biografi Singkat Penulis

Ali Akbar Navis atau yang lebih dikenal publik

dengan sebutan A.A. Navis lahir di Padang Panjang pada

tanggal 17 November 1924. Navis belajar di INS

Kayutanam dari tahun 1932 sampai 1943.

Sejak tahun1968 kembali mengabdi untuk

lembaga pendidikan yang didirikan oleh Muhammad

Syafei itu. Lebih dari 20 buku sudah dihasilkan olehnya.

Mulai dari kumpulan cerpen, puisi, novel, kumpulan esai,

hingga penulisan biografi dan otobiografi. Pada tahun

1956, ia menulis kumpulan cerpen Robohnya Surau

Kami yang merupakan karya monumental dalam dunia

sastra Indonesia. Tiga bukunya yang diterbitkan

Gramedia adalah kumpulan cerpen Robohnya Surau

Kami, Bertanya Kerbau pada Pedati dan Novel

Saraswati.

Uji Kompetensi

Page 21: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

A. A. Navis

Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke

kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan akan

berhenti di dekat pasar. Maka kira-kira sekilometer dari

pasar akan sampailah Tuan di jalan kampungku. Pada

simpang kecil ke kanan, simpang yang kelima,

membeloklah ke jalan sempit itu.

Dan di ujung jalan nanti akan Tuan temui sebuah

surau tua. Di depannya ada kolam ikan, yang airnya

mengalir melalui empat buah pancuran mandi. Dan di

pelataran kiri surau itu akan Tuan temui seorang tua yang

biasanya duduk di sana dengansegala tingkah ketuaannya

dan ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun ia

sebagai garin, penjaga surau itu. Orang-orang

memanggilnya Kakek.

Sebagai penajag surau, Kakek tidak mendapat

apa-apa. Ia hidup dari sedekah yang dipungutnya sekali

se-Jumat. Sekali enam bulan ia mendapat seperempat

dari hasil pemungutan ikan mas dari kolam itu. Dan

sekali setahun orang-orang mengantarkan fitrah Id

kepadanya. Tapi sebagai garin ia tak begitu dikenal. Ia

Page 22: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

lebih di kenal sebagai pengasah pisau. Karena ia begitu

mahir dengan pekerjaannya itu. Orang-orang suka minta

tolong kepadanya, sedang ia tak pernah minta imbalan

apa-apa. Orang-orang perempuan yang minta tolong

mengasahkan pisau atau gunting, memberinya sambal

sebagai imbalan. Orang laki-laki yang minta tolong,

memberinya imbalan rokok, kadang-kadang uang. Tapi

yang paling sering diterimanya ialah ucapan terima kasih

dan sedikit senyum.

Tapi kakek ini sudah tidak ada lagi sekarang. Ia

sudah meninggal. Dan tinggallah surau itu tanpa

penjaganya. Hingga anak-anak menggunakannya sebagai

tempat bermain, memainkan segala apa yang disukai

mereka. Perempuan yang kehabisan kayu bakar, sering

suka mencopoti papan dinding atau lantai di malam hari.

Jika Tuan datang sekarang, hanya akan

menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian

yang bakal roboh. Dan kerobohan itu kian hari kian cepat

berlangsungnya. Secepat anak-anak berlari di dalamnya,

secepat perempuan mencopoti pekayuannya. Dan yang

terutama ialah sifat masa bodoh manusia sekarang, yang

tak hendak memelihara apa yang tidak di jaga lagi.

Page 23: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

Dan biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah

dongengan yang tak dapat disangkal

kebenarannya. Beginilah kisahnya.

Sekali hari aku datang pula mengupah Kakek.

Biasanya Kakek gembira menerimaku, karena aku suka

memberinya uang. Tapi sekali ini Kakek begitu muram.

