Upload
dangdat
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGARUH PROFESIONALISME, KEAHLIAN, PENGETAHUAN MENDETEKSI
KECURANGAN DAN ADAPTASI SARBANES OXLEY ACT 2002 SECTION 404
TERHADAP PENGUNGKAPAN KECURANGAN
(Studi Empiris pada Akuntan Publik Wilayah DKI Jakarta)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Irna Nadya Siregar
NIM: 107082003694
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
2
PENGARUH PROFESIONALISME, KEAHLIAN, PENGETAHUAN MENDETEKSI
KECURANGAN DAN ADAPTASI SARBANES OXLEY ACT 2002 SECTION 404
TERHADAP PENGUNGKAPAN KECURANGAN
(Studi Empiris pada Akuntan Publik Wilayah DKI Jakarta)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Irna Nadya Siregar
NIM: 107082003694
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Amilin, S.E.,Ak.,M.Si. Hepi Prayudiawan, S.E.,Ak.,MM.
NIP: 197306152005011009 NIP: 197205162009011006
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
3
Hari ini Rabu Tanggal 02 Maret Tahun Dua Ribu Sebelas telah dilakukan Ujian Komprehensif
atas nama Irna Nadya Siregar NIM: 107082003694 dengan judul Skripsi “PENGARUH
PROFESIONALISME, KEAHLIAN, PENGETAHUAN MENDETEKSI KECURANGAN
DAN ADAPTASI SARBANES OXLEY ACT 2002 SECTION 404 TERHADAP
PENGUNGKAPAN KECURANGAN (Studi Empiris pada Akuntan Publik Wilayah DKI
Jakarta)”. Memperhatikan penampilan mahasiswi tersebut selama ujian berlangsung, maka
skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 02 Maret 2011
Dr. Amilin., S.E., M.Si., Ak. Drs. Abd. Hamid Cebba., MBA., Ak., CPA
Penguji II Penguji III
Prof. Dr. Azzam Jasin., MBA
Penguji I
4
Hari ini Selasa Tanggal Lima Belas Maret Tahun Dua Ribu Sebelas telah dilakukan Ujian
Skripsi atas nama Irna Nadya Siregar NIM: 107082003694 dengan judul Skripsi “PENGARUH
PROFESIONALISME, KEAHLIAN, PENGETAHUAN MENDETEKSI KECURANGAN
DAN ADAPTASI SARBANES OXLEY ACT 2002 SECTION 404 TERHADAP
PENGUNGKAPAN KECURANGAN (Studi Empiris pada Akuntan Publik Wilayah DKI
Jakarta)”. Memperhatikan penampilan mahasiswi tersebut selama ujian berlangsung, maka
skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Maret 2011
Tim Penguji Ujian Skripsi
Dr. Amilin., S.E., M.Si., Ak. Hepi Prayudiawan., S.E., MM., Ak.
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid., MS Rahmawati., S.E., MM.
Ketua Sekretaris
Reskino., S.E., M.Si., Ak
Penguji Ahli
5
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Irna Nadya Siregar
NIM : 107082003694
Jurusan : Akuntansi / Audit
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan
hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan plagiat dan/atau
saduran dari hasil karya atau hasil penelitian pihak lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat dan/atau saduran maka skripsi ini dianggap
gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta
gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari
menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 13 Januari 2011
(Irna Nadya Siregar)
6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama Lengkap : Irna Nadya Siregar
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/20 Juni 1989
Alamat Rumah : Jl. Abd. Wahab No. 12 RT/RW 001/06, Kel.
Sawangan Lama, Kec. Sawangan, Depok 16511
Email : [email protected]
II. Riwayat Pendidikan
a. Pendidikan Formal
1. SD Kartini II Batam
2. SMP Islam Al Azhar 8 Bekasi (Juli 2001 s.d.Juni 2004)
3. SMA Islam Al Azhar 4 Bekasi (Juli 2004 s.d. Juni 2007)
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (September 2007 s.d. Maret 2011)
b. Pendidikan Informal
1. Lembaga Pendidikan Komputer Nurul Fikri (Juli 2005 s.d. Juni 2006)
2. English for Business (Conversation in English): Elementary Level, LBPP LIA
3. English for Business (Conversation in English): Pre-Intermediate Level, LBPP LIA
4. TOEFL Preparation Course: Intermediate Level, LBPP LIA
III. Prestasi Akademik dan Non Akademik
1. Juara I Lomba Debat Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (Jakarta, Juni 2009)
2. Exclusive Participant dalam SYOG (Singapore Youth Olympic Games) 2010 bersama tim
Tari Saman FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Singapore, Agustus 2010)
3. 2nd
Winner of GRLI & Net Impact: National Paper Competition of Youth Leadership
(Jakarta, Desember 2010)
4. GRLI (Globally Responsible Leadership Initiative) Ambassador for Leadership Initiative
Campaign (Masa Bakti Desember 2010 s.d. Juni 2011).
7
INFLUENCE OF PROFESSIONALISM, EXPERTISE, KNOWLEDGE ABILITY TO
DETECT FRAUD AND ADAPTATION OF SARBANES OXLEY ACT 2002 SECTION 404
TOWARDS FRAUD EXPOSURE
(Empirical Study on Public Accountant DKI Jakarta Region)
By: Irna Nadya Siregar
ABSTRACT
This research aimed to analyze influence of professionalism, expertise, knowledge ability
to detect fraud and adaptation of Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 towards fraud exposure.
This research used primary data obtained by distributing questionnaires to independent auditors
in DKI Jakarta. They have minimum occupation as senior auditor whom work in Public
Accountant Firm (KAP) big four and non big four listed on KAP Directory issued by Indonesian
Institute of Public Accountants (IAPI) on 2010.
The sampling process was done using purposive sampling method with prospector’s
judgment. 140 questionnaires were distributed. Total returned questionnaires were 108
(77,14%) and only 83 questionnaires (76,85%) were able to process. The analyzing method to
examine hypothesis was multiple regression analysis which professionalism, expertise,
knowledge ability to detect fraud and adaptation of Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 were
independent variables and fraud exposure was dependent variable.
The result of this research show that professionalism, expertise, knowledge ability to detect
fraud and adaptation of Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 were simultaneously significant
influenced fraud exposure. Professionalism, expertise, and adaptation of Sarbanes Oxley Act
2002 section 404 were influencing fraud exposure on positive significant affect, thus knowledge
ability to detect fraud was influencing fraud exposure on negative significant affect.
Keywords: Professionalism, Expertise, Knowledge Ability To Detect Fraud, Adaptation Of
Sarbanes Oxley Act 2002 section 404, Fraud Exposure.
8
PENGARUH PROFESIONALISME, KEAHLIAN, PENGETAHUAN MENDETEKSI
KECURANGAN DAN ADAPTASI SARBANES OXLEY ACT 2002 SECTION 404
TERHADAP PENGUNGKAPAN KECURANGAN
(Studi Empiris pada Akuntan Publik Wilayah DKI Jakarta)
Oleh: Irna Nadya Siregar
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh profesionalisme, keahlian,
pengetahuan mendeteksi kecurangan dan adaptasi Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 terhadap
pengungkapan kecurangan. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui
penyebaran kuesioner yang dilakukan di DKI Jakarta dengan responden auditor independen
dengan kedudukan minimum auditor senior yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) big
four dan non big four yang tercatat di Direktori KAP yang diterbitkan oleh Institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI) tahun 2010.
Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan
judgment. Kuesioner yang disebar berjumlah 140 kuesioner. Kuesioner yang kembali berjumlah
108 (77,14%) dan yang bisa diolah berjumlah 83 kuesioner (76,85%). Metode analisis yang
digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi berganda dimana profesionalisme,
keahlian, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan adaptasi Sarbanes Oxley Act 2002 section
404 merupakan variabel independen sedangkan pengungkapan kecurangan merupakan variabel
dependen.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profesionalisme, keahlian dan adaptasi Sarbanes
Oxley Act 2002 section 404 berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap pengungkapan
kecurangan. Secara parsial variabel profesionalisme, keahlian dan adaptasi Sarbanes Oxley Act
2002 section 404 berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan kecurangan sementara
variabel pengetahuan mendeteksi kecurangan berpengaruh negatif signifikan terhadap
pengungkapan kecurangan.
Kata Kunci: Profesionalisme, Keahlian, Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan, Adaptasi
Sarbanes Oxley Act 2002 section 404, Pengungkapan Kecurangan.
9
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia tak pernah putus
untuk peneliti. Hanya karena izin dan anugerah luar biasa dari-Nya maka penulis dapat melalui
proses penelitian ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada pemimpin
abadi umat manusia Rasulullah SAW yang telah memberikan teladan dan inspirasi hingga akhir
zaman.
Skripsi ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi sejumlah syarat meraih gelar Sarjana
Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
Pada kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
sebesar-besarnya kepada sejumlah pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan skripsi ini
sebagai berikut:
1. Kedua orangtua yang telah mengabdikan hidup untuk membesarkan dan mendidik peneliti.
No matter how adult I will be, I’m still daddy & mommy little girl whom need u’re blessing
in lifetime
2. Adik peneliti Irfan Kamil Siregar, Ketua BEMJ Ilmu Hukum yang telah menjadi teman
dialog paling inspiratif. Together we conquer the world, dude!
3. Bapak Dr. Amilin., S.E., M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk konsultasi dan memberikan pengarahan hingga penelitian ini
dapat terselesaikan dengan baik
4. Bapak Hepi Prayudiawan, S.E., M.M., Ak. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk konsultasi dan memberikan pengarahan hingga
penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik
5. Ibu Rahmawati, S.E., M.M selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah
6. Ibu Yessi Fitri, S.E., M.Si., Ak., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
7. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah
8. Seluruh responden penelitian yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner dan
mengembalikannya tepat waktu
10
9. Paman peneliti Bapak Ilham W.B. Siregar, S.E., M.M dan rekan peneliti Wandha Benny,
S.H., yang telah memudahkan akses ke seluruh KAP Big Four. Thanks a bunch
10. My Audit best mates Sinta, Sophie, Zia dan Karina: nothing can intrude ur way to success,
darlaa. See you on the career women fabulous world!
11. Teman-teman seperjuangan proses skripsi: Rahma, Risthy, Chici, Kartika, Kabul, Iis dan
Apprina. Best luck for your future, fellas .
12. Teman-teman Akuntansi E 2007 dan Audit A 2010: Barbies dan yang lainnya. Kalian
benar-benar memberi saya dua tahun penuh warna!
13. SEIS Dance, nothing can portrays you except gorgeous!
14. Last but not least, Muhammad Kharisma. Tell the world who really you are, brilliant guy
.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih mengandung banyak kekurangan karena
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki peneliti. Oleh karena itu peneliti
mengharapkan saran dan kritik membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 13 Januari 2011
Irna Nadya Siregar
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... ……. i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI …………………………………………. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJI KOMPREHENSIF ............................………. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJI SKRIPSI ......................................................... iv
SURAT PERNYATAAN .............................................................………… …… v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………………………. vi
ABSTRACT …………………………………………………………………….. vii
ABSTRAK .................................................................................................... .….. viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. …… ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………… xvi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….......... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ……………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah ……………………………………………………. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………………… 8
1. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 8
2. Manfaat Penelitian …………………………………………………... 9
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur ……………………………………………………... 11
1. Profesionalisme ……………………………………………………… 11
a. Pengertian Profesionalisme ……………………………………….. 11
b. Konsep Profesionalisme …………………………………………... 12
2. Keahlian …………………………………………………………….. 17
a. Pengertian Keahlian ………………………………………………. 17
b. Kriteria Keahlian …………………………………………………. 18
3. Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan ……………………………… 23
4. Sarbanes Oxley Act (SOA) 2002 section 404 ……………………… 24
a. Pedoman Audit dalam SOA 2002 section 404 ………………….. 24
b. Adaptasi SOA 2002 section 404 ………………………………… 27
5. Kecurangan Pelaporan Keuangan …………………………………... 28
a. Definisi Kecurangan Pelaporan Keuangan ……………………….. 28
b. Tanggung Jawab Auditor Dalam Menilai Risiko Kecurangan …… 29
c. Tanggung Jawab Auditor Atas Eksistensi Kecurangan …………... 32
d. Tanggung Jawab Auditor Untuk Mengungkap Kecurangan …….. 33
B. Penelitian Terdahulu ………………………………………………… 34
C. Keterkaitan Antar Variabel ………………………………………….. 40
D. Kerangka Pemikiran …………………………………………………. 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian …………………………………………… 46
B. Metode Penentuan Sampel …………………………………………… 46
13
C. Metode Pengumpulan Data …………………………………………... 48
D. Metode Analisis Data ………………………………………………... 49
1. Statistik Deskriptif ………………………………………………… 49
2. Uji Kualitas Data …………………………………………………. 49
a. Uji Validitas ………………………………………………….... 49
b. Uji Reliabilitas ………………………………………………… 49
3. Uji Asumsi Klasik ………………………………………………… 50
a. Uji Multikolonieritas …………………………………………. 50
b. Uji Normalitas ……………………………………………….. 51
c. Uji Heteroskedastisitas ……………………………………….. 51
4. Uji Hipotesis ……………………………………………………. 52
a. Koefisien Determinasi ………………………………………… 53
b. Uji Statistik t …………………………………………………. 54
c. Uji Statistik F …………………………………………………. 54
E. Operasional Variabel Penelitian …………………………………… 55
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ………………………. 64
1. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………….. 64
2. Karakteristik Profil Responden ………………………………… 66
a. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………….. 66
b. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ……. 67
c. Deskripsi Responden Berdasarkan Kedudukan di KAP …….. 68
d. Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ……… 69
14
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ……………………………………… 69
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ……………………………………... 69
2. Hasil Uji Kualitas Data …………………………………………… 72
a. Hasil Uji Validitas …………………………………………….. 72
b. Hasil Uji Reliabilitas ………………………………………….. 73
3. Hasil Uji Asumsi Klasik …………………………………………. 75
a. Hasil Uji Multikolonieritas ……………………………………. 75
b. Hasil Uji Normalitas …………………………………………… 76
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ……………………………….. 77
4. Hasil Uji Hipotesis ……………………………………………… 78
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi …………………………….. 78
b. Hasil Uji Statistik t ………………………………………….. 79
c. Hasil Uji Statistif F ………………………………………….. 86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………... 89
B. Implikasi …………………………………………………………… 91
C. Keterbatasan ………………………………………………………. 92
D. Saran ………………………………………………………………. 93
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 95
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………………. 99
15
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Fenomena Kecurangan Pelaporan Keuangan Yang Melibatkan
Auditor Independen …………………………………………….. 3
2.1 Tingkat dan Tanggung Jawab Staf Kantor Akuntan Publik …… 20
2.2 Penelitian Terdahulu ……………………………………………. 35
3.1 Operasionalisasi Variabel ………………………………………... 59
4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian ………………………………. 65
4.2 Data Sampel Penelitian ………………………………………….. 66
4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin …… 66
4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 67
4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Kedudukan di KAP 68
4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja … 69
4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif ………………………………………. 70
4.8 Hasil Uji Validitas …………………………………………………. 72
4.9 Hasil Uji Reliabilitas ………………………………………………. 74
4.10 Hasil Uji Multikolonieritas ………………………………………… 75
4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi …………………………………… 78
4.12 Hasil Uji Statistik t …………………………………………………. 80
4.13 Hasil Uji Statistik F ………………………………………………… 87
16
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran …………………………………..... 45
4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot …………….. 76
4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot .. 77
17
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Dokumentasi Penelitian ……………………………………….. 99
a. Surat Izin Penelitian ………………………………………… 100
b. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari KAP …. 101
2 Kuesioner Penelitian …………………………………………... 104
3 Daftar Jawaban Responden …………………………………… 113
4 Hasil Uji Statistik SPSS ……………………………………….. 121
a. Hasil Uji Statistik Deskriptif ………………………………... 122
b. Hasil Uji Validitas ………………………………………….. 123
c. Hasil Uji Reliabilitas ……………………………………….. 131
d. Hasil Uji Statistik Multikolonieritas ……………………….. 146
e. Hasil Uji Statistik Normalitas ……………………………… 147
f. Hasil Uji Statistik Heteroskedastisitas ……………………... 148
g. Hasil Uji Hipotesis ………………………………………… 149
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dalam mekanisme pelaporan keuangan, suatu audit dirancang untuk memberikan
keyakinan bahwa laporan keuangan tidak dipengaruhi oleh salah saji (misstatement) yang
material dan juga memberikan keyakinan yang memadai atas akuntabilitas manajemen atas
aktiva perusahaan. Salah saji terdiri dari dua macam yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan
(fraud). Fraud diterjemahkan sebagai kecurangan sesuai dengan Pernyataan Standar
Auditing (PSA) No. 70, demikian pula error dan irregularities masing-masing
diterjemahkan sebagai kekeliruan dan ketidakberesan sesuai dengan PSA sebelumnya yaitu
PSA No. 32 (Koroy, 2008:22).
Terjadinya kecurangan yang merupakan suatu tindak disengaja yang tidak dapat
terdeteksi oleh suatu pengauditan dapat memberikan efek merugikan dan cacat bagi
pelaporan keuangan. Berdasarkan data dari Xinhua News Agency tahun 2008, terdapat
Kantor Akuntan Publik ternama Singapura yang dinyatakan bersalah dan dihukum denda
sebesar SGD 775,000 karena terbukti gagal memberikan peringatan kepada kliennya tentang
tindak kecurangan yang dilakukan oleh mantan manajer keuangan klien tersebut sepanjang
tahun 2002 dan 2004.
Berdasarkan laporan yang disusun oleh ACFE (Association of Certified Fraud
Examiners) pada tahun 2007, kerugian yang diakibatkan oleh kecurangan di Amerika
Serikat berjumlah sekitar 6% dari pendapatan atau US$600 milyar termasuk kerugian akibat
kecurangan pendapatan oleh Xerox Corporation. Berdasarkan laporan tersebut, jenis
kecurangan yang paling sedikit terjadi adalah kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent
19
financial reporting), sejumlah 5%. Walaupun demikian kecurangan pelaporan keuangan
membawa kerugian paling besar ditunjukkan dengan median kerugian yang mencapai
US$4,25 juta (Ziegenfuss, 2008:23).
Indonesia juga tidak luput dari meningkatnya tindak kecurangan pelaporan keuangan
yang melibatkan auditor independen. Pada 30 September 2009, auditor Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) Bagindo Quirino dihukum tiga tahun penjara dan denda Rp150 juta
subsider tiga bulan kurungan. Bagindo Quirino terbukti menerima suap Rp500 juta dalam
audit laporan keuangan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam proyek
pengadaan alat balai latihan kerja untuk menutupi kerugian negara pada Anggaran Belanja
Tambahan Daftar Isian Proyek (ABTDIP) tahun 2004 (Nilawaty, 2009:57).
Salah satu kasus kecurangan pelaporan keuangan skala besar di Indonesia adalah kasus
PT Kimia Farma Tbk. Berdasarkan indikasi Kementerian BUMN dan pemeriksaan
Bapepam, telah ditemukan adanya salah saji dalam laporan keuangan yang mengakibatkan
lebih saji (overstatement) laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar
Rp32,7 miliar. Salah saji ini melibatkan peran auditor dalam pencatatan ganda atas
penjualan pada 2 (dua) unit usaha. Pencatatan ganda itu dilakukan pada unit-unit yang tidak
di-sampling oleh auditor. Bapepam mengemukakan proses audit tersebut tidak berhasil
mengungkap adanya penggelembungan laba (Koroy, 2008:25).
20
Tabel 1.1 menunjukkan rincian fenomena kecurangan tersebut:
Tabel 1.1
Fenomena Kecurangan Pelaporan Keuangan yang Melibatkan Auditor
Independen
No. Klien
(Tahun)
Tindak
Kecurangan
Auditor
yang
Terlibat
Keterlibatan
Auditor
Sanksi bagi
Auditor
1 Xerox
Corporation
(2002)
Kesalahan
disengaja atas
pendapatan
leasing yang
lebih-saji.
Tim
Auditor
KPMG
Memanipulasi
lease
equipment
sehingga nilai
penjualan
terakumulasi.
Penghentian
kerjasama oleh
klien dan
digantikan oleh
Pricewaterhouse,
LLP.
2 PT. Kimia
Farma Tbk.
(2002)
Penyajian
laba bersih
yang
overstatement
Ludovicus
Sensi W.,
partner
KAP Hans
Tuanakotta
&Mustofa
Tidak
melakukan
sampling atas
unit bahan
baku dan unit
logistik
sentral.
Peringatan
tertulis dari
BAPEPAM dan
denda sebesar
Rp100 juta.
3 Asian
Realty., Co.
(2008)
Kekurangan
dana setoran
pada laporan
bank akibat
korupsi
Tim
Auditor
Patrick Lee
Public
Accounting
Tidak
mengungkap
temuan audit
tersebut pada
manajemen
Denda sebesar
SGD775,000
4
Depnaker
(2009)
Kerugian
material dari
anggaran
yang ditutupi
Bagindo
Quirino,
mantan
Auditor
BPK
Menerima
suap atas
permohonan
manipulasi
dari klien.
Tiga tahun
penjara dan
denda Rp150juta
subsider tiga
bulan kurungan. Sumber: Diolah dari berbagai referensi
Dalam pengungkapan kecurangan, yang menjadi masalah bukanlah ketiadaan standar
pengauditan tetapi kurang memadainya standar tersebut memberikan arah yang tepat
dibuktikan dengan semakin meningkatnya kasus kecurangan pelaporan keuangan
perusahaan publik. Atas kesadaran tersebut lahirlah Sarbanes-Oxley Act (SOA), sebuah
produk hukum di Amerika Serikat yang mengatur tentang akuntabilitas, praktik akuntansi
dan keterbukaan informasi, termasuk tata cara pengelolaan data di perusahaan go public.
Ketentuan-ketentuan dalam Undang Undang ini berlaku untuk perusahaan terbuka serta
kantor akuntan yang mengauditnya, dan mencakup persyaratan dalam section 404 bahwa
21
auditor eksternal harus mengeluarkan laporan mengenai efektivitas pengendalian internal
atas pelaporan keuangan (Arens, Elder, dan Beasley, 2010:370). SOA section 404 telah
diadaptasi oleh IAI dan berlaku secara efektif tahun 2009. Manfaat SOA secara langsung
berdampak positif dalam rangka implementasi CG di perusahaan publik di berbagai belahan
dunia lainnya termasuk Indonesia (Effendi, 2008:5).
Penelitian yang dilakukan Keinath dan Walo (2008) membuktikan bahwa sebanyak
81% auditor eksternal telah mematuhi persyaratan untuk mengungkap berbagai aktivitas
ilegal kepada komite audit setelah SOA efektif diberlakukan di perusahaan publik AS
dibandingkan dengan sebelum SOA efektif diberlakukan. Dengan bukti peningkatan
kredibilitas tersebut, ditemukan fakta bahwa mayoritas komite audit melakukan hiring-
process auditor eksternal dengan menggunakan pedoman dari NYSE (New York Stock
Exchange), yang mensyaratkan bahwa dalam memilih auditor eksternal, komite audit harus
mengkaji berbagai kualifikasi auditor, termasuk profesionalisme dan keahlian individual.
