Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH UKURAN DEWAN KOMISARIS, KOMITE MANAJEMEN
RISIKO, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEPEMILIKAN PUBLIK
TERHADAP PENGUNGKAPAN ENTERPRISE
RISK MANAGEMENT
(Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang
Terdaftar di BEI Tahun 2016-2018)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh:
FILIA INDRA SEPTIAWAN
B 200 160 197
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGARUH UKURAN DEWAN KOMISARIS, KOMITE MANAJEMEN
RISIKO, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEPEMILIKAN PUBLIK
TERHADAP PENGUNGKAPAN ENTERPRISE
RISK MANAGEMENT
(Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar
di BEI Tahun 2016-2018)
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
FILIA INDRA SEPTIAWAN
B 200 160 197
Telah diperiksa dan disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
Dr. Erma Setiawati M.M., Ak.
NIK: 0610106401
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENGARUH UKURAN DEWAN KOMISARIS, KOMITE MANAJEMEN
RISIKO, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEPEMILIKAN PUBLIK
TERHADAP PENGUNGKAPAN ENTERPRISE
RISK MANAGEMENT
(Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar
di BEI Tahun 2016-2018)
Oleh :
FILIA INDRA SEPTIAWAN
B 200 160 197
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Jum’at, 11 Desember 2020
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan penguji :
1. Dr. Erma Setiawati, M.M., Ak. ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. Shinta Permata Sari,S.E., M.M. ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Drs. Agus Endro Suwarno, M.Si. ( )
(Anggota II Dewan Penguji)
Mengetahui.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan diatas, maka
akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 11 Desember 2020
Penulis
FILIA INDRA SEPTIAWAN
B 200160197
1
PENGARUH UKURAN DEWAN KOMISARIS, KOMITE MANAJEMEN
RISIKO, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEPEMILIKAN PUBLIK
TERHADAP PENGUNGKAPAN ENTERPRISE
RISK MANAGEMENT
(Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar
di BEI Tahun 2016-2018)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh ukuran dewan komisaris,
komite manajemen risiko, ukuran perusahaan, dan kepemilikan publik terhadap
pengungkapan enterprise risk management. Populasi penelitian berjumlah 159
perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2016-2018. Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling sehingga
diperoleh 108 perusahaan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan alat analisis uji regresi linear berganda yang didahului uji asumsi
klasik menggunakan program IBM SPSS 21. Hasil uji regresi menunjukkan
bahwa secara simultan ukuran dewan komisaris, komite manajemen risiko, ukuran
perusahaan, dan kepemilikan publik berpengaruh terhadap pengungkapan
enterprise risk management. Secara parsial variabel komite manajemen risiko dan
ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan enterprise risk
management, sedangkan variabel ukuran dewan komisaris dan kepemilikan publik
tidak berpengaruh terhadap pengungkapan enterprise risk management.
Kata Kunci: Manajemen Risiko, Ukuran Dewan Komisaris, Komite Manajemen
Risiko, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Publik.
Abstract
This study aims to examine the effect of the board of commissioner size, risk
management committee, firm size, and public ownership on enterprise risk
management disclosure. The population of the research is 159 consumer goods
industry companies listed on the Indonesia Stock Exchange between 2016-2018.
The sample selection used purposive sampling technique obtained 108 companies.
The analytical method used in this study uses multiple linear regression analysis
tools preceded by a classic assumption test using the IBM SPSS 21 program. The
regression test results show that simultaneously the board of commissioner size,
risk management committee, firm size, and public ownership have an effect on
enterprise risk management disclosure. Partially, the risk management committee
variable and firm size have a significant effect on enterprise risk management
disclosure, while the board of commissioner size variable and public ownership
have no effect on enterprise risk management disclosure.
Keywords: Risk Management, Board of Commissioner Size, Risk Management
Committee, Firm Size, Public Ownership.
2
1. PENDAHULUAN
Pada era bisnis yang berkembang semakin pesat seperti saat ini menimbulkan
persaingan bisnis yang begitu ketat antar perusahaan agar dapat bertahan (going
concern). Keadaan ini menuntut perusahaan untuk lebih transparan dalam
mengungkapkan informasinya supaya perusahaan dapat terhindar dari suatu
risiko. Sebagai contoh, dalam kegiatan investasi dapat mendatangkan keuntungan
apabila dilakukan analisa terlebih dahulu. Disisi lain, investasi juga dapat
menyebabkan kerugian jika suatu saat harga saham perusahaan tersebut turun
yang disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya kegagalan mengelola risiko.