Di sudut benar ia duduk dengan lututnya menegak

menopang tangan dan dagunya. Pandangannya sayu ke

depan, seolah-olah ada sesuatu yang yang mengamuk

pikirannya. Sebuah belek susu yang berisi minyak

kelapa, sebuah asahan halus, kulit sol panjang, dan pisau

cukur tua berserakan di sekitar kaki Kakek. Tidak pernah

aku melihat Kakek begitu durja dan belum pernah

salamku tak disahutinya seperti saat itu. Kemudian aku

duduk disampingnya dan aku jamah pisau itu. Dan aku

tanya Kakek,

"Pisau siapa, Kek?"

"Ajo Sidi."

"Ajo Sidi?"

Page 24: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

Kakek tak menyahut. Maka aku ingat Ajo Sidi, si

pembual itu. Sudah lama aku tak ketemu dia. Dan aku

ingin ketemu dia lagi. Aku senang mendengar bualannya.

Ajo Sidi bisa mengikat orang-orang dengan bualannya

yang aneh-aneh sepanjang hari. Tapi ini jarang terjadi

karena ia begitu sibuk dengan pekerjaannya. Sebagai

pembual, sukses terbesar baginya ialah karena semua

pelakupelaku yang diceritakannya menjadi model orang

untuk diejek dan ceritanya menjadi pameo akhirnya.

Ada-ada saja orang-orang di sekitar kampungku yang

cocok dengan watak pelaku-pelaku ceritanya. Ketika

sekali ia menceritakan bagaimana sifat seekor katak, dan

kebetulan ada pula seorang yang ketagihan menjadi

pemimpin berkelakuan seperti katak itu, maka untuk

selanjutnya pimpinan tersebut kami sebut pimpinan

katak.

Tiba-tiba aku ingat lagi pada Kakek dan kedatang

Ajo Sidi kepadanya. Apakah Ajo Sidi telah membuat

bualan tentang Kakek? Dan bualan itukah yang

mendurjakan Kakek? Aku ingin tahu. Lalu aku tanya

Kakek lagi. "Apa ceritanya, Kek?"

"Siapa?"

Page 25: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

"Ajo Sidi."

"Kurang ajar dia," Kakek menjawab.

"Kenapa?"

"Mudah-mudahan pisau cukur ini, yang kuasah

tajam-tajam ini, menggoroh tenggorokannya."

"Kakek marah?"

"Marah? Ya, kalau aku masih muda, tapi aku

sudah tua. Orang tua menahan ragam. Sudah lama aku

tak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku rusak

karenanya, ibadatku rusak karenanya. Sudah begitu lama

aku berbuat baik, beribadat, bertawakal kepada Tuhan.

Sudah begitu lama aku menyerahkan diri kepada-Nya.

Dan Tuhan akan mengasihi orang yang sabar dan

tawakal."

Ingin tahuku dengan cerita Ajo Sidi yang

memurungkan Kakek jadi memuncak. Aku tanya lagi

Kakek, "Bagaimana katanya, Kek?"

Tapi Kakek diam saja. Berat hatinya bercerita

barangkali. Karena aku telah berulang-ulang bertanya,

lalu ia yang bertanya padaku, "Kau kenal padaku, bukan?

Page 26: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

Sedari kau kecil aku sudah disini. Sedari mudaku, bukan?

Kau tahu apa yang kulakukan semua, bukan?

Terkutukkah perbuatanku? Dikutuki Tuhankah semua

pekerjaanku?"

Tapi aku tak perlu menjawabnya lagi. Sebab aku

tahu, kalau Kakek sudah membuka mulutnya, dia takkan

diam lagi. Aku biarkan Kakek dengan pertanyaannya

sendiri.

"Sedari muda aku di sini, bukan? Tak kuingat

punya isteri, punya anak, punya keluarga seperti orang

lain, tahu? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tak ingin

cari kaya, bikin rumah. Segala kehidupanku, lahir batin,

kuserahkan kepada Allah Subhanahu wataala. Tak pernah

aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan aku

membunuhnya. Tapi kini aku dikatakan manusia

terkutuk. Umpan neraka. Marahkah Tuhan kalau itu yang

kulakukan, sangkamu? Akan dikutukinya aku kalau

selama hidupku aku mengabdi kepada-Nya? Tak

kupikirkan hari esokku, karena aku yakin Tuhan itu ada

dan pengasih dan penyayang kepada umatnya yang

tawakal. Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul

beduk membangunkan manusia dari tidurnya, supaya

Page 27: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

bersujud kepada-Nya. Aku sembahyang setiap waktu.