Penelitian ini mendukung hasil penelitian Wahyudi dan Mardiyah (2006) serta Ziegenfuss
(2008) yang menyatakan bahwa profesionalisme adalah hal yang perlu dimiliki oleh auditor
karena tanggung jawabnya yang semakin besar dengan tuntutan keyakinan atas laporan
keuangan, dan keahlian individu tidak dapat dilepaskan dari diri auditor untuk tujuan
pengungkapan kecurangan.
Penelitian yang dilakukan Wilopo (2006) membuktikan serta mendukung hipotesis
yang menyatakan bahwa perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan
akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan efektivitas pengendalian internal, ketaatan
aturan akuntansi, moralitas manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi. Penelitian
ini didukung oleh penelitian Zhang dan Pany (2008) yang menyatakan bahwa metode
22
penilaian efektivitas pengendalian internal yang telah memenuhi persyaratan compliance
dari SOA section 404 merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk membongkar
kecurangan.
Penelitian yang dilakukan Herawaty dan Susanto (2009) mendukung semua hipotesis
dan konsisten dengan penelitian Wahyudi dan Mardiyah (2006). Hasil penelitian Herawaty
dan Susanto (2009) tersebut menyatakan bahwa profesionalisme dan pengetahuan
mendeteksi kecurangan secara simultan berpengaruh positif dalam menjamin keyakinan
pengguna laporan keuangan atas ketepatan penyajiannya.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini
karena ingin mengetahui sejauh mana profesionalisme, keahlian, pengetahuan mendeteksi
kecurangan dan adaptasi Sarbanes Oxley Act section 404 dapat mempengaruhi
pengungkapan kecurangan.
Dengan adanya hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Profesionalisme, Keahlian, Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan dan
Adaptasi Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 terhadap Pengungkapan Kecurangan”.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Herawaty dan Susanto (2009). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Penambahan dua variabel independen yaitu variabel Keahlian sebagai variabel
independen kedua dan variabel Adaptasi Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 sebagai
variabel independen keempat. Variabel independen kedua berupa karakteristik personal
lain dari auditor yaitu Keahlian yang diperoleh dari penelitian Zhang dan Pany (2008)
serta Ziegenfuss (2008). Variabel independen keempat dalam penelitian ini berupa faktor
23
eksternal yaitu variabel adaptasi Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 yang diperoleh
dari penelitian Zhang dan Pany (2008) serta Keinath dan Walo (2008). Penambahan
kedua variabel independen tersebut selain merupakan saran dari peneliti sebelumnya,
juga dikarenakan adanya hasil penelitian di Indonesia yang mendukung hipotesis dan
sejalan dengan kedua penelitian tersebut, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Wilopo
(2006). Penelitian sebelumnya hanya menguji pengaruh dua karakteristik personal auditor
berupa profesionalisme dan pengetahuan mendeteksi kecurangan terhadap tingkat
materialitas akuntan publik, sedangkan penelitian ini menguji pengaruh karakteristik
personal auditor lain yang juga menjadi isu kritis dan faktor eksternal saat proses
pengauditan berlangsung terhadap pengungkapan kecurangan.
2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan kecurangan yang diperoleh
dari Krambia-Kapardis (2003) dan Ziegenfuss (2008). Pengujian variabel independen dari
penelitian sebelumnya hanya berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas
akuntan publik, sedangkan penelitian ini menguji pengaruh profesionalisme, keahlian,
pengetahuan mendeteksi kecurangan dan adaptasi Sarbanes Oxley Act 2002 section 404
sebagai variabel independen terhadap pengungkapan kecurangan sebagai variabel
dependen.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah profesionalisme berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan
kecurangan?
2. Apakah keahlian berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan kecurangan?
24
3. Apakah pengetahuan mendeteksi kecurangan berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan kecurangan?
4. Apakah adaptasi Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 berpengaruh secara signifikan
terhadap pengungkapan kecurangan?
5. Apakah profesionalisme, keahlian, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan adaptasi
Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 berpengaruh secara simultan dan signifikan
terhadap pengungkapan kecurangan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti
empiris tentang:
a. Pengaruh profesionalisme terhadap pengungkapan kecurangan
b. Pengaruh keahlian terhadap pengungkapan kecurangan
c. Pengaruh pengetahuan mendeteksi kecurangan terhadap pengungkapan kecurangan
d. Pengaruh adaptasi Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 terhadap pengungkapan
kecurangan
e. Pengaruh profesionalisme, keahlian, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan
adaptasi Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 terhadap pengungkapan kecurangan
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya:
a. Kantor Akuntan Publik (KAP)
Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan preventif dan prosedur
pelaksanaan audit agar tindak kecurangan pelaporan keuangan dapat dicegah dan
25
diungkapkan secara transparan, dengan tetap meningkatkan kualitas audit melalui
peningkatan informasi.
b. Auditor
Menghindari praktik terjadinya kegagalan mengungkap tindak kecurangan pelaporan
keuangan dengan cara meningkatkan profesionalisme dan pembinaan keahlian
personal yang sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
c. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
Menambah pengetahuan auditor mengenai pengaruh faktor lingkungan pada saat
melakukan audit terhadap pengungkapan kecurangan, sehingga dapat dijadikan
acuan akan pentingnya prosedur audit yang ditetapkan dalam Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) untuk meningkatkan kualitas audit, dan sebagai pedoman
bagi auditor untuk tetap memelihara profesionalisme dan independensinya.
d. Pemakai Laporan Keuangan yang telah diaudit (klien)
Melalui pelaporan keuangan yang bebas dari tindak kecurangan penyebab salah saji
material, klien dapat mengambil keputusan yang tepat berdasarkan laporan keuangan
klien yang berkualitas, handal dan dapat dipercaya yang telah dihasilkan oleh auditor.
e. Ilmu Auditing
Menambah literatur dan acuan penelitian pada bidang auditing, terutama untuk
peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pengungkapan kecurangan.
26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Profesionalisme
a. Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme menurut The Institute Of Chartered Accountants In Australia
(2009) adalah sebagai berikut:
“A vocation or occupation requiring advanced training and usually involving mental
rather than manual work. Extensive training must be undertaken to be able to practice in
the profession. A significant amount of the training consists of intellectual component.
The profession provides a valuable service to the community”.
Artinya profesionalisme adalah suatu karakteristik individu dalam bidang khusus
atau pekerjaan yang mensyaratkan serangkaian pembinaan tingkat lanjut terutama
pembinaan yang berhubungan dengan mentalitas dan tidak hanya mencakup pembinaan
mekanisme pekerjaan. Pembinaan mutu yang ditingkatkan secara berkelanjutan tersebut
harus diaplikasikan pada profesi. Komponen paling signifikan dari pembinaan
berkelanjutan tersebut adalah komponen pembinaan intelektual. Auditor yang profesional
dalam pekerjaannya mampu menyediakan sejumlah jasa bernilai tinggi untuk lingkungan
sekitarnya.
27
Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2010:105) definisi profesionalisme adalah
sebagai berikut:
“Tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekadar memenuhi tanggung jawab
diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat. Auditor independen,
sebagai profesional, mengakui adanya tanggung jawab kepada masyarakat, klien, serta
rekan praktisi, termasuk perilaku yang terhormat, meskipun itu berarti pengorbanan
diri”.
Dalam pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga
kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya,
melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi
yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi
yang telah ditetapkan (Herawaty dan Susanto, 2009:15).
Berdasarkan uraian di atas, pengertian profesionalisme adalah atribut individual
yang mencakup kualitas personal dan kepemilikan memadai atas sejumlah keahlian yang
didapat dari serangkaian pembinaan berkelanjutan yang didominasi oleh pembinaan
intelektual. Profesionalisme dibuktikan dengan cara menggunakan segenap kualifikasi
tersebut untuk menghasilkan jasa-jasa bernilai tinggi bagi masyarakat di sekitarnya.
b. Konsep Profesionalisme
Menurut Lekatompessy (2003:74), konsep profesionalisme modern bagi auditor
berkaitan dengan 2 (dua) dimensi umum, yaitu dimensi struktural dan dimensi sikap.
Adapun penjelasan dari kedua dimensi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Dimensi Struktural
Dimensi struktural memiliki karakteristik berupa pembentukan tempat pelatihan,
pembentukan asosiasi profesional dan pembentukan kode etik. Kepercayaan
masyarakat terhadap kualitas jasa audit profesional meningkat jika profesi
28
menetapkan standar kerja dan perilaku yang dapat mengimplementasikan praktik
bisnis yang efektif dan tetap mengupayakan profesionalisme yang tinggi.
b. Dimensi Sikap
Dimensi sikap berkaitan dengan pembentukan jiwa profesionalisme. Seorang auditor
yang profesional harus bertanggung jawab kepada masyarakat, klien, dan rekan
seprofesi untuk berperilaku terhormat sekalipun hal tersebut merupakan pengorbanan
pribadi.
Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2010:108), konsep dasar profesionalisme yang
berasal dari AICPA (American Institute of Certified Public Accountants) diidentifikasikan
kedalam 6 (enam) prinsip etis, yaitu tanggung jawab, kepentingan publik, integritas,
objektivitas dan independensi, keseksamaan, dan ruang lingkup dan sifat jasa. Adapun
penjelasan dari keenam prinsip etis tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tanggung Jawab
Sikap auditor yang melaksanakan pertimbangan profesional dan moral yang sensitif
dalam setiap aktivitas.
b. Kepentingan Publik
Sikap auditor yang menerima kewajiban untuk bertindak sedemikian rupa agar dapat
melayani kepentingan publik, menghargai kepercayaan publik, serta menunjukkan
komitmennya pada profesionalisme.
c. Integritas
Sikap auditor yang mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, para
auditor harus melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan tingkat
integritas tinggi.
29
d. Objektivitas dan Independensi
Sikap auditor yang mempertahankan objektivitas dan bebas dari konflik kepentingan
dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya. Auditor harus independen
dalam fakta dan penampilan ketika menyediakan jasa audit dan jasa atestasi lainnya.
e. Keseksamaan
Sikap auditor yang memperhatikan standar teknis dan etis profesi, berusaha keras
meningkatkan kompetensi dan mutu jasa yang diberikan.
f. Ruang Lingkup dan Sifat Jasa
Sikap fokus pada prinsip-prinsip Kode Perilaku Profesional dalam menentukan
lingkup dan sifat jasa yang akan disediakan.
Sedangkan Hall (1968) dalam Wahyudi dan Mardiyah (2006:5), menguraikan 5
(lima) dimensi profesionalisme yang terdiri dari pengabdian pada profesi (dedication),
kewajiban sosial (social obligation), kemandirian (autonomy demands), keyakinan
terhadap peraturan profesi (belief in self-regulation), dan hubungan dengan sesama
profesi (professional community affiliation). Adapun penjelasan dari kelima dimensi
profesionalisme tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengabdian pada profesi (dedication)
Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan
menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap
melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Pekerjaan
didefinisikan sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang
diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani, baru kemudia kepuasan materi.
30
b. Kewajiban Sosial (social obligation)
Yaitu pandangan tentang pentingnya peran profesi serta manfaat yang diperoleh baik
untuk masyarakat maupun bagi rekan sesama profesi karena adanya pekerjaan
tersebut.
c. Kemandirian (autonomy demands)
Yaitu suatu pandangan bahwa seorang profesional harus mampu membuat keputusan
sendiri tanpa tekanan dari pihak lain. Setiap ada campur tangan dari luar dianggap
sebagai hambatan kemandirian secara profesional. Banyak orang yang menginginkan
pekerjaan yang memberikan hak-hak istimewa untuk membuat keputusan bekerja
tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian dapat berasal dari kebebasan
melakukan apa yang terbaik menurut yang bersangkutan dalam situasi khusus.
d. Keyakinan terhadap peraturan profesi (belief in self-regulation)
Yaitu suatu keyakinan bahwa yang berwenang untuk menilai pekerjaan profesional
adalah rekan sesama profesi, dan bukan pihak luar yang tidak mempunyai
kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka. Keyakinan akan menjadi
motor bagi auditor untuk memberikan hasil pekerjaan serta pertimbangan-
pertimbangan yang dapat dipertanggung-jawabkan karena kesalahan pertimbangan
yang dibuat akan memberikan hasil yang berbeda. Bila yang menilai pekerjaan
mempunyai pengetahuan yang sama, maka kesalahan akan dapat diketahui.
e. Hubungan dengan sesama profesi (professional community affiliation)
Berarti menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk organisasi formal dan
kelompok-kelompok kolega informal sebagai sumber ide utama pekerjaan. Melalui
ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesional. Dengan
31
seringnya berkumpul dan berdiskusi dengan sesama profesi akan mendapat banyak
masukan dari sumber yang lebih profesional lagi. Dengan banyaknya tambahan
masukan akan menambah akumulasi pengetahuan auditor sehingga dapat lebih
bijaksana dalam membuat perencanaan dan pertimbangan dalam proses pengauditan.
Berdasarkan uraian diatas, konsep profesionalisme dapat diartikan sebagai
serangkaian prinsip dasar yang harus terintegrasi dalam individu auditor dan dapat diukur
dari beberapa dimensi yang mencerminkan karakteristik profesionalisme yaitu dimensi
struktural dan dimensi sikap. Jika ditinjau dari sudut pandang prinsip etis maka terdapat 6
(enam) dimensi yang dapat dijadikan indikator profesionalisme yaitu tanggung jawab,
kepentingan public, integritas, objektivitas dan independensi, keseksamaan, serta ruang
lingkup dan sifat jasa. Identifikasi konsep profesionalisme dapat dituangkan dalam 5
(lima) dimensi, yaitu pengabdian pada profesi (dedication), kewajiban sosial (social
obligation), kemandirian (autonomy demands), keyakinan terhadap peraturan profesi
(belief in self-regulation), dan hubungan dengan sesama profesi (professional community
affiliation).
2. Keahlian
a. Pengertian Keahlian
Keahlian secara etimologi diartikan oleh Webster’s North New Collegiate
Dictionary (2009) sebagai keterampilan dari seorang ahli. Keahlian secara istilah
didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau
pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan
pengalaman (Abdolmohammadi et al., 2004:3)
32
Ziegenfuss (2008:26) mendefinisikan keahlian sebagai pengetahuan dan
keterampilan prosedural yang luas dalam pribadi auditor yang ditunjukkan dengan hasil
kerja audit.
Sedangkan GAAS (Generally Accepted Auditing Standards) yang dikembangkan
oleh AICPA dalam Statement on Auditing Standards 103 dan 105 mendefinisikan
Keahlian sebagai kepemilikan atas sejumlah pendidikan formal dan berkelanjutan yang
diiringi dengan pengalaman kerja yang cukup (AICPA, 2009). Dalam Standar Umum
pertama, diinterpretasikan bahwa seorang auditor harus memiliki latar belakang
pendidikan formal auditing dan akuntansi, pengalaman kerja yang cukup dalam profesi
yang ditekuni selain mengikuti pendidikan profesi yang berkelanjutan (Arens, Elder dan
Beasley, 2010:42).
Berdasarkan definisi diatas, pengertian keahlian adalah penguasaan menyeluruh
atas pendidikan formal dan pelatihan tekhnis berkelanjutan yang menghasilkan sejumlah
pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu dan keterampilan prosedural yang
dibuktikan dengan hasil kerja audit.
b. Kriteria Keahlian
Keahlian Auditor dapat diukur melalui sejumlah kriteria personal yang dimiliki
auditor tersebut. Menurut Ziegenfuss (2008:26), keahlian seorang auditor terdiri dari 5
(lima) kriteria yaitu komponen pengetahuan (knowledge component), karakteristik
psikologis (psychology traits), kemampuan berfikir (cognitive abilities), strategi
penentuan keputusan (decision strategies), kemampuan analisis tugas (chores analysis
ability).
Adapun penjelasan dari kelima karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
33
1) Komponen pengetahuan (knowledge component)
Meliputi fakta-fakta, prosedur-prosedur, dan pengalaman audit yang didapat
auditor saat menempuh pendidikan formal, pelatihan tekhnis berkelanjutan dan
pengalaman bekerja.
2) Karakteristik Psikologis (psychology traits)
Meliputi kemampuan dalam berkomunikasi, kreatifitas, kemampuan bekerjasama
dengan orang lain, dan kepercayaan pada keahlian. Ciri psikologis ini melekat
dalam diri auditor dan signifikansi perolehannya bukan berdasarkan pendidikan
formal semata.
3) Kemampuan Berpikir (cognitive abilities)
Kemampuan berfikir merupakan kemampuan untuk mengakumulasi dan
mengolah informasi. Beberapa karakter yang dapat dimasukkan kedalam
komponen ini antara lain kemampuan beradaptasi pada situasi yang baru,
kemampuan untun memfokuskan pada fakta-fakta yang relevan dan kemampuan
untuk mengabaikan fakta-fakta yang tidak relevan, serta kemampuan untuk dapat
menghindari berbagai tekanan.
4) Strategi Penentuan Keputusan (decision strategies)
Kemampuan seorang auditor dalam membuat keputusan secara sistematis baik
formal maupun informal akan membantu dalam mengatasi keterbatasan individu
auditor tersebut.
5) Kemampuan Analisis Tugas (Chores Analysis Ability)
Kemampuan melakukan analisis tugas akan berpengaruh terhadap penentuan
keputusan. Kemampuan ini dipengaruhi oleh tingkat pengalaman auditor.
34
Menurut Arens, Elder dan Beasley (2010:37), tingkat dan tanggung jawab staf
Kantor Akuntan Publik yang menjadi dasar penentu tingkat kedudukan dan pengalaman
auditor diklasifikasikan kedalam empat tingkatan yaitu auditor junior (0-2 tahun); auditor
senior dan supervisor (2-5 tahun); manajer (5-10 tahun); dan partner (10 tahun keatas).
Tabel 2.1 menunjukkan klasifikasi yang menjadi dasar tingkat kedudukan dan
pengalaman auditor:
Tabel 2.1
Tingkat dan Tanggung Jawab Staf Kantor Akuntan Publik
Tingkat Staf Pengalaman Rata-
rata
Tanggung Jawab
Utama
Auditor Junior 0-2 tahun Melakukan sebagian
besar pekerjaan audit
yang terinci
Auditor senior dan
supervisor
2-5 tahun Mengoordinasi dan
bertanggung jawab atas
pekerjaan lapangan audit,
termasuk mengawasi dan
menganalisa kembali
pekerjaan staf
Manajer
5-10 tahun Membantu penanggung
jawab merencanakan dan
mengelola audit,
menganalisa kembali
pekerjaan supervisor
serta membina hubungan
dengan klien. Bersambung pada halaman selanjutnya
35
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Tingkat Staf Pengalaman Rata-
Rata
Tanggung Jawab
Utama
Partner 10 tahun ke atas Mengamati kembali
keseluruhan pekerjaan
audit dan terlibat dalam
keputusan-keputusan
audit yang signifikan.
Seorang partner adalah
pemilik KAP dan
pengemban tanggung
jawab akhir dalam
melaksanakan audit dan
melayani klien. Sumber: Arens, Elder dan Beasley (2010:37)
Sedangkan Abdolmohammadi et al., (2004:4) menyatakan adanya 5 (lima)
karakteristik keahlian auditor, yaitu motivasi (motives), karakter (traits), pengendalian
diri (self-control), pengetahuan (knowledge), dan kemampuan (skills). Adapun penjelasan
dari kelima karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
1) Motivasi (motives)
Sesuatu dimana seseorang secara konsisten berpikir, sehingga ia melakukan
tindakan. Seseorang yang memiliki motivasi akan berprestasi secara konsisten
untuk mengembangkan tujuannya yang memberi tantangan lebih dan
mengharapkan feedback.
2) Karakter (traits)
Watak yang membuat seseorang berperilaku atau bagaimana seseorang merespon
sesuatu dengan cara tertentu.
3) Pengendalian diri (self-control)
Merupaka serangkaian sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang. Sikap dan
nilai diukur melalui sejumlah hal yang menarik bagi seseorang untuk melakukan
sesuatu dan bagaimana orang tersebut mengelolanya hingga mencapai tujuan diri.
36
4) Pengetahuan (knowledge)
Merujuk pada informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu.
Pengetahuan merupakan keahlian yang kompleks, pengetahuan berperan penting
dalam pengerjaan audit.
5) Kemampuan (skill)
Kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu, baik secara fisik maupun
mental. Keahlian selalu mengandung maksud dan tujuan yang merupakan
dorongan motivasi atau karakter yang menyebabkan suatu tindakan untuk
memperoleh hasil.
Berdasarkan penjelasan di atas, kriteria keahlian auditor terdiri dari 5 (lima)
dimensi pengukuran yaitu komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan
berpikir, strategi penentuan keputusan, dan kemampuan analisis tugas. Sedangkan 5
(lima) karakteristik keahlian adalah motivasi, karakter, pengendalian diri, pengetahuan,
dan kemampuan. Adapun tingkat dan tanggung jawab auditor sebagai staf KAP (Kantor
Akuntan Publik) yang menjadi dasar penentu tingkat kedudukan dan pengalaman auditor
diklasifikasikan kedalam 4 (empat) tingkatan yaitu auditor junior, auditor senior dan
supervisor, manajer dan partner.
3. Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan
Seorang auditor dinyatakan memiliki pengetahuan dalam mendeteksi kecurangan
ketika auditor tersebut melakukan pertimbangan penting untuk mengungkap kecurangan
dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan risiko kecurangan. Faktor
risiko yang dimaksud adalah sejumlah ketidakberesan (irregularities) yang terjadi atau
37
akan terjadi ketika kondisi kecurangan berupa insentif, kesempatan dan rasionalisasi
sedang berlangsung (Arens, Elder dan Beasley, 2010:432).
Pengertian Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan menurut BPKP (Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) Deputi Investigasi adalah kecakapan yang
dimiliki auditor independen dalam menilai risiko kecurangan (fraud risk assessment),
meningkatkan kesadaran organisasi yang dikelola klien (organization awareness), dan
merancang sistem pelaporan (reporting system) sesuai dengan Peraturan yang berlaku
(BPKP, 2010).
Sedangkan menurut Herawaty dan Susanto (2009:16), definisi pengetahuan
mendeteksi kecurangan adalah perolehan informasi memadai tentang pendeteksian
kecurangan yang didapat dari berbagai pelatihan formal dan pengalaman khusus yang
dapat membuat auditor menjadi lebih ahli dalam mendeteksi kecurangan. Pengetahuan
auditor tentang pendeteksian kecurangan yang semakin berkembang karena pengalaman
kerja diaplikasikan untuk menilai faktor risiko kecurangan, meningkatkan kesadaran klien
akan eksistensi kecurangan tersebut dan menyusun mekanisme pelaporan untuk
mengungkap kecurangan tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, seorang auditor dinyatakan memiliki pengetahuan
memadai dalam mendeteksi kecurangan jika auditor tersebut cakap dalam menilai risiko
kecurangan (fraud risk assessment), meningkatkan kesadaran organisasi yang dikelola
klien (organization awareness), dan merancang sistem pelaporan (reporting system)
sesuai dengan Peraturan yang berlaku. Pengetahuan mendeteksi kecurangan tersebut
sendiri adalah perolehan informasi memadai dalam mendeteksi kecurangan yang
diaplikasikan untuk menilai faktor risiko kecurangan, meningkatkan kesadaran klien akan
38
eksistensi kecurangan tersebut dan menyusun sistem pelaporan untuk mengungkap
kecurangan tersebut.
