34
PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS AMPAS RUMPUT LAUT JANUAR RAGIL PUTRA DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

PENGARUH PENAMBAHAN ZAT HIGROSKOPIS TERHADAP

KUALITAS DAN DAYA SIMPAN AMPAS RUMPUT LAUTSEBAGAI

BAHAN PAKAN

PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA PENYIMPANAN

TERHADAP KUALITAS AMPAS RUMPUT LAUT

JANUAR RAGIL PUTRA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,
Page 3: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Proses Pengeringan

Dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Ampas Rumput Laut adalah benar karya saya

dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian

Bogor.

Bogor, Juli 2015-07-27

Januar Ragil Putra

NRP D24110066

Page 4: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,
Page 5: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

ABSTRAK

JANUAR RAGIL PUTRA. Pengaruh Proses Pengeringan Dan Lama Penyimpanan Terhadap

Kualitas Ampas Rumput Laut. Dibimbing oleh YULI RETNANI dan HERI AHMAD

SUKRIA.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh proses pengeringan dan lama

penyimpanan pada ampas rumput laut. Limbah ampas rumput laut merupakan hasil samping

produksi rumput laut menjadi agar-agar PT Agar Swallow yang diisukan mencemari

lingkungan. Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan untuk menganalisa sifat fisik,

kandungan nutrien, kandungan mineral, serangan serangga, daya simpan selama 2 minggu

serta pengurangan kadar air bahan pada pengeringan matahari maupun dryer. Analisis

percobaan yang digunakan adalah RAL Faktorial (3x3) dengan faktor A0: ampas rumput laut

segar tanpa perlakuan, A1: ampas rumput laut dengan pengeringan matahari, dan A3: ampas

rumput laut dengan pengeringan dryer suhu 60oC, faktor B adalah waktu penyimpanan (0, 1

dan 2 minggu) dengan tiga kali ulangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses

pengeringan berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap penurunan kandungan kadar air masing-

masing A0=74.68±0.42%; A1=12.13±0.33%; A3=12.56±1.27%, aktivitas air masing-masing

A0=0.86±0.01; A1=0.68±0.00; A2=0.69±0.01, dan ukuran partikel bahan masing-masing

A0=1194.3±2.5 mikron; A1=468.6±2.1 mikron; A2=913.1±2.4 mikron. Proses pengeringan

matahari selama 3 hari dan proses pengeringan menggunakan dryer 60o selama 9 jam dengan

penyimpanan selama 2 minggu dapat memberikan kualitas ampas rumput laut yang baik.

Kata kunci: ampas rumpur laut, dryer¸matahari, pengeringan

ABSTRACT

JANUAR RAGIL PUTRA. The Effect of Heating Process and Storage Time in the Quality of

Seaweed Waste. Supervised by YULI RETNANI and HERI AHMAD SUKRIA.

This research aimed to observe the effect of heating procceses and storage duration of

the seaweed waste. Seaweed wastewas a waste from the production of agar PT Agar Swallow

that were issued contaminate the surrounding environment. This research was carried out for

2 months to analyzechemical and physical properties, insect attack and storage time for 2

weeks. The experimental design used was CRD (3x3) with 2 factors, factor A were A0:

seaweed waste without treatment, A1: seaweed waste with sun drying, A2: seaweed waste

with 60oC dryer heating. Factor B was storage times (0, 1 and 2 weeks) with three

replications.The result showed that the heating processes were significally effected (p<0.05)

on decreasing the water content each A0=74.68±0.42%; A1=12.13±0.33%;

A3=12.56±1.27%, water activity each A0=0.86±0.01; A1=0.68±0.00; A2=0.69±0.01, and

particle size of seaweed waste each A0=1194.3±2.5 mikron; A1=468.6±2.1 mikron;

A2=913.1±2.4 mikron. Both 3 days sun drying and artificial 9 hours drying in 60oC with

storage duration for 2 weeks could give the result of seaweed waste with the fine quality.

Keywords: dryer,heating,seaweed waste, sun

Page 6: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,
Page 7: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

JANUAR RAGIL PUTRA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2015

PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA PENYIMPANAN

TERHADAP KUALITAS AMPAS RUMPUT LAUT

Page 8: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,
Page 9: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

Judul Skripsi : Pengaruh Proses Pengeringan dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Ampas Rumput Laut

Nama NRP

: J anuar Ragil Putra : D24110066

~ Prof Dr Ir Yuli Retnani, MSc

,¢/""41fuL,. "'5 -t-pf~~tfp

Tanggal Lulus: 2 .:. S\:.P 2\J \:.J

Disetujui oleh

Dr Ir Heri Ahmad Sukria, MAgrSc Pembimbing II

Page 10: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,
Page 11: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahuwata’ala atas segala

karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penulis juga menyampaikan

terima kasih kepada PT Agar Swallow yang telah mendanai proyek penelitian ini dengan

judul Pengolahan Limbah Rumput Laut PT Agar Swallow Sebagai Pakan Ternak Komersil

yang diketuai oleh Prof. Dr. Ir. Yuli Retnani MSc.

Potensi dari ampas rumput laut sangat besar mengingat besarnya produksi rumput laut

di Indonesia. Ampas rumput laut yang merupakan hasil samping dari pengolahan Agar-agar

dituding mencemari lingkungan sekitar. Ampas rumput laut tersebut dapat dijadikan pakan

yang bermanfaat jika diberikan pengolahan yang baik dan benar, salah satunya menjadi

bahan baku pakan. Pengolahan yang baik dapat diterapkan untuk memanfaatkan bahan

tersebut, salah satunya melalui proses pengeringan.

Kritik dan saran diperlukan untuk membangun dan guna penyempurnaan di masa

mendatang. Semoga penulisan karya ilmiah ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Bogor, Agustus 2015

Januar Ragil Putra

Page 12: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,
Page 13: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

DAFTAR ISI

PERNYATAAN SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI i

ABSTRAK iii

LEMBAR PENGESAHAN vii

PRAKATA ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

MATERI DAN METODE 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Materi 2

Bahan 2

Peralatan 2

Metode 2

Prosedur Percobaan 2

Persiapan bahan penelitian 2

Proses pengeringan dengan sinar matahari 3

Proses pengeringan dengan mesin dryer 3

Proses penyimpanan 3

Analisis uji kimia 3

Uji ketahanan serangan serangga 3

Rancangan percobaan dan analisis data 4

Perubah yang diamati 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Karakteristik dan proses produksi ampas rumput laut 5

