218
PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE TAHUN 2011-2014 Oleh SILFIYA MEITHOFANI ABDILLAH NIM. 1112081000157 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2015 M

PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

  • Upload
    buitu

  • View
    219

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC

TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH

DI INDONESIA PERIODE TAHUN 2011-2014

Oleh

SILFIYA MEITHOFANI ABDILLAH

NIM. 1112081000157

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2015 M

Page 2: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

i

PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC

TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH

DI INDONESIA PERIODE TAHUN 2011-2014

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

SILFIYA MEITHOFANI ABDILLAH

NIM. 1112081000157

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ade Sofyan Mulazid Murdiyah Hayati, S.Kom, M.M

NIP. 19750101 200501 1 008 NIP. 19741003 200312 2 001

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2015 M

Page 3: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Rabu, 9 September 2015 telah dilakukan ujian komprehensif atas

mahasiswa:

1. Nama : Silfiya Meithofani Abdillah

2. NIM : 1112081000157

3. Jurusan : Manajemen

4. Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC

Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia

Periode Tahun 2011-2014.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk

melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 9 September 2015

1. Rizqon Halal Syah Aji, M.Si

NIP. 19790405 201101 1 005 (__________________)

Penguji I

2. Bahrul Yaman, S.Sos, M.Si

NIP. 19620818 198603 1 001 (__________________)

Penguji II

3. Titi Dewi Warninda, S.E, M.Si

NIP. 19731221 200501 2 002 (__________________)

Penguji III

Page 4: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu, 27 Januari 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas

Mahasiswa:

1. Nama : Silfiya Meithofani Abdillah

2. NIM : 1112081000157

3. Jurusan : Manajemen

4. Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC

Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia

Periode Tahun 2011-2014.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa

tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Januari 2016

1. Dr. Amilin, S.E, M.Si

NIP. 19730615 200501 1 009

2. Titi Dewi Warninda, S.E, M.Si

NIP. 19731221 200501 2 002

3. Dr. Ade Sofyan Mulazid

NIP. 19750101 200501 1 008

4. Murdiyah Hayati, S.Kom, M.M

NIP. 19741003 200312 2 001

5. Dr. Indo Yama Nasaruddin, S.E, M.A.B

NIP. 19741127 200112 1 002

Page 5: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang Bertanda Tangan di bawah ini:

Nama : Silfiya Meithofani Abdillah

No. Induk Mahasiswa : 1112081000157

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen/MIPS

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan

dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber

asli atau tanpa ijin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas

karya ini.

Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan

telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap

untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 7 Januari 2016

Yang menyatakan,

Silfiya Meithofani Abdillah

NIM. 1112081000157

Page 6: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(Curriculum Vitae)

A. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Silfiya Meithofani Abdillah

2. Tempat & Tanggal Lahir : Tangerang, 14 Mei 1994

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5.Alamat : Jl. KH. Hasyim Ashari No. 18 RT. 005/01

Kel. Neroktog Kec. Pinang, Kota Tangerang,

Banten Kode Pos 15145

6. No. Telepon : 085776549282 / 02155742226

7. Email / Media Sosial : [email protected] / @silfimeithf

B. PENDIDIKAN FORMAL

1. 1999 – 2005 : SD Negeri Pinang 3 Kota Tangerang

2. 2005 – 2008 : SMP Negeri 3 Kota Tangerang

3. 2008 – 2011 : SMA Negeri 13 Kota Tangerang

4. 2011 – 2013 : Program Profesional Teknologi Informasi Perbankan

Syariah CEP – CCIT Fakultas Teknik Universitas

Indonesia

5. 2012 – 2015 : Program Sarjana (S1) Jurusan Manajemen Informasi

Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

C. PENDIDIKAN NON FORMAL

1. 2006-2007 : Kursus Bahasa Inggris BOSTON COURSE

INDONESIA (BCI) Ciledug Kota Tangerang

2. 2015 : Sekolah Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia

3. 2015 : IONS (Islamic Economics Online Talks) FoSSEI

D. PENGALAMAN ORGANISASI

1. 2005-2007 : Ikatan Remaja Mushola Baitul Iman

2. 2005-2008 : Palang Merah Remaja (PMR) SMPN 3 Kota Tangerang

3. 2008-2011 : Bulu Tangkis (Badminton) SMAN 13 Kota Tangerang

4. 2009-2011 : Karya Ilmiah Remaja (KIR) SMAN 13 Kota Tangerang

5. 2009-2011 : English Club (EC) SMAN 13 Kota Tangerang

Page 7: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

vi

6. 2014-2015 : Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, divisi Keilmuan

E. KEPANITIAAN

1. April 2014 : Bendahara KKN ELSEVIER 2014 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, periode April-September

2. November 2014 : Mentor Acara Muharram Ceria oleh KOMUS

(Komunitas Mushola) FEB UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

3. Desember 2014 : Anggota Divisi Perlengkapan dan Konsumsi

Workshop Pelatihan Ms. Excel oleh LiSEnSi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

F. PENGALAMAN KERJA

1. September 2012 : Praktek Kerja Lapangan, Pembuatan Sistem Informasi

Penghimpunan dan Penyaluran Dana ZIS, BAZNAS

(Badan Amil Zakat Nasional) Bogor, periode

September-Januari 2013

2. Januari 2015 : Praktek Kerja Lapangan, Divisi Kredit bagian

Account Officer (AO) Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Kantor Cabang Bintaro

3. Oktober 2015 : Tim Enumerator Opini Publik mengenai PILKADA

TANGSEL 2015, Biru Mandiri Institute

Page 8: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

vii

ABSTRACT

The aims of this research are to analyze the influence of the level of bank

health with RGEC method on Profitability of Syariah Public Banks in Indonesia.

The populations in the research were Syariah Public Banks in Indonesia. The

sample in the research were 4 Foreign Exchange National Private Banks which

includes Syariah Public Banks.

The method used is the measurement RGEC method by variables Risk

Profile, Good Corporate Governance (GCG), Earnings represented by the

Operating Expenses to Operating Income (BOPO) and Capital represented by the

Capital Adequacy Ratio (CAR). Sampling method in this study uses a quantitative

method with purposive sampling method. For analyzing, the researcher uses

regression analysis method, which is OLS.

The result of the rating method RGEC shows that the health level of Bank

Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Mega Syariah

(BMS) and BNI Syariah (BNIS) get PK-2 is the bank with the predicate

HEALTHY. Title sequence with the best banks in this assessment is BNIS, BMI,

BSM and BMS. Simultaneously test result indicate that there are significant

between the independent variables on bank’s profitability. Partially, Risk Profile,

Good Corporate Governance (GCG) and Operating Expenses to Operating

Income (BOPO) had an effect on Return on Asset (ROA), and Capital Adequacy

Ratio (CAR) does no affect on Return on Asset (ROA).

Keywords: The level of bank health, RGEC Method, ROA

Page 9: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

viii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat kesehatan

bank dengan metode RGEC terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di

Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah yang

beroperasi di Indonesia. Sampel dalam penelitian ini adalah 4 Bank Umum

Swasta Nasional Devisa yang termasuk Bank Umum Syariah.

Metode penelitian yang digunakan adalah pengukuran metode RGEC

dengan variabel Profil Risiko (Risk Profile), Good Corporate Governance (GCG),

Earning yang diwakili oleh Beban Operasional pada Pendapatan Operasional

(BOPO) dan Capital yang diwakili oleh Capital Adequacy Ratio (CAR). Metode

sampling dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan purposive

sampling method. Untuk menganalisis, peneliti menggunakan pendekatan statistik

yaitu dengan metode analisis regresi berganda (OLS).

Hasil penilaian tingkat kesehatan dengan metode RGEC menunjukkan

bahwa tingkat kesehatan Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri

(BSM), Bank Mega Syariah (BMS) dan BNI Syariah (BNIS) mendapatkan PK-2

yaitu bank dengan predikat SEHAT. Urutan bank dengan predikat paling baik

dalam penilaian ini adalah BNIS, BMI, BSM dan BMS. Hasil uji secara simultan

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap

profitabilitas bank. Secara parsial, Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate

Governance (GCG) dan Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO)

berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA), sedangkan Capital Adequacy Ratio

(CAR) tidak berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA).

Kata Kunci: Tingkat Kesehatan Bank, Metode RGEC, ROA

Page 10: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillahirabbilalamin. Rasa syukur yang luar biasa peneliti

panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, kasih

sayang dan karunia-Nya yang tiada terkira kepada hambanya. Shalawat serta

salam senantiasa tercurah kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, atas

segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah

naungan Islam. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan baik yang

berjudul “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC Terhadap

Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode Tahun 2011-2014”.

Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas

dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah peneliti untuk

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ibunda Aliyah dan Ayahanda Abdillah yang

selalu memberikan cinta yang luar biasa, dukungan moral maupun materil,

serta mencurahkan kasih sayang, cinta dan doa tulus yang tidak pernah

terputus untuk kebahagiaan dan keberhasilan peneliti.

2. Kakak peneliti Kholid Abdul Hadad, Zukhairiyah Abdillah dan Sahlan

Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik

dan M. Kautsar Rizki Abdal, yang selalu mendoakan dan memberikan

semangat serta dukungan kepada peneliti dengan cara yang berbeda.

3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Bapak Dr. Amilin, S.E.Ak., M.Si selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik

FEB, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag, M.H selaku Wakil Dekan II

Bidang Administrasi Umum FEB, dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin,

Lc., M.A selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan FEB, yang telah

memberikan jalan bagi peneliti dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag, M.H selaku Dosen Pembimbing I

dan Ibu Murdiyah Hayati, S.Kom, M.M selaku Dosen Pembimbing II,

yang senantiasa meluangkan waktunya di tengah kesibukannya untuk

membimbing dan memberikan arahan serta masukan yang begitu besar

kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Titi Dewi Warninda, S.E, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi

Manajemen dan Ibu Ir. Ela Patriana, M.M selaku Sekretaris Jurusan

Program Studi Manajemen yang selalu memberikan arahan dan bimbingan

kepada saya selama menjadi mahasiswi di FEB UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Page 11: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

x

7. Bapak Adhitya Ginanjar, S.E, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik

yang telah mengarahkan dan memotivasi selama peneliti menuntut ilmu di

FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Ibu Dr. Ir. Muniaty Aisyah, M.M yang telah banyak membantu dan

memberikan jalan bagi kami mahasiswa/i Jurusan Manajemen Informasi

Perbankan Syariah (MIPS).

9. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan wawasan yang

sangat bermanfaat bagi peneliti.

10. Seluruh jajaran karyawan dan staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak kemudahan

bagi peneliti dalam proses administrasi, keuangan, dan lainnya, khususnya

Pak Alfred, Pak Ali, Pak Rahmat, Bu Halimah, Pak Bonik dan Pak Sofyan.

11. Uswatun Hasanah, Dwi Setyowati, Nur Mahmudah, Sheira Afina, Anna

Susilowati, Dyah Ayu R.F, Hilda Banser, Harpis Mutiara, Nasyrah

Kautsarah, Septiani Solehah, Selvia Sri Puji Rahayu, Aprilia Dwi

Permatasari, Nura dan Lely yang senantiasa membantu, mendukung,

mendoakan, memotivasi dan menghibur peneliti selama penyusunan

skripsi ini. Ahmad Rojali, Kartini, dan Masnurdiyansyah Gestama yang

turut memiliki dosen pembimbing yang sama dan selalu memberikan

dukungan, semangat, tips dan trik agar tidak menyerah dalam masa

bimbingan. Terima kasih atas waktu yang diberikan selama ini, suatu

anugerah yang luar biasa dapat dipertemukan dengan orang-orang hebat

seperti kalian.

12. Teman-teman seperjuangan Manajemen Informasi Perbankan Syariah

angkatan 2012 sebagai angkatan pertama di FEB UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Terimakasih atas rasa kekeluargaan yang telah diberikan,

dukungannya dan selalu ada dalam suka maupun duka serta memberikan

motivasi selama masa perkuliahan. Maaf jika tidak dapat disebutkan satu

per satu, tetapi tidak mengurangi rasa cinta dan bangga peneliti kepada

kalian semua. Cintaku untuk MIPS.

13. Teman-teman seperjuangan CCIT-FTUI angkatan 2011 dan angkatan

2012, terimakasih atas dukungan dan motivasi kalian. Semoga Allah SWT

selalu memudahkan langkah kalian untuk menuju cita-cita dan tujuan.

14. Teman-teman PRG seperti Tri Oktaviani, Hajar Hanifah, Hannah, Devani

Adinda, Hidayati Desti dan FEVER seperti Mira Irianti, Septiana

Alamsari, Adlin, Tirta Fajar Nugroho, Edwin Rio Azhar, Ahmad Nur

Barkah, Immanuel Lede, Fajar Rizki Sutiyono, Nang Aroni Arifin, yang

selalu memberikan waktu luang untuk menghibur, memberikan semangat

dan motivasi selama ini.

Page 12: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

xi

15. Teman-teman KKN ELSEVIER 2014, terimakasih atas doa, dukungan

serta motivasinya. Semangat untuk kalian dalam mencapai semua cita-cita

dan tujuannya.

16. Teman-teman LiSEnSi 2014, terimakasih karena telah membuka mata dan

memperluas pemikiran peneliti mengenai pentingnya berekonomi syariah.

17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut

berkontribusi dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, suatu kebahagiaan

dapat dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terima kasih

atas motivasi yang telah diberikan selama ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk

itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk dapat

menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, sangat besar harapan peneliti semoga

skripsi ini memberikan manfaat yang besar, khususnya bagi peneliti dan

umumnya bagi siapa saja yang membaca dan berkeinginan untuk

mengeksplorasinya lebih lanjut.

Jakarta, 7 Januari 2016

Silfiya Meithofani Abdillah

Page 13: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v

ABSTRACT ............................................................................................................ vii

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 10

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 14

A. Landasan Teori ............................................................................................. 14

1. Perbankan Syariah .................................................................................. 14

2. Laporan Keuangan ................................................................................. 16

3. Return on Asset (ROA) .......................................................................... 19

4. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank ...................................................... 20

5. Metode RGEC ........................................................................................ 25

6. Penilaian Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank ....................... 44

7. Mekanisme Penilaian Tingkat Kesehatan BUS Secara Konsolidasi...... 47

8. Hubungan Antara Variabel Independen dan Variabel Dependen .......... 50

B. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 55

C. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 59

D. Hipotesis ....................................................................................................... 62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 63

A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 63

B. Metode Penentuan Sampel ........................................................................... 64

1. Populasi .................................................................................................. 64

2. Sampel .................................................................................................... 65

C. Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 66

1. Data Sekunder ........................................................................................ 66

2. Studi Kepustakaan .................................................................................. 67

D. Metode Analisa Data .................................................................................... 67

Page 14: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

xiii

1. Uji Statistik ............................................................................................ 68

2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 68

3. Uji Hipotesis .......................................................................................... 73

E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................... 76

1. Variabel Dependen ................................................................................. 77

2. Variabel Independen .............................................................................. 77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 83

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................. 83

1. Sejarah Perbankan Syariah di Indonesia ................................................ 83

2. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia .................................... 84

3. Sejarah Singkat Bank Umum Swasta Nasional Devisa (Bank Devisa) . 87

B. Analisis dan Pembahasan ............................................................................. 91

1. Uji Statistik ............................................................................................ 91

2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 101

3. Uji Hipotesis ........................................................................................ 111

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 119

A. Kesimpulan ................................................................................................ 119

B. Saran ........................................................................................................... 120

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 122

LAMPIRAN ........................................................................................................ 125

Page 15: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia........................................ 2

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 55

Tabel 3.1 Perbankan Syariah di Indonesia ............................................................ 64

Tabel 3.2 Matriks Peringkat Faktor Profil Risiko ................................................. 78

Tabel 3.3 Matriks Penetapan Peringkat Risiko ..................................................... 79

Tabel 3.4 Peringkat Komposit Good Corporate Governance .............................. 80

Tabel 3.5 Matriks Penetapan Peringkat Komponen BOPO .................................. 81

Tabel 3.6 Matriks Penetapan Peringkat Komponen CAR .................................... 82

Tabel 4.1 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Muamalat Indonesia ..................... 91

Tabel 4.2 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri ............................ 94

Tabel 4.3 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Mega Syariah ................................ 96

Tabel 4.4 Penilaian Tingkat Kesehatan BNI Syariah............................................ 98

Tabel 4.5 Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah Tahun 2011-2014 .............. 100

Tabel 4.6 Uji Multikolinieritas dengan Tolerance dan VIF ................................ 104

Tabel 4.7 Uji Heteroskedastisitas (Metode Spearman’s Rho) ............................ 106

Tabel 4.8 Uji Durbin-Watson .............................................................................. 107

Tabel 4.9 Unstandardized Coefficients ............................................................... 108

Tabel 4.10 Nilai ρ (Rho) ...................................................................................... 109

Tabel 4.11 Hasil Pengobatan Uji Durbin-Watson............................................... 110

Tabel 4.12 Nilai Durbin Watson ......................................................................... 110

Tabel 4.13 Uji t ................................................................................................... 111

Tabel 4.14 Uji F .................................................................................................. 112

Tabel 4.15 Uji Determinasi (Adjusted R2) .......................................................... 113

Tabel 4.16 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda ...................................... 114

Page 16: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Grafik Perkembangan ROA ................................................................ 4

Gambar 1.2 Grafik Perkembangan BOPO .............................................................. 7

Gambar 1.3 Grafik Perkembangan CAR ................................................................ 9

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 60

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ........................................................................ 61

Gambar 4.1 Perkembangan Tingkat Kesehatan Bank Muamalat Indonesia ......... 93

Gambar 4.2 Perkembangan Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri ............... 95

Gambar 4.3 Perkembangan Tingkat Kesehatan Bank Mega Syariah ................... 97

Gambar 4.4 Perkembangan Tingkat Kesehatan BNI Syariah ............................... 99

Gambar 4.5 Grafik Histogram............................................................................. 103

Gambar 4.6 Grafik Normal P-Plot ...................................................................... 103

Gambar 4.7 Grafik Scatter Plot .......................................................................... 105

Page 17: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Variabel Penelitian ................................................................ 125

Lampiran 2 : Data Variabel Penelitian dengan Metode RGEC .......................... 128

Lampiran 3 : Hasil Analisis Deskriptif dengan Metode RGEC .......................... 131

Lampiran 4 : Hasil Uji Regresi Berganda ........................................................... 133

Lampiran 5 : Matriks Penetapan Peringkat Risiko Inheren ................................ 135

Page 18: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank merupakan lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang

memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan

dana (deficit unit) untuk kegiatan produktif dan konsumsi (Ihsan, 2015:1).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan

bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak. Dan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, pasal

1 angka 7 dinyatakan bahwa Bank Syariah adalah bank yang menjalankan

kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut prinsip jenisnya

terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang tersebut, perkembangan industri

perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai

dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi (www.bi.go.id,

diakses pada tanggal 1 Juli 2015).

Page 19: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

2

Seperti yang telah diketahui, perkembangan perbankan syariah di

Indonesia saat ini berkembang sangat pesat. Pada awal perkembangannya,

Bank Muamalat Indonesia (BMI) merupakan perbankan syariah pertama di

Indonesia. BMI bisa bertahan dengan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia

Tahun 1998. Dan dalam waktu yang singkat setelah krisis mereda, pada saat

itulah BMI menjadi inspirasi terbentuknya perbankan syariah baru di

Indonesia. Pertumbuhan ini semakin bisa diprediksi dengan ditandainya

pertumbuhan cabang-cabang Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan lahirnya

bank-bank syariah baru atau cabang syariah pada bank umum di Indonesia.

Pertumbuhan perkembangan perbankan syariah dan cabang syariah pada bank

umum dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1

Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia

Sumber: Statistik Perbankan Syariah, 2015

Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah kantor Bank Umum Syariah

di Indonesia Tahun 2014 mengalami peningkatan yang sangat pesat menjadi

2145 kantor. Pesatnya pertumbuhan ini harus diseimbangi dengan peningkatan

Indikator 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Bank Umum Syariah

- Jumlah Bank 6 11 11 11 11 12

- Jumlah Kantor 711 1215 1401 1745 1998 2145

Unit Usaha Syariah

- Jumlah Bank Umum

Konvensional yang memiliki UUS 25 23 24 24 23 22

- Jumlah Kantor 287 262 336 517 590 320

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

- Jumlah Bank 138 150 155 158 163 163

- Jumlah Kantor 225 286 364 401 402 439

Page 20: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

3

kinerja keuangan secara optimal dan pengelolaan manajemen untuk

memperoleh profitabilitas secara menyeluruh. Hal ini ditujukan agar

perbankan tersebut dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan tetap

memberikan kepercayaan penuh terhadap nasabahnya.

Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran

dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan

mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Kemampuan

bank dalam memperoleh laba (profitabilitas) tercermin pada laporan keuangan

bank. Ukuran profitabilitas pada industri perbankan yang digunakan pada

umumnya adalah Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Return

on Asset (ROA) menggambarkan profitabilitas dari segi aset yang dimiliki

bank. Apabila Return On Asset (ROA) meningkat, berarti profitabilitas

perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah profitabilitas yang

dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998). Dalam penelitian ini peneliti

akan menggunakan Return on Asset (ROA) sebagai indikator untuk mengukur

tingkat profitabilitas bank. Profitabilitas juga dipakai untuk mengukur

kesuksesan manajemen dalam menghasilkan laba atau keuntungan dari operasi

usaha bank. Berikut adalah grafik perkembangan profitabilitas dengan Return

on Asset (ROA) pada perbankan syariah di Indonesia.

Page 21: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

4

Gambar 1.1

Grafik Perkembangan ROA

Sumber: Data diolah, Statistik Perbankan Syariah, 2015

Dari Gambar 1.1 dapat dijelaskan bahwa dari sisi profitabilitas,

perkembangan ROA mengalami peningkatan sebesar 0,35% di tahun 2012 dan

terjadi penurunan yang cukup signifikan sebesar 1,2% pada tahun 2014.

Penurunan ini disebabkan karena mengingat kemampuan menghasilkan

pendapatan perbankan selain dari kegiatan penyaluran dana masih relatif

terbatas. Dan semakin tinggi nilai ROA, maka semakin tinggi kemampuan

suatu bank dalam menghasilkan laba atau profitabilitas, maka diasumsikan

semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk bertahan dalam kondisi

ekonomi yang kompetitif dan kesehatan bank tersebut akan tetap stabil.

Berdasarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor

10/SEOJK.03/2014, bank wajib memelihara, memperbaiki, dan meningkatkan

tingkat kesehatannya dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan

Manajemen Risiko dalam melaksanakan kegiatan usahanya termasuk

melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara berkala terhadap tingkat

kesehatannya dan mengambil langkah-langkah perbaikan secara efektif. Bank

Page 22: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

5

yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan

masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu

kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah

dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter.

Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan

pelayanan yang baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian

secara keseluruhan. Jika bank tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya

dengan baik, maka bank tersebut dapat dikatakan menjadi bank yang tidak

sehat.

Standar untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan

pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan, yang bertugas sebagai pengawas

dalam sektor keuangan. Kesehatan Bank yang merupakan cerminan kondisi

dan kinerja Bank merupakan sarana bagi otoritas pengawas dalam menetapkan

strategi dan fokus pengawasan terhadap Bank. Selain itu, kesehatan Bank juga

menjadi kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola

(manajemen), dan masyarakat pengguna jasa Bank (Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014). Dan peraturan tersebut telah

disempurnakan kembali menjadi penilaian tingkat kesehatan bank dengan

pendekatan berdasarkan risiko (Risk-based Bank Rating), yang diatur dalam

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian

Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, yang diikuti

dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014

Page 23: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

6

tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah.

Risk-based Bank Rating (RBBR) adalah metode penilaian kesehatan

bank dengan menggunakan pendekatan risiko. Penilaian tingkat kesehatan

bank ini juga dikenal dengan metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate

Governance, Earnings dan Capital). Penilaian tingkat kesehatan ini mencakup

penilaian terhadap empat faktor yaitu Risk Profile (Profil Risiko), Good

Corporate Governance (GCG), Earnings (Rentabilitas), dan Capital

(Permodalan). Penilaian ini dianggap dapat mewakili secara keseluruhan

terhadap kesehatan suatu perbankan.

Dalam penilaian profil risiko, dilakukan analisis dan penerapan

peringkat risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko. Penilaian

risiko inheren merupakan penilaian atas risiko kredit, risiko pasar, risiko

likuiditas, risiko operasional, risiko reputasi, risiko hukum, risiko stratejik,

risiko kepatuhan, risiko investasi dan risiko imbal hasil (2 risiko terakhir

khusus perbankan syariah). Semakin rendah urutan peringkat faktor profil

risiko, maka semakin rendah risiko yang dihadapi Bank Umum Syariah.

Untuk terus menjaga kepercayaan para nasabahnya, bank juga wajib

menyampaikan laporan Self Assessment atas penerapan Good Corporate

Governance (GCG) kepada Bank Indonesia setiap tiga bulan setelah

berakhirnya tahun penilaian (akhir maret). Hal ini dibutuhkan untuk

menghasilkan peringkat komposit Tingkat Kesehatan Bank.

Page 24: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

7

Penerapan GCG akan menurunkan cost of capital, meningkatkan ROE,

efisiensi dan perlakuan yang sama terhadap semua stakeholders, meskipun

arah hubungannya tidak terlalu jelas (Claessens, 2006). Seperti penelitian yang

dilakukan oleh Adil Tobing, Yandra Arkeman, Bunasor Sanim, dan R.

Nunung Nuryartono (2013), di mana hasilnya penerapan GCG berpengaruh

signifikan terhadap profitabilitas.

Earnings atau rentabilitas bank terdiri dari kinerja operasional dan

profitabilitas. Kinerja operasional merupakan kemampuan bank dalam

mengatur biaya dan pendapatan operasional yang dimilikinya. Rasio yang

dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional suatu bank adalah rasio

perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional

(BOPO). Melalui rasio ini, maka dapat diukur apakah manajemen bank telah

menggunakan semua faktor produksinya dengan efektif dan efisien. Berikut

adalah grafik perkembangan BOPO pada perbankan syariah di Indonesia.

Gambar 1.2

Grafik Perkembangan BOPO

Sumber: Data diolah, Statistik Perbankan Syariah, 2015

Page 25: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

8

Dari Gambar 1.2 dapat dijelaskan bahwa Biaya Operasional pada

Pendapatan Operasional (BOPO) perbankan syariah dalam periode laporan

menunjukkan peningkatan yang cukup fluktuatif. Pada BUS dan UUS, biaya

operasional pada pendapatan operasional per Desember 2012 tercatat menurun

3,44% dan per Desember 2014 tercatat meningkat sebesar 1,07%.

Perkembangan biaya tersebut mencerminkan adanya peningkatan efisiensi

kegiatan operasional perbankan syariah. Seperti penelitian yang dilakukan

oleh Mario Christiano, Parengkuan Tommy, dan Ivonne Saerang (2014),

dimana pada penelitian yang mereka lakukan disimpulkan bahwa efisiensi

operasi (BOPO) berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset. Hal ini

berarti tingkat efisiensi bank dalam menjalankan operasinya berpengaruh

terhadap tingkat pendapatan atau earning yang dihasilkan oleh bank tersebut.

Pada dasarnya, rentabilitas suatu bank sangat dipengaruhi oleh

permodalan dalam perbankan tersebut. Permodalan ini tertuang dalam

kecukupan modal bank yaitu pada Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR

adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank

yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada

bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri di samping memperoleh dana-dana

dari sumber-sumber di luar bank. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor

10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1 dijelaskan bahwa bank wajib menyediakan

modal minimum sebesar 8% dari aset tertimbang menurut risiko (ATMR).

Berikut adalah pertumbuhan CAR perbankan syariah di Indonesia.

Page 26: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

9

Gambar 1.3

Grafik Perkembangan CAR

Sumber: Data diolah, Statistik Perbankan Syariah, 2015

Pada Gambar 1.3 terlihat bahwa kapasitas permodalan bank dalam

mengantisipasi risiko (risk bearing capacity) yang tercermin dari jumlah

modal inti menurun sebesar 2,5% pada tahun 2012. Di sisi lain pertumbuhan

CAR Bank Umum Syariah meningkat dari 14,13% pada tahun 2012 menjadi

14,42% pada akhir tahun 2013. CAR tersebut mengindikasikan tingkat

ketahanan risiko yang masih cukup memadai mengingat masih melebihi

standar CAR sebesar 8%. Dan dapat dikatakan bahwa Capital Adequacy Ratio

(CAR) sangat berpengaruh dalam meningkatkan profitabilitas bank (ROA).

Seperti penelitian yang dilakukan oleh Mario Christiano, Parengkuan Tommy,

dan Ivonne Saerang (2014), hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa

CAR mempunyai pengaruh signifikan terhadap Return on Asset.

Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan pada ulasan sebelumnya,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC terhadap Profitabilitas

Bank Umum Syariah di Indonesia Periode Tahun 2011-2014”.

Page 27: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kesehatan bank dengan Metode RGEC pada Bank

Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2014?

2. Bagaimana pengaruh Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate

Governance (GCG), Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional

(BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas secara

simultan pada Bank Umum Syariah di Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate

Governance (GCG), Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional

(BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas secara

parsial pada Bank Umum Syariah di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis tingkat kesehatan bank dengan Metode RGEC pada Bank

Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2014.

2. Menganalisis pengaruh Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate

Governance (GCG), Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional

(BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas secara

simultan pada Bank Umum Syariah di Indonesia.

Page 28: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

11

3. Menganalisis pengaruh Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate

Governance (GCG), Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional

(BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas secara

parsial pada Bank Umum Syariah di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini antara lain:

1. Kontribusi Teoritis

a. Peneliti

Memberikan gambaran tentang pengaruh tingkat kesehatan

bank dengan metode RGEC terhadap Profitabilitas Bank Umum

Syariah di Indonesia periode tahun 2011-2014. Serta merupakan suatu

peningkatan pengetahuan, pembelajaran dan perluasan ilmu untuk

menganalisis suatu permasalahan ekonomi di Indonesia yang berkaitan

dengan dunia perbankan yang sekarang ini menjadi parameter kegiatan

ekonomi terbesar. Sehingga peneliti dapat mempraktekkan teori yang

didapat selama perkuliahan dengan menganalisa dan memecahkan

masalah.

b. Pengembang Ilmu

Diharapkan dapat menambah wawasan, memberikan

pemahaman dan informasi mengenai permasalahan realita yang terjadi

di Indonesia kepada para masyarakat umum terutama dalam dunia

perbankan, khususnya mengenai tingkat kesehatan bank pada

Page 29: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

12

perbankan syariah. Sehingga dapat lebih memahami dan mengerti

pentingnya untuk mengetahui kondisi perbankan dan

perkembangannya saat ini.

c. Pihak Industri atau Perbankan Syariah

Menjadi informasi atau sumber pengetahuan bagi praktisi

perbankan syariah dan jajarannya dalam menjaga tingkat kesehatan

perbankan syariah dengan metode RGEC dan mengetahui pengaruh

tingkat kesehatan terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah.

2. Kontribusi Praktis

a. Masyarakat

Sebagai pertimbangan bagi masyarakat dalam melihat kondisi

keuangan perbankan syariah saat ini serta memilih perbankan syariah

yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

b. Pemerintah

Diharapkan dapat menjadi indikator yang berguna dalam

mempertimbangkan kebijakan-kebijakan individual atau konsolidasi

perbankan, sehingga dapat menjadi sumbangan pikiran untuk

menentukan kebijakan dalam berbagai sektor, termasuk kegiatan

ekonomi sektor riil dan UMKM. Serta mendukung pemerintah dan

bank sentral untuk dapat mengendalikan keadaan-keadaan yang

memungkinkan terjadinya pelemahan pada pendapatan perbankan.

Page 30: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

13

c. Investor

Memberikan manfaat bagi investor sebagai alat pengambilan

keputusan dalam melakukan investasinya di perbankan syariah dengan

metode RGEC.

Page 31: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Perbankan Syariah

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun

1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,

yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana

dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 792 Tahun 1990

tentang Perbankan, pengertian Bank adalah suatu badan yang kegiatannya

di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana

kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008,

pasal 1 angka 7 dinyatakan bahwa Bank Syariah adalah bank yang

menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut

prinsip jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah.

Page 32: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

15

Perbankan Syariah sering disebut juga Perbankan Islam, yaitu

perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam atau syariat.

Karena berdasarkan hukum Islam, maka perbankan syariah tidak mengenal

adanya “bunga pinjaman” atau interest rate. Bank Syariah atau biasa

disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan

yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-

Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. atau dengan kata lain, Bank

Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan

pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta

peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat

Islam (Muhammad, 2005). Adapun prinsip-prinsip yang dirujuk adalah

(Muhammad, 2000:25):

a. Larangan menerapkan bunga pada semua bentuk dan jenis transaksi.

b. Menjalankan aktivitas bisnis dan perdagangan berdasarkan pada

kewajaran dan keuntungan yang halal.

c. Mengeluarkan zakat dari hasil kegiatannya.

d. Larangan menjalankan monopoli.

e. Bekerjasama dalam membangun masyarakat, melalui aktivitas bisnis

dan perdagangan yang tidak dilarang oleh Islam.

Karakter utama Bank Syariah adalah ketiadaan bunga sebagai

representasi dari riba yang diharamkan. Karakteristik inilah yang

menjadikan perbankan syariah lebih unggul pada beberapa hal termasuk

pada sistem operasional yang dijalankan.

Page 33: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

16

Dalam perkembangannya, Bank Indonesia membagi beberapa jenis

bank menurut kepemilikannya, salah satunya adalah Bank Swasta. Bank

swasta adalah bank dimana sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta

nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, pembagian

keuntungannya juga untuk swasta nasional. Bank swasta dibedakan

menjadi dua jenis yaitu Bank Umum Swasta Nasional Devisa dan Bank

Umum Swasta Nasional Non Devisa. Kedua jenis bank tersebut

mempunyai ukuran kemampuan yang berbeda dalam melayani

masyarakat, baik dalam permodalan bank, jumlah produk yang ditawarkan

maupun kualitas pelayanannya. Dari perkembangan bank syariah di

Indonesia, terdapat beberapa bank syariah yang memenuhi kriteria untuk

menjadi Bank Umum Swasta Nasional Devisa (Bank Devisa).

2. Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu

perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk

menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Sesuai karakteristik maka

laporan keuangan entitas syariah antara lain meliputi: (Ihsan, 2014)

a. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial.

b. Laporan posisi keuangan.

c. Laporan laba rugi.

d. Laporan arus kas.

e. Laporan perubahan ekuitas.

Page 34: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

17

Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi

keuangan adalah aset, kewajiban dan ekuitas. Sedangkan unsur yang

berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi adalah

penghasilan dan beban. Laporan posisi keuangan biasanya mencerminkan

berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsur

neraca.

Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai

posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat

bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam

pembuatan keputusan ekonomi (PSAK 1, 2012). Menurut Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan

Indonesia, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan

suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi. Di samping itu, tujuan lainnya adalah:

(Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah-

KDPPLKS, 2007:Paragraf 30 dalam Ihsan, 2014)

a. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua

transaksi dan kegiatan usaha.

b. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta

informasi aset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai

dengan prinsip syariah, bila ada, dan bagaimana perolehan dan

penggunaannya.

Page 35: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

18

c. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab

entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana,

menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.

d. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh

penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer, dan informasi

mengenai pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas

syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah

dan wakaf.

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat

informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat

karakteristik kualitatif pokok yaitu: (KDPPLKS, 2007:Paragraf 44 dalam

Ihsan, 2014)

a. Dapat Dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat

dipahami peserta dan bentuk serta istilahnya disesuaikan dengan batas

para pengguna.

b. Relevan

Laporan keuangan dianggap jika informasi yang disajikan

didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna.

c. Keandalan

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang

menyesatkan dan kesalahan material.

Page 36: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

19

d. Dapat Diperbandingkan

Informasi yang disajikan akan lebih berguna bila dapat

diperbandingkan dengan laporan keuangan pada periode sebelumnya.

