Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL (VIDEO ANIMASI)
TERHADAP KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI CERITA
FIKSI KELAS IV SDN 52 WELONGE KABUPATEN SOPPENG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
OLEH
RAHMAWATY RAHMAN
105401101716
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
iii
iv
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rahmawaty Rahman
NIM : 105401101716
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Skripsi : Pengaruh penggunaan Media Audo Visual (Video
Animasi) terhadap Keterampilan Menceritakan
Kembali Cerita Fiksi Kelas IV SDN 52 Welonge
Kabupaten Soppeng.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan d depan tim penguji
adalah hasil karya saya sendiri, dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan
oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi
apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, 2020
Yang membuat pernyataan
v
vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN
“Tidak ada seorangpun yang jatuh miskin karena memberi, karena
sesungguhnya memberi akan membuatmu kaya”
(Rahmawaty Rahman)
Kupersembahkan karya ini buat :
Kedua orang tua, kedua adikku
Karena tanpa doa dan dukungan mereka
saya mampu mewujudkan harapan menjadi kenyataan
vii
ABSTRAK
Rahmawaty Rahman, 2020. Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual (video
Animasi) terhadap Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Fiksi Kelas IV
SDN 52 Welonge Kabupaten Soppeng. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Rosmini Madeamin, dan Tjoddin S.B.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan media audio visual
(video animasi) dalam pembelajaran keterampilan menceritakan kembali cerita
fiksi kelas IV SDN 52 Welonge, dan untuk mengetahui pengaruh penggunaan
media audio visual video animasi) dalam pembelajaran keterampilan
menceritakan kembali cerita fiksi kelas IV SDN 52 Welonge.
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan desain
penelitian Pre-Eksperimental dalam bentuk penelitian One Group Pretest-
Posttest. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 52 Welonge.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampel jenuh, dengan
menjadikan populasi sebagai sampel yaitu 30 siswa. instrument penelitian yang
digunakan yaitu tes, lembar observasi, dan dokumentasi, sedangkan teknik
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara, observasi,
dokumentasi dan tes menceritakan kembali. Analisis data yang digunakan yaitu
analisis data deskritif dan analisis data inferensial.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil uji Paired Sample T-Test pada
taraf signifikansi 5% diperoleh nilai signifikan (2-tailed) < α (0,00 < 0,05) atau t
hitung > t tabel (9,132 > 2,045).
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulakan bahwa media audio visual
(video animasi) berpengaruh terhadap keterampilan menceritakan kembali cerita
fiksi kelas IV SDN 52 Welonge Kabupaten Soppeng.
Kata Kunci : Media Audio Visual, Video Animasi, Keterampilan Menceritakan
Kembali
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah swt, berkat rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini yang
berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual (Video Animasi) terhadap
Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Fiksi Kelas IV SDN 52 Welonge
Kabupaten Soppeng”. Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad saw yang dinantikan syafaatnya di hari kiamat.
Dengan kerendahan hati, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari kata sempurna baik dari redaksi kalimat maupun sistematika penulisannya,
karena segala keterbatasan kemampuan yang dimiliki peneliti. Penyusunan skripsi
ini, peneliti menghadapi hambatan, namun berkat bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, peneliti
mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta Ibunda Sudarma, S.Pd
, Ayahanda Drs. Rahman. K, dan Drs. Harto Imayaduddin sebagai wali yang
senantiasa memberikan motivasi dan doa kepada peneliti. Serta kepada Ibu Dr. Hj.
Rosmini Madeamin. M.,Pd sebagai Pembimbing I dan Bapak Drs. H. Tjoddin
S.B, M.Pd sebagai Pembimbing II yang dengan sabar, tulus, dan ikhlas
meluangkan waktun, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan
saran yang berharga dan bermanfaat bagi peneliti sejak awal penyusunan proposal
hingga selesainya skripsi ini.
Selanjutnya ucapan terima kasih ditujukan kepada, Prof. Dr. H. Ambo Asse,
M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi peluang
ix
untuk mengikuti proses perkuliahan pada Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar.
Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan izin sehingga penelitian ini dapat terlaksana,
Aliem Bahri, S.Pd.,M.Pd. Ketua Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan
seluruh staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
yang penuh perhatian dalam membimbing dan memfasilitasi selama proses
perkuliahan hingga penyusunan skripsi.
Ibu Hj. Rosnaini, S.Pd. Kepala Sekolah SDN 52 Welonge dan Ibu Ardiana,
S.Pd wali kelas IV, yang telah memberikan izin dan bantuan kepada peneliti untuk
melaksanakan penelitian,
Teristimewa Saudara, teman-teman kelas A PGSD 2016, Asisten Lab PGSD
yang senantiasa menemani dan menyemangati dalam penyusunan skripsi ini.
Peneliti menyampaikan kepada semua puhak yang tak sempat disebutkan
namanya atas bantuan dan bimbingannya, semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa memberikan ganjaran pahala yang setimpal. Harapan peneliti semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya, khususnya bagi pendidikan.
Makassar, 2020
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ........................................................................................ v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
D. Manfaat Peneltian................................................................................. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 9
A. Kajian Pustaka ..................................................................................... 9
1. Penelitian yang Relevan ................................................................ 9
2. Keterampilan Berbahasa ............................................................... 11
3. Keterampilan Berbicara ................................................................ 11
4. Cerita Fiksi .................................................................................... 12
5. Media Pembelajaran Audio Visual (Video Animasi) ................... 15
6. Keterampilan Menceritakan Kembali ........................................... 22
B. Kerangka Pikir .................................................................................... 28
C. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 30
xi
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 32
A. Rancangan Penelitian .......................................................................... 32
1. Jenis Penelitian ............................................................................... 32
2. Variabel Penelitian ......................................................................... 33
B. Populasi dan Sampel ........................................................................... 34
C. Devenisi Operasional Variabel ........................................................... 35
D. Instrument Penelitian .......................................................................... 36
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 45
F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 53
A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 53
1. Hasil Analisis Desktiptif ................................................................. 53
2. Hasil Analisis Statistik Inferensial ................................................. 60
B. Pembahasan ......................................................................................... 63
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 68
A. Simpulan .............................................................................................. 68
B. Saran .................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 70
LAMPIRAN .......................................................................................................... 72
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 129
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Populasi Penelitian .......................................................................................... 34
3.2 Sampel Penelitian ............................................................................................ 35
3.3 Format Instrument Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Fiksi........... 37
3.4 Format Kriteria Penilaian Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita
Fiksi ................................................................................................................. 37
3.5 Pedoman Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Keterampilan
Menceritakan Kembali Cerita Fiksi ............................................................... 44
3.6. Pedoman Pengkategorian Hasil Menceritakan Kembali Cerita Fiksi Siswa . 46
3.7 Kriteria Ketuntasan Minimal........................................................................... 48
3.8 Kategori Aspek Respon Siswa ........................................................................ 49
4.1 Nilai Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ...................................... 54
4.2 Data Statistik Deskriptif Nilai Pretest dan Posttest ........................................ 55
4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Pretest ........................... 57
4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Posttest ......................... 58
4.5 Data ketuntasan klasikal .................................................................................. 59
4.6 Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest .............................................. 60
4.7 Hasil Uji Homogenitas ................................................................................... 66
4.8 Hasil Paired Samples T-Test ........................................................................... 62
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Bagan Kerangka Pikir ..................................................................................... 30
3.1 Desain One Group Pretest-Posttest ................................................................ 32
4.1 Grafik perbandingan rata-rata nilai pretest dan posttest ................................. 58
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pretest ....................................... 72
2. Bahan Ajar Teks Cerita Si Dada Emas .......................................................... 84
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Posttest ...................................... 86
4. Bahan Ajar Teks Cerita Putri Tandampalik ................................................. 98
5. Lembar Obsevasi Respon Siswa dalam Proses Pembelajaran ..................... 100
6. Daftar Hadir Siswa (Pretest) ......................................................................... 104
7. Daftar Hadir Siswa (Posttest)........................................................................ 105
8. Lembar Penilaian Pretest ............................................................................. 106
9. Lembar Penilaian Posttest ............................................................................ 108
10. Hasil Analisis Data Deskriptif ..................................................................... 110
11. Frekuensi Tabel Pretest ................................................................................ 111
12. Frekuensi Tabel Posttest .............................................................................. 112
13. Uji Normalitas .............................................................................................. 113
14. Uji Homogenitas .......................................................................................... 114
15. Uji Hipotesis ................................................................................................. 115
16. Tabel T ......................................................................................................... 116
17. Dokumentasi Penelitian ............................................................................... 117
18. Surat Pengantar Penelitian ............................................................................ 121
19. Surat Permohonan Izin Penelitian ................................................................. 122
20. Surat Izin Penelitian Dinas Penanaman Modal Dan Pelayan Terpadu ......... 123
21. Surat Izin Penelitian Kabupaten Soppeng ..................................................... 124
xv
22. Kontrol Pelaksanaan Penelitian..................................................................... 125
23. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ........................................ 126
24. Kartu Kontrol Bimbingan Skripsi ................................................................. 127
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan bertujuan untuk mengembakan potensi manusia itu sehingga
mampu berkembang menjadi khalifah di bumi dan berfungsi menumbuh
kembangkan potensi, bakat dan minat (Ahmadi 2014:51). Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 mendifinisikan “Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudukan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembakan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara”. Berbicara tentang pendidikan tentulah kita tidak jauh dalam
membahas kurikulum, karena kurikulum dalam pendidikan formal disekolah
memiliki peranan yang sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan
pendidikan.
