Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PERIODE SIMPAN DALAM SUHU RENDAH
PADA VIGOR BENIH EMPAT GENOTIPE SORGUM
[Sorghum bicolor (L.) Moench]
(Skripsi)
Oleh
FEBRI ARIANTO
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRAK
PENGARUH PERIODE SIMPAN DALAM SUHU RENDAH
PADA VIGOR BENIH EMPAT GENOTIPE SORGUM
[Sorghum bicolor (L.) Moench]
Oleh
FEBRI ARIANTO
Sorgum merupakan tanaman serealia yang penting di dunia setelah gandum, padi
jagung dan barley. Sorgum banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan, pakan,
maupun bahan baku industri. Pengembangan sorgum membutuhkan benih yang
bermutu dan dapat disimpan dalam periode waktu tertentu. Tujuan dari penelitian
ini yaitu untuk mengetahui pengaruh genotipe dan periode simpan pada vigor
benih sorgum. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan
Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang berlangsung dari bulan
Juni hingga Oktober 2016. Penelitian ini menggunakan perlakuan dua faktor
(4x3) yang disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 kelompok
sebagai ulangan. Faktor pertama adalah empat genotipe sorgum (G), yaitu
Mandau (g1), GH-10 (g2), GH-11 (g3), dan GH-12 (g4). Faktor kedua adalah
periode simpan (P), periode simpan 0 bulan (p1), periode simpan 10 bulan (p2),
dan periode simpan 12 bulan (p3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe
Mandau dapat disimpan hingga 12 bulan tanpa mengalami penurunan vigor
sedangkan genotipe GH-10, GH-11, dan GH-12 hanya dapat disimpan hingga 10
bulan tanpa penurunan vigor.
Kata kunci : Benih sorgum, genotipe, periode simpan, vigor
Febri Arianto
PENGARUH PERIODE SIMPAN DALAM SUHU RENDAH
PADA VIGOR BENIH EMPAT GENOTIPE SORGUM
[Sorghum bicolor (L.) Moench]
Oleh
Febri Arianto
(Skripsi)
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
Judul Skripsi
Nama Mahasisura
Nomor Pokok Mahasisrrya
Program Studi
Fbkultas
PENGARUII PEBIODE SIITIPAN DAIAITISUHU NENDAII PADA VIGOR BENIIIEUPAII GENOTIPE SORGIIII lturghtlmbtcolq (L.) ltloenchl
FEBBI ABIAN'TO
1314121067 : .
Agroteknologi
Pertanian
FTDTWETUJUI
1. Komisi Pembimbing
v4AsazF!of. Dr. Ir. [Iuhammad lIamd, Ir[.Sc"NrP 19610101 1985051005
2, l\etua Jurusan Agroteknologi
Plof. Dr. Ir. $rl Yusnalnl, !I.Sl. 'NrP 19650508 1988 1 1200L
lr. Eko hamono, I[.S.NrP 19610814 198609100 1
It Yit: P!of. Dr. Ir. ltluhadnnd lIamal, IU.Sc"
Sekretaris
I
: Ir. Eko hmono, l[.$.
PengqiiBukan Pembimbing : hof. Dr. lr. I[ukuh Setl,awan, !l.Sc.
Banuwa, lI.Sl.NIP 19611,0201986051@2
,,
Tanggal Lulus Ujian Slaipsi : 12 Oktober 2IrA7
,
.4i
Tlm Pengqii
Kefim
IIEITGDSAIIITAII
i...:i:e I
l\' r.i
SURAT PERI{YATAAFI
l\
n:, I' .r-1
.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyataftan bahwa skripsi saya yang
lt'berjudul *PENGARUH PERIODE SIMPAN OArarVr SUHU RENDAH PADA
VIGOR tsENIH EMPAT GENOTIPE SORGUM fSorghum bieolor (L"\
Moench]'merupakan hasil karya send#dan bukan merupakan hasil karya orang
lain. Semua hasil yang tertuang dalam skripsi ini telah mengikuti kaidah
penulisan karya ilmia Univmsitas Larnpung. Apabila dikermrdian hari terbukti
bahwa stripsi ini merupakan hasil salinan atau dibuat oleh orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketuentuan akademik yang berlaku.
Lampung Oktober 2017
ebri Ariantot3t4Dla67
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kampung Purwodadi, Kecamatan Trimurjo, Kabupaten
Lampung Tengah pada 09 Februari 1995. Penulis merupakan anak pertama dari
tiga bersaudara dari pasangan Bapak Triyanto dan Ibu Sumini.
Pendidikan penulis diawali dari pendidikan di TK ABA Tempuran pada tahun
2000, SDN 3 Purwodadi lulus pada tahun 2007, SMPN 1 Trimurjo lulus tahun
2010, SMAN 2 Metro lulus pada 2013, dan pada tahun yang sama penulis
diterima di Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan
terdaftar sebagai penerima beasiswa Bidik Misi angkatan IV.
Penulis memilih kosentrasi perkuliahan Agronomi yang merupakan bagian dari
Jurusan Agroteknologi dan Penulis memilih Ilmu Benih sebagai fokus penelitian.
Juli 2016 penulis melakukan Praktik Umum di Balai Penelitian Tanah Kebun
Percobaan Taman Bogo, Purbolinggo Lampung Timur. Januari 2017 penulis
melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kampung Wirata Agung Mataram,
Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah.
Selama perkuliahan penulis aktif magang penelitian di Laboratorium Ilmu benih
dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun
2015/2016. Penulis dipercaya sebagai asisten praktikum matakuliah Dasar-dasar
Budidaya Tanaman (2015/2016), Produksi Tanaman Pangan (2015/2016),
Fisiologi Tumbuhan (2015/2016), Produksi Tanaman Kacang dan Ubi
(2016/2017) serta Teknologi Benih (2016/2017). Penulis aktif berorganisasi di
Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (Perma AGT) sebagai anggota bidang
Kaderisasi periode 2014-2015, anggota bidang Pengabdian Masyarakat periode
205-2016 serta sebagai kepala bidang Pengabdian Masyarakat peiode 2016-2017.
Penulis juga dipercaya sebagai ketua (komti) angkatan 2013 Jurusan
Agroteknologi.
“Sesungguhnya dibalik kesulitan ada kemudahan.”
(Qs. Al-Insyirah : 6)
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
(HR. Thabrani dan Daruquthni)
“Manusia yang lemah adalah orang yang tidak mampu mencari teman.
Namun yang lebih lemah dari itu adalah orang yang medapatkan banyak
teman tetapi menyia-nyiakannya.”
(Ali bin Abi Thalib)
“Kuliah itu perjuangan, organisasi itu persiapan”
(Febri Arianto)
Bismillaahirrohmaanirohiim..
Dengan segala kerendahan hati dan mengucapkan rasa syukur
kepada Allah SWT
Ku persembahkan karya ini untuk
Kedua orang tua ku tercinta, atas segala doa yang selalu dipanjatkan, kasih
sayang yang tak terhingga, dukungan dan motivasi.
Keluarga dan sahabat yang senantiasa menghibur, membantu,
menyemangati, dan selalu ada dalam suka maupun duka.
Serta Almamater ku tercinta, Universitas Lampung.
