Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH SARANA, IKLIM SEKOLAH, DAN MOTIVASI TERHADAP PENINGKATAN MINAT BACA SISWA KELAS III SDN 82 PATTENE
KECAMATAN MARUSU KABUPATEN MAROS
THE INFLUENCE OF FACILITIES, SCHOOL CONDITION, AND MOTIVATION ON INCREASING STUDENTS’ READING INTEREST AT
THE THIRD GRADE OF SDN 82 PATTENE, MARUSU, MAROS REGENCY.
TESIS
Oleh :
AHMAD ALI AKBAR Nomor Induk Mahasiswa : 105060103316
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019
PENGARUH SARANA, IKLIM SEKOLAH, DAN MOTIVASI TERHADAP PENINGKATAN MINAT BACA SISWA KELAS III SDN 82 PATTENE
KECAMATAN MARUSU KABUPATEN MAROS
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Magister
Program Studi Magister Pendidikan Dasar
Disusun dan Diajukan oleh
AHMAD ALI AKBAR Nomor Induk Mahasiswa : 105060103316
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
i
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Ahmad ali akbar
NIM : 105060103316
Program Studi : Magister Pendidikan Dasar
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemuduan
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis
ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut
Makassar, November 2019
Ahmad ali akbar
iv
ABSTRAK Ahmad Ali Akbar, 2019 Pengaruh Sarana, Iklim Sekolah, dan Motivasi terhadap Peningkatan Minat Baca Siswa Kelas III SDN 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros. Magister Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, dibimbing oleh Dr. Syafruddin, M.Pd. dan Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian ex-post facto yang sifatnya korelasional. Penelitian ini dilakukan di SDN 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas III sebanyak 54 orang. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Simpel Random Sampling. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini dengan memberikan instrumen berupa angket. data yang dikumpulkan diolah dengan teknik analisis statistik deskriptif melalui analisis jalur.
Hasil menunjukkan hanya iklim sekolah yang memberi pengaruh peningkatan minat baca. tampak pada uji kelinieran regresi. Variabel iklim sekolah (X2) tHitung 2,816 > tTabel 2,008 disimpulkan H2 atau hipotesis kedua diterima. Artinya ada pengaruh iklim sekolah (X2) terhadap minat baca (Y), variabel sarana (X1) t Hitung 1,625 < tTabel 2,008 disimpulkan H1 atau hipotesis pertama ditolak. Artinya tidak ada pengaruh sarana (X1) terhadap minat baca (Y). Variabel motivasi (X3) t Hitung 0,418 < tTabel 2,008 disimpulkan H3 atau hipotesis ketiga ditolak. Artinya tidak ada pengaruh motivasi (X3) pada minat baca (Y). Kata Kunci: peningkatan minat baca, minat baca, membaca
v
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji dan syukur atas izin dan petunjuk Allah swt,
sehingga tesis dengan Judul: “Pengaruh Sarana, Iklim Sekolah, dan
Motivasi terhadap Peningkatan Minat Baca Siswa Kelas III SDN 82
Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros” dapat diselesaikan.
Pernyataan rasa syukur kepada Allah Swt, atas apa yang diberikan
kepada penulis dalam menyelesaikan karya ini yang tidak dapat
diucapkan dengan kata-kata dan dituliskan dengan kalimat apapun. Tak
lupa juga penulis panjatkan shalawat dan salam atas junjungan Nabiullah
Muhammad SAW, yang menjadi penerang kehidupan kita dengan
risalahnya.
Teristimewa dan terutama sekali penulis sampaikan ucapan terima
kasih yang tulus kepada Ayahanda H. Muchtar dan Ibunda Hj. Hamsina
atas segala pengorbanan dan doa restu yang telah diberikan demi
keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu sejak kecil sampai sekarang ini.
Semoga yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi kebaikan dan
cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Tak lupa pula penulis menghatarkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
Dr. Syafruddin, M.Pd. selaku pembimbing I dan Dr. Andi Sukri
vii
Syamsuri, M.Hum. selaku pembimbing II yang senantiasa memberikan
masukan dan arahan dalam penyempurnaan tesis ini, serta Dr. H. Darwis
Muhdina, M.Ag Direktur Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Makassar, Sulfasyah, S.Pd., M.A. ,Ph.D. Ketua Program
Studi Magister Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Bapak dan ibu dosen Magister Pendidikan Dasar pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Makassar. Buat Saudara-saudaraku yaitu
kakak tercinta Sri Wahyuni, S.Pd dan Adik tercinta Sitti Masyita, S.Keb,
Dewi Madina dan Jabal Nur serta seluruh keluarga besar yang telah
memberikan motivasi, dan teman-teman tercinta terkhusus kelas B
Angkatan 2016 Magister Pendidikan Dasar yang namanya tidak bisa
sebut satu persatu. Terkhusus untuk teman seperjuanganku dalam
menyusun proposal dan bimbingan sampai sekaran menyusun tesis
bersama-sama Satrianti, S.Pd yang selalu setia berjuang bersama-
bersama. Kak Umi yang telah membatu dalam pengolahan data penelitian
penulis, beserta seperjuangankuan semua teman-teman yang selalu
penulis kagumi, yang namanya tak mampu penulis tuliskan satu-persatu
atas segala dorongan, kerjasamanya dan kebersamaannya selama
menjalani perkuliahan.
Terimah kasih kepada saudara-saudara yang selalu membantu dan
kepada seluruh keluarga dan teman - teman tanpa terkecuali serta semua
pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu karena
viii
keterbatasan tempat, namun tidak mengurangi rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya atas segala jasa-jasa dan sumbangsi pemikiran yang
telah diberikan selama ini.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis terbuka
menerima saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi
penyempurnaan penulisan tesis ini. Mengiringi penghargaan dan ucapan
terima kasih tersebut penulis hanya mampu untuk bermohon dan penuh
harap kepada Allah swt, karena penulis menyadari “Di atas segalanya
ingatlah bahwa ada Tuhan menurunkan pertolongan kepada mereka yang
mau membantu sesamanya dan dirinya sendiri. Berbuatlah seakan
semuanya bergantung padamu, berdoalah seakan semuanya bergantung
pada Tuhan”. Hanya kepada Allah SWT sajalah penulis serahkan
segalanya, semoga penulisan tesis ini terhitung sebagai amal untuk
kepentingan umat manusia dalam dunia pendidikan. Amin !
Makassar, November 2019
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ..................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .......................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................. v
ABSTRACK .............................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 10
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoretis ........................................................................ 12
B. Kajian Penelitian yang Relevan ............................................... 49
C. Karangka Pikir ......................................................................... 53
D. Hipotesis ................................................................................. 55
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Desain dan Jenis Penelitian ..................................................... 56
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 57
C. Populasi dan Sampel ............................................................... 58
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 60
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ........ 62
F. Teknik Analisis Data................................................................. 64
G. Instrumen Penelitian ................................................................ 70
H. Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ....................................... 72
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
x
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 75
1. Pengaruh sarana (X1) terhadap minat baca (Y) ................. 75
2. Pengaruh iklim sekolah (X2) terhadap minat baca (Y) ....... 76
3. Pengaruh motivasi (X3) terhadap minat baca (Y) ............... 77
4. Pengaruh sarana, iklim sekolah, motivasi ........................... 77
5. Uji Asumsi Klasik ................................................................ 78
a. Uji Kelinieran Regresi ..................................................... 78
b. Uji Multikolinearitas ......................................................... 80
c. Uji Autokorelasi ............................................................... 81
d. Uji Heteroskedastisitas ................................................... 81
B. Pembahasan ............................................................................ 82
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................. 91
B. Saran ....................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. INSRUMEN PENELITIAN
2. IZIN PENELITIAN
3. OLAHAN DATA
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
3.1 Jumlah Populasi Penelitian ...................................................... 58
3.2 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 60
3.3 Skor Alternatif Jawaban ........................................................... 72
4.1 Pengaruh Sarana terhadap Minat Baca ........................................ 76
4.2 Pengaruh Iklim Sekolah terhadap Minat Baca................................ 76
4.3 Pengaruh Motivasi terhadap Minat Baca ....................................... 77
4.4 Pengaruh sarana, iklim sekolah, motivasi terhadap Minat Baca ....... 78
4.5 Uji Kelinieran Regresi ................................................................. 79
4.6 Uji Multikolinearitas ..................................................................... 80
4.7 Uji Autokorelasi .......................................................................... 81
4.8 Uji Heteroskedastisitas ................................................................ 81
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
2.1 Karangka Pikir Penelitian ......................................................... 54
3.1 Model Struktural Pengaruh Antarvariabel ................................. 57
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perintah pertama yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad adalah surah al Alaq dengan kata pertama iqra’ yang berarti
perintah untuk membaca yang berbunyi:
نسان من علق )1اقرأ باسم ربك الذي خلق ) ( علم 4( الذي علم بالقلم )3ك الكرم )( اقرأ ورب 2( خلق ال
نسان ما لم يعلم ) (5ال
Yang artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah
Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
qolam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (QS. Al „Alaq: 1-5). Departemen Agama RI.2007.
Iqra’ dalam surat ini, Nabi Muhammad diperintahkan untuk
membaca disertai adanya penjelasan tentang kekuasaan Allah terhadap
manusia dan penjelasan sifat-sifatnya. Di dalam Surat Al „Alaq ini juga
menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia dari benda yang hina
kemudian memuliakannya dengan mengajar membaca, menulis dan
memberinya pengetahuan. Tetapi manusia tidak ingat lagi akan asalnya,
karena itu dia tidak mensyukuri nikmat Allah itu, bahkan dia bertindak
melampaui batas karena melihat dirinya telah merasa serba cukup.
Dengan demikian maka awal surat ini menjadi ayat pertama yang turun
dalam Al-Qur‟an sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia.
2
Kemajuan teknologi saat ini semakin pesat namun membuat minat
membaca masyarakat semakin tertinggal, buku tidak pernah lagi menjadi
prioritas utama. Masyarakat cenderung lebih senang bermain HP,
menonton dan mengikuti siaran televisi ketimbang membaca. Tanpa
disadari minat baca masyarakat kini menurun yang menjadi persoalan
yang sering kita dengar dan menarik untuk diperbincangkan saat ini.
Membaca tampaknya masih belum menjadi suatu kebutuhan atau
bahkan membaca belum menjadikan suatu kebiasaan dalam
melangsungkan aktivitas komunikasi dalam artian mencari dan
memanfaatkan informasi untuk menunjang kehidupan masa depan yang
lebih baik. (Sulistyo : 2017).
Berdasarkan survei United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization (UNESCO) minat membaca di Indonesia masih
tergolong rendah ini dibuktikan Pada tahun 2011, indeks membaca
masyarakat Indonesia hanya 0,001 (dari seribu penduduk, hanya ada satu
orang yang masih memiliki minat baca tinggi). Kemudian pada tahun 2012
Indonesia berada di posisi 124 dari 187 Negara dunia dalam penilaian
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), khususnya terpenuhinya kebutuhan
dasar penduduk, termasuk kebutuhan pendidikan, kesehatan dan “melek
huruf”. Indonesia sebagai Negara berpenduduk 165,7 juta jiwa lebih,
hanya memiliki jumlah terbitan buku sebanyak 50 juta per tahun. Itu
artinya, rata-rata satu buku di Indonesia dibaca oleh lima orang. Pada
tahun 2013 sebuah lembaga Nirlaba yang bergerak di bidang pendidikan,
3
PISA, merilis hasil survey Indonesia berada diposisi 64 dari 65 negara, itu
artinya Indonesia menempati urutan kedua dari bawah. selanjutnya pada
tahun 2014 Indonesia hanya menerbitkan buku sekitar 24.000 judul buku
dengan rata-rata cetak 3.000 eksemplar perjudul, maka dalam setahun
Indonesia haya menghasilkan sekitar 72 juta buku. Jika dikomparasikan
dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta jiwa berarti
satu buku dibaca oleh 3-4 orang.
Hasil survei United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO) di atas, sebenarnya pemerintah sudah
mengambil kebijakan membuat regulasi yaitu dengan telah lahirnya UU
No.43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Adanya regulasi ini salah
satunya bermaksud memberikan layanan kepada masyarakat maupun
pemustaka untuk meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas
wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, agar
minat baca masyarakat dapat tumbuh dengan adanya perpustakaan.
Terkait rendahnya minat baca di Indonesia, maka perlu melakukan
pembinaan minat baca anak. Pembinaan minat baca pada anak
merupakan langkah awal sekaligus cara yang efektif menuju bangsa
berbudaya membaca. Masa anak-anak merupakan masa yang tepat untuk
menanamkan sebuah kebiasaan, kemudian kebiasaan ini akan terbawa
hingga anak tumbuh dewasa. Dengan kata lain, apabila seseorang
terbiasa membaca maka kebiasaan tersebut akan terbawa hingga
dewasa. (Bob Harjono : 2015).
4
Minat baca dipengaruhi oleh dua golongan yaitu golongan faktor
personal yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri dan golongan faktor
institusional yang berasal dari luar individu itu sendiri. Minat baca
merupakan kecenderungan kepemilikan keinginan atau ketertarikan yang
kuat dan disertai usaha-usaha pada diri seseorang terhadap kegiatan
membaca yang dilakukan secara terus-menerus dan diikuti dengan rasa
senang tanpa paksaan. Harris (dalam Indarwati, 2011:30)
Sarana merupakan semua perangkat kelengkapan dasar yang
secara tidak langsung menunjang pelaksanaan pelaksanaan proses
pendidikan di sekolah. Dalam peningkatan minat baca sarana yang
termasuk yaitu perpustakaan, buku bacaan yang memadai yang harus
diperhatikan oleh pihak sekolah agar dapat memfasilitasi siswa dalam
membaca. (Barliana : 2017). Betapapun minat baca tinggi akan tetapi
ketersediaan sarana bacaan yang masih kurang (terbatas) sehingga
kondisi demikian kurang mendukung siswa untuk membaca. Terutama
bagi anak-anak yang berada di pelosok pedesaan misalnya cenderung
sangat minim memanfaatkan bahan bacaan mengingat ketersediaan buku
atau literatur yang amat terbatas
Faktor-faktor pendorong dalam meningkatkan minat baca yaitu
Keadaan lingkungan sosial yang kondusif, maksudnya adanya
iklim yang selalu dimanfaatkan dalam waktu tertentu untuk
membaca. Ketika iklim sekolah menunjang kegiatan membaca maka akan
meberi dampak kebiasaan membaca kepada siswa. (Rahayu : 2016).
5
Dilihat di lapangan suasana budaya membaca masih belum epektif,
dimana telah dilakukan pembiasaan membaca 15 menit sebelum
pembelajaran dimulai namun belum berjalan dengan semestinya. suasana
sekolah mempengaruhi minat baca yang membuat siswa terbawa dalam
lingkungan sekolah, dimana apa yang dilihat maka apa yang akan
dilakukan yang menjadi kebiasaan dan membentuk budaya baca.
Motivasi dilakukan dengan tujuan agar dapat memberikan
dorongan atau semangat pada para siswa-siswi agar mereka dapat lebih
giat lagi dan lebih serius dalam belajar utamanaya dalam membaca
sehingga bias mendapatkan hasil yang lebih baik lagi yang nantinya akan
dapat menciptakan suatu prestasi yang baik pula serta dapat menjadikan
siswa-sisi sebagai sumber daya manusia yang berkualitas. (Hakim :
2015). Kecenderungan yang terjadi sekarang, justru lebih memanjakan
anak-anaknya untuk memilih gadget (smartphone), atau kendaraan
bermotor model baru maupun "barang bergengsi" lainnya. Kurangnya
dukungan orangtua/keluarga dan lingkungan itulah yang turut mendorong
tumbuhnya minat membaca. Minat baca timbul dari dalam di sesorang
biasanya dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor eksternal biasanya
datang dari orang-orang yang ada disekeliling siswa, salah satunya
Pemberian motivasi kepada siswa memberi semangat kepada siswa untuk
melakukan aktivitas membaca yang dapat meningkatkan minat baca.
Adapun upaya meningkatan minat baca pada usia anak sekolah
dasar dapat dimulai dengan mengenalkan dengan huruf, belajar mengeja
6
kata dan kemudian belajar memakai kata-kata tersebut dalam satu
kesatuan kalimat yang memiliki arti, pada saat inilah merupakan waktu
yang tepat untuk menanamkan kebiasaan membaca pada anak. Setelah
anak mampu membaca, anak perlu diberikan bahan bacaan yang menarik
sehingga mampu menggugah minat anak untuk membaca buku,
sebagaimana dalam ungkapan "Akan lebih mudah meluruskan batang
pohon ketika ia masih kecil dari pada meluruskannya setelah tumbuh
menjadi besar”.(Aviati dan Nurul, 2017)
Peningkatan minat baca Perlu di upayakan karena melalui
membaca mutu pendidikan dapat ditingkatkan sehingga pada gilirannya
dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan melalui budaya
baca pulalah pendidikan seumur hidup (long life education) dapat
diwujudkan. Karena dengan kebiasaan membaca seseorang dapat
mengembangkan dirinya sendiri secara terus-menerus sepanjang
hidupnya. Dalam era informasi sekarang ini, mustahil kemajuan dapat
dicapai oleh suatu bangsa, jika bangsa itu tidak memiliki budaya baca.