3. Return on Asset (ROA)

Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk

mengukur kinerja suatu bank (Harahap, 2002). Angka profitabilitas

dinyatakan antara lain dalam angka laba sebelum atau sesudah pajak, laba

investasi, pendapatan per saham, dan laba penjualan. Nilai profitabilitas

menjadi norma ukuran bagi kesehatan perusahaan. Ukuran profitabilitas

pada industri perbankan yang digunakan pada umumnya adalah Return on

Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Return on Asset (ROA)

memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earnings dalam

operasinya, sedangkan Return On Equity (ROE) hanya mengukur return

yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut

(Siamat, 2002). Return on Asset (ROA) menggambarkan profitabilitas dari

segi aset yang dimiliki bank. Apabila Return On Asset (ROA) meningkat,

berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya

adalah profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan,

1998). Maka semakin tinggi kemampuan suatu bank dalam menghasilkan

laba atau profitabilitas, diasumsikan semakin kuat kemampuan bank

tersebut untuk bertahan dalam kondisi ekonomi yang kompetitif dan

Page 37: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

20

kesehatan bank tersebut akan tetap stabil. Rasio tingkat pengembalian atau

Return on Asset (ROA) mencapai sekurang-kurangnya 1,2%.

Profitabilitas yang digunakan sebagai kriteria penilaian hasil

operasi perusahaan mempunyai manfaat yang sangat penting dan dapat

dipakai sebgai berikut:

a. Analisis kemampuan menghasilkan laba ditunjukan unt uk mendeteksi

penyebab timbulnya laba atau rugi yang dihasilkan oleh suatu objek

informasi dalam periode akuntansi tertentu.

b. Profitabilitas dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan kriteria yang

sangat diperlukan dalam menilai sukses suatu perusahan dalm hal

kapabilitas dan motivasi dari manajemen.

c. Profitabilitas merupakan suatu alat untuk membuat proyeksi laba

perusahaan karena menggambarkan korelasi antara laba dan jumlah

modal yang ditanamkan.

d. Profitabilitas merupakan suatu alat pengendalian bagi manajemen,

profitabilitas dapat dimanfaatkan oleh pihak intern untuk menyusun

target, budget, koordinasi, evaluasi hasil pelaksanaan operasi

perusahaan dan dasar pengambilan keputusan.

4. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

Tingkat kesehatan bank merupakan kemampuan suatu bank untuk

melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu

memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai

Page 38: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

21

dengan peraturan perbankan yang berlaku (Kasmir, 2010). Pengertian

kesehatan bank tersebut merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena

kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk

melaksanakan seluruh kesehatan usaha perbankannya, kegiatan tersebut

meliputi: (Susilo, 2000:51)

a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain,

dan dari modal sendiri.

b. Kemampuan mengelola dana.

c. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat.

d. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan,

pemilik modal, dan pihak lain.

e. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.

Tingkat Kesehatan Bank digunakan sebagai salah satu sarana

dalam melakukan evaluasi terhadap kondisi dan permasalahan yang

dihadapi Bank serta menentukan tindak lanjut untuk mengatasi kelemahan

atau permasalahan Bank, baik berupa corrective action oleh Bank maupun

supervisory action oleh Otoritas Jasa Keuangan. Kesehatan Bank yang

merupakan cerminan kondisi dan kinerja Bank merupakan sarana bagi

otoritas pengawas dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan

terhadap Bank. Selain itu, kesehatan Bank juga menjadi kepentingan

semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen), dan masyarakat

pengguna jasa Bank.

Page 39: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

22

Penilaian tingkat kesehatan bank syariah diatur dalam Peraturan

Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat

Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah tanggal 24 Januari

2007, yang diikuti dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor

9/24/DPbS tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

Berdasarkan Prinsip Syariah tanggal 30 Oktober 2007. Berdasarkan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian

Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah dijelaskan

bahwa kesehatan atau kondisi keuangan dan non keuangan bank

berdasarkan prinsip syariah merupakan kepentingan semua pihak terkait,

baik pemilik, pengelola (manajemen) bank, masyarakat pengguna jasa

bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank maupun pihak

lainnya. Kondisi bank tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut

untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian,

kepatuhan terhadap prinsip syariah, kepatuhan terhadap ketentuan yang

berlaku dan manajemen risiko (Ihsan, 2015:354).

Dan peraturan tersebut telah disempurnakan kembali dalam

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 tentang

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah, yang diikuti dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor

10/SEOJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

Syariah dan Unit Usaha Syariah. Peraturan tersebut menyatakan bahwa

Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian tingkat kesehatan bank

Page 40: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

23

dengan pendekatan berdasarkan risiko termasuk risiko terkait penerapan

prinsip syariah dan kinerja Bank atau disebut dengan Risk-based Bank

Rating. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan

pendekatan berdasarkan risiko merupakan penilaian yang komprehensif

dan terstruktur terhadap hasil integrasi profil risiko dan kinerja yang

meliputi penerapan tata kelola yang baik, rentabilitas, dan permodalan

(Ihsan, 2015).

Pada prinsipnya, tingkat kesehatan, pengelolaan Bank, dan

kelangsungan usaha Bank merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari

manajemen Bank. Untuk itu, manajemen bank perlu memperhatikan

prinsip-prinsip umum berikut ini sebagai landasan dalam menilai Tingkat

Kesehatan Bank: (Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor

10/SEOJK.03/2014, 2014:2)

a. Berorientasi Risiko

Penilaian tingkat kesehatan didasarkan pada Risiko-risiko Bank

dan dampak yang ditimbulkan pada kinerja Bank secara keseluruhan.

Hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor internal maupun

eksternal yang dapat meningkatkan Risiko atau mempengaruhi kinerja

keuangan Bank pada saat ini dan di masa yang akan datang. Dengan

demikian, Bank diharapkan mampu mendeteksi secara lebih dini akar

permasalahan Bank dan mengambil langkah-langkah pencegahan serta

perbaikan secara efektif dan efisien (Ihsan, 2015:355).

Page 41: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

24

b. Proporsionalitas

Penggunaan parameter/indikator dalam tiap faktor penilaian

Tingkat Kesehatan Bank dilakukan dengan memperhatikan

karakteristik dan kompleksitas usaha Bank. Parameter/indikator

penilaian Tingkat Kesehatan Bank merupakan standar minimum yang

wajib digunakan dalam menilai Tingkat Kesehatan Bank. Namun

demikian, bank dapat menggunakan parameter/indikator tambahan

yang sesuai dengan karakteristik dan kompleksitas usahanya dalam

menilai tingkat kesehatan bank sehingga dapat mencerminkan kondisi

bank dengan lebih baik (Ihsan, 2015:355).

c. Materialitas dan Signifikansi

Bank perlu memperhatikan materialitas dan signifikansi faktor

penilaian Tingkat Kesehatan Bank yaitu Profil Risiko, Good Corporate

Governance, Rentabilitas, dan Permodalan serta signifikansi

parameter/indikator penilaian pada masing-masing faktor dalam

menyimpulkan hasil penilaian dan menetapkan peringkat faktor.

Penentuan materialitas dan signifikansi tersebut didasarkan pada

analisis yang didukung oleh data dan informasi yang memadai

mengenai Risiko dan kinerja keuangan Bank.

d. Komprehensif dan Terstruktur

Proses penilaian dilakukan secara menyeluruh dan sistematis

serta difokuskan pada permasalahan utama Bank. Analisis dilakukan

secara terintegrasi dengan mempertimbangkan keterkaitan antar Risiko

Page 42: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

25

dan antar faktor penilaian tingkat kesehatan bank serta perusahaan

anak yang wajib dikonsolidasikan. Analisis harus didukung oleh fakta-

fakta pokok dan rasio-rasio yang relevan untuk menunjukkan tingkat,

trend, dan tingkat permasalahan yang dihadapi oleh Bank.

5. Metode RGEC

Risk-based Bank Rating (RBBR) merupakan metode penilaian

kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan risiko. Penilaian tingkat

kesehatan bank ini juga dikenal dengan metode RGEC (Risk Profile, Good

Corporate Governance, Earnings, dan Capital). Sesuai dengan Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat

Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, pasal 6 angka 1

dinyatakan bahwa Bank Umum Syariah wajib melakukan penilaian

Tingkat Kesehatan Bank secara individual, dengan cakupan penilaian

terhadap faktor-faktor sebagai berikut: Profil Risiko (Risk Profile); Good

Corporate Governance (GCG); Rentabilitas (Earnings); dan Permodalan

(Capital). Dengan pedoman selengkapnya mengacu pada Surat Edaran

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014 yaitu:

a. Penilaian Faktor Profil Risiko (Risk Profile)

Penilaian faktor profil risiko merupakan penilaian terhadap

risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam

aktivitas operasional Bank. Risiko yang wajib dinilai terdiri atas 10

(sepuluh) jenis risiko yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas,

Page 43: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

26

risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan,

risiko reputasi, risiko imbal hasil dan risiko investasi.

Dalam menilai profil risiko, Bank wajib pula memperhatikan

cakupan penerapan Manajemen Risiko sebagaimana diatur dalam

ketentuan yang berlaku mengenai penerapan Manajemen Risiko bagi

Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

1) Penilaian Risiko Inheren

Penilaian risiko inheren merupakan penilaian atas risiko

yang melekat pada kegiatan bisnis Bank, baik yang dapat

dikuantifikasikan maupun yang tidak, yang berpotensi

mempengaruhi posisi keuangan Bank. Karakteristik risiko inheren

Bank ditentukan oleh faktor internal maupun eksternal, antara lain

strategi bisnis, karakteristik bisnis, kompleksitas produk dan

aktivitas Bank, industri di mana Bank melakukan kegiatan usaha,

serta kondisi makro ekonomi.

Penilaian atas risiko inheren dilakukan dengan

memperhatikan parameter/indikator yang bersifat kuantitatif

maupun kualitatif. Penetapan tingkat risiko inheren atas masing-

masing jenis risiko mengacu pada prinsip-prinsip umum penilaian

Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Penetapan tingkat Risiko inheren untuk masing-masing jenis

Risiko dikategorikan ke dalam 5 (lima) peringkat yakni: (Lampiran

5)

Page 44: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

27

(a) Peringkat 1 (Low / Sangat Rendah)

(b) Peringkat 2 (Low to Moderate / Rendah)

(c) Peringkat 3 (Moderate / Cukup Tinggi)

(d) Peringkat 4 (Moderate to High / Tinggi)

(e) Peringkat 5 (High / Sangat Tinggi)

Sedangkan penerapan kualitas atas Manajemen Risiko

dikategorikan ke dalam peringkat: (Lampiran 5)

(a) Peringkat 1 (Strong / Sangat Memadai)

(b) Peringkat 2 (Satisfactory / Memadai)

(c) Peringkat 3 (Fair / Cukup Memadai)

(d) Peringkat 4 (Marginal / Kurang Memadai)

(e) Peringkat 5 (Unsatisfactory / Tidak Memadai)

Berikut ini adalah beberapa parameter/indikator minimum

yang wajib menjadi acuan Bank dalam menilai risiko inheren.

Bank dapat menambah parameter/indikator lain yang relevan

dengan karakteristik dan kompleksitas usaha Bank dengan

memperhatikan prinsip proporsionalitas.

(a) Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah

atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank sesuai

dengan perjanjian yang disepakati. Risiko kredit pada

umumnya melekat pada seluruh aktivitas penanaman dana yang

dilakukan oleh Bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja

Page 45: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

28

pihak lawan (counterparty), penerbit (issuer) atau kinerja

peminjam dana (borrower). Risiko kredit juga dapat

diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana pada

debitur, wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau

lapangan usaha tertentu. Risiko ini lazim disebut risiko

konsentrasi pembiayaan dan wajib diperhitungkan pula dalam

penilaian risiko inheren. Dalam menilai risiko inheren atas

risiko kredit, parameter/indikator yang digunakan adalah: (i)

komposisi portofolio aset dan tingkat konsentrasi; (ii) kualitas

penyediaan dana dan kecukupan pencadangan; (iii) strategi

penyediaan dana dan sumber timbulnya penyediaan dana; dan

(iv) faktor eksternal.

(b) Risiko Pasar

Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan

rekening administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain

risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat

diperdagangkan atau disewakan. Risiko pasar meliputi antara

lain risiko benchmark suku bunga (benchmark interest rate

risk), risiko nilai tukar, risiko ekuitas, dan risiko komoditas.

Penerapan manajemen risiko untuk risiko ekuitas dan risiko

komoditas wajib diterapkan oleh Bank yang melakukan

konsolidasi dengan Perusahaan Anak. Dalam menilai risiko

inheren atas risiko pasar, parameter/indikator yang digunakan

Page 46: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

29

adalah: (i) volume dan komposisi portofolio; (ii) potensi

kerugian (potential loss) dari risiko benchmark suku bunga

dalam banking book; dan (iii) strategi dan kebijakan bisnis.

(c) Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan

Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari

sumber pendanaan arus kas dan/atau aset likuid berkualitas

tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan

kondisi keuangan Bank. Risiko ini disebut juga risiko likuiditas

pendanaan (funding liquidity risk). Risiko likuiditas juga dapat

disebabkan oleh ketidakmampuan Bank melikuidasi aset tanpa

terkena diskon yang material karena tidak adanya pasar aktif

atau adanya gangguan pasar (market disruption) yang parah.

Risiko ini disebut sebagai risiko likuiditas pasar (market

liquidity risk). Dalam menilai risiko inheren atas risiko

likuiditas, parameter yang digunakan adalah: (i) komposisi dari

aset, kewajiban, dan transaksi rekening administratif; (ii)

konsentrasi dari aset dan kewajiban; (iii) kerentanan pada

kebutuhan pendanaan; dan (iv) akses pada sumber-sumber

pendanaan.

(d) Risiko Operasional

Risiko operasional adalah risiko kerugian yang

diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai,

Page 47: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

30

kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan

sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi

operasional Bank. Sumber risiko operasional dapat disebabkan

antara lain oleh sumber daya manusia, proses, sistem, dan

kejadian eksternal.

Dalam menilai risiko inheren atas risiko operasional,

parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) karakteristik

dan kompleksitas bisnis; (ii) sumber daya manusia; (iii)

teknologi informasi dan infrastruktur pendukung; (iv) fraud,

baik internal maupun eksternal; dan (v) kejadian eksternal.

(e) Risiko Hukum

Risiko hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan

hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat

timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-

undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti

tidak dipenuhinya syarat syahnya perjanjian atau agunan yang

tidak memadai.

Dalam menilai risiko inheren atas risiko hukum,

parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) faktor litigasi;

(ii) faktor kelemahan perikatan; dan (iii) faktor

ketiadaan/perubahan peraturan perundang-undangan.

Page 48: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

31

(f) Risiko Stratejik

Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan

dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan

stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan

lingkungan bisnis. Sumber risiko stratejik antara lain dapat

berasal dari kelemahan dalam proses formulasi strategi dan

ketidaktepatan dalam perumusan strategi, ketidaktepatan dalam

implementasi strategi, dan kegagalan mengantisipasi perubahan

lingkungan bisnis.

Dalam menilai risiko inheren atas risiko stratejik,

parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) kesesuaian

strategi dengan kondisi lingkungan bisnis; (ii) strategi berisiko

tinggi dan strategi berisiko rendah; (iii) posisi bisnis Bank; dan

(iv) pencapaian rencana bisnis Bank.

(g) Risiko Kepatuhan

Risiko kepatuhan adalah risiko akibat Bank tidak

mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-

undangan dan ketentuan yang berlaku, serta prinsip syariah.

Sumber risiko kepatuhan antara lain dapat disebabkan oleh

kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum terhadap

ketentuan, prinsip syariah, maupun standar bisnis yang berlaku

umum.

Page 49: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

32

Dalam menilai risiko inheren atas risiko kepatuhan,

parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) jenis dan

signifikansi pelanggaran yang dilakukan; (ii) frekuensi

pelanggaran yang dilakukan atau track record ketidakpatuhan

Bank; dan (iii) pelanggaran terhadap ketentuan atau standar

bisnis yang berlaku umum untuk transaksi keuangan tertentu.

(h) Risiko Reputasi

Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat

kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif

terhadap Bank. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam

mengkategorikan sumber risiko reputasi bersifat tidak langsung

(below the line) dan bersifat langsung (above the line).

Dalam menilai risiko inheren atas risiko reputasi,

parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) pengaruh

reputasi negatif dari pemilik Bank dan perusahaan terkait; (ii)

pelanggaran etika bisnis termasuk etika bisnis syariah; (iii)

kompleksitas produk dan kerjasama bisnis Bank; (iv) frekuensi,

materialitas, dan eksposur pemberitaan negatif Bank; dan (v)

frekuensi dan materialitas keluhan nasabah.

(i) Risiko Imbah Hasil

Risiko imbah hasil (Rate of Return Risk) adalah risiko

akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan Bank

kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil

Page 50: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

33

yang diterima Bank dari penyaluran dana, yang dapat

mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga Bank.

Dalam menilai risiko inheren atas risiko imbal hasil,

parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) komposisi dana

pihak ketiga; (ii) strategi dan kinerja bank dalam menghasilkan

laba/pendapatan; dan (iii) perilaku nasabah dana pihak ketiga.

(j) Risiko Investasi

Risiko investasi (Equity Investment Risk) adalah risiko

akibat Bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang

dibiayai dalam pembiayaan berbasis bagi hasil baik yang

menggunakan metode net revenue sharing maupun yang

menggunakan metode profit and loss sharing.

Dalam menilai risiko inheren atas risiko investasi,

parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) komposisi dan

tingkat konsentrasi pembiayaan berbasis bagi hasil; (ii) kualitas

pembiayaan berbasis bagi hasil; dan (iii) faktor eksternal.

2) Penilaian Kualitas Penerapan Manajemen Risiko

Penerapan manajemen risiko Bank sangat bervariasi

menurut skala, kompleksitas, dan tingkat risiko yang dapat

ditoleransi oleh Bank. Dengan demikian, dalam menilai kualitas

penerapan manajemen risiko perlu memperhatikan karakteristik

dan kompleksitas usaha Bank. Penilaian kualitas penerapan

Page 51: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

34

Manajemen Risiko merupakan penilaian terhadap 4 (empat) aspek

yang saling terkait yaitu: (i) tata kelola risiko; (ii) kerangka

manajemen risiko; (iii) proses manajemen risiko, kecukupan

sumber daya manusia, dan kecukupan sistem informasi

manajemen; serta (iv) kecukupan sistem pengendalian risiko,

dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha Bank.

Penilaian kualitas penerapan Manajemen Risiko tersebut dilakukan

secara terintegrasi sebagai berikut: (Surat Edaran Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014, 2014:10)

(a) Tata Kelola Risiko

Tata kelola Risiko mencakup evaluasi terhadap: (i)

perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance); dan (ii) kecukupan

pengawasan aktif oleh Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan

Pengawas Syariah termasuk pelaksanaan kewenangan dan

tanggung jawab Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan

Pengawas Syariah.

(b) Kerangka Manajemen Risiko

Kerangka Manajemen Risiko mencakup evaluasi

terhadap: (i) strategi Manajemen Risiko yang searah dengan

tingkat Risiko yang akan diambil dan toleransi Risiko; (ii)

kecukupan perangkat organisasi dalam mendukung

terlaksananya Manajemen Risiko secara efektif termasuk

Page 52: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

35

kejelasan wewenang dan tanggung jawab; dan (iii) kecukupan

kebijakan, prosedur dan penetapan limit.

(c) Proses Manajemen Risiko, Kecukupan Sumber Daya Manusia,

dan Kecukupan Sistem Informasi Manajemen

Proses Manajemen Risiko, kecukupan Sumber Daya

Manusia, dan kecukupan sistem informasi Manajemen Risiko

mencakup evaluasi terhadap: (i) proses identifikasi,

pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Risiko; (ii)

kecukupan sistem informasi Manajemen Risiko; dan (iii)

kecukupan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia dalam

mendukung efektivitas proses Manajemen Risiko.

(d) Kecukupan Sistem Pengendalian Risiko

Kecukupan sistem pengendalian Risiko mencakup

evaluasi terhadap: (i) kecukupan sistem pengendalian intern

dan (ii) kecukupan kaji ulang oleh pihak independen

(independent review) dalam Bank baik oleh Satuan Kerja

Manajemen Risiko maupun oleh Satuan Kerja Audit Intern.

Kaji ulang oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko antara lain

mencakup metode, asumsi, dan variabel yang digunakan untuk

mengukur dan menetapkan limit Risiko, sedangkan kaji ulang

oleh Satuan Kerja Audit Intern antara lain mencakup keandalan

kerangka Manajemen Risiko dan penerapan Manajemen Risiko

oleh unit bisnis dan/atau unit pendukung.

Page 53: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

36

Penilaian kualitas penerapan Manajemen Risiko

dilakukan terhadap 10 (sepuluh) jenis Risiko yaitu Risiko

Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional,

Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan, Risiko

Reputasi, Risiko Imbal Hasil, dan Risiko Investasi. Tingkat

kualitas penerapan Manajemen Risiko untuk masing-masing

Risiko dikategorikan dalam 5 (lima) peringkat yakni peringkat

1 (strong), peringkat 2 (satisfactory), peringkat 3 (fair),

peringkat 4 (marginal), dan peringkat 5 (unsatisfactory).

3) Penetapan Peringkat Risiko

Peringkat Risiko ditetapkan berdasarkan penilaian atas

peringkat Risiko inheren dan peringkat kualitas penerapan

Manajemen Risiko dari masing-masing Risiko. Penetapan

peringkat faktor Profil Risiko terdiri dari 5 (lima) peringkat yaitu

peringkat 1, peringkat 2, peringkat 3, peringkat 4, dan peringkat 5.

Urutan peringkat faktor Profil Risiko yang lebih kecil

mencerminakan semakin rendahnya Risiko yang dihadapi Bank.

b. Penilaian Faktor Good Corporate Governance (GCG)

Penilaian faktor Good Corporate Governance bagi Bank

Umum Syariah merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen

bank atas pelaksanaan 5 (lima) prinsip Good Corporate Governance

Page 54: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

37

yaitu transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, profesional dan

kewajaran. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan fokus

penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate

Governance tersebut berpedoman pada ketentuan Good Corporate

Governance yang berlaku bagi Bank Umum Syariah dengan

memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha bank.

Dalam rangka memastikan penerapan 5 (lima) prinsip Good

Corporate Governance di atas, Bank Umum Syariah harus melakukan

penilaian sendiri (self assessment) secara berkala yang paling kurang

meliputi 11 (sebelas) faktor penilaian pelaksanaan Good Corporate

Governance sebagaimana diatur dalam ketentuan Good Corporate

Governance yang berlaku bagi Bank Umum Syariah sebagai berikut:

(Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014)

1) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris;

2) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi;

3) Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite;

4) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah;

5) Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana

dan penyaluran dana serta pelayanan jasa;

6) Penanganan benturan kepentingan;

7) Penerapan fungsi kepatuhan Bank;

8) Penerapan fungsi audit intern;

9) Penerapan fungsi audit ekstern;

Page 55: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

38

10) Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD); dan

11) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS, laporan

pelaksanaan Good Corporate Governance, serta pelaporan internal.

Bank dapat menilai Good Corporate Governance dengan self

assessment. Kegiatan self assessment pelaksanaan Good Corporate

Governance dapat dilakukan sebagai evaluasi pelaksanaan prinsip-

prinsip Good Corporate Governance. Pelaksanaan Self Assesment

terbagi menjadi dua, yaitu internal self assessment dan external self

assessment. Tata cara self assessment adalah: (Surat Edaran Otoritas

Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014)

1) Menetapkan nilai peringkat per faktor, dengan melakukan self

assessment dengan cara membandingkan tujuan dan

kriteria/indikator yang telah ditetapkan dengan kondisi bank yang

sebenarnya.

2) Menetapkan nilai komposit hasil self assessment dengan cara

membobot seluruh faktor, menjumlahkannya dan selanjutnya

memberikan peringkat komposit.

Penetapan peringkat Good Corporate Governance dilakukan

berdasarkan analisis atas: (i) pelaksanaan prinsip-prinsip Good

Corporate Governance; (ii) kecukupan tata kelola (governance) atas

struktur, proses, dan hasil penerapan Good Corporate Governance

pada bank; dan (iii) informasi lain yang terkait dengan Good

Page 56: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

39

Corporate Governance yang didasarkan pada data dan informasi yang

relevan.

Penetapan peringkat faktor Good Corporate Governance

dikategorikan dalam 5 (lima) peringkat yakni peringkat 1, peringkat 2,

peringkat 3, peringkat 4, dan peringat 5. Urutan peringkat faktor Good

Corporate Governance yang lebih kecil mencerminkan penerapan

Good Corporate Governance yang lebih baik.

c. Penilaian Faktor Rentabilitas (Earning)

Penilaian faktor rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja

rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, kesinambungan

(sustainability) rentabilitas, manajemen rentabilitas, dan pelaksanaan

fungsi sosial. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat,

trend, struktur, stabilitas Rentabilitas Bank Umum Syariah, dan

perbandingan kinerja Bank Umum Syariah dengan kinerja peer group¸

baik melalui analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif (Surat Edaran

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014).

Dalam menentukan peer group, Bank Umum Syariah perlu

memperhatikan skala bisnis, karakteristik, dan/atau kompleksitas usaha

Bank Umum Syariah serta ketersediaan data dan informasi yang

dimiliki. Penetapan peringkat faktor Rentabilitas dilakukan

berdasarkan analisis yang komprehensif dan terstruktur terhadap

parameter/indikator Rentabilitas sebagaimana dimaksud di atas dengan

Page 57: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

40

memperhatikan signifikansi masing-masing parameter/indikator serta

mempertimbangkan permasalahan lain yang mempengaruhi

Rentabilitas Bank Umum Syariah.

Analisis aspek kuantitatif dilakukan dengan menggunakan

indikator utama sebagai dasar penilaian. Selain itu, apabila diperlukan

dapat ditambahkan penggunaan indikator pendukung lainnya untuk

mempertajam analisis, yang disesuaikan dengan skala bisnis,

karakteristik, dan/atau kompleksitas usaha Bank Umum Syariah.

Analisis aspek kualitatif dilakukan dengan mempertimbangkan

manajemen rentabilitas, kontribusi rentabilitas dalam meningkatkan

modal, dan prospek rentabilitas.

Penetapan peringkat faktor Rentabilitas dikategorikan dalam 5

(lima) peringkat yakni peringkat 1, peringkat 2, peringkat 3, peringkat

4, dan peringkat 5. Urutan peringkat faktor Rentabilitas yang lebih

kecil mencerminkan kondisi Rentabilitas Bank Umum Syariah yang

lebih baik.

Indikator penilaian faktor rentabilitas dapat dilihat dari rasio

keuangan rentabilitas yaitu Beban Operasional pada Pendapatan

Operasional (BOPO). Biaya operasi merupakan biaya yang

dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha

pokoknya (biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dan

biaya operasi lainnya). Pendapatan operasi merupakan pendapatan

utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan

Page 58: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

41

dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. Semakin

rendah rasio BOPO, maka semakin efisien biaya operasional yang

dikeluarkan bank yang bersangkutan atau kemungkinan bank dalam

kondisi bermasalah semakin kecil. Dan tingkat BOPO yang menurun,

maka semakin tinggi efisiensi operasional yang dicapai bank, berarti

semakin efisien aktiva bank dalam menghasilkan keuntungan (Siamat,

2002). Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, batas rasio biaya

operasional terhadap pendapatan operasional yang baik adalah tidak

melebihi 93,5%. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

d. Penilaian Faktor Permodalan (Capital)

Penilaian faktor Permodalan meliputi evaluasi terhadap

kecukupan modal dan kecukupan pengelolaan Permodalan. Dalam

melakukan perhitungan Permodalan, Bank Umum Syariah mengacu

pada ketentuan yang berlaku mengenai kewajiban penyediaan modal

minimum bagi Bank Umum Syariah. Selain itu, dalam melakukan

penilaian kecukupan modal, Bank Umum Syariah juga harus

mengaitkan kecukupan modal dengan Profil Risiko. Semakin tinggi

Risiko, semakin besar modal yang harus disediakan untuk

mengantisipasi Risiko tersebut (Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 10/SEOJK.03/2014).

Page 59: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

42

Dalam melakukan penilaian, Bank Umum Syariah perlu

mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, dan stabilitas Permodalan

dengan memperhatikan kinerja peer group serta kecukupan

manajemen Permodalan Bank Umum Syariah. Penilaian dilakukan

dengan menggunakan parameter/indikator kuantitatif maupun

kualitatif. Dalam menentukan peer group, Bank Umum Syariah perlu

memperhatikan skala bisnis, karakteristik, dan/atau kompleksitas usaha

Bank Umum Syariah serta ketersediaan data dan informasi yang

dimiliki.

Parameter/indikator dalam menilai Permodalan meliputi:

1) Kecukupan Modal

Penilaian kecukupan modal Bank Umum Syariah perlu

dilakukan secara komprehensif, minimal mencakup:

(a) Tingkat, trend, dan komposisi modal;

(b) Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dengan

memperhitungkan Risiko Kredit, Risiko Pasar, dan Risiko

Operasional dengan mengacu kepada ketentuan yang berlaku

mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank

Umum Syariah; dan

(c) Kecukupan modal dikaitkan dengan Profil Risiko.

Page 60: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

43

2) Pengelolaan Permodalan

Analisis terhadap pengelolaan Permodalan Bank Umum

Syariah meliputi manajemen Permodalan dan kemampuan akses

Permodalan.

Faktor Permodalan ditetapkan berdasarkan analisis yang

komprehensif dan terstruktur terhadap parameter/indikator Permodalan

sebagaimana dimaksud di atas dengan memperhatikan signifikansi

masing-masing parameter/indikator serta mempertimbangkan

permasalahan lain yang mempengaruhi Permodalan Bank Umum

Syariah.

Analisis aspek kuantitatif dilakukan dengan menggunakan

indikator utama. Selain itu, apabila diperlukan dapat ditambahkan

penggunaan indikator pendukung lainnya untuk mempertajam analisis,

dengan mempertimbangkan skala bisnis, karakteristik, dan/atau

kompleksitas usaha Bank Umum Syariah.

Analisis aspek kualitatif dilakukan antara lain dengan

mempertimbangkan manajemen permodalan dan kemampuan akses

permodalan.

Penetapan peringkat faktor Permodalan dikategorikan dalam 5

(lima) peringkat yakni peringkat 1, peringkat 2, peringkat 3, peringkat

4, dan peringkat 5. Urutan peringkat faktor Permodalan yang lebih

kecil mencerminkan kondisi pemodalan yang lebih baik.

Page 61: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

44

Permodalan merupakan sumber utama kegiatan operasional

bank, bank harus memiliki permodalan yang cukup dalam mendukung

kegiatan usahanya. Penilaian atas faktor permodalan meliputi evaluasi

terhadap kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan

permodalan, bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia

mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPPM) bagi Bank

Umum. Penilaian tersebut didasarkan kepada Capital Adequacy Ratio

(CAR) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Perbandingan CAR

adalah rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko

(ATMR). Sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia,

maka perbankan harus mempunyai CAR minimal 8% (Peraturan Bank

Indonesia Nomor 10/15/2008 pasal 2 ayat 1). Menurut Peraturan Bank

Indonesia (2001), bagi bank yang memiliki CAR di bawah 8%, maka

bank tersebut dalam pengawasan khusus Bank Indonesia. Rasio ini

dirumuskan sebagai berikut:

6. Penilaian Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank

Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank ditetapkan

berdasarkan analisis secara komprehensif dan terstruktur terhadap

peringkat setiap faktor dan dengan memperhatikan prinsip-prinsip umum

penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Dalam melakukan analisis

Page 62: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

45

secara komprehensif, Bank juga perlu mempertimbangkan kemampuan

Bank dalam menghadapi perubahan kondisi eksternal yang signifikan

(Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014).

Berlaku untuk penilaian tingkat kesehatan Bank secara individual dan

konsolidasi.

a. Peringkat Komposit 1 (PK-1)

Peringkat Komposit 1 mencerminkan kondisi Bank yang secara

umum sangat sehat, sehingga dinilai sangat mampu menghadapi

pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan

faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor

penilaian, antara lain profil Risiko, penerapan prinsip Good Corporate

Governance, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum sangat

baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan

tersebut tidak signifikan.

b. Peringkat Komposit 2 (PK-2)

Peringkat Komposit 2 mencerminkan kondisi Bank yang secara

umum sehat, sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif

yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal

lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain

profil Risiko, penerapan Good Corporate Governance, rentabilitas,

dan permodalan yang secara umum baik. Apabila terdapat kelemahan

maka secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan.

Page 63: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

46

c. Peringkat Komposit 3 (PK-3)

Peringkat Komposit 3 mencerminkan kondisi Bank yang

secara umum cukup sehat, sehingga dinilai cukup mampu menghadapi

pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan

faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor

penilaian, antara lain profil Risiko, penerapan Good Corporate

Governance, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum cukup

baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan

tersebut cukup signifikan dan apabila tidak berhasil diatasi dengan baik

oleh manajemen dapat mengganggu kelangsungan usaha Bank.

d. Peringkat Komposit 4 (PK-4)

Peringkat Komposit 4 mencerminkan kondisi Bank yang secara

umum kurang sehat, sehingga dinilai kurang mampu menghadapi

pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan

faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor

penilaian, antara lain profil Risiko, penerapan Good Corporate

Governance, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum kurang

baik. Terdapat kelemahan yang secara umum signifikan dan tidak

dapat diatasi dengan baik oleh manajemen serta mengganggu

kelangsungan usaha Bank.

e. Peringkat Komposit 5 (PK-5)

Peringkat Komposit 5 mencerminkan kondisi Bank yang secara

umum tidak sehat, sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh

Page 64: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

47

negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor

eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian,

antara lain profil Risiko, penerapan Good Corporate Governance,

rentabilitas, dan permodalan yang secara umum kurang baik. Terdapat

kelemahan yang secara umum sangat signifikan sehingga untuk

mengatasinya dibutuhkan dukungan dana dari pemegang saham atau

sumber dana dari pihak lain untuk memperkuat kondisi keuangan

Bank.

Urutan Peringkat Komposit yang lebih kecil mencerminkan kondisi

Bank yang lebih sehat. Otoritas Jasa Keuangan berwenang menurunkan

Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank dalam hal ditemukan

permasalahan atau pelanggaran yang secara signifikan akan

mempengaruhi operasional dan/atau kelangsungan usaha Bank. Contoh

permasalahan atau pelanggaran yang berpengaruh signifikan antara lain

rekayasa termasuk window dressing dan perselisihan intern manajemen,

yang mempengaruhi operasional dan/atau kelangsungan usaha Bank.

7. Mekanisme Penilaian Tingkat Kesehatan BUS Secara Konsolidasi

Bank Umum Syariah yang melakukan penilaian Tingkat Kesehatan

Bank secara konsolidasi, dengan cakupan penilaian terhadap faktor-faktor

sebagai berikut: (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

8/SEOJK.03/2014)

a. Profil Risiko (Risk Profile);

Page 65: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

48

b. Good Corporate Governance (GCG);

c. Rentabilitas (Earnings); dan

d. Permodalan (Capital).

Penetapan peringkat faktor profil risiko Bank Umum Syariah

secara konsolidasi dilakukan dengan memperhatikan:

a. Signifikansi atau materialitas pangsa Perusahaan Anak terhadap Bank

Umum Syariah secara konsolidasi; dan/atau

b. Permasalahan Perusahaan Anak yang berpengaruh secara signifikan

terhadap profil risiko Bank Umum Syariah secara konsolidasi.

Penetapan peringkat faktor Good Corporate Governance secara

konsolidasi dilakukan dengan memperhatikan:

a. Signifikansi atau materialitas pangsa Perusahaan Anak terhadap Bank

Umum Syariah secara konsolidasi; dan/atau

b. Permasalahan terkait dengan pelaksanaan prinsip-prinsip Good

Corporate Governance pada Perusahaan Anak yang berpengaruh

secara signifikan terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip Good

Corporate Governance.

Penetapan peringkat faktor rentabilitas secara konsolidasi

dilakukan berdasarkan analisis secara komprehensif dan terstruktur

terhadap parameter/indikator rentabilitas tertentu yang dihasilkan dari

laporan keuangan Bank Umum Syariah secara konsolidasi dan informasi

keuangan lainnya dengan memperhatikan:

Page 66: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

49

a. Signifikansi atau materialitas pangsa Perusahaan Anak terhadap Bank

Umum Syariah secara konsolidasi; dan/atau

b. Permasalahan rentabilitas pada Perusahaan Anak yang berpengaruh

secara signifikan terhadap rentabilitas secara konsolidasi.

Penetapan peringkat faktor permodalan secara konsolidasi

dilakukan dengan mempertimbangkan profil risiko berdasarkan analisis

secara komprehensif dan terstruktur terhadap parameter/indikator

permodalan tertentu yang dihasilkan dari laporan keuangan Bank Umum

Syariah secara konsolidasi dan informasi keuangan lainnya dengan

memperhatikan:

a. Signifikansi atau materialitas pangsa Perusahaan Anak terhadap Bank

Umum Syariah secara konsolidasi; dan/atau

b. Permasalahan permodalan pada Perusahaan Anak yang berpengaruh

secara signifikan terhadap permodalan secara konsolidasi.

