Upload
dinhthien
View
235
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, ECONOMIC VALUE
ADDED, DAN FREE CASH FLOW TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN
(Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)
Skripsi
Oleh :
Anissa Rabani Mansy
NIM 1111082000069
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2015
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama : Anissa Rabani Mansy
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Desember 1993
Alamat : Jl. Slamet Blok E No.24-25 Komplek Lereng
Indah, Pondok Cabe Udik, Tangerang Selatan.
No. HP : 081513313738
Email : [email protected]
II. Riwayat Pendidikan
1998 – 1999 TK Al-Afsyah
1999 – 2005 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan Jakarta
2005 – 2008 Madrasah Tsanawiyah Pembangunan jakarta
2008 – 2011 SMA Negeri 34 Jakarta
2011 – 2015 S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. Latar Belakang Keluarga
Nama Ayah : Herman Bustan
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Nama Ibu : Susy Yunia R. Sanie
Pekerjaan Ibu : Dosen
Alamat Orang Tua : Jl. Slamet Blok E No.24-25 Komplek Lereng
Indah, Pondok Cabe Udik, Tangerang Selatan.
Anak ke/dari : ke-2 dari 3 bersaudara
IV. Pengalaman Organisasi
1. Humas Student Company Mts Pembangunan UIN Jakarta (2005-2006)
2. Humas Ekstrakulikuler Hagakure (Bahasa Jepang) SMAN 34 (2010)
THE INFLUENCE OF PROFITABILITY, LEVERAGE, ECONOMIC VALUE
ADDED, AND FREE CASH FLOW ON DIVIDEND POLICY
(Empirical Study on Real Estate and Property Companies Listed in Indonesia
Stock Exchange 2010-2014)
By: Anissa Rabani Mansy
Abstract
This research aimed to analyze and examine the influence of
profitability, leverage, economic value added, and free cash flow toward dividend
policy of companies. This research sample are 32 real estate and property
companies listed in Indonesia Stock Exchange, with a period 2010-2014. The
hypothesis was tested using binary logistic regression. The result of this research
showed that profitability and economic value added have positive significant
influence on companies’s dividend policy, while leverage and free cash flow have
no significant influence on companies’s dividend policy.
Keywords: dividend policy, profitability, leverage, economic value added, free
cash flow.
PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, ECONOMIC VALUE
ADDED, DAN FREE CASH FLOW TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN
(Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)
Oleh: Anissa Rabani Mansy
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan menguji pengaruh
profitabilitas, leverage, economic value added, dan free cash flow terhadap
kebijakan suatu perusahaan dalam membagikan dividen. Sampel penelitian ini
adalah 32 perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI), periode 2010-2014. Pengujian hipotesis menggunakan model
analisis regresi logistik biner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
profitabilitas dan economic value added berpengaruh signifikan positif terhadap
kebijakan perusahaan dalam membagikan dividen. Sedangkan leverage dan free
cash flow menunjukkan hasil tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
perusahaan dalam membagikan dividen.
Kata kunci: kebijakan dividen, profitabilitas, leverage, economic value added,
free cash flow.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Economic Value Added,
Dan Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Dividen”. Shalawat serta salam
senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sebagai
uswatun khasanah yang telah menuntun umatnya dari kegelapan munuju jalan
yang terang benderang.
Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat guna meraih gelar
Sarjana Ekonomi di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan atas izin
Allah SWT skripsi ini dapat selesai. Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis
menyadari telah banyak mendapat arahan, bimbingan, bantuan, dan dukungan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Papaku Herman Bustan dan Mamaku Susy Y. R.
Sanie, yang dengan ikhlas dan penuh kasih sayang selalu mencurahkan
perhatian, cinta, kasih sayang, nasihat, dan dukungan moril maupun
materil serta doa tiada henti kepada penulis.
2. Kakakku Rani serta Adikku Akbar yang telah menyemangati dan
memberikan banyak motivasi serta do’a terbaiknya kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan SE, Ak, M.M, selaku Sekertaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang
telah bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga untuk
membimbing penulis selama menyusun skripsi. Terima kasih atas segala
masukan guna penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat
yang telah diberikan selama ini.
7. Ibu Nur Wachidah SE, M.Si. Ak., selaku dosen Pembimbing Skripsi II
yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas segala
bimbingan dan konsultasi yang telah diberikan selama ini.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan yang sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga
menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita
semua.
9. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna di karenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan masukan
serta kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 13 November 2015
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF...................................iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI....................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.............................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................vi
ABSTRACT..........................................................................................................viii
ABSTRAK.............................................................................................................ix
KATA PENGANTAR............................................................................................x
DAFTAR ISI.........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Perumusan Masalah.............................................................................12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................15
A. Tinjauan Literatur................................................................................15
1. Dividen..........................................................................................15
a. Pengertian Dividen................................................................15
b. Teori Kebijakan Dividen.......................................................17
c. Kebijakan Pembagian Dividen..............................................22
d. Prosedur Pembagian Dividen................................................23
e. Dividend Payout Ratio..........................................................25
2. Profitabilitas..................................................................................30
3. Leverage........................................................................................34
4. Economic Value Added..................................................................37
5. Free Cash Flow..............................................................................40
B. Penelitian terdahulu.............................................................................43
C. Kerangka Pemikiran............................................................................50
D. Hipotesis Penelitian.............................................................................52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................55
A. Ruang Lingkup Penelitian...................................................................55
B. Metode Pemilihan Sampel..................................................................55
C. Metode Pengumpulan Data.................................................................56
D. Metode Analisis Data..........................................................................57
1. Uji Statistik Deskriptif...................................................................57
2. Uji Hipotesis..................................................................................58
E. Operasional Variabel Penelitian.........................................................59
1. Variabel Dependen (Y)..................................................................59
2. Variabel Independen (X)................................................................60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................65
A. Deskripsi Objek Penelitian..................................................................65
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian.......................................................66
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif..........................................................66
2. Hasil Uji Statistik Regresi Logistik................................................70
a. Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit).................70
b. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R. Square).......71
c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi........................................72
d. Hasil Matriks Klasifikasi.........................................................72
e. Hasil Uji Regresi Logistik.......................................................73
BAB V PENUTUP................................................................................................80
A. Kesimpulan............................................................................................80
B. Saran......................................................................................................81
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................83
LAMPIRAN..........................................................................................................87
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Jumlah Perusahaan Real Estate dan Properti yang membagikan dividen....6
2.1 Tolak Ukur EVA........................................................................................40
2.2 Penelitian Terdahulu..................................................................................43
3.1 Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran................................................57
4.1 Pemilihan Sampel.......................................................................................66
4.2 Statistik Deskriptif.....................................................................................67
4.3 Kesesuaian Model......................................................................................71
4.4 Koefisien Determinasi................................................................................72
4.5 Kelayakan Model regresi...........................................................................72
4.6 Matriks Klasifikasi.....................................................................................73
4.7 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik.........................................................74
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Berpikir......................................................................................50
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu bentuk investasi di pasar modal adalah saham. Investor
saham dapat mengharapkan return dalam bentuk dividen dan atau capital
gains. Dividen merupakan bagian laba bersih perusahaan yang dibagikan
kepada pemegang saham, sedangkan capital gain merupakan selisih positif
antara harga perolehan saham dengan harga pasar saham.
Menurut Brigham dan Eugene (1983) para pemegang saham atau
investor lebih menyukai pendapatan yang diharapkan dari pembagian dividen
daripada pendapatan dari capital gain. Pernyataan tersebut didukung oleh
pendapat Gordon dan Lintner (1963) dalam Puspita (2009), yang
mengemukakan bahwa investor lebih memilih pembayaran dividen daripada
capital gain (dividend is relevant), mengingat investor menilai lebih tinggi
dividen yang diterima sekarang, dibandingkan dengan capital gain yang
diterima di masa mendatang. Mereka berpendapat tidak semua investor
memiliki keinginan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka pada
perusahaan yang sama dengan memiliki resiko yang aman.
Besar kecilnya dividen yang dibagikan sudah disepakati pemegang
saham pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dalam kurun waktu
pembagiannya yang sudah disepakati pula. Menurut Baridwan (2010) dalam
Junaidi et al. (2014), terdapat 5 jenis dividen yaitu dividen tunai, dividen
saham, dividen properti, dividen skrip, dan dividen likuidasi. Dividen yang
paling umum dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham adalah
dividen tunai.
Dividen tunai merupakan dividen yang dibayarkan secara tunai, dapat
diberikan secara berkala antara 2-4 kali dalam 1 tahun dan dikenai pajak
sesuai dengan hukum yang berlaku pada tahun pengeluaran. Dividen saham
merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham dan diberikan
secara merata bagi semua pemegang saham. Dividen properti merupakan
dividen yang dibagikan dalam bentuk aset/barang, jenis dividen ini jarang
dilakukan karena akan lebih sulit perhitungannya. Dividen skrip merupakan
dividen yang dibayarkan dalam bentuk surat janji hutang, dimana perusahaan
akan membayarkan pada waktu dan jumlah tertentu sesuai dengan surat janji
hutang dan akan dikenakan bunga sampai dengan uang tersebut dibayarkan
kepada pemilik saham. Dividen likuidasi merupakan dividen yang dapat
diartikan sebagai pengembalian modal dan terjadi ketika perusahaan
mengalami kebangkrutan namun hal ini hanya berlaku jika perusahaan
tersebut masih memiliki sedikit sisa kekayaan, jika tidak ada yang tersisa,
maka pemegang saham tidak akan mendapat apa-apa.
Semakin besar tingkat dividen yang dibayarkan kepada investor, berarti
semakin kecil saldo laba yang ditahan dan sebagai akibatnya dapat
menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan. Jika perusahaan ingin
menahan sebagian besar dari pendapatan agar tetap di dalam perusahaan,
berarti jumlah yang tersedia untuk membayar dividen semakin kecil. Selain
itu, kepentingan kreditur juga dapat mempengaruhi besarnya dividen kas
yang dibayarkan. Utang yang meningkat akan mempengaruhi besar kecilnya
laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang
diterima karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian
dividen.
Berbagai konflik kepentingan pada perusahan baik antara manajer
dengan pemegang saham, manajer dengan kreditur atau antara pemegang
saham disebabkan oleh adanya agency relationship. Agency relationship atau
hubungan keagenan merupakan suatu kontrak di mana satu orang atau lebih
(prinsipal) melibatkan orang lain (agen) untuk melakukan jasa tertentu atas
nama prinsipal yang memberikan wewenang kepada agen untuk pengambilan
keputusan yang terbaik bagi prinsipal (Jensen and Meckling, 1976).
Pihak manajemen sebagai agen dan pemegang saham (stockholder)
sebagai prinsipal memiliki pemisahan fungsi kepemilikan dan pengelolaan
sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan kepentingan. Pihak manajemen
menginginkan laba yang diperoleh perusahan digunakan untuk ekspansi
perusahaan, sedangkan pihak pemegang saham menginginkan laba atas
investasi yang dilakukan berupa dividen. Perbedaan kepentingan ini
mengakibatkan konflik, dalam teori keuangan konflik yang disebabkan oleh
hubungan keagenan disebut juga konflik keagenan (agency conflict).
Dalam pengambilan keputusan, perusahaan harus lebih cermat dalam
menentukan apakah laba yang diperoleh akan digunakan sebagai laba yang
ditahan untuk keperluan reinvestasi kegiatan operasional perusahaan guna
menghasilkan capital gain atau akan dibagikan kepada para pemegang saham
dalam bentuk dividen. Pihak manajemen akan cenderung lebih memilih
investasi baru dari pada membayar dividen yang tinggi jika kondisi
perusahaan sangat baik. Dana yang seharusnya dapat dibayarkan sebagai
dividen tunai kepada pemegang saham akan digunakan untuk pembelian
investasi yang menguntungkan. Sebaliknya, perusahaan yang mengalami
pertumbuhan lambat atau pada saat kondisi perusahaan kurang baik untuk
melakukan investasi baru ataupun proses reinvestasi, perusahaan akan
cenderung membagikan dividen lebih tinggi untuk menarik minat pemegang
saham agar terus menanamkan sahamnya pada perusahaan tersebut.
Pihak manajemen harus jeli dalam melihat adakah investasi yg
berprospek bagus, karena jika tidak ada investasi yang menjanjikan, maka
sebaiknya dana yang dimiliki perusahaan dari laba setiap periode, dibagikan
ke pemegang saham. Namun hal tersebut harus tepat pada jumlahnya, karena
jumlah laba ditahan dengan dibantu meningkatnya nilai sekuritas dan ekuitas
akan dapat berdampak pada naiknya nilai perusahaan yang akan membuka
peluang investasi. Sehingga akan berpengaruh pada persentase besarnya
dividen yang diberikan pada tiap periode. Besarnya alokasi laba yang
digunakan untuk dividen, akan menjadi perhatian bagi para investor karena
tidak dapat dipungkiri, investor akan lebih menyukai nominal dividen yang
besar, sedangkan hal tersebut tidak dikehendaki oleh manajemen yang lebih
memilih untuk menahan laba perusahaan.
Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan yang mengandung
keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan masa mendatang
yang memaksimumkan harga saham perusahaan. Andai perusahaan
menaikkan persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada
pemegang saham sebagai dividen tunai (dividend payout ratio) maka harga
saham akan naik. Hal ini dikarenakan kebijakan dividen menimbulkan kesan
pada para investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik
di masa yang akan datang (Riyanto, 2001). Namun, jika persentase dari
pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen
tunai ini dinaikkan, maka makin sedikit dana yang tersedia untuk reinvestasi
sehingga tingkat pertumbuhan yang diharapkan akan rendah untuk masa
mendatang dan hal ini akan menekan harga saham (Brigham dan Houston,
2001).
Kebijakan dividen pada hakikatnya adalah menentukan porsi
keuntungan yang akan dibagikan pada para pemegang saham, dan laba yang
akan ditahan sebagai bagian dari laba ditahan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Riyanto (2001), menurutnya Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan
persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada para pemegang
saham sebagai dividen tunai.
Tidak semua perusahaan melakukan kebijakan membagikan dividen
kepada investor, mungkin ada perusahaan yang memilih tidak membagikan
dividen dikarenakan ingin menahan laba perusahaan untuk kepentingan lain.
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak semuanya
membagikan dividen kepada para pemegang saham, baik itu dalam bentuk
dividen tunai maupun dividen saham. Hal tersebut disebabkan oleh adanya
pertimbangan-pertimbangan perusahaan dalam membuat kebijakan
pembayaran dividen kepada pemegang sahamnya. Pada perusahaan real
estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya
terdapat 11 perusahaan yang konsisten membagikan dividen selama periode
2010-2014 dari total 32 perusahaan. Seperti yang terlihat dalam Tabel 1.1
berikut.
Tabel 1.1
Jumlah perusahaan real estate dan properti yang membagikan dividen
Tahun Jumlah
perusahaan
Perusahaan yang
membagi dividen
Rata-Rata
DPR
2010 48 13 9,08
2011 49 15 11,62
2012 44 18 14,96
2013 45 20 20,36
2014 44 22 20,66 Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan Tabel 1.1, selama tahun 2010 hingga 2014, jumlah
perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di BEI menunjukkan
bahwa kurang dari separuh perusahaan yang membagikan dividen. Selain itu
jumlah perusahaan yang membagikan dividen juga bervariasi, yang berarti
tidak seluruh perusahaan mambagikan dividen secara kontinu selama tahun
2010-2014 tersebut. Adanya fenomena ketidakkonsistenan (phenomena gap)
antara beberapa perbedaan keputusan perusahaan saat diharuskan memilih
apakah akan menggunakan labanya untuk pembagian dividen kepada
pemegang saham, atau tidak membagikannya yang masih relatif sedikit
dilakukan oleh banyak perusahaan di BEI setidaknya memberikan pertanyaan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Secara umum, penetapan kebijakan dividen dipengaruhi faktor-faktor
yang dibedakan dalam dua kelompok yaitu faktor financial yang meliputi
prospek pertumbuhan, biaya modal, profitabilitas, kebutuhan pendanaan
perusahaan, likuiditas, kemampuan meminjam, kebutuhan pelunasan hutang,
stabilitas dividen, serta tingkat ekspansi aktiva dan faktor non-financial yang
meliputi peraturan perpajakan, pembatasan perjanjian hutang, peluang ke
pasar modal, kendali perusahaan, dan posisi pemegang saham sebagai
pembayar pajak.
Banyak faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dalam penelitian
ini, di antaranya adalah profitabilitas (return on equity), leverage (debt to
equity ratio), dan economic value added dan free cash flow, sedangkan
kebijakan dividen dalam penelitian ini diproksikan pada dividend payout
ratio.
Penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
pembagian dividend payout ratio sudah banyak yang dilakukan. Suharli
(2006) mengadakan penelitian mengenai pengaruh profitabilitas, leverage,
dan harga saham suatu perusahaan dengan kebijakan jumlah dividen kas
perusahaan publik di Jakarta. Dalam penelitiannya profitabilitas diukur
dengan return on equity (ROE), leverage diindikasikan dengan debt to equity
ratio (DER), dan harga saham dicerminkan oleh harga pasar penutupan
(closing price) di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan
bahwa varibel independen yang digunakan memberikan hasil yang signifikan
pada α = 0,10 adalah ROE dan STOCK. Sedangkan variabel independen
lainnya, yaitu DER tidak signifikan. Dengan demikian penelitian ini
menyimpulkan bahwa kebijakan jumlah pembagian dividen perusahaan
dipengaruhi oleh profitabilitas dan harga saham perusahaan. Profitabilitas dan
harga saham memiliki pengaruh signifikan dan berhubungan searah dengan
jumlah dividen yang dibayarkan. Sedangkan leverge perusahaan tidak
mempengaruhi besarnya jumlah dividen yang dibayarkan.
Berbeda dengan penelitin yang dilakukan Suharli (2006), Kumar (2007)
dalam penelitiannya menggunakan 40 perusahaan yang terdaftar di BEI dan
membagikan dividen pada tahun 2003-2005 menganalisis pengaruh antara
ROA, DER, IOS, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional
terhadap DPR. Penelitian ini menghasilkan ROA berpengaruh positif
signifikan terhadap DPR, DER berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
DPR, IOS berpengaruh positif tidak signifikan terhadap DPR, Kepemilikan
Manajerial dan Kepemilikan Institusional berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap DPR. Secara simultan kelima variabel independen berpengaruh
secara signifikan terhadap DPR.. Peneliti lain yaitu Prihantoro (2003) dan
Fira (2009) juga berpendapat bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap dividend payout ratio.
Rizky et al.(2014) dalam penelitiannya menggunakan sampel pada
perusahaan subsektor perbankan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013
menganalisis pengaruh antara likuiditas dan profitabilitas terhadap dividend
payout ratio. Dalam penelitian ini variabel likuiditas diproksikan pada
current ratio (CR), sedangkan variabel profitabilitas diproksikan pada return
on assets (ROA) dan return on equity (ROE). Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa CR berpengaruh signifikan positif terhadap DPR,
sedangkan ROA berpengaruh signifikan positif terhadap DPR dan ROE
berpengaruh signifikan negatif terhadap DPR. Secara keseluruhan CR, ROA,
dan ROE secara simultan berpengaruh terhadap DPR
Penelitian lain yang dilakukan oleh Mariah, Meythi dan Martusa (2012)
menunjukkan hasil yang berbeda mengenai pengaruh variabel ROE terhadap
DPR. Dalam penelitiannya yang menggunakan semua perusahaan yang
sahamnya termasuk dalam indeks LQ 45 periode Desember 2008 sampai
dengan Desember 2010 sebagai sampel penelitian menunjukkan hasil bahwa
secara parsial ROE tidak berpengaruh terhadap DPR, sales growth (SG) tidak
berpengaruh terhadap DPR, ROE dan cash ratio (CR) sebagai variabel
moderasi tidak berpengaruh terhadap DPR, SG dan CR sebagai variabel
moderasi tidak berpengaruh terhadap DPR, dan secara simultan ROE, SG dan
CR tidak berpengaruh terhadap DPR. Hal ini disebabkan karena masih
banyak perusahaan yang belum mempertimbangkan kesempatan investasi da
biaya keagenan dalam pembuatan kebijakan dividen tunai. Perusahaan akan
lebih memilih menginvestasikan profitnya untuk berinvestasi daripada untuk
membagikan dividen didukung dengan tingkat likuiditas perusahaan.
Aristantia dan Putra (2015) meneliti mengenai investment opportunity
set dan free cash flow (FCF) pada tingkat pembayaran dividen perusahaan
manufaktur dengan sampel sebanyak 30 perusahaan menunjukkan bahwa
investment opportunity set tidak berpengaruh pada tingkat pembayaran
dividen, sedangkan FCF mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat
pembayaran dividen. Peneliti lain yaitu Dini (2009) juga menyatakan bahwa
FCF berpengaruh positif terhadap DPR sehingga di tarik kesimpulan bahwa
FCF dapat dijadikan salah satu indikator dalam penetapan kebijakan dividen
dalam suatu perusahaan.
Banyak penelitian sebelumnya menggunakan perusahaan manufaktur
sebagai objek penelitiannya. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah hasil
penelitian tersebut akan sama jika menggunakan perusahaan sektor lain? Oleh
karena itu, dalam penelitian ini tidak menggunakan perusahaan manufaktur
tetapi perusahaan real estate dan properti. Perusahaan real estate dan properti
diambil karena dianggap masih mirip dengan manufaktur, hanya saja yang
berbeda adalah jenis produk yang dijual, manufaktur memproduksi barang,
sedangkan real estate dan properti memproduksi bangunan.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah
tersebut, maka penelitian ini saya beri judul “Pengaruh Profitabilitas,
Leverage, Economic Value Added, dan Free Cash Flow Terhadap
Kebijakan Dividen (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan
Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014)”
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Suharli (2006), yang meneliti mengenai “Studi Empiris
Mengenai Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Harga Saham Terhadap
Jumlah Dividen Tunai (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta Periode 2002-2003)”. Adapun perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Populasi penelitian. Pada penelitian sebelumnya pengamatan dilakukan
pada seluruh perusahaan di Indonesia yang listing di Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan membagikan dividen pada tahun 2002-2003, sedangkan pada
penelitian ini dilakukan pada perusahaan real estate dan properti yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014.
2. Perbedaan variabel independen. Pada penelitian sebelumnya terdapat
variabel harga saham, sedangkan pada penelitian ini variabel tersebut
digantikan dengan variabel economic value added dan free cash flow.
Penulis tidak menemukan jurnal mengenai economic value added
terhadap dividend payout ratio oleh karena itu penulis tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap variabel tersebut sebagai salah satu
variabel independen.
3. Tahun pengamatan. Pada penelitian sebelumnya pengamatan hanya
dilakukan selama 2 tahun yaitu pada tahun 2002-2003, sedangkan pada
penelitian ini pengamatan dilakukan selama 5 tahun dimulai dari tahun
2010-2014. Hal ini dilakukan dengan harapan dapat menggambarkan
situasi perkembangan terbaru dari perusahaan real estate dan properti.
4. Metode analisa data. Pada penelitian sebelumnya metode analisa data
yang digunakan adalah analisis regresi berganda, sedangkan dalam
penelitian ini metode analisa data yang digunakan adalah analisis regresi
logistik biner Hal ini dilakukan karena penulis ingin melihat bagaimana
pengaruh variabel independen terhadap kebijakan dividen pada
perusahaan real estate dan properti dalam menentukan apakah
perusahaan akan membagikan dividen atau tidak membagikan dividen.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang hendak diteliti
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen
pada perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2010-2014?
2. Apakah leverage berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen pada
perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2010-2014?
3. Apakah economic value added berpengaruh positif terhadap kebijakan
dividen pada perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014?
4. Apakah free cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen
pada perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2010-2014?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris dari data
perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di BEI periode 2010-
2014 mengenai hal-hal berikut.
a. Menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen
yang dilakukan oleh perusahaan real estate dan properti yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014.
b. Menganalisis pengaruh leverage terhadap kebijakan dividen yang
dilakukan oleh perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014.
c. Menganalisis pengaruh economic value added terhadap kebijakan
dividen yang dilakukan oleh perusahaan real estate dan properti
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014.
d. Menganalisis pengaruh free cash flow terhadap kebijakan dividen
yang dilakukan oleh perusahaan real estate dan properti yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014.
2. Manfaat Penelitian
a. Kontribusi Teoritis
1) Mahasiswa Fakultas Ekonomi khususnya jurusan Akuntansi,
penelitian ini sebagai bahan kajian dan pengujian terhadap
konsep atau teori mengenai kebijakan dividen dan
pengungkapannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak
yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
3) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta
menambah referensi mengenai kebijakan dividen.
b. Kontribusi Praktis
1) Bagi investor, calon investor, analis, dan pemerhati investasi,
hasil penelitian ini dapat memberikan pedoman pengambilan
keputusan investasi terkait dengan tingkat pengembalian yang
berupa dividen.
2) Bagi manajemen perusahaan, sebagai bahan pertimbangan bagi
perusahaan dalam mengaplikasikan variabel-variabel penelitian
ini untuk membantu meningkatkan kemampuan perusahaan
dalam mengelola dividen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Dividen
a. Pengertian Dividen
Dividen menurut Weston dan Copeland (1996) adalah
keuntungan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang
diberikan kepada pemegang saham. Dividen merupakan hak
pemegang saham biasa (common stock) untuk mendapatkan bagian
dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan untuk
membagi keuntungan dalam dividen, semua pemegang saham biasa
mendapatkan haknya yang sama. Pembagian dividen untuk saham
biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayar dividen untuk
saham preferen (Jogiyanto, 1998). Menurut Hanafi (2004), dividen
merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, di
samping capital gain. Dividen ini untuk dibagikan kepada para
pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Dividen
ditentukan berdasarkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan
pemimpin.
Kebijakan dividen menunjukan dua komponen, yaitu rasio
pembayaran dividen dan stabilitas dividen sepanjang waktu (Keown,
2005). Terhadap laba yang diperoleh, dalam hal ini Earning After Tax
(EAT) pihak manajemen dapat melakukan pilihan yaitu, apakah akan
dibagikan kepada para pemegang saham atau diinvestasikan kembali
ke perusahaan sebagai laba yang di tahan (retained earning).
Keputusan pihak manajemen untuk menentukan perlakuan terhadap
EAT tersebut itulah yang disebut kebijakan dividen (dividen policy),
dan persentase dividen yang di bagi dari EAT itu disebut dengan
Dividend Payout Ratio (DPR).
Dividen merupakan salah satu keuntungan yang diharapkan oleh
investor dalam memperoleh keuntungan, terdapat dua jenis pembagian
dividen yaitu:
1) Dividen tunai
Dividen tunai adalah bentuk pembagian keutungan yang
paling sering dilakukan. Ada tiga hal penting yang membuat
perusahaan dapat membayarkan dividen tunai, yaitu tersedianya
laba ditahan, cukup uang kas, dan adanya tindakan resmi dari
dewan direksi. Pembayaran dividen tunai akan mengurangi aktiva
lancar (kas) dan kewajiban lancar (utang dividen tunai). Pada saat
dividen tunai dibayarkan, pembayaran dividen ini tidak akan
mempengaruhi jumlah modal pemegang saham. Akan tetapi, efek
kumulatif dari pengumuman dan pembayaran dividen tunai
adalah mengurangi jumlah modal pemegang saham dan total
aktiva.
2) Dividen saham
Efek dari dividen saham terhadap laporan keuangan
investee (perusahaan yang membagikan dividen) adalah
mengurangi laba ditahan dan menambah modal disetor. Akan
tetapi tidak seperti dividen tunai, dividen saham tidak akan
mempengaruhi total aktiva, total kewajiban, maupun jumlah
modal pemegang saham. Total aktiva tidak terpengaruh karena
tidak ada pembayaran kas (aktiva) dalam pembagian dividen
saham. Demikian juga, jumlah pemegang saham tidak
terpengaruh oleh karena besarnya penurunan laba ditahan
sebanding dengan besarnya peningkatan modal disetor.
Sebagian keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam
operasinya akan didistribusikan kepada pemegang saham dan
sebagian lagi akan ditahan untuk diinvestasikan pada investasi
yang menguntungkan. Terkait dengan keuntungan tersebut maka
manajer keuangan harus dapat mengambil keputusan mengenai
besarnya keuntungan yang harus dibagikan kepada pemegang
saham dan beberapa yang harus ditahan guna mendanai
perkembangan atau pertumbuhan perusahaan.
b. Teori Kebijakan Dividen
Kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh bagi
pemegang saham dan perusahaan yang membayar dividen. Para
pemegang saham umumnya menginginkan pembagian dividen yang
relatif stabil karena hal tersebut akan mengurangi ketidakpastian akan
hasil yang diharapkan dari investasi yang mereka lakukan, menurut
Brigham dan Houston (2001) ada tiga teori dividen menurut preferensi
investor, yaitu:
1) Dividend Irrelevance Theory
Teori ini dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (1961)
dalam Fira (2009), mereka menyatakan kebijakan dividen tidak
mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya
modalnya. Mereka berpendapat bahwa nilai perusahaan hanya
ditentukan oleh kemampuan dasar perusahaan tersebut dalam
menghasilkan laba dan resiko bisnisnya, tidak pada bagaimana
perusahaan memisahkan earnings-nya ke retained earnings dan
dividen. Dengan demikian Modigliani-Miller menyatakan bahwa
pembayaran dividen sekarang atau nanti (dalam bentuk capital
gain) tidak relevan, karena menghasilkan nilai perusahaan yang
sama.
2) Bird in the Hand Theory
Teori dividend irrelevance yang menyatakan bahwa
pembayaran dividen sekarang atau nanti (dalam bentuk capital
gain) tidak relevan, karena menghasilkan nilai perusahaan yang
sama, ditentang oleh Gordon dan Lintner (1963) dalam Fira
(2009), yang mengemukakan dalam teorinya yang kemudian
dinamakan bird in the hand theory bahwa investor lebih memilih
pembayaran dividen daripada capital gain (dividend is relevant),
mengingat investor menilai lebih tinggi atas dividen yang
diterima sekarang, daripada capital gain di masa mendatang.
Mereka berargumen bahwa tidak semua investor mempunyai
kepentingan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka di
perusahaan yang sama dengan memiliki resiko yang aman.
3) Tax Differential Theory
Berkembang pula Tax Preference Theory, yang menyatakan
bahwa investor lebih memilih capital gain daripada dividen,
mengingat lebih ekonomis dari sisi pajak. Apabila dividen dikenai
pajak dengan jumlah yang lebih tinggi daripada pajak capital
gain, maka pemodal menginginkan supaya dividen dibagikan
dalam jumlah kecil dengan maksud memaksimumkan nilai
perusahaan.
Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk
beranggapan bahwa investor lebih menyukai pembagian dividen
yang rendah daripada yang tinggi, yaitu:
a) Keuntungan modal dikenakan tarif pajak lebih rendah
daripada pendapatan dividen, untuk investor yang memiliki
sebagian besar saham mungkin lebih suka perusahaan
menahan dan menanamkan kembali laba ke dalam
perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap
menghasilkan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan
menghasilkan dividen yang pajaknya tinggi.
b) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai pajak terjual,
sehingga ada efek nilai waktu.
c) Jika selembar saham dimiliki seseorang hingga ia meninggal,
sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang.
Para investor mungkin lebih suka perusahaan menahan
sebagian besar laba perusahaan karena ada keuntungan pajak ini.
Jika demikian para investor akan mau membayar lebih tinggi
untuk perusahaan yang membagikan dividen yang rendah
daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian dividennya
tinggi.
Dua teori lain yang dapat membantu untuk memahami kebijakan
dividen dalam memutuskan apakah perusahaan akan membagikan
dividen, menurut Brigham (2001), yaitu:
1) Information content, atau Signaling hypothesis
Di dalam teori ini Modigliani dan Miller berpendapat
bahwa suatu kenaikan dividen yang di atas kenaikan normal
biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa
manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik
di masa yang akan datang. Sebaliknya, penurunan dividen yang di
bawah penurunan normal diyakini investor sebagai suatu sinyal
bahwa perusahaan mengalami masa sulit di masa mendatang.
Sedemikian sulit sehingga dikatakan apakah kenaikan atau
penurunan harga setelah adanya kenaikan atau penurunan dividen
semata-mata disebabkan oleh efek sinyal atau mungkin preferensi
terhadap dividen.
2) Clientele effect theory
Teori ini menyatakan bahwa kelompok pemegang saham
yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap
kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang
membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu
dividend payout ratio yang tinggi. Sebaliknya, kelompok
pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini
lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih
perusahaan.
