Upload
buitu
View
219
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC
TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH
DI INDONESIA PERIODE TAHUN 2011-2014
Oleh
SILFIYA MEITHOFANI ABDILLAH
NIM. 1112081000157
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2015 M
i
PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC
TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH
DI INDONESIA PERIODE TAHUN 2011-2014
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
SILFIYA MEITHOFANI ABDILLAH
NIM. 1112081000157
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ade Sofyan Mulazid Murdiyah Hayati, S.Kom, M.M
NIP. 19750101 200501 1 008 NIP. 19741003 200312 2 001
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2015 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu, 9 September 2015 telah dilakukan ujian komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Silfiya Meithofani Abdillah
2. NIM : 1112081000157
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC
Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia
Periode Tahun 2011-2014.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 9 September 2015
1. Rizqon Halal Syah Aji, M.Si
NIP. 19790405 201101 1 005 (__________________)
Penguji I
2. Bahrul Yaman, S.Sos, M.Si
NIP. 19620818 198603 1 001 (__________________)
Penguji II
3. Titi Dewi Warninda, S.E, M.Si
NIP. 19731221 200501 2 002 (__________________)
Penguji III
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 27 Januari 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas
Mahasiswa:
1. Nama : Silfiya Meithofani Abdillah
2. NIM : 1112081000157
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC
Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia
Periode Tahun 2011-2014.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Januari 2016
1. Dr. Amilin, S.E, M.Si
NIP. 19730615 200501 1 009
2. Titi Dewi Warninda, S.E, M.Si
NIP. 19731221 200501 2 002
3. Dr. Ade Sofyan Mulazid
NIP. 19750101 200501 1 008
4. Murdiyah Hayati, S.Kom, M.M
NIP. 19741003 200312 2 001
5. Dr. Indo Yama Nasaruddin, S.E, M.A.B
NIP. 19741127 200112 1 002
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang Bertanda Tangan di bawah ini:
Nama : Silfiya Meithofani Abdillah
No. Induk Mahasiswa : 1112081000157
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen/MIPS
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa ijin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan
telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 7 Januari 2016
Yang menyatakan,
Silfiya Meithofani Abdillah
NIM. 1112081000157
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
A. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Silfiya Meithofani Abdillah
2. Tempat & Tanggal Lahir : Tangerang, 14 Mei 1994
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5.Alamat : Jl. KH. Hasyim Ashari No. 18 RT. 005/01
Kel. Neroktog Kec. Pinang, Kota Tangerang,
Banten Kode Pos 15145
6. No. Telepon : 085776549282 / 02155742226
7. Email / Media Sosial : [email protected] / @silfimeithf
B. PENDIDIKAN FORMAL
1. 1999 – 2005 : SD Negeri Pinang 3 Kota Tangerang
2. 2005 – 2008 : SMP Negeri 3 Kota Tangerang
3. 2008 – 2011 : SMA Negeri 13 Kota Tangerang
4. 2011 – 2013 : Program Profesional Teknologi Informasi Perbankan
Syariah CEP – CCIT Fakultas Teknik Universitas
Indonesia
5. 2012 – 2015 : Program Sarjana (S1) Jurusan Manajemen Informasi
Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
C. PENDIDIKAN NON FORMAL
1. 2006-2007 : Kursus Bahasa Inggris BOSTON COURSE
INDONESIA (BCI) Ciledug Kota Tangerang
2. 2015 : Sekolah Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia
3. 2015 : IONS (Islamic Economics Online Talks) FoSSEI
D. PENGALAMAN ORGANISASI
1. 2005-2007 : Ikatan Remaja Mushola Baitul Iman
2. 2005-2008 : Palang Merah Remaja (PMR) SMPN 3 Kota Tangerang
3. 2008-2011 : Bulu Tangkis (Badminton) SMAN 13 Kota Tangerang
4. 2009-2011 : Karya Ilmiah Remaja (KIR) SMAN 13 Kota Tangerang
5. 2009-2011 : English Club (EC) SMAN 13 Kota Tangerang
vi
6. 2014-2015 : Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, divisi Keilmuan
E. KEPANITIAAN
1. April 2014 : Bendahara KKN ELSEVIER 2014 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, periode April-September
2. November 2014 : Mentor Acara Muharram Ceria oleh KOMUS
(Komunitas Mushola) FEB UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Desember 2014 : Anggota Divisi Perlengkapan dan Konsumsi
Workshop Pelatihan Ms. Excel oleh LiSEnSi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
F. PENGALAMAN KERJA
1. September 2012 : Praktek Kerja Lapangan, Pembuatan Sistem Informasi
Penghimpunan dan Penyaluran Dana ZIS, BAZNAS
(Badan Amil Zakat Nasional) Bogor, periode
September-Januari 2013
2. Januari 2015 : Praktek Kerja Lapangan, Divisi Kredit bagian
Account Officer (AO) Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Kantor Cabang Bintaro
3. Oktober 2015 : Tim Enumerator Opini Publik mengenai PILKADA
TANGSEL 2015, Biru Mandiri Institute
vii
ABSTRACT
The aims of this research are to analyze the influence of the level of bank
health with RGEC method on Profitability of Syariah Public Banks in Indonesia.
The populations in the research were Syariah Public Banks in Indonesia. The
sample in the research were 4 Foreign Exchange National Private Banks which
includes Syariah Public Banks.
The method used is the measurement RGEC method by variables Risk
Profile, Good Corporate Governance (GCG), Earnings represented by the
Operating Expenses to Operating Income (BOPO) and Capital represented by the
Capital Adequacy Ratio (CAR). Sampling method in this study uses a quantitative
method with purposive sampling method. For analyzing, the researcher uses
regression analysis method, which is OLS.
The result of the rating method RGEC shows that the health level of Bank
Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Mega Syariah
(BMS) and BNI Syariah (BNIS) get PK-2 is the bank with the predicate
HEALTHY. Title sequence with the best banks in this assessment is BNIS, BMI,
BSM and BMS. Simultaneously test result indicate that there are significant
between the independent variables on bank’s profitability. Partially, Risk Profile,
Good Corporate Governance (GCG) and Operating Expenses to Operating
Income (BOPO) had an effect on Return on Asset (ROA), and Capital Adequacy
Ratio (CAR) does no affect on Return on Asset (ROA).
Keywords: The level of bank health, RGEC Method, ROA
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat kesehatan
bank dengan metode RGEC terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di
Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah yang
beroperasi di Indonesia. Sampel dalam penelitian ini adalah 4 Bank Umum
Swasta Nasional Devisa yang termasuk Bank Umum Syariah.
Metode penelitian yang digunakan adalah pengukuran metode RGEC
dengan variabel Profil Risiko (Risk Profile), Good Corporate Governance (GCG),
Earning yang diwakili oleh Beban Operasional pada Pendapatan Operasional
(BOPO) dan Capital yang diwakili oleh Capital Adequacy Ratio (CAR). Metode
sampling dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan purposive
sampling method. Untuk menganalisis, peneliti menggunakan pendekatan statistik
yaitu dengan metode analisis regresi berganda (OLS).
Hasil penilaian tingkat kesehatan dengan metode RGEC menunjukkan
bahwa tingkat kesehatan Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri
(BSM), Bank Mega Syariah (BMS) dan BNI Syariah (BNIS) mendapatkan PK-2
yaitu bank dengan predikat SEHAT. Urutan bank dengan predikat paling baik
dalam penilaian ini adalah BNIS, BMI, BSM dan BMS. Hasil uji secara simultan
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap
profitabilitas bank. Secara parsial, Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate
Governance (GCG) dan Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO)
berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA), sedangkan Capital Adequacy Ratio
(CAR) tidak berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA).
Kata Kunci: Tingkat Kesehatan Bank, Metode RGEC, ROA
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahirabbilalamin. Rasa syukur yang luar biasa peneliti
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, kasih
sayang dan karunia-Nya yang tiada terkira kepada hambanya. Shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, atas
segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah
naungan Islam. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan baik yang
berjudul “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC Terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode Tahun 2011-2014”.
Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah peneliti untuk
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ibunda Aliyah dan Ayahanda Abdillah yang
selalu memberikan cinta yang luar biasa, dukungan moral maupun materil,
serta mencurahkan kasih sayang, cinta dan doa tulus yang tidak pernah
terputus untuk kebahagiaan dan keberhasilan peneliti.
2. Kakak peneliti Kholid Abdul Hadad, Zukhairiyah Abdillah dan Sahlan
Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik
dan M. Kautsar Rizki Abdal, yang selalu mendoakan dan memberikan
semangat serta dukungan kepada peneliti dengan cara yang berbeda.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Bapak Dr. Amilin, S.E.Ak., M.Si selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik
FEB, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag, M.H selaku Wakil Dekan II
Bidang Administrasi Umum FEB, dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin,
Lc., M.A selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan FEB, yang telah
memberikan jalan bagi peneliti dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag, M.H selaku Dosen Pembimbing I
dan Ibu Murdiyah Hayati, S.Kom, M.M selaku Dosen Pembimbing II,
yang senantiasa meluangkan waktunya di tengah kesibukannya untuk
membimbing dan memberikan arahan serta masukan yang begitu besar
kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Titi Dewi Warninda, S.E, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi
Manajemen dan Ibu Ir. Ela Patriana, M.M selaku Sekretaris Jurusan
Program Studi Manajemen yang selalu memberikan arahan dan bimbingan
kepada saya selama menjadi mahasiswi di FEB UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
x
7. Bapak Adhitya Ginanjar, S.E, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik
yang telah mengarahkan dan memotivasi selama peneliti menuntut ilmu di
FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Ibu Dr. Ir. Muniaty Aisyah, M.M yang telah banyak membantu dan
memberikan jalan bagi kami mahasiswa/i Jurusan Manajemen Informasi
Perbankan Syariah (MIPS).
9. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan wawasan yang
sangat bermanfaat bagi peneliti.
10. Seluruh jajaran karyawan dan staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak kemudahan
bagi peneliti dalam proses administrasi, keuangan, dan lainnya, khususnya
Pak Alfred, Pak Ali, Pak Rahmat, Bu Halimah, Pak Bonik dan Pak Sofyan.
11. Uswatun Hasanah, Dwi Setyowati, Nur Mahmudah, Sheira Afina, Anna
Susilowati, Dyah Ayu R.F, Hilda Banser, Harpis Mutiara, Nasyrah
Kautsarah, Septiani Solehah, Selvia Sri Puji Rahayu, Aprilia Dwi
Permatasari, Nura dan Lely yang senantiasa membantu, mendukung,
mendoakan, memotivasi dan menghibur peneliti selama penyusunan
skripsi ini. Ahmad Rojali, Kartini, dan Masnurdiyansyah Gestama yang
turut memiliki dosen pembimbing yang sama dan selalu memberikan
dukungan, semangat, tips dan trik agar tidak menyerah dalam masa
bimbingan. Terima kasih atas waktu yang diberikan selama ini, suatu
anugerah yang luar biasa dapat dipertemukan dengan orang-orang hebat
seperti kalian.
12. Teman-teman seperjuangan Manajemen Informasi Perbankan Syariah
angkatan 2012 sebagai angkatan pertama di FEB UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Terimakasih atas rasa kekeluargaan yang telah diberikan,
dukungannya dan selalu ada dalam suka maupun duka serta memberikan
motivasi selama masa perkuliahan. Maaf jika tidak dapat disebutkan satu
per satu, tetapi tidak mengurangi rasa cinta dan bangga peneliti kepada
kalian semua. Cintaku untuk MIPS.
13. Teman-teman seperjuangan CCIT-FTUI angkatan 2011 dan angkatan
2012, terimakasih atas dukungan dan motivasi kalian. Semoga Allah SWT
selalu memudahkan langkah kalian untuk menuju cita-cita dan tujuan.
14. Teman-teman PRG seperti Tri Oktaviani, Hajar Hanifah, Hannah, Devani
Adinda, Hidayati Desti dan FEVER seperti Mira Irianti, Septiana
Alamsari, Adlin, Tirta Fajar Nugroho, Edwin Rio Azhar, Ahmad Nur
Barkah, Immanuel Lede, Fajar Rizki Sutiyono, Nang Aroni Arifin, yang
selalu memberikan waktu luang untuk menghibur, memberikan semangat
dan motivasi selama ini.
xi
15. Teman-teman KKN ELSEVIER 2014, terimakasih atas doa, dukungan
serta motivasinya. Semangat untuk kalian dalam mencapai semua cita-cita
dan tujuannya.
16. Teman-teman LiSEnSi 2014, terimakasih karena telah membuka mata dan
memperluas pemikiran peneliti mengenai pentingnya berekonomi syariah.
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut
berkontribusi dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, suatu kebahagiaan
dapat dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terima kasih
atas motivasi yang telah diberikan selama ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk dapat
menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, sangat besar harapan peneliti semoga
skripsi ini memberikan manfaat yang besar, khususnya bagi peneliti dan
umumnya bagi siapa saja yang membaca dan berkeinginan untuk
mengeksplorasinya lebih lanjut.
Jakarta, 7 Januari 2016
Silfiya Meithofani Abdillah
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
ABSTRACT ............................................................................................................ vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 10
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 14
A. Landasan Teori ............................................................................................. 14
1. Perbankan Syariah .................................................................................. 14
2. Laporan Keuangan ................................................................................. 16
3. Return on Asset (ROA) .......................................................................... 19
4. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank ...................................................... 20
5. Metode RGEC ........................................................................................ 25
6. Penilaian Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank ....................... 44
7. Mekanisme Penilaian Tingkat Kesehatan BUS Secara Konsolidasi...... 47
8. Hubungan Antara Variabel Independen dan Variabel Dependen .......... 50
B. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 55
C. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 59
D. Hipotesis ....................................................................................................... 62
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 63
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 63
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................................... 64
1. Populasi .................................................................................................. 64
2. Sampel .................................................................................................... 65
C. Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 66
1. Data Sekunder ........................................................................................ 66
2. Studi Kepustakaan .................................................................................. 67
D. Metode Analisa Data .................................................................................... 67
xiii
1. Uji Statistik ............................................................................................ 68
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 68
3. Uji Hipotesis .......................................................................................... 73
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................... 76
1. Variabel Dependen ................................................................................. 77
2. Variabel Independen .............................................................................. 77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 83
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................. 83
1. Sejarah Perbankan Syariah di Indonesia ................................................ 83
2. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia .................................... 84
3. Sejarah Singkat Bank Umum Swasta Nasional Devisa (Bank Devisa) . 87
B. Analisis dan Pembahasan ............................................................................. 91
1. Uji Statistik ............................................................................................ 91
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 101
3. Uji Hipotesis ........................................................................................ 111
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 119
A. Kesimpulan ................................................................................................ 119
B. Saran ........................................................................................................... 120
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 122
LAMPIRAN ........................................................................................................ 125
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia........................................ 2
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 55
Tabel 3.1 Perbankan Syariah di Indonesia ............................................................ 64
Tabel 3.2 Matriks Peringkat Faktor Profil Risiko ................................................. 78
Tabel 3.3 Matriks Penetapan Peringkat Risiko ..................................................... 79
Tabel 3.4 Peringkat Komposit Good Corporate Governance .............................. 80
Tabel 3.5 Matriks Penetapan Peringkat Komponen BOPO .................................. 81
Tabel 3.6 Matriks Penetapan Peringkat Komponen CAR .................................... 82
Tabel 4.1 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Muamalat Indonesia ..................... 91
Tabel 4.2 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri ............................ 94
Tabel 4.3 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Mega Syariah ................................ 96
Tabel 4.4 Penilaian Tingkat Kesehatan BNI Syariah............................................ 98
Tabel 4.5 Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah Tahun 2011-2014 .............. 100
Tabel 4.6 Uji Multikolinieritas dengan Tolerance dan VIF ................................ 104
Tabel 4.7 Uji Heteroskedastisitas (Metode Spearman’s Rho) ............................ 106
Tabel 4.8 Uji Durbin-Watson .............................................................................. 107
Tabel 4.9 Unstandardized Coefficients ............................................................... 108
Tabel 4.10 Nilai ρ (Rho) ...................................................................................... 109
Tabel 4.11 Hasil Pengobatan Uji Durbin-Watson............................................... 110
Tabel 4.12 Nilai Durbin Watson ......................................................................... 110
Tabel 4.13 Uji t ................................................................................................... 111
Tabel 4.14 Uji F .................................................................................................. 112
Tabel 4.15 Uji Determinasi (Adjusted R2) .......................................................... 113
Tabel 4.16 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda ...................................... 114
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Perkembangan ROA ................................................................ 4
Gambar 1.2 Grafik Perkembangan BOPO .............................................................. 7
Gambar 1.3 Grafik Perkembangan CAR ................................................................ 9
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 60
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ........................................................................ 61
Gambar 4.1 Perkembangan Tingkat Kesehatan Bank Muamalat Indonesia ......... 93
Gambar 4.2 Perkembangan Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri ............... 95
Gambar 4.3 Perkembangan Tingkat Kesehatan Bank Mega Syariah ................... 97
Gambar 4.4 Perkembangan Tingkat Kesehatan BNI Syariah ............................... 99
Gambar 4.5 Grafik Histogram............................................................................. 103
Gambar 4.6 Grafik Normal P-Plot ...................................................................... 103
Gambar 4.7 Grafik Scatter Plot .......................................................................... 105
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Variabel Penelitian ................................................................ 125
Lampiran 2 : Data Variabel Penelitian dengan Metode RGEC .......................... 128
Lampiran 3 : Hasil Analisis Deskriptif dengan Metode RGEC .......................... 131
Lampiran 4 : Hasil Uji Regresi Berganda ........................................................... 133
Lampiran 5 : Matriks Penetapan Peringkat Risiko Inheren ................................ 135
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank merupakan lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang
memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan
dana (deficit unit) untuk kegiatan produktif dan konsumsi (Ihsan, 2015:1).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Dan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, pasal
1 angka 7 dinyatakan bahwa Bank Syariah adalah bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut prinsip jenisnya
terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang tersebut, perkembangan industri
perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai
dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi (www.bi.go.id,
diakses pada tanggal 1 Juli 2015).
2
Seperti yang telah diketahui, perkembangan perbankan syariah di
Indonesia saat ini berkembang sangat pesat. Pada awal perkembangannya,
Bank Muamalat Indonesia (BMI) merupakan perbankan syariah pertama di
Indonesia. BMI bisa bertahan dengan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia
Tahun 1998. Dan dalam waktu yang singkat setelah krisis mereda, pada saat
itulah BMI menjadi inspirasi terbentuknya perbankan syariah baru di
Indonesia. Pertumbuhan ini semakin bisa diprediksi dengan ditandainya
pertumbuhan cabang-cabang Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan lahirnya
bank-bank syariah baru atau cabang syariah pada bank umum di Indonesia.
Pertumbuhan perkembangan perbankan syariah dan cabang syariah pada bank
umum dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.1
Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, 2015
Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah kantor Bank Umum Syariah
di Indonesia Tahun 2014 mengalami peningkatan yang sangat pesat menjadi
2145 kantor. Pesatnya pertumbuhan ini harus diseimbangi dengan peningkatan
Indikator 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Bank Umum Syariah
- Jumlah Bank 6 11 11 11 11 12
- Jumlah Kantor 711 1215 1401 1745 1998 2145
Unit Usaha Syariah
- Jumlah Bank Umum
Konvensional yang memiliki UUS 25 23 24 24 23 22
- Jumlah Kantor 287 262 336 517 590 320
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
- Jumlah Bank 138 150 155 158 163 163
- Jumlah Kantor 225 286 364 401 402 439
3
kinerja keuangan secara optimal dan pengelolaan manajemen untuk
memperoleh profitabilitas secara menyeluruh. Hal ini ditujukan agar
perbankan tersebut dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan tetap
memberikan kepercayaan penuh terhadap nasabahnya.
Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran
dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan
mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Kemampuan
bank dalam memperoleh laba (profitabilitas) tercermin pada laporan keuangan
bank. Ukuran profitabilitas pada industri perbankan yang digunakan pada
umumnya adalah Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Return
on Asset (ROA) menggambarkan profitabilitas dari segi aset yang dimiliki
bank. Apabila Return On Asset (ROA) meningkat, berarti profitabilitas
perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah profitabilitas yang
dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998). Dalam penelitian ini peneliti
akan menggunakan Return on Asset (ROA) sebagai indikator untuk mengukur
tingkat profitabilitas bank. Profitabilitas juga dipakai untuk mengukur
kesuksesan manajemen dalam menghasilkan laba atau keuntungan dari operasi
usaha bank. Berikut adalah grafik perkembangan profitabilitas dengan Return
on Asset (ROA) pada perbankan syariah di Indonesia.
4
Gambar 1.1
Grafik Perkembangan ROA
Sumber: Data diolah, Statistik Perbankan Syariah, 2015
Dari Gambar 1.1 dapat dijelaskan bahwa dari sisi profitabilitas,
perkembangan ROA mengalami peningkatan sebesar 0,35% di tahun 2012 dan
terjadi penurunan yang cukup signifikan sebesar 1,2% pada tahun 2014.
Penurunan ini disebabkan karena mengingat kemampuan menghasilkan
pendapatan perbankan selain dari kegiatan penyaluran dana masih relatif
terbatas. Dan semakin tinggi nilai ROA, maka semakin tinggi kemampuan
suatu bank dalam menghasilkan laba atau profitabilitas, maka diasumsikan
semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk bertahan dalam kondisi
ekonomi yang kompetitif dan kesehatan bank tersebut akan tetap stabil.
Berdasarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor
10/SEOJK.03/2014, bank wajib memelihara, memperbaiki, dan meningkatkan
tingkat kesehatannya dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan
Manajemen Risiko dalam melaksanakan kegiatan usahanya termasuk
melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara berkala terhadap tingkat
kesehatannya dan mengambil langkah-langkah perbaikan secara efektif. Bank
5
yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan
masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu
kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah
dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter.
Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan
pelayanan yang baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian
secara keseluruhan. Jika bank tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya
dengan baik, maka bank tersebut dapat dikatakan menjadi bank yang tidak
sehat.
Standar untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan
pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan, yang bertugas sebagai pengawas
dalam sektor keuangan. Kesehatan Bank yang merupakan cerminan kondisi
dan kinerja Bank merupakan sarana bagi otoritas pengawas dalam menetapkan
strategi dan fokus pengawasan terhadap Bank. Selain itu, kesehatan Bank juga
menjadi kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola
(manajemen), dan masyarakat pengguna jasa Bank (Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014). Dan peraturan tersebut telah
disempurnakan kembali menjadi penilaian tingkat kesehatan bank dengan
pendekatan berdasarkan risiko (Risk-based Bank Rating), yang diatur dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, yang diikuti
dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014
6
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah.
Risk-based Bank Rating (RBBR) adalah metode penilaian kesehatan
bank dengan menggunakan pendekatan risiko. Penilaian tingkat kesehatan
bank ini juga dikenal dengan metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate
Governance, Earnings dan Capital). Penilaian tingkat kesehatan ini mencakup
penilaian terhadap empat faktor yaitu Risk Profile (Profil Risiko), Good
Corporate Governance (GCG), Earnings (Rentabilitas), dan Capital
(Permodalan). Penilaian ini dianggap dapat mewakili secara keseluruhan
terhadap kesehatan suatu perbankan.
Dalam penilaian profil risiko, dilakukan analisis dan penerapan
peringkat risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko. Penilaian
risiko inheren merupakan penilaian atas risiko kredit, risiko pasar, risiko
likuiditas, risiko operasional, risiko reputasi, risiko hukum, risiko stratejik,
risiko kepatuhan, risiko investasi dan risiko imbal hasil (2 risiko terakhir
khusus perbankan syariah). Semakin rendah urutan peringkat faktor profil
risiko, maka semakin rendah risiko yang dihadapi Bank Umum Syariah.
Untuk terus menjaga kepercayaan para nasabahnya, bank juga wajib
menyampaikan laporan Self Assessment atas penerapan Good Corporate
Governance (GCG) kepada Bank Indonesia setiap tiga bulan setelah
berakhirnya tahun penilaian (akhir maret). Hal ini dibutuhkan untuk
menghasilkan peringkat komposit Tingkat Kesehatan Bank.
7
Penerapan GCG akan menurunkan cost of capital, meningkatkan ROE,
efisiensi dan perlakuan yang sama terhadap semua stakeholders, meskipun
arah hubungannya tidak terlalu jelas (Claessens, 2006). Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Adil Tobing, Yandra Arkeman, Bunasor Sanim, dan R.
Nunung Nuryartono (2013), di mana hasilnya penerapan GCG berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas.
Earnings atau rentabilitas bank terdiri dari kinerja operasional dan
profitabilitas. Kinerja operasional merupakan kemampuan bank dalam
mengatur biaya dan pendapatan operasional yang dimilikinya. Rasio yang
dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional suatu bank adalah rasio
perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional
(BOPO). Melalui rasio ini, maka dapat diukur apakah manajemen bank telah
menggunakan semua faktor produksinya dengan efektif dan efisien. Berikut
adalah grafik perkembangan BOPO pada perbankan syariah di Indonesia.
Gambar 1.2
Grafik Perkembangan BOPO
Sumber: Data diolah, Statistik Perbankan Syariah, 2015
8
Dari Gambar 1.2 dapat dijelaskan bahwa Biaya Operasional pada
Pendapatan Operasional (BOPO) perbankan syariah dalam periode laporan
menunjukkan peningkatan yang cukup fluktuatif. Pada BUS dan UUS, biaya
operasional pada pendapatan operasional per Desember 2012 tercatat menurun
3,44% dan per Desember 2014 tercatat meningkat sebesar 1,07%.
Perkembangan biaya tersebut mencerminkan adanya peningkatan efisiensi
kegiatan operasional perbankan syariah. Seperti penelitian yang dilakukan
oleh Mario Christiano, Parengkuan Tommy, dan Ivonne Saerang (2014),
dimana pada penelitian yang mereka lakukan disimpulkan bahwa efisiensi
operasi (BOPO) berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset. Hal ini
berarti tingkat efisiensi bank dalam menjalankan operasinya berpengaruh
terhadap tingkat pendapatan atau earning yang dihasilkan oleh bank tersebut.
Pada dasarnya, rentabilitas suatu bank sangat dipengaruhi oleh
permodalan dalam perbankan tersebut. Permodalan ini tertuang dalam
kecukupan modal bank yaitu pada Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR
adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank
yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada
bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri di samping memperoleh dana-dana
dari sumber-sumber di luar bank. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor
10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1 dijelaskan bahwa bank wajib menyediakan
modal minimum sebesar 8% dari aset tertimbang menurut risiko (ATMR).
Berikut adalah pertumbuhan CAR perbankan syariah di Indonesia.
9
Gambar 1.3
Grafik Perkembangan CAR
Sumber: Data diolah, Statistik Perbankan Syariah, 2015
Pada Gambar 1.3 terlihat bahwa kapasitas permodalan bank dalam
mengantisipasi risiko (risk bearing capacity) yang tercermin dari jumlah
modal inti menurun sebesar 2,5% pada tahun 2012. Di sisi lain pertumbuhan
CAR Bank Umum Syariah meningkat dari 14,13% pada tahun 2012 menjadi
14,42% pada akhir tahun 2013. CAR tersebut mengindikasikan tingkat
ketahanan risiko yang masih cukup memadai mengingat masih melebihi
standar CAR sebesar 8%. Dan dapat dikatakan bahwa Capital Adequacy Ratio
(CAR) sangat berpengaruh dalam meningkatkan profitabilitas bank (ROA).
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Mario Christiano, Parengkuan Tommy,
dan Ivonne Saerang (2014), hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa
CAR mempunyai pengaruh signifikan terhadap Return on Asset.
Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan pada ulasan sebelumnya,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC terhadap Profitabilitas
Bank Umum Syariah di Indonesia Periode Tahun 2011-2014”.
10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kesehatan bank dengan Metode RGEC pada Bank
Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2014?
2. Bagaimana pengaruh Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate
Governance (GCG), Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional
(BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas secara
simultan pada Bank Umum Syariah di Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate
Governance (GCG), Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional
(BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas secara
parsial pada Bank Umum Syariah di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis tingkat kesehatan bank dengan Metode RGEC pada Bank
Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2014.
2. Menganalisis pengaruh Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate
Governance (GCG), Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional
(BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas secara
simultan pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
11
3. Menganalisis pengaruh Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate
Governance (GCG), Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional
(BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas secara
parsial pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini antara lain:
1. Kontribusi Teoritis
a. Peneliti
Memberikan gambaran tentang pengaruh tingkat kesehatan
bank dengan metode RGEC terhadap Profitabilitas Bank Umum
Syariah di Indonesia periode tahun 2011-2014. Serta merupakan suatu
peningkatan pengetahuan, pembelajaran dan perluasan ilmu untuk
menganalisis suatu permasalahan ekonomi di Indonesia yang berkaitan
dengan dunia perbankan yang sekarang ini menjadi parameter kegiatan
ekonomi terbesar. Sehingga peneliti dapat mempraktekkan teori yang
didapat selama perkuliahan dengan menganalisa dan memecahkan
masalah.
b. Pengembang Ilmu
Diharapkan dapat menambah wawasan, memberikan
pemahaman dan informasi mengenai permasalahan realita yang terjadi
di Indonesia kepada para masyarakat umum terutama dalam dunia
perbankan, khususnya mengenai tingkat kesehatan bank pada
12
perbankan syariah. Sehingga dapat lebih memahami dan mengerti
pentingnya untuk mengetahui kondisi perbankan dan
perkembangannya saat ini.
c. Pihak Industri atau Perbankan Syariah
Menjadi informasi atau sumber pengetahuan bagi praktisi
perbankan syariah dan jajarannya dalam menjaga tingkat kesehatan
perbankan syariah dengan metode RGEC dan mengetahui pengaruh
tingkat kesehatan terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah.
2. Kontribusi Praktis
a. Masyarakat
Sebagai pertimbangan bagi masyarakat dalam melihat kondisi
keuangan perbankan syariah saat ini serta memilih perbankan syariah
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
b. Pemerintah
Diharapkan dapat menjadi indikator yang berguna dalam
mempertimbangkan kebijakan-kebijakan individual atau konsolidasi
perbankan, sehingga dapat menjadi sumbangan pikiran untuk
menentukan kebijakan dalam berbagai sektor, termasuk kegiatan
ekonomi sektor riil dan UMKM. Serta mendukung pemerintah dan
bank sentral untuk dapat mengendalikan keadaan-keadaan yang
memungkinkan terjadinya pelemahan pada pendapatan perbankan.
13
c. Investor
Memberikan manfaat bagi investor sebagai alat pengambilan
keputusan dalam melakukan investasinya di perbankan syariah dengan
metode RGEC.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Perbankan Syariah
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 792 Tahun 1990
tentang Perbankan, pengertian Bank adalah suatu badan yang kegiatannya
di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana
kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008,
pasal 1 angka 7 dinyatakan bahwa Bank Syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut
prinsip jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah.
15
Perbankan Syariah sering disebut juga Perbankan Islam, yaitu
perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam atau syariat.
Karena berdasarkan hukum Islam, maka perbankan syariah tidak mengenal
adanya “bunga pinjaman” atau interest rate. Bank Syariah atau biasa
disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan
yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-
Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. atau dengan kata lain, Bank
Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat
Islam (Muhammad, 2005). Adapun prinsip-prinsip yang dirujuk adalah
(Muhammad, 2000:25):
a. Larangan menerapkan bunga pada semua bentuk dan jenis transaksi.
b. Menjalankan aktivitas bisnis dan perdagangan berdasarkan pada
kewajaran dan keuntungan yang halal.
c. Mengeluarkan zakat dari hasil kegiatannya.
d. Larangan menjalankan monopoli.
e. Bekerjasama dalam membangun masyarakat, melalui aktivitas bisnis
dan perdagangan yang tidak dilarang oleh Islam.
Karakter utama Bank Syariah adalah ketiadaan bunga sebagai
representasi dari riba yang diharamkan. Karakteristik inilah yang
menjadikan perbankan syariah lebih unggul pada beberapa hal termasuk
pada sistem operasional yang dijalankan.
16
Dalam perkembangannya, Bank Indonesia membagi beberapa jenis
bank menurut kepemilikannya, salah satunya adalah Bank Swasta. Bank
swasta adalah bank dimana sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta
nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, pembagian
keuntungannya juga untuk swasta nasional. Bank swasta dibedakan
menjadi dua jenis yaitu Bank Umum Swasta Nasional Devisa dan Bank
Umum Swasta Nasional Non Devisa. Kedua jenis bank tersebut
mempunyai ukuran kemampuan yang berbeda dalam melayani
masyarakat, baik dalam permodalan bank, jumlah produk yang ditawarkan
maupun kualitas pelayanannya. Dari perkembangan bank syariah di
Indonesia, terdapat beberapa bank syariah yang memenuhi kriteria untuk
menjadi Bank Umum Swasta Nasional Devisa (Bank Devisa).
2. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk
menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Sesuai karakteristik maka
laporan keuangan entitas syariah antara lain meliputi: (Ihsan, 2014)
a. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial.
b. Laporan posisi keuangan.
c. Laporan laba rugi.
d. Laporan arus kas.
e. Laporan perubahan ekuitas.
17
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi
keuangan adalah aset, kewajiban dan ekuitas. Sedangkan unsur yang
berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi adalah
penghasilan dan beban. Laporan posisi keuangan biasanya mencerminkan
berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsur
neraca.
Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai
posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat
bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam
pembuatan keputusan ekonomi (PSAK 1, 2012). Menurut Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Di samping itu, tujuan lainnya adalah:
(Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah-
KDPPLKS, 2007:Paragraf 30 dalam Ihsan, 2014)
a. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua
transaksi dan kegiatan usaha.
b. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta
informasi aset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai
dengan prinsip syariah, bila ada, dan bagaimana perolehan dan
penggunaannya.
18
c. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab
entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana,
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.
d. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh
penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer, dan informasi
mengenai pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas
syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah
dan wakaf.
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat
informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat
karakteristik kualitatif pokok yaitu: (KDPPLKS, 2007:Paragraf 44 dalam
Ihsan, 2014)
a. Dapat Dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat
dipahami peserta dan bentuk serta istilahnya disesuaikan dengan batas
para pengguna.
b. Relevan
Laporan keuangan dianggap jika informasi yang disajikan
didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna.
c. Keandalan
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material.
19
d. Dapat Diperbandingkan
Informasi yang disajikan akan lebih berguna bila dapat
diperbandingkan dengan laporan keuangan pada periode sebelumnya.
3. Return on Asset (ROA)
Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk
mengukur kinerja suatu bank (Harahap, 2002). Angka profitabilitas
dinyatakan antara lain dalam angka laba sebelum atau sesudah pajak, laba
investasi, pendapatan per saham, dan laba penjualan. Nilai profitabilitas
menjadi norma ukuran bagi kesehatan perusahaan. Ukuran profitabilitas
pada industri perbankan yang digunakan pada umumnya adalah Return on
Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Return on Asset (ROA)
memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earnings dalam
operasinya, sedangkan Return On Equity (ROE) hanya mengukur return
yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut
(Siamat, 2002). Return on Asset (ROA) menggambarkan profitabilitas dari
segi aset yang dimiliki bank. Apabila Return On Asset (ROA) meningkat,
berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya
adalah profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan,
1998). Maka semakin tinggi kemampuan suatu bank dalam menghasilkan
laba atau profitabilitas, diasumsikan semakin kuat kemampuan bank
tersebut untuk bertahan dalam kondisi ekonomi yang kompetitif dan
20
kesehatan bank tersebut akan tetap stabil. Rasio tingkat pengembalian atau
Return on Asset (ROA) mencapai sekurang-kurangnya 1,2%.
