100
PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA JAM BELAJAR DAN KONTROL ORANG TUA PADA REMAJA DENGAN PERILAKU BELAJAR SISWA SMP MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2008/2009 Disusun oleh: Arifin Johan Fuadi D 3204007 SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

  • Upload
    vudung

  • View
    232

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA

JAM BELAJAR DAN KONTROL ORANG TUA PADA REMAJA

DENGAN PERILAKU BELAJAR SISWA

SMP MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN

TAHUN AJARAN 2008/2009

Disusun oleh:

Arifin Johan Fuadi

D 3204007

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

PERSEMBAHAN

Kepada :

Ibu dan ayah tercinta

Kakak dan adikku tersayang

Sahabat-sahabatku tercinta

almamaterku

Page 3: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

MOTTO

Waktu adalah laksana pedang, Jika kita tidak pandai

menggunakan pedang, niscaya pedang tersebut akan menebas diri

kita sendiri ( Hadits)

Page 4: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

ix

ABSTRAK

ARIFIN JOHAN FUADI, Pengaruh tingkat keseringan menonton televisi pada

jam belajar dan kontrol orang tua pada remaja dengan perilaku belajar siswa SMP

MUHAMMADIYAH 1 Sragen Tahun ajaran 2008/2009. Surakarta : Fakultas

Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) adanya

pengaruh/sumbangan antara tingkat keseringan menonton televisi pada jam

belajar dengan perilaku belajar, (2) adanya pengaruh/sumbangan antara kontrol

orangtua pada remaja dengan perilaku belajar, (3) adanya pengaruh/sumbangan

secara bersama-sama antara tingkat keseringan menonton televisi pada jam belajar

dan kontrol orangtua pada remaja dengan perilaku belajar.

Penelitian ini dilakukan di SMP MUHAMMADIYAH 1 Sragen yang

mempunyai 879 siswa. Dari jumlah populasi tersebut diambil sampel sejumlah 90

siswa. Sampel diambil dengan menggunakan teknik random sampling dan teknik

proporsional sampling. Teknik pengumpulan data ketiga variabel dengan

menggunakan angket. Teknik analisis data dengan menggunakan korelasi product

moment dan Regeresi dua prediktor. Pengolahan data dengan menggunakan

program SPSS 10.

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan : (1) ada pengaruh

yang signifikan tingkat keseringan menonton televisi pada jam belajar dengan

perilaku belajar (rx1y= - 0,436 sedang rtabel = + 0,267 pada α = 0,01 taraf

signifikansi 99%) dengan besarnya sumbangan -44,8%, (2) ada pengaruh yang

signifikan antara kontrol orangtua pada remaja dengan perilaku belajar (rx2y =

0,216 sedang rtabel = 0,205 pada α = 0,05 taraf signifikansi 95%), dengan besarnya

sumbangan 23,8%, (3) ada pengaruh/sumbangan secara bersama-sama antara

tingkat keseringan menonton televisi pada jam belajar dan kontrol orangtua pada

remaja dengan perilaku belajar siswa dimana besarnya sumbangan 23% di dalam

populasi dan 24,7% di dalam sampel.

Page 5: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

vi

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan puji syukur

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat & hidayah-Nya. Sehingga

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH TINGKAT

KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA JAM BELAJAR dan

KONTROL ORANG TUA PADA REMAJA DENGAN PERILAKU BELAJAR

SISWA” yang disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir guna memperoleh

gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.

Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis telah mendapat banyak bantuan

dan dukungannya dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Drs. H. Supriyadi. SN.SU selaku dekan, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.

Universitas Sebelas Maret.

2. Dra. HJ. Trisni Utami. M.Si selaku ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politik.

3. Dra. LV. Ratna Devi S, M.Si selaku ketua Jurusan Sosiologi Non-reg,

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. dan selaku pembimbing dalam penulisan

Skripsi.

4. Dra. Gerarda Sunarsih, MA selaku Pembibing Akademik.

5. Mulyono Raharjo S.Pd selaku kepala sekolah SMP MUHAMMADIYAH

1 Sragen yang memberikan ijin dan waktu kepada saya untuk penelitian.

Page 6: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

vii

6. Kepada semua angkatan mahasiswa sosiologi non-reg, khususnya kepada

angkatan 2004 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih

7. Semua informan, terima kasih atas segala keterbukaan & keramahan, yang

diberikan kepada saya, dan teman-teman yang telah banyak membantu

kepada penulis dalam rangka menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis sudah berusaha semaksimal mungkin tetapi masih

banyak kekurangan disana-sini. Oleh karena itu kritik membangun sangat

diharapkan demi karya yang lebih baik.

Surkarta, 2010

Penulis

Page 7: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

x

DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................ i

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. v

KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi

MOTTO ....................................................................................................................... viii

ABSTRAK .................................................................................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………...... 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………………… 6

C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………. 6

D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………... 7

E. Tinjauan Pustaka ……………………………………………………...... 7

E.1. Konsep yang Digunakan…………………………………………… 7

E.1.1 Tingkat Keseringan Menonton Televisi …………………… 7

E.1.2 Jam Belajar………………………………………………….

10

Page 8: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

xi

E.1.3. Kontrol Orang tua …………………………………………. 11

E.1.4. Remaja ………………………….…………………………. 12

E.1.5. Perilaku Belajar Siswa ………….………………………… 15

E.2. Teori yang Digunakan ………………………………………….... 17

E.3. Penelitian Terdahulu yang Menjadi Acuan ……………………… 27

F. Kerangka Pemikiran ……………………………………………………. 36

G. Variabel-variabel yang Digunakan……………………………………... 36

H. Hipotesis ……………………………………………………………….. 37

I. Definisi Konseptual ……………………………………………………. 37

J. Definisi Operasional …………………………………………………… 38

K. Metodologi Penelitian ………………………………………………….. 39

1. Jenis Penelitian …………………………………………………….. 39

2. Lokasi Penelitian …………………………………………………... 39

3. Sumber Data ……………………………………………………….. 40

4. Populasi dan Sampel ……………………………………………….. 40

5. Tehnik Pengambilan Sampel ………………………………………. 41

6. Metode Pengumpulan Data ………………………………………… 42

7. Teknik Analisa Data ……………………………………………….. 42

BAB II DESKRIPSI LOKASI

A. Deskripsi Responden …………………………………………………... 43

B. Deskripsi Lokasi ……………………………………………………….. 45

1. Lokasi Geografis …………………………………………………… 45

2. Keadaan Demografis ......................................................................... 46

3. Kondisi Fisik Gedung ……………………………………………… 51

4. Kegiatan Belajar Mengajar ............................................................... 52

Page 9: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

xii

5. Program Sekolah …………………………………………………... 54

6. Tata Tertib …………………………………………………………. 57

7. Struktur Organisasi ………………………………………………… 58

BAB III DESKRIPSI DATA TINGKAT KESERINGAN MENONTON

TELEVISI PADA JAM BELAJAR, KONTROL ORANGTUA,

DAN PERILAKU BELAJAR

A. Variabel Independen (Tingkat Keseringan Menonton Televisi Pada

Jam Belajar) ............................................................................................ 62

B. Variabel Independen (Kontrol Orangtua Pada Remaja) ......................... 63

1. Indikator Perhatian Orangtua Pada Jam Belajar ............................. 63

2. Indikator Pengawasan Orangtua Pada Jam Belajar ......................... 64

3. Indikator Pengendalian Orangtua Pada Jam Belajar ....................... 66

C. Variabel Dependen (Perilaku Belajar Siswa) ......................................... 69

1. Indikator Tingkah Laku Siswa Dalam Menyelesaikan Tugas atau

Pekerjaan rumah ................................................................................ 69

2. Indikator Usaha Siswa Untuk Memperdalam Materi Pelajaran

Pada Jam Belajar ............................................................................... 71

BAB IV ANALISI S DATA

A. Analisis Product Moment ……………………………………………… 74

B. Analisis Regresi Dua Prediktor ……………………………………….. 77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………………………. 80

B. Saran ………………………………………………………………………... 85

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………. 87

LAMPIRAN ………………………………………………………………………… 89

Page 10: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Distribusi sampel penelitian ……………………………………………. 41

Tabel 2.1. Siswa SMP Muhammadiyah 1 Sragen berdasar kelas dan jenis

kelamin tahun ajaran 2008/2009 ………………………………………. 47

Tabel 2.2. Daftar guru dan karyawan SMP Muhammadiyah 1 Sragen

berdasar mata pelajaran yang diajarkan ……………………………… 48

Tabel 2.3 Jadwal pakaian seragam SMP Muhammadiyah 1 Sragen ……………. 58

Tabel 3.1. Tingkat Keseringan Menonton Televisi pada Jam Belajar ……………. 62

Tabel 3.2. Perhatian Orang tua pada Jam Belajar ……………………………….. 64

Tabel 3.3. Pengawasan Orang tua pada Jam Belajar ……………………………. 66

Tabel 3.4 Pengendalian Orang tua pada Jam Belajar ……………………………… 67

Tabel 3.5. Kontrol Orang tua pada Remaja ……………………………………… 69

Tabel 3.6. Tingkah laku siswa dalam menyelesaikan tugas belajar atau PR …… 70

Tabel 3.7. Usaha Siswa untuk memperdalam Pelajaran pada Jam Belajar …….. 72

Tabel 3.8 Perilaku Belajar Siswa …………………………………………………. 73

Tabel 4.1 Matrik korelasi antar variabel …………………………………………. 75

Tabel 4.2 Model Summary ……………………………………………………….. 78

Tabel 4.3 Koefisien regresi ………………………………………………………. 78

Page 11: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur organisasi SMP Muhammadiyah 1 Sragen .................... 59

Page 12: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Keterangan Pra-Survey ........................................................................... 89

Permohonan Ijin penelitian .............................................................................. 90

Surat Tugas ...................................................................................................... 91

Surat Keterangan penelitian ............................................................................. 92

Journal Internasional ........................................................................................ 93

Angket .............................................................................................................. 98

SPSS Regresion dan Correlations .................................................................... 101

Tabel Kerja Analisis regresi Dua Prediktor ..................................................... 102

Data dan Z-score .............................................................................................. 105

Tabel Signifikasi koefisien korelasi ................................................................. 108

Denah Lokasi ................................................................................................... 109

Denah Sekolah SMP Muhammadiyah 1 Sragen .............................................. 110

Page 13: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak-anak remaja adalah Generasi masa depan yang menjadi harapan

bangsa. Di zaman yang modern ini banyak anak tumbuh dalam pengaruh

lingkungan dan media informasi yang mengglobal. Mereka terabaikan oleh

orangtuanya karena kesibukan kerja, bahkan sejak bayi ia hanya diasuh oleh

baby sitter atau dititipkan nenek atau tetangganya. Orangtua beranggapan

dengan memenuhi kebutuhan materinya berarti telah dapat memberikan

kebahagiaan. Seharusnya orangtualah peletak pendidikan dasar terhadap

anaknya. Kasih sayang dan perhatian orangtua akan menjadi landasan yang

kokoh bagi rasa kemanusiaan seorang anak kelak jika ia telah dewasa. Namun

sebaliknya, jika orangtua mengabaikan anaknya, disengaja maupun tidak,

anak itu kelak menjadi manusia berkepribadian labil, indivisualis,

mementingkan diri sendiri, dan tidak memiliki rasa perhatian terhadap

kepentingan orang lain. (Ibnu Musthafa, 1992: 24)

Saat ini bekerja sudah tidak lagi sekedar memenuhi kebutuhan keluarga,

bukan lagi memenuhi kebutuhan pokok, bahkan lebih mengarah kepada

mengejar kepuasan pribadi. Komunikasi antar anggota keluarga dianggap

sebagai sesuatu yang tidak begitu penting. Anak-anak dibiarkan tumbuh dan

berkembang dengan sendirinya. Sementara itu, tantangan yang merusak

Page 14: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

2

moral, sebagai dampak dari teknologi yang disalahgunakan dan yang terpulas

oleh kepentingan ekonomi sudah tidak dapat terbendung lagi. Media

informasi seperti televisi, yang seharusnya berpengaruh besar terhadap

pendidikan, telah tercemar oleh kepentingan-kepentingan bisnis yang

mengutamakan keuntungan semata. Seksualitas yang semestinya tertutup

secara halus dan sopan, diobral menjadi bumbu-bumbu bisnis untuk menarik

keuntungan. Batas-batas menonton film-film dewasa tak dapat dikendalikan,

sehingga anak-anak yang belum cukup umur dengan leluasa menyaksikan

adegan percintaan orang dewasa yang menyimpang dari moral dan agama.

Dalam situasi ini anak-anak dididik menjadi dewasa lebih dini.

Televisi merupakan media elektronik yang sangat mudah dimiliki oleh

setiap keluarga dewasa ini. Harganya tidak terlalu mahal dan terjangkau oleh

masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah, sehingga hampir setiap keluarga

memilikinya. Untuk mengakses acara televisipun juga tidak ditarik biaya,

bahkan pajak televisi sekarang tidak ada. Pemirsa televisi bisa mendapat

suguhan beragam acara dari stasiun televisi secara gratis. Stasiun televisi

tersebut antara lain: ANTV, RCTI, SCTV, Indosiar, Metro TV, TV One, dan

lain-lain. Kecuali stasiun TV tersebut juga terdapat beberapa Stasiun TV

berlangganan, dimana untuk mengakses acaranya dengan ditarik biaya

langganan, seperti ESPN, Astro TV, dan Indovision.

Televisi telah dijadikan sebagai bagian dari upaya melepas lelah setelah

seharian sekolah atau bekerja. Buat orang tua atau orang dewasa tidak terlalu

menjadi masalah karena hanya untuk mengobati rasa capek. Buat anak-anak

Page 15: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

3

atau remaja, televisi berubah tidak saja menjadi pilihan kegiatan di waktu

luang, tetapi telah menjadi pilihan utama. Jadi bagus atau buruk, penting,

tidak penting, luang atau sibuk, banyak tugas sekolah atau tidak, ada kegiatan

atau tidak, tetap meng-on-kan televisi.

Televisi memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Selain

dapat menjadi sumber informasi, televisi juga dapat menjadi sumber hiburan

yang murah dan menyenangkan. Aktivitas menonton televisi dapat menyita

waktu belajar, beribadah, dan silaturahmi dalam keluarga. Dampak negatif

yang ditimbulkannya dapat berupa peniruan peran, gaya hidup yang tidak

sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

banyak diarahkan ke media televisi sebagai penyebab munculnya gaya hidup

konsumeristik dan hedonistik. Langsung atau tidak langsung televisi

berpengaruh pada perilaku dan pola pikir masyarakat Indonesia. (Sunardian

Wirodono, 2006: ix)

Dengan adanya televisi anak-anak cenderung menjadi malas dalam

beraktivitas apalagi belajar. Setiap kali mereka merasa bosan, mereka tinggal

memencet remote kontrol dan langsung menemukan hiburan. Bila ada

perbedaan minat pada program acara dengan anggota keluarga yang lain

dapat menjadi pertengkaran. Mereka seakan-akan tidak punya pilihan lain

karena tidak dibiasakan untuk mencari aktivitas lain yang menyenangkan

selaian menonton televisi. Olah raga menjadi tidak suka, kemandirian bekerja

semakin berkurang, dan ingin seenaknya sendiri.

Page 16: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

4

Efek negatif media televisi berpengaruh kuat terhadap masyarakat yang

pasif dan tidak selektif. Masyarakat demikian akan menerima begitu saja

setiap rangsangan (pesan) dari program acara yang ditayangkan oleh televisi.

Pemancar televisi yang berorientasi profit cenderung menayangkan film-film

yang laku dijual ke pemasang iklan dan yang diminati penonton. Film-film

tersebut kerapkali tidak mencerminkan realitas. Namun karena film-film itu

dibuat dengan memperhatikan prinsip-prinsip teori komunikasi, khalayak

yang menonton akan mempersepsi seolah-olah realitas sebenarnya. Acara

informasipun, cenderung menayangkan pembunuhan, perampokan,

perkelahian dan sejenisnya. Adegan kekerasan mendominasi televisi nasional

dan itulah yang terus-menerus dikonsumsi masyarakat Indonesia. Padahal

adegan demikian dapat menjadi model-model agresif yang atraktif bagi

pemirsa yang memiliki temperamen, kepribadian, atau kecenderungan kasar

dan beringas. Informasi yang ditayangkan televisi sebetulnya mengacaukan

hubungan dengan dunia kehidupan langsung dan mengajak pemirsa untuk

menyesuaikan diri kepada suatu realitas sosial yang semu.

