1
Pengelolaan Lingkungan dan Transformasi Permukiman Pasca Bencana di Sukabumi, Jawa Barat KETUA PENELITI Wiwik D Pratiwi Sekolah Arsitektur, Perencanaan & Pengembangan Kebijakan, ITB STAF PENGAJAR ARSITEKTUR ITB: Agustinus Adib Abadi ASISTEN PENELITI (MAHASISWA & ALUMNI MAGISTER ARSITEKTUR ITB): Fitri Meisyara, Medria Shekar Rani, Wanda Yovita ASISTEN (ALUMNI SARJANA ARSITEKTUR ITB): Robbi Zidna Ilman, Nur Hamidah, Fitri Maharani Indra, Paramitha Yanindraputri PERIODA PENELITIAN Juni November 2012 Keluaran: Hasil penelitian: Kepada Institut Teknologi Bandung, yang medanai penelitian ini dan diadministrasikan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) serta Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB (http://sappk.itb.ac.id/). Kepada Kelompok Keahlian Perumahan Permukiman (www.ar.itb.ac.id/pp/) yang mewadahi penelitian ini di Program Studi Arsitektur ITB sejak tahun 2006. Terima kasih Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan pengelolaan permukiman pasca bencana di Sukabumi, Jawa Barat yaitu: Apa saja perubahan fisik dan non fisik yang terjadi setelah bencana? Sejauh mana implikasi dari perubahan tersebut terhadap permukiman yang sudah ada sebelum bencana? Sejauh mana implikasi perubahan terhadap pengelolaan lingkungan permukiman di tingkat komunitas untuk merespons perubahan setelah bencana? Pendokumentasian yang sistematis mengenai transformasi permukiman pasca bencana penting untuk dilakukan. Sampai saat ini penelitian yang berkaitan dengan hal ini dinilai masih sedikit dan belum dilakukan secara intensif. Sedangkan Indonesia, negara yang terdiri dari lebih dari 16.000 pulau ini sangat rentan terhadap bencana alam. Prioritas utama pengkajian adalah pengelolaan dan transformasi permukiman di kawasan pasca bencana. Latar belakang Kabupaten Sukabumi terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibukota di Pelabuhan Ratu. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bogor di Utara, Kabupaten Cianjur di Timur, Samudra Hindia di Selatan, serta Kabupaten Lebak di Barat. Wilayah Kabupaten Sukabumi yang terletak sekitar 160 km dari arah Jakarta meliputi areal seluas 420.000 hektar yang terbentang mulai dari ketinggian 0 - 2.958 m, di atas permukaan laut. Pegunungan dan dataran tinggi mendominasi hampir seluruh kabupaten ini. Dataran rendah ada di pesisir Selatan, mulai dari Teluk Ciletuh sampai muara sungai Cikaso dan Cimandiri. Pemerintah Daerah mencatat sepanjang 2010 terjadi 360 bencana yang terjadi di lebih dari 40 kecamatan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Bencana yang paling dominan pada tahun lalu antara lain angin puting beliung, longsor, dan banjir. Semua bencana itu menyebabkan sedikitnya 13 orang tewas dan lebih dari42 ribu kepala keluarga terpaksa harus mengungsi. Berdasarkan data BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Sukabumi yang berkantor Kecamatan Pelabuhanratu, 60 persen daerah di Kabupaten Sukabumi masuk daerah rawan bencana angin puting beliung serta tanah