Aku puji-puji Dia. Aku baca Kitab-Nya. Alhamdulillah

kataku bila aku menerima karunia-Nya. Astagfirullah

kataku bila aku terkejut. Masya Allah kataku bila aku

kagum. Apa salahnya pekerjaanku itu? Tapi kini aku

dikatakan manusia terkutuk."

Ketika Kakek terdiam agak lama, aku

menyelakan tanyaku, "Ia katakan Kakek begitu, Kek?"

"Ia tak mengatakan aku terkutuk. Tapi begitulah kira-

kiranya."

Dan aku melihat mata Kakek berlinang. Aku jadi

belas kepadanya. Dalam hatiku aku mengumpati Ajo Sidi

yang begitu memukuli hati Kakek. Dan ingin tahuku

menjadikan aku nyinyir bertanya. Dan akhirnya Kakek

bercerita lagi.

"Pada suatu waktu, ‘kata Ajo Sidi memulai, ‘di

akhirat Tuhan Allah memeriksa orang-orang yang sudah

berpulang. Para malaikat bertugas di samping-Nya. Di

tangan mereka tergenggam daftar dosa dan pahala

manusia. Begitu banyak orang yang diperiksa.

Maklumlah dimana-mana ada perang. Dan di antara

Page 28: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

orang-orang yang diperiksa itu ada seirang yang di dunia

di namai Haji Saleh. Haji Saleh itu tersenyum-senyum

saja, karena ia sudah begitu yakin akan di masukkan ke

dalam surga. Kedua tangannya ditopangkan di pinggang

sambil membusungkan dada dan menekurkan kepala ke

kuduk. Ketika dilihatnya orang-orang yang masuk

neraka, bibirnya menyunggingkan senyum ejekan. Dan

ketika ia melihat orang yang masuk ke surga, ia

melambaikan tangannya, seolah hendak mengatakan

‘selamat ketemu nanti’. Bagai tak habis-habisnya orang

yang berantri begitu panjangnya. Susut di muka,

bertambah yang di belakang. Dan Tuhan memeriksa

dengan segala sifat-Nya.

Akhirnya sampailah giliran Haji Saleh. Sambil

tersenyum bangga ia menyembah Tuhan. Lalu Tuhan

mengajukan pertanyaan pertama.

‘Engkau?’

‘Aku Saleh. Tapi karena aku sudah ke Mekah,

Haji Saleh namaku.’

‘Aku tidak tanya nama. Nama bagiku, tak perlu.

Nama hanya buat engkau di dunia.’

Page 29: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

‘Ya, Tuhanku.’

‘apa kerjamu di dunia?’

‘Aku menyembah Engkau selalu, Tuhanku.’

‘Lain?’

‘Setiap hari, setiap malam. Bahkan setiap masa

aku menyebut-nyebut nama-Mu.’

‘Lain.’

‘Ya, Tuhanku, tak ada pekerjaanku selain

daripada beribadat menyembah-Mu, menyebut-nyebut

nama-Mu. Bahkan dalam kasih-Mu, ketika aku sakit,

nama-Mu menjadi buah bibirku juga. Dan aku selalu

berdoa, mendoakan kemurahan hati-Mu untuk

menginsafkan umat-Mu.’

‘Lain?’

Haji Saleh tak dapat menjawab lagi. Ia telah

menceritakan segala yang ia kerjakan. Tapi ia insaf,

pertanyaan Tuhan bukan asal bertanya saja, tentu ada lagi

yang belum di katakannya. Tapi menurut pendapatnya, ia

telah menceritakan segalanya. Ia tak tahu lagi apa yang

harus dikatakannya. Ia termenung dan menekurkan

Page 30: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

kepalanya. Api neraka tiba-tiba menghawakan

kehangatannya ke tubuh Haji Saleh. Dan ia menangis.