Pembicaraan tentang tujuan pendidikan mengacu pada pertanyaan: manusia
bagaimana yang dapat dibentuk melalui pendidikan?. Di Indonesia, manusia yang
dicita-citakan adalah manusia seperti yang digambarkan dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional No. 2/1989, yaitu manusia yang berimam dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
2
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan
Kurikulum mengalami perubahan kembali pada tahun 2013, pemerintah
menerapkan kurikulum baru yang disebut dengan Kurikulum 2013. Kurikulum
baru tersebut didesain sebagai bentuk penyesuaian terhadap tantangan pendidikan
dan kehidupan bermasyarakat yang lebih kompleks di masa mendatang. Selain itu,
Kurikulum 2013 juga merupakan penyempurnaan atas Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang diimplementasikan dalam kurun waktu enam tahun
terakhir. Kurikulum 2013 memiliki empat aspek penilaian, yaitu aspek
pengetahuan, aspek keterampilan, aspek sikap, dan aspek perilaku. Pembelajaran
bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 menekankan pembelajaran berbasis teks,
baik lisan maupun tulisan dengan menempatkan bahasa Indonesia sebagai wahana
untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran.
Pembelajaran bahasa Indonesia di SD bukan hanya untuk meningkatkan
pengetahuan saja, tetapi sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan
berbahasa anak. Telah kita ketahui bahwa, di Indonesia terdapat berbagai suku
bangsa dengan bahasa daerah masing-masing suku, belum lagi ketika seorang
anak yang bersekolah di luar daerahnya. Oleh karena itu, bahasa Indonesia
merupakan kunci pokok dalam berkomunikasi antar manusia .
Pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV telah dituliskan dalam KD
4.9 berisi menyampaikan hasil identifikasi tokoh-tokoh yang terdapat pada teks
fiksi secara lisan, tulis, dan visual. Dalam kompetensi dasar tersebut guru menarik
indikator yaitu bercerita dengan artikulasi jelas, ekspresi, intonasi tepat dan penuh
3
percaya diri. Sehingga jelas, keterampilan bercerita (menceritakan kembali)
adalah keterampilan berbahasa yang harus dikuasai di Sekolah Dasar (SD).
Keterampilan menceritakan kembali merupakan bagian dari pembelajaran
bercerita. Inti pembelajaran ini adalah siswa mampu menyampaikan cerita yang
dibacakan secara runtut dan ekspresif sehingga pendengar mampu memahami isi
ceritanya. Oleh karena itu, tugas guru ialah dapat membuat siswa memahami isi
cerita dan mampu menuangkan kembali secara lisan. Keterampilan menceritakan
kembali cerita yang dibaca bagi siswa akan mudah diperoleh jika ada pemahaman
terhadap isi cerita sehingga akan memudahkan siswa dalam menuangkan ide dan
gagasannya ke dalam bentuk lain.
Keterampilan menceritakan kembali tidak lepas dalam kaitannya dengan
berbicara. Berbicara merupakan suatu kemampuan dan kemampuan tidak akan
berkembang kalau tidak dilatih secara terus menerus. Oleh karena itu, kemampuan
berbicara pada anak tidak akan dikuasai dengan baik tanpa dilatih. Apabila selalu
dilatih, kemampuan berbicara tentu akan semakin baik. Sebaliknya, kalau malu,
ragu, atau takut salah dalam berlatih berbicara, niscaya kemampuan berbicara
pada anak semakin jauh dari penguasaan. Kemampuan berbicara lebih mudah
dikembangkan apabila anak memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan
sesuatu secara alami kepada orang lain, sehingga dalam pembelajaran perlunya
diajarkan kepada anak disekolah dasar tentang berbicara didepan umum.
Salah satu ragam sastra yang dipelajari di kelas IV SD adalah cerita fiksi.
Setelah mempelajari cerita fiksi, siswa diharapkan mampu memperoleh salah satu
kompetensi sastra yaitu meceritakan kembali cerita fiksi yang dibaca maupun
4
didengar. Cerita fiksi merupakan karya sastra yang bersifat imajinatif. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Muda 2006:265) “imajinatif adalah mempunyai
imnajinasi, menggunakan imajinasi, bersifat khayal”.
Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Sehingga,
dalam proses pembelajaran, guru memerlukan media untuk merangsang pemikiran
anak. Media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran itu juga
memerlukan perencanaan yang baik. Meskipun demikian, kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa seorang guru memilih salah satu media dalam kegiatannya di
kelas atas dasar pertimbangan yaitu apakah media tersebut sudah akrab ia temui.
Fenomena yang terjadi dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita
fiksi dari hasil wawancara dengan ibu Ardiana. S.Pd. wali kelas IV di SDN 52
WELONGE pada tanggal 29 januari 2020 bahwa rata-rata siswa mengalami
kesulitan dalam menceritakan kembali, siswa lebih senang menjawab pertanyaan
seputar isi cerita dibandingkan harus menceritakan kembali isi cerita yang
didengar maupun dibaca. Hal tersebut disebabkan karena siswa tidak memiliki
keberanian naik di depan teman-temanya bercerita, bahkan siswa tidak memahami
jalan cerita yang dibacanya sebelum menceritakan kembali isi cerita.
Sesuai penjelasan tersebut menunjukkan kemampuan menceritakan kembali
siswa di kelas IV SDN 52 Welonge masih rendah. Hal utama yang tampak dalam
pembelajaran adalah siswa kurang memahami isi cerita dan kurangnya keberanian
anak dalam menceritakan kembali isi cerita khususnya pada cerita fiksi.
Siswa kurang memahami isi cerita diakibatkan teks cerita yang begitu
panjang, sehingga mengakibatkan siswa menjadi cepat bosan dan mengantuk.
5
Meskipun di dalam buku siswa sudah dilengkapi dengan gambar pada teks cerita
masih belum membuat siswa bersemangat membacanya dikarenakan teks yang
terlalu panjang tersebut. Belum lagi ketika siswa yang tidak mampu memahami isi
cerita meskipun setelah membaca cerita berkali-kali, dan itu membutuhkan waktu
yang cukup lama. Menunjang hal tersebut maka dibutuhkan media pembelajaran
yang tidak hanya berupa teks cerita dan gambar saja, namun disertai dengan suara
dan gambar.
Guru di kelas IV belum menggunakan media yang bervariatif dalam
pembelajaran menceritakan kembali. Guru biasanya hanya menggunakan buku
siswa untuk melaksanakan pembelajaran, sehingga siswa mengeluh, mengantuk,
bahkan bermain-main. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya pemilihan
media pembelajaran yang kurang tepat. Kurangnya media pembelajaran yang
digunakan guru dan rendahnya kemampuan siswa dalam meceritakan kembali
menjadi alasan peneliti ingin melakukan penelitian di kelas IV SDN 52 Welonge.
Penggunaan media merupakan salah satu hal yang dibutuhkan guru untuk
melaksanakan proses pembelajaran, agar materi pembelajaran dapat tersampaikan
dengan baik kepada siswa. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim kepada penerima.
Meskipun guru sudah melakukan berbagai upaya belum mampu
mengembangkan keterampilan berbicara anak secara menyeluruh. Oleh karena
itu, peneliti memilih solusi penggunaan media berupa media audio visual dengan
peneliti menampilkan video animasi yang berisi cerita fiksi pada siswa sebagai
pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan menceritakan kembali yang
6
harus dilakukan sedini mungkin, karena anak yang terampil dalam bercerita, dapat
dengan mudah menjelaskan kebutuhan dan keinginannya, serta dapat
mengungkapkan perasaan dan idenya kepada orang lain.
Agar proses menceritakan kembali cerita fiksi dapat berlangsung secara
efektif dan efisien maka penggunaan media sangatlah berpengaruh. Sehingga jelas
dikatakan sebelumya peneliti menggunakan media video animasi. Video
merupakan media yang sangat efektif dalam proses pembelajaran karena siswa
mampu melihat keadaan secara konkret dalam cerita. Video kaya akan informasi
dan tuntas karena sampai kehadapan peserta didik secara langsung.
Pengemasan media video ini dikombinasikan dengan animasi. (Agustien,
Umamah, and Sumarno 2018:19)“animasi adalah suatu kegiatan menghidupkan,
menggerakkan benda diam. Suatu benda diam diberikan dorongan kekuatan,
semangat dan emosi unutk menjadi hidup dan bergerak atau hanya berkesan
hidup”. Sehingga jelas dapat ditarik kesimpulan bahwa video animasi itu berupa
serangkaian presentasi gambar bergerak yang mampu sampai kehadapan peserta
didik secara langsung. Sehingga, dengan media video animasi siswa dapat melihat
secara konkret jalannya cerita yang dituangkan dalam bentuk animasi yang
membuat siswa tertarik untuk belajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian untuk membantu siswa mempermudah memahami isi cerita dan dapat
menyampaikan kembali isi cerita tersebut. Dan membantu guru memilih media
yang tepat dalam pembelajaran menceritakan kembali. Berdasarkan asumsi yang
peneliti harapkan, maka judul penelitian yang diambil penulis adalah “Pengaruh
7
Penggunaan Media Audio Visual (Video Animasi) Terhadap Keterampilan
Menceritakan Kembali Cerita Fiksi Kelas IV SDN 52 Welonge, Kabupaten
Soppeng”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka peneliti merumuskan permasalahan yaitu :
1. Bagaimana penggunaan media audio visual (video animasi) dalam
pembelajaran keterampilan menceritakan kembali cerita fiksi kelas IV
SDN 52 Welonge, Kabupaten Soppeng ?
2. Bagaimana pengaruh penggunaan media audio visual (video animasi)
dalam pembelajaran keterampilan menceritakan kembali cerita fiksi kelas
IV SDN 52 Welonge, Kabupaten Soppeng ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yaitu :
1. Untuk mengetahui penggunaan media audio visual (video animasi)
dalam pembelajaran keterampilan menceritakan kembali cerita fiksi
kelas IV SDN 52 Welonge, Kabupaten Soppeng
2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media audio visual (video
animasi) dalam pembelajaran keterampilan menceritakan kembali cerita
fiksi kelas IV SDN 52 Welonge, Kabupaten Soppeng.
