Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGELOLAAN SAMPAH DI PEMERINTAHAN DAERAH KOTA DKI
JAKARTA PERIODE 2017-2020 PERSPEKTIF FIQIH SIYASAH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
TUBAGUS MUHAMMAD DAROJAT
NIM: 11140450000039
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M/1442 H
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
PENGELOLAAN SAMPAH DI PEMERINTAHAN DAERAH KOTA DKI
JAKARTA PERIODE 2017-2020 PERSPEKTIF FIQIH SIYASAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
Tubagus Muhammad Darojat
NIM: 11140450000039
Pembimbing:
Dr. Atep Abdurrofiq, M.Si.
NIP: 197703172005011010
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M/1442 H
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPS
iii
iv
ABSTRAK
Tubagus Muhammad Darojat. NIM 11140450000039. PENGELOLAAN SAMPAH DI
PEMERINTAHAN DAERAH KOTA DKI JAKARTA PERIODE 2017-2020 PERSPEKTIF
FIQIH SIYASAH. Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah), Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2021 M/1442 H. lx ± 66
halaman 5 halaman lampiran.
Studi ini bertujuan untuk menjelaskan kebijakan politik dalam pengelolaan sampah di
Pemerintahan Daerah Kota DKI Jakarta Periode 2017-2020 Perspektif Fiqiqh Siyasah dan
mengetahui kebijakan Pemerintah Daerah Kota DKI Jakarta dalam Pengelolaan Lingkungan
berdasarkan sumber-sumber hukum Islam. Penelitian hukum ini menggunakan pendekatan
yuridis normatif, yang berjenis penelitian hukum tentang ketidaksesuaian praktik dengan
teori dalam hukum.
Hasil penelitian ini menunjukkan: 1. Kebijakan politik dalam pengelolaan sampah di
Pemerintahan Daerah Kota DKI Jakarta berdasarkan Prinsip Kebersihan diimplementasikan
dengan pemilahan sampah, Prinsip keseimbangan diimplementasikan dengan pembentukan
Program Kampung Binaan, Prinsip Manajemen yang Baik diimplementasikan dengan
pengalihan manajemen akuntansi bank sampah dari manual ke digital dan Prinsip
Kesejahteraan Sosial diimplementasikan melalui kolaborasi, Prinsip Keadilan yang
diimplementasikan secara preventif juga represif. 2. Kebijakan Pemerintah Daerah Kota DKI
Jakarta sudah sesuai dengan ajaran Islam, karena sudah sesuai dengan Prinsip kebersihan
(ath-Thaharah) berdasarkan al-A`rāf [7]: 56, Prinsip keseimbangan lingkungan berdasarkan
QS. Yunus (10): 3, Prinsip Manajemen yang baik (tadbir) berdasarkan QS. Al-Hasyr (59):
18), Prinsip kesejahteraan sosial berdasarkan QS. Al-Hadid (57): 22-23 dan Al-Hadid (57): 7,
Prinsip keadilan (`adl) berdasarkan QS. al-Baqarah (2): 280 dan QS. al-Nisa’ (4): 29 serta
Hadis Nabi riwayat al-Baihaqi dan Ibnu Majah dan di shahihkan oleh Ibnu Hibban
Kata Kunci : Tinjauan hukum, Pengelolaan Sampah, Syariah Islam
Pembimbing : Dr. Atep Abdurrofiq, M.Si
Daftar Pustaka : Tahun 1994 s/d Tahun 2021
v
حيم حمن الره الره بسم الله
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji serta syukur terucap untuk Allah swt. Tuhan semesta alam
yang telah memberikan ni’mat yang agung, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Sholawat teriring salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita
baginda Rasulullah, Muhammad saw. Tak lupa beserta keluarganya yang suci dan para
sahabatnya yang sejati.
Dalam Penulisan skripsi ini, penulis menyadari tidak sedikit kesulitan dan hambatan
yang penulis hadapi. Demikian dengan penulisan skripsi ini masih banyak dalam kekurangan.
Namun berkat kesungguhan dan kesabaran, serta doa dan dorongan dari berbagai pihak yang
telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan penulisan ini. Oleh karena itu,
penulis ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu, baik berupa
pikiran, saran dan dukungan. Dan mengapresiasi setinggi-tingginya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, MA., Rektor Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan segenap civitas akademika.
2. Bapak Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., MA. Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Sri Hidayati, M.Ag. Ketua Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah),
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Dr. Hj.
Masyrofah, S.Ag, M.Si. Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah).
4. Ibu Ummu Hana Yusuf Saumin, MA., Dosen Pembimbing Akademik yang telah
meluangkan perhatian dan bimbingan akademik bagi penulis guna
terselesaikannya studi di Program Studi Hukum Tata Negara.
5. Bapak Dr. Atep Abdurrofiq, M.Si., Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu dan pikirannya serta memberikan arahan penting bagi penulis
guna terselesaikannya skripsi ini.
6. Seluruh pihak Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta khususnya Bapak
Ari, Bapak Fahmi Hermawan, dan Ibu Rita Ningsih yang telah bersedia membantu
penulis dalam mendapatkan data dan bersedia menjadi narasumber.
7. Seluruh pegawai perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan seluruh pegawai
perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Orang tua tercinta, Ibunda Hj. Rusmi dan Ayahanda H. TB. Hasanudin Abdullah
yang telah membesarkan dan mendidik sejak buaian hingga dewasa dan berjuang
demi anaknya, terima kasih atas doa yang selalu dipanjatkan untuk anak-anakmu.
Semoga Allah swt. selalu mencurahkan rahmat dan keberkahannya kepada Ibunda
dan Ayahanda tercinta.
9. Untuk Istri tersayang, yang telah memberikan semangat dan motivasi tiada henti
sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Dan anakku tercinta TB. Muhammad Rudi
Irawan yang menjadi pengobat kejenuhan bagi penulis.
vi
10. Sahabat-sahabat seperjuangan Abdul Muzib, Abdil Azizul Furqon, Arip Rohman,
Aden Adzka, dan lain-lain yang selalu membantu di setiap keadaan.
11. Teman-teman angkatan 2014 Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah) yang
selalu mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Keluarga besar alumni Daarul Falah angkatan 022 dan Team manajemen PT.
Rusli Jaya Mandir yang selalu memberi semangat kepada penulis.
Dan akhirnya hanya kepada Allah swt. semua kembali. Semoga apa yang telah
mereka sumbangkan menjadi ladang amal ibadah yang baik bagi mereka dan mendapatkan
balasan kebaikan yang berlipat ganda serta menjadi tabungan amal shalih di akhirat kelak.
Ãmίn.
Jakarta, 9 Maret 2021
Tubagus Muhammad Darojat
NIM: 11140450000039
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .....................................................................i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ....................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN ...............................................................................................iii
ABSTRAK .........................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................................v
DAFTAR ISI ......................................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................................3
1. Identifikasi Masalah ............................................................................................3
2. Pembatasan Masalah ...........................................................................................4
3. Perumusan Masalah ............................................................................................4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian .....................................................................................................4
1. Teoritik ................................................................................................................4
2. Praktik .................................................................................................................5
E. Metode Penelitian ......................................................................................................5
1. Pendekatan Penelitian .........................................................................................5
2. Jenis Penelitian ....................................................................................................5
3. Sumber Data ........................................................................................................6
4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ..............................................................6
5. Subjek Penelitian.................................................................................................7
6. Teknik Pengolahan Data .....................................................................................7
7. Metode Analisis Data ..........................................................................................7
F. Teknik Penulisan ........................................................................................................8
G. Review Penelitian Terdahulu ....................................................................................8
H. Sistematika Penulisan ................................................................................................12
BAB II TEORI DAN LANDASAN HUKUM PENGELOLAAN SAMPAH
A. Tinjauan Umum Teori................................................................................................13
1. Teori Kontrak Sosial ...........................................................................................13
2. Teori Desentralisasi.............................................................................................19
B. Kerangka Konseptual .................................................................................................20
viii
1. Pengelolaan .........................................................................................................20
2. Sampah ................................................................................................................21
3. Pengelolaan Daerah .............................................................................................22
4. Pemerintahan Daerah ..........................................................................................23
5. Kota DKI Jakarta ................................................................................................24
6. Periode ................................................................................................................24
7. Fiqih Siyasah .......................................................................................................24
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pemerintahan Daerah DKI Jakarta ...............................................26
B. Pengelolaan Sampah di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta .................28
C. Pengelolaan Sampah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ............................................34
D. Bank Sampah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta .......................................................38
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Kebijakan Politik Dalam Pengelolaan Sampah di Pemerintahan Daerah Kota DKI
Jakarta ........................................................................................................................43
B. Kebijakan Pemerintah Daerah Kota DKI Jakarta dalam Pengelolaan Lingkungan
Berdasarkan Sumber-Sumber Hukum Islam .............................................................51
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 56
B. Saran .......................................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 58
Lampiran
Surat Permohonan Wawancara ......................................................................................... 62
Surat Izin Penelitian dan Pengumpulan Data ................................................................... 63
Surat Keterangan Penelitian ............................................................................................... 64
Surat Keterangan Wawancara Kepala Bidang Lingkungan dan Kebersihan DLH DKI
Jakarta .................................................................................................................................. 65
Surat Keterangan Wawancara Kasie Pengembangan Peran Serta Masyarakat DLH
DKI Jakarta .......................................................................................................................... 66
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah lingkungan hidup telah menjadi permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari. Contohnya berkaitan dengan sampah. Sampah yang tidak dikelola dengan
baik akan menimbulkan dampak negatif. Contohnya sampah akan menumpuk di lahan
kosong dan sungai.
Jumlah Sampah akan terus bertambah. Contohnya adalah di DKI Jakarta.
Sebagaimana dicatat oleh Khairany, Produksi sampah di DKI Jakarta terus meningkat
setiap tahunnya. Pada Tahun 2014, produksi sampah mencapai 8.000 ton per hari.1
Menurut Soemarwoto dalam Rohani disebutkan bahwa kenaikan jumlah
penduduk dan pendapatan akan menimbulkan pola hidup konsumtif, sehingga dapat
berimbas pada meningkatnya limbah yang dihasilkan.2 Selain itu, kondisi sosial
ekonomi budaya masyarakat kota, rendahnya keseriusan pemerintah maupun
masyarakat dalam mengelola dan menangani permasalahan sampah, serta tidak
sesuainya konsep pengelolaan sampah yang diterapkan pada suatu wilayah tertentu.3
1 Khairany, C. (2014). Volume sampah di Jakarta meningkat drastis. Diakses 21 September 2019 dari
http://www.antaranews.com/berita/441700/volume-sampah-di-jakartameningkatdrastic
2 Rohani, L. “Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah di Desa Medan Senembah Kabupaten
Deliserdang dan di Kelurahan Asam Kumbang Kota Medan tahun 2007”. (Skripsi S-1 Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan 2007), h. 4.
3 Madina, N. “Adaptasi SOP (standard operating procedure) pengelolaan sampah menuju konsep zero
waste aspek teknik operasional dan peran serta masyarakat di komplek perumahan pondok indah Jakarta
Selatan”. (Skripsi S-1 Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok 2012), h. 12.
2
Selama ini, pengelolaan sampah di DKI Jakarta tidak dikelola secara
berkelanjutan, hal ini disebabkan tempat pembuangan akhir (TPA) Bantar gebang di
Bekasi sebagai TPA sampah DKI Jakarta masih dalam kondisi yang memprihatinkan
dan sampah menumpuk secara terbuka (open dumping).4
Sampah harus dikelola secara bijak oleh seluruh pihak termasuk pemerintah.
Tugas pemerintah DKI Jakarta salah satunya adalah mengelola sampah berdasarkan
Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan
Sampah, dan Peraturan Gubernur (Pergub) DKI Jakarta Nomor 50 Tahun 2016
tentang Pembangunan dan Pengoperasian Fasilitas Pengelolaan Sampah di dalam
Kota (Intermediate Treatment Facility/ITF).
Bantar gebang adalah salah satu TPA terbesar di Indonesia yang terletak di
Kecamatan Bantar gebang, Kota Bekasi Provinsi Jawa Barat. TPA Bantar gebang
dioperasikan sejak tahun 1989 berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur Jawa
Barat Nomor 593.82/SK/282.P/AGK/DA/86 tanggal 25 Januari 1986 juncto Nomor
593.82/SK.116.P/AGK/DA/26-1987. Berdasarkan SK ini, Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta diberikan kewenangan untuk mengelola dan memanfaatkan TPA Bantar
gebang untuk menampung dan mengolah sampah kota Jakarta dengan menggunakan
sistem sanitary landfill selama jangka waktu 15 tahun.
Sampai saat ini TPA Bantar gebang di Kota Bekasi adalah lokasi pengolahan
sampah yang dihasilkan oleh penduduk DKI Jakarta. Hal ini didasarkan pada kontrak
4 Sidik, F. (2016). Kompleksnya permasalahan sampah di Jakarta. Diakses 21 September 2019 dari http://
kedaipena.com/kompleksnya-permasalahansampah-di-jakarta-1/.
Bagan 1. Persentase Peningkatan Sampah
Sumber: Dinas Kebersihan Kota Jakarta, 2016.
3
kerja sama antara pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan pihak ketiga
(swasta) yang melibatkan pihak Pemerintah Kota Bekasi.
Dengan demikian, relevansi permasalahan ini sesuai pada paradigma
pengelolaan sampah yang terbaru dan berbasis komunitas ekonomi dan agama yaitu
melalui Agregator Bank Sampah Syariah. Berdasarkan penjelasan tersebut maka
penelitian tentang “Pengelolaan Sampah di Pemerintahan Daerah Kota DKI Jakarta
Periode 2017-2020 Perspektif Fiqih Siyasah” menurut pengetahuan peneliti belum
pernah dilakukan.
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Penulis menyadari bahwa dari uraian masalah tersebut memperlihatkan
cakupan masalah yang akan diteliti terlalu luas, kompleks, sangat rumit, dan berjalin
berkelindan sedemikian rupa dengan masalah-masalah lainnya. Akibatnya, penulis
menyadari bahwa masalah yang diteliti perlu diidentifikasi sebagai berikut:
1. Pemerintah perlu menangani sampah agar berkurang dan dapat dijadikan
sebagai energi alternatif terbarukan. Pada tahun 2013, Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta merencanakan akan membangun 4 (empat) tempat pengolahan
sampah terpadu atau intermediate treatment facility (ITF). Keempat ITF
tersebut rencananya akan dibangun di Sunter, Cakung-Cilincing, Marunda,
dan Duri Kosambi. Tujuannya untuk menekan volume pembuangan dan
penimbunan sampah di TPA Bantar gebang. Namun belum terealisasi.
2. Penyebab hal ini karena dicabutnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 18
Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis
Sampah (PLTSa) oleh Mahkamah Agung dengan dasar pertimbangan bahwa
Perpres tersebut tidak sejalan dengan Undang- Undang (UU) Nomor 18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang mengamanatkan pengelolaan sampah
secara desentralisasi atau optimalisasi fungsi tempat pengelolaan sampah –
reuse, reduce, dan recycle (TPS-3R) bukan secara sentralistik (terpusat di
TPA).
3. Beberapa faktor lain seperti minimnya ketersediaan lahan untuk ITF,
teknologi, amdal, serta kejelasan investor juga menjadi penyebab dicabutnya
4
Perpres Nomor 18 Tahun 2016. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat ini
masih bergantung pada tempat pembuangan di TPA Bantar gebang. Padahal
jika mengacu pada UU Nomor 18 Tahun 2008 dan Perda DKI Jakarta Nomor
3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah, dinyatakan bahwa pemerintah
daerah memiliki tugas untuk memfasilitasi, mengembangkan, dan
melaksanakan upaya pengurangan, penanganan, dan pemanfaatan sampah
dengan menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan sampah.
2. Pembatasan Masalah
Permasalahan dalam skripsi ini dibatasi hanya pada pengelolaan sampah oleh
pemerintah daerah DKI Jakarta. Pemerintah Daerah DKI Jakarta mendelegasikan
pengelolaan sampah pada Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta pada kurun
waktu 2017-2020.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka penulis merumuskan dua
permasalahan yaitu:
1. Bagaimana kebijakan Politik Pengelolaan Sampah di Pemerintahan Daerah Kota
DKI Jakarta?
2. Bagaimana kebijakan Pemerintah Daerah Kota DKI Jakarta dalam Pengelolaan
Lingkungan berdasarkan sumber-sumber hukum Islam ?
C. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan kebijakan politik dalam pengelolaan sampah di Pemerintahan
Daerah Kota DKI Jakarta.
2. Mengetahui kebijakan Pemerintah Daerah Kota DKI Jakarta dalam Pengelolaan
Lingkungan berdasarkan sumber-sumber hukum Islam.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritik
a. Penelitian ini bertujuan memberikan sumbangan akademis terhadap
perkembangan ilmu hukum tata negara.
b. Memberikan tambahan khazanah pengetahuan bagi mahasiswa hukum agar
memperkaya pustaka tentang hukum tata negara syariah di Indonesia.
5
c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi penelitian hukum tata
negara untuk selanjutnya.
2. Praktik
a. Bagi penulis, penelitian ini merupakan syarat akademis penulis untuk
mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syari`ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Bagi pembaca, dapat memahami implementasi syariah dalam pengelolaan
sampah di Indonesia.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian hukum ini menggunakan pendekatan yuridis normatif.5 Pendekatan
yuridis normatif dilakukan dengan cara menelaah dan menginterpretasikan hal-hal
yang bersifat teoritis yang menyangkut asas, konsepsi, doktrin dan norma hukum yang
berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yaitu UUD NRI 1945, Undang-
Undang Pemerintah Daerah dan Hukum Islam.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum tentang ketidaksesuaian praktik
dengan teori dalam hukum. Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis dimana
penulis menjelaskan gambaran permasalahan dari kronologis kejadian, permasalahan
hukum hingga putusan. Data tersebut kemudian dianalisa untuk dapat mengetahui
dasar pertimbangan pengadilan dalam menetapkan putusan.