longsor Metoda Deskripsi Empiris: Pengamatan cepat dan overt observation: 6 peneliti dan 8 mahasiswa S1-Arsitektur ke Sukabumi ke lokasi Kantor BPBD, Kampung Muara, dan Kampung Muara Baru. Metoda kualitatif: Wawancara Pengumpulan data spasial dan detail permukiman Analisis data dan sintesis: Analisis kualitatif Analisis spasial: Perubahan kondisi permukiman di Kampung Muara dengan permukiman baru di Kampung Muara Baru Penelitian yang dilakukan di Kampung Muara dan Kampung Muara Baru, Desa Mangguh, Kecamatan Gunung Guruh, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat menunjukkan terdapat perubahan dalam penataan rumah pada area yang baru ditempati warga pasca bencana, dibandingkan dengan permukiman awal. Pada permukiman awal (Kampung Muara), rumah dibangun masing-masing sesuai dengan keinginan warga (kayu atau batu/beton) dengan jumlah lantai yang berbeda-beda sesuai tingkat kemampuan. Pasca bencana, di permukiman baru (Kampung Muara Baru), setiap warga diberikan tanah seluas 100m 2 , dimana mereka juga diberikan kebebasan untuk membentuk ruang-ruang yang diinginkannya. Tidak seluruh warga membangun bangunan baru, dikarenakan minimnya kondisi keuangan dan material yang tersedia dari bantuan pemerintah. Adapun pembagian posisi lahan bagi setiap penduduk diatur dan ditentukan oleh pihak kecamatan. Pembentukan dan pembangunan kampung yang baru tidak menggunakan tata nilai khusus, karena warga diberikan kebebasan untuk membangun rumahnya masing-masing sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka. Perubahan juga terlihat pada tingkat komunitas. Pasca bencana, penduduk sering mengadakan acara bersama setiap malam, seperti silaturahmi dan pengajian. Hal tersebut didorong oleh rasa kebersamaan yang tumbuh seiring dengan proses pemulihan pasca bencana. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 01. Ciemas 02. Ciracap 03. Waluran 04. Surade 05. Cibitung 06. Jampang Kulon 07. Cimanggu 08. Kalibunder 09. Tegalbuleud 10. Cidolog 11. Sagaranten 12. Cidadap 13. Curug Kembar 14. Pabuaran 15. Lengkong 16. Pelabuhanratu 17. Simpenan 18. Warungkiara 19. Bantargadung 20. Jampangtengah 21. Purabaya 22. Cikembar 23. Nyalindung 24. Gegerbitung 25. Sukaraja 26. Kebonpedes 27. Cireunghas 28. Sukalarang 29. Sukabumi 30. Kadudampit 31. Cisaat 32. Gunung Guruh 33. Cibadak 34. Cicantayan 35. Caringin 36. Nagrak 37. Ciambar 38. Cicurug 39. Cidahu 40. Parakansalak 41. Parungkuda 42. Bojonggenteng 43. Kalapanunggal 44. Cikidang 45. Cisolok 46. Cikakak 47. Kabandungan Jumlah Kejadian Kecamatan Kejadian Bencana di Kabupaten Sukabumi (2008) Banjir Kebakaran Angin Topan Longsor Gempa Tenggelam Pengungsian Lain-lain 0 1 2 3 4 5 6 7 8 01. Ciemas 02. Ciracap 03. Waluran 04. Surade 05. Cibitung 06. Jampang Kulon 07. Cimanggu 08. Kalibunder 09. Tegalbuleud 10. Cidolog 11. Sagaranten 12. Cidadap 13. Curug Kembar 14. Pabuaran 15. Lengkong 16. Pelabuhanratu 17. Simpenan 18. Warungkiara 19. Bantargadung 20. Jampangtengah 21. Purabaya 22. Cikembar 23. Nyalindung 24. Gegerbitung 