Jika ada perbedaan pajak bagi individu (misalnya orang
lanjut usia dikenai pajak lebih ringan) maka pemegang saham
yang dikenai pajak tinggi lebih menyukai capital gain karena
dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang
jika perusahaan membagi dividen yang kecil. Sebaliknya
kelompok pemegang saham yang dikenai pajak relatif rendah
cenderung menyukai dividen besar. Menurut Modigliani dan
Miller hal ini tidak menunjukkan bahwa lebih baik dari dividen
kecil, demikian sebaliknya. Efek clientele ini hanya mengatakan
bahwa bagi sekolompok pemegang saham.
c. Kebijakan Pembagian Dividen
Perusahaan harus menentukan berapa besarnya keuntungan atau
laba yang harus ditahan dalam upaya reinvestasi dan berapa yang
harus dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen.
Keputusan yang sekiranya dilematis ini menyangkut tanggung jawab
terhadap pemegang saham yang telah menanamkan dananya sekaligus
demi upaya pertumbuhan perusahaan. Menurut Riyanto (2001) ada
empat alternatif pembayaran dividen :
1) Kebijakan Dividen yang Stabil
Kebijakan dividen yang stabil artinya jika ada perubahan
laba (naik atau turun), dividen yang dibayarkan tidak serta merta
berubah (naik atau turun) sesuai perubahan laba tersebut. Bisa
juga diartikan jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap
tahunnya relatif sama atau tetap selama jangka waktu tertentu
meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya mengalami
fluktuasi.
2) Kebijakan dividen dengan penempatan jumlah dividen minimal
plus jumlah ekstra tertentu.
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen
per lembar saham setiap tahunnya dalam keadaan keuangan yang
lebih baik, perusahaan akan membayarkan dividen ekstra di atas
jumlah minimal. Sebaliknya, jika keadaan perusahaan memburuk
maka yang dibayarkan hanya dividen minimal saja.
3) Kebijakan dividen dengan penetapan Dividend Payout Ratio yang
konstan.
Kebijakan ini menetapkan dividend payout ratio yang
konstan. Berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang
dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan
perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya.
4) Kebijakan dividen yang fleksibel
Kebijakan ini menetapkan besaran dividen setiap tahunnya
disesuaikan dengan posisi financial dan kebijakan financial dari
pengaruh yang bersangkutan. Bisa diartikan, kebijakan ini tidak
kaku dan mampu menyesuaikan sesuai kondisi perusahaan.
d. Prosedur Pembagian Dividen
Di dalam pembayaran dividen, emiten akan selalu
mengumumkan secara resmi jadwal pelaksanaan pembayaran dividen.
Pengertian emiten itu sendiri adalah perusahaan yang
mengeluarkan/menerbitkan saham atau biasanya juga disebut pihak
yang melakukan penawaran umum, yang selanjutnya saham tersebut
akan diperjualbelikan melalui bursa efek (pasar sekunder). Berikut
adalah tanggal-tanggal yang harus diperhatikan dalam prosedur
pembayaran dividen (Ang, 1997):
1) Tanggal Pengumuman (Declaration Date)
Tanggal pengumuman merupakan tanggal yang secara
resmi diumumkan oleh emiten tentang bentuk dan besarnya serta
jadwal pembayaran dividen yang akan dilakukan. Isi
pengumuman tersebut menyampaikan hal-hal yang dianggap
penting yakni: tanggal pencatatan, tanggal pembayaran, besarnya
dividen kas perlembar.
2) Tanggal Pencatatan Pemegang Saham (Date of Record)
Pada tanggal ini perusahaan melakukan pencatatan nama-
nama pemegang saham. Para pemilik saham yang terdaftar pada
daftar pemegang saham tersebut diberikan hak, sedangkan
pemegang saham yang tidak terdaftar pada tanggal pencatatan
tidak diberikan hak untuk memperoleh dividen.
3) Tanggal Cum Dividend (Cum Dividend Date)
Merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang
masih melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai
maupun dividen saham.
4) Tanggal Ex-Dividend (Ex-Dividend Date)
Pada tanggal ini tanggal perdagangan saham sudah tidak
melekat lagi hak untuk memperoleh dividen. Jadi jika investor
membeli saham pada tanggal ini atau sesudahnya, maka investor
tersebut tidak dapat mendaftarkan namanya untuk mendapatkan
dividen. Tanggal ex-dividend juga merupakan tanggal pada saat
dimana hak atas dividen periode berjalan dilepaskan dari
sahamnya; biasanya jangka waktunya adalah empat hari kerja
sebelum tanggal pencatatan pemegang saham.
5) Tanggal Pembayaran (Payment Date)
Tanggal ini merupakan saat pembayaran dividen oleh
perusahan kepada para pemegang saham yang telah mempunyai
hak atas dividen. Jadi pada tanggal tersebut, para investor sudah
dapat mengambil dividen sesuai dengan bentuk dividen yang
telah diumumkan oleh emiten (dividen tunai dan atau dividen
saham).
Semua pihak yang berkaitan baik itu perusahaan, investor
maupun calon investor harus memperhatikan prosedur yang telah
disebutkan di atas yaitu dari mulai tanggal pengumuman sampai
tanggal pembayaran, karena jika investor melewatkan satu prosedur
saja akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan dividen.
e. Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio (DPR) adalah suatu keputusan untuk
menentukan seberapa besar bagian dari pendapatan perusahaan yang
akan dibagikan kepada pemegang saham dan yang akan diinvestasikan
kembali atau ditahan di dalam perusahaan (Martono dan Harjito,
2005). Ini menunjukan bahwa DPR dapat didasarkan pada rentang
pertimbangan antara kepentingan pemegang saham di satu sisi, dan
kepentingan perusahaan di sisi lain, DPR penting karena:
1) Pembagian dividen mungkin akan mempengaruhi harga saham.
2) Pendapatan yang ditahan (retained earnings) biasanya merupakan
sumber tambahan modal sendiri yang terbesar dan terpenting
untuk pertumbuhan perusahaan.
Unsur dividen terkandung di dalam komponen dividend per
share, sehingga jika semakin besar dividen yang dibagikan maka
semakin besar pula dividend payout ratio. Pembagian dividen yang
besar bukannya tidak diinginkan oleh investor, tetapi jika dividend
payout ratio lebih besar dari 25% dikuatirkan akan terjadi kesulitan
likuiditas keuangan perusahaan di masa mendatang. Hasilnya, dividen
biasanya dipertahankan pada jumlah konstan dan dinaikkan hanya jika
manajer yakin bahwa relatif mudah untuk mempertahankan kenaikan
pembayaran tersebut di masa depan.
Menurut Brigham dan Houston (2001) dividen yang biasanya
dibagikan setiap triwulan, jika situasi mendukung maka dividen dapat
dinaikkan sekali setiap tahun. Dividen yang dibagikan oleh
perusahaan dapat mempunyai beberapa bentuk sebagai berikut:
1) Dividen Kas (Cash Dividend)
Dividen yang paling umum dibagikan dalam bentuk kas,
yang perlu diperhatikan adalah apakah jumlah uang kas yang ada
mencukupi untuk pembagian dividen.
2) Dividen Aktiva Saham Kas (Property Dividends)
Kadang-kadang dividen dibagikan dalam bentuk aktiva
selain kas. Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat
berharga, perusahaan lain yang dimiliki, barang dagang atau
aktiva lain.
3) Dividen Utang (Scrip Dividend)
Dividen utang (scrip dividend) timbul apabila saldo laba
ditahan mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas
yang ada tidak cukup, sehingga perusahaan akan mengeluarkan
scrip dividen yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu
di waktu yang akan datang.
4) Dividen Likuiditas
Dividen likuiditas adalah dividen yang sebagian besar
merupakan pengembalian modal. Biasanya modal yang
dikembalikan adalah sebesar deflasi yang diperhitungkan untuk
periode tersebut.
5) Dividen Saham
Dividen saham adalah pembagian tambahan saham tanpa
dipungut. Pembayaran kepada para pemegang saham, sebanding
dengan saham yang dimilikinya.
Menurut Sartono (2001), besar kecilnya Dividend Payout Ratio
di pengaruhi beberapa faktor, yaitu:
1) Faktor likuiditas
Semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan dividend
payout ratio dan sebaliknya semakin rendah likuiditas akan
menurunkan dividend payout ratio.
2) Kebutuhan dana untuk melunasi hutang
Semakin besar dana untuk melunasi utang baik untuk
obligasi hipotik dalam tahun tersebut yang berasal dari kas maka
akan berakibat menurunkan dividend payout ratio dan sebaliknya.
3) Tingkat ekspansi yang direncanakan
Semakin tinggi tingkat ekspansi yang direncanakan oleh
perusahaan berakibat mengurangi dividend payout ration karena
laba yang diperoleh diprioritaskan untuk penambahan aktiva.
4) Faktor pengawasan
Faktor pengawasan cenderung akan memperkuat modal
sendiri sehingga mengakibatkan kenaikan dividend payout ratio,
dan sebaliknya semakin tertutupnya perusahaan akan menurunkan
dividend payout ratio.
5) Ketentuan-ketentuan dari pemerintah
Ketentuan-ketentuan tersebut dimaksud adalah yang
berkaitan dengan laba perusahaan maupun pembayaran dividen.
Investor tentu menginginkan Dividend Payout Ratio yang tinggi
untuk meningkatkan return atas investasi mereka didalam perusahaan,
sementara di lain pihak perusahaan berusaha menahan laba yang
diperoleh untuk digunakan sebagai sumber dana internal dalam rangka
meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Tetapi tidak hanya sebatas
hal tersebut saja namun besar kecilnya dividen yang dibayarkan juga
dipengaruhi oleh faktor likuiditas, kebutuhan dana untuk melunasi
hutang, faktor pengawasan dan ketentuan dari pemerintah.
Dividend payout ratio merupakan rasio laba yang dibayarkan
perusahaan sebagai dividen kepada investor pada periode tertentu.
Dividend payout ratio didefinikan sebagai rasio antara dividend per
share (DPS) terhadap earning per share (EPS).
a. Dividend per share (DPS)
Dividend per share adalah perbandingan antara jumlah
seluruh dividen yang dibagikan pada satu tahun periode berjalan
dengan total semua saham yang diterbitkan (Ang, 1997).
Perusahaan yang DPSnya lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan sejenis akan lebih dimintai oleh investor,
karena investor akan memperoleh kepastian modal yang
ditanamkan, yaitu hasil yang berupa dividen. DPS dapat dihitung
dengan rumus:
b. Earning per share (EPS)
Earning per share merupakan rasio yang menunjukkan
berapa besar keuntungan (laba) yang diperoleh investor atau
DPS = Total Dividen
Jumlah Saham yang Beredar
pemegang saham per lembar sahamnya (Tjiptono, 2006). EPS
juga merupakan perbandingan antara laba bersih setelah bunga
dan pajak dengan jumlah saham yang beredar. (Tadelilin, 2010).
EPS dapat dihitung dengan rumus:
Metode pengukuran yang digunakan untuk menghitung
Dividend Payout Ratio berdasarkan uraian diatas dan berdasarkan
pengukuran yang telah dilakukan oleh peneiliti sebelumnya yaitu
Haryeti dan Ilyas (2011). DPR dapat dihitung dengan rumus:
Dalam penelitian ini variabel kebijakan dividen diukur dengan
menggunakan dividend payout ratio. Unsur dividen terkandung di
dalam komponen dividend per share, sehingga jika semakin besar
dividen yang dibagikan maka semakin besar pula dividend payout
ratio. Variabel ini merupakan variabel dummy dimana, perusahaan
yang memiliki unsur DPS dalam annual report pada satu periode akan
diberikan nilai 1, sedangkan perusahaan yang tidak memiliki unsur
DPS dalam annual report pada periode lain akan diberikan nilai 0.
2. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan (profit) pada tingkat penjualan aset dan modal
EPS = Laba Setelah Pajak
Jumlah Saham yang Beredar
DPR = Dividend per Share
Earning per Share
saham tertentu (Husnan, 2001 dalam Rizky et al., 2014). Menurut Hanafi
(2004), perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang
baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Pendapat tersebut
di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rizky et al. (2014), yang
mengatakan bahwa profitabilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan
perusahaan dalam memperoleh keuntungan yang sangat mempengaruhi
pembayaran dividen bagi investor.
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba pada masa mendatangdan merupaka indikator dari
keberhasilan operasi perusahaan. Perusahaan yang mempunyai
profitabilitas yang tinggi akan menarik minat investor untuk menanamkan
modalnya dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang tinggi pula
(Kim et al., 1993 dalam Fira 2009).
Terdapat beberapa pengukuran yang dapat digunakan untuk
mengukur profitabilitas perusahaan, yaitu:
a. Margin Laba Operasi
Margin laba operasi menunjukkan keefektifan manajemen
dalam mengelola laporan keuangan perusahaan yang diukur dengan
membandingkan laba usaha terhadap penjualannya (Keown, 2005).
Marjin laba operasi dapat diukur dengan cara:
Marjin Laba Operasi = Laba Operasi
Penjualan
b. Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Marjin laba kotor merupakan persentase dari laba kotor
dibandingkan dengan penjualan. Semakin besar GPM, semakin baik
keadaan operasi perusahaan karena hal ini menunjukkan bahwa cost of
goods sold relatif lebih rendah dibandingkan dengan penjualan
(Syamsudin, 2001). Marjin laba kotor dapat dihitung dengan cara:
c. Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Marjin laba bersih merupakan pengembalian hasil atas penjualan
bersih yang jumlahnya dinyatakan sebagai suatu persentase dan
diperoleh atas investasi dalam saham biasa perusahaan untuk suatu
periode tertentu (Alfian et al., 2014). Marjin laba bersih dapat dihitung
dengan rumus:
d. Pengembalian Atas Total Aset (Return on Assets)
Ang (1997), menyatakan bahwa Return on Asset adalah tingkat
keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam
menjalankan operasionalnya. Return On Asset diukur dari laba bersih
setelah pajak (earning after tax) terhadap total assetnya yang
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan investasi
GPM = Sales - COGS
Sales
NPM = Net Income After Tax
Net Sales
yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam rangka menghasilkan
probabilitas perusahaan. ROA (salah satu ukuran profitabilitas) juga
merupakan ukuran efektivitas perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan dalam
menghasilkan keuntungan yang digunakan untuk operasi. Semakin
besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena
tingkat kembalian investasi (return) yang semakin besar. ROA dapat
dihitung dengan rumus:
e. Pengembalian atas Total Ekuitas (Return on Equity)
Return On Equity (ROE) mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih berdasarkan modal tertentu (Hanafi, 2004).
ROE merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur
tingkat profitabilitas dari ekuitas. Semakin besar hasil ROE maka
kinerja perusahaan semakin baik. ROE ini merupakan indikator yang
penting bagi pemengang saham dan investor untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang dikaitkan
dengan pembayaran dividen. Apabila terjadi kenaikan ratio artinya
terjadi kenaikan laba bersih dari perusahaan bersangkutan, selanjutnya
akan menyebabkan kenaikkan harga saham. ROE dapat dihitung
dengan rumus:
ROA = Earning After Tax (EAT)
Total Asset
Dalam penelitian ini, proksi yang digunakan untuk mengukur
profitabilitas adalah Return on Equity (ROE). Perusahaan yang memiliki
tingkat ROE yang tinggi, lebih memungkinkan untuk membagikan
dividen. Hal ini terjadi karena meningkatnya ROE berarti meningkatnya
laba bersih yang dihasilkan perusahaan yang nantinya akan digunakan
untuk membayarkan dividen. Semakin tinggi nilai ROE akan semakin
baik, karena nilai ROE yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam melakukan efisiensi untuk menghasilkan keuntungan dari setiap unit
ekuitas. ROE menunjukkan seberapa baik suatu perusahaan menggunakan
dana investasi untuk menghasilkan laba. ROE yang semakin tinggi
menandakan semakin baik kinerja perusahaan, karena meningkatnya
kemampuan dalam menghasilkan keuntungan dengan modalnya.
3. Leverage
Leverage adalah kemampuan suatu perusahaan dalam membiayai
pelunasan utang-utangnya. Meningkatnya leverage akan menyebabkan
dividen yang dibagikan semakin kecil (Lina dan Made, 2014). Pernyataan
yang hampir sama dikemukakan oleh Riyanto (2001) dalam Putra dan
Wiagustini (2014) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen dipengaruhi
oleh kebutuhan dana untuk membayar utang yang berdampak pada
pembayaran dividen, apabila perusahaan mampu melunasi utang-utangnya,
ROE = Earning After Tax (EAT)
Shareholder’s Equity
maka perusahaan juga akan mampu membagikan dividen pada satu
periode.