3. Data Penelitian
Penelitian hukum ini akan menggunakan teknik wawancara sebagai data
primer dan studi kepustakaan yang dikenal dengan data sekunder. Untuk memperoleh
data primer, dilakukan wawancara terhadap kepala dan atau pegawai di Kantor Dinas
Lingkungan Hidup Kota DKI Jakarta. Dan data sekunder, dilakukan studi kepustakaan
dengan menganalisa dan menelaah buku-buku dan literature yang relevan dengan
topic yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
5 Soerjono Soekanto, Perbandingan hukum, (Jakarta: Citra Aditya, 1986). h. 51.
6
Melalui studi kepustakaan, akan dapat dipahami isu penelitian, konsep dan
variable-variable yang digunakan dalam penelitian. Penelitian kepustakaan dilakukan
di Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah jakarta. Data sekunder yaitu data yang
ditinjau dari segi kekuatan mengikatnya dibagi mejadi 3 (tiga) jenis yakni, bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.6
4. Sumber data
Penelitian Kualitatif ini bersumber pada hasil wawancara yang menjadi data
primer dan dilakukan terhadap Kepala dan atau Pegawai di Kantor Dinas Lingkungan
Hidup Kota DKI Jakarta. Kemudian untuk memperoleh data sekunder, dilakukan studi
kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan di Perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Studi kepustakaan dilakukan dengan menganalisa dan menelaah
buku-buku dan literature yang relevan dengan topic dan permasalahan yang sedang
diteliti.
5. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Menurut Serjono Soekanto, dalam penelitian lazimnya dikenal tiga jenis alat
pengumpul data yaitu wawancara atau interview, studi kepustakaan, dan pengamatan
atau observasi. Ketiganya dapat digunakan secara terpisah maupun bersama-sama.
Penelitian ini digunakan 2 (dua) jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Untuk
memperoleh data primer penulis menggunakan teknik wawancara.
Untuk memperoleh data primer dilakukan penelitian secara langsung di lokasi
Kantor Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta. Penelitian langsung ini guna
memperoleh data lapangan dan bahan penelitian hukum yang relevan dan diperlukan
yang berkaitan dengan pokok-pokok permasalahan yang menjadi obyek penelitian.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara langsung
kepada narasumber. Pengumpulan data tersebut menggunakan pedoman wawancara
yang telah dipersiapkan dengan tidak menutup kemungkinan terjadi tanya jawab
secara bebas dengan tetap mengarah pada masalah yang diteliti. Wawancara
merupakan proses mendapatkan informasi secara langsung maupun tidak langsung
antara dua orang atau lebih.7
6 Soerjono Soekanto, Perbandingan hukum, h. 51-52
7 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1986) cet. 2012, h.
24.
7
Tipe wawancara yang dipergunakan dalam wawancara dengan narasumber
adalah wawancara tidak terarah (nondirective interviews). Yakni wawancara tidak
didasarkan pada suatu sistem atau daftar pertanyaan yang ditetapkan sebelumnya.8
6. Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian ini berdasarkan pada wawancara informan karena
memberikan informasi tentang kegiatan pengelolaan sampah di Kota DKI Jakarta.
Wawancara dilangsungkan pada 6 Januari 2021 di Kantor Dinas Lingkungan Hidup
DKI Jakarta dengan narasumber ialah:
a) Ibu Rita Ningsih pekerjaan Pegawai Negeri Sipil bagian Seksi Humas
dan Kerjasama di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta.
b) Bapak Fahmi Hermawan bagian Kepala Divisi Tata Lingkungan dan
Kebersihan pekerjaan Pegawai Negeri Sipil di Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi DKI Jakarta.
7. Teknik Pengolahan Data
Data hasil interview ditranskripsi atau diubah dari format audio menjadi visual
dalam wujud teks.
8. Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan
pendekatan kualitatif sehingga menghasilkan data deskriptif.9 Pendekatan kualitatif
yaitu data yang dinyatakan secara komprehensif dalam bentuk tertulis ataupun lisan
serta juga tingkah laku yang nyata, yang diteliti dan dipelajari.10
Analisis data deskriptif11 adalah analisis data dengan mendeskripsikan atau
menggambarakan secara utuh data yang telah diperoleh dari hasil penelitian.
Selanjutnya data yang diperoleh dihubungkan dengan teori-teori yang telah diperoleh
8 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1986) cet. 2012,
h.228. 9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1986) cet. 2012, h.
32. 10 Mukti Fajar & Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), h. 192.
11 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1986) cet. 2012, h.
5.
8
dari studi kepustakaan sehingga akan diperoleh gambaran dan jawaban mengenai
permasalahan yang ada.
Data kualitatif (terutama data dokumen, naskah atau literatur lainnya),
dianalisis menggunakan model analisis hermeneutik. Hermeneutik sebagai metode
dapat digunakan dengan berdasarkan pada paradigma apapun, misalnya paradigma
kritis, posmodern sebab interpretasi teks secara gramatikal maupun kontekstual
merupakan sesuatu yang tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari, demikian pula
dalam hal penelitian.
Data yang telah dikumpulkan tersebut disusun secara sistematis dan
diklasifikasikan sesuai dengan pokok bahasan. Selanjutnya, data-data tersebut
dianalisis secara normatif melalui pola pemikiran deduktif-induktif sehingga diperoleh
gambaran yang menyeluruh mengenai jawaban atas permasalahan penelitian.
F. Teknik Penulisan
Penulis menggunakan metode penulisan skripsi yang mengacu pada
“Pedoman Penulisan Skripsi Tahun 2017 Fakultas Syariah Dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”.
G. Review Penelitian Terdahulu
1. Skripsi oleh Syifa Fauzia Putri berjudul Analisis Penerapan Prinsip-prinsip Etika
Lingkungan dalam Pengelolaan Sampah Rumah tangga di Kota Depok (Studi
Kasus di Kecamatan Sukmajaya). Syifa membahas dengan persepsi administrasi
negara dan prinsip yang digunakan adalah Prinsip Etika Lingkungan. Penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa
pemerintah Kota Depok dalam mengelola sampah belum menerapkan prinsip etika
lingkungan.12 Kekurangannya adalah berpikir pada Etik dan Norma sedangkan
penulis sudah berpikir lebih lanjut mengenai peraturan.
2. Artikel penelitian oleh Surahma Asti Mulasari, Adi Heru Husodo, Noeng
Muhadjir dengan judul Kebijakan Pemerintah dalam Pengelolaan Sampah
Domestik. Ketiga peneliti tersebut berfokus pada kebijakan pengelolaan sampah
domestik di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian menyebutkan bahwa
12 Syifa Fauzia Putri, “Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Etika Lingkungan dalam Pengelolaan
Sampah Rumah tangga di Kota Depok (Studi Kasus di Kecamatan Sukmajaya)”. (Skripsi S-1 Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Jakarta, 2013), h. 20.
9
belum ada metode pemantauan dan evaluasi kebijakan pengelolaan sampah yang
dituangkan dalam prosedur baku.13 Kekurangannya adalah masih dalam tahapan
prosedural atau teori sedangkan penulis dalam tahapan implementasi atau praktik.
3. Ashabul Kahfi dalam Jurnal Jurisprudentie yang berjudul Tinjauan Terhadap
Pengelolaan Sampah. Kesimpulannya adalah sementara kelemahan aturan dan
koordinasi antar lembaga disinyalir ikut memberi andil terhadap permasalahan
sampah. Untuk mengatasi masalah sampah maka ada beberapa konsep
pengelolaan sampah, yang penekanannya terletak pada perubahan paradigma
masyarakat secara umum dalam memandang sampah, misalnya dalam bentuk
peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah.14 Kelemahannya masih
berfokus pada perubahan paradigma itu sendiri. Sedangkan penulis sudah
menggunakan paradigma baru.
4. Jurnal oleh Titi Antin, Hermin Indah Wahyuni dan Partini berjudul Dinamika
Peran Jejaring Pengelolaan Sampah Dalam Komunikasi Literasi Sampah diterima
pada 08 Oktober 2018 Profetik Jurnal Komunikasi. Kelompok pengelolaan
sampah berbasis masyarakat yang tergabung dalam JPSM “AMOR” terhubung
dengan program pemerintah Kabupaten Bantul yaitu melaksanakan program
Bantul Bebas Sampah 2019, sebagai langkah nyata dalam mendukung Indonesia
Bebas Sampah 2020. “AMOR” adalah kepanjangan dari Anggayuh Mulyaning
Wargo yang mengandung arti bersama-sama meraih kesejahteraan warga
masyarakat. Di mana JPSM dibentuk untuk memudahkan koordinasi dan
pembinaan antar kelompok, pada saat ini berjumlah 126 JPSM yang tersebar di 17
kecamatan di Kabupaten Bantul.15 Kelemahan pada penelitian ini adalah tentang
Pengelolaan Sampah Berbasis komunitas saja. Sedangkan penulis menguatkan
pengelola sampah tidak hanya berbasis komunitas namun juga berbasis ekonomi
dan agama.
13 Surahma Asti Mulasari, Adi Heru Husodo, Noeng Muhadjir, Kebijakan Pemerintah dalam
Pengelolaan Sampah Domestik, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan, Jurusan Ilmu
Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, (Mei 2014),
h. 404. 14 Ashabul Kahfi dalam Jurnal Jurisprudentie, Tinjauan Terhadap Pengelolaan Sampah, Universitas
Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Jurisprudentie | Volume 4 Nomor 1 (Juni 2017), h., 12-25.
15 Titi Antin, Hermin Indah Wahyuni dan Partini, Dinamika Peran Jejaring Pengelolaan Sampah Dalam
Komunikasi Literasi Sampah diterima pada 08 Oktober 2018 Profetik Jurnal Komunikasi, h. 121.
10
5. Laporan Tahunan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik 2015 mengungkapkan
bahwa Komunitas diet plastik yang berawal dari keresahan bahwa Kantong plastik
merupakan salah satu komponen sampah terbesar. Penggunaannya yang sekali
pakai membuat volumenya terus menumpuk dan kantong plastik baru bisa terurai
dalam waktu yang sangat lama. Di banyak kota, gerakan untuk membangun
kesadaran bahaya kantong plastik juga telah banyak bermunculan seperti Rampok-
Plastik, pay4plastic, HeadbagMob, WisataPlastik, dan Tshirt-
Bag.16Kekurangannya hanya berfokus pada jenis sampah plastik saja. Sedangkan
penelitian penulis terhadap semua jenis sampah.
6. Arizal Mutahir, Intelektual Kolektif Gerakan Ilmiah untuk Melawan Dominasi:
Pandangan Pierre Bourdieu tentang intelektual, Tesis Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada, 2009 berusaha melalui Bank Sampah Cangkir Hijau Tas Kain
bermerek Kresbag sebagai alternatif pengurangan pemakaian kantong platik
dengan membuat tas kain dengan berbagai motif, Metro Photography, Musik dan
Cangkir Dokumenter Metro Photography membuat acara amal, yaitu Photography
Charity. Hal ini sejalan dengan konsep Bourdieu yang mengajukan ide intelektual
kolektif, yakni gabungan beragam intelektual lintas batas disiplin ilmu, aliran
pemikiran bahkan ideologi untuk membela kepentingan publik. Ranah intelektual
di kota Metro menyuarakan kepentingan publik untuk melakukan gerakan sosial
peduli lingkungan hidup di Kota Metro.17 Kekurangannya adalah kegiatan yang
diciptakan adalah bersifat sementara saja sehingga memerlukan dorongan agar
berkelanjutan. Kelebihannya adalah berbasis kreatifitas. Sedangkan penulis akan
meneliti program yang berkelanjutan dan berbasis komunitas, ekonomi dan
agama.
7. Sugeng Riyadi, Reiventing Bank Sampah: Optimalisasi Nilai Ekonomis Limbah
Berbasis Pengelolaan Komunal Terintegrasi, Jambi: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam, IAIN Sultan Thaha Syaifuddin Jambi. Sampah-sampah yang bisa didaur
ulang baik organik maupun non-organik bisa dijual. Selama satu minggu minimal
mereka bisa mendapatkan dana tambahan dari barang bekas daur ulang. Jumlah ini
16 Tim Penyusun, Laporan Tahunan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik 2015, h. 5.
17 Arizal Mutahir, Intelektual Kolektif Gerakan Ilmiah untuk Melawan Dominasi: Pandangan Pierre
Bourdieu tentang intelektual, Tesis Penerbit [Yogyakarta]: Universitas Gadjah Mada, 2009 dan kemudian
menjadi buku Arizal Mutahir, Intelektual Kolektif Pierre Bourdieu, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2011), h. 45.
11
justru lebih tinggi nilainya daripada pengolahan sampah organik menjadi kompos.
Kompos dapat diolah lagi menjadi pupuk organik untuk dijual. Atau digunakan
sendiri untuk menanam tanaman hias, tanaman apotik hidup, atau tanaman
sayuran atau buah-buahan.18 Kekurangannya adalah berbasis komunitas dan
ekonomi saja. Sedangkan penulis akan meneliti program berbasis komunitas,
ekonomi dan agama.
8. Penelitian Abdul Rozak yang berjudul Peran Bank Sampah Warga Peduli
Lingkungan (WPL) dalam Pemberdayaan Perekonomian Nasabah. Hasil
penelitian di dapat bahwa peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)
dalam meningkatkan perekonomian nasabahnya dapat dikatakan tidak terlalu
signifikan.19 Kekurangannya adalah berbasis ekonomi saja. Sedangkan penulis
akan meneliti program berbasis komunitas, ekonomi dan agama.
9. Penelitian Jean Anggraini yang berjudul Dampak Bank Sampah Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat dan Lingkungan (studi kasus Bank Sampah Cempaka II
di Kelurahan Pondok Petir RW:09) Bojongsari Kota Depok. Hasil penelitiannya
yaitu dampak yang dirasakan masyarakat dari adanya pengelolaan sampah
tersebut lingkungan mereka lebih terlihat bersih dan rapi, warga lebih sadar diri
atas sampah-sampah yang ada di sekeliling mereka, dan hasil dari penjualan
sampah tersebut bisa membantu mereka dalam kebutuhan mereka walaupun tidak
seberapa dalam penghasilannya.20 Kekurangannya adalah berbasis ekonomi saja.
Sedangkan penulis akan meneliti program berbasis komunitas, ekonomi dan
agama.
10. Berbasis agama
Bank Sampah Syariah ini dijalankan dengan prinsip sosial enterpreneurship yang
tidak hanya berorientasi pada keuntungan pribadi. Namun gerakan sosial
enterpreneurship mempunyai misi pemberdayaan yang bersifat voluntary
18 Sugeng Riyadi, Reiventing Bank Sampah: Optimalisasi Nilai Ekonomis Limbah Berbasis Pengelolaan
Komunal Terintegrasi, (Skripsi S-1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Sultan Thaha Syaifuddin Jambi,
2016), h. 211.
19 Abdul Rozak, Peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dalam Pemberdayaan
Perekonomian Nasabah, (Skripsi S-1 Fakultas Syari’ah dan Hukum, Ekonomi Syariah, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2014), h. 46.
20 Jean Anggraini, Dampak Bank Sampah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat dan Lingkungan,
(Skripsi S-1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 30.
12
(sukarela) dan filantrophy (kedermawanan).21 Kekurangannya adalah berbasis
agama saja. Sedangkan penulis akan meneliti program berbasis komunitas,
ekonomi dan agama.
Kelebihan penelitian penulis terletak pada paradigma pengelolaan sampah
yang terbaru dan berbasis komunitas ekonomi dan agama yaitu melalui Agregator
Bank Sampah Syariah. Berdasarkan penjelasan tersebut maka penelitian tentang
“Pengelolaan Sampah di Pemerintahan Daerah DKI Jakarta Periode 2017-2020
Perspektif Fiqih Siyasah” menurut pengetahuan peneliti belum pernah dilakukan.
Apabila sudah pernah dilakukan, maka penelitian ini dianggap sebagai pelengkap
penelitian sebelumnya. Dengan demikian, peneliti menjamin keaslian penelitian ini
dan dapat dipertanggung jawabkan.
H. Sistematika Penulisan
Agar penelitian ini mencapai tujuan yang diharapkan oleh penulis, maka
sistematika penelitian ini terbagi ke dalam lima Bab yang terdiri dari sub-sub Bab sebagai
berikut :
Bab I: adalah pendahuluan yang berisikan paparan latar belakang permasalahan yang
menjadi inti dari penelitian. Pokok masalah menjadi titik fokus dalam
pembahasan skripsi. Selain pokok masalah juga ada tujuan dan kegunaan
penelitian, tinjauan ulang pustaka terdahulu yang membahas mengenai
penelitian sebelumnya yang judulnya terkait dengan penelitian hukum ini,
teori kontrak sosial dan desentralisasi dilengkapi konsep otonomi daerah, juga
metode penelitian.
Bab II: berisi tinjuan umum mengenai pengelolaan sampah secara umum di Indonesia.
Bab III: berisi tentang penerapan prinsip syariah terkait menjaga lingkungan menurut
sumber-sumber hukum Islam.
Bab IV: mengenai Implementasi Pemanfaatan Sampah berdasarkan prinsip syariah
Pemerintahan Daerah Kota DKI Jakarta.
Bab V: menyimpulkan keseluruhan penelitian skripsi ini. Di bagian penutup pula
penulis menyertakan saran bagi pihak terkait.