Bagi Bank Umum Syariah yang melakukan penilaian Tingkat

Kesehatan Bank secara konsolidasi maka:

a. Mekanisme penetapan peringkat setiap faktor penilaian dan penetapan

peringkat komposit Tingkat Kesehatan Bank secara konsolidasi; dan

b. Pengkategorian peringkat setiap faktor penilaian dan peringkat

komposit secara konsolidasi, wajib mengacu pada mekanisme

penetapan dan pengkategorian peringkat Bank secara individual.

Page 67: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

50

8. Hubungan Antara Variabel Independen dan Variabel Dependen

a. Hubungan Risk Profile (Profil Risiko) dengan Return on Asset (ROA)

Menurut Idroes (2006:6), risiko dapat dikatakan sebagai suatu

peluang terjadinya kerugian atau kehancuran. Dalam mencapai

profitabilitasnya, semua bank tentunya akan menghadapi berbagai

risiko, sehingga bank wajib menerapkan manajemen risiko secara

efektif. Apabila risiko tidak dapat dideteksi dan tidak dikelola dengan

benar, maka akan menyebabkan kontraksi dalam aktivitas bank,

penurunan output, serta pengenaan biaya yang besar bagi kelancaran

perekonomian di suatu Negara (Joseph et al dalam Luh Putu Eka

Oktaviantari dan Ni Luh Putu Wiagustini, 2013).

Risiko kredit adalah risiko yang terjadi karena pembayaran

pinjaman atau pokok pinjaman tidak dapat dilakukan dalam waktu

jatuh tempo. Risiko operasional didefinisikan sebagai risiko kerugian

atau ketidakcukupan dari proses internal, sumber daya manusia, dan

sistem yang gagal atau dari peristiwa eksternal (Idroes, 2011:23).

Semakin kecil urutan peringkat faktor Profil Risiko, maka akan

semakin kecil risiko yang dihadapi Bank, dan manajemen risiko di

bank tersebut akan terkelola dengan baik, hal ini tentunya sangat

berpengaruh pada profitabilitas bank tersebut.

Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Armanto Witjaksono dan Monica Nathalia (2014), yang menemukan

Page 68: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

51

bahwa Risk Profile (Profil Risiko) tidak berpengaruh terhadap Return

on Asset (ROA).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

H1 : Terdapat pengaruh antara Risk Profile (Profil Risiko) dengan

Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia.

b. Hubungan Good Corporate Governance (GCG) dengan Return on

Asset (ROA)

Good Corporate Governance (GCG) dapat didefinisikan

sebagai struktur, sistem dan proses yang digunakan oleh pihak-pihak

internal maupun eksternal yang berkaitan dengan perusahaan sebagai

upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara

berkesinambungan dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan

kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan

dan norma yang berlaku (Armanto Witjaksono dan Monica Nathalia,

2014).

Dari sini dapat disimpulkan bahwa GCG perusahaan merujuk

pada seperangkat mekanisme dan proses yang membantu memastikan

bahwa perusahaan diarahkan dan dikelola untuk menciptakan nilai

bagi pemiliknya, sementara secara bersamaan memenuhi tanggung

jawab kepada para pemangku kepentingan lain (misalnya karyawan,

pemasok, masyarakat pada umumnya). Nilai komposit GCG sangat

berpengaruh pada profitabilitas perusahaan. Semakin rendah nilai

Page 69: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

52

komposit GCG, maka semakin baik peringkat kualitas manajemen

bank tersebut, dan juga akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Armanto Witjaksono dan Monica Nathalia (2014), Puji Astutik (2014),

Adil Tobing, Yandra Arkeman, Bunasor Sanim, R. Nunung

Nuryantono (2013), dan Faradillah Sulaiman (2012) yang menemukan

bahwa Good Corporate Governance (GCG) berpengaruh terhadap

Return on Asset (ROA).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

H2 : Terdapat pengaruh antara Good Corporate Governance (GCG)

dengan Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah di

Indonesia.

c. Hubungan Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO)

dengan Return on Asset (ROA)

Beban operasional pada pendapatan operasional digunakan

untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam

melakukan kegiatan operasionalnya (Veithzal, 2007 dalam Armanto

Witjaksono dan Monica Nathalia, 2014). Rasio ini menggambarkan

bagaimana kinerja bank di dalam memaksimalkan setiap biaya

operasional yang terjadi ke dalam pendapatan operasionalnya.

Semakin kecilnya biaya operasi yang digunakan, maka dapat

menghasilkan pendapatan yang lebih besar. Peningkatan pendapatan

Page 70: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

53

secara stabil dapat menarik perhatian masyarakat dengan melihat

kinerja perusahaan yang mengalami peningkatan. Oleh karena itu,

peningkatan pendapatan dapat mempengaruhi profitabilitas bank, yang

akan berpengaruh pada tingkat kesehatan bank.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Armanto Witjaksono dan Monica Nathalia (2014), Mario Christiano,

Parengkuan Tommy, Ivonne Saerang (2014), Puji Astutik (2014), Luh

Putu Eka Oktaviantari dan Ni Luh Putu Wiagustini (2013), dan Muh.

Sabir. M, Muhammad Ali, Abd. Hamid Habbe (2012) yang

menemukan bahwa Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional

(BOPO) berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

H3 : Terdapat pengaruh antara Biaya Operasional pada Pendapatan

Operasional (BOPO) dengan Return on Asset (ROA) Bank

Umum Syariah di Indonesia.

d. Hubungan antara CAR dengan Return on Asset (ROA)

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10

Tahun 1998 pasal 29 ayat 2, dalam menjalankan fungsinya bank harus

menjaga rasio kecukupan modalnya atau Capital Adequacy Ratio

(CAR). Modal juga merupakan aspek yang sangat penting untuk

menilai kesehatan bank karena ini berhubungan dengan solvabilitas

bank. CAR yang harus dicapai oleh bank umum itu ditetapkan sekitar

Page 71: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

54

8%, di mana ketentuan mengenai jumlah CAR ini harus ditaati oleh

semua bank umum maupun bank umum syariah. Hal ini dimaksudkan

untuk meningkatkan disiplin dan profesionalisme bagi setiap bank

dalam mengelola seluruh aktiva yang dimiliki untuk mendapatkan

keuntungan bagi bank.

Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat mempengaruhi

tingkat profitabilitas bank syariah. Gery Rendiana (2015) menjelaskan

bahwa semakin tinggi CAR maka akan semakin baik kemampuan bank

tersebut untuk menanggung risiko dari setiap aktiva produktif yang

berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai

kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar

bagi profitabilitas. Selain itu jika terjadi peningkatan CAR, maka

tingkat modal yang dimiliki bank akan meningkat sehingga tersedia

dana yang cukup dalam menyalurkan pembiayaan dan pengembangan

usaha. Secara tidak langsung, dapat dikatakan bahwa penilaian kinerja

bank telah meningkat, sehingga akan memicu pada peningkatan

kesehatan bank.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gery

Rendiana (2015), Mario Christiano, Parengkuan Tommy, Ivonne

Saerang (2014), dan Puji Astutik (2014) yang menemukan bahwa

Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap Return on Asset

(ROA). Dan hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh David Peter Rotinsulu, Paulus Kindangen, Merinda Pandowo

Page 72: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

55

(2015), Armanto Witjaksono dan Monica Nathalia (2014), dan Muh.

Sabir. M, Muhammad Ali, Abd. Hamid Habbe (2012) yang

menemukan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh

terhadap Return on Asset (ROA).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

H4 : Terdapat pengaruh antara Capital Adequacy Ratio (CAR)

dengan Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah di

Indonesia.

B. Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian yang berhubungan dengan permasalahan

yang akan peneliti angkat. Oleh karena itu, peneliti akan memaparkan

beberapa penelitian terdahulu yang menjadi fokus pembahasan dalam

penelitian ini antara lain:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No

Peneliti

dan Tahun

Penelitian

Judul Model

Analisis

Hubungan dengan Skripsi Peneliti Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1 David Peter

Rotinsulu,

Paulus

Kindangen,

Merinda

Pandowo

(2015)

The Analyze of

Risk-Based

Bank Rating

Method on

Bank’s

Profitability in

State-Owned

Banks in 2007-

2013 Period

RBBR

(RGEC)

dan Regresi

Linier

Berganda

Meneliti tentang

tingkat kesehatan

bank, variabel

CAR dan ROA,

RGEC dan

Regresi

Berganda

Penelitian

dilakukan di

Bank BUMN,

periode

penelitian tahun

2007-2013,

variabel NPL,

LDR dan NOP

Secara simultan,

terdapat pengaruh

antara RBBR

dengan Profitabilitas

Bank. Secara

parsial, Risiko

Kredit dan Risiko

Likuiditas

berpengaruh negatif,

Risiko Pasar

berpengaruh positif,

Permodalan tidak

Page 73: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

56

No

Peneliti

dan Tahun

Penelitian

Judul Model

Analisis

Hubungan dengan Skripsi Peneliti Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

berpengaruh

terhadap

Profitabilitas Bank.

2 Gery Rendiana

(2015)

Analisis

Pengaruh

Efisiensi

(BOPO) dan

Capital

Adequacy Ratio

(CAR)

Terhadap

Return On

Assets (ROA)

pada Perbankan

Syariah yang

Terdaftar di

OJK Tahun

2010-2014

Regresi

Linier

Berganda

Variabel BOPO,

CAR dan ROA,

Regresi

Berganda

Memakai 11

BUS, periode

penelitian tahun

2010-2014.

Terdapat hubungan

positif untuk

hubungan antara

Efisiensi (BOPO)

terhadap Return On

Assets (ROA),

berarti tidak

signifikan terhadap

ROA. Dan terdapat

hubungan negatif

untuk hubungan

antara Capital

Adequacy Ratio

(CAR) terhadap

Return On Assets

(ROA) berarti

terdapat hubungan

yang signifikan

antara CAR dengan

ROA.

3 Armanto

Witjaksono

dan Monica

Nathalia

(2014)

Pengaruh

Tingkat

Kesehatan Bank

Berdasarkan

Metode RGEC

Terhadap

Return Saham

Pada

Perusahaan

Perbankan Go

Public di IDX

Tahun 2011-

2012

RGEC dan

Regresi

Linier

Berganda

Meneliti tentang

tingkat kesehatan

bank, variabel

Risk Profile,

GCG, BOPO dan

CAR, RGEC dan

Regresi

Berganda

Penelitian

dilakukan pada

Perusahaan

Perbankan Go

Public di IDX,

periode

penelitian tahun

2011-2012,

variabel

dependen

menggunakan

return saham.

Secara simultan,

terdapat pengaruh

antara variabel

independen terhadap

return saham. Secara

parsial, GCG

berpengaruh positif

terhadap return

saham.

4 Mario

Christiano,

Parengkuan

Tommy,

Ivonne

Saerang

(2014)

Analisis

Terhadap

Rasio-Rasio

Keuangan

untuk

Mengukur

Profitabilitas

pada Bank-

Bank Swasta

yang Go Public

di BEI Tahun

2008-2012

Regresi

Linier

Berganda

dengan

penelitian

asosiatif

(hubungan)

Variabel CAR,

BOPO dan ROA,

Regresi

Berganda

Meneliti tentang

rasio-rasio

keuangan,

penelitian

dilakukan pada

Bank Swasta Go

Public di BEI,

periode

penelitian tahun

2008-2012,

variabel NPL,

NIM dan LDR

Secara simultan,

CAR, BOPO, NPL,

NIM, dan LDR

berpengaruh

signifikan terhadap

ROA. Secara

parsial, CAR

berpengaruh

signifikan terhadap

ROA. BOPO

berpengaruh negatif

dan tidak signifikan

terhadap ROA. NPL

berpengaruh negatif

terhadap ROA. NIM

Page 74: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

57

No

Peneliti

dan Tahun

Penelitian

Judul Model

Analisis

Hubungan dengan Skripsi Peneliti Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

dan LDR

berpengaruh positif

signifikan terhadap

ROA.

5 Puji Astutik

(2014)

Pengaruh

Tingkat

Kesehatan Bank

Menurut Risk

Based Bank

Rating terhadap

Kinerja

Keuangan

(Studi pada

Bank Umum

Syariah di

Indonesia)

RBBR

(RGEC)

dan Regresi

Linier

Berganda

Meneliti tentang

tingkat kesehatan

bank, variabel

ROA, GCG,

BOPO dan CAR

Variabel NPF,

FDR dan NOM

Secara simultan,

NPF, FDR, GCG,

BOPO, NOM dan

CAR berpengaruh

terhadap kinerja

keuangan (ROA).

Dan secara parsial,

hanya FDR dan

NOM yang

berpengaruh positif

signifikan terhadap

ROA. Dan FDR

adalah variabel

paling dominan.

6 Adil Tobing,

Yandra

Arkeman,

Bunasor

Sanim, R.

Nunung

Nuryantono

(2013)

Pengaruh

Penerapan GCG

Terhadap

Tingkat

Kesehatan dan

Daya Saing di

Perbankan

Indonesia

Tahun 2013

Regresi

Linier (Uji

Kruskal

Wallis, Uji

Regresi

Stepwise)

Penelitian masih

terkait tentang

tingkat kesehatan

dan GCG.

Penelitian

dilakukan pada

Bank BUMN,

variabel

independen

menggunakan

GCG dan elemen

lain, variabel

dependen

menggunakan

tingkat kesehatan

dan daya saing,

pendekatan

kualitatif.

Pelaksanaan GCG di

bank pemerintah

lebih baik daripada

di bank swasta.

Penerapan GCG

memberikan

pengaruh yang

signifikan terhadap

beberapa sub

elemen tingkat

kesehatan dan sub

elemen daya saing.

Rentabilitas

memberikan

pengaruh pada

pencapaian daya

saing yang baik.

7 Luh Putu Eka

Oktaviantari

dan Ni Luh

Putu

Wiagustini

(2013)

Pengaruh

Tingkat Risiko

Perbankan

Terhadap

Profitabilitas

Pada BPR di

Kabupaten

Bandung

Regresi

Linier

Berganda

Variabel BOPO

dan ROA

Variabel NPL

dan LDR

NPL berpengaruh

negatif signifikan

terhadap Loan to

Deposit Ratio

(LDR), Biaya

Operasional pada

Pendapatan

Operasional

(BOPO)

berpengaruh negatif

namun tidak

signifikan terhadap

Loan to Deposit

Ratio (LDR), Non

Performing Loan

(NPL) berpengaruh

Page 75: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

58

No

Peneliti

dan Tahun

Penelitian

Judul Model

Analisis

Hubungan dengan Skripsi Peneliti Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

positif namun tidak

signifikan

terhadap

profitabilitas

(ROA), Biaya

Operasional

terhadap Pendapatan

Operasional

(BOPO)

berpengaruh negatif

signifikan terhadap

profitabilitas

(ROA), dan Loan to

Deposit Ratio

(LDR)

berpengaruh positif

signifikan terhadap

profitabilitas

(ROA).

8 Muh. Sabir.

M,

Muhammad

Ali, Abd.

Hamid Habbe

(2012)

Pengaruh Rasio

Kesehatan Bank

Terhadap

Kinerja

Keuangan Bank

Umum Syariah

dan Bank

Konvensional

di Indonesia

Tahun 2009-

2011

Regresi

Linier

Berganda

dan Uji

Beda

Meneliti tentang

rasio kesehatan

bank, variabel

CAR, BOPO dan

ROA

Periode

penelitian tahun

2009-2011,

penelitian

dilakukan pada

BUS dan Bank

Konvensional,

variabel NOM,

NPF, FDR, NIM,

NPL, dan LDR

Pengaruh Rasio

Kesehatan Bank

Terhadap Kinerja

Keuangan BUS di

Indonesia:

CAR dan NPF tidak

berpengaruh

terhadap ROA.

BOPO berpengaruh

negatif dan

signifikan terhadap

ROA. NOM dan

FDR berpengaruh

positif dan

signifikan terhadap

ROA.

Pengaruh Rasio

Kesehatan Bank

Terhadap Kinerja

Keuangan Bank

Konvensional di

Indonesia:

CAR dan NIM

berpengaruh positif

dan signifikan

terhadap ROA.

BOPO berpengaruh

negatif dan tidak

signifikan terhadap

ROA. NPL dan

LDR berpengaruh

negatif dan

Page 76: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

59

No

Peneliti

dan Tahun

Penelitian

Judul Model

Analisis

Hubungan dengan Skripsi Peneliti Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

signifikan terhadap

ROA.

9 Faradillah

Sulaiman

(2012)

Pengaruh

Mekanisme

Good

Corporate

Governance

terhadap

Kinerja

Perusahaan

yang Terdaftar

di Jakarta

Islamic Index

Tahun 2009-

2011

Regresi

Linier

Berganda

Variabel GCG

dan ROA

Variabel ROE

dan return

perusahaan

Secara simultan,

penerapan

mekanisme GCG

memiliki pengaruh

positif signifikan

terhadap kinerja

akutansi perusahaan

(ROA dan ROE).

Dan Penerapan

GCG tidak

berpengaruh

terhadap kinerja

pasar (return

perusahaan). Secara

parsial, ROA dan

return tidak

dipengaruhi oleh

mekanisme GCG.

Dan ROE

dipengaruhi oleh

Komisaris

Independen dan

Rasio Utang.

C. Kerangka Pemikiran

Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang

terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank dan

Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank. Penilaian kesehatan

suatu bank bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi

sangat sehat, sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat.

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sekunder yaitu

dengan mengunduh laporan keuangan dan laporan GCG di Bank yang menjadi

obyek penelitian. Dalam penelitian ini, tingkat kesehatan juga dikaitkan

dengan faktor-faktor yang terdapat pada penilaiannya yaitu Risk Profile (Profil

Page 77: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

60

Risiko), Good Corporate Governance (GCG), Biaya Operasional pada

Pendapatan Operasional (BOPO), dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Teknis

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode RGEC

dan Regresi Linier Berganda.

Berdasarkan landasan teori, hasil penelitian terdahulu dan

permasalahan yang telah dikemukakan, maka berikut ini disajikan kerangka

pemikiran dan kerangka konseptual yang dituangkan dalam model penelitian

pada gambar berikut.

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Model pada Gambar 2.1 tersebut menunjukkan bahwa variabel

independen terdiri dari Risk Profile / Profil Risiko (X1), Good Corporate

Governance / GCG (X2), Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional /

BOPO (X3), dan Capital Adequacy Ratio / CAR (X4). Dan variabel dependen

yaitu Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia. Dan kerangka

pemikiran di atas menjelaskan 2 analisis, yaitu analisis dengan Metode RGEC

dan analisis dengan Model Analisis Regresi Linier Berganda. Pada analisis

Metode RGEC, variabel independen diukur menggunakan indikator yang telah

Metode RGEC

1. Risk Profile (Profil Risiko) X1

2. Good Corporate Governance (GCG) X2

3. Earnings (BOPO) X3

4. Capital (CAR) X4

Analisis Tingkat

Kesehatan Bank

1. Sangat Sehat

2. Sehat

3. Cukup Sehat

4. Kurang Sehat

5. Tidak Sehat

Return on Asset (ROA) Y

Model Analisis Regresi Linier Berganda

Page 78: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

61

dipaparkan dalam penjelasan sebelumnya, sehingga mendapatkan hasil

analisis tingkat kesehatan bank seperti Sangat Sehat, Sehat, Cukup Sehat,

Kurang Sehat atau Tidak Sehat. Dan pada analisis regresi, variabel independen

dikaitkan dengan variabel dependen sehingga hasilnya akan menjadi model

regresi linier berganda.

Gambar 2.2

Kerangka Konseptual

PT. Bank Muamalat

Indonesia

PT. Bank

Syariah Mandiri

PT. Bank

Mega Syariah

PT. Bank

BNI Syariah

Laporan Keuangan dan Laporan GCG

Risk Profile GCG Earning (BOPO) Capital (CAR)

Profitabilitas Bank

Metode RGEC

Uji Asumsi Klasik:

1. Normalitas

2. Multikolinieritas

3. Heteroskedastisitas

4. Autokorelasi

Uji t Uji F Adjusted R2

Model Regresi Linier Berganda

Kesimpulan dan Saran

Hasil dan Interpretasi

Page 79: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

62

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran mengenai “Pengaruh Tingkat

Kesehatan Bank dengan Metode RGEC Terhadap Profitabilitas Bank Umum

Syariah di Indonesia periode tahun 2011-2014”, maka hipotesis pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. H1 : Terdapat pengaruh Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate

Governance (GCG), Biaya Operasional pada Pendapatan

Operasional (BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) secara

bersama-sama terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di

Indonesia.

2. H2 : Terdapat pengaruh antara Risk Profile (Profil Risiko) dengan

Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia.

3. H3 : Terdapat pengaruh antara Good Corporate Governance (GCG)

dengan Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia.

4. H4 : Terdapat pengaruh antara Biaya Operasional pada Pendapatan

Operasional (BOPO) dengan Profitabilitas Bank Umum Syariah di

Indonesia.

5. H5 : Terdapat pengaruh antara Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan

Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia.

Page 80: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

63

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat pengaruh variabel Risk

Profile (Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG), Biaya

Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) dan Capital Adequacy

Ratio (CAR) terhadap Return on Asset (ROA) selama periode Januari 2011

sampai dengan Desember 2014. Data yang digunakan pada penelitian ini

adalah data triwulan.

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah penelitian

deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, karena data yang didapat kemudian

diolah dan dianalisis. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang

menggunakan data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan secara tidak

langsung dari sumbernya yang bersifat runtun waktu (time series). Data

sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai

sumber yang telah ada. Data time series adalah data yang dikumpulkan dari

waktu ke waktu pada satu objek, dengan tujuan untuk menggambarkan

perkembangan dari objek tersebut (Siregar, 2014:38).

Dalam penelitian ini, data diambil dari laporan keuangan Bank Umum

Syariah yang dikategorikan sebagai Bank Umum Swasta Nasional Devisa

periode tahun 2011-2014. Data yang digunakan adalah data-data yang terkait

dalam Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG),

Page 81: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

64

Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) dan Capital

Adequacy Ratio (CAR). Data diperoleh dari website Bank Indonesia yaitu

www.bi.go.id dan website Bank Umum Syariah yang menjadi sumber

penelitian (www.bnisyariah.co.id, www.megasyariah.co.id,

www.bankmuamalat.co.id, dan www.syariahmandiri.co.id).

B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2009:115). Populasi dalam penelitian ini adalah

Bank Umum Syariah (BUS) yang termasuk dalam Bank Umum Swasta

Nasional Devisa periode triwulan tahun 2011-2014.

Tabel 3.1

Perbankan Syariah di Indonesia

Sumber: Statistik Perbankan Syariah, 2015

Indikator 2011 2012 2013 2014

Bank Umum Syariah

- Jumlah Bank 11 11 11 12

Unit Usaha Syariah

- Jumlah Bank Umum

Konvensional yang memiliki UUS 24 24 23 22

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

- Jumlah Bank 155 158 163 163

Page 82: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

65

2. Sampel

Sampel adalah bagian sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi (Sugiyono 2009:116). Teknik pengumpulan sampel

data yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu penentuan sampel

yang disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan kemudian dipilih

berdasarkan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan

penelitian (Sugiyono, 2009:122). Adapun kriteria-kriteria data yang

dijadikan sampel adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan perbankan termasuk dalam Bank Umum Syariah (BUS)

yang juga merupakan Bank Umum Swasta Nasional Devisa (BUSN

Devisa / Bank Devisa) periode tahun 2011-2014.

2. Perusahaan perbankan dengan kelengkapan data-data yang dibutuhkan

terkait pengukuran variabel-variabel yang digunakan selama periode

triwulan 2011-2014.

3. Perusahaan perbankan menerbitkan laporan keuangan selama periode

tahun 2011-2014 secara konsisten dan telah dipublikasikan di Bank

Indonesia, OJK dan pada masing-masing website perbankan syariah

tersebut.

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah PT. Bank Muamalat Indonesia, PT.

Bank Syariah Mandiri, PT. Bank Mega Syariah, dan PT. Bank BNI

Syariah.

Page 83: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

66

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai

tujuan penelitian dan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

Pengumpulan data bisa dengan pengumpulan data primer dan sekunder.

1. Data Sekunder

Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang

dikumpulkan secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder

biasanya telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan

dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Sugiyono, 2009).

Data-data sekunder yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai

berikut:

a. Data Risk Profile (Profil Risiko), Biaya Operasional pada Pendapatan

Operasional, Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Return on Asset

(ROA) setiap triwulan selama periode Januari 2011 sampai dengan

Desember 2014, diperoleh dari laporan triwulan pada website

perbankan yang bersangkutan yaitu PT. Bank Muamalat Indonesia

(www.bankmuamalat.co.id), PT. Bank Syariah Mandiri

(www.syariahmandiri.co.id), PT. Bank Mega Syariah

(www.megasyariah.co.id), PT. Bank BNI Syariah

(www.bnisyariah.co.id), Otoritas Jasa Keuangan (www.ojk.go.id) dan

Bank Indonesia (www.bi.go.id).

Page 84: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

67

b. Data Good Corporate Governance (GCG) setiap triwulan selama

periode Januari 2011 sampai dengan Desember 2014, diperoleh dari

laporan GCG pada website perbankan yang bersangkutan.

2. Studi Kepustakaan

Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan dan metode

dokumentasi. Data-data mengenai studi kepustakaan diperoleh dari buku-

buku, internet, jurnal yang berhubungan dengan variabel Risk Profile

(Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG), Biaya Operasional

pada Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR)

dan Return on Asset (ROA), serta ditunjang dengan literatur-literatur

lainnya.

D. Metode Analisa Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode

kuantitatif, yaitu di mana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk

angka. Sesuai dengan bentuknya data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis

dengan menggunakan teknik perhitungan statistik (Siregar, 2014 : 38).

Analisis data yang digunakan yaitu analisis data statistik desktiptif dan

analisis regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil (Ordinary Least

Square / OLS) melalui uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Alat yang

digunakan dalam proses pengolahan data yaitu dengan menggunakan program

Page 85: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

68

SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 21.0 dan Microsoft

Excel 2010.

1. Uji Statistik

a. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dilakukan dalam bentuk tabel,

grafik atau diagram untuk membantu pemahaman terhadap data dan

hasil perhitungan, serta mempermudah mengetahui gambaran

perbankan dalam melakukan perbandingan data-data yang ada. Data

yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu menjelaskan analisis

deskriptif tentang tingkat kesehatan bank dengan metode RGEC.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian mengenai kenormalan

distribusi data. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah variabel

pengganggu atau residual dalam model regresi memiliki distribusi

normal. Model regresi yang baik adalah jika data berdistribusi normal

atau mendekati normal. Cara yang digunakan untuk mengetahui data

yang berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan menggunakan grafik

histogram dan grafik normal Probability Plot. Dasar pengambilan

keputusan dalam analisis grafik histogram dan grafik normal P-Plot

yaitu:

Page 86: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

69

1) Jika pada grafik P-Plot data mendekati atau menyebar di sekitar

garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau pada grafik

Histogram data menunjukkan pola distribusi normal, maka model

regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika pada grafik P-Plot data menyebar jauh dari garis diagonal dan

tidak mengikuti arah garis diagonal atau pada grafik Histogram

data tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi

tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam

model regresi masing-masing variabel bebas (independen) saling

berhubungan secara linier (korelasi). Dalam model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas atau

independen (Ghozali, 2012). Uji ini dapat dideteksi dengan melihat

nilai tolerance dan variance inflation factors (VIF) dari hasil analisis

SPSS. Jika nilai tolerance lebih besar daripada 0,1 dan nilai VIF lebih

kecil daripada 10, maka dapat disimpulkan bahwa data bagus dan tidak

terjadi masalah multikolinieritas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas adalah terjadinya ketidaksamaan

varians dalam fungsi regresi dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Data yang baik adalah data yang memiliki kesamaan

varians dalam fungsi regresi yang disebut sebagai homoskedastisitas.

Page 87: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

70

Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas, maka dalam

penelitian ini digunakan grafik Scatter Plot dan metode Spearman’s

Rho.

Metode uji heteroskedastisitas dengan korelasi Spearman’s rho

yaitu mengkorelasikan variabel independen dengan nilai

unstandardized residual (Priyatno, 2013). Pengujian menggunakan

tingkat signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi. Jika korelasi antara variabel

independen dengan residual di dapat signifikansi lebih dari 0,05 maka

dapat dikatakan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada

model regresi. Langkah-langkah analisis pada SPSS sebagai berikut:

1) Untuk melakukan analisis Spearman’s rho, dengan cara klik

Analyze >> Correlate >> Bivariate, selanjutnya akan terbuka

kotak dialog Bivariate Correlations.

2) Masukkan variabel X dan Unstandardized Residual ke kotak

Variables. Kemudian hilangkan tanda centang pada Pearson dan

beri tanda centang pada Spearman. Jika sudah klik tombol OK.

Dasar pengambilan keputusan dalam uji Spearman’s Rho yaitu:

1) Jika nilai Sig.(2-tailed) < 0,05 artinya terjadi masalah

heteroskedastisitas.

2) Jika nilai Sig.(2-tailed) > 0,05 artinya tidak terjadi masalah

heteroskedastisitas.

Dan pengambilan keputusan pada grafik Scatter Plot yaitu

dengan melihat apakah data menyebar di daerah positif dan negatif

Page 88: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

71

serta data tidak membentuk pola, maka dapat disimpulkan bahwa data

tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1/sebelumnya

(Ghozali, 2013). Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya

autokorelasi yaitu dengan menggunakan uji Durbin-Watson (Uji D-W)

yang terdapat pada hasil analisis SPSS. Uji Durbin-Watson dihitung

berdasarkan jumlah selisih kuadrat nilai taksiran faktor gangguan yang

berurutan. Kriteria pengujian uji Durbin-Watson yaitu:

1) Nilai d berkisar antara 0 dan 4, yaitu 0 ≤ d ≤ 4.

2) Nilai d = 2 atau mendekati 2, maka tidak terjadi autokorelasi.

3) Nilai d mendekati 0, maka terjadi autokorelasi positif.

4) Nilai d mendekati 4, maka terjadi autokorelasi negatif.

Pengujian ini dinilai baik jika tidak terjadi autokorelasi antara

variabel independen dengan variabel dependen.

Menurut Imam Ghozali (2012:121), jika pada model regresi

terjadi autokorelasi, maka ada beberapa opsi penyelesaiannya antara

lain:

1) Tentukan apakah autokorelasi yang terjadi merupakan pure

autocorrelation dan bukan karena kesalahan spesifikasi model

regresi. Pola residual dapat terjadi karena adanya kesalahan

Page 89: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

72

spesifikasi model yaitu ada variabel penting yang tidak

dimasukkan ke dalam model atau dapat juga karena bentuk fungsi

persamaan regresi tidak benar.

2) Jika yang terjadi adalah pure autocorrelation, maka solusi

autokorelasi adalah dengan mentranformasi model awal menjadi

model difference. Misalkan model regresi dengan dua variabel

sebagai berikut:

Yt = β1 + β2Xt + μt

Dan diasumsikan bahwa residual atau error mengikuti

autoregressive AR(1) sebagai berikut:

μt = ρμt – 1 + εt -1 < ρ < 1

Asumsi ρ tidak diketahui nilainya

1) Nilai ρ diestimasi berdasarkan Durbin-Watson d statistik. Secara

sederhana nilai ρ dapat diestimasi dengan menggunakan d statistik

dengan rumus seperti di bawah ini:

Keterangan: d = durbin-watson

2) Pada kasus dengan jumlah sampel kecil, Theil dan Nagar

mengajukan rumus untuk menghitung nilai ρ sebagai berikut:

Keterangan: n = jumlah observasi; k = jumlah variabel bebas.

Page 90: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

73

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui penerimaan atau

penolakan pada asumsi hipotesis yang sudah dibuat.

a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Pada dasarnya, uji t digunakan untuk mengukur seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian ini menggunakan

uji t yaitu dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel.

Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

1) Apabila t hitung > t tabel, berarti secara parsial variabel

independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

2) Apabila t hitung < t tabel, berarti secara parsial variabel

independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen.

Menurut (Siregar, 2014) kaidah pengujian dalam uji

signifikansi parsial (uji t) berdasarkan perbandingan antara ttabel dan

thitung, yaitu:

1) Jika, -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima

2) Jika, thitung> ttabel, maka H0 ditolak

Pengambilan keputusan mengenai hipotesis dengan didasarkan

pada angka probabilitas signifikansi, yaitu :

1) Apabila (Sig ≤ α), nilai signifikansi ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1

diterima.

Page 91: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

74

2) Apabila (Sig > α) nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan H1

ditolak.

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel

independen secara simultan atau bersama-sama mempengaruhi

variabel dependen secara signifikan. Pengujian ini menggunakan uji F

yaitu dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel.

Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

1) Apabila F hitung > F tabel dan tingkat signifikansi (α) < 0,05 maka

semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

2) Apabila F hitung < F tabel dan tingkat signifikansi (α) > 0,05 maka

semua variabel independen secara bersama-sama tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Menurut Siregar (2014:410) kaidah pengujian dalam uji

signifikansi simultan (uji F) berdasarkan perbandingan Ftabel dan Fhitung,

yaitu:

1) Jika, Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima

2) Jika, Fhitung> Ftabel, maka H0 ditolak

Dan berdasarkan nilai probabilitas, dengan melihat nilai

signifikansi (Sig. < 0,05 atau 5%). Jika nilai signifikansi > 0,05 maka

H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikansi < 0,05 maka H1 diterima.

Page 92: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

75

c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan

seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel

dependennya. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.

Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen

dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang

mendekati 1 (satu) berarti variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen. Secara umum, koefisien determinasi untuk data

runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien

determinasi yang tinggi.

Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti

meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti

menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2

pada saat

mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai

Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen

ditambahkan ke dalam model (Gozhali, 2012).

d. Model Analisis Regresi Linier Berganda

Menurut Armanto (2014), regresi linier berganda merupakan

prosedur yang dipergunakan untuk melihat pengaruh satu variabel

terhadap variabel lain dan juga memprediksi nilai variabel tergantung

berskala interval dengan menggunakan variabel bebas berskala

Page 93: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

76

interval. Dalam penelitian ini data yang telah dikumpulkan akan

dianalisis menggunakan analisis regresi berganda dengan persamaan

kuadrat terkecil (Ordinary Least Square / OLS). Persamaan regresi

yang dibentuk adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Keterangan:

Y = Profitabilitas

a = Konstanta

b1,b2,b3,b4 = Koefisien regresi untuk masing-masing variabel

X1 = Profil Risiko (Risk Profile)

X2 = Good Corporate Governance (GCG)

X3 = Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional

(BOPO)

X4 = Capital Adequacy Ratio (CAR)

e = Tingkat kesalahan (Standard error)

E. Operasional Variabel Penelitian

Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa

variasi pada nilai (Sekaran, 2006). Variabel penelitian merupakan suatu

atribut atau sifat atau nilai dari orang atau kegiatan yang mempunyai varian

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Variabel dalam penelitian ini dibagi

menjadi dua yaitu variabel dependen dan variabel independen.

Page 94: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

77

1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel terikat yang besarannya

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas

(independen). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel terikat

(dependen) adalah Profitabilitas Bank. Return on Asset (ROA) merupakan

salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas

perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan

total asset yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum

pajak terhadap total asset bank tersebut. Rasio ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel bebas yang mempengaruhi

variabel terikat, baik secara positif ataupun negatif (Sekaran, 2006). Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel bebas (independen) adalah Risk

Profile (Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG), Earnings

yang diwakili oleh BOPO, dan Capital yang diwakili oleh CAR.

a. Profil Risiko (Risk Profile)

Penilaian terhadap faktor profil risiko merupakan penilaian

terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko

dalam operasional bank yang dilakukan terhadap sepuluh risiko yaitu:

Page 95: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

78

1) Risiko Kredit

2) Risiko Pasar

3) Risiko Operasional

4) Risiko Likuiditas

5) Risiko Stratejik

6) Risiko Kepatuhan

7) Risiko Hukum

8) Risiko Reputasi

9) Risiko Investasi

10) Risiko Imbal Hasil

Berikut adalah matriks peringkat faktor profil risiko dan

matriks penerapan peringkat risiko.

Tabel 3.2

Matriks Peringkat Faktor Profil Risiko

Peringkat Definisi

1

(Low/Strong)

Profil Risiko Bank yang termasuk dalam peringkat ini pada

umumnya memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut:

1. Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan

Bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko

inheren komposit tergolong sangat rendah selama periode waktu

tertentu di masa datang.

2. Kualitas penerapan Manajemen Risiko secara komposit sangat

memadai. Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan

tersebut dapat diabaikan.