Profitabilitas yang digunakan sebagai kriteria penilaian hasil
operasi perusahaan mempunyai manfaat yang sangat penting dan dapat
dipakai sebgai berikut:
a. Analisis kemampuan menghasilkan laba ditunjukan unt uk mendeteksi
penyebab timbulnya laba atau rugi yang dihasilkan oleh suatu objek
informasi dalam periode akuntansi tertentu.
b. Profitabilitas dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan kriteria yang
sangat diperlukan dalam menilai sukses suatu perusahan dalm hal
kapabilitas dan motivasi dari manajemen.
c. Profitabilitas merupakan suatu alat untuk membuat proyeksi laba
perusahaan karena menggambarkan korelasi antara laba dan jumlah
modal yang ditanamkan.
d. Profitabilitas merupakan suatu alat pengendalian bagi manajemen,
profitabilitas dapat dimanfaatkan oleh pihak intern untuk menyusun
target, budget, koordinasi, evaluasi hasil pelaksanaan operasi
perusahaan dan dasar pengambilan keputusan.
4. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat kesehatan bank merupakan kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai
21
dengan peraturan perbankan yang berlaku (Kasmir, 2010). Pengertian
kesehatan bank tersebut merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena
kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk
melaksanakan seluruh kesehatan usaha perbankannya, kegiatan tersebut
meliputi: (Susilo, 2000:51)
a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain,
dan dari modal sendiri.
b. Kemampuan mengelola dana.
c. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat.
d. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan,
pemilik modal, dan pihak lain.
e. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
Tingkat Kesehatan Bank digunakan sebagai salah satu sarana
dalam melakukan evaluasi terhadap kondisi dan permasalahan yang
dihadapi Bank serta menentukan tindak lanjut untuk mengatasi kelemahan
atau permasalahan Bank, baik berupa corrective action oleh Bank maupun
supervisory action oleh Otoritas Jasa Keuangan. Kesehatan Bank yang
merupakan cerminan kondisi dan kinerja Bank merupakan sarana bagi
otoritas pengawas dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan
terhadap Bank. Selain itu, kesehatan Bank juga menjadi kepentingan
semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen), dan masyarakat
pengguna jasa Bank.
22
Penilaian tingkat kesehatan bank syariah diatur dalam Peraturan
Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah tanggal 24 Januari
2007, yang diikuti dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
9/24/DPbS tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah tanggal 30 Oktober 2007. Berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah dijelaskan
bahwa kesehatan atau kondisi keuangan dan non keuangan bank
berdasarkan prinsip syariah merupakan kepentingan semua pihak terkait,
baik pemilik, pengelola (manajemen) bank, masyarakat pengguna jasa
bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank maupun pihak
lainnya. Kondisi bank tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut
untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian,
kepatuhan terhadap prinsip syariah, kepatuhan terhadap ketentuan yang
berlaku dan manajemen risiko (Ihsan, 2015:354).
Dan peraturan tersebut telah disempurnakan kembali dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah, yang diikuti dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor
10/SEOJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah. Peraturan tersebut menyatakan bahwa
Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian tingkat kesehatan bank
23
dengan pendekatan berdasarkan risiko termasuk risiko terkait penerapan
prinsip syariah dan kinerja Bank atau disebut dengan Risk-based Bank
Rating. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan
pendekatan berdasarkan risiko merupakan penilaian yang komprehensif
dan terstruktur terhadap hasil integrasi profil risiko dan kinerja yang
meliputi penerapan tata kelola yang baik, rentabilitas, dan permodalan
(Ihsan, 2015).
Pada prinsipnya, tingkat kesehatan, pengelolaan Bank, dan
kelangsungan usaha Bank merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari
manajemen Bank. Untuk itu, manajemen bank perlu memperhatikan
prinsip-prinsip umum berikut ini sebagai landasan dalam menilai Tingkat
Kesehatan Bank: (Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor
10/SEOJK.03/2014, 2014:2)
a. Berorientasi Risiko
Penilaian tingkat kesehatan didasarkan pada Risiko-risiko Bank
dan dampak yang ditimbulkan pada kinerja Bank secara keseluruhan.
Hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor internal maupun
eksternal yang dapat meningkatkan Risiko atau mempengaruhi kinerja
keuangan Bank pada saat ini dan di masa yang akan datang. Dengan
demikian, Bank diharapkan mampu mendeteksi secara lebih dini akar
permasalahan Bank dan mengambil langkah-langkah pencegahan serta
perbaikan secara efektif dan efisien (Ihsan, 2015:355).
24
b. Proporsionalitas
Penggunaan parameter/indikator dalam tiap faktor penilaian
Tingkat Kesehatan Bank dilakukan dengan memperhatikan
karakteristik dan kompleksitas usaha Bank. Parameter/indikator
penilaian Tingkat Kesehatan Bank merupakan standar minimum yang
wajib digunakan dalam menilai Tingkat Kesehatan Bank. Namun
demikian, bank dapat menggunakan parameter/indikator tambahan
yang sesuai dengan karakteristik dan kompleksitas usahanya dalam
menilai tingkat kesehatan bank sehingga dapat mencerminkan kondisi
bank dengan lebih baik (Ihsan, 2015:355).
c. Materialitas dan Signifikansi
Bank perlu memperhatikan materialitas dan signifikansi faktor
penilaian Tingkat Kesehatan Bank yaitu Profil Risiko, Good Corporate
Governance, Rentabilitas, dan Permodalan serta signifikansi
parameter/indikator penilaian pada masing-masing faktor dalam
menyimpulkan hasil penilaian dan menetapkan peringkat faktor.
Penentuan materialitas dan signifikansi tersebut didasarkan pada
analisis yang didukung oleh data dan informasi yang memadai
mengenai Risiko dan kinerja keuangan Bank.
d. Komprehensif dan Terstruktur
Proses penilaian dilakukan secara menyeluruh dan sistematis
serta difokuskan pada permasalahan utama Bank. Analisis dilakukan
secara terintegrasi dengan mempertimbangkan keterkaitan antar Risiko
25
dan antar faktor penilaian tingkat kesehatan bank serta perusahaan
anak yang wajib dikonsolidasikan. Analisis harus didukung oleh fakta-
fakta pokok dan rasio-rasio yang relevan untuk menunjukkan tingkat,
trend, dan tingkat permasalahan yang dihadapi oleh Bank.
5. Metode RGEC
Risk-based Bank Rating (RBBR) merupakan metode penilaian
kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan risiko. Penilaian tingkat
kesehatan bank ini juga dikenal dengan metode RGEC (Risk Profile, Good
Corporate Governance, Earnings, dan Capital). Sesuai dengan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, pasal 6 angka 1
dinyatakan bahwa Bank Umum Syariah wajib melakukan penilaian
Tingkat Kesehatan Bank secara individual, dengan cakupan penilaian
terhadap faktor-faktor sebagai berikut: Profil Risiko (Risk Profile); Good
Corporate Governance (GCG); Rentabilitas (Earnings); dan Permodalan
(Capital). Dengan pedoman selengkapnya mengacu pada Surat Edaran
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014 yaitu:
a. Penilaian Faktor Profil Risiko (Risk Profile)
Penilaian faktor profil risiko merupakan penilaian terhadap
risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam
aktivitas operasional Bank. Risiko yang wajib dinilai terdiri atas 10
(sepuluh) jenis risiko yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas,
26
risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan,
risiko reputasi, risiko imbal hasil dan risiko investasi.
Dalam menilai profil risiko, Bank wajib pula memperhatikan
cakupan penerapan Manajemen Risiko sebagaimana diatur dalam
ketentuan yang berlaku mengenai penerapan Manajemen Risiko bagi
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
1) Penilaian Risiko Inheren
Penilaian risiko inheren merupakan penilaian atas risiko
yang melekat pada kegiatan bisnis Bank, baik yang dapat
dikuantifikasikan maupun yang tidak, yang berpotensi
mempengaruhi posisi keuangan Bank. Karakteristik risiko inheren
Bank ditentukan oleh faktor internal maupun eksternal, antara lain
strategi bisnis, karakteristik bisnis, kompleksitas produk dan
aktivitas Bank, industri di mana Bank melakukan kegiatan usaha,
serta kondisi makro ekonomi.
Penilaian atas risiko inheren dilakukan dengan
memperhatikan parameter/indikator yang bersifat kuantitatif
maupun kualitatif. Penetapan tingkat risiko inheren atas masing-
masing jenis risiko mengacu pada prinsip-prinsip umum penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Penetapan tingkat Risiko inheren untuk masing-masing jenis
Risiko dikategorikan ke dalam 5 (lima) peringkat yakni: (Lampiran
5)
27
(a) Peringkat 1 (Low / Sangat Rendah)
(b) Peringkat 2 (Low to Moderate / Rendah)
(c) Peringkat 3 (Moderate / Cukup Tinggi)
(d) Peringkat 4 (Moderate to High / Tinggi)
(e) Peringkat 5 (High / Sangat Tinggi)
Sedangkan penerapan kualitas atas Manajemen Risiko
dikategorikan ke dalam peringkat: (Lampiran 5)
(a) Peringkat 1 (Strong / Sangat Memadai)
(b) Peringkat 2 (Satisfactory / Memadai)
(c) Peringkat 3 (Fair / Cukup Memadai)
(d) Peringkat 4 (Marginal / Kurang Memadai)
(e) Peringkat 5 (Unsatisfactory / Tidak Memadai)
Berikut ini adalah beberapa parameter/indikator minimum
yang wajib menjadi acuan Bank dalam menilai risiko inheren.
Bank dapat menambah parameter/indikator lain yang relevan
dengan karakteristik dan kompleksitas usaha Bank dengan
memperhatikan prinsip proporsionalitas.
(a) Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah
atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank sesuai
dengan perjanjian yang disepakati. Risiko kredit pada
umumnya melekat pada seluruh aktivitas penanaman dana yang
dilakukan oleh Bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja
28
pihak lawan (counterparty), penerbit (issuer) atau kinerja
peminjam dana (borrower). Risiko kredit juga dapat
diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana pada
debitur, wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau
lapangan usaha tertentu. Risiko ini lazim disebut risiko
konsentrasi pembiayaan dan wajib diperhitungkan pula dalam
penilaian risiko inheren. Dalam menilai risiko inheren atas
risiko kredit, parameter/indikator yang digunakan adalah: (i)
komposisi portofolio aset dan tingkat konsentrasi; (ii) kualitas
penyediaan dana dan kecukupan pencadangan; (iii) strategi
penyediaan dana dan sumber timbulnya penyediaan dana; dan
(iv) faktor eksternal.
(b) Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan
rekening administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain
risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat
diperdagangkan atau disewakan. Risiko pasar meliputi antara
lain risiko benchmark suku bunga (benchmark interest rate
risk), risiko nilai tukar, risiko ekuitas, dan risiko komoditas.
Penerapan manajemen risiko untuk risiko ekuitas dan risiko
komoditas wajib diterapkan oleh Bank yang melakukan
konsolidasi dengan Perusahaan Anak. Dalam menilai risiko
inheren atas risiko pasar, parameter/indikator yang digunakan
29
adalah: (i) volume dan komposisi portofolio; (ii) potensi
kerugian (potential loss) dari risiko benchmark suku bunga
dalam banking book; dan (iii) strategi dan kebijakan bisnis.
(c) Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan
Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari
sumber pendanaan arus kas dan/atau aset likuid berkualitas
tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan
kondisi keuangan Bank. Risiko ini disebut juga risiko likuiditas
pendanaan (funding liquidity risk). Risiko likuiditas juga dapat
disebabkan oleh ketidakmampuan Bank melikuidasi aset tanpa
terkena diskon yang material karena tidak adanya pasar aktif
atau adanya gangguan pasar (market disruption) yang parah.
Risiko ini disebut sebagai risiko likuiditas pasar (market
liquidity risk). Dalam menilai risiko inheren atas risiko
likuiditas, parameter yang digunakan adalah: (i) komposisi dari
aset, kewajiban, dan transaksi rekening administratif; (ii)
konsentrasi dari aset dan kewajiban; (iii) kerentanan pada
kebutuhan pendanaan; dan (iv) akses pada sumber-sumber
pendanaan.
(d) Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko kerugian yang
diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai,
30
kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan
sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi
operasional Bank. Sumber risiko operasional dapat disebabkan
antara lain oleh sumber daya manusia, proses, sistem, dan
kejadian eksternal.
Dalam menilai risiko inheren atas risiko operasional,
parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) karakteristik
dan kompleksitas bisnis; (ii) sumber daya manusia; (iii)
teknologi informasi dan infrastruktur pendukung; (iv) fraud,
baik internal maupun eksternal; dan (v) kejadian eksternal.
(e) Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan
hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat
timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-
undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti
tidak dipenuhinya syarat syahnya perjanjian atau agunan yang
tidak memadai.
Dalam menilai risiko inheren atas risiko hukum,
parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) faktor litigasi;
(ii) faktor kelemahan perikatan; dan (iii) faktor
ketiadaan/perubahan peraturan perundang-undangan.
31
(f) Risiko Stratejik
Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan
dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan
stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan
lingkungan bisnis. Sumber risiko stratejik antara lain dapat
berasal dari kelemahan dalam proses formulasi strategi dan
ketidaktepatan dalam perumusan strategi, ketidaktepatan dalam
implementasi strategi, dan kegagalan mengantisipasi perubahan
lingkungan bisnis.
Dalam menilai risiko inheren atas risiko stratejik,
parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) kesesuaian
strategi dengan kondisi lingkungan bisnis; (ii) strategi berisiko
tinggi dan strategi berisiko rendah; (iii) posisi bisnis Bank; dan
(iv) pencapaian rencana bisnis Bank.
(g) Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko akibat Bank tidak
mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-
undangan dan ketentuan yang berlaku, serta prinsip syariah.
Sumber risiko kepatuhan antara lain dapat disebabkan oleh
kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum terhadap
ketentuan, prinsip syariah, maupun standar bisnis yang berlaku
umum.
32
Dalam menilai risiko inheren atas risiko kepatuhan,
parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) jenis dan
signifikansi pelanggaran yang dilakukan; (ii) frekuensi
pelanggaran yang dilakukan atau track record ketidakpatuhan
Bank; dan (iii) pelanggaran terhadap ketentuan atau standar
bisnis yang berlaku umum untuk transaksi keuangan tertentu.
(h) Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat
kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif
terhadap Bank. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam
mengkategorikan sumber risiko reputasi bersifat tidak langsung
(below the line) dan bersifat langsung (above the line).
Dalam menilai risiko inheren atas risiko reputasi,
parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) pengaruh
reputasi negatif dari pemilik Bank dan perusahaan terkait; (ii)
pelanggaran etika bisnis termasuk etika bisnis syariah; (iii)
kompleksitas produk dan kerjasama bisnis Bank; (iv) frekuensi,
materialitas, dan eksposur pemberitaan negatif Bank; dan (v)
frekuensi dan materialitas keluhan nasabah.
(i) Risiko Imbah Hasil
Risiko imbah hasil (Rate of Return Risk) adalah risiko
akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan Bank
kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil
33
yang diterima Bank dari penyaluran dana, yang dapat
mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga Bank.
Dalam menilai risiko inheren atas risiko imbal hasil,
parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) komposisi dana
pihak ketiga; (ii) strategi dan kinerja bank dalam menghasilkan
laba/pendapatan; dan (iii) perilaku nasabah dana pihak ketiga.
(j) Risiko Investasi
Risiko investasi (Equity Investment Risk) adalah risiko
akibat Bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang
dibiayai dalam pembiayaan berbasis bagi hasil baik yang
menggunakan metode net revenue sharing maupun yang
menggunakan metode profit and loss sharing.
Dalam menilai risiko inheren atas risiko investasi,
parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) komposisi dan
tingkat konsentrasi pembiayaan berbasis bagi hasil; (ii) kualitas
pembiayaan berbasis bagi hasil; dan (iii) faktor eksternal.
2) Penilaian Kualitas Penerapan Manajemen Risiko
Penerapan manajemen risiko Bank sangat bervariasi
menurut skala, kompleksitas, dan tingkat risiko yang dapat
ditoleransi oleh Bank. Dengan demikian, dalam menilai kualitas
penerapan manajemen risiko perlu memperhatikan karakteristik
dan kompleksitas usaha Bank. Penilaian kualitas penerapan
34
Manajemen Risiko merupakan penilaian terhadap 4 (empat) aspek
yang saling terkait yaitu: (i) tata kelola risiko; (ii) kerangka
manajemen risiko; (iii) proses manajemen risiko, kecukupan
sumber daya manusia, dan kecukupan sistem informasi
manajemen; serta (iv) kecukupan sistem pengendalian risiko,
dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha Bank.
Penilaian kualitas penerapan Manajemen Risiko tersebut dilakukan
secara terintegrasi sebagai berikut: (Surat Edaran Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014, 2014:10)
(a) Tata Kelola Risiko
Tata kelola Risiko mencakup evaluasi terhadap: (i)
perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance); dan (ii) kecukupan
pengawasan aktif oleh Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan
Pengawas Syariah termasuk pelaksanaan kewenangan dan
tanggung jawab Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan
Pengawas Syariah.
(b) Kerangka Manajemen Risiko
Kerangka Manajemen Risiko mencakup evaluasi
terhadap: (i) strategi Manajemen Risiko yang searah dengan
tingkat Risiko yang akan diambil dan toleransi Risiko; (ii)
kecukupan perangkat organisasi dalam mendukung
terlaksananya Manajemen Risiko secara efektif termasuk
35
kejelasan wewenang dan tanggung jawab; dan (iii) kecukupan
kebijakan, prosedur dan penetapan limit.
(c) Proses Manajemen Risiko, Kecukupan Sumber Daya Manusia,
dan Kecukupan Sistem Informasi Manajemen
Proses Manajemen Risiko, kecukupan Sumber Daya
Manusia, dan kecukupan sistem informasi Manajemen Risiko
mencakup evaluasi terhadap: (i) proses identifikasi,
pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Risiko; (ii)
kecukupan sistem informasi Manajemen Risiko; dan (iii)
kecukupan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia dalam
mendukung efektivitas proses Manajemen Risiko.
(d) Kecukupan Sistem Pengendalian Risiko
Kecukupan sistem pengendalian Risiko mencakup
evaluasi terhadap: (i) kecukupan sistem pengendalian intern
dan (ii) kecukupan kaji ulang oleh pihak independen
(independent review) dalam Bank baik oleh Satuan Kerja
Manajemen Risiko maupun oleh Satuan Kerja Audit Intern.
Kaji ulang oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko antara lain
mencakup metode, asumsi, dan variabel yang digunakan untuk
mengukur dan menetapkan limit Risiko, sedangkan kaji ulang
oleh Satuan Kerja Audit Intern antara lain mencakup keandalan
kerangka Manajemen Risiko dan penerapan Manajemen Risiko
oleh unit bisnis dan/atau unit pendukung.
36
Penilaian kualitas penerapan Manajemen Risiko
dilakukan terhadap 10 (sepuluh) jenis Risiko yaitu Risiko
Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional,
Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan, Risiko
Reputasi, Risiko Imbal Hasil, dan Risiko Investasi. Tingkat
kualitas penerapan Manajemen Risiko untuk masing-masing
Risiko dikategorikan dalam 5 (lima) peringkat yakni peringkat
1 (strong), peringkat 2 (satisfactory), peringkat 3 (fair),
peringkat 4 (marginal), dan peringkat 5 (unsatisfactory).
3) Penetapan Peringkat Risiko
Peringkat Risiko ditetapkan berdasarkan penilaian atas
peringkat Risiko inheren dan peringkat kualitas penerapan
Manajemen Risiko dari masing-masing Risiko. Penetapan
peringkat faktor Profil Risiko terdiri dari 5 (lima) peringkat yaitu
peringkat 1, peringkat 2, peringkat 3, peringkat 4, dan peringkat 5.
Urutan peringkat faktor Profil Risiko yang lebih kecil
mencerminakan semakin rendahnya Risiko yang dihadapi Bank.
b. Penilaian Faktor Good Corporate Governance (GCG)
Penilaian faktor Good Corporate Governance bagi Bank
Umum Syariah merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen
bank atas pelaksanaan 5 (lima) prinsip Good Corporate Governance
37
yaitu transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, profesional dan
kewajaran. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan fokus
penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance tersebut berpedoman pada ketentuan Good Corporate
Governance yang berlaku bagi Bank Umum Syariah dengan
memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha bank.
Dalam rangka memastikan penerapan 5 (lima) prinsip Good
Corporate Governance di atas, Bank Umum Syariah harus melakukan
penilaian sendiri (self assessment) secara berkala yang paling kurang
meliputi 11 (sebelas) faktor penilaian pelaksanaan Good Corporate
Governance sebagaimana diatur dalam ketentuan Good Corporate
Governance yang berlaku bagi Bank Umum Syariah sebagai berikut:
(Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014)
1) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris;
2) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi;
3) Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite;
4) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah;
5) Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana
dan penyaluran dana serta pelayanan jasa;
6) Penanganan benturan kepentingan;
7) Penerapan fungsi kepatuhan Bank;
8) Penerapan fungsi audit intern;
9) Penerapan fungsi audit ekstern;
38
10) Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD); dan
11) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS, laporan
pelaksanaan Good Corporate Governance, serta pelaporan internal.
Bank dapat menilai Good Corporate Governance dengan self
assessment. Kegiatan self assessment pelaksanaan Good Corporate
Governance dapat dilakukan sebagai evaluasi pelaksanaan prinsip-
prinsip Good Corporate Governance. Pelaksanaan Self Assesment
terbagi menjadi dua, yaitu internal self assessment dan external self
assessment. Tata cara self assessment adalah: (Surat Edaran Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014)
1) Menetapkan nilai peringkat per faktor, dengan melakukan self
assessment dengan cara membandingkan tujuan dan
kriteria/indikator yang telah ditetapkan dengan kondisi bank yang
sebenarnya.
2) Menetapkan nilai komposit hasil self assessment dengan cara
membobot seluruh faktor, menjumlahkannya dan selanjutnya
memberikan peringkat komposit.
Penetapan peringkat Good Corporate Governance dilakukan
berdasarkan analisis atas: (i) pelaksanaan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance; (ii) kecukupan tata kelola (governance) atas
struktur, proses, dan hasil penerapan Good Corporate Governance
pada bank; dan (iii) informasi lain yang terkait dengan Good
39
Corporate Governance yang didasarkan pada data dan informasi yang
relevan.
Penetapan peringkat faktor Good Corporate Governance
dikategorikan dalam 5 (lima) peringkat yakni peringkat 1, peringkat 2,
peringkat 3, peringkat 4, dan peringat 5. Urutan peringkat faktor Good
Corporate Governance yang lebih kecil mencerminkan penerapan
Good Corporate Governance yang lebih baik.
c. Penilaian Faktor Rentabilitas (Earning)
Penilaian faktor rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja
rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, kesinambungan
(sustainability) rentabilitas, manajemen rentabilitas, dan pelaksanaan
fungsi sosial. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat,
trend, struktur, stabilitas Rentabilitas Bank Umum Syariah, dan
perbandingan kinerja Bank Umum Syariah dengan kinerja peer group¸
baik melalui analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif (Surat Edaran
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014).
Dalam menentukan peer group, Bank Umum Syariah perlu
memperhatikan skala bisnis, karakteristik, dan/atau kompleksitas usaha
Bank Umum Syariah serta ketersediaan data dan informasi yang
dimiliki. Penetapan peringkat faktor Rentabilitas dilakukan
berdasarkan analisis yang komprehensif dan terstruktur terhadap
parameter/indikator Rentabilitas sebagaimana dimaksud di atas dengan
40
memperhatikan signifikansi masing-masing parameter/indikator serta
mempertimbangkan permasalahan lain yang mempengaruhi
Rentabilitas Bank Umum Syariah.
Analisis aspek kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
indikator utama sebagai dasar penilaian. Selain itu, apabila diperlukan
dapat ditambahkan penggunaan indikator pendukung lainnya untuk
mempertajam analisis, yang disesuaikan dengan skala bisnis,
karakteristik, dan/atau kompleksitas usaha Bank Umum Syariah.
Analisis aspek kualitatif dilakukan dengan mempertimbangkan
manajemen rentabilitas, kontribusi rentabilitas dalam meningkatkan
modal, dan prospek rentabilitas.
Penetapan peringkat faktor Rentabilitas dikategorikan dalam 5
(lima) peringkat yakni peringkat 1, peringkat 2, peringkat 3, peringkat
4, dan peringkat 5. Urutan peringkat faktor Rentabilitas yang lebih
kecil mencerminkan kondisi Rentabilitas Bank Umum Syariah yang
lebih baik.
Indikator penilaian faktor rentabilitas dapat dilihat dari rasio
keuangan rentabilitas yaitu Beban Operasional pada Pendapatan
Operasional (BOPO). Biaya operasi merupakan biaya yang
dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha
pokoknya (biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dan
biaya operasi lainnya). Pendapatan operasi merupakan pendapatan
utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan
41
dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. Semakin
rendah rasio BOPO, maka semakin efisien biaya operasional yang
dikeluarkan bank yang bersangkutan atau kemungkinan bank dalam
kondisi bermasalah semakin kecil. Dan tingkat BOPO yang menurun,
maka semakin tinggi efisiensi operasional yang dicapai bank, berarti
semakin efisien aktiva bank dalam menghasilkan keuntungan (Siamat,
2002). Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, batas rasio biaya
operasional terhadap pendapatan operasional yang baik adalah tidak
melebihi 93,5%. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
d. Penilaian Faktor Permodalan (Capital)
Penilaian faktor Permodalan meliputi evaluasi terhadap
kecukupan modal dan kecukupan pengelolaan Permodalan. Dalam
melakukan perhitungan Permodalan, Bank Umum Syariah mengacu
pada ketentuan yang berlaku mengenai kewajiban penyediaan modal
minimum bagi Bank Umum Syariah. Selain itu, dalam melakukan
penilaian kecukupan modal, Bank Umum Syariah juga harus
mengaitkan kecukupan modal dengan Profil Risiko. Semakin tinggi
Risiko, semakin besar modal yang harus disediakan untuk
mengantisipasi Risiko tersebut (Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 10/SEOJK.03/2014).
42
Dalam melakukan penilaian, Bank Umum Syariah perlu
mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, dan stabilitas Permodalan
dengan memperhatikan kinerja peer group serta kecukupan
manajemen Permodalan Bank Umum Syariah. Penilaian dilakukan
dengan menggunakan parameter/indikator kuantitatif maupun
kualitatif. Dalam menentukan peer group, Bank Umum Syariah perlu
memperhatikan skala bisnis, karakteristik, dan/atau kompleksitas usaha
Bank Umum Syariah serta ketersediaan data dan informasi yang
dimiliki.
Parameter/indikator dalam menilai Permodalan meliputi:
1) Kecukupan Modal
Penilaian kecukupan modal Bank Umum Syariah perlu
dilakukan secara komprehensif, minimal mencakup:
(a) Tingkat, trend, dan komposisi modal;
(b) Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dengan
memperhitungkan Risiko Kredit, Risiko Pasar, dan Risiko
Operasional dengan mengacu kepada ketentuan yang berlaku
mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank
Umum Syariah; dan
(c) Kecukupan modal dikaitkan dengan Profil Risiko.
43
2) Pengelolaan Permodalan
Analisis terhadap pengelolaan Permodalan Bank Umum
Syariah meliputi manajemen Permodalan dan kemampuan akses
Permodalan.
Faktor Permodalan ditetapkan berdasarkan analisis yang
komprehensif dan terstruktur terhadap parameter/indikator Permodalan
sebagaimana dimaksud di atas dengan memperhatikan signifikansi
masing-masing parameter/indikator serta mempertimbangkan
permasalahan lain yang mempengaruhi Permodalan Bank Umum
Syariah.
Analisis aspek kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
indikator utama. Selain itu, apabila diperlukan dapat ditambahkan
penggunaan indikator pendukung lainnya untuk mempertajam analisis,
dengan mempertimbangkan skala bisnis, karakteristik, dan/atau
kompleksitas usaha Bank Umum Syariah.
Analisis aspek kualitatif dilakukan antara lain dengan
mempertimbangkan manajemen permodalan dan kemampuan akses
permodalan.
Penetapan peringkat faktor Permodalan dikategorikan dalam 5
(lima) peringkat yakni peringkat 1, peringkat 2, peringkat 3, peringkat
4, dan peringkat 5. Urutan peringkat faktor Permodalan yang lebih
kecil mencerminkan kondisi pemodalan yang lebih baik.
44
Permodalan merupakan sumber utama kegiatan operasional
bank, bank harus memiliki permodalan yang cukup dalam mendukung
kegiatan usahanya. Penilaian atas faktor permodalan meliputi evaluasi
terhadap kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan
permodalan, bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia
mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPPM) bagi Bank
Umum. Penilaian tersebut didasarkan kepada Capital Adequacy Ratio
(CAR) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Perbandingan CAR
adalah rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko
(ATMR). Sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia,
maka perbankan harus mempunyai CAR minimal 8% (Peraturan Bank
Indonesia Nomor 10/15/2008 pasal 2 ayat 1). Menurut Peraturan Bank
Indonesia (2001), bagi bank yang memiliki CAR di bawah 8%, maka
bank tersebut dalam pengawasan khusus Bank Indonesia. Rasio ini
dirumuskan sebagai berikut:
6. Penilaian Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank
Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank ditetapkan
berdasarkan analisis secara komprehensif dan terstruktur terhadap
peringkat setiap faktor dan dengan memperhatikan prinsip-prinsip umum
penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Dalam melakukan analisis
45
secara komprehensif, Bank juga perlu mempertimbangkan kemampuan
Bank dalam menghadapi perubahan kondisi eksternal yang signifikan
(Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014).
Berlaku untuk penilaian tingkat kesehatan Bank secara individual dan
konsolidasi.
a. Peringkat Komposit 1 (PK-1)
Peringkat Komposit 1 mencerminkan kondisi Bank yang secara
umum sangat sehat, sehingga dinilai sangat mampu menghadapi
pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan
faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor
penilaian, antara lain profil Risiko, penerapan prinsip Good Corporate
Governance, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum sangat
baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan
tersebut tidak signifikan.
b. Peringkat Komposit 2 (PK-2)
Peringkat Komposit 2 mencerminkan kondisi Bank yang secara
umum sehat, sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif
yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal
lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain
profil Risiko, penerapan Good Corporate Governance, rentabilitas,
dan permodalan yang secara umum baik. Apabila terdapat kelemahan
maka secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan.
46
c. Peringkat Komposit 3 (PK-3)
Peringkat Komposit 3 mencerminkan kondisi Bank yang
secara umum cukup sehat, sehingga dinilai cukup mampu menghadapi
pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan
faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor
penilaian, antara lain profil Risiko, penerapan Good Corporate
Governance, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum cukup
baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan
tersebut cukup signifikan dan apabila tidak berhasil diatasi dengan baik
oleh manajemen dapat mengganggu kelangsungan usaha Bank.
d. Peringkat Komposit 4 (PK-4)
Peringkat Komposit 4 mencerminkan kondisi Bank yang secara
umum kurang sehat, sehingga dinilai kurang mampu menghadapi
pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan
faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor
penilaian, antara lain profil Risiko, penerapan Good Corporate
Governance, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum kurang
baik. Terdapat kelemahan yang secara umum signifikan dan tidak
dapat diatasi dengan baik oleh manajemen serta mengganggu
kelangsungan usaha Bank.
e. Peringkat Komposit 5 (PK-5)
Peringkat Komposit 5 mencerminkan kondisi Bank yang secara
umum tidak sehat, sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh
47
negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor
eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian,
antara lain profil Risiko, penerapan Good Corporate Governance,
rentabilitas, dan permodalan yang secara umum kurang baik. Terdapat
kelemahan yang secara umum sangat signifikan sehingga untuk
mengatasinya dibutuhkan dukungan dana dari pemegang saham atau
sumber dana dari pihak lain untuk memperkuat kondisi keuangan
Bank.
Urutan Peringkat Komposit yang lebih kecil mencerminkan kondisi
Bank yang lebih sehat. Otoritas Jasa Keuangan berwenang menurunkan
Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank dalam hal ditemukan
permasalahan atau pelanggaran yang secara signifikan akan
mempengaruhi operasional dan/atau kelangsungan usaha Bank. Contoh
permasalahan atau pelanggaran yang berpengaruh signifikan antara lain
rekayasa termasuk window dressing dan perselisihan intern manajemen,
yang mempengaruhi operasional dan/atau kelangsungan usaha Bank.
7. Mekanisme Penilaian Tingkat Kesehatan BUS Secara Konsolidasi
Bank Umum Syariah yang melakukan penilaian Tingkat Kesehatan
Bank secara konsolidasi, dengan cakupan penilaian terhadap faktor-faktor
sebagai berikut: (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
8/SEOJK.03/2014)
a. Profil Risiko (Risk Profile);
48
b. Good Corporate Governance (GCG);
c. Rentabilitas (Earnings); dan
d. Permodalan (Capital).
Penetapan peringkat faktor profil risiko Bank Umum Syariah
secara konsolidasi dilakukan dengan memperhatikan:
a. Signifikansi atau materialitas pangsa Perusahaan Anak terhadap Bank
Umum Syariah secara konsolidasi; dan/atau
b. Permasalahan Perusahaan Anak yang berpengaruh secara signifikan
terhadap profil risiko Bank Umum Syariah secara konsolidasi.
Penetapan peringkat faktor Good Corporate Governance secara
konsolidasi dilakukan dengan memperhatikan:
a. Signifikansi atau materialitas pangsa Perusahaan Anak terhadap Bank
Umum Syariah secara konsolidasi; dan/atau
b. Permasalahan terkait dengan pelaksanaan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance pada Perusahaan Anak yang berpengaruh
secara signifikan terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance.
Penetapan peringkat faktor rentabilitas secara konsolidasi
dilakukan berdasarkan analisis secara komprehensif dan terstruktur
terhadap parameter/indikator rentabilitas tertentu yang dihasilkan dari
laporan keuangan Bank Umum Syariah secara konsolidasi dan informasi
keuangan lainnya dengan memperhatikan:
49
a. Signifikansi atau materialitas pangsa Perusahaan Anak terhadap Bank
Umum Syariah secara konsolidasi; dan/atau
b. Permasalahan rentabilitas pada Perusahaan Anak yang berpengaruh
secara signifikan terhadap rentabilitas secara konsolidasi.
Penetapan peringkat faktor permodalan secara konsolidasi
dilakukan dengan mempertimbangkan profil risiko berdasarkan analisis
secara komprehensif dan terstruktur terhadap parameter/indikator
permodalan tertentu yang dihasilkan dari laporan keuangan Bank Umum
Syariah secara konsolidasi dan informasi keuangan lainnya dengan
memperhatikan:
a. Signifikansi atau materialitas pangsa Perusahaan Anak terhadap Bank
Umum Syariah secara konsolidasi; dan/atau
b. Permasalahan permodalan pada Perusahaan Anak yang berpengaruh
secara signifikan terhadap permodalan secara konsolidasi.
Bagi Bank Umum Syariah yang melakukan penilaian Tingkat
Kesehatan Bank secara konsolidasi maka:
a. Mekanisme penetapan peringkat setiap faktor penilaian dan penetapan
peringkat komposit Tingkat Kesehatan Bank secara konsolidasi; dan
b. Pengkategorian peringkat setiap faktor penilaian dan peringkat
komposit secara konsolidasi, wajib mengacu pada mekanisme
penetapan dan pengkategorian peringkat Bank secara individual.