Siswa kelas III Sekolah Dasar pada jenjang ini menurut Piaget
dalam keadaan normal, telah mampu membaca dengan lancar. anak telah
mencapai jenjang operasi konkret. Sejalan dengan itu siswa kelas III pada
umumnya suka cerita yang penuh petualangan dan penuh misteri. Mereka
yang menyukai dongeng, cerita yang menakutkan seperti cerita hantu.
Dengan Disediakannya bahan bacaan yang sesuai, diharapkan anak akan
termotivasi untuk tumbuh minat bacanya. Secara perlahan-lahan, tahap
7
demi tahap secara terus-menerus sehingga terbiasa bergaul dengan
bahan bacaan dan akhirnya akan timbul kebiasaan sehingga minat baca
terus meningkat.
Hasil observasi awal yang dilakukan di sekolah yang akan diteliti,
terkait minat baca saat ini masih tergolong rendah dilihat dari pengamatan
dan informasi guru kelas dimana masih ada 9 murid dikelas III yang tidak
dapat membaca sama sekali. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern siswa antara lain
tidak adanya kemauan atau niat pada diri siswa dalam hal membaca
dilihat dari hasil observasi dan wawancara kepada siswa guru kelas III,
kemudian jumlah pengunjung perpustakaan di sekolah juga minim dari
tiga hari melakukan observasi di sekolah rata-rata hanya 8 siswa yang
masuk ke perpustakaan kebanyakan memilih untuk bermain.
Faktor ekstern siswa antara lain pengaruh pergaula, lingkungan,
sarana, pemberian motivasi dan masih banyak lagi. Kemudian kemajuan
teknologi yang sangat tinggi akan mempengaruhi gaya hidup dan
kebiasaan siswa SDN 82 Pattene‟. Pengaruh kemajuan teknologi terhadap
kebiasaan siswa yaitu siswa akan lebih banyak menghabiskan waktu
bermain dengan teknologi yang menjadi tren saat ini seperti hp, internet,
game portable, dll sehingga akan berpengaruh dalam peningkatan minat
baca siswa. Bila siswa dilema dengan kemajuan teknologi tersebut dan
tidak dapat mengendalikan emosinya terhadap kemajuan tersebut, maka
minat membacanya akan menurun.
8
Berdasarkan hasil penelitian Devi Diah Kurniawati, A tahun
2014/2015 dengan judul “Pengaruh Kelengkapan Fasilitas Perpustakaan
Terhadap Minat Baca Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 10 Tipes
Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015” menyatakan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara Kelengkapan fasilitas perpustakaan
terhadap Minat baca, yang ditunjukkan dengan uji hipotesis yang
diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan t hitung > t tabel (7,229>
2,052) sedangkan perolehan dari uji keberartian (0,000 < 0,05) dan f
hitung > f tabel dengan df (1, 27) α = 5%, maka (52,261 > 4,21 ). Dari
hasil uji determinasi sebesar 0,651 menunjukkan bahwa kelengkapan
fasilitas perpustakaan berpengaruh cukup besar yang ditunjukan dengan
hasil uji determinasi (R2) sebesar 0,651 artinya bahwa besarnya pengaruh
kelengkapan fasilitas perpustakaan terhadap minat baca adalah sebesar
65,1 %, sedangkan 34,9 % sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak diteliti.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, yaitu
terkait dengan fenomena yang tejadi di lapangan dan beberapa data
penelitian yang menunjukan rendahnya minat membaca, maka peneliti
terdorong untuk melakukan penelitian yang berjudul “pengaruh sarana,
iklim sekolah, dan motivasi terhadap peningkatan minat baca siswa kelas
III SDN 82 pattene”, dengan harapan agar upaya sekolah dalam
meningkatkan minat baca siswa dapat tersampaikan secara komprehensif
dan dapat dijadikan bahan refrensi bagi dunia pendidikan.
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh signifikan sarana di sekolah terhadap
peningkatkan minat baca siswa kelas III di SDN 82 Pattene?
2. Apakah ada pengaruh signifikan iklim sekolah terhadap peningkatkan
minat baca siswa kelas III di SDN 82 Pattene?
3. Apakah ada pengaruh signifikan pemberian motivasi terhadap
peningkatkan minat baca siswa kelas III di SDN 82 Pattene?
4. Apakah ada pengaruh signifikan dari sarana, iklim sekolah dan
motivasi terhadap peningkatkan minat baca siswa kelas III di SDN 82
Pattene?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh signifikan sarana di sekolah
terhadap peningkatkan minat baca siswa kelas III di SDN 82 Pattene.
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh signifikan iklim sekolah
terhadap peningkatkan minat baca siswa kelas III di SDN 82 Pattene.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh signifikan pemberian
motivasi terhadap peningkatkan minat baca siswa kelas III di SDN 82
Pattene.
10
4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh signifikan sarana, iklim
sekolah, dan motivasi terhadap peningkatkan minat baca siswa kelas
III di SDN 82 Pattene.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, manfaat yang akan diperoleh yaitu:
1. Manfaat Teoretis
a. Bagi lembaga pendidikan sekolah, hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan informasi dalam bidang pendidikan,
khususnya dalam bidang peningkatan minat baca pada siswa
sekolah dasar.
b. Sebagai bahan kajian dan informasi bagi penelitian dimasa yang
akan datang, yang berkaitan dengan peningkatan minat baca pada
siswa sekolah dasar.
2. Aspek praktis
Sebagai sarana bagi penulis untuk memberikan sumbangan pemikiran
bagi para pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini antar lain:
a. Siswa: memberi masukan kepada siswa agar dapat memanfaatkan
sarana yang ada di sekolah secara optimal dan lebih mandiri,
sehingga minat baca siswa dapat meningkat.
b. Guru dan Sekolah: memberikan masukan positif kepada guru dan
sekolah untuk mengatasi permasalahan dengan memahami faktor-
faktor apa saja yang dapat mempengaruhi minat baca siswa
11
sehingga dapat meningkatkan minat membaca di sekolah dasar.
c. Pembaca: hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan
sebagai masukan bagi pembaca, utamanya orang tua agar lebih
memberikan perhatian dan motivasi kepada siswa dalam
meningkatkan minat baca siswa.
d. Peneliti: Memperoleh hasil dan penemuan dari kegiatan penelitian,
menambah ilmu pengetahuan baru, sebagai motivasi peneliti yang
lain.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoretis
1. Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 24
Tahun 2007 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) merupakan
kriteria minimal tentang berbagai aspek yang relevan dalam pelaksanaan
sistem pendidikan nasional dan harus dipenuhi oleh penyelenggara
dan/atau satuan pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam
rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar Nasional
Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat. Standar Nasional Pendidikan disempurnakan
secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan
perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi
perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber
belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang
meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang
13
pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium,
ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan
jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat
berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Peraturan menteri pendidikan nasional republik Indonesia No 24
tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/
Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/
Madrasah Aliyah (SMA/MA). Sebuah SD/MI sekurang-kurangnya memiliki
prasarana sebagai berikut:
1. ruang kelas,
2. ruang perpustakaan,
3. laboratorium IPA,
4. ruang pimpinan,
5. ruang guru,
6. tempat beribadah,
7. ruang UKS,
8. jamban,
9. gudang,
10. ruang sirkulasi,
11. tempat bermain/berolahraga.
14
Ketentuan mengenai prasarana tersebut beserta sarana yang ada
di dalamnya diatur dalam standar sebagai berikut:
1. Ruang Kelas
a. Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori,
praktek yang tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek
dengan alat khusus yang mudah dihadirkan.
b. Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan
belajar.
c. Kapasitas maksimum ruang kelas adalah 28 peserta didik.
d. Rasio minimum luas ruang kelas adalah 2 m2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas
minimum ruang kelas adalah 30 m2. Lebar minimum ruang kelas
adalah 5 m.
e. Ruang kelas memiliki jendela yang memungkinkan pencahayaan
yang memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan
pandangan ke luar ruangan.
f. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan
guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat
dikunci dengan baik saat tidak digunakan.
g. Ruang kelas dilengkapi sarana
2. Ruang Perpustakaan
a. Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta
didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan
15
pustaka dengan membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus
tempat petugas mengelola perpustakaan.
b. Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang
kelas. Lebar minimum ruang perpustakaan adalah 5 m.
c. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi
pencahayaan yang memadai untuk membaca buku.
d. Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah/madrasah yang
mudah dicapai.
e. Ruang perpustakaan dilengkapi sarana.
1.1 Standar Sarana Prasarana
Menurut Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 ayat 8 yang
berbunyi Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan kriterian minimal tentang ruangan
belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan,
laboraturium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi, dan
berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlikan untuk menunjang
proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan
kominukasi.
E. Mulyasa (2006:43) mengatakan standar sarana dan prasarana
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria
minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah,
perpustakaan, laboraturium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat
berekreasi, tempat berkreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan
16
untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi
informasi dan telekominikasi.
Dapat disimpulkan dari pendapat diatas bahwa standar sarana dan
prasarana adalah ketentuan sarana yang telah ditetapkan oleh pemerintah
yang dapat menunjan operasiaonal proses belajar mengajar yang
digunakan di sekolah sehingga tujuan pembelajaran dapat tercai.
Standar sarana prasarana dikembangkan oleh BNSP dan
ditetapkan dengan peraturan menteri, (dalam Mulyasa, 2006:43) yang
dalam garis besarnya adalah sebagai berikut:
a. Setiap satuan dan pendidikanwajib memiliki sarana prasarana
yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan,
buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai serta
perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
b. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi
lahan, ruang kelas, ruang pimpinan, satuan pendidikan, ruang
pendidikan, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboraturium, ruang bengkel kerja, ruang unik produksi, ruang
kantin, ruang instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga,
tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi dan ruang
tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
17
c. Standar jenis peralatan laboraturium, ilmu pengetahuan alam
(IPA), laboraturium bahasa, laboraturium komputer, dan
peralatan pembelajaran lain pada satuan pendidikan dinyatakan
dalam daftar yang berisi jenis minimalperalatan yang harus
disediakan.
d. Standar jumlah peralatan di atas, dinyatakan dalam rasio
minimal jumlah peralatan peserta didik.
e. Standar buku perpustakaan dinyatakan dalam jumlah judul dan
jenis buku diperpustakaan satuan pendidikan.
f. Standar buku teks pelajaran di perpustakaan dinyatakan di
dalam rasio jumlah buku teks pelajaran untuk masing-masing
mata pelajaran di perpustakaan suatu pendidikan untuk setiap
peserta didik.
g. Kelayakan isi, bahasa, penyajian dan kegrafikan, buku teks
pelajaran dinilai oleh BNSP dan ditetapkan dengan peraturan
menteri.
h. Standar sumber belajar lainnya untuk setiap dinyatakan dalam
rasio jumlah sumber belajar terhadap peserta didik sesuai
dengan jenis sumber belajar dan karakteristik satuan pendidikan.
i. Standar rasio ruang ruang kelas dan luas bangunan para peserta
didik dirumuskan oleh BNSP dan ditetapkan dengan peraturan
menteri.
18
j. Standak kualitas bangunan minimal pada satuan pendidikan
dasar dan menengah adalah kelas B, sedangkan pada satuan
pendidikan tinggi adalah kelas A.
k. Pada daerah rawan gempa bumi atau tanah labil, bangunan
satuan pendidikan harus memenuhi kebutuhan standar
bangunan tanah gembap.
l. Standar kualitas bangunan satuan pendidikan mengacu pada
ketetapan menteri yang menangani urusan pemerintahan di
bidang pekerjaan umum.
m. Pemeliharaan saran prasarana pendidikan menjadi tanggung
jawab satuan pendidikan yang bersangkutan, serta dilakukan
secara berkala dan berksinambungan dengan memperhatikan
masa pakai yang ditetapkan dengan peraturan menteri.
1.2 Pengertian Sarana Prasarana Pendidikan
Proses belajar mengajar atau kegiatan belajar mengajar akan
semakin sukses bila ditunjang dengan sarana dan prasarana atau yang
sering kita dengar dengan fasilitas pendidikan yang memadai. Sehingga
pemerintah selalu berupaya untuk secara terus menerus melengkapi
sarana dan prasarana pendidikan bagi seluruh jenjang dan tingkat
pendidikan.
Pengertian sarana Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
“Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud atau tujuan. Sarana lebih ditujukan untuk benda-benda
19
yang bergerak seperti komputer dan mesin-mesin “Pengertian Sarana
Menurut Ketentuan Umum Permendiknas (Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional) No. 24 tahun 2007. Sarana adalah perlengkapan pembelajaran
yang dapat dipindah-pindah. Sarana pendidikan antara lain gedung, ruang
kelas, meja, kursi serta alat-alat media pembelajaran.
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara
langsung dipergunakan dalam menunjang proses pendidikan. Prasarana
pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang
jalannya proses pendidikan memurut Suharno dalam Indrawan (2015:23).
Sarana dan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang digunakan untuk
pelaksanaan kegiatan pendidikan dan kegiatan penunjangnya. Sarana
dan prasarana tidak bisa diabaikan dalam proses pendidikan . sebab,
tanpa adanya sarana dan prasarana, maka pelaksanaan pendidikan tidak
akan berjalan dengan baik.
Menurut Irjus Indrawan (2015:11). Sarana pendidikan adalah
semua fasilitas (peralatan, perlengkapan, bahan, dan perabotan) yang
secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar, baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapain tujuan
pendidikan dan berjalan dengan lancar, teratur, efektif, dan efesien,
seperti : gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat media
pengajaran, perpustakaan, kantor sekolah, ruang osis, tempat parkir,
ruang laboraturium.
20
Menurut Mulyasa (dalam indrawan, 2015:49) sarana pendidikan
adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan
dan menunjang proses pendidikan-khususnya proses belajar mengajar,
seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media
pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah
fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, tanaman sekolah,
jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk
proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi,
halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olah raga, komponen
tersebut merupakan sarana pendidikan.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses
pembelajaran secara langsung maupun tidak langsung baik yang dapat
bergerak maupun yang tidak bergerak untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Jadi, sarana pendidikan adalah segala macam peralatan
yang digunakan guru untuk memudahkan proses belajar mengajar
sehingga apa yang ingin disampaikan dapat tersampaikan. Jika dilihat dari
sudut murid, sarana pendidikan adalah segala macam peralatan yang
digunakan murid untuk memudahkan mempelajari mata pelajaran.
1.3 Tujuan Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Tujuan dari pengelolaan sarana dan prasarana ini adalah untuk
memberikan layanan secara profesional berkaitan dengan sarana dan
21
prasarana pendidikan agar proses pembelajaran bisa berlangsung secara
efektif dan efesien, (Irjus Indrawan, 2015:13).
Pada dasarnya sarana dan prasarana pendidikan memiliki tujuan
sebagai berikut:
a. Menciptakan sekolah atau madrasa yang bersih, rapi, indah,
sehingga menyenangkan bagi warga sekolah atau madrasa.
b. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, baik secara
kualitas maupun kuantitas dan relevan dengan kepentingan dan
kebutuhan pendidikan.
Berkaitan dengan tujuan ini, Bafadal dalam Irjus Indrawan
(2015:13) menjelaskan secara rinci tentang tujuan sarana dan prasarana
pendidikan sebagai berikut:
a. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana sekolah
melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan
seksama, sehingga sekolah memiliki sarana dan prasarana
sesuai dengan kebutuhannya.
b. Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah
secara tepat dan efesien.
c. Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan, sehingga keadaannya selalu dalam kondisi siap
pakai dalam setiap diperlukan oleh semua personil sekolah.
22
Menurut Mukhtar dalam Irjus Indrawan (2015:44) Secara garis besar,
sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dapat di klasifikasi sebagai
berikut:
a. lahan, yaitu sebidang tanah yang digunakan untuk mendirikan
bangunan sekolah.
b. Ruangan, yaitu tempat yang digunakan untuk melaksanakan
kegiatan pembelajaran, kegiatan penunjang, dan kegiatan
administrasi.
c. Perabot, yaitu seperangkat bangku, meja, lemari, dan sejenisnya
yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran,
kegiatan penunjang, dan kegiatan administrasi.
d. Alat, yaitu sesuatu yang digunakan untuk membuat atau
melaksanakan hal-hal tertentu bagi terselenggaranya suatu
kegiatan pembelajaran, kegiatan penunjang, dan kegiatan
administrasi.
e. Bahan praktik, yaitu semua jenis bahan alami dan buatan yang
digunakan untuk praktik.
f. Bahan ajar, yaitu sumber bacaan yang berisi tentang ilmu
pengetahuan untuk menunjang kegiatan pembelajaran pada
program normatif, adaptif, dan produktif, yang mencakup dan
modul yang terdiri atas buku pegangan, buku pelengkap, buku
sumber dan buku bacaan.
g. Sarana olahraga, baik diluar maupun diluar ruangan.