2

(Low to

Moderate/

Satisfactory)

Profil Risiko Bank yang termasuk dalam peringkat ini pada

umumnya memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut:

1. Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan

Bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko

inheren komposit tergolong rendah selama periode waktu

tertentu di masa datang.

2. Kualitas penerapan Manajemen Risiko secara komposit

memadai. Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan

tersebut perlu mendapatkan perhatian manajemen.

3

(Moderate/

Fair)

Profil Risiko Bank yang termasuk dalam peringkat ini pada

umumnya memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut:

1. Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan

Bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko

Page 96: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

79

Peringkat Definisi

inheren komposit tergolong cukup tinggi selama periode waktu

tertentu di masa datang.

2. Kualitas penerapan Manajemen Risiko secara komposit cukup

memadai. Meskipun persyaratan minimum terpenuhi, terdapat

beberapa kelemahan yang membutuhkan perhatian manajemen

dan perbaikan.

4

(Moderate to

High/Marginal)

Profil Risiko Bank yang termasuk dalam peringkat ini pada

umumnya memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut:

1. Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan

Bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko

inheren komposit tergolong tinggi selama periode waktu tertentu

di masa datang.

2. Kualitas penerapan Manajemen Risiko secara komposit kurang

memadai. Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek

Manajemen Risiko yang membutuhkan tindakan korektif segera.

5

(High/

Unsatisfactory)

Profil Risiko Bank yang termasuk dalam peringkat ini pada

umumnya memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut:

1. Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan

Bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko

inheren komposit tergolong sangat tinggi selama periode waktu

tertentu di masa datang.

2. Kualitas penerapan manajemen Risiko secara komposit tidak

memadai. Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek

manajemen Risiko di mana tindakan penyelesaiannya di luar

kemampuan manajemen.

Sumber: Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014

Peringkat Risiko merupakan kesimpulan akhir atas Risiko Bank

setelah mempertimbangkan mitigasi yang dilakukan melalui penerapan

manajemen Risiko. Untuk menentukan peringkat Risiko, Bank dapat

mengacu pada matriks peringkat Risiko berikut ini. Matriks ini pada

dasarnya memetakan peringkat Risiko yang dihasilkan dari kombinasi

antara Risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen Risiko.

Tabel 3.3

Matriks Penetapan Peringkat Risiko

Sumber: Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014

Page 97: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

80

b. GCG (Good Corporate Governance)

Menurut IICG (2008), konsep Corporate Governance dapat

didefinisikan sebagai serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan

mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan

sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders).

Good Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai struktur,

sistem dan proses yang digunakan oleh pihak-pihak internal maupun

eksternal yang berkaitan dengan perusahaan sebagai upaya untuk

memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam

jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder

lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku.

Penilaian terhadap faktor GCG menggunakan sistem self

assessment di mana masing-masing Bank menghitung sendiri

komponen GCG mereka. Pemeringkatan nilai komposit yang

ditetapkan Bank Indonesia adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Peringkat Komposit Good Corporate Governance Peringkat Nilai Komposit Keterangan

1 NK < 1,5 Sangat Baik

2 1,5 < NK < 2,5 Baik

3 2,5 < NK < 3,5 Cukup Baik

4 3,5 < NK < 4,5 Kurang Baik

5 4,5 < NK < 5 Tidak Baik

Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/13/DPbS, 2010

c. Rentabilitas (Earning)

Penilaian ini menunjukkan kemampuan bank dalam

menciptakan laba. Sementara rasio yang digunakan untuk menilai

rentabilitas adalah Beban Operasional pada Pendapatan Operasional

Page 98: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

81

(BOPO). Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat perbandingan

antara biaya operasional yang ditanggung bank dengan pendapatan

operasional yang diperoleh bank. Besarnya nilai BOPO dapat dihitung

dengan rumus:

Predikat kesehatan bank dari segi rentabilitas atau BOPO

ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 3.5

Matriks Penetapan Peringkat Komponen BOPO Peringkat Kriteria Keterangan

1 Tingkat efisien sangat baik (rasio BOPO

berkisar antara 83% sampai dengan 88%)

Sangat

Memadai

2 Tingkat efisien baik (rasio BOPO berkisar

antara 89% sampai dengan 93%) Memadai

3 Tingkat efisien cukup baik (rasio BOPO

berkisar antara 94% sampai dengan 96%)

Cukup

Memadai

4 Tingkat efisien buruk (rasio BOPO berkisar

antara 97% sampai dengan 100%)

Kurang

Memadai

5 Tingkat efisien sangat buruk (rasio BOPO di

atas 100%) Tidak Memadai

Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP, 2011

d. Permodalan (Capital)

Permodalan yang dinilai adalah permodalan yang dimiliki oleh

bank, berdasarkan pada kewajiban penyediaan modal minimum bank.

Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR yang telah ditetapkan oleh

Bank Indonesia. Perbandingan CAR adalah rasio modal terhadap

aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Sesuai ketentuan yang telah

ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka perbankan harus mempunyai

CAR minimal 8% (Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/2008 pasal

Page 99: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

82

2 ayat 1). Menurut Peraturan Bank Indonesia (2001), bagi bank yang

memiliki CAR di bawah 8%, maka bank tersebut dalam pengawasan

khusus Bank Indonesia. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

Predikat kesehatan bank dari segi permodalan atau CAR

ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 3.6

Matriks Penetapan Peringkat Komponen CAR Peringkat Kriteria Keterangan

1

Rasio KPMM lebih tinggi sangat signifikan

dibandingkan dengan rasio KPMM yang

ditetapkan dalam ketentuan (KPMM > 15%)

Sangat

Memadai

2

Rasio KPMM lebih tinggi cukup signifikan

dibandingkan dengan rasio KPMM yang

ditetapkan dalam ketentuan

(9% < KPMM ≤ 15%)

Memadai

3

Rasio KPMM lebih tinggi secara marjinal

dibandingkan dengan rasio KPMM yang

ditetapkan dalam ketentuan

(8% < KPMM ≤ 9%)

Cukup

Memadai

4 Rasio KPMM di bawah ketentuan yang berlaku

(KPMM ≤ 8%)

Kurang

Memadai

5

Rasio KPMM di bawah ketentuan yang berlaku

dan bank cenderung menjadi tidak solvable

(KPMM ≤ 8%)

Tidak

Memadai

Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP, 2011

Page 100: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

83

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Perbankan Syariah di Indonesia

Perbankan Syariah disebut juga Perbankan Islam, yaitu perbankan

yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam atau syariat. Karena

berdasarkan hukum Islam, maka perbankan syariah tidak mengenal adanya

“bunga pinjaman” atau interest rate. Bunga pinjaman dianggap riba dan

berdosa. Yang dikenal di perbankan syariah adalah “sistem bagi hasil”

atau nisbah yang prosesnya sama-sama diketahui dan disetujui oleh bank

dan pihak nasabah. Pelopor berdirinya perbankan syariah di Indonesia

adalah Bank Muamalat pada tahun 1991. Bank ini dilahirkan oleh Majelis

Ulama Indonesia (MUI), Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI),

pengusaha Muslim dan juga pemerintah.

Di tahun 1983 pemerintah Indonesia pernah berencana menerapkan

“sistem bagi hasil” dalam berkreditan yang merupakan konsep dari

perbankan syariah. Saat itu kondisi perbankan Indonesia sangat rentan

karena Bank Indonesia tidak bisa mengendalikan tingkat suku bunga di

bank-bank yang membumbung tinggi. Sehingga pemerintah mengeluarkan

deregulasi tanggal 1 Juni 1983 yang menimbulkan kemungkinan bank

mengambil untung dari bagi hasil sistem kredit. Namun lima tahun

kemudian, pemerintah menganggap bisnis perbankan harus dibuka seluas-

Page 101: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

84

luasnya untuk menunjang pembangunan. Dan tanggal 27 Oktober 1988,

pemerintah pun mengeluarkan Paket Kebijaksanaan Pemerintah Bulan

Oktober (PAKTO) untuk meliberalisasi perbankan. Meskipun lebih

banyak bank konvensional yang berdiri, beberapa bank daerah yang

berasaskan syariah juga mulai bermunculan.

Tahun 1990, MUI membentuk kelompok kerja untuk mendirikan

Bank Islam di Indonesia. Hal ini merupakan cikal bakal lahirnya

perbankan syariah di Indonesia. Pada tahun 1991, bank syariah pertama di

Indonesia yaitu Bank Muamalat. Saat krisis ekonomi tahun 1998, para

bankir sempat heran karena Bank Muamalat bisa bertahan dari krisis yang

membuat belasan bank konvensional lain tersungkur tak berdaya.

Terinspirasi dengan ketegaran Bank Muamalat menghadapi krisis, maka

berdirilah Bank Syariah Mandiri, yaitu bank syariah kedua di Indonesia.

Bank Syariah Mandiri ini merupakan gabungan dari beberapa bank yang

dimiliki BUMN yang juga terkena krisis di tahun 1998. Bank Syariah

Mandiri ternyata cukup sukses dan menjadi penyemangat munculnya

beragam bank syariah lainnya di Indonesia (www.cermati.com, diakses pada

tanggal 4 Desember 2015).

2. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan

dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam

kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan

Page 102: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

85

alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat

Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan

konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat

secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi

sektor-sektor perekonomian nasional.

Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi

berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan

yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan

aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika,

mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam

berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi

keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa

perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif,

perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan

dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa

terkecuali.

Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya

penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat

merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta

menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin

meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah di samping akan

mendukung kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan

mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga

Page 103: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

86

mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, yang pada

gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang.

Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit

tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah

nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan

mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres

perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan

aset lebih dari 65% per tahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan

peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian

nasional akan semakin signifikan.

Sebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan syariah

di Indonesia, maka Bank Indonesia telah merumuskan sebuah Grand

Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, sebagai strategi

komprehensif pengembangan pasar yang meliputi aspek-aspek strategis,

yaitu: Penetapan visi 2010 sebagai industri perbankan syariah terkemuka

di ASEAN, pembentukan citra baru perbankan syariah nasional yang

bersifat inklusif dan universal, pemetaan pasar secara lebih akurat,

pengembangan produk yang lebih beragam, peningkatan layanan, serta

strategi komunikasi baru yang memposisikan perbankan syariah lebih dari

sekedar bank (www.bi.go.id, diakses pada tanggal 4 Desember 2015).

Page 104: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

87

3. Sejarah Singkat Bank Umum Swasta Nasional Devisa (Bank Devisa)

Bank swasta adalah bank di mana sebagian besar sahamnya

dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh

swasta, pembagian keuntungannya juga untuk swasta nasional. Bank

swasta dibedakan menjadi dua jenis yaitu Bank Umum Swasta Nasional

Devisa dan Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa.

Bank Umum Swasta Nasional Devisa (Bank Devisa) adalah Bank

yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh pihak swasta non asing dan

dapat melakukan transaksi dengan luar negeri atau berkaitan dengan valas.

Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa (Bank Non Devisa) adalah

Bank yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh pihak swasta non asing

dan tidak melakukan transaksi dengan luar negeri atau berkaitan dengan

valas (www.bi.go.id, diakses pada tanggal 4 Desember 2015).

Bank Umum Syariah di Indonesia yang telah memenuhi

persyaratan tersebut untuk menjadi BUSN Devisa adalah PT. Bank

Muamalat Indonesia, PT. Bank Syariah Mandiri, PT. Bank Syariah Mega

Indonesia, dan PT. Bank BNI Syariah.

a. PT. Bank Muamalat Indonesia

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius

Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama

Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan

operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan

dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-

Page 105: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

88

Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank

Muamalat juga menerima dukungan masyarakat.

Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah

didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank

Devisa. Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang

memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara.

Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen

korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Dalam upaya

memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang

potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank

(IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS) tanggal 21 Juni 1999, IDB secara resmi

menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya,

kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang

penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam

kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi

dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat,

ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha

yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah

secara murni (www.bankmuamalat.co.id, diakses pada tanggal 4 Desember 2015).

b. PT. Bank Syariah Mandiri

Kehadiran Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak tahun 1999,

sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis

Page 106: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

89

ekonomi dan moneter 1997-1998. Salah satu bank konvensional, PT

Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan

Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi

juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut

dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta

mengundang investor asing.

Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan

(merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank

Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri

(Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut

juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

sebagai pemilik mayoritas baru BSB. Sebagai tindak lanjut dari

keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta

membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim

ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di

kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas

diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank

umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah

dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI

No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat

Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No.

1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank

Page 107: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

90

Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut,

PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin

tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999

(www.syariahmandiri.co.id, diakses pada tanggal 4 Desember 2015).

c. PT. Bank Mega Syariah

Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum

yang didirikan pada 14 Juli 1990 tersebut diakuisisi CT Corpora (d/h

Para Group) melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global Investindo)

dan PT Para Rekan Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang

saham memang ingin mengonversi bank umum konvensional itu

menjadi bank umum syariah. Keinginan tersebut terlaksana ketika

Bank Indonesia mengizinkan Bank Tugu dikonversi menjadi PT Bank

Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004. Pengonversian

tersebut dicatat dalam sejarah perbankan Indonesia sebagai upaya

pertama pengonversian bank umum konvensional menjadi bank umum

syariah. Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi

(www.megasyariah.co.id, diakses pada tanggal 4 Desember 2015).

d. PT. Bank BNI Syariah

Dengan berlandaskan pada Undang-Undang No.10 Tahun

1998, pada tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS)

BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan,

Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang

menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.

Page 108: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

91

Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor

12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin

usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan

UUS BNI tahun 2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer

dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana

pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai

Bank Umum Syariah (www.bnisyariah.co.id, diakses pada tanggal 4 Desember

2015).

B. Analisis dan Pembahasan

1. Uji Statistik

a. Analisis Statistik Deskriptif dengan Metode RGEC

Analisis statistik deskriptif tentang penilaian tingkat kesehatan

bank dengan metode RGEC periode tahun 2011-2014 adalah sebagai

berikut:

1) Bank Muamalat Indonesia

Tabel 4.1

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Muamalat Indonesia

Tingkat Kesehatan Bank Muamalat Indonesia

Tahun Profil

Risiko GCG BOPO CAR

Rata-Rata

RGEC PK Keterangan

2011 2 1 1 2 1,5 2 Sehat

2012 2 1 1 2 1,5 2 Sehat

2013 2 1 1 2 1,5 2 Sehat

2014 3 3 2 1 2,25 2 Sehat

Sumber: Data diolah, 2015

Tabel 4.1 menjelaskan bahwa tingkat kesehatan Bank

Muamalat Indonesia pada tahun 2011 sampai tahun 2014

Page 109: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

92

mendapatkan PK-2 atau bank dinyatakan SEHAT. Sehingga Bank

Muamalat Indonesia dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif

yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal

lainnya. Faktor eksternal tersebut tercermin dalam variabel RGEC

yaitu Profil Risiko, GCG, BOPO dan CAR.

Peringkat komposit dari profil risiko tahun 2011-2013

sangat stabil, yaitu PK-2 atau bank dengan profil risiko yang baik.

Dan pada tahun 2014 peringkat komposit profil risiko mengalami

penurunan menjadi PK-3 atau bank dengan profil risiko yang

cukup baik.

Peringkat komposit dari GCG tahun 2011-2013 sangat

stabil, yaitu PK-1 atau bank dengan GCG yang sangat baik. Dan

pada tahun 2014 peringkat komposit GCG mengalami penurunan

menjadi PK-3 atau bank dengan GCG yang cukup baik.

Peringkat komposit dari BOPO tahun 2011-2013 sangat

stabil, yaitu PK-1 atau bank dengan BOPO yang sangat memadai.

Dan pada tahun 2014 peringkat komposit BOPO mengalami

penurunan menjadi PK-2 atau bank dengan BOPO yang memadai.

Peringkat komposit dari CAR tahun 2011-2013 sangat

stabil, yaitu PK-2 atau bank dengan CAR yang memadai. Dan pada

tahun 2014 peringkat komposit CAR mengalami peningkatan

menjadi PK-1 atau bank dengan CAR yang sangat memadai.

Page 110: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

93

Berikut adalah grafik mengenai rata-rata RGEC (peringkat

komposit dasar) dari tingkat kesehatan Bank Muamalat Indonesia

tahun 2011-2014.

Gambar 4.1

Perkembangan Tingkat Kesehatan Bank Muamalat Indonesia

Sumber: Data diolah, 2015

Gambar 4.1 menjelaskan bahwa perkembangan tingkat

kesehatan Bank Muamalat Indonesia pada tahun 2011 sampai

tahun 2013 memiliki peringkat komposit dasar sebesar 1,5. Dan

pada tahun 2014 tingkat kesehatan Bank Muamalat Indonesia

memiliki peringkat komposit dasar sebesar 2,25. Tingkat kesehatan

Bank Muamalat Indonesia pada tahun 2014 mengalami penurunan,

tetapi Bank Muamalat Indonesia tetap dikatakan sebagai bank

dengan kondisi kesehatan yang SEHAT karena peringkat komposit

masih menunjukkan PK-2. Dari penjumlahan peringkat komposit

dasar sebesar 6,75, Bank Muamalat Indonesia merupakan bank

terbaik kedua yang memiliki tingkat kesehatan bank paling baik.

Page 111: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

94

2) Bank Syariah Mandiri

Tabel 4.2

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri

Tahun Profil

Risiko GCG BOPO CAR

Rata-Rata

RGEC PK Keterangan

2011 2 2 1 2 1.75 2 Sehat

2012 2 2 1 2 1.75 2 Sehat

2013 2 2 1 2 1.75 2 Sehat

2014 2 2 2 2 2 2 Sehat

Sumber: Data diolah, 2015

Tabel 4.2 menjelaskan bahwa tingkat kesehatan Bank

Syariah Mandiri pada tahun 2011 sampai tahun 2014 mendapatkan

PK-2 atau bank dinyatakan SEHAT. Sehingga Bank Syariah

Mandiri dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang

signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal

lainnya. Faktor eksternal tersebut tercermin dalam variabel RGEC

yaitu Profil Risiko, GCG, BOPO dan CAR.

Peringkat komposit dari profil risiko dan GCG tahun 2011-

2014 sangat stabil, yaitu PK-2 atau bank dengan profil risiko dan

GCG yang baik.

Peringkat komposit dari BOPO tahun 2011-2013 sangat

stabil, yaitu PK-1 atau bank dengan BOPO yang sangat memadai.

Dan pada tahun 2014 peringkat komposit BOPO mengalami

penurunan menjadi PK-2 atau bank dengan BOPO yang memadai.

Peringkat komposit dari CAR tahun 2011-2014 sangat

stabil, yaitu PK-2 atau bank dengan CAR yang memadai.

Page 112: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

95

Berikut adalah grafik mengenai rata-rata RGEC (peringkat

komposit dasar) dari tingkat kesehatan Bank Syariah Mandiri tahun

2011-2014.

Gambar 4.2

Perkembangan Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri

Sumber: Data diolah, 2015

Gambar 4.2 menjelaskan bahwa perkembangan tingkat

kesehatan Bank Syariah Mandiri pada tahun 2011 sampai tahun

2013 memiliki peringkat komposit dasar sebesar 1,75. Dan pada

tahun 2014 tingkat kesehatan Bank Syariah Mandiri memiliki

peringkat komposit dasar sebesar 2. Tingkat kesehatan Bank

Syariah Mandiri pada tahun 2014 mengalami penurunan, tetapi

Bank Syariah Mandiri tetap dikatakan sebagai bank dengan kondisi

kesehatan yang SEHAT karena peringkat komposit masih

menunjukkan PK-2. Dari penjumlahan peringkat komposit dasar

sebesar 7,25, Bank Syariah Mandiri merupakan bank terbaik ketiga

yang memiliki tingkat kesehatan bank paling baik.

Page 113: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

96

3) Bank Mega Syariah

Tabel 4.3

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Mega Syariah

Tingkat Kesehatan Bank Mega Syariah

Tahun Profil

Risiko GCG BOPO CAR

Rata-Rata

RGEC PK Keterangan

2011 3 2 2 2 2.25 2 Sehat

2012 3 2 1 2 2 2 Sehat

2013 2 2 1 2 1.75 2 Sehat

2014 2 2 3 1 2 2 Sehat

Sumber: Data diolah, 2015

Tabel 4.3 menjelaskan bahwa tingkat kesehatan Bank Mega

Syariah pada tahun 2011 sampai tahun 2014 mendapatkan PK-2

atau bank dinyatakan SEHAT. Sehingga Bank Mega Syariah

dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari

perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. Faktor

eksternal tersebut tercermin dalam variabel RGEC yaitu Profil

Risiko, GCG, BOPO dan CAR.

Peringkat komposit dari profil risiko tahun 2011-2012

sangat stabil, yaitu PK-3 atau bank dengan profil risiko yang

kurang baik. Dan pada tahun 2013-2014 peringkat komposit profil

risiko mengalami peningkatan menjadi PK-2 atau bank dengan

profil risiko yang baik.

Peringkat komposit dari GCG tahun 2011-2014 sangat

stabil, yaitu PK-2 atau bank dengan GCG yang baik.

Peringkat komposit dari BOPO tahun 2011 mendapatkan

PK-2 atau bank dengan BOPO yang memadai. Pada tahun 2012-

2013 peringkat komposit BOPO mengalami peningkatan menjadi

Page 114: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

97

PK-1 atau bank dengan BOPO yang sangat memadai. Dan pada

tahun 2014 peringkat komposit BOPO mengalami penurunan yang

cukup signifikan menjadi PK-3 atau bank dengan BOPO yang

kurang memadai.

Peringkat komposit dari CAR tahun 2011-2013 sangat

stabil, yaitu PK-2 atau bank dengan CAR yang memadai. Dan pada

tahun 2014 peringkat komposit CAR mengalami peningkatan

menjadi PK-1 atau bank dengan CAR yang sangat memadai.

Berikut adalah grafik mengenai rata-rata RGEC (peringkat

komposit dasar) dari tingkat kesehatan Bank Mega Syariah tahun

2011-2014.

Gambar 4.3

Perkembangan Tingkat Kesehatan Bank Mega Syariah

Sumber: Data diolah, 2015

Gambar 4.3 menjelaskan bahwa perkembangan tingkat

kesehatan Bank Mega Syariah pada tahun 2012 dan tahun 2014

memiliki peringkat komposit dasar sebesar 2. Pada tahun 2011

tingkat kesehatan Bank Mega Syariah memiliki peringkat komposit

dasar sebesar 2,25 dan pada tahun 2013 peringkat komposit dasar

Page 115: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

98

sebesar 2,75. Tingkat kesehatan Bank Mega Syariah selama tahun

2011-2014 cukup fluktuatif, hal ini menyatakan bahwa Bank Mega

Syariah tetap dikatakan sebagai bank dengan kondisi kesehatan

yang SEHAT karena peringkat komposit masih menunjukkan PK-

2. Dari penjumlahan peringkat komposit dasar sebesar 8, Bank

Mega Syariah merupakan bank terbaik keempat yang memiliki

tingkat kesehatan bank paling baik.

4) Bank BNI Syariah

Tabel 4.4

Penilaian Tingkat Kesehatan BNI Syariah

Tingkat Kesehatan BNI Syariah

Tahun Profil

Risiko GCG BOPO CAR

Rata-Rata

RGEC PK Keterangan

2011 2 2 1 1 1.5 2 Sehat

2012 2 1 1 1 1.25 1 Sangat Sehat

2013 2 1 1 1 1.25 1 Sangat Sehat

2014 2 2 1 1 1.5 2 Sehat

Sumber: Data diolah, 2015

Tabel 4.4 menjelaskan bahwa tingkat kesehatan BNI

Syariah pada tahun 2011 sampai tahun 2014 mendapatkan PK-2

atau bank dinyatakan SEHAT. Sehingga BNI Syariah dinilai

mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari

perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. Faktor

eksternal tersebut tercermin dalam variabel RGEC yaitu Profil

Risiko, GCG, BOPO dan CAR.

Peringkat komposit dari profil risiko tahun 2011-2014

sangat stabil, yaitu PK-2 atau bank dengan profil risiko yang baik.

Page 116: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

99

Peringkat komposit dari GCG tahun 2011 mendapatkan

PK-2 atau bank dengan GCG yang baik. Pada tahun 2012-2013

peringkat komposit GCG mengalami peningkatan menjadi PK-1

atau bank dengan GCG yang sangat baik. Dan pada tahun 2014

peringkat komposit GCG mengalami penurunan kembali menjadi

PK-2 atau bank dengan GCG yang baik.

Peringkat komposit dari BOPO dan CAR tahun 2011-2014

sangat stabil, yaitu PK-1 atau bank dengan BOPO dan CAR yang

sangat memadai.

Berikut adalah grafik mengenai rata-rata RGEC (peringkat

komposit dasar) dari tingkat kesehatan BNI Syariah tahun 2011-

2014.

Gambar 4.4

Perkembangan Tingkat Kesehatan BNI Syariah

Sumber: Data diolah, 2015

Gambar 4.4 menjelaskan bahwa perkembangan tingkat

kesehatan BNI Syariah pada tahun 2011 dan tahun 2014 memiliki

peringkat komposit dasar sebesar 1,5. Pada tahun 2012 dan tahun

2013 tingkat kesehatan BNI Syariah memiliki peringkat komposit

Page 117: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

100

dasar sebesar 1,25. Tingkat kesehatan BNI Syariah selama tahun

2011-2014 cukup fluktuatif, hal ini menyatakan bahwa BNI

Syariah tetap dikatakan sebagai bank dengan kondisi kesehatan

yang SEHAT karena peringkat komposit masih menunjukkan PK-

2. Dari penjumlahan peringkat komposit dasar sebesar 5,5, Bank

Muamalat Indonesia merupakan bank terbaik pertama yang

memiliki tingkat kesehatan bank paling baik.

5) Perbandingan Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah

Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan di atas,

maka tingkat kesehatan Bank Umum Syariah dapat dirangkum

dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.5

Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah Tahun 2011-2014

Peringkat

Komposit

Tahun BMI BSM BMS BNIS

2011 PK-2 PK-2 PK-2 PK-2

2012 PK-2 PK-2 PK-2 PK-1

2013 PK-2 PK-2 PK-2 PK-1

2014 PK-2 PK-2 PK-2 PK-2

Sumber: Data diolah, 2015

Dari hasil analisis masing-masing bank yang termasuk

Bank Umum Syariah, Tabel 4.5 menunjukkan keseluruhan

peringkat komposit yang telah dicapai selama tahun 2011 sampai

tahun 2014.

Peringkat komposit Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank

Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Mega Syariah (BMS) selama

Page 118: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

101

tahun 2011-2014 mendapatkan PK-2. Artinya kondisi bank yang

secara umum SEHAT sehingga dinilai mampu menghadapi

pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan

faktor eksternal lainnya. Hal ini menyatakan bahwa ketiga bank

tersebut telah menjaga dan terus mempertahankan kesehatannya

selama tahun 2011-2014 dengan baik.

Dan dapat diketahui bahwa BNI Syariah (BNIS) merupakan

bank yang mampu mendapatkan PK-1 pada tahun 2012 dan tahun

2013. PK-1 diartikan bahwa kondisi bank yang secara umum

SANGAT SEHAT sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh

negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor

eksternal lainnya. Walau di tahun 2014 peringkat komposit BNI

Syariah mengalami penurunan menjadi PK-2, BNI Syariah tetap

menjadi bank yang paling baik peringkatnya bila dilihat dari

tingkat kesehatan keseluruhan Bank Umum Syariah yang masuk

dalam kriteria penelitian selama tahun 2011-2014.

2. Uji Asumsi Klasik

Variabel dependen yang digunakan yaitu Return on Asset (ROA).

Variabel independen yang digunakan yaitu Risk Profile (Profil Risiko),

Good Corporate Governance (GCG), Earnings (Rentabilitas), dan Capital

(Permodalan).

Page 119: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

102

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian mengenai kenormalan

distribusi data. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah variabel

pengganggu atau residual dalam model regresi memiliki distribusi

normal. Model regresi yang baik adalah jika data berdistribusi normal

atau mendekati normal. Cara yang digunakan untuk mengetahui data

yang berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan menggunakan grafik

histogram dan grafik Normal Probability Plot. Dasar pengambilan

keputusan dalam analisis grafik Normal P-Plot dan grafik histogram

yaitu:

1) Jika pada grafik P-Plot data mendekati atau menyebar di sekitar

garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau pada grafik

Histogram data menunjukkan pola distribusi normal, maka model

regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika pada grafik P-Plot data menyebar jauh dari garis diagonal dan

tidak mengikuti arah garis diagonal atau pada grafik Histogram

data tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi

tidak memenuhi asumsi normalitas.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas

dengan analisis grafik histogram dan grafik normal P-Plot. Berikut ini

adalah hasil dari uji normalitas.

Page 120: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

103

1) Analisis Grafik Histogram

Gambar 4.5

Grafik Histogram

Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan Gambar 4.5 di atas, sebaran residual secara

umum berbentuk lonceng, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai

residual normal atau data berdistribusi normal.

2) Analisis Grafik Normal Probability Plot (Grafik P-Plot)

Gambar 4.6

Grafik Normal P-Plot

Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan Gambar 4.6, terlihat bahwa penyebaran data

(titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

Page 121: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

104

diagonal yang berarti bahwa data berdistribusi normal atau model

regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam

model regresi masing-masing variabel bebas (independen) saling

berhubungan secara linier (korelasi). Dalam model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas atau

independen (Ghozali, 2012). Uji ini dapat dideteksi dengan melihat

nilai tolerance dan variance inflation factors (VIF) dari hasil analisis

SPSS. Jika nilai Tolerance lebih besar daripada 0,1 dan nilai VIF lebih

kecil daripada 10, maka dapat disimpulkan bahwa data bagus dan tidak

terjadi masalah multikolinieritas. Berikut adalah hasil dari uji

multikolinieritas.

Tabel 4.6

Uji Multikolinieritas dengan Tolerance dan VIF

Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan output pada tabel 4.6, dapat disimpulkan bahwa

dalam model regresi tidak terjadi multikolinieritas karena nilai

Page 122: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

105

Tolerance lebih besar daripada 0,1 (Tolerance > 0,1) dan nilai VIF

lebih kecil daripada 10 (VIF < 10).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas adalah terjadinya ketidaksamaan

varians dalam fungsi regresi dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Data yang baik adalah data yang memiliki kesamaan

varians dalam fungsi regresi yang disebut sebagai homoskedastisitas.

Berikut adalah hasil dari uji heteroskedastisitas.

1) Analisis Grafik Scatter Plot

Gambar 4.7

Grafik Scatter Plot

Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan pada grafik Scatter Plot di atas, terlihat bahwa

titik-titik dari data menyebar secara acak serta tersebar baik di atas

Page 123: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

106

angka nol maupun di bawah angka nol pada sumbu Regression

Studentized Residual dan tidak membentuk suatu pola tertentu.

2) Metode Spearman’s Rho

Tabel 4.7

Uji Heteroskedastisitas (Metode Spearman’s Rho)

Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan output pada Tabel 4.7, dapat diketahui bahwa

semua variabel independen mempunyai signifikansi korelasi lebih

dari 0,05 dengan Unstandardized Residual. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa model regresi ini tidak terjadi masalah

heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi

antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada

Page 124: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

107

model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya

autokorelasi dalam model regresi. Uji Durbin-Watson (Uji D-W)

merupakan uji yang sangat popular untuk menguji ada-tidaknya

masalah autokorelasi dari model empiris yang diestimasi. Berikut

adalah hasil dari uji autokorelasi.

Tabel 4.8

Uji Durbin-Watson

Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 4.8, nilai Durbin-Watson sebesar 0,231. Jika

dibandingkan dengan tabel Durbin Watson dengan (n) = 64 dan jumlah

variabel independen (k = 4), diperoleh nilai tabel dL (lower) = 1,4659

dan du (upper) = 1,7303, sehingga nilai 4-du sebesar 4-1,7303 = 2,2697

sedangkan nilai 4-dL sebesar 4-1,4659 = 2,5341. Oleh karena nilai D-

W = 0,231 berada di bawah dL = 1,4659 maka dapat disimpulkan

terjadi autokorelasi positif.

Oleh karena adanya autokorelasi maka nilai standard error

(SE) dan nilai t-statistik tidak dapat dipercaya sehingga diperlukan

pengobatan. Pengobatan autokorelasi tergantung dari nilai ρ yang

dapat diestimasi dengan beberapa cara seperti di bawah ini (Ghozali,

2012:130):

Page 125: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

108

1) Nilai ρ diestimasi dengan Durbin-Watson d

2) Nilai ρ diestimasi dengan Theil-Nagar d

3) Cochrane-Orcutt Step 1

Langkah Analisis:

(a) Dapatkan nilai lag satu residual (Ut_1) dengan perintah

Transform dan Compute. Isikan pada target variabel Ut_1 dan

isikan pada kotak Numeric Expression Lag(Res_1).

(b) Dari menu utama SPSS, pilih Analyze, kemudian submenu

Regression, lalu pilih Linear. Pada kotak dependent isikan

variabel Res_1 (Ut) dan pada kotak independent isikan variabel

Ut_1 (Lag satu dari Ut). Abaikan yang lain dan pilih OK.

Tabel 4.9

Unstandardized Coefficients

Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan output pada Tabel 4.9, diperoleh nilai ρ

sebesar 0,865 (yaitu nilai koefisien variabel Ut_1). Dan

Page 126: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

109

berdasarkan pada perhitungan di atas diperoleh nilai ρ menurut

berbagai metode seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.10

Nilai ρ (Rho)

Metode Nilai ρ

Durbin-Watson d 0,8845

Theil-Nagar d 0,89189

Cochrane-Orcutt Step 1 0,865

Sumber: Data diolah, 2015

Ketiga metode ternyata menghasilkan nilai yang hampir sama.

Untuk itu peneliti memilih metode Theil-Nagar d untuk

mentransformasikan persamaan regresi. Langkah Analisis:

1) Membentuk variabel ROAt@, Profil_Risikot@, GCGt@,

BOPOt@ dan CARt@ dengan perintah Transform dan Compute.

Pada kotak Target Variable diisikan ROAt@, dan pada kotak

Numeric Expression diisikan ROA-0,88*Lag(ROA). Lakukan hal

yang sama untuk semua variabel X.

2) Dari menu utama SPSS pilih Analyze, kemudian Regression, lalu

pilih Linear. Pada kotak dependent isikan variabel ROAt@, serta

pada kotak independent isikan variabel Profil_Risikot@, GCGt@,

BOPOt@ dan CARt@.

3) Pilih Statistik dan aktifkan Durbin-Watson (untuk menguji apakah

masih terjadi autokorelasi). Abaikan lainnya dan pilih OK.

4) Hasil output SPSS.

Page 127: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

110

Tabel 4.11

Hasil Pengobatan Uji Durbin-Watson

Sumber: Data diolah, 2015

Membandingkan hasil regresi persamaan awal sebelum

dilakukan pengobatan dan hasil regresi setelah dilakukan pengobatan

ternyata dapat dibandingkan (comparable). Perbedaan tersebut terletak

pada nilai Durbin-Watson. Pada persamaan awal nilai Durbin-Watson

sebesar 0,231 dan terjadi autokorelasi positif, sedangkan dengan

persamaan regresi setelah dilakukan pengobatan, nilai Durbin-Watson

menjadi sebesar 1,777. Karena nilai Durbin-Watson sebesar 1,777

terletak antara du dengan 4-du, maka dapat disimpulkan bahwa model

persamaan regresi tersebut sudah tidak mengandung masalah

autokorelasi. Tabel 4.12 dapat menjelaskan bahwa nilai Durbin

Watson sudah tidak mengandung masalah autokorelasi.

Tabel 4.12

Nilai Durbin Watson

Nilai Durbin Watson Nilai Durbin Watson

yang pertama dengan pengobatan

Sumber: Data diolah 2015

Page 128: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

111

3. Uji Hipotesis

a. Uji t

Uji t digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh satu

variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen.

Tabel 4.13

Uji t

Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 4.13, dapat dijelaskan bahwa:

1) Variabel Profil Risiko memiliki nilai thitung sebesar 3,929 dan

tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini

berarti secara parsial variabel profil risiko berpengaruh dan

signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Ini berarti H0 ditolak

dan H1 diterima.

2) Variabel Good Corporate Governance (GCG) memiliki nilai

thitung sebesar -2,364 dan tingkat signifikansi sebesar 0.021 lebih

kecil dari 0,05. Hal ini berarti secara parsial variabel GCG

berpengaruh dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Ini

berarti H0 ditolak dan H1 diterima.

Page 129: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

112

3) Variabel Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

memiliki nilai thitung sebesar -11,019 dan tingkat signifikansi

sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti secara parsial

variabel BOPO berpengaruh dan signifikan terhadap Return on

Asset (ROA). Ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima.

4) Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki nilai thitung

sebesar 0,158 dan tingkat signifikansi sebesar 0,875 lebih besar

dari 0,05. Hal ini berarti secara parsial variabel CAR berpengaruh

dan tidak signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Ini berarti H0

diterima dan H1 ditolak.

b. Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen

secara simultan atau bersama-sama mempengaruhi variabel dependen

secara signifikan.

Tabel 4.14

Uji F

Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan hasil dari tabel ANOVA, didapat nilai F hitung

sebesar 32,746 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitasnya jauh

Page 130: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

113

lebih kecil dari 0,05 maka model regresi ini dapat digunakan untuk

memprediksi Return on Asset (ROA). Atau dapat dikatakan bahwa

secara simultan variabel independen berpengaruh terhadap ROA. Ini

berarti H0 ditolak dan H1 diterima.

c. Uji Determinasi (Adjusted R2)

Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa

besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya.

Berikut adalah hasil dari uji determinasi.

Tabel 4.15

Uji Determinasi (Adjusted R2)

Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 4.15, besarnya nilai Adjusted R Square

adalah 0,668 atau sebesar 66,8%. Dan dapat disimpulkan bahwa

pengaruh Profil Risiko, GCG, BOPO dan CAR terhadap Return on

Asset (ROA) adalah 66,8%. Sedangkan sisanya sebesar 33,2% (100% -

66,8%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar model regresi

penelitian ini.

Page 131: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

114

d. Model Analisis Regresi Linier Berganda

Berdasarkan data-data yang disajikan, selanjutnya akan

dianalisis dengan bantuan aplikasi SPSS versi 21.0 untuk mengetahui

besarnya pengaruh Profil Risiko, GCG, BOPO dan CAR terhadap

Return on Asset (ROA). Hasil pengolahan data dengan SPSS dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.16

Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda

Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 4.16, maka diperoleh model persamaan

regresi sebagai berikut:

Y = 0,096 + 0,008 X1 - 0,004 X2 - 0,106 X3

Keterangan:

Y = Profitabilitas / Return on Asset (ROA)

X1 = Profil Risiko

X2 = GCG

X3 = BOPO

Adapun interpretasi statistik peneliti pada model persamaan

regresi di atas adalah sebagai berikut:

Page 132: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

115

1) Konstanta yang diperoleh adalah sebesar 0,096 menyatakan jika

nilai Profil Risiko, GCG, BOPO dan CAR sama dengan 0, maka

nilai Return on Asset (ROA) adalah meningkat sebesar 0,096 %.

Artinya, jika nilai Profil Risiko, GCG, BOPO dan CAR adalah

konstan dalam periode Januari 2011 sampai dengan Desember

2014, maka akan menyebabkan meningkatnya sebesar 0,096 %

Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah.

2) Profil Risiko = 0,008 menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan

Profil Risiko sebesar 1% maka akan menyebabkan meningkatnya

Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah sebesar 0,008%,

dengan catatan variabel lain dianggap konstan.

3) GCG = -0,004 menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan GCG

sebesar 1% maka akan menyebabkan menurunnya Return on Asset

(ROA) Bank Umum Syariah sebesar 0,004%, dengan catatan

variabel lain dianggap konstan.

4) BOPO= -0,106 menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan BOPO

sebesar 1% akan menyebabkan menurunnya Return on Asset

(ROA) Bank Umum Syariah sebesar 0,106%, dengan catatan

variabel lain dianggap konstan.

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat diuraikan bahwa dari

empat variabel yang diteliti terdapat tiga variabel yang berpengaruh dan

satu variabel yang tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas Bank Umum

Page 133: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

116

Syariah yang diukur dengan pengukuran Return on Asset (ROA). Adapun

interpretasi peneliti terhadap hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Risk Profile (Profil Risiko) Terhadap ROA Bank Umum Syariah

Dari hasil regresi uji t di atas, variabel Profil Risiko

mempunyai nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini berarti menolak H0

atau menerima H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Profil

Risiko berpengaruh terhadap ROA Bank Umum Syariah. Hasil

penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Armanto Witjaksono dan Monica Nathalia (2014) yang menyimpulkan

bahwa Profil Risiko tidak berpengaruh terhadap ROA Bank Umum

Syariah. Semakin rendah Profil Risiko, maka semakin tinggi

profitabilitas bank dalam meningkatkan ROA yang akan diperolehnya.

Profil Risiko ini juga didasarkan dari faktor manajemen bank yang

semakin membaik, maka dapat dikatakan bahwa bank tersebut

menerapkan manajemen risikonya dengan baik dan optimal.

2) Good Corporate Governance (GCG) Terhadap ROA Bank Umum

Syariah

Dari hasil regresi uji t di atas, variabel GCG mempunyai nilai

signifikansi 0,021 < 0,05. Hal ini berarti menolak H0 atau menerima

H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel GCG berpengaruh

terhadap ROA Bank Umum Syariah. Hasil penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Armanto Witjaksono dan

Monica Nathalia (2014), Puji Astutik (2014), Adil Tobing, Yandra

Page 134: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

117

Arkeman, Bunasor Sanim, R. Nunung Nuryantono (2013), dan

Faradillah Sulaiman (2012) yang menyimpulkan bahwa GCG

berpengaruh terhadap ROA Bank Umum Syariah. Semakin rendah

GCG, maka semakin tinggi peringkat kualitas manajemen bank

tersebut, yang nantinya akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.

3) Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO)

Terhadap ROA Bank Umum Syariah

Dari hasil regresi uji t di atas, variabel BOPO mempunyai nilai

signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini berarti menolak H0 atau menerima

H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel BOPO berpengaruh

terhadap ROA Bank Umum Syariah. Hasil penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Armanto Witjaksono dan

Monica Nathalia (2014), Mario Christiano, Parengkuan Tommy,

Ivonne Saerang (2014), Puji Astutik (2014), Luh Putu Eka

Oktaviantari dan Ni Luh Putu Wiagustini (2013), dan Muh. Sabir. M,

Muhammad Ali, Abd. Hamid Habbe (2012) yang menyimpulkan

bahwa BOPO berpengaruh terhadap ROA Bank Umum Syariah

Semakin kecil biaya operasi yang digunakan, maka dapat

menghasilkan pendapatan yang lebih besar. Peningkatan pendapatan

secara stabil dapat menarik perhatian masyarakat dengan melihat

kinerja perusahaan yang mengalami peningkatan. Oleh karena itu,

peningkatan pendapatan dapat mempengaruhi profitabilitas bank, yang

akan berpengaruh pada tingkat kesehatan bank.

Page 135: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

118

4) Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap ROA Bank Umum

Syariah

Dari hasil regresi uji t di atas, variabel CAR mempunyai nilai

signifikansi 0,875 > 0,05. Hal ini berarti tidak cukup bukti untuk

menerima H0 atau menolak H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel CAR tidak berpengaruh terhadap ROA Bank Umum Syariah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

David Peter Rotinsulu, Paulus Kindangen, Merinda Pandowo (2015),

Armanto Witjaksono dan Monica Nathalia (2014), dan Muh. Sabir. M,

Muhammad Ali, Abd. Hamid Habbe (2012) yang menyimpulkan

bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap ROA Bank Umum Syariah.

Tidak berpengaruhnya CAR terhadap Return On Asset (ROA)

disebabkan karena bank-bank yang beroperasi tidak mengoptimalkan

modal yang ada. Hal ini terjadi karena peraturan Bank Indonesia yang

mensyaratkan CAR minimal sebesar 8% mengakibatkan bank-bank

selalu berusaha menjaga agar CAR yang dimilikinya sesuai dengan

ketentuan. Dan hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Gery Rendiana (2015), Mario Christiano,

Parengkuan Tommy, Ivonne Saerang (2014), dan Puji Astutik (2014)

yang menyimpulkan bahwa CAR berpengaruh ROA Bank Umum

Syariah.

Page 136: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

119

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

peneliti, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil penilaian tingkat kesehatan dengan metode RGEC pada Bank Umum

Syariah di Indonesia periode tahun 2011-2014 adalah sebagai berikut:

a. Tingkat kesehatan Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri

dan Bank Mega Syariah pada tahun 2011-2014 sangat stabil yaitu

mendapatkan PK-2, maka ketiga bank tersebut dinyatakan dengan

kondisi yang SEHAT.

b. Tingkat kesehatan BNI Syariah pada tahun 2011 dan tahun 2014

mendapatkan PK-2, dan pada tahun 2012-2013 mendapatkan PK-1.

Maka pada tahun 2011 dan tahun 2014 bank dinyatakan dengan

kondisi yang SEHAT dan pada tahun 2012-2013 bank dinyatakan

dengan kondisi yang SANGAT SEHAT.

c. Urutan bank dengan predikat paling baik dalam penilaian tingkat

kesehatan bank dengan metode RGEC periode tahun 2011-2014 adalah

sebagai berikut:

1) BNI Syariah (BNIS)

2) Bank Muamalat Indonesia (BMI)

3) Bank Syariah Mandiri (BSM)

Page 137: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

120

4) Bank Mega Syariah (BMS)

2. Hasil uji regresi ditemukan bahwa secara simultan variabel Risk Profile

(Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG), Biaya Operasional

pada Pendapatan Operasional (BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR)

berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA).

3. Hasil uji regresi ditemukan bahwa secara parsial variabel Risk Profile

(Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG), dan Biaya

Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap

Return on Asset (ROA). Sedangkan Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak

berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka peneliti

mencoba mengemukakan saran yang mungkin bermanfaat seperti berikut:

1. Bagi industri perbankan syariah yang bersangkutan untuk selalu

mempertahankan kinerja yang sudah baik dan terus meningkatkan

dengan upaya seperti, mengelola asetnya dengan baik untuk

meningkatkan profitabiltasnya, membuat tata kelola perusahaan

perbankan menjadi lebih baik lagi dan menjaga kesehatan banknya

serta tetap mempertahankan kesehatannya. Dengan memperhatikan

faktor-faktor tersebut diharapkan dapat memperoleh kinerja keuangan

yang stabil dan optimal.

Page 138: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

121

2. Bagi masyarakat atau nasabah bank syariah, penelitian ini diharapkan

dapat menjadi acuan atau referensi dalam mengamati dan mencermati

kinerja keuangan perbankan syariah dalam membuat keputusan untuk

menilai tingkat kesehatan perbankan syariah saat ini, sehingga para

nasabah atau investor dapat menginvetasikan dananya secara optimal.

3. Bagi akademisi memberikan bukti empiris terkait faktor-faktor yang

mempengaruhi return on asset. Penelitian ini juga diharapkan dapat

dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya, dengan menambahkan

variabel-variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi Return On

Asset (ROA). Demi perkembangan ilmu pengetahuan pada sektor

syariah khususnya yang masih berkembang saat ini.

Page 139: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

122

DAFTAR PUSTAKA

Adil Tobing, Yandra Arkeman, Bunasor Sanim, R. Nunung Nuryantono. (2013).

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Tingkat

Kesehatan dan Daya Saing di Perbankan Indonesia. Jurnal Manajemen

Teknologi. Print ISSN:1412-1700, Online ISSN: 2089-7928. Vol. 12, No.

3.

Armanto Witjaksono dan Monica Nathalia. (2014). Pengaruh Tingkat Kesehatan

Bank Berdasarkan Metode RGEC Terhadap Return Saham Pada

Perusahaan Perbankan Go Public di IDX Tahun 2011-2012. Jurnal GICI.

ISSN: 2088-1312. Vol. 4 No. 3.

Bank Indonesia. (2007). Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007.

Bank Indonesia. (2008). Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008.

Bank Indonesia. (2007). Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/24/DPbS.

Bank Indonesia. (2011). Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP.

Claessens, S. (2006). Corporate Governance and Development. The World Bank

Research Observer Advance Access. Published by Oxford University

Press.

David Peter Rotinsulu, Paulus Kindangen, Merinda Pandowo. (2015). The

Analyze of Risk-Based Bank Rating Method on Bank’s Profitability in

State-Owned Banks Periode 2007-2013. Jurnal EMBA. ISSN: 2303-1174.

Vol. 3, No. 1.

Faradillah Sulaiman. (2012). Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance

Terhadap Kinerja Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index

Tahun 2009-2011.

Gery Rendiana. (2015). Analisis Pengaruh Efisiensi (BOPO) dan Capital

Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Return on Assets (ROA) (Studi Kasus

pada Perbankan Syariah yang Terdaftar di OJK Tahun 2010-2014).

Prosiding Manajemen. ISSN: 2460-6545.

Ghozali, Imam. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM

SPSS 20. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM

SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Page 140: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

123

Harahap, Sofriza Syofyan. (2002). Pengaruh Struktur Pasar terhadap Kinerja

Perbankan di Indonesia. Media Riset Bisnis dan Manajemen.

Husnan, Suad. (1998). Dasar-dasar Teori Portofolio. Yogyakarta: UPP AMP

YKPN.

Idroes, Ferry N. (2006). Manajemen Risiko Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo.

Idroes, Ferry N. (2011). Manajemen Risiko Perbankan, Pemahaman Pendekatan

3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan

Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ihsan, Dwi Nur’aini. (2014). Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah.

Jakarta: UIN Press.

Ihsan, Dwi Nur’aini. (2015). Manajemen Treasury Bank Syariah. Jakarta: UIN

Press.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2007). Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian

Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS, 2007). Jakarta: IAI.

Kasmir. (2010). Manajemen Perbankan, cetakan ke-9. Jakarta: Rajawali Pers.

Luh Putu Eka Oktaviantari dan Ni Luh Putu Wiagustini. (2013). Pengaruh

Tingkat Risiko Perbankan Terhadap Profitabilitas pada BPR di

Kabupaten Bandung.

Mario Christiano, Parengkuan Tommy, Ivonne Saerang. (2014). Analisis

Terhadap Rasio-Rasio Keuangan Untuk Mengukur Profitabilitas Pada

Bank-Bank Swasta Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal

EMBA. ISSN: 2303-1174. Vol. 2, No. 4.

Muh. Sabir. M, Muhammad Ali, Abd. Hamid Habbe. (2012). Pengaruh Rasio

Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dan

Bank Konvensional Di Indonesia. Jurnal Analisis. ISSN: 2303-1001. Vo.

1, No. 1.

Muhammad. (2000). Lembaga Keuangan Umat Kontemporer. Yogyakarta: UII

Press.

Muhammad. (2005). Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP

AMP YKPN.

Otoritas Jasa Keuangan. (2014). Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

8/POJK.03/2014 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

Syariah Dan Unit Usaha Syariah.

Page 141: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

124

Otoritas Jasa Keuangan. (2014). Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor

10/SEOJK.03/2014 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

Syariah Dan Unit Usaha Syariah.

Otoritas Jasa Keuangan. (2015). Statistik Perbankan Syariah Islamic Banking

Statistics.

Permana, Bayu Aji. (2012). Analisis Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan

Metode CAMELS dan Metode RGEC. Skripsi. Surabaya: Universitas

Negeri Surabaya.

Priyatno, Duwi. (2013). Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta:

Mediakom.

Puji Astutik. (2014). Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Menurut Risk Based

Rating Terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Syariah di

Indonesia).

Sekaran, Uma. (2006). Research Methods For Business Metodologi Penelitian

Untuk Bisnis. Edisi 4. Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Siamat, Dahlan. (2002). Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Siregar, S. (2014). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta:

Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV.

Alfabeta.

Susilo, Sri. (2000). Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.

www.bankmuamalat.co.id

www.bi.go.id

www.bnisyariah.co.id

www.bsmi.co.id

www.cermati.com

www.ojk.go.id

www.syariahmandiri.co.id

Page 142: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

125

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Variabel Penelitian

Bank Tahun Triwulan ROA

Profil Risiko

GCG BOPO CAR Risiko

Inheren

Manajemen

Risiko

Peringkat

Risiko

BNI

Syariah

2011

I 0.0342 Low Satisfactory 1 1.675 0.6798 0.2591

II 0.0222 Low Satisfactory 1 1.675 0.782 0.2224

III 0.0237 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.675 0.7806 0.2086

IV 0.0129 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.675 0.8786 0.2067

2012

I 0.0063 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.25 0.912 0.1907

II 0.0065 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.25 0.9281 0.1756

III 0.0131 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.25 0.8646 0.2208

IV 0.0148 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.25 0.8539 0.1907

2013

I 0.0162 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.3 0.8295 0.1868

II 0.0124 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.3 0.8444 0.189

III 0.0122 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.3 0.8406 0.1663

IV 0.0137 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.3 0.8394 0.1623

2014

I 0.0122 Low to

Moderate Satisfactory 2 2 0.8451 0.1567

II 0.0111 Low to

Moderate Satisfactory 2 2 0.8632 0.1453

III 0.0111 Low to

Moderate Satisfactory 2 2 0.8585 0.1935

IV 0.0127 Low to

Moderate Satisfactory 2 2 0.8503 0.1842

Bank Mega

Syariah

2011

I 0.0177 Moderate Fair 3 1.825 0.9003 0.1507

II 0.0187 Moderate Fair 3 1.825 0.8949 0.1475

III 0.0165 Moderate Fair 3 1.825 0.9079 0.1377

IV 0.0158 Moderate Fair 3 1.825 0.908 0.1203

2012

I 0.0352 Moderate Fair 3 1.6 0.8003 0.129

II 0.0413 Moderate Fair 3 1.6 0.773 0.1308

III 0.0411 Moderate Fair 3 1.6 0.7689 0.1116

IV 0.0381 Low to

Moderate Fair 2 1.6 0.7728 0.1351

2013 I 0.0357 Low to Satisfactory 2 1.869 0.7748 0.1349

Page 143: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

126

Bank Tahun Triwulan ROA

Profil Risiko

GCG BOPO CAR Risiko

Inheren

Manajemen

Risiko

Peringkat

Risiko

Moderate

II 0.0294 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.869 0.8141 0.1301

III 0.0257 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.869 0.8421 0.127

IV 0.0233 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.869 0.8609 0.1299

2014

I 0.0118 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.5 0.8982 0.1528

II 0.0099 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.5 0.919 0.1593

III 0.0024 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.5 0.9796 0.1634

IV 0.0029 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.5 0.9761 0.1882

Bank

Muamalat

Indonesia

2011

I 0.0138 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.3 0.8472 0.1229

II 0.0174 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.3 0.8516 0.1157

III 0.0155 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.3 0.8654 0.1236

IV 0.0152 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.3 0.8552 0.1201

2012

I 0.0151 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.15 0.8566 0.1207

II 0.0161 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.15 0.8456 0.1454

III 0.0162 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.15 0.84 0.1324

IV 0.0154 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.15 0.8448 0.1157

2013

I 0.0172 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.15 0.8207 0.1202

II 0.0169 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.15 0.8237 0.1241

III 0.0168 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.15 0.8267 0.1275

IV 0.005 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.15 0.9386 0.1587

2014

I 0.0144 Moderate Fair 3 3 0.8555 0.1761

II 0.0103 Moderate Fair 3 3 0.8911 0.1631

III 0.001 Moderate Fair 3 3 0.9832 0.1472

IV 0.0017 Moderate Fair 3 3 0.9733 0.1415

Bank

Syariah

Mandiri

2011

I 0.0222 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.6 0.7307 0.1188

II 0.0212 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.6 0.7402 0.1124

III 0.0203 Low to Satisfactory 2 1.6 0.7385 0.1106

Page 144: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

127

Bank Tahun Triwulan ROA

Profil Risiko

GCG BOPO CAR Risiko

Inheren

Manajemen

Risiko

Peringkat

Risiko

Moderate

IV 0.0195 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.6 0.7644 0.1457

2012

I 0.0217 Low to

Moderate Satisfactory 2 2.25 0.7047 0.1391

II 0.0225 Low to

Moderate Satisfactory 2 2.25 0.7011 0.1366

III 0.0222 Low to

Moderate Satisfactory 2 2.25 0.7114 0.1315

IV 0.0225 Low to

Moderate Satisfactory 2 2.25 0.73 0.1382

2013

I 0.0256 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.85 0.6924 0.1523

II 0.0179 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.85 0.8163 0.1416

III 0.0151 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.85 0.8753 0.1433

IV 0.0153 Low to

Moderate Satisfactory 2 1.85 0.8403 0.141

2014

I 0.0177 Low to

Moderate Satisfactory 2 2.09 0.8199 0.1483

II 0.0066 Low to

Moderate Satisfactory 2 2.12 0.9303 0.1486

III 0.008 Low to

Moderate Satisfactory 2 2.12 0.9302 0.1553

IV 0.0017 Low to

Moderate Satisfactory 2 2.12 0.9846 0.1476

Sumber: Data diolah, 2015

Page 145: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

128

Lampiran 2 : Data Variabel Penelitian dengan Metode RGEC

Bank Tahun Triwulan Profil

Risiko

Rata-

Rata PK GCG

Rata-

Rata PK BOPO

Rata-

Rata Persentase PK CAR

Rata-

Rata Persentase PK

BNI

Syariah

2011

I 1

1.5 2

1.675

1.675 2

0.6798

0.78025 78.03% 1

0.2591

0.2242 22.42% 1 II 1 1.675 0.782 0.2224

III 2 1.675 0.7806 0.2086

IV 2 1.675 0.8786 0.2067

2012

I 2

2 2

1.25

1.25 1

0.912

0.88965 88.97% 1

0.1907

0.19445 19.45% 1 II 2 1.25 0.9281 0.1756

III 2 1.25 0.8646 0.2208

IV 2 1.25 0.8539 0.1907

2013

I 2

2 2

1.3

1.3 1

0.8295

0.838475 83.85% 1

0.1868

0.1761 17.61% 1 II 2 1.3 0.8444 0.189

III 2 1.3 0.8406 0.1663

IV 2 1.3 0.8394 0.1623

2014

I 2

2 2

2

2 2

0.8451

0.854275 85.43% 1

0.1567

0.169925 16.99% 1 II 2 2 0.8632 0.1453

III 2 2 0.8585 0.1935

IV 2 2 0.8503 0.1842

Bank Mega

Syariah

2011

I 3

3 3

1.825

1.825 2

0.9003

0.902775 90.28% 2

0.1507

0.13905 13.91% 2 II 3 1.825 0.8949 0.1475

III 3 1.825 0.9079 0.1377

IV 3 1.825 0.908 0.1203

2012 I 3 2.75 3 1.6 1.6 2 0.8003 0.77875 77.88% 1 0.129 0.126625 12.66% 2

Page 146: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

129

Bank Tahun Triwulan Profil

Risiko

Rata-

Rata PK GCG

Rata-

Rata PK BOPO

Rata-

Rata Persentase PK CAR

Rata-

Rata Persentase PK

II 3 1.6 0.773 0.1308

III 3 1.6 0.7689 0.1116

IV 2 1.6 0.7728 0.1351

2013

I 2

2 2

1.869

1.869 2

0.7748

0.822975 82.30% 1

0.1349

0.130475 13.05% 2 II 2 1.869 0.8141 0.1301

III 2 1.869 0.8421 0.127

IV 2 1.869 0.8609 0.1299

2014

I 2

2 2

1.5

1.5 2

0.8982

0.943225 94.32% 3

0.1528

0.165925 16.59% 1 II 2 1.5 0.919 0.1593

III 2 1.5 0.9796 0.1634

IV 2 1.5 0.9761 0.1882

Bank

Muamalat

Indonesia

2011 I 2

2 2

1.3

1.3 1

0.8472

0.85485 85.49% 1

0.1229

0.120575 12.06% 2 II 2 1.3 0.8516 0.1157

III 2 1.3 0.8654 0.1236

IV 2 1.3 0.8552 0.1201

2012 I 2

2 2

1.15

1.15 1

0.8566

0.84675 84.68% 1

0.1207

0.12855 12.86% 2 II 2 1.15 0.8456 0.1454

III 2 1.15 0.84 0.1324

IV 2 1.15 0.8448 0.1157

2013 I 2

2 2

1.15

1.15 1

0.8207

0.852425 85.24% 1

0.1202

0.132625 13.26% 2 II 2 1.15 0.8237 0.1241

III 2 1.15 0.8267 0.1275

Page 147: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

130

Bank Tahun Triwulan Profil

Risiko

Rata-

Rata PK GCG

Rata-

Rata PK BOPO

Rata-

Rata Persentase PK CAR

Rata-

Rata Persentase PK

IV 2 1.15 0.9386 0.1587

2014 I 3

3 3

3

3 3

0.8555

0.925775 92.58% 2

0.1761

0.156975 15.70% 1 II 3 3 0.8911 0.1631

III 3 3 0.9832 0.1472

IV 3 3 0.9733 0.1415

Bank

Syariah

Mandiri

2011 I 2

2 2

1.6

1.6 2

0.7307

0.74345 74.35% 1

0.1188

0.121875 12.19% 2 II 2 1.6 0.7402 0.1124

III 2 1.6 0.7385 0.1106

IV 2 1.6 0.7644 0.1457

2012 I 2

2 2

2.25

2.25 2

0.7047

0.7118 71.18% 1

0.1391

0.13635 13.64% 2 II 2 2.25 0.7011 0.1366

III 2 2.25 0.7114 0.1315

IV 2 2.25 0.73 0.1382

2013 I 2

2 2

1.85

1.85 2

0.6924

0.806075 80.61% 1

0.1523

0.14455 14.46% 2 II 2 1.85 0.8163 0.1416

III 2 1.85 0.8753 0.1433

IV 2 1.85 0.8403 0.141

2014 I 2

2 2

2.09

2.1125 2

0.8199

0.91625 91.63% 2

0.1483

0.14995 15.00% 2 II 2 2.12 0.9303 0.1486

III 2 2.12 0.9302 0.1553

IV 2 2.12 0.9846 0.1476

Sumber: Data diolah, 2015

Page 148: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

131

Lampiran 3 : Hasil Analisis Deskriptif dengan Metode RGEC

1. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Muamalat Indonesia

Tingkat Kesehatan Bank Muamalat Indonesia

Tahun Profil

Risiko GCG BOPO CAR

Rata-Rata

RGEC

Peringkat

Komposit Keterangan

2011 2 1 1 2 1.5 2 Sehat

2012 2 1 1 2 1.5 2 Sehat

2013 2 1 1 2 1.5 2 Sehat

2014 3 3 2 1 2.25 2 Sehat

2. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri

Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri

Tahun Profil

Risiko GCG BOPO CAR

Rata-Rata

RGEC

Peringkat

Komposit Keterangan

2011 2 2 1 2 1.75 2 Sehat

2012 2 2 1 2 1.75 2 Sehat

2013 2 2 1 2 1.75 2 Sehat

2014 2 2 2 2 2 2 Sehat

Page 149: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

132

3. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Mega Syariah

Tingkat Kesehatan Bank Mega Syariah

Tahun Profil

Risiko GCG BOPO CAR

Rata-Rata

RGEC

Peringkat

Komposit Keterangan

2011 3 2 2 2 2.25 2 Sehat

2012 3 2 1 2 2 2 Sehat

2013 2 2 1 2 1.75 2 Sehat

2014 2 2 3 1 2 2 Sehat

4. Penilaian Tingkat Kesehatan BNI Syariah

Tingkat Kesehatan BNI Syariah

Tahun Profil

Risiko GCG BOPO CAR

Rata-Rata

RGEC

Peringkat

Komposit Keterangan

2011 2 2 1 1 1.5 2 Sehat

2012 2 1 1 1 1.25 1 Sangat Sehat

2013 2 1 1 1 1.25 1 Sangat Sehat

2014 2 2 1 1 1.5 2 Sehat

Page 150: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

133

5. Perbandingan Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah Tahun 2011-2014

Peringkat

Komposit

Tahun BMI BSM BMS BNIS

2011 PK-2 PK-2 PK-2 PK-2

2012 PK-2 PK-2 PK-2 PK-1

2013 PK-2 PK-2 PK-2 PK-1

2014 PK-2 PK-2 PK-2 PK-2

Lampiran 4 : Hasil Uji Regresi Berganda

Page 151: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

134

Page 152: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

135

Lampiran 5 : Matriks Penetapan Peringkat Risiko Inheren

1.a. Matriks Penetapan Peringkat Risiko Inheren Untuk Risiko Kredit

Peringkat Definisi Peringkat

Low (1) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari Risiko Kredit tergolong

sangat rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Portofolio penyediaan dana didominasi eksposur kredit/pembiayaan

yang sangat rendah.

Eksposur penyediaan dana terdiversifikasi sangat baik.

Penyediaan dana memiliki kualitas yang sangat baik.

Strategi penyediaan dana atau business model bank tergolong stabil.

Portofolio penyediaan dana relatif tidak terpengaruh dengan

perubahan faktor eksternal.

Low to Moderate

(2)

Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Kredit tergolong

rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Portofolio penyediaan dana didominasi eksposur kredit/pembiayaan

yang rendah.

Eksposur penyediaan dana terdiversifikasi baik.

Penyediaan dana memiliki kualitas yang baik.

Strategi penyediaan dana atau business model relatif stabil.

Portofolio penyediaan dana kurang terpengaruh dengan perubahan

faktor eksternal.

Moderate (3) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Kredit tergolong

Page 153: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

136

Peringkat Definisi Peringkat

cukup tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Portofolio penyediaan dana didominasi oleh eksposur

kredit/pembiayaan yang moderat.

Terdapat konsentrasi penyediaan dana yang cukup signifikan.

Penyediaan dana memiliki kualitas yang cukup baik.

Strategi penyediaan dana atau business model secara umum cukup

stabil.

Portofolio penyediaan dana cukup terpengaruh dengan perubahan

faktor eksternal.

Moderate to High

(4)

Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Kredit tergolong

tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Portofolio penyediaan dana didominasi oleh eksposur

kredit/pembiayaan yang tinggi.

Terdapat konsentrasi penyediaan dana yang signifikan.

Penyediaan dana memiliki kualitas yang kurang baik.

Terdapat perubahan signifikan pada strategi penyediaan dana atau

business model.

Portofolio penyediaan dana terpengaruh dengan perubahan faktor

eksternal.

High (5) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Kredit tergolong

sangat tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Portofolio penyediaan dana didominasi oleh eksposur

kredit/pembiayaan yang sangat tinggi.

Terdapat konsentrasi penyediaan dana yang sangat signifikan.

Penyediaan dana memiliki kualitas yang buruk.

Terdapat perubahan sangat signifikan pada strategi penyediaan dana

atau business model.

Portofolio penyediaan dana sangat terpengaruh dengan perubahan

faktor eksternal.

1.b. Matriks Penetapan Peringkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Untuk Risiko

Kredit

Peringkat Definisi Peringkat

Strong

(1)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Kredit sangat memadai. Meskipun

terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut tidak signifikan

sehingga dapat diabaikan.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Page 154: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

137

Peringkat Definisi Peringkat

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) kredit sangat memadai dan telah

sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara

keseluruhan.

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang sangat baik mengenai manajemen Risiko Kredit.

Budaya manajemen Risiko Kredit sangat kuat dan telah

diinternalisasikan dengan sangat baik pada selurul level organisasi.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan sangat

memadai.

Fungsi manajemen Risiko Kredit independen, memiliki tugas dan

tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan sangat baik.

Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan

telah berjalan dengan sangat baik.

Strategi perkreditan sangat baik dan sangat sejalan dengan tingkat

Risiko yang akan diambil dan toleransi Risiko Kredit.

Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Kredit sangat memadai dan

tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Kredit, sejalan dengan

penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.

Proses manajemen Risiko Kredit sangat memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Kredit.

Proses penyediaan dana secara umum sangat memadai mulai dari

proses underwriting hingga penanganan aset bermasalah.

Sistem pemeringkatan Risiko Kredit (credit risk grading) sangat baik,

diterapkan secara konsisten, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.

Terdapat fungsi kaji ulang pembiayaan (financing review) yang

independen dan berjalan dengan baik.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Kredit sangat baik sehingga

menghasilkan pelaporan Risiko Kredit yang komprehensif dan

terintegrasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Secara umum sumber daya manusia sangat memadai baik dari sisi

kuantitas maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Kredit.

Sistem pengendalian intern sangat efektif dalam mendukung

pelaksanaan manajemen Risiko Kredit.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

sangat memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan

kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Secara umum tidak terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan

hasil kaji ulang independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

sangat memadai.

Satisfactory

(2)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Kredit memadai. Meskipun terdapat

beberapa kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat diselesaikan

pada aktivitas bisnis normal.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

Page 155: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

138

Peringkat Definisi Peringkat

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) memadai dan telah sejalan dengan

sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang baik mengenai manajemen Risiko Kredit.

Budaya manajemen Risiko Kredit kuat dan telah diinternalisasikan

dengan sangat baik pada selurul level organisasi.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan memadai.

Terdapat beberapa kelemahan tetapi tidak signifikan dan dapat

diperbaiki dengan segera.

Fungsi manajemen Risiko Kredit independen, memiliki tugas dan

tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan baik. Terdapat

kelemahan minor, tetapi dapat diselesaikan pada aktivitas bisnis

normal.

Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan

telah berjalan dengan baik.

Strategi perkreditan baik dan sejalan dengan tingkat Risiko yang akan

diambil dan toleransi Risiko Kredit.

Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Kredit memadai dan tersedia

untuk seluruh area manajemen Risiko Kredit, sejalan dengan

penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.

Proses manajemen Risiko Kredit memadai dalam mengidentifikasi,

mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Kredit.

Proses penyediaan dana baik. Terdapat kelemahan minor pada satu atau

lebih aspek penyediaan dana tetapi dapat diperbaiki dengan mudah.

Sistem pemeringkatan Risiko Kredit (credit risk grading) baik,

diterapkan secara konsisten dan dipahami oleh pegawai. Fungsi kaji

ulang pembiayaan (financing review) independen. Terdapat kelemahan

minor yang tidak mengganggu proses secara keseluruhan.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Kredit baik termasuk

pelaporan Risiko Kredit kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Terdapat kelemahan minor tetapi dapat diperbaiki dengan mudah.

Sumber daya manusia memadai baik dari sisi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Kredit.

Sistem pengendalian intern efektif dalam mendukung pelaksanaan

manajemen Risiko Kredit.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan

kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Terdapat kelemahan tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil kaji ulang

independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

memadai.

Fair

(3)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Kredit cukup memadai. Meskipun

persyaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan yang

Page 156: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

139

Peringkat Definisi Peringkat

membutuhkan perhatian manajemen.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) cukup memadai tetapi tidak selalu

sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara

keseluruhan.

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang cukup baik mengenai manajemen Risiko Kredit.

Budaya manajemen Risiko Kredit cukup kuat dan telah

diinternalisasikan dengan cukup baik tetapi belum selalu dilaksanakan

secara konsisten.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan cukup

memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada beberapa aspek penilaian

yang perlu mendapat perhatian manajemen.

Fungsi manajemen Risiko Kredit telah berjalan cukup baik, tetapi

terdapat beberapa kelemahan cukup signifikan yang perlu segera

diselesaikan oleh manajemen.

Delegasi kewenangan cukup baik, tetapi pengendalian dan pemantauan

tidak selalu dilaksanakan dengan baik.

Strategi perkreditan cukup sejalan dengan tingkat Risiko yang akan

diambil dan toleransi Risiko Kredit.

Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Kredit cukup memadai tetapi

tidak selalu konsisten dengan penerapan dan/atau tidak dipahami

dengan baik oleh pegawai.

Proses manajemen Risiko Kredit cukup memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Kredit.

Proses penyediaan dana cukup baik. Terdapat kelemahan pada satu atau

lebih aspek penyediaan dana yang perlu mendapat perhatian

manajemen.

Sistem pemeringkatan Risiko Kredit (credit risk grading) dan fungsi

kaji ulang pembiayaan (financing review) cukup baik, tetapi terdapat

beberapa kelemahan yang perlu mendapat perhatian manajemen.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Kredit memenuhi

ekspektasi minimum tetapi terdapat beberapa kelemahan termasuk

pelaporan Risiko Kredit kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang

membutuhkan perhatian manajemen.

Sumber daya manusia cukup memadai baik dari sisi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Kredit.

Sistem pengendalian intern cukup efektif dalam mendukung

pelaksanaan manajemen Risiko Kredit.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

cukup memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada metodologi,

frekuensi, dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi

yang membutuhkan perhatian manajemen.

Page 157: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

140

Peringkat Definisi Peringkat

Terdapat kelemahan yang cukup signifikan berdasarkan hasil kaji ulang

independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

cukup memadai.

Marginal

(4)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Kredit kurang memadai. Terdapat

kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko Kredit yang

membutuhkan tindakan korektif segera.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai tetapi dan tidak

sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara

keseluruhan.

Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan

Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Kredit.

Budaya manajemen Risiko Kredit kurang kuat dan belum

diinternalisasikan pada setiap level satuan kerja.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan kurang

memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa aspek penilaian yang

membutuhkan perbaikan segera.

Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Kredit yang

membutuhkan perbaikan segera.

Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau

dengan baik.

