Upload
phungkiet
View
257
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR
KEPEMILIKAN DAN GROWTH OPPORTUNITY TERHADAP
KINERJA PERUSAHAAN DENGAN STRUKTUR MODAL
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI
INDEKS SRI-KEHATI PERIODE 2012-2017)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Yunita Anggraini
NIM: 11150810000050
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
ii
iii
iv
.
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama lengkap : Yunita Anggraini
2. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 05 Oktober 1997
3. Alamat : Jl. Cendrawasih Gg.
Musholla
No. 29 Rt 02 RW 11
Kelurahan Cipayung,
Kecamatan Ciputat, Kota
Tangerang Selatan, Banten
4. Agama : Islam
5. Nama Ayah : Katiyo
6. Nama Ibu : Mulyanah
7. Telepon : 0813-8220-4147
8. E-mail : [email protected]
B. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri 1 Kebon Duren : Tahun 2003 – 2009
2. SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan : Tahun 2009 – 2012
3. SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan : Tahun 2012 – 2015
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2015 – 2019
C. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen (2016 – 2017)
2. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen (2017 – 2018)
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ilaahi Rabbi Allah SWT, atas
berkat Rahmat dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
dan juga Salam semoga senantiasa sampai kepada Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, para sahabatnya, dan juga kepada umatnya.
Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Strata Satu Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Struktur Kepemilikan, dan Growth Opportunity Terhadap Kinerja
Perusahaan Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus
Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Indeks SRI-KEHATI Periode 2012-2017)”.
Pencapaian ini tidak lepas kaitannya dengan banyak pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis dalam
kesempatan ini menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua, Ayahanda Katiyo dan Ibunda Mulyanah serta Adik tercinta
Andini Dwi Cahyani yang telah memberikan kasih sayang, dukungan moral
maupun materil, nasihat, motivasi dan doa yang tidak pernah putus untuk
keberhasilan dan kebahagiaan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc., MA. selaku Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP. selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam berbagai kebijakan demi
kemajuan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
4. Ibu Murdiyah Hayati S.Kom., M.M, selaku Ketua Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
viii
5. Ibu Amalia, M.S.M. selaku Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Dr. Pudji Astuty, SE., MM. selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan nasihat, arahan, dan masukkan yang sangat berharga selama
penelitian dan penulisan skripsi ini.
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan wawasan dan
ilmu yang berharga dan bermanfaat bagi penulis.
8. Teman-teman seperjuangan di kelas Manajemen Keuangan yang telah
memberikan kenangan manis selama perkuliahan dan tidak dapat penulis
sebutkan sau-persatu.
9. Seluruh teman angkatan Manajemen 2015 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Teman-teman Motivasiqueh Diana Maulidia, Siti Mega Murdiana, Shahara
Putri Gusevi, dan Alfi Ubaidillah yang selalu menghibur, dan senantiasa
membantu penulis setiap harinya.
11. Teman-teman bertukar cerita Nurhasanah, Kirana Riel Putri Dewangga, Farah
Kusuma Dhanaya, Anggi Novriyanisti yang senantiasa mendengarkan keluh
kesah penulis selama pembuatan skripsi ini.
12. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah banyak
membantu dan memberi masukan serta inspirasi bagi penulis.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa yang
akan datang. Semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi masyarakat dan
dapat dijadikan sebagai bahan referensi terutama bagi penelitian yang sejenis.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 08 Juli 2019
(Yunita Anggraini)
ix
ABSTRACT
This study aims to analyze the effect of firm size, ownership structure, and
growth opportunity on company performance and analyze the indirect effect of firm
size, ownership structure, and growth opportunity on company performance with
capital structure as an intervening variable. This research used 16 companies listed
in the SRI-KEHATI Index during the period 2012-2017 as the sample. Data is
collected based on annual reports and company financial statements. Partial Least
Square (PLS) is used as a method to analyze data that has been obtained. The
results of the research indicate that the firm size, ownership structure, and growth
opportunity have a significant effect on capital structure. Firm size, and ownership
structure does not affect company performance while growth opportunity has a
significant effect on company performance. For indirect testing, it is evident that
firm size, ownership structure, and growth opportunity indirectly influence the
performance of companies through capital structure as an intervening variables.
Keywords: Firm Size, Ownership Structure, Growth Opportunity, Capital
Structure, Company Performance
x
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan,
struktur kepemilikan, dan growth opportunity terhadap kinerja perusahaan serta
menganalisis pengaruh tidak langsung ukuran perusahaan, struktur kepemilikan,
dan growth opportunity terhadap kinerja perusahaan dengan struktur modal sebagai
variabel intervening. Penelitian ini menggunakan 16 perusahaan yang terdaftar
dalam Indeks SRI-KEHATI selama periode 2012-2017 sebagai sampel penelitian.
Data dikumpulkan berdasarkan laporan tahunan serta laporan keuangan
perusahaan. Partial Least Square (PLS) digunakan sebagai metode untuk
menganalisa data yang telah diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, dan growth opportunity berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan, dan struktur kepemilikan
tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan sedangkan growth opportunity
berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Untuk pengujian tidak
langsung, terbukti bahwa ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, dan growth
oportunity berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja perusahaan melalui
struktur modal sebagai variabel intervening.
Kata kunci: Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan, Growth Opportunity,
Struktur Modal, Kinerja Perusahaan
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ ix
ABSTRAK ......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 16
C. Batasan Masalah...................................................................................... 17
D. Tujuan Penelitian .................................................................................... 17
E. Manfaat Penelitian .................................................................................. 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 19
A. Landasan Teori ........................................................................................ 19
1. Manajemen Keuangan ....................................................................... 19
2. Teori Keagenan ................................................................................. 23
3. Masalah Keagenan (Agency Problem) .............................................. 24
4. Kinerja Perusahaan............................................................................ 25
5. Struktur Modal .................................................................................. 29
6. Ukuran Perusahaan............................................................................ 36
7. Struktur Kepemilikan ........................................................................ 37
8. Growth Opportunity .......................................................................... 41
B. Keterkaitan Antar Variabel ..................................................................... 44
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal .................. 44
xii
2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan ........... 44
3. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Struktur Modal .............. 45
4. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan ....... 47
5. Pengaruh Growth Opportunity Terhadap Struktur Modal ................ 47
6. Pengaruh Growth Opportunity Terhadap Kinerja Perusahaan.......... 48
7. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Perusahaan .................. 49
8. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan
Melalui Struktur Modal ..................................................................... 50
9. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan
Melalui Struktur Modal ..................................................................... 51
10. Pengaruh Growth Opportunity Terhadap Kinerja Perusahaan
Melalui Struktur Modal ..................................................................... 52
C. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 53
D. Kerangka Berpikir ................................................................................... 76
E. Hipotesis .................................................................................................. 77
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 78
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 78
B. Metode Penentuan Sampel ...................................................................... 79
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 81
1. Jenis Data .......................................................................................... 81
2. Sumber Data ...................................................................................... 82
D. Metode Analisis Data .............................................................................. 82
1. Uji Statistik Deskriptif ...................................................................... 82
2. Partial Least Square (PLS) ............................................................... 83
3. Analisis Hipotesis ............................................................................. 93
E. Operasional Variabel ............................................................................... 93
1. Variabel Independen ......................................................................... 93
2. Variabel Intervening.......................................................................... 95
3. Variabel Dependen ............................................................................ 96
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................... 99
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................ 99
B. Hasil Pengujian ....................................................................................... 114
xiii
1. Analisis Statistik Deskriptif .............................................................. 115
2. Pengujian Model Pengukuran (Outer Model) ................................... 131
3. Pengujian Model Struktural (Inner Model) ....................................... 135
4. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................ 139
C. Pembahasan ............................................................................................. 145
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 155
A. Simpulan ................................................................................................. 155
B. Saran ........................................................................................................ 159
C. Implikasi .................................................................................................. 160
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 162
LAMPIRAN ....................................................................................................... 172
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Hasil Penilaian PROPER Tahun 2012-2017 ................................... 4
Tabel 1.2. Return On Asset Perusahaan yang Terdaftar di Indeks
SRI-KEHATI 2012-2017 ............................................................... 9
Tabel 1.3. Return On Equity Perusahaan yang Terdaftar di Indeks
SRI-KEHATI 2012-2017 ................................................................ 10
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 53
Tabel 3.1. Kriteria Penentuan Sampel ............................................................. 80
Tabel 3.2. Daftar Sampel Penelitian ................................................................ 81
Tabel 3.3. Model Persamaan Struktural Variabel Penelitian ........................... 88
Tabel 3.4. Operasional Variabel....................................................................... 98
Tabel 4.1. Nilai Total Aset Masing-Masing Perusahaan
Periode 2012-2017 .......................................................................... 117
Tabel 4.2. Nilai Kepemiilikan Manajerial (KM) Masing-Masing Perusahaan
Periode 2012-2017 .......................................................................... 119
Tabel 4.3. Nilai Market Value Asset to Book Value Asset (MVA/BVA)
Masing-Masing Perusahaan Periode 2012-2017 ............................ 121
Tabel 4.4. Nilai Market Value Equity to Book Value Equity (MVE/BVE)
Masing-Masing Perusahaan Periode 2012-2017 ............................. 122
Tabel 4.5. Nilai Debt to Asset Ratio (DAR) Masing-Masing Perusahaan
Periode 2012-2017 .......................................................................... 124
Tabel 4.6. Nilai Debt to Equity Ratio (DER) Masing-Masing Perusahaan
Periode 2012-2017 .......................................................................... 126
Tabel 4.7. Nilai Return On Asset (ROA) Masing-Masing Perusahaan
Periode 2012-2017 .......................................................................... 128
Tabel 4.8. Nilai Return On Equity (ROE) Masing-Masing Perusahaan
Periode 2012-2017 .......................................................................... 130
Tabel 4.9. Nilai Outer Loading Indikator ........................................................ 131
Tabel 4.10. Nilai Average Variance Extracted (AVE) ...................................... 132
Tabel 4.11. Nilai Discriminant Validity (Cross Loading) Indikator .................. 133
Tabel 4.12. Nilai Cronbach Alpha dan Composite Reliability........................... 134
Tabel 4.13. Nilai R-Square................................................................................. 136
xv
Tabel 4.14. Nilai Path Coefficients .................................................................... 139
Tabel 4.15. Nilai Specific Indirect Effects ......................................................... 143
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Tren Peringkat PROPER Tahun 2012-2017 .................................. 5
Gambar 1.2. Pergerakan Harga Saham Indeks SRI-KEHATI ............................ 7
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir .......................................................................... 76
Gambar 3.1. Model Diagram Jalur Penelitian ..................................................... 86
Gambar 4.1. Nilai Total Aset Masing-Masing Perusahaan
Periode 2012-2017 ......................................................................... 116
Gambar 4.2. Nilai Kepemiilikan Manajerial (KM) Masing-Masing
Perusahaan Periode 2012-2017 ...................................................... 118
Gambar 4.3. Nilai Market Value Asset to Book Value Asset (MVA/BVA)
Masing-Masing Perusahaan Periode 2012-2017 ............................ 120
Gambar 4.4. Nilai Market Value Equity to Book Value Equity (MVE/BVE)
Masing-Masing Perusahaan Periode 2012-2017 ............................ 122
Gambar 4.5. Nilai Debt to Asset Ratio (DAR) Masing-Masing Perusahaan
Periode 2012-2017 ......................................................................... 124
Gambar 4.6. Nilai Debt to Equity Ratio (DER) Masing-Masing Perusahaan
Periode 2012-2017 ......................................................................... 126
Gambar 4.7. Nilai Return On Asset (ROA) Masing-Masing Perusahaan
Periode 2012-2017 ......................................................................... 128
Gambar 4.8. Nilai Return On Equity (ROE) Masing-Masing Perusahaan
Periode 2012-2017 ......................................................................... 129
Gambar 4.9. Model Struktural ............................................................................ 135
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Input Variabel .................................................................................. 172
Lampiran 2 Output SmartPLS 3.00 Sebelum Modifikasi ................................... 180
Lampiran 3 Output SmartPLS 3.00 Setelah Modifikasi ..................................... 182
Lampiran 4 Sampel Penelitian ............................................................................ 185
1
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lingkungan merupakan salah satu komponen terpenting dalam
kehidupan. Manusia sangat membutuhkan lingkungan dalam segala aktivitas
kegiatannya. Sayangnya, berita akan kerusakan dan pencemaran lingkungan
kini lebih marak terdengar. Televisi, radio, maupun internet tak jarang media
komunikasi tersebut memberitakan hal-hal yang tidak enak didengar mengenai
kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan di Indonesia semakin hari kian
parah. Banyak faktor yang menyebabkan kerusakan lingkungan, salah satunya
adalah aktivitas manusia dalam kegiatan ekonomi. Melihat hal tersebut,
pemerintah pun mulai berbenah.
Berdasarkan informasi yang dikutip dari Badan Pusat Statistik, bahwa
pemerintah Indonesia dalam pembangunan berkelanjutan telah menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi hijau. Penerapan ekonomi hijau telah tertuang dalam
kebijakan pemerintah yaitu Pro-Growth, Pro-Job, Pro-Poor, dan Pro-
Environment. Kebijakan ini akan sejalan dengan ekonomi hijau jika
pelaksanaannya benar-benar memperhatikan lingkungan (Pro-Environment).
Di Indonesia, kebijakan ekonomi makro terkait dengan pengelolaan lingkungan
dan konservasi alam mulai dipikirkan oleh pemerintah (Savitri dan Mimba,
2016). Dikeluarkannya Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan Bahaya dan Beracun serta UU Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menjadi bukti
kepedulian pemerintah.
2
Melalui lamannya, Otoritas Jasa Keuangan pun sudah mengambil
langkah terkait dengan pembangunan berkelanjutan yang menerapkan prinsip-
prinsip lingkungan yang meluncurkan berbagai kebijakan dengan maksud
mewujudkan keuangan dan pasar modal yang berkelanjutan di Indonesia.
Seperti Menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
51/POJK.03/2017 Tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan Bagi Lembaga
Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik. Selain itu, juga telah
dikeluarkan POJK tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek Bersifat Hutang
Berwawasan Lingkungan (Green Bond).
Beberapa contoh kasus terkait permasalahan lingkungan yang muncul
dikarenakan perusahaan atau industri dalam melaksanakan kegiatan operasinya,
seperti PT. Lapindo yaitu luapan lumpur karena kegagalan operasional,
sehingga perusahaan mengalami kerugian besar. Kemudian, kasus PT. Indah
Kiat yang aktifitasnya menyebabkan kerusahan lingkungan dengan
tercemarnya udara, air, dan tanah. Kasus lainnya, kasus pembuangan tailing
atau ampas sisa kegiatan penambangan ke laut juga menyebabkan pencemaran
yang telah terjadi di Teluk Buyat, Sulawesi Utara (Santosa, 2013).
Melihat banyaknya kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan karena
kegiatan industri, pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup bahkan
telah membentuk program yang disebut dengan Program Penilaian Peringkat
Kinerja (PROPER). Tujuan dilaksanakan PROPER adalah untuk meningkatkan
penataan perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan, meningkatkan
komitmen para stakeholder dalam upaya pelestarian lingkungan, meningkatkan
kinerja pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan, meningkatkan kesadaran
3
para pelaku usaha untuk menaati peraturan perundang-undangan di bidang
lingkungan hidup serta mendorong penerapan prinsip Reduce, Recycle, dan
Recovery (Satistik Lingkungan Hidup, 2012). Dibentuknya PROPER
merupakan salah satu upaya pemerintah melalui Kementerian Lingkungan
Hidup untuk mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan
hidup dan dalam hal menilai kinerja lingkungan perusahaan serta mendorong
agar perusahaan semakin baik dalam hal kepedulian terhadap lingkungan.
Dilansir dari laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
kriteria penilaian PROPER tercantum dalam Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2011 tentang Program Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan. Peringkat kinerja
PROPER dibedakan menjadi 5 warna: Emas, Hijau, Biru, Merah, dan Hitam,
berikut arti dari peringkat tersebut:
a. Emas: perusahaan telah secara konsisten menunjukkan keunggulan
lingkungan dalam proses produksi dan jasa, serta melaksanakan bisnis yang
beretika dan bertanggung jawab terhadap masyarakat.
b. Hijau: perusahaan telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang
dipersyaratkan dalam peraturan melalui pelaksanaan sistem pengelolaan
lingkungan dan mereka telah memanfaatkan sumber daya secara efisien
serta melaksanakan tanggung jawab sosial.
c. Biru: perusahaan telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan, yang
disyaratkan sesuai dengan ketentuan atau perundang-undangan yang
berlaku.
4
d. Merah: perusahaan telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan tetapi
belum sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam perundang-
undangan.
e. Hitam: perusahaan telah dengan sengaja melakukan perbuatan atau
melakukan kelalaian sehingga mengakibatkan terjadinya pencemaran atau
kerusakan lingkungan, serta melakukan perauturan perundang-undangan
yang berlaku dan/atau tidak melaksanakan sanksi administratif.
Tabel berikut ini menyajikan hasil penilaian PROPER selama periode
penelitian:
Tabel 1.1.
Hasil Penilaian PROPER
Tahun Emas Hijau Biru Merah Hitam
2011-2012 12 119 805 295 79
2012-2013 12 113 1.099 551 17
2013-2014 9 121 1.224 516 21
2014-2015 12 108 1.406 529 21
2015-2016 12 172 1.422 284 5
2016-2017 19 150 1.486 130 1
Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2017)
Berdasarkan data dari laman Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, jumlah perusahaan yang mendapatkan peringkat emas selama 6
tahun hanya sekali mengalami penurunan pada 2013-2014 dan kembali
mengalami kenaikan di tahun berikutnya. Jumlah perusahaan yang mendapat
peringkat hijau dikatakan fluktuatif selama tahun penelitian. Untuk posisi
peringkat biru selalu mengalami kenaikan jumlah setiap tahunnya. Sedangkan
jumlah perusahaan yang mendapat peringkat merah cenderung fluktuatif namun
terjadi penurunan jumlah berturut-turut pada 2015-2016 dan 2016-2017.
Terakhir adalah peringkat warna hitam, jumlah perusahaan yang tergabung
5
dalam peringkat hitam juga mengalami fluktuasi, namun pada akhirnya
mengalami penurunan jumlah pada 2015-2016 dan 2016-2017.
Gambar 1.1.
Tren Peringkat PROPER
Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2017)
Data tersebut merupakan gambaran bagaimana kenaikan atau
penurunan tingkat ketaatan terhadap kinerja pengelolaan lingkungan dengan
PROPER. Dari 6 tahun pengamatan, hanya terjadi satu kali penurunan tingkat
ketaatan perusahaan yaitu pada 2012-2013. Namun untuk selanjutnya selalu
terjadi kenaikan tingkat ketaatan perusahaan. Hal tersebut menjadi bukti bahwa
PROKER berhasil dalam mendorong perusahaan untuk meningkatkan kinerja
pengelolaan lingkungan.
Pentingnya tanggung jawab sebuah perusahaan terhadap lingkungan
(CSR) mendorong para emiten untuk terus meningkatkan kinerja
lingkungannya di samping menciptakan keuntungan. Terkait dengan
perkembangan dunia keuangan dan pasar modal, semakin banyak jenis indeks
saham yang ditawarkan di Bursa Efek Indonesia sekarang ini. Salah satunya
ialah indeks yang berlandaskan kepedulian terhadap lingkungan. Bursa Efek
71%61%
72% 74%
85%92%
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%100%
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
Emas
Hijau
Biru
Merah
Hitam
Persentase
6
Indonesia kini sudah menyediakan indeks dengan saham yang sehat hasil
kerjasama dengan Yayasan SRI-KEHATI.
Sejak 8 Juni 2009, Yayasan SRI-KEHATI bekerjasama dengan Bursa
Efek Indonesia meluncurkan indeks SRI-KEHATI yang mengacu pada tata cara
Suistanable and Responsible Investment (SRI) dengan nama SRI-KEHATI
(Sumber: www.kehati.or.id). SRI-KEHATI merupakan indeks yang mengukur
performa harga saham dari 25 emiten yang memiliki kinerja yang baik dalam
mendorong usaha-usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap
lingkungan hidup, sosial, dan tata kelola perusahaan yang baik atau disebut
Sustainable and Responsible Investment (SRI) (Sumber: www.idx.co.id). Sejak
pertama kali diluncurkan, Index Sustainable and Responsible (SRI)-KEHATI
sebagai satu-satunya bentuk green index di Indonesia, mendapatkan respon
positif dari pelaku pasar modal (Sumber: www.kehati.or.id).
Pada tahap seleksi pertama ini, seleksi negatif terdiri dari bebas
pestisida, nuklir, senjata, tembakau, alkohol, pornografi, perjudian, dan
genetocally Modified Organism (GMO). Kemudian dilanjutkan pada aspek
keuangan yang mana indikator finansial dan pasar setiap perusahaan harus
memiliki kapitalisasi pasar > IDR 1 triliun, memiliki total asset > IDR 1 triliun,
free float rate > 10%, dan harus memiliki nilai PER positif. Dilanjutkan dengan
seleksi tahap kedua yaitu aspek fundamental yaitu tata kelola perusahaan,
lingkungan, keterlibatan masyarakat, perilaku bisnis, Sumber Daya Manusia
(SDA), dan HAM (Sumber: www.kehati.or.id). Semakin meningkatnya
kesadaran publik termasuk investor terhadap lingkungan, para pelaku bisnis
dinilai akan menghadapi kesulitan bersaing di pasar global. Terlebih saat ini
7
sudah banyak peraturan terkait pelaksanaan CSR juga menjadi indokator dalam
penilaian kinerja sebuah perusahaan.
Gambar 1.2.
Pergerakan Harga Saham Indeks SRI-KEHATI
Sumber: Investing.com (2017)
Terlihat bahwa Indeks SRI-KEHATI cenderung stabil di tahun 2012-
2013. Kemudian, mengalami kenaikan di tahun 2014, walaupun kembali
mengalami penurunan harga saham pada tahun 2015. Selanjutnya pergerakan
harga saham Indeks SRI-KEHATI terus mengalami kenaikan hingga tahun
2017. Kenaikan harga saham tersebut merupakan indikasi bahwa Indeks SRI-
KEHATI semakin memikat para investor yang selaras dengan meningkatnya
kesadaran akan investasi berkelanjutan dikalangan investor. Indikasi lainnya
dapat dilihat dari semakin seriusnya pemerintah yang ingin mewujudkan
ekonomi berkelanjutan dengan diterbitkannya beberapa program serta
peraturan yang telah disebutkan sebelumnya.
Menurut informasi yang dikutip dari Bursa Efek Indonesia, sejak
diluncurkan pada Juni 2009 Indeks SRI-KEHATI telah menghasilkan return
sebesar 141,22% hampir menyamai kinerja IHSG pada periode yang sama
sebesar 141,46%. Namun, jika dihitung sejak Januari 2014, Indeks SRI-
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
2012 2013 2014 2015 2016 2017
8
KEHATI menghasilkan return sebesar 11,3%, melampaui kinerja IHSG
sebesar 10,75%. Ini menunjukkan bahwa SRI-KEHATI memiliki peluang yang
besar sebagai sarana investasi.
Seiring dengan semakin populernya Indeks SRI-KEHATI, perlu ditinjau
lebih jauh lagi bagaimana sebenarnya kondisi kinerja perusahaan yang masuk
ke dalam indeks tersebut. Kinerja perusahaan merupakan salah satu cara dalam
menentukan keputusan investasi di pasar modal. Para investor dan kreditur
secara umum akan memilih perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang
baik. Semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan, diharapkan akan
meningkatkan harga saham di pasar modal (Solikhin et.al. 2017). Kegagalan
atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk perencanaan laba
ke depan, sekaligus kemungkinan untuk menggantikan manajemen yang baru
terutama setelah manajemen lama mengalami kegagalan (Winarno, 2017).
Dalam penelitiannya, Kopong dan Nurzanah (2016) menyebutkan profitabilitas
sangat diperlukan untuk kepentingan kelangsungan hidup perusahaan dan
ketidakmampuan perusahaan dalam mendapatkan laba yang akan menyebabkan
kebangkrutan perusahaan.
Dalam mengukur kinerja perusahaan, penelitian ini menggunakan
indikator ROA dan ROE. Alasan digunakannya ROA yaitu rasio ini mengukur
tingkat laba yang diperoleh berdasarkan total aset yang dimiliki. Maka ROA
dapat melihat besarnya efektifitas operasi perusahaan dari pengelolaan aset
yang baik atas aset yang dimiliki perusahaan. Alasan digunakan ROE yaitu
rasio ini mengukur tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi dari
pemilik modal. ROE yang semakin tinggi selain menunjukkan tingginya laba
9
yang diperoleh perusahaan juga menandakan semakin baik kinerja suatu
perusahaan. Nilai ROA dari masing-masing perusahaan sampel disajikan dalam
tabel berikut ini:
Tabel 1.2.
Return On Asset Perusahaan yang Terdaftar di Indeks
SRI-KEHATI
NO KODE 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata-
Rata
1. AALI 0,203 0,127 0,141 0,032 0,087 0,085 0,113
2. ADHI 0,027 0,042 0,031 0,028 0,016 0,018 0,027
3. ASII 0,125 0,104 0,094 0,064 0,070 0,078 0,089
4. BBCA 0,026 0,029 0,030 0,030 0,030 0,031 0,029
5. BBNI 0,021 0,023 0,026 0,018 0,019 0,019 0,021
6. BBRI 0,034 0,034 0,030 0,029 0,026 0,026 0,030
7. BDMN 0,026 0,023 0,014 0,013 0,016 0,021 0,019
8. BMRI 0,025 0,026 0,024 0,023 0,014 0,019 0,022
9. INDF 0,080 0,044 0,060 0,040 0,064 0,059 0,058
10. KLBF 0,188 0,174 0,171 0,150 0,154 0,148 0,164
11. LSIP 0,148 0,096 0,106 0,070 0,063 0,078 0,094
12. SMGR 0,185 0,181 0,162 0,119 0,103 0,042 0,132
13. TINS 0,071 0,070 0,065 0,011 0,026 0,042 0,048
14. TLKM 0,165 0,159 0,152 0,140 0,162 0,165 0,157
15. UNTR 0,114 0,084 0,080 0,045 0,080 0,093 0,083
16. UNVR 0,404 0,421 0,402 0,372 0,382 0,370 0,392
RATA-RATA 0,115 0,102 0,099 0,074 0,082 0,081 0,092
Sumber: www.idx.co.id (2017)
Berdasarkan tabel 1.2. terlihat bahwa perolehan ROA setiap perusahaan
berfluktuatif selama periode penelitian yaitu dari 2012 sampai dengan 2017.
Demikian juga bila dilihat dari rata-rata ROA selama periode penelitian. Dari
16 sampel perusahaan, perolehan ROA tertinggi dimiliki oleh Perusahaan
Unilever selama periode penelitian. Jika ditinjau secara keseluruhan kinerja
perusahaan berdasarkan ROA berturut-turut adalah 0,115 atau 11,5%; 0,102
atau 10,2%; 0,099 atau 9,9%; 0,074 atau 7,4%; 0,082 atau 8,2%; 0,081 atau
8,1%; dan 0,092 atau 9,2%. Mengingat semakin tinggi profitabilitas perusahaan
maka akan semakin baik kinerja perusahaan yang kemudian akan menambah
10
nilai perusahaan, maka merupakan tugas bagi manajemen untuk mengevaluasi
keadaan tersebut. Nilai ROE dari masing-masing perusahaan sampel disajikan
dalam tabel berikut ini:
Tabel 1.3.
Return On Equity Perusahaan yang Terdaftar di Indeks
SRI-KEHATI
NO KODE 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata-
Rata
1. AALI 0,269 0,185 0,221 0,059 0,120 0,114 0,162
2. ADHI 0,181 0,264 0,186 0,090 0,058 0,088 0,144
3. ASII 0,253 0,210 0,208 0,123 0,131 0,148 0,179
4. BBCA 0,226 0,223 0,212 0,201 0,183 0,177 0,204
5. BBNI 0,162 0,190 0,177 0,117 0,128 0,136 0,152
6. BBRI 0,288 0,269 0,248 0,225 0,179 0,174 0,230
7. BDMN 0,143 0,132 0,082 0,072 0,077 0,098 0,101
8. BMRI 0,210 0,212 0,197 0,177 0,096 0,126 0,170
9. INDF 0,140 0,089 0,125 0,086 0,120 0,110 0,112
10. KLBF 0,241 0,232 0,216 0,188 0,189 0,177 0,207
11. LSIP 0,178 0,116 0,127 0,085 0,078 0,094 0,113
12. SMGR 0,271 0,257 0,223 0,165 0,148 0,067 0,189
13. TINS 0,095 0,111 0,114 0,019 0,045 0,083 0,078
14. TLKM 0,274 0,262 0,249 0,250 0,276 0,292 0,267
15. UNTR 0,178 0,135 0,125 0,071 0,120 0,161 0,132
16. UNVR 1,219 1,258 1,248 1,212 1,358 1,354 1,275
RATA-RATA 0,270 0,259 0,247 0,196 0,207 0,212 0,232
Sumber: www.idx.co.id (2017)
Berdasarkan tabel 1.3. terlihat bahwa perolehan ROE setiap perusahaan
berfluktuatif selama periode penelitian yaitu dari 2012 sampai dengan 2017.
Demikian juga bila dilihat dari rata-rata ROE selama tahun penelitian. Dari 16
sampel perusahaan, perolehan ROE tertinggi dimiliki oleh Perusahaan Unilever
selama periode penelitian. Ketika profitabilitas mengalami naik dan turun,
pastinya perusahaan mengalami masalah dalam kinerjanya. Jika ditinjau secara
keseluruhan kinerja perusahaan yang terdaftar di Indeks SRI-KEHATI pada
periode penelitian, ROE berturut-turut adalah 0,270 atau 27%; 0,259 atau
11
25,9%; 0257 atau 24,7%; 0,196 atau 19,6%; 0,207 atau 20,7%; 0,212 atau
21,2%; dan 0,232 atau 23,2%.
Peranan manajer keuangan akan sangat menonjol, antara lain pencarian
sumber dana atau “source of fund” seperti dana jangka pendek, dana jangka
panjang, dan dana dari modal sendiri (Tampubolon, 2013:3). Dengan adanya
struktur modal yang optimal maka perusahaan yang mempunyai struktur modal
optimal akan menghasilkan tingkat pengembalian yang optimal sehingga bukan
hanya perusahaan yang hanya memperoleh keuntungan, tetapi para pemegang
saham pun ikut memperoleh keuntungan tersebut (Tambunan dan Bulan, 2018).
Pada penelitian ini digunakan DAR serta DER sebagai indikator
variabel struktur modal. DAR yang semakin tinggi berarti semakin besar jumlah
modal pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan (Ircham et.al. 2014). Dalam
penelitian Hermuningsih (2012) disebutkan bahwa semakin tinggi DER
menunjukkan komposisi total hutang semakin besar dibandingkan dengan total
modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap
pihak luar (kreditur).
Pencapaian perusahaan juga dipengaruhi ukuran suatu perusahaan.
Dalam penelitiannya Tambunan dan Bulan (2018) juga menyebutkan bahwa
ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya suatu
perusahaan. Perusahaan tanpa disadari dalam melakukan perubahan dalam
pencapaian kinerja dipengaruhi ukuran perusahaannya. Dengan pemahaman
demikian, perusahaan yang memiliki aset besar cenderung akan menggunakan
sumber daya yang ada semaksimal mungkin dalam rangka memperoleh
12
keuntungan usaha. Sebaliknya, perusahaan dengan aset yang kecil tentunya
akan menghasikan keuntungan yang sesuai dengan jumlah aset yang dimiliki.
Oleh karena itu, pada penelitian ini menggunakan total aset sebagai indikator
variabel ukuran perusahaan.
Struktur kepemilikan juga merupakan elemen penting karena dapat
menentukan masalah agensi dalam perusahaan (Lestari dan Juliarto, 2017).
Dalam bukunya Van Horne dan Wachowicz (2012:5) menyatakan bahwa telah
lama disadari bahwa pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam
perusahaan modern mengakibatkan potensi konflik antara pemilik dan manajer
(agency problem). Para pemegang saham yang merasa tidak puas dengan
kinerja pihak manajemen dapat menjual saham mereka dan berinvestasi dalam
perusahaan lainnya. Pada penelitian ini digunakan indikator struktur
kepemilikan manajerial untuk variabel struktur kepemilikan. Dengan
terlibatnya manajemen dalam kepemilikan saham, manajemen akan berusaha
mengelola perusahaan dengan baik karena ikut memiliki atau menanggung
risiko perusahaan (Immanuela, 2014).
Growth opportunity adalah kesempatan yang dimiliki perusahaan untuk
dapat berkembang dan mencakup kesempatan untuk melakukan investasi di
masa mendatang (Nuswandari, 2013). Perusahaan dengan growth opportunity
yang tinggi, perusahaan tersebut akan memiliki nilai investasi yang cukup
besar. Dengan investasi yang besar tesebut, sehingga akan berpengaruh
terhadap keuntungan yang diperoleh di masa yang akan datang. Pada penelitian
ini menggunakan MVA/BVA dan MVE/BVE sebagai indikator dari variabel
growth opportunity. Pemilihan indikator MVA/BVA dengan dasar pemikiran
13
bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham, pasar
menilai perusahaan yang sedang tumbuh memiliki nilai aktiva yang lebih besar
dari nilai bukunya (Marinda et.al. 2014). Pemilihan indikator MVE/BVE ini
dipilih karena pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan
akan lebih besar dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Perusahaan yang
mempunyai rasio MVE/BVE tinggi memiliki pertumbuhan aktiva dan ekuitas
besar (Marinda et.al. 2014).
Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan dengan menggunakan
variabel-variabel terkait. Penelitian yang dilakukan oleh (Prijanto et.al. 2017)
yang meneliti “Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Likuiditas Terhadap Kinerja
Perusahaan dengan Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di BEI Tahun 2013-2015”. Bahwa penelitian ini menunjukkan terdapat
pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan terhadap ROA. Hasil
tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purba dan Yadnya
(2015) mengenai “Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap
Profitabilitas dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dengan studi
kasus Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2013” yang
menunjukkan ukuran perusahaan dan leverage berpengaruh terhadap
probibalitas, ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap leverage dan
leverage berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Namun, penelitian
berbeda dengan hasil yang ditemukan oleh Putra dan Badjra (2015) yang
meneliti “Pengaruh Leverage, Pertumbuhan Penjualan dan Ukuran Terhadap
Profitabilitas” dengan studi kasus perusahaan makanan dan minuman yang
14
terdaftar di BEI tahun 2008-2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas.
Lestari dan Juliarto (2017) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Dimensi Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan
Manufaktur” menunjukkan hasil bahwa konsentrasi kepemilikan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja perusahaan, kepemilikan manajerial berpengaruh
signifikan terhadap kinerja perusahaan, dan kepemilikan institusional
berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Namun tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Epi (2017) dengan judul “Pengaruh
Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan Manajerial dan Manajemen Laba
terhadap Kinerja Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI
2012-2014”. Didapatkan hasil bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan, struktur kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan.
Paminto et.al. (2016) dengan judul ”The Effect of Capital Structure,
Firm Growth and Dividend Policy on Profitability and Firm Value of the Oil
Palm Plantation Companies in Indonesia” bahwa struktur modal dan
pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas dan nilai
perusahaan, kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas
tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan melalui profitabilitas. Penelitian yang
dilakukan Marinda et.al. (2014), “Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS)
dan Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan Sektor
Properti dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-
15
2013).” Hasil tersebut antara lain, bahwa investment opportunity set
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, investment opportunity set
(IOS) tidak signifikan terhadap kinerja keuangan, dan struktur modal
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.
Selain meneliti pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen yang dijabarkan di atas secara langsung, peneltian ini juga meneliti
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen melalui variabel
intervening. Seperti yang dilakukan oleh Petta dan Tarigan (2017) mengenai
“Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan Melalui
Struktur Modal Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia (BEI).” Hasil penelitian
menunjukkan bahwa struktur modal memiliki pengaruh yang signifikan dalam
memediasi pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan.