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi berjudul “Pengaruh Periode Simpan dalam Suhu Rendah
pada Vigor Benih Empat Genotipe Sorgum [Sorghum bicolor (l.) Moench]”
adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Universitas
Lampung.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal. M.Sc., selaku Dosen pembimbing
pertama, yang telah memberikan ide penelitian, bimbingan, saran, nasehat serta
motivasi dalam penulisan skripsi ini;
2. Bapak Ir. Eko Pramono, M.S., selaku Dosen pembimbing kedua, yang telah
memberikan ide penelitian, bimbingan, saran, nasehat serta motivasi dalam
penulisan skripsi ini;
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Kukuh Setiawan, M.Sc., selaku pembahas sekaligus
pembimbing akademik, terimakasih atas saran dan perbaikan dalam penulisan
skripsi ini serta bimbingan, nasehat, arahan, serta motivasi selama masa studi
di Universitas Lampung
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung;
5. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung;
6. Seluruh dosen mata kuliah Jurusan Agroteknologi atas dedikasinya dalam
memberikan semua ilmu, dan bimbingan kepada penulis selama masa studi di
Universitas Lampung;
7. Bapak, Ibu, dan adik-adik yang selalu memberi semangat, doa dan dukungan
kepada penulis;
8. Gita Kumala Sari, S.K.M. untuk motivasi dan perhatian yang membuat penulis
semangat dalam melangkah kedepan.
9. Sahabat seperjuangan kelompok peneliti sorgum Sugeng Hananto, S.P.,
Roby Juliantisa, S.P., Dona Suprihanta, S.P., Ditri Anintyas Putri, S.P.,
Fatya Alvia Hakim, S.P., Nia Fatmawati, S.P., Erviana Harman, S.P.,
Rully Yosita, S.P., Ni Wayan Ayung Surya Asih, S.P., Novi Anggraini, S.P.
dan Tri Lestari, S.P. atas kebersamaan, motivasi, semangat, serta bantuan
selama penelitian yang diberikan kepada penulis;
10. Kawan-kawan pengurus dan presidium Perma AGT periode 2016-2017,
Robin, Alif, Suci, Hendra, Nia, Hendi, Resti, Dodi, Rizki, Ledy, Jaya, Dwi,
Eko, Renita dan Rio tanpa kalian penulis tidak akan berkembang di Fakultas
Pertanian Universitas Lampung;
11. Saudara-saudara Agroteknologi 2013, abang dan mba Agroteknologi 2012,
2011, 2010 dan 2009, serta adik-adik Agroteknologi 2014, 2015 dan 2016 atas
kebersamaan selama penulis berada di kampus tercinta;
11. Gesut Fams (robin, pebkur, rio, ichwan, fadil, ilham, kican, nay, rully dan era)
atas coretan cerita suka duka dan kekeluargaan untuk penulis, semoga sukses di
kemudian hari untuk kita;
Penulis berharap semoga Allah SWT selalu membalas semua kebaikan yang telah
diberikan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan. Aamiin.
Bandar Lampung, Oktober 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR............................................................................. xviii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah ...................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................ 5
1.3 Kerangka Pemikiran ................................................................... 6
1.4 Hipotesis .................................................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sorgum ....................................................................................... 10
2.2 Vigor Benih ................................................................................ 13
2.3 Penyimpanan dan Periode Simpan ............................................. 14
2.4 Pengaruh Genotipe pada Vigor .................................................. 16
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu ..................................................................... 18
3.2 Bahan dan Alat ........................................................................... 18
3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data ................................... 19
3.4 Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 20
3.4.1 Persiapan Benih ................................................................ 20
3.4.2 Pengemasasn Benih .......................................................... 20
3.4.3 Penyimpanan Benih .......................................................... 21
3.4.4 Uji Vigor ........................................................................... 21
3.5 Variabel Pengamatan ................................................................. 22
3.5.1 Persen Kecambah Normal Kuat (%KNK) ....................... 22
3.5.2 Panjang Akar Primer Kecambah Normal (PAPKN) ....... 23
3.5.3 Panjang Tajuk Kecambah Normal (PTKN) ..................... 23
3.5.4 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN) ...................... 23
3.5.5 Persen Kadar Air ............................................................. 24
3.5.6 Persen Kecambah Normal Total (%KNT) ....................... 24
3.5.7 Kecepatan Perkecambahan (KP) ..................................... 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .......................................................................... 26
4.1.1. Pengaruh interaksi genotipe dan periode simpan pada
vigor benih sorgum (Sorghum bicolor [L.]Moench) ....... 27
4.1.2. Pengaruh genotipe pada vigor benih sorgum
(Sorghum bicolor [L.]Moench) ....................................... 32
4.1.3. Korelasi pengaruh genotipe dan periode simpan
benih sorgum (Sorghum bicolor [L.]Moench) ................ 34
4.2 Pembahasan ................................................................................ 33
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 43
5.2 Saran .......................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 45
LAMPIRAN ........................................................................................... 46
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan nutrisi sorgum dalam 100 g bahan dibanding bahan
pangan lainnya ..................................................................................... ... 3
2. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh genotipe dan periode
simpan dari variabel yang diamati ............................................................ 26
3. Pengaruh interaksi genotipe dan periode simpan pada variabel kadar
air (%) ...................................................................................................... 27
4. Pengaruh interaksi genotipe dan periode simpan pada variabel kecambah
normal kuat (%)........................................................................................ 28
5. Pengaruh interaksi genotipe dan periode simpan pada variabel panjang
tajuk kecambah normal (cm)................................................................ ... 29
6. Pengaruh interaksi genotipe dan periode simpan pada variabel kecambah
normal Total (%) .................................................................................. ... 30
7. Pengaruh interaksi genotipe dan periode simpan pada variabel kecepatan
perkecambahan (%/hari) ...................................................................... ... 31
8. Nilai koefisien korelasi (r) dalam uji korelasi antar variabel .................... 34
9. Deskripsi Sorgum Varietas Mandau ......................................................... 49
10. Pengaruh genotipe dan periode simpan pada variabel kadar air (%) ........ 49
11. Uji Bartlett untuk pengaruh genotipe dan periode simpan pada variabel
kadar air ............................................................................................... 50
12. Analisis ragam data pengaruh genotipe dan periode simpan pada
variabel kadar air .................................................................................. 50
13. Pengaruh genotipe dan periode simpan pada variabel kecambah normal
kuat (%) data transformasi (=Arcsin )). .................... 51
xi
14. Uji Bartlett untuk pengaruh genotipe dan periode simpan pada variabel
Kecambah normal kuat ........................................................................ 51