Strategi perkreditan kurang sejalan dengan tingkat Risiko yang akan

diambil dan toleransi Risiko Kredit.

Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko

Kredit.

Proses manajemen Risiko Kredit kurang memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Kredit.

Proses penyediaan dana kurang baik. Terdapat kelemahan pada satu

atau lebih aspek penyediaan dana yang perlu perbaikan segera.

Sistem pemeringkatan Risiko Kredit (credit risk grading) dan kaji

ulang pembiayaan (financing review) kurang baik. Terdapat beberapa

kelemahan yang perlu perbaikan segera.

Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko

Kredit termasuk pelaporan Risiko kepada Dewan Komisaris dan

Direksi yang membutuhkan perbaikan segera.

Sumber daya manusia kurang memadai dari segi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Kredit.

Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung

pelaksanaan manajemen Risiko Kredit.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,

dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang

Page 158: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

141

Peringkat Definisi Peringkat

membutuhkan perbaikan segera.

Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil kaji ulang

independen yang membutuhkan perbaikan segera.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.

Unsatisfactory

(5)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Kredit tidak memadai. Terdapat

kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko Kredit di

mana tindakan penyelesaiannya di luar kemampuan manajemen.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai tetapi dan tidak

sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara

keseluruhan.

Awareness dan pemahaman Dewan Komisaris dan Direksi sangat

lemah mengenai manajemen Risiko Kredit.

Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan

Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Kredit.

Budaya manajemen Risiko Kredit kurang kuat dan belum

diinternalisasikan pada setiap level satuan kerja.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan kurang

memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa aspek penilaian yang

membutuhkan perbaikan segera.

Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Kredit yang

membutuhkan perbaikan segera.

Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau

dengan baik.

Strategi perkreditan kurang sejalan dengan tingkat Risiko yang akan

diambil dan toleransi Risiko Kredit.

Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko

Kredit.

Proses manajemen Risiko Kredit kurang memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Kredit.

Proses penyediaan dana kurang baik. Terdapat kelemahan pada satu

atau lebih aspek penyediaan dana yang perlu perbaikan segera.

Sistem pemeringkatan Risiko Kredit (credit risk grading) dan fungsi

kaji ulang pembiayaan (financing review) kurang baik. Terdapat

beberapa kelemahan yang perlu perbaikan segera.

Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko

Kredit termasuk pelaporan Risiko kepada Dewan Komisaris dan

Direksi yang membutuhkan perbaikan segera.

Sumber daya manusia kurang memadai dari segi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Kredit.

Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung

pelaksanaan manajemen Risiko Kredit.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

Page 159: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

142

Peringkat Definisi Peringkat

kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,

dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang

membutuhkan perbaikan segera.

Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil kaji ulang

independen yang membutuhkan perbaikan segera.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.

2.a. Matriks Penetapan Peringkat Risiko Inheren Untuk Risiko Pasar

Peringkat Definisi Peringkat

Low (1) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari Risiko Pasar tergolong

sangat rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Eksposur Risiko Pasar dari trading tidak signifikan.

Sebagian besar posisi trading book saling tutup dengan Risiko

repricing yang minimal.

Posisi nilai tukar seluruhnya saling tutup atau lindung nilai

(completely matched/ hedged).

Struktur aset dan kewajiban bank tidak sensitif terhadap perubahan

benchmark suku bunga, hal ini tercermin dari repricing gap aset dan

kewajiban yang sangat minimal dampaknya terhadap pendapatan

penyaluran pembiayaan bank maupun terhadap modal.

Portofolio bank didominasi oleh instrumen keuangan yang kurang

kompleks.

Aktivitas trading umumnya untuk memenuhi kebutuhan nasabah

(customer accommodation).

Low to Moderate

(2)

Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Pasar tergolong

rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Eksposur Risiko Pasar dari trading kurang signifikan.

Terdapat kesenjangan (mismatch) posisi trading book tetapi kurang

signifikan.

Sebagian besar posisi nilai tukar dapat saling tutup atau lindung nilai.

Struktur aset dan kewajiban bank kurang sensitif terhadap perubahan

benchmark suku bunga, hal ini tercermin dari repricing gap aset dan

kewajiban yang minimal dampaknya terhadap pendapatan penyaluran

pembiayaan bank maupun terhadap modal.

Portofolio bank didominasi oleh instrumen keuangan yang cukup

kompleks.

Aktivitas trading umumnya untuk memenuhi kebutuhan nasabah

(customer accommodation).

Moderate (3) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Pasar cukup

tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Page 160: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

143

Peringkat Definisi Peringkat

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Eksposur Risiko Pasar dari trading kurang signifikan.

Terdapat mismatch posisi trading book dalam jumlah cukup

signifikan.

Terdapat eksposur nilai tukar dalam jumlah cukup signifikan.

Struktur aset dan kewajiban bank cukup sensitif terhadap perubahan

benchmark suku bunga, hal ini tercermin dari repricing gap aset dan

kewajiban yang cukup signifikan dampaknya terhadap pendapatan

penyaluran pembiayaan bank maupun terhadap modal.

Portofolio bank didominasi oleh instrumen keuangan yang cukup

kompleks.

Terdapat aktivitas trading atas rekening sendiri (proprietary trading)

atau pembentukan pasar (market making) tetapi tidak signifikan.

Moderate to High

(4)

Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Pasar tinggi

selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Eksposur Risiko Pasar dari trading signifikan.

Terdapat mismatch posisi trading book dalam jumlah signifikan.

Eksposur nilai tukar signifikan.

Struktur aset dan kewajiban bank sensitif terhadap perubahan

benchmark suku bunga, hal ini tercermin dari repricing gap aset dan

kewajiban yang signifikan dampaknya terhadap pendapatan

penyaluran pembiayaan bank maupun terhadap modal.

Portofolio bank didominasi oleh instrumen keuangan yang kompleks.

Terdapat aktivitas trading atas rekening sendiri (proprietary trading)

atau pembentukan pasar (market making) yang cukup signifikan.

High (5) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Pasar sangat

tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Eksposur Risiko Pasar dari trading sangat signifikan.

Mismatch posisi trading book sangat signifikan.

Eksposur nilai tukar sangat signifikan.

Struktur aset dan kewajiban bank sensitif terhadap perubahan

benchmark suku bunga, hal ini tercermin dari repricing gap aset dan

kewajiban yang sangat signifikan apabila dibandingkan dengan

pendapatan penyaluran pembiayaan bank maupun kemampuan modal

dalam menyerap potensi kerugian.

Portofolio bank didominasi oleh instrumen keuangan yang sangat

kompleks.

Aktivitas trading bank didominasi transaksi atas rekening sendiri

(proprietary trading) dan pembentukan pasar (market making).

Page 161: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

144

2.b. Matriks Penetapan Peringkat Kualitas Manajemen Risiko Untuk Risiko Pasar

Peringkat Definisi Peringkat

Strong

(1)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Pasar sangat memadai. Meskipun

terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut tidak signifikan

sehingga dapat diabaikan.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang sangat baik mengenai manajemen Risiko Pasar.

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) sangat memadai dan telah sejalan

dengan sasaran strategis dan bisnis bank secara keseluruhan.

Budaya manajemen Risiko Pasar sangat kuat dan telah

diinternalisasikan dengan sangat baik pada seluruh level organisasi.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan sangat

memadai.

Fungsi manajemen Risiko Pasar termasuk komite terkait independen,

memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan

dengan sangat baik.

Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan

telah berjalan dengan sangat baik.

Strategi Risiko Pasar termasuk strategi trading dan pengelolaan posisi

banking book sangat memadai.

Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Pasar sangat memadai dan

tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Pasar, sejalan dengan

penerapan, dan dipahami dengan baik oleh staf.

Proses manajemen Risiko Pasar sangat memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Pasar.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Pasar sangat baik sehingga

menghasilkan laporan Risiko Pasar yang komprehensif dan terintegrasi

kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Secara umum sumber daya manusia sangat memadai dari segi kuantitas

maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Pasar.

Sistem pengendalian intern sangat efektif dalam mendukung

pelaksanaan manajemen Risiko Pasar.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

sangat memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan

kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Secara umum tidak terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan

hasil kaji ulang independen

Satisfactory

(2)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Pasar memadai. Meskipun terdapat

beberapa kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat diselesaikan

pada aktivitas bisnis normal.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

Page 162: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

145

Peringkat Definisi Peringkat

yang baik mengenai manajemen Risiko Pasar.

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) memadai dan telah sejalan dengan

sasaran strategis dan bisnis bank secara keseluruhan.

Budaya manajemen Risiko Pasar kuat dan telah diinternalisasi-kan

dengan baik pada seluruh level organisasi.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan memadai.

Terdapat beberapa kelemahan tetapi tidak signifikan dan dapat

diperbaiki dengan segera.

Fungsi manajemen Risiko Pasar termasuk komite terkait independen,

memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan

dengan baik. Terdapat kelemahan minor tetapi dapat diselesaikan pada

aktivitas bisnis normal.

Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan

telah berjalan dengan baik.

Strategi Risiko Pasar termasuk strategi trading dan pengelolaan posisi

banking book memadai.

Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Pasar memadai dan tersedia

untuk seluruh area manajemen Risiko Pasar, sejalan dengan penerapan,

dan dipahami dengan baik oleh staf.

Proses manajemen Risiko Pasar memadai dalam mengidentifikasi,

mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Pasar.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Pasar baik sehingga

menghasilkan laporan Risiko Pasar yang komprehensif dan terintegrasi

kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Secara umum sumber daya manusia memadai dari segi kuantitas

maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Pasar.

Sistem pengendalian intern efektif dalam mendukung pelaksanaan

manajemen Risiko Pasar.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan

kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Terdapat kelemahan tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil kaji ulang

independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

memadai.

Fair

(3)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Pasar cukup memadai. Meskipun

persyaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan yang

membutuhkan perhatian manajemen.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang cukup baik mengenai manajemen Risiko Pasar.

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) cukup memadai dan telah sejalan

dengan sasaran strategis dan bisnis bank secara keseluruhan.

Page 163: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

146

Peringkat Definisi Peringkat

Budaya manajemen Risiko Pasar cukup kuat dan telah

diinternalisasikan dengan baik pada seluruh level organisasi.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan cukup

memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa aspek penilaian yang

perlu mendapat perhatian manajemen.

Fungsi manajemen Risiko Pasar termasuk komite terkait independen,

memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan

dengan cukup baik, tetapi terdapat beberapa kelemahan yang perlu

mendapat perhatian manajemen.

Delegasi kewenangan cukup baik, tetapi pengendalian dan pemantauan

tidak selalu dilaksanakan dengan baik.

Strategi pengelolaan Risiko Pasar termasuk strategi trading dan

pengelolaan posisi banking book cukup memadai.

Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Pasar cukup memadai dan

tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Pasar, sejalan dengan

penerapan, dan dipahami dengan baik oleh staf.

Proses manajemen Risiko Pasar cukup memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Pasar.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Pasar memenuhi ekspektasi

minimum tetapi terdapat beberapa kelemahan termasuk pelaporan

kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang membutuhkan perhatian

manajemen.

Secara umum sumber daya manusia cukup memadai dari segi kuantitas

maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Pasar.

Sistem pengendalian intern cukup efektif dalam mendukung

pelaksanaan manajemen Risiko Pasar.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

cukup memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada metodologi,

frekuensi, maupun pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi

yang membutuhkan perhatian manajemen.

Terdapat kelemahan yang cukup signifikan berdasarkan hasil kaji ulang

independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

cukup memadai.

Marginal

(4)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Pasar kurang memadai. Terdapat

kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko Pasar yang

membutuhkan tindakan perbaikan segera.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Kelemahan signifikan pada awereness dan pemahaman Dewan

Komisaris dan Direksi memiliki awareness mengenai manajemen

Risiko Pasar.

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai dan tidak sejalan

dengan sasaran strategis dan bisnis bank secara keseluruhan.

Page 164: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

147

Peringkat Definisi Peringkat

Budaya manajemen Risiko Pasar kurang kuat dan belum

diinternalisasikan dengan baik pada seluruh level organisasi.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan kurang

memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada beberapa aspek penilaian

yang perlu mendapat perhatian manajemen.

Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Pasar yang

membutuhkan perbaikan segera.

Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau

dengan baik.

Strategi pengelolaan Risiko Pasar kurang memadai. Terdapat

kelemahan pada aspek-aspek pengelolaan likuiditas yang membutuhkan

perbaikan segera.

Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Pasar.

Proses manajemen Risiko Pasar kurang memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Pasar.

Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko

Pasar termasuk pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang

membutuhkan perbaikan segera.

Sumber daya manusia kurang memadai dari segi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Pasar.

Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil kaji ulang

independen yang membutuhkan tindakan perbaikan segera.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.

Unsatisfactory

(5)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Pasar tidak memadai. Terdapat

kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko Pasar di

mana tindakan penyelesaiannya di luar kemampuan manajemen.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Awereness dan pemahaman Dewan Komisaris dan Direksi sangat

lemah mengenai manajemen Risiko Pasar.

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) tidak memadai dan tidak terdapat

kaitan dengan sasaran strategis dan bisnis bank secara keseluruhan.

Budaya manajemen Risiko Pasar tidak kuat atau belum ada sama sekali.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi tidak memadai. Terdapat

beberapa kelemahan pada hampir seluruh aspek penilaian yang

tindakan penyelesaian-nya di luar kemampuan bank.

Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Pasar yang

membutuhkan perbaikan fundamental.

Delegasi kewenangan sangat lemah atau tidak ada.

Strategi pengelolaan Risiko Pasar tidak memadai.Terdapat kelemahan

pada hampur seluruh aspek pengelolaan Risiko Pasar yang

membutuhkan perbaikan segera.

Kelemahan sangat signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko

Pasar.

Proses manajemen Risiko Pasar tidak memadai dalam mengidentifikasi,

Page 165: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

148

Peringkat Definisi Peringkat

mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Pasar.

Kelemahan fundamental pada Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Risiko Likuiditas. Pelaporan Risiko Likuiditas kepada Dewan

Komisaris dan Direksi sangat tidak memadai.

Sumber daya manusia tidak memadai dari segi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Pasar.

Sistem pengendalian intern tidak efektif dalam mendukung pelaksanaan

manajemen Risiko Pasar.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

tidak memadai. Terdapat kelemahan yang sangat signifikan pada

metodologi, frekuensi, maupun pelaporan kepada Dewan Komisaris

dan Direksi yang membutuhkan perbaikan fundamental.

Terdapat kelemahan yang sangat signifikan berdasarkan hasil kaji ulang

independen di mana tindakan perbaikannya di luar kemampuan

manajemen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen tidak memadai atau tidak ada.

3.a. Matriks Penetapan Peringkat Risiko Inheren Untuk Risiko Likuiditas

Peringkat Definisi Peringkat

Low (1) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari Risiko Likuiditas

tergolong sangat rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Bank memiliki aset likuid berkualitas tinggi yang sangat memadai

untuk menutup kewajiban jatuh waktu.

Sumber pendanaan yang berupa pendanaan tidak stabil (volatile)

tidak signifikan.

Volume transaksi rekening administratif dan/atau komitmen

pendanaan intra group tidak signifikan.

Konsentrasi pada sumber pendanaan yang tidak stabil (volatile) tidak

signfikan.

Bank sangat mampu memenuhi kewajiban dan kebutuhan arus kas

pada kondisi normal maupun pada skenario krisis.

Arus kas yang berasal dari aset dan kewajiban dapat saling tutup

dengan sangat baik.

Akses pada sumber pendanaan sangat memadai dibuktikan oleh

reputasi Bank yang sangat baik, stand by financing sangat memadai

dan terdapat komitmen/dukungan likuiditas dari perusahaan

induk/intra grup.

Low to Moderate

(2)

Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Likuiditas

tergolong rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Bank memiliki aset likuid berkualitas tinggi yang memadai untuk

Page 166: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

149

Peringkat Definisi Peringkat

menutup kewajiban jatuh waktu.

Sumber pendanaan yang berupa pendanaan tidak stabil (volatile)

kurang signifikan.

Volume transaksi rekening administratif dan/atau komitmen

pendanaan intra grup kurang signifikan.

Konsentrasi pada sumber pendanaan yang tidak stabil (volatile)

kurang signfikan.

Bank mampu memenuhi kewajiban dan kebutuhan arus kas pada

kondisi normal maupun pada skenario krisis.

Arus kas yang berasal dari aset dan kewajiban dapat saling tutup

dengan baik.

Akses pada sumber pendanaan memadai dibuktikan oleh reputasi

Bank yang baik, stand by financing memadai dan terdapat

komitmen/dukungan likuiditas dari perusahaan induk/intra grup.

Moderate (3) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Likuiditas

tergolong cukup tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Aset likuid Bank cukup memadai untuk menutup kewajiban jatuh

waktu.

Sumber pendanaan yang berupa pendanaan tidak stabil (volatile)

cukup signifikan.

Volume transaksi rekening administratif dan/atau komitmen

pendanaan intra grup cukup signifikan.

Konsentrasi pada sumber pendanaan yang tidak stabil (volatile) cukup

signfikan.

Bank cukup mampu memenuhi kewajiban dan kebutuhan arus kas

pada kondisi normal maupun pada skenario krisis.

Arus kas yang berasal dari aset dan kewajiban dapat saling tutup

dengan cukup baik.

Akses pada sumber pendanaan cukup memadai dibuktikan oleh

reputasi Bank yang cukup baik, stand by financing cukup memadai

dan terdapat komitmen/dukungan likuiditas dari perusahaan

induk/intra grup.

Moderate to High

(4)

Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Likuiditas

tergolong tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Terdapat concerns atas kualitas aset likuid Bank dan kemampuan aset

likuid untuk menutup kewajiban jatuh waktu.

Sumber pendanaan yang berupa pendanaan tidak stabil (volatile)

signifikan.

Transaksi rekening administratif dan/atau komitmen pendanaan intra

grup signifikan.

Konsentrasi pada sumber pendanaan yang tidak stabil (volatile)

Page 167: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

150

Peringkat Definisi Peringkat

signfikan.

Bank kurang mampu memenuhi kewajiban dan kebutuhan arus kas

pada kondisi normal maupun pada skenario krisis.

Kesenjangan (mismatches) arus kas pada berbagai skala waktu

signifikan.

Akses pada sumber pendanaan kurang memadai karena reputasi Bank

yang kurang baik, stand by financing terbatas dan tidak terdapat

komitmen/dukungan likuiditas dari perusahaan induk/intra grup.

High (5) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Likuiditas

tergolong sangat tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Kualitas aset likuid buruk, dan volume aset likuid sangat memadai

untuk memenuhi kewajiban jatuh waktu.

Sumber pendanaan yang berupa pendanaan tidak stabil (volatile)

sangat signifikan.

Transaksi rekening administratif dan/atau komitmen pendanaan intra

grup signifikan.

Konsentrasi pada sumber pendanaan yang tidak stabil (volatile)

sangat signfikan.

Bank tidak mampu memenuhi kewajiban dan kebutuhan arus kas

pada kondisi normal maupun pada skenario krisis.

Arus kas tidak dapat saling tutup pada hampir seluruh waktu

signifikan.

Akses pada sumber pendanaan kurang memadai karena reputasi Bank

memburuk, stand by financing tidak tersedia dan tidak terdapat

komitmen/dukungan likuiditas dari perusahaan induk/intra grup.

3.b. Matriks Penetapan Peringkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Untuk

Risiko Likuiditas

Peringkat Definisi Peringkat

Strong

(1)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Likuiditas sangat memadai.

Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut tidak

signifikan sehingga dapat diabaikan.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) sangat memadai dan telah sejalan

dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang sangat baik mengenai manajemen Risiko Likuiditas.

Budaya manajemen Risiko Likuiditas sangat kuat dan telah

diinternalisasikan dengan sangat baik pada seluruh level organisasi.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan sangat

memadai.

Page 168: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

151

Peringkat Definisi Peringkat

Fungsi manajemen Risiko Likuiditas termasuk ALCO dan Komite

terkait lainnya independen, memiliki tugas dan tanggung jawab yang

jelas, dan telah berjalan dengan sangat baik.

Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan

telah berjalan dengan sangat baik.

Strategi pengelolaan likuiditas sangat memadai, mencakup antara lain

strategi pendanaan, strategi pengelolaan posisi dan Risiko Likuiditas

intrahari, manajemen posisi dan Risiko Likuiditas intragroup,

manajemen aset likuid berkualitas tinggi sebagai agunan, dan rencana

pendanaan darurat (Contingency Funding Plan/CFP).

Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Likuiditas sangat memadai dan

tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Likuiditas, sejalan

dengan penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.

Proses manajemen Risiko Likuiditas sangat memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Likuiditas.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Likuiditas sangat baik

sehingga menghasilkan laporan Risiko Likuiditas yang komprehensif

dan terintegrasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Secara umum sumber daya manusia sangat memadai dari segi kuantitas

maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Likuiditas.

Sistem pengendalian intern sangat efektif dalam mendukung

pelaksanaan manajemen Risiko Likuiditas.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

sangat memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan

kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Secara umum tidak terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan

hasil review independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

sangat memadai.

Satisfactory

(2)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Likuiditas memadai. Meskipun

terdapat beberapa kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat

diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) memadai dan telah sejalan dengan

sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang baik mengenai manajemen Risiko Likuiditas.

Budaya manajemen Risiko Likuiditas kuat dan telah diinternalisasikan

dengan baik pada seluruh level organisasi.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum memadai.

Terdapat beberapa kelemahan tetapi tidak signifikan dan dapat

diperbaiki dengan segera.

Fungsi manajemen Risiko Likuiditas termasuk ALCO dan Komite

Page 169: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

152

Peringkat Definisi Peringkat

terkait lainnya independen, memiliki tugas dan tanggung jawab yang

jelas, dan telah berjalan dengan baik. Terdapat kelemahan minor tetapi

dapat diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.

Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan

telah berjalan dengan baik.

Strategi pengelolaan likuiditas memadai, mencakup antara lain strategi

pendanaan, strategi pengelolaan posisi dan Risiko Likuiditas intrahari,

manajemen posisi dan Risiko Likuiditas intragroup, manajemen aset

likuid berkualitas tinggi sebagai agunan, dan rencana pendanaan

darurat (Contingency Funding Plan/CFP).

Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Likuiditas memadai dan tersedia

untuk seluruh area manajemen Risiko Likuiditas, sejalan dengan

penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.

Proses manajemen Risiko Likuiditas memadai dalam mengidentifikasi,

mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Likuiditas.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Likuiditas baik sehingga

menghasilkan laporan Risiko Likuiditas yang komprehensif dan

terintegrasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Secara umum sumber daya manusia memadai dari segi kuantitas

maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Likuiditas.

Sistem pengendalian intern efektif dalam mendukung pelaksanaan

manajemen Risiko Likuiditas.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan

kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Terdapat kelemahan tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil kaji ulang

independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

memadai.

Fair

(3)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Likuiditas cukup memadai.

Meskipun persyaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan

yang membutuhkan perhatian manajemen.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) cukup memadai dan telah sejalan

dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang cukup baik mengenai manajemen Risiko Likuiditas.

Budaya manajemen Risiko Likuiditas cukup kuat dan telah

diinternalisasikan dengan cukup baik pada seluruh level organisasi.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara cukup memadai.

Terdapat kelemanahan pada beberapa aspek penilaian yang perlu

mendapat perhatian manajemen.

Fungsi manajemen Risiko Likuiditas termasuk ALCO dan Komite

terkait lainnya independen, memiliki tugas dan tanggung jawab yang

Page 170: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

153

Peringkat Definisi Peringkat

jelas, dan telah berjalan dengan cukup baik, tetapi terdapat beberapa

kelemahan yang perlu mendapat perhatian manajemen.

Delegasi kewenangan cukup baik, tetapi pengendalian dan pemantauan

tidak selalu dilaksanakan dengan baik.

Strategi pengelolaan likuiditas cukup memadai. Terdapat beberapa

kelemahan pada satu atau lebih aspek pengelolaan likuiditas yang perlu

mendapat perhatian manajemen.

Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Likuiditas cukup memadai tetapi

tidak selalu konsisten dengan penerapan.

Proses manajemen Risiko Likuiditas cukup memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

likuiditas.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Likuiditas memenuhi

ekspektasi minimum tetapi terdapat beberapa kelemahan termasuk

pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang membutuhkan

perhatian manajemen.

Secara umum sumber daya manusia cukup memadai dari segi kuantitas

maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Likuiditas.

Sistem pengendalian intern cukup efektif dalam mendukung

pelaksanaan manajemen Risiko Likuiditas.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

cukup memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada metodologi,

frekuensi, maupun pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi

yang membutuhkan perhatian manajemen.

Terdapat kelemahan yang cukup signifikan berdasarkan hasil kaji ulang

independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

cukup memadai.

Marginal

(4)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Likuiditas kurang memadai.

Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko

Likuiditas yang membutuhkan tindakan korektif segera.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai dan tidak sejalan

dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.

Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan

Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Likuiditas.

Budaya manajemen Risiko Likuiditas kurang kuat dan belum

diinternalisasikan dengan baik pada setiap level satuan kerja.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan kurang

memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada beberapa aspek penilaian

yang segera diperbaiki.

Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Likuiditas yang

membutuhkan perbaikan segera.

Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau

Page 171: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

154

Peringkat Definisi Peringkat

dengan baik.

Strategi pengelolaan likuiditas kurang memadai. Terdapat kelemahan

pada aspek-aspek pengelolaan likuiditas yang membutuhkan perbaikan

segera.

Kelemahan signfikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko

Likuiditas.

Proses manajemen Risiko Likuiditas kurang memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Likuiditas.

Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko

Likuiditas termasuk pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi

yang membutuhkan perbaikan segera.

Sumber daya manusia kurang memadai dari segi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Likuiditas.

Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung

pelaksanaan manajemen Risiko Likuiditas.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,

maupun pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang

membutuhkan perbaikan segera.

Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil kaji ulang

independen yang membutuhkan tindakan perbaikan segera.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.

Unsatisfactory

(5)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Likuiditas tidak memadai.

Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko

Likuiditas di mana tindakan penyelesaiannya di luar kemampuan

manajemen.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) tidak memadai dan tidak terdapat

kaitan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara

keseluruhan.

Awareness dan pemahaman Dewan Komisaris dan Direksi sangat

lemah mengenai manajemen Risiko Likuiditas.

Budaya manajemen Risiko Likuiditas tidak kuat atau belum ada sama

sekali.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi tidak memadai. Terdapat

kelemahan yang signifikan pada hampir seluruh aspek penilaian yang

tindakan penyelesaiannya di luar kemampuan Bank.

Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Likuiditas yang

membutuhkan perbaikan fundamental.

Delegasi kewenangan sangat lemah atau tidak ada.

Strategi pengelolaan likuiditas tidak memadai. Terdapat kelemahan

pada hampir seluruh aspek pengelolaan likuiditas yang membutuhkan

perbaikan segera.

Page 172: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

155

Peringkat Definisi Peringkat

Kelemahan sangat signfikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko

Likuiditas.

Proses manajemen Risiko Likuiditas tidak memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Likuiditas.

Kelemahan fundamental pada Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Risiko Likuiditas. Pelaporan Risiko Likuiditas kepada Dewan

Komisaris dan Direksi sangat tidak memadai.

Sumber daya manusia tidak memadai dari segi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Likuiditas.

Sistem pengendalian intern tidak efektif dalam mendukung pelaksanaan

manajemen Risiko Likuiditas.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

tidak memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,

maupun pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang

membutuhkan perbaikan fundamental.

Terdapat kelemahan yang sangat signifikan berdasarkan hasil kaji ulang

independen di mana tindakan perbaikannya di luar kemampuan

manajemen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen tidak memadai atau tidak ada.

4.a. Matriks Penetapan Peringkat Risiko Inheren Untuk Risiko Operasional

Peringkat Definisi Peringkat

Low (1) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari Risiko Operasional

tergolong sangat rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Bisnis Bank memiliki karakteristik yang sangat sederhana. Produk

dan jasa tidak bervariasi, mekanisme bisnis sangat sederhana, volume

transaksi rendah, struktur organisasi tidak kompleks, tidak terdapat

aksi korporasi yang signnifikan, dan penggunaan jasa alih daya sangat

minimal.

Sumber daya manusia sangat memadai, baik dari sisi kecukupan

kuantitas maupun kualitas SDM. Data historis kerugian akibat

kesalahan manusia tidak signifikan.

Teknologi Informasi (TI) sangat matang (mature) dan tidak terdapat

perubahan signifikan dalam sistem TI. Kerentanan TI terhadap

gangguan/serangan sangat rendah.Infrastuktur pendukung sangat

andal dalam mendukung bisnis Bank.

Frekuensi dan materialitas fraud internal dan eksternal sangat rendah

dan kerugian yang disebabkan tidak signifikan dibandingkan dengan

volume transaksi/ pendapatan Bank.

Ancaman gangguan bisnis sebagai akibat dari kejadian eksternal

sangat rendah.

Low to Moderate Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

Page 173: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

156

Peringkat Definisi Peringkat

(2) kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Operasional

rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Bisnis Bank memiliki karakteristik yang sangat sederhana. Produk

dan jasa relatif kurang bervariasi, mekanisme bisnis sederhana,

volume transaksi relatif rendah, struktur organisasi kurang kompleks,

aksi korporasi kurang signnifikan, dan penggunaan jasa alih daya

minimal.

Sumber daya manusia memadai, baik dari sisi kecukupan kuantitas

maupun kualitas SDM. Data historis kerugian akibat kesalahan

manusia kurang signifikan.

Teknologi Informasi (TI) relatif sudah matang (mature) dan tidak

terdapat perubahan signifikan dalam sistem TI. Kerentanan TI

terhadap gangguan/serangan rendah. Infrastuktur pendukung andal

dalam mendukung bisnis Bank.

Frekuensi dan materialitas fraud internal dan eksternal rendah dan

kerugian yang disebabkan kurang signifikan dibandingkan dengan

volume transaksi/ pendapatan Bank.

Ancaman gangguan bisnis sebagai akibat dari kejadian eksternal

rendah.

Moderate (3) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Operasional

tergolong cukup tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Bisnis Bank memiliki karakteristik yang cukup kompleks. Produk dan

jasa cukup bervariasi, mekanisme bisnis cukup kompleks, volume

transaksi cukup tinggi, struktur organisasi cukup kompleks, aksi

korporasi cukup signnifikan, dan penggunaan jasa alih daya cukup

signifikan.

Sumber daya manusia cukup memadai, baik dari sisi kecukupan

kuantitas maupun kualitas SDM. Data historis kerugian akibat

kesalahan manusia cukup signifikan.

Teknologi informasi menuju proses kematangan dan dapat terjadi

perubahan signfikan dalam sistem TI. TI cukup rentan terhadap

gangguan/serangan. Infrastuktur pendukung cukup andal dalam

mendukung bisnis Bank.

Frekuensi dan materialitas fraud internal dan eksternalcukup tinggi

dan kerugian yang disebabkan cukup signifikan dibandingkan dengan

volume transaksi/ pendapatan Bank.

Ancaman gangguan bisnis sebagai akibat dari kejadian eksternal

cukup tinggi.

Moderate to High

(4)

Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Operasional

tergolong tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

Page 174: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

157

Peringkat Definisi Peringkat

sebagai berikut:

Bisnis Bank memiliki karakteristik yang kompleks. Produk dan jasa

bervariasi, mekanisme bisnis kompleks, volume transaksi tinggi,

struktur organisasi kompleks, aksi korporasi signifikan, dan

penggunaan jasa alih daya signifikan.

Sumber daya manusia memadai, baik dari sisi kecukupan kuantitas

maupun kualitas SDM. Data historis kerugian akibat kesalahan

manusia signifikan.

Teknologi informasi belum matang dan terjadi perubahan signfikan

dalam sistem TI. TI rentan terhadap gangguan/serangan. Infrastuktur

pendukung kurang andal dalam mendukung bisnis Bank.

Frekuensi dan materialitas fraud internal dan eksternal tinggi dan

kerugian yang disebabkan signifikan dibandingkan dengan volume

transaksi/ pendapatan Bank.

Ancaman gangguan bisnis sebagai akibat dari kejadian eksternal

tinggi.

High (5) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Operasional

tergolong sangat tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Bisnis Bank memiliki karakteristik yang sangat kompleks. Produk

dan jasa sangat bervariasi, mekanisme bisnis sangat kompleks,

volume transaksi sangat tinggi, struktur organisasi sangat kompleks,

aksi korporasi signifikan, dan penggunaan jasa alih daya sangat

tinggi.

Sumber daya manusia tidak memadai, baik dari sisi kecukupan

kuantitas maupun kualitas SDM. Data historis kerugian akibat

kesalahan manusia sangat signifikan.

Teknologi informasi belum matang dan terjadi perubahan signfikan

dalam sistem TI. TI sangat rentan terhadap gangguan/serangan.

Infrastuktur pendukung tidak andal dalam mendukung bisnis Bank.

Frekuensi dan materialitas fraud internal dan eksternal sangat tinggi

dan kerugian yang disebabkan sangat signifikan dibandingkan dengan

volume transaksi/ pendapatan Bank.

Ancaman gangguan bisnis sebagai akibat dari kejadian eksternal

sangat tinggi.

4.b. Matriks Penetapan Peringkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Untuk

Risiko Operasional

Peringkat Definisi Peringkat

Strong

(1)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Operasional sangat memadai.

Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut tidak

signifikan sehingga dapat diabaikan.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Page 175: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

158

Peringkat Definisi Peringkat

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) sangat memadai dan telah sejalan

dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang sangat baik mengenai manajemen Risiko Operasional.

Budaya manajemen Risiko Operasional sangat kuat dan telah

diinternalisasikan dengan sangat baik pada seluruh level organisasi.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan sangat

memadai.

Fungsi manjemen Risiko Operasional independen, memiliki tugas dan

tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan sangat baik.

Delegasi kewenangan telah berjalan dengan sangat baik.

Strategi Risiko Operasional sangat sejalan dengan tingkat Risiko yang

akan diambil dan toleransi Risiko Operasional.

Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Operasional sangat memadai dan

tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Operasional, sejalan

dengan penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.

Proses manajemen Risiko Operasional sangat memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Operasional.

Business Continuity Management sangat andal dan sangat teruji.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Operasional sangat baik,

sehingga menghasilkan Laporan Risiko Operasional yang komprehensif

dan terintegrasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Secara umum sumber daya manusia sangat memadai dari segi kuantitas

maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Operasional.

Sistem pengendalian intern sangat efektif dalam mendukung

pelaksanaan manajemen Risiko Operasional.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

sangat memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan

kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Secara umum tidak terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan

hasil kaji ulang independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

sangat memadai.

Satisfactory

(2)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Operasional memadai. Meskipun

terdapat beberapa kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat

diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) memadai dan telah sejalan dengan

sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang baik mengenai manajemen Risiko Operasional.

Budaya manajemen Risiko Operasional kuat dan telah

Page 176: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

159

Peringkat Definisi Peringkat

diinternalisasikan dengan baik pada seluruh level organisasi.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum

memadai.Terdapat beberapa kelemahan tetapi tidak signifikan dan

dapat diperbaiki dengan segera.

Fungsi manjemen Risiko Operasional independen, memiliki tugas dan

tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan baik. Terdapat

kelemahan minor, tetapi dapat diselesaikan pada aktivitas bisnis

normal.

Delegasi kewenangan telah berjalan dengan baik.

Strategi Risiko Operasional sejalan dengan tingkat Risiko yang akan

diambil dan toleransi Risiko Operasional.

Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Operasional memadai dan

tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Operasional, sejalan

dengan penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai meskipun

terdapat kelemahan minor.

Proses manajemen Risiko Operasional memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Operasional.

Business Continuity Management andal dan teruji.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Operasional baik termasuk

pelaporan Risiko Operasional kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Terdapat kelemahan minor tetapi dapat diperbaiki dengan mudah.

Sumber daya manusia memadai, baik dari segi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Operasional.

Sistem pengendalian intern efektif dalam mendukung pelaksanaan

manajemen Risiko Operasional.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan

kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Terdapat kelemahan tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil kaji ulang

independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

memadai.

Fair

(3)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Operasional cukup memadai.

Meskipun persyaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan

yang membutuhkan perhatian manajemen.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) cukup memadai tetapi tidak selalu

sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara

keseluruhan.

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang cukup baik mengenai manajemen Risiko Operasional.

Budaya manajemen Risiko Operasional cukup kuat dan telah

diinternalisasikan dengan cukup baik tetapi belum selalu dilaksanakan

Page 177: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

160

Peringkat Definisi Peringkat

secara konsisten.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum cukup

memadai.

Fungsi manajemen Risiko Operasional cukup baik, tetapi terdapat

beberapa kelemahan yang perlu mendapat perhatian manajemen.