Fressilia dan Pratiwi (2017) dengan judul “Pengaruh Good Corporate
Governance, Likuiditas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada
Perusahaan BUMN Yang Termasuk Dalam IICG Dengan Struktur Modal
Sebagai Variabel Intervening.” Hasil menunjukkan bahwa struktur modal
memediasi secara penuh pengaruh Good Corporate Governance, dan Ukuran
Perusahaan terhadap profitabilitas, namun memediasi parsial pengaruh
likuiditas terhadap profitabilitas.
Selain melihat fenomena research gap yang terjadi di antara hasil para
peneliti sebelumnya, peneliti juga melakukan pengembangan model dengan
menambahkan variabel struktur modal sebagai variabel intervening antara
variabel independen terhadap variabel dependen. Struktur modal merupakan hal
16
yang sangat penting diperhatikan oleh perusahaan di mana manajemen bertugas
untuk menentukan komposisi struktur modal yang optimal antra proporsi
hutang dengan modal sendiri. Penggunaan hutang sebagai sumber dana
memiliki keuntungan dan kerugian yang dapat berdampak pada profitabilitas
perusahaan (Anindito, 2015). Selain itu belum banyaknya penelitian
sebelumnya yang menggunakan variabel seperti yang diteliti pada penelitian
kali ini dengan struktur modal sebagai variabel intervening atau variabel
mediasi terhadap kinerja perusahaan.
Selanjutnya perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah penelitian ini menguji variabel ukuran perusahaan, struktur kepemilikan,
dan growth opportunity secara bersamaan pada perusahaan yang terdaftar dalam
Indeks SRI-KEHATI sebagai sampel penelitian dengan periode penelitian
2012-2017. Berdasarkan landasan tersebut peneliti akan melakukan sebuah
penelitian yang berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur
Kepemilikan, dan Growth Opportunity Terhadap Kinerja Perusahaan
Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pada
Perusahaan Yang Terdaftar di Indeks SRI-KEHATI Periode 2012-2017)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka
perumusan masalah yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan, struktur kepemilikan,
dan growth opportunity terhadap struktur modal?
2. Apakah terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan, struktur kepemilikan,
dan growth opportunity terhadap kinerja perusahaan?
17
3. Apakah terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan, struktur kepemilikan,
dan growth opportunity terhadap kinerja perusahaan dengan struktur modal
sebagai variabel intervening?
C. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka agar penelitian ini lebih terarah
dan efektif, penelitian ini berfokus pada penilaian struktur modal dengan
indikator DER dan DAR serta kinerja perusahaan dengan indikator ROE dan
ROA. Variabel independen yaitu ukuran perusahaan dengan indikator total aset,
struktur kepemilikan dengan indikator kepemilikan manajerial, serta growth
opportunity dengan indikator MVA/BVA dan MVE/BVE. Meneliti pengaruh
tidak langsung antara ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, dan growth
opportunity terhadap kinerja perusahaan dengan struktur modal sebagai
variabel intervening pada perusahaan yang terdaftar di Indeks SRI-KEHATI
periode 2012-2017.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan maka dapat diidentifikasikan
tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh antara ukuran perusahaan, struktur
kepemilikan, dan growth opportunity terhadap struktur modal.
2. Untuk mengetahui pengaruh antara ukuran perusahaan, struktur
kepemilikan, dan growth opportunity terhadap kinerja perusahaan.
3. Untuk mengetahui pengaruh antara ukuran perusahaan, struktur
kepemilikan, dan growth opportunity terhadap kinerja perusahaan dengan
struktur modal sebagai variabel intervening.
18
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini diharapkan bisa didapat oleh:
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai manajemen keuangan
khususunya mengenai ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, growth
opportunity, struktur modal, dan kinerja perusahaan baik pengaruh secara
langsung dan tidak langsung.
2. Pihak Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan dalam hal
melakukan kebijakan perusahaan khususnya pengambilan keputusan oleh
manajer keuangan.
3. Akademisi
Memberikan bukti empiris dalam bidang keuangan khususnya mengenai
pengaruh langsung ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, dan growth
opportunity terhadap struktur modal dan kinerja perusahaan maupun
pengaruh tidak langsung ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, dan
growth opportunity terhadap kinerja perusahaan melalui struktur modal.
4. Investor
Investor dapat menggunakan penelitian ini sebagai informasi dalam
pengambilan keputusan dengan melihat kemampuan perusahaan dalam
memperoleh keuntungan yang menggambarkan kinerja atau prestasi
perusahaan. Serta membantu menentukan perusahaan mana yang sekiranya
menguntungkan di masa yang akan datang.
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Manajemen Keuangan
a. Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan (financial management) berkaitan dengan
perolehan aset, pendanaan, dan manajemen aset dengan didasari
beberapa tujuan. Jadi, fungsi keputusan manajemen keuangan dapat
dibagi menjadi tiga area uatama: investasi, pendanaan, dan manajemen
aset (Van Horne dan Wachowicz, 2012). Sementara Kasmir (2017:6)
mengatakan manajemen keuangan adalah seni (art) dan ilmu (science),
untuk me-manage uang, yang meliputi proses, institusi/lembaga, pasar,
dan instrumen yang terlibat dengan masalah transfer uang di antara
individu, bisnis, dan pemerintah.
Menurut Kasmir (2017:6) bahwa aktivitas manajemen keuangan
berkaitan erat dengan pengelolaan keuangan perusahaan, termasuk
lembaga yang berhubungan erat dengan sumber pendanaan, dan investasi
keuangan perusahaan serta instrumen keuangan.
Berdasarkan beberapa pemaparan tesebut, maka dapat
disimpulkan pengertian manajemen keuangan merupakan segala
aktivitas yang berhubungan dengan keputusan pengelolaan keuangan
perusahaan mulai dari memperoleh sumber dana, menggunakan sumber
20
dana, dan mengelola sumber dana serta aset yang dimiliki untuk
kebutuhan dan tujuan perusahaan.
Secara mendasar, pemaksimalan kekayaan para pemegang saham
adalah secara rasional mampu menunjukkan operasi bisnis perusahaan
melalui alokasi sumber daya secara efisien, dengan asumsi bahwa dalam
mencapai tujuan, manajemen keuangan harus melalui pertimbangan
kebijakan keuangan sesuai perencanaan dan pengendalian secara efektif
dan efisien (cost efectivenese), dengan tetap mencermati perubahan
kondisi ekonomi secara makro mengarah pada pemaksimalan kekayaan
para pemegang saham (Harmono, 2014:6).
Perumusan maksimisasi kekayaan pemegang saham atau nilai
perusahaan sebagai tujuan akhirnya akan memudahkan pengukuran
kinerja suatu perusahaan. Bila mana harga saham suatu perusahaan
memiliki trend yang meningkat dalam jangka panjang, hal itu suatu
indikator bahwa kinerja perusahaan dalam keadaan baik. Meningkatnya
harga saham mencerminkan kepercayaan pasar akan baiknya prospek
perusahaan bersangkutan pada masa mendatang (Mardiyanto, 2009:4).
b. Fungsi Manajemen Keuangan
Dalam bukunya, Kasmir (2017:6) menjelaskan mengenai fungsi
dari manajemen keuangan yang mencakup tiga area utama:
1) Keputusan sehubungan dengan investasi, berkaitan dengan jumlah
aktiva yang dimiliki, kemudian penempatan komposisi masing-
masing aktiva, misalnya beberapa alokasi kas, aktiva tetap, atau
21
aktiva lainnya. Keputusan investasi ini berkaitan erat dengan sisi kiri
dari laporan keuangan neraca.
2) Keputusan pendanaan, merupakan keputusan yang berkaitan dengan
jumlah dana yang disediakan perusahaan, baik yang bersifat hutang
atau modal sendiri dan biasanya berhubungan dengan sebelah kanan
laporan keuangan neraca. Manajer keuangan harus memikirkan
penggabungan dana yang dibutuhkan, termasuk pemilihan jenis dana
yang dibutuhkan, apakah jangka pendek atau jangka panjang atau
modal sendiri, serta kebijakan dividen.
3) Keputusan manajemen aktiva, hal ini berkaitan dengan pengelolaan
aktiva secara efisien, terutama dalam hal aktiva lancar dan aktiva
tetap. Pengelolaan aktiva lancar berkaitan erat dengan manajemen
modal kerja dan yang berkaitan dengan aktiva tetap adalah yang
berkaitan dengan manajemen investasi.
c. Tujuan Manajemen Keuangan
Berikut ini adalah tujuan dari manajemen keuangan menurut
Musthafa (2017:5):
1) Pendekatan Keuntungan dan Risiko
Manajer keuangan harus menciptakan keuntungan atau laba yang
maksimal dengan tingkat risiko yang minimal. Menciptakan laba di
sini bertujuan agar perusahaan memperoleh nilai yang tinggi, dan
dapat memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham.
Sedangkan tingkat risiko yang minimal diperlukan agar perusahaan
tidak memperoleh kerugian atau kalau perusahaan menetapkan target
22
keuntungan dalam suatu tahun, diharapkan pencapaian target bisa
terpenuhi, tetapi andaikan lebih rendah dari target, tidak jauh berbeda
dari target tersebut.
a) Laba yang maksimal maksudnya adalah agar perusahaan
memperoleh laba yang besar, sesuai dengan tujuan setiap
perusahaan yang didirikan.
b) Risiko yang minimal, maksudnya adalah agar biaya operasional
perusahaan diusahakan sekecil mungkin dengan jalan efisiensi.
c) Untuk memperoleh laba yang maksimal dan risiko yang minimal
adalah dengan melakukan pengawasan aliran dana. Maksudnya
adalah dengan melakukan pengawasan terhadap dana yang
masuk maupun dana yang keluar, agar perusahaan dapar
merencanakan kegiatan beriklutnya, di samping tidak terjadi
penyimpangan dana.
d) Menjaga fleksibilitas usaha. Maksudnya adalah agar manajer
keuangan selalu berusaha menjaga maju mundurnya perusahaan.
2) Pendekatan Likuiditas Profitabilitas
Tujuan manajemen keuangan berikutnya adalah pendekatan
likuiditas dan profitabilitas sebagai berikut:
a) Menjaga likuiditas dan profitabilitas.
b) Likuditas berarti manajer keuangan menjaga agar selalu tersedia
uang untuk memenuhi kewajiban finansialnya dengan segera.
c) Profitabilitas berarti manajer keuangan berusaha agar
memperoleh laba perusahaan, terutama untuk jangka panjang.
23
2. Teori Keagenan (Agency Theory)
Dari sudut pandang manajemen keuangan, salah satu tujuan
perusahaan adalah untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham.
Untuk mencapai tujuan tersebut biasanya tanggungjawab dalam
pengelolaan perusahaan diserahkan kepada para profesional, dikarenakan
para pemilik modal memiliki keterbatasan. Para professional tersebut
disebut dengan manajer atau agent. Manajer diberi kekuasaan oleh pemilik
perusahaan untuk mengelola dan membuat keputusan-keputusan yang
berkenaan dengan tujuan perusahaan, salah satunya dalam hal
memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham.
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan teori keagenan
menjelaskan hubungan antara principal dengan agent. Menurut agency
theory, principal selaku pemegang saham atau owner mempekerjakan agent
atau manajer untuk mengelola resource yang dimiliki secara efisien dan
efektif untuk memberikan profit dan sustainability perusahaan (Kirana dan
Wahyudi, 2016). Menurut Harmono (2014:3), bahwa teori keagenan
(agency theory) dapat menjelaskan kesenjangan antara manajemen sebagai
agent dan para pemegang saham sebagai principal atau pendelegator.
Adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan
memunculkan terjadinya hubungan keagenan. Jensen dan Meckling (1976)
mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak di mana salah
satu pihak (prinsipal) meminta kepada pihak lain (agen) untuk melakukan
jasa dan memberikan kewenangan dalam pengambilan keputusan atas
namanya (Pratiwi dan Yulianto, 2016). Seharusnya semua keputusan agen
24
ditujukan demi kepentingan prinsipal. Namun, dalam pembuatan keputusan
manajerial, terdapat prinsip “Self Interest Behavior” yang menyatakan
bahwa orang akan memiliki tindakan yang memberikan keuntungan (secara
finansial) yang terbaik bagi dirinya (Pratiwi dan Yulianto, 2016).
3. Masalah Keagenan (Agency Problem)
Telah lama disadari pemisahan kepemilikan dan pengendalian
dalam perusahaan modern mengakibatkan potensi konflik antara pemilik
dan manajer. Secara khusus, tujuan dari pihak manajemen dapat berbeda
dari tujuan para pemegang saham perusahaan. Dalam perusahaan besar,
saham dapat dimiliki oleh terlalu banyak pemegang saham sehingga mereka
bahkan tidak dapat mengungkapkan tujuan mereka, dan karenanya mereka
hanya memiliki sedikit kendali atau pengaruh atas pihak manajemen.
Pemisahan kepemilikan dari pihak manajemen ini akan menciptakan situasi
yang memungkinkan di mana manajemen akan bertindak untuk
kepentingannya sendiri daripada untuk kepentingan para pemegang
sahamnya (Horne dan Wachowicz, 2012).
Dalam bukunya, Harmono (2014: 2) mengatakan bahwa pada situasi
tertentu, tujuan manajemen kemungkinan berbeda dengan tujuan para
pemegang saham. Dalam perusahaan besar, para memegang saham terbagi
secara menyebar luas. Pada kondisi yang demikian, para pemegang saham
hanya memiliki daya kendali yang terbatas terhadap jalannya operasi
perusahaan. Ketika pengendalian perusahaan terpisah dari para pemilik,
manajemen memiliki kecenderungan tidak selalu bertindak mewakili
kepentingan pemilik, melainkan akan bertindak sebagai pemuas melalui
25
pemaksimalan profit yang bersifat jangka pendek dibanding bertindak ke
arah maksimalisasi kekayaan para pemegang saham atau nilai perusahaan
yang mengarah pada kelangsungan hidup perusahaan.
Harmono (2014: 3), Scott memberikan penjelasan bahwa informasi
laba bersih dan penentuan harga jual output merupakan informasi penting
bagi stakeholder guna mendeteksi tindakan-tindakan manajemen dalam
merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan kepentingan dirinya dan
kepentingan principal. Dibutuhkan kecermatan pelaporan data keuangan
yang dapat memberi wawasan informasi yang simetris antara manajemen
dan principal (Harmono, 2014: 3).
4. Kinerja Perusahaan
Menurut Moeheriono (2012:96), pengukuran kinerja merupakan
suatu proses penilaian tentang kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan
sasaran dalam pengelolaan sumber daya manusia untuk menghasilkan
barang dan jasa, termasuk informasi atas efisien serta efektivitas tindakan
dalam mencapai tujuan organisasi. Kinerja adalah hasil kerja baik secara
kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang. Menururt Harmono
(2014:23), kinerja perusahaan umumnya diukur berdasarkan penghasilan
bersih (laba) atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan
investasi (return on investment) atau penghasilan per saham. Unsur yang
berkaitan langsung dengan penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan
dan bebas (Harmono, 2014:23).
Manajemen perusahaan dinilai dari kemampuan dalam
meningkatkan kinerja perusahaan. Investor menilai manajemen perusahaan
26
karena mengharapkan return atas modal yang telah diinvestasikan. Selain
daripada itu kemampuan meningkatkan kinerja perusahaan atau
meningkatkan kekayaan pemilik perusahaan merupakan salah satu tujuan
dari perusahaan (Immanuela, 2014). Menurut Fahmi (2011:2) kinerja
keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana
suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan
pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.
Dalam bukunya Hery (2015:25) menjelaskan bahwa kinerja
keuangan merupakan suatu usaha formal untuk mengevaluasi efisiensi dan
efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dan posisi kas tertentu.
Dengan pengukuran kinerja keuangan ini dapat dilihat bagaimana prospek
pertumbuhan dan perkembangan keuangan perusahaan dengan
mengandalkan sumber daya yang dimilikinya. Perusahaan dikatakan
berhasil apabila perusahaan telah mencapai kinerja tertentu yang ditetapkan.
Dalam mengukur kinerja perusahaan, dapat dilakukan dengan
menganalisis kinerja keuangan perusahaan melalui analisis rasio keuangan
perusahaan. Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan
menggunakan laporan keuangan yang berfungsi sebagai alat ukur dalam
menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Rasio keuangan adalah
angka yang diperoleh dari hasil perbandingan antara satu pos laporan
keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan
signifikan. Perbandingan dapat dilakukan antara satu pos dengan pos
lainnya dalam satu laporan keuangan atau antarpos yang ada di antara
laporan keuangan (Hery, 2014:138).
27
Dalam penelitian ini, bahwa salah satu indikator dalam mengukur
kinerja perusahaan yaitu dengan melihat kinerja keuangan perusahaan.
Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan yang
diukur dengan data fundamental perusahaan yaitu data yang berasal dari
laporan keuangan (Khairani, 2015). Kinerja keuangan dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan profitabilitas perusahaan.
a. Return on Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) juga merupakan rasio profitabilitas yang
menunjukkan kemampuan perusahaan memanfaatkan asetnya untuk
menciptakan laba tanpa membedakan dari mana sumber pendanaannya
(Khairani, 2015). Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih
diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktivanya.
Profitabilitas yang diwakili oleh rasio return on asset (ROA)
adalah keefektifan operasi perusahaan yang ditunjukkan dari
pengelolaan yang baik atas aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Return
on Asset (ROA) yang positif menunjukkan bahwa modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dipergunakan untuk
operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan, ROA
yang negatif menunjukkan bahwa dari keseluruhan aktiva yang
dipergunakan untuk operasi perusahaan tidak mampu memberikan
keuntungan bagi perusahaan.
Dalam penelitian Putra dan Bardja (2015) menyebutkan bahwa
Return On Asset (ROA) dapat menunjukkan bagaimana kinerja
perusahaan dilihat dari penggunaan keseluruhan aset yang dimiliki oleh
28
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Return On Asset (ROA)
merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva
yang digunakan dalam perusahaan. ROA juga merupakan suatu ukuran
tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya (Kasmir,
2017:115). Menurut Kasmir (2017:136) ROA didapat dengan
menggunakan rumus:
ROA =Laba setelah bunga dan pajak
Total Aset
b. Return On Equity (ROE)
Menurut Van Horne dan Wachowicz (2012:183) pengukuran
ringkasan lainnya atas kinerja keseluruhan perusahaan adalah imbal
hasil atas ekuitas. Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur
tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi yang menjadi hak
pemilik modal (Arista, 2017). Return On Equity yang semakin tinggi
menandakan semakin tinggi laba yang dihasilkan perusahaan dan
semakin baik kinerja suatu perusahaan. Rasio ini menunjukkan berapa
persen laba yang diperoleh bila diukur dari modal pemilik.
Merupakan rasio yang mengukur laba bersih sesudah pajak
dengan modal sendiri. Rasio ini menjelaskan besarnya modal pemilik
yang diinvestasikan kepada perusahaan dan penghasilan yang diterima
sebagai haknya (Arista, 2017). Makin tinggi rasio ini, semakin baik.
Artinya posisi pemilik perusahaan makin kuat, demikian pula
sebaliknya (Kasmir, 2017:115). ROE menitikberatkan kepada
bagaimana efisiensi operasi perusahaan menjadi keuntungan bagi
29
pemilik perusahaan. Menurut Kasmir (2017:137) ROE didapat dengan
menggunakan rumus:
ROE =Laba setelah bunga dan pajak
Ekuitas
ROE juga dipengaruhi dengan besar kecilnya hutang perusahaan.
Apabila proporsi hutang semakin besar maka rasio ini juga akan
semakin besar. Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba
atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering
kali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam
sebuah industri yang sama. ROE yang tinggi sering kali mencerminkan
penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan
manajemen biaya yang efektan Horne dan Wachowicz, 2012:184).
5. Struktur Modal
Struktur modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan
kebutuhan belanja perusahaan, di mana dana yang diperoleh menggunakan
kombinasi atau panduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang
terdiri dari dua sumber utama, yakni berasal dari dalam dan luar perusahaan
(Rodoni dan Ali, 2014:129). Dalam bukunya, Rodoni dan Ali (2014:129),
capital structure (struktur modal) pada intinya terdiri dari dua bagian
penting, yaitu hutang (debt) dan modal (equity).
Menurut Syamsuddin (2009:9), struktur modal merupakan
penentuan komposisi modal, yaitu perbandingan antara hutang dan modal
sendiri atau dengan kata lain struktur modal merupakan hasil atau akibat
dari keputusan pendanaan (financial decision) yang intinya memilih apakah
akan menggunakan hutang atau ekuitas untuk mendanai operasi perusahaan.
30
Sartono (2011:257) memaparkan struktur modal adalah hasil atau akibat
dari penggunaan leverage keuangan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa struktur modal merupakan proporsi pendanaan yang berkenaan
dengan bagaimana modal dialoklasikan dalam mendanai aktivitas operasi
perusahaan yang berasal dari internal maupun eksternal perusahaan.
Penentuan sumber dana dilakukan oleh seorang manajer keuangan yang
dianggap sebagai pihak yang memahami kebutuhan dana perusahaan baik
jangka pendek ataupun jangka panjang.
Struktur modal merupakan salah satu keputusan keuangan yang
kompleks karena berhubungan dengan variabel keputusan keuangan
lainnya. Keputusan pendanaan oleh manajemen akan berpengaruh pada
penilaian perusahaan yang terefleksi di harga saham yang merupakan
cerminan dari suatu nilai perusahaan (Harmono, 2014:137). Maka dari itu,
seorang manajer keuangan harus berhati-hati dalam mengambil keputusan
pendanaan terkait struktur modal karena keputusan ini dapat berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan yang akhirnya akan mempengaruhi pencapaian
tujuan perusahaan.
a. MM Theory
Teori struktur modal yang dikenal pertama kali ialah yang
dicetuskan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller (disebut teori
MM). Dalam struktur modal yang menggunakan dana dari hutang tidak
mempunyai pengaruh apapun terhadap nilai perusahaan (Rodoni dan
Ali, 2014:130). MM menggunakan beberapa asumsi untuk menopang
31
dalilnya, yaitu individu dan perusahaan dapat meminjam atau
meminjamkan pada tingkat bunga pasar yang sama, tidak ada risiko
kebangkrutan, dan tidak ada biaya transaksi atau hambatan untuk
memperoleh informasi (Mardiyanto, 2009:260).
Modigliani dan Miller (1958) menyatakan dalam kondisi tidak
ada pajak dan tidak ada biaya transaksi, struktur modal tidak
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, Modigliano dan Miller (1963)
melonggarkan salah satu asumsinya tentang pajak perseroan bahwa
apabila ada pajak perseroan, maka penggunaan hutang akan
meningkatkan kinerja perusahaan (Haryono et.al. 2017).
Apabila pajak tidak diperhitungkan, MM berpendapat bahwa
kenaikan hutang pada struktur modal akan menaikkan ROE sekaligus
menaikkan pula risiko investor, karena dua pengaruh itu saling
meniadakan, tanpa pajak dan risiko kebangkrutan, nilai suatu
perusahaan tidak terpengaruhi oleh leverage. Dengan kata lain nilai
perusahaan yang menggunakan hutang sama dengan nilai perusahaan
tanpa hutang (Mardiyanto, 2009:261).
Adapun asumsi-asumsi menurut teori MM dalam Dimitri dan
Sumani (2013) antara lain:
1) Model Modigliani-Miller (MM) tanpa pajak. Teori mereka
menggunakan beberapa asumsi:
a) Risiko bisnis perusahaan diukur dengan σ EBIT (Standard
Deviation Earning Before Interest and Taxes).
32
b) Investor memiliki pengharapan yang saham tentang EBIT
perusahaan di masa mendatang.
c) Saham obligasi diperjualbelikan di suatu pasar modal yang
sempurna.
d) Seluruh aliran kas adalah perpetuitas (sama jumlahnya setiap
periode hingga waktu tak terhingga). Dengan kata lain,
pertumbuhan perusahaan adalah nol atau EBIT selalu sama.
Teori ini menyatakan bahwa pasar di dunia ini adalah pasar
yang sempurna sehingga tidak adanya biaya transaksi dan biaya
kebangkrutan, infromasi dianggap mudah didapat, perusahaan dan
individu dapat meminjam dengan bunga yang sama, tak adanya
pajak, dan keputusan investasi tidak terpengaruh dengan keputusan
keuangan perusahaan.
2) Model Modigliani-Miller (MM) dengan pajak.
Pada tahun 1963, MM menerbitkan artikel sebagai lanjutan teori
MM tahun 1958. Asumsi yang diubah adalah adanya pajak terhadap
penghasilan perusahaan. Dengan adanya pajak ini, MM
menyimpulkan bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai
perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang
mengurangi pembayaran pajak.
b. Trade Off Theory
Terdapat teori lain mengenai struktur modal selain teori yang
telah dikemukakan oleh MM. Teori trade off, teori ini membahas
hubungan antara struktur modal dengan nilai perusahaan. Bahwa, ada
33
hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutang
sebanyak-banyaknya. Trade off theory mempunyai implikasi bahwa
manajer akan melakukan pertimbangan dalam kerangka trade off antara
penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam penentuan
struktur modal (Myers et.al., 2011:447).
Menurut teori ini, jika perusahaan menambah hutang (debt ratio)
maka perusahaan akan mendapat keuntungan pajak, karena pajak yang
dibayarkan lebih sedikit dengan adanya interest tax shield, tetapi dengan
meningkatnya hutang maka perusahaan akan berhadapan dengan
adanya risiko kebangkrutan yang akan menimbulkan bankruptcy cost
yang lebih tinggi jika perusahaan menambah hutang ke dalam struktur
pendanaan jangka panjang (Haryono et.al. 2017).
Brigham dan Ehrhardt (2011:631) menjelaskan bahwa trade off
theory menyatakan tujuan penggunaan hutang adalah untuk menambah
nilai perusahaan karena bunga yang timbul dari hutang merupakan
pengurangan pajak (tax deductible), tetapi hutang juga membawa biaya
terkait dengan kebangkrutan aktual atau kebangkrutan potensial
perusahaan, oleh karena itu perusahaan harus menentukan kebijakan
struktur modal yang optimal, yaitu struktur modal yang dapat
menyeimbangkan manfaat dan biaya dari penggunaan hutang dengan
biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan.
Berdasarkan teori trade off tersebut dapat dikatakan bahwa
adanya hubungan kuadratik antara struktur modal dan kinerja
perusahaan. Adanya penggunaan hutang dalam struktur modal
34
perusahaan dapat meningkatkan kinerja perusahaan, namun jika
penggunaan hutang melebihi titik optimalnya maka peningkatan
penggunaan hutang dapat menyebabkan penurunan kinerja perusahaan
(Haryono et.al. 2017).
c. Pecking Order Theory
Menurut Brealey et.al. (2017:25) bahwa pecking order theory
berbunyi sebagai berikut:
1) Perusahaan menyukai pendanaan internal, karena dana ini
terkumpul tanpa mengirimkan sinyal sebaliknya yang dapat
menurunkan harga saham.
2) Jika dana eksternal dibutuhkan, perusahaan menerbitkan hutang
lebih dahulu dan hanya menerbitkan ekuitas sebagai pilihan terakhir.
Menurut Brealey et.al. (2017:26) Pecking order theory
menjelaskan bahwa perusahaan lebih suka menerbitkan hutang
dibandingkan ekuitas jika dana internal tidak cukup. Perusahaan-
perusahaan yang profitable umumnya memiliki hutang atau meminjam
dalam jumlah yang sedikit yang karena mereka memerlukan pendanaan
eksternal yang sedikit yang berarti kebutuhan dana internal mereka
mencukupi. Kemudian mengenai pecking order theory, Brigham dan
Ehrhardt (2011:616) juga mengatakan hal yang senada dimana
penggunaan hutang jangka panjang hanya dilakukan ketika pendanaan
dengan laba ditahan dan hutang jangka pendek sudah tidak mencukupi,
karena dalam pecking order theory perusahaan disarankan memilih
pendanaan yang paling aman terlebih dahulu yaitu laba ditahan dan
35
hutang jangka pendek, dan bila pendanaan dari laba ditahan dan uang
jangka pendek sudah tidak mencukupi maka penggunaan hutang jangka
panjang, dan saham baru sebagai pilihan terakhir.
Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan yang
paling menguntungkan biasanya meminjam lebih sedikit, ini bukan
karena mereka memiliki rasio hutang sasaran rendah tetapi karena
mereka tidak memerlukan hutang dari luar. Hanya sedikit perusahaan
menguntungkan yang menerbitkan hutang karena mereka tidak
memiliki dana internal yang cukup untuk program investasi modal
mereka dan karena hutang berada pada urutan pertama dalam pilihan
(pecking order) untuk pendanaan eksternal (Brealey et.al., 2017:26).
a) Debt to Asset Ratio (DAR)
Rasio hutang terhadap aset (DAR) merupakan rasio untuk
mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh hutang atau
seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap
pembiayaan aset (Hery, 2015:166). Rasio ini seringkali digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh
kewajibannya. Semakin tinggi debt ratio maka semakin besar pula
kemungkinan perusahaan untuk tidak dapat melunasi kewajibannya
(Hery, 2015:166).
DAR =Total Hutang
Total Aset
b) Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio hutang terhadap modal (DER) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur besarnya proporsi hutang terhadap
36
modal (Hery, 2015:168). Rasio ini berguna untuk mengetahui
jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditur) dengan pemilik
perusahaan. Dengan kata lain rasio ini berguna untuk mengetahui
besarnya setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan
hutang (Kasmir, 2017:112).
DER =Total Hutang
Total Modal
6. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu
perusahaan (Sartono, 2010:249). Ukuran perusahaan yaitu perusahaan
berskala besar pada umumnya lebih mudah memperoleh hutang
dibandingkan dari perusahaan kecil karena terkait dengan tingkat
kepercayaan kreditur pada perusahaan-perusahaan besar (Hantono, 2017).
Menurut Halim (2015:93) semakin tinggi ukuran suatu perusahaan, maka
kecenderungan untuk menggunakan modal asing semakin besar. Ukuran
perusahaan merupakan faktor utama dalam menentukan profitabilitas suatu
perusahaan (Niresh dan Venampy, 2014). Perusahaan yang relatif besar
cenderung akan menggunakan dana eksternal yang lebih besar pula
dibandingkan dengan perusahaan yang relatif lebih kecil. Hal tersebut
dikarenakan kebutuhan dana yang semakin meningkat seiring dengan
pertumbuhan suatu perusahaan.
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari beberapa segi. Ukuran
perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan seberapa
besar kecilnya suatu perusahaan dengan berbagai cara, yaitu dapat diukur
37
dengan total aset, nilai pasar saham, dan lain-lain. Semakin besar total aset
maupun penjualan maka semakin besat pula ukuran suatu perusahaan.
Adapun perhitungan ukuran perusahaan yang digunakan Falirat dan
Maramis (2018) yaitu diukur dengan menggunakan dua rumus yaitu Ln
Total Aset dan Ln Total Sales. Dalam penelitian ini variabel ukuran
perusahaan menggunakan indikator total aset.
Ukuran Perusahaan dengan menggunakan Total Aset:
Semakin tinggi total aset menunjukkan harta yang dimiliki perusahaan
mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut tergolong perusahaan besar.
Semakin rendah total aset mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut
tergolong perusahaan kecil:
Ukuran Perusahaan = Log Natural Total Aset
7. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan atau ownership structure merupakan bagian
dari mekanisme corporate governance yang dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan. Struktur kepemilikan mencerminkan besarnya presentase
kepemilikan saham dari seluruh saham yang ada dalam perusahaan, serta
mencerminkan keputusan yang dibuat oleh pihak yang memilih saham
perusahaan tersebut (Petta dan Tarigan, 2017).
Struktur kepemilikan dalam suatu perusahaan akan memiliki
motivasi yang berbeda dalam mengawasi atau memonitor perusahaan serta
manajemen dan dewan direksinya (Subagyo et.al. 2018). Struktur
kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
38
jalannya perusahaan yang nantinya dapat mempengaruhi kinerja suatu
perusahaan (Subagyo et.al. 2018).
Menurut Hery (2014:172) Struktur kepemilikan dan pengendalian
merupakan akar penyebab masalah keagenan, sehingga dalam hal ini
dituntut suatu peran yang lebih aktif dari para pemilik perusahaan. Pada
struktur kepemilikan yang tersebar, mengakibatkan pemantauan yang lemah
atas keputusan-keputusan yang diambil para manajer. Struktur kepemilikan
yang lebih terkonsentrasi akan meminimalkan masalah keagenan karena
jalinan yang lebih kuat antara kepentingan para pemegang saham dengan
para manajer. Dalam teori keagenan dinyatakan bahwa konflik kepentingan
dan asimetri informasi yang muncul dapat dikurangi dengan mekanisme
pengawasan yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan antara pemilik
(principal) dan manager (agent).
a. Struktur Kepemilikan Institusional (KI)
Nekounam (2013) menyatakan kepemilikan institusional
menggambarkan tingkat kepemilikan saham oleh institusional dalam
perusahaan. Kepemilikan institusional adalah persentase saham yang
dimiliki oleh perusahaan lain dari total saham yang beredar. Perusahaan
lain yang dimaksud terdiri dari perusahaan asuransi, institusi keuangan,
bank, milik negara, dan pemerintah.
Pemegang saham institusional memiliki kekuatan yang lebih
besar dibandingkan pemegang saham individual karena persentase
kepemilikan atas saham perusahaan, sumber daya, dan keahlian yang
besar. Oleh karena itu, mampu mempengaruhi dalam pengambilan
39
keputusan manajerial dan akan bertindak demi kepentingan pemegang
saham. Dengan demikian akan mengurangi biaya keagenan (Yegon
et.al. 2014). Namun kepemilikan saham yang lebih tinggi oleh
pemegang saham institusional akan meningkatkan konflik antar
pemegang saham. Pemegang saham institusional akan bertindak sebagai
pengendali karena memiliki saham mayoritas dan mengarah pada
perilaku entrenchment, yakni mengabaikan kepentingan pemegang
saham minoritas. Hal tersebut akan meningkatkan biaya keagenan
(Siregar et.al. 2014).
Dengan adanya kepemilikan institusional yang besar
mengindikasikan kemampuannya untuk memonitoring manajemen.
Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien
pemanfaatan aset perusahaan yang diharapkan juga bertindak sebagai
pencegahan tindakan pemborosan yang dilakukan manajemen.
Kepemilikan institusional umumnya bertindak sebagai pihak yang
memonitor perusahaan (Maftukhah, 2013).
Kepemilikan Institusional =∑ Saham Institusional
∑ Saham Beredar
b. Struktur Kepemilikan Manajerial (KM)
Kepemilikan manajerial menunjukkan jumlah saham yang
dimiliki oleh insider atau pihak manajemen, direksi, dan komisaris
(Yulianto, 2013). Kepemilikan manajerial merupakan kondisi di mana
manajer memiliki saham dalam perusahaan atau dapat dikatakan
manajer juga sebagai pemegang saham perusahaan. Namun, menurut
Jelinek dan Stuerke (2009) kepemilikan manajerial yang tinggi akan
40
meningkatkan biaya keagenan, karena manajer memiliki kendali yang
lebih tinggi sehingga mendorong perilaku oprtunistik (Pratiwi dan
Yulianto, 2016).
Musthapa dan Ahmad (2011) menyatakan bahwa kepemilikan
saham oleh manajer akan memotivasi manajer untuk meningkatkan nilai
perusahaan. Semakin rendah saham yang dimiliki manajer semakin
rendah pula usaha manajer untuk mencari investasi yang
menguntungkan dan mendorong konsumsi yang berlebihan. Dalam
penelitiannya, Pratiwi dan Yulianto (2016) menyebutkan dengan
meningkatkan kepemilikan saham manajerial, manajer akan
memposisikan dirinya sebagai pemilik perusahaan sehingga
mengurangi perilaku oportunistik.