21 Nur Kholis,”Kesejahteraan sosial di indonesia Perspektif ekonomi Islam,” AKADEMIKA, Vol. 20,
No. 02 (Juli – Desember 2015), h. 244.
13
BAB II
TEORI DAN LANDASAN HUKUM PENGELOLAAN SAMPAH
A. Tinjauan Umum Teori
1. Teori Kontrak Sosial
Kontrak Sosial terdiri dari dua kata, Kontrak dan Sosial. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Kontrak mengandung arti perjanjian (secara tertulis) antara dua
pihak dalam perdagangan, sewa menyewa, dan sebagainya, atau persetujuan yang
bersangsi hukum antara dua pihak atau lebih untuk melakukan atau tidak melakukan
kegiatan.1
Sedangkan, Sosial mengandung arti hal yang berkenaan arti hal berkenaan
dengan masyarakat; atau suka memperhatikan kepentingan umum.2Jadi, Kontrak
Sosial adalah perjanjian dalam bentuk tertulis atau persetujuan yang bersangsi hukum
yang dibuat masyarakat.3
Mengutip Muhammad Azhar, bahwa menurut al-Mawardi interaksi sosial
manusia bersifat langgeng dan permanen, manusia diciptakan Allah sebagai makhluk
yang lemah, karenanya manusia dibekali potensi intelektual yang akan menuntunnya
berperilaku tertentu dan yang akan membimbingnya menuju kebahagiaan dunia
akhirat. Perbedaan intelegensi, intelektual, kepribadian, bakat antar manusia justru
akan mendorong manusia untuk saling bekerja sama. Berangkat dari sinilah manusia
akhirnya sepakat untuk membentuk sebuah komunitas guna menjaga setiap
kepentingan dan kebutuhannya melalui kontrak sosial yang berbentuk negara.4
Teori kontrak sosial ini dikemukakan al-Mawardi pada abad XI. al-Mawardi. Ia
adalah tokoh Muslim yang terkenal, tidak hanya di dunia Islam, melainkan juga di
1 Tim Penyususn Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan KBBI,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. 1, h. 458.
2 .Tim Penyususn Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan KBBI, h. 88.
3 Muamar, “Piagam Madinah Dan Teori Kontrak Sosial Jean Jacques Rousseau”, (Skripsi S1 Fakultas
Syariah Dan Hukum , UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 31.
4 Muhammad Azhar, “Filsafat Politik: Perbandingan Antara Islam dan Barat”, (Jakarta: Raja Wali Pers,
1997), h. 81.
14
Barat. Al-Mawardi tercatat sebagai ahli diplomasi yang dapat menjembatani Dinasti
Abbasiyah dan orang-orang Buwaihi.5
Gagasan al-Mawardi yang menarik dalam ketatanegaraan ialah hubungan Ahl al-
‘Aqdi wa al-Halli atau ahl al-Ikhtiar dan Imam atau Kepala Negara digagaskan
sebagai hubungan kontrak sosial yang melahirkan kewajiban dan hak bagi kedua
belah pihak atas dasar timbal balik.6Istilah ini lebih populer dipakai pada awal
pemerintahan Islam tentang hal ini adalah ahl al-Syura. Pada masa khalifah Umar,
istilah ini mengacu kepada beberapa sahabat senior yang melakukan musyawarah
untuk menentukan kebijaksanaan negara dan memilih kepala negara.7
Pada umumnya, ulama mengambil dasar-dasar adanya kementerian (wuzarah)
dengan dua alasan:
1. Firman Allah dalam Al-Qur’an:
: هخي، اشدد به أزري، واشركه في أمري )طواجعل لي وزيرا من أهلي، هارون أ
29-31)
“Dan jadikanlah untukku seorang wazir dari keluargaku, yaitu Harun, saudaraku.
Teguhkanlah kekuatanku dengan dia, dan jadikanlah dia sekutu dalam
urusanku.”(Q.S. Thoha: 29-31).
Berdasarkan mafhum aulawi8, maka apabila wazir itu diperbolehkan di dalam
masalah-masalah kenabian, maka lebih-lebih diperbolehkan adanya wazir di dalam
imamah.
2. Karena alasan yang sifatnya praktis, yaitu imam tidak mungkin sanggup
melaksanakan tugas-tugasnya di dalam mengatur umat tanpa adanya naib (wazir).
Dengan adanya wazir yang membantu imam di dalam mengurus umat, akan lebih
baik pelaksanaannya dan terhindar dari kekeliruan serta kesalahan.9
5 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, (Jakarta: UI Press, 1990),
h. 58. 6 M. Layen Junaedi, Pandangan Politik Mawardi, Fakultas Tarbiyah Unisba dalam Jurnal Mimbar
Volume XIX No. 2 (April - Juni 2003) h. 135 – 151.
7 Muhammad Iqbal, Fiqih Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta: PRENADAMEDIA
GROUP, 2014), h. 159.
8 Berlakunya hukum pada peristiwa yang tidak disebutkan itu lebih kuat atau lebih pantas dibandingkan
dengan berlakunya hukum pada apa yang disebutkan dalam lafadz.
9 Djazuli, Fiqih Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu Syari’ah, (Jakarta:
PRENADA MEDIA GROUP, 2009), cet. 4, h. 77-78.
15
Al-Mawardi membagi wazir menjadi dua bentuk: 1). wazir tafwidh, yaitu wazir
yang memiliki kekuasaan luas memutuskan berbagai kebijaksanaan kenegaraan. Ia juga
merupakan koordinator kepala-kepala departemen. Wazir ini dapat dikatakan sebagai
Perdana Menteri. Karena besarnya kekuasaan wazir tawfidh ini, maka orang yang
menduduki jabatan ini merupakan orang-orang kepercayaan khalifah. 2). wazir tanfidz,
yaitu wazir yang hanya bertugas sebagai pelaksana kebijaksanaan yang digariskan oleh
wazir tafwidh. Ia tidak berwenang menentukan kebijaksanaan sendiri.10
Mengutip Abdul Qadim Zallum, definisi negara menurut al- Mawardi adalah alat
atau sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan. Karena Islam sudah
menjadi ideologi politik bagi masyarakat dalam kerangka yang lebih konkret, bahwa
Islam memerintahkan kaum Muslimin untuk menegakkan negara dan menerapkan
aturan berdasarkan hukum-hukum Islam. Masalah politik, ekonomi, sipil, militer,
pidana, dan perdata diatur jelas oleh Islam. Hal itu membuktikan bahwa Islam
merupakan sistem bagi negara dan pemerintahan, serta untuk mengatur masyarakat,
umat, dan individu-individu.11
Menurut Muhammad Iqbal, negara dibutuhkan dalam Islam untuk merealisasikan
wahyu-wahyu Allah, maka Islam memandang bahwa negara hanyalah merupakan alat,
bukan tujuan itu sendiri. Menurut al-Mawardi, pendirian negara ini didasarkan pada
ijma’ ulama, adalah fardu kifayah. Pandangannya didasarkan pada kenyataan sejarah
al-khulafa’ al-Rasyidun dan khalifah-khalifah setelah mereka. Pandangan ini juga
sejalan dengan kaidah yang menyatakan ma la yatimmu al-wajib illa bihi, fahuwa wajib
(suatu kewajiban tidak sempurna terlaksana kecuali melalui alat atau sarana, maka alat
atau sarananya itu hukumnya wajib). Artinya, menciptakan dan memelihara
kemaslahatan adalah wajib, sedangkan alat untuk terciptanya kemaslahatan tersebut
adalah negara. Maka, hukum mendirikan negara itu adalah wajib (fardhu kifayah).12
Menurut al-Mawardi, dari segi politik Negara itu memerlukan enam sendi utama:
10 Munawir Sadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta : UI Press, 1990),
h. 66. 11 Abdul Qadim Zallum, Pemikiran Politik Islam, (Bangil: al-Izzah, 2001), h. 155.
12 Muhammad Iqbal, Fiqih Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta: PRENADAMEDIA
GROUP, 2014), h. 151-152.
16
1.) Agama yang dihayati. Agama diperlukan sebagai pengendali hawa nafsu
dan pengawas melekat atas hati nurani manusia, karenanya merupakan
sendi yang terkuat bagi kesejahteraan dan ketenangan Negara.
2.) Penguasa yang berwibawa. Dengan wibawanya dia dapat mempersatukan
aspirasi-aspirasi yang berbeda, dan membina negara untuk mencapai
sasaran-sasarannya yang luhur, menjaga agar agama dihayati, melindungi
jiwa, kekayaan dan kehormatan warga Negara, serta menjamin mata
pencaharian mereka. Penguasa itu adalah imam dan khalifah.
3.) Keadilan yang menyeluruh. Dengan menyeluruhnya keadilan akan tercipta
keakraban antara sesama warga Negara, menimbulkan rasa hormat dan
ketaatan kepada pimpinan, menyemarakkan kehidupan rakyat dan
membangunkan minat rakyat untuk berkarya dan berprestasi. Dengan
demikian jumlah penduduk akan berkembang, dan kedudukan penguasa
tetap kokoh. Keadilan itu hendaknya dimulai dari sikap adil pada diri
sendiri, dan baru terhadap orang lain. Keadilan pada diri sendiri tercermin
pada sikap senang melakukan semua perbuatan yang baik dan segan
mengerjakan perbuatan yang keji, dan dalam segala hal tidak melebihi
batas, sebaliknya tidak kurang dari yang seharusnya. Adapun Keadilan itu
bermula dari sikap adil pada diri sendiri, kemudian kepada orang lain.
Keadilan kepada orang lain dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori,
yaitu; 1) adil kepada bawahan (subordinat), seperti keadilan kepala negara
kepada wakil atau pejabat eksekutif bawahannya, 2) adil kepada atasan
(superior), yaitu keadilan yang dilakukan oleh rakyat kepada kepala negara,
untuk patuh, loyal dan siap membantu negara, dan 3) adil kepada sejawat
(peer), yaitu keadilan kepada orang yang setara, dengan cara menghormati
sikap mereka, tidak mempermalukan dan menyerangnya.13
4.) Keamanan yang merata. Dengan meratanya keamanan, rakyat dapat
menikmati ketenangan batin, dan dengan tidak adanya rasa takut akan
berkembang inisiatif dan kegiatan serta daya kreasi rakyat. Meratanya
keamanan adalah akibat menyeluruhnya keadilan.
13 Suyuti Pulungan, Fiqih Siyasah: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1999) Cet. 4, h. 227.
17
5.) Kesuburan tanah yang berkesinambungan. Dengan kesuburan tanah,
kebutuhan rakyat akan bahan makanan dan kebutuhan materi yang lain
dapat dipenuhi, dan dengan demikian dapat dihindarkan perebutan dengan
segala akibat buruknya.
6.) Harapan kelangsungan hidup. Dalam kehidupan manusia terdapat kaitan
yang erat antara satu generasi dengan generasi yang lain.14 Generasi yang
sekarang adalah pewaris dari generasi yang lalu, dan yang mempersiapkan
sarana-sarana dan wahana-wahana hidup bagi generasi yang akan datang.
Kalau misalnya seseorang tidak mempunyai harapan akan kelangsungan
hidup, dia tidak akan berupaya mengadakan lebih dari apa yang dia
butuhkan tiap harinya, dan tidak akan berpayah-payah berusaha
mempersiapkan segala sesuatunya bagi kehidupan anak-anaknya nanti, dan
kalau demikian halnya maka tidak akan banyak yang ditinggalkannya bagi
kesejahteraan hidup anak dan cucunya. Nabi Muhammad bersabda,
"Adanya harapan adalah satu rahmat dari Allah kepada umatku. Kalau
misalnya tidak ada harapan orang tidak akan (berpayah-payah) menanam
pohon, dan seorang ibu tidak akan menyusui anaknya."
Al-Mawardi menegaskan, bahwa rakyat wajib taat kepada kepala Negara, selama
ia dapat menjalankan tugas kenegaraannya, dan kewajiban ini bukan hanya terhadap
kepala Negara yang adil, tetapi juga terhadap yang menyeleweng atau menyimpang
dari keadilan (fâjir 'an al adl). Setelah itu al-Mawardi memperkuat argumennya dengan
mengutip ayat dari al Qur'an:
QS. An-Nisa (4): 59.
فردوه إلى الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم فإن تنازعتم في شيء ياأيها
سول إن كنتم تؤمنون بالله واليوم الآخر ذلك خير وأحسن تأويلا )النساء: (59الله والر
Terjemahnya:
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad),
dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu…” Kementerian Agama, Al-
14 Munawir Sadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta: UI Press, 1990),
h. 62.
18
Qur’an dan Terjemah Dilengkapi dengan Kajian Usul Fiqih (Cet. 1; Bandung: Sygma,
2011), h. 87
Ayat di atas diberi ulasan oleh al-Mawardi dengan mengemukakan sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Hisyam bin Urwah, dari Abi Shalih, dari Abi Hurairah, bahwasanya
Rasulullah saw. bersabda:
في يوم من الأيام سيكون هناك قادة بعدى سواء من العدل أو أولئك الذين يخرجون عن العدالة
إستمع إليهم وطاعتهم في كل شيء حسب الحق إذا كانوا صالحين فالخير لكم ولهم وإذا خرجوا
عن العدل فإن العواقب السيئة عليكم كما عليهم
"Kelak akan ada pemimpin-pemimpin kamu sesudahku, baik yang adil maupun yang
menyimpang dari keadilan. Dengarkan dan patuhi mereka dalam segala hal yang
sesuai dengan kebenaran, jika mereka baik, maka kebaikan itu untuk kamu dan untuk
mereka, dan jika mereka menyeleweng dari keadilan, maka akibat buruknya adalah
untuk kamu dan juga untuk mereka".
Hadits di atas mengandung perintah kepada masyarakat atau rakyat agar
senantiasa patuh dan taat kepada pemimpin atau kepala Negara, dan sekaligus
merupakan kontrol sosial secara timbal balik, jika pemimpin itu bertindak menurut
kebenaran maka kebaikannya adalah untuk rakyat dan juga untuk pemimpin, dan
sebaliknya jika pemimpin itu menyimpang dari kebenaran maka akibat buruk dari
penyimpangan tersebut akan menimpa rakyat dan pemimpin itu.
Al-Mawardi cenderung pada corak pertama, bahwa agama dan negara saling
membutuhkan. Agama membutuhkan negara, karena dengan negara maka agama dapat
berkembang. Sebaliknya, negara memerlukan agama, karena dengan agama negara
dapat berkembang dalam bimbingan etika dan moral.15 Al-Mawardi mengatakan,
“Kekuasaan dengan dibarengi agama akan kekal, dan agama dibarengi dengan
kekuasaan akan kuat”.16
15 Ali Murtadho, “Jalinan dan Negara dalam Islam”, Ijtimaiyya, Vol. 5, No. 1, (Lampung: IAIN Raden
Intan, 2012), h. 98.
16 Al-Mawardi, Adab al-Dunyâ wa al-Dîn, (Beirut: Dâr al-Fikr, t.th.), h. 137-138.
19
2. Teori Desentralisasi
Desentralisasi didefinisikan sebagai pengalihan tanggung jawab untuk
perencanaan, manajemen dan pengelolaan sumber daya dan alokasi dana dari
pemerintah pusat dan lembaga-lembaganya kepada: (a) sebuah unit lapangan
kementerian pemerintahan pusat, (b) unit pemerintahan pusat atau tingkat
pemerintahan, (c) otoritas publik yang semiotonom atau perusahaan, (d) daerah, otoritas
regional atau fungsional, atau (e) organisasi swasta atau nonpemerintah.17
Istilah Pemerintahan berasal dari kata perintah, yaitu kapasitas untuk
mempengaruhi pihak lain termasuk melalui jalan paksaan atau kekerasan. Namun pada
zaman sekarang istilah kekerasan dihapuskan kemudian diperhalus dengan istilah
kekuasaan. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 telah
menetapkan bahwa Indonesia adalah satu Negara Kesatuan (Eenheidstaat) sehingga di
dalamnya tidak memungkinkan adanya daerah yang bersifat negara (staat). Dalam hal
ini. Desentralisasi merupakan sarana untuk mencapai tujuan bernegara dalam
mewujudkan kesatuan bangsa (national unity) yang demokratis.
Sunarno menjelaskan bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan
dengan penetapan strategi yaitu Peningkatan Pelayanan, Pemberdayaan dan Peran Serta
Masyarakat, Peningkatan Daya Saing Daerah.18
Kewenangan vertikal adalah dari Pusat ke Daerah sedangkan Horizontal adalah
Daerah Provinsi ke Daerah Kabupaten/Kota. Berarti pembentukan daerah otonom di
Indonesia diletakkan dalam kerangka desentralisasi dengan tiga ciri utama, yaitu :
1) Tidak dimilikinya kedaulatan yang bersifat semu kepada daerah dalam negara
bagian pada negara yang berbentuk federal.
2) Desentralisasi dimanifestasikan dalam bentuk penyerahan atas urusan
pemerintahan tertentu yang ditetapkan dalam suatu peraturan
perundangundangan tingkat nasional.
3) Penyerahan urusan tersebut direpresentasikan sebagai bentuk pengakuan
pemerintahan pusat pada pemerintah daerah dalam rangka mengurus rumah
tangganya sendiri berdasarkan ciri khasnya masing-masing.19
17 Haryanto, “Masa Depan Politik Desentralisasi di Indonesia: Sebuah Studi Awal”, Government:
Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol. 9, No. 2, (Juli 2016), h. 113.
