94
PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA DOLOK KECAMATAN DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SKRIPSI Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Disusun oleh: FEBRIANA 120905052 DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018 Universitas Sumatera Utara

PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT

DESA PURBA DOLOK KECAMATAN

DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUMBANG

HASUNDUTAN

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik

Disusun oleh:

FEBRIANA 120905052

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 2: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama

:Febriana

NIM

:120905052

Departemen

:Antropologi Sosial

Judul

:Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat Desa Purba

Dolok Kecamatan

Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

Medan, 17 Oktober 2018

Pembimbing Skripsi, Ketua Departemen,

Dr. Fikarwin, M. Ant Dr. Fikarwin, M. Ant

NIP. 196212201989031005 NIP. 196212201989031005

Wakil Dekan 1,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Husni Thamrin, S.Sos, M.SP NIP. 197203082005011001

Universitas Sumatera Utara

Page 3: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat Desa Purba Dolok Kecamatan

Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan

tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan

ini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar

kesarjanaan saya.

Medan, Oktober 2018

Penulis,

Febriana

i

Universitas Sumatera Utara

Page 4: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

ABSTRAK

Febriana, 2018, Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat Desa Purba

Dolok Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan, skripsi,

5 Bab, 80 halaman.

Skripsi ini mengkaji tentang Pengelolaan Sampah du Desa Purba Dolok, Kec. Doloksanggul Kab. Humbang Hasundutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya orang batak toba melalui perilaku penanganan sampah.

Lokasi penelitian adalah di Desa Purba Dolok salah satu desa di Doloksanggul Kab. Humbang Hasundutan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi. Teknik penelitian yang digunakan adalah observasi partisipan dan wawancara.

Hasil dari penelitian membuktikan pengelolaan sampah pada masyarakat desa Purba Dolok masih sangat kurang, masyarakat hanya mampu memisahkan sampah makanan dengan sampah yang lain disatukan. Pengetahuan masyarakat

yang kurang dalam mengelolah sampah sangat berpengaruh bagi kebersihan dan kesehatan lingkungan desa. Keberadaan tempat sampah tidak banyak mengubah

kebiasaan masyarakat membuang sampah. Pemerintah seperti tidak serius menyediakan tempat yang merata sehingga program perilaku hidup bersih dan

sehat tidak berjalan.

Kesimpulan yang bisa didapat melalui tulisan ini adalah Pengelolaan

Sampah yang benar sangat kurang, kebiasan membuang sampah di belakang rumah dan membakarnya sangat susah dihilangkan terlihat dari program

pemerintah daerah yang kurang tegas dalam masalah sampah yaitu kurangnya pemberian tempat sampah dan pengetahuan masyarakat yang kurang. Namun hal

tersebut belum cukup mengatasi masalah sampah di desa tersebut karena pengetahuan masyarakat masih sangat terbatas. Salah satu contohnya dalam perilaku masyarakat memisahkan sampah sisa makanan untuk pakan ternak tapi

sampah yang lain tidak dipisahkan sesuai dengan jenisnya. Kebiasaan lain warga sekolah dan pegawai kantor yang tidak memiliki kesadaran tentang budaya bersih

terhadap lingkungan.

Kata-kata kunci : Pengelolaan Sampah

Universitas Sumatera Utara

Page 5: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan Syukur saya sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

kasih dan anugerah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan

penulisan skripsi dengan judul “PENGELOLAAN SAMPAH PADA

MASYARAKAT DESA PURBA DOLOK KECAMATAN

DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN”. Penelitian

ini dilakukan sebagai salah satu syarat dalam pencapaian gelar kesarjanaan

Antropologi Sosial pada Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada

keluarga saya yang senantiasa membesarkan, mendidik dan menjadi sumber

materil maupun segi moril, serta tetap memotivasi saya selama berada dibangku

sekolah hingga perkuliahan. Kepada keluarga saya, yaitu: Bapak G Nainggolan,

Ibu Delhelda P. Purba, Bapak Tua dan Mama Tua Essi, serta kakak dan adik-adik,

Stephany , Renaldo dan Michael.

Saya juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Dr. Fikarwin

selaku Dosen Pembimbing atas waktu dan ketulusannya dalam membimbing saya

mulai dari pengajuan judul, penyusunan proposal hingga skripsi ini berhasil

diselesaikan. Semoga Tuhan memberikan umur yang panjang, kesehatan, dan

rezeki kepada Bapak agar tetap mampu memberikan pendidikan dan pengajaran

bagi mahasiswa/i.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik beserta jajarannya, Kepada Ketua Departemen

Antropologi Bapak Dr. Fikarwin dan Bapak Agustrisno, M.SP selaku Sekretaris

Departemen Antropologi yang selalu memberikan dukungan dan motivasi selama

perkuliahan dan juga dalam penulisan skripsi ini. Secara umum saya juga

menyampaikan terima kasih kepada seluruh Dosen yang pernah mengajar, dan

memotivasi dalam studi perkuliahan.

Pada kesempatan ini, saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman-

teman mahasiswa/i Antropologi FISIP USU angkatan 2012, atas pengalaman,

cerita yang tak pernah terlupakan selama masa perkuliahan, terutama kepada

Anita Lumban Raja, Lestari Panjaitan, Widya S. Bakkara, Erikson Silaban,

Mickhael Alex, Jupentus Bintang, Bill Tancher Situmorang, Hardy H.P Munte,

Irfan Sukama, Albret Toras T, Mariance Yustitisari, Ruth O Ginting, Mart Intan,

Jella Sembiring, Susi Susanti, Rizki Nanda, Kiki Intan, Arif Setiandi, Jayanty

Lubis, Muhammad Indra Bako, dan kerabat-kerabat yang tidak bisa saya sebutkan

satu per satu.Semoga kesuksesan berpihak kepada kita dikemudian hari.

Begitu juga kepada Abang/Kakak senior antara lain: Reza Mahendra,

Candra Sinabutar, Omry Simangunsong, Dapot Silalahi, Evelina Sihombing,

Simson Manullang, Novi Sinaga, Putri Septima, saya sampaikan terima kasih

untuk bantuan dan juga motivasinya. Begitu juga kepada Adek Stambuk yang

senantiasa mengingatkan dan mensupport saya dalam penyelesaian skripsi ini,

saya sampaikan terima kasih. Semoga studi perkuliahan kalian lancar dan cepat

selesai.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

Saya juga berterima kasih kepada saudara/i yang pernah atau sedang

menempati asrama Nyiur,Tioni E. Ompusunggu, Eklesi R. Ompunsunggu,

Julprida Purba, Naomi Purba, Mayesti Purba, Ika S Purba, Agnes Purba, Yaneta

Manurung, Johan, Haris Purba, atas dorongan dan motivasi kalian saya ucapkan

terima kasih dan semoga nanti kita dapat meraih kesuksesan.

Medan, Oktober 2018

Penulis,

Febriana

Universitas Sumatera Utara

Page 8: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

RIWAYAT HIDUP

Febriana lahir di Jakarta, pada

tanggal 2 Februari 1994.Anak kedua

dari empat bersaudara dan beragama

Kristen Protestan.

Riwayat pendidikan dimulai

dari Taman Kanak-Kanak (TK)

Swasta Stella Maris Flora II Bekasi

tahun 1999-2000, dan melanjutkan

sekolah dasar di SD Swasta Stella

Maris Flora II Bekasipada tahun 2000-2006. Lalu ke jenjang Sekolah

Menengah Pertama di SMP Negeri19 Bekasi pada tahun 2006-2009 dan

Sekolah Menengah Atas di SMA NEGERI 10 Bekasi pada tahun 2009-2012.

Kemudian pada tahun 2012 melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan

Tinggidi Universitas Sumatera Utara di jurusan Antropologi Sosial di

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Email penulis : [email protected]

Berbagai kegiatan yang dilaksanakan selama masa studi, antara lain :

Mengikuti kegiatan Penyambutan Mahasiswa Baru pada tanggal 28-30

Agustus 2012.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

Mengikuti kegiatan Inisiasi Antropologi Sosial pada tanggal 12-14 Oktober

tahun 2012 di Brastagi.

Anggota di Sie. Acara dalam acara panitia Natal Antropologi tahun 2012.

Anggota di Sie. Kesehatan dalam kegiatan Penyambutan Mahasiswa Baru

(PMB) tahun 2013 di Parapat.

Anggota di Sei. Acara dalam acara panitia Natal Antropologi tahun 2013.

Anggota di Sei. ADM Kesek dalam kegiatan Inisiasi Mahasiswa Baru

tahun 2014 di Parapat.

Melakukan penelitian Antropologi Visual di Desa Nagalawan pada tahun

2014.

Melakukan Pelatihan „‟Training of Facilitator‟‟ (TOF) angkatan V oleh

Departemen Antropologi Sosial Universitas Sumatera Utara di Hotel

Candi, Medan pada tanggal 18 Januari 2015.

LO untuk delegasi dari Universitas Brawijaya pada kegiatan Rapat Kerja

Nasional (RAKERNAS) Jaringan Kekerabatan Antropologi Indonesia

(JKAI) pada 26 Februari 2015-28 Februari 2015.

Melakukan PKL 1 di Desa Lumban Suhi-Suhi pada tanggal 30 April- 02

Mei 2015.

Melakukan PKL II dibagian arsip di kantor Bank BRI Cabang

Sisingamangaraja, Medan pada bulan September-November 2015.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

Mengikuti survey mengenai PILKADA dari IRC pada tanggal 17 maret

2016-22 Maret 2016.

Mengikuti survey mengenai PILKADA dari MRC padat anggal 7 Agustus

2016 - 12 Agustus 2016

Universitas Sumatera Utara

Page 11: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................

PERNYATAAN ORIGINALITAS....................................................................... i

ABSTRAKS ........................................................................................................... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP .................................................... ......................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

DAFTAR ISI......................................................................................... ................ vi

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 1.2. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 6

1.3. Rumusan Masalah ........................................................................... 13

1.4. Lokasi Penelitian.......... .................................................................... 14

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 14

1.4.1 Tujuan Penelitian .................................................................... 14

1.4.2 Manfaat Penelitian .................................................................. 15

1.6. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 15

1.7. Pengalaman Penelitian ..................................................................... 17

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Sejarah Desa .................................................................................... 22 2.2. Letak Geografis ............................................................................... 25

2.3. Komposisi Penduduk ....................................................................... 27

2.3.1. Berdasarkan Kelompok Umur ............................................... 27

2.3.2 Berdasarkan Mata Pencaharian............................................... 28

2.3.3 Berdasarkan Agama dan Etnis ................................................ 29

2.3.4 Berdasarkan Pendidikan ......................................................... 30

2.4. Sarana dan Prasarana Desa .............................................................. 30

2.4.1 Pendidikan ............................................................................ 30

2.4.2 Transportasi Darat ................................................................. 31

2.4.3 Air Bersih .............................................................................. 31

2.4.4 Kesehatan .............................................................................. 32

2.5. Potensi Sumber Daya Desa Purba Dolok ........................................ 33

2.6. Profil Informan ................................................................................ 34

2.6.1. Heber P. Purba ..................................................................... 34

2.6.2. Edward Purba ....................................................................... 35

2.6.3. Ompung Lumban Gaol ........................................................ 35

2.6.4. Tumiar Simamora ................................................................ 36

2.6.5. G Aritonang .......................................................................... 36

2.6.6. Marsel Purba ........................................................................ 36

2.6.7. Natashya Sihite ..................................................................... 37

2.6.8. Janius Sinaga ......................................................................... 37

2.6.9. Damai Purba ........................................................................ 37

2.6.10. Manogam S.P Pasaribu. SE .................................................. 37

Universitas Sumatera Utara

Page 12: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

BAB III. PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH MASYARAKAT DESA PURBA

DOLOK

3.1. Karakteristik Sampah Masyarakat Desa Purba Dolok ......................38

3.1.1.Volume Sampah ..............................................................................38

3.1.2 Perilaku Masyarakat Membuang Sampah. ................................42

3.1.3 Pemanfaatan Sampah .....................................................................46

3.1.4 Frekuensi Pengangkatan Sampah ke Tempat Pembuangan

Akhir....................................................................................................48

3.2. Tradisi Lama dan Sistem Pengelolaan Sampah..................................48

BAB IV. PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA PURBA DOLOK

4.1. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

4.1.1 Poda Na Lima ..................................................................................52

4.1.2 Konsep Bersih ..................................................................................55 4.1.3 Konsep Sehat ....................................................................................56

4.1.4 Konsep Kotor ...................................................................................57

4.2. Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga ...............................................58

4.3. Pengelolaan Sampah di Institusi Kehatan ............................................62

4.4. Pengelolaan Sampah di Tempat Umum ...............................................63

4.5. Pengelolaan Sampah di SMA Negeri 1 Dolok Sanggul ...................66

4.6. Pengelolaan Sampah di Tempat Kerja..................................................68

4.7. Peran Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Sampah .......................72

4.8. Peran Pemerintah Kabupaten Dalan Pengelolaan Sampah ..............73

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan .................................................................................................78 5.2. Saran .............................................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

Page 13: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Penelitian ini mencoba mengkaji tentang bagaimana masyarakat Desa

Purba Dolok yang penduduknya terdiri dari suku Batak Toba, yang sebagian besar

besar bekerja sebagai petani dan beragama Kristen mengelola sampah, serta

melihat upaya pemerintah dalam menanggulangi masalah sampah. Pengelolaan

sampah dengan baik dan benar tidak terlepas dari perilaku hidup bersih dan sehat.

Hidup bersih dan sehat merupakan hal yang seharusnya diterapkan oleh setiap

orang, mengingat manfaat kesehatan yang penting bagi setiap manusia..

Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah, dalam Pasal 1 angka 5, pengelolan sampah adalah kegiatan sistematis,

munyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan

sampah. Persoalan sampah memang bukan persoalan yang mudah untuk diatasi.

Sampah tidak hanya menyangkut persoalan teknis semata, tetapi juga persoalan

budaya atau perilaku masyarakat. Masyarakat perlu terus diingatkan bagaimana

mengelola sampah dengan baik. Jika tidak, bencana banjir dan penyakit menular

akan mudah datang.

Jika pada suatu lingkungan masyarakat masih ditemukan sampah yang

berserakan di mana-mana, pertanda kawasan itu belum sehat. Banyaknya sampah

akan mendatangkan berbagai kuman sumber penyakit. Penanggulangan masalah

sampah adalah merupakan bagian terpenting dalam kehidupan, oleh sebab itu

1

Universitas Sumatera Utara

Page 14: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

kepedulian dan kesadaran terhadap sampah ini harus ditumbuhkan supaya

lingkungan tetap sehat dan bersih dari tumpukan sampah.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa hidup yang sehat dan bersih adalah

hidup yang terbebas dari sampah, namun pada kenyataannya sampah telah

menjadi permasalahan yang tiada ujungnya sejak masyarakat mulai berperilaku

buruk dalam pengelolaan sampah, permasalahan sampah tersebut semakin sulit

ditangani seiiring barjalannya waktu. Sampah yang dibuang secara sembarangan

dalam jangka waktu yang cukup singkat akan mengakibatkan penumpukan

sampah yang berlebihan, sehingga akan menimbulkan masalah lingkungan.

masalah tersebut tidak hanya dialami oleh masyarakat yang berperilaku buruk

dalam pengelolaan sampah, akan tetapi masyarakat yang berperilaku baik dalam

pengelolaan sampah pun akan ikut merasakan dampaknya.

Mengubah kebiasaan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat memang

sulit karena masih banyak warga yang membuang sampah ke sungai atau selokan.

Kriteria sehatnya suatu kota atau desa dapat dilihat dari kebersihan sungai atu

selokan dengan tidak adanya sampah dialiran sungai atau selokan. Banyaknya

tumpukan sampah akan mendatangkan berbagai kuman dan sumber penyakit.

Oleh karena itu kepedulian dan kesadaran terhadap sampah ini harus ditumbuhkan

supaya lingkungan tetap sehat dan bersih dari tumpukan sampah.

