127
PENGARUH PENGUNGKAPAN SUKARELA, AUDIT TENURE DAN AUDITOR SPESIALIS TERHADAP ASIMETRI INFORMASI DENGAN KOMITE AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI Oleh: Edo Rizki Putra NIM : 1112082000075 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016

PENGARUH PENGUNGKAPAN SUKARELA, AUDIT TENURE DAN …

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH PENGUNGKAPAN SUKARELA, AUDIT TENURE

DAN AUDITOR SPESIALIS TERHADAP ASIMETRI

INFORMASI DENGAN KOMITE AUDIT SEBAGAI

VARIABEL MODERASI

Oleh:

Edo Rizki Putra

NIM : 1112082000075

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016

ii

PENGARUH PENGUNGKAPAN SUKARELA, AUDIT TENURE

DAN AUDITOR SPESIALIS TERHADAP ASIMETRI

INFORMASI DENGAN KOMITE AUDIT SEBAGAI

VARIABEL MODERASI

Oleh:

Edo Rizki Putra

NIM : 1112082000075

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016

iii

PENGARUH PENGUNGKAPAN SUKARELA, AUDIT TENURE DAN

AUDITOR SPESIALIS TERHADAP ASIMETRI INFORMASI DENGAN

KOMITE AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Edo Rizki Putra

NIM: 1112082000075

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I

Yulianti, SE., M.Si

NIP: 19820318 201101 2 011

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Kamis, 07 April 2016 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas

mahasiswa/i:

1. Nama : Edo Rizki Putra

2. NIM : 1112082000075

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : Pengaruh Pengungkapan Sukarela, Audit Tenure dan

Auditor Spesialis terhadap Asimetri Informasi dengan

Komite Audit sebagai Variabel Moderasi.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa/i tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk

melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 07 April 2016

1. Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc.

NIP: -

(_________________________)

Penguji 1

2. Fitri Damayanti, SE., M.Si

NIP: 19810731 200604 2 003

(_________________________)

Penguji 2

v

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu, 24 Agustus 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa/i:

1. Nama : Edo Rizki Putra

2. NIM : 1112082000075

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : Pengaruh Pengungkapan Sukarela, Audit Tenure dan

Auditor Spesialis terhadap Asimetri Informasi dengan

Komite Audit sebagai Variabel Moderasi.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa/i

tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 Agustus 2016

1. Hepi Prayudiawan, SE., MM, Ak., CA (_________________)

NIP: 19720516 200901 1 006 Ketua

2. Yulianti, SE., M.Si (_________________)

NIP: 19820318 201101 2 011 Sekretaris

3. Fitri Damayanti, SE., M.Si (_________________)

NIP: 19810731 200604 2 003 Penguji Ahli

4. Yulianti, SE., M.Si (__________________)

NIP: 19820318 201101 2 011 Pembimbing I

vi

LEMBAR PERNYATAAN

KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Edo Rizki Putra

NIM : 1112082000075

Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas

karya ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai

sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, Agustus 2016

(Edo Rizki Putra)

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Edo Rizki Putra

2. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 27 Agustus 1994

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Agama : Islam

5. Anak ke- dari : 2 dari 2 bersaudara

6. Alamat : Jalan Haryono no. 24 Komplek PU Pasar Jum’at

Kel. Pondok Pinang, Kec. Kebayoran Lama

Jakarta Selatan 12310

7. Telepon : 085711851858

8. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. SDN Pondok Pinang 12 Pagi tahun 1999-2006

2. SMPN 87 Jakarta tahun 2006-2009

3. SMA Yayasan Pendidikan Mulya tahun 2009-2011

4. SMA Harnasto Institut tahun 2011-2012

5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012-2016

III. LATAR BELAKANG ORANG TUA

1. Ayah : Sardino

2. Pendidikan Ayah : SMT

3. Pekerjaan Ayah : Petani

4. Ibu : Nurlaily

5. Pendidikan Ibu : SMA

6. Pekerjaan Ibu : Mengurus Rumah Tangga

viii

THE INFLUENCE OF VOLUNTARY DISCLOSURE, AUDIT TENURE,

AND AUDITOR SPECIALIZATION ON INFORMATION ASYMMETRY

WITH AUDIT COMMITTEE AS MODERATING VARIABLE

ABSTRACT

The purpose of this research was to found an evidences regarding the

influence of voluntary disclosure, audit tenure, and auditor specialization on

information asymmetry. This also examine whether the audit committee can make

strong or weak the influence of voluntary disclosure, audit tenure, and auditor

specialization on information asymmetry.

The sample of this research used banking industry which listed in

Indonesia Stock Exchange during 2011-2015 period. The number of banking

industries were consisted of 45 companies with 5 years observation. This research

based on purposive sampling method. The total of research samples are 145

financial statements. Hypothesis in this research were tested by multiple

regression analysis and MRA (Moderated Regression Analysis).

The results of this research indicated that auditor specialization gave

influence on information asymmetry. Voluntary disclosure and audit tenure did

not influence on information asymmetry. This research found evidence that

interaction between audit tenure and audit committee gave influence on

information asymmetry. The interaction between auditor specialization and audit

committee also gave influence on information asymmetry..

Keyword: Information Asymmetry, Voluntary Disclosure, Audit Tenure, Auditor

Specialization, Audit Committee.

ix

PENGARUH PENGUNGKAPAN SUKARELA, AUDIT TENURE, DAN

AUDITOR SPESIASIS TERHADAP ASIMETRI INFORMASI DENGAN

KOMITE AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti mengenai pengaruh

pengungkapan sukarela, audit tenure, dan auditor spesialis terhadap asimetri

informasi. Penelitian ini juga akan menguji apakah komite audit dapat

memperkuat atau memperlemah pengaruh pengungkapan sukarela, audit tenure,

dan auditor spesialis terhadap asimetri informasi.

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan perbankan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2015. Jumlah perusahaan perbankan

yang dijadikan sampel penelitian adalah 29 perusahaan dengan pengamatan

selama 5 tahun. Penelitian ini berdasarkan purposive sampling. Total sampel

penelitian ini adalah 145 laporan keuangan. Pengujian hipotesis dalam penelitian

ini menggunakan teknik analisis regresi berganda dan MRA (Moderated

Regression Analysis).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa auditor spesialis berpengaruh

terhadap asimetri informasi, sedangkan pengungkapan sukarela dan audit tenure

tidak berpengaruh terhadap asimetri informasi. Penelitian ini menemukan bukti

bahwa interaksi antara audit tenure dengan komite audit berpengaruh terhadap

asimetri informasi. Interaksi antara auditor spesialis dengan komite audit juga

terbukti berpengaruh terhadap asimetri informasi.

Kata kunci: Asimetri Informasi, Pengungkapan Sukarela, Audit Tenure, Masa

Perikatan Audit, Auditor Spesialis, Komite Audit.

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengungkapan Sukarela , Audit Tenure dan

Auditor Spesialis terhadap Asimetri Informasi dengan Komite Audit sebagai

Variabel Moderasi” dengan lancar. Shalwat serta salam senantiasa tercurah

kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, teladan bagi setiap manusia di bumi

Allah.

Skripsi ini merupakan tugas yang diselesaikan sebagai syarat guna

meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Dalam kesempatan ini, penulis inging menyampaikan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah

membantu tersusunnya skripsi ini terutama kepada:

1. Kedua orang tua (Bunda dan Bapak) dan Mas Heru yang selalu mendukung

penulis dalam hal pendidikan.

2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Yessy Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan

Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Yulianti, SE., M.Si selaku dosen pembimbing yang bersedia meluangkan

waktu, serta dengan sabar memberikan pengarahan dan bimbingan dalam

penulisan skrispsi ini.

6. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.

xi

7. Seluruh anggota keluarga yang selalu membantu berjuang dalam hal apapun

terutama Eyang, Bude, Tante, Om Pian, Bude Beti maupun Revo dan Rafli

yang mencoba membantu walau tidak mengerti.

8. Aninditia Hardianti, SE yang telah menemani, memberikan motivasi dan

energi positif dari semester 2 baik di kala susah maupun senang yang telah –

dengan semangat- mendahului mendapat gelar SE.

9. Teman-teman Forum Komunikasi Akuntansi (Forkast) 2012 yang banyak

memberikan pelajaran berharga terhadap penulis.

10. Teman-teman KKN Tangan Nusantara (Angga, Anin, Desi, Omah, Amel,

Tombak, Sofyan, Riyanti, Uni, Khalis, Agung, Mardha) yang telah bersama-

sama melewati sebulan KKN penuh keanehan.

11. Sahabat dari SMA yang sudah seperti keluarga sendiri yaitu Angga Setiady

dan Sofyan Hadi. Terima kasih atas bantuan dan semangat dalam segala hal

sehingga membuat penulis ikut masuk ke dalam dunia perkuliahan.

12. Teman-teman sahabat selama di kampus. (Tombak, Gobel, Ichi, Mawan,

Aziz, Irvan, Ajay, Dean, Jawa, Teguh, Iqbal, Mirza, Ibam, Berry, Joni) terima

kasih atas setiap waktu terbaik yang pernah kita lewati. Semoga Allah

memberikan satu jalan kepada kita, jalan kesuksesan.

Akhir kata, penulis sadar bahwa skripsi ini masih perlu banyak saran dan

masukan yang membangun dari para pembaca. Penulis berharap semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca. Aamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, Agustus 2016

Edo Rizki Putra

xii

DAFTAR ISI

COVER

COVER DALAM .................................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................... v

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. vi

KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................................................................... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vii

ABSTRACT ......................................................................................................... viii

ABSTRAK ............................................................................................................ ix

KATA PENGANTAR ........................................................................................... x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

B. Perumusan Masalah ..................................................................................... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 14

A. Tinjauan Teori .............................................................................................. 14

1. Teori Keagenan (Agency Theory) ......................................................... 14

2. Teori Sinyal (Signalling Theory) .......................................................... 15

3. Asimetri Informasi .................................................................................. 16

4. Pengungkapan Sukarela ......................................................................... 20

5. Audit Tenure ............................................................................................ 22

6. Auditor Spesialis ..................................................................................... 24

7. Komite Audit ........................................................................................... 25

xiii

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................... 27

C. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 31

D. Perumusan Hipotesis Variabel .................................................................... 32

1. Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhadap Asimetri Informasi...... 32

2. Pengaruh Audit Tenure terhadap Asimetri Informasi ......................... 32

3. Pengaruh Auditor Spesialis terhadap Asimetri Informasi ................. 33

4. Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhadap Asimetri Informasi

dengan Moderasi Komite Audit ............................................................ 35

5. Pengaruh Audit Tenure terhadap Asimetri Informasi dengan

Moderasi Komite Audit .......................................................................... 35

6. Pengaruh Auditor Spesialis terhadap Asimetri Informasi dengan

Moderasi Komite Audit .......................................................................... 36

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 38

A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 38

B. Metode Penentuan Sampel .......................................................................... 38

C. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 39

D. Metode Analisis Data................................................................................... 40

1. Analisis Statistik Deskriptif ................................................................... 40

2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 40

a. Uji Normalitas .................................................................................... 40

b. Uji Multikoloniaritas ......................................................................... 41

c. Uji Heteroskesdastisitas .................................................................... 42

d. Uji Autokorelasi ................................................................................. 42

3. Koefisien Determinasi (R2) .................................................................... 43

4. Analisis Regresi Berganda dan Moderated Regression Analysis ..... 44

a. Pengujian dengan Analisis Regresi Berganda ................................ 44

b. Pengujian dengan Moderated Regression Analysis ....................... 45

5. Uji Hipotesis ............................................................................................ 47

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ......................................................... 48

1. Variabel Bebas ......................................................................................... 48

xiv

a. Pengungkapan Sukarela .................................................................... 48

b. Audit Tenure ....................................................................................... 49

c. Auditor Spesialis ................................................................................ 50

2. Variabel Moderasi ................................................................................... 50

a. Komite Audit ...................................................................................... 50

3. Variabel Terikat ....................................................................................... 51

a. Asimetri Informasi ............................................................................. 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 53

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................. 53

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ................................................................... 54

1. Hasil Statistik Deskriptif ........................................................................ 54

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 56

3. Hasil Koefisien Determinasi .................................................................. 62

4. Hasil Uji Hipotesis .................................................................................. 65

C. Pembahasan ................................................................................................... 71

1. Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhadap Asimetri Informasi...... 71

2. Pengaruh Audit Tenure terhadap Asimetri Informasi ......................... 73

3. Pengaruh Auditor Spesialis terhadap Asimetri Informasi ................. 75

4. Pengaruh Hubungan Interaksi Pengungkapan Sukarela dengan

Komite Audit terhadap Asimetri Informasi ......................................... 75

5. Pengaruh Hubungan Interaksi Audit Tenure dengan Komite Audit

terhadap Asimetri Informasi .................................................................. 76

6. Pengaruh Hubungan Interaksi Auditor Spesialis dengan Komite

Audit terhadap Asimetri Informasi ....................................................... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 79

A. Kesimpulan ................................................................................................... 79

B. Saran............................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 81

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 87

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Skandal Hilangnya Independensi Kantor Akuntan Publik .................... 6

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 27

Tabel 3. 1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ................................... 52

Tabel 4. 1 Rincian Perolehan Sampel Penelitian .................................................. 53

Tabel 4. 2 Statistik Deskriptif ............................................................................... 54

Tabel 4. 3 Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov ..................... 56

Tabel 4. 4 Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov setelah

Transformasi ......................................................................................... 57

Tabel 4. 5 Hasil Uji Multikoloniaritas dengan Uji VIF ........................................ 59

Tabel 4. 6 Hasil Uji Heteroskesdastisitas dengan Uji Glejser .............................. 60

Tabel 4. 7 Hasil Uji Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson ............................. 62

Tabel 4. 8 Hasil Koefisien Determinasi Analisis Regresi Berganda .................... 63

Tabel 4. 9 Hasil Koefisien Determinasi H4 ........................................................... 63

Tabel 4. 10 Hasil Koefisien Determinasi H5 ........................................................ 64

Tabel 4. 11 Hasil Koefisien Determinasi H6 ........................................................ 64

Tabel 4. 12 Hasil Uji t Analisis Regresi Berganda ............................................... 65

Tabel 4. 13 Hasil Uji H4 ........................................................................................ 67

Tabel 4. 14 Hasil Uji H5 ........................................................................................ 68

Tabel 4. 15 Hasil Uji H6 ........................................................................................ 69

Tabel 4. 16 Tingkat Pengungkapan Sukarela dan Asimetri Informasi ................. 72

Tabel 4. 17 Tingkat Audit Tenure dan Asimetri Informasi ................................... 73

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Skema Kerangka Pemikiran ............................................................. 31

Gambar 4. 1 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram ............................... 58

Gambar 4. 2 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normal P-Plot ........................ 58

Gambar 4. 3 Hasil Uji Heteroskesdastisitas dengan Grafik Scatterplot ............... 61

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan Perbankan 2011-2015........................... 88

Lampiran 2 Indeks Pengungkapan Sukarela ....................................................... 90

Lampiran 3 Perhitungan Variabel Dependen (Asimetri Informasi) .................... 91

Lampiran 4 Perhitungan Variabel Independen (Pengungkapan Sukarela) ......... 94

Lampiran 5 Perhitungan Variabel Independen (Audit Tenure) ........................... 98

Lampiran 6 Perhitungan Variabel Indepeden (Auditor Spesialis) ..................... 101

Lampiran 7 Perhitungan Variabel Moderasi (Komite Audit) ............................ 107

Lampiran 8 Hasil Output SPSS .......................................................................... 110

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka mewujudkan perekonomian yang modern, banyak

perusahaan yang melakukan pemisahtugasan antara pemilik (principal) dan

manajemen (agen). Hal ini menimbulkan konsekuensi berupa

pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan tersebut secara periodik yang

umumnya melalui media laporan keuangan oleh manajer. Sebagai media

pertanggungjawaban, laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang

diperlukan sebagai sarana untuk pengambilan keputusan oleh pihak terkait,

baik itu pihak internal ataupun pihak eksternal perusahaan (Singgih dan

Bawono, 2010; Wasilah, 2005).

Konsekuensi yang timbul akibat pemisahtugasan dengan pembuatan

laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban dari manajemen terhadap

pemilik adalah adanya ketidakseimbangan informasi. Ketidakseimbangan

informasi ini muncul karena adanya ketidakseimbangan penguasaan

informasi. Murni (2009) menjelaskan bahwa ketidakseimbangan informasi

atau biasa disebut asimetri informasi ini mengarah pada berbagai tindakan

opportunistik manajer, yang memiliki akses informasi lebih banyak mengenai

prospek dan keadaan perusahaan dibandingkan dengan pemilik perusahaan

(pemegang saham).

2

Asimetri informasi merupakan hal yang harus dikurangi kemungkinan

terjadinya, karena asimetri informasi dapat mengarah kepada perbuatan yang

merugikan perusahaan secara umum. Manajer cenderung akan menyajikan

informasi yang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan jika informasi yang

diminta berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer yang biasanya dapat

terlihat dalam angka perolehan laba dari perusahaan (Chairunnisa, 2014). Hal

ini menimbulkan suatu keharusan bagi pemegang saham untuk mengeliminasi

asimetri informasi. Asimetri informasi menciptakan manfaat ekonomi yang

belum seharusnya diakui oleh pihak manajemen dan pihak internal lainnya,

tetapi asimetri informasi juga turut menghalangi investor untuk mendapatkan

beberapa kemungkinan keuntungan (Varici, 2013).