Fenomena kegagalan mengelola risiko pernah dialami Enron dan
Worldcom, yaitu perusahaan yang bergerak dalam industri energi. Hal tersebut
menyebabkan harga saham turun drastis dan perusahaan mengalami kebangkrutan
(Devi dkk, 2016). Oleh karena itu, pengungkapan informasi nonfinancial juga
dinilai penting dalam pertimbangan keputusan investasi. Kasus fraud juga pernah
dialami oleh salah satu perusahaan manufaktur yang terjadi di PT. Kimia Farma,
Tbk (Devi dkk, 2016). Kasus ini bermula pada saat perusahaan mengemukakan
hasil audit tanggal 31 Desember 2001 yang diaudit oleh Hans Tuanakotta dan
Mustofa (HTM), tetapi BUMN dan Bapepam menilai bahwa laporan keuangan
tersebut mengandung rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober
2002 laporan keuangan perusahaan disajikan kembali dan hasilnya ditemukan
bahwa keuntungan sebenarnya yang diperoleh perusahaan tidak sebesar seperti
yang telah dilaporkan. Fenomena-fenomena kegagalan mengelola risiko yang
bahkan melibatkan perusahaan yang telah berumur ratusan tahun seperti Enron
menunjukkan lemahnya pengungkapan enterprise risk management yang
seharusnya dapat membantu mengontrol aktivitas manajemen untuk
meminimalisir terjadinya fraud baik di negara maju maupun negara berkembang
termasuk Indonesia.
Enterprise risk management merupakan serangkaian prosedur dan
metodologi yang diaplikasikan dari penyusunan strategi yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko yang muncul dari kegiatan
usaha perusahaan dan memberikan jaminan yang masuk akal atas pencapaian
3
tujuan perusahaan (Pamungkas, 2019). Sedangkan pengungkapan enterprise risk
management atau Enterprise Risk Management Disclosure adalah suatu
pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan terkait semua risiko yang telah
dikelola kemudian dilakukan pengendalian untuk menjamin kelangsungan hidup
perusahaan di masa mendatang (Sulistyaningsih dan Gunawan, 2016).
Besarnya proporsi dewan komisaris mempunyai manfaat untuk
meningkatkan pengawasan dan menambah peluang pertukaran informasi,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengungkapan manajemen risiko.
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NO.33/POJK.04/2014 tentang
Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik, dewan komisaris
paling sedikit terdiri dari dua orang anggota dewan komisaris dan satu diantaranya
adalah komisaris independen.
Komite manajemen risiko merupakan komite yang dibentuk oleh dan
bertanggung jawab kepada dewan komisaris yang bertugas untuk membantu
pelaksanaan pengawasan dan memastikan diterapkannya manajemen risiko
perusahaan (Agista & Mimba, 2017). Komite manajemen risiko paling sedikit
beranggotakan tiga orang yang terdiri dari satu komisaris independen yang
menjabat sebagai ketua komite dan dua orang lain terdiri dari anggota dewan
komisaris atau anggota komite yang tidak merangkap sebagai dewan komisaris
dan pihak yang berasal dari luar perusahaan.
Besarnya suatu perusahaan juga dapat berdampak pada peningkatan
reputasi perusahaan. Para investor akan lebih tertarik untuk menanamkan
modalnya (Gunawan dan Zakiyah, 2017). Akses untuk menperoleh pinjaman dari
luar pun menjadi semakin luas, sehingga perusahaan memiliki peluang yang lebih
besar untuk memenangkan persaingan dalam industri.
Menurut Lindrianasari dkk (2019), adanya konsentrasi kepemilikan publik
dapat menimbulkan pengaruh bagi perusahaan. Investor dapat mempengaruhi
pengelolaan pengungkapan yang awalnya berjalan sesuai keinginan perusahaan
menjadi memiliki keterbatasan. Dalam segala keterbatasan yang ada, perusahaan
dituntut untuk menyediakan informasi yang lengkap pada laporan tahunannya
yang didalamnya terdapat pula pengungkapan manajemen risiko.