Membuang sampah pada tempatnya merupakan sebuah tindakan

bijaksana yang dilakukan oleh individu-individu yang menyadari bahwa sampah

memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kebersihan lingkungan. Kehidupan

manusia sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan meskipun terkadang

2

Universitas Sumatera Utara

Page 15: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

aktifitas-aktifitas yang dilakukan manusia sesekali dapat mempengaruhi

lingkungan. Hubungan yang berkesinambungan antara manusia dan lingkungan

harus seimbang karena perubahan lingkungan dapat menimbulkan kepunahan

manusia.

Jenis-jenis sampah saat ini sangat cenderung didominasi oleh sampah

sintetis kimia seperti plastik, karet, styrofoam, uplogam, kaca, dan lain-lain. Jika

sampah tersebut dibakar maka akan mengeluarkan gas-gas beracun yang bisa

membahayakan masyarakat yang menghirupnya dan memperburuk kualitas udara.

Hasil pembakaran sampah pelastik menghasilkan gas-gas dioxin yang mempunyai

daya racun 350 kali dibanding asap rokok1.

Kebiasaan masyarakat untuk membakar sampah sudah membudaya di desa

maupun di perkotaan. Sampah sering dinamakan limbah padat (solid waste) yang

merupakan konsekwensi dari kegiatan manusia. Sampah muncul atau timbul

sebagai sisa, bekas, atau buangan yang berasal dari makanan, pertanian, dan

produk-produk konsumsi beserta kemasannya. Dari tahun ketahun peningkatan

volume sampah akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk

dan aktivitas konsumsi masyarakat.

Kesadaran masyarakat baik di kota maupun di desa masih kurang untuk

membuang sampah pada tempatnya dan cara memperlakukan sampah. Umumnya

masyarakat masih mencampur sampah ke dalam satu penampungan, jenisnya

yaitu organik dan anorganik. Hal ini selain disebabkan kurangnya kesadaran

masyarakat, didukung juga dengan kurangnya pengetahuan masyarakat akan

1Dioxin termasuk super racun dan bersifat karsinogenik bila masuk kedalam jaringan tubuh

manusia terutama saraf dan paru-paru, sehingga dapat mengganggu sistem saraf dan pernafasan termasuk penyebab kanker.

3

Universitas Sumatera Utara

Page 16: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

pengelolaan sampah. Masyarakat masih harus terus diingatkan bagaimana

memperlakukan sampah. Jika tidak, bahaya penyakit dan bencana akan terus

menghantui masyarakat. Sikap peduli akan kesehatan lingkungan sangat

diperlukan, kesadaran dan pengentahuan tentang sampah sangat diperlukan oleh

masyarakat desa untuk sekarang.

Pengelolaan sampah memerlukan partisipasi aktif individu dan kelompok

masyarakat agar peran pemerintah tidak semakin berat. Meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan sampah, dapat dilaksanakan dengan melibatkan

masyarakat sebagai penghasil sampah terbesar, dengan membudayakan perilaku

pengolaan sampah sejak dini dari rumah tangga, sebagai struktur terendah dalam

pengelolaan sampah.

Pengelolaan limbah sampah harus sesuai dengan jenis sampahnya karena

setiap jenis sampah beda cara penanggulangannya. Penanggulangan sampah yang

tergolong organik dapat dilakukan dengan mengubur atau membakar sampah

tersebut. Kandungan sampah tersebut adalah bahan-bahan organik yang dapat

lenyap ataupun dapat terurai oleh bakteri-bakteri pengurai. Kemudian sampah

yang tergolong anorganik memerlukan proses pengolahan seperti mendaur ulang.

Sampah anorganik mengandung bahan-bahan sintetis yang tidak dapat diuraikan

oleh bakteri sehingga penanganannya harus lebih intens. Pengklasifikasian

sampah merupakan langkah awal dan hal yang sangat perlu diperhatikan.

Pengolahan sampah di Jakarta masih mengandalkan peran pemerintah.

Petugas kebersihan mengambil sampah dari penduduk dan membawa sampah ke

TPS untuk diangkut ke TPA oleh dinas kebersihan. Persentasi masyarakat yang

4

Universitas Sumatera Utara

Page 17: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

dilayani di Jakarta masih sangat tinggi, berarti peran serta masyarakat masih

rendah. Di Jakarta mulai dilakukan pemberdayaan masyarakat dalam mengelola

sampah untuk mengatasi sampah. Kota Surabaya menghasilkan sampah 2.177 ton

per hari, yang masuk TPA 1.480 ton per hari. Lainnya dikomposkan di sepuluh

sentra pengomposan komunal milik Dinas Kebersihan dan Pertanaman (DKP), 13

kelurahan pengomposan rumah tangga, dan dibakar dalam sepuluh unit

insenerator mini yang tersebar di wilayah kota. Pemerintah Daerah Surabaya

melibatkan pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam mengelola sampah. Di

Kota Bandung, tanggung jawab pengelolaan sampah dibagi menjadi dua, yaitu

pengangkutan dari rumah ke TPS menjadi tanggung jawab masyarakat sedangkan

dari TPS ke TPA menjadi tanggung jawab pemerintah2.

Pengelolaan sampah yang diselenggerakan oleh dinas terkait hanya

berfokus pada pengumpulan dan pengangkutan ke Tempat Pembuangan Akhir

(TPA) tanpa pengolahan tertentu. Hampir semua pemerintah daerah di Indonesia,

masih menganut paradigma lama penanganan sampah kota, yang menitikberatkan

hanya pada pengangkutan dan pembuangan akhir. Untuk mengatasi berbagai

permasalahan tersebut sudah saatnya Pemerintah Daerah mau merubah pola pikir

yang bernuansa lingkungan. Konsep pengelolaan sampah yang terpadu sudah

saatnya diterapkan yaitu dengan meminimasi sampah serta maksimasi kegiatan

daur ulang dan pengomposan disertai dengan TPA yang ramah lingkungan.

Desa Purba Dolok, Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang

Hasundutan menjadi lokasi penelitian untuk melihat prilaku dalam pengelolaan

2 Surahman Asti “Kebijakan Pemerintah dalam Pengelolaan Sampah Domestik” Artikel Penelitian (Hal 404-410)

5

Universitas Sumatera Utara

Page 18: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

sampah. Ide dari penelitian ini muncul dikarenakan peneliti melihat adanya

fenomena dimana masyarakat masih menggunakan paradigma lama dalam

pengelolaan sampah yaitu kumpul, angkut, buang yang dapat menyebabkan

kinerja TPA semakin berat dan cenderung membuang sampah secara

sembarangan atau masyarakat berinisiatif untuk membuang sampah di belakang

rumah dan kebun mereka masing-masing. Hal yang sama juga dilihat oleh peneliti

bahwa pada lingkungan sekolah dan instansi pemerintah yang berada di wilayah

desa tersebut.

Berdasarkan fenomena dan uraian di atas maka penulis mencoba

melaksanakan penelitian dan menulisnya dalam suatu skripsi yang berjudul

“Pengelolaan Sampah pada Masyarakat Desa Purba Dolok Kecamatan

Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan”

1.2 Tinjauan Pustaka

Menurut World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang

tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang

berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra,

2006). Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses

alam yang berbentuk padat.

Terciptanya lingkungan yang terbebas dari sampah, tentunya perilaku

masyarakat yang menempati lingkungan tersebut haruslah baik khususnya dalam

pengelolaan sampah. Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2012, bahwa

pengelolaan sampah yang baik adalah pengelolaan yang mengacu kepada dua

6

Universitas Sumatera Utara

Page 19: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

sistem, yaitu sistem pengurangan sampah dan sistem penanganan sampah. Sistem

pengurangan sampah meliputi 3 indikator, antara lain:

1. Pembatasan timbunan sampah,

2. Pendaur ulangan sampah;

3. Pemanfaatan kembali sampah.

1. Pemilahan sampah;

2. Pengumpulan sampah;

3. Pengangkutan sampah;

4. Pengolahan, dan;

5. Pemrosesan akhir sampah.

Kedua sistem pengelolaan sampah yang baik tersebut akan tercapai apabila

masyarakat dan pemerintah setempat mau berjalan beriringan, apabila hanya

salahsatunya saja yang melaksanakan, maka pengelolaan sampah belum 100%

baik.

Sampah yang membusuk menimbulkan bau yang tidak sedap dan

berbahaya bagi kesehatan. Air yang dikeluarkan (lindi) juga dapat menimbulkan

pencemaran sumur, sungai maupun air tanah. Sampah yang tercecer tidak pada

tempatnya dapat menyumbat saluran drainase sehingga dapat menimbulkan

bahaya banjir. Pengumpulan sampah dalam jumlah besar memerlukan tempat

yang luas, tertutup dan jauh dari pemukiman.

Berdasarkan uraian tersebut pengelolaan sampah tidak cukup hanya

dilakukan dengan manajemen 3P (Pengumpulan, Pengangkutan dan Penimbunan

7

Universitas Sumatera Utara

Page 20: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

di TPA). Sampah dikumpulkan dari sumbernya kemudian diangkut ke TPS dan

terakhir ditimbun di TPA, tetapi reduksi sampah dengan mengolah sampah untuk

dimanfaatlkan menjadi produk yang berguna perlu dipikirkan.3

Berdasarkan uraian tersebut pengelolaan sampah tidak cukup hanya

dilakukan dengan manajemen 3P (Pengumpulan, Pengangkutan dan Penimbunan

di TPA). Sampah dikumpulkan dari sumbernya kemudian diangkut ke TPS dan

terakhir ditimbun di TPA, tetapi reduksi sampah dengan mengolah sampah untuk

dimanfaatlkan menjadi produk yang berguna perlu dipikirkan.

Kebudayaan adalah pengetahuan yang diperoleh, digunakan seseorang

untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial.

Maksudnya jika didalam suatu masyarakat memiliki perilaku membuang sampah

sembarangan maka akan mempengaruhi tingkah laku atau perilakunya dalam

pengelolaan samapah.(Spredley:2006)

Menurut Prof. Koentjaraningrat kebudayaan adalah keseluruhan sistem

gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik diri manusia dengan proses belajar.

Melalui ketujuh unsur kebudayaan itu, maka kebudayaan itu dibagi kedalam

dua bagian yaitu,

1. Kebudayaan material (lahir,fisik) yaitu kebudayaan yang berwujud dan dapat

dilihat wujudnya (konkret), misalnya, rumah, gedung atau bangunan, atau

benda-benda lainnya yang hasil ciptaan manusia.

3http://www.dlh.tegalkab.go.id/index.php/2017/03/02/penanganan-sampah-di-indonesia/

8

Universitas Sumatera Utara

Page 21: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

2. Kebudayaan immaterial (spiritual,batin) yaitu kebudayaaan yang tidak

terlihat bentuknya namun dapat dirasakan manfaatnya (abstrak), misalnya,

bahasa, religi, adat istiadat, ilmu pengetahuan.

Peneliti memakai arti kebudayaan menurut James P Spredley. Karena

masyarakat dalam perilaku membuang sampah sendiri berdasarkan pengetahuan

mereka sebelumnya atau turun-temurun. Dengan pengetahuan masyarakat yang

membuang sampah tentunya akan mempengaruhi bagaimana masyarakat

mengelola sampah yang dimilikinya. Hal inilah yang terjadi pada masyarakat saat

ini. Kebiasaan masyarakat yang membuang sampah sembarangan tanpa

mengelolanya dengan baik, bisa menjadi sumber penyakit dikarenakan rendahnya

pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap sampah.

Kebudayaan sangat berkaitan erat dengan manusia terutama cara mereka

untuk merespon keadaan lingkungan sekitar mereka. Memang pengetahuan

mereka yang sangat utama dalam memandang lingkungan sekitar mereka untuk

dapat melakukan tindakan ataupun respon dari pengetahuan yang mereka miliki.

Dalam tesisnya, Dr.Fikarwin Zuska konsep kebudayaan yang dimiliki oleh

Parsudi Suparlan, bahwa kebudayaan keselurahan pengetahuan manusia sebagai

mahluk sosial yang digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami

lingkungan yang dihadapi, dan untuk menciptakan serta mendorong terwujudnya

kelakuan.(Zuska:2008) Penulis mengartikan kebudayaan menurut Spredley,

bahwa pengetahuan merupakan dasar untuk membentuk cara berfikir masyarakat

dalam merespon atau bertindak dalam lingkungannya dalam membuang sampah

9

Universitas Sumatera Utara

Page 22: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

sendiri. Perilaku dalam sampah masih minim karena kurang pedulinya

masyarakat dalam keseimbangan lingkungan.

Kebudayaan menurut Spradley yaitu pengetahuan yang digunakan untuk

menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial yang dapat

dikatakan juga sebagai salah satu wujud dari kebudayaan seperti yang

dikemukakan oleh Prof. Koentjaraningrat.

Adapun wujud kebudayaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Wujud kebudayaan adalah sebagai sesuatu kompleks dari ide-ide,

gagasan,nilai-nilai, norma, peraturan.

2. Wujud kebudayaan adalah suatu kompleks aktivitas kelakuan berpikir

darimanusia dalam masyarakat.

3. Wujud kebudayaan adalah sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Dari ketiga wujud kebudayaan tersebut, maka perilaku masyarakat dalam

membuang sampah dan pengolaannya merupakan salah satu wujud kebudayaan

mereka dimana pengetahuan masyarakat belum mengerti sehingga masih

mengikuti tradisi atau kebiasaan secara turun-temurun dalam memperlakukan

sampah. Kebudayaan juga pada dasarnya memiliki fungsi dalam mengendalikan

perilaku masyarakat dalam menanggulangi dampak sampah terhadap lingkungan.

Apabila didalam masyarakat memiliki tatanan budaya pengelolaan dengan

memisahkan sampah sesuai jenisnya maka kebersihan dan kesehatan lingkungan

akan baik karena sampah merupakan hasil dari pada akivitas prilaku manusia.

Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah

(waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau

10

Universitas Sumatera Utara

Page 23: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi

dengan sendirinya. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan

manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna, dengan demikian sampah

mengandung prinsip sebagai berikut :

1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat

2. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia

3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmojo, 2003).

Berdasarkan bentuk dan bahan sampah dibedakan ke dalam beberapa jenis

sampah, hal ini bertujuan untuk memudahkan proses pengelolaan sampah. Berikut

uraian mengenai jenis dan tipe sampah:

a. Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya:

1. Sampah anorganik.

Sampah yang umumnya tidak dapat membusuk dan masih bisa didaur

ulang, misalnya: logam/besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya.

2. Sampah organik

Sampah yang pada umumnya dapat membusuk,misalnya: sisa-sisa

makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya.

b. Sampah berdasarkan dapat dan tidaknya terbakar

1. Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik,

kain bekas dan sebagainya.

2. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng-kaleng bekas,

besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2003).

11

Universitas Sumatera Utara

Page 24: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

a. Sampah berdasarkan karakteristiknya

1. Abu (Ashes) merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah

terbakar, baik di rumah, di kantor maupun industri, seperti:

2. Sampah Jalanan (Street Sweeping) adalah sampah yang berasal dari

pembersihan jalan dan trotoar, terdiri dari kertas-kertas, kotoran dan

daun-daunan.

3. Bangkai Binatang (Dead Animal) merupakan jenis bangkai binatang

yang mati karena bencana alam, penyakit atau kecelakaan.

4. Sampah pemukiman (Household refuse) adalah sampah campuran yang

berasal dari daerah perumahan.

5. Bangkai Kendaraan (Abandoned vehicles) termasuk jenis sampah ini

adalah bangkai mobil, truk, kereta api, satelit, kapal laut dan alat

transportas lainnya.

6. Sampah industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri

pengolahan hasil bumi, tumbuh-tumbuhan dan industri lainnya.

7. Sampah hasil penghancuran gedung/bangunan (Demolotion waste) yaitu

sampah yang berasal dari perombakan gedung/bangunan.