8
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Akademisi, sebagai acuan teoritis tentang penggunaan dan
pengaruh media audio visuam (video animasi) terhadap keteramp
keterampilan menceritakan kembali cerita fiksi kelas IV SDN 52
Welonge, Kabupaten Soppeng.
b. Bagi Peneliti, sebagai pengalaman yang bersifat ilmiah, dan insipirasi
bagi peneliti lain.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah,
Sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran di
kelas dengan berbasis teknologi yang akan memberikan dampak positif
bagi peningkatan kualitas sekolah
b. Bagi Guru
Sebagai masukan tentang media yang tepat digunakan guru dalam
mengoptimalkan penggunaan media khususnya dalam menceritakan
kembali cerita fiksi.
c. Bagi Siswa
Siswa lebih tertarik dan menyenagkan dalam proses pembelajaran
karena adanya penayangan video animasi, sehingga siswa lebih mudah
dalam menceritakan kembali cerita fiksi
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan bertujuan untuk membuktikan hasil penelitian terdahulu
dan membuktikan hasil penelitian saat ini. Adapun penelitian terdahulu yang
menjadi acuan dalam penelitian adalah :
a. (Sa’Diah 2017) dengan judul ”Pengaruh penggunaan media animasi audio
visual terhadap keterampilan menyimak cerita anak pada siswa kelas V MI
Al- Hikmah Jakarta” hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kelas
eksperimen yang menggunakan media animasi audio visual memperoleh
nilai rata-rata yang lebih tinggi yaitu 88.25 dari kelas kontrol yang
menggunakan pembelajaran konvensional yaitu sebesar 80.80. Pengujian
hipotesis kedua kelas menggunakan Independent Sample t-Test dan
diproleh thitung lebih besar dari ttabel yaitu 2.65 > 2.00. Dengan demikian
menunjukkan pengaruh penggunaan media animasi audio visual terhadap
keterampilan menyimak cerita anak pada siswa kelas V MI Al-Hikmah
Jakarta. Adapun perbedaan penelitian Halimatus Sa’diah dengan penulis
adalah terletak pada variabel terikatnya yaitu keterampilan menyimak
cerita anak. Adapun yang menjadi persamaan dalam penelitian ini variabel
bebasnya yaitu media audio audio visual.
10
b. (Cahyani 2018) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menceritakan
Kembali Cerita Fabel melalui Teknik Paired Storytelling Berbantuan
Media Boneka Tangan pada Siswa Kelas II A SD Negeri Panggang
Sedayu” pada penerapan paired storytelling berbantuan media boneka
tangan dapat meningkatkan keterampilan menceritakan kembali cerita
fable siswa kelas IIA SD Negeri Panggang Sedayu. Hal in terbukti pada
pra siklus, persentase keberhasilan siswa yang termasuk kategori
berkembang sesuai dengan harapan yaitu 31,82%. Pada siklus I meningkat
menjadi 45,45%, dan menjadi 83,36% pada siklus II. Keberhasilan
penelitian ini juga dapat dilihat dari peningkatan aktivitas siswa.
Presentase aktivitas siswa pada siklus I mencapai 58,82% sehingga dapat
dikategorikan cukup dan pada siklus II persentase aktivitas siswa
meningkat menjadi 85,23% sehingga dapat dikategorikan sangat baik.
Adapun perbedaan penelitian Indah Dwi Cahyani dengan penulis terletak
pada jenis penelitian yaitu PTK dan variabel terikatnya yaitu teknik paired
storytelling berbantuan media boneka tangan. Persamaannya yaitu terletak
pada variabel bebas yaitu keterampilan menceritakan kembali cerita
c. (Yuliana:2018.) dengan judul “Pengaruh Media Audio Visual Terhadap
Keterampilan Menyimak Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SDN 1
Harapan Jaya Bandar Lampung”. Hasil penelitian kelas eksperimen
dengan nilai rata-rata posttest 82,6. Sedangkan kelas control dengan nilai
rata-rata posttest 65,85. Hipotesis uji-t diperoleh thitung > ttabel (5.024 >
1.668) artinya H1 diterima dan H0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan, terdapat
11
pengaruh media pembelajaran audio visual terhadap keterampilan
menyimak kelas V pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN 1
Harapan Jaya Bandar Lampung. Adapun perbedaan penelitian Yuliana
dengan penulis yaitu terletak pada variabel terikat yaitu keterampilan
menyimak mata pelajaran bahasa Indonesia sedangkan penulis
menceritakan kembali cerita fiksi. Adapun persamaannya yaitu terletak
pada variabel bebas yaitu media audio visual.
2. Keterampilan Berbahasa
Hoetomo (Noviyani, 2015:7) “terampil adalah cakap dalam
menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan”. Keterampilan adalah kecakapan
untuk menyelesaikan tugas, atau kecakapan yang diisyaratkan. Uparno
(Noviyani, 2015:7) “dalam pengertian luas, setiap cara yang digunakan untuk
mengembangkan manusia, bermutu dan memiliki pengetahuan, keteampilan dan
kemampuan sebagaimana diisyaratkan”
Terdapat 4 aspek keterampilan berbahasa Indonesia yaitu keterampilan
menyimak, bericara, membaca, dan menulis. Namun pada penelitian ini,
peneneliti lebih berfokus pada keterampilan berbicara.
3. Keterampilan Berbicara
Menurut Nuryanto (2018:84) keterampilan berbicara dalam bahasa
Indonesia merupakan suatu keterampilan bahasa yang perlu dikuasai dengan
baik, karena keterampilan ini merupakan suatu indikator yang terpenting bagi
keberhasilan dalam belajar bahasa. Dengan penguasaan ketarampilan berbicara
12
yang baik, siswa mampu mengkomunikasikan ide mereka, baik di sekolah
maupun di lingkungannya untuk menjaga hubungan baiknya dengan orang lain.
Dalam keterampilan berbicara dikenal dengan tiga jenis situasi berbicara
yaitu interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi interaktif, contohnya
ketika seseorang berbicara melalui telepon atau dengan berhadapan langsung
dengan orang lain. Semiinteraktif, contohnya saat seseorang berpidato di
hadapan umum, kampanye, ceramah dan lain sebagainya. Sedangkan
noninteraktif contohnya tidak bertatap muka langsung, ketika berpidato melalui
radio maupun televise (Samad and Maryati 2017:11–12).
Keterampilan bercerita perlu dimiliki oleh setiap orang, khususnya siswa.
Maka, proses pembelajaran berbicara akan lebih mudah apabila siswa terlibat
aktif dalam berkomunikasi hal ini dikemukakan oleh Iskandarwassid (Janattaka
and Ghufron 2014:91). Dalam proses pembelajaran di sekolah digunakan siswa
untuk menyampaikan pendapat, gagasan, memberi informasi dan menerima
informasi dari orang lain.
4. Cerita Fiksi
a. Pengertian Cerita Fiksi
Telah ditemukan bagian terlebih dahulu, bahwa setiap orang menyukai
sastra baik anak-anak, dewasa maupun orang dewasa sekalipun. Pemenuhan
kebutuhan akan cerita merupakan salah satu pemenuhan kebutuhan batiniah
yag berpengaruh pada pembentukan kepribadian. Keseimbangan antara
kebutuhan badaniah dan batiniah harus berkembang secara harmonis.
13
Cerita fiksi banyak mengangkat misteri tentang kehidupan baik fiksi
anak maupun fiksi dewasa. Dengan membaca dan menikmati cerita fiksi, anak
bukan hanya memperoleh kenikmatan cerita fiksi dan pemenuhan rasa ingin
tahu, namun secara tidak langsung anak belajar tentang kehidupan
“Cerita fiksi anak SD adalah cerita yang berisikan misteri kehidupan
yang tidak jauh dari keidupan seorang anak” (Zulela 2012:44). Maksudnya,
sesuatu menjadi isi ungkapan yang ingin disampaikan penulis ke pembaca.
Isinya terjalin dalam sebuah rangkaian alur yang menampilkan berbagai
peristiwa dengan tokoh yang dikemas dalam narasi dan dialog. Cerita fiksi
menampilkan tokoh-tokoh cerita. Tokoh itu dalam cerita anak, tidak harus
tokoh anak. Tokoh fiksi boleh siapa saja, namun mesti berkisar di kehidupan
anak, tetapi juga berkisar tentang kehidupan anak, tetapi dapat juga tokoh
orang tua, guru, kakak dan lain-lain. Sesuai kehidupan nyata, bahwa anak
tidak hidup terisolasi, melainkan berbaur dengan siapa saja yang dijumpai.
Dalam fiksi menampilkan dunia dalam kata-kata.
Cerita fiksi memiliki berbagai macam jenis yaitu novel dan cerpen, fiksi
realistic (realistic fiction), fiksi fantasi (fantastic fiction), Fiksi Historis
(Historical Fiction) dan komik sastra anak. Namun, pada penelitian ini
peneliti memfokuskan pada cerita fiksi berjenis fiksi fantasi yaitu cerita
rakyat. Cerita yang diangkat pada penelitian ini yaitu cerita rakyat dari
Sulawesi Selatan dengan judul cerita “Putri Tandampalik” dan “Si Dada
Emas”
14
b. Fiksi Fantasi (Fantastic Fiction)
Cerita fantasi adalah cerita yang dikembangkan dengan menghadirkan
sebuah dunia lain disamping dunia realita. Cerita fantasi adalah cerita yang
menampilkan tokoh , alur, karakter dan lainnya, yang kebenarannya
diragukan, baik seluruh cerita maupun sebagian cerita. Menurut Huck dkk.,
(Zulela 2012:46) cerita fantasi merupakan cerita yang menyuguhkan makna
lebih dari sekedar pyang dikisahkan.
