Upload
others
View
28
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 1
Dosen Program Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 2 3
Pengembangan Bahan Ajar Fisika Pada Materi Gerak Harmonik Sederhana
(GHS) Berbasis Inquiry Di Kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau
Tiara Nindy Alisha1 Tri Ariani
2 Wahyu Arini
3
Program Studi Pendidikan Fisika STKIP-PGRI LUBUKLINGGAU
JL. Mayor Toha Kel. Air Kuti Telp. (0733) 451432 Lubuklinggau
E-Mail : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Fisika Pada Materi Gerak
Harmonik Sederhana (GHS) Berbasis Inquiry Di Kelas X SMA Negeri 1
Lubuklinggau”. Masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana Cara
Mengembangkan Bahan Ajar Fisika Pada Materi Gerak Harmonik Sederhana (GHS)
Berbasis Inquiry Di Kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau?, 2) Bagaimana
Karakteristik Bahan Ajar Fisika Berbasis Inquiry yang Dikembangkan Memenuhi
Sasaran Kevalidan, Kepraktisan dan Keefektifan Di Kelas X SMA 1 Negeri
Lubuklinggau?. Subjek penelitian ini terdiri dari 36 siswa kelas X MIPA 4 SMAN 1
Lubuklinggau yang diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling
dimana pengambilan subjek penelitian dilakukan secara acak. Pengumpulan data
dilakukan dengan teknik wawancara, angket dan tes. Pengembangan dilakukan dengan
menggunakan Model Sugiyono dengan 10 tahapan. Kevalidan bahan ajar dilakukan
dari 3 segi yaitu materi dengan persentase 76,57% pada kategori baik, segi tata bahasa
dengan persentase 83,33% termasuk kategori baik dan media dengan persentase
80,55% dengan kategori baik. Kepraktisan buku ajar mencapai 86,25% dengan
kategori sangat setuju. Keefektifan buku ajar dapat dilihat dari hasil tes ulangan siswa
mencapai 80,55% dengan siswa yang mendapat nilai >70 berjumlah 29 siswa dan
mendapat nilai <70 berjumlah 7 siswa. Dimana thitung = 2,7 dan ttabel = 1,689, karena
thitung > ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak. Oleh karena itu, bahan ajar pada materi
Gerak Harmonik Sederhana (GHS) berbasis inkuiri dapat dikatakan valid, praktis dan
efektif.
Kata kunci : Bahan Ajar, Model Inquiry, Research and Development.
ABSTRACT
This thesis is entitled "Development of Physics Teaching Materials on Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Based on Inquiry in Class X SMA Negeri 1 Lubuklinggau". The problems in this research are 1) How to Develop Physics Teaching Materials on Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Based on Inquiry in Class X SMA Negeri 1 Lubuklinggau? 2) How are the Characteristics of Inquiry-Based Physics Teaching Materials Developed to fulfill the Objectives of Validity, Practicality and Effectiveness In Class X SMAN 1 Lubuklinggau? The subjects of this research consisted of 36 students of class X MIPA 4 of SMAN 1 Lubuklinggau who were taken using simple random sampling technique in which the subjects were taken randomly. Data collection was carried out by interview, questionnaires and tests techniques. The
2
development was carried out using the Sugiyono Model with 10 aspects. The validity of teaching
materials used in 3 aspects, namely material with a percentage of 76.57% in the good category,
grammar with a percentage of 83.33% including both categories and media with a percentage of
80.55% with good categories. Practical textbooks reached 86.25% with strongly agree categories.
The effectiveness of textbooks can be seen from the results of students' test tests reaching 80.55%
with students who got> 70 scores totaling 29 students and got a score of <70 totaling 7 students.
Where is tcount = 2.7 and ttable = 1.689, because tcount >ttable then Ha is accepted and Ho is rejected.
Therefore, instructional materials in inquiry-based Gerak Harmonik Sederhana (GHS) material
can be said to be valid, practical and effective.
Keywords: Teaching Materials, Inquiry Model, Research and Development.
PENDAHULUAN
Ada beberapa alasan mengapa guru
harus mengembangkan buku ajar. Salah
satunya adalah ketersediaan alat pembelajaran
yang harus sesuai dengan kurikulum dan
pemecahan berbagai masalah. Guru berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran di
sekolah salah satunya dengan menggunakan
buku ajar. Buku ajar pun bisa memberikan
dampak yang positif bagi siswa karena
dengan adanya buku ajar siswa mampu untuk
bisa belajar dengan mandiri. Tanpa
menggunakan buku ajar mustahil suatu
pembelajaran akan terlaksana dengan baik.
Berdasarkan wawancara yang telah
dilakukan diketahui bahwa siswa susah untuk
mengingat rumus fisika dikarenakan guru
mengajar dengan cara mencatat sehingga
siswa tidak ikut terlibat secara aktif dalam
pembelajaran. Siswa ternyata lebih menyukai
pembelajaran secara aktif seperti praktikum
ataupun diskusi. Pembelajaran fisika yang
dilakukan menggunakan bantuan berupa buku
ajar yang berasal dari cetakan yang sudah ada,
akibatnya mereka tidak suka membaca buku
tersebut karena bahasa yang digunakan sulit
untuk dimengerti siswa. Kurikulum yang
digunakan ini lebih menuntut kepada
keaktifan siswa dalam mencari dan
menemukan informasi sendiri mengenai
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari permasalahan yang dihadapi
dinamakan dengan model pembelajaran
Inkuiri. Trianto (2009:166) inkuiri yang
dalam bahasa inggrisnya Inquiry, berarti
pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan.
Inkuiri sebagai proses umum yang dilakukan
manusia untuk mencari atau memahami
informasi. Hal ini dikarenakan model-model
pemrosesan informasi menekankan pada
bagaimana seseorang berpikir dan bagaimana
dampaknya terhadap cara-cara mengolah
informasi. Tujuan model pembelajaran Inquiry, yaitu memberi kesempatan siswa
untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran
dengan menemukan jawaban atas
permasalahan yang ada dengan melibatkan
banyak hal seperti pencarian informasi,
eksperimen maupun diskusi yang
memberikan peluang kepada siswa untuk bisa
menyelesaikan suatu masalah dengan
pemikiran mereka sendiri.