15. Analisis ragam data pengaruh genotipe dan periode simpan pada
variabel kecambah normal kuat ........................................................... 52
16. Pengaruh genotipe dan periode simpan pada variabel panjang tajuk
kecambah normal (cm) data transformasi =log(x) .................................... 52
17. Uji Bartlett untuk pengaruh genotipe dan periode simpan pada variabel
panjang tajuk kecambah normal ......................................................... 53
18. Analisis ragam data pengaruh genotipe dan periode simpan pada
variabel panjang tajuk kecambah normal............................................. 53
19. Pengaruh genotipe dan periode simpan pada variabel panjang akar
kecambah normal (cm).............................................................................. 54
20. Uji Bartlett untuk pengaruh genotipe dan periode simpan pada variabel
panjang akar primer kecambah normal ................................................ 54
21. Analisis ragam data pengaruh genotipe dan periode simpan pada
variabel panjang akar primer kecambah normal .................................. 55
22. Pengaruh genotipe dan periode simpan pada variabel bobot kering
kecambah normal (mg) ............................................................................. 55
23. Uji Bartlett untuk pengaruh genotipe dan periode simpan pada variabel
bobot kering kecambah normal ............................................................ 56
24. Analisis ragam data pengaruh genotipe dan periode simpan pada
variabel bobot kering kecambah .......................................................... 56
25. Pengaruh genotipe dan periode simpan pada variabel kecambah normal
total (%) data transformasi (=Arcsin )). .................... 57
26. Uji Bartlett untuk pengaruh genotipe dan periode simpan pada variabel
kecambah normal total ......................................................................... 57
27. Analisis ragam data pengaruh genotipe dan periode simpan pada
variabel kecambah normal total ........................................................... 58
28. Pengaruh genotipe dan periode simpan pada variabel kecepatan
perkecambahan (%/hari) ........................................................................... 58
29. Uji Bartlett untuk pengaruh genotipe dan periode simpan pada variabel
kecepatan perkecambahan.................................................................... 59
xii
30. Analisis ragam data pengaruh genotipe dan periode simpan pada
variabel kecepatan perkecambahan ...................................................... 59
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ragam penggunaan sorgum ................................................................... 2
2. Flow chart kerangka pemikiran ............................................................. 8
3. Tata letak percobaan.. ............................................................................ 19
4. Pengaruh genotipe pada variabel panjang akar primer kecambah
normal. ................................................................................................... 33
5. Pengaruh genotipe pada variabel bobot kering kecambah normal......... 34
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang memiliki peranan penting
dalam pasar serealia dunia dan Asia yang menduduki urutan setelah gandum,
padi, jagung, dan barley. Negara-negara yang mendominasi pasar sorgum dunia
didominasi oleh India, Nigeria, Amerika Serikat, China, Ethiopia, Australia, dan
Brazil sebagai negara produsen sorgum dunia (Susilowati dan Saliem, 2012).
Sirappa (2003) menyebutkan bahwa nama sorgum berbeda-beda antar negara,
antara lain great millet dan guinea coradi di Afrika Barat, kafir corn di Afrika
Utara, milo sorgo di Amerika Serikat, kaoliang di China, durra di Sudan, Chotam
di India serta Cantel di Indonesia terutama di Jawa. Sorgum berperan penting
sebagai bahan pangan, pakan, energi terbarukan, dan bahan industri lainnya.
Menurut Sirappa (2003), sorgum dapat dimanfaatkan sebagai olahan pangan
pengganti beras, pakan ternak, dan sebagai bahan baku industri seperti bioetanol,
gula dari nira sorgum serta tepung sorgum. Negara berkembang seperti China,
India dan Arika memanfaatkan sorgum sebagai makanan pokok, namun negara
maju seperti Jepang, Amerika Serikat dan negara maju Eropa memanfaatkan
sorgum sebagai pakan ternak. Tanaman sorgum dapat dibudidayakan tanpa
2
limbah, karena semua bagian dari tanaman seperti biji, tangkai biji, daun, batang
dan akar dapat dimanfaatkan (Gambar 1.).
Gambar 1. Ragam penggunaan sorgum (Subagio dan Suryawati, 2013)
Firmansyah et al. (2013) menyebutkan biji sorgum yang telah disosoh dapat
digunakan untuk pangan alternatif pengganti beras dan dapat mensubtitusi beras
hingga 30% dengan cita rasa yang dapat diterima masyarakat. Selain itu tepung
sorgum dapat mensubtitusi terigu dalam berbagai olahan roti. Biji sorgum
memiliki kandungan nutrisi yang setara jika dibandingkan dengan komoditi
pangan lainnya (Tabel 1.) hal ini menjadikan sorgum berpotensi menjadi pangan
alternatif. Oleh karena itu sorgum dapat dijadikan komoditi alternatif sebagai
upaya ketahanan pangan yang berkelanjutan melalui diversifikasi pangan di
Indonesia.
3
Tabel 1. Kandungan nutrisi sorgum dalam 100 g bahan dibanding bahan pangan
lainnya
Sumber: Beti et al. (1990) dalam Sirappa (2003)
Benih merupakan salah satu faktor dalam upaya peningkatan produktivitas
sorgum. Pengembangan sorgum dibutuhkan benih yang bermutu sedangkan
ketersediaan benih yang bermutu menjadi salah satu masalah dalam produksi
benih sorgum. Benih bermutu merupakan sebuah konsep yang kompleks yang
mencakup sejumlah faktor yang masing-masing mewakili prinsip-prinsip
fisiologi, seperti daya berkecambah, viabilitas, vigor dan daya simpan. Mutu
benih terdiri dari mutu fisik, fisiologi dan genetik (Sadjad, 1993). Serupa yang
dijelaskan oleh (Widajati et al. 2013) bahwa benih bermutu merupakan benih
yang mempunyai mutu genetis, mutu fisiologis, dan mutu fisik yang sesuai
dengan standar mutu pada kelasnya. Mutu benih mencakup mutu genetik yaitu
penampilan benih murni dari spesies atau varietas tertentu yang menunjukan
identitas genetik dari tanaman induknya. Mutu fisiologis yaitu kemampuan daya
hidup atau viabiitas benih yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh
benih. Mutu fisik adalah penampilan benih secara prima bila dilihat secara fisik,
antara lain dari ukuran yang homogen, bersih dari campuran benih lain
4
Salah satu masalah dalam penyediaan benih bermutu yaitu penurunan mutu
fisiologis setelah mengalami penyimpanan. Mutu fisiologis dapat dilihat dari
vigor benih, Sutopo (2010) menjelaskan bahwa secara umum vigor diartikan
sebagai kemampuan tumbuh benih secara normal pada lingkungan yang
suboptimal. Sadjad (1993) menyebutkan benih yang bervigor tinggi dapat
mencapai tingkat produksi yang tinggi pula. Oleh karena itu penggunaan benih
yang bermutu menjadi sangat penting dalam upaya peningkatan produktivitas
sorgum.
Vigor dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu vigor genetik dan vigor
fisiologi. Benih yang berasal dari genotipe yang berbeda akan memiliki vigor
genetik yang berbeda pula. Penyimpanan pada benih yang berbeda genotipe akan
memiliki vigor yang berbeda pada akhir periode simpan. Penyimpanan benih
sorgum adalah upaya untuk menyiapkan bahan tanam di musim tanam pada tahun
berikutnya. Pada dasarnya benih yang disimpan diharapkan mampu
mempertahankan vigor sampai akhir periode simpan. Menurut Justice dan Bass
(2002), tujuan utama penyimpanan benih tanaman bernilai ekonomis ialah untuk
mengawetkan cadangan bahan tanam dari satu musim ke musim berikutnya.
Semakin lama benih disimpan vigor benih akan semakin menurun, oleh sebab itu
vigor benih penting untuk diketahui selama periode simpan tertentu untuk
menjawab tantangan ketersediaan benih bermutu.
