9
Pengaruh pengobatan pada pasien dengan obstructive sleep apnea dilihat dari kadar leptin OSAS merupakan kelainan yang sering terjadi pada orang dewasa usia pertengahan dengan prevalensi 2 % - 4 %. Baru - baru ini diperkirakan terdapat hubungan antara OSAS dan regulasi leptin. Leptin merupakan faktor yang mengeluarkan sinyal, terbentuk dari adipocyte dan kadar disirkulasi yang menggambarkan penyimpanan energi serta diperkirakan mempunyai fungsi penting pada kontrol metabolisme, reproduksi dan mengatur sinyal neuroendokrin. Kadar dari plasma leptin ditemukan mempunyai korelasi dekat dengan ukuran dan jaringan penyimpanan lemak. Telah bertambahnya bukti pada orang obesitas kelainan yang biasa terjadi pada pasien OSAS, bahwa regulasi sekresi leptin dapat terganggu oleh beberapa mekanisme. Secara spesifik polimorfiame dari reseptor B 3 telah diidentifikasikan memberi hasil adanya gangguan supresi dari pengeluaran leptin setelah aktivasi reseptor B 3 dan dalam hal ini lebih terlihat pada orang obesitas. Pada satu penelitian yang baru - baru ini dipublikasikan dapat menunjukkan bahwa sleep apnoeic pada pria mempunyai kadar plasma leptin lebih tinggi dari non apnoeic berdasar usia dan juga berdasar pada BMI pada pria obesitas. Lebih lanjut diutarakan bahwa kadar leptin menurun secara signifikan seiring dengan pengobatan OSAS, walaupun tanpa perubahan signifikan pada berat badan. Sampai sekarang, asosiasi antara OSAS dan homeostasis leptin belum dapat sepenuhnya diketahui. Karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan hipotesis yang mengatakan bahwa terapi yang efektif dapat mempengaruhi level leptin pada pasien OSAS. Metode Sebanyak 100 subjek penelitian yang terdiri dari orang yang diduga OSAS atau orang yang selalu mengantuk di siang hari

Pengaruh Pengobatan Pada Pasien Dengan Obstructive Sleep Apnea Dilihat Dari Kadar Leptin

Embed Size (px)

DESCRIPTION

OSAS

Citation preview

Pengaruh pengobatan pada pasien dengan obstructive sleep apnea dilihat dari kadar leptin

OSAS merupakan kelainan yang sering terjadi pada orang dewasa usia pertengahan dengan prevalensi 2 % - 4 %. Baru - baru ini diperkirakan terdapat hubungan antara OSAS dan regulasi leptin. Leptin merupakan faktor yang mengeluarkan sinyal, terbentuk dari adipocyte dan kadar disirkulasi yang menggambarkan penyimpanan energi serta diperkirakan mempunyai fungsi penting pada kontrol metabolisme, reproduksi dan mengatur sinyal neuroendokrin. Kadar dari plasma leptin ditemukan mempunyai korelasi dekat dengan ukuran dan jaringan penyimpanan lemak. Telah bertambahnya bukti pada orang obesitas kelainan yang biasa terjadi pada pasien OSAS, bahwa regulasi sekresi leptin dapat terganggu oleh beberapa mekanisme. Secara spesifik polimorfiame dari reseptor B3 telah diidentifikasikan memberi hasil adanya gangguan supresi dari pengeluaran leptin setelah aktivasi reseptor B3 dan dalam hal ini lebih terlihat pada orang obesitas. Pada satu penelitian yang baru - baru ini dipublikasikan dapat menunjukkan bahwa sleep apnoeic pada pria mempunyai kadar plasma leptin lebih tinggi dari non apnoeic berdasar usia dan juga berdasar pada BMI pada pria obesitas. Lebih lanjut diutarakan bahwa kadar leptin menurun secara signifikan seiring dengan pengobatan OSAS, walaupun tanpa perubahan signifikan pada berat badan.Sampai sekarang, asosiasi antara OSAS dan homeostasis leptin belum dapat sepenuhnya diketahui. Karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan hipotesis yang mengatakan bahwa terapi yang efektif dapat mempengaruhi level leptin pada pasien OSAS.