Kandungan nutrien ampas rumput laut 6

Analisis kandungan zat makanan ampas rumput laut 9

Kualitas fisik 10

Keadaan umum selama penyimpanan 11

Kadar air 11

Aktivitas air 12

Ukuran partikel 13

Serangan serangga 13

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 17

RIWAYAT HIDUP 19

UCAPAN TERIMA KASIH 19

Page 14: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

DAFTAR TABEL

1. Analisis proksimat dan mineral ampas rumput laut segar 6

2. Suhu dan Rh rata-rata matahari selama pengeringan 7

3. Kandungan nutrien ampas rumput laut (%BK) 9

4. Kualitas fisik ampas rumput laut setelah pengeringan 10

5. Rataan suhu dan Rh ruang penyimpanan selama penyimpanan 11

6. Analisis kadar air ampas rumput laut 11

7. Hasil analisis aktivitas air ampas rumput laut 12

8. Ukuran partikel ampas rumput laut sebelum dan setelah

pengeringan di berbagai waktu simpan 13

9. Diameter rata-rata bahan (Dgw) 13

DAFTAR GAMBAR

1. Proses produksi ampas rumput laut 5

2. Kandungan kadar air pada suhu dan waktu yang berbeda 8

DAFTAR LAMPIRAN

1. Analisis ragam kadar air 17

2. Uji lanjut Duncan kadar air 17

3. Analisis ragam aktivitas air 17

4. Uji lanjut Duncan aktivitas air 18

5. Analisis ragam ukuran partikel 18

6. Uji lanjut Duncan ukuran partikel 18

Page 15: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

1

PENDAHULUAN

Rumput laut merupakan bahan yang sangat populer di dunia perdagangan

yang dapat dimanfaatkan mulai dari sektor kuliner, kosmetik, hingga ke bidang

pertanian. Di perairan Indonesia hampir semua jenis rumput laut tumbuh dan

tersebar. Produksi rumput laut di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Pada

tahun 2005 produksi rumput laut mencapai 910.636 ton. Produksi rumput laut

meningkat lebih tinggi pada tahun 2010, yakni mencapai 2.672.800 ton (Basmal

2010). Luas lahan budidaya rumput laut di Indonesia mencapai 769.452 ha dan

pemerintah menyebutkan pada tahun 2014 produksi rumput laut mencapai 10 juta

ton (Kemendag 2014). Rumput laut atau alga laut memiliki jenis yang beragam,

diantaranya Porphyra sp, Undaria sp, Gelidium sp, dan Sargassum sp. Rumput

laut yang sudah banyak dibudidayakan adalah jenis Gracilaria sp dan Euchema

cottoni Salah satu jenis rumput laut yang digunakan untuk produksi agar-agar

adalah Gracilaria sp (Anggadiredja 2006).

Salah satu industri yang memanfaatkan komoditi ini dalam jumlah besar

adalah PT Agar Swallow, kecamatan Citeureup, kabupaten Bogor. Hasil samping

yang dihasilkan Industri ini berjumlah sangat besar yaitu mencapai 720 ton/tahun

dan dituding masyarakat sebagai penyebab pencemaran lingkungan karena

dibuang ke sungai secara sembarangan (Basmal 2003). Oleh karena itu PT Agar

Swallow dituntut segara mencari solusinya. Potensi hasil samping pengolahan

rumput laut tersebut sangat besar, namun ampas rumput laut segar memiliki

karakteristik kandungan kadar air yang tinggi yaitu sebesar 74% yang

membutuhkan proses pengolahan yang tepat. Dengan adanya proses pengolahan

diharapkan nilai guna dari ampas rumput laut tersebut meningkat dan dapat

dimanfaatkan secara maksimal terutama di bidang pakan ternak. Salah satu proses

pengolahan adalah proses pengeringan.

Pengeringan adalah proses pengeluaran air atau pemisahan air dari bahan

dengan menggunakan energi. Secara garis besar pengeringan dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu pengeringan alami dan pengeringan buatan. Pengeringan

alami adalah pengeringan dengan meniru alam bekerja atau dengan kata lain

menggunakan energi/panas matahari. Pengeringan dengan sinar matahari biasanya

menghasilkan mutu yang baik, asalkan cara-cara pengeringan yang dianjurkan

diikuti dengan seksama (Kartasapoetra 1994). Pengeringan buatan merupakan

metode pengeringan dengan menggunakan alat atau mesin. Mesin pengering yang

sederhana terdiri atas satuan baling-baling kipas angin, satuan alat pemanas,

satuan alat pengering, dan satuan motor penggerak. Menurut SNI (2011) pakan

yang baik ialah pakan yang mengandung KA sebesar 14% sedangkan untuk

penyimpanan adalah 12%.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh proses pengeringan

yang berbeda terhadap kualitas dan lama penyimpanan ampas rumput laut,

sehingga ampas rumput laut ini dapat dimanfaatkan sebagai sesuatu yang

bermanfaat dengan ketersediaan yang diharapkan selalu ada yaitu sebagai bahan

pakan alternatif.

Page 16: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

2

MATERI DAN METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan Maret 2015 hingga Mei

2015 di Laboratotium Industri Pakan, dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi

Pakan. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Materi

Bahan

Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ampas rumput

laut yang diperoleh dari PT Agar Swallow.

Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dryer counter flow,

grinder, termometer, alat uji AW digital, alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

timbangan, pengaduk), alat uji proksimat untuk komposisi kimiawi uji kadar air,

kadar abu, kadar serat kasar, kadar protein kasar, serta peralatan lain yang

menunjang kegiatan penelitian.

Metode

Prosedur Percobaan

Persiapan bahan penelitian

Ampas rumput laut yang diperoleh langsung dari PT Agar Swallow

sebagai limbah pengolahan agar-agar digiling tanpa screen terlebih dahulu. Lalu

dihitung kadar air sebagai hasil untuk kadar air segar.

Proses pengeringan dengan sinar matahari

Dilakukan sampling untuk proses pengeringan matahari. Ampas rumput

laut segar diambil dari karung penyimpanan pada sudut kanan kiri karung dan

tengah karung kemudian dihomogenkan. Ampas rumput laut ditimbang sebanyak

2 kg. Ampas rumput laut kemudian ditumpuk dengan panjang dan lebar yang

dibuat seragam, dengan panjang dan lebar 60x50 cm dan tinggi 2 cm dengan

digunakan ulangan sebanyak 3 kali. Lalu selama pengeringan di bawah panas

sinar matahari bahan dialasi di atas terpal di dalam laboratorium industri pakan di

bawah shading. Pengeringan dilakukan selama 3 hari dan suhu serta kelembaban

ruang penyimpanan diukur dengan termometer ruangan digital yang diletakkan di

dekat sampel. Setelah bahan mencapai kadar air yang optimal yaitu sekitar 14%,

Page 17: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

3

dilakukan sampling kedua dengan cara yang sama tiap ulangan dan ditimbang 200

g untuk dilakukan uji fisik, dihitung kadar air, aktivitas air dan analisis proksimat.

Kemudian dilakukan juga penyimpanan terhadap bahan selama 2 minggu yang

setelah itu dilakukan uji fisik dan serangan serangga.