50
8. Hubungan Antara Variabel Independen dan Variabel Dependen
a. Hubungan Risk Profile (Profil Risiko) dengan Return on Asset (ROA)
Menurut Idroes (2006:6), risiko dapat dikatakan sebagai suatu
peluang terjadinya kerugian atau kehancuran. Dalam mencapai
profitabilitasnya, semua bank tentunya akan menghadapi berbagai
risiko, sehingga bank wajib menerapkan manajemen risiko secara
efektif. Apabila risiko tidak dapat dideteksi dan tidak dikelola dengan
benar, maka akan menyebabkan kontraksi dalam aktivitas bank,
penurunan output, serta pengenaan biaya yang besar bagi kelancaran
perekonomian di suatu Negara (Joseph et al dalam Luh Putu Eka
Oktaviantari dan Ni Luh Putu Wiagustini, 2013).
Risiko kredit adalah risiko yang terjadi karena pembayaran
pinjaman atau pokok pinjaman tidak dapat dilakukan dalam waktu
jatuh tempo. Risiko operasional didefinisikan sebagai risiko kerugian
atau ketidakcukupan dari proses internal, sumber daya manusia, dan
sistem yang gagal atau dari peristiwa eksternal (Idroes, 2011:23).
Semakin kecil urutan peringkat faktor Profil Risiko, maka akan
semakin kecil risiko yang dihadapi Bank, dan manajemen risiko di
bank tersebut akan terkelola dengan baik, hal ini tentunya sangat
berpengaruh pada profitabilitas bank tersebut.
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Armanto Witjaksono dan Monica Nathalia (2014), yang menemukan
51
bahwa Risk Profile (Profil Risiko) tidak berpengaruh terhadap Return
on Asset (ROA).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh antara Risk Profile (Profil Risiko) dengan
Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia.
b. Hubungan Good Corporate Governance (GCG) dengan Return on
Asset (ROA)
Good Corporate Governance (GCG) dapat didefinisikan
sebagai struktur, sistem dan proses yang digunakan oleh pihak-pihak
internal maupun eksternal yang berkaitan dengan perusahaan sebagai
upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara
berkesinambungan dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan
dan norma yang berlaku (Armanto Witjaksono dan Monica Nathalia,
2014).
Dari sini dapat disimpulkan bahwa GCG perusahaan merujuk
pada seperangkat mekanisme dan proses yang membantu memastikan
bahwa perusahaan diarahkan dan dikelola untuk menciptakan nilai
bagi pemiliknya, sementara secara bersamaan memenuhi tanggung
jawab kepada para pemangku kepentingan lain (misalnya karyawan,
pemasok, masyarakat pada umumnya). Nilai komposit GCG sangat
berpengaruh pada profitabilitas perusahaan. Semakin rendah nilai
52
komposit GCG, maka semakin baik peringkat kualitas manajemen
bank tersebut, dan juga akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Armanto Witjaksono dan Monica Nathalia (2014), Puji Astutik (2014),
Adil Tobing, Yandra Arkeman, Bunasor Sanim, R. Nunung
Nuryantono (2013), dan Faradillah Sulaiman (2012) yang menemukan
bahwa Good Corporate Governance (GCG) berpengaruh terhadap
Return on Asset (ROA).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
H2 : Terdapat pengaruh antara Good Corporate Governance (GCG)
dengan Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah di
Indonesia.
c. Hubungan Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO)
dengan Return on Asset (ROA)
Beban operasional pada pendapatan operasional digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasionalnya (Veithzal, 2007 dalam Armanto
Witjaksono dan Monica Nathalia, 2014). Rasio ini menggambarkan
bagaimana kinerja bank di dalam memaksimalkan setiap biaya
operasional yang terjadi ke dalam pendapatan operasionalnya.
Semakin kecilnya biaya operasi yang digunakan, maka dapat
menghasilkan pendapatan yang lebih besar. Peningkatan pendapatan
53
secara stabil dapat menarik perhatian masyarakat dengan melihat
kinerja perusahaan yang mengalami peningkatan. Oleh karena itu,
peningkatan pendapatan dapat mempengaruhi profitabilitas bank, yang
akan berpengaruh pada tingkat kesehatan bank.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Armanto Witjaksono dan Monica Nathalia (2014), Mario Christiano,
Parengkuan Tommy, Ivonne Saerang (2014), Puji Astutik (2014), Luh
Putu Eka Oktaviantari dan Ni Luh Putu Wiagustini (2013), dan Muh.
Sabir. M, Muhammad Ali, Abd. Hamid Habbe (2012) yang
menemukan bahwa Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional
(BOPO) berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
H3 : Terdapat pengaruh antara Biaya Operasional pada Pendapatan
Operasional (BOPO) dengan Return on Asset (ROA) Bank
Umum Syariah di Indonesia.
d. Hubungan antara CAR dengan Return on Asset (ROA)
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 1998 pasal 29 ayat 2, dalam menjalankan fungsinya bank harus
menjaga rasio kecukupan modalnya atau Capital Adequacy Ratio
(CAR). Modal juga merupakan aspek yang sangat penting untuk
menilai kesehatan bank karena ini berhubungan dengan solvabilitas
bank. CAR yang harus dicapai oleh bank umum itu ditetapkan sekitar
54
8%, di mana ketentuan mengenai jumlah CAR ini harus ditaati oleh
semua bank umum maupun bank umum syariah. Hal ini dimaksudkan
untuk meningkatkan disiplin dan profesionalisme bagi setiap bank
dalam mengelola seluruh aktiva yang dimiliki untuk mendapatkan
keuntungan bagi bank.
Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat mempengaruhi
tingkat profitabilitas bank syariah. Gery Rendiana (2015) menjelaskan
bahwa semakin tinggi CAR maka akan semakin baik kemampuan bank
tersebut untuk menanggung risiko dari setiap aktiva produktif yang
berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai
kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar
bagi profitabilitas. Selain itu jika terjadi peningkatan CAR, maka
tingkat modal yang dimiliki bank akan meningkat sehingga tersedia
dana yang cukup dalam menyalurkan pembiayaan dan pengembangan
usaha. Secara tidak langsung, dapat dikatakan bahwa penilaian kinerja
bank telah meningkat, sehingga akan memicu pada peningkatan
kesehatan bank.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gery
Rendiana (2015), Mario Christiano, Parengkuan Tommy, Ivonne
Saerang (2014), dan Puji Astutik (2014) yang menemukan bahwa
Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap Return on Asset
(ROA). Dan hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh David Peter Rotinsulu, Paulus Kindangen, Merinda Pandowo
55
(2015), Armanto Witjaksono dan Monica Nathalia (2014), dan Muh.
Sabir. M, Muhammad Ali, Abd. Hamid Habbe (2012) yang
menemukan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh
terhadap Return on Asset (ROA).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
H4 : Terdapat pengaruh antara Capital Adequacy Ratio (CAR)
dengan Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah di
Indonesia.
B. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian yang berhubungan dengan permasalahan
yang akan peneliti angkat. Oleh karena itu, peneliti akan memaparkan
beberapa penelitian terdahulu yang menjadi fokus pembahasan dalam
penelitian ini antara lain:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
dan Tahun
Penelitian
Judul Model
Analisis
Hubungan dengan Skripsi Peneliti Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 David Peter
Rotinsulu,
Paulus
Kindangen,
Merinda
Pandowo
(2015)
The Analyze of
Risk-Based
Bank Rating
Method on
Bank’s
Profitability in
State-Owned
Banks in 2007-
2013 Period
RBBR
(RGEC)
dan Regresi
Linier
Berganda
Meneliti tentang
tingkat kesehatan
bank, variabel
CAR dan ROA,
RGEC dan
Regresi
Berganda
Penelitian
dilakukan di
Bank BUMN,
periode
penelitian tahun
2007-2013,
variabel NPL,
LDR dan NOP
Secara simultan,
terdapat pengaruh
antara RBBR
dengan Profitabilitas
Bank. Secara
parsial, Risiko
Kredit dan Risiko
Likuiditas
berpengaruh negatif,
Risiko Pasar
berpengaruh positif,
Permodalan tidak
56
No
Peneliti
dan Tahun
Penelitian
Judul Model
Analisis
Hubungan dengan Skripsi Peneliti Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
berpengaruh
terhadap
Profitabilitas Bank.
2 Gery Rendiana
(2015)
Analisis
Pengaruh
Efisiensi
(BOPO) dan
Capital
Adequacy Ratio
(CAR)
Terhadap
Return On
Assets (ROA)
pada Perbankan
Syariah yang
Terdaftar di
OJK Tahun
2010-2014
Regresi
Linier
Berganda
Variabel BOPO,
CAR dan ROA,
Regresi
Berganda
Memakai 11
BUS, periode
penelitian tahun
2010-2014.
Terdapat hubungan
positif untuk
hubungan antara
Efisiensi (BOPO)
terhadap Return On
Assets (ROA),
berarti tidak
signifikan terhadap
ROA. Dan terdapat
hubungan negatif
untuk hubungan
antara Capital
Adequacy Ratio
(CAR) terhadap
Return On Assets
(ROA) berarti
terdapat hubungan
yang signifikan
antara CAR dengan
ROA.
3 Armanto
Witjaksono
dan Monica
Nathalia
(2014)
Pengaruh
Tingkat
Kesehatan Bank
Berdasarkan
Metode RGEC
Terhadap
Return Saham
Pada
Perusahaan
Perbankan Go
Public di IDX
Tahun 2011-
2012
RGEC dan
Regresi
Linier
Berganda
Meneliti tentang
tingkat kesehatan
bank, variabel
Risk Profile,
GCG, BOPO dan
CAR, RGEC dan
Regresi
Berganda
Penelitian
dilakukan pada
Perusahaan
Perbankan Go
Public di IDX,
periode
penelitian tahun
2011-2012,
variabel
dependen
menggunakan
return saham.
Secara simultan,
terdapat pengaruh
antara variabel
independen terhadap
return saham. Secara
parsial, GCG
berpengaruh positif
terhadap return
saham.
4 Mario
Christiano,
Parengkuan
Tommy,
Ivonne
Saerang
(2014)
Analisis
Terhadap
Rasio-Rasio
Keuangan
untuk
Mengukur
Profitabilitas
pada Bank-
Bank Swasta
yang Go Public
di BEI Tahun
2008-2012
Regresi
Linier
Berganda
dengan
penelitian
asosiatif
(hubungan)
Variabel CAR,
BOPO dan ROA,
Regresi
Berganda
Meneliti tentang
rasio-rasio
keuangan,
penelitian
dilakukan pada
Bank Swasta Go
Public di BEI,
periode
penelitian tahun
2008-2012,
variabel NPL,
NIM dan LDR
Secara simultan,
CAR, BOPO, NPL,
NIM, dan LDR
berpengaruh
signifikan terhadap
ROA. Secara
parsial, CAR
berpengaruh
signifikan terhadap
ROA. BOPO
berpengaruh negatif
dan tidak signifikan
terhadap ROA. NPL
berpengaruh negatif
terhadap ROA. NIM
57
No
Peneliti
dan Tahun
Penelitian
Judul Model
Analisis
Hubungan dengan Skripsi Peneliti Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
dan LDR
berpengaruh positif
signifikan terhadap
ROA.
5 Puji Astutik
(2014)
Pengaruh
Tingkat
Kesehatan Bank
Menurut Risk
Based Bank
Rating terhadap
Kinerja
Keuangan
(Studi pada
Bank Umum
Syariah di
Indonesia)
RBBR
(RGEC)
dan Regresi
Linier
Berganda
Meneliti tentang
tingkat kesehatan
bank, variabel
ROA, GCG,
BOPO dan CAR
Variabel NPF,
FDR dan NOM
Secara simultan,
NPF, FDR, GCG,
BOPO, NOM dan
CAR berpengaruh
terhadap kinerja
keuangan (ROA).
Dan secara parsial,
hanya FDR dan
NOM yang
berpengaruh positif
signifikan terhadap
ROA. Dan FDR
adalah variabel
paling dominan.
6 Adil Tobing,
Yandra
Arkeman,
Bunasor
Sanim, R.
Nunung
Nuryantono
(2013)
Pengaruh
Penerapan GCG
Terhadap
Tingkat
Kesehatan dan
Daya Saing di
Perbankan
Indonesia
Tahun 2013
Regresi
Linier (Uji
Kruskal
Wallis, Uji
Regresi
Stepwise)
Penelitian masih
terkait tentang
tingkat kesehatan
dan GCG.
Penelitian
dilakukan pada
Bank BUMN,
variabel
independen
menggunakan
GCG dan elemen
lain, variabel
dependen
menggunakan
tingkat kesehatan
dan daya saing,
pendekatan
kualitatif.
Pelaksanaan GCG di
bank pemerintah
lebih baik daripada
di bank swasta.
Penerapan GCG
memberikan
pengaruh yang
signifikan terhadap
beberapa sub
elemen tingkat
kesehatan dan sub
elemen daya saing.
Rentabilitas
memberikan
pengaruh pada
pencapaian daya
saing yang baik.
7 Luh Putu Eka
Oktaviantari
dan Ni Luh
Putu
Wiagustini
(2013)
Pengaruh
Tingkat Risiko
Perbankan
Terhadap
Profitabilitas
Pada BPR di
Kabupaten
Bandung
Regresi
Linier
Berganda
Variabel BOPO
dan ROA
Variabel NPL
dan LDR
NPL berpengaruh
negatif signifikan
terhadap Loan to
Deposit Ratio
(LDR), Biaya
Operasional pada
Pendapatan
Operasional
(BOPO)
berpengaruh negatif
namun tidak
signifikan terhadap
Loan to Deposit
Ratio (LDR), Non
Performing Loan
(NPL) berpengaruh
58
No
Peneliti
dan Tahun
Penelitian
Judul Model
Analisis
Hubungan dengan Skripsi Peneliti Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
positif namun tidak
signifikan
terhadap
profitabilitas
(ROA), Biaya
Operasional
terhadap Pendapatan
Operasional
(BOPO)
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
profitabilitas
(ROA), dan Loan to
Deposit Ratio
(LDR)
berpengaruh positif
signifikan terhadap
profitabilitas
(ROA).
8 Muh. Sabir.
M,
Muhammad
Ali, Abd.
Hamid Habbe
(2012)
Pengaruh Rasio
Kesehatan Bank
Terhadap
Kinerja
Keuangan Bank
Umum Syariah
dan Bank
Konvensional
di Indonesia
Tahun 2009-
2011
Regresi
Linier
Berganda
dan Uji
Beda
Meneliti tentang
rasio kesehatan
bank, variabel
CAR, BOPO dan
ROA
Periode
penelitian tahun
2009-2011,
penelitian
dilakukan pada
BUS dan Bank
Konvensional,
variabel NOM,
NPF, FDR, NIM,
NPL, dan LDR
Pengaruh Rasio
Kesehatan Bank
Terhadap Kinerja
Keuangan BUS di
Indonesia:
CAR dan NPF tidak
berpengaruh
terhadap ROA.
BOPO berpengaruh
negatif dan
signifikan terhadap
ROA. NOM dan
FDR berpengaruh
positif dan
signifikan terhadap
ROA.
Pengaruh Rasio
Kesehatan Bank
Terhadap Kinerja
Keuangan Bank
Konvensional di
Indonesia:
CAR dan NIM
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap ROA.
BOPO berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan terhadap
ROA. NPL dan
LDR berpengaruh
negatif dan
59
No
Peneliti
dan Tahun
Penelitian
Judul Model
Analisis
Hubungan dengan Skripsi Peneliti Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
signifikan terhadap
ROA.
9 Faradillah
Sulaiman
(2012)
Pengaruh
Mekanisme
Good
Corporate
Governance
terhadap
Kinerja
Perusahaan
yang Terdaftar
di Jakarta
Islamic Index
Tahun 2009-
2011
Regresi
Linier
Berganda
Variabel GCG
dan ROA
Variabel ROE
dan return
perusahaan
Secara simultan,
penerapan
mekanisme GCG
memiliki pengaruh
positif signifikan
terhadap kinerja
akutansi perusahaan
(ROA dan ROE).
Dan Penerapan
GCG tidak
berpengaruh
terhadap kinerja
pasar (return
perusahaan). Secara
parsial, ROA dan
return tidak
dipengaruhi oleh
mekanisme GCG.
Dan ROE
dipengaruhi oleh
Komisaris
Independen dan
Rasio Utang.
C. Kerangka Pemikiran
Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang
terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank dan
Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank. Penilaian kesehatan
suatu bank bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi
sangat sehat, sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat.
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sekunder yaitu
dengan mengunduh laporan keuangan dan laporan GCG di Bank yang menjadi
obyek penelitian. Dalam penelitian ini, tingkat kesehatan juga dikaitkan
dengan faktor-faktor yang terdapat pada penilaiannya yaitu Risk Profile (Profil
60
Risiko), Good Corporate Governance (GCG), Biaya Operasional pada
Pendapatan Operasional (BOPO), dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Teknis
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode RGEC
dan Regresi Linier Berganda.
Berdasarkan landasan teori, hasil penelitian terdahulu dan
permasalahan yang telah dikemukakan, maka berikut ini disajikan kerangka
pemikiran dan kerangka konseptual yang dituangkan dalam model penelitian
pada gambar berikut.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Model pada Gambar 2.1 tersebut menunjukkan bahwa variabel
independen terdiri dari Risk Profile / Profil Risiko (X1), Good Corporate
Governance / GCG (X2), Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional /
BOPO (X3), dan Capital Adequacy Ratio / CAR (X4). Dan variabel dependen
yaitu Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia. Dan kerangka
pemikiran di atas menjelaskan 2 analisis, yaitu analisis dengan Metode RGEC
dan analisis dengan Model Analisis Regresi Linier Berganda. Pada analisis
Metode RGEC, variabel independen diukur menggunakan indikator yang telah
Metode RGEC
1. Risk Profile (Profil Risiko) X1
2. Good Corporate Governance (GCG) X2
3. Earnings (BOPO) X3
4. Capital (CAR) X4
Analisis Tingkat
Kesehatan Bank
1. Sangat Sehat
2. Sehat
3. Cukup Sehat
4. Kurang Sehat
5. Tidak Sehat
Return on Asset (ROA) Y
Model Analisis Regresi Linier Berganda
61
dipaparkan dalam penjelasan sebelumnya, sehingga mendapatkan hasil
analisis tingkat kesehatan bank seperti Sangat Sehat, Sehat, Cukup Sehat,
Kurang Sehat atau Tidak Sehat. Dan pada analisis regresi, variabel independen
dikaitkan dengan variabel dependen sehingga hasilnya akan menjadi model
regresi linier berganda.
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual
PT. Bank Muamalat
Indonesia
PT. Bank
Syariah Mandiri
PT. Bank
Mega Syariah
PT. Bank
BNI Syariah
Laporan Keuangan dan Laporan GCG
Risk Profile GCG Earning (BOPO) Capital (CAR)
Profitabilitas Bank
Metode RGEC
Uji Asumsi Klasik:
1. Normalitas
2. Multikolinieritas
3. Heteroskedastisitas
4. Autokorelasi
Uji t Uji F Adjusted R2
Model Regresi Linier Berganda
Kesimpulan dan Saran
Hasil dan Interpretasi
62
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran mengenai “Pengaruh Tingkat
Kesehatan Bank dengan Metode RGEC Terhadap Profitabilitas Bank Umum
Syariah di Indonesia periode tahun 2011-2014”, maka hipotesis pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. H1 : Terdapat pengaruh Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate
Governance (GCG), Biaya Operasional pada Pendapatan
Operasional (BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) secara
bersama-sama terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di
Indonesia.
2. H2 : Terdapat pengaruh antara Risk Profile (Profil Risiko) dengan
Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia.
3. H3 : Terdapat pengaruh antara Good Corporate Governance (GCG)
dengan Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia.
4. H4 : Terdapat pengaruh antara Biaya Operasional pada Pendapatan
Operasional (BOPO) dengan Profitabilitas Bank Umum Syariah di
Indonesia.
5. H5 : Terdapat pengaruh antara Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan
Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia.
63
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat pengaruh variabel Risk
Profile (Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG), Biaya
Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) dan Capital Adequacy
Ratio (CAR) terhadap Return on Asset (ROA) selama periode Januari 2011
sampai dengan Desember 2014. Data yang digunakan pada penelitian ini
adalah data triwulan.
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, karena data yang didapat kemudian
diolah dan dianalisis. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang
menggunakan data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan secara tidak
langsung dari sumbernya yang bersifat runtun waktu (time series). Data
sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai
sumber yang telah ada. Data time series adalah data yang dikumpulkan dari
waktu ke waktu pada satu objek, dengan tujuan untuk menggambarkan
perkembangan dari objek tersebut (Siregar, 2014:38).
Dalam penelitian ini, data diambil dari laporan keuangan Bank Umum
Syariah yang dikategorikan sebagai Bank Umum Swasta Nasional Devisa
periode tahun 2011-2014. Data yang digunakan adalah data-data yang terkait
dalam Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG),
64
Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) dan Capital
Adequacy Ratio (CAR). Data diperoleh dari website Bank Indonesia yaitu
www.bi.go.id dan website Bank Umum Syariah yang menjadi sumber
penelitian (www.bnisyariah.co.id, www.megasyariah.co.id,
www.bankmuamalat.co.id, dan www.syariahmandiri.co.id).
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2009:115). Populasi dalam penelitian ini adalah
Bank Umum Syariah (BUS) yang termasuk dalam Bank Umum Swasta
Nasional Devisa periode triwulan tahun 2011-2014.
Tabel 3.1
Perbankan Syariah di Indonesia
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, 2015
Indikator 2011 2012 2013 2014
Bank Umum Syariah
- Jumlah Bank 11 11 11 12
Unit Usaha Syariah
- Jumlah Bank Umum
Konvensional yang memiliki UUS 24 24 23 22
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
- Jumlah Bank 155 158 163 163
65
2. Sampel
Sampel adalah bagian sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi (Sugiyono 2009:116). Teknik pengumpulan sampel
data yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu penentuan sampel
yang disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan kemudian dipilih
berdasarkan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan
penelitian (Sugiyono, 2009:122). Adapun kriteria-kriteria data yang
dijadikan sampel adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan perbankan termasuk dalam Bank Umum Syariah (BUS)
yang juga merupakan Bank Umum Swasta Nasional Devisa (BUSN
Devisa / Bank Devisa) periode tahun 2011-2014.
2. Perusahaan perbankan dengan kelengkapan data-data yang dibutuhkan
terkait pengukuran variabel-variabel yang digunakan selama periode
triwulan 2011-2014.
3. Perusahaan perbankan menerbitkan laporan keuangan selama periode
tahun 2011-2014 secara konsisten dan telah dipublikasikan di Bank
Indonesia, OJK dan pada masing-masing website perbankan syariah
tersebut.
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah PT. Bank Muamalat Indonesia, PT.
Bank Syariah Mandiri, PT. Bank Mega Syariah, dan PT. Bank BNI
Syariah.
66
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai
tujuan penelitian dan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Pengumpulan data bisa dengan pengumpulan data primer dan sekunder.
1. Data Sekunder
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang
dikumpulkan secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder
biasanya telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan
dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Sugiyono, 2009).
Data-data sekunder yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
a. Data Risk Profile (Profil Risiko), Biaya Operasional pada Pendapatan
Operasional, Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Return on Asset
(ROA) setiap triwulan selama periode Januari 2011 sampai dengan
Desember 2014, diperoleh dari laporan triwulan pada website
perbankan yang bersangkutan yaitu PT. Bank Muamalat Indonesia
(www.bankmuamalat.co.id), PT. Bank Syariah Mandiri
(www.syariahmandiri.co.id), PT. Bank Mega Syariah
(www.megasyariah.co.id), PT. Bank BNI Syariah
(www.bnisyariah.co.id), Otoritas Jasa Keuangan (www.ojk.go.id) dan
Bank Indonesia (www.bi.go.id).
67
b. Data Good Corporate Governance (GCG) setiap triwulan selama
periode Januari 2011 sampai dengan Desember 2014, diperoleh dari
laporan GCG pada website perbankan yang bersangkutan.
2. Studi Kepustakaan
Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan dan metode
dokumentasi. Data-data mengenai studi kepustakaan diperoleh dari buku-
buku, internet, jurnal yang berhubungan dengan variabel Risk Profile
(Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG), Biaya Operasional
pada Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR)
dan Return on Asset (ROA), serta ditunjang dengan literatur-literatur
lainnya.
D. Metode Analisa Data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode
kuantitatif, yaitu di mana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk
angka. Sesuai dengan bentuknya data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis
dengan menggunakan teknik perhitungan statistik (Siregar, 2014 : 38).
Analisis data yang digunakan yaitu analisis data statistik desktiptif dan
analisis regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil (Ordinary Least
Square / OLS) melalui uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Alat yang
digunakan dalam proses pengolahan data yaitu dengan menggunakan program
68
SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 21.0 dan Microsoft
Excel 2010.
1. Uji Statistik
a. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif dilakukan dalam bentuk tabel,
grafik atau diagram untuk membantu pemahaman terhadap data dan
hasil perhitungan, serta mempermudah mengetahui gambaran
perbankan dalam melakukan perbandingan data-data yang ada. Data
yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu menjelaskan analisis
deskriptif tentang tingkat kesehatan bank dengan metode RGEC.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian mengenai kenormalan
distribusi data. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah variabel
pengganggu atau residual dalam model regresi memiliki distribusi
normal. Model regresi yang baik adalah jika data berdistribusi normal
atau mendekati normal. Cara yang digunakan untuk mengetahui data
yang berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan menggunakan grafik
histogram dan grafik normal Probability Plot. Dasar pengambilan
keputusan dalam analisis grafik histogram dan grafik normal P-Plot
yaitu:
69
1) Jika pada grafik P-Plot data mendekati atau menyebar di sekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau pada grafik
Histogram data menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika pada grafik P-Plot data menyebar jauh dari garis diagonal dan
tidak mengikuti arah garis diagonal atau pada grafik Histogram
data tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi masing-masing variabel bebas (independen) saling
berhubungan secara linier (korelasi). Dalam model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas atau
independen (Ghozali, 2012). Uji ini dapat dideteksi dengan melihat
nilai tolerance dan variance inflation factors (VIF) dari hasil analisis
SPSS. Jika nilai tolerance lebih besar daripada 0,1 dan nilai VIF lebih
kecil daripada 10, maka dapat disimpulkan bahwa data bagus dan tidak
terjadi masalah multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas adalah terjadinya ketidaksamaan
varians dalam fungsi regresi dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Data yang baik adalah data yang memiliki kesamaan
varians dalam fungsi regresi yang disebut sebagai homoskedastisitas.
70
Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas, maka dalam
penelitian ini digunakan grafik Scatter Plot dan metode Spearman’s
Rho.
Metode uji heteroskedastisitas dengan korelasi Spearman’s rho
yaitu mengkorelasikan variabel independen dengan nilai
unstandardized residual (Priyatno, 2013). Pengujian menggunakan
tingkat signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi. Jika korelasi antara variabel
independen dengan residual di dapat signifikansi lebih dari 0,05 maka
dapat dikatakan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada
model regresi. Langkah-langkah analisis pada SPSS sebagai berikut:
1) Untuk melakukan analisis Spearman’s rho, dengan cara klik
Analyze >> Correlate >> Bivariate, selanjutnya akan terbuka
kotak dialog Bivariate Correlations.
2) Masukkan variabel X dan Unstandardized Residual ke kotak
Variables. Kemudian hilangkan tanda centang pada Pearson dan
beri tanda centang pada Spearman. Jika sudah klik tombol OK.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji Spearman’s Rho yaitu:
1) Jika nilai Sig.(2-tailed) < 0,05 artinya terjadi masalah
heteroskedastisitas.
2) Jika nilai Sig.(2-tailed) > 0,05 artinya tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas.
Dan pengambilan keputusan pada grafik Scatter Plot yaitu
dengan melihat apakah data menyebar di daerah positif dan negatif
71
serta data tidak membentuk pola, maka dapat disimpulkan bahwa data
tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1/sebelumnya
(Ghozali, 2013). Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya
autokorelasi yaitu dengan menggunakan uji Durbin-Watson (Uji D-W)
yang terdapat pada hasil analisis SPSS. Uji Durbin-Watson dihitung
berdasarkan jumlah selisih kuadrat nilai taksiran faktor gangguan yang
berurutan. Kriteria pengujian uji Durbin-Watson yaitu:
1) Nilai d berkisar antara 0 dan 4, yaitu 0 ≤ d ≤ 4.
2) Nilai d = 2 atau mendekati 2, maka tidak terjadi autokorelasi.
3) Nilai d mendekati 0, maka terjadi autokorelasi positif.
4) Nilai d mendekati 4, maka terjadi autokorelasi negatif.
Pengujian ini dinilai baik jika tidak terjadi autokorelasi antara
variabel independen dengan variabel dependen.
Menurut Imam Ghozali (2012:121), jika pada model regresi
terjadi autokorelasi, maka ada beberapa opsi penyelesaiannya antara
lain:
1) Tentukan apakah autokorelasi yang terjadi merupakan pure
autocorrelation dan bukan karena kesalahan spesifikasi model
regresi. Pola residual dapat terjadi karena adanya kesalahan
72
spesifikasi model yaitu ada variabel penting yang tidak
dimasukkan ke dalam model atau dapat juga karena bentuk fungsi
persamaan regresi tidak benar.
2) Jika yang terjadi adalah pure autocorrelation, maka solusi
autokorelasi adalah dengan mentranformasi model awal menjadi
model difference. Misalkan model regresi dengan dua variabel
sebagai berikut:
Yt = β1 + β2Xt + μt
Dan diasumsikan bahwa residual atau error mengikuti
autoregressive AR(1) sebagai berikut:
μt = ρμt – 1 + εt -1 < ρ < 1
Asumsi ρ tidak diketahui nilainya
1) Nilai ρ diestimasi berdasarkan Durbin-Watson d statistik. Secara
sederhana nilai ρ dapat diestimasi dengan menggunakan d statistik
dengan rumus seperti di bawah ini:
Keterangan: d = durbin-watson
2) Pada kasus dengan jumlah sampel kecil, Theil dan Nagar
mengajukan rumus untuk menghitung nilai ρ sebagai berikut:
Keterangan: n = jumlah observasi; k = jumlah variabel bebas.
73
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui penerimaan atau
penolakan pada asumsi hipotesis yang sudah dibuat.
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Pada dasarnya, uji t digunakan untuk mengukur seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian ini menggunakan
uji t yaitu dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel.
Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
1) Apabila t hitung > t tabel, berarti secara parsial variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2) Apabila t hitung < t tabel, berarti secara parsial variabel
independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
Menurut (Siregar, 2014) kaidah pengujian dalam uji
signifikansi parsial (uji t) berdasarkan perbandingan antara ttabel dan
thitung, yaitu:
1) Jika, -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima
2) Jika, thitung> ttabel, maka H0 ditolak
Pengambilan keputusan mengenai hipotesis dengan didasarkan
pada angka probabilitas signifikansi, yaitu :
1) Apabila (Sig ≤ α), nilai signifikansi ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima.
74
2) Apabila (Sig > α) nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan H1
ditolak.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel
independen secara simultan atau bersama-sama mempengaruhi
variabel dependen secara signifikan. Pengujian ini menggunakan uji F
yaitu dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel.
Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
1) Apabila F hitung > F tabel dan tingkat signifikansi (α) < 0,05 maka
semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
2) Apabila F hitung < F tabel dan tingkat signifikansi (α) > 0,05 maka
semua variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Menurut Siregar (2014:410) kaidah pengujian dalam uji
signifikansi simultan (uji F) berdasarkan perbandingan Ftabel dan Fhitung,
yaitu:
1) Jika, Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima
2) Jika, Fhitung> Ftabel, maka H0 ditolak
Dan berdasarkan nilai probabilitas, dengan melihat nilai
signifikansi (Sig. < 0,05 atau 5%). Jika nilai signifikansi > 0,05 maka
H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikansi < 0,05 maka H1 diterima.
75
c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan
seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel
dependennya. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati 1 (satu) berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen. Secara umum, koefisien determinasi untuk data
runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien
determinasi yang tinggi.
Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti
meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti
menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2
pada saat
mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai
Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen
ditambahkan ke dalam model (Gozhali, 2012).
d. Model Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Armanto (2014), regresi linier berganda merupakan
prosedur yang dipergunakan untuk melihat pengaruh satu variabel
terhadap variabel lain dan juga memprediksi nilai variabel tergantung
berskala interval dengan menggunakan variabel bebas berskala
76
interval. Dalam penelitian ini data yang telah dikumpulkan akan
dianalisis menggunakan analisis regresi berganda dengan persamaan
kuadrat terkecil (Ordinary Least Square / OLS). Persamaan regresi
yang dibentuk adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Keterangan:
Y = Profitabilitas
a = Konstanta
b1,b2,b3,b4 = Koefisien regresi untuk masing-masing variabel
X1 = Profil Risiko (Risk Profile)
X2 = Good Corporate Governance (GCG)
X3 = Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional
(BOPO)
X4 = Capital Adequacy Ratio (CAR)
e = Tingkat kesalahan (Standard error)
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa
variasi pada nilai (Sekaran, 2006). Variabel penelitian merupakan suatu
atribut atau sifat atau nilai dari orang atau kegiatan yang mempunyai varian
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Variabel dalam penelitian ini dibagi
menjadi dua yaitu variabel dependen dan variabel independen.
77
1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel terikat yang besarannya
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas
(independen). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel terikat
(dependen) adalah Profitabilitas Bank. Return on Asset (ROA) merupakan
salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
total asset yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum
pajak terhadap total asset bank tersebut. Rasio ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
2. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel bebas yang mempengaruhi
variabel terikat, baik secara positif ataupun negatif (Sekaran, 2006). Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas (independen) adalah Risk
Profile (Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG), Earnings
yang diwakili oleh BOPO, dan Capital yang diwakili oleh CAR.
a. Profil Risiko (Risk Profile)
Penilaian terhadap faktor profil risiko merupakan penilaian
terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko
dalam operasional bank yang dilakukan terhadap sepuluh risiko yaitu:
78
1) Risiko Kredit
2) Risiko Pasar
3) Risiko Operasional
4) Risiko Likuiditas
5) Risiko Stratejik
6) Risiko Kepatuhan
7) Risiko Hukum
8) Risiko Reputasi
9) Risiko Investasi
10) Risiko Imbal Hasil
Berikut adalah matriks peringkat faktor profil risiko dan
matriks penerapan peringkat risiko.
Tabel 3.2
Matriks Peringkat Faktor Profil Risiko
Peringkat Definisi
1
(Low/Strong)
Profil Risiko Bank yang termasuk dalam peringkat ini pada
umumnya memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut:
1. Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan
Bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko
inheren komposit tergolong sangat rendah selama periode waktu
tertentu di masa datang.
2. Kualitas penerapan Manajemen Risiko secara komposit sangat
memadai. Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan
tersebut dapat diabaikan.
2
(Low to
Moderate/
Satisfactory)
Profil Risiko Bank yang termasuk dalam peringkat ini pada
umumnya memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut:
1. Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan
Bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko
inheren komposit tergolong rendah selama periode waktu
tertentu di masa datang.
2. Kualitas penerapan Manajemen Risiko secara komposit
memadai. Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan
tersebut perlu mendapatkan perhatian manajemen.
3
(Moderate/
Fair)
Profil Risiko Bank yang termasuk dalam peringkat ini pada
umumnya memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut:
1. Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan
Bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko
79
Peringkat Definisi
inheren komposit tergolong cukup tinggi selama periode waktu
tertentu di masa datang.
2. Kualitas penerapan Manajemen Risiko secara komposit cukup
memadai. Meskipun persyaratan minimum terpenuhi, terdapat
beberapa kelemahan yang membutuhkan perhatian manajemen
dan perbaikan.