Tapi setiap air matanya mengalir, diisap kering oleh

hawa panas neraka itu.

‘Lain lagi?’ tanya Tuhan.

‘Sudah hamba-Mu ceritakan semuanya, o, Tuhan

yang Mahabesar, lagi Pengasih dan Penyayang, Adil dan

Mahatahu.’ Haji Saleh yang sudah kuyu mencobakan

siasat merendahkan diri dan memuji Tuhan dengan

pengharapan semoga Tuhan bisa berbuat lembut

terhadapnya dan tidak salah tanya kepadanya.

Tapi Tuhan bertanya lagi: ‘Tak ada lagi?’

‘O, o, ooo, anu Tuhanku. Aku selalu membaca

Kitab-Mu.’

‘Lain?’

‘Sudah kuceritakan semuanya, o, Tuhanku. Tapi

kalau ada yang lupa aku katakan, aku pun bersyukur

karena Engkaulah Mahatahu.’

‘Sungguh tidak ada lagi yang kaukerjakan di

dunia selain yang kauceritakan tadi?’

Page 31: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

‘Ya, itulah semuanya, Tuhanku.’

‘Masuk kamu.’

Dan malaikat dengan sigapnya menjewer Haji

Saleh ke neraka. Haji Saleh tidak mengerti kenapa ia di

bawa ke neraka. Ia tak mengerti apa yang di kehendaki

Tuhan daripadanya dan ia percaya Tuhan tidak silap.

Alangkah tercengang Haji Saleh, karena di neraka

itu banyak teman-temannya di dunia terpanggang hangus,

merintih kesakitan. Dan ia tambah tak mengerti dengan

keadaan dirinya, karena semua orang yang dilihatnya di

neraka itu tak kurang ibadatnya dari dia sendiri. Bahkan

ada salah seorang yang telah sampai empat belas kali ke

Mekah dan bergelar syekh pula. Lalu Haji Saleh

mendekati mereka, dan bertanya kenapa mereka

dinerakakan semuanya. Tapi sebagaimana Haji Saleh,

orang-orang itu pun, tak mengerti juga.

‘Bagaimana Tuhan kita ini?’ kata Haji Saleh

kemudian, ‘Bukankah kita di suruh-Nya taat beribadat,

teguh beriman? Dan itu semua sudah kita kerjakan

selama hidup kita. Tapi kini kita dimasukkan-Nya ke

neraka.’

Page 32: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

‘Ya, kami juga heran. Tengoklah itu orang-orang

senegeri dengan kita semua, dan tak kurang ketaatannya

beribadat,’ kata salah seorang diantaranya.

‘Ini sungguh tidak adil.’

‘Memang tidak adil,’ kata orang-orang itu

mengulangi ucapan Haji Saleh.

‘Kalau begitu, kita harus minta kesaksian atas

kesalahan kita.’

‘Kita harus mengingatkan Tuhan, kalau-kalau Ia

silap memasukkan kita ke neraka ini.’

‘Benar. Benar. Benar.’ Sorakan yang lain

membenarkan Haji Saleh. ‘Kalau Tuhan tak mau

mengakui kesilapan-Nya, bagaimana?’ suatu suara

melengking di dalam kelompok orang banyak itu.

‘Kita protes. Kita resolusikan,’ kata Haji Saleh.

‘Apa kita revolusikan juga?’ tanya suara yang

lain, yang rupanya di dunia menjadi pemimpin gerakan

revolusioner.

Page 33: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

‘Itu tergantung kepada keadaan,’ kata Haji Saleh.

‘Yang penting sekarang, mari kita berdemonstrasi

menghadap Tuhan.’

‘Cocok sekali. Di dunia dulu dengan demonstrasi

saja, banyak yang kita perolah, ’sebuah suara menyela.

‘Setuju. Setuju. Setuju.’ Mereka bersorak

beramai-ramai.

Lalu mereka berangkatlah bersama-sama

menghadap Tuhan.

Dan Tuhan bertanya, ‘Kalian mau apa?’