(Zulela 2012:46) menjelaskan bahwa cerita fiksi menampilkan cerita
yang kebenarannya diragukan. Kebenaran disini dikaitkan dengan kebenaran
logika realitas sebagaimana halnya yang terjadi di dunia nyata. Misalkan ada
tokoh manusia yang bisa terbang, bicara dengan binatang dan tumbuhan.
c. Cerita Rakyat
Cerita rakyat adalah sebagian kekayaan budaya dan sejarah yang
dimiliki Indonesia. Pada umumnya, cerita rakyat bercerita tentang suatu
kejadian pada daerah atau tempat tempat tertentu. Tokoh yang terdapat di
dalam cerita rakyat yaitu umunya dewa, manusia dan binatang. Cerita rakyat
bukan hanya memberikan hiburan kepada pembaca dan pendengarnya
melainkan mengandung pesan-pesan moral bagi pembacanya maupun
pendengarnya (Isnanda 2015:184).
Semi (Isnanda 2015:184) menjelaskan bahwa “cerita rakyat dianggap
sebagai kekayaan milik rakyat yang kehadirannya di atas dasar keinginan
untuk berhubungan sosial dengan orang lain”. Sehingga diketahui dalam
cerita rakyat lebih mengutamakan nilai-nilai dalam kehidupan
15
masyarakat.Penelitian ini mengangkat cerita fiksi yang dengan berfokus pada
cerita rakyat Sulawesi Selatan, dengan judul cerita “Putri Tandampalik” dan
“Si Dada Emas”
5. Media Pembelajaran Audio Visual (Video Animasi)
a. Pengertian Media Pembelajaran
Istilah media yang merupakan bentuk jamak dari medium secara harfiah
berarti perantara atau pengantar. Media dikatakan pula sebagai segala bentuk
dan saluran yang digunakan orang menyalurkan pesan/informasi. Kata segala
memberi makna bahwa yang disebut media tidak terbatas pada jenis media
yang dirancang secara khusus untuk mencapai tujuan tertentu, akan tetapi
juga yang keberadaannya dapat dimanfaatkan untuk diperjelas atau
mempermudah pemahaman siswa terhadap materi tertentu. Jadi apapun
bentuknya apabila dapat digunakan untuk menyalurkan pesan disebut media
(Samad and Maryati 2017:6)
Menurut Gagne (Samad and Maryati 2017:8) “media adalah berbagai
jenis komponen dalam lingkungan anak didik yang dapat memotivasi anak
didik untuk belajar”. sedangkan menurut Briggs (Samad and Maryati 2017:8)
“media adalah segala alat fisik yang menyajikan pesan serta merangsang
anak didik untuk belajar contohnya adalah buku, film, kaset, dan lain-lain”.
Selanjutnya menurut Russell (Samad and Maryati 2017:8) media
merupakan saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti
perantara, yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan
16
(a receiver). Mereka mencontohkan media ini dengan film, televise, digram,
bahan tercetak (printed materials), komputer dan instruktur. Dalam situasi
pembelajaran terdapat pesa-pesan yang harus dikomunikasikan. Pesan
tersebut biasanya merupakan isi dari tema atau topik pembelajaran.
Dengan demikian, dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan atau disediakan
oleh guru dimana penggunanya diintegrasikan kedalam tujuan dan isi
pembelajaran, sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas kegiatan
pembelajaran serta mencapai kompetensi pembelajarannya. Selain itu media
pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan
untuk menyampaikan pesan/informasidari sumber kepada anak didik yang
bertujuan agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, dan perhatian anak
didik mengikuti kegiatan pembelajaran.
Dalam pemilihan media, guru tidak semerta-merta memilih media yang
digunakan, ada beberapa prosedur yang harus diperhatikan guru dalam
memilih media, yaitu (a)media sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,
(b)tepat untuk mendukung isi pelajaran, (c)praktis, luwes, dan bertahan,
(d)guru terampil menggunakannya, (e)pengelompokan sasaran, (f)mutu
teknis (Arsyad 1997:74–75).
Media pembelajaran terdiri atas beberapa jenis yaitu media visual, media
audio dan media audio visual. Namun, pada penelitian ini, peneliti lebih
memfokuskan pada media audio visual yang berupa video animasi.
17
b. Pengertian Media Audio Visual
Wingkel (Purwono, Yutmini, and Anitah 2014:130) “media audio
visual adalah media kombinasi antara audio dan visual yang diciptakan sendiri
seperti slide yang dikombinasikan dengan kaset audio”. Sejalan dengan itu
Sanjaya (Purwono et al. 2014:130) mengemukakan “media audio visual
adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar yang bias
dilihat, misalnya rekaman video, slide, suara, dan sebagainya”. Karakteristik
media audio visual adalah memiliki suara dan juga gambar.
Contoh media audio visual murni adalah televise. Televisi merupakan
sistem elektronik yang menayangkan gambar hidup dan gambar diam disertai
dengann suara melalui kabel. Selain sebagai media pembelajaran, televisi
merupakan sumber informasi bagi masyarakat. Televisi berperan penting
untuk pendidik, karena pendidik terbantu dalam menyampaikan hal – hal yang
tidak bisa dibawa ke dalam kelas. Siswa bisa menggunakan media tersebut
dirumah. Contoh lainnya yaitu video kaset. Video Kaset merupakan alat yang
dapat menampilkan gambar gerak dan disertai dengan suara. Video kaset
bersifat informatif dan juga sangat cocok untuk digunakan sebagai media
pembelajaran. Sebagian kedudukan film digantikan oleh video. Tetapi masing
– masing mempunyai kelebihan. Biasanya pedidik menayangkan video
pembelajaran di depan kelas melalui proyektor. Video kaset memiliki fungsi
untuk merekam data. Data tersebut bisa dihapus dan ditayangkan kembali
ketika dibutuhkan.
18
Contoh media audio visual tidak murni yaitu Film Bingkai Suara
(Sound Slide). Sound slide merupakan gabungan dari slide atau gambar
dengann tape audio atau suara. Sound slide berupa powerpoit, adobe flash,
adobe premiere, dan windows movie maker. Sound slide sangat efektif untuk
proses belajar mengajar dan membuat siswa menjadi kreatif. Karena jika slide
suara yang dibuat tersebut bagus, maka akan meningkatkan hasil belajar. Slide
bersuara dapat diulang apabila dibutuhkan dan dapat dipercepat atau
diperlambat.
Media audio visual juga memilikin kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya yaitu Pemakaian tidak terikat waktu. Sangat praktis dan
menarik. Harganya relative tidak mahal, karena bisa digunakan berkali-kali.
Serta menghemat waktu dan video atau film dapat diputar kembali.
Kekurangannya yaitu jika memutarkan film terlalu cepat, siswa tidak dapat
mengikuti, untuk media film bingkai suara, harus memerlukan ruangang yang
gelap, untuk media televise, tidak bisa dibawa kemana – mana karena
cenderung ditempat tertentu. Serta Membutuhkan keahlian dan keterampilan
khusus dalam menyajikan atau membuat media belajar audio visual, karena
media ini berupa suara dan gambar-gambar, baik gambar bergerak maupun
diam. Oleh karena itu pembuatan media ini cenderung lebih rumit
dibandingkan dengan menggunakan media visual dan media audio.
c. Langkah-Langkah Penggunaan Media Audio Visual
Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh guru dalam penggunaan
audio-visual :
19
1) Langkah persiapan. Langkah ini meliputi persiapan bagi guru dan
persiapan bagi siswa. Guru menetapkan bahwa penggunaan alat ini
adalah dalam rangka pendidikan, siswapun harus dipersiapkan untuk
menerima program yang disajikan agar mereka berada dalam keadaan
siap untuk mengetahui apa yang akan diberikan, bagaimana
disajikannya dan pengalaman-pengalaman apa yang akan mereka
peroleh. Hamalik (Purwono et al. 2014:140).
2) Langkah pelaksanaan. Pada langkah ini siswa melihat dan mendengar,
mengikuti dengan seksama tayangan yang berlangsung dalam layar
LCD proyektor. Biasanya tingkat kematangan dan minat sangat
berpengaruh dalam tehnik penerimaan ini. Guru memimpin
pelaksanaan dengan membuat catatan-catatan sketsa yang diperlukan
dan ini dapat dilakukan kemudian. Hamalik (Purwono et al. 2014:140).
3) Kegiatan lanjutan. Kegiatan lanjutan dilakukan dalam bentuk diskusi
kelas, siswa bersama guru berdiskusi tentang penggunaan media audio
visual yang ditayangkan dengan bantuan LCD proyektor. Dalam
kegiatan ini, siswa menyampaikan perasaanya tentang pengalaman
belajarnya menggunakan media audio visual.
d. Manfaat Media Audio Visual
Media dapat digunakan dalam proses pembelajaran dengan cara dua
arah yaitu sebagai alat bantu mengajar atau yang sering disebut dependent
media contoh gambar, foto atau transparansi untuk menerangkan sesuatu, dan
sebagai media belajar yang dapat digunakan sendiri oleh siswa yang sering
20
disebut independent media contoh radio, TV, video, film. Menurut Arsyad
(Sayidiman 2012:37) media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama
apabila digunakan untuk perorangan, kelompok atau pendengar yang besar
jumlahnya yaitu media pembelajaran dapat memotivasi minat atau tindakan,
kemudian menyajikan informasi, serta memberi instruksi. Disamping itu
media juga mempunyai berbagai manfaat di antaranya yaitu pembelajaran
akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi
belajar kemudian sebagai bahan pembelajaran akan bermakna sehingga dapat
lebih dipahami oleh siswa serta memungkinkannya menguasai dan mencapai
tujuan pembelajaran. Metode belajar akan lebih bervariasi tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak
bosan dan guru tidak kehabisan tenaga. Siswa dapat lebih banyak melakukan
kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga
aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan,
memerankan dan lain-lain.