23
1.4 Jenis-jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan
Fasilitas atau benda-benda pendidikan dapat ditinjau dari fungsi,
jenis atau sifatnya, Irjus Indrawan (2015:20) yaitu:
a. Ditinjau dari fungsinya terhadap PBM, prasarana pendidikan
berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat
menentukan). Sedangkan sarana pendidikan berfungsi langsung
(kehadirannya sangat menentukan) terhadap PBM.
b. Ditinjau dari jenisnya, fasilitas pendidikan dapat dibedakan
menjadi fasilitas fisik dan fasilitas nonfisik.
c. Ditinjau dari sifat barangnya, benda-be
d. nda pendidikan dapat dibedakan menjadi barang bergerak dan
barang tidak bergerak, yang kesemuanya dapat mendukung
pelaksanaan tugas.
1.5 Macam-macam Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan
Adapun macam-macam Sarana dan Prasarana yang di perlukan di
sekolah demi kelancaran dan keberhasilan kegiatan proses pendidikan
sekolahmenurut Irjus Indrawan (2015:21) adalah :
a. Ruang kelas: tempat siswa dan guru melaksanakan proses
kegiatan belajar mengajar.
b. Ruang perpustakaan: tempat koleksi berbagai jenis bacaan bagi
siswa dan dari sinilah siswa dapat menambah pengetahuan.
c. Ruang laboratorium (tempat praktik) : tempat siswa
mengembangkan pengetahuan sikap dan keterampilan serta
24
tempat meneliti dengan menggunakan media yang ada untuk
memecahkan suatu masalah atau konsep pengetahuan .
d. Ruang keterampilan adalah tempat siswa melaksanakan latihan
mengenai keterampilan tertentu.
e. Ruang kesenian: adalah tempat berlangsungnya kegiatan-
kegiatan seni
f. Fasilitas olah raga: tempat berlangsungnya latihan-latihan
olahraga.
2. Iklim Sekolah
2.1 Pengertian Iklim Sekolah
Istilah “iklim” (climate) dalam konteks organisasi dimaksudkan
pengaruh keseluruhan sistem dari kelompok manusia atau organisasi,
mencakup perasaan dan sikap sebagai suatu sistem, sub sistem, super
ordinat sistem atau sistem pribadi, tugas-tugas, prosedur atau konsep-
konsep. Lebih jauh dijelaskannya bahwa iklim bermuara kepada
hubungan dalam suatu situasi sebagaimana pengaruh pengalaman
oleh orang-orang dalam situasi tertentu berinterasksi dengan orang
lain. Dengan norma perilaku yang dilaksanakan dalam suatu organisasi,
maka iklim yang baik diharapkan dapat tercipta untuk mempercepat
pencapaian tujuan organisasi. Clarence (dalam Kompri, 2014:297)
Secara konseptual, iklim lingkungan atau suasana disekolah
didefinisikan sebagai seperangkat atribut yang memberi warna atau
karakter, spirit, etos, suasana batin, setiap sekolah. Secara
25
operasional, sebagaimana halnya pengertian iklim pada cuaca, iklim
lingkungan di sekolah dapat dilihat dari faktor seperti kurikulum, sarana,
dan kepemimpinan kepala sekolah, dan lingkungan pembelajaran di
kelas. (Daryanto, 2015:9)
Iklim menurut Litwin dan Stringer dalam penelitian (Muniroh :
2012). adalah Pertama iklim sekolah didefinisikan sebagai kepribadian
suatu sekolah yang membedakan dengan sekolah lainnya. Kedua iklim
sekolah didefinisikan sebagai suasana di tempat kerja, mencakup
berbagai norma yang kompleks, nilai, harapan, kebijakan, dan prosedur
yang mempengaruhi pola perilaku individu dan kelompok. Ketiga iklim
sekolah didefinisikan sebagai persepsi individu terhadap kegiatan, praktik,
dan prosedur serta persepsi tentang perilaku yang dihargai, didukung dan
diharapkan dalam suatu organisasi.
Beberapa pengertian lain mengenai iklim sekolah yang hampir
memiliki makna serupa dikemukakan berikut ini. Hoy dan Miskel (dalam
Daryanto, 2015:9) merumuskan pengertian iklim sekolah sebagai
persepsi guru terhadap lingkungan kerja umum sekolah. De Roche
(dalam Daryanto, 2015:10) mengemukakan iklim sebagai hubungan
antar personil, sosial dan faktor-faktor kultural yang mempengaruhi
perilaku individu dan kelompok dalam lingkungan sekolah.
Iklim sekolah merupakan serangkaian sifat lingkungan sekolah
yang dinilai langsung ataupun tidak langsung oleh individu, yang dianggap
menjadi kekuatan utama dalam mempengaruhi perilaku individu. Dapat
26
dikatakan pula bahwa iklim sekolah merupakan gambaran kolektif yang
bersifat umum terhadap suasana sekolah yang membentuk harapan dan
perasaan seluruh individu sehingga kinerja sekolah meningkat. Gibson
(dalam Kompri, 2014:298)
Dari pendapat yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan
bahwa iklim sekolah adalah lingkungan yang ada disekolah yang
memberi warna terhadap orang-orang yang ada di lingkungan tersebut
yang dapat menjadi budaya. Dimana iklim sekolah yang diharapkan
adalah iklim sekolah yang dapat memberikas suasana tentram,
hubungan yang sangat bersahabat, yang terbebas dari kemungkinan
kebisingan, keramaian maupun kejahatan.
Iklim sekolah sekolah sebagai sesuatu yang dipengaruhi oleh
setiap anak yang memiliki kekuatan pengaruh atas formulasi konsep
atas dirinya, kemampuan untuk bekerja efektif, dan kapasitasnya untuk
membangun hubungan yang memuaskan secara timbal balik dengan
orang lain. Iklim sekolah positif ini adalah iklim sekolah yang terbebas
dari kemungkinan kebisingan, keramaian maupun kejahatan. Semua
senantiasa dalam keadaan yang tentram, hubungan yang sangat
bersahabat tampak menonjol diantara penghuninya, mulai dari kepala
sekolah, guru, siswa, maupun para pegawai administrasi. Keadaan
semacam ini, menyebabkan siswa merasa aman, tentram, bebas dari
segala tekanan, ancaman yang biasa merugikan kegiatan belajarnya.
Syafaruddin (dalam Kompri, 2014:298).
27
Ditegaskan bahwa jika murid merasakan suasana sekolah yang
kodusif, maka diharapkan murid akan mencapai prestasi akademik
yang memuaskan khususnya dalam meningkatkan minat baca.
Kekondusifan iklim sekolah mempengaruhui sikap dan tindakan seluru
komunitas sekolah tersebut, khususnya pada pencapaian prestasi
akademik murid. Purkey dan Smith (dalam Daryanto, 2015:25)
Pembentukan suasana pembelajaran yang kondusif perlu
diciptakan dalam seluru lingkungan sekolah termasuk didalamnya
lingkungan kelas. Secara eksplisit faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan proses pembelajaran didalam kelas antara lain adalah
kompetensi guru, metode pembelajaran yang dipakai, kurikulum,
sarana dan prasarana, serta lingkungan pembelajaran baik lingkungan
alam, psikososial, dan budaya. (Depdikbud, 2008). Dapat diartikan
disini bahwa lingkungan sosial pembelajaran di kelas 5maupun di
sekolah (kantor guru dan staf tata usaha) mempunyai pengaruh baik
langsung maupun tidak langsung terhadap proses kegiatan
pembelajaran.
2.2 Tujuan Iklim Sekolah
Iklim sekolah memiliki tujuan kategori yang memiliki dimensi
sosial psikologis yang menentukan apakah ia akan menjadi pendorong
atau penghalang dalam kegiatan belajar mengajar, ketuju kategori iklim
sekolah yang serat dengan dimensi sosial psikologis tersebut adalah:
a. kecocokan, yaitu perasaan dimana para anggota merasakan
28
bahwa aturan-aturan, prosedur-prosedur, kebijakan-kebijakan,
dan aktifitas-aktivitas yang dirancang sekolah cocok bagi
mereka dan memungkinkan mereka untuk melaksanakan
tugas atau kerja mereka dengan baik.kecocokan dalam hal ini
dapat diukur dari seberapa tinggi tingkat kecocokan anggota
terhadap berbagai karakteristik(aturan, prosedur atau
kebijakan) organisasi.
b. Tanggung jawab, yaitu keadaan ketika tiap anggota organisasi
diberikan tanggung jawab individual untuk turut mencapai
sebagian tujuan organisasi. Tanggung jawab ini
memungkinkan tiap anggota untuk membuat keputusan dan
memecahkan masalah, tanpa harus berkonsultasi dengan
atasan tentang langkah yang harus mereka lakukan. Tentu
saja keputusan tersebut terbatas pada wewenang masing-
masing tanggung jawab dapat diukur dari seberapa tinggi
tingkat pembagian tanggung jawab masing-masing anggota
dalam organisasi.
c. Standar-standar, yaitu tekanan organisasi pada berbagai
kualitas kinerja dan produk yang menonjol, termasuk
penyusunan tingkat tujuan, prioritas, bentuk komunikasi dan
tingkat komitmen anggota. Standar-standar diukur dari
seberapa ketat standar-standar dan kualitas kerja serta produk
diterapkan dalam organisasi.
29
d. Ganjaran, yaitu keadaan dimana anggota merasa diakui dan
ganjaran ketika melakukan pekerjaan dengan baik dan tidak
diabaikan, dikritik atau dihakimi ketika melakukan kesalahan
tingkat ganjaran ini dapat diukur dari seberapa tinggi tingkat
penghargaan organisasi terhadap anggota organisasi baik
ketika melakukan tugas secara baik atau ketika melakukan
kesalahan.
e. Kejelasan organisasi, yaitu keadaan dimana tujuan dan segala
hal dalam organisasi terorganisasi dan terdefenisi dengan
baik, hingga tidak membingungkan dan meragukan. Kejelasan
organisasi dapat diukur dari seberapa tingkat kejelasan tujuan,
dan kejelasan pengorganisasian organisasi.
f. Kehangatan dan dorongan, yaitu keadaan organisasi yang
penuh persahabatan, saling percaya dan saling mendukung
satu sama lain. Tingkat kehangatan dan dorongan menjadi
karakteristik dalam organisasi.
g. Kepemimpinan, yaitu keinginan dan kesediaan anggota
organisasi untuk menerima kepemimpinan dan perintah dari
orang lain yang lebih qualified.dalam kepemimpinan yang baik
para anggota organisasi akan merasa bebas di bawah aturan
kepemimpinan dan mendapatkan ganjaran yang baik bagi
kepemimpinanya masing-masing. Mukhtar dan Iskandar
(dalam Kompri, 2014:299-301).
30
2.3 Manfaat Pengembangan Iklim Sekolah
Manfaat yang diperoleh dengan pengembangan iklim sekolah
(Daryanto, 2015:13) :
a. Menjamin kualitas kerja yang lebih baik.
b. Membuka seluruh jaringan komunikasi dari segala jenis dan
level baik komunikasi vertikal maupun horisontal.
c. Lebih terbuka dan transparan.
d. Menciptakan kebersamaan dan rasa sling memiliki yang tinggi.
e. Meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan.
f. Jika menemukan kesalahan akan segera dapat diperbaiki.
g. Dapat beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan
IPTEK.
Manfaat ini bukan hanya dirasakan dalam lingkungan sekolah
tetapi dimana saja karena dibentuk oleh norma pribadi dan bukan oleh
aturan yang kaku dengan berbagai hukuman jika terjadi pelanggaran
yang dilakukan.
Selain beberapa manfaat di atas, manfaat lain bagi individu
(pribadi) dan kelompok adalah:
a. Meningkatkan kepuasan kerja
b. Pergaulan lebih akrab
c. Disiplin meningkat
d. Pengawasan fungsional bisa lebih ringan
e. Muncul keinginan untuk selalu ingin berbuat produktif
31
f. Belajar dan berprestasi terus, serta
g. Selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah, keluarga,
orang lain dan diri sendiri.
2.4 Indikator Pengembangan Iklim Sekolah
Menurut Daryanto (2015:25) ada beberapa indikator dalam
pengembangan iklim sekolah diantaranya sebagai berikut:
a. Penataan Lingkungan Fisik Sekolah
(1) perawatan fasilitas fisik sekolah
Salah satu ciri sekolah efektif adalah terciptanya budaya
dan iklim sekolah yang menyenangkan sehingga siswa
merasa aman, nyaman, dan tertib di dalam belajarnya. Hal
ini ditandai dengan fasilitas-fasilitas fisik sekolah terawat
dengan baik. Penampilan fisik sekolah selalu bersih, rapi,
indah dan nyaman.
(2) penataan ruang kelas
penataan ruang kelas ditunjukkan untuk memperoleh
kondisi kelas yang menyenagkan sehingga tercipta
suasana yang mendorong siswa lebih tenang belajar.
Penggunaan musik instrumen yang lembut dapat lebih
menciptakan suasana menyenangkan dan memberi efek
penentraman emosi, baik pada siswa belajar dikelas
maupun pada saat mereka melakukan berbagai aktivitas
lainnya di luat kelas.
32
(3) penggunaan sistem kelas berpindah(moving class)
Moving-class adalah sistem pengelolaan aktivitas
pembelajaran dimana kelas-kelas tertentu ditata khusus
menjadi sentra pembelajaran bidang studi/mata mata
pelajaran tertentu.
(4) Penggunaan poster afirmasi
Poster-poster afirmasi, yaitu poster yang berisi pesan-
pesan positif digunakan dan dipajang di berbagai tempat
strategis yang mudah dan dapat selalu dilihat oleh siswa.
Poster afirmasi ini dapat digunakan untuk
mensosialisasikan dan menanamkan pesan-pesan spritual
kepada siswa dan warga sekolah.
b. Penataan Lingkungan Sosial Sekolah
(1) penciptaan keamanan di lingkungan sekolah
Sekolah yang efektif perlu memperhatatikan keamanan
sekitar. Sekolah terbebas dari gangguan keamanan baik
dari dalam maupun dari luar sekolah. Untuk menjamin
keamanan sekolah maka harus didukung adanya tata tertib
sekolah dapat terlaksana dengan baik, apabila didukung
oleh seluruh penyelanggara sekolah. Karena itu kepala
sekolah, guru, dan staf harus menjadi model dan teladan
untuk penegakan tata tertib dan disiplin.
(2) penciptaan relasi kekeluargaan dan kebersamaan
33
Sekolah menciptakan suasana kekeluargaan dan
kebersamaan antara kepala sekolah, guru, karyawan,
siswa, dan orangtua, sehingga satu sama lain saling
berbagi dan memberi bantuan.
c. Penataan Personil Sekolah
(1) pemberian ganjaran positif bagi karya terbaik siswa
karya-karya cemerlang siswa dipajang di kelas atau ruang
kepala sekolah dan diberi ganjaran positif. Ganjaran
hendaknya diberi segera mungkin dan diarahkan untuk
memberi rasa kebanggaan dan untuk mempertahankan
motivasi siswa yang diberi ganjaran serta menstimulasi
siswa lainnya untuk menghasilkan prestasi yang sama.
(2) pengembangan rasa memiliki terhadap sekolah
sekolah menciptakan rasa memiliki sehingga guru, staf
administrasi dan siswa menunjukkan rasa bangga
terhadap sekolahnya. Setiap warga sekolah merasa
bertanggung jawab untuk menjaga kondisivitas lingkungan
sekolah. Ini, bisa dicapai antara lain memberi tanggung
jawab pengelolaan dan perawatan wilayah tertentu
kepada kelompok kelas atau ruang tertentu.
(3) pemberian jaminan atas kesejahteraan siswa
kesejahteraan siswa merupakan masalah penting yang
digunakan dalam pembuatan keputusan tentang mereka.
34
Setiap keputusan yang dibuat di sekolah hendaknya
memperhatikan kebutuhan, kepentingan, dan kondisi
khusu siswa.