Semakin tinggi kepemilikan manajerial akan mengarah pada
menurunnya konflik diantara manajer dan pemegang saham sehingga
masalah keagenan menurun dan biaya keagenan juga menurun.
Kepemilikan manajerial diukur dengan jumlah kepemilikan saham oleh
pihak manajemen perusahaan terhadap jumlah saham yang beredar
(Maftukhah, 2013).
Kepemilikan Manajerial =∑ Saham Manajerial
∑ Saham Beredar
c. Struktur Kepemilikan Publik (KP)
Dalam mencapai tujuan perusahaan, diperlukan sumber
pendanaan yang diperoleh baik melalui pendaan internal atau eksternal.
Sumber pendanaan internal biasanya perusahaan menggunakan laba
ditahan untuk membiayai kebutuhan operasi perusahaan. Sedangkan,
41
sumber pendanaan eksternal yang dimaksud di atas dapat diperoleh
antara lain melalui kepemilikan saham dari masyarakat (publik).
Definisi kepemilikan publik setara dengan kepemilikan negara yang
menggambarkan persentase jumlah modal yang dimiliki oleh publik
terhadap total saham yang outstanding (Eforis, 2017).
Wulandari dan Raharja (2013) menyatakan ketika kepemilikan
saham oleh manajerial dan institusional tidak mampu lagi menjadi
monitor bagi tindakan manajemen maka perusahaan perlu membuka
kesempatan yang luas bagi masyarakat (publik) untuk ikut serta dalam
penyertaan saham. Dengan adanya keterlibatan masyarakat dalam
kepemilikan saham perusahaan, masyarakat (publik) dapat turut
mengawasi keputusan-keputusan manajemen, kebijakan serta kegiatan
perusahaan tersebut akan menjadi perhatian utama. kepemilikan publik
diukur dengan menggunakan persentase jumlah saham yang dimiliki
punlik dibandingkan dengan total saham yang beredar (Eforis, 2017).
Kepemilikan Publik =∑ Saham yang dimiliku Publik
∑ Saham Beredar
8. Growth Opportunity
Growth Opportunity adalah peluang pertumbuhan yang tinggi
rendahnya suatu perusahaan di masa depan yang dapat menentukan
keputusan investor untuk melakukan investasi pada suatu perusahaan.
Dengan demikian, perusahaan yang memiliki peluang pertumbuhan yang
rendah akan lebih banyak menggunakan hutang jangka panjang
(Hermuningsih, 2013). Perusahaan-perusahaan yang memiliki pertumbuhan
yang cepat seringkali harus meningkatkan aktiva tetapnya. Dengan
42
demikian, perusahaan-perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi
lebih banyak membutuhkan dana di masa depan dan juga lebih menahan
laba. Laba ditahan dari perusahaan-perusahaan dengan tingkat pertumbuhan
yang tinggi akan meningkat, dan perusahaan-perusahaan tersebut akan lebih
banyak melakukan hutang untuk mempertahankan rasio hutang yang
ditargetkan (Hermuningsih, 2013).
Perusahaan-perusahaan yang memprediksi akan mengalami
pertumbuhan tinggi di masa mendatang cenderung lebih menggunakan
saham untuk mendanai operasional perusahaan. Sebaliknya, apabila
perusahaan memperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang rendah,
mereka akan berupaya membagi risiko pertumbuhan rendah dengan para
kreditur melalui penerbitan hutang yang umumnya dalam bentuk hutang
jangka panjang (Hermuningsih, 2013). Peluang pertumbuhan dapat
dijadikan sebagai tolak ukur dalam menentukan seberapa jauh tingkat
pertumbuhan perusahaan di masa depan (Santoso, 2016).
Definisi lain peluang pertumbuhan adalah perubahan total aktiva
yang dimiliki perusahaan. Growth opportunity tidak bisa diamati secara
langsung oleh pihak luar. Beberapa studi yang dilakukan dalam
hubungannya dengan keputusan investasi salah satunya adalah Investment
Opportuinities Set (IOS) dikenalkan oleh Myers tahun 1997 (Ananda dan
Nugraha AP, 2016).
a. Market Value Asset to Book Value Asset (MVA/BVA)
Market Value Asset to Book Value Asset (MVA/BVA) adalah
rasio yang digunakan untuk mengukur bahwa prospek pertumbuhan
43
perusahaan terefleksi dalam harga saham, pasar menilai perusahaan
yang sedang bertumbuh memiliki nilai aktiva yang lebih besar dari nilai
bukunya (Marinda et.al. 2014).
MVA/BVA =
(Total Aktiva−Total Ekuitas)+(Saham Beredar x Harga Pasar)
Total Aset
b. Market Value Equity to Book Value Equity (MVE/BVE)
Market Value Equity to Book Value Equity (MVE/BVE) adalah
rasio yang menjelaskan bahwa pasar menilai return dari investasi
perusahaan di masa depan akan lebih besar dari return yang diharapkan
dari ekuitasnya (Marinda et.al., 2014).
MVE/BVE =(Saham Beredar x Harga Pasar)
Total Ekuitas
c. Pertumbuhan Aktiva
Persentase tingkat pertumbuhan ini juga digunakan sebagai
proxy growth. Perkembangan Pertumbuhan perusahaan merupakan
perubahan total aset yaitu baik berupa peningkatan maupun penurunan
yang dialami oleh perusahaan setiap tahunnya. Tingkat pertumbuhan
dapat dihitung dengan menggunakan persentase kenaikan total aset
perusahaan. Perkembangan dan pertumbuhan tersebut akan
menunjukkan kepada investor untuk melakukan investasi (Widayanthi
dan Sudiartha, 2018).
Pertumbuhan Aktiva =Total Aktiva t − Total Aktiva(t − 1)
Total Aktiva (t − 1)
44
B. Keterkaitan Antar Variabel
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal
Ukuran perusahaan merupakan gambaran besar kecilnya suatu
perusahaan yang dilihat berdasarkan nominal, salah satunya dengan melihat
total kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan dengan ukuran
yang besar lebih banyak membutuhkan dana untuk membiayai
kebutuhannya. Perusahaan yang memiliki ukuran yang besar akan lebih
mudah untuk mendapatkan akses pendanaan dari luar. Ukuran perusahaan
yang besar dapat menjadi sinyal bagi kreditur untuk memberikan pinjaman
dana kepada perusahaan.
Semakin besar ukuran perusahaan menunjukkan perusahaan
memiliki jumlah aktiva atau kekayaan yang semakin tinggi. Perusahaan
dengan ukuran besar akan cenderung menggunakan hutang yang semakin
besar. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan dana yang semakin meningkat
seiring dengan pertumbuhan perusahaan (Setyawan et.al. 2016). Beberapa
penelitian terdahulu yang menemukan adanya pengaruh antara ukuran
perusahaan terhadap kinerja perusahaan antara lain, Nuswandari (2013),
Purba dan Yadnya (2015), Setyawan, et.al. (2016), Umam dan Mahfud
(2016) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap struktur modal.
Ha1: Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Struktur Modal
2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan
Perusahaan yang relatif besar cenderung akan menggunakan dana
eksternal yang besar. Ukuran perusahaan dapat dijadikan sebuah sinyal bagi
45
investor untuk meminjamkan dana kepada perusahaan. Dengan semakin
mudahnya perusahaan berukuran besar dalam memperoleh dana eksternal
untuk membiayai aktivitas kegiatannya, menyebabkan produktivitas
perusahaan meningkat.
Perusahaan-perusahaan yang memiliki akses pasar lebih baik
memiliki aktivitas operasional yang lebih besar dibandingkan perusahaan
kecil. Hal tesebut memungkinkan sebuah perusahaan untuk bisa
menghasilkan keuntungan yang lebih besar sehingga dapat meningkatkan
kinerja perusahaan. Dengan kondisi tersebut, bahwa terlihat terdapat
pengaruh positif antara ukuran perusahaan dengan kinerja perusahaan
(Purnomosidi et.al. 2014).
Penelitian-penelitian terdahulu juga mendukung dan menyatakan
hal yang sama, seperti yang dilakukan oleh Prijanto (2017), menyatakan
perusahaan yang memiliki aset yang besar maka akan dapat
mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk memperoleh keuntungan
usaha yang maksimal dan perusahaan dengan aset yang kecil tentunya juga
menghasilkan keuntungan sesuai dengan aset yang dimiliki. Purba dan
Yadnya (2015), dan Ambarwati et.al. (2015) juga menyatakan hal yang
sama bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara ukuran
perusahaan terhadap kinerja perusahaan.
Ha2: Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan
3. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Struktur Modal
Dalam agency theory kesenjangan antara manajemen dan pemilik
perusahaan terjadi ketika para agen bertindak dengan tidak atau kurang
46
memperhatikan kepentingan para pemilik. Menurut Harmono (2014), ketika
pengendalian perusahaan terpisah dari para pemilik, manajemen memiliki
kecenderungan tidak selalu bertindak mewakili kepentingan pemilik,
melainkan akan bertindak sebagai pemuas melalui pemaksimalan profit
yang bersifat jangka pendek dibanding bertindak ke arah maksimalisasi
kekayaan para pemegang saham atau nilai perusahaan yang mengarah pada
kelangsungan hidup perusahaan.
Primadhanny (2016) bahwa teori keagenan (agency theory) juga
menyatakan bahwa konflik dengan suatu mekanisme pengawasan yang
dapat mensejajarkan kepentingan. Munculnya mekanisme pengawasan
tersebut menimbulkan biaya yang disebut agency cost. Penelitian yang
dilakukan oleh Primadhanny (2016) menyebutkan bahwa struktur
kepemilikan dipandang sebagai suatu mekanisme untuk mengurangi konflik
kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Struktur kepemilikan
juga dipercaya dapat berpengaruh pada operasional perusahaan yang pada
akhirnya juga mempengaruhi struktur modal.
Penelitian ini didukung oleh penelitian lain yang menyebutkan
adanya pengaruh antara struktur kepemilikan terhadap struktur modal
seperti, Maftukhah (2013) di mana variabel kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif signifikan terhadap DER dan kepemilikan institusional
berpengaruh positif signifikan terhadap DER. Selain itu, juga ditemukan
oleh Nuswandari (2013), Maftukhah (2013), Riawan dan Astini (2014) dan
Primadhanny (2016), dan Afendi (2018) di mana kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.
47
Ha3: Struktur Kepemilikan berpengaruh terhadap Struktur Modal
4. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan
Struktur kepemilikan atau ownership structure merupakan bagian
dari mekanisme corporate governance yang dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan. Struktur kepemilikan mencerminkan besarnya persentase
kepemilikan saham dari seluruh saham yang ada dalam perusahaan, serta
mencerminkan keputusan yang dibuat oleh pihak yang memiliki saham
perusahaan tersebut (Petta dan Tarigan, 2017).
Struktur kepemilikan menggambarkan persebaran pemegang saham
yang diproksikan dalam bentuk persentase (Lestari dan Juliarto, 2017).
Dalam hal ini, pemegang saham mayoritas cenderung akan lebih
mementingkan kepentingannya sendiri tanpa memperhatikan kepentingan
pemegang saham minoritas sehingga akan berpengaruh pada pencapaian
kinerja perusahaan.
Penelitian terkait adanya pengaruh kepemilikan terhadap kinerja
perusahaan sudah banyak dilakukan. Beberapa di antaranya antara lain,
Lestari dan Juliarto (2017), Wulandari dan Raharja (2013), Widyati (2013)
yang selaras menunjukkan bahwa terdapat pengaruh struktur kepemilikan
terhadap kinerja perusahaan.
Ha4: Struktur Kepemilikan berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan
5. Pengaruh Growth Opportunity Terhadap Struktur Modal
Growth opportunity merupakan kesempatan perusahaan untuk
melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan perusahaan
(Setyawan et.al. 2016). Perusahaan-perusahaan yang memiliki
48
pertumbuhan yang cepat membutuhkan dana lebih besar di masa depan
sehingga harus meningkatkan aktiva tetapnya dan lebih banyak
mempertahankan laba. Laba ditahan dari perusahaan-perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan yang tinggi akan meningkat, dan perusahaan-
perusahaan tersebut akan lebih banyak melakukan hutang untuk
mempertahankan rasio hutang yang ditargetkan (Hermuningsih, 2013).
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan membutuhkan
kebutuhan dana yang lebih besar juga.
Berdasarkan teori pecking order sebuah perusahaan akan memilih
untuk lebih menggunakan dana internal sebelum akhirnya mencari sumber
dana eksternal. Perusahaan yang ingin mengembangkan bisnis serta pangsa
pasar otomatis akan membutuhkan dana yang besar. Untuk kebutuhan
tersebut, sebuah perusahaan bisa mencari tambahan sumber dana jika dana
internal perusahaan sudah tidak mencukupi untuk memenuhi semua
kebutuhan tersebut.
Hubungan growth opportunity dengan struktur modal telah
dibuktikan oleh beberapa peneliti. Hermuningsih (2013), Marinda (2014),
Ananda dan Nugraha AP (2016), Khairani (2015) yang menyatakan bahwa
growth opportunity berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur
modal.
Ha5: Growth Opportunity berpengaruh terhadap Struktur Modal
6. Pengaruh growth opportunity Terhadap Kinerja Perusahaan
Growth opportunity (tingkat pertumbuhan) juga dapat
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, hal ini dapat ditunjukkan atas
49
kemampuan perusahaan untuk mengeksploitasi kesempatan mengambil
keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam satu
lingkungan industrinya (Khairani, 2015).
Dalam penelitiannya Kopong dan Nurzanah (2016) perusahaan yang
mempunyai growth opportunity tinggi maka perusahaan tersebut
mempunyai nilai investasi yang cukup besar terutama dalam aktiva tetap
yang umur ekonomisnya kurang dari satu tahun. Investasi tersebut
dilakukan yang paling utamanya untuk perluasan pasar. Dengan adanya
investasi yang besar, perusahaan yang mempunyai growth opportunity
tinggi akan menghasilkam profitabilitas yang tinggi pula. Semakin tinggi
pertumbuhan nya maka akan semakin tinggi pula profitabilitas yang akan
diperoleh perusahaan.
Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa penelitian terdahulu
dengan hasil yang sama yaitu growth opportunity berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja perusahaan. Beberapa penelitian yang
mendukung penelitian ini antara lain, Sardo dan Serrasqueiro (2018),
Kopong dan Nurzanah (2016).
Ha6: Growth Opportunity berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan
7. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Perusahaan
Dalam pecking order perusahaan dengan tingkat keuntungan tinggi
lebih menyukai untuk menggunakan dana internal dibandingkan mencari
dana eksternal untuk membiayai aktivitas kegiatan perusahaan (Petta dan
Tarigan, 2017). Perusahaan baru akan melakukan pinjaman hutang ketika
sumber dana internal sudah tidak lagi mencukupi.
50
Perusahaan yang memiliki tingkat leverage rendah mengartikan
bahwa perusahaan tersebut memang membutuhkan dana ekstenal yang
sedikit, artinya kebutuhan akan sumber dana nya dibiayai oleh sumber dana
internal. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa struktur modal
berpengaruh terhadap kinerja perusanaan. Penelitian yang dilakukan oleh
Brendea (2014), Putra dan Badjra (2015), Paminto (2016), Petta dan
Tarigan (2017) menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh negatif
signifikan terhadap profitabilitas.
Ha7: Struktur Modal berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan
8. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan Melalui
Struktur Modal
Ukuran perusahaan merupakan salah satu yang menjadi
pertimbangan pihak kreditur dalam meminjamkan dana kepada
perusahaan. perusahaan dengan ukuran yang besar lebih mendapatkan
kepercayaan kreditur atau investor untuk menanamkan modalnya. Selain
itu, perusahaan dengan ukuran yang besar akan lebih mudah untuk
memperoleh sumber dana eksternal karena ukuran perusahaan dilihat dari
total aset yang dimiliki perusahaan. Hal tersebut membuat perusahaan
menarik untuk dilirik oleh para investor yang ingin menginvestasikan dana
nya. Ambarwati et.al. (2015) menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan
yang memiliki ukuran lebih besar memiliki tingkat profitabilitas yang
tinggi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil
karena perusahaan yang lebih besar diteliti dan dipandang dengan lebih
kritis oleh para investor.
51
Perusahaan umumnya akan melakukan hutang atau menerbitkan
saham jikalau memutuskan untuk mencari sumber dana eksternal.
Keputusan pendanaan yang dilakukan secara tidak cermat akan
menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi, yang
selanjutnya dapat berakibat pada rendahnya profitabilitas perusahaan
(Hermuningsih, 2012). Penggunaan hutang yang besar akan meningkatkan
beban bunga yang ditanggung perusahaan, sehingga dapat menurunkan
profitabilitas perusahaan (Setiadewi dan Purbawangsa, 2015). Hal tersebut
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fressilia dan Pratiwi
(2017) bahwa struktur modal memediasi pengaruh ukuran perusahaan
terhadap kinerja perusahaan.
Ha8: Ukuran Perusahaan Berpengaruh Terhadap Kinerja Perusahaan
dengan Struktur Modal sebagai variabel Intervening
9. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan
Melalui Struktur Modal
Struktur kepemilikan atau ownership structure merupakan bagian
dari mekanisme corporate governance yang dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan. Dalam penelitian Petta dan Tarigan (2017), struktur
kepemilikan mencerminkan besarnya persentase kepemilikan saham dari
seluruh saham yang ada dalam perusahaan, serta mencerminkan keputusan
yang dibuat oleh pihak yang memiliki saham perusahaan tersebut. Tujuan
perusahaan sangat ditentukan oleh struktur kepemilikan, pemilik akan
berusaha membuat berbagai strategi untuk mencapai tujuan perusahaan
(Indarti dan Extaliyus, 2013).
52
Dalam penelitian Primardhanny (2016), struktur kepemilikan
dianggap sebagai hal yang sangat krusial umtuk mengatasi masalah
penentuan struktur modal, karena dengan struktur kepemilikan yang baik
akan terwujud suatu kinerja perusahaan yang layak karena manajer sebagai
pihak yang berkompeten dalam pengelolaan perusahaan mempunyai
wewenang cukup untuk menjalankan tugasnya, yaitu pengawasan
keputusan pendanaan penentuan struktur modal perusahaan. Penelitian ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan peneltiian Riawan dan Asrtini
(2014), Petta dan Tarigan (2017) yang menyatakan bahwa struktur modal
mempunyai pengaruh signifikan dalam memediasi kepemilikan
institusional terhadap kinnerja keuangan (diproksikan dengan ROE).
Ha9: Struktur Kepemilikan Berpengaruh Terhadap Kinerja Perusahaan
dengan Struktur Modal sebagai variabel Intervening
10. Pengaruh growth opportunity Terhadap Kinerja Perusahaan Melalui
Struktur Modal
Growth opportunity merupakan kesempatan perusahaan untuk
melakukan investasi yang menguntungkan perusahaan. Kegiatan
berhutang pada dasarnya akan menimbulkan biaya bunga. Di mana besar
kecilnya hutang memiliki pengaruh yang searah (positif) terhadap besar
kecilnya biaya bunga yang ditimbulkan. Semakin besar hutang (leverage)
maka biaya bunga juga akan semakin besar, begitu juga sebaliknya
semakin kecil hutang (leverage) maka biaya bunga akan semakin kecil
(Oktarina , 2015). Penelitian terkait struktur modal sebagai mediasi antara
growth opportunity terhadap kinerja perusahaan belum banyak dilakukan.
53
Hasil yang ditemukan Khairani (2015) menunjukkan bahwa struktur modal
mampu memediasi pengaruh growth opportunity terhadap kinerja
keuangan perusahaan yang diproksikan dengan ROA.
Ha10: Growth opportunity Berpengaruh Terhadap Kinerja Perusahaan
dengan Struktur Modal sebagai variabel Intervening.
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan, struktur kepemilikan,
dan growth opportunity terhadap kinerja perusahaan dengan struktur modal
sebagai variabel intervening, menggunakan beberapa acuan dari penelitian
terdahulu. Berikut disajikan ringkasan penelitian terdahulu pada tabel 2.1. di
bawah ini yang menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu dengan
variabel yang terkait dalam penelitian.
Tabel 2.1.
Penelitian Terdahulu
No Nama Judul
Penelitian
Metode
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
1. Putra dan
Badjra (2015)
Pengaruh
Leverage,
Pertumbuhan
Penjualan
Dan Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Profitabilitas.
Analsisis
Regresi
Berganda
Independen:
Leverage,
Pertumbuhan
Penjualan
dan Ukuran
Perusahaan.
Dependen:
Profitabilitas.
Leverage
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas
Pertumbuhan
penjualan dan
ukuran
perusahaan
berpengaruh
negatif dan
tidak
signifikan
terhadap
profitabilitas.
2. Paminto et.al.
(2016)
The Effect Of
Capital
Structure,
Firm Growth
And Dividend
SPSS
dengan Path
Analysis.
Independen: Struktur
Modal,
Pertumbuhan
Perusahaan,
The capital
structure
negatively
and
significantly
54
No Nama Judul
Penelitian
Metode
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
Policy On
Profitability
And Firm
Value Of The
Oil Palm
Plantation
Companies In
Indonesia.
Kebijakan
Dividen.
Dependen:
Nilai
Perusahaan.
Invervening:
Profitabilitas.
influences the
profitability
and the firm
value. The
firm growth
negatively
and
significantly
influences the
profitability
and the firm
value.
The dividend
policy
positively and
significantly
influences the
profitability
but positively
and not
significantly
influence the
firm value.
The
profitability
positively and
significantly
influences the
firm value.
The capital
structure
negatively
and
significantly
influences the
firm value
through
profitability.
The firm
growth
negatively
and not
significantly
influences the
firm value
through
profitability,
and the
dividend
policy
55
No Nama Judul
Penelitian
Metode
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
positively and
significantly
influences the
firm value
through
profitability.
3. Setyawan
et.al. (2016)
Pengaruh
Firm Size,
Growth
Opportunity,
Profitability,
Business
Risk,
Effective Tax
Rate, Asset
Tangibility,
Firm Age
Dan Liquidity
Terhadap
Struktur
Modal
Perusahaan
(Studi Pada
Perusahaan
Sektor
Property Dan
Real Estate
Yang
Terdaftar Di
Bei Tahun
2009-2014).
Analisis
Statistik
Deskriptif
dan Analisis
Statistik
Inferensial
dengan
bantuan
SPSS.
Independen:
Ukuran
Perusahaan,
Kesempatan
Pertumbuhan,
Profitabilitas,
Risiko Bisnis,
Effective Tax
Rate, Aset
Berwujud,
Umur
Perusahaan
dan
Likuiditas.
Dependen:
Struktur
Modal.
Secara
simultan
Firm Size,
Growth
Opportunity,
Profitability,
Business
Risk,
Effective Tax
Rate, Asset
Tangibility,
Firm Age dan
Liquidity
memiliki
pengaruh
yang
signifikan.
Firm Size,
Profitability,
Effective Tax
Rate, dan
firm age
secara parsial
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
struktur
modal.
Growth
opportunity,
business risk
dan asset
tangibility
secara parsial
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
struktur
modal
Liquidity
secara parsial
tidak
56
No Nama Judul
Penelitian
Metode
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
berpengaruh
signifikan
terhadap
struktur
modal.
4. Marinda et.al.
(2014)
Pengaruh
Investment
Opportunity
Set (IOS)
Dan Struktur
Modal
Terhadap
Kinerja
Keuangan
(Studi Pada
Perusahaan
Sektor
Properti Dan
Real Estate
Yang
Terdaftar Di
Bursa Efek
Indonesia
Periode 2011-
2013).
Generalized
Structured
Component
Analysis
(GeSCA).
Independen:
Investment
Opportunity
Set (IOS),
Struktur
Modal.
Dependen: Kinerja
Keuangan.
Investment
opportunity
set (IOS)
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
struktur
modal.
Investment
opportunity
set (IOS)
berpengaruh
positif dan
tidak
signifikan
terhadap
kinerja
keuangan.
Struktur
modal
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
kinerja
keuangan.
5. Immanuela
(2014)
Pengaruh
Kepemilikan
Manajerial,
Struktur
Modal,
Ukuran
Perusahaan,
Dan Agency
Cost Sebagai
Variabel
Intervening
Terhadap
Kinerja
Perusahaan
Pada
Perusahaan
Manufaktur
Yang
Analisis
Jalur. Independen:
Kepemilikan
Manajerial,
Struktur
Modal,
Ukuran
Perusahaan.
Intervening: Agency Cost.
Dependen:
Kinerja
Perusahaan.
Kepemilikan
Manajerial,
struktur
modal dan
ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh
signifikan
baik secaa
langsung
maupun tidak
langsung
terhadap
agency cost.
Pengaruh
kepemilikan
manajerial,
57
No Nama Judul
Penelitian
Metode
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
Terdaftar Di
BEI.
dan ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh
signifikan
baik secara
langsung
maupun tidak
langsung
melalui
agency cost
terhadap
kinerja
perusahaan.
Terdapat
pengaruh
secara
langsung
antara
struktur
modal
terhadap
kinerja
perusahaan.
6. Wiranata dan
Nugrahanti
(2013)
Pengaruh
Struktur
Kepemilikan
Terhadap
Profitabilitas
Perusahaan
Manufaktur
Di Indonesia
(Periode
2010-2011).
Regresi
berganda
dengan
SPSS 16.
Independen:
Kepemilikan
Asing,
Kepemilikan
Pemerintahan
,
Kepemilikan
Institusional,
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Keluarga.
Kontrol:
Ukuran
Perusahaan.
Dependen:
Profitabilitas.
Kepemilikan
asing
berpengaruh
positif
terhadap
kinerja
perusahaan.
Kepemilikan
pemerintah
tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
perusahaan.
Kepemilikan
institusional
tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
perusahaan.
Kepemilikan
manajerial
tidak
berpengaruh
terhadap
58
No Nama Judul
Penelitian
Metode
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
kinerja
perusahaan.
Kepemilikan
keluarga
berpengaruh
terhadap
kinerja
perusahaan.
Hasil
pengujian
variabel
kontrol
ukuran
perusahaan
menunjukkan
bahwa ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
perusahaa
Hasil
pengujian
variabel
kontrol
leverage
menunjuk-
kan bahwa
leverage
berpengaruh
positif ter-
hadap kinerja
perusahaan
manufaktur.
7. S,
Setiadharma
dan M,
Machali
(2017)
The Effect Of
Asset
Structure And
Firm Size On
Firm Value
With Capital
Structure As
Intervening
Variable
(Property
And Real
Estate Firm
Registered In
Indonesia
Stock
Path
Analysis. Independen:
Struktur
Aktiva,
Ukuran
Perusahaan.
Intervening:
Struktur
Modal.
Dependen:
Nilai
Perusahaan
There is a
direct effect
of asset
structure on
the firm
value.
There is no
indirect effect
of asset
structure on
the firm value
with capital
structure as
intervening
variable.
59
No Nama Judul
Penelitian
Metode
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
Exchange In
Period 2010-
2014).
There is no
direct effect
of firm size
on the firm
value.
There is no
indirect effect
of firm size
on the firm
value with
capital
structure as
intervening
variable.
8. Petta dan
Tarigan
(2017)
Pengaruh
Kepemilikan
Institusional
Terhadap
Kinerja
Keuangan
Melalui
Struktur
Modal
Sebagai
Variabel
Intervening
Pada
Perusahaan
Manufaktur
Yang
Terdaftar
Dalam Bursa
Efek
Indonesia
(BEI).
Analisis
Jalur dengan
WarpPLS
versi 5.0.
Independen:
Kepemilikan
Institusional.
Intervening:
Struktur
Modal.
Dependen:
Kinerja
Keuangan.
Terdapat
pengaruh
positif
signifikan
antara
kepemilikan
institusional
terhadap
kierja
keuangan.
Terdapat
pengaruh
negatif
signifikan
antara
kepemilikan
institusional
terhadap
struktur
modal.
Terdapat
pengaruh
negatif
signifikan
pada struktur
modal
terhadap
kinerja
keuangan.
Struktur
modal
memiliki
pengaruh
yang
signifikan
dalam
60
No Nama Judul
Penelitian
Metode
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
memediasi
pengaruh
kepemilikan
institusional
terhadap
kinerja
keuangan.
9. Nuswandari
(2017)
Determinan
Struktur
Modal Dalam
Prespektif
Pecking
Order Theory
Dan Agency
Theory.
Analisis
Regresi
Berganda
dengan
metode
Ordinary
Least
Square
(OLS).
Independen:
Profitabilitas,
ukuran
perusahaan,
risiko bisnis,
growth
opportunity,
kepemilikan
manajerial.
Dependen:
Struktur
modal.
Ukuran
perusahaan
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
struktur
modal.
Profitabilitas
dan risiko
bisnis
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
struktur
modal.
Peluang
pertumbuhan
dan
kepemilikan
manajerial
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
struktur
modal.
10. Purnomosidi
et.al. (2014)
The
Influences Of
Company
Size, Capital
Structure,
Good
Corporate
Governance,
Inflation,
Interest Rate,
And
Exchange
Rate Of
Financial
Performance
Analisis
Jalur. Independen:
Company
Size, Capital
Structure,
Good
Corporate
Governance,
Inflation,
Interest Rate,
and
Exchange
Rate.
Dependen:
The size is
just a sales
that
significantly
affect
financial
performance
is ROA, ROE,
and PM.
Capital
structure,
DER
significantly
affect
financial
61
No Nama Judul
Penelitian
Metode
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
And Value Of
The
Company.
Financial
Performance
dan Company
Value.
performance
is ROA, and
ROE, while
the DA effect
on NPM.
Good
corporate
governance is
a significant
measurement
of the Audit
Committee
that the
financial
performance
of NPM.
Inflation has
no effect on
financial
performance,
both ROA,
ROE and
NPM.
Interest rate
does not
affect the
financial
performance,
both ROA,
ROE and
NPM.
The exchange
rate effect on
financial
performance,
the negative
effect on ROA
and ROE.
11. Sardo dan
Serrasqueiro
(2018)
Intellectual
Capital,
Growth
Opportunities
And
Financial
Performance
In European
Firms.
General
Method of
Moment
System.
Independen:
ROA,
Intellectual
Capital
(VAIC),
Ownership
Concentration.
Dependen:
Financial
Performance
(ROA),
The IC
efficiency of
the current
period has a
positive
impact on the
financial
performance
of high-,
medium- and
low-tech
62
No Nama Judul
Penelitian
Metode
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
Growth
Opportunity
(TobinsQ).
European
firms.
A non-linear
relationship
was found
between
growth
opportunities
and financial
performance.
The positive
relationship
between
growth
opportunities
and financial
performance
is enhanced
with the
efficient use
of firms’ IC.
12. Purba dan
Yadnya
(2015)
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan
Dan Leverage
Terhadap
Profiabilitas
Dan
Pengungkapan
Corporate Social
Responsibility
.
Analisis
Jalur. Variabel
Eksogen:
Ukuran
perusahaan
(SIZE),
Struktur
Modal
(DER).
Variabel
Intervening:
Profitabilitas
(ROA).
Variabel
Endogen:
n(CSR).
Ukuran
perusahaan
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas.
Leverage
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas.
Ukuran
perusahaan
berpengaruh
positif
terhadap
leverage.
Ukuran
perusahaan,
leverage, dan
profitabilitas
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
CSR.
63
No Nama Judul
Penelitian
Metode
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
13. Umam dan
Mahfud
(2016)
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan
Dan
Likuiditas
Terhadap
Struktur
Modal
Dengan
Profitabilitas
Sebagai
Variabel
Intervening.
Analisis
Jalur dan
Uji Sobel.
Variabel
Independen:
Ukuran
perusahaan
(size),
likuiditas
(CR).
Variabel
Intervening:
Profitabilitas
(ROA).
Variabel
Dependen:
Struktur
Modal
(DER),
Ukuran
perusahaan
tidak
signifikan
berpengaruh
terhadap
profitabilitas.
Likuiditas
berpengaruh
positif
terhadap
profitabilitas.
Ukuran
perusahaan
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
struktur
modal.
Profitabilitas
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
struktur
modal.
ROA tidak
dapat
memediasi
pengaruh
SIZE dan
DER.
ROA dapat
memediasi
pengaruh CR
terhadap
DER.
14. Prijanto et.al.
(2017)
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan
Dan
Likuiditas
Terhadap
Kinerja
Perusahaan.
Regresi
Logistik
Berganda.
Variabel
Independen:
Ukuran
perusahaan
(Ln Asset),
Likuiditas
(CR).
Variabel
Dependen:
Likuiditas
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
kinerja
perusahaan.
Likuiditas
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
64
No Nama Judul
Penelitian
Metode
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
Kinerja
perusahaan
(ROA).
kinerja
perusahaan.
15. Ambarwati
et.al. (2015)
Pengaruh
Modal Kerja,
Likuiditas,
Aktivitas,
Dan Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Profitabilitas
Pada
Perusahaan
Manufaktur
Di Bursa
Efek
Indonesia.
Analisis
Regresi
Linear
Berganda.
Variabel
Independen:
Modal kerja,
likuiditas,
aktivitas, dan
ukuran
perusahaan.
Variabel
Dependen:
Profitabilitas.
Modal kerja
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas.
Likuiditas
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
profitabilitas.
Aktivitas
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas.
Ukuran
peruahaan
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas.
16. Maftukhah
(2013)
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional,
Dan Kinerja
Keuangan
Sebagai
Penentu
Struktur
Modal
Perusahaan.
Analisis
Regresi
Linear
Berganda.
Variabel
Independen:
Kepemilikan
Manajeral
(dinyatakan
sebagai
variabel
dummy,
kepemilikan
institusional,
pertumbuhan
asset, ROA,
DPR, net
sales, fixed
asset ratio,
dan
corporate tax
rate.
Variabel
Dependen:
Kepemilikan
manajerial
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap Debt
to Equity
Ratio (DER).
Kepemilikan
institusional
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap Debt
to Equity
Ratio (DER).
Pertumbuhan
asset
berpnegaruh
positif dan
signifikan
terhadap Debt
65
No Nama Judul
Penelitian
Metode
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
Debt to
Equity Ratio.
to Equity
Ratio (DER).
Return On
Assets (ROA)
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap Debt
to Equity
Ratio (DER).
Dividen
Payout Ratio
(DPR)
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap Debt
to Equity
Ratio (DER).
Net sales
berpengaruh
positif dan
tidak
signifikan
terhadap Debt
to Equity
Ratio (DER).
Fixed Asset
Ratio
berpengaruh
positif dan
tidak
signifikan
terhadap Debt
to Equity
Ratio (DER).
Corporate tax
rate
berpengaruh
positif dan
tidak
signifikan
terhadap Debt
to Equity
Ratio (DER).
17. Lestari dan
Juliarto
(2017)
Pengaruh
Dimensi
Struktur
Kepemilikan
Terhadap
Ordinary
Least
Square
(OLS).
Variabel
Independen:
Konsentrasi
kepemilikan,
kepemilikan
Konsentrasi
kepemilikan
berpengaruh
negatif
signifikan
66
No Nama Judul
Penelitian
Metode
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
Kinerja
Perusahaan
Manufaktur.
manajerial,
dan
kepemilikan
institusional.
Variabel
Kontrol:
Kepemilikan
asing.
Ukuran
perusahaan,
leverage,
umur
perusahaan,
ukuran
dewan,
pertumbuhan,
dan
likuiditas.
Variabel
Dependen:
Kinerja
perusahaan
(ROA dan
Tobin’s Q).
terhadap
kinerja
perusahaan.
Kepemilikan
manajerial
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
kinerja
perusahaan.
Kepemilikan
institusional
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
kinerja
perusahaan.
18. Hermuningsih
(2013) Pengaruh
Profitabilitas,
Growth
Opportunity,
Struktur
Modal
Terhadap
Nilai
Perusahaan
Pada
Perusahaan
Publik Di
Indonesia.
Structural
Equation
Model
(SEM).
Variabel
Independen:
Profitabilitas,
growth
opportunity.
Variabel
Intervening:
Struktur
modal.
Variabel
Dependen:
Nilai
perusahaan.
Variabel
profitabilitas,
growth
opportunity,
dan struktur
modal
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
Variabel
struktur
modal
merupakan
variabel
intervening
bagi growth
opportunity
dan tidak
bagi
profitabilitas.