Tujuan penelitian yang ingin dicapai
oleh peneliti dalam penelitian ini adalah: 1)
untuk mengetahui cara mengembangkan
bahan ajar fisika pada materi Gerak Harmonik
Sederhana (GHS) berbasis Inquiry di kelas X
SMA Negeri 1 Lubuklinggau. dan 2) untuk
mengetahui karakteristik bahan ajar fisika
berbasis Inquiry yang dikembangkan
memenuhi sasaran kevalidan, kepraktisan dan
keefektifan di kelas X SMA Negeri 1
Lubuklinggau.
KAJIAN TEORITIK
PENELITIAN PENGEMBANGAN
Sudjana (dalam Trianto, 2011:81) untuk
melaksanakan pengembangan perangkat
diperlukan model-model pengembangan yang
sesuai dengan sistem pendidikan. Sehubungan
dengan itu ada beberapa model
pengembangan pengajaran yang biasanya
digunakan dalam suatu penelitian
pengembangan baik pada pengembangan
pendidikan, teknologi, sosial maupun keadaan
3
sejarah. Dalam pengembangan perangkat
pembelajaran dikenal 3 macam model
pengembangan perangkat, yaitu Model Dick-
Carey, Model Four-D dan Model Kemp.
Selain itu terdapat juga model Sugiyono.
Sugiyono (2012:407) menyatakan bahwa
metode penelitian dan pengembangan atau
Bahasa Inggris nya Research And
Development adalah metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu, dan menguji keefektifan produk
tersebut.
Model pengembangan yang digunakan
adalah model Sugiyono. Langkah-langkah
pengembangan model Sugiyono ada 10
tahapan mulai dari potensi dan masalah,
pengumpulan data, desain produk, validasi
desain, revisi desain, uji coba produk, revisi
produk, uji coba pemakaian, revisi produk
dan produksi massal.
Gambar 1 Langkah-langkah penggunaan
model pengembangan Sugiyono Model pengembangan buku ajar yang
akan dipakai yaitu menggunakan model Sugiyono karena revisi yang berlapis terhadap produk yang dikembangkan dan langkah pengembangan yang tidak begitu rumit. Namun model pengembangan Sugiyono memakan banyak biaya bagi produk akhir yang akan diproduksi massal, sehingga peneliti hanya mengembangkan buku ajar pada tahap ke-9 yaitu revisi produk tanpa ikut memproduksi massal dari buku ajar yang dikembangkan berbasis inkuiri pada materi Gerak Harmonik Sederhana (GHS).
BUKU AJAR
Millah dkk (dalam Pambudiono dkk,
2016:1077) buku ajar merupakan seperangkat
materi substansi pelajaran yang disusun
secara sistematis menampilkan keutuhan dari
kompetensi yang akan dikuasai oleh siswa
dalam kegiatan pembelajaran. Prianto (dalam
Perwiraningtyas, 2017:20) buku ajar
merupakan salah satu bentuk bahan cetak
yang dapat dikembangkan sebagai sumber
belajar. Buku ajar dapat digunakan sebagai
salah satu sumber acuan bagi pendidik dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
Sedangkan menurut Bacon (dalam Hanifah,
2014:104) buku ajar adalah buku yang
dirancang untuk penggunaan di kelas dengan
cermat disusun dan dipersiapkan oleh pakar
atau para ahli dalam bidang tertentu dan
dilengkapi dengan sarana-sarana
pembelajaran yang relevan dan serasi.
Artinya dengan kata lain dapat
disimpulkan bahwa buku ajar adalah suatu
alat yang digunakan dalam proses belajar
mengajar yang telah disusun secara sistematis
yang berisi materi yang akan diajarkan yang
disesuaikan dengan sarana yang telah
disediakan. Menurut Greeny dan Petty (dalam
Hanifah, 2014:106-107) fungsi buku ajar
yaitu penyajian buku ajar mencerminkan
suatu sudut pandang sehingga dapat dengan
mudah untuk mengaplikasikan dalam proses
pembelajaran. Buku ajar ini nantinya akan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatan
penelitian kedepannya. Buku ajar dapat
digunakan dalam berbagai jenjang pendidikan
termasuk dalam jenjang pendidikan tinggi.
Dalam proses pembelajaran tentu mempunyai
tujuannya yaitu untuk bisa mencapai hasil
pembelajaran yang maksimal sesuai dengan
indikator materi yang akan diajarkan melalui
buku ajar. Dalam suatu kelas terdapat
berbagai ragam siswa baik dari segi
kecerdasan, emosional, budaya, bahasa, dan
sebagainya yang menuntut guru untuk bisa
berperan aktif dalam meningkatkan hasil
belajar siswa.
Adapun kualitas pengembangan buku
ajar yang baik dilihat dari tingkat kevalidan,
kepraktisan dan keefektifan nya. Ada
beberapa indikator yang terdapat pada tingkat
kevalidan, kepraktisan dan keefektifan yang
dijelaskan seperti berikut ini.
1. Kevalidan
Mukarramah dkk (2016:123) validasi
dapat dilihat dari validasi isi dan validasi
konstruk (tampilan). Validasi isi terdiri
4
dari aspek kualitas isi, organisasi, evaluasi
dan kebahasaan. Sedangkan validasi
tampilan terdiri dari konsistensi, format,
daya tarik, bentuk dan gaya huruf. Oleh
sebab itu dibutuhkan ahli/ pakar untuk
menilai kevalidan perangkat pembelajaran
yang dikembangkan. Perangkat dikatakan
valid jika validator memberikan penilaian
dengan rata-rata skor berada pada kriteria
baik atau sangat baik (Rudyanto, 2014:44).
2. Kepraktisan
Sudirta (dalam Widya dkk,
2017:166) kepraktisan perangkat
pembelajaran dapat dilihat dari
keterlaksanaan perangkat pembelajaran.