8. Sampah dari daerah pembangunan adalah sampah yang berasal dari sisa

pembangunan gedung, perbaikan dan pembaharuan gedung. Sampah dari

daerah ini mengandung tanah batu-batuan, potongan kayu, alat perekat,

kertas dan lain-lain.

12

Universitas Sumatera Utara

Page 25: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

9. Sampah Padat Pada Air Buangan (Sewage Solid) jenis sampah yang

terdiri dari benda yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintu

masuk suatu pusat pengolahan air buangan.

10. Sampah Khusus adalah sampah yang memerlukan penanganan khusus

dalam pengelolaannya, misalnya kaleng cat, film bekas, zat radioaktif

dan zat yang toksis (Mukono, 2006).

d. Sumber-Sumber Sampah

1. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes). Sampah ini

terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang

sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang sudah

dimasak atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastik, daun, dan

sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah

tangga, daun-daunan dari kebun atau taman.

2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum. Sampah ini berasal dari

tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat hiburan, terminal bus,

stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastik,

botol, daun, dan sebagainya.

3. Sampah yang berasal dari perkantoran.Sampah ini dari perkantoran, baik

perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan, dan

sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip dan

sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat anorganik, dan mudah

terbakar (rubbish).

13

Universitas Sumatera Utara

Page 26: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

1.3 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Pengelolaan Sampah pada Masyarakat Desa Purba Dolok

Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan?

2. Sejauhmana upaya pemerintah dalam menanggulangi masalah sampah di

Desa Purba Dolok?

1.4 Lokasi Penlitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Purba Dolok, salah satu desa yang ada di

Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan. Desa ini terdapat dalam wilayah

Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan berjarak 2 km arah

Selatan dari kantor Camat Doloksanggul. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut

karena daerah tersebut merupakan desa yang didalamnya terdapat sekolah dan

beberapa pusat perkantoran pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dan

daerah ini tidak telepas dari keberadaan sampah yang disebabkan oleh perilaku

masyarakat desa, sekolah dan perkantoran.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam melakukan penelitian pasti memiliki sasaran agar tercapainya

tujuan dan menghasilkan manfaat. Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat

dalam penelitian ini adalah:

Tujuan

1. Untuk mengetahui seberapa besar kepedulian masyarakat Desa Purba

Dolok dalam Pengelolaan Sampah.

14

Universitas Sumatera Utara

Page 27: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

2. Apa saja kegiatan yang dilakukan masyarakat Desa Purba Dolok dalam

Pengelolaan Sampah.

3. Menambah pengetahuan dan referensi bagi penulis, masyarakat dan

pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah yang baik dan benar.

4. Secara akademis bahwa hasil penelitian ini merupakan bahan untuk penulisan

skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Sosial pada program studi

Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara Medan.

1. Bagi masyarakat sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan

kepedulian masyarakat dalam pengelolaan sampah demi terciptanya

lingkungan yang bersih dan sehat.

2. Bagi aparat desa sebagai sarana penyalur aspirasi masyarakat untuk ikut

mendukung kegiatan dalam meningkatkan kepedulian masyarakat dalam

pengelolaan sampah.

3. Bagi Pemerintah Daerah Sebagai bahan evaluasi akan pentingnya kepedulian

dalam pengelolaan sampah serta pentingnya peran serta pemerintah daerah

sebagai pendukung kegiatan positif masyarakat.

1.6 Metode Penelitian

1. Data Primer

Data primer adalah salah satu data yang di peroleh secara langsung

berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi. Pengumpulan data yang

digunakan adalah :

15

Universitas Sumatera Utara

Page 28: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

a. Observasi

Dalam observasi ini, terdapat dua pedoman observasi yaitu observasi

partisipasi yang fokus pada kegiatan sehari-hari masyarakat yang sedang

diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Peneliti ikut

melakukan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam rangka

meningkatkan kepedulian terhadap sampah. Kemudian observasi secara

terang-terangan, yakni peneliti menyatakan terus terang kepada sumber data

bahwa ia sedang melakukan penelitian

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan

komunikasi dengan informan. Komunikasi dilakukan dengan dialok tanya

jawab untuk mendapatkan data secara lisan dan tulisan yang di ungkapkan

oleh informan. Wawancara dalam hal ini sangat penting untuk memperoleh

informasi yang diperlukan untuk kelengkapan data penelitian dan untuk

memperoleh data sebanyak mungkin tentang Pengelolaan Sampah di Desa

Purba Dolok.

Dalam melakukan observasi maupun wawancara sangat diperlukan

adanya rapport dengan para informan. Peneliti telah berusaha beradaptasi

atau menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan dan peraturan yang

berlaku ditempat penelitian dan bersosialisai dengan masyarakat desa.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang berhubungan dengan aspek yang di teliti

bersumber dari buku, dokumen, laporan, jurnal dan referensi lainnya yang

16

Universitas Sumatera Utara

Page 29: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

dianggap sinkron dan relevan dengan pembahasan dalam penelitian..

Selama proses pengumpulan data, peneliti menggunakan alat bantu untuk

merekam dan memotret serta catatan lapangan (fieldnote), untuk membantu

mendokumentasikan hal-hal yang diteliti untuk memperkecil kemungkinan

ada bagian dari pengumpulan data yang terlewat.

1.6 Pengalaman Penelitian

Lokasi penelitian berada di Desa Purba Dolok Kecamatan Doloksanggul

Kabupaten Humbang Hasundutan. Lokasi penelitian dijangkau dengan

menggunakan transportasi darat, yaitu bus yang memiliki loket di Simpang Pos

Padang Bulan Medan. Bus yang dapat mengantarkan untuk sampai ke desa Purba

Dolok adalah Sampri singkatan dari Samosir Pribumi dengan ongkos Rp. 75.000,-

dengan jarak tempuh kurang lebih tujuh jam perjalanan. Perjalananpada malam

hari cukup nyaman, karena cuaca lebih dingin dan tidak terasa lama karena kita

dapat menghabiskan waktu dengan tidur.

Ketika saya sampai di desa Purba Dolok saya tinggal di Jalan Melanton

Siregar, tempat tante (inanguda)4 saya tinggal disana. Sembari beristirahat saya

bertanya pada inanguda saya bagaimana cara mendapatkan data mengenai desa,

siapa yang harus saya hadapi untuk meminta ijin melakukan penelitian, dan juga

mengenai tingkah laku masyarakat dalam melalukan pembuangan dan

pengelolaan sampah. Setelah saya merasa sudah cukup untuk beristirahat, lalu

saya pergi ke kantor kepala desa dengan beroleh informasi dari masyarakat

4Inanguda= adik ibu

17

Universitas Sumatera Utara

Page 30: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

sekitar. Untuk sampai ke sana saya menggunakan motor karena jarak yang

lumayan jauh. Tetapi sesampainya disana ternyata kantor kepala desa masih tutup.

Lalu saya disarankan untuk datang ke rumahnya, tetapi beliau sedang sibuk dan

tidak ada di rumah karena dia memiliki pekerjaan lain untuk membuat paving

block dan batu bata. Akhirnya saya pulang, dan kembali ke sana setelah anak

sekolah pulang karena kepala desa akan menjemput anaknya dari sekolah.

Sembari jalan saya mengamati jalanan dan halaman rumah masyarakat.

Dari sini saya melihat pada saat di jalan, jalannya sudah beraspal, tetapi dipinggir

jalan masih ada sampah yang berasal dari mobil yang lewat yang dibuang

sembarangan oleh orang yang ada di dalam, dan hampir setiap rumah sudah ada

tong sampah disediakan dari pemerintah desa. Dari sini dapat dilihat bahwa

pemerintah desa dan masyarakat sudah cukup peduli dengan lingkungan mereka.

Sesampainya di rumah inanguda saya kembali beristirahat.

Saat jam makan siang sudah lewat, saya kembali menghadap kepaladesa

untuk meminta data dan meminta ijin, saya menemuinya di rumahnya. Setelah

bertemu dan beliau mengijinkan saya untuk melakukan penelitian di desa tersebut

dan saya diajak ke kantor untuk mengambil data mengenai desa Purba Dolok.

Setelah mengambil data mengenai desa saya kemudian melanjutkan perjalanan

saya untuk berkeliling di desa Purba Dolok. Hari pertama saya belum melakukan

wawancara hanya mengamati aktivitas masyarakat dan fasilitas di sana. Selain

jalan yang memang pada umumnya sudah bagus dan beraspal, serta perumahan

sudah cukupramai sehingga pola pemukiman sudah terbentuk secara teratur

seiring dengan bertambahnya jumlah rumah di desa Purba Dolok.

18

Universitas Sumatera Utara

Page 31: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

Keesokan harinya saya pergi ke pasar, saya memutuskan untuk pergi ke

pasar karena pasar dilakukan di desa Purba Dolok seminggu sekali dan disebut

dengan pekan atau onan. Seperti pasar pada umumnya lingkungan pasar memang

kotor, tetapi disediakan lapak dari pemerintah untuk para pedagang, dan selesai

onan maka pasar kembali dibersihkan oleh petugas Dinas Koperasi Perindustrian

dan Perdagangan yang bertanggung jawab atas kebersihan pasar. Setelah dari

pasar saya pergi melihat keadaan desa Purba Dolok dari jalan, sekolah, rumah dan

kantor pemerintahan yang ada. Saat saya mengelilingi desa tersebut, saya melihat

lokasi sekolah masih ditemukan adanya sampah berserakan walaupun tong

sampah sudah tersedia di setiap depan kelas.Terdapat juga poster mengenai

kebersihan yang ditempelkan di dinding sekolah.

Pemukiman warga Purba Dolok pada umumnya tempat sampah sudah

disediakan tetapi masih ada yang membakar sampah dibelakang rumah atau di

kebun mereka.Petugas dari Dinas Lingkungan Hidupakan mengambil sampah

seminggu dua kali. Sedangkan untuk kantor pemerintahan kesadaran untuk

menjaga kebersihan lingkungan sudah cukup baik, dan saya memutuskan untuk

mewawancari warga pada esok harinya.

Hari berikutnya saya pergi menjumpai kepala desa untuk menanyakan

program pemerintah mengenai kebersihan baik yang ada di rumah, sekolah dan

kantor pemerintahan. Program diadakannya tempat sampah di depan rumah warga

dimulai sejak Desember 2016. Setelah menemui kepala desa, saya pergi untuk

menemui warga, dan informan yang saya temui yaitu Ibu br. Purba. Dari Ibu br.

Purba saya mendapatkan informasi mengenai kegiatan gotong royong yang

19

Universitas Sumatera Utara

Page 32: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

dilakukan di desa Purba Dolok, pola gotong royong, perilaku dalam mengelola

sampah rumah tangga.

Hari itu berlalu, lumayan sering saya mengelilingi Desa Purba Dolok yang

setiap senin sampai sabtu dilalui begitu banyak kendaraan umum dan pribadi

karena hari-hari itu merupakan hari sekolah dan kerja. Desa ini memiliki daerah

yang didalamnya kantor-kantor pemerintahan yaitu Perkantoran Pemerintah

Kabupaten Humbang Hasundutan yang berada di wilayah Desa Purba Dolok.Hari-

hari berikutnya saya menjumpai informan saya yang merupakan warga asli Desa

Purba dolok, selain bapak kepala desa saya menjumpai beberapa keluarga dan

melihat bagaimana perilaku keluarga tersebut membuang sampah, sebagian

keluarga yang saya jumpai memiliki hewan ternak yaitu babi, kerbau dan ayam.

Saya juga luamayan sering melihat beberapa anggota keluarga memberikan

makanan kepada hewan peliharaannya.

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang berada di desa Purba Dolok

hanya satu yaitu berseberangan dengan rumah kepala desa. Kegiatan yang sering

dilakukan adalah melakukan imunisasi rutin yang di lakukan atas program

pemerintah, tepat di depan posyandu dimanfaatkan oleh warga untuk membangun

Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pertanyan banyak saya lontarkan

kepada kepala desa dan warga dan ini juga yang membuat saya sangat segan

karena kepala desa selalu menyiapkan minuman dan makanan saatdating untuk

wawancara.

Setelah berbulan-bulan saya kembali lagi ke desa tersebut beberapa

perubahan yang terlihat, yaitu tong sampah yang berada didepan rumah sebagian

20

Universitas Sumatera Utara

Page 33: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

ada yang rusak, “penyok”, dan berlubang. Tong sampah yang disediakan oleh

pemerintah ternyata masih banyak warga yang tidak memilikinya. Beberapa

masyarakat juga tinggal berkelompok memiliki satu tempat yang digunakan untuk

membakar sampah.

Perkantoran yang sebelumnya saya lihat tidak begitu banyak sampah

sekarang sudah banyak berubah. Tempat sampah yang dibuat untuk menjadi

tempat sementara berubah berantakan, sampah berserakan sampai ke parit. Seperti

tidak terurus dan begitu banyak rumput-rumput liar yang tidak rutin dipotong dan

sekitarnya barserakan sampah plastik membuat daerah beberapa kantor terlihat

kumuh.

21

Universitas Sumatera Utara

Page 34: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Sejarah Desa

Purba Dolok adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Doloksanggul

Kabupaten Humbang Hasundutan yang berada di selatan Ibukota Kecamatan

Doloksanggul. Desa ini diperkirakan telah ada sejak Tahun 1500-an dimana para

nenek moyang berasal dari Tipang Bakara. Nenek Moyang yang pertama kali

menginjakkan kakinya ke Purba Dolok bernama Tahi Raja dan keluarganya.

Kemudian mereka bermukim di Purba Dolok dan beliaulah yang disebut-sebut

sebagai pendiri Purba Dolok pertama kalinya beserta anak-anaknya yang bernama

Ompu Raja Ihutan, Ompung Raja Unggul, Ompu Raja Idolok, dan Ompu

Habiaran. Konon, terbentuknya Purba Dolok itu di dahului dengan adanya

perseteruan antara Purba dan Simanullang Toba yang disebut sebagai perang

saudara yang terjadi sekitar Tahun 1600 dan berlangsung selama 1 tahun. Perang

tersebut memperebutkan wilayah kekuasan. Perseteruan dengan Raja Simanullang

Toba dalam memperebutkan wilayah sekitar 455 hektar, karena keinginan warga

Purba yang kuat dan memiliki pasukan lebih banyak dibandingkan Simanullang

Toba, maka Simanullang Toba pun menyerah dan wilayah dimaksud itu jatuh ke

tangan rakyat Purba.

Setelah wilayah seluas 455 hektar tersebut dikuasai oleh Tahi Raja Purba

lahan tersebut digunakan sebagai lahan pertanian dan permukiman. Semua

dikelola warga Purba dengan pola hidup gotong royong yang terjadi di dalam

22

Universitas Sumatera Utara

Page 35: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

tatanan sosial marga Purba. Meskipun lahan pertanian itu kembali kosong karena

banyak masyarakat yang berdagang sehingga memilih untuk tidak mengolah

lahan, dengan didapatkannya lahan setelah melakukan perang, namun kekuasaan

atas tanah tersebut tetap dipegang secara turun temurun. Masyarakat pun berusaha

membentuk suatu organisasi atau kelompok masyarakat berdasarkan garis

keturunan. Setelah puluhan tahun atau bahkan ratusan tahun, keturunan kedua

Tahi Raja Purba maka dibentuklah sebuah organisasi yang memiliki pemimpin

yaitu sekitar tahun 1700, pada saat itu Ompung Raja Unggul berperan sangat kuat

dan munculah ide untuk pembagian wilayah yang masih satu yaitu Purba dolok ,

Purba Manalu, Sosor Jabbatan dengan tokoh-tokoh berdasarkan garis keturunan

marga yaitu Toga Purba, Toga Manalu dan Debata Raja, Sejak saat itu, atas

kesepakata berpisahnya wilayah tersebut dipimpin Raja masing masing agar tidak

terjadi peperangan lagi maka pemimpinlah yang mengatur semua daerah

kekuasaan masing-masing

Pada tahun 1951 Desa Purba dibagi menjadi dua desa yaitu Desa Purba

Dolok dan Desa Purba Toruan (sekarang Desa Purba Manalu). Kepala Desa

Pertama adalah Paulus Purba tahun 1956-1986 dari Huta Lumban Gorat (sekarang

Dusun III), yang ke-2 Mangandar Purba tahun 1986-1994 dari Huta Parbubu

(sekarang Dusun I), yang ke-3 Tohap Purba tahun 1994-2002 dari Huta

Sihumonong (sekarang Dusun II), yang ke-4 Lord Minto Simatupang tahun 2002-

2008 dari Huta Lumban Tumiar (sekarang Dusun III), yang ke-5 Rimson Eledon

Purba tahun 2008-2014 dari Huta Sosor Julu, yang ke-6 Heber Posman M. Purba

23

Universitas Sumatera Utara

Page 36: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

tahun 2014-2019 sampai dengan sekarang dari Huta Sosor Tapia (sekarang Dusun

III).