Proses pengeringan dengan mesin dryer

Dilakukan sampling untuk proses pengeringan dryer. Ampas rumput laut

segar diambil dari karung penyimpanan pada sudut kanan kiri karung dan tengah

karung kemudian dihomogenkan. Ampas rumput laut ditimbang sebanyak 2 kg

lalu dikeringkan dalam dryer bersuhu 60o selama 9 jam dengan digunakan

ulangan sebanyak 3 kali. Penentuan suhu dan waktu pengeringan didasarkan pada

penelitian pendahuluan yang sebelumnya dilakukan terlebih dahulu. Penelitian

pendahuluan dilakukan secara bertahap dengan suhu dan waktu yang berbeda

beda. Dimulai dari suhu 40oC, 50oC, dan 60oC dengan waktu 1 jam hingga 12

jam. Setelah bahan mencapai kadar air yang optimal yaitu 14 %, dilakukan

sampling kedua dengan cara yang sama tiap ulangan dan ditimbang 200 g untuk

dilakukan uji fisik, dihitung kadar air, aktivitas air dan analisis proksimat.

Kemudian dilakukan juga penyimpanan terhadap bahan selama 2 minggu. Lalu

dilakukan uji fisik dan serangan serangga.

Proses penyimpanan

Ampas rumput laut yang telah mencapai kadar air yang optimal pada

kedua pengeringan, dimasukkan ke dalam karung plastik sebanyak 500 g pada

masing-masing karung. Tiap perlakuan dilakukan dengan 3 ulangan.

Penyimpanan dilakukan di dalam gudang yang beralaskan pallet yang terbuat dari

kayu. Pengamatan berupa uji fisik dan serangan serangga dilakukan pada

penyimpanan minggu ke-0, 1 dan 2.

Analisis Uji Kimia

Pengukuran kadar air dilakukan menurut prosedur dari AOAC (2003),

aktivitas air diukur dengan aw meter digital, ukuran partikel menggunakan

metode ASAE (American Society of Agriculture Engineering) (1993).

Uji Ketahanan Serangan Serangga

Limbah ampas rumput laut yang disimpan selama 2 minggu diayak

menggunakan saringan Vibrator balmill no.16 yang bertujuan agar serangga dapat

lolos tapi ampas tidak, kemudian serangga yang lolos dihitung jumlahnya.

Kemudian bahan yang telah diperiksa diberi kode, berikut kode pemeriksaan yang

ada (Roza, 1998):

C/A = Aman, yaitu tidak terlihat serangga dan tidak ditemukan adanya serangga

dari bahan.

C/R = Ringan, yaitu terlihat adanya serangga, maksimum 1-2 ekor kg-1 bahan.

C/M = Medium, yaitu serangga terlihat sekitar 3-5 ekor kg-1 bahan.

Page 18: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

4

C/B = Berat, yaitu serangga jelas banyak ditemukan sekitar 6-10 ekor kg-1 bahan.

C/SB = Sangat berat, yaitu serangga > 10 ekor kg-1 bahan.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial yang terdiri dari 3 perlakuan dan 3

ulangan. Data analisis menggunakan program SPSS untuk analisis ragam

(ANOVA). Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata diuji lanjut dengan uji

Duncan. Model matematika dari rancangan ini adalah:

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

Dimana:

Yijk = Nilai pengamaan pada faktor A taraf ke-I faktor B taraf ke-j dan ulangan

ke-k

µ = Nilai rataan umum

αi = Pengaruh taraf ke-i dari faktor A

βj = Pengaruh taraf ke-j dari faktor B

(αβ)ij = Pengaruh interaksi dari faktor A dan faktor B

εijk = Pengaruh acak yang menyebar normal (0,σ2).

Dengan menggunakan 2 faktor sebagai berikut :

Faktor A:

A0 = ampas rumput laut segar tanpa perlakuan pengeringan.

A1 = ampas rumput laut dengan pengeringan matahari selama 3 hari.

A2 = ampas rumput laut dengan pengeringan menggunakan mesin dryer dengan

suhu 60oC selama 9 jam.

Faktor B:

B0 = penyimpanan pada minggu ke-0

B1 = penyimpanan pada minggu ke-1

B2 = penyimpanan pada minggu ke-2

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah uji fisik yang terdiri dari

warna, aroma, tekstur, ukuran partikel, dan ketahanan serangan serangga. Serta

komposisi kimia yang terdiri dari aktivitas air (Aw), kadar air, protein kasar, serat

kasar, kadar abu, dan kandungan mineral Ca dan P.

Page 19: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik dan Proses Produksi Ampas Rumput Laut

Ampas rumput laut yang digunakan pada penelitian ini merupakan hasil

samping dari proses pengolahan rumput laut jenis Gracilaria sp menjadi agar-

agar. Jenis rumput laut ini banyak digunakan dibandingkan dengan jensi lainnya

dikarenakan rumput laut Gracilaria sp mudah diperoleh, murah, dan mudah

dalam pengolahan (Alamsjah et al. 2010). Ampas rumput laut dihasilkan dari

proses ekstraksi kedua pengolahan rumput laut menjadi agar-agar. Rumput laut

Gracilaria sp direndam selama 1 malam kemudian dipisahkan dari kotoran-

kotoran. Dilakukan pemucatan dengan merendam rumput laut di dalam air kapur

0.5% selama 5-10 menit, kemudian rumput laut direndam kembali dalam air dan

dijemur di bawah sinar matahari sampai kering. Selanjutnya rumput laut

diekstraksi melalui dua tahap. Tahap ekstraksi awal, rumput laut direbus dengan

air selama 2 jam (suhu 85oC - 95oC) sambil diaduk. Hasil perebusan disaring,

kemudian ampas direbus kembali selama 1 jam. Hasil perebusan disaring, ampas

rumput laut dibuang. Berikut merupakan diagram proses pembuatan agar-agar dan

proses dihasilkannya ampas rumput laut (Irianto dan Giyatmi 2009)

Gambar 1 Proses pengolahan agar-agar dari rumput laut

Rumput Laut (Gracilaria sp)

Pembersihan

Pemucatan dengan larutan

kapur 5%

Penjedalan dengan KCL

atau KOH

Drying

Agar-agar

Ekstrasi 1

Ekstrasi 2

cairan

Padatan (ampas rumput

laut)

padatan

cairan

Page 20: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

6

Kandungan Nutrien Ampas Rumput Laut

Gracilaria sp merupakan salah satu jenis rumput laut penghasil agar yang

memiliki kandungan nutrien (16-20)% air, (2.3-5.9)% protein, (0.3-0.55)% lemak,

(67,85-76,15)% karbohidrat, (0.8-2.1)% serat, dan (3.4-3.6)% abu (Salamah et al.

2006). Komposisi kimia yang terkandung dalam rumput laut bervariasi dari setiap

spesies. Hal ini dipengaruhi oleh lokasi budidaya dan musim panen. Faktor lain

yang mempengaruhinya adalah konsentrasi CO2, suhu tekanan udara, dan

intensitas cahaya matahari.

Ampas rumput laut memiliki potensi besar untuk lebih dimanfaatkan

melihat produksi rumput laut yang sangat tinggi di Indonesia. Berdasarkan data

penelitian oleh Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan

Perikanan Tahun 2002-2003, jumlah ampas rumput laut yang dihasilkan pada

pengolahan agar berkisar 70-85% (Basmal et al 2003). Ampas rumput laut yang

didapatkan langsung dari PT. Agar Swallow berbentuk bongkahan. Dilakukan

proses penggilingan terlebih dahulu agar dapat diproses lebih lanjut. Ampas

rumput laut segar setelah penggilingan memiliki karakteristik diantaranya

berwarna coklat tua, beraroma normal khas agar-agar, bertekstur kasar dengan

ukuran partikel sebesar 1.96±0.05 mm. Selain itu ampas rumput laut segar juga

memiliki komposisi kimia sebagai berikut.