67
No Nama Judul
Penelitian
Metode
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
19. Ananda dan
Nugraha AP
(2016)
Pengaruh
Growth
Opportunity
Terhadap
Nilai
Perusahaan
Melalui
Struktur
Modal.
Analisis
Partial
Least
Square
(PLS) dan
Uji
Linieritas.
Variabel
Eksogen:
Growth
Opportunity.
Variabel
Intervening:
Struktur
modal.
Variabel
Endogen:
Nilai
Perusahaan.
Growth
opportunity
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
Growth
opportunity
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
struktur
modal.
Struktur
modal
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
Growth
opportunity
berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan
melalui
struktur
modal.
20. Khairani
(2015)
Pengaruh
Struktur
Kepemilikan
Manajerial
Dan Growth
Opportunity
Tergadap
Struktur
Modal Dan
Kinerja
Keuangan
Perusahaan
(Studi Pada
Perusahaan
Manufaktur
Sektor
Industri Dan
Konsumsi
Barang Yang
Terdaftar Di
Path
Analysis. Variabel
Eksogen:
Struktur
kepemilikan
manajerial,
growth
opportunity.
Variabel
Intervening:
Struktur
modal.
Variabel
Dependen:
Kinerja
keuangan
perusahaan.
Struktur
kepemilikan
Manjerial
berpengaruh
tidak
signifikan
secara
langsung
terhadap
Struktur
Modal.
Growth
opportunity
berpengaruh
secara
langsung
signifikan
terhadap
Struktur
Modal.
68
No Nama Judul
Penelitian
Metode
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
Bei Periode
2009-2012). Struktur
kepemilikan
manajerial
tidak
berpengaruh
secara
langsung
terhadap
Kinerja
Keuangan
Perusahaan.
Growth
opportunity
berpengaruh
tidak
signifikan
secara
langsung
terhadap
Kinerja
Keuangan
Perusahaan.
Struktur
Modal
berpengaruh
secara
langsung
signifikan
terhadap
Kinerja
Keuangan
Perusahaan.
21. Kopong dan
Nurzanah
(2016)
Pengaruh
Growth
Opportunity
Dan Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Profitabilitas
Dengan Nilai
Perusahaan
Sebagai
Variabel
Moderating
Pada
Perusahaan
Manufaktur
Yang
Terdaftar Di
Bursa Efek
Regresi
Berganda Variabel
Independen:
Growth
opportunity,
dan ukuran
perusahaan.
Variabel
Moderating:
Nilai
perusahaan.
Variabel
Depdenden:
Profitabilitas.
Growth
Opportunity
memiliki
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
profitabilitas.
Ukuran
perusahaan
memiliki
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
profitabilitas.
69
No Nama Judul
Penelitian
Metode
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
Indonesia
Periode 2011-
2014.
Growth
opportunity
dan ukuran
perusahaan
memiliki
pengaruh
yang
signifikan
dalam
hubungannya
terhadap
profitabilitas.
Nilai
perusahaan
sebagai
Variabel
moderating
memperkuat
growth
opportnity
terhadap
profitabilitas.
Nilai
perusahaan
memperlema
h pengaruh
ukuran
perusahaan
terhadap
profitabilitas.
22. Brendea
(2014)
Ownership
Structure,
Performance
And
Capital
Structure Of
Romanian
Firms.
Analisis
Regresi. Independent
Variable:
Debt Ratio,
Asset
Tangibility,
Size.
Dependent
Variable:
ROA.
Ownership
concentration
has no effect
on firms
performance,
but has a
positive effect
on firms
capital
structure.
Debt ratio
and firms size
are the
determinants
of firms
performance
and firms
performance,
assets
tangibility
70
No Nama Judul
Penelitian
Metode
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
and
ownership
concentration
are the
determinants
of firms
capital
structure.
23. Fressilia dan
Pratiwi
(2017)
Pengaruh
Good
Corporate
Governance,
Likuiditas,
Dan Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Profitabilitas
Pada
Perusahaan
Bumn Yang
Termasuk
Dalam Iicg
Dengan
Struktur
Modal
Sebagai
Variabel
Intervening.
SEM
dengan
SmartPLS
Variabel
Independen:
CGPI,
Likuiditas,
dan Ukuran
Perusahaan.
Variablel
Intervening:
Struktur
modal.
Variabel
Dependen:
Profitabilitas.
GCG,
likuiditas dan
ukuran
perusahaan
berpengaruh
signifikan
terhadap
struktur
modal.
Likuiditas
berpengaruh
terhadap
profitabilitas.
Sedangkan,
GCG dan
ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap
profitabilitas.
Struktur
modal
memediasi
penuh
pengaruh
GCG dan
ukuran
perusahaan
terhadap
profitabilitas.
Sedangkan,
struktur
modal
memediasi
parsial
pengaruh
likuiditas
terhadap
profitabilitas.
24. Riawan dan
Astini (2014)
Analisis
Pengaruh
Analisis
Jalur. Variabel
Eksogen: NPM
berpengaruh
71
No Nama Judul
Penelitian
Metode
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
Profitabilitas
Dan Struktur
Kepemilikan
Terhadap
Struktur
Modal Dan
Kinerja
Perusahaan
Farmasi Yang
Terdaftar Di
Bursa Efek
Indonesia
(Bei)
Net Profit
Margin,
Kepemilikan
Manajerial.
Variabel
Endogen:
Debt to
Equity Ratio,
Return on
Equity.
negatif
signifikan
terhadap
DER.
NPM
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
ROE.
Kepemilikan
manajemen
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
DER.
kepemilikan
manajemen
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
ROE.
DER
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
ROE.
Pengaruh
NPM lebih
tinggi
terhadap
ROE melalui
DER
dibandingkan
pengaruh
langsung
NPM
terhadap
ROE dan
pengaruh
kepemilikan
manajamen
lebih tinggi
terhadap
ROE melalui
DER
dibandingkan
72
No Nama Judul
Penelitian
Metode
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
pengaruh
langsung
kepemilikan
manajamen
terhadap
ROE.
25. Epi (2017) Pengaruh
Ukuran
Perusahaan,
Struktur
Kepemilikan,
Dan
Manajemen
Laba
Terhadap
Kinerja
Perusahaan
Property Dan
Real Estate
Yang
Terdaftar
Pada Bursa
Efek
Indonesia.
Regresi
Linier
Berganda.
Variabel
Independen:
Ukuran
perusahaan,
struktur
kepemilikan,
manajemen
laba.
Variabel
Dependen:
Kinerja
perusahaan.
Secara parsial
variabel-
variabel
independen
ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan,
struktur
kepemilikan
tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan,
manajemen
laba tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan.
Secara
simultan
(bersama)
variabel
independen
(ukuran
perusahaan,
struktur
kepemilikan,
dan
manajemen
laba) tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan.
26. Setiadewi dan
Purbawangsa
(2015)
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan,
Dan Leverage
Analisis
Jalur. Variabel
Eksogen:
Ukuran
perusahaan
Ukuran
perusahaan
dan leverage
tidak
73
No Nama Judul
Penelitian
Metode
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
Terhadap
Profitabilitas
Dan Nilai
Perusahaan.
(SIZE),
leverage.
Variabel
Intervening:
Profitabilitas
(ROA).
Variabel
Endogen:
Nilai
perusahaan
(PBV).
berpengaruh
terhadap
profitabilitas.
Ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap
leverage.
Ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh
signifikan
secara
statistik
terhadap nilai
perusahaan.
Leverage dan
profitabilitas
mempunyai
pengaruh
positif
signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
27. Kirmi (2017)
Relationship
Between
Capital
Structure And
Profitability,
Evidence
From Listed
Energy And
Petroleum
Companies
Listed In
Nairobi
Securities
Exchange.
Analisis
Regresi.
Independen:
Short term
debt to total
assets and
long-term
debt to total
assets.
Dependen:
Profitability
measured by
ROA.
A strong
positive
relationship
between short
term debt and
ROA.
An average
negative
relationship
between Long
term debts
and ROA and
a weak
positive
relationship
between total
debt and
ROA.
28. Tertius dan
Christiawan
(2015)
Pengaruh
Good
Corporate
Governance
Terhadap
Analisis
Regresi
Linier
Berganda.
Variabel
Independen:
Dewan
komisaris,
komisaris
Variabel
independen
antara lain
dewan
komisaris,
74
No Nama Judul
Penelitian
Metode
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
Kinerja
Perusahaan
Pada Sektor
Keuangan.
independen,
kepemilikan
manajerial,
dan ukuran
perusahaan.
Variabel
Dependen:
ROA.
komisaris
independen,
dan
kepemilikan
manajerial
dengan
variabel
kontrol
ukuran
perusahaan
secara
bersama-
sama
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
variabel
dependen
yaitu ROA.
Secara
individual,
dewan
komisaris dan
kepemilikan
manajerial
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
ROA.
komisaris
independen
dan ukuran
perusahaan
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
ROA.
29. Widyati
(2013)
Pengaruh
Dewan
Direksi,
Komisaris
Independen,
Komite
Audit,
Kepemilikan
Manajerial,
Dan
Analisis
Regresi
Berganda.
Variabel
Independen:
Dewan
direksi,
komisaris
independen,
komite audit,
kepemilikan
manajerial,
dan
Secara parsial
komisaris
independen
dan
kepemilikan
institusional
berpengaruh
positif
terhadap
kinerja
75
No Nama Judul
Penelitian
Metode
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
Kepemilikan
Institusional
Terhadap
Kinerja
Keuangan.
kepemilikan
institusional.
Variabel
Dependen:
Kinerja
keuangan.
keuangan
perusahaan.
dewan
direksi,
komite audit,
dan
kepemilikan
manajerial
tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
perusahaan.
30. Afendi
(2018)
Analisis
Pengaruh
Struktur
Kepemilikan
Manajerial,
Kebijakan
Deviden,
Profitabilitas,
Dan Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Struktur
Modal
Perusahaan.
Analisis
Regresi
Linier
Berganda.
Variabel
Independen:
kepemilikan
manajerial,
kebijakan
deviden,
profitabilitas,
ukuran
perusahaan.
Variabel
Dependen:
Struktur
Modal.
Kepemilikan
manajerial
berpengaruh
secara positif
dan
signifikan
terhadap
struktur
modal.
Kebijakan
deviden
berpengaruh
negativf
namun tidak
signifikan
terhadap
struktur
modal.
Profitabilitas
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadp
struktur
modal.
Ukuran
perusahaan
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
struktur
modal.
Sumber: Jurnal-Jurnal Penelitian Terdahulu
76
D. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1.
Kerangka Berpikir
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan, dan Growth Opportunity
terhadap Kinerja Perusahaan dengan Struktur Modal sebagai Variabel Intervening
Perusahaan yang terdaftar di Indeks SRI-KEHATI periode 2012-2017
Variabel Independen
Ukuran Perusahaan
(X1)
Struktur
Kepemilikan (X2)
Growth Opportunity
(X3)
Variabel Dependen
Struktur
Modal (Y1)
Kinerja
Perusahaan (Y2)
Partial Least Square (PLS)
Analisis Statistik Deskriptif
Uji Outer Model:
- Convergent Validity
- Discriminant Validity
- Composite Reliability
Uji Inner Model:
- Koefisien Determinasi (R2)
- Goodness of Fit (GoF)
- Predictive Reevance (Q2)
-
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Uji Hipotesis:
- Path Coefficients (T-statistic % Alpha)
- Specific Indirect Effect
77
E. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih
bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis
memberikani informasi tentang variabel-variabel penelitian serta hubungannya.
Hubungan tersebut diperkirakan berdasarkan jaringan asosiasi yang ditetapkan
dalam kerangka teori yang dirumuskan untuk studi penelitian (Fitrah dan
Luthfiyah, 2017:128).
Berdasarkan rumusan dan kerangka berpikir serta hasil penelitian-
penelitian terdahulu, maka hipotesis yang akan diujikan dalam penelitian ini
adalah:
Ha1: ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal.
Ha2: ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Ha3: struktur kepemilikan berpengaruh terhadap struktur modal.
Ha4: struktur kepemilikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Ha5: growth opportunity berpengaruh terhadap struktur modal.
Ha6: growth opportunity berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Ha7: struktur modal berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Ha8: ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dengan
struktur modal sebagai variabel intervening.
Ha9: struktur kepemilikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dengan
struktur modal sebagai variabel intervening.
Ha10: growth opportunity berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dengan
struktur modal sebagai variabel intervening.
78
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini adalah penelititan kuantitatif yang dilakukan untuk
melihat pengaruh ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, dan growth
opportunity terhadap kinerja perusahaan dengan struktur modal sebagai
variabel intervening. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di
Indeks SRI-KEHATI periode 2012-2017. Alasan penulis memilih objek
perusahaan yang terdaftar di Indeks SRI-KEHATI adalah berkaitan dengan
semakin maraknya kerusakan lingkungan oleh kegiatan industri juga
meningkatnya kesadaran emiten akan pentingnya kinerja lingkungan. Masih
belum banyak penelitian yang menggunakan objek Indeks SRI-KEHATI terkait
dengan variabel yang akan diteliti pada penelitian ini sehingga sangat menarik
untuk diteliti. Selain itu, Indeks SRI-KEHATI merupakan indeks yang
mendukung program pemerinah dalam ekonomi hijau.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder dari laporan
tahunan dan laporan keuagan perusahaan. Penulis memilih website Indonesian
Stock Exchange (IDX) sebagai tempat untuk memperoleh laporan tahunan dan
laporan keuangan perusahaan yang dibutuhkan untuk penelitian. Perusahaan
yang menjadi sampel adalah perusahaan yang terdaftar dalam Indeks SRI-
KEHATI periode tahun 2012-2017. Perhitungan dilakukan dengan
menggunakan Microsoft Excel 2013 dan SmartPLS 3.00. Setelah diketahui hasil
penelitian, selanjutnya dilakukan analisis hasil.
79
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi berupa subjek atau objek yang
diteliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulan, atau dengan kata lain, populasi
adalah totalitas dari seluruh objek penelitian (Wahyudi, 2017:14). Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2014:80).
Populasi yang akan diamati dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
yang terdaftar dalam Indeks SRI-KEHATI periode 2012-2017.
Sampel adalah objek pengamatan yang dipilih dari populasi, sehingga
sampel merupakan bagian dari populasi dan mencerminkan karakteristik
populasinya (Wahyudi, 2017:14). Penarikan sampel diperlukan jika populasi
yang diambil sangat besar dan peneliti memiliki keterbatasan untuk menjangkau
seluruh populasi (Wahyudi, 2017:15). Pemilihan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara purposive sampling dari seluruh perusahaan yang
terdaftar di Indeks SRI-KEHATI periode 2012-2017 dengan tujuan untuk
memperoleh sampel yang representatif berdasarkan kriteria yang tertentu.
Penelitian ini mengambil sampel dengan kriteria perusahaan yang
terdaftar di Indeks SRI-KEHATI selama periode 2012-2017. Berdasarkan
metode penentuan sampel dengan purposive sampling, kriteria-kriteria yang
digunakan dalam pengambilan data dan sampel adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan yang terdaftar di Indeks SRI-KEHATI selama periode
penelitian (2012-2017).
80
2. Perusahaan terdaftar dan telah melakukan publikasi laporan keuangan
tahunan selama enam tahun sesuai dengan periode penelitian yang
diperlukan, yaitu 2012 sampai dengan 2017.
3. Perusahaan yang menyampaikan datanya secara lengkap sesuai dengan
informasi yang diperlukan atau informasi yang dibutuhkan yaitu, neraca,
harga saham, dan jumlah saham beredar selama periode penelitian yang
diperoleh dari Indonesian Stock Exchange, yahoo! Finance, dan
investing.com.
4. Perusahaan menggunakan mata uang rupiah dalam pencatatan laporan
keuangan periode penelitian (2012-2017).
Berdasarkan pada kriteria pengambilan sampel yang telah disebutkan di
atas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 16
perusahaan. Adapun teknik pengambilan sampel dan daftar perusahaan yang
menjadi sampel dalam penelitian ini dapat dilihat secara lebih jelas dalam tabel
berikut ini:
Tabel 3.1.
Kriteria Penentuan Sampel
Kriteria Jumlah
Jumlah perusahaan yang terdaftar pada Januari 2012 25
Jumlah perusahaan yang terdaftar pada Indeks SRI-KEHATI
selama periode penelitian (2012-2017). 17
Jumlah perusahaan yang mempublikasikan laporan keeuangan
selama periode (2012-2017). 17
Jumlah perusahaan yang menggunakan mata uang rupiah dalam
pencatatan laporan keuangan periode (2012-2017). 16
Total sampel 16
81
Tabel 3.2.
Daftar Sampel Penelitian
No Kode Nama Emiten
1. AALI Astra Agro Lestari Tbk.
2. ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk.
3. ASII Astra Internasional Tbk.
4. BBCA Bank Central Asia Tbk.
5. BBNI Bank Negara Indonesia Tbk.
6. BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk.
7. BDMN Bank Danamon Tbk.
8. BMRI Bank Mandiri Tbk.
9. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
10. KLBF Kalbe Farma Tbk.
11. LSIP PP London Sumatra Indonesia Tbk.
12. SMGR Semen Indonesia Tbk.
13. TINS Timah Tbk.
14. TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk.
15. UNTR United Tractors tbk.
16. UNVR Unilever Indonesia Tbk.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang berasal dari pihak kedua yang ikut mengetahui atau
memiliki suatu data (Abdillah dan Hartanto, 2015:51). Data sekunder dalam
penelitian ini yaitu laporan keuangan dan tahunan yang telah diaudit pada
periode 2012-2017. Selain itu, diperlukan juga data harga saham dari peusahaan
yang bersangkutan. Adapun data-data yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Jenis Data
Untuk keperluan penelitian ini, data yang digunakan adalah data
sekunder yang diperoleh dari:
a. Laporan keuangan dan tahunan perusahaan yang dikeluarkan oleh
perusahaan yang terdaftar di Indeks SRI-KEHATI periode 2012-2017
82
yang didapat dari situs Indonesian Stock Exchange (IDX)
(https://www.idx.co.id/).
b. Harga saham akhir tahun dan jumlah saham beredar dari perusahaan
yang terdaftar di Indeks SRI-KEHATI periode 2012-2017 yang didapat
dari laporan tahunan masing-masing perusahaan yang diunduh dari situs
Indonesia Stock Exchange (IDX).
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
website Indonesian Stock Exchange (IDX) (https://www.idx.co.id/) dan data
profil perusahaan diambil dari website masing-masing perusahaan. Sumber-
sumber lain yang juga digunakan sebagai tinjauan pustaka untuk
menganalisis data serta membahas permasalahan penelitian berasal dari
buku-buku, jurnal-jurnal ilmiah, tesis, literatur, dan penelusuran internet
yang erat hubungannya objek penelitian.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metodologi Partial Least Square (PLS).
Dalam upaya mengolah data serta menarik kesimpulan maka peneliti
menggunakan program Microsoft Excel 2013 dan program SmartPLS 3.00.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan SmartPLS 3.00.
1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk
memberikan gambaran tentang variabel-variabel penelitian yang diteliti.
Menurut Siregar (2011:2) statistik deskriptif adalah statistik yang berkenaan
83
dengan bagaimana cara mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan,
atau menguraikan data sehingga mudah untuk dipahami.
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen dalam penelitian ini serta untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen melalui variabel intervening, maka
pada penelitian ini digunakan alat teknik Partial Least Square (PLS).
2. Partial Least Square (PLS)
Menurut Abdillah dan Hartanto (2015:162) analisis Partial Least
Square (PLS) merupakan teknik statistika multivariat yang melakukan
perbandingan antara variabel dependen berganda dan variabel independen
berganda. PLS adalah salah satu metode statistika SEM berbasis varian yang
didesain untuk menyelesaikan regresi berganda ketika terjadi permasalahan
spesifik pada data, seperti ukuran sampel penelitian kecil, adanya data yang
hilang (missing value), dan multikolinearitas. PLS adalah persamaan
strktural (SEM) berbasis varian yang secara simultan dapat melakukan
pengujian model sekaligus pengujian model struktural. Model pengukuran
digunakan untuk uji validitas dan uji reliabilitas, sedangkan uji struktural
digunakan untuk uji kausalitas (pengujian hippotesis prediksi).
Dalam bukunya, Yamin dan Kurniawan (2011:12) menyebutkan
PLS merupakan metode analisis yang powerful karena dapat digunakan
pada setiap jenis skala data (nominal, ordinal, interval, dan rasio) serta
syarat asumsi yang lebih fleksibel. Tujuan utamanya adalah untuk
menjelaskan hubungan antar konstrak dan menekankan pengertian tentang
nilai hubungan tersebut, dalam hal ini, hal penting yang harus diperhatikan
84
adalah adanya teori yang memberikan asumsi untuk menggambarkan
model, pemilihan variabel, pendekatan analisis, dan interpretasi hasil
(Yamin dan Kurniawan, 2011:13).
Regresi PLS bertujuan menghasilkan model yang mentransformasi
seperangkat variabel exploratory yang berkorelasi menjadi seperangkat
variabel yang tidak saling berkorelasi (Abdillah dan Hartanto, 2015:184).
Pendugaan parameter di dalam PLS meliputi tiga (Yamin dan Kurniawan,
2011:16). Pertama, menciptakan skor variabel laten dan weight estimate.
Kedua, menaksir korfisien jalur (path coefficient) yang menghubungkan
antar variabel laten dan menaksir loading (koefisien model pengukuran)
yang menghubungkan variabel laten dengan indikatornya. Ketiga, menaksir
parameter lokasi.
Dalam bukunya Abdillah dan Hartanto (2015:163), tujuan dari
Partial Least Square (PLS) adalah memprediksi pengaruh variabel X
terhadap variabel Y dan menjelaskan hubungan teoritis di antara kedua
variabel. Talbot (1997) PLS adalah metode regresi yang dapat digunakan
untuk identifikasi faktor yang merupakan kombinasi variabel X sebagai
penjelas dan variabel Y sebagai variabel respons. Sebagai alat untuk model
prediksi, untuk menghindari masalah indeterminacy (yaitu skor faktor yang
berbeda dihitung dari model faktor tunggal yang dihasilkan), PLS
mengasumsikan bahwa semua ukuran varian adalah varian yang dijelaskan
sehingga pendekatan estimasi variabel laten dianggap sebagai kombinasi
linear dari indikator (Abdillah dan Hartanto, 2015:164).
85
Partial Least Square (PLS) mempunyai keunggulan-keunggulan
sebagai berikut yang dirangkum oleh (Abdillah dan Hartanto, 2015:165),
antara lain:
a. Mampu memodelkan banyak variabel dependen dan variabel
independen (model kompleks).
b. Mampu mengelola masalah multikolinearitas antar variabel independen.
c. Hasil tetap kokoh (robust) walaupun terdapat data yang tidak normal
dan hilang (missing value).
d. Menghasilkan variabel laten independen secara langsung berbasis
crossproduct yang melibatkan variabel laten dependen sebagai kekuatan
prediksi.
e. Dapat digunakan pada konstruk reflektif dan formatif.
f. Dapat digunakan pada sampel kecil.
g. Tidak mensyaratkan data terdistribusi normal.
h. Dapat digunakan pada data dengan tipe skala berbeda, yaitu nominal,
ordinal, dan kontinus.
Sebagai alat model prediksi, PLS mendefinisikan variabel laten
sebagai linear agregat dari indikatornya. Metode estimasi bobot variabel
laten dilakukan dengan membangun inner model (model struktural yang
menghubungkan antar-variabel) dan outer model (model pengukuran untuk
menghasilkan yang dispesifikasi). Residual varian pada variabel dependen
akan diminimumkan untuk menghasilkan skor prediksi yang optimum (R2)
(Abdillah dan Hartanto, 2015:180).
86
Disebutkan Yamin dan Kurniawan (2011:7) bahwa dalam Partial
Least Square (PLS) terdapat dua variabel utama yaitu:
a. Variabel Laten
Variabel laten dibagi menjadi dua yaitu variabel laten endogen dan
laten variabel eksogen. Dalam regresi linier, variabel laten eksogen
disebut variabel independen.
b. Variabel Manifest
Variabel manifest dalam Partial Least Square (PLS) yaitu variabel
yang terukur oleh beberapa indikator. Dalam regresi linier, variabel
manifest juga disebut indikator dari sebuah variabel.
1) Diagram Jalur
Diagram jalur merupakan gambar yang menjelaskan pola
hubungan antar variabel. Pembentukan diagram jalur harus
memperhatikan konstruk variabel eksogen atau endogen dengan
variabel manifest (indikator) dari masing-masing variabel laten
tersebut.
Gambar 3.1.
Model Diagram Jalur Penelitian
Sumber: SmartPLS 3.00
87
2) Model Persamaan
Menurut Abdillah dan Hartono (2015:188), model persamaan
pada PLS ditulis sebagai berikut:
η = βη + Гξ + ζ
η adalah vektor variabel independen, ξ adalah vektor variabel dependen
dan ζ adalah vektor residual (unexplained variance). Karena PLS
didesain untuk model recursive, maka hubungan antar variabel laten
disebut juga causal chain system. Adapun bentuk causal chain system
dapat disusun sebagai berikut:
ηј = ∑іβјіηі + ∑і γјbξb + ζј
di mana γјb (dalam bentuk matriks dilambangkan dengan Г) adalah
koefisien jalur yang menghubungkan antara variabel laten endogen (η)
dengan eksogen (ξ). Sedangkan βјі (dalam bentuk matriks
dilambangkan β) adalah koefisien jalur yang menghubungkan variabel
laten endogen (η) dengan endogen (η); untuk range indeks i dan b.
Parameter ζј adalah variabel inner residual.
Pada model PLS Gambar 3.1., maka dinyatakan persamaan
sebagai berikut:
η1 = γ1ξ1 + γ2ξ2 + γ3ξ3 + ζ1
η2 = β1η1+ γ4ξ1 + γ5ξ2 + γ6ξ3 + ζ2
88
Model persamaan struktural untuk lebih jelas lagi pada penelitian ini
dirumuskan dalam tabel 3.3. sebagai berikut:
Tabel 3.3.
Model Persamaan Struktural Variabel Penelitian
Variabel Laten Persamaan Pengukuran
Strutkur Modal Struktur Modal = γ1Ukuran Perusahaan +
γ2Struktur Kepemilikan + γ3Growth
Opportunity + ζ1
Kinerja Perusahaan Kinerja Perusahaan = β1Struktur Modal +
γ4Ukuran Perusahaan + γ5Struktur
Kepemilikan + γ6Growth Opportunity + ζ2
Pengaruh langsung variabel eksogen ukuran perusahaan,
struktur kepemilikan, growth opportunity terhadap variabel endogen
ditunjukkan oleh besaran signifikansi γ1, γ2, γ3. Pengaruh langsung
variabel eksogen ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, struktur
modal, dan growth opportunity terhadap variabel endogen kinerja
perusahaan ditunjukkan oleh besaran signifikansi γ4, γ5, γ6. Pengaruh
langsung variabel endogen struktur modal terhadap kinerja perusahaan
ditunjukkan oleh besaran signifikansi β1.
Pengaruh tidak langsung variabel eksogen ukuran perusahaan
terhadap variabel endogen kinerja perusahaan ditunjukkan oleh besaran
nilai perkalian γ1 dengan β1. Pengaruh tidak langsung variabel eksogen
struktur kepemilikan terhadap variabel endogen kinerja perusahaan
ditunjukkan oleh besaran nilai perkalian γ2 dengan β1. Pengaruh tidak
langsung variabel eksogen growth opportunity terhadap variabel
endogen kinerja perusahaan ditunjukkan oleh besaran nilai perkalian γ3
dengan β1.
89
3) Evaluasi Model
Analisis pada Partial Least Square (PLS) dilakukan dengan
beberapa tahap, yakni:
a) Model Pengukuran (Outer Model)
b) Model Struktural (Inner Model)
c) Analisis Hipotesis
Berikut penjelasan dari tahap-tahap analisis menggunakan
Partial Least Square (PLS).
a) Pengujian Model Pengukuran (Outer Model)
(a) Uji Validitas Konstruk
Menurut Abdillah dan Hartono (2015:195) validitas
konstruk menunjukan seberapa baik hasil yang diperoleh dari
penggunaan suatu pengukuran sesuai teori-teori yang
digunakan untuk mendefinisikan suatu konstruk. Adapun
validitas konstruk, antara lain:
Validitas Konvergen (Convergent Validity).
Nilai validitas konvergen berhubungan dengan prinsip
bahwa pengukur-pengukur dari suatu konstruk seharusnya
berkorelasi tinggi. Nilai validitas konvergen dalam PLS
dengan indikator reflektif dinilai berdasarkan loading factor
(korelasi antara skor item/skor komponen dengan skor
konstruk) indikator-indikator yang mengukur konstruk
tersebut (Abdillah dan Hartono, 2015:195). Namun
menurut Widarjono (2015:277) untuk penelitian eksplorasi
90
outer loading yang disyaratkan antara 0,5-0,7, dan bila
kurang dari 0,5 maka variabel indikator harus dihilangkan.
Dengan demikian, semakin tinggi nilai faktor loading,
semakin penting peranan loading dalam menginterpretasi
matrik faktor. Chin (1995) Rule of tumb yang digunakan
untuk validitas konvergen adalah outer loading > 0,7,
communality > 0,5 dan Average Variance Extracted (AVE)
> 0.5 (Abdillah dan Hartono, 2015:195).
Validitas Diskriminan atau Average Variance Extracted
(AVE).
Validitas diskriminan berhubungan dengan prinsip bahwa
pengukur-pengukur dari suatu konstruk yang berbeda
seharusnya tidak berkorelasi dengan tinggi. Validitas
diskriminan terjadi jika dua instrumen yang berbeda yang
mengukur dua konstruk yang diprediksi tidak berkorelasi
menghasilkan skor memang tidak berkorelasi (Abdillah dan
Hartono, 2015:195). Uji validitas diskriminan dinilai
berdasarkan cross loading pengukuran dengan
konstruknya. Metode lain yang digunakan untuk menilai
validitas diskriminan adalah dengan membandingkan akar
AVE untuk setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk
dengan konstruk lainnya dalam model. Average Variance
Extracted (AVE) digunakan untuk megevaluasi convergent
validity, nilai AVE harus lebih dari 0,5.
91
(b) Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan akurasi, konsistensi, dan
ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan pengukuran. Dalam
PLS, uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur konsistensi
internal alat ukur. Uji reliabilitas dalam PLS dapat
menggunakan dua metode, yaitu croncbach’s alpha dan
composite reliability (Abdillah dan Hartono, 2015:196):
Cronbach Alpha.
Mengukur batas bawah nilai reliabilitas suatu konstruk. Uji
reliabilitas diperkuat dengan nilai cronbach alpha, nilai
yang diharapkan dari cronbach alpha adalah > 0,7.
Composite Reliability.
Rule of thumb nilai alpha atau composite reliability harus
lebih besar dari 0,7. Data yang memiliki reliabilitas
komposit > 0,7 memiliki realibilitas tinggi.
b) Pengujian Model Struktural (Inner Model)
Menurut Abdillah dan Hartono (2015:193) model struktural
untuk memprediksi hubungan kausalitas antar variabel laten.
Melalui bootsraping, parameter uji T-statistic diperoleh untuk
memprediksi adanya hubungan kausalitas. Model struktural PLS
dievaluasi dengan menggunakan R2 untuk konstruk dependen.
a) Nilai Koefisien Determinasi (R2)
R2 digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan
variabel independen terhadap variabel dependen. Semakin
92
tinggi R2 berarti semakin baik model prediksi dan model
penelitian yang diajukan (Abdillah dan Hartono, 2015:197).
b) Goodness of Fit (GoF)
Menurut Yamin dan Kurniawan (201:21) ada beberapa tahap
untuk mengevaluasi model struktural. Pertama adalah melihat
signifikansi hubungan antara konstrak. Langkah selanjutnya
adalah mengevaluasi nilai R2. Kemudian, untuk memvalidasi
model secara keseluruhan, maka digunakan goodness of fit
(GoF) yang diperkenalkan oleh Tenenhaus, et.al. (2004). GoF
ini merupakan ukuran tunggal yang digunakan untuk
mamvalidasi performa gabungan antara model pengukuran
dan model struktural. Nilai GoF ini diperoleh dari average
communalities index dikalikan dengan nilai R2 model.
Formula GoF Index (Yamin dan Kurniawan, 2011:22).
GoF = √𝐶𝑜𝑚̅̅ ̅̅ ̅̅ × R2̅̅ ̅
c) Nilai Q2
Dalam Yamin dan Kurniawan (2011:22) pengujian lainnya
adalah Q2 predictive relevance berfungsi untuk memvalidasi
kemampuan prediksi model. Model ini hanya cocok bila
variabel laten endogen memiliki model pengukuran reflektif.
Interpretasi hasil dari Q2 predictive relevance adalah bahwa
jika nilai lebih besar dari 0 menunjukkan variabel laten
eksogen baik (sesuai) sebagai variabel penjelas yang mampu
memprediksi variabel endogennya.
93
3. Analisis Hipotesis
Analisis hipotesis ini bertujuan untuk menguji adanya signifikansi
antar konstruk. Pertama, melihat signifikansi hubungan dari tabel path
coefficients, path coefficients yang digunakan untuk menguji signifikansi
hubungan langsung antar konstruk independen dengan konstruk dependen.
Sedangkan untuk menguji signifikansi hubungan tidak langsung antar
konstruk independen dengan konstruk dependen melalui konstruk mediasi,
maka peneliti dapat melihat nilai specific indirect effects yang ditunjukkan
oleh nilai T-statistic harus di atas 1,96 untuk hipotesis two-tailed dan di atas
1,64 untuk hipotesis one-tailed (Abdillah dan Hartono, 2015:197).
E. Operasional Variabel
Konsep dasar dari definisi opersional variabel mencakup pengertian
untuk mendapatkan data yang akan dianalisis dengan tujuan untuk
mengoperasionalkan konsep-konsep penelitian menjadi variabel penelitian
serta cara pengukurannya. Pengertian variabel penelitian merupakan kegiatan
menguji hipotesis yaitu menguji kecocokan antara teori dan fakta empiris di
duia nyata (Noor, 2017:47). Adapun variabel penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Independen
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Noor, 2017:48).
Dapat dikatakan variabel bebas karena dapat mempengaruhi variabel
lainnya yaitu faktor yang dipilih peneliti untuk mementukan hubungan
fenomena yang sedang diamati. Biasanya dinotasikan dengan simbol X.
94
a. Ukuran Perusahaan
Merupakan suatu skala seberapa besar atau kecilnya sebuah perusahaan
yang diukur dengan total aset atau total dari kekayaan yang
dimilikinya. Semakin besar total asset sebuah perusahaan, maka
semakin besar pula ukuran suatu perusahaan. Ukuran perusahaan juga
merupakan faktor utama dalam menentukan profitabilitas suatu
perusahaan (Niresh dan Venampy, 2014).
Ukuran Perusahaan = Log Natural Total Asset
b. Struktur Kepemilikan
Musthapa dan Ahmad (2011) menyatakan bahwa kepemilikan saham
oleh manajer akan memotivasi manajer untuk meningkatkan nilai
perusahaan. Semakin rendah saham yang dimiliki manajer semakin
rendah pula usaha manajer untuk mencari investasi yang
menguntungkan dan mendorong konsumsi yang berlebihan. Dengan
meningkatkan kepemilikan saham manajerial, manajer akan
memposisikan dirinya sebagai pemilik perusahaan sehingga
mengurangi perilaku oportunistik.
Kepemilikan Manajerial (KM) =∑ Saham Manajerial
∑ Saham Beredar
c. Growth Opportunity
Growth opportunity adalah peluang pertumbuhan yang tinggi
rendahnya suatu perusahaan di masa depan yang dapat menentukan
keputusan investor untuk melakukan investasi pada perusahaan.