Penduduk Desa Purba Dolok pada umumnya hidup dari bertani dan beternak

dengan kehidupan adat-istiadatnya masih kental. Penduduk asli Purba Dolok 95%

adalah Marga Purba. Disebut desa Purba Dolok karena masyarakatnya adalah

Marga Purba dan berada pada dataran tinggi (dolok) , bisa kita lihat dari satu bukti

sampai sekarang sumber air minum khusunya di kecamatan Doloksanggul adalah

bersumber dari Desa Purba Dolok yang terletak di Lumban Sibabiat yang bisa

mengalir deras secara daya grafitasi sehingga Desa Purba Dolok bisa disebut desa

sumber air.

Desa Puba Dolok adalah desa lintasan menuju Kecamatan Sijama Polang.

Masyarakat desa Purba Dolok bisa digolongkan dengan desa yang cukup peduli

dengan pendidikan, terbukti dengan adanya kerelaan orang tua (pendahulu)

memberikan lahan yang sangat luas untuk mendirikan bangunan Sekolah

Menengah Atas (SMA dan SMK yang pertama di Kecamatan Doloksanggul) pada

tahun 1976.

24

Universitas Sumatera Utara

Page 37: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

2.2 Letak Geografis

1. Letak dan Luas Desa

Gambar 1: Peta Desa Purba Dolok

Sumber: Kantor Desa Purba Dolok

Desa Purba Dolok terbentuk dari 3 dusun, memiliki luas wilayah 525 Ha, dengan

perincian sebagai berikut:

1. Dusun I seluas 160 Ha

2. Dusun II seluas 190 Ha

3. Dusun III seluas 175 Ha.

Desa Purba Dolok masuk dalam wilayah Kecematan Doloksanggul Kabupaten

Humbang Hasundutan berjarak 2 km arah Selatan dari kantor Camat

Doloksanggul, dengan batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lumban Tobing

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sosor Tolong

25

Universitas Sumatera Utara

Page 38: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

- Sebelah Timur bebatasan dengan Desa Purba Manalu

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sihite I

Desa Purba Dolok berada pada ketinggian antara 1.300m diatas

permukaan laut. Iklim dari Desa Purba Dolok memiliki suhu 22-28C, curah

hujan di desa ini sekitar 2000-3000mm, kelembaban 26C dan kecepatan angin

0,5-5km/jam.

Pola pemukiman masyarakat Desa Purba Dolok adalah pola pemukiman

menyebar karena mata pencaharian penduduk umumnya berupa petani, peternak,

pedangan. pegawai pemerintahan, wiraswasta dan sebagainya. Penduduk yang

tersebar juga membentuk unit-unit kecil. Unit-unit tersebut merupakan rumah-

rumah yang mengelompok dan terbentuk karena mendekati fasilitas umum,

adanya masalah keamanan, atau karena sikap masyarakat yang berjiwa sosial

tinggi.

26

Universitas Sumatera Utara

Page 39: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

2.3 Komposisi Penduduk

2.3.1. Berdasarkan Kelompok Umur

Penduduk

Penduduk

Umur Jumlah

Laki-laki Perempuan

(Tahun) Penduduk

(Jiwa) (Jiwa)

0-20 440 483 923

21-40 295 285 580

41-60 149 146 295

61-70+ 67 90 157

Jumlah 951 1004 1955

Sumber : Kantor Desa Purba Dolok.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa di desa Purba Dolok

kelompok umur masyarakat yang paling banyak ada di usia 0-20 tahun dan 21-40

tahun, kelompok usia yang paling banyak termasuk dalam kelompok usia

produktif.

27

Universitas Sumatera Utara

Page 40: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

2.3.2. Berdasarkan Mata Pencaharian

No.

Uraian Jumlah

( KK)

1 Petani 384

2 Supir/Jasa Angkut 49

3 Tukang 15

4 Buruh Bangunan 30

5 Pedagang 15

6 Penjahit 2

7 Pegawai Swasta 65

8 Pegawai Negeri Sipil 63

9 Pensiun 35

10 TNI/Polri 2

11 Perangkat Desa 8

12 Perbengkelan 6

13 Industri Pengelolaan 1

Sumber : Kantor Desa Purba Dolok.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pekerjaan yang dominan di desa

Purba Dolok adalah petani, lalu disusul dengan pekerjaan swasta dan pegawai

negeri sipil. Pekerjaan yang paling sedikit di desa Purba Dolok adalah penjahit

dan industri pengelolaan. Mata pencaharian sebagai petani dalam hal ini adalah

bercocok tanam di ladang dan di sawah serta berternak ayam, babi dan kerbau.

Suatu pengharapan utama masyarakat untuk mencapai tingkat kesejahteraannya

sering diungkapkan melalui umpasa1 yaitu “Sai Sinurma napinahan, gabe ma

naniula” artinya, Kiranya ternak piaraan berkembang biak, hasil panen selalu

meningkat.

1Umpasa=Pantun

28

Universitas Sumatera Utara

Page 41: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

2.3.3. Berdasarkan Agama dan Etnis

Agama

Jumlah

( Jiwa)

Kristen Protestan 2012

Kristen Katolik 70

Islam 45

Hindu -

Budha -

Khonghucu -

Etnis Jumlah

( KK)

Batak 433

Jawa 1

Nias 1

Sumber : Kantor Desa Purba Dolok.

29

Universitas Sumatera Utara

Page 42: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

2.3.4. Berdasarkan Pendidikan

Tingkat pendidikan Desa Purba Dolok sebagai berikut:

Tingkat Pendidikan

Jumlah

%

Lulusan S-1 keatas 61 7,9

Lulusan SLTA 234 30,6

Lulusan SMP 223 29,2

Lulusan SD 158 20,7

Tidak Tamat SD/ tidak sekolah 87 11,4

Jumlah 763 Sumber : Kantor Desa Purba Dolok.

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Purba Dolok didominasi oleh lulusan

SLTA. Tradisi secara turun temurun dalam hal menyekolahkan anak cukup

berakar dalam kehidupan masyarakat Desa Purba Dolok. Motto dari masyarakat

adalah “Anakonhi do hamoraan di ahu, na ingkon do singkola satimbo-timbona,

sintap ni na tolap gogoki” artinya, Anakku adalah aset kekayaan terbesar bagi

saya, harus saya sekolahkan hingga jenjang pendidikan tertinggi sebatas

kemampuan saya. Dengan motto ini maka para orang tua akan berjuang habis-

habisan untuk menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang pendidikan yang lebih

tinggi.

2.4. Sarana dan Prasarana Desa

2.4.1. Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor yang paling penting untuk memperoleh

segala yang diinginkan manusia. Setiap orang pasti ingin memiliki tingkat

pendidikan yang tinggi, semua akan dikorbankan agar dapat bersekolah. Sama

halnya di Desa Purba Dolok sarana pendidikan di desa ini sudah relatif memadai

30

Universitas Sumatera Utara

Page 43: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

karena memiliki 1 unit TK dan PAUD, 1 unit Sekolah Dasar (SD) 1 unit Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) dan 1 unit Sekolah Menengah Atas (SMA). Tingkat

pendidikan masyarakat Desa Purba Dolok juga termasuk tinggi karena jarang

sekali ada anak yang putus sekolah dan minimal menamatkan tingkat SMA, dan

tidak jarang anak-anak desa yang melanjutkan kuliah di Kota Medan maupun di

luar Pulau Sumatera.

2.4.2. Transportasi Darat

Desa Purba Dolok memiliki sarana transportasi darat yang cukup lengkap,

berbagai kendaraan baik kendaran umum dan pribadi cukup banyak melewati desa

ini, karena desa ini berada dekat dengan jalan lintas dari dan menuju

Doloksanggul dari Kabupaten Humbang Hasundutan. Kendaraan Lintas seperti

kendaraan pribadi yang digunakan sebagai kendaraan umum oleh desa lain,

minibus ataupun bus lalu lalang melewati desa Purba Dolok. Banyaknya

kendaraan yang melewati desa ini karena prasarana jalan sudah cukup memadai,

jalan utama desa yang memiliki aspal mulus menjadi primadona supir bus yang

melintasi desa ini, sehingga keadaan desa Purba Dolok menjadi salah satu desa

yang cukup ramai. Jika dari Medan untuk sampai ke desa Purba Dolok bias

melalui jalur dari Sidikalang menggunakan bus “Sampri”, jika diinginkan bisa

diantar sampai depan rumah.

2.4.3. Air Bersih

Desa Purba Dolok memiliki sarana air bersih yang sudah cukup baik

karena didukung oleh adanya sumber air yang dijaga kebersihannya, yang dikelola

oleh Unit Pelaksana Teknis Air Bersih Dinas Perumahan dan Permukiman.

31

Universitas Sumatera Utara

Page 44: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

Berbeda dengan desa lain yang ada disekitar Desa Purba Dolok, Desa Purba

Dolok sudah tidak memiliki MCK (Mandi Cuci Kakus) Umum karena semua

rumah sudah memiliki kamar mandi pribadi masing. Dibanding desa lain yang

masih memiliki MCK Umum yang merupakan tempat orang mandi dan buang air

masyarakat desa, Desa Purba Dolok hanya memiliki tempat penampungan air bagi

masyarakat desa tersebut jika air disetiap rumah mati, itulah manfaat dari tempat

penampungan air tersebut.

2.4.4. Kesehatan

Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi setiap orang. Dengan

tubuh yang sehat dan fresh akan dapat menstimulasi tubuh untuk lebih

bersemangat melakukan segala kegiatan baik belajar maupun bekerja. Selaras

dengan tingkat kesehatan yang baik, maka ada sarana kesehatan yang cukup baik

pula, seperti puskesmas, klinik dan Rumah Sakit dan lain-lain.

Desa Purba Dolok merupakan desa yang memiliki penduduk dengan usia

hidup yang tergolong baik. Hal ini ditandai dengan masih banyak orangtua yang

berusia antara 70 – 100 tahun. Fasilitas kesehatan di Desa termasuk cukup

lengkap, klinik dan Bidan Desa (Bindes). Pelayanan yang cukup baik disediakan

pada Posyandu Purba Dolok karena tersedia 1(satu) orang Bidan Desa dan Mantri

Kesehatan yang siap melayani pasien. Jarak Rumah Sakit Umum Doloksanggul

ke Desa Purba Dolok cukup terjangkau, hanya berjarak 5 km sehingga

memudahkan masyarakat memperoleh fasilitas kesehatan yang baik.

32

Universitas Sumatera Utara

Page 45: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

2.5. Potensi Sumber Daya Desa Purba Dolok

Sumber daya alam yang dapat dimanfaakan masyarakat desa Purba Dolok

terdiri dari berbagai macam jenis baik ladang maupun sawah. Luas lahan

pertanian desa purba dolok: Sawah 152 Ha, Darat 198 Ha, Lahan tidur 110 Ha dan

sungai 1.5KM.

NO

Jenis Komoditi

Luas Lahan (Ha)

Jumlah Produksi

Perhektare (ton)

1

Padi

152 1.5

2

Kopi

15 0.5

3

Cabai

5 5

4

Sayur mayor

4 6

5

Jeruk

2 5

6

Ubi

7 9

7

Terong Belanda

2 1.5

8

Komoditi lain

11 -

Sumber : Kantor Desa Purba Dolok.

Tabel diatas menunjukan bahwa padi merupakan komoditi yang paling

banyak ditanam oleh penduduk desa Purba Dolok atau dengan kata lain mayoritas

penduduk desa berprofesi sebagai petani, terbukti dengan jumlah lahan sawah

berjumlah 152 Ha, dan kopi juga merupakan penyumbang pemasukan bagi

33

Universitas Sumatera Utara

Page 46: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

penduduk dengan jumlah lahan 15 Ha dan disusul dengan komoditi lain seperti

cabai 5 Ha, sayur mayur 4 Ha, jeruk 2 Ha, Ubi 7 Ha, terong belanda 2 Ha dll.

Penduduk desa Purba Dolok juga sangat banyak memelihara hewan ternak

seperti babi, kerbau, lembu, ayam dan lain-lain. Berbeda dengan kampung

lainnya, ternak babi di Desa Purba Dolok sudah teratur karena berada dikandang

pemilik ternak. Jumlah ayam di desa Purba Dolok 2.000 ekor, dan kerbau 100

ekor dan babi 200 ekor, dan hanya ayam yang terkadang dibiarkan bebas. Dari

peternakan ini ada juga permasalahan yang dialami peternak seperti pakan ternak

babi yang susah didapatkan. Pakan babi biasanya seperti ubi busuk, daun ubi jalar,

nasi sisa dan itu biasanya dilakukan 2-3 kali sehari.

2.6. Profil Informan

2.6.1 Heber P. Purba

Bapak Heber P. Purba merupakan Kepala Desa Purba Dolok yang ke-6,

beliau merupakan warga dari Huta Sosortapian yaitu Dusun sering dipanggil oleh

warga “ama Abet”. Bapak ini merupakan seorang petani dan pembuatan batu bata

di belakang rumahnya. Semenjak 2014 beliau disibukkan dengan jabatannya

sebagia Kepala Desa, menurut warga desa perubahan yang dilakukan Kepala Desa

sangat terasa. Beliau memiliki 4 anak yang semuanya masih duduk dibangku

Sddan SMA. Kepedulian Kepala Desa terhadap masyarakat sangat terasa, salah

satunya jalan disebagian desa sudah mulai ada perbaikan dan kepala desa yang

mau mendengar keluhan masyarakat. Pengadaan gotong royong setiap bulan di

desa merupakan ajakan dari Kepala Desa yang bisa menumbuhkan sikap

34

Universitas Sumatera Utara

Page 47: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

kebersamaan antara masyarakat desa. Beliau jugalah informan pertama bagi

peneliti.

Kemudian setelah peneliti mendapatkan informasi dari Bapak Kepala Desa

peneliti bertanya dan meminta izin untuk memperbolehkan melakukan wawancara

kepada warga Desa Purba Dolok, kemudian Bapak Kepala Desa meperbolehkan

dan merokemendasikan keluarga yang bisa diwawancarai.

2.6.2 Edward Purba

Bapak Edward Purba yang berumur 53 tahun merupakan warga yang

rumahnya tidak jauh dari SMA Negeri 1 Doloksanggul. Beliau bekerja sebagai

petani dan pembuat gorong-gorong yang dipakai untuk membuat selokan. Bapak

Edward Purba sering disebut “Ama Nova” merupakan salah satu pemilik

penggilingan padi di Desa Purba Dolok. Beliau juga memiliki hewan ternak dan

peliharaan. Setiap hari waktu Bapak Edward Purba lebih sering membuat gorong-

gorong dari pada bertani, karena sudah ada istri dan pekerja yang dibayar untuk

melakukannya. Keluarga Bapak Edward juga banyak mengasilkan sampah rumah

tangga yang sebagian dibakar, dijadikan pupuk dan pakan ternak.

2.6.3 Omppung Lumban Gaol

Ompung Lumban Gaol merupakan wanita tua yang berumur 75 tahun ini

peneliti temui didepan rumah sedang yang langsung menghadap ke jalan utama

desa. Beliau ketika ditemui sedang menjemur kopi yang sudah digiling,

kesehariannya yaitu seorang petani, suaminya sudah sejak lama meninggal dan

beliau tinggal dengan anak dan menantunya.