Kebiasaan anak dan remaja menonton televisi dalam waktu yang

panjang dapat mengkhawatirkan perkembangan intelektual maupun

emosionalnya. Menurut Yayasan Pengembangan Media Anak hal itu

disebabkan: pertama, belum terbentuk pola kebiasaan menonton televisi yang

sehat. Televisi masih menjadi hiburan utama keluarga yang dikonsumsi setiap

hari dalam waktu yang panjang tanpa seleksi yang ketat terhadap pilihan

acara yang mereka tonton. Kedua, kebanyakan isi acara televisi kita tidak

Page 17: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

5

aman dan tidak sehat.. Banyak acara televisi dengan kandungan materi untuk

orang dewasa yang ditayangkan pada jam-jam anak biasa menonton dan

kemudian disukai dan ditiru oleh anak-anak. Contoh yang ekstrim, peniruan

adegan laga seperti smakdown/tinju dalam tayangan televisi oleh anak telah

menimbulkan beberapa korban jiwa. Ketiga, lemahnya peraturan bidang

penyiaran dan penegakannya.

Pada umumnya kebiasaan menonton televisi anak luput dari perhatian

orangtua. Anak dapat menonton televisi setiap saat bahkan pada jam-jam

belajar. Acaranyapun anak bisa memilih sesukanya. Mula-mula anak belajar

sambil menonton televisi, beberapa saat kemudian belajarnya berhenti dan

konsentrasi pada televisi. Anak belajar di depan televisi merupakan akal-

akalan anak agar dapat menonton televisi tanpa gangguan dari orangtua.

Kebiasaan seperti ini menjadi perilaku belajar yang tidak sehat. Tidak

mungkin konsentrasi terbelah antara belajar dan televisi.

Waktu menonton televisipun kalau dibiarkan tanpa kontrol dari

orangtua, anak dapat menonton sampai larut malam. Anak lebih suka

bercerita tentang perkembangan sepak bola nasional sampai dunia dari pada

meluangkan waktu untuk membaca atau istirahat. Taraf perkembangan

emosinya menjadikan anak-anak lebih impulsif (menurutkan) apa yang

diinginkannya, menjadi tak terkendali, menirukan, dan mempraktikkan apa

yang dilihat dan didengarnya. Televisi menjadi tidak mendidik bila

pemanfaatannya tidak terkontrol terhadap waktu maupun selektivitas

acaranya. Waktu banyak tersita ke televisi menjadikan semangat belajar

Page 18: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

6

berkurang, menurunkan kreativitas, malas bekerja, malas ibadah bahkan bebal

dalam menangkap nilai-nilai kebaikan.

B. Rumusan Masalah

Dari isu-isu di atas Penulis tertarik meneliti tentang pengaruh tingkat

keseringan menonton televisi pada jam belajar dan kontrol orangtua pada

anak dengan perilaku belajar siswa. Masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah pengaruh/sumbangan antara tingkat keseringan menonton televisi

pada jam belajar dengan perilaku belajar siswa?

2. Adakah pengaruh/sumbangan antara kontrol orangtua pada remaja dengan

perilaku belajar siswa?

3. Adakah pengaruh/sumbangan secara bersama-sama antara tingkat

keseringan menonton televisi pada jam belajar dan kontrol orangtua pada

remaja dengan perilaku belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah, ingin

membuktikan:

1. Adanya pengaruh/sumbangan antara tingkat keseringan menonton televisi

pada jam belajar dengan perilaku belajar.

2. Adanya pengaruh/sumbangan antara kontrol orangtua pada remaja dengan

perilaku belajar.

Page 19: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

7

3. Adanya pengaruh/sumbangan secara bersama-sama antara tingkat

keseringan menonton televisi pada jam belajar dan kontrol orangtua pada

remaja dengan perilaku belajar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi sebagai berikut:

1. Bahan kajian lebih lanjut bagi penelitian khususnya dalam bidang

perilaku belajar dalam hubungannya dengan tingkat keseringan menonton

televisi pada jam belajar dan kontrol orangtua pada remaja.

2. Bahan masukan tentang aktivitas belajar siswa di rumah hingga ke

sekolah.

3. Bahan masukan bagi tenaga pendidik, untuk mengarahkan dan memberi

dorongan siswa dalam berperilaku belajar yang baik.

4. Sebagai syarat menyelesaikan gelar kesarjanaan Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

E. Tinjauan Pustaka

E.1. Konsep yang Digunakan

E.1.1. Tingkat Keseringan Menonton Televisi

Televisi terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan “visi”

(vision) yang berarti penglihatan. Segi jauhnya diusahakan oleh

prinsip radio dan sisi penglihatannya oleh gambarnya (Effendy,

1993:147). Perpaduan radio (broadcast) dan film (moving picture)

Page 20: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

8

ini membuat penonton di rumah tidak mungkin menangkap siaran

TV, kalau tidak ada unsur-unsur radio. Dan tidak mungkin melihat

gambar-gambar yang bergerak tanpa pada layar pesawat TV, jika

tidak ada unsur film (Effendy, 1993:148). Televisi adalah satu

diantara sekian banyak media massa yang tengah berkembang.

Meskipun demikian, perkembangannya terus menerus dan cepat.

Hal ini terbukti dari makin banyaknya stasiun televisi swasta

bermunculan. Ini dikarenakan media televisi memiliki keunggulan

tersendiri dibandingkan media lain yang lahir saat itu (Kuswandi,

1996:8)

Keunggulan televisi sebagai media massa diantaranya

televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar.

Kekuatan gambar menjadi andalan media televisi, karena gambar

yang disajikan bukan gambar mati melainkan gambar hidup yang

mampu menimbulkan kesan pada penonton. Ini jelas

menguntungkan televisi untuk digunakan penonton karena sifatnya

yang audio visual (Kuswandi, 1996: 23). Kedua, pesan yang

disampaikan kepada penonton tidak mengalami proses yang

berbelit (Effendy, 1993: 178). Ketiga, media televisi adalah

mengusai jarak dan ruang karena media teknologi televisi telah

menggunakan elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan

melalui transmisi. Dengan demikian sasaran yang dicapai untuk

menjangkau massa cukup besar. Nilai aktualitas terhadap suatu

Page 21: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

9

liputan atau pemberitaan itu sangat cepat. Daya rangsang

seseorang terhadap media televisi cukup tinggi.

Tingkat keseringan menonton televisi, menurut Hirsch

diartikan sebagai seberapa banyak orang menonton televisi

Pecandu berat televisi membentuk suatu citra realitas yang tidak

konsisten dengan kenyataan dan seringkali mempunyai sikap

stereotip tentang peran ataupun hal-hal yang lain yang sering

muncul di televisi. Pengaruh ini bergantung bukan hanya pada

seberapa banyak orang menonton televisi tetapi juga pada faktor

pendidikan, penghasilan, dan jenis kelamin penonton. Faktor-aktor

tersebut mempengaruhi persepsi tentang dunia serta kesiapan

untuk menerima gambaran dunia di televisi sebagai dunia yang

sebenarnya. (Ardianto dan Erdinaya, 2004: 65)

Ardianto dan Erdiyana menyatakan bahwa tingkat

keseringan menonton televisi adalah frekuensi penggunaan media

televisi dengan menghitung berapa lama audience mengikuti

program yang ditayangkan. Mengikuti program diartikan sebagai

proses mental atau perhatian terhadap program yang ditayangkan

dan bukan aktivitas sambilan. (Ardianto dan Erdiyana, 2004: 164)

Sedangkan Hayuning Purnama Dewi mengemukakan bahwa

tingkat keseringan menonton televisi adalah durasi penggunaan

media televisi dalam satu hari atau satu minggu atau satu bulan.

(Hayuning Purnama Dewi, 2007: 13)

Page 22: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

10

Dari beberapa pendapat di atas, Tingkat Keseringan

Menonton Televisi diartikan sebagai seberapa banyak waktu yang

digunakan oleh seseorang untuk menonton televisi atau media

gambar-dengar dengan menghitung berapa lama audience

mengikuti program yang ditayangkan dalam satu hari atau satu

minggu atau satu bulan.

E.1.2. Jam Belajar

Berkenaan dengan tayangan televisi, Ketua komisi D DPRD

DIY Erwin Nizar (2008) menyatakan bahwa karena gandrung

tontonan sinetron, anak-anak dan remaja rela melepaskan waktu

untuk belajar malam hari, karena siaran dilakukan pada jam

belajar. Pernyataan ini menyiratkan bahwa jam belajar adalah

waktu untuk belajar malam hari.

Gunawan Witjaksana (2007) mengemukakan bahwa pukul

18.00 – 20.00 anak-anak dan remaja dengan nikmatnya melahap

tayangan televisi pada jam belajar, padahal sebenarnya mereka

sadar jam-jam tersebut adalah waktunya untuk belajar.

Jam adalah sebuah unit waktu. Dalam bahasa Indonesia, Jika

ingin mengungkapkan "masa atau jangka waktu", digunakan kata

'jam' (contoh: Di sekolah selama delapan jam). (Wikipedia Bahasa

Indonesia, 2009). Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional

memberikan pengertian belajar dengan berusaha memperoleh

kepandaian atau ilmu. Jam belajar dapat diartikan sebagai masa

Page 23: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

11

atau jangka waktu yang digunakan untuk berusaha mencari

kepandaian atau ilmu.

Dari beberapa pendapat di atas dinyatakan bahwa jam belajar

adalah: waktu yang digunakan secara efektif untuk berusaha

mencari kepandaian atau ilmu selama satu hari di luar jam untuk

belajar di sekolah dalam satuan jam.

E.1.3. Kontrol Orangtua

Hasibuan Botung (2008) memberikan pengertian kontrol

orang tua sebagai perhatian dan pengawasan orang tua yaitu

pemberian kebebasan kepada anak untuk memilih dan berinteraksi

dengan lingkungan dengan tidak dibiarkan begitu saja. Anak dapat

berinteraksi lebih luas (dalam batas-batas yang bernilai positif) dan

memiliki pengetahuan tentang norma-norma yang terdapat dalam

agama maupun norma-norma yang ada di lingkungan masyarakat,

di sekolah, dan di mana saja anak itu berada orang tua mesti harus

memperhatikan dan memberikan pengawasan yang sesuai dengan

tingkat perkembangan anak.

Kontrol orangtua menurut Irwan Nuryana Kurniawan (2008)

diartikan sebagai persepsi sekaligus penerapan pengawasan dan

pengendalian orangtua dalam menentukan perkembangan dan

kepribadian anak-anaknya. Pengawasan dan pengendalian

orangtua tidak berhenti ketika anak menginjak remaja. Masa

remaja adalah masa mencari identitas diri, sehingga pengendalian

Page 24: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

12

orangtua sangat dibutuhkan untuk memberian arah yang tepat guna

mengembangkan potensi yang dimiliki.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik

Indonesia (2008) mengartikan kontrol sebagai pengawasan;

pemeriksaan; pengendalian. Orangtua adalah ayah ibu kandung

atau orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dsb) atau

orang-orang yang dihormati (disegani) di kampung; tetua.

Pengertian ini menunjukkan bahwa kontrol orangtua adalah

pengawasan dan pengendalian yang dilakukan ayah dan ibu

kandung, cerdik pandai, dan orang yang dihormati.

Dari uraian di atas pengertian kontrol orangtua adalah

perhatian, pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh ayah

dan ibu dalam menentukan perkembangan dan kepribadian anak.

E.1.4. Remaja

Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia bebas (2009)

menyatakan bahwa Remaja adalah waktu manusia berumur

belasan tahun. Di masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah

dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak - anak. Masa remaja

adalah masa peralihan manusia dari anak - anak menuju dewasa.

Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa

dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.

Menurut Piaget remaja didefinisikan dalam tiga kriteria yaitu

biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Secara psikologis masa

Page 25: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

13

remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan

masyarakat dewasa. Masa remaja adalah usia di mana anak tidak

lagi merasa di bawah tingkat orang dewasa melainkan berada

dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah

hak, integrasi dalam masyarakat, mempunyai banyak aspek

afektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk

juga perubahan intelektual yang mencolok, tranformasi yang khas

dari cara berpikir remaja memungkinkan untuk mencapai integrasi

dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya

merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan.

(Ade Rahmawati Siregar, 1996: 14-15)

Menurut Sarwono (2000) ditinjau dari kesehatan, WHO

menetapakan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja.

Selanjutnya WHO menyatakan walaupun definisi di atas

didasarkan pada usia kesuburan wanita, batasan tersebut berlaku

juga untuk remaja pria dan WHO membagi kurun usia tersebut

dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir

15-20 tahun.

Sementara itu definisi remaja untuk masyarakat indonesia

menurut Sarlito (1991) adalah menggunakan batasan usia 11-24

tahun dan belum menikah dengan pertimbangan sebagai berikut:

1) Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda

seksual sekunder mulai tampak(kriteria fisik).

Page 26: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

14

2) Dibanyak masyarakat indonesia, usia dianggap akil balik, baik

menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi

memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial).

3) Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan

perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego

identity, menurut Erik Erikson), tercapainya fase genital dari

perkembangan psikoseksual (Freud) dan tercapainya puncak

perkembangan kognitif (Piaget) maupun moral (Kohlberg)

(kriteria psikologis).

4) Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal yaitu untuk

memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia

tersebut masih menggantungkan diri pada orangtua.

5) Dalam definisi di atas, status perkawinan sangat menentukan

karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat

kita secara menyeluruh. Seorang yang sudah menikah, pada

usia berapa pun dianggap dan diperlakukan sebagai orang

dewasa penuh, baik secara hukum maupun kehidupan

bermasyarakat dan keluarga. Karena itu definisi remaja disini

dibatasi khusus untuk yang belum menikah

Dari beberapa pendapat di atas dapat dinyatkan bahwa

remaja adalah manusia yang berumur belasan tahun antara 11

sampai dengan 24 tahun yang masih menggantungkan diri dengan

orang tua dan belum menikah.

Page 27: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

15

E.1.5. Perilaku Belajar Siswa

Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang

tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan

suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku

tidak boleh disalah artikan sebagai perilaku sosial, yang

merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena

perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan

kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur

relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol

sosial. (Wikipedia Bahsa Indonesia, 2008)

Belajar adalah suatu proses atau usaha seseorang yang

ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman dan latihan, baik berupa diperolehnya pengetahuan,

sikap maupun ketrampilan baru. Kegiatan atau usaha untuk

mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar.

Sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil

belajar (Herman Hudoyo 1988: 1). Menurut konsep sosiologi,

belajar adalah jantungnya dari proses pembelajaran, pembelajaran

adalah rekayasa sosio-psikologis untuk memelihara kegiatan

belajar tersebut sehingga tiap individu yang belajar akan belajar

secara optimal dalam mencapai tingkat kedewasaan dan dapat

hidup sebagai anggota masyarakat yang baik

(http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika).

Page 28: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

16

Dimyati dan Mudjiono, mengemukakan bahwa perilaku

belajar siswa adalah proses belajar yang dihayati, dialami, dan

sekaligus merupakan aktivitas belajar dari berbagai sumber belajar

di lingkungannya. Pengertian ini lebih menekankan bahwa

perilaku belajar memposisikan siswa tidak sebagai obyek saja,

akan tetapi juga sebagai subyek. (Dimyati dan Mudjiono, 2002:

259)

Axelrod mengemukakan bahwa perilaku belajar adalah

segala sesuatu yang dilakukan oleh murid, mulai dari duduk

sampai segala aktivitas seperti melakukan kegiatan membaca,

menulis, maupun berhitung. Skinner berpendapat bahwa ada dua

jenis perilaku, yaitu perilaku tidak terkontrol dan perilaku

terkontrol. Perilaku tidak terkontrol disebut dengan respondent

atau classical behavior menghasilkan gerakan refleks, seperti air

liur akan terbit jika melihat makananlezat. Sebaliknya, perilaku

terkontrol yang disebut dengan operant behavior adalah perilaku

yang muncul karena adanya peristiwa-peristiwa atau kejadian-

kejadian yang dikondisikan sedemikian rupa sebelumnya. (Vera

Ginting, 2005: 5)

Dari pendapat para ahli di atas dapat dinyatakan bahwa

perilaku belajar adalah suatu tindakan sosial manusia yang sangat

mendasar dalam proses atau usaha secara sadar dengan melibatkan

sosio-psikologi yang ditandai dengan perubahan tingkah laku

Page 29: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

17

sebagai hasil dari pengalaman dan latihan, baik diperolehnya

pengetahuan, sikap, atau ketrampilan.