4. Sarbanes Oxley Act (SOA) 2002 section 404
a. Pedoman Audit dalam SOA 2002 section 404
Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2010:63), penjelasan substantif tentang
pedoman audit yang dimuat dalam SOA section 404 yang berasal dari GAO (The U.S.
General Accounting Office) adalah sebagai berikut:
“Section 404 is one part of the landmark Sarbanes-Oxley Act that was signed into law on
July 30, 2002. Responding to a number of high-profile corporate reporting scandals, the
law established new requirements for public companies and their independent auditors in
order to restore confidence in corporate governance and the accounting profession and
to improve the quality and accuracy of financial reporting. Section 404 calls for annual
reports filed with the SEC to include a statement from the company's management of its
responsibility for creating and maintaining adequate internal controls over financial
reporting. In addition, the company's independent auditor must provide its own opinion
on whether it believes the company's controls are effective, and must indicate whether it
agrees with management's assessment”.
Artinya, SOA section 404 adalah satu bagian dari Undang Undang Pokok SOA
yang disahkan secara hukum tanggal 30 Juli 2002. Sebagai reaksi dari meningkatnya
tindak kecurangan pelaporan keuangan skala besar, regulasi ini membangun sejumlah
persyaratan dan ketentuan baru bagi perusahaan terbuka dan auditor independen yang
bertugas mengaudit perusahaan tersebut dalam rangka mengembalikan kepercayaan
publik pada penereapan corporate governance dan profesi akuntan, serta untuk
meningkatkan kualitas dan akurasi pelaporan keuangan. Section 404 mensyaratkan
laporan tahunan yang dipublikasikan melalui SEC (Securities and Exchange Comission)
yang memuat laporan manajemen atas tanggung jawabnya dalam membangun dan
meningkatkan pengendalian internal yang cukup atas pelaporan keuangan secara
berkelanjutan. Auditor independen perusahaan harus mengeluarkan opini tersendiri yang
39
menyatakan kepercayaannya bahwa pengendalian internal telah efektif dan harus
mengindikasikan apakah auditor tersebut setuju dengan penilaian manajemen yang
tertuang dalam laporan manajemen.
IIA (The Institute of Internal Auditor) telah menerbitkan pedoman resmi yang
khusus membahas section 404 dari SOA 2002. Pedoman ini memuat acuan bagi auditor
independen dalam menilai proses manajemen dalam menilai ICFR (Internal Control
Financial Reporting), dan ketentuan yang sama berlaku bagi defisiensi yang signifikan
dan kelemahan material dari proses manajemen tersebut (The Institute of Internal
Auditors, 2008:5).
Berdasarkan uraian di atas, SOA 2002 section 404 mensyaratkan ketentuan-
ketentuan baru yaitu proses penilaian formal manajemen atas pengendalian internal,
laporan tahunan manajemen, dan opini terpisah yang diterbitkan auditor independen.
Adapun penjelasan dari ketentuan-ketentuan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Manajemen menjalankan proses penilaian formal dari pengendalian internalnya
atas pelaporan keuangan termasuk pengujian yang memastikan bahwa rancangan
dan operasi pengendalian tersebut telah berjalan efektif (Auditing Standards
No.5, IIA, 2008:15)
2) Manajemen harus menyertakan laporan tahunan yang memuat penilaian atas ICFR
(Auditing Standards No. 5, IIA, 2008:15)
3) Auditor eksternal dapat menerbitkan dua jenis opini sebagai bagian dari satu audit
menyeluruh dari suatu perusahaan terbuka. Dua jenis opini tersebut adalah:
a. Opini independen atas efektivitas dari sistem ICFR
b. Opini konvensional atas laporan keuangan
40
(Auditing Standards No. 5, IIA, 2008:15)
b. Adaptasi SOA 2002 section 404
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah berkomitmen untuk meningkatkan kualitas
profesi akuntan publik di Indonesia agar terus sesuai dan memenuhi kriteria profesional
di tingkat internasional. Sebagian besar Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang
dikeluarkan oleh IAI dan dikembangkan oleh Institut Akuntan Publik (IAPI) telah
mengacu pada kriteria profesional auditor yang bertanggung jawab atas Laporan Audit
Standar Amerika Serikat dimana kriteria profesional tersebut telah memuat beberapa
pasal dari ISA (International Standard Audit) yang dikembangkan oleh IAASB
(International Auditing and Assurance Standards Board), termasuk pasal 404 dari SOA
2002. Berdasarkan laporan penilaian Bank Dunia atas praktek akuntansi dan audit di
Indonesia tahun 2005, IAI memutuskan untuk mengimplementasikan ISA secara efektif
mulai tahun 2009 (Financial Standards Foundation, 2009).
PT Telkom Indonesia Tbk telah mengimplementasikan section 404 dari SOA 2002
secara utuh kepada tim auditor independen yang mengaudit Laporan Keuangan untuk
tahun yang berakhir 31 Desember 2005. Section 404 menjadi standar baru bagi
perusahaan publik karena pengujian atas pengendalian internal yang menjadi esensi
fungsional pasal tersebut merupakan media pengungkap kecurangan paling andal
(Oberholtzer, 2009:6).
Berdasarkan uraian diatas dapat dinyatakan bahwa Sarbanes Oxley Act (SOA) 2002
section 404 dengan esensi fungsionalnya berupa pengujian atas efektivitas pengendalian
internal secara lebih khusus oleh auditor independen telah diimplementasikan secara
41
efektif di Indonesia melalui Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang mengacu
pada kriteria profesional ISA (International Standard Audit) mulai tahun 2009.
5. Kecurangan Pelaporan Keuangan (Fraudulent Financial Reporting)
a. Definisi Kecurangan Pelaporan Keuangan
Kecurangan pelaporan keuangan adalah sebuah proses pencurian dari sesuatu yang
berharga, konversi dan pengelabuan tindak kriminal atas unsur-unsur yang tersaji di
laporan keuangan yang menimbulkan kerugian nyata bagi pengguna laporan keuangan
(Krambia-Kapardis, 2003:267).
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (IAI, 2009:110.1) kecurangan (fraud)
mengacu pada kesalahan akuntansi yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan
menyesatkan pengguna laporan keuangan. Tindakan ini dilakukan dengan motivasi
negatif guna mengambil keuntungan sepihak.
Arens, Elder dan Beasley (2010:432) menguraikan sejumlah faktor yang menjadi
pemicu fraud, yaitu tekanan, kesempatan dan rasionalisasi. Adapaun penjelasan dari
ketiga faktor pemicu tersebut adalah sebagai berikut:
1) Tekanan
Tekanan berbentuk menurunnya prospek keuangan sehingga menekan
manajemen untuk memanipulasi laporan keuangan
2) Kesempatan
Situasi yang membuat manajemen merasa bebas untuk memanipulasi laporan
keuangan
42
3) Rasionalisasi
Terdapat sejumlah sifat dan serangkaian nilai etis yang membuat manajemen
merasa logis untuk bertindak tidak jujur.
b. Tanggung Jawab Auditor Dalam Menilai Risiko Kecurangan
SAS (Statement on Auditing Standards) 99 yang diterbitkan oleh ASB (Auditing
Standards Board) dibawah standar Code of Professional Conduct AICPA (American
Institute of Public Accountants) revisi 2008 telah memberikan pedoman bagi auditor
dalam menilai risiko kecurangan (Arens, Elder dan Beasley, 2010:436). SAS 99
mengharuskan auditor untuk mempertahankan tingkat skeptisisme profesional ketika
mempertimbangkan faktor-faktor risiko kecurangan untuk mengidentifikasi dan
menanggapi risiko kecurangan. Adapun penjelasan mengenai ketentuan menilai risiko
kecurangan menurut SAS 99 tersebut adalah sebagai berikut:
1) Skeptisisme Profesional
Auditor ditekankan untuk mempertimbangkan kerentanan klien terhadap
kecurangan tanpa mempedulikan bagaimana keyakinan auditor tentang
kemungkinan kecurangan serta kejujuran dan integritas manajemen (SAS 99,
Codification of Auditing Standards, AU 316, 2008)
2) Sumber Informasi Untuk Menilai Kecurangan
a. Komunikasi Di Antara Tim Audit
Tim audit diwajibkan untuk berdiskusi dengan anggota yang lebih
berpengalaman menyangkut beberapa hal terkait keyakinan timtentangkerentanan laporan
keuangan terhadap salah saji material akibat kecurangan; bagaimana manajemen
melakukan dan menutupi pelaporan keuangan yang curang; dan bagaimana
43
tanggapan terhadap kerentanan salah saji material akibat kecurangan
tersebut (SAS 99, Codification of Auditing Standards, AU 316, 2008).
b. Pengajuan Pertanyaan Kepada Manajemen
Auditor diharuskan untuk mengajukan pertanyaan spesifik tentang
kecurangan dalam setiap audit. Auditor harus menanyakan apakah
manajemen mengetahui atau mencurigai adanya kecurangan dalam
perusahaan; proses yang ditempuh manajemen dalam menilai risiko
kecurangan, sifat risiko kecurangan yang diidentifikasi oleh manajemen,
setiap pengendalian internal yang diimplementasikan untuk mengatasi risiko
kecurangan, serta setiap informasi tentang risiko kecurangan dan
pengendalian terkait yang telah dilaporkan kepada pihak-pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan. Auditor wajib mengajukan
pertanyaan pada komite audit mengenai pandangan terhadap risiko
kecurangan dan kecurigaan terhadap eksistensi kecurangan. Auditor juga
diharuskan untuk mengajukan pertanyaan pada pihak-pihak lain dalam entitas
yang tugasnya berada di luar garis tanggung jawab pelaporan keuangan yang
normal untuk mempelajari berbagai risiko kecurangan (SAS 99, Codification
of Auditing Standards, AU 316, 2008).
c. Faktor-faktor Risiko
Auditor diharuskan untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor risiko
kecurangan mengindikasikan adanya tekanan untuk melakukan kecurangan,
kesempatan untuk berbuat curang atau rasionalisasi yang digunakan untuk
44
membenarkan kecurangan (SAS 99, Codification of Auditing Standards, AU
316, 2008).
d. Prosedur Analitis
Auditor diwajibkan untuk melaksanakan prosedur analitis atas akun-akun
pendapatan karena pelaporan keuangan yang melibatkan salah saji material
seringkali diakibatkan oleh manipulasi pendapatan (SAS 99, Codification of
Auditing Standards, AU 316, 2008).
e. Dokumentasi PenilaianKecurangan
Auditor wajib mendokumentasikan beberapa hal terkait pertimbangan
mengenai salah saji material akibat kecurangan, yaitu diskusi antar personil
tim penugasan tentang kerentanan laporan keuangan terhadap kecurangan
material; prosedur yang ditempuh untuk mengidentifikasi dan menilai risiko
kecurangan material; hasil dari prosedur yang ditempuh untuk menghadapi
risiko pengabaian pengendalian oleh manajemen; dan sifat komunikasi
tentang kecurangan yang disampaikan ke manajemen, komite audit atau pihak
lainnya (SAS 99, Codification of Auditing Standards, AU 316, 2008).
c. Tanggung Jawab Auditor Atas Eksistensi Kecurangan
Menurut Arens, Elder dan Beasley (2010:456), apabila auditor mencurigai tindak
kecurangan telah terjadi dalam entitas klien, auditor harus mengumpulkan informasi
tambahan untuk menentukan apakah kecurangan tersebut memang nyata. Pengumpulan
informasi tambahan dapat melalui pengajuan pertanyaan tambahan kepada manajemen
dan pihak terkait lainnya yang bersifat informatif dan interogatif. Auditor dapat pula
menggunakan perangkat lunak audit sebagai alat mengumpulkan informasi tambahan
45
karena dapat digunakan untuk mencari transaksi fiktif, ketepatan dan kelengkapan alur
dokumen dan memilah transaksi tidak biasa yang melampaui ukuran standar.
SAS (Statement on Auditing Standards) 99 mengharuskan auditor memperoleh
bukti tambahan untuk menentukan apakah kecurangan yang material memang sudah
terjadi. Auditor dapat memperluas prosedur substantif untuk menanggapi risiko
kecurangan yang lebih tinggi yang disebabkan oleh kesalahan asumsi manajemen dalam
mengestimasi saldo akun laporan keuangan. Auditor dapat meminta spesialis bidang
terkait untuk membantu mengevaluasi keakuratan dan kelayakan asumsi-asumsi kunci
(Arens, Elder dan Beasley, 2010:461).
d. Tanggung Jawab Auditor Untuk Mengungkap Kecurangan
SAS (Statement on Auditing Standards) 99, Codification of Auditing Standards AU
316 Tahun 2008 mengharuskan auditor membahas temuan kecurangan serta pendekatan
audit untuk investigasi lebih lanjut dengan tingkat manajemen yang tepat apabila auditor
telah menetapkan bahwa kecurangan telah terjadi. Pembahasan tersebut bersifat wajib
meskipun temuan dianggap tidak penting. Tingkat manajemen yang tepat setidaknya
harus satu tingkat di atas orang-orang yang terlibat, serta manajemen senior dan komite
audit. Namun jika auditor yakin bahwa manajemen senior mungkin terlibat dalam
kecurangan, auditor harus membahas temuan tersebut langsung dengan komite audit.
PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board) Standard No. 2
menyatakan bahwa kecurangan sebesar berapa pun oleh setidaknya manajemen senior
harus dianggap sebagai defisiensi yang signifikan dan mungkin merupakan kelemahan
yang material dalam pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Hal ini mencakup
tindak kecurangan yang dilakukan manajemen senior meskipun tidak menimbulkan salah
46
saji material. Jika auditor memutuskan bahwa kecurangan oleh manajemen senior
merupakan kelemahan yang material, laporan auditor mengenai pengendalian internal
atas pelaporan keuangan akan memuat opini tidak wajar (non unqualified opinion)
(Arens, Elder dan Beasley, 2010:461).
Berdasarkan uraian di atas, kecurangan pelaporan keuangan dilakukan dengan
tujuan merugikan pengguna laporan keuangan. Kerugian yang ditimbulkan dari tindak
tersebut merupakan jumlah yang material dan menyesatkan pengambil keputusan saat
menggunakan laporan keuangan. SAS 99 (AU 316) Codification on Auditing Standards
Tahun 2008 telah mengatur standar pekerjaan lapangan mengenai tanggung jawab auditor
dalam menilai risiko kecurangan, tanggung jawab auditor atas eksistensi kecurangan dan
tanggung jawab auditor dalam mengungkap kecurangan.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengungkapan kecurangan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya seperti profesionalisme, keahlian, pengetahuan mendeteksi kecurangan
dan adaptasi SOA 2002 section 404 telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti
sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut banyak memberikan masukan serta kontribusi
bagi auditor untuk mengungkap temuan atau indikasi kecurangan. Tabel 2.2 menunjukkan
hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai pengungkapan kecurangan.
47
Tabel 2.2
Tabel Penelitian Terdahulu
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Variabel
Yang Diteliti
Metodologi
Penelitian
Hasil Penelitian
(Kesimpulan)
Krambia-
Kapardis
(2003)
Wilopo
(2006)
A fraud
exposure
model: A must
for Auditors
Analisis
Faktor-Faktor
Yang
Berpengaruh
Terhadap
Kecendrungan
Kecurangan
Akuntansi:
Studi pada
Perusahaan
Publik dan
Badan Usaha
Milik Negara
1. Auditor’s
Professionalism
(profesionalisme
auditor) (X1)
2. Psychology
Traits
(Karakteristik
Psikoligis) (X2)
3. Knowledge
Ability to detect
fraud
(Pengetahuan
Mendeteksi
Kecurangan)
(X3)
4. Fraud Exposure
(Pengungkapan
Kecurangan) (Y)
1. Efektivitas
Pengendalian
Internal (X1)
2. Asimetri
Informasi (X2)
3. Etika
Manajemen (X3)
4. Profesionalisme
(X4)
5. Struktur
Organisasi (X5)
6. Tindak
Kecurangan
Akuntansi (Y)
Sampel:
auditor
dengan
minimum
kedudukan
senior di
KAP
Australia.
Metode
analisis data
menggunaka
n Multiple
Regression
Sampel:
Manajemen
Perusahaan
Publik dan
Badan Usaha
Milik
Negara
Metode:
Analisis data
menggunaka
n Regresi
berganda
Auditor’s
professionalism
(X1) dan
Psychology
Traits (X2)
berpengaruh
secara signifikan
terhadap fraud
exposure (Y),
sedangkan
Knowledge
Ability to detect
fraud (X3)
memiliki
hubungan
negatif
signifikan
dengan fraud
exposure (Y).
Efektivitas
pengendalian
internal (X1) dan
etika manajemen
(X3)
berpengaruh
negatif
signifikan pada
tindak
kecurangan,
sedangkan
asimetri
informasi (X3)
berpengaruh
positif signifikan
terhadap tindak
kecurangan. Bersambung pada halaman selanjutnya
48
Tabel 2.2 (Lanjutan)
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Variabel
Yang Diteliti
Metodologi
Penelitian
Hasil Penelitian
Wahyudi dan
Mardiyah
(2006)
Pengaruh
Profesionalism
e Auditor
Terhadap
Tingkat
Materialitas
Dalam
Pemeriksaan
Laporan
Keuangan
1. Pengabdian
profesi (X1)
2. Kewajiban
Sosial (X2)
3. Kemandirian
(X3)
4. Keyakinan Pada
Profesi (X4)
5. Hubungan
Dengan Sesama
Profesi (X5)
6. Materialitas
dalam
Pemeriksaan
Laporan
Keuangan (Y)
Sampel:
auditor yang
bekerja di
KAP Supria
dan Rekan di
Malang
Metode
analisis data
menggunaka
n Regresi
Berganda
Pengabdian
profesi (X1),
Kemandirian
(X3), Keyakinan
Pada Profesi
(X4), Dan
Hubungan
Dengan Sesama
Profesi (X5)
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
materialitas
dalam
Pemeriksaan
Laporan
Keuangan.
Keinath dan
Walo
(2008)
The Analysis
of Audit
Committee
Responsibilitie
s Disclosed
since
Sarbanes-
Oxley Act
(SOA)
1. The
Comprehensive
Implementation
of SOA
(Implementasi
SOA secara
menyeluruh)
(X1)
2. Audit Comittee
Governance
prior SOA
(Kinerja
Komite Audit
sebelum
implementasi
SOA) (Y1)
3. Audit Committe
Responsibilities
under SOA
(Kinerja
Komite Audit
setelah SOA)
(Y2)
Sampel:
Komite
Audit
Perusahaan
Publik di
New
Zealand.
Metode
analisis data
menggunaka
n
Uji beda t-
test
The
Comprehensive
Implementation
of SOA (X1)
berpengaruh
signifikan
terhadap Audit
Committe
Responsibilities
under SOA (Y2).
Bersambung pada halaman selanjutnya
49
Tabel 2.2 (Lanjutan)
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Variabel Yang
Diteliti
Metodologi
Penelitian
Hasil
Penelitian
Zhang dan Pany
(2008)
Ziegenfuss
(2008)
Current
Research on
Internal Control
Over Financial
Reporting
Under Sarbanes
Oxley Section
404 Lessons For
Auditors
An Examination
Of TheExpertise
OfFraud
Examiners
1. Implementation
of SOX Section
404
(Implementasi
SOX Section
404) (X1)
2. Auditor’s
expertise
(Keahlian
Auditor (X2)
3. Disclose of
Material
Weaknesses in
internal
control
(Pengungkapan
Kelemahan
Material dalam
Pengendalian
Internal (X3)
4. Effectiveness of
Major Fraud
Exposure
Methods
(Efektivitas
Metode
Membongkar
Kecurangan)
(Y1)
5. Investor Impact
(Pengaruh pada
Investor) (Y2)
1. Knowledge
Component
(Komponen
Pengetahuan)
(X1)
Sampel: Auditor
yang bekerja
pada KAP di
New York,
USA.
Metode analisis
data
menggunakan
Multiple
Regression
Sampel: auditor
senior yang
dilantik khusus
sebagai Fraud
Examiners di
Amerika Serikat
Implementation
of SOX Section
404 (X1) dan
Auditor’s
Expertise (X2)
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
Effectiveness of
Major Fraud
Exposure
Methods (Y1)
Disclose of
Material
Weaknesses in
internal control
berpengaruh
negatif terhadap
Investor Impact
(Y2)
Bersambung pada halaman selanjutnya
50
Tabel 2.2 (Lanjutan)
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Variabel Yang
Diteliti
Metodologi
Penelitian
Hasil Penelitian
Herawaty
dan
Susanto
(2009)
Pengaruh
Profesionalisme,
Pengetahuan
Mendeteksi
Kecurangan Dan Etika
Profesi Terhadap
Pertimbangan Tingkat
Materialitas Akuntan
Publik
2. Psychology
Traits (Karakter
Psikologis) (X2)
3. Cognitive Ability
(Kemampuan
Kognitif) (X3)
4. Decision
Strategics
(Strategi
Pengamilan
Keputusan) (X4)
5. Chores
Analysises Ability
(Kemampuan
Analisis Tugas)
(X5)
6. Fraud Disclosure
(Pengungkapan
Kecurangan) (Y)
1. Profesionalisme
(X1)
2. Pengetahuan
Mendeteksi
Kecurangan (X2)
3. Etika Profesi
(X3)
4. Pertimbangan
Tingkat
Materialitas
Akuntan Publik
(Y)
Metode
analisis data
menggunakan
Logistic
Regression
Sampel:
Auditor senior
dan partner
KAP Wilayah
DKI Jakarta.
Metode
analisis data
menggunakan
Regresi
Berganda.