(4) Akseptabilitas guru terhadap metode pembelajaran
terbaru guru bersedia mengubah metode-metode
mengajar, bila metode yang lebih baik diperkenalkan
kepadanya. Berbagai metode dan strategi pembelajaran
yang efektif telah ditawarkan dan disosisalisasikan melalui
berbagai media, seperti buku, internet, dan pelatihan.
d. Penataan Lingkungan Kerja Sekolah
(1) Pengaturan jadwal acara dan aktivitas sekolah
Semua aktivitas di sekolah harus dijadwalkan secara baik,
agar kegiatan proses belajar-mengajar tidak terganggu.
Sehubungan dengan itu, maka seluruh kegiatan non-
teaching yang bersifat regular dan yang bersifat insidental
perlu diidentifikasi. Aktivitas bersifat regular dan dilakukan
setiap semester/tahun di sekolah misalnya: acara
perpisaahan sekolah, kegiatan OSIS, porseni, peringatan
hari-hari besar, PMR, sebaiknya dijadwal proses belajar-
mengajar dan implementasi kurikulum tidak terganggu.
35
3. Motivasi
3.1 Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif, kata motif diartikan sebagai upaya
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat
dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk
melakuakan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Berawal dari kata motif itu maka motivasi dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang telah menjadi aktif. Sardiman (2007 : 26). mengenai
motivasi juga dikemukakan oleh Martinis (2007 : 219) juga berpendapat
bahwa motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri
seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah
ketrampilan, pengalaman.
Oemar Hamalik (2004 : 173) menjelaskan motivasi dapat berupa
dorongan-dorongan dasar atau internal dan intensif diluar individu atau
hadiah. Motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan, dan
mengontrol minat-minat. Pendapat lain mengenai motivasi juga
dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2002 : 80) yang mengatakan
bahwa motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan
dan pengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.
Berdasarkan pengertian mengenai motivasi di atas dapat
disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yang dimiliki
seseorang untuk melakukan sesuatu, dan juga sebagai pemberi arah
dalam tingkah lakunya, salah satunya dorongan seseorang untuk belajar.
36
3.2 Macam-Macam Motivasi
Megenai macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang. Dengan demikian motivasi atau motif-motif yang aktif itu
sangat bervariasi. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya dapat
dibedakan menjadi:
a. Motif bawaan yaitu motif yang di bawah sejak lahir, jadi motivasi itu
ada tanpa dipelajari. Contoh dorongan untuk makan dan minum. Motif-
motif ini seringkali disebut yang disyaratkan secara biologis.
b. Motif-motif yang dipelajari yaitu motif-motif yang timbul karena
dipelajari. Contohnya: dorogan belajar untuk suatu cabang ilmu
pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu untuk masyarakat.
Motif ini sering kali disebut motif motif yang disyaratkan secara sosial.
Sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama
manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk.
Kemudian motivasi belajar siswa dibedakan lagi menjadi dua
golongan yaitu:
a. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti
halnya seseorang suka membaca dan lain-lain . Dimyati (2002).
b. Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan
sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik
sering dipengaruhi oleh intensif eksternal seperti imbalan atau
37
hukuman. Misalnya, murid mungkin belajar keras menghadapi ujian
untuk mendapatkan nilai yang baik. Santrock (2007).
3.3 Ciri-ciri Motivasi
Orang termotivasi dapat dilihat dari ciri-ciri yang ada pada diri orang
tersebut. Ciri-ciri orang termotivasi anatara lain tidak mudah putus asa
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, selalu merasa ingin membuat
prestasinya semakin meningkat. menurut Sardiman (2007 : 83) motivasi
pada diri seseorang itu memiliki ciri-ciri:
a. Tekun menghadapi tugas
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Tidak cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin
f. Dapat mempertahankan pendapatnya
g. Tidak cepat menyerah terhadap hal yang diyakini
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Nana Sudjana (2002: 61) berpendapat motivasi siswa dapat dilihat
dari beberapa hal, antara lain :
a. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran
b. Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya
c. Tanggungjawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya
d. Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru
38
e. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan
Hamzah B.Uno (2008: 23) mengemukakan bahwa ciri-ciri atau
indikator motivasi antara lain :
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
d. Adanya penghargaan dalam belajar
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam kegiatan belajar
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif
Berdasarkan ciri-ciri di samping maka dapat disimpulkan bahwa
seseorang mempunyai motivasi, apabila siswa memiliki minat untuk
belajar, tekun dalam menghadapi tugas, ulet dalam mengatasi kesulitan
belajar, memperhatikan arahan, dan adanya hasrat untuk berhasil.
3.4 Prinsip Motivasi
Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut
berhubungan dengan kebutuhan untuk belajar. Terdapat enam konsep
penting motivasi belajar, yaitu:
a. Motivasi belajar adalah proses internal yang mengaktifkan,
memandu dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu.
b. Motivasi belajar bergantung pada teori yang menjelaskannya, dapat
merupakan suatu konsekuensi dari penguatan (reinforcement),
suatu ukuran kebutuhan manusia, suatu hasil dari disonan atau
39
ketidakcocokan, suatu atribusi dari keberhasilan atau kegagalan,
atau suatu harapan dari peluang keberhasilan.
c. Motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan penekanan tujuan-
tujuan belajar dan pemberdayaan atribusi.
d. Motivasi belajar dapat meningkat apabila guru membangkitkan
minat mahasiswa, memelihara rasa ingin tahu mereka,
menggunakan berbagai macam strategi pengajaran, menyatakan
harapan dengan jelas, dan memberikan umpan balik (feedback)
dengan sering dan segera.
e. Motivasi belajar dapat meningkat pada diri mahasiswa apabila
dosen memberikan ganjaran yang memiliki kontingen, spesifik, dan
dapat dipercaya.
f. Motivasi berprestasi dapat didefinisikan sebagai kecendrungan
umum untuk mengupayakan keberhasilan dan memilih kegiatan-
kegiatan yang berorientasi pada keberhasilan/kegagalan.
4. Minat Baca
4.1 Pengertian Minat
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, minat adalah kecenderungan
hati yang tinggi terhadap sesuatu, perhatian, kesukaan. Jadi harus ada
sesuatu yang ditimbulkan, baik dari dalam maupun dari luar dirinya untuk
menyukai sesuatu. Hal ini menjadi sebuah landasan penting untuk
mencapai keberhasilan sesuatu, karena dengan adanya minat seseorang
menjadi termotivasi tertarik untuk melakukan sesuatu. Menurut Crow
40
(1984:351) “minat dapat menunjukkan kemampuan untuk memberikan
stimulus yang mendorong kita memperhatikan seseorang, sesuatu barang
atau kegiatan, atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap
pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata
lain, minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan hasil dari turut
sertanya dalam kegiatan itu. Menurut Slameto (2003:180) “minat adalah
rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada
yang menyuruh. Kegiatan yang diminati sesorang diperhatikan terus-
menerus yang disertai dengan rasa senang”.
Minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh
kepuasan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak
akan belajar dengan baik. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa,
lebih mudah dipelajari karena minat menambah dorongan untuk belajar.
Menurut Hurlock (1999:114) ”minat merupakan sumber motivasi
yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila
mereka bebas memilih”. Bila mereka melihat sesuatu yang
menguntungkan, maka mereka akan merasa berminat terhadap sesuatu
itu. Hal ini akan mendatangkan kepuasan bagi dirinya.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa minat adalah suatu rasa yang lebih suka atau rasa ketertarikan
pada suatu kegiatan yang ditunjukkan dengan keinginan, kecenderungan
untuk memperhatikan kegiatan tersebut tanpa ada seorangpun yang
41
menyuruh, dilakukan dengan kesadaran diri,dan diikuti dengan perasaan
yang senang. Minat merupakan sumber motivasi seseorang. Sehingga
minat itu besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang dilakukan
seseorang. Bahkan kegiatan yang menarik minat siswa, akan
dilakukannya dengan senang hati.
4.2 Pengertian Membaca
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, Depdiknas (2008:133)
“membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis
dengan melisankan atau hanya dalam hati”. Membaca merupakan suatu
proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-
kata/bahasa tulis. Bond dan Wanger (1999) mengemukakan pendapatnya
tentang belajar yaitu: “Reading is a fundamental aid to learning both in and
out of school. Educators have resorted to reading as a major aid in
achieving the objectives of education. Reading is a one of the objectives of
education because a civilized culture demands literacy.” Yang berarti
“Membaca adalah bantuan mendasar untuk belajar baik di dalam maupun
di luar sekolah. Pendidik telah berusaha membaca sebagai bantuan besar
dalam mencapai tujuan pendidikan. Membaca adalah salah satu tujuan
pendidikan karena budaya beradab menuntut keaksaraan”. Bond dan
Wagner yang dikutip oleh Bafadal (2001:189). Sedangkan menurut
Marksheffel dibuku yang sama mengemukakan bahwa: Reading may be
defined as a highly complex, purposeful, thinking process engaged in by
42
the entire organism while acquiring knowledge, involving new ideas,
solving problems, or relaxing and recuperating through the interpretations
of printed symbols.” Bafadal (2001:193) mengungkakan definisi membaca
mencangkup:
a. Membaca merupakan suatu proses
Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari
teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai
peranan yang utama dalam membentuk makna.
b. Membaca adalah strategis
Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca
yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengkonstruk
makna ketika membaca.
c. Membaca merupakan interaktif
d. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan
menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca
seseorang harus mudah dipahami sehingga terjadi interaksi antara
pembaca dan teks.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
membaca merupakan proses aktivitas komunikasi yang kompleks.
Membaca bertujuan untuk melihat, memahami isi atau makna, dan
memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-
kata atau bahasa tulis, sehingga diperoleh pemahaman terhadap bacaan.
43
Melalui membaca, informasi dan pengetahuan yang berguna bagi
kehidupan dapat diperoleh.
4.3 Pengertian Minat Baca
Menurut Rahim (dalam Failasuf, 2013:28) mengemukakan bahwa
“minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang
untuk membaca. Seseorang yang mempunyai minat membaca yang kuat
akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan
dan kemudian membacanya atas kesadaran sendiri atau dorongan dari
luar”. Minat baca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai
dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga dapat
mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri
atau dorongan dari luar. Minat membaca juga merupakan perasaan
senang seseorang terhadap bacaan karena adanya pemikiran bahwa
dengan membaca itu dapat diperoleh kemanfaatan bagi dirinya.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
dalam minat baca terkandung unsur keinginan, perhatian, kesadaran, dan
rasa senang untuk membaca. Minat baca adalah suatu kecenderungan
kepemilikan keinginan atau ketertarikan yang kuat dan disertai usaha-
usaha pada diri seseorang terhadap kegiatan membaca yang dilakukan
secara terus-menerus dan diikuti dengan rasa senang tanpa paksaan,
atas keinginannya sendiri atau dorongan dari luar, sehingga seseorang
tersebut mengerti atau memahami yang dibacanya.
44
4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Baca
Menurut Harris dalam Indarwati (2011:30), mengemukakan bahwa
minat baca dipengaruhi oleh dua golongan yaitu golongan faktor personal
dan golongan faktor institusional.
a. Faktor personal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri anak itu
sendiri meliputi: usia, jenis kelamin, intelegensi, kemampuan
membaca, sikap, kebutuhan psikologis.
b. Faktor instruksional contoh faktor yang berasal dari luar individu
itu sendiri yang meliputi: 1) tersedianya buku-buku, 2) status
sosial ekonomi, 3) pengaruh orang tua, teman sebaya dan guru.
Minat membaca tidak dengan sendirinya dimiliki oleh seorang
siswa melainkan harus dibentuk. Pembentukan ini disebabkan
adanya dorongan yang mendorong lahirnya perilaku yang
mengarah pada pencapaian suatu tujuan.
4.5 Aspek-aspek Minat Baca
Hurlock (1999) mengemukakan bahwa minat sendiri terdiri dari dua
aspek, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif.
a. Aspek Kognitif
Aspek kognitif didasari pada konsep perkembangan di
masa anak-anak mengenai hal-hal yang menghubungkannya
dengan minat. Minat pada aspek ini berpusat pada apakah hal
yang diminati akan menguntungkan dan mendatangkan
kepuasan pribadi. Misalnya kegiatan membaca, ketika siswa
45
melakukan kegiatan membaca tentu saja mengharapkan sesuatu
yang didapat dari proses membaca sehingga banyak manfaat
yang didapat dari kegiatan membaca. Jumlah waktu yang
dikeluarkanpun berbanding lurus dengan kepuasan yang
diperoleh akibat membaca sehingga kegiatan membaca akan
menjadi tetap, yang pada gilirannya ini akan menjadi sebuah
kebutuhan yang sifatnya harus terpenuhi.
b. Aspek Afektif
Aspek afektif atau emosi yang mendalam merupakan
konsep yang menampakkan aspek kognitif dari minat ditampilkan
dalam sikap terhadap kegiatan yang diminati akan terbangun.
Seperti aspek kognitif, aspek afektif dikembangkan dari
pengalaman pribadi, sikap orang tua, guru, dan teman yang
mendukung terhadap aktivitas yang diminati. Siswa yang
memiliki minat baca yang tinggi akibat kepuasan dan manfaat
yang didapat serta mendapat penguatan respons dari orang tua,
teman, dan lingkungan, maka siswa ini akan memiliki
ketertarikan dan keinginan sehingga mau meluangkan waktu
khusus dan frekuensi yang tinggi untuk membaca.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis menyimpulkan
bahwa aspek minat membaca meliputi: 1) perasaan senang dengan
kegiatan membaca, 2) kebutuhan akan kegiatan membaca, 3) keinginan
mencari bahan bacaan, 4) keinginan melakukan kegiatan membaca, dan
5) ketertarikan untuk membaca.
46
4.6 Cara Mengembangkan Minat Baca
Membaca merupakan proses aktivitas komunikasi yang kompleks.
Membaca bertujuan untuk melihat, memahami isi atau makna, dan
memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-
kata atau bahasa tulis, sehingga diperoleh pemahaman terhadap
bacaan.Jadi dalam proses membaca kita dituntut untuk mampu
memvisualisasikan suatu keadaan dari bentuk tulisan ke arah terciptanya
atau menciptakan kembali dunia penulis ke dunia kita. Melalui proses
imajinasi dan berpikir secara demikian ini, akan mendatangkan manfaat
dalam segala aspek kehidupan kita, terutama yang menyangkut pekerjaan
kita. Untuk menumbuhkan minat seseorang atau rasa senang seseorang
pada aktivitas membaca, maka seseorang itu harus mampu dan senang
membaca, karena membaca sebagai minat mempunyai tujuan untuk
menanamkan kebiasaan dan rasa senang membaca pada diri seseorang.
Semakin disadari bahwa masyarakat gemar membaca (reading society)
merupakan persyaratan dalam mewujudkan masyarakat gemar belajar
(learning society) yang merupakan salah satu ciri masyarakat maju dan
beradab. Membaca merupakan kunci dalam belajar dan dengan membaca
kita dapat menghilangkan rasa keingintahuan kita terhadap informasi dan
pengetahuan yang terkandung dalam bacaan yang kita baca. Seperti
pendapat William Baker yang dikutip Gie (1995:57), bahwa “sekitar 85%
dari semua studi di perguruan tinggi terdiri atas membaca”. Dengan
mengembangkan minat baca maka seseorang akan mampu
47
meningkatkan kemampuan seseorang dalam menulis baik dalam bahasa
ibu maupun bahasa lainnya. Sebagai tambahan bahwa orang yang
mempertahankan aktifitas mentalnya dengan membaca, memecahkan
teka-teki, dan lainnya lebih sedikit kemungkinannya mengalami
kelemahan-kelemahan menurunnya kemampuan mengingat dan gejala
yang lain.
4.7 Manfaat Minat Baca
Pada dasarnya semua aktifitas memerlukan minat karena dengan
minat itulah seseorang akan bertindak. Secara terperinci manfaat minat
dalam kaitannya dengan pelaksanaan studi, The Liang Gie (1995:29)
adalah:
a. Minat dapat melahirkan perhatian yang serta merta.
b. Minat dapat memudahkan terciptanya konsentrasi.
c. Minat dapat mecegah gangguan perhatian dari luar.
d. Minat dapat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam
ingatan.
e. Minat dapat memperkecil kebosanan studi dalam diri sendiri.
Wahib (1998:107) menjelaskan fungsi minat bagi kehidupan anak
sebagai berikut:
a. Minat yang mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita.
b. Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat. Minat anak-anak
untuk menguasai pelajaran bisa mendorongnya untuk belajar.
48
c. Prestasi sekolah dipengaruhi oleh jenis dan intensitas minat
seseorang.
d. Minat yang terbentuk sejak masih kanak-kanak sering terbawa
seumur hidup karena minat membuat kepuasan dan apabila
minat ini tidak terwujud, maka akan bisa menjadi obsesi yang
akan dibawa mati.