18 Sunarno, Siswanto, Hukum Pemeirntah Daerah di Indonesia. (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 3.
20
Desentralisasi biasanya disertai dengan Tugas Pembantuan yaitu “Penugasan
dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada
kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk
melaksanakan tugas tertentu”.20
B. Kerangka Konseptual
Konsep yang dimaksud dalam Penelitian Hukum ini berjudul
PENGELOLAAN SAMPAH DI PEMERINTAHAN DAERAH KOTA DKI
JAKARTA PERIODE 2017-2020 PERSPEKTIF FIQIH SIYASAH adalah sebagai
berikut:
1. Pengelolaan
Pengelolaan menurut Kamus Bahasa Indonesia artinya adalah suatu proses
atau cara berupa perbuatan dalam bentuk memproses kegiatan tertentu dengan
cara menggerakkan sumber daya manusia lain, Proses perumusan kebijakan dan
tujuan organisasi, atau proses pengawasan terhadap keseluruhan hal yang
melibatkan diri di tengah proses pelaksanaan kebijaksanaan dan dalam rangka
mencapai tujuan.21
Pengelolaan sampah paradigma lama cenderung menggunakan pendekatan
end of pipe solution, bukan mengacu pada pendekatan sumber meliputi Open
Dumping System (penimbunan sampah terbuka), Landfill System (pembukaan
lahan baru), Sanitary Landfill (penimbunan sampah dengan tanah), Reusable
Sanitary Landfill (sampah tetap ditimbun namun diberi pipa untuk gas
pembusukan), Controlled Landfill (Sampah diratakan di lokasi secara periodik).
Pembaruan paradigma pengelolaan sampah terdapat pada Peraturan
Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5347) memperkenalkan Konsepsi 3 R yaitu (1) reduce,
mendorong kita sebisa mungkin mengurangi penggunaan barang yang
menghasilkan sampah, (2) re-use, menggunakan kembali barang yang biasa
19 Sabarno, Hari. Memendu Otonomi Daerah Menjaga Persatuan Bangsa, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007),
h. 4. 20 Sunarno, Siswanto, Hukum Pemeirntah Daerah di Indonesia. (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 7.
21 Daryanto, Kamus Indonesia Lengkap, (Surabaya: Apollo 1997), h. 348.
21
dibuang dengan menghindari barang-barang yang disposable (sekali pakai
buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia
menjadi sampah dan yang ke (3) recycle yaitu mendaur ulang. Prinsip ini berlaku
untuk semua jenis dan alur sampah, di mana dengan pemilahan tersebut, maka
akan dengan mudah bagi pemulung atau pengusaha daur ulang menemukan
sampah yang dapat didaur ulang kan.1
Berikut adalah beberapa fungsi pengelolaan sampah:2
a. Fungsi perencanaan dalam manajemen meliputi serangkaian keputusan-
keputusan termasuk penentuan-penentuan tujuan, kebijakan, membuat
program, menentukan metode dan prosedur serta menciptakan jadwal waktu
pelaksanaan. Dalam implementasinya fungsi perencanaan dibutuhkan dalam
pengelolaan sampah perkotaan, dengan menentukan tujuan ”bersih itu
adalah sehat”.
b. Fungsi pengorganisasian, yaitu proses pelaksanaan dari rencana yang telah
ditetapkan, dimulai dari kebutuhan alat atau fasilitas, manusia/pekerja,
termasuk hubungan antara personal yang melakukan kegiatan tersebut.
c. Fungsi pengawasan, adalah proses pengamatan terhadap pelaksanaan
seluruh kegiatan untuk menjamin agar seluruh kegiatan berjalan dengan
baik sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, dan dievaluasi sebagai
suatu proses penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan.
2. Sampah
Sampah menurut Notoatmodjo ialah sesuatu berupa benda atau bahan yang
tidak digunakan lagi dalam pekerjaan manusia.3 Organisasi kesehatan dunia atau
WHO (World Heatlh Organization) juga memberikan definisi sampah ialah
barang yang tidak digunakan maupun dipakai lagi. sesuatu yang selayaknya
dibuang namun berasal dari kegiatan sehari-hari manusia itu sendiri sehingga
1 Hernawati, Devi. dkk. “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Berbasis 3r (reduce, reuse
dan recycle) (studi pada tempat pengelolaan sampah terpadu di desa Mulyoagung kecamatan Dau Kabupaten
Malang),” Jurnal Administrasi Publik (JAP) 2013, Vol 1, No.2, h. 57-63.
2 Mursid Raharjo, Memahami Amdal Jilid 2, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h. 22.
3 Achnad Norival, “Perilaku Masyarakat di Bagian Tengah Batang Ino Terhadap Sampah di Nagari
Salimpaung Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar,” Jurnal Buana-Vol-2 No-1 (2018): h. 265,
geografi.ppj.unp.ac.id.
22
tidak otomatis hadir sendiri.4 Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.7 /MenLHK/Setjen/Kum.1/10/2019
Tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen Pasal 1 Ayat (1) bahwa
sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Sampah pada umumnya sebagian ada yang masuk dalam kotak
penampungan sampah, dan sebagian yang lain berserak di tempat pembuangan
akhir, pinggir sungai atau aliran air yang akan menimbulkan banyak masalah.5
Berikut Jenis-jenis Sampah berdasarkan asal sampah:
a. Sampah rumah tangga/ sampah domestik yaitu sampah yang dihasilkan dari
kegiatan-kegiatan rumah tangga. Dalam kategori ini termasuk juga sampah
dari asrama, rumah sakit, hotel, dan kantor.6
b. Sampah jalanan
c. Sampah industri dan perdagangan
d. Sampah perkantoran
e. Sampah pembangunan berupa material.
Sampah berdasar sifat:
a. Organik yaitu limbah padat semi basah berupa bahan organik yang umumnya
berasal dari sektor pertanian dan makanan, terdiri atas dedaunan, kayu, sayur-
sayuran, sisa-sisa makanan, sisa buah-buahan, bangkai binatang dan lain-lain.
Sampah ini mengandung senyawa organik yang tersusun dari unsur-unsur
karbon, oksigen dan hydrogen, mempunyai ciri terurai oleh mikroorganisme
dan mudah membusuk, karena mempunyai rantai kimia yang relatif pendek.
b. Anorganik yaitu limbah padat yang cukup kering, merupakan sampah yang
tidak tersusun oleh senyawa organik dan sulit terurai oleh mikroorganisme,
sehingga sulit membusuk. Hal ini disebabkan oleh senyawa yang memiliki
rantai kimia yang panjang dan rumit contohnya plastik, kaca, kaleng, mika,
besi, dan logam lainnya.
3. Pemerintahan Daerah
4 Tim Penulis PS, Penanganan dan Pengolahan Sampah, (Depok: Penebar Swadaya, 2008), h. 7.
5 Kuncoro Sejati, Pengolahan Sampah Terpadu dengan Sistem Node, Sub Point dan Center Point,
(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2009), h. 13.
6 Laurent Hodges, “Environmental Pollution”, Jurnal Chemical Education, (New York: Lowa state
University, 1976), vol. II, h. 280-281.
23
Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 Pasal 1 ayat (2) tentang
Pemerintahan Daerah, pemrintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemrintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pemerintahan Daerah adalah
penyelenggara pemerintahan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas desentralisasi.
Pasal 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah memberikan pengertian tentang Otonomi Daerah.7 Sedangkan
pengertian Asas Otonomi adalah prinsip dasar penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah berdasarkan Otonomi Daerah. Undang-undang tersebut juga memberikan
perbedaan antara Dekonsentrasi dengan Desentralisasi.
Perbedaan Asas desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan dari
Pemerintah pusat atau Daerah Otonom tingkat atasnya kepada Daerah Otonom
menjadi urusan Rumah Tangganya.8 Sedangkan Asas Dekonsentrasi dengan asas
desentralisasi adalah jika kebijakan desentralisasi merupakan konsep pembagian
wewenang secara vertikal maka kebijakan dekonsentrasi merupakan kebijakan
pembagian kewenangan birokrasi pemerintahan secara horizontal.9
Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 Pasal 1 ayat (2) tentang
Pemerintahan Daerah, pemrintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemrintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pemerintahan Daerah adalah
penyelenggara pemerintahan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas desentralisasi.
Secara konseptual perlu dipahami tentang posisi pemerintah daerah sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, yaitu
bahwa yang dimaksud dengan pemerintahan daerah adalah: penyelenggaraan
7 Pengertian Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
8 Soehino, Ilmu Negara, (Yogyakarta: Liberty, 2011), h. 225.
9Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 227.
24
urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Penyelenggara utama dalam Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati,
atau Walikota, dan perangkat daerah. Dengan demikian peran pemerintah daerah
adalah segala sesuatu yang dilakukan dalam bentuk cara tindak baik dalam
rangka melaksanakan otonomi daerah sebagai suatu hak, wewenang, dan
kewajiban pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ditambahkan juga
sebagai daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Kota DKI Jakarta
Kota Administratif Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang meliputi lima
wilayah yaitu Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat dan
Jakarta Pusat.
5. Periode
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Kurun Waktu; lingkaran
waktu.10 Konteks periode dalam penelitian hukum ini adalah periode
Pemerintahan Daerah yang berganti lima tahun sekali.
6. Fiqih Siyasah
Kata Fiqh secara etimologis (bahasa) adalah keterangan tentang pengertian
atau paham dari maksud ucapan si pembicara, atau pemahaman yang mendalam
terhadap maksud-maksud perkataan dan perbuatan. Dengan kata lain istilah fikih
menurut bahasa adalah pengertian atau pemahaman dan pengertian terhadap
perkataan dan perbuatan manusia.11 Pengertian Al-siyasah pun diartikan:
memimpin sesuatu dengan cara yang membawa kemaslahatan.12
10Kamus Besar Bahasa Indonesia kbbi.web.id diakses pada 16 Maret 2020.
11 Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002), h. 21.
25
Berdasarkan tafsir oleh Ibn Taymiyah mengisyaratkan unsur-unsur yang
terlibat dalam proses siyasah yaitu: “Ulama menyatakan bahwa ayat pertama (an-
Nisa:58) berkaitan dengan pemegang kekuasaan, yang berkewajiban
menyampaikan amanat kepada yang berhak dan menghukumi dengan cara yang
adil; sedangkan ayat kedua (an-Nisa:59) berhubungan dengan rakyat baik militer
maupun non militer”. Negara memiliki kewenangan untuk menggali hukum-
hukum yang diberlakukan berdasarkan nash-nash al-Qur’an dan hadis, yang
menjalankan kekuasaan ini adalah Ahlu Hall wa Al-Aqdi.13
Objek Kajian Fiqh Siyasah tidak hanya tefokus pada satu aspek atau satu
bidang saja. Al-Mawardi dalam kitabnya Al-Ahkam al-Suthaniyat membahas
bidang Siyasat dusturiyat (siyasah perundang-undangan), siyasat maliyat (siyasah
keuangan), siyasat qadhaiyat (siyasah peradilan), siyasat harbiyat (siyasah
peperangan) dan siyasat idariyat (siyasah administrasi). 14
Fikih Dusturiyah berarti kumpulan kaedah yang mengatur dasar dan
hubungan kerja sama antar sesama anggota masyarakat dalam sebuah Negara
baik yang tidak tertulis (konvensi) maupun yang tertulis (kostitusi).15
Fikih siyasah Maliyah yang meliputi pengertian dan ruang lingkup
pembahasannya, sumber-sumber perbendaharaan negara, sebab-sebab para
fuqaha tidak memberikan perhatian khusus terhadap persoalan maliyah negara,
masalah pajak, dan baitul mal dan fungsinya. 16
12 Djazuli. Fiqh Siyasah “Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-Rambu Syari’ah. (Jakarta:
Pranada Media. 2003), h. 40-41.
13 Nurush Shobahah, Penggunaan hak Interpelasi Dewan Perwakilan Rakyat Perspektif Fiqih Siyasah,
Jurnal Ahkam, Vol. 5, No. 5, 2017, h. 33.
14 Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002), h. 39.
15 Anjar Kurniawan, “Tinjauan Fiqih Siyasah Dusturiyah Terhadap Pelaksanaan Pembangunan Desa
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Studi di Desa Banjarsari, Kecamatan
Waysulan, Kabupaten Lampung Selatan”, (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Raden Intan
Lampung, 2018), h. 28.
16 Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002), h. 41.
26
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pemerintahan Daerah Provinsi DKI Jakarta
Luas Wilayah DKI Jakarta yaitu 662,33 km2 (enam ratus enam puluh dua
koma tiga puluh tiga kilometer persegi). Jumlah Penduduk sebesar 10.374.235
(sepuluh juta tiga ratus tujuh puluh empat ribu dua ratus tiga puluh lima) Jiwa. Curah
hujan rata-rata 2152 mm2 (dua ribu seratus lima puluh dua milimeter persegi). Suhu
udara minimum 21,1 OC (dua puluh satu koma satu derajat Celcius) dan maksimum
mencapai 36,6 OC (tiga puluh enam koma enam derajat Celcius). Wilayah
administratif terbagi menjadi lima kawasan yaitu Jakarta Barat, Jakarta Utara Jakarta
Pusat, Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Perbatasan langsung meliputi sejumlah
daerah yaitu Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota
Depok, Kota Bekasi. Kondisi geografis DKI Jakarta rata-rata merupakan Dataran
Rendah dengan ketinggian hanya 7 m (tujuh meter) di atas permukaan laut.1
Tujuan Pengelolaan Sampah menurut Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta
Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah, tujuan pengelolaan sampah
untuk:
a. Mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih dari sampah;
b. Meningkatkan peran serta masyarakat dan pelaku usaha untuk secara aktif
mengurangi dan/atau menangani sampah yang berwawasan lingkungan;
c. Menjadikan sampah sebagai sumber daya yang memiliki nilai ekonomis; dan
d. Mewujudkan pelayanan prima.
Tugas Pemerintah menurut Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 3
Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah, meliputi:
a. Menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dan pelaku
usaha dalam pengelolaan sampah;
b. Mengalokasikan dana untuk pengelolaan sampah;
1 Tim Penyusun, Strategi Ketahanan Kota Jakarta, Pemprov DKI Jakarta dan Sekretariat Jakarta
Berketahanan 2019, h. 38.
27
c. Melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan dan penanganan
sampah;
d. Melaksanakan, memfasilitasi, dan mengembangkan upaya pengurangan dan
penanganan sampah;
e. Memanfaatkan, memfasilitasi, dan mengembangkan hasil pengolahan sampah;
f. Mengelola sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana
pengolahan sampah;
g. Memanfaatkan dan memfasilitasi penerapan teknologi pengolahan sampah yang
berkembang pada masyarakat untuk mengurangi dan/atau menangani sampah; dan
h. Mengoordinasikan antar lembaga pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha agar
terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.
Wewenang Pemerintah Provinsi menurut Peraturan Daerah Provinsi DKI
Jakarta Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah, untuk melaksanakan
tugasnya, yaitu:
a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah
berdasarkan kebijakan nasional;
b. Melakukan kerja sama antar daerah, kemitraan dan jejaring dalam pengelolaan
sampah;
c. Menetapkan lokasi TPS, TPS 3R, TPST dan TPA di dalam Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR);
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap TPS, TPS 3R dan
TPST;
e. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap TPA setelah TPA dinyatakan
ditutup secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali selama 20 (dua puluh) tahun;
f. Memfasilitasi dan menyelesaikan perselisihan dalam pengelolaan sampah;
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan sampah; dan
h. Menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan sampah
sesuai dengan kewenangannya.
Berdasarkan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi DKI
Jakarta Tahun 2017-2022 maka permasalahan utama salah satunya mengenai
Pembangunan Ekonomi dan Infrastruktur. Permasalahannya adalah sebagai berikut:
a. Jumlah Daya Tampung TPS yang tidak memadai.
28
Hal ini dapat dilihat dari rasio TPS per Satuan Penduduk yang tidak sesuai dengan
jumlah penduduk. Menurut analisa bahwa jumlah daya tampung TPS tidak
meningkat selama 5 tahun terakhir namun jumlah penduduk meningkat sehingga
menyebabkan rasio TPS lebih sedikit dari jumlah per satuan penduduk.
b. Pengurangan dan penanganan sampah belum optimal
Bahwa penanganan sampah yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup sudah
cukup baik namun pengurangan sampah masih belum mencapai target.
Berdasarkan misi kedua oleh Kepala Daerah terpilih adalah: menjadikan
Jakarta Kota yang memajukan kesejahteraan umum melalui perbaikan pengelolaan
tata ruang. Permasalahannya terletak pada jumlah daya tampung TPS tidak memadai
dan Jakarta belum memiliki Intermediate Treatment Facility (ITF) dalam kota. Faktor
penghambat berupa keterbatasan lahan pengumpulan sampah, belum optimal
manajemen penanganan sampah di TPS, dan belum ada kerjasama pemerintah dengan
swasta mengenai pembangunan pengelolaan sampah dalam kota. Di sisi lain ada
faktor pendorong yaitu sudah ada Tenaga kerja di TPS, Teknologi dan kemitraan
dengan swasta dalam pengelolaan kebersihan dan lingkungan hidup serta ada
dukungan dari Pemerintah pusat mengenai pembangunan ITF.2
Inisiator Pengelolaan Sampah adalah Pemerintah Provinsi DKI melalui Dinas
Lingkungan Hidup dan Mitra yang juga masih Pemerintah Provinsi DKI melalui
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas sosial, Dinas kesehatan, Dinas
Perindustrian dan Energi, Dinas pariwisata budaya, Dinas Pendidikan, Dinas
Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah serta Perdagangan, Kelurahan, Rukun
Tetangga/Rukun Warga, Kelompok Masyarakat terdiri dari International Council for
Local Environmental Initiatives (ICLEI), D’ Arts of Waste Institute, dan Lembaga
Keagamaan.3
B. Pengelolaan Sampah Di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta
Dinas Lingkungan Hidup terbentuk sejak ditetapkannya Peraturan Gubernur
Nomor 284 tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Lingkungan Hidup
pada akhir Desember 2016. Dinas ini terbentuk dari penggabungan Dinas Kebersihan
2 Dokumen, Rencana Strategi 2017-2022, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, h. 36.
3 Tim Penyusun, Strategi Ketahanan Kota Jakarta, Pemprov DKI Jakarta dan Sekretariat Jakarta
Berketahanan 2019, h. 79.