Tabel 1 Analisis kandungan zat makanan ampas rumput laut segar (%BK)

Kandungan zat makanan* %

BK 22.78

Abu 58.16

PK 3.43

SK 11.59

LK 0.94

BETN 25.88

Ca 0.75

P 0.21 *Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Bogor (2015). BK: bahan kering, PK: protein kasar, SK: serat kasar, LK: lemak kasar, BETN:

bahan ekstrak tanpa nitrogen, Ca: Calsium, P: Phospor.

Tabel 1 menunjukkan kandungan zat makanan dari ampas rumput laut

segar. Ampas rumput laut memiliki kadar air yang sangat tinggi dilihat dari BK

yang didapat. Kadar air ampas rumput laut menjadi lebih tinggi dari rumput laut

dikarenakan proses pembuatan agar melalui tahap perebusan sehingga terjadi

penyerapan air yang tinggi. Kadar abu pada ampas rumput laut juga sangat tinggi

yaitu sebesar 58.16%. Menurut Aini (2015) ampas rumput laut mengandung

58.58% abu. Santi (2012) menyatakan kadar abu bahan dasar rumput laut sendiri

sebesar 30.89% hingga 46.25%. Setelah melalui proses pengolahan hingga

dihasilkan ampas rumput laut kandungan abu menjadi lebih tinggi karena di

dalam proses ekstrasi sendiri dilakukan pemucatan dengan larutan kapur. Kapur

sendiri adalah mineral terutama kalsium (Ca) yang merupakan bagian dari abu.

Kandungan PK dan LK ampas rumput laut rendah yaitu hanya sebesar 3.43% dan

0.94%. dibandingkan dengan kandungan rumput laut sendiri protein ampas

Page 21: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

7

rumput laut lebih kecil. Hal ini dikarenakan saat proses produksi agar-agar

hingga dihasilkannya ampas rumput laut menggunakan perebusan dengan suhu

yang tinggi yaitu 85-95oC. Suhu yang tinggi tersebut dapat menyebabkan protein

larut dan terpisah dari ampas rumput laut sehingga menjadi lebih kecil jumlahnya.

Bahan pakan yang berasal dari tanaman, hewan dan ikan yang mengandung

protein kasar 20% atau lebih dan kandungan serat kasarnya lebih rendah dari 18

% merupakan bahan pakan sumber protein (Tillman et al. 1998). Maka dari itu

ampas rumput bukan merupakan bahan sumber protein. Serat kasar ampas rumput

laut sebesar 11.59 hal ini sesuai dengan pernyataan Hartati (2001) bahwa

kandungan serat kasar limbah agar-agar adalah sebesar 11.56%.

Dilihat dari komposisi kimia pada Tabel 1 maka dilakukan proses

pengeringan untuk mengetahui pengaruh proses pengeringan yang berbeda

terhadap kualitas ampas rumput laut. Pengeringan adalah proses pengeluaran air

atau pemisahan air dalam jumlah yang relatif kecil dari bahan dengan

menggunakan energi panas. Proses pengeringan dilakukan dengan dua cara yaitu

dengan pengeringan matahari dan pengeringan menggunakan mesin dryer.

Pengeringan matahari dilakukan di bawah naungan berupa fiber dan suhu dicatat

selama penelitian. Pengeringan matahari diakukan di bawah naungan fiber glass

untuk menanggulangi agar terlindung dari air hujan. Pengeringan kedua yaitu

menggunakan artificial dryer atau mesin dryer. Penggunaan mesin ini membuat

lingkungan dapat dikontrol sesuai keinginan. Menurut Yani et al (2009) kecepatan

aliran udara yang tinggi dapat mempersingkat waktu pengeringan. Arah aliran

udara pengering yang sejajar dengan produk lebih efektif dibandingkan dengan

aliran udara yang datang dalam arah tegak lurus produk. Proses pengeringan

sangat dipengaruhi oleh lama dan suhu pengeringan.

Keadaan cuaca pada saat proses pengeringan sangat cerah, panas matahari

cukup baik dan tidak hujan. Pengukuran suhu dilakukan 3 kali dalam sehari yaitu

pada pukul 09.00 WIB, pukul 12.00 WIB dan pukul 15.00 WIB. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui suhu rataan tertinggi dan terendah dalam satu hari pengeringan.

Suhu dan Rh rata-rata harian matahari pada proses pengeringan matahari selama 3

hari adalah 34.54oC dan 57.22%. Kondisi selama pengeringan matahari yang baik

akan mempercepat proses pengeringan. Suhu, kelembaban, arah aliran udara, serta

lingkungan merupakan faktor penting yang mempengaruhi proses pengeringan.

Pengeringan menggunakan mesin dryer suhu dan lama waktu pengeringan

yang digunakan didasarkan pada penelitian pendahuluan untuk mendapatkan suhu

dan kadar air optimal yang ingin dicapai. Data yang didapat pada penelitian

pendahuluan ditampilkan pada gambar 2.

Page 22: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

8

Ket :

Gambar 2 kandungan kadar air pada suhu dan waktu yang berbeda dengan

pengeringan dryer

Hasil di atas menunjukkan perbedaan kadar air pada suhu dan waktu yang

berbeda. Pada suhu tinggi dan waktu yang lebih lama kadar air yang terkandung

dalam bahan akan memiliki nilai yang lebih kecil. Hal ini sesuai bahwa proses

pengeringan sangat dipengaruhi oleh lama dan suhu pengeringan. Menurut SNI

(2011) pakan yang baik untuk penyimpanan ialah pakan yang mengandung kadar

air sebesar 12%. Dilihat pada gambar 2, pengeringan dengan suhu 40oC kadar air

yang diinginkan belum tercapai. Kemudian dilakukanlah pengeringan pada suhu

50oC. Pengeringan 50oC dengan lama waktu 12 jam dapat menurunkan kadar air

hingga 14.57% namun belum mencapai kriteria SNI sebagai kadar air simpan.

Kemudian untuk meningkatkan efisiensi waktu dan penurunan kadar air lebih

lanjut dilakukanlah pengeringan pada suhu 60oC. Pada pengeringan 60oC didapat

kadar air yang diinginkan dengan lama waktu pengeringan 9 jam yaitu sebesar

12.56%. Pengeringan memiliki beberapa keuntungan. Diantaranya pengeringan

dapat menjadikan bahan pangan sesuai untuk pengolahan lebih lanjut, sehingga

memudahkan penanganan, pengemasan, pengangkutan dan konsumsi (Iradiasi

1991). Disamping memberikan keuntungan, pengeringan juga mempunyai

beberapa kerugian yaitu karena sifat asal dari bahan yang dikeringkan dapat

berubah misalnya bentuknya, sifat-sifat fisik dan kimianya, penurunan mutu dan

lain-lainnya (Winarno 1980). Pada persiapan bahan, terlebih dahulu bahan

digiling karena sebelumnya bahan berbentuk bongkahan. Menurut Rachmawan

(2001) lama pengeringan dapat dipersingkat dengan pengurangan ukuran bahan

yang dikeringkan. Penelitian ini menggunakan suhu 60oC dengan lama waktu

40oC 50oC 60oC

Page 23: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

9

pengeringan 9 jam untuk mendapatkan KA sesuai dengan yang diinginkan untuk

dilakukannya perbandingan kualitas di antara dua metode pengeringan yang

dilakukan.