4
(Moderate to
High/Marginal)
Profil Risiko Bank yang termasuk dalam peringkat ini pada
umumnya memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut:
1. Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan
Bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko
inheren komposit tergolong tinggi selama periode waktu tertentu
di masa datang.
2. Kualitas penerapan Manajemen Risiko secara komposit kurang
memadai. Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek
Manajemen Risiko yang membutuhkan tindakan korektif segera.
5
(High/
Unsatisfactory)
Profil Risiko Bank yang termasuk dalam peringkat ini pada
umumnya memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut:
1. Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan
Bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko
inheren komposit tergolong sangat tinggi selama periode waktu
tertentu di masa datang.
2. Kualitas penerapan manajemen Risiko secara komposit tidak
memadai. Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek
manajemen Risiko di mana tindakan penyelesaiannya di luar
kemampuan manajemen.
Sumber: Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014
Peringkat Risiko merupakan kesimpulan akhir atas Risiko Bank
setelah mempertimbangkan mitigasi yang dilakukan melalui penerapan
manajemen Risiko. Untuk menentukan peringkat Risiko, Bank dapat
mengacu pada matriks peringkat Risiko berikut ini. Matriks ini pada
dasarnya memetakan peringkat Risiko yang dihasilkan dari kombinasi
antara Risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen Risiko.
Tabel 3.3
Matriks Penetapan Peringkat Risiko
Sumber: Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014
80
b. GCG (Good Corporate Governance)
Menurut IICG (2008), konsep Corporate Governance dapat
didefinisikan sebagai serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan
mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan
sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders).
Good Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai struktur,
sistem dan proses yang digunakan oleh pihak-pihak internal maupun
eksternal yang berkaitan dengan perusahaan sebagai upaya untuk
memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam
jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder
lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku.
Penilaian terhadap faktor GCG menggunakan sistem self
assessment di mana masing-masing Bank menghitung sendiri
komponen GCG mereka. Pemeringkatan nilai komposit yang
ditetapkan Bank Indonesia adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Peringkat Komposit Good Corporate Governance Peringkat Nilai Komposit Keterangan
1 NK < 1,5 Sangat Baik
2 1,5 < NK < 2,5 Baik
3 2,5 < NK < 3,5 Cukup Baik
4 3,5 < NK < 4,5 Kurang Baik
5 4,5 < NK < 5 Tidak Baik
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/13/DPbS, 2010
c. Rentabilitas (Earning)
Penilaian ini menunjukkan kemampuan bank dalam
menciptakan laba. Sementara rasio yang digunakan untuk menilai
rentabilitas adalah Beban Operasional pada Pendapatan Operasional
81
(BOPO). Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat perbandingan
antara biaya operasional yang ditanggung bank dengan pendapatan
operasional yang diperoleh bank. Besarnya nilai BOPO dapat dihitung
dengan rumus:
Predikat kesehatan bank dari segi rentabilitas atau BOPO
ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 3.5
Matriks Penetapan Peringkat Komponen BOPO Peringkat Kriteria Keterangan
1 Tingkat efisien sangat baik (rasio BOPO
berkisar antara 83% sampai dengan 88%)
Sangat
Memadai
2 Tingkat efisien baik (rasio BOPO berkisar
antara 89% sampai dengan 93%) Memadai
3 Tingkat efisien cukup baik (rasio BOPO
berkisar antara 94% sampai dengan 96%)
Cukup
Memadai
4 Tingkat efisien buruk (rasio BOPO berkisar
antara 97% sampai dengan 100%)
Kurang
Memadai
5 Tingkat efisien sangat buruk (rasio BOPO di
atas 100%) Tidak Memadai
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP, 2011
d. Permodalan (Capital)
Permodalan yang dinilai adalah permodalan yang dimiliki oleh
bank, berdasarkan pada kewajiban penyediaan modal minimum bank.
Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR yang telah ditetapkan oleh
Bank Indonesia. Perbandingan CAR adalah rasio modal terhadap
aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Sesuai ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka perbankan harus mempunyai
CAR minimal 8% (Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/2008 pasal
82
2 ayat 1). Menurut Peraturan Bank Indonesia (2001), bagi bank yang
memiliki CAR di bawah 8%, maka bank tersebut dalam pengawasan
khusus Bank Indonesia. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
Predikat kesehatan bank dari segi permodalan atau CAR
ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 3.6
Matriks Penetapan Peringkat Komponen CAR Peringkat Kriteria Keterangan
1
Rasio KPMM lebih tinggi sangat signifikan
dibandingkan dengan rasio KPMM yang
ditetapkan dalam ketentuan (KPMM > 15%)
Sangat
Memadai
2
Rasio KPMM lebih tinggi cukup signifikan
dibandingkan dengan rasio KPMM yang
ditetapkan dalam ketentuan
(9% < KPMM ≤ 15%)
Memadai
3
Rasio KPMM lebih tinggi secara marjinal
dibandingkan dengan rasio KPMM yang
ditetapkan dalam ketentuan
(8% < KPMM ≤ 9%)
Cukup
Memadai
4 Rasio KPMM di bawah ketentuan yang berlaku
(KPMM ≤ 8%)
Kurang
Memadai
5
Rasio KPMM di bawah ketentuan yang berlaku
dan bank cenderung menjadi tidak solvable
(KPMM ≤ 8%)
Tidak
Memadai
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP, 2011
83
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Perbankan Syariah di Indonesia
Perbankan Syariah disebut juga Perbankan Islam, yaitu perbankan
yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam atau syariat. Karena
berdasarkan hukum Islam, maka perbankan syariah tidak mengenal adanya
“bunga pinjaman” atau interest rate. Bunga pinjaman dianggap riba dan
berdosa. Yang dikenal di perbankan syariah adalah “sistem bagi hasil”
atau nisbah yang prosesnya sama-sama diketahui dan disetujui oleh bank
dan pihak nasabah. Pelopor berdirinya perbankan syariah di Indonesia
adalah Bank Muamalat pada tahun 1991. Bank ini dilahirkan oleh Majelis
Ulama Indonesia (MUI), Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI),
pengusaha Muslim dan juga pemerintah.
Di tahun 1983 pemerintah Indonesia pernah berencana menerapkan
“sistem bagi hasil” dalam berkreditan yang merupakan konsep dari
perbankan syariah. Saat itu kondisi perbankan Indonesia sangat rentan
karena Bank Indonesia tidak bisa mengendalikan tingkat suku bunga di
bank-bank yang membumbung tinggi. Sehingga pemerintah mengeluarkan
deregulasi tanggal 1 Juni 1983 yang menimbulkan kemungkinan bank
mengambil untung dari bagi hasil sistem kredit. Namun lima tahun
kemudian, pemerintah menganggap bisnis perbankan harus dibuka seluas-
84
luasnya untuk menunjang pembangunan. Dan tanggal 27 Oktober 1988,
pemerintah pun mengeluarkan Paket Kebijaksanaan Pemerintah Bulan
Oktober (PAKTO) untuk meliberalisasi perbankan. Meskipun lebih
banyak bank konvensional yang berdiri, beberapa bank daerah yang
berasaskan syariah juga mulai bermunculan.
Tahun 1990, MUI membentuk kelompok kerja untuk mendirikan
Bank Islam di Indonesia. Hal ini merupakan cikal bakal lahirnya
perbankan syariah di Indonesia. Pada tahun 1991, bank syariah pertama di
Indonesia yaitu Bank Muamalat. Saat krisis ekonomi tahun 1998, para
bankir sempat heran karena Bank Muamalat bisa bertahan dari krisis yang
membuat belasan bank konvensional lain tersungkur tak berdaya.
Terinspirasi dengan ketegaran Bank Muamalat menghadapi krisis, maka
berdirilah Bank Syariah Mandiri, yaitu bank syariah kedua di Indonesia.
Bank Syariah Mandiri ini merupakan gabungan dari beberapa bank yang
dimiliki BUMN yang juga terkena krisis di tahun 1998. Bank Syariah
Mandiri ternyata cukup sukses dan menjadi penyemangat munculnya
beragam bank syariah lainnya di Indonesia (www.cermati.com, diakses pada
tanggal 4 Desember 2015).
2. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan
dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam
kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan
85
alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat
Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan
konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat
secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi
sektor-sektor perekonomian nasional.
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi
berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan
yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan
aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika,
mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam
berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi
keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa
perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif,
perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan
dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa
terkecuali.
Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya
penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat
merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta
menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin
meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah di samping akan
mendukung kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan
mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga
86
mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, yang pada
gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang.
Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit
tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah
nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan
mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres
perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan
aset lebih dari 65% per tahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan
peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian
nasional akan semakin signifikan.
Sebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan syariah
di Indonesia, maka Bank Indonesia telah merumuskan sebuah Grand
Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, sebagai strategi
komprehensif pengembangan pasar yang meliputi aspek-aspek strategis,
yaitu: Penetapan visi 2010 sebagai industri perbankan syariah terkemuka
di ASEAN, pembentukan citra baru perbankan syariah nasional yang
bersifat inklusif dan universal, pemetaan pasar secara lebih akurat,
pengembangan produk yang lebih beragam, peningkatan layanan, serta
strategi komunikasi baru yang memposisikan perbankan syariah lebih dari
sekedar bank (www.bi.go.id, diakses pada tanggal 4 Desember 2015).
87
3. Sejarah Singkat Bank Umum Swasta Nasional Devisa (Bank Devisa)
Bank swasta adalah bank di mana sebagian besar sahamnya
dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh
swasta, pembagian keuntungannya juga untuk swasta nasional. Bank
swasta dibedakan menjadi dua jenis yaitu Bank Umum Swasta Nasional
Devisa dan Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa.
Bank Umum Swasta Nasional Devisa (Bank Devisa) adalah Bank
yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh pihak swasta non asing dan
dapat melakukan transaksi dengan luar negeri atau berkaitan dengan valas.
Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa (Bank Non Devisa) adalah
Bank yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh pihak swasta non asing
dan tidak melakukan transaksi dengan luar negeri atau berkaitan dengan
valas (www.bi.go.id, diakses pada tanggal 4 Desember 2015).
Bank Umum Syariah di Indonesia yang telah memenuhi
persyaratan tersebut untuk menjadi BUSN Devisa adalah PT. Bank
Muamalat Indonesia, PT. Bank Syariah Mandiri, PT. Bank Syariah Mega
Indonesia, dan PT. Bank BNI Syariah.
a. PT. Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius
Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan
operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan
dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-
88
Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank
Muamalat juga menerima dukungan masyarakat.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah
didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank
Devisa. Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara.
Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen
korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Dalam upaya
memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang
potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank
(IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) tanggal 21 Juni 1999, IDB secara resmi
menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya,
kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang
penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam
kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi
dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat,
ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha
yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah
secara murni (www.bankmuamalat.co.id, diakses pada tanggal 4 Desember 2015).
b. PT. Bank Syariah Mandiri
Kehadiran Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak tahun 1999,
sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis
89
ekonomi dan moneter 1997-1998. Salah satu bank konvensional, PT
Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan
Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi
juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut
dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta
mengundang investor asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan
(merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank
Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri
(Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut
juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
sebagai pemilik mayoritas baru BSB. Sebagai tindak lanjut dari
keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta
membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim
ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di
kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas
diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank
umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah
dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI
No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat
Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No.
1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank
90
Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut,
PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin
tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999
(www.syariahmandiri.co.id, diakses pada tanggal 4 Desember 2015).
c. PT. Bank Mega Syariah
Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum
yang didirikan pada 14 Juli 1990 tersebut diakuisisi CT Corpora (d/h
Para Group) melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global Investindo)
dan PT Para Rekan Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang
saham memang ingin mengonversi bank umum konvensional itu
menjadi bank umum syariah. Keinginan tersebut terlaksana ketika
Bank Indonesia mengizinkan Bank Tugu dikonversi menjadi PT Bank
Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004. Pengonversian
tersebut dicatat dalam sejarah perbankan Indonesia sebagai upaya
pertama pengonversian bank umum konvensional menjadi bank umum
syariah. Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi
(www.megasyariah.co.id, diakses pada tanggal 4 Desember 2015).
d. PT. Bank BNI Syariah
Dengan berlandaskan pada Undang-Undang No.10 Tahun
1998, pada tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS)
BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan,
Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang
menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.
91
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin
usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan
UUS BNI tahun 2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer
dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana
pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai
Bank Umum Syariah (www.bnisyariah.co.id, diakses pada tanggal 4 Desember
2015).
B. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Statistik
a. Analisis Statistik Deskriptif dengan Metode RGEC
Analisis statistik deskriptif tentang penilaian tingkat kesehatan
bank dengan metode RGEC periode tahun 2011-2014 adalah sebagai
berikut:
1) Bank Muamalat Indonesia
Tabel 4.1
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Muamalat Indonesia
Tingkat Kesehatan Bank Muamalat Indonesia
Tahun Profil
Risiko GCG BOPO CAR
Rata-Rata
RGEC PK Keterangan
2011 2 1 1 2 1,5 2 Sehat
2012 2 1 1 2 1,5 2 Sehat
2013 2 1 1 2 1,5 2 Sehat
2014 3 3 2 1 2,25 2 Sehat
Sumber: Data diolah, 2015
Tabel 4.1 menjelaskan bahwa tingkat kesehatan Bank
Muamalat Indonesia pada tahun 2011 sampai tahun 2014
92
mendapatkan PK-2 atau bank dinyatakan SEHAT. Sehingga Bank
Muamalat Indonesia dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif
yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal
lainnya. Faktor eksternal tersebut tercermin dalam variabel RGEC
yaitu Profil Risiko, GCG, BOPO dan CAR.
Peringkat komposit dari profil risiko tahun 2011-2013
sangat stabil, yaitu PK-2 atau bank dengan profil risiko yang baik.
Dan pada tahun 2014 peringkat komposit profil risiko mengalami
penurunan menjadi PK-3 atau bank dengan profil risiko yang
cukup baik.
Peringkat komposit dari GCG tahun 2011-2013 sangat
stabil, yaitu PK-1 atau bank dengan GCG yang sangat baik. Dan
pada tahun 2014 peringkat komposit GCG mengalami penurunan
menjadi PK-3 atau bank dengan GCG yang cukup baik.
Peringkat komposit dari BOPO tahun 2011-2013 sangat
stabil, yaitu PK-1 atau bank dengan BOPO yang sangat memadai.
Dan pada tahun 2014 peringkat komposit BOPO mengalami
penurunan menjadi PK-2 atau bank dengan BOPO yang memadai.
Peringkat komposit dari CAR tahun 2011-2013 sangat
stabil, yaitu PK-2 atau bank dengan CAR yang memadai. Dan pada
tahun 2014 peringkat komposit CAR mengalami peningkatan
menjadi PK-1 atau bank dengan CAR yang sangat memadai.
93
Berikut adalah grafik mengenai rata-rata RGEC (peringkat
komposit dasar) dari tingkat kesehatan Bank Muamalat Indonesia
tahun 2011-2014.
Gambar 4.1
Perkembangan Tingkat Kesehatan Bank Muamalat Indonesia
Sumber: Data diolah, 2015
Gambar 4.1 menjelaskan bahwa perkembangan tingkat
kesehatan Bank Muamalat Indonesia pada tahun 2011 sampai
tahun 2013 memiliki peringkat komposit dasar sebesar 1,5. Dan
pada tahun 2014 tingkat kesehatan Bank Muamalat Indonesia
memiliki peringkat komposit dasar sebesar 2,25. Tingkat kesehatan
Bank Muamalat Indonesia pada tahun 2014 mengalami penurunan,
tetapi Bank Muamalat Indonesia tetap dikatakan sebagai bank
dengan kondisi kesehatan yang SEHAT karena peringkat komposit
masih menunjukkan PK-2. Dari penjumlahan peringkat komposit
dasar sebesar 6,75, Bank Muamalat Indonesia merupakan bank
terbaik kedua yang memiliki tingkat kesehatan bank paling baik.
94
2) Bank Syariah Mandiri
Tabel 4.2
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri
Tahun Profil
Risiko GCG BOPO CAR
Rata-Rata
RGEC PK Keterangan
2011 2 2 1 2 1.75 2 Sehat
2012 2 2 1 2 1.75 2 Sehat
2013 2 2 1 2 1.75 2 Sehat
2014 2 2 2 2 2 2 Sehat
Sumber: Data diolah, 2015
Tabel 4.2 menjelaskan bahwa tingkat kesehatan Bank
Syariah Mandiri pada tahun 2011 sampai tahun 2014 mendapatkan
PK-2 atau bank dinyatakan SEHAT. Sehingga Bank Syariah
Mandiri dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal
lainnya. Faktor eksternal tersebut tercermin dalam variabel RGEC
yaitu Profil Risiko, GCG, BOPO dan CAR.
Peringkat komposit dari profil risiko dan GCG tahun 2011-
2014 sangat stabil, yaitu PK-2 atau bank dengan profil risiko dan
GCG yang baik.
Peringkat komposit dari BOPO tahun 2011-2013 sangat
stabil, yaitu PK-1 atau bank dengan BOPO yang sangat memadai.
Dan pada tahun 2014 peringkat komposit BOPO mengalami
penurunan menjadi PK-2 atau bank dengan BOPO yang memadai.
Peringkat komposit dari CAR tahun 2011-2014 sangat
stabil, yaitu PK-2 atau bank dengan CAR yang memadai.
95
Berikut adalah grafik mengenai rata-rata RGEC (peringkat
komposit dasar) dari tingkat kesehatan Bank Syariah Mandiri tahun
2011-2014.
Gambar 4.2
Perkembangan Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri
Sumber: Data diolah, 2015
Gambar 4.2 menjelaskan bahwa perkembangan tingkat
kesehatan Bank Syariah Mandiri pada tahun 2011 sampai tahun
2013 memiliki peringkat komposit dasar sebesar 1,75. Dan pada
tahun 2014 tingkat kesehatan Bank Syariah Mandiri memiliki
peringkat komposit dasar sebesar 2. Tingkat kesehatan Bank
Syariah Mandiri pada tahun 2014 mengalami penurunan, tetapi
Bank Syariah Mandiri tetap dikatakan sebagai bank dengan kondisi
kesehatan yang SEHAT karena peringkat komposit masih
menunjukkan PK-2. Dari penjumlahan peringkat komposit dasar
sebesar 7,25, Bank Syariah Mandiri merupakan bank terbaik ketiga
yang memiliki tingkat kesehatan bank paling baik.
96
3) Bank Mega Syariah
Tabel 4.3
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Mega Syariah
Tingkat Kesehatan Bank Mega Syariah
Tahun Profil
Risiko GCG BOPO CAR
Rata-Rata
RGEC PK Keterangan
2011 3 2 2 2 2.25 2 Sehat
2012 3 2 1 2 2 2 Sehat
2013 2 2 1 2 1.75 2 Sehat
2014 2 2 3 1 2 2 Sehat
Sumber: Data diolah, 2015
Tabel 4.3 menjelaskan bahwa tingkat kesehatan Bank Mega
Syariah pada tahun 2011 sampai tahun 2014 mendapatkan PK-2
atau bank dinyatakan SEHAT. Sehingga Bank Mega Syariah
dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari
perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. Faktor
eksternal tersebut tercermin dalam variabel RGEC yaitu Profil
Risiko, GCG, BOPO dan CAR.
Peringkat komposit dari profil risiko tahun 2011-2012
sangat stabil, yaitu PK-3 atau bank dengan profil risiko yang
kurang baik. Dan pada tahun 2013-2014 peringkat komposit profil
risiko mengalami peningkatan menjadi PK-2 atau bank dengan
profil risiko yang baik.
Peringkat komposit dari GCG tahun 2011-2014 sangat
stabil, yaitu PK-2 atau bank dengan GCG yang baik.
Peringkat komposit dari BOPO tahun 2011 mendapatkan
PK-2 atau bank dengan BOPO yang memadai. Pada tahun 2012-
2013 peringkat komposit BOPO mengalami peningkatan menjadi
97
PK-1 atau bank dengan BOPO yang sangat memadai. Dan pada
tahun 2014 peringkat komposit BOPO mengalami penurunan yang
cukup signifikan menjadi PK-3 atau bank dengan BOPO yang
kurang memadai.
Peringkat komposit dari CAR tahun 2011-2013 sangat
stabil, yaitu PK-2 atau bank dengan CAR yang memadai. Dan pada
tahun 2014 peringkat komposit CAR mengalami peningkatan
menjadi PK-1 atau bank dengan CAR yang sangat memadai.
Berikut adalah grafik mengenai rata-rata RGEC (peringkat
komposit dasar) dari tingkat kesehatan Bank Mega Syariah tahun
2011-2014.
Gambar 4.3
Perkembangan Tingkat Kesehatan Bank Mega Syariah
Sumber: Data diolah, 2015
Gambar 4.3 menjelaskan bahwa perkembangan tingkat
kesehatan Bank Mega Syariah pada tahun 2012 dan tahun 2014
memiliki peringkat komposit dasar sebesar 2. Pada tahun 2011
tingkat kesehatan Bank Mega Syariah memiliki peringkat komposit
dasar sebesar 2,25 dan pada tahun 2013 peringkat komposit dasar
98
sebesar 2,75. Tingkat kesehatan Bank Mega Syariah selama tahun
2011-2014 cukup fluktuatif, hal ini menyatakan bahwa Bank Mega
Syariah tetap dikatakan sebagai bank dengan kondisi kesehatan
yang SEHAT karena peringkat komposit masih menunjukkan PK-
2. Dari penjumlahan peringkat komposit dasar sebesar 8, Bank
Mega Syariah merupakan bank terbaik keempat yang memiliki
tingkat kesehatan bank paling baik.
4) Bank BNI Syariah
Tabel 4.4
Penilaian Tingkat Kesehatan BNI Syariah
Tingkat Kesehatan BNI Syariah
Tahun Profil
Risiko GCG BOPO CAR
Rata-Rata
RGEC PK Keterangan
2011 2 2 1 1 1.5 2 Sehat
2012 2 1 1 1 1.25 1 Sangat Sehat
2013 2 1 1 1 1.25 1 Sangat Sehat
2014 2 2 1 1 1.5 2 Sehat
Sumber: Data diolah, 2015
Tabel 4.4 menjelaskan bahwa tingkat kesehatan BNI
Syariah pada tahun 2011 sampai tahun 2014 mendapatkan PK-2
atau bank dinyatakan SEHAT. Sehingga BNI Syariah dinilai
mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari
perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. Faktor
eksternal tersebut tercermin dalam variabel RGEC yaitu Profil
Risiko, GCG, BOPO dan CAR.
Peringkat komposit dari profil risiko tahun 2011-2014
sangat stabil, yaitu PK-2 atau bank dengan profil risiko yang baik.
99
Peringkat komposit dari GCG tahun 2011 mendapatkan
PK-2 atau bank dengan GCG yang baik. Pada tahun 2012-2013
peringkat komposit GCG mengalami peningkatan menjadi PK-1
atau bank dengan GCG yang sangat baik. Dan pada tahun 2014
peringkat komposit GCG mengalami penurunan kembali menjadi
PK-2 atau bank dengan GCG yang baik.
Peringkat komposit dari BOPO dan CAR tahun 2011-2014
sangat stabil, yaitu PK-1 atau bank dengan BOPO dan CAR yang
sangat memadai.
Berikut adalah grafik mengenai rata-rata RGEC (peringkat
komposit dasar) dari tingkat kesehatan BNI Syariah tahun 2011-
2014.
Gambar 4.4
Perkembangan Tingkat Kesehatan BNI Syariah
Sumber: Data diolah, 2015
Gambar 4.4 menjelaskan bahwa perkembangan tingkat
kesehatan BNI Syariah pada tahun 2011 dan tahun 2014 memiliki
peringkat komposit dasar sebesar 1,5. Pada tahun 2012 dan tahun
2013 tingkat kesehatan BNI Syariah memiliki peringkat komposit
100
dasar sebesar 1,25. Tingkat kesehatan BNI Syariah selama tahun
2011-2014 cukup fluktuatif, hal ini menyatakan bahwa BNI
Syariah tetap dikatakan sebagai bank dengan kondisi kesehatan
yang SEHAT karena peringkat komposit masih menunjukkan PK-
2. Dari penjumlahan peringkat komposit dasar sebesar 5,5, Bank
Muamalat Indonesia merupakan bank terbaik pertama yang
memiliki tingkat kesehatan bank paling baik.
5) Perbandingan Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah
Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan di atas,
maka tingkat kesehatan Bank Umum Syariah dapat dirangkum
dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.5
Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah Tahun 2011-2014
Peringkat
Komposit
Tahun BMI BSM BMS BNIS
2011 PK-2 PK-2 PK-2 PK-2
2012 PK-2 PK-2 PK-2 PK-1
2013 PK-2 PK-2 PK-2 PK-1
2014 PK-2 PK-2 PK-2 PK-2
Sumber: Data diolah, 2015
Dari hasil analisis masing-masing bank yang termasuk
Bank Umum Syariah, Tabel 4.5 menunjukkan keseluruhan
peringkat komposit yang telah dicapai selama tahun 2011 sampai
tahun 2014.
Peringkat komposit Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank
Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Mega Syariah (BMS) selama
101
tahun 2011-2014 mendapatkan PK-2. Artinya kondisi bank yang
secara umum SEHAT sehingga dinilai mampu menghadapi
pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan
faktor eksternal lainnya. Hal ini menyatakan bahwa ketiga bank
tersebut telah menjaga dan terus mempertahankan kesehatannya
selama tahun 2011-2014 dengan baik.
Dan dapat diketahui bahwa BNI Syariah (BNIS) merupakan
bank yang mampu mendapatkan PK-1 pada tahun 2012 dan tahun
2013. PK-1 diartikan bahwa kondisi bank yang secara umum
SANGAT SEHAT sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh
negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor
eksternal lainnya. Walau di tahun 2014 peringkat komposit BNI
Syariah mengalami penurunan menjadi PK-2, BNI Syariah tetap
menjadi bank yang paling baik peringkatnya bila dilihat dari
tingkat kesehatan keseluruhan Bank Umum Syariah yang masuk
dalam kriteria penelitian selama tahun 2011-2014.
2. Uji Asumsi Klasik
Variabel dependen yang digunakan yaitu Return on Asset (ROA).
Variabel independen yang digunakan yaitu Risk Profile (Profil Risiko),
Good Corporate Governance (GCG), Earnings (Rentabilitas), dan Capital
(Permodalan).
102
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian mengenai kenormalan
distribusi data. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah variabel
pengganggu atau residual dalam model regresi memiliki distribusi
normal. Model regresi yang baik adalah jika data berdistribusi normal
atau mendekati normal. Cara yang digunakan untuk mengetahui data
yang berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan menggunakan grafik
histogram dan grafik Normal Probability Plot. Dasar pengambilan
keputusan dalam analisis grafik Normal P-Plot dan grafik histogram
yaitu:
1) Jika pada grafik P-Plot data mendekati atau menyebar di sekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau pada grafik
Histogram data menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika pada grafik P-Plot data menyebar jauh dari garis diagonal dan
tidak mengikuti arah garis diagonal atau pada grafik Histogram
data tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
tidak memenuhi asumsi normalitas.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas
dengan analisis grafik histogram dan grafik normal P-Plot. Berikut ini
adalah hasil dari uji normalitas.
103
1) Analisis Grafik Histogram
Gambar 4.5
Grafik Histogram
Sumber: Data diolah, 2015
Berdasarkan Gambar 4.5 di atas, sebaran residual secara
umum berbentuk lonceng, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai
residual normal atau data berdistribusi normal.
2) Analisis Grafik Normal Probability Plot (Grafik P-Plot)
Gambar 4.6
Grafik Normal P-Plot
Sumber: Data diolah, 2015
Berdasarkan Gambar 4.6, terlihat bahwa penyebaran data
(titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
104
diagonal yang berarti bahwa data berdistribusi normal atau model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi masing-masing variabel bebas (independen) saling
berhubungan secara linier (korelasi). Dalam model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas atau
independen (Ghozali, 2012). Uji ini dapat dideteksi dengan melihat
nilai tolerance dan variance inflation factors (VIF) dari hasil analisis
SPSS. Jika nilai Tolerance lebih besar daripada 0,1 dan nilai VIF lebih
kecil daripada 10, maka dapat disimpulkan bahwa data bagus dan tidak
terjadi masalah multikolinieritas. Berikut adalah hasil dari uji
multikolinieritas.
Tabel 4.6
Uji Multikolinieritas dengan Tolerance dan VIF
Sumber: Data diolah, 2015
Berdasarkan output pada tabel 4.6, dapat disimpulkan bahwa
dalam model regresi tidak terjadi multikolinieritas karena nilai
105
Tolerance lebih besar daripada 0,1 (Tolerance > 0,1) dan nilai VIF
lebih kecil daripada 10 (VIF < 10).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas adalah terjadinya ketidaksamaan
varians dalam fungsi regresi dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Data yang baik adalah data yang memiliki kesamaan
varians dalam fungsi regresi yang disebut sebagai homoskedastisitas.
Berikut adalah hasil dari uji heteroskedastisitas.
1) Analisis Grafik Scatter Plot
Gambar 4.7
Grafik Scatter Plot
Sumber: Data diolah, 2015
Berdasarkan pada grafik Scatter Plot di atas, terlihat bahwa
titik-titik dari data menyebar secara acak serta tersebar baik di atas
106
angka nol maupun di bawah angka nol pada sumbu Regression
Studentized Residual dan tidak membentuk suatu pola tertentu.
2) Metode Spearman’s Rho
Tabel 4.7
Uji Heteroskedastisitas (Metode Spearman’s Rho)
Sumber: Data diolah, 2015
Berdasarkan output pada Tabel 4.7, dapat diketahui bahwa
semua variabel independen mempunyai signifikansi korelasi lebih
dari 0,05 dengan Unstandardized Residual. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa model regresi ini tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi
antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada
107
model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya
autokorelasi dalam model regresi. Uji Durbin-Watson (Uji D-W)
merupakan uji yang sangat popular untuk menguji ada-tidaknya
masalah autokorelasi dari model empiris yang diestimasi. Berikut
adalah hasil dari uji autokorelasi.
Tabel 4.8
Uji Durbin-Watson
Sumber: Data diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 4.8, nilai Durbin-Watson sebesar 0,231. Jika
dibandingkan dengan tabel Durbin Watson dengan (n) = 64 dan jumlah
variabel independen (k = 4), diperoleh nilai tabel dL (lower) = 1,4659
dan du (upper) = 1,7303, sehingga nilai 4-du sebesar 4-1,7303 = 2,2697
sedangkan nilai 4-dL sebesar 4-1,4659 = 2,5341. Oleh karena nilai D-
W = 0,231 berada di bawah dL = 1,4659 maka dapat disimpulkan
terjadi autokorelasi positif.
Oleh karena adanya autokorelasi maka nilai standard error
(SE) dan nilai t-statistik tidak dapat dipercaya sehingga diperlukan
pengobatan. Pengobatan autokorelasi tergantung dari nilai ρ yang
dapat diestimasi dengan beberapa cara seperti di bawah ini (Ghozali,
2012:130):
108
1) Nilai ρ diestimasi dengan Durbin-Watson d
2) Nilai ρ diestimasi dengan Theil-Nagar d
3) Cochrane-Orcutt Step 1
Langkah Analisis:
(a) Dapatkan nilai lag satu residual (Ut_1) dengan perintah
Transform dan Compute. Isikan pada target variabel Ut_1 dan
isikan pada kotak Numeric Expression Lag(Res_1).
(b) Dari menu utama SPSS, pilih Analyze, kemudian submenu
Regression, lalu pilih Linear. Pada kotak dependent isikan
variabel Res_1 (Ut) dan pada kotak independent isikan variabel
Ut_1 (Lag satu dari Ut). Abaikan yang lain dan pilih OK.
Tabel 4.9
Unstandardized Coefficients
Sumber: Data diolah, 2015
Berdasarkan output pada Tabel 4.9, diperoleh nilai ρ
sebesar 0,865 (yaitu nilai koefisien variabel Ut_1). Dan
109
berdasarkan pada perhitungan di atas diperoleh nilai ρ menurut
berbagai metode seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.10
Nilai ρ (Rho)
Metode Nilai ρ
Durbin-Watson d 0,8845
Theil-Nagar d 0,89189
Cochrane-Orcutt Step 1 0,865
Sumber: Data diolah, 2015
Ketiga metode ternyata menghasilkan nilai yang hampir sama.
Untuk itu peneliti memilih metode Theil-Nagar d untuk
mentransformasikan persamaan regresi. Langkah Analisis:
1) Membentuk variabel ROAt@, Profil_Risikot@, GCGt@,
BOPOt@ dan CARt@ dengan perintah Transform dan Compute.
Pada kotak Target Variable diisikan ROAt@, dan pada kotak
Numeric Expression diisikan ROA-0,88*Lag(ROA). Lakukan hal
yang sama untuk semua variabel X.
2) Dari menu utama SPSS pilih Analyze, kemudian Regression, lalu
pilih Linear. Pada kotak dependent isikan variabel ROAt@, serta
pada kotak independent isikan variabel Profil_Risikot@, GCGt@,
BOPOt@ dan CARt@.
3) Pilih Statistik dan aktifkan Durbin-Watson (untuk menguji apakah
masih terjadi autokorelasi). Abaikan lainnya dan pilih OK.
4) Hasil output SPSS.
110
Tabel 4.11
Hasil Pengobatan Uji Durbin-Watson
Sumber: Data diolah, 2015
Membandingkan hasil regresi persamaan awal sebelum
dilakukan pengobatan dan hasil regresi setelah dilakukan pengobatan
ternyata dapat dibandingkan (comparable). Perbedaan tersebut terletak
pada nilai Durbin-Watson. Pada persamaan awal nilai Durbin-Watson
sebesar 0,231 dan terjadi autokorelasi positif, sedangkan dengan
persamaan regresi setelah dilakukan pengobatan, nilai Durbin-Watson
menjadi sebesar 1,777. Karena nilai Durbin-Watson sebesar 1,777
terletak antara du dengan 4-du, maka dapat disimpulkan bahwa model
persamaan regresi tersebut sudah tidak mengandung masalah
autokorelasi. Tabel 4.12 dapat menjelaskan bahwa nilai Durbin
Watson sudah tidak mengandung masalah autokorelasi.
Tabel 4.12
Nilai Durbin Watson
Nilai Durbin Watson Nilai Durbin Watson
yang pertama dengan pengobatan
Sumber: Data diolah 2015
111
3. Uji Hipotesis
a. Uji t
Uji t digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen.
Tabel 4.13
Uji t
Sumber: Data diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 4.13, dapat dijelaskan bahwa:
1) Variabel Profil Risiko memiliki nilai thitung sebesar 3,929 dan
tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini
berarti secara parsial variabel profil risiko berpengaruh dan
signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Ini berarti H0 ditolak
dan H1 diterima.
2) Variabel Good Corporate Governance (GCG) memiliki nilai
thitung sebesar -2,364 dan tingkat signifikansi sebesar 0.021 lebih
kecil dari 0,05. Hal ini berarti secara parsial variabel GCG
berpengaruh dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Ini
berarti H0 ditolak dan H1 diterima.
112
3) Variabel Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
memiliki nilai thitung sebesar -11,019 dan tingkat signifikansi
sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti secara parsial
variabel BOPO berpengaruh dan signifikan terhadap Return on
Asset (ROA). Ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima.
4) Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki nilai thitung
sebesar 0,158 dan tingkat signifikansi sebesar 0,875 lebih besar
dari 0,05. Hal ini berarti secara parsial variabel CAR berpengaruh
dan tidak signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Ini berarti H0
diterima dan H1 ditolak.
b. Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara simultan atau bersama-sama mempengaruhi variabel dependen
secara signifikan.