25. Sukaraja 26. Kebonpedes 27. Cireunghas 28. Sukalarang 29. Sukabumi 30. Kadudampit 31. Cisaat 32. Gunung Guruh 33. Cibadak 34. Cicantayan 35. Caringin 36. Nagrak 37. Ciambar 38. Cicurug 39. Cidahu 40. Parakansalak 41. Parungkuda 42. Bojonggenteng 43. Kalapanunggal 44. Cikidang 45. Cisolok 46. Cikakak 47. Kabandungan Jumlah Kejadian Kecamatan Kejadian Bencana di Kabupaten Sukabumi (2009) Banjir Kebakaran Angin Topan Longsor Gempa Tenggelam Pengungsian Lain-lain 0 2 4 6 8 10 12 01. Ciemas 02. Ciracap 03. Waluran 04. Surade 05. Cibitung 06. Jampang Kulon 07. Cimanggu 08. Kalibunder 09. Tegalbuleud 10. Cidolog 11. Sagaranten 12. Cidadap 13. Curug Kembar 14. Pabuaran 15. Lengkong 16. Pelabuhanratu 17. Simpenan 18. Warungkiara 19. Bantargadung 20. Jampangtengah 21. Purabaya 22. Cikembar 23. Nyalindung 24. Gegerbitung 25. Sukaraja 26. Kebonpedes 27. Cireunghas 28. Sukalarang 29. Sukabumi 30. Kadudampit 31. Cisaat 32. Gunung Guruh 33. Cibadak 34. Cicantayan 35. Caringin 36. Nagrak 37. Ciambar 38. Cicurug 39. Cidahu 40. Parakansalak 41. Parungkuda 42. Bojonggenteng 43. Kalapanunggal 44. Cikidang 45. Cisolok 46. Cikakak 47. Kabandungan Jumlah Kejadian Kecamatan Kejadian Bencana di Kabupaten Sukabumi (2010) Banjir Kebakaran Angin Topan Longsor Gempa Tenggelam Pengungsian Lain-lain Tipikal Rumah di Kampung Muara Baru (permukiman baru) Tipikal Rumah di Kampung Muara (permukiman awal) Sebaran Kejadian dan Korban Bencana di Indonesia 1. Pratiwi W D (2012) Perencanaan perumahan dan permukiman untuk antisipasi bencana. Seminar Nasional Planocosmo, Institut Teknologi Bandung, 12-14 September 2012, http://sappk.itb.ac.id/?p=3974 2. Ilman R. Z., Hamidah N (2012) Perencanaan dan penerapan bangunan kayu dalam percepatan rekonstruksi permukiman pasca-bencana, studi kasus: Kampung Muara Baru, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Seminar Nasional Planocosmo, Institut Teknologi Bandung 12-14 September 2012, http://sappk.itb.ac.id/?p=3974 3. Pratiwi W D, et al. (2012) Natural disaster and tourism research: Towards the possibility for participatory action research, Asia Tourism Forum, 9-10 May 2012 (http://www.ar.itb.ac.id/wdp/?paged=2) 4. Pratiwi W D, et al. (2012) Rebuilding places after natural disaster: Connecting planning, architecture and research for better living, Seminar Internasional Artepolis 2012, Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Bandung, 5-6 Juli 2012 (http://www.ar.itb.ac.id/wdp/?paged=2) 5. Rani M S, Meisyara F, Yovita W (2012) Application of bioregional planning concept on mitigation planning in disaster-prone area. Case study: Sukabumi, West Java. International Conference Planocosmo, Regional and City Planning, Bandung Institute of Technology, http://sappk.itb.ac.id/?p=4118 6. Pratiwi W D; Samsirina; H E Ratnaningrum; R Z Ilman; N Hamidah. Permukiman berbasis pariwisata dan transformasinya: Refleksi pasca bencana di Jawa Barat bagian Selatan; Temu Ilmiah IPLBI 2012, Sabtu 2 November 2012, http://temuilmiah.iplbi.or.id/ti2012/)

