6
Prosiding Seminar Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia75 ABSTRACT The objective of the research was to find out the most suitable time for Alar (N,N, dimethyl hydrazide) application for shortening the stem and narrowing canopy diameter of potato plant (Solanum tuberosum L.) cultivar Atlantic and Red Pontiac derived from micro cuttings. The plant spacing of each cutting was 10 x 10 cm, the dosage and application time of Alar were W1 (3 WAP), W2 (4 WAP), and W3 (5 WAP). The results showed that Alar dosage and application time of W1 (3 WAP) was the most effective for shortening the stem and narrowing the canopy of potato plant. There was an interaction between the application time and cultivars Atlantic cultivar was 20.16 cm, while on Red Pontiac cultivar was 13.60 cm, where Red Pontiac cultivar was more responsive. The shortest canopy diameter for Atlantic cultivar was 21.21 cm, while on red Pontiac cultivar. was 14.12 cm. Key words: Solanum tuberosum L, Alar application, plant height, plant canopy, micro cuttings. ABSTRAK Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui waktu pemberian Alar (N,N, dimethyl hydrazide) yang paling tepat untuk pemendekan batang dan diameter kanopi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) kultivar Atlantic dan Red Pontiac berasal dari stek mikro. Jarak tanam untuk masing-masing stek 10x10 cm, dosis Alar yang diberikan untuk waktu pemberian Alar adalah W1 (3 MST), W2 (4 MST), dan W3 (5 MST). Hasilnya menunjukkan bahwa pemberian Alar pada W1 (3 MST) paling efektif untuk pemendekan batang tanaman dan untuk memperkecil kanopi. Terdapat interaksi antara waktu dan kultivar, di mana kultivar Red Pontiac lebih responsif. Batang terpendek pada kultivar Atlantic 20,16 cm dan pada Red Pontiac 13,60 cm. Diameter kanopi pada kultivar Atlantic 21,12 cm dan Red Pontiac 14,12 cm. Kata kunci: Solanum tuberosum L, pemberian Alar, tinggi tanaman, kanopi tanaman, stek mikro. Pengaruh Waktu Pemberian Alar (N, N, Dimethyl Hydrazide) terhadap Tinggi Tanaman dan Diameter Kanopi Tanaman Kentang {Solatium tuberosum L.) Asal Stek Mikro Netty Widyastuti1 dan GA Wattimena2 'SubditBioteknologi, Direktorat PIK, BPP Teknologi, Jakarta 2PAU Bioteknologi, IPB Bogor

Pengaruh Waktu Pemberian Alar (N, N, Dimethyl Hydrazide

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Prosiding Seminar Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia75

ABSTRACT

The objective of the research was to find out the most suitable time for Alar (N,N,dimethyl hydrazide) application for shortening the stem and narrowing canopy diameter ofpotato plant (Solanum tuberosum L.) cultivar Atlantic and Red Pontiac derived frommicro cuttings. The plant spacing of each cutting was 10 x 10 cm, the dosage andapplication time of Alar were W1 (3 WAP), W2 (4 WAP), and W3 (5 WAP). The resultsshowed that Alar dosage and application time of W1 (3 WAP) was the most effective forshortening the stem and narrowing the canopy of potato plant. There was an interactionbetween the application time and cultivars Atlantic cultivar was 20.16 cm, while on RedPontiac cultivar was 13.60 cm, where Red Pontiac cultivar was more responsive. Theshortest canopy diameter for Atlantic cultivar was 21.21 cm, while on red Pontiac cultivar.was 14.12 cm.

Key words: Solanum tuberosum L, Alar application, plant height, plant canopy, microcuttings.

ABSTRAK

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui waktu pemberian Alar (N,N, dimethylhydrazide) yang paling tepat untuk pemendekan batang dan diameter kanopi tanamankentang (Solanum tuberosum L.) kultivar Atlantic dan Red Pontiac berasal dari stekmikro. Jarak tanam untuk masing-masing stek 10x10 cm, dosis Alar yang diberikanuntuk waktu pemberian Alar adalah W1 (3 MST), W2 (4 MST), dan W3 (5 MST).Hasilnya menunjukkan bahwa pemberian Alar pada W1 (3 MST) paling efektif untukpemendekan batang tanaman dan untuk memperkecil kanopi. Terdapat interaksi antarawaktu dan kultivar, di mana kultivar Red Pontiac lebih responsif. Batang terpendek padakultivar Atlantic 20,16 cm dan pada Red Pontiac 13,60 cm. Diameter kanopi pada kultivarAtlantic 21,12 cm dan Red Pontiac 14,12 cm.