Farda dkk (2016:40) kepraktisan bahan
ajar cetak juga dapat dilihat dari tanggapan
atau respons peserta didik dan respons
guru. Perangkat dikatakan praktis jika
respon guru dan siswa berada pada kriteria
baik atau sangat baik (Rudyanto, 2014:45).
3. Keefektifan
Jannah dkk (2016:1200)
keefektifan ditinjau dari hasil belajar
kognitif produk. Keefektifan bahan ajar
yang diperoleh dari hasil belajar kognitif
produk ini juga didukung oleh data
validitas dan data kepraktisan bahan ajar
yang dikembangkan. Mukarrahmah
(2016:124) untuk mengetahui efektif
tidaknya suatu proses pembelajaran dapat
dilihat dari tes hasil belajar siswa.
MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY
Inkuiri lebih menekankan kepada
pembelajaran sains dimana siswa menjadi
terampil dalam memperoleh dan menganalisis
informasi yang didapat. Informasi yang
didapat merupakan jawaban dari rumusan
permasalahan yang diajukan. Rumusan
masalah tersebut bisa diselesaikan dengan
berbagai cara seperti melakukan
percobaan/praktikum, eksperimen ataupun
diskusi. Model ini membuat siswa berpikir
lebih kreatif untuk memecahkan masalah
karena bisa merancang, menemukan dan
membuktikan jawaban yang diberikan. Trianto (2009:166) inkuiri berarti
pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai proses umum yang dilakukan
manusia untuk mencari atau memahami informasi. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah 1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, 2) keterarahan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran, 3) mengembangkan sikap percaya diri pada siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Gulo (dalam Dewi, 2014:87) metode inkuiri melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga peserta didik dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Trianto (2009:169) ada beberapa prosedur atau langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar-mengajar model inkuiri yaitu: 1) mengajukan pertanyaan atau permasalahan, 2) merumuskan hipotesis, 3) mengumpulkan data, 4) analisis data dan 5) membuat kesimpulan.
Kelebihan-kelebihan penerapan Inquiry (Anam, 2016:15) adalah : 1) siswa belajar tentang hal-hal penting namun mudah dilakukan, siswa didorong untuk melakukan, bukan hanya duduk, diam dan mendengarkan, 2) tema yang dipelajari tidak terbatas, bisa bersumber dari mana saja, buku pelajaran, pengalaman siswa/guru, internet, media elektronik, 3) siswa akan menjadi pembelajar aktif, out of the box, siswa akan belajar karena mereka membutuhkan, bukan sekedar kewajiban. sehingga dengan adanya kegiatan keaktifan membuat siswa lebih mudah dalam mengerti tentang materi yang diajarkan, 4) dengan melakukan observasi dan eksperimen siswa memiliki peluang besar untuk melakukan penemuan. Siswa akan segera mendapat hasil dari materi atau topik yang mereka pelajari. Kelemahan-kelemahan penerapan model pembelajaran Inquiry yang biasanya diterapkan di dalam kelas antara lain (Faizi, 2013:160): 1) memerlukan persiapan dan kemampuan berpikir yang tinggi dan 2) membutuhkan peralatan dan fasilitas yang memadai.
METODOLOGI PENELITIAN
Model pengembangan yang digunakan
untuk mengembangkan buku ajar fisika
berbasis inkuiri menerapkan model
pengembangan Sugiyono. Adapun langkah
dari pengembangan model Sugiyono terdapat
10 tahapan yaitu: tahap potensi dan masalah,
5
pengumpulan data, desain produk, validasi
desain, revisi desain, uji coba produk, revisi
produk, uji coba pemakaian, revisi produk
dan produksi massal, namun peneliti hanya
menggunakan 9. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan angket,
wawancara dan tes. Adapun instrumen yang
digunakan untuk melihat kelayakan dan
keefektifan buku ajar yang dikembangkan
yaitu menggunakan, angket kevalidan, angket
kepraktisan, wawancara dan soal tes.
Dalam mengembangkan buku ajar ini
peneliti mendesain produk menggunakan
photoshop dan Ms. Word. Dimana hasil dari
desain yang dilakukan oleh peneliti harus
melalui tahap FGD yang dilakukan oleh Ibu
Ida Kurnia, M.Pd dan Bapak Ahmad Amin,
M.Si. FGD dilakukan guna untuk bisa saling
bertukar pikiran antara peneliti dengan tim
FGD agar produk yang dikembangkan
semakin baik sebelum produk tersebut akan
divalidasi oleh para validator yang ahli di
bidangnya masing-masing. Validator yang
akan memvalidasi buku ajar yang
dikembangkan adalah ahli materi oleh bapak
Yaspin Yolanda, M.Pd.Si dan ibu Ida
Silpiani, S.Pd, ahli tata bahasa dilakukan oleh
ibu Dr. Yohanna Satinem, M.Pd serta ahli
media dilakukan oleh bapak Dodik Mulyono,
M.Pd. Peneliti menggunakan desain One Shot
Case Study dimana peneliti hanya melihat hasil akhir dari sebuah penelitian. Peneliti melakukan 3 tahap pengujian yaitu dengan menggunakan One To One, uji kelompok terbatas dan uji kelompok luas. Pada uji perorangan peneliti menggunakan lembar wawancara dengan 3 orang siswa kelas X MIPA 3, kemudian memberikan angket dengan 9 orang siswa kelas X MIPA 6. Angket ini berisi 10 pernyataan yang harus diberikan tanggapan oleh siswa dan guru. Pada akhirnya tahap uji coba kelompok luas dilakukan di kelas X MIPA 4 SMAN 1 Lubuklinggau dengan menggunakan 10 soal tes sebagai instrumen pengujian keefektifan produk.
Untuk menghitung skor angket menggunakan rumus:
Persentase = d e e
x 100 %
Persentase ketuntasan menurut
Fatmawati (2016:97) ada 2 yaitu ketuntasan
individual dan ketuntasan klasikal.