Tabel 4.14
Uji F
Sumber: Data diolah, 2015
Berdasarkan hasil dari tabel ANOVA, didapat nilai F hitung
sebesar 32,746 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitasnya jauh
113
lebih kecil dari 0,05 maka model regresi ini dapat digunakan untuk
memprediksi Return on Asset (ROA). Atau dapat dikatakan bahwa
secara simultan variabel independen berpengaruh terhadap ROA. Ini
berarti H0 ditolak dan H1 diterima.
c. Uji Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa
besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya.
Berikut adalah hasil dari uji determinasi.
Tabel 4.15
Uji Determinasi (Adjusted R2)
Sumber: Data diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 4.15, besarnya nilai Adjusted R Square
adalah 0,668 atau sebesar 66,8%. Dan dapat disimpulkan bahwa
pengaruh Profil Risiko, GCG, BOPO dan CAR terhadap Return on
Asset (ROA) adalah 66,8%. Sedangkan sisanya sebesar 33,2% (100% -
66,8%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar model regresi
penelitian ini.
114
d. Model Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan data-data yang disajikan, selanjutnya akan
dianalisis dengan bantuan aplikasi SPSS versi 21.0 untuk mengetahui
besarnya pengaruh Profil Risiko, GCG, BOPO dan CAR terhadap
Return on Asset (ROA). Hasil pengolahan data dengan SPSS dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.16
Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Sumber: Data diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 4.16, maka diperoleh model persamaan
regresi sebagai berikut:
Y = 0,096 + 0,008 X1 - 0,004 X2 - 0,106 X3
Keterangan:
Y = Profitabilitas / Return on Asset (ROA)
X1 = Profil Risiko
X2 = GCG
X3 = BOPO
Adapun interpretasi statistik peneliti pada model persamaan
regresi di atas adalah sebagai berikut:
115
1) Konstanta yang diperoleh adalah sebesar 0,096 menyatakan jika
nilai Profil Risiko, GCG, BOPO dan CAR sama dengan 0, maka
nilai Return on Asset (ROA) adalah meningkat sebesar 0,096 %.
Artinya, jika nilai Profil Risiko, GCG, BOPO dan CAR adalah
konstan dalam periode Januari 2011 sampai dengan Desember
2014, maka akan menyebabkan meningkatnya sebesar 0,096 %
Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah.
2) Profil Risiko = 0,008 menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan
Profil Risiko sebesar 1% maka akan menyebabkan meningkatnya
Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah sebesar 0,008%,
dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
3) GCG = -0,004 menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan GCG
sebesar 1% maka akan menyebabkan menurunnya Return on Asset
(ROA) Bank Umum Syariah sebesar 0,004%, dengan catatan
variabel lain dianggap konstan.
4) BOPO= -0,106 menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan BOPO
sebesar 1% akan menyebabkan menurunnya Return on Asset
(ROA) Bank Umum Syariah sebesar 0,106%, dengan catatan
variabel lain dianggap konstan.
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat diuraikan bahwa dari
empat variabel yang diteliti terdapat tiga variabel yang berpengaruh dan
satu variabel yang tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas Bank Umum
116
Syariah yang diukur dengan pengukuran Return on Asset (ROA). Adapun
interpretasi peneliti terhadap hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Risk Profile (Profil Risiko) Terhadap ROA Bank Umum Syariah
Dari hasil regresi uji t di atas, variabel Profil Risiko
mempunyai nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini berarti menolak H0
atau menerima H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Profil
Risiko berpengaruh terhadap ROA Bank Umum Syariah. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Armanto Witjaksono dan Monica Nathalia (2014) yang menyimpulkan
bahwa Profil Risiko tidak berpengaruh terhadap ROA Bank Umum
Syariah. Semakin rendah Profil Risiko, maka semakin tinggi
profitabilitas bank dalam meningkatkan ROA yang akan diperolehnya.
Profil Risiko ini juga didasarkan dari faktor manajemen bank yang
semakin membaik, maka dapat dikatakan bahwa bank tersebut
menerapkan manajemen risikonya dengan baik dan optimal.
2) Good Corporate Governance (GCG) Terhadap ROA Bank Umum
Syariah
Dari hasil regresi uji t di atas, variabel GCG mempunyai nilai
signifikansi 0,021 < 0,05. Hal ini berarti menolak H0 atau menerima
H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel GCG berpengaruh
terhadap ROA Bank Umum Syariah. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Armanto Witjaksono dan
Monica Nathalia (2014), Puji Astutik (2014), Adil Tobing, Yandra
117
Arkeman, Bunasor Sanim, R. Nunung Nuryantono (2013), dan
Faradillah Sulaiman (2012) yang menyimpulkan bahwa GCG
berpengaruh terhadap ROA Bank Umum Syariah. Semakin rendah
GCG, maka semakin tinggi peringkat kualitas manajemen bank
tersebut, yang nantinya akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.
3) Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO)
Terhadap ROA Bank Umum Syariah
Dari hasil regresi uji t di atas, variabel BOPO mempunyai nilai
signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini berarti menolak H0 atau menerima
H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel BOPO berpengaruh
terhadap ROA Bank Umum Syariah. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Armanto Witjaksono dan
Monica Nathalia (2014), Mario Christiano, Parengkuan Tommy,
Ivonne Saerang (2014), Puji Astutik (2014), Luh Putu Eka
Oktaviantari dan Ni Luh Putu Wiagustini (2013), dan Muh. Sabir. M,
Muhammad Ali, Abd. Hamid Habbe (2012) yang menyimpulkan
bahwa BOPO berpengaruh terhadap ROA Bank Umum Syariah
Semakin kecil biaya operasi yang digunakan, maka dapat
menghasilkan pendapatan yang lebih besar. Peningkatan pendapatan
secara stabil dapat menarik perhatian masyarakat dengan melihat
kinerja perusahaan yang mengalami peningkatan. Oleh karena itu,
peningkatan pendapatan dapat mempengaruhi profitabilitas bank, yang
akan berpengaruh pada tingkat kesehatan bank.
118
4) Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap ROA Bank Umum
Syariah
Dari hasil regresi uji t di atas, variabel CAR mempunyai nilai
signifikansi 0,875 > 0,05. Hal ini berarti tidak cukup bukti untuk
menerima H0 atau menolak H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel CAR tidak berpengaruh terhadap ROA Bank Umum Syariah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
David Peter Rotinsulu, Paulus Kindangen, Merinda Pandowo (2015),
Armanto Witjaksono dan Monica Nathalia (2014), dan Muh. Sabir. M,
Muhammad Ali, Abd. Hamid Habbe (2012) yang menyimpulkan
bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap ROA Bank Umum Syariah.
Tidak berpengaruhnya CAR terhadap Return On Asset (ROA)
disebabkan karena bank-bank yang beroperasi tidak mengoptimalkan
modal yang ada. Hal ini terjadi karena peraturan Bank Indonesia yang
mensyaratkan CAR minimal sebesar 8% mengakibatkan bank-bank
selalu berusaha menjaga agar CAR yang dimilikinya sesuai dengan
ketentuan. Dan hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Gery Rendiana (2015), Mario Christiano,
Parengkuan Tommy, Ivonne Saerang (2014), dan Puji Astutik (2014)
yang menyimpulkan bahwa CAR berpengaruh ROA Bank Umum
Syariah.
119
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan
peneliti, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil penilaian tingkat kesehatan dengan metode RGEC pada Bank Umum
Syariah di Indonesia periode tahun 2011-2014 adalah sebagai berikut:
a. Tingkat kesehatan Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri
dan Bank Mega Syariah pada tahun 2011-2014 sangat stabil yaitu
mendapatkan PK-2, maka ketiga bank tersebut dinyatakan dengan
kondisi yang SEHAT.
b. Tingkat kesehatan BNI Syariah pada tahun 2011 dan tahun 2014
mendapatkan PK-2, dan pada tahun 2012-2013 mendapatkan PK-1.
Maka pada tahun 2011 dan tahun 2014 bank dinyatakan dengan
kondisi yang SEHAT dan pada tahun 2012-2013 bank dinyatakan
dengan kondisi yang SANGAT SEHAT.
c. Urutan bank dengan predikat paling baik dalam penilaian tingkat
kesehatan bank dengan metode RGEC periode tahun 2011-2014 adalah
sebagai berikut:
1) BNI Syariah (BNIS)
2) Bank Muamalat Indonesia (BMI)
3) Bank Syariah Mandiri (BSM)
120
4) Bank Mega Syariah (BMS)
2. Hasil uji regresi ditemukan bahwa secara simultan variabel Risk Profile
(Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG), Biaya Operasional
pada Pendapatan Operasional (BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR)
berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA).
3. Hasil uji regresi ditemukan bahwa secara parsial variabel Risk Profile
(Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG), dan Biaya
Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap
Return on Asset (ROA). Sedangkan Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak
berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka peneliti
mencoba mengemukakan saran yang mungkin bermanfaat seperti berikut:
1. Bagi industri perbankan syariah yang bersangkutan untuk selalu
mempertahankan kinerja yang sudah baik dan terus meningkatkan
dengan upaya seperti, mengelola asetnya dengan baik untuk
meningkatkan profitabiltasnya, membuat tata kelola perusahaan
perbankan menjadi lebih baik lagi dan menjaga kesehatan banknya
serta tetap mempertahankan kesehatannya. Dengan memperhatikan
faktor-faktor tersebut diharapkan dapat memperoleh kinerja keuangan
yang stabil dan optimal.
121
2. Bagi masyarakat atau nasabah bank syariah, penelitian ini diharapkan
dapat menjadi acuan atau referensi dalam mengamati dan mencermati
kinerja keuangan perbankan syariah dalam membuat keputusan untuk
menilai tingkat kesehatan perbankan syariah saat ini, sehingga para
nasabah atau investor dapat menginvetasikan dananya secara optimal.
3. Bagi akademisi memberikan bukti empiris terkait faktor-faktor yang
mempengaruhi return on asset. Penelitian ini juga diharapkan dapat
dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya, dengan menambahkan
variabel-variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi Return On
Asset (ROA). Demi perkembangan ilmu pengetahuan pada sektor
syariah khususnya yang masih berkembang saat ini.
122
DAFTAR PUSTAKA
Adil Tobing, Yandra Arkeman, Bunasor Sanim, R. Nunung Nuryantono. (2013).
Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Tingkat
Kesehatan dan Daya Saing di Perbankan Indonesia. Jurnal Manajemen
Teknologi. Print ISSN:1412-1700, Online ISSN: 2089-7928. Vol. 12, No.
3.
Armanto Witjaksono dan Monica Nathalia. (2014). Pengaruh Tingkat Kesehatan
Bank Berdasarkan Metode RGEC Terhadap Return Saham Pada
Perusahaan Perbankan Go Public di IDX Tahun 2011-2012. Jurnal GICI.
ISSN: 2088-1312. Vol. 4 No. 3.
Bank Indonesia. (2007). Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007.
Bank Indonesia. (2008). Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008.
Bank Indonesia. (2007). Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/24/DPbS.
Bank Indonesia. (2011). Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP.
Claessens, S. (2006). Corporate Governance and Development. The World Bank
Research Observer Advance Access. Published by Oxford University
Press.
David Peter Rotinsulu, Paulus Kindangen, Merinda Pandowo. (2015). The
Analyze of Risk-Based Bank Rating Method on Bank’s Profitability in
State-Owned Banks Periode 2007-2013. Jurnal EMBA. ISSN: 2303-1174.
Vol. 3, No. 1.
Faradillah Sulaiman. (2012). Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance
Terhadap Kinerja Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index
Tahun 2009-2011.
Gery Rendiana. (2015). Analisis Pengaruh Efisiensi (BOPO) dan Capital
Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Return on Assets (ROA) (Studi Kasus
pada Perbankan Syariah yang Terdaftar di OJK Tahun 2010-2014).
Prosiding Manajemen. ISSN: 2460-6545.
Ghozali, Imam. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM
SPSS 20. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM
SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
123
Harahap, Sofriza Syofyan. (2002). Pengaruh Struktur Pasar terhadap Kinerja
Perbankan di Indonesia. Media Riset Bisnis dan Manajemen.
Husnan, Suad. (1998). Dasar-dasar Teori Portofolio. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN.
Idroes, Ferry N. (2006). Manajemen Risiko Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo.
Idroes, Ferry N. (2011). Manajemen Risiko Perbankan, Pemahaman Pendekatan
3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan
Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ihsan, Dwi Nur’aini. (2014). Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah.
Jakarta: UIN Press.
Ihsan, Dwi Nur’aini. (2015). Manajemen Treasury Bank Syariah. Jakarta: UIN
Press.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2007). Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS, 2007). Jakarta: IAI.
Kasmir. (2010). Manajemen Perbankan, cetakan ke-9. Jakarta: Rajawali Pers.
Luh Putu Eka Oktaviantari dan Ni Luh Putu Wiagustini. (2013). Pengaruh
Tingkat Risiko Perbankan Terhadap Profitabilitas pada BPR di
Kabupaten Bandung.
Mario Christiano, Parengkuan Tommy, Ivonne Saerang. (2014). Analisis
Terhadap Rasio-Rasio Keuangan Untuk Mengukur Profitabilitas Pada
Bank-Bank Swasta Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
EMBA. ISSN: 2303-1174. Vol. 2, No. 4.
Muh. Sabir. M, Muhammad Ali, Abd. Hamid Habbe. (2012). Pengaruh Rasio
Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dan
Bank Konvensional Di Indonesia. Jurnal Analisis. ISSN: 2303-1001. Vo.
1, No. 1.
Muhammad. (2000). Lembaga Keuangan Umat Kontemporer. Yogyakarta: UII
Press.
Muhammad. (2005). Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.
Otoritas Jasa Keuangan. (2014). Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
8/POJK.03/2014 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Syariah Dan Unit Usaha Syariah.
124
Otoritas Jasa Keuangan. (2014). Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor
10/SEOJK.03/2014 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Syariah Dan Unit Usaha Syariah.
Otoritas Jasa Keuangan. (2015). Statistik Perbankan Syariah Islamic Banking
Statistics.
Permana, Bayu Aji. (2012). Analisis Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan
Metode CAMELS dan Metode RGEC. Skripsi. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya.
Priyatno, Duwi. (2013). Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta:
Mediakom.
Puji Astutik. (2014). Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Menurut Risk Based
Rating Terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Syariah di
Indonesia).
Sekaran, Uma. (2006). Research Methods For Business Metodologi Penelitian
Untuk Bisnis. Edisi 4. Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Siamat, Dahlan. (2002). Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Siregar, S. (2014). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV.
Alfabeta.
Susilo, Sri. (2000). Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.
www.bankmuamalat.co.id
www.bi.go.id
www.bnisyariah.co.id
www.bsmi.co.id
www.cermati.com
www.ojk.go.id
www.syariahmandiri.co.id
125
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Variabel Penelitian
Bank Tahun Triwulan ROA
Profil Risiko
GCG BOPO CAR Risiko
Inheren
Manajemen
Risiko
Peringkat
Risiko
BNI
Syariah
2011
I 0.0342 Low Satisfactory 1 1.675 0.6798 0.2591
II 0.0222 Low Satisfactory 1 1.675 0.782 0.2224
III 0.0237 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.675 0.7806 0.2086
IV 0.0129 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.675 0.8786 0.2067
2012
I 0.0063 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.25 0.912 0.1907
II 0.0065 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.25 0.9281 0.1756
III 0.0131 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.25 0.8646 0.2208
IV 0.0148 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.25 0.8539 0.1907
2013
I 0.0162 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.3 0.8295 0.1868
II 0.0124 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.3 0.8444 0.189
III 0.0122 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.3 0.8406 0.1663
IV 0.0137 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.3 0.8394 0.1623
2014
I 0.0122 Low to
Moderate Satisfactory 2 2 0.8451 0.1567
II 0.0111 Low to
Moderate Satisfactory 2 2 0.8632 0.1453
III 0.0111 Low to
Moderate Satisfactory 2 2 0.8585 0.1935
IV 0.0127 Low to
Moderate Satisfactory 2 2 0.8503 0.1842
Bank Mega
Syariah
2011
I 0.0177 Moderate Fair 3 1.825 0.9003 0.1507
II 0.0187 Moderate Fair 3 1.825 0.8949 0.1475
III 0.0165 Moderate Fair 3 1.825 0.9079 0.1377
IV 0.0158 Moderate Fair 3 1.825 0.908 0.1203
2012
I 0.0352 Moderate Fair 3 1.6 0.8003 0.129
II 0.0413 Moderate Fair 3 1.6 0.773 0.1308
III 0.0411 Moderate Fair 3 1.6 0.7689 0.1116
IV 0.0381 Low to
Moderate Fair 2 1.6 0.7728 0.1351
2013 I 0.0357 Low to Satisfactory 2 1.869 0.7748 0.1349
126
Bank Tahun Triwulan ROA
Profil Risiko
GCG BOPO CAR Risiko
Inheren
Manajemen
Risiko
Peringkat
Risiko
Moderate
II 0.0294 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.869 0.8141 0.1301
III 0.0257 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.869 0.8421 0.127
IV 0.0233 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.869 0.8609 0.1299
2014
I 0.0118 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.5 0.8982 0.1528
II 0.0099 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.5 0.919 0.1593
III 0.0024 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.5 0.9796 0.1634
IV 0.0029 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.5 0.9761 0.1882
Bank
Muamalat
Indonesia
2011
I 0.0138 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.3 0.8472 0.1229
II 0.0174 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.3 0.8516 0.1157
III 0.0155 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.3 0.8654 0.1236
IV 0.0152 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.3 0.8552 0.1201
2012
I 0.0151 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.15 0.8566 0.1207
II 0.0161 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.15 0.8456 0.1454
III 0.0162 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.15 0.84 0.1324
IV 0.0154 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.15 0.8448 0.1157
2013
I 0.0172 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.15 0.8207 0.1202
II 0.0169 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.15 0.8237 0.1241
III 0.0168 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.15 0.8267 0.1275
IV 0.005 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.15 0.9386 0.1587
2014
I 0.0144 Moderate Fair 3 3 0.8555 0.1761
II 0.0103 Moderate Fair 3 3 0.8911 0.1631
III 0.001 Moderate Fair 3 3 0.9832 0.1472
IV 0.0017 Moderate Fair 3 3 0.9733 0.1415
Bank
Syariah
Mandiri
2011
I 0.0222 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.6 0.7307 0.1188
II 0.0212 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.6 0.7402 0.1124
III 0.0203 Low to Satisfactory 2 1.6 0.7385 0.1106
127
Bank Tahun Triwulan ROA
Profil Risiko
GCG BOPO CAR Risiko
Inheren
Manajemen
Risiko
Peringkat
Risiko
Moderate
IV 0.0195 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.6 0.7644 0.1457
2012
I 0.0217 Low to
Moderate Satisfactory 2 2.25 0.7047 0.1391
II 0.0225 Low to
Moderate Satisfactory 2 2.25 0.7011 0.1366
III 0.0222 Low to
Moderate Satisfactory 2 2.25 0.7114 0.1315
IV 0.0225 Low to
Moderate Satisfactory 2 2.25 0.73 0.1382
2013
I 0.0256 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.85 0.6924 0.1523
II 0.0179 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.85 0.8163 0.1416
III 0.0151 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.85 0.8753 0.1433
IV 0.0153 Low to
Moderate Satisfactory 2 1.85 0.8403 0.141
2014
I 0.0177 Low to
Moderate Satisfactory 2 2.09 0.8199 0.1483
II 0.0066 Low to
Moderate Satisfactory 2 2.12 0.9303 0.1486
III 0.008 Low to
Moderate Satisfactory 2 2.12 0.9302 0.1553
IV 0.0017 Low to
Moderate Satisfactory 2 2.12 0.9846 0.1476
Sumber: Data diolah, 2015
128
Lampiran 2 : Data Variabel Penelitian dengan Metode RGEC
Bank Tahun Triwulan Profil
Risiko
Rata-
Rata PK GCG
Rata-
Rata PK BOPO
Rata-
Rata Persentase PK CAR
Rata-
Rata Persentase PK
BNI
Syariah
2011
I 1
1.5 2
1.675
1.675 2
0.6798
0.78025 78.03% 1
0.2591
0.2242 22.42% 1 II 1 1.675 0.782 0.2224
III 2 1.675 0.7806 0.2086
IV 2 1.675 0.8786 0.2067
2012
I 2
2 2
1.25
1.25 1
0.912
0.88965 88.97% 1
0.1907
0.19445 19.45% 1 II 2 1.25 0.9281 0.1756
III 2 1.25 0.8646 0.2208
IV 2 1.25 0.8539 0.1907
2013
I 2
2 2
1.3
1.3 1
0.8295
0.838475 83.85% 1
0.1868
0.1761 17.61% 1 II 2 1.3 0.8444 0.189
III 2 1.3 0.8406 0.1663
IV 2 1.3 0.8394 0.1623
2014
I 2
2 2
2
2 2
0.8451
0.854275 85.43% 1
0.1567
0.169925 16.99% 1 II 2 2 0.8632 0.1453
III 2 2 0.8585 0.1935
IV 2 2 0.8503 0.1842
Bank Mega
Syariah
2011
I 3
3 3
1.825
1.825 2
0.9003
0.902775 90.28% 2
0.1507
0.13905 13.91% 2 II 3 1.825 0.8949 0.1475
III 3 1.825 0.9079 0.1377
IV 3 1.825 0.908 0.1203
2012 I 3 2.75 3 1.6 1.6 2 0.8003 0.77875 77.88% 1 0.129 0.126625 12.66% 2
129
Bank Tahun Triwulan Profil
Risiko
Rata-
Rata PK GCG
Rata-
Rata PK BOPO
Rata-
Rata Persentase PK CAR
Rata-
Rata Persentase PK
II 3 1.6 0.773 0.1308
III 3 1.6 0.7689 0.1116
IV 2 1.6 0.7728 0.1351
2013
I 2
2 2
1.869
1.869 2
0.7748
0.822975 82.30% 1
0.1349
0.130475 13.05% 2 II 2 1.869 0.8141 0.1301
III 2 1.869 0.8421 0.127
IV 2 1.869 0.8609 0.1299
2014
I 2
2 2
1.5
1.5 2
0.8982
0.943225 94.32% 3
0.1528
0.165925 16.59% 1 II 2 1.5 0.919 0.1593
III 2 1.5 0.9796 0.1634
IV 2 1.5 0.9761 0.1882
Bank
Muamalat
Indonesia
2011 I 2
2 2
1.3
1.3 1
0.8472
0.85485 85.49% 1
0.1229
0.120575 12.06% 2 II 2 1.3 0.8516 0.1157
III 2 1.3 0.8654 0.1236
IV 2 1.3 0.8552 0.1201
2012 I 2
2 2
1.15
1.15 1
0.8566
0.84675 84.68% 1
0.1207
0.12855 12.86% 2 II 2 1.15 0.8456 0.1454
III 2 1.15 0.84 0.1324
IV 2 1.15 0.8448 0.1157
2013 I 2
2 2
1.15
1.15 1
0.8207
0.852425 85.24% 1
0.1202
0.132625 13.26% 2 II 2 1.15 0.8237 0.1241
III 2 1.15 0.8267 0.1275
130
Bank Tahun Triwulan Profil
Risiko
Rata-
Rata PK GCG
Rata-
Rata PK BOPO
Rata-
Rata Persentase PK CAR
Rata-
Rata Persentase PK
IV 2 1.15 0.9386 0.1587
2014 I 3
3 3
3
3 3
0.8555
0.925775 92.58% 2
0.1761
0.156975 15.70% 1 II 3 3 0.8911 0.1631
III 3 3 0.9832 0.1472
IV 3 3 0.9733 0.1415
Bank
Syariah
Mandiri
2011 I 2
2 2
1.6
1.6 2
0.7307
0.74345 74.35% 1
0.1188
0.121875 12.19% 2 II 2 1.6 0.7402 0.1124
III 2 1.6 0.7385 0.1106
IV 2 1.6 0.7644 0.1457
2012 I 2
2 2
2.25
2.25 2
0.7047
0.7118 71.18% 1
0.1391
0.13635 13.64% 2 II 2 2.25 0.7011 0.1366
III 2 2.25 0.7114 0.1315
IV 2 2.25 0.73 0.1382
2013 I 2
2 2
1.85
1.85 2
0.6924
0.806075 80.61% 1
0.1523
0.14455 14.46% 2 II 2 1.85 0.8163 0.1416
III 2 1.85 0.8753 0.1433
IV 2 1.85 0.8403 0.141
2014 I 2
2 2
2.09
2.1125 2
0.8199
0.91625 91.63% 2
0.1483
0.14995 15.00% 2 II 2 2.12 0.9303 0.1486
III 2 2.12 0.9302 0.1553
IV 2 2.12 0.9846 0.1476
Sumber: Data diolah, 2015
131
Lampiran 3 : Hasil Analisis Deskriptif dengan Metode RGEC
1. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Muamalat Indonesia
Tingkat Kesehatan Bank Muamalat Indonesia
Tahun Profil
Risiko GCG BOPO CAR
Rata-Rata
RGEC
Peringkat
Komposit Keterangan
2011 2 1 1 2 1.5 2 Sehat
2012 2 1 1 2 1.5 2 Sehat
2013 2 1 1 2 1.5 2 Sehat
2014 3 3 2 1 2.25 2 Sehat
2. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri
Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri
Tahun Profil
Risiko GCG BOPO CAR
Rata-Rata
RGEC
Peringkat
Komposit Keterangan
2011 2 2 1 2 1.75 2 Sehat
2012 2 2 1 2 1.75 2 Sehat
2013 2 2 1 2 1.75 2 Sehat
2014 2 2 2 2 2 2 Sehat
132
3. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Mega Syariah
Tingkat Kesehatan Bank Mega Syariah
Tahun Profil
Risiko GCG BOPO CAR
Rata-Rata
RGEC
Peringkat
Komposit Keterangan
2011 3 2 2 2 2.25 2 Sehat
2012 3 2 1 2 2 2 Sehat
2013 2 2 1 2 1.75 2 Sehat
2014 2 2 3 1 2 2 Sehat
4. Penilaian Tingkat Kesehatan BNI Syariah
Tingkat Kesehatan BNI Syariah
Tahun Profil
Risiko GCG BOPO CAR
Rata-Rata
RGEC
Peringkat
Komposit Keterangan
2011 2 2 1 1 1.5 2 Sehat
2012 2 1 1 1 1.25 1 Sangat Sehat
2013 2 1 1 1 1.25 1 Sangat Sehat
2014 2 2 1 1 1.5 2 Sehat
133
5. Perbandingan Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah Tahun 2011-2014
Peringkat
Komposit
Tahun BMI BSM BMS BNIS
2011 PK-2 PK-2 PK-2 PK-2
2012 PK-2 PK-2 PK-2 PK-1
2013 PK-2 PK-2 PK-2 PK-1
2014 PK-2 PK-2 PK-2 PK-2
Lampiran 4 : Hasil Uji Regresi Berganda
134
135
Lampiran 5 : Matriks Penetapan Peringkat Risiko Inheren
1.a. Matriks Penetapan Peringkat Risiko Inheren Untuk Risiko Kredit
Peringkat Definisi Peringkat
Low (1) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari Risiko Kredit tergolong
sangat rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Portofolio penyediaan dana didominasi eksposur kredit/pembiayaan
yang sangat rendah.
Eksposur penyediaan dana terdiversifikasi sangat baik.
Penyediaan dana memiliki kualitas yang sangat baik.
Strategi penyediaan dana atau business model bank tergolong stabil.
Portofolio penyediaan dana relatif tidak terpengaruh dengan
perubahan faktor eksternal.
Low to Moderate
(2)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Kredit tergolong
rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Portofolio penyediaan dana didominasi eksposur kredit/pembiayaan
yang rendah.
Eksposur penyediaan dana terdiversifikasi baik.
Penyediaan dana memiliki kualitas yang baik.
Strategi penyediaan dana atau business model relatif stabil.
Portofolio penyediaan dana kurang terpengaruh dengan perubahan
faktor eksternal.
Moderate (3) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Kredit tergolong
136
Peringkat Definisi Peringkat
cukup tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Portofolio penyediaan dana didominasi oleh eksposur
kredit/pembiayaan yang moderat.
Terdapat konsentrasi penyediaan dana yang cukup signifikan.
Penyediaan dana memiliki kualitas yang cukup baik.
Strategi penyediaan dana atau business model secara umum cukup
stabil.
Portofolio penyediaan dana cukup terpengaruh dengan perubahan
faktor eksternal.
Moderate to High
(4)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Kredit tergolong
tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Portofolio penyediaan dana didominasi oleh eksposur
kredit/pembiayaan yang tinggi.
Terdapat konsentrasi penyediaan dana yang signifikan.
Penyediaan dana memiliki kualitas yang kurang baik.
Terdapat perubahan signifikan pada strategi penyediaan dana atau
business model.
Portofolio penyediaan dana terpengaruh dengan perubahan faktor
eksternal.
High (5) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Kredit tergolong
sangat tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Portofolio penyediaan dana didominasi oleh eksposur
kredit/pembiayaan yang sangat tinggi.
Terdapat konsentrasi penyediaan dana yang sangat signifikan.
Penyediaan dana memiliki kualitas yang buruk.
Terdapat perubahan sangat signifikan pada strategi penyediaan dana
atau business model.
Portofolio penyediaan dana sangat terpengaruh dengan perubahan
faktor eksternal.
1.b. Matriks Penetapan Peringkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Untuk Risiko
Kredit
Peringkat Definisi Peringkat
Strong
(1)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Kredit sangat memadai. Meskipun
terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut tidak signifikan
sehingga dapat diabaikan.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
137
Peringkat Definisi Peringkat
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) kredit sangat memadai dan telah
sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara
keseluruhan.
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang sangat baik mengenai manajemen Risiko Kredit.
Budaya manajemen Risiko Kredit sangat kuat dan telah
diinternalisasikan dengan sangat baik pada selurul level organisasi.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan sangat
memadai.
Fungsi manajemen Risiko Kredit independen, memiliki tugas dan
tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan sangat baik.
Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan
telah berjalan dengan sangat baik.
Strategi perkreditan sangat baik dan sangat sejalan dengan tingkat
Risiko yang akan diambil dan toleransi Risiko Kredit.
Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Kredit sangat memadai dan
tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Kredit, sejalan dengan
penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.
Proses manajemen Risiko Kredit sangat memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Kredit.
Proses penyediaan dana secara umum sangat memadai mulai dari
proses underwriting hingga penanganan aset bermasalah.
Sistem pemeringkatan Risiko Kredit (credit risk grading) sangat baik,
diterapkan secara konsisten, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.
Terdapat fungsi kaji ulang pembiayaan (financing review) yang
independen dan berjalan dengan baik.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Kredit sangat baik sehingga
menghasilkan pelaporan Risiko Kredit yang komprehensif dan
terintegrasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Secara umum sumber daya manusia sangat memadai baik dari sisi
kuantitas maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Kredit.
Sistem pengendalian intern sangat efektif dalam mendukung
pelaksanaan manajemen Risiko Kredit.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
sangat memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Secara umum tidak terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan
hasil kaji ulang independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
sangat memadai.
Satisfactory
(2)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Kredit memadai. Meskipun terdapat
beberapa kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat diselesaikan
pada aktivitas bisnis normal.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
138
Peringkat Definisi Peringkat
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) memadai dan telah sejalan dengan
sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang baik mengenai manajemen Risiko Kredit.
Budaya manajemen Risiko Kredit kuat dan telah diinternalisasikan
dengan sangat baik pada selurul level organisasi.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan memadai.
Terdapat beberapa kelemahan tetapi tidak signifikan dan dapat
diperbaiki dengan segera.
Fungsi manajemen Risiko Kredit independen, memiliki tugas dan
tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan baik. Terdapat
kelemahan minor, tetapi dapat diselesaikan pada aktivitas bisnis
normal.
Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan
telah berjalan dengan baik.
Strategi perkreditan baik dan sejalan dengan tingkat Risiko yang akan
diambil dan toleransi Risiko Kredit.
Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Kredit memadai dan tersedia
untuk seluruh area manajemen Risiko Kredit, sejalan dengan
penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.
Proses manajemen Risiko Kredit memadai dalam mengidentifikasi,
mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Kredit.
Proses penyediaan dana baik. Terdapat kelemahan minor pada satu atau
lebih aspek penyediaan dana tetapi dapat diperbaiki dengan mudah.
Sistem pemeringkatan Risiko Kredit (credit risk grading) baik,
diterapkan secara konsisten dan dipahami oleh pegawai. Fungsi kaji
ulang pembiayaan (financing review) independen. Terdapat kelemahan
minor yang tidak mengganggu proses secara keseluruhan.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Kredit baik termasuk
pelaporan Risiko Kredit kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Terdapat kelemahan minor tetapi dapat diperbaiki dengan mudah.
Sumber daya manusia memadai baik dari sisi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Kredit.
Sistem pengendalian intern efektif dalam mendukung pelaksanaan
manajemen Risiko Kredit.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Terdapat kelemahan tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil kaji ulang
independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
memadai.
Fair
(3)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Kredit cukup memadai. Meskipun
persyaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan yang
139
Peringkat Definisi Peringkat
membutuhkan perhatian manajemen.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) cukup memadai tetapi tidak selalu
sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara
keseluruhan.
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang cukup baik mengenai manajemen Risiko Kredit.
Budaya manajemen Risiko Kredit cukup kuat dan telah
diinternalisasikan dengan cukup baik tetapi belum selalu dilaksanakan
secara konsisten.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan cukup
memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada beberapa aspek penilaian
yang perlu mendapat perhatian manajemen.
Fungsi manajemen Risiko Kredit telah berjalan cukup baik, tetapi
terdapat beberapa kelemahan cukup signifikan yang perlu segera
diselesaikan oleh manajemen.
Delegasi kewenangan cukup baik, tetapi pengendalian dan pemantauan
tidak selalu dilaksanakan dengan baik.
Strategi perkreditan cukup sejalan dengan tingkat Risiko yang akan
diambil dan toleransi Risiko Kredit.
Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Kredit cukup memadai tetapi
tidak selalu konsisten dengan penerapan dan/atau tidak dipahami
dengan baik oleh pegawai.
Proses manajemen Risiko Kredit cukup memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Kredit.
Proses penyediaan dana cukup baik. Terdapat kelemahan pada satu atau
lebih aspek penyediaan dana yang perlu mendapat perhatian
manajemen.
Sistem pemeringkatan Risiko Kredit (credit risk grading) dan fungsi
kaji ulang pembiayaan (financing review) cukup baik, tetapi terdapat
beberapa kelemahan yang perlu mendapat perhatian manajemen.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Kredit memenuhi
ekspektasi minimum tetapi terdapat beberapa kelemahan termasuk
pelaporan Risiko Kredit kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang
membutuhkan perhatian manajemen.
Sumber daya manusia cukup memadai baik dari sisi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Kredit.
Sistem pengendalian intern cukup efektif dalam mendukung
pelaksanaan manajemen Risiko Kredit.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
cukup memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada metodologi,
frekuensi, dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi
yang membutuhkan perhatian manajemen.
140
Peringkat Definisi Peringkat
Terdapat kelemahan yang cukup signifikan berdasarkan hasil kaji ulang
independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
cukup memadai.
Marginal
(4)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Kredit kurang memadai. Terdapat
kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko Kredit yang
membutuhkan tindakan korektif segera.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai tetapi dan tidak
sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara
keseluruhan.
Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan
Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Kredit.
Budaya manajemen Risiko Kredit kurang kuat dan belum
diinternalisasikan pada setiap level satuan kerja.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan kurang
memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa aspek penilaian yang
membutuhkan perbaikan segera.
Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Kredit yang
membutuhkan perbaikan segera.
Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau
dengan baik.
Strategi perkreditan kurang sejalan dengan tingkat Risiko yang akan
diambil dan toleransi Risiko Kredit.
Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko
Kredit.
Proses manajemen Risiko Kredit kurang memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Kredit.
Proses penyediaan dana kurang baik. Terdapat kelemahan pada satu
atau lebih aspek penyediaan dana yang perlu perbaikan segera.
Sistem pemeringkatan Risiko Kredit (credit risk grading) dan kaji
ulang pembiayaan (financing review) kurang baik. Terdapat beberapa
kelemahan yang perlu perbaikan segera.
Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko
Kredit termasuk pelaporan Risiko kepada Dewan Komisaris dan
Direksi yang membutuhkan perbaikan segera.
Sumber daya manusia kurang memadai dari segi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Kredit.
Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung
pelaksanaan manajemen Risiko Kredit.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,
dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang
141
Peringkat Definisi Peringkat
membutuhkan perbaikan segera.
Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil kaji ulang
independen yang membutuhkan perbaikan segera.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.
Unsatisfactory
(5)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Kredit tidak memadai. Terdapat
kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko Kredit di
mana tindakan penyelesaiannya di luar kemampuan manajemen.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai tetapi dan tidak
sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara
keseluruhan.
Awareness dan pemahaman Dewan Komisaris dan Direksi sangat
lemah mengenai manajemen Risiko Kredit.
Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan
Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Kredit.
Budaya manajemen Risiko Kredit kurang kuat dan belum
diinternalisasikan pada setiap level satuan kerja.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan kurang
memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa aspek penilaian yang
membutuhkan perbaikan segera.
Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Kredit yang
membutuhkan perbaikan segera.
Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau
dengan baik.
Strategi perkreditan kurang sejalan dengan tingkat Risiko yang akan
diambil dan toleransi Risiko Kredit.
Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko
Kredit.
Proses manajemen Risiko Kredit kurang memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Kredit.
Proses penyediaan dana kurang baik. Terdapat kelemahan pada satu
atau lebih aspek penyediaan dana yang perlu perbaikan segera.
Sistem pemeringkatan Risiko Kredit (credit risk grading) dan fungsi
kaji ulang pembiayaan (financing review) kurang baik. Terdapat
beberapa kelemahan yang perlu perbaikan segera.
Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko
Kredit termasuk pelaporan Risiko kepada Dewan Komisaris dan
Direksi yang membutuhkan perbaikan segera.
Sumber daya manusia kurang memadai dari segi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Kredit.
Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung
pelaksanaan manajemen Risiko Kredit.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
142
Peringkat Definisi Peringkat
kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,
dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang
membutuhkan perbaikan segera.
Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil kaji ulang
independen yang membutuhkan perbaikan segera.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.
2.a. Matriks Penetapan Peringkat Risiko Inheren Untuk Risiko Pasar
Peringkat Definisi Peringkat
Low (1) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari Risiko Pasar tergolong
sangat rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Eksposur Risiko Pasar dari trading tidak signifikan.
Sebagian besar posisi trading book saling tutup dengan Risiko
repricing yang minimal.
Posisi nilai tukar seluruhnya saling tutup atau lindung nilai
(completely matched/ hedged).
Struktur aset dan kewajiban bank tidak sensitif terhadap perubahan
benchmark suku bunga, hal ini tercermin dari repricing gap aset dan
kewajiban yang sangat minimal dampaknya terhadap pendapatan
penyaluran pembiayaan bank maupun terhadap modal.
Portofolio bank didominasi oleh instrumen keuangan yang kurang
kompleks.
Aktivitas trading umumnya untuk memenuhi kebutuhan nasabah
(customer accommodation).
Low to Moderate
(2)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Pasar tergolong
rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Eksposur Risiko Pasar dari trading kurang signifikan.
Terdapat kesenjangan (mismatch) posisi trading book tetapi kurang
signifikan.
Sebagian besar posisi nilai tukar dapat saling tutup atau lindung nilai.
Struktur aset dan kewajiban bank kurang sensitif terhadap perubahan
benchmark suku bunga, hal ini tercermin dari repricing gap aset dan
kewajiban yang minimal dampaknya terhadap pendapatan penyaluran
pembiayaan bank maupun terhadap modal.
Portofolio bank didominasi oleh instrumen keuangan yang cukup
kompleks.
Aktivitas trading umumnya untuk memenuhi kebutuhan nasabah
(customer accommodation).
Moderate (3) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Pasar cukup
tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
143
Peringkat Definisi Peringkat
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Eksposur Risiko Pasar dari trading kurang signifikan.
Terdapat mismatch posisi trading book dalam jumlah cukup
signifikan.
Terdapat eksposur nilai tukar dalam jumlah cukup signifikan.
Struktur aset dan kewajiban bank cukup sensitif terhadap perubahan
benchmark suku bunga, hal ini tercermin dari repricing gap aset dan
kewajiban yang cukup signifikan dampaknya terhadap pendapatan
penyaluran pembiayaan bank maupun terhadap modal.
Portofolio bank didominasi oleh instrumen keuangan yang cukup
kompleks.
Terdapat aktivitas trading atas rekening sendiri (proprietary trading)
atau pembentukan pasar (market making) tetapi tidak signifikan.
Moderate to High
(4)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Pasar tinggi
selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Eksposur Risiko Pasar dari trading signifikan.
Terdapat mismatch posisi trading book dalam jumlah signifikan.
Eksposur nilai tukar signifikan.
Struktur aset dan kewajiban bank sensitif terhadap perubahan
benchmark suku bunga, hal ini tercermin dari repricing gap aset dan
kewajiban yang signifikan dampaknya terhadap pendapatan
penyaluran pembiayaan bank maupun terhadap modal.
Portofolio bank didominasi oleh instrumen keuangan yang kompleks.
Terdapat aktivitas trading atas rekening sendiri (proprietary trading)
atau pembentukan pasar (market making) yang cukup signifikan.
High (5) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Pasar sangat
tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Eksposur Risiko Pasar dari trading sangat signifikan.
Mismatch posisi trading book sangat signifikan.
Eksposur nilai tukar sangat signifikan.
Struktur aset dan kewajiban bank sensitif terhadap perubahan
benchmark suku bunga, hal ini tercermin dari repricing gap aset dan
kewajiban yang sangat signifikan apabila dibandingkan dengan
pendapatan penyaluran pembiayaan bank maupun kemampuan modal
dalam menyerap potensi kerugian.
Portofolio bank didominasi oleh instrumen keuangan yang sangat
kompleks.
Aktivitas trading bank didominasi transaksi atas rekening sendiri
(proprietary trading) dan pembentukan pasar (market making).
144
2.b. Matriks Penetapan Peringkat Kualitas Manajemen Risiko Untuk Risiko Pasar
Peringkat Definisi Peringkat
Strong
(1)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Pasar sangat memadai. Meskipun
terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut tidak signifikan
sehingga dapat diabaikan.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang sangat baik mengenai manajemen Risiko Pasar.
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) sangat memadai dan telah sejalan
dengan sasaran strategis dan bisnis bank secara keseluruhan.
Budaya manajemen Risiko Pasar sangat kuat dan telah
diinternalisasikan dengan sangat baik pada seluruh level organisasi.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan sangat
memadai.
Fungsi manajemen Risiko Pasar termasuk komite terkait independen,
memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan
dengan sangat baik.
Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan
telah berjalan dengan sangat baik.
Strategi Risiko Pasar termasuk strategi trading dan pengelolaan posisi
banking book sangat memadai.
Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Pasar sangat memadai dan
tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Pasar, sejalan dengan
penerapan, dan dipahami dengan baik oleh staf.
Proses manajemen Risiko Pasar sangat memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Pasar.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Pasar sangat baik sehingga
menghasilkan laporan Risiko Pasar yang komprehensif dan terintegrasi
kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Secara umum sumber daya manusia sangat memadai dari segi kuantitas
maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Pasar.
Sistem pengendalian intern sangat efektif dalam mendukung
pelaksanaan manajemen Risiko Pasar.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
sangat memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Secara umum tidak terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan
hasil kaji ulang independen
Satisfactory
(2)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Pasar memadai. Meskipun terdapat
beberapa kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat diselesaikan
pada aktivitas bisnis normal.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
145
Peringkat Definisi Peringkat
yang baik mengenai manajemen Risiko Pasar.
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) memadai dan telah sejalan dengan
sasaran strategis dan bisnis bank secara keseluruhan.
Budaya manajemen Risiko Pasar kuat dan telah diinternalisasi-kan
dengan baik pada seluruh level organisasi.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan memadai.
Terdapat beberapa kelemahan tetapi tidak signifikan dan dapat
diperbaiki dengan segera.
Fungsi manajemen Risiko Pasar termasuk komite terkait independen,
memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan
dengan baik. Terdapat kelemahan minor tetapi dapat diselesaikan pada
aktivitas bisnis normal.
Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan
telah berjalan dengan baik.
Strategi Risiko Pasar termasuk strategi trading dan pengelolaan posisi
banking book memadai.
Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Pasar memadai dan tersedia
untuk seluruh area manajemen Risiko Pasar, sejalan dengan penerapan,
dan dipahami dengan baik oleh staf.
Proses manajemen Risiko Pasar memadai dalam mengidentifikasi,
mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Pasar.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Pasar baik sehingga
menghasilkan laporan Risiko Pasar yang komprehensif dan terintegrasi
kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Secara umum sumber daya manusia memadai dari segi kuantitas
maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Pasar.
Sistem pengendalian intern efektif dalam mendukung pelaksanaan
manajemen Risiko Pasar.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Terdapat kelemahan tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil kaji ulang
independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
memadai.
Fair
(3)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Pasar cukup memadai. Meskipun
persyaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan yang
membutuhkan perhatian manajemen.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang cukup baik mengenai manajemen Risiko Pasar.
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) cukup memadai dan telah sejalan
dengan sasaran strategis dan bisnis bank secara keseluruhan.
146
Peringkat Definisi Peringkat
Budaya manajemen Risiko Pasar cukup kuat dan telah
diinternalisasikan dengan baik pada seluruh level organisasi.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan cukup
memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa aspek penilaian yang
perlu mendapat perhatian manajemen.
Fungsi manajemen Risiko Pasar termasuk komite terkait independen,
memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan
dengan cukup baik, tetapi terdapat beberapa kelemahan yang perlu
mendapat perhatian manajemen.
Delegasi kewenangan cukup baik, tetapi pengendalian dan pemantauan
tidak selalu dilaksanakan dengan baik.
Strategi pengelolaan Risiko Pasar termasuk strategi trading dan
pengelolaan posisi banking book cukup memadai.
Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Pasar cukup memadai dan
tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Pasar, sejalan dengan
penerapan, dan dipahami dengan baik oleh staf.
Proses manajemen Risiko Pasar cukup memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Pasar.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Pasar memenuhi ekspektasi
minimum tetapi terdapat beberapa kelemahan termasuk pelaporan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang membutuhkan perhatian
manajemen.
Secara umum sumber daya manusia cukup memadai dari segi kuantitas
maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Pasar.
Sistem pengendalian intern cukup efektif dalam mendukung
pelaksanaan manajemen Risiko Pasar.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
cukup memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada metodologi,
frekuensi, maupun pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi
yang membutuhkan perhatian manajemen.
Terdapat kelemahan yang cukup signifikan berdasarkan hasil kaji ulang
independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
cukup memadai.
Marginal
(4)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Pasar kurang memadai. Terdapat
kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko Pasar yang
membutuhkan tindakan perbaikan segera.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Kelemahan signifikan pada awereness dan pemahaman Dewan
Komisaris dan Direksi memiliki awareness mengenai manajemen
Risiko Pasar.
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai dan tidak sejalan
dengan sasaran strategis dan bisnis bank secara keseluruhan.
147
Peringkat Definisi Peringkat
Budaya manajemen Risiko Pasar kurang kuat dan belum
diinternalisasikan dengan baik pada seluruh level organisasi.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan kurang
memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada beberapa aspek penilaian
yang perlu mendapat perhatian manajemen.
Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Pasar yang
membutuhkan perbaikan segera.
Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau
dengan baik.
Strategi pengelolaan Risiko Pasar kurang memadai. Terdapat
kelemahan pada aspek-aspek pengelolaan likuiditas yang membutuhkan
perbaikan segera.
Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Pasar.
Proses manajemen Risiko Pasar kurang memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Pasar.
Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko
Pasar termasuk pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang
membutuhkan perbaikan segera.
Sumber daya manusia kurang memadai dari segi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Pasar.
Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil kaji ulang
independen yang membutuhkan tindakan perbaikan segera.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.
Unsatisfactory
(5)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Pasar tidak memadai. Terdapat
kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko Pasar di
mana tindakan penyelesaiannya di luar kemampuan manajemen.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Awereness dan pemahaman Dewan Komisaris dan Direksi sangat
lemah mengenai manajemen Risiko Pasar.
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) tidak memadai dan tidak terdapat
kaitan dengan sasaran strategis dan bisnis bank secara keseluruhan.
Budaya manajemen Risiko Pasar tidak kuat atau belum ada sama sekali.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi tidak memadai. Terdapat
beberapa kelemahan pada hampir seluruh aspek penilaian yang
tindakan penyelesaian-nya di luar kemampuan bank.
Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Pasar yang
membutuhkan perbaikan fundamental.
Delegasi kewenangan sangat lemah atau tidak ada.
Strategi pengelolaan Risiko Pasar tidak memadai.Terdapat kelemahan
pada hampur seluruh aspek pengelolaan Risiko Pasar yang
membutuhkan perbaikan segera.
Kelemahan sangat signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko
Pasar.
Proses manajemen Risiko Pasar tidak memadai dalam mengidentifikasi,
148
Peringkat Definisi Peringkat
mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Pasar.
Kelemahan fundamental pada Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Risiko Likuiditas. Pelaporan Risiko Likuiditas kepada Dewan
Komisaris dan Direksi sangat tidak memadai.
Sumber daya manusia tidak memadai dari segi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Pasar.
Sistem pengendalian intern tidak efektif dalam mendukung pelaksanaan
manajemen Risiko Pasar.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
tidak memadai. Terdapat kelemahan yang sangat signifikan pada
metodologi, frekuensi, maupun pelaporan kepada Dewan Komisaris
dan Direksi yang membutuhkan perbaikan fundamental.
Terdapat kelemahan yang sangat signifikan berdasarkan hasil kaji ulang
independen di mana tindakan perbaikannya di luar kemampuan
manajemen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen tidak memadai atau tidak ada.
3.a. Matriks Penetapan Peringkat Risiko Inheren Untuk Risiko Likuiditas
Peringkat Definisi Peringkat
Low (1) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari Risiko Likuiditas
tergolong sangat rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Bank memiliki aset likuid berkualitas tinggi yang sangat memadai
untuk menutup kewajiban jatuh waktu.
Sumber pendanaan yang berupa pendanaan tidak stabil (volatile)
tidak signifikan.
Volume transaksi rekening administratif dan/atau komitmen
pendanaan intra group tidak signifikan.
Konsentrasi pada sumber pendanaan yang tidak stabil (volatile) tidak
signfikan.
Bank sangat mampu memenuhi kewajiban dan kebutuhan arus kas
pada kondisi normal maupun pada skenario krisis.
Arus kas yang berasal dari aset dan kewajiban dapat saling tutup
dengan sangat baik.
Akses pada sumber pendanaan sangat memadai dibuktikan oleh
reputasi Bank yang sangat baik, stand by financing sangat memadai
dan terdapat komitmen/dukungan likuiditas dari perusahaan
induk/intra grup.
Low to Moderate
(2)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Likuiditas
tergolong rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Bank memiliki aset likuid berkualitas tinggi yang memadai untuk
149
Peringkat Definisi Peringkat
menutup kewajiban jatuh waktu.
Sumber pendanaan yang berupa pendanaan tidak stabil (volatile)
kurang signifikan.
Volume transaksi rekening administratif dan/atau komitmen
pendanaan intra grup kurang signifikan.
Konsentrasi pada sumber pendanaan yang tidak stabil (volatile)
kurang signfikan.
Bank mampu memenuhi kewajiban dan kebutuhan arus kas pada
kondisi normal maupun pada skenario krisis.
Arus kas yang berasal dari aset dan kewajiban dapat saling tutup
dengan baik.
Akses pada sumber pendanaan memadai dibuktikan oleh reputasi
Bank yang baik, stand by financing memadai dan terdapat
komitmen/dukungan likuiditas dari perusahaan induk/intra grup.
Moderate (3) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Likuiditas
tergolong cukup tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Aset likuid Bank cukup memadai untuk menutup kewajiban jatuh
waktu.
Sumber pendanaan yang berupa pendanaan tidak stabil (volatile)
cukup signifikan.
Volume transaksi rekening administratif dan/atau komitmen
pendanaan intra grup cukup signifikan.
Konsentrasi pada sumber pendanaan yang tidak stabil (volatile) cukup
signfikan.
Bank cukup mampu memenuhi kewajiban dan kebutuhan arus kas
pada kondisi normal maupun pada skenario krisis.
Arus kas yang berasal dari aset dan kewajiban dapat saling tutup
dengan cukup baik.
Akses pada sumber pendanaan cukup memadai dibuktikan oleh
reputasi Bank yang cukup baik, stand by financing cukup memadai
dan terdapat komitmen/dukungan likuiditas dari perusahaan
induk/intra grup.
Moderate to High
(4)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Likuiditas
tergolong tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Terdapat concerns atas kualitas aset likuid Bank dan kemampuan aset
likuid untuk menutup kewajiban jatuh waktu.
Sumber pendanaan yang berupa pendanaan tidak stabil (volatile)
signifikan.
Transaksi rekening administratif dan/atau komitmen pendanaan intra
grup signifikan.
Konsentrasi pada sumber pendanaan yang tidak stabil (volatile)
150
Peringkat Definisi Peringkat
signfikan.
Bank kurang mampu memenuhi kewajiban dan kebutuhan arus kas
pada kondisi normal maupun pada skenario krisis.
Kesenjangan (mismatches) arus kas pada berbagai skala waktu
signifikan.
Akses pada sumber pendanaan kurang memadai karena reputasi Bank
yang kurang baik, stand by financing terbatas dan tidak terdapat
komitmen/dukungan likuiditas dari perusahaan induk/intra grup.
High (5) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Likuiditas
tergolong sangat tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Kualitas aset likuid buruk, dan volume aset likuid sangat memadai
untuk memenuhi kewajiban jatuh waktu.
Sumber pendanaan yang berupa pendanaan tidak stabil (volatile)
sangat signifikan.
Transaksi rekening administratif dan/atau komitmen pendanaan intra
grup signifikan.
Konsentrasi pada sumber pendanaan yang tidak stabil (volatile)
sangat signfikan.
Bank tidak mampu memenuhi kewajiban dan kebutuhan arus kas
pada kondisi normal maupun pada skenario krisis.
Arus kas tidak dapat saling tutup pada hampir seluruh waktu
signifikan.
Akses pada sumber pendanaan kurang memadai karena reputasi Bank
memburuk, stand by financing tidak tersedia dan tidak terdapat
komitmen/dukungan likuiditas dari perusahaan induk/intra grup.
3.b. Matriks Penetapan Peringkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Untuk
Risiko Likuiditas
Peringkat Definisi Peringkat
Strong
(1)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Likuiditas sangat memadai.
Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut tidak
signifikan sehingga dapat diabaikan.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) sangat memadai dan telah sejalan
dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang sangat baik mengenai manajemen Risiko Likuiditas.
Budaya manajemen Risiko Likuiditas sangat kuat dan telah
diinternalisasikan dengan sangat baik pada seluruh level organisasi.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan sangat
memadai.
151
Peringkat Definisi Peringkat
Fungsi manajemen Risiko Likuiditas termasuk ALCO dan Komite
terkait lainnya independen, memiliki tugas dan tanggung jawab yang
jelas, dan telah berjalan dengan sangat baik.
Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan
telah berjalan dengan sangat baik.
Strategi pengelolaan likuiditas sangat memadai, mencakup antara lain
strategi pendanaan, strategi pengelolaan posisi dan Risiko Likuiditas
intrahari, manajemen posisi dan Risiko Likuiditas intragroup,
manajemen aset likuid berkualitas tinggi sebagai agunan, dan rencana
pendanaan darurat (Contingency Funding Plan/CFP).
Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Likuiditas sangat memadai dan
tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Likuiditas, sejalan
dengan penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.
Proses manajemen Risiko Likuiditas sangat memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Likuiditas.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Likuiditas sangat baik
sehingga menghasilkan laporan Risiko Likuiditas yang komprehensif
dan terintegrasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Secara umum sumber daya manusia sangat memadai dari segi kuantitas
maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Likuiditas.
Sistem pengendalian intern sangat efektif dalam mendukung
pelaksanaan manajemen Risiko Likuiditas.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
sangat memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Secara umum tidak terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan
hasil review independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
sangat memadai.
Satisfactory
(2)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Likuiditas memadai. Meskipun
terdapat beberapa kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat
diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) memadai dan telah sejalan dengan
sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang baik mengenai manajemen Risiko Likuiditas.
Budaya manajemen Risiko Likuiditas kuat dan telah diinternalisasikan
dengan baik pada seluruh level organisasi.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum memadai.
Terdapat beberapa kelemahan tetapi tidak signifikan dan dapat
diperbaiki dengan segera.
Fungsi manajemen Risiko Likuiditas termasuk ALCO dan Komite
152
Peringkat Definisi Peringkat
terkait lainnya independen, memiliki tugas dan tanggung jawab yang
jelas, dan telah berjalan dengan baik. Terdapat kelemahan minor tetapi
dapat diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.
Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan
telah berjalan dengan baik.
Strategi pengelolaan likuiditas memadai, mencakup antara lain strategi
pendanaan, strategi pengelolaan posisi dan Risiko Likuiditas intrahari,
manajemen posisi dan Risiko Likuiditas intragroup, manajemen aset
likuid berkualitas tinggi sebagai agunan, dan rencana pendanaan
darurat (Contingency Funding Plan/CFP).
Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Likuiditas memadai dan tersedia
untuk seluruh area manajemen Risiko Likuiditas, sejalan dengan
penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.
Proses manajemen Risiko Likuiditas memadai dalam mengidentifikasi,
mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Likuiditas.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Likuiditas baik sehingga
menghasilkan laporan Risiko Likuiditas yang komprehensif dan
terintegrasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Secara umum sumber daya manusia memadai dari segi kuantitas
maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Likuiditas.
Sistem pengendalian intern efektif dalam mendukung pelaksanaan
manajemen Risiko Likuiditas.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Terdapat kelemahan tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil kaji ulang
independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
memadai.
Fair
(3)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Likuiditas cukup memadai.
Meskipun persyaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan
yang membutuhkan perhatian manajemen.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) cukup memadai dan telah sejalan
dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang cukup baik mengenai manajemen Risiko Likuiditas.
Budaya manajemen Risiko Likuiditas cukup kuat dan telah
diinternalisasikan dengan cukup baik pada seluruh level organisasi.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara cukup memadai.
Terdapat kelemanahan pada beberapa aspek penilaian yang perlu
mendapat perhatian manajemen.
Fungsi manajemen Risiko Likuiditas termasuk ALCO dan Komite
terkait lainnya independen, memiliki tugas dan tanggung jawab yang
153
Peringkat Definisi Peringkat
jelas, dan telah berjalan dengan cukup baik, tetapi terdapat beberapa
kelemahan yang perlu mendapat perhatian manajemen.
Delegasi kewenangan cukup baik, tetapi pengendalian dan pemantauan
tidak selalu dilaksanakan dengan baik.
Strategi pengelolaan likuiditas cukup memadai. Terdapat beberapa
kelemahan pada satu atau lebih aspek pengelolaan likuiditas yang perlu
mendapat perhatian manajemen.
Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Likuiditas cukup memadai tetapi
tidak selalu konsisten dengan penerapan.
Proses manajemen Risiko Likuiditas cukup memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
likuiditas.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Likuiditas memenuhi
ekspektasi minimum tetapi terdapat beberapa kelemahan termasuk
pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang membutuhkan
perhatian manajemen.
Secara umum sumber daya manusia cukup memadai dari segi kuantitas
maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Likuiditas.
Sistem pengendalian intern cukup efektif dalam mendukung
pelaksanaan manajemen Risiko Likuiditas.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
cukup memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada metodologi,
frekuensi, maupun pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi
yang membutuhkan perhatian manajemen.
Terdapat kelemahan yang cukup signifikan berdasarkan hasil kaji ulang
independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
cukup memadai.
Marginal
(4)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Likuiditas kurang memadai.
Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko
Likuiditas yang membutuhkan tindakan korektif segera.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai dan tidak sejalan
dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.
Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan
Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Likuiditas.
Budaya manajemen Risiko Likuiditas kurang kuat dan belum
diinternalisasikan dengan baik pada setiap level satuan kerja.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan kurang
memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada beberapa aspek penilaian
yang segera diperbaiki.
Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Likuiditas yang
membutuhkan perbaikan segera.
Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau
154
Peringkat Definisi Peringkat
dengan baik.
Strategi pengelolaan likuiditas kurang memadai. Terdapat kelemahan
pada aspek-aspek pengelolaan likuiditas yang membutuhkan perbaikan
segera.
Kelemahan signfikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko
Likuiditas.
Proses manajemen Risiko Likuiditas kurang memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Likuiditas.
Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko
Likuiditas termasuk pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi
yang membutuhkan perbaikan segera.
Sumber daya manusia kurang memadai dari segi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Likuiditas.
Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung
pelaksanaan manajemen Risiko Likuiditas.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,
maupun pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang
membutuhkan perbaikan segera.
Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil kaji ulang
independen yang membutuhkan tindakan perbaikan segera.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.
Unsatisfactory
(5)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Likuiditas tidak memadai.
Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko
Likuiditas di mana tindakan penyelesaiannya di luar kemampuan
manajemen.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) tidak memadai dan tidak terdapat
kaitan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara
keseluruhan.
Awareness dan pemahaman Dewan Komisaris dan Direksi sangat
lemah mengenai manajemen Risiko Likuiditas.
Budaya manajemen Risiko Likuiditas tidak kuat atau belum ada sama
sekali.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi tidak memadai. Terdapat
kelemahan yang signifikan pada hampir seluruh aspek penilaian yang
tindakan penyelesaiannya di luar kemampuan Bank.
Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Likuiditas yang
membutuhkan perbaikan fundamental.
Delegasi kewenangan sangat lemah atau tidak ada.
Strategi pengelolaan likuiditas tidak memadai. Terdapat kelemahan
pada hampir seluruh aspek pengelolaan likuiditas yang membutuhkan
perbaikan segera.
155
Peringkat Definisi Peringkat
Kelemahan sangat signfikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko
Likuiditas.
Proses manajemen Risiko Likuiditas tidak memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Likuiditas.
Kelemahan fundamental pada Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Risiko Likuiditas. Pelaporan Risiko Likuiditas kepada Dewan
Komisaris dan Direksi sangat tidak memadai.
Sumber daya manusia tidak memadai dari segi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Likuiditas.
Sistem pengendalian intern tidak efektif dalam mendukung pelaksanaan
manajemen Risiko Likuiditas.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
tidak memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,
maupun pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang
membutuhkan perbaikan fundamental.
Terdapat kelemahan yang sangat signifikan berdasarkan hasil kaji ulang
independen di mana tindakan perbaikannya di luar kemampuan
manajemen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen tidak memadai atau tidak ada.
4.a. Matriks Penetapan Peringkat Risiko Inheren Untuk Risiko Operasional
Peringkat Definisi Peringkat
Low (1) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari Risiko Operasional
tergolong sangat rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Bisnis Bank memiliki karakteristik yang sangat sederhana. Produk
dan jasa tidak bervariasi, mekanisme bisnis sangat sederhana, volume
transaksi rendah, struktur organisasi tidak kompleks, tidak terdapat
aksi korporasi yang signnifikan, dan penggunaan jasa alih daya sangat
minimal.
Sumber daya manusia sangat memadai, baik dari sisi kecukupan
kuantitas maupun kualitas SDM. Data historis kerugian akibat
kesalahan manusia tidak signifikan.
Teknologi Informasi (TI) sangat matang (mature) dan tidak terdapat
perubahan signifikan dalam sistem TI. Kerentanan TI terhadap
gangguan/serangan sangat rendah.Infrastuktur pendukung sangat
andal dalam mendukung bisnis Bank.
Frekuensi dan materialitas fraud internal dan eksternal sangat rendah
dan kerugian yang disebabkan tidak signifikan dibandingkan dengan
volume transaksi/ pendapatan Bank.
Ancaman gangguan bisnis sebagai akibat dari kejadian eksternal
sangat rendah.
Low to Moderate Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
156
Peringkat Definisi Peringkat
(2) kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Operasional
rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Bisnis Bank memiliki karakteristik yang sangat sederhana. Produk
dan jasa relatif kurang bervariasi, mekanisme bisnis sederhana,
volume transaksi relatif rendah, struktur organisasi kurang kompleks,
aksi korporasi kurang signnifikan, dan penggunaan jasa alih daya
minimal.
Sumber daya manusia memadai, baik dari sisi kecukupan kuantitas
maupun kualitas SDM. Data historis kerugian akibat kesalahan
manusia kurang signifikan.
Teknologi Informasi (TI) relatif sudah matang (mature) dan tidak
terdapat perubahan signifikan dalam sistem TI. Kerentanan TI
terhadap gangguan/serangan rendah. Infrastuktur pendukung andal
dalam mendukung bisnis Bank.
Frekuensi dan materialitas fraud internal dan eksternal rendah dan
kerugian yang disebabkan kurang signifikan dibandingkan dengan
volume transaksi/ pendapatan Bank.
Ancaman gangguan bisnis sebagai akibat dari kejadian eksternal
rendah.
Moderate (3) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Operasional
tergolong cukup tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Bisnis Bank memiliki karakteristik yang cukup kompleks. Produk dan
jasa cukup bervariasi, mekanisme bisnis cukup kompleks, volume
transaksi cukup tinggi, struktur organisasi cukup kompleks, aksi
korporasi cukup signnifikan, dan penggunaan jasa alih daya cukup
signifikan.
Sumber daya manusia cukup memadai, baik dari sisi kecukupan
kuantitas maupun kualitas SDM. Data historis kerugian akibat
kesalahan manusia cukup signifikan.
Teknologi informasi menuju proses kematangan dan dapat terjadi
perubahan signfikan dalam sistem TI. TI cukup rentan terhadap
gangguan/serangan. Infrastuktur pendukung cukup andal dalam
mendukung bisnis Bank.
Frekuensi dan materialitas fraud internal dan eksternalcukup tinggi
dan kerugian yang disebabkan cukup signifikan dibandingkan dengan
volume transaksi/ pendapatan Bank.
Ancaman gangguan bisnis sebagai akibat dari kejadian eksternal
cukup tinggi.
Moderate to High
(4)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Operasional
tergolong tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
157
Peringkat Definisi Peringkat
sebagai berikut:
Bisnis Bank memiliki karakteristik yang kompleks. Produk dan jasa
bervariasi, mekanisme bisnis kompleks, volume transaksi tinggi,
struktur organisasi kompleks, aksi korporasi signifikan, dan
penggunaan jasa alih daya signifikan.
Sumber daya manusia memadai, baik dari sisi kecukupan kuantitas
maupun kualitas SDM. Data historis kerugian akibat kesalahan
manusia signifikan.
Teknologi informasi belum matang dan terjadi perubahan signfikan
dalam sistem TI. TI rentan terhadap gangguan/serangan. Infrastuktur
pendukung kurang andal dalam mendukung bisnis Bank.
Frekuensi dan materialitas fraud internal dan eksternal tinggi dan
kerugian yang disebabkan signifikan dibandingkan dengan volume
transaksi/ pendapatan Bank.
Ancaman gangguan bisnis sebagai akibat dari kejadian eksternal
tinggi.
High (5) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Operasional
tergolong sangat tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Bisnis Bank memiliki karakteristik yang sangat kompleks. Produk
dan jasa sangat bervariasi, mekanisme bisnis sangat kompleks,
volume transaksi sangat tinggi, struktur organisasi sangat kompleks,
aksi korporasi signifikan, dan penggunaan jasa alih daya sangat
tinggi.
Sumber daya manusia tidak memadai, baik dari sisi kecukupan
kuantitas maupun kualitas SDM. Data historis kerugian akibat
kesalahan manusia sangat signifikan.
Teknologi informasi belum matang dan terjadi perubahan signfikan
dalam sistem TI. TI sangat rentan terhadap gangguan/serangan.
Infrastuktur pendukung tidak andal dalam mendukung bisnis Bank.
Frekuensi dan materialitas fraud internal dan eksternal sangat tinggi
dan kerugian yang disebabkan sangat signifikan dibandingkan dengan
volume transaksi/ pendapatan Bank.
Ancaman gangguan bisnis sebagai akibat dari kejadian eksternal
sangat tinggi.
4.b. Matriks Penetapan Peringkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Untuk
Risiko Operasional
Peringkat Definisi Peringkat
Strong
(1)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Operasional sangat memadai.
Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut tidak
signifikan sehingga dapat diabaikan.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
158
Peringkat Definisi Peringkat
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) sangat memadai dan telah sejalan
dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang sangat baik mengenai manajemen Risiko Operasional.
Budaya manajemen Risiko Operasional sangat kuat dan telah
diinternalisasikan dengan sangat baik pada seluruh level organisasi.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan sangat
memadai.
Fungsi manjemen Risiko Operasional independen, memiliki tugas dan
tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan sangat baik.
Delegasi kewenangan telah berjalan dengan sangat baik.
Strategi Risiko Operasional sangat sejalan dengan tingkat Risiko yang
akan diambil dan toleransi Risiko Operasional.
Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Operasional sangat memadai dan
tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Operasional, sejalan
dengan penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.
Proses manajemen Risiko Operasional sangat memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Operasional.
Business Continuity Management sangat andal dan sangat teruji.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Operasional sangat baik,
sehingga menghasilkan Laporan Risiko Operasional yang komprehensif
dan terintegrasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Secara umum sumber daya manusia sangat memadai dari segi kuantitas
maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Operasional.
Sistem pengendalian intern sangat efektif dalam mendukung
pelaksanaan manajemen Risiko Operasional.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
sangat memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Secara umum tidak terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan
hasil kaji ulang independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
sangat memadai.
Satisfactory
(2)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Operasional memadai. Meskipun
terdapat beberapa kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat
diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) memadai dan telah sejalan dengan
sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang baik mengenai manajemen Risiko Operasional.
Budaya manajemen Risiko Operasional kuat dan telah
159
Peringkat Definisi Peringkat
diinternalisasikan dengan baik pada seluruh level organisasi.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum
memadai.Terdapat beberapa kelemahan tetapi tidak signifikan dan
dapat diperbaiki dengan segera.
Fungsi manjemen Risiko Operasional independen, memiliki tugas dan
tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan baik. Terdapat
kelemahan minor, tetapi dapat diselesaikan pada aktivitas bisnis
normal.
Delegasi kewenangan telah berjalan dengan baik.
Strategi Risiko Operasional sejalan dengan tingkat Risiko yang akan
diambil dan toleransi Risiko Operasional.
Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Operasional memadai dan
tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Operasional, sejalan
dengan penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai meskipun
terdapat kelemahan minor.
Proses manajemen Risiko Operasional memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Operasional.
Business Continuity Management andal dan teruji.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Operasional baik termasuk
pelaporan Risiko Operasional kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Terdapat kelemahan minor tetapi dapat diperbaiki dengan mudah.
Sumber daya manusia memadai, baik dari segi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Operasional.
Sistem pengendalian intern efektif dalam mendukung pelaksanaan
manajemen Risiko Operasional.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Terdapat kelemahan tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil kaji ulang
independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
memadai.