Knowledge
Component
(X1),
Psychology
Traits (X2) dan
Decision
Strategics (X4)
berpengaruh
signifikan
terhadap Fraud
Disclosure (Y)
Chores
Analysises
Ability
berpengaruh
secara tidak
langsung pada
Fraud
Disclosure (Y)
Profesionalisme
(X1),
Pengetahuan
Mendeteksi
Kecurangan
(X2) dan Etika
Profesi (X3)
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
Pertimbangan
Tingkat
Materialitas
Akuntan Publik
(Y)
Bersambung pada halaman selanjutnya
51
Tabel 2.2 (Lanjutan)
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Variabel
Yang Diteliti
Metodologi
Penelitian
Hasil Penelitian
(Kesimpulan)
Hirschey,
Smith dan
Wilson
(2010)
Financial
Reporting
Credibility after
Sarbanes Oxley
Act (SOX):
Evidence from
Earnings
Restatements
1.Implementation
of SOX on
Financial
Reporting Process
(Implementasi
SOX dalam proses
Pelaporan
Keuangan) (X1)
2. Restatement-
induced contagion
price effects
(Perubahan harga
saham akibat
penyajian kembali
LaporanKeuangan)
(X2)
3. The information
content of post-
restatement
earnings (Kualitas
Informasi dari
penyajian kembali
atas laba) (X3)
4. Investors’
assessments of
Financial
Reporting
Credibility
(Penilaian Investor
atas Kredibilitas
Pelaporan
Keuangan) (Y)
Sampel:
Perusahaan
yang tercatat di
Bursa Saham
New York
(New York
Stock Exchange
(NYSE)
Metode analisis
data
menggunakan
Cross-Sectional
Regression
Implementation
of SOX on
Financial
Reporting
Process (X1),
Restatement-
induced
contagion price
effects (X2), dan
The information
content of post-
restatement
earnings (X3)
berpengaruh
signifikan pada
Investors’
assessments of
Financial
Reporting
Credibility (Y)
Gold,
Gronewold dan
Salterio
(2011)
The Impact of
Fraud-
Management
Climate, Fraud
Type and Fraud
Originator on
Auditors’
Reporting
Fraud on
Working Paper
1.Fraud
Management
Climate (Iklim
Kecurangan
Manajemen Klien)
(X1)
2. Fraud Type
(Jenis
Kecurangan) (X2)
Sampel:
Auditor KAP
Big Four di
Jerman
Fraud
management
climate (X1); dan
Fraud Type (X2)
berpengaruh
signifikan pada
Auditors’
Reporting Fraud
on Working
Paper (Y) Bersambung pada halaman selanjutnya
52
Tabel 2.2 (Lanjutan)
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Variabel
Yang Diteliti
Metodologi
Penelitian
Hasil Penelitian
(Kesimpulan)
Metode
analisis data
menggunakan
full-factorial
design
(Analisis
Faktor)
Fraud
Originators
(X3) tidak
berpengaruh
signifikan pada
Auditors’
Reporting
Fraud on
Working Paper
(Y) Sumber: Diolah dari berbagai referensi
C. Keterkaitan Antar Variabel
Krambia-Kapardis (2003) menyatakan bahwa EFEM (Eclectic Fraud Exposure
Model) yang diujikan dalam penelitiannya berpengaruh positif dan signifikan terhadap
peran auditor dalam mengungkap kecurangan dengan variable independen
profesionalisme auditor. Auditor yang profesional akan menggunakan segenap
kemampuannya dalam mengungkap temuan ketidakwajaran yang material (material
irregularities) meskipun berada dibawah tekanan klien karena memegang teguh tanggung
jawab hukum kepada masyarakat. Profesionalisme yang diukur melalui lima dimensi
termasuk dimensi ketaatan terhadap peraturan profesi menguatkan hipotesis bahwa
variabel pengalaman secara individu saja tidaklah cukup untuk meningkatkan peran
auditor dalam pengungkapan kecurangan (Krambia-Kapardis, 2003:267).
Penelitian Keinath dan Walo (2008) menunjukkan pengaruh signifikan dari
profesionalisme auditor yang direkrut oleh Komite Audit Perusahaan Terbuka di New
Zealand terhadap penyampaian berbagai tindakan ilegal yang mengarah pada kecurangan
pelaporan keuangan secara langsung kepada Komite Audit.
Penelitian Herawaty dan Susanto (2009) menunjukkan bahwa profesionalisme
auditor menciptakan situasi komitmen dari dalam diri auditor yang membuatnya dapat
53
menilai indikasi ketidakwajaran dan salah saji material akibat kecurangan. Berdasarkan
uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
Ha₁: Profesionalisme berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan
kecurangan.
Menurut Zhang dan Pany (2008) metode yang efektif untuk membongkar
kecurangan mencakup sembilan metode, dan metode yang paling sering digunakan
adalah pengujian pada efektivitas pengendalian internal. Efektivitas pengendalian internal
dapat mengurangi kuantitas tindak kecurangan manajemen dan karyawan perusahaan go
public.
Dalam penelitiannya, Zhang dan Pany (2008) membuktikan hipotesis keahlian
auditor berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan kecurangan. Efektivitas
pengendalian internal menjadi metode yang paling banyak digunakan untuk membongkar
kecurangan disebabkan oleh adanya faktor keahlian auditor independen yang diminta
untuk mengaudit laporan keuangan sekaligus laporan efektivitas pengendalian internal
yang dibuat manajemen, sehingga efektivitas pengendalian internal tidak hanya
dipandang dan diuji dari sudut pandang manajemen semata, melainkan adanya opini
independen dari auditor yang menyatakan bahwa efektivitas pengendalian internal telah
layak untuk mencegah kecurangan pelaporan keuangan dari salah saji material.
Penelitian lain yang dilakukan Ziegenfuss (2008) menghasilkan temuan bahwa
keahlian auditor mempunyai pengaruh signifikan terhadap pengungkapan kecurangan
perusahaan go public. Keahlian yang mencakup dimensi pengetahuan, karakteristik
psikologis dan strategi pengambilan keputusan menjadi alat bantu ideal bagi auditor
54
dalam mengungkap kecurangan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:
Ha₂: Keahlian berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan
kecurangan.
Penelitian yang dilakukan Krambia-Kapardis (2003) menghasilkan temuan bahwa
seorang auditor dengan kedudukan minimum senior atau supervisor walaupun memiliki
pengetahuan mendeteksi kecurangan yang sangat memadai, mereka lebih memilih untuk
tidak mengungkapkan temuan kecurangan kepada klien. Hal ini dibuktikan dengan
pengaruh negatif signifikan pengetahuan mendeteksi kecurangan terhadap pengungkapan
kecurangan. Hal ini tidak konsisten dengan penelitian sesudahnya yang dilakukan oleh
Herawaty dan Susanto (2009) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan
auditor dalam mendeteksi kecurangan maka semakin baik pula kualitas pengungkapan
kecurangan karena kegagalan dalam mendeteksi kecurangan yang material akan
berpengaruh signifikan terhadap keterbatasan informasi handal yang dapat mempengaruhi
kesimpulan pengguna laporan keuangan. Gold, Gronewold dan Salterio (2011)
menyatakan bahwa auditor dengan pengetahuan mendeteksi kecurangan yang relevan dan
didukung oleh iklim terbuka manajemen atas eksistensi kecurangan akan berpengaruh
baik pada kualitas pelaporan temuan kecurangan dalam kertas kerja audit di akhir
penugasan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai
berikut:
Ha₃: Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan kecurangan.
55
Penelitian yang dilakukan Wilopo (2006) memuat esensi SOA 2002 section 404
yaitu efektivitas pengendalian internal yang telah dinilai secara layak berhasil
menurunkan tindak kecurangan akuntansi karena pengungkapannya yang berhasil.
Keinath dan Walo (2008) menyatakan bahwa dengan adanya SOA yang menjadi
legitimasi auditor independen untuk bergerak lebih bebas dalam mengaudit pengendalian
internal, terdapat peningkatan signifikan atas pengungkapan kecurangan dibandingkan
dengan sebelum SOA diberlakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Zhang dan Pany
(2008) menghasilkan pernyataan bahwa SOA 2002 section 404 tentang pengujian
efektivitas pengendalian internal dan penerbitan opini terpisah atas kelayakan laporan
efektivitas pengendalian internal yang disusun manajemen klien oleh auditor independen
yang direkrut perusahaan publik telah meningkatkan kualitas mengungkap kecurangan.
Hirschey, Smith dan Wilson (2010) menyatakan bahwa SOA yang diimplementasikan
dengan baik akan meningkatkan kualitas penilaian investor atas kredibilitas pelaporan
keuangan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai
berikut:
Ha₄: Adaptasi SOA section 404 berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan
kecurangan.
Berdasarkan uraian keterkaitan antar variabel yang menjelaskan tentang
profesionalisme dengan pengungkapan kecurangan, keahlian dengan pengungkapan
kecurangan, pengetahuan mendeteksi kecurangan dengan pengungkapan kecurangan dan
adaptasi Sarbanes Oxley Act (SOA) 2002 section 404 dengan pengungkapan kecurangan
tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
56
Ha5: Profesionalisme, Keahlian, Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan dan Adaptasi SOA
section 404 berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap pengungkapan
kecurangan.
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh tentang pengaruh
profesionalisme, keahlian, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan adaptasi Sarbanes
Oxley Act (SOA) 2002 section 404 terhadap pengungkapan kecurangan yang merupakan
kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Adaptasi Sarbanes Oxley Act
(SOA) section 404 (X4)
(Wilopo (2006) Keinath dan
Walo (2008) Zhang dan Pany
(2008) serta Hirschey, Smith
dan Wilson (2010))
Keahlian (X2)
(Zhang dan Pany (2008)
serta Ziegenfuss (2008))
Pengungkapan
kecurangan (Y)
(Krambia-
Kapardis (2003)
dan Ziegenfuss
(2008))
Profesionalisme (X1)
(Krambia-Kapardis (2003)
Keinath dan Walo (2008) serta
Herawaty dan Susanto (2009))
Pengetahuan Mendeteksi
Kecurangan (X3)
(Krambia-Kapardis (2003)
Herawaty dan Susanto (2009)
serta Gold, Gronewold dan
Salterio (2011))
57
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu profesionalisme, keahlian,
pengetahuan mendeteksi kecurangan dan adaptasi SOA (Sarbanes Oxley Act) 2002
section 404 terhadap variabel dependen, yaitu pengungkapan kecurangan. Populasi dari
penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja pada KAP (Kantor Akuntan Publik) di
wilayah DKI Jakarta.
B. Metode Penentuan Sampel
Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling
dengan judgment peneliti yaitu pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya
diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan
atau masalah penelitian. (Indriantoro dan Supomo, 2002:131). Metode purposive
sampling dengan judgment digunakan karena peneliti akan memperoleh sampel yang
memenuhi syarat untuk mencapai tujuan penelitian. Syarat sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sampel adalah auditor independen yang bekerja di Kantor Akuntan Publik wilayah
DKI Jakarta dan terdaftar di directory KAP yang diterbitkan IAPI tahun 2010
2. Sampel adalah auditor independen yang bekerja di Kantor Akuntan Publik dengan
masa kerja sebagai auditor minimal 2 (dua) tahun. Auditor dengan masa kerja
58
minimal 2 (dua) tahun telah memenuhi syarat lingkup tanggung jawab yang lebih
besar dan komprehensif sebagaimana diuraikan Arens, Elder dan Beasley (2010:37)
sehingga dinilai lebih berpengalaman dalam mendeteksi dan mengungkap kecurangan
3. Sampel adalah auditor independen yang bekerja di Kantor Akuntan Publik dengan
kedudukan minimum auditor senior. Auditor dengan kedudukan minimum auditor
senior telah memenuhi syarat lingkup tanggung jawab dan klasifikasi pengalaman
kerja yang lebih teruji sebagaimana diuraikan Arens, Elder dan Beasley (2010:37).
Dengan demikian auditor dengan kedudukan minimum auditor senior dinilai lebih
terlatih dalam mendeteksi dan mengungkap kecurangan
4. Sampel adalah auditor independen Kantor Akuntan Publik yang masih aktif mengaudit
saat penelitian berlangsung.
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah partner, manajer,
supervisor dan auditor senior yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik wilayah DKI
Jakarta.
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu penelitian
pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder (Indriantoro
dan Supomo, 2002:150). Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah
yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, directory kantor akuntan publik
2010, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan pengungkapan kecurangan.
59
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, peneliti memperoleh
data langsung dari pihak pertama. Pada penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian
adalah auditor yang masih aktif bekerja di Kantor Akuntan Publik. Pengumpulan data
kuisioner dilakukan dengan teknik personally administered questionnaires, yaitu
kuisioner disampaikan dan dikumpulkan langsung oleh peneliti (Indriantoro dan
Supomo, 2002:154).
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi
klasik dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskripstif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,
kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2009:19).
2. Uji Kualitas Data
Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti menggunakan
uji validitas dan reliabilitas.
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak suatu kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapakan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas ini
menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara
nilai yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan. Apabila Pearson Correlation yang
60
didapat memiliki nilai di bawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah valid
(Ghozali, 2009:45).
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi jawaban responden. Suatu
kuesioner dikatakan reliable jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu:
1) Repeated Measure atau pengukuran ulang.
2) One Shot atau pengukuran sekali saja, pengukurannya hanya sekali dan kemudian
hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar
jawaban pertanyaan.
Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan pengujian Cronbach Alpha (α).
Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60
(Ghozali, 2009:42).
3. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka peneliti melakukan
uji multikolonieritas, uji normalitas dan uji heteroskedastisitas.
a. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen. Uji multikolonieritas dilihat dari nilai
tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF) (Ghozali, 2009:91). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikoliniearitas (multiko). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
61
Uji multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF)
serta besaran korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2009:91). Suatu model
regresi dapat dikatakan bebas multiko jika mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1
dan mempunyai angka tolerance mendekati 1, sedangkan jika dilihat dengan besaran
korelasi antar variabel independen, maka suatu model regresi dapat dikatakan bebas
multiko jika koefisien korelasi antar variabel independen haruslah lemah (dibawah
0,5).
b. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam model regresi variabel
independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau
mendekati normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau
mendekati normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan Normal
Probability Plot (P-P Plot). Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi
dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-
titik data searah mengikuti garis diagonal (Santoso, 2004:212).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan grafik plot antara
nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika grafik plot
menunjukkan suatu pola titik seperti titik yang bergelombang atau melebar kemudian
menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi
62
jika grafik plot tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2009:126).
4. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda.
Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar variabel dependen dengan
menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya (Santoso,
2004:163). Model ini digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel
independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio
dalam suatu persamaan linier (Indriantoro dan Supomo, 2002:211). Variabel independen
terdiri dari profesionalisme, keahlian, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan adaptasi
SOA section 404. Sedangkan variabel dependennya adalah pengungkapan kecurangan.
Rumus regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut.
Keterangan:
Y : Pengungkapan Kecurangan
a : Konstanta (harga Y, bila X=0)
b1-4 : Koefisien regresi (menunjukkan angka peningkatan atau penurunan variabel
dependen yang didasarkan pada hubungan nilai variabel independen)
X₁ : Profesionalisme
X₂ : Keahlian
X₃ : Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan
Y = a + b₁X₁+ b₂X₂ + b₃X₃ + b4X4 + e
63
X4 : Adaptasi SOA 2002 section 404
e : Error
Pengujian hipotesis dilakukan melalui:
a. Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah
antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali,
2009:83).
b. Uji statistik t
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan
digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikansi 0,05 (Ghozali, 2009:84).
Menurut Santoso (2004:168) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau Ha ditolak, ini
berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas tidak mempunyai
pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat.
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima, ini
berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh
64
secara individual terhadap variabel dependen atau terikat.
c. Uji statistik F
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen atau terikat. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh
semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-
sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (Ghozali,
2009:84).
Menurut Santoso (2004:120) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau Ha ditolak, ini
berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas tidak
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau
terikat.
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima, ini
berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
E. Operasional Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan
berikut dengan definisi operasional dan cara pengukurannya.
1. Profesionalisme (X₁)
Profesionalisme merupakan kepemilikan atas kecakapan teknis dalam melaksanakan
tugas sesuai bidangnya dengan menetapkan standar baku di bidang yang bersangkutan
dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi. Instrumen pengukuran
65
variabel ini menggunakan pertanyaan yang dikembangkan oleh Wahyudi dan Mardiyah
(2006) dan digunakan oleh Herawaty dan Susanto (2009). Terdiri dari 7 (tujuh) item
pertanyaan dengan menggunakan skala interval (interval scale) 5 (lima) poin dari sangat
tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).
2. Keahlian (X2)
Keahlian merupakan penguasaan menyeluruh atas pendidikan formal dan pelatihan
tekhnis berkelanjutan yang menghasilkan sejumlah pengetahuan yang tinggi dalam
subyek tertentu dan keterampilan prosedural yang dibuktikan dengan hasil kerja.
Variabel ini diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Zhang dan Pany (2005)
dan digunakan oleh Ziegenfuss (2008) dengan menggunakan skala interval (interval
scale). Setiap responden diminta untuk menjawab 7 (tujuh) butir pertanyaan yang
berkaitan dengan 5 (lima) poin penilaian dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2),
netral (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).
3. Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan (X3)
Herawaty dan Susanto (2009) menyatakan auditor yang memiliki pengetahuan dan
keahlian yang profesional dapat meningkatkan pengetahuan tentang sebab dan
konsekuensi kecurangan dalam suatu siklus akuntansi. Pengetahuan mendeteksi
kecurangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan untuk mendeteksi
macam–macam kecurangan dalam siklus pelaporan keuangan. Pengukuran variabel ini
menggunakan pertanyaan yang dikembangkan oleh Herawaty dan Susanto (2009).
Terdiri dari 6 (enam) item pertanyaan dengan menggunakan skala interval (interval
scale) 5 (lima) poin dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral (3), setuju (4)
sampai sangat setuju (5).
66
4. Adaptasi SOA (Sarbanes Oxley Act) 2002 section 404 (X4)
Adaptasi SOA 2002 section 404 di Indonesia terakomodir dalam Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang dikeluarkan oleh IAI dan dikembangkan oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dengan mengacu pada Laporan Audit Standar
Amerika Serikat dan beberapa pasal dari ISA (International Standard Audit) yang
dikembangkan oleh IAASB (International Auditing and Assurance Standar Board),
termasuk pasal 404 dari SOA 2002. Berdasarkan laporan penilaian Bank Dunia atas
praktek akuntansi dan audit di Indonesia tahun 2005, IAI memutuskan untuk
mengimplementasikan ISA secara efektif mulai tahun 2009 (Financial Standards
Foundation, 2009). Variabel ini diukur dengan mengunakan 5 (lima) item pertanyaan
yang dikembangkan oleh Keinath dan Walo (2008) dan digunakan oleh Zhang dan Pany
(2008). Peneliti menggunakan skala interval (interval scale) 5 (lima) poin berdasarkan
penilaian dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral (3), setuju (4) sampai sangat
setuju (5).
5. Pengungkapan Kecurangan (Y)
Pengungkapan kecurangan merupakan tindakan penyampaian temuan dan/atau indikasi
kecurangan pelaporan keuangan yang dilakukan oleh pihak internal klien yang terbukti
mempunyai tujuan merugikan pengguna laporan keuangan berdasarkan investigasi yang
dilakukan. Pengungkapan kecurangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pengajuan pertanyaan informatif mengenai indikasi kecurangan pada klien, membahas
temuan kecurangan yang terjadi melalui pendekatan audit untuk investigasi lebih lanjut
dengan tingkat manajemen yang tepat sesuai dengan SAS (Statement on Auditing
Standards) 99, dan penolakan pemberian opini wajar tanpa pengecualian (unqualified
67
opinion) jika terbukti tindak kecurangan yang terjadi mengakibatkan salah saji material
pada Laporan Keuangan. Pengukuran variabel ini menggunakan 8 (delapan) item
pertanyaan yang dikembangkan oleh Krambia-Kapardis (2003) dan digunakan oleh
Ziegenfuss (2008) dengan menggunakan skala interval (interval scale) 5 (lima) poin dari
sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).
68
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Sub Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
Profesionalisme
(X1)
(Sumber:
Krambia-
Kapardis
(2003) Keinath
dan Walo
(2008) serta
Herawaty dan
Susanto (2009))
1.Pengabdian
Pada Profesi
2.Kewajiban
Sosial
3.Kemandirian
4.Keyakinan
terhadap
Peraturan
Profesi
5.Hubungan
dengan
sesama
profesi
Menggunaka
n segenap
pengetahuan
saat
mengaudit
Berpegang
teguh pada
profesi
Membuat
keputusan
secara
mandiri tanpa
intervensi
pihak tertentu
Meyakini dan
mematuhi
peraturan atas
kesadaran diri
1.Menjadikan
profesi
auditor
sebagai
profesi yang
dapat
menjaga
kekayaan
negara
2.Menilai
auditor
lainnya
3.Partisipasi
Pertemuan
dengan
rekan
seprofesi
1
2
3
4
5
6
7
Skala
Interval
Skala
Interval
Skala
Interval
Skala
Interval
Skala
Interval
69
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Variabel Sub Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
Keahlian
(X2)
(Sumber:
Zhang dan
Pany (2008)
Ziegenfuss
(2008))
1.Komponen
Pengetahuan
2.Karakteristik
Psikologis
3.Kemampuan
Berpikir
4.Strategi
Penentuan
Keputusan
5.Kemampuan
Analisis
Tugas
1.Pengetahuan
mendasar
tentang
prosedur
audit
2. Keahlian
menafsirkan
bukti audit
Keputusan
pribadi dalam
situasi
dilematis
Kemampuan
menjaga
rasionalitas
saat terdapat
kecurangan
Preferensi pada
pengungkapan
indikasi dan
temuan
kecurangan
1. Menjalankan
tugas audit
secara efektif
2. Kemampuan
mendeteksi
kecurangan
sejak audit
ada
8
9
10
11
12
13
14
Skala
Interval
Skala
Interval
Skala
Interval
Skala
Interval
Skala
Interval
Bersambung pada halaman selanjutnya
70
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Variabel Sub Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
Pengetahuan
Mendeteksi
Kecurangan
(X3)
(Krambia-
Kapardis
(2003)
Herawaty
dan Susanto
(2009) serta
Gold,
Gronewold
dan Salterio
(2011))
1.Pengetahuan
Dasar Atas
Kecurangan
2.Deteksi
Klien
3.Preliminary
Audit
4.Prosedur
Mengaudit
Kecurangan
5.Jangkauan
Pengetahuan
Perbedaan
mendasar antara
error,
irregularities
dan fraud
Keahlian dalam
melaksanakan
pemeriksaan
Menentukan
eksistensi
kecurangan dari
evaluasi sistem
pengendalian
internal
Melanjutkan
pemeriksaan
kecurangan
1. Pengetahuan
mendeteksi
kecurangan
melalui
pelatihan
formal
2.Partisipasi
dalam
mendesain
pengungkapan
kecurangan
15
16
17
18
19
20
Skala
Interval
Skala
Interval
Skala
Interval
Skala
Interval
Skala
Interval
Bersambung pada halaman selanjutnya
71
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Variabel Sub Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
Adaptasi SOA
2002 section
404 (X4)
(Sumber:
Wilopo (2006)
Keinath dan
Walo (2008)
serta Zhang
dan Pany
(2008) serta
Hirschey,
Smith dan
Wilson
(2010)
1.Peran
Manajemen
klien
2.Pengujian
Efektivitas
Sistem
Pengendalian
Internal
3.Koreksi
Sistem
Pengendalian
Internal
4.Audit
Efektivitas
Sistem
Pengendalian
Internal
Memprediksi
kemungkinan
kecurangan
manajemen
1.Pengujian
dan evaluasi
sistem
pengendalian
internal
2.Antisipasi
Kelemahan
Sistem
Rekomendasi
untuk
defisiensi
sistem
pengendalian
internal
Menerbitkan
Opini terpisah
tentang
efektivitas
sistem
pengendalian
internal atas
pelaporan
keungan
21
22
23
24
25
Skala
Interval
Skala
Interval
Skala
Interval
Skala
Interval
Bersambung pada halaman selanjutnya
72
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Variabel Sub Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
Pengungkapan
Kecurangan
(Y)
(Sumber:
(Krambia-
Kapardis,
(2003) dan
Ziegenfuss
(2008))
1.Idealisme
2.Relativisme
3. Deteksi
4.Pengungkap
an
Sistematis
Identifikasi
hambatan
mengungkap
kecurangan
1.Bentuk-
bentuk
kecurangan
2.Pihak-pihak
yang
melakukan
kecurangan
1.Efektivitas
metode dan
prosedur
audit
2.Keterbukaan
manajemen
klien
merupakan
hal penting
1.Pengungkapa
n kepada
publik
2.Penyampaian
Tertulis
untuk
manajemen
klien
3.Penerbitan
Opini selain
Unqualified
Opinion
26
27
28
29
30
31
32
33
Skala
Interval
Skala
Interval
Skala
Interval
Skala
Interval
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
73
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik
(KAP) yang berada di wilayah DKI Jakarta. Auditor yang berpartisipasi dalam penelitian
ini meliputi partner, manajer, supervisor dan auditor senior yang memiliki pengalaman
kerja sebagai auditor KAP minimal 2 (dua) tahun.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara
langsung kepada responden yang bekerja pada KAP di wilayah DKI Jakarta dan terdaftar
dalam Directory Kantor Akuntan Publik 2010 yang diterbitkan oleh Institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI). Kantor Akuntan Publik yang berpartisipasi dalam penelitian ini
meliputi KAP berukuran besar (big four) dan non big four baik yang bekerjasama dengan
KAP internasional maupun yang tidak. Penyebaran serta pengembalian kuesioner
dilaksanakan mulai tanggal 5 November 2010 hingga 21 Desember 2010. Peneliti
mengambil sampel sebanyak 19 KAP dari keseluruhan KAP yang berada di wilayah
Jakarta, dengan peta distribusi yang terlihat dalam tabel 4.1.