35

Universitas Sumatera Utara

Page 48: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

2.6.4 Tumiar Simamora

Tumiar Simamora yang ber umur 55 merupakan ibu dari 4 anak, beliau

merupakan tetangga Omppung Luman Gaol. Beliau merupakan seorang guru

Sekolah Dasar di desa lain yang lumayan jauh dari rumahnya. Kesehariannya Ibu

Tumiar tidak hanya mengajar tetapi beliau juga seorang petani sebagai tambahan.

Setiap pulang dari sekolah beliau menyempatkan diri ke ladang belakang rumah.

Ibu Tumiar juga memiliki anjing dan babi sebagai hewan ternak. Keseharian juga

ibu Tumiar masak dan melayani anak dan suaminya

2.6.5 G Aritonang

Bapak G Aritonang yang berumur 40 tahun merupakan seorang kepala

keluarga bagi istri dan ke-3 anaknya. Beliau merupakan seorang wirausaha dalam

bidang jasa perbaikan mobil di depan rumah, sedangkan istrinya bekerja sebagai

seorang perawat di salah satu rumah sakit di Doloksanggul dan terkadang beliau

memberikan imunisasi di Desa Purba Dolok ketika ada Bulan Imunisasi

Nasional. Pekerjaan mereka bukan hanya itu, bertani dan berternak juga menjadi

salah satu mata pencaharian. Bagi keluarga ini masa depan sangat penting karena

mereka mempunyai 3 anak yang masih kecil dan jika mereka semakin besar

kebutuh dan biaya hidup semakin meningkat.

2.6.6 Marsel Purba

Marsel Purba merupakan anak berumur 13 tahun yang duduk dibangku

kelas 8 SMP. Anak seumuran Marsel biasa sering bermain sehabis pulang

sekolah, terkadang Marsel juga membantu orang tuanya di rumah lalu

mengerjakan tugas dari sekolah.

36

Universitas Sumatera Utara

Page 49: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

2.6.7 Natasya Sihite

Natashya Sihite merupakan murid dari SMA Negeri 1 Doloksanggul yang

duduk di kelas 11 IPS 2. Natasya tinggal di Pasar Doloksanggul, setiap hari pergi

sekolah dengan menggunkan kendaraan umum.

2.6.8 Janius Sinaga

Janius Sinaga merupakan warga dari Huta Lumban Julu, umur beliau 45

tahun. Keluarga Bapak Janius Sianga tinggal di pemukiman yang berkelompok

yang jauh dari jalan utama desa. Keberadan tempat sampah yang tudak merata

membuat pak Janius dan tetangga-tetangganya membuang sampah berkelompok

dan membakarnya.

2.6.9 Damai Purba

Damai Purba merupakan ibu dari 2 anak yang sedang merantau ke Jakarta.

Beliau berumur 60 tahun. Beliau memiliki mata pencaharian bertani, setiap hari

beliau pergi ke ladang atau kebun.

2.6.10 Manogam S.P Pasaribu. SE,

Bapak Manogam merupakan Kepala Bidang Pelayanan Kebersihan dan

Pengelolaan Sampah di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Humbang

Hasundutan. Beliau merupakan informan yang mejelaskan bagaimana

pemerintah dalam menanggulangi masalah sampah dan pengelolaan sampah

seperti apa yang ada di Desa Purba Dolok.

37

Universitas Sumatera Utara

Page 50: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

BAB III

PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH MASYARAKAT DESA PURBA

DOLOK

3.1 Karakteristik Sampah Masyarakat Desa Purba Dolok

3.1.1 Volume Sampah

Volume adalah perhitungan seberapa banyak ruang yang bisa ditempati

dalam suatu objek. Volume biasa disebut juga dengan kapasitas.

Volume hari ke 1 2 3 Rata-rata

(kg) (kg) (kg) (kg)

Sampah Organik 1,190 1,105 1,203 1,166

Sampah Anorganik 0,375 0.272 0,428 0,358

Sumber : Hasil Observasi Peneliti

Untuk volume sampah di desa Purba Dolok, peneliti menghitung berapa

banyak kira-kira sampah yang dihasilkan (dalam satuan kilogram (Kg)) dari suatu

kelompok rumah tangga dalam kurun waktu 3 hari. Dimana jumlah dari sampah

organik masyarakat per hari sekitar 1,66 kg/KK da. Sampah organik yang

dimaksud adalah sampah yang meliputi sisa-sisa makanan, buah-buahan, daun-

daunan, kertas, tisu, dan lain-lain.

Sedangkan untuk volume sampah anorganik yaitu plastik, kaleng, kaca,

besi, dan lain-lain. Perkiraan sampah anorganik tersebut dalam sehari yaitu 0,358

kg/hari. Dan hasil dari penambahan sampah organik dan sampah anorganik dalam

38

Universitas Sumatera Utara

Page 51: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

sehari yaitu 2,018 kg dan apabila dikalikan dengan 30 hari/sebulan menjadi

60,54kg.Perhitungan tersebut didapat dari hasil penimbangan sampah yang

dilakukan disalah satu rumah warga desa Purba Dolok selama 3 hari yaitu rumah

bapak kepala desa Purba Dolok.

Gambar 2 : Contoh sampah organik dalam rumah tangga, yaitu sampah bawang.

Sumber : Dokumentasi pribadi.

39

Universitas Sumatera Utara

Page 52: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

Gambar 3 : Contoh sampah anorganik dalam rumah tangga, yaitu sampah plastik.

Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 4 : Salah satu sampah dari rumah tangga yaitu sampah sisa makanan yang

telah di masak dan akan diberikan untuk ternak babi.

Sumber : Dokumentasi pribadi

40

Universitas Sumatera Utara

Page 53: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

Sampah sisa makanan memiliki wadah yang berbeda, tempat sisa cat

tembok dibuat masyarakat sebagai wadah yang bentuknya seperti ember biasa

berwarna putih, tinggi dan memiliki penutup. Wadah cat ini memiliki masa 15L,

keluarga Pak Purba dan ibu Panjaitan setiap hari menghasilkan 1,5-2kg sisa

makanan, wadah ini penuh dalam kurung waktu seminggu. Pak Purba memiliki 2

ekor babi yang memerlukan makanan sisa setiap hari sehingga tidak hanya

menggunakan makanan sisa dari rumahnya saja tapi beliau mengambil sisa

makanan dari rumah kerabatnya yang tidak jauh dari desa. Seminggu sekali anak

Pak Purba mengambil sisa makanan dari ruamh kerabatnya yang terisi penuh satu

wadah cat. Keluarga Pak purba biasa mengahasilkan kurang lebih 15 kg per

minggu, sedangkan kerabatnya menghasilkan 20kg sisa makanan dalam satu

minggu.

Pemisahan sampah makanan dilakukan setiap hari, biasa yang

melakukannya adalah anggota keluarga yang sedang mencuci piring kotor.

Masyarakat hanya terbiasa memisahkan sisa makanan. Kebiasaan ini dilakukan

oleh masyarakat yang memIliki hewan ternak maupun tidak. Banyak masyarakat

yang dulunya memiliki hewan ternak dan sekarang tidak memilikinya masih tetap

memisahkan makanan karena tetangga atau kerabat yang memiliki hewan ternak

juga masih membutuhkannya. Hanya saja sampah yang lain tetap digabung seperti

sampah kertas dan plastik dan dibuang ke tempat sampah atau membakarnya di

belakang rumah.

41

Universitas Sumatera Utara

Page 54: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

Gambar 5 : sampah rumah tangga yaitu palstik, kertas, kain dll.

Sumber : dokumen Pribadi

3.1.2 Perilaku masyarakat membuang sampah

Masyarakat Desa Purba Dolok masih sering membuang sampah tidak pada

tempatnya. Hal tersebut bukanlah hal yang baru dan dilakukan oleh mayoritas

masyarakat di Desa Purba Dolok, masyarakat menganggap membuang sampah

sembarangan merupakan suatu hal yang biasa saja dan jarang ada yang mau saling

memperingatkan atau menegur jika ada yang membuang sampah tidak pada

tempatnya. Ada beberapa alasan masyarakat Desa Purba dolok tidak mau

membuang sampah pada tempatnya, yaitu;

42

Universitas Sumatera Utara

Page 55: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

1. Membuang Sampah Sembarangan Menjadi Kebiasaan

Gambar 6: Sampah yang berada di belakang rumah

Sumber: Dokumentasi pribadi

Desa Purba Dolok adalah desa yang sebagian penduduknya bertani.

Keberadaan rumah-rumah yang dibelakangnya merupakan lahan pertanian

masyarakat membuat kebiasaan membuang sampah dibelakang rumah adalah hal

biasa. Salah satu penyebab masyarakat desa membuang sampah tidak pada

tempatnya adalah kebiasaan yang sudah turun temurun. Kebiasaan yang turun

temurun ini dilakukan di kebunnya masing-masing karena merasa milik mereka

dan sudah pasti tidak ada yang menegur, begitu juga dengan warga lainnya.

Mereka merasa tidak terganggu bila warga membuang sampah ke kebunnya

masing-masing atau belakang rumah.

Sampah yang biasa mereka buang dibelakang rumah adalah sampah

plastik. Jika sampah itu sudah menumpuk, maka sampah itu pasti akan dibakar.

Penulis sering melihat sampah tersebut di kebun kopi masyarakat, sampah ini

sudah bercampur dengan daun dan tanah. Apabila dilihat dari jauh tempat ini

seperti tempat pembuangan sampah.

43

Universitas Sumatera Utara

Page 56: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

2. Tempat Sampah yang Tidak Merata

Gambar 7 : Keberadaan tempat sampah yang tidak merata di Lumban Julu.

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Keberadaan tempat sampah di setiap halaman rumah penduduk hanya

terlihat disepanjang jalan utama di desa tersebut. Tempat sampah yang diberikan

oleh pemerintah merupakan Anggaran Dana Desa tahun 2016. Sedangkan untuk

rumah yang berkelompok di dalam gang tempat sampah tidak terlihat. Warga

yang rumahnya berkelompok lebih memilih membakar sampah dibelakang rumah

atau mengumpulkan sampah berkelompok dan membakarnya di kebun terdekat

dari rumah. Dapat dilihat pemberian tempat sampah yang tidak merata membuat

program pemerintah ini tidak berjalan dengan benar. Pak Janius Sinaga yang

merupakan warga dari Huta Lumban Julu menjelaskan,

“molo hami dang dapotan dope tong sampah i, holan di pasar i adong tong sampah dek, hami par hutaon mambakar sampah maaa,,,”

44

Universitas Sumatera Utara

Page 57: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

(“kalo kami belum dapet tong sampah itu, cuman yang di jalan besar itu dikasih tempat sampah dek, kami orang kampung ini masih bakar sampah...”)

Gambar8: seorang warga membuang sampah di tanah kosong untuk dibakar.

Sumber : Dokumentasi Pribadi

3. Bentuk Tempat Sampah

Tempat sampah yang diberikan pemerintah kepada sebagian masyarakat

desa seringkali tidak berfungsi dengan baik. Hal ini disebabkan oleh ukuran

tempat sampah yang tidak proporsional. Tempat sampah ini masih dapat

dijangkau oleh hewan peliharaan masyarakat misalnya anjing yang masih mampu

menjangkau tempat sampah tersebut dan membuat sampah yang ada di dalamnya

45

Universitas Sumatera Utara

Page 58: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

berserakan. Tempat sampah yang diberikan yang pemerintah yang terbuat dari

drum membuatnya mudah sekali karatan dan bisa hancur.

Gambar 7: Tempat sampah yang redah dan karatan.

Sumber : Dokumentasi Pribadi

3.1.3 Pemanfaatan Sampah

Karena masyarakat masih tegolong agraris yang sumber pencaharian

bertani dan berternak maka sisa sampah organik digunakan untuk pakan ternak

seperti babi dan ayam, ada juga hewan peliharan yaitu anjing. Cara menggunakan

sisa makanan dimasak kembali bersama “dodak”. Sebagian sampah organik

digunakan sebagai pupuk dengan cara proses pembusukan yaitu dengan cara

membuangnya begitu saja ditanah. Sedangkan sampah unorganik seperti plastik,

kaleng bekas, botol bekas dan styrofoam.

Salah satunya keluarga Pak Edward Purba / br. Panjaitan.Pasangan suami

istri ini memiliki 6 anak. Di rumah tersebut yang tinggal hanya 2 anak laki-laki

46

Universitas Sumatera Utara

Page 59: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

dan 1 orang tua Pak Purba, 4 anak perempuan lainnya tinggal di luar kota. Jadi di

rumah ada 5 anggota keuarga.Keluarga ini merupakan keluarga petani.Setiap hari

pak Purba dan keluarga melakukan aktivitas bertani dari pagi hingga sore. Pak

Purba, istri serta ibunya pergi ke ladang dari pagi hari sekitar jam 8, sebelum

berangkat sang istri memasak makanan untuk sarapan dan makan siang. Pak

Purba tidak terus ke ladang karena beliau juga mempunyai usaha penggilingan

padi atau dalam bahasa bataknya “Kilang Eme”, dan yang menggiling padi bukan

dari desa Purba Dolok saja desa-desa tetangga juga sering. Keluarga ini memiliki

hewan peliharaan dan ternak yaitu anjing dan babi.

Keluarga ini memiliki kebiasaan dalam membuang sampah dengan cara

memisahkan sisa makanan, kebiasaan ini dilakukan sudah dari dulu karena sisa

makanan tersebut akan dimanfaatkan untuk makanan anjing dan babi. Makanan

untuk anjing di berikan begitu saja tanpa diolah kembali, sedangkan makanan babi

terlebih dahulu dimasak dengan campuran bahan lainnya seperti dodak, labu

kuning, labu siam dan daun ubi jalar, biasa yang mengolahnya adalah ibu dari Pak

Purba, biasa dipanggil Ompung Nova. Makanan sisa yang ada didapat dari sisa-

sisa makanan yang di masak pada pagi dan malam hari, lalu jika ada undangan

pesta atau kegiatan-kegiatan yang ada di desa pasti setiap ibu membawa plastik,

yang berisi makanan yang ada di acara tersebut seperti daging babi

(saksang)¸rendang, ikan mas, acar, lappet dan dibawa pulang ke rumah masing-

masing untuk dimakan bersama keluarga dan kemungkinan makanan tersebut juga

bersisa dan akan jadi sampah makanan yang akan diolah menjadi makanan ternak.

47

Universitas Sumatera Utara

Page 60: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

Keluarga lainnya yaitu bapak Ganti Aritonang /br. Situmeang. Pasangan

suami istri ini memili anak 3 yang masih kecil-kecil. Dalam urusan sampah

keluarga ini juga memisahkannya sama seperti keluarga pak Purba, bedanya pak

Purba dan istri sebagai petani sedangkan pak Aritonang sebagai wirausaha dengan

membuka bengkel service di rumah dan istri sebagai seorang perawat di salah satu

rumah sakit di Doloksanggul dan tidak membuka praktek di rumah. Keluarga ini

tidak memelihara hewan ternak melainkan sisa sampah organiknya ada yang

mengambil yaitu tetangga, jika ember yang berisi makanan sisa tersebut penuh

maka tetangga datang untuk mengambilnya biasa seminggu sekaliuntuk makanan

ternak unggas berupa bebek. Tetangga yang mengambil makanan sisa biasa

menggantinya dengan hasil dari hewan ternak mereka misalnya telur bebek.

3.1.4 Frekuensi Pengangkutan Sampah Ke Tempat Pembuangan Akhir

Adanya tempat sampah disebagian depan rumah warga sangat membantu

masyarakat untuk mengurangi smpah yang berserakan di luar rumah, keberadaan

tempat sampah dibarengi dengan keberadaan truk pengangkut sampah.

Pengangkutan dilakukan 1 sampai 2 kali. Pengangkutan ini langsung dari Dinas

Kebersihan yang bertulis “Pengangkut Sampah Kantor Pasar dan Kebersihan”.