Pengelolaan Lingkungan dan Transformasi Permukiman Pasca ...dosen.ar.itb.ac.id/wdp/wp-content/uploads/2012/11/poster_sukabumi_wdp...Bencana yang paling dominan pada tahun lalu antara

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengelolaan Lingkungan dan Transformasi Permukiman Pasca ...dosen.ar.itb.ac.id/wdp/wp-content/uploads/2012/11/poster_sukabumi_wdp...Bencana yang paling dominan pada tahun lalu antara

Pengelolaan Lingkungan dan Transformasi Permukiman Pasca Bencana di Sukabumi, Jawa BaratKETUA PENELITIWiwik D PratiwiSekolah Arsitektur, Perencanaan & Pengembangan Kebijakan, ITB

STAF PENGAJAR ARSITEKTUR ITB: Agustinus Adib AbadiASISTEN PENELITI (MAHASISWA & ALUMNI MAGISTER ARSITEKTUR ITB): Fitri Meisyara, Medria Shekar Rani, Wanda YovitaASISTEN (ALUMNI SARJANA ARSITEKTUR ITB): Robbi Zidna Ilman, Nur Hamidah, Fitri Maharani Indra, Paramitha Yanindraputri

PERIODA PENELITIANJuni – November 2012

Keluaran:

Hasil penelitian:

• Kepada Institut Teknologi Bandung, yang medanai penelitian ini dandiadministrasikan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat(LPPM) serta Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan(SAPPK), ITB (http://sappk.itb.ac.id/).

• Kepada Kelompok Keahlian Perumahan Permukiman (www.ar.itb.ac.id/pp/)yang mewadahi penelitian ini di Program Studi Arsitektur ITB sejak tahun 2006.

Terima kasih

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan pengelolaan permukiman pascabencana di Sukabumi, Jawa Barat yaitu: Apa saja perubahan fisik dan non fisik yang terjadi setelah bencana?Sejauh mana implikasi dari perubahan tersebut terhadap permukiman yang sudah ada sebelum bencana?Sejauh mana implikasi perubahan terhadap pengelolaan lingkungan permukiman di tingkat komunitas untukmerespons perubahan setelah bencana? Pendokumentasian yang sistematis mengenai transformasipermukiman pasca bencana penting untuk dilakukan. Sampai saat ini penelitian yang berkaitan dengan hal inidinilai masih sedikit dan belum dilakukan secara intensif. Sedangkan Indonesia, negara yang terdiri dari lebihdari 16.000 pulau ini sangat rentan terhadap bencana alam. Prioritas utama pengkajian adalah pengelolaandan transformasi permukiman di kawasan pasca bencana.

Latar belakangKabupaten Sukabumi terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibukota di Pelabuhan Ratu. Kabupaten iniberbatasan dengan Kabupaten Bogor di Utara, Kabupaten Cianjur di Timur, Samudra Hindia di Selatan, sertaKabupaten Lebak di Barat. Wilayah Kabupaten Sukabumi yang terletak sekitar 160 km dari arah Jakartameliputi areal seluas 420.000 hektar yang terbentang mulai dari ketinggian 0 - 2.958 m, di atas permukaanlaut. Pegunungan dan dataran tinggi mendominasi hampir seluruh kabupaten ini. Dataran rendah ada di pesisirSelatan, mulai dari Teluk Ciletuh sampai muara sungai Cikaso dan Cimandiri.

Pemerintah Daerah mencatat sepanjang 2010 terjadi 360 bencana yang terjadi di lebih dari 40 kecamatan diKabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Bencana yang paling dominan pada tahun lalu antara lain angin putingbeliung, longsor, dan banjir. Semua bencana itu menyebabkan sedikitnya 13 orang tewas dan lebih dari 42 ribukepala keluarga terpaksa harus mengungsi. Berdasarkan data BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah)Kabupaten Sukabumi yang berkantor Kecamatan Pelabuhanratu, 60 persen daerah di Kabupaten Sukabumimasuk daerah rawan bencana angin puting beliung serta tanah longsor

Metoda

Deskripsi

Empiris: • Pengamatan cepat dan overt observation: 6

peneliti dan 8 mahasiswa S1-Arsitektur keSukabumi ke lokasi Kantor BPBD, Kampung Muara, dan Kampung Muara Baru.