74
Tabel 4.1
Data Distribusi Sampel Penelitian
No. Nama Kantor Akuntan Publik Wilayah Kuisioner
dikirim
Kuisioner
kembali
1. Abdul Ghonie Abubakar Jakarta Timur 5 5
2. Amir Abadi Jusuf &Aryanto Jakarta Selatan 5 3
3. Anwar & Rekan Jakarta Barat 5 5
4. Arman Dhani & Rekan Jakarta Selatan 10 10
5. Drs. F.X. Irwan Tanamas & Rekan Jakarta Pusat 3 0
6. Hadori Sugiarto Adi & Rekan Jakarta Selatan 10 5
7. Ishak Saleh Soewondo & Rekan Jakarta Selatan 10 8
8. Jamaludin, Aria, Sukimto & Rekan Jakarta Pusat 5 0
9. Meidina Ratna Adityasih Jakarta Selatan 5 5
10. Drs. Mulyamin Sensi Suryanto Jakarta Pusat 5 3
11. Nugroho & Rekan Jakarta Selatan 5 5
12. Osman Bing Satrio & Rekan Jakarta Pusat 10 10
13. Purwantono, Suherman & Surja Jakarta Pusat 10 10
14. Drs. Rishanwar Jakarta Utara 5 5
15. Siddharta & Widjadja Jakarta Pusat 10 7
16. Syarief Basyir & Rekan Jakarta Timur 10 10
17. Tanudiredja, Wibisana & Rekan Jakarta Selatan 15 8
18. Drs. Usman & Rekan Jakarta Selatan 5 5
19. Weddie Andriyanto & Rekan Jakarta Selatan 7 5
Total 140 108
Sumber: Data Primer
Kuesioner yang disebarkan berjumlah 140 buah dan jumlah kuesioner yang kembali
adalah 108 kuesioner atau 77,14%. Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 32 buah atau
22,85%. Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 83 buah atau 76,85%, sedangkan
kuesioner yang tidak dapat diolah karena tidak memenuhi kriteria minimum sampel
berupa auditor senior dan berpengalaman kerja minimal 2 tahun berjumlah 22 buah atau
20,37% dan karena tidak diisi secara lengkap oleh responden sebanyak 3 buah atau
2,77%. Gambaran mengenai data sampel ini dapat dilihat pada tabel 4.2.
75
Tabel 4.2
Data Sampel Penelitian
Sumber: Data primer yang diolah
2. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan
Publik (KAP) di Jakarta. Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas responden
penelitian yang terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir, kedudukan di KAP dan
pengalaman kerja responden.
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Responden dalam penelitian ini adalah auditor KAP yang berjenis kelamin pria
dan wanita sebagaimana terlihat dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Pria 43 51.8 51.8 51.8
Bersambung pada halaman selanjutnya
No. Keterangan Auditor Persentase
1. Jumlah kuesioner yang disebar 140 100%
2. Jumlah kuesioner yang kembali 108 77,14%
3. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 32 22,85%
4. Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah
karena tidak memenuhi kriteria sampel
22 20,37%
5. Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah
karena tidak lengkap
3 2,77%
6. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 83 76,85%
76
Tabel 4.3 (Lanjutan)
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Wanita 40 48.2 48.2 100.0
Total 83 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sekitar 43 orang atau 51,8% responden
berjenis kelamin pria, dan sisanya sebesar 40 orang atau 48,2% responden berjenis
kelamin wanita.
b. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir
Responden dalam penelitian ini adalah auditor KAP yang berpendidikan
terakhir Strata Satu (S1) dan Strata Dua (S2). Tabel 4.4 memperlihatkan deskripsi
responden berdasarkan pendidikan terakhir.
Tabel 4.4
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah 57 responden atau 68,7%.
Sisanya sebesar 31,3% atau sebanyak 26 orang berpendidikan terakhir Strata Dua
(S2).
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid S1 57 68.7 68.7 68.7
S2 26 31.3 31.3 100.0
Total 83 100.0 100.0
77
c. Deskripsi responden berdasarkan kedudukan di KAP
Responden dalam penelitian ini berupa auditor KAP dengan kedudukan
minimum auditor senior. Dengan demikian responden dalam penelitian ini adalah
auditor senior, supervisor, manajer dan partner dengan hasil uji deskripsi terlihat
dalam Tabel 4.5.
Tabel 4.5
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Kedudukan di KAP
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.5 diatas diperoleh informasi bahwa mayoritas responden
sebanyak 44 orang atau sebesar 53% berkedudukan sebagai auditor senior.
Responden yang menduduki jabatan sebagai supervisor sebanyak 21 orang atau
25,3%, yang berkedudukan sebagai manajer 13 orang atau 15,7% dan sisanya
berkedudukan sebagai partner sebanyak 6 orang atau sekitar 6%.
d. Deskripsi responden berdasarkan pengalaman kerja
Responden dalam penelitian ini adalah auditor KAP yang memiliki
pengalaman kerja minimal 2 (dua) tahun. Tabel 4.6 memperlihatkan deskripsi
responden berdasarkan pengalaman kerja.
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Auditor Senior 44 53.0 53.0 53.0
Supervisor 21 25.3 25.3 78.3
Manajer 13 15.7 15.7 94.0
Partner 6 6.0 6.0 100.0
Total 83 100.0 100.0
78
Tabel 4.6
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2-5 tahun 61 73.5 73.5 73.5
5-10 tahun 16 19.3 19.3 92.8
>10 tahun 6 7.2 7.2 100.0
Total 83 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden
sebanyak 73,5% atau sekitar 61 auditor memiliki pengalaman bekerja 2-5 tahun,
19,3% atau sekitar 16 auditor memiliki pengalaman kerja selama 5-10 tahun dan
sisaya 7,2% atau sekitar 6 auditor memiliki pengalaman kerja di atas 10 tahun.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi profesionalisme, keahlian,
pengetahuan mendeteksi kecurangan, adaptasi SOA 2002 section 404 dan pengungkapan
kecurangan akan diuji secara statistik deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 4.7.
Tabel 4.7
Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
PRO 83 15 33 26.99 2.778
KEA 83 17 35 27.72 2.889
PMK 83 17 30 23.39 2.434
ADP 83 7 25 20.18 2.724
PNG 83 13 40 32.12 4.092
Valid N
(listwise)
83
79
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.7 menjelaskan bahwa pada variabel profesionalisme jawaban minimum
responden sebesar 15 dan maksimum sebesar 33, dengan rata-rata total jawaban 26,99
dan standar deviasi sebesar 2,778. Variabel keahlian jawaban minimum responden
sebesar 17 dan maksimum sebesar 35, dengan rata-rata total jawaban 27,72 dan standar
deviasi sebesar 2,889. Pada variabel pengetahuan mendeteksi kecurangan minimum
jawaban responden sebesar 17 dan maksimum sebesar 30, dengan rata-rata total jawaban
23,39 dan standar deviasi sebesar 2,434. Variabel adaptasi SOA 2002 section 404
minimum jawaban responden sebesar 7 dan maksimum sebesar 25, dengan rata-rata total
jawaban 20,18 dan standar deviasi sebesar 2,724. Dan variabel pengungkapan
kecurangan jawaban minimum responden sebesar 13 dan maksimum sebesar 40, dengan
rata-rata total jawaban 32,12 dan standar deviasi sebesar 4,092.
80
Analisis tujuan pengujian kualitas data terlihat pada nilai rata-rata jawaban
responden untuk setiap variabel dan nilai standar deviasi yang diperoleh untuk setiap
variabel tersebut. Data yang berkualitas baik ditunjukkan dengan nilai rata-rata jawaban
responden (Mean) yang lebih besar dari nilai standar deviasi (Std. Deviation).
Tabel 4.7 menjelaskan bahwa variabel profesionalisme memiliki nilai rata-rata total
jawaban sebesar 26,99 yang lebih besar dari nilai standar deviasi sebesar 2,778. Variabel
keahlian memiliki nilai rata-rata total jawaban sebesar 27,72 yang lebih besar dari nilai
standar deviasi sebesar 2,889. Variabel pengetahuan mendeteksi kecurangan nilai rata-
rata total jawaban sebesar 23,39 dengan nilai standar deviasi sebesar 2,434. Variabel
adaptasi SOA section 404 memiliki nilai rata-rata total jawaban 20,18 dengan nilai
standar deviasi 2,724. Dan variabel pengungkapan kecurangan memiliki nilai rata-rata
total jawaban sebesar 32,12 lebih besar dari nilai standar deviasi sebesar 4,092. Setiap
variabel yang disertakan dalam penelitian ini memiliki nilai rata-rata total jawaban
responden yang lebih besar dari nilai standar deviasi yang diperoleh. Dengan demikian,
kualitas data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah baik.
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson Corelation, dimana jika
tingkat signifikansinya dibawah 0,05, maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid
(Ghozali, 2009:45). Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji validitas dari 5 (lima) variabel
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu profesionalisme (PRO), keahlian (KEA),
81
pengetahuan mendeteksi kecurangan (PMK), adaptasi SOA 2002 section 404 (ADP)
serta pengungkapan kecurangan (PNG).
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas
Butir
Pertanyaan
Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
PRO1 0,458** 0,000 Valid
PRO2 0,586** 0,000 Valid
PRO3 0,369** 0,001 Valid
PRO4 0,515** 0,000 Valid
PRO5 0,578** 0,000 Valid
PRO6 0,623** 0,000 Valid
PRO7 0,497** 0,000 Valid
KEA1 0,736** 0,000 Valid
KEA2 0,663** 0,000 Valid
KEA3 0,593** 0,000 Valid
KEA4 0,554** 0,000 Valid
KEA5 0,427** 0,000 Valid
KEA6 0,433** 0,000 Valid
KEA7 0,624** 0,000 Valid
Bersambung pada halaman selanjutnya
82
Tabel 4.8 (Lanjutan)
Butir
Pertanyaan
Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
PMK1 0,613** 0,000 Valid
PMK2 0,483** 0,000 Valid
PMK3 0,670** 0,000 Valid
PMK4 0,684** 0,000 Valid
PMK5 0,546** 0,000 Valid
PMK6 0,643** 0,000 Valid
ADP1 0,704** 0,000 Valid
ADP2 0,802** 0,000 Valid
ADP3 0,820** 0,000 Valid
ADP4 0,812** 0,000 Valid
ADP5 0,765** 0,000 Valid
PNG1 0,684** 0,000 Valid
PNG2 0,611** 0,000 Valid
PNG3 0,687** 0,000 Valid
PNG4 0,773** 0,000 Valid
PNG5 0,745** 0,000 Valid
PNG6 0,743** 0,000 Valid
PNG7 0,811** 0,000 Valid
PNG8 0,714** 0,000 Valid Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.8 menunjukkan variabel profesionalisme, keahlian, pengetahuan
mendeteksi kecurangan, adaptasi SOA 2002 section 404 serta pengungkapan
kecurangan memiliki kriteria valid untuk setiap item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa semua item pernyataan yang
digunakan dalam penelitian ini mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada
kuesioner tersebut.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen penelitian. Suatu
instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha berada diatas
0,60 (Ghozali, 2009:42). Tabel 4.9 menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk 5 (lima)
variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.
83
Tabel 4.9
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s
Alpha
Keterangan
Profesionalisme 0,824 Reliabel
Keahlian 0,920 Reliabel
Pengetahuan Mendeteksi
Kecurangan
0,919 Reliabel
Adaptasi SOA 2002 section 404 0,836 Reliabel
Pengungkapan Kecurangan 0,863 Reliabel Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.9 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel profesionalisme
sebesar 0,824, keahlian sebesar 0,920, pengetahuan mendeteksi kecurangan sebesar
0,919, adaptasi SOA 2002 section 404 sebesar 0,836, dan pengungkapan kecurangan
sebesar 0,863. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam
kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,60.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan akan mampu
memperoleh data konsisten yang berarti bahwa jika pernyataan itu diajukan kembali
akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban sebelumnya.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Multikolonieritas
Model regresi yang baik mengharuskan ketiadaan hubungan antar variabel
independen yang berarti harus bebas dari multikolonieritas. Hal ini dapat dibuktikan
dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta besaran
korelasi antar variabel independen.
84
Tabel 4.10
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.038 .067 15.385 .000
PRO .006 .002 .234 2.866 .005 .700 1.429
KEA .007 .002 .267 2.937 .004 .563 1.776
PMK -.005 .002 -.174 -2.475 .016 .947 1.056
ADP .012 .002 .461 5.229 .000 .600 1.668
a. Dependent Variable: PNG
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.10 diatas terlihat bahwa nilai tolerance mendekati angka 1
dan nilai variance inflation factor (VIF) disekitar angka 1 untuk setiap variabel, yang
ditunjukkan dengan nilai tolerance 0,700, 0,563, 0,947, dan 0,600 serta VIF sebesar
1,429, 1,776, 1,056, dan 1,668 untuk variabel profesionalisme, keahlian, pengetahuan
mendeteksi kecurangan dan adaptasi SOA 2002 section 404. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa model persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak
memiliki problem multiko, dengan demikian model regresi tersebut dapat digunakan
dalam penelitian ini.
b. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variabel dependen dan variabel independen atau keduanya telah terdistribusi normal
atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati
normal.
85
Sumber: Data primer yang diolah
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Gambar 4.1 memperlihatkan penyebaran data yang berada disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini menunjukkan bahwa model regresi
telah memenuhi asumsi normalitas.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan
ZPRED, yang diperlihatkan pada gambar 4.2.
86
Sumber: Data primer yang diolah
Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot
Berdasarkan gambar 4.2, grafik scatterplot menunjukkan bahwa data tersebar
di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola yang
jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model persamaan regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk
memprediksi pengungkapan kecurangan berdasarkan variabel yang
mempengaruhinya, yaitu profesionalisme, keahlian, pengetahuan mendeteksi
kecurangan dan adaptasi SOA 2002 section 404.
4. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi
berganda (multiple regression analysis), yaitu:
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
87
kemampuan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen.
Tabel 4.11
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
1 .800a .641 .622 .04341
a. Predictors: (Constant), ADP, PMK, PRO, KEA
b. Dependent Variable: PNG
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.11 menunjukkan nilai R sebesar 0,800 atau 80%. Hal ini berarti bahwa
hubungan atau korelasi antara faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkpan
kecurangan adalah sangat kuat karena berada dikisaran 0,80-0,999 (Riduwan dan Ahmad,
2007:62). Nilai Adjusted R Square sebesar 0,622 atau 62,2%, ini menunjukkan bahwa
variabel pengungkapan kecurangan yang dapat dijelaskan oleh variabel profesionalisme,
keahlian, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan adaptasi SOA 2002 section 404 adalah
sebesar 62,2%, sedangkan sisanya sebesar 0,378 atau 37,8% (1-0,622) dijelaskan oleh
faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini, seperti risiko audit,
corporate governance, dan prosedur audit (Arens, Elder dan Beasley, 2010:440).
b. Hasil Uji Statistik t
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikansi 0,05. Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.12. Jika nilai
probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika
88
nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha (Ghozali,
2009:84).
Tabel 4.12
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.038 .067 15.385 .000
PRO .006 .002 .234 2.866 .005
KEA .007 .002 .267 2.937 .004
PMK -.005 .002 -.174 -2.475 .016
ADP .012 .002 .461 5.229 .000
a. Dependent Variable: PNG
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil Uji Hipotesis 1:
Pengaruh profesionalisme terhadap pengungkapan kecurangan.
Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.12, variabel profesionalisme
mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,005. Hal ini berarti menerima Ha1 sehingga
dapat dikatakan bahwa profesionalisme berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan kecurangan karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel
profesionalisme lebih kecil dari 0,05. Hubungan antara profesionalisme dan
pengungkapan kecurangan bersifat positif. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat
profesionalisme dalam diri auditor, maka kapabilitas auditor tersebut untuk mengungkap
kecurangan akan semakin besar, begitu pula sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena
auditor yang memegang teguh prinsip profesional dan menjaga eksistensi prinsip tersebut
selama proses audit akan menyadari sepenuhnya hakikat profesinya sehingga jika
89
kecurangan yang mengakibatkan salah saji material yang menyesatkan laporan keuangan
terdeteksi maka auditor tersebut merasa berkewajiban untuk mengkomunikasikannya
kepada pihak-pihak terkait. Hasil penelitian ini konsisten dengan tiga penelitian
sebelumnya dengan perbedaan pada nilai signifikansi dan koefisien determinasi.
Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Krambia-Kapardis (2003),
namun dengan nilai Adjusted R Square yang berbeda. Penelitian tersebut menghasilkan
nilai Adjusted R Square sebesar 70,2% sementara penelitian ini menghasilkan nilai
Adjusted R Square sebesar 62,2%. Penelitian ini mendukung hipotesis dan hasil
penelitian Keinath dan Walo (2008) dengan perbedaan pada nilai signifikansi sebesar
0.027 pada periode setelah SOA dikarenakan penggunaan metode analisis uji beda t-test.
Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Herawaty dan Susanto (2009) namun nilai
Adjusted R Square yang dihasilkan dalam penelitian tersebut sebesar 27%, berbeda
dengan yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 62,2%.
Hasil Uji Hipotesis 2:
Pengaruh keahlian terhadap pengungkapan kecurangan.
Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.12, variabel keahlian mempunyai
tingkat signifikansi sebesar 0,004. Hal ini berarti menerima Ha2 sehingga dapat dikatakan
bahwa keahlian berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan kecurangan
karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel keahlian lebih kecil dari 0,05.
Hubungan antara keahlian dengan pengungkapan kecurangan bersifat positif. Dengan
demikian, kepemilikan menyeluruh atas keahlian tekhnis dan psikologis yang semakin
baik dari auditor akan meningkatkan kualitas pengungkapan kecurangan, begitu juga
sebaliknya jika keahlian individual auditor semakin rendah maka kualitas pengungkapan
90
kecurangan pun menjadi semakin buruk. Hasil penelitian ini konsisten dengan dua
penelitian sebelumnya dengan perbedaan pada nilai signifikansi dan koefisien
determinasi. Penelitian ini mendukung hasil penelitian Zhang dan Pany (2008) namun
nilai Adjusted R Square yang dihasilkan penelitian tersebut sebesar 50,6% sedangkan
penelitian ini menghasilkan nilai Adjusted R Square sebesar 62,2%. Penelitian ini
konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ziegenfuss (2008) namun
variabel keahlian pada penelitian tersebut signifikan pada tingkat 0,011 sedangkan
penelitian ini menunjukkan bahwa keahlian berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan kecurangan pada tingkat 0,004.
Hasil Uji Hipotesis 3:
Pengaruh pengetahuan mendeteksi kecurangan terhadap pengungkapan
kecurangan.
Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.12, variabel pengetahuan mendeteksi
kecurangan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,016. Hal ini berarti menerima Ha3
sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan mendeteksi kecurangan berpengaruh
secara signifikan terhadap pengungkapan kecurangan karena tingkat signifikansi yang
dimiliki variabel pengetahuan mendeteksi kecurangan lebih kecil dari 0,05. Hubungan
antara pengetahuan mendeteksi kecurangan dengan pengungkapan kecurangan bersifat
negatif. Dengan demikian, semakin tinggi kepemilikan auditor atas pengetahuan
mendeteksi kecurangan akan menyebabkan auditor tersebut semakin enggan untuk
mengungkapkannya ke pihak-pihak terkait. Demikian pula sebaliknya jika pengetahuan
auditor atas pendeteksian kecurangan semakin rendah maka kemampuannya untuk
mengungkap kecurangan akan semakin tinggi. Hal ini dapat terjadi pada auditor dengan
91
kuantitas pengalaman kerja tinggi yang mengindikasikan besarnya lingkup tanggung
jawab dalam kedudukan di Kantor Akuntan Publik, terutama dalam hal menjaga
hubungan jangka panjang dengan klien dan kepuasan klien (client’s satisfactory)
(Krambia-Kapardis, 2003:229). Auditor dengan kedudukan minimum senior atau
supervisor (terutama manajer dan partner), secara tekhnis hanya bertanggungjawab
untuk mengawasi dan menyetujui hasil kerja auditor junior dengan keterlibatan minim
saat proses pengauditan berlangsung (Arens, Elder dan Beasley, 2010:37). Dengan
demikian, walaupun mereka memiliki pengetahuan mendeteksi kecurangan yang baik,
mereka tidak akan mengungkapkan temuan kecurangan pada klien jikalau laporan dari
auditor junior tidak mengindikasikan eksistensi kecurangan. Sementara secara psikologis,
auditor dengan kedudukan minimum senior atau supervisor akan semakin berorientasi
pada kepuasan klien atas record performa keuangan yang dapat mempengaruhi
pemberian opini, sehingga sebisa mungkin meminimumkan tingkat pengungkapan
kecurangan walaupun auditor tersebut menguasai tekhnis mendeteksi kecurangan. Hasil
penelitian ini konsisten dengan tiga penelitian sebelumnya namun berbeda pada nilai
signifikansi dan koefisien determinasi. Penelitian ini mendukung semua hipotesis dan
konsisten dengan penelitian Krambia-Kapardis (2003) namun penelitian tersebut
menghasilkan nilai Adjusted R Square sebesar 70,2% sedangkan penelitian ini
menghasilkan nilai Adjusted R Square sebesar 62,2%. Dalam hal arah hubungan,
penelitian ini bertentangan dengan penelitian Herawaty dan Susanto (2009) dan Gold,
Gronewold dan Salterio (2011) yang menyatakan bahwa pengetahuan mendeteksi
kecurangan memiliki pengaruh positif signifikan pada pengungkapan kecurangan dengan
tingkat signifikansi masing-masing sebesar 0,010 dan 0,002.
92
Hasil Uji Hipotesis 4:
Pengaruh adaptasi SOA 2002 section 404 terhadap pengungkapan kecurangan.