Terdapat beberapa pengukuran yang dapat digunakan untuk
mengukur profitabilitas perusahaan, yaitu:
a. Debt to Total Assets Ratio (DAR)
Debt to Total Assets Ratio merupakan rasio antara total hutang
(total debts) baik hutang jangka pendek (current liability) dan hutang
jangka panjang (long term debt) terhadap total aktiva (total assets)
baik aktiva lancar (current assets) maupun aktiva tetap (fixed assets)
dan aktiva lainnya (other assets). Rasio ini menunjukkan besarnya
hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh
perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya.
Semakin besar rasio DAR menunjukkan semakin besar tingkat
ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan
semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus
dibayar oleh perusahaan.
Dengan semakin meningkatnya rasio DAR (dimana beban
hutang juga semakin besar) maka hal tersebut berdampak terhadap
profitablitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan
untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin
besar, maka profitabilitas (earnings after tax) semakin berkurang
(karena sebagian digunakan untuk membayar bunga), maka hak para
pemegang saham (dividen) juga semakin berkurang (menurun). Chang
dan Rhee (1990) dalam Puspita (2009), mengemukakan bahwa tingkat
hutang yang lebih rendah mengikuti pembayaran dividen perusahaan
yang lebih tinggi. DAR dapat dihitung dengan rumus:
Semakin meningkatnya rasio hutang (dimana beban hutang juga
semakin besar) maka hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas
yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk
membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar,
maka profitabilitas (earnings after tax) semakin berkurang (karena
sebagian digunakan untuk membayar bunga), maka hak para
pemegang saham (dividen) juga semakin berkurang (menurun).
b. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio adalah rasio yang menunjukan persentase
penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman
(Darsono, 2005). Semakin besar debt to equity ratio maka semakin
besar modal pinjaman sehingga akan menyebabkan semakin besar
pula beban utang (biaya bunga) yang harus ditanggung perusahaan.
Semakin besarnya beban utang perusahaan maka jumlah laba yang
dibagikan sebagai cash dividend akan berkurang. Dengan demikian
debt to equity ratio yang tinggi berdampak pada semakin kecilnya
kemampuan perusahaan untuk membagikan cash dividend atau
DAR = Total Liabilities
Total Assets
sebaliknya. Dengan kata lain hubungan debt to equity ratio dengan
cash dividend adalah negatif. DER dapat dihitung dengan rumus:
Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar tingkat
ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal dan semakin
besar beban biaya utang yang harus dibayar perusahaan. Semakin
meningkat rasio utang maka hal tersebut berdampak pada menurunnya
profit yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk
membayar bunga pinjaman. Peningkatan utang pada gilirannya akan
mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi
pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima. Jika beban
utang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi
dividen akan semakin rendah.
Dalam penelitian ini, proksi yang digunakan untuk mengukur
leverage adalah Debt to Equity Ratio (DER). Perusahaan yang memiliki
tingkat DER yang tinggi akan mengakibatkan beban utang yang harus
dibayarkan perusahaan tersebut semakin besar, sehingga laba bersih yang
diperoleh perusahaan tersebut akan semakin kecil dan semakin kecil pula
kemungkinan perusahaan tersebut membagikan dividen pada satu periode
tersebut.
DER = Total Debt
Total Equity
4. Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added (EVA) menurut Brigham & Houstan (2006)
adalah nilai yang ditambahkan oleh manajemen kepada pemegang saham
selama satu tahun tertentu. EVA mencerminkan laba residu yang tersisa
setelah biaya dari seluruh modal termasuk modal ekuitas dikurangkan. Hal
ini senada dengan pendapat Endri (2005) yang mendefinisikan EVA
sebagai sisa laba (residual income) setelah semua penyedia kapital diberi
kompensasi yang sesuai dengan tingkat pengembalian yang dibutuhkan
atau setelah semua biaya kapital yang digunakan untuk menghasilkan laba
tersebut dibebankan. Menurut Warsono (2003), EVA adalah perbedaan
antara laba operasi setelah dengan biaya modalnya. Jadi, EVA merupakan
suatu estimasi laba ekonomis yang benar atas suatu bisnis selama tahun
tertentu. Dalam menghitung EVA ada tiga variabel yang penting yaitu
NOPAT (Net Operating Profit After Tax) atau laba setelah pajak, COC
(Cost of Capital) atau biaya modal dan EVA atau nilai tambah ekonomis
itu sendiri.
EVA adalah pendekatan dalam menilai kinerja operasional
perusahaan secara adil, dimana kepentingan dan harapan pemilik modal
(kreditur dan pemegang saham) diukur secara tertimbang dari struktur
modal. EVA mengukur nilai tambah perusahaan dengan cara mengurangi
laba operasi setelah pajak dengan biaya modal akibat investasi
(Widyashanti, 2011).
EVA merupakan keuntungan operasional setelah pajak dikurangi
dengan biaya modal atau dengan kata lain EVA merupakan pengukuran
pendapatan sisa (residual income) yang menerangkan biaya modal
terhadap laba operasi. Jadi EVA ditentukan oleh dua hal yaitu keuntungan
bersih operasional setelah pajak dan tingkat biaya modal. Laba operasi
setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan value dalam perusahaan,
sedangkan biaya biaya modal dapat diartikan sebagai pengorbanan yang
dikeluarkan dalam proses penciptaan value tersebut.
EVA bukanlah suatu konsep baru. Pengukuran akuntansi tentang
kinerja yang disebut residual income juga ditentukan sebagai laba operasi
dikurangi dengan biaya modal. Sedangkan nilai EVA merupakan suatu
variasi dari residual income dengan beberapa penyesuaian yang diperlukan
dalam perhitungan income dan capital. EVA akan mengukur kinerja
perusahaan secara tepat dengan memperhatikan secara adil. EVA dapati
dihitung dengan rumus:
Net Profit After Tax (NOPAT) dapat dihitung dengan rumus:
Weighted Average Cost Capital (WACC) dihitung dengan cara:
EVA = NOPAT – (WACC x Invested Capital)
Laba (rugi) usaha – pajak
WACC = (D x rd) (1-Tax) + (E x re)
EVA = NOPAT – Capital Charge
Dimana:
Invested Capital dapat dihitung dengan rumus:
Jika EVA > 0 maka telah ada tambahan nilai ekonomis ke dalam
perusahaan (bisnis) tersebut. Jika EVA = 0, maka artinya adalah bahwa
secara ekonomis perusahaan impas atau Break Event Point Jika EVA < 0,
maka tidak ada nilai tambah ke dalam perusahaan tersebut (Widayanto,
1993 dalam Sunardi, 2010). Selanjutnya dapat diterjemahkan dalam tabel
2.1 berikut:
Invested Capital = Hutang jk Pendek + Hutang jk Panjang + Ekuitas
Tingkat Hutang (D) = Total Hutang
Total Hutang dan Ekuitas
Cost of Debit (rd) = Beban Bunga
Total Hutang
Tax = Beban Pajak
Laba Sebelum Pajak
Tingkat Modal (E) = Total Ekuitas
Total Hutang dan Ekuitas
Cost of Equity (re) = Laba Bersih Setelah Pajak
Total Ekuitas
Tabel 2.1
Tolak Ukur EVA
Nilai EVA Pengertian
EVA > 0 Maka telah ada tambahan nilai ekonomis ke dalam
perusahaan (bisnis) tersebut.
EVA = 0 Bahwa secara ekonomis perusahaan impas, karena
semua laba digunakan untuk membayar kewajiban
kepada investor, baik kreditur maupun pemegang
saham.
EVA < 0 Tidak ada nilai tambah ke dalam perusahaan tersebut
karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan-
harapan investor terutama pemegang saham.
EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan
nilai bagi pemilik modal kaena perusahaan mampu menghasilkan tingkat
pengembalian yang melebihi tingkat modalnya. Hal ini sejalan dengan
tujuannya untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Sebaliknya EVA
yang negatif menunjukkan bahwa nilai perusahaan menurun karena
tingkat pengembalian lebih rendah dari biaya modal (Utama, 1997).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa EVA adalah nilai tambah
ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya
selama periode tertentu sehingga menjadi cara untuk menilai kinerja
keuangan perusahaan. EVA mampu mengungkapkan bagaimana
perusahaan telah menciptakan nilai bagi pemiliknya.
5. Free Cash Flow
Free Cash Flow adalah aliran kas yang merupakan sisa dari
pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan net present value (NPV)
positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal yang relevan (Jensen,
1986). Free cash flow inilah yang sering menjadi pemicu timbulnya
perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Dalam
penelitian Smith dan Kim (1994) yang dikutip dari Dini (2009),
mengungkapkan ketika free cash flow tersedia, manajer disinyalir akan
menghamburkan free cash flow dengan return yang kecil.
White et al. (1998) mendefinisikan free cash flow sebagai aliran kas
diskresioner yang tersedia bagi perusahaan. Free cash flow adalah kas dari
aktivitas operasi dikurangi capital expenditures yang dibelanjakan
perusahaan untuk memenuhi kapasitas produksi saat ini. Free cash flow
dapat digunakan untuk penggunaan diskresioner seperti akuisisi dan
pembelanjaan modal dengan orientasi pertumbuhan (growth-oriented),
pembayaran hutang dan pemabayaran kepada pemegang saham baik dalam
bentuk dividen. Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu
perusahaan, maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas
yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran hutang, dan dividen.
Ross et al. (2000) mendefinisikan free cash flow sebagai kas
perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditur atau pemegang
saham yang tidak digunakan untuk modal kerja (working capital) atau
investasi pada aset tetap. Free cash flow menunjukkan gambaran bagi
investor bahwa dividen yang dibagikan oleh perusahaan tidak sekedar
strategi menyiasati pasar dengan maksud meningkatkan nilai perusahaan.
Bagi perusahaan yang melakukan pengeluaran modal, free cash flow akan
mencerminkan dengan jelas mengenai perusahaan manakah yang masih
mempunyai kemampuan di masa depan dan yang tidak (Uyara dan
Tuasikal, 2003). Free cash flow menurut Dini (2009) dapat dihitung
dengan rumus:
Dimana:
Cash flow from operation (aliran kas operasi) merupakan nilai bersih
kenaikan/penurunan arus kas dari aktivitas operasi perusahaan.
Net capital expenditures (pengeluaran modal bersih) merupakan nilai
perolehan aktiva tetap akhir periode atau nilai perolehan aktiva tetap
awal periode.
Free Cash Flow = Cash Flow from Operation – Net Capital
Expenditures
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam menentukan untuk membagikan atau tidak
membagikannya dividen pada periode tahun berjalan telah banyak dilakukan. Penelitian-penelitian sebelumnya yang menjadi acuan
dalam penelitian ini dijelaskan dalam Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Alfian Meykel
Lioew, Sri
Murni dan
Yunita
Mandagie
(2014)
ROA,ROE, NPM
Pengaruhnya
Terhadap Dividend
Payout Ratio pada
Perusahaan
Perbankan dan
Financial Institusi
yang Terdaftar di
BEI Periode 2010-
2012
1. Variabel dependen:
Dividend Payout
Ratio
2. Variabel independen:
ROE
1. Variabel independen:
ROA, NPM
2. Objek penelitian:
perusahaan Perbankan
3. Tahun Penelitian:
2010-2012
4. Metode analisis:
Regresi Berganda
Return on Asset (ROA)
memiliki pengaruh
positif yang signifikasn
terhadap Dividend
Payout Ratio (DPR) .
Return on Equity
(ROE) berpengaruh
positif tidak signifikan
terhadap DPR. Net
Profit Margin (NPM)
berpengaruh negatif
tidak signifikan
terhadap DPR.
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
2 Waseen Khan,
Naheed Ashraf
(2014)
In Pakistani
Service Industry:
Dividend Payout
Ratio as Function
of some Factors
2. Variabel dependen:
Dividend Payout
Ratio
3. Variabel independen:
Debt to Equity Ratio
1. Variabel independen:
Corporate
Profitability, Cash
Flow, Tax dan Sales
Growth
2. Objek penelitian:
Perusahaan jasa di
Pakistan
3. Tahun Penelitian:
2011-2012
4. Metode penelitian:
Regresi berganda
Pengaruh Corporate
Profitability terhadap
DPR sangat lemah dan
cenderung di abaikan.
Cash Flow, Tax, dan
Sales Growth
mempunyai pengaruh
negatif lemah dan tidak
terlalu berpengaruh
terhadap DPR. DER
berpengaruh negatif
kuat dan mempunyai
pengaruh yang kuat
terhadap DPR.
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3 Junaidi, H.
Azwir Nasir dan
Meilda Wiguna
(2014)
Pengaruh Return
on Equity(ROE),
Cash Ratio (CR),
Debt to Equity
Ratio (DER) dan
Earning per Share
(EPS) terhadap
Dividend Payout
Ratio pada
Perusahaan Jakarta
Islamic Index yang
Listing di BEI
Periode 2008-2012
1. Variabel dependen:
Dividend Payout
Ratio
2. Variabel independen:
Return on Equity, dan
Debt to Equity Ratio
1. Variabel independen:
Earning per Share
(EPS) dan Cash
Ratio
2. Objek penelitian:
Perusahaan Jakarta
Islamic Index
(Syariah)
3. Tahun penelitian:
2008-2012
Return on Equity
(ROE) berpengaruh
signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio
(DPR). Cash Ratio
(CR) tidakberpengaruh
signifikan terhadap
DPR. Debt to Equity
Ratio (DER) secara
parsial tidak
mempengaruhi DPR.
secara signifikan.
Earning Per Share
(EPS) secara parsial
tidak mempengaruhi
DPR secara signifikan.
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
4 Made
Wiradharma
Swastyastu,
Gede Adi
Yuniarta,
Anantawikrama
Tungga Atmadja
(2014)
Analisis Faktor-
Faktor yang
Mempengaruhi
Kebijakan
Dividend Payout
Ratio yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
(BEI)
1. Variabel dependen:
Dividend Payout
Ratio
2. Variabel independen:
Debt to Equity Ratio
3. Metode Analisis:
Regresi Berganda
1. Variabel independen:
Return on Asset, Debt
to Total Asset Ratio,
Firm Size, Growth,
Cash Ratio
2. Tahun penelitian:
2010-2012
Cash Ratio (CR) tidak
berpengaruh positif
terhadap Dividend
Payout Ratio (DPR).
Growth tidak
berpengaruh negatif
terhadap DPR. Firm
Size tidak berpengaruh
positif terhadap DPR.
Return on Asset (ROA)
tidak berpengaruh
positif terhadap DPR.
Debt to Total Asset
Ratio (DTA) tidak
berpengaruh negatif
terhadap DPR. Debt to
Equity Ratio (DER)
tidak berpengaruh
negatif terhadap DPR.
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
5 Rizky
Rurniawan Ano,
Sri Murni,
Paulina Van
Rate
(2014)
Pengaruh
Likuiditas dan
Profitabilitas
Terhadap Dividend
Payout Ratio pada
Subsektor
Perbankan yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Periode 2009-2013
1. Variabel dependen:
Dividend Payout
Ratio
2. Variabel independen:
Return on Equity
1. Variabel independen:
Current Ratio, Return
on Asset
2. Objek Penelitian:
Perusahaan perbankan
yang terdaftar di BEI
3. Tahun penelitian:
2009-2013
4. Metode Analisis:
Regresi Berganda
Current Ratio, Return
on Asset dan Return
on Equity secara
simultan berpengaruh
terhadap Dividend
Payout Ratio.
Curret Ratio
berpengaruh signifikan
positif terhadap
Dividend Payout Ratio
(DPR). Return on Asset
(ROA)berpengaruh
signifikan positif
terhadap DPR. Return
on Equity( ROE)
berpengaruh signifikan
negatif terhadap DPR.
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
6 Md. Reiazul
Haque,
Md. Jahangir
Alam Siddikee,
Md. Shamim
Hossain,
Sourav Paul
Chowdhury, and
Md. Mostafizur
Rahman
(2013)
Relationship
between Dividend
Payout and
Economic Value
Added: A Case of
Square
Pharmaceuticals
Limited,
Bangladesh
1. Variabel dependen:
Dividend Payout
Ratio
2. Variabel independen:
Economic Value
Added
1. Objek penelitian:
Square
Pharmaceutical
Limited (SPL),
Perusahaan Farmasi
di Banglades
2. Tahun penelitian:
2004-2010
3. Metode Penelitian:
Regresi Sederhana
Economic Value Added
(EVA) tidak memiliki
pengaruh terhadap
Dividend Payout Ratio,
dan
merekomendasikan
SPL untuk tetap
melanjutkan kebijakan
dividen sebelumnya
untuk menahan laba
dibandingkan
menaikan rasio
pembagian dividen.