Tindakan kecurangan yang dilakukan oleh manajer terkait dengan

ketidakseimbangan informasi yang terjadi dengan pemegang saham semakin

dipertegas dengan basis akrual yang dipilih karena lebih rasional dan adil

dalam mencerminkan kondisi keuangan secara riil. Namun penggunaan dasar

akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam

memilih metode selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi

Keuangan yang berlaku. Tindakan pemilihan metode yang secara sengaja

dipilih untuk tujuan tertentu disebut tindakan manajemen laba.

Laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen perusahaan memuat

beberapa pengungkapan dalam perusahaan, baik pengungkapan wajib maupun

pengungkapan sukarela. Pengungkapan sukarela merupakan bagian dari

pengungkapan nonfinansial yang diharapkan dapat membantu investor dalam

3

memahami strategi bisnis perusahaan. Menurut Sidharta dan Istini (2000),

pengungkapan informasi nonfinansial bagi stakeholders sangat penting karena

adanya keterbatasan pengukuran finansial. Informasi pengungkapan sukarela

diharapkan dapat menjelaskan resiko yang mungkin dapat diminimalisir

maupun kemungkinan return yang akan diperoleh oleh investor.

Pengungkapan ini akan memberikan informasi lebih tentang perusahaan

kepada pasar yang mencerminkan nilai perusahaan (Nugrahani dan Nugroho,

2010). Namun, manajemen akan mengungkapkan informasi secara sukarela

bila manfaat yang diperoleh dari pengungkapan informasi tersebut lebih besar

dari biayanya.

Perusahaan dituntut untuk melakukan pengungkapan lebih dari

pengungkapan yang ditetapkan dalam bentuk pengungkapan sukarela, salah

satunya adalah pengungkapan aktivitas fundamental yang memberikan

keuntungan jangka panjang. Pengungkapan sukarela bermanfaat untuk

menarik perhatian analis dalam meningkatkan akurasi ekspektasi pasar,

menurunkan asimetri informasi pasar, dan menurunkan keterkejutan pasar

(Bahmani, 2014).

Dengan didasarkan pada kebutuhan pemegang saham atas informasi

perusahaan tersebut membuat pihak pemegang saham rela meningkatkan

biaya modalnya untuk meningkatkan kualitas dan transparansi laporan

keuangan. Hal tersebut diimplemetasikan dengan menggunakan jasa audit

yang diberikan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang independen. Jasa

audit diharapkan mampu memberikan jaminan keyakinan atas laporan

4

keuangan dan meminimalisir terjadinya asimetri informasi yang akan

merugikan para investor. Penggunaan jasa akuntan publik dilakukan oleh

perusahaan untuk memperkuat transparansi dan kebenaran laporan keuangan

yang sudah diperkuat dengan adanya pengungkapan sukarela yang telah

dilakukan. Penggunaan jasa akuntan publik ini diharapkan mampu

mengurangi ketidakseimbangan informasi yang ada.

Hal tersebut diperkuat dengan Peraturan BAPEPAM Nomor Kep-

431/BL/2012 mengenai keharusan perusahaan go public untuk menyampaikan

Laporan Keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan

(SAK) dan melampirkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan

publik. Selain itu, setiap perusahaan perbankan di Indonesia memiliki

kewajiban tersendiri untuk melaporkan keuangannya seperti yang tercantum

dalam Peraturan Bank Indonesia No. 14/14/PBI/2012. Tingkat keandalan

informasi inilah yang pada akhirnya akan mempengaruhi keputusan pihak

eksternal yang menggunakan informasi tersebut (Wakum dan Wisadha, 2014).

Suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh KAP melalui auditor yang

ditunjuknya, tidak semata hanya menjalankan kewajiban dalam proses audit

terhadap klien, melainkan selama proses pemeriksaan hingga menghasilkan

laporan audit seorang auditor bertanggung jawab terhadap kepentingan pihak

lain yang berkaitan dengan laporan keuangan auditan. Pihak-pihak lain

perusahaan, yang biasanya terdiri atas beberapa pihak seperti: pemilik

perusahaan, karyawan, investor, kreditor, badan pemerintahan, organisasi

nirlaba, dan masyarakat (Simamora, 2000).

5

Keberadaan KAP menyediakan jasa untuk mengaudit laporan

keuangan yang dilakukan oleh para auditor yakni untuk meyakinkan bahwa

laporan keuangan suatu perusahaan tersebut mempunyai kredibilitas yang

berguna bagi pihak-pihak pemakai laporan keuangan, maka laporan keuangan

tersebut harus diaudit oleh auditor yang independen agar auditor dapat

bersikap obyektif dan independen terhadap informasi yang disajikan

(Santriatini, Sinarwati, dan Musmini, 2014). Meskipun sangat kecil

kemungkinan untuk menghapus asimetri informasi secara menyeluruh, namun

kehadiran auditor independen sebagai pihak ketiga dapat mengurangi asimetri

informasi tersebut (Varici, 2013)

Selain melalui pengungkapan sukarela, asimetri informasi dapat

dikurangi dengan adanya audit tenure. Audit tenure adalah masa perikatan

audit antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dan klien terkait jasa audit yang

telah disepakati sebelumnya. Tenure biasanya dikaitkan dengan pengaruhnya

terhadap independensi auditor. Hubungan yang panjang antara Kantor

Akuntan Publik (KAP) dan klien berpotensi untuk menimbulkan kedekatan

antara mereka. Hal tersebut dapat menghalangi independensi auditor.

Kasus-kasus skandal akuntansi dalam beberapa tahun belakangan yang

melibatkan Kantor Akuntan Publik (KAP) sedikit melunturkan independensi

akuntan publik di mata publik. Kegagalan yang dilakukan oleh Kantor

Akuntan Publik tersebut sangat berkaitan dengan masa perikatan audit yang

lama. Kasus seperti itu terjadi pada Enron, Parmalat, dan kasus-kasus lainnya

6

(Tabel 1.1) yang membuat pengguna informasi keuangan mengalami

penurunan kepercayaan atas hasil audit.

Tabel 1. 1 Skandal Hilangnya Independensi Kantor Akuntan Publik

No. Nama Perusahaan Tuduhan kasus skandal independensi kantor

akuntan publik (KAP)

1. Enron Co. Keterlibatan para auditor KAP Arthur Andersen

dalam kegiatan internal perusahaan Enron Co.

Dimana komposisi Internal Audit Enron Co

berisikan auditor para auditor dan partner dari

KAP Artur Andersen. Andersen sendiri pada

tahun 1994 merupakan auditor internal dari

Enron Co (Chicago Tribune)

2. Parmalat KAP Grant Thronton merupakan auditor

Parmalat dari tahun 1990-1999 yang merupakan

salah satu second-accounting firms terbesar.

Pada tahun 1999, Parmalat harus mengganti

auditor sesuai dengan undang-undang Italia dan

kemudian Parmalat KAP Delloit Touche

Tohmatsu. Akan tetapi, KAP Grant Thoronto

tetap melanjutkan audit atas entitas Parmalat di

luar Italia.

3. Tesco Hubungan yang cukup lama terjalin antara Tesco

dan auditornya (PwC) lebih dari 31 tahun. Selain

mengaudit Tesco, PwC juga menjadi auditor

Sainsbury’s selama 20 tahun yang merupakan

saingan dari Tesco. Dalam hal ini PwC

tersandung kasus fraud yang ditemukan oleh

KAP Delloit saat melakukan audit Investigasi

“Area of Focus” yang menjadi penjelasan

singkat PwC dalam Laporan Audit Independen

(LAI) untuk tahun 2014 yang membuktikan

bahwa laporan keuangan Tesco mengalami salah

saji material sebesar £250 juta selama diaudit

oleh PwC.

4. Herbalife Ltd. Dan

Skechers

Terlibatnya mantan partner KAP KPMG yang

dengan melakukan perdagangan surat berharga

berdasarkan informasi “orang dalam”. Scott

memberikan informasi surat berharga dari dua

klien KPMG tersebut untuk membantu temannya

yang sedang kesulitan dalam usaha permata Sumber: Theodorrus M. Tuanakota 2015

7

Pada kasus Enron Co, KAP Arthur Andersen dinilai tidak dapat

menjaga independensinya sebagai akuntan publik, hal ini dikarenakan selain

sebagai auditor Enron, KAP Arthur Andersen juga terlibat dalam memberikan

jasa kepada akuntansi bahkan sebagai audit internal Enron Co. Penyebab

utama dalam kasus ini adalah tenure yang terjalin selama 16 tahun cukup

lamanya antara Enron dan Andersen, sehingga kedekatan secara internal

diantara kedua pihak munculah skandal tersebut. Karena perbuatan mereka ini

Enron Co. mengalami kebangkrutan dalam bisnisnya dan meninggalkan utang

milyaran dolar. Sedangkan KAP Arthur Andersen kehilangan independensi

dan kepercayaan dari masyarakat.

Skandal Enron dengan KAP Arthur Andersen merupakan kasus yang

mencoreng dunia bisnis, khususnya bagi dunia akuntan publik. Berlakunya

kewajiban pergantian atau rotasi KAP merupakan jawaban Sarbanex-Oxley

Act 2002 terhadap skandal accounting dan gagal audit (audit failure) the Big

Five yang masif di penghujung abad ke-20 (Tuanakotta, 2015). Kebijakan

regulasi yang diambil oleh Sarbanex-Oxley Act atas kasus Enron Co.

menjadikan tolak ukur bagi setiap negara agar kasus yang sama tidak terulang

lagi di negaranya masing-masing serta diharapkan mampu memperkuat

independensi auditor dan mengurangi kejadian pelanggaran audit.

Dampak dari SOX juga terjadi di Indonesia, yaitu dengan dirubahnya

KMK Nomor 359/KMK.06/2003 menjadi PMK Nomor 17/PMK.01/2008

yang di dalamnya terdapat peraturan mengenai audit tenure. Peraturan

tersebut menyatakan bahwa pembatasan tenure bagi kantor akuntan publik

8

(KAP) adalah selama enam tahun buku berturut-turut dan masa tunggu dua

tahun. Pemberlakuan kebijakan tersebut menyebabkan KAP harus

mempersiapkan auditor mereka untuk penugasan pada klien yang baru,

sehingga kondisi tersebut berdampak pada tingginya biaya start-up (Carcello

dan Nagy, 2004 dalam Wakum dan Wisadha, 2014).

Klien cenderung akan memberikan informasi awal mengenai kondisi

perusahaan di awal perikatan audit. Hal ini sebagai dampak dari dibatasinya

audit tenure. Asimetri informasi menjadi rentan terjadi dalam masa awal

perikatan audit tersebut karena dalam periode tersebut auditor harus mampu

menyelesaikan tugas auditnya, sementara ada kemungkinan bahwa auditor

belum mengetahui informasi dan prospek perusahaan klien. Namun dalam

perikatan audit di tahun-tahun berikutnya, auditor dinilai mampu mengurangi

asimetri informasi karena auditor telah memahami informasi yang dibutuhkan

untuk menilai bisnis klien (Wakum dan Wisadha, 2014). Hasil penelitian yang

dilakukan Primadita (2012) didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Wakum dan Wisadha (2014) yang menyatakan bahwa semakin pendek audit

tenure, maka semakin tingginya efek asimetri informasi yang ditimbulkan.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Almutairi (2009) yang diperkuat

kembali oleh Hakim dan Omri (2010) yang menyatakan bahwa audit tenure

berpengaruh positif terhadap asimetri informasi.

Rotasi audit tidak hanya bermanfaat sebagai solusi dalam mengatasi

masalah independensi auditor akibat hubungan tenure yang panjang tetapi

juga bermanfaat untuk meningkatkan pengalaman auditor. Pengalaman auditor

9

dapat meningkatkan pemahaman auditor mengenai kondisi perusahaan seperti

internal kontrol, resiko bisnis dan resiko audit perusahaan pada suatu jenis

industri yang diaudit karena rotasi audit membuka kesempatan bagi auditor

untuk mengembangkan kompetensi dan pengetahuannya dalam menangani

klien pada jenis industri yang sama.

Auditor dikatakan berpredikat spesialis dikarenakan auditor telah

memiliki banyak pengalaman melakukan audit dan terkonsentrasi pada suatu

jenis industri tertentu (Habib dan Bhuiyan, 2011). Strategi spesialisasi industri

yang dilakukan auditor ini dapat meningkatkan pengetahuan spesifik pada

industri tertentu dengan lebih komprehensif sehingga dapat mengurangi

asimetri secara lebih baik.

Aspek lain terkait dengan skandal keuangan yang terjadi ialah

penerapan good corporate governance. Asimetri informasi yang timbul

diduga terjadi karena lemahnya penerapan good corporate governance dalam

perusahaan. Salah satu aspek good corporate governance yang masih sering

menjadi perdebatan di berbagai kalangan ialah keberadaan komite audit.

Terungkapnya skandal manipulasi keuangan perusahaan terkemuka telah

membuka pertanyaan lebih jauh mengenai efektivitas komite audit dalam

menjalankan tugasnya. (Wakum et al., 2014).

Tugas komite audit berkaitan dengan kualitas laporan keuangan,

karena peran utama komite audit adalah membantu Dewan Komisaris dalam

hal pengawasan laporan keuangan oleh manajemen. Dengan demikian, komite

audit memegang peranan sangat penting dalam mekanisme pengendalian

10

internal perusahaan. Perusahaan yang memiliki komite audit harus mampu

menyediakan informasi yang andal dan akurat serta diarahkan untuk mampu

mengurangi tindakan oportunistik manajer. Evi dan Dhinar (2009) dalam

penelitiannya mengungkapkan bahwa keberadaan komite audit independen

tidak berpengaruh pada penurunan asimetri informasi di sekitar pengumuman

laba.

Namun, pandangan lain menyebutkan bahwa komite audit yang

menjadi bagian dalam good corporate governance terbukti mampu

mengurangi efek asimetri informasi seperti yang telah terbukti oleh penelitian

Kanagaretman (2007) dan Elbadry (2013). Nuratama (2011) memasukkan

unsur komite audit sebagai variabel moderasi antara audit tenure dengan

kualitas audit. Sementara Wakum (2014) memasukkan unsur komite audit

sebagai variabel moderasi antara audit tenure dan asimetri informasi dengan

hasil yaitu komite audit mempunyai kemampuan memperlemah pengaruh

negatif audit tenure terhadap asimetri informasi. Adanya perbedaan hasil

penelitian tersebut menyebabkan perlunya dicari telaah lain terkait dengan

keberadaan komite audit dalam hubungannya dengan audit tenure serta

asimetri informasi.

Penelitian ini memiliki beberapa perbedaan penelitian dengan

penelitian terdahulu. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan

gabungan variabel-variabel dari penelitian terdahulu yaitu penelitian Wakum

dan Wisadha (2014) yang menggunakan variabel audit tenure, komite audit

dan asimetri informasi, penelitian Primadita (2012) yang menggunakan

11

variabel audit tenure, auditor spesialis dan asimetri informasi serta penelitian

Bahmani (2014) yang menggunakan variabel pengungkapan dan asimetri

informasi. Sedangkan objek penelitian ini sama dengan penelitian Wakum

(2014) yaitu perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI). Alasan perusahaan perbankan dipilih dalam penelitian ini adalah

perusahaan perbankan memiliki kewajiban yang lebih kuat dalam melaporkan

laporan keuangan yang sesuai standar dan telah diaudit karena tertera dalam

Peraturan BAPEPAM Nomor Kep-431/BL/2012 dan Peraturan Bank

Indonesia No. 14/14/PBI/2012.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian dilakukan untuk menguji

kembali variabel-variabel penelitian karena masih ditemukan

ketidakkonsistenan antara beberapa hasil penelitan sebelumnya, serta

penelitian dengan variabel terkait masih jarang ditemui di Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Pengungkapan Sukarela, Audit Tenure dan Auditor Spesialis

terhadap Asimetri Informasi dengan Komite Audit sebagai Variabel

Moderasi”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang

hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah pengungkapan sukarela berpengaruh terhadap asimetri informasi?

2. Apakah audit tenure berpengaruh terhadap asimetri informasi?

12

3. Apakah auditor spesialis berpengaruh terhadap asimetri informasi?

4. Apakah komite audit memoderasi pengaruh pengungkapan sukarela

terhadap asimetri informasi?

5. Apakah komite audit memoderasi pengaruh audit tenure terhadap asimetri

informasi?

6. Apakah komite audit memoderasi pengaruh auditor spesialis terhadap

asimetri informasi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk hal-hal

sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengaruh pengungkapan sukarela terhadap asimetri

informasi pada suatu perusahaan.

b. Untuk mengetahui pengaruh audit tenure terhadap asimetri informasi

pada suatu perusahaan.

c. Untuk mengetahui pengaruh auditor spesialis terhadap asimetri

informasi pada suatu perusahaan.

d. Untuk mengetahui moderasi komite audit terhadap pengaruh

pengungkapan sukarela terhadap asimetri informasi pada suatu

perusahaan.

e. Untuk mengetahui moderasi komite audit terhadap pengaruh audit

tenure terhadap asimetri informasi pada suatu perusahaan

13

f. Untuk mengetahui moderasi komite audit terhadap pengaruh auditor

spesialis terhadap asimetri informasi pada suatu perusahaan.

2. Manfaat Penelitian

a. Kontribusi Teoritis

1) Memberikan pengetahuan tambahan secara lebih luas tentang ilmu

pengauditan, secara khusus terkait wawasan tentang asimetri

informasi.

2) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai

bahan referensi penelitian selanjutnya.

b. Kontribusi Praktis

1) Memberikan informasi kepada perusahaan untuk melihat fenomena

asimetri informasi di dalam sebuah unit perusahaan.

2) Memberikan informasi kepada pemegang saham cara untuk

mengurangi asimetri informasi.

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan teori keagenan sebagai

suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta pihak

lainnya (agent) untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan atas nama

prinsipal yang melibatkan pendelegasian beberapa wewenang pembuatan

keputusan kepada agen. Menurut Hadiprajitno (2013) teori keagenan

merupakan ranting yang diturunkan dari teori ekonomi neoklasik Adam

Smith.

Menurut Raharjo (2007), teori agensi terfokus pada dua individu

yaitu prinsipal dan agen. Prinsipal mendelegasikan responsibility decision

making kepada agen. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai

orang-orang ekonomi yang rasional yang semata-mata termotivasi oleh

kepentingan pribadi, tapi mereka kesulitan membedakan penghargaan atas

prefensi, kepercayaan, dan informasi. Rahmawati (2008) mendefinisikan

teori keagenan mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara

manajer sebagai agen dengan pemilik yang dalam hal ini merupakan

pemegang saham/investor.

Oleh karena itu, auditor independen berperan sebagai penengah

agent dan principle yang berbeda kepentingan. Auditor independen juga

15

berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul dari perilaku

mementingkan diri sendiri oleh agen (manajer). Penugasan auditor di

perusahaan klien merupakan bentuk pengawasan atas kinerja manajemen

selaku agen dari prinsipal di sebuah perusahaan dengan adanya laporan

audit yang dihasilkan oleh auditor. Laporan tersebut dijadikan oleh

prinsipal sebagai sumber informasi terpercaya untuk mengevaluasi

manajemen sebagai agen dan membuat rencana-rencana strategis

perusahaan kedepannya.

2. Teori Sinyal (Signalling Theory)

Signalling theory dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan

keuangan yang menggunakan informasi yang asimetri antara perusahaan

dengan pihak luar karena manajemen lebih banyak tahu tentang prospek

perusahaan dan peluang masa depan dibandingkan pihak luar (investor).

Asimetri informasi akan terjadi jika manajemen tidak secara penuh

menyampaikan semua informasi yang dapat mempengaruhi nilai

perusahaan ke pasar modal. Asimetri informasi perlu diminimalkan,

sehingga perusahaan go public dapat menginformasikan keadaan

perusahaan secara transparan kepada investor (Primadita, 2012)

Investor selalu membutuhkan informasi yang simetris sebagai

pemantauan dalam menanamkan dana pada suatu perusahaan. Jadi sangat

penting bagi perusahaan untuk memberikan informasi setiap rekening

16

pada laporan keuangan dimana merupakan sinyal untuk diinformasikan

kepada investor maupun calon investor (Subalno, 2009).

3. Asimetri Informasi

Laporan keuangan dibuat dengan tujuan untuk digunakan oleh

berbagai pihak, termasuk pihak internal perusahaan itu sendiri. Pihak-

pihak yang sebenarnya paling membutuhkan laporan keuangan adalah para

pengguna eksternal (pemegang saham, kreditor, pemerintah, masyarakat)

(Singgih dan Bawono, 2010). Pradnyani (2014) menjelaskan bahwa para

pengguna internal mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi pada

perusahaan, sedangkan pihak eksternal yang tidak berada di perusahaan

secara langsung, tidak mengetahui informasi tersebut sehingga

ketergantungan manajemen terhadap informasi akuntansi tidak sebesar

para pengguna eksternal.

Salah satu kendala yang akan muncul antara agen dan prinsipal

adalah adanya asimetri informasi (Rahmawati, 2012). Asimetri informasi

adalah suatu keadaan dimana agen mempunyai informasi yang lebih

banyak tentang perusahaan dan prospek di masa yang akan datang

dibandingkan dengan prinsipal (Murni, 2009). Kondisi ini memberikan

kesempatan kepada agen menggunakan informasi yang diketahuinya untuk

memanipulasi pelaporan keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan

kemakmurannya (Pradnyani, 2014).

17

Scott (2009) dalam Primadita (2012) mengelompokkan asimetri

informasi ke dalam dua jenis, antara lain :

a. Adverse selection, yaitu jenis asimetri informasi dimana pihak-pihak

yang melakukan transaksi bisnis, atau transaksi potensial mempunyai

informasi lebih dibanding pihak-pihak lain.

Adverse selection terjadi karena para manajer serta pihak internal lain

biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek

perusahaan dibandingkan pihak luar. Dan mungkin terdapat fakta-

fakta yang dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh

prinsipal tersebut yang tidak disampaikan kepada prinsipal, sehingga

muncul bias dalam pemilihan untuk mendapatkan pilihan yang tepat.

Jadi adverse selection timbul akibat adanya informasi yang

tersembunyi.

b. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang

manajer tidak seluruhnya diketahui oleh investor (pemegang saham

dan kreditor), sehingga manajer dapat melakukan tindakan di luar

pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan

sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.

Moral hazard adalah memanfaatkan ketidaktahuan pihak lain untuk

melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan perjanjian awal yang

akibatnya merugikan pihak lain. Dalam hal ini, agen memanfaatkan

ketidaktahuan prinsipal untuk menyajikan suatu laporan yang tidak

18

sesuai perjanjian awal atau standar yang berlaku sehingga terjadilah

moral hazard.

Estimasi akuntansi dapat dilakukan berdasarkan tiga kategori

utama (Wasilah, 2005), yaitu:

1. Berdasarkan analyst forecast.

Metode ini dikembangkan berdasarkan pemikiran dari

Blackwell dan Dubins. Proksi yang digunakan adalah keakuratan

analisis dalam melakukan atas earning per share (EPS) dan prediksi

para analis sebagai ukuran asimetri informasi. Masalah yang sering

timbul dari perhitungan ini adalah para analis seringkali bersikap

over-reacting terhadap informasi negatif. Selain itu, penggunaan

forecast error sebagai cara menghitung informasi asimetri selalu

tidak berhubungan dengan tingkat resiko yang dihadapi oleh

perusahaan melainkan mungkin berhubungan dengan fluktuasi dari

earning dan bukan disebabkan oleh asimetri informasi yang lebih

tinggi. Namun, Chung (1995) dalam Wasilah (2005), berpendapat

bahwa ada hubungan positif antara pendapat dengan selisih harga

bid-ask.

2. Berdasarkan kesempatan berinvestasi.

Bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi

mempunyai kemampuan lebih baik untuk memprediksi arus kas pada

periode mendatang, prediksi tersebut berdasarkan aset perusahaan.

19

Beberapa proksi yang banyak digunakan adalah rasio market to book

value of equity, market to book value of asset, price earning ratio.

Alasan penggunaan rasio tersebut adalah:

a) Rasio market to book value dari ekuitas dan aset, selain

mencerminkan kinerja perusahaan, juga mencerminkan

potensi pertumbuhan perusahaan dengan aset yang

dimilikinya. Market To Book Value atau Price Book Value

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja

pasar saham terhadap nilai bukunya. Nilai buku (book value

per lembar saham) menunjukkan aktiva bersih (net asset)

yang dimiliki oleh pemilik saham dengan memiliki satu

lembar saham. Karena aktiva bersih sama dengan total

ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar. Nilai pasar

adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat

tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar

ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham

bersangkutan di pasar bursa.

Perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya

nilai market to book value-nya mencapai di atas satu, yang

menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar daripada

nilai bukunya. Market to Book Value adalah indikator yang

digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. Semakin besar

rasio Price to Book Value, semakin tinggi perusahaan

20

dinilai oleh para pemodal (investor) relatif dibandingkan

dengan dana yang telah ditanamkan.

b) Price earning ratio mencerminkan resiko dari pertumbuhan

earning yang dihadapi perusahaan.

3. Berdasarkan teori market microstructure.

Yang menjadi perhatian luas dari teori ini adalah

bagaimana harga dan volume perdagangan dapat terbentuk,

untuk melihat kedua faktor tersebut terbentuk. Untuk melihat

kedua faktor tersebut terbentuk melalui bid-ask spread yang

menyatakan bahwa terdapat suatu komponen spread yang turut

memberikan kontribusi kerugian yang dialami dealer

(perusahaan) ketika melakukan transaksi dengan pedagang

terinformasi (informed traders). Bid-ask spread merupakan

selisih harga beli tertinggi dimana trader (pemegang saham)

bersedia membeli suatu saham dengan harga jual terendah

dimana trader bersedia menjual saham tersebut.

4. Pengungkapan Sukarela

Menurut Nugrahani (2010) pengungkapan sukarela adalah

pengungkapan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh

peraturan yang berlaku. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan

yang dapat dengan leluasa dilakukan perusahaan sesuai kepentingan

21

perusahaan yang dianggap relevan dan mendukung dalam pengambilan

keputusan ekonomi yang akan dilakukan oleh pengguna informasi tahunan

(annual report) (Adhi, 2012).

Manajemen akan mengungkapkan informasi secara sukarela bila

manfaat yang diperoleh pengungkapan informasi tersebut lebih besar dari

biayanya. Pertimbangan pengungkapan informasi yang didasarkan oleh

faktor biaya dan manfaat karena standar-standar akuntansi biasanya tidak

mewajibkan pengungkapan yang maksimal.

Laporan tahunan bagi investor sebagai pihak utama pengguna

informasi merupakan media analisis dalam melakukan keputusan investasi

karena investasi merupakan kegiatan yang sangat berisiko dan penuh

ketidakpastian, maka pengungkapan sukarela laporan keuangan tahunan

perusahaan diharapkan mampu mengurangi keraguan para investor dalam

melakukan kegiatan investasi. Para investor sangat membutuhkan

informasi mengenai kondisi perusahaan yang dapat dipercaya, relevan,

penuh dan transparan. Pengungkapan sukarela yang memberikan informasi

pendukung lain mengenai perusahaan diharapkan mempermudah investor

dalam melakukan analisis investasi kepada perusahaan (Indriani, 2014).

Hendriksen dan Brenda (2001), ada beberapa alasan yang

menyebabkan perusahaan enggan melakukan pengungkapan, yaitu sebagai

berikut:

a. Pengungkapan akan membantu para pesaing dan merugikan

pemegang saham.

22

b. Pengungkapan yang lengkap akan memberikan keuntungan kepada

serikat pekerja dalam hal tawar menawar upah.

c. Adanya keraguan terhadap kemampuan investor dalam memahami

kebijakan dan prosedur akuntansi sehingga full disclosure hanya akan

menyesatkan.

d. Tersedianya sumber-sumber informasi lain selain laporan tahunan

yang tersedia dengan biaya yang lebih mahal.

e. Kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan investor.

5. Audit Tenure

Audit tenure adalah masa perikatan audit antara KAP dan klien

terkait jasa audit yang telah disepakati sebelumnya. Tenure biasanya

dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap independensi auditor. Hubungan

yang panjang antara KAP dan klien berpotensi untuk menimbulkan

kedekatan antara mereka. Hal tersebut dapat menghalangi independensi

auditor.

Di Indonesia, ketentuan mengenai audit tenure telah diatur dalam

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia (KMK) No.

423/KMK.06/2002 mengenai pembatasan praktik Akuntan Publik, yang

kemudian diubah menjadi 359/KMK.06/2003 mengenai “Jasa Akuntan

Publik”, berisi tentang aturan lamanya pemberian jasa audit umum oleh

KAP atas laporan keuangan dari suatu entitas paling lama adalah 5 (lima

tahun) buku berturut-turut dan oleh Akuntan Publik paling lama adalah 3

23

(tiga) tahun buku berturut-turut. Peraturan tersebut diperbaharui kembali

dalam Peraturan Menteri Keuangan No.17/PMK.01/2008 dengan

mengubah batas lamanya pemberian jasa audit oleh KAP dari 5 (lima)

tahun buku berturut-turut menjadi 6 (enam) tahun buku berturut-turut.

Giri (2010) menyatakan pihak yang mendukung kebijakan rotasi

audit ini menyandarkan pada dua argumen dasar, yaitu:

a. Hubungan kerjasama yang lama antara manajemen dengan auditor

dapat menurunkan independensi auditor, dan

b. Kualitas dan kompetensi kerja auditor cenderung menurun secara

signifikan dari waktu ke waktu.

Sedangkan pihak yang menolak kebijakan rotasi audit memiliki

beberapa argumen diantaranya:

a. Kompleksitas dan ukuran perusahaan modern tidak mendukung

pelaksanaan audit jangka pendek.

b. Auditor tidak lagi berada pada posisi memperoleh pengampunan dari

manajemen.

c. Dengan pembatasan rotasi audit, KAP diragukan memiliki

pengetahuan yang cukup mendalam mengenai bisnis perusahaan, dan

d. Timbulnya tambahan kos audit bagi klien dan juga bagi akuntan

publik.

Hal ini semakin dipertegas dengan perbedaan penelitian mengenai

audit tenure terhadap asimetri informasi dimana Wakum dan Wisadha et

al. (2014) serta Primadita (2012) menyatakan bahwa audit tenure memiiki

24

pengaruh negatif terhadap asimetri informasi. Sementara Almutairi (2009)

serta Hakim dan Omri (2010) menyatakan hal yang sebaliknya, yaitu audit

tenure berpengaruh positif terhadap asimetri informasi.

6. Auditor Spesialis

Setiap industri sangat besar kemungkinan memiliki perbedaan sifat

bisnis, prinsip akuntansi, sistem akuntansi, dan peraturan perpajakan yang

berbeda satu sama lainnya. Oleh karena itu, seorang auditor harus

memiliki pengetahuan mengenai jenis industri klien, bukan hanya

memiliki pengetahuan mengenai audit dan akuntansi saja.

Auditor spesialis adalah auditor yang memiliki pengalaman dan

pengetahuan mengaudit klien dengan industri yang sama. Auditor dengan

klien dalam industri yang sama akan memiliki pemahaman yang lebih

mengenai resiko audit khusus pada industri sehingga dapat memahami

karakteristik perusahaan dengan lebih komprehensif (Habib dan Bhuiyan,

2011).

Terdapat empat faktor penentu tingkat kematangan auditor

spesialis menurut Bonner (1990) dalam Primadita (2012), yaitu :

a. Pemahaman atas pengetahuan umum mengenai akuntansi dan audit

yang diperoleh dari pelatihan secara formal maupun pengalaman

auditor.

25

b. Pemahaman yang lebih detail atas klien dan industri tempat klien

beroperasi berupa karakteristik perusahaan-perusahaan dalam

industri tersebut.

c. Pemahaman atas bisnis mengenai sifat dasar, kondisi, tren ataupun

siklus yang berlaku dalam lingkungan bisnis secara umum.

d. Kemampuan memecahkan masalah dengan memahami hubungan

timbal balik dan kemampuan analitis.

Profesi auditor berfungsi sebagai pihak ketiga yang independen

dalam memberikan kepastian berupa opini terhadap integritas angka-angka

akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan. Ketika

auditor menangani perusahaan-perusahaan dalam industri yang sama maka

pengetahuan dan pemahaman auditor bertambah dan jauh lebih baik

mengenai internal kontrol perusahaan, resiko bisnis, dan resiko audit pada

perusahaan tersebut. Dapat dikatakan bahwa auditor spesialis memiliki

kemampuan dan pengetahuan yang memadai dibanding auditor yang tidak

memiliki kemampuan spesialis (Wahyuni dan Fitriany, 2012).

7. Komite Audit

Komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau

lebih anggota dewan komisaris. Anggota komite audit dapat berasal dari

kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman dan kualitas lainnya

yang dibutuhkan guna mencapai tujuan komite audit. Komite audit harus

26

bebas dari pengaruh direksi, eksternal auditor dan hanya bertanggung

jawab kepada dewan komisaris.

Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) mendefinisikan komite

audit sebagai berikut:

”suatu komite yang bekerja secara profesional dan independen yang

dibentuk oleh dewan komisaris dan, dengan demikian, tugasnya adalah

membantu dan memperkuat fungsi dewan komisaris (atau dewan

pengawas) dalam melakukan fungsi pengawasan (oversight) atas proses

pelaporan keuangan, manajemen resiko, pelaksanaan audit dan

implementasi dari corporate governance di perusahaan-perusahaan.”

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (2016),

pengertian komite audit adalah:

“komite yang menerima delegasi tugas-tugas dewan komisaris

karena pendelegasian wewenang tersebut akan bermanfaat dalam

pelaksanaan pekerjaan dewan komisaris secara rinci dengan memusatkan

perhatian dewan komisaris kepada bidang khusus perusahaan atau

pelaksanaan good corporate governance oleh manajemen”

Komite audit timbul sebagai akibat peran pengawasan dan

akuntabilitas dewan komisaris perusahaan pada umumnya belum

memadai. Komite audit ini dibentuk oleh dewan komisaris untuk

melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap

pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan

serta melaksanakan tugas penting berkaitan dengan sistem pelaporan

keuangan. Anggota komite audit diharuskan memiliki keahlian yang

memadai. Komite audit ini memiliki kewenangan dan fasilitas untuk

mengakses data perusahaan.

27

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Berikut tabel 2.1 yang menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini.

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan Metode

Analisis

1. Alexander Aji

Suseno Wakum,

dan I Gede Suparta

Wisadha (2014)

Pengaruh Audit

Tenure pada

Asimetri Informasi

dengan Moderasi

Komite Audit

Variabel Audit

Tenure,

Komite Audit,

dan Asimetri

Informasi

Objek

Penelitian,

Variabel

Pengungkapan

Sukarela,

Auditor

Spesialis

Moderated

Regression

Analysis

(MRA)

Audit tenure memiliki pengaruh

negatif pada asimetri informasi,

sementara keberadaan komite

audit terbukti mampu

memperlemah pengaruh negatif

audit tenure pada asimetri

informasi.