95
1) Market Value Asset to Book Value Asset (MVA/BVA)
Market Value Assets to Book Value Assets (MVA/BVA)
merupakan rasio yang menggambarkan prospek pertumbuhan suatu
perusahaan dicerminkan dalam harga saham di mana pasar menilai
pertumbuhan suatu perusahaan tersebut dari nilai pasar saham yang
lebih besar daripada nilai bukunya (Marinda et.al., 2014).
MVA/BVA =
(Total Aktiva−Total Ekuitas)+(Saham Beredar x Harga Pasar)
Total Asset
2) Market Value Equity to Book Value Equity (MVE/BVE)
Penggunaan rasio MVE/BVE didasari atas pemikiran bahwa
MVE/BVE yang mencerminkan pasar menilai return investasi di
masa depan akan lebih besar dari return yang diharapkan dari
ekuitasnya (Marinda et.al., 2014).
MVE/BVE =(Saham Beredar x Harga Pasar)
Total Ekuitas
2. Variabel Intervening
Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis
mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati
dan diukur (Sugiyono, 2011:39). Dalam penelitian ini variabel intervening
disimbolkan Y1.
a. Struktur Modal
Menurut Syamsuddin (2009: 9), struktur modal merupakan penentuan
komposisi modal, yaitu perbandingan antara hutang dan modal sendiri
atau dengan kata lain struktur modal merupakan hasil atau akibat dari
96
keputusan pendanaan (financial decision) yang intinya memilih apakah
perusahaan akan menggunakan hutang atau ekuitas untuk mendanai
keseluruhan operasi perusahaan.
1) Debt to Asset Ratio (DAR)
Debt to Asset Ratio (DAR) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh hutang atau
seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap
pembiayaan aset (Hery, 2015:166). Rasio ini berguna dan
seringkali digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam melunasi seluruh kewajibannya.
DAR =Total Hutang
Total Aset
2) Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur besarnya proporsi hutang terhadap modal (Hery,
2015:168). Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang
disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan.
DER =Total Hutang
Total Modal
3. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan faktor utama yang ingin dijelaskan
atau diprediksi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, biasa
dibotasikan sebagai Y (Noor, 2017:49). Dengan kata lain, variabel terikat
atau dependen inilah yang sebaiknya kita kupas tuntas pada latar belakang
penelitian (Noor, 2017:49). Dalam penelitian ini variabel dependen atau
variabel terikat disimbolkan dengan Y2.
97
a. Kinerja Perusahaan
Dalam bukunya, Harmono (2014:23) menyebutkan bahwa kinerja
perusahaan umumnya diukur berdasarkan penghasilan bersih (laba)
atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi
(return on investment) atau penghasilan per saham (earning per share).
Unsur yang berkaitan langsung dengan penghasilan bersih (laba)
adalah penghasilan dan bebas.
1) Return On Asset (ROA)
Putra dan Badjra (2015) menyebutkan bahwa Return On Asset
(ROA) dapat menunjukkan bagaimana kinerja perusahaan dilihat
dari penggunaan keseluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan. ROA juga disebutkan merupakan
rasio profitabilitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan
memanfaatkan asetnya untuk menciptakan laba tanpa membedakan
dari mana sumber pendanaannya (Khairani, 2015).
ROA =Laba setelah bunga dan pajak
Total Aset
2) Return On Equity (ROE)
Menurut Van Horne dan Wachowicz (2012:183) pengukuran
ringkasan lainnya atas kinerja keseluruhan perusahaan adalah imbal
hasil atas ekuitas. Return On Equity (ROE) yang semakin tinggi
menandakan semakin tinggi laba yang dihasilkan oleh perusahaan
dan menunjukkan semakin baik kinerja suatu perusahaan.
98
Rasio ini menunjukkan berapa persen laba yang diperoleh bila
diukur dari modal pemilik.
ROE =Laba setelah bunga dan pajak
Ekuitas
Tabel 3.4.merupakan rangkuman variabel-variabel yang digunakan:
Tabel 3.4.
Operasional Variabel
Variabel Proksi Skala
Ukuran
Perusahaan Ukuran Perusahaan = Log Natural Total Asset Rasio
Struktur
Kepemilikan KM =
∑ Saham Manajerial
∑ Saham Beredar Rasio
Growth
Opportuinity
MVA/BVA=
(Total Aktiva−Total Ekuitas)+(Saham Beredar x Harga Pasar)
Total Asset
Rasio
MVE/BVE=(Saham Beredar x Harga Pasar)
Total Ekuitas Rasio
Struktur
Modal
DAR =Total Hutang
Total Aset Rasio
DER =Total Hutang
Total Modal Rasio
Kinerja
Perusahaan
ROA =Laba setelah bunga dan pajak
Total Aset Rasio
ROE =Laba setelah bunga dan pajak
Ekuitas Rasio
99
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Indeks saham Sustainable and Responsible Investment (SRI)-KEHATI
merupakan salah satu indeks yang menjadi indikator pergerakan harga saham
di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang menggunakan prinsip keberlanjutan,
keuangan, dan tata kelola yang baik, serta kepedulian terhadap lingkungan
hidup sebagai tolok ukurnya. Indeks ini diluncurkan pada 8 Juni 2009 oleh
Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) bekerja sama dengan
PT. Bursa Efek Indonesia.
Indeks SRI-KEHATI merupakan benchmark investasi bagi para
investor ataupun manajer investasi dalam menentukan perusahaan publik mana
yang memiliki kinerja baik dalam menjalankan usahanya dari sisi tata kelola
finansial, sosial, dan lingkungan secara berkelanjutan. Ada 25 emiten yang
menjadi konstituen indeks SRI-KEHATI, yang diseleksi setiap dua periode
dalam setahun, yaitu pada bulan April dan Oktober. Setelah terpilih, nama-nama
dari 25 emiten tersebut akan dipublikasikan oleh BEI yang dapat dilihat di
website Bursa Efek Indonesia. Mekanisme pemilihan dan review emiten dalam
daftar konstituen Indeks saham SRI-KEHATI dilaksanakan melalui tiga tahap
seleksi. Tahap pertama, seleksi pada aspek bisnis inti (core business).
Pada tahap pertama ini, KEHATI melakukan seleksi negatif, yaitu
memastikan bahwa emiten tidak bergerak dan memiliki usaha inti pada
sembilan jenis bisnis berikut ini: pestisida, nuklir, senjata, tembakau, alkohol,
100
pornografi, perjudian, genetically modified organism (GMO), dan
pertambangan batubara. Tahap kedua, aspek finansial, di mana hanya emiten
yang memiliki kapitalisasi pasar dan total aset lebih besar dari Rp 1 triliun, free
float ratio lebih besar dari 10 persen, serta rasio price earning (PE) positif, yang
memiliki peluang untuk lolos ke tahap seleksi berikutnya. Tahap ketiga, aspek
fundamental. Pada tahap ini, emiten bersangkutan akan dinilai berdasarkan
enam indikator fundamental dalam Indeks SRI-KEHATI, yang meliputi: tata
kelola perusahaan, lingkungan, keterlibatan masyarakat, perilaku bisnis,
sumber daya manusia, dan hak asasi manusia (HAM).
Penilaian indikator ini dilakukan melalui review terhadap data sekunder,
pengisian kuesioner oleh emiten-emiten, dan data-data lain yang relevan. Dari
hasil review tersebut, terpilihlah 25 emiten sebagai konstituen penyusun Indeks
SRI-KEHATI. Dari 25 emiten yang terdaftar dalam Indeks SRI-KEHATI,
terdapat 16 emiten yang terdaftar dalam Indeks SRI-KEHATI secara berturut-
turut pada tahun 2012-2017. Berikut penjelasan dan informasi mengenai
masing-masing emiten:
1. Astra Argo Lestari
PT Astra Agro Lestari Tbk (Perseroan) yang sebelumnya merupakan
penggabungan (merger) dari beberapa perusahaan mulai mengembangkan
industri perkebunan di Indonesia sejak lebih dari 30 tahun yang lalu.
Berawal dari perkebunan ubi kayu, kemudian mengembangkan tanaman
karet, hingga pada tahun 1984, dimulailah budidaya tanaman kelapa sawit
di Provinsi Riau. Kini, Perseroan terus berkembang dan menjadi salah satu
perusahaan perkebunan kelapa sawit terbesar dan dikelola melalui
101
manajemen yang baik. Sampai dengan tahun 2017, luas areal yang dikelola
Perseroan mencapai 285.025 hektar yang tersebar di Pulau Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi.
Dalam mengelola perkebunan kelapa sawit, sejak awal berdirinya,
Perseroan telah membangun kerjasama dengan masyarakat dalam bentuk
kemitraan inti-plasma dan kegiatan peningkatan ekonomi masyarakat
(Income Generating Activity/IGA) baik melalui budidaya tanaman kelapa
sawit maupun non kelapa sawit. Sampai dengan tahun 2018, Perseroan telah
bekerja sama dengan 74.860 petani kelapa sawit yang bergabung dalam
2.736 kelompok tani. Kerjasama tersebut memastikan bahwa kehadiran
perkebunan kelapa sawit yang dikelola Perseroan juga memberikan manfaat
yang besar bagi masyarakat sekitar.
2. Adhi Karya (Persero) Tbk.
Adhi Karya (Persero) Tbk. Merupakan perusahaan publik yang
bergerak di bidang konstruksi yang bermarkas di Jakarta dan didirikan pada
11 Maret 1960. Status Perseroan Adhi Karya sebagai perseroan terbatas
mendorong Adhi Karya untuk terus memberikan yang terbaik bagi setiap
pemangku kepentingan pada masa perkembangan Adhi Karya maupun
industri konstruksi di Indonesia yang semakin melaju. Adanya intensitas
persaingan dan perang harga antar industri konstruksi menjadikan perseroan
melakukan redefinisi visi dan misi: Menjadi Korporasi Inovatif dan
Berbudaya Unggul untuk Pertumbuhan Berkelanjutan.
Visi tersebut menggambarkan motivasi Perseroan untuk bergerak ke
bisnis lain yang terkait dengan inti bisnis Perseroan melalui sebuah tagline
102
yang menjadi penguat yaitu “Beyond Construction”. Pertumbuhan yang
bernilai dan berkesinambungan dalam Perseroan menjadi salah satu aspek
penting yang senantiasa dikelola ADHI untuk memberikan yang terbaik
kepada masyarakat luas.
Adhi Karya telah mampu menunjukkan kemampuannya sebagai
perusahaan konstruksi terkemuka di Asia Tenggara melalui daya saing dan
pengalaman yang dibuktikan pada keberhasilan proyek konstruksi.
Keberhasilan yang diraih Adhi Karya bukan berarti tanpa dukungan dan
peran serta masyarakat, untuk itu Adhi Karya berperan aktif dalam
mengembangkan program CSR serta Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan Perseroan.
3. Astra Internasional Tbk.
PT Astra International Tbk didirikan di Jakarta pada tahun 1957
sebagai sebuah perusahaan perdagangan umum dengan nama Astra
International Inc. Pada tahun 1990, telah dilakukan perubahan nama
menjadi PT Astra International Tbk, dalam rangka penawaran umum
perdana saham perseroan kepada masyarakat, yang dilanjutkan dengan
pencatatan saham perseroan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan
ticker ASII. Nilai kapitalisasi pasar Astra pada akhir tahun 2018 adalah
sebesar Rp333,0 triliun.
Sesuai anggaran dasar perseroan, kegiatan usaha yang dapat
dijalankan oleh perusahaan mencakup perdagangan umum, perindustrian,
pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan, jasa dan konsultasi.
Hingga tahun 2018, Astra telah mengembangkan bisnisnya dengan
103
menerapkan model bisnis yang berbasis sinergi dan terdiversifikasi pada
tujuh segmen usaha.
Dengan bisnis yang beragam, Astra telah menyentuh berbagai aspek
kehidupan bangsa melalui produk dan layanan yang dihasilkan. Dalam
keseharian hidup, masyarakat Indonesia menggunakan sepeda motor dan
mobil, jalan tol, printer, hingga layanan pembiayaan, perbankan dan
asuransi milik Astra. Pelaku bisnis bermitra dengan Astra memanfaatkan
berbagai kendaraan komersial, alat berat, layanan logistik, sistem teknologi
informasi dan jasa pertambangan dari Astra. Berbagai produk yang
dihasilkan, antara lain minyak kelapa sawit, batu bara dan kendaraan
bermotor, senantiasa diekspor sehingga Astra dapat berkontribusi dalam
menyumbangkan devisa.
4. Bank Central Asia Tbk.
Bank Central Asia (BCA) adalah bank swasta terbesar di Indonesia.
BCA hadir di tengah masyarakat Indonesia dan tumbuh menjadi salah satu
bank terbesar di Indonesia. Selama hampir 60 tahun BCA tak pernah
berhenti menawarkan beragam solusi perbankan yang menjawab kebutuhan
finansial nasabah dari berbagai kalangan. Melalui beragam produk dan
layanan yang berkualitas dan tepat sasaran, solusi finansial BCA
mendukung perencanaan keuangan pribadi dan perkembangan nasabah
bisnis. Didukung oleh kekuatan jaringan antar cabang, luasnya jaringan
ATM, serta jaringan perbankan elektronik lainnya, siapa saja dapat
menikmati kemudahan dan kenyamanan bertransaksi yang ditawarkan.
104
Sesuai dengan komitmen “Senantiasa di Sisi Anda”, BCA akan terus
berupaya menjaga kepercayaan dan harapan nasabah serta para pemangku
kepentingan. Memenangkan kepercayaan untuk memberikan solusi terbaik
bagi kebutuhan finansial para nasabah adalah suatu kehormatan dan
kebanggaan bagi bank swasta terbesar di Indonesia ini.
Visi Perusahaan:
Bank pilihan utama andalan masyarakat, yang berperan sebagai pilar
penting perekonomian Indonesia.
Misi Perusahaan:
a) Membangun institusi yang unggul di bidang penyelesaian pembayaran
dan solusi keuangan bagi nasabah bisnis dan perseorangan.
b) Memahami beragam kebutuhan nasabah dan memberikan layanan
finansial yang tepat demi tercapainya kepuasan optimal bagi nasabah.
c) Meningkatkan nilai francais dan nilai stakeholder BCA.
5. Bank Negara Indonesia Tbk.
PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk (selanjutnya disebut “BNI”
atau “Bank”) pada awalnya didirikan di Indonesia sebagai Bank sentral
dengan nama “Bank Negara Indonesia” berdasarkan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 1946 tanggal 5 Juli 1946.
Selanjutnya, berdasarkan Undang-Undang No. 17 tahun 1968, BNI
ditetapkan menjadi “Bank Negara Indonesia 1946”, dan statusnya menjadi
Bank Umum Milik Negara. Selanjutnya, peran BNI sebagai Bank yang
diberi mandat untuk memperbaiki ekonomi rakyat dan berpartisipasi dalam
105
pembangunan nasional dikukuhkan oleh UU No. 17 tahun 1968 tentang
Bank Negara Indonesia 1946.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1992, tanggal 29
April 1992, telah dilakukan penyesuaian bentuk hukum BNI menjadi
Perusahaan Perseroan Terbatas (Persero). Penyesuaian bentuk hukum
menjadi Persero, dinyatakan dalam Akta No. 131, tanggal 31 Juli 1992,
dibuat di hadapan Muhani Salim, S.H., yang telah diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia No. 73 tanggal 11 September 1992 Tambahan
No. 1A.
BNI merupakan Bank BUMN pertama yang menjadi perusahaan
publik setelah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya pada tahun 1996. Untuk memperkuat struktur keuangan dan daya
saingnya di tengah industri perbankan nasional, BNI melakukan sejumlah
aksi korporasi, antara lain proses rekapitalisasi oleh Pemerintah di tahun
1999, divestasi saham Pemerintah di tahun 2007, dan penawaran umum
saham terbatas di tahun 2010.
6. Bank Rakyat Indonesia Tbk.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah
yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI)
didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah. Pada periode setelah kemerdekaan
RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan
bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia.
Dalam masa perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948,
kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif
106
kembali setelah Perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama
menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat.
Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7
tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI
berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100%
di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah
Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga
menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini.
7. Bank Damamon Tbk.
PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Danamon) didirikan pada tahun
1956, dan kini telah tumbuh berkembang menjadi salah satu lembaga
keuangan terbesar di Indonesia. Danamon melayani seluruh segmen
nasabah mulai dari konsumer, komersial, termasuk usaha kecil dan
menengah, nasabah mikro, serta enterprise, dengan rangkaian produk dan
jasa perbankan dan keuangan yang komprehensif, termasuk layanan
perbankan syariah. Selain itu, Danamon juga menyediakan pembiayaan
otomotif dan barang-barang konsumer melalui Adira Finance serta layanan
asuransi umum melalui Adira Insurance.
Jaringan distribusi Danamon didukung oleh platform e-channel yang
mencakup jaringan sekitar 1.300 ATM dan 70 CDM (Cash Deposit
Machine) Danamon serta akses ke ATM di jaringan ATM Bersama, ALTO
dan Prima. Danamon juga telah mengembangkan layanan digital yang
lengkap meliputi SMS banking, internet banking dan mobile banking,
107
dengan fitur dan kapabilitas yang terus ditingkatkan sesuai dengan
kebutuhan serta tuntutan pengguna jasa perbankan di era digital yang
semakin pesat dan maju.
8. Bank Mandiri Tbk.
Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari
program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah
Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah yaitu Bank Bumi
Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank
Pembangunan Indonesia dilebur menjadi Bank Mandiri, dimana masing-
masing bank tersebut memiliki peran yang tak terpisahkan dalam
pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank
Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan
kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia.
Tantangan ke depan yang semakin kompleks dan kebutuhan untuk
terus meningkatkan kinerja secara berkesinambungan serta memberikan
kualitas layanan terbaik kepada nasabah membuat Bank Mandiri perlu
melakukan transformasi bisnis dan pengelolaan organisasi secara
berkelanjutan. Untuk itu, Bank Mandiri telah mencanangkan transformasi
Tahap III 2015-2020.
9. Indofood Sukses Makmur Tbk.
Dalam dua dekade terakhir, Indofood telah bertransformasi menjadi
sebuah perusahaan Total Food Solutions dengan kegiatan operasional yang
mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi
dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di
108
pasar. Kini Indofood dikenal sebagai perusahaan yang mapan dan
terkemuka di setiap kategori bisnisnya. Dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya, Indofood memperoleh manfaat dari skala ekonomis serta
ketangguhan model bisnisnya yang terdiri dari empat Kelompok Usaha
Strategis (grup) yang saling melengkapi sebagai berikut:
a) Produk Konsumen Bermerek (CBP)
Kegiatan operasional Grup CBP dijalankan oleh ICBP, entitas anak
Indofood yang sahamnya tercatat di BEI. Grup CBP memproduksi dan
memasarkan beragam produk konsumen bermerek yang menawarkan
solusi praktis bagi konsumen di segala usia.
b) Bogasari
Grup ini memiliki kegiatan usaha utama memproduksi tepung terigu dan
pasta, didukung oleh unit usaha perkapalan dan kemasan.
c) Agribisnis
Kegiatan usaha utama grup agribisnis meliputi penelitian dan
pengembangan, pemuliaan benih bibit, pembudidayaan dan pengolahan
kelapa sawit hingga produksi dan pemasaran produk minyak goreng,
margarin dan shortening. Di samping itu, kegiatan usaha grup ini juga
mencakup pembudidayaan dan pengolahan karet dan tebu serta tanaman
lainnya.
d) Distribusi
Dengan jaringan distribusi yang paling luas di Indonesia, grup ini
mendistribusikan sebagian besar produk konsumen Indofood dan anak-
anak perusahaannya, serta berbagai produk pihak ketiga.
109
10. Kalbe Farma Tbk.
Berdiri pada tahun 1966, Kalbe telah jauh berkembang dari usaha
sederhana di sebuah garasi menjadi perusahaan farmasi terdepan di
Indonesia. Di pasar internasional, perseroan telah hadir di negara-negara
ASEAN, Nigeria, dan Afrika Selatan, dan menjadi perusahaan produk
kesehatan nasional yang dapat bersaing di pasar ekspor. Sejak pendiriannya,
perseroan menyadari pentingnya inovasi untuk mendukung pertumbuhan
usaha. Kalbe telah membangun kekuatan riset dan pengembangan dalam
bidang formulasi obat generik dan mendukung peluncuran produk
konsumen dan nutrisi yang inovatif. Melalui aliansi strategis dengan mitra-
mitra internasional, Kalbe telah merintis beberapa inisiatif riset dan
pengembangan yang banyak terlibat dalam kegiatan riset mutakhir di bidang
sistem penghantaran obat, obat kanker, sel punca dan bioteknologi.
Didukung lebih dari 17.000 karyawan, kini Kalbe telah tumbuh
menjadi penyedia layanan kesehatan terbesar di Indonesia, dengan
keunggulan keahlian di bidang pemasaran, branding, distribusi, keuangan
serta riset dan pengembangan. Kalbe Farma juga merupakan perusahaan
produk kesehatan publik terbesar di Asia Tenggara, dengan nilai kapitalisasi
pasar sebesar Rp79,2 triliun dan nilai penjualan Rp20,2 triliun di akhir 2017.
11. PP London Sumatra Indonesia Tbk.
Sejarah PT PP London Sumatra Indonesia Tbk berawal lebih dari satu
abad yang lalu di tahun 1906 melalui inisiatif Harrisons dan Crosfield Plc,
perusahaan perkebunan dan perdagangan yang berbasis di London.
Perkebunan London- Sumatra, yang kemudian lebih dikenal dengan nama
110
“Lonsum”, menjadi salah satu perusahaan perkebunan terkemuka di dunia,
dengan lebih dari 100.000 hektar perkebunan kelapa sawit, karet, kakao dan
teh di empat pulau terbesar di Indonesia.
Di awal berdirinya, perseroan melakukan diversifikasi melalui
penanaman karet, teh dan kakao. Di awal kemerdekaan Indonesia, Lonsum
lebih memfokuskan usahanya pada tanaman karet, dan kemudian beralih ke
kelapa sawit di era tahun 1980. Pada akhir dekade ini, kelapa sawit telah
menggantikan karet sebagai komoditas utama Perseroan. Lonsum memiliki
sebanyak 38 perkebunan inti dan 13 perkebunan plasma di Sumatera, Jawa,
Kalimantan dan Sulawesi, yang memanfaatkan keunggulan Perseroan di
bidang penelitian dan pengembangan, keahlian di bidang agro-manajemen,
serta tenaga kerja yang terampil dan profesional.
12. Semen Indonesia Tbk.
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk didirikan pada tahun 1957 di
Gresk, dengan nama NV Semen Gresik. Pada tahun 1991, PT Semen Gresik
merupakan perusahaan BUMN pertama yang go public di Bursa Efek
Indonesia. Selanjutnya, pada tahun 1995, PT Semen Gresik (Persero) Tbk
melakukan konsolidasi dengan PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa
yang kemudian dikenal dengan nama Semen Gresik Group.
Dalam perkembangannya pada tanggal 7 Januari 2013, PT Semen
Gresik (Persero) Tbk bertransformasi menjadi PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk, dan berperan sebagai strategic holding company yang
menaungi PT Semen Gresik, PT Semen Padang, PT Semen Tonasa, dan
Thang Long Cement Company.
111
Dengan prinsip “Membangun Kekuatan Memajukan Indonesia“
Semen Indonesia terus meningkatkan sinergi dan inovasi demi mencapai
keunggulan kualitas, menjaga keterpaduan dan kesinambungan kinerja
ekonomi, berkomitmen terhadap lingkungan serta memberikan manfaat
sosial dalam seluruh kegiatan operasional.
13. Timah Tbk.
PT Timah merupakan produsen dan eksportir logam timah, dan
memiliki segmen usaha penambangan timah terintegrasi mulai dari kegiatan
eksplorasi, penambangan, pengolahan hingga pemasaran. Ruang lingkup
kegiatan perusahaan meliputi juga bidang pertambangan, perindustrian,
perdagangan, pengangkutan, dan jasa. Kegaiatan utama perusahaan sebagai
perusahaan induk yang melakukan kegiatan operasi penambangan timah
dan melakukan jasa pemasaran kepada kelompok usaha mereka. Memiliki
beberapa anak perusahaan yang bergerak dibidang perbengkelan dan
galangan kapal, jasa rekayasa teknik, penambangan timah, jasa konsultasi,
penelitian pertambangan serta penambangan non timah.
Visi Perusahaan:
“Menjadi perusahaan pertambangan terkemuka di dunia yang ramah
lingkungan”
Misi Perusahaan:
a) Membangun sumber daya manusia yang tangguh, unggul dan
bermartabat.
b) Melaksanakan tata kelola penambangan yang baik dan benar.
112
c) Mengoptimalkan nilai perusahaan dan kontribusi terhadap Pemegang
Saham serta tanggung jawab sosial.
14. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) adalah Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa layanan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) dan jaringan telekomunikasi di Indonesia.
Pemegang saham mayoritas Telkom adalah Pemerintah Republik Indonesia
sebesar 52,09%, sedangkan 47,91% sisanya dikuasai oleh publik. Saham
Telkom diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode
“TLKM” dan New York Stock Exchange (NYSE) dengan kode “TLK”.
Dalam upaya bertransformasi menjadi digital telecommunication
company, TelkomGroup mengimplementasikan strategi bisnis dan
operasional perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan (customer-
oriented). Transformasi tersebut akan membuat organisasi TelkomGroup
menjadi lebih lean (ramping) dan agile (lincah) dalam beradaptasi dengan
perubahan industri telekomunikasi yang berlangsung sangat cepat.
Organisasi yang baru juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dalam menciptakan customer experience yang berkualitas.
15. United Tractors Tbk.
United Tractors (UT/Perusahaan) adalah distributor peralatan berat
terbesar dan terkemuka di Indonesia yang menyediakan produk dari merek
ternama dunia. Didirikan pada 13 Oktober 1972, UT melaksanakan
penawaran umum saham perdana di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya pada 19 September 1989 menggunakan nama PT United Tractors
113
Tbk (UNTR), dengan PT Astra International Tbk sebagai pemegang saham
mayoritas. Penawaran umum saham perdana ini menandai komitmen
United Tractors untuk menjadi perusahaan kelas dunia berbasis solusi di
bidang alat berat, pertambangan dan energi guna memberi manfaat bagi para
pemangku kepentingan.
Saat ini jaringan distribusi perusahaan mencakup 19 kantor cabang,
22 kantor pendukung, dan 11 kantor perwakilan di seluruh penjuru negeri.
Perusahaan juga turut serta memainkan peran aktif di bidang kontraktor
penambangan dan baru-baru ini telah memulai usaha pertambangan batu
bara. UT menjalankan berbagai bisnisnya melalui tiga unit usaha antara lain
mesin konstruksi, kontraktor penambangan dan pertambangan.
16. Unilever Indonesia Tbk.
Unilever memproduksi makanan, minuman, pembersih, dan juga
perawatan tubuh. Unilever adaah produsen barang rumah tangga terbesar
ketiga di dunia, jika didasarkan pada besarnya pendapatan pada tahun 2012,
di belakang P&G dan Nestle. Unilever juga merupakan produsen olesan
makanan (seperti margarin) terbesar di dunia. Unilever adalah salah satu
perusahaan paling tua di dunia yang masih beroperasi, dan saat ini menjual
produknya ke lebih dari 190 negara di dunia.
PT. Unilever Indonesia, Tbk. berdiri di Indonesia semenjak tahun
1933. Awalnya bernama Lever’s Zeepfabrieken NV yang beroperasi di
Batavia dan merubah nama menjadi PT. Unilever Indinesua, Tbk. pada
tahun 1980 dan go-public, menjual sahamnya pada Bursa Efek Indonesia
pada tahun 1981. Perusahaan ini bergerak dalam bidang penyediaan
114
consumer products yaitu Home and Personal Care serta Foods & Ice Cream
di Indonesia. Rangkaian produk Unilever Indonesia mencakup brand-brand
ternama yang terkenal di dunia seperti Pepsodent, Lux, Lifebouy, Douv,
Sunsilk, Clear, Rexona, Vaseline, Rinso, Molto, Sunlight, Walls, Blue
Band, Royco, Bango, dan masih banyak lagi yang lainnya.
B. Hasil Pengujian
Penelitian ini menggunakan perusahaan yang terdaftar di Indeks SRI-
KEHATI periode 2012-2017 sebagai sampe penelitian. Seperti yang telah
dijelaskan pada BAB I, Indeks SRI-KEHATI dipilih sebagai sampel karena
semakin meningkatnya jumlah emiten yang semakin sadar akan kepedulian
terhadap lingkungan. Selain itu, Indeks SRI-KEHATI memiliki kinerja
perusahaan yang fluktuatif pada tahun 2012-2017.
Penelitian ini memiliki tiga variabel independen, satu variabel dependen,
dan satu variabel intervening. Semua data yang digunakan dalam analisis ini
merupakan data sekunder yang berbentuk tahunan selama 6 tahun (tahun 2012-
2017). Data-data yang dibutuhkan dalam perhitungan nilai rasio diperoleh dari
laporan keuangan perusahaan yang disajikan di website Bursa Efek Indonesia
yaitu www.idx.co.id, yahoo Finance dan investing.com.
Dalam penelitian ini, untuk melihat pengaruh ukuran perusahaan,
struktur kepemilikan, dan growth opportunity terhadap struktur modal dan
kinerja perusahaan. Selain ini, juga melihat pengaruh tidak langsung ukuran
perusahaan, struktur kepemilikan, dan growth opportunity terhadap kinerja
perusahaan dengan struktur modal sebagai variabel intervening, dilakukan
dengan menggunakan Partial Least Square (PLS). Sesuai dengan metode yang
115
ditentukan pada BAB III, pembahasan dimulai dari statistik deskriptif dan
dilanjutkan dengan analisis Partial Least Square (PLS).
1. Analisis Statistik Deskriptif
Untuk mengetahui gambaran kondisi dari variabel dalam penelitian
ini, maka dilakukan analisis deskriptif. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi variabel independen yang terdiri dari ukuran
perusahaan dengan indikator total aset, variabel struktur kepemilikan
dengan indikator Kepemilikan Manajerial (KM), dan variabel growth
opportunity dengan indikator Market Value Asset to Book Value Asset
(MVA/BVA) dan Market Value Equity to Book Value Equity (MVE/BVE).
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kinerja perusahaan dengan indikator return on asset (ROA) dan return on
equity (ROE). Sedangkan, variabel intervening pada penelitian ini
menggunakan struktur modal dengan indikator debt to asset ratio (DAR)
dan debt to equity ratio (DER). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 16
perusahaan, di mana sampel tersebut berasal dari jumlah perusahaan yang
terdaftar di Indeks SRI-KEHATI dengan periode pengamatan yang
dilakukan pada periode 2012-2017.
Setelah data-data yang diperlukan diperoleh, kemudian proses
selanjutnya adalah pengolah data. Data-data tersebut diolah oleh peneliti
dalam penelitian ini dengan menggunakan program software Microsoft
Excel 2013 dan SmartPLS 3.00. Pengolahan dengan SmartPLS 3.00
dilakukan untuk melihat adanya pengaruh langsung dan tidak langsung yang
dihipotesiskan dalam penelitian ini.
116
Adapun deskripsi dari variabel penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan skala besar kecilnya suatu
perusahaan berdasarkan jumlah kekayaan yang dimilikinya. Perusahaan
dengan total aset total kekayaan yang besar akan menunjukkan
kemapanan suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini
bertindak sebagai variabel independen (X1).
Untuk mengetahui besar kecilnya ukuran perusahaan dari masing-
masing perusahaan yang dijadikan sampel pada penelitian ini dengan
melihat jumlah keseluruhan dari total aset yang dimiliki perusahaan.
Semakin tinggi total aset suatu perusahaan menandakan perusahaan
tersebut semakin besar.
Gambar 4.1.
Nilai Ln Total Aset Masing-Masing Perusahaan
Sumber: www.idx.co.id (2017)
26
27
28
29
30
31
32
33
34
2012 2013 2014 2015 2016 2017
117
Tabel 4.1. di bawah ini menyajikan data (berupa angka) dari total aset
masing-masing perusahaan yang menjadi sampel penelitian:
Tabel 4.1.
Nilai Ln Total Aset Masing-Masing Perusahaan
Sumber: www.idx.co.id (2017)
Berdasarkan tabel 4.1. di atas merupakan data yang menunjukkan
ukuran perusahaan dari seluruh sampel. Dari seluruh jumlah sampel,
semua perusahaan memiliki jumlah yang tidak jauh berbeda dilihat dari
total asetnya. Total aset menggambarkan kekayaan sebuah perusahaan
dilihat dari segi material. Semakin besar total kekayaan yang dimiliki,
mengartikan semakin besar pula ukuran suatu perusahaan. Dengan
menggunakan total aset, diketahui bahwa perusahaan dengan ukuran
terbesar dilihat dari total asetnya adalah Perusahaan Astra Internasional
Tbk. (ASII) dengan rata-rata total aset sebesar 32,694.
No. KODE 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata-
Rata
1. AALI 30,079 30,171 30,423 30,201 30,279 30,482 30,272
2. ADHI 29,663 29,913 29,789 29,871 30,035 30,349 29,937
3. ASII 32,868 32,898 32,938 32,847 32,830 32,959 32,890
4. BBCA 30,949 31,168 31,346 31,500 31,616 31,674 31,375
5. BBNI 29,765 29,876 30,003 29,814 29,930 30,074 29,910
6. BBRI 29,758 29,753 29,861 30,260 30,477 30,580 30,115
7. BDMN 29,453 29,355 29,355 29,033 29,227 29,351 29,296
8. BMRI 30,608 30,318 30,318 30,542 30,590 30,735 30,519
9. INDF 31,547 31,687 31,784 31,791 31,831 31,882 31,754
10. KLBF 30,244 30,404 30,486 30,515 30,595 30,636 30,480
11. LSIP 29,069 29,050 29,184 29,064 28,979 29,187 29,089
12. SMGR 30,606 30,830 30,926 30,925 30,894 30,957 30,856
13. TINS 29,688 29,398 29,629 29,559 29,572 29,852 29,616
14. TLKM 31,977 32,049 32,127 32,261 32,387 32,485 32,214
15. UNTR 31,656 31,563 31,604 31,530 31,450 31,799 31,600
16. UNVR 30,938 31,057 31,172 31,228 31,321 31,350 31,178
Rata-Rata 30,554 30,593 30,684 30,684 30,751 30,897 30,694
118
Dengan capaian ukuran perusahaan yang lebih besar, biasanya
perusahaan memiliki dorongan lebih kuat untuk menghasilkan laba yang
tinggi karena perusahaan yang lebih besar akan diteliti dan diamati lebih
kritis oleh para investor guna membantu membuat keputusan.
Kemudian, untuk total aset paling kecil selama tahun pengamatan
diketahui adalah Perusahaan PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP)
dengan rata-rata total aset yaitu 29,089.
b. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan yang diproksikan dalam penelitian ini
adalah Kepemilikan Manajerial (KM). KM adalah persentase saham
yang dimiliki oleh pihak manajemen (direksi dan komisaris) di luar
saham yang dimiliki oleh pemilik perusahaan. KM menjadi satu hal yan
cukup penting karena dapat meminimalkan permasalah agensi yang
kerap terjadi antara pemilik perusahaan dengan manajer (agent). Dalam
penelitian ini struktur kepemilikan bertindak sebagai variabel
independen atau variabel bebas (X2).
Gambar 4.2.
Nilai Kepemilikan Manajerial (KM) Masing-Masing Perusahaan
Sumber: www.idx.co.id (2017)
0.0000
0.0005
0.0010
0.0015
0.0020
0.0025
0.0030
2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata-Rata
119
Tabel 4.2. di bawah ini menyajikan data (berupa angka) dari
kepemilikan manajerial masing-masing perusahaan yang menjadi
sampel penelitian:
Tabel 4.2.