Fair
(3)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Operasional cukup memadai.
Meskipun persyaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan
yang membutuhkan perhatian manajemen.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) cukup memadai tetapi tidak selalu
sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara
keseluruhan.
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang cukup baik mengenai manajemen Risiko Operasional.
Budaya manajemen Risiko Operasional cukup kuat dan telah
diinternalisasikan dengan cukup baik tetapi belum selalu dilaksanakan
160
Peringkat Definisi Peringkat
secara konsisten.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum cukup
memadai.
Fungsi manajemen Risiko Operasional cukup baik, tetapi terdapat
beberapa kelemahan yang perlu mendapat perhatian manajemen.
Delegasi kewenangan telah berjalan dengan cukup baik.
Strategi Risiko Operasional cukup sejalan dengan tingkat Risiko yang
akan diambil dan toleransi Risiko Operasional.
Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Operasional cukup memadai
tetapi tidak selalu konsisten dengan penerapan.
Proses manajemen Risiko Operasional cukup memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Operasional.
Business Continuity Management cukup andal.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko memenuhi ekspektasi
minimum tetapi terdapat beberapa kelemahan termasuk pelaporan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang membutuhkan perhatian
manajemen.
Secara umum sumber daya manusia cukup memadai dari segi kuantitas
maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Operasional.
Sistem pengendalian intern cukup efektif dalam mendukung
pelaksanaan manajemen Risiko Operasional.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
cukup memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada metodologi,
frekuensi, dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi
yang membutuhkan perhatian manajemen.
Terdapat kelemahan yang cukup signifikan berdasarkan hasil kaji ulang
independen yang membutuhkan perhatian manajemen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
cukup memadai.
Marginal
(4)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Operasional kurang memadai.
Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko
Operasional yang membutuhkan tindakan korektif segera.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai dan tidak sejalan
dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.
Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan
Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Operasional.
Budaya manajemen Risiko Operasional kurang kuat dan belum
diinternalisasikan dengan baik pada setiap level satuan kerja.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum kurang
memadai. Terdapat kelemahan pada berbagai aspek penilaian yang
membutuhkan perbaikan segera.
Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Operasional yang
161
Peringkat Definisi Peringkat
membutuhkan perbaikan segera.
Delegasi kewenangan lemah.
Strategi Risiko Operasional kurang sejalan dengan tingkat Risiko yang
akan diambil dan toleransi Risiko Operasional.
Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko
Operasional.
Proses manajemen Risiko Operasional kurang memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Operasional.
Business Continuity Management kurang andal.
Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko
Operasional termasuk pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi
yang membutuhkan perbaikan segera.
Sumber daya manusia kurang memadai dari segi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Operasional.
Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung
pelaksanaan manajemen Risiko Operasional.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,
dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang
membutuhkan perbaikan segera.
Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil kaji ulang
independen yang membutuhkan tindakan perbaikan segera.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.
Unsatisfactory
(5)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Operasional tidak memadai.
Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko
Operasional di mana tindakan penyelesaiannya di luar kemampuan
manajemen.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) tidak memadai dan tidak terdapat
kaitan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara
keseluruhan.
Awareness dan pemahaman Dewan Komisaris dan Direksi sangat
lemah mengenai manajemen Risiko Operasional.
Budaya manajemen Risiko Operasional tidak kuat atau belum ada sama
sekali.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi tidak memadai. Terdapat
kelemahan signifikan pada hampir seluruh aspek penilaian dan tindakan
penyelesaiannya di luar kemampuan Bank.
Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Operasional yang
membutuhkan perbaikan fundamental.
Delegasi kewenangan sangat lemah.
Strategi Risiko Operasional tidak sejalan dengan tingkat Risiko yang
akan diambil dan toleransi Risiko Operasional.
162
Peringkat Definisi Peringkat
Kelemahan sangat signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko
Operasional.
Proses manajemen Risiko Operasional tidak memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Operasional.
Business Continuity Management tidak andal.
Kelemahan fundamental pada Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Risiko Operasional.
Sumber daya manusia tidak memadai dari segi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Operasional.
Sistem pengendalian intern tidak efektif dalam mendukung pelaksanaan
manajemen Risiko Operasional.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
tidak memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,
dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang
membutuhkan perbaikan fundamental.
Terdapat kelemahan yang sangat signifikan berdasarkan hasil kaji ulang
independen yang membutuhkan tindakan perbaikan segera.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen tidak memadai atau tidak ada.
5.a. Matriks Penetapan Peringkat Risiko Inheren Untuk Risiko Hukum
Peringkat Definisi Peringkat
Low (1) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari Risiko Hukum tergolong
sangat rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Tidak terdapat proses litigasi yang terjadi pada Bank atau ada proses
litigasi tetapi frekuensi dan/atau dampak finansial gugatannya tidak
signifikan mengganggu kondisi keuangan Bank serta tidak
berdampak besar terhadap reputasi Bank.
Perjanjian yang dibuat oleh Bank telah sangat memadai.
Seluruh aktivitas dan produk Bank telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Low to Moderate
(2)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Hukum tergolong
rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Terdapat proses litigasi tetapi frekuensi dan/atau dampak finansial
gugatannya kurang signifikan mengganggu kondisi keuangan Bank
serta kurang berdampak besar terhadap reputasi Bank.
Perjanjian yang dibuat oleh Bank memadai.
Terdapat aktivitas dan produk yang belum diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku dengan jumlah yang tidak
signifikan.
163
Peringkat Definisi Peringkat
Moderate (3) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Hukum tergolong
cukup tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Terdapat proses litigasi yang terjadi pada Bank namun frekuensi
dan/atau dampak finansial gugatannya cukup signifikan sehingga
kurang mengganggu kondisi keuangan Bank namun memiliki
kemungkinan munculnya Risiko Reputasi bagi Bank.
Perjanjian yang dibuat oleh Bank cukup memadai.
Terdapat aktivitas dan produk yang belum diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku dengan jumlah yang cukup
signifikan.
Moderate to High
(4)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Hukum tergolong
tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Terdapat proses litigasi yang terjadi pada Bank dan frekuensi dan/atau
dampak finansial gugatannya signifikan sehingga apabila Bank
mengalami kekalahan, ganti rugi atas gugatan tersebut dapat
mengganggu kondisi keuangan Bank serta berdampak besar terhadap
reputasi Bank.
Perjanjian yang dibuat oleh Bank kurang memadai.
Terdapat aktivitas dan produk yang belum diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku dengan jumlah yang signifikan.
High (5) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Hukum tergolong
sangat tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Terdapat proses litigasi terhadap Bank oleh nasabah/debitur Bank
dalam frekuensi dan/atau dampak finansial yang sangat signifikan
sehingga apabila Bank dikalahkan dalam putusan pengadilan, kondisi
tersebut dapat mempengaruhi kondisi usaha Bank secara signifikan.
Perjanjian yang dibuat oleh Bank tidak memadai.
Terdapat aktivitas dan produk yang belum diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku dengan jumlah yang sangat
signifikan.
5.b. Matriks Penetapan Peringkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Untuk
Risiko Hukum
Peringkat Definisi Peringkat
Strong
(1)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Hukum sangat memadai. Meskipun
terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut tidak signifikan
sehingga dapat diabaikan.
164
Peringkat Definisi Peringkat
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) sangat memadai dan telah sejalan
dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang sangat baik mengenai manajemen Risiko Hukum.
Budaya manajemen Risiko Hukum sangat kuat dan telah
diinternalisasikan dengan sangat baik pada seluruh level organisasi.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan sangat
memadai.
Fungsi manajemen Risiko Hukum independen, memiliki tugas dan
tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan sangat baik.
Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan
telah berjalan dengan sangat baik.
Strategi Risiko Hukum sangat sejalan dengan tingkat Risiko yang akan
diambil dan toleransi Risiko.
Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Hukum sangat memadai
dan tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Hukum, sejalan
dengan penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.
Proses manajemen Risiko Hukum sangat memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Hukum.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Hukum sangat baik
sehingga menghasilkan Laporan Risiko Hukum yang komprehensif dan
terintegrasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Secara umum sumber daya manusia sangat memadai dari segi kuantitas
maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Hukum.
Sistem pengendalian intern sangat efektif dalam mendukung
pelaksanaan Manajemen Risiko.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
sangat memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Secara umum tidak terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan
hasil review independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
sangat memadai.
Satisfactory
(2)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Hukum memadai. Meskipun
terdapat beberapa kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat
diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) memadai dan telah sejalan dengan
sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
165
Peringkat Definisi Peringkat
yang baik mengenai manajemen Risiko Hukum.
Budaya manajemen Risiko Hukum kuat dan telah diinternalisasikan
dengan baik pada seluruh level organisasi.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum memadai.
Terdapat beberapa kelemahan tetapi tidak signifikan dan dapat
diperbaiki dengan segera.
Fungsi manajemen Risiko Hukum memiliki tugas dan tanggung jawab
yang jelas dan telah berjalan dengan baik. Terdapat kelemahan minor,
tetapi dapat diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.
Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan
telah berjalan dengan baik.
Strategi Risiko Hukum sejalan dengan tingkat Risiko yang akan
diambil dan toleransi Risiko.
Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Hukum memadai dan
tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Hukum, sejalan dengan
penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai meskipun terdapat
kelemahan minor.
Proses manajemen Risiko Hukum memadai dalam mengidentifikasi,
mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Hukum.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Hukum baik termasuk
pelaporan Risiko Hukum kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Terdapat kelemahan minor tetapi dapat diperbaiki dengan mudah.
Sumber daya manusia memadai baik dari sisi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Hukum.
Sistem pengendalian intern efektif dalam mendukung pelaksanaan
Manajemen Risiko.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Terdapat kelemahan tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil review
independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
memadai.
Fair
(3)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Hukum cukup memadai. Meskipun
persyaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan yang
membutuhkan perhatian manajemen.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) cukup memadai tetapi tidak selalu
sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara
keseluruhan.
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang cukup baik mengenai manajemen Risiko Hukum.
Budaya manajemen Risiko Hukum cukup kuat dan telah
diinternalisasikan dengan cukup baik tetapi belum selalu dilaksanakan
166
Peringkat Definisi Peringkat
secara konsisten.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum cukup
memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa aspek penilaian yang
perlu mendapat perhatian manajemen.
Fungsi manajemen Risiko Hukum cukup baik, tetapi terdapat beberapa
kelemahan yang perlu mendapat perhatian manajemen.
Delegasi kewenangan cukup baik, tetapi pengendalian dan pemantauan
tidak selalu dilaksanakan dengan baik.
Strategi Risiko Hukum cukup sejalan dengan tingkat Risiko yang akan
diambil dan toleransi Risiko.
Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Hukum cukup memadai
tetapi tidak selalu konsisten dengan penerapan.
Proses manajemen Risiko Hukum cukup memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Hukum.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Hukum memenuhi
ekspektasi minimum tetapi terdapat beberapa kelemahan termasuk
pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang membutuhkan
perhatian manajemen.
Secara umum sumber daya manusia cukup memadai baik dari sisi
kuantitas maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Hukum.
Sistem pengendalian intern cukup efektif dalam mendukung
pelaksanaan Manajemen Risiko.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
cukup memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada metodologi,
frekuensi, dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi
yang membutuhkan perhatian manajemen.
Terdapat kelemahan yang cukup signifikan berdasarkan hasil review
independen yang membutuhkan perhatian manajemen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
cukup memadai.
Marginal
(4)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Hukum kurang memadai. Terdapat
kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko Hukum
yang membutuhkan tindakan korektif segera.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai dan tidak sejalan
dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.
Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan
Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Hukum.
Budaya manajemen Risiko Hukum kurang kuat dan belum
diinternalisasikan dengan baik pada setiap level satuan kerja.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum kurang
memadai. Terdapat kelemahan pada berbagai aspek penilaian yang
membutuhkan perbaikan segera.
167
Peringkat Definisi Peringkat
Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Hukum yang
membutuhkan perbaikan segera.
Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau
dengan baik.
Strategi Risiko Hukum kurang sejalan dengan tingkat Risiko yang akan
diambil dan toleransi Risiko.
Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko
Hukum.
Proses manajemen Risiko Hukum kurang memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Hukum.
Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko
Hukum termasuk pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi
yang membutuhkan perbaikan segera.
Sumber daya manusia kurang memadai dari segi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manjemen Risiko Hukum.
Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung
pelaksanaan Manajemen Risiko.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,
dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang
membutuhkan perbaikan segera.
Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil review
independen yang membutuhkan tindakan perbaikan segera.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.
Unsatisfactory
(5)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Hukum tidak memadai. Terdapat
kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko Hukum di
mana tindakan penyelesaiannya di luar kemampuan manajemen.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) tidak memadai dan tidak terdapat
kaitan dengan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara
keseluruhan.
Awareness dan pemahaman Dewan Komisaris dan Direksi sangat
lemah mengenai manajemen Risiko Hukum.
Budaya manajemen Risiko Hukum tidak kuat atau belum ada sama
sekali.
Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Hukum yang
membutuhkan perbaikan fundamental.
Delegasi kewenangan sangat lemah atau tidak ada.
Strategi Risiko Hukum tidak sejalan dengan tingkat Risiko yang akan
diambil dan toleransi Risiko.
Proses manajemen Risiko Hukum tidak memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Hukum.
168
Peringkat Definisi Peringkat
Kelemahan fundamental pada Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Risiko Hukum. Pelaporan Risiko Hukum kepada Dewan Komisaris dan
Direksi sangat tidak memadai.
Sumber daya manusia tidak memadai dari segi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manjemen Risiko Hukum.
Sistem pengendalian intern tidak efektif dalam mendukung pelaksanaan
Manajemen Risiko.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,
dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang
membutuhkan perbaikan fundamental.
Terdapat kelemahan yang sangat signifikan berdasarkan hasil review
independen di mana tindakan perbaikannya di luar kemampuan
manajemen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen tidak memadai.
6.a. Matriks Penetapan Tingkat Risiko Inheren Untuk Risiko Stratejik
Peringkat Definisi Peringkat
Low (1) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari Risiko Stratejik
tergolong sangat rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Strategi Bank tergolong konservatif atau berisiko rendah.
Produk/kegiatan usaha Bank tergolong stabil, tidak kompleks, dan
terdiversifikasi.
Bank melanjutkan strategi yang telah ada dengan tingkat keberhasilan
strategi yang tinggi.
Bank memiliki keunggulan kompetitif yang stabil, dan tidak terdapat
ancaman dari kompetitor.
Pencapaian rencana bisnis Bank sangat memadai.
Low to Moderate
(2)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Stratejik
tergolong rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Strategi Bank berisiko rendah namun dengan trend meningkat.
Produk/kegiatan usaha Bank tergolong tidak kompleks dan
terdiversifikasi.
Bank melanjutkan strategi yang sama atau memiliki beberapa strategi
baru namun masih dalam core bisnis dan kompetensi Bank.
Bank memiliki keunggulan kompetitif dan ancaman kompetitor
tergolong minor.
Pencapaian rencana bisnis Bank memadai.
Moderate (3) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
169
Peringkat Definisi Peringkat
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Stratejik
tergolong cukup tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Strategi Bank tergolong berisiko moderat.
Produk/kegiatan usaha Bank secara umum terdiversifikasi, namun
terdapat beberapa yang tergolong kompleks.
Tingkat keberhasilan strategi Bank tergolong moderat karena terdapat
ancaman dari kompetitor.
Bank memiliki keunggulan kompetitif yang moderat dan terdapat
ancaman dari kompetitor.
Pencapaian rencana bisnis Bank cukup memadai.
Moderate to High
(4)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Stratejik
tergolong tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Strategi Bank tergolong berisiko moderat namun dengan trend
meningkat.
Beberapa produk/kegiatan usaha Bank terkonsentrasi dan tergolong
kompleks.
Bank menerapkan strategi untuk memasuki bisnis/pasar baru dengan
tingkat keberhasilan yang belum dapat dipastikan.
Bank kurang memiliki keunggulan kompetitif, atau terdapat ancaman
signifikan dari kompetitor.
Pencapaian rencana bisnis Bank kurang memadai.
High (5) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Stratejik
tergolong sangat tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Strategi Bank tergolong berisiko tinggi.
Produk/kegiatan usaha sangat terkonsentrasi dan tergolong kompleks.
Mayoritas strategi Bank beralih kepada area yang berbeda yang bukan
merupakan lini bisnis utama dan kompetensi Bank.
Bank tidak memiliki keunggulan kompetitif, dan terdapat ancaman
sangat signifikan dari kompetitor.
Pencapaian rencana bisnis Bank tidak memadai.
6.b. Matriks Penetapan Peringkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Untuk
Risiko Stratejik
Peringkat Definisi Peringkat
Strong
(1)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Stratejik sangat memadai.
Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut tidak
signifikan sehingga dapat diabaikan.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
170
Peringkat Definisi Peringkat
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) sangat memadai dan telah sejalan
dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.
Dewan Komisaris dan Dewan Direksi memiliki awareness dan
pemahaman yang sangat baik mengenai manajemen Risiko Stratejik,
sumber Risiko Stratejik dan tingkat Risiko Stratejik di Bank.
Budaya manajemen Risiko Stratejik sangat kuat dan telah
diinternalisasikan dengan sangat baik pada seluruh level organisasi.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan sangat
memadai.
Fungsi manajemen Risiko Stratejik independen, memiliki tugas dan
tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan sangat baik.
Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan
telah berjalan dengan sangat baik.
Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Stratejik sangat memadai
dan tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Stratejik, sejalan
dengan penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.
Proses manajemen Risiko Stratejik sangat memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Stratejik.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Stratejik sangat baik
sehingga menghasilkan Laporan Risiko Stratejik yang komprehensif
dan terintegrasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Secara umum sumber daya manusia sangat memadai dari segi kuantitas
maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Stratejik.
Sistem pengendalian intern sangat efektif dalam mendukung
pelaksanaan Manajemen Risiko.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
sangat memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Secara umum tidak terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan
hasil review independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
sangat memadai.
Satisfactory
(2)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Stratejik memadai. Meskipun
terdapat beberapa kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat
diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) memadai dan telah sejalan dengan
sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang baik mengenai manajemen Risiko Stratejik.
Budaya manajemen Risiko Stratejik kuat dan telah diinternalisasikan
171
Peringkat Definisi Peringkat
dengan baik pada seluruh level organisasi.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum memadai.
Terdapat beberapa kelemahan tetapi tidak signifikan dan dapat
diperbaiki dengan segera.
Fungsi manajemen Risiko Stratejik memiliki tugas dan tanggung
jawab yang jelas dan telah berjalan dengan baik. Terdapat kelemahan
minor, tetapi dapat diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.
Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan
telah berjalan dengan baik.
Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Stratejik memadai dan
tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Stratejik, sejalan dengan
penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai meskipun terdapat
kelemahan minor.
Proses manajemen Risiko Stratejik memadai dalam mengidentifikasi,
mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Stratejik.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Stratejik baik termasuk
pelaporan Risiko Stratejik kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Terdapat kelemahan minor tetapi dapat diperbaiki dengan mudah.
Sumber daya manusia memadai baik dari sisi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Stratejik.
Sistem pengendalian intern efektif dalam mendukung pelaksanaan
Manajemen Risiko.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Terdapat kelemahan tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil review
independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
memadai.
Fair
(3)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Stratejik cukup memadai.
Meskipun persyaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan
yang membutuhkan perhatian manajemen.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) cukup memadai tetapi tidak selalu
sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara
keseluruhan.
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang cukup baik mengenai manajemen Risiko Stratejik.
Budaya manajemen Risiko Stratejik cukup kuat dan telah
diinternalisasikan dengan cukup baik tetapi belum selalu dilaksanakan
secara konsisten.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum cukup
memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa aspek penilaian yang
perlu mendapat perhatian manajemen.
172
Peringkat Definisi Peringkat
Fungsi manajemen Risiko Stratejik cukup baik, tetapi terdapat beberapa
kelemahan yang perlu mendapat perhatian manajemen.
Delegasi kewenangan cukup baik, tetapi pengendalian dan pemantauan
tidak selalu dilaksanakan dengan baik.
Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Stratejik cukup memadai
tetapi tidak selalu konsisten dengan penerapan.
Fungsi manajemen Risiko Stratejik cukup baik, tetapi terdapat beberapa
kelemahan yang perlu mendapat perhatian manajemen.
Delegasi kewenangan cukup baik, tetapi pengendalian dan pemantauan
tidak selalu dilaksanakan dengan baik.
Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Stratejik cukup memadai
tetapi tidak selalu konsisten dengan penerapan.
Proses manajemen Risiko Stratejik cukup memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Hukum.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Stratejik memenuhi
ekspektasi minimum tetapi terdapat beberapa kelemahan termasuk
pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang membutuhkan
perhatian manajemen.
Secara umum sumber daya manusia cukup memadai baik dari sisi
kuantitas maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Stratejik.
Sistem pengendalian intern cukup efektif dalam mendukung
pelaksanaan Manajemen Risiko.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
cukup memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada metodologi,
frekuensi, dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi
yang membutuhkan perhatian manajemen.
Terdapat kelemahan yang cukup signifikan berdasarkan hasil review
independen yang membutuhkan perhatian manajemen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
cukup memadai.
Marginal
(4)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Stratejik kurang memadai.
Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko
Stratejik yang membutuhkan tindakan korektif segera.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai dan tidak sejalan
dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.
Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan
Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Stratejik.
Budaya manajemen Risiko Stratejik kurang kuat dan belum
diinternalisasikan dengan baik pada setiap level satuan kerja.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum kurang
memadai. Terdapat kelemahan pada berbagai aspek penilaian yang
membutuhkan perbaikan segera.
173
Peringkat Definisi Peringkat
Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Stratejik yang
membutuhkan perbaikan segera.
Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau
dengan baik.
Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko
Stratejik.
Proses manajemen Risiko Stratejik kurang memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Stratejik.
Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko
Stratejik termasuk pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi
yang membutuhkan perbaikan segera.
Sumber daya manusia kurang memadai dari segi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manjemen Risiko Stratejik.
Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung
pelaksanaan Manajemen Risiko.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,
dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang
membutuhkan perbaikan segera.
Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil review
independen yang membutuhkan tindakan perbaikan segera.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.
Unsatisfactory
(5)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Stratejik tidak memadai. Terdapat
kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko Stratejik di
mana tindakan penyelesaiannya di luar kemampuan manajemen.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) tidak memadai dan tidak terdapat
kaitan dengan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara
keseluruhan.
Awareness dan pemahaman Dewan Komisaris dan Direksi sangat
lemah mengenai manajemen Risiko Stratejik.
Budaya manajemen Risiko Stratejik tidak kuat atau belum ada sama
sekali.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi tidak memadai. Terdapat
kelemahan yang signifikan pada hampir seluruh aspek penilaian dan
tindakan dan penyelesaiannya di luar kemampuan Bank.
Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Stratejik yang
membutuhkan perbaikan fundamental.
Delegasi kewenangan sangat lemah atau tidak ada.
Kelemahan sangat signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko
Stratejik.
Proses manajemen Risiko Stratejik tidak memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
174
Peringkat Definisi Peringkat
Stratejik.
Kelemahan fundamental pada Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Risiko Stratejik.
Sumber daya manusia tidak memadai dari segi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manjemen Risiko Stratejik.
Sistem pengendalian intern tidak efektif dalam mendukung pelaksanaan
Manajemen Risiko.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,
dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang
membutuhkan perbaikan fundamental.
Terdapat kelemahan yang sangat signifikan berdasarkan hasil review
independen di mana tindakan perbaikannya di luar kemampuan
manajemen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen tidak memadai atau tidak ada.
7.a. Matriks Penetapan Peringkat Risiko Inheren Untuk Risiko Kepatuhan
Peringkat Definisi Peringkat
Low (1) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari Risiko Kepatuhan
tergolong sangat rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Tidak terdapat pelanggaran ketentuan.
Tidak terdapat pelanggaran prinsip syariah atas operasional
penghimpunan dan penyediaan dana serta pelayanan jasa.
Track record kepatuhan Bank selama ini sangat baik.
Bank telah menerapkan hampir seluruh standar keuangan dan kode
etik yang berlaku.
Low to Moderate
(2)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Kepatuhan
tergolong rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Terdapat pelanggaran ketentuan yang relatif minor dan dapat segera
diperbaiki oleh Bank.
Terdapat pelanggaran prinsip syariah yang relatif minor atas
operasional penghimpunan dan penyediaan dana serta pelayanan jasa.
Track record kepatuhan Bank selama ini baik.
Bank telah menerapkan hampir seluruh standar keuangan dan kode
etik yang berlaku.
Moderate (3) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Kepatuhan
tergolong cukup tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
175
Peringkat Definisi Peringkat
sebagai berikut:
Terdapat pelanggaran ketentuan yang cukup signifikan dan
membutuhkan perhatian manajemen.
Terdapat pelanggaran prinsip syariah yang cukup signifikan atas
operasional penghimpunan dan penyediaan dana serta pelayanan jasa.
Track record kepatuhan Bank selama ini cukup baik.
Terdapat pelanggaran minor pada standar keuangan dan kode etik
yang berlaku.
Moderate to High
(4)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Kepatuhan
tergolong tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Terdapat pelanggaran ketentuan yang signifikan dan membutuhkan
tindakan perbaikan segera.
Terdapat pelanggaran prinsip syariah yang signifikan atas operasional
penghimpunan dan penyediaan dana serta pelayanan jasa.
Track record kepatuhan Bank selama ini kurang baik.
Terdapat pelanggaran signifikan pada standar keuangan dan kode etik
yang berlaku.
High (5) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Kepatuhan
tergolong sangat tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Terdapat pelanggaran ketentuan yang sangat signifikan dan
membutuhkan tindakan perbaikan segera.
Terdapat pelanggaran prinsip syariah yang sangat signifikan atas
operasional penghimpunan dan penyediaan dana serta pelayanan jasa.
Track record kepatuhan Bank selama ini tidak baik.
Terdapat pelanggaran sangat signifikan pada standar keuangan dan
kode etik yang berlaku.
7.b. Matriks Penetapan Peringkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Untuk
Risiko Kepatuhan
Peringkat Definisi Peringkat
Strong
(1)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Kepatuhan sangat memadai.
Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut tidak
signifikan sehingga dapat diabaikan.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah memiliki
awareness dan pemahaman yang sangat baik mengenai manajemen
Risiko Kepatuhan.
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) sangat memadai dan telah sejalan
176
Peringkat Definisi Peringkat
dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.
Budaya manajemen Risiko Kepatuhan sangat kuat dan telah
diinternalisasikan dengan sangat baik pada seluruh level organisasi.
Pelaksanaan tugas Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah
secara keseluruhan sangat memadai.
Fungsi manajemen Risiko Kepatuhan independen, memiliki tugas dan
tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan sangat baik.
Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan
telah berjalan dengan sangat baik.
Strategi Risiko Kepatuhan sangat sejalan dengan tingkat Risiko yang
akan diambil dan toleransi Risiko.
Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Kepatuhan sangat memadai
dan tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Kepatuhan, sejalan
dengan penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.
Proses manajemen Risiko Kepatuhan sangat memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Kepatuhan.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Kepatuhan sangat baik
sehingga menghasilkan Laporan Risiko Kepatuhan yang komprehensif
dan terintegrasi kepada Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas
Syariah.
Secara umum sumber daya manusia sangat memadai dari segi kuantitas
maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Kepatuhan.
Sistem pengendalian intern sangat efektif dalam mendukung
pelaksanaan Manajemen Risiko.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
sangat memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan
kepada Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah.
Secara umum tidak terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan
hasil review independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
sangat memadai.
Satisfactory
(2)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Kepatuhan memadai. Meskipun
terdapat beberapa kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat
diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah memiliki
awareness dan pemahaman yang baik mengenai manajemen Risiko
Kepatuhan.
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) memadai dan telah sejalan dengan
sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.
Budaya manajemen Risiko Kepatuhan kuat dan telah diinternalisasikan
dengan baik pada seluruh level organisasi.
Pelaksanaan tugas Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah
177
Peringkat Definisi Peringkat
secara umum memadai. Terdapat beberapa kelemahan tetapi tidak
signifikan dan dapat diperbaiki dengan segera.
Fungsi manajemen Risiko Kepatuhan memiliki tugas dan tanggung
jawab yang jelas dan telah berjalan dengan baik. Terdapat kelemahan
minor, tetapi dapat diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.
Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan
telah berjalan dengan baik.
Strategi Risiko Kepatuhan sejalan dengan tingkat Risiko yang akan
diambil dan toleransi Risiko.
Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Kepatuhan memadai dan
tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Kepatuhan, sejalan
dengan penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai meskipun
terdapat kelemahan minor.
Proses manajemen Risiko Kepatuhan memadai dalam mengidentifikasi,
mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Kepatuhan.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Kepatuhan baik termasuk
pelaporan Risiko Kepatuhan kepada Dewan Komisaris, Direksi, dan
Dewan Pengawas Syariah. Terdapat kelemahan minor tetapi dapat
diperbaiki dengan mudah.
Sumber daya manusia memadai baik dari sisi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Kepatuhan.
Sistem pengendalian intern efektif dalam mendukung pelaksanaan
Manajemen Risiko.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan
kepada Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah.
Terdapat kelemahan tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil review
independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
memadai.
Fair
(3)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Kepatuhan cukup memadai.
Meskipun persyaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan
yang membutuhkan perhatian manajemen.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah memiliki
awareness dan pemahaman yang cukup baik mengenai manajemen
Risiko Kepatuhan.
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) cukup memadai tetapi tidak selalu
sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara
keseluruhan.
Budaya manajemen Risiko Kepatuhan cukup kuat dan telah
diinternalisasikan dengan cukup baik tetapi belum selalu dilaksanakan
secara konsisten.
Pelaksanaan tugas Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah
178
Peringkat Definisi Peringkat
secara umum cukup memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa
aspek penilaian yang perlu mendapat perhatian manajemen.
Fungsi manajemen Risiko Kepatuhan cukup baik, tetapi terdapat
beberapa kelemahan yang perlu mendapat perhatian manajemen.
Delegasi kewenangan cukup baik, tetapi pengendalian dan pemantauan
tidak selalu dilaksanakan dengan baik.
Strategi Risiko Kepatuhan cukup sejalan dengan tingkat Risiko yang
akan diambil dan toleransi Risiko.
Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Kepatuhan cukup memadai
tetapi tidak selalu konsisten dengan penerapan.
Proses manajemen Risiko Kepatuhan cukup memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Hukum.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Kepatuhan memenuhi
ekspektasi minimum tetapi terdapat beberapa kelemahan termasuk
pelaporan kepada Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas
Syariah yang membutuhkan perhatian manajemen.
Secara umum sumber daya manusia cukup memadai baik dari sisi
kuantitas maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko
Kepatuhan.
Sistem pengendalian intern cukup efektif dalam mendukung
pelaksanaan Manajemen Risiko.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
cukup memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada metodologi,
frekuensi, dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris, Direksi, dan
Dewan Pengawas Syariah yang membutuhkan perhatian manajemen.
Terdapat kelemahan yang cukup signifikan berdasarkan hasil review
independen yang membutuhkan perhatian manajemen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
cukup memadai.
Marginal
(4)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Kepatuhan kurang memadai.
Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko
Kredit yang membutuhkan tindakan korektif segera.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan
Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah mengenai
manajemen Risiko Kepatuhan.
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai dan tidak sejalan
dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.
Budaya manajemen Risiko Kepatuhan kurang kuat dan belum
diinternalisasikan dengan baik pada setiap level satuan kerja.
Pelaksanaan tugas Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah
secara umum kurang memadai. Terdapat kelemahan pada berbagai
aspek penilaian yang membutuhkan perbaikan segera.
179
Peringkat Definisi Peringkat
Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Kepatuhan yang
membutuhkan perbaikan segera.
Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau
dengan baik.
Strategi Risiko Kepatuhan kurang sejalan dengan tingkat Risiko yang
akan diambil dan toleransi Risiko.
Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko
Kepatuhan.
Proses manajemen Risiko Kepatuhan kurang memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Kepatuhan.
Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko
Kepatuhan termasuk pelaporan kepada Dewan Komisaris, Direksi, dan
Dewan Pengawas Syariah yang membutuhkan perbaikan segera.
Sumber daya manusia kurang memadai dari segi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Kepatuhan.
Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung
pelaksanaan Manajemen Risiko.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,
dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan
Pengawas Syariah yang membutuhkan perbaikan segera.
Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil review
independen yang membutuhkan tindakan perbaikan segera.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.
Unsatisfactory
(5)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Kepatuhan tidak memadai.
Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko
Kepatuhan di mana tindakan penyelesaiannya di luar kemampuan
manajemen.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Awareness dan pemahaman Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan
Pengawas Syariah sangat lemah mengenai manajemen Risiko
Kepatuhan.
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) tidak memadai dan tidak terdapat
kaitan dengan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara
keseluruhan.
Budaya manajemen Risiko Kepatuhan tidak kuat.
Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Kepatuhan yang
membutuhkan perbaikan fundamental.
Delegasi kewenangan sangat lemah.
Strategi Risiko Kepatuhan tidak sejalan dengan tingkat Risiko yang
akan diambil dan toleransi Risiko.
Proses manajemen Risiko Kepatuhan tidak memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
180
Peringkat Definisi Peringkat
Kepatuhan.
Kelemahan fundamental pada Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Risiko Kepatuhan. Pelaporan Risiko Kepatuhan kepada Dewan
Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah sangat tidak
memadai.
Sumber daya manusia tidak memadai dari segi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manjemen Risiko Kepatuhan.
Sistem pengendalian intern tidak efektif dalam mendukung pelaksanaan
Manajemen Risiko.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,
dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan
Pengawas Syariah yang membutuhkan perbaikan fundamental.
Terdapat kelemahan yang sangat signifikan berdasarkan hasil review
independen di mana tindakan perbaikannya di luar kemampuan
manajemen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen tidak memadai atau tidak ada.
8.a. Matriks Penetapan Peringkat Risiko Inheren Untuk Risiko Reputasi
Peringkat Definisi Peringkat
Low (1) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari Risiko Reputasi
tergolong sangat rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Secara umum tidak terdapat pengaruh reputasi negatif dari pemilik
Bank dan perusahaan terkait, bahkan diharapkan pemilik Bank dan
perusahaan terkait dapat memberikan pengaruh sangat positif tehadap
reputasi Bank.
Pelanggaran atau potensi pelanggaran sangat minim atas etika bisnis.
Bank memiliki reputasi sebagai perusahaan yang sangat menjunjung
tinggi etika bisnis.
Produk Bank tidak kompleks dan mudah dipahami oleh nasabah.
Kerjasama bisnis yang dilakukan dengan mitra bisnis jumlahnya
sangat minimal.
Frekuensi pemberitaan negatif terhadap Bank sangat minimal,
pemberitaan negatif sifatnya sangat tidak material, dan ruang lingkup
pemberitaan terbatas.
Frekuensi penyampaian keluhan nasabah sangat minimal dan sangat
tidak material.
Low to Moderate
(2)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Reputasi
tergolong rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Terdapat pengaruh reputasi negatif dari pemilik Bank dan perusahaan
181
Peringkat Definisi Peringkat
terkait namun skala pengaruhnya kecil dan dapat dimitigasi dengan
baik.
Pelanggaran/potensi pelanggaran etika bisnis minimal dan Bank
memiliki reputasi sebagai perusahaan yang menjunjung tinggi etika
bisnis.
Produk Bank sederhana sehingga relatif tidak membutuhkan
pemahaman khusus nasabah.
Kerjasama bisnis yang dilakukan dengan mitra bisnis jumlahnya
minimal.