Analisis Kandungan Zat Makanan Ampas Rumput Laut

Analisis proksimat dilakukan setelah proses pengeringan. Pengaruh proses

pengeringan terhadap ampas rumput laut disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kandungan nutrien ampas rumput laut (% BK)

Peubah Perlakuan

A0 A1 A2

BK(%)

Abu (%)

22.78

58.16

87.87

64.47

87.44

47.60

PK (%) 3.43 4.23 4.55

SK (%) 11.59 10.83 10.88

LK (%) 0.94 1.24 0.97

BETN (%) 25.88 19.22 36.00

Ca (%) 0.75 1.22 0.69

P (%) 0.21 0.13 0.10 Keterangan: A0 (ampas rumput laut tanpa perlakuan pengeringan), A1 (ampas rumput laut dengan

pengeringan matahari), A2 (ampas rumput laut dengan pengeringan mesin dryer 60oC selama 9

jam)

Perlakuan dengan melakukan pemanasan terhadap ampas rumput laut

dapat menurunkan kadar air bahan dan meningkatkan bahan kering (BK) karena

bahan kering dipengaruhi jumlah kadar air suatu bahan (Suparjo 2000). Kadar abu

pada bahan pakan dapat menentukan jumlah mineral yang ada dalam suatu bahan

pakan (Herniawan 2010). Abu merupakan zat anorganik yang tersisa dari hasil

pembakaran zat organik. Semakin tinggi kadar abu maka semakin tinggi

kandungan mineralnya (Herniawan 2010). Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil

yang didapat bahwa kandungan abu tertinggi pada perlakuan A1 yaitu sebesar

64.47% memiliki kandungan mineral terutama Ca lebih tinggi daripada perlakuan

lain dengan kandungan Ca sebesar 1.22%.

Bahan organik merupakan selisih antara bahan kering dan abu yang di

dalamnya termasuk kandungan karbohidrat, lemak, dan protein secara kasar.

Berdasarkan hasil yang didapat pada perlakuan A1 dan A2 kandungan protein

kasar lebih tinggi yaitu 4.23% dan 4.55%. Hal ini diduga karena terjadinya variasi

pada sampling ataupun variasi pada analisa yang menyebabkan kandungan nutrien

ampas rumput laut berbeda.

Kandungan BETN pada tiap perlakuan berbeda-beda. Soejono (1994)

menyatakan bahwa besar kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung

pada komponen lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar.

BETN didapat dari hasil perhitungan 100 yang dikurangi dengan jumlah

persentase abu, protein kasar, serat kasar, dan lemak kasar.

Page 24: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

10

Kualitas Fisik

Pengujian kualitas fisik merupakan analisis pakan dengan cara melihat

keadaan fisiknya. Pengujian secara fisik disamping dilakukan untuk mengenali

bahan pakan secara fisik juga dapat untuk mengevaluasi bahan pakan secara

kualitatitif.. Pengolahan berupa pengeringan dengan menggunakan panas matahari

ataupun mesin dryer menyebabkan beberapa perbedaan karakteristik pada ampas

rumput laut. Proses pengeringan mempengaruhi penampakan fisik maupun

kualitas fisik bahan. Hasil kualitas fisik dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Kualitas fisik ampas rumput laut setelah pengeringan

Perlakuan Peubah yang diamati

Warna Aroma Ukuran partikel (mikron)

Segar Coklat

Tua Khas agar-agar 1194.3±2.5

Matahari Coklat

muda

Khas agar-agar

berkurang 468.6±2.1

Dryer Coklat

muda

Khas agar-agar

berkurang 913.1±2.4

Keterangan: A0 (ampas rumput laut tanpa perlakuan pengeringan), A1 (ampas rumput laut dengan

pengeringan matahari), A2 (ampas rumput laut dengan pengeringan mesin dryer 60oC selama 9

jam)

Perlakuan dengan pemanasan matahari merubah warna ampas rumput laut

menjadi coklat muda, begitupun dengan pemanasan menggunakan mesin dryer.

Hal ini dikarenakan proses dihasilkannya ampas rumput laut adalah dilakukannya

proses pemucatan dengan larutan kapur dan setelah itu direbus dalam air. Proses

perebusan dengan air inilah yang diduga membuat warna ampas rumput laut

menjadi lebih gelap akibat penyerapan air. Kemudian setelah dilakukan

pemanasan warna ampas rumput laut akan menjadi pudar setelah kadar airnya

berkurang. Hal ini diperkuat dengan kenyataan bahwa kadar abu dalam ampas

rumput laut yang tinggi. Kadar abu yang tinggi menimbulkan warna putih kapur

pada ampas rumput laut sehingga ampas rumput laut setelah mengalami

pengeringan terlihat lebih pudar. Ampas rumput laut setelah pengeringan baik

pengeringan matahari maupun mesin dryer mengalami penurunan aroma menjadi

sedikit tercium bau agar-agar. Kadar air yang menguap membawa aroma khas

agar-agar ikut menguap dan akhirnya menjadi sedikit tercium bau agar-agar.

Penurunan ukuran partikel ampas rumput laut terjadi pada pengeringan matahari

yaitu menjadi 468.6±2.2 µ. Hal ini terjadi karena pengeringan matahari memiliki

suhu yang tidak terlalu tinggi. Terjadi pemecahan air pada partikel bahan yang

menyebabkan ukuran partikel ampas rumput laut mengecil. Pada ampas rumput

laut terkandung binder namun binder tersebut tidak dapat bekerja maksimal pada

suhu pengeringan matahari. Maka dari itu ukuran partikel pada pengeringan

matahari lebih kecil daripada perlakuan lain. Pada pengeringan menggunakan

dryer 60oC selama 9 jam meskipun terjadi pemecahan molekul air dan ukuran

partikel mengecil namun binder bekerja lebih maksimal pada suhu tersebut

sehingga terjadi pelekatan kembali pada bahan. Hal inilah yang menyebabkan

ukuran partikel dengan pengeringan matahari selama 3 hari dan dryer 60oC

selama 9 jam berbeda.

Page 25: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

11

Keadaan Umum selama Penyimpanan

Suhu serta kelembaban ruang penyimpanan sangat berpengaruh pada

kualitas fisik bahan. Maka dari itu perlu diperhatikan kondisi ruang penyimpanan

yang baik. Tabel 4 menunjukkan suhu dan kelembaban ruangan selama

penyimpanan berkisar 27-28oC, sedangkan kelembaban berkisar 80-82%. Suhu

batas aman untuk penyimpanan bahan pakan berkisar pada suhu 27-30oC dengan

kelembaban relatif adalah 70% (Syarief dan Halid 1993).