4
Oleh karena itu, penelitian mengenai pengungkapan manajemen risiko
perusahaan sangat menarik untuk dilakukan di Indonesia karena pentingnya
penerapan manajemen risiko yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi manajemen, meningkatkan reputasi perusahaan, memberikan jaminan
yang wajar atas pencapaian sasaran, dan meningkatkan hubungan dengan para
pemangku kepentingan serta untuk mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik
(Good Corporate Governance). Selain itu, penerapan manajemen risiko di
Indonesia dinilai belum maksimal. Beberapa sektor industri sudah mempunyai
aturan sendiri terkait manajemen risiko, salah satunya pada sektor perbankan
karena sektor ini mempunyai risiko yang lebih besar dibandingkan sektor lain
(Pamungkas, 2019). Sedangkan, pada sektor lain untuk penerapan manajemen
risiko dinilai belum efektif karena pelaksanaannya masih digabungkan dengan
praktik Good Corporate Governance (GCG).
2. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan menggunakan data sekunder.
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016 hingga 2018. Metode
pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Seluruh
sumber data tersebut diperoleh dari www.idx.co.id berupa laporan keuangan dan
laporan tahunan perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI
selama tahun 2016-2018.
2.1 Variabel Dependen
2.1.1 Pengungkapan Enterprise Risk Management
Pengungkapan Enterprise Risk Management dihitung dengan ERM Framework
yang dikeluarkan COSO (2017). Rumus menghitung Enterprise Risk Management
(ERM) menurut COSO (2017), yaitu:
ERM =Total item yang diimplementasikan
20 item (1)
2.2 Variabel Independen
2.2.1 Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris diukur dengan menjumlahkan total anggota dewan
komisaris yang ada di perusahaan (Ramadhani dkk, 2015).
5
UDK = Jumlah anggota dewan komisaris (2)
2.2.2 Komite Manajemen Risiko
Komite manajemen risiko diukur menggunakan variabel dummy, yaitu apabila
perusahaan memiliki komite manajemen risiko diberi nilai satu (1), dan jika
perusahaan tidak memiliki komite manajemen risiko diberi nilai nol (0).
2.2.3 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan LogNatural dari total aset yang
dimiliki perusahaan pada akhir tahun dengan alasan nilai aktiva relatif lebih stabil
untuk mengukur ukuran perusahaan. (Sulistyaningsih dan Gunawan, 2016).
SIZE = LogNatural(total aset) (3)
2.2.4 Kepemilikan Publik
Kepemilikan publik merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh masyarakat
umum atau pihak luar yang tidak terafiliasi dengan perusahaan (Sulistyaningsih
dan Gunawan, 2016). Rumus yang digunakan untuk menghitung kepemilikan
publik, yaitu:
PUBLIK = Jumlah saham yang dimiliki publik
Total saham beredarx100% (4)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Obyek penelitian ini adalah perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel data yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan teknik purpossive sampling. Kriteria pengambilan
sampel adalah laporan keuangan tahunan pada 36 perusahaan sampel yang
terdaftar di BEI tahun 2016-2018. Jumlah observasi pada penelitian ini adalah 108
observasi dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengambilan Sampel Penelitian
Kriteria Jumlah
Perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI 53
Perusahaan sektor industri barang konsumsi yang tidak
konsisten mempublikasikan LK/AR
(17)
Perusahaan sektor industri barang konsumsi yang tidak
konsisten mengungkapkan manajemen risiko
(0)
Perusahaan sektor industri barang konsumsi yang tidak menyajikan
data laporan keuangan dalam nilai rupiah
(0)
Total sampel penelitian selama tahun 2016-2018 (36 x 3 = 108) 108
Sumber: Data yang diolah (2020)
6
Dalam analisis statistik deskriptif ini dilakukan pembahasan mengenai
pengungkapan enterprise risk management, ukuran perusahaan, ukuran dewan
komisaris, komite manajemen risiko, dan kepemilikan publik. Penelitian
menggunakan analisis statistik deskriptif dilihat dari jumlah data, nilai minimum,
nilai maksimum, rata-rata, dan standar deviasi.