Terkadang anak kehilangan minatnya untuk belajar atau melakukan
suatu kegiatan. Berikut ini adalah cara-cara untuk mengatasinya (Wahib,
1998):
a. Periksalah kondisi jasmani anak untuk mengetahui apakah kondisi
yang menjadi sebab.
b. Cek pada orang tua atau guru, apakah sikap dan tingkah laku
tersebut hanya terdapat di dalam kelas dan ketika diajar oleh guru.
c. Perhatikan anak di luar kelas atau sekolah, untuk melihat apakah
yang menjadi kegiatan yang diminati anak, hal ini dipakai sebagai
titik tolak untuk menarik minat anak bagi kegiatan-kegiatan yang
lain.
d. Cobalah menemukan sesuatu yang dapat menarik perhatian anak,
sekali minat tergerak, minat tersebut dapat dialihkan kepada
kegiatan-kegiatan lain di sekolah.
Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa minat itu
merupakan satu unsur kepribadian individu yang memegang peranan
dalam menentukan proses dan prestasi belajar. Sebab kalau siswa
49
mempunyai minat terhadap pelajaran tertentu, maka ia akan
memperhatikannya, sebaliknya tidak adanya minat siswa terhadap suatu
pelajaran akan menyebabkan timbulnya kesulitan belajar. Minat
menyangkut perasaan senang dan tidak senang, tertarik dan tidak tertarik,
yang merupakan dasar suatu minat.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nova Siagian, dkk yang berjudul,
“Pengaruh Pemanfaatan Perpustakaan terhadap Peningkatan Minat
Baca Siwa di SDN 136 Pekanbaru Tahun Pelajaran 2014/2015”. Pada
penelitian ini peneliti ingin mengungkap ada tidaknya pengaruh antara
pemanfaatan perpustakaan terhadap peningkatan minat baca siswa.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan Dwi Putra dengan
judul,”Pengaruh Minat Baca, Lingkungan Belajar, dan Pemanfaatan
Sarana Belajar terhadap Hasil Belajar”.penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh minat baca, lingukang belajar, dan
pemanfaatan sarana belajar terhadap hasil belajar IPS terpadu siswa
kelas VII SMP Kartika II-2 lampung tahun pelajaran 2014/2015.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti,S.H,dkk dengan
judul,”Peningkatan Minat Baca melalui Peran Perpustakaan Sekolah
Dasar di Desa Cisauk, Tangerang”.penelitian ini berfokus kepada
peran perpustakaan( ruangan, koleksi buku, petugas perpustakaan,
pemahaman dan pengetahuan guru ) yang dapat memberi pengaruh
terhadap peningkatan minat baca pada SDN Kedokan.
50
4. Penelitian yang dilakukan oleh M.Khaironi Elfisa yang berjudul
“Layanan Pustakawan Anak Terhadap Anak Di Perpustakaan
Proklamator Hatta Dalam Menimbuhka Minat Baca Anak”.untuk
mengetahui peran perpustakaan umum Proklamator Bung Hatta
terhadap menumbuhkan minat baca anak dengan memanfaatkan
koleksi buku yang tersedia diruang baca.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Ner Hidayati yang berjudul
“Peningkatan Minat Baca melalui Storytelling Anak Kelompok B TK
AL-MUTAQIEN Surabaya”. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan kegiatan storytelling yang mampu meningkatkan
minat baca anak kelompok B TK Al-MuttaqienSurabaya. Penelitian
menggunakan jenis penelitian kualitatif.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Laela Yuni Setyaningsi,dkk yang
berjudul, “Pengaruh Jumlah Anggota Keluarga dan Kelengkapan
Sarana Pendidikan terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas V
SD”. Tujuan penelitian adalah untuk membuktikan (1) Ada tidaknya
pengaruh jumlah anggota keluarga terhadap hasil belajar Bahasa
Indonesia siswa kelas V SD. (2) Ada tidaknya pengaruh kelengkapan
sarana pendidikan terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia siswa. (3)
Ada tidaknya interaksi pengaruh jumlah anggota keluarga dan
kelengkapan sarana pendidikan terhadap hasil belajar Bahasa
Indonesia siswa.
51
7. Penelitian yang dilakukan oleh Novi Tri Kurniasih,dkk dengan
judul,”Pengaruh Kelengkapan Sarana Belajar dan Aktivitas Belajar
terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD Negeri Kelas V”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk membuktikan (1) pengaruh perbedaan
kelengkapan sarana belajar terhadap hasil belajar Matematika siswa
SD N kelas V se-Kecamatan Klirong tahun ajaran 2012/2013; (2)
pengaruh perbedaan aktivitas belajar terhadap hasil belajar (3)
pengaruh interaksi kelengkapan sarana belajar dan aktivitas belajar
terhadap terhadap hasil belajar Matematika.
8. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Ambarwati dengan judul,”Pengaruh
Sarana Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa pada Matapelajaran
Ekonomi di MAN 2”. penelitian ini dilakukan di MAN 2 pada kelas X
Pontianak, untuk mengetahui Apakah terdapat pengaruh antara
sarana belajar siswa terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran
ekonomi.
9. Penelitian yang dilakukan oleh Ditha Novita Sari yang
berjudul,”Pengaruh Motivasi, Metode Mengajar, dan Ketersediaan
Sarana Belajar terhadap Hasil Belajar Ekonomi”. Abstrak: Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi, metode mengajar
dan ketersediaan sarana terhadap hasil belajar ekonomi. Metode
penelitian menggunakan metode deskriptif verifikatif.
10. Penelitian yang dilakukan oleh Arnold Rama Ardiansyah yang
berjudul,”Pengaruh Pemanfaatan Sarana Belajar dan Motivasi Belajar
52
terhadap Hasil Belajar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemanfaatan sarana belajar di sekolah dan motivasi belajar
terhadap hasil belajar IPS Terpadu. Populasi penelitian berjumlah 329
siswa.
11. Penelitian yang dilakukan oleh Sis Subagyo Sampu Prasetyo
denganjudul,”Pengaruh Iklim Sekolah dan Sikap Siswa, Melalui
Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar”. Penelitian ini merupakan
deskriptif verifikatif untuk mengetahui pengaruh iklim sekolah dan
sikap siswa, terhadap prestasi melalui motivasi. Populasi penelitian
berjumlah 136 siswa dan sampel 101 siswa yang ditentukan dengan
teknik simple random sampling.
12. Penelitian yang dilakukan oleh Rofiatul Jannah dengan
judul.”Pengaruh Iklim Sekolah terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IX
Akuntansi”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
terdapat Pengaruh iklim sekolah terhadap hasil belajar siswa kelas XI
AK Pada mata pelajaran sistem akuntansi di SMK Negeri 3 Pontianak.
Dari beberapa penelitian yang telah dipaparkan diatas penelitian ini
berbeda dengan penelitian yang sudah ada, dimana peneliti mengangkat
judul, ”Pengaruh Sarana, Iklim Sekolah, dan Motivasi terhadap
Peningkatan Minat Baca pada Siswa kelas III SDN 82 Pattene”. Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian ex-pofacto
yang bersifat ex-postfacto yang sifatnya korelasional. Yang dilakukan di
SDN 82 Pattene pada kelas IIIA dan IIIB dengan jumlah populasi 66
53
menarik sampel 54 dengan metode Simpel Random Sampling. Peneliti
ingin mengetahui Pengaruh Sarana, Iklim Sekolah, dan Motivasi Terhadap
Peningkatan Minat Baca pada Siswa. Penelitia ini berbeda dengan
penelitian-penelitian yang sudah perna dilakukan sebelumnya terkait
variabel, lokasi, populasi dan sampel.
C. Karangka Pikir
Berdasarkan kajian teori yang digunakan, Sarana menurut
Ketentuan Umum Permendiknas (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional)
No. 24 Tahun 2007. Sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang
dapat dipindah-pindah. Hoy dan miskel dalam Daryanto (2015:9)
merumuskan pengertian iklim sekolah sebagai persepsi guru terhadap
lingkungan kerja umum sekolah. Dalam buku psikologi pendidikan
memaparkan bahwa “motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk
melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga
dari luar” (Dalyono, 2005:55). Dengan demikian, sarana, iklim sekolah,
dan motivasi merupakan faktor penunjang dalam meningkatkan minat
baca pada siswa.. Sandjaja (2005) mengartikan minat baca adalah suatu
perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang
tarhadap kegiaan membaca sehingga dapat mengarakan seseorang untuk
membaca dengan kemauannya sendiri. Adanya berbagai faktor yang
mempengaruhi peningkatan minat baca, peneliti dapat memahami bahwa
adanya faktor tersebut dapat memberikan suatu kejelasan tentang
kegiatan membaca siswa. Oleh karena itu, dengan sarana, iklim sekolah,
54
dan motivasi akan memberikan hubungan yang positif dengan
meningkatkan minat baca siswa, namun disisi lain tidak bisa dipungkiri
bahwa dalam pelaksanaannya menemui dukungan ataupun hambatan.
Adapun alur kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dijelaskan dalam
bentuk gambar di bawah ini:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian “Pengaruh Sarana, Iklim Sekolah, dan Motivasi terhadap Peningkatan Minat Membaca SD
Negeri 82 Pattene Kec Marusu Kab Maros”
Penerapan Konsep
Pembelajaran
Motivasi Belajar (𝑿𝟑)
1. Minat 2. Tekun 3. Ulet 4. Perhatian 5. Hasrat
Minat Baca (𝒀)
1. Kesenangan
membaca
2. Kesadaran
akan manfaat
3. Frekuensi
membaca
4. Kuantitas
bacaan
Sarana (𝑿𝟏)
1. Ruang kelas
2. Perpustakaan
Iklim Sekolah (𝑿𝟐)
1. Lingkungan fisik
2. Lingkungan sosial
3. Personil sekolah
4. Lingkungan
55
D. Hipotesis
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan, maka hipotesis pada
penelitian ini adalah:
1. Ada pengaruh signifikan sarana terhadap peningkatkan minat baca
siswa kelas III di SDN 82 Pattene.
2. Ada pengaruh signifikan iklim sekolah terhadap peningkatkan minat
baca siswa kelas III di SDN 82 Pattene.
3. Ada pengaruh signifikan pemberian motivasi terhadap peningkatkan
minat baca siswa kelas III di SDN 82 Pattene.
4. Ada pengaruh signifikan sarana, iklim sekolah, motivasi terhadap
peningkatkan minat baca siswa kelas III di SDN 82 Pattene.
Penerapan Konsep
Pembelajaran
56
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain dan Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian ex-post facto yang sifatnya
korelasional. Penelitian ex post facto adalah penelitian yang dilakukan
untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut
kebelakang untuk mengetahui factor – factor yang dapat menimbulkan
kejadian tersebut (Sugiyono, 2008:7). Penelitian ex-postfacto di sini
merupakan penelitian yang mencari hubungan yang tidak dimanipulasi
atau perlakuan oleh peneliti. Pada penelitian ini, keterikatan antarvariabel
bebas dengan variabel bebas, maupun antar variabel bebas dengan
variabel terikat,sudah terjadi secara alami, dan peneliti dengan setting
tersebut ingin melacak kembali jika dimungkinkan apa yang menjadi faktor
penyebabnya dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya
antara: sarana, iklim sekolah, motivasi terhadap peningkatan minat baca.
Dengan desain penelitian dimana variabel X1 variabel X2 dan
variabel X3 mempunyai pengaruh langsung maupun pengaruh tidak
langsung dengan variabel Y. Berdasarkan teori yang dibentuk, maka
dalam penelitian ini dapat digambarkan desain penelitian model structural
yang dapat dilihat pada gambar 3.1
57
Gambar 3.1 Model Struktural Pengaruh Antarvariabel.
Keterangan :
X1 : Sarana X2 : Iklim Sekolah X3 : Motivasi Y : Peningkatan Minat Baca B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 82 Pattene yang terletak di jl
Pattene Desa Tamappadduae, Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros,
Provinsi Sulawesi Selatan. Peneliti memilih lokasi sekolah ini sebagai
tempat penelitian karena menemukan beberapa kendala dalam membaca
yang dijumpai saat melakukan observasi. dimana saat itu peneliti
melakukan wawancara terhadap siswa, guru kelas, dan orang tua terkait
literasi baca tulis. Peneliti menarik kesimpulan bahawa rendahnya
kemampuan membaca siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor salah
satunya adalah kurangnya perhatian dari orang tua siswa. Sehingga
peneliti ingin melakukan penelitian di SDN 82 pattene terkait minat baca.
Y
X3
X1
X2
58
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan elemen atau unsur yang ingin kita
teliti. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas III berjumlah
66 murid pada seluruh SDN 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten
Maros. Data populasi ini diambil secara langsung oleh peneleliti dari
kepala sokolah.
No Kelas Jumlah Siswa
1 III A 33
2 III B 33
Jumlah 66
Tabel 3.1 Jumlah Populasi Penelitian
2. Sampel
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode Simpel Random Sampling. Metode ini memberikan kesempatan
yang sama kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai
anggota sampel. Dengan cara ini maka terpilihnya individu menjadi
anggota sampel benar-benar atas dasar faktor kesempatan (chance),
bukan karena adanya pertimbangan subjektif dari peneliti. Pengambilan
sampel dengan cara undian, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Peneliti mendaftar semua anggota populasi.
b. Setelah selesai didaftar, kemudian masing-masing anggota populasi
diberi nomor, masing-masing dalam satu kertas kecil-kecil.
59
c. Kertas-kertas kecil yang masing-masing telah diberi nomor tersebut
kemudian digulung atau dilinting.
d. Gulungan atau lintingan kertas yang telah berisi nomor-nomor
tersebut, kemudian dimasukkan kedalam suatu tempat (misalnya
kotak atau kaleng) yang dapat digunakan untuk mengaduk sehingga
tempatnya tersusun secara acak.
e. Setelah proses pengadukan dianggap sudah merata, kemudian
peneliti atau orang lain yang diawasi peneliti, mengambil lintingan
kertas satu per satu sampai diperoleh sejumlah sampel yang
diperlukan.
Adapun dengan menggunakan Rumus Slovin (Siregar: 2015) :
n =
+ N
Ket:
n : Sampel
N : Populasi
e : Tingkat Kesalahan, maka dieroleh:
n =
+ N
n =
+ 66 ) = 54 Sampel
60
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data akan dilakukan dengan memberikan instrumen
berupa angket kepada siswa yang merupakan sampel penelitian, untuk
mengukur pengaruh sarana, iklim sekolah, motivasi dan minat baca
siswa. Untuk mempermudah pemahaman teknik pengumpulan data pada
penelitian ini, maka disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
No. Data Teknik pengumpulan data
1 Sarana Angket Sarana 2 Iklim sekolah Angket Iklim sekolah 3 Motivasi Angket Motivasi 4 Minat baca Angket Minat baca
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh data yang relevan,
akurat dan reliable. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini,yaitu:
Angket yaitu adalah alat untuk mengumpulkan data berupa daftar
pertanyaan yang disampaikan kepada responden untuk dijawab
secara tertulis. Angket ini digunakan untuk memperoleh data tentang
sarana, iklim sekolah, motivasi dan minat baca siswa. Dari isi angket
peneliti mempersiapkan beberapa pertanyaan yang disusun secara
sistematis berkaitan dengan sarana, iklim sekolah, motivasi dan
minat baca siswa. Angket yang digunakan dalam penelitian ini
bersifat tertutup karena pilihan jawaban atas setiap pertanyaan pada
angket penelitian telah disediakan sehingga responden hanya
memilih satu diantara pilihan yang diberikan. Guna kepentingan
61
analisis data, maka setiap pilihan jawaban diberikan bobot dengan
Skala Likert, adapun pembobotan pada angket tiap soal yang
sifatnya positif dengan alternative jawaban yaitu 4= sangat setuju,
3= setuju, 2= tidak setuju, 1= sangat tidak setuju. Sedangkan
pembobotan pada angket tiap soal yang sifatnya negatif yaitu 4=
sangat tidak setuju, 3= tidak setuju, 2= setuju, 1= sangat setuju.
Pengumpulan data ini akan dilakukan oleh penulis. Pengumpulan
data ini dilakukan bertahap sesuai dengan rencana dan jadwal penelitian
sesuai dengan waktu yang telah disepakati antara penulis dengan pihak
sekolah. Informasi yang berkaitan dengan tujuan dari kegiatan penelitian
dan indikator yang dimaksudkan sebagai bagian dari variabel yang
dirumuskan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
instrumen yang berupa angket sarana, angket iklim sekolah, dan angket
motivasi.
Selain itu, untuk menjamin aspek validitas isi, bahwa instrumen
dapat mengukur dengan benar konsep/konstruk yang hendak diukur
melalui butir-butir pernyataan yang diberikan, maka konsep dan konstruk
melalui indikator akan dijelaskan kepada responden sebelum pengisian
instrumen. Sebaliknya, Surveyor berupaya meminta respon balik dari
siswa/responden bila ada konsep yang kurang dipahami, untuk diberi
penjelasan lebih lanjut.