Untuk mempertahankan mutu benih suhu ruang simpan pada saat penyimpanan
juga diperhatikan. Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan vigor
5
benih selama penyimpanan, yang dipengaruhi oleh kadar air benih, suhu ruang
dan kelembaban nisbi ruangan. Widajati et al. (2013) mengemukakan bahwa
pada suhu rendah, respirasi berjalan lambat dibanding suhu tinggi. Upaya
tersebut dapat dilakukan dengan menyimpan benih pada ruang yang ber-AC (air
conditioner) dengan suhu ruang ±180C.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat vigor benih sorgum setelah periode simpan 0, 10, dan 12
bulan?
2. Apakah vigor benih sorgum berbeda pada empat genotipe sorgum?
3. Apakah vigor benih sorgum setelah periode simpan 0, 10 dan 12 bulan akan
berbeda antar genotipe sorgum?
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumususan masalah, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui vigor benih sorgum setelah periode simpan 0, 10, dan 12 bulan.
2. Mengetahui vigor benih dari empat genotipe sorgum (Mandau, GH-10, GH-
11 dan GH-12).
3. Mengetahui pengaruh interaksi vigor benih dari empat genotipe sorgum
setelah menjalani periode simpan 0, 10, dan 12 bulan.
6
1.3 Kerangka Pemikiran
Berbagai keunggulan sorgum yang telah dipaparkan menjadikan sorgum sebagai
komoditas yang layak dikembangkan di Indonesia sebagai komiditas alternatif
untuk menjawab tantangan pemenuhan kebutuhan pangan nasional. Kendala yang
akan dihadapi pada pengembangan sorgum adalah penyediaan benih yang
bermutu dalam jumlah yang banyak dalam satu musim. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan produksi sorgum yang tinggi dan dapat disimpan lama perlu
diketahui genotipe-genotipe sorgum yang memiliki vigor daya simpan yang
tinggi. Vigor daya simpan yang tinggi yaitu benih yang tetap memiliki vigor yang
tinggi setelah mengalami periode simpan yang relatif lama.
Penyimpanan benih bertujuan untuk menyediakan benih pada musim tanam
selanjutnya maupun ditahun berikutnya. Pada prinsipnya penyimpanan dilakukan
untuk mempertahankan vigor benih agar tetap tinggi. Benih yang disimpan
jangka waktu yang lama akan mengalami kemunduran, Kartika dan Sari (2015)
melaporkan bahwa penyimpanan benih padi yang semakin lama umur simpannya,
akan menurunkan daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum secara
berangsur-angsur. Hasil penelitian Arief dan Saenong (2006) menyatakan
persentase tanaman tumbuh menurun setelah benih jagung mengalami
penyimpanan selama 18 bulan. Selain itu, penelitian yang dilakukan Arief et al.
(2010) menghasilkan penurunan vigor benih jagung setelah mengalami peiode
simpan 6 dan 12 bulan. Begitu pula dengan benih sorgum yang disimpan, lama
kelamaan benih akan mengalami kemunduran (deteriorasi). Oleh sebab itu, harus
7
diupayakan untuk menjaga dan mempertahan vigor agar tetap tinggi dengan
periode simpan selama mungkin.
Setiap genotipe benih sorgum memiliki tingkat vigor yang berbeda. Hal ini
disebabkan adanya vigor genetik dari benih itu sendiri yang mengakibatkan
perbedaan vigor dari tiap genotipenya. Beberapa penelitian telah membuktikan
bahwa perbedaan genotipe benih mengakibatkan perbedaan vigor benih. Dalam
penelitiannya, Takbir (2016) menyatakan bahwa empat varietas kedelai memiliki
vigor yang berbeda selama penyimpanan. Selain itu, Ferdianti (2007) melaporkan
bahwa pada 25 galur gandum memiliki perbedaan vigor yang dikelompokan
menjadi kelompok galur bervigor tinggi dan galur bervigor rendah. Sama halnya
dengan sorgum, genotipe sorgum yang berbeda akan menciptakan vigor yang
berbeda pula.
Selain periode simpan, faktor genetik benih juga mempengaruhi vigor benih
sorgum. Hal ini akan mengakibatkan, ada genotipe yang tahan disimpan dan
dapat mempertahankan vigornya ada juga benih yang cepat mengalami
kemunduran saat penyimpanan. Oleh karena itu perlu diketahui genotipe benih
sorgum yang bervigor tinggi setelah penyimpanan 10 dan 12 bulan.
Pada penelitian ini empat genotipe sogum dievaluasi vigor benihnya yang
dilakukan pada akhir periode simpan 10 dan 12 bulan. Vigor benih diuji dengan
uji perkecambahan menggunakan uji keserempakan perkecambahan, uji kecepatan
perkecambahan dan kadar air benih. Variabel yang diamati diantaranya persen
8
kecambah normal kuat (%KNK), panjang tajuk kecambah normal (PTKN),
panjang akar primer kecambah normal (PAPKN), bobot kering kecambah normal
(BKKN), persen kecambah normal total (%KNT), persen kecepatan
perkecambahan (%KP), serta kadar air benih (KA).
Gambar 2. Flow chart kerangka pemikiran
Benih yang telah dirontokkan selanjutnya dibersihkan
Benih dikemas dalam kemasan plastik klip
Benih yang telah dikemas diletakkan pada tampah plastik lalu disimpan
Benih disimpan pada ruang
penyimpanan AC (Air Conditioner)
dengan rata-rata suhu 180C dan
rata-rata kelembaban relatif 55 %
dengan dua periode simpan yang
berbeda.
Mengakibatkan perbedaan
kemunduran benih yang
disebabkan oleh faktor waktu
(kemunduran kronologis)
Uji Vigor benih dilakukan dengan
Uji Keserempakan Perkecambahan
(UKsP) dan Uji Kecepatan
Perkecambahan (UKP) pada
periode simpan 0, 10 dan 12.
Variabel pengamatan yang
diamati adalah sebagai
berikut:
1. % KNK
2. PTKN
3. PAPKN
4. BKKN
5. % KNT
6. %KP
7. %KA
Benih diperoleh dari hasil
pertanaman percobaan Ir. Eko
Pramono, M.S. empat genotipe
yaitu Mandau, GH-10, GH-11, dan
GH-12
Perbedaan genotipe
menyebabkan perbedaan
vigor genetik benih
9
1.4 Hipotesis
Berdasarkan uraian dari kerangka pemikiran dapat diajukan hipotesis sebagai
berikut:
1. Vigor benih pada akan menurun setelah disimpan 12 bulan.
2. Vigor benih dari empat genotipe sorgum akan berbeda.
3. Vigor benih sorgum akan dipengaruhi oleh genotipe dan periode simpan.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sorgum
Menurut Firmansyah et al. (2003) terdapat dua jenis tanaman sorgum yaitu
sorgum biji (grain sorghum) dan sorgum manis (sweet sorghum). Tjitrosoepomo
(2000) dalam Iriany dan Makkulawu (2013), menjelaskan bahwa sorgum
termasuk jenis tanaman serealia yang termasuk divisi Spermatophyta dengan
subdivisi Angiosperma, kelas Monocotyledoneae (tumbuhan biji berkeping satu)
dengan subkelas Liliopsida, ordo Poales yang dicirikan melalui bentuk tanaman
ternal dengan siklus hidup semusim, famili Poaceae atau Gramineae, yaitu
tumbuhan jenis rumput-rumputan dengan karakteristik batang berbentuk silinder
dengan buku-buku yang jelas, dan genus Sorghum.