Kata kunci: Solanum tuberosum L, pemberian Alar, tinggi tanaman, kanopi tanaman,stek mikro.

Pengaruh Waktu Pemberian Alar (N, N, DimethylHydrazide) terhadap Tinggi Tanaman dan

Diameter Kanopi Tanaman Kentang{Solatium tuberosum L.) Asal Stek Mikro

Netty Widyastuti1 dan GA Wattimena2

'SubditBioteknologi, Direktorat PIK, BPP Teknologi, Jakarta2PAU Bioteknologi, IPB Bogor

76Widyastuti dan Wattimena: Pengaruh Waktu Pemberian Alar

PENDAHULUAN

Tanaman kentang merupakan tanaman pangan dunia sesudah padi, gandum,

dan jagung. Di Indonesia kentang merupakan tanaman cash drop bagi petani,penghasil devisa bagi negara, pangan bernilai gizi tinggi, pangan karbohidrat non-beras, merupakan salah satu bahan baru makanan "siap hidang" dan tepung patikentang untuk industri mie.

Permintaan akan kentang yang meningkat, akan meningkatkan pula keperluan

bibit. Kebutuhan bibit kentang di Indonesia meningkat terus dari 71.766 ton padatahun 1996, dan diperkirakan 77.669 ton/tahun pada tahun 1998 (Asian Seed, 1994).

Salah satu upaya untuk memenuhi keperluan bibit adalah dengan teknik kulturjaringan atau pembiakan mikro. Dari teknik ini propagula mikro yang dihasilkanberupa umbi mikro dan stek mikro. Propagula umbi mikro, stek mikro, dan stek minidapat digunakan untuk produksi umbi mini, umbi dengan bobot basah 1-10 g yangdiinduksi dalam rumah kaca atau rumah ketat serangga (Wattimena, 1995).

Pertumbuhan dan produksi tanaman kentang dapat dipengaruhi oleh kerapatantanaman. Populasi optimum per satuan luas untuk pertanaman dipengaruhi olehvarietas, kesuburan tanah, macam bibit, iklim, dan tujuan penanaman (Wattimena,

1995). Selain kerapatan tanaman, pengaruh zat pengatur tumbuh juga berpengaruhterhadap pembentukan umbi mini (Hutabarat, 1994).

Alar (N,N, dimethyl hydrazide) atau disebut SADH (Succinic Acid - 2,2, dimethylhydrazide) adalah salah satu jenis retardan. Retardan adalah senyawa kimia yangspesifik di antara zat pengatur tumbuh lainnya, yaitu senyawa organik yangmerupakan zat pengatur tumbuh sintetik (eksogenus) (Cathey, 1975; Dicks, 1979).Sampai saat ini masih sulit ditentukan ketersediaannya secara alami di dalamtanaman (endogenus). Diungkapkan pula oleh Cathey (1975) bahwa retardanmerupakan senyawa organik yang dapat menghalangi perpanjangan mas batang,menambah wama hijau daun, berpengaruh langsung terhadap pembungaan tanpamenyebabkan perubahan bentuk pada bagian-bagian yang lain.

Peran fisiologis retardan adalah menekan perpanjangan batang, mempertebalbatang, mendorong pembungaan, mendorong pembentukan pigmen (klorofil,

xanthofil, antosian), mencegah etiolasi (kurang cahaya), mempertinggi perakaranstek, menghambat senescence, memperpanjang umur panen bahan segar (bunga,

buah, dan sayur), meningkatkan pembuahan, tahan terhadap stres dan mengurangi

kerusakan yang disebabkan oleh polutan udara seperti O3 (Ozon) dan SO2. Padabeberapa jenis retardan seperti paclobutrazol, pemberian dalam konsentrasi rendahmempertinggi ketahanan terhadap penyakit (Wattimena, 1987).

Hasil penelitian Hutabarat (1994) menunjukkan bahwa pemberian 60 ppmpaclobutrazol cukup baik untuk induksi umbi mini.

Prosiding Seminar Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Jurusan Budi Daya,Fakultas Pertanian IPB, Bogor dan Instalasi Penelitian Tanaman Hias, Cipanas.