Hasil uji hipotesis 4 dapat dilihat pada tabel 4.12, variabel adaptasi SOA 2002
section 404 mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berarti menerima Ha4
sehingga dapat dikatakan bahwa adaptasi SOA 2002 section 404 berpengaruh secara
signifikan terhadap pengungkapan kecurangan karena tingkat signifikansi yang dimiliki
variabel adaptasi SOA 2002 section 404 lebih kecil dari 0,05. Hubungan antara adaptasi
SOA 2002 section 404 dengan pengungkapan kecurangan bersifat positif. Dengan
demikian, jika penerapan SOA 2002 section 404 dalam proses pengerjaan audit semakin
baik maka kualitas pengungkapan kecurangan semakin tinggi. Hal ini dapat terjadi
karena legalitas bagi auditor yang lebih luas dalam menilai efektivitas pengendalian
internal klien membuat auditor lebih leluasa dan terjamin secara profesional untuk
mengungkap kecurangan yang mengakibatkan salah saji material yang menyesatkan
dalam laporan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan empat penelitian
sebelumnya namun berbeda pada nilai signifikansi dan koefisien determinasi. Penelitian
ini konsisten dengan yang dilakukan oleh Wilopo (2006), namun penelitian tersebut
hanya menjelaskan signifikansi syarat compliance dari SOA 2002 section 404. Penelitian
ini mendukung hasil penelitian Keinath dan Walo (2008) dengan perbedaan pada nilai
signifikansi sebesar 0.027 pada periode setelah SOA dikarenakan penggunaan metode
analisis uji beda t-test. Penelitian ini mendukung semua hipotesis dan konsisten dengan
penelitian Zhang dan Pany (2008) namun nilai Adjusted R Square yang dihasilkan
penelitian tersebut sebesar 50,6% sedangkan penelitian ini menghasilkan nilai Adjusted
R Square sebesar 62,2%. Penelitian ini mendukung hasil penelitian Hirschey, Smith dan
93
Wilson (2010) namun nilai Adjusted R Square yang dihasilkan penelitian tersebut
sebesar 11,2% sedangkan penelitian ini menghasilkan nilai Adjusted R Square sebesar
62,2%.
Berdasarkan tabel 4.12, maka diperoleh model persamaan regresi sebagai
berikut.
Keterangan:
Y : Pengungkapan Kecurangan
X₁ : Profesionalisme
X₂ : Keahlian
X₃ : Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan
X4 : Adaptasi SOA 2002 section 404
e : Error
c. Hasil Uji Statistik F
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi
0,05. Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.13. Jika nilai probabilitas lebih kecil
dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar
dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha.
Y = 1,038 + 0,006X₁+ 0,007X₂ - 0,005X₃ + 0,012X4 + e
94
Tabel 4.13
Hasil Uji Statistik F
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression .259 4 .065 34.333 .000a
Residual .145 79 .002
Total .404 83
a. Predictors: (Constant), ADP, PMK, PRO, KEA
b. Dependent Variable: PNG
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil Uji Hipotesis 5:
Pengaruh profesionalisme, keahlian, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan
adaptasi SOA 2002 section 404 terhadap pengungkapan kecurangan.
Hasil uji hipotesis 5 dapat dilihat pada tabel 4.13 nilai F sebesar 34,333 dengan
tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha5
diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa profesionalisme, keahlian, pengetahuan
mendeteksi kecurangan dan adaptasi SOA 2002 section 404 berpengaruh secara simultan
dan signifikan terhadap pengungkapan kecurangan. Dengan demikian, auditor dengan
tingkat profesionalisme dan keahlian yang tinggi serta didukung oleh legalitas dari SOA
2002 section 404 akan semakin baik dalam mengungkap kecurangan. Selain itu,
pengetahuan mendeteksi kecurangan yang tinggi dari auditor dengan tanggung jawab
besar di Kantor Akuntan Publik akan mendorong auditor tersebut untuk secara
psikologis tidak mengungkap temuan adanya kecurangan pada klien. Oleh karena itu,
untuk meningkatkan kualitas pengungkapan kecurangan, Kantor Akuntan Publik dengan
segenap auditornya dari setiap kedudukan harus dapat mengemban tanggung jawab
95
profesional dan menggunakan segenap keahlian yang dimiliki seraya terus
mengaplikasikan pengetahuan mendeteksi kecurangan yang telah didapat dengan
berpegang teguh pada standar dan kewajiban hukum yang berlaku baik selama proses
pengerjaan audit maupun dalam membina hubungan dengan klien. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Krambia-Kapardis (2003), Wilopo
(2006), Wahyudi dan Mardiyah (2006), Keinath dan Walo (2008), Zhang dan Pany
(2008), Ziegenfuss (2008), Herawaty dan Susanto (2009), Hirschey, Smith dan Wilson
(2010) serta Gold, Gronewold dan Salterio (2011).
96
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
B. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
5. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik
(KAP) yang berada di wilayah DKI Jakarta. Auditor yang berpartisipasi dalam penelitian
ini meliputi partner, manajer, supervisor dan auditor senior yang memiliki pengalaman
kerja sebagai auditor KAP minimal 2 (dua) tahun.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara
langsung kepada responden yang bekerja pada KAP di wilayah DKI Jakarta dan terdaftar
dalam Directory Kantor Akuntan Publik 2010 yang diterbitkan oleh Institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI). Kantor Akuntan Publik yang berpartisipasi dalam penelitian ini
meliputi KAP berukuran besar (big four) dan non big four baik yang bekerjasama dengan
KAP internasional maupun yang tidak. Penyebaran serta pengembalian kuesioner
dilaksanakan mulai tanggal 5 November 2010 hingga 21 Desember 2010. Peneliti
mengambil sampel sebanyak 19 KAP dari keseluruhan KAP yang berada di wilayah
Jakarta, dengan peta distribusi yang terlihat dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1
Data Distribusi Sampel Penelitian
No. Nama Kantor Akuntan Publik Wilayah Kuisioner
dikirim
Kuisioner
kembali
1. Abdul Ghonie Abubakar Jakarta Timur 5 5
2. Amir Abadi Jusuf &Aryanto Jakarta Selatan 5 3
3. Anwar & Rekan Jakarta Barat 5 5
97
4. Arman Dhani & Rekan Jakarta Selatan 10 10
5. Drs. F.X. Irwan Tanamas & Rekan Jakarta Pusat 3 0
6. Hadori Sugiarto Adi & Rekan Jakarta Selatan 10 5
7. Ishak Saleh Soewondo & Rekan Jakarta Selatan 10 8
8. Jamaludin, Aria, Sukimto & Rekan Jakarta Pusat 5 0
9. Meidina Ratna Adityasih Jakarta Selatan 5 5
10. Drs. Mulyamin Sensi Suryanto Jakarta Pusat 5 3
11. Nugroho & Rekan Jakarta Selatan 5 5
12. Osman Bing Satrio & Rekan Jakarta Pusat 10 10
13. Purwantono, Suherman & Surja Jakarta Pusat 10 10
14. Drs. Rishanwar Jakarta Utara 5 5
15. Siddharta & Widjadja Jakarta Pusat 10 7
16. Syarief Basyir & Rekan Jakarta Timur 10 10
17. Tanudiredja, Wibisana & Rekan Jakarta Selatan 15 8
18. Drs. Usman & Rekan Jakarta Selatan 5 5
19. Weddie Andriyanto & Rekan Jakarta Selatan 7 5
Total 140 108
Sumber: Data Primer
Kuesioner yang disebarkan berjumlah 140 buah dan jumlah kuesioner yang kembali
adalah 108 kuesioner atau 77,14%. Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 32 buah atau
22,85%. Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 83 buah atau 76,85%, sedangkan
kuesioner yang tidak dapat diolah karena tidak memenuhi kriteria minimum sampel
berupa auditor senior dan berpengalaman kerja minimal 2 tahun berjumlah 22 buah atau
20,37% dan karena tidak diisi secara lengkap oleh responden sebanyak 3 buah atau
2,77%. Gambaran mengenai data sampel ini dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Data Sampel Penelitian
No. Keterangan Auditor Persentase
1. Jumlah kuesioner yang disebar 140 100%
2. Jumlah kuesioner yang kembali 108 77,14%
3. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 32 22,85%
4. Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah
karena tidak memenuhi kriteria sampel
22 20,37%
5. Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah
karena tidak lengkap
3 2,77%
6. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 83 76,85%
98
Sumber: Data primer yang diolah
6. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan
Publik (KAP) di Jakarta. Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas responden
penelitian yang terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir, kedudukan di KAP dan
pengalaman kerja responden.
e. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Responden dalam penelitian ini adalah auditor KAP yang berjenis kelamin pria
dan wanita sebagaimana terlihat dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Pria 43 51.8 51.8 51.8
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 4.3 (Lanjutan)
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Wanita 40 48.2 48.2 100.0
Total 83 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sekitar 43 orang atau 51,8% responden
berjenis kelamin pria, dan sisanya sebesar 40 orang atau 48,2% responden berjenis
kelamin wanita.
f. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir
99
Responden dalam penelitian ini adalah auditor KAP yang berpendidikan
terakhir Strata Satu (S1) dan Strata Dua (S2). Tabel 4.4 memperlihatkan deskripsi
responden berdasarkan pendidikan terakhir.
Tabel 4.4
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah 57 responden atau 68,7%.
Sisanya sebesar 31,3% atau sebanyak 26 orang berpendidikan terakhir Strata Dua
(S2).
g. Deskripsi responden berdasarkan kedudukan di KAP
Responden dalam penelitian ini berupa auditor KAP dengan kedudukan
minimum auditor senior. Dengan demikian responden dalam penelitian ini adalah
auditor senior, supervisor, manajer dan partner dengan hasil uji deskripsi terlihat
dalam Tabel 4.5.
Tabel 4.5
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Kedudukan di KAP
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid S1 57 68.7 68.7 68.7
S2 26 31.3 31.3 100.0
Total 83 100.0 100.0
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Auditor Senior 44 53.0 53.0 53.0
Supervisor 21 25.3 25.3 78.3
Manajer 13 15.7 15.7 94.0
100
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.5 diatas diperoleh informasi bahwa mayoritas responden
sebanyak 44 orang atau sebesar 53% berkedudukan sebagai auditor senior.
Responden yang menduduki jabatan sebagai supervisor sebanyak 21 orang atau
25,3%, yang berkedudukan sebagai manajer 13 orang atau 15,7% dan sisanya
berkedudukan sebagai partner sebanyak 6 orang atau sekitar 6%.
h. Deskripsi responden berdasarkan pengalaman kerja
Responden dalam penelitian ini adalah auditor KAP yang memiliki
pengalaman kerja minimal 2 (dua) tahun. Tabel 4.6 memperlihatkan deskripsi
responden berdasarkan pengalaman kerja.
Tabel 4.6
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2-5 tahun 61 73.5 73.5 73.5
5-10 tahun 16 19.3 19.3 92.8
Partner 6 6.0 6.0 100.0
Total 83 100.0 100.0
101
>10 tahun 6 7.2 7.2 100.0
Total 83 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden
sebanyak 73,5% atau sekitar 61 auditor memiliki pengalaman bekerja 2-5 tahun,
19,3% atau sekitar 16 auditor memiliki pengalaman kerja selama 5-10 tahun dan
sisaya 7,2% atau sekitar 6 auditor memiliki pengalaman kerja di atas 10 tahun.
C. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi profesionalisme, keahlian,
pengetahuan mendeteksi kecurangan, adaptasi SOA 2002 section 404 dan pengungkapan
kecurangan akan diuji secara statistik deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 4.7.
Tabel 4.7
Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
PRO 83 15 33 26.99 2.778
KEA 83 17 35 27.72 2.889
PMK 83 17 30 23.39 2.434
ADP 83 7 25 20.18 2.724
PNG 83 13 40 32.12 4.092
Valid N
(listwise)
83
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.7 menjelaskan bahwa pada variabel profesionalisme jawaban minimum
responden sebesar 15 dan maksimum sebesar 33, dengan rata-rata total jawaban 26,99
dan standar deviasi sebesar 2,778. Variabel keahlian jawaban minimum responden
sebesar 17 dan maksimum sebesar 35, dengan rata-rata total jawaban 27,72 dan standar
102
deviasi sebesar 2,889. Pada variabel pengetahuan mendeteksi kecurangan minimum
jawaban responden sebesar 17 dan maksimum sebesar 30, dengan rata-rata total jawaban
23,39 dan standar deviasi sebesar 2,434. Variabel adaptasi SOA 2002 section 404
minimum jawaban responden sebesar 7 dan maksimum sebesar 25, dengan rata-rata total
jawaban 20,18 dan standar deviasi sebesar 2,724. Dan variabel pengungkapan
kecurangan jawaban minimum responden sebesar 13 dan maksimum sebesar 40, dengan
rata-rata total jawaban 32,12 dan standar deviasi sebesar 4,092.
103
Analisis tujuan pengujian kualitas data terlihat pada nilai rata-rata jawaban
responden untuk setiap variabel dan nilai standar deviasi yang diperoleh untuk setiap
variabel tersebut. Data yang berkualitas baik ditunjukkan dengan nilai rata-rata jawaban
responden (Mean) yang lebih besar dari nilai standar deviasi (Std. Deviation).
Tabel 4.7 menjelaskan bahwa variabel profesionalisme memiliki nilai rata-rata total
jawaban sebesar 26,99 yang lebih besar dari nilai standar deviasi sebesar 2,778. Variabel
keahlian memiliki nilai rata-rata total jawaban sebesar 27,72 yang lebih besar dari nilai
standar deviasi sebesar 2,889. Variabel pengetahuan mendeteksi kecurangan nilai rata-
rata total jawaban sebesar 23,39 dengan nilai standar deviasi sebesar 2,434. Variabel
adaptasi SOA section 404 memiliki nilai rata-rata total jawaban 20,18 dengan nilai
standar deviasi 2,724. Dan variabel pengungkapan kecurangan memiliki nilai rata-rata
total jawaban sebesar 32,12 lebih besar dari nilai standar deviasi sebesar 4,092. Setiap
variabel yang disertakan dalam penelitian ini memiliki nilai rata-rata total jawaban
responden yang lebih besar dari nilai standar deviasi yang diperoleh. Dengan demikian,
kualitas data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah baik.
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson Corelation, dimana jika
104
tingkat signifikansinya dibawah 0,05, maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid
(Ghozali, 2009:45). Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji validitas dari 5 (lima) variabel
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu profesionalisme (PRO), keahlian (KEA),
pengetahuan mendeteksi kecurangan (PMK), adaptasi SOA 2002 section 404 (ADP)
serta pengungkapan kecurangan (PNG).
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas
Butir
Pertanyaan
Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
PRO1 0,458** 0,000 Valid
PRO2 0,586** 0,000 Valid
PRO3 0,369** 0,001 Valid
PRO4 0,515** 0,000 Valid
PRO5 0,578** 0,000 Valid
PRO6 0,623** 0,000 Valid
PRO7 0,497** 0,000 Valid
KEA1 0,736** 0,000 Valid
KEA2 0,663** 0,000 Valid
KEA3 0,593** 0,000 Valid
KEA4 0,554** 0,000 Valid
KEA5 0,427** 0,000 Valid
KEA6 0,433** 0,000 Valid
KEA7 0,624** 0,000 Valid
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 4.8 (Lanjutan)
Butir
Pertanyaan
Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
PMK1 0,613** 0,000 Valid
PMK2 0,483** 0,000 Valid
PMK3 0,670** 0,000 Valid
PMK4 0,684** 0,000 Valid
PMK5 0,546** 0,000 Valid
PMK6 0,643** 0,000 Valid
ADP1 0,704** 0,000 Valid
ADP2 0,802** 0,000 Valid
ADP3 0,820** 0,000 Valid
ADP4 0,812** 0,000 Valid
105
ADP5 0,765** 0,000 Valid
PNG1 0,684** 0,000 Valid
PNG2 0,611** 0,000 Valid
PNG3 0,687** 0,000 Valid
PNG4 0,773** 0,000 Valid
PNG5 0,745** 0,000 Valid
PNG6 0,743** 0,000 Valid
PNG7 0,811** 0,000 Valid
PNG8 0,714** 0,000 Valid Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.8 menunjukkan variabel profesionalisme, keahlian, pengetahuan
mendeteksi kecurangan, adaptasi SOA 2002 section 404 serta pengungkapan
kecurangan memiliki kriteria valid untuk setiap item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa semua item pernyataan yang
digunakan dalam penelitian ini mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada
kuesioner tersebut.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen penelitian. Suatu
instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha berada diatas
0,60 (Ghozali, 2009:42). Tabel 4.9 menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk 5 (lima)
variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.9
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s
Alpha
Keterangan
Profesionalisme 0,824 Reliabel
Keahlian 0,920 Reliabel
Pengetahuan Mendeteksi
Kecurangan
0,919 Reliabel
Adaptasi SOA 2002 section 404 0,836 Reliabel
Pengungkapan Kecurangan 0,863 Reliabel Sumber: Data primer yang diolah
106
Tabel 4.9 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel profesionalisme
sebesar 0,824, keahlian sebesar 0,920, pengetahuan mendeteksi kecurangan sebesar
0,919, adaptasi SOA 2002 section 404 sebesar 0,836, dan pengungkapan kecurangan
sebesar 0,863. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam
kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,60.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan akan mampu
memperoleh data konsisten yang berarti bahwa jika pernyataan itu diajukan kembali
akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban sebelumnya.
7. Hasil Uji Asumsi Klasik
d. Hasil Uji Multikolonieritas
Model regresi yang baik mengharuskan ketiadaan hubungan antar variabel
independen yang berarti harus bebas dari multikolonieritas. Hal ini dapat dibuktikan
dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta besaran
korelasi antar variabel independen.
Tabel 4.10
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.038 .067 15.385 .000
PRO .006 .002 .234 2.866 .005 .700 1.429
KEA .007 .002 .267 2.937 .004 .563 1.776
107
PMK -.005 .002 -.174 -2.475 .016 .947 1.056
ADP .012 .002 .461 5.229 .000 .600 1.668
a. Dependent Variable: PNG
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.10 diatas terlihat bahwa nilai tolerance mendekati angka 1
dan nilai variance inflation factor (VIF) disekitar angka 1 untuk setiap variabel, yang
ditunjukkan dengan nilai tolerance 0,700, 0,563, 0,947, dan 0,600 serta VIF sebesar
1,429, 1,776, 1,056, dan 1,668 untuk variabel profesionalisme, keahlian, pengetahuan
mendeteksi kecurangan dan adaptasi SOA 2002 section 404. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa model persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak
memiliki problem multiko, dengan demikian model regresi tersebut dapat digunakan
dalam penelitian ini.
e. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variabel dependen dan variabel independen atau keduanya telah terdistribusi normal
atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati
normal.
108
Sumber: Data primer yang diolah
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Gambar 4.1 memperlihatkan penyebaran data yang berada disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini menunjukkan bahwa model regresi
telah memenuhi asumsi normalitas.
f. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan
ZPRED, yang diperlihatkan pada gambar 4.2.
109
Sumber: Data primer yang diolah
Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot
Berdasarkan gambar 4.2, grafik scatterplot menunjukkan bahwa data tersebar
di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola yang
jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model persamaan regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk
memprediksi pengungkapan kecurangan berdasarkan variabel yang
mempengaruhinya, yaitu profesionalisme, keahlian, pengetahuan mendeteksi
kecurangan dan adaptasi SOA 2002 section 404.
8. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi
berganda (multiple regression analysis), yaitu:
b. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
110
kemampuan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen.
Tabel 4.11
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
1 .800a .641 .622 .04341
a. Predictors: (Constant), ADP, PMK, PRO, KEA b. Dependent Variable: PNG Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.11 menunjukkan nilai R sebesar 0,800 atau 80%. Hal ini berarti bahwa
hubungan atau korelasi antara faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkpan
kecurangan adalah sangat kuat karena berada dikisaran 0,80-0,999 (Riduwan dan Ahmad,
2007:62). Nilai Adjusted R Square sebesar 0,622 atau 62,2%, ini menunjukkan bahwa
variabel pengungkapan kecurangan yang dapat dijelaskan oleh variabel profesionalisme,
keahlian, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan adaptasi SOA 2002 section 404 adalah
sebesar 62,2%, sedangkan sisanya sebesar 0,378 atau 37,8% (1-0,622) dijelaskan oleh
faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini, seperti risiko audit,
corporate governance, dan prosedur audit (Arens, Elder dan Beasley, 2010:440).
d. Hasil Uji Statistik t
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikansi 0,05. Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.12. Jika nilai
probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika
nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha (Ghozali,
2009:84).
111
Tabel 4.12
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.038 .067 15.385 .000
PRO .006 .002 .234 2.866 .005
KEA .007 .002 .267 2.937 .004
PMK -.005 .002 -.174 -2.475 .016
ADP .012 .002 .461 5.229 .000
a. Dependent Variable: PNG
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil Uji Hipotesis 1:
Pengaruh profesionalisme terhadap pengungkapan kecurangan.
Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.12, variabel profesionalisme
mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,005. Hal ini berarti menerima Ha1 sehingga
dapat dikatakan bahwa profesionalisme berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan kecurangan karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel
profesionalisme lebih kecil dari 0,05. Hubungan antara profesionalisme dan
pengungkapan kecurangan bersifat positif. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat
profesionalisme dalam diri auditor, maka kapabilitas auditor tersebut untuk mengungkap
kecurangan akan semakin besar, begitu pula sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena
auditor yang memegang teguh prinsip profesional dan menjaga eksistensi prinsip tersebut
112
selama proses audit akan menyadari sepenuhnya hakikat profesinya sehingga jika
kecurangan yang mengakibatkan salah saji material yang menyesatkan laporan keuangan
terdeteksi maka auditor tersebut merasa berkewajiban untuk mengkomunikasikannya
kepada pihak-pihak terkait. Hasil penelitian ini konsisten dengan tiga penelitian
sebelumnya dengan perbedaan pada nilai signifikansi dan koefisien determinasi.
Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Krambia-Kapardis (2003),
namun dengan nilai Adjusted R Square yang berbeda. Penelitian tersebut menghasilkan
nilai Adjusted R Square sebesar 70,2% sementara penelitian ini menghasilkan nilai
Adjusted R Square sebesar 62,2%. Penelitian ini mendukung hipotesis dan hasil
penelitian Keinath dan Walo (2008) dengan perbedaan pada nilai signifikansi sebesar
0.027 pada periode setelah SOA dikarenakan penggunaan metode analisis uji beda t-test.
Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Herawaty dan Susanto (2009) namun nilai
Adjusted R Square yang dihasilkan dalam penelitian tersebut sebesar 27%, berbeda
dengan yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 62,2%.
Hasil Uji Hipotesis 2:
Pengaruh keahlian terhadap pengungkapan kecurangan.
Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.12, variabel keahlian mempunyai
tingkat signifikansi sebesar 0,004. Hal ini berarti menerima Ha2 sehingga dapat dikatakan
bahwa keahlian berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan kecurangan
karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel keahlian lebih kecil dari 0,05.
Hubungan antara keahlian dengan pengungkapan kecurangan bersifat positif. Dengan
demikian, kepemilikan menyeluruh atas keahlian tekhnis dan psikologis yang semakin
baik dari auditor akan meningkatkan kualitas pengungkapan kecurangan, begitu juga
113
sebaliknya jika keahlian individual auditor semakin rendah maka kualitas pengungkapan
kecurangan pun menjadi semakin buruk. Hasil penelitian ini konsisten dengan dua
penelitian sebelumnya dengan perbedaan pada nilai signifikansi dan koefisien
determinasi. Penelitian ini mendukung hasil penelitian Zhang dan Pany (2008) namun
nilai Adjusted R Square yang dihasilkan penelitian tersebut sebesar 50,6% sedangkan
penelitian ini menghasilkan nilai Adjusted R Square sebesar 62,2%. Penelitian ini
konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ziegenfuss (2008) namun
variabel keahlian pada penelitian tersebut signifikan pada tingkat 0,011 sedangkan
penelitian ini menunjukkan bahwa keahlian berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan kecurangan pada tingkat 0,004.