E.2. Teori yang Digunakan

Menurut Emile Durkheim, sosiologi adalah suatu ilmu yang

mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara

bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana

fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.

Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam, yaitu dalam

bentuk material dan nonmaterial. Bentuk material, yaitu barang sesuatu

yang dapat disimak, ditangkap, dan diobservasi. Fakta sosial inilah yang

merupakan bagian dari dunia nyata. Bentuk nonmaterial, yaitu sesuatu

yang ditangkap nyata (eksternal). Fakta ini bersifat intersubyektif yang

hanya muncul dari dalam kesadaran manusia. Dalam penelitian ini

ketiga variabel, yaitu tingkat keseringan menonton televisi pada jam

belajar, kontrol orangtua pada remaja, dan perilaku belajar merupakan

fakta sosial dalam bentuk nonmaterial.

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi keluarga yang

mengkaji perkembangan individu dalam konteks keluarga dan

masyarakat. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Setiap

individu memiliki peran yang berbeda di dalam keluarga. Menurut

Goode keluarga itu menyumbangkan hal-hal berikut kepada masyarakat:

kelahiran, pemeliharan fisik anggota keluarga, penempatan anak dalam

Page 30: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

18

masyarakat, pemasyarakatan, dan kontrol sosial. Perkembangan anak

sangat ditentukan oleh kiprah orangtua. (Wlliam J. Goode, 1995: 9)

Dinamika proses globalisasi saat ini, telah merasuki setiap sendi

kehidupan baik dikehendaki atau tidak. Implikasi mendasar, berupa

bertemunya beragam bentuk kehidupan yang melibatkan empat aspek

kondisi manusia, yang oleh Robertson disebutkan sebagai: (1)

masyarakat nasional, (2) individu, (3) system masyarakat dunia, dan (4)

kemanusiaan. Hubungan keempat-empatnya dinamis, misalnya, antara

masyarakat nasional dengan individu, sistem masyarakat dunia dengan

kemanusiaan. Kemampuan diantara satuan-satuan aspek tersebut pada

gilirannya menciptakan fenomena-fenomena baru. (Argyo Demartoto,

2007: 123-124)

Perubahan sosial yang terjadi akibat persinggungan keempat aspek

kondisi manusia di atas, secara sosiologis menimbulkan fakta-fakta yang

ada di masyarakat. Persinggungan ini akan semakin terasa akibatnya

dengan munculnya kemajuan media informasi termasuk televisi.

Perwujudan perubahan dapat berupa kemajuan atau kemunduran, luas

ataupun terbatas, cepat maupun lambat. Menurut Soemadjan dan

Soemardi perubahan-perubahan sosial dapat mengenai norma-norma,

nilai-nilai, pola-pola perilaku, organisasi, susunan dan stratifikasi

kemasyarakatan serta lembaga kemasyarakatan. (Soemadjan dan

Soemardi, 1974: 487)

Page 31: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

19

Berbeda dengan media cetak yang lebih menitik beratkan pada

sasaran intelektual, televisi menjadikan emosional sebagai sasaran

utamanya. Media cetak seperti koran, majalah, tabloid dan sebagainya

mengarahkan dominasi karyanya pada akal pembacanya, sedang televisi

akan membawa penonton untuk lebih banyak melibatkan perasaannya.

Oleh karena itu wajar bila penonton televisi dari anak-anak sampai orang

dewasa mengikuti gaya/peran sebagaimana yang ditontonnya dalam

televisi. Dengan kata lain televisi mampu menyulap sikap dan perilaku

masyarakat.

Effendy mengemukakan efek media televisi yang meliputi efek

kognitif, efek afektif, dan efek behavior sebagai berikut:

1) Efek kognitif, adalah akibat yang timbul pada diri penonton yang

sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini, media dapat

membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat

dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media

televisi, individu memperoleh informasi tentang benda, orang atau

tempat yang belum pernah dikunjungi secara langsung. Pengaruh

media massa terasa lebih kuat lagi pada masyarakat modern karena

mereka memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media

televisi. Singkatnya kognitif memiliki hubungan atau penalaran yang

mempengaruhi proses penambahan pengetahuan pada pikiran

manusia, yang menyebabkan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak

jelas menjadi jelas.

Page 32: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

20

2) Efek Afektif, televisi bukan sekedar memberitahu khalayak tentang

sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut

merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, benci, kesal,

kecewa, penasaran, sayang, cemas, sisnis, kecut dan sebagainya.

Mungkin pengalaman pribadi pernah atau mengalam perasaan sedih

dan menangis ketika menyaksikan adegan yang mengharukan dalam

sinetron televisi atau dalam film.

3) Efek Behavior, merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak

dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Behavior

bersangkutan dengan niat, tekat, upaya, usaha, yang cenderung

menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Behavior disinggung diatas

yang mempengaruhi ketertarikan terhadap media massa. Efek

behavior tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa

melainkan didahului oleh efek kognitif atau efek afektif. (Effendy,

1993: 318-319)

Menurut Syaiful Imam (2007) televisi dapat mempengaruhi

seseorang secara fisik, motorik, psikis, dan emosional. Dampak televisi

dapat dikategorikan sebagai berikut:

1) Dampak fisik – motorik

Dampak secara fisik dan motorik seseorang yang keseringan

menonton televisi ditengarai oleh kegemukan, gangguan tidur,

gangguan pada otot mata, dan kemampuan motorik anak tidak terasah

normal. Kegemukan disebabkan anak kurang bergerak dan banyak

Page 33: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

21

makan-makanan ringan. Kegemukan merupakan salah satu faktor

risiko utama bagi munculnya penyakit diabetes tipe-2 dan jantung

koroner. Riset yang dilakukan Knights of Columbus Developmental

Centre, Saint Louis Amerika Serikat menemukan hubungan antara

televisi dan gangguan tidur pada anak. Seperti dikutip jurnal

American Academy of Pediatrics, anak-anak yang terlampau lama

menonton televisi, tidurnya akan kurang nyenyak, sering mengigau,

dan terbangun di malam hari. Pandangan yang hanya ke satu arah,

berpeluang menimbulkan gangguan pada otot mata. Karenanya, tidak

disarankan menonton televisi dari jarak dekat. Efeknya memang tidak

berkaitan dengan radiasi. Namun menyaksikan televisi kurang dari

jarak 1,5 m akan menegangkan bola mata dan membuat mata jadi

cepat lelah. Menonton adalah kegiatan pasif, kemampuan motorik

halus dan kasar anak tidak terasah optimal.

2) Dampak psikis – emosional

Dampak secara sosial dan emosional anak yang sering

menonton televisi ditandai oleh miskinnya komunikasi, tidak pandai

bergaul, gelisah, agresif, gemar berkata-kata kasar, impulsif,

konsumtif, kurang semangat belajar, pola pikir sederhana, dan kurang

konsentrasi.

Dampak televisi perlu diantisipasi oleh orang tua. Goode

mengemukakan bahwa anak manusia tidak dapat bertahan hidup, jika

tidak ada orangtua yang telah disosialisir untuk memeliharanya.

Page 34: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

22

Sosialisasi secara turun temurun menjadikan orangtua memiliki

kewajiban moral untuk menanamkan nilai-nilai dan pengetahuan

mengenai kelompoknya dan belajar mengenai peran sosial yang

cocok dengan kedudukannya. (Wlliam J. Goode, 1995: 39). BKKBN

(2006) mengemukakan cara membina Keluarga Bahagia Sejahtera

melalui Program 8 Fungsi Keluarga:

1) Fungsi Keagamaan

Keluarga adalah tempat pertama seorang anak mengenal

agama. Keluarga juga yang dapat menanamkan dan menumbuhkan

serta mengembangkan nilai-nilai agama, sehingga anak menjadi

manusia yang berakhlaq baik dan bertaqwa.

2) Fungsi Sosial Budaya

Manusia adalah mahluk sosial. Ia bukan hanya

membutuhkan orang lain tetapi juga membutuhkan interaksi

dengan orang lain. Setiap keluarga tinggal di suatu daerah dengan

memiliki kebudayaan tersendiri. Keluarga sebagai bagian dari

masyarakat yang diharapakan mampu mempertahankan dan

mengembangkan sosial budaya setempat. Disamping itu keluarga

juga mampu menanamkan rasa memiliki terhadap budaya

daerahnya tetapi tidak berlebih-lebihan sehingga ia mampu

menghargai perbedaan budaya daerah lainnya.

Page 35: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

23

3) Fungsi Cinta dan Kasih Sayang.

Mendapatkan cinta kasih adalah hak anak dan kewajiban

orang tua untuk memenuhinya. Dengan kasih sayang orang tuanya,

anak belajar bukan hanya menyayangi yang lainnya tetapi juga

belajar menghargai yang lain. Membimbing dan mendidik anak

dengan penuh cinta kasih akan membuat anak berkembang

menjadi anak yang lembut, penuh kasih sayang dan bijaksana.

4) Fungsi Melindungi

Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung bagi

anggota keluarga, dalam hal ini dimaksudkan bahwa keluarga

harus memberikan rasa aman, tenang dan tentram bagi anggota

keluarganya. Dalam ajaran Islam bahwa salah satu tujuan

pernikahan adalah diperolehnya rasa aman, tenang dan tentram.

5) Fungsi Reproduksi

Salah satu tujuan perkawinan adalah melestarikan keturunan,

karena itu pengembangan keturunan menjadi tuntunan fitrah

manusia. Tidak mendapat keturunan bagi suatu keluarga akan

mengurangi kebahagiaanya bahkan menjadi sebab penderitaan

batin.

6) Fungsi Mendidik dan Sosialisasi

Orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-

anaknya. Keluarga selain berfungsi sebagai pendidik juga sebagai

Page 36: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

24

pembimbing dan pendamping dalam tumbuh kembang anak baik

secara fisik, mental, sosial dan spiritual.

7) Fungsi Ekonomi

Pemenuhan kebutuhan berupa sandang pangan dan papan

adalah kewajiban setiap orang tua, tetapi selain dari itu adalah

bagaimana mendorong anggota keluarganya untuk hidup

sederhana dan tidak berlebih-lebihan sehingga ia dapat menghargai

setiap jerih payah yang telah dilakukan oleh orang tuanya.

8) Fungsi Pelestarian Lingkungan

Kemampuan keluarga dalam pelestarian lingkungan

merupakan langkah yang positif. Penempatan diri untuk keluarga

sejahtera dalam lingkungan sosial budaya dan lingkungan alam

yang dinamis secara serasi, selaras dan seimbang. Upaya

pengembangan fungsi keluarga ini dimaksudkan sebagai wahana

bagi keluarga agar dapat mengaktualisasikan diri dalam

membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera dengan difasilitasi

oleh Institusi masyarakat sebagai lingkungan sosialnya dan

dukungan kemudahan dari pemerintah.

Baumrind berasumsi bahwa perilaku asuh yang normal dari

orang tua berkisar seputar masalah kontrol. Meskipun orang tua

berbeda-beda dalam cara mereka mengontrol atau mensosialisasikan

anaknya dan berbeda pula dalam tingkat kontrol yang mereka

terapkan, tetapi Baumrind berasumsi bahwa peranan utama semua

Page 37: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

25

orang tua adalah mempengaruhi, mengajar, dan mengontrol anaknya.

Dari hasil penelitiannya, Baumrind mengidentifikasi empat gaya asuh

sebagai berikut:

1) Gaya asuh otoriter

Orang tua dengan gaya asuh otoriter cenderung rendah

dalam dimensi responsifnya dan tinggi dalam dimensi

tuntutannya. Orang tua ini menciptakan lingkungan yang

terstruktur dan tertata rapi dengan aturan-aturan yang jelas.

Mereka menetapkan standar yang absolut untuk perilaku

anaknya, menerapkan disiplin yang ketat dan menuntut

kepatuhan yang segera, serta kurang menggunakan metode

persuasi. Orang tua yang otoriter juga cenderung kurang

menggunakan cara-cara persuasi yang lebih lembut terhadap

anaknya; mereka tidak menunjukkan kasih sayang, pujian

ataupun imbalan. Akibatnya, orang tua yang otoriter cenderung

menciptakan model agresif dalam cara memecahkan konflik dan

model interaksi sosial yang kurang ramah. (Moore 1992, dalam

Didi Tarsidi 2007)

2) Gaya asuh permisif

Orangtua dengan pola asuh permisif cenderung moderat

hingga tinggi dalam dimensi responsifnya tetapi rendah dalam

dimensi tuntutannya. Orang tua dengan gaya asuh ini

menerapkan relatif sedikit tuntutan kepada anaknya dan

Page 38: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

26

cenderung inkonsisten dalam menerapkan disiplin. Mereka selalu

menerima impuls, keinginan dan perbuatan anaknya, dan

cenderung kurang memonitor perilaku anaknya. Meskipun

anaknya cenderung ramah dan mudah bergaul, tetapi mereka

kurang memiliki pengetahuan tentang perilaku yang tepat untuk

situasi sosial pada umumnya dan kurang bertanggung jawab atas

perilakunya yang salah. (Moore 1992, dalam Didi Tarsidi 2007)

3) Gaya asuh otoritatif

Orang tua yang otoritatif tinggi dalam dimensi responsifnya

dan moderat dalam dimensi tuntutannya. Mereka memonitor dan

menetapkan standar yang jelas bagi perilaku anaknya, bersifat

asertif, tetapi tidak intrusif ataupun restriktif. Metode

pendisiplinan yang diterapkannya bersifat suportif, tidak

menghukum. Mereka menginginkan anaknya menjadi asertif dan

memiliki tanggung jawab sosial, dan mampu mengatur dirinya

sendiri (self-regulated) serta kooperatif. Gaya asuh inilah yang

oleh Baumrind dan kolega-koleganya ditemukan paling fasilitatif

dalam perkembangan kompetensi sosial selama awal masa

kanak-kanak dan masa-masa perkembangan selanjutnya. (Moore,

1992 dalam Didi Tarsidi 2007)

4) Gaya asuh tak peduli

Orang tua dengan gaya asuh “tak peduli” (uninvolved)

rendah dalam dimensi responsifnya maupun dimensi tuntutannya

Page 39: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

27

(Darling, 1999 dalam Didi Tarsidi 2007). Dalam kasus yang

ekstrim, orang tua ini akan mengabaikan anaknya atau bahkan

menolak kehadirannya, meskipun sebagian besar orangtua

dengan tipe gaya asuh ini termasuk ke dalam kategori orang tua

yang normal. (Didi Tarsidi, 2007)

Menurut Dimyati dan Mudjiono, Perilaku belajar siswa

dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

meliputi: (a) sikap terhadap belajar, (b) motivasi belajar, (c)

konsentrasi belajar, (d) kemampuan mengolah bahan ajar, (e)

kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar, (f) kemampuan

menggali hasil belajar yang tersimpan, (g) kemampuan berprestasi,

(h) rasa percaya diri, (i) Keberhasilan belajar, (j) kebiasaan belajar,

dan (k) cita-cita siswa. Sedang faktor eksternal meliputi: (a) sarana

dan prasarana belajar, (b) lingkungan sosial siswa. (Dimyati dan

Mudjiono, 2002: 239)

E.3. Penelitian Terdahulu yang Menjadi Acuan

1) Korelasi Konflik Anak - Orangtua, perkelahian Sesama Anak dan

Kejahatan Remaja dengan Jumlah Jam Menonton Televisi

Menurut Aji Baroto (2008), studi beberapa tahun terakhir

terhadap 732 anak menyimpulkan bahwa konflik dengan orangtua,

perkelahian sesama anak, dan kejahatan remaja ternyata erat

kolerasinya dengan jumlah jam menonton TV. Anak yang sejak dini

selama bertahun-tahun menonton tayangan mistis kelak akan

Page 40: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

28

tumbuh menjadi orang yang selalu ketakutan dan kelak ketika

dewasa ia akan mengambil keputusan hanya mengandalkan

emosinya saja. Menonton TV juga akan mengurangi

kemampuannya untuk menyenangkan diri sendiri dan melumpuhkan

kemampuannya untuk mengemukakan pendapatnya secara logis dan

sensitif.

2) Journal of Youth and Adolescence, Dr. Janet Hyde dan timnya dari

University of Wisconsin meneliti 273 remaja yang berusia antara 13

dan 15 tahun. Penelitian ini mempelajari hubungan antara frekuensi

menonton televisi dan hubungan keluarga dengan perilaku seks dini

di kalangan remaja.