Menurut petugas kebersihan frekuensi pegangkutan sampah seminggu 2 kali

menggunakan truk pengangkut sampah dan kontribusi dari setiap keluarga berupa

iuran sebesar Rp 5000,-.

48

Universitas Sumatera Utara

Page 61: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

3.2 Tradisi Lama dan Sistem Pengelolaan Sampah

Desa Purba Dolok sama dengan desa-desa lainnya dimana membutuhkan

proses yang panjang untuk menerima kebudayaan baru. Hal yang dialami oleh

masyarakat Desa Purba Dolok sebelum mengenal bagaimana Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat adalah bagaimana masyarakat tersebut mengelola sampah di

kehidupan sehari-hari menurut pengetahuan mereka. Masyarakat memiliki

inisiatif tersendiri dalam pengelolaan sampah sebagai berikut:

3.2.1 Jenis Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah yang dilakukan masyarakat terdiri dari beberapa cara,

yang dilakukan secara turun-temurun dari nenek moyang mereka yang terlebih

dahulu berdomisili di Desa Purba Dolok. Cara-cara yang dilakukan oleh

masyarakat tersebut, diantara lainnya:

Membuang Sampah di belakang rumah adalah kebiasaan yang sudah

dilakukan oleh masyarakat Desa Purba Dolok salah satunya inang Tumiar

yang membuang sampah dibelakang rumah dimana hasil wawancara peneliti

bahwa inang ini mengatakan :

“molo hami dipudini jabu do mombolokkon sampah, alana dang adong tempat sampah nami, ba di pudi-pudima dipandanggurhon asa unang ruddut dijoloni jabu, molo dipudini jabu ba pittor dibakkar” (“kalau kami dibelakang rumah membuang sampah, karna gak ada tempat sampah kami, jadi dibuang dibelakanglah biar gak berantakan didepan rumah, kalo dibelakang rumah kan bisa langsung dibakar”)

Ladang atau kebun merupakan tempat bercocok tanam bagi masyarakat Desa

Purba Dolok. Setiap hari masyarakat pergi berladang, ada yang tidak jauh

dari rumahnya dan ada yang mengharuskan menggunakan kendaraan.

49

Universitas Sumatera Utara

Page 62: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

Kebiasaan masyarakat membuang sampah di ladang sudah dilakukan sejak

lama. Masyarakat memiliki alasan membuang sampah di ladang salah

satunya Oppung Lumban Gaol, contoh informan peneliti yang membuang di

ladang, yaitu:

“molo oppung tu balian do mambolokon sampah, inang. Alana oppung tu balian ganup ari, sekalian ma hu boan, asa pittor di bakkar dohot duhut i asa gabe pupuk” (“kalau oppung ke ladang membuang sampah nak, karena oppung ke ladang setiap hari, sekalianlah aku bawa, biar langsung dibakar bersama rumput biar jadi pupuk”)

Pinggir Jalan. Desa Purba Dolok merupakan desa yang dilalui oleh banyak

kendaraan dari dalam dan luar karena di desa terdapat sarana dan prasaran

seperti sekolah dan beberapa kantor dinas sehingga pinggir jalan adalah salah

satu tempat sampah bagi melalui jalan tersebut. Salah satu contoh peristiwa

ketika siswa yang baru pulang sekolah menggunakan kendaraan dan berjalan

kaki sering membuang sampah sembarangan tanpa ada rasa bersalah. Inang

Tumiar Panjaitan yang sering memperhatikan jalan lalu lintas mengatakan

bahwa siswa sering melemparkan sampah makanan mereka di jalan sehingga

banyak sampah berserakan di pinggir jalan.

“akka parsikkola i do na mambolokkon sampah i di dalan i, asal di pabollokkon ma di si. Gabe songoni ma topi dalan i, alogo na mambaen habang “ (“siswa sekolah yang membuang sampah ke jalan, langsung dibuang disitu. Jadi seperti itulah jalan penuh dengan sampah sehingga diterbangkan oleh angin”)

Jenis pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat berbeda-beda,

sesuai dengan bagaimana pengetahuan mereka tentang sampah dan juga

pengelolaannya. Masyarakat Purba Dolok memanfaatkan sekitar rumah atau

50

Universitas Sumatera Utara

Page 63: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

tempat tinggal sebagai tempat pembuangan sampah, seperti yang telah

disampaikan oleh Inang Tumiar Panjaitan bahwasanya membuang sampah

dilakukan di belakang rumah dikarenakan tempat yang strategis langsung

melemparkannya dari dalam rumah, dan akan membakar sampah tersebut pada

sore harinya agar sampah tidak bertumpuk dan mengundang hewan lain untuk

merusak tempat sampah tersebut.

Masyarakat memiliki ide tersendiri untuk mengatasi masalah yang

dihadapi persoalan pembuangan sampah, baik itu dibelakang rumah, ladang dan

pinggir jalan. Masyarakat Purba Dolok tidak menemukan kesalahan saat

membuang sampah dan membakarnya, karena hasilnya tidak ada sampah yang

bertebaran di sekitar rumahnya, dan itu cukup untuk kategori bersih di dalam

kehidupan sehari-hari mereka. Pada waktu saat oppung boru Lumban Gaol yang

membawa sampah ke ladang dan membakarnya di sana, hal tersebut sudah

menjadi kebiasaan bagi beliau akan membawa kantungan plastik sampah dan akan

membuangnya ke ladang dan membakarnya bersama rumput di ladang.

51

Universitas Sumatera Utara

Page 64: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

BAB IV

PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA PURBA DOLOK

4.1 Konsep Perilaku Bersih dan Sehat

4.1.1 Poda Na Lima

Poda dalam bahasa Batak berarti nasihat yang dalam sekali maknanya.

Poda semestinya disampaikan oleh orang yang lebih tua kepada orang yang lebih

muda. Poda na lima jika diartikan berarti 5 nasihat yang merupakan nasihat turun-

temurun dari nenek moyang suku Batak, dan selalu dituliskan atau dituturkan

secara berurutan dengan kalimat memerintah atau menyuruh yaitu;

1. Paias Roham

Paisa Roham berarti Bersihkan Hatimu maksudnya adalah bagaimana

cara kita supaya tetap memelihara hal-hal yang baik di dalam pikiran, dan jauh

dari segala pemiiran yang negatif, misalnya: jangan menyimpan dendam atau

rasa iri terhadap orang lain dan memaafkan kesalahannya, banyak bersyukur dan

berdoa dan jangan mengucapkan hal-hal yang buruk tentang orang lain.

2. Paias Pamatangmu

Paias Pamatangmu berarti Bersihkan Badanmu. Setelah menjaga

kebersihan hati, maka menjaga kebersihan badan atau tubuh adalah hal yang sama

penting. Menjaga kebersihan tubuh sangan penting untuk kesehatan, sehingga bisa

52

Universitas Sumatera Utara

Page 65: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

terhindar dari segala bibit penyakit dan kuman. Mulai dari hal sederhana,

misalnya mandi sehari 2 kali atau gosok gigi setelah dan sebelum tidur.

3. Paias Paheanmu

Paias Paheanmu berarti Bersihkan Pakaianmu, jika menjaga kebersiahan

hati dan badan sudah selesai selanjutnya hal yang selanjutnya diperhatikan adalah

pakaian. Menjaga kebersihan pakaian dan segala hal yang melekat ditubuh sangat

penting, selain penampilan terlihat lebih baik, cara pandang orang-orang sekitar

sangat berpegaruh terhadap diri sendiri.

4. Paias Bagasmu

Paias Bagasmu artinya Bersihkan Tempat Tinggalmu. Menjaga

kebersihan rumah merupakan hal yang penting untuk dilakukan, supaya rumah

terlihat indah dan rapi, bebas dari kuman dan serangga, serta nyaman dihuni,

tetapi juga semua tempat dimana kita tinggal dan melakukan aktivitas, misalnya

kantor, sekolah atau kamar kost. Alasan ini juga berdasarkan istilah di Suku

Batak yaitu “Partamue” yang artinya kepada seseorang , yang rumahnya sering

dikunjungi tamu, apalagi tamunya merupakan sanak saudara yang datang dari

tempat yang jauh, dan tamu-tamu yang datang merasa nyaman selama mereka

berkunjung kerumah dan mau kembali bertamu dikemudian hari.

53

Universitas Sumatera Utara

Page 66: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

5. Paias Alamanmu

Paias Alamanmu artinya Bersihkan Halaman atau Pekarangan Sekitarmu.

Menjaga halaman dan pekarangan rumah sama seperti menjaga kebersihan rumah.

Rumah yang indah tapi pekarangan yang tidak terawat, tentu menimbulkan

suasana yang kurang menyenangkan. Tidak terbatas pada halaman

ataunpekarangan rumah, tetapi nasihat ini juga menyueuh membersihakan

lingkungan sekitar juga, contohnya: jangan membuang sampah sembarangan5.

Orang Batak di kampung halaman biasanya melangsungkan pesta adat di

halaman depan rumah. Inilah mengapa menjaga kebersihan halaman dan

pekarangan rumah sekitar juga menjadi salah satu nasihat yang penting, supaya

tamu yang datang merasa nyaman.

Poda Na Lima ini, diawali dengan kata 'Paias', yang artinya "Bersihkan".

Perintah atau nasihat Paias ini, tidak hanya menyuruh untuk sekedar

membersihkan rumah atau kamar tempat tidur, n amun ada 5 hal yang memang

perlu dan harus kita bersihkan di dalam kehidupan kita sehari-hari.

Nasihat atau Poda ini tidak selamanya dijalankan atau bahkan dilupakan

oleh oarang Batak, karena masih bisa kita lihat banyak sampah yang dibiarkan

menumpuk di samping dan belakang rumah yang tidak elok dilihat tapi masih

dimaklumi oleh warga sekitar.

5 https://www.idntimes.com/life/inspiration/leo-simatupang/5-hal-yang-harus-dijaga-kebersihannya-falsafah-poda-na-lima-c1c2/full

54

Universitas Sumatera Utara

Page 67: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

4.1.2 Konsep Bersih

Bersih atau kebersihan adalah salah satu tanda hygene yang baik. Manusia

perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak berbau,

tidak malu, tidak menyebarkan kotoran atau menularkan kuman penyakit bagi

diri sendiri maupun orang lain6. Konsep bersih yang didapat oleh peneliti saat

wawancara dengan Inang Tumiar Panjaitan sama dengan oppung Lumban Gaol

bahwasanya konsep bersih itu, sebagai berikut;

“ias I ba tabo berengon, bagak jala angur, molo naeng ias iba berengon halak ba ikkon na ias ma jabu dohot alaman niba jala ikkon na malo ma iba mambuang akka sampah” (“bersih itu enak untuk dilihat, rapi dan juga wangi, kalau kita ingin dilihat bersih oleh orang lain ya kita rumah dan halaman kita juga harus bersih dan kita harus pandai membuang sampah”)

Konsep bersih adalah lawan kata dari kotor, sebagaimana yang dijelaskan oleh

informan saya ketika sesuatu disebut bersih maka enak untuk dipandang dan

wangi. Dan apabila sebaliknya berantakan maka itu disebut dengan kotor yang

menimbulkan kesan tidak enak ataupun layak untuk dilihat. Dalam pemikiran

masyarakat kotor dan bersih terdefenisi sebagai sesuatu yang terlihat mata.

Kebiasaan kehidupan masyarakat di lingkungan desa yang hidup sehat

menjadikan pemikiran mereka terhadap defenisi bersih itu kuat.

Dalam dunia kesehatan tentu pemikiran masyarakat seperti disebutkan

sebelumnya tidak dapat diterima dengan baik. Hal tersebut disebabkan oleh

adanya perbedaan defenisi dan realitanya. Menurut kesehatan, bersih itu bukan

hanya yang terlihat saja, tetapi terkadang banyak kuman yang tidak dapat terlihat

6 Defenisi sehat/kebersihan, dilihat pada tanggal 26 Februari 2017, pukul 18.13

55

Universitas Sumatera Utara

Page 68: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

mata secara langsung. oleh karena itu terdapat banyak sekali anjuran-anjuran

kesehatan untuk menwujudkan hidup bersih.

4.1.3 Konsep Sehat

Sehat merupakan suatu keadaan yang lengkap dari fisik, mental dan

kesejahteraan sosial. Tidak hanya sekedar bebas dari sakit dan cacat, yang

memungkinkan seseorang dapat bekerja secara produktif. Konsep sehat yang

didefenisikan WHO memiliki pengertian yang berbeda dengan pandangan

masyarakat Desa Purba Dolok, dan yang didapat oleh peneliti dari hasil

wawancara adalah konsep sehat dari masyarakat yaitu; pendapat dari inang

Tiurma Panjaitan bahwa sehat adalah dapat melakukan pekerjaan seperti biasanya,

dan tidak ada penyakit yang dideritanya, seperti kutipan wawancara dibawah ini7.

“hipas i bah hipas-hipas sude, dang marsahit, boi karejo, I ma” (“sehat itu ya semuanya sehat, tidak ada penyakit dan bisa kerja”)

Dari pendapat informan Tumiar Panjaitan, bahwa sehat itu adalah tidak

ada penyakit sehingga dapat melaksanakan pekerjaan seperti biasanya yaitu Ibu

rumah tangga, melakukan pekerjaan rumah dan mengurus suami dan anak-

anaknya. Sehat yang dikemukakan oleh inang tersebut tidak terkait sehat dari

lingkungan yang bersih tetapi sehat yang diketahui oleh inang tersebut adalah

sehat karena masih bisa beraktivitas seperti biasanya.

Dari penjelasan tentang konsep sehat diatas, untuk memperoleh sehat

banyak cara dan strategi yang dilakukan setiap orang, baik itu untuk

mengkonsumsi makanan yang bersih ataupun menjaga lingkung tetap nyaman

7 Definisi sehat menurut WHO, dilihat pada tanggal 26 Februari 2017, pukul 17.10

56

Universitas Sumatera Utara

Page 69: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

untuk dihuni. Seperti yang dikatakan Tumiar Panjaitan tentang bagaimana cara

memperoleh sebuah kesehatan Ibu ini mengatakan bahwa

“molo naeng sehat iba, bah ikkon na ias ma ibada, malo malo ma manjaga kkebersihan niba, molo mangallang sipanganon pe ikkon na jolo ias ma dicuci” (“kalau kita mau sehat yah harus bersih lah, harus pintar-pintar jaga kebersihan badan kita, dan kalau mau makan makanan harus dicuci dulu sampai bersih”)

4.1.4 Konsep Kotor

Kotor adalah tidak bersih, terkena noda, banyak sampah, jorok,

menjijikkan. Defenisi dari kotor sangat banyak dan tergantung dari topik ataupun

pembahasan sebuah masalah. Pengertian kotor di dalam penelitian ini yaitu

bagaimana konsep kotor menurut masyarakat, dan bagaimana cara mengatasi

masalah kotor yang dihadapi8. Kotor menurut inang Tumiar Panjaitan adalah

sebagai berikut:

“molo kotor i dang ias godang sampah, bau muse, dang suman

dipatuduhon tu hallak na asing, molo adong na kotor itor dipaias ma nian, hera au ma molo adong sampa hu itor hu tutung do i asa dang bau, molo bau kan gabe ro biang manghoreki sampa i” (“Kotor itu ya banyak sampah, bau, tidak layak untuk diperlihatkan, Kalau kotor ya tinggal dibereskan saja, contonya seperti sampah harus langsung dibuang ataupun dibakar saja, supaya tidak menimbulkan bau

ataupun nanti ada anjing ya mengais-ngais sampah”)

Sedangkan pendapat dari Oppung Lumban Gaol bahwa arti kotor dari hasil

wawancara adalah sebagai berikut;

“kotor itu kalau pulang dari ladang atau kerja di ladang, jadi harus mandi supaya tidak bau” (“kotor itu berantakan, tidak elok untuk dipandang”)

8 Defenisi Kotor dari KBBI dilihat pada tanggal 25 Februari 2017, pukul 17.39

57

Universitas Sumatera Utara

Page 70: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

Konsep kotor yang diketahui oleh kedua informan yang diteliti adalah

kotor yang berkaitan dengan sesuatu yang dilihat oleh mata, ketika sesuatu tidak

terletak di lokasi yang seharusnya maka itu disebut kotor, contoh peralatan dapur

yang terletak tidak pada tempatnya maka itu disebut kotor ataupun tidak enak

untuk dilihat, dan ketika Oppung pulang dari ladang dan bekerja di ladang maka

itu disebut kotor karena sudah seharian penuh bergumul dengan tanah ataupun

lumpur yang ada di ladang.