62
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri atas variabel bebas (sebab) dan variabel tak
bebas (akibat). Variabel bebas terdiri atas sarana, iklim sekolah, motivasi,
dan variabel tak bebas dalam penelitian ini adalah minat baca siswa kelas
III Sekolah Dasar.
Berdasarkan kajian pustaka diatas, diperoleh definisi operasional
tiap variabel sebagai berikut:
1. Sarana (X1) Sarana adalah segala sesuatu yang adapat
dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan.
Prasarana adalah segala sesuatu yang menunjang
terselenggaranya sesuatu sebagai contoh perlengkapan
praktek alat-alat ukur dalam pembelajaran pengukuran.
Soemarsono dalam Setiadi (2008).
1) Gedung sekolah
2) Ruang kelas
3) perpustakaan
4) Buku bacaan
2. Iklim Sekolah (X2) iklim sebagai hubungan antar personil,
sosial dan faktor-faktor kultural yang mempengaruhi perilaku
individu dan kelompok dalam lingkungan sekolah. De Roche
dalam Daryanto (2015:10) Adapun indikator kemandirian
belajar yaitu:
1) Penataan Lingkungan Fisik Sekolah
63
2) Penataan Lingkungan Sosial Sekolah
3) Penataan Personil Sekolah
4) Penataan Lingkungan Kerja Sekolah
3. Motivasi (X3) Motivasi berasal dari dari kata motif, kata motif
diartikan sebagai upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakuakan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal
dari kata motif itu maka motivasi dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang telah menjadi aktif. Sardiman (2007).Indikator
motivasi meliputi komponen, yaitu:
1) Tekun menghadapi tugas
2) Ulet dalam menghadapi kesulitan
3) Menunjukkan minat
4) Senang bekerja mandiri
5) Dapat mempertahankan pendapatnya
6) Tidak mudah melepas hal yang diyakini
7) Senang dan memecahkan soal-soal
4. Minat baca (Y) minat baca ialah keinginan yang kuat disertai
usaha-usaha seseorang untuk membaca. Seseorang yang
mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya
dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan
64
kemudian membacanya atas kesadaran sendiri atau dorongan
dari luar. Rahim (Failasuf, 2013:28).
F. Teknik Analisis Data
Untuk mendukung dalam penunjukan hipotesis penelitian yang
dikemukakan, data yang telah dikumpulkan dengan angket yang telah
dibuat, maka selanjutnya untuk melihat sejauh mana signifikan hipotesis
yang dibuat dapat terbukti dengan kegiatan penelitian yang dilakukan,
data yang dikumpulkan diolah dengan teknik analisis statistika dari
penelitian kuantitatif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Analisis statistik deskriptif, diperlukan untuk mendeskripsikan data
dari variabel-variabel penelitian yang diajukan. Untuk teknik analisis
deskriptif meliputi mean, median, variansi, skewness, kurtosis,
minimum, maksimum, dan tabel distribusi frekuensi.
2. analisis jalur (Path Analysis), penyelidikan mengenai pengaruh
langsung (Direct Effect) dan pengaruh tidak langsung (Indirect effect)
dari variabel-variabel dari penelitian ini digunakan Tujuannya adalah
menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat
variabel, sebagai variabel penyebab (eksogen), terhadap variabel
lain yang merupakan variabel akibat (endogen). Analisis jalur
sebenarnya bukan menemukan sebab akibat suatu kejadian, tapi
analisis jalur hanya menguji hubungan teoritis (Tiro & Sukarna,
2010:13). Menurut Ridwan bahwa koefisien jalur (path) adalah
65
koefisien regresi yang distandartkan, yaitu koefisien regresi yang
dihitung dari basis data yang telah diset dalam angka baku (Z-score).
Analisis ini dibantu dengan bantuan software SPSS 20, dengan
ketentuan uji F pada Alpha = 0,05 atau p ≤ 0,05 sebagai taraf
signifikansi F (sig. F) sedangkan untuk uji T taraf signifikansi Alpha =
0,05 atau p ≤ 0,05 yang dimunculkan kode (sig.T) dimana hal
tersebut digunakan untuk melihat signifikansi pengaruh tidak
langsung dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
3. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik merupakan sejumlah pengujian yang
dilakukan sebelum pengujian hipotesis (Purwanto, 2011:151).
Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah data
mengalami penyimpangan atau tidak.
1). Uji Kelinieran Regresi
Uji kelinieran regresi dilakukan untuk mengetahui apakah pola
regresi bentuknya linier atau tidak. Menurut Sudarmanto (2005:
124) mengemukakan bahwa uji ini dimaksudkan untuk
mengetahui linieritas hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat. Uji kelinieran regresi linear multiple dengan
menggunakan statistik F dengan rumus:
Keterangan :
S²reg = Varians regresi
S²sis = Varians Sisa
𝐹 =𝑆² 𝑟𝑒𝑔
𝑆² 𝑠𝑖𝑠
66
Dengan dk 1 dan dk penyebut n-2 dengan = 0,05. Kreteria uji
apabila Fb> Ft maka Ho ditolak yang menyatakan arah regresi
berarti. Sebaliknya apabila Fb< Ft makaHo diterima yang
menyatakan koefisien arah regresi tidak berarti, analisis varians
digunakan untuk melokalisasi variabel-variabel bebas yang
penting dalam suatu penelitian dan menentukan bagaimana
mereka saling berinteraksai dan saling mempengaruhi. Uji
keberartian digunakan untuk mengetahui keberartian r (uji
korelasi) dan untuk menerima atau menolak hipotesis yang telah
diajukan. Sedangkan untuk uji kelinieran regresi linier multiple
menggunakan statistik F dengan rumus:
= ²
²
Keterangan :
S²TC = Varians Tuna Cocok
S²e = Varians Kekeliruan (Sudjana, 2005:332)
Kriteria uji keberartian dan kelinieran regresi:
a. Jika Fhitung ≥ Ftabel (1-α)(1,n-2) maka koefisien arah regresi
berarti, sebaliknya apabila Fhitung ≤ Ftabel (1-α)(1,n-2) maka
koefisien arah regresi tidak berarti.
b. Jika Fhitung ≥ Ftabel (1-α)(k-2,n-k-1)maka regresi berpola
linier, sebaliknya apabila Fhitung ≤ Ftabel (1-α)(k-2,n-k-1)
maka regresi tidak berpola linier. (Sudjana, 2005:332)
67
2). Uji Multikolinearitas
Menurut Sudarmanto (2005: 136-138), uji asumsi tentang
multikolinieritas dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji
ada tidaknya hubungan yang linier antara variabel bebas
(independen) yang satu dengan variabel bebas (independen)
lainnya.Ada atau tidaknya korelasi antar variabel independen
dapat diketahui dengan memanfaatkan statistik korelasi product
moment dari Pearson.
= ∑ ) ∑ ∑ )
√ ∑ ² ∑ ²) ∑ ² ∑ ²)
Keterangan:
= Koefisien korelasi antara gejala X dan gejala Y
X = Skor gejala X
Y = Skor gejala Y
N = Jumlah Sampel (Arikunto, 2009:75)
Rumusan hipotesis yaitu :
H0 = Tidak terdapat hubungan antarvariabel independen
H1 = Terdapat hubungan antavariabel independen
Kriteria pengujian:
Apabila rhitung < rtabel dengan dk = n dan alpha 0,05 maka H0
ditolak, sebaliknya jika rhitung > rtabel maka H0 diterima.
3). Uji Autokorelasi
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi
diantara data pengamatan atau tidak. Adanya autokorelasi dapat
68
mengakibatkan penaksir mempunyai varians minimum (Sudarmanto,
2005:142 - 143). Metode uji autokorelasi yang digunakan dalam
penelitian iniadalah statistik d Durbin- Waston. Tahap-tahap pengujian
dengan uji Durbin- Waston sebagai berikut.
1. Carilah nilai-nilai residu dengan OLS (Ordinary Least Square)
dari persamaan yang akan diuji dan hitung statistik d dengan
menggunakan persamaan:
=∑ ) ∑
b. Menentukan ukuran sampel dan jumlah variabel independen
kemudian lihat Tabel Statistik Durbin-Waston untuk
mendapatkan nilai-nilai kritis d yaitu nilai Durbin-Waston
Upper, du dan nilai Durbin-Waston, d1
c. Dengan menggunakan terlebih dahulu Hipotesis Nol bahwa
tidak ada otokorelasi positif dan Hipotesis Alternatif:
H0: ≤ 0 (tidak ada autokorelasi positif)
H1 : > 0 (ada autokorelasi positif)
Dalam keadaan tertentu, terutama untuk menguji persamaan
beda pertama, uji d dua sisi akan lebih tepat. Langkah-langkah 1
dan 2 persis sama di atas sedangkan langkah 3 adalah
menyusun hipotesis nol bahwa tidak ada otokorelasi.
H0 : ρ = 0
H1 : ρ = 0
Rumus hipotesis yaitu:
69
H0 : tidak terjadi adanya autokorelasi diantara data pengamatan.
H1 : terjadi adanya autokorelasi diantara data pengamatan
Kriteria pengujian
Apabila nilai statistik Durbin-Waston berada diantara angka 2
atau mendekati angka 2 dapat dinyatakan data pengamatan
tersebut tidak memiliki otokorelasi (Rietveld dan Sunarianto
dalam Sudarmanto, 2005 : 141).
4). Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
variasi residual absolut sama atau tidak sama untuk semua
pengamatan. Pendekatan yang digunakan untuk mendeteksi ada
atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu rank korelasi dari
Spearman. Kriteria yang digunakan untuk menyatakan apakah
terjadi heteroskedastisitas atau tidak menggunakan harga
koefesien signifikansi dengan membandingkan tingkat alpha
yang ditetapkan maka dapat dinyatakan tidak terjadi
heteroskedastisitas diantara data pengamatan tersebut dan
sebaliknya (Sudarmanto, 2005: 158). Pengujian rank korelasi
spearman (spearman‟s rank correlation test) Koefisien korelasi
rank dari spearman didefinisikan sebagai berikut:
= [∑
)]
Keterangan :
= Koefisien korelasi spearman
70
= perbedaan dalam rank yang diberikan kepada dua
karakteristik yang berbeda dari individu atau
fenomena ke i.
N = Banyaknya individu atau fenomena yang diberi rank.
Dimana nilai rs adalah -1 ≤ r ≤1
Kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika nilai t yang dihitung melebihi nilai tkritis, Kita bisa
menerima hipotesis adanya heteroskedastisitas, kalau tidak
kita bisa menolaknya. Jika model regresi meliputi lebih dari
satu variabel X, rs dapat dihitung antara ei dan tiap variabel
X secara terpisah dan dapat diuji untuk tingkat penting
secara statistik dengan pengujian t (Gujarat, 2000:177).
Rumusan hipotesis:
H0 = Tidak ada hubungan yang sistematik antara variabel
yang menjelaskan dan nilai mutlak dari residual.
H1 = Ada hubungan yang sistematik antara variabel yang
menjelaskan dan nilai mutlak dari residual.
G. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas penelitian yang
digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar penelitian lebih
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan
sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2009). Arikunto
menjelaskan bahwa apabila digunakan untuk mengumpulkan data
71
instrument tersebut sudah betul-betul andal.
Berdasarkan hal tersebut, instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket atau kuesioner merupakan suatu teknik
pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya
jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga
disebut angket berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab
atau direspon oleh responden (Sutopo, 2006).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket/kuosioner. Angket yang digunakan merupakan jenis angket
tertutup dimana pertanyaan-pertanyaan dan alternative jawaban telah
ditentukan sehingga responden dapat memilih jawaban yang telah
disediakan.
1. Angket sarana menggunakan penilaian skala likert dengan alternatif
jawaban terdiri atas empat pilihan yaitu: sangat setuju (SS); setuju
(S);tidak setuju (TS); sangat tidak setuju (STS). Skor pada setiap butir
pernyataan adalah SS= 4; S= 3; TS= 2; STS= 1
2. Angket iklim sekolah menggunakan penilaian skala likert dengan
alternatif jawaban terdiri atas empat pilihan yaitu: sangat setuju (SS);
setuju (S);tidak setuju (TS); sangat tidak setuju (STS). Skor pada setiap
butir pernyataan adalah SS= 4; S= 3; TS= 2; STS= 1
3. Angket motivasi menggunakan penilaian skala likert dengan alternatif
jawaban terdiri atas empat pilihan yaitu: sangat setuju (SS); setuju
72
(S);tidak setuju (TS); sangat tidak setuju (STS). Skor pada setiap butir
pernyataan adalah SS= 4; S= 3; TS= 2; STS= 1
4. Angket minat baca menggunakan penilaian skala likert dengan
alternatif jawaban terdiri atas empat pilihan yaitu: sangat setuju (SS);
setuju (S);tidak setuju (TS); sangat tidak setuju (STS). Skor pada setiap
butir pernyataan adalah SS= 4; S= 3; TS= 2; STS= 1
Pertanyaan yang disusun sebagai instrumen berupa pernyataan
positif dan pernyataan negatif yang di susun secara acak, sehingga
responden tinggal memberikan tanda (√) pada jawaban yang sudah
tersedia. Data yang diperoleh berwujud kuantitatif maka setiap jawaban
diberi skor. Skor setiap alternatif jawaban pada pernyataan positif (+) dan
pernyataan negatif (-) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Skor Alternatif Jawaban
Alternatif Jawaban Skor item pertanyaan
Positif Negatif
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2 Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
H. Hasil pengujian instrumen penelitian
1. Uji Validitas dan Realibilitas
a) Uji Validitas
Menurut Singarimbun (1987) dalam Sani & Mashuri (2010:
249) uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu
mengukur apa yang diukur. Dengan menggunakan product moment,
73
item pertanyaan dapat dikatakan valid jika lebih besar dari 0.30
rumusnya adalah sebagai berikut :
= ∑ ) ∑ ∑ )
√ ∑ ² ∑ ²) ∑ ² ∑ ²)
Dimana :
X = Skor Item N = Jumlah Responden
Y = Skor Total r = Koefisien Korelasi
XY = Skor Pertanyaan
Instrument yang valid berarti instrumen yang mampu
mengukur tentang apa yang diukur. Cara pengujuian validitas
dengan menghitung korelasi antar nilai/skor masing-masing
pertanyaan dengan nilai total atau nilai rata-rata dari nilai pertanyaan
tersebut. Bila nilai signifikansi (sig) hasil korelasi lebih kecil dari 0,05
(5%) maka dinyatakan valid dan sebaliknya maka dinyatakan tidak
valid (Sani dan Maharani, 2013:48). Adapun dasar pengambilan
keputusan suatu item valid atau tidak valid, dapat diketahui dengan
cara menkorelasikan antara skor butir dengan skor total bila kolerasi
r diatas 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut
valid sebaliknya bila korelasi r dibawah 0,30 maka dapat disimpulkan
bahwa butir instrumen tersebut tidak valid sehingga harus diperbaiki
atau dibuang. Sugiyono dalam (Sani 2010: 249).
b) Uji Reabilitas Menurut Sani dan Mashuri (2010: 250) “Realibilitas
74
menunjukkan pengertian bahwa sesuatu dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument
tersebut sudah baik. Untuk mengetahui suatu alat ukur itu reliabel
dapat diuji dengan menggunakan rumus Cronbach’c Alpha Sebagai
berikut:
= [
)] [
∑
²]
Dimana:
= Realibilitas Instrument
= Jumlah soal
∑ = Jumlah Varians Butir
² = Varians Total
Apabila variabel yang dilteliti mempunyai cronbach’s alpha (α) >
60% (0,60) maka variabel tersebut dikatakan reliable, sebaliknya
cronbach’s alpha (α) < 60% maka variabel tersebut dikatakan tidak
reliable.
75
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Gambaran secara umum “Pengaruh Sarana, Iklim Sekolah, dan
Motivasi terhadap Peningkatan Minat Baca Siswa Kelas III SDN 82
Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros”. Melalui kuesioner atau
angket yang disebarkan kepada siswa kelas III dengan sampel 54 siswa,
yang terdiri dari 80 pertanyaan dimana, 20 berisikan pertanyaan mengenai
sarana, 20 berisikan pertanyaan mengenai iklim sekolah, 20 berisikan
pertanyaan mengenai motivasi, dan 20 berisikan pertanyaan mengenai
minat baca.