Terlalu banyak menonton televisi, rendahnya penghargaan terhadap

diri sendiri, tingginya tingkat kekecewaan dan buruknya hubungan

keluarga dapat menjadi rumus yang meningkatkan prilaku seks dini

di kalangan remaja, demikian hasil suatu studi baru. Penelitian ini

menyimpulkan :

a. Sebanyak 15% dari mereka telah melakukan hubungan seks

dini."Anak-anak yang melakukan perbuatan seks dini sangat tak

mungkin untuk menggunakan pelindung sehingga menambah

besar resiko kehamilan di kalangan remaja dan menderita

penyakit yang menular melalui hubungan seks," kata Hyde.

Salah satu faktor terbesar bagi hubungan seks dini oleh remaja

adalah menonton televisi, sebagian karena program televisi

Page 41: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

29

menggambarkan tingkat seksualitas yang lebih tinggi buat

remaja dan orang dewasa dibandingkan dengan yang ada dalam

kenyataan, kata para peneliti itu."Banyak ahli komunikasi

mengatakan bahwa sewaktu kita menonton banyak bahan seperti

itu, kita dibuat percaya bahwa itu nyata. Dalam kasus ini, anak-

anak yang banyak menonton TV percaya bahwa semua anak

sebenarnya melakukan hubungan seks, sehingga mereka akan

melakukannya juga atau mereka akan merasa terasing. ," kata

Hyde yang melaporkan temuan timnya di dalam.TV juga

seringkali tak menggambarkan konsekuensi negatif hubungan

seks, seperti kehamilan yang tak dikehendaki atau penyakit yang

menular melalui hubungan seks, katanya.Tetapi itu bukan satu-

satunya faktor resiko bagi remaja untuk memulai hubungan seks

sebelum berusia 15 tahun.

b. Anak perempuan yang telah melakukan hubungan seks secara

dini memiliki penghargaan diri yang lebih rendah, hubungan

yang buruk dengan orang-tua mereka, hidup bersama ibu

tunggal atau orang-tua tiri, memperlihatkan tanda gangguan

hiperaktif kekurangan-perhatian (ADHD), tak berprestasi di

sekolah, dan lebih banyak menonton televisi.

c. Anak laki-laki yang melakukan hubungan seks dini lebih lauh

melewati masa puber, memiliki penghargaan diri yang rendah,

memperlihatkan tanda ADHA dan gangguan pembangkangan-

Page 42: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

30

penentangan (ODD), memiliki hubungan buruk dengan orang-

tua mereka dan juga lebih banyak menonton telvisi

dibandingkan anak laki-laki lain.

d. Para peneliti tersebut menyarankan agar semua faktor resiko

mengenai seks dini oleh remaja ditangani dan orang-tua ikut

dalam proses itu, selain guru dan pembimbing. Mereka juga

menyerukan dilancarkannya program pendidikan seks

menyeluruh sehingga remaja dapat melindungi diri mereka jika

mereka melakukan hubungan seks. "Jika kita memiliki

pendidikan seks yang menyeluruh sehingga anak-anak benar-

benar dapat memiliki pilihan yang mereka ketahui dan

melindungi diri mereka, itu adalah strategi yang jauh lebih baik.

(http://www.republika.co.id)

3) Jurnal Ilmu Psikologi: dr. Brian A. Primack, seorang asisten guru

besar pengobatan dan dokter anak di University of Pittsburgh School

of Medicine melakukan penelitian bahwa “Keseringan nonton televisi

bisa picu stress”.

Sejumlah remaja yang dilibatkan dalam riset ini menghadapi

keganjilan lebih banyak seperti depresi pada tujuh tahun kemudian.

Risiko ini meningkat setiap jam menonton televisi dalam satu hari.

Lebih dari 4.000 remaja berpartisipasi dalam riset tersebut diberikan

pertanyaan pada 1995 soal jumlah jam yang mereka habiskan untuk

menonton tayangan televisi, kaset video, bermain game komputer atau

Page 43: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

31

mendengarkan radio. Mereka mengaku rata-rata setiap hari kurang

lebih 5 sampai 7 jam termasuk 2 atau 3 jam nonton tayangan televisi.

Tujuh tahun kemudian, responden yang sudah berusia 22 tahun, 308

atau 7,4% anak muda mengalami gejala yang setingkat dengan

depresi. Insiden dari gejala ini secara langsung berkaitan dengan

jumlah jam nonton televisi dan media elektronik lainnya yang

dilaporkan pada awal riset.

Banyak kejadian yang mengundang depresi pada tayangan-

tayangan televisi dan kemungkinan adanya proses menginternalisasi

kejadian-kejadian tersebut. Televisi banyak menayangkan berita-berita

buruk dan tayangan berulangkali bisa memicu proses tersebut.

Tayangan komersil TV juga bisa menimbulkan pengaruh. Kurang

lebih 20.000 iklan televisi dalam satu tahun, dan proporsi besar dari

tayangan itu mendatangkan fakta bahwa kehidupan tidaklah

sempurna.

Tayangan televisi mungkin juga menggantikan aktivitas sosial,

intelektual dan atletik yang bisa melindungi diri dari depresi.

Menonton televisi pada tengah malam bisa menggangu jam tidur yang

normal yang penting bagi pengembangan intelektual dan emosi.

(http://www.ilmupsikologi.com)

4) Menurut laporan dalam edisi Mei 2007 Archives of Pediatrics &

Adolescent Medicine, salah satu JAMA/Archives, yaitu Remaja yang

menonton televisi selama tiga jam atau lebih per hari mungkin pada

Page 44: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

32

peningkatan resiko kesulitan perhatian dan belajar pada usia remaja

dan awal dewasa.

Jeffrey G. Johnson, Ph.D., Columbia University College of

Dokter dan Ahli Bedah dan New York State Psychiatric Institute,

New York, dan rekannya mempelajari 678 keluarga di New York.

Orang tua dan anak-anak diwawancarai tentang kebiasaan televisi dan

masalah sekolah tiga kali antara 1983 dan 1993, ketika anak-anak

rata-rata 14, 16 dan 22 tahun. Antara tahun 2001, dan 2004 ketika

anak-anak dalam penelitian ini telah mencapai rata-rata usia 33,

mereka memberikan informasi tentang mereka sekunder dan

pendidikan pasca-sekolah menengah, termasuk apakah mereka lulus

dari sekolah tinggi atau kuliah.

Pada usia 14, 225 (33,2 persen) dari remaja melaporkan bahwa

mereka melihat tiga atau lebih jam televisi per hari. "Televisi waktu

melihat pada usia rata-rata 14 tahun dikaitkan dengan risiko tinggi

untuk selanjutnya sering kesulitan perhatian, sering gagal untuk

menyelesaikan pekerjaan rumah, kebosanan sering di sekolah,

kegagalan untuk menyelesaikan sekolah tinggi, nilai yang buruk,

sikap negatif tentang sekolah (yaitu, membenci sekolah ), kegagalan

akademik keseluruhan di sekolah menengah dan kegagalan untuk

mendapatkan pos-sekunder (misalnya, perguruan tinggi, universitas,

sekolah pelatihan) pendidikan, "penulis menulis. "Asosiasi ini tetap

signifikan setelah covariates dikontrol." Covariates ini termasuk

Page 45: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

33

karakteristik keluarga dan masalah sebelumnya dengan pemikiran,

pembelajaran dan memori.

Para peneliti juga melakukan analisis untuk mengetahui 14

asosiasi antara perhatian dan masalah belajar pada usia 14 tahun dan

kebiasaan televisi berikutnya. Hanya dua dari analisis ini disarankan

asosiasi apapun, yang menunjukkan bahwa menonton televisi

memberikan kontribusi bagi kesulitan belajar dan bukan sebaliknya.

"Hasil menunjukkan bahwa meskipun anak muda dengan perhatian

atau masalah belajar dapat menghabiskan lebih banyak waktu

menonton televisi daripada pemuda tanpa kesulitan-kesulitan ini,

kecenderungan ini mungkin tidak akan menjelaskan pengaruh yg

lebih besar dari hubungan antara menonton televisi dan perhatian dan

kesulitan belajar selama masa remaja," mereka menulis.

Secara keseluruhan, temuan memiliki implikasi pencegahan

penting, penulis melanjutkan. "Mereka berpendapat bahwa dengan

mendorong anak muda untuk menghabiskan kurang dari tiga jam per

hari menonton televisi, orang tua, guru dan para profesional

perawatan kesehatan mungkin dapat membantu mengurangi

kemungkinan bahwa remaja berisiko akan mengembangkan perhatian

yang terus-menerus dan belajar kesulitan," mereka menyimpulkan.

Studi Masa Depan bisa menyelidiki apakah jenis lainnya

mempromosikan kegiatan - seperti olahraga, musik atau seni - juga

Page 46: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

34

bisa membantu mengurangi risiko masalah belajar selama tahun-

tahun remaja.

rch Pediatr Adolesc Med. 2007; 161:480-486. Penelitian ini didukung

oleh dana dari National Institute of Mental Health dan National Institute on

Drug Abuse. Source: www.sciencedailv.com

5) Menurut laporan dalam edisi Maret 2010 Archives of Pediatrics & Adolescent

Medicine, salah satu JAMA/arsip jurnal. Remaja yang menghabiskan lebih

banyak waktu menonton televisi atau menggunakan komputer

tampaknya memiliki hubungan yang lebih rendah dengan orangtua mereka

dan teman-teman.

Rosalina Richards, Ph.D., dari University of Otago, Dunedin,

Selandia Baru, dan rekannya mempelajari 3.043 remaja berusia 14-15

tahun 2004. Remaja tersebut menyelesaikan kuesioner tentang kebiasaan

waktu senggang mereka, serta penilaian terhadap keterikatan mereka

kepada orangtua dan teman-teman.

Secara keseluruhan, remaja lebih banyak waktu yang dihabiskan

untuk menonton televisi atau bermain di komputer, semakin besar

kemungkinan mereka untuk melaporkan rendah kedekatan kepada orang

tua (dengan kata lain, kesulitan membentuk hubungan atau ikatan emosional).

Risiko rendah kedekatan dengan orang tua meningkat 4 persen untuk

setiap jam yang dihabiskan untuk menonton televisi dan 5 persen untuk

setiap jam yang dihabiskan untuk bermain di komputer. Sebaliknya,

remaja yang menghabiskan lebih banyak waktu untuk membaca dan

Page 47: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

35

mengerjakan pekerjaan rumah melaporkan tingkat yang lebih tinggi

dari keterikatan pada orang tua.

Para peneliti juga menilai tanggapan dari 976 wawancara orang-orang

yang berada di bawah 15 tahun pada tahun 1987 sampai 1988. Antara remaja

ini, lebih banyak waktu menonton televisi dikaitkan dengan kurang kedekatan

kepada orang tua dan teman-temannya. Untuk setiap tambahan jam televisi,

remaja memiliki risiko kenaikan dari 13% dari kedekatan rendah kepada

orangtua mereka dan 24 persen peningkatan risiko rendah kedekatan pada

rekan-rekan mereka. "Rekomendasi bahwa anak-anak yang kurang menonton

televisi kadang-kadang bertemu dengan keprihatinan yang tidak mampu

mendiskusikan pertunjukan atau karakter popular dapat menghambat

hubungan teman sebaya, temuan dalam dokumen ini tidak menunjukkan

bahwa kurang menonton televisi merusak persahabatan remaja."

Mengingat pentingnya kedekatan kepada orangtua dan teman-teman

dalam kesehatan dan perkembangan remaja, perhatian tingkat tinggi tentang

waktu menonton layar kaca di kalangan remaja dibenarkan. Peneliti

menyimpulkan: "Dengan kemajuan yang cepat berbasis layar, pilihan

untuk hiburan, komunikasi dan pendidikan, penelitian berkelanjutan

diperlukan untuk memantau dampak teknologi ini ada pada pembangunan

sosial dan kesejahteraan psikologis dan fisik di kalangan remaja."

Source: www.sciencedaily.com

Page 48: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

36

F. Kerangka Pemikiran

Orangtua memiliki peran sentral dalam perkembangan anak-anaknya.

Tanpa fungsi kendali orangtua, anak cenderung berbuat semaunya, menuruti

kesenangannya tanpa mempedulikan akibat dari perbuatannya. Aktivitas anak

di rumah, seperti menonton televisi pada jam belajar akan menjadi kebiasaan

yang tidak baik. Jam belajar menjadi berkurang bahkan anak menjadi malas

belajar. Dengan sentuhan kontrol orangtua diharapkan kebiasaan anak

menonton televisi pada jam belajar dapat ditekan. Anak memanfaatkan jam

belajar dengan baik sehingga dihasilkan perilaku belajar yang efektif.

G. Variabel-variabel yang digunakan

Penelitian ini akan menggunakan variable-variabel sebagai berikut:

1. Variabel independen 1: Tingkat keseringan menonton televisi pada

jam belajar

2. Variabel independen 2: Kontrol orang tua pada remaja

3. Variabel Dependen : Perilaku Belajar Siswa

Adapun hubungan antar variabel dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

X1 : Tingkat keseringan menonton televisi

X2 : Kontrol orang tua pada remaja

Y : Perilaku belajar siswa

X1

Y

X2

Page 49: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

37

H. Hipotesis

1. Ada pengaruh/sumbangan antara tingkat keseringan menonton televisi

pada jam belajar dengan perilaku belajar siswa.

2. Ada pengaruh/sumbangan antara kontrol orangtua pada remaja dengan

perilaku belajar siswa.

3. Ada pengaruh/sumbangan secara bersama-sama antara tingkat keseringan

menonton televisi pada jam belajar dan kontrol orangtua pada remaja

dengan perilaku belajar siswa.

I. Definisi Konseptual

1. Tingkat Keseringan Menonton Televisi

Tingkat keseringan menonton televisi merupakan banyaknya

waktu yang digunakan oleh seseorang untuk menonton televisi dengan

menghitung berapa lama seseorang tersebut mengikuti program yang

ditayangkan dalam satu hari atau satu minggu atau satu bulan.

2. Jam Belajar

Jam belajar adalah waktu yang digunakan secara efektif untuk

berusaha mencari kepandaian atau ilmu selama satu hari di luar jam untuk

belajar di sekolah yaitu antara jam 18.00 sampai dengan 20.30.

3. Kontrol Orangtua

Kontrol orang tua adalah perhatian, pengawasan, dan pengendalian

yang dilakukan oleh ayah dan ibu dalam menentukan perkembangan dan

kepribadian anak.

Page 50: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

38

4. Remaja

Remaja adalah manusia yang berumur belasan tahun antara sebelas

sampai dengan dua puluh empat tahun yang masih menggantungkan diri

dengan orang tua dan belum menikah

5. Perilaku Belajar Siswa

Perilaku belajar siswa adalah suatu tindakan sosial manusia yang

sangat mendasar dalam proses atau usaha secara sadar dengan melibatkan

sosio-psikologi yang ditandai dengan perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari pengalaman dan latihan, baik diperolehnya pengetahuan, sikap,

atau ketrampilan

J. Definisi Operasional

1. Tingkat keseringan menonton televisi pada jam belajar

Variabel tingkat keseringan menonton televisi pada jam belajar

diukur dengan menghitung banyaknya waktu yang digunakan untuk

menonton televisi antara jam 18.00 – 20.30 setiap harinya.

2. Kontrol orangtua pada remaja

Veriabel kontrol orang tua pada remaja diukur dengan indikator-

indikator sebagai berikut:

a. Perhatian orang tua pada jam belajar.

b. Pengawasan orang tua pada jam belajar.

c. Pengendalian orang tua pada jam belajar.

Page 51: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

39

3. Perilaku belajar siswa

Variabel perilaku belajar siswa diukur dengan indikator-indikator

sebagai berikut:

a. Tingkah laku siswa dalam menyelesaikan tugas belajar atau pekerjaan

rumah.

b. Usaha siswa untuk memperdalam materi pelajaran pada jam belajar.

K. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksplanatoris.

Menurut Bailey penelitian eksplanatori mempunyai tujuan untuk menguji

hipotesis yang menyatakan hubungan sebab akibat antara dua variabel

atau lebih (Irawan Suhartono, 2000: 33). Penelitian ini akan menguji

hubungan antara variabel tingkat keseringan menonton televisi pada jam

belajar, kontrol orang tua pada remaja, dan perilaku belajar siswa yang

sudah dirumuskan hipotesanya. Penelitian kuantitatif adalah penelitian

yang analisisnya secara umum memakai statistik.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di SMP Muhammadiyah 1 Sragen, dengan

pertimbangan sebagai berikut:

a. SMP Muhammadiyah 1 Sragen memiliki siswa yang variatif dalam

tingkat keseringan menonton televisi pada jam belajar .

b. SMP Muhammadiyah 1 Sragen memiliki siswa yang variatif dari segi

kontrol orangtua.