29
dan Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD). Dinas Lingkungan Hidup
merupakan unsur pelaksana penyelenggara urusan pemerintahan dibidang lingkungan
hidup yang mempunyai tugas melaksanakan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup serta pengelolaan kebersihan. Dinas .Lingkungan Hidup dipimpin
oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab
kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala
Dinas Lingkungan Hidup dibantu oleh seorang Wakil Kepala Dinas, yang
berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.
Dinas Lingkungan Hidup dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
dikoordinasikan oleh Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup. Susunan
organisasi Dinas Lingkungan Hidup, adalah sebagai berikut:
1. Kepala Dinas, mempunyai tugas dan fungsi mempunyai tugas melaksanakan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta pengelolaan kebersihan. Dan
menyelenggarakan fungsi penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pedoman dan
standar teknis di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta
kebersihan.
2. Wakil Kepala Dinas mempunyai tugas memberikan masukan atau pertimbangan
kepada Kepala Dinas dalam penetapan kebijakan dan regulasi teknis dibidang
lingkungan dan kebersihan
3. Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan administrasi Dinas.
4. Bidang Tata Lingkungan dan Kebersihan merupakan unit kerja lini Dinas mempunyai
tugas melaksanakan penataan lingkungan dan kebersihan.
5. Bidang Pengelolaan Kebersihan merupakan Unit Kerja lini Dinas Lingkungan Hidup
dalam upaya pengelolaan sampah, pengelolaan limbah B3 dan pengendalian
kebersihan. Bidang Pengelolaan Kebersihan terdiri dari Seksi Pengelolaan Sampah;
Seksi Pengelolaan Limbah B3; dan Seksi Pengendalian Kebersihan.
6. Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan merupakan Unit Kerja lini Dinas
Lingkungan Hidup dalam pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan.
7. Bidang Pengawasan dan Penaatan Hukum merupakan Unit kerja lini Dinas
Lingkungan Hidup dalam penanganan pengaduan dan penyelesaian sengketa,
pengawasan lingkungan dan kebersihan serta penegakan hukum. Bidang Pengawasan
dan Penaatan Hukum terdiri dari 1. Seksi Penanganan Pengaduan dan Penyelesaian
30
Sengketa; 2. Seksi Pengawasan Lingkungan dan Kebersihan; dan 3. Seksi Penegakan
Hukum.
8. Bidang Prasarana dan Sarana merupakan Unit Kerja lini Dinas Lingkungan Hidup
dalam pengadaan, penyimpanan dan penyaluran serta pemeliharaan prasarana dan
sarana.
9. Bidang Peran Serta Masyarakat merupakan Unit Kerja lini Dinas Lingkungan Hidup
untuk pengembangan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan dan
kebersihan.
10. Suku Dinas Lingkungan Hidup Kota Administrasi merupakan Unit Kerja Dinas
Lingkungan Hidup pada Kota Administrasi.
11. Suku Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Administrasi merupakan Unit Kerja Dinas
Lingkungan Hidup pada Kabupaten Administrasi.
Unit Pelaksana Teknis (UPT) untuk melaksanakan fungsi pelayanan langsung
kepada masyarakat atau untuk melaksanakan fungsi pendukung terhadap tugas dan
fungsi Dinas. Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang ada di Dinas Lingkungan adalah:
1. Unit Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah (LLHD), dibentuk dengan Peraturan
Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 398 Tahun 2016.
2. Unit Pelaksana Kebersihan Badan Air (UPK BA), dibentuk dengan Peraturan
Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 399 Tahun 2016. Unit ini merupakan Unit
Pelaksana Teknis Dinas Lingkungan Hidup dalam pelaksanaan penanganan
kebersihan badan air. UPK Badan Air mempunyai tugas melaksanakan penanganan
kebersihan di kali, sungai, rawa, danau, waduk, situ dan embung.
3. Unit Pengelola Sampah Terpadu (UPST) dibentuk dengan Peraturan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta Nomor 400 Tahun 2016. Unit ini merupakan Unit Pelaksana
Teknis Dinas Lingkungan Hidup dalam pelaksanaan pengolahan sampah terpadu. Unit
ini bertugas melaksanakan pengelolaan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu
(TPST) Bantar gebang dan Pengelolaan Kawasan Mandiri UPST dipimpin oleh
Kepala Unit yang membawahi:
a. Subbagian Tata Usaha
b. Satuan Pelaksana Pengolahan Energi Terbarukan, Komposting dan Reduce,
Reuse, Recycle serta Pemrosesan Akhir Sampah.
c. Satuan Pelaksana Pengelola Kawasan Mandiri
d. Sub Kelompok Jabatan Fungsional.
31
e. Kelompok Jabatan Fungsional yaitu Pejabat Fungsional melaksanakan tugas
dalam susunan organisasi struktural Dinas Lingkungan Hidup.4
Isu-isu strategis yang diidentifikasi oleh Dinas Lingkungan Hidup Jakarta ialah
sebagai berikut:
a. Peningkatan Timbunan Sampah
Permasalahan lingkungan perkotaan di Jakarta yang dominan saat ini adalah
masalah kepadatan penduduk dan masalah persampahan. Setiap orang juga
menghasilkan limbah/sampah dalam beragam bentuk. Pertambahan penduduk
yang sangat tinggi di Jakarta menyebabkan peningkatan timbunan sampah
yang jika tidak dikendalikan akan berdampak pada penumpukan sampah yang
menyebabkan pencemaran lingkungan dan mengganggu keindahan kota.
b. Rasio TPS yang stagnan.
Permasalahan rasio TPS dikarenakan keterbatasan lahan baik dalam
mendapatkan lahan baru maupun lahan TPS yang sudah ada. Sebagian lahan
4 Dokumen, Rencana Strategis 2017-2022, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, h. 8-11.
Gambar 1. Struktuk Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta
32
TPS yang sudah ada bukan merupakan aset dari Dinas Lingkungan Hidup
sehingga mengalami kendala dalam pemanfaatannya.
c. Jakarta belum memiliki ITF (Intermediate Treatment Facility) dalam kota
TPST Bantar gebang masih merupakan satu-satunya tempat pemrosesan akhir
yang mempunyai keterbatasan daya tampung. Sampai saat ini semua sampah
yang ada di TPS diangkut ke TPST Bantar gebang. Proses pengolahan
sampah yang dilakukan di TPST Bantar gebang adalah controlled landfill
yang memiliki keterbatasan daya tampung mengingat adanya keterbatasan
lahan. Hal ini mendorong perlunya percepatan pembangunan tempat
pengolahan sampah dalam kota (ITF) dengan teknologi tinggi yang ramah
lingkungan.
d. Pencemaran Lingkungan (air, udara, dan kerusakan tanah)
Pencemaran lingkungan melalui media air, udara dan tanah bersumber dari
kegiatan usaha/industri, rumah tangga maupun transportasi.
e. Menurunnya daya dukung, fungsi dan kualitas lingkungan hidup perkotaan
Sumber daya alam yang selama ini kita nikmati memiliki keterbatasan dalam
banyak hal, seperti keterbatasan dalam segi kuantitas, kualitas, ruang, dan
waktu. Oleh karena itu manusia dituntut untuk menggunakan dan mengelola
sumber daya alam secara efektif dan efisien demi keberlanjutan sumber daya
di masa mendatang.
f. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Permasalahan sosial masyarakat yang tertinggi adalah penyakit masyarakat
seperti banyaknya warga Jakarta yang membuang sampah di sungai, mencuci,
memasak, aktivitas mandi dan buang hajat pun dilakukan di sungai; pedagang
kaki lima; kawasan kumuh; pengangguran; kriminalitas; ledakan penduduk
dan urbanisasi.
g. Percepatan Pencapaian Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
Jakarta merupakan salah satu kota pesisir yang berisiko tinggi terdampak
perubahan iklim, antara lain kondisi lingkungan dan biofisik wilayah Jakarta
yang semakin memburuk sehingga tingkat kerentanan semakin meningkat,
dan tingkat keterpaparan dan sensitivitas meningkat, terutama akibat
penurunan muka tanah, peningkatan kepadatan penduduk, kemampuan
pengelolaan sampah yang tidak seimbang dengan laju timbunan, kapasitas
33
drainase yang tidak memadai, dan semakin berkurangnya ruang terbuka
hijau.5
Secara ringkas, kinerja pelayanan Dinas Lingkungan Hidup (Dinas Kebersihan
dan BPLHD) Tahun 2013 – 2017 terangkum dalam Capaian Indikator Kinerja
mengenai Persentase Penanganan Sampah bahwa:
Indikator kinerja penanganan sampah di Provinsi DKI Jakarta selama tahun
2013-2017 telah menunjukkan hasil yang positif. Hal ini terlihat dari meningkatnya
persentase penanganan sampah seiring dengan peningkatan volume produksi sampah
setiap tahunnya walaupun ditahun 2014 mengalami penurunan dibanding tahun 2013.
Tahun 2013 persentase penanganan sampah tercatat 87,73% dari 6.481,65 ton/hari
produksi sampah sedangkan di tahun 2014 persentase penanganan sampah tercatat
82,07% dari 6.902,41 ton/hari produksi sampah. Pada tahun 2013 dan 2014
penanganan sampah dilakukan dengan pola swastanisasi yang melibatkan pihak
swasta dalam pengangkutan sampah, namun sejak tahun 2015 pola swastanisasi
diubah menjadi pola swakelola.6
Dari tahun 2014 persentase penanganan sampah terus mengalami peningkatan
sampai tahun 2017 penanganan sampah meningkat menjadi 86,91% dari 7.911
ton/hari produksi sampah. Kinerja nyata Dinas Lingkungan Hidup (dahulu Dinas
Kebersihan) dalam penanganan sampah dapat dilihat dari kondisi kali/sungai yang
sudah jauh lebih bersih dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sejak terbentuknya Unit
Pelaksana Kebersihan Badan Air (UPK BA) di tahun 2014 cakupan penanganan
sampah sungai/kali, situ dan waduk sudah makin luas.7
5 Dokumen, Rencana Strategis 2017-2022, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, h. 44-47.
6 Dokumen, Rencana Strategis 2017-2022, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, h. 18-19.
7 Dokumen, Rencana Strategis 2017-2022, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, h. 20.
34
Gambar 2. Kondisi Kali/Sungai di Jakarta
Sumber: Dokumen Rencana Strategis 2017-2022 Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta
Kendala yang cukup berarti dalam penanganan sampah, menurut Dinas
Lingkungan, adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam membuang
sampah pada tempatnya dan juga masih banyaknya masyarakat yang tidak mematuhi
jadwal buang sampah yang telah ditentukan di TPS.8
Persentase Pengurangan Sampah di Kota juga memperlihatkan bahwa
Indikator kinerja pengurangan sampah di Provinsi DKI Jakarta selama tahun 2013-
2017 telah menunjukkan capaian yang positif. Hal ini terlihat dari meningkatnya
persentase pengurangan sampah seiring dengan peningkatan volume produksi sampah
setiap tahunnya. Tahun 2013 persentase pengurangan sampah tercatat 9.66%,
kemudian di tahun 2017 meningkat menjadi 13.08% dari 7.911 ton produksi sampah.9
Pengurangan timbunan sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup di sumber
belum mencapai hasil yang optimal antara lain dikarenakan:
a. Masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam mengurangi sampah
melalui pengurangan penggunaan kemasan/wadah sekali pakai
b. Masyarakat masih belum merasakan secara langsung manfaat dalam memilah
sampah disumber.
c. Kurangnya bank sampah yang tersebar di wilayah kecamatan dan kelurahan.
8 Dokumen, Rencana Strategis 2017-2022, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, h. 20.
9 Dokumen, Rencana Strategis 2017-2022, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta h. 18-22.
35
C. Pengelolaan Sampah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Pengertian tentang Sampah menurut Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang dimaksud sampah adalah
sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah
ini dihasilkan manusia setiap melakukan aktivitas sehari-hari. Pengelolaan sampah
menerapkan paradigma baru yaitu pengelolaan sampah secara holistik dari sumber
sampai tempat akhirnya.
Pengelolaan Sampah Jakarta setiap harinya mencapai 7.911 ton per hari
namun 13,09 % di antaranya tidak mampu tertangani. Timbunan sampah yang muncul
didominasi oleh sampah Organik sebesar 53,75% dan plastik sebesar 10,54 %.
Sumber sampah terbesar ialah kawasan perkantoran sejumlah 41% dan perumahan
34%.10
Gambaran besar sampah di Ibukota dikarenakan Jakarta pusat kota seluruh
Indonesia dengan jumlah penduduk yang banyak. Siang hari tidak hanya DKI tapi
dapat dari Bekasi. Kemudian kalau malam hari hanya sampah DKI Jakarta saja.
Semakin banyak penduduk selaras dengan jumlah sampah yang ditimbulkan. Sampah
yang disumbangkan per orang sekitar 8 kilogram per hari. Sampah secara keseluruhan
adalah 7700 ton per hari. Rata-rata 1500 truk yang wara-wiri Jam 12 malam sampai
12 malam selama 24 jam, itu yang terhitung mayoritas. Jarang yang diolah oleh
masyarakat.11
Dampak Sampah Terhadap Lingkungan adalah terhadap kesehatan manusia,
penanganan sampah yang tidak baik juga mengakibatkan dampak buruk bagi
lingkungan. Seringkali sampah yang menumpuk di saluran air mengakibatkan aliran
air menjadi tidak lancar dan berpotensi mengakibatkan banjir. Selain itu, sampah cair
yang berada di sekitar saluran air akan menimbulkan bau yang tidak sedap.
Penanganan sampah yang tidak baik juga berdampak pada keadaan sosial dan
ekonomi. Beberapa di antaranya adalah meningkatnya biaya kesehatan karena
timbulnya penyakit, Kondisi lingkungan tidak bersih akibat penanganan sampah yang
10 Tim Penyusun, Strategi Ketahanan Kota Jakarta, Pemprov DKI Jakarta dan Sekretariat Jakarta
Berketahanan 2019, h. 43.
11 Fahmi Hermawan, PNS di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta,
Rabu 6 Januari 2021.
36
tidak baik. Hal ini pada akhirnya akan berdampak pada kehidupan sosial masyarakat
secara keseluruhan.
Permasalahan sampah di DKI Jakarta bukan uang anggaran. Uang anggaran
ada namun yang jadi masalah adalah seharusnya uang anggaran dapat dialihkan ke
bidang pendidikan dan kesehatan yang lebih penting. Masalahnya, orang berpikir
hanya membuang sampah, diambil petugas kemudian membuang lagi esoknya.
Mindset orang tidak mau memilah dan mengolah. Orang hanya memindahkan sampah
artinya hanya memindahkan masalah, bukan membereskan sampah seperti yang
terjadi di Jakarta ke Bekasi. Seperti keributan truk sampah di Bantar Gebang.12
Undang-undang no. 18 tahun 2008 tentang pengolahan sampah seharusnya
sampah tanggung jawab bersama masyarakat, pemerintah dan swasta. Pandangan
selama ini adalah sampah tanggung jawab pemerintah. Masyarakat tinggal bayar
retribusi ke RT RW. Orang bilang Dinas yang menerima uang retribusi. Padahal uang
retribusi hanya masuk ke swadaya RT RW. Tugas TPS ke TPA adalah tanggung
jawab Dinas. Rumah tangga ke TPS adalah tanggung jawab RT RW Lurah Camat
setempat. Ini adalah metode lama yang Konvensional dengan nama Kupang atau
kumpulkan lalu buang.13
Seharusnya metode yang dipakai adalah Kupilah yaitu Kurangi, Pilah dan
Olah. Cara mengurangi dengan tidak mengonsumsi yang tidak perlu, jangan beli
barang sekali pakai. Memilah sampah dari rumah misalnya kantong besar diisi kardus
dan botol plastik, kertas lalu dibawa ke bank sampah ada nilai ekonomi. Olah
misalnya dengan cara komunal dalam satu Rukun Tetangga mengolah organik.
Sampah organik adalah komposisi terbesar. Dengan metode Kupilah dapat
mengurangi sampah yang awalnya 7000 ton menjadi hanya berapa ratus kilo saja.14
Sampah menjadi banyak karena tidak diolah. Karena secara praktik tidak
semua orang setiap hari membuang sampah anorganik. Sebenarnya misalnya botol
12 Fahmi Hermawan, PNS di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta,
Rabu 6 Januari 2021.
13 Fahmi Hermawan, PNS di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta,
Rabu 6 Januari 2021.
14 Fahmi Hermawan, PNS di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta,
Rabu 6 Januari 2021.
37
plastik, kertas, beling tidak dibuang tiap hari. Namun yang banyak adalah sampah
makanan sisa sayur. Yang menyebabkan banyak adalah karena tidak diolah. 15
Untuk meminimalisir permasalahan sampah maka harus ada pengelolaan
sampah sejak dari sumbernya. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang
sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah. Pengelolaan sampah perlu dilakukan secara komprehensif dan
terpadu dari sumber ke tempat akhirnya, agar memberikan manfaat secara ekonomi,
sehat bagi masyarakat dan aman bagi lingkungan serta dapat mengubah perilaku
masyarakat.
Pasal 1 poin 5 juncto Pasal 19, Undang-undang No. 18 tahun 2008, bahwa
pengelolaan sampah terdiri dari dua kegiatan yaitu pengurangan dan penanganan.