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
7 Dini Rosdini
(2009)
Pengaruh Free
Cash Flow
terhadap Dividend
Payout Ratio
1. Variabel dependen:
Dividend Payout
Ratio
2. Variabel independen:
Free Cash Flow
1. Tahun penelitian:
2000-2002
2. Objek Penelitian:
Perusahaan
Manufaktur yang
terdaftar di BEI
3. Metode Analisis:
Regresi Linier
Sederhana
Free Cash Flow
berpengaruh positif
terhadap Dividend
Payout Ratio, artinya
semakin tinggi free
cash flow maka
semakin tinggi
dividend payout ratio
sebaliknya semakin
rendah free cash flow
maka akan semakin
rendah dividend payout
ratio.
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
8 Fira Puspita
(2009)
Analisis Faktor-
Faktor yang
Mempengaruhi
Kebijakan
Dividend Payout
Ratio
1. Variabel dependen:
Dividend Payout
Ratio
2. Variabel independen:
Debt to Equity Ratio
1. Variabel independen:
Return on Asset,
Cash Ratio, Debt to
Total Asset Ratio,
Firm Size dan Growth
2. Tahun penelitian:
2005-2007
3. Metode Analisis:
Regresi Berganda
Cash Ratio (CR)
berpengaruh positif
signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio
(DPR). Growth
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
DPR. Firm Size
berpengaruh positif
signifikan terhadap
DPR. ROA
berpengaruh positif
signifikan terhadap
DPR. DTA
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap DPR. DER
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap DPR
Sumber: berbagai jurnal
67
C. Kerangka Pemikiran
Menurut Hamid (2007), kerangka pemikiran merupakan sintesa dari
serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya
merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi
atau alternatid solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan.
Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faltor yang telah diindetifikasi sebagai
masalah yang penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting
dalam penelitian ini adalah Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Net Profit
Margin, Economic Value Added dan Free Cash Flow yang mempengaruhi
Dividend Payout Ratio.
Gambar 2.1 berikut ini adalah kerangka pemikiran yang
menggambarkan masalah penelitian
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Bersambung pada halaman selanjutnya
Investor saham pada suatu perusahaan tentu mengharapkan return baik
itu dalam bentuk dividen maupun capital gains. Di lain pihak
perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatan yang
diperoleh perusahaan digunakan untuk ekspansi perusahaan.
Dalam pengambilan keputusan perusahaan harus lebih cermat dalam
menentukan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk
dividen, atau ditahan untuk keperluan reinvestasi kegiatan operasional.
Dalam menentukan besar kecilnya dividen yang akan dibagikan kepada
pemegang saham harus mempertimbangkan beberapa faktor yang
mempengaruhinya
68
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Basis Teori:
Teori Kebijakan Dividen
Variabel Independen Variabel Dependen
Return on Equity (X1)
Debt to Equity Ratio (X2)
Economic Value Added (X3)
Free Cash Flow (X4)
Dividen Payout Ratio
(Y)
Metode analisis:
Regresi Logistik Biner
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
69
D. Hipotesis Penelitian
1. Profitabilitas (Return on Equity) dengan Kebijakan Dividen
Return On Equity mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
laba bersih berdasarkan modal tertentu. ROE ini merupakan indikator yang
penting untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividend. apabila terjadi
kenaikan ratio artinya terjadi kenaikan laba bersih dari perusahaan
bersangkutan. Semakin tinggi ROE maka akan semakin besar
kemungkinan perusahaan untuk membagikan dividen. Dari uraian tersebut
maka dapat dirumuskan hipotesis:
H1: Return on Equity berpengaruh positif terhadap kebijakan suatu
perusahaan untuk membagikan dividen.
2. Leverage (Debt to Equity Ratio) dengan Dividend Payout Ratio
Debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total hutang
dengan total ekuitas. Semakin besar DER menunjukan semakin besar
tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal dan semakin
besar beban biaya hutang yang harus dibayar perusahaan. Semakin
meningkat rasio hutang maka hal tersebut berdampak pada menurunnya
profit yang diperoleh peusahaan, karena sebagian digunakan untuk
membayar bunga pinjaman. Peningkatan hutang pada gilirannya akan
mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi pemegang
saham termasuk dividen yang akan diterima. Jika beban hutang semakin
tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan
70
semakin rendah. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan
hipotesis:
H2: Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap kebijakan suatu
perusahaan untuk membagikan dividen.
3. Economic Value Added dengan Dividend Payout Ratio
Economic Value Added adalah estimasi laba ekonomi yang
sebenarnya dari bisnis setelah biaya seluruh modal dikurangkan. EVA
merupakan keuntungan operasional setelah pajak dikurangi dengan biaya
modal atau dengan kata lain EVA merupakan pengukuran pendapatan sisa
(residual income) yang menerangkan biaya modal terhadap laba operasi.
Jadi EVA ditentukan oleh dua hal yaitu keuntungan bersih operasional
setelah pajak dan tingkat biaya modal. Apabila EVA = 0 maka perusahaan
tersebut secara ekonomis adalah impas, karena semua laba digunakan
untuk membayar kewajiban kepada investor, baik kreditur maupun
pemegang saham. Semakin menurunnya EVA dari nilai 0 maka dapat
dikatakan bahwa tidak ada nilai tambah ke dalam perusahaan tersebut
karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan-harapan investor
terutama pemegang saham dan hal ini berarti semakin kecilnya nilai
dividen yang akan diterima oleh investor. Dari uraian tersebut maka dapat
dirumuskan hipotesis:
H3: Economic Value Added memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan
suatu perusahaan untuk membagikan dividen.
71
4. Free Cash Flow dengan Dividend Payout Ratio
Free Cash Flow adalah aliran kas yang merupakan sisa dari
pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan net present value (NPV)
positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal yang relevan. Free
cash flow menunjukkan gambaran bagi investor bahwa dividen yang
dibagikan oleh perusahaan tidak sekedar strategi menyiasati pasar dengan
maksud meningkatkan nilai perusahaan. Free cash flow dapat digunakan
untuk penggunaan diskresioner seperti akuisisi dan pembelanjaan modal
dengan orientasi pertumbuhan (growth-oriented), pembayaran hutang dan
pemabayaran kepada pemegang saham baik dalam bentuk dividen.
Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka
semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia
untuk pertumbuhan, pembayaran hutang, dan dividen.
H4: Free Cash Flow memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan suatu
perusahaan untuk membagikan dividen.
72
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausal, yaitu penelitian yang
berguna untuk menganalisis pengaruh antara satu variabel dengan variabel
lainnya (Umar, 2005). Penelitian ini bertujuan untuk menguji seberapa jauh
pengaruh variabel independen, yaitu Profitabilitas (Return on Equity),
Leverage (Debt to Equity Ratio), Economic Value Added, dan Free Cash
Flow terhadap variabel dependen, yaitu Kebijakan Dividen (Dividend Payout
Ratio).
B. Metode Pemilihan Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah perusahaan real estate dan properti
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2010-2014.
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) digunakan sebagai
sampel karena selain perusahaan tersebut mempunyai kewajiban untuk
menyampaikan laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan kepada
pihak luar perusahaan, terutama pada stakeholder. Metode penentuan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling yang dipiih berdasarkan kriteria-
kriteria tertentu, yaitu:
1. Perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2010-2014
73
2. Perusahaan tersebut melaporkan annual report tahun 2010-2014 yang
dapat diakses melalui website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan
website perusahaan. Artinya, informasi yang terdapat dalam laporan
tahunan tersebut adalah accessible.
3. Terdapat data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian pada catatan laporan keuangan tahunan
tersebut.
4. Laporan keuangan perusahaan disajikan dalam Rupiah.
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
melakukan penelusuran laporan tahunan perusahaan yang dipilih dan
memiliki semua data yang lengkap meliputi annual report untuk menghitung
item dividend payout ratio, neraca untuk mendapatkan total aset, laporan
perubahan modal untuk mendapatkan total kewajiban, dan laporan laba rugi
untuk mendapatkan total laba bersih.
Jenis data dari penelitian yang digunakan penulis adalah data sekunder.
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis
yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2002). Sedangkan sumber data
sekunder dari penelitian ini diambil dari laporan tahunan perusahaan yang
74
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dapat di akses melalui website
(www.idx.co.id) dan website perusahaan.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
uji statistik deskripstif, dan uji hipotesis.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses
transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah
dipahami dan diinterpretasikan. Statistik deskriptif umumnya digunakan
oleh peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel
penelitian (Indiantoro dan Supomo, 2002). Pengujian ini menyajikan
ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel atau
grafik. Statistik deskriptif umumnya digunakan oleh peneliti untuk
memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang
utama (Ikhsan, 2008).
Penelitian statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif
suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
varians dan range statistik (Ghozali, 2011). Mean digunakan untuk
memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel.
Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-rata dari sampel.
Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai minimum dan
maksimum dari sampel. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran
75
keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat
untuk dijadikan sampel penelitian.
2. Uji Hipotesis
Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam
penelitian ini adalah regresi logistik biner (binary logistic regression)
dimana variabel bebasnya merupakan kombinasi antara matrix dan non
matrix (nominal). Regresi logistik adalah bagian dari analisis regresi yang
digunakan ketika variabel dependen (respon) merupakan variabel
dikotomi. Variabel dikotomi biasanya hanya terdiri dari dua nilai yang
mewakili kemunculan atau tidak adanya suatu kejadian yang biasanya
diberi angka 0 dan 1.
Adapun dalam regresi logistik merupakan salah satu bagian dari
analisis regresi yang digunakan untuk memprediksi probabilitas suatu
peristiwa, dengan mencocokkan data dari pada fungsi logit kurva logistik.
Metode ini merupakan model linear umum yang digunakan untuk regresi
binomial.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel independen yang dimasukkan dalam
model terhadap variabel dependen. Regresi logistik adalah regresi yang
digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel
dependen/terikat dapat diprediksi oleh variabel bebasnya (variabel
independen). Dalam penggunaannya, regresi logistik tidak memerlukan
distribusi yang normal pada variabel bebasnya (variabel independen). Di
76
samping itu, teknik analisis ini tidak memerlukan uji normalitas, uji
heteroskedastisitas, dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali,
2011). Hal ini disebabkan variabel dependen yang terdapat pada regresi
logistik ini merupakan variabel dummy (0 dan 1) sehingga residualnya
tidak memerlukan pengujian-pengujian tersebut.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
logistik biner (binary logistic regression), yaitu dengan melihat seberapa
besar pengaruh return on equity, debt to equity ratio, economic value added,
dan free cash flow terhadap kebijakan membagikan dividen pada suatu
perusahaan dengan dividend payout ratio sebagai proksinya.
Variabel dependen pada penelitian ini merupakan variabel dummy,
yaitu kebijakan dividen yang diproksikan dengan dividend payout ratio. Skala
pengukuran yang digunakan adalah skala nominal, dimana perusahaan yang
membagikan dividen diberi nilai 1 dan perusahaan yang tidak membagikan
dividen diberi nilai 0.
Adapun operasionalisasi variabel-variabel tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen
yang diukur dengan dividend payout ratio (DPR). Dividend payout ratio
(DPR) adalah suatu keputusan untuk menentukan seberapa besar bagian
dari pendapatan perusahaan yang akan dibagikan kepada pemegang
77
saham dan yang akan diinvestasikan kembali atau ditahan di dalam
perusahaan. Dengan adanya kepentingan perusahaan dan kepentingan
pemegang saham, DPR penting karena dalam pembagian dividen akan
mempengaruhi harga saham dan pendapatan yang ditahan (retained
earning) biasanya meruakan sumber tambahan modal sendiri yang
penting untuk pertumbuhan suatu perusahaan (Tanti, 2012).
Dividend payout ratio merupakan rasio laba yang dibayarkan
perusahaan sebagai dividen kepada investor pada periode tertentu.
Dividend payout ratio didefinisikan sebagai rasio antata dividend per
share (DPS) terhadap earning per share (EPS). Dalam komponen DPS
terkandung unsur dividen, jadi semakin besar dividen yang dibagikan
maka semakin besar juga DPR dan sebaliknya. Tingkat keuntungan per
lembar saham (EPS) dari suatu perusahaan dapat dijadikan sebagai suatu
indikator untuk menilai suatu perusahaan dalam meningkatkan
keuntungannya. Semakin besar nilai EPS menunjukkan perusahaan
mampu memberikan laba yang lebih tinggi bagi investor. Dengan uraian
tersebut maka Dividend Payout Ratio dapat diukur dengan cara:
2. Variabel Independen (X)
Variabel independen (bebas) adalah tipe variabel yang
mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen dalam penelitian
ini adalah profitabilitas (return on equity),leverage (debt to equity ratio),
DPR = Dividend per Share
Earning per Share
78
economic value added, dan free cash flow. Adapun penjelasan variabel-
variabel tersebut sebagai berikut:
a. Profitabilitas (Return on Equity) (X1)
Return on Equity merupakan rasio keuangan yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividend. ROE mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan
modal tertentu (Hanafi, 2004). apabila terjadi kenaikan ratio artinya
terjadi kenaikan laba bersih dari perusahaan bersangkutan,
selanjutnya akan menyebabkan kenaikkan harga saham. Semakin
besar ROE maka semakin besar kemungkinan perusahaan untuk
membagikan dividen. Return on Equity dapat diukur dengan cara:
b. Leverage (Debt to Equity Ratio) (X2)
Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang menunjukan
persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi
pinjaman (Darsono, 2005). Semakin besar DER maka semakin besar
modal pinjaman sehingga akan menyebabkan semakin besar pula
beban hutang (biaya bunga) yang harus ditanggung perusahaan.
Semakin besarnya beban hutang perusahaan maka jumlah laba yang
dibagikan sebagai cash dividend akan berkurang. Dengan demikian
ROE = Earning After Tax (EAT)
Total Equity
79
DER yang tinggi berdampak pada semakin kecilnya kemampuan
perusahaan untuk membagikan cash dividend atau sebaliknya. Debt
to Equity Ratio dapat diukur dengan cara:
c. Economic Value Added (X3)
Economic Value Added adalah pendekatan dalam menilai
kinerja operasional perusahaan secara adil, dimana kepentingan dan
harapan pemilik modal (kreditur dan pemegang saham) diukur
secara tertimbang dari struktur modal. EVA mengukur nilai tambah
perusahaan dengan cara mengurangi laba operasi setelah pajak
dengan biaya modal akibat investasi (Widyashanti, 2011). EVA
merupakan keuntungan operasional setelah pajak dikurangi dengan
biaya modal atau dengan kata lain EVA merupakan pengukuran
pendapatan sisa (residual income) yang menerangkan biaya modal
terhadap laba operasi. Economic Value Added dapat diukur dengan
cara:
d. Free Cash Flow (X4)
Free Cash Flow adalah aliran kas yang merupakan sisa dari
pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan net present value
(NPV) positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal yang
EVA = NOPAT – Capital Charge
DER = Total Debt
Total Equity
80
relevan (Jensen, 1986). Free cash flow dapat digunakan untuk
penggunaan diskresioner seperti akuisisi dan pembelanjaan modal
dengan orientasi pertumbuhan (growth-oriented), pembayaran
hutang dan pemabayaran kepada pemegang saham baik dalam
bentuk dividen. Free Cash Flow dapat dihitung dengan cara:
Variabel dan skala pengukuran yang terdapat dalam penelitian disajikan
secara ringkas dalam Tabel 3.2
Adapun persamaan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
= α+β1ROE + β2DER+ β3EVA + β4FCF + εit
Keterangan:
: Kebijakan Dividen
α : Konstanta
β : Koefisien
ROE : Return on Equity (profitabilitas)
DER : Debt to Equity Ratio (financial leverage)
EVA : Economic Value Added
FCF : Free Cash Flow
εit : Error
Free Cash Flow = Cash Flow from Operation – Net Capital
Expenditures
81
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran
No Variabel Indikator Skala
1 Kebijakan Dividen
(Puspita, 2009)
1 = perusahaan membagikan
dividen
0 = perusahaan tidak
membagikan dividen
Nominal
2 Return on Equity
(Junaidi et al.,2014)
ROE = Earning After Tax
Shareholder’s Equity
Rasio
3 Debt to Equity Ratio
(Puspita, 2009)
DER = Total Debt
Total Equity
Rasio
4 Economic Value Added
(Haque et al., 2013)
EVA = NOPAT – Capital
Charge
Rasio
5 Free Cash Flow
(Dini, 2009)
FCF = CF from Operation -
Net Capital
Expenditures
Rasio
82
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
berasal dari annual report yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek
Indonesia yaitu www.idx.co.id. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah
perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) mulai tahun 2010-2014. Perusahaan real estate dan properti dipilih
karena perusahaan di bidang tersebut dalam beberapa tahun belakangan ini
sedang mengalami masa perkembangan, sehingga peneliti ingin melihat
apakah penelitian-penelitian sebelumnya yang banyak menggunakan populasi
dari perusahaan manufaktur sebagai objek penelitiannya dalam meneliti
dividend payout ratio ini akan memiliki pengaruh yang sama pada perusahaan
real estate dan properti sebagai objek penelitian. Fokus penelitian ini adalah
ingin melihat pengaruh return on equity, debt to equity ratio, economic value
added, dan free cash flow terhadap rasio pembagian dividen.