Tabel 4 Rataan suhu dan kelembaban ruang penyimpanan selama penyimpanan

Lama Penyimpanan Suhu (oC) RH (%)

Minggu ke- 0 27±0.32 80±1.00

Minggu ke- 1 27±0.67 80±1.53

Minggu ke- 2 28±0.10 82±0.53

Keterangan: suhu dan kelembaban merupakan rataan selama 2 minggu penyimpanan

Wiraatmadja et al. (1995) menyatakan, kelembaban yang tinggi

berpengaruh terhadap kondisi sampel yang disimpan, terutama pada peningkatan

kadar air dan aktivitas air bahan. Peningkatan kadar air dan aktivitas air

berpengaruh pada tingkat pertumbuhan mikroorganisme pada bahan yang

disimpan.

Kadar Air

Air merupakan komponen penting dalam bahan pakan. Hal ini terkait

dengan penampakan, cita rasa serta tekstur bahan pakan yang dapat menentukan

kualitas bahan itu sendiri (Winarno et al 1984). Hasil penelitian menunjukan

bahwa ampas rumput laut segar memiliki KA yang cukup tinggi yaitu sebesar

74.68± 0.42%, sehingga pada penelitian dilakukan proses pengeringan untuk

mengetahui pengaruhnya. Menurut SNI (2011) pakan yang baik ialah pakan yang

mengandung KA sebesar 14% sedangkan untuk penyimpanan adalah 12%.

Berikut hasil analisis kadar air yang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Analisis kadar air ampas rumput laut (%)

Perlakuan Lama Penyimpanan (minggu)

Rataan 0 1 2

Segar 74.68±0.42 75.33±0.22 75.96±0.15 75.33±0.13b

Matahari 12.13±0.33 13.25±0.44 14.90±1.62 13.43±0.71a

Dryer 12.56±1.27 13.81±1.14 15.12±0.65 13.83±0.32a

Rataan 33.12±0.52a 34.13±0.48b 35.33±0.75c

Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata

(p<0.05). A0 (ampas rumput laut tanpa perlakuan pengeringan), A1 (ampas rumput laut dengan

pengeringan matahari), A2 (ampas rumput laut dengan pengeringan dryer 60oC)

Berdasarkan uji statistik perlakuan A1 dan A2 berbeda nyata (p<0.05)

terhadap penurunan kadar air. Menurut Wirakartakusumah (1992) proses

Page 26: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

12

pengeringan sangat dipengaruhi oleh lama dan suhu pengeringan. Pada penelitian

ini waktu yang digunakan untuk pengeringan matahari adalah selama 3 hari dan

menggunakan mesin dryer adalah 9 jam. Hal ini berdasarkan penelitian

pendahuluan yang dilakukan untuk menghasilkan bahan kering yang sama pada

bahan agar dapat dibandingkan kualitasnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Estiasih (2009) bahwa kecepatan pengeringan maksimum dipengaruhi oleh pindah

panas dan pindah massa selama proses pengeringan di mana pada mesin dryer

lingkungan pengeringan dapat dikendalikan sesuai keinginan dibandingkan

dengan pengeringan matahari.

Lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap kenaikan kadar air bahan

namun tidak ada interaksi antara perlakuan dan lama penyimpanan. Semakin lama

bahan disimpan maka kadar air bahan akan semakin meningkat. Pada perlakuan

A0 peningkatan kadar air pada minggu 1 sebesar 0.87% dan pada minggu ke 2

naik sebesar 0.84%. Pada perlakuan A1 peningkatan kadar air pada minggu 1

sebesar 9.2% dan pada minggu ke 2 sebesar 12.45%. Pada perlakuan A2

peningkatan kadar air pada minggu 1 sebesar 10% dan pada minggu ke 2 sebesar

9.5%. Perlakuan A1 dan A2 masih menunjukkan kecenderungan peningkatan

kadar air sehingga masih dimungkinkan akan terus meningkat kadar air bahan bila

dilakukan penyimpanan lebih lama.

Aktivitas Air

Aktivitas air merupakan salah satu indikator dalam penentuan kualitas

bahan baku dan erat kaitannya dengan kadar air. Semakin tinggi kadar air maka

aktivitas air akan tinggi pula. Aktivitas air berhubungan dengan pertumbuhan

mikroorganisme dalam suatu bahan pakan. Menurut Syarif dan Halid (1993) jasad

renik membutuhkan air untuk pertumbuhan dan aktivitas mengangkut zat-zat gizi

atau bahan-bahan limbah kedalam dan keluar sel. Hasil analisis aktivitas air

ditampilkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil analisis aktivitas air ampas rumput laut

Perlakuan Lama Penyimpanan (minggu)

Rataan 0 1 2

Segar 0.86±0.01 0.87±0.00 0.89±0.00 0.87±0.00c

Matahari 0.68±0.00 0.70±0.00 0.73±0.00 0.70±0.00a

Dryer 0.69±0.01 0.70±0.00 0.73±0.00 0.71±0.00b

Rataan 0.74±0.00a 0.76±0.00b 0.78±0.00c

Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata

(p<0.05). A0 (ampas rumput laut tanpa perlakuan pengeringan), A1 (ampas rumput laut dengan

pengeringan matahari), A2 (ampas rumput laut dengan pengeringan dryer 60oC)

Berdasarkan uji statistik menunjukan bahwa perlakuan A1 dan A2

berpengaruh nyata terhadap penurunan Aw. Penurunan Aw yang paling besar ada

pada perlakuan A1 yaitu sebesar 20.8% atau 0.178. Sedangkan pada A2

penurunan Aw sebesar 19.04% atau 0.163. Hal ini sesuai dengan pernyataan

bahwa kadar air dan Aw saling terkait. Makin tinggi kadar air bahan maka tinggi

pula Awnya, begitu juga sebaliknya. Lama penyimpanan berpengaruh nyata

terhadap kenaikan nilai Aw namun tidak ada interaksi antara perlakuan dan lama

Page 27: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

13

penyimpanan. Terjadi kenaikan Aw pada tiap minggunya diikuti dengan kenaikan

kadar airnya. Aw paling tinggi terdapat pada penyimpanan minggu ke 2 sebesar

0.785±0.003. Menurut Herawati (2008) nilai Aw antara 0.8-0.9 adalah Aw yang

baik untuk pertumbuhan mikroba, kapang dan khamir.

Ukuran Partikel

Ukuran partikel menjadi salah satu faktor penentu dalam keefisienan kerja

pada sebuah industri, khususnya pada saat penyimpanan yang melibatkan

penumpukan bahan pakan dalam bin (Fogo 1994). Dicari nilai diameter rata-rata

partikel. Pengukuran Dgw dan Sgw dilakukan dengan metode ASAE (1993). Data

yang digunakan dalam perhitungan adalah diameter bukaan ayakan dan berat yang

tertinggal pada masing-masing ayakan (tidak termasuk yang tertinggal di pan).