Menurut USDA (2008), klasifikasi sorgum dalam ilmu taksonomi tumbuhan
adalah:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Poales
11
Famili : Poaceae (Gramineae)
Genus : Sorghum
Spesies : Sorghum bicolor [L.] Moench.
Tanaman sorgum memiliki hubungan kekerabatan dengan tanaman padi, jagung,
hanjeli dan gandum sebagai tanaman serealia. Bahkan memiliki kekerabatan juga
dengan tanaman lain seperti bambu dan tebu. Tanaman-tanaman tersebut dalam
susunan taksonomi digolongkan dalam satu keluarga besar Poaceae yang juga
sering disebut sebagai Gramineae (rumput-rumputan). Tanaman sorgum
termasuk tanaman serealia yang memiliki kandungan gizi tinggi, meliputi
karbohidrat, lemak, kalsium, besi, dan fosfor (Andriani dan Isnaini, 2013).
Tanaman sorgum dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis dan subtropis, dari
dataran rendah (daerah pantai) sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut.
Suhu optimum yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sorgum antara 23º-
30º C dengan kelembaban relatif 20-40%, sedang suhu tanah yang baik untuk
pertumbuhan adalah 25ºC. Pada daerah-daerah yang tingginya lebih dari 800
meter di atas permukaan laut, dimana suhu kurang dari 25ºC, pertumbuhan
tanaman akan terhambat dan umurnya akan panjang. Curah hujan yang
diperlukan untu pertumbuhan tanaman adalah 400 - 600 mm (Iriany dan
Makkulawu, 2013)
Tanaman sorgum tumbuh tegak dengan tinggi 0,5m-4,5 m, bergantung pada
kultivar. Keragaman morfologis sorgum tidak hanya pada tinggi batang, tetapi
12
juga pada warna biji, warna batang,bentuk malai, umur panen, dan sifat fisiologis
yang sebagian menyilang, hal ini menjadikan sorgum memiliki keragaman yang
tinggi (Andriani dan Isnaini, 2013).
Biji sorgum tertutup sekam dengan warna coklat muda, krem atau putih,
bergantung pada varietas. Biji sorgum ada yang tertutup rapat oleh sekam yang
liat, ada pula yang tertutup sebagian, atau tidak tertutup sama sekali. Bulir normal
terdiri atas 2 buah sekam berbentuk perisai. Sekam ini membungkus seluruh
organ bunga sewaktu bunga belum mekar. Biji yang tertutup sekam lebih tahan
terhadap serangan hama. Biji sorgum terdiri atas tiga bagian utama, yaitu lapisan
luar (coat), embrio (germ), dan endosperm. Kulit biji sorgum warnanya ada yang
putih abu-abu, merah hingga coklat tua, kuning atau kehitam-hitaman. Malai
sorgum dapat dipanen rata-rata setelah tanaman berumur 90-120 hari (Andriani
dan Isnaini, 2013).
Komponen utama biji sorgum adalah pati yang tersimpan pada bagian endosperm.
Endosperm memiliki peran penting dalam penyediaan nutrisi bagi tanaman pada
awal pertumbuhan, sebelum tanaman mampu menyerap hara dari tanah.
Kandungan nutrisi pada biji sorgum terdiri atas karbohidrat 70-80%, protein 11-
13%, lemak 2-5%, serat 1-3% dan abu 1-2%. Kandungan protein pada sorgum
lebih tinggi dari jagung dan hampir sama dengan gandum, namun protein sorgum
bebas glutein. Kandungan lemaknya lebih rendah dari jagung tetapi lebih tinggi
dari gandum (Andriani dan Isnaini, 2013).
13
2.2 Vigor Benih
Benih bervigor tinggi dapat disimpan dalam waktu lama selain itu juga benih yang
vigornya tinggi akan tumbuh dan berkembang pada kondisi lahan yang kurang
sesuai dengan syarat tumbuhnya (Adisarwanto dan Widyastuti, 2001). Hal ini
senada dengan pernyataan Sadjad (1994), bahwa vigor merupakan kemampuan
individu benih untuk dapat tumbuh normal pada kondisi yang suboptimum.
Kondisi yang suboptimum diartikan sebagai keaadan lapang yang keaadaan
lingkungannya tidak memadai untuk tumbuh dan berkembangnya benih.
Kemampuan benih tersebut berupa kecepatan perkecambahan, keseragaman
pertumbuhan, daya berkecambah, dan kemampuan tumbuh normal pada
jangkauan lingkungan yang luas.
Vigor kekuatan tumbuh dan daya simpan benih merupakan nilai fisiologis benih
yang memungkinkan benih untuk tumbuh normal pada kondisi biofik lahan yang
kurang memadai. Tingkat vigor yang tinggi dapat dilihat dari penampakan
kecambah yang dapat bertahan dari berbagai faktor pembatas yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangannya. Ketahanan pada faktor pembatas ini sangat
dipengaruhi oleh mutu genetis yang diperlihatkan oleh varietas benih itu sendiri
(Sadjad, 1993).
Mutu benih ditentukan oleh oleh mutu genetik, mutu fisiologi, dan mutu fisik.
Mutu genetik diketahui oleh derajat kemurnian genetis sedangkan mutu fiologis
ditentukan oleh tingkat kemunduran benih dan vigor benih (Sadjad, 1972). Vigor
14
benih terdiri dari daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan keserempakan
tumbuh benih. Hasil penelitian Tatipata, et al. (2004) menyatakan bahwa
penurunan daya berkecambah benih kedelai diikuti oleh penurunan vigor.
Sedangkan hasil penelitian Tuwu, et al. (2012), menjelaskan bahwa penurunan
vigor benih sejalan dengan meningkatnya suhu ruang simpan dan meningkatnya
kadar air benih.
2.3 Penyimpanan dan Periode Simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan, yang dipengaruhi oleh kadar air benih, suhu, dan kelembaban nisbi
ruangan. Pada suhu rendah, respirasi berjalan lambat dibanding suhu tinggi,
dalam kondisi tersebut, viabilitas dapat dipertahankan lebih lama (Purwanti,
2004). Menurut penelitiannya, Purwanti (2004) purwanti menjelaskan kedelai
hitam yang disimpan selama 6 bulan pada suhu rendah 20,6oC masih memiliki
nilai daya berkecambah 90%, sedangkan yang disimpan pada suhu tinggi 27oC
nilai daya berkecambah turun menjadi 80%. Pada kedelai kuning yang disimpan
selam 6 bulan pada suhu rendah 20,6oC memiliki nilai daya kecambah sebesar
80%, dan penyimpanan pada suhu tinggi 27oC nilai daya berkecambah turun
menjadi 41%.