Nilai Kepemiilikan Manajerial (KM) Masing-Masing Perusahaan
No. KODE 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata-
Rata
1. AALI 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
2. ADHI 0,0005 0,0005 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002
3. ASII 0,0004 0,0004 0,0003 0,0004 0,0004 0,0004 0,0004
4. BBCA 0,0026 0,0026 0,0024 0,0024 0,0020 0,0020 0,0023
5. BBNI 0,0023 0,0021 0,0020 0,0002 0,0000 0,0000 0,0011
6. BBRI 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0001 0,0000 0,0000
7. BDMN 0,0026 0,0027 0,0018 0,0017 0,0016 0,0004 0,0018
8. BMRI 0,0009 0,0007 0,0006 0,0005 0,0001 0,0001 0,0005
9. INDF 0,0002 0,0002 0,0002 0,0002 0,0002 0,0002 0,0002
10. KLBF 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
11. LSIP 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
12. SMGR 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
13. TINS 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
14. TLKM 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000
15. UNTR 0,0000 0,0006 0,0006 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002
16. UNVR 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Rata-Rata 0,0006 0,0006 0,0005 0,0003 0,0003 0,0002 0,0004
Sumber: www.idx.co.id (2017)
Berdasarkan tabel 4.2. di atas merupakan data yang menunjukkan
bahwa struktur kepemilikan yang diproksikan dengan Kepemilikan
Manajerial (KM) berfluktuasi selama tahun 2012-2017. Nilai rata-rata
KM tertinggi dimiliki oleh Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yaitu
dengan rata-rata KM sebesar 0,0023. Pada data tersebut terlihat bahwa
persentase tingkat kepemilikan manajerial (KM) dibandingkan dengan
kepemilikan saham pemilik masih sangat kecil di hampir semua
perusahaan. Hal tersebut karena menurut laporan tahunan yang
120
diterbitkan perusahaan, tidak semua pihak direksi dan komisaris
memiliki persentase saham perusahaan seperti pemilik.
c. Growth Opportunity
Growth Opportunity merupakan peluang pertumbuhan suatu
perusahaan. perusahaan dengan nilai growth opportunity yang tinggi
biasanya memiliki kesempatan investasi yang besar. Perusahaan tesebut
dianggap mempunyai prospek baik dalam mendapatkan keuntungan di
masa depan sehingga sangat tingginya nilai growth opportunity juga
diamati oleh investor. Dalam penelitian ini diproksikan dengan Market
Value Asset to Book Value Asset (MVA/BVA) dan Market Value Equity
to Book Value Equity (MVE/BVE). Dalam penelitian ini growth
opportunity bertindak sebagai variabel independen atau variabel bebas
(X3). Market Value Asset to Book Value Asset (MVA/BVA) digunakan
untuk memperkirakan prospek atau peluang berdasarkan banyaknya
aset yang digunakan untuk menjalankan usahanya.
Gambar 4.3.
Nilai MVA/BVA Masing-Masing Perusahaan
Sumber: www.idx.co.id (2017)
0.000
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
2012 2013 2014 2015 2016 2017
121
Tabel 4.3. di bawah ini menyajikan data (berupa angka) dari MVA/BVA
masing-masing perusahaan yang menjadi sampel penelitian:
Tabel 4.3.
Nilai MVA/BVA Masing-Masing Perusahaan
No. KODE 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata-
Rata
1. AALI 2,744 2,956 2,420 1,616 1,607 1,272 2,102
2. ADHI 1,253 1,121 1,365 1,147 1,098 1,030 1,169
3. ASII 2,195 1,790 1,824 1,474 1,745 1,608 1,773
4. BBCA 1,385 1,348 1,445 1,401 1,398 1,544 1,420
5. BBNI 1,076 1,067 1,127 1,029 1,023 1,118 1,073
6. BBRI 1,193 1,159 1,236 1,189 1,138 1,250 1,194
7. BDMN 1,163 1,025 1,055 0,981 0,995 1,154 1,062
8. BMRI 1,177 1,129 1,153 1,106 1,112 1,181 1,143
9. INDF 1,290 1,251 1,210 1,025 1,312 1,230 1,220
10. KLBF 5,493 5,427 7,114 4,719 4,846 4,931 5,422
11. LSIP 2,246 1,821 1,655 1,188 1,446 1,160 1,586
12. SMGR 3,854 3,017 3,071 2,053 1,539 1,578 2,518
13. TINS 1,523 1,340 1,360 0,827 1,246 0,976 1,212
14. TLKM 8,179 2,027 2,385 2,273 2,607 2,651 3,354
15. UNTR 1,819 1,614 1,434 1,388 1,573 2,027 1,642
16. UNVR 13,943 16,281 17,935 18,640 18,398 23,286 18,081
Rata-Rata 3,158 2,773 2,987 2,629 2,693 3,000 2,873
Sumber: www.idx.co.id (2017)
Berdasarkan tabel 4.3. di atas merupakan data yang menunjukkan
bahwa Growth Opportunity yang diproksikan dengan Market Value
Asset to Book Value Asset (MVA/BVA) berfluktuasi selama tahun 2012-
2017. Nilai rata-rata Market Value Asset to Book Value Asset
(MVA/BVA) tertinggi dimiliki oleh Perusahaan Unilever Indonesia
Tbk. (UNVR) dengan rata-rata MVA/BVA sebesar 18,081. Kemudian
untuk rata-rata MVA/BVA terendah dimiliki oleh Bank Danamon Tbk.
(BDMN) dengan rata-rata sebesar 1,062.
Market Value Equity to Book Value Equity (MVE/BVE)
merupakan rasio berdasarkan harga dengan melihat pertumbuhan dari
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan dan mengelola modal.
122
Gambar 4.4.
Nilai MVE/BVE Masing-Masing Perusahaan
Sumber: www.idx.co.id (2017)
Tabel 4.4. di bawah ini menyajikan data (berupa angka) dari MVE/BVE
masing-masing perusahaan yang menjadi sampel penelitian:
Tabel 4.4.
Nilai MVE/BVE Masing-Masing Perusahaan
No. KODE 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata-
Rata
1. AALI 3,312 3,851 3,226 2,134 1,835 1,365 2,621
2. ADHI 2,685 1,757 3,180 1,476 1,361 1,144 1,934
3. ASII 3,426 2,592 2,831 1,920 2,394 2,149 2,552
4. BBCA 4,288 3,700 4,153 3,659 3,390 4,109 3,883
5. BBNI 1,585 1,545 1,864 1,186 1,154 1,830 1,527
6. BBRI 2,643 2,255 2,940 2,470 1,944 2,683 2,489
7. BDMN 1,885 1,147 1,328 0,896 0,977 1,703 1,323
8. BMRI 2,470 2,063 2,248 1,806 1,761 2,196 2,091
9. INDF 1,505 1,510 1,438 1,054 1,584 1,432 1,420
10. KLBF 6,740 6,893 8,738 5,657 5,698 5,702 6,571
11. LSIP 2,499 1,990 1,786 1,227 1,552 1,192 1,708
12. SMGR 5,176 3,859 3,843 2,464 1,780 1,929 3,175
13. TINS 1,700 1,533 1,627 0,700 1,416 0,952 1,321
14. TLKM 12,937 2,696 3,266 3,264 3,736 3,923 4,970
15. UNTR 2,275 1,988 1,678 1,611 1,860 2,778 2,031
16. UNVR 40,088 46,626 53,590 58,481 62,931 82,444 57,360
Rata-Rata 5,951 5,375 6,108 5,625 5,961 7,346 6,061
Sumber: www.idx.co.id (2017)
0.000
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
2012 2013 2014 2015 2016 2017
123
Berdasarkan tabel 4.4. di atas merupakan data yang menunjukkan
bahwa Growth Opportunity yang diproksikan dengan Market Value
Equity to Book Value Equity (MVE/BVE) berfluktuasi selama tahun
2012-2017. Rata-rata MVE/BVE tertinggi dimiliki oleh Perusahaan
Unilever Tbk. (UNVR) dengan nilai 57,360. Perolehan tersebut
didapatkan dari nilai MVE/BVE selama tahun pengamatan yang terus
mengalami peningkatan. Semakin tinggi nilai MVE/BVE, semakin
besar kemungkinan harga saham perusahaan tersebut diperkirakan
meningkat. Sedangkan rata-rata MVE/BVE terendah diperoleh
Perusahaan Timah Tbk. (TINS) dengan perolehan nilai rata-rata
MVE/BVE sebesar 1,321.
d. Struktur Modal
Struktur modal merupakan proporsi dalam menentukan
pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan. Pentingnya komposisi dari
struktur modal suatu perusahaan menjadi hal yang krusial untuk diteliti.
Dalam penelitian ini indikator untuk variabel struktur modal
menggunakan Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio
(DER). Penelitian ini menggunakan variabel struktur modal yang juga
bertindak sebagai variabel intervening.
Debt to Asset Ratio (DAR) adalah rasio yang mengukur seberapa
besar aset perusahaan dibiayai oleh utang. Rasio ini seringkali
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi
seluruh kewajibannya. DAR yang semakin tinggi menandakan
kemungkinan perusahaan untuk tidak dapat melunasi kewajibannya.
124
Gambar 4.5.
Nilai Debt to Asset Ratio (DAR) Masing-Masing Perusahaan
Sumber: www.idx.co.id (2017)
Tabel 4.5. di bawah ini menyajikan data dari DAR masing-masing
perusahaan yang menjadi sampel penelitian:
Tabel 4.5.
Nilai Debt to Asset Ratio (DAR) Masing-Masing Perusahaan
No. KODE 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata-
Rata
1. AALI 0,246 0,314 0,362 0,456 0,274 0,257 0,318
2. ADHI 0,850 0,841 0,833 0,692 0,729 0,793 0,790
3. ASII 0,507 0,504 0,490 0,484 0,466 0,471 0,487
4. BBCA 0,881 0,868 0,855 0,844 0,828 0,820 0,849
5. BBNI 0,869 0,877 0,819 0,812 0,817 0,823 0,836
6. BBRI 0,882 0,873 0,878 0,871 0,854 0,851 0,868
7. BDMN 0,816 0,829 0,833 0,818 0,791 0,780 0,811
8. BMRI 0,816 0,814 0,815 0,809 0,794 0,790 0,806
9. INDF 0,425 0,509 0,520 0,530 0,465 0,468 0,486
10. KLBF 0,217 0,249 0,210 0,201 0,181 0,164 0,204
11. LSIP 0,168 0,171 0,166 0,171 0,192 0,166 0,172
12. SMGR 0,317 0,295 0,272 0,281 0,309 0,378 0,308
13. TINS 0,253 0,363 0,425 0,421 0,408 0,490 0,393
14. TLKM 0,399 0,395 0,389 0,438 0,412 0,435 0,411
15. UNTR 0,358 0,379 0,360 0,364 0,334 0,422 0,369
16. UNVR 0,669 0,665 0,678 0,693 0,719 0,726 0,692
Rata-Rata 0,542 0,559 0,557 0,555 0,536 0,552 0,550
Sumber: www.idx.co.id (2017)
0.000
0.100
0.200
0.300
0.400
0.500
0.600
0.700
0.800
0.900
1.000
2012 2013 2014 2015 2016 2017
125
Berdasarkan tabel 4.5. di atas merupakan data yang menunjukkan
nilai DAR seluruh perusahaan pada tahun 2012-2017. Dapat dilihat rata-
rata DAR tertinggi dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI)
dengan rata-rata DAR sebesar 0,868 atau 86%. Seperti yang diketahui
bahwa semakin tinggi DAR menandakan kemungkinan perusahaan
tidak mampu membayar kewajibannya. Sedangkan, untuk rata-rata
DAR terendah pada tahun 2012-2017 diperoleh oleh PP London
Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) dengan perolehan 0,172 atau 17,2%.
Kecilnya rasio DAR pada perusahaan PP London Sumatra Indonesia
Tbk. (LSIP) didapatkan karena memang dapat dilihat bahwa nilai DAR
perusahaan ini selalu paling rendah di antara perusahaan lainnya.
Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang digunakan untuk
menilai utang dan ekuitas. DER juga merupakan rasio yang digunakan
untuk menunjukkan seberapa besar perusahaan menggunakan
pendanaan yang bersumber dari utang dibandingkan menggunakan
pendanaan yang berasal dari modal sendiri. Struktur modal yang
tercermin dalam DER sangat mempengaruhi pencapaian laba. DER
yang semakin besar dibandingkan dengan total modal sendiri akan
berdampak semakin besar beban perusahaan untuk membayar
kewajibannya terhadap pihak luar (kreditur).
126
Gambar 4.6.
Nilai Debr to Equity Ratio (DER) Masing-Masing Perusahaan
Sumber: www.idx.co.id (2017)
Tabel 4.6. di bawah ini menyajikan data (berupa angka) dari DER
masing-masing perusahaan yang menjadi sampel penelitian:
Tabel 4.6.
Nilai Debt to Equity Ratio (DER) Masing-Masing Perusahaan
No. KODE 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata-
Rata
1. AALI 0,326 0,457 0,568 0,839 0,377 0,345 0,485
2. ADHI 5,666 5,278 4,971 2,247 2,692 3,827 4,113
3. ASII 1,029 1,015 0,962 0,940 0,872 0,891 0,951
4. BBCA 7,516 6,736 6,065 5,601 4,973 4,680 5,928
5. BBNI 6,658 7,109 5,591 5,262 5,520 5,789 5,988
6. BBRI 7,498 6,894 7,205 6,765 5,836 5,730 6,655
7. BDMN 4,422 4,839 4,998 4,496 3,795 3,551 4,350
8. BMRI 6,778 6,721 6,648 6,161 5,376 5,223 6,151
9. INDF 0,740 1,035 1,084 1,130 0,870 0,881 0,957
10. KLBF 0,278 0,331 0,266 0,252 0,222 0,196 0,257
11. LSIP 0,203 0,206 0,199 0,206 0,237 0,200 0,208
12. SMGR 0,463 0,418 0,373 0,390 0,447 0,609 0,450
13. TINS 0,338 0,569 0,739 0,728 0,689 0,959 0,670
14. TLKM 0,663 0,653 0,636 0,779 0,702 0,770 0,700
15. UNTR 0,557 0,609 0,563 0,572 0,501 0,730 0,589
16. UNVR 2,020 1,986 2,105 2,258 2,560 2,655 2,264
Rata-Rata 2,822 2,803 2,686 2,414 2,229 2,315 2,545
Sumber: www.idx.co.id (2017)
0.000
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
2012 2013 2014 2015 2016 2017
127
Berdasarkan tabel 4.6. di atas merupakan data yang menunjukkan
nilai DER seluruh perusahaan pada tahun 2012-2017. Rata-rata tingkat
DER tertinggi selama tahun pengamatan diperoleh Perusahaan Bank
Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) dengan tingkat DER sebesar 6,655 atau
665,5%. Tingginya DER menunjukkan komposisi total hutang yang
lebih besar dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga
berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar.
Sedangkan rata-rata DER terendah diperoleh Perusahaan PP London
Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) dengan rata-rata DER sebesar 0,208 atau
20,8%. Para penanam modal biasanya lebih memilih untuk berinvestasi
pada perusahaan dengan tingkat DER yang rendah.
e. Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan umumnya diukur berdasarkan tingkat
perolehan laba atau keuntungan. Penelitian ini menggunakan Return On
Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) sebagai indikator dari
variabel kinerja keuangan. Kinerja perusahaan bertindak sebagai
variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini.
Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang menggambarkan
besarnya laba bersih yang diperoleh berdasarkan tingkat aset yang
dimiliki. Rendahnya tingkat rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan
belum maksimal dalam mengelola aktiva yang dimiliki, maka
manajemen perusahaan dituntut untuk selalu melakukan evaluasi dan
tindakan perbaikan atas kinerja keuangan perusahaan yang tidak sehat.
128
Gambar 4.7.
Nilai Return On Asset (ROA) Masing-Masing Perusahaan
Sumber: www.idx.co.id (2017)
Tabel 4.7. di bawah ini menyajikan data dari ROA masing-masing
perusahaan yang menjadi sampel penelitian:
Tabel 4.7.
Nilai Return On Asset (ROA) Masing-Masing Perusahaan
NO KODE 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata-
Rata
1. AALI 0,203 0,127 0,141 0,032 0,087 0,085 0,113
2. ADHI 0,027 0,042 0,031 0,028 0,016 0,018 0,027
3. ASII 0,125 0,104 0,094 0,064 0,070 0,078 0,089
4. BBCA 0,026 0,029 0,030 0,030 0,030 0,031 0,029
5. BBNI 0,021 0,023 0,026 0,018 0,019 0,019 0,021
6. BBRI 0,034 0,034 0,030 0,029 0,026 0,026 0,030
7. BDMN 0,026 0,023 0,014 0,013 0,016 0,021 0,019
8. BMRI 0,025 0,026 0,024 0,023 0,014 0,019 0,022
9. INDF 0,080 0,044 0,060 0,040 0,064 0,059 0,058
10. KLBF 0,188 0,174 0,171 0,150 0,154 0,148 0,164
11. LSIP 0,148 0,096 0,106 0,070 0,063 0,078 0,094
12. SMGR 0,185 0,181 0,162 0,119 0,103 0,042 0,132
13. TINS 0,071 0,070 0,065 0,011 0,026 0,042 0,048
14. TLKM 0,165 0,159 0,152 0,140 0,162 0,165 0,157
15. UNTR 0,114 0,084 0,080 0,045 0,080 0,093 0,083
16. UNVR 0,404 0,421 0,402 0,372 0,382 0,370 0,392
RATA-RATA 0,115 0,102 0,099 0,074 0,082 0,081 0,092
Sumber: www.idx.co.id (2017)
0.000
0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
0.300
0.350
0.400
0.450
2012 2013 2014 2015 2016 2017
129
Berdasarkan tabel 4.7. di atas merupakan data yang menunjukkan
nilai ROA seluruh perusahaan pada tahun 2012-2017. Rata-rata ROA
tertinggi diperoleh Perusahaan Unilever Tbk. (UNVR) dengan 0,392
atau 39,2%. Sedangkan rata-rata ROA terendah dimiliki oleh Bank
Danamon Tbk. (BDMN) dengan rata-rata ROA sebesar 0,019 atau
1,9%. Rasio ini mengukur efektifitas perusahaan dalam mendapatkan
keuntungan dari total aset atau aktiva yang dimilikinya. Semakin besar
rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Berdasarkan data
tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan terbaik jika diukur
dengan ROA adalah Perusahaan Unilever Tbk. (UNVR).
Return On Equity (ROE) yang semakin tinggi selain menunjukkan
tingginya laba yang diperoleh perusahaan juga menandakan semakin
baik kinerja suatu perusahaan.Tentunya akan menjadi daya tarik
investor untuk menanamkan modalnya.
Gambar 4.8.
Nilai Return On Equity (ROE) Masing-Masing Perusahaan
Sumber: www.idx.co.id (2017)
0.000
0.200
0.400
0.600
0.800
1.000
1.200
1.400
1.600
2012 2013 2014 2015 2016 2017
130
Tabel 4.8. di bawah ini menyajikan data dari ROE masing-masing
perusahaan yang menjadi sampel penelitian:
Tabel 4.8.
Nilai Return On Equity (ROE) Masing-Masing Perusahaan
NO KODE 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata-
Rata
1. AALI 0,269 0,185 0,221 0,059 0,120 0,114 0,162
2. ADHI 0,181 0,264 0,186 0,090 0,058 0,088 0,144
3. ASII 0,253 0,210 0,208 0,123 0,131 0,148 0,179
4. BBCA 0,226 0,223 0,212 0,201 0,183 0,177 0,204
5. BBNI 0,162 0,190 0,177 0,117 0,128 0,136 0,152
6. BBRI 0,288 0,269 0,248 0,225 0,179 0,174 0,230
7. BDMN 0,143 0,132 0,082 0,072 0,077 0,098 0,101
8. BMRI 0,210 0,212 0,197 0,177 0,096 0,126 0,170
9. INDF 0,140 0,089 0,125 0,086 0,120 0,110 0,112
10. KLBF 0,241 0,232 0,216 0,188 0,189 0,177 0,207
11. LSIP 0,178 0,116 0,127 0,085 0,078 0,094 0,113
12. SMGR 0,271 0,257 0,223 0,165 0,148 0,067 0,189
13. TINS 0,095 0,111 0,114 0,019 0,045 0,083 0,078
14. TLKM 0,274 0,262 0,249 0,250 0,276 0,292 0,267
15. UNTR 0,178 0,135 0,125 0,071 0,120 0,161 0,132
16. UNVR 1,219 1,258 1,248 1,212 1,358 1,354 1,275
RATA-RATA 0,270 0,259 0,247 0,196 0,207 0,212 0,232
Sumber: www.idx.co.id (2017)
Berdasarkan tabel 4.8. di atas merupakan data yang menunjukkan
nilai ROE seluruh perusahaan pada tahun 2012-2017. Perusahaan
dengan rata-rata ROE tertinggi dimiliki oleh Perusahaan Unilever Tbk.
(UNVR) dengan rata-rata ROE sebesar 1,275 atau 127,5%. Sedangkan
untuk perusahaan dengan rata-rata ROE terendah dimiliki oleh
Perusahaan Timah Tbk. (TINS) dengan rata-rata ROE selama tahun
pengamatan sebesar 0,078 atau 7,8%. Dengan demikian, kinerja
perusahaan berdasarkan Return On Equity (ROE) terbaik adalah
Perusahaan Unilever Indonesia Tbk. (UNVR).
131
2. Pengujian Model Pengukuran (Outer Model)
Suatu konsep dan model penelitian tidak dapat diuji dalam suatu
model prediksi hubungan relasional dan kausal jika belum melewati tahap
purifikasi dalam model pengukuran (Abdillah dan Hartono, 2015:194).
a. Uji Validitas Konstruk
1) Uji Validitas Konvergen
Rule of thumbs yang digunakan untuk validitas konvergen
adalah outer loading > 0,7, Communality > 0,5 dan Average
Variance Extracted (AVE) > 0,5 (Chin, 1995). Ukuran reflektif
dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,7 dengan konstruk yang
ingin diukur. Di bawah ini disajikan hasil nilai outer loading dalam
tabel 4.9. berikut ini:
Tabel 4.9.
Nilai Outer Loading Indikator Ukuran
Perusah
aan
Struktur
Kepemili
kan
Growth
Opportu
nity
Struktur
Modal
Kinerja
Perusaha
an
Ln Asset 1,000
KM 1,000
MVA/BVA 0,995
MVE/BVE 0,994
DAR 0,980
DER 0,981
ROA 0,965
ROE 0,968
Sumber: SmartPLS 3.00 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.9. di atas, konstruk ukuran perusahaan
dengan menggunakan Total Asset memiliki nilai loading factor
sebesar 1,000. Kemudian pada konstruk struktur kepemilikan
dengan menggunakan Kepemilikan Manajerial (KM) memiliki nilai
loading factor 1,000. Dari konstruk growth opportunity yaitu
132
MVA/BVA dan MVE/BVE memiliki nilai loading factor berturut-
turut 0,995 dan 0,994. Sedangkan untuk konstruk struktur modal dari
dua indikator yang diuji yaitu DAR dan DER dengan nilai loading
factor berturut-turut 0,980 dan 0,981. Untuk konstruk kinerja
perusahaan yaitu ROA dan ROE keduanya memiliki nilai loading
factor berturut-turut 0,965 dan 0,968.
Selain melihat nilai loading factor, ukuran lainnya dari
validitas konvergen adalah nilai Average Variance Extracted (AVE)
(Yamin dan Kurniawan, 2011:19). Berikut ini disajikan data nilai
AVE dalam tabel 4.10.:
Tabel 4.10.
Nilai Average Variance Extracted (AVE) Average Variance Extracted
(AVE)
Ukuran Perusahaan 1,000
Struktur Kepemilikan 1,000
Growth Opportunity 0,989
Struktur Modal 0,961
Kinerja Perusahaan 0,934
Sumber: SmartPLS 3.00 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.10. di atas, dapat diketahui nilai AVE
untuk semua konstruk atau variabel. Nilai AVE dari ukuran
perusahaan, struktur kepemilikan, growth opportunity, struktur
modal, dan kinerja perusahaan berturut-turut adalah 1,000; 1,000;
0,989; 0,961; dan 0,934. Dengan demikian nilai tersebut sesuai
dengan teori Chin (1995) nilai AVE berada di atas 0,5 maka model
yang diajukan dalam penelitian ini dianggap baik.
133
2) Uji Validitas Diskriminan
Validitas diskriminan berhubungan dengan prinsip bahwa
pengukur-pengukur konstruk yang berbeda seharusnya tidak
berkorelasi dengan tinggi (Abdillah dan Hartanto, 2015:195).
Validitas diskriminan digunakan untuk memastikan bahwa setiap
konsep dari masing-masing konstruk atau variabel laten berbeda
dengan variabel lainnya.
Menurut Latan dan Ghozali (2012), sebuah model memiliki
discriminant validity yang baik apabila nilai korelasi konstruk
dengan item pengukuran lebih besar daripada nilai korelasi dengan
konstruk lainnya. Validitas diskriminan dari model pengukuran
dengan reflektif indikator dinilai berdasarkan cross loading
pengukuran dengan konstruk. Tabel 4.11. di bawah ini menunjukkan
hasil validitas diskriminan dari model penelitian dengan melihat
besarnya nilai cross loading:
Tabel 4.11.
Nilai Discriminant Validity (Cross Loading) Indikator
Ukuran
Perusah
aan
Struktur
Kepemili
kan
Growth
Opportunit
y
Struktur
Modal
Kinerja
Perusah
aan
Ln Asset 1,000 0,464 -0,290 0,690 -0,330
KM 0,464 1,000 -0,176 0,561 -0,245
MVA/BVA -0,327 -0,208 0,995 -0,084 0,955
MVE/BVE -0,249 -0,142 0,994 0,037 0,927
DAR 0,660 0,538 0,053 0,980 -0,068
DER 0,693 0,561 -0,099 0,981 -0,202
ROA -0,453 -0,351 0,868 -0,367 0,965
ROE -0,190 -0,126 0,960 0,089 0,968
Sumber: SmartPLS 3.00 (data diolah)
134
Berdasarkan tabel 4.11., dari hasil estimasi cross loading
menunjukkan bahwa nilai korelasi kontsruk dengan indikatornya
lebih besar daripada nilai korelasi dengan konstruk lainnya. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa semua konstruk atau variabel
laten sudah memiliki validitas diskriminan yang baik, di mana
indikator pada blok indikator konstruk tersebut lebih baik daripada
indikator di blok lainnya. Maka dapat dikatakan konstruk memiliki
validitas diskriminan yang baik.
b. Uji Reliabilitas
Untuk menguji reliabilitas konstruk atau variabel, dapat dilihat
dari nilai cronbach alpha dan composite reliability. Cronbach alpha
mengukur batas bawah nilai reliabilitas suatu konstruk, sedangkan
composite reliability mengukur nilai sesungguhnya reliabilitas suatu
konstruk (Chin, 1995). Konstruk dinyatakan reliabel jika nilai composite
reliability maupun nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,70 (Latan dan
Ghozali, 2012). Rule of thumb nilai alpha atau composite reliability
harus lebih besar dari 0,7 meskipun 0,6 masih dapat diterima. Tabel
4.12. menunjukkan nilai cronbach alpha dan composite reliability:
Tabel 4.12.
Nilai Cronbach Alpha dan Composite Reliability Cronbach
Alpha
Composite Reliability
Ukuran Perusahaan 1,000 1,000
Struktur Kepemilikan 1,000 1,000
Growth Opportunity 0,989 0,994
Struktur Modal 0,959 0,980
Kinerja Perusahaan 0,930 0,966
Sumber: SmartPLS 3.00 (data diolah)
135
Berdasarkan tabel 4.12. di atas, nilai cronbach alpha pada tabel
yaitu ukuran perusahaan 1,000; struktur kepemilikan 1,000; growth
opportuinity 0,989; struktur modal 0,959; kinerja perusahaan 0,930. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai cronbach alpha dapat diterima karena
seluruh nilainya berada di atas 0,7.
Sedangkan nilai composite reliability pada tabel di atas antara lain
ukuran perusahaan 1,000; struktur kepemilikan 1,000; growth
opportuinity 0,994; struktur modal 0,980; kinerja perusahaan 0,966.
Dengan demikian semua konstruk atau variabel memiliki nilai
composite reliability dan dinyatakab reliabel.
3. Pengujian Model Struktural (Inner Model)
Setelah melakukan pemeriksaan model pengukuran telah terpenuhi,
maka selanjutnya melakukan evaluasi model struktural.
Gambar 4.9.
Model Struktural
Sumber: SmartPLS 3.00
136
a. Koefisien Determinasi (R-Square)
Evaluasi model struktural dilakukan dengan melihat hubungan
antara konstruk atau variabel, nilai signifikansi dan R-Square dari
model penelitian. Nilai R2 digunakan untuk mengetahui besarnya
variabilitas variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh variabel
independen. Semakin besar nilai R2 menandakan semakin baik variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependennya.
Adapun menurut Chin (1998), nilai R2 dianggap lemah, moderat,
dan substansial jika menunjukkan secara berurutan sekitar 0,19; 0,33;
dan 0,67. Dalam mendapatkan nilai R-Square, telah dilalui tahap-tahap
yang mana mengharuskan beberapa indikator untuk tidak
diikutsertakan dalam model penelitian. Setelah melakukan berbagai
modifikasi dengan mengeliminasi indikator-indikator yang tidak
memenuhi persyaratan sebelumnya, kemudian diperoleh model
struktural seperti pada tabel 4.13. sebagai berikut:
Tabel 4.13.
Nilai R-Square R-Square R-Square Adjusted
Kinerja Perusahaan 0,911 0,907
Struktur Modal 0,589 0,576
Sumber: SmartPLS 3.00 (data diolah)
Nilai R2 untuk kinerja perusahaan adalah 0,911. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan, struktur kepemilikan,
dan growth opportunity secara simultan mampu menjelaskan variabel
kinerja perusahaan sebesar 0,911 atau 91,1% dan sisanya sebesar 8,9%
diterangkan oleh variabel lainnya yang tidak dihipotesiskan dalam
137
model. Nilai yang didapat untuk R-Square kinerja perusahaan
merupakan kategori tinggi menurut Chin (1998). Didapatnya nilai R-
Square yang besar menandakan semakin baik model prediksi yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas yaitu ukuran
perusahaan, struktur kepemilikan, dan growth opportunity memiliki
pengaruh yang kuat dalam menjelaskan variabel kinerja perusahaan.
Sedangkan untuk nilai R-Square selanjutnya, di mana variabel ukuran
perusahaan, struktur kepemilikan, dan growth opportunity secara
simultan mampu menjelaskan variabel struktur modal sebesar 0,589
atau 58,9% dan sisanya 41,1% diterangkan oleh variabel lainnya yang
tidak dihipotesiskan dalam model. Nilai R-Square yang didapat untuk
variabel struktur modal termasuk kategori moderat menuju kuat
(Chin,1998). Nilai R-Square yang moderat menunjukkan bahwa
variabel ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, dan growth
opportunity merupakan variabel yang memiliki pengaruh cukup kuat
dalam menjelaskan variabel struktur modal sehingga masih dinilai baik
bagi model dalam penelitian ini.
b. Goodness of Fit (GoF)
Evaluasi Goodness of Fit model dilakukan untuk purification dan
refinement terhadap uji validitas atau reliabilitas konstruk (Ghozali,
2015:49). Goodness of Fit digunakan untuk memvalidasi model secara
keseluruhan. Nilai GoF ini diperoleh dari average communalities index
dikalikan dengan nilai R2 model (Yamin dan Kurniawan, 2011:21).
138
Nilai GoF terbentang antara 0-1 dengan interpretasi nilai ini adalah 0,1
(GoF kecil), 0,25 (GoF moderat), dan 0,36 (GoF besar).
GoF = √𝐶𝑜𝑚̅̅ ̅̅ ̅̅ × �̅�2
GoF = √0,985 × 0,750
GoF = 0,8595
Berdasarkan perhitungan nilai GoF di atas, didapatkan hasil dari
perhitungan nila GoF yaitu sebesar 0,8595 maka dianggap memiliki
GoF besar. Dengan demikian, bahwa penelitian ini valid dan memiliki
performa yang baik. Oleh karena itu, berdasarkan hasil pengujian inner
model dapat disimpulkan bahwa model struktural yang dibangun
penelitian ini robust dan akurat.
c. Nilai Q2
Q2 predictive relevance yang berfungsi untuk memvalidasi
kemampuan prediksi model (Yamin dan Kurniawan, 2011:22). Q2
predictive relevance yaitu mengukur seberapa baik nilai observasi
dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Q-Square yang
baik memiliki nilai lebih besar dari 0. Nilai Q2 lebih besar dari 0 (nol)
menunjukkan bahwa model mempunyai relevansi prediktif, sedangkan
nilai Q2 kurang dari 0 (nol) menunjukkan bahwa model kurang
memiliki relevansi prediktif. Pada model penelitian ini dinyatakn
relevan karena Q2 lebih besar dari 0 (nol).
Q2 = 1 - (1 - R12) (1 - R2
2) ‘...’ (1 - RP2)
Q2 = 1 – (1 – 0,911) (1 – 0,589)
Q2 = 1 – (0,089) (0,411)
Q2 = 0,963
139
Hasil penghitungan Q-Square pada penelitian ini 0,963 yang
berarti bahwa 96,3% variabel independen dan intervening ini layak
untuk menjelaskan variabel dependen yaitu kinerja perusahaan.
4. Hasil Uji Hipotesis
Analisa hipotesis ini bertujuan untuk menguji adanya signifikansi
antar konstruk. Dasar-dasar yang digunakan dalam menguji hipotesis adalah
nilai yang terdapat pada output path coefficients untuk menguji model
struktural. Nilai t-statistik dibandingkan dengan t-tabel yang ditentukan
dalam penelitian ini adalah sebesar 1,96 dan α sebesar 0,05 (two tailed).
Untuk menguji adanya signifikansi antar konstruk, maka disajikan data
dalam tabel 4.14. berikut:
Tabel 4.14.
Nilai Path Coefficients Original
Sample
(O)
Smple
Mean
(M)
Standar
Deviation
(STDEV)
T-Statistics
(|O/STDEV|)
P-
Values
Growth
Opportunity →
Kinerja Perusahaan
0,955 0,955 0,023 41,349 0,000
Growth
Opportunity →
Struktur Modal
0,205 0,196 0,073 2,795 0,005
Struktur
Kepemilikan →
Kinerja Perusahaan
-0,022 -0,023 0,018 1,230 0,219
Struktur
Kepemilikan →
Struktur Modal
0,329 0,335 0,069 4,785 0,000
Struktur Modal →
Kinerja Perusahaan -0,141 -0,144 0,051 2,762 0,006
Ukuran Perusahaan
→ Kinerja
Perusahaan
0,054 0,061 0,049 1,102 0,271
Ukuran Perusahaan
→ Struktur Modal 0,597 0,588 0,097 6,150 0,000
Sumber: SmartPLS 3.00 (data diolah)
140
a. Uji Hipotesis 1
Ha1: ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal
Berdasarkan tabel 4.14., nilai t-statistik ukuran perusahaan
terhadap struktur modal adalah 6,150 dan nilai p-value 0,000. Dari hasil
tersebut, nilai t-statistik diketahui lebih besar dari t-tabel 6,150 > 1,96.
Sehingga ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal dengan nilai Original Sample (O) atau koefisien jalur sebesar
0,957 yang menunjukkan arah positif signifikan. Dengan hasil
demikian dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap struktur modal, maka hipotesis diterima.
b. Uji hipotesis 2
Ha2: ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Berdasarkan tabel 4.14., nilai t-statistik ukuran perusahaan
terhadap kinerja perusahaan adalah 1,102 dan nilai p-value 0,271. Dari
hasil tersebut, nilai t-statistik diketahui lebih kecil dari t-tabel 1,102 <
1,96. Dengan hasil demikian dapat disimpulkan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, maka
hipotesis ditolak.
c. Uji Hipotesis 3
Ha3: struktur kepemilikan berpengaruh terhadap struktur modal.
Berdasarkan tabel 4.14., nilai t-statistik ukuran perusahaan
terhadap struktur kepemilikan adalah 4,785 dan nilai p-value 0,000.