2. Dariush Bahmani

(2014)

The Relation

between Disclosure

Quality and

Information

Variabel

Pengungkapan,

Asimetri

Informasi

Objek

Penelitian,

Variabel Audit

Tenure,

Auditor

Spesialis,

Komite Audit

Multiple

Regression

Analysis

Pengungkapan informasi

keuangan yang terpercaya dan

ketepatan waktu penyampaian

dapat mengurangi asimetri

informasi dalam kualitas laba.

3. Siska Aprianti, Sri

Hartaty, dan Indra

Satriawan (2014)

Pengaruh Tata

Kelola Perusahaan

terhadap

Objek

Penelitian,

Variabel

Variabel Audit

Tenure,

Auditor

Regresi

Linier

Berganda

Tata kelola perusahaan yang

terdiri dari komposisi dewan

komisaris independen, komite

Bersambung ke halaman selanjutnya

28

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan Metode

Analisis

Pengungkapan

Sukarela Laporan

Tahunan

Pengungkapan

Sukarela,

Proksi Komite

Audit dalam

Tata Kelola

Perusahaan

Spesialis,

Asimetri

Informasi

audit, dan kepemilikan

institusional tidak memiliki

pengaruh terhadap

pengungkapan sukarela laporan

tahunan perusahaan.

4. Chirapol

Chiyachantana,

Neeranuch

Nuengwang,

Nareerat

Taechapiroontong,

Pakpoon

Thanarung (2013)

The Effect of

Information

Disclosure on

Information

Asymmetry

Variabel

Pengungkapan,

Asimetri

Informasi

Objek

Penelitian,

Variabel Audit

Tenure,

Auditor

Spesialis,

Ordinary

Least Square

(OLS)

Regression,

dan Two-

stage Least

Square

(2SLS)

Regression

Bukti-bukti mendukung

peningkatan gagasan untuk

pengungkapan, dimana

peningkatan pengungkapan

perusahaan dan transparansi

mengurangi asimetri informasi

antara pemberi dan pengguna

informasi.

5. Erna Wati Indriani

(2013)

Faktor-faktor yang

mempengaruhi Luas

Pengungkapan

Sukarela dan

Implikasinya

terhadap Asimetri

Informasi

Variabel

Pengungkapan

Sukarela,

Asimetri

Informasi

Objek

Penelitian,

Variabel Audit

Tenure,

Auditor

Spesialis,

Komite Audit

Regresi

Linier

Berganda,

dan Regresi

Linier

Sederhana

Porsi kepemilikan saham publik

berpengaruh positif, likuiditas

perusahaan berpengaruh

negatif, umur listing dan ukuran

KAP tidak berpengaruh

terhadap luas pengungkapan

sukarela. Sementara luas

Bersambung ke halaman selanjutnya

29

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan Metode

Analisis

pengungkapan sukarela

berpengaruh negatif terhadap

asimetri informasi.

6. Idriis Varici (2013) The Relationship

between Information

Asymmetry and the

Quality of Audit

Variabel

Asimetri

Informasi

Objek

Penelitian,

Variabel

Pengungkapan

Suakrela,

Audit Tenure,

Auditor

Spesialis, dan

Komite Audit

Mann-

Whitney U

test

Kualitas audit memiliki

pengaruh negaitf terhadap

asimetri informasi.

7. Indria Primadita

dan Fitriany (2012)

Pengaruh Audit

Tenure dan Auditor

Spesialis terhadap

Asimetri Informasi

Objek

Penelitian,

Variabel Audit

Tenure,

Auditor

Spesialis, dan

Asimetri

Informasi

Variabel

Pengungkapan

Sukarela,

Komite Audit

Regresi

Linier

Berganda

Terdapat hubungan kaudratik

antara audit tenure dan asimetri

informasi. Sedangkan auditor

spesialis berpengaruh negatif

pada asimetri informasi.

8. Faten Hakim dan

Mohamed Ali

Quality of the

External Auditor,

Variabel Audit

Tenure, dan

Objek

Penelitian,

Multiple

Regression

Audit tenure berpengaruh

positif terhadap asimetri

Bersambung ke halaman selanjutnya

30

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan Metode

Analisis

Omri (2010) Information

Asymmetry, and bid-

ask spread

Asimetri

Informasi

Variabel

Pengungkapan

Sukarela,

Auditor

Spesialis,

Komite Audit

analysis informasi. Nilai bid-ask spread

akan bertambah seiring

bertambahnya tenure pada klien

non-spesialis dan klien non-Big

4.

9. Ali R. Almutairi,

Kimberly A. Dunn,

dan Terrance

Skantz (2009)

Audit Tenure,

Auditor

Specialization, and

Information

Asymmetry

Variabel Audit

Tenure,

Auditor

Spesialis, dan

Asimetri

Informasi

Objek

Penelitian,

Variabel

Pengungkapan

Sukarela, dan

Komite Audit

Multiple

Regression

Analysis

Adanya hubungan kuadratik (U-

shaped) audit tenure dan

asimetri informasi. Selain itu,

terjadi penurunan peluang

terjadinya private information

pada perusahaan yang diaudit

oleh auditor spesialis.

10. Meliana Bernardi,

Sutrisno, dan

Prihat Asih (2009)

Faktor-faktor yang

mempengaruhi

Pengungkapan dan

Implikasinya

terhadap Asimetri

Informasi

Variabel

Pengungkapan

Sukarela,

Asimetri

Informasi

Variabel Audit

Tenure,

Auditor

Spesialis, dan

Komite Audit

Regresi

Linier

Berganda,

dan Regresi

Linier

Sederhana

Karakteristik yang berpengaruh

positif hanya ukuran

perusahaan. Semakin besar luas

pengungkapan sukarela maka

semakin kecil asimetri

informasi.

Sumber: Diolah dari berbagai referensi

31

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan dalam gambar

2.1.

Gambar 2. 1 Skema Kerangka Pemikiran

32

D. Perumusan Hipotesis Variabel

1. Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhadap Asimetri Informasi

Informasi yang tersedia dalam laporan keuangan harus dapat

diandalkan dan tidak memiliki kesalahan yang dapat menyebabkan

pengambilan keputusan yang salah (Bahmani, 2014). Oleh karena itu,

pengungkapan dibutuhkan untuk mengurangi ketidakseimbangan

informasi yang terjadi karena adanya kepentingan manajemen yang

berusaha menyembunyikan informasi agar dapat melakukan manipulasi

yang menguntungkan (Pradnyani, 2014).

Semakin luas pengungkapan sukarela yang dilakukan perusahaan

maka semakin kecil asimetri informasi yang terjadi antara perusahaan dan

investor (Mardiyah, 2002; Murni, 2004; Benardi, 2009; Indriani, 2013).

Hal ini semakin mengungkapkan bahwa pengungkapan sukarela yang

dilakukan perusahaan dapat berpengaruh terhadap asimetri informasi.

Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang dibuat dalam penelitian

ini adalah:

H1: Pengungkapan Sukarela berpengaruh terhadap Asimetri Informasi

2. Pengaruh Audit Tenure terhadap Asimetri Informasi

Peraturan Menteri Keuangan No. 17 tahun 2008 menjelaskan

mengenai pembatasan audit tenure di Indonesia, sehingga diberlakukan

regulasi mengenai rotasi KAP. Dengan adanya regulasi tersebut, KAP

melakukan rotasi penugasan dan harus mempersiapkan auditor untuk

penugasan ke klien baru. Menurut Agoes (2012), tugas auditor adalah

33

untuk menentukan apakah representasi (asersi) yang tersaji dalam laporan

keuangan yang diperiksa betul-betul wajar; maksudnya, untuk meyakinkan

tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan.

Sementara, di awal penugasan dengan objek audit yang baru, KAP

tentunya lebih memerlukan waktu terhadap pemahaman objek bisnis

kliennya sedangkan jangka waktu penugasan relatif terbatas.

Wakum dan Wisadha (2014) menjelaskan bahwa beberapa

perusahaan cenderung memberikan informasi awal mengenai kondisi

perusahaan dan hal inilah yang menyebabkan asimetri informasi akan

tinggi di awal perikatan audit. Penelitian ini sekaligus memperkuat

penelitian Primadita (2012) yang menyatakan awal perikatan audit

merupakan waktu yang rentan terjadi asimetri informasi. Sementara

Almutairi (2009), serta Hakim dan Omri (2010) menjelaskan bahwa

semakin lama perikatan audit maka akan semakin tinggi tingkat asimetri

informasi. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dapat disusun

adalah:

H2: Audit Tenure berpengaruh terhadap Asimetri Informasi

3. Pengaruh Auditor Spesialis terhadap Asimetri Informasi

Seorang auditor spesialis biasanya lebih sedikit melakukan

kesalahan dibandingkan dengan auditor non spesialis. Sehingga auditor

spesialisasi industri memiliki pengaruh positif terhadap kinerja seorang

auditor.

34

Boone (2012) dalam Primadita (2012) berpendapat bahwa dengan

semakin besar akrual akuntansi yang terjadi dalam sebuah perusahaan

maka perusahaan mempunyai agency cost yang besar pula sehingga

menyebabkan kebutuhan akan jasa audit yang berkualitas semakin tinggi,

untuk mengurangi asimetri informasi yang disebabkan oleh akrual

tersebut. Hal ini semakin memperkuat kebutuhan akan auditor spesialis,

dimana perusahaan yang melibatkan jasa auditor spesialis secara signifikan

lebih rendah manajemen labanya dibandingkan perusahaan yang

menggunakan jasa auditor non spesialis (Rusmin, 2010).

Laporan keuangan yang diaudit oleh auditor spesialis akan lebih

akurat karena auditor spesialis akan mendeteksinya error, baik yang

disengaja maupun yang tidak disengaja, sehingga akurasi dari laporan

keuangan dapat diandalkan. Primadita (2012) mengungkapkan bahwa

auditor spesialis akan lebih dapat mengurangi nilai asimetri informasi

dalam laporan keuangan. Penelitian Primadita ini menguatkan hasil

penelitian dari Almutairi (2009) yang mengungkapkan bahwa laporan

keuangan yang diaudit oleh auditor spesialis akan semakin berkurang

asimetri informasinya dikarenakan kualitas audit yang semakin meningkat.

Semakin akurat laporan keuangan maka diindikasikan akan semakin

memudahkan para pengguna laporan keuangan untuk mengambil

keputusan. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut:

H3: Auditor Spesialis berpengaruh terhadap Asimetri Informasi

35

4. Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhadap Asimetri Informasi

dengan Moderasi Komite Audit

Pengungkapan sukarela memiliki kemampuan untuk dapat

mempengaruhi asimetri informasi. Hal ini karena pengungkapan tersebut

merupakan bukti penyampaian informasi yang dilakukan oleh manajemen.

Namun dalam penyampaian informasi yang dilakukan melalui

pengungkapan sukarela tersebut masih terdapat kemungkinan adanya

pengungkapan yang tidak berdasar dengan fakta yang ada (Baroko, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Baroko (2007) membuktikan

adanya hubungan positif antara komite audit dengan pengungkapan

sukarela. Dengan demikian, dapat diindikasikan bahwa komite audit

mampu memoderasi pengaruh yang terjadi antara pengungkapan sukarela

terhadap asimetri informasi. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan

adalah:

H4: Komite Audit mampu memoderasi Hubungan antara Pengungkapan

Sukarela dengan Asimetri Informasi

5. Pengaruh Audit Tenure terhadap Asimetri Informasi dengan

Moderasi Komite Audit

Aspek lain mengenai kecurangan laporan keuangan adalah

mengenai mekanisme penerapan good corporate governance dalam

perusahaan itu sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati dan

Riyanto (2005) dalam Wulandari (2009) melihat mekanisme corporate

governance memiliki fungsi service dan control yang dapat memberikan

36

suatu sinyal kepada para investor bahwa perusahaan telah dikelola

sebagaimana mestinya (sinyal positif). Dengan demikian dapat

diindikasikan bahwa rendahnya asimetri informasi antara manajemen dan

investor dapat dipengaruhi oleh sinyal positif tersebut.

Penelitian ini menggunakan variabel komite audit untuk mewakili

aspek GCG. Wulandari (2009) menjelaskan bahwa dengan adanya asimetri

informasi antara agen dan prinsipal dapat menimbulkan sikap oportunitis

para manajer. Perusahaan yang memiliki komite audit harus mampu

menyediakan informasi yang andal dan akurat serta diarahkan untuk

mampu mengurangi tindakan oportunistik manajer (Wakum dan Wisadha,

2014). Dengan demikian dapat diindikasikan bahwa keberadaan komite

audit mampu memoderasi hubungan antara audit tenure dengan asimetri

informasi. Maka hipotesis yang diajukan adalah:

H5: Komite Audit mampu memoderasi Hubungan antara Audit Tenure

dengan Asimetri Informasi

6. Pengaruh Auditor Spesialis terhadap Asimetri Informasi dengan

Moderasi Komite Audit

Perusahaan yang menggunakan jasa auditor spesialis dalam

mengaudit perusahaannya dan didukung oleh komite audit yang

menjalankan tugasnya dengan baik, diindikasikan dapat memperkecil

terjadinya asimetri informasi. Komite audit yang aktif menjalankan

perannya dalam memantau pekerjaan auditor, dapat menegur auditor

spesialis jika auditor tidak melakukan audit sesuai dengan perencanaan

37

audit (Fitriany, 2011). Komite audit yang aktif memantau pekerjaan

auditor spesialis, dapat mengetahui apakah auditor spesialis melakukan

audit sesuai dengan standar yang berlaku.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa komite audit mampu

memoderasi hubungan antara auditor spesialis dengan asimetri informasi.

Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang disusun adalah:

H6: Komite Audit mampu memoderasi Hubungan antara Auditor Spesialis

dengan Asimetri Informasi.

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang

digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu

pengungkapan sukarela, audit tenure dan auditor spesialis terhadap variabel

dependen, yaitu asimetri informasi dengan komite audit sebagai variabel

moderasi. Populasi penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar

di BEI pada periode 2011-2015. Penelitian ini menggunakan jenis data

kuantitatif berupa data sekunder yang diperoleh dengan mengakses website

www.idx.co.id.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-

2015. Sampel adalah bagian dari jumlah maupun karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada metode

purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan

atau kriteria tertentu. Kriteria yang dipertimbangkan dalam pengambilan

sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:

39

1. Perusahaan perbankan yang terdaftar secara berturut-turut selama periode

pengamatan yaitu 2011-2015.

2. Perusahaan perbankan yang menerbitkan laporan keuangan dalam mata

uang rupiah dan menggunakan bahasa Indonesia untuk periode yang

berakhir pada tanggal 31 Desember dan telah diaudit oleh auditor

independen pada periode pengamatan yaitu 2011-2015.

3. Data saham tersedia selama periode pengamatan.

4. Perusahaan memiliki data lengkap yang dibutuhkan peneliti.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan cara teknik

pengumpulan dokumenter, yaitu penggunaan data yang berasal dari dokumen-

dokumen yang sudah ada. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan

penelusuran dan pencatatan informasi yang diperlukan pada data sekunder

berupa laporan keuangan perusahaan sampel. Metode dokumentasi ini

dilakukan dengan cara mengumpulkan annual report, laporan keuangan

beserta laporan audit oleh auditor independen dan data lain yang diperlukan

berdasarkan penjelasan sebelumnya. Data pendukung lainnya diperoleh

dengan metode studi pustaka dari jurnal-jurnal ilmiah serta literatur yang

memuat pembahasan berkaitan dengan penelitian ini. Data diperoleh dari

www.idx.co.id yang berupa laporan tahunan (Annual Report), laporan

keuangan dan laporan audit oleh laporan auditor independen.

40

D. Metode Analisis Data

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberi gambaran atau deskripsi suatu data

yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), minimum, maksimum dan standar

deviasi (Ghozali, 2013).

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk memastikan bahwa sampel

yang diteliti terdistribusi normal serta terbebas dari gangguan

multikoloniaritas, autokorelasi, dan heteroskesdastisitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa

nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar

maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

(Ghozali, 2013).

Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan

menggunakan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik dapat

dilakukan dengan melihat grafik histogram dan normal probability

plot (Normal P-P Plot). Distribusi normal akan membentuk satu garis

diagonalnya. Sedangkan, uji statistik yang digunakan adalah uji

41

statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Jika uji

Kolmogorov-Smirnov menunjukkan hasil yang signifikan berarti data

residual terdistribusi tidak normal (Ghozali, 2013).

b. Uji Multikoloniaritas

Uji multikoloniaritas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel

bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel

terikatnya menjadi terganggu. Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Ghozali (2013)

menjelaskan cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolinieritas di dalam model regresi, yaitu:

1) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika

antar variabel ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas

0,90), maka hal ini mengindikasikan adanya multikoloniaritas.

2) Multikoloniaritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya

yaitu Variance Inflation Factor (VIF). Nilai Tolerance yang

rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance).

Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya

multikoloniaritas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan

nilai VIF ≥ 10. Regresi bebas dari masalah multikoloniaritas jika

nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan niai VIF < 10 (Ghozali,

2013).

42

c. Uji Heteroskesdastisitas

Uji heteroskesdastisitas bertujuan menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

homoskesdastisitas dan jika berbeda disebut heteroskesdastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homoskesdastisitas atau tidak

terjadi heteroskesdastisitas.