Persentase ketuntasan individual :
N = d d
x 100%
Persentase ketuntasan klasikal:
N =
e x 100%\
Untuk menguji hipotesis tersebut dapat
menggunakan t-test satu sampel dengan
rumus sebagai berikut:
t = ̅–
√
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan 1 bahasan
materi yaitu materi Gerak Harmonik
Sederhana (GHS) dengan menerapkan model
inkuiri pada bahan ajar yang dikembangkan.
Pembelajaran dilakukan 1 kali dalam 1
minggu dengan menggunakan 3 x 40 menit
setiap satu kali pertemuan. Penelitian
dilakukan selama 3 minggu sehingga peneliti
harus bisa memanfaatkan waktu yang sedikit
untuk mencapai keterlaksanaan pembelajaran
yang maksimal.
Buku ajar ini didesain dengan
menggunakan bantuan Ms. Word dan
Photoshop. Buku ajar dibuat berbeda dengan
buku lainnya dan bisa menarik perhatian
siswa sehingga buku ajar harus didesain
sebagus mungkin untuk mendapatkan hasil
pengembangan buku ajar yang maksimal.
Siswa biasanya lebih tertarik pada
penggunaan gambar dan warna yang terdapat
di dalam buku karena hal tersebut membuat
kesan buku ajar tersebut tidak terlalu sulit dan
membosankan. Gambar-gambar tersebut
ditujukan agar siswa bisa merumuskan
masalah dan menjawab sendiri masalah yang
dihadapi siswa sesuai dengan model
pembelajaran yang digunakan. Buku ajar yang dikembangkan terdiri
dari buku guru dan buku siswa. Buku guru
6
dan buku siswa sebenarnya sama namun ada perbedaan sedikit pada kedua buku tersebut. Pada buku guru terdapat soal evaluasi dan penyelesaian dari soal latihan dan soal evaluasi serta LKP yang lengkap namun pada buku siswa hanya terdapat soal latihan, tidak ada penyelesaian untuk soal latihan dan juga tidak terdapat soal evaluasi beserta penyelesaiannya serta penyajian LKP yang belum lengkap.
Buku ajar yang dikembangkan telah melalui beberapa tahap demi memperoleh buku ajar final yang dapat digunakan dalam penelitian yang sebenarnya. Berikut penjelasan mengenai tahap demi tahap dalam memperoleh buku ajar final.
Buku Ajar Draft 1 Pada bagian ini peneliti telah membuat
buku ajar berbasis inkuiri namun belum divalidasi dan dinilai oleh para validator dengan materi Gerak Harmonik Sederhana (GHS) untuk kelas X MIPA SMAN 1 Lubuklinggau. Buku ini telah dibuat dengan meletakkan sintaks pembelajaran inkuiri didalamnya. Berikut tabel yang memaparkan isi dari buku ajar draft 1.
Cover buku ajar
Isi buku ajar
Peta konsep buku
ajar
LKP buku ajar
Gambar 2 Buku Ajar Draft 1
Setelah buku ajar draft 1 ini selesai di
desain maka buku ajar ini diberikan pada tim
FGD untuk dinilai dan diberikan komentar
sesuai dengan isi dari buku ajar yang
dikembangkan. Tim FGD ini terdiri dari 2
orang yaitu 1 orang dosen fisika yaitu bapak
Ahmad Amin, M.Si dan 1 orang guru fisika
SMAN 1 Lubuklinggau yaitu ibu Ida Kurnia,
M.Pd.
Buku Ajar Draft 2
Setelah buku ajar yang dikembangkan
diberikan pada tim FGD maka buku ajar akan
direvisi sesuai dengan saran dan komentar
yang diberikan oleh tim FGD sebelum buku
ajar berbasis inkuiri divalidasi oleh tim
validator. Berikut tabel yang memaparkan isi
dari buku ajar draft 2.
Cover depan buku
ajar
Cover belakang
buku ajar
Isi buku ajar
Peta konsep buku
ajar
7
LKP buku ajar
Isi buku ajar
Gambar 3 Buku Ajar Draft 2
Setelah buku ajar draft 2 ini selesai di
desain maka buku ajar ini diberikan pada tim
validator untuk divalidasi dan diberikan
komentar sesuai dengan isi dari buku ajar
yang dikembangkan. Ada 3 aspek yang harus
divalidasi yaitu materi, tata bahasa dan media.
Tim validator ini terdiri dari 4 orang yaitu 1
orang dosen fisika yaitu bapak Yaspin
Yolanda, M.Pd.Si dan 1 orang guru fisika
SMAN 1 Lubuklinggau yaitu ibu Ida Silpiani,
S.Pd sebagai validator materi, 1 orang dosen
bahasa indonesia yaitu Ibu Dr. Yohanna
Satinem, M.Pd, dan 1 orang dosen
matematika yaitu bapak Dodik Mulyono,
M.Pd.
Buku Ajar Final
Setelah buku ajar berbasis inkuiri draft
1 dan draft 2 diberikan penilaian dan
divalidasi maka buku ajar siap untuk diuji
cobakan dalam penelitian. Berikut tabel yang
memaparkan isi dari buku ajar final.
Cover depan buku
ajar final
Cover belakang buku
ajar final
Isi buku ajar final
Konsep buku ajar
final
Isi buku ajar final
Isi buku ajar final
Gambar 4 Buku Ajar Final
Setelah draft final selesai maka buku
ajar ini di uji cobakan di SMAN 1
Lubuklinggau. Buku ajar ini menurut para
validator dan tim FGD telah layak untuk
diproduksi dan hasil penilaian dari mereka
sudah baik dalam proses pengembangan buku
ajar pada materi Gerak Harmonik Sederhana
(GHS) berbasis inkuiri. Terlihat dari tabel
diatas bahwa semua tampilan telah dijelaskan
dan dipaparkan dengan baik sesuai dengan
saran dan komentar yang diberikan oleh para
ahli.