Hasil Uji Hipotesis 3:
Pengaruh pengetahuan mendeteksi kecurangan terhadap pengungkapan
kecurangan.
Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.12, variabel pengetahuan mendeteksi
kecurangan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,016. Hal ini berarti menerima Ha3
sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan mendeteksi kecurangan berpengaruh
secara signifikan terhadap pengungkapan kecurangan karena tingkat signifikansi yang
dimiliki variabel pengetahuan mendeteksi kecurangan lebih kecil dari 0,05. Hubungan
antara pengetahuan mendeteksi kecurangan dengan pengungkapan kecurangan bersifat
negatif. Dengan demikian, semakin tinggi kepemilikan auditor atas pengetahuan
mendeteksi kecurangan akan menyebabkan auditor tersebut semakin enggan untuk
mengungkapkannya ke pihak-pihak terkait. Demikian pula sebaliknya jika pengetahuan
auditor atas pendeteksian kecurangan semakin rendah maka kemampuannya untuk
114
mengungkap kecurangan akan semakin tinggi. Hal ini dapat terjadi pada auditor dengan
kuantitas pengalaman kerja tinggi yang mengindikasikan besarnya lingkup tanggung
jawab dalam kedudukan di Kantor Akuntan Publik, terutama dalam hal menjaga
hubungan jangka panjang dengan klien dan kepuasan klien (client’s satisfactory)
(Krambia-Kapardis, 2003:229). Auditor dengan kedudukan minimum senior atau
supervisor (terutama manajer dan partner), secara tekhnis hanya bertanggungjawab
untuk mengawasi dan menyetujui hasil kerja auditor junior dengan keterlibatan minim
saat proses pengauditan berlangsung (Arens, Elder dan Beasley, 2010:37). Dengan
demikian, walaupun mereka memiliki pengetahuan mendeteksi kecurangan yang baik,
mereka tidak akan mengungkapkan temuan kecurangan pada klien jikalau laporan dari
auditor junior tidak mengindikasikan eksistensi kecurangan. Sementara secara psikologis,
auditor dengan kedudukan minimum senior atau supervisor akan semakin berorientasi
pada kepuasan klien atas record performa keuangan yang dapat mempengaruhi
pemberian opini, sehingga sebisa mungkin meminimumkan tingkat pengungkapan
kecurangan walaupun auditor tersebut menguasai tekhnis mendeteksi kecurangan. Hasil
penelitian ini konsisten dengan tiga penelitian sebelumnya namun berbeda pada nilai
signifikansi dan koefisien determinasi. Penelitian ini mendukung semua hipotesis dan
konsisten dengan penelitian Krambia-Kapardis (2003) namun penelitian tersebut
menghasilkan nilai Adjusted R Square sebesar 70,2% sedangkan penelitian ini
menghasilkan nilai Adjusted R Square sebesar 62,2%. Dalam hal arah hubungan,
penelitian ini bertentangan dengan penelitian Herawaty dan Susanto (2009) dan Gold,
Gronewold dan Salterio (2011) yang menyatakan bahwa pengetahuan mendeteksi
115
kecurangan memiliki pengaruh positif signifikan pada pengungkapan kecurangan dengan
tingkat signifikansi masing-masing sebesar 0,010 dan 0,002.
Hasil Uji Hipotesis 4:
Pengaruh adaptasi SOA 2002 section 404 terhadap pengungkapan kecurangan.
Hasil uji hipotesis 4 dapat dilihat pada tabel 4.12, variabel adaptasi SOA 2002
section 404 mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berarti menerima Ha4
sehingga dapat dikatakan bahwa adaptasi SOA 2002 section 404 berpengaruh secara
signifikan terhadap pengungkapan kecurangan karena tingkat signifikansi yang dimiliki
variabel adaptasi SOA 2002 section 404 lebih kecil dari 0,05. Hubungan antara adaptasi
SOA 2002 section 404 dengan pengungkapan kecurangan bersifat positif. Dengan
demikian, jika penerapan SOA 2002 section 404 dalam proses pengerjaan audit semakin
baik maka kualitas pengungkapan kecurangan semakin tinggi. Hal ini dapat terjadi
karena legalitas bagi auditor yang lebih luas dalam menilai efektivitas pengendalian
internal klien membuat auditor lebih leluasa dan terjamin secara profesional untuk
mengungkap kecurangan yang mengakibatkan salah saji material yang menyesatkan
dalam laporan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan empat penelitian
sebelumnya namun berbeda pada nilai signifikansi dan koefisien determinasi. Penelitian
ini konsisten dengan yang dilakukan oleh Wilopo (2006), namun penelitian tersebut
hanya menjelaskan signifikansi syarat compliance dari SOA 2002 section 404. Penelitian
ini mendukung hasil penelitian Keinath dan Walo (2008) dengan perbedaan pada nilai
signifikansi sebesar 0.027 pada periode setelah SOA dikarenakan penggunaan metode
analisis uji beda t-test. Penelitian ini mendukung semua hipotesis dan konsisten dengan
penelitian Zhang dan Pany (2008) namun nilai Adjusted R Square yang dihasilkan
116
penelitian tersebut sebesar 50,6% sedangkan penelitian ini menghasilkan nilai Adjusted
R Square sebesar 62,2%. Penelitian ini mendukung hasil penelitian Hirschey, Smith dan
Wilson (2010) namun nilai Adjusted R Square yang dihasilkan penelitian tersebut
sebesar 11,2% sedangkan penelitian ini menghasilkan nilai Adjusted R Square sebesar
62,2%.
Berdasarkan tabel 4.12, maka diperoleh model persamaan regresi sebagai
berikut.
Keterangan:
Y : Pengungkapan Kecurangan
X₁ : Profesionalisme
X₂ : Keahlian
X₃ : Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan
X4 : Adaptasi SOA 2002 section 404
e : Error
e. Hasil Uji Statistik F
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi
0,05. Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.13. Jika nilai probabilitas lebih kecil
dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar
dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha.
Y = 1,038 + 0,006X₁+ 0,007X₂ - 0,005X₃ + 0,012X4 + e
117
Tabel 4.13
Hasil Uji Statistik F
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression .259 4 .065 34.333 .000a
Residual .145 79 .002
Total .404 83
a. Predictors: (Constant), ADP, PMK, PRO, KEA
b. Dependent Variable: PNG
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil Uji Hipotesis 5:
Pengaruh profesionalisme, keahlian, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan
adaptasi SOA 2002 section 404 terhadap pengungkapan kecurangan.
Hasil uji hipotesis 5 dapat dilihat pada tabel 4.13 nilai F sebesar 34,333 dengan
tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha5
diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa profesionalisme, keahlian, pengetahuan
mendeteksi kecurangan dan adaptasi SOA 2002 section 404 berpengaruh secara simultan
dan signifikan terhadap pengungkapan kecurangan. Dengan demikian, auditor dengan
tingkat profesionalisme dan keahlian yang tinggi serta didukung oleh legalitas dari SOA
2002 section 404 akan semakin baik dalam mengungkap kecurangan. Selain itu,
pengetahuan mendeteksi kecurangan yang tinggi dari auditor dengan tanggung jawab
besar di Kantor Akuntan Publik akan mendorong auditor tersebut untuk secara
psikologis tidak mengungkap temuan adanya kecurangan pada klien. Oleh karena itu,
untuk meningkatkan kualitas pengungkapan kecurangan, Kantor Akuntan Publik dengan
segenap auditornya dari setiap kedudukan harus dapat mengemban tanggung jawab
118
profesional dan menggunakan segenap keahlian yang dimiliki seraya terus
mengaplikasikan pengetahuan mendeteksi kecurangan yang telah didapat dengan
berpegang teguh pada standar dan kewajiban hukum yang berlaku baik selama proses
pengerjaan audit maupun dalam membina hubungan dengan klien. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Krambia-Kapardis (2003), Wilopo
(2006), Wahyudi dan Mardiyah (2006), Keinath dan Walo (2008), Zhang dan Pany
(2008), Ziegenfuss (2008), Herawaty dan Susanto (2009), Hirschey, Smith dan Wilson
(2010) serta Gold, Gronewold dan Salterio (2011).
119
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh
profesionalisme, keahlian, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan adaptasi Sarbanes
Oxley Act (SOA) 2002 section 404 terhadap pengungkapan kecurangan. Responden
penelitian ini berjumlah 83 orang auditor yang berkedudukan sebagai auditor senior,
supervisor, manajer dan partner dengan pengalaman kerja minimal 2 (dua) tahun pada
Kantor Akuntan Publik (KAP) big four dan non big four baik yang bekerjasama dengan
KAP internasional maupun yang tidak di wilayah DKI Jakarta berdasarkan Directory KAP
yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2010. Berdasarkan
pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan terhadap
permasalahan dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Profesionalisme berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan kecurangan. Hal
ini dapat dijelaskan oleh besarnya tingkat signifikansi sebesar 0,005. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Krambia-Kapardis (2003), Keinath dan
Walo (2008) serta Herawaty dan Susanto (2009) yang menyatakan bahwa
profesionalisme berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan kecurangan.
2. Keahlian berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan kecurangan. Pengaruh ini
dapat dijelaskan oleh besarnya tingkat signifikansi sebesar 0,004. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Zhang dan Pany (2008) serta Ziegenfuss
120
(2008) yang menyatakan bahwa keahlian berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan kecurangan.
3. Pengetahuan mendeteksi kecurangan berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan kecurangan. Pengaruh ini dapat dijelaskan oleh besarnya tingkat
signifikansi sebesar 0,016. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Krambia-Kapardis (2003) tetapi dalam arah hubungan tidak konsisten dengan penelitian
Herawaty dan Santoso (2009) serta Gold, Gronewold dan Salterio (2011) yang
menyatakan bahwa pengetahuan mendeteksi kecurangan memiliki hubungan positif
dengan pengungkapan kecurangan.
4. Adaptasi SOA 2002 section 404 berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan
kecurangan. Pengaruh ini dapat dijelaskan oleh besarnya tingkat signifikansi sebesar
0,000. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Wilopo (2006), Keinath dan Walo (2008) Zhang dan Pany (2008) serta Hirschey, Smith
dan Wilson (2010) yang menyatakan bahwa SOA 2002 section 404 berpengaruh secara
signifikan pada pengungkapan kecurangan.
5. Profesionalisme, keahlian, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan adaptasi SOA 2002
section 404 berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap pengungkapan
kecurangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Krambia-Kapardis (2003),Wilopo(2006), Wahyudi dan Mardiyah (2006), Keinath dan
Walo (2008), Zhang dan Pany (2008), Ziegenfuss (2008) Herawaty dan Susanto (2009),
Hirschey, Smith dan Wilson (2010) serta Gold, Gronewold dan Salterio (2011).
121
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat dinyatakan bahwa variabel profesionalisme,
keahlian, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan adaptasi SOA 2002 section 404
berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan kecurangan. Dalam menjalankan
penugasan audit, seorang auditor dituntut untuk dapat berperilaku profesional jika
menemukan indikasi kecurangan dengan mengungkapkannya kepada manajemen eksekutif
dan/atau komite audit karena tindak tersebut menyalahi Prinsip Akuntansi yang Berlaku
Umum. Kecurangan yang diungkapkan secara profesional oleh auditor dengan menggunakan
segenap keahlian dan maksimalisasi pengetahuan mendeteksi kecurangan serta dilindungi
secara hukum oleh Sarbanes Oxley Act section 404, baik melalui pengungkapan paling
sederhana berupa pemberitahuan tertulis kepada manajemen dan/atau melalui pengungkapan
komprehensif dalam bentuk penolakan memberi opini wajar tanpa pengecualian (unqualified
opinion) akan menguntungkan klien dalam jangka panjang karena auditor telah berhasil
memaksimalkan fungsinya sebagai penilai kewajaran performa keuangan sehingga entitas
klien terhindar dari berbagai akibat buruk kecurangan seperti kerugian material akibat
kecurangan dan tuntutan hukum maupun penurunan reputasi. Kecurangan yang diungkap
secara profesional juga berdampak positif bagi auditor dan Kantor Akuntan Publik (KAP)
yang mewadahinya. Kantor Akuntan Publik akan diakui sebagai lembaga dengan kredibilitas
tinggi dan memperoleh kepercayaan besar dari masyarakat karena telah bertanggung jawab
penuh dalam menjaga amanat pekerjaan yang diberikan.
Oleh karena itu, seorang auditor ketika melakukan penugasan audit hendaknya
memiliki kesadaran penuh untuk mengimplementasikan standar audit untuk mengungkap
kecurangan, sehingga auditor secara bertahap dapat meningkatkan mutu dan kualitas
122
auditnya dalam menghadapi berbagai situasi yang terjadi. Dengan demikian, kepercayaan
pihak internal (manajemen) dan eksternal (investor dan masyarakat) yang memiliki
kepentingan atas laporan keuangan juga akan meningkat. Selain itu, untuk meningkatkan
kualitas pengungkapan kecurangan saat penugasan, Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat
mengevaluasi kebijakan, seperti pembinaan psikologis staf audit secara berkelanjutan,
menciptakan suasana lingkungan kerja yang kondusif dan profesional, evaluasi terhadap
pemahaman kecurangan material, perencanaan jenis prosedur audit yang tepat serta
penerapan prosedur review dan kontrol kualitas yang efektif dalam KAP.
C. Keterbatasan
Penelitian ini masih memiliki sejumlah keterbatasan dalam beberapa hal sebagai
berikut:
1. Penelitian ini hanya menguji pengaruh 4 (empat) variabel independen terhadap 1 (satu)
variabel dependen tanpa menggunakan variabel independen lainnya yang berasal dari
faktor eksternal maupun internal auditor dan tidak menggunakan variabel moderating
untuk mengetahui variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi dan memperkuat atau
memperlemah variabel dependen
2. Penelitian ini hanya menguji hubungan kausalitas berdasarkan sampel penelitian yang
berada di wilayah DKI Jakarta dan tidak menyertakan sampel dari kota-kota besar lainnya
3. Penelitian ini berlangsung di akhir tahun dimana auditor yang menjadi sampel penelitian
sedang berada dalam waktu sibuk. Hal ini cukup berpengaruh pada tingkat pengembalian
(respond rate) kuesioner penelitian dan akurasi hasil penelitian
123
4. Penelitian ini tidak menyajikan komparasi antara Kantor Akuntan Publik (KAP)
berukuran besar (big four) dengan non big four dalam mengungkap kecurangan meskipun
data yang diperoleh memungkinkan untuk dilakukannya hal tersebut.
D. Saran
Saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel independen lainnya, baik
yang berasal dari faktor eksternal maupun faktor internal auditor atau menambahkan
variabel moderating guna mengetahui variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi
dan memperkuat atau memperlemah variabel independen
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel penelitian serta
memperluas wilayah sampel penelitian, bukan hanya di DKI Jakarta tetapi juga di kota-
kota besar lainnya sehingga dapat diperoleh hasil penelitian dengan tingkat generalisasi
yang lebih tinggi
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode penelitian yang berbeda
seperti metode wawancara langsung kepada responden untuk memperoleh data yang lebih
berkualitas
4. Penelitian selanjutnya agar lebih memperhatikan waktu penelitian. Waktu penelitian
diharapkan tidak dilakukan pada waktu sibuk auditor. Sehingga tingkat pengembalian
(respond rate) kuesioner dapat lebih tinggi, dan mendapatkan hasil yang lebih akurat
5. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyajikan komparasi antara Kantor Akuntan
Publik (KAP) berukuran besar (big four) dengan non big four dalam mengungkap
kecurangan sehingga akan memperkaya kajian audit kecurangan.
124
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PROFESIONALISME, KEAHLIAN, PENGETAHUAN MENDETEKSI
KECURANGAN DAN ADAPTASI SARBANES OXLEY ACT 2002 SECTION 404
TERHADAP PENGUNGKAPAN KECURANGAN
(Studi Empiris pada Akuntan Publik Wilayah DKI Jakarta)
Oleh
Irna Nadya Siregar
NIM: 107082003694
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
125
126
127
Kepada
Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jakarta
Dengan ini kami beritahukan bahwa mahasiswi dengan keterangan berikut ini:
Nama : Irna Nadya Siregar
Jurusan/Semester : Akuntansi-Audit/VII
NIM : 107082003694
Telah melakukan riset dengan penyebaran kuesioner di Kantor Akuntan Publik (KAP) kami
dalam rangka penyelesaian Tugas Akhir (Skripsi) dengan baik.
Demikian Surat Pemberitahuan ini agar dapat digunakan sebaik-baiknya.
Hormat kami,
( )
128
IDENTITAS RESPONDEN
Isilah dengan singkat dan jelas berdasarkan diri Bapak/Ibu/Sdr/i dengan memberi tanda (X) pada
jawaban yang telah disediakan.
Nama : ..................................... (boleh tidak diisi)
Nama KAP : .....................................
1. Berapa lama anda bekerja di KAP?
( ) < 2 tahun
( ) 2-5 tahun
( ) 5-10 tahun
( ) > 10 tahun
2. Apa kedudukan anda dalam kantor Akuntan Publik ?
( ) Auditor Junior ( ) Supervisor ( ) Partner
( ) Auditor Senior ( ) Manajer
3. Pendidikan Terakhir : ( ) D3 ( ) S1 ( ) S2 ( ) S3
4. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan
129
1. Profesionalisme
Petunjuk: Berilah tanda (X) pada pertanyaan dibawah ini sesuai dengan penilaian anda, dimana:
1 = Sangat Tidak Setuju (STS) 3 = Netral (N) 5 = Sangat Setuju (SS)
2 = Tidak Setuju (TS) 4 = Setuju (S)
No. Pertanyaan STS TS N S SS
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Saya tidak akan mengerahkan segenap pengetahuan
dan kemampuan saya saat mengaudit
Saya mendapatkan kepuasan batin dengan berprofesi
sebagai auditor meskipun saya mendapat pekerjaan
lain dengan imbalan lebih besar
Dalam proses pengauditan, saya membuat keputusan
dengan intervensi pihak yang berkepentingan
Saya meyakini bahwa peraturan yang mengikat pada
profesi saya adalah sesuatu yang dapat meningkatkan
profesionalisme pribadi saya
Profesi auditor merupakan profesi yang dapat
dijadikan dasar kepercayaan masyarakat terhadap
pengelolaan kekayaan negara
Saya mengajak rekan-rekan seprofesi untuk bertukar
pendapat tentang masalah yang ada baik dengan satu
orang maupun beberapa orang dengan intensitas tinggi
Selalu berpartisipasi dalam pertemuan para auditor
independen adalah hal yang sangat penting bagi saya
130
2. Keahlian
Petunjuk: Berilah tanda (X) pada pertanyaan dibawah ini sesuai dengan penilaian anda, dimana:
1 = Sangat Tidak Setuju (STS) 3 = Netral (N) 5 = Sangat Setuju (SS)
2 = Tidak Setuju (TS) 4 = Setuju (S)
No. Pertanyaan STS TS N S SS
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Keahlian auditor ditentukan oleh pengetahuan
terhadap prosedur audit
Selain memahami kaidah-kaidah akuntansi, seorang
auditor harus pula memiliki keahlian dalam
menafsirkan bukti audit. Keahlian inilah yang
membedakan seorang auditor dari seorang akuntan
Bila menemukan suatu keadaan yang ganjil, saya tidak
akan berusaha mencari penyebabnya
Saya tidak dapat mengendalikan emosi dan
mempertahankan rasionalitas saat menghadapi auditee
yang curang
Saya akan mengungkapkan hal-hal yang mengarah
pada adanya pelanggaran terhadap aturan yang
berlaku supaya tidak berdampak resiko besar bagi
klien
Mengetahui cara yang efektif tentang bagaimana
seharusnya mewawancarai pihak ketiga sebagai saksi
atas tindakan kecurangan dalam pengelolaan dan
pengurusan keuangan entitas klien merupakan sesuatu
yang saya kuasai
Saya mampu mengindikasikan setiap kecurangan yang
terjadai pada on book (sejak audit ada)
131
3. Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan
Petunjuk: Berilah tanda (X) pada pertanyaan dibawah ini sesuai dengan penilaian anda, dimana:
1 = Sangat Tidak Setuju (STS) 3 = Netral (N) 5 = Sangat Setuju (SS)
2 = Tidak Setuju (TS) 4 = Setuju (S)
No. Pertanyaan STS TS N S SS
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Error (kesalahan), irregularities (ketidakberesan) dan
fraud (kecurangan) merupakan tiga hal yang tidak
berbeda secara signifikan
Auditor yang memiliki pengetahuan memadai tentang
kecurangan akan lebih ahli dalam melaksanakan tugas
pemeriksaan
Hanya dengan mengevaluasi pengendalian internal
auditee, saya dapat menentukan apakah entitas klien
penuh dengan kecurangan atau tidak
Bila berdasarkan pengujian struktur pengendalian
internal ternyata tidak dimungkinkan untuk
dilaksankan audit, maka pemeriksaan kecurangan pun
tidak akan saya laksanakan
Pengetahuan mendeteksi kecurangan bisa diperoleh
dari berbagai pelatihan formal maupun dari
pengalaman khusus, berupa kegiatan seminar dan
lokakarya audit kecurangan
Partisipasi dalam mendesain prosedur untuk
mendeteksi dan mengungkap kecurangan adalah hal
yang tidak harus dilakukan auditor dalam setiap
pekerjaan pemeriksaan
132
4. Adaptasi Sarbanes Oxley Act 2002 section 404
Petunjuk: Berilah tanda (X) pada pertanyaan dibawah ini sesuai dengan penilaian anda, dimana:
1 = Sangat Tidak Setuju (STS) 3 = Netral (N) 5 = Sangat Setuju (SS)
2 = Tidak Setuju (TS) 4 = Setuju (S)
No. Pertanyaan STS TS N S SS
21.
22.
23.
24.
25.
Penghilangan secara sengaja informasi keuangan oleh
manajemen klien bukanlah tindak kecurangan
akuntansi
Auditor melakukan pengujian dan evaluasi akan
kecukupan internal control suatu entitas dan quality
performance akan pertanggungjawaban dan
pengawasan
Auditor sedapat mungkin mengantisipasi kelemahan
dan keterbatasan sistem pengendalian internal agar
lebih efektif
Langkah perbaikan yang nyata, bertahap, persisten,
serta sistematis perlu dilakukan oleh entitas klien bila
ingin menurunkan tingkat kecurangan pelaporan
keuangan
Auditor independen berhak mengeluarkan opini
terpisah mengenai efektivitas system pengendalian
internal atas pelaporan keuangan sesuai dengan
ketentuan dalam SarbanesOxley Act 2002 section 404
133
5. Pengungkapan Kecurangan
Petunjuk: Berilah tanda (X) pada pertanyaan dibawah ini sesuai dengan penilaian anda, dimana:
1 = Sangat Tidak Setuju (STS) 3 = Netral (N) 5 = Sangat Setuju (SS)
2 = Tidak Setuju (TS) 4 = Setuju (S)
No. Pertanyaan STS TS N S SS
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
Identfikasi faktor-faktor penyebab kecurangan
menjadi dasar untuk memahami kesulitan dan
hambatan dalam pengungkapan kecurangan
Auditor harus dapat memperkirakan bentuk-bentuk
kecurangan apa saja yang bisa terjadi
Auditor tidak perlu mengidentifikasi pihak-pihak yang
dapat melakukan kecurangan
Metode dan prosedur audit yang efektif dapat menjadi
successor dalam usaha mengungkap kecurangan
Ketertutupan pihak manajemen dapat berakibat
sulitnya mengungkap kecurangan
Memberikan informasi yang tidak benar kepada
publik perihal laporan keuangan klien merupakan
bentuk dari kecurangan itu sendiri
Auditor tidak berhak menyusun pengungkapan tertulis
kepada manajemen atas temuan kecurangan
Saya sebagai auditor tidak akan mengeluarkan
unqualified opinion jika selama proses pemeriksaan
ditemukan tindak kecurangan yang mengakibatkan
salah saji material pada Laporan Keuangan
134
Hasil Uji Validitas Variabel Profesionalisme (PRO)
GET DATA /TYPE=XLSX
/FILE='D:\SKRIPSI APRIL 2011\FIX-JAWABAN KUESIONER\FIX-KUEST.xlsx'
/SHEET=name 'Sheet1'
/CELLRANGE=full
/READNAMES=on
/ASSUMEDSTRWIDTH=32767.