Deteksi ada atau tidaknya heteroskesdastisitas dapat dilihat

dengan menggunakan uji glejser. Dalam uji glejser pengujian dapat

dikatakan terbebas dari masalah heteroskesdastisitas jika nilai sig >

0,05. Selain itu pengujian heteroskesdastisitas dapat diketahui dengan

melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada

pola tertentu maka mengindikasikan telah terjadi heteroskesdastisitas.

Tetapi, jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas

dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskesdastisitas (Ghozali, 2013).

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode

t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika

terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang

43

waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena

residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke

observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas

dari autokorelasi.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada

atau tidaknya autokorelasi adalah dengan penggunaan uji Durbin-

Watson (DW). Jika d lebih kecil dibandingkan dengan dL atau lebih

besar dari dU (4-dL), maka dapat dikatakan H0 ditolak karena

terdapat autokorelasi. Namun, jika nilai DW berada di antara dL dan

dU berarti tidak terjadi autokorelasi (Ghozali, 2013).

3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) merupakan pengujian untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai

R2 yang kecil

menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen

dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Sedangkan

nilai yang mendekati satu menunjukkan bahwa variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).

44

4. Analisis Regresi Berganda dan Moderated Regression Analysis

Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan model analisis regresi berganda dan MRA (Moderated

Regression Analysis).

a. Pengujian dengan Analisis Regresi Berganda (H1 sampai H3)

Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar

variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen

yang sudah diketahui. Persamaan regresi berganda dirumuskan

sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Keterangan:

Y = Asimetri Informasi

α = Konstanta

β1 = Koefisien regresi pertama, yaitu besarnya perubahan Y

apabila X1 berubah sebesar 1 satuan

X1 = Pengungkapan Sukarela

β2 = Koefisien regresi kedua, yaitu besarnya perubahan Y

apabila X2 berubah sebesar 1 satuan

X2 = Audit Tenure

β3 = Koefisien regresi ketiga, yaitu besarnya perubahan Y

apabila X3 berubah sebesar 1 satuan

X3 = Auditor Spesialis

e = Error

45

b. Pengujian dengan Moderated Regression Analysis (MRA)

Uji interaksi atau sering disebut Moderated Regression

Analysis (MRA) merupakan pengujian khusus regresi linier

berganda yang memiliki unsur interaksi dengan variabel lain

sebagai moderasi dengan perumusannya sebagai berikut:

1) Hubungan interaksi antara pengungkapan sukarela dan komite

audit terhadap asimetri informasi (H4)

Y = α + β1X1 + β2X4 + β3(X1X4) + e

Keterangan:

Y = Asimetri Informasi

α = Konstanta

β = Koefisien regresi

X1 = Pengungkapan Sukarela

X4 = Komite Audit

X1X4 = Variabel perkalian antara pengungkapan sukarela

dengan komite audit yang menggambarkan

pengaruh variabel moderasi komite audit terhadap

hubungan pengungkapan sukarela dengan

asimetri informasi

46

2) Hubungan interaksi antara audit tenure dan komite audit

terhadap asimetri informasi (H5)

Y = α + β1X2 + β2X4 + β3(X2X4) + e

Keterangan:

Y = Asimetri Informasi

α = Konstanta

β = Koefisien regresi

X2 = Audit Tenure

X4 = Komite Audit

X2X4 = Variabel perkalian antara audit tenure dengan

komite audit yang menggambarkan pengaruh

variabel moderasi komite audit terhadap

hubungan audit tenure dengan asimetri informasi

3) Hubungan interaksi antara auditor spesialis dan komite audit

terhadap asimetri informasi (H6)

Y = α + β1X3 + β2X4 + β3(X3X4) + e

Keterangan:

Y = Asimetri Informasi

α = Konstanta

β = Koefisien regresi

X1 = Auditor Spesialis

X4 = Komite Audit

X1X4 = Variabel perkalian antara auditor spesialis dengan

47

komite audit yang menggambarkan pengaruh

variabel moderasi komite audit terhadap

hubungan auditor spesialis dengan asimetri

informasi

5. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan melalui:

a) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Penguijan Parsial atau uji t ini bertujuan untuk menunjukkan

seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual

dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian dilakukan

dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%) (Ghozali,

2013).

Uji t dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung

dengan t tabel, jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak atau Ha

diterima. Hal ini ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih kecil

dari alpha. Artinya semua variabel independen mempunyai pengaruh

secara parsial terhadap variabel dependen. Dan sebaliknya, jika t

hitung < t tabel maka H0 diterima atau Ha ditolak. Hal ini juga

ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih besar dari nilai alpha.

Artinya semua variabel independen tidak mempunyai pengaruh

secara parsial terhadap variabel dependen.

48

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas, terdiri dari:

a. Pengungkapan Sukarela (X1)

Luas pengungkapan sukarela diukur dengan menggunakan

indeks pengungkapan sukarela. Indeks pengungkapan yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan indeks yang digunakan oleh

Hossain dan Reaz (2007), Sehar et al (2013) dan Barros et al (2013)

dan telah disesuaikan dengan Peraturan BAPEPAM No. KEP-

431/BL/2012. Informasi yang diharapkan diungkapkan oleh

perusahaan dikemukakan dalam 40 item pengungkapan dan dibagi

menjadi 8 kategori utama yaitu:

a. Corporate Strategy

b. Corporate Governance

c. Financial Performance

d. Risk Management

e. Accounting Policy Review

f. Key Non-Financial Statistics

g. Corporate Sosial Responsibility

h. Others

Sudarma dan Ratnadi (2015) menjelaskan bahwa indeks

pengungkapan sukarela suatu perusahaan diperoleh dengan cara

sebagai berikut:

49

1. Pemberian skor pada tiap item indeks pengungkapan sukarela. Item

akan diberikan nilai satu (1) apabila indeks terkait diungkapkan dan

akan diberikan nol (0) apabila tidak diungkapkan dalam laporan

tahunan (annual report).

2. Setiap item pengungkapan sukarela tidak dikenakan bobot tertentu,

sehingga setiap item akan diperlakukan sama.

3. Luas pengungkapan sukarela setiap perusahaan akan diukur

menggunakan indeks, yaitu total skor yang diberikan kepada suatu

perusahaan atas item pengungkapan sukarela yang diungkapkan

dalam laporan tahunan (annual report) dengan skor yang

diharapkan dapat diperoleh dari perusahaan itu.

Indeks pengungkapan sukarela

yang diterbitkan perusahaan

Luas Pengungkapan Sukarela =

Indeks pengungkapan

yang diharapkan

b. Audit Tenure (X2)

Audit Tenure adalah masa perikatan audit antara Kantor

Akuntan Publik (KAP) dengan kliennya. Variabel audit tenure

dihitung dengan menjumlah total panjang masa perikatan audit

sebelum auditor berpindah (Wakum dan Wisadha, 2014). Dalam

penelitian ini, pengukuran dilakukan dengan cara menelusuri nama

kantor akuntan publik yang menerbitkan laporan auditor

independen tersebut. Peneliti menelusuri mulai dari periode

analisis hingga saat akhir perioda analisis, dan menghitung berapa

50

tahun berturut-turut nama suatu kantor akuntan publik tercantum

pada laporan auditor independen (Nuratama, 2011; Wakum, 2014).

Tenure = ∑Jumlah tahun KAP mengaudit perusahaan yang sama

c. Auditor Spesialis (X3)

Auditor spesialis dan non spesialis dikategorikan

berdasarkan data persentase klien perusahaan publik yang diaudit

oleh KAP pada industri tertentu, kemudian dilakukan pembobotan

(weightening) berdasarkan total aset perusahaan dengan rumus

yang dikembangkan oleh Primadita (2012) sebagai berikut:

Auditor ∑ klien KAP di industri ∆ aset klien KAP di industri

Spesialis = ×

∑ emiten di industri ∆ aset seluruh emiten di industri

Suatu KAP dikatakan spesialis jika KAP tersebut

menguasai market share 10% atau lebih. Variabel auditor spesialis

diukur dengan menggunakan variabel dummy. Jika suatu KAP

tertentu menguasai ≥10% market share maka diberikan nilai 1

(spesialis), dan 0 jika tidak.

2. Variabel Moderasi, terdiri dari:

a. Komite Audit (X4)

Variabel moderasi dalam penelitian ini ialah komite audit,

yang merupakan pihak internal perusahaan yang memiliki tugas

membantu Dewan Komisaris dalam memastikan pengawasan atas

pelaporan keuangan (Vafeas, 2005 dalam Wakum, 2014).

51

Mengadopsi penelitian Sari dan Riduwan (2013) proksi untuk

mengukur keberadaan komite audit adalah dengan melihat jumlah

komite audit atau dapat dilihat sebagai berikut:

Komite Audit = Jumlah Komite Audit dalam Perusahaan

3. Variabel Terikat, terdiri dari:

a. Asimetri Informasi (Y)

Pengukuran asimetri informasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan Market to Book Value (Varici, 2013).

Market to book value merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kinerja pasar saham terhadap nilai bukunya. Market to

book value dibagi menjadi dua, yaitu market to book value of asset

dan market to book value of equity (Wasilah, 2005). Pada

penelitian ini, pengukuran yang digunakan atas asimetri informasi

menggunakan market to book value of equity.

Jumlah saham beredar harga penutupan saham

Asimetri akhir tahun X akhir tahun lalu

Informasi =

Total ekuitas

52

Tabel 3. 1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

No. Variabel Jenis Variabel Indikator Skala

Pengukuran

1. Pengungkapan

Sukarela (X1)

Independen Indeks

Pengungkapan

Sukarela

Rasio

2. Audit Tenure

(X2)

Independen Jumlah tahun KAP

mengaudit

perusahaan yang

sama.

Nominal

3. Auditor

Spesialis (X3)

Independen Variabel dummy,

yaitu jika KAP

menguasai market

share ≥10% di

industri perbankan

maka memiliki nilai

1 dan 0 jika

sebaliknya.

Dihitung dengan

persentase jumlah

klien yang diaudit

KAP di industri

perbankan lalu

dilakukan

pembobotan

berdasarkan total aset

perusahaan.

Nominal

4. Komite Audit

(X4)

Moderasi Jumlah anggota

Komite Audit.

Nominal

5. Asimetri

Informasi (Y)

Dependen Menghitung market

to book value of

equity dari

perusahaan. (Jumlah

saham beredar X

harga penutupan

saham akhir

tahun/total ekuitas)

Rasio

Sumber: Diolah dari berbagai referensi

53

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

bersumber dari laporan tahunan emiten dengan menggunakan populasi

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun

2011 sampai dengan tahun 2015 yang diperoleh melalui situs resmi Bursa

Efek Indonesia (BEI) yaitu pada alamat web www.idx.co.id.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara purposive

sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Berikut tabel

4.1 yang menyajikan perolehan sampel berdasarkan kriteria yang ditentukan

sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Tabel 4. 1 Rincian Perolehan Sampel Penelitian

No. Kriteria Pelanggaran

Kriteria

Jumlah

1. Perusahaan perbankan yang terdaftar

di BEI pada tahun 2015 42

2. Perusahaan perbankan yang terdaftar

di BEI selama periode pengamatan

yaitu tahun 2011-2015

(12) 30

3. Perusahaan perbankan yang

menerbitkan laporan keuangan dalam

mata uang rupiah dan menggunakan

bahasa Indonesia pada periode

pengamatan yaitu 2011-2015.

(0) 30

5. Perusahaan memiliki data lengkap

yang dibutuhkan peneliti

(1) 29

Perusahaan perbankan yang dijadikan sampel dalam penelitian 29

Jumlah sampel yang diambil selama periode pengamatan yaitu

tahun 2011-2015

145

Sumber: Data sekunder yang diolah

54

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa sampel yang

digunakan dalam penelitian berjumlah 145 perusahaan untuk periode lima

tahun pengamatan yaitu tahun 2011 sampai 2015. Sampel tersebut dipilih

karena telah memenuhi kriteria umum yang ditentukan sesuai dengan

kebutuhan analisis penelitian. Daftar nama perusahaan perbankan yang

digunakan dalam penelitian ini terlampir dalam Lampiran 1.

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian

1. Hasil Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan metode dimana semua data yang

digunakan dalam penelitian dikumpulkan dan dikelompokkan untuk

kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif dengan

membandingkan nilai minimum, nilai maksimum, dan rata-rata dari

sampel.

Berikut tabel 4.2 yang merupakan analisis deskriptif untuk variabel

yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 4. 2 Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean

PS (X1) 145 0,40 0,85 0,6191

AT (X2) 145 1 5 2,41

KA (X4) 145 2 8 3,94

AI (Y) 145 0,2998 5,6384 1,5334

Valid N (listwise) 145

Sumber: Output SPSS yang diolah

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata

dari variabel dependen yaitu asimetri informasi adalah sebesar 1,5334.

Dalam tabel 4.2 tersebut juga dapat dilihat bahwa nilai minimum dari

55

asimetri informasi dalam penelitian adalah sebesar 0,2998 yang terjadi

pada Bank Artha Graha International Tbk. tahun 2015. Sedangkan nilai

maksimum dari asimetri informasi adalah sebesar 5,6384 yang terjadi pada

Bank Mayapada Internasional Tbk. tahun 2012.

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata dari variabel

pengungkapan sukarela adalah sebesar 0,6191 yang menunjukkan bahwa

rata-rata perusahaan yang diteliti telah mengungkapkan 62% item-item

yang digunakan untuk mengukur pengungkapan sukarela. Nilai minimum

dari pengungkapan sukarela adalah sebesar 0,40 yang merupakan hasil

pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh Bank Nusantara Parahyangan

Tbk. tahun 2015. Sedangkan nilai maksimum dari pengungkapan sukarela

adalah sebesar 0,85 yang merupakan pengungkapan sukarela dari Bank

Tabungan Negara (Persero) Tbk. tahun 2015.

Selanjutnya, berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat nilai rata-rata dari

audit tenure adalah sebesar 2,41 yang menunjukkan rata-rata perusahaan

melakukan pergantian auditor setelah tahun kedua perikatan dengan

Kantor Akuntan Publik (KAP) sebelumnya. Nilai minimum dari audit

tenure adalah sebesar 1 dan nilai maksimum dari audit tenure adalah

sebesar 5.

Variabel moderasi dalam penelitian adalah komite audit. Rata-rata

komite audit adalah 3,94 yang menunjukkan bahwa perusahaan yang

diteliti rasio jumlah komite audit sebesar 4. Nilai minimum dari komite

audit adalah sebesar 2 yang merupakan jumlah komite audit dari Bank of

56

Indonesia Tbk. tahun 2011 dan Bank Bumi Arta Tbk. dan Bank Victoria

International Tbk. tahun 2015. Sedangkan nilai maksimum penelitian dari

komite audit adalah sebesar 8 yang merupakan jumlah komite audit dari

Bank Rakyat Indonesia Tbk. tahun 2013 dan 2015.

2. Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki data

yang berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas data dalam

penelitian ini menggunakan uji statistik yaitu uji Kolmogorov-Smirnov

(K-S). Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika nilai

Asymp. Sig. > 0,05.

Tabel 4. 3 Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov

Unstandardized Residual

N 145

Normal Parametersa,b

Mean 0,0000000

Std.

Deviation 0,93130304

Most Extreme

Differences

Absolute 0,162

Positive 0,162

Negative -0,106

Test Statistic 0,162

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Sumber: Output SPSS yang diolah

57

Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada tabel 4.3 yang merupakan hasil

dari uji Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,000. Nilai tersebut di bawah

nilai signifikan yaitu 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

data berdistribusi tidak normal.

Menurut Ghozali (2013), data yang tidak berdistribusi normal

dapat dilakukan transformasi data agar menjadi normal. Transformasi

data dalam penelitian ini dengan menggunakan metode Logaritma

(Log) sebagai pengobatan.

Berikut tabel 4.4 yang menunjukkan hasil dari uji Kolmogorov-

Smirnov setelah transformasi data dilakukan.

Tabel 4. 4 Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov

setelah Transformasi

Unstandardized Residual

N 145

Normal

Parametersa,

b

Mean 0,0000000

Std.

Deviation 0,23931453

Most

Extreme

Differences

Absolute 0,063

Positive 0,063

Negative -0,031

Test Statistic 0,063

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Sumber: Output SPSS yang diolah

Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada hasil uji Kolmogorov-Smirnov

adalah sebesar 0,200. Nilai tersebut di atas nilai signifikan yaitu 0,05.

58

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal,

maka model regresi dapat digunakan untuk pengujian berikutnya.

Hasil uji normalitas data yang ditunjukkan Kolmogorov-

Smirnov tersebut konsisten dengan hasil analisis grafik histogram dan

grafik normal P-Plot berikut ini.

Gambar 4. 1 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram

Gambar 4. 2 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normal P-Plot

59

Berdasarkan kedua grafik tersebut dapat dilihat bahwa grafik

histogram maupun grafik normal P-Plot memberikan pola distribusi

data yang normal. Pada grafik histogram dapat dilihat bahwa grafik

menggambarkan bentuk lonceng serta pada grafik normal P-Plot titik-

titik yang mewakili jumlah sampel dalam penelitian ini mendekati garis

diagonal.

b. Hasil Uji Multikoloniaritas

Uji Multikoloniaritas dilakukan untuk melihat apakah terjadi

korelasi antara variabel bebas atau satu sama lainnya. Jika nilai

Tolerance ≥ 0,1 dan VIF ≤ 10, maka dapat dikatakan tidak terjadi

multikoloniaritas antar variabel bebas. Berikut tabel 4.5 yang

menunjukkan hasil dari uji multikoloniaritas.