Pengurangan sesuai dengan Pasal 20 ayat (1) dimaksudkan sebagai rangkaian
kegiatan yang meliputi pembatasan timbunan sampah, pendauran ulang sampah;
dan/atau pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah
menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008, Pasal 22
meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan
jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;
2. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber
sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah
terpadu;
3. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah
terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
4. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah; dan/atau
5. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu
hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Berdasar pada materi undang-undang tersebut, cara pengelolaan yang
dimaksud adalah pengelolaan dari hulu ke hilir dengan menerapkan prinsip 3R yaitu
meliputi kegiatan pengurangan/pembatasan timbunan sampah (reduce), pemanfaatan
15 Fahmi Hermawan, PNS di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta,
Rabu 6 Januari 2021.
38
kembali sampah (reuse) dan pendauran ulang sampah (recycle). Prinsip 3R yang
diharapkan mampu menjadi cara pemecahan untuk mengurangi permasalahan
tingginya volume timbunan-timbunan sampah di TPS.
Sampah dibedakan menjadi organik dan non organik. Non organik ada yang
mempunyai nilai dan tidak ada nilai atau disebut Residual. Residu diharapkan masuk
tempat pembuangan akhir sampah. Namun sampah lainnya yang mempunyai nilai
ekonomi diharapkan masuk bank sampah. Inilah sampah jenis pertama yaitu
anorganik. Jenis kedua, Sampah yg mudah busuk atau organik adalah mudah terurai
menjadi kompos. Metode komposter, komposting, bss, metodacaci, an4. Jenis ketiga
adalah sampah b3 termasuk masker, limbah medis, elektronik masuk di pengolahan
b3 khusus yang izinnya dapat diperoleh dari dinas lingkungan hidup yang diberikan
pada perusahaan pengolah khusus.16
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah dibedakan jenis sampah berdasarkan sifatnya:
1) Sampah Organik (Degradable); Pengertian sampah organik adalah sampah
yang dapat membusuk dan terurai sehingga bisa diolah menjadi kompos
(Pupuk). Misalnya, sisa makanan, daun kering, sayuran, dan lain-lain.
2) Sampah Anorganik (Undegradable); Pengertian sampah anorganik adalah
sampah yang sulit membusuk dan tidak dapat terurai. Namun, sampah
anorganik dapat didaur ulang menjadi sesuatu yang baru dan bermanfaat.
Misalnya botol plastik, kertas bekas, karton, kaleng bekas, dan lain-lain.
Berdasarkan bentuknya, sampah dapat dibagi menjadi beberapa kelompok,
diantaranya:
1) Sampah Padat: Sampah pada merupakan material yang dibuang oleh manusia
(kecuali kotoran manusia). Jenis sampah ini diantaranya plastik bekas, pecahan
gelas, kaleng bekas, sampah dapur, dan lain-lain.
2) Sampah Cair: Sampah cair merupakan bahan cair yang tidak dibutuhkan dan
dibuang ke tempah sampah. Misalnya, sampah cair dari toilet, sampai cair dari
dapur dan tempat cucian.
Dari sekian jenis sampah, yang paling krusial hingga menjadi perhatian dunia
adalah sampah plastik. Tidak hanya merusak daratan, sampah plastik juga terbawa
16 Rita Ningsih, PNS di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta, Rabu
6 Januari 2021.
39
sampai laut sehingga mengancam ekosistem laut. Untuk itu perlu ada edukasi yang
serius tentang pentingnya pengetahuan bank sampah.
D. Bank Sampah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Program Jakarta Berketahanan memberikan gambaran tentang Visi Ketahanan
Kota Jakarta dengan Target yaitu 100% timbunan sampah di DKI Jakarta dapat
dikelola secara ramah lingkungan pada 2025.17 Hal ini sejalan dengan Target yang
dipatok oleh Dinas Lingkungan Hidup. Adapun target Pengurangan Sampah
Jakastranas pada tahun 2020 ialah sebesar 22% dari Total Proyeksi Timbunan Sampah
sebesar 8.367,92 Ton dengan rencana aksi yaitu Keterlibatan Peran Serta Masyarakat
berupa: Penggunaan Kantong Belanja ramah lingkungan sebesar 40%, TPS 3R
sebesar 5%, Komposter 5% dan Bank Sampah 5%.18
Pengurangan sampah tidak terlepas dari Rencana Tata Ruang Wilayah terkait
Tugas dan Fungsi SKPD di Dinas Lingkungan yaitu Rencana tata ruang untuk sistem
prasarana dan sarana pengelolaan sampah. Permasalahan Pelayanan SKPD ialah
Cakupan pengelolaan sampah sungai/situ/waduk yang belum maksimal, Jumlah daya
tampung TPS tidak memadai, Jakarta belum memiliki ITF dalam kota dan belum
tertanganinya pengelolaan sampah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang berasal
dari rumah tangga dan Reduksi timbunan sampah dari sumber masih rendah.19
Faktor penghambat di antaranya adalah Belum optimalnya penggunaan sistem
teknologi dalam pengelolaan sampah drainase/sungai/waduk/situ/teluk, Terbatasnya
lahan untuk TPS, Resistensi masyarakat terhadap pembangunan sarana pengolahan
sampah (ITF & TPST), Belum optimalnya pengolahan sampah di TPS, Belum ada
Standarisasi pengolahan sampah di TPS, Belum adanya perubahan Perilaku
masyarakat dalam pengelolaan sampah.20
Faktor pendorong antara lain: Pihak ketiga (swasta dan masyarakat) siap
bekerja sama dalam peningkatan kebersihan kota, Adanya kelompok Masyarakat
17 Tim Penyusun, Strategi Ketahanan Kota Jakarta, Pemprov DKI Jakarta dan Sekretariat Jakarta
Berketahanan 2019, h. 19.
18 Dokumen Rencana Strategis 2017-2022, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, h. 56.
19 Dokumen Rencana Strategis 2017-2022, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, h. 43.
20 Dokumen Rencana Strategis 2017-2022, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, h. 43
.
40
pengelola sampah di lingkup kecil, Teknologi untuk perbaikan lingkungan dan
pengolahan sampah yang ramah lingkungan berkembang pesat, Sarana dan prasarana
yang mendukung tupoksi.21
Strategi pengelolaan sampah berguna untuk mendorong pengurangan
timbunan sampah, mengoptimalkan kegiatan bank sampah, menyediakan infrastruktur
pengolahan sampah di tiap tingkatan pemerintahan dan memutakhirkan sistem dan
skema koordinasi pengelolaan sampah di tiap tingkatan.22 Tercatat bahwa mulai 2017
di DKI Jakarta ada Bank Sampah. Responnya melalui jumlah nasabah bank sampah
yang bertambah.23
Edukasi ke masyarakat dilakukan secara bertahap. Pertama koordinasi Sub dit
dengan per Rukun Tetangga, Rukun Warga, dan Lurah, kader Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK). Setelah itu ada jadwal pertemuannya dibantu pegawai
lepas harian di Dinas Lingkungan Hidup. Pada 2019 ada platform samtama sampah
tanggung jawab bersama. Tiap tahun memberikan apresiasi pada pengelolaan bank
sampah.24
Program bank sampah seperti bank konvensional umum. Bedanya adalah bank
sampah menyetor jelas sampah namun dinilai dengan sejumlah uang sehingga dapat
dikonversi menjadi tabungan. Penilaian jenis sampah berbasis bisnis misalnya sampah
kertas hari ini per kilo gram berapa harganya, itulah yang dibayarkan.25
Pada strategi mengoptimalkan kegiatan bank sampah, ada Kegiatan Eksisting
yang telah dilaksanakan yaitu Pengembangan Aplikasi Bank Sampah, Informasi,
Komunikasi dan Publikasi Masyarakat di Bidang Lingkungan (Pameran Lingkungan
dan Kebersihan), Pemberdayaan Usaha dan Produk Daur Ulang Ramah Lingkungan,
Pembinaan dan Pengembangan Bank Sampah, Penguatan Peran Dunia Usaha dalam
21 Dokumen Rencana Strategis 2017-2022, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, h. 43.
22 Tim Penyusun, Strategi Ketahanan Kota Jakarta, Pemprov DKI Jakarta dan Sekretariat Jakarta
Berketahanan 2019, h. 55.
23 Rita Ningsih, PNS di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta, Rabu
6 Januari 2021.
24 Rita Ningsih, PNS di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta, Rabu
6 Januari 2021.
25 Fahmi Hermawan, PNS di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta,
Rabu 6 Januari 2021.
41
Program EPR/CSR Lingkungan. Kemudian Kegiatan Usulan yang direncanakan
adalah Internalisasi Desain Besar Sistem Pengelolaan Sampah DKI Jakarta ke dalam
dokumen RPJMD dan RKPD, Evaluasi pelaksanaan bank sampah, Peningkatan
kapasitas sumber daya manusia bank sampah terutama terkait kampanye publik,
Pengembangan skema insentif dan disinsentif alternatif untuk mendukung kegiatan
bank sampah, Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produk bank
sampah, Pengembangan sistem kemitraan yang menjamin keberlanjutan pembelian
produk bank sampah.26
Guna mendorong pengurangan sampah maka diadakan beberapa program dan
kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi
DKI Jakarta antara lain dalam Program Pengelolaan Persampahan yang antara lain
didukung oleh kegiatan poin 3-6 sebagai berikut:
1. Pengembangan Aplikasi e-Bank Sampah;
2. Pemberdayaan Usaha dan Produk Daur Ulang Ramah Lingkungan;
3. Pengembangan dan pendampingan Bank Sampah;
4. Penyediaan Prasarana dan Sarana Bank Sampah.27
Rencana Program Kegiatan dan Pendanaan Rencana Strategis Tahun 2020
Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jakarta adalah:
1. Pembinaan dan pengembangan Bank Sampah target 200 bank sampah sebesar
Rp 107,000,000 (Seratus Tujuh Juta Rupiah).
2. Pengembangan dan pendampingan Bank Sampah target 1.000 bank sampah
Rp 1,177,000,000 (Satu Milyar Seratus Tujuh Puluh Tujuh Juta Rupiah).
3. Penyediaan Prasarana dan Sarana Bank Sampah target 5 jenis Rp
1,437,537,718 (Satu Milyar Empat Ratus Tiga Puluh Tujuh Juta Lima Ratus
Tiga Puluh Tujuh Ribu Tujuh Ratus Delapan Belas Rupiah).
4. Pengembangan Aplikasi e- Bank Sampah target 1 aplikasi senilai Rp
32,100,000 (Tiga Puluh Dua Juta Seratus Ribu Rupiah).28
26 Tim Penyusun, Strategi Ketahanan Kota Jakarta, Pemprov DKI Jakarta dan Sekretariat Jakarta
Berketahanan 2019, h. 79.
27 Dokumen Rencana Strategis 2017-2022, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, h. 56.
28 Lampiran Dokumen, Rencana Strategis 2017-2022, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, h.
16.
42
Berikut kegiatan untuk tahun 2020 dalam rangka prosedur Normal mencapai
Jakarta Berketahanan:
1. Pengembangan kemitraan dengan lembaga keagamaan
2. Pengembangan skema insentif-disinsentif untuk mendukung pengurangan sampah
di sumber
3. Internalisasi Desain Besar Sistem Pengelolaan Sampah DKI Jakarta ke dalam
dokumen RPJMD dan RKPD
4. Evaluasi pelaksanaan bank sampah
5. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia bank sampah terutama terkait
kampanye publik
6. Pengembangan skema insentif dan disinsentif alternatif untuk mendukung
kegiatan bank sampah
7. Penerapan SNI untuk produk bank sampah
8. Pengembangan sistem kemitraan yang menjamin keberlanjutan pembelian produk
bank sampah.29
Apabila permasalahan lingkungan yang kotor karena sampah tidak ditangani
maka akan mempengaruhi tingkat kemiskinan, kesehatan, dan wisata. Lingkungan
yang kotor berada di wilayah padat penduduk yang miskin. Lingkungan yang kotor
akan mempengaruhi derajat kesehatan penduduk. Selain itu lingkungan yang kotor
akan menurunkan tingkat kedatangan wisatawan sehingga menurunkan pendapatan
daerah dari bidang pariwisata.
Apabila sampah berhasil ditangani maka akan membuat lingkungan menjadi
bersih, menaikkan derajat kesehatan warga, menaikkan angka kunjungan wisatawan
sehingga pendapatan daerah meningkat. Selain itu, warga DKI Jakarta dapat
menikmati listrik murah yang berasal dari energi sampah.
29 Tim Penyusun, Strategi Ketahanan Kota Jakarta, Pemprov DKI Jakarta dan Sekretariat Jakarta
Berketahanan 2019, h. 113-115.
43
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Kebijakan Politik dalam Pengelolaan Sampah di Pemerintahan Daerah
Kota DKI Jakarta
Perspektif Fiqh Siyasah berbicara tentang hubungan pemerintah dengan
rakyatnya sebagai penguasa yang kongkrit di dalam ruang ligkup satu negara atau antar
negara atau dalam kebijakan-kebijakan ekonominya baik nasional maupun
internasional.1
Mekanisme sebagai Pemerintah Negara dalam membuat kebijakan ditinjau dari
fiqh siyasah dusturiyyah menggunakan asas-asas umum pemerintah yang baik.
Pemerintah yang baik maka penyelenggaran kekuasaan Negara harus berdasarkan :
a. Ketertiban dan kepastian hukum dalam pemerintah.
b. Perencanaan dalam pembangunan.
c. Pertanggungjawaban, baik oleh pejabat dalam arti luas maupun oleh
pemerintah. Pengabdian pada kepentingan masyarakat.
d. Pengendalian yang meliputi kegiatan pengawasan, pemeriksaan, penelitian,
dan penganalisaan.
e. Keadilan tata usaha/administrasi Negara.
f. Untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.2
Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2008 masyarakat dapat berperan dalam
pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah
daerah. Peran dapat dilakukan melalui:
a. Pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah;
b. Perumusan kebijakan pengelolaan sampah; dan/atau
c. Pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa persampahan.
1 Mila Kurniawati, “Implementasi Kebijakan Retribusi Sampah dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Bandung Nomor 11 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Umum ditinjau dari siyasah maliyah: Studi Kasus di
Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung.” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Gunung Djati
Bandung 2018), h. 10.
2 Jubair Situmorang, Politik Ketatanegaraan Dalam Islam Siyasah Dusturiyyah, (Bandung: Pustaka
Setia, 2012), h. 30.
44
Sejalan dengan Peraturan Daerah, RPJMD dan Visi Misi Kepala Daerah
terpilih maka Kondisi Ideal sebuah Kota seharusnya adalah memiliki tiga pilar yaitu
siap, sehat dan terhubung.3 Kota sehat yang menjamin aksesibilitas pelayanan air
bersih, air limbah, dan manajemen sampah yang berkelanjutan.4
Manajemen Sampah sejalan dengan Peraturan Gubernur No. 108 tahun 2019
tentang kebijakan dan strategi daerah provinsi DKI Jakarta dalam pengelolaan sampah
rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang disebut Jakastranas,
kebijakan ini dimaksudkan untuk arah kebijakan dan strategi dalam pengurangan dan
penanganan sampah rumah tangga dan sejenisnya setingkat nasional yang terpadu dan
berkelanjutan.
Kemudian dalam Peraturan Gubernur No. 142 tahun 2019 tentang kewajiban
penggunaan kantong ramah lingkungan pada pusat perbelanjaan, toko swalayan, dan
pasar rakyat. Di mana Peraturan Gubernur ini menjadi landasan hukum dalam
pelaksanaan kewajiban pengelola pusat perbelanjaan, toko swalayan, dan pasar rakyat
untuk menggunakan kantong belanja ramah lingkungan yang dapat didaur ulang
kembali.
Selanjutnya Peraturan Gubernur No. 77 tahun 2020 tentang pengelolaan
sampah lingkup rukun warga yang dijelaskan dalam pasal 4 memiliki tugas dan fungsi
sebagai berikut :
1. Bidang pengelolaan sampah tingkat RW mempunyai tugas :
a. Menyusun rencana kerja pengelolaan sampah berdasarkan musyawarah
RW.
b. Mengusulkan TPS 3R dan lokasi parkir gerobak atau motor sampah kepada
lurah.
c. Mengusulkan pengadaan wadah sampah bagi rumah tangga yang tidak
mampu, sarana pengumpulan sampah, dan pengolahan sampah kepada
lurah.
d. Menjamin terwujudnya tertib pemilahan sampah di masing-masing rumah
tangga.
3 Tim Penyusun, Strategi Ketahanan Kota Jakarta, Pemprov DKI Jakarta dan Sekretariat Jakarta
Berketahanan 2019, h. 54.
4 Tim Penyusun, Strategi Ketahanan Kota Jakarta, Pemprov DKI Jakarta dan Sekretariat Jakarta
Berketahanan 2019, h. 49.
45
e. Memastikan kebersihan lingkungan dan tidak ada buangan sampah liar.
f. Melakukan kegiatan pengolahan sampah di RW dan pengangkutan Residu
sampah ke TPS dan/atau TPS 3R.
g. Mengusulkan kebutuhan prasarana dan sarana pengelolaan sampah lainnya
di lingkungan RW kepada lurah.
h. Menyiapkan petugas untuk melaksanakan pengelolaan sampah.
i. Melaporkan kepada ketua RW untuk diteruskan kepada lurah dalam hal
adanya tumpukan sampah di badan air, selokan, laut, pesisir, fasilitas sosial,
dan fasilitas umum untuk dilakukan pembersihan; dan
j. Melaporkan pelaku penumpukan sampah, pembuangan sampah liar dan
pembakaran sampah secara terbuka kepada ketua RW untuk diteruskan
kepada lurah disertai dengan bukti pendukung.
2. Bidang pengelolaan sampah lingkup RW dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud ayat (1) bertanggung jawab kepada ketua RW.