Tabel 2. Hasil Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
UDK 108 2,000 8,000 4,03704 1,564357
RMC 108 0,000 1,000 0,20370 0,404629
SIZE 108 21,348 32,201 28,56861 1,724349
PUBLIK 108 0,051 0,587 0,20840 0,126479
ERM 108 0,550 1,000 0,89167 0,127979
Valid N
(listwise)
108
Sumber: Data yang diolah (2020)
Hasil uji statistik deskriptif menunjukkan nilai minimum pengungkapan
enterprise risk management (ERM) sebesar 0,550 atau 55% dan nilai maximum
sebesar 1,000 atau 100% serta nilai rata-rata sebesar 0,89167 atau 89,17%. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan enterprise risk management (ERM) di
perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2016-
2018 sudah tergolong cukup tinggi.
Tabel 3. Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji
Asumsi
Klasik
Uji
Normalitas
Uji
Multikolinearitas
Uji
Autokorel
asi
Uji
Heterokedastisitas
Tolerance VIF
UDK Asymp. Sig.
(2-tailed)
0,293
0,745 1,342 Durbin-
Watson
2,096
0,540
RMC 0,966 1,035 0,565
SIZE 0,740 1,351 0,829
PUBLIK 0,969 1,032 0,973
Sumber: Data yang diolah (2020)
Dari uji asumsi klasik diperoleh hasil uji normalitas dengan uji
Kolmogorov-Smirnov diperoleh sebesar 0,293, dimana nilai tersebut lebih besar
dari 0,05 dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal. Kemudian berdasarkan
hasil uji multikolinaritas menunjukkan bahwa semua variabel independen
memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.
7
Berdasarkan uji autokorelasi menunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar
2,096 yang kemudian diukur dengan menggunakan tabel Durbin-Watson dan
dapat diketahui bahwa 1,7637 < 2,096 < 2,2363 sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi autokorelasi. Hasil uji heteroskedastisitas dengan
menggunakan korelasi rank spearman menunjukkan bahwa variabel UDK, RMC,
SIZE, dan PUBLIK memiliki nilai lebih besar dari 5% atau 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa semua variabel tidak terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 4. Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Variabel Koefisien
Reg.
T hitung Sig. Keterangan
(constant) 0,074 0,382 0,703
UDK 0,007 0,862 0,391 H1: Tidak berpengaruh
RMC 0,101 3,713 0,000 H2: Berpengaruh signifikan
SIZE 0,027 3,735 0,000 H3: Berpengaruh signifikan
PUBLIK -0,033 -0,384 0,702 H4: Tidak berpengaruh
R2 = 0,267 F hitung = 9,376
Adjusted R2 = 0,238 Sig. = 0,000
Sumber: Data yang diolah (2020)
Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda diketahui persamaan sebagai
berikut:
ERM = 0,074 + 0,007UDK + 0,101RMC + 0,027SIZE - 0,033PUBLIK + e
Berdasarkan hasil uji f menunjukkan bahwa Fhitung sebesar 9,376 dan nilai
signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 5% atau 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris, komite manajemen risiko,
ukuran perusahaan, dan kepemilikan publik berpengaruh terhadap pengungkapan
enterprise risk management. Hasil uji koefisien determinasi diperoleh nilai
Adjusted R-Square sebesar 0,238 menunjukkan bahwa variabel ukuran dewan
komisaris, komite manajemen risiko, ukuran perusahaan, dan kepemilikan publik
secara simultan mempengaruhi variabel pengungkapan enterprise risk
management sebesar 0,238 dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar
variabel penelitian.
3.1 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan
Enterprise Risk Management.
Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan ukuran dewan komisaris memiliki
thitung sebesar 0,862 dengan nilai signifikansi sebesar 0,391 lebih besar dari level of
8
significant = 0,05 atau 5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa H1 ditolak.
Artinya ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
enterprise risk management. Hal ini disebabkan karena banyaknya pendapat dan
argumen yang dapat menimbulkan konflik, sehingga membutuhkan waktu yang
lebih lama dalam mencapai kesepakatan (Manurung dan Kusumah, 2016). Selain
itu, ukuran dewan komisaris yang besar akan membutuhkan biaya monitoring
yang besar pula seperti yang dijelaskan oleh Jensen dan Meckling (1976).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asmoro
dkk, (2016) dan Dzakawali dkk, (2017) yang menyatakan bahwa ukuran dewan
komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan enterprise risk management.