KELAYAKAN BUKU AJAR
Kelayakan dari buku ajar berbasis
inkuiri yang dikembangkan harus melalui
tahap validasi terlebih dahulu sebelum buku
yang dikembangkan di uji cobakan pada saat
penelitian. Pemvalidasian tersebut dilakukan
oleh para ahli dibidangnya masing-masing.
8
Validasi dilakukan dari 3 aspek yaitu materi,
tata bahasa, media. Ketiga aspek ini dinilai
oleh 4 orang ahli yaitu 2 orang ahli materi
dari dosen Fisika dan guru fisika SMAN 1
Lubuklinggau, 1 orang ahli tata bahasa dari
dosen Bahasa Indonesia dan 1 orang ahli
media dari dosen Matematika. Ahli materi
adalah dosen Fisika yaitu bapak Yaspin
Yolanda, M.Pd.Si dan guru Fisika SMAN 1
Lubuklinggau yaitu ibu Ida Silpiani, S.Pd,
ahli tata bahasa adalah dosen Bahasa
Indonesia yaitu ibu Dr. Yohanna Satinem,
M.Pd serta ahli media adalah dosen
Matematika yaitu bapak Dodik Mulyono,
M.Pd.
Para ahli yang merupakan dosen dari
STKIP-PGRI Lubuklinggau tersebut
merupakan orang-orang yang disarankan oleh
pihak LP4MK STKIP-PGRI Lubuklinggau
untuk bisa memberikan saran dan komentar
serta penilaian mereka terhadap buku ajar
yang dikembangkan berbasis inkuiri. Untuk
guru fisika SMAN 1 Lubuklinggau dipilih
langsung oleh peneliti sendiri. Instrumen yang
digunakan dalam bagian validasi ini adalah
berupa angket terbuka yang mana para ahli
nantinya bisa memberikan komentar dan
saran sesuai dengan apa yang ada di pikiran
mereka sendiri.
Penilaian dari dosen fisika yaitu bapak
Yaspin Yolanda, M.Pd.Si dan guru fisika
yaitu ibu Ida Silpiani, S.Pd yang ada di
SMAN 1 Lubuklinggau terhadap buku ajar
yang dikembangkan dari segi materi dapat
diakumulasikan menjadi 76,57% yang
termasuk kedalam kategori baik. Dengan
melihat hasil persentase yang didapatkan dari
para ahli materi maka buku ajar yang
dikembangkan dapat diakatakan layak dari
segi materi. Selanjutnya buku ajar yang sudah
melalui tahap validasi materi maka akan
diajukan pada ahli tata bahasa.
Hasil tanggapan dari dosen ahli tata
bahasa yaitu ibu Dr. Yohanna Satinem, M.Pd
untuk buku ajar berbasis inkuiri mendapatkan
skor 20 yang termasuk kedalam kategori baik
dengan persentase 83,33% sehingga buku ajar
layak untuk digunakan dari segi tata bahasa.
Maka dengan melihat hal tersebut buku
tersebut ternyata sudah dapat digunakan
dalam penelitian namun harus melalui satu
tahapan lagi. Tahapan tersebut adalah
pengujian dari segi media.
Hasil tanggapan dari dosen ahli media
yaitu bapak Dodik Mulyono, M.Pd untuk
buku ajar berbasis inkuiri mendapatkan skor
29 yang termasuk kedalam kategori baik
dengan persentase 80,55% sehingga buku ajar
layak untuk digunakan dari segi media.
Karena buku yang dikembangkan sudah
melalui beberapa tahapan pengujian maka
buku sudah siap untuk di uji cobakan dalam
pelaksanaan penelitian. Penelitian ini
dilakukan di SMA Negeri 1 Lubuklinggau.
Dari hasil evaluasi melalui 4 para ahli
yang meliputi segi tata bahasa, media maupun
materi persentase yang dicapai untuk melihat
tingkat kevalidan buku ajar yang
dikembangkan adalah 80,15% dan termasuk
kategori baik sehingga layak untuk digunakan
dengan tetap melakukan revisi sesuai dengan
saran dan komentar yang diberikan. Karena
hasil validasi telah dikatakan baik maka buku
bisa diproduksi masal. Berikut hasil
rekapitulasi penilaian oleh para validator :
Tabel 1. Hasil Rekapitulasi Validasi
KEPRAKTISAN BUKU AJAR
Kepraktisan dilakukan dengan
melakukan uji coba terhadap siswa kelas X
SMA Negeri 1 Lubuklinggau. Uji coba
dilakukan dengan menggunakan uji One To
One, uji kelompok terbatas dan uji kelompok
luas. Pengujian dilakukan pada kelas yang
berbeda. Dimana setiap melakukan pengujian
jumlah subjek yang digunakan berbeda-beda.
Uji one to one dilaksanakan pada hari
senin, tanggal 23 Juli 2018 di kelas X MIPA 3
dengan 3 orang siswa. Uji coba ini dilakukan
di perpustakaan SMAN 1 Lubuklinggau. Hal-
hal yang dilakukan saat sebelum melakukan
wawancara terhadap siswa maka peneliti
9
memberikan arahan seperti meminta siswa
untuk melihat atau membaca sekilas tentang
buku ajar berbasis inkuiri yang dikembangkan
± 5 menit. Buku ajar yang dikembangkan bisa
dikatakan baik dilihat dari segi keterbacaan,
produk yang dihasilkan praktis dan materi
yang disajikan mudah dipahami. Pada uji
coba ini peneliti menggunakan lembar
wawancara dalam menilai kepraktisan dari
buku ajar yang dikembangkan. Uji one to one
dilaksanakan untuk melihat respon siswa
terhadap kepraktisan dari buku ajar berbasis
inkuiri yang dikembangkan.