Tabel 4. 5 Hasil Uji Multikoloniaritas dengan Uji VIF

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

PS (X1) 0,657 1,523

AT (X2) 0,855 1,170

AS (X3) 0,900 1,111

KA (X4) 0,743 1,346

Sumber: Output SPSS yang diolah

Berdasarkan hasil uji multikoloniaritas pada tabel 4.5 dapat

dilihat bahwa variabel bebas dalam penelitian ini tidak saling

berkorelasi, karena memiliki nilai Tolerance ≥ 0,1 dan VIF ≤ 10. Maka

dapat dikatakan tidak terjadi gejala multikoloniaritas antar variabel.

60

c. Hasil Uji Heteroskesdastisitas

Uji heteroskesdastisitas dilakukan untuk melihat apakah ada

ketidaksamaan varians dalam fungsi regresi. Data yang baik adalah data

yang homoskesdastisitas atau data yang memiliki kesamaan varians

dalam fungsi regresi. Uji heteroskesdastisitas dalam penelitian ini

menggunakan uji glejser yang dilakukan dengan cara meregresikan

antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai

signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual lebih

dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskesdastisitas.

Tabel 4. 6 Hasil Uji Heteroskesdastisitas dengan Uji Glejser

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 0,289 0,098 2,955 0,004

PS (X1) -0,063 0,219 -0,029 -0,289 0,773

AT (X2) 0,085 0,049 0,153 1,727 0,086

AS (X3) -0,020 0,025 -0,069 -0,796 0,427

AI (X4) -0,215 0,109 -0,187 -1,971 0,051

Sumber: Output SPSS yang diolah

Pada tabel 4.6 terlihat bahwa nilai signifikansi antara semua

variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini mempunyai kesamaan

varians dalam fungsi regresi atau homoskesdastisitas atau tidak terjadi

heteroskesdastisitas.

Hasil uji glejser ini konsisten dengan hasil uji grafik scatterplot

berikut ini:

61

Gambar 4. 3 Hasil Uji Heteroskesdastisitas dengan Grafik

Scatterplot

Grafik scatterplot menunjukkan bahwa data tersebar di atas dan di

bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola yang

jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa

penyebaran titik-titik yang mewakili sampel pada scatterplot di atas

mengemukakan bahwa data dalam penelitian ini mempunyai kesamaan

varians dalam fungsi regresi atau homoskesdastisitas.

d. Hasil Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2013), uji autokorelasi bertujuan untuk menguji

apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat korelasi antara

kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1

(sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul

karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.

62

Pengujian autokorelasi yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Hasil uji autokorelasi

dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4. 7 Hasil Uji Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson

Model R

R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-

Watson

1 0,318a 0,101 0,075 0,243 2,125

Sumber: Output SPSS yang diolah

Nilai Durbin-Watson dalam penelitian ini adalah sebesar 2,125.

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 145 sampel

dengan jumlah variabel independen yang diuji adalah 4 sehingga nilai

dL dalam Durbin-Watson tabel adalah sebesar 1,758 dan nilai dU

adalah sebesar 4-1,758 yaitu sebesar 2.242. Nilai DW dalam penelitian

ini terletak di antara nilai dL dan dU yaitu 1,758<2,125<2,242. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa penelitian terbebas dari masalah

autokorelasi.

3. Hasil Koefisien Determinasi (R2)

a. Hasil Koefisien Determinasi (R2) Analisis Regresi Berganda

(Pengungkapan Sukarela, Audit Tenure, Auditor Spesialis terhadap

Asimetri Informasi)

Koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur

kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Adapun hasil koefisien determinasi yang dilakukan untuk

63

melihat variasi dalam regresi berganda (H1 sampai H3) dapat dilihat

dalam tabel 4.8.

Tabel 4. 8 Hasil Koefisien Determinasi Analisis Regresi Berganda

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 0,299a 0,089 0,070 0,243

Sumber: Output SPSS yang diolah

Tabel 4.8 menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,070. Hal ini

menandakan bahwa variasi variabel pengungkapan sukarela (X1), audit

tenure (X2), dan auditor spesialis (X3) hanya bisa menjelaskan 7%

variasi variabel asimetri informasi (Y). Sedangkan sisanya, sebesar 93%

dijelaskan oleh sebab lain di luar model seperti struktur kepemilikan

(Hadiprajitno, 2013), reputasi KAP (Nuratama, 2011), karakteristik

perusahaan (Adhi, 2012), kualitas auditor eksternal (Hakim dan Omri.

2010), dll.

b. Hasil Koefisien Determinasi (R2) Moderated Regression Analysis

(MRA)

1) Hasil Koefisien Determinasi Hubungan Interaksi Pengungkapan

Sukarela dan Komite Audit

Tabel 4. 9 Hasil Koefisien Determinasi H4

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 0,205a 0,042 0,022 0,250

Sumber: Output SPSS yang diolah

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai adjusted R2 sebesar

0,022. Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel pengungkapan

64

sukarela (X1), komite audit (X4), dan interaksi antara

pengungkapan sukarela dan komite audit (X1X4) hanya bisa

menjelaskan 2,2% variasi variabel asimetri informasi. Sedangkan

sisanya, sebesar 97,8% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar

model.

2) Hasil Koefisien Determinasi Hubungan Interaksi Audit Tenure dan

Komite Audit

Tabel 4. 10 Hasil Koefisien Determinasi H5

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 0,253a 0,064 0,044 0,247

Sumber: Output SPSS yang diolah

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai adjusted R2 sebesar

0,044. Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel audit tenure

(X2), komite audit (X4), dan interaksi antara audit tenure dan

komite audit (X2X4) hanya bisa menjelaskan 4,4% variasi variabel

asimetri informasi. Sedangkan sisanya, sebesar 95,6% dijelaskan

oleh sebab-sebab lain di luar model.

3) Hasil Koefisien Determinasi Hubungan Interaksi Auditor Spesialis

dan Komite Audit

Tabel 4. 11 Hasil Koefisien Determinasi H6

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 0,286a 0,082 0,062 0,244

Sumber: Output SPSS yang diolah

65

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai adjusted R2 sebesar

0,062. Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel auditor spesialis

(X3), komite audit (X4), dan interaksi antara auditor spesialis dan

komite audit (X3X4) hanya bisa menjelaskan 6,2% variasi variabel

asimetri informasi. Sedangkan sisanya, sebesar 93,8% dijelaskan

oleh sebab-sebab lain di luar model.

4. Hasil Uji Hipotesis

a. Hasil Uji Hipotesis dengan Analisis Regresi Berganda (Pengungkapan

Sukarela, Audit Tenure, Auditor Spesialis terhadap Asimetri

Informasi)

Pengujian parsial atau uji t digunakan untuk menunjukkan

seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual

dalam menerangkan variasi variabel dependen yang diuji pada tingkat

signifikansi 0,05. Hasil uji t untuk analisis regresi berganda (H1

sampai H3) ditunjukkan pada tabel 4.12.

Tabel 4. 12 Hasil Uji t Analisis Regresi Berganda

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) -0,081 0,100 -0,810 0,419

PS (X1) -0,675 0,349 -0,174 -1,931 0,056

AT (X2) -0,099 0,086 -0,099 -1,139 0,257

AS (X3) 0,132 0,043 0,256 3,049 0,003

Sumber: Output SPSS yang diolah

66

Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji t antara variabel independen

dengan variabel dependen dalam analisis regresi berganda. Variabel

pengungkapan sukarela (X1) memiliki tingkat signifikansi sebesar

0,056 (>0,05). Dengan demikian H1 ditolak sehingga dapat dikatakan

pengungkapan sukarela tidak berpengaruh terhadap asimetri

informasi.

Hasil uji t untuk variabel audit tenure (X2) memiliki tingkat

signifikansi sebesar 0,257 (>0,05). Dengan demikian H2 ditolak

sehingga dapat dikatakan audit tenure tidak berpengaruh terhadap

asimetri informasi.

Hasil uji t untuk variabel auditor spesialis (X3) memiliki tingkat

signifikansi sebesar 0,003 (<0,05). Dengan demikian H3 diterima

sehingga dapat dikatakan auditor spesialis berpengaruh terhadap

asimetri informasi.

Berdasarkan tabel 4.12, maka dapat diperoleh persamaan regresi

sebagai berikut:

Y = -0,081 + 0,132X3 + e

Hasil di atas menjelaskan bahwa nilai konstanta sebesar -0,081

menyatakan bahwa jika ketiga variabel independen tersebut dianggap

konstan atau tidak ada penambahan, maka rata-rata market to book

value of equity adalah sebesar -8,1% dan asimetri informasi sebesar

8,1%.

67

Nilai koefisien auditor spesialis sebesar 0,132 menunjukkan

bahwa setiap penambahan auditor spesialis sebesar 1% akan

meningkatkan market to book value of equity dan menurunkan

asimetri informasi sebesar 13%.

b. Hasil Uji Hipotesis dengan Moderated Regression Analysis

1) Hasil Uji Hipotesis Hubungan Interaksi Pengungkapan Sukarela

dan Komite Audit

Tabel 4. 13 Hasil Uji H4

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) -0,023 0,356 -0,065 0,948

PS (X1) 0,344 1,650 0,089 0,209 0,835

KA (X4) -0,079 0,582 -0,038 -0,135 0,893

PS*KA

(X1X4) -2,130 2,898 -0,277 -0,735 0,464

Sumber: Output SPSS yang diolah

Tabel 4.13 menunjukkan hasil uji t antara variabel

independen dengan variabel dependen. Variabel pengungkapan

sukarela (X1) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,835

(>0,05) dan variabel moderasi yaitu komite audit (X4) memiliki

tingkat signifikansi sebesar 0,893 (>0,05) sehingga dapat

dikatakan pengungkapan sukarela dan komite audit tidak

berpengaruh terhadap asimetri informasi.

Variabel X1X4 yang merupakan interaksi antara variabel

pengungkapan sukarela dengan komite audit memiliki tingkat

68

signifikansi sebesar 0,464(>0,05) sehingga dapat dikatakan

variabel komite audit bukan variabel moderasi dalam model.

Artinya interaksi antara pengungkapan sukarela dengan komite

audit tidak berpengaruh terhadap asimetri informasi.

2) Hasil Uji Hipotesis Hubungan Interaksi Audit Tenure dan Komite

Audit

Tabel 4. 14 Hasil Uji H5

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) -0,257 0,168 -1,528 0,129

AT (X2) 0,773 0,412 0,776 1,877 0,063

KA (X4) 0,742 0,297 0,362 2,501 0,014

AT*KA

(X2X4) -1,608 0,693 -1,052 -2,320 0,022

Sumber: Output SPSS yang diolah

Tabel 4.14 menunjukkan hasil uji t antara variabel

independen dengan variabel dependen. Variabel audit tenure

(X2) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,063 (>0,05) dan

variabel moderasi yaitu komite audit (X4) memiliki tingkat

signifikansi sebesar 0,014 (<0,05) sehingga dapat dikatakan

audit tenure tidak berpengaruh terhadap asimetri informasi dan

komite audit berpengaruh terhadap asimetri informasi.

Variabel X2X4 yang merupakan interaksi antara variabel

audit tenure dengan komite audit memiliki tingkat signifikansi

sebesar 0,022 (<0,05) sehingga dapat dikatakan interaksi antara

69

audit tenure dengan komite audit berpengaruh terhadap

asimetri informasi.

Berdasarkan tabel 4.14, maka dapat diperoleh persamaan

regresi sebagai berikut:

Y = -0,257 + 0,742X4 – 1,608X2X4

Hasil di atas menunjukkan bahwa nilai konstanta sebesar

-0,257menyatakan bahwa jika variabel independen tersebut

dianggap konstan atau tidak ada penambahan, maka rata-rata

market to book value of equity sebesar -25,7% atau asimetri

informasi sebesar 25,7%.

Nilai koefisien variabel komite audit sebesar 0,742

menunjukkan bahwa setiap penambahan komite audit sebesar

1% akan menambah market to book value of equity dan

menurunkan asimetri informasi sebesar 74,2%.

3) Hasil Uji Hipotesis Hubungan Interaksi Auditor Spesialis dan

Komite Audit

Tabel 4. 15 Hasil Uji H6

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 0,416 0,174 2,394 0,018

AS (X3) -0,436 0,214 -0,846 -2,033 0,044

KA (X4) -0,679 0,317 -0,331 -2,144 0,034

AS*KA

(X3X4) 0,964 0,376 1,192 2,560 0,012

Sumber: Output SPSS yang diolah

70

Tabel 4.15 menunjukkan hasil uji t antara variabel

independen dengan variabel dependen. Variabel auditor

spesialis (X3) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,044

(<0,05) dan variabel moderasi yaitu komite audit (X4) memiliki

tingkat signifikansi sebesar 0,034 (<0,05) sehingga dapat

dikatakan auditor spesialis dan komite audit berpengaruh

terhadap asimetri informasi.

Variabel X3X4 yang merupakan interaksi antara variabel

auditor spesialis dengan komite audit memiliki tingkat

signifikansi sebesar 0,012 (<0,05) sehingga dapat dikatakan

interaksi antara auditor spesialis dengan komite audit

berpengaruh terhadap asimetri informasi.

Berdasarkan tabel 4.15, maka dapat diperoleh persamaan

regresi sebagai berikut:

Y = 0,416 – 0,436X3 – 0,679X4 + 0,964X3X4

Hasil di atas menunjukkan bahwa nilai konstanta sebesar

0,416 menyatakan bahwa jika variabel independen tersebut

dianggap konstan atau tidak ada penambahan, maka rata-rata

market to book value of equity sebesar 42% dan asimetri

informasi sebesar -42%. Nilai koefisien variabel auditor

spesialis sebesar -0,436 menunjukkan bahwa setiap

penambahan audit tenure sebesar 1% akan menurunkan market

71

to book value of equity dan menambah asimetri informasi

sebesar 44%.

Sedangkan nilai koefisien variabel komite audit sebesar -

0,679 menunjukkan bahwa setiap penambahan komite audit

sebesar 1% akan menurunkan market to book value of equity

dan meningkatkan asimetri informasi sebesar 68%.

C. Pembahasan

1. Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhadap Asimetri Informasi

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa variabel pengungkapan sukarela (X1) memiliki

tingkat signifikansi sebesar 0,056 (>0,05). Dengan demikian hipotesis

pertama (H1) ditolak, artinya pengungkapan sukarela tidak berpengaruh

terhadap asimetri informasi. Hasil penelitian ini konsisten dengan

penelitian Nuryatmo (2007), Yenibra (2014) yang menyatakan bahwa

pengungkapan sukarela tidak berpengaruh terhadap kepercayaan investor

atas laporan keuangan. Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian

Mardiyah (2002), Murni (2004) dan Benardi (2009). Menurut mereka,

semakin banyak item pengungkapan sukarela yang diungkapkan akan

semakin mengurangi ketidakseimbangan informasi yang terjadi di

perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel 4.16 berikut

mengenai rata-rata pengungkapan sukarela dan asimetri informasi per

tahun.

72

Tabel 4. 16 Tingkat Pengungkapan Sukarela dan Asimetri

Informasi

Tahun Pengungkapan Sukarela Asimetri Informasi

2011 0,569828 3,793103

2012 0,60431 3,896552

2013 0,614655 4,137931

2014 0,621552 4

2015 0,685345 3,896552

Sumber: Output SPSS yang diolah

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa dalam setiap

tahun, pengungkapan sukarela mengalami peningkatan. Namun selama

periode pengamatan, peningkatan nilai pengungkapan sukarela tidak

diimbangi dengan penurunan atau peningkatan dari asimetri informasi

yang konstan.

Ketidakseimbangan informasi tersebut dapat terjadi karena adanya

kepentingan manajemen yang berusaha menyembunyikan informasi agar

dapat melakukan manipulasi yang menguntungkan (Pradnyani, 2014).

Yenibra (2014) menyatakan bahwa pengungkapan sukarela akan membuat

informasi yang disampaikan menjadi rumit untuk dibaca oleh pihak

pengguna. Selain itu, manajemen cenderung hanya akan mengungkapkan

informasi yang bersifat good news tanpa memperhatikan kebutuhan pihak

pengguna dalam membaca informasi pengungkapan. Sedangkan menurut

Mardiyah (2002), Murni (2004) dan Benardi (2009) semakin banyak item

yang diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan maka akin semakin

mengurangi asimetri informasi karena semakin luas informasi yang

73

diungkapkan oleh perusahaan yang membuka wawasan lebih dari pihak

pengguna laporan keuangan atas kinerja manajemen.

2. Pengaruh Audit Tenure terhadap Asimetri Informasi

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa variabel audit tenure (X2) memiliki tingkat

signifikansi sebesar 0,257 (>0,05). Dengan demikian, hipotesis kedua (H2)

ditolak, artinya audit tenure tidak berpengaruh terhadap asimetri

informasi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Adeniyi (2013),

Pratiwi (2013) yang menyatakan audit tenure tidak berpengaruh terhadap

kualitas auditor dalam meminimalisir asimetri informasi. Berbeda dengan

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Primadita (2012), Wakum

(2014), Almutairi (2009) dan Hakim (2010) yang menyatakan bahwa audit

tenure mampu mempengaruhi asimetri informasi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel 4.17 berikut

mengenai rata-rata audit tenure dan asimetri informasi per tahun.

