187
PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KOTA BATAM, PROVINSI KEPULAUAN RIAU DASMINTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR

DI KAWASAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KOTA BATAM, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

DASMINTO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2007

Page 2: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Pengelolaan

Lingkungan Pesisir di Kawasan Pengembangan Industri Kota Batam,

Provinsi Kepulauan Riau adalah karya saya sendiri dan belum diajukan

dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan

dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar

Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, April 2006

Dasminto C225010311

Page 3: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

ABSTRAK DASMINTO. Pengelolaan Lingkungan Pesisir di Kawasan Pengembangan Industri Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Dibimbing oleh RICHARDUS KASWADJI dan FREDINAN YULIANDA.

Posisi geografis Batam yang sangat strategis menjadikan daerah ini dikembangkan oleh Pemerintah menjadi daerah industri yang mempunyai arti penting bagi kehidupan ekonomi nasional. Pengembangan daerah industri ini ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. Namun pada sisi lain, adanya pengembangan industri berdampak terhadap terjadinya degradasi sumberdaya pesisir dan laut, seperti terjadinya pencemaran air laut dan kerusakan ekosistem pesisir (mangrove, padang lamun dan terumbu karang) serta turunnya produktivitas perikanan. Terjadinya degradsi lingkungan pesisir dan laut di Kota Batam diperkirakan akan semakin parah dengan dipicu oleh adanya perusahaan-perusahaan yang secara komersial hanya mengedepankan keuntungan jangka pendek tanpa memperdulikan dampak negatif terhadap lingkungan. Untuk itu diperlukan adanya pengelolaan yang baik dengan memperhatikan semua aspek terkait agar dampak negatif dari pengembangan industri di Kota Batam terhadap lingkungan pesisir dan laut dapat diminimalisasi sekecil mungkin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan pesisir dan laut, mengidentifikasi isu dan permasalahan yang ada, serta menyusun strategi pengelolaan lingkungan pesisir dan laut berdasarkan pada kajian dampak dari kegiatan industri dan pengembangannya terhadap kualitas perairan di lingkungan pesisir Kota Batam. Berdasarkan analisis data dapat digambarkan bahwa secara umum kondisi perairan pesisir Kota Batam dalam keadaan sangat memprihatinkan. Hal ini ditandai dengan buruknya kualitas air laut serta terancamnya keberadaan ekosistem pesisir serta sumberdaya perikanan. Beberapa kegiatan yang menonjol dan mempengaruhi kondisi tersebut diantaranya pembuangan limbah industri, adanya pembukaan lahan dengan merusak kawasan hutan dan perbukitan, reklamasi pantai dengan mengkonversi kawasan mangrove bagi peruntukkan lainnya. Untuk itu diperlukan adanya arahan kebijakan pengelolaan yang baik dengan memperhatikan semua aspek terkait serta didukung oleh adanya partisipasi aktif dari seluruh komponen yang ada. Adanya pengelolaan lingkungan pesisir secara terpadu menjadi kebutuhan yang harus dilakukan agar dampak negatif dari kegiatan industri dan pengembangannya terhadap lingkungan pesisir dan laut dapat ditekan sekecil mungkin. Untuk mendukung pengelolaan tersebut diperlukan adanya strategi. Melakukan pencegahan dan pengendalaian pencemaran laut oleh industri yang dilakukan secara terpadu dan terencana dengan dukungan peraturan perundang-undangan, kebijakan pemerintah dan kelembagaan pengelola serta sumberdaya manusia yang berkualitas, adalah merupakan prioritas pertama dari strategi yang harus dilakukan.

Page 4: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

ABSTRACT

DASMINTO. Coastal Environmental Management in the Industrial Development Area of Batam City, Province of Kepulauan Riau. Under the direction of RICHARDUS KASWADJI and FREDINAN YULIANDA. The strategic geographical location of Batam has geared this region be developed by the government to be an industrial area which has an important value for the national economic aspect of life. This development of industrial area in fact has created an impact to other growing sectors in the region. However, from another side, the existence of the industrial development has resulted degradation to the coastal and marine resources, such as marine pollution and coastal ecosystem destruction (mangrove, coral reef and sea-grasses) including the decrease in fisheries productivity. The environmental degradation in the coastal and marine environment of Batam City was estimated to be more severe which have been triggered by certain agencies that commercially having only depending on short term benefits without taking care of environmental negative impacts. Therefore a proper management is needed taking into account all related aspects in order to minimize the negative impacts towards the minimum limits on the industrial development of Batam City in the coastal and marine environment. The purpose of this study is to know the quality of the coastal and marine environment, identification of issues and available problems, and to set up strategic coastal and marine environmental management based on impact analysis of industrial activities and its development on the water quality in the coastal environment of Batam City. Based on data analysis it could be put forward that in general the condition of the coastal waters of Batam City are not in a favourable situation. This is due to the worst values of the marine water quality and also the threats to the existence of coastal ecosystem and fishery resources. Some profound activities which impacted the condition are, among others, discharge of industrial waste, land clearing through destruction of forest areas and hills, coastal reclamation by way of mangrove area conversion for other purposes. Therefore proper policy guidance for management is needed taking into account all related aspects that will be supported through active participation of all existed components. The integrated coastal environmental management is needed to be implemented in order to avoid and minimize negative impacts from the industrial activities and its development on the coastal and marine environment. Consequently some strategies are needed in supporting the management. The protection and control for marine pollution by the industrial activity have to be implemented in an integrated and well planned manner which will be supported by the existing rules and regulations, governmental policy and management agencies including qualified human resources, are the prime priorities of the strategy that should be conducted.

Page 5: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR

DI KAWASAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KOTA BATAM, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

DASMINTO

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2007

Page 6: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

Judul Tesis : Pengelolaan Lingkungan Pesisir di Kawasan Pengembangan

Industri Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau Nama : Dasminto NRP : C225010311

Disetujui :

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Richardus Kaswadji, M.Sc. Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc. Ketua Anggota

Diketahui : Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Sulistiono, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Ujian: 6 April 2006 Tanggal Lulus: 1 Maret 2007

Page 7: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya maka tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Tesis ini

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program

Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (SPL)-Departemen Manajemen

Sumberdaya Perairan-Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Tesis dengan judul “Pengelolaan Lingkungan Pesisir di Kawasan

Pengembangan Industri Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau” disusun

berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dari bulan April 2003

sampai dengan Desember 2004. Tujuan dari tesis ini adalah untuk menyusun

arahan kebijakan sebagai masukan khususnya bagi pemerintah Kota Batam dalam

pengelolaan lingkungan pesisir berdasarkan kajian dampak industri dan

pengembangannya terhadap kualitas perairan pesisir Kota Batam.

Pada kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada Bapak Dr. Ir. Richardus Kaswadji, M.Sc. dan Bapak Dr. Ir. Fredinan

Yulianda, M.Sc. selaku Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing, yang secara

substansial telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan

tesisi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Prof. Dr. Ir. Dietriech G. Bengen, DEA yang sejak awal telah mengarahkan

penulis dari mulai usulan sampai dengan pelaksanaan penelitian untuk tesis ini

serta menjadi komisi pembimbing tetapi kemudian karena masalah teknis tidak

dapat melanjutkan. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Sigid

Hariyadi, M.Sc. selaku penguji tamu yang telah banyak memberikan masukan

untuk penyempurnaan Tesis ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada Bapak

Drs. Sudariyono, Bapak Ir. Henk Uktolseya, M.Sc., Ibu Ir. Wahyu Indraningsih,

Ibu Ir. Zulhasni, M.Sc. serta teman-teman dari Kementerian Negara Lingkungan

Hidup RI. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Yunelhas Basri

dan staf Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Kota Batam yang

telah banyak memberikan dorongan dan bantuannya khususnya selama

pelaksanaan penelitian di Kota Batam. Penulis juga mengucapkan terima kasih

Page 8: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

kepada Tim Studi yang terdiri dari Diah dan Sastra (mahasiswa S2-SPL IPB) serta

Adi, Rudi, Gusti dan Hazmi (mahasiswa S1-ITK FPIK IPB) yang senantisa

mendampingi penulis dalam berbagi tugas selama penelitian di lapangan. Kepada

teman-teman, staf dan dosen SPL serta semua pihak yang telah membantu baik

dalam penelitian maupun penyelesaian tesis ini penulis juga mengucapkan terima

kasih.

Secara khusus ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada istriku

tercinta dr. Farida Sulistyowati, anak-anakku tersayang Via Afini Salsabila

(ALSA) dan Moh. Naufal Syauqi (AUFAL) serta keponakan dan saudara-

saudaraku yang secara tulus senantiasa memberikan semangat dan doa serta

dorongan mental kepada penulis.

Akhirnya dengan penuh kerendahan hati penulis sampaikan tesis ini

dengan harapan semoga bermanfaat khususnya bagi yang membaca serta pihak-

pihak lain yang mau memanfaatkannya. Sebagai penutup penulis menyampaikan

permohonan maaf apabila tesis ini belum sempurna karena keterbatasan penulis

sehingga adanya saran-saran yang konstruktif sangat diharapkan.

Bogor, April 2006

Dasminto

Page 9: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Brebes pada tanggal 7 Desember 1966 sebagai anak

ketiga dari pasangan Rahmudi B. Kasmali (almarhum) dan Sani Bt. Rahmah

(almarhumah). Pendidikan sarjana (S1) diperoleh melalui Penelusuran Minat dan

Bakat (PMDK) pada Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas

Perikanan, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 1993. Pada tahun 2001,

penulis diterima di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

(S2 SPL), Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Beasiswa pendidikan

pascasarjana diperoleh dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH)

Republik Indonesia.

Penulis bekerja di KLH sejak tahun 1992 dan pada tahun 2005 penulis

dipercaya sebagai Kepala Sub-bidang Pengembangan pada Bidang Perlindungan

Ekosistem-Asisten Deputi Urusan Pengendalian Kerusakan Pesisir dan Laut.

Selama mengikuti program S2 SPL, bersama teman-teman mahasiswa S2

dan S3 serta dosen SPL IPB, penulis telah merintis berdirinya sebuah organisasi

mahasiswa yang pertama pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir

Dan Lautan-Program Pascasarjana-Institut Pertanian Bogor (Wacana Pesisir

IPB) dan untuk masa kepengurusan periode pertama (Masa Bakti 2002-2003),

penulis dipilih sebagai ketua umum dari organisasi tersebut.

Page 10: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL............................................................................................ iii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vii PENDAHULUAN Latar Belakang ................................................................................................ 1 Perumusan Masalah ........................................................................................ 3 Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 6 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 8 TINJAUAN PUSTAKA Dampak Pengembangan Industri ..................................................................... 9

Kegiatan Industri.......................................................................................... 9 Pertanian ..................................................................................................... 10 Permukiman ................................................................................................. 10

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil ....................................... 11 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi ............................................................................................ 18 Lingkup Kegiatan............................................................................................. 18 Pengumpulan Data ........................................................................................... 18

Data primer .................................................................................................. 18 Data sekunder............................................................................................... 21

Analisis Data .................................................................................................. 21 Analisis kondisi kualitas air laut .................................................................. 22 Analisis kondisi ekosistem pesisir ............................................................... 23

Mangrove................................................................................................ 24 Terumbu Karang..................................................................................... 27 Padang Lamun ........................................................................................ 28

Analisis untuk Menentukan Strategi Pengelolaan Lingkungan Pesisir ....... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Wilayah Penelitian ................................................................. 30 Letak Geografis................................................................................................ 30 Penduduk ......................................................................................................... 32 Industri ............................................................................................................ 33 Kondisi Perairan Pesisir Kota Batam............................................................. 41

Arus Air Laut ............................................................................................... 42 Gelombang Air Laut .................................................................................... 47 Pasang Air Laut............................................................................................ 47 Kualitas Perairan Pesisir .............................................................................. 49

i

Page 11: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

Kondisi Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir Kota Batam.......................... 70 Ekosistem Pesisir ......................................................................................... 70

Hutan Mangrove..................................................................................... 70 Terumbu karang...................................................................................... 82 Padang Lamun ........................................................................................ 93 Sumberdaya Perikanan ........................................................................... 98

Arahan Kebijakan dan Strategi Pengelolaan.................................................... 111 Dampak Pembangunan di Kota Batam........................................................ 111 Kebijakan Pemerintah Kota Batam.............................................................. 115 Arahan Kebijakan Umum ............................................................................ 117 Arahan Kebijakan Penanggulangan Dampak Pembangunan....................... 118 Arahan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pesisir Kota Batam................ 120 Arahan Strategi Pengelolaan........................................................................ 123

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...................................................................................................... 141 Saran ............................................................................................................ 143 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 145 LAMPIRAN..................................................................................................... 151

ii

Page 12: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Penentuan skor untuk tiap parameter kualitas air dengan metode

STORET (Canter, 1977) ........................................................................... 23 2. Klasifikasi tingkat kualitas air beserta kelasnya berdasarkan sistem nilai

dari US-EPA ............................................................................................. 23 3. Kriteria baku kerusakan mangrove ........................................................... 24 4. Jenis data dan tingkat keragaman jenis mangrove .................................... 25 5. Kriteria baku kerusakan terumbu karang .................................................. 27 6. Kriteria baku kerusakan padang lamun..................................................... 28 7. Status padang lamun ................................................................................. 28 8. Matrik analisis SWOT .............................................................................. 29 9. Jumlah penduduk Kota Batam tahun 2003 menurut kecamatan............... 32 10. Pertumbuhan jumlah penduduk Kota Batam dari tahun 1993-2004......... 34 11. Luas kawasan industri sesuai RTRW Kota Batam ................................... 36 12. Banyaknya perusahaan Sektor Industri Pengolahan menurut

golongannya .............................................................................................. 37 13. Kecepatan dan arah arus di perairan Batam.............................................. 43 14. Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata

berdasarkan data kualitas air laut dari dekat dasar perairan bagian utara wilayah Kota Batam pada April 1998...................................................... 50

15.Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air laut dari dekat dasar perairan antara Pulau Batam dan perbatasan Singapura pada Maret 2000 ................................. 52

16. Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air laut dari permukaan perairan bagian utara wilayah Kota Batam pada April 1998...................................................... 53

17. Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air laut dari permukaan perairan antara Pulau Batam dan perbatasan Singapura pada Maret 2000 ................................ 54

18. Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air dari perairan pantai/laut di Kecamatan Nongsa, Kota Batam pada 6 Mei 2003 ..................................................... 56

19. Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air dari perairan pantai/laut di Kecamatan Batu Ampar dan Lubuk Baja, Kota Batam pada 2003.............................. 58

20. Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air laut di perairan Pulau Sambu dan sekitarnya (Kec. Lubuk Baja dan Kec. Batu Ampar) Kota Batam pada Nopember 2002........................................................................................................... 59

21. Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air dari perairan pantai/laut di Kecamatan Sekupang dan Belakang Padang, Kota Batam pada 2003......................... 61

iii

Page 13: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

22. Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air laut di perairan Pulau Sambu dan sekitarnya (Kec. Belakang Padang dan Kec. Sekupang) Kota Batam pada Nopember 2002......................................................................................... 62

23. Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air dari perairan pantai/laut di Kecamatan Sei Beduk-Kota Batam pada 19 Januari 2001................................................ 64

24. Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air dari perairan pantai/laut di Kecamatan Bulang, Kota Batam pada 14 Maret 2001................................................. 65

25. Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air dari perairan pantai/laut di Kecamatan Galang, Kota Batam pada 3 Mei 2003...................................................... 67

26. Rekapitulasi kondisi kualitas air laut di sekitar daerah industri dan di luar daerah industri di Kota Batam ........................................................... 68

27. Kandungan rata-rata logam berat pada dua organisme laut di Batam ...... 69 28. Penyebaran dan luasan mangrove di Kota Batam pada tahun 1996 ......... 73 29. Luasan mangrove pada masing-masing pulau di Kota Batam

tahun 2002................................................................................................. 74 30. Jenis-jenis mangrove yang ditemukan dan kerapatannya tahun 2003 ...... 78 31. Luas terumbu karang di Barelang, 1998 ................................................... 82 32. Persen penutupan biota penyusun terumbu karang di lokasi pengamatan

perairan Barelang, 1998 ............................................................................ 85 33. Kondisi karang pada kedalaman perairan 3 meter tahun 2003 ................ 87 34. Kondisi karang pada kedalaman perairan 10 meter tahun 2003 .............. 90 35. Data hasil tangkapan ikan di sekitar terumbu karang di Barelang, 1996.. 92 36. Luas padang lamun di wilayah pesisir Barelang, 2002............................. 97 37. Data hasil tangkapan ikan di sekitar padang lamun Batam, 1996............. 98 38. Daftar nama-nama pulau yang teridentifikasi berpenghuni di Kota

Batam ........................................................................................................ 99 39. Nama ikan yang tertangkap nelayan dari Kota Batam dan Kabupaten

Kepulauan Riau (Khusus Pulau Bintan) (PKSPL-IPB, 1998) .................. 102 40. Jenis-jenis ikan dan udang yang sering ditangkap oleh nelayan Kota

Batam dan memiliki nilai ekonomis tinggi ............................................... 103 41. Jumlah rumah tangga perikanan, jumlah anggota keluarga dan jumlah

penduduk Kota Batam per kecamatan....................................................... 104 42. Jumlah RTP, jumlah perikanan tangkap dan budidaya laut di Kota

Batam tahun 2003 ..................................................................................... 105 43. Jumlah armada penangkapan ikan berdasarkan Gross Ton (GT)

di Kota Batam tahun 2003 ........................................................................ 106 44. Jenis dan jumlah alat penangkapan ikan pada setiap kecamatan di Kota

Batam ........................................................................................................ 107 45. Jumlah RTP, jumlah hasil tangkapan ikan dan nilai produksinya di Kota

Batam tahun 2003 .................................................................................... 108 46. Produksi budidaya perikanan laut di Kota Batam pada tahun 2003 ......... 110 47. Pembobotan faktor internal dengan analisis SWOT ................................. 130 48. Pembobotan faktor eksternal dengan analisis SWOT............................... 131

iv

Page 14: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

49. Strategi dan komponen pembentuknya dalam analisis SWOT................. 132 50. Komponen dan bobot pembentuk strategi dalam analisis SWOT ............ 136

v

Page 15: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Kerangka pemikiran penelitian ................................................................. 7 2. Peta lokasi pengambilan sampel kualitas air laut, pengamatan mangrove

dan terumbu karang di Kota Batam .......................................................... 19 3. Peta Kota Batam dengan batas-batas administrasinya (Pemerintah Kota

Batam, 2000)............................ ................................................................. 31 4. Peta penyebaran industri di Kota Batam (Pemerintah Kota Batam,

2000)......................................... ................................................................. 35 5. Pola arus air laut di perairan Batam dan sekitarnya pada bulan

Januari - Juni (PT Bumimas Batamjaya, 2001) ........................................ 44 6. Pola arus air laut di perairan Batam dan sekitarnya pada bulan

Juli - Desember (PT Bumimas Batamjaya, 2001)..................................... 45 7. Pergerakan arus air laut di perairan Batam dan sekitarnya (Chia et al,

1988)......................................... ................................................................. 46 8. Ramalan pasang di perairan Batu Ampar pada tanggal 20 Mei (atas)

dan 11 Juni (bawah) tahun 2003 (Dishidros, 2003) ................................... 48 9. Distribusi mangrove di Pesisir Kota Batam dan sekitarnya (Ministry of

State for Environment, 2000)… ................................................................. 71 10. Distribusi terumbu karang (coral reef) di Pesisir Kota Batam dan

sekitarnya (Ministry of State for Environment, 2000) .............................. 84 11. Distribusi lamun (seagrass) di Pesisir Kota Batam dan sekitarnya

(Ministry of State for Environment, 2000) ................................................ 95 12. Daerah penangkapan ikan (fishing ground), budidaya udang (shrimp

culture), budidaya ikan (fish culture) dan budidaya rumput laut (seaweed culture) di Pesisir Kota Batam dan sekitarnya (Ministry of State for Environment, 2000)................. ................................................................. 101

vi

Page 16: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Kualitas air laut dari dekat dasar perairan bagian utara wilayah Kota

Batam pada April 1998 ............................................................................ 151 2. Kualitas air laut dari dekat dasar perairan antara Pulau Batam dan

perbatasan Singapura pada Maret 2000 ................................................... 152 3. Kualitas air laut dari permukaan perairan bagian utara wilayah Kota

Batam pada April 1998 ............................................................................ 153 4. Kualitas air laut dari permukaan perairan antara Pulau Batam dan

perbatasan Singapura pada Maret 2000 .................................................. 154 5. Kualitas air dari perairan pantai/laut di Kecamatan Nongsa, Kota

Batam pada 6 Mei 2003 ............................................................................ 155 6. Kualitas air dari perairan pantai/laut di Kecamatan Batu Ampar dan

Lubuk Baja, Kota Batam pada 2003 ......................................................... 156 7. Kualitas air laut di Pulau Sambu dan sekitarnya (Kec. Lubuk Baja

dan Kec. Batu Ampar) Kota Batam pada Nopember 2002....................... 157 8. Kualitas air dari perairan pantai/laut di Kecamatan Sekupang dan

Belakang Padang, Kota Batam pada 2003 ................................................ 158 9. Kualitas air laut di Pulau Sambu dan sekitarnya (Kec. Belakang Padang

dan Kec. Sekupang) Kota Batam pada Nopember 2002........................... 159 10. Kualitas air dari perairan pantai/laut di Kecamatan Sei Beduk, Kota

Batam pada 19 Januari 2001 .................................................................... 160 11. Kualitas air dari perairan pantai/laut di Kecamatan Bulang, Kota

Batam pada 14 Maret 2001 ....................................................................... 161 12. Kualitas air dari perairan pantai/laut di Kecamatan Galang, Kota

Batam pada 3 Mei 2003 ............................................................................ 162 13. Gambaran pembukaan lahan di Kota Batam berdasarkan citra satelit

tahun 1996-2002 (Bapedal Kota Batam, 2003) ........................................ 163 14. Contoh kegiatan pembukaan lahan dengan reklamasi pantai untuk

kepentingan pengembangan industri di Kecamatan Nongsa, Kota Batam tahun 2003 ..................................................................................... 166

15. Gambaran perusakan kawasan mangrove yang di konversi bagi peruntukkan lainnya di Kota Batam (Bapedal Kota Batam, 2003)........... 167

16. Gambaran pembuangan limbah industri ke perairan pantai di Kota Batam (Bapedal Kota Batam, 2003) ......................................................... 169

17. Gambaran pencemaran perairan pantai di Kecamatan Batu Ampar, Kota Batam (Bapedal Kota Batam, 2003)................................................. 171

vii

Page 17: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kawasan pesisir dan laut Indonesia dengan potensi sumberdaya alamnya

termasuk di dalamnya pulau-pulau kecil, memiliki peranan yang sangat penting

dalam pembangunan nasional. Demikian halnya dengan sumberdaya pesisir dan

laut di Kota Batam yang potensial untuk dikembangkan dalam rangka

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Daerah ini terdiri dari tiga pulau utama,

yaitu Pulau Batam, Pulau Rempang dan Pulau Galang atau sering disebut dengan

Barelang. Ketiga pulau tersebut mempunyai luasan yang lebih besar

dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya yang ada di Kota Batam.

Kota Batam merupakan wilayah yang sangat strategis karena terletak

berdampingan dengan negara-negara tetangga Indonesia, bahkan pada bagian

utara wilayahnya berbatasan dengan Singapura/Malaysia. Melihat pada potensi

yang ada serta letak geografis Batam yang sangat strategis, yaitu berada di Selat

Singapura yang dilalui oleh jalur pelayaran yang sangat ramai maka Pemerintah

mengembangkan daerah Batam menjadi daerah industri, yang akan mempunyai

arti penting bagi kehidupan ekonomi nasional pada umumnya. Kawasan ini

menjadi sangat penting menjelang diberlakukannya Kawasan Perdagangan Bebas

(Free Trade Zone) dan Pelabuhan Bebas Batam.

Melalui Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1973 yang kemudian

dirubah dengan Keputusan Presiden Nomor 113 Tahun 2000, Pemerintah

Republik Indonesia menetapkan seluruh wilayah Pulau Batam dikembangkan

menjadi kawasan pengembangan industri dibawah suatu lembaga otorita, yaitu

Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau (OPDIP) Batam atau Otorita Batam.

Sejak Pulau Batam dan beberapa pulau di sekitarnya dikembangkan

menjadi daerah industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata serta dengan

terbentuknya Kotamadya Batam berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34

tahun 1983 yang kemudian menjadi Kota Batam sesuai Undang-undang Nomor

53 tahun 1999, laju pertumbuhan penduduk terus mengalami peningkatan. Laju

pertumbuhan penduduk dari hasil sensus penduduk rata-rata per tahunnya selama

Page 18: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

2

periode 1990-2000 sebesar 12,87%. Penduduk Kota Batam jumlahnya terus

meningkat, terutama dengan datangnya orang-orang dari daerah lain di Indonesia

maupun dari negara lain ke daerah ini dan pada tahun 2003 penduduk Kota Batam

tercatat 562 661 jiwa. Sejalan itu pula dari tahun 1999-2003 sektor industri besar

(dengan tenaga kerja 100 orang atau lebih) terus mengalami peningkatan, yaitu

pada tahun 1999 tercatat jumlah industri besar 108 buah dan pada tahun 2003

bertambah menjadi 138 buah. Hal ini membuktikan bahwa Batam mempunyai

daya tarik tersendiri bagai para investor untuk melakukan investasi serta bagi para

pendatang yang ingin mendapatkan lapangan pekerjaan di daerah ini.

Pada sisi lain, berbagai kegiatan industri dan pengembangannya yang

dilakukan di Kota Batam diperkirakan akan menimbulkan dampak terjadinya

degradasi sumberdaya pesisir dan laut. Kondisi kerusakan lingkungan

diperkirakan semakin parah dengan dipicu oleh semakin meningkatnya kebutuhan

masyarakat sejalan dengan tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, kemiskinan,

kurangnya alternatif usaha, adanya perusahaan-perusahaan yang pada umumnya

hanya mengedepankan keuntungan ekonomi untuk kepentingan jangka pendek

tanpa memperdulikan dampak negatif yang timbul terhadap lingkungan,

terjadinyaa konflik pemanfaatan ruang sebagai akibat adanya berbagai

kepentingan serta masih belum tumbuhnya kesadaran untuk mewujudkan dan

menjaga kualitas lingkungan yang baik dalam hubungannya dengan

pengembangan suatu wilayah, khususnya dalam upaya mewujudkan pertumbuhan

ekonomi wilayah yang tinggi.

Pengembangan suatu wilayah untuk kepentingan industri seperti Kota

Batam bila dilakukan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi semata tanpa

memperdulikan aspek lingkungan hidup maka akan menimbulkan dampak negatif

berupa turunnya kualitas lingkungan, khususnya lingkungan pesisir dan laut.

Kondisi lingkungan akan menjadi semakin parah dengan adanya anggapan bahwa

perairan pesisir dan laut sebagai tempat pembuangan limbah yang mudah dan

murah (bahkan tidak dikenakan biaya) sehingga akan menimbulkan semakin

buruknya kualitas perairan sebagai akibat terjadinya pencemaran perairan pesisir

dan laut yang semakin meningkat. Akan sangat berbahaya apabila kondisi ini

Page 19: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

3

tidak segera diantisipasi mengingat Kota Batam dengan luas 1 570.35 km2

termasuk dalam kriteria pulau kecil.

Sebagai kawasan yang termasuk dalam kriteria pulau kecil, Kota Batam

tentunya memiliki banyak keterbatasan yang harus diperhatikan oleh segenap

stakeholder dalam melakukan pemanfaatan wilayah tersebut. Menurut Bengen et

al (2002), yang dimaksud dengan pulau kecil adalah pulau yang mempunyai luas

area kurang dari atau sama dengan 2 000 km2 atau lebarnya kurang dari 10 km.

Pulau kecil memiliki karakteristik biogeofisik yang menonjol, di antaranya

sumberdaya air tawar yang terbatas dengan daerah tangkapan airnya relatif kecil serta peka

dan rentan terhadap pengaruh eksternal baik alami maupun akibat kegiatan

manusia, misalnya badai dan gelombang besar, serta pencemaran (Griffith dan

Inniss, 1992; United Nations, 1994 dalam Bengen et al, 2002).

Pulau-pulau kecil merupakan kasus khusus pembangunan, karena

memiliki ciri khusus yang meliputi sumberdaya alam, ekonomi, dan aspek sosial

budaya yang spesifik. Pulau-pulau kecil mempunyai potensi untuk dikembangkan

dengan mengindahkan kaidah-kaidah pembangunan yang berkelanjutan baik

secara ekologi maupun secara ekonomi (Hein, 1990 dalam Bengen et al, 2002).

Sehubungan dengan itu maka manajemen lingkungan merupakan prasyarat

pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan manajemen

pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang sinergi dengan manajemen

lingkungan (Bengen et al, 2002).

Perumusan Masalah

Dengan dijadikannya Pulau Batam dan beberapa pulau di sekitarnya

menjadi daerah industri ternyata menimbulkan dampak negatif berupa

menurunnya kualitas lingkungan, baik yang terjadi di daratan maupun di kawasan

pesisir dan laut. Khusus penurun kualitas lingkungan di kawasan pesisir dan laut

di Kota Batam terjadi karena degradasi lingkungan pesisir dan laut. Menurut

Bapedal (2003), terjadinya degradasi lingkungan pesisir dan laut karena hal-hal

berikut:

Page 20: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

4

a. Adanya pembukaan lahan (land clearing) yang tak terkendali di wilayah

daratan, dimana tercatat sekitar 2 731.60 hektar kawasan hutan lindung dan

hutan wisata dikonversi dan beralih fungsi serta adanya reklamasi pantai yang

dilakukan secara terus-menerus untuk pengembangan Sektor Industri dan

sektor-sektor pendukung lainnya dapat memberikan kontribusi terhadap

peningkatan partikel sedimen di perairan pantai apabila terkena aliran air

hujan. Hal ini akan dapat mengganggu proses fotosintesis dan menutupi

padang lamun dan karang hidup serta mengakibatkan turunnya produktivitas

perikanan pantai.

b. Adanya perusakan hutan mangrove yang dikonversi bagi peruntukkan

lainnya.

c. Dari sekitar 575 perusahaan industri, pariwisata dan sebagainya yang ada di

Batam memberikan kontribusi terhadap pencemaran lingkungan yang cukup

tinggi, apalagi baru sekitar 139 perusahaan yang melakukan kegiatannya

dilengkapi dengan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL)/Upaya Pengengelolaan Lingkungan maupun Upaya Pemantauan

Lingkungan.

d. Terindikasi baru sekitar 25% industri yang melakukan pengelolaan

lingkungan hidupnya dengan baik.

e. Dari sekitar 24 kawasan industri, baru sekitar 4 kawasan industri yang

dilengkapi studi AMDAL dan hanya satu kawasan industri yang memiliki

Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) sehingga rawan terhadap terjadinya

pencemaran.

f. Masih banyak ditemui pembuangan limbah cair dari industri langsung ke

perairan pantai atau media lingkungan lainnya tanpa melalui proses

pengelolaan limbah terlebih dahulu.

g. Adanya perusakan terumbu karang untuk dijadikan bahan bangunan dan

penangkapan ikan karang dengan bahan peledak.

Hal lain yang dapat mengancam kelestarian sumberdaya pesisir dan laut

adalah adanya orientasi jangka pendek dari kalangan industri yang hanya

mengejar keuntungan dari aspek ekonomi semata tanpa memperdulikan aspek

lingkungan hidup. Di samping itu juga, kemungkinan adanya penyebaran

Page 21: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

5

polutan dari negara-negara sekitarnya (terutama dari Singapura dan Malaysia)

yang disebabkan oleh pergerakan arus air laut turut andil terhadap terjadinya

degradasi lingkunga perairan pesisir dan laut Kota Batam.

Pengembangan industri di Kota Batam hendaknya harus disertai adanya

prinsip kehati-hatian dan pengambilan keputusan yang bijaksana dengan perhatian

yang serius aspek lingkungan hidup, khususnya lingkungan perairan pesisir. Hal

ini karena telah banyak kasus pencemaran lingkungan terjadi di daerah lain yang

disebabkan oleh pengembangan dan aktivitas industri, yang membuang limbahnya

dengan tidak mengikuti peraturan yang telah ditentukan. Dampak yang lebih

serius dan ekstrem dapat terjadi bila kegiatan industri dikembangkan di pulau-

pulau kecil seperti di Kota Batam, hal ini karena pulau-pulau kecil memiliki

tingkat kerentanan yang sangat tinggi terhadap perubahan lingkungan. Dampak

dari perubahan lingkungan berupa turunnya kualitas lingkungan khususnya

kualitas perairan pantai/pesisir sebagai akibat dipacunya kawasan pertumbuhan

industri akan menimbulkan terjadinya degradasi lingkungan yang dapat

mengancam kelestarian sumberdaya alam yang ada di kawasan tersebut.

Beberapa permasalahan lingkungan hidup yang terjadi di Pulau Batam dan

pulau-pulau di sekitarnya sebagai dampak dari pengembangan industri yang juga

memberikan kontribusi terhadap terjadinya degradasi lingkungan pesisir dan laut

diantaranya disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

a. Masih rendahnya kesadaran dan kepedulian masyarakat industri dalam

menjaga kualitas lingkungan dengan mengikuti dan melaksanakan peraturan

yang telah ditentukan.

b. Adanya konflik kepentingan antara Otorita Pengembangan Daerah Industri

Pulau Batam dengan Pemerintah Kota Batam. Munculnya dualisme

kekuasaan pemerintahan di daerah ini menyebabkan ketidak-jelasan institusi

mana yang bertanggung-jawab dalam melakukan pengendalian pencemaran

dan kerusakan lingkungan hidup di kawasan tersebut, termasuk menyangkut

pengawasan dan pembinaan. Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau

Batam menganggap sebagai lembaga yang memiliki otoritas dan secara

historis merasa sebagai institusi yang telah merintis Pulau Batam menjadi

kawasan industri. Pada sisi lain, dalam era otonomi daeah seperti saat ini,

Page 22: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

6

Pemerintah Kota Batam merasa yang bertanggung jawab terhadap

kewenangan yang ada di Pulau Batam sekalipun daerah ini telah dijadikan

kawasan otorita.

Apabila hal-hal tersebut tidak segera ditanggulangi maka permasalahan

lingkungan hidup di Kota Batam akan terus meningkat, khususnya yang berkaitan

dengan terjadinya degradasi kualitas perairan pesisir dan laut sebagai dampak dari

pengembangan industri. Dampak negatif terhadap lingkungan hidup yang

ditimbulkan oleh industri-industri di Kota Batam bukan hanya bersifat lokal atau

nasional, tetapi juga akan berdampak secara regional atau lintas negara mengingat

letak Kota Batam berbatasan dengan negara-negara tetangga khususnya Singapura

atau Malaysia. Berdasarkan pergerakan arus laut secara regional, penurunan

kualitas perairan yang terjadi di Kota Batam akan berdampak lebih luas yang

diperkirakan dapat mempengaruhi kondisi perairan Laut Cina Selatan. Padahal

secara regional banyak negara-negara berkepentingan terhadap kondisi perairan

tersebut khususnya negara-negara yang terletak atau berbatasan langsung dengan

perairan Laut Cina Selatan, seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina,

Vietnam, Thailand, Kamboja dan Cina. Sehubungan dengan itu perlu segera

dicarikan beberapa alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi berbagai

permasalahan yang terjadi. Untuk itu, sebagai salah satu altenatif dalam rangka

mengatasi berbagai permasalahan penurunan kualitas lingkungan pesisir dan laut

tersebut perlu disusun strategi pengelolaan lingkungan pesisir Kota Batam.

Kerangka Pemikiran

Kebijaksanaan pemerintah dalam mengembangkan Pulau Batam dan

beberapa pulau di sekitarnya menjadi daerah industri membuat sektor industri di

Kota Batam terus tumbuh dan berkembang. Pengembangan Batam sebagai

kawasan industri selain berdampak sosial-ekonomi, juga berdampak ekologi.

Dampak sosial-ekonomi dapat dilihat dari peningkatan sektor industri yang akan

memacu pertumbuhan ekonomi khususnya di Kota Batam. Sejalan dengan itu,

terjadi penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Pada

sisi lain ternyata kegiatan industri dan pengembangannya menimbulkan dampak

Page 23: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

7

negatif terhadap lingkungan hidup di Kota Batam khususnya terhadap lingkungan

pesisir dan laut, seperti timbulnya pencemaran pantai/laut, kerusakan ekosistem

pesisir (ekosistem mangrove, padang lamun dan terumbu karang) serta turunnya

produktivitas sumberdaya hayati laut (perikanan laut). Untuk itu diperlukan

adanya strategi pengelolaan yang dapat menekan sekecil mungkin dampak negatif

yang ditimbulkan oleh kegiatan industri dan pengembangannya di Kota Batam.

Kerangka pemikiran sebagai pendekatan dari penelitian ini yang akan

melihat secara utuh dan menyeluruh (komprehensif) dari komponen-komponen

yang terkait dalam rangka untuk mendapatkan solusi terbaik, khususnya dalam

kaitannya dengan pengelolaan lingkungan pesisir di Kota Batam disajikan dalam

Gambar 1.

Batam sebagai kawasan industri

Kebijakan Pemerintah Kota Batam dan Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam

Penurunan kualitas perairan pantai

Dampak ekologi

ANALISIS

Sosial-ekonomi

Strategi pengelolaan lingkungan pesisir Kota Batam

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Page 24: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

8

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan pesisir dan

laut, mengidentifikasi isu dan permasalahan yang ada serta menyusun strategi

pengelolaan lingkungan pesisir berdasarkan pada kajian dampak dari kegiatan

industri dan pengembangannya terhadap kualitas perairan di lingkungan pesisir

Kota Batam.

Page 25: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

9

TINJAUAN PUSTAKA

Dampak Pengembangan Industri

Penurunan kualitas lingkungan pesisir dan laut di wilayah Kota Batam

seperti pencemaran perairan pantai terjadi baik karena gangguan alam maupun

sebagai akibat aktivitas manusia, seperti adanya aktivitas industri yang tidak atau

kurang memperdulikan aspek lingkungan hidup. Banyak aktivitas-aktivitas

manusia yang dilakukan di bagian atas (up stream) baik secara langsung maupun

tidak langsung berpengaruh terhadap terjadinya degradasi lingkungan yang ada di

bagian bawah (down stream), yaitu wilayah pesisir dan laut. Dalam KLH (1993)

disebutkan bahwa pncemaran yang terjadi di perairan pesisir dan laut dapat

bersumber dari limbah berbagai kegiatan manusia di darat (land-based pollution),

yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kegiatan Industri

Dalam kegiatan industri, untuk memproses bahan baku menjadi produk jadi

diperlukan air untuk berbagai keperluan. Air yang sudah tidak terpakai umumnya

tidak dibuang melalui saluran-saluran yang terpisah, akan tetapi semuanya keluar

melalui satu saluran menuju laut. Di Pulau Jawa, industri (besar dan sedang)

merupakan penyebab utama penurunan kualitas sumber daya air. Limbah industri

merupakan 50% dari beban pencemaran daerah aliran sungai yang pada akhirnya

merupakan pula beban pencemaran bagi perairan pantai.

Pencemaran karena kegiatan industri terjadi karena banyaknya industri yang

sampai saat ini belum menggunakan unit pengolahan limbah atau dalam penggunaan

unit pengolahan limbah yang telah ada kurang optimal, sehingga limbahnya masih

mengalir masuk ke sungai dan pada akhirnya ke laut.

Jenis-jenis bahan tambang yang terdapat di Indonesia dan berpotensi

menimbulkan pencemaran sebagai akibat dari penggaliannya dan pengolahannya

antara lain: minyak bumi, batu bara, besi, mangan, timah hitam, timah putih,

tembaga, air raksa, dan belerang. Penambangan minyak bumi misalnya

Page 26: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

10

menghasilkan bahan pencemar berupa residu minyak dan bahan-bahan kimia lain.

Selain itu penambangan pasir dan bahan bangunan lainnya mengakibatkan

kerusakan lingkungan fisik pada perairan pantai. Seperti kegiatan pengeboran

minyak selama 20 tahun terakhir ini terjadi 4 kali blow out.

Pertanian

Kegiatan pertanian yang dapat secara langsung menyebabkan pencemaran

adalah penggunaan berbagai macam pestisida. Sisa pestisida dapat terbawa air hujan

dan drainage sawah menuju saluran pengairan, sungai, dan akhirnya bermuara ke

laut.

Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sektor pertanian umumnya

berkisar pada kegiatan pembukaan lahan (land-clearing) dan penggunaan pupuk

serta pestisida yang tidak sesuai dengan ukuran pemakaian yang sebenarnya.

Kegiatan pembukaan lahan dapat mengakibatkan terjadinya erosi dan sedimentasi di

sungai. Begitu juga penggunaan bahan kimia dalam intensifikasi pertanian sangat

berpengaruh terhadap perubahan populasi biota perairan, yang pada ahkirnya juga

akan berpengaruh pada biota perairan laut karena adanya beberapa jenis kandungan

yang sukar terurai.

Permukiman

Besarnya jumlah penduduk, tingginya tingkat kepadatan penduduk, dan

keanekaragaman intensitas kegiatan penduduk telah memberikan kontribusi cukup

besar terhadap pencemaran lingkungan. Limbah terbesar yang berasal dari

permukiman adalah limbah rumah tangga baik padat maupun cair.

Limbah domestik dari kawasan permukiman pada saat ini merupakan salah

satu sumber pencemar air terbesar di Indonesia, yang disebabkan oleh masih sangat

terbatasnya upaya pengolahan limbah penduduk. Beban pencemaran yang berasal

dari permukiman tergantung kepada pola konsumsi penduduk yang pada akhirnya

tergantung pada tingkat penghasilan dan standar hidup. Pencemaran akibat kegiatan

Page 27: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

11

permukiman terjadi karena sampai saat ini belum ada sewage management system

bagi buangan rumah tangga.

Pencemaran yang terjadi di perairan pesisir dan laut Indonesia selain bersal

dari limbah berbagai kegiatan manusia di darat, juga disebabkan oleh pencemaran

yang bersumber dari laut. Adanya kegiatan di perairan Indonesia yang semakin

meningkat seirama dengan pembangunan nasional ditambah dengan tingkat

perkembangan kegiatan pelayaran internasional yang melewati perairan Indonesia

akan memacu terjadinya pencemaran laut. Peningkatan kegiatan ini ditambah

dengan peningkatan kegiatan pembuangan (dumping) di laut merupakan peningkatan

ancaman pencemaran terhadap lingkungan laut baik oleh akibat kegiatan-kegiatan

rutin, kesalahan-kesalahan operasional maupun karena kecelakaan.

Menurut Gesamp (1993) dalam Anna (1999) disebutkan bahwa persentase

terbesar sumber pencemar yang masuk ke laut adalah dari run off yang berasal

dari lahan bagian atas sekitar 44%, emisi pesawat terbang dari lahan atas sebesar

33%, pelayaran/perkapalan dan peristiwa tumpahan minyak sebesar 12%,

pembuangan limbah ke laut sebesar 10% dan kegiatan penambangan minyak dan

gas bumi di lepas pantai sebesar 1%. Sedangkan berdasarkan laporan dari

UNDP/GEF/IMO (1988) diungkapkan bahwa sekitar 60-85% sumber pencemaran

berasal dari kegiatan manusia di daratan dan sisanya berasal dari kegiatan di laut.