Berdasarkan Hukum Harrington, suhu ruang simpan benih sangat berpengaruh
terhadap laju deteriorasi. Semakin rendah suhu ruang simpan, semakin lambat
laju deteriorasi sehingga benih dapat lebih lama disimpan. Sebaliknya, semakin
15
tinggi suhu ruang simpan, semakin cepat laju deteriorasi sehingga lama
penyimpanan benih lebih pendek. Hal ini disebabkan suhu ruang simpan dapat
memacu laju respirasi yang mengakibatkan semakin besarnya perombakan
cadangan makanan benih yang terjadi. Perombakan cadangan makanan ini, akan
menimbulkan panas yang menyebabkan respirasi meningkat sehingga benih
kehilangan cadangan makanan ketika perkecambahan (Kuswanto, 2003).
Takbir (2016), dalam penelitiannya menyatakan bahwa benih kedelai yang
disimpan selama 6 bulan berpengaruh terhadap daya berkecambah (%). Benih
dengan vigor awal 80 – 95 % yang disimpan selama 6 bulan masih dapat
mempertahankan daya berkecambahnya 80 – 87 %, kecuali varietas Mallika.
Varietas yang memiliki tingkat vigor awal yang rendah 65 – 75 % tidak ada yang
dapat mempertahankan daya berkecambah benih selama disimpan, semua varietas
sudah menurun pada periode simpan 2 bulan.
Hasil penelitian Halimursyadah (2012) menunjukkan bahwa air merupakan faktor
utama untuk mempertahankan viabilitas dan vigor benih pada saat penyimpanan.
Beliau juga menambahkan penurunan daya berkecambah sebanding dengan
bertambahnya periode simpan baik pada kondisi ruang simpan AC maupun
kamar. Namun kondisi ruang simpan AC cenderung lebih baik untuk
penyimpanan dibandingkan kondisi ruang simpan suhu kamar. Sedangkan hasil
penelitian Waluyo et al (2014) menyatakan mutu fiologis bawang daun
dipengaruhi oleh periode simpan, semakin lama benih disimpan pada suhu ruang
mutu fisiologisnya menurun sejalan dengan bertambahnya periode simpan benih.
16
2.4 Pengaruh Genotipe pada Vigor
Sifat genetik benih akan mengekspresikan karakter-karakternya kedalam karakter-
karakter fenotipnya. Hal ini antara lain tampak pada permeabilitas dan warna
kulit benih yang berpengaruh terhadap daya simpan benih (Kuswanto, 2003).
Miao et al. (2001) menyebutkan bahwa kulit benih adalah struktur penting sebagai
suatu pelindung antara embrio dan lingkungan di luar benih, mempengaruhi
penyerapan air, pertukaran gas dan bertindak sebagai penghambat mekanis dan
mencegah keluarnya zat penghambat dari embrio.
Hasil penelitian Mugnisyah (1991) pada benih kedelai melaporkan bahwa pada
varietas kedelai berbiji sedang atau kecil umumnya memiliki kulit berwarna
gelap, tingkat permeabilitas rendah dan memiliki ketahanan yang lebih baik
terhadap penyimpanan yang kurang optimal dan tahan terhadap deraan cuaca
lapang dibanding varietas berbiji besar, berkulit terang dan permeabilitas tinggi.
Hasil penelitian Fikri et al. (2015), menyatakan bahwa malai sorgum manis dari
setiap genotipe memiliki panjang yang berbeda walaupun ditanam pada lahan
yang sama. Hal ini disebabkan oleh faktor genetik dari masing-masing genotipe.
Fikri et al. (2015) juga melaporkan bahwa beberapa genotipe dari galur koleksi
BATAN seperti Patir 1, Patir 2, Patir 3, Patir 4, hingga Patir 10 memiliki
pertumbuhan kecambah yang berbeda-beda. Hasil terbaik yaitu galur Patir 10
dengan panjang plumula lebih dari yang galur yang laiinya, sedangkan Patir 9
memiliki radikula yang lebih panjang dari galur yang lainnya.
17
Hasil penelitian Syafruddin dan Miranda (2015) menunjukkan penggunaan
beberapa varietas jagung berpengaruh yang nyata terhadap vigor benih. Vigor
benih jagung yang terbaik ditemukan pada varietas jagung Bonanza dengan
varietas Pertiwi 3 varietas Manise. Varietas Bonanza lebih banyak berkecambah
normal dibandingkan dengan benih varietas lain yang digunakan pada penelitian
ini. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh genetik berbagai varietas
terhadap vigor benih.
18
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Lampung pada bulan Juni hingga Oktober 2016.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah empat genotipe sorgum yaitu
Mandau, GH-10, GH-11, dan GH-12, kertas CD, kertas merang, air, kantong
plastik kecil dan besar, serta kertas amplop.
Sedangkan alat yang digunakan adalah ruang simpan AC yang dilengkapi alat
pengukur suhu dan kelembaban, tampah, mistar, seed blower, Alat Pengecambah
Benih tipe IPB 73-2A, pengempa kertas, oven, desikator, serta mouisture tester
tipe GMK 7.
19
3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan perlakuan dua faktor (4x3) yang disusun dalam
rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga kelompok. Faktor pertama adalah
empat genotipe sorgum (G), yaitu Mandau (g1), GH-10 (g2), GH-11 (g3), dan
GH-12 (g4). Faktor kedua adalah periode simpan (P), periode simpan 0 bulan
(p1), periode simpan 10 bulan (p2), dan periode simpan 12 bulan (p3). Analisis
data dilakukan untuk melihat homogenitas ragam yang diperoleh dengan Uji
Bartlet, dan apabila data homogen dilakukan Uji Tukey. Apabila asumsi
terpenuhi lalu dilanjutkan dengan analasis ragam dan dilakukan uji lanjut dengan
menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5%. Selanjutnya dilakukan uji
korelasi antar variabel untuk mengetahui korelasi yang terjadi pada tiap variabel.
Susunan kombinasi satuan percobaan yang didapat yaitu; g1p1, g1p2, g1p3, g2p1,
g2p2, g2p3, g3p1, g3p2, g3p3, g34p1, g4p2, dan g4p3 yang akan diulang tiga kali
sebagai kelompok.
I
II
III
g4p1
g3p2
g3p1
g3p3
g3p1
g3p2
g2p1
g4p2
g1p1
g1p2
g2p3
g4p2
g4p2
g1p1
g3p3
g3p2
g4p3
g1p3
g2p3
g3p3
g2p2
g3p1
g2p1
g4p3
g1p3
g1p3
g4p1
g1p1
g4p1
g2p1
g2p2
g2p2
g1p2
g4p3
g1p2
g2p3
Gambar 3. Tata letak percobaan
20
Keterangan: g1 : Genotipe Mandau
g2 : Genotipe GH-10
g3 : Genotipe GH-11
g4 : Genotipe GH-12
p1 : Periode simpan 0 bulan
p2 : Periode simpan 10 bulan
p3 : Periode simpan 12 bulan
I,II,III : Kelompok percobaan
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persiapan Benih
Benih dipanen dari hasil pertanaman pada percobaan Ir. Eko Pramono, M.S. di
Desa Marhain, Kecamatan Anak Tuha Kabupaten Lampung Tengah pada 27 Juli
2015. Benih yang digunakan pada penelitian ini yaitu benih sorgum genotipe
Mandau, GH-10, GH-11, dan GH-12. Pemanenan benih dilakukan dengan
memotong malai lalu dilakukan pengeringan dengan dijemur dibawah sinar
matahari hingga kadar air ±10%. Setelah dilakukan pengeringan dilanjutkan
dengan perontokan, dan pemipilan. Lalu dibersihkan semua kotoran benih
menggunakan seed blower dan secara konvensional menggunakan tampah.