Data yang diperoleh Peneliti terlebih dahulu menguji instrumen
penelitian tiap variabel dengan tujuan untuk memperoleh tingkat validitas
dan tingkat reabilitas instrumen penelitian yang digunakan, pengujian ini
terlampir pada lampiran kemudian peneliti melakukan analisis data untuk
mengetahui hasil penelitian dan menjawab rumusan masalah dengan
menggunakan software SPSS 20,0 for windows untuk menjawab tiap-tiap
rumusan masalah yang dapat kita lihat sebagai berikut:
1. Pengaruh sarana (X1) terhadap minat baca (Y)
Untuk mengetahui adanya pengaruh sarana terhadap minat baca
siswa keas III SDN 82 Pattene, maka digunakan analisis regresi linear
berganda (Kelinieran regresi) dengan menggunakan software SPSS 20,0
for windows.
76
Tabel 4.1 Pengaruh Sarana terhadap Minat Baca
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.782 6.708 .862 .393
Sarana .244 .150 .232 1.625 .110
Iklim
Sekolah .562 .200 .511 2.816 .007
Motivasi .057 .137 .064 .418 .678
a. Dependent Variable: Minat Baca
Berdasarkan tabel output SPSS “Coefficients” di atas, diketahui nilai t
hitung Variabel sarana (X1) adalah t hitung sebesar 1,625 < t tabel 2,008
maka dapat disimpulkan bahwa H1 atau hipotesis pertama ditolak. Artinya
tidak ada pengaruh signifikan sarana (X1) terhadap minat baca (Y).
2. Pengaruh iklim sekolah (X2) terhadap minat baca (Y)
Untuk mengetahui adanya pengaruh iklim sekolah terhadap minat baca
siswa, dari hasil instrumen kemudian di analisis secara regresi linear berganda
(Kelinieran regresi) dengan menggunakan software SPSS 20,0 for windows.
Tabel 4.2 Pengaruh Iklim Sekolah terhadap Minat Baca
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.782 6.708 .862 .393
Sarana .244 .150 .232 1.625 .110
Iklim
Sekolah .562 .200 .511 2.816 .007
Motivasi .057 .137 .064 .418 .678
a. Dependent Variable: Minat Baca
77
berdasarkan tabel output SPSS “Coefficients” di atas, diketahui nilai t
hitung Variabel iklim sekolah (X2) yang telah diperoleh adalah t hitung
sebesar 2,816 > t tabel 2,008 maka dapat disimpulkan bahwa H2 atau
hipotesis kedua diterima. Artinya ada pengaruh signifikan iklim sekolah
(X2) terhadap minat baca (Y).
3. Pengaruh motivasi (X3) terhadap minat baca (Y)
Untuk mengetahui adanya pengaruh motivasi terhadap minat baca siswa,
dari hasil instrumen berupa angket yang dibagikan kepada sampel penelitian
kemudian di analisis secara regresi linear berganda (Kelinieran regresi) dengan
menggunakan software SPSS 20,0 for windows.
Tabel 4.3 Pengaruh Motivasi terhadap Minat Baca
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.782 6.708 .862 .393
Sarana .244 .150 .232 1.625 .110
Iklim
Sekolah .562 .200 .511 2.816 .007
Motivasi .057 .137 .064 .418 .678
a. Dependent Variable: Minat Baca
Berdasarkan tabel output SPSS “Coefficients” di atas, diketahui nilai t
hitung Variabel motivasi (X3) adalah thitung sebesar 0,418 < ttabel 2,008
maka dapat disimpulkan bahwa H3 atau hipotesis ketiga ditolak. Artinya
tidak ada pengaruh signifikan motivasi (X3) terhadap minat baca (Y).
4. Pengaruh sarana, iklim sekolah, motivasi terhadap minat baca (Y)
Untuk mengetahui adanya pengaruh sarana, iklim sekolah, dan
78
motivasi terhadap minat baca siswa, maka digunakan analisis regresi
linear berganda (Kelinieran regresi) dengan menggunakan software
SPSS 20,0 for windows.
Tabel 4.4 Pengaruh sarana, iklim sekolah, motivasi terhadap Minat Baca
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.782 6.708 .862 .393
Sarana .244 .150 .232 1.625 .110
Iklim
Sekolah .562 .200 .511 2.816 .007
Motivasi .057 .137 .064 .418 .678
a. Dependent Variable: Minat Baca
Berdasarkan tabel output SPSS “Coefficients” di atas, diketahui nilai t
hitung Variabel sarana (X1) adalah t hitung sebesar 1,625 < t tabel
2,008, t hitung Variabel iklim sekolah (X2) adalah t hitung sebesar 2,816
> t tabel 2,008, t hitung Variabel motivasi (X3) adalah thitung sebesar
0,418 < ttabel 2,008 maka dapat disimpulkan bahwa hanya H2 atau
hipotesis kedua diterima. Artinya hanya iklim sekolah (X2) yang
memberikan pengaruh signifikan terhadap minat baca (Y) di SDN 82
Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros.
5. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Kelinieran Regresi
Digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas dengan
variabel terikat memiliki linear atau tidak. Uji ini dapat diketahui
menggunakan uji-t. Kriterianya apabila harga thitung lebih kecil atau
79
sama dengan ttabel pada taraf signifikansi 5% maka hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat dikatakan linear. Maka, dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Uji Kelinieran Regresi
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.782 6.708 .862 .393
Sarana .244 .150 .232 1.625 .110
Iklim
Sekolah .562 .200 .511 2.816 .007
Motivasi .057 .137 .064 .418 .678
a. Dependent Variable: Minat Baca
berdasarkan tabel output SPSS “Coefficients” di sebelah, diketahui
nilai t hitung:
1. Variabel sarana (X1) adalah thitung sebesar 1,625 < ttabel 2,008
maka dapat disimpulkan bahwa H1 atau hipotesis pertama ditolak.
Artinya tidak ada pengaruh sarana (X1) terhadap minat baca (Y).
2. Variabel iklim sekolah (X2) adalah thitung sebesar 2,816 > ttabell
2,008 dapat disimpulkan bahwa H2 atau hipotesis kedua diterima.
Artinya ada pengaruh iklim sekolah (X2) terhadap minat baca (Y).
3. Variabel motivasi (X3) adalah thitung sebesar 0,418 < ttabel 2,008
maka dapat disimpulkan bahwa H3 atau hipotesis ketiga ditolak.
Artinya tidak ada pengaruh motivasi (X3) terhadap minat baca (Y).
4. Variabel sarana (X1), variabel iklim sekkolah (X2), variabel motivasi
(X3) adalah t hitung Variabel sarana (X1) diperoleh t hitung sebesar
80
1,625 < t tabel 2,008, t hitung Variabel iklim sekolah (X2) diperoleh t
hitung sebesar 2,816 > t tabel 2,008, t hitung Variabel motivasi (X3)
diperoleh thitung sebesar 0,418 < ttabel 2,008 dapat disimpulkan
bahwa hanya H2 atau hipotesis kedua diterima. Artinya ada pengaruh
signifikan iklim sekolah (X2) terhadap minat baca (Y).
b. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.6 Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta
Toler
ance VIF
1 (Constant) 5.782 6.708 .862 .393
Sarana .244 .150 .232 1.625 .110 .423 2.367
Iklim
Sekolah .562 .200 .511 2.816 .007 .261 3.831
Motivasi .057 .137 .064 .418 .678 .364 2.749
a. Dependent Variable: Minat
Baca
Berdasarkan tabel output “Coefficients” pada bagian “Collinearty
Statistics” diketahui nilai tolerance untuk variabel sarana (X1) 0,423
variabel iklim sekolah (X2) 0,261 dan variabel motivasi (X3) 0,364 lebih
besar dari 0,10. Sementara, nilai VIF untuk variabel variabel sarana
(X1) 2,367 variabel iklim sekolah (X2) 3,831 dan variabel motivasi (X3)
2,749 < 10,00. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
multikolinearitas dalma model regresi.
81
c. Uji Autokorelasi
Tabel 4.7 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .755a .570 .544 6.110 1.779
a. Predictors: (Constant), Motivasi, Sarana, Iklim Sekolah
b. Dependent Variable: Minat Baca
Berdasarkan tabel output “Model Summary” di atas, diketahui nilai
Durbin-Watson (d) adalah sebesar 1,779. Selanjutnya nilai ini akan kita
bandingkan dengan nilai tabel durbin watson pada signifikansi 5%
dengan rumus (k;N). Adapun jumlah variabel sampel atau “N”=54,
maka (k;N)=(3;54). Nilai Durbin-Watson (d) sebesar 1,779 lebih besar
dari batas atas (dU) yakni 1,681 dan kurang dari (4-du) 4-1,681= 2,319.
Maka sebagaimana dasar pengambilan keputusan dalam uji durbin
watson diatas, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah atau
gejala autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.8 Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 7.607 4.342 1.752 .086
Sarana .176 .097 .376 1.816 .075
Iklim Sekolah -.189 .129 -.386 -1.466 .149
Motivasi -.040 .089 -.101 -.451 .654
a. Dependent Variable: Abs_RES
82
Berdasarkan tabel output “Coefficients” dengan variabel Abs_RES
berperan sebagai variabel dependent. Berdasarkan output di atas
diketahui nilai signifikansi (Sig.) untuk variabel sarana (X1) adalah
0,075. Untuk variabel iklim sekolah (X2) adalah 0,149 sementara untuk
variabel motivasi (X3) adalah 0,654. Karena nilai signifikansi ketiga
variabel di atas lebih besar dari 0,05 maka sesuai dengan dasar
pengambilan keputusan dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas dalam model regresi dari ketiga variabel bebas di
atas.
B. Pembahasan
Data yang diperoleh diolah kemudian dianalisis dan disimpulkan
berdasarkan output SPSS “Coefficients” yang menunjukkan sebagai
berikut:
1. Data Variabel X1 (Sarana)
Data tentang sarana pada Kelas III di SDN. 82 Pattene Kecamatan
Marusu Kabupaten Maros memiliki rentang skor teoritik 20-80. Skor
tertinggi yang diperoleh responden adalah 77 dan Skor terendah 42. Skor
rata-rata sebesar 62,6, Median sebesar 64, Modus sebesar 64. Hasil
penelitian berdasarkan output SPSS “Coefficients” menujukkan bahwa
nilai thitung variabel sarana (X1) adalah thitung sebesar 1,625 < ttabel
2,008 maka dapat disimpulkan bahwa H1 atau hipotesis pertama ditolak.
Artinya tidak ada pengaruh signifikan sarana (X1) terhadap minat baca (Y)
di SDN 82 Pattene.
83
Diketahui nilai tolerance untuk variabel sarana (X1) 0,423 lebih besar
dari 0,10. Sementara, nilai VIF untuk variabel variabel sarana (X1) 2,367<
10,00. Maka mengacu pada dasar pengambilan keputusan dalam uji
multikolinearitas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
multikolinearitas dalma model regresi. diketahui nilai signifikansi (Sig.)
untuk variabel sarana (X1) adalah 0,075 > 0,05 maka sesuai dengan
dasar pengambilan keputusan dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
gejala heteroskedastisitas dalam model regresi dari variabel sarana
sebagai variabel bebas.
Sarana di sekolah SDN 82 Pattene dalam upaya meningkatkan
minat baca siswa kelas III tidak memberikan pengaruh signifikan, dimana
tidak dioptimalkan dalam pemanfaatan peningkatan minat baca.
Sedangkan tujuan dari pengelolaan sarana dan prasarana ini adalah untuk
memberikan layanan secara profesional berkaitan dengan sarana dan
prasarana pendidikan agar proses pembelajaran bisa berlangsung secara
efektif dan efesien, (Irjus Indrawan, 2015:13).
Pemanfaatan sarana di SDN 82 pattene tidak dimanfaatkan sebaik
mungkin oleh siswa dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca,
dapat dilihat pada saat peneliti melakukan penelitian buku bacaan di
lemari kelas tidak di baca kembali saat jam kosong ataupun jam istirahat.
Siswa lebih memili bermain dari pada membaca, bisa jadi ini menjadi
faktor kenapa sarana tidak memberi pengaruh dalam meningkatkan minat
baca siswa.
84
2. Data Variabel X2 (Iklim Sekolah)
Data tentang iklim sekolah pada Kelas III di SDN. 82 Pattene
Kecamatan Marusu Kabupaten Maros memiliki rentang skor teoritik 20-80.
Skor tertinggi yang diperoleh responden adalah 79 dan Skor terendah 45.
Skor rata-rata sebesar 62,3 Median sebesar 62, Modus sebesar 66. Hasil
penelitian berdasarkan output SPSS “Coefficients” menujukkan bahwa
nilai thitung variabel iklim sekolah (X2) adalah thitung sebesar 2,816 >
ttabell 2,008 maka dapat disimpulkan bahwa H2 atau hipotesis kedua
diterima. Artinya ada pengaruh iklim sekolah (X2) terhadap minat baca
(Y).
Diketahui nilai tolerance untuk variabel iklim sekolah (X2) 0,261 <
10,00. Maka mengacu pada dasar pengambilan keputusan dalam uji
multikolinearitas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
multikolinearitas dalma model regresi. nilai signifikansi (Sig.) untuk
variabel iklim sekolah (X2) adalah 0,149 > 0,05 maka sesuai dengan
dasar pengambilan keputusan dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
gejala heteroskedastisitas dalam model regresi.
Iklim sekolah di SDN 82 Pattene dalam upaya meningkatkan minat
baca siswa kelas III memberikan pengaruh signifikan, dimana pada iklim
sekolah di SDN 82 Pattene memberikan upaya dalam peningkatan minat
baca. Ditegaskan bahwa jika murid merasakan suasana sekolah yang
kodusif, maka diharapkan murid akan mencapai prestasi akademik
yang memuaskan khususnya dalam meningkatkan minat baca.
85
Kekondusifan iklim sekolah mempengaruhui sikap dan tindakan seluru
komunitas sekolah tersebut, khususnya pada pencapaian prestasi
akademik murid. Purkey dan Smith (dalam Daryanto, 2015:25).
Suasana di SDN 82 Pattene dalam proses pembelajaran membuat
siswa menjadi disiplin dimana ketika sudah masuk jam plajaran pagar
sekolah ditutup sehingga tidak ada siswa yang keluar masuk
kepekarangan sekolah dan di jaga oleh satpam, saat jam pelajaran
siswa berada di kelasnya masing-masing sehingga membuat suasana
sekolah menjadi tenang disiplin dan bisa jadi memberi dampak positif
kepada siswa dalam proses belajar utamanya dalam membaca.
3. Data Variabel X3 (Motivasi)
Data tentang motivasi pada Kelas III di SDN. 82 Pattene Kecamatan
Marusu Kabupaten Maros memiliki rentang skor teoritik 20-80. Skor
tertinggi yang diperoleh responden adalah 80 dan Skor terendah 41. Skor
rata-rata sebesar 64,1 Median sebesar 67, Modus sebesar 73. Hasil
penelitian berdasarkan output SPSS “Coefficients” menujukkan bahwa
nilai thitung variabel motivasi (X3) adalah thitung sebesar 0,418 < ttabel
2,008 maka dapat disimpulkan bahwa H3 atau hipotesis ketiga ditolak.
Artinya tidak ada pengaruh motivasi (X3) terhadap minat baca (Y).
Diketahui nilai tolerance untuk variabel motivasi (X3) 2,749 < 10,00.
Maka mengacu pada dasar pengambilan keputusan dalam uji
multikolinearitas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
multikolinearitas dalma model regresi. nilai signifikansi (Sig.) untuk
86
variabel motivasi (X3) adalah 0,654 > 0,05 maka sesuai dengan dasar
pengambilan keputusan dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas dalam model regresi.
Motivasi siswa di sekolah SDN 82 Pattene dalam meningkatkan
minat baca siswa kelas III tidak memberikan pengaruh signifikan, dimana
tidak menjadi kesadaran dalam peningkatan minat baca. Oemar Hamalik
(2004 : 173) menjelaskan motivasi dapat berupa dorongan-dorongan
dasar atau internal dan intensif diluar individu atau hadiah. Motivasi adalah
proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat.
Selama penelitian peneliti mengamati siswa yang belum mampu
membaca di kelas III ternyata beberapa faktor kenapa masih ada siswa
yang belum mampu membaca disebabkan kurangnya motivasi dari luar
utamanya dari keluarga. Pemberian motivasi dari keluarga dalam upaya
meningkatkan minat baca siswa kurang bahkan jarang di berikan orang
tua, ini dilihat dari hasil angket dan tanya jawab kepada siswa yang belum
mampu membaca. Lingkungan di SDN 82 Pattene kebanyakan kedua
orang tua siswa adalah pekerja gudang, orang tua memberikan penuh
kesekolah dalam proses belajar mengajar tanpa mengontrol kemampuan
belajar utamanya dalam membaca.
4. Data Variabel Y (Minat Baca)
Data tentang minat baca pada Kelas III di SDN. 82 Pattene
Kecamatan Marusu Kabupaten Maros memiliki rentang skor teoritik 20-80.
Skor tertinggi yang diperoleh responden adalah 76 dan Skor terendah 38.