Menurut Hamalik (Sayidiman 2012:39) Pada awalnya media hanya
berfungsi sebagai alat bantu visual dalam kegiatan pendidikan yaitu sebagai
sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa, antara lain
untuk memotivasi siswa untuk belajar, memperjelas, dan mempermudah
konsep yang abstrak dan mempertinggi daya pemahaman belajar. Kemudian
masuknya teknologi audio, maka lahirlah media audio visual yang sampai
sekarang fungsi utamanya yaitu penggunaan pengalaman yang konkret untuk
21
menghindarkan verbalistik. Sesuai penjelasan tersebut video animasi dapat
memberikan pengalaman konkret pada siswa.
e. Video Animasi
Menurut (Agustien et al. 2018:19–23) “video merupakan suatu media
yang sangat efektif untuk membantu proses pembelajaran”. menurut Daryano
(Agustien et al. 2018:19–23) “video kaya akan informasi dan tuntas karena
sampai kehadapan siswa”.
Menurut Utami (2011:44) “animasi adalah rangkaian gambar yang
membentuk sebuah gerakan”. Sedangkan menurut Agustien (Agustien et al.
2018:19–23) “animasi adalah suatu kegiatan yang menghidupkan,
menggerakkan benda diam”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa video animasi adalah suatu media
pembelajaran yang berupa benda diam yang dihidupkan agar menjadi
bergerak. Keunggulan video animasi dengan media lain yaitu kemampuannya
mengemas gambar yang menarik sehingga mampu bergerak, terlihat lebih
konkret diajarkan pada siswa sekolah dasar.
Menurut Mayer (Utami 2011:44) “animasi memiliki 3 fitur utama: (1)
gambar-gambar animasi merupakan sebuah gambaran; (2) gerakan animasi
menggambarkan sebuah gerakan; (3) simulasi animasi terdiri atas objek-objek
yang dibuat dengan gambar atau metode simulasi lain”. Dengan fitur tersebut
membuat siswa sekolah dasar bergairah dalam belajar, karena karakteristik
anak sekolah dasar termasuk operasional konkret yang dilihat secara nyata.
22
6. Keterampilan Menceritakan Kembali
a. Pengertian Keterampilan Menceritakan Kembali
Keterampilan menceritakan kembali adalah bagian dari pembelajaran
bercerita. Inti dari dari pembelajaran ini adalah siswa mampu menyampaikan
cerita yang dibaca secara runtut dan ekspresif sehingga pendengar mampu
untuk memahami isi cerita. Keterampilan menceritakan kembali cerita yang
dibaca bagi siswa akan mudah diperoleh jika ada pemahaman terhadap isi
cerita sehingga akan memudahkan siswa dalam menuangkan ide dan
gagasannya.
Menceritakan kembali tentang cerita merupakan salah satu bentuk
kegiatan yang mengembangkan keterampilan berbicara yang dimiliki oleh
anak. Hal tersebut dikarenakan menceritakan kembali merupakan bagian dari
pembelajaran berbicara. Keterampilan menceritakan kembali merupakan
keterampilan untuk mengungkapkan kembali hal yang telah dibaca maupun
didengar.
Kegiatan menceritakan kembali cerita dapat diimplementasikan dalam
bentuk lisan maupun tulisan. Kegiatan meneritakan kembali dalam bentuk
tulisan identik dengan kegiatan menuliskan cerita kembali, sedangkan
menceritakan kembali sebuah cerita secara lisan identic dengan kegiatan
berbicara. Menceritakan kembali cerita secara lisan adalah keterampilan
berbicara yang bertujuan untuk menginformasikan cerita yang disampaikan
oleh pencerita kepada pendengarnya.
23
Kegiatan menceritakan kembali menjadi bagian dari kegiatan bercerita.
Keduanya merupakan kegiatan menceritakan suatu hal atau peristiwa. Akan
tetapi kegiatan menceritakan kembali harus memulai tahapan membaca
maupun menyimak terlebih dahulu. Keterampilan menceritakan kembali
mengarahkan siswa agar mampu untuk mengemukakan ide secara lisan
dengan lancar, runtut, lengkap, dan jelas dengan memperhatikan bahasa,
suara, intonasi, dan dapat menggambarkan gagasan dengan baik.
Gibson (Cahyani 2018:53) menyatakan bahwa menceritakan kembali
cerita (story retelling) adalah sebuah kegiatan yang membutuhkan pembaca
dan pendengar untuk menggabungkan dan menyusun kembali bagian-bagian
dalam cerita. Hal tersebut tidak hanya membantu pembaca atau pendengar
untuk mengingat cerita tetapi juga membantu memahami cerita, seta
membangun sebuah pemahaman cerita. Sementara itu, Isbell (Cahyani
2018:53) menyebutkan bahwa “kualitas mutu dari menceritakan kembali
cerita (story retelling) secara umum digunakan untuk mengingat, menghibur,
menginspirasi, dan mengetahui proses pribadi yang menghubungkan bahasa
anak”. Anak-anak memiliki lebih banyak pengalaman dengan menceritakan
kembali, semakin mereka mampu memahami, mensintesis, dan
menyimpulkan. Kegiatan menceritakan kembali mendorong anak untuk
menggunakan imajinasi, memperluas gagasan dan menciptakan citra visual
ketika mereka memindahkan alur ke setting yang baru termasuk karakter yang
berbeda atau menambahkan suara baru.
Siklus dalam bercerita menurut Isbell (Cahyani 2018.:54) bahwa:
24
Guru menceritakan sebuah cerita kepada siswa dimana siswa berperan
sebagai pendengar dan partisipan, lalu guru menceritakan kembali
cerita tersebut dengan bahasa yang dapat dipahami oleh siswa, siswa
mendengarkan dan berpartisipasi pada saat guru menceritakan kembali
cerita tersebut, kemudian siswa menceritakan cerita yang telah didengar
dari guru dengan kalimat mereka sendiri dan dilanjutkan membaca serta
menulis sebuah cerita.
Siklus bercerita tersebut sejalan dengan pendapat dari Mustakim
(Cahyani 2018.:55) bahwa “menceritakan kembali merupakan kegiatan anak
setelah anak memahami dan menceritakan kembali isi cerita”. Ada tiga hal
yang diharapkan dari kegiatan ini yaitu anak mampu menyusun kembali
cerita yang disimak dari proses penceritaan, anak terampil menggunakan
bahasa lisan melalui kegiatan berbicara produktif, dan anak terampil
mengekspresikan perilaku dan dialog cerita dalam simulasi kreatif
Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa keterampilan menceritakan kembali merupakan
keterampilan menyampaikan ulang sebuah cerita secara lisan dari pencerita
kepada pendengar dengan lancar, runtut, lengkap dan jelas dengan
menggunakan bahasanya sendiri dan memperhatikan penggunaan bahasa,
suara maupun intonasi. Saat guru meminta anak untuk menceritakan kembali
isi cerita yang telah dibaca atau didengar, peran seorang guru yaitu
memotivasi agar anak dapat berpikir secara logis dan dapat menceritakan
kembali isi cerita dengan baik dan lancar
b. Idikator Keterampilan Menceritakan Kembali
Keterampilan menceritakan kembali sebuah cerita dapat dikatakan baik
jika dalam menyampaikan kembali isi cerita dilakukan dengan memperhatikan
25
penggunaan kosakata dalam bercerita. Hal ini sejalan dengan pendapat dari
Mustakim (Cahyani 2018.:56) bahwa “ada dua hal yang perlu diperhatikan
untuk menetapkan anak mampu dan terampil menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi dalam menceritakan kembali yaitu anak mengucapkan kata-
kata yang mudah dimengerti orang lain dan anak memahami arti kata-kata
yang telah diucapkan”.
Pada penelitian ini keterampilan menceritakan kembali isi cerita fiksi
dimulai dengan kegiatan guru menayangkan sebuah video animasi sehingga
anak mampu untuk memahami isi dari cerita yang dilihat dengan baik. Setelah
siswa memahami isi cerita yang telah dilihat dengan baik maka diharapkan
siswa mampu untuk menceritakan kembali isi cerita fiksi tersebut sesuai
dengan indikator yang diharapkan oleh guru. Adapun indikator yang
diharapkan oleh guru dalam keterampilan menceritakan kembali cerita fiksi
yaitu siswa mampu untuk menceritakan kembali dengan memperhatikan
penggunaan kosakata yang digunakan dalam bercerita, yaitu menggunakan
kosakata yag mudah untuk dipahami. Selain memperhatikan penggunaan
kosakata, dalam menceritakan kembali juga memperhatikan indikator-
indikator lainnya, diantaranya yaitu gerakan yang ditampilkan, kejelasan
dalam mengucapkan kosakata, ekspresi wajah serta nada dan irama siswa
dalam bercerita.
c. Penilaian Keterampilan Menceritakan Kembali
Sumantri (Cahyani 2018.:74) berpendapat bahwa “penilaian merupakan
suatu proses untuk menggambarkan perubahan dari diri siswa setelah
26
pembelajaran”. Dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2016 pasal 1 ayat 2 juga
disebutkan bahwa penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Hal ini
sejalan dengan pendapat dari Trianto (Cahyani 2018:74) bahwa “penilaian
merupakan pengumpulan informasi untuk menentukan kualitas dan kuantitas
belajar peserta didik”. Melalui penilaian guru dapat menentukan apakah
peserta didik mengalami kemajuan dalam belajar atau mampu menguasai
kompetensi yang diharapkan. Penilaian diharapkan juga bermanfaat bagi
peserta didik utamanya, agar peserta didik mengetahui kemajuan belajarnya,
lebih termotivasi untuk belajar dan lebih bertanggung jawab terhadap
keberhasilan belajarnya. Pada pembelajaran dengan Kurikulum 2013,
penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik
(authentic assesment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil
belajar secara utuh. Hasil penilaian otentik digunakan guru untuk
merencanakan program perbaikan pembelajaran, pengayaan, atau pelayanan
konseling.