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Dalam melakukan pemanfaatan wilayah di kawasan pesisir dan pulau-

pulau kecil seperti di Kota Batam yang dikembangkan menjadi kawasan industri

harus benar-benar memperhitungkan faktor-faktor pembatas yang ada. Menurut

Griffith dan Inniss, 1992; United Nations, 1994 dalam Bengen et al (2002), pulau

kecil memiliki karakteristik biogeofisik yang menonjol, yaitu:

♦ Terpisah dari habitat pulau induk (mainland island), sehingga bersifat insular.

♦ Sumberdaya air tawar yang terbatas, dimana daerah tangkapan airnya relatif kecil.

♦ Peka dan rentan terhadap pengaruh eksternal baik alami maupun akibat

kegiatan manusia, misalnya badai dan gelombang besar, serta pencemaran.

♦ Memiliki sejumlah jenis endemik yang bernilai ekologis tinggi.

Page 28: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

12

♦ Area perairan yang lebih luas dari area daratannya dan relatif terisolasi dari

daratan utamanya (benua atau pulau besar). Jika pulau tersebut berada di batas

luar suatu negara, maka keberadaan pulau tersebut mempunyai nilai yang

sangat strategis untuk penentuan teritorial suatu negara.

♦ Tidak mempunyai hinterland yang jauh dari pantai.

Mengingat rentannya ekosistem pulau dan gugus pulau kecil, pemerintah

melakukan pembatasan kegiatan yang cenderung menimbulkan dampak negatif

yang luas, baik secara ekologis maupun sosial. Pemerintah hanya mengijinkan

pengelolaan pulau-pulau kecil dengan luas kurang atau sama dengan 2 000 km2

hanya dapat digunakan untuk keperluan konservasi, budidaya laut,

kepariwisataan, usaha penangkapan dan industri perikanan secara lestari,

pertanian organik dan peternakan skala rumah tangga, industri teknologi tinggi

non-ekstraktif, pendidikan dan penelitian, industri manufaktur dan pengolahan

sepanjang tidak merusak ekosistem dan daya dukung lingkungan (Bengen et al,

2002).

Sebagai entitas yang memiliki karakteristik dan kerentanan khusus,

pengelolaan pulau kecil memerlukan format yang berbeda dengan wilayah

regional lain khususnya yang ada di daratan pulau besar (mainland) (Bengen et al,

2002).

Dalam hal pemanfaatan pulau-pulau kecil terdapat 2 pandangan yang

antagonistik. Pandangan pertama yang mewakili pihak konservasionis (deep

ecologist), pulau-pulau kecil sebagai kawasan yang harus dilindungi karena

memiliki fungsi ekologis yang penting. Menurut pihak pertama ini, hal paling

utama dari keberadaan pulau-pulau kecil adalah fungsi dan peranan ekosistem

pesisir dan lautan dari pulau-pulau kecil sebagai pengatur iklim global, siklus

hidrologi dan bio-geokimia, penyerap limbah, sumber plasma nuftah dan sistem

penunjang kehidupan lainnya. Sementara pandangan kedua mewakili pihak yang

mendukung pertumbuhan ekonomi, melihat pulau-pulau kecil sebagai kawasan

yang potensial untuk dimanfaatkan guna mendukung pertumbuhan ekonomi

kawasan, misalnya pemanfaatan pulau-pulau kecil untuk perikanan (Bengen et al,

2002).

Page 29: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

13

Terlepas dari dua pihak yang bertentangan di atas, seringkali penentuan

kebijakan pemanfaatan wilayah pulau-pulau kecil yang tidak seimbang akan

menghasilkan dua kemungkinan dampak negatif, yakni 1) tidak berkembangnya

kawasan pulau-pulau kecil akibat kebijakan yang terlalu protektif dan 2) rusaknya

kawasan pulau-pulau kecil akibat terlalu banyak area pulau-pulau kecil yang

dikonversikan menjadi lokasi usaha seperti tambak dan permukiman. Dalam hal

ini penting diambil jalan tengah dimana usaha pengembangan pulau-pulau kecil

dapat ditingkatkan, sementara keseimbangan ekologis kawasan pulau-pulau kecil

masih terjaga. Untuk itulah pengetahuan mengenai seberapa besar daya dukung

dari pulau-pulau kecil menjadi hal penting untuk diketahui sehingga konsep

kebijakan pengembangan wilayah dan ekonomi kawasan yang direncanakan,

hendaknya berdasarkan azas kelestarian alam dan daya dukung lingkungan pulau-

pulau kecil (Bengen et al, 2002).

Pendekatan arah kebijakan pengelolaan pulau-pulau kecil secara

berkelanjutan dan berbasis masyarakat sebagaimana tertuang dalam Pedoman

Umum Pengelolaan Pulau-pulau Kecil (SK Menteri Kelautan dan Perikanan

Nomor 41 Tahun 2000) mengkombinasikan tiga pendekatan, yaitu hak, ekosistem

dalam alokasi ruang wilayah pulau dan gugus pulau serta pengelolaan yang sesuai

dengan latar setempat (Bengen et al, 2002).

Pemanfaatan pulau-pulau kecil secara optimal dan lestari akan terwujud

apabila memenuhi tiga persyaratan ekologis, yaitu (1) keharmonisan spasial, (2)

kapasiatas asimilasi atau daya dukung lingkungan, dan (3) pemanfaatan potensi

sesuai daya dukungnya. Keharmonisan spasial berhubungan dengan bagaimana

menata suatu kawasan pulau-pulau kecil bagi peruntukan pembangunan

(pemanfaatan sumberdaya) berdasarkan kesesuaian (suitability) lahan (pesisir dan

laut) dan keharmonisan antar pemanfaatan. Keharmonisan spasial mensyaratkan

suatu kawasan pulau-pulau kecil tidak sepenuhnya diperuntukkan bagi zona

pemanfaatan tetapi juga harus dialokasikan untuk zona preservasi dan konservasi.

Keharmonisan spasial juga menuntut penataan dan pengelolaan pembangunan

dalam zona pemanfaatan dilakukan secara bijaksana. Artinya suatu kegiatan

pembangunan harus ditempatkan pada kawasan yang secara biofisik sesuai

dengan kebutuhan pembangunan yang dimaksud. Oleh karena itu, diperlukan

Page 30: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

14

suatu analisis kesesuaian lahan bagi setiap peruntukan pesisir dan laut pulau kecil

(Bengen et al, 2002).

Dalam konteks arahan pengelolaan pulau-pulau kecil, kegiatan

pemanfaatan pulau-pulau kecil hanya diperuntukkan bagi kegiatan berbasis

konservasi. Artinya, pemanfaatan pulau-pulau kecil untuk berbagai kegiatan yang

bersifat eksploitatif-destruktif tidak disarankan untuk dilaksanakan di pulau-pulau

kecil. Hal ini mengingat bahwa pulau-pulau kecil memiliki sejumlah kendala dan

karakteristik yang sangat berbeda dengan pengelolaan pulau-pulau besar

(daratan). Atas dasar karakteristik pulau-pulau kecil maka arahan peruntukan dan

pemanfaatan pulau-pulau kecil adalah kegiatan konservasi, kegiatan perikanan

(budidaya dan tangkap), pariwisata bahari dan pertanian (Bengen et al, 2002).

Dengan melihat pada kondisi wialayah Kota Batam yang terdiri dari

pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki kerentanan sangat besar terhadap

perubahan lingkungan maka dalam hal pemanfaatan wilayahnya perlu dilakukan

pengelolaan secara terpadu dengan memperhatikan segenap aspek terkait dari

mulai perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.

Konsep pengelolaan wilayah secara terpadu merupakan salah satu syarat

untuk mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan. Selain itu juga

terdapat kaidah-kaidah yang harus diterapkan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan

laut untuk mencapai pembagunan yang optimal dan berkelanjutan.

Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu paradigma pemanfaatan

sumberdaya alam yang dapat dijadikan konsep dasar dalam pemanfaatan

sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Dalam Costanza (1991)

disebutkan bahwa pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai

pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa

mengorbankan generasi yang akan datang untuk dapat memenuhi kebutuhannya.

Pada tingkat yang minimum, pembangunan berkelanjutan tidak boleh

membahayakan sistem alam yang mendukung semua kehidupan di muka bumi.

Secara garis besar konsep pembangunan wilayah pesisir dan laut secara

berkelanjutan menurut Bengen (2001) memiliki empat dimensi, yaitu : (1) ekologis,

(2) sosial-ekonomi-budaya, (3) sosial politik, serta (4) hukum dan kelembagaan.

Page 31: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

15

a. Dimensi ekologis

Pemanfaatan sumberdaya pesisir secara berkelanjutan berarti bagaimana

mengelola segenap kegiatan pembangunan yang terdapat di suatu wilayah yang

berhubungan dengan wilayah pesisir agar total dampaknya tidak melebihi total

kapasitas fungsionalnya. Setiap ekosistem alamiah memiliki 4 fungsi pokok bagi

kehidupan manusia, yaitu :

♦ Sebagai jasa-jasa pendukung kehidupan, mencakup berbagai hal yang

diperlukan bagi eksistensi kehidupan manusia seperti udara dan air bersih

serta ruang bagi segenap kegiatan manusia.

♦ Penyedia jasa-jasa kenyamanan, berupa suatu lokasi beserta atributnya yang

indah dan menyejukkan yang dapat dijadikan tempat berekreasi serta

pemulihan kedamaian jiwa.

♦ Penyedia sumberdaya alam, baik yang dapat dikonsumsi langsung maupun

sebagai masukan dalam proses produksi.

♦ Penerima limbah, utamanya dari kegiatan manusia hingga terdapat suatu

kondisi yang aman dan bersih.

♦ Berdasarkan keempat fungsi ekosistem di atas maka secara ekologis terdapat tiga

persyaratan yang dapat menjamin tercapainya pembangunan berkelanjutan,

yaitu: (1) keharmonisan spasial, (2) kapasitas asimilasi, dan (3) pemanfaatan

berkelanjutan.

b. Dimensi sosial ekonomi

Mensyaratkan bahwa manfaat atau keuntungan yang diperoleh dari

kegiatan penggunaan suatu wilayah pesisir serta sumberdaya alamnya harus

diprioritaskan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk terutama mereka yang

ekonomi lemah guna menjamin kelangsungan pertumbuhan ekonomi wilayah.

c. Dimensi sosial politik

Pada umumnya permasalahan lingkungan hidup bersifat eksternalitas,

artinya pihak yang menderita (mangalami kerugian) akibat pencemaran dan atau

Page 32: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

16

kerusakan lingkungan bukanlah pembuat kebijakan melainkan pihak lain serta

permasalahan tersebut biasanya muncul setelah beberapa waktu, tidak langsung

pada waktu itu. Mengingat karakteristik permasalahan tersebut maka

pembangunan berkelanjutan hanya dapat dilaksanakan dalam sistem dan suasana

politik yang demokratis dan transparan yang didukung oleh political will

pemerintah.

d. Dimensi hukum dan kelembagaan

Mensyaratkan adanya pengendalian diri dari setiap warga dunia untuk

tidak merusak lingkungan. Hal ini dapat tercapai melalui penerapan sistem

peraturan dan perundang-undangan yang berwibawa dan konsisten serta

penanaman etika pembangunan berkelanjutan pada setiap warga negara.

Salah satu syarat utama pembangunan berkelanjutan adalah dilakukan

secara terpadu, rasional dan optimal melalui perencanaan yang matang dengan

memperhatikan daya dukung lingkungan serta kesesuaian wilayah (ruang),

termasuk adanya antisipasi terhadap dampak yang mungkin terjadi.

Perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu memiliki

pengertian bahwa pengelolaan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan pesisir

dan laut dilakukan melalui penilaian secara menyeluruh (comprehensive

assessment), merencanakan tujuan dan sasaran, kemudian merencanakan serta

mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya guna mencapai pembangunan yang

optimal dan berkelanjutan. Perencanaan dan pengelolaan tersebut dilakukan secara

kontinyu dan dinamis dengan mempertimbangkan aspek sosial-ekonomi-budaya dan

aspirasi masyarakat pengguna wilayah pesisir (stakeholders) serta konflik

kepentingan dan pemanfaatan yang mungkin ada.

Untuk mengetahui langkah-langkah apa yang perlu dilakukan dalam rangka

pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu diantaranya dapat digunakan analisis

SWOT sebagai alat penyusun rencana pengelolaan. Menurut Rangkuti (2004),

analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

(Strengths) dan peluang (Opportunities), tetapi secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Analisis SWOT

Page 33: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

17

dilakukan dengan membandingkan faktor-faktor strategis eksternal yang terdiri

dari peluang dan ancaman dengan faktor-faktor strategis internal yang berupa

kekuatan dan kelemahan. Dengan analisis ini, perencanaan pengelolaan dalam

jangka panjang pun dapat disusun dengan menentukan analisis terhadap strategi-

strategi yang dipilih sehingga arah dan tujuan dapat dicapai dengan jelas dan

dengan demikian dapat segera diambil keputusan.

Page 34: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

18

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2003-Desember 2004 di wilayah

pesisir Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Gambar 2)

Lingkup Kegiatan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka mendukung penelitian

ini adalah sebagai berikut :

(a) Melakukan pengumpulan data

(b) Mengumpulkan masukan dari beberapa pakar yang berkompeten serta

stakeholder lainnya yang terkait dengan penelitian yang dilakukan;

(c) Melakukan analisis data.

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yang

dilakukan dengan cara berikut:

Data primer

Data primer diperoleh dengan melakukan penelitian langsung melalui

pengamatan pada stasiun-stasiun penelitian yang ditentukan dengan menggunakan

alat GPS (Geographic Positioning System). Pengambilan data primer dilakukan

pada lokasi dekat daerah industri dan yang lainnya dilakukan pada lokasi yang

letaknya jauh dari industri. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh kegiatan industri dan pengembangannya terhadap kualitas perairan di

lokasi-lokasi tersebut. Untuk mengetahui kualitas perairan pesisir dan laut Kota

Batam, data primer yang diambil meliputi kualitas air pantai/laut dan ekosistem

pesisir (mangrove dan terumbu karang).

Page 35: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

19

Gambar 2 Peta lokasi pengambilan sampel kualitas air laut, pengamatan mangrove dan terumbu karang di Kota Batam

Page 36: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

20

Data kualitas air pantai/laut

Data primer kualitas air pada perairan pesisir (pantai) Kota Batam

diperoleh dengan melakukan pengambilan sampel kualitas air laut pada stasiun

pengambilan yang lokasinya dekat dengan daerah industri serta stasiun yang jauh

dari industri untuk mengetahui distribusi pencemaran air laut. Sampel kualitas air

laut diambil sekali pada beberapa titik yang dianggap dapat mewakili dari lokasi

masing-masing, yaitu di sekitar daerah industri dan jauh dari industri). Beberapa

parameter kualitas air laut yang diamati merujuk pada Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup (KEPMEN LH) Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu

Air Laut, khususnya Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut (KLH, 2004a) dan

KEPMEN LH Nomor 179 Tahun 2004 tentang Ralat atas Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor: 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut

(KLH, 2004b).

Data mangrove

Data primer mengenai kondisi mangrove diperoleh melalui pengukuran

dengan menggunakan Metode Transek Garis dan Petak Contoh (Line Transect

Plot) yang dilakukan dengan membuat petak contoh. Pada masing-masing lokasi

dibuat beberapa petak contoh berupa segi-empat yang masing-masing berukuran

10 m x 10 m. Metode ini dipilih karena menurut KLH (2004c) dinyatakan

sebagai salah satu metode pengukuran yang paling mudah dilakukan, namun

memiliki tingkat akurasi dan ketelitian yang baik (akurat).

Data terumbu karang

Metode yang digunakan untuk mengetahui kondisi terumbu karang adalah

metode transek garis menyinggung (Line Intercept Transect) sepanjang 100

meter. Pada setiap lokasi dilakukan pengukuran pada kedalaman perairan laut 3

meter dan 10 meter, dengan masing-masing lokasi dibagi menjadi 3 sub-stasiun

(Ss1, Ss2 dan Ss3) yang panjangnya 30 meter dan diantara substasiun diberi

selang sepanjang 5 meter. Pemasangan transek diletakkan sejajar garis pantai

Page 37: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

21

dengan mengikuti kontur kedalaman. Transek garis diletakkan di atas koloni

karang dan dicatat panjang jenis karang yang tepat di bawah roll meter

berdasarkan bentuk pertumbuhannya (life form).

Metode transek garis ini memiliki kelebihan antara lain: akurasi data dapat

diperoleh dengan baik, kualitas data lebih baik dan lebih banyak, penyajian

struktur komunitas seperti persentase tutupan karang hidup ataupun karang mati,

ukuran koloni dan keanekaragaman jenis dapat disajikan secara lebih menyeluruh

serta dapat menyajikan secara baik data struktur komunitas biota yang berasosiasi

dengan terumbu karang.

Untuk data penunjang lainnya diperoleh baik melalui pertemuan-

pertemuan, wawancara dengan pihak-pihak terkait maupun dengan melihat secara

visual keadaan di lapangan yang dilakukan pada saat pengambilan data primer di

lokasi penelitian.

Data sekunder

Pengumpulan data sekunder diperoleh melalui beberapa literatur baik dari

jurnal, hasil penelitian, hasil survey instansi pemerintah, swasta dan lain-lain.

Data yang dikumpulkan meliputi data kualitas air laut, ekosistem pesisir

(mangrove, padang lamun dan terumbu karang), sumberdaya ikan, sosial-ekonomi

masyarakat nelayan, kelembagaan dan kebijakan serta peraturan perundang-

undangan terkait.

Analisis Data

Analisis data diperlukan untuk mengetahui bagaimana kondisi masing-

masing data dalam hubungannya dengan pengelolaan lingkungan pesisir Kota

Batam terutama terkait dengan dampak yang ditimbulkan setelah dijadikannya

Batam sebagai kawasan industri oleh Pemerintah Indonesia. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui sejauh mana perlindungan terhadap kualitas atau mutu laut di

wilayah Kota Batam. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999

tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut disebutkan bahwa

Page 38: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

22

perlindungan terhadap mutu laut didasarkan pada baku mutu air laut, kriteria baku

kerusakan laut dan status mutu laut. Status mutu laut ditetapkan berdasarkan

inventarisasi dan/atau penelitian data mutu air laut, kondisi tingkat kerusakan laut

yang mempengaruhi mutu laut (Bapedal, 2001). Analisis kondisi kualitas air laut

Analisis kondisi kualitas air laut dilakukan berdasarkan data primer dan

data sekunder. Untuk mengetahui nilai dari masing-masing parameter kualitas air

laut yang diamati, khususnya dari data primer yang diperoleh dari contoh (sample)

kualitas air yang diambil dari perairan pantai/laut Kota Batam, terlebih dahulu

dilakukan analisis di laboratorium Sucofindo Batam. Selanjutnya untuk

mengetahui kondisi kualitas air di perairan tersebut digunakan analisis kualitas

air/laut dengan metode STORET (Canter, 1977), dengan mengacu pada KEPMEN

LH Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air (KLH,

2003).

Metode STORET (Canter, 1977) seperti dijelaskan penggunaannya dalam

KEPMEN LH Nomor 115 Tahun 2003 digunakan untuk mengetahui kondisi

kualitas air di suatu perairan berdasarkan indeks kualitas air yang diperoleh dari

suatu seri data, yang berasal paling sedikit dari dua titik pengamatan atau lebih

yang mewakili perairan, atau data dari dua kali pengamatan atau lebih pada titik

yang sama di perairan. Berdasarkan data tersebut, untuk setiap parameter kualitas

air ditentukan nilai minimum, maksimum dan reratanya. Dari setiap nilai yang

diperoleh untuk setiap parameternya dibandingkan dengan baku mutu perairan,

yang dalam hal ini digunakan acuan berdasarkan KEPMEN LH Nomor: 51 Tahun

2004 tentang Baku Mutu Air Laut, khususnya Baku Mutu Air Laut untuk Biota

Laut (KLH, 2004a). Selanjutnya diberikan skor (scoring), yaitu untuk masing-

masing nilai maksimum, minimum dan rerata bila masih memenuhi baku mutu

diberi skor nol, tetapi bila tidak memenuhi baku mutu diberi skor sesuai dengan

Tabel 1.

Page 39: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

23

Tabel 1 Penentuan skor untuk tiap parameter kualitas air dengan metode STORET (Canter, 1977)

Skor untuk parameter (bila melebihi baku mutu)

Jumlah Pengamatan

Nilai

Fisika Kimia Biologi

< 10 Maksimum Minimum

Rerata

-1 -1 -3

-2 -2 -6

-3 -3 -9

≥ 10

Maksimum Minimum

Rerata

-2 -2 -6

-4 -4 -12

-6 -6 -18

Jumlah keseluruhan dari skor yang diperoleh (untuk seluruh parameter

yang diamati) akan menunjukkan tingkat kualitas air, kemudian dengan

menggunakan sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency)

diklasifikasikan tingkat kualitas air dalam empat kelas (Tabel 2).

Tabel 2 Klasifikasi tingkat kualitas air beserta kelasnya berdasarkan sistem nilai dari US-EPA.

Total skor

Tingkat Kualitas

Kelas

Keterangan

0 Baik sekali A Memenuhi baku mutu -1 sampai dengan -10 Baik B Tercemar ringan -11 sampai dengan -30 Sedang C Tercemar sedang

< -30 Buruk D Tercemar berat Sumber: KLH (2003)

Analisis kondisi ekosistem pesisir

Kondisi ekosistem pesisir dibedakan dalam 2 (dua) kategori berdasarkan

status mutunya sebagai berikut:

♦ Lingkungan laut yang memenuhi kriteria baku kerusakan laut dinyatakan

sebagai lingkungan laut yang status mutunya pada tingkatan baik.

♦ Lingkungan laut yang tidak memenuhi kriteria baku kerusakan laut dinyatakan

sebagai lingkungan laut yang status mutunya berada pada tingkatan rusak.

Page 40: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

24

Untuk mengetahui kondisi ekosistem pesisir dilakukan analisis

berdasarkan data primer dan data sekunder untuk mangrove dan terumbu karang,

sedangkan untuk padang lamun hanya dilakukan berdasarkan data sekunder

karena pada penelitian ini tidak dilakukan pengamatan langsung.

Mangrove

Status kondisi mangrove menggambarkan tingkatan kondisi mangrove

pada suatu lokasi tertentu dalam waktu tertentu yang dinilai berdasarkan kriteria

baku kerusakan mangrove, dengan menggunakan Metode Transek Garis dan

Petak Contoh (Transect Line Plot), yang merupakan metode pencuplikan contoh

populasi suatu ekosistem dengan pendekatan petak contoh yang berada pada garis

yang ditarik melewati wilayah ekosistem tersebut. Dalam penelitian ini dilakukan

pada beberapa petak contoh berupa segi-empat yang masing-masing berukuran

10 m x 10 m.

Analisis data mangrove menggunakan metode yang dijelaskan dalam

English et al (1994) dan untuk menentukan kondisi mangrove dilakukan

berdasarkan KEPMEN LH Nomor: 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan

Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove (KLH, 2004c). Kriteria Baku

Kerusakan Mangrove adalah ukuran batas perubahan fisik dan atau hayati

mangrove yang dapat ditenggang.

Kriteria Baku Kerusakan Mangrove ditetapkan berdasarkan persentase

luas tutupan dan kerapatan mangrove yang hidup, dimana kriteria ini merupakan

cara untuk menentukan status kondisi mangrove yang diklasifikasikan dalam

kategori baik (sedang-sangat padat) dan rusak (jarang) seperti disajikan dalam

Tabel 3.

Tabel 3 Kriteria baku kerusakan mangrove

Kriteria Penutupan (%)

Kerapatan (pohon/hektar)

Keterangan

Rusak Jarang < 50 < 1 000 Status mutunya berada pada tingkatan rusak

Baik Sedang ≥ 50 - < 75 ≥ 1 000 - < 1 500 Status mutunya pada Sangat padat ≥ 75 ≥ 1 500 tingkatan baik

Sumber: KLH (2004c)

Page 41: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

25

Untuk mengetahui tingkat keragaman jenis mangrove dilakukan

berdasarkan English et al (1994) seperti dalam Tabel 4.

Tabel 4 Jenis data dan tingkat keragaman jenis mangrove

Jenis data

Klasifikasi

Tingkat keragaman

Jenis/spesies mangrove < 3 jenis 4 – 7 jenis > 8 jenis

Kurang beragam Cukup beragam Sangat beragam

Sumber: English et al (1994)

Untuk kepentingan deskripsi vegetasi, menurut Kusmana (1997)

dijelaskan bahwa parameter kuantitatif vegetasi sangat penting yang umumnya

diukur dari suatu tipe komunitas tumbuhan, diantaranya adalah kerapatan

(density) dan frekuensi. Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan

dalam suatu luasan tertentu. Frekuensi adalah jumlah petak contoh dimana

ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat.

Kerapatan Jenis

Kusmana (1997) menyebutkan bahwa kerapatan jenis (density) adalah

jumlah suatu individu dalam suatu unit luasan area. Kerapatan jenis dapat ditulis

dengan rumus :

AniDi =

Keterangan Di : Kerapatan (Density) jenis i ni : Jumlah individu jenis i A : Luas area total petak contoh

Page 42: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

26

Kerapatan Relatif

Kusmana (1997) menyebutkan bahwa kerapatan relatif (relative density)

adalah perbandingan antara jumlah kerapatan suatu individu dengan total

kerapatan seluruh individu. Kerapatan relatif ditulis dengan rumus :

%100xD

DiRDi∑

=

Keterangan RDi : Kerapatan Relatif (Relative Density) jenis i Di : Jumlah kerapatan jenis i ΣD : Jumlah kerapatan untuk semua jenis

Frekuensi

Frekuensi (frequency) adalah perbandingan antara jumlah sub-petak

contoh dimana ditemukan suatu individu terhadap seluruh sub-petak contoh pada

sutau lokasi tertentu. Frekuensi ditulis dengan rumus :

=p

piFi

Keterangan Fi : Frekuensi (Frequency) pi : Jumlah sub-petak contoh dimana jenis i ditemukan. Σp : Jumlah seluruh sub-petak contoh

Frekuensi Relatif

Frekuensi relatif (relative frequency) adalah perbandingan antara frekuensi

sutau jenis (Fi) dengan jumlah frekuensi untuk semua jenis (ΣF), yang ditulis

dengan rumus :

%100xF

FiRFi∑

=

Keterangan RFi : Frekuensi relatif (Relative Frequency) jenis i Fi : Jumlah frekuensi jenis i

ΣF : Jumlah frekuensi untuk semua jenis

Page 43: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

27

Terumbu Karang

Persentase penutupan karang hidup dihitung dengan menggunakan

persamaan (UNEP,1993), yaitu :

ni = %100×Lli

Keterangan ni : Persentase penutupan karang hidup life form ke-i

li : panjang total life form karang ke-i

L : Panjang transek garis

Status kondisi terumbu karang adalah tingkatan kondisi terumbu karang

pada suatu lokasi tertentu dalam waktu tertentu yang dinilai berdasarkan kriteria

kerusakan terumbu karang dengan menggunakan persentase luas tutupan terumbu

karang yang hidup.

Untuk menentukan kondisi terumbu karang dilakukan dengan mengacu

pada KEPMEN LH Nomor: 04 Tahun 2001 tentang Kriteria Baku Kerusakan

Terumbu Karang. Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang adalah ukuran batas

perubahan sifat fisik dan atau hayati terumbu karang yang dapat ditenggang

(KLH, 2001).

Kriteria baku kerusakan terumbu karang merupakan salah satu cara untuk

menentukan status kondisi terumbu karang yang didasarkan pada penggunaan

metode Transek Garis Bentuk Pertumbuhan Karang, dalam hal ini status kondisi

terumbu karang diklasifikasikan dalam kategori baik dan rusak (Tabel 5).

Tabel 5 Kriteria baku kerusakan terumbu karang

Parameter Kriteria baku kerusakan terumbu karang (%)

Keterangan

Buruk 0 – 24.9 Rusak Sedang 25 – 49.9

Status mutunya berada pada tingkatan rusak

Baik 50 – 74.9

Persentase luas tutupan terumbu karang yang hidup

Baik Baik sekali 75 - 100

Status mutunya pada tingkatan baik

Sumber: KLH (2001)

Page 44: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

28

Padang Lamun

Untuk mengetahui status padang lamun digunakan acuan berdasarkan

KEPMEN LH Nomor: 200 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku Kerusakan dan

Pedoman Penentuan Status Padang Lamun (KLH, 2004d) (Tabel 6 dan 7).

Tabel 6 Kriteria baku kerusakan padang lamun

Tingkat kerusakan

Luas area kerusakan (%)

Tinggi ≥ 50 Sedang 30 – 49.9 Rendah ≤ 29.9

Sumber: KLH (2004d)

Tabel 7 Status padang lamun

Kondisi

Penutupan (%)

Baik Kaya/sehat ≥ 60 Kurang kaya/kurang sehat 30 – 59.9 Rusak miskin ≤ 29.9

Sumber: KLH (2004d)

Analisis untuk Menentukan Strategi Pengelolaan Lingkungan Pesisir

Analisis terhadap pengelolaan lingkungan pesisir Kota Batam dilakukan

berdasarkan pada semua hasil analisis data yang ada dan dengan

mempertimbangkan masukan-masukan dari berbagai sumber yang diperoleh

selama penelitian serta dari berbagai litertur pendukung, termasuk didalamnya

berupa hasil kajian/studi yang telah dilakukan oleh pihak-pihak lain. Selanjutnya

dari analisis tersebut ditentukan strategi-stretegi pengelolaan lingkungan pesisir

yang dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan pengelolaan lingkungan

pesisir dan laut di Kota Batam khususnya terkait dengan upaya mengurangi

sekecil mungkin dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan industri dan

pengembangannya.

Page 45: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

29

Untuk menyusun strategi-stretegi pengelolaan lingkungan pesisir

digunakan analisis SWOT. Analisis SWOT menjelaskan proses analisis kasus

berikut perumusan strategi dan formulasi rekomendasi yang dipilih. Menurut

Rangkuti (2004), analisis SWOT adalah identifikasi terhadap berbagai faktor

secara sistematis untuk merumuskan strategi yang dipilih. Analisis ini didasarkan

pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang

(Opportunities), tetapi secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weaknesses) dan ancaman (Threats). Analisis SWOT dilakukan dengan

membandingkan faktor-faktor strategis eksternal atau External Strategic Factors

Analysis Summary (EFAS), yang terdiri dari peluang dan ancaman dengan faktor-

faktor strategis internal atau Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS),

yang berupa kekuatan dan kelemahan. Analisis ini juga dapat digunakan untuk

menyusun strategi-strategi dalam jangka panjang sehingga arah dan tujuan dapat

dicapai dengan jelas dan dapat segera diambil keputusan.

Strategi-strategi pengelolaan yang dipilih sebagai rekomendasi dari

penelitian ini ditentukan dengan menggunakan matrik TOWS atau SWOT.

Menurut Rangkuti (2004), matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana

peluang dan ancaman eksternal dapat dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan

yang ada (Tabel 8).

Tabel 8 Matrik analisis SWOT

IFAS

EFAS

Kekuatan (Strengths)

Kelemahan (Weaknesses)

Peluang

(Opportunities)

Strategi Kekuatan-Peluang

(SO) Menciptakan strategi dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi Kelemahan- Peluang

(WO) Menciptakan strategi dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Ancaman (Threats)

Strategi Kekuatan- Ancaman

(ST) Menciptakan strategi dengan menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi Kelemahan- Ancaman

(WT) Menciptakan strategi dengan meminimalkan kelemahan untuk mengindari ancaman

Page 46: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

30

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Wilayah Penelitian

Letak Geografis

Kota Batam secara geografis letaknya sangat strategis karena terletak di

jalur pelayaran dunia sengga sehingga menempatkan kota ini sebagai pintu

gerbang perekonomin nasional. Dari data yang diperoleh dari Pemerintah Kota

Batam (2000) disebutkan bahwa Kota Batam terletak antara 0o55’ – 1o55’ Lintang

Utara dan 103o45’ – 104o10’ Bujur Timur dan berdasarkan Undang-undang No.

53 Tahun 1999 luas wilayah Kota Batam secara keseluruhan adalah 1 570.35 Km2

dengan batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Selat Singapura

- Sebelah Selatan : Kecamatan Senayang (Kabupaten Kepulauan Riau)

- Sebelah Timur : Kecamatan Bintan Utara dan Kecamatan Teluk Bintan

(Kabupaten Kepulauan Riau)

- Sebelah Barat : Kecamatan Moro dan Kecamatan Karimun

(Kabupaten Karimun) dan Laut Internasional.

Kota Batam merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 325 buah

pulau besar dan kecil dengan panjang pantai sekitar 1 261 Km dan luas laut

sekitar 289.300 hektar. Wilayah laut ini merupakan bagian terbesar, yaitu sekitar

74% dari wilayah Kota Batam. Dewasa ini wilayah Kota Batam terdiri dari 8

(delapan) kecamatan, yaitu Kecamatan Belakang Padang, Bulang, Galang, Sei

Beduk, Nongsa, Sekupang, Lubuk Baja dan Batu Ampar. Kedelapan kecamatan

tersebut membawahi sebanyak 35 kelurahan dan 16 desa. Selanjutnya mengenai

peta Kota Batam dengan batas-batas administrasinya disajikan dalam Gambar 3.

Page 47: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

31

Gambar 3 Peta Kota Batam dengan batas-batas administrasinya (Pemerintah Kota Batam, 2000)

Page 48: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

32

Pemerintah Kota Batam dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 34 Tahun 1983 dan diresmikan pada tanggal 24 Desember 1983 yang

bersifat Administratif. Dengan berlakunya Undang-undang Nomor: 53 Tahun

1999 maka Kotamadya Administratif Batam berubah menjadi Kota Batam. Selain

itu, di Batam terdapat juga institusi pemerintah pusat yang mengelola khusus

daerah tersebut, yaitu Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam.

Penduduk

Penyebaran penduduk Kota Batam pada tahun 2003 terkonsentrasi pada 3

(tiga) wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Sei Beduk, Batu Ampar dan Sekupang

(Tabel 9). Ketiga wilayah kecamatan ini memiliki jumlah penduduk lebih banyak

dibandingkan dengan 5 (lima) wilayah kecamatan lainnya di Kota Batam. Jumlah

penduduk paling banyak jumlahnya terdapat di Kecamatan Sei Beduk, yaitu

126 979 jiwa, sedangkan yang paling sedikit, yaitu 8 693 jiwa terdapat di

Kecamatan Bulang. Apabila dilihat dari perbandingan antara jumlah Rumah

Tangga Perikanan (RTP) dan anggota keluarganya (34 426 jiwa) dengan jumlah

keseluruhan penduduk Kota Batam (562 601 jiwa) pada tahun 2003 adalah

sebesar 6.1%.

Tabel 9 Jumlah penduduk Kota Batam tahun 2003 menurut kecamatan

Kecamatan WNI WNA Jumlah 1. Belakang Padang 19 737 4 19 741 2. Bulang 8 693 - 8 693 3. Galang 13 917 12 13 929 4. Sei Beduk 124 262 2 714 126 976 5. Nongsa 85 606 84 85 690 6. Sekupang 116 242 199 116 441 7. Lubuk Baja 66 200 475 66 675 8. Batu Ampar 124 219 297 124 516 Total 558 876 3 785 562 661 Sumber: Bappeda Kota Batam (2004)

Page 49: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

33

Berdasarkan data jumlah penduduk Kota Batam dari 1993-Juni 2004

terlihat bahwa pertumbuhan jumlah penduduk tertinggi terjadi pada tahun 1996

sebesar 20.92%, sedangkan pertumbuhan jumlah penduduk terkecil terjadi pada

tahun 2003, yaitu 2.26% dan sampai Juni 2004 pertumbuhan penduduk sebesar

3.54% (Tabel 10).

Industri

Berdasarkan Keppres No 41 Tahun 1973, seluruh Pulau Batam ditetapkan

sebagai daerah industri. Kemudian disusul dengan Keppres No. 41 tahun 1978

yang menetapkan bahwa seluruh pulau Batam dan beberapa pulau di sekitarnya

dinyatakan sebagai kawasan berikat (bonded area). Keputusan ini dikeluarkan

dengan maksud agar dapat mendorong pengembangan ekspor yang berorientasi

pada bidang perindustrian dan untuk memberikan kemudahan impor bahan-bahan

yang dibutuhkan oleh pabrik yang ada di Batam. Hal ini akan memacu

berkembangnya industri di daerah ini. Gambar 4 menunjukkan penyebaran

industri di Kota Batam berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam

2001-2011 yang kemudian pada tahun 2004 direvisi melalui Peraturan Daerah

(Perda) Kota Batam Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kota Batam Tahun 2004-2014.

Page 50: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

34

Tabel 10 Pertumbuhan jumlah penduduk Kota Batam dari tahun 1993-2004

WNI WNA TOTAL Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah Pertumbuhan

(%) 1993 80 910 65 161 146 071 527 107 634 146 705 1994 88 927 74 210 163 137 638 127 765 163 902 10.49 1995 99 777 95 547 195 324 641 115 756 196 080 16.41 1996 122 988 124 126 247 114 697 147 844 247 958 20.92 1997 126 693 127 609 254 302 717 160 877 255 179 2.83 1998 153 895 139 313 293 208 405 87 492 293 700 13.12 1999 159 104 176 520 335 624 962 371 1 333 336 957 12.84 2000 209 120 226 714 435 834 1 205 319 1 524 437 358 22.96 2001 241 667 281 509 523 176 2 517 1 458 3 975 527 151 17.03 2002 254 193 290 794 544 987 3 079 1 885 4 964 549 951 4.15 2003 266 235 292 641 558 876 2 196 1 589 3 785 562 661 2.26

Juni 2004 275 043 304 417 579 460 2 268 1 607 3 875 583 335 3.54 Sumber: Bappeda Kota Batam (2002, 2003 dan 2004)

Page 51: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

35

Gambar 4 Peta penyebaran industri di Kota Batam (Pemerintah Kota Batam, 2000)

Page 52: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

36

Tabel 11 menggambarkan luas kawasan industri sesuai Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Batam yang diperoleh dari Kantor Pertanahan Kota Batam

tahun 2003 adalah sebagai berikut:

Tabel 11 Luas kawasan industri sesuai RTRW Kota Batam

No. Letak Lokasi Luas (Hektar)

1. Kecamatan Batu Ampar 448

2. Kecamatan Lubuk Baja 32

3. Kecamatan Nongsa (Batam Center ) 496

4. Kecamatan Nongsa ( Kabil ) 1 464

5. Kecamatan Sekupang ( Sekupang ) 256

6. Kecamatan Sekupang (Tanjung Uncang ) 1 184

7. Kecamatan Sekupang ( Panbil ) 296

8. Kecamatan Sei Beduk ( Muka Kuning ) 464

9. Kecamatan Sei Beduk ( Sagulung ) 1 440

10. Kecamatan Sei Beduk ( Batu Aji ) 288

11. Kecamatan Galang ( P. Rempang, P. Kera ) 608

12. Kecamatan Galang ( Tanjung Kerapa ) 1 208

13. Kecamatan Galang ( Tanjung Semandur ) 304

14. Kecamatan Galang ( P. Sembur ) 80

Jumlah 8 568

Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah dalam mengembangkan Pulau

Batam menjadi daerah industri, dari tahun 1999-2003 terlihat bahwa sektor

industri besar (dengan tenaga kerja 100 orang atau lebih) mengalami peningkatan

(Tabel 12). Pada pada tahun 1999 tercatat 108 industri dan selanjutnya terus

meningkat hingga pada tahun 2003 terdapat 138 industri. Sedangkan pada

industri sedang (dengan tenaga kerja antara 20-99 orang) mengalami sedikit

penurunan antara tahun 199-2002 dan kemudian naik menjadi 75 industri pada

tahun 2003.

Page 53: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

37

Tabel 12 Banyaknya perusahaan Sektor Industri pengolahan menurut golongannya

Kecamatan Perusahaan besar Perusahaan sedang Th. 1999 Th. 2000 Th. 2001 Th. 2002 Th. 2003 Th. 1999 Th. 2000 Th. 2001 Th. 2002 Th. 2003

1. Belakang Padang - - - - - - - - - -2. Bulang - - - - - - - - - -3. Galang - - - - - - - - - -4. Sei Beduk 60 71 64 70 61 15 17 14 17 10 5. Nongsa 14 14 16 15 21 12 13 11 13 21 6. Sekupang 15 6 15 14 21 6 4 7 7 16 7. Lubuk Baja 1 2 3 2 3 3 2 1 1 2 8. Batu Ampar 18 19 20 20 32 14 14 13 11 26 Total 108 112 118 121 138 50 50 46 49 75

Sumber: Bappeda Kota Batam (2001, 2002, 2003 dan 2004)

Page 54: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

38

Seiring dengan perkembangan industri tersebut maka investasi di Kota

Batam pun mengalami peningkatan. Otorita Pengembangan Daerah Industri

Pulau Batam (2001) menyebutkan bahwa dari tahun 1990-2001 terjadi

peningkatan investasi yang cukup signifikan di daerah ini. Pada tahun 1990

tercatat investasi pemerintah sebesar US$ 573 000 000.00, investasi swasta

domestik sebesar US$ 1 515 000 000.00 serta investasi swasta asing

US$ 684 000 000.00 Sedangkan pada tahun 2001, investasi pemerintah tercatat

sebesar US$ 2 100 000.00, investasi swasta domestik US$ 3 300 000.00 dan

investasi swasta asing US$ 3 400 000.00, artinya bahwa pada tahun 2001 ini

terdapat 23.86% investasi pemerintah dan 37.50% investasi swasta domestik serta

investasi swasta asing sebesar 38.64%.