Bahan dan Alat

Bahan penelitian terdiri dari stek mikro hasil perbanyakan kultur jaringan kultivarkentang Atlantic dan Red Pontiac, Green-leaf 400 (sekam padi steril), Basamid, Alar(N,N, dimethyl hydrazide), pupuk NPK, Benlate, Curacron, Tanah, dan Kompos steril.

Alat-alat yang digunakan terdiri dari stoples kue dan bak plastik untukaklimatisasi, kain kasa penutup bak, sekop, meteran, sprayer, screen house, label,

gembor dan slang air, jarum dan benang plastik , tali rafia.

Metode Percobaan

Percobaan ini merupakan percobaan faktorial dan sebagai rancangan

lingkungan adalah Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design). Perlakuan terdiri daridua faktor, yaitu Waktu penyemprotan dan Kultivar. Faktor waktu terdiri dari empattaraf: 0 minggu setelah tanam (MST) (kontrol), 3 MST, 4 MST dan 5 MST. Kultivarterdiri dari Atlantic dan Red Pontiac. Jadi terdapat 4x2 = 8 perlakuan, masing-masingdiulang empat kali sehingga terdapat 32 satuan percobaan. Dari setiap satuanpercobaan diambil lima tanaman contoh. Analisis yang digunakan adalah analisisragam, kemudian dilanjutkan dengan perbandingan berganda ragam, kemudiandilanjutkan dengan perbandingan berganda Tukey (BNJ). Hasil analisis ragamdisajikan dalam bentuk tabel sidik ragam, juga diadakan pengujian ortogonalpolinomial untuk melihat pola respon faktor yang bertaraf.

Cara Pelaksanaan

Persiapan Bibit

Stek mikro kentang kultivar Atlantic dan Red Pontiac hasil kultur jaringan setelah3 MST diaklimatisasi: Media yang digunakan adalah sekam padi steril (Green-leaf400), ditutup kain kasa. Setelah aklimatisasi diperoleh stek mini. Kemudian stek mini

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan waktu terbaik pemberian Alar(N, N, dimethyl hydrazide) untuk mendapatkan batang yang pendek dan diameterkanopi yang kecil pada tanaman kentang (Solarium tuberosum L) kultivar Atlanticdan Red Pontiac.

78Widyastuti dan Wattimena: Pengaruh Waktu Pemberian Alar

Tabel 1. Pengaruh interaksi waktu dengan kultivar terhadap peubah rata-rata diameter kanopi pada 3 MST.

WoW1W2W3LKAtlantic21,12"20,87"21,50"21,00"tntn

Red Pontiac16,00*11,1214,87^14,50*tn

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan Uji Tukey.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil analisis terdapat respon yang berbeda dari pengaruh waktu dan pe-ngaruh kultivar terhadap peubah tinggi tanaman dan diameter kanopi. Terdapat inter-aksi antara waktu dengan kultivar terhadap peubah rata-rata diameter kanopi padaWl (3 MST). Pemberian Alar pada Wl (3 MST) temyata mampu menekan pertum-buhan tinggi tanaman, diameter kanopi. Kultivar Red Pontiac lebih responsif terhadappemberian Alar dan pengaruhnya terlihat pada tinggi tanaman dan diameter kanopi(Tabel 1).

Pemberian Alar pada Wl (3 MST) cukup efektif untuk menekan diameter kanopikultivar Red Pontiac. Dengan Uji Polinomial Ortogonal temyata berpengaruh nyatasecara kuadratik.

yang berumur 3 MST dipotong pucuknya dua ruas, kemudian dipindahkan ke media(tanah:kompos= 1:1) steril dalam bak-bak plastik. Ditunggu sampai tanamanberumur tiga minggu (tanaman telah siap dipindah ke lapang).

Pelaksanaan di Lapang

Campuran tanah dan kompos di lapang sebelumnya disterilkan denganbasamid, dibiarkan sekitar dua minggu. Stek mini yang telah berumur tiga minggudipindahkan dari bak-bak plastik. Tanaman diletakkan sesuai perlakuan, disemprotsecara teratur dengan insektisida dan pestisida seminggu dua kali. Retardan Alardisemprotkan sesuai dengan waktu perlakuan. Gulma yang tumbuh dibersihkansetiap saat.

Pengamatan

Peubah yang diamati adalah: tinggi tanaman dan diameter kanopi kultivarAtlantic dan Red Pontiac pada 7 MST di lapang.

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan Uji Tukey.