Tabel 4. 17 Tingkat Audit Tenure dan Asimetri Informasi

Tahun Audit Tenure Asimetri Informasi

2011 1 3,793103

2012 2 3,896552

2013 3 4,137931

2014 3 4

2015 4 3,896552

Sumber: Output SPSS yang diolah

74

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa dalam setiap

tahun, audit tenure mengalami peningkatan. Namun selama periode

pengamatan, peningkatan nilai audit tenure tidak dibarengi dengan

penurunan atau peningkatan dari asimetri informasi yang konstan. Tahun

2012 dan 2013 rata-rata perusahaan melakukan perikatan audit dengan

KAP yang sama dengan tahun 2011 sehingga menambah nilai audit tenure

dan perusahaan sampel mengalami peningkatan nilai market to book value

of equity yang berarti mengalami penurunan asimetri informasi.

Sedangkan pada tahun 2015 rata-rata perusahaan sampel melakukan

perikatan audit yang sama namun nilai market to book value of equity

berkurang yang menunjukan penambahan asimetri informasi (Varici.

2013).

Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa independensi auditor

tidak terganggu dengan lamanya perikatan yang terjadi antara klien dengan

auditor. Auditor tetap dapat meminimalisir asimetri informasi tanpa

mempedulikan fee audit yang diterima dan kedekatan auditor dengan pihak

klien karena lamanya perikatan yang terjadi (Adeniyi, 2013; Pratiwi,

2013). Sementara Almutairi (2009), dan Hakim (2010) menyatakan bahwa

semakin lama perikatan audit maka tingkat asimetri informasi akan lebih

tinggi karena auditor akan memiliki penurunan tingkat independensi

karena kedekatan auditor dengan klien.

75

3. Pengaruh Auditor Spesialis terhadap Asimetri Informasi

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa variabel auditor spesialis (X3) memiliki tingkat

signifikansi sebesar 0,003 (<0,05). Dengan demikian, hipotesis ketiga (H3)

diterima, artinya auditor spesialis berpengaruh terhadap asimetri informasi.

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dari Primadita (2012),

Almutairi (2009) yang menyatakan bahwa auditor spesialis berpengaruh

terhadap asimetri informasi. Keberadaan auditor spesialis dapat membantu

pengguna laporan keuangan dalam mempercayai hasil dalam laporan yang

telah dibuat manajemen perusahaan dan diaudit oleh auditor spesialis

tersebut. Almutairi (2009) berpendapat bahwa kompetensi audit yang

dimiliki oleh auditor spesialis lebih baik jika dibandingkan dengan auditor

non spesialis. Dengan demikian, semakin baik tingkat spesialiasi industri

yang dimiliki oleh auditor maka tingkat asimetri informasi akan semakin

rendah. Tingkat spesialisasi industri auditor dapat terlihat dari kemampuan

auditor dalam mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan

dengan lebih baik dan meningkatkan kualitas audit (Dunn dan Mayhew,

2004 dalam Primadita, 2012).

4. Pengaruh Hubungan Interaksi Pengungkapan Sukarela dengan

Komite Audit terhadap Asimetri Informasi

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa variabel X1X4 yang merupakan interaksi antara

variabel pengungkapan sukarela dengan komite audit memiliki tingkat

76

signifikansi sebesar 0,464 (>0,05). Dengan demikian, hipotesis keempat

(H4) ditolak, artinya interaksi antara pengungkapan sukarela dengan

komite audit tidak berpengaruh terhadap asimetri informasi. Hasil

penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dari Aprianti (2014) yang

menyatakan bahwa komite audit tidak memiliki pengaruh terhadap

pengungkapan sukarela.

Kegagalan komite audit dalam memoderasi pengungkapan

sukarela dengan asimetri informasi dapat terjadi karena komite audit tidak

mampu memantau kinerja manajemen yang masih melakukan

pengungkapan yang tidak berdasar fakta yang ada untuk mendapatkan

keuntungan (Baroko, 2007; Aprianti, 2014). Ketidakmampuan komite

audit memantau manajemen terjadi karena kurangnya frekuensi rapat yang

dilakukan membuat kemampuan komite audit dalam memberikan tekanan

tambahan kepada manajemen dalam melakukan pengungkapan menjadi

tidak optimal sehingga menyebabkan kualitas laporan keuangan menjadi

kurang baik (Barros, 2013).

5. Pengaruh Hubungan Interaksi Audit Tenure dengan Komite Audit

terhadap Asimetri Informasi

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa variabel X2X4 yang merupakan interaksi antara

variabel audit tenure dengan komite audit memiliki tingkat signifikansi

sebesar 0,022 (<0,05). Dengan demikian, hipotesis kelima (H5) diterima,

77

artinya interaksi antara audit tenure dengan komite audit berpengaruh

terhadap asimetri informasi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Wakum (2014), Kanagaretnam (2007) dan Elbadry (2013). Wakum

(2014) menemukan bahwa keberadaan komite audit mampu memoderasi

pengaruh negatif audit tenure terhadap asimetri informasi. Keberadaan

komite audit dalam perusahaan perbankan terbukti telah mampu

mengurangi efek asimetri informasi yang muncul ketika audit tenure

dibatasi oleh pemerintah. Keberadaan komite audit tersebut dapat

dikatakan mampu memastikan efektivitas peran dan fungsinya terkait

proses pengawasan pelaporan keuangan. Hal tersebut serupa dengan hasil

penelitian Kanagaretnam (2007) dan Elbadry (2013) yang menyatakan

bahwa keberadaan komite audit sebagai bagian dari mekanisme good

corporate governance terbukti mampu mengurangi asimetri informasi.

6. Pengaruh Hubungan Interaksi Auditor Spesialis dengan Komite

Audit terhadap Asimetri Informasi

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa variabel X3X4 yang merupakan interaksi antara

variabel auditor spesialis dengan komite audit memiliki tingkat

signifikansi sebesar 0,012 (<0,05). Dengan demikian, hipotesis keenam

(H6) diterima, artinya interaksi antara auditor spesialis dengan komite audit

berpengaruh terhadap asimetri informasi.

78

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Putri dan Wiratmaja (2015). Sedangkan penelitian ini tidak sesuai dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dan Fitriany (2011) yang

menyatakan bahwa komite audit tidak berperan memperkuat pengaruh

positif auditor spesialis terhadap kualitas audit. Dalam penelitian tersebut

dinyatakan bahwa jika auditor sudah spesialis maka komite audit tidak

berpengaruh meningkatkan kualitas audit.

Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa komite audit mampu

memoderasi pengaruh auditor spesialis terhadap asimetri informasi. Hal ini

dikarenakan adanya komite audit dapat membantu auditor spesialis untuk

semakin mengurangi ketidakseimbangan informasi yang terjadi di

perusahaan. Komite audit dinilai dapat menjalankan perannya sesuai

dengan tujuan dibentuk komite audit dalam perusahaan yaitu agar

membantu kinerja dari dewan komisaris dalam memantau setiap laporan

yang dilakukan oleh manajemen. Keberadaan komite audit akan

memunculkan komunikasi yang baik dengan auditor dalam

menkomunikasikan permasalahan audit serta menemukan jalan keluar

sehingga akan mendorong hasil audit yang lebih berkualitas (Putri dan

Wiratmaja, 2015)

79

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian

yang telah dilakukan dengan model regresi berganda serta moderated

regression analysis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengungkapan sukarela tidak berpengaruh terhadap asimetri informasi.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Nuryatmo (2007), dan Yenibra (2014).

2. Audit tenure tidak berpengaruh terhadap asimetri informasi. Hasil ini

sesuai dengan penelitian Adeniyi (2013), dan Pratiwi (2013).

3. Auditor spesialis berpengaruh terhadap asimetri informasi. Hasil ini sesuai

dengan penelitian Primadita (2012) dan Almutairi (2009).

4. Hubungan interaksi pengungkapan sukarela dengan komite audit tidak

berpengaruh terhadap asimetri informasi. Hasil ini sesuai dengan

penelitian Aprianti (2014).

5. Hubungan interaksi antara audit tenure dengan komite audit berpengaruh

terhadap asimetri informasi. Hasil ini sesuai dengan penelitian Wakum

(2014), Elbadry (2013) dan Kanagaretnam (2007).

6. Hubungan interaksi auditor spesialis dengan komite audit berpengaruh

terhadap asimetri informasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

Putri dan Wiratmaja (2015)

80

B. Saran

Berikut saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya,

adalah sebagai berikut:

1. Penelitian selanjutnya disarankan agar menambah variabel yang akan

digunakan seperti beban kerja (workload), pengalaman auditor, ukuran

perusahaan, ukuran KAP, client importance, dll sehingga hasilnya akan

memperkaya pembahasan mengenai asimetri informasi.

2. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan proksi-proksi yang

berbeda dalam setiap variabel sehingga dapat dibandingkan dengan proksi

yang digunakan dalam penelitian ini.

3. Penelitian selanjutnya disarankan agar memperluas wilayah sampel

dengan menambah jenis industri atau menggunakan seluruh industri yang

terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

81

DAFTAR PUSTAKA

Adeniyi, Segun Idowu; Ebipanipre Gabriel Mieseigha. 2013. Audit Tenure: an

Assessment of its Effects on Audit Quality in Nigeria. International Journal

of Academic Research in Accounting, Finance and Management Sciences.

Vol. 3 (3): 275-283.

Adhi, Nurseto. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Luas

Pengungkapan Sukarela dan Implikasinya terhadap Asimetri Informasi.

Semarang: Universitas Diponegoro.

Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh

Akuntan Publik. Edisi Empat Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat.

Almutairi, Ali R dan Kimberly Dunn, dan Terrance R Skantz. 2009. Auditor

Tenure, Auditor Specialization, and Information Asymmetry. Managerial

Auditing Journal, Vol. 24 (7).

Aprianti, Siska; Hartaty, Sri; dan Satriawan, Indra. 2014. Pengaruh Tata Kelola

Perusahaan terhadap Pengungkapan Sukarela Laporan Tahunan. Jurnal

Eksistansi Vol. 6 (3): 955-963.

Bahmani, Dariush. 2014. The Relation between Disclosure Quality and

Information Asymmetry: Empirical Evidence from Iran. International

Journal of Financial Research. Vol. 5 (2): 110-114.

Barako, Dulacha G. 2007. Determinants of Voluntary Disclosures in Kenyan

Companies Annual Reports. African Journal of Business Management. Vol.

1 (5): 113-128.

Barros Carlos P; Sabri Boubaker, dan Amal Hamrouni. 2013. Corporate

Governance and Voluntary Disclosure in France. The Journal of Applied

Business Research. Vol. 29 (2): 561-578.

Benardi, Meliana. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan

dan Implikasinya terhadap Asimetri Informasi. Palembang: Simposium

Nasional Akuntansi XII.

Chairunnisa, Diawari. 2014. Pengaruh Good Corporate Governance dan Asimetri

Informasi terhadap Cost of Equity Capital. Ilmiah Mahasiswa.

Chiyachantana, Chirapol N., dkk. 2013. The Effect of Information Disclosure on

Information Asymmetry. Journal of Investment Management and Financial

Innovations. Vol. 10 (1): 225-234.

82

Elbadry, Ahmed Dimitros G. dan Franks S. 2013. Governance Quality and

Information Asymmetry. Financial Markets, Institution and Instruments

Vol. 24: 127-157.

Evi dan Dhinar. 2009. Pengaruh Komisaris Independen dan Komite Audit

terhadap Pengurangan Asimetri Informasi di Sekitar Pengumuman Laba.

Jurnal Siasat Bisnis. Vol. 13.

Fanani, Z. 2009. Kualitas Pelaporan Keuangan: Berbagai Faktor Penentu dan

Konsekuensi Ekonomis. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 6

(1): 20-45.

Fitriany dan Setiawan, Liswan. 2011. Pengaruh Worload dan Spesialisasi Auditor

terhadap Kualitas Audit dengan Kualitas Komite Audit sebagai Variabel

Pemoderasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 8 (1): 36-53.

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). Seri Tata Kelola

Perusahaan (Corporate Governance). Jakarta. 2016. www.fcgi.or.id.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Giri, Efraim Ferdinan. 2010. Pengaruh Tenur Kantor Akuntan Publik (KAP) dan

Reputasi KAP terhadap Kualitas Audit: Kasus Rotasi Wajib Auditor di

Indonesia. Purwokerto: Simposium Nasional Akuntansi XIII.

Habib, A. dan U. B. Bhuiyan. 2011. Audit Firm Industry Specialization and the

Audit Report Lag. Journal of International Accounting, Auditing, and

Taxation, 32-44.

Hadiprajitno, P. Basuki. 2013. Struktur Kepemilikan, Mekanisme Tata Kelola

Perusahaan dan Biaya Keagenan di Indonesia. (Studi Empirik pada

Perusahaan di Bursa Efek di Indonesia). Jurnal Akuntansi dan Auditing.

Vol. 9 (2): 97-127.

Hakim, Faten dan Mohamed Ali Omri. 2010. Quality of The External Auditor,

Information Asymmetry, and Bid-Ask Spread: Case of The Listed Tunisian

Firms. Journal of Accounting and Information Management, Vol. 18 (1): 5-

18.

Hendriksen, Eldon S. dan Michael F. Van Breda. 2002. Teori Akuntansi,

diterjemahkan oleh Herman Wibowo, edisi V, Jilid 2. Jakarta: Interaksara.

Hossain, Mohammed, dan Helmi Hammami. 2009. Voluntary Disclosure in the

Annual Reports of an Emerging Country: The Case of Qatar. Advances in

83

Accounting, Incorporating Advances in International Accounting. Vol. 25:

255-265.

Ikatan Komite Audit Indonesia. 2016. Komite Audit.

http://www.komiteaudit.org/komite.html.

Indriani, Erna Wati. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan

Sukarela dan Implikasinya terhadap Asimetri Informasi. Accounting

Analysis Journal. Vol. 2 (2): 208-217.

Jensen, Michael C. dan W. H Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial

Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial

Economics. Vol. 3 (4): 305-360.

Kanagaretman, Kiridaran; Lobo. G.J; Whalen D.J. 2007. Does Good Corporate

Governance Reduce Information Asymmetry Around Quarterly Earnings

Announcements?. Journal of Accounting Policy and Public Policy. Vol. 26

(4): 497-522.

Mardiyah, Aida Ainul. 2002. Pengaruh Asimetri Informasi dan Disclosure

terhadap Cost of Capital. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 5 (2).

Murni, Siti Aisah. 2004. Pengaruh Luas Pengungkapan Sukarela dan Asimetri

Informasi terhadap Cost of Equity Capital pada Perusahaan Publik di

Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7 (2): 192-205.

Nugrahani, Tri Siwi, dan Fajar Agus Nugroho. 2010. Pengaruh Komisaris

Independen dan Pengungkapan Sukarela terhadap Kinerja Perusahaan.

KARISMA. Vol. 4 (2): 132-141.

Nuratama, I Putu. 2011. Pengaruh Tenure dan Reputasi Kantor Akuntan Publik

pada Kualitas Audit dengan Komite Audit sebagai Variabel Moderasi (Studi

Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2004-

2009). Denpasar: Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Program

Studi Magister Akuntansi.

Nuryatmo, Muhammad; Nazmel Nazir; dan Maya Rahmayanti. 2007. Hubungan

antara Pengungkapan, Informasi Asimetri dan Biaya Modal. Jurnal

Informasi, Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik. Vol 2 (1): 9-26.

Novianti, Nurlita, Sutrisno dan Gugus Irianto. 2010. Tenur Akuntan Publik, Tenur

Partner Audit, Auditor Spesialisasi Industri, dan Kualitas Audit. Universitas

Brawijaya.

Peraturan BAPEPAM No. KEP-431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan

Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.

84

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia (PMKRI) Nomor:

17/PMK.01/2008 Tentang Jasa Akuntan Publik. Available at:

http://www.google.co.id.

Pradnyani, Ni Luh Putu Normadewi Abdi. 2014. Pengaruh Keefektifan

Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi dan Asimeri Informasi

pada Akuntabilitas Organisasi dengan Kecenderungan Kecurangan

Akuntansi sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada Perguruan

Tinggi Negeri di Provinsi Bali). Bali: Tesis Universitas Udayana.

Pratiwi, Karina Aningdita. 2013. Pengaruh Audit Tenure, Reputasi KAP,

Disclosure, Ukuran Perusahaan Klien, dan Opini Audit Sebelumnya

terhadap Opini Audit Going Concern. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Primadita, Indria. 2012. Pengaruh Tenur Audit dan Auditor Spesialis terhadap

Informasi Asimetri. Banjarmasin: Simposium Nasional Akuntansi XV.

Putri, Desak Dyah Eka dan I Dewa Nyoman Wiratmaja. 2015. Kualitas Komite

Audit Memoderasi Pengaruh Masa Perikatan Audit dan Spesialisasi Auditor

pada Kualitas Audit. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana.

Rahmawati. 2008. Motivasi, Batasan dan Peluang Manajemen Laba (Studi

Empiris pada Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

Padang: Simposium Nasional Akuntansi IX.

Rahmawati, Ardiana Peri. 2012. Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Moralitas

Manajemen terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Tesis.

Semarang: Universitas Diponegoro.

Richardson, V. J. 1998. Information Asymmetry and Earnings Management :

Some Evidence. Available at: http:/www.ssrn.com/

Rusmin, Rusmin. 2010. Auditor Quality and Earnings Management: Singaporean

Evidence. Managerial Auditing Journal. Vol. 25 (7): 618-638.