Jenis-jenis perusahaan pada Sektor Industri di Kota Batam pada tahun

2002 menurut Disperindag Kota Batam (2002) adalah sebagai berikut:

a. Kecamatan Nongsa: jenis industri yang terdapat di kecamatan ini terdiri dari

perusahaan elektronika, plastik dan barang dari plastik, barang dari logam,

garmen dan tekstil, bahan kimia, kertas dan barang dari kertas, pengolahan

kayu, pengolahan tanah liat dan pasir, pengolahan barang dari karet,

pengolahan sampah menjadi pupuk bio, bengkel dan jasa pendukung, alat

angkat dan jasa perbaikan, jasa industri dan rekayasa industri, makanan dan

minuman;

b. Kecamatan Batu Ampar: jenis industri yang terdapat di kecamatan ini terdiri

dari perusahaan elektronika, plastik dan barang dari plastik, barang dari

logam, garmen dan tekstil, bahan kimia, kertas dan barang dari kertas,

pengolahan kayu, alat angkat dan jasa perbaikan, jasa industri dan rekayasa

industri, makanan, minuman, furniture, percetakan, penerbitan dan periklanan;

c. Kecamatan Lubuk Baja: jenis industri yang terdapat di kecamatan ini terdiri

dari perusahaan elektronika, plastik dan barang dari plastik, barang dari

logam, garmen dan tekstil, kertas dan barang dari kertas, gelas dan barang dari

gelas, pengolahan kayu, pengolahan tanah liat dan pasir, alat angkat dan jasa

perbaikan, makanan, minuman, furniture, percetakan dan penerbitan;

Page 55: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

39

d. Kecamatan Sekupang: jenis industri yang terdapat di kecamatan ini terdiri dari

perusahaan elektronika, barang dari logam, garmen dan tekstil, bahan kimia,

kertas dan barang dari kertas, galangan kapal, pengolahan kayu, pengolahan

tanah liat dan pasir, alat angkat dan jasa perbaikan, jasa industri dan rekayasa

industri, makanan, minuman dan penerbitan;

e. Kecamatan Sei Beduk: jenis industri yang terdapat di kecamatan ini terdiri

dari perusahaan elektronika, plastik dan barang dari plastik, barang dari

logam, kertas dan barang dari kertas, pengolahan kayu, pengolahan tanah liat

dan pasir, pengolahan barang dari karet, alat angkat dan jasa perbaikan, jasa

industri dan rekayasa industri, makanan dan minuman.

Perkembangan yang pesat di bidang ekonomi dan perindustrian membawa

Batam menjadi kota yang berbasis industri. Kemudahan akses yang didukung oleh

letak geografis menjadikan daerah ini banyak diminati para investor, salah satunya

akses transportasi laut, baik untuk kepentingan transportasi masyarakat dan

perdagangan domestik maupun ke negara lain. Daerah ini memiliki posisi

strategis karena berada di lokasi terdepan batas internasional dalam hal ini di Selat

Singapura serta terletak pada jalur pelayaran bebas yang kebetulan merupakan

salah satu alur pelayaran kapal paling ramai di dunia.

Besarnya angka pertambahan penduduk di Kota Batam adalah erat

kaitannya dengan dijadikannya Batam sebagai kawasan industri. Pertumbuhan

industri yang sangat pesat, selain dapat mendatangkan devisa juga membuat

banyak orang berdatangan ke wilayah ini, khususnya untuk mencari pekerjaan.

Hal ini menimbulkan urbanisasi, yang selanjutnya karena di sana sini timbul

perumahan kumuh sebagai akibat kurang siapnya penataan dan pengelolaan

lingkungan. Dampak lain yang timbul dari pengembangan industri yang

dilakukan secara terus-menerus di daerah ini adalah terjadinya kerusakan

lingkungan sebagai akibat eksploitasi lahan atau kawasan bagi peruntuk\kan yang

lain serta timbulnya pencemaran lingkungan yang disebabkan diantaranya oleh

pembuangan limbah industri yang belum semuanya tertata dengan baik. Adanya

orientasi pengembangan industri di Kota Batam yang secara terus-menerus

dilakukan ternyata membawa dampak terhadap faktor ikutan yang sangat nyata,

seperti peningkatan jumlah penduduk, peningkatan penyediaan sarana dan

Page 56: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

40

prasarana penununjang (perumahan, perkantoran, pertokoan serta fasilitas lainnya)

yang dampak dari semua itu menyebabkan timbulnya kegiatan eksploitasi lahan

yang kurang memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.

Sebenarnya dalam kaitannya dengan pengembangan industri telah disusun

kriteria jenis industri yang boleh beroperasi di Kota Batam. Kriteria industri yang

berpotensi untuk dikembangkan di Kota Batam harus memenuhi ketentuan

“negative list”, yaitu industri yang tidak boleh mengambil tempat di Kota Batam

(Pemerintah Kota Batam, 2000). Disamping itu, sesuai dengan Keputusan

Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam Nomor:

045/AP-KPTS/IV/1990 yang mengatur jenis industri yang tidak dipromosikan di

Kota Batam. Berdasarkan kedua ketentuan maka jenis-jenis industri yang tidak

dianjurkan dikembangkan di Kota Batam meliputi industri-industri:padat karya,

kimia, textil serta perabotan dari rotan dan kayu. Selain jenis industri tersebut

maka industri-industri yang direkomendasikan untuk dikembangkan di Kota

Batam adalah dengan syarat-syarat :

♦ Industri ringan, sedang dan berat yang berorientasi ekspor;

♦ Menggunakan teknologi menengah sampai tinggi;

♦ Intensif (padat) modal;

♦ Menggunakan tenaga ahli;

♦ Tingkat konsumsi air sedikit;

♦ Tidak menyebabkan polusi.

Adapun jenis komoditi industri unggulan yang akan dikembangkan di

Kota Batam diantaranya didasarkan pada (Pemerintah Kota Batam, 2000):

♦ Tingginya permintaan pasar internasional;

♦ Daya saing produk tersebut di pasar internasional;

♦ Adanya keunggulan komparatif produk yang dihasilkan;

♦ Kecenderungan investor dalam menanamkan modalnya di sektor industri.

Page 57: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

41

Namun demikian, beberapa industri yang tidak dianjurkan untuk

dikembangkan di Kota Batam ternyata dijumpai di di daerah ini, seperti kimia,

tekstil serta pengolahan kayu. Hal ini memperlihatkan rendahnya pengawasan

serta adanya ketidak-konsistenan antara kebijakan yang telah dibuat dengan

pelaksanaannya di lapangan (Disperindag Kota Batam, 2002).

Adanya ketidak-konsistenan kebijakan serta pengawasan yang lemah dapat

mendorong semakin turunnya kualitas lingkungan akibat pengembangan industri

di daerah ini. Pengembangan industri berdampak terhadap meningkatnya

buangan limbah industri ke perairan pantai. Limbah yang berasal dari pabrik dan

kegiatan industri lainnya dialirkan dan dibuang semena-mena tanpa melalui sistem

pengolahan limbah yang baik. Kasus khusus terjadi di Kota Batam ini adalah

bahwa limbah industri pada umumnya dibuang langsung ke laut dan hanya

sebagian kecil yang dibuang melalui sungai kecil. Kondisi seperti ini terjadi

karaena sebagian besar industri di Kota Batam didirikan di dekat pantai sehingga

dengan alasan faktor kemudahan serta alasan biaya maka limbah-limbah industri

langsung dibuang ke perairan pantai yang ada di sekitarnya. Selain itu,

berdasarkan hasil pengamatan langsung selama penelitian bahwa di Kota Batam

tidak terdapat sungai besar dan yang ada adalah sungai-sungai kecil dan pendek

yang tidak pada setiap musim ada airnya atau hanya pada musim penghujan

sungai-sungai kecil ini dialiri air.

Pencemaran karena kegiatan industri terjadi karena banyaknya industri

yang sampai saat ini belum menggunakan unit pengolahan limbah atau dalam

penggunaan unit pengolahan limbah yang telah ada kurang optimal, sehingga

limbahnya masih mengalir ke perairan pantai dan laut yang akan berdampak

terhadap menurunnya kualitas lingkungan dan hal ini merupakan pemicu

terjadinya degradsi lingkungan pesisir di Kota Batam.

Kondisi Perairan Pesisir Kota Batam

Kota Batam terdiri dari tiga pulau utama yaitu pulau Batam, Rempang, dan

Galang (Barelang) dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Daerah ini memiliki

panjang garis pantai 473 km. Pantai di Batam berbentuk tanjung (daratan yang

menjorok ke laut) yang umumnya berupa batuan, sedangkan yang berbentuk teluk

Page 58: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

42

(bagian laut yang menjorok ke daratan) umumnya memiliki tipe pasir dan lumpur.

Pantai di bagian timur laut dan utara Pulau Batam umumnya memiliki tipe pasir

dan lumpur serta sebagian berbatu/karang.

Pesatnya kemajuan Kota Batam akhir-akhir ini ternyata membawa dampak

negatif terhadap lingkungan hidup. Hutan mangrove dirusak, bukit diratakan dan

adanya kegiatan lain yang merusak lingkungan banyak terjadi di Kota Batam. Hal

ini dilakukan untuk mendapatkan lahan bagi pengembangan industri serta

peruntukan lainnya. Wilayah pesisir Batam banyak dicemari oleh limbah atau

dampak dari pembangunan tersebut. Sebelumnya, disampaikan mengenai kondisi

hidro-oseanografi di sekitar perairan laut Kota Batam.

Arus Air Laut

Bentuk dasar laut dan garis pantai semua perairan akan berpengaruh

terhadap gerakan massa air perairan pantai. Hal ini disebabkan karena perairan

pantai umumnya dangkal sehingga peninggian dasar laut misalnya, akan

membelokkan massa air yang sedang bergerak. Demikian juga dengan garis

pantai yang juga akan membelokkan arah gerakan massa air.

Gerakan massa air akan dipengaruhi oleh garis pantai, tetapi sebaliknya

garis pantai dapat dipengaruhi oleh gerakan massa air kalau gerakan tersebut

(disertai dengan gelombang yang menghantam pantai) mengakibatkan terjadinya

erosi dan sedimen yang terpecah diangkut oleh gerakan massa air ke tempat lain.

Sistem arus di Riau Kepulauan termasuk perairan Batam, mempunyai

sistem yang kompleks sebagai hasil interaksi dari arus pasang, arus muson dan

faktor lokal, seperti perairan yang dangkal dan pengaruh tipologi pesisir dari

pulau-pulau (Zieren et al., 1996). Posisi geografi dipengaruhi pada perambatan

pasang dari Samudera Hindia melalui Selat Malaka dan dari Samudera Pasifik

melalui Laut Cina Selatan.

Arus utama perairan Batam dipengaruhi dan mengikuti pola arus Laut

Cina Selatan secara umum. Pola arus di Laut Cina Selatan sangat tergantung dari

angin Muson. Secara garis besar terdapat dua angin Muson di perairan ini, yaitu

angin Muson Barat Laut dan angin Muson Tenggara. Pada bulan Februari bertiup

puncak angin Muson Barat Laut yang menyebabkan arus bergerak meninggalkan

Page 59: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

43

Laut Cina Selatan menuju Laut Jawa. Pada bulan Agustus terjadi sebaliknya,

yaitu bertiup angin Muson Tenggara yang menyebabkan arus yang bergerak dari

perairan Laut Jawa menuju perairan Laut Cina Selatan. Namun di perairan

Batam, yang dekat dengan daratan, pola arus tidak sejelas arus di Laut Cina

Selatan. Karena adanya pulau-pulau dan daratan semenanjung Malaysia, pada

saat angin Muson Barat Laut bertiup, perairan Batam relatif tenang karena

terlindung oleh semenanjung. Sebaliknya pada saat bertiup angin Muson

Tenggara, perairan Batam akan menjadi lebih kasar (Gambar 5, 6, dan 7).

Meskipun demikian, karena banyaknya pantai dari pulau-pulau yang

terdapat di perairan Batam, pola arus di perairan ini tidak sesederhana seperti pola

arus di Laut Cina Selatan. Hal ini disebabkan karena seperti yang telah

disebutkan, arus tersebut dipengaruhi oleh garis pantai (Tabel 13).

Tabel 13 Kecepatan dan arah arus di perairan Batam

No. Bulan Kecepatan (cm/detik) Arah 1 Januari 15 Barat Laut 2 Februari 31 Barat Laut 3 Maret 20 Barat laut 4 April 28 Barat Laut 5 Mei 28 Barat laut 6 Juni 23 Tenggara 7 Juli 12 Tenggara 8 Agustus 8 Tenggara 9 September 21 Barat Laut 10 Oktober 12 Barat Laut 11 November 15 Barat Laut 12 Desember 41 Barat Laut

Sumber: PT Bumimas Batamjaya (2001)

Page 60: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

44

Januari Februari

Maret April

Mei Juni

Gambar 5 Pola arus air laut di perairan Batam dan sekitarnya pada bulan Januari - Juni (PT Bumimas Batamjaya, 2001)

Page 61: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

45

Nopember Desember

Juli Agustus

September Oktober

Gambar 6 Pola arus air laut di perairan Batam dan sekitarnya pada bulan Juli - Desember (PT Bumimas Batamjaya, 2001)

Page 62: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

46

Gambar 7 Pergerakan arus air laut di perairan Batam dan sekitarnya (Chia et al, 1988)

Page 63: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

47

Gelombang Air Laut

Gelombang laut timbul terutama akibat adanya gangguan air dari luar

terhadap suatu perairan. Gelombang laut sangat besar artinya bagi kegiatan

manusia baik di laut maupun di daerah pantai. Gelombang ini antara lain dapat

merusak pantai kalau energinya yang dibangun di laut dihempaskan di daerah

pantai, terutama untuk daerah terbuka atau tidak ditumbuhi vegetasi.

Pasang Air Laut

Pasang atau pasang-surut adalah suatu fenomena gerakan permukaan laut

ke bawah dan ke atas secara berkala. Pasang merupakan suatu gelombang yang

frekuensinya rendah, pada umumnya lebih kecil dari dua kali sehari. Gerakan

pasang ini ditimbulkan oleh adanya gaya tarik dari benda-benda angkasa seperti

matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Gerakan ini juga dipengaruhi

oleh rotasi bumi sendiri serta letak pulau dan benua.

Pasang di perairan Batam bersifat campuran cenderung semi diurnal,

artinya secara garis besar terdapat dua kali pasang naik dan dua kali pasang surut

dalam 24 jam. Namun dua pasang tersebut tidak sama besarnya, yang satu lebih

besar, biasa disebut pasang induk, dan lainnya biasa disebut pasang anak. Hal ini

sesuai dengan hasil kajian PKSPL-IPB (2001) yang mencatat bahwa tipe pasang

surut air laut (pasut) di Batu Ampar Kota Batam adalah campuran, dominasi

ganda dengan kisaran pasut 0.6 - 2.8 meter. Gambar 8 menunjukkan contoh

pasang di perairan Batu Ampar pada tanggal 20 Mei dan 11 Juni 2003 menurut

ramalan yang dikeluarkan oleh Dinas Hidro-Oseanografi-TNI Angkatan Laut

(Dishidros, 2003).

Selain gerakan vertikal naik turunnya permukaan laut, pasang juga

melakukan gerakan horizontal yang mengakibatkan terjadinya arus pasang. Arus

pasang ini bergerak ke arah pantai pada pasang naik dan menjauhi pantai pada

pasang surut. Kisaran pasang (jarak permukaan laut antara pasang naik dan

pasang surut) mencapai lebih dari 2.5 meter pada tanggal 20 Mei 2003. Kisaran

pasang ini merupakan sumber energi potensial yang dapat dimanfaatkan untuk

kegiatan yang memerlukan tenaga pasang.

Page 64: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

48

0

5

10

15

20

25

30

0 5 10 15 20 25 30

Jam

Ting

gi P

asan

g (d

m)

0

5

10

15

20

25

30

0 5 10 15 20 25 30

Jam

Ting

gi P

asan

g (d

m)

Gambar 8 Ramalan pasang di perairan Batu Ampar pada tanggal 20 Mei (atas) dan 11 Juni (bawah) tahun 2003 (Dishidros, 2003)

Page 65: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

49

Kualitas Perairan Pesisir

Perairan Kota Batam merupakan perairan terbuka dan berada di sekitar

perairan Laut Cina Selatan, Selat Singapura dan Selat Malaka sehingga kondisi

perairan Kota Batam dipengaruhi pula oleh kualitas dari perairan-perairan yang

ada di sekitarnya. Selain itu, kualitas air di daerah ini dipengaruhi oleh limbah

yang berasal dari kegitan manusia yang ada di Kota Batam sendiri. Aktivitas

manusia di Kota Batam meliputi pertanian, industri dan kegiatan domestik

Aktivitas-aktivitas tersebut menghasilkan limbah yang pada umumnya dibuang ke

sungai atau saluran air dan akhirnya akan bermuara ke wilayah pesisir.

Untuk mengetahui kondisi kualitas air di perairan pantai/laut Kota Batam

selain berdasarkan data primer yang diperoleh melalui pengambilan contoh

(sample) langsung di lokasi penelitian, juga dilakukan dengan menganalisis dari

sejumlah data sekunder tentang kualitas air pantai/laut Kota Batam yang diperoleh

dari beberapa sumber termasuk dari hasil studi-studi terdahulu (Lampiran 1 – 4

dan Tabel 14 – 17). Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kualitas air pada

saat yang lalu dan membandingkannya dengan data primer yang diperoleh dari

penelitian ini. Selain itu, berdasarkan data kualitas air laut yang dikumpulkan

dapat dilihat juga kondisi kualitas air laut pada beberapa wilayah pesisir Kota

Batam, termasuk di dalamnya untuk mengetahui kondisi kualitas air laut dilihat

dari distribusi secara vertikal, yaitu yang ada di bagian permukaan dan bagian

dekat dasar perairan pesisir Kota Batam.

Berdasarkan analisis terhadap data yang dikumpulkan dari studi terdahulu

yang dilakukan oleh PERTAMINA Conoco (1998) (Tabel 14), terlihat bahwa

dari hasil analisis dengan metode STORET (Canter, 1977) yang dilakukan

terhadap kualitas air laut dari dekat dasar perairan di bagian utara wilayah Kota

Batam menunjukkan kualitas perairan termasuk dalam kelas D: buruk dengan

total skor –85, yang menurut KLH (2003) kondisi seperti ini termasuk dalam

kriteria tercemar berat. Beberapa parameter yang memberikan kontribusi

terhadap buruknya kualitas air di lokasi ini adalah TSS, oksigen terlarut, NO3-N,

fenol, Hg, Cd, Pb, Cu, Zn, dan As.

Page 66: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

50

Tabel 14 Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air laut dari dekat dasar perairan bagian utara wilayah Kota Batam pada April 1998

No. Parameter Satuan Baku Nilai Skormutu *) Rerata Maksimum Minimum Rerata Maksimum Minimum Jumlah

F I S I K A1 Warna Pt.Co2 Suhu oC alami **) 30.7 31.5 30 0 0 0 03 Padatan Tersuspensi mg/l ? 20 148.4 166 136 -3 -1 -1 -54 Kekeruhan NTU < 5 0.69 1.00 0.55 0 0 0 0

K I M I A1 pH - 7 - 8,5 8.19 8.20 8.17 0 0 0 0

2 Salinitas O/oo alami ***) 32.7 34.5 28.5 0 0 0 03 Oksigen terlarut (DO) mg/l > 5 5.3 6.0 5.0 0 0 -2 -24 BOD5 mg/l < 20 6.71 7.95 5.20 0 0 0 05 COD mg/l -6 Amonia total mg/l < 0.3 0.028 0.034 0.025 0 0 0 07 NO2-N mg/l8 NO3-N mg/l < 0.008 0.047 0.076 0.020 -6 -2 -2 -109 Ortofosfat mg/l10 Minyak dan lemak mg/l < 1 Tt Tt Tt 0 0 0 011 Fenol mg/l < 0,002 0.015 0.029 0.006 -6 -2 -2 -1012 Detergen mg/l < 1 0.002 0.006 Tt 0 0 0 013 Merkuri (Hg) mg/l < 0.001 0.185 0.250 0.100 -6 -2 -2 -1014 Kadmium (Cd) mg/l < 0,001 0.055 0.090 0.037 -6 -2 -2 -1015 Timbal (Pb) mg/l < 0,008 0.047 0.086 0.026 -6 -2 -2 -1016 Tembaga (Cu) mg/l < 0,008 0.046 0.086 0.017 -6 -2 -2 -1017 Seng (Zn) mg/l < 0.05 0.083 0.166 Tt -6 -2 0 -818 Khrom (IV) (Cr6+) mg/l < 0.005 0.002 0.004 Tt 0 0 0 019 Arsen (As) mg/l < 0.012 0.198 0.244 0.155 -6 -2 -2 -1020 Selenium mg/l

TOTAL -85Sumber: PERTAMINA Conoco (1998)Keterangan:*) : Baku mutu air laut untuk biota laut (KEPMEN LH Nomor 51 Tahun 2004) ***) : diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 5% dari salinitas **) : diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 2 °C dari suhu alami alami (kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat) (kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat) Tt: Tidak terdeteksi

Page 67: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

51

Kondisi yang sama dapat dilihat dari hasil analisis terhadap data yang

dikumpulkan dari studi PGN (2000) yang dilakukan terhadap kualitas air laut dari

dekat dasar perairan antara Pulau Batam dan perbatasan Singapura seperti pada

Tabel 15. Buruknya kualitas air di lokasi tersebut yang berarti tercemar berat

disebabakan oleh adanya parameter-parameter yang tidak memenuhi baku mutu,

seperti NO3-N, fenol, Pb dan Zn dengan total skor -38.

Kondisi kualitas air laut pada bagian permukaan perairan berdasarkan

analisis yang dilakukan terhadap data dari studi PERTAMINA Conoco (1998)

seperti pada Tabel 16 menunjukkan kondisinya sangat memprihatinkan dengan

total skor –83. Hal ini menggambarkan bahwa kualitas air laut pada permukaan

perairan di bagian utara Kota Batam dalam keadaan tercemar berat, yang ditandai

dengan adanya beberapa parameter kualitas air yang tidak memenuhi baku mutu,

seperti TSS, NO3-N, fenol, Hg, Cd, Pb, Cu, Zn, dan As.

Kualitas air permukaan laut berdasarkan hasil analisis terhadap data dari

studi PGN (2000) seperti dalam Tabel 17 menunjukkan bahwa kondisi kualitas air

laut dari data tahun 2000 tidak jauh berbeda dengan yang terjadi pada tahun 1998.

Kondisi kualitas air laut pada bagian permukaan perairan antara Pulau Batam dan

perbatasan Singapura dalam keadaan tercemar berat dengan total skor -40.

Beberapa parameter yang tidak memenuhi baku mutu dan memberikan kontribusi

terhadap buruknya kualitas air laut di lokasi ini meliputi NO3-N, fenol, Pb, Cu,

dan Zn.

Secara keseluruhan, berdasarkan Tabel 14 - 17 tersebut dapat dilihat

kondisi kualitas air laut, baik yang diambil dari dekat dasar perairan laut maupun

dari bagian permukaan perairan laut yang menunjukkan kondisi yang sama, yaitu

menunjukkan tingkat kualitas air laut dalam keadaan buruk atau tercemar berat.

Hal ini menggambarkan bahwa kualitas perairan laut Kota Batam, khususnya

perairan laut di bagian utara Kota Batam dan perairan laut antara Pulau Batam dan

perbatasan Singapura dalam keadaan tercemar berat dari mulai bagian atas

(permukaan perairan laut) sampai bagian bawah (dasar perairan laut). Kondisi

seperti ini juga menunjukan terjadinya distribusi polutan secara vertikal.

Beberapa parameter kualitas air yang tidak memenuhi baku mutu dan ditemukan

pada semua lokasi pengamatan tersebut adalah Pb, Zn, NO3-N dan fenol.

Page 68: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

52

Tabel 15 Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air laut dari dekat dasar perairan antara Pulau Batam dan perbatasan Singapura pada Maret 2000

No. Parameter Satuan Baku Nilai Skormutu *) Rerata Maksimum Minimum Rerata Maksimum Minimum Jumlah

F I S I K A1 Warna Pt.Co2 Suhu oC alami **) 28.6 29 28.2 0 0 0 03 Padatan Tersuspensi mg/l ? 20 14.6 18 12 0 0 0 04 Kekeruhan NTU < 5 0.61 1.00 0.45 0 0 0 0

K I M I A1 pH - 7 - 8,5 8.0 8.1 8.0 0 0 0 0

2 Salinitas O/oo alami ***) 31.4 31.7 31.0 0 0 0 03 Oksigen terlarut (DO) mg/l > 5 6.5 7.0 5.9 0 0 0 04 BOD5 mg/l < 20 4.03 4.34 3.50 0 0 0 05 COD mg/l -6 Amonia total mg/l < 0.3 0.094 0.272 0.019 0 0 0 07 NO2-N mg/l8 NO3-N mg/l < 0.008 0.081 0.166 0.008 -6 -2 0 -89 Ortofosfat mg/l

10 Minyak dan lemak mg/l < 1 Tt Tt Tt 0 0 0 011 Fenol mg/l < 0,002 0.023 0.034 0.014 -6 -2 -2 -1012 Merkuri (Hg) mg/l < 0.001 Tt Tt Tt 0 0 0 013 Kadmium (Cd) mg/l < 0,001 Tt Tt Tt 0 0 0 014 Timbal (Pb) mg/l < 0,008 0.028 0.035 0.023 -6 -2 -2 -1015 Tembaga (Cu) mg/l < 0,008 0.004 0.008 Tt 0 0 0 016 Seng (Zn) mg/l < 0.05 4.842 5.880 4.115 -6 -2 -2 -1017 Khrom (IV) (Cr6+) mg/l < 0.005 Tt Tt Tt 0 0 0 0

TOTAL -38Sumber: PGN (2000)

eterangan:*) : Baku mutu air laut untuk biota laut (KEPMEN LH Nomor 51 Tahun 2004) ***) : diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 5% dari salinitas**) : diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 2 °C dari suhu alami alami (kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat) (kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat) Tt: Tidak terdeteksi

Page 69: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

53

Tabel 16 Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air laut dari permukaan perairan bagian utara wilayah Kota Batam pada April 1998

No. Parameter Satuan Baku Nilai Skormutu *) Rerata Maksimum Minimum Rerata Maksimum Minimum Jumlah

F I S I K A1 Warna Pt.Co2 Suhu oC alami **) 30.6 31.5 30.0 0 0 0 03 Padatan Tersuspensi mg/l ? 20 134.8 150 120 -3 -1 -1 -54 Kekeruhan NTU < 5 0.42 0.60 0.36 0 0 0 0

K I M I A1 pH - 7 - 8,5 8.19 8.30 8.14 0 0 0 0

2 Salinitas O/oo alami ***) 29.6 33.5 24.0 0 0 0 03 Oksigen terlarut (DO) mg/l > 5 7.2 7.3 7.1 0 0 0 04 BOD5 mg/l < 20 7.62 7.95 6.36 0 0 0 05 COD mg/l -6 Amonia total mg/l < 0.3 0.031 0.044 0.016 0 0 0 07 NO2-N mg/l8 NO3-N mg/l < 0.008 0.055 0.108 0.037 -6 -2 -2 -109 Ortofosfat mg/l10 Minyak dan lemak mg/l < 1 Tt Tt Tt 0 0 0 011 Fenol mg/l < 0,002 0.017 0.024 0.014 -6 -2 -2 -1012 Detergen mg/l < 1 Tt Tt Tt 0 0 0 013 Merkuri (Hg) mg/l < 0.001 0.130 0.275 0.025 -6 -2 -2 -1014 Kadmium (Cd) mg/l < 0,001 0.042 0.056 0.031 -6 -2 -2 -1015 Timbal (Pb) mg/l < 0,008 0.043 0.095 0.021 -6 -2 -2 -1016 Tembaga (Cu) mg/l < 0,008 0.090 0.129 0.034 -6 -2 -2 -1017 Seng (Zn) mg/l < 0.05 0.059 0.086 Tt -6 -2 0 -818 Khrom (IV) (Cr6+) mg/l < 0.005 0.002 0.004 Tt 0 0 0 019 Arsen (As) mg/l < 0.012 0.315 0.355 0.267 -6 -2 -2 -1020 Selenium mg/l

TOTAL -83Sumber: PERTAMINA Conoco (1998)Keterangan:*) : Baku mutu air laut untuk biota laut (KEPMEN LH Nomor 51 Tahun 2004) ***) : diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 5% dari salinitas **) : diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 2 °C dari suhu alami alami (kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat) (kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat) Tt: Tidak terdeteksi

Page 70: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

54

Tabel 17 Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air laut dari permukaan perairan antara Pulau Batam dan perbatasan Singapura pada Maret 2000

No. Parameter Satuan Baku Nilai Skormutu *) Rerata Maksimum Minimum Rerata Maksimum Minimum Jumlah

F I S I K A1 Warna Pt.Co2 Suhu oC alami **) 28.7 29.0 28.5 0 0 0 03 Padatan Tersuspensi mg/l ? 20 15.3 18 12 0 0 0 04 Kekeruhan NTU < 5 0.47 1.00 0.30 0

K I M I A1 pH - 7 - 8,5 8.08 8.15 8.00 0 0 0 0

2 Salinitas O/oo alami ***) 31.4 31.7 31.0 0 0 0 03 Oksigen terlarut (DO) mg/l > 5 6.68 7.40 6.00 0 0 0 04 BOD5 mg/l < 20 4.32 4.98 4.14 0 0 0 05 COD mg/l -6 Amonia total mg/l < 0.3 0.126 0.317 0.021 0 0 0 07 NO2-N mg/l8 NO3-N mg/l < 0.008 0.034 0.061 0.004 -6 -2 0 -89 Ortofosfat mg/l

10 Minyak dan lemak mg/l < 1 Tt Tt Tt 0 0 0 011 Fenol mg/l < 0,002 0.030 0.038 0.016 -6 -2 -2 -1012 Merkuri (Hg) mg/l < 0.001 Tt Tt Tt 0 0 0 013 Kadmium (Cd) mg/l < 0,001 Tt Tt Tt 0 0 0 014 Timbal (Pb) mg/l < 0,008 0.036 0.049 0.026 -6 -2 -2 -1015 Tembaga (Cu) mg/l < 0,008 0.007 0.012 tt 0 -2 0 -216 Seng (Zn) mg/l < 0.05 6.290 8.520 4.720 -6 -2 -2 -1017 Khrom (IV) (Cr6+) mg/l < 0.005 Tt Tt Tt 0 0 0 0

TOTAL -40Sumber: PGN (2000)

Keterangan :*) : Baku mutu air laut untuk biota laut (KEPMEN LH Nomor 51 Tahun 2004) ***) : diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 5% dari salinitas **) : diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 2 °C dari suhu alami alami (kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat) (kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat) Tt: Tidak terdeteksi

Page 71: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

55

Sementara itu, untuk mengetahui kualitas air pada saat penelitian,

dilakukan pengamatan langsung pada perairan pantai/laut Kota Batam. Dari hasil

analisis laboratorium diperoleh data kualitas air laut seperti disajikan dalam

Lampiran 5 - 12 serta hasil analisis dengan metode STORET dari data tersebut

disajikan dalam Tabel 18 – 25, yang diuraikan secara lengkap pada sub-bab

berikut.

Kualitas air di perairan pantai/laut Kecamatan Nongsa

Kualitas air pantai/laut di Kecamatan Nongsa memiliki total skor –35

(Tabel 18). Menurut Canter (1977) dikatakan bahwa kualitas air pantai/laut di

daerah tersebut termasuk buruk (kelas D) karena total skornya lebih kecil

dari –30. Buruknya kualitas air pantai/laut di daerah ini dapat dilihat dari adanya

beberapa parameter yang tidak memenuhi baku mutu, seperti kekeruhan, BOD5,

Cu, Pb, Zn dan Ni. Hal ini diduga diantaranya diakibatkan oleh adanya

pembuangan limbah industri dan akivitas reklamasi kawasan pantai Kabil bagi

pengembangan industri. Beberapa aktivitas yang secara langsung dapat

memberikan kontribusi terhadap turunnya kualitas air laut di lokasi ini diduga

berasal dari industri kapal laut (shipyard), logam, kimia, plastik, kertas,

elektronika, kramik, semen dan aktivitas dari Depo Pertamina Kabil serta adanya

aktivitas pelabuhan Telaga Punggur. Selain itu, beberapa aktivitas di lahan bagian

atas juga memberikan dampak tidak langsung yang mengakibatkan turunnya

kualitas air di lokasi ini.

Page 72: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

56

Tabel 18 Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air dari perairpantai/laut di Kecamatan Nongsa, Kota Batam pada 6 Mei 2003

Baku Nilai SkorNo. Parameter Satuan mutu *) Rerata Maksimum Minimum Rerata Maksimum Minimum Jumlah

F I S I K A1 Warna PtCo -2 Kebauan - alami alami alami alami 0 0 0 03 Kekeruhan NTU < 5 3 6 1 0 -1 0 -14 TSS mg/l ? 20 8 16 4 0 0 0 05 Suhu oC alami **) 28.4 28.6 28.2 0 0 0 0

K I M I A1 pH - 7 - 8,5 8.19 8.20 8.19 0 0 0 02 Oksigen terlarut (DO) mg/l > 5 6.40 6.71 6.03 0 0 0 03 BOD5 mg/l < 20 23.70 25.22 22.11 -6 -2 -2 -104 COD (K2Cr2O7) mg/l -5 Ammonia (NH4-N) mg/l -6 Nitrit (NO2-N) mg/l -7 Sianida (CN) mg/l < 0,5 Tt Tt Tt 0 0 0 08 Sulfida (H2S) mg/l < 0,01 Tt Tt Tt 0 0 0 09 Minyak dan lemak mg/l < 1 Tt Tt Tt 0 0 0 0

10 Fenol mg/l < 0,002 Tt Tt Tt 0 0 0 011 Detergen LAS as MBAS mg/l < 1 Tt Tt Tt 0 0 0 012 Merkuri (Hg) mg/l < 0.001 Tt Tt Tt 0 0 0 013 Kromium heksavalen (Cr) mg/l < 0,005 Tt Tt Tt 0 0 0 014 Arsen (As) mg/l < 0,012 Tt Tt Tt 0 0 0 015 Selenium (Se) mg/l -16 Kadmium (Cd) mg/l < 0,001 Tt Tt Tt 0 0 0 017 Tembaga (Cu) mg/l < 0,008 0.040 0.082 0.016 -6 -2 -2 -1018 Timbal (Pb) mg/l < 0,008 0.029 0.064 0.017 -6 -2 -2 -1019 Seng (Zn) mg/l < 0,05 0.041 0.073 0.027 0 -2 0 -220 Nikel (Ni) mg/l < 0,05 0.040 0.059 0.028 0 -2 0 -221 Perak (Ag) mg/l -

TOTAL -35Keterangan:*) : Baku mutu air laut untuk biota laut (KEPMEN LH Nomor 51 Tahun 2004) Tt: Tidak terdeteksi**) : diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 2 °C dari suhu alami (kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat)

Page 73: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

57

Kualitas air di perairan pantai/laut Kecamatan Batu Ampar dan Lubuk Baja

Kualitas air di perairan pantai/laut Kecamatan Batu Ampar dan Lubuk

Baja menurut Canter (1977) termasuk buruk (kelas D) dengan total skor –69.

Kondisi seperti ini menurut KLH (2003) termasuk dalam kategori tercemar berat,

ditandai oleh adanya beberapa parameter yang tidak memenuhi baku mutu, seperti

kebauan, kekeruhan, TSS, oksigen terlarut, BOD5, NH3-N, H2S, minyak dan

lemak, deterjen, Cu, Pb dan Zn (Tabel 19). Buruknya kualitas air ini diduga

akibat pembuangan limbah dan aktivitas industri, khususnya industri yang berada

dekat dengan pantai yang dapat memberikan dampak langsung terhadap turunnya

kualitas air di lokasi tersebut. Beberapa aktivitas yang diduga dapat memberikan

kontribusi langsung terhadap turunnya kualitas air di daerah ini berasal dari

industri kapal laut (shipyard), plastik, elektronika, logam (pipa dan lainnya), lilin,

barang-barang dari karet, peralatan kesehatan (laboratorium), kertas, kimia, gas,

pipa, jasa pemeliharaan dan perbaikan alat berat dan lain-lain serta aktivitas

pelabuhan Makobar. Sedangkan dampak tidak langsung yang mengakibatkan

turunnya kualitas air diduga berasal dari beberapa aktivitas di lahan bagian atas.

Sedangkan berdasarkan analisis terhadap data dari studi sebelumnya

(PERTAMINA, 2002), yang dilakukan di perairan Pulau Sambu dan sekitarnya,

tepatnya di wilayah Kecamatan Lubuk Baja dan Kecamatan Batu Ampar seperti

disajikan dalam Tabel 20. Dari Tabel 20 terlihat bahwa kualitas air di lokasi

tersebut dalam kondisi tercemar sedang, yang ditandai dengan total skor –30.

Beberapa parameter yang sudah tidak memenuhi baku mutu dan menyebabkan

kondisi seperti ini meliputi kecerahan, kekeruhan, TSS, Cu dan Cd.

Page 74: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

58

Tabel 19 Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air dari perairpantai/laut di Kecamatan Batu Ampar dan Lubuk Baja, Kota Batam pada 2003

No. Parameter Satuan Baku Nilai Skormutu *) Rerata Maksimum Minimum Rerata Maksimum Minimum Jumlah

F I S I K A1 Warna PtCo -2 Kebauan - alami alami Bau alami 0 -1 0 -13 Kekeruhan NTU < 5 17.73 61 2 -3 -1 0 -44 TSS mg/l ? 20 27.2 55 9 -3 -1 0 -45 Suhu oC alami **) 28.7 29.1 28.1 0 0 0 0

K I M I A1 pH - 7 - 8,5 7.38 8.03 7.09 0 0 0 02 Oksigen terlarut (DO) mg/l > 5 4.59 6.1 2 -6 0 -2 -83 BOD5 mg/l < 20 51.52 206 5 -6 -2 0 -84 COD (K2Cr2O7) mg/l -5 Ammonia (NH3-N) mg/l < 0,3 0.41 1.96 Tt -6 -2 0 -86 Nitrit (NO2-N) mg/l -7 Sianida (CN) mg/l < 0,5 Tt Tt Tt 0 0 0 08 Sulfida (H2S) mg/l < 0,01 0.62 3.73 Tt -6 -2 0 -89 Minyak dan lemak mg/l < 1 0.404 2.423 Tt 0 -2 0 -210 Fenol mg/l < 0,002 Tt Tt Tt 0 0 0 011 Detergen LAS as MBAS mg/l < 1 0.175 1.052 Tt 0 -2 0 -212 Merkuri (Hg) mg/l < 0.001 Tt Tt Tt 0 0 0 013 Kromium heksavalen (Cr) mg/l < 0,005 Tt Tt Tt 0 0 0 014 Arsen (As) mg/l < 0,012 Tt Tt Tt 0 0 0 015 Selenium (Se) mg/l -16 Kadmium (Cd) mg/l < 0,001 Tt Tt Tt 0 0 0 017 Tembaga (Cu) mg/l < 0,008 0.011 0.014 Tt -6 -2 0 -818 Timbal (Pb) mg/l < 0,008 0.022 0.061 Tt -6 -2 0 -819 Seng (Zn) mg/l < 0,05 0.066 0.357 Tt -6 -2 0 -820 Nikel (Ni) mg/l < 0,05 0.014 0.047 Tt 0 0 0 021 Perak (Ag) mg/l -

B I O L O G I1 Escherichia coli MPN/100 ml -2 Coliform group MPN/100 ml < 1000 3.3 20 Tt 0 0 0 0

TOTAL -69Keterangan:*) : Baku mutu air laut untuk biota laut (KEPMEN LH Nomor 51 Tahun 2004) Tt: Tidak terdeteksi**) : diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 2 °C dari suhu alami (kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat)

Page 75: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

59

Tabel 20 Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air laut di perairan Pulau Sambu dan sekitarnya (Kec. Lubuk Baja dan Kec. Batu Ampar) Kota Batam pada Nopember 2002

No. Parameter Satuan Baku Nilai Skormutu *) Rerata Maksimum Minimum Rerata Maksimum Minimum Jumlah

F I S I K A1 Suhu oC alami **) 30.7 31.0 30.4 0 0 0 02 Kecerahan m > 5 1.58 2.42 0.68 -3 -1 -1 -53 Kekeruhan NTU < 5 2.7 7 1 0 -1 0 -14 Padatan Tersuspensi mg/l ? 20 42.5 76 16 -3 -1 0 -45 Daya Hantar Listrik (DHL) umhos/cm

K I M I A1 pH - 7 - 8,5 7.6 7.8 7.4 0 0 0 0

2 Salinitas O/oo alami ***) 30.5 32 29 0 0 0 03 Oksigen terlarut (DO) mg/l > 5 8.25 8.50 7.91 0 0 0 04 BOD5 mg/l < 20 4.88 5.50 3.44 0 0 0 05 COD (K2Cr2O7) mg/l -6 Kesadahan mg/l -7 Minyak-hidrokarbon (TPH) mg/l -8 Tembaga (Cu) mg/l < 0,008 0.023 0.026 0.018 -6 -2 -2 -109 Kadmium (Cd) mg/l < 0,001 0.023 0.032 0.018 -6 -2 -2 -10

10 Timbal (Pb) mg/l < 0,008 0.005 0.005 0.004 0 0 0 011 Senyawa Fenol mg/l < 0,002 Tt Tt Tt 0 0 0 012 Minyak dan lemak mg/l < 1 Tt Tt Tt 0 0 0 0

TOTAL -30Sumber: PERTAMINA (2002)Keterangan :*) : Baku mutu air laut untuk biota laut (KEPMEN LH Nomor 51 Tahun 2004) ***) : diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 5% dari salinitas **) : diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 2 °C dari suhu alami alami (kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat) (kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat) Tt: Tidak terdeteksi

Page 76: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

60

Kualitas air di perairan pantai/laut Kecamatan Sekupang dan Belakang Padang

Kondisi kualitas air di perairan pantai/laut Kecamatan Sekupang dan

Belakang Padang menurut Canter (1977) memiliki klasifikasi buruk (kelas D)

karena total skornya lebih kecil dari –30. Berdasarkan hasil analisis, kualitas air

di daerah ini memiliki total skor –40. Kondisi kualitas air di lokasi ini termasuk

dalam kategori tercemar berat. Buruknya kualitas air ini tercermin dari adanya

beberapa parameter yang tidak memenuhi baku mutu, seperti kekeruhan, oksigen

terlarut, BOD5, NH3-N, Cu, Pb dan Zn (Tabel 21). Kualitas air yang buruk yang

terjadi di perairan Kecamatan Sekupang dan Belakang Padang juga diperoleh dari

hasil studi terdahulu yang dilakukan PERTAMINA (2002) seperti dalam Tabel

22. Berdasarkan data dalam tabel tersebut terlihat bahwa kualitas air laut di lokasi

ini termasuk dalam kondisi buruk atau tercemar berat dengan total skor –64.

Adanya parameter-parameter kualitas air laut yang tidak memenuhi baku mutu

menjadikan kualitas airnya dalam kondisi buruk. Beberapa parameter yang

mempengaruhi buruknya kualitas air laut tersebut terdiri dari kecerahan,

kekeruhan, TSS, Cu, Cd, dan Pb.

Beberapa industri yang didirikan di dekat pantai di sekitar Kecamatan

Sekupang dan Belakang Padang diduga memberikan kontibusi terhadap buruknya

kualitas air ini, diantaranya industri kapal laut (shipyard), logam, elektronika,

barang dari karet, plastik, kulit, gas, kimia, jasa perbaikan dan pemeliharaan alat

berat dan aktivitas dari Depo Pertamina Pulau Sambu-Kecamatan Belakang

Padang serta aktivitas pelabuhan Sekupang. Selain itu, beberapa aktivitas di lahan

bagian atas juga memberikan dampak terhadap turunnya kualitas air laut di

wilayah ini.