MetodeSebanyak 100 subjek penelitian yang terdiri dari orang yang diduga OSAS atau orang yang selalu mengantuk di siang hari secara berlebihan dipilih pada kasus ini untuk diamati secara terus menerus. Pada populasi tidak dimasukkan pekerja yang jaga bergantian ( shift workers )Kriteria yang digunakan pada penelitian ini adalah pria dan wanita berusia > 21 tahun serta secara polysomnographic telah dikatakan OSAS dengan indeks apnoea / hypopboea ( AHI ) lebih dari sama dengan lima kali / jam selama tidur. Kriteria eksklusi dari penelitian adalah pemakaian sedatif dan muscle relaxan serta menolak untuk mengikuti penelitian.Pengukuran berat badan dilakukan menggunakan pakaian biasa dan pada keadaan puasa dengan electronic scale, serta pada keadaan tidak sehabis melakukam aktivitas fisik yang berat selama 72 jam sebelum pengukuran.Pengambilan darah dilakukan pada 8 jam setelah puasa seharian pada keadaan baseline dan 6 bulan setelah hari pertama penelitian dipagi hari setelah proses polysomnography. Kadar serum leptin diteliti secara radioimmunoassay dan kadar dari leptin diukur untuk menentukan beratnya OSAS.

PolysomnographySeluruh pasien menggunakan polysomnography semalaman sesuai dengan metode yang telah disetujui secara luas. Perekaman seluruhnya diawasi oleh ahlinya.Perekaman polysomnography diberi nilai pada periode 30 detik selama tidur, bernapas dan terokaigenasi. Menurut kriteria yang biasa digunakan, proses bernapas selama pengukuran secara objektif pada saat tidur dikatakan abnormal jika aliran napas terhenti selama 10 detik atau penurunan aliran udara saat bernapas > 50% dari aliran udara normal lebih dari 10 detik yang dihubungkan dengan kenaikan atau desaturasi sebanyak >3%. Obstructive Apnoea dapat diartikan sebagai hilangnya aliran udara pada keadaan adanya gerakan dinding dada. Jumlah rata - rata dari episode apnoea dan hypopnea per jam selama tidur ( AHI ) dihitung. Diagnosis OSAS dapat ditegakkan jika AHI > 5 jam dihubungkan dengan berbagai gejala. Proses tidur dibagi bertingkat menggunakan metode dari RECHTSCHAFFEN dan KALES.Penelitian mengenai proses tidur yang lebih lanjut dilakukan untuk memastikan tekanan udara positif secara kontinue ( CPAP ) yang dibutuhkan untuk menghilangkan gejala mengorok, apnoea, dan desaturasi oksigen pada pasien yang setuju untuk menjalani pengobatan menggunakan CPAP.Pada pasien yang menolak pengobatan menggunakan CPAP ditawarkan untuk menggunakan alat yang dipasang di mandibula atau menggunakan pengobatan konservatif ( sleep hygiene dan pengukuran dietetic )

Follow UpPengambilan darah dilakukan pada pagi hari setelah proses baseline polysomnography. Selama proses follow up, semua pasien bertemu dengan dokter mereka setelah satu dan tiga bulan. Pasien juga diminta untuk tetap meminum obat yang sebelumnya telah diresepkan pada mereka termasuk obat jantung serta keadaan lainnya. Selanjutnya pasien juga diminta untuk melanjutkan kegiatan keseharian mereka seperti makan dan aktivitas sehari - hari.Enam bulan setelahnya seluruh pasien dievaluasi ukang menggunakan polysomnography dan dilakukan kembali pengambilan darah pada pagi harinya.Pemberian CPAP atau terapi bilateral digunakan berdasarkan waktu yang sebenarnya dari CPAP atau pemakaian terapi bilateral seperti yang direncanakan dengan cara integrated hour meter. Protokol penelitian telah disetujui oleh komite etik lokal serta telah dilakukan informed conscent tertulis pada semua pasien.

Analisis StatistikHasil ditampilkan sebagai mean + SD. Seluruh p yang bermakna dilaporkan sebagai hasil two tailed. Perbedaan pada intergrup dianalisis kesignifikansiannya dengan paired T test, dengan koreksi metode Bonferroni untuk perbandingan multiple.Hubungan antara nilai leptin dengan parameter keparahan OSAS merupakan hal yang paling awal diuji dengan analisis regresi bivariat. Untuk menentukan asosiasi independen dari nilai leptin dan OSAS dengan adanya faktor resiko signifikan lainnya, dilakukan analisis bertahap multiple logistic regression pada tahap kedua. Model statistik multivatiate dilakukan bertahap dan didesain untuk memilih hanya faktor yang berkorelasi dengan nilai serum leptin pada kadar yang signifikan < 0,05 sebagai akhir dari model multiple regresi.