Delegasi kewenangan telah berjalan dengan cukup baik.

Strategi Risiko Operasional cukup sejalan dengan tingkat Risiko yang

akan diambil dan toleransi Risiko Operasional.

Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Operasional cukup memadai

tetapi tidak selalu konsisten dengan penerapan.

Proses manajemen Risiko Operasional cukup memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Operasional.

Business Continuity Management cukup andal.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko memenuhi ekspektasi

minimum tetapi terdapat beberapa kelemahan termasuk pelaporan

kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang membutuhkan perhatian

manajemen.

Secara umum sumber daya manusia cukup memadai dari segi kuantitas

maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Operasional.

Sistem pengendalian intern cukup efektif dalam mendukung

pelaksanaan manajemen Risiko Operasional.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

cukup memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada metodologi,

frekuensi, dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi

yang membutuhkan perhatian manajemen.

Terdapat kelemahan yang cukup signifikan berdasarkan hasil kaji ulang

independen yang membutuhkan perhatian manajemen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

cukup memadai.

Marginal

(4)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Operasional kurang memadai.

Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko

Operasional yang membutuhkan tindakan korektif segera.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai dan tidak sejalan

dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.

Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan

Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Operasional.

Budaya manajemen Risiko Operasional kurang kuat dan belum

diinternalisasikan dengan baik pada setiap level satuan kerja.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum kurang

memadai. Terdapat kelemahan pada berbagai aspek penilaian yang

membutuhkan perbaikan segera.

Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Operasional yang

Page 178: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

161

Peringkat Definisi Peringkat

membutuhkan perbaikan segera.

Delegasi kewenangan lemah.

Strategi Risiko Operasional kurang sejalan dengan tingkat Risiko yang

akan diambil dan toleransi Risiko Operasional.

Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko

Operasional.

Proses manajemen Risiko Operasional kurang memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Operasional.

Business Continuity Management kurang andal.

Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko

Operasional termasuk pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi

yang membutuhkan perbaikan segera.

Sumber daya manusia kurang memadai dari segi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Operasional.

Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung

pelaksanaan manajemen Risiko Operasional.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,

dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang

membutuhkan perbaikan segera.

Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil kaji ulang

independen yang membutuhkan tindakan perbaikan segera.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.

Unsatisfactory

(5)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Operasional tidak memadai.

Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko

Operasional di mana tindakan penyelesaiannya di luar kemampuan

manajemen.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) tidak memadai dan tidak terdapat

kaitan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara

keseluruhan.

Awareness dan pemahaman Dewan Komisaris dan Direksi sangat

lemah mengenai manajemen Risiko Operasional.

Budaya manajemen Risiko Operasional tidak kuat atau belum ada sama

sekali.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi tidak memadai. Terdapat

kelemahan signifikan pada hampir seluruh aspek penilaian dan tindakan

penyelesaiannya di luar kemampuan Bank.

Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Operasional yang

membutuhkan perbaikan fundamental.

Delegasi kewenangan sangat lemah.

Strategi Risiko Operasional tidak sejalan dengan tingkat Risiko yang

akan diambil dan toleransi Risiko Operasional.

Page 179: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

162

Peringkat Definisi Peringkat

Kelemahan sangat signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko

Operasional.

Proses manajemen Risiko Operasional tidak memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Operasional.

Business Continuity Management tidak andal.

Kelemahan fundamental pada Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Risiko Operasional.

Sumber daya manusia tidak memadai dari segi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Operasional.

Sistem pengendalian intern tidak efektif dalam mendukung pelaksanaan

manajemen Risiko Operasional.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

tidak memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,

dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang

membutuhkan perbaikan fundamental.

Terdapat kelemahan yang sangat signifikan berdasarkan hasil kaji ulang

independen yang membutuhkan tindakan perbaikan segera.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen tidak memadai atau tidak ada.

5.a. Matriks Penetapan Peringkat Risiko Inheren Untuk Risiko Hukum

Peringkat Definisi Peringkat

Low (1) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari Risiko Hukum tergolong

sangat rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Tidak terdapat proses litigasi yang terjadi pada Bank atau ada proses

litigasi tetapi frekuensi dan/atau dampak finansial gugatannya tidak

signifikan mengganggu kondisi keuangan Bank serta tidak

berdampak besar terhadap reputasi Bank.

Perjanjian yang dibuat oleh Bank telah sangat memadai.

Seluruh aktivitas dan produk Bank telah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Low to Moderate

(2)

Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Hukum tergolong

rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Terdapat proses litigasi tetapi frekuensi dan/atau dampak finansial

gugatannya kurang signifikan mengganggu kondisi keuangan Bank

serta kurang berdampak besar terhadap reputasi Bank.

Perjanjian yang dibuat oleh Bank memadai.

Terdapat aktivitas dan produk yang belum diatur dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku dengan jumlah yang tidak

signifikan.

Page 180: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

163

Peringkat Definisi Peringkat

Moderate (3) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Hukum tergolong

cukup tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Terdapat proses litigasi yang terjadi pada Bank namun frekuensi

dan/atau dampak finansial gugatannya cukup signifikan sehingga

kurang mengganggu kondisi keuangan Bank namun memiliki

kemungkinan munculnya Risiko Reputasi bagi Bank.

Perjanjian yang dibuat oleh Bank cukup memadai.

Terdapat aktivitas dan produk yang belum diatur dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku dengan jumlah yang cukup

signifikan.

Moderate to High

(4)

Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Hukum tergolong

tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Terdapat proses litigasi yang terjadi pada Bank dan frekuensi dan/atau

dampak finansial gugatannya signifikan sehingga apabila Bank

mengalami kekalahan, ganti rugi atas gugatan tersebut dapat

mengganggu kondisi keuangan Bank serta berdampak besar terhadap

reputasi Bank.

Perjanjian yang dibuat oleh Bank kurang memadai.

Terdapat aktivitas dan produk yang belum diatur dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku dengan jumlah yang signifikan.

High (5) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Hukum tergolong

sangat tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Terdapat proses litigasi terhadap Bank oleh nasabah/debitur Bank

dalam frekuensi dan/atau dampak finansial yang sangat signifikan

sehingga apabila Bank dikalahkan dalam putusan pengadilan, kondisi

tersebut dapat mempengaruhi kondisi usaha Bank secara signifikan.

Perjanjian yang dibuat oleh Bank tidak memadai.

Terdapat aktivitas dan produk yang belum diatur dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku dengan jumlah yang sangat

signifikan.

5.b. Matriks Penetapan Peringkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Untuk

Risiko Hukum

Peringkat Definisi Peringkat

Strong

(1)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Hukum sangat memadai. Meskipun

terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut tidak signifikan

sehingga dapat diabaikan.

Page 181: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

164

Peringkat Definisi Peringkat

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) sangat memadai dan telah sejalan

dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang sangat baik mengenai manajemen Risiko Hukum.

Budaya manajemen Risiko Hukum sangat kuat dan telah

diinternalisasikan dengan sangat baik pada seluruh level organisasi.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan sangat

memadai.

Fungsi manajemen Risiko Hukum independen, memiliki tugas dan

tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan sangat baik.

Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan

telah berjalan dengan sangat baik.

Strategi Risiko Hukum sangat sejalan dengan tingkat Risiko yang akan

diambil dan toleransi Risiko.

Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Hukum sangat memadai

dan tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Hukum, sejalan

dengan penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.

Proses manajemen Risiko Hukum sangat memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Hukum.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Hukum sangat baik

sehingga menghasilkan Laporan Risiko Hukum yang komprehensif dan

terintegrasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Secara umum sumber daya manusia sangat memadai dari segi kuantitas

maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Hukum.

Sistem pengendalian intern sangat efektif dalam mendukung

pelaksanaan Manajemen Risiko.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

sangat memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan

kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Secara umum tidak terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan

hasil review independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

sangat memadai.

Satisfactory

(2)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Hukum memadai. Meskipun

terdapat beberapa kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat

diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) memadai dan telah sejalan dengan

sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

Page 182: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

165

Peringkat Definisi Peringkat

yang baik mengenai manajemen Risiko Hukum.

Budaya manajemen Risiko Hukum kuat dan telah diinternalisasikan

dengan baik pada seluruh level organisasi.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum memadai.

Terdapat beberapa kelemahan tetapi tidak signifikan dan dapat

diperbaiki dengan segera.

Fungsi manajemen Risiko Hukum memiliki tugas dan tanggung jawab

yang jelas dan telah berjalan dengan baik. Terdapat kelemahan minor,

tetapi dapat diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.

Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan

telah berjalan dengan baik.

Strategi Risiko Hukum sejalan dengan tingkat Risiko yang akan

diambil dan toleransi Risiko.

Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Hukum memadai dan

tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Hukum, sejalan dengan

penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai meskipun terdapat

kelemahan minor.

Proses manajemen Risiko Hukum memadai dalam mengidentifikasi,

mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Hukum.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Hukum baik termasuk

pelaporan Risiko Hukum kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Terdapat kelemahan minor tetapi dapat diperbaiki dengan mudah.

Sumber daya manusia memadai baik dari sisi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Hukum.

Sistem pengendalian intern efektif dalam mendukung pelaksanaan

Manajemen Risiko.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan

kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Terdapat kelemahan tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil review

independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

memadai.

Fair

(3)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Hukum cukup memadai. Meskipun

persyaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan yang

membutuhkan perhatian manajemen.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) cukup memadai tetapi tidak selalu

sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara

keseluruhan.

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang cukup baik mengenai manajemen Risiko Hukum.

Budaya manajemen Risiko Hukum cukup kuat dan telah

diinternalisasikan dengan cukup baik tetapi belum selalu dilaksanakan

Page 183: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

166

Peringkat Definisi Peringkat

secara konsisten.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum cukup

memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa aspek penilaian yang

perlu mendapat perhatian manajemen.

Fungsi manajemen Risiko Hukum cukup baik, tetapi terdapat beberapa

kelemahan yang perlu mendapat perhatian manajemen.

Delegasi kewenangan cukup baik, tetapi pengendalian dan pemantauan

tidak selalu dilaksanakan dengan baik.

Strategi Risiko Hukum cukup sejalan dengan tingkat Risiko yang akan

diambil dan toleransi Risiko.

Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Hukum cukup memadai

tetapi tidak selalu konsisten dengan penerapan.

Proses manajemen Risiko Hukum cukup memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Hukum.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Hukum memenuhi

ekspektasi minimum tetapi terdapat beberapa kelemahan termasuk

pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang membutuhkan

perhatian manajemen.

Secara umum sumber daya manusia cukup memadai baik dari sisi

kuantitas maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Hukum.

Sistem pengendalian intern cukup efektif dalam mendukung

pelaksanaan Manajemen Risiko.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

cukup memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada metodologi,

frekuensi, dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi

yang membutuhkan perhatian manajemen.

Terdapat kelemahan yang cukup signifikan berdasarkan hasil review

independen yang membutuhkan perhatian manajemen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

cukup memadai.

Marginal

(4)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Hukum kurang memadai. Terdapat

kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko Hukum

yang membutuhkan tindakan korektif segera.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai dan tidak sejalan

dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.

Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan

Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Hukum.

Budaya manajemen Risiko Hukum kurang kuat dan belum

diinternalisasikan dengan baik pada setiap level satuan kerja.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum kurang

memadai. Terdapat kelemahan pada berbagai aspek penilaian yang

membutuhkan perbaikan segera.

Page 184: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

167

Peringkat Definisi Peringkat

Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Hukum yang

membutuhkan perbaikan segera.

Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau

dengan baik.

Strategi Risiko Hukum kurang sejalan dengan tingkat Risiko yang akan

diambil dan toleransi Risiko.

Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko

Hukum.

Proses manajemen Risiko Hukum kurang memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Hukum.

Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko

Hukum termasuk pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi

yang membutuhkan perbaikan segera.

Sumber daya manusia kurang memadai dari segi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manjemen Risiko Hukum.

Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung

pelaksanaan Manajemen Risiko.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,

dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang

membutuhkan perbaikan segera.

Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil review

independen yang membutuhkan tindakan perbaikan segera.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.

Unsatisfactory

(5)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Hukum tidak memadai. Terdapat

kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko Hukum di

mana tindakan penyelesaiannya di luar kemampuan manajemen.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) tidak memadai dan tidak terdapat

kaitan dengan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara

keseluruhan.

Awareness dan pemahaman Dewan Komisaris dan Direksi sangat

lemah mengenai manajemen Risiko Hukum.

Budaya manajemen Risiko Hukum tidak kuat atau belum ada sama

sekali.

Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Hukum yang

membutuhkan perbaikan fundamental.

Delegasi kewenangan sangat lemah atau tidak ada.

Strategi Risiko Hukum tidak sejalan dengan tingkat Risiko yang akan

diambil dan toleransi Risiko.

Proses manajemen Risiko Hukum tidak memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Hukum.

Page 185: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

168

Peringkat Definisi Peringkat

Kelemahan fundamental pada Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Risiko Hukum. Pelaporan Risiko Hukum kepada Dewan Komisaris dan

Direksi sangat tidak memadai.

Sumber daya manusia tidak memadai dari segi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manjemen Risiko Hukum.

Sistem pengendalian intern tidak efektif dalam mendukung pelaksanaan

Manajemen Risiko.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,

dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang

membutuhkan perbaikan fundamental.

Terdapat kelemahan yang sangat signifikan berdasarkan hasil review

independen di mana tindakan perbaikannya di luar kemampuan

manajemen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen tidak memadai.

6.a. Matriks Penetapan Tingkat Risiko Inheren Untuk Risiko Stratejik

Peringkat Definisi Peringkat

Low (1) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari Risiko Stratejik

tergolong sangat rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Strategi Bank tergolong konservatif atau berisiko rendah.

Produk/kegiatan usaha Bank tergolong stabil, tidak kompleks, dan

terdiversifikasi.

Bank melanjutkan strategi yang telah ada dengan tingkat keberhasilan

strategi yang tinggi.

Bank memiliki keunggulan kompetitif yang stabil, dan tidak terdapat

ancaman dari kompetitor.

Pencapaian rencana bisnis Bank sangat memadai.

Low to Moderate

(2)

Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Stratejik

tergolong rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Strategi Bank berisiko rendah namun dengan trend meningkat.

Produk/kegiatan usaha Bank tergolong tidak kompleks dan

terdiversifikasi.

Bank melanjutkan strategi yang sama atau memiliki beberapa strategi

baru namun masih dalam core bisnis dan kompetensi Bank.

Bank memiliki keunggulan kompetitif dan ancaman kompetitor

tergolong minor.

Pencapaian rencana bisnis Bank memadai.

Moderate (3) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

Page 186: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

169

Peringkat Definisi Peringkat

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Stratejik

tergolong cukup tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Strategi Bank tergolong berisiko moderat.

Produk/kegiatan usaha Bank secara umum terdiversifikasi, namun

terdapat beberapa yang tergolong kompleks.

Tingkat keberhasilan strategi Bank tergolong moderat karena terdapat

ancaman dari kompetitor.

Bank memiliki keunggulan kompetitif yang moderat dan terdapat

ancaman dari kompetitor.

Pencapaian rencana bisnis Bank cukup memadai.

Moderate to High

(4)

Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Stratejik

tergolong tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Strategi Bank tergolong berisiko moderat namun dengan trend

meningkat.

Beberapa produk/kegiatan usaha Bank terkonsentrasi dan tergolong

kompleks.

Bank menerapkan strategi untuk memasuki bisnis/pasar baru dengan

tingkat keberhasilan yang belum dapat dipastikan.

Bank kurang memiliki keunggulan kompetitif, atau terdapat ancaman

signifikan dari kompetitor.

Pencapaian rencana bisnis Bank kurang memadai.

High (5) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Stratejik

tergolong sangat tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Strategi Bank tergolong berisiko tinggi.

Produk/kegiatan usaha sangat terkonsentrasi dan tergolong kompleks.

Mayoritas strategi Bank beralih kepada area yang berbeda yang bukan

merupakan lini bisnis utama dan kompetensi Bank.

Bank tidak memiliki keunggulan kompetitif, dan terdapat ancaman

sangat signifikan dari kompetitor.

Pencapaian rencana bisnis Bank tidak memadai.

6.b. Matriks Penetapan Peringkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Untuk

Risiko Stratejik

Peringkat Definisi Peringkat

Strong

(1)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Stratejik sangat memadai.

Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut tidak

signifikan sehingga dapat diabaikan.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

Page 187: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

170

Peringkat Definisi Peringkat

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) sangat memadai dan telah sejalan

dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.

Dewan Komisaris dan Dewan Direksi memiliki awareness dan

pemahaman yang sangat baik mengenai manajemen Risiko Stratejik,

sumber Risiko Stratejik dan tingkat Risiko Stratejik di Bank.

Budaya manajemen Risiko Stratejik sangat kuat dan telah

diinternalisasikan dengan sangat baik pada seluruh level organisasi.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan sangat

memadai.

Fungsi manajemen Risiko Stratejik independen, memiliki tugas dan

tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan sangat baik.

Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan

telah berjalan dengan sangat baik.

Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Stratejik sangat memadai

dan tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Stratejik, sejalan

dengan penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.

Proses manajemen Risiko Stratejik sangat memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Stratejik.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Stratejik sangat baik

sehingga menghasilkan Laporan Risiko Stratejik yang komprehensif

dan terintegrasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Secara umum sumber daya manusia sangat memadai dari segi kuantitas

maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Stratejik.

Sistem pengendalian intern sangat efektif dalam mendukung

pelaksanaan Manajemen Risiko.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

sangat memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan

kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Secara umum tidak terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan

hasil review independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

sangat memadai.

Satisfactory

(2)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Stratejik memadai. Meskipun

terdapat beberapa kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat

diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) memadai dan telah sejalan dengan

sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang baik mengenai manajemen Risiko Stratejik.

Budaya manajemen Risiko Stratejik kuat dan telah diinternalisasikan

Page 188: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

171

Peringkat Definisi Peringkat

dengan baik pada seluruh level organisasi.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum memadai.

Terdapat beberapa kelemahan tetapi tidak signifikan dan dapat

diperbaiki dengan segera.

Fungsi manajemen Risiko Stratejik memiliki tugas dan tanggung

jawab yang jelas dan telah berjalan dengan baik. Terdapat kelemahan

minor, tetapi dapat diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.

Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan

telah berjalan dengan baik.

Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Stratejik memadai dan

tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Stratejik, sejalan dengan

penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai meskipun terdapat

kelemahan minor.

Proses manajemen Risiko Stratejik memadai dalam mengidentifikasi,

mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Stratejik.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Stratejik baik termasuk

pelaporan Risiko Stratejik kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Terdapat kelemahan minor tetapi dapat diperbaiki dengan mudah.

Sumber daya manusia memadai baik dari sisi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Stratejik.

Sistem pengendalian intern efektif dalam mendukung pelaksanaan

Manajemen Risiko.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan

kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Terdapat kelemahan tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil review

independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

memadai.

Fair

(3)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Stratejik cukup memadai.

Meskipun persyaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan

yang membutuhkan perhatian manajemen.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) cukup memadai tetapi tidak selalu

sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara

keseluruhan.

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang cukup baik mengenai manajemen Risiko Stratejik.

Budaya manajemen Risiko Stratejik cukup kuat dan telah

diinternalisasikan dengan cukup baik tetapi belum selalu dilaksanakan

secara konsisten.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum cukup

memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa aspek penilaian yang

perlu mendapat perhatian manajemen.

Page 189: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

172

Peringkat Definisi Peringkat

Fungsi manajemen Risiko Stratejik cukup baik, tetapi terdapat beberapa

kelemahan yang perlu mendapat perhatian manajemen.

Delegasi kewenangan cukup baik, tetapi pengendalian dan pemantauan

tidak selalu dilaksanakan dengan baik.

Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Stratejik cukup memadai

tetapi tidak selalu konsisten dengan penerapan.

Fungsi manajemen Risiko Stratejik cukup baik, tetapi terdapat beberapa

kelemahan yang perlu mendapat perhatian manajemen.

Delegasi kewenangan cukup baik, tetapi pengendalian dan pemantauan

tidak selalu dilaksanakan dengan baik.

Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Stratejik cukup memadai

tetapi tidak selalu konsisten dengan penerapan.

Proses manajemen Risiko Stratejik cukup memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Hukum.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Stratejik memenuhi

ekspektasi minimum tetapi terdapat beberapa kelemahan termasuk

pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang membutuhkan

perhatian manajemen.

Secara umum sumber daya manusia cukup memadai baik dari sisi

kuantitas maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Stratejik.

Sistem pengendalian intern cukup efektif dalam mendukung

pelaksanaan Manajemen Risiko.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

cukup memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada metodologi,

frekuensi, dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi

yang membutuhkan perhatian manajemen.

Terdapat kelemahan yang cukup signifikan berdasarkan hasil review

independen yang membutuhkan perhatian manajemen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

cukup memadai.

Marginal

(4)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Stratejik kurang memadai.

Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko

Stratejik yang membutuhkan tindakan korektif segera.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai dan tidak sejalan

dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.

Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan

Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Stratejik.

Budaya manajemen Risiko Stratejik kurang kuat dan belum

diinternalisasikan dengan baik pada setiap level satuan kerja.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum kurang

memadai. Terdapat kelemahan pada berbagai aspek penilaian yang

membutuhkan perbaikan segera.

Page 190: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

173

Peringkat Definisi Peringkat

Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Stratejik yang

membutuhkan perbaikan segera.

Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau

dengan baik.

Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko

Stratejik.

Proses manajemen Risiko Stratejik kurang memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Stratejik.

Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko

Stratejik termasuk pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi

yang membutuhkan perbaikan segera.

Sumber daya manusia kurang memadai dari segi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manjemen Risiko Stratejik.

Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung

pelaksanaan Manajemen Risiko.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,

dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang

membutuhkan perbaikan segera.

Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil review

independen yang membutuhkan tindakan perbaikan segera.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.

Unsatisfactory

(5)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Stratejik tidak memadai. Terdapat

kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko Stratejik di

mana tindakan penyelesaiannya di luar kemampuan manajemen.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) tidak memadai dan tidak terdapat

kaitan dengan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara

keseluruhan.

Awareness dan pemahaman Dewan Komisaris dan Direksi sangat

lemah mengenai manajemen Risiko Stratejik.

Budaya manajemen Risiko Stratejik tidak kuat atau belum ada sama

sekali.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi tidak memadai. Terdapat

kelemahan yang signifikan pada hampir seluruh aspek penilaian dan

tindakan dan penyelesaiannya di luar kemampuan Bank.

Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Stratejik yang

membutuhkan perbaikan fundamental.

Delegasi kewenangan sangat lemah atau tidak ada.

Kelemahan sangat signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko

Stratejik.

Proses manajemen Risiko Stratejik tidak memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Page 191: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

174

Peringkat Definisi Peringkat

Stratejik.

Kelemahan fundamental pada Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Risiko Stratejik.

Sumber daya manusia tidak memadai dari segi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manjemen Risiko Stratejik.

Sistem pengendalian intern tidak efektif dalam mendukung pelaksanaan

Manajemen Risiko.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,

dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang

membutuhkan perbaikan fundamental.

Terdapat kelemahan yang sangat signifikan berdasarkan hasil review

independen di mana tindakan perbaikannya di luar kemampuan

manajemen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen tidak memadai atau tidak ada.

7.a. Matriks Penetapan Peringkat Risiko Inheren Untuk Risiko Kepatuhan

Peringkat Definisi Peringkat

Low (1) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari Risiko Kepatuhan

tergolong sangat rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Tidak terdapat pelanggaran ketentuan.

Tidak terdapat pelanggaran prinsip syariah atas operasional

penghimpunan dan penyediaan dana serta pelayanan jasa.

Track record kepatuhan Bank selama ini sangat baik.

Bank telah menerapkan hampir seluruh standar keuangan dan kode

etik yang berlaku.

Low to Moderate

(2)

Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Kepatuhan

tergolong rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Terdapat pelanggaran ketentuan yang relatif minor dan dapat segera

diperbaiki oleh Bank.

Terdapat pelanggaran prinsip syariah yang relatif minor atas

operasional penghimpunan dan penyediaan dana serta pelayanan jasa.

Track record kepatuhan Bank selama ini baik.

Bank telah menerapkan hampir seluruh standar keuangan dan kode

etik yang berlaku.

Moderate (3) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Kepatuhan

tergolong cukup tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

Page 192: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

175

Peringkat Definisi Peringkat

sebagai berikut:

Terdapat pelanggaran ketentuan yang cukup signifikan dan

membutuhkan perhatian manajemen.

Terdapat pelanggaran prinsip syariah yang cukup signifikan atas

operasional penghimpunan dan penyediaan dana serta pelayanan jasa.

Track record kepatuhan Bank selama ini cukup baik.

Terdapat pelanggaran minor pada standar keuangan dan kode etik

yang berlaku.

Moderate to High

(4)

Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Kepatuhan

tergolong tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Terdapat pelanggaran ketentuan yang signifikan dan membutuhkan

tindakan perbaikan segera.

Terdapat pelanggaran prinsip syariah yang signifikan atas operasional

penghimpunan dan penyediaan dana serta pelayanan jasa.

Track record kepatuhan Bank selama ini kurang baik.

Terdapat pelanggaran signifikan pada standar keuangan dan kode etik

yang berlaku.

High (5) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Kepatuhan

tergolong sangat tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Terdapat pelanggaran ketentuan yang sangat signifikan dan

membutuhkan tindakan perbaikan segera.

Terdapat pelanggaran prinsip syariah yang sangat signifikan atas

operasional penghimpunan dan penyediaan dana serta pelayanan jasa.

Track record kepatuhan Bank selama ini tidak baik.

Terdapat pelanggaran sangat signifikan pada standar keuangan dan

kode etik yang berlaku.

7.b. Matriks Penetapan Peringkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Untuk

Risiko Kepatuhan

Peringkat Definisi Peringkat

Strong

(1)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Kepatuhan sangat memadai.

Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut tidak

signifikan sehingga dapat diabaikan.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah memiliki

awareness dan pemahaman yang sangat baik mengenai manajemen

Risiko Kepatuhan.

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) sangat memadai dan telah sejalan

Page 193: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

176

Peringkat Definisi Peringkat

dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.

Budaya manajemen Risiko Kepatuhan sangat kuat dan telah

diinternalisasikan dengan sangat baik pada seluruh level organisasi.

Pelaksanaan tugas Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah

secara keseluruhan sangat memadai.

Fungsi manajemen Risiko Kepatuhan independen, memiliki tugas dan

tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan sangat baik.

Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan

telah berjalan dengan sangat baik.

Strategi Risiko Kepatuhan sangat sejalan dengan tingkat Risiko yang

akan diambil dan toleransi Risiko.

Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Kepatuhan sangat memadai

dan tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Kepatuhan, sejalan

dengan penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.

Proses manajemen Risiko Kepatuhan sangat memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Kepatuhan.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Kepatuhan sangat baik

sehingga menghasilkan Laporan Risiko Kepatuhan yang komprehensif

dan terintegrasi kepada Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas

Syariah.

Secara umum sumber daya manusia sangat memadai dari segi kuantitas

maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Kepatuhan.

Sistem pengendalian intern sangat efektif dalam mendukung

pelaksanaan Manajemen Risiko.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

sangat memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan

kepada Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah.

Secara umum tidak terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan

hasil review independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

sangat memadai.

Satisfactory

(2)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Kepatuhan memadai. Meskipun

terdapat beberapa kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat

diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah memiliki

awareness dan pemahaman yang baik mengenai manajemen Risiko

Kepatuhan.

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) memadai dan telah sejalan dengan

sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.

Budaya manajemen Risiko Kepatuhan kuat dan telah diinternalisasikan

dengan baik pada seluruh level organisasi.

Pelaksanaan tugas Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah

Page 194: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

177

Peringkat Definisi Peringkat

secara umum memadai. Terdapat beberapa kelemahan tetapi tidak

signifikan dan dapat diperbaiki dengan segera.

Fungsi manajemen Risiko Kepatuhan memiliki tugas dan tanggung

jawab yang jelas dan telah berjalan dengan baik. Terdapat kelemahan

minor, tetapi dapat diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.

Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan

telah berjalan dengan baik.

Strategi Risiko Kepatuhan sejalan dengan tingkat Risiko yang akan

diambil dan toleransi Risiko.

Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Kepatuhan memadai dan

tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Kepatuhan, sejalan

dengan penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai meskipun

terdapat kelemahan minor.

Proses manajemen Risiko Kepatuhan memadai dalam mengidentifikasi,

mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Kepatuhan.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Kepatuhan baik termasuk

pelaporan Risiko Kepatuhan kepada Dewan Komisaris, Direksi, dan

Dewan Pengawas Syariah. Terdapat kelemahan minor tetapi dapat

diperbaiki dengan mudah.

Sumber daya manusia memadai baik dari sisi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Kepatuhan.

Sistem pengendalian intern efektif dalam mendukung pelaksanaan

Manajemen Risiko.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan

kepada Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah.

Terdapat kelemahan tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil review

independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

memadai.

Fair

(3)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Kepatuhan cukup memadai.

Meskipun persyaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan

yang membutuhkan perhatian manajemen.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah memiliki

awareness dan pemahaman yang cukup baik mengenai manajemen

Risiko Kepatuhan.

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) cukup memadai tetapi tidak selalu

sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara

keseluruhan.

Budaya manajemen Risiko Kepatuhan cukup kuat dan telah

diinternalisasikan dengan cukup baik tetapi belum selalu dilaksanakan

secara konsisten.

Pelaksanaan tugas Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah

Page 195: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

178

Peringkat Definisi Peringkat

secara umum cukup memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa

aspek penilaian yang perlu mendapat perhatian manajemen.

Fungsi manajemen Risiko Kepatuhan cukup baik, tetapi terdapat

beberapa kelemahan yang perlu mendapat perhatian manajemen.

Delegasi kewenangan cukup baik, tetapi pengendalian dan pemantauan

tidak selalu dilaksanakan dengan baik.

Strategi Risiko Kepatuhan cukup sejalan dengan tingkat Risiko yang

akan diambil dan toleransi Risiko.

Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Kepatuhan cukup memadai

tetapi tidak selalu konsisten dengan penerapan.

Proses manajemen Risiko Kepatuhan cukup memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Hukum.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Kepatuhan memenuhi

ekspektasi minimum tetapi terdapat beberapa kelemahan termasuk

pelaporan kepada Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas

Syariah yang membutuhkan perhatian manajemen.

Secara umum sumber daya manusia cukup memadai baik dari sisi

kuantitas maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko

Kepatuhan.

Sistem pengendalian intern cukup efektif dalam mendukung

pelaksanaan Manajemen Risiko.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

cukup memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada metodologi,

frekuensi, dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris, Direksi, dan

Dewan Pengawas Syariah yang membutuhkan perhatian manajemen.

Terdapat kelemahan yang cukup signifikan berdasarkan hasil review

independen yang membutuhkan perhatian manajemen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

cukup memadai.

Marginal

(4)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Kepatuhan kurang memadai.

Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko

Kredit yang membutuhkan tindakan korektif segera.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan

Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah mengenai

manajemen Risiko Kepatuhan.

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai dan tidak sejalan

dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.

Budaya manajemen Risiko Kepatuhan kurang kuat dan belum

diinternalisasikan dengan baik pada setiap level satuan kerja.

Pelaksanaan tugas Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah

secara umum kurang memadai. Terdapat kelemahan pada berbagai

aspek penilaian yang membutuhkan perbaikan segera.

Page 196: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

179

Peringkat Definisi Peringkat

Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Kepatuhan yang

membutuhkan perbaikan segera.

Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau

dengan baik.

Strategi Risiko Kepatuhan kurang sejalan dengan tingkat Risiko yang

akan diambil dan toleransi Risiko.

Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko

Kepatuhan.

Proses manajemen Risiko Kepatuhan kurang memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Kepatuhan.

Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko

Kepatuhan termasuk pelaporan kepada Dewan Komisaris, Direksi, dan

Dewan Pengawas Syariah yang membutuhkan perbaikan segera.

Sumber daya manusia kurang memadai dari segi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Kepatuhan.

Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung

pelaksanaan Manajemen Risiko.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,

dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan

Pengawas Syariah yang membutuhkan perbaikan segera.

Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil review

independen yang membutuhkan tindakan perbaikan segera.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.

Unsatisfactory

(5)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Kepatuhan tidak memadai.

Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko

Kepatuhan di mana tindakan penyelesaiannya di luar kemampuan

manajemen.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Awareness dan pemahaman Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan

Pengawas Syariah sangat lemah mengenai manajemen Risiko

Kepatuhan.

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) tidak memadai dan tidak terdapat

kaitan dengan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara

keseluruhan.

Budaya manajemen Risiko Kepatuhan tidak kuat.

Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Kepatuhan yang

membutuhkan perbaikan fundamental.

Delegasi kewenangan sangat lemah.

Strategi Risiko Kepatuhan tidak sejalan dengan tingkat Risiko yang

akan diambil dan toleransi Risiko.

Proses manajemen Risiko Kepatuhan tidak memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Page 197: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

180

Peringkat Definisi Peringkat

Kepatuhan.

Kelemahan fundamental pada Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Risiko Kepatuhan. Pelaporan Risiko Kepatuhan kepada Dewan

Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah sangat tidak

memadai.

Sumber daya manusia tidak memadai dari segi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manjemen Risiko Kepatuhan.

Sistem pengendalian intern tidak efektif dalam mendukung pelaksanaan

Manajemen Risiko.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,

dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan

Pengawas Syariah yang membutuhkan perbaikan fundamental.

Terdapat kelemahan yang sangat signifikan berdasarkan hasil review

independen di mana tindakan perbaikannya di luar kemampuan

manajemen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen tidak memadai atau tidak ada.

8.a. Matriks Penetapan Peringkat Risiko Inheren Untuk Risiko Reputasi

Peringkat Definisi Peringkat

Low (1) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari Risiko Reputasi

tergolong sangat rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Secara umum tidak terdapat pengaruh reputasi negatif dari pemilik

Bank dan perusahaan terkait, bahkan diharapkan pemilik Bank dan

perusahaan terkait dapat memberikan pengaruh sangat positif tehadap

reputasi Bank.

Pelanggaran atau potensi pelanggaran sangat minim atas etika bisnis.

Bank memiliki reputasi sebagai perusahaan yang sangat menjunjung

tinggi etika bisnis.

Produk Bank tidak kompleks dan mudah dipahami oleh nasabah.

Kerjasama bisnis yang dilakukan dengan mitra bisnis jumlahnya

sangat minimal.

Frekuensi pemberitaan negatif terhadap Bank sangat minimal,

pemberitaan negatif sifatnya sangat tidak material, dan ruang lingkup

pemberitaan terbatas.

Frekuensi penyampaian keluhan nasabah sangat minimal dan sangat

tidak material.

Low to Moderate

(2)

Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Reputasi

tergolong rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Terdapat pengaruh reputasi negatif dari pemilik Bank dan perusahaan

Page 198: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

181

Peringkat Definisi Peringkat

terkait namun skala pengaruhnya kecil dan dapat dimitigasi dengan

baik.

Pelanggaran/potensi pelanggaran etika bisnis minimal dan Bank

memiliki reputasi sebagai perusahaan yang menjunjung tinggi etika

bisnis.

Produk Bank sederhana sehingga relatif tidak membutuhkan

pemahaman khusus nasabah.

Kerjasama bisnis yang dilakukan dengan mitra bisnis jumlahnya

minimal.

Frekuensi pemberitaan negatif terhadap Bank minimal, pemberitaan

negatif sifatnya tidak material, dan ruang lingkup pemberitaan yang

kecil relatif terhadap skala Bank.

Frekuensi penyampaian keluhan yang minimal dan tidak material.

Moderate (3) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Reputasi

tergolong cukup tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Terdapat pengaruh reputasi negatif dari pemilik Bank dan perusahaan

terkait walaupun skala pengaruh cukup besar namun masih dapat

dikendalikan.

Terjadi pelanggaran/potensi pelanggaran etika bisnis namun skala

pengaruhnya cukup signifikan dan dapat membutuhkan perhatian

manajemen.

Produk Bank cukup kompleks sehingga pada tingkat tertentu

membutuhkan pemahaman khusus nasabah.

Kerjasama bisnis yang dilakukan dengan mitra bisnis jumlahnya

cukup banyak.

Frekuensi pemberitaan negatif terhadap Bank cukup banyak,

pemberitaan negatif sifatnya cukup material, dan ruang lingkup

pemberitaan yang cukup luas terhadap skala Bank.

Frekuensi penyampaian keluhan cukup banyak dan cukup material.