Page 77: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

61

Tabel 21 Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air dari perairapantai/laut di Kecamatan Sekupang dan Belakang Padang, Kota Batam pada 2003

No. Parameter Satuan Baku Nilai Skormutu *) Rerata Maksimum Minimum Rerata Maksimum Minimum Jumlah

F I S I K A1 Warna PtCo -2 Kebauan - alami alami alami alami 0 0 0 03 Kekeruhan NTU < 5 5.33 23.32 1 -3 -1 0 -44 TSS mg/l ? 20 15.1 20 8 0 0 0 05 Suhu oC alami **) 28.5 29.3 28.2 0 0 0 0

K I M I A1 pH - 7 - 8,5 8.13 8.25 7.62 0 0 0 02 Oksigen terlarut (DO) mg/l > 5 5.66 6.27 5 0 0 -2 -23 BOD5 mg/l < 20 26.87 34.15 4 -6 -2 0 -84 COD (K2Cr2O7) mg/l -5 Ammonia (NH3-N) mg/l < 0.3 1.41 9.86 Tt -6 -2 0 -86 Nitrit (NO2-N) mg/l -7 Sianida (CN) mg/l < 0,5 Tt Tt Tt 0 0 0 08 Sulfida (H2S) mg/l < 0,01 Tt Tt Tt 0 0 0 09 Minyak dan lemak mg/l < 1 0.023 0.164 Tt 0 0 0 010 Fenol mg/l < 0,002 Tt Tt Tt 0 0 0 011 Detergen LAS as MBAS mg/l < 1 0.070 0.489 Tt 0 0 0 012 Merkuri (Hg) mg/l < 0.001 Tt Tt Tt 0 0 0 013 Kromium heksavalen (Cr) mg/l < 0,005 Tt Tt Tt 0 0 0 014 Arsen (As) mg/l < 0,012 Tt Tt Tt 0 0 0 015 Selenium (Se) mg/l -16 Kadmium (Cd) mg/l < 0,001 Tt Tt Tt 0 0 0 017 Tembaga (Cu) mg/l < 0,008 0.021 0.03 Tt -6 -2 0 -818 Timbal (Pb) mg/l < 0,008 0.027 0.048 Tt -6 -2 0 -819 Seng (Zn) mg/l <0,05 0.033 0.060 0.011 0 -2 0 -220 Nikel (Ni) mg/l < 0,05 0.012 0.026 Tt 0 0 0 021 Perak (Ag) mg/l -

B I O L O G I1 Escherichia coli MPN/100 ml -2 Coliform group MPN/100 ml < 1000 2.9 20 Tt 0 0 0 0

TOTAL -40Keterangan:*) : Baku mutu air laut untuk biota laut (KEPMEN LH Nomor 51 Tahun 2004) Tt: Tidak terdeteksi**) : diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 2 °C dari suhu alami (kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat)

Page 78: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

62

Tabel 22 Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air laut di perairan Pulau Sambu dan sekitarnya (Kec. Belakang Padang dan Kec. Sekupang) Kota Batam pada Nopember 2002

No. Parameter Satuan Baku Nilai Skormutu *) Rerata Maksimum Minimum Rerata Maksimum Minimum Jumlah

F I S I K A1 Suhu oC alami **) 30.5 31.1 30.1 0 0 0 02 Kecerahan m > 5 1.81 3.18 0.86 -6 -2 -2 -103 Kekeruhan NTU < 5 2.1 6.5 0.8 0 -2 0 -24 Padatan Tersuspensi mg/l ? 20 28.6 76 12 -6 -2 0 -85 Daya Hantar Listrik (DHL) umhos/cm

K I M I A1 pH - 7 - 8,5 7.5 7.8 7.0 0 0 0 0

2 Salinitas O/oo alami ***) 32.3 33 30 0 0 0 03 Oksigen terlarut (DO) mg/l > 5 7.69 8.53 6.85 0 0 0 04 BOD5 mg/l < 20 4.6 5.6 3.1 0 0 0 05 COD (K2Cr2O7) mg/l -6 Kesadahan mg/l -7 Minyak-hidrokarbon (TPH) mg/l -8 Tembaga (Cu) mg/l < 0,008 0.023 0.029 0.015 -12 -4 -4 -209 Kadmium (Cd) mg/l < 0,001 0.022 0.032 0.011 -12 -4 -4 -20

10 Timbal (Pb) mg/l < 0,008 0.006 0.009 0.004 0 -4 0 -411 Senyawa Fenol mg/l < 0,002 Tt Tt Tt 0 0 0 012 Minyak dan lemak mg/l < 1 Tt Tt Tt 0 0 0 0

TOTAL -64Sumber: PERTAMINA (2002)Keterangan :*) : Baku mutu air laut untuk biota laut (KEPMEN LH Nomor 51 Tahun 2004) ***) : diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 5% dari salinitas **) : diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 2 °C dari suhu alami alami (kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat) (kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat) Tt: Tidak terdeteksi

Page 79: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

63

Kualitas air di perairan pantai/laut Kecamatan Sei Beduk

Kondisi kualitas air di perairan pantai/laut Kecamatan Sei Beduk dalam

keadaan tercemar berat, yang ditandai oleh total skor lebih kecil dari –30.

Berdasarkan hasil analisis, kualitas air laut di daerah ini memiliki total skor –58.

Buruknya kualitas air pantai/laut di daerah ini terlihat dari adanya beberapa

parameter yang tidak memenuhi baku mutu, seperti kekeruhan, TSS, oksigen

terlarut, BOD5, NH3-N, Zn dan Ni (Tabel 23). Adanya pembuangan limbah

industri diduga memberikan kontribusi terhadap turunnya kualitas air di lokasi ini.

Di daerah ini terdapat kawasan industri yang sangat luas, yaitu kawasan industri

Batamindo (Batamindo Industrial Estate), yang di dalamnya terdapat beberapa

industri dengan beragam jenis produk yang dihasilkan, seperti elektronika,

peralatan kesehatan (laboratorium), plastik, barang-barang dari karet, logam,

instrumen dan alat kontrol, kimia (battery sel primer dan lainnya), kertas, separasi

warna dan lain-lain. Selain itu, beberapa aktivitas lainnya di lahan bagian atas

juga diduga memberikan dampak terhadap turunnya kualitas air laut di lokasi ini.

Kualitas air di perairan pantai/laut Kecamatan Bulang

Kualitas air di perairan pantai/laut Kecamatan Bulang termasuk buruk,

yaitu dengan total skor –55 (Tabel 24). Menurut metode STORET (Canter, 1977)

disebutkan bahwa kualitas air yang termasuk dalam klasifikasi buruk (kelas D)

apabila total skornya lebih kecil dari –30. Buruknya kualitas air pantai/laut di

daerah ini terlihat dari adanya beberapa parameter yang tidak memenuhi baku

mutu, seperti kekeruhan, TSS, pH, oksigen terlarut, BOD5, Cr, Cu, Pb, Zn dan

total coliform. Di derah ini terdapat perusahaan besar yang bergerak dalam

bidang peternakan buaya, babi, ayam dan budidaya ikan lele. Beberapa industri

yang masuk di Kecamatan Sekupang diduga ikut memberikan kontribusi terhadap

turunnya kualitas air di perairan pantai/laut di lokasi ini karena letaknya tidak

terlalu jauh dari perairan laut Kecamatan Bulang.

Page 80: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

64

Tabel 23 Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air dari perairan pantai/laut di Kecamatan Sei Beduk, Kota Batam pada 19 Januari 2001

Baku Nilai SkorNo. Parameter Satuan mutu *) Rerata Maksimum Minimum Rerata Maksimum Minimum Jumlah

F I S I K A1 Warna PtCo -2 Kekeruhan NTU < 5 31 32 30 -3 -1 -1 -53 TSS mg/l ? 20 64.5 81 48 -3 -1 -1 -54 Suhu oC alami **) 29.3 29.5 29 0 0 0 0

K I M I A1 pH - 7 - 8,5 7.5 7.5 7.5 0 0 0 02 Oksigen terlarut (DO) mg/l > 5 3.93 3.95 3.90 -6 -2 -2 -103 BOD5 mg/l < 20 41.6 41.9 41.2 -6 -2 -2 -104 COD (K2Cr2O7) mg/l -5 Ammonia (NH3) mg/l < 0,3 0.33 0.34 0.31 -6 -2 -2 -106 Nitrit (NO2-N) mg/l -7 Sianida (CN) mg/l < 0,5 Tt Tt Tt 0 0 0 08 Sulfida (H2S) mg/l < 0,01 0.006 0.007 0.005 0 0 0 09 Arsen (As) mg/l < 0,012 Tt Tt Tt 0 0 0 0

10 Selenium (Se) mg/l -11 Kadmium (Cd) mg/l < 0,001 Tt Tt Tt 0 0 0 012 Tembaga (Cu) mg/l < 0,008 0.002 0.002 0.001 0 0 0 013 Timbal (Pb) mg/l < 0,008 Tt Tt Tt14 Seng (Zn) mg/l < 0,05 0.06 0.08 0.03 -6 -2 0 -815 Nikel (Ni) mg/l < 0,05 0.14 0.15 0.12 -6 -2 -2 -1016 Sulphate (SO4) mg/l -17 Cobalt (Co) mg/l -18 Fosfat (PO4-P) mg/l < 0.015 0.011 0.014 0.007 0 0 0 019 Mangan (Mn) mg/l -20 Kalium (K) mg/l -

TOTAL -58Keterangan:*) : Baku mutu air laut untuk biota laut (KEPMEN LH Nomor 51 Tahun 2004) Tt: Tidak terdeteksi**) : diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 2 °C dari suhu alami (kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat)

Page 81: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

65

Tabel 24 Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air dari perairan pantai/laut di Kecamatan Bulang, Kota Batam pada 14 Maret 2001

Baku Nilai SkorNo. Parameter Satuan mutu *) Rerata Maksimum Minimum Rerata Maksimum Minimum Jumlah

F I S I K A1 Warna PtCo -2 Kebauan - alami alami alami alami 0 0 0 03 Kekeruhan NTU < 5 8 10 7 -3 -1 -1 -54 TSS mg/l ? 20 42 78 18 -3 -1 0 -45 Suhu oC alami **) 27.1 27.8 26.8 0 0 0 0

K I M I A1 pH - 7 - 8,5 7.37 7.68 6.90 0 0 -2 -22 Oksigen terlarut (DO) mg/l > 5 5.45 6.32 4.07 0 0 -2 -23 BOD5 mg/l < 20 19.93 33.59 11.47 0 -2 0 -24 COD (K2Cr2O7) mg/l -5 Ammonia (NH4-N) mg/l -6 Nitrit (NO2-N) mg/l -7 Sianida (CN) mg/l < 0,5 Tt Tt Tt 0 0 0 08 Sulfida (H2S) mg/l < 0,01 Tt Tt Tt 0 0 0 09 Minyak dan lemak mg/l < 1 Tt Tt Tt 0 0 0 0

10 Fenol mg/l < 0,002 Tt Tt Tt 0 0 0 011 Detergen LAS as MBAS mg/l < 1 Tt Tt Tt 0 0 0 012 Merkuri (Hg) mg/l < 0.001 Tt Tt Tt 0 0 0 013 Kromium heksavalen (Cr) mg/l < 0,005 0.015 0.037 Tt -6 -2 0 -814 Arsen (As) mg/l < 0,012 Tt Tt Tt 0 0 0 015 Selenium (Se) mg/l -16 Kadmium (Cd) mg/l < 0,001 Tt Tt Tt 0 0 0 017 Tembaga (Cu) mg/l < 0,008 0.027 0.039 Tt -6 -2 0 -818 Timbal (Pb) mg/l < 0,008 0.015 0.042 Tt -6 -2 0 -819 Seng (Zn) mg/l < 0,05 0.065 0.074 0.042 -6 -2 0 -820 Nikel (Ni) mg/l < 0,05 Tt Tt Tt 0 0 0 021 Perak (Ag) mg/l -

B I O L O G I1 Escherichia coli MPN/100 ml -2 Coliform group MPN/100 ml < 1000 7,000 35,000 Tt -6 -2 0 -8

TOTAL -55Sumber: Data Pemantauan Kualitas Air di PT. Indotirta Suaka (Lokasi pabrik di Kec. Bulang) tahun 2001Keterangan: *) : Baku mutu air laut untuk biota laut (KEPMEN LH Nomor 51 Tahun 2004) Tt: Tidak terdeteksi**) : diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 2 °C dari suhu alami (kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat)

Page 82: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

66

Kualitas air di perairan pantai/laut Kecamatan Galang

Kondisi kualitas air laut yang diambil dari perairan Kecamatan Galang

menunjukkan bahwa kualitas air di daerah ini termasuk buruk dengan total

skor –34. Buruknya kualitas air pantai/laut di daerah ini terlihat dari adanya

beberapa parameter yang tidak memenuhi baku mutu, seperti BOD5, Cu, Pb, Zn

dan Ni (Tabel 25). Sebenarnya pada saat dilakukan penelitian tidak dijumpai

adanya industri/perusahaan yang didirikan di Kecamatan Galang ini, tetapi dengan

melihat pada kenyataan bahwa kualitas air di sini juga dalam keadaan tercemar

berat maka diduga industri-industri yang ada di wilayah kecamatan lain diduga

turut memberikan andil terhadap turunnya kualitas air di perairan di Kecamatan

Galang sebagai pengaruh dari adanya pergerakan arus air laut. Beberapa aktivitas

yang dijumpai di daerah ini diantaranya restoran (sea food) yang didirikan di atas

perairan pantai dan adanya bebrapa aktivitas penggundulan bukit yang diduga

untuk pengembangan aktivitas ekonomi pada masa yang akan datang. Selain itu,

perairan di Kecamatan Galang menjadi daerah penangkapan ikan oleh nelayan

serta menjadi lokasi budidaya ikan laut, diantaranya untuk pembesaran ikan

kerapu.

Untuk melihat sebaran zat pencemar (polutan) pada beberapa wilayah

perairan pantai/laut di kecamatan-kecamatan yang ada di Kota Batam dilakukan

rekapitulasi data dari Tabel 18 – 25 seperti disajikan dalam Tabel 26. Tabel 26

dibuat untuk melihat perbedaan antara kondisi perairan pantai/laut yang ada di

sekitar daerah industri atau dekat dengan industri dan yang jauh dari daerah

industri.

Page 83: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

67

Tabel 25 Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air dari perairan pantai/laut di Kecamatan Galang, Kota Batam pada 3 Mei 2003

Baku Nilai SkorNo. Parameter Satuan mutu *) Rerata Maksimum Minimum Rerata Maksimum Minimum Jumlah

F I S I K A1 Warna PtCo -2 Kebauan - alami alami alami alami 0 0 0 03 Kekeruhan NTU < 5 1.3 2 1 0 0 0 04 TSS mg/l ? 20 12.0 16 8 0 0 0 05 Suhu oC alami **) 28.3 28.4 28.3 0 0 0 0

K I M I A1 pH - 7 - 8,5 8.21 8.23 8.18 0 0 0 02 Oksigen terlarut (DO) mg/l > 5 6.42 7.12 6.03 0 0 0 03 BOD5 mg/l < 20 26.49 30.42 23.80 -6 -2 -2 -104 COD (K2Cr2O7) mg/l -5 Ammonia (NH4-N) mg/l -6 Nitrit (NO2-N) mg/l -7 Sianida (CN) mg/l < 0,5 Tt Tt Tt 0 0 0 08 Sulfida (H2S) mg/l < 0,01 Tt Tt Tt 0 0 0 09 Minyak dan lemak mg/l < 1 Tt Tt Tt 0 0 0 010 Fenol mg/l < 0,002 Tt Tt Tt 0 0 0 011 Detergen LAS as MBAS mg/l < 1 Tt Tt Tt 0 0 0 012 Merkuri (Hg) mg/l < 0.001 Tt Tt Tt 0 0 0 013 Kromium heksavalen (Cr) mg/l < 0,005 Tt Tt Tt 0 0 0 014 Arsen (As) mg/l < 0,012 Tt Tt Tt 0 0 0 015 Selenium (Se) mg/l -16 Kadmium (Cd) mg/l < 0,001 Tt Tt Tt 0 0 0 017 Tembaga (Cu) mg/l < 0,008 0.022 0.03 0.017 -6 -2 -2 -1018 Timbal (Pb) mg/l < 0,008 0.057 0.067 0.043 -6 -2 -2 -1019 Seng (Zn) mg/l < 0,05 0.040 0.061 0.028 0 -2 0 -220 Nikel (Ni) mg/l < 0,05 0.046 0.059 0.037 0 -2 0 -221 Perak (Ag) mg/l -

B I O L O G I1 Escherichia coli MPN/100 ml -2 Coliform group MPN/100 ml < 1000 6.7 20 Tt 0 0 0 0

TOTAL -34Keterangan:*) : Baku mutu air laut untuk biota laut (KEPMEN LH Nomor 51 Tahun 2004) Tt: Tidak terdeteksi**) : diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 2 °C dari suhu alami (kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat)

Page 84: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

68

Tabel 26 Rekapitulasi kondisi kualitas air laut di sekitar daerah industri dan di luar daerah industri di Kota Batam

Kondisi kualitas air laut Kecamatan Parameter yang tidak

memenuhi baku mutu Tota skor

(STORET)Keterangan

Di sekitar daerah industri/dekat industri Sei Beduk Kekeruhan, TSS, DO,

BOD5, NH3-N, Zn dan Ni. -58 Tercemar berat

(19 Januari 2001)Nongsa Kekeruhan, BOD5, Cu, Pb,

Zn dan Ni. -35 Tercemar berat

(6 Mei 2003) Lubuk Baja dan Batu Ampar

Cu, Cd TSS, kecerahan, dan kekeruhan. Kebauan, kekeruhan, TSS, DO, BOD5, NH3-N, Sulfida, minyak dan lemak, deterjen, Cu, Pb dan Zn

-30

-69

Tercemar sedang(Nopember 2002)

Tercemar berat

(April/Mei 2003)

Sekupang dan Belakang Padang

Cu, Cd, Pb, TSS, kecerahan dan kekeruhan. Kekeruhan, DO, BOD5, NH3-N, Cu, Pb dan Zn

-64

-40

Tercemar berat (Nopember 2002)

Tercemar berat

(April/Mei 2003)Di luar daerah industri

Bulang Kekeruhan, TSS, pH, DO, BOD5, Cr, Cu, Pb, Zn dan total coliform.

-55 Tercemar berat (14 Maret 2001)

Galang BOD5, Cu, Pb, Zn dan Ni -34 Tercemar berat (3 Mei 2003)

Berdasarkan Tabel 26 terlihat bahwa kondisi kualitas air pada seluruh

wilayah perairan pantai/laut di Kota Batam dalam keadaan tercemar dan sebagian

besar dalam keadaan tercemar berat, baik yang ada di sekitar daerah industri

maupun yang jauh atau di luar daerah industri. Keadaan seperti ini dapat

dikatakan bahwa polutan yang berasal dari pembuangan limbah industri dan

aktivitas lainnya mengalami distribusi secara horisontal ke berbagai wilayah

perairan pantai/laut di Kota Batam. Terjadinya distribusi polutan ini ke berbagai

wilayah perairan di Kota Batam diduga karena adanya pengaruh arus air laut yang

bergerak dari satu arah menuju ke arah lainnya sesuai dengan musim yang ada.

Page 85: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

69

Berdasarkan pada parameter-parameter yang tidak memenuhi baku mutu

maka secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa hanya perairan laut di wilayah

Kecamatan Galang yang masih terlihat jernih yang ditunjukan oleh nilai

kecerahan perairan yang masih tinggi, tetapi pada wilayah lainnya terjadi

sebaliknya, yakni tingkat kekeruhannya tinggi. Seluruh wilayah perairan pantai

Kota Batam terlihat tercemar oleh logam berat. Beberapa logam berat yang

diperoleh telah melampaui baku mutu adalah Cu, Cd, Cr, Pb, Ni dan Zn, bahkan

seluruh wilayah perairan pantai/laut di Kota Batam telah tercemar oleh Zn,

sedangkan Cu dan Pb telah mencemari sebagian besar wilayah perairan pantai/laut

di Kota Batam selain wilayah perairan di Kecamatan Se Beduk. Demikian halnya

dengan BOD5, yang dijumpai pada seluruh wilayah perairan pantai/laut di Kota

Batam dalam keadaan sudah tidak memenuhi baku mutu.

Sampel Biologi

Dua ikan laut yang biasa disajikan sebagai makanan dari laut (seafood) di

Batam, yaitu ikan Dingkis (Siganus canaliculatus P). dan Sotong (Sepia spp.),

ditemukan mengandung logam berat Hg, Cd, dan Zn seperti terlihat dalam Tabel

27. Kandungan logam berat pada kedua ikan tersebut hampir sama, yaitu Hg

sekitar 0.010 ppm, Cd kurang lebih 0.4 ppm dan Zn sekitar 3.15 ppm.

Tabel 27 Kandungan rata-rata logam berat pada dua organisme laut di Batam

Parameter Stasiun 1 2 3 4 5 Rerata

Dingkis (Siganus canaliculatus P.)

- Hg (mg/kg) 0.01140 0.01203 0.01221 0.01209 0.00668 0.01088 - Cd (mg/kg) 0.30 0.63 0.59 0.42 0.13 0.41 - Zn (mg/kg) 4.07 4.20 3.65 2.81 0.98 3.14Sotong (Sepia spp.) - Hg (mg/kg) 0.00807 0.00827 0.00827 0.00813 0.00397 0.00734 - Cd (mg/kg) 0.57 0.44 0.57 0.30 0.09 0.39 - Zn (mg/kg) 2.74 6.21 3.92 2.60 0.29 3.15

Sumber: Patnowati (1996).

Page 86: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

70

Kondisi Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir Kota Batam Ekosistem Pesisir

Di pesisir Kota Batam dijumpai beberapa ekosistem, yaitu terumbu

karang, padang lamun dan mangrove. Namun demikian, data ekosistem pesisir

yang tersedia sampai dengan saat ini adalah data yang berasal dari beberapa tahun

yang lalu. Padahal dengan pesatnya pembangunan di Kota Batam, data tersebut

barangkali sudah tidak akurat lagi. Sebagai contoh, semakin lama banyak hutan

mangrove yang ditebang untuk kepentingan industri, permukiman serta keperluan

lainnya. Untuk melengkapi data tersebut maka dilakukan pengamatan langsung

ke lokasi penelitian pada bulan Mei 2003.

Hutan Mangrove

Hutan mangrove di Kota Batam dijumpai di pesisir dan pulau-pulau kecil

(Gambar 9). Kondisi hutan mangrove terutama di Pulau Batam banyak

mengalami kerusakan, yang pada umumnya disebabkan oleh adanya konversi

lahan, seperti adanya pembukaan lahan untuk kegiatan industri, permukiman,

perkantoran dan pertokoan. Secara lebih jelas kegiatan konversi

Hutan mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan pasang surut,

hutan payau, atau hutan bakau. Dari beberapa istilah tadi, sebutan hutan

mangrove atau hutan bakau yang paling sering dipakai. Istilah bakau sendiri

sebenarnya berasal dari nama salah satu jenis tumbuhan penyusun hutan

mangrove, yaitu jenis Bakau-bakau (Rhizopora spp). Oleh karena itu, untuk

mengantisipasi kesalahan penafsiran maka hutan mangrove ditetapkan sebagai

nama baku untuk mangrove forest. Hutan mangrove merupakan bentuk hutan

tropis yang khas, tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi

oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai terutama di wilayah pesisir

yang terlindung dari hantaman ombak dan daerah yang landai. Mangrove tumbuh

optimal di wilayah pesisir yang memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran

airnya banyak mengandung lumpur.

Page 87: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

71

Gambar 9 Distribusi mangrove di Pesisir Kota Batam dan sekitarnya (Ministry of State for Environment, 2000)

Page 88: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

72

Hutan mangrove dengan kemampuannya melakukan proses kimia dan

pemulihan (self purification) memiliki beberapa fungsi, yaitu:

a. Sebagai penyerap bahan pencemar. Mangrove yang tumbuh di sekitar pusat

permukiman dapat berfungsi sebagai penyerap bahan pencemar, khususnya

bahan-bahan organik.

b. Sebagai sumber energi bagi lingkungan perairan sekitarnya. Ketersediaan

berbagai jenis makanan yang terdapat pada ekosistem hutan mangrove telah

menjadikan ekosistem ini sebagai sumber energi bagi berbagai jenis biota yang

hidup di dalamnya, seperti plankton, ikan, udang, kepiting, burung, kera dan

lain-lain, serta telah membentuk rantai makanan yang sangat komplek, sehingga

terjadi pengalihan energi dari jenjang trofik yang paling rendah ke jenjang trofik

yang lebih tinggi.

c. Sebagai penyedia bahan organik bagi lingkungan perairan sekitarnya. Daun

mangrove yang gugur melalui proses penguraian oleh mikroorganisme diuraikan

menjadi partikel-partikel detritus, dimana partikel-partikel detritus ini menjadi

sumber makanan bagi berbagai macam hewan laut. Selain itu, bahan organik

terlarut yang dihasilkan dari proses penguraian (dekomposisi) di hutan mangrove

juga memasuki lingkungan perairan pesisir yang dihuni oleh berbagai macam

filter feeder (organisme yang cara makannya dengan menyaring air) yang ada di

laut dan estuari serta berbagai macam hewan pemakan hewan dasar (Snedaker

dan Getter, 1985).

Nontji (1987) menyebutkan bahwa ekosistem mangrove di Indonesia

memiliki keanekaragaman jenis yang termasuk tertinggi di dunia, seluruhnya tercatat

89 jenis; 35 jenis berupa pohon, dan selebihnya berupa terma (5 jenis), perdu (9

jenis), liana (9 jenis), epifit (29 jenis) dan parasit (2 jenis). Dahuri et al. (1996)

mengemukakan beberapa jenis pohon mangrove yang umum dijumpai di wilayah

pesisir Indonesia di antaranya adalah bakau (Rhizopora spp), api-api (Avicennia

spp), pedada (Sonneratia spp), tanjang (Brugeira spp), nyirih (Xylocarpus spp),

tengar (Ceriops spp), dan buta-buta (Exoecaria spp). Hutan mangrove di daerah

pesisir Batam dapat ditemui pada beberapa tempat. Namun demikian, pada

beberapa kawasan telah banyak mengalami kerusakan akibat berbagai aktivitas

Page 89: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

73

pembangunan, seperti reklamasi (pengurugan) kawasan pantai untuk

pembangunan gudang/pelabuhan, kawasan industri, permukiman dan sebagainya.

Eksploitasi dan reklamasi kawasan mangrove di Pulau Batam dilakukan secara

terus-menerus dalam hamparan yang luas. Apabila kondisi ini tidak segera

diantisipasi dan diambil langkah-langkah pencegahan dan penanggulangannya

maka dampaknya akan mengancam kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam

yang ada khususnya sumberdaya hayati di wilayah pesisir dan laut Kota Batam.

Berdasarkan pengolahan data atau modifikasi Citra Landsat TM tahun

1996 diperoleh luasan mangrove di Kota Batam pada tahun 1996 adalah sekitar

19 798.41 hektar atau 197.98 km2, yang tersebar di pesisir dan pulau-pulau yang

ada di Kota Batam (Tabel 28). Dari tabel tersebut terlihat bahwa pada tahun

1996 luasan mangrove terbesar terdapat pada wilayah pesisir di Kecamatan

Galang sebesar 6 222.31 hektar dan terkecil terdapat di Kecamatan Lubuk Baja,

yaitu 70.73 hektar. Apabila dipadukan dengan wilayah administrasi Kota Batam

yang luasnya sekitar 1 570.35 km2 maka mangrove menutupi wilayah Kota Batam

sekitar 12.61% terutama di bagian pesisir dan pualau-pulau kecil.

Tabel 28 Penyebaran dan luasan mangrove di Kota Batam pada tahun 1996

Kecamatan Luasan (Hektar)

1. Batu Ampar 384.85 2. Belakang Padang 2 365.35 3. Bulang 5 141.97 4. Galang 6 222.31 5. Lubuk Baja 70.73 6. Nongsa 1 616.35 7. Sei Beduk 2 826.11 8. Sekupang 1 170.74 Jumlah 19 798.41

Dari hasil kajian PKSPL-IPB (2001) disebutkan bahwa kondisi hutan

mangrove di Kota Batam dijumpai di Barelang (Pulau Batam, Pulau Rempang dan

Pulau Galang) relatif tipis. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar kawasan

mangrove dibuka dan dikonversi karena aktivitas pembangunan, kecuali di

beberapa tempat seperti di Rempang dan Galang, kondisi hutan mangrove agak

Page 90: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

74

lebih baik. Dari kajian ini, hutan mangrove di Barelang memiliki kerapatan 425

batang/hektar, ketebalannya 5-150 meter dan luasnya sekitar 18 033.52 hektar.

Berdasarkan data tahun 2002, tercatat luasan mangrove di Kota Batam

sebesar 131 065 381 m2 atau 13 106.54 hektar (Bapedal Kota Batam, 2002), yang

secara rinci disajikan dalam Tabel 29.

Tabel 29 Luasan mangrove pada masing-masing pulau di Kota Batam tahun 2002

No. Wilayah Perkiraan Luas (m2)1. PULAU BATAM

a Patam - Tiban Utara 2 365 385 b Sekitar Tanjung Lamun (Tj. Lamun) 1 511 538 c Kampung Belian - Bakau Serip Pantai 3 300 000 d Tj. Kasem - Dam Duriangkang 1 500 000 e Dam Duriangkang - Tanjung Piayu 3 369 231 f Tanjung Piayu - Tanjung Gundap 7 730 769 g Tanjung Gundap - Depan P.Buluh 4 153 846 Sub Total 23 930 769

2. PULAU-PULAU DI SEKITAR PULAU BATAM a P.Kasem 1 061 538 b Tanjung Sauh. 3 715 385 c P.Kubang 773 077 d P.Traling 1 176 923 e P.Satinggae 657 692 f P.Sakerah 1 269 231 g P.Ngenang 4 615 385 h P.Momoi 1 384 615 I P.Asah Kecil 553 846 j P.Dongsi 980 769 k P.Lembu 634 615 Sub Total 16 823 076

3. PULAU REMPANG a Tj.Tjolim - Tj.Klingking 2 942 308 b Tj.Klingking -Tj.Tamiang 8 030 769 c Tj.Tamiang -Tj.Korepa 1 615 385 d Tj.Korepa - Tj.Gondon 1 730 769 e Tj.Gondon - Tj.Takong 519 231 f Tj.Takon - Tj.Tjolim 11 365 385

Sub Total 26 203 847

Page 91: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

75

Tabel 29 (Lanjutan) No. Wilayah Perkiraan Luas (m2) 4. PULAU-PULAU DI SEKITAR PULAU REMPANG

a P.Asah Kecil 576 923 b P.Asah Besar 830 769 c P.Nipah 865 385 d P.Anak Mati 807 692 e P.Awi 1 384 615 f P.Panjang 946 154 g P.Setoko 3 692 308 h P.Panjait Layar 2 307 692 I P.Sekikir 865 385 j P.Kaloh 1 234 615 k. P. Airraja 1 153 846 l P.Subangmas 3 403 846 m P.Kinun 2 711 538 n P.Jangka 1 903 846 o P.Kra 519 231 p P.Prabas 461 538 Sub Total 23 665 383

5. PULAU GALANG a Tj.Semandur - Tj.Malan 865 385 b Tj.Malan - Tj.Maralagan 3 115 385 c Tj.Maralagan - Tj.Pinau 692 308 d Tj.Pinau - Tj.Pungape 1 730 769 e Tj.Pungape - Tj.Semandur 8 307 692 Sub Total 14 711 539

6. PULAU - PULAU DI SEKITAR PULAU GALANG a P.Sunkit 576 923 b P.Mubut Darat 634 615 c P.Mubut Laut 750 000 d P. Karas Besar 3 634 615 e Pulau Galang Baru 9 807 692 Sub Total 15 403 845

7. PULAU - PULAU DI SEKITAR GALANG BARU a P.Tj.Dahan 2 076 923 b P.Korek Rapat 230 769 c P.Batubelobang 2 134 615 d P.Sembur 2 076 923 e P.Ngual 1 846 154 f P.Trajil Besar 576 923 g P.Trajil Kecil 230 769 h P.Dempo 1 153 846 Sub Total 10 326 922 LUAS TOTAL 131 065 381

Sumber : Bapedal Kota Batam (2002)

Page 92: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

76

Dengan membandingkan antara data luas mangrove berdasarkan data

tahun 1996, 2001 dan tahun 2002 maka antara tahun 1996 sampai 2001 diduga

telah terjadi pengurangan luasan mangrove sekitar 1 764.89 hektar dan antara

2001 sampai 2002 terjadi pengurangan luasan mangrove sekitar 4 926.98 hektar.

Hal ini terjadi karena banyaknya aktivitas pengembangan pembangunan di Kota

Batam yang dilakukan dengan cara melakukan konversi kawasan mangrove

menjadi peruntukkan lainnya, baik untuk pengembangan industri, permukiman,

pertokoan, perkantoran dan lain-lain. Konversi lahan mangrove ini dipicu oleh

berkembangnya wilayah ini sebagai kawasan industri sehingga menyebabkan

kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan menjadi terus meningkat.

Berdasarkan studi terdahulu yang dilakukan PERTAMINA (2002),

pengamatan terhadap mangrove ini dilakukan di wilayah Kecamatan Belakang

Padang (Pulau Lengkana, Pulau Tolup, Pulau Dendang, Pulau Sekanak, Pulau

Belakang Padang, Pulau Anak Ladang, Pulau Air Asam, Pulau Terumbu Lebar,

Pulau Jagung, Pulau Leroi/Lengkang Besar, Pulau Layang Besar dan Pulau

Mecan Besar); Kecamatan Sekupang (Pulau Janda Berias, pantai Tanjung Pinggir,

Pulau Dangas, pantai Patam Lestari, muara sungai Tiban dan pantai selatan Pulau

Bokur); Kecamatan Lubuk Baja (pantai tenggara Tanjung Uma); Kecamatan Batu

Ampar (pantai selatan Tanjung Sengkuang, pantai barat Tanjung Buntung, pantai

barat laut Tanjung Lamun dan pantai selatan Tanjung Lamun).

Dari hasil studi tersebut dijelaskan bahwa formasi mangrove di gugusan

pulau-pulau kecil di Belakang Padang umumnya adalah zonasi Rhizophora

dengan Sonneratia pada bagian depan (arah laut), kemudian zonasi yang terdiri

dari campuran vegetasi mangrove. Zonasi mangove di pantai Pulau Batam,

terdepan terdiri dari dua bagian dimana bagian pertama merupakan zonasi

Rhizophora dengan Sonneratia dan yang kedua adalah Rhizophora dengan

Avicennia. Ketebalan formasi dari seluruh hutan mangrove pada umumnya

sekitar 10-100 m. Diameter batang untuk semua jenis mangrove tingkat anakan

rata-rata adalah sekitar 3-4 cm, sedangkan untuk tingkat pohon relatif bervariasi,

misalnya jenis Rhizophora, Avicennia dan Xylocarpus rata-rata sekitar 6-8 cm

serta 8-20 cm untuk diameter jenis Sonneratia. Beberapa jenis mangrove yang

dijumpai di daerah ini diantaranya meliputi Achantus ilicifolius, Avicennia sp.,

Page 93: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

77

Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera parviflor, Ceriops sp., Derris heterophylla,

Lumnitzera littorea, Lumnitzera racemosa, Nypa fruticans, Rhizophora apiculata,

Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Scyphiphora hydrophyllacea,

Sonneratia alba dan Xylocarpus granatum.

Data primer mangrove diperoleh melalui pengamatan langsung yang

dilakukan di lokasi penelitian seperti disajikan dalam Tabel 30. Stasiun

pengamatan untuk pengumpulan data pimer mangrove diambil di bagian utara dan

bagian selatan Kota Batam. Stasiun pengamatan di bagian utara dilakukan di

Kecamatan Lubuk Baja, yaitu daerah Tanjung Uma (Baloi). Di bagian selatan

pengamatan dilakukan di 2 (dua) wilayah kecamatan, yaitu di Kecamatan Sei

Beduk tepatnya di daerah Dapur 12 (dua belas) dan Pancur (Tanjung Piayu) serta

di Kecamatan Galang, yaitu daerah sekitar jembatan pertama.

Dari pengamatan yang dilakukan di bagian selatan Kota Batam,

berdasarkan KEPMEN LH Nomor: 201 Tahun 2004 maka mangrove di dua

stasiun pengamatan bila dilihat dari kerapatannya termasuk dalam kondisi baik.

Kerapatan mangrove di lokasi ini lebih dari 1 500 individu/hektar atau dikatakan

status mutunya pada tingkatan baik. Namun demikian, untuk menarik kesimpulan

tentang keadaan mangrove di lokasi ini dalam keadaan baik atau rusak perlu

dilengkapi dengan data persentase penutupan, tetapi dalam penelitian ini tidak

dilakukan. Selanjutnya dijabarkan kondisi mangrove di stasiun pengamatan yang

dilakukan di bagian selatan Kota Batam seperti disajikan dalam uraian berikut.

Page 94: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

78

Tabel 30 Jenis-jenis mangrove yang ditemukan dan kerapatannya tahun 2003

Lokasi Jenis Mangrove Di RDi Fi RFi BAGIAN SELATAN 1. Kec. Sei Beduk - Dapur 12 1. Rhizophora sp 1 600 46.83 0.67 23.53 2. Avicennia sp 1 350 39.51 0.83 29.41 3. Xylocarpus granatum 167 4.88 0.50 17.65 4. Sonneratia sp 217 6.34 0.50 17.65 5. Ceriops tagal 67 1.95 0.17 5.88 6. Aegiceras corniculatum 17 0.49 0.17 5.88 Jumlah 3 418 - Pancur 1. Rhizophora sp 9 450 95.94 1 50 (Tanjung Piayu) 2. Avicennia sp 400 4.06 1 50 Jumlah 9 850 2. Kec. Galang - Jembatan 1 1. Rhizophora sp 3 750 84.27 1 28.57 2. Sonneratia sp 300 6.74 1 28.57 3. Bruguiera sp 200 4.49 0.50 14.29 4. Xylocarpus granatum 150 3.37 0.50 14.29 5. Ceriops tagal 50 1.12 0.50 14.29 Jumlah 4 450 BAGIAN UTARA Kec. Lubuk Baja - Tanjung Uma (Baloi) 1. Rhizophora sp 2 000 71.43 1 33.33 2. Bruguiera sp 600 21.43 1 33.33 3. Ceriops tagal 200 7.14 1 33.33 Jumlah 2 800

Keterangan : Di : Kerapatan suatu jenis atau Density (individu/hektar) RDi : Kerapatan Relatif atau Relative Density (%). Fi : Frekuensi suatu jenis (Frequency) RFi : Frekuensi relatif atau Relative Frequency (%)

Kondisi mangrove di Kecamatan Sei Beduk

a. Di Dapur 12 terdapat jenis mangrove Rhizophora sp. dengan frekuensi

ditemukannya jenis ini sebesar 0.67. Jenis ini paling banyak ditemukan atau

mendominasi keberadaannya sebesar 46,83% dan selanjutnya diikuti oleh

jenis Avicennia sp. sebesar 39.51%, sedangkan jenis-jenis mangrove yang

lainnya sangat kecil persentasenya. Jenis mangrove yang ditemukan di lokasi

ini ada 6 (enam) jenis, yaitu Rhizophora sp., Avicennia sp., Xylocarpus

granatum, Sonneratia sp., Ceriops tagal dan Aegiceras corniculatum.

Berdasarkan English et al. (1994), ekosistem mangrove di daerah ini termasuk

dalam kategori cukup beragam (kriteria cukup beragam bila ditemukan: 4-7

jenis). Kerapatan vegetasi mangrove di daerah ini termasuk tinggi, yaitu

Page 95: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

79

sebesar 3 418 individu/hektar (kriteria tinggi bila kerapatannya lebih besar

dari 1 500 pohon/hektar atau 15 pohon/m2). Mangrove di daerah ini oleh

penduduk sekitar dimanfaatkan kayunya untuk kebutuhan hidup mereka.

b. Pada stasiun pengamatan di daerah Pancur (Tanjung Piayu), jenis Rhizophora

sp sangat mendominasi. Hal ini dapat dilihat dari kerapatan relatifnya, yaitu

sebesar 95.94%. Mangrove jenis ini umumnya tumbuh sangat subur, dengan

diameter batangnya mencapai 20 cm dengan ketinggian mencapai kurang

lebih 15 meter. Diduga inilah sebabnya mengapa jenis ini sangat dominan

yang mengakibatkan jenis lain sulit untuk tumbuh dan bersaing. Jenis lain

yang ditemukan hanya mangrove dari jenis Avicennia sp., tetapi jumlahnya

relatif kecil dengan kerapatan relatifnya 4.06%. Di lokasi ini hanya dijumpai

2 (dua) jenis mangrove, yaitu Rhizophora sp dan Avicennia sp. Menurut

English et al. (1994), keragaman mangrove di daerah ini tergolong rendah atau

kurang beragam (kriteria kurang beragam bila ditemukan sampai dengan 3

jenis atau kurang dari 4 jenis). Kerapatan vegetasi mangrovenya termasuk

tinggi karena ditemukan sebanyak 9 850 individu/hektar.

Kondisi mangrove di Kecamatan Galang

Di lokasi jembatan pertama, jenis paling banyak ditemukan adalah

Rhizophora sp. dengan kerapatan relatif sebesar 84.27%, sedangkan jenis-jenis

mangrove yang lainnya relatif sangat kecil persentasenya. Di lokasi ini ditemukan

5 (lima) jenis mangrove, yaitu Rhizophora sp., Xylocarpus granatum, Sonneratia

sp., Bruguiera sp., Ceriops tagal dan Aegiceras corniculatum. Berdasarkan

English et al. (1994), ekosistem mangrove di daerah ini termasuk dalam kategori

cukup beragam. Kerapatan vegetasi mangrove di daerah ini termasuk tinggi, yaitu

sebesar 4 450 individu/hektar. Aktivitas masyarakat di sini memanfaatkan daratan

yang ada vegetasi mangrovenya dijadikan sebagai lahan pertanian.

Page 96: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

80

Kondisi mangrove pada lokasi pengamatan di bagian utara Kota Batam

adalah sebagaimana diuraikan di bawah ini.

Kondisi mangrove di Kecamatan Lubuk Baja

Pada lokasi pengamatan mangrove di daerah Tanjung Uma (Baloi), jenis

mangrove Rhizophora sp. merupakan jenis yang paling banyak ditemukan atau

mendominasi keberadaannya dengan kerapatan relatif sebesar 71.43%, sedangkan

jenis-jenis mangrove yang lainnya relatif kecil persentasenya. Menurut English

et al. (1994), kerapatan vegetasi mangrove di daerah ini termasuk tinggi karena

kerapatannya lebih besar dari 1 500 pohon/hektar atau 15 pohon/m2, yaitu sebesar

2 800 individu/hektar. Keragaman mangrove di daerah ini tergolong rendah atau

kurang beragam karena ditemukan kurang dari 4 jenis mangrove. Berdasarkan

hasil pengamatan hanya ditemukan 3 (tiga) jenis mangrove, yaitu Rhizophora sp.,

Bruguiera sp. dan Ceriops tagal.