3.2 Pengaruh Komite Manajemen Risiko Terhadap Pengungkapan
Enterprise Risk Management.
Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan komite manajemen risiko dengan
thitung sebesar 3,713 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari level of
significant = 0,05 atau 5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa H2 diterima.
Artinya komite manajemen risiko memiliki pengaruh signifikan terhadap
pengungkapan enterprise risk management. Perusahaan yang memiliki komite
manajemen risiko terpisah dari komite audit cenderung mempunyai waktu lebih
banyak untuk menangani dan mengevaluasi risiko yang sedang dihadapi
perusahaan. Hal tersebut membuat komite manajemen risiko dapat memberikan
informasi yang lebih mendalam, merancang suatu sistem pengelolaan risiko
dengan efektif dan efisien, serta melakukan pengawasan dan penilaian risiko yang
lebih terintegrasi dan terstruktur (Triyanti, 2019).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asmoro
dkk, (2016), Andari (2018), serta Sari dkk, (2019) yang menyatakan bahwa
komite manajemen risiko berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
enterprise risk management.
3.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Enterprise Risk
Management.
Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan ukuran perusahaan memiliki thitung
sebesar 3,735 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari level of
significant = 0,05 atau 5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa H3 diterima.
9
Artinya ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan
enterprise risk management. Hasil ini sesuai dengan teori agensi yang menyatakan
bahwa dalam hubungan keagenan seringkali timbul masalah antar stakeholder
yang disebabkan oleh perbedaan informasi dan kepentingan. Oleh karena itu,
perusahaan perlu mengungkapan lebih banyak informasi untuk menunjukkan
bentuk tanggung jawab perusahaan kepada stakeholder dan untuk menjaga
reputasi perusahaan salah satunya dengan melakukan pengungkapan enterprise
risk management (Triyanti, 2019).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Gunawan dan Zakiyah (2017), serta Tarantika dan Solikhah (2019) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan enterprise risk management.
3.4 Pengaruh Kepemilikan Publik Terhadap Pengungkapan Enterprise Risk
Management.
Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan kepemilikan publik memiliki thitung
sebesar -0,384 dengan nilai signifikansi sebesar 0,702 lebih besar dari level of
significant = 0,05 atau 5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa H4 ditolak.
Artinya kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap pengungkapan enterprise
risk management. Suatu perusahaan yang memiliki satu atau lebih pemegang
saham besar mempunyai kesempatan untuk berinteraksi lebih dekat dengan
manajemen guna meningkatkan peran pengawasan (Manurung dan Kusumah,
2016). Adanya kepemilikan saham publik yang tinggi dapat mengubah
pengelolaan perusahaan yang semula berjalan sesuai keinginan perusahaan
menjadi memiliki keterbatasan. Perusahaan cenderung akan lebih berhati-hati
dalam memberikan informasi pada laporan tahunan untuk menghindari
kekhawatiran stakeholder dan para investor.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ardiansyah dan Adnan (2014) serta Tarantika dan Solikhah (2019) yang
menyatakan bahwa kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
enterprise risk management.
10
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan enterprise
risk management. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak.
b. Komite manajemen risiko berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
enterprise risk management. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H2 diterima.
c. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan enterprise
risk management. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H3 diterima.
d. Kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap pengungkapan enterprise risk
management. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H4 ditolak.
4.2 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan yang menyebabkan
penelitian ini menjadi kurang sempurna dan diharapkan untuk dijadikan bahan
pertimbangan bagi penelitian selanjutnya agar. Berikut merupakan keterbatasan
pada penelitian ini:
a. Penelitian ini hanya menggunakan objek penelitian dari perusahaan sektor
industri barang konsumsi saja, sehingga kurang menggambarkan perusahaan
secara keseluruhan.
b. Pengungkapan enterprise risk management yang dilakukan pada penelitian ini
hanya dilakukan selama 3 tahun saja, sehingga masih diperlukan penelitian
yang lebih mendalam dari tahun ke tahun.
c. Dari hasil pengujian koefisien determinasi, dalam penelitian ini variabel
independen hanya mampu mempengaruhi variabel dependen sebesar 23,8%
yang menunjukkan bahwa masih banyak variabel lain yang dapat diteliti lebih
lanjut.
d. Informasi item pengungkapan ERM dalam penelitian ini belum mencerminkan
kondisi sebenarnya karena tidak semua item diungkapkan secara jelas yang
menyebabkan perhitungan indeks ERM mengalami keterbatasan.