Moderate to High

(4)

Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Reputasi

tergolong tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Terdapat pengaruh reputasi negatif dari pemilik Bank dan perusahaan

terkait dengan skala pengaruh yang material dan membutuhkan

perhatian khusus manajemen.

Terjadi pelanggaran/potensi pelanggaran etika bisnis dengan skala

pengaruh material dan membutuhkan perhatian secara khusus.

Produk Bank kompleks sehingga membutuhkan pemahaman khusus

nasabah.

Kerjasama bisnis yang dilakukan dengan mitra bisnis jumlahnya

material.

Frekuensi pemberitaan negatif terhadap Bank banyak, pemberitaan

Page 199: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

182

Peringkat Definisi Peringkat

negatif sifatnya material, dan ruang lingkup pemberitaan yang besar

relatif terhadap skala Bank.

Frekuensi penyampaian keluhan yang banyak dan material.

High (5) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Reputasi

tergolong sangat tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Terdapat pengaruh reputasi negatif dari pemilik Bank dan perusahaan

terkait dengan skala pengaruh yang sangat material dan

membutuhkan tindak lanjut dan manajemen dengan segera.

Terjadi pelanggaran/potensi pelanggaran etika bisnis dengan skala

sangat material dan membutuhkan lanjut dan manajemen dengan

segera.

Produk Bank sangat kompleks sehingga sangat membutuhkan

pemahaman khusus nasabah.

Kerjasama bisnis yang dilakukan dengan mitra bisnis jumlahnya

material.

Frekuensi pemberitaan negatif terhadap Bank sangat banyak,

pemberitaan negatif sifatnya sangat material, dan ruang lingkup

pemberitaan yang sangat besar relatif terhadap skala Bank.

Frekuensi penyampaian keluhan yang sangat tinggi dan sangat

material.

8.b. Matriks Penetapan Peringkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Untuk

Risiko Reputasi

Peringkat Definisi Peringkat

Strong

(1)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Reputasi sangat memadai.

Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut tidak

signifikan sehingga dapat diabaikan.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang sangat baik mengenai manajemen Risiko Reputasi.

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) sangat memadai dan telah sejalan

dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.

Budaya manajemen Risiko Reputasi sangat kuat dan telah

diinternalisasikan dengan sangat baik pada seluruh level organisasi.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan sangat

memadai.

Fungsi manajemen Risiko Reputasi independen, memiliki tugas dan

tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan sangat baik.

Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan

telah berjalan dengan sangat baik.

Strategi Risiko Reputasi sangat sejalan dengan tingkat Risiko yang

Page 200: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

183

Peringkat Definisi Peringkat

akan diambil dan toleransi Risiko.

Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Reputasi sangat memadai

dan tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Reputasi, sejalan

dengan penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.

Proses manajemen Risiko Reputasi sangat memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Reputasi.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Reputasi sangat baik

sehingga menghasilkan Laporan Risiko Reputasi yang komprehensif

dan terintegrasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Secara umum sumber daya manusia sangat memadai dari segi kuantitas

maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Reputasi.

Sistem pengendalian intern sangat efektif dalam mendukung

pelaksanaan Manajemen Risiko.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

sangat memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan

kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Secara umum tidak terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan

hasil review independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

sangat memadai.

Satisfactory

(2)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Reputasi memadai. Meskipun

terdapat beberapa kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat

diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang baik mengenai manajemen Risiko Reputasi.

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) memadai dan telah sejalan dengan

sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.

Budaya manajemen Risiko Reputasi kuat dan telah diinternalisasikan

dengan baik pada seluruh level organisasi.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum memadai.

Terdapat beberapa kelemahan tetapi tidak signifikan dan dapat

diperbaiki dengan segera.

Fungsi manajemen Risiko Reputasi memiliki tugas dan tanggung jawab

yang jelas dan telah berjalan dengan baik. Terdapat kelemahan minor,

tetapi dapat diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.

Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan

telah berjalan dengan baik.

Strategi Risiko Reputasi sejalan dengan tingkat Risiko yang akan

diambil dan toleransi Risiko.

Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Reputasi memadai dan

tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Reputasi, sejalan dengan

penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai meskipun terdapat

Page 201: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

184

Peringkat Definisi Peringkat

kelemahan minor.

Proses manajemen Risiko Reputasi memadai dalam mengidentifikasi,

mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Reputasi.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Reputasi baik termasuk

pelaporan Risiko Reputasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Terdapat kelemahan minor tetapi dapat diperbaiki dengan mudah.

Sumber daya manusia memadai baik dari sisi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Reputasi.

Sistem pengendalian intern efektif dalam mendukung pelaksanaan

Manajemen Risiko.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan

kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Terdapat kelemahan tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil review

independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

memadai.

Fair

(3)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Reputasi cukup memadai.

Meskipun persyaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan

yang membutuhkan perhatian manajemen.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang cukup baik mengenai manajemen Risiko Reputasi.

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) cukup memadai tetapi tidak selalu

sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara

keseluruhan.

Budaya manajemen Risiko Reputasi cukup kuat dan telah

diinternalisasikan dengan cukup baik tetapi belum selalu dilaksanakan

secara konsisten.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum cukup

memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa aspek penilaian yang

perlu mendapat perhatian manajemen.

Fungsi manajemen Risiko Reputasi cukup baik, tetapi terdapat

beberapa kelemahan yang perlu mendapat perhatian manajemen.

Delegasi kewenangan cukup baik, tetapi pengendalian dan pemantauan

tidak selalu dilaksanakan dengan baik.

Strategi Risiko Reputasi cukup sejalan dengan tingkat Risiko yang akan

diambil dan toleransi Risiko.

Kebijakan dan prosedur manajemen Risiko Reputasi cukup memadai

tetapi tidak selalu konsisten dengan penerapan.

Proses manajemen Risiko Reputasi cukup memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Reputasi.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko memenuhi ekspektasi

Page 202: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

185

Peringkat Definisi Peringkat

minimum tetapi terdapat beberapa kelemahan termasuk pelaporan

kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang membutuhkan perhatian

manajemen.

Secara umum sumber daya manusia cukup memadai baik dari sisi

kuantitas maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Reputasi.

Sistem pengendalian intern cukup efektif dalam mendukung

pelaksanaan Manajemen Risiko.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

cukup memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada metodologi,

frekuensi, dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi

yang membutuhkan perhatian manajemen.

Terdapat kelemahan yang cukup signifikan berdasarkan hasil review

independen yang membutuhkan perhatian manajemen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

cukup memadai.

Marginal

(4)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Reputasi kurang memadai.

Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko

Reputasi yang membutuhkan tindakan korektif segera.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan

Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Reputasi.

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai dan tidak sejalan

dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan.

Budaya manajemen Risiko Reputasi kurang kuat dan belum

diinternalisasikan dengan baik pada setiap level satuan kerja.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara umum kurang

memadai. Terdapat kelemahan pada berbagai aspek penilaian yang

membutuhkan perbaikan segera.

Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Reputasi yang

membutuhkan perbaikan segera.

Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau

dengan baik.

Strategi Risiko Reputasi kurang sejalan dengan tingkat Risiko yang

akan diambil dan toleransi Risiko.

Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko

Reputasi.

Proses manajemen Risiko Reputasi kurang memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Reputasi.

Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko

Reputasi termasuk pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi

yang membutuhkan perbaikan segera.

Sumber daya manusia kurang memadai dari segi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Reputasi.

Page 203: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

186

Peringkat Definisi Peringkat

Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung

pelaksanaan Manajemen Risiko.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,

dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang

membutuhkan perbaikan segera.

Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil review

independen yang membutuhkan tindakan perbaikan segera.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.

Unsatisfactory

(5)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Reputasi tidak memadai. Terdapat

kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko Reputasi di

mana tindakan penyelesaiannya di luar kemampuan manajemen.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Awareness dan pemahaman Dewan Komisaris dan Direksi sangat

lemah mengenai manajemen Risiko Reputasi.

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) tidak memadai dan tidak terdapat

kaitan dengan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara

keseluruhan.

Budaya manajemen Risiko Reputasi tidak kuat atau belum ada sama

sekali.

Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Reputasi yang

membutuhkan perbaikan fundamental.

Delegasi kewenangan sangat lemah atau tidak ada.

Strategi Risiko Reputasi tidak sejalan dengan tingkat Risiko yang akan

diambil dan toleransi Risiko.

Proses manajemen Risiko Reputasi tidak memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Reputasi.

Kelemahan fundamental pada Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Risiko Reputasi. Pelaporan Risiko Reputasi kepada Dewan Komisaris

dan Direksi sangat tidak memadai.

Sumber daya manusia tidak memadai dari segi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manjemen Risiko Reputasi.

Sistem pengendalian intern tidak efektif dalam mendukung pelaksanaan

Manajemen Risiko.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan

kerja audit internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,

dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang

membutuhkan perbaikan fundamental.

Terdapat kelemahan yang sangat signifikan berdasarkan hasil review

independen di mana tindakan perbaikannya di luar kemampuan

manajemen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen tidak memadai atau tidak ada.

Page 204: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

187

9.a. Matriks Penetapan Peringkat Risiko Inheren Untuk Risiko Imbah Hasil

Peringkat Definisi Peringkat

Low (1) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari Risiko Imbal Hasil

tergolong sangat rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Pengelolaan sumber dana atas investor yang memiliki risiko imbal

hasil tinggi telah dilakukan dengan sangat baik.

Portofolio penyediaan dana didominasi eksposur yang memiliki

imbal hasil tinggi dan mempunyai risiko yang termitigasi dengan

sangat baik.

Eksposur penyediaan dana terdiversifikasi sangat signifikan ke akad

yang memiliki imbal hasil pasti dan tetap.

Penyediaan dana memiliki kualitas yang sangat baik.

Strategi penyediaan dana atau business model bank tergolong stabil.

Portofolio penyediaan dana relatif tidak terpengaruh dengan

perubahan faktor eksternal.

Low to Moderate

(2)

Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Imbal Hasil

tergolong rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Pengelolaan sumber dana atas investor yang memiliki risiko imbal

hasil tinggi telah dilakukan dengan baik.

Portofolio penyediaan dana didominasi eksposur yang memiliki

imbal hasil relatif tinggi dan mempunyai risiko yang termitigasi

dengan baik.

Eksposur penyediaan dana terdiversifikasi relatif signifikan ke akad

yang memiliki imbal hasil pasti dan tetap.

Penyediaan dana memiliki kualitas yang baik.

Strategi penyediaan dana atau business model bank tergolong relatif

stabil.

Portofolio penyediaan dana relatif kurang terpengaruh terpengaruh

dengan perubahan faktor eksternal.

Moderate (3) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Imbal Hasil

tergolong cukup tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Pengelolaan sumber dana atas investor yang memiliki risiko imbal

hasil tinggi telah dilakukan dengan cukup baik.

Portofolio penyediaan dana didominasi eksposur yang memiliki

imbal hasil cukup tinggi dan mempunyai risiko yang termitigasi

dengan cukup baik.

Eksposur penyediaan dana terdiversifikasi cukup siginifikan ke akad

yang memiliki imbal hasil pasti dan tetap.

Page 205: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

188

Peringkat Definisi Peringkat

Penyediaan dana memiliki kualitas yang cukup baik.

Strategi penyediaan dana atau business model bank tergolong cukup

stabil.

Portofolio penyediaan dana relatif cukup terpengaruh dengan

perubahan faktor eksternal.

Moderate to High

(4)

Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Imbal Hasil

tergolong tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Pegelolaan sumber dana atas investor yang memiliki risiko imbal

hasil tinggi telah dilakukan dengan kurang baik.

Portofolio penyediaan dana didominasi eksposur yang memiliki

imbal hasil relatif rendah dan mempunyai risiko yang termitigasi

dengan kurang baik.

Eksposur penyediaan dana kurang terdiversifikasi ke akad yang

memiliki imbal hasil pasti dan tetap.

Penyediaan dana memiliki kualitas yang kurang baik.

Terdapat perubahan signifikan pada strategi penyediaan dana atau

business model.

Portofolio penyediaan dana terpengaruh terpengaruh dengan

perubahan faktor eksternal.

High (5) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Imbal Hasil

tergolong sangat tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Pengelolaan sumber dana atas investor yang memiliki risiko imbal

hasil tinggi telah dilakukan dengan tidak baik.

Portofolio penyediaan dana didominasi eksposur yang memiliki

imbal hasil rendah dan mempunyai risiko yang termitigasi

dengan tidak baik.

Eksposur penyediaan dana tidak terdiversifikasi ke akad yang

memiliki imbal hasil pasti dan tetap.

Penyediaan dana memiliki kualitas yang tidak baik.

Terdapat perubahan sangat signifikan pada strategi penyediaan dana

atau business model.

Portofolio penyediaan dana sangat terpengaruh terpengaruh dengan

perubahan faktor eksternal.

9.b. Matriks Penetapan Peringkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Untuk

Risiko Imbal Hasil

Peringkat Definisi Peringkat

Strong

(1)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Imbal Hasil sangat memadai.

Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut tidak

signifikan sehingga dapat diabaikan.

Page 206: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

189

Peringkat Definisi Peringkat

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Strategi pengelolaan sumber dana atas investor yang memiliki risiko

imbal hasil tinggi telah dilakukan dengan sangat baik.

Strategi penyediaan dana kepada portofolio yang mengandung imbal

hasil tinggi dan terdiversifikasi serta memiliki kualitas yang sangat

baik.

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) imbal hasil sangat memadai dan telah

sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara

keseluruhan.

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang sangat baik mengenai manajemen Risiko Imbal Hasil.

Budaya manajemen Risiko Imbal Hasil sangat kuat dan telah

diinternalisasikan dengan sangat baik pada seluruh tingkatan organisasi.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan sangat

memadai.

Fungsi manajemen Risiko Imbal Hasil independen, memiliki tugas dan

tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan sangat baik.

Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan

telah berjalan dengan sangat baik.

Strategi pembiayaan sangat baik dan sangat sejalan dengan tingkat

Risiko yang akan diambil dan toleransi Risiko Imbal Hasil.

Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Imbal Hasil sangat memadai dan

tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Imbal Hasil, sejalan

dengan penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.

Proses manajemen Risiko Imbal Hasil sangat memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Imbal Hasil.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Imbal Hasil sangat baik

sehingga menghasilkan pelaporan Risiko Investasi yang komprehensif

dan terintegrasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Secara umum Sumber Daya Manusia (SDM) sangat memadai baik dari

sisi kuantitas maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Imbal

Hasil.

Sistem pengendalian intern sangat efektif dalam mendukung

pelaksanaan manajemen Risiko Imbal Hasil.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan

Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

sangat memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan

kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Secara umum tidak terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan

hasil kaji ulang independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

sangat memadai.

Satisfactory

(2)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Imbal Hasil memadai. Meskipun

terdapat beberapa kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat

Page 207: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

190

Peringkat Definisi Peringkat

diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Strategi pengelolaan sumber dana atas investor yang memiliki risiko

imbal hasil tinggi telah dilakukan dengan baik.

Strategi penyediaan dana kepada portofolio yang mengandung imbal

hasil relatif tinggi dan relatif terdiversifikasi serta memiliki kualitas

yang baik.

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) memadai dan telah sejalan dengan

sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara keseluruhan.

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang baik mengenai manajemen Risiko Imbal Hasil.

Budaya manajemen Risiko Imbal Hasil kuat dan telah

diinternalisasikan dengan sangat baik pada seluruh tingkatan organisasi.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan memadai.

Terdapat beberapa kelemahan tetapi tidak signifikan dan dapat

diperbaiki dengan segera.

Fungsi manajemen Risiko Imbal Hasil independen, memiliki tugas dan

tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan baik.Terdapat

kelemahan minor, tetapi dapat diselesaikan pada aktivitas bisnis

normal.

Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan

telah berjalan dengan baik.

Strategi pembiayaan baik dan sejalan dengan tingkat Risiko yang akan

diambil dan toleransi Risiko Imbal Hasil.

Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Imbal Hasil memadai dan

tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Imbal Hasil, sejalan

dengan penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.

Proses manajemen Risiko Imbal Hasil memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Imbal Hasil.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Imbal Hasil baik termasuk

pelaporan Risiko Imbal Hasil kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Terdapat kelemahan minor tetapi dapat diperbaiki dengan mudah.

Sumber Daya Manusia (SDM) memadai baik dari sisi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Imbal Hasil.

Sistem pengendalian intern efektif dalam mendukung pelaksanaan

manajemen Risiko Imbal Hasil.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan

Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan

kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Terdapat kelemahan tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil kaji ulang

independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

memadai.

Page 208: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

191

Peringkat Definisi Peringkat

Fair

(3)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Imbal Hasil cukup memadai.

Meskipun persyaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan

yang membutuhkan perhatian manajemen.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Strategi pengelolaan sumber dana atas investor yang memiliki risiko

imbal hasil tinggi telah dilakukan dengan cukup baik.

Strategi Penyediaan dana kepada portofolio yang mengandung imbal

hasil cukup tinggi dan cukup terdiversifikasi serta memiliki kualitas

yang cukup baik.

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) cukup memadai tetapi tidak selalu

sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara

keseluruhan.

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang cukup baik mengenai manajemen Risiko Imbal Hasil.

Budaya manajemen Risiko Imbal Hasil cukup kuat dan telah

diinternalisasikan dengan cukup baik tetapi belum selalu dilaksanakan

secara konsisten.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan cukup

memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada beberapa aspek penilaian

yang perlu mendapat perhatian manajemen.

Fungsi manajemen Risiko Imbal Hasil telah berjalan cukup baik, tetapi

terdapat beberapa kelemahan cukup signifikan yang perlu segera

diselesaikan oleh manajemen.

Delegasi kewenangan cukup baik, tetapi pengendalian dan pemantauan

tidak selalu dilaksanakan dengan baik.

Strategi pembiayaan cukup sejalan dengan tingkat Risiko yang akan

diambil dan toleransi Risiko Imbal Hasil.

Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Imbal Hasil cukup memadai

tetapi tidak selalu konsisten dengan penerapan dan/atau tidak dipahami

dengan baik oleh pegawai.

Proses manajemen Risiko Imbal Hasil cukup memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Imbal Hasil.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Imbal Hasil memenuhi

ekspektasi minimum tetapi terdapat beberapa kelemahan termasuk

pelaporan Risiko Imbal Hasil kepada Dewan Komisaris dan Direksi

yang membutuhkan perhatian manajemen.

Sumber Daya Manusia (SDM) cukup memadai baik dari sisi kuantitas

maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Imbal Hasil.

Sistem pengendalian intern cukup efektif dalam mendukung

pelaksanaan manajemen Risiko Imbal Hasil.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan

Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

cukup memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada metodologi,

frekuensi, dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi

Page 209: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

192

Peringkat Definisi Peringkat

yang membutuhkan perhatian manajemen.

Terdapat kelemahan yang cukup signifikan berdasarkan hasil kaji ulang

independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

cukup memadai.

Marginal

(4)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Imbal Hasil kurang memadai.

Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko

Imbal Hasil yang membutuhkan tindakan korektif segera.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Strategi pengelolaan sumber dana atas investor yang memiliki risiko

imbal hasil tinggi telah dilakukan dengan kurang baik.

Strategi penyediaan dana kepada portofolio yang mengandung imbal

hasil rendah dan kurang terdiversifikasi serta memiliki kualitas yang

kurang baik.

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai tetapi dan tidak

sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara

keseluruhan.

Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan

Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Imbal Hasil.

Budaya manajemen Risiko Imbal Hasil kurang kuat dan belum

diinternalisasikan pada setiap tingkatan satuan kerja.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan kurang

memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa aspek penilaian yang

membutuhkan perbaikan segera.

Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Imbal Hasil yang

membutuhkan perbaikan segera.

Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau

dengan baik.

Strategi pembiayaan kurang sejalan dengan tingkat Risiko yang akan

diambil dan toleransi Risiko Imbal Hasil.

Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Imbal

Hasil.

Proses manajemen Risiko Imbal Hasil kurang memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Imbal Hasil.

Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko

Imbal Hasil termasuk pelaporan Risiko kepada Dewan Komisaris dan

Direksi yang membutuhkan perbaikan segera.

Sumber Daya Manusia (SDM) kurang memadai dari segi kuantitas

maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Imbal Hasil.

Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung

pelaksanaan manajemen Risiko Imbal Hasil.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan

Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,

Page 210: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

193

Peringkat Definisi Peringkat

dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang

membutuhkan perbaikan segera.

Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil kaji ulang

independen yang membutuhkan perbaikan segera.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.

Unsatisfactory

(5)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Imbal Hasil tidak memadai.

Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko

Imbal Hasil di mana tindakan penyelesaiannya di luar kemampuan

manajemen.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Strategi pengelolaan sumber dana atas investor yang memiliki risiko

imbal hasil tinggi telah dilakukan dengan tidak baik.

Strategi penyediaan dana kepada portofolio yang mengandung imbal

hasil rendah dan tidak terdiversifikasi serta memiliki kualitas yang tidak

baik.

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai tetapi dan tidak

sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara

keseluruhan.

Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan

Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Imbal Hasil.

Budaya manajemen Risiko Imbal Hasil kurang kuat dan belum

diinternalisasikan pada setiap tingkatan satuan kerja.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan kurang

memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa aspek penilaian yang

membutuhkan perbaikan segera.

Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Imbal Hasil yang

membutuhkan perbaikan segera.

Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau

dengan baik.

Strategi pembiayaan kurang sejalan dengan tingkat Risiko yang akan

diambil dan toleransi Risiko Imbal Hasil.

Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Imbal

Hasil.

Proses manajemen Risiko Imbal Hasil kurang memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Imbal Hasil.

Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko

Imbal Hasil termasuk pelaporan Risiko kepada Dewan Komisaris dan

Direksi yang membutuhkan perbaikan segera.

Sumber Daya Manusia (SDM) kurang memadai dari segi kuantitas

maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Imbal Hasil.

Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung

pelaksanaan manajemen Risiko Imbal Hasil.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan

Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

Page 211: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

194

Peringkat Definisi Peringkat

kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,

dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang

membutuhkan perbaikan segera.

Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil kaji ulang

independen yang membutuhkan perbaikan segera.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.

10.a. Matriks Penetapan Peringkat Risiko Inheren Untuk Risiko Investasi

Peringkat Definisi Peringkat

Low (1) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari Risiko Investasi

tergolong sangat rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Portofolio penyediaan dana yang berbasis bagi hasil (akad

mudharabah dan musyarakah) sangat kecil.

Penyediaan dana berbasis bagi hasil (akad mudharabah dan

musyarakah) memiliki kualitas yang sangat baik.

Strategi penyediaan dana atau business model bankke akad yang

berbasis bagi hasil diberikan kepada nasabah yang mempunyai track

record yang sangat baik di bank dan ke bisnis nasabah yang dikuasai

oleh bank serta memiliki risiko yang sangat rendah.

Portofolio penyediaan dana berbasis bagi hasil relatif tidak

terpengaruh dengan perubahan faktor eksternal.

Low to Moderate

(2)

Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Investasi

tergolong rendah selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Portofolio penyediaan dana yang berbasis bagi hasil (akad

mudharabah dan musyarakah) kecil.

Penyediaan dana berbasis bagi hasil (akad mudharabah dan

musyarakah) memiliki kualitas yang baik.

Strategi penyediaan dana atau business model bank ke akad yang

berbasis bagi hasil diberikan kepada nasabah yang mempunyai track

record yang baik di bank dan ke bisnis nasabah yang dikuasai oleh

bank serta memiliki risiko yang rendah.

Portofolio penyediaan dana berbasis bagi hasil kurang terpengaruh

dengan perubahan faktor eksternal.

Moderate (3) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Investasi

tergolong cukup tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Portofolio penyediaan dana yang berbasis bagi hasil (akad

mudharabah dan musyarakah) cukup signifikan.

Penyediaan dana berbasis bagi hasil (akad mudharabah dan

Page 212: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

195

Peringkat Definisi Peringkat

musyarakah) memiliki kualitas yang cukup baik.

Strategi penyediaan dana atau business model bank ke akad yang

berbasis bagi hasil diberikan kepada nasabah yang mempunyai track

record yang cukup baik di bank dan kebisnis nasabah yang dikuasai

oleh bank serta memiliki risiko yang sedang.

Portofolio penyediaan dana berbasis bagi hasil cukup terpengaruh

dengan perubahan faktor eksternal.

Moderate to High

(4)

Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Investasi

tergolong tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Portofolio penyediaan dana yang berbasis bagi hasil (akad

mudharabah dan musyarakah) signifikan.

Penyediaan dana berbasis bagi hasil (akad mudharabah dan

musyarakah) memiliki kualitas yang kurang baik.

Strategi penyediaan dana atau business model bank ke akad yang

berbasis bagi hasil diberikan kepada nasabah yang mempunyai track

record yang kurang baik di bank dan ke bisnis nasabah yang kurang

dikuasai oleh bank serta memiliki risiko yang cukup tinggi.

Portofolio penyediaan dana berbasis bagi hasil terpengaruh dengan

perubahan faktor eksternal.

High (5) Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan Bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko Investasi

tergolong sangat tinggi selama periode waktu tertentu di masa datang.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Portofolio penyediaan dana yang berbasis bagi hasil (akad

mudharabah dan musyarakah) sangat signifikan.

Penyediaan dana berbasis bagi hasil (akad mudharabah dan

musyarakah) memiliki kualitas yang tidak baik.

Strategi penyediaan dana atau business model bank ke akad yang

berbasis bagi hasil diberikan kepada nasabah yang mempunyai track

record yang tidak baik di bank dan ke bisnis nasabah yang tidak

dikuasai oleh bank serta memiliki risiko yang sangat sangat tinggi.

Portofolio penyediaan dana berbasis bagi hasil sangat terpengaruh

dengan perubahan faktor eksternal.

10.b. Matriks Penetapan Peringkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Untuk

Risiko Investasi

Peringkat Definisi Peringkat

Strong

(1)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Investasi sangat memadai.

Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut tidak

signifikan sehingga dapat diabaikan.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Page 213: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

196

Peringkat Definisi Peringkat

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) investasi sangat memadai dan telah

sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara

keseluruhan.

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang sangat baik mengenai manajemen Risiko Investasi.

Budaya manajemen Risiko Investasi sangat kuat dan telah

diinternalisasikan dengan sangat baik pada seluruh tingkatan organisasi.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan sangat

memadai.

Fungsi manajemen Risiko Investasi independen, memiliki tugas dan

tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan sangat baik.

Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan

telah berjalan dengan sangat baik.

Strategi pembiayaan sangat baik dan sangat sejalan dengan tingkat

Risiko yang akan diambil dan toleransi Risiko Investasi.

Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Investasi sangat memadai dan

tersedia untuk seluruh area manajemen Risiko Investasi, sejalan dengan

penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.

Proses manajemen Risiko Investasi sangat memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Investasi.

Proses penyediaan dana secara umum sangat memadai mulai dari

proses underwriting hingga penanganan aset bermasalah.

Sistem pemeringkatan Risiko Investasi (investment risk grading) sangat

baik, diterapkan secara konsisten, dan dipahami dengan baik oleh

pegawai. Terdapat fungsi kaji ulang pembiayaan (financing review)

yang independen dan berjalan dengan baik.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Investasi sangat baik

sehingga menghasilkan pelaporan Risiko Investasi yang komprehensif

dan terintegrasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Secara umum Sumber Daya Manusia (SDM) sangat memadai baik dari

sisi kuantitas maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko

Investasi.

Sistem pengendalian intern sangat efektif dalam mendukung

pelaksanaan manajemen Risiko Investasi.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan

Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

sangat memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan

kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Secara umum tidak terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan

hasil kaji ulang independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

sangat memadai.

Satisfactory

(2)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Investasi memadai. Meskipun

terdapat beberapa kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat

diselesaikan pada aktivitas bisnis normal.

Page 214: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

197

Peringkat Definisi Peringkat

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) memadai dan telah sejalan dengan

sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara keseluruhan.

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang baik mengenai manajemen Risiko Investasi.

Budaya manajemen Risiko Investasi kuat dan telah diinternalisasikan

dengan sangat baik pada seluruh tingkatan organisasi.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan memadai.

Terdapat beberapa kelemahan tetapi tidak signifikan dan dapat

diperbaiki dengan segera.

Fungsi manajemen Risiko Investasi independen, memiliki tugas dan

tanggung jawab yang jelas, dan telah berjalan dengan baik. Terdapat

kelemahan minor, tetapi dapat diselesaikan pada aktivitas bisnis

normal.

Delegasi kewenangan dikendalikan dan dipantau secara berkala, dan

telah berjalan dengan baik.

Strategi pembiayaan baik dan sejalan dengan tingkat Risiko yang akan

diambil dan toleransi Risiko Investasi.

Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Investasi memadai dan tersedia

untuk seluruh area manajemen Risiko Investasi, sejalan dengan

penerapan, dan dipahami dengan baik oleh pegawai.

Proses manajemen Risiko Investasi memadai dalam mengidentifikasi,

mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko Investasi.

Proses penyediaan dana baik. Terdapat kelemahan minor pada satu atau

lebih aspek penyediaan dana tetapi dapat diperbaiki dengan mudah.

Sistem pemeringkatan Risiko Investasi (investment risk grading) baik,

diterapkan secara konsisten dan dipahami oleh pegawai. Fungsi kaji

ulang pembiayaan (financing review) independen. Terdapat kelemahan

minor yang tidak mengganggu proses secara keseluruhan.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Investasi baik termasuk

pelaporan Risiko Investasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Terdapat kelemahan minor tetapi dapat diperbaiki dengan mudah.

Sumber Daya Manusia (SDM) memadai baik dari sisi kuantitas maupun

kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Investasi.

Sistem pengendalian intern efektif dalam mendukung pelaksanaan

manajemen Risiko Investasi.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan

Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

memadai baik dari sisi metodologi, frekuensi, maupun pelaporan

kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Terdapat kelemahan tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil kaji ulang

independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

memadai.

Fair Kualitas penerapan manajemen Risiko Investasi cukup memadai.

Page 215: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

198

Peringkat Definisi Peringkat

(3) Meskipun persyaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan

yang membutuhkan perhatian manajemen.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) cukup memadai tetapi tidak selalu

sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara

keseluruhan.

Dewan Komisaris dan Direksi memiliki awareness dan pemahaman

yang cukup baik mengenai manajemen Risiko Investasi.

Budaya manajemen Risiko Investasi cukup kuat dan telah

diinternalisasikan dengan cukup baik tetapi belum selalu dilaksanakan

secara konsisten.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan cukup

memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada beberapa aspek penilaian

yang perlu mendapat perhatian manajemen.

Fungsi manajemen Risiko Investasi telah berjalan cukup baik, tetapi

terdapat beberapa kelemahan cukup signifikan yang perlu segera

diselesaikan oleh manajemen.

Delegasi kewenangan cukup baik, tetapi pengendalian dan pemantauan

tidak selalu dilaksanakan dengan baik.

Strategi pembiayaan cukup sejalan dengan tingkat Risiko yang akan

diambil dan toleransi Risiko Investasi.

Kebijakan, prosedur, dan limit Risiko Investasi cukup memadai tetapi

tidak selalu konsisten dengan penerapan dan/atau tidak dipahami

dengan baik oleh pegawai.

Proses manajemen Risiko Investasi cukup memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Investasi.

Proses penyediaan dana cukup baik. Terdapat kelemahan pada satu atau

lebih aspek penyediaan dana yang perlu mendapat perhatian

manajemen.

Sistem pemeringkatan Risiko Investasi (investment risk grading) dan

fungsi kaji ulang pembiayaan (financing review) cukup baik, tetapi

terdapat beberapa kelemahan yang perlu mendapat perhatian

manajemen.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko Investasi memenuhi

ekspektasi minimum tetapi terdapat beberapa kelemahan termasuk

pelaporan Risiko Investasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang

membutuhkan perhatian manajemen.

Sumber Daya Manusia (SDM) cukup memadai baik dari sisi kuantitas

maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Investasi.

Sistem pengendalian intern cukup efektif dalam mendukung

pelaksanaan manajemen Risiko Investasi.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan

Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

cukup memadai. Terdapat beberapa kelemahan pada metodologi,

Page 216: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

199

Peringkat Definisi Peringkat

frekuensi, dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi

yang membutuhkan perhatian manajemen.

Terdapat kelemahan yang cukup signifikan berdasarkan hasil kaji

ulang independen.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen telah dilaksanakan dengan

cukup memadai.

Marginal

(4)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Investasi kurang memadai.

Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko

Investasi yang membutuhkan tindakan korektif segera.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai tetapi dan tidak

sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara

keseluruhan.

Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan

Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Investasi.

Budaya manajemen Risiko Investasi kurang kuat dan belum

diinternalisasikan pada setiap tingkatan satuan kerja.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan kurang

memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa aspek penilaian yang

membutuhkan perbaikan segera.

Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Investasi yang

membutuhkan perbaikan segera.

Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau

dengan baik.

Strategi pembiayaan kurang sejalan dengan tingkat Risiko yang akan

diambil dan toleransi Risiko Investasi.

Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko

Investasi.

Proses manajemen Risiko Investasi kurang memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Investasi.

Proses penyediaan dana kurang baik. Terdapat kelemahan pada satu

atau lebih aspek penyediaan dana yang perlu perbaikan segera.

Sistem pemeringkatan Risiko Investasi (investment risk grading) dan

kaji ulang pembiayaan (financing review) kurang baik. Terdapat

beberapa kelemahan yang perlu perbaikan segera.

Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko

Investasi termasuk pelaporan Risiko kepada Dewan Komisaris dan

Direksi yang membutuhkan perbaikan segera.

Sumber Daya Manusia (SDM) kurang memadai dari segi kuantitas

maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Investasi.

Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung

pelaksanaan manajemen Risiko Investasi.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review ) oleh Satuan

Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

Page 217: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

200

Peringkat Definisi Peringkat

kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,

dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang

membutuhkan perbaikan segera.

Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil kaji ulang

independen yang membutuhkan perbaikan segera.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.

Unsatisfactory

(5)

Kualitas penerapan manajemen Risiko Investasi tidak memadai. Terdapat

kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko Investasi di

mana tindakan penyelesaiannya di luar kemampuan manajemen.

Contoh karakteristik Bank yang termasuk dalam peringkat ini antara lain

sebagai berikut:

Perumusan tingkat Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan

toleransi Risiko (risk tolerance) kurang memadai tetapi dan tidak

sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis bank secara

keseluruhan.

Kelemahan signifikan pada awareness dan pemahaman Dewan

Komisaris dan Direksi mengenai manajemen Risiko Investasi.

Budaya manajemen Risiko Investasi kurang kuat dan belum

diinternalisasikan pada setiap tingkatan satuan kerja.

Pelaksanaan tugas Komisaris dan Direksi secara keseluruhan kurang

memadai. Terdapat kelemahan pada beberapa aspek penilaian yang

membutuhkan perbaikan segera.

Kelemahan signifikan pada fungsi manajemen Risiko Investasi yang

membutuhkan perbaikan segera.

Delegasi kewenangan lemah dan tidak dikendalikan dan dipantau

dengan baik.

Strategi pembiayaan kurang sejalan dengan tingkat Risiko yang akan

diambil dan toleransi Risiko Investasi.

Kelemahan signifikan pada kebijakan, prosedur, dan limit Risiko

Investasi.

Proses manajemen Risiko Investasi kurang memadai dalam

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

Investasi.

Proses penyediaan dana kurang baik. Terdapat kelemahan pada satu

atau lebih aspek penyediaan dana yang perlu perbaikan segera.

Sistem pemeringkatan Risiko Investasi (investment risk grading) dan

fungsi kaji ulang pembiayaan (financing review) kurang baik. Terdapat

beberapa kelemahan yang perlu perbaikan segera.

Kelemahan signifikan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Risiko

Investasi termasuk pelaporan Risiko kepada Dewan Komisaris dan

Direksi yang membutuhkan perbaikan segera.

Sumber Daya Manusia (SDM) kurang memadai dari segi kuantitas

maupun kompetensi pada fungsi manajemen Risiko Investasi.

Sistem pengendalian intern kurang efektif dalam mendukung

pelaksanaan manajemen Risiko Investasi.

Pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan

Kerja Audit Internal dan fungsi yang melakukan kaji ulang independen

Page 218: PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33320...Sohri Badawi, serta Adik peneliti Farida Rakhmah Abdillah, Fathaq Malik dan M

201

Peringkat Definisi Peringkat

kurang memadai. Terdapat kelemahan pada metodologi, frekuensi,

dan/atau pelaporan kepada Dewan Komisaris dan Direksi yang

membutuhkan perbaikan segera.

Terdapat kelemahan yang signifikan berdasarkan hasil kaji ulang

independen yang membutuhkan perbaikan segera.

Tindak lanjut atas kaji ulang independen kurang memadai.