Alasan penggunaan data 5 tahun yang dimulai dari tahun 2010 sampai
dengan 2014 karena diharapkan dapat menggambarkan situasi perkembangan
terbaru dari perusahaan real estate dan properti. Analisis data dalam
penelitian ini dilakukan terlebih dahulu dengan melihat apakah suatu
perusahaan pada satu tahun tersebut membagikan dividen atau tidak.
83
Pemilihan sampel dari populasi pada penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu.
Sampel yang telah terseleksi dengan metode purposive sampling disajikan
pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Pemilihan Sampel
Kriteria Jumlah
Jumlah perusahaan real estate dan properti yang tetap terdaftar di
BEI pada tahun 2010-2014 yang memenuhi kriteria purposive 32
Jumlah tahun penelitian 5
Total sampel selama periode penelitian 160
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi
logistik biner (binary logistic regression). Tujuannya adalah untuk
memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh variabel
independen yaitu, return on equity, debt to equity ratio, economic value
added, dan free cash flow terhadap varibel dependen yaitu dividend payout
ratio.
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 160 data
yang berasal dari 5 tahun periode penelitian (2010-2014).
84
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DPR 160 0 1 ,55 ,499
ROE 160 -,272 ,524 ,12297 ,113795
DER 160 ,008 5,256 ,94905 ,907339
EVAmilyar 160 -1532,117 850,824 80,24723 241,797674
FCFmilyar 160 -7846,619 1535,373 -392,26412 1168,247222
Valid N (listwise) 160
Sumber: Output SPSS
Tabel 4.1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel
penelitian. Berdasarkan tabel diatas, variabel dependen yaitu kebijakan
dividen yang diproksikan dengan dividend payout ratio (DPR)
menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,55 dan standar deviasi 0,49. Nilai ini
menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan selama tahun 2010-2014
memberikan dividen. Dari jumlah keseluruhan sampel yaitu 160, terdapat
88 sampel yang memberikan dividen, sedangkan 72 sampel lainnya tidak
memberikan dividen.
Variabel independen yang mempengaruhi perusahaan untuk
membagikan dividen atau tidak membagikan dividen dalam penelitian ini
antara lain adalah Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER),
Economic Value Added (EVA), dan Free Cash Flow (FCF).
Pada variabel Return On Equity (ROE), semakin besar variabel
tersebut maka akan menyebabkan kenaikan laba bersih pada perusahaan
yang bersangkutan yang selanjutnya akan menyebabkan kenaikan pada
harga saham. Berdasarkan tabel di atas, hasil analisis dengan
85
menggunakan statistik deskriptif terhadap ROE menunjukkan nilai
minimum sebesar -0,272 dan nilai maksimum sebesar 0,524 dengan rata-
rata 0,1229 dan standar deviasi 0,1138.
Nilai minimum ROE terdapat pada PT. Bhuwanatala Indah Permai
Tbk. pada tahun 2011. Hal ini terjadi dikarenakan perusahaan tersebut
mengalami kerugian sebesar Rp (20.191.933.879,00). Sedangkan nilai
maksimum ROE terdapat pada PT. Modernland Realty Tbk. pada tahun
2013, yang diperoleh dari perbandingan laba bersih tahun berjalan
mencapai Rp 2.451.686.470.278,00 dengan jumlah ekuitas pada tahun
tersebut sebesar Rp 4.675.679.109.654,00.
Pada variabel Debt to Equity Ratio (DER), semakin besar nilai
variabel tersebut maka semakin besar pula beban utang (biaya bunga)
yang harus di tanggung perusahaan. Semakin besarnya beban utang
perusahaan maka jumlah laba yang dibagikan sebagai cash dividend akan
berkurang. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap
DER menunjukkan nilai minimum sebesar 0,008 dan nilai maksimum
sebesar 5,256 dengan rata-rata sebesar 0,949 dan standar deviasi sebesar
0,9073.
Nilai minimum DER terdapat pada PT. Duta Pertiwi Tbk. pada tahun
2013 yang memiliki total utang sebesar Rp 1.428.544.530.018,00 yang
dibandingkan dengan total ekuitas pada tahun tersebut sebesar Rp
6.045.051.979.678,00. Sedangkan nilai maksimum DER terdapat pada PT.
PP (Persero) Tbk. pada tahun 2013 yang di peroleh dari perbandingan
86
antara total utang sebesar Rp10.430.922.094.750,00 dengn total ekuitas
sebesar Rp 1.984.747.306.312,00.
Pada variabel Economic Value Added (EVA), semakin tinggi
variabel ini dari nilai 0 maka akan semakin tinggi pendapatan sisa
(residual income) yang menerangkan biaya modal terhadap laba operasi
yang akan dibagikan sebagai dividen. Hasil analisis statistik deskriptif
terhadap EVA menunjukkan nilai minimum sebesar -1.532,117 dan nilai
maksimum sebesar 850,824 dengan rata-rata sebesar 80,247 dan standar
deviasi sebesar 241,798.
Nilai minimum EVA terdapat pada PT. Bakrieland Development
Tbk. pada tahun 2013 yang diperoleh dari net profit after tax (NOPAT)
sebesar Rp1.002.834.866.330,00 dikurangi dengan capital charge sebesar
Rp2.534.951.901.551,00. Sedangkan nilai maksimum EVA terdapat pada
PT. Bakrieland Development Tbk. pada tahun 2012 yang diperoleh dari
net profit after tax (NOPAT) sebesar Rp 626.067.571.370,00 dikurangi
dengan capital charge sebesar Rp (224.756.149.384,00). Hasil tersebut
kemudian di bagi Rp1.000.000.000,00 untuk memperkecil angka sebelum
dilakukan pengolahan data.
Pada variabel free cash flow (FCF), semakin besarnya variabel ini
dalam suatu perusahaan maka akan semakin besar kas yang tersedia untuk
pertumbuhan, pembayaran hutang, dan dividen. Hasil analisis statistik
deskriptif terhadap FCF menujukkan nilai minimum sebesar -7.846,619
87
dan nilai maksimum sebesar 1.535,373 dengan rata-rata sebesar -392,264
dan standar deviasi sebesar 1.168,247.
Nilai minimum FCF terdapat pada PT. Bakrieland Development Tbk.
pada tahun 2010 yang diperoleh dari cash flow from operation pada tahun
tersebut sebesar Rp (220.719.758.179,00) di kurangi dengan net capital
expenditures sebesar Rp 5.639.422.127.074,00. Sedangkan nilai
maksimum FCF terdapat pada PT. Alam Sutera Realty Tbk. pada tahun
2013 yang diperoleh dari cash flow from operation pada tahun tersebut
sebesar Rp 2.337.050.459.000,00 di kurangi dengan net capital
expenditures sebesar Rp 801.677.933.000,00. Hasil tersebut kemudian di
bagi Rp1.000.000.000,00 untuk memperkecil angka sebelum dilakukan
pengolahan data.
2. Hasil Uji Statistik Regresi Logistik
Karena variabel dependen bersifat dummy (membagikan dividen dan
tidak membagikan dividen), maka pengujian terhadap hipotesis
dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik biner (binary logistic
regression). Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi
logistik biner dapat dijelaskan sebagai berikut (Ghozali, 2013):
a. Hasil Uji Kesesuaian Model (Overall Model Fit)
Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2
Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number=0) dengan nilai -2
Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number=1). Nilai -2LL
awal pada (Block Number=0) adalah sebesar 220,204 sedangkan -
88
2LL setelah dimasukan keempat variabel independen pada (Block
Number=1) menjadi sebesar 184,279. Penurunan -2 Log Likelihood
(-2LL) sebesar 35,925 ini menunjukkan model regresi yang lebih
baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan
data.
Tabel 4.3
Sumber: Output SPSS
b. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R. Square)
Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi
logistik ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai
Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,269 yang berarti variabilitas
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen
adalah sebesar 26,9%, sedangkan sisanya sebesar 73,1% dijelaskan
oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian yang tidak diteliti
dipenelitian ini seperti return on assets, size, net profit margin, dan
lainnya.
Kesesuaian Model
Chi-square df Sig.
Step 1
Step 35,925 4 ,000
Block 35,925 4 ,000
Model 35,925 4 ,000
89
Tabel 4.4
c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer
and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Pengujian menunjukkan nilai
Chi-square sebesar 10,266 dengan signifikansi (p) sebesar 0,247.
Berdasarkan hasil tersebut, karena nilai signifikansi lebih besar dari
0,05 maka model dapat disimpulkan mampu memprediksi nilai
observasinya.
Tabel 4.5
Sumber: Output SPSS
d. Hasil Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi adanya kemungkinan peluang bagi
perusahaan untuk membagikan dividen.
Koefisien Determinasi
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 184,279a ,201 ,269
Sumber: Output SPSS
Kelayakan Model regresi
Step Chi-square df Sig.
1 10,266 8 ,247
90
Tabel 4.6
Matriks Klasifikasi
Observed Predicted
DPR Percentage
Correct
tidak
membagikan
dividen
membagikan
dividen
Step
1
DPR
tidak membagikan
dividen
50 22 69,4
membagikan dividen 28 60 68,2
Overall Percentage 68,8
Sumber: Output SPSS
Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi
kemungkinan adanya peluang bagi perusahaan untuk membagikan
dividen adalah sebesar 68,2%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
menggunakan model regresi yang digunakan, terdapat sebanyak 60
perusahaan yang diprediksi akan membagikan dividen dari total 88
perusahaan yang membagikan dividen. Kekuatan prediksi model
untuk peluang bagi perusahaan yang tidak membagikan dividen
adalah sebesar 69,4%, yang berarti bahwa dengan model regresi
yang digunakan ada sebanyak 50 perusahaan yang diprediksi tidak
membagikan dividen dari total 72 perusahaan yang tidak
membagikan dividen.
e. Hasil Uji Regresi Logistik
Model regresi logistik yang terbentuk disajikan pada tabel
berikut ini:
91
Tabel 4.7
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi menghasilkan model
berikut ini:
DPR = -0,709 + 4,590 ROE + 0,265 DER + 0,003 EVA + 0,000 FCF
Berdasarkan pengujian regresi logistik biner (binary logistic
regression) sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya
interpretasi hasil disajikan dalam empat bagian. Bagian pertama
membahas pengaruh return on equity (ROE) terhadap kebijakan
dividen (DPR). Bagian kedua membahas pengaruh debt to equity
ratio (DER) terhadap rasio pembagian dividen (DPR). Bagian ketiga
membahas pengaruh economic value added (EVA) terhadap
kebijakan dividen (DPR). Bagian keempat membahas pengaruh free
cash flow (FCF) terhadap kebijakan dividen (DPR). Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut:
Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a
ROE_A 4,590 2,000 5,268 1 ,022 98,479
DER_A ,265 ,288 ,849 1 ,357 1,304
EVAmilyar ,003 ,001 8,162 1 ,004 1,003
FCFmilyar ,000 ,000 1,406 1 ,236 1,000
Constant -,709 ,323 4,827 1 ,028 ,492
Sumber: Output SPSS
92
1) Pengaruh profitbilitas (ROE) terhadap kebijakan dividen (DPR)
Variabel ROE menunjukkan koefisien regresi positif
sebesar 4,590 dengan tingkat signifikasi (p) sebesar 0,022, lebih
kecil dari α = 0,05. Karena tingkat signifikasi (p) lebih kecil dari
α = 0,05 maka hipotesis ke-1 diterima. Penelitian ini
membuktikan bahwa ROE berpengaruh positif signifikan
terhadap rasio pembagian dividen pada perusahaan real estate
dan properti.
Apabila dilihat dari nilai odds rationya yang memiliki
nilai sebesar 98,479, maka dapat diinterpretasikan bahwa setiap
penambahan satu persen dari ROE maka kecenderungan
perusahaan untuk membagikan dividen akan meningkan 98,479
kali. Dapat diartikan bahwa semakin tinggi profitabilitas
perusahaan, maka semakin besar kemungkinan perusahaan
untuk membagikan dividen.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh Junaidi, H. Azwir Nasir
dan Meilda Wiguna (2014). Return on equity (ROE)
berpengaruh positif signifikan terhadap rasio pembagian dividen
(DPR). Dapat diartikan bahwa pada perusahaan real estate dan
properti periode tahun 2010-2014, naik atau turunnya ROE
pada suatu perusahaan akan mempengaruhi peluang bagi
perusahaan tersebut untuk membagikan dividen. Semakin tinggi
93
ROE pada suatu perusahaan maka akan meningkatkan peluang
bagi perusahaan tersebut untuk membagikan dividen, sebaliknya
semakin rendahnya ROE pada suatu perusahaan maka akan
menurunkan peluang bagi perusahaan tersebut untuk
membagikan dividen.
2) Pengaruh leverage (DER) terhadap kebijakan dividen (DPR)
Variabel DER menunjukkan koefisien regresi positif
sebesar 0,265 dengan tingkat signifikasi (p) sebesar 0,357, lebih
besar dari α = 0,05. Karena tingkat signifikasi (p) lebih besar
dari α = 0,05 maka hipotesis ke-2 ditolak. Penelitian ini
membuktikan bahwa DER tidak berpengaruh terhadap rasio
pembagian dividen pada perusahaan real estate dan properti.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh Made Wiradharma
Swastyastu, Gede Adi Yuniarta, Anantawikrama Tungga
Atmadja (2014). Debt to equity ratio (DER) tidak berpengaruh
terhadap rasio pembagian dividen. Dapat diartikan bahwa pada
perusahaan real estate dan properti periode tahun 2010-2014,
naik atau turunnya DER pada suatu perusahaan tidak memiliki
pengaruh terhadap rasio pembagian dividen.
3) Pengaruh economic value added (EVA) terhadap rasio
pembagian dividen (DPR)
94
Variabel EVA menunjukkan koefisien regresi positif
sebesar 0,003 dengan tingkat signifikasi (p) sebesar 0,004, lebih
kecil dari α = 0,05. Karena tingkat signifikasi (p) lebih kecil dari
α = 0,05 maka hipotesis ke-3 diterima. Penelitian ini
membuktikan bahwa EVA berpengaruh positif signifikan
terhadap rasio pembagian dividen pada perusahaan real estate
dan properti.
Apabila dilihat dari nilai odds rationya yang memiliki
nilai sebesar 1,003, maka dapat diinterpretasikan bahwa setiap
penambahan satu persen dari EVA maka kecenderungan
perusahaan untuk membagikan dividen akan meningkan 1,003
kali. Dapat diartikan bahwa semakin tinggi profitabilitas
perusahaan, maka semakin besar kemungkinan perusahaan
untuk membagikan dividen.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh Haque et al. (2013). Pada
penelitian Haque et al. (2013), yang menggunakan objek
penelitian perusahaan farmasi di Banglades menunjukkan hasil
bahwa EVA tidak memiliki pengaruh terhadap rasio pembagian
dividen. Namun, dalam penelitian ini variabel EVA memiliki
pengaruh terhadap rasio pembagian dividen. Dapat diartikan
bahwa pada perusahaan real estate dan properti periode tahun
2010-2014, naik atau turunnya EVA akan mempengaruhi
95
peluang bagi perusahaan tersebut untuk membagikan dividen.
Semakin tinggi EVA pada suatu perusahaan akan meningkatkan
peluang bagi perusahaan tersebut untuk membagikan dividen,
sebaliknya semakin rendah EVA pada suatu perusahaan akan
menurunkan peluang bagi perusahaan tersebut untuk
membagikan dividen.
4) Pengaruh free cash flow (FCF) terhadap rasio pembagian
dividen (DPR)
Variabel FCF menunjukkan koefisien regresi positif
sebesar 0,000 dengan tingkat signifikasi (p) sebesar 0,236, lebih
besar dari α = 0,05. Karena tingkat signifikasi (p) lebih besar
dari α = 0,05 maka hipotesis ke-4 ditolak. Penelitian ini
membuktikan bahwa FCF tidak berpengaruh terhadap rasio
pembagian dividen pada perusahaan real estate dan properti.
Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh Dini Rosdini (2009).
Pada penelitian Dini (2009), yang menggunakan objek
penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
menunjukkan hasil bahwa free cash flow (FCF) memiliki
pengaruh positif terhadap rasio pembagian dividen. Namun
dalam penelitian ini FCF tidak memiliki pengaruh terhadap rasio
pembagian dividen. Dapat diartikan bahwa naik atau turunnya
variabel FCF tidak berpengaruh terhadap rasio pembagian
96
dividen pada perusahaan real estate dan properti pada periode
tahun 2010-2014.
97
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profitbilitas (return
on equity), leverage (debt to equity ratio), economic value added, dan free
cash flow terhadap kebijakan dividen (dividend payout ratio). Analisis
dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik biner (binary logistic
regression) dengan menggunakan program Statistical Package for Social
Science (SPSS) Ver. 21. Data sampel perusahaan sebanyak 160 sampel
perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2010-2014.
Hasil pengujian dan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji regresi logistik biner (binary logistic regression)
menunjukkan bahwa return on equity secara statistik berpengaruh positif
signifikan terhadap dividend payout ratio pada perusahaan real estate
dan properti selama periode lima tahun pengamatan (2010-2014). Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Junaidi et al. (2014), yang mengatakan bahwa return on
equity memiliki pengaruh positif terhadap dividend payout ratio.
2. Berdasarkan hasil uji regresi logistik biner (binary logistic regression)
menunjukkan bahwa debt to equity ratio secara statistik tidak
98
berpengaruh terhadap dividend payout ratio pada perusahaan real estate
dan properti selama periode lima tahun pengamatan (2010-2014). Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Swastyastu et al. (2014), yang mengatakan bahwa debt to
equity ratio tidak memiliki pengaruh terhadap dividend payout ratio.
3. Berdasarkan hasil uji regresi logistik biner (binary logistic regression)
menunjukkan bahwa economic value added secara statistik berpengaruh
positif signifikan terhadap dividend payout ratio pada perusahaan real
estate dan properti selama periode lima tahun pengamatan (2010-2014).
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Haque et al. (2013). Pada penelitian Haque et al. (2013),
yang menggunakan objek penelitian perusahaan farmasi di Banglades
menunjukkan hasil bahwa EVA tidak memiliki pengaruh terhadap
dividend payout ratio. Namun, dalam penelitian ini variabel EVA
memiliki pengaruh terhadap dividend payout ratio.
4. Berdasarkan hasil uji regresi logistik biner (binary logistic regression)
menunjukkan bahwa free cash flow secara statistik tidak berpengaruh
terhadap dividend payout ratio pada perusahaan real estate dan properti
selama periode lima tahun pengamatan (2010-2014). Hasil penelitian ini
tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh
Dini Rosdini (2009). Pada penelitian Dini (2009), yang menggunakan
objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
menunjukkan hasil bahwa free cash flow (FCF) memiliki pengaruh
99
positif terhadap dividend payout ratio. Namun dalam penelitian ini FCF
tidak memiliki pengaruh terhadap dividend payout ratio.
B. Saran
Penelitian mengenai rasio pembagian dividen di masa yang akan datang
diharapkan mampu memberikan hasil penelitian yang lebig berkualitas,
dengan mempertimbangakan saran dibawah ini:
1. Penelitian yang akan datang sebaiknya menggunakan sampel perusahaan
yang stabil kondisinya, karena sampel perusahaan penelitian ini dapat
dikatakan masih belum stabil. Apabila tetap ingin menggunakan sampel
perusahaan seperti dalam penelitian ini yaitu perusahaan real estate dan
manufaktur, dapat mengabil sampel perusahaan di negara lain yang
kondisinya sudah lebih stabil. Contohnya mengambil sampel perusahaan
real estate dan properti di negara Singapura.
2. Untuk penelitian yang akan datang, dapat menggunakan variabel lain
seperti prospek pertumbuhan, biaya modal, profitabilitas, kebutuhan
pendanaan perusahaan, likuiditas, kemampuan meminjam, kebutuhan
pelunasan hutang, dan lainnya.
3. Peneliti berharap akan ada penelitian selanjutnya yang membahas soal
economic value added terhadap kebijakan dividen.
100
DAFTAR PUSTAKA
Alexandri. (2008). Manajemen Keuangan Bisnis. Cetakan kesatu Alfabeta,
Bandung.
Alvian M., Sri Murni, dan Yunita M. (2014). ROA, ROE, NPM Pengaruhnya
terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Perbankan dan
Financial Institusi yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2012. Jurnal
EMBA Vol. 2 No. 2. Juni. p. 1406-1416.
Ang, Robert. (1997). Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Mediasoft Indonesia:
Jakarta.
Baridwan. (2010). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. Jakarta.Gramedia Pustaka Utama.
Bastian dan suhardjono. (2006). Akuntansi Perbankan. Edisi 1, Salemba Empat,
Jakarta.
Brigham, Eugene dan Joel Houston (1998). Financial Management. Jilid Dua,
Edisi Kedelapan. Terjemahan oleh Herman Wibowo (2001). Erlangga:
Jakarta.
Brigham, Eugene dan Joel Houston. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Buku
satu, Edisi sepuluh. Terjemahan oleh Ali Akbar Yulianto (2006), PT
Salemba Empat, Jakarta.
Damayanti,S dan Achyani,F (2006). “Analisis Pengaruh Investasi, Likuiditas,
Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Kebijakan Dividend Payout Ratio”. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Vol.5 No.1 April. p.51-62
Dini, Rosdini (2009). “Pengaruh Free Cash Flow terhadap Dividend Payout
Ratio”. Research days, Faculty of Economics – Padjajaran University.
Bandung.
Hanafi M. Mamduh (2004). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Haryeti dan Elida Ilyas. (2011). Pengaruh Financial Leverage, Investasi,
Likuiditas Terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Ekonomi Vol.19
No.3.
101
Haque, Md. Reiazul, Md, Jahangir A. S., Md. Shamim H., Sourav P. C., dan Md.
Mostafizur R. (2013). Relationship Between Dividend Payout and
Economic Value Added: A Case of Square Pharmaceuticals Limited,
Bangladesh. Innovative Space of Scientific Research Journals. ISSN
2028-9324 Vol.3 No.1, p. 98-104.
Indriantoro dan Supomo. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntnsi
dan Manajemen. BPFE: Yogyakarta
Jensen, Michael dan William Meckling. (1976). The Theory of The Firm:
Managerial Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure. Journal
of Financial Economics, Vol. 3 (4), p. 305-360.
Jensen, Michael. (1986). Agency Cost of Free Cash Flow, Corporate Finance, and
Takeovers. American Economic Review. May, Vol. 76(2). p. 323-329.
Jogiyanto (1998). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE
UGM:Yogyakarta.
Junaidi, H. Azwir Nasir, dan Meilda Wiguna (2014). “Pengaruh Return on
Equity(ROE), Cash Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan
Earning per Share (EPS) terhadap Dividend Payout Ratio pada
Perusahaan Jakarta Islamic Index yang Listing di BEI Periode 2008-
2012”. JOM FEKON Vol.1 No.2.
Keown, Arthur (2005). Finacial Management. Tenth Edition. New Jersey:
Pearson Prentice Hall
Kumar, Suwendra. 2007. “Analisis pengaruh Struktur Kepemilikan, Investment
Opportunity Set (IOS), dan Rasio-Rasio Keuangan Terhadap DPR”.
Tesis yang Tidak Dipublikasikan.
Kusumawati,R dan Sudento, A. (2005). “Analisis Pengaruh Profitabilitas (ROE),
Ukuran Perusahaan (Size) dan Leverage Keuangan (Solvabilitas)
terhadap Tingkat Underpricing pada Penawaran Perdana (Initial Public
Offering/IPO) di Bursa Efek Jakarta”. Utilitas Vol 13 No.1. p. 93-110.
Lina, A. dan Made G.W. (2014). “Good Corporate Governance memoderasi
Profitabilitas, Leverage, Arus Kas Bebas Dengan Kebijakan Dividen”.
E-Jurnal Akuntansi Universtias Udayana 8.2. p. 245-262.
Made, W. S., Gede A. Y., Anantawikrama T. A. (2014). “Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kebijakan Dividend Payout Ratio yang Terdaftar
102
di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. E-Journal S1 Ak Universitas
Pendidikan Ganesha Vol.2 No.1.
Marlina, Lisa dan Danica, Clara. 2009. “Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to
Equity Ratio, dan Return on Assets Terhadap Dividend Payout Ratio”.
Jurnal Manajemen Bisnis, Vol. 2, No. 1, Januari 2009. p.1-6.
Mariah, Meythi, dan Riki Martusa. (2012). Pengaruh Profitabilitas dan
Kesempatan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen Tunai Dengan
Likuiditas Sebagai Variabel Moderating pada Emiten Pembentuk
Indeks LQ 45. Seminar Nasional Akuntnsi dan Bisnis (SNAB).
Nadjibah. 2008. “Analisis Pengaruh Asset Growth, Size,Cash Ratio Dan Return
On Asset Terhadap Dividen Payout Ratio”. Tesis yang Tidak
Dipublikasi.
Prihantoro (2003). “Estimasi Pengaruh Dividend Payout Ratio pada Perusahaan
Publik di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis No.1 Jilid 8.p.7-14.
Puspita, Fira (2009). “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Dividend Payout Ratio (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007)”. Tesis yang Tidak
Dipublikasikan.
Putra, I Wayan J., Wiagustini N. L. P. (2014). “Pengaruh Leverage dan
Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan”. E-
Jurnal Akuntansi Universtias Udayana 8.2. p. 2668-2684.
Risaptoko, R. (2007). “Analisis Pengaruh Cash Ratio, Debt to total asset, Asset
Growth, Firm size, dan Return on Asset terhadap Dividend Payout
Ratio (Studi Komparatif pada Perusahaan yang Listed di BEJ yang
Sahamnya Ikut Dimiliki Manajemen dan Yang Sahamnya Tidak
Dimiliki Manajemen Periode Tahun 2002-2005”. Tesis yang Tidak
Dipublikasikan.
Riyanto, Bambang (2001). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE:
Yogyakarta
Rizky R., Sri Murni, dan Paulina Van R. (2014). “Pengaruh Likuiditas dan
Profitabilias terhadap Dividend Payout Ratio pada Subsektor Perbankan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013”. Jurnal
EMBA Vol.2 No.3. September. p. 884-894.
103
Ross, S. (2000). “The determninant of Financial Structure: The Incentive
Signaling Approach”. Bell Journal of Economics. Spring p.23-40.
Sartono Agus (2001). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. BPFE:
Yogyakarta
Sharaks. (2005) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran
Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 11 No. 1 , 57-64.
Suharli, Michell. (2006). Studi Empiris Mengenai Pengaruh Profitabilitas,
Leverage, dan Harga Saham Terhadap Jumlah Dividen Tunai (Studi
pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-
2003). Jurnal Maksi Vol. 6 No.2. p. 243-256
Sunardi, Harjono (2010). Pengaruh Penilaian Kinerja dengan ROI dan EVA
terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks
LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Vol.2 No.1, p. 70-92.
Syahbana, A 2007. “Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kebijakan
Deviden pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode
2003-2005”. Tesis yang Tidak Dipublikasikan.
Tandelilin, Eduardus. (2010). Portfolio & Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi
Pertama. Yogyakarta: Kanisius.
Tjiptono, Darmaji. (2006). Pasar Modal di Indonesia.Jakarta: Salemba Empat.
Utama, S. (1997). Economic Value Added: Pengukuran dan Penciptaan Nilai
Perusahaan. Manajemen Usahawan Indonesia, No. 4, TH XXVI, p. 10-
13
Uyara, Ali Sani, dan Askam Tuasikal (2003). “Moderasi Aliran Kas Bebas
terhadap Hubungan Rasio Pembayaran Dividen dan Pengeluaran Modal
dengan Earnings Response Coefficients”. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia. Vol 6 No.2.
Wassem, K dan Naheed, A (2014). “In Pakistani Service Industry: Dividend
Payout Ratio as Function of some Factors”. International Journal of
Academy Research in Accounting, Finance and Management Sciences
Vol.4, No.1, January 2014, p. 390-396.
White, Gerald I., Sondhi Ashwinpul C., dan Fried, Dov. (1998). The Analysis and
Use of Financial Statements. John Wiley and Sons, Inc. New York.