3. Ketua RW melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan sampah
oleh bidang pengelolaan sampah lingkup RW kepada Lurah untuk selanjutnya
dilaporkan secara berjenjang kepada Camat yang selanjutnya Camat melaporkan
kepada Walikota/Bupati dengan tembusan suku Dinas Lingkungan Hidup.
Kebijakan Politik dalam Pengelolaan Sampah di Pemerintahan Daerah Kota
DKI Jakarta tersebut melahirkan bank sampah di DKI Jakarta yang sudah jalan ada
sekitar 2500 bank sampah. Bank sampah induk ada lima di tiap kota madya. Tidak
perlu ada bank sampah induk karena sudah bergabung dengan Jakarta Utara.
Kebijakan Politik dalam Pengelolaan Sampah di Pemerintahan Daerah Kota
DKI Jakarta berdasarkan prinsip syariah ialah sebagai berikut:
Pertama mengimplementasikan Prinsip Kebersihan. Bank sampah sudah dapat
berjalan namun dengan pemilahan sampah saja. Petugas tidak mau menerima sampah
yang belum dipilah. Dinas Lingkungan Hidup memberikan dorongan dengan uang
modal untuk bank sampah tersebut.5
Kedua mengimplementasikan Prinsip keseimbangan, Program selain bank
sampah tidak ada yang menghasilkan uang. Contoh kegiatan lainnya namun tidak
5 Fahmi Hermawan, PNS di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta,
Rabu 6 Januari 2021.
46
menghasilkan uang adalah ada Kampung samtama yaitu Kampung sampah tanggung
jawab bersama sudah ada berapa Rukun Warga.6
Kriteria kampung yang dibina oleh Lingkungan Hidup adalah di Ciracas
dibangun tahun 2020 kampung edukasi bantuan Pertamina ada urban farming nya, ada
peternakan dan pertanian hasil bank sampah, daur ulang, masyarakat datang dapat
belajar itu semua. Daerah lain di Setiabudi, Sunter, dengan pegiat pegiat tersendiri.
Pegiat lingkungan berjasa untuk mampu menggerakkan masyarakat lainnya untuk
sadar. Kampung binaan yang dibawah Coorporate Social Responsibility (CSR)
contohnya Perusahaan Astra. CSR Lingkungan di tiap perusahaan membantu
kampung binaan atau bank sampah.7
Selama Covid-19 Dinas Lingkungan Hidup tetap rutin harus mengangkut
dengan prokes. Sampah medis dengan penanganan sendiri di Bantar gebang dibakar
di separator. Untuk barang yang infeksius ada perusahaan lain yang khusus
menangani. Dinas Lingkungan Hidup bertanggung jawab pada sampah rumah tangga
dengan pelayanan normal.8
Peraturan Gubernur Nomor 77 Tahun 2020 yang disahkan pada Bulan Agustus
2020 tentang sistem pengelolaan sampah yang berbeda dengan sebelumnya.
Kolaborasi antara masyarakat, pemerintah dan stakeholder lainnya CSR sedang
berjalan. 2742 Rukun Warga sudah ada 70% di bidang pengelolaan sampah yang
ditanggungjawabi oleh Ketua Rukun Tetangga dengan pendampingan dari Dinas
termasuk mencarikan CSR. Isi dari bidang Rukun Warga tersebut ada anggota tim
siapa saja ada Karang Taruna, PKK, berapa orang jumlah anggota, tugasnya dibagi
yaitu mengumpulkan dan mengolah sampah. Kira-kira diperlukan sepuluh tahun
untuk mengembangkan program ini secara komprehensif. Saat ini hanya melalui
medsos perubahan pandangan atau paradigma tersampaikan. Namun medsos
kelemahannya adalah belum afdhol jika tidak bertemu tatap muka.9
6 Fahmi Hermawan, PNS di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta,
Rabu 6 Januari 2021.
7 Fahmi Hermawan, PNS di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta,
Rabu 6 Januari 2021.
8 Fahmi Hermawan, PNS di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta,
Rabu 6 Januari 2021.
9 Rita Ningsih, PNS di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta, Rabu
6 Januari 2021.
47
Ketiga mengimplementasikan Prinsip Manajemen yang Baik. Kendalanya
bank sampah masih menggunakan manual. Ke depan masyarakat sudah memiliki
handphone kemudian tinggal Instal aplikasi dengan sistem IT. Untuk mendigitalisasi
laporan bank sampah yang masih manual. Karena dengan teknologi dapat mudah
mengumpulkan laporan data, lebih terintegrasi dan lebih transparan. History transaksi
kelihatan, lebih cepat dan langsung masuk ke nasabah, jika ada kesalahan lebih
mudah diperbaiki. Kendala penerapan Informasi dan Teknologi (IT) adalah tidak
punya kuota, tidak punya handphone. Peralihan manual ke teknologi harus dilakukan
secara Bertahap.10
Keempat mengimplementasikan Prinsip Kesejahteraan Sosial. Mitra swasta
dari perusahaan rata-rata berminat membantu bank sampahnya misalnya membuatkan
saung sampahnya, menyumbang timbangan digital, atau teknik digitalnya,
pencacahnya, pembukuannya. Unilever membantu 4000 buku hasil kerjasama dengan
yayasan rumah pelangi. Terserah perusahaan mau membantu memberikan feedback,
sarana prasarana atau donasi uang. Bank syariah belum ada namun ada Rumah zakat
sebagai agregator. KSBB kepanjangannya adalah Kolaborasi sosial berskala besar.
Kolaborasi Sosial Berskala Besar disingkat KSBB ialah suatu program sosial
untuk saling menolong sesama manusia dengan cara mempertemukan antara
masyarakat pemberi maupun penerima yang difasilitasi Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta melalui Agregator.11
Agregator ialah penghimpun dan penyalur donasi kepada masyarakat dalam
program KSBB. Agregator dapat bermitra dengan Pemprov DKI Jakarta untuk
menjalankan program KSBB. Agregator yang dapat bermitra harus mengajukan
permohonan dan memenuhi persyaratan, yaitu merupakan Lembaga Berbadan Hukum
dan/atau Lembaga Pengumpul Dana Sosial berizin.12
10 Fahmi Hermawan, PNS di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta,
Rabu 6 Januari 2021.
11FAQ#BantuSesama#KolaborasiTanggapCoronaEdisi5Mei2020diaksesdilamancorona.jakarta.go.id/kola
borasi pada 09 Januari 2021.
12FAQ#BantuSesama#KolaborasiTanggapCoronaEdisi5Mei2020diaksesdilamancorona.jakarta.go.id/kola
borasi pada 09 Januari 2021.
48
Mitra KSBB seperti BAZNAS BAZIS, Aksi Cepat Tanggap, Palang Merah
Indonesia, Rumah Zakat, Human Initiative dan Yayasan Dompet Dhuafa Republika.
Donasi anda selanjutnya akan disalurkan ke lokasi bantuan oleh mitra Agregator.13
KSBB diluncurkan pada Bulan Juli 2020 yang awalnya untuk mengatasi
pandemi covid-19. Pemprov DKI Jakarta juga melakukan pendampingan dan
pengawasan saat penyaluran bantuan KSBB. KSBB berbeda dengan program Bantuan
Sosial PSBB COVID-19 dan Program Bantuan Sosial dari Pemerintah Pusat yang
merupakan program Pemerintah menggunakan Anggaran Pemerintah Pusat terkait
penanganan COVID-19.14
KSBB memiliki fokus utama pada bantuan dalam bentuk pangan. Namun
pemberian bantuan dalam bentuk lain dapat menjadi aspirasi untuk ke depannya.
Informasi mengenai pembaruan bentuk bantuan dapat dipantau pada laman
corona.jakarta.go.id/kolaborasi yang dapat dipantau melalui teknologi berbasis daring
(online), yaitu Aplikasi JAKI (Jakarta Terkini); Twitter akun @DKIJakarta; Facebook
akun Pemprov DKI Jakarta, Email: [email protected]; Akun Media Sosial Gubernur;
SMS 08111272206; Website jakarta.go.id; Aplikasi QLUE dan LAPOR 1708.
Tujuan KSBB untuk memfasilitasi semangat masyarakat, untuk meringankan
beban masyarakat yang terkena langsung maupun tidak langsung dampak sosial dari
pandemik COVID-19, khususnya berupa bantuan pangan. Pihak yang terlibat KSBB
adalah Masyarakat, baik perorangan, kelompok, maupun lembaga.15
Panduan KSBB yang pertama adalah Peta lokasi akan menjadi petunjuk awal,
wilayah dan kriteria yang sesuai dengan kemampuan dan keinginan Anda; baik secara
wilayah, jumlah kepala keluarga, kriteria lokasi yang membutuhkan (lingkungan RW,
panti sosial asuhan anak, panti sosial bagi lanjut usia, panti sosial disabilitas atau
pesantren). Lalu Pilih wilayah yang Anda inginkan, dan klik tombol “Beri Bantuan”.
Anda akan diminta untuk mengisi formulir Komitmen Penyaluran Paket KSBB. Isi
sesuai dengan rencana dan kemampuan Anda. Klik submit, dan donasi anda akan
tercatat dalam sistem. Anda akan mendapatkan kontak penanggung jawab lokasi yang
13FAQ#BantuSesama#KolaborasiTanggapCoronaEdisi5Mei2020diaksesdilamancorona.jakarta.go.id/kola
borasi pada 09 Januari 2021.
14FAQ#BantuSesama#KolaborasiTanggapCoronaEdisi5Mei2020diaksesdilamancorona.jakarta.go.id/kola
borasi pada 09 Januari 2021.
15FAQ#BantuSesama#KolaborasiTanggapCoronaEdisi5Mei2020diaksesdilamancorona.jakarta.go.id/kola
borasi pada 09 Januari 2021.
49
anda tuju. segera hubungi dalam waktu kurang dari 2x24 jam dan koordinasikan
rencana penyaluran anda. Jika anda sudah menyalurkan bantuan, sampaikan
konfirmasi penyaluran bantuan ke dalam sistem. Informasi ini akan menjadi informasi
publik yang dilaporkan secara berkala.16
Konsepnya mirip dengan KSBB pangan namun ke depan ada KSBB
persampahan. Badan usaha tinggal klik lewat platform digital untuk melihat data bank
sampah yang kekurangan sarana prasarana sehingga dapat langsung dibantu melalui
agregator Rumah Zakat tersebut pengumpulan barang.17
Majelis Ulama Indonesia belum ada kontribusi di Dinas Lingkungan Hidup
selama 2020 ini tapi mungkin pernah tahun-tahun sebelumnya. Kemenag juga belum.
Hanya agregator dari Rumah Zakat yang menyediakan berupa alat, tenaga konsultan
dan pembinaan teknologi. Donasi dilarang.18
Program khusus di bank sampah, klasifikasi dana yang terkumpul untuk apa
belum sampai di situ, terpenting warga sudah mau bergerak untuk mengolah sampah.
Pemerintah berusaha mengedukasi melalui bank sampah agar masyarakat mendapat
feedback dan nilai. Masyarakat agar mengubah perilaku dengan memilah sampah
secara ideal. Memilah sampah kelihatan sederhana namun efeknya sangat besar
terhadap lingkungan. Mengubah perilaku itu tidak mudah kadang lupa klasifikasi
sampah. Harus dimulai dari diri sendiri kemudian juga ada sekolah-sekolah melalui
program Adiwiyata dengan pengolahan sampah, selain itu penghijauan dan
pengelolaan sumber daya air.19
Kelima, mengimplementasikan Prinsip Keadilan. Pemerintah tidak dapat
mengharapkan segala sesuatunya berubah hanya dengan peraturan. Peraturan hanya
tinggal peraturan. Kuat di atas namun seringkali tidak dilaksanakan di bawah.
Sebenarnya ada denda bagi yang melanggar pembuangan sampah termasuk
membakar sampah. Pernah ada operasi tangkap tangan di area Car Free Day (CFD)
16FAQ#BantuSesama#KolaborasiTanggapCoronaEdisi5Mei2020diaksesdilamancorona.jakarta.go.id/kola
borasi pada 09 Januari 2021.
17 Fahmi Hermawan, PNS di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta,
Rabu 6 Januari 2021.
18 Fahmi Hermawan, PNS di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta,
Rabu 6 Januari 2021.
19 Rita Ningsih, PNS di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta, Rabu
6 Januari 2021.
50
Sudirman kemudian diberikan pada polisi untuk dikenakan semacam Tipiring.
Hukumannya berupa push up, memunguti sampah sekitar CFD. Payung hukum sudah
ada peraturan gubernur. Masalahnya di Indonesia terlalu banyak aturan hukum yang
harus dilaksanakan sehingga hukum tidak sinkron. Misalnya undang-undang
memerintahkan agar peraturan pengelolaan sampah dialaskan peraturan daerah namun
peraturan daerah nanti berbunyi lain lagi. Sehingga menimbulkan revisi dan
memerlukan tinjauan hukum yang membingungkan masyarakat.20
Pemerintah tidak bisa mengharapkan masyarakat akan membaca peraturan
hukum karena juga faktor acuh tak acuh apalagi hanya membaca. Sehingga perlu
pembinaan. Jika masyarakat tidak minat membaca maka pemerintah wajib
menjelaskan melalui sosialisasi maupun bimtek dengan tujuan masyarakat mau
melaksanakan. Suatu peraturan tidak bisa langsung diterapkan pada masyarakat DKI
yang heterogen beda dengan kampung dusun di luar Jakarta yang cenderung homogen
lebih mudah memahami maksud kebijakan.21
Lebih efektif apabila ada gerakan secara kolektif yang memberikan contoh
kepada masyarakat. Misalnya tempat makan dan tas belanja bawa sendiri. di kantor
gubernur juga karyawan harus menerapkan gaya hidup baru membawa tumbler
sendiri. gaya hidup praktis secara efek ekonomi bagus tapi untuk lingkungan buruk,
contohnya bungkus plastik, botol plastik.22
Dinas Lingkungan Hidup pernah mengajak warga Rukun Warga dan
mahasiswa anak kos ke Bantar Gebang. Kemudian mereka baru sadar bahwa sampah
warga DKI itu bergunung-gunung kemudian mereka tergugah. Setelahnya banyak
warga yang ketagihan ingin berdatangan untuk belajar mengolah sampah dengan
meninjau pertama kali ke Bantar Gebang.23 Dari cara-cara di atas membuktikan
bahwa prinsip keadilan harus mengutamakan upaya preventif dan bukan represif
sehingga prinsip keadilan dapat tersampaikan.
20 Fahmi Hermawan, PNS di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta,
Rabu 6 Januari 2021.
21 Fahmi Hermawan, PNS di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta
Rabu 6 Januari 2021.
22 Rita Ningsih, PNS di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta, Rabu
6 Januari 2021.
23 Rita Ningsih, PNS di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Interview Pribadi, Jakarta, Rabu
6 Januari 2021.
51
B. Kebijakan Pemerintah Daerah Kota DKI Jakarta dalam Pengelolaan
Lingkungan Berdasarkan Sumber-Sumber Hukum Islam
Metode kajian fiqh siyasah ini tidak berbeda jauh dengan metode yang
digunakan dalam mempelajari fiqh umumnya, yaitu metode ushul fiqh dan kaidah-
kaidah fiqh. Metode ushul fiqh antara lain adalah qiyas, istihsan, ‘Urf, ‘adah,
mashlahah mursalah dan istishab. dengan metode ini umat islam bebas menggunakan
ijtihadnya untuk mengantisipasi setiap perkembangan yang terjadi sesuai dengan
lingkungan, situasi dan kondisi yang mereka hadapi. Tentu saja penggunaan metode
ini tidak boleh bertentangan dengan semangat nash Al-Qur’an dan Hadis Nabi. 24
Penulis menganalisis ada beberapa prinsip syariah terkait menjaga lingkungan
dari sampah menurut Al-Quran dan Hadist sebagai berikut:
1. Prinsip kebersihan
Fiqih pertama juga memerintahkan tentang kebersihan atau ath-Thaharah, artinya
manusia memang diperintahkan untuk menjaga kebersihan dan kesucian karena
sesuai dengan fitrahnya. Al-Qur’an surat al-A’rāf [7]: 56 Allah swt.. berfirman:
رحمت إن وطمعا خوفا وادعوه إصلاحها بعد الأرض في تفسدوا قريب ولا الل
( 56من المحسنين )الأعراف:
“dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu
orang-orang yang beriman”. (Q.S. Al-A’raf (7): 56).
Rasulullah saw, juga bersabda:
يبولن أحدكم صلى الل عليه وسلم قال: لا سمع رسول الل أنه حديث أبي هريرة
في: البخارى )أخرجه فيه يغتسل ثم يجري لا الذي ائم الد الماء كتاب 4في
في الماء الدائم( باب الؤضوء 68الؤضوء:
“Abi Hurairah sesungguhnya dia telah mendengar Rasulullah SAW. bersabda:
Janganlah salah seorang dari kalian kencing di air yang diam yang tidak
mengalir, kemudian mandi di sana (H.R. Al-Bukhari).” 25
24 Muhammad Iqbal, Siyasah‚ Konstektualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta: Prenadamedia Group,
2014), h. 17.
25 Yusuf Qardhawi. Ri‘ayah al-Biah fi al-Syari‘ah al-Islam, Terj. Abdullah Hakam Shah, Islam Agama
Ramah Lingkungan, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2002), Cet. I, h. 153.
52
2. Prinsip keseimbangan lingkungan
Keseimbangan lingkungan tidak terlepas dari penciptaan alam semesta yang
disusun sedemikian rupa oleh Allah SWT.