Dari ketiga respon wawancara di atas
terdapat penilaian terhadap 3 indikator, yaitu :
a) desain buku ajar, b) kemudahan
pemahaman materi, dan c) keterbacaan
materi. Pelaksanaan uji coba one to one
dilakukan guna untuk melihat kepraktisan dari
buku ajar berbasis inkuiri yang
dikembangkan. Pelaksanaan uji coba one to
one dilakukan dengan 3 orang siswa yang
menyatakan bahwa buku ajar berbasis inkuiri
sudah sangat menarik. Materi yang disajikan
mudah dipahami karena ada penjelasannya
beserta gambar yang menarik dan bisa
memotivasi siswa dalam belajar. Guna
kebaikan buku ajar berbasis inkuiri yang
dikembangkan, hasil dari wawancara dengan
3 orang siswa menyatakan tidak ada saran
ataupun masukan terhadap buku ajar yang
dikembangkan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa buku ajar bisa digunakan tanpa ada
revisi dan dilanjutkan dengan uji coba
kelompok terbatas.
Uji coba kelompok terbatas dilakukan
pada tanggal 24 Juli 2018 hari selasa di kelas
X MIPA 6 di perpustakaan sekolah dengan 9
orang siswa yang diambil berdasarkan 3
tingkatan mulai dari yang tinggi, sedang dan
rendah dengan menggunakan angket berskala
Likert yang didalamnya terdapat 10
pernyataan yang harus ditanggapi dan
dikomentari oleh siswa dengan keterangan
penilaian, STS = Sangat Tidak Setuju, TS =
Tidak Setuju, S = Setuju, SS = Sangat Setuju.
Pada penilaian angket terdapat kategori positif
dan negatif gunanya untuk melihat tanggapan
tentang pernyataan positif dan negatif yang
diberikan oleh peneliti.
Hal-hal yang dilakukan oleh peneliti
untuk mendapakan respon siswa
menggunakan angket yaitu : meminta siswa
untuk melihat dan membaca sekilas buku ajar
berbasis inkuiri sekitar ± 5 menit. Uji coba
kelompok terbatas juga digunakan untuk
melihat tingkat kepraktisan dari buku ajar
yang dikembangkan dengan menggunakan
angket berjenis terbuka.
Angket yang diberikan untuk penilaian
buku ajar berbasis inkuiri indikatornya sama
seperti lembar wawancara yaitu, a)
kemenarikan bahan pembelajaran fisika, b)
keterbacaan materi, dan c) kemudahan
pemahaman materi. Pada angket ini, semua
siswa memberikan komentar dan saran
terhadap buku ajar berbasis inkuiri.
Hasil respon siswa terhadap
kepraktisan buku yang dikembangkan
menyatakan bahwa siswa yang setuju
memiliki persentase 66,67% dan siswa yang
sangat setuju jika buku tersebut sangat praktis
digunakan dalam pembelajaran persentasenya
mencapai 33,33%, sedangkan untuk kategori
kurang setuju dan sangat tidak setuju tidak
ada siswa yang memiliki pernyataan tersebut.
Hasil persentase respon siswa pada uji coba
kelompok terbatas dengan menggunakan
angket dapat dijabarkan pada gambar diagram
berikut.
Gambar 5. Persentase Respon Kepraktisan
Siswa Secara Klasikal
Angket respon pada kelompok terbatas
bukan hanya diberikan pada siswa saja
melainkan juga kepada guru fisika yaitu Ibu
Ida Kurnia, M.Pd untuk bisa memberikan
komentar dan tanggapan terhadap buku ajar
berbasis inkuiri yang nantinya akan dianalisis
10
guna melihat tingkat kepraktisan dari buku
ajar yang dikembangkan. Berdasarkan angket
yang diberikan pada guru terdapat saran untuk
perbaikan buku ajar kedepannya. Melalui
instrumen angket yang diberikan pada guru
maka peneliti bisa mengetahui hal-hal yang
harus diperbaiki dan direvisi kembali untuk
mendapatkan buku ajar yang baik dan bisa
diuji cobakan ke dalam kelompok luas.
Dari uji coba yang dilakukan terhadap
siswa dan guru dengan menggunakan angket
didapatkan hasil data kepraktisan buku ajar
fisika pada materi Gerak Harmonik Sederhana
(GHS) berbasis inkuiri di kelas X SMAN 1
Lubuklinggau yaitu perlu ada perbaikan lagi
untuk kedepannya dimana buku ajar yang
sudah diperbaiki akan di uji cobakan
dikelompok luas. Data yang dimaksud dapat
dilihat sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Rekapitulasi Penilaian Angket
Kepraktisan Kelompok Kecil
Uji coba kelompok luas tujuannya yaitu
untuk melihat tingkat kepraktisan dan
keefektifan dari buku ajar yang
dikembangkan. Kelas X MIPA 4 dijadikan
sebagai sampel dalam penelitian dengan
pengambilan sampel secara simple random
sampling. Teknik sampling ini diberi nama
demikian karena di dalam pengambilan
e , e e “ e c ” b e -
subjek di dalam populasi sehingga semua
subjek dianggap sama (Arikunto, 2010:177).
Pada uji coba kelompok luas masih
melakukan uji kepraktisan terhadap buku ajar
yang dikembangkan.
Uji coba pemakaian untuk melihat
kepraktisan diberikan ke kelas X MIPA 4
SMAN 1 Lubuklinggau dilaksanakan pada
hari rabu, 25 Juli 2018 yang melibatkan 36
siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki 20
siswa perempuan. Pelaksanaan pengerjaan
angket respon kepraktisan dilakukan saat
pembelajaran belum dimulai di dalam kelas
pada jam 07.00 WIB pada pertemuan
pertama.
Uji coba dilakukan kembali karena
adanya saran dari kelompok terbatas
mengenai buku ajar fisika pada materi Gerak
Harmonik Sederhana (GHS) berbasis inkuiri.
Angket yang diberikan sama dengan angket
yang diberikan pada kelompok terbatas dan
siswa dianjurkan untuk mengisi saran atau
komentar di tempat yang telah disediakan.
Dalam hal ini tidak ada lagi saran mengenai
buku ajar namun terdapat beberapa komentar
mengenai buku ajar yang dikembangkan.