Dari hasil tersebut, nilai t-statistik diketahui lebih besar dari t-tabel
4,785 > 1,96. Sehingga struktur kepemilikan berpengaruh signifikan
141
terhadap struktur modal dengan nilai Original Sample (O) atau
koefisien jalur sebesar 0,329 yang menunjukkan arah positif signifikan.
Dengan hasil demikian dapat disimpulkan bahwa struktur kepemilikan
berpengaruh terhadap struktur modal, maka hipotesis diterima.
d. Uji Hipotesis 4
Ha4: struktur kepemilikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Berdasarkan tabel 4.14., nilai t-statistik ukuran perusahaan
terhadap struktur kepemilikan adalah 1,230 dan nilai p-value 0,219.
Dari hasil tersebut, nilai t-statistik diketahui lebih besar dari t-tabel
1,230 < 1,96. Dengan hasil demikian dapat disimpulkan bahwa struktur
kepemilikan tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, maka
hipotesis ditolak.
e. Uji Hipotesis 5
Ha5: growth opportunity berpengaruh terhadap struktur modal.
Berdasarkan tabel 4.14., nilai t-statistik ukuran perusahaan
terhadap struktur kepemilikan adalah 2,795 dan nilai p-value 0,005.
Dari hasil tersebut, nilai t-statistik diketahui lebih besar dari t-tabel
2,795 > 1,96. Sehingga growth opportunity berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal dengan nilai Original Sample (O) atau
koefisien jalur sebesar 0,205 yang menunjukkan arah positif signifikan.
Dengan hasil demikian dapat disimpulkan bahwa growth opportunity
berpengaruh terhadap struktur modal, maka hipotesis diterima.
142
f. Uji Hipotesis 6
Ha6: growth opportunity berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Berdasarkan tabel 4.14., nilai t-statistik ukuran perusahaan
terhadap struktur kepemilikan adalah 41,349 dan nilai p-value 0,000.
Dari hasil tersebut, nilai t-statistik diketahui lebih besar dari t-tabel
41,349 > 1,96. Sehingga growth opportunity berpengaruh signifikan
terhadap kinerja perusahaan dengan nilai Original Sample (O) atau
koefisien jalur sebesar 0,955 yang menunjukkan arah positif signifikan.
Dengan hasil demikian dapat disimpulkan bahwa growth opportunity
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, maka hipotesis diterima.
g. Uji Hipotesis 7
Ha7: struktur modal berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Berdasarkan tabel 4.14., nilai t-statistik struktur modal terhadap
kinerja perusahaan adalah 2,762 dan nilai p-value 0,000. Dari hasil
tersebut, nilai t-statistik diketahui lebih besar dari t-tabel 2,762 > 1,96.
Sehingga struktur modal berpengaruh signifikan terhadap kinerja
perusahaan dengan nilai Original Sample (O) atau koefisien jalur
sebesar -0,141 yang menunjukkan arah negatif signifikan. Dengan hasil
demikian dapat disimpulkan bahwa struktur modal berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan, maka hipotesis diterima.
Adapun untuk mengetahui hubungan tidak langsung antara
variabel independen terhadap variabel dependen melalui variabel
mediasi (intervening). Mediasi terjadi jika variabel independen
mempengaruhi variabel dependen secara tidak langsung melalui paling
143
tidak satu variabel intervening (Fressilia dan Patiwi, 2017). Menurut
Baron dan Kenny (1986) ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
untuk tercapainya mediasi. Pertama, variabel independen harus
signifikan mempengaruhi mediator; kedua, variabel independen harus
signifikan mempengaruhi dependen; dan ketiga, variabel mediator
harus signifikan mempengaruhi variabel dependen. Sebagian besar
analisis mediasi kontemporer menyatakan bahwa langkah-langkah
penting dalam membangun mediasi hanyalah langkah 2 dan 3 (Namazi
dan Namazi, 2016). Complete mediation terjadi ketika variabel
independen mempengaruhi variabel dependen hanya melalui mediator
(Gelso dan Palma, 2011) sedangkan partial mediation terjadi ketika
variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara langsung
atau juga bisa melalui mediator (Gelso dan Palma, 2011). Adapun untuk
mengetahui hubungan tidak langsung antar variabel independen dan
variabel dependen dapat dilihat dari hasil bootstraping pada tabel 4.15.
specific indirect effects di bawah ini:
Tabel 4.15
Nilai Specific Indirect Effects Original
Sample
(O)
Smple
Mean
(M)
Standar
Deviation
(STDEV)
T
Statistics
(|O/STD
EV|)
P
Values
Growth Opportunity
→ Struktur Modal →
Kinerja Perusahaan -0,029 -0,027 0,012 2,401 0,017
Struktur Kepemilikan
→ Struktur Modal →
Kinerja Perusahaan -0,046 -0,048 0,019 2,375 0,018
Ukuran Perusahaan
→ Struktur Modal →
Kinerja Perusahaan -0,084 -0,085 0,035 2,431 0,015
Sumber: SmartPLS 3.00 (data diolah)
144
h. Uji Hipotesis 8
Ha8: ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
dengan struktur modal sebagai variabel intervening.
Berdasarkan tabel 4.15., nilai t-statistik dari ukuran perusahaan
terhadap kinerja perusahaan melalui struktur modal adalah 2,431 dan
nilai p-value 0,015. Dari hasil tersebut, nilai t-statistik diketahui lebih
besar dari t-tabel 2,431 > 1,96. Sehingga ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan melalui struktur modal secara
tidak langsung. Dengan nilai Original Sample (O) atau koefisien jalur
sebesar -0,084 yang menunjukkan arah negatif signifikan. Dapat
disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan dengan struktur modal sebagai variabel intervening, maka
hipotesis diterima.
i. Uji Hipotesis 9
Ha9: struktur kepemilikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
dengan struktur modal sebagai variabel intervening.
Berdasarkan tabel 4.15., nilai t-statistik dari struktur kepemilikan
terhadap kinerja perusahaan melalui struktur modal adalah 2,375 dan
nilai p-value 0,018. Dari hasil tersebut, nilai t-statistik diketahui lebih
besar dari t-tabel 2,375 > 1,96. Sehingga struktur kepemilikan
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan melalui struktur modal secara
tidak langsung. Dengan nilai Original Sample (O) atau koefisien jalur
sebesar -0,045 yang menunjukkan arah negatif signifikan. Dapat
disimpulkan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh terhadap kinerja
145
perusahaan dengan struktur modal sebagai variabel intervening, maka
hipotesis diterima.
j. Uji Hipotesis 10
Ha10: growth opportunity berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
dengan struktur modal sebagai variabel intervening.
Berdasarkan tabel 4.15., nilai t-statistik dari growth opportunity
terhadap kinerja perusahaan melalui struktur modal adalah 2,401 dan
nilai p-value 0,017. Dari hasil tersebut, nilai t-statistik diketahui lebih
besar dari t-tabel 2,401 > 1,96. Sehingga growth opportunity
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan melalui struktur modal secara
tidak langsung. Dengan nilai Original Sample (O) atau koefisien jalur
sebesar -0,029 yang menunjukkan arah negatif signifikan. Dapat
disimpulkan bahwa growth opportunity berpengaruh terhadap kinerja
perusaahaan dengan struktur modal sebagai variabel intervening, maka
hipotesis diterima.
C. Pembahasan
1. Ukuran Perusahaan Berpengaruh Terhadap Struktur Modal
Penelitian ini membuktikan bahwa ukuran perusahaan dengan
indikator total aset berpengaruh terhadap struktur modal dengan indikator
DAR dan DER. Hal tersebut dikarenakan perusahaan yang lebih besar
mempunyai kebutuhan sumber dana yang lebih besar dibandingkan
perusahaan dengan ukuran lebih kecil hal ini karena kebutuhan yang juga
semakin besar. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nuswandari (2013) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan
146
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Selain itu juga didukung
penelitian yang dilakukan oleh Purba dan Yadnya (2015), Setyawan et.al.
(2016), Umam dan Mahfud (2016) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.
Penelitian ini menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan
yang menunjukkan semakin besar ukuran sebuah perusahaan, semakin
besar struktur modanya. Pengaruh positif dan signifikan dapat dijelaskan
bahwa perusahaan dengan ukuran lebih besar akan lebih mudah untuk
mendapatkan sumber pendanaan baik melalui pinjaman maupun akses pasar
modal untuk membiayai aktivitas operasinya. Para kreditur akan lebih
mudah dalam memberikan pinjaman karena dengan ukuran perusahaan
yang lebih besar, asumsi akan kecilnya kemungkinan kebangkrutan masih
sangat melekat. Bagi para investor, dengan ukuran perusahaan yang lebih
besar akan menarik minat berinvestasi karena pengharapan pengembalian
return yang lebih tinggi.
2. Ukuran Perusahaan Berpengaruh Terhadap Kinerja Perusahaan
Penelitian ini tidak mampu membuktikan bahwa ukuran perusahaan
dengan indikator total aset berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
perusahaan dengan indikator ROA dan ROE. Penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Epi (2017), Setiadewi dan Purbawangsa
(2015), Putra dan Badjra (2015), Immanuela (2014). Hal tersebut
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan bukan merupakan faktor utama
yang mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam setiap menghasilkan
keuntungan yang akan meningkatkan kinerjanya.
147
Besarnya sebuah perusahaan bukan merupakan jaminan suatu
perusahaan memiliki kemampuan dalam menghasilkan laba yang baik.
Pengaruh yang tidak signifikan ini mengindikasikan di mana semakin besar
ukuran suatu perusahaan maka perusahaan tersebut juga akan semakin
besar memerlukan biaya untuk menjalankan aktivitas operasionalnya
seperti biaya administrasi, biaya gaji, biaya pemeiliharaan gedung, mesin,
kendaraan sampai peralatan.
Hasil penelitian berbeda dilakukan oleh Ambarwati (2015), di mana
penelitiannya menyatakan semakin maksimal aktiva perusahaan maka laba
yang akan didapat menjadi maksimal pula, karena aktiva perusahaan
digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan yang tujuannya untuk
menghasilkan laba.
3. Struktur Kepemilikan Berpengaruh Terhadap Struktur Modal
Penelitian ini mampu membuktikan struktur kepemilikan dengan
indikator KM berpengaruh terhadap struktur modal dengan indikator DAR
dan DER. Primadhanny (2016) menyebutkan bahwa struktur kepemilikan
dipandang sebagai suatu mekanisme untuk mengurangi konflik
kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Hasil pada penelitian ini
menyatakan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh terhadap struktur
modal. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maftukhah
(2013), Riawan dan Astini (2014), Primadhanny (2016), dan Afendi (2018)
yang menyatakan bahwa struktur kepemilikan terbukti berpengaruh
signifikan terhadap pengelolaan struktur modal.
148
Penelitian ini menunjukkan pengaruh yang positif yang artinya pada
penelitian ini persentase struktur kepemilikan dengan indikator KM masih
jauh lebih sedikit sehingga pihak manajemen cenderung kurang berhati-
hati dalam mengelola struktur modalnya. Hal tesebut terjadi karena pihak
manajemen tidak merasa ikut langsung merasakan hasil keputusan yang
diambilnya. Alasan lainnya adalah karena perusahaan memang perlu untuk
berhutang misalnya perusahaan hendak melakukan ekspansi. Dalam
agency theory (Jensen dan Meckling, 1976) menyatakan bahwa semakin
besar kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer, semakin kecil
konflik kepentingan antara pemegang saham dan pihak manajemen.
Semakin kecilnya konflik antar pemegang saham dan pihak manajemen,
menjadikan manajer akan senantiasa membuat keputusan yang berkenaan
dengan peningkatan keuntungan perusahaan. Dalam trade-off theory
bahwa tingginya penggunaan hutang akan menyebabkan beban perusahaan
semakin tinggi karena akan menyebabkan meningkatnya biaya keagenan
dan biaya kebangkrutan.
4. Struktur Kepemilikan Berpengaruh Terhadap Kinerja Perusahaan
Penelitian ini tidak mampu menjelaskan pengaruh struktur
kepemilikan dengan indikator KM terhadap kinerja perusahaan dengan
indikator ROA dan ROE yang mendapatkan hasil yang tidak signifikan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa struktur kepemilikan bukan merupakan
faktor utama yang mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
149
yang dilakukan oleh Wiranata (2013), Immanuela (2014), Tertius dan
Christiawan (2015) serta Epi (2017).
Penelitian ini menggunakan indikator Kepemilikan Manajerial
(KM) dalam mempengaruhi kinerja perusahaan dengan hasil yang tidak
signifikan. Pada penelitian ini persentase kepemilikan manajerial hampir
di seluruh perusahaan jauh lebih kecil (di bawah rata-rata) dibandingkan
dengan kepemilikan saham institusional. Kemungkinan hal tersebut
membuat kinerja manajer dalam mengelola perusahaan kurang optimal dan
pemegang saham mayoritas masih mendominasi sehingga manajer sebagai
pemegang saham minoritas belum berpartisipasi aktif dalam membuat
suatu keputusan di dalam perusahaan. Dalam penelitian ini struktur
kepemilikan dengan indikator kepemilikan manajerial (KM) secara
langsung tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. hal tersebut
memiliki arti bahwa ada atau tidaknya kepemilikan manajerial dalam
sebuah struktur kepemilikan dalam penelitian ini tidak menjadikan kinerja
perusahaan baik atau buruk.
5. Growth Opportunity Berpengaruh Terhadap Struktur Modal
Penelitian ini mampu menjelaskan adanya pengaruh antara growth
opportunity dengan indikator MVA/BVA dan MVE/BVE terhadap
struktur modal dengan indikator DAR dan DER. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ananda dan Nugraha AP (2016)
yang menyatakan bahwa growth opportunity berpengaruh terhadap
struktur modal. Peluang pertumbuhan perusahaan menggambarkan
produktifitas perusahaan dalam melakukan investasi terhadap hal-hal yang
150
menguntungkan perusahaan di masa depan. Selain itu hasil penelitian yang
sejalan dengan peneilitian ini juga dtemukan dalam penelitian
Hermuningsih (2013), Marinda et.al. (2014), Khairani Hs (2015) yang
menyatakan bahwa perusahaan memiliki pertumbuhan tinggi lebih
mengandalkan modal eksternal untuk memenuhi dan mendanai semua
kebutuhan dan aktivitas perusahaan.
Penelitian ini menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan
antara growth opportunity terhadap struktur modal. Artinya, saat terjadi
peningkatan nilai growth opportunity melalui kesempatan investasi, akan
meningkatkan struktur modal perusahaan. Di satu sisi, alasan biaya
penerbitan saham baru yang lebih mahal dibandingkan dengan penerbitan
surat hutang menjadi faktor perusahaan untuk mengandalkan hutang dalam
komposisi struktur modal perusahaan.
6. Growth opportunity Berpengaruh Terhadap Kinerja Perusahaan
Penelitian ini membuktikan growth opportunity dengan indikator
MVA/BVA dan MVE/BVE berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
dengan indikator ROA dan ROE. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sardo dan Serrasqueiro (2018) bahwa
terdapat pengaruh antara growth opportunity terhadap kinerja perusahaan.
Kemudian, hal yang sama juga ditemukan oleh Kopong dan Nurzanah
(2016) yang menyatakan hal yang sama.
Dalam penelitian ini, menunjukkan pengaruh yang positif dan
signifikan antara growth opportunity terhadap kinerja perusahaan. Artinya,
semakin tinggi peluang perusahaan di masa depan akan semakin tinggi
151
kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaannya.
Growth opportunity diukur dari nilai kesempatan investasi pada hal-hal
yang menguntungkan perusahaan di masa depan. Perusahaan dengan
growth opportunity tinggi, perusahaan tersebut akan mempunyai nilai
investasi yang cukup besar. Dengan kesempatan investasi yang lebih besar
perusahaan dapat leluasa memutuskan keputusan investasi baik melalui
pemilikan proyek atau kebijakan lainnya seperti perluasan pasar, merger
dengan perusahaan lain, pembelian teknologi atau mesin yang lebih
canggih, maupun penciptaan produk baru. Efeknya, keuntungan
perusahaan akan semakin meningkat di masa yang akan datang.
7. Struktur Modal Berpengaruh Terhadap Kinerja Perusahaan
Penelitian ini membuktikan struktur modal berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Brendea (2014), Putra dan Badjra (2015), Paminto (2016),
Petta dan Tarigan (2017) yang menyatakan semakin tinggi struktur modal
(leverage) dari sebuah perusahaan akan menurunkan tingkat keuntungan.
Dalam penelitian ini, menunjukkan pengaruh yang negatif dan
signifikan antara struktur modal terhadap kinerja perusahaan. Artinya,
sebuah perusahaan dengan tingkat hutang tinggi akan memiliki risiko
kebangkrutan yang lebih tinggi. Tingkat hutang yang besar ini kemudian
akan mengurangi kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan
dan menurunkan kinerjanya. Hutang yang lebih besar menyebabkan
profitabilitas perusahaan menjadi rendah disebabkan perhatian perusahaan
yang dialihkan untuk menghasilkan arus kas demi melunasi semua
152
kewajibannya. Hasil ini mendukung pecking order theory yang
menyatakan bahwa perusahaan yang profitable umumnya memiliki hutang
atau meminjam dalam jumlah yang sedikit karena mereka memerlukan
pendanaan eksternal yang sedikit.
8. Ukuran Perusahaan Berpengaruh Terhadap Kinerja Perusahaan
Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Intervening
Penelitian ini membuktikan adanya pengaruh tidak langsung antara
ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan melalui struktur modal
sebagai variabel intervening. Ukuran perusahaan dengan indikator total
asset berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan indikator
ROA dan ROE melalui struktur modal dengan indikator DAR dan DER
sebagai variabel intervening. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang pernah dilakukan oleh Fressilia dan Pratiwi (2017).
Dalam penelitian ini hasil menunjukkan pengaruh yang negatif dan
signifikan. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin besar ukuran
suatu perusahaan maka kesempatan untuk mendapatkan pendanaan
eksternal juga semakin besar. Perusahaan yang lebih besar akan
membutuhkan lebih banyak dana untuk membiayai segala kegiatan
operasionalnya, salah satu pendanaan ekternal yang dipilih ialah dengan
menerbitkan hutang. Besarnya tingkat hutang memang memberikan
manfaat bagi perusahaan, namun hal tersebut juga akan memperbesar
beban perusahaan yang harus dibayarkan sehingga mempengaruhi
perolehan keuntungan perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan
153
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
dengan struktur modal sebagai variabel intervening.
9. Struktur Kepemilikan Berpengaruh Terhadap Kinerja Perusahaan
Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Intervening
Penelitian ini membuktikan adanya pengaruh tidak langsung antara
struktur kepemilikan terhadap kinerja perusahaan melalui struktur modal
sebagai variabel intervening. Struktur kepemilikan dengan indikator
Kepemilikan Manajerial (KM) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kinerja perusahaan dengan indikator ROA dan ROE melalui
struktur modal dengan indikator DAR dan DER sebagai variabel
intervening. Hasil penelitian ini sejalan dengan peneltiian Riawan dan
Astini (2014), serta Petta dan Tarigan (2017).
Dalam penelitian ini, menunjukkan pengaruh yang negatif dan
signifikan. Ketika manajer punya rasa memiliki terhadap perusahaan yang
kecil, para manajer merasa tidak turut ikut menanggung biaya modal yang
ditanggung perusahaan. Sehingga, segala keputusan yang diambil
termasuk perihal struktur modal perusahaan menjadi kurang berhati-hati.
Dengan keadaan demikian, bukan tidak mungkin tingkat hutang
perusahaan semakin besar sehingga hal tersebut akan mempengaruhi
kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Sehingga
struktur modal dapat menjadi mediasi antara struktur kepemilikan dengan
kinerja perusahaan. Dengan demikian dari hasil tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan dengan struktur modal sebagai variabel intervening.
154
10. Growth Opportunity Berpengaruh Terhadap Kinerja Perusahaan
Melalui Struktur Modal Sebagai Variabel Intervening
Penelitian ini membuktikan adanya pengaruh tidak langsung antara
growth opportunity terhadap kinerja perusahaan melalui struktur modal
sebagai variabel intervening Growth opportunity dengan indikator
MVA/BVA dan MVE/BVE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kinerja perusahaan dengan indikator ROA dan ROE melalui struktur modal
dengan indikator DAR dan DER sebagai variabel intervening. Hasil
penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh
Khairani Hs (2015).
Dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang negatif dan
signifikan. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa perusahaan dengan
peluang pertumbuhan yang tinggi pasti akan mendorong perusahaan untuk
terus melakukan ekspansi, salah satunya dengan menggunakan hutang.
Walaupun penggunaan hutang memberikan manfaat bagi perusahaan,
namun karena penambahan atau peningkatan modal asing atau hutang
jangka panjang yang terus-menerus daripada modal sendiri justru akan
memperbesar risiko perusahaan, yaitu meningkatnya peluang
kebangkrutan sehingga akan mempengaruhi kinerja perusahaan serta nilai
perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa growth
opportunity berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dengan struktur
modal sebagai variabel intervening.
155
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis PLS dengan menggunakan SmartPLS 3.00
dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya menunjukkan
bahwa sebagian besar dari hipotesis adalah diterima, atau dengan kata lain
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dan variabel
dependen. Simpulan yang dapat diambil dari hasil analisis adalah:
1. Hasil penelitian menyatakan bahwa ukuran perusahaan dengan indikator
total aset berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal dengan
indikator DAR dan DER. Dari hasil pengolahan diketahui bahwa
perusahaan yang besar akan benar-benar memanfaatkan kesempatan dari
besarnya total kekayaan yang dimilikinya untuk menambah struktur modal
dengan mencari sumber pendanaan eksternal berupa hutang. Dengan
demikian hasil ini menunjukkan Ha1 diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal.
2. Hasil penelitian menyatakan bahwa ukuran perusahaan dengan indikator
total aset tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan indikator
ROA dan ROE. Artinya bahwa tidak terdapat pengaruh antara ukuran
perusahaan terhadap kinerja perusahaan pada penelitian ini. Dari hasil
pengolahan data diketahui bahwa semakin besar suatu perusahaan maka
akan semakin besar pula cost yang akan dikeluarkan sehingga pada
156
penelitian kali ini ukuran perusahaan bukan merupakan faktor utama dalam
mencapai suatu kinerja atau prestasi perusahaan. Dengan demikian hasil ini
menunjukkan Ha2 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
3. Hasil penelitian menyatakan bahwa struktur kepemilikan dengan indikator
Kepemilikan Manajerial (KM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
struktur modal dengan indikator DAR dan DER. Dari hasil pengolahan data
pada peneilitian ini struktur kepemilikan yang diwakili oleh kepemilikan
manajerial masih sangat kecil persentasenya di hampir semua perusahaan
yang dijadikan sampel. Ha3 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal.
4. Hasil penelitian menyatakan bahwa struktur kepemilikan dengan indikator
Kepemilikan Manajerial (KM) tidak berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan dengan indikator ROA dan ROE. Dari hasil pengolahan data
diketahui bahwa struktur kepemilikan dengan indikator kepemilikan
manajerial, manajer belum optimal dalam mengelola perusahaan sehingga
manajer sebagai pemegang saham minoritas belum berpartisipasi aktif
dalam membuat suatu keputusan di dalam perusahaan. Maka pada
penelitian kali ini struktur kepemilikan bukan merupakan faktor utama
dalam mencapai suatu kinerja atau prestasi perusahaan. Dengan demikian
hasil ini menunjukkan Ha4 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
struktur kpemilikan tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
5. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa growth opportunity dengan indikator
MVA/BVA dan MVE/BVE berpengaruh positif dan signifikan terhadap
157
struktur modal dengan indikator DAR dan DER. Dari hasil pengolahan data
diketahui bahwa Seiring semakin besarnya tingkat peluang pertumbuhan
perusahaan, kebutuhan struktur modal guna memenuhi kebutuhan investasi
yang menguntungkan juga akan semakin besar. Dengan demikian hasil ini
menunjukkan Ha5 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa growth
opportunity berpengaruh terhadap struktur modal.
6. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa growth opportunity dengan indikator
MVA/BVA dan MVE/BVE berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja perusahaan dengan indikator ROA dan ROE. Dari hasil pengolahan
data pada penelitian ini semakin tinggi peluang perusahaan untuk tumbuh
akan meningkatkan kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Dengan
demikian hasil ini menunjukkan Ha6 dterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa growth opportunity berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
7. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa struktur modal dengan indikator
DAR dan DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja
perusahaan dengan indikator ROA dan ROE. Dari hasil pengolahan data
diketahui bahwa pada penelitian ini sesuai dengan pecking order theory
bahwa perusahaan yang profitable cenderung memiliki hutang yang sedikit.
Perusahaan akan memilih menggunakan dana internalnya berupa laba
ditahan sebelum akhirnya memutuskan untuk berhutang. Dengan demikian
hasil ini menunjukkan Ha7 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
struktur modal berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
8. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ukuran perusahaan dengan indikator
total aset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan
158
dengan indikator ROA dan ROE melalui struktur modal dengan indikator
DAR dan DER sebagai variabel intervening. Dari hasil pengolahan data
diketahui bahwa perusahaan yang lebih besar cenderung menggunakan
kesempatan untuk mendapatkan dana ekstenal yang lebih besar. Pengeolaan
struktur modal yang besar selain menguntungkan perusahaan, ternyata juga
memperbesar risiko perusahaan terkait dengan besarnya beban yang harus
dibayarkan kepada pihak luar sehingga akan mempengaruhi kinerja
perusahaan tersebut. Dengan demikian hasil ini menunjukkan Ha8 diterima
sehingga ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
dengan struktur modal sebagai variabel intervening.
9. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa struktur kepemilikan dengan
indikator Kepemilikan Manajerial (KM) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kinerja perusahaan dengan indikator ROA dan ROE dengan
struktur modal dengan indikator DAR dan DER sebagai variabel
intervening. Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa kecilnya
persentase kepemilikan manajerial yang mewakili struktur kepemilikan
menjadikan manajer lebih berani untuk menambah hutang. Selain itu,
penambahan hutang juga bisa diindikasikan karena kebutuhan perusahaan
untuk melakukan ekspansi yang mana sebenarnya perusahaan juga lebih
mengedepankan pendanaan internal melalui laba ditahan. Dengan demikian
hasil ini menunjukkan Ha9 diterima sehingga struktur kepemilikan
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dengan struktur modal sebagai
variabel intervening.
159
10. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa growth opportunity dengan indikator
MVA/BVA dan MVE/BVE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kinerja perusahaan dengan indikator ROA dan ROE melalui struktur modal
dengan indikator DAR dan DER sebagai variabel intervening. Dari hasil
pengolahan data diketahui bahwa perusahaan dengan peluang pertumbuhan
yang tinggi juga memiliki kebutuhan yang lebih besar seperti melakukan
ekspansi, pembangunan pabrik baru, dan lain-lain. Hal tersebut membuat
perusahaan membutuhkan tambahan dana yang besar pula. Pengelolaan
struktur modal dengan hutang yang besar memberikan manfaat bagi
perusahaan dengan peluang pertumbuhan yang tinggi, namun karena
penambahan atau peningkatan modal asing yang terus-menerus justru akan
memperbesar risiko perusahaan yaitu peluang kebangkrutan yang semakin
besar sehingga akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Dengan demikian
hasil ini menunjukkan Ha10 diterima sehingga growth opportunity
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dengan struktur modal sebagai
variabel intervening.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
penulis dapat memberikan saran untuk penelitian selanjutnya agar memperoleh
penelitian yang lebih baik lagi kedepannya, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan tambahan variabel
independen lain yang memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan
atau menggunakan variabel lain untuk mewakili ukuran perusahaan,
struktur kepemilikan, dan growth opportunity sehingga terbentuk suatu
160
model penelitian yang terbukti lebih baik dalam mempengaruhi kinerja
perusahaan. Selain itu, penelitian selanjutnya juga dapat menambahkan
variabel lain terkait dengan good governance.
2. Bagi penelitian selanjutnya yang akan melakukan topik penelitian serupa
sebaiknya mengembangkan model penelitian dengan menggunakan objek
yang lebih luas dan teori-teori yang baru untuk memaksimalkan penelitian
yang telah dibuat.
3. Penelitian ini menggunakan data 16 sampel perusahaan pada tahun 2012-
2017 sehingga penelitian selanjutnya dapat menambahkan tahun
penelitian yang lebih panjang sehingga didapat hasil yang lebih akurat.
C. Implikasi
1. Bagi Perusahaan
Perusahaan hendaknya lebih berhati-hati dalam mengelola struktur
modal dengan menerbitkan hutang. Walaupun hutang memiliki manfaat
bagi perusahaan, namun perlu diingat bahwa dengan risiko hutang yang
besar menempatkan perusahaan pada kemungkinan kebangkrutan yang
besar pula. Dengan memperhatikan struktur modal yang optimal,
perusahaan bisa memaksimalkan keuntungan dan nilai perusahaan karena
pentingnya pengaruh struktur modal yang terbukti dapat menjadi mediasi
dalam mencapai kinerja perusahaan.
Perusahaan perlu mempertimbangkan dan meningkatkan tingkat
growth opportunity karena variabel ini sangat berperan dalam
mempengaruhi kinerja perusahaan baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Dengan terus meningkatnya variabel yang berkaitan dengan
161
growth opportunity akan sangat membantu perusahaan selain untuk
mengembangkan sayapnya juga untuk mendapatkan kepercayaan yang
lebih dari investor dan kreditur. Variabel tersebut akan sangat membantu
investor dan pihak luar lain seperti kreditur untuk menentukan keputusan
investasi mereka pada perusahaan.
2. Bagi Investor
Investor dalam mengambil keputusan investasi dapat
mempertimbangkan faktor ukuran perusahaan, struktur kepemilikan,
growth opportunity, dan struktur modal dalam mempengaruhi kinerja
perusahaan sebelum mengambil keputusan investasi sehingga investor
dapat meminimalisir kerugian. Hal ini membantu investor untuk memilih
perusahaan mana yang mempunyai prospek baik di masa depan. Investor
biasanya akan lebih memilih untuk berinvestasi dengan perusahaan yang
memiliki tingkat hutang yang rendah.
162
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Willy dan Hartono, Jogiyanto. 2015. Patial Least Square (PLS) Alternatif
Structural Equation Modeling (SEM) Dalam Penelitian Bisnis.
Yogyakarta: ANDI.
Adhi Karya. Profil Perusahaan. Diakses pada tanggal 14 April 2019
darihttp://adhi.co.id/about-adhi/company-profile
Afendi, Arif. 2018. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial, Kebijakan
Deviden, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur
Modal Perusahaan (Studi di Bursa Efek Indonesia). SEGMEN Jurnal
Manajemen. 4(2): 1-21.
Ambarwati, Novi Sagita, Yuniarta, Gede Adi, dan Sinarwati , Ni Kadek. 2015.
Pengaruh Modal Kerja, Likuiditas, Aktivitas dan Ukuran Perusahaan
Terhadap profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurusan Akuntansi Program S1. 3(1): 1-11.
Ananda, Nova Adhitya dan Nugraha AP, I Nyoman. 2016. Pengaruh Growth
Opportunity Terhadap Nilai Perusahaan Melalui Struktur Modal (Pada
Perusahaan Sektor Property, Real Estate & Building Construction yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014). Jurnal Ilmu
Manajemen dan Bisnis. 4(2): 15-28.
Anindito, Bagus. 2015, Analisis Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Struktur
Modal, Umur Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap
Profitabilitas pada Perusahaan yang Tergabung dalam LQ-45 di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2010-2012, Skripsi S1, Universitas Diponegoro,
Diakses 11 Februari 2017, dari www.undip.ac.id.
Arista, Belananda Dwi. 2017. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas
(Studi Pada Perusahaan Sub Sektor Otomotif dan Komponen yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015). Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB). 46(1): 20-26.
Astra Agro Lestari. Profil Perusahaan. Diakses pada tanggal 14 April 2019 dari
http://www.astra-agro.co.id/tonggak-sejarah/.
Astra Internasional. Tentang Asra. Diakses pada tanggal 14 April 2019 dari
https://www.astra.co.id/About-Astra
Bank Centra Asia. Visi dan Misi. Diakses pada tanggal 14 April 2019 dari
https://www.bca.co.id/id/Tentang-BCA.
Bank Negara Indonesia. Sejarah. Diakses pada tanggal 14 April 2019 dari
163
https://www.bni.co.id/id-id/perusahaan/tentangbni/sejarah.
Baron, Reuben M dan Kenny, David A. 1986. The Mediator Variable Distinction
in Sosial Psychological Research: Conceptual, Strategic, and Statistical
Considerations. Journal of Personality Social Psychologu. 31(6): 1173-
1182.
Brealey, Myers dan Marcus. 2017. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan
Perusahaan Jilid 2. Jakarta:Erlangga.
Brendea, Gabriela. 2014. Ownership Structure, Performance And Capital Structure
Of Rimanian Firms. Internal Auditing & Risk Management Anul IX.
4(36): 1-10.
Brigham, Eugene dan Ehrhardt, Michael. 2011. Financial Management: Theory
and Practice 13th Edition. South-Western: Cengage Learning.
Chin, Wynne W. 1998. The Partial Least Squares Approach To Structural Equation
Modeling. In G.A. Marcoulides (Ed.), Modern Methods For Business
Research. 22(1): 295-336.
Bank Danamon. Profil Perusahaan. Diakses pada tanggal 14 April 2019 dari
https://www.danamon.co.id/id/Tentang-Danamon/ProfilPerusahaan.
Bank Mandiri. Profil Perusahaan. Diakses pada tanggal 14 April 2019 dari
https://www.bankmandiri.co.id/web/guest/profil-perusahaan.
Dimitri, Michael dan Sumani. 2013. Analisis Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan, Usia dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap
Struktur Modal. Jurnal Manajemen. 1(1): 82-105.
Eforis, Chermian. 2017. Pengaruh Kepemilikan Negara dan Kepemilikan Publik
Terhadap Kinerja Keuangan BUMN (Studi Pada Perusahaan BUMN
yang Go-Public Pada Tahun 2012-2015). Ultima Accounting. 9(1): 18-
31.
Epi, Yus. 2017. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan Manajerial
dan Manajemen Laba Terhadap Kinerja Perusahaan Property dan Real
Estate yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia. Riset & Jurnal
Akunta. 1(1): 1-7.
Fahmi, Irham. 2013. Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawaban.
Bandung: Alfabeta, cv.
Falirat, Tine S., Rate, Pauline Van dan Maramin, Joubert B. 2018. Analisis
Komparasi Kinerja Keuangan Berdasarkan Ukuran Perusahaan Pada
Industri Farmasi di BEI Periode 2012-2016. Jurnal EMBA. 6(2): 998-
1007.
164
Fitrah, Muh dan Luthfiyah. 2017. Metodologi Penelitian (Penelitian Kualitatif
Tindakan Kelas dan Studi Kasus). Sukabumi: Tim CV Jejak.
Fressilia, Friesca dan Pratiwi, Raisa. 2017. Pengaruh Good Corporate Governance,
Likuiditas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada
Perusahaan BUMN yang Termasuk dalam IICG dengan Struktur Modal
sebagai Variabel Intervening. 21 Agustus 2017: 1-23.
Gelso, Charles J dan Palma, Beatriz. 2011. Dicerctions for Research on Self-
Disclosure and Immediacy: Moderation, Mediation, and the Inverted U.
Departement of Psychology, University of Maryland, Collage Park.
48(4): 342-348.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate deyonongan Program IBM
SPSS21 Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Halim, Abdul. 2015. Manajemen Keuangan Bisnis. Bogor: Ghalia Indonesia.
Hanafi, Mamduh M. dan Halim, Abdul. 2012. Analisis Laporan Keuangan.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Hantono. 2017. Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas dengan Coeporate
Social Resposibility sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan
Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Wira
Ekonomi Mikroskil. 7(1): 89-100.
Harmono. 2014. Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard Pendekatan
Teori, Kasus, dan Riset Bisnis. Jakarta:Bumi Aksara.
Haryono, Selly Anggraeni., Fitriany dan Fatima, Eliza. 2017. Pengaruh Struktur
Modal dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia. 14(2): 119-141.