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang
dilakukan oleh manusia setelah keterampilan mendengarkan atau menyimak.
Nurgiyantoro (Cahyani 2018:76) berpendapat bahwa “untuk dapat bebicara
dalam suatu bahasa yang baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan
kosakata yang bersangkutan”. Selain itu, penguasaan masalah dan atau
gagasan yang akan disampaikan, serta kemampuan memahami lawan bicara.
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan dasar yang paling tidak
27
mudah dimanipulasi karena unjuk kerja merupakan tolok ukur penilaiannya.
Oleh karena itu, keterampilan berbicara seharusnya mendapatkan perhatian
yang cukup dalam pembelajaran bahasa dan tes keterampilan berbahasa. Agar
dapat berbicara dengan baik, seseorang harus menguasai secara aktif struktur
dan kosakata bahasa yang bersangkutan yang akan digunakan sebagai wadah
untuk menampung pikiran yang akan dikemukakan, masalah ketepatan dan
kelancaran bahasa serta kejelasan pikiran.
Sebagai salah satu asesmen keterampilan berbicara, bentuk asesmen
berupa menceritakan kembali mempunyai karakteristik yang berbeda dengan
bentuk asesmen berbicara yang lainnya. Hal itu dikarenakan penilaian
keterampilan bercerita diambil bukan berdasarkan tes tertulis.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
keterampilan menceritakan kembali cerita fiksi yang berjenis cerita rakyat
pada siswa kelas IV SD merupakan suatu kemampuan dalam menyampaikan
kembali cerita yang telah disimak atau dibaca dengan tujuan memberikan
informasi dan pengetahuan kepada orang lain secara lisan dengan
memperhatikan aspek-aspek secara kebahasaan maupun nonkebahasaan yang
menjadi acuan dalam penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Aspek-aspek yang dinilai dalam tugas menceritakan kembali cerita fiksi ini
disesuaikan pula dengan hal-hal yang harus diperhatikan seorang pencerita
dalam mengungkapkan kembali isi cerita dan dibedakan menjadi aspek secara
kebahasaan dan non kebahasaan. Adapun aspek kebahasaan yang dinilai
meliputi pemberian tekanan, pengucapan, nada dan irama, pemilihan
28
kosakata/ungkapan atau diksi, dan struktur kalimat yang digunakan.
Sedangkan aspek non kebahasaan yang dinilai meliputi kelancaran,
penguasaan materi, keberanian, sikap dan gaya pencerita.
B. Kerangka Pikir
Keterampilan menceritakan kembali merupakan salah salah satu bentuk
keterampilan berbicara, karena dengan menceritakan kembali anak dapat
mengungkapkan kembali hal yang telah dibaca maupun didengar.
Pembelajaran menceritakan kembali cerita khususnya cerita fiksi seringkali
mengalami kendala yang menyebabkan siswa bosan dan tidak semangat bahkan
merasa jenuh. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan media pembelajaran
yang tidak bervariasi, guru hanya membagikkan buku dan menyuruh siswa
membacanya berulang-ulang kemudian menceritakan kembali cerita tersebut.
sehingga membuat siswa mengantuk, bosan dan enggan mengikuti pembelajaran.
Kebosanan ini membuat rendahnya minat dan motivasi beajar siswa sehingga
berpengaruh pada menurunnya keterampilan berbicara seorang siswa. Jika hal
tersebut terus terjadi maka bisa saja prestasi siswa juga ikut menurun dan tujun
pembelajaran tentang yang tertuang dalam standar kompetensi lulusan tidak dapat
dipenuhi.
Sehingga dalam penelitian ini, peneliti melakukan pretest terlebih dahulu
untuk mengukur kemampuan keterampilan menceritakan kembali tanpa
menggunakan media audio visual (video animasi). Setelah itu, peneliti
memberikan perlakuan berupa penggunaan media audio visual (video animasi)
29
pada siswa kelas IV dan selanjutnya diberikan posttest untuk mengukur
kemampuan menceritakan kembali siswa setelah mendapat perlakuan berupa
penggunaan media audio visual (video animasi). Hasil dari pretest dan posttest
tersebut yang akan dijadikan perbandingan untuk mengetahui penggunaan dan
pengaruh media audio visual (video animasi) tersebut terhadap keterampilan
menceritakan kembali cerita fiksi.
Penggunaan media audio visual dalam bentuk video animasi dalam
keterampilan menceritakan kembali dilakukan opleh peneliti diharapan agar
pembelajaran lebih menarik sehingga siswa tidak bosan. Media audio visual
adalah media yang menyampaikan pesan melalui suara dan gambar yang disertai
dengan unsur gerak. Sesuai dengan namanya audio visual yang berarti kombinasi
antara audio dan visual.
Sudah dipastikan dengan media ini, akan semakin mengoptimalkan
penyampaian cerita fiksi kepada siswa, selain itu media ini dapat membntu guru
dalam menyampaikan cerita fiksi yang akan dieritakan kembali oleh siswa. Jenis
media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena dalam satu media sudah
terdapat suara dan gambar animasi bergerak yang ditampilkan dengan bantuan
LCD, sehingga siswa dapat melihat secara konkrit cerita fiksi yang akan
diceritakan kembali.
Berdasarkan asumsi sementara dengan meggunakan media audio visual
berbasis video animasi lebih efektif dibandingkan dengan hanya menggunakan
buku ataupun guru sendiri yang menceritakan kepada siswa. berdasarkn uraian di
30
atas maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka, maka hipotesis penelitian ini
dapat dirumuskan yaitu :
Ho = Tidak terdapat pengaruh penggunaan media audio visual (video
animasi) terhadap keterampilan menceritakan kembali cerita fiksi
kelas IV SDN 52 Welonge, Kabupaten Soppeng.
Keterampilan Bahasa
Menyimak Berbicara Membaca Menulis
Karya Fiksi Jenis Cerita
Rakyat
Penggunaan Media Audio
Visual (Video Animasi)
Pretest
Posttest Analisis Data
Hasil
31
H1 = Terdapat pengaruh penggunaan media audio visual (video animasi)
terhadap keterampilan menceritakan kembali cerita fiksi kelas IV
SDN 52 Welonge, Kabupaten Soppeng.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada penelitian ini yaitu eksperimen dengan
menggunakan pre-eksperimental design. Dikatakan pre-eksperimental
design karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap
terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil eksperimen merupakan variabel
dependen tidak semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini
terjadi, karena tidak adanya variabel kontrol.
Bentuk pre-eksperimental design ada beberapa macam, namun
peneliti menggunakan One Group Pretest-Posttest Design. “Dalam
rancangan ini digunakan satu kelompok subjek” (Sumadi Suryabrata
2008:101). Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Desain One Group Pretest-Posttest
Sumber: Sumadi Suryabrata (2008)
Keterangan :
T1 = Pretes,t nilai sebelum menggunakan media audio visual
X = Treatment, penerapan media audio visual
T2 = Posttest, nilai setelah menggunakan media audio visual
T1 X T2
33
Rancangan di atas memiliki suatu prosedur yang dijelaskan Sumadi
Suryabrata (2008:102)
a. Kenakan T1, yaitu pretest untuk mengukur mean keterampilan
menceritakan kembali dengan menggunakan media teks bacaan
b. Kenakan subjek dengan X, yaitu mengajar dengan
menggunakan media audio visual (video animasi)
c. Berikan T2, yaitu posttest untuk mengukur mean keterampilan
menceritakan kembali setelah subjek dikenakan variabel
eksperimental X.
d. Bandingkan T1 dan T2 untuk menentukan seberapakah
perbedaan yang timbul, jika sekiranya ada, sebagai akibat
digunakannya variabel ekperimental X
e. Terapkan test statistic yang cocok, dalam hal ini t test untuk
menentukan apakah perbedaan itu signifikan
2. Variabel Penelitian
Menurut Arikunto (2013:161), “Variabel merupakan objek
penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas yaitu variabel yang
menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen atau variabel
terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh data,
karena adanya variabel bebas atau variabel independen.
34
a. Variabel Bebas ( Independen Variabel)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media audio visual
(video animasi).
b. Variabel Terikat (Dependen Variabel)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan
menceritakan kembali cerita fiksi.
B. Populasi dan Sampel
Menurut Arikunto (2013:173) “populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian”. Populasi penelitian merujuk pada keseluruhan kelompok dari
mana sampel-sampel diambil. Berdsarkan pengertian di atas, maka populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN 52 Welonge yang
berjumlah 30 orang yang terdiri atas 14 orang laki-laki dan 16 orang
perempuan.
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
No Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1 IV 14 16 30
Sumber : Absen Kelas IV SDN 52 Welonge
Arikunto (2013:174)mengatakan bahwa “sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti”. Pada penelitian ini, peneliti menentukan sampel
dengan menggunakan teknik sampel jenuh. Sugiyono (Endra 2017:117)
“sampel jenuh diambil jika semua anggota populasi digunakan sebagai
35
sampel. Hal ini dilakukan jika populasi relatif kecil atau sedikit, yaitu kurang
dari 30 orang, atau generalisasi dengan kesalahan yang relatif kecil”. Istilah
lain dari sampel jenuh adalah sensus dimana semua anggota populasi
dijadikan sampel. Sampel jenuh dikenal pula dengan total sampel (Endra
2017:117).
Tabel 3.2 Sampel Penelitian
No Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1 IV 14 16 30
Sumber : Absen Kelas IV SDN 52 Welonge
Dikarenakan jumlah siswa kelas IV SDN 52 Welonge terdiri atas 30
orang, maka sampel dari penelitian ini 30 orang (semua anggota populasi)
yaitu 14 laki-laki dan 16 perempuan.