3.4.2 Pengemasan Benih
Benih yang telah dibersihkann lalu dikemas menggunakan kemasan plastik klip.
Satu kemasan plastik berisi kurang lebih 200 butir. Setelah dikemas kemudian
diberi label sesuai dengan perlakuan, isi label tersebut terdiri dari nama genotipe,
periode simpan dan ulangan
21
3.4.3 Penyimpanan
Plastik-plastik yang berisi benih selanjutnya disusun dalam tampah. Kemudian
dimasukkan ke dalam plastik besar untuk menghindari serangan dari hama
gudang. Lalu disimpan pada ruang simpan AC yang bersuhu ±180 dan
kelembaban relatif rata-rata 55 % selama 10 dan 12 bulan.
3.4.4 Uji Vigor
Benih yang sudah sampai pada masa simpan yang ditentukan kemudian di uji
vigornya. Vigor benih dapat di uji dengan uji perkecambahan dengan metode Uji
Kertas Digulung dilapisi Plastik (UKDdP) karena vigor merupakan bagian dari
viabilitas. Uji perkecambahan yang dilakukan yaitu uji keserempakan
perkecambahan (UksP) dan uji kecepatan perkecambahan (UKP).
Uji keserempakan perkecambahan (UKsP) dilakukan untuk mengamati Kecambah
Normal Kuat (KNK), Panjang Tajuk Kecambah Normal (PTKN), Panjang Akar
Primer Kecambah Normal (PAPKN), Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
dan Kecambah Normal Total (KNT). Pada uji ini digunakan 25 butir benih yang
diletakkan di atas 2 lembar kertas CD lembab yang sudah dilapisi plastik, lalu
ditutup dengan 2 lembar kertas lembab lainnya. Setelah itu diberi label nama
genotipe ulangan dan periode simpan lalu diletakkan di dalam germinator tipe IPB
73-2A. Kemudian dilakukan pengamatan setelah 4 hari benih dikecambahkan.
22
Uji kecepatan perkecambahan (UKP) dilakukan untuk mengamati Kecepatan
Perkecambahan (KP). Uji dilakukan dengan cara meletakan 25 butir pada
sebagian kertas merang yang telah dilembabkan diatas plastik lalu ditutup dengan
sebagian lainnya lalu digulung dan dimasukkan ke dalam germinator tipe IPB 73-
2A. Setelah itu dilakukan pengamatan pada hari ke 2, 3, 4, dan 5.
3.5 Variabel Pengamatan
Pengamatan dilakukan tiga kali, p1 pada bulan ke 0, p2 pada bulan ke 12, dan p3
pada bulan ke 12. Variabel yang diamati ialah sebagai berikut:
3.5.1 Persen Kecambah Normal Kuat (% KNK)
Kecambah normal kuat merupakan kecambah normal yang pertumbuhan akar
primer dan tajuknya tumbuh normal dan kuat yang didapat dari uji keserempakan
perkecambahan (UKsP). Kriteria kecambah normal kuat yaitu tumbuh normal,
memiliki akar primer, plumula yang baik, serta panjang tajuk lebih dari 2 cm.
Sedangkan kecambah normal lemah yaitu kecambah yang tumbuh normal,
memiliki panjang akar dan plumula kurang dari 2 cm. Pengamatan dilakukan
setelah kecambah berumur 4 hari setelah dikecambahkan. Persen kecambah
normal kuat dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
x 100%
23
3.5.2 Panjang Akar Primer Kecambah Normal (PAPKN)
Panjang akar primer merupakan sampel yang diambil acak sejumlah 5 kecambah
normal dari UksP dan diukur panjangnya. Pengukuran akar primer dimulai dari
pangkal akar pada benih hingga ujung akar kemudian dihitung rata-rata
panjangnya.
3.5.3 Panjang Tajuk Kecambah Normal
Panjang tajuk merupakan sampel yang diambil acak sejumlah 5 kecambah normal
dari UksP dan diukur panjangnya. Pengukuran tajuk dimulai dari pangkal ajuk
pada benih hingga ujung tajuk kemudian dihitung rata-rata panjangnya.
3.5.4 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Bobot kering kecambah normal merupakan hasil timbangan kecambah normal
tanpa kotiledon yang didapat dari UKsP yang telah dikeringkan dengan oven
selama 3 x 24 jam pada suhu 80o. Hasil pengamatan 5 kecambah yang telah
diukur panjang tajuk dan akarnya lalu dibuang kotiledonnya kemudian
dimasukkan ke dalam kertas amplop setelah itu dioven. Setelah dikeluarkan dari
oven lalu dimasukkan ke dalam desikator sekitar 30 menit untuk menghilangkan
uap panas untuk memudahkan penimbangan.
24
3.5.5 Persen Kadar Air
Kadar air benih diukur secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan moisture
tester meter. Pengukuran menggunakan benih sebanyak 5 butir benih sorgum
dengan satu kali pengukuran. Pada moisture tester meter akan langsung
menunjukkan persen kadar air pada benih tersebut.
3.5.6 Kecambah Normal Total (% KNT)
Kecambah normal total merupakan jumlah kecambah yang normal pada saat
pengamatan uji keserempakan perkecambahan (UKsP). Kriteria kecambah
normal yaitu akar primer dan tajuk berkembang dengan baik atau tidak
membengkok yang didapatkan dari jumlah kecambah normal kuat dan kecambah
normal lemah. Rumus persen kecambah normal yaitu sebagai berikut :
x 100%
3.5.7 Persen Kecepatan Perkecambahan (KP)
Kecepatan perkecambahan adalah kecepatan benih untuk berkecambah secara
normal yang diperoleh dari UKP. Penghitungan nilai kecepatan perkecambahan
benih dilakukan dengan menghitung pertambahan kecambah normal setiap
harinya terhitung sejak hari ke-2 hingga hari ke-5 setelah dikecambahkan seperti
pada rumus sebagai berikut:
25
Keterangan :KP = Persen Perkecambahan (%/hari).
Δ t = Kecambah Normal Harian (%).
t = Jumlah hari sejak penanaman benih hingga
hari.pengamatan ke t (2, 3,4, 5).
43
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Periode simpan 12 bulan tidak menurunkan vigor benih sorgum genotipe
Mandau yang ditunjukkan dengan variabel kecambah normal kuat dan
kecambah normal total.
2. Vigor benih sorgum genotipe Mandau lebih tinggi dibandingkan genotipe GH-
10, GH-11, dan GH-12 ditunjukkan oleh kecambah normal kuat, panjang tajuk
kecambah normal, variabel panjang akar primer kecambah normal, dan bobot
kering kecambah normal.