• Metoda kualitatif: Wawancara• Pengumpulan data spasial dan detail permukiman

Analisis data dan sintesis:• Analisis kualitatif• Analisis spasial: Perubahan kondisi

permukiman di Kampung Muara denganpermukiman baru di Kampung Muara Baru

Penelitian yang dilakukan di Kampung Muara dan Kampung Muara Baru, Desa Mangguh, Kecamatan GunungGuruh, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat menunjukkan terdapat perubahan dalam penataan rumah pada areayang baru ditempati warga pasca bencana, dibandingkan dengan permukiman awal. Pada permukiman awal(Kampung Muara), rumah dibangun masing-masing sesuai dengan keinginan warga (kayu atau batu/beton)dengan jumlah lantai yang berbeda-beda sesuai tingkat kemampuan.

Pasca bencana, di permukiman baru (Kampung Muara Baru), setiap warga diberikan tanah seluas 100m2,dimana mereka juga diberikan kebebasan untuk membentuk ruang-ruang yang diinginkannya. Tidak seluruhwarga membangun bangunan baru, dikarenakan minimnya kondisi keuangan dan material yang tersedia daribantuan pemerintah. Adapun pembagian posisi lahan bagi setiap penduduk diatur dan ditentukan oleh pihakkecamatan. Pembentukan dan pembangunan kampung yang baru tidak menggunakan tata nilai khusus,karena warga diberikan kebebasan untuk membangun rumahnya masing-masing sesuai dengan keinginan dankemampuan mereka.

Perubahan juga terlihat pada tingkat komunitas. Pasca bencana, penduduk sering mengadakan acara bersamasetiap malam, seperti silaturahmi dan pengajian. Hal tersebut didorong oleh rasa kebersamaan yang tumbuhseiring dengan proses pemulihan pasca bencana.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

01.Ciemas

02.C

iracap

03.W

aluran

04.Surade

05.C

ibitung

06.Jam

pangKulon

07.Cim

anggu

08.Kalibunder

09.Tegalbuleud

10.C

idolog

11.Sagaranten

12.C

idadap

13.C

urugKembar

14.Pabuaran

15.Len

gkong

16.Pelabuhanratu

17.Sim

penan

18.W

arungkiara

19.B

antargadung

20.Jam

pangten

gah

21.Purabaya

22.C

ikembar

23.N

yalindung

24.G

egerbitung

25.Sukaraja

26.Keb

onped

es

27.Cireunghas

28.Sukalarang

29.Sukabumi

30.Kadudam

pit

31.Cisaat

32.G

unungGuruh

33.Cibadak

34.C

icantayan

35.C

aringin

36.N

agrak

37.Ciambar

38.C

icurug

39.C

idahu

40.Parakansalak

41.Parungkuda

42.B

ojonggenteng

43.Kalapanunggal

44.C

ikidang

45.C

isolok

46.Cikakak

47.Kabandungan

JumlahKejadian

Kecamatan

KejadianBencanadiKabupatenSukabumi(2008)

Banjir

Kebakaran

AnginTopan

Longsor

Gempa

Tenggelam

Pengungsian

Lain-lain

0

1

2

3

4

5

6

7

8

01.Ciemas

02.C

iracap

03.W

aluran

04.Surade

05.C

ibitung

06.Jam

pangKulon

07.Cim

anggu

08.Kalibunder

09.Tegalbuleud

10.C

idolog

11.Sagaranten

12.C

idadap

13.C

urugKembar

14.Pabuaran

15.Len

gkong

16.Pelabuhanratu

17.Sim

penan

18.W

arungkiara

19.B

antargadung

20.Jam

pangten

gah

21.Purabaya

22.C

ikembar

23.N

yalindung

24.G

egerbitung

25.Sukaraja

26.Keb

onped

es

27.Cireunghas

28.Sukalarang

29.Sukabumi

30.Kadudam

pit

31.Cisaat

32.G

unungGuruh

33.Cibadak

34.C

icantayan

35.C

aringin

36.N

agrak

37.Ciambar

38.C

icurug

39.C

idahu

40.Parakansalak

41.Parungkuda

42.B

ojonggenteng

43.Kalapanunggal

44.C

ikidang

45.C

isolok

46.Cikakak

47.Kabandungan

JumlahKejadian

Kecamatan

KejadianBencanadiKabupatenSukabumi(2009)