Komentar yang diberikan berasal dari 11
siswa di kelas X MIPA 4 SMAN 1
Lubuklinggau.
Gambar 6. Persentase Respon Kepraktisan
Siswa Secara Klasikal
Selain siswa, ibu Ida Kurnia, M.Pd juga
turut kembali memberikan penilaian terhadap
buku ajar yang telah diperbaiki saat jam
istirahat di ruang guru. Saran dan masukkan
untuk perbaikan buku ajar kedepannya sudah
tidak ada lagi karena komentar yang diberikan
merupakan tanggapan persetujuan atas semua
indikator yang telah ada di dalam buku ajar.
Dari hasil perhitungan angket kelompok
luas didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Rekapitulasi Penilaian Angket
Kepraktisan Kelompok Luas
11
Dikarenakan angket yang diberikan
terjadi 2 kali maka perlu diketahui nilai rata-
rata untuk melihat persentase kepraktisan
terhadap buku ajar fisika pada materi Gerak
Harmonik Sederhana (GHS) berbasis inkuiri
di kelas X. Berikut hasil analisis data dari
penjumlahan nilai angket kelompok terbatas
dan angket kelompok luas:
Tabel 4. Hasil Rekapitulasi Penilaian Angket
Kepraktisan
Berdasarkan perhitungan diatas terlihat
bahwa buku ajar berbasis inkuiri yang
dikembangkan telah layak dan dapat
digunakan dalam proses pembelajaran di
sekolah karena buku tersebut terbukti sangat
praktis dengan persentase 86,25% dengan
kategori sangat setuju.
KEEFEKTIFAN BUKU AJAR
Santosa (2016:39) keefektifan
merupakan faktor penting dalam
pembelajaran. Keefektifan menunjukkan
ketercapaian tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dalam suatu pembelajaran apakah
sudah sesuai dengan indikator yang telah
dijabarkan. Sardiman (dalam Trianto,
2009:20) menyatakan bahwa keefektifan
adalah hasil guna yang diperoleh setelah
pelaksanaan proses belajar mengajar.
Vembrianto (dalam Widya dkk, 2017:162)
efektivitas ialah pengukuran terhadap prestasi
atau hasil belajar yang telah dicapai oleh
siswa setelah mempelajari buku
ajar/perangkat pembelajaran yang digunakan
dan (Hariyanto, 2012:9) belajar adalah suatu
aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan,
memperbaiki perilaku, sikap, dan
mengokohkan kepribadian.
Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu
bentuk pengukuran hasil belajar dari proses
pembelajaran yang disesuaikan dengan
indikator pembelajaran yang telah dijelaskan.
Keefektifan mencakup tingkat seorang siswa
dapat mencapai sasaran pembelajaran yang
diharapkan.
Berdasarkan penjelasan diatas peneliti
telah mendapatkan hasil dari uji coba
kelompok luas untuk melihat keefektifan dari
buku ajar yang dikembangkan. Keefektifan
tersebut dilihat dari hasil belajar siswa. Uji
kelompok luas ini dilakukan di kelas X MIPA
4 SMAN 1 Lubuklinggau dengan
menggunakan 1 kelas sebagai subjek dalam
penelitian ini.
Akhir dari penelitian ini adalah untuk
melihat tingkat keefektifan dari buku ajar
berbasis inkuiri yang dikembangkan. Hal ini
bisa dilhat dari hasil soal tes siswa. Soal tes
digunakan untuk melihat ketuntasan hasil
belajar siswa dari segi kognitif secara
klasikal. Soal yang diberikan berjumlah 10
soal dengan menggunakan kriteria C1-C6.
Persentase ketuntasan hasil belajar
siswa dari segi kognitif sebesar 80,55% yang
dapat dikatakan tuntas. Suatu hasil ketuntasan
belajar siswa secara klasikal dapat dikatakan
tuntas apabila kelas tersebut hasil belajar
kognitif mencapai lebih dari angka 75%. Atau
dengan kata lain siswa harus mendapatkan
nilai >70 karena KKM materi fisika di SMAN
1 Lubuklinggau adalah 70. Menurut Sutirto
(dalam Jannah, 2016:1200) capaian ini dapat
diberi makna bahwa buku ajar yang
dikembangkan telah memberikan dampak
terhadap ketuntasan secara klasikal. Sehingga
menurut Utami (dalam Jannah, 2016:1200)
menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan
hasil belajar dan keterampilan proses sains
lebih baik. Sama halnya dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ali (2014:388)
ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 86,67%
dengan menggunakan model pembelajaran
inkuiri.
Setelah diadakannya tes di kelas X
MIPA 4 SMAN 1 Lubuklinggau pada hari
rabu, maka hasil yang di dapat bahwa Uji
coba soal tes diterapkan pada 36 siswa, 29
12
siswa mendapatkan nilai > 70 sedangkan 7
orang siswa mendapatkan nilai < 70. Dengan
demikian persentase ketuntasan siswa lebih
dari 75% dari jumlah keseluruhan siswa
dengan hasil yang dihitung mencapai 80,55%
sehingga buku ajar pada materi Gerak
Harmonik Sederhana (GHS) berbasis inkuiri
dapat dikatakan efektif.
Gambar 7. Diagram Persentase Ketuntasan
Klasikal
Diagram diatas menunjukkan hasil
ketuntasan siswa secara klasikal. Dari hasil
nilai rata-rata seluruh siswa dapat dihitung
menggunakan t-test satu sampel. Rata-rata
nilai siswa kelas X MIPA 4 SMAN 1
Lubuklinggau adalah 75. Dimana thitung = 2,7
dan ttabel = 1,689 karena thitung ≥ ttabel maka Ha
diterima, dengan demikian rata-rata nilai hasil
belajar kognitif siswa dapat dikatakan tuntas.
Tuntas tersebut dapat dilihat dari hasil
persentase klasikal siswa.