4.2 Pengelolaan Sampah Pada Rumah Tangga

Pengelolaan Sampah sangat penting untuk diajarkan sejak dini, dan dari

institusi yang paling dekat dengan setiap individu. Institusi keluarga merupakan

institusi yang terdekat, atau institusi dasar yang harus mengajarkan tentang pola

hidup bersih dan sehat, karena melalui institusi inilah individu ditempah dan

bertanggungjawab untuk mengarahkan perilaku setiap anak. Orangtua

bertanggung jawab mengajarkan anak-anaknya tentang hidup bersih, mulai dari

yang paling dasar seperti cara membuang sampah didalam rumah dan cara

membersihkan lingkungan rumah mereka. Dengan adanya kesadaraan anak

terhadap kebersihan maka anak tersebut akan terjauh dari yang namanya penyakit

dan dapat menempah psikologi anak menjadi lebih peka terhadap lingkungan

untuk kebersihan. Rumah merupakan wujud diri dari sebuah keluarga, jika

rumahnya bersih maka dipastikan anggota di dalam rumah tersebut bersih, seperti

yang dikatakan ibu Damai Purba (68) :

“Molo mamereng halak ias bereng ma dapur na, molo ias dapur na ba ias ma halak na, ale molo kotor dapur na I, halak na I pe kotor do”

58

Universitas Sumatera Utara

Page 71: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

(“kalau mau lihat seseorang itu kotor atau tidak lihat saja dapurnya, jika dapurnya bersih yah orangnya itu bersih lah, kalau kotornya dapurnya yah orangnya itu pasti kotor juga”)

Seperti itulah yang dikatakan ibu Purba jika melihat seseorang itu bersih

atau tidak, Ibu Purba mengambarkan seseorang bersih atau tidak dilihat dari dapur

rumahnya, karena menurut sang ibu dapur merupakan simbol kepribadian orang

batak, jika dapur disebuah rumah kotor itu merupakan gambaran sifat orang

tersebut juga kotor, kotor disini berarti tidak pandai mengkelola sampah dan

sembarangan dalam membuangnya.

Membiasakan diri dalam membuang sampah pada tempatnya melalui

didikan orang tua yaitu dari rumah tangga, dimana anak dengan mudah meniru

apa yang dilakukan oleh orang tua. Anak adalah peniru yang baik sehingga orang

tua harus jadi panutan bagi anaknya. Selain di rumah orang tua juga harus

menerapkan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya di luar rumah. Salah

satunya orang tua membuat tempat sampah di dalam rumah yaitu di dapur dan

kamar tidur dan juga kamar mandi. Jika tempat sampah di dapur sisa-sisa

makanan atau organik dengan sampah anorganik dipisahkan. Sisa-sisa makanan

atau organik akan digunakan untuk bahan makanan ternak dan sebagian juga

digunakan untuk pupuk di ladang atau pertanian.

Dengan adanya bimbingan orangtua diharapkan anak-anaknya mampu

menjadi orang yang berbeda dengan yang lainnya. Seperti yang dikatakan Marsel

Purba (13):

”Kalau aku kak udah biasa abis makan ku pisahkan ke makanan pinahan ka,, biar ada campur makanan babi ka... kalo jajanku dibawa kerumah,

59

Universitas Sumatera Utara

Page 72: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

kan ada 2 tempat ember ka, satu buat makanan babi, satu lagi sampah yang gk dimakan babi”

Dari wawancara diatas sebenarnya sudah ada kesadaran dari anak-anak

tentang memisahkan, kesadaran itu diperoleh dari kebiasaan anggota keluarga

memisahkan makanan mereka untuk makanan ternak, membuat anggota keluarga

memisahkan sampah.

Perilaku masyarakat Desa Purba Dolok ini belum lama terjadi, perilaku

masyarakat tentang kepedulian sampah ini mulai berubah sejak dana desa benar-

benar dikelola untuk menjaga kebersihan desa, seperti menyediakan tempat

sampah yang terletak didepan rumah warga. Tong sampah yang disediakan terbuat

dari drum yang dipotong menjadi dua bagian, drum-drum ini berwarna biru.

Dengan adanya tong sampah tersebut diharapkan tidak lagi ada sampah yang

berserakan dihalaman rumah dan dipinggir jalan.

Gambar 9: Tempat sampah yang berada di depan rumah.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

60

Universitas Sumatera Utara

Page 73: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

Inilah gambar tong sampah yang diberikan Pemerintah melalui Kepala

Desa kepada setiap warga Desa Purba Dolok. Dari tong sampah ini diharapkan

ada kesadaran setiap warga untuk menjaga kebersihan melalui membuang sampah

pada tempatnya. Namun masih ada saja sampah plastik yang berserakan dipinggir-

pinggir jalan, sampah-sampah itu berasal dari masih adanya orang yang kurang

sadar akan kebersihan, dan asal sampah juga bukan hanya dari masyarakat desa,

tetapi juga berasal dari kendaraan-kendaraan yang lalulintas desa, karena desa ini

berada didekat jalan besar baik dari dan menuju kota Doloksanggul.

Gambar 10: Halaman penduduk yang terlihat bersih dari sampah.

Sumber : Dokumentasi Pribadi

61

Universitas Sumatera Utara

Page 74: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

4.3 Pengelolaan Sampah Pada Institusi Kesehatan

Institusi Kesehatan merupakan lembaga yang menyediakan layanan

kesehatan bagi masyarakat, yaitu rumah sakit, puskesmas, dan posyandu.

Pelayanan yang diberikan demi mensejahterakan kesehatan masyarakat. Desa

Purba Dolok memiliki satu posyandu yang disediakan pemerintah untuk melayani

masyarakat desa.

Perilaku hidup bersih sehat dalam pengelolan sampah dilakukan di

posyandu bertujuan untuk mencegah orang sehat menjadi sakit dan tidak

memperburuk keadaan orang sakit menjadi lebih sakit.Salah satu bentuk perilaku

pasien maupun pengunjung posyandu dalam berperilaku hidup sehat yaitu dengan

membuang sampah pada tempatnya yaitu tong smapah yang telah disediakandan

tidak meludah sembarangan, serta membuat tong sampah berdasarkan jenis

sampah yang ada di posyandu.

62

Universitas Sumatera Utara

Page 75: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

4.4 Pengolaan Sampah Pada Tempat Umum

4.3.1. Jalan

Gambar 11: sampah yang dibuang sembarangan di pinggir jalan.

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Jalan merupakan salah satu fasilitas umum yang disediakan dan dibangun

oleh pemerintah untuk membantu kelancaran akses dan aktifitas masyarakat.

Kondisi jalan di lingkungan desa Purba Dolok sangat baik,hanya saja perawatan

dan peran masyarakat kurang aktif dalam memelihara kebersihan fasilitas

tersebut. Hal itu terlihat jelas dengan adanya sampah-sampah yang bertebaran di

pinggir jalan. Ketika dalam pengamatan, peneliti menemukan kondisi jalan yang

tidak dijaga dan dipelihara. Sampah-sampah bertebaran begitu saja menjadikan

63

Universitas Sumatera Utara

Page 76: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

Susana pemandangan yang kurang baik. Jalan menjadi salah satu daerah yang

rentan untuk terjadinya pembuangan

Kebersihan jalan adalah tanggung jawab semua masyarakat yang

memanfaatkannya. Kurangnya kebersihan jalan disebabkan oleh ulah pejalan kaki

yang senantiasa membuang sampah makanan-makanan ringan. Selain itu daerah

purba Dolok yang juga merupakan jalan akses penghubung dengan daerah

Siborong-borong. Oleh sebab itu sampah-sampah yang bertebaran dipinggir jalan

kemungkinannya berasal dari orang-orang yang melintasi daerah purba Dolok

tersebut. Kemudian ada juga masyarakat yang memang sengaja membuang

sampah begitu saja. Mereka biasanya mencari daerah yang bukan wilayah

pemukiman.

4.3.2. Halte

Gambar 12: Halte sekolah untuk menunggu angkutan umum.

Sumber: DokumentasiPribadi

64

Universitas Sumatera Utara

Page 77: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

Halte adalah fasilitas umum yang disediakan dan dibangun oleh pemerintah.

Di desa Purba Dolok, kita dapat menemukan halte di daerah sekolah dan

perkantoran. Halte yang dibangun sebenarnya sangat membantu khususnya bagi

para pelajar. Pemerintah menyediakan tempat berteduh dari teriknya mentari dan

dari dinginnya guyuran hujan. Kebijakan pemerintah membangun halte hanya

mengharapkan sumbangsih pengguna halte tersebut untuk senantiasa menjaga dan

memelihara kondisi bangunan halte dan kebersihannya. Memang ketika diamati

keadaan kebersihan halte dan lingkungan sekitarnya cukup bersih.

4.3.3. Gereja

Gereja adalah tempat umum yang rentan dengan suasana ramai. Keramaian

terkadang menjadikan orang berperilaku dan bertindak sembrono khususnya

dalam menyikapi adanya sampah. Oleh sebab itu kebersihan dan kenyamanan di

gereja menjadi sebuah tanggung jawab besar bagi para jemaat gerejanya. Orang

yang datang beribadah ke gereja bukan hanya masyarakat yang berdomisili di

desa purba Dolok. Biasanya yang berperan dalam menjaga kebersihan gereja dan

lingkungannya adalah para anak muda gereja. Mereka biasanya dikoordinir oleh

penatua gereja untuk melakukan kebersihan gereja.

4.3.4. Musolah

Musolah merupakan salah satu fasilitas umum yang dapat kita temukan di

desa Purba Dolok. Di desa ini hanya memiliki satu mushola saja, dan terletak agak

jauh dari desa Purba Dolok. Pengurus atau yang menjaga mushola tersebut

65

Universitas Sumatera Utara

Page 78: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

rumahnya tidak jauh dari mushola.Masyarakat yang beragama Islam yang

menggunakan mushola juga membantu menjaga kebersihan Mushola dan

lingkungan sekitar Mushola seperti membersihkan Mushola.

4.5 Penelgolaan Sampah Pada SMA Negeri 1 Doloksanggul

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah adalah upaya untuk

memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau

dan mampu mempraktekkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dan berperan aktif

dalam mewujudkan sekolah sehat. Sekolah adalah lembaga dengan organisasi

yang tersusun rapih dengan segala aktifitasnya direncanakan dengan sengaja dan

disusun serta diatur oleh kurikulum yang berlaku.

Gambar 13: Slogan yang dibuat sekolah untuk mengingatkan siswa.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sekolah yang berada di Desa Purba Dolok ini memiliki kurang lebih 40

ruangan yang semuanya memiliki tempat sampah dan memiliki selogan tentang

66

Universitas Sumatera Utara

Page 79: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

menjaga kebersihan disekitar lingkungan sekolah. Dari wawancara yang

dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini dengan siswa bernama Natasya Sihite

kelas 11 IPS 4 (16),

“kami ada piket kaa, ada jadwal kami masing-masing. Kadang kerja bakti semuanya ka, kalau ada acara sekolah atau mau ujian sekolah ka.....”

Gambar 14: Tempat sampah di sekolah SMA N 1 Dolok Sanggul

Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar diatas merupakan tempat pembuangan sampah akhir di Sekolah

Menegah Atas (SMA) Negeri 1 Doloksanggul. Sampah yang dibuang oleh warga

sekolah dibuang lalu dibakar, dari sini dapat dilihat bahwa tidak adanya

Pengelolaan Sampah yang melibatkan siswa seperti memisahkan sampah organik

dan anorganik. Kegiatan membersihkan sampah disekolah lebih sering dilakukan

oleh siswa karena menurut penjelasan guru bahwa sekolah tersebut tidak memiliki

petugas kebersihan khusus sekolah.

67

Universitas Sumatera Utara

Page 80: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

4.6 Pengelolaan Sampah Pada Tempat Kerja

Desa Purba Dolok merupakan salah satu desa yang didalam cakupan

wilayahnya terdapat lingkungan perkantoran. Lingkungan perkantoran adalah

definisi yg lebih tepat menurut penulis. Alasannya ialah terdapat berbagai

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Humbang Hasundutan, seperti Dinas Badan

Pusat Statistik, Dinas Pariwisata, Dinas Ketahanan Pangan, SAMSAT, Dinas

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan dan Perlindungan Anak

(DPMDP2A). Lingkungan perkantoran seharusnya mencerminkan keadaan

lingkungan sekitar yang terlihat bersih dari serakan sampah-sampah yang berbeda

dengan keadaan lingkungan tersebut dengan lingkungan perumahan penduduk.

Memang dalam lingkungan perkantoran tersebut dapat ditemukan beberapa rumah

penduduk, namun berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa yang tinggal

masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut adalah orang-orang bekerja di

kantor-kantor tersebut.

Kebersihan lingkungan perkantoran merupakan salah satu bentuk perilaku

masyarakat yang setiap harinya melakukan aktifitas. Kebersihan lingkungan

tersebut tentu tidak terlepas dari sikap dan perilaku masyarakat yang bekerja di

kantor tersebut. Perilaku dalam hal ini lebih mengarah kepada tindakan manusia

dalam kaitannya mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Hal yang sangat

penting kita pertanyakan adalah motivasi dilingkungan kantor dalam mewujudkan

perilaku yang baik. Apakah mereka berperilaku sesuai arah Perilaku Hidup Bersih

68

Universitas Sumatera Utara

Page 81: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

dan Sehat disebabkan oleh adanya aturan di kantornya? Apakah semua itu mereka

lakukan dilatarbelakangi oleh adanya kesadaran akan pentingnya hidup bersih?

Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti disertai dengan sedikit

penggalian informasi dengan melakukan tanya-jawab dengan seorang pegawai

kantor di dinas pariwisata.

“disini sampah ada yang urus dek, truss kalo sampah kami gabung semua...udah biasanya itu, tiap minggu pun ada yang ngambil , truk sampah itu”

Gambar 15: Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Humang Hasundutan

Sumber: dokumentasi pribadi

Dari penggalan wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa

sampah yang ada pada Dinas Pariwisata dikelola oleh orang yang telah ditunjuk,

sampah yang banyak dihasilkan perkantoran adalah kertas. Kertas dan sampah

lain digabung oleh pegawai kantor karena tidak adanya kebiasaan memisahkan

sampah. Kebersihan lingkungan kantor merupakan wujud dari adanya kesadaran

69

Universitas Sumatera Utara

Page 82: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

akan pentingnya hidup bersih dan adanya aturan tertulis yang mendorong setiap

orang berperilaku hidup bersih. Lingkungan kantor yang dilengkapi dengan

adanya tempat sampah diberbagai ruangan cukup mendukung dalam menciptakan

kebersihan. Setiap kantor dinas memiliki petugas kebersihan masing-masing yang

setiap harinya melakukan kegiatan kebersihan dilingkungan kantor,tetapi

sesungguhnya kebersihan lingkungan kantor tersebut bukan semata-mata hanya

tanggung jawabnya melainkan peran aktif semua warga kantor.

Namun berdasarkan apa yang peneliti saksikan di belakan tempat sampah

di daerah perkantoran terlihat penuh dan berserakan seperti pada gambar berikut.

Tempat sampah yang penuh dengan sampah terlihat bahwa sampah tersebut sudah

lama, terlihat dari tekstur sampah seperti sudah lama tidak diangkut dan sering di

bakar.