11
4.3 Saran
Terdapat beberapa saran yang dapat penulis berikan untuk pengembangan
penelitian selanjutnya, yaitu:
a. Penelitian ini menggunakan item pengungkapan ERM yang mengacu pada
dimensi COSO ERM framework (COSO 2017). Untuk penelitian selanjutnya
dapat menggunakan standar pengukuran ERM lain seperti ISO 31000:2018.
b. Penelitian ini hanya menggunakan satu sektor perusahaan, untuk penelitian
selanjutnya dapat menggunakan sektor lain ataupun menggunakan sektor
manufaktur secara keseluruhan.
c. Penelitian selanjutnya disarankan dapat menambah kurun waktu penelitian
agar hasil yang didapatkan lebih baik dari penelitian sebelumnya.
d. Penelitian ini hanya menggunakan empat variabel, maka untuk penelitian
selanjutnya dapat menambahkan variabel dari corporate governance atau
menggunakan proksi lain.
DAFTAR PUSTAKA
Agista, Gissel Glenda. dan Ni Putu Sri Harta Mimba. 2017. Pengaruh Corporate
Governance Structure dan Konsentrasi Kepemilikan Pada Pengungkapan
Enterprise Risk Management. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
Vol. 20. 1.
Andari, Hartantri Wahyu. 2018. Pengaruh Komisaris Independen, Komite
Manajemen Risiko dan Chief Risk Officer Terhadap Penerapan Eterprise
Risk Management. Jurnal Akrab Juara, Vol. 3, No. 3.
Ardiansyah, La Ode Muhammad dan Muhammad Akhyar Adnan. 2014. Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Enterprise Risk
Management. Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi I Vol. 23 No.
2.
Asian Corporate Governance Association (ACGA). 2018. CG Watch 2018-Hard
Decisions Asia Face Tough Choices in CG Reform. ACGA-ASIA
Asmoro, Adhikara Seto Kuncoro., Majidah., dan Dewa Putra Khrisna Mahardika.
2016. Analisis Determinana Pengungkapan Enterprise Risk Management.
e-Proceeding of Management: Vol. 3, No. 3.
Center for Risk Management Studies (CRMS). 2018. Survei Nasional Manajemen
Risiko. CRMS Indonesia.
12
Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO).
2017. Enterprise Risk Management-Integrating with Strategy and
Performance.
Devi, Sunitha. dan I Dewa Nyoman Badera. 2016. Pengaruh Enterprise Risk
Management Disclosure dan Intellectual Capital Disclosure Pada Nilai
Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XIX.
Dzakawali, Muhammad Ghifari., Muhammad Rafki Nazar., dan Siska P.
Yudowati. 2017. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan
dan Konsentrasi Kepemilikan Terhadap Pengungkapan Enterprise Risk
Management. e-Proceeding of Management: Vol. 4, No. 3.
Gunawan, Barbara. dan Yulia Nurul Zakiyah. 2017. Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Risk
Management Disclosure. Ekspansi Vol. 9, No. 1.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21. Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanafi, Mamduh M. 2014. Risiko, Proses Manajemen Risiko, dan Enterprise Risk
Management. EKMA4262/MODUL 1.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2010. ED PSAK No. 60 Exposure Draft
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan-Instrumen Keuangan:
Pengungkapan.
Indonesia Risk Management Professional Association (IRMAPA). 2019. PT
Asuransi Jiwasraya-Kegagalan Pengelolaan Risiko Investasi.
irmapa.org/pt-asuransi-jiwasraya-kegagalan-pengelolaan-risiko-investasi/
Isbanah, Yuyun. 2015. Pengaruh ESOP, Leverage, dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Riset Ekonomi dan manajemen, Vol. 15, No. 1.
Jensen, Michael C. dan William H. Meckling. 1976. Theory of The Firm:
Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of
Financial Economics 3 (1976) 305-306.