Page 52: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

40

c. SMP Muhammadiyah 1 Sragen memiliki siswa dengan perilaku

belajar yang bermacam-macam.

3. Sumber data

a. Data primer

Data primer adalah data yang digunakan untuk mengetahui

hubungan antar variable yang diteliti, yang meliputi: 1) tingkat

keseringan menonton televisi pada jam belajar, 2) kontrol orangtua

pada remaja, dan 3) perilaku belajar siswa. Data ini diperoleh secara

langsung dari responden siswa SMP Muhammadiyah 1 Sragen.

b. Data sekunder

Data ini digunakan untuk mendeskripsikan lokasi penelitian,

jumlah siswa dan penyebarannya menurut latar belakang keluarga.

Data ini merupakan data yang diambil dari dokumentasi SMP

Muhammadiyah 1 Sragen. Data yang diperoleh adalah adalah letak

dan luas lahan, jumlah siswa, pekerjaan orang tua, dan lingkungan

sosial siswa (desa/kota).

4. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Muhammadiyah 1

Sragen berjumlah 879 orang. Kelas VII dengan jumlah siswa 301 orang

terdiri dari laki-laki 148 orang dan perempuan 153 orang. Kelas VIII

dengan jumlah siswa 333 orang terdiri dari laki-laki 183 orang dan

perempuan 150 orang. Kelas IX dengan jumlah siswa 245 orang terdiri

dari laki-laki 132 orang dan perempuan 113 orang.

Page 53: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

41

Penentuan jumlah sampel ditentukan melalui rumus Slovin dalam

Husein Umar (1999) sebagai berikut:

Keterangan: n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

e : toleransi karena ketidak telitian karena kesalahan

pengambilan sampel (presisi)

5. Teknik Pengambilan Sampel

a. Proporsional Sampling

Yaitu penentuan sampel dengan jalan mengambil individu yang

terdapat dalam masing-masing kategori populasi sesuai dengan

proporsi atau perimbangannya. Dalam penelitian ini yang dimaksud

dengan kategori adalah kelas VII, VIII, dan IX yang terdiri dari laki-

laki dan perempuan. Adapun distribusi sampel secara proporsional

adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Distribusi sampel penelitian

Kelas

Populasi Jumlah

Populasi

Jumlah

Sampel

Sampel

Laki-

laki

Perem-

puan

Laki-

laki

Perem-

puan

VII 148 153 301 31 15 16

VIII 183 150 333 34 19 15

IX 132 113 245 25 13 12

Jumlah 463 416 879 90 47 43

Sumber: Monografi SMP Muhammadiyah 1 Sragen 2008/2009

Page 54: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

42

b. Random Sampling

Teknik ini memberi kemungkinan yang sama bagi individu

yang menjadi anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel

penelitian. Teknik ini menerapkan azas tanpa pilih-pilih. Siapa saja

yang menjadi anggota populasi punya kesempatan yang sama untuk

menjadi sampel. Adapun untuk mendapatkan sampel dilakukan melalui

cara undian.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

kuesioner atau angket. Angket merupakan daftar pertanyaan untuk diisi

sendiri oleh responden. Pertanyaan diturunkan dari definisi operasional.

Dalam penelitian ini questioner digunakan untuk mendapatkan data

primer atas variable-variabel yang diteliti, yaitu:

a. Tingkat keseringan menonton televisi pada jam belajar.

b. Kontrol orang tua pada remaja.

c. Perilaku belajar siswa

7. Teknik Analisis Data

Dalam melakukan analisis data, penulis akan memanfaatkan

peralatan komputer dengan program SPSS untuk analisis product

moment dan analisis regresi dua prediktor.

Page 55: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

43

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Deskripsi responden

Responden dalam penelitian ini mengambil di sekolah Swasta yaitu

SMP Muhammadiyah 1 Sragen dengan pertimbangan bahwa sekolah

tersebut memiliki karakteristik yang sesuai dengan judul skripsi yang

penulis ambil. Karakteristik itu antara lain lokasinya di tengah kota,

Kualitas Sekolah terakreditasi A, orientasi orangtua terhadap kualitas

pendidikan anak tinggi, dan siswa tidak hanya berasal dari wilayah sekitar

sekolah, tetapi banyak juga yang berasal dari luar kota Sragen.

Responden diambil dari berbagai kelas, yaitu dari kelas 7, kelas 8,

dan kelas 9. Usia responden bervariasi dari 13 tahun hingga 15 tahun.

Secara psikologis variasi usia tersebut termasuk kategori masa remaja

dimana individu tidak lagi merasa di bawah tingkat orang dewasa

melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sehingga dianggap dengan

akil balik. Masa ini merupkan penyempurnaan identitas diri, dimana

individu mudah terpengaruh oleh kejadian yang ada disekitarnya. Baik

kejadian yang berada di dalam rumah tangga seperti kontrol orangtua,

maupun kejadian yang berada dalam media informasi seperti televisi.

Waktu responden banyak yang digunakan untuk menambah

pengalaman belajar dengan pelajaran tambahan dan melalui kegiatan ekstra

kurikuler, seperti pramuka (HW: Hisbul Wathon), PMR, Band, Drum

Page 56: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

44

Band, dan bela diri “Tapak Suci”, seni baca Al-Quran, dan lain-lain.

Kegiatan ini cukup memberi kegiatan positif kepada responden, dan tetap

memberi cukup waktu luang untuk beristirahat.

Waktu luang banyak digunakan oleh responden untuk bermain

bersama teman sebaya, olah raga, atau menonton televisi. Menonton

televisi, ada yang sekedar untuk hiburan, ada yang untuk menyerap

informasi baru, dan ada juga yang sekedar iseng untuk teman aktivitas

tertentu. Bahkan pada jam belajar antara jam 18.00 – 20.30 responden ada

juga yang menonton televisi. Televisi dapat memberikan efek kognitif,

afektif, dan behavior pada responden . Efek kognitif, membantu responden

dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan

keterampilan kognitifnya. Efek afektif, responden dapat turut merasakan

perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, benci, kesal, kecewa,

penasaran, sayang, cemas, sisnis, kecut dan sebagainya. Efek behavior,

responden dapat meniru perilaku, tindakan atau kegiatan.

Kontrol orangtua terhadap responden meskipun berbeda-beda, tetapi

peran utamanya adalah mempengaruhi, mengajar, dan mengendalikan

anaknya. Ada orangtua dengan gaya asuh otoriter, cenderung rendah dalam

dimensi responsifnya dan tinggi dalam dimensi tuntutannya. Ada yang

berpola asuh permisif, cenderung moderat hingga tinggi dalam dimensi

responsifnya tetapi rendah dalam dimensi tuntutannya. Ada yang berpola

asuh otoritatif, tinggi dalam dimensi responsifnya dan moderat dalam

Page 57: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

45

dimensi tuntutannya. Dan ada yang berpola asuh “tak peduli”, rendah dalam

dimensi responsifnya maupun dimensi tuntutannya

Perilaku belajar responden bervariasi yang merupakan pencerminan

dari pengalaman belajar dari lingkungannya, baik lingkungan keluarga,

masyarakat, dan sekolah. Perilaku belajar ini merupakan tindakan sosial

yang sangat mendasar dalam proses atau usaha secara sadar dengan

melibatkan sosio-psikologi yang ditandai dengan perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman dan latihan, baik diperolehnya pengetahuan,

sikap, atau ketrampilan. Perilaku belajar responden dipengaruhi oleh banyak

hal antara lain kontrol orangtua, pemanfaatan media informasi baik media

cetak maupun media elektronik, pemanfaatan waktu luang, pemanfaatan

jam belajar, motivasi, disipiln diri, harmonisasi hubungan dalam keluarga,

sarana belajar, dan lain-lain.

B. Deskripsi Lokasi

1. Lokasi Geografis

Sekolah SMP Muhammadiyah 1 Sragen terletak di Jln. Raya

Sukowati, Nomor 207, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen.

Lokasinya berada di pinggir jalan raya Sukowati, jalan utama Solo –

Surabaya. SMP Muhammadiyah 1 Sragen berjarak 30 km dari Solo

apabila ditempuh dengan kendaraan bermotor memakan waktu kurang

lebih 1 jam. dari ibu kota propinsi jawa tengah berjarak sekitar 130 km,

bila ditempuh dengan kendaraan bermotor membutuhkan waktu kurang

lebih 3,5 jam.

Page 58: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

46

Posisi SMP Muhammadiyah Berdekatan dengan Kantor Pos, BRI,

Kejaksaan, Pemda, Kantor Polisi Lalu Lintas, Kantor Pos, Masjid Raya

Al-Falah, Pasar Kota, tempat hiburan atrium. Tepatnya kurang lebih 200

meter ke barat dari pos polisi lalu lintas atau sekitar 500 meter ke timur

dari masjid raya . Untuk lebih jelasnya lihat pada lampiran.

2. Keadaan Demografis

Siswa-siswi SMP Muhammadiyah 1 Sragen semua berjumlah 879

siswa terbagi dalam 21 kelas yaitu kelas VII berjumlah 7 kelas (klas VII.

A – Klas VII. B), Kelas VIII berjumlah 8 kelas (klas VIII. A – klas

VIII.B), dan Kelas IX berjumlah 6 kelas (klas IX. A – Klas IX. B). Dari

879 siswa terdiri dari 463 laki-laki dan 416 perempuan. Deskripsi siswa

berdasar jenis kelamin dan kelas dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tenaga pengajar atau guru dan karyawan sekolah SMP

Muhammadiyah 1 Sragen ada 57 orang yang terdiri dari 49 tenaga

pengajar termasuk kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, 5 karyawan

serta 2 orang pesuruh serta 1 penjaga sekolah. Deskripsi tenaga pengajar

dan karyawan dapat dilihat pada tabel 2.2

Page 59: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

47

Tabel 2.1

Siswa SMP Muhammadiyah 1 Sragen

Berdasar Kelas dan Jenis Kelamin

Tahun ajaran 2008/2009

No Kelas Jml. Jenis Kelamin Jml. Total

Laki-laki Peremp

1 VII. A 22 21 43

2 VII. B 21 22 43

3 VII. C 22 22 44

4 VII. D 20 22 42

5 VII. E 20 22 42

6 VII. F 21 22 43

7 VII. G 22 22 44

Jumlah 148 153 301

8 VIII. A 32 8 40

9 VIII. B 20 22 42

10 VIII. C 23 19 42

11 VIII. D 24 18 42

12 VIII. E 27 16 43

13 VIII. F 18 23 41

14 VIII. G 18 23 41

15 VIII. H 21 21 42

Jumlah 183 150 333

16 IX. A 23 19 42

17 IX. B 23 18 41

18 IX. C 22 19 41

19 IX. D 22 19 41

20 IX. E 22 19 41

21 IX. F 20 19 39

Jumlah 132 113 245

Total 463 416 879

Sumber: Monografi SMP Muhammadiyah 1 Sragen

Page 60: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

48

Tabel 2.2.

Daftar Guru dan Karyawan

SMP Muhammadiyah 1 Sragen

Berdasar Mata Pelajaran yang Diajarkan

No

Urt Nama

Mata

Pelajaran

kelas Jml

jam Ket

VII VIII IX

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Supaniyo

l.Tarikh.

2.Kemuh

7

8

6

21

3 A-F

2,3

2 Mulyono R., SPd

l.IPSTerpadu

2. BP - BK

3. Kep.

Seklh

4

4

12

6

26

9. A-F

1,&3

3 Erna Muriyani,

SH, SHI

1. Aqidah 2

.Ibadah 3.

Walikelas

-

8

6 6

22

2.A-H

3. A-F

3. A-F

4 Muh.lV^a'ruf As

1. AlQur'an

2. Ibadah

-

8 8

_

16

2.A-H

2.A-H

5 Supomo, SAg

1 . Al qur'an

2. Tarikh

7

8

-

15

l.A-F

l.A-F

3.A-I

6 Eka Fitriani, SPI

1. Ibadah 2.

Aqidah 3.

Wali kelas

7

7

-

-

16

l.A-F

l.A-F

2.A-G

7 Hj. Sri Hastutik,

S.Ag

1. AlQur'an

2. Akhlaq 3.

Wali Kelas

-

8

6 6

22

3. A-F

2.A-H

3. A-F

8 NB Gunawan,

S.Ag

1. Akhlaq

2. Tarikh

7

7

-

14

2.A-G

2.A-G

9 Dra. A.

Mulyaningsih

PKn Wali

Kelas

4

16

22

l.AB

2.A-H

10 Sri Rahmani

PKn 1

0

-

12

24

l.D-F

2.A-G

11 Dra. Noor Shanti

Hd

Bhs.

Indonesia

Wali Kelas

-

20

22

3.A-E

Page 61: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

49

1 2 3 4 5 6 7 8

12 Murti Hayu T,

SPd

Bhs.

Indonesia

Wali Kelas

-

16

18

2.A-D

3.F

13 Maimin

Bhs.

Indonesia

Wali Kelas

4

16

22

LA

2.E-H

14 Rajiyo Utomo,

S.Pd

Bhs.

Indonesia

2

0

-

-

20

l.B-F

15 Nur Rochmah,

S.Pd

Bhs.

Indonrsia

Jaga / Piket

1

4

4

-

-

18

l.G

16 Sri Handini, S.Pd

Bhs. Inggris

Wali Kelas

Laboran

-

16

4

4

24

2.A-D

3. A

17 Hasniar

Mufidati, S.Pd

Bhs. Inggris

Wali Kelas

4

20

26

LA

3.B-F

18 Suyatmi, SPd

Bhs. Inggris 4

16

-

20

LB 2.E-

H

19 Qomariah

Fitriani, SPd

Bahasa

Inggris

1

6

-

-

16

l.C-G

20 Suparno DP

1

.Matematika

20

20

3.A-E

21 Untung Slameto

1.

Matematika

2. Jaga -

Labrn

16

2

18

2. E_H

22 Supardi

1.

Matematika

2. Wali

Kelas

16

4

22

2.A-D

3.F

23 E. Pujiastuti,

SPd

1 .

Matematika

2. Wali

Kelas

3.

Perpustakaan

1

2

6

-

20

l.A-C

24 Anik Susilowati

1 .

Matematika

2. Wali

Kelas

1

6

18

LA-D

Page 62: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

50

1 2 3 4 5 6 7 8

25 Drs. Wartono

l.IPS:Sej-

Eko

24

24

3.B-F

26 Drs. Suhardiman

LIPS :Sej-

Eko

2. Wali

Kelas

8

10

LAB

27 Edi Marsudi

l.IPS:Sej-

Eko 2.Wali

kelas

8

16

26

l.FG

2.A-C

28 Kusni Priyono,

S.Pd

l.IPS:Geo

2. Wali kelas

16

4

22

2.A-D

3. A

29 Eko Sri Lestari,

S.Pd

LIPS

1

2

18

l.CDE

2.E-G

30 Taufiq

Sudarsono, ST

l.IPA

2 Wali Kelas

-

-

24

26

3.A-F

31 Andi Pratikno,

S.Pd

l.IPA -Fisika

16

21

2,A-D

32 Tutik Andriyani,

SPd

1. IPA-

2. Wali

Kelas

1

2

12

l.A-F

33 Maknawiyah,

SPd

l.IPA

2. Laboran

1

8

6

-

-

24

l.A-C

2.A-G

34 Umi Dwi

Rahayu, ST

l.IPA -

16

-

16 2.E-H

35 Suyatno

1 . Kesenian 1

4

6

12

20

l.A-G

2.A-C

36 Sujani Al

Rasyid, S.Pd

1 .Kesenian

10

22

2.D-H

3.A-F

37 Robet Doni, S.Pd

1 .Penjaskes 6

8

14

l.ABC

2. A-D

38 Munawar

Isnaini, SPd

1 .Penjaskes 8

12

8

l.D-G

39 Tri Suseno, SPd

1 .Penjaskes

8

20

3.A-I

Page 63: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

51

1 2 3 4 5 6 7 8

40 Iswanto, S.Kom

ITek.Informa

si dan

Komksi

1

4

6

12

2

20

l.A-G.

2.F-H

41 Sulhan Fathoni ,

S.Pd

1

.Tek.Informa

si Komputer

2. Laboran

10

24

2.A-E

3.A-F

42 Rini Pujiastuti,

SPd

l.Bhs. Jawa 6

16

12

24 l.abc 2.