C. Defenisi Operasional Variabel
1. Media Audio Visual (Video Animasi)
Media audio visual adalah gabungan antara media suara dan media
gambar yang dituangkan dalam bentuk animasi bergerak (kartun).
2. Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Fiksi
Keterampilan menceritakan kembali merupakan keterampilan untuk
mengungkapkan kembali hal yang telah dibaca maupun didengar. Adapun
cerita yang didengar yaitu cerita fiksi jenis cerita rakyat.
36
D. Instrument Penelitian
Instrument penelitian merupakan alat yang digunakan peneliti dalam
mencari data-data yang terkait dengan penelitiannya. Alat inilah menjadi alat
ukur dalam penelitian. Adapun instrument penelitian yang digunakan peneliti
untuk mengukur keterampilan menceritakan kembali cerita fiksi yang
berjenis cerita rakyat yaitu :
1. Tes
Manurut Arikunto (2013:193) “tes adalah serentetan pertanyaan
atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok.
Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar yang bersifat hard
skills”. Pada penelitian ini memberikan tes keterampilan bercerita
dengan menceritakan kembali cerita fiksi.
Dalam penelitian ini, tes yang digunakan berupa tes keterampilan
meceritakan kembali cerita fiksi setelah mengamati video animasi.
Berikut ini format instrument keterampilan menceritakan kembali cerita
fiksi :
37
Tabel 3.3 Format Instrument Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita
Fiksi
No Aspek yang dinilai
Skor
Bobot Nilai
1 2 3 4 5
1 Pelafalan
2 Penggunaan Kosa Kata
3 Struktur Kalimat
4 Kesesuaian/Urutan Cerita
5 Kelancaran
6 Keberanian
7 Gaya/Ekspresi
Pedoman Penskoran :
Tabel 3.4 Format Kriteria Penilaian Keterampilan Menceritakan Kembali
Cerita Fiksi
No Aspek yang Dinilai Skor Kriteria
1
Pelafalan
5
Sangat baik: Pelafalan fonem
sangat jelas, tidak terpengaruh
dialek, intonasi sangat jelas
4 Baik: Pelafalan fonem jelas,
38
tidak terpengaruh dialek, intonasi
jelas
3
Cukup: Pelafalan fonem cukup
jelas, sedikit terpengaruh dialek,
intonasi cukup jelas
2
Kurang: Pelafalan fonem kurang
jelas, terpengaruh dialek, intonasi
kurang jelas
1
Sangat kurang: Pelafalan fonem
tidak jelas, sangat terpengaruh
dialek, intonasi tidak jelas
2
Penggunaan Kosa Kata
5
Sangat baik: Penggunaan kata-
kata, istilah sangat sesuai dengan
tema dan karakter tokoh, terdapat
variasi dalam pemilihan kata
4
Baik: Penggunaan kata-kata,
istilah sesuai dengan tema dan
karakter tokoh, kurang terdapat
variasi dalam pemilihan kata
3
Cukup: Penggunaan kata-kata,
istilah sesuai dengan tema dan
karakter tokoh, tidak ada variasi
39
dalam pemilihan kata
2
Kurang: Penggunaan kata-kata,
istilah kurang sesuai dengan tema
dan karaktertokoh, tidak ada
variasi dalam pemilihan kata
1
Sangat kurang: penggunaan
kata-kata, istilah tidak sesuai
dengan tema dan karakter tokoh,
tidak ada variasi dalam pemilihan
kata
3
Struktur Kalimat
5
Sangat baik: struktur kalimat
sangat tepat
4
Baik: struktur kalimat sekali
kurang tepat
3
Cukup: struktur kalimat
beberapa kali kurang tepat (3-5
kali)
2
Kurang: struktur kalimat sering
kurang tepat (5-10 kali)
1
Sangat kurang: struktur kalimat
banyak sekali dan kurang tepat
(> 10 kali)
40
4
Kesesuaian/Urutan Cerita
5
Sangat baik: isi cerita sesuai,
mudah dipahami, alur terkonsep
dengan sangat jelas, sesuai
dengan bagian-bagian yang
seharusnya ada
pada tiap bagian
4
Baik: isi cerita yang sesuai,
mudah dipahami, alur terkonsep
dengan jelas, sesuai dengan
bagian-bagian yang seharusnya
ada pada tiap bagian
3
Cukup: isi cerita yang sesuai,
mudah dipahami, alur terkonsep
dengan cukup jelas (walau
sederhana), sesuai dengan
bagianbagian yang seharusnya
ada pada tiap bagian,
cukup menarik
2
Kurang: isi cerita yang kurang
sesuai, sulit dipahami, alur
kurang terkonsep dengan jelas,
kurang sesuai dengan bagian-
41
bagian yang seharusnya ada pada
tiap bagian namun kurang
menarik
1
Sangat kurang : untuk isi cerita
tidak sesuai, sulit dipahami, ada
satu atau dua bagian alur yang
hilang, sehingga menjadi tidak
lengkap rangkaian cerita
5
Kelancaran
5
Sangat baik: Berbicara lancar,
tidak tersendat-sendat,
penempatan jeda sesuai
4
Baik: Berbicara lancar, tidak
tersendat-sendat, penempatan
jeda kurang sesuai
3
Cukup: Berbicara lancar, tidak
tersendat-sendat, tidak ada jeda
2
Kurang: Berbicara kurang
lancar, ersendat-sendat, tidak ada
jeda
1
Sangat kurang: Berbicara tidak
lancar, tersendat-sendat, tidak
ada jeda
42
6
Keberanian
5
Sangat baik : berani tampil
dengan percaya diri di depan
teman-temannya.
4
Baik : berani tampil, namun
sekali kali gugup
3
Cukup : Berani tampil, namun
gugup
2
Kurang : Butuh ajakan untuk
tampil di depan teman-teman
1
Sangat Kurang : Tidak berani
tampil di depan teman-teman
7
Gaya/Ekspresi
5
Sangat Baik : Mimik, gerak, dan
suara sesuai dengan karakter
tokoh yang diperankan sangat
tepat dan tidak grogi
4
Baik : Mimik, gerak dan suara
sesuai dengan karakter tokoh
yang diperankan sangat tepat dan
grogi tidak berlebihan
3
Cukup : Mimik, gerak dan suara
sesuai dengan karakter tokoh
yang diperankan sangat tepat dan
43
sedikit grogi
2
Kurang : Mimik, gerak dan
suara sesuai dengan karakter
tokoh yang diperankan tidak
tepat dan sedikit grogi
1
Sangat Kurang : Mimik, gerak
dan suara sesuai dengan karakter
tokoh yang diperankan tidak
tepat dan grogi
2. Lembar Observasi
Selain memberikan tes bercerita kepada siswa, namun peneliti
membuat lembar observasi. Pada lembar observasi bertujuan untuk
mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
Pada penelitian ini, peneliti mengamati dan menilai aktivitas, sikap,
respon dan ketertarikan siswa pada media audio visual (video animasi)
dalam proses kegiatan menceritakan kembali cerita fiksi. Adapun isi dari
lembar observasi aktivitas dijelaskan secara rinci dalam tabel di bawah
ini.
44
Tabel 3.5 Pedoman Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Keterampilan
Menceritakan Kembali Cerita Fiksi
No Aspek yang diamati Skala Skor Jumlah Skor
1 Siswa aktif saat pembelajaran 5 4 3 2 1
2 Siswa memperhatikan guru saat
menjelaskan
5 4 3 2 1
3 Siswa bersemangat saat proses
pembelajaran
5 4 3 2 1
4 Keberanian siswa bercerita di depan kelas 5 4 3 2 1
5 Siswa antusias terhadap media audio
visual (video animasi)
5 4 3 2 1
6 Siswa mengikuti pembelajaran dengan
tertib
5 4 3 2 1
7 Siswa mempersiapkan diri sebelum
bercerita
5 4 3 2 1
Keterangan :
Skor 5 : Sangat Baik
Skor 4 : Baik
Skor 3 : Cukup
Skor 2 : Kurang
Skor 1 : Sangat Kurang
45
3. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, malalui dokumentasi
kita dapat memperoleh informasi foto keadaan sekolah, letak sekolah,
foto kegiatan sekolah. Pada penelitian ini, peneliti mengambil
dokumentasi berupa foto dalam kegiatan pembelajaran menceritakan
kembali cerita fiksi melalui media audio visual (video animasi). Foto
yang diambil sebagai sumber data untuk memperjelas hasil penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka tujuan penelitian. Dalam mengumpulkan data
peneliti melakukan cara yaitu :
1. Wawancara
Wawancara yang dilakukan peneliti dengan wali kelas IV SDN 52
Welonge sebagai pengamatan awal peneliti serta peneliti mengumpulkan
data sebelum melakukan penelitian seperti jumlah siswa, KKM yang
dipergunakan.
2. Observasi
Observasi yang berupa lembaran yang diisi oleh seorang observer
untuk mengamati proses keterlaksanaan proses pembelajaran.
46
3. Dokumentasi
Dokumentasi ini berupa foto-foto selama proses pembelajaran yang
berguna untuk mendokumentasikan peristiwa penting sebagai bukti yang
memperkuat kegiatan di dalam kelas.
4. Tes Bercerita
Menurut Nurgiyantoro (Zahra 2015:34) “tes berbicara merupakan
suatu cara untuk melakukan penilaian yang berbentuk tugas-tugas yang
harus dikerjakan siswa”. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu tes
keterampilan berbicara yaitu dengan menceritakan kembali cerita fiksi
setelah melihat video animasi di depan kelas.
Tes ini dilaksanakan untuk mengukur kemampuan bercerita setelah
dikenai tindakan. Adapun aspek penilaian bercerita yaitu pelafalan,kosa
kata, struktur, kesesuaian isi/urutan cerita, kelancaran, gaya/ekspresi, dan
keterampilan mengembangkan ide.