Frekuensi pemberitaan negatif terhadap Bank minimal, pemberitaan
negatif sifatnya tidak material, dan ruang lingkup pemberitaan yang
kecil relatif terhadap skala Bank.
Frekuensi penyampaian keluhan yang minimal dan tidak material.
Moderate (3) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Reputasi
tergolong cukup tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Terdapat pengaruh reputasi negatif dari pemilik Bank dan perusahaan
terkait walaupun skala pengaruh cukup besar namun masih dapat
dikendalikan.
Terjadi pelanggaran/potensi pelanggaran etika bisnis namun skala
pengaruhnya cukup signifikan dan dapat membutuhkan perhatian
manajemen.
Produk Bank cukup kompleks sehingga pada tingkat tertentu
membutuhkan pemahaman khusus nasabah.
Kerjasama bisnis yang dilakukan dengan mitra bisnis jumlahnya
cukup banyak.
Frekuensi pemberitaan negatif terhadap Bank cukup banyak,
pemberitaan negatif sifatnya cukup material, dan ruang lingkup
pemberitaan yang cukup luas terhadap skala Bank.
Frekuensi penyampaian keluhan cukup banyak dan cukup material.
Moderate to High
(4)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Reputasi
tergolong tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Terdapat pengaruh reputasi negatif dari pemilik Bank dan perusahaan
terkait dengan skala pengaruh yang material dan membutuhkan
perhatian khusus manajemen.
Terjadi pelanggaran/potensi pelanggaran etika bisnis dengan skala
pengaruh material dan membutuhkan perhatian secara khusus.
Produk Bank kompleks sehingga membutuhkan pemahaman khusus
nasabah.
Kerjasama bisnis yang dilakukan dengan mitra bisnis jumlahnya
material.
Frekuensi pemberitaan negatif terhadap Bank banyak, pemberitaan
182
Peringkat Definisi Peringkat
negatif sifatnya material, dan ruang lingkup pemberitaan yang besar
relatif terhadap skala Bank.
Frekuensi penyampaian keluhan yang banyak dan material.
High (5) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Reputasi
tergolong sangat tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Terdapat pengaruh reputasi negatif dari pemilik Bank dan perusahaan
terkait dengan skala pengaruh yang sangat material dan
membutuhkan tindak lanjut dan manajemen dengan segera.
Terjadi pelanggaran/potensi pelanggaran etika bisnis dengan skala
sangat material dan membutuhkan lanjut dan manajemen dengan
segera.
Produk Bank sangat kompleks sehingga sangat membutuhkan
pemahaman khusus nasabah.
Kerjasama bisnis yang dilakukan dengan mitra bisnis jumlahnya
material.
Frekuensi pemberitaan negatif terhadap Bank sangat banyak,
pemberitaan negatif sifatnya sangat material, dan ruang lingkup
pemberitaan yang sangat besar relatif terhadap skala Bank.
Frekuensi penyampaian keluhan yang sangat tinggi dan sangat
material.
8.b. Matriks Penetapan Peringkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Untuk
Risiko Reputasi
Peringkat Definisi Peringkat
Strong
(1)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Reputasi sangat memadai.
Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut tidak
signifikan sehingga dapat diabaikan.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang sangat baik mengenai manajemen Risiko Reputasi.
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) sangat memadai dan telah sejalan
dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.
Budaya manajemen Risiko Reputasi sangat kuat dan telah
diinternalisasikan dengan sangat baik pada seluruh level organisasi.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan sangat
memadai.
Fungsi manajemen Risiko Reputasi independen, memiliki tugas dan
tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan sangat baik.
Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan
telah berjalan dengan sangat baik.
Strategi Risiko Reputasi sangat sejalan dengan tingkat Risiko yang
183
Peringkat Definisi Peringkat
akan diambil dan toleransi Risiko.
Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Reputasi sangat memadai
dan tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Reputasi, sejalan
dengan penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.
Proses manajemen Risiko Reputasi sangat memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Reputasi.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Reputasi sangat baik
sehingga menghasilkan Laporan Risiko Reputasi yang komprehensif
dan terintegrasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Secara umum sumber daya manusia sangat memadai dari segi kuantitas
maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Reputasi.
Sistem pengendalian intern sangat efektif dalam mendukung
pelaksanaan Manajemen Risiko.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
sangat memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Secara umum tidak terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan
hasil review independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
sangat memadai.
Satisfactory
(2)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Reputasi memadai. Meskipun
terdapat beberapa kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat
diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang baik mengenai manajemen Risiko Reputasi.
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) memadai dan telah sejalan dengan
sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.
Budaya manajemen Risiko Reputasi kuat dan telah diinternalisasikan
dengan baik pada seluruh level organisasi.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum memadai.
Terdapat beberapa kelemahan tetapi tidak signifikan dan dapat
diperbaiki dengan segera.
Fungsi manajemen Risiko Reputasi memiliki tugas dan tanggung jawab
yang jelas dan telah berjalan dengan baik. Terdapat kelemahan minor,
tetapi dapat diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.
Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan
telah berjalan dengan baik.
Strategi Risiko Reputasi sejalan dengan tingkat Risiko yang akan
diambil dan toleransi Risiko.
Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Reputasi memadai dan
tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Reputasi, sejalan dengan
penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai meskipun terdapat
184
Peringkat Definisi Peringkat
kelemahan minor.
Proses manajemen Risiko Reputasi memadai dalam mengidentifikasi,
mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Reputasi.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Reputasi baik termasuk
pelaporan Risiko Reputasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Terdapat kelemahan minor tetapi dapat diperbaiki dengan mudah.
Sumber daya manusia memadai baik dari sisi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Reputasi.
Sistem pengendalian intern efektif dalam mendukung pelaksanaan
Manajemen Risiko.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Terdapat kelemahan tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil review
independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
memadai.
Fair
(3)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Reputasi cukup memadai.
Meskipun persyaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan
yang membutuhkan perhatian manajemen.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang cukup baik mengenai manajemen Risiko Reputasi.
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) cukup memadai tetapi tidak selalu
sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara
keseluruhan.
Budaya manajemen Risiko Reputasi cukup kuat dan telah
diinternalisasikan dengan cukup baik tetapi belum selalu dilaksanakan
secara konsisten.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum cukup
memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa aspek penilaian yang
perlu mendapat perhatian manajemen.
Fungsi manajemen Risiko Reputasi cukup baik, tetapi terdapat
beberapa kelemahan yang perlu mendapat perhatian manajemen.
Delegasi kewenangan cukup baik, tetapi pengendalian dan pemantauan
tidak selalu dilaksanakan dengan baik.
Strategi Risiko Reputasi cukup sejalan dengan tingkat Risiko yang akan
diambil dan toleransi Risiko.
Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Reputasi cukup memadai
tetapi tidak selalu konsisten dengan penerapan.
Proses manajemen Risiko Reputasi cukup memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Reputasi.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko memenuhi ekspektasi
185
Peringkat Definisi Peringkat
minimum tetapi terdapat beberapa kelemahan termasuk pelaporan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang membutuhkan perhatian
manajemen.
Secara umum sumber daya manusia cukup memadai baik dari sisi
kuantitas maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Reputasi.
Sistem pengendalian intern cukup efektif dalam mendukung
pelaksanaan Manajemen Risiko.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
cukup memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada metodologi,
frekuensi, dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi
yang membutuhkan perhatian manajemen.
Terdapat kelemahan yang cukup signifikan berdasarkan hasil review
independen yang membutuhkan perhatian manajemen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
cukup memadai.
Marginal
(4)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Reputasi kurang memadai.
Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko
Reputasi yang membutuhkan tindakan korektif segera.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan
Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Reputasi.
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai dan tidak sejalan
dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.
Budaya manajemen Risiko Reputasi kurang kuat dan belum
diinternalisasikan dengan baik pada setiap level satuan kerja.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum kurang
memadai. Terdapat kelemahan pada berbagai aspek penilaian yang
membutuhkan perbaikan segera.
Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Reputasi yang
membutuhkan perbaikan segera.
Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau
dengan baik.
Strategi Risiko Reputasi kurang sejalan dengan tingkat Risiko yang
akan diambil dan toleransi Risiko.
Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko
Reputasi.
Proses manajemen Risiko Reputasi kurang memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Reputasi.
Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko
Reputasi termasuk pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi
yang membutuhkan perbaikan segera.
Sumber daya manusia kurang memadai dari segi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Reputasi.
186
Peringkat Definisi Peringkat
Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung
pelaksanaan Manajemen Risiko.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,
dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang
membutuhkan perbaikan segera.
Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil review
independen yang membutuhkan tindakan perbaikan segera.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.
Unsatisfactory
(5)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Reputasi tidak memadai. Terdapat
kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko Reputasi di
mana tindakan penyelesaiannya di luar kemampuan manajemen.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Awareness dan pemahaman Dewan Komisaris dan Direksi sangat
lemah mengenai manajemen Risiko Reputasi.
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) tidak memadai dan tidak terdapat
kaitan dengan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara
keseluruhan.
Budaya manajemen Risiko Reputasi tidak kuat atau belum ada sama
sekali.
Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Reputasi yang
membutuhkan perbaikan fundamental.
Delegasi kewenangan sangat lemah atau tidak ada.
Strategi Risiko Reputasi tidak sejalan dengan tingkat Risiko yang akan
diambil dan toleransi Risiko.
Proses manajemen Risiko Reputasi tidak memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Reputasi.
Kelemahan fundamental pada Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Risiko Reputasi. Pelaporan Risiko Reputasi kepada Dewan Komisaris
dan Direksi sangat tidak memadai.
Sumber daya manusia tidak memadai dari segi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manjemen Risiko Reputasi.
Sistem pengendalian intern tidak efektif dalam mendukung pelaksanaan
Manajemen Risiko.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan
kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,
dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang
membutuhkan perbaikan fundamental.
Terdapat kelemahan yang sangat signifikan berdasarkan hasil review
independen di mana tindakan perbaikannya di luar kemampuan
manajemen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen tidak memadai atau tidak ada.
187
9.a. Matriks Penetapan Peringkat Risiko Inheren Untuk Risiko Imbah Hasil
Peringkat Definisi Peringkat
Low (1) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari Risiko Imbal Hasil
tergolong sangat rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Pengelolaan sumber dana atas investor yang memiliki risiko imbal
hasil tinggi telah dilakukan dengan sangat baik.
Portofolio penyediaan dana didominasi eksposur yang memiliki
imbal hasil tinggi dan mempunyai risiko yang termitigasi dengan
sangat baik.
Eksposur penyediaan dana terdiversifikasi sangat signifikan ke akad
yang memiliki imbal hasil pasti dan tetap.
Penyediaan dana memiliki kualitas yang sangat baik.
Strategi penyediaan dana atau business model bank tergolong stabil.
Portofolio penyediaan dana relatif tidak terpengaruh dengan
perubahan faktor eksternal.
Low to Moderate
(2)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Imbal Hasil
tergolong rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Pengelolaan sumber dana atas investor yang memiliki risiko imbal
hasil tinggi telah dilakukan dengan baik.
Portofolio penyediaan dana didominasi eksposur yang memiliki
imbal hasil relatif tinggi dan mempunyai risiko yang termitigasi
dengan baik.
Eksposur penyediaan dana terdiversifikasi relatif signifikan ke akad
yang memiliki imbal hasil pasti dan tetap.
Penyediaan dana memiliki kualitas yang baik.
Strategi penyediaan dana atau business model bank tergolong relatif
stabil.
Portofolio penyediaan dana relatif kurang terpengaruh terpengaruh
dengan perubahan faktor eksternal.
Moderate (3) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Imbal Hasil
tergolong cukup tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Pengelolaan sumber dana atas investor yang memiliki risiko imbal
hasil tinggi telah dilakukan dengan cukup baik.
Portofolio penyediaan dana didominasi eksposur yang memiliki
imbal hasil cukup tinggi dan mempunyai risiko yang termitigasi
dengan cukup baik.
Eksposur penyediaan dana terdiversifikasi cukup siginifikan ke akad
yang memiliki imbal hasil pasti dan tetap.
188
Peringkat Definisi Peringkat
Penyediaan dana memiliki kualitas yang cukup baik.
Strategi penyediaan dana atau business model bank tergolong cukup
stabil.
Portofolio penyediaan dana relatif cukup terpengaruh dengan
perubahan faktor eksternal.
Moderate to High
(4)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Imbal Hasil
tergolong tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Pegelolaan sumber dana atas investor yang memiliki risiko imbal
hasil tinggi telah dilakukan dengan kurang baik.
Portofolio penyediaan dana didominasi eksposur yang memiliki
imbal hasil relatif rendah dan mempunyai risiko yang termitigasi
dengan kurang baik.
Eksposur penyediaan dana kurang terdiversifikasi ke akad yang
memiliki imbal hasil pasti dan tetap.
Penyediaan dana memiliki kualitas yang kurang baik.
Terdapat perubahan signifikan pada strategi penyediaan dana atau
business model.
Portofolio penyediaan dana terpengaruh terpengaruh dengan
perubahan faktor eksternal.
High (5) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Imbal Hasil
tergolong sangat tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Pengelolaan sumber dana atas investor yang memiliki risiko imbal
hasil tinggi telah dilakukan dengan tidak baik.
Portofolio penyediaan dana didominasi eksposur yang memiliki
imbal hasil rendah dan mempunyai risiko yang termitigasi
dengan tidak baik.
Eksposur penyediaan dana tidak terdiversifikasi ke akad yang
memiliki imbal hasil pasti dan tetap.
Penyediaan dana memiliki kualitas yang tidak baik.
Terdapat perubahan sangat signifikan pada strategi penyediaan dana
atau business model.
Portofolio penyediaan dana sangat terpengaruh terpengaruh dengan
perubahan faktor eksternal.
9.b. Matriks Penetapan Peringkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Untuk
Risiko Imbal Hasil
Peringkat Definisi Peringkat
Strong
(1)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Imbal Hasil sangat memadai.
Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut tidak
signifikan sehingga dapat diabaikan.
189
Peringkat Definisi Peringkat
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Strategi pengelolaan sumber dana atas investor yang memiliki risiko
imbal hasil tinggi telah dilakukan dengan sangat baik.
Strategi penyediaan dana kepada portofolio yang mengandung imbal
hasil tinggi dan terdiversifikasi serta memiliki kualitas yang sangat
baik.
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) imbal hasil sangat memadai dan telah
sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara
keseluruhan.
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang sangat baik mengenai manajemen Risiko Imbal Hasil.
Budaya manajemen Risiko Imbal Hasil sangat kuat dan telah
diinternalisasikan dengan sangat baik pada seluruh tingkatan organisasi.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan sangat
memadai.
Fungsi manajemen Risiko Imbal Hasil independen, memiliki tugas dan
tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan sangat baik.
Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan
telah berjalan dengan sangat baik.
Strategi pembiayaan sangat baik dan sangat sejalan dengan tingkat
Risiko yang akan diambil dan toleransi Risiko Imbal Hasil.
Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Imbal Hasil sangat memadai dan
tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Imbal Hasil, sejalan
dengan penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.
Proses manajemen Risiko Imbal Hasil sangat memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Imbal Hasil.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Imbal Hasil sangat baik
sehingga menghasilkan pelaporan Risiko Investasi yang komprehensif
dan terintegrasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Secara umum Sumber Daya Manusia (SDM) sangat memadai baik dari
sisi kuantitas maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Imbal
Hasil.
Sistem pengendalian intern sangat efektif dalam mendukung
pelaksanaan manajemen Risiko Imbal Hasil.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan
Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
sangat memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Secara umum tidak terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan
hasil kaji ulang independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
sangat memadai.
Satisfactory
(2)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Imbal Hasil memadai. Meskipun
terdapat beberapa kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat
190
Peringkat Definisi Peringkat
diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Strategi pengelolaan sumber dana atas investor yang memiliki risiko
imbal hasil tinggi telah dilakukan dengan baik.
Strategi penyediaan dana kepada portofolio yang mengandung imbal
hasil relatif tinggi dan relatif terdiversifikasi serta memiliki kualitas
yang baik.
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) memadai dan telah sejalan dengan
sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara keseluruhan.
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang baik mengenai manajemen Risiko Imbal Hasil.
Budaya manajemen Risiko Imbal Hasil kuat dan telah
diinternalisasikan dengan sangat baik pada seluruh tingkatan organisasi.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan memadai.
Terdapat beberapa kelemahan tetapi tidak signifikan dan dapat
diperbaiki dengan segera.
Fungsi manajemen Risiko Imbal Hasil independen, memiliki tugas dan
tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan baik.Terdapat
kelemahan minor, tetapi dapat diselesaikan pada aktivitas bisnis
normal.
Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan
telah berjalan dengan baik.
Strategi pembiayaan baik dan sejalan dengan tingkat Risiko yang akan
diambil dan toleransi Risiko Imbal Hasil.
Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Imbal Hasil memadai dan
tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Imbal Hasil, sejalan
dengan penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.
Proses manajemen Risiko Imbal Hasil memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Imbal Hasil.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Imbal Hasil baik termasuk
pelaporan Risiko Imbal Hasil kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Terdapat kelemahan minor tetapi dapat diperbaiki dengan mudah.
Sumber Daya Manusia (SDM) memadai baik dari sisi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Imbal Hasil.
Sistem pengendalian intern efektif dalam mendukung pelaksanaan
manajemen Risiko Imbal Hasil.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan
Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Terdapat kelemahan tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil kaji ulang
independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
memadai.
191
Peringkat Definisi Peringkat
Fair
(3)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Imbal Hasil cukup memadai.
Meskipun persyaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan
yang membutuhkan perhatian manajemen.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Strategi pengelolaan sumber dana atas investor yang memiliki risiko
imbal hasil tinggi telah dilakukan dengan cukup baik.
Strategi Penyediaan dana kepada portofolio yang mengandung imbal
hasil cukup tinggi dan cukup terdiversifikasi serta memiliki kualitas
yang cukup baik.
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) cukup memadai tetapi tidak selalu
sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara
keseluruhan.
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang cukup baik mengenai manajemen Risiko Imbal Hasil.
Budaya manajemen Risiko Imbal Hasil cukup kuat dan telah
diinternalisasikan dengan cukup baik tetapi belum selalu dilaksanakan
secara konsisten.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan cukup
memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada beberapa aspek penilaian
yang perlu mendapat perhatian manajemen.
Fungsi manajemen Risiko Imbal Hasil telah berjalan cukup baik, tetapi
terdapat beberapa kelemahan cukup signifikan yang perlu segera
diselesaikan oleh manajemen.
Delegasi kewenangan cukup baik, tetapi pengendalian dan pemantauan
tidak selalu dilaksanakan dengan baik.
Strategi pembiayaan cukup sejalan dengan tingkat Risiko yang akan
diambil dan toleransi Risiko Imbal Hasil.
Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Imbal Hasil cukup memadai
tetapi tidak selalu konsisten dengan penerapan dan/atau tidak dipahami
dengan baik oleh pegawai.
Proses manajemen Risiko Imbal Hasil cukup memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Imbal Hasil.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Imbal Hasil memenuhi
ekspektasi minimum tetapi terdapat beberapa kelemahan termasuk
pelaporan Risiko Imbal Hasil kepada Dewan Komisaris dan Direksi
yang membutuhkan perhatian manajemen.
Sumber Daya Manusia (SDM) cukup memadai baik dari sisi kuantitas
maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Imbal Hasil.
Sistem pengendalian intern cukup efektif dalam mendukung
pelaksanaan manajemen Risiko Imbal Hasil.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan
Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
cukup memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada metodologi,
frekuensi, dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi
192
Peringkat Definisi Peringkat
yang membutuhkan perhatian manajemen.
Terdapat kelemahan yang cukup signifikan berdasarkan hasil kaji ulang
independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
cukup memadai.
Marginal
(4)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Imbal Hasil kurang memadai.
Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko
Imbal Hasil yang membutuhkan tindakan korektif segera.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Strategi pengelolaan sumber dana atas investor yang memiliki risiko
imbal hasil tinggi telah dilakukan dengan kurang baik.
Strategi penyediaan dana kepada portofolio yang mengandung imbal
hasil rendah dan kurang terdiversifikasi serta memiliki kualitas yang
kurang baik.
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai tetapi dan tidak
sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara
keseluruhan.
Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan
Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Imbal Hasil.
Budaya manajemen Risiko Imbal Hasil kurang kuat dan belum
diinternalisasikan pada setiap tingkatan satuan kerja.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan kurang
memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa aspek penilaian yang
membutuhkan perbaikan segera.
Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Imbal Hasil yang
membutuhkan perbaikan segera.
Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau
dengan baik.
Strategi pembiayaan kurang sejalan dengan tingkat Risiko yang akan
diambil dan toleransi Risiko Imbal Hasil.
Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Imbal
Hasil.
Proses manajemen Risiko Imbal Hasil kurang memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Imbal Hasil.
Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko
Imbal Hasil termasuk pelaporan Risiko kepada Dewan Komisaris dan
Direksi yang membutuhkan perbaikan segera.
Sumber Daya Manusia (SDM) kurang memadai dari segi kuantitas
maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Imbal Hasil.
Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung
pelaksanaan manajemen Risiko Imbal Hasil.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan
Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,
193
Peringkat Definisi Peringkat
dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang
membutuhkan perbaikan segera.
Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil kaji ulang
independen yang membutuhkan perbaikan segera.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.
Unsatisfactory
(5)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Imbal Hasil tidak memadai.
Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko
Imbal Hasil di mana tindakan penyelesaiannya di luar kemampuan
manajemen.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Strategi pengelolaan sumber dana atas investor yang memiliki risiko
imbal hasil tinggi telah dilakukan dengan tidak baik.
Strategi penyediaan dana kepada portofolio yang mengandung imbal
hasil rendah dan tidak terdiversifikasi serta memiliki kualitas yang tidak
baik.
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai tetapi dan tidak
sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara
keseluruhan.
Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan
Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Imbal Hasil.
Budaya manajemen Risiko Imbal Hasil kurang kuat dan belum
diinternalisasikan pada setiap tingkatan satuan kerja.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan kurang
memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa aspek penilaian yang
membutuhkan perbaikan segera.
Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Imbal Hasil yang
membutuhkan perbaikan segera.
Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau
dengan baik.
Strategi pembiayaan kurang sejalan dengan tingkat Risiko yang akan
diambil dan toleransi Risiko Imbal Hasil.
Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Imbal
Hasil.
Proses manajemen Risiko Imbal Hasil kurang memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Imbal Hasil.
Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko
Imbal Hasil termasuk pelaporan Risiko kepada Dewan Komisaris dan
Direksi yang membutuhkan perbaikan segera.
Sumber Daya Manusia (SDM) kurang memadai dari segi kuantitas
maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Imbal Hasil.
Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung
pelaksanaan manajemen Risiko Imbal Hasil.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan
Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
194
Peringkat Definisi Peringkat
kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,
dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang
membutuhkan perbaikan segera.
Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil kaji ulang
independen yang membutuhkan perbaikan segera.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.
10.a. Matriks Penetapan Peringkat Risiko Inheren Untuk Risiko Investasi
Peringkat Definisi Peringkat
Low (1) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari Risiko Investasi
tergolong sangat rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Portofolio penyediaan dana yang berbasis bagi hasil (akad
mudharabah dan musyarakah) sangat kecil.
Penyediaan dana berbasis bagi hasil (akad mudharabah dan
musyarakah) memiliki kualitas yang sangat baik.
Strategi penyediaan dana atau business model bankke akad yang
berbasis bagi hasil diberikan kepada nasabah yang mempunyai track
record yang sangat baik di bank dan ke bisnis nasabah yang dikuasai
oleh bank serta memiliki risiko yang sangat rendah.
Portofolio penyediaan dana berbasis bagi hasil relatif tidak
terpengaruh dengan perubahan faktor eksternal.
Low to Moderate
(2)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Investasi
tergolong rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Portofolio penyediaan dana yang berbasis bagi hasil (akad
mudharabah dan musyarakah) kecil.
Penyediaan dana berbasis bagi hasil (akad mudharabah dan
musyarakah) memiliki kualitas yang baik.
Strategi penyediaan dana atau business model bank ke akad yang
berbasis bagi hasil diberikan kepada nasabah yang mempunyai track
record yang baik di bank dan ke bisnis nasabah yang dikuasai oleh
bank serta memiliki risiko yang rendah.
Portofolio penyediaan dana berbasis bagi hasil kurang terpengaruh
dengan perubahan faktor eksternal.
Moderate (3) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Investasi
tergolong cukup tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Portofolio penyediaan dana yang berbasis bagi hasil (akad
mudharabah dan musyarakah) cukup signifikan.
Penyediaan dana berbasis bagi hasil (akad mudharabah dan
195
Peringkat Definisi Peringkat
musyarakah) memiliki kualitas yang cukup baik.
Strategi penyediaan dana atau business model bank ke akad yang
berbasis bagi hasil diberikan kepada nasabah yang mempunyai track
record yang cukup baik di bank dan kebisnis nasabah yang dikuasai
oleh bank serta memiliki risiko yang sedang.
Portofolio penyediaan dana berbasis bagi hasil cukup terpengaruh
dengan perubahan faktor eksternal.
Moderate to High
(4)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Investasi
tergolong tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Portofolio penyediaan dana yang berbasis bagi hasil (akad
mudharabah dan musyarakah) signifikan.
Penyediaan dana berbasis bagi hasil (akad mudharabah dan
musyarakah) memiliki kualitas yang kurang baik.
Strategi penyediaan dana atau business model bank ke akad yang
berbasis bagi hasil diberikan kepada nasabah yang mempunyai track
record yang kurang baik di bank dan ke bisnis nasabah yang kurang
dikuasai oleh bank serta memiliki risiko yang cukup tinggi.
Portofolio penyediaan dana berbasis bagi hasil terpengaruh dengan
perubahan faktor eksternal.
High (5) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Investasi
tergolong sangat tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Portofolio penyediaan dana yang berbasis bagi hasil (akad
mudharabah dan musyarakah) sangat signifikan.
Penyediaan dana berbasis bagi hasil (akad mudharabah dan
musyarakah) memiliki kualitas yang tidak baik.
Strategi penyediaan dana atau business model bank ke akad yang
berbasis bagi hasil diberikan kepada nasabah yang mempunyai track
record yang tidak baik di bank dan ke bisnis nasabah yang tidak
dikuasai oleh bank serta memiliki risiko yang sangat sangat tinggi.
Portofolio penyediaan dana berbasis bagi hasil sangat terpengaruh
dengan perubahan faktor eksternal.
10.b. Matriks Penetapan Peringkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Untuk
Risiko Investasi
Peringkat Definisi Peringkat
Strong
(1)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Investasi sangat memadai.
Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut tidak
signifikan sehingga dapat diabaikan.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
196
Peringkat Definisi Peringkat
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) investasi sangat memadai dan telah
sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara
keseluruhan.
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang sangat baik mengenai manajemen Risiko Investasi.
Budaya manajemen Risiko Investasi sangat kuat dan telah
diinternalisasikan dengan sangat baik pada seluruh tingkatan organisasi.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan sangat
memadai.
Fungsi manajemen Risiko Investasi independen, memiliki tugas dan
tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan sangat baik.
Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan
telah berjalan dengan sangat baik.
Strategi pembiayaan sangat baik dan sangat sejalan dengan tingkat
Risiko yang akan diambil dan toleransi Risiko Investasi.
Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Investasi sangat memadai dan
tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Investasi, sejalan dengan
penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.
Proses manajemen Risiko Investasi sangat memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Investasi.
Proses penyediaan dana secara umum sangat memadai mulai dari
proses underwriting hingga penanganan aset bermasalah.
Sistem pemeringkatan Risiko Investasi (investment risk grading) sangat
baik, diterapkan secara konsisten, dan dipahami dengan baik oleh
pegawai. Terdapat fungsi kaji ulang pembiayaan (financing review)
yang independen dan berjalan dengan baik.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Investasi sangat baik
sehingga menghasilkan pelaporan Risiko Investasi yang komprehensif
dan terintegrasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Secara umum Sumber Daya Manusia (SDM) sangat memadai baik dari
sisi kuantitas maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko
Investasi.
Sistem pengendalian intern sangat efektif dalam mendukung
pelaksanaan manajemen Risiko Investasi.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan
Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
sangat memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Secara umum tidak terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan
hasil kaji ulang independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
sangat memadai.
Satisfactory
(2)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Investasi memadai. Meskipun
terdapat beberapa kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat
diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.
197
Peringkat Definisi Peringkat
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) memadai dan telah sejalan dengan
sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara keseluruhan.
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang baik mengenai manajemen Risiko Investasi.
Budaya manajemen Risiko Investasi kuat dan telah diinternalisasikan
dengan sangat baik pada seluruh tingkatan organisasi.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan memadai.
Terdapat beberapa kelemahan tetapi tidak signifikan dan dapat
diperbaiki dengan segera.
Fungsi manajemen Risiko Investasi independen, memiliki tugas dan
tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan baik. Terdapat
kelemahan minor, tetapi dapat diselesaikan pada aktivitas bisnis
normal.
Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan
telah berjalan dengan baik.
Strategi pembiayaan baik dan sejalan dengan tingkat Risiko yang akan
diambil dan toleransi Risiko Investasi.
Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Investasi memadai dan tersedia
untuk seluruh area manajemen Risiko Investasi, sejalan dengan
penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.
Proses manajemen Risiko Investasi memadai dalam mengidentifikasi,
mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Investasi.
Proses penyediaan dana baik. Terdapat kelemahan minor pada satu atau
lebih aspek penyediaan dana tetapi dapat diperbaiki dengan mudah.
Sistem pemeringkatan Risiko Investasi (investment risk grading) baik,
diterapkan secara konsisten dan dipahami oleh pegawai. Fungsi kaji
ulang pembiayaan (financing review) independen. Terdapat kelemahan
minor yang tidak mengganggu proses secara keseluruhan.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Investasi baik termasuk
pelaporan Risiko Investasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Terdapat kelemahan minor tetapi dapat diperbaiki dengan mudah.
Sumber Daya Manusia (SDM) memadai baik dari sisi kuantitas maupun
kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Investasi.
Sistem pengendalian intern efektif dalam mendukung pelaksanaan
manajemen Risiko Investasi.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan
Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi.
Terdapat kelemahan tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil kaji ulang
independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
memadai.
Fair Kualitas penerapan manajemen Risiko Investasi cukup memadai.
198
Peringkat Definisi Peringkat
(3) Meskipun persyaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan
yang membutuhkan perhatian manajemen.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) cukup memadai tetapi tidak selalu
sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara
keseluruhan.
Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman
yang cukup baik mengenai manajemen Risiko Investasi.
Budaya manajemen Risiko Investasi cukup kuat dan telah
diinternalisasikan dengan cukup baik tetapi belum selalu dilaksanakan
secara konsisten.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan cukup
memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada beberapa aspek penilaian
yang perlu mendapat perhatian manajemen.
Fungsi manajemen Risiko Investasi telah berjalan cukup baik, tetapi
terdapat beberapa kelemahan cukup signifikan yang perlu segera
diselesaikan oleh manajemen.
Delegasi kewenangan cukup baik, tetapi pengendalian dan pemantauan
tidak selalu dilaksanakan dengan baik.
Strategi pembiayaan cukup sejalan dengan tingkat Risiko yang akan
diambil dan toleransi Risiko Investasi.
Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Investasi cukup memadai tetapi
tidak selalu konsisten dengan penerapan dan/atau tidak dipahami
dengan baik oleh pegawai.
Proses manajemen Risiko Investasi cukup memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Investasi.
Proses penyediaan dana cukup baik. Terdapat kelemahan pada satu atau
lebih aspek penyediaan dana yang perlu mendapat perhatian
manajemen.
Sistem pemeringkatan Risiko Investasi (investment risk grading) dan
fungsi kaji ulang pembiayaan (financing review) cukup baik, tetapi
terdapat beberapa kelemahan yang perlu mendapat perhatian
manajemen.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Investasi memenuhi
ekspektasi minimum tetapi terdapat beberapa kelemahan termasuk
pelaporan Risiko Investasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang
membutuhkan perhatian manajemen.
Sumber Daya Manusia (SDM) cukup memadai baik dari sisi kuantitas
maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Investasi.
Sistem pengendalian intern cukup efektif dalam mendukung
pelaksanaan manajemen Risiko Investasi.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan
Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
cukup memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada metodologi,
199
Peringkat Definisi Peringkat
frekuensi, dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi
yang membutuhkan perhatian manajemen.
Terdapat kelemahan yang cukup signifikan berdasarkan hasil kaji
ulang independen.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan
cukup memadai.
Marginal
(4)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Investasi kurang memadai.
Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko
Investasi yang membutuhkan tindakan korektif segera.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai tetapi dan tidak
sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara
keseluruhan.
Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan
Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Investasi.
Budaya manajemen Risiko Investasi kurang kuat dan belum
diinternalisasikan pada setiap tingkatan satuan kerja.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan kurang
memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa aspek penilaian yang
membutuhkan perbaikan segera.
Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Investasi yang
membutuhkan perbaikan segera.
Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau
dengan baik.
Strategi pembiayaan kurang sejalan dengan tingkat Risiko yang akan
diambil dan toleransi Risiko Investasi.
Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko
Investasi.
Proses manajemen Risiko Investasi kurang memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Investasi.
Proses penyediaan dana kurang baik. Terdapat kelemahan pada satu
atau lebih aspek penyediaan dana yang perlu perbaikan segera.
Sistem pemeringkatan Risiko Investasi (investment risk grading) dan
kaji ulang pembiayaan (financing review) kurang baik. Terdapat
beberapa kelemahan yang perlu perbaikan segera.
Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko
Investasi termasuk pelaporan Risiko kepada Dewan Komisaris dan
Direksi yang membutuhkan perbaikan segera.
Sumber Daya Manusia (SDM) kurang memadai dari segi kuantitas
maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Investasi.
Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung
pelaksanaan manajemen Risiko Investasi.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review ) oleh Satuan
Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
200
Peringkat Definisi Peringkat
kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,
dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang
membutuhkan perbaikan segera.
Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil kaji ulang
independen yang membutuhkan perbaikan segera.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.
Unsatisfactory
(5)
Kualitas penerapan manajemen Risiko Investasi tidak memadai. Terdapat
kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko Investasi di
mana tindakan penyelesaiannya di luar kemampuan manajemen.
Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain
sebagai berikut:
Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan
toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai tetapi dan tidak
sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara
keseluruhan.
Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan
Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Investasi.
Budaya manajemen Risiko Investasi kurang kuat dan belum
diinternalisasikan pada setiap tingkatan satuan kerja.
Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan kurang
memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa aspek penilaian yang
membutuhkan perbaikan segera.
Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Investasi yang
membutuhkan perbaikan segera.
Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau
dengan baik.
Strategi pembiayaan kurang sejalan dengan tingkat Risiko yang akan
diambil dan toleransi Risiko Investasi.
Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko
Investasi.
Proses manajemen Risiko Investasi kurang memadai dalam
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko
Investasi.
Proses penyediaan dana kurang baik. Terdapat kelemahan pada satu
atau lebih aspek penyediaan dana yang perlu perbaikan segera.
Sistem pemeringkatan Risiko Investasi (investment risk grading) dan
fungsi kaji ulang pembiayaan (financing review) kurang baik. Terdapat
beberapa kelemahan yang perlu perbaikan segera.
Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko
Investasi termasuk pelaporan Risiko kepada Dewan Komisaris dan
Direksi yang membutuhkan perbaikan segera.
Sumber Daya Manusia (SDM) kurang memadai dari segi kuantitas
maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Investasi.
Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung
pelaksanaan manajemen Risiko Investasi.
Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan
Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen
201
Peringkat Definisi Peringkat
kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,
dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang
membutuhkan perbaikan segera.
Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil kaji ulang
independen yang membutuhkan perbaikan segera.
Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.