A-H

43 Suharni, SPd

l.Bhs. Jawa

2.Wali Kelas

8

6

20

l.D-G

3.A-F

44 Suwardi, SPd

1

.Elektronika

-

-

14

6

3.A-F

45 Nur Cahyani,

S.Pd

l.PKK/

Tabus

2. BP / BK 3.

Wall Kelas

-

4 4

24

2.A-D

3.A-F

46 Rustiningsih

l. PKK/

Tabus

2. Laboran

PKh

3. Wall kelas

7

2

4

8

15 l.A-G

2. E-H

47 Drs. Sumanto

l.BP/BK -

16

-

24 1,2,3

48 Dra. Farida Hd

l.BP/BK 1

4

2

12

16 1,2,3

Sumber: Monografi SMP Muhammadiyah 1 Sragen

3. Kondisi Fisik Gedung

Bangunan sekolah SMP Muhammadiyah 1 sragen berdiri di

atas tanah seluas 2714 m2. Bangunan terdiri dari 2 lantai, yaitu lantai

pertama terbagi atas kantor kepala sekolah, ruang tata usaha (TU), ruang

laboratorium IPA, ruang koperasi sekolah, ruang UKS, musholla, ruang

perpustakaan, ruang staf dan guru, ruang pertemuan, ruang kesenian,

Page 64: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

52

ruang majelis ekonomi, gudang, ruang kelas VII.A, VII.C – VII.G dan

(IX.A – IX.F) dan kamar mandi atau WC.

Bangunan dari lantai 2 terbagi atas ruang komite & osis,

laboraturium bahasa, ruang BK/BP, laboraturium komputer,

laboraturium PKH, dan ruang kelas, VII.B, (VIII.A – VIII.H).

Dilihat dari semua Kondisi semua bangunan gedung SMP

MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN masih dalam keadaan baik dan

memenuhi syarat untuk proses belajar mengajar. Untuk lebih jelas

gambar denah lokasi dapat dilihat di lampiran.

4. Kegitan Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar di SMP Muhammadiyah 1 Sragen

terbagi atas:

a. Kegiatan intra terbagi atas :

yaitu kegiatan tatap muka antara dan murid dalam kelas. Adapun

lama pembagian waktu belajar tiap hari di sekolah SMP

Muhammadiyah 1 Sragen adalah sebagai berikut :

Kelas I, II dan III :

- Lama tatap muka 2 jam 45 menit

- Jumlah mata pelajaran 7 x 45 menit

- Masuk jam 07.00

- Pulang jam 12.45 (senin-kamis), jum’at jam 11.00 dan sabtu jam

12.15

- Istirahat dua kali (15 menit)

Page 65: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

53

b. Kegiatan ekstra kurikuler

yaitu kegiatan di luar jam pelajaran, biasanya diadakan sore hari atau

pulang sekolah yang bersifat menambah ketrampilan, kemampuan

berorganisasi atau penyalur bakat. Untuk SMP Muhammadiyah 1

Sragen terdapat beberapa kegiatan ekstra kurikulernya, antara lain :

- Hizbul Waton

Ditujukan untuk kelas VII, yaitu kegiatan kepanduan Hizbul

Waton. Diadakan setiap hari kamis jam 13.00 – 14.30

- Seni Musik

Ditujukan untuk siswa-siswi kelas VII - IX yang berminat.

Diadakan setiap hari senin jam 13.00 – 14.30

- Bahasa Inggris

Ditujukan untuk kelas VII – VIII yang berminat, diadakan setiap

hari sabtu setelah pelajaran berakhir antara jam 12.15 – 14.45

- Tapak Suci

Ditujukan untuk kelas VII – VIII, diadakan setiap hari rabu antara

jam 15.00 – 17.00

- PMR ( palang merah remaja )

Ditujukan untuk kelas VII – VIII, diadakan setiap rabu antara jam

13.00 – 14.30

- Seni baca Al-Quran dan Qoriah

Ditujukan untuk kelas VII – VIII yang berminat, diadakan setiap

hari sabtu setelah pelajaran berakhir antara jam 12.15 – 14.45

Page 66: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

54

5. Program Sekolah

a. Kegiatan Harian

1) Memeriksa daftar hadir guru, Tenaga teknis pendidikan dan tenaga

tata usaha.

2) Mengatur dan memeriksa kegiatan 7 K di sekolah.

3) Memeriksa perangkat pengajaran dan persiapan lainnya yang

menunjang proses belajar mengajar.

4) Menyelesaikan surat-menyurat, angka kridit guru.

5) Mengatasi hambatan-hamabatan terhadap berlangsungnya proses

belajar mengajar.

6) Mengatasi kasus yang terjadi hari itu.

7) Melaksanakan supervisi kegiatan belajar mengajar.

b. Kegiatan mingguan

1) Upacara bendera pada hari senin dan hari besar lainnya.

2) Senam kesegara jasmani.

3) Memeriksa agenda dan menyelesaikan surat – surat.

4) Mengadakan rapat mingguan untuk menjadi rencana minggu

berikutnya.

5) Memeriksa keuangan sekolah.

6) Mengatur penyediaan perlengkapan kantor/sekolah.

c. Kegiatan Bulanan

1) Pada awal bulan dilakukan kegiatan rutin antara lain :

Page 67: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

55

a) Melaksanakan penyelesaian setoran uang sekolah, gaji dan

rencana bulanan.

b) Melaksanakan Pemeriksaan umum, antara lain :

Buku kas

Daftar hadir guru dan pegawai tata usaha

Kumpulan bahan evaluasi, berikut analisanya

Kumpulan parangkat pengajaran

Diagram pencapaian kurikulum

Diagram pencapaian daya serap siswa

Program perbaikan dan pengayaan/remidi

Buku catatan pelaksanaan Bimbingan penyuluhan (BP/BK)

2) Memberi petunjuk kepada guru-guru tentang siswa yang perlu

diperhatikan, kasus yang perlu diketahui dalam rangka pembinaan

kegiatan siswa.

d. Kegiatan Semesteran

1) Menyelenggarakan perawatan, perbaikan alat-alat yang

diperlukan.

2) Menyelenggarakan pengisian buku induk siswa.

3) Menyelenggarakan persiapan UU/ulangan blok akhir semester.

4) Menyelenggarakan Evaluasi kegiatan OSIS, BK/BP, UKS dan

kegiatan Ekstra kulikuler lainnya.

5) Menyelenggarakan kegiatan akhir semester, antara lain :

Daftar kelas

Page 68: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

56

Catatan tentang siswa yang perlu mendapatkan perhatian

khusus.

Kumpulan nilai ( leger ).

Pengisian nilai semesteran.

Pembagian buku Raport

Pemanggilan orang tua/wali siswa sejauh diperlukan untuk

berkonsultasi.

e. Kegiatan Akhir Tahun pelajaran

1) Menyelenggarakan Penutupan Buku Inventaris dan keuangan.

2) Menyelenggarakan Ulangan umum dan ujian Nasional ( UAN ).

3) Kegiatan kenaikan dan kelulusan :

Persiapan daftar kumpulan /leger.

Penyiapan bahan – bahan untuk rapat guru.

Pengisian buku Laporan dan penilaian hasil belajar.

4) Menyelenggarakan evaluasi pelaksanaan program sekolah tahun

pelajaran yang bersangkutan dan menyusun program sekolah yang

akan datang.

5) Menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah (

RAPBS )

6) Menyelenggarakan pembuatan perbaikan dan pemeliharaan

sekolah dan alat-alat bantu pendidikan dan inventarisasinya.

7) Menyelenggarakan pembuatan laporan akhir tahun pelajaran.

Page 69: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

57

8) Menyelenggarakan kegiatan penerimaan siswa baru (PSB),

meliputi:

Pembuktikan panitia.

Penyusun syarat penerimaan siswa.

Penyiapan formulir dan pengumuman siswa yang diterima.

Pengumuman siswa yang diterima dan daftar ulang.

f. Kegiatan Awal Tahun Pelajaran

1) Merencanakan kebutuhan guru setiap mata pelajaran.

2) Pembagian tugas mengajar.

3) Menyusun program pengajaran, jadwal pelajaran dan kalender

Pendidikan.

4) Menyusun kebutuhan buku pelajaran, Buku pegangan Guru.

5) Menyusun kelengkapan alat pelajaran, dan bahan pelajaran.

6) Rapat Guru.

6. Tata Tertib

Untuk menunjang kelancaran dan ketertiban proses belajar

mengajar di sekolah maka perlu di buat tata tertib bagi segenap warga

sekolah. Adapun tata tertib di SMP Muhammadiyah 1 Sragen adalah

sebagai berikut :

a. Pelajaran dimulai pukul 07.00 dan berakhir pukul 12.45 (senin-

kamis), hari jum’at 11.00. dan sabtu 12.15

b. Setiap guru dan siswa diwajibkan datang 10 menit sebelum pelajaran

dimulai.

Page 70: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

58

c. Setiap Guru dan siswa diwajibkan memakai seragam yang telah

ditentukan

Tabel 2.3.

Jadwal Pakaian Seragam SMP Muhammadiyah 1 Sragen

No. Hari Seragam Guru Seragam Murid

1 Senin Safari OSIS

2 Selasa

3 Rabu Hem Berdasi

4 Kamis Hizbul Waton

5 Jumat Batik Batik

6 Sabtu

Sumber: Monografi SMP Muhammadiyah 1 Sragen

d. Bila berhalangan hadir wajib membuat surat ijin.

e. Setiap siswa wajib bersikap sopan dan hormat keapada guru dan

teman.

f. Setiap warga sekolah wajib menjaga kebersihan, ketertiban,

keamanan lingkungan.

g. Setiap warga sekolah wajib mendukung terciptanya lingkungan

belajar yang nyaman dan harmonis.

7. Struktur Organisasi

Agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik maka

diperlukan kerja sama yang terorganisir dengan baik pula. Untuk itu

perlu dibutuhkan struktur organisasi yang jelas supaya setiap elemen di

sekolah mampu menjalankan fungsi sesuai dengan peran masing-masing.

Page 71: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

59

Untuk memperjelas dapat dilihat dari skema struktur organisasi SMP

Muhammadiyah 1 Sragen berikut ini:

STRUKTUR ORGANISASI

SMP MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN

Gambar 2.1. Struktur Organisasi SMP Muhammadiyah 1 Sragen

MAJLIS DIKDASMEN /KOMITE SEKOLAH

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SRAGEN

KEPALA SEKOLAH

Ka. TATA USAHA

Wa. Ka. Urusan Sapras

Wa. Ka. Urusan Kurikulum

Wa.Ka. Urusan Kesiswaan

Wa.Ka Urusan Ciri Khusus

1. Bag. Perpustakaan

2. Bag. BP/BK

3. Bag. UKS

4. Unit Usaha

Wali Kelas dan Guru

SISWA

Page 72: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

60

BAB III

DESKRIPSI TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI

PADA JAM BELAJAR, KONTROL ORANG TUA,

DAN PERILAKU BELAJAR

Bab ini akan menyajikan data primer dari semua variabel penelitian, yaitu

2 variable bebas (independent) dan 1 variabel tergantung (dependent). Variabel-

variabel tersebut meliputi:

1. Tingkat keseringan menonton televisi pada jam belajar (Independent

variable).

2. Kontrol orang tua (Independent variable).

3. Perilaku belajar siswa (Dependent variable)

Tingkat keseringan menonton televisi pada jam belajar pada penelitian ini

diartikan sebagai seberapa banyak waktu yang digunakan oleh responden untuk

menonton televisi antara jam 18.00 – 20.30 dalam setiap harinya. Untuk

mengukur tinggi rendahnya tingkat keseringan menonton televisi pada jam belajar

digunakan 1 indikator yang dijabarkan dalam 2 pertanyaan.

Kontrol orang tua diartikan sebagai perhatian, pengawasan dan

pengendalian yang dilakukan oleh ayah dan ibu dalam menentukan perkembangan

dan kepribadian anak. Untuk mengukur tinggi rendahnya kontrol orang tua

digunakan 3 indikator 10 pertanyaan. Ketiga indikator tersebut adalah :

- Perhatian orang tua pada jam belajar.

- Pengawasan orang tua pada jam belajar.

- Pengendaliaan orang tua pada jam belajar.

Page 73: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

61

Perilaku belajar siswa dapat dinyatakan bahwa suatu tindakan sosial

manusia yang sangat mendasar dalam proses atau usaha secara sadar dengan

melibatkan sosio-psikologi yang ditandai dengan perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari pengalaman dan latihan baik diperolehnya pengetahuan, sikap dan

ketrampilan. Untuk mengukur tinggi rendahnya perilaku belajar siswa digunakan

2 indikator dan 8 pertanyaan. Kedua indikator tersebut adalah :

- Tingkah laku siswa dalam menyelesaikan tugas belajar atau pekerjaan rumah.

- Usaha siswa untuk memperdalam materi pelajaran pada jam belajar.

Di dalam variabel tingkat keseringan menonton televisi pada jam belajar

digunakan satu pertanyaan terbuka dengan alternatif jawaban 0 sampai dengan

150 menit dan satu pertanyaan tertutup dengan tiga alternatif jawaban dan dinilai

dengan 3 tingkatan yaitu :

- Jawaban yang mendukung hipotesis diberi skor 3

- Jawaban yang kurang mendukung hipotesis diberi skor 2

- Jawaban yang tidak mendukung hipotesis diberi skor 1

Untuk variabel kontrol orang tua pada remaja digunakan 10 pertanyaan

tertutup dengan alternatif jawaban dan dinilai dengan 3 tingkatan yaitu :

- Jawaban yang mendukung hipotesis diberi skor 3

- Jawaban yang kurang mendukung hipotesis diberi skor 2

- Jawaban yang tidak mendukung hipotesis diberi skor 1

Untuk variabel perilaku belajar siswa digunakan 8 pertanyaan tertutup

dengan alternatif jawaban dan dinilai dengan 3 tingkatan yaitu :

- Jawaban yang mendukung hipotesis diberi skor 3

Page 74: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

62

- Jawaban yang kurang mendukung hipotesis diberi skor 2

- Jawaban yang tidak mendukung hipotesis diberi skor 1

Berikut ini adalah data selengkapnya dari indikator-indikator variabel yang

meliputi :

A. Variabel Independen ( Tingkat Keseringan Menonton Televisi pada Jam

Belajar )

Indikator menghitung banyaknya waktu yang digunakan untuk menonton

televisi antara jam 18.00 – 20.30 setiap harinya.

Indikator ini dijabarkan dalam 2 item pertanyaan yaitu :

1) Berapa lama menonton televise antara jam 18.00 – 20.30 WIB

2) Acara apakah yang disaksikan

Item nomer 2 merupakan pertanyaan kualitatif yang tidak di ikut sertakan

untuk analisis data. Oleh karena itu variabel ini memiliki frekuensi tunggal

yaitu : skor 1 kurang mendukung hipotesis atau kategori rendah (R), skor 2

cukup mendukung hipotesis atau kategori sedang (S), skor 3 sangat

mendukung hipotesis kategori tinggi (T).

Berikut ini tabel tingkat keseringan menonton televisi pada jam belajar di

SMP Muhammadiyah 1 Sragen:

Tabel 3.1

Tingkat Keseringan Menonton Televisi pada Jam Belajar

No Tingkat Keseringan

Menonton Televisi pada

Jam Belajar

Frekuensi

%

1

2

3

Tinggi

Sedang

Rendah

18

47

25

20 %

52,22 %

27,78 %

Sumber: Hasil analisis data

Page 75: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

63

Tabel 3.1 di atas menunjukan bahwa 90 responden terdapat 18 responden atau

20 % mempunyai kategori tinggi, 47 responden atau 52,22% mempunyai

kategori sedang dan 25 responden atau 27,78 % mempunyai kategori rendah.

Hal ini berarti tingkat keseringan menonton televisi pada jam belajar berada

pada kategori sedang. Acara yang sering disaksikan ialah sinetron.

B. Variabel independen ( Kontrol Orang tua pada remaja )

1. Indikator Perhatian orang tua pada jam belajar

Indikator ini di jabarkan 4 item pertanyaan yaitu :

1) Yang dilakukan orang tua untuk memperhatikan kebiasaan dalam

belajar

2) Yang dilakukan orang tua agar anak bersemangat belajar

3) Yang dilakukan orang tua bila anak sakit pada saat belajar

4) Yang dilakukan orang tua bila anak kelihatan murung pada saat

belajar

Berdasarkan data yang diperoleh setelah penskoran, maka diketahui

skor tertinggi dari indikator perhatian orang tua pada jam belajar adalah

12 dan skor terendah 4 . Apabila dibuat tiga kelas, interval kelasnya

ditentukan sebagai berikut:

i = R + 1

k

Dimana, i = Interval kelas

R = Range, yaitu selisih skor tertinggi dengan skor terendah

K = jumlah kelas

Page 76: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

64

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh nilai interval kelas sebagai

berikut:

i = 12 − 4 + 1

3=

9

3= 3

Tinggi ( T ) : 10 - 12

Sedang ( S ) : 7 - 9

Rendah ( R ) : 4 - 6

Berikut ini tabel distribusi frekuensi dari indikator perhatian orang tua

pada jam belajar :

Tabel 3.2

Perhatian orang tua pada jam belajar

No Perhatian orang tua

pada jam belajar Frekuensi %

1

2

3

Tinggi

Sedang

Rendah

31

35

24

34,44

38,89

26,67

Sumber: Hasil analisis data

Tabel 3.2 di atas menunjukan bahwa 90 responden terdapat 31

responden atau 34,44 % mempunyai kategori tinggi, 35 responden atau

38,89 % mempunyai kategori sedang dan 24 responden atau 26,67 %

mempunyai kategori rendah. Hal ini berarti indikator perhatian orang tua

pada jam belajar berkategori sedang.