Kinasih, Ajeng Putri. 2016. Pengaruh Proporsi Komisaris Independen,
Konsentrasi Kepemilikan, Keberadaan CRO dan RMC Serta Ukuran
Perusahaan Terhadap Pengungkapan ERM Pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Universitas Islam Indonesia.
13
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2011. Pedoman Corporate Governance
Perusahaan Konsultan Aktuaria Indonesia. Jakarta.
Lindrianasari, dkk. 2019. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Tata Kelola
Perusahaan Terhadap Pengungkapan Manajemen Risiko. Ekuitas: Jurnal
Ekonomi dan Keuangan-Vol. 3, No. 4.
Manurung, Daniel T. H. dan R. Wedi Rusmawan Kusumah. 2016. Telaah
Enterprise Risk Management Melalui Corporate Governance dan
Konsentrasi Kepemilikan. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Vol. 7, No.
3.
Marhaeni, Tiyas. dan Heri Yanto. 2015. Determinan Pengungkapan Enterprise
Risk Management (ERM) Pada Perusahaan Manufaktur. Accounting
Analysis Journal.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
33/POJK.04/2014 Tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau
Perusahaan Publik. https://ojk.go.id
Pamungkas, Adhie. 2019. Pengaruh Penerapan Enterprise Risk Management
(COSO) Terhadap Nilai Perusahaan: Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal Akuntansi Maranatha, Vol. 11,
No. 1.
Ping, Teoh Ai. dan Rajendran Muthuveloo. 2015. The Impact of Enterprise Risk
Management on Firm Performance: Evidence from Malaysia. Asian Social
Science, Vol. 11, No. 22.
Pitipaldi, Knight., Arfan Bakhtiar., dan Hery Suliantoro. 2018. Analisis Korelasi
Spearman SNI ISO Standar Sistem Manajemen Kualitas Terhadap Hak
Kekayaan Industrial di Indonesia. Universitas Diponegoro.
Prayoga, Edo Bangkit. dan Luciana Spica Almilia. 2013. Pengaruh Struktur
Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Manajemen
Risiko. Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 4, No. 1.
Ramadhani, Nila. Ria Nelly., dan Edfan Darlis. 2015. Pengaruh Karakteristik
Dewan Komisaris dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Praktik
Manajemen Risiko Perusahaan. Jurnal Akuntansi, Vol. 4, No. 1.
Sari, Denia Ratna., Dwi Cahyono., dan Astrid Maharani. 2019. Pengaruh Ukuran
Dewan Komiasris dan Risk Management Committee Terhadap
Pengungkapan Enterprise Risk Management. Jurnal Akuntansi Profesi,
Vol. 10, No. 2.
14
Sinaga, Wilson AMB., Mohamad Rafki Nazar., dan Muhamad Muslih. 2018.
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Risk Management Committee
(RMC), dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penerapan Enterprise Risk
Management. e-Proceeding of Management: Vol. 5, No. 2.
Subramaniam, Nava., L. McManus., dan Jiani Zhang. 2009. Corporate
Governance, Firm Characteristics and Risk Management Committee
Formation in Australia Companies. Managerial Auditing Journal, Vol. 24,
No. 4.
Sugiyono. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Kedua. Bandung: Alfabeta.
Sulistyaningsih dan Barbara Gunawan. 2016. Analisis Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Risk Management Disclosure. Riset Akuntansi dan
Keuangan Indonesia, 1 (1).
Syifa, Layyinatusy. 2013. Determinan Pengungkapan Enterprise Risk
Management Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Accounting
Analysis Journal.
Tarantika, Risna Ade. dan Badingatus Solikhah. 2019. Pengaruh Karakteristik
Perusahaan, Karakteristik Dewan Komisaris dan Reputasi Auditor
Terhadap Pengungkapan Manajemen Risiko. Journal of Economic,
Management, Accounting and Technology (JEMATech), Vol. 2. No. 2.
Triyanti, Dini Irma. 2019. Pengaruh Company Characteristics dan Risk
Management Committee Terhadap Enterprise Risk Management Dimensi
ISO 31000:2009. Jurnal Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri
Surabaya.
Vitalia, Arindah. dan Dini Widyawati. 2016. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Properti di BEI. Jurnal Ilmu dan
Riset Akuntansi: Vol. 5, No. 1.