Berdasarkan KEPMEN LH Nomor: 201 Tahun 2004 maka mangrove di

lokasi pengamatan yang dilakukan di bagian utara Kota Batam, jika dilihat dari

kerapatannya termasuk dalam kondisi baik atau dikatakan status mutunya pada

tingkatan baik karena kerapatannya di atas 1 500 individu/hektar. Namun

demikian, untuk menarik kesimpulan tentang keadaan mangrove di lokasi ini

dalam keadaan baik atau rusak perlu dilengkapi dengan data persentase

penutupan, tetapi dalam penelitian ini tidak dilakukan. Hal ini dapat dimengerti

karena pada saat pengamatan kondisi lingkungan di daerah ini sangat parah karena

mengalami tekanan ekologis yang cukup tinggi. Rusaknya ekosistem mangrove

di daerah ini disebabkan oleh kegiatan manusia, diantaranya pembangunan

permukiman, perkantoran dan pengembangan industri. Bahkan pada saat

dilakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian dijumpai adanya kegiatan

konversi kawasan mangrove yang akan dialih-fungsikan sebagai lokasi baru

pengembangan sebuah universitas yang ada di Kota Batam. Di samping itu

dijumpai juga adanya kegiatan reklamasi yang dilakukan secara besar-besaran

dengan mengkonversi kawasan mangrove menjadi peruntukkan lainnya. Kejadian

ini ditemukan di wilayah Kecamatan Nongsa yang berbatasan dengan Kecamatan

Page 97: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

81

Lubuk Baja (sekitar Batam Center). Kerusakan mangrove di daerah ini juga

disebabkan oleh adanya buangan limbah dari aktivitas industri.

Berdasarkan kondisi riil yang terjadi pada saat dilakukan pengamatan

langsung di lokasi penelitian dapat dijelaskan bahwa kondisi mangrove di Kota

Batam pada umumnya mengalami tekanan akibat adanya aktivitas manusia.

Aktivitas yang banyak merusak kawasan mangrove adalah adanya alih fungsi

(konversi) kawasan mangrove dan reklamasi wilayah pesisir Kota Batam yang

sebagian besar terjadi seabagai dampak dari pengembangan industri di daerah ini.

Kerusakan tersebut terutama dijumpai di Batam bagian utara yang dalam

penelitian ini diwakili daerah Tanjung Uma. Di bagian selatan Batam, kondisi

mangrovenya relatif masih lebih baik, terutama mangrove yang berada pada

sebagian besar wilayah pesisir Kecamatan Galang.

Ditinjau dari struktur dan komunitas vegetasinya, kondisi mangrove di

Batam bagian selatan (Pulau Rempang dan Galang) masih cukup baik, yang

ditunjukkan oleh kerapatan pohon dan jumlah jenis pada masing-masing tingkat

pertumbuhan. Di samping itu, habitat mangrove di kawasan ini cukup ideal bagi

habitat burung air, seperti burung kuntul kerbau yang banyak dijumpai pada

paparan lumpur dan mangrove. Kondisi substrat mangrove dominan berupa

lumpur dan pasir berlumpur karena materi (sedimen) pembentuknya dibawa oleh

sungai yang mengalir menuju kawasan mangrove. Sebaliknya, di Pulau Batam,

kondisi hutan mangrove sudah banyak rusak akibat dilakukannya penebangan

secara besar-besaran untuk kepentingan penyediaan lahan terutama untuk

kawasan industri yang berkembang dengan sangat cepat di daerah ini.

Masyarakat di sekitar wilayah pesisir Kota Batam telah mulai

memanfaatkan mangrove sebagai kayu bakar serta sebagian kawasan mangrove

dirubah menjadi kawasan permukiman dan peruntukan lainnya. Di samping itu

penduduk di dearah ini memanfaatkan wilayah pesisir untuk membuang sampah

rumah tangga.

PKSPL-IPB (2002) menyebutkan bahwa mangrove di Barelang (Batam,

Rempang dan Galang) menghasilkan manfaat lain berupa ikan dengan volume

hasil tangkapan sekitar 7 396 ton pada tahun 2002. Di samping ikan, pada

kawasan mangrove di daerah ini ditemukan 5 spesies reptil dan 18 spesies burung.

Page 98: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

82

Terumbu karang

Terumbu karang merupakan ekosistem yang memiliki produktivitas dan

keanekaragaman jenis biota yang tinggi. Banyak biota yang hidup di terumbu

karang merupakan sumberdaya perikanan dan sumber makanan dalam rantai

makanan pada ekosistem tersebut. Karena itu keberdaan terumbu karang yang

terdapat di Kota Batam akan mendukung kelangsungan kegiatan perikanan, baik

sebagai habitat berbagai jenis ikan, sumber makanan bagi ikan dan lain

sebagainya.

Komponen utama dalam ekosistem terumbu karang ini adalah lingkungan

perairan dimana terumbu karang tersebut berada. Bila kualitas perairannya baik

dan menunjang kehidupan terumbu karang maka terumbu karang akan tumbuh

dan berkembang dengan baik pula. Namun sebaliknya, bila kualitas perairannya

tidak baik maka pertumbuhan terumbu karang akan terhambat bahkan mati.

COREMAP RIAU (1996) mencatat bahwa perairan Galang memiliki

terumbu karang seluas 1 313.5 hektar. Sementara berdasarkan pengolahan dari

data PRC (1998) diperoleh luas terumbu karang sebagai berikut: 3 565.21 hektar

di Batam, 1 179.47 hektar di Rempang dan di Setoko dijumpai 281.46 hektar.

Wilayah Barelang yang bergaris pantai 473 km juga memiliki potensi biodiversity

yang cukup besar dan potensi ini tersimpan dalam ekosistem terumbu karang yang

mencapai luas 6 340.64 hektar. Walaupun luasan ini sebagian merupakan turunan

dari peta dasar dan panjang garis pantai dan tidak ada kualifikasi kualitas

ekosistemnya, namun dapat menunjukkan potensi besar yang dimiliki oleh

perairan di sekitar terumbu karang Barelang. Luasan terumbu karang pada

masing-masing daerah disajikan pada Tabel 31.

Tabel 31 Luas terumbu karang di Barelang, 1998 No Lokasi Panjang Garis

Pantai (km) Luas Coral Reef

(ha) 1 Batam 266 3 565.212) 2 Rempang 88 1 179.472) 3 Setoko 21 281.462) 4 Galang 98 1 313.501)

Total 473 6 339.64

Sumber : 1) COREMAP RIAU (1996) dan 2) Diolah dari data PRC (1998)

Page 99: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

83

PRC (1998) menyebutkan bahwa terumbu karang di Barelang umumnya

merupakan karang tepi (fringing reef) yang terdapat pada pita sempit sekeliling

batas pulau-pulau karang. Sebagian besar pulau-pulau di Barelang mempunyai

beberapa tepi (fringing) karang. Pesisir Barelang yang keruh menyebabkan

terumbu karang menjadi stres karena sedimentasi yang sangat dimungkinkan

diakibatkan oleh alam dan manusia. Karang di Batam mungkin baru berkembang

sejak 6 000 tahun terakhir sewaktu jaman es yang terakhir, dimana permukaan

laut tetap pada permukaan arusnya.

Selain itu, PRC (1998) juga menyebutkan bahwa perkembangan terumbu

karang di Barelang lebih banyak terjadi di sepanjang pantai Barat pulau-pulau

besar dan kelihatan seperti potongan-potongan berselang seling dari tepi karang.

Terumbu karang membentuk pita sempit (di beberapa tempat mempunyai lebar

bervariasi antara 15 hingga 30 meter) di seputar pulau-pulau. Kedalaman

maksimal dari terumbu karang di sebagian daerah tersebut adalah 6 meter sampai

8 meter. Keturunan dari terumbu karang bercangkang keras terlihat di Barelang

termasuk Euphyllia, Goniopora, Porites, Acropora, Fungia, Goniastrea, Favia,

Platgyra dan lain sebagainya. Keturunan dari kerang lunak yang ditemui

termasuk Sarcophyton dan Sinularia.

Secara umum distribusi terumbu karang (coral reef) di Pesisir Kota Batam

dan sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 10, yang merupakan hasil analisis data

Citra Landsat tahun 1998. Dari gambar tersebut terlihat bahwa potensi

penyebaran terumbu karang berada di sekitar pesisir dan pulau-pulau di Kota

Batam, seperti di wilayah perairan Kecamatan Nongsa, Kecamatan Batu Ampar,

Kecamatan Lubuk Baja, Kecamatan Sekupang, Kecamatan Belakang Padang dan

Kecamatan Galang.

Page 100: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

84

Gambar 10 Distribusi terumbu karang (coral reef) di Pesisir Kota Batam dan sekitarnya (Ministry of State for Environment, 2000)

Page 101: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

85

PERTAMINA Conoco (1998) dan PRC (1998) mengemukakan bahwa

secara umum kondisi terumbu karang di daerah pengamatan dalam kondisi rusak

(sedang), baik sampai baik sekali dengan persentase penutupan karang hidup

antara 48% - 100% (Tabel 32). Saat pengamatan dilakukan visibility (kecerahan)

horizontal di kedalaman sekitar 6 meter, dimana terumbu karang ini umumnya

tumbuh, maksimum hanya 10 meter. Kondisi perairan saat pengamatan

berlangsung kurang baik karena tingginya konsentrasi partikel terlarut, sehingga

menghalangi pandangan. Di sisi lain kondisi demikian dapat menghalangi

penetrasi sinar matahari. Bila hal ini terus-menerus terjadi akan berakibat buruk

pada terumbu karang. Partikel-pertikel tersebut akan turun dan menutupi polip-

polip terumbu karang, bila hal ini terjadi maka tidak mustahil kematian terumbu

karang akan terjadi.

Tabel 32 Persen penutupan biota penyusun terumbu karang di lokasi pengamatan

perairan Barelang, 1998

No. Lokasi Persen Penutupan Karang Hidup (%)

Kriteria ***

1. Tanjung Sengkuang 70.70* baik 2. P. Lengkana 96.90* baik sekali

3. Nongsa (timur P. Putri) 77.30* baik sekali 4. Nongsa (barat P. Putri) 95.67* baik sekali 5. P. Sambu Besar 100.00* baik sekali 6. P. Sambu Kecil 68.82* baik 7. P. Dempo 74.00** baik 8. Tg. Tjakang (Galang Baru) 67.00** baik 9. Karang E. (dekat Galang

Baru) 66.00** baik

10. P. Setoko 48.00** rusak (sedang) 11. P. Babi 64.00** baik 12. P. Nginang 69.00** baik 13. Karang 8 (dekat Kabil,

Batam) 71.00** baik

Sumber: *Pertamina Conoco (1998); **PRC (1998); *** Berdasarkan KEPMEN LH Nomor: 04 Tahun 2001 (KLH, 2001)

PERTAMINA (2002) menyebutkan bahwa persentase tutupan karang

berkisar antara 0-28 % dengan tipe terumbu karangnya adalah fringing reefs

diperoleh dari hasil pengamatan di sekitar Belakang Padang dan Pulau Batam

Page 102: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

86

(Pulau Mecan, Pulau Kapal Besar, Pulau Layang, Pulau Bekajang, Pulau Mimpi,

Pulau Lengkang, Pulau Lengkana, Pulau Sambu, Pulau Belakang Padang, Pulau

Sekilak, Pulau Dongas, Pulau Bokur, pantai Tanjung Uma, pantai Batu Merah dan

pantai Tanjung Sengkuang). Hal ini berarti bahwa kondisi terumbu karang di

lokasi tersebut status mutunya termasuk dalam kategori rusak (buruk sampai

sedang).

Untuk mengetahui kondisi pada saat penelitian maka dilakukan

pengamatan langsung di beberapa lokasi penelitian pada kedalaman perairan laut

3 meter dan 10 meter. Di setiap lokasi dilakukan pengamatan pada 3 (tiga)

satsiun (Ss1-Ss3) pada kedalaman perairan 3 meter dan 10 meter, yang dilakukan

di wilayah perairan laut Kota Batam di bagian selatan, timur dan barat.

Berdasarkan Tabel 33, persentase tutupan karang hidup dari pengamatan

langsung yang dilakukan pada kedalaman perairan 3 meter terlihat bahwa terumbu

karang di lokasi ini dalam keadaan rusak (sedang) sampai baik sekali dengan

persentase tutupan karang hidup antara 44.1% - 76.3%. Secara lebih terinci

dijelaskan dalam uraian berikut.

Kondisi terumbu karang di bagian selatan Kota Batam (kedalaman 3 meter)

Pengamatan langsung kondisi terumbu karang di bagian selatan Kota

Batam dilakukan di Kecamatan Galang, yaitu pada 4 (empat) lokasi meliputi

sebelah utara, sebelah timur, sebelah selatan dan sebelah barat-daya Pulau Abang

Kecil. Pada sebagian besar stasiun pengamatan persentase tutupan karang hidup

termasuk baik sampai baik sekali dan hanya pada satu stasiun saja ditemukan

dalam kriteria rusak (sedang), yaitu pada Ss2 di sebelah timur Pulau Abang Kecil

dengan persentase tutupan karang hidup 44.1%. Berdasarkan KEPMEN LH

Nomor: 04 Tahun 2001 (KLH, 2001) maka kondisi pada sebagian besar stasiun

pengamatan terumbu karang di Kecamatan Galang status mutunya berada pada

tingkatan baik dan hanya pada satu stasiun saja status mutunya berada pada

tingkatan rusak, yaitu pada Ss2 di sebelah timur Pulau Abang Kecil, yang diduga

kerusakannya disebabkan oleh penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan

atau karena digunakan untuk penambatan jangkar perahu nelayan.

Page 103: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

87

Tabel 33 Kondisi karang pada kedalaman perairan 3 meter tahun 2003

Tempat Stasiun Tutupan karang

hidup ( % )

Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang *)

Ss 1 69.9 baik

Ss 2 76.3 baik sekali

BAGIAN SELATAN Kec. Galang

1) Utara P. Abang Kecil Ss 3 53.6 baik

Ss 1 66.2 baik

Ss 2 44.1 sedang

2) Timur P. Abang Kecil Ss 3 75.0 baik sekali

Ss 1 71.2 baik

Ss 2 66.9 baik 3) Selatan P. Abang Kecil Ss 3 66.4 baik

Ss 1 69.9 baik

Ss 2 59.9 baik 4) Barat-Daya P. Abang Kecil Ss 3 62.7 baik

Ss 1 67.9 baik

Ss 2 66.6 baik

BAGIAN TIMUR Kec. Nongsa 1) Selatan P. Ngenang Ss 3 64.4 baik

Ss 1 60.6 baik

Ss 2 71.1 baik 2) Barat P. Ngenang Ss 3 62.0 baik

Ss 1 52.3 baik

Ss 2 58.1 baik

BAGIAN BARAT Kec. Belakang Padang 1) Selatan P. Lengkang Ss 3 46.9 sedang

Ss 1 51.4 baik

Ss 2 57.0 baik 2) Timur P. Lengkang Ss 3 54.3 baik

Keterangan: *) Berdasarkan KEPMEN LH Nomor: 04 Tahun 2001 (KLH, 2001)

Page 104: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

88

Kondisi terumbu karang di bagian timur Kota Batam (kedalaman 3 meter)

Kondisi terumbu karang di bagian timur Kota Batam yang dilakukan pada

2 lokasi di Kecamatan Nongsa, yaitu sebelah barat Pulau Ngenang dan selatan

Pulau Ngenang/Kubung. Persentase tutupan karang hidup pada seluruh stasiun

pengamatan termasuk baik. Menurut KEPMEN LH Nomor: 04 Tahun 2001

(KLH, 2001), kondisi terumbu karang di seluruh stasiun pengamatan terumbu

karang di Kecamatan Nongsa dikatakan memiliki status mutu yang berada pada

tingkatan baik.

Kondisi terumbu karang di bagian barat Kota Batam (kedalaman 3 meter)

Kondisi terumbu karang di bagian barat Kota Batam dilakukan pada 2

lokasi di Kecamatan Belakang Padang, yaitu disebelah timur dan selatan Pulau

Lengkang. Persentase tutupan karang hidup pada sebagian besar stasiun

pengamatan termasuk baik dan hanya pada satu stasiun saja ditemukan dalam

kriteria rusak (sedang), yaitu pada Ss3 di sebelah selatan Pulau Lengkang dengan

persentase tutupan karang hidup 46.9%. Apabila mengacu pada KEPMEN LH

Nomor: 04 Tahun 2001 (KLH, 2001) maka kondisi pada sebagian besar stasiun

pengamatan terumbu karang di Kecamatan Belakang Padang status mutunya

berada pada tingkatan baik dan hanya pada satu stasiun saja status mutunya

berada pada tingkatan rusak, yaitu pada Ss3 yang letaknya di sebelah selatan

Pulau Lengkang. Penyebab kerusakan terumbu karang di daerah ini kemungkinan

besar disebabkan oleh dampak dari kegiatan industri yang ada di sekitar stasiun

pengamatan, khususnya yang ada di Kecamatan Sekupang, Lubuk Baja dan Batu

Ampar karena letaknya berdekatan dengan stasiun pengamatan di lokasi ini. Dari

hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian terdapat beberapa industri yang

ada di sekitar stasiun pengamatan, seperti beberapa industri galangan kapal

(shipyard), aktivitas Depo Pertamina Pulau Sambu-Kecamatan Belakang Padang

dan lain-lain.

Page 105: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

89

Sama halnya dengan pengamatan kondisi terumbu karang yang dilakukan

pada kedalaman perairan 3 meter, pengamatan kondisi terumbu karang pada

kedalaman perairan 10 meter juga dilakukan di bagian selatan, barat dan timur

Kota Batam (Tabel 34). Berdasarkan Tabel 34, persentase tutupan karang hidup

dari hasil pengamatan langsung yang dilakukan pada kedalaman perairan 10 meter

menunjukkan bahwa terumbu karang di lokasi ini dalam keadaan rusak (buruk)

sampai baik sekali dengan persentase tutupan karang hidup antara 22.2% - 95%.

Secara lebih jelas dapat dilihat dari uraian berikut.

Kondisi terumbu karang di bagian selatan Kota Batam (kedalaman 10 meter)

Kondisi terumbu karang di bagian selatan Kota Batam dilakukan di

Kecamatan Galang, yaitu pada 4 (empat) lokasi, masing-masing di sebelah utara,

sebelah timur, sebelah selatan dan sebelah barat-daya Pulau Abang Kecil. Dari

12 stasiun pengamatan, pada 8 stasiun pengamatan persentase tutupan karang

hidup termasuk baik sampai baik sekali dan pada 4 stasiun persentase tutupan

karang hidup termasuk rusak (sedang sampai buruk). Terumbu karang dalam

kondisi rusak (sedang) terjadi pada Ss1 (39.9%) dan Ss2 (37.1%) di utara Pulau

Abang Kecil serta pada Ss2 (40.2%) di timur Pulau Abang Kecil, sedangkan

terumbu karang dalam kondisi rusak (buruk) terjadi pada Ss3 (22.2%) di utara

Pulau Abang Kecil. Berdasarkan KEPMEN LH Nomor: 04 Tahun 2001 (KLH,

2001) maka kondisi pada sebagian besar stasiun pengamatan (8 stasiun), terumbu

karang di Kecamatan Galang status mutunya berada pada tingkatan baik dan pada

4 stasiun lainnya status mutunya berada pada tingkatan rusak. Kerusakan terumbu

karang di daerah ini diduga disebabkan oleh penangkapan ikan yang tidak ramah

lingkungan atau juga karena penambatan jangkar perahu nelayan.

Page 106: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

90

Tabel 34 Kondisi karang pada kedalaman perairan 10 meter tahun 2003

Tempat Stasiun Tutupan karang

hidup ( % )

Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang *)

Ss 1 39.9 sedang

Ss 2 37.1 sedang

BAGIAN SELATAN Kec. Galang

1) Utara P. Abang Kecil Ss 3 22.2 buruk

Ss 1 95.0 baik sekali

Ss 2 40.2 sedang 2) Timur P. Abang Kecil Ss 3 53.4 baik

Ss 1 77.7 baik sekali

Ss 2 52.7 baik 3) Selatan P. Abang Kecil Ss 3 79.5 baik sekali

Ss 1 52.3 baik

Ss 2 50.0 baik 4) Barat-Daya P. Abang Kecil Ss 3 59.8 baik

Ss 1 32.6 sedang

Ss 2 40.8 Sedang

BAGIAN TIMUR Kec. Nongsa 1) Selatan P. Ngenang Ss 3 42.2 sedang

Ss 1 61.2 baik

Ss 2 45.0 sedang 2) Barat P. Ngenang Ss 3 42.3 sedang

Ss 1 37.8 sedang

Ss 2 47.2 sedang

BAGIAN BARAT Kec. Belakang Padang 1) Selatan P. Lengkang Ss 3 53.8 baik

Ss 1 34.4 sedang

Ss 2 47.4 sedang 2) Timur P. Lengkang Ss 3 39.7 sedang

Keterangan: *) Berdasarkan KEPMEN LH Nomor: 04 Tahun 2001 (KLH, 2001)

Page 107: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

91

Kondisi terumbu karang di bagian timur Kota Batam (kedalaman 10 meter)

Pengamatan kondisi terumbu karang di bagian timur Kota Batam

dilakukan pada 2 lokasi di Kecamatan Nongsa, yaitu sebelah barat Pulau Ngenang

dan selatan Pulau Ngenang/Kubung. Dari hasil pengamatan terhadap persentase

tutupan karang hidup pada sebagaian besar stasiun pengamatan pada umumnya

termasuk rusak (sedang) dan hanya pada satu stasiun pengamatan saja ditemukan

masih dalam kondisi baik, yaitu pada Ss1 (61.2%) di sebelah barat Pulau

Ngenang. Berdasarkan KEPMEN LH Nomor: 04 Tahun 2001 (KLH, 2001),

kondisi pada sebagian besar stasiun pengamatan terumbu karang di Kecamatan

Nongsa status mutunya berada pada tingkatan rusak. Diduga kerusakan terumbu

karang di lokasi ini karena di sekitar stasiun pengamatan terdapat banyak industri,

bahkan pada saat dilakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian dijumpai di

daerah Kabil-Kecamatan Nongsa terdapat beberapa industri sedang memperluas

kawasannya dengan melakukan reklamasi pantai yang tentunya akan berdampak

terhadap meningkatnya kekeruhan perairan serta menurunkan kualitas perairan

laut di sekitarnya. Turunnya kualitas perairan laut ini akan mengganngu

kelangsungan hidup terumbu karang di lokasi ini.

Kondisi terumbu karang di bagian barat Kota Batam kedalaman 10 meter)

Pengamatan terhadap terumbu karang di bagian barat Kota Batam

dilakukan pada 2 lokasi di Kecamatan Belakang Padang, yaitu disebelah timur

dan selatan Pulau Lengkang. Hasil pengamatan terhadap persentase tutupan

karang hidup menunjukkan bahwa pada sebagaian besar stasiun pengamatan pada

umumnya termasuk rusak (sedang) dan hanya pada satu stasiun pengamatan saja

ditemukan masih dalam kondisi baik, yaitu pada Ss3 (53.8%) di sebelah selatan

Pulau Lengkang. Berdasarkan KEPMEN LH Nomor: 04 Tahun 2001 (KLH,

2001) maka kondisi pada sebagian besar stasiun pengamatan terumbu karang di

Kecamatan Nongsa status mutunya berada pada tingkatan rusak. Kerusakan

terumbu karang di daerah ini kemungkinan besar disebabkan oleh dampak dari

kegiatan industri yang ada di sekitar stasiun pengamatan. Berdasarkan

Page 108: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

92

pengamatan langsung, beberapa industri yang ada di sekitar stasiun pengamatan di

antaranya beberapa industri galangan kapal (Shipyard), pertamina dan lain-lain.

Bentuk pertumbuhan karang yang ditemukan di lokasi penelitian antara

lain: Acropora Branching (ACB), Acropora Digitate (ACD), Acropora Tabulate

(ACT) dan Non Acropora yaitu: Coral Branching (CB), Coral Encrusting (CE),

Coral Foliose (CF), Coral Massive (CM), Coral Mushroom (CMR), Coral

Submassive (CS) dan Soft Coral (SC).

Secara umum, karang mati yang menyusun substrat dasar perairan pada

lokasi penelitian adalah karang mati yang ditumbuhi alga (Dead Coral with Alga).

Dead Coral with Alga (DCA) ini hampir ditemukan pada setiap substasiun

pengamatan. Persentase penutupan DCA ini berkisar antara 12.6% - 41.3% pada

kedalaman 3 meter dan 3% - 67.4% pada kedalaman 10 meter. Selain DCA, juga

ditemukan patahan karang dengan penutupan yang bervariasi pada setiap sub-

stasiunnya. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa pada lokasi pengamatan

telah terjadi kerusakan karang yang berlangsung dalam waktu lama.

Keberadaan terumbu karang secara nyata mendukung produksi perikanan

laut di daerah tersebut (Tabel 35). Berdasarkan Tabel 35 terlihat bahwa jenis

ikan karang memberikan kontribusi terbesar dalam volume maupun nilai,

selanjutnya diikuti oleh udang dan moluska.

Tabel 35 Data hasil tangkapan ikan di sekitar terumbu karang di Barelang,

1996

Udang Ikan Karang Moluska Lokasi Produksi

(ton/th) Nilai (US$)

Produksi (ton/th)

Nilai (US$)

Produksi (ton/th)

Nilai (US$)

Batam 1 033.9 11 166 120 1 811.0 19 952 600 360.0 864 000Sumber : Buku Tahunan Statistik Perikanan Propinsi Riau (1996).

Page 109: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

93

Padang Lamun Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya

menyesuaikan diri untuk hidup di bawah permukaan air laut. Lamun hidup di

perairan dangkal agak berpasir, sering juga dijumpai di ekosistem terumbu

karang. Lamun dapat membentuk padang yang luas dan lebat di dasar laut yang

masih terjangkau oleh cahaya matahari dengan tingkat energi cahaya yang

memadai bagi pertumbuhannya. Berlawanan dengan tumbuhan lain yang hidup

terendam dalam laut (misalnya ganggang/alga laut), lamun mempunyai sirkulasi

air yang baik. Air yang mengalir inilah yang menghantarkan zat-zat hara atau

nutrien dan oksigen serta mengangkut hasil metabolisme lamun, seperti karbon

dioksida (CO2) ke luar daerah padang lamun. Secara umum, semua tipe dasar laut

dapat ditumbuhi lamun, namun padang lamun yang luas hanya dijumpai pada

dasar laut lumpur berpasir lunak dan tebal.

Seperti halnya ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun juga

merupakan salah satu ekosistem yang paling produktif dan dapat terletak di sekitar

hutan mangrove atau berada di antara ekosistem mangrove dan terumbu karang.

Ekosistem ini menyokong berbagai biota laut. Banyak jenis-jenis ikan, crustacea,

teripang dan bivalva yang memanfaatkan padang lamun sebagai nursery ground

dan feeding ground. Keanekaragaman jenis di padang lamun berkisar antara

292-10 644 individu/m2. Dengan semacam batang yang menyerupai akar,

memanjang secara horizontal di dalam sedimen, lamun berperan menstabilkan

sedimen dasar. Keberadaan lamun membuat sedimen yang tersuspensi cenderung

berakumulasi dan terjebak di “daun” lamun. Sedimen ini terkadang mengandung

bahan organik tinggi yang memberikan kontribusi terhadap tingginya

produktivitas ekosistem padang lamun. Tingginya produktivitas inilah yang dapat

menjadi daya tarik kedatangan ikan, penyu, hewan mamalia untuk mencari makan

atau memijah. Bahkan beberapa jenis ikan tertentu menggunakan lamun sebagai

tempat untuk menghindari predator. Keberadaan lamun dapat memberikan

indikasi tentang sehat atau tidaknya ekosistem laut. Adanya tanda-tanda bila

ekosistem ini mulai menghilang berarti ada masalah yang sedang terjadi di

perairan tersebut (PERTAMINA, 2002).

Page 110: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

94

Dalam keterangan lainnya, PERTAMINA (2002) menyebutkan bahwa

produktifitas padang lamun sangat tergantung pada sejumlah faktor, yaitu

salinitas, temperatur dan kekeruhan. Padang lamun sangat sensitif terhadap

degradasi lingkungan akibat aktivitas pertanian, industri dan pencemaran limbah

domestik. Kegiatan yang paling potensial mengancam keberadaan ekosistem

padang lamun adalah penambangan pasir karena kegiatan ini bukan hanya

menghancurkan secara langsung, tetapi juga tidak langsung melalui peningkatan

kekeruhan air dan depososi sedimen yang berlebihan.

Di Indonesia sedikitnya ada 7 marga dan 13 spesies lamun yang

menempati daerah yang sangat luas, yaitu sekitar 30 000 km2. Penyebaran

ekosistem padang lamun di Indonesia mencakup perairan Jawa, Sumatera, Bali,

Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Irian Jaya. Jenis-jenis lamun

yang biasa dijumpai di perairan Indonesia di antaranya Halodule uninervis,

Halodule pinifolio, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Syringodium

isoetifolium, Thalassodendron ciliatum, Enhalus acoriodes, Halophila beccari,

Halophila minor, Halophila ovalis, Halophila spinulosa, dan Thalassia

hemprichii (Hutomo, 1985).

Analisis padang lamun di perairan Kota Batam dilakukan berdasarkan data

sekunder yang diperoleh dari hasil-hasil studi sebelumnya dan litertur-literatur

lainnya karena tidak dilakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian. Berikut

disajikan distribusi lamun di pesisir Kota Batam dan sekitarnya seperti pada

Gambar 11.

PKSPL-IPB (2001) mencatat bahwa padang lamun di Kota Batam

dijumpai di Barelang, yaitu di perairan pantai/laut di Belakang Padang, Batuaji,

Nongsa, Batu Ampar, pantai timur Rempang dan pantai timur Galang. Jenis

lamun yang ditemukan terdiri dari empat jenis, yaitu Halodule uninervis,

Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, dan Enhalus acoriodes.

Kondisinya termasuk jarang hingga sedang. Dengan mengacu pada KEPMEN LH

Nomor: 200 Tahun 2004 maka berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa

status padang lamun di daerah ini termasuk dalam kategori rusak. Kondisi

demikian akan mempengaruhi fungsi padang lamun yang ada di perairan tersebut.

Page 111: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

95

Gambar 11 Distribusi lamun (seagrass) di Pesisir Kota Batam dan sekitarnya (Ministry of State for Environment, 2000)

Page 112: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

96

Fungsi padang lamun di lingkungan pesisir adalah sebagai berikut:

♦ Sistem perakaran lamun yang padat dan saling menyilang dapat menstabilkan

dasar laut dan mengakibatkan kokoh tertanamnya lamun dalam dasar laut;

♦ Padang lamun berfungsi juga sebagai perangkap sedimen yang kemudian

diendapkan dan distabilkan;

♦ Padang lamun segar merupakan makanan ikan duyung (yang sebenarnya

bukan sejenis ikan, melainkan hewan menyusui), penyu laut, bulu babi, dan

beberapa jenis ikan. Padang lamun merupakan daerah penggembalaan

(grazing ground) yang penting artinya bagi hewan-hewan laut tersebut. Ikan

laut lainnya dan udang tidak makan daun segar melainkan serasah (detritus)

dari lamun. Detritus ini dapat tersebar luas oleh arus ke perairan di sekitar

padang lamun;

♦ Padang lamun merupakan habitat bagi bermacam-macam ikan (umumnya ikan

berukuran kecil) dan udang. Pada permukaan daun lamun, hidup melimpah

ganggang-ganggang renik (biasanya ganggang bersel tunggal) disebut

perifiton, hewan-hewan renik dan mikroba yang merupakan makanan bagi

bermacam jenis ikan yang hidup di sekitar padang lamun;

♦ Banyak ikan dan udang yang hidup di perairan sekitar padang lamun

menghasilkan larva yang bermigrasi ke padang lamun untuk tumbuh besar.

Bagi larva-larva ini, padang lamun memang menjanjikan kondisi lingkungan

yang optimal bagi pertumbuhannya. Dengan demikian, merusak padang

lamun berarti pula merusak daerah asuhan (nursery ground) larva-larva

tersebut.

♦ Daun lamun berperan sebagai tudung pelindung yang menutupi penghuni

padang lamun dari sengatan sinar matahari; dan

♦ Tumbuhan lamun dapat digunakan sebagai bahan makanan dan pupuk.

Misalnya samo-samo (Enhalus acoroides) oleh penduduk di Kepulauan Seribu

telah dimanfaatkan bijinya sebagai bahan makanan (Nontji, 1987).

Berdasarkan keterangan yang diolah dari data PRC (1998) dan Riau

Coastal Zone Local Management Planning (1999) diketahui bahwa di wilayah

Page 113: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

97

pesisir Barelang terdapat total lamun seluas 5 758.1 hektar dengan hamparan

paling luas ditemukan di Pulau Batam, yaitu 3 238.2 hektar (Tabel 36).

Tabel 36 Luas padang lamun di wilayah pesisir Barelang, 2002

Lokasi Garis Pantai (km)

Luas Lamun (ha)

Batam 266 3 238.2 Rempang 88 1 071.3 Setoko 21 255.6 Galang 98 1 193.0

Total 473 5 758.1 Sumber : Diolah dari data PRC (1998) dan Riau Coastal Zone Local Management

Planning (1999) PRC (1998) menyebutkan bahwa hamparan padang lamun yang terdapat di

daerah pesisir Barelang yang paling luas terdapat di pantai Timur Rempang dan

Galang dan di ujung Selatan Galang Baru. Spesies yang dominan adalah rumput

pita yang tinggi (Enhalus acoroides), yang sangat umum dan membentuk dataran

luas. Golongan lain yang ditemukan termasuk Cymodocea dan Syringodium.

Pada beberapa daerah, padang lamun ini ditutupi oleh ganggang epifit dan

sedimen yang mungkin menunjukkan adanya eutrofikasi (masukan makanan yang

berlebih) dan stres karena sedimentasi.

Menurut PERTAMINA (2002) disebutkan bahwa lamun yang ditemukan

di Pulau Batam dan sekitarnya adalah jenis Enhallus, di antaranya dijumpai di

Pulau Mecan, Pulau Layang, Pulau Bekajang, Pulau Mimpi, Pulau Lengkang,

Pulau Lengkana, Pulau Sambu, Pulau Belakang Padang, Pulau Sekilak, Pulau

Bokur, pantai Batu Merah dan pantai Tanjung Sengkuang.

Produksi perikanan padang lamun diperoleh berdasarkan atas perhitungan

produksi perikanan dari data Statistik Perikanan Propinsi Riau (Tabel 37). Seperti

halnya juga produksi ikan di sekitar terumbu karang, statistik ini juga hanya

menyajikan hasil tangkapan di Batam. Sementara, jumlah hasil tangkapan di

Rempang dan Galang tidak tersedia. Hasil tangkapan ikan di sekitar padang

lamun dapat dikelompokkan sebagai ikan dan udang. Volume dan nilai hasil

tangkapan jenis ikan lebih dominan dibandingkan dengan udang. Berdasarkan

data hasil tangkapan ikan di sekitar padang lamun Batam tahun 1996 diperoleh

Page 114: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

98

udang sebanyak 402.2 ton/th dengan nilai US$ 4 343 760.00 dan ikan sejumlah

1 017.8 ton/th dengan nilai US$ 6 717 480.00.

Tabel 37 Data hasil tangkapan ikan di sekitar padang lamun Batam, 1996

Udang

Ikan

Lokasi Produksi (ton/th)

Nilai (US$) Produski (ton/th)

Nilai (US$)

Batam 402.2 4 343 760 1 017.8 6 717 480 Sumber : Buku Tahunan Statistik Perikanan Propinsi Riau (1996).

Sumberdaya Perikanan

Kota Batam merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 325 buah

pulau besar dan kecil dengan panjang pantai sekitar 1 261 Km dan luas laut

sekitar 289.300 hektar. Wilayah laut ini merupakan bagian terbesar, yaitu sekitar

74% dari wilayah Kota Batam. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa wilayah

laut yang dominan itu memiliki potensi sumberdaya yang masih cukup besar

tetapi belum dimanfaatkan dengan baik.

Belum optimalnya pengembangan potensi sumberdaya pesisir dan laut di

Kota Batam disebabkan oleh masih terkonsentrasinya aktivitas di wilayah daratan.

Padahal berbagai aktivitas yang dilakukan di wilayah daratan Kota Batam

cenderung memberikan tekanan terhadap sumberdaya yang ada di wilayah bagian

bawahnya (pesisir dan laut). Hal ini dapat dilihat dari semakin menurunnya hasil

tangkapan ikan olah para nelayan khususnya nelayan pantai. Keadaan ini terjadi

karena menurunnya kualitas lingkungan yang berakibat pada penurunan

produktivitas perairan Kota Batam.

Dalam rangka untuk mengetahui potensi sumberdaya di wilayah pesisir

dan laut Kota Batam maka salah satunya telah dilakukan pendataan melalui

kegiatan identifikasi data perikanan yang dilaksanakan oleh Dinas Kelautan,

Perikanan dan Pertanian Kota Batam pada tahun 2004. Kegiatan identifikasi data

perikanan dilakukan pada 8 kecamatan dan 51 kelurahan yang meliputi 96 pulau

berpenghuni, baik di pulau besar maupun pulau kecil. Adapun nama-nama pulau

yang diidentifikasi seperti dalam Tabel 38. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota

Batam Nonor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam

Page 115: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

99

Tahun 2004-20014 disebutkan bahwa Kota Batam memiliki lebih dari 400 pulau

dan 329 diantaranya telah memiliki nama, termasuk di dalamnya pulau-pulau

terluar di wilayah perbatasan negara.

Dari Tabel 38 memperlihatkan bahwa pulau-pulau berpenghuni yang

paling banyak terdapat di Kecamatan Galang. Selain itu tabel tersebut

menggambarkan bahwa wilayah kecamatan yang masyarakatnya dominan

terhadap aktivitas di laut secara berurutan adalah Kecamatan Galang, Belakang

Padang, Bulang, Nongsa, Sei Beduk, Sekupang, Batu Ampar dan Lubuk Baja.

Tabel 38 Daftar nama-nama pulau yang teridentifikasi berpenghuni di Kota Batam Kecamatan Nama Pulau/Perkampungan 1. Galang 1) P. Abang, 2) P. Petong, 3) Airsaga, 4) P. Nguan,

5) P. Karas, 6) P. Panjang, 7) Tg. Culim, 8) Tg. Kertang, 9) Tolop, 10) Kp. Baru, 11) Tg. Pengapit, 12) Tg. Linau, 13) Sincaran, 14) Mubut, 15) Jemara, 16) Pl. Telunjuk, 17) Subang Mas, 18) Tg. Kalok, 19) P. Jemara, 20) Monggak, 21) Pasir Panjang, 22) Blongkeng, 23) Kp. Baru Cate, 24) Tebing Tinggi, 25) Rempang Cate, 26) Air Raja, 27) Dapur 3, 28) Dapur 6, 29) Sembulang, 30) Sijantung, 31) Tg. Banun dan 32) Sembur.

2. Bulang 1) Setokok, 2) P. Panjang, 3) P. Akar, 4) P. Kalong, 5) Temoyong, 6) Selat Nenek, 7) P. Aweng, 8) Pl. Cengkul, 9) Pl. Juna 10) P. Jaloh, 11) P. Buluh, 12) P.Air, 13) P. Labu, 14) Bulang Lintang, 15) Bulang Kebam dan 16) P. Seraya.

3. Belakang Padang 1) Belakang Padang, 2) P. Lengkang, 3) P. Sarang, 4) Mecan, 5) P. Mongkol, 6) P. Kasu, 7) P. Pecung, 8) P. Granting, 9) P. Tumbar, 10) P. Terung, 11) Teluk Banun, 12) Teluk Bakau, 13) Teluk Sunti, 14) Teluk Kangkung, 15) Pekasing, 16) P. Bertam, 17) P. Lingke, 18) P. Saga dan 19) P. Sekanak.

4. Sei Beduk 1) Tg. Piayu Darat, 2) Tg. Piayu Laut, 3) Desa Bagan, 4) Kapling Bagan, 5) Tg. Gunadap, 6) P. Lance, 7) Dapur 12, 8) P. Sekenah dan 9) P. Teraling.

5. Nongsa 1) P. Ngenang, 2) P. Kubung, 3) P. Todak, 4) Punggur, 5) P. Kasam, 6). Sungai Kasam, 7) Teluk Bakau, 8) Batu Besar, 9) Kmp. Melayu dan 10) Kabil.

6. Sekupang 1) Kelurahan Tg. Riau, 2). P. Seraya, 3) Patam Lestari dan 4) Tanjung Uncang.

7. Batu Ampar 1) Tg. Sengkuang, 2) Bengkong Laut dan 3) Batu Merah. 8. Lubuk Baja 1) Tanjung Uma

Sumber: Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Batam (2004)

Page 116: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

100

Potensi sumberdaya perikanan di Kota Batam meliputi perikanan

tangkap, akuakultur dan marikultur. Distribusi sumberdaya perikanan tangkap,

akuakultur dan marikultur di Pesisir Kota Batam dan sekitarnya disajikan dalam

Gambar 12.

Kegiatan perikanan di Kota Batam secara umum meluputi perikanan

tangkap dan budidaya. Namun yang paling dominan yang dilakukan oleh

masyarakat sampai saat ini adalah kegiatan perikanan tangkap, sedangkan

kegiatan perikanan budidaya masih belum berkembang (Dinas Kelautan,

Perikanan dan Pertanian Kota Batam , 2004). Hal ini sejalan dengan hasil kajian

yang dilakukan oleh PKSPL-IPB (1998) yang mengemukakan bahwa kegiatan

perikanan di perairan Batam yang utama adalah perikanan tangkap. Para nelayan

pada umumnya menggunakan alat tangkap yang sederhana seperti bagan (kelong),

bubu, gill net, pancing, trammel net dan lampara dasar. Kapal yang digunakan

untuk operasi penangkapan oleh nelayan dari Kota Batam sekitar 60-66% sudah

menggunakan motor tempel (MT).

Daerah penagkapan ikan yang utama di Kota Batam adalah di perairan

sekitar Batam, khususnya di wilayah Kecamatan Galang dan Bulang, dimana

merupakan daerah yang populer bagi nelayan Batam yang mempunyai peralatan

sedikit modern. Bagi para pengusaha pemilik modal, wilayah penangkapan ikan

di perairan Laut Cina Selatan merupakan wilayah yang sangat menjanjikan.

Sedangkan bagi nelayan kecil yang kehidupannya secara ekonomi belum

memadai lebih banyak memanfaatkan perairan di sekitar tempat tinggalnya

sebagai daerah penangkapan ikan ((Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota

Batam, 2004). Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh PKSPL-IPB (1998)

disebutkan bahwa daerah operasi penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan

pada umumnya tidak jauh, yaitu sebelah selatan Pulau Batam dan Pulau Bintan,

dimana pengoperasiannya dilakukan secara harian (one day trip).