Dari pembahasan di atas maka buku ajar
berbasis inkuiri yang dikembangkan dapat
dilihat dari segi kevalidan, kepraktisan dan
keefektifan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa buku ajar fisika pada
materi Gerak Harmonik Sederhana (GHS)
berbasis inkuiri telah valid, praktis dan efektif
digunakan dalam proses belajar-mengajar di
kelas X SMAN 1 Lubuklinggau.
KESIMPULAN
Peneliti mengembangkan buku ajar
dengan menggunakan model pembelajaran
inkuiri yaitu model pembelajaran dengan cara
menemukan. Pengembangan buku ajar
berbasis inkuiri yang dilakukan melalui 10
tahapan mulai dari potensi dan masalah,
pengumpulan data, desain produk, validasi
desain, revisi desain, uji coba produk, revisi
produk, uji coba pemakaian, revisi produk,
dan produksi massal.
Hasil penilaian kelayakan terhadap
kualitas buku ajar berbasis inkuiri secara
keseluruhan adalah 80,15% sehingga buku
ajar berbasis inkuiri dikatakan valid dan
memenuhi kriteria baik. Persentase
keseluruhan respon siswa terhadap buku ajar
berbasis inkuiri adalah 86,25% sehingga buku
ajar dikatakan praktis dan memenuhi kriteria
sangat setuju atau positif. Hasil penilaian
keefektifan terhadap buku ajar berbasis
inkuiri pada persentase hasil tes ulangan
harian sebesar 80,55% siswa yang
memperoleh nilai di atas 70 ada 29 siswa dan
7 siswa nilainya dibawah 70 dari 10 butir
soal tes sehingga buku ajar dikatakan efektif.
Dimana nilai rata-rata yang didapat berupa,
thitung = 2,7 dan ttabel = 1,689, karena thitung ≥
ttabel . Sehingga dapat dikatakan Ha diterima
dan Ho ditolak karena rata-rata nilai hasil
ulangan siswa kelas X MIPA 4 adalah 74,8
yang nilainya >70. Oleh karena itu, buku ajar
materi Gerak Harmonik Sederhana (GHS)
berbasis inkuiri dapat dikatakan valid, praktis
dan efektif.
SARAN
Adapun saran dalam melakukan
pengembangan produk lebih lanjut adalah
sebagai berikut:
1. Peneliti menyarankan bahwa buku ajar
yang dikembangkan dapat digunakan
dalam pembelajaran materi Gerak
Harmonik Sederhana (GHS) berbasis
inkuiri karena telah mendapat penilaian
sangat baik dan layak digunakan.
2. Buku ajar berbasis inkuiri bisa
dikombinasikan dengan model
pembelajaran yang lain selama masih
menyertakan sintaks atau langkah dari
model pembelajaran inkuiri.
3. Untuk membuat siswa menjadi aktif dalam
kegiatan pembelajaran maka buku ajar
berbasis inkuiri yang dikembangkan
mampu memberikan kesempatan kepada
siswa agar menjadi student centered.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad Alfan. 2014. Pengembangan
Lembar Kerja Siswa Materi Ekosistem
Berbasis Inkuiri Untuk Menunjang
Kurikulum 2013. Bioedu. 3 (3), 388.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Anam, Khoirul. 2016. Pembelajaran Berbasis
Inkuiri Metode dan
Aplikasi.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Dewi, N.R dan I.Akhlis. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Science Berorientasi Cultural Deviance
Solution Berbasis Inkuiri Menggunakan Ict Untuk Mengembangkan Karakter
Peserta Didik. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia. 3(1), 87.
Faizi, Mastur. 2013. Ragam Metode
Mengajarkan Eksakta Pada Murid.
Jogyakarta:Diva Press
Farda, dkk,. 2016. Validitas Pengembangan
Bahan Ajar Ipa Bervisi Sets. Journal Of
Primary Education. 5 (1), 40.
Fatmawati, Agustina. 2016. Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Konsep
Pencemaran Lingkungan Menggunakan
Model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah Untuk Sma Kelas X. EduSains.
4 (2), 97.
Hanifah, Umi. 2014. Pentingnya Buku Ajar
yang Berkualitas Dalam Meningkatkan
Efektivitas Pembelajaran Bahasa Arab.
Jurnal At-Tajdid. 3 (1), 104.
Hariyanto dan Suyono. 2012. Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya.
Jannah, dkk,. 2016. Desain Bahan Ajar Materi
Gelombang Dan Bunyi Model Inkuiri
Terbimbing Untuk Melatihkan
Keterampilan Proses Sains Siswa SMP.
Pendidikan Sains Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya. 6 (1),
1199 - 1200.
Mukarrahmah, dkk,. 2016. Pengembangan
Modul Fisika pada Pokok Bahasan
Listrik Dinamis dengan Menggunakan
Model Discovery Learning di SMAN
Banjarmasin.Jurnal Fisika FLUX. 13
(2), 123.
Perwiraningtyas, Pertiwi Dan Nugroho Aji
Prasetiyo. 2017. Pengembangan Buku
Ajar Berbasis Lingkungan Hidup Pada
Matakuliah Biologi Di Universitas
Tribhuwana Tunggadewi. Jurnal
Pendidikan Biologi Indonesia. 3 (1), 20.
Rudyanto, Hendra Erik. 2014. Model
Discovery Learning Dengan Pendekatan
Saintifik Bermuatan Karakter Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kreatif. Premiere Educandum. 4 (1),
44-45.
Santosa, Rusgianto Heri dan I Ketut Loka
Santi. 2016. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Menggunakan
Pendekatan Saintifik pada Materi Pokok
Geometri Ruang SMP. Jurnal
Pendidikan Matematika. 11 (1), 39.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Trianto. 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta:Kencana
Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu.
Jakarta:Bumi Aksara
Widya, dkk,. 2017. Kualitas Perangkat
Pembelajaran Fisika Berbasis Model
Creative Problem Solving Dengan
Pendekatan Open – Ended Pada Materi
Usaha Dan Energi Terintegrasi Energi
Biomassa. Gravity: Jurnal Ilmiah
Penelitian dan Pembelajaran Fisika. 3
(2), 162, 164 dan 166.