Hasil yang didapat disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Ukuran partikel ampas rumput laut sebelum dan setelah pengeringan di

berbagai waktu simpan (mikrometer)

Perlakuan Lama Penyimpanan (minggu)

Rataan 0 1 2

Segar 1194.3±2.5 1238.6±2.4 1240.5±2.4 1224.5±2.4c

Matahari 468.6±2.1 347.3±2.5 390.4±2.5 402,1±2.4a

Dryer 913.1±2.4 949.8±3.0 968.4±3.0 943,7±2.8b

Rataan 858.7±2.3 845.3±2.6 866.5±2.6 Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata

(p<0.05). A0 (ampas rumput laut tanpa perlakuan pengeringan), A1 (ampas rumput laut dengan

pengeringan matahari), A2 (ampas rumput laut dengan pengeringan dryer 60oC)

Uji statistik menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata

(p<0.05) namun lama penyimpanan tidak berbeda. Tidak ada interaksi antara

perlakuan dan lama penyimpanan. Perlakuan dapat menurunkan ukuran partikel

bahan. Nilai ukuran partikel terkecil terdapat pada perlakuan A1 yaitu sebesar

468,6±2.1 µ. Semakin rendah kadar air maka inti partikel bahan tersebut akan

lebih kecil sehingga menyebabkan menurunnya ukuran partikel. Dilihat pada hasil

penyimpanan ampas rumput laut tiap minggunya tidak banyak menunjukkan

perbedaan pada ukuran diameter rata-rata partikel ampas rumput laut.

Serangan Serangga

Bahan pakan secara umum tidak akan diserang oleh serangga pada suhu di

bawah 17oC, sedang serangan kutu dapat terjadi pada suhu 3-30oC dan kadar air di

atas 12%. Setiap species serangga mempunyai suhu optimum, dimana tingkat

pertumbuhannya akan mencapai titik optimum (Syarief dan Halid 1993).

Kerusakan bahan pakan akibat serangan serangga merupakan hal yang sering

terjadi pada bahan pakan. Serangga mengambil zat-zat makanan pada biji-bijian

atau bahan pakan lain sehingga merusak lapisan pelindung bahan. Uji serangan

serangga pada ampas rumput laut dilakukan dan diamati selama 2 minggu. Tiap

minggu sampel dibuka dan dilakukan pengayakan. Hasil menunjukkan tidak

Page 28: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

14

ditemukan adanya serangga yang menyerang pada ampas rumput laut. Hal ini

diduga karena fase hidup serangga mulai dari bertelur hingga menjadi dewasa

lebih lama dari waktu penyimpanan yang dilakukan. Hal inilah yang

menyebabkan tidak adanya serangan serangga selama penyimpanan 14 hari.

Selain itu jenis kemasan atau karung yang digunakan pada saat penyimpanan

adalah karung plastik yang memiliki pori-pori lebih kecil dibandingkan karung

goni karena terbuat dari polyethylene, karena itulah ampas rumput laut yang

disimpan menjadi lebih terlindung dari serangan serangga (Wigati 2009). Selain

itu ampas rumput laut diduga memiliki kandungan senyawa yang bersifat

repellant atau sebagai penolak serangga. Senyawa tersebut dapat berupa gas yang

menguap ataupun sejenis minyak yang terdapat dalam bahan. Ampas rumput laut

memiliki bau yang sedikit menyengat, hal ini juga yang diduga sebagai repellant

atau penolak serangga pada ampas rumput laut saat penyimpanan.

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap kualitas

ampas rumput laut. Namun lama penyimpanan tidak berpengaruh pada ukuran

partikel. Pengeringan matahari selama 3 hari dan mesin dryer 60oC selama 9 jam

serta penyimpanan selama 2 minggu memberikan kualitas fisik yang baik. Ampas

rumput laut memiliki kandungan serat dan abu cukup tinggi yaitu 11.59% dan

58.16%.

SARAN

Pengeringan ampas rumput laut sebaiknya dilakukan dengan pengeringan

matahari selama 3 hari atau mesin dryer 60oC selama 9 jam. Perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut mengenai daya simpan yang lebih lama untuk kualitas fisik

dan serangan serangga pada ampas rumput laut dan penerapannya pada ternak.

Perlu adanya perhitungan tingkat efisiensi dari masing-masing metode

pengeringan agar dapat diketahui pengeringan mana yang lebih baik dari segi

ekonomi.

Page 29: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

15

DAFTAR PUSTAKA

Aini, FN. 2015. Peningkatan kualitas ampas rumput laut (Gracilaria sp.) melalui

biofermentasi menggunakan khamir Saccharomyces cereviseae dan

Schizosaccharomyces pombe [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian

Bogor.

Anggadiredja JT, atnika AZ, Purwoto H, dan Istini S. 2006. Rumput Laut:

pembudidayaan, pengolahan, dan pemasaran komoditas perikanan

potensial. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Alamsjah MA, Ayuningtian AO, Subekti S. 2010. Pengaruh lama penyinaran

terhadap pertumbuhan dan klorofil a gracilaria verrucosa pada sistem

budidaya indoor. J Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 2(1).

[AOAC] Association of analytical Chemist. 2003. Official Methods of Analysis.

13th ed. Washington (US): Association of Official Analytical Chemist.

ASAE. 1993. Method of determining and expressing fineness of feed materials by

sieving. ASAE Standard ASAE S319.2.

Badan standarisasi Nasional. 2011. Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI-

7652.3:2011. Pakan bibit induk (parent stock) ayam ras tipe pedaging.

Ed ke-3: Grower. Jakarta (ID): Dewan Standarisasi Indonesia.

Basmal J. 2010. Prospek Industri Rumput Laut Penghasil Semi Refine

Carrageenan dan Refien Carrageenan. Jakarta (ID): Instalasi Balai

Penelitian Perikanan Laut, Puslitbang Perikanan Badan Litbang Pertanian.

Basmal J, Yeni Y, Murdinah, Suherman M, Gunawan B. 2003. Laporan

Teknis Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan

Perikanan. Jakarta (ID): Badan Riset Kelautan dan Perikanan –

Departemen Kelautan dan Perikanan.

Estiasih, Teti, Ahmadi KGS. 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. Malang (ID):

Bumi Aksara.

Fogo W. 1994. Laboratory Testing. In: R. R. McEllhiney (Editor). Feed

Manufacturing Industry. 4th Edition. Arlington (US): American Feed

Industry Association Inc.

Hartati S. 2001. Pemanfaatan limbah agar-agar kertas untuk produksi enzim

selulase dari kapang Trichoderma viride. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Herniawan. 2010. Pengaruh metode pengeringan terhadap mutu dan sifat kimia

tepung kasava terfermentasi. [Skripsi]. Bogor (ID): Insititut Pertanian

Bogor.

Irianto HE, Giyatmi S. 2009. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta

(ID): Universitas Terbuka.

Kartasapoetra AG. 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Jakarta (ID):

Rineka Cipta.

Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. 2014. Rumput Laut Indonesia.

Jakarta (ID): Kementrian Perdagangan [diunduh 20 September 2015].

Tersedia pada http://djpen.kemendag.go.id/.