Prosiding Seminar Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia79

20,19*

18,34*14,12*

18,51*18,18*

13,59*

Red Pontiac

25,16*

24,78*

21,12*

25,80*

25,26*20,16*

Atlantic

7 MST5 MST3 MST

2. Diameter kanopi7 MST5 MST3 MST

1. Tinggi tanaman

Peubah

Tabel 3. Pengaruh kultivar terhadap peubah tinggi tanaman dan diameter kanopi.

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan Uji Tukey.

23,31**22,06*

17,75*'

23,50*

23,29**

I W3 (5MST)

23,44*

21,75'18,19*

22,06*

22,01*

W2 (4MST)

21,50*20,69*

16,00*

1781*

16,59*

W1 (3MST)

22,06**21,87*

18,56'

25,91*

25,00*

Wo (kontrol)

7 MST5 MST3 MST

2. Diameter kanopi7 MST5 MST

1. Tinggi tanaman

Peubah

Pada jarak tanam 10x10 cm dapat dikatakan pada kerapatan tinggi tanamansaling menaungi, sehingga cahaya yang mengenai kanopi tanaman berkurang. Pem-

berian retardan Alar pada 3 MST temyata mampu menekan diameter kanopi sehingga tanaman yang saling menaungi akan berkurang. Dengan demikian, diharapkanaktivitas auksin pada pucuk akan berkurang sehingga tidak terjadi etiolasi. ^abilatajuk tanaman lebih pendek dan kuat akan mengurangi kompetisi antartanaman,terutama cahaya. Akibatnya intensitas cahaya yang mengenai tajuk cukup tinggi, halini dapat menghambat biosintesa dan aktivitas auksin pada meristem pucuk.

Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian Alar pada Wl (3 MST) menghasilkanbatang yang terpendek dibanding W2 (4MST) dan W3 (5 MST). Pada akhir peng-amatan yakni pada 7 MST terlihat bahwa pemberian Alar pada Wl menghasilkanbatang yang terpendek yakni 17,81 cm, sedang batang tertinggi didapatkan padakontrol (Wo) di mana tinggi batang mencapai 25,91 cm. Pada Tabel 3, terlihat bahwakultivar Red Pontiac lebih responsif dibanding Atlantic, di mana pada semua waktupengamatan menghasilkan batang tanaman yang lebih pendek dibanding Atlantic.Hal ini kemungkinan besar memang faktor genetik. Pengamatan pada 3 MST adalahdua hari setelah pemberian Alar Wl (3 MST).

Tabel 2. Pengaruh waktu terhadap peubah tinggi tanaman dan diameter kanopi.

80Widytatuti dan Wattimena: Pengaruh Waktu Pemberian Alar

DAFTAR PUSTAKA

Asian Seed. 1994. "Indonesia sets long-term targets for vegetable and fruit seedproduction". Estimated demand for seed and planting material in Indonesial:(6),June.

Cathey, H.M. 1975. Comparative plant growth-retarding activities of Ancymidol withACPC, Ohosfon, Chlormequat and SADH on ornamental plant species. Hort. Sci.10 (3): 204-216.

Dicks, J.W. 1979. Mode of action of growth retardants. In D.R. Clifford and J.R. Leuton

{Eds.) Recent development in the use of plant growth retardant. British PlantGrowth Regulator Group London, pp. 1-14.

Hutabarat, R. 1994. Pengaruh media, BAP dan paclobutrazol terhadap pertumbuhandan produksi umbi mini dua kultivar kentang {Solanum tuberosum L.). ProgramPascasarjana, IPB, Bogor (tidak dipublikasikan). 94 hal.

Wattimena, GJL 1987. Zat pengatur tumbuh tanaman. Lab. Kultur JaringanTanaman. PAU Bioteknologi IPB, Bogor.

Wattimena, G.A. 1995. Percobaan umbi mini dalam pengembangan propagulkentang unggul dan bermutu. Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdianmasyarakat. Dir. Jen. Dikti, Dept. P dan K. Fak. Pertanian, IPB, Bogor.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kultivar Red Pontiac cenderung lebih responsif dibanding kultivar Atlantic padaf>eubah tinggi tanaman dan diameter kanopi. Dengan dosis Alar 3.000 ppm dan jaraktanam 10x10 cm, pemberian Alar paling efektif adalah pada tiga minggu setelahtanam untuk pemendekan batang tanaman dan memperkecil diameter kanopi.