Hery. 2015. Analisis Kinerja Manajemen. Jakarta: PT Grasindo.
Hery. 2014. Controllership Knowledge and Management Approach. Jakarta: PT
Grasindo.
Hermuningsih, Sri. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Size Terhadap Nilai Perusahaan
dengan Struktur Modal Sebagai Variabel intervening. Jurnal Siasat
Bisnis. 16(2): 232-242.
Hermuningsih, Sri. 2013. Pengaruh Profitabilitas, Growth Opportunity, Struktur
Modal Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Publik Di
Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. 16(2): 127-148.
Khairani Hs, Mimi. 2015. Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial dan Growth
Opportunity Terhadap STruktur Modal dan Kinerja Keuangan
Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektpr Industri dan
165
Konsumsi Barang Yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2012). 2(1): 1-
14.
Immanuela, Intan. 2014. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Struktur Modal,
Ukuran Perusahaan, dan Agency Cost sebagai Variabel Intervening
terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI. Widya Warta. No. 1: 59-70.
Indarti, MG Kentris dan Extaliyus, Lusi. 2013. Pengaruh Corporate Governance
Preception Index (CGPI), Struktur Kepemilikan, dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan. Jurnal Bisnis dan Ekonomi
(JBE). 2(2): 171-183.
Indofood. Indofood at a Glance. Diakses pada tanggal 14 April 2019 dari
https://www.indofood.com/company/indofood-at-a-glance.
Ircham, Muhammad., Handayani, Siti Ragil dan Saifi, Muhammad. 2014.
Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham
(Studi pada perusahaan manakan dan minuman yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2009-2012). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB).
11(1): 1-8.
Jelinek, Kate dan Stuerke, Pamela S. 2009. The Nonlinear Relation Between Agency
Costs and Managerial Equity Ownership: Evidence of Decreasing
Benefits of Increasing Ownership. International Journal of Managerial
Finance, 5(2), 156–178.
Jensen, Michael C. dan Meckling, William H. 1998. Theory of the Firm:
Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal
of Financial Economics. 3(4): 302-360.
Kalbe Farma. Sekilas Kalbe. Diakses pada tanggal 14 April 2019 dari
https://www.kalbe.co.id/id/tentang-kami.
Kasmir. 2017. Pengantar Manajemen Keuangan Edisi Kedua. Jakarta:Kencana.
Kirana, Maria Nindya dan Wahyudi, Sugeng. 2016. Analisis Pengaruh Corporate
Governance dan Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Kontrol. Diponegoro
Journal of Management. 5(4): 1-12.
Kirmi, Peter Njagi. 2017. Relationship Between Capital Structure and Profitability,
Evidence From Listed energy and Petroleum Companies Listed in
Nairobi Securities Exchange. Journal of Investment and Management.
6(5): 97-102.
Kopong, Yeni dan Nurzanah, Riska. 2016. Pengaruh Growth Opportunity dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas dengan Nilai Perusahaan
sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur yang
166
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014. Jurnal Akuntansi
Manajerial. 1(1): 116-133.
Latan, Hengky dan Imam Ghozali. 2012. Partial Least Squares: Konsep, Teknik,
dan Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS 2.0 M3. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Lestari, Nopi Puji dan Juliarto, Agung. 2017. Pengaruh Dimensi Struktur
Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur. Diponegoro
Journal of Accounting. 6(3): 1-10.
London Sumatra. Sejarah. Diakses pada tanggal 14 April 2019 dari
https://www.londonsumatra.com/content.aspx?mid=5.
Maftukhah, Ida. 2013. Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan
Kinerja Keuangan Sebagai Penentu Struktur Modal Perusahaan. Jurnal
Dinamika Manajemen. 4(1): 69-81.
Mardiyanto, Handono. 2009. Inti Sari Manajemen Keuangan Teori, Soal, dan
Jawaban. Jakarta: Grasindo.
Marinda, Fajrul., AR, Moch Dzulikrom dan Saifi, Muhammad. 2014. Pengaruh
Investment Opportunity Set (IOS) dan Struktur Modal Terhadap Kinerja
Keuangan. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). 14(1): 1-10.
Michael R Baye dan Jeffrey T Prince. 2016. Ekonomi Manajerial dan Strategi
Bisnis. Jakarta:Salemba Empat.
Moeheriono. 2012. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Musthafa. 2017. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: ANDI.
Musthapa, Mazlina dan Ahmad, Ayoib Che. 2011. Agency Theory and Managerial
Ownership : Evidence From Malaysia. Managerial Auditing Journal.
26(5): 419-436.
Myers, Stewart C., Brealey, Richard A dan Allen, Franklin. 2011. Principle of
Corporate Finance Published, 10th Edition. New York: McGraw-Hill.
Namazi, Mohammad dan Namazi, Navid Reza. 2016. Conceptual Analysis of
Moderator and Mediator Variables in Business Research. Procedia
Economics and Finance (36): 540-554.
Nekounam, Jafar., Malak Hossini, Hamid Reza dan Ahmadi, Mohsen. 2013.
Relationship Between Institutional Ownership and Agency Cost in
Investing Market of Iran. Life Science Journal. 10(6s): 34-38.
167
Niresh, J. Aloy dan Venampy, Tirunavukarrasu. 2014. Firm Size and Profitability:
A Study of Listed Manufacturing Firms in Sri Lanka. International
Journal of Business and Management. 9(4): 57-64.
Noor, Juliansyah. 2017. Metodologi Peneliian Skripsi, Tesis, Distertasi, dan Karya
Ilmiah. Jakarta: Kencana.
Nuswandari, Cahyani. 2013. Determinan Struktur Modal Dalam Perspektif
Pecking Order Theory dan Agency Theory. Dinamika Akuntansi,
Keuangan dan Perbankan. 2(1): 92-102.
Oktarina, Famela. 2015. Pengaruh Growth Opportunity dan Tax Shield Terhadap
Struktur Modal dan Kinerja Perusahaan (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI
Pada Periode 2009-2012). JOM FEKON. 2(1): 1-14.
Otoritas Jasa Keuangan. Salinan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 51
/POJK.03/2017. Diakses pada tanggal 3 Maret 2019 dari
https://www.ojk.go.id/sustainable-finance/id/peraturan/peraturan-
ojk/Documents/SAL%20POJK%2051%20%20keuangan%20berkelanju
tan.pdfPerbankan/Pedoman%20Teknis%20%20POJK%20KB%20Ceta
k.pdf.
Paminto, Ardi., Setyadi, Djoki dan Sinaga, Jhonny. 2016. The Effect of Capital
Structure, Firm Growth and Dividend Policy on Profitability and Firm
Value of the Oil Palm Plantation Companies in Indonesia. European
Journal of Business and Management. 8(33): 123-134.
Petta, Brigitta Clarabella dan Tarigan, Josua. 2017. Pengaruh Kepemilikan
Institusional Terhadap Kinerja Keuangan Melalui Struktur Modal
Sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Business Acounting
Review. 5(2): 625-636.
Pratiwi, Rafika dan Yulianto, Arief. 2016. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan
Komisaris Independen Terhadap Biaya Keagenan Perusahaan Yang
Masuk Dalam Indonesua Most Trusted Companies. Management
Analysis Journal. 5(3): 215-228.
Prijanto, Tulus., Veno, Andri dan Chuzaimah. 2017. Pengaruh Ukuran Perusahaan
dan Likuiditas Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan
Sistem Teknologi Informasi. 13(4): 432-441.
PROPER. Publikasi PROPER 2017, diakses pada tanggal 3 Maret 2019, dari
http://proper.menlhk.go.id/portal/?view=x&desc=1&collps=234
Primadhanny, Risty. 2016. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Struktur
Modal Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Tercatat di BEI
Periode 2010-2014. Jurnal Ilmu Manajemen. 4(3): 1-9.
168
Purnomosidi, Lukman., Suhadak., Siregar, Hermanto dan Dzulkirom, M. 2014. The
Influence of Company Size, Capital Structure, Good Corporate
Governance, Inflation, Intereset Tax, and Exchange Rate of Financial
Performance and Value of The Company. Interdisciplinary Journal of
Contemporary Research in Business. 5(10): 26-33.
Putra, A.A Wela Yulia dan Badjra, Ida Bagus. 2015. Pengaruh Leverage,
Pertumbuhan Penjualan dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Profitabilitas. E-Jurnal Manajemen Unud. 4(7): 2025-2067.
Riawan, I Wayan Rio dan Astini, Luh Gede Sri. 2014. Analisis Pengaruh
Profitabilitas Dan Struktur Kepemilikam Terhadap Struktur Modal Dan
Kinerja Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). E-Journal Manajemen Universitas Udayana. 3(11): 3309-3321.
Rodoni, Ahmad dan Ali, H. 2014. Manajemen Keuangan Modern. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
S, Setiadharma dan M, Machali. 2017. The Effect of Asset Structure and Firm Value
with Capital Structure as Intervening Variable. Journal of Business &
Financial Affairs. 6(4): 1-5.
Santosa Rizky W. 2013. Dampak Pencemaran Lingkungan Laut Oleh Perusahaan
Pertambangan Terhadap Nelayan Tradisional. Lex Administratum.
1(2): 65-78.
Santoso, Yuswanandre dan Priantinah, Denies. 2015. Pengaruh Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, Likuiditas dan Growth
Opportunity Terhadap Struktur Modal Perusahaan. Jurnal Profita. 4(4):
1-17.
Sardo, Filipe dan Serrasqueiro, Zelia. 2018. Intellectual capital, growth
opportunities, and financial performance in European firms. Journal of
Intellectual Capital. Emerald Publishing Limited. 19(4): 747-767.
Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
BPFE.
Savitri, Ni Luh Asri dan Mimba, Ni Putu Sri Harta. 2016. Kemampuan
Profitabilitas dan Growth Opportunity Memoderasi Pengaruh
Pengungkapan Corporare Social Resposibility Pada Nilai Perusahaan.
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 5(11): 3765-3792.
Semen Indonesia. Profil Korporasi. Diakses pada tanggal 14 April 2019 dari
https://semenindonesia.com/semenindonesia/.
Setiadewi, Kadek Ayu Yogamurti dan Purbawangsa, Ida Bgs Anom. 2015.
Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap Profitabilitas
dan Nilai Perusahaan. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana. 4(2):
596-609.
169
Setyawan, Arief Indra Wahyu., Topowijono dan Nuzula, Nila Firdaus. 2016.
Pengaruh Firm Size, Growth Opportunity, Profitability, Business Risk,
Effective Tax Rate, Asset Tangibility, Firm Age dan Liquidity Terhadap
Struktur Modal Perusahaan. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). 31(1):
108-117.
Siregar, Sofyan. 2011. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta: PT. Raja
Grafinfo Persada.
Siregar, Silvia Veronica, Diyanty, Vera., Christiningrum, MF., dan Yuniasih,
Rafika. 2014. Efek Entrenchment dan Alignment Pemegang Saham
Pengendali pada Strategi Diversifikasi dan Kinerja Perusahaan dan
Peran Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi 17
Mataram. 27: 1–33.
Subagyo, Nur Aini Masruroh dan Bastian, Indra. 2018. Akuntansi Manajemen
Berbasis Desain. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Afabeta.
Statistik Lingkungan Hidup Indonesia. 2012. Diakses dari www.bps.go.id pada 3
Maret 2019.
Syamsuddin. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Tambunan, Jessica Talenta Agustina dan Prabawani, Bulan. 2018. Pengaruh
Ukuran Perusahaan, Leverage dan Struktur Modal Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor
Aneka Industri Tahun 2012-2016). Diponegoro Journal Of Sosial and
Politic. 9 April 2018: 1-10.
Tampubolon, Manahan P. 2013. Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra Kencana
Media.
Tertius, Melia Agustina dan Christiawan, Yulis Jogi. Pengaruh Good Corporate
Governance Terhadap Kinerja Perusahaan pada Sektor Keuangan.
Business Accounting Review. 3(1): 223-232.
Telkom Indonesia. Tentang Telkom Group. Diakses pada tanggal 14 April 2019
dari,https://www.telkom.co.id/servlet/tk/about/id_ID/stocklanding/profi
l-dan-riwayat-singkat.html.
Timah. Sekilas Timah. Diakses pada tanggal 14 April 2019 dari
http://www.timah.com/v3/ina/tentang-kami-sekilas-pt-timah/.
Unilever. Arsip Unilever. Diakses pada tanggal 14 April 2019 dari
https://www.unilever.co.id/about/who-we-are/our-history/.
170
United Tractors. Sekilas Perusahaan. Diakses pada tanggal 14 April 2019 dari
http://www.unitedtractors.com/id/company-profile.
Umam, Chaerul Muchammad dan Mahfud, Mohammad Kholiq. 2016. Pengaruh
Ukuran Perusahaan Dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Dengan
Profitabilitas Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-
2014. Diponegoro Journal of Management. 5 (3): 1-11.
Van Horne, James C. dan Wachowicz, John M. 2012. Prinsip-prinsip Manajemen
Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Wahyudi, Setyo Tri. 2017. Statistika Ekonomi dan Penerapan. Malang: UB Press.
Purba, Ida Bagus Gde Indra Wedhana dan Yadnya, Putu. 2015. Pengaruh Ukuran
Perusahaan dan Leverage Terhadap Profitabilitas dan Pengungkapan
Corporate Social Responsibility. E-Jurnal Manajemen Unud. 4(8): 2428-
2443.
Widarjono, Agus. 2015. Analisis Multivariat Terapan Edisi Kedua. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.
Widyati, Maria Fransisca. 2013. Pengaruh Dewan Direksi, Komisaris Independen,
Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional
Terhadap Kinerja Keuangan. Jurnal Ilmu Manajemen. 1(1): 243-249.
Widayanthi, Ni Made Dewi Gita dan Sudiartha, Gede Marta. 2018. Pengaruh
Tingkat Pertumbuhan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Struktur
Modal Sebagai Variabel Moderasi. E-Jurnal Manajemen Unud. 7(4):
2196-2225.
Winarno, S. H. 2017. Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Melalui Analisis
Profitabilitas. Jurnal Moneter Vol. IV No. 2 Oktober. ISSN 2355-2700,
page: 106-112.
Wiranata, Yulius Ardy dan Nugrahanti, Yeterina Widi. 2013. Pengaruh Struktur
Kepemilikan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manyfaktur Di
Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. 15(1): 15-26.
Wulandari, Tri dan Raharja. 2013. Analisis Pengaruh Political Connection dan
Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan. Diponegoro
Journal of Accounting. 2(1): 1-12.
Yamin, Sofyan dan Kurniawan, Heri. 2011. Partial Least Square Path Modeling.
Jakarta: Salemba Infotek Publisher.
Yegon, Charles., Sang, Jane dan Kirui, Joseph. 2014. The Impact of Corporate
Governance on Agency Cost: Empirical Analysis of Quoted Services
Firms in Kenya. Research Journal of Finance and Accounting. 5(12):
145-154.
171
Yulianto, Arief. 2013. Keputusan Struktur Modal dan Kebijakan Dividen Sebagai
Mekanisme Mengurangi Masalah Keganen. Jurnal Dinamika
Manajemen. 4(2): 161-179.
Z, Rico Wijaya., Solikhin, Agus dan Mirdah, Andi. 2017. Pengaruh Kinerja
Keuangan, Kebijakan Deviden dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Harga Saham (Studi pada Perusahaan Publik yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia). Department of Management Faculty of Economics and
Business Universitas Jambi. 3(5): 1-15.
www.bps.go.id
www.finance.yahoo.com
www.idx.co.id
www. kehati.or.id
www.menlhk.go.id
www.investing.com
LAMPIRAN
Lampiran 1 Input Variabel
Kode Tahun Ukuran Perusahaan
TOTAL ASET Ln Total Aset
AALI 2012 12.419.820.000.000 30,1503
2013 14.963.190.000.000 30,3366
2014 18.558.329.000.000 30,5519
2015 21.512.371.000.000 30,6996
2016 24.226.122.000.000 30,8185
2017 24.935.426.000.000 30,8473
ADHI 2012 7.872.073.635.468 29,6943
2013 9.720.961.764.422 29,9053
2014 10.458.881.684.274 29,9785
2015 16.761.063.514.879 30,4501
2016 20.095.435.959.279 30,6315
2017 28.332.948.012.950 30,9750
ASII 2012 182.274.000.000.000 32,8365
2013 213.994.000.000.000 32,9970
2014 236.029.000.000.000 33,0950
2015 245.435.000.000.000 33,1341
2016 261.855.000.000.000 33,1988
2017 295.646.000.000.000 33,3202
BBCA 2012 442.994.197.000.000 33,7246
2013 496.304.573.000.000 33,8382
2014 552.423.892.000.000 33,9453
2015 594.372.770.000.000 34,0185
2016 676.738.753.000.000 34,1483
2017 750.319.671.000.000 34,2515
BBNI 2012 333.303.506.000.000 33,4401
2013 386.654.815.000.000 33,5886
2014 416.573.708.000.000 33,6631
2015 508.595.288.000.000 33,8627
2016 603.031.880.000.000 34,0330
2017 709.330.084.000.000 34,1953
BBRI 2012 551.336.790.000.000 33,9434
2013 626.182.926.000.000 34,0707
2014 801.955.021.000.000 34,3181
2015 878.426.312.000.000 34,4092
2016 1.003.644.426.000.000 34,5424
2017 1.126.248.442.000.000 34,6577
173
BDMN 2012 155.791.308.000.000 32,6795
2013 184.237.348.000.000 32,8472
2014 195.820.856.000.000 32,9082
2015 188.057.412.000.000 32,8678
2016 174.436.521.000.000 32,7926
2017 178.257.092.000.000 32,8142
BMRI 2012 635.618.708.000.000 34,0856
2013 733.099.762.000.000 34,2283
2014 855.039.673.000.000 34,3822
2015 910.063.409.000.000 34,4445
2016 1.038.706.009.000.000 34,5768
2017 1.124.700.847.000.000 34,6563
INDF 2012 59.389.405.000.000 31,7151
2013 78.092.789.000.000 31,9889
2014 85.938.885.000.000 32,0847
2015 91.831.526.000.000 32,1510
2016 82.174.515.000.000 32,0399
2017 87.939.488.000.000 32,1077
KLBF 2012 9.417.957.180.958 29,8736
2013 11.315.061.275.126 30,0572
2014 12.425.032.367.729 30,1507
2015 13.696.417.381.439 30,2482
2016 15.226.009.210.657 30,3540
2017 16.616.239.416.335 30,4414
LSIP 2012 7.551.796.000.000 29,6528
2013 7.974.876.000.000 29,7073
2014 8.655.146.000.000 29,7892
2015 8.848.792.000.000 29,8113
2016 9.459.088.000.000 29,8780
2017 9.744.381.000.000 29,9077
SMGR 2012 26.579.083.786.000 30,9111
2013 30.833.102.777.000 31,0596
2014 34.331.674.737.000 31,1671
2015 38.153.118.932.000 31,2726
2016 44.226.895.982.000 31,4204
2017 48.963.502.966.000 31,5221
TINS 2012 6.101.007.000.000 29,4395
2013 8.244.019.000.000 29,7405
2014 9.752.477.000.000 29,9085
2015 9.279.683.000.000 29,8588
2016 9.548.631.000.000 29,8874
2017 11.876.309.000.000 30,1056
TLKM 2012 111.369.000.000.000 32,3439
174
2013 127.951.000.000.000 32,4827
2014 140.895.000.000.000 32,5790
2015 166.173.000.000.000 32,7441
2016 179.611.000.000.000 32,8218
2017 198.484.000.000.000 32,9217
UNTR 2012 50.300.633.000.000 31,5490
2013 57.362.244.000.000 31,6804
2014 60.292.031.000.000 31,7302
2015 61.715.399.000.000 31,7536
2016 63.991.229.000.000 31,7898
2017 82.262.093.000.000 32,0409
UNVR 2012 11.984.979.000.000 30,1147
2013 12.703.468.000.000 30,1729
2014 14.280.670.000.000 30,2899
2015 15.729.945.000.000 30,3866
2016 16.745.695.000.000 30,4492
2017 18.906.413.000.000 30,5705
Kode Tahun
Struktur
Kepemilikan
Growth Opportunity
KM MVA/BVA MVE/BVE
AALI 2012 0,0000 2,7438 3,3125
2013 0,0000 2,9556 3,8512
2014 0,0000 2,4199 3,2260
2015 0,0000 1,6164 2,1335
2016 0,0000 1,6065 1,8351
2017 0,0000 1,2716 1,3654
ADHI 2012 0,0005 1,2527 2,6846
2013 0,0005 1,1205 1,7566
2014 0,0000 1,3651 3,1799
2015 0,0000 1,1467 1,4762
2016 0,0000 1,0977 1,3609
2017 0,0000 1,0297 1,1435
ASII 2012 0,0004 2,1952 3,4257
2013 0,0004 1,7902 2,5925
2014 0,0003 1,8236 2,8307
2015 0,0004 1,4741 1,9197
2016 0,0004 1,7451 2,3945
2017 0,0004 1,6078 2,1494
BBCA 2012 0,0026 1,3852 4,2883
2013 0,0026 1,3480 3,7002
175
2014 0,0024 1,4447 4,1529
2015 0,0024 1,4009 3,6587
2016 0,0020 1,3981 3,3904
2017 0,0020 1,5445 4,1091
BBNI 2012 0,0023 1,0764 1,5853
2013 0,0021 1,0672 1,5448
2014 0,0020 1,1266 1,8642
2015 0,0002 1,0287 1,1864
2016 0,0000 1,0229 1,1544
2017 0,0000 1,1180 1,8297
BBRI 2012 0,0000 1,1933 2,6425
2013 0,0000 1,1589 2,2546
2014 0,0000 1,2365 2,9405
2015 0,0001 1,1893 2,4702
2016 0,0001 1,1381 1,9441
2017 0,0000 1,2501 2,6829
BDMN 2012 0,0026 1,1632 1,8847
2013 0,0027 1,0251 1,1467
2014 0,0018 1,0548 1,3285
2015 0,0017 0,9812 0,8964
2016 0,0016 0,9953 0,9775
2017 0,0004 1,1545 1,7030
BMRI 2012 0,0009 1,1769 2,4695
2013 0,0007 1,1287 2,0629
2014 0,0006 1,1530 2,2478
2015 0,0005 1,1059 1,8063
2016 0,0001 1,1124 1,7610
2017 0,0001 1,1808 2,1960
INDF 2012 0,0002 1,2900 1,5045
2013 0,0002 1,2507 1,5102
2014 0,0002 1,2099 1,4376
2015 0,0002 1,0252 1,0537
2016 0,0002 1,3121 1,5836
2017 0,0002 1,2296 1,4319
KLBF 2012 0,0000 5,4931 6,7404
2013 0,0000 5,4272 6,8934
2014 0,0000 7,1138 8,7376
2015 0,0000 4,7190 5,6568
2016 0,0000 4,8455 5,6977
2017 0,0000 4,9314 5,7017
LSIP 2012 0,0000 2,2464 2,4989
176
2013 0,0000 1,8211 1,9901
2014 0,0000 1,6552 1,7856
2015 0,0000 1,1881 1,2268
2016 0,0000 1,4462 1,5520
2017 0,0000 1,1603 1,1923
SMGR 2012 0,0000 3,8537 5,1756
2013 0,0000 3,0166 3,8586
2014 0,0000 3,0706 3,8429
2015 0,0000 2,0531 2,4642
2016 0,0000 1,5392 1,7800
2017 0,0000 1,5776 1,9292
TINS 2012 0,0000 1,5233 1,7004
2013 0,0001 1,3396 1,5330
2014 0,0000 1,3604 1,6268
2015 0,0000 0,8265 0,7003
2016 0,0000 1,2464 1,4161
2017 0,0000 0,9756 0,9522
TLKM 2012 0.0000 8,1790 12,9370
2013 0.0000 2,0265 2,6964
2014 0.0000 2,3851 3,2659
2015 0.0000 2,2726 3,2635
2016 0.0001 2,6075 3,7356
2017 0.0000 2,6510 3,9226
UNTR 2012 0,0000 1,8187 2,2750
2013 0,0006 1,6141 1,9881
2014 0,0006 1,4336 1,6776
2015 0,0000 1,3885 1,6108
2016 0,0000 1,5726 1,8597
2017 0,0000 2,0273 2,7777
UNVR 2012 0,0000 13,9426 40,0884
2013 0,0000 16,2813 46,6264
2014 0,0000 17,9355 53,5901
2015 0,0000 18,6404 58,4812
2016 0,0000 18,3979 62,9311
2017 0,0000 23,2858 82,4444
Kode Tahun Struktur Modal Kinerja Perusahaan
DAR DER ROE ROA
AALI 2012 0,2459 0,3261 0,2691 0,2029
2013 0,3138 0,4575 0,1854 0,1272
2014 0,3621 0,5678 0,2214 0,1412
177
2015 0,4562 0,8389 0,0595 0,0323
2016 0,2738 0,3770 0,1202 0,0873
2017 0,2566 0,3452 0,1140 0,0848
ADHI 2012 0,8500 5,6661 0,1806 0,0271
2013 0,8407 5,2778 0,2638 0,0420
2014 0,8325 4,9712 0,1865 0,0312
2015 0,6920 2,2469 0,0901 0,0277
2016 0,7292 2,6921 0,0579 0,0157
2017 0,7928 3,8268 0,0881 0,0182
ASII 2012 0,5073 1,0295 0,2532 0,1248
2013 0,5038 1,0152 0,2100 0,1042
2014 0,4902 0,9616 0,2084 0,0937
2015 0,4845 0,9397 0,1234 0,0636
2016 0,4657 0,8716 0,1308 0,0699
2017 0,4712 0,8912 0,1482 0,0784
BBCA 2012 0,8805 7,5160 0,2258 0,0265
2013 0,8682 6,7362 0,2229 0,0287
2014 0,8554 6,0645 0,2119 0,0299
2015 0,8445 5,6005 0,2012 0,0303
2016 0,8283 4,9732 0,1830 0,0305
2017 0,8196 4,6799 0,1775 0,0311
BBNI 2012 0,8694 6,6577 0,1619 0,0211
2013 0,8767 7,1088 0,1900 0,0234
2014 0,8189 5,5906 0,1775 0,0260
2015 0,8115 5,2618 0,1165 0,0180
2016 0,8170 5,5202 0,1278 0,0189
2017 0,8234 5,7886 0,1365 0,0194
BBRI 2012 0,8823 7,4976 0,2880 0,0339
2013 0,8733 6,8937 0,2692 0,0341
2014 0,8781 7,2052 0,2482 0,0302
2015 0,8712 6,7649 0,2246 0,0289
2016 0,8537 5,8362 0,1786 0,0261
2017 0,8514 5,7300 0,1736 0,0258
BDMN 2012 0,8156 4,4220 0,1433 0,0264
2013 0,8287 4,8390 0,1318 0,0226
2014 0,8333 4,9982 0,0822 0,0137
2015 0,8181 4,4964 0,0722 0,0131
2016 0,7915 3,7951 0,0768 0,0160
2017 0,7802 3,5506 0,0977 0,0215
BMRI 2012 0,8161 6,7776 0,2096 0,0252
2013 0,8140 6,7207 0,2121 0,0257
2014 0,8152 6,6481 0,1970 0,0242
178
2015 0,8090 6,1611 0,1770 0,0232
2016 0,7938 5,3763 0,0955 0,0141
2017 0,7896 5,2235 0,1261 0,0191
INDF 2012 0,4251 0,7396 0,1400 0,0805
2013 0,5086 1,0351 0,0890 0,0438
2014 0,5203 1,0845 0,1248 0,0599
2015 0,5304 1,1296 0,0860 0,0404
2016 0,4653 0,8701 0,1199 0,0641
2017 0,4683 0,8808 0,1100 0,0585
KLBF 2012 0,2173 0,2776 0,2408 0,1885
2013 0,2488 0,3312 0,2318 0,1741
2014 0,2099 0,2656 0,2161 0,1707
2015 0,2014 0,2522 0,1881 0,1502
2016 0,1814 0,2216 0,1886 0,1544
2017 0,1638 0,1959 0,1766 0,1476
LSIP 2012 0,1684 0,2026 0,1776 0,1477
2013 0,1706 0,2058 0,1162 0,0964
2014 0,1659 0,1990 0,1270 0,1059
2015 0,1707 0,2059 0,0849 0,0704
2016 0,1917 0,2371 0,0775 0,0627
2017 0,1665 0,1997 0,0940 0,0783
SMGR 2012 0,3166 0,4632 0,2712 0,1854
2013 0,2945 0,4175 0,2569 0,1812
2014 0,2717 0,3730 0,2227 0,1622
2015 0,2808 0,3904 0,1649 0,1186
2016 0,3087 0,4465 0,1483 0,1025
2017 0,3783 0,6086 0,0671 0,0417
TINS 2012 0,2529 0,3385 0,0947 0,0707
2013 0,3628 0,5694 0,1105 0,0704
2014 0,4249 0,7390 0,1138 0,0654
2015 0,4212 0,7277 0,0189 0,0109
2016 0,4079 0,6889 0,0446 0,0264
2017 0,4896 0,9593 0,0829 0,0423
TLKM 2012 0,3986 0,6628 0,2741 0,1649
2013 0,3949 0,6526 0,2621 0,1586
2014 0,3887 0,6359 0,2490 0,1522
2015 0,4378 0,7786 0,2496 0,1403
2016 0,4124 0,7018 0,2764 0,1624
2017 0,4351 0,7701 0,2916 0,1648
UNTR 2012 0,3578 0,5573 0,1781 0,1144
2013 0,3785 0,6091 0,1346 0,0837
2014 0,3602 0,5629 0,1255 0,0803
179
2015 0,3640 0,5724 0,0711 0,0452
2016 0,3339 0,5014 0,1198 0,0798
2017 0,4221 0,7305 0,1614 0,0933
UNVR 2012 0,6689 2,0201 1,2194 0,4038
2013 0,6651 1,9858 1,2581 0,4214
2014 0,6780 2,1053 1,2478 0,4018
2015 0,6931 2,2585 1,2122 0,3720
2016 0,7191 2,5597 1,3585 0,3816
2017 0,7264 2,6546 1,3540 0,3705
180
Lampiran 2 Output SmartPLS 3.00 sebelum Modifikasi
Gambar Model Penelitian
Outer Loadings
Ukuran
Perusahaa
n
Struktur
Kepemilika
n
Growth
Opportunity
Struktur
Modal
Kinerja
Perusahaan
Ln Asset 1.000
KI 0.629
KM 0.840
KP -0.634
MVA/BVA 0.994
MVE/BVE 0.994
Pert. Aktiva -0.070
DAR 0.980
DER 0.981
ROA 0.965
ROE 0.968
181
Construct Reliability and Validity
Cronbach’s
Alpha rho_A
Composite
Reliability
Average Variance
Extracted (AVE)
Ukuran
Perusahaan 1.000 1.000 1.000 1.000
Struktur
Kepemilikan -3.063 0.722 0.317 0.501
Growth
Opportunity 0.550 0.990 0.783 0.661
Struktur Modal 0.959 0.960 0.980 0.961
Kinerja
Perusahaan 0.930 0.931 0.966 0.934
Discriminant Validity - Cross Loadings
Ukuran
Perusahaan
Struktur
Kepemilikan
Growth
Opportunity
Struktur
Modal
Kinerja
Perusahaan
Ln Asset 1.000 0.350 -0.289 0.690 -0.330
KI -0.025 0.629 0.367 0.206 0.321
KM 0.464 0.840 -0.175 0.561 -0.245
KP 0.019 -0.634 -0.364 0.211 -0.317
MVA/BVA -0.372 0.029 0.994 -0.084 0.955
MVE/BVE -0.249 0.094 0.994 0.037 0.927
Pert. Aktiva -0.050 -0.127 -0.070 0.132 -0.024
DAR 0.660 0.541 0.051 0.980 -0.068
DER 0.693 0.540 -0.101 0.981 -0.202
ROA -0.453 -0.139 0.868 -0.367 0.965
ROE -0.190 0.103 0.960 0.089 0.968
R-Square
R-Square R-Square Adjusted
Kinerja Perusahaan 0.909 0.905
Struktur Modal 0.601 0.588
182
Lampiran 3 Output SmartPLS 3.00 Setelah Modifikasi
Gambar Model Penelitian
Outer Loadings
Ukuran
Perusahaan
Struktur
Kepemilikan
Growth
Opportunity
Struktur
Modal
Kinerja
Perusahaan
Ln Asset 1.000
KM 1.000
MVA/BVA 0.995
MVE/BVE 0.994
DAR 0.980
DER 0.981
ROA 0.965
ROE 0.968
Construct Reliability and Validity
Cronbach
Alpha rho_A
Composite
Reliability
Average Variance
Extracted (AVE)
Ukuran
Perusahaan 1.000 1.000 1.000 1.000
Struktur
Kepemilikan 1.000 1.000 1.000 1.000
Growth
Opportunity 0.989 0.989 0.994 0.989
Struktur Modal 0.959 0.960 0.980 0.961
Kinerja
Perusahaan 0.930 0.931 0.966 0.934
183
Discriminant Validity - Cross Loadings
Ukuran
Perusahaan
Struktur
Kepemilikan
Growth
Opportunity
Struktur
Modal
Kinerja
Perusahaan
Ln Asset 1.000 0.464 -0.290 0.690 -0.330
KM 0.464 1.000 -0.176 0.561 -0.245
MVA/BVA -0.327 -0.208 0.995 -0.084 0.955
MVE/BVE -0.249 -0.142 0.994 0.037 0.927
DAR 0.660 0.538 0.053 0.980 -0.068
DER 0.693 0.561 -0.099 0.981 -0.202
ROA -0.453 -0.351 0.868 -0.367 0.965
ROE -0.190 -0.126 0.960 0.089 0.968
R-Square
R-Square R-Square Adjusted
Kinerja Perusahaan 0.911 0.907
Struktur Modal 0.589 0.576
Result for Inner Weight - Path Coefficients
Original
Sample
(O)
Smple
Mean (M)
Standar
Deviation
(STDEV)
T-Statistics
(|O/STDEV|)
P-
Values
Growth Opportunity
→ Kinerja
Perusahaan
0.955 0.955 0.023 41.349 0.000
Growth Opportunity
→ Struktur Modal 0.205 0.196 0.073 2.795 0.005
Struktur Kepemilikan
→ Kinerja
Perusahaan
-0.022 -0.023 0.018 1.230 0.219
Struktur Kepemilikan
→ Struktur Modal 0.329 0.335 0.069 4.785 0.000
Struktur Modal →
Kinerja Perusahaan -0.141 -0.144 0.051 2.762 0.006
Ukuran Perusahaan
→ Kinerja
Perusahaan
0.054 0.061 0.049 1.102 0.271
Ukuran Perusahaan
→ Struktur Modal 0.597 0.588 0.097 6.150 0.000
184
Result for Inner Weight – Specific Indirect Effects
Original
Sample
(O)
Smple
Mean (M)
Standar
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|)
P
Values
Growth Opportunity
→ Struktur Modal →
Kinerja Perusahaan -0.029 -0.027 0.012 2.401 0.017
Struktur Kepemilikan
→ Struktur Modal →
Kinerja Perusahaan -0.046 -0.048 0.019 2.375 0.018
Ukuran Perusahaan
→ Struktur Modal →
Kinerja Perusahaan -0.084 -0.085 0.035 2.431 0.015
185
Lampiran 4 Sampel Penelitian
No Kode Nama Emiten
1. AALI Astra Agro Lestari Tbk.
2. ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk.
3. ASII Astra Internasional Tbk.
4. BBCA Bank Central Asia Tbk.
5. BBNI Bank Negara Indonesia Tbk.
6. BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk.
7. BDMN Bank Danamon Tbk.
8. BMRI Bank Mandiri Tbk.
9. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
10. KLBF Kalbe Farma Tbk.
11. LSIP PP London Sumatra Indonesia Tbk.
12. SMGR Semen Indonesia Tbk.
13. TINS Timah Tbk.
14. TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk.
15. UNTR United Tractors tbk.
16. UNVR Unilever Indonesia Tbk.