3. Pengaruh interaksi antara genotipe dan periode simpan menunjukkan
penurunan vigor benih yang berbeda, genotipe Mandau dapat disimpan hingga
12 bulan tanpa mengalami penurunan vigor, sedangkan genotipe GH-10,
GH-11 dan GH-12 hanya dapat disimpan hingga 10 bulan tanpa mengalami
penurunan vigor yang dibuktikan oleh variabel kecambah normal total.
44
5.2 Saran
Penulis menyarankan untuk penggunaan benih sorgum dalam jangka panjang
dapat menggunakan benih genotipe Mandau yang dapat disimpan hingga 12 bulan
pada suhu rendah tanpa mengakami penurunan vigor. Serta dapat pula dilakukan
penelitian lanjutan untuk genotipe mandau pada masa simpan hingga 2 tahun
untuk mengetahui penurunan vigor benihnya.
45
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto dan Y.E, Widyastuti. 2001. Meningkatkan Produksi Jagung di
Lahan Kering, Sawah dan Pasang Surut. Penebar Swadaya. Jakarta.
Andriani, A. dan M. Isnaini. 2013. Morfologi dan Fase Pertumbuhan Sorgum.
Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. 22 hlm.
Arief, R., Mursalim, B. Zakaria, dan S. Saenong. 2010. Analisis Hubungan Mutu
Benih Jagung denga Produktivitas. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan
29(2): 105-116.
Arief, R. dan S. Saenong. 2006. Pengaruh Ukuran Biji dan Periode Simpan Benih
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung. Penelitian Pertanian Tanaman
Pangan 25(1): 52-56.
Balitbang Pertanian. 2013. Sorgum: Inovasi Teknologi dan Pengembangan.
Kementerian Pertanian. 315 hlm.
Ferdianti, H. 2007. Uji Vigor Daya Simpan dan Vigor Kekuatan Tumbuh pada
Beberapa Galur Gandum (Triticum aestivum L.). Skripsi. IPB. Bogor.
Fikri, M. N. A., E. Zuhry, dan Nurbaiti. 2015. Uji Daya Hasil dan Mutu Benih
Beberapa Genotipe Sorgum Manis (Sorghum bicolor [L.] Moench.) Koleksi
BATAN. Jom Faperta 2(1): 1-11.
Firmansyah, I. U., M. Aqil, dan Y. Sinusang. 2003. Laporan Akhir Tahun RPTP
Proses Pascapanen pada Tanaman Jagung dan Sorgum. Balai Penelitian
Tanaman Serealia. Maros.
Firmansyah, I. U., M. Aqil, dan Suarni. 2013. Penanganan Pascapanen Sorgum.
Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.
Halimursyadah. 2012. Pengaruh Kondisi Simpan Terhadap viabilitas dan Vigor
Benih Avicennia marina (Forsk.) Vierh. pada Beberapa Periode Simpan.
Jurnal Agrotropika 17(2): 43-51.
46
Hermawan, R. 2013. Usaha Budidaya Sorgum Si Jago Lahan Kekeringan.
Pustaka Baru Press. Yogyakarta. 166 hlm.
Iriany, N.R. dan A. T. Makkulawu. 2016. Asal Usul dan Taksonomi Tanaman
Sorgum. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. 12 hlm.
Justice, O. L. dan L. N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih.
PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Kartika dan D.K. Sari. 2015. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Invigorasi
Terhadap Viabilitas dan vigor Benih Padi Lokal Bangka Aksesi Mayang.
Enviagro, Jurnal Pertanian dan Lingkungan 8(1): 10-18.
Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih. Kanisius. Yogyakarta. 127 hlm.
Miao, Z. H. and Fortune, J. Gallagher. 2001. Anatomical structure and nutritive of
lupin sead coats. J. Agriculture. Aust. Res. 52 : 985-993.
Mugnisyah, W. Q. 1991. Strategi teknologi produksi benih kedelai untuk
mengatasi deraan cuaca lapang. Makalah Penunjang Seminar Nasional
Teknologi Benih III. Bandung. 10 hlm.
Purwanti, S. (2004). Kajian suhu ruang simpan terhadap kualitas benih kedelai
hitam dan kedelai kuning. Jurnal Ilmu Pertanian 11 (1) : 22-31.
Rahayu, E dan E. Widajati. 2007. Pengaruh Kemasan, Kondisi Ruang Simpan dan
Periode Simpan terhadap Viabilitas Benih Caisin (Brassica chinensis L.). Bul.
Agron. (35) (3) 191-196
Sadjad, S. 1972. Kekuatan Tumbuh Benih. Penataran penyuluhan pertanian
spesialis. Bagian Penataran BIMAS. Departemen Agronomi Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 35 hlm.
Sadjad, S. 1993. Dari Benih kepada Benih. PT Grasindo. Jakarta.
Sadjad, S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. PT Widia Sarana Indonesia.
Jakarta.
Sadjad, S., E. Murniati, dan Ilyas S. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari
Kompratif ke Simulatif. Grasindo dan PT. Sang Hyang Seri. Jakarta.
Sirappa, M. P., 2003. Prospek Pengembangan Sorgum Di Indonesia Sebagai
Komoditas Alternatif Untuk Pangan, Pakan, Dan Industri. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian. Sulawesi Selatan
47
Subagio, H. dan Suryawati. 2013. Wilayah Penghasil dan Ragam Penggunan
Sorgum di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.
Susilowati, S. H., dan Saliem, H. P., 2013. Perdagangan Sorgum di Pasar Dunia
dan Asia serta Prospek Pengembangannya di Indonesia. Pusat Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Rajawali. Jakarta
Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 237 hlm.
Syafruddin dan T. Miranda. 2015. Vigor Benih Beberapa Varietas Jagung pada
Media Tanam Tercemar Hidrokarbon. J.Floratek 10: 18-25.
Takbir, M. 2016. Penyimpanan Benih Empat Varietas Kedelai (Glycine max (L.)
merr) pada Berbagai Tingkat Vigor Awal. Skripsi. IPB. Bogor.
Tatipata, A., P. Yudono, A. Purwantoro, dan W. Mangoendidjojo. 2004. Kajian
Aspek Fisiologi dan Biokimia Deteriorasi Benih Kedelai dalam
Penyimpanan. Ilmu Pertanian 11(2): 76-87.
Tuwu, E. R., G. A. K. Sutariati, dan Suaib. 2012. Pengaruh Kadar Air Benih dan
Jenis Kemasan Terhadap Vigor Benih Sorgum (Sorghum bicolor [L.]
Moench.) dalam Enam Bulan Masa Simpan. Jurnal Berkala Penilitian
Agronomi 1(2): 184-193.
USDA.2008. Classification for Kingdom Plantae Down to Species Sorghum
bicolor( L.) Moench (online). http://plants.usda.gov/java/Classification
Servlet?source=display&classid=SORGH2. Diakses pada 20 November
2016.Pukul 16:00 WIB.
Waluyo, N. C. Azmi, dan R. Kirana. 2014. Pengaruh Jenis Kemasan Terhadap
Mutu Fisiologis benih Bawang Daun (Allium fistulosm L.) Selama Periode
Simpan. Agrin 18(2): 148-157.
Widajati, E., E. Murniati, E. R. Palupi, T. Kartika, M. R.,Suhartanto, dan A.
Qadir. 2013. Dasar-dasar Ilmu dan Teknologi Benih. IPB Press. Bogor.