HasilDari 100 pasien yang dipilih, satu orang menolak berpartisipasi dalam penelitian dan 13 orang tidak dapat diverifikasi jika memiliki OSAS menggunakan polysomnography. Maka dari itu, hasil penelitian didasarkan pada 86 pasien yang tersisa ( 69 orang laki - laki dan 17 orang perempuan ) dengan usia rata - rata 57,5 + 11,0 tahun ( 30 - 96 ) dan rerata BMI 31,2 + 5,6 kg. M2 ( 19,0 - 52,9 ). Semua pasien dapat diverifikasi menggunakan polysomnography dengan rerata AHI 28,0 + 19,5 . waktu tidur ( jam )-1. ( 5, 3 - 89,6 ) dengan saturasi oksigen minimum saat tidur 81,5+ 9,4 % ( 51,3 - 86,9 ); rerata saturasi oksigen selama tidur 92,8 + 3,7 % ( 77,2 - 98 ) dan adanya gangguan tidur.Empat puluh delapan pasien ( 55,8 % ) didiagnosis hipertensi, dua puluh lima pasien didiagnosis diabetes melitus ( 29,1 % ), sepuluh pasien dengan chronic obstructive pulmonary disease ( 11,6 % ) dan dua puluh pasien dengan coronary artery disease ( 23,3 % ). Hiperkolesterolemia ( kolesterol > 5,2 mmol. L-1 ) didapatkan pada tujuh puluh dua pasien ( 83,7 % ) dan hypertriglyceridaemia > 1,8 mmol. L-1 ) didapatkan pada empat puluh satu pasien ( 47,7 % ). Empat puluh tiga pasien dari empat puluh delapan pasien hipertensi mendapat pengobatan anti hipertensi ( 27 pasien dengan angiotensin converting enzyme inhibitor, 24 pasien dengan calcium channel blocker dan 20 pasien dengan B blocking agent ); tiga belas pasien mendapat pengobatan diuretic agents ; tujuh pasien mendapat pengobatan theophylline; tiga belas pasien mendapat pengobatan dengan nitrat, satu pasien mendapat pengobatan dengan digitalis, lima pasien mendapat pengobatan dengan insulin dan tiga pasien mendapat pengobatan hypolycaemic agent peroral. Pada hasil dari polysomnography serta kesediaan terapi, yang bergantung pada gejala klinis; tujuh pasien diobati secara konservatif, sebelas pasien mendapat mandibular advancement device dan enam puluh delapan pasien diobati secara terus menerus atau dengan bilevel positive airway pressure.

PolysomnographyPasien kontrol setelah enam bulan pengobatan menggunakan polysomnography didapatkan perbaikan gejala OSAS pada semua kelompok studi meskipun BMI tidak berubah saat dilakukannya follow up.Penilaian secara objektif menghasilkan nilai rata - rata pemakaian CPAP atau bilevel devices sebanyak 5,2 + 1,4 waktu malam hari -1 ( 1,1 - 7,6 ). Pemberian CPAP pada 2 - 3 malam segera memperlihatkan hasil serum leptin yang tidak berbeda pada keseluruhan percobaan. Seluruh pasien yang menggunakan pengobatan dengan mandibular advanced device mentoleransi pengobatan dengan baik dan telah dilaporkan bahwa pasien memakainya secara terus menerus.

Level leptinPada keseluruhan kelompok studi, rerata kadar serum leptin tidak berubah meski dengan pengobatan ( 7,3 + 5,0 versus 7,5 + 4,8 ng. mL-1 p = 0,65 ). Pengobatan dibuktikan berhasil bila AHI < 5. Jam-1. Sehingga lima ouluh sembilan pasien ( satu pasien dengan terapi konservatif, tiga pasien dengan mandibular advancement device, lima puluh tiga pasien menggunakan CPAP dan dua pasien menggunakan bilevel positif airway pressure ) telah mendapat terapi efektif. Nilai AHI mereka menurun dari 29,4 + 20,3 menjadi1,6 + 1,3 . waktu ( jam ) ( p