Banjir

Kebakaran

AnginTopan

Longsor

Gempa

Tenggelam

Pengungsian

Lain-lain

0

2

4

6

8

10

12

01.Ciemas

02.C

iracap

03.W

aluran

04.Surade

05.C

ibitung

06.Jam

pangKulon

07.Cim

anggu

08.Kalibunder

09.Tegalbuleud

10.C

idolog

11.Sagaranten

12.Cidadap

13.CurugKem

bar

14.Pabuaran

15.Len

gkong

16.Pelabuhanratu

17.Sim

penan

18.W

arungkiara

19.B

antargadung

20.Jam

pangten

gah

21.Purabaya

22.Cikem

bar

23.N

yalindung

24.G

egerbitung

25.Sukaraja

26.Keb

onped

es

27.Cireunghas

28.Sukalarang

29.Sukabumi

30.Kadudam

pit

31.Cisaat

32.G

unungGuruh

33.C

ibadak

34.C

icantayan

35.C

aringin

36.N

agrak

37.Ciambar

38.C

icurug

39.C

idahu

40.Parakansalak

41.Parungkuda

42.B

ojonggenteng

43.Kalapanunggal

44.C

ikidang

45.C

isolok

46.C

ikakak

47.Kabandungan

JumlahKejadian

Kecamatan

KejadianBencanadiKabupatenSukabumi(2010)

Banjir

Kebakaran

AnginTopan

Longsor

Gempa

Tenggelam

Pengungsian

Lain-lain

Tipikal Rumah di Kampung Muara Baru (permukiman baru)

Tipikal Rumah di Kampung Muara (permukiman awal)

Sebaran Kejadian dan Korban

Bencana di Indonesia

1. Pratiwi W D (2012) Perencanaan perumahan dan permukiman untuk antisipasi bencana. Seminar NasionalPlanocosmo, Institut Teknologi Bandung, 12-14 September 2012, http://sappk.itb.ac.id/?p=3974

2. Ilman R. Z., Hamidah N (2012) Perencanaan dan penerapan bangunan kayu dalam percepatan rekonstruksipermukiman pasca-bencana, studi kasus: Kampung Muara Baru, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, SeminarNasional Planocosmo, Institut Teknologi Bandung 12-14 September 2012, http://sappk.itb.ac.id/?p=3974

3. Pratiwi W D, et al. (2012) Natural disaster and tourism research: Towards the possibility for participatoryaction research, Asia Tourism Forum, 9-10 May 2012 (http://www.ar.itb.ac.id/wdp/?paged=2)

4. Pratiwi W D, et al. (2012) Rebuilding places after natural disaster: Connecting planning, architecture andresearch for better living, Seminar Internasional Artepolis 2012, Program Studi Arsitektur Institut TeknologiBandung, 5-6 Juli 2012 (http://www.ar.itb.ac.id/wdp/?paged=2)

5. Rani M S, Meisyara F, Yovita W (2012) Application of bioregional planning concept on mitigation planning indisaster-prone area. Case study: Sukabumi, West Java. International Conference Planocosmo, Regional andCity Planning, Bandung Institute of Technology, http://sappk.itb.ac.id/?p=4118

6. Pratiwi W D; Samsirina; H E Ratnaningrum; R Z Ilman; N Hamidah. Permukiman berbasis pariwisata dantransformasinya: Refleksi pasca bencana di Jawa Barat bagian Selatan; Temu Ilmiah IPLBI 2012, Sabtu 2November 2012, http://temuilmiah.iplbi.or.id/ti2012/)