2. Indikator Pengawasan orang tua pada jam belajar

Indikator ini dijabarkan dalam 3 item pertanyaan yaitu :

1) Yang dilakukan orang tua dalam mengawasi anak saat belajar

Page 77: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

65

2) Yang dilakukan orang tua ketika anak tidak ada di rumah pada jam

belajar

3) Yang dilakukan orang tua bila anak menghidupkan telivisi pada jam

belajar

Berdasarkan data yang diperoleh setelah penskoran, maka diketahui

skor tertinggi dari indicator perhatian orang tua pada jam belajar adalah 9

dan skor terendah 3. Apabila dibuat tiga kelas, interval kelasnya

ditentukan sebagai berikut:

i = R + 1

k

Dimana, i = Interval kelas

R = Range, yaitu selisih skor tertinggi dengan skor terendah

K = jumlah kelas

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh nilai interval kelas sebagai

berikut:

i = 9 − 3 + 1

3=

7

3= 2,33

Tinggi ( T ) : 7,66 – 8,99

Sedang ( S ) : 5,33 – 6,66

Rendah : 3 – 4,33

Berikut ini tabel distribusi frekuensi dari indicator pengawasan orang

tua pada jam belajar :

Page 78: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

66

Tabel 3.3

Pengawasan orang tua pada jam belajar

No Pengawasan

orang tua pada

jam belajar

Frekuensi %

1

2

3

Tinggi

Sedang

Rendah

17

60

13

18,89

66,67

14,44

Sumber : Hasil analisis data

Tabel 3.3 di atas menunjukan bahwa 90 responden terdapat 17

responden atau 18,89 % mempunyai kategori tinggi, 60 responden atau

66,67 % mempunyai kategori sedang dan 13 responden atau 14,44 %

mempunyai kategori rendah. Hal ini berarti indicator pengawasan orang

tua pada jam belajar berkategori sedang.

3. Indikator Pengendalian orang tua pada jam belajar

Indikator ini dijabarkan dalam 3 item pertanyaan yaitu :

1) Orang tua menciptakan kondisi rumah pada jam belajar

2) Yang dilakukan orang tua agar anak dapat belajar dengan nyaman

3) Yang dilakukan orang tua untuk mengendalikan anak agar belajar

pada jam belajar

Berdasarkan data yang diperoleh setelah penskoran, maka diketahui

skor tertinggi dari indikator perhatian orang tua pada jam belajar adalah 9

dan skor terendah 3. Apabila dibuat tiga kelas, interval kelasnya

ditentukan sebagai berikut:

Page 79: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

67

i = R + 1

k

Dimana, i = Interval kelas

R = Range, yaitu selisih skor tertinggi dengan skor terendah

K = jumlah kelas

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh nilai interval kelas sebagai

berikut:

i = 9 − 3 + 1

3=

7

3= 2,33

Tinggi ( T ) : 7,66 – 8,99

Sedang ( S ) : 5,33 – 6,66

Rendah ( R ) : 3 – 4,33

Berikut ini tabel distribusi frekuensi dari indicator pengendalian orang tua

pada jam belajar :

Tabel 3.4

Pengendalian orang tua pada jam belajar

No Pengendalian

orangtua pada jam

belajar

Frekuensi %

1

2

3

Tinggi

Sedang

Rendah

14

58

18

15,56

64,44

20

Sumber : Hasil analisis data

Tabel 3.4 di atas menunjukan bahwa 90 responden terdapat14

responden atau 15,56 % mempunyai kategori tinggi, 58 responden atau

Page 80: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

68

64,44 % mempunyai kategori sedang dan 18 responden atau 20 %

mempunyai kategori rendah. Hal ini berarti indikator pengendalian orang

tua pada jam belajar berkategori sedang.

4. Variabel kontrol orang tua

Berdasarkan data yang diperoleh setelah penskoran, maka diketahui

skor tertinggi dari variabel kontrol orang tua pada remaja adalah 28 dan

skor terendah 10. Apabila dibuat tiga kelas, interval kelasnya ditentukan

sebagai berikut:

i = R + 1

k

Dimana,

I = Interval kelas

R = Range, yaitu selisih skor tertinggi dengan skor terendah

K = jumlah kelas

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh nilai interval kelas sebagai

berikut:

i = 28 − 10 + 1

3=

19

3= 6,33

Tinggi ( T ) : 22,66 – 27,99

Sedang ( S ) : 16,33 – 21,66

Rendah ( R ) : 10 – 15,33

Berikut ini tabel distribusi frekuensi dari variabel kontrol orangtua adalah

sebagai berikut:

Page 81: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

69

Tabel 3.5

Kontrol orangtua pada remaja

No kontrol orangtua

pada remaja

Frekuensi %

1

2

3

Tinggi

Sedang

Rendah

35

39

16

38,89

43,33

17,78

Sumber : Hasil analisis data

Tabel 3.5 di atas menunjukan bahwa 90 responden terdapat 35

responden atau 38,89 % mempunyai kategori tinggi, 39 responden atau

43,33 % mempunyai kategori sedang dan 16 responden atau 17,78 %

mempunyai kategori rendah. Dengan demikian kontrol orangtua pada

remaja berada pada kategori sedang.

C. Variabel Dependent ( Perilaku Belajar siswa )

1. Indikator tingkah laku siswa dalam menyelesaikan tugas belajar atau

pekerjaan rumah.

Indikator ini dijabarkan dalam 4 item pertanyaan :

1) Tingkah laku anda saat mengerjakan PR di rumah

2) Bagaimana dalam menyelesaikan pekerjaan rumah dari guru

3) Yang dilakukan untuk menumbuhkan semangat belajar

4) Kebiasaan ketika sedang belajar pada jam belajar

Berdasarkan data yang diperoleh setelah penskoran, maka diketahui

skor tertinggi dari indicator perhatian orang tua pada jam belajar adalah 12

dan skor terendah 4. Apabila dibuat tiga kelas, interval kelasnya ditentukan

sebagai berikut:

Page 82: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

70

i = R + 1

k

Dimana, i = Interval kelas

R = Range, yaitu selisih skor tertinggi dengan skor terendah

K = jumlah kelas

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh nilai interval kelas sebagai berikut:

i = 12 − 4 + 1

3=

9

3= 3

Tinggi ( T ) : 10 - 12

Sedang ( S ) : 7 - 9

Rendah (R) : 4 - 6

Berikut ini tabel distribusi frekuensi dari indicator tingkah laku siswa

dalam menyelesaikan tugas belajar atau pekerjaan rumah :

Tabel 3.6

Tingkah laku siswa dalam menyelesaikan tugas belajar atau PR

No Tingkah laku siswa

dalam

menyelesaikan PR

Frekuensi %

1

2

3

Tinggi

Sedang

Rendah

24

42

24

26,67

46,68

26,67

Sumber : Hasil analisis data

Tabel 3.6 di atas menunjukan bahwa 90 responden terdapat 24

responden atau 26,57 % mempunyai kategori tinggi, 42 responden atau

46,67 % mempunyai kategori sedang dan 24 responden atau 26,67 %

Page 83: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

71

mempunyai kategori rendah. Hal ini berarti indicator tingkah laku siswa

dalam menyelesaikan tugas belajar atau pekerjaan rumah berkategori

sedang.

2. Indikator usaha siswa untuk memperdalam materi pelajaran pada jam

belajar

Indikator ini dijabarkan dalam 4 pertanyaan yaitu :

1) Usaha yang dilakukan untuk dapat memahami materi pelajaran pada jam

belajar

2) Cara untuk memperdalam materi pelalajaran pada jam belajar

3) Yang dilakukan bila mengalami kesulitan belajar pada jam belajar

4) Yang dilakukan pada jam belajar ketika menghadapi ulangan/tes/ujian

Berdasarkan data yang diperoleh setelah penskoran, maka diketahui

skor tertinggi dari indikator perhatian orang tua pada jam belajar adalah 11

dan skor terendah 4. Apabila dibuat tiga kelas, interval kelasnya ditentukan

sebagai berikut:

i = R + 1

k

Dimana, i = Interval kelas

R = Range, yaitu selisih skor tertinggi dengan skor terendah

K = jumlah kelas

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh nilai interval kelas sebagai berikut:

i = 11 − 4 + 1

3=

8

3= 2,66

Tinggi ( T ) : 9,32 – 10,98

Page 84: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

72

Sedang ( S ) : 6,66 – 8,32

Rendah ( R ) : 4 – 5,66

Berikut ini tabel distribusi frekuensi usaha siswa untuk memperdalam

materi pelajaran pada jam belajar :

Tabel 3.7

Usaha siswa untuk memperdalam materi pelajaran pada jam belajar

No Usaha siswa untuk

memperdalam materi

pelajaran pada jam

belajar

Frekuensi

%

1

2

3

Tinggi

Sedang

Rendah

33

37

20

36,67

41,11

22,22

Sumber : Hasil analisis data

Tabel 3.7 di atas menunjukan bahwa 90 responden terdapat 33

responden atau 36,67 % mempunyai kategori tinggi, 37 responden atau

41,11 % mempunyai kategori sedang dan 20 responden atau 22,22 %

mempunyai kategori rendah. Hal ini berarti indikator usaha siswa untuk

memperdalam materi pelajaran pada jam belajar berkategori sedang.

3. Variabel Perilaku Belajar Siswa

Berdasarkan data yang diperoleh setelah penskoran, maka diketahui

skor tertinggi dari variabel perilaku belajar siswa adalah 22 dan skor

terendah 9. Apabila dibuat tiga kelas, interval kelasnya ditentukan sebagai

berikut:

Page 85: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

73

i = R + 1

k

Dimana,

I = Interval kelas

R = Range, yaitu selisih skor tertinggi dengan skor terendah

K = jumlah kelas

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh nilai interval kelas sebagai berikut:

i = 22 − 9 + 1

3=

14

3= 4,66

Tinggi ( T ) : 18,32 – 21,98

Sedang ( S ) : 13,66 – 17,32

Rendah ( R ) : 9 – 12,66

Berikut ini tabel distribusi frekuensi variabel perlaku belajar siswa:

Tabel 3.8

Perilaku belajar siswa

No Perilaku belajar

siswa

Frekuensi %

1

2

3

Tinggi

Sedang

Rendah

31

32

27

34,44

35,56

30,00

Sumber : Hasil analisis data

Tabel 3.8 di atas menunjukan bahwa 90 responden terdapat 31

responden atau 34,44 % mempunyai kategori tinggi, 32 responden atau

35,56 % mempunyai kategori sedang dan 27 responden atau 30 %

mempunyai kategori rendah. Dengan demikian perilaku belajar siswa

berada pada kategori sedang.

Page 86: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

74

BAB IV

ANALISIS DATA

Bab ini memuat analisis hubungan antara tingkat keseringan menonton

televisi pada jam belajar dengan perilaku belajar siswa serta analisis hubungan

antara kontrol pada orang tua pada remaja dengan perilaku belajar siswa dan

analisias hubungan secara bersama-sama antara tingkat keseringan menonton

televisi pada jam belajar dengan kontrol orang tua pada remaja dengan perilaku

belajar siswa.

A. ANALISIS PRODUCT MOMENT

Menggunakan statistik product moment dihasilkan angka korelasi

yang digunakan untuk menggambarkan taraf dan arah hubungan antara 2

variabel, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). yaitu hubungan

antara tingkat keseringan menonton televisi pada jam belajar dengan perilaku

belajar siswa dan hubungan antara kontrol orang tua pada remaja dengan

perilaku belajar siswa. Perhitungan analisis product moment dilakukan dengan

menggunakan program SPSS.

Berdasarkan output SPSS (lihat lampiran) diperoleh hasil sebagai

berikut (angka dalam tabel merupakan koefisien kolerasi).

Page 87: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

75

Tabel 4.1.

Matrik korelasi antar variabel

Tingkat

keseringan

menonton

televisi

Kontrol

orang tua

Perilaku

belajar

Tingkat keseringan menonton

televisi

1

-0.436**

Kontrol orang tua 1

0.216*

Perilaku belajar

1

*. Korelasi signifikan pada 95%

**. Korelasi signifikan pada 99%

Sumber : Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 10

Keterangan :

(X1) = Nilai standar (Variabel Independent) Tingkat Keseringan

Menonton Televisi pada Jam Belajar

(X2) = Nilai standar (Variabel independent) Kontrol Orang Tua Pada

Remaja

(Y) = Nilai standar (Variabel Dependent) Perilaku Belajar Siswa

1. Hubungan antara Variabel Tingkat Keseringan Menonton Televisi

Pada Jam Belajar dengan Perilaku Belajar Siswa.

a. Perumusan Hipotesis

H0 : tidak ada hubungan antara variabel tingkat keseringan

menonton televisi pada jam belajar dengan Perilaku belajar

Siswa.

Ha : semakin tinggi tingkat keseringan menonton televisi pada

jam belajar maka perilaku belajar siswa menjadi jelek.

Page 88: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

76

b. Kategori Pengambilan kesimpulan

Menggunakan program SPSS dapat diperoleh nilai koefisien

product moment. Pengambilan kesimpulan dapat dilakukan

berdasarkan kategori sebagai berikut.

H0 diterima apabila nilai koefisien korelasi rx1y < rtabel

Ha diterima apabila nilai koefisien korelasi rx1y > rtabel

c. Hasil Perhitungan dan Interpretsi

Dari table 4.1 diketahui bahwa besarnya rx1y= -0,436 sedang

rtabel =+0,267 pada taraf signifikansi 99%. Perbandingan antara

koefisien korelasi (rx1y) dengan rtabel menunjukan bahwa rx1y lebih

besar dibandingkan rtabel α = 0,01 dan N = 90. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa Ha diterima atau dengan kata lain

semakin tinggi tingkat keseringan menonton televisi pada jam

belajar maka perilaku belajar menjadi jelek.

2. Hubungan antara Variabel kontrol orangtua pada remaja dengan

Perilaku Belajar Siswa.

a. Perumusan Hipotesis

H0 : tidak ada hubungan antara variabel kontrol orang tua pada

remaja dengan Perilaku belajar Siswa.

Ha : semakin tinggi kontrol orangtua pada remaja maka perilaku

belajar siswa menjadi baik.

Page 89: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

77

b. Kategori Pengambilan kesimpulan

Menggunakan program SPSS dapat diperoleh nilai koefisien

korelasi Tunggal. Pengambilan kesimpulan dapat dilakukan

berdasarkan kategori sebagai berikut.

H0 diterima apabila nilai koefisien korelasi rx2y < rtabel

Ha diterima apabila nilai koefisien korelasi rx2y > rtabel

c. Hasil Perhitungan dan Interpretsi

Dari table 4.1 diketahui bahwa besarnya rx2y = 0,216 sedang

rtabel = 0,205 pada taraf signifikansi 95%. Perbandingan antara

koefisien korelasi (rx2y) dengan rtabel menunjukan bahwa rx2y lebih

besar dibandingkan rtabel α = 0,05 dan N = 90. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa Ha diterima atau dengan kata lain

semakin tinggi kontrol orangtua pada jam belajar maka

perilaku belajar semakin baik.

B. ANALISIS REGRESI DUA PREDIKTOR

Menggunakan statistik regresi dua prediktor dihasilkan angka regresi

yang digunakan untuk menggambarkan hubungan secara bersama-sama antara

2 variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). yaitu hubungan secara bersama-

sama antara tingkat keseringan menonton televisi pada jam belajar dan kontrol

orangtua pada remaja dengan perilaku belajar siswa. Perhitungan analisis

regresi dua prediktor dilakukan dengan menggunakan program SPSS.