87
Skor rata-rata sebesar 59,7 Median sebesar 61, Modus sebesar 55. Hasil
penelitian berdasarkan output SPSS “Coefficients” menujukkan bahwa
nilai thitung variabel sarana (X1), variabel iklim sekkolah (X2), variabel
motivasi (X3) adalah t hitung Variabel sarana (X1) adalah t hitung sebesar
1,625 < t tabel 2,008, t hitung Variabel iklim sekolah (X2) adalah t hitung
sebesar 2,816 > t tabel 2,008, t hitung Variabel motivasi (X3) adalah
thitung sebesar 0,418 < ttabel 2,008 maka dapat disimpulkan bahwa
hanya H2 atau hipotesis kedua diterima. Artinya ada pengaruh signifikan
iklim sekolah (X2) terhadap minat baca (Y).
Dapat disimpulkan dari ketiga variabel bebes hanya iklim sekolah
yang memberi pengaruh signifikan dalam meningkatkan minat baca di
SDN 82 Pattene yang merupakan faktor institusional. Menurut Harris
dalam Indarwati (2011:30), mengemukakan bahwa minat baca
dipengaruhi oleh dua golongan yaitu golongan faktor personal dan
golongan faktor institusional.
minat merupakan suatu rasa yang lebih suka atau rasa ketertarikan
pada suatu kegiatan yang ditunjukkan dengan keinginan, kecenderungan
untuk memperhatikan kegiatan tersebut tanpa ada seorangpun yang
menyuruh, dilakukan dengan kesadaran diri,dan diikuti dengan perasaan
yang senang. Minat merupakan sumber motivasi seseorang. Sehingga
minat itu besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang dilakukan
seseorang. Bahkan kegiatan yang menarik minat siswa, akan
dilakukannya dengan senang hati.
88
membaca merupakan proses aktivitas komunikasi yang kompleks.
Membaca bertujuan untuk melihat, memahami isi atau makna, dan
memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-
kata atau bahasa tulis, sehingga diperoleh pemahaman terhadap bacaan.
Melalui membaca, informasi dan pengetahuan yang berguna bagi
kehidupan dapat diperoleh.
minat baca mengandung unsur keinginan, perhatian, kesadaran,
dan rasa senang untuk membaca. Minat baca adalah suatu
kecenderungan kepemilikan keinginan atau ketertarikan yang kuat dan
disertai usaha-usaha pada diri seseorang terhadap kegiatan membaca
yang dilakukan secara terus-menerus dan diikuti dengan rasa senang
tanpa paksaan, atas keinginannya sendiri atau dorongan dari luar,
sehingga seseorang tersebut mengerti atau memahami yang dibacanya.
Menurut Rahim (dalam Failasuf, 2013:28) mengemukakan bahwa
“minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang
untuk membaca. Seseorang yang mempunyai minat membaca yang kuat
akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan
dan kemudian membacanya atas kesadaran sendiri atau dorongan dari
luar”. Minat baca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai
dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga dapat
mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri
atau dorongan dari luar. Minat membaca juga merupakan perasaan
89
senang seseorang terhadap bacaan karena adanya pemikiran bahwa
dengan membaca itu dapat diperoleh kemanfaatan bagi dirinya.
Minat baca pada siswa kelas III di SDN 82 Pattene tidak dimiliki tiap
siswa. Minat baca jika dimiliki tiap siswa khusunya di kelas III pasti semua
siswa kelas III mampu membaca dengan lancar namun nyatanya masih
terdapat 9 siswa yang belum mampu membaca dengan lancar bahkan
ada yang tidak tau sama sekali membaca dimana masalah ini dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal. Dari hasil penelitian, saran dan motivasi
tidak memberi pengaruh signifikan terhadap minat baca di sekolah
tersebut ini bisa jadi karena kesadaran akan membaca belum ada.
Menurut Devi Diah Kurniawati, A ( 2015 ) pada penelitian relevan
meneliti dengan judul pengaruh kelengkapan fasilitas perpustakaan
terhadap minat baca siswa kelas V SD Muhammadiyah 10 Tipes
Surakarta tahun ajaran 2015. menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara Kelengkapan fasilitas perpustakaan terhadap Minat baca,
yang ditunjukkan dengan uji hipotesis yang diperoleh nilai signifikansi
0,000 < 0,05 dan t hitung > t tabel (7,229> 2,052) sedangkan perolehan
dari uji keberartian (0,000 < 0,05) dan f hitung > f tabel dengan df (1, 27) α
= 5%, maka (52,261 > 4,21 ). Dari hasil uji determinasi sebesar 0,651
menunjukkan bahwa kelengkapan fasilitas perpustakaan berpengaruh
cukup besar yang ditunjukan dengan hasil uji determinasi (R2) sebesar
0,651 artinya bahwa besarnya pengaruh kelengkapan fasilitas
90
perpustakaan terhadap minat baca adalah sebesar 65,1 %, sedangkan
34,9 % sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Hasil penelitian diatas memiliki persamaan dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti, hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara iklim sekolah terhadap peningkatan Minat
baca, dan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara saran dan
motivasi terhadap Minat baca di SDN 82 Pattene yang ditunjukan dengan
uji hipotesis yang diperoleh nilai thitung variabel sarana (X1), variabel iklim
sekkolah (X2), variabel motivasi (X3) adalah t hitung Variabel sarana (X1)
adalah t hitung sebesar 1,625 < t tabel 2,008, t hitung Variabel iklim
sekolah (X2) adalah t hitung sebesar 2,816 > t tabel 2,008, t hitung
Variabel motivasi (X3) adalah thitung sebesar 0,418 < ttabel 2,008 maka
dapat disimpulkan bahwa hanya H2 atau hipotesis kedua diterima. Artinya
ada pengaruh signifikan iklim sekolah (X2) terhadap minat baca (Y).
persamaan lainnya dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sama-
sama ingin mengetahui variabel bebas apakah ada pengaruh signifikan
terhadap minat baca. Perbedaan pada penelitian ini menggunakan tiga
variabel bebas yaitu saran, iklim sekolah, motivasi dan satu variabel terikat
yaitu minat baca disini peneliti ingin melihat apakah ada pengaruh
signifikan dari ketiga variabel bebas tersebut terhadap minat baca kelas III
SDN 82 Pattene sedangkan penelitian yang dilakukan Devi ingin melihat
pengaruh kelengkapan fasilitas perpustakaan terhadap minat baca kelas V
SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta.
91
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian
maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh sarana di SDN 82 Pattene
Kecamatan Marusu Kabupaten Maros dalam meningkatkan minat baca
pada siswa kelas III tidak memberi pengaruh yang signifikan, dapat dilihat
dari thitung sebesar 1,625 < ttabel 2,008 maka dapat disimpulkan bahwa
H1 atau hipotesis pertama ditolak. Artinya tidak ada pengaruh sarana (X1)
terhadap minat baca (Y).
Iklim sekolah di SDN 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten
Maros memberi pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan minat
baca, melalui kuisioner berupa angket yang dibagikan dan di analisis
diperoleh thitung sebesar 2,816 > ttabell 2,008 maka dapat disimpulkan
bahwa H2 atau hipotesis kedua diterima. Artinya ada pengaruh iklim
sekolah (X2) terhadap minat baca (Y).
Motivasi siswa pada SDN 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten
Maros dalam meningkatkan minat baca tidak memberi pengaruh yang
signifikan, dapat dilihat dari pengujian thitung sebesar 0,418 < ttabel 2,008
maka dapat disimpulkan bahwa H3 atau hipotesis ketiga ditolak. Artinya
tidak ada pengaruh motivasi (X3) terhadap minat baca (Y).
Sarana, iklim sekolah dan motivasi dalam meningkatkan minat baca
di SDN 82 Pattene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros ternyata dari
92
ketiga variabel bebas ini, tidak semua memberi pengaruh yang signifikan
dalam meningkatkan minat baca pada sekolah tersebut dapat dilihat dari
analisis data yang diperolah. Dimana dari ketiga variabel bebas tersebut
hanya iklim sekolah yang memberi pengaruh dalam meningkatkan minat
baca. kurangnya perhatian dari pihak sekolah dalam meningkatkan minat
baca dimana pihak sekolah dapat memanfaatkan sarana penunjang dan
motivasi siswa dalam membaca sehingga dapat meningkat.
93
B. Saran
Implikasi saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu informasi bagi
lembaga sekolah untuk memperbaiki mutu dan profesionalisme guru
dalam meningkatkan minat baca yang dapat dipengaruhi oleh
banyak faktor utamanya sarana, iklim sekolah dan pemberian
motivasi kepada siswa.
2. Informasi hasil penelitian ini semoga dapat menjadi masukan bagi
guru untuk mengatasi permasalahan dalam meningkatkan minat
baca siswa.
3. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi penulis lain
atau calon peneliti untuk menulis dan melakukan penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan variabel pada penulisan ini
demi pengembangan minat baca siswa dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, S., & Khosmas, F. Y. (2014). Pengaruh Sarana Belajar Terhadap Hasil Belajar siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi di MAN 2. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 3(5).
Ardiansyah, A. R., Rizal, Y., & Nurdin, N. (2014). Pengaruh Pemanfaatan
Sarana Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar. Jee (Jurnal Edukasi Ekobis), 2(6).
Arikunto, 2009. Metodologi Penelitian. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta Aviati, V. N., & Nurul, V. (2017). Kiat Menumbuhkan Gemar Membaca
Pada Anak SD Melalui Perpustakaan Sekolah. Kiat Menumbuhkan Gemar Membaca Pada Anak SD Melalui Perpustakaan Sekolah.
Bafadal, Ibrahim. 2001. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah . Jakarta:
Bumi Aksara. Bond, G. C., & Wanger, D. T. (1999). Gold catalysis. Catal Rev-Sci
Eng, 41, 319-388. Crow, Lester D.& Alice D. Crow. 1984. Psikologi Pendidikan. Alih bahasa:
Meitasari Tjandrasa. Surabaya: PT.Bina Ilmu Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Daryanto. 2015. Pengelolaan Budaya dan Iklim Sekolah. Gava Media.
Yogyakarta Depdikbud, T. P. K. (2008). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Depdiknas. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Depdagri Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdagri Departemen Agama RI.2007.Al-Qur'an dan Terjemahannya Al-Jumanatul
'Ali Seuntai Mutiara Yang Maha Luhur.Bandung:J-Art Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta Elfisa, M. K., & Yunaldi, Y. (2012). Layanan Pustakawan Anak terhadap
Anak di Perpustakaan Proklamator Bung Hatta dalam Menumbuhkan
Minat Baca Anak. Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, 1(1), 206-214.
Failasuf, Ashef Fiqo. 2013. Pengaruh Perhatian Orang TuaSiswa,
Kebiasaan Belajar dan Nilai UAN Terhadap Prestasi Mata Pelajaran Teori Pemesinan Kelas I SMK Negeri 3 Yogyakarta dan SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta Tahun 2012/2013.
Hakim, S. N., & Parameswari, A. (2015). Studi Komparasi Prestasi Belajar
Siswa Kelas Satu Sekolah Dasar Program Full-Day yang berasal dari Taman Kanak-Kanak Program Full-Day dan Reguler. Proseding seminarpsikologi & kemanusiaan, 363-367.
Hamalik, O. (1992). Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum.
Bandung: Mandar Maju. Hamalik, O. (2004). Proses belajar mengajar. Bumi Aksara. Harjono, Bob. 2015. Merangsang dan Melejitkan Minat Baca Anak Anda.
Yogyakarta: Manika Books. Hidayati, N. (2013). Peningkatan Minat Baca Melalui Storytelling Anak
Kelompok B Tk Al-Muttaqien Surabaya. PAUD Teratai, 2(1). Hurlock, Elizabet B. (1999). Perkembangan Anak. Alih bahasa:Meitasari
Tjandrasa. Jakarta:Erlangga Indarwati, Feri. 2011. Pemanfaatan Buku Teks Oleh Guru Dalam
Pembelajaran Sejarah (Studi Kasus SMA Negeri Kabupaten Semarang). Tugas Akhir Tesis.USM Surakarta
Indonesia, P. R. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Indrawan, Irjus. 2015. Pengantar Manajemen Sarana dan Prasarana
Sekolah. Deepublish. Yogyakarta Jannah, R. Pengaruh Iklim Sekolah Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI
Akuntansi. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 4(5). Kompri. 2014. Manajemen Sekolah. Bandung: ALFA- BETA Kurniasi,N,T. 2012. Pengaruh Kelelngkapan Sarana Belajar dan Aktivitas
Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD Negeri Kelas V Jurnal Penelitian. Kebumen.
Kurniawati, D. D. (2015). Pengaruh Kelengkapan Fasilitas
Perpustakaanterhadap Minat Baca Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Martinis, S. A. (2007). Amino acid Toxicities of Escherichia Coli that are
Prevented by Leucyl-tRNA Synthetase Amino acid Editing. Journal of bacteriology, 189(23), 8765-8768.
Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah
Panduan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muniroh. 2012. Iklim dan Budaya Sekolah, (Online),
(http://zahratulnajwa.blogspot.co.id/2012/05/iklim-dan-budayasekolah-oleh-muniroh-s.html, diakses 26 April 2018).
No, U. U. (43). Tahun 2007 tentang Perpustakaan. nd. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2007.tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (Sd/Mi), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (Smp/Mts), Dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (Sma/Ma).
Permendiknas, R. I. (2006). Nomor 23 Tahun 2006 tentang. Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Prasetyo, S. S. S., Purnomo, E., & Rusman, T. (2015). Pengaruh Iklim
Sekolah dan Sikap Siswa Melalui Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar. Jee (Jurnal Edukasi Ekobis), 3(1).
Putra, R. D. (2015). Pengaruh Minat Baca, Lingkungan Belajar Di Sekolah,
dan Pemanfaatan Sarana Belajar Di Sekolah Terhadap Hasil Belajar Ips Terpadu Siswa Kelas Vii Smp Kartika Ii-2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015 (Doctoral dissertation, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan).
Rahayu, R. S. (2016). Pengaruh Program Reading Morning terhadap
Minat Baca Peserta Didik Kelas V di MIN Sumurrejo Kota Semarang tahun Pajaran 2015/2016 (Doctoral dissertation, UIN Walisongo).
Sandjaja. (2005). Pengertian Minat Membaca Menurut Para Ahli.
Diperoleh 20 Agustus 2018 dari
http://aroxxkaluwatu.blogspot.com/2013/06/pengertian-minat-baca-menurut-paraahli_18.html
Sani, A., & Masyhuri.(2010). Metodologi Riset Manajemen Sumberdaya
Manusia. Santrock, Jhon W. 2007. Psikologi Pendidikan,. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. Sari, D. N., Rusman, T., & Nurdin, N. (2014). Pengaruh Motivasi, Metode
Mengajar, dan Ketersediaan Sarana Belajar Terhadap Hasil Belajar Ekonomi. JEE (Jurnal Edukasi Ekobis), 2(7).
Setiadi,dkk. 2008. Pengaruh Sarana dan Prasarana Belajar terhadap Hasil
Belajar Mata Pelajaran Alat ukur. Tugas Artikel Penelitian.UNS SEMARANG.
Siagian, N. S., & Marhadi, H. M. Pengaruh Pemanfaatan Perpustakaan
terhadap Peningkatan Minat Baca Siswa di Sdn 136 Pekanbaru Tahun Peajaran 2014/2015. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, 2(2), 1-6.
Siregar, S. (2015). Statistika Terapan untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Prenadamedia Group. Sudarmanto, R. G. (2005). Analisis regresi linear ganda dengan
SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sudjana, N. (2005). Metode statistika. Bandung: Tarsito, 168. Sudjana, N., & Rivai, A. (2002). Media Pendidikan. Bandung: Alumni
Bandung. Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung :Alfabeta. Sulistyo, A. (2017). Evaluasi Program Budaya Membaca di Sekolah Dasar
Negeri. Kelola: Jurnal Manajemen Pendidikan, 4(1), 48-58. Sutopo, H. B. (2006). Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasinya
dalam Penelitian. The Liang, Gie. 1995. Cara Belajar yang Efisien jilid II Edisi Keempat.
(diperbaharui). Yogyakarta:Liberty. Umar, Husein. Tiro, M. A., & Sukarna, A. (2010). Statistik Deskriptif Peubah Banyak.
Wahib, Abdul. et.al. 1998. PBM PAI di Sekolah (Eksistensi dan Proses
Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam). Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.
Wijayanti, S. H., & Warmiyati, M. M. T. (2012). Peningkatan Minat Baca
Melalui Peran Perpustakaan Sekolah Dasar Di Desa Cisauk, Tangerang. Dharmakarya, 1(2).
William. (1995). Fast Effective Rule Induction. In Machine Learning
Proceedings 1995 (pp. 115-123).