Page 117: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

101

Gambar 12 Daerah penangkapan ikan (fishing ground), budidaya udang (shrimp culture), budidaya ikan (fish culture) dan budidaya rumput laut (seaweed culture) di Pesisir Kota Batam dan sekitarnya (Ministry of State for Environment, 2000)

Page 118: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

102

Beberapa jenis ikan yang tertangkap oleh para nelayan dari Kota Batam dan mempunyai kuantitas cukup besar terdiri dari ikan selangat, ungar dan teri, yang termasuk dominan dibandingkan dengan jenis-jenis ikan lainnya (Tabel 39).

Tabel 39 Nama ikan yang tertangkap nelayan dari Kota Batam dan Kabupaten Kepulauan Riau (khusus Pulau Bintan) (PKSPL-IPB, 1998)

No. Nama setempat Nama latin 1. Selangat * Leiognathus brevirostris

2. Selar Caranx spp 3. Ungar * - 4. Kerapu Epinephelus spp 5. Sembilang Plotusus spp 6. Tenggiri Scomberomorus spp 7. Bawal Stromateus spp 8. Kakap Lates calcalifer 9. Kurau Polynemus spp 10. Teri * Stolephorus spp

Keterangan: * = Ikan dominan

Berdasarkan data dari Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota

Batam (2004) disebutkan bahwa jenis-jenis ikan yang ditangkap olah nelayan

Kota Batam sebagian besar merupakan ikan-ikan karang. Ikan-ikan karang

tersebut merupakan ikan yang bernilai ekonomi tinggi. Ikan-ikan ini umumnya

ditangkap para nelayan di sekitar perairan tempat tinggalnya. Beberapa jenis ikan

dan udang yang sering ditangkap oleh nelayan Kota Batam disajikan dalam Tabel

40.

Bila dilihat dari Rumah Tangga Perikanan (RTP) pada setiap Kecamatan

di Kota Batam diklasifikasikan dalam RTP perikanan laut dan RTP budidaya laut.

Gambaran mengenai distribusi jumlah RTP dan anggota keluarga serta persentase

perbandingannya dengan jumlah penduduk pada masing-masing kecamatan

adalah seperti disajikan dalam Tabel 41.

Page 119: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

103

Tabel 40 Jenis-jenis ikan dan udang yang sering ditangkap oleh nelayan Kota Batam dan memiliki nilai ekonomis tinggi

Nama Lokal Nama Latin (Ilmiah)* 1. Ikan Ekor Kuning Caesio erythrogaster 2. Ikan Bulat (Selar) Caranx sexfasciatus 3. Ikan Sagai Caranx sp 4. Ikan Parang-parang Chirocentrus dorab 5. Ikan Kerapu Tikus/Bebek Cromileptes altivelis 6. Ikan Kurau Putih Eleutheronema tetradactylum 7. Ikan Kuaru Hitam Eleutheronema spp. 8. Ikan Kerapu Hitam (Kerapu lumpur) Epinephelus tauvina 9. Ikan Kerapu Macan Epinephelus fuscoguttatus 10. Ikan Gelam/Mata Kucing Lates sp. 11. Ikan Kakap Merah Lutjanus sp. 12. Ikan Kakap Putih Lutjanus sp. 13. Ikan Ungar Lutjanus sp. 14. Cumi-cumi Loligo spp. 15. Ikan Bawal Putih Stronemateus cinereus 16. Ikan Bawal Hitam Stronemateus niger 17. Udang Kara Panulirus versicolor 18. Udang Apollo Panaeus mergueiensis 19. Udang Windu Panaeus monodon 20. Ikan Kerapu Merah (Sonu) Plectropoma sp. 21. Rajungan Portunus pelagicus 22. Ikan Tengiri Scomberomorus commerson 23. Ketam Bakau Scylla serrata 24. Sontong Batu Sepla spp. 25. Ikan Dingkis Siganus sp. 26. Ikan Lebam Siganus sp. 27. Ikan Dingkis Siganus sp. 28. Gonggong Strombus sp. 29. Ikan Ketarap - 30. Ikan Mentimun - 31. Udang Pantai -

* nama-nama ilmiah ikan disempurnakan menurut Schuster dan Djajadiredja (1952) Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Batam (2004)

Page 120: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

104

Tabel 41 Jumlah rumah tangga perikanan, jumlah anggota keluarga dan jumlah penduduk Kota Batam per kecamatan

Jumlah RTP dan Anggota Keluarga

Kecamatan Penduduk RTP Anggota Jumlah % *) Tahun 2003 Keluarga 1. Galang 13 929 2 316 7 982 10 298 73.9 2. Bulang 8 693 1 312 4 899 6 211 71.4 3. Belakang Padang 19 741 2 337 9 358 11 695 59.2 4. Sei Beduk 126 976 512 1 705 2 217 1.7 5. Nongsa 85 690 420 1 046 1 466 1.7 6. Sekupang 116 441 229 986 1 215 1.0 7. Batu Ampar 124 516 154 408 562 0.5 8. Lubuk Baja 66 675 127 635 762 1.1 Total 562 661 7 407 27 019 34 426 6.1 *) Perbandingan antara jumlah RTP dan anggota keluarga dengan jumlah penduduk

pada setiap kecamatan Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Batam (2004)

Berdasarkan Tabel 41 menunjukkan bahwa dilihat dari jumlah Rumah

Tangga Perikanan (RTP), Kecamatan Belakang Padang memiliki jumlah RTP

terbanyak, yaitu 2 337 RTP, sedangkan RTP paling sedikit terdapat di Kecamatan

Lubuk Baja, yaitu 127 RTP. Apabila dilihat dari anggota keluarganya, terlihat

bahwa terbanyak terdapat di Kecamatan Belakang padang sebanyak 9 358 jiwa

dan terkecil dijumpai di Kecamatan Batu Ampar, yaitu 408 jiwa.

Selain itu, berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar nelayan

Kota Batam tinggal di wilayah Kecamatan Belakang Padang, Galang dan Bulang

sebagaimana terlihat dari jumlahnya yang terbanyak, yaitu masing-masing 11 695

jiwa, 10 298 jiwa dan 6 211 jiwa. Demikian halnya bila dilihat dari persentase

dari jumlah RTP dan anggota keluarganya dibandingkan dengan jumlah penduduk

pada setiap kecamatan menunjukkan bahwa ketiga kecamatan tersebut memiliki

persentase yang paling besar dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya

di Kota Batam, yaitu Kecamatan Galang (73.9%), Bulang (71.4%)dan Belakang

Padang (59.2%). Hal ini mencerminkan bahwa sebagian besar penduduk di 3

(tiga) wilayah kecamatan tersebut bermata pencaharian sebagai nelayan. Apabila

dilihat dari perbandingan secara keseluruhan maka dapat dikatakan bahwa

penduduk yang bermata-pencaharian sebagai nelayan pada thun 2003 jumlahnya

sekitar 6.1% dari total jumlah penduduk Kota Batam.

Page 121: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

105

Tabel 42 memperlihatkan bahwa perikanan tangkap masih merupakan

mata pencaharian sebagian besar nelayan Kota Batam, sedangkan kegiatan

perikanan budidaya belum banyak berkembang di daerah ini. Berdasarkan

wawancara yang dilakukan pada saat penelitian di lapangan dengan masyarakat di

wilayah pesisir Kota Batam ditemukan faktor penghambat terhadap

perkembangan budidaya ikan di daerah ini, yaitu sulitnya memperoleh bibit dan

pakan ikan serta waktu pemeliharaan yang dianggap lama.

Tabel 42 Jumlah RTP, jumlah perikanan tangkap dan budidaya laut di Kota

Batam tahun 2003 Budidaya laut

Kecamatan RTP Perikanan Ikan Kepiting Rumput Lain-lain tangkap laut

1. Galang 2 316 2 316 275 4 - - 2. Bulang 1 312 1 296 471 28 72 - 3. Belakang Padang 2 337 2 337 110 - 363 1 4. Sei Beduk 512 512 87 6 - - 5. Nongsa 420 420 96 - - - 6. Sekupang 229 229 15 3 - - 7. Batu Ampar 154 154 8 - - - 8. Lubuk Baja 127 127 - - - - Total 7 407 7 391 1 062 41 435 1Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Batam (2004)

Jumlah armada penagkapan ikan berupa perahu tanpa motor masih

merupakan yang paling dominan dibandingkan dengan armada lainnya. Hal ini

karena masih rendahnya penghasilan sebagian besar nelayan Kota Batam yang

menyebabkan mereka belum mampu membeli peralatan dengan modal yang lebih

besar. Beberapa armada penangkapan ikan yang biasa diguanakan oleh nelayan

Kota Batam adalah seperti terlihat dalam Tabel. 43.

Page 122: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

106

Tabel 43 Jumlah armada penangkapan ikan berdasarkan Gross Ton (GT) di Kota Batam tahun 2003

Armada Tangkap Kecamatan Perahu < 5 GT < 10 GT < 30 GT > 30 GT

Tanpa motor 1. Galang 1 035 1 065 43 16 6 2. Bulang 724 712 18 3 - 3. Belakang Padang 589 737 30 13 - 4. Sei Beduk 439 197 6 - - 5. Nongsa 228 80 8 6 74 6. Sekupang 95 54 2 - - 7. Batu Ampar 55 41 1 - - 8. Lubuk Baja 96 48 - - - Total 3 261 2 934 108 38 80 Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Batam (2004)

Kegiatan penagkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan Kota Batam masih

menggunakan alat tangkap yang sederhana karena dianggap paling mudah di

operasikan dan murah harganya. Beberapa alat tangkap yang dimaksud seperti

pancing (hand line), kelong pantai, bubu ketam, bubu ikan dan jaring pantai.

Kegiatan perikanan tangkap yang cukup unik berupa kelong. Kelong merupakan

kombinasi antara bagan (lift net) dan sero (wooded stationary fish trap) yang

ditempatkan pada padang lamun (PERTAMINA, 2002). Di bawah ini disajikan

Tabel 44 tentang distribusi dari masing-masing alat pengkapan ikan dan

jumlahnya pada setiap kecamatan yang biasa digunakan oleh nelayan di Kota

Batam.

Sebagaimana disebutkan dalam keterangan terdahulu bahwa kegiatan

perikanan di Kota Batam terdiri dari kegiatan perikanan tangkap dan perikanan

budidaya. Sejalan dengan itu maka produksi perikanan pun dikelompokkan

menjadi dua, yaitu produksi yang berasal dari penangkapan ikan di laut dan

produksi yang berasal dari budidaya perikanan laut. Produksi perikanan sebagian

besar diperuntukan bagi kegiatan ekspor, sedangkan sebagian lainnya untuk

pemenuhan kebutuhan lokal. Secara lengkap produksi perikanan laut dan

budidaya perikanan laut serta nilainya pada setiap kecamatan di Kota Batam

disajikan dalam Tabel 45.

Page 123: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

107

Tabel 44 Jenis dan jumlah alat penangkapan ikan pada setiap kecamatan di Kota Batam Kecamatan No. Jenis Alat Tangkap

Ikan Galang Bulang Belakang Padang

Sei Beduk

Nongsa Sekupang Batu Ampar

Lubuk Baja

Total

1. Pukat cincin 6 - - - 74 - - - 802. Pukat Bilis (Fish trap) 9 - - - - - - - 93. Jaring Tenggiri 68 45 113 2 - 2 9 20 2594. Jaring pantai (Drift

gill nets) 830 393 492 305 146 89 58 90 2 403

5. Sandong - 412 240 24 31 16 14 7 7446. P. Sotong 1 893 876 817 306 316 42 28 21 4 2997. Jaring Bawal 40 56 44 - - - - - 1408. Jaring udang kara 94 - - - - - - - 949. Jaring udang 364 242 - 2 - - 1 - 60910. Jaring ketam 215 52 4 29 - - 6 - 30611. Jaring pari 9 - - - - - - - 912. Muroami - - 4 - - - - - 413. Bubu ikan 683 604 470 134 144 101 56 50 2 24214. Bubu ketam 302 328 114 218 27 12 23 60 1 08415. T. udang 113 662 323 178 82 38 12 - 1 40816. Jala 79 202 87 124 67 39 18 10 62617. Empang 44 14 68 31 24 1 2 12 19618. Pukat ikan 29 37 11 16 16 - - 12 12119. Kelong pantai 866 1 218 916 265 295 69 2 12 3 64320. Kelong Betawi 54 33 8 18 1 - - - 11421. Pancing Hand line 763 916 1 417 416 316 108 56 38 4 03022. Rawai 412 212 312 312 12 81 62 18 1 42123. Lukah/Injah 631 796 117 236 212 192 23 - 2 20724. Pukat udang - 18 198 14 - - - - 230

Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Batam (2004)

Page 124: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

108

Tabel 45 Jumlah RTP, jumlah hasil tangkapan ikan dan nilai produksinya di Kota Batam tahun 2003

Hasil Nilai

Kecamatan RTP Tangkapan Produksi (Ton) (x Rp. 1 000,-)

1. Galang 2 316 3 501.8 52 947 216 2. Bulang 1 312 1 983.7 29 993 544 3. Belakang Padang 2 337 2 271.6 22 079 952 4. Sei Beduk 512 552.9 5 971 320 5. Nongsa 420 453.6 4 498 880 6. Sekupang 229 173.1 1 308 636 7. Batu Ampar 154 116.4 879 984 8. Lubuk Baja 127 96.1 726 516 Total 7 407 9 149.2 118 406 048 Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Batam (2004)

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa total hasil tangkapan ikan

di Kota Batam pada tahun 2003 adalah sebesar 9 149.2 ton dengan nilai

Rp. 118 406 048 000.00. Dari data tersebut terlihat bahwa kegiatan perikanan

tangkap di Kota Batam terkonsentrasi di 3 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan

Galang, Belakang Padang dan Bulang, sedangkan hasil tangkapan ikan dari

wilayah kecamatan lainnya jumlah dan nilainnya relatif kecil dibandingkan

dengan ke-3 kecamatan tersebut. Hasil tangkapan ikan terbesar diperoleh dari

Kecamtan Galang sebesar 3 501.8 ton dengan nilai Rp. 52 947 216 000.00 dan

kemudian diikuti oleh hasil tangkapan ikan dari Kecamatan Belakang Padang

sebesar 2 271.6 ton dengan nilai Rp. 22 079 952 000.00 serta dari Kecamatan

Bulang, yaitu 1 983.7 ton dengan nilai 29 993 544 000.00.

Meskipun sampai saat ini sebagian besar masyarakat nelayan Kota Batam

masih lebih berorientasi pada kegiatan perikanan tangkap dibandingkan dengan

kegiatan perikanan budidaya, namun melihat pada potensi yang ada, kegiatan

perikanan budidaya patut dipertimbangkan sebagai salah satu alternatif mata

pencaharian yang perlu dikembangkan pada masa yang akan datang. Hal ini

dimaksudkan dalam rangka untuk mengantisipasi menurunnya hasil tangkapan

ikan yang pada saat ini menjadi masalah yang dirasakan oleh nelayan Kota Batam.

Menurut Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Batam (2002) dijelaskan

bahwa untuk perikanan budidaya, diperkirakan sekitar 10% dari luas perairan

Batam masih memungkinkan untuk pengembangan budidaya ikan dan rumpu laut.

Page 125: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

109

Pada saat dilakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian dijumpai

adanya kegiatan budidaya perikanan laut dengan menggunakan jaring apung di

sekitar perairan yang masuk dalam wilayah Kecamatan Galang, tepatnya di Pulau

Nguan dan Pulau Abang. Nelayan di wilayah ini telah sejak lama melakukan

usaha pembesaran kerapu dengan jaring apung.

Kerapu (Epinephelus sp) telah menjadi salah satu primadona yang akan

dikembangkan untuk budidaya laut di perairan Batam melalui kerjasama antara

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan Pemerintah Kota

Batam dengan mengambil lokasi percontohan di perairan Pulau Nguan (sebelah

selatan Pulau Galang Baru). Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa

budidaya kerapu harus memperhatikan kekuatan arus, tingkat pasang surut,

kejernihan air laut dan kandungan zooplanton. Tanpa memperhatikan faktor-

faktor tersebut, budidaya kerapu dengan keramba jaring apung akan tinggi tingkat

kematiannya.

Rencana pengembangan budidaya ikan kerapu di Kota Batam ini juga

telah mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat, dalam hal ini Departemen

Kelautan dan Perikanan, yaitu dengan mendirikan sebuah institusi di Kota Batam

yang terkait dengan penelitian ikan kerapu. Pada saat dilakukan wawancara

dengan petugas di tempat tersebut dikatakan bahwa lembaga ini akan melakukan

penelitian dan pengembangan yang terkait dengan budidaya ikan kerapu,

termasuk yang berhubungan dengan penyediaan bibit, pembesaran serta

pemasaran ikan kerapu

Kegiatan budidaya laut lain yang terlihat di perairan wilayah Kota Batam

adalah budidaya rumput laut dengan menggunakan metode rawai. Jenis yang

mereka usahakan adalah Eucheuma sp. (PERTAMINA, 2002). Berikut disajikan

Tabel 46 tentang produksi budidaya perikanan laut di Kota Batam pada tahun

2003.

Page 126: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

110

Tabel 46 Produksi budidaya perikanan laut di Kota Batam pada tahun 2003

Kecamatan Budidaya Periknan Laut Produksi (Ton) Nilai (Jutaan Rp)

1. Galang 32.72 867.43 2. Bulang 25.20 668.80 3. Belakang Padang 37.80 1 003.20 4. Sei Beduk 6.12 167.20 5. Nongsa 11.80 334.40 6. Sekupang 3.78 100.32 7. Batu Ampar 6.30 167.20 8. Lubuk Baja 1.26 33.10 Total 124.98 3 341.65 Sumber: Bappeda Kota Batam (2004)

Berdasarkan data pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa total produksi

budidaya perikanan laut di Kota Batam pada tahun 2003 adalah sebesar 124.98

ton dengan nilai Rp 3 341 650 000.00. Dari data tersebut terlihat bahwa kegiatan

budidaya perikanan laut di Kota Batam terkonsentrasi di 3 wilayah kecamatan,

yaitu Kecamatan Belakang Padang, Galang dan Bulang, sedangkan dari wilayah

kecamatan lainnya jumlah dan nilainnya relatif kecil dibandingkan dengan ke-3

kecamatan tersebut. Produksi budidaya perikanan laut terbesar diperoleh dari

Kecamatan Belakang Padang sebesar 37.80 ton dengan nilai Rp 1 003 200 000.00

yang kemudian secara berurutan diikuti oleh Kecamatan Galang sebesar 32.72

ton dengan nilai Rp 867 430 000.00 dan Kecamatan Bulang sebesar 25.20 ton

dengan nilai Rp 668 800 000.00.

Berdasarkan keterangan dari para nelayan dikatakan bahwa dalam

beberapa tahun terakhir telah terjadi penurunan hasil penangkapan dan ikan-ikan

yang tertangkap ukurannya semakin kecil. Keadaan ini terutama terjadi pada

kegiatan penangkapan ikan karang, udang dan ikan demersal lainnya. Penyebab

dari kejadian ini antara lain diduga oleh turunnya kualitas perairan pesisir dan laut

karena telah mengalami pencemaran, terjadinya degradasi fisik hutan mangrove,

terumbu karang dan padang lamun.

Secara umum dapat dikatakan bahwa terjadinya degradasi lingkungan

yang berdampak terhadap penurunan produktivitas sumberdaya di wilayah pesisir

dan laut Kota Batam karena berbagai aktivitas yang dilakukan tidak dilandasi

Page 127: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

111

pada pertimbangan daya dukung (kualitas) dan daya tampung (kuantitas)

lingkungan. Artinya kemampuan lingkungan untuk mendukung suatu

kegiatan/usaha tidak dijadikan landasan utama dalam pertimbangan bagi suatu

kegiatan/usaha.

Terjadinya degradasi lingkungan akan semakin parah bila dokumen

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam tidak menjadi pedoman dalam

pemanfaatan lahan atau kawasan bagi berbagai peruntukkan sehingga

pemanfaatan lahan menjadi tak terkendali. Apalagi dipicu oleh kebutuhan lahan

yang sangat besar seiring dengan kemajuan Kota Batam sebagai kawasan industri

(terutama di Pulau Batam). Secara visual dapat dilihat adanya eksploitasi lahan

secara terus-menerus yang dilakukan sebagaian besar dengan merusak (konversi)

hutan dan perbukitan menjadi kawasan peruntukkan lainnya, terutama untuk

kepentingan yang dalam jangka pendek dapat segera mendatangkan nilai ekonomi

yang besar.

Arahan Kebijakan dan Strategi Pengelolaan

Dampak Pembangunan di Kota Batam

Aktivitas pembangunan di Kota Batam khususnya pengembangan industri

yang begitu pesat yang terjadi sampai saat ini ternyata menimbulkan dampak

negatif terhadap lingkungan hidup, seperti terjadinya kasus pencemaran dan

perusakan lingkungan, baik di darat maupun di perairan pantai/laut yang

menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan hidup. Secara umum wilayah

perairan pesisir di daerah ini dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Hal ini

seperti ditunjukkan oleh buruknya kualitas air dan rusaknya ekosistem pesisir

(mangrove, padang lamun dan terumbu karang) serta turunnya produktivitas

sumberdaya perikanan yang ada di daerah ini.

Selain itu, pengembangan industri di Kota Batam diduga membawa

dampak terhadap munculnya berbagai faktor ikutan. Salah satu dampak yang

nyata adalah adanya peningkatan jumlah penduduk. Besarnya jumlah penduduk,

tingginya tingkat kepadatan penduduk dan keanekaragaman intensitas kegiatan

penduduk telah memberikan kontribusi cukup besar terhadap pencemaran dan

Page 128: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

112

kerusakan lingkungan yang akan mengakibatkan terjadinya degradasi lingkungan.

Adanya kebutuhan lahan untuk permukiman yang dilakukan dengan cara merusak

kawasan mangrove untuk pembangunan berbagai kompleks permukiman yang

terus terjadi di Kota Batam akan semakin memperparah kondisi lingkungan di

daerah ini. Apalagi terkadang pembangunan permukiman tidak disertai dengan

adanya sanitasi yang baik, terutama terkait dengan pembuangan limbah yang

semestinya dilakukan dengan sewage management system bagi buangan rumah

tangga.

Berdasarkan hasil inventarisasi Bapedal Kota Batam (2003) disebutkan

bahwa permasalahan lingkungan yang cukup menonjol terkait dengan pengelolaan

wilayah pesisir di Kota Batam, antara lain:

Di wilayah daratan

a) Rusaknya kawasan hutan

Permasalahan ini disebabkan oleh berubahnya sebagian dari kawasan

hutan menjadi kawasan industri, permukiman (perumahan komersial dan rumah

liar), perkantoran, pertokoan, lapangan golf, dan pariwisata. Padahal hutan

memiliki fungsi diantaranya sebagai kawasan penyangga untuk kehidupan,

pengatur hidrologi, mencegah terjadinya erosi, kekeringan, longsor dan

pengendalian banjir.

b) Rusaknya kawasan resapan air (catchment area).

Kasus ini disebabkan oleh berubahnya kawasan resapan air menjadi

kawasan industri dan bisnis, permukiman dan sebagainya yang menimbulkan

terjadinya penurunan daya dukung lingkungan di kawasan tersebut.

c) Rusak dan berubahnya kawasan hijau

Perubahan kawasan hijau (green belt) yang umumnya dilakukan dengan

reklamasi menjadi kawasan pertokoan/pusat perdagangan diduga ikut memberikan

kontribusi terhadap turunnya fungsi-fungsi lingkungan di tempat tersebut karena

Page 129: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

113

tingginya pencemaran udara, tidak terkendalinya air hujan mengakibatkan

semakin tingginya erosi yang menyebabkan banjir.

d) Pencemaran akibat limbah industri

Dari sekitar 575 (lima ratus tujuh lima) perusahaan/industri, pariwisata dan

sebagainya yang ada di Batam memberikan kontribusi terhadap terjadinya

pencemaran lingkungan cukup tinggi terutama dari masalah pengelolaan

limbahnya, apalagi baru sebagian kecil saja perusahaan yang telah melengkapi

dokumen lingkungan (AMDAL, UKL/UPL dan lain-lain) dan terindikasi hanya

baru sekitar 25% perusahaan yang melakukan pengelolaan lingkungan hidupnya

secara baik. Selain itu juga, hanya sebagian kecil kawasan industri yang

memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) secara terpadu serta belum

terkelolanya limbah dengan baik sehingga kondisi demikian menimbulkan rawan

pencemaran di daerah kawasan industri dan sekitarnya.

Di wilayah pesisir dan laut

a) Rusaknya ekosistem pesisir

♦ Terjadinya kerusakan sebagian kawasan hutan bakau akibat reklamasi yang

digunakan untuk kepentingan lainnya yang izin pengelolaan lahannya

diberikan kepada investor oleh Otorita Batam. Selain itu hutan bakau juga

telah mengalami degradsi akibat pencemaran perairan yang menimbulkan

terjadinya penurunan habitat di pesisir dan mengakibatkan berkurangnya

daerah asuhan (nursery grounds), tempat mencari makan (feeding grounds)

dan daerah pemijahan (spawning grounds) bagi berbagai biota laut serta

menurunnya nilai estetika dan terjadinya abrasi/erosi pantai.

♦ Adanya perusakan dan pengambilan terumbu karang sebagai bahan bangunan

dan penangkapan ikan dengan bom atau potas menyebabkan rusaknya habitat

karang dan ekosistemnya, termasuk turunnya produktivitas ikan dan biota laut

lainnya yang pada akhirnya akan menyebabkan turunnya hasil tangkapan ikan

yang dilakukan oleh nelayan di daerah ini.

Page 130: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

114

♦ Adanya kegiatan cut and fill di lahan atas serta reklamasi di daerah pantai

menimbulkan terjadinya sedimentasi di perairan pantai/laut Kota Batam.

Adanya sedimentasi ini dapat mengancam kelangsungan hidup padang lamun

dan terumbu.karang. Hal ini karena pada tingkatan sedimentasi yang tinggi

selain akan menutupi biota lamun dan karang, juga akan menghambat proses

fotoisintesis sebagai akibat keruhnya perairan pantai/laut, padahal untuk

kelangsungan hidup biota-biota tersebut diperlukan adanya fotosintesis yang

didukung oleh adanya penetrasi sinar matahari.

♦ Turunnya kualitas air laut dan kerusakan ekosistem pesisir tersebut akan

menyebabkan turunnya produktivitas sumberdaya perairan serta akan

berdampak terhadap turunnya produksi ikan di perairan tersebut. Keadaan ini

pada akhirnya akan menurunkan pendapatan masyarakat khususnya yang

bertumpu hidupnya pada ketersediaan sumberdaya perikanan.

b) Aktivitas industri

Adanya kegiatan industri di daerah pesisir serta di lahan atas ternyata

berdampak terhadap terjadinya degradasi lingkungan pesisir dan laut sebagai

akibat adanya pembuangan limbah industri secara langsung dan sembarangan ke

laut yang mengakibatkan terjadinya pencemaran di daerah pesisir dan laut. Hal

ini mengakibatkan turunnya kualitas air laut, kerusakan ekosistem pesisir

(mangrove, terumbu karang dan padang lamun) serta turunnya produktivitas

perikanan di perairan laut Kota Batam. Ancaman dari salah satu industri yang

potensial memberikan pengaruhnya langsung terhadap kualitas dan kehidupan

biota pantai/laut di Kota Batam adalah dari industri kapal laut/galangan kapal

(shipyard) karena umumnya lokasi industri ini langsung berada di pesisir/pantai

sehingga limbah dari operisonal rutinnya akan mengakibatkan terjadinya

pencemaran lingkungan di wilayah pesisir dan laut. Apalagi umumnya limbah

dari aktivitas industri ini tidak dikelola dengan baik, bahkan biasanya langsung

dibuang ke perairan pantai di sekitarnya.

Page 131: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

115

Kebijakan Pemerintah Kota Batam

Berbagai isu strategis yang ada dalam pengelolaan sumberdaya alam dan

lingkungan hidup di Kota Batam menjadi pendorong disusunnya Kebijakan oleh

Pemerintah Kota (Pemko) Batam yang akan menjadi arahan dan pedoman dalam

pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup termasuk di dalamnya

pengelolaan lingkungan pesisir dan laut Kota Batam. Pemerintah Kota Batam

(2001) menyebutkan berbagai isu yang terkait dengan lingkungan hidup di Kota

Batam, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan pesisir dan

laut, antara lain:

♦ Makin menurunnya sumberdaya perikanan.

♦ Pengelolaan potensi kelautan masih belum optimal.

♦ Lemahnya penegakkan hukum di bidang pengelolaan lingkungan pesisir dan

laut.

♦ Rusaknya ekosistem akibat dari pembangunan yang tidak ramah lingkungan.

♦ Pembangunan yang ada di wilayah Kota Batam sebagian belum disertai

analisa dampak lingkungan.

♦ Kurangnya pengawasan dan pengendalian di bidang lingkungan yang dapat

menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan.

♦ Belum tertatanya sistem pembuangan limbah di wilayah Kota Batam.

♦ Kurangnya kesadaran masyarakat dan aparatur pemerintah terhadap

pelestarian lingkungan.

♦ Banyaknya kejadian perubahan peruntukan kawasan karena kebutuhan

kelompok masyarakat tertentu.

♦ Belum adanya penataan detail ruang pada wilayah hiterland Kota Batam.

♦ Masih belum mantapnya kapasitas kelembagaan dan organisasi penataan

ruang.

♦ Masih rendahnya kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia yang memiliki

pengetahuan dan kemampuan dalam pengelolaan lingkungan pesisir dan laut

di Kota Batam.

Page 132: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

116

Berdasarkan isu-isu tersebut maka Kebijakan-kebijakan yang disusun akan

menjadi acuan termasuk dalam mengatasi berbagai masalah seperti disebutkan di

atas khususnya yang terkait dengan upaya menekan sekecil mungkin dampak

negatif dari berbagai kegiatan pembangunan. Berdasarkan penelusuran dari

berbagai sumber termasuk dari Pemerintah Kota Batam (2001), berikut ini

disajikan Kebijakan Pemko Batam dalam pengelolaan sumberdaya alam dan

lingkungan hidup:

♦ Meningkatkan sistem penggunaan tanah yang sesuai dengan rencana tata

ruang.

♦ Memantapkan pengendalian pemanfaatan ruang.

♦ Menata dan mengembangkan kawasan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil,

khususnya untuk wilayah hiterland.

♦ Peningkatan kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi usaha

perikanan dalam arti luas secara terpadu untuk meningkatkan pendapatan

nelayan dan pemenuhan kebutuhan Kota Batam.

♦ Optimalisasi pemanfaatan potensi sumberdaya kelautan untuk kesejahteraan

masyarakat melalui kegiatan perikanan, budidaya pantai dan kepariwisataan.

♦ Meminimalisasi dampak negatif dari kegiatan eksploitasi laut, pantai dan

pesisir untuk menjaga kelestarian sumberdaya laut dan mempertahankan

ekosistem pesisir yang ada, seperti biota laut, terumbu karang dan potensi

lainnya

♦ Peningkatan rehabilitasi sumberdaya alam berupa hutan, tanah dan air yang

rusak melalui pendekatan terpadu dan terkoordinasi.

♦ Peningkatan pendayagunaan daerah pantai dan daerah laut tanpa harus

merusak kualitas dan kelestarian lingkungan hidup.

♦ Mengharuskan pelaksanaan AMDAL bagi setiap kegiatan pembangunan yang

terkait dengan ekploitasi sumberdaya alam baik dilakukan oleh pemerintah

untuk kepentingan umum dan sosial maupun oleh masyarakat dan pengusaha

untuk kepentingan ekonomi. Selain itu perlu adanya pengawasan secara

konsisten dan berkesinambungan atas berbagai kegiatan pembangunan yang

berdampak terhadap lingkungan hidup

Page 133: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

117

Pada dasarnya kebijakan-kebijakan yang disusun oleh Pemko Batam

tersebut sangat bagus tetapi pada kenyataannya tidak dapat dilakukan dengan baik

karena adanya berbagai kepentingan tertentu yang kadang tidak memperdulikan

kebijakan-kebjakan yang ada sehingga menimbulkan ketidak-konsistenan antara

kebijakan yang telah dibuat dengan pelaksanaannya. Selain itu kebijakan yang

disusun tidak berdasarkan skala prioritas dimana dalam penyusunannya

membutuhkan analisis yang komprehensif dengan memperhatikan berbagai faktor

yang ada, baik faktor penghambat maupun faktor pendukung termasuk dukungan

dari ketersediaan data dan informasi yang akurat.

Arahan Kebijakan Umum

Pada prinsipnya, pembangunan apapun baik sektor industri maupun sektor

lainnya tidak boleh mengganggu kualitas lingkungan hidup, bahkan diupayakan

bagaimana dapat mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mencapai

pembangunan lingkungan yang berlanjutan (sustainable development) dapat

dilaksanakan melalui program produk bersih (clean production) dan penerapan

teknologi ramah lingkungan (clean technology) yang berkelanjutan dengan tujuan

untuk mengurangi atau menghilangkan jumlah limbah atau emisi yang dihasilkan

dari suatu proses produksi. Hal ini bisa dicapai melalui penggunaan kembali

(reuse), daur ulang (recyle) dan pengambilan kembali (recovery) dari semua aliran

limbah, baik melalui fasilitas pengolahan limbah maupun pemanfaatan limbah

sebagai bahan baku untuk industri lainnya (Kusnoputranto, 1999).

Untuk itu dalam pengelolaan lingkungan hidup, termasuk di dalamnya

pengelolaan lingkungan pesisir harus dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh

oleh setiap pelaku pembangunan baik pemerintah, industri dan masyarakat

sehinga dapat dicapai keselarasan dan keseimbangan antara manusia dan daya

dukung lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.

Adapun kebijakan-kebijakan yang perlu dikembangkan oleh pemerintah dalam

pengelolaan lingkungan di Kota Batam adalah:

Page 134: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

118

♦ Perlu adanya keterpaduan dalam pengelolaan, yang melibatkan peran aktif

seluruh Stakeholder,

♦ Pemilihan lokasi pembangunan yang sesuai dengan penataan ruang,

♦ Pengurangan produksi limbah pada sumbernya (waste minimisation),

♦ Pencegahan pencemaran (pollution prevention),

♦ Pengolahan limbah (waste treatment)

♦ Penetapan dan penaatan baku mutu lingkungan,

♦ Penerapan teknologi ramah lingkungan (clean technology),

♦ Memelihara sumberdaya alam yang masih baik dan melakukan rehabilitasi

terhadap ekosistem yang telah mengalami kerusakan/pencemaran serta

melakukan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup,

Arahan Kebijakan Penanggulangan Dampak Pembangunan

Setiap kegiatan pembangunan akan menghasilkan limbah dan merupakan

suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari. Yang mungkin dapat dikerjakan oleh

pelaku pembangunan antara lain adalah kompromi antara keperluan lahan untuk

pembangunan itu sendiri dan lahan yang cukup disediakan untuk menjaga

kelestarian lingkungan. Dampak pembangunan di Kota Batam yang telah terlihat

nyata adalah penggundulan hutan mangrove yang dikonversi menjadi lahan untuk

berbagai kepentingan seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Yang sudah

terlanjur terjadi memang tidak bisa begitu saja dirubah menjadi sebaliknya.

Karena itu zona industri yang telah dibangun pada beberapa lokasi tetap

dipertahankan dengan upaya mencegah kemungkinan bertambah parahnya

kerusakan lingkungan dengan menekan dampak negatif yang mungkin dapat

ditimbulkannya.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penanaman pohon

mangrove di sepanjang pantai yang hutannya sudah terlanjur dirusak. Kalau

penanaman berhasil, maka akar-akar mangrove tersebut akan mengikat tanah

pantai sehingga tidak mudah mengalami abrasi atau rusak dihantam gelombang.

Page 135: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

119

Pulau Batam sebagai salah satu pulau yang ada di wilayah administrasi

Kota Batam, kelihatannya tidak bisa dipertahankan lagi dari aspek kelestarian

lingkungan karena sudah terlanjur dilanda kerusakan akibat pembangunan industri

yang terus berkembang di daerah ini. Karena itu apabila harus dikembangkan

industri maka diarahkan agar pemusatan industri dapat dilakukan di Pulau

Batam`ini dengan tetap meminimalisasi dampak yang lebih parah lagi terhadap

lingkungan hidup.

Bagian lain dari Kota Batam yaitu Pulau Rempang dan Galang juga

potensial untuk dikembangkan guna mendukung keperluan lahan bagi

pembangunan Kota Batam. Untuk tidak mengulangi kerusakan lingkungan

seperti yang telah terjadi di Pulau Batam maka perencanaan pembangunan di

kedua pulau tersebut harus dilakukan secara hati-hati dan mempertimbangkan

aspek lingkungan demi tercapainya pembangunan daerah yang berkelanjutan.

Diarahkan agar Pulau Rempang dan Galang dapat dijadikan daerah penyanggah

lingkungan, yang dimaksudkan untuk kepentingan kehidupan generasi sekarang

dan yang akan datang. Bilamana daerah ini mau dikembangkan untuk

kepentingan ekonomi maka harus dilakukan sangat hati-hati dan diarahkan hanya

pada pemanfaatan jasa lingkungan tanpa harus mengeksploitasi sumberdaya alam,

yang dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan. Untuk

itu maka bagi setiap usaha yang akan dilakukan harus dengan persyaratan lebih

ketat terhadap aspek kelestarian lingkungan. Hal ini perlu dilakukan karena

dukungan lingkungan yang dapat diandalkan untuk kehidupan masyarakat ke

depan ada pada daerah ini, kecuali apabila ada upaya yang sangat nyata dan

berhasil dalam melakukan perbaikan lingkungan pada kondisi daerah-daerah lain

di Kota Batam yang sebelumnya telah mengalami pencemaran dan kerusakan

lingkungan.

Page 136: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

120

Arahan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pesisir Kota Batam

Sebagaimana dijelaskan dalam keterangan terdahulu, bahwa terjadinya

degradasi lingkungan pesisir dan laut di Kota Batam diakibatkan oleh eksploitasi

lahan/kawasan untuk Sektor Industri dan sektor-sektor pendukungnya. Beberapa

permasalahan yang mempunyai kaitan erat dan menjadi faktor pemicu terjadinya

degradasi tersebut (kerusakan dan pencemaran lingkungan pesisir dan laut) secara

garis besar dapat dilihat dari isu tata ruang, pertanahan, lingkungan hidup,

kehutanan serta perikanan dan kelautan.

Isu-isu tersebut dipilih karena menjadi komponen utama, yang apabila

tidak diantisipasi dan dilakukan penanganannya maka akan semakin mendorong

rusak dan tercemarnya lingkungan pesisir dan laut Kota Batam. Isu pertanahan

dipilih karena terkait dengan pemanfaatan lahan yang terjadi secrara terus-

menerus dan tidak terkendalikan lagi. Isu tata ruang karena tidak digunakan

sebagaiamana mestinya dokumen tata ruang sebagai pedoman dalam pemanfaatan

ruang. Isu kehutanan karena banyaknya kawasan hutan khususnya kawasan

lindung pantai (green belt) yang pada umumnya berupa pepohonan mangrove

dirusak dan dikonversi menjadi peruntukkan lainnya, padahal seharusnya untuk

kepentingan masa depan, terutama terkait dengan fungsi hutan sebagai pelindung

dan pemasok zat-zat hara bagi biota di sekitarnya, penyerap gas-gas buangan

khususnya dari industri dan sebagai kawasan untuk cadangan air tanah (catchment

area). Isu lingkungan hidup serta isu kelautan dan perikanan karena hal-hal

tersebut di atas menimbulkan dampak terhadap kerusakan dan pencemaran

lingkungan hidup yang pada akhirnya akan bermuara ke wilayah pesisir dan laut

dan menimbulkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan pesisir dan laut

berupa rendahnya kualitas air dan rusaknya ekosistem pesisir (mangrove, padang

lamun dan terumbu karang) serta akan menurunkan produktivitas sumberdaya

perikanan yang pada gilirannya akan menurunkan pendapatan masyarakat yang

menggantungkan hidupnya pada ketersediaan sumberdaya yanga ada di wilayah

pesisir dan laut.

Page 137: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

121

Hal-hal tersebut muncul karena adanya kekurang-tanggapan dalam

melakukan pendekatan dan strategi pembangunan, ketidakselarasan antara

kebijakan dan implementasinya pada berbagai bidang pembangunan di Kota

Batam.

Untuk mengatasi hal-hal tersebut diatas, maka Pemerintah Kota Batam

bersama-sama dengan masyarakat dan dunia usaha perlu secara serius harus dapat

melaksanakan pembangunan dan menyelenggarakan Pemerintahan Kota Batam

dengan baik. Untuk mendukung hal tersebut maka semua itu harus dilakukan

secara berencana, bertahap dan berkelanjutan berdasarkan kebijakan yang holistik

dengan memasukan adanya unsur-unsur kepentingan pelestarian lingkungan

hidup, yang dimulai dari proses perencanaan sampai implementasi dari kebijakan

tersebut. Adanya kebijakan yang holistik ini menjadi dasar dalam melaksanakan

pengelolaan lingkungan secara terpadu, termasuk didalamnya pengelolaan

wilayah pesisir.

Pengelolaan wilayah pesisir Kota Batam harus diarahkan pada segala upaya

terpadu dari mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi,

termasuk di dalamnya terdapat pelestarian serta pencegahan dan pengendalian

kerusakan dan pencemaran lingkungan pesisir dan laut. Bengen (2001) menjelaskan

bahwa keterpaduan perencanaan dalam pengelolaan wilayah pesisir ini mencakup

empat aspek, yaitu: (1) keterpaduan wilayah/ekologis; (2) keterpaduan sektor;

(3) keterpaduan disiplin ilmu; dan (4) keterpaduan stakeholder.

a. Keterpaduan wilayah/ekologis

Di wilayah pesisir, air adalah daya yang mempersatukan sistem

sumberdaya, karena air memiliki mekanisme sebagai interface daratan dan lautan.

Dalam penataan ruangnya harus mempertimbangkan interaksi yang terjadi di batas

laut dan daratan dan mensyaratkan bahwa sistem di wilayah hulu, wilayah daratan,

wilayah pasang surut, wilayah perairan dangkal, serta wilayah perairan laut lepas

dikelola sebagai satu kesatuan yang integral.