F. Teknik Analisis Data
Menganalisis data merupakan suatu langkah yang kritis dalam
penelitian. Analisis data penelitian dilakukan dengan tujuan untuk
menyempitkan dan membatasi penemuan-penemuan hingga menjadi suatu
data yang teratur dan lebih berarti. Analisis data kuantitatif dilakukan
menggunakan statistik untuk menghitung data yang bersifat kuantitatif atau
dapat diwujudkan dalam angka yang didapatkan dari hasil penelitian di
47
lapangan. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Statistik Deskriptif
Analisis data deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan hasil keterampilan menceritakan kembali cerita fiksi
siswa dari yang sudah diberikan perlakuan dengan media audio visual
(video animasi). Hasil keterampilan menceritakan kembali cerita fiksi
siswa tersebut akan dibandingkan dengan sebelum diberikan perlakuan
dengan media audio visual (video animasi). Terdiri atas nilai rata-rata
(mean), standar deviasi, nilai tertinggi, dan nilai terendah.
a) Penggunaan Media
1) Aktivitas Guru dalam Penggunaan Media
Aktivitas guru dilihat dari proses pelaksanaan pembelajaran,
dimulai dari mempersiapkan media hingga selesainya proses
pembelajaran.
2) Observasi Respon Siswa
Data hasil pengamatan siswa dilihat dari lembar observasi
saat proses pembelajaran berlangsung dengan melihat rata-rata
nilai respon siswa tiap aspek. Adapun aspek respon siswa diambil
melalui lembar observasi.
48
Tabel 3.6Kategori Aspek Respon Siswa
Persentase Siswa Aktif (A) Kategori
0% ≤ A < 20% Tidak Aktif
20% ≤ A < 40% Kurang Aktif
40% ≤ A < 60% Cukup Aktif
60% ≤ A < 80% Aktif
80% ≤ A ≤ 100% Sangat Aktif
Sumber: (Oktiarini and Lutfiati 2013)
Aktivitas siswa dikatakan efektif apabila kategori aktivitas
siswa minimal berada pada kategori cukup aktif.
b) Hasil Penggunaan Media dalam Proses Menceritakan
Kembali Cerita Fiksi
Berikut kategori skor hasil menceritakan kembali, dapat
dilihat pada tabel skor sebagai berikut :
Tabel 3.7. Pedoman Pengkategorian Hasil Menceritakan Kembali Cerita
Fiksi Siswa
Tingkat Penguasaan Nilai Keterangan
90% - 100% 90 – 100 Sangat Tinggi
80% - 89% 80 – 89 Tinggi
49
65% - 79% 65 – 79 Sedang
55% - 64% 55 – 64 Rendah
0% - 54% 0 – 54 Sangat Rendah
Sumber: (Purwanto 2013)
Adapun Kriteria Ketuntasan Minimal yang digunakan untuk
mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN 52 Welonge sebagai
berikut :
Tabel 3.8 Kriteria Ketuntasan Minimal
Nilai Kriteria
< 78 Tidak Tuntas
≥78 Tuntas
Sumber: SDN 52 Welonge
2. Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensial merupakan teknik statistik yang
digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk
populasi. Analisis inferensial digunakan pada statistik parametrik dan
nonparametrik. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji t.
Sebelum pengujian, hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian analisis
prasayarat, yakni uji normalitas dan uji homogenitas dimana semua data
diolah pada sistem SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 20.0.
50
a. Uji Normalitas
Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan untuk mengetahui
apakah data yang diteliti berasal dari populasi terdistribusi normal atau
tidak. Pengujian normalitas data hasil menceritakan kembali cerita fiksi
siswa menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada sistem
SPSS Versi 20.0. Data hasil bercerita siswa akan terdistribusi normal jika
signifikansi > 0,05. Sebaliknya, dikatakan tidak terdistribusi normal jika
dignifikansi yang diperoleh < 0,05. Dengan taraf kesalahan (α) yang
digunakan yaitu 0,05.
Hipotesis yang diajukan adalah :
H0 : Sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal
H1 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui
apakah siswa dikelas mempunyai varians yang homogeny atau tidak,
dengan taraf kesalahan (α) yang digunakan yaitu 5% (0,05). Pengujian ini,
dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS (Statistical Package for
Social Science) versi 20.0. Hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : Variansi setiap subjek tidak sama (tidak homogen)
H1 : Variansi setiap subjek sama (homogen)
Kriteria pengujian hipotesis yaitu :
1) H1 diterima jika p-value > α
2) H1 ditolak jika p-value < α
51
c. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh penggunaan media audio visual (video animasi)
terhadap keterampilan menceritakan kembali cerita fiksi kelas IV SDN 52
Welonge. Pengujian ini dilakukan dengan metode Paired Samples T-Test
atau uji t pada program SPSS versi 20.0. Paired Samples T-Test adalah
pemgujian yang dilakukan pada kelompok populasi yang sama, tetapi
memiliki kondisi data sampel sebagai akibat adanya perlakuan. Jumlah
yang digunakan yaitu sampel kecil yaitu (n ≤ 30). Paired Samples T-Test
digunakan untuk mengetahui perubahan suatu populasi sebelum dan
menerima perlakuan (Gani and Amalia 2019:59). Adapun taraf kesalahan
(α) yang digunakan yaitu 0,05.
Adapun kemungkinan hasil penelitian yaitu :
Ho = Tidak terdapat pengaruh penggunaan media audio visual (video
animasi) terhadap keterampilan menceritakan kembali cerita fiksi
kelas IV SDN 52 Welonge, Kabupaten Soppeng.
H1 = Terdapat pengaruh penggunaan media audio visual (video animasi)
terhadap keterampilan menceritakan kembali cerita fiksi kelas IV
SDN 52 Welonge, Kabupaten Soppeng.
Dengan pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan thitung
dengan ttabel :
a) Jika nilai thitung > nilai ttabel maka hipotesis nol (H0) ditolak dan
hipotesis alternatif (H1) diterima berarti terdapat perbedaan yang
52
signifikan penggunaan media audio visual (video animasi) terhadap
keterampilan menceritakan kembali cerita fiksi
b) Jika nilai thitung < nilai ttabel maka hipotesis nol (H0) diterima dan
hipotesis alternatif (H1) ditolak berarti tidak terdapat perbedaan yang
signifikan penggunaan media audio visual (video animasi) terhadap
keterampilan menceritakan kembali cerita fiksi
Dasar pengambilan keputusan dalam Paired Samples T-Test berdasarkan
perbandingan nilai signifikansi sebagai berikut :
a) Jika sig > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
b) Jika sig < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diperoleh dari perbandingan tes keterampilan
menceritakan kembali cerita fiksi tanpa meggunakan media audio visual (video
animasi) sebagai nilai pretest dengan tes keterampilan menceritakan kembali
cerita fiksi dengan meggunakan media audio visual (video animasi) sebagai nilai
posttest. Penelitian dapat dikatakan berhasil jika nilai posttest lebih besar
dibandingkan nilai pretest.
1. Hasil Analisis Deskriptif
a. Penggunaan Media Audio Visual (Video Animasi)
1) Aktivitas Guru dalam Penggunaan Media Audio Visual (Video
Animasi)
Aktivitas peneliti dilihat dari cara menggunakan media video animasi
dalam proses pembelajaran. Pertama-tama peneliti menyiapkan rancangan
pembelajaran, dan menyiapkan media video animasi yang menarik untuk
siswa. Setelah peneliti mempersiapkan media, langkah selanjutnya yang
dilakukan peneliti yaitu menayangkan video animasi menggunakan LCD agar
semua siswa dapat melihat video animasi dengan jelas. Siswa melihat dan
mendengarkan tayangan video animasi tersebut. Peneliti juga melakukan tanya
jawab kepada siswa untuk mengukur pemahaman siswa. Setelah siswa
memahami video animasi yang ditayangkan setiap siswa satu per satu naik
54
menceritakan kembali cerita fiksi yang telah dilihat dan didengarkannya,
setiap siswa diberi waktu maksimal 3 menit bercertita. Saat siswa melihat
tayangan video animasi terlihat tidak seorangpun siswa yang bermain bahkan
menggaggu temannya. Semua siswa menikmati video animasi dibuktikan dari
respon siswa yang baik dan menikmati proses pembelajaran.
2) Hasil Observasi Respon Siswa
Proses pembelajaran menceritakan kembali cerita fiksi dengan
menggunakan media audio visual (video animasi) dapat dikatakan aktif. Hal
ini terlihat dari antusias dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Terlihat siswa memperhatikan guru saat menjelaskan, bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran, keberanian siswa saat proses pembelajaran, respon
baik siswa terhadap media audio visual (video animasi) yang disediakan
peneliti, dan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Tabel 4.1 Nilai Hasil Observasi Respon SiswaKeterlaksanaan Proses
Pembelajaran Menceritakan Kembali Cerita Fiksi kelas IV
dengan Teks Bacaan (Pretest)
Pretest Posttest
Skor Perolehan 24 31
Skor Maksimal 35 35
Persentase 68.57% 88.57%
Kualifikasi Aktif Sangat Aktif
Sumber: Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Proses Pembelajaran
Manceritakana kembali Cerita Fiksi
55
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran
pada saat menggunakan media teks bacaan (pretest) yang dilaksanakan dapat
dikategorikan aktif dengan persentase 68.57%. Sedangkan pada saat
menggunakan media audio visual (video animasi) (posttest) yang dilaksanakan
dapat dikategorikan sangat aktif dengan persentase 88.57%. persentase
pencapaian tersebut diperoleh dengan membagi skor yang diperoleh dengan
skor maksimal dikali 100%. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan
media audio visual (video animasi) sangat aktif dibandingkan penggunaan
media teks bacaan.
b. Hasil Penggunaan Media dalam Proses Menceritakan Kembali Cerita
Fiksi
Hasil statistik yang berkaitan dengan nilai pretest