www.mediabisnisonline.com
104
LAMPIRAN
105
LAMPIRAN 1 : Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian
NAMA EMITEN STOCK
PT Adhi Karya Tbk ADHI
PT Alam Sutera Reality Tbk ASRI
PT Bekasi Asri Pemula Tbk BAPA
PT Bumi Citra Permai Tbk BCIP
PT Bhuawanatala Indah Permai Tbk BIPP
PT Bukit Darmo Property Tbk BKDP
PT Sentul City Tbk BKSL
PT Cowell Development Tbk COWL
PT Ciputra Development Tbk CTRA
PT Ciputra Property Tbk CTRP
PT Ciputra Surya Tbk CTRS
PT Duta Anggada Realty Tbk DART
PT Nusa Kontruksi Enginering DGIK
PT Intiland Development Tbk DILD
PT Duta Pertiwi Tbk DUTI
PT Bakrieland Development Tbk ELTY
PT Goa Makassar Tourism Development Tbk GMTD
PT Perdana Gapura Prima Tbk GPRA
PT Kawasan Industri Jababeka Tbk KIJA
PT Global Land and Development Tbk KPIG
PT Lippo Cikarang Tbk LPCK
PT Lippo Karawaci Tbk LPKR
PT Modernland Realty Tbk MDLN
PT Indonesia Prima Property Tbk OMRE
106
NAMA EMITEN STOCK
PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk PTPP
PT Pudjiadi Prestige Tbk PUDP
PT Pakuwon Jati Tbk PWON
PT Dadanayasa Arthatama Tbk SCBD
PT Summarecon Agung Tbk SMRA
PT Surya Semesta Indonesia Tbk SSIA
PT Total Bangun Persada TOTL
PT Wijaya Karya tbk WIKA
107
LAMPIRAN 2: Data Diolah
NAMA DPS EPS DPR DPR ROE DER EVA FCF
ADHI (2010) 28,26 107,83 0,262 1 0,332 0,979 344,372 -217,157
ADHI (2011) 32,35 103,64 0,312 1 0,258 0,703 222,997 298,605
ADHI (2012) 31,10 117,46 0,265 1 0,226 0,808 235,973 53,777
ADHI (2013) 23,50 225,38 0,104 1 0,346 1,104 363,013 290,806
ADHI (2014) 67,60 179,90 0,376 1 0,227 1,276 340,211 -1474,327
ASRI (2010) 1,05 16,26 0,065 1 0,130 1,070 95,000 648,802
ASRI (2011) 4,03 33,68 0,120 1 0,220 1,160 225,733 1077,493
ASRI (2012) 6,13 61,19 0,100 1 0,250 1,310 171,879 1322,643
ASRI (2013) 14,60 44,62 0,327 1 0,170 1,710 607,667 1535,373
ASRI (2014) 7,00 55,85 0,125 1 0,180 1,660 578,720 -304,726
BAPA (2010) 0,00 19,51 0,000 0 0,169 0,821 -0,262 15,143
BAPA (2011) 0,00 9,08 0,000 0 0,073 0,833 -1,018 3,729
BAPA (2012) 0,00 6,78 0,000 0 0,051 0,819 0,279 2,342
BAPA (2013) 0,00 7,59 0,000 0 0,054 0,899 1,967 -7,831
BAPA (2014) 0,00 10,65 0,000 0 0,071 0,770 3,146 -7,760
BCIP (2010) 0,00 15,5 0,000 0 0,121 0,248 3,281 -30,141
BCIP (2011) 0,00 1,93 0,000 0 0,013 0,298 2,175 -51,335
BCIP (2012) 0,00 6,7 0,000 0 0,049 0,773 4,548 -6,875
BCIP (2013) 0,00 22,64 0,000 0 0,145 0,918 10,467 90,931
BCIP (2014) 0,00 20,99 0,000 0 0,122 1,359 21,315 -38,461
BIPP (2010) 0,00 -3,00 0,000 0 -0,055 1,040 0,353 -58,602
BIPP (2011) 0,00 -11,00 0,000 0 -0,272 1,630 -5,160 -133,968
BIPP (2012) 0,00 -8,39 0,000 0 -0,178 1,107 -1,590 -4,158
108
NAMA DPS EPS DPR DPR ROE DER EVA FCF
BIPP (2013) 0,00 37,27 0,000 0 0,252 0,292 -92,574 -164,349
BIPP (2014) 0,00 5,61 0,000 0 0,043 0,364 6,317 -134,257
BKDP (2010) 0,00 -2,15 0,000 0 -0,020 0,400 0,980 -522,271
BKDP (2011) 0,00 -3,03 0,000 0 -0,029 0,370 -8,050 -535,519
BKDP (2012) 0,00 -8,54 0,000 0 -0,090 0,385 -8,093 -546,426
BKDP (2013) 0,00 -8,65 0,000 0 -0,100 0,432 -5,536 -28,114
BKDP (2014) 0,00 1,05 0,000 0 0,012 0,386 9,571 14,491
BKSL (2010) 0,00 2,61 0,000 0 0,016 0,168 9,641 -174,538
BKSL (2011) 0,00 4,58 0,000 0 0,030 0,151 -17,442 -498,289
BKSL (2012) 0,00 7,04 0,000 0 0,046 0,278 8,883 311,205
BKSL (2013) 0,00 20,07 0,000 0 0,088 0,552 -484,268 -1307,950
BKSL (2014) 0,25 1,70 0,147 1 0,007 0,577 122,151 -99,675
COWL(2010) 2,72 11,14 0,244 1 0,064 1,046 -0,128 5,520
COWL(2011) 0,00 44,12 0,000 0 0,203 1,350 3,494 95,309
COWL(2012) 4,41 67,42 0,065 1 0,061 0,560 1,685 -253,901
COWL(2013) 0,00 10,00 0,000 0 0,041 0,640 7,658 -343,595
COWL(2014) 0,00 33,95 0,000 0 0,123 1,730 -49,258 -302,843
CTRA (2010) 0,00 17,00 0,000 0 0,053 0,058 -104,821 -1412,403
CTRA (2011) 6,00 21,00 0,286 1 0,064 0,157 -1,630 -1515,951
CTRA (2012) 7,00 39,00 0,179 1 0,105 0,263 173,822 487,907
CTRA (2013) 12,00 64,00 0,188 1 0,153 0,428 380,450 938,195
CTRA (2014) 19,00 87,00 0,218 1 0,179 0,542 513,381 -362,614
CTRP (2010) 4,00 25,00 0,160 1 0,050 0,100 -85,704 -1134,408
CTRP (2011) 7,00 26,00 0,269 1 0,050 0,200 -55,850 -1534,212
109
NAMA DPS EPS DPR DPR ROE DER EVA FCF
CTRP (2012) 8,00 50,00 0,160 1 0,080 0,500 5,803 -169,447
CTRP (2013) 16,00 70,00 0,229 1 0,090 0,700 52,152 -628,981
CTRP (2014) 21,00 66,00 0,318 1 0,080 0,800 110,206 -853,554
CTRS (2010) 0,00 44,00 0,000 0 0,056 0,176 15,278 -578,425
CTRS (2011) 13,00 83,00 0,157 1 0,098 0,291 55,454 -112,325
CTRS (2012) 25,00 139,00 0,180 1 0,124 0,233 96,572 253,033
CTRS (2013) 42,00 202,00 0,208 1 0,160 0,182 94,762 211,319
CTRS (2014) 60,00 264,00 0,227 1 0,173 0,147 132,435 -392,550
DART(2010) 0,00 17,00 0,000 0 0,036 1,998 61,535 -271,062
DART(2011) 0,00 54,00 0,000 0 0,028 0,680 42,922 -264,416
DART(2012) 0,00 61,00 0,000 0 0,064 0,375 29,879 -70,810
DART(2013) 28,00 58,00 0,483 1 0,062 0,484 79,217 -98,702
DART(2014) 28,00 130,00 0,215 1 0,126 0,442 56,945 27,456
DGIK (2010) 2,50 12,78 0,196 1 0,073 1,019 48,291 271,453
DGIK (2011) 2,75 1,45 1,897 1 0,008 0,548 19,566 -274,673
DGIK (2012) 0,00 8,60 0,000 0 0,047 0,745 4,589 -108,362
DGIK (2013) 2,00 11,97 0,167 1 0,062 0,981 -5,357 6,303
DGIK (2014) 2,50 11,06 0,226 1 0,055 0,851 42,327 -172,003
DILD (2010) 0,00 38,00 0,000 0 0,150 0,121 -127,543 -425,551
DILD (2011) 0,00 14,00 0,000 0 0,038 0,328 8,534 -398,183
DILD (2012) 3,00 17,00 0,176 1 0,047 0,286 16,942 -101,153
DILD (2013) 5,00 31,00 0,161 1 0,080 0,298 18,674 -189,599
DILD (2014) 8,00 42,00 0,190 1 0,100 0,406 91,868 -994,582
DUTI (2010) 0,00 144,35 0,000 0 0,097 0,252 10,417 46,323
110
NAMA DPS EPS DPR DPR ROE DER EVA FCF
DUTI (2011) 0,00 188,43 0,000 0 0,112 0,214 -30,059 214,929
DUTI (2012) 0,00 285,85 0,000 0 0,146 0,037 -46,862 477,985
DUTI (2013) 0,00 356,14 0,000 0 0,154 0,008 -143,287 93,450
DUTI (2014) 0,00 316,29 0,000 0 0,120 0,062 -149,728 4,555
ELTY (2010) 0,00 5,74 0,000 0 0,022 0,821 -1,011 -7846,619
ELTY (2011) 0,00 -0,48 0,000 0 -0,002 0,815 66,824 -6870,107
ELTY (2012) 0,00 -27,62 0,000 0 -0,165 0,831 850,824 -2680,538
ELTY (2013) 0,00 -5,31 0,000 0 -0,033 0,724 -1532,117 -1338,708
ELTY (2014) 0,00 10,90 0,000 0 0,062 0,918 -523,926 -2954,498
GMTD(2010) 38,00 271,55 0,140 1 0,215 1,800 6,849 45,537
GMTD(2011) 38,00 483,41 0,079 1 0,283 1,809 19,978 84,603
GMTD(2012) 38,00 633,98 0,060 1 0,275 2,849 18,458 253,570
GMTD(2013) 50,00 904,54 0,055 1 0,228 2,242 20,277 -467,291
GMTD(2014) 50,00 1198,91 0,042 1 0,180 1,288 31,675 35,564
GPRA (2010) 1,00 10,96 0,091 1 0,059 0,940 16,292 45,537
GPRA (2011) 1,00 11,40 0,088 1 0,069 0,090 26,934 84,603
GPRA (2012) 1,50 14,43 0,104 1 0,080 0,860 31,847 253,570
GPRA (2013) 2,00 23,08 0,087 1 0,133 0,660 38,673 -467,291
GPRA (2014) 2,00 20,93 0,096 1 0,103 0,710 19,692 35,564
KIJA (2010) 0,00 7,54 0,000 0 0,037 0,750 32,631 -1368,563
KIJA (2011) 0,00 29,78 0,000 0 0,093 0,430 81,295 -1375,238
KIJA (2012) 0,00 19,18 0,000 0 0,096 0,510 163,731 -1483,772
KIJA (2013) 6,62 4,99 1,327 1 0,024 0,610 594,490 -1223,186
KIJA (2014) 1,74 19,82 0,088 1 0,085 0,580 245,181 -1937,189
111
NAMA DPS EPS DPR DPR ROE DER EVA FCF
KPIG (2010) 0,00 46,26 0,000 0 0,083 0,070 -149,903 -450,451
KPIG (2011) 0,00 14,03 0,000 0 0,025 0,080 -34,008 -469,370
KPIG (2012) 0,00 34,36 0,000 0 0,050 0,230 -55,381 -391,457
KPIG (2013) 0,00 70,48 0,000 0 0,046 0,210 -245,194 -2921,097
KPIG (2014) 10,00 62,75 0,159 1 0,048 0,240 -259,535 -3004,369
LPCK (2010) 0,00 93,83 0,000 0 0,116 1,960 19,797 193,366
LPCK (2011) 0,00 370,23 0,000 0 0,314 1,490 128,028 427,704
LPCK (2012) 0,00 584,80 0,000 0 0,331 1,310 204,527 384,233
LPCK (2013) 0,00 848,59 0,000 0 0,325 1,120 271,926 -38,933
LPCK (2014) 0,00 1212,82 0,000 0 0,316 0,610 282,445 -89,773
LPKR (2010) 2,88 30,30 0,095 1 0,070 0,400 94,288 -794,619
LPKR (2011) 4,33 31,56 0,137 1 0,080 0,400 90,234 164,260
LPKR (2012) 7,79 46,48 0,168 1 0,100 0,600 149,931 1074,156
LPKR (2013) 11,85 53,94 0,220 1 0,100 0,600 256,374 -4889,717
LPKR (2014) 14,05 111,86 0,126 1 0,160 0,600 579,259 -2477,292
MDLN(2010) 0,00 12,63 0,000 0 0,046 0,896 22,618 -191,802
MDLN(2011) 0,00 30,12 0,000 0 0,062 1,126 48,336 39,566
MDLN(2012) 0,00 20,79 0,000 0 0,117 1,063 82,871 -288,963
MDLN(2013) 0,00 195,62 0,000 0 0,524 1,063 706,002 -1449,032
MDLN(2014) 5,00 56,75 0,088 1 0,133 0,960 440,436 -984,369
OMRE(2010) 0,00 61,00 0,000 0 0,260 0,900 73,714 -11,328
OMRE(2011) 0,00 52,00 0,000 0 0,181 0,500 16,745 -93,701
OMRE(2012) 0,00 23,00 0,000 0 0,074 0,400 -0,788 -94,719
OMRE(2013) 0,00 -13,69 0,000 0 -0,044 0,500 -69,391 -102,271
112
NAMA DPS EPS DPR DPR ROE DER EVA FCF
OMRE(2014) 0,00 61,00 0,000 0 0,166 0,300 -120,520 -128,256
PTPP (2010) 10,11 42,00 0,241 1 0,191 3,314 194,592 -30,358
PTPP (2011) 14,57 50,00 0,291 1 0,205 3,864 305,710 70,247
PTPP (2012) 14,88 64,00 0,233 1 0,191 4,164 348,158 123,142
PTPP (2013) 19,19 87,00 0,221 1 0,296 5,256 533,807 508,968
PTPP (2014) 26,06 110,00 0,237 1 0,291 5,113 559,364 -211,229
PUDP (2010) 2,00 36,18 0,055 1 0,046 0,287 -8,061 -86,687
PUDP (2011) 5,00 75,07 0,067 1 0,087 0,416 -6,714 -49,899
PUDP (2012) 20,00 71,84 0,278 1 0,083 0,420 -2,479 -99,491
PUDP (2013) 12,00 82,74 0,145 1 0,095 0,323 -9,006 -91,594
PUDP (2014) 12,00 45,67 0,263 1 0,052 0,394 -9,348 -122,899
PWON(2010) 0,00 6,79 0,000 0 0,144 1,400 70,610 -938,436
PWON(2011) 0,00 8,62 0,000 0 0,155 1,400 128,584 -1313,053
PWON(2012) 1,45 15,53 0,093 1 0,257 1,400 162,601 543,444
PWON(2013) 3,50 23,52 0,149 1 0,292 1,300 417,393 1429,966
PWON(2014) 4,50 52,23 0,086 1 0,407 1,000 -574,561 1029,888
SCBD (2010) 0,00 23,02 0,000 0 0,085 0,370 -1,916 -593,650
SCBD (2011) 0,00 8,34 0,000 0 0,028 0,340 -25,545 -399,973
SCBD (2012) 5,51 6,76 0,815 1 0,026 0,340 -10,841 -265,943
SCBD (2013) 34,24 514,87 0,067 1 0,409 0,300 -153,405 906,906
SCBD (2014) 0,00 12,04 0,000 0 0,033 0,400 -43,448 -424,611
SMRA(2010) 8,00 34,76 0,230 1 0,110 0,360 105,600 275,282
SMRA(2011) 10,00 57,04 0,175 1 0,160 0,460 165,644 444,874
SMRA(2012) 23,00 114,89 0,200 1 0,210 0,290 357,619 1027,090
113
NAMA DPS EPS DPR DPR ROE DER EVA FCF
SMRA(2013) 43,00 76,40 0,563 1 0,240 0,540 342,795 -352,549
SMRA(2014) 23,00 96,92 0,237 1 0,230 0,730 327,744 -1841,779
SSIA (2010) 0,00 98,00 0,000 0 0,133 1,644 -2,493 -568,849
SSIA (2011) 4,50 55,00 0,082 1 0,234 1,579 131,668 108,580
SSIA (2012) 11,00 150,00 0,073 1 0,443 1,992 297,396 628,766
SSIA (2013) 30,00 147,00 0,204 1 0,298 1,381 230,541 -500,842
SSIA (2014) 30,00 88,91 0,337 1 0,157 1,115 -18,751 -845,556
TOTL (2010) 7,50 25,40 0,295 1 0,145 1,771 19,498 54,457
TOTL (2011) 14,67 36,60 0,401 1 0,197 1,932 39,566 190,663
TOTL (2012) 44,00 51,51 0,854 1 0,267 2,062 54,168 101,857
TOTL (2013) 29,33 56,98 0,515 1 0,258 1,869 75,547 -206,750
TOTL (2014) 35,00 48,00 0,729 1 0,205 2,112 36,468 139,188
WIKA(2010) 10,01 47,47 0,211 1 0,151 2,430 187,656 -195,623
WIKA(2011) 17,08 60,59 0,282 1 0,171 2,950 261,227 85,270
WIKA(2012) 17,56 77,96 0,225 1 0,183 3,160 330,611 -811,524
WIKA(2013) 22,32 92,93 0,240 1 0,193 3,180 544,544 -1351,180
WIKA(2014) 27,82 100,19 0,278 1 0,222 2,740 594,337 -2853,734
Keterangan:
DPR : Dividend Payout Ratio
ROE : Return on Equity
DER : Debt to Equity Ratio
EVA : Economic Value Added
FCF : Free Cash Flow
114
LAMPIRAN 3: Hasil Output SPSS 21 for Windows
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DPR 160 0 1 ,55 ,499
ROE 160 -,272 ,524 ,12297 ,113795
DER 160 ,008 5,256 ,94905 ,907339
EVA 160 -1532,117 850,824 80,24723 241,797674
FCF 160 -7846,619 1535,373 -392,26412 1168,247222
Valid N (listwise) 160
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 160 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 160 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 160 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number
of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
tidak membagikan dividen 0
membagikan dividen 1
115
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
DPR Percentage
Correct
tidak
membagikan
dividen
membagikan
dividen
Step 0 DPR
tidak membagikan dividen 0 72 ,0
membagikan dividen 0 88 100,0
Overall Percentage 55,0
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant ,201 ,159 1,595 1 ,207 1,222
Variables not in the Equationa
Score df Sig.
Step 0 Variables
ROE_A 18,810 1 ,000
DER_A 11,242 1 ,001
EVAmilyar 17,472 1 ,000
FCFmilyar 3,994 1 ,046
a. Residual Chi-Squares are not computed because of redundancies.
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1
Step 35,925 4 ,000
Block 35,925 4 ,000
Model 35,925 4 ,000
116
Model Summary
Step -2 Log
likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 184,279a ,201 ,269
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 10,266 8 ,247
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
DPR = tidak membagikan dividen DPR = membagikan dividen Total
Observed Expected Observed Expected
Step 1
1 13 13,093 3 2,907 16
2 13 10,565 3 5,435 16
3 11 9,568 5 6,432 16
4 8 8,931 8 7,069 16
5 5 8,374 11 7,626 16
6 9 7,426 7 8,574 16
7 6 6,127 10 9,873 16
8 2 4,035 14 11,965 16
9 2 2,660 14 13,340 16
10 3 1,220 13 14,780 16
Classification Tablea
Observed Predicted
DPR Percentage
Correct
tidak membagikan
dividen
membagikan
dividen
Step 1 DPR
tidak membagikan dividen 50 22 69,4
membagikan dividen 28 60 68,2
Overall Percentage 68,8
a. The cut value is ,500
117
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a
ROE_A 4,590 2,000 5,268 1 ,022 98,479
DER_A ,265 ,288 ,849 1 ,357 1,304
EVAmilyar ,003 ,001 8,162 1 ,004 1,003
FCFmilyar ,000 ,000 1,406 1 ,236 1,000
Constant -,709 ,323 4,827 1 ,028 ,492
a. Variable(s) entered on step 1: ROE_A, DER_A, EVAmilyar, FCFmilyar.