Berbagai dampak lingkungan pada kawasan pesisir dan laut adalah akibat

dari dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan yang dilakukan di

Page 138: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

122

lahan atas seperti pertanian, perkebunan, kehutanan, industri, permukiman dan

lainnya. Demikian juga dengan kegiatan yang dilakukan di laut lepas, seperti

kegiatan pengeboran minyak lepas pantai dan perhubungan laut. Oleh karena itu

keterkaitan antar wilayah (ekologis) yang ada pada wilayah peisisir harus selalu

diperhatikan.

b. Keterpaduan sektor

Sebagai konsekuensi dari besar dan beragamnya sumberdaya alam di

wilayah pesisir dan laut adalah banyaknya instansi atau sektor-sektor pelaku

pembangunan yang bergerak dalam pemanfaatan sumberdaya tersebut. Akibatnya

sering terjadi tumpang tindih pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut antar

sektor dengan sektor lainya. Oleh karena itu diperlukan integrasi kepentingan

semua sektor terkait agar pengelolaan pesisir dan laut dapat lebih optimal dan

berkesinambungan.

c. Keterpaduan disiplin ilmu

Pesisir adalah wilayah yang unik karena dalam konteks bentang alam,

wilayah pesisir merupakan tempat bertemunya daratan dan lautan sehingga tentu

memiliki sifat dan karakteristik ekosisitem di dalamnya, baik sumberdaya

alamnya maupun sosial budaya masyarakatnya. Dengan demikian pola

perencanaan pengelolaan maupun pemanfaatan ekosisitem dan sumberdaya pesisir

membutuhkan keterpaduan disiplin ilmu, misalnya oseanografi, ekologi,

keteknikan, hukum, sosiologi, ekonomi dan sebagainya.

d. Keterpaduan stakeholder

Semua keterpaduan di atas akan berhasil diterapkan apabila ditunjang oleh

keterpaduan dari pelaku dan pengelola pembangunan di kawasan pesisir dan laut.

Penyusunan perencanaan pengelolaan terpadu harus mampu mengakomodir

segenap kepentingan stakeholders (pemerintah, swasta dan masyarakat umum)

Page 139: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

123

yang memiliki kepentingan terhadap pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut

dengan pedekatan dari atas (top down) dan dari bawah (bottom up).

Pada dasarnya pengelolaan wilayah pesisir dan laut adalah bagian dari

lingkungan hidup. Sebagaimana pemikiran di atas adalah sejalan dengan prinsip

dasar dalam pengelolaan lingkungan hidup, seperti disebutkan dalam Undang-

undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dimana

dinyatakan bahwa pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk

melestarikan fungsi lingkungan hidup, yang meliputi kebijaksanaan penataan,

pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan

pengendalian lingkungan hidup. Pada bagian yang lain bahkan disebutkan bahwa

pengelolaan lingkungan hidup wajib dilakukan secara terpadu dengan penataan

ruang, perlindungan sumberdaya alam non-hayati, perlindungan sumberdaya

buatan, konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, cagar budaya,

keanekaragaman hayati dan perubahan iklim (KLH, 1998).

Manfaat dan urgensi pengelolaan secara terpadu adalah untuk

mengembangkan strategi optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatan potensi

sumberdaya laut dan pantai secara efektif dan efisien dengan menerapkan azas

pengelolaan berikut: (1) desentralisasi dan partisipasi riil; (2) keterpaduan dan

keserasian serta (3) efisiensi, efektivitas dan flesibilitas dalam pola berkelanjutan.

Fungsi pengelolaan wilayah pesisir dan laut secara terpadu adalah untuk

memadukan dan menserasikan pengelolaan yang memungkinkan adanya koordinasi

antar instansi pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat yang memberikan

prinsip dasar dalam penentuan kebijaksanaan startegis, teknis dan operasional.

Arahan Strategi Pengelolaan

Dalam rangka menangani isu dan permasalahan seperti yang telah

disebutkan di atas maka perlu disusun strategi-strategi yang akan berguna untuk

melakukan pengelolaan lingkungan di Kota Batam, khususnya dalam kaitannya

dengan upaya menekan sekecil mungkin dampak negatif yang terjadi dari

aktivitas industri dan pengembangannya terhadap lingkungan serta sumberdaya

alam pesisir dan laut.

Page 140: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

124

Untuk menyusun strategi pengelolaan dimaksud digunakan analisis

SWOT. Dalam analisis SWOT terlebih dahulu dilakukan penentuan komponen

pembentuk strategi, yang terdiri dari faktor internal (kekuatan dan kelemahan)

dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) seperti diuraikan sebagai berikut:

Kekuatan (Strengths)

1) Letak geografis Kota Batam yang strategis di perairan internasional serta

sebagai salah satu pintu gerbang masuk ke Indonesia yang mempermudah

akses dari Indonesia ke luar negeri atau sebaliknya, khususnya dilihat

terhadap:

♦ Selat Malaka sebagai salah satu jalur perdagangan terpadat di dunia

♦ Posisi Singapura sebagai salah satu pusat kegiatan perdagangan/bisnis

dunia

♦ Kawasan ASEAN dan negara-negara di Asia Timur/Asia-Fasifik (Jepang,

Hongkong, Korsel, USA dan lain-lain).

Lokasi yang sangat strategis ini telah mampu memberikan keunggulan

komparatif terhadap segenap potensi sumberdaya alam (SDA) wilayah, baik

yang ada di Kota Batam maupun Kabupaten-kabupaten lain yang ada di

sekitarnya.

2) Ketersedian sumberdaya alam yang cukup potensial.

♦ Kota Batam memiliki lahan yang masih cukup luas di luar Pulau Batam,

yaitu di Pulau Rempang, Pulau Galang, Pulau Galang Baru, Pulau Bulan

dan pulau-pulau lain yang lebih kecil. Lahan yang cukup luas ini dapat

dimanfaatkan untuk pengembangan berbagai kegiatan yang bernilai

ekonomi tinggi, seperti industri, perdagangan dan jasa, perumahan,

pariwisata dan lain-lain.

♦ Kota Batam memiliki wilayah pesisir dan perairan laut yang cukup luas

yang menyimpan potensi perikanan (perikanan tangkap maupun budidaya)

dan kelautan. Perkembangan wilayah yang pesat dan posisinya yang

strategis terhadap wilayah perairan laut sekitar menjadikan Kota Batam

Page 141: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

125

sangat potensial dikembangkan wisata bahari (ecotourism) serta sebagai

pusat industri hasil-hasil kelautan

3) Adanya dukungan dari peraturan perundang-undangan dan kebijakan

pemerintah, termasuk peraturan daerah (perda) yang terkait dengan

pengelolaan lingkungan hidup dan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Kota

Batam serta adanya kebijakan dari Otorita Batam tentang industri yang

berpotensi dikembangkan di Kota Batam harus memenuhi negative list.

Industri-industri yang dianjurkan dikembangkan di Kota Batam, seperti

industri ringan, sedang dan berat yang berorientasi ekspor; menggunakan

teknologi menengah sampai tinggi; intensif (padat) modal; menggunkan

tenaga ahli; tingkat konsumsi air sedikit dan tidak menyebabkan pencemaran

(polusi).

4) Adanya institusi di Pemerintah Kota Batam yang menangani pengelolaan

lingkungan hidup termasuk pengelolaan lingkungan pesisir dan laut, yaitu

Bapedal Kota Batam serta adanya lembaga yang menangani pembangunan

kelautan dan perikanan di Kota Batam, yaitu Dinas Kelautan, Perikanan dan

Pertanian Kota Batam.

5) Masih adanya sebagian wilayah Kota Batam yang kondisi lingkungannya

masih relatif lebih baik di bandingkan yang lainnya, yaitu di Kecamatan

Galang, yang berguna untuk kepentingan ke depan khususnya terkait dengan

fungsi sebagai penyerap air hujan dan penyedia air tawar (catchment area).

Secara ringkas ke-5 komponen yang termasuk dalam faktor kekuatan

diberi simbol secara berurutan, yaitu S1, S2, S3, S4 dan S5.

Kelemahan (Weaknesses)

1) Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap kelestarian

lingkungan dan sumberdaya pesisir dan laut yang disebabkan oleh

pengetahuan masyarakat secara umum relatif masih rendah.

2) Tidak digunakannya Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Kota Batam

sebagai acuan dalam pemanfaatan ruang daratan untuk berbagai kepentingan

serta belum adanya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Wilayah Pesisir

Page 142: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

126

yang memperhatikan aspek konservasi dan pemanfaatan lestari sumberdaya

pesisir dan lautan.

3) Masih kurangnya sosialisasi terhadap kebijakan-kebijakan yang terkait

derngan pelestarian lingkungan.

4) Rendahnya tingkat pengetahuan dan ketrampilan nelayan yang membuat

diversifikasi usaha tidak mudah untuk dilakukan khususnya pada saat

produktivitas perikanan laut sedang menurun yang disebabkan oleh

terbatasnya penguasaan terhadap usaha kecil, menegah dan koperasi (UKM)

terutama terkait dengan berbagai faktor produksi dan informasi pasar dalam

hubungannya dengan upaya pemberdayaan ekonomi rakyat. Faktor-faktor

produksi yang dimaksud mencakup akses pada lahan/potensi sumberdaya

alam, permodalan, teknologi dan manajemen usaha.

5) Adanya industri-industri yang sebenarnya tidak dianjurkan dikembangkan di

Kota Batam, seperti padat karya, kimia, textil serta perabotan dari rotan dan

kayu.

6) Belum adanya basis data tentang potensi sumberdaya pesisir dan laut.

7) Pelaksanaan koordinasi masih lemah.

8) Sebaran penduduk yang tidak merata antara Pulau Batam dan pulau-pulau di

sekitarnya.

9) Lemahnya pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan penegakkan

hukum terhadap pelaku pencemaran dan perusakan sumberdaya alam yang ada

di wilayah pesisir.

Faktor kelemahan yang terdiri dari 9 komponen tersebut diberi simbol W1,W2 ,W3, W4, W5, W6, W7, W8 dan W9.

Peluang (Opportunities)

1) Adanya kemungkinan merubah pola pikir masyarakat untuk peduli terhadap

kelestarian lingkungan dan sumberdaya pesisir dan laut

2) Adanya sebagian industri yang mengikuti aturan pemerintah dalam

pengelolaan lingkungan hidup, termasuk dalam kaitannya dengan pengelolaan

limbah industri.

Page 143: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

127

3) Adanya perhatian dunia internasional dalam pengendalian pencemaran laut di

perairan sekitar Kota Batam, seperti di Laut Cina Selatan dan Selat Malaka.

4) Adanya perhatian negara lain dalam melakukan implementasi pengelolaan

lingkungan pesisir dan laut di Kota Batam dan daerah sekitarnya. Salah satu

contohnya seperti yang dilakukan dalam kerjasama antara Pemerintah

Indonesia dengan Norwegia.

5) Pelaksanaan otonomi daerah diharapkan akan meningkatkan kemandirian

Pemerintah Kota Batam dalam pengelolaan sumberdaya alam dan

penyelenggaraan pembangunan.

6) Letak strategis Kota Batam apabila dikelola dengan baik akan memberikan

manfaat dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat maupun peningkatan

kualitas SDM terutama dalam kaitannya dengan pemanfaatan SDA secara

lestari.

Dari ke-6 komponen yang termasuk dalam faktor peluang diberi simbol O1, O2, O3, O4, O5 dan O6.

Ancaman (Threats)

1) Pulau Batam sebagai pulau kecil sangat rentan terhadap perubahan

lingkungan.

2) Adanya penyebaran polutan dari negara-negara sekitarnya (terutama dari

Singapura dan Malaysia) yang disebabkan oleh pergerakan arus air laut turut

andil terhadap terjadinya degradasi lingkungan perairan pesisir dan laut Kota

Batam.

3) Adanya orientasi jangka pendek dari kalangan industri yang hanya mengejar

keuntungan ekonomi semata tanpa memperdulikan dampak negatif terhadap

lingkungan yang dapat mengancam kelestarian sumberdaya pesisir dan laut

4) Adanya pembukaan lahan yang tak terkendali di daratan yang dipicu oleh

kebutuhan untuk perluasan Sektor Industri dan sektor-sektor pendukung

lainnya.

♦ Sekitar 2 731.60 hektar kawasan hutan lindung dan hutan wisata

dikonversi dan beralih fungsi serta adanya reklamasi pantai yang

dilakukan secara terus-menerus khususnya yang dilakukan melalui

Page 144: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

128

konversi kawasan mangrove untuk pengembangan Sektor Industri dan

sektor-sektor pendukungnya. Hal ini dapat mempengaruhi peningkatan

partikel-partikel sedimen di perairan pantai apabila terkena aliran air

hujan, yang pada akhirnya dapat mengancam keberadaan ekosistem pesisir

dan laut karena mengganggu proses fotosintesis dan menutupi padang

lamun dan karang hidup serta mengakibatkan turunnya produktivitas

perikanan pantai.

♦ Berubahnya kawasan resapan air menjadi kawasan industri dan bisnis,

permukiman dan sebagainya yang menimbulkan penurunan daya dukung

lingkungan di kawasan tersebut.

5) Belum optimalnya pengelolaan lingkungan oleh Sektor Industri sehingga

memberikan kontribusi pada penurunan kualitas lingkungan pesisir dan laut.

♦ Dari sekitar 575 perusahaan industri dan pariwisata dan sebagainya yang

ada di Batam apabila tidak dikelola dengan baik akan memberikan

kontribusi terhadap pencemaran lingkungan yang cukup tinggi, apalagi

baru sekitar 139 perusahaan yang melakukan kegiatannya dilengkapi

dengan dokumen AMDAL/Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)

maupun Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dan terindikasi baru

sekitar 25% industri yang melakukan pengelolaan lingkungan hidupnya

dengan baik.

♦ Dari sekitar 24 kawasan industri, baru sekitar 4 kawasan industri yang

dilengkapi studi AMDAL dan hanya satu kawasan industri yang memiliki

IPAL sehingga rawan terhadap terjadinya pencemaran.

♦ Masih banyak ditemui pembuangan limbah cair dari industri yang

langsung ke perairan pantai atau media lingkungan lainnya tanpa melalui

proses pengelolaan limbah terlebih dahulu.

6) Adanya perkembangan industri yang pesat akan memicu terjadinya degradasi

lingkungan dan SDA karena dikhawatirkan terjadi ekspoitasi SDA yang tak

terkendali dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan pasar akibat adanya

permintaan yang tinggi.

7) Adanya konflik pemanfaatan lahan sebagai akibat adanya dua lembaga

pemerintah di Kota Batam yang masing-masing secara hukum sah

Page 145: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

129

keradaannya, yaitu Pemerintah Kota Batam dan Otorita Batam. Hal ini

banyak menimbulkan terjadinya kerancuan dan tumpang-tindih kepentingan

yang pada akhirnya membawa dampak negatif terhadap kondisi lingkungan

pesisir.

Untuk ke-7 komponen yang termasuk faktor ancaman selanjutnya diberi simbol T1, T2, T3, T4, T5, T6 dan T7. Penentuan urutan prioritas dari strategi pengelolaan yang dipilih

Untuk menentukan urutan prioritas dari seluruh strategi yang ada

dilakukan dengan pemberian bobot pada masing-masing komponen pembentuk

strategi, yang dalam hal ini terdiri dari komponen-komponen yang termasuk

dalam faktor internal, meliputi kekuatan (S1, S2, S3, S4, S5) dan kelemahan

(W1,W2 ,W3, W4, W5, W6, W7, W8, W9) serta faktor eksternal yang terdiri dari

peluang (O1, O2, O3, O4, O, O6) dan ancaman (T1, T2, T3, T4, T5, T6, T7)

seperti Tabel 47 dan 48. Kisaran nilai bobot ditentukan antara 1 sampai dengan 3

yang didasarkan pada derajat kepentingan dari komponen tersebut. Komponen

yang paling penting diberi nilai bobot yang paling tinggi, yaitu 3. Komponen ini

merupakan komponen yang memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap

pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan pesisir dan laut secara

berkelanjutan. Untuk komponen yang paling kecil diberi nilai bobot 1, yang

menggambarkan bahwa keberadaannya (ada/tidak ada) tidak mempunyai

kontribusi yang signifikan. Sedangkan komponen yang dikategorikan penting

adalah komponen yang tidak didefinisikan sebagai komponen yang sangat penting

dan tidak penting dan diberi nilai bobot 2.

Page 146: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

130

Tabel 47 Pembobotan faktor internal dengan analisis SWOT

Kekuatan (S) Bobot Kelemahan (W) BobotS1. Letak geografis Kota

Batam yang strategis

3 W1. Masih rendahnya kesadaran

masyarakat untuk peduli terhadap kelestarian lingkungan dan sumberdaya pesisir dan laut

3

S2. Ketersedian sumberdaya alam yang cukup potensial

3

W2. Tidak digunakannya Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Kota Batam sebagai acuan dalam pemanfaatan ruang

3

S3. Adanya dukungan dari peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup

2

W3. Masih kurangnya sosialisasi terhadap kebijakan-kebijakan yang terkait derngan pelestarian lingkungan

2

S4. Adanya institusi di Pemerintah Kota Batam yang menangani pengelolaan lingkungan hidup termasuk pengelolaan lingkungan pesisir dan laut serta adanya lembaga yang menangani pembangunan kelautan dan perikanan di Kota Batam

2

W4. Rendahnya tingkat pengetahuan dan ketrampilan nelayan dalam melakukan diversifikasi usaha

2

S5. Masih adanya sebagian wilayah Kota Batam yang kondisi lingkungannya masih relatif lebih baik

3

W5. Adanya industri-industri yang sebenarnya tidak dianjurkan dikembangkan di Kota Batam

3

W6. Belum adanya basis data tentang potensi sumberdaya pesisir dan laut

2

W7. Pelaksanaan koordinasi masih lemah

3

W8. Sebaran penduduk yang tidak merata antara Pulau Batam dan pulau-pulau di sekitarnya

1

W9. Lemahnya pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan penegakkan hukum

2

Page 147: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

131

Tabel 48 Pembobotan faktor eksternal dengan analisis SWOT

Peluang (O) Bobot Ancaman (T) BobotO1. Adanya kemungkinan

merubah pola pikir masyarakat untuk peduli terhadap kelestarian lingkungan dan sumberdaya pesisir dan laut

2

T1. Pulau Batam sebagai pulau kecil sangat rentan terhadap perubahan lingkungan

3

02. Adanya sebagian industri yang mengikuti aturan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup

2

T2. Adanya penyebaran polutan dari negara-negara sekitarnya yang disebabkan oleh pergerakan arus air laut

1

O3. Adanya perhatian dunia internasional dalam pengendalian pencemaran laut di perairan sekitar Kota Batam

1

T3. Adanya orientasi jangka pendek dari kalangan industri yang hanya mengejar keuntungan ekonomi semata tanpa memperdulikan dampak negatif terhadap lingkungan

2

O4. Adanya perhatian negara lain dalam melakukan implementasi pengelolaan lingkungan pesisir dan laut di Kota Batam dan daerah sekitarnya

1

T4. Adanya pembukaan lahan yang tak terkendali di daratan yang dipicu oleh kebutuhan untuk perluasan Sektor Industri dan sektor-sektor pendukung lainnya

2

O5. Pelaksanaan otonomi daerah diharapkan akan meningkatkan kemandirian Pemerintah Kota Batam dalam pengelolaan sumberdaya alam dan penyelenggaraan pembangunan

3

T5. Belum optimalnya pengelolaan lingkungan oleh Sektor Industri sehingga memberikan kontribusi pada penurunan kualitas lingkungan pesisir dan laut

3

O6. Letak strategis Kota Batam apabila dikelola dengan baik akan memberikan manfaat dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan kualitas SDM terutama dalam kaitannya dengan pemanfaatan SDA secara lestari

2

T6. Adanya perkembangan industri yang pesat akan memicu terjadinya degradasi lingkungan dan SDA

2

T7. Adanya konflik pemanfaatan lahan

2

Page 148: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

132

Langkah selanjutnya adalah menentukan strategi-startegi dengan

memadukan komponen-komponen SWOT, yaitu antara IFAS dengan EFAS yang

merupakan komponen pembentuk strategi tersebut seperti dalam Tabel 49.

Tabel 49 Strategi dan komponen pembentuknya dalam analisis SWOT

IFAS

EFAS

Kekuatan (S1, S2, S3, S4, S5)

Kelemahan (W1, W2, W3, W4, W5, W6,

W7, W8, W9)

Peluang (O1, O2, O3, O4,

O5, O6)

1. Peningkatan kualitas SDM (S1, S2, S3, O5, O6) 2. Pengembangan kawasan industri secara terpadu yang dilengkapi dengan sistem pembunagan limbah yang baik (S2, S3, O1, O2) 3. Pencegahan dan pengendalaian pencemaran laut oleh industri yang dilakukan secara terpadu dan terencana (S3, S4, O3, O4, O5) 4. Peningkatan mekanisme dan efektifitas koordinasi dari mulai perencanaan, pelaksanaan serta pemantauan dan evaluasi dalam rangka menghindari adanya konflik pemanfaatan SDA dan tumpang tindih kepentingan (S2, S4, O1, O3, O4) 5. Penguatan dan peningkatan kemampuan kelembagaan dan sumberdaya manusia di Kota Batam (S3, S4, O1) 6. Penggalangan kerjasama kemitraan dengan kalangan industri dalam rangka pencegahan dan pengendalian pencemaran dan kerusakan ekosistem pesisir dan laut di Kota Batam (S4, S5, O2, O3, O4)

1. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia (W4, O5, O6) 2. Pencegahan dan pengendalaian pencemaran laut oleh industri yang dilakukan secara terpadu dan terencana (W1, W3, W5, W8, O3, O4, O5) 3. Peningkatan mekanisme dan efektifitas koordinasi dari mulai perencanaan, pelaksanaan serta pemantauan dan evaluasi dalam rangka menghindari adanya konflik pemanfaatan SDA dan tumpang tindih kepentingan (W7, O1, O3, O4) 4. Penguatan dan peningkatan kemampuan kelembagaan dan sumberdaya manusia di Kota Batam (W1, O1) 5. Penggalangan kerjasama kemitraan dengan kalangan industri dalam rangka pencegahan dan pengendalian pencemaran dan kerusakan ekosistem pesisir dan laut di Kota Batam (W3, O2, O3, O4) 6. Mengupayakan pola pemanfaatan ruang yang serasi dengan rencana tata ruang Kota Batam antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya (W2, W9, O6)

Page 149: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

133

Tabel 49 (Lanjutan)

IFAS

EFAS

Kekuatan (S1, S2, S3, S4, S5)

Kelemahan (W1, W2, W3, W4, W5, W6,

W7, W8, W9)

Peluang (O1, O2, O3, O4,

O5, O6)

7. Mengupayakan pola pemanfaatan ruang yang serasi dengan rencana tata ruang Kota Batam antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya (S2, S3, O6) 8. Peningkatan pengawasan dan pemantauan yang dilakukan secara teratur terhadap pembuangan limbah industri serta melakukan penegakkan hukum secara tegas (S3, S4, O3, O5) 9. Pengembangan Sistem Informasi Lingkungan (Environmental Information System) dalam bentuk menyediaan basis data yang mutakhir (S2, O3, O4, O5) 10. Menyusun tata ruang pesisir dan laut yang berada dalam kewenangan Pemerintah Kota Batam untuk kepentingan pembagian zonasi terhadap berbagai peruntukan (S2, O3, O4)

7. Peningkatan pengawasan dan pemantauan yang dilakukan secara teratur terhadap pembuangan limbah industri serta melakukan penegakkan hukum secara tegas (W9, O3, O5) 8. Pengembangan Sistem Informasi Lingkungan (Environmental Information System) dalam bentuk menyediaan basis data yang mutakhir (W6, O3, O4, O5) 9. Menyusun tata ruang pesisir dan laut yang berada dalam kewenangan Pemerintah Kota Batam untuk kepentingan pembagian zonasi terhadap berbagai peruntukan (W2, O3, O4) 10. Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan lingkungan hidup pada umumnya dan lingkungan pesisir dan laut pada khsusunya (W1, W3, O1, O2)

Ancaman

(T1, T2, T3, T4, T5, T6, T7)

1. Pengembangan kawasan industri secara terpadu yang dilengkapi dengan sistem pembunagan limbah yang baik (S2, S3, T4, T5) 2. Pencegahan dan pengendalaian pencemaran laut oleh industri yang dilakukan secara terpadu dan terencana (S3, S4, T1, T2, T3, T5, T6)

1. Pencegahan dan pengendalaian pencemaran laut oleh industri yang dilakukan secara terpadu dan terencana (W1, W3, W5, W8, T1, T2, T3, T5, T6) 2. Peningkatan mekanisme dan efektifitas koordinasi dari mulai perencanaan, pelaksanaan serta pemantauan dan evaluasi dalam rangka menghindari adanya konflik pemanfaatan SDA dan tumpang tindih kepentingan (W7, T1, T7)

Page 150: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

134

Tabel 49 (Lanjutan)

IFAS

EFAS

Kekuatan (S1, S2, S3, S4, S5)

Kelemahan (W1, W2, W3, W4, W5, W6,

W7, W8, W9)

Ancaman (T1, T2, T3, T4,

T5, T6, T7)

3. Peningkatan mekanisme dan efektifitas koordinasi dari mulai perencanaan, pelaksanaan serta pemantauan dan evaluasi dalam rangka menghindari adanya konflik pemanfaatan SDA dan tumpang tindih kepentingan (S2, S4, T1, T7) 4. Penguatan dan peningkatan kemampuan kelembagaan dan sumberdaya manusia di Kota Batam (S3, S4, T3, T5, T6) 5. Penggalangan kerjasama kemitraan dengan kalangan industri dalam rangka pencegahan dan pengendalian pencemaran dan kerusakan ekosistem pesisir dan laut di Kota Batam (S4, S5, T1, T2, T3, T5, T6) 6. Mengupayakan pola pemanfaatan ruang yang serasi dengan rencana tata ruang Kota Batam antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya (S2, S3, T4) 7. Menekan sekecil mungkin upaya pengembangan industri melalui pembukaan lahan yang dilakukan dengan merusak kawasan lindung, reklamsi pantai dengan mengkonversi kawasan mangrove atau sempadan pantai (S2, S5, T1, T4, T6)

3. Penguatan dan peningkatan kemampuan kelembagaan dan sumberdaya manusia di Kota Batam (W1, T3, T5, T6) 4. Penggalangan kerjasama kemitraan dengan kalangan industri dalam rangka pencegahan dan pengendalian pencemaran dan kerusakan ekosistem pesisir dan laut di Kota Batam (W3, T1, T2, T3, T5, T6) 5. Mengupayakan pola pemanfaatan ruang yang serasi dengan rencana tata ruang Kota Batam antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya (W2, W9, T4) 6. Menekan sekecil mungkin upaya pengembangan industri melalui pembukaan lahan yang dilakukan dengan merusak kawasan lindung, reklamsi pantai dengan mengkonversi kawasan mangrove atau sempadan pantai (W2, W3, W6, T1, T4, T6) 7. Melakukan inventarisasi jumlah dan jenis industri serta sistem pembuangan limbahnya terutama terhadap industri-industri terutama yang didirikan di wilayah pesisir yang berpotensi besar dapat menimbulkan terjadinya pencemaran dan perusakan ekosistem pesisir dan laut di Kota Batam (W5, W6, T5)

Page 151: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

135

Tabel 49 (Lanjutan)

IFAS

EFAS

Kekuatan (S1, S2, S3, S4, S5)

Kelemahan (W1, W2, W3, W4, W5, W6,

W7, W8, W9)

Ancaman (T1, T2, T3, T4,

T5, T6, T7)

8. Pengembangan industri kususnya di Kecamatan Galang (Pulau Rempang dan Pulau Galang) diarahkan pada industri yang ramah lingkungan dengan menghindari melakukan eksploitasi sumberdaya alam yang dapat menimbulkan degradasi lingkungan (S5, T1) 9. Peningkatan pengawasan dan pemantauan yang dilakukan secara teratur terhadap pembuangan limbah industri serta melakukan penegakkan hukum secara tegas (S3, S4, T5) 10. Pengembangan Sistem Informasi Lingkungan (Environmental Information System) dalam bentuk menyediaan basis data yang mutakhir (S2, T2, T6, T7) 11. Menyusun tata ruang pesisir dan laut yang berada dalam kewenangan Pemerintah Kota Batam untuk kepentingan pembagian zonasi terhadap berbagai peruntukan (S2, T1, T6, T7)

8. Peningkatan pengawasan dan pemantauan yang dilakukan secara teratur terhadap pembuangan limbah industri serta melakukan penegakkan hukum secara tegas (W9, T5) 9. Pengembangan Sistem Informasi Lingkungan (Environmental Information System) dalam bentuk menyediaan basis data yang mutakhir (W6, T2, T6, T7) 10. Menyusun tata ruang pesisir dan laut yang berada dalam kewenangan Pemerintah Kota Batam untuk kepentingan pembagian zonasi terhadap berbagai peruntukan (W2, T1, T6, T7) 11. Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan lingkungan hidup pada umumnya dan lingkungan pesisir dan laut pada khsusunya (W1, W3, T5, T6)

Berdasarkan tabel di atas kemudian dapat disusun sebanyak 14 strategi

pengelolaan lingkungan pesisir Kota Batam seperti dapat dilihat pada Tabel 50.

Dari ke-14 strategi yang diperoleh maka dengan menjumlahkan nilai bobot dari

seluruh komponen pembentuk setiap strategi dapat ditentukan urutan prioritas dari

strategi- strategi tersebut.

Page 152: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

136

Tabel 50 Komponen dan bobot pembentuk strategi dalam analisis SWOT Komponen dan bobot pembentuk strategi

Strategi Komponen Nilai bobot

Strategi 1. S1, S2, S3, W4, O5, O6 15

Strategi 2. S2, S3, O1, O2, T4 , T5 14

Strategi 3. S3, S4, W1, W3, W5, W8, O3, O4, O5, T1, T2, T3, T5, T6

29

Strategi 4. S2, S4, W7, O1, O3, O4, T1, T7 17

Strategi 5. S3, S4, W1, O1, T3, T5, T6 16

Strategi 6. S4, S5, W3, O2, O3, O4, T1, T2, T3, T5, T6 22

Strategi 7. S2, S3, W2, W9, O6, T4 14

Strategi 8. S2, S5, W2, W3, W6, T1, T4, T6 20

Strategi 9. W5, W6, T5 8

Strategi 10. S5, T1 6

Strategi 11. S3, S4, W9, O3, O5, T5 13

Strategi 12. S2, W6, O3, O4, O5, T2, T6, T7 15

Strategi 13. S2, W2, O3, O4, T1, T6, T7 15

Strategi 14. W1, W3, O1, O2, T5, T6 14

Dengan melihat nilai bobot seperti dalam Tabel 50 maka urutan prioritas

dari strategi yang perlu dilakukan dalam rangka pengelolaan lingkungan pesisir

dan laut Kota Batam berdasarkan kajian dampak dari kegiatan industri dan

pengembangannya adalah sebagai berikut:

Prioritas 1: Pencegahan dan pengendalaian pencemaran laut oleh industri

yang dilakukan secara terpadu dan terencana dengan

dukungan peraturan perundang-undangan, kebijakan

pemerintah dan kelembagaan pengelola serta SDM yang

berkualitas.

Prioritas 2: Penggalangan kerjasama kemitraan dengan kalangan industri

dalam rangka pencegahan dan pengendalian pencemaran dan

kerusakan ekosistem pesisir dan laut di Kota Batam, termasuk

dalam upaya melakukan perlindungan dan konservasi SDA

dan lingkungan yang kondisinya masih relatif baik.

Page 153: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

137

Prioritas 3: Menekan sekecil mungkin upaya pengembangan industri yang

umumnya dilakukan melalui pembukaan lahan dengan

merusak kawasan lindung, reklamasi pantai dengan

mengkonversi kawasan mangrove atau sempadan pantai, serta

menghindari pembukaan lahan di kawasan tangkapan air

(catchment area) dan yang rentan terhadap perubahan

lingkungan.

Prioritas 4: Peningkatan mekanisme dan efektifitas koordinasi dari mulai

perencanaan, pelaksanaan serta pemantauan dan evaluasi

dalam rangka menghindari adanya konflik pemanfaatan

sumberdaya alam dan tumpang tindih kepentingan.

Mengingat terdapat dua lembaga pemerintah di Kota Batam

yang masing-masing secara hukum sah keberadaannya

(Pemerintah Kota Batam dan Otorita Batam) sehingga untuk

menghindari tumpang-tindih kepentingan yang akan

membawa dampak negatif terhadap lingkungan pesisir maka

diperlukan adanya koordinasi menyangkut kejelasan dan

kepastian pembagian kewenangan dan tanggung jawab (siapa,

berbuat apa, mengapa, dimana dan kapan). Hal ini diperlukan

agar bisa saling mengisi dan bukannya saling kontradiksi

dengan didukung oleh adanya kebijakan-kebijakan

pengelolaan lingkungan pesisir secara komprehensif untuk

semua sektor pembangunan, termasuk didalamnya

keterpaduan antar sektor dan lembaga terkait yang ada di Kota

Batam. Keterpaduan ini perlu dilakukan dari mulai proses

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan

(termasuk pengawasan) dan evaluasi dari kebijakan yang ada

serta kebijakan yang disusun harus diarahkan untuk

kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat pada saat

ini dan untuk generasi yang akan datang.

Page 154: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

138

Prioritas 5: Penguatan dan peningkatan kemampuan kelembagaan dan

sumberdaya manusia di Kota Batam yang terkait dengan

pengelolaan lingkungan pesisir, termasuk didalamnya

kelembagaan masyarakat yang peduli terhadap lingkungan

pesisir dan laut (kelompok masyarakat/lembaga swadaya

masyarakat, perguruan tinggi, dan swasta/pengusaha).

Kelembagaan masyarakat ini harus dapat berperan aktif

bersama-sama pemerintah daerah dalam melakukan

pengawasan dan mencegah lingkungan yang masih relatif baik

serta memperbaiki kondisi lingkungan yang telah mengalami

degradasi.

Prioritas 6: a) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam rangka

penguasaan pengetahuan dan ketrampilan baik melalui

jalur formal maupun informal seperti melalui pendidikan

atau pelatihan untuk mendukung perwujudan Kota Batam

sebagai pusat pengembangan industri hasil kelautan yang

dikelola secara profesional dalam rangka pemberdayaan

ekonomi masyarakat khususnya yang bermata pencaharian

sebagai nelayan.

b) Pengembangan Sistem Informasi Lingkungan

(Environmental Information System) dalam bentuk

menyediaan basis data yang mutakhir untuk memberikan

informasi secara berkala mengenai kondisi SDA dan

lingkungan hidup pada umumnya serta lingkungan pesisir

dan laut pada khususnya.

c) Penyusunan tata ruang pesisir dan laut yang berada dalam

kewenangan Pemerintah Kota Batam untuk kepentingan

pembagian zonasi bagi berbagai peruntukan sehingga

diharapkan dapat memperkecil dampak kerugian ekologi

dan sosial-ekonomi.

Page 155: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

139

Prioritas 7: a) Pengembangan kawasan industri secara terpadu yang

dilengkapi dengan sistem pembungan limbah yang baik

serta dilakukan berdasarkan peraturan perundang-

undangan dan kebijakan pemerintah.

b) Mengupayakan pola pemanfaatan ruang yang serasi

dengan rencana tata ruang Kota Batam antara satu kegiatan

dengan kegiatan lainnya dengan harapan akan tetap

terjaganya kelestarian lingkungan.

c) Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya

pengelolaan lingkungan hidup pada umumnya serta

lingkungan pesisir dan laut pada khsusunya bagi generasi

sekarang dan generasi yang akan datang dengan

melakukan pembinaan kepada masyarakat dan penanggung

jawab usaha (perusahaan).

Prioritas 8: Peningkatan pengawasan dan pemantauan yang dilakukan

secara teratur terhadap pembuangan limbah industri serta

melakukan penegakan hukum secara tegas dengan

memberikan penghargaan (reward) terhadap industri-industri

yang mengikuti aturan dengan baik serta memberikan sanksi

kepada industri-industri yang menimbulkan pencemaran dan

kerusakan lingkungan.

Prioritas 9: Penataan dan pengaturan sistem pengelolaan limbah industri

dengan melakukan inventarisasi jumlah dan jenis industri

serta sistem pembuangan limbahnya terutama terhadap

industri-industri yang didirikan di wilayah pesisir yang

berpotensi besar dapat menimbulkan terjadinya pencemaran

dan kerusakan ekosistem pesisir dan laut di Kota Batam.

Sebagai gambaran ancaman dari salah satu industri yang

potensial memberikan pengaruhnya langsung terhadap

kualitas dan kehidupan biota pantai/laut di Kota Batam adalah

dari kegiatan industri kapal atau galangan kapal (shipyard)

Page 156: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

140

karena umumnya lokasi industri ini langsung berada di

pinggir pantai sehingga limbah dari operisonal rutinnya

mengakibatkan terjadinya pencemaran di pesisir dan laut.

Pada umumnya limbah dari aktivitas industri ini tidak

dikelola dengan baik, bahkan biasanya langsung dibuang ke

perairan pantai di sekitarnya. Selain itu, strategi ini

diperlukan dalam rangka meminimalkan dampak negatif

industri terhadap lingkungan pesisir dan laut Kota Batam

terutama di wilayah padat industri, seperti di Kecamatan Sei

Beduk, Kecamatan Nongsa, Kecamatan Sekupang,

Kecamatan Lubuk Baja dan Kecamatan Batu Ampar.

Prioritas 10: Pengembangan industri kususnya di Kecamatan Galang

(Pulau Rempang dan Pulau Galang) diarahkan pada industri

yang ramah lingkungan dengan melakukan pengolahan hasil

pertanian dan perikanan serta jasa-jasa lingkungan pesisir dan

laut, dengan menghindari melakukan eksploitasi sumberdaya

alam yang dapat menimbulkan degradasi lingkungan.

Page 157: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

141

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Kegiatan industri dan pengembangannya yang ada di Kota Batam

membawa dampak positif terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya. Beberapa

jenis industri yang ada di Kota Batam meliputi industri kapal (shipyard),

elektronika, plastik dan barang dari plastik, barang dari logam, garmen dan tekstil,

bahan kimia, kertas dan barang dari kertas, gelas dan barang dari gelas,

pengolahan kayu, pengolahan tanah liat dan pasir, pengolahan barang dari karet,

bengkel dan jasa pendukung, alat angkat dan jasa perbaikan, jasa industri dan

rekayasa industri, makanan, minuman, furniture, percetakan, penerbitan dan

periklanan.

Adanya aktivitas industri dan pengembangannya ternyata membawa

dampak negatif terhadap lingkungan hidup berupa penurunan kualitas lingkungan,

seperti terjadinya degradasi sumberdaya pesisir dan laut. Berdasarkan hasil

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara umum kondisi perairan pesisir Kota

Batam dalam keadaan sangat memprihatinkan, yang ditandai oleh buruknya

kualitas air laut serta terancamnya keberadaan ekosistem pesisir (mangrove,

padang lamun dan terumbu karang) serta sumberdaya perikanan. Beberapa

kegiatan yang menonjol dan mempengaruhi kondisi tersebut di antaranya

pembuangan limbah industri, adanya pembukaan lahan dengan merusak kawasan

hutan dan perbukitan serta reklamasi pantai yang pada umumnya dilakukan

melalui konversi kawasan mangrove yang dijadikan bagi peruntukkan lainnya.

Berdasarkan analisis kualitas air laut yang dilakukan dengan metode

STORET dapat dikatakan bahwa perairan Kota Batam dalam keadaan tercemar.

Distribusi polutan terjadi baik secara vertikal (pada bagian permukaan dan dekat

dasar perairan laut) maupun secara horisontal pada berbagai wilayah perairan laut

di Kota Batam. Secara vertikal, kualitas air laut yang diambil dari dekat dasar

perairan laut maupun dari bagian permukaan perairan laut menunjukkan tingkat

kualitas yang buruk atau tercemar berat dengan total skor antara –38 sampai

dengan –85. Beberapa parameter kualitas air yang tidak memenuhi baku mutu

dan ditemukan pada semua lokasi pengamatan meliputi Pb, Zn, NO3-N dan fenol.

Page 158: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

142

Secara horisontal, kualitas air laut juga menunjukkan kondisi yang tidak jauh

berbeda. Kondisi kualitas air pada seluruh wilayah perairan pantai/laut di Kota

Batam dalam keadaan tercemar dan sebagian besar dalam keadaan tercemar berat,

baik yang diambil di sekitar daerah industri maupun yang jauh dari daerah industri

dengan total skor antara -30 sampai dengan -69. Beberapa logam berat yang

diperoleh telah melampaui baku mutu adalah Cu, Cd, Cr, Pb, Ni dan Zn, bahkan

seluruh wilayah perairan laut di Kota Batam telah tercemar oleh Zn, sedangkan

Cu dan Pb telah mencemari sebagian besar wilayah perairan laut di Kota Batam

kecuali perairan laut di Kecamatan Sei Beduk. Demikian halnya dengan BOD5,

yang dijumpai pada seluruh wilayah perairan laut di Kota Batam dalam keadaan

sudah tidak memenuhi baku mutu.

Berdasarkan kondisi riilnya, ekosistem mangrove di Kota Batam pada

umumnya telah mengalami tekanan akibat adanya aktivitas manusia. Aktivitas

yang banyak merusak kawasan mangrove adalah adanya alih fungsi (konversi)

kawasan mangrove dan reklamasi wilayah pesisir Kota Batam yang sebagian

besar dilakukan untuk mendukung pengembangan industri di daerah ini.

Kerusakan mangrove tersebut terutama dijumpai di Batam bagian utara yang

dalam penelitian ini diwakili daerah Tanjung Uma, Kecamatan Lubuk Baja. Di

bagian selatan Batam, kondisi mangrovenya relatif masih lebih baik, terutama

mangrove yang berada pada sebagian besar wilayah pesisir Kecamatan Galang.

Bebeberapa jenis mangrove yang ditemukan di pesisir Kota Batam, yaitu

Rhizophora sp., Avicennia sp., Xylocarpus granatum, Sonneratia sp., Ceriops

tagal, Aegiceras corniculatum dan Bruguiera sp.

Terumbu karang pada kedalaman perairan laut 3 meter dan 10 meter

kondisinya cukup bervariasi, yaitu dari rusak (buruk dan sedang) sampai baik

(baik dan baik sekali). Adanya kualitas perairan laut Kota Batam yang tercemar

limbah khususnya oleh limbah industri akan mengancam kelangsungan hidup

terumbu karang di daerah ini.

Ekositem padang lamun di Barelang (Batam, Rempang dan Galang)

kondisinya termasuk jarang hingga sedang dan dapat dikatakan bahwa status

padang lamun di daerah ini termasuk dalam kategori rusak.

Page 159: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

143

Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi penurunan hasil tangkapan

ikan dan ikan yang tertangkap ukurannya semakin kecil, terutama terjadi pada

kegiatan penangkapan ikan karang, udang dan ikan demersal lainnya. Hal ini

disebabkan antara lain oleh turunnya kualitas perairan pesisir dan laut karena telah

mengalami pencemaran dan terjadinya degradasi fisik hutan mangrove, terumbu

karang dan padang lamun.

Sehubungan dengan itu diperlukan adanya arahan kebijakan pengelolaan

yang baik dengan memperhatikan semua aspek terkait serta didukung oleh adanya

partisipasi aktif dari seluruh komponen yang ada. Untuk itu maka Pemerintah

Kota Batam bersama-sama dengan masyarakat dan dunia usaha perlu melakukan

kerjasama yang baik dalam melaksanakan pembangunan dan menyelenggarakan

pemerintahan berdasarkan kebijakan yang holistik, dengan memperhatikan aspek

pelestarian lingkungan hidup. Adanya kebijakan yang holistik ini menjadi dasar

dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup secara terpadu, termasuk

pengelolaan lingkungan pesisir.