Gambar 16 : Bak sampah yang berada di belakang kantor Badan Pusat Statistik.

Sumber : Dokumentasi pribadi

70

Universitas Sumatera Utara

Page 83: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

Gambar 17: Sampah dan rumput liar yang berada di samping perkantoran

Sumber : Dokumentasi pribadi

Selain itu terlihat juga sampah yang berada di samping perkantoran yang

merupakan jalan akses ke perkantoran melalui Huta Sihite. Sampah yang

berserakan merupakan sampah pelastik seperti botol minum dan kantung plastik.

Tempat sampah dan truk sampah tidak membuat lingkungan perkantoran di desa

Purba Dolok menjadi bersih tapi perilaku masyarakat yang berkerja di daerah

tersebutlah yang masih kurang menjaga kebersihan.

71

Universitas Sumatera Utara

Page 84: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

4.7. Peran Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Sampah

Perangkat desa adalah tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh

masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat. Perangkat desamampu dan

mau melaksanakan tugasnya, yaitu membantu masyarakat untuk bisa menolong

dirinya sendiri dan berperan serta aktif mereka perlu dipersiapkan dan

dikembangkan. Persiapan perangkat desa harus dilakukan dengan sebaik-baiknya,

karena ditangan mereka terletak keberhasilan pengembangan dan pembinaan

peran serta masyarakat yang sangat penting itu.

Peran pemerintah desa dalam mendukung pemberdayaan masyarakat di

desa Purba Dolok dalam membuang sampah adalah melalui penyuluhan dan

pelatihan pengolahan sampah menjadi kompos yang diberikan langsung

masyarakat. Peran kepala desa sangat vital karena berada diposisi terdepan yang

setiap saat berkomunikasi dengan masyarakatnya. Bentuk dari peran kepala desa

adalah memberikan motivasi kepada masyarakat untuk menyadarkan bahwa

sampah itu adalah tanggung jawab bersama bukan hanya pemerintah.

“Setiap bulannya kami mengadakan gotong royong bersama warga desa, kegiatan dilakukan minimal sebulan sekali, dalam kegiatan

gotong-royong ini masyarakat dapat menjalin komunikasi dan berdiskusi tentang memelihara lingkungan....”

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa sebagaimana tersebut

diatas,selain pemerintah desa, ternyata masyarakat juga ikut serta berperan dan

bekerja sama dalam menjaga kebersihan lingkungan. Kegiatan gotong royong

yang dilakukan secara rutin digerakkan oleh para aparatur desa. Masyarakat

bersama dengan warga biasanya melakukan diskusi di rumah kepala desa. Bapak-

72

Universitas Sumatera Utara

Page 85: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

bapak, Ibu-ibu dan para anak-anak muda berperan aktif dalam kegiatan gotong

royong tersebut. Bersama-sama dalam mewujudkan lingkungan yang bersih harus

dengan agenda yang disetujui oleh masyarakat desa dengan menjalankan

kominikasi dan berdiskusi.

Peran pemerintah desa yang juga dapat dilihat di Desa Purba Dolok, yaitu

berupa pemberian bantuan tempat sampah yang terbuat drum bekas yang dipotong

dua dan dicat warna biru dan diberi tanda dan tulisan BERSINAR yang

kepanjangannya adalah Bersih Sehat Indah Rapi. Tempat sampah tersebut

diberikan satu buah untuk satu rumah dan diletakkan di depan rumah. Kebijakan

ini berlangsung sejak Desember 2016 dan masih tetap berlangsung sampai saat

ini.Harapan dari kebijakan ini adalah masyarakat semakin sadar untuk membuang

sampah pada tempat yang sudah disediakan oleh pemerintah desa.

4.8. Peran Pemerintah Kabupaten Dalam Pengelolaan Sampah

Dalam menjaga kebersihan lingkungan tidak hanya sepihak ataupun dari

masyarakat saja tetapi peran pemerintah sangan penting.Peran tersebut merupakan

pembangunan kesehatan yang diwujudkan dengan menggerakkan dan

memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS).Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang

dipraktikkan atas dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang menjadikan

seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan

berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Dinkes, 2009).

“...kami memiliki 1 armada BB8149 D, pengangkutan 2 kali dalam seminggu, yang kita angkut hanya sepanjang jalan protkol Purba

73

Universitas Sumatera Utara

Page 86: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

Dolok, sampah yang di letakkan ditempat sampah depan rumah rutin dilakukan pengangkutan oleh petugas kami...”

Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Manongam SP Pasaribu, SE

selaku Kepala Bidang Pelayanan Kebersihan dan Pengelolaan Sampah Dinas

Lingkungan Hidup Humbang Hasundutan, sampah yang rutin diangkut hanya

yang berada disepanjang jalan protokol Desa Purba Dolok yaitu dari Aek

Sibundong sampai perkantoran sementara untuk daerah perkampungan

pengangkutan sampah masih belum dilakukan. Dinas Lingkungan Hidup juga

membentuk petugas penyapu jalan dipinggir jalan yang dijadwalkan seminggu

sekali yang berada disepanjang jalan protokol.

Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dalam menangani masalah

Kebersihan dan Pengolaan Sampah menyediakan 14 unit armada yang terdiri dari

2 unit arm roll truck, 6 unit durm truck dan 6 unir motor roda 3, armada yang

tersedia dioperasikan setiap hari melalui rute-rute yang ditentukan oleh Dinas

Lingkungan Hidup. Semua armada yang ada dioperasikan oleh petugas yang telah

ditunjukan, petugas yang menangani masalalah sampah berjumlah 65 orang yang

terdiri dari 49 orang Pegawai Tidak Tetap (PTT), 10 orang honorer daerah dan 6

orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bertugas dilapangan dan digaji oleh

Pemerintah Kabupaten. Petugas yang ada berasal dari daerah kecamatan masing-

masing.

Menurut data yang didapat dari Dinas Lingkungan bahwa jumlah

timbunan sampah dari aktivitas masyarakat sehari hari adalah 389,78m3/hari,

sedangkan timbunan sampah terangkat oleh petugas sekitar 93m3/hari. Sampah

74

Universitas Sumatera Utara

Page 87: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

yang terangkat merupakan wilayah yang dilayani petugas, sisanya masyarakat

membakarnya, membuatnya sebagai pupuk kompos dan untuk pakan ternak.

Menurut Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Humbang Hasundutan pengelolaan

sampah sekarang masih dalam Paradigma Lama yaitu kumpul, angkut, dan buang

ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang masih menggunakna sistemOpen

Dumping9. Sistem pembuangan open dumping banyak menimbulkan persoalan

mulai dari kontaminasi air tanah oleh air lindi10

, bau, ceceran sampah hingga asap.

Pada tahun ini sudah dibangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan

sistemControlled landfill11

yang rencana akan digunakan pada tahun 2019. Hal ini

dilakukan untuk mengurangi bau, mengurangi perkembangbiakan lalat, dan

mengurangi keluarnya gas metan. Selain itu, dibuat juga saluran drainase untuk

mengendalikan aliran air hujan, saluran pengumpul air lindi dan instalasi

pengolahannya, pos pengendalian operasional, dan fasilitas pengendalian gas

metan.

“...perilaku membuang sampah pada tempatnya sangat rendah dalam masyarakat apalagi anorganik. Karena area terbuka masih luas, jadi

dampak dari pencemaran dari sampah tersebut belum terlalu signifikan..semestinya karena kita sudah rutin mengangkut sampah alangkah baiknya ditaruh ditempat sampah, kalaupun kita lalai

mengangkut sampah artinya masyarakat bisa mengeluh ketika sampah tidak diangkut, tapi sampai sekarang keluhan itu belum ada, artinya

kepedulian tentang sampah itu rendah ”

9 Open Dumping adalah sistempembuangan paling sederhana dimana sampah dibuang

begitu saja dalam sebuah tempat pembuangan akhir tanpa perlakuan lebih lanjut. 10 Lindi merupakan limbah cair yang berasal dari sampah basah atau sampah organik yang terkena air hujan. Jika lindi tersebut tidak ditata dengan baik, maka dapat menyebar ke dalam tanah dan masuk ke aquifer air tanah yang dapat menyebabkan pencemaran air tanah.

11 Controlled landfill adalah sistemsampah yang datang setiap hari diratakan dan dipadatkan dengan alat berat menjadi sebuah sel. Kemudian, sampah yang sudah

dipadatkan tersebut dilapisi dengan tanah setiap lima atau seminggu sekali.

75

Universitas Sumatera Utara

Page 88: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

Menurut hasil wawancara Pak Manongam SP Pasaribu, SE kesadaran

masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya masih redah. Kebiasaan ini

belom terlalu berdampak pada pencemaran lingkungan karena masih banyaknya

ruang terbuka hijau. Jasa pengangkutan sampah dipungut sebesar Rp2.000,- per

bulan dari setiap rumah tangga dan Rp 5.000,- untuk pedangang yang sampahnya

diangkut secara rutin, sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten

Humbang Hasundutan Nomor 3 Tahun 2013 tentang Retribusi Daerah.Peraturan

Daerah ini hanya menyangkut tentang retribusi tapi sampai saat ini belum adanya

Peraturan Daerah mengenai sanksi apabila membuang sampah tidak pada

tempatnya.

Gambar 8: Truk pengangkut sampah Desa Purba Dolok.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Selain mengangkut sampah dari tong sampah atau dari Tempat Pembuangan

Sementara (TPS) ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Pemerintah

76

Universitas Sumatera Utara

Page 89: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

Kabupaten Humbang Hasundutan melalui Dinas Kesehatan juga secara rutin

melaksanakan penyuluhan dalam bentuk sosialisasi tentang bagaimana

menangani sampah dan kepedulian masyarakat terhadap sampah. Sosialisasi

yang pernah dilakukan Dinas Lingkungan Hidup terakhir dilaksanakan

tahun 2016 yang langsung mengundang setiap kecamatan 200 orang yang

terdiri dari sekolah, guru, murid, perangkat desa, pelaku bisnis yang ada di

kota dan tokoh masyarakat.

77

Universitas Sumatera Utara

Page 90: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan beserta uraian

sebagaimana dituangkan dalam Bab I sampai Bab IV, maka penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut :

1) Sistem Pengolaan Sampah pada Desa Purba Dolok masih ditandai dengan

kurangnya tingkat kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada

tempatnya serta kurangnya pemahaman akan bahaya membuang sampah

sembarangan. Walaupun sudah ditemukan adanya pengolahan sampah untuk

menjadi pupuk organic oleh rumah tangga, namun hal tersebut masih sangat

sederhana dan tradisional, belum menggunakan alat teknologi pengolahan

sampah yang cukup modern.

2) Peranan Pemerintah dalam pengolaan sampah di Desa Purba Dolok adalah

meliputi peranan pemerintah desa dan peranan pemerintah kabupaten.

Peranan Pemerintah Desa adalah melalui penyuluhan akan bahaya membuang

sampah sembarangan, menyediakan tong sampah kepada masyarakat dengan

menggunakan Dana Desa serta menggerakkan masyarakat untuk bergotong-

royong membersihkan lingkungan. Sedangkan peranan Pemerintah

Kabupaten adalah meliputi penyediaan tong sampah kepada sekolah dan

perkantoran yang berada di Desa Purba Dolok, pengangkutan sampah dari

tong sampah atau dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) ke Tempat

78

Universitas Sumatera Utara

Page 91: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

Pembuangan Akhir (TPA) serta melaksanakan Sosialisasi dan penyuluhan

kesehatan pada acara kegiatan posyandu dan senam kesegaran jasmani

kelompok lansia.

3) Walaupun Pemerintah Desa dan Pemerintah Kabupaten telah melaksanakan

peranannya melalui program secara rutin, namun hal tersebut belum

menunjukkan hasil yang maksimal dalam mengubah sikap dan prilaku

masyarakat Desa Purba Dolok untuk meninggalkan kebiasaannya membuang

sampah secara sembarangan dan tanpa mengolanya.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan kondisi sebagaimana diuraikan di atas, maka

penulis mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut :

1) Pemerintah Desa Purba Dolok sebaiknya menyusun dan menetapkan

Peraturan Desa tentang Pengelolaan Sampah, yang memuat aturan yang lebih

jelas tentang ketentuan membuang sampah pada tempatnya dan mengatur

sanksi yang jelas terhadap pelanggarannya serta menerapkannya secara

konsisten;

2) Disamping tetap memprogramkan pengadaan tong sampah kepada

masyarakat yang belum memiliki tong sampah, Pemerintah Desa Purba

Dolok perlu memprogramkan Lomba Kebersihan Pekarangan Rumah setiap

menjelang HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus atau menjelang hari-hari besar

keagamaan, dan memberikan hadiah bagi pemenang. Dengan demikian

79

Universitas Sumatera Utara

Page 92: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

masyarakat akan selalu termotivasi dan meningkat kesadarannya untuk

membuang sampah pada tempatnya;

3) Selain tetap melaksanakan sosialisasi atau penyuluhan secara rutin,

Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan melalui Dinas Lingkungan

Hidup perlu lebih proaktif untuk mengangkut sampah dari Desa Purba Dolok

ke Tempat Pembuangan Akhir, termasuk mengangkut sampah dari semua

Dusun, bukan hanya mengangkutnya dari lingkungan perkantoran pemerintah

yang berada di desa tersebut dan dari pemukiman yang berada di pinggir

jalan raya saja. Disamping itu Dinas Koperasi Perdagangan dan Perindustrian

perlu memprogramkan pengadaan teknologi pengolahan sampah menjadi

pupuk organik yang dapat memberikan manfaat besar terhadap peningkatan

produksi pertanian. Dengan demikian penulis yakin, secara bertahap masalah

prilaku membuang sampah secara sembarangan akan dapat teratasi, kesehatan

masyarakat meningkat, bahkan produksi pertanian akan meningkat dengan

tersedianya teknologi pengolahan sampah menjadi pupuk organik.

80

Universitas Sumatera Utara

Page 93: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Chandra

2006, Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Buku Kedokteran EG

Spradley, James

2006. Metode Etnografi (Terj). Yogyakarta: Tiara Wacana

Zuska,Fikarwin

2008,Relasi Kuasa Antar Pelaku Dalam Kehidupan Sehari-hari. Medan:

Indonesia oleh Fisip USU Press

Koendjaraningrat

1990, Pengantar Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta

1990. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta: PT Rineka Cipta

Denzin, Norma K

2009, Hanbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Foster, George M

2016, Antropologi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Skripsi dan Jurnal :

Novi Puji Lestari, “Studi Tentang Kepedulian Masyarakat Dalam Pangelolan

Sampah di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi”.

I Dewa Putu Eskasasnanda, “Mengelola Sampah, Mengelola Hati”. Sejarah dan

Budaya, Tahun ke 7, Nomor 1, Juni 2013

Jumarianta, “Studi Penelitian di Desa Karang Intan Kecematan Karang Intan

Kabupaten Banjar”. As Siyasah, Volume 2, Nomor 2, November 2017

Djonny Sinaga, “Program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS): Studi

Kasus Di Kabupaten Bantul 2003”. JMPK, Volume 8, Nomor 2, Juni 2005

Universitas Sumatera Utara

Page 94: PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA …

Mohamad Julrisam Gomo, “Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Sekolah Pada Siswa Kelas Akselerasi di SMPN 8 Menado”. eBM, Volume 1,

Nomor 1, Maret 2015

Hardani Yudistira, “Pola Perilaku Membuamg Sampah Masyarakat Kampung

Sangir Kelurahan Titiwungen Selatan di Daerah Aliran Sungai Sario”.

Surahman Asti, “Hubungan Tingkat Pengetahuna dan Sikap Terhadap Perilaku

Masyarakat Dalam Mengolah Sampah di Dusun Padukuhan Desa Sidokarto

Kecamatan Godean Kabupaten Seleman Yogyakarta”. KESMAS, Volume 6,

Nomor 3, September 2012

Sumber lain:

Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah

Peraturan Daerah Humbang Hasundutan tahun 2013 WHO

Universitas Sumatera Utara