Berdasarkan output SPSS (lihat lampiran) diperoleh hasil sebagai

berikut:

Page 90: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

78

Tabel 4.2

Model Summary

Model

R

R. Square

Adjusted

R. Square

Std. Error

of the

Estimate

1 .497 .247 .230 3.0710

a. Predictors: (constant), Kontrol Orangtua pada Remaja, Tingkat

Keseringan Menonton Televisi pada Jam Belajar.

Sumber : Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 10

Tabel 4.2 diatas yaitu model summary menyatakan bahwa :

- Adjusted R. Square 0,230 artinya Pengaruh secara bersama-sama

antara tingkat keseringan menonton televisi pada jam belajar dan

kontrol orangtua pada remaja terhadap perilaku belajar sebesar 23

% di dalam populasi.

- R. Square 0,247 artinya pengaruh secara bersama-sama antara

tingkat keseringan menonton televisi pada jam belajar dan kontrol

orangtua pada remaja terhadap perilaku belajar sebesar 24,7 % di

dalam sampel.

Tabel 4.3

Koefisien Regresi

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

coefficients

t

Sig. B Std. Error Beta

1(Constant)

Tingkat (Keseringan

Menonton Televisi

pada Jam Belajar)

(Kontrol Orangtua

pada Remaja)

16,606

-2,269

0,173

1.635

0,472

0,068

-0,448

0,238

10.157

-4.809

2.555

.000

.000

.012

a. Dependent Variable: Perilaku Belajar Siswa

Sumber : Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 10

Page 91: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

79

Tabel 4.3 diatas mengenai koefisien regresi menyatakan bahwa :

- Persamaan Regresi untuk Sampel Y = 16,606 + -2,269 X1 + 0,173 X2

- Persamaan Regresi untuk Populasi Y = 16,606 + -0,448 X1 + 0,238 X2

- Pengaruh/sumbangan Tingkat keseringan menonton televisi pada jam

belajar terhadap perilaku belajar adalah sebesar -44,8%

- Pengaruh/sumbangan kontrol orangtua pada remaja terhadap perilaku

belajar adalah sebesar 23,8%

Page 92: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

80

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya

pengaruh/sumbangan antara tingkat keseringan menonton televisi pada jam

belajar dengan perilaku belajar siswa, pengaruh/sumbangan antara kontrol

orangtua pada remaja dengan perilaku belajar siswa, dan pengaruh/sumbangan

antara tingkat keseringan menonton televisi pada jam belajar dan kontrol

orangtua pada remaja dengan perilaku belajar siswa. Dari hasil penelitian

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Kesimpulan Empiris

Kesimpulan empiris ini didasarkan pada realita empiris tiap-tiap

variabel penelitian pada lokasi penelitian. Secara umum dapat dinyatakan

keadaan masing-masing variabel sebagai berikut:

a. Tingkat keseringan menonton televisi pada jam belajar termasuk

kategori tinggi sebanyak 18 responden atau 20%, kategori sedang

sebanyak 47 responden atau 52,22% kategori sedang, dan kategori

rendah sebanyak 25 responden atau 27,78% .

b. Kontrol orangtua pada remaja termasuk kategori tinggi sebanyak 35

responden atau 38,89%, kategori sedang sebanyak 39 responden atau

43,33%, dan kategori rendah sebanyak 16 responden atau 17,78%.

Page 93: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

81

c. Perilaku belajar siswa termasuk kategori tinggi sebanyak 31 responden

atau 34,44%, kategori sedang sebanyak 32 responden atau 35,56%,

kategori rendah sebanyak 27 responden atau 30,00%.

d. Dari hasil perhitungan product moment, diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Hubungan antara tingkat keseringan menonton televisi pada jam

belajar dengan perilaku belajar siswa, diperoleh rx1y = -0,436 > r

tabel = +0,267 pada α = 0,01 N = 90 dan taraf signifikansi 99%.

Dengan demikian dapat disimpulkan semakin tinggi tingkat

keseringan menonton televisi pada jam belajar maka perilaku

belajar menjadi jelek.

2) Hubungan antara kontrol orangtua pada remaja dengan perilaku

belajar siswa, diperoleh rx2y = 0,216 > r tabel = 0,205 pada α = 0,05

N = 90 dan taraf signifikansi 95%. Dengan demikian dapat

disimpulkan semakin tinggi kontrol orangtua pada remaja

maka perilaku belajar semakin baik.

e. Dari perhitungan regresi dua prediktor dengan menggunakan SPSS:

1) Model Summary

- Adjusted R. Square 0,230 artinya Pengaruh secara bersama-sama

antara tingkat keseringan menonton televisi pada jam belajar dan

kontrol orangtua pada remaja terhadap perilaku belajar sebesar 23

% di dalam populasi.

- R. Square 0,247 artinya pengaruh secara bersama-sama antara

tingkat keseringan menonton televisi pada jam belajar dan kontrol

Page 94: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

82

orangtua pada remaja terhadap perilaku belajar sebesar 24,7 % di

dalam sampel.

2) Koefisien Regresi

- Persamaan Regresi untuk Sampel Y= 16,606 + -2,269 X1 + 0,173

X2

- Persamaan Regresi untuk Populasi Y= 16,606 + -0,448 X1 + 0,238

X2

- Pengaruh/sumbangan Tingkat keseringan menonton televisi pada

jam belajar terhadap perilaku belajar adalah sebesar -44,8%

- Pengaruh/sumbangan kontrol orangtua pada remaja terhadap

perilaku belajar adalah sebesar 23,8%

2. Kesimpulan Teoritis

Kesimpulan teoritis diperoleh berdasarkan pada hasil penelitian di

lapangan yang berkaitan dengan teori yang digunakan dalam kerangka

pemikiran. Kesimpulan ini untuk melihat apakah hasil penelitian dapat

mendukung teori yang digunakan.

Dalam penelitian ini digunakan teori pendekatan sosiologi keluarga

yang mengkaji perkembangan individu dalam konteks keluarga dan

masyarakat. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Setiap

individu memiliki peran yang berbeda di dalam keluarga. Menurut

William J. Goode keluarga itu menyumbangkan hal-hal berikut kepada

masyarakat, kelahiran, pemeliharaan fisik anggota masyarakat,

penempatan anak dalam masyarakat, pemasyarakatan, dan kontrol sosial

Page 95: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

83

(William J. Goode 1995: 9). Perkembangan anak sangat ditentukan oleh

kiprah orangtua. Dalam penelitian ini mengkaji tentang perhatian,

pengawasan dan pengendalian orangtua pada remaja terhadap perilaku

belajarnya, pada jam belajar dirumah antara pukul 18.00 – 20.30. Bila

perhatian, pengawasan dan pengendalian orangtua yang semakin besar

terhadap remaja, Maka menjadikan tingkah laku remaja dalam

menyelesaikan tugas belajar dan pekerjaan rumah semakin baik, serta

usaha untuk memperdalam materi pelajaran juga semakin baik.

Sosiologi keluarga tidak lepas dari dinamika proses globalisasi,

yang berimplikasi bertemunya beragam bentuk kehidupan. Persinggungan

empat aspek kondisi manusia seperti masyarakat nasional, individu, sistem

masyarakat dunia, dan kemanusiaan pada gilirannya menciptakan

fenomena-fenomena baru. Persinggungan ini semakin terasa akibat

munculnya televisi. Perwujudan perubahan dapat berupa kemajuan atau

kemunduran, luas ataupun terbatas, cepat atau lambat. Menurut

Soemardjan dan Soemardi perubahan sosial yang terjadi dapat berupa

norma-norma, nilai-nilai dan pola-pola perilaku (Soemardjan dan

Soemardi, 1974: 487). Semakin lama siswa dalam menonton televisi pada

jam belajar maka perilaku belajar mereka kurang baik yang ditengarai

dengan kurang adanya minat dalam tugas belajar atau pekerjaan rumah

dan dalam memperdalam materi pelajaran.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini

mendukung teori sosiologi keluarga William J. Goode.

Page 96: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

84

3. Implikasi Metodologis

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksplanatoris, yaitu

menurut Balley penelitian eksplanatoris mempunyai tujuan untuk menguji

hipotesis yang menyatakan hubungan sebab akibat antara dua variabel atau

lebih. (Irawan Suhartono, 2000: 33)

Penelitian ini menggunakan metode survei dimana kuesioner

dipakai sebagai satu-satunya instrumen utama untuk mengumpulkan data

yang terdiri atas 20 pertanyaan. Pertanyaan – pertanyaan tersebut

diturunkan dari indikator-indikator yang terdapat pada masing-masing

variabel yang diharapkan dapat mengukur pengertian-pengertian

konseptual dari variabel yang diteliti. Pada variabel tingkat keseringan

menonton televisi di ukur dengan indikator menghitung banyaknya waktu

yang digunakan untuk menonton televisi antara jam 18.00 – 20.30 setiap

harinya. Pada variabel kontrol orangtua pada remaja di ukur dengan

indikator perhatian orangtua pada jam belajar, pengawasan orangtua pada

jam belajar dan pengendalian orangtua pada jam belajar. Variabel perilaku

belajar siswa diukur dengan indikator tingkah laku siswa dalam

menyelesaikan tugas belajar atau pekerjaan rumah dan usaha siswa untuk

memperdalam materi pelajaran pada jam belajar.

Hasil pengumpulan data melalui kuesioner dalam penelitian ini

memberikan hasil yang cukup memuaskan, karena data yang terkumpul

terasa cukup terbuka. Oleh karena itu penggunaan koesioner sebagai satu-

Page 97: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

85

satunya instrumen utama dalam pengumpulan data pada penelitian ini

cukup memadai.

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode proposional

sampling yaitu penentuan sampel dengan jalan mengambil individu yang

terdapat dalam masing-masing kategori populasi sesuai dengan proporsi

atau penimbangnya. Selain itu juga menggunakan metode random

sampling yaitu penarikan sampel secara acak, dimana setiap anggota

populasi mempunyai kemungkinan yang sama untuk menjadi anggota

sampel. Dalam penelitian ini sudah cukup menjamin secara pasti seluruh

kelompok ( sub populasi ) yang ada dapat terjaring di dalam sampel.

Analisa data yang digunakan dengan metode analisa kuantitatif

yang menunjuk pada kuantitas yang dinyatakan dengan angka-angka.

Penggunaan analisa product moment dan analisa regresi dua prediktor

dapat diandalkan menjawab perumusan masalah, tujuan penelitian dan

dapat menguji hipotesis yang diajukan.

B. SARAN

Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran

yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi pihak yang

berkompeten di dalamnya.

1. Bagi siswa

Agar siswa lebih dapat mengatur waktu belajar dan menonton

televisi serta dapat membedakan tayangan yang baik dan buruk.

Page 98: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

86

2. Bagi guru

Agar mengarahkan siswa untuk senantiasa hati-hati dalam memilih

tayangan televisi dan memberikan penyuluhan kepada orang tua siswa agar

memberikan perhatian, pengawasan dan pengendalian kepada putra-

putrinya selama berada diluar jam sekolah dan memberikan dorongan pada

siswa agar rajin belajar.

3. Bagi sekolah

Agar memberikan situasi dan kondisi sekolah yang mengarah kepada

kenyamanan belajar, sehingga perilaku belajar siswa dapat terbina dengan

baik

4. Bagi orang tua

untuk mengontrol anak-anak dengan sebaik-baiknya dengan

mengatur kegiatan anak dan menyediakan waktu untuk menemaninya ketika

menonton televisi.

5. Bagi pemerintah

Agar membuat perda tentang mematikan televisi pada jam belajar

antara jam 18.00 s/d 20.30, sehingga para pelajar dapat memanfaatkannya

untuk belajar seefektif mungkin.

6. Bagi peneliti lain

Peneliti menyadari bahwa apa yang peneliti peroleh dari hasil

penelitian ini baru merupakan sebagaian kecil dari fenomena social yang

terdapat dalam lokasi. Dalam artian masih banyak lagi permasalahan yang

dapat digali bagi pihak-pihak yang berkeinginan melanjutkan atau

melakukan di lokasi

Page 99: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

87

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto dan Erdiyana. 2004. Komunkasi Massa Suatu Pengantar. Bandung:

Simbiosa Rekatama Media

Ardianto. 2007. Peran Komunikasi Massa terhadap Perubahan Pola Perilaku

Masyarakat . Universitas Malikussaleh

Ariesandi. 14-6-2007. Ada 3 Tipe Orangtua: Anda tipe yang Mana?.

http://www.sekolahorangtua.com

Astuti, Santi Indra. 14-8-2007. Media Literacy: Memerdekakan Khalayak dari

Kapitalisme Media. http://communicare-santi.blogspot.com

Bahri, Syaiful. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Jakarta: Rineka

CIpta

Baroto, Aji. 6-6-2008. Dampak Tayangan Televisi terhadap Perkembangan Jiwa

Anak . www.bbawor.blogspot.com

Burton, Graeme. 2007. Membincangkan Televisi Sebuah Pengantar Kepada Studi

Televisi. (Edisi Terjemahan oleh Laily Rahmawati). Yogyakarta:

Jalasutra

BKKBN Prop. Jabar. 2006. Buku Pedoman Advokasi dan KIE Program KB bagi

Tokoh Agama.

Demartoto, Argyo. 2007. Mosaik dalam Sosiologi. Surakarta: UPT Penerbitan dan

Pencetakan UNS (UNS Press)

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia . 2008. Kamus Besar

Bahasa Indonesia. http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php

Dewi, Hayuning Purnama. 2007. Pengaruh Terpaan Program Cinemania

terhadap Sikap Masyarakat Surabaya dalam menentukan Fil Layar

Lebar Terbaru yang Ditonton di Bioskop (Skripsi). Surabaya:

Universitas Petra

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Effendy. 1993. Televisi Siaran, Teori dan Praktik. Bandung: Mandar Maju.

Ginting, Vera. 2005. Penguatan membaca, fasilitas sekolah dan keterampilan

dasar membaca serta minat baca murid. Jakarta: Jurnal Pendidikan

Penabur

Goode, William J. 1995. The Family (edisi terjemahan Sosiologi Keluarga oleh

Laila Hanoum Hasyim Sosiologi Keluarga). Jakarta: Bumi Aksara

Hornby AS. 1995. Oxford Advanced Leaner’s Dictionary of Current English.

New York: Oxford University Press

Hudoyo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta. http://id.

wikipedia. org/wiki/Matematika

Page 100: PENGARUH TINGKAT KESERINGAN MENONTON TELEVISI PADA …/Pengaruh... · sehat, dan pola hidup konsumtif. Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan Karena itu bisa dimengerti, jika tudingan

88

Imam, Syaiful. 26-9-2007. Mengintip Dampak SI Layar Kaca. http://www.mail-

archive.com

Johnson, Jeffrey G. 9-5-2007. Frequent TV Viewing During Adolesence Linked

with Risk of Attention and Learning Difficulties. Science Daily

Kurniawan, Irwan Nuryana. 6-9-2008. Bentuk-bentuk Keyakinan Orangtua.

http://kurniawan.staf.uii.co.id

Kuswandi. 1996. Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Media Televisi). Jakarta.

Rineka Cipta

Richards, Rosalina, and Dunedin. 2-3-2010. Teens with More Screen Time Have

Lower-Quality Relationships. Science Daily

Maspaitella, Elifas Tomix. 2008. Masyarakat Transisi dan Modern.

http://kutikata.blogspot.com/

Murtiningsih, Siti. 2004. Pendidikan Alat Perlawanan Teori Pendidikan Radikal

Paulo Freire. Yogyakarta: Resist Book

Musthafa, Ibnu. 1993. Keluarga Islam Menyongsong Abad 21. Bandung: Al-

Bayan

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1991. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Press

____________________. 2000. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Raja

Grafindo Persada

Siregar, Ade Rahmawati. 2006. Harga Diri Remaja Obesitas. Medan: USU

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu pengantar. Jakarta : PT. RajaGrafindo

Persada

Soemardjan Selo, dan Soelaiman Soemardi. 1974. Setangkai Bunga Sosiologi.

Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.

Suhartono, Irawan. 2000. Metode Penelitian Sosial. Bandung. PT Remaja

Rosdakarya

Tarsidi, Didi. 25-11-2007. Peranan Orangtua dalam Perkembangan Kompetensi

sosial Anak. http://d-tarsidi.blogspot.com

Umar, Husein. 1999. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Wikipedia Bahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/

Wirodono, Sunardian. 2006. Matikan TV-mu Teror Media Televisi di Indonesia.

Yogyakarta: Resist Book

Witjaksana, Gunawan. 2007. Jam Belajar dan Media Literacy. Suara Merdeka 16

Juni 2007

Zali. 26-9-2007. Rangsang Audiovisual vs Otak. http://www.mail-archive.com