Santriatini, Diah; P. Sinarwati Ni Kadek, dan Musmini Lucy S. 2014. Pengaruh

Pergantian Manajemen, Opini Audit, dan Ukuran KAP terhadap Pergantian

KAP pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di BEI

Periode 2009-2013. Jurnal Akuntansi SI. Vol. 2 (1).

Sari, Enggar Vibria Verdana dan Akhmad Riduwan. 2013. Pengaruh Corporate

Governance terhadap Nilai Perusahaan: Kualitas Laba sebagai Variabel

Intervening. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Vol. 1(1): 1-20.

85

Sehar, Najm Ul; Bilal; dan Sumaira Tufail. 2013. Determinants of Voluntary

Disclosure in Annual Report: A Case Study of Pakistan. Managements and

Administrative Sciences Review. Vol. 2 (2): 181-195.

Siddharta dan Istini T. 2000. Pengungkapan Informasi Finansial dan Non-

Finansial dalam Pelaporan Keuangan. Prosiding Konvensi Nasional

Akuntansi IV.

Simamora, Henry. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jakarta:

Salemba Empat.

Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Faktor-faktor Dalam

Diri Auditor dan Kualitas Audit: Studi pada KAP Big Four di Indonesia.

Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman.

Siregar, Sylvia Veronica dan Utama, Siddharta. 2005. Pengaruh Struktur

Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance

terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Solo: Simposium

Nasional Akuntansi VIII.

Siregar, Sylvia Veronica; Fitriany Amarullah; Arie Wibowo; dan Viska

Anggraita. 2012. Audit Tenure, Audit Rotation, and Audit Quality: The

Case of Indonesia. Asian Journal of Business and Accounting.

Sudarma, I Putu dan Ni Made Dwi Ratnadi. 2015. Pengaruh Voluntary Disclosure

pada Earnings Response Coefficient. E-Jurnal Akuntansi Universitas

Udayana. Vol. 12 (2).

Tuanakotta, Theodorus. M. 2015. Audit Kontemporer. Salemba Empat: Jakarta.

Utthavi, Wayan Hesadijaya. 2010. “Pengaruh Proporsi Gender Dewan Direksi

dan Proporsi Komite Audit pada Konservatisme Akuntansi Perusahaan

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Denpasar: Tesis Fakultas

Ekonomi Universitas Udayana Program Studi Magister Akuntansi.

Vafeas, N. 2005. Audit Committees, Board, and the Quality of Reported Earnings.

Contemporary Accounting Research, Vol. 22 (4): 1093-1122.

Varici, Idiris. 2013. The Relationship between Information Asymmetry and the

Quality of Audit: An Empirical Study in Istanbul Stock Exchange. Journal

of International Business Research. Vol. 6 (10): 132-140.

Wahyuni, Nur dan Fitriany. 2012. Pengaruh Client Importance, Tenure, dan

Spesialisasi Audit terhadap Kualitas Audit. Universitas Indonesia.

86

Wakum, Alexander Aji Suseno dan I Gede Suparta Wisadha. 2014. Pengaruh

Audit Tenure pada Asimetri Informasi dengan Moderasi Komite Audit.

Bali: E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 6 (3): 499-513.

Wasilah. 2005. Hubungan antara Informasi Asimetri dan Praktek Perataan Laba di

Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 2 (1): 1-23.

Yenibra, Rahmawelly. 2014. Pengaruh Corporate Governance, Kualitas Audit dan

Voluntary Disclosure terhadap Biaya Utang (Studi Empiris pada Perusahaan

Go Public yang terdaftar di CGPI tahun 2009-2012). Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Padang.

87

LAMPIRAN-LAMPIRAN

88

LAMPIRAN 1

Daftar Sampel Perusahaan Perbankan 2011-2015

Bersambung ke halaman selanjutnya

89

LAMPIRAN 1 (Lanjutan)

90

Lampiran 2

Indeks Pengungkapan Sukarela A. Corporate Strategy

1 Management's objectives and strategies/statement of corporate goals or objectives

general development of business

2 Future strategy, information of future expansion (capital expenditures)/

B. Corporate Governance

3 Are the independent directors well defined?

4 Directors’ engagement/directorship of other companies

5 Duration of belonging to the company

6 Number of shareholders belonging to the board of directors

7 Details of CEO’s contact address

8 Picture of all directors/board of directors

C. Financial Performance

9 Brief discussion and analysis of a bank’s financial position

10 Qualitative forecast of earnings

11 Risk-weighted assets (ATMR)

12 Total liquid assets to assets ratio

13 Cost-to-income ratio

14 Loan to deposit ratio (LDR)

15 Dividend per share

D. Risk Management

16 Information on risk management committee

17 Information on risk management structure

18 Information on credit risk management structure

19 Narrative discussions on risk assets, risk measurement and monitoring

20 Quantitative information on gross loan positions

21 Information on assets–liability management committee

22 Disclosure of credit rating system/process

23 General descriptions of market risk segments

24 Maturity information about deposits and other liabilities

E. Accounting Policy Review

25 Discussion on accounting policy

26 Disclosure of accounting standards uses for its accounts

F. Key Non-Financial Statistics

27 Age of key employee

28 Number of employees by sex

29 Details of branch location

30 Number of branch

31 Information on ATM

32 Location of ATM and their address

33 List of top five shareholders of the bank

G. Corporate Social Disclosure

34 Information on donations to charitable organizations

35 Information on social banking activities/banking for the society

H. Others

36 Online banking facilities

37 Information on credit card business

38 Information on welfare of employees

39 Graphical presentation of performance indicators

40 Related party disclosure

91

LAMPIRAN 3

Perhitungan Variabel Dependen (Asimetri Informasi)

Bersambung ke halaman selanjutnya

92

LAMPIRAN 3 (Lanjutan)

Bersambung ke halaman selanjutnya

93

LAMPIRAN 3 (Lanjutan)

94

LAMPIRAN 4

Perhitungan Variabel Independen (Pengungkapan Sukarela)

95

LAMPIRAN 4 (Lanjutan)

96

LAMPIRAN 4 (Lanjutan)

97

LAMPIRAN 4 (Lanjutan)

98

LAMPIRAN 5

Perhitungan Variabel Independen (Audit Tenure) No. Kode Tahun Nama KAP Tenure

1 AGRO 2011 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1

2012 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2

2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 3

2014 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 4

2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 5

2 BABP 2011 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1

2012 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2

2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 3

2014 Osman Bing Satrio & Eny (Deloitte) 1

2015 Osman Bing Satrio & Eny (Deloitte) 2

3 BACA 2011 Kosasih, Nurdiyaman, Thahjo & Rekan (CH) 1

2012 Kosasih, Nurdiyaman, Thahjo & Rekan (CH) 2

2013 Kosasih, Nurdiyaman, Thahjo & Rekan (CH) 3

2014 Kosasih, Nurdiyaman, Thahjo & Rekan (CH) 4

2015 Kosasih, Nurdiyaman, Mulyadi, Thahjo & Rekan

(CH)

5

4 BBCA 2011 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1

2012 Siddharta & Widjaja (KPMG) 1

2013 Siddharta & Widjaja (KPMG) 2

2014 Siddharta Widjaja & Rekan (KPMG) 3

2015 Siddharta Widjaja & Rekan (KPMG) 4

5 BBKP 2011 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1

2012 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2

2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 3

2014 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 4

2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 5

6 BBNI 2011 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1

2012 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1

2013 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 2

2014 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 3

2015 Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (PWC) 4

7 BBNP 2011 Gani Mulyadi & Handayani (GT) 1

2012 Gani Mulyadi & Handayani (GT) 2

2013 Gani Sigiro & Handayani (GT) 3

2014 Doli, Bambang, Sulistiyanto, Dadang & Ali

(BKR)

1

2015 Osman Bing Satrio & Eny (Deloitte) 1

8 BBRI 2011 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1

2012 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2

2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 3

2014 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 4

2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 5

9 BBTN 2011 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1

2012 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2

2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 3

2014 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 4

2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 5

10 BCIC 2011 Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto (RSM

AJJ)

1

2012 Tjahjadi & Tamara (MI) 1

2013 Tjahjadi & Tamara (MI) 2

2014 Tjahjadi & Tamara (MI) 3

2015 Tjahjadi & Tamara (MI) 4

Bersambung ke halaman selanjutnya

99

LAMPIRAN 5 (Lanjutan) No. Kode

Perusahaan

Tahun Nama KAP Tenure

11 BDMN 2011 Siddharta & Widjaja (KPMG) 1

2012 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1

2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2

2014 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 3

2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 4

12 BEKS 2011 Kosasih, Nurdiyaman, Thahjo & Rekan (CH) 1

2012 Kosasih, Nurdiyaman, Thahjo & Rekan (CH) 2

2013 Hendrawinata, Eddy, & Siddharta (KI) 1

2014 Hendrawinata Eddy, & Siddharta (KI) 2

2015 Hendrawinata Eddy Siddharta & Tanzil (K) 3

13 BJBR 2011 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1

2012 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2

2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 3

2014 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 4

2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 5

14 BKSW 2011 Siddharta & Widjaja (KPMG) 1

2012 Siddharta & Widjaja (KPMG) 2

2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1

2014 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2

2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 3

15 BMRI 2011 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1

2012 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 2

2013 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 3

2014 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 4

2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 1

16 BNBA 2011 Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 1

2012 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1

2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2

2014 Osman Bing Satrio & Eny (Deloitte) 1

2015 Osman Bing Satrio & Eny (Deloitte) 2

17 BNGA 2011 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1

2012 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 2

2013 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 3

2014 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 4

2015 Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (PWC) 5

18 BNII 2011 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1

2012 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2

2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 3

2014 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 4

2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 5

19 BSIM 2011 Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny (MS) 1

2012 Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny (MS) 2

2013 Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny (MS) 3

2014 Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny (MS) 4

2015 Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny (MS) 5

20 BSWD 2011 Gani Mulyadi & Handayani (GT) 1

2012 Gani Mulyadi & Handayani (GT) 2

2013 Gani Sigiro & Handayani (GT) 3

2014 Gani Sigiro & Handayani (GT) 4

2015 Gani Sigiro & Handayani (GT) 5

Bersambung ke halaman selanjutnya

100

LAMPIRAN 5 (Lanjutan) No. Kode

Perusahaan

Tahun Nama KAP Tenure

21 BTPN 2011 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1

2012 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 2

2013 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 3

2014 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 4

2015 Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (PWC) 5

22 BVIC 2011 Tjahjadi & Tamara (MI) 1

2012 Tjahjadi & Tamara (MI) 2

2013 Tjahjadi & Tamara (MI) 3

2014 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1

2015 Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (PWC) 2

23 INPC 2011 Tjahjadi & Tamara (MI) 1

2012 Tjahjadi & Tamara (MI) 2

2013 Tjahjadi & Tamara (MI) 3

2014 Tjahjadi & Tamara (MI) 4

2015 Tjahjadi & Tamara (MI) 5

24 MAYA 2011 Hendrawinata Eddy & Siddharta (KI) 1

2012 Hendrawinata Eddy & Siddharta (KI) 2

2013 Hendrawinata Eddy & Siddharta (KI) 3

2014 Hendrawinata Eddy Siddharta & Tanzil (K) 4

2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 1

25 MCOR 2011 Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny (MS) 1

2012 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1

2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2

2014 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 3

2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 1

26 MEGA 2011 Siddharta & Widjaja (KPMG) 1

2012 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1

2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2

2014 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 3

2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 4

27 NISP 2011 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1

2012 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 2

2013 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 3

2014 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 4

2015 Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (PWC) 1

28 PNBN 2011 Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 1

2012 Osman Bing Satrio & Eny (Deloitte) 2

2013 Osman Bing Satrio & Eny (Deloitte) 3

2014 Osman Bing Satrio & Eny (Deloitte) 4

2015 Osman Bing Satrio & Eny (Deloitte) 5

29 SDRA 2011 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1

2012 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 2

2013 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 3

2014 Osman Bing Satrio & Eny (Deloitte) 1

2015 Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (PWC) 1

101

LAMPIRAN 6

Perhitungan Variabel Independen (Auditor Spesialis)

102

Lampiran 6 (Lanjutan)

103

Lampiran 6 (Lanjutan)

104

Lampiran 6 (Lanjutan)

105

Lampiran 7

Perhitungan Variabel Moderasi (Komite Audit) No. Kode Perusahaan Tahun Jumlah Komite Audit

1 AGRO 2011 3

2012 3

2013 3

2014 3

2015 3

2 BABP 2011 3

2012 3

2013 3

2014 4

2015 4

3 BACA 2011 3

2012 3

2013 3

2014 3

2015 3

4 BBCA 2011 3

2012 3

2013 3

2014 3

2015 3

5 BBKP 2011 3

2012 4

2013 4

2014 4

2015 5

6 BBNI 2011 4

2012 4

2013 4

2014 4

2015 4

7 BBNP 2011 3

2012 3

2013 3

2014 3

2015 3

8 BBRI 2011 6

2012 3

2013 8

2014 6

2015 8

9 BBTN 2011 6

2012 4

2013 5

2014 5

2015 5

10 BCIC 2011 5

2012 4

2013 4

2014 3

2015 4

Bersambung ke halaman selanjutnya

106

Lampiran 7 (Lanjutan) No. Kode Perusahaan Tahun Jumlah Komite Audit

11 BDMN 2011 4

2012 6

2013 6

2014 5

2015 5

12 BEKS 2011 3

2012 3

2013 4

2014 3

2015 3

13 BJBR 2011 4

2012 6

2013 6

2014 6

2015 5

14 BKSW 2011 3

2012 3

2013 3

2014 3

2015 3

15 BMRI 2011 5

2012 6

2013 6

2014 6

2015 5

16 BNBA 2011 3

2012 3

2013 3

2014 3

2015 2

17 BNGA 2011 6

2012 6

2013 6

2014 6

2015 6

18 BNII 2011 5

2012 5

2013 4

2014 4

2015 4

19 BSIM 2011 4

2012 5

2013 5

2014 4

2015 3

20 BSWD 2011 2

2012 3

2013 3

2014 5

2015 3

Bersambung ke halaman selanjutnya

107

Lampiran 7 (Lanjutan) No. Kode Perusahaan Tahun Jumlah Komite Audit

21 BTPN 2011 5

2012 5

2013 5

2014 4

2015 3

22 BVIC 2011 3

2012 3

2013 3

2014 3

2015 2

23 INPC 2011 4

2012 5

2013 6

2014 6

2015 6

24 MAYA 2011 3

2012 3

2013 3

2014 3

2015 3

25 MCOR 2011 3

2012 3

2013 3

2014 3

2015 3

26 MEGA 2011 3

2012 3

2013 3

2014 3

2015 3

27 NISP 2011 4

2012 4

2013 4

2014 4

2015 4

28 PNBN 2011 4

2012 4

2013 4

2014 4

2015 4

29 SDRA 2011 3

2012 3

2013 3

2014 3

2015 4

108

Lampiran 8

Hasil Output SPSS

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

PS 145 ,40 ,85 ,6191 ,09181

AT 145 1 5 2,41 1,326

KA 145 2 8 3,94 1,195

AI 145 ,299834424340 5,638443029292

1,533379661276

71

,96346493

2634693

Valid N

(listwise) 145

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 145

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,23918822

Most Extreme Differences Absolute ,055

Positive ,055

Negative -,030

Test Statistic ,055

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant) PS ,638 1,567

AT ,823 1,215

AS ,899 1,112

KA ,738 1,354

a. Dependent Variable: LAI

109

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

t Sig. B Std. Error

1 (Constant) ,278 ,081 3,429 ,001

PS -,068 ,159 -,426 ,671

AT ,015 ,010 1,578 ,117

AS -,022 ,025 -,895 ,372

KA -,017 ,011 -1,495 ,137

a. Dependent Variable: GLEJSER

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-

Watson

1 ,319a ,102 ,076

,24258113502789

9 2,104

a. Predictors: (Constant), KA, AT, AS, PS

b. Dependent Variable: LAI

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 ,301a ,091 ,071 ,243222733222535

a. Predictors: (Constant), AS, AT, PS

b. Dependent Variable: LAI

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 ,205a ,042 ,022 ,249670121852623

a. Predictors: (Constant), PS_MOD, PS, KA

b. Dependent Variable: LAI

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 ,252a ,064 ,044 ,246841855653137

a. Predictors: (Constant), AT_MOD, KA, AT

b. Dependent Variable: LAI

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 ,307a ,094 ,075 ,242772607299259

a. Predictors: (Constant), AS_MOD, KA, AS

110

b. Dependent Variable: LAI

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) ,373 ,141 2,652 ,009

PS -,474 ,253 -,173 -1,879 ,062

AT -,019 ,017 -,102 -1,149 ,252

AS ,131 ,043 ,254 3,028 ,003

a. Dependent Variable: LAI

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) ,042 ,506 ,083 ,934

PS -,118 ,797 -,043 -,149 ,882

KA ,117 ,130 ,553 ,895 ,372

PS_MOD -,127 ,196 -,511 -,650 ,517

a. Dependent Variable: LAI

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -,182 ,156 -1,168 ,245

AT ,081 ,055 ,424 1,479 ,141

KA ,096 ,039 ,455 2,437 ,016

AT_MOD -,028 ,013 -,794 -2,192 ,030

a. Dependent Variable: LAI

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) ,378 ,131 2,877 ,005

KA -,092 ,036 -,436 -2,575 ,011

AS -,343 ,158 -,666 -2,167 ,032

AS_MOD ,120 ,041 1,088 2,924 ,004

a. Dependent Variable: LAI