Haji Saleh yang menjadi pemimpin dan juru

bicara tampil ke depan. Dan dengan suara yang

menggeletar dan berirama rendah, ia memulai pidatonya:

‘O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang

menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang paling taat

beribadat, yang paling taat menyembahmu. Kamilah

orang-orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji-

muji kebesaran-Mu,mempropagandakan keadilan-Mu,

dan lain-lainnya. Kitab-Mu kami hafal di luar kepala

kami. Tak sesat sedikitpun kami membacanya. Akan

tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa setelah kami Engkau

Page 34: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

panggil kemari, Engkau memasukkan kami ke neraka.

Maka sebelum terjadi hal-hal yang tak diingini, maka di

sini, atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami

menuntut agar hukuman yang Kaujatuhkan kepada kami

ke surga sebagaimana yang Engkau janjikan dalam

Kitab-Mu.’

‘Kalian di dunia tinggal di mana?’ tanya Tuhan.

‘Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia,

Tuhanku.’

‘O, di negeri yang tanahnya subur itu?’

‘Ya, benarlah itu, Tuhanku.’

‘Tanahnya yang mahakaya raya, penuh oleh logam,

minyak, dan berbagai bahan tambang lainnya, bukan?

‘Benar. Benar. Benar. Tuhan kami. Itulah negeri

kami.’ Mereka mulai menjawab serentak. Karena fajar

kegembiraan telah membayang di wajahnya kembali.

Dan yakinlah mereka sekarang, bahwa Tuhan telah silap

menjatuhkan hukuman kepada mereka itu.

‘Di negeri mana tanahnya begitu subur, sehingga

tanaman tumbuh tanpa di tanam?’

Page 35: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

‘Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.’

‘Di negeri, di mana penduduknya sendiri melarat?’

‘Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.’

‘Negeri yang lama diperbudak negeri lain?’

‘Ya, Tuhanku. Sungguh laknat penjajah itu,

Tuhanku.’

‘Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya, dan

diangkut ke negerinya, bukan?’

‘Benar, Tuhanku. Hingga kami tak mendapat apa-

apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.’

‘Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu

dengan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu

orang lain juga yang mengambilnya, bukan?’

‘Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda

itu kami tak mau tahu. Yang penting bagi kami ialah

menyembah dan memuji Engkau.’

‘Engkau rela tetap melarat, bukan?’

‘Benar. Kami rela sekali, Tuhanku.’

Page 36: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

‘Karena keralaanmu itu, anak cucumu tetap juga

melarat, bukan?’

‘Sungguhpun anak cucu kami itu melarat, tapi

mereka semua pintar mengaji. Kitab-Mu mereka hafal di

luar kepala.’

‘Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak

di masukkan ke hatinya, bukan?’

‘Ada, Tuhanku.’

‘Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat,

hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta

bendamu kaubiarkan orang lain mengambilnya untuk

anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi

antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku

beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih

suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan

peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh

engkau semuanya beramal kalau engkau miskin. Engkau

kira aku ini suka pujian, mabuk di sembah saja. Tidak.

Kamu semua mesti masuk neraka. hai, Malaikat, halaulah

mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya!"

Page 37: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

Semua menjadi pucat pasi tak berani berkata apa-

apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diridai

Allah di dunia. Tapi Haji Saleh ingin juga kepastian

apakah yang akan di kerjakannya di dunia itu salah atau

benar. Tapi ia tak berani bertanya kepada Tuhan. Ia

bertanya saja pada malaikat yang menggiring mereka itu.

‘Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami,

menyembah Tuhan di dunia?’ tanya Haji Saleh.

‘Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu

mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka,

karena itu kau taat sembahyang. Tapi engkau melupakan

kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak

isterimu sendiri, sehingga mereka itu kucar-kacir

selamanya. Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu

egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara

semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka sedikit

pun.’

Demikianlah cerita Ajo Sidi yang kudengar dari

Kakek. Cerita yang memurungkan Kakek.

Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah pagi-

pagi, istriku berkata apa aku tak pergi menjenguk.

Page 38: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

"Siapa yang meninggal?" tanyaku kaget.