CORRELATIONS
/VARIABLES=PRO1 PRO2 PRO3 PRO4 PRO5 PRO6 PRO7 TPRO
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations
PRO1 PRO2 PRO3 PRO4 PRO5 PRO6 PRO7 TPRO
PRO1 Pearson Correlation 1 .075 .378** .244
* .158 -.029 -.090 .458
**
Sig. (2-tailed) .500 .000 .026 .155 .797 .416 .000
N 83 83 83 83 83 83 83 83
PRO2 Pearson Correlation .075 1 -.127 .087 .183 .353** .305
** .586
**
Sig. (2-tailed) .500 .252 .436 .098 .001 .005 .000
N 83 83 83 83 83 83 83 83
PRO3 Pearson Correlation .378** -.127 1 .172 .157 -.012 -.257
* .369
**
Sig. (2-tailed) .000 .252 .120 .157 .917 .019 .001
N 83 83 83 83 83 83 83 83
PRO4 Pearson Correlation .244* .087 .172 1 .099 .180 .179 .515
**
Sig. (2-tailed) .026 .436 .120 .374 .104 .106 .000
N 83 83 83 83 83 83 83 83
PRO5 Pearson Correlation .158 .183 .157 .099 1 .428** .193 .578
**
Sig. (2-tailed) .155 .098 .157 .374 .000 .081 .000
N 83 83 83 83 83 83 83 83
PRO6 Pearson Correlation -.029 .353** -.012 .180 .428
** 1 .479
** .623
**
Sig. (2-tailed) .797 .001 .917 .104 .000 .000 .000
N 83 83 83 83 83 83 83 83
PRO7 Pearson Correlation -.090 .305** -.257
* .179 .193 .479
** 1 .497
**
Sig. (2-tailed) .416 .005 .019 .106 .081 .000 .000
N 83 83 83 83 83 83 83 83
TPRO Pearson Correlation .458** .586
** .369
** .515
** .578
** .623
** .497
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000
135
N 83 83 83 83 83 83 83 83
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil Uji Validitas Variabel Keahlian (KEA)
GET DATA /TYPE=XLSX
/FILE='D:\SKRIPSI APRIL 2011\FIX-JAWABAN KUESIONER\FIX-KUEST.xlsx'
/SHEET=name 'Sheet2'
/CELLRANGE=full
/READNAMES=on
/ASSUMEDSTRWIDTH=32767.
CORRELATIONS
/VARIABLES=KEA1 KEA2 KEA3 KEA4 KEA5 KEA6 KEA7 TKEA
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations
KEA1 KEA2 KEA3 KEA4 KEA5 KEA6 KEA7 TKEA
KEA1 Pearson Correlation 1 .485** .319
** .285
** .125 .209 .402
** .736
**
Sig. (2-tailed) .000 .003 .009 .259 .058 .000 .000
N 83 83 83 83 83 83 83 83
KEA2 Pearson Correlation .485** 1 .376
** .248
* .178 .071 .325
** .663
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .024 .108 .523 .003 .000
N 83 83 83 83 83 83 83 83
KEA3 Pearson Correlation .319** .376
** 1 .494
** .117 -.012 .179 .593
**
Sig. (2-tailed) .003 .000 .000 .294 .915 .106 .000
N 83 83 83 83 83 83 83 83
KEA4 Pearson Correlation .285** .248
* .494
** 1 .114 -.026 .179 .554
**
Sig. (2-tailed) .009 .024 .000 .305 .818 .106 .000
N 83 83 83 83 83 83 83 83
KEA5 Pearson Correlation .125 .178 .117 .114 1 .154 .112 .427**
Sig. (2-tailed) .259 .108 .294 .305 .166 .313 .000
N 83 83 83 83 83 83 83 83
KEA6 Pearson Correlation .209 .071 -.012 -.026 .154 1 .315** .433
**
Sig. (2-tailed) .058 .523 .915 .818 .166 .004 .000
N 83 83 83 83 83 83 83 83
136
KEA7 Pearson Correlation .402** .325
** .179 .179 .112 .315
** 1 .624
**
Sig. (2-tailed) .000 .003 .106 .106 .313 .004 .000
N 83 83 83 83 83 83 83 83
TKEA Pearson Correlation .736** .663
** .593
** .554
** .427
** .433
** .624
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 83 83 83 83 83 83 83 83
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan (PMK)
GET DATA
/TYPE=XLSX
/FILE='D:\SKRIPSI APRIL 2011\FIX-JAWABAN KUESIONER\FIX-KUEST.xlsx'
/SHEET=name 'Sheet3'
/CELLRANGE=full
/READNAMES=on
/ASSUMEDSTRWIDTH=32767. CORRELATIONS
/VARIABLES=PMK1 PMK2 PMK3 PMK4 PMK5 PMK6 TPMK
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations
PMK1 PMK2 PMK3 PMK4 PMK5 PMK6 TPMK
PMK1 Pearson Correlation 1 .214 .368** .204 .296
** .197 .613
**
Sig. (2-tailed) .053 .001 .065 .007 .074 .000
N 83 83 83 83 83 83 83
PMK2 Pearson Correlation .214 1 .154 .279* .180 .055 .483
**
Sig. (2-tailed) .053 .166 .011 .104 .620 .000
N 83 83 83 83 83 83 83
PMK3 Pearson Correlation .368** .154 1 .440
** .291
** .255
* .670
**
Sig. (2-tailed) .001 .166 .000 .008 .020 .000
N 83 83 83 83 83 83 83
PMK4 Pearson Correlation .204 .279* .440
** 1 .147 .321
** .684
**
Sig. (2-tailed) .065 .011 .000 .184 .003 .000
N 83 83 83 83 83 83 83
PMK5 Pearson Correlation .296** .180 .291
** .147 1 .301
** .546
**
137
Sig. (2-tailed) .007 .104 .008 .184 .006 .000
N 83 83 83 83 83 83 83
PMK6 Pearson Correlation .197 .055 .255* .321
** .301
** 1 .643
**
Sig. (2-tailed) .074 .620 .020 .003 .006 .000
N 83 83 83 83 83 83 83
TPMK Pearson Correlation .613** .483
** .670
** .684
** .546
** .643
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 83 83 83 83 83 83 83
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil Uji Validitas Variabel Adaptasi Sarbanes Oxley Act (SOA) 2002 section 404 (ADP)
GET DATA
/TYPE=XLSX
/FILE='D:\SKRIPSI APRIL 2011\FIX-JAWABAN KUESIONER\FIX-KUEST.xlsx'
/SHEET=name 'Sheet4'
/CELLRANGE=full
/READNAMES=on
/ASSUMEDSTRWIDTH=32767. CORRELATIONS
/VARIABLES=ADP1 ADP2 ADP3 ADP4 ADP5 TADP
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations
ADP1 ADP2 ADP3 ADP4 ADP5 TADP
ADP1 Pearson Correlation 1 .504** .438
** .463
** .378
** .704
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 83 83 83 83 83 83
ADP2 Pearson Correlation .504** 1 .631
** .627
** .427
** .802
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 83 83 83 83 83 83
ADP3 Pearson Correlation .438** .631
** 1 .565
** .544
** .820
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 83 83 83 83 83 83
ADP4 Pearson Correlation .463** .627
** .565
** 1 .550
** .812
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 83 83 83 83 83 83
138
ADP5 Pearson Correlation .378** .427
** .544
** .550
** 1 .765
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 83 83 83 83 83 83
TADP Pearson Correlation .704** .802
** .820
** .812
** .765
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 83 83 83 83 83 83
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil Uji Validitas Variabel Pengungkapan Kecurangan (PNG)
GET DATA
/TYPE=XLSX
/FILE='D:\SKRIPSI APRIL 2011\FIX-JAWABAN KUESIONER\FIX-KUEST.xlsx'
/SHEET=name 'Sheet5'
/CELLRANGE=full
/READNAMES=on
/ASSUMEDSTRWIDTH=32767. SAVE OUTFILE='D:\SKRIPSI APRIL 2011\FIX-JAWABAN
KUESIONER\FIX-PNG.sav'
/COMPRESSED. CORRELATIONS
/VARIABLES=PNG1 PNG2 PNG3 PNG4 PNG5 PNG6 PNG7 PNG8 TPNG
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations
PNG1 PNG2 PNG3 PNG4 PNG5 PNG6 PNG7 PNG8 TPNG
PNG1 Pearson Correlation 1 .244* .306
** .408
** .773
** .426
** .489
** .362
** .684
**
Sig. (2-tailed) .026 .005 .000 .000 .000 .000 .001 .000
N 83 83 83 83 83 83 83 83 83
PNG2 Pearson Correlation .244* 1 .542
** .422
** .308
** .422
** .417
** .277
* .611
**
Sig. (2-tailed) .026 .000 .000 .005 .000 .000 .011 .000
N 83 83 83 83 83 83 83 83 83
PNG3 Pearson Correlation .306** .542
** 1 .552
** .341
** .351
** .607
** .350
** .687
**
Sig. (2-tailed) .005 .000 .000 .002 .001 .000 .001 .000
N 83 83 83 83 83 83 83 83 83
PNG4 Pearson Correlation .408** .422
** .552
** 1 .507
** .420
** .660
** .577
** .773
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 83 83 83 83 83 83 83 83 83
139
PNG5 Pearson Correlation .773** .308
** .341
** .507
** 1 .533
** .435
** .418
** .745
**
Sig. (2-tailed) .000 .005 .002 .000 .000 .000 .000 .000
N 83 83 83 83 83 83 83 83 83
PNG6 Pearson Correlation .426** .422
** .351
** .420
** .533
** 1 .494
** .460
** .743
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000
N 83 83 83 83 83 83 83 83 83
PNG7 Pearson Correlation .489** .417
** .607
** .660
** .435
** .494
** 1 .584
** .811
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 83 83 83 83 83 83 83 83 83
PNG8 Pearson Correlation .362** .277
* .350
** .577
** .418
** .460
** .584
** 1 .714
**
Sig. (2-tailed) .001 .011 .001 .000 .000 .000 .000 .000
N 83 83 83 83 83 83 83 83 83
TPNG Pearson Correlation .684** .611
** .687
** .773
** .745
** .743
** .811
** .714
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 83 83 83 83 83 83 83 83 83
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Profesionalisme (PRO)
GET FILE='D:\SKRIPSI APRIL 2011\FIX-JAWABAN KUESIONER\EDIT-PRO.sav'.
RELIABILITY
/VARIABLES=PRO1 PRO2 PRO3 PRO4 PRO5 PRO6 PRO7
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE CORR
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability
[DataSet2] D:\SKRIPSI APRIL 2011\FIX-JAWABAN KUESIONER\EDIT-PRO.s
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 83 100.0
Excludeda 0 .0
Total 83 100.0
140
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 83 100.0
Excludeda 0 .0
Total 83 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.824 .822 7
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
PRO1 4.27 .444 83
PRO2 4.13 .341 83
PRO3 4.20 .406 83
PRO4 4.14 .354 83
PRO5 4.19 .397 83
PRO6 4.12 .328 83
PRO7 4.14 .354 83
Inter-Item Correlation Matrix
PRO1 PRO2 PRO3 PRO4 PRO5 PRO6 PRO7
PRO1 1.000 .490 .507 .529 .468 .449 .374
PRO2 .490 1.000 .506 .142 .169 .183 .243
PRO3 .507 .506 1.000 .301 .509 .546 .386
PRO4 .529 .142 .301 1.000 .494 .269 .318
PRO5 .468 .169 .509 .494 1.000 .476 .494
PRO6 .449 .183 .546 .269 .476 1.000 .479
141
Inter-Item Correlation Matrix
PRO1 PRO2 PRO3 PRO4 PRO5 PRO6 PRO7
PRO1 1.000 .490 .507 .529 .468 .449 .374
PRO2 .490 1.000 .506 .142 .169 .183 .243
PRO3 .507 .506 1.000 .301 .509 .546 .386
PRO4 .529 .142 .301 1.000 .494 .269 .318
PRO5 .468 .169 .509 .494 1.000 .476 .494
PRO6 .449 .183 .546 .269 .476 1.000 .479
PRO7 .374 .243 .386 .318 .494 .479 1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
PRO1 24.94 2.277 .679 .532 .780
PRO2 25.07 2.800 .410 .406 .824
PRO3 25.00 2.390 .661 .530 .784
PRO4 25.06 2.691 .489 .378 .813
PRO5 25.01 2.451 .624 .477 .791
PRO6 25.08 2.664 .574 .442 .801
PRO7 25.06 2.643 .536 .343 .806
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
29.20 3.384 1.840 7
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Keahlian (KEA)
RELIABILITY
/VARIABLES=KEA1 KEA2 KEA3 KEA4 KEA5 KEA6 KEA7
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE CORR
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability
142
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 83 100.0
Excludeda 0 .0
Total 83 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
.920 .921 7
Item Statistics
Mean
Std.
Deviation N
KEA1 4.20 .600 83
KEA2 4.27 .543 83
KEA3 4.23 .591 83
KEA4 4.13 .558 83
KEA5 4.10 .458 83
KEA6 4.06 .478 83
KEA7 4.05 .466 83
Inter-Item Correlation Matrix
KEA1 KEA2 KEA3 KEA4 KEA5 KEA6 KEA7
KEA1 1.000 .692 .657 .646 .637 .637 .619
KEA2 .692 1.000 .607 .567 .582 .549 .479
KEA3 .657 .607 1.000 .794 .593 .599 .624
143
KEA4 .646 .567 .794 1.000 .569 .610 .632
KEA5 .637 .582 .593 .569 1.000 .642 .663
KEA6 .637 .549 .599 .610 .642 1.000 .754
KEA7 .619 .479 .624 .632 .663 .754 1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
KEA1 24.83 6.532 .786 .637 .904
KEA2 24.77 7.008 .696 .548 .913
KEA3 24.81 6.572 .786 .689 .904
KEA4 24.90 6.747 .774 .677 .905
KEA5 24.94 7.277 .735 .564 .910
KEA6 24.98 7.146 .756 .640 .907
KEA7 24.99 7.207 .751 .659 .908
Scale Statistics
Mean Variance
Std.
Deviation N of Items
29.04 9.304 3.050 7
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan (PMK)
GET DATA
/TYPE=XLSX
/FILE='D:\SKRIPSI APRIL 2011\FIX-JAWABAN KUESIONER\FIX-KUEST.xlsx'
/SHEET=name 'Sheet3'
/CELLRANGE=full
/READNAMES=on
/ASSUMEDSTRWIDTH=32767. CORRELATIONS
/VARIABLES=PMK1 PMK2 PMK3 PMK4 PMK5 PMK6 TPMK
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Reliability Scale: ALL VARIABLES
144
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 83 100.0
Excludeda 0 .0
Total 83 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.919 .921 6
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
PMK1 4.14 .472 83
PMK2 4.07 .436 83
PMK3 4.05 .379 83
PMK4 4.08 .447 83
PMK5 4.07 .407 83
PMK6 4.08 .419 83
Inter-Item Correlation Matrix
PMK1 PMK2 PMK3 PMK4 PMK5 PMK6
PMK1 1.000 .660 .778 .635 .644 .616
PMK2 .660 1.000 .790 .719 .589 .567
PMK3 .778 .790 1.000 .694 .609 .587
PMK4 .635 .719 .694 1.000 .636 .677
PMK5 .644 .589 .609 .636 1.000 .679
PMK6 .616 .567 .587 .677 .679 1.000
145
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
PMK1 20.36 3.160 .780 .662 .904
PMK2 20.43 3.273 .780 .683 .903
PMK3 20.46 3.398 .822 .747 .899
PMK4 20.42 3.222 .790 .647 .902
PMK5 20.43 3.419 .736 .568 .909
PMK6 20.42 3.393 .727 .577 .910
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
24.51 4.692 2.166 6
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Adaptasi Sarbanes Oxley Act (S0A) 2002 section 404 (ADP)
RELIABILITY
/VARIABLES=ADP1 ADP2 ADP3 ADP4 ADP5
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE CORR
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 83 100.0
Excludeda 0 .0
Total 83 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
146
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.836 .840 5
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
ADP1 4.29 .672 83
ADP2 4.06 .631 83
ADP3 3.96 .740 83
ADP4 4.02 .643 83
ADP5 3.84 .804 83
Inter-Item Correlation Matrix
ADP1 ADP2 ADP3 ADP4 ADP5
ADP1 1.000 .504 .438 .463 .378
ADP2 .504 1.000 .631 .627 .427
ADP3 .438 .631 1.000 .565 .544
ADP4 .463 .627 .565 1.000 .550
ADP5 .378 .427 .544 .550 1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
ADP1 15.89 5.293 .541 .308 .828
ADP2 16.12 5.058 .690 .534 .791
ADP3 16.22 4.660 .692 .505 .787
ADP4 16.16 4.987 .702 .510 .787
ADP5 16.34 4.714 .590 .389 .821
147
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
20.18 7.418 2.724 5
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengungkapan Kecurangan (PNG)
RELIABILITY
/VARIABLES=PNG1 PNG2 PNG3 PNG4 PNG5 PNG6 PNG7 PNG8
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE CORR
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 83 100.0
Excludeda 0 .0
Total 83 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.863 .869 8
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
PNG1 3.90 .597 83
PNG2 4.01 .595 83
PNG3 4.02 .680 83
148
PNG4 4.07 .580 83
PNG5 4.07 .729 83
PNG6 3.92 .927 83
PNG7 3.96 .740 83
PNG8 4.16 .804 83
Inter-Item Correlation Matrix
PNG1 PNG2 PNG3 PNG4 PNG5 PNG6 PNG7 PNG8
PNG1 1.000 .244 .306 .408 .773 .426 .489 .362
PNG2 .244 1.000 .542 .422 .308 .422 .417 .277
PNG3 .306 .542 1.000 .552 .341 .351 .607 .350
PNG4 .408 .422 .552 1.000 .507 .420 .660 .577
PNG5 .773 .308 .341 .507 1.000 .533 .435 .418
PNG6 .426 .422 .351 .420 .533 1.000 .494 .460
PNG7 .489 .417 .607 .660 .435 .494 1.000 .584
PNG8 .362 .277 .350 .577 .418 .460 .584 1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
PNG1 28.22 13.757 .593 .639 .850
PNG2 28.11 14.122 .507 .364 .858
PNG3 28.10 13.381 .582 .495 .850
PNG4 28.05 13.412 .705 .571 .840
PNG5 28.05 12.827 .648 .685 .843
PNG6 28.20 11.970 .610 .427 .851
PNG7 28.16 12.378 .733 .632 .833
PNG8 27.96 12.694 .594 .443 .850
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
32.12 16.741 4.092 8
149
Hasil Uji Statistik Multikolonieritas
GET DATA
/TYPE=XLSX
/FILE='D:\SKRIPSI APRIL 2011\FIX-JAWABAN KUESIONER\FIX-KUEST ALL.xlsx'
/SHEET=name 'Sheet1'
/CELLRANGE=full
/READNAMES=on
/ASSUMEDSTRWIDTH=32767. DATASET CLOSE DataSet1. REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS BCOV R ANOVA COLLIN TOL
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT PNG
/METHOD=ENTER PRO KEA PMK ADP.
Variables Entered/Removed
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 ADP, PMK,
PRO, KEAa
. Enter
a. All requested variables entered.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.038 .067 15.385 .000
PRO .006 .002 .234 2.866 .005 .700 1.429
KEA .007 .002 .267 2.937 .004 .563 1.776
PMK -.005 .002 -.174 -2.475 .016 .947 1.056
ADP .012 .002 .461 5.229 .000 .600 1.668
a. Dependent Variable: PNG
150
Coefficient Correlationsa
Model ADP PMK PRO KEA
1 Correlations ADP 1.000 -.029 -.253 -.466
PMK -.029 1.000 .109 -.186
PRO -.253 .109 1.000 -.312
KEA -.466 -.186 -.312 1.000
Covariances ADP .019 .000 -.004 -.009
PMK .000 .015 .002 -.003
PRO -.004 .002 .016 -.005
KEA -.009 -.003 -.005 .018
a. Dependent Variable: PNG
Hasil Uji Statistik Normalitas
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT PNG
/METHOD=ENTER PRO KEA PMK ADP
/SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED)
/RESIDUALS HIST(ZRESID) NORM(ZRESID).
Variables Entered/Removed
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 ADP, PMK,
PRO, KEAa
. Enter
a. All requested variables entered.
151
\
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation N
Predicted Value .4476 4.5444 1.9197 .67666 83
Std. Predicted Value -2.176 3.879 .000 1.000 83
Standard Error of
Predicted Value
.203 .985 .373 .151 83
Adjusted Predicted
Value
.4575 4.4883 1.8898 .67815 83
Residual -2.38342 5.16400 .00000 1.58569 83
Std. Residual -1.465 3.175 .000 .975 83
Stud. Residual -1.514 3.308 .009 1.011 83
Deleted Residual -2.54526 5.71578 .02986 1.70797 83
Stud. Deleted Residual -1.527 3.548 .018 1.041 83
Mahal. Distance .274 28.736 3.951 4.918 83
Cook's Distance .000 .342 .016 .050 83
Centered Leverage
Value
.003 .355 .049 .061 83
a. Dependent Variable: PNG
152
Hasil Uji Statistik Heteroskedastistitas
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT PNG
/METHOD=ENTER PRO KEA PMK ADP
/SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED)
/RESIDUALS HIST(ZRESID) NORM(ZRESID)
/SAVE RESID.
153
COMPUTE PNG
EXECUTE.
Hasil Uji Hipotesis
Regression
[DataSet1]
Variables Entered/Removed
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 ADP, PMK,
PRO, KEAa
. Enter
a. All requested variables entered.
154
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .800a .641 .622 .04341
a. Predictors: (Constant), ADP, PMK, PRO, KEA
b. Dependent Variable: PNG
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .259 4 .065 34.333 .000a
Residual .145 77 .002
Total .404 81
a. Predictors: (Constant), ADP, PMK, PRO, KEA
b. Dependent Variable: PNG
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.038 .067 15.385 .000
PRO .006 .002 .234 2.866 .005 .700 1.429
KEA .007 .002 .267 2.937 .004 .563 1.776
PMK -.005 .002 -.174 -2.475 .016 .947 1.056
ADP .012 .002 .461 5.229 .000 .600 1.668
a. Dependent Variable: PNG
155
156
157