Page 30: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

16

Norman W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Edisi Ketiga. Jakarta (ID):

Universitas Indonesia.

Parde S, Johal RA, Jayas DS, White NDG. 2003. Physical properties of

buckewheat cultivars. Can Bion Engin. 45(3) 19-22.

Rachmawan O. 2001. Pengeringan, Pendinginan dan Pengemasan Komoditas

Pertanian. Jakarta (ID): Tim Program Keahlian Teknologi Hasil Pertanian.

Salamah E, Anna CE, Yuni R. 2006. Pemanfaatan Gracilaria sp. dalam pembuatan

permen jelly. Buletin Teknologi Hasil Perikanan 9(1): 38-46.

Santi AR. 2012. Komposisi kimia dan profil polisakarida rumput laut. J Akuatika.

Vol III No.2, 105-114.

Suparjo. 2000. Pembuatan pakan ternak unggas. Jakarta (ID): Penerbit CV

Amissco.

Soejono M. 1994. Pengenalan dan Pengawasan Kualitas Bahan Baku dan Pakan.

Ditjen Peternakan. Dit. Jakarta (ID): Bina Produksi.

Syarif R, Halid H. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Bogor (ID): Arcan dan

Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Tillman AD, Hartadi H, Prawirokoesoemo S, Reksohadiprodjo S, Lebdosoekojo.

1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada

University Press.

Wigati D. 2009. Pengaruh Kemasan dan Lama Penyimpanan terhadap Serangan

Serangga dan Sifat Fisik Ransum Broiler Starter. [Skripsi]. Bogor (ID):.

Institut Pertanian Bogor.

Winarno FG. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia.

Winarno FG, Fardiaz S, Fardiaz D. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta

(ID): PT Gramedia.

Wiraatmadja SE, Prihatiningsih, Sumangat D. 1995. Studi pembuatan selai jambu

mete (Anacardum occideltale L): Pengaruh jenis kemasan dan suhu

penyimpanannya. J Teknologi Industri Pertanian, 2(1):23-25.

Wirakartakusumah NA. 1992. Sifat Fisik Pangan. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi.

Institut Pertanian Bogor.

Yani E, Abdurrachim, Pratoto A. 2009. Analisis efisiensi pengeringan ikan

nila pada pengering surya aktif tidak langsung. J Teknik mesin

CAKRAM. 31(2):1-8.

Page 31: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

17

Lampiran 1 Hasil uji sidik ragam kadar air

SK JK db KT F Sig

Faktor A 22.838.346 2 11.419.173 1.659 0.000

Faktor B 21.924 2 10.962 15.928 0.000

Galat 15.141 22 0.688

Total 22.875.411 26

Keterangan : JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, sig: signifikasi.

Lampiran 2 Hasil uji lanjut Duncan kadar air

Perlakuan N Subset for alpha = .05

1 2

2 9 13.4322

3 9 13.8289

1 9

75.3256

Sig

0.321 1.000

Minggu N Subset for alpha = .05

1 2 3

1 9 33.1256

2 9

34.1311

3 9

35.3300

Sig

1.000 1.000 1.000

Lampiran 3 Hasil uji sidik ragam aktivitas air

SK JK dB KT F Sig

Faktor A 0.170 2 0.085 1.433 0.000

Faktor B 0.008 2 0.004 70.203 0.000

Galat 0.001 22 5.917

Total 0.179 26

Keterangan : JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, sig: signifikasi.

Lampiran 4 Hasil uji lanjut Duncan aktivitas air

Perlakuan N Subset for alpha = .05

1 2 3

2 9 0.7011

3 9

0.7092

Page 32: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

18

1 9

0.8731

Sig

1.000 1.000 1.000

Minggu N Subset for alpha = .05

1 2 3

1 9 0.7462

2 9

0.7562

3 9

0.7847

Sig

1.000 1.000 1.000

Lampiran 5 Hasil uji sidik ragam ukuran partikel

SK JK dB KT F Sig

Faktor A 6.409 2 3.204 22.3670 0.000

Faktor B 0.087 2 0.044 0.226 0.046

Galat 0.271 22 0.012 3.553

Total 6.767 26

Keterangan : JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, sig: signifikasi.

Lampiran 6 Hasil uji lanjut Duncan ukuran partikel

Perlakuan N Subset for alpha = .05

1 2 3

2 9 14.622

1 9

20.511

3 9

26.556

Sig

1.000 1.000 1.000

Minggu N Subset for alpha = .05

1 2

1 9 19.833

2 9 20.633 20.633

3 9

21.222

Sig

0.140 0.272

Page 33: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 15 Januari 1993 di

Jepara, Jawa Tengah. Penulis adalah anak ketiga dari tiga

bersaudara dari pasangan Achmad Suprihadi, S.H dan

Marwati Kartawijaya S.Pd. Penulis menempuh pendidikan di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Jepara pada tahun 2005

hingga 2008 kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Banjarnegara pada tahun 2008

hingga 2011. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor

pada tahun 2011 melalui jalur SNMPTN tulis dan diterima di Departemen Ilmu

Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mendapat berbagai penghargaan di bidang seni musik dan akademik

diantaranya Juara 1 festival Pertamina (2010), Juara 2 festival band SMA se-

kabupaten Banjarnegara (2009), best bass player (2009), dan pada semester 3

mendapat penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi INTP Award menurut IPS

3.85. Penulis menjadi anggota organisasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Makanan

Ternak (Himasiter) pada tahun 2013 hingga 2015, penulis juga merupakan salah

satu anggota dari Unit Kegiatan Mahasiswa MAX!! IPB pada tahun 2013 dan

berpartisipasi dalam kepanitiaan seperti Inagurasi MAX!! 8 (2013), ACRA

(2014), Student Seminar (2013), Student Seminar and Converence (2014).

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat-

Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih penulis ucapkan

kepada Prof Dr Ir Yuli Retnani MSc dan Dr Ir Heri Ahmad Sukria MSc selaku

dosen pembimbing skripsi. Prof Dr Ir Nahrowi MSc selaku dosen penguji di

seminar saya pada tanggal 24 Juni 2015. Dr Ir Asep Sudarman Mrur Sc dan Dr Ir

Afton Atabany Msi sebagai dosen penguji sidang saya pada tanggal 11 September

2015. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan Deti Inayatun Nuraida yang

selalu menemani dalam suka maupun duka sampai terselesaikannya skripsi ini,

kepada Teh Yati yang selalu membantu selama penelitian, tim penelitian (Alfian,

Ridia, Muti, Galuh), serta teman-teman dan keluarga DESOLATOR yang selalu

memberikan perhatian dan bantuannya. Ungkapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada keluarga tercinta kepada Bapak (Achmad Suprihadi SH), Ibu

Page 34: PENGARUH PROSES PENGERINGAN DAN LAMA … · Prosedur Percobaan 2 Persiapan bahan penelitian 2 Proses pengeringan dengan sinar matahari 3 ... alat uji fisik (corong, gelas ukur, mistar,

20

(Marwati Kartawijaya SPd), kakak (Ari dan Dimas) atas segala doa dan kasih

sayangnya.