"Kakek."

"Kakek?"

"Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di

suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia

menggorok lehernya dengan pisau cukur."

"Astaga! Ajo Sidi punya gara-gara," kataku

seraya cepat-cepat meninggalkan istriku yang

tercengang-cengang.

Aku cari Ajo Sidi ke rumahnya. Tapi aku

berjumpa dengan istrinya saja. Lalu aku tanya dia.

"Ia sudah pergi," jawab istri Ajo Sidi.

"Tidak ia tahu Kakek meninggal?"

"Sudah. Dan ia meninggalkan pesan agar

dibelikan kain kafan buat Kakek tujuh lapis."

"Dan sekarang," tanyaku kehilangan akal sungguh

mendengar segala peristiwa oleh perbuatan Ajo Sidi yang

tidak sedikit pun bertanggung jawab, "dan sekarang

kemana dia?"

Page 39: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

"Kerja."

"Kerja?" tanyaku mengulangi hampa.

"Ya, dia pergi kerja."

Setelah membaca cerpen diatas jawablah pertanyaan

berikut ini!

1. Apa tema cerpen yan telah anda baca?

2. Apa pesan yang ada di dalam cepen tesebut?

3. Analisislah standar budaya yang dapat anda

temukan di dalam cerpen tersebut!

4. Carilah cerpen yang mengandung standar budaya

berbeda!

Page 40: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

DAFTAR PUSTAKA

Navis, A. A. 2007. Robohnya Surau Kami. Jakarta

Gramedia Pustaka Utama

Rosidi, Ajip. 1982. Masalah Angkatan dan Periodisasi

Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya.

Rosidi, Ajip. 1982. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia

Modern. Yogyakarta IKIP Yogyakarta.

Jasssin, H.B. 1968. Angkatan 66: Prosa dan Puisi.

Jakarta: Gunung Agung.

www.kompas.com

www.id.wikipedia.org

Page 41: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

GLOSARIUM

Agal : serat kulit batang gebang (untuk dibuat

tali)

Biografi : riwayat hidup (seseorang) yg ditulis oleh

orang lain

Cepen : cerpen) merupakan cerita rekaan yang

memusakan pada satu tokoh dalam satu

situasi, hingga memberikan kesan tunggal

terhadap perkalian yang mebadasri cerita

tersebut.

Dimensi : ukuran (panjang, lebar, tinggi, luas, dsb)

Oase : oasis

Periodisasi : Periodisasi adalah pembagian menurut

zamannya, pembabakan (KBBI). Berikut

akan diuraikan lebih jelas.

Permadani : hamparan (karpet) yg dianyam dr bulu

domba dsb, biasanya berbunga-bunga;

ambal

Pingitan : yang dipingit

Semburat : memancarkan cahaya; bersinar:

Page 42: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

INDEKS

A

AA Navis

Absurd 2

Asia Raja 4

B

Biografi 19

C

Cerpen 2, 3, 4, 9, 19, 38, 39

D

Djawa Baroe 4

E

F

G

H

I

indeks

Page 43: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

J

K

L

M

N

O

P

Pedoman Masjarakat 4

Poedjangga baroe 4

Q

R

S

Sastra Melayu Lama 5

Sastra Indonesia Modern 5

Surau 19, 20, 22

Sisi 5, 17

T

Page 44: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

U

V

W

X

Y

Z

Page 45: pengembangan bahan ajar pelajaran bahasa indonesia

|

BIODATA SINGKAT

Witri Andriyani

(2101410109, rombel

4 )dilahirkan pada

tanggal 08 April 1992. Ia

menamatkan pendidikan

tingkat dasar di SDN 2

Candiwulan Mandiraja Banjarnegara

(2004), SMPN 2 Mandiraja (2007), SMAN

1 Purworejo Klampok Banjarnegara

(2010), dan sekarang penulis sedang

melanjutkan pendidikannya dan menjadi

seorang mahasiswa pada jurusan

Bahasa dan Sastra Indonesia, progrm

studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia di Universitas Negeri

Semarang.