Pengelolaan lingkungan pesisir secara terpadu di Kota Batam menjadi

kebutuhan yang perlu segera dilakukan agar dampak negatif dari kegiatan industri

dan pengembangannya terhadap lingkungan pesisir dan laut dapat ditekan sekecil

mungkin. Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan adanya strategi

pengelolaan. Prioritas pertama yang harus dilakukan dari beberapa startegi yang

dihasilkan dari penelitian ini adalah melakukan pencegahan dan pengendalaian

pencemaran laut oleh industri yang dilakukan secara terpadu dan terencana

dengan dukungan peraturan perundang-undangan, kebijakan pemerintah dan

kelembagaan pengelola serta sumberdaya manusia yang berkualitas.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dalam rangka untuk mengurangi

dampak negatif yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas industri dan

pengembangannya terhadap lingkungan hidup khususnya terhadap lingkungan

pesisir dan laut di Kota Batam maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:

Page 160: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

144

1. Perlu dilakukan penegakkan hukum secara terus menerus dan konsisten

dengan memberikan sanksi yang tegas kepada para pelaku perusakan dan

pencemaran lingkungan, khususnya di lingkungan pesisir dan laut

2. Menumbuhkan kesadaran kepada semua pihak khususnya para pengelola

industri atau penangung jawab usaha untuk peduli terhadap lingkungan

dengan melakukan pengelolaan limbah dari hasil usahanya dalam rangka

menekan resiko terjadinya pencemaran, kerusakan ekosistem dan sumberdaya

alam di wilayah pesisir dan laut.

3. Dalam pemanfaatan ruang atau kawasan bagi suatu peruntukkan harus

berpedoman pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam yang dibuat

secara komprehensif melalui kajian yang didukung dengan data yang akurat.

4. Beberapa strategi pengelolaan yang dihasilkan dari penelitian ini perlu

diaplikasikan dan dijadikan pertimbangan dalam menentukan arah

pengelolaan lingkungan pesisir dan laut Kota Batam.

5. Untuk melengkapi hasil penelitian ini maka perlu adanya kajian atau

penelitian lanjutan mengenai:

♦ Model pengelolaan lingkungan pesisir dan laut Kota Batam secara terpadu.

♦ Analisis kesesuaian lahan dan daya dukung lingkungan Kota Batam.

♦ Pola penyebaran polutan dan dampaknya terhadap produktivitas perairan

laut Kota Batam pada setiap musim.

♦ Kajian terhadap jenis limbah dari masing-masing industri yang potensial

dapat mengancam kelestarian ekosistem dan sumberdaya hayati lainnya

yang ada di lingkungan pesisir dan laut Kota Batam.

♦ Kajian dampak pencemaran laut terhadap kesehatan masyarakat pesisir

Kota Batam.

Page 161: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

145

DAFTAR PUSTAKA Anna, S. 1999. Analisis Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi Teluk

Jakarta. Thesis Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor: IPB.

[Bapedal] Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 2001. Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut. Jakarta: Bapedal.

[Bapedal] Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Batam. 2002. Data

Base Lingkungan Hidup Kota Batam. Batam: Bapedal Kota Batam. [Bapedal] Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Batam. 2003. Kondisi

Lingkungan Hidup Batam 2002. Batam: Bapedal Kota Batam. [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Batam. 2001. Batam

Dalam Angka 2000. Kerjasama antara Badan Pusat Statistik Kota Batam dengan Bappeda Kota Batam. Batam: Bappeda Kota Batam.

[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Batam. 2002. Batam

Dalam Angka 2001. Kerjasama antara Badan Pusat Statistik Kota Batam dengan Bappeda Kota Batam. Batam: Bappeda Kota Batam.

[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Kota Batam. 2003. Batam Dalam

Angka 2002. Kerjasama antara Badan Pusat Statistik Kota Batam dengan Bappeda Kota Batam. Batam: Bappeda Kota Batam.

[Bappeda] Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Kota

Batam. 2004. Batam Dalam Angka 2003. Kerjasama antara Badan Pusat Statistik Kota Batam dengan Bappeda Kota Batam. Batam: Bappeda Kota Batam.

Bengen, D. G. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut

serta Prinsip Pengelolaannya. Bogor: PKSPL IPB. Bengen, D. G., A. Tahir, A. Rizal dan Pawitno. 2002. Pengembangan Konsep

Daya Dukung dalam Pengelolaan Lingkungan Pulau-pulau Kecil. Laporan Akhir. Kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Jakarta: KLH.

Canter, L. W. 1977. Environmental Impact Assessment. New York: Mc Graw

Hill Book Company.

Page 162: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

146

Chia, L. S., K. Habibullah and L. M. Chou. 1988. The Coastal Environmental Profile of Singapore. ICLARM Technical Report. International Center for Living Aquatic Resources Management. Manila, Philippines.

[COREMAP] Coral Reef Rehabilitation and Management Program-Riau. 1996.

Kualitas dan Kondisi Karang serta Keanekaragaman Hayati Laut di Kecamatan Bintan Timur, Senayang dan Lingga Kabupaten Kepulauan Riau. Bahan III, Lokakarya COREMAP, Pekanbaru, 23 Agustus 1996. hlm 12, 35-36.

Costanza, R. (ed). 1991. Ecological Economics: The Science and Management

of Sustainability. New York: Columbia University Press. Dahuri, R., J. Rais dan S. P. Ginting. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah

Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita. Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Batam. 2002. Identifikasi Data

Pendukung Program Pembangunan Usaha Perikanan Kota Batam. Batam: Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Batam.

Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Batam. 2004. Identifikasi Data

Perikanan Tahun 2004. Batam: Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Batam.

[Dishidros] Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL. 2003. Daftar Pasang Surut

Kepulauan Indonesia Tahun 2003. Jakarta: Dishidros TNI AL. [Disperindag] Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Kota Batam.

2002. Profil Perusahaan Industri Kota Batam Tahun 2002. Proyek Pembinaan Usaha Ekonomi Masyarakat Produktif Kota Batam. Batam: Disperindag Kota Batam.

English, S., C. Wilkinson dan V. Baker. 1994. Survey Manual for Tropical

Marine Resources. Townsville: Australian Institute of Marine Science. Gomez, E.D. dan H.T. Yap. 1988. Monitoring Reef Condition in Kechington,

R.A. and B.E.T. Hudson (ed) : Coral Reef Management Hand Book. UNESCO Regional Office for Science and Technology for South East Asia. Jakarta.

Hutomo, M. 1985. Telaah Ekologik Komunitas Ikan Padang Lamun (Seagrass,

Anthophyta). Di Perairan Teluk Banten. Disertasi Doktor pada Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor: IPB.

Page 163: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

147

[KLH] Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 1993. Hasil Lokakarya Pemantapan Startegi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua. Lokakarya di atas Kapal Kerinci (Jakarta-Medan), 11-13 September 1993. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup (KLH) bekerjasama dengan Environmental Management Development in Indonesia (EMDI-3). Jakarta: KLH.

[KLH] Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. 1998. Undang-undang

Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup/Bapedal. Jakarta: KLH.

[KLH] Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2001. Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor: 04 Tahun 2001 tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang. Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang. Jakarta: KLH.

[KLH] Kementerian Negara Lingkungan Hidup . 2003. Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor: 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Jakarta: KLH.

[KLH] Kementerian Negara Lingkungan Hidup . 2004a. Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor: 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta: KLH.

[KLH] Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2004b. Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor: 179 Tahun 2004 tentang Ralat atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta: KLH.

[KLH] Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2004c. Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor: 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove. Jakarta: KLH.

[KLH] Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2004d. Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor: 200 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun. Jakarta: KLH.

Kitamura, S., Chairil, A., Amalyos, C. dan Shigeyuki, B. 2003. Buku Panduan

Mangrove di Indonesia, Bali dan Lombok. Terjemahan dalam Bahasa Indonesia oleh Mangrove Information Centre (MIC) Project, Japan International Cooperation Agency (JICA). Bali: Jaya Abadi.

Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor: PT. Penerbit Institut

Pertanian Bogor.

Page 164: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

148

Kusnoputranto, H. 1999. Kebijakan dan Strategi Pengolahan Limbah dalam Menghadapi Tantangan Global. Makalah Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah dan Pemulihan Kerusakan Lingkungan. Jakarta: Direktorat Teknologi Lingkungan BPPT.

Ministry of State for Environment, Republic of Indonesia (MOE RI). 2000. An

ecosystem approach to integrated coastal zone and marine biodiversity resources management and development plan in Riau Province: Barelang (Batam, Rempang, Galang) and Bintan Islands. Cooperation between the Republic of Indonesia and the Kingdom of Norway. Jakarta: MOE RI.

Ministry of State for Environment, Republic of Indonesia (MOE RI). 2002.

Reversing Environmental Degradation Trends in the South China Sea and Gulf of Thailand: Review National Water Quality Data and Evaluate the Transboundary Fate of Pollutants in the South China Sea (Phase 1). Ministry of Environment-Republic of Indonesia in cooperation with Marine Sciences Study Program-Faculty of Fisheries And Marine Sciences-Bogor Agricultural University. Jakarta: MOE RI.

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan. Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam (Batam Industrial

Development Authority. 2001. Development Progress 2001: Batam, Indonesia.

Patnowati, I. 1996. Pengaruh pencemaran limbah dari kawasan industri di

lingkungan perairan Batu Ampar Pulau Batam terhadap ikan Dingkid (Siganus canaliculatus P) dan Sotong (Sepia spp). Tesis. Program Studi Ilmu Lingkungan Jurusan Antar Bidang Program Pasca Sarjana, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta: UGM.

Pemerintah Kota Batam. 2000. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam 2001-

2011. Batam: Pemko Batam. Pemerintah Kota Batam. 2001. Rencana Strategis Pembangunan Kota Batam

Tahun 2001-2005. Batam: Pemko Batam. Pemerintah Kota Batam. 2004. Revisi Rencana Strategis Pembangunan Kota

Batam Tahun 2001-2005. Batam: Pemko Batam. [PERTAMINA] Conoco Indonesia Inc. 1998. Analisis Dampak Lingkungan

Pipanisasi Gas Bawah Laut di Kabupaten Dati II Kepulauan Riau dan Kotamadya Batam Propinsi Riau. Jakarta: PERTAMINA Conoco Indonesia Inc.

Page 165: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

149

[PERTAMINA] Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara. 2002. Pemetaan Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) di Pantai Batam-Riau. Kerjasama K3LL Direktorat Pengembangan PERTAMINA dengan Institut Pertanian Bogor. Jakarta: PERTAMINA.

[PGN] PT. Perusahaan Gas Negara (Persero). 2000. Analisis Dampak

Lingkungan (ANDAL) Pipanisasi Gas Bumi PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Batam-Singapura (Borderline). Kerjasama PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) dengan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor. Jakarta: PT. PGN (Persero).

[PKSPL-IPB] Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian

Bogor. 1998. Pipanisasi Gas Bawah Laut di Kabupaten Daerah Tingkat II Kepulauan Riau Propinsi Daerah Tingkat I Riau. Kerjasama PERTAMINA (Conoco Indonesia Inc.) dengan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor. Bogor: PKSPL IPB.

[PKSPL-IPB] Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-Institut Pertanian

Bogor. 2001. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut Riau Kepulauan Propinsi Riau. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Propinsi Riau dengan PKSPL-IPB. Pekanbaru: Bappeda Propinsi Riau.

PRC Environment Management Inc. 1998. Profil Wilayah Pesisir Barelang.

Laporan Tahap Ketiga, kerjasama antara PRC Environment Management Inc. dengan Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam (OPDIP). Jakarta: OPDIP.

PT. Bumimas Batamjaya. 2001. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)

Penambangan Pasir Laut di Wilayah KP Eksplorasi KW 006NS2001 Kecamatan Nongsa dan Batu Ampar Kota Batam, Propinsi Riau. Batam: PT. Bumimas Batamjaya.

Rangkuti, F. 2004. Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis:

Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Riau Coastal Zone Local Management Planning. 1999. Riau Province Snedaker, S. C. dan C. D. Getter. 1985. Coastal Resource Management

Guidelines. Coastal Publication No. 2. Columbia, South Carolina: Research Planning Institute Inc.

Schuster, W. H. and R.R Djajadiredja. 1952. Local Common Names and

Indonesian Fishes. Published for The Ministry of Agriculture of Indonesia, Laboratory for Finland Fisheries. Bandung, ‘S-Gravenhag’: N. V. Penerbit W. Van Hoeve.

Page 166: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

150

UNDP/GEF/IMO. 1988. Natural Resources Damage Assesment Manual for Tropical Ecosystems.

UNEP. 1993. Monitoring Coral Reefs for Global Change. Reference Method for

Marine Polution Studies No. 61. 72 p. Zieren, M. T., F. Ariwibowo dan T. Priyatna. 1996. Kualitas Air Laut dan

Terumbu Karang di Pulau Bintan, Riau. Riau Coastal Zone Land-Use Management Project. PT. Ardes Perdana.

Page 167: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

151

Lampiran 1 Kualitas air laut dari dekat dasar perairan bagian utara wilayah Kota Batam pada April 1998No. Parameter Satuan BN 1 BN 2 BN 3 BN 4 BN 5

F I S I K A1 Warna Pt.Co 5 5 5 5 5 2 Suhu oC 31 30.5 30 31.5 30.4 3 Padatan Tersuspensi mg/l 164 166 144 136 132 4 Kekeruhan NTU 0.61 0.65 0.66 1.00 0.55

K I M I A1 pH - 8.20 8.20 8.21 8.17 8.17

2 Salinitas O/oo 28.5 33.5 34 34.5 33.0 3 Oksigen terlarut (DO) mg/l 5.1 6.0 5.0 5.0 5.2 4 BOD5 mg/l 5.68 6.82 7.91 7.95 5.20 5 COD mg/l 33.02 80.70 41.14 16.86 33 6 Amonia total mg/l 0.034 0.025 0.025 0.033 0.025 7 NO2-N mg/l 0.001 < 0.001 0.003 < 0.001 0.001 8 NO3-N mg/l 0.020 0.052 0.054 0.033 0.076 9 Ortofosfat mg/l 0.014 0.027 0.060 0.036 0.074

10 Minyak dan lemak mg/l < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.0111 Fenol mg/l 0.014 0.029 0.015 0.012 0.006 12 Detergen mg/l 0.005 < 0.001 < 0.001 < 0.001 0.006 13 Merkuri (Hg) mg/l 0.250 0.225 0.150 0.100 0.200 14 Kadmium (Cd) mg/l 0.051 0.056 0.037 0.037 0.093 15 Timbal (Pb) mg/l 0.048 0.046 0.086 0.026 0.029 16 Tembaga (Cu) mg/l 0.043 0.017 0.086 0.026 0.060 17 Seng (Zn) mg/l < 0.001 0.083 0.124 0.041 0.166 18 Khrom (IV) (Cr6+) mg/l 0.004 0.002 0.004 < 0.001 < 0.00119 Arsen (As) mg/l 0.167 0.155 0.189 0.244 0.233 20 Selenium mg/l 0.008 0.005 0.004 0.002 < 0.001

Sumber: PERTAMINA Conoco (1998)

Page 168: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

152

Lampiran 2 Kualitas air laut dari dekat dasar perairan antara Pulau Batam dan perbatasan Singapura pada Maret 2000

No. Parameter Satuan BU 2 BU 3 BU 4 BU 5 BU 6

F I S I K A1 Warna Pt.Co 4.20 4.40 4.40 4.70 4.30 2 Suhu oC 28.2 28.2 28.5 29 29 3 Padatan Tersuspensi mg/l 14 15 18 12 14 4 Kekeruhan NTU 0.52 0.60 1.00 0.50 0.45

K I M I A1 pH - 8.0 8.0 8.1 8.0 8.1

2 Salinitas O/oo 31.5 31.7 31.5 31.1 31.0 3 Oksigen terlarut (DO) mg/l 6.5 6.5 6.5 5.9 7.0 4 BOD5 mg/l 4.14 4.14 4.02 4.34 3.50 5 COD mg/l 33.02 33.02 41.10 41.10 24.94 6 Amonia total mg/l 0.055 0.055 0.019 0.070 0.272 7 NO2-N mg/l 0.005 0.005 0.001 0.003 0.001 8 NO3-N mg/l 0.103 0.103 0.166 0.024 0.008 9 Ortofosfat mg/l 0.028 0.028 0.054 0.041 0.029

10 Minyak dan lemak mg/l < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.0111 Fenol mg/l 0.015 0.026 0.025 0.034 0.014 12 Merkuri (Hg) mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.00113 Kadmium (Cd) mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.00114 Timbal (Pb) mg/l 0.026 0.026 0.032 0.035 0.023 15 Tembaga (Cu) mg/l < 0.001 0.005 0.006 0.008 < 0.00116 Seng (Zn) mg/l 4.920 4.115 4.874 5.880 4.422 17 Khrom (IV) (Cr6+) mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001

Sumber: PGN (2000)

Page 169: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

153

Lampiran 3 Kualitas air laut dari permukaan perairan bagian utara wilayah Kota Batam pada April 1998No. Parameter Satuan BN 1 BN 2 BN 3 BN 4 BN 5

F I S I K A1 Warna Pt.Co 5 5 5 5 52 Suhu oC 31.0 30.0 30.5 31.5 30.23 Padatan Tersuspensi mg/l 120 126 150 140 1384 Kekeruhan NTU 0.38 0.40 0.60 0.36 0.37

K I M I A1 pH - 8.19 8.30 8.19 8.15 8.14

2 Salinitas O/oo 33.0 24.0 33.5 33.5 24.03 Oksigen terlarut (DO) mg/l 7.2 7.3 7.3 7.2 7.14 BOD5 mg/l 7.95 8.14 6.36 7.95 7.725 COD mg/l 18.77 41.10 33.02 49.18 33.026 Amonia total mg/l 0.016 0.036 0.038 0.019 0.0447 NO2-N mg/l 0.003 < 0.001 < 0.001 0.002 0.0018 NO3-N mg/l 0.046 0.044 0.037 0.039 0.1089 Ortofosfat mg/l 0.005 0.027 0.008 0.014 0.008

10 Minyak dan lemak mg/l < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.0111 Fenol mg/l 0.015 0.014 0.024 0.015 0.015 12 Detergen mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.00113 Merkuri (Hg) mg/l 0.275 0.150 0.100 0.100 0.025 14 Kadmium (Cd) mg/l 0.037 0.031 0.042 0.046 0.056 15 Timbal (Pb) mg/l 0.032 0.040 0.026 0.095 0.021 16 Tembaga (Cu) mg/l 0.121 0.034 0.129 0.095 0.069 17 Seng (Zn) mg/l 0.083 0.083 0.086 0.041 < 0.00118 Khrom (IV) (Cr6+) mg/l 0.004 < 0.001 0.004 < 0.001 < 0.00119 Arsen (As) mg/l 0.333 0.278 0.267 0.344 0.35520 Selenium mg/l 0.008 0.008 0.005 0.003 0.002

Sumber: PERTAMINA Conoco (1998)

Page 170: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

154

Lampiran 4 Kualitas air laut dari permukaan perairan antara Pulau Batam dan perbatasan Singapura pada Maret 2000No. Parameter Satuan BU 1 BU 2 BU 3 BU 4 BU 5 BU 6

F I S I K A1 Warna Pt.Co 4.20 4.95 4.80 4.80 4.85 4.602 Suhu oC 28.5 28.5 28.5 28.9 29.0 29.03 Padatan Tersuspensi mg/l 18 14 12 16 16 164 Kekeruhan NTU 0.40 0.43 0.30 0.35 0.35 1.00

K I M I A1 pH - 8.15 8.00 8.05 8.10 8.00 8.15

2 Salinitas O/oo 31.5 31.5 31.7 31.5 31.1 31.03 Oksigen terlarut (DO) mg/l 6.80 6.70 6.50 6.70 6.00 7.404 BOD5 mg/l 3.42 4.34 4.42 4.61 4.14 4.985 COD mg/l 24.94 28.98 41.10 24.94 37.06 20.906 Amonia total mg/l 0.021 0.102 0.317 0.040 0.026 0.2497 NO2-N mg/l 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 0.0018 NO3-N mg/l 0.061 0.033 0.004 0.047 0.025 0.0369 Ortofosfat mg/l 0.057 0.032 0.025 0.036 0.038 0.039

10 Minyak dan lemak mg/l < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.0111 Fenol mg/l 0.016 0.036 0.035 0.038 0.034 0.019 12 Merkuri (Hg) mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.00113 Kadmium (Cd) mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.00114 Timbal (Pb) mg/l 0.026 0.035 0.034 0.049 0.038 0.032 15 Tembaga (Cu) mg/l 0.005 0.008 0.008 0.009 0.012 < 0.00116 Seng (Zn) mg/l 4.720 8.520 5.820 6.884 6.924 4.87017 Khrom (IV) (Cr6+) mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001

Sumber: PGN (2000)

Page 171: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

155

Lampiran 5 Kualitas air dari perairan pantai/laut di Kecamatan Nongsa, Kota Batam pada 6 Mei 2003

St-130 St-131 St-132 St-133No. Parameter Satuan

F I S I K A1 Warna PtCo 0 0 0 42 Kebauan - alami alami alami alami3 Kekeruhan NTU 1 3 2 64 TSS mg/l 4 8 4 165 Suhu oC 28.3 28.4 28.6 28.2

K I M I A1 pH - 8.19 8.19 8.20 8.192 Oksigen terlarut (DO) mg/l 6.41 6.44 6.71 6.033 BOD5 mg/l 23.75 22.11 23.73 25.224 COD (K2Cr2O7) mg/l 62.52 58.62 62.52 66.435 Ammonia (NH4-N) mg/l < 0.04 < 0.04 < 0.04 < 0.046 Nitrit (NO2-N) mg/l < 0.03 < 0.03 < 0.03 < 0.037 Sianida (CN) mg/l < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.018 Sulfida (H2S) mg/l < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.019 Minyak dan lemak mg/l < 0.20 < 0.20 < 0.20 < 0.20

10 Fenol mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.00111 Detergen LAS as MBAS mg/l < 0.05 < 0.05 < 0.05 < 0.0512 Merkuri (Hg) mg/l < 0.0001 < 0.0001 < 0.0001 < 0.000113 Kromium heksavalen (Cr) mg/l < 0.006 < 0.006 < 0.006 < 0.00614 Arsen (As) mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.00115 Selenium (Se) mg/l < 0.007 < 0.007 < 0.007 < 0.00716 Kadmium (Cd) mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.00117 Tembaga (Cu) mg/l 0.016 0.03 0.03 0.082 18 Timbal (Pb) mg/l 0.017 0.017 0.064 0.017 19 Seng (Zn) mg/l 0.033 0.027 0.073 0.031 20 Nikel (Ni) mg/l 0.028 0.035 0.059 0.038 21 Perak (Ag) mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001

Keterangan: St-130: Stasiun pengambilan data primer di perairan pantai Kabil St-131: Stasiun pengambilan data primer di perairan pantai dekat Semen Batam St-132: Stasiun pengambilan data primer di perairan pantai dekat Depo Pertamina St-133: Stasiun pengambilan data primer di perairan pantai dekat Kabil Indonusa Estate (KIE)

Page 172: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

156

Lampiran 6 Kualitas air dari perairan pantai/laut di Kecamatan Batu Ampar dan Lubuk Baja, Kota Batam pada 2003No. Parameter Satuan St-64 St-66 St-67 OB-1 OB-2 OB-3

F I S I K A1 Warna PtCo 10 8 6 9 43 322 Kebauan - alami alami alami alami Bau Bau3 Kekeruhan NTU 2 5 4 0 61 34.364 TSS mg/l 20 24 12 9 55 435 Suhu oC 28.5 28.1 28.3 29.1 28.9 29.1

K I M I A1 pH - 8.03 6.99 7.58 7.41 7.16 7.092 Oksigen terlarut (DO) mg/l 6.10 5.42 5.02 6 3 23 BOD5 mg/l 26.72 25.24 34.15 5 12 2064 COD (K2Cr2O7) mg/l 70.34 66.43 89.88 12 32 2075 Ammonia (NH3-N) mg/l < 0.04 < 0.04 < 0.04 < 0.02 0.48 1.966 Nitrit (NO2-N) mg/l < 0.03 < 0.03 < 0.03 < 0.01 0.03 0.057 Sianida (CN) mg/l < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.02 < 0.02 < 0.028 Sulfida (H2S) mg/l < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.01 3.73 9 Minyak dan lemak mg/l < 0.20 2.423 < 0.20 < 1 < 1

10 Fenol mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.0002 < 0.00111 Detergen LAS as MBAS mg/l < 0.05 < 0.05 < 0.05 < 0.05 < 0.025 1.052 12 Merkuri (Hg) mg/l < 0.0001 < 0.0001 < 0.0001 < 0.0001 < 0.0002 < 0.000213 Kromium heksavalen (Cr) mg/l < 0.006 < 0.006 < 0.006 < 0.006 < 0.01 < 0.0114 Arsen (As) mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.002 < 0.00215 Selenium (Se) mg/l < 0.007 < 0.007 < 0.007 < 0.002 < 0.002 < 0.00216 Kadmium (Cd) mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.004 < 0.004 < 0.00417 Tembaga (Cu) mg/l 0.014 0.011 0.03 < 0.006 < 0.006 0.008 18 Timbal (Pb) mg/l 0.053 0.061 0.015 < 0.04 < 0.04 < 0.0419 Seng (Zn) mg/l 0.357 0.022 0.017 < 0.002 < 0.002 < 0.00220 Nikel (Ni) mg/l < 0.06 0.047 0.038 < 0.015 < 0.015 < 0.01521 Perak (Ag) mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.007 < 0.007 < 0.007

B I O L O G I1 Escherichia coli MPN/100 ml < 2 20 < 2 0 130 02 Coliform group MPN/100 ml < 2 20 < 2

Keterangan: St-64: Stasiun pengambilan data primer di perairan pantai Batu Ampar (dekat PT. Profab) pada 2 Mei 2003 St-66: Stasiun pengambilan data primer di perairan pantai Batu Ampar (dekat PT. Mc. Dermott) pada 2 Mei 2003 St-67: Stasiun pengambilan data primer di perairan pantai Batu Ampar (Pelabuhan Laut) pada 2 Mei 2003 OB1: Data dari Otorita Batam yang diambil dari perairan pantai Batu Ampar pada 16 Januari 2003 OB2: Data dari Otorita Batam yang diambil dari perairan pantai Lubuk Baja pada 2 April 2003 OB3: Data dari Otorita Batam yang diambil dari perairan pantai Lubuk Baja pada 12 April 2003

Page 173: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

157

Lampiran 7 Kualitas air laut di Pulau Sambu dan sekitarnya (Kec. Lubuk Baja dan Kec. Batu Ampar) Kota Batam pada Nopember 2002

No. Parameter Satuan ST 7 ST 8 ST 9 ST 10

F I S I K A1 Suhu oC 31.0 30.5 30.4 30.92 Kecerahan m 0.68 1.56 2.42 1.643 Kekeruhan NTU 7 1.5 1 1.44 Padatan Tersuspensi mg/l 76 40 38 165 Daya Hantar Listrik (DHL) umhos/cm

K I M I A1 pH - 7.8 7.5 7.4 7.7

2 Salinitas O/oo 32 29 30 313 Oksigen terlarut (DO) mg/l 8.50 8.21 8.36 7.914 BOD5 mg/l 5.13 3.44 5.45 5.505 COD (K2Cr2O7) mg/l 134.03 121.91 113.82 129.996 Kesadahan mg/l7 Minyak-hidrokarbon (TPH) mg/l 9.2 12.758 Tembaga (Cu) mg/l 0.026 0.018 0.026 0.023 9 Kadmium (Cd) mg/l 0.032 0.018 0.021 0.021

10 Timbal (Pb) mg/l 0.004 0.005 0.004 0.005 11 Senyawa Fenol mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.00112 Minyak dan lemak mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001

Sumber: PERTAMINA (2002) Keterangan :ST7: perairan Bengkong Laut-Kec. Batu AmparST8: perairan Tanjung Buntung-Kec. Batu AmparST9: perairan Batu Merah-Kec. Batu AmparST10: perairan Tanjung Uma-Kec. Lubuk Baja

Page 174: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

158

Lampiran 8 Kualitas air dari perairan pantai/laut di Kecamatan Sekupang dan Belakang Padang,Kota Batam pada 2003

No. Parameter Satuan St-52 St-54 St-61 St-62 St-63 OB St-060

F I S I K A1 Warna PtCo 1 2 4 3 4 21 32 Kebauan - alami alami alami alami alami alami alami3 Kekeruhan NTU 4 3 3 1 1 23.32 24 TSS mg/l 20 16 16 20 8 14 125 Suhu oC 28.2 28.4 28.5 28.4 28.3 29.3 28.3

K I M I A1 pH - 8.19 8.17 8.20 8.22 8.25 7.62 8.232 Oksigen terlarut (DO) mg/l 6.27 5.76 5.08 5.24 6.27 5 6.033 BOD5 mg/l 26.72 32.66 29.70 31.18 29.7 4 34.154 COD (K2Cr2O7) mg/l 70.34 85.97 78.16 82.06 78.16 43 89.885 Ammonia (NH3-N) mg/l < 0.04 < 0.04 < 0.04 < 0.04 < 0.04 9.86 < 0.046 Nitrit (NO2-N) mg/l < 0.03 < 0.03 < 0.03 < 0.03 < 0.03 0.03 < 0.037 Sianida (CN) mg/l < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.02 < 0.018 Sulfida (H2S) mg/l < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.019 Minyak dan lemak mg/l < 0.20 < 0.20 < 0.20 0.164 < 0.20 < 1 < 0.20

10 Fenol mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.0002 < 0.00111 Detergen LAS as MBAS mg/l < 0.05 < 0.05 < 0.05 < 0.05 < 0.05 0.489 < 0.0512 Merkuri (Hg) mg/l < 0.0001 < 0.0001 < 0.0001 < 0.0001 < 0.0001 < 0.0002 < 0.000113 Kromium heksavalen (Cr) mg/l < 0.006 < 0.006 < 0.006 < 0.006 < 0.006 < 001 < 0.00614 Arsen (As) mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.002 < 0.00115 Selenium (Se) mg/l < 0.007 < 0.007 < 0.007 < 0.007 < 0.007 < 0.002 < 0.00716 Kadmium (Cd) mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.004 < 0.00117 Tembaga (Cu) mg/l 0.03 0.03 0.010 0.011 0.03 < 0.006 0.017 18 Timbal (Pb) mg/l 0.022 0.048 0.037 0.036 0.033 < 0.04 0.037 19 Seng (Zn) mg/l 0.021 0.065 0.048 0.060 0.014 0.011 0.011 20 Nikel (Ni) mg/l < 0.06 0.019 < 0.06 0.026 0.021 < 0.015 0.018 21 Perak (Ag) mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.007 < 0.001

B I O L O G I1 Escherichia coli MPN/100 ml < 2 < 2 < 2 < 2 < 2 0 < 22 Coliform group MPN/100 ml < 2 < 2 < 2 20 < 2 < 2

Keterangan: OB: Data dari Otorita Batam yang diambil dari perairan pantai Sekupang pada 13 April 2003 St-52: Stasiun pengambilan data primer di perairan pantai Sekupang (dekat PT. Heng Guan) pada 2 Mei 2003 St-54: Stasiun pengambilan data primer di perairan pantai Tanjung Uncang (dekat PT. Nan Indah) pada 2 Mei 2003 St-60: Stasiun pengambilan data primer di perairan pantai P. Sambu-Kec. Belakang Padang (dekat Depo Pertamina) pada 2 Mei 2003 St-61: Stasiun pengambilan data primer di perairan pantai Tanjung Uncang (dekat PT. Nippon Steel) pada 2 Mei 2003 St-62: Stasiun pengambilan data primer di perairan pantai Tanjung Uncang (dekat PT. Pan United) pada 2 Mei 2003 St-63: Stasiun pengambilan data primer di perairan laut Tanjung Uncang (jauh dari pantai) pada 2 Mei 2003

Page 175: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

159

Lampiran 9 Kualitas air laut di Pulau Sambu dan sekitarnya (Kec. Belakang Padang dan Kec. Sekupang) Kota Batam pada Nopember 2002No. Parameter Satuan ST 1 ST 2 ST 3 ST 4 ST 6 S 13 ST 14 ST 15 ST 16 ST 17

F I S I K A1 Suhu oC 30.2 30.1 30.2 30.3 30.1 30.5 30.4 30.7 31.1 31.02 Kecerahan m 3.18 2.28 2.42 2.36 0.86 1.98 1.38 1.12 1.36 1.163 Kekeruhan NTU 1.5 1.3 0.8 1 6.5 2 2 1.9 2.1 24 Padatan Tersuspensi mg/l 26 28 20 30 76 12 26 20 22 265 Daya Hantar Listrik (DHL) umhos/cm

K I M I A1 pH - 7.4 7.1 7.5 7.7 7.8 7.5 7.5 7.5 7.7 7.5

2 Salinitas O/oo 33 30 32 32 32 33 33 33 32 333 Oksigen terlarut (DO) mg/l 7.22 6.85 6.93 6.87 8.5 8.15 8.15 7.66 8.06 8.534 BOD5 mg/l 4.95 5.6 3.7 4 5.1 5.1 5.3 5.2 3.1 4.15 COD (K2Cr2O7) mg/l 138.07 129.99 138.07 129.99 129.99 134.03 129.99 125.95 129.99 121.996 Kesadahan mg/l7 Minyak-hidrokarbon (TPH) mg/l 7.80 10.5 9.2 9.65 16.10 12.088 Tembaga (Cu) mg/l 0.029 0.021 0.026 0.023 0.023 0.023 0.015 0.026 0.026 0.021 9 Kadmium (Cd) mg/l 0.021 0.014 0.021 0.032 0.011 0.025 0.021 0.014 0.029 0.029 10 Timbal (Pb) mg/l 0.007 0.009 0.006 0.004 0.009 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 11 Senyawa Fenol mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.00112 Minyak dan lemak mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001

Sumber: PERTAMINA (2002) Keterangan :ST1: antara P. Sambu - Belakang Padang-Kec. Belakang Padang ST13: perairan Tanjung Pinggir-Kec. SekupangST2: timur P. Sambu-Kec. Belakang Padang ST14: P. Seraya-Kec. SekupangST3: Pantai Indah Lengkana-Kec. Belakang Padang ST15: perairan Tanjung Uncang-Kec. SekupangST4: P. Mecan-Kec. Belakang Padang ST16: perairan Teluk Senimba-Kec. SekupangST6: P. Sekilak-Kec. Belakang Padang ST17: perairan Sekupang

Page 176: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

160

Lampiran 10 Kualitas air dari perairan pantai/laut di Kecamatan Sei Beduk, Kota Batam pada 19 Januari 2001

OB-1 OB-2 No. Parameter Satuan

F I S I K A1 Warna PtCo 25 222 Kekeruhan NTU 32 303 TSS mg/l 81 484 Suhu oC 29.5 29

K I M I A1 pH - 7.5 7.52 Oksigen terlarut (DO) mg/l 3.95 3.903 BOD5 mg/l 41.2 41.94 COD (K2Cr2O7) mg/l 81 825 Ammonia (NH3) mg/l 0.34 0.316 Nitrit (NO2-N) mg/l 0.008 0.0047 Sianida (CN) mg/l Tt Tt8 Sulfida (H2S) mg/l 0.005 0.0079 Arsen (As) mg/l Tt Tt

10 Selenium (Se) mg/l Tt Tt11 Kadmium (Cd) mg/l Tt Tt12 Tembaga (Cu) mg/l 0.001 0.002 13 Timbal (Pb) mg/l Tt Tt14 Seng (Zn) mg/l 0.08 0.03 15 Nikel (Ni) mg/l 0.12 0.15 16 Sulphate (SO4) mg/l 2.45 2.40 17 Cobalt (Co) mg/l Tt Tt18 Fosfat (PO4-P) mg/l 0.007 0.014 19 Mangan (Mn) mg/l 0.002 0.004 20 Kalium (K) mg/l 19.03 20.05

Keterangan: OB-1: Data dari Otorita Batam yang diambil dari perairan muara sungai OB-2: Data dari Otorita Batam yang diambil dari perairan pantai Kp. Bagan (Keramba) Tt: Tidak terdeteksi

Page 177: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

161

Lampiran 11 Kualitas air dari perairan pantai/laut di Kecamatan Bulang, Kota Batam pada 14 Maret 2001P-1 P-2 P-3 P-4 P-5

No. Parameter SatuanF I S I K A

1 Warna PtCo 10 15 10 15 102 Kebauan - alami alami alami alami alami3 Kekeruhan NTU 7 7 10 9 84 TSS mg/l 18 25 47 42 785 Suhu oC 27.8 27.3 26.8 26.9 26.8

K I M I A1 pH - 7.62 6.90 7.00 7.66 7.682 Oksigen terlarut (DO) mg/l 5.82 4.07 4.82 6.32 6.213 BOD5 mg/l 21.72 33.59 21.41 11.47 11.474 COD (K2Cr2O7) mg/l 52.43 82.39 52.43 29.96 29.965 Ammonia (NH4-N) mg/l < 0.04 < 0.04 < 0.04 < 0.04 < 0.046 Nitrit (NO2-N) mg/l 0.031 0.662 0.39 < 0.03 < 0.037 Sianida (CN) mg/l < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.018 Sulfida (H2S) mg/l < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.019 Minyak dan lemak mg/l < 0.20 < 0.20 < 0.20 < 0.20 < 0.20

10 Fenol mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.00111 Detergen LAS as MBAS mg/l < 0.05 < 0.05 < 0.05 < 0.05 < 0.0512 Merkuri (Hg) mg/l < 0.0001 < 0.0001 < 0.0001 < 0.0001 < 0.000113 Kromium heksavalen (Cr) mg/l 0.037 0.017 0.015 < 0.06 0.007 14 Arsen (As) mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.00115 Selenium (Se) mg/l < 0.007 < 0.007 < 0.007 < 0.007 < 0.00716 Kadmium (Cd) mg/l < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.01 < 0.0117 Tembaga (Cu) mg/l 0.039 0.035 < 0.03 0.032 0.027 18 Timbal (Pb) mg/l 0.032 0.042 < 0.01 < 0.01 < 0.0119 Seng (Zn) mg/l 0.042 0.074 0.071 0.065 0.071 20 Nikel (Ni) mg/l < 0.06 < 0.06 < 0.06 < 0.06 < 0.0621 Perak (Ag) mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001

B I O L O G I1 Escherichia coli MPN/100 ml < 2 < 2 35,000 < 2 < 22 Coliform group MPN/100 ml < 2 < 2 35,000 < 2 < 2

Sumber: Data Pemantauan Kualitas Air di PT. Indotirta Suaka (Lokasi pabrik di Kec. Bulang) tahun 2001Keterangan: P-1: Stasiun pemantauan kualitas air di muara Sei Bulan P-4: Stasiun pemantauan kualitas air di pantai depan pulau Bulang P-2: Stasiun pemantauan kualitas air di muara Sei Rokan P-5: Stasiun pemantauan kualitas air di pantai Gelam P-3: Stasiun pemantauan kualitas air di muara Sei Kucing

Page 178: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

162

Lampiran 12 Kualitas air dari perairan pantai/laut di Kecamatan Galang, Kota Batam pada 3 Mei 2003

St-47 St-080 St-103No. Parameter Satuan

F I S I K A1 Warna PtCo 1 3 32 Kebauan - alami alami alami3 Kekeruhan NTU 2 1 14 TSS mg/l 8 12 165 Suhu oC 28.4 28.3 28.3

K I M I A1 pH - 8.18 8.23 8.232 Oksigen terlarut (DO) mg/l 7.12 6.10 6.033 BOD5 mg/l 23.80 25.24 30.424 COD (K2Cr2O7) mg/l 70.34 66.43 82.065 Ammonia (NH4-N) mg/l < 0.04 < 0.04 < 0.046 Nitrit (NO2-N) mg/l < 0.03 < 0.03 < 0.037 Sianida (CN) mg/l < 0.01 < 0.01 < 0.018 Sulfida (H2S) mg/l < 0.01 < 0.01 < 0.019 Minyak dan lemak mg/l < 0.20 < 0.20 < 0.2010 Fenol mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.00111 Detergen LAS as MBAS mg/l < 0.05 < 0.05 < 0.0512 Merkuri (Hg) mg/l < 0.0001 < 0.0001 < 0.000113 Kromium heksavalen (Cr) mg/l < 0.006 < 0.006 < 0.00614 Arsen (As) mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.00115 Selenium (Se) mg/l < 0.007 < 0.007 < 0.00716 Kadmium (Cd) mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.00117 Tembaga (Cu) mg/l 0.017 0.018 0.03 18 Timbal (Pb) mg/l 0.043 0.067 0.060 19 Seng (Zn) mg/l 0.031 0.028 0.061 20 Nikel (Ni) mg/l 0.037 0.059 0.041 21 Perak (Ag) mg/l < 0.001 < 0.001 < 0.001

B I O L O G I1 Escherichia coli MPN/100 ml 20 < 2 < 22 Coliform group MPN/100 ml 20 < 2 < 2

Keterangan: St-47: Stasiun pengambilan data primer di perairan laut P. Nguan (Budidaya Kerapu) St-080: Stasiun pengambilan data primer di perairan laut P. Aisaka St-103: Stasiun pengambilan data primer di perairan pantai P. Abang Kecil

Page 179: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

163

Lampiran 13 Gambaran pembukaan lahan di Kota Batam berdasarkan citra satelit tahun 1996-2002 (Bapedal Kota Batam, 2003)

LS-5 (11 Mei 1996)

LS-5 (03 Sep 1997)

Page 180: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

164

Lampiran 13 (lanjutan)

LS-5 (15 Jan 2000)

LS-7 (24 Agus 2002)

Page 181: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

165

Lampiran 13 (lanjutan)

Page 182: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

166

Lampiran 14 Contoh kegiatan pembukaan lahan dengan reklamasi pantai untuk kepentingan pengembangan industri di Kecamatan Nongsa, Kota Batam tahun 2003

Page 183: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

167

Lampiran 15 Gambaran perusakan kawasan mangrove yang di konversi bagi peruntukkan lainnya di Kota Batam (Bapedal Kota Batam, 2003)

Batam Center

Batam Center

Batam Center

Page 184: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

168

Lampiran 15 (lanjutan)

Baloi

Baloi

Baloi

Page 185: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

169

Lampiran 16 Gambaran pembuangan limbah industri ke perairan pantai di Kota Batam (Bapedal Kota Batam, 2003)

PT. Central Package Batam

PT. Central Package Batam

Page 186: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

170

Lampiran 16 (lanjutan)

PT. Mc. Dermott Batu Ampar

PT. Mc. Dermott Batu Ampar

PT. Mc. Dermott Batu Ampar

Page 187: PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KAWASAN … · ternyata membawa dampak ikutan terhadap tumbuhnya sektor-sektor lainnya di daerah ini. ... Secara khusus ucapan terima kasih penulis

171

Lampiran 17 Gambaran pencemaran perairan pantai di Kecamatan Batu Ampar, Kota Batam (Bapedal Kota Batam, 2003)

Batu Ampar

Batu Ampar