يدبر العرش على استوى ثم أيام ستة في والأرض السماوات خلق ربكم الل إن
تذكرون )يونس: أفلا ربكم فاعبدوه إذنه ذلكم الل بعد إلا من من شفيع الأمر ما
3 )
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ´Arsy untuk mengatur segala
urusan. Tiada seorang pun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada izin-
Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka
apakah kamu tidak mengambil pelajaran”. (Q.S. Yunus (10): 3).
3. Prinsip Manajemen yang baik
Manajemen dalam bahasa Arab disebut tadbir (pengaturan, pengelolaan). Ayat Al-
Qur’an tidak secara langsung menyatakan hal mengenai pengaturan dan
pengelolaan Allah terhadap alam semesta namun dinyatakan secara tersirat
bahwasanya setiap orang beriman wajib mengatur dirinya sebagaimana manajer
yang baik bagi dirinya karena setiap perbuatan ada pertanggungjawabannya
masing-masing.
خبير إن الل ا قدمت لغد واتقوا الل ولتنظر نفس م ما يآآيها الذين آمنوا اتقوا الل
( 18تعملون )الحشر:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Q.S. Al-Hasyr (59): 18).
4. Prinsip kesejahteraan sosial
Kesejahteraan yang dimulai dengan Islam, adalah penyerahan diri sepenuhnya
kepada Allah. Kesejahteraan sosial dimulai dari kesadaran bahwa apa pun
keputusan Allah, setelah berusaha secara maksimal, adalah yang terbaik dan selalu
mengandung hikmah. Sebagaimana Firman Allah:
53
ما اصاب من مصيبة في الأرض ولا في أنفسكم إلا في كتاب من قبل أن نبرأها
( يسيرا على الل ذلك آتاكم 22إن بما تفرحوا ولا فاتكم ما على تأسوا لكيلا )
لا ي ( 23-22( )الحديد: 23حب كل مختال فخورا )والل
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (kami
jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang
luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang sombong
lagi membanggakan diri” (QS. Al-Hadid (57): 22-23
Kemudian dalam pandangan Al-Qur’an tentang muamalah berdagang,
bahwa memproduksi sesuatu bukan sekedar untuk di konsumsi sendiri atau di jual
ke pasar, tetapi lebih jauh dari itu kegiatan produksi harus mampu mewujudkan
fungsi sosial. Allah swt. berfirman :
ا جعلكم مستخلفين فيه فالذين آمنوا منكم وأنفق ورسوله وأنفقوا مم وا آمنوا بالل
(7لهم أجركبير )الحديد:
’’Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu penguasanya (amanah).
Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (sebagian)
dari hartanya memperoleh pahala yang besar’’.(Al-Hadid (57): 7).
5. Prinsip keadilan
Keadilan merupakan perihal yang sukar dinilai melainkan ditentukan terlebih
dahulu indikatornya dalam standar yang dikehendaki kedua pihak yang melakukan
hubungan hukum.
عن عن أبي سعيد الخدري يقول قال رسول الل صلي الل عليه وسلم إنما البيع
( تراض )رواه البيهق وابن الماجه، وصححه ابن حبان
“Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya jual
beli itu hanya boleh dilakukan dengan kerelaan kedua belah pihak.” (Hadist Nabi
riwayat al-Baihaqi dan Ibnu Majah dan di shahihkan oleh Ibnu Hibban).
54
تعلمون كنتم إن لكم خير تصدقوا وإن ميسرة إلى فنظرة عسرة ذو كان وإن
( 280)البقرة:
“Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai
dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih
baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (Q.S. al-Baqarah (2): 280).
عن تراض يآأيها إلا أن تكون تجارة أموالكم بينكم بالباطل تأكلوا الذين آمنوا لا
كان بكم رحيما )النسآء: ( 29منكم ولا تقتلوا أنفسكم إن الل
“Hai orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan (mengambil) harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan sukarela di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S. al-Nisa’ (4): 29).
Pengetahuan akan hakikat penciptaan umat manusia akan mendorong setiap
umat untuk menjalankan agama yang diembannya. Sedangkan penerapan nilai-nilai
Islam akan menuntun meraih derajat keimanan yang lebih tinggi.26 Keseluruhan
sumber-sumber hukum Islam dalam menjaga lingkungan dapat ditemukan dalam
Bank Sampah Syariah.
Sebagaimana perkembangan ekonomi Islam yang semakin beragam, terdapat
pembedaan Bank Sampah yaitu Bank Sampah Konvensional dan Bank Sampah
Syariah. Contoh bank sampah syariah yang sudah terkenal di Indonesia adalah Bank
Sampah Cangkir Hijau di Metro Lampung dan Bank Sampah Syariah Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Secara khusus, produk Penghimpunan dana
ialah akad wadiah dan mudharabah pada produk (tabungan Sampah dan deposito
sampah), penyaluran dana dengan akad pembiayaan salam (pesanan) pada produk
(pinjam uang bayar sampah). Produk lingkungan yang dihasilkan secara umum sama
dengan hasil bank sampah konvensional yaitu kerajinan daur ulang sampah,
hidroponik, pupuk/kompos dan program pendirian bank sampah binaan yang baru.
Kelebihan Bank Sampah Syariah adalah Prinsip kebersihan jelas mengurangi
sampah. Prinsip keseimbangan lingkungan menjaga daya dukung lingkungan jadi
bebas banjir dan kumuh. Prinsip manajemen yang baik memastikan keberlanjutan
26 Dewan Pengurus Nasional FORDEBI & ADESY, Ekonomi dan Bisnis Islam, (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2016), h. 85-86.
55
program bank sampah konvensional. Prinsip keadilan memperluas cakupan nasabah
dari segala lapisan sosial ekonomi masyarakat. Prinsip keadilan memberikan insentif
yang sesuai dengan kontribusi anggota masyarakat yang tergabung dalam bank
sampah.
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Penelitian dan Pembahasan sebagaimana diuraikan di atas,
maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kebijakan politik dalam pengelolaan sampah di Pemerintahan Daerah Kota DKI
Jakarta:
a. Prinsip Kebersihan diimplementasikan dengan pemilahan sampah yang masuk ke
Tempat Pembuangan Akhir sampah. Diupayakan pada tiap Rukun Warga sudah
memiliki Bank Sampah yang dikelola secara mandiri.
b. Prinsip keseimbangan diimplementasikan dengan pembentukan Program Kampung
Binaan bernama Kampung samtama yaitu Kampung sampah tanggung jawab
bersama sudah ada berapa Rukun Warga. Kampung binaan yang di bawah
Coorporate Social Responsibility (CSR)
c. Prinsip Manajemen yang Baik diimplementasikan dengan pengalihan manajemen
akuntansi bank sampah dari manual ke digital secara bertahap. Selain itu apabila
ada pihak ketiga yang akan memberikan bantuan kepada bank sampah akan
dimudahkan melalui platform digital yang akan mempertemukan keduanya.
d. Prinsip Kesejahteraan Sosial diimplementasikan melalui kolaborasi antara Mitra
swasta, masyarakat dan pemerintah melalui agregator dengan program yang kurang
lebih sama dengan konsep Kolaborasi sosial berskala besar. Selain itu ada program
lama yaitu Sekolah Adiwiyata.
e. Prinsip Keadilan yang diimplementasikan secara berlanjut yang diawali dengan
upaya preventif berupa sosialisasi peraturan dan percontohan gaya hidup
pengurangan sampah dan dilanjutkan dengan upaya represif. Upaya represif
misalnya dengan memberikan hukuman bagi pembuang atau pembakar sampah
yang sembarangan dengan denda.
2. Kebijakan Pemerintah Daerah Kota DKI Jakarta dalam Pengelolaan Lingkungan
sudah sesuai dengan ajaran Islam, karena berkesesuaian dengan prinsip-prinsip
berikut:
57
a. Prinsip kebersihan (ath-Thaharah) berdasarkan al-A`rāf [7]: 56.
b. Prinsip keseimbangan lingkungan berdasarkan QS. Yunus (10): 3.
c. Prinsip Manajemen yang baik (tadbir) berdasarkan QS. Al-Hasyr (59): 18).
d. Prinsip kesejahteraan sosial berdasarkan QS. Al-Hadid (57): 22-23 dan Al-Hadid
(57): 7.
e. Prinsip keadilan (`adl) berdasarkan QS. al-Baqarah (2): 280 dan QS. al-Nisa’ (4):
29 serta Hadis Nabi riwayat al-Baihaqi dan Ibnu Majah dan di shahihkan oleh Ibnu
Hibban.
B. Saran
1. Kepada Pemda Provinsi DKI Jakarta disarankan perlunya pengembangan prinsip
syariah bagi masyarakat DKI Jakarta terkait pengelolaan sampah melalui penelitian dan
sosialisasi lebih lanjut mengenai bank sampah syariah dan lembaga syariah. Bank
sampah syariah dapat menjadi alternatif bagi komunitas tertentu maupun masyarakat
yang menginginkan perubahan secara menyeluruh dalam sistem pengolahan sampah
berbasis syariah. Tentunya dengan dukungan sumber daya manusia dan teknologi dari
lembaga syariah.
2. Kemudian kepada Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta selaku pengelola
lingkungan diharapkan dapat memperluas implementasi Pemanfaatan Sampah
berdasarkan prinsip syariah berbasis teknologi seperti pembuatan platform digital untuk
memfasilitasi program sedekah sampah berupa uang hasil penjualan sampah maupun
barang yang sudah dianggap menjadi sampah. Ada dua hal yang menjadi poin utama
dalam pengembangan implementasi pemanfaatan sampah yaitu teknologi informasi
transaksi elektronik dan bentuk pemanfaatan sampah secara syariah selain daripada
program yang telah ada sebelumnya.
58
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Al-Qur’ãn al-Karίm:
A, Djazuli. Fiqh Siyasah “Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-Rambu Syari’ah.
Jakarta: Pranada Media. 2003.
Asshiddiqie, Jimly dan Ali Safaat Teori Hans Kelsen tentang Hukum Jakarta Sekjen dan
Kepaniteraan MK RI, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.
Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi dan Konstitusionalisme, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.
Azhar, Muhammad. Filsafat Politik: Perbandingan Antara Islam Dan Barat, Jakarta: Raja
Wali Pers, 1997.
Daryanto. Kamus Indonesia Lengkap, Surabaya: Apollo, 1997.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’ãn dan Terjemahnya, Depag: Diponegoro,
2008.
Dewan Pengurus Nasional FORDEBI & ADESY. Ekonomi dan Bisnis Islam, Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2016.
Djazuli, Prof. H.A. Fiqih Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu
Syariah, cet. 4, Jakarta: PRENADA MEDIA GROUP, 2009.
Haris, Syamsuddin. Desentralisasi dan otonomi daerah, Jakarta: LIPPI pres, 2007.
Iqbal, Muhammad. Dr. Fiqih Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Jakarta:
PRENADA MEDIA GROUP, 2014.
Joeniarto, Perkembangan Pemerintahan Lokal, Jakarta: Bumi Aksara, 1992.
Jubair Situmorang, Politik Ketatanegaraan Dalam Islam Siyasah Dusturiyyah, Bandung:
Pustaka Setia,2012.
Kusnardi, Moh & Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, Cet. 5, Jakarta: Gaya Media Pratama,
2005.
Mawardi, Al. Adab al-Dunyâ wa al-Dîn, Beirut: Dâr al-Fikr, Tth.
Muhammad Iqbal, Siyasah ‚Konstektualisasi Doktrin Politik Islam‛.(Jakarta, Prenadamedia
Group. 2014).
59
Pulungan, Suyuthi. Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002).
Pulungan, Suyuti. Fiqih Siyasah: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, Cet. 4, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1999.
Rahardjo, Satjipto. Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005.
Raharjo, Mursid. Memahami Amdal Jilid 2, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014.
Sabarno, Hari. Memandu Otonomi Daerah Menjaga Persatuan Bangsa, Jakarta: Sinar
Grafika. 2007.
Sejati, Kuncoro. Pengolahan Sampah Terpadu dengan Sistem Node, Sub Point dan Center
Point, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2009.
Sjadzali, Munawir. Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, Jakarta: UI
Press, 1990.
Soehino, Ilmu Negara, Yogyakarta: Liberty, 2011.
Soekanto, Soerjono. Perbandingan Hukum, Jakarta: Citra Aditya, 1986.
Sunarno, Siswanto. Hukum Pemerintah Daerah di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Tim Penulis PS. Penanganan dan Pengolahan Sampah, Depok: Penebar Swadaya, 2008.
Zallum, Abdul Qadim. Pemikiran Politik Islam, Bangil: al-Izzah, 2001.
Jurnal:
Antin, Titi. “Hermin Indah Wahyuni dan Partini, Dinamika Peran Jejaring Pengelolaan
Sampah Dalam Komunikasi Literasi Sampah,” diterima pada 08 Oktober 2018 Profetik
Jurnal Komunikasi.
Haryanto, “Masa Depan Politik Desentralisasi di Indonesia: Sebuah Studi Awal”, Jurnal Ilmu
Pemerintahan, Vol. 9, No. 2, Juli 2016.
Hernawati, Devi. dkk. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Berbasis 3r
(reduce, reuse dan recycle) (studi pada tempat pengelolaan sampah terpadu di desa
Mulyo agung kecamatan Dau Kabupaten Malang), Jurnal Administrasi Publik (JAP),
Vol 1, No.2, 2013.
Hodges, Laurent. “Environmental Pollution”, Jurnal Chemical Education, (New York: Lowa
state University, 1976), vol. II.
Junaedi, M. Layen. Pandangan Politik Mawardi, Fakultas Tarbiyah Unisba dalam Jurnal
Mimbar Volume XIX No. 2 April - Juni 2003.
60
Kahfi, Ashabul. dalam Jurnal Jurisprudentie, Tinjauan Terhadap Pengelolaan Sampah,
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Jurisprudentie Volume 4 Nomor 1
Juni 2017.
Kholis, Nur. “Kesejahteraan sosial di Indonesia Perspektif ekonomi Islam,” AKADEMIKA,
Vol. 20, No. 02 Juli – Desember 2015.
Mutahir, Arizal. “Intelektual Kolektif Gerakan Ilmiah untuk Melawan Dominasi: Pandangan
Pierre Bourdieu tentang intelektual”, Tesis Penerbit [Yogyakarta]: Universitas Gadjah
Mada, 2009 dan kemudian menjadi buku Arizal Mutahir, “Intelektual Kolektif Pierre
Bourdieu”, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2011.
Norival, Achmad. “Perilaku Masyarakat di Bagian Tengah Batang Ino Terhadap Sampah di
Nagari Salimpaung Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar,” Jurnal Buana-
Vol-2 No-1 (2018): 265, geografi.ppj.unp.ac.id.
Shobahah, Nurush. Penggunaan hak Interpelasi Dewan Perwakilan Rakyat Perspektif Fiqih
Siyasah, Jurnal Ahkam, Vol. 5, No. 5, 2017.
Skripsi:
Anggraini, Jean. “Dampak Bank Sampah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat dan
Lingkungan,” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Kurniawan, Anjar. “Tinjauan Fiqih Siyasah Dusturiyah Terhadap Pelaksanaan Pembangunan
Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Studi di Desa
Banjarsari, Kecamatan Waysulan, Kabupaten Lampung Selatan)’, Lampung, UIN
Raden Intan Lampung, 2018.
Kurniawati, Mila. “Implementasi Kebijakan Retribusi Sampah dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Bandung Nomor 11 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Umum ditinjau dari
siyasah maliyah: Studi Kasus di Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung,” Skripsi,
UIN Gunung Djati Bandung 2018.
Madina, N. “Adaptasi SOP (Standard Operating Procedure) pengelolaan sampah menuju
konsep zero waste aspek teknik operasional dan peran serta masyarakat di komplek
perumahan pondok indah Jakarta Selatan,” Skripsi S1 Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia Depok, 2012.
Muamar, “Piagam Madinah Dan Teori Kontrak Sosial Jean Jaques Rousseau,” Skripsi S1
fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2007.
Putri, Syifa Fauzia. “Analisis Penerapan Prinsip-prinsip Etika Lingkungan dalam Pengelolaan
Sampah Rumah tangga di Kota Depok (Studi Kasus di Kecamatan Sukmajaya),”
Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Depok, 2013.
61
Riyadi, Sugeng. “Reiventing Bank Sampah: Optimalisasi Nilai Ekonomis Limbah Berbasis
Pengelolaan Komunal Terintegrasi”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,
IAIN Sultan Thaha Syaifuddin Jambi, 2016.
Rohani, Lasma. “Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah di Desa Medan Senembah
Kabupaten Deliserdang dan di Kelurahan Asam Kumbang Kota Medan tahun 2007,”
Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara Medan, 2007.
Rozak, Abdul. “Peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dalam Pemberdayaan
Perekonomian Nasabah,” Skripsi S1 Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Surahma Asti Mulasari, Adi Heru Husodo, Noeng Muhadjir, “Kebijakan Pemerintah dalam
Pengelolaan Sampah Domestik,” Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Ahmad Dahlan, Jurusan Ilmu Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada,Universitas Negeri Yogyakarta, 2014.
Dokumen
Dokumen Rencana Strategis 2017-2022 Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta.
Tim Penyusun, “Strategi Ketahanan Kota Jakarta”, Pemprov DKI Jakarta dan Sekretariat
Jakarta Berketahanan 2019.
Tim Penyusun, “Laporan Tahunan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik”, 2015.
Wawancara
Interview Pribadi dengan Bapak Fahmi Hermawan, PNS di Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi DKI Jakarta, Jakarta, Rabu 6 Januari 2021.
Interview Pribadi dengan Ibu Rita Ningsih, PNS di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI
Jakarta, Jakarta Rabu 6 Januari 2021.
Internet
Kamus Besar Bahasa Indonesia kbbi.web.id diakses pada 16 Maret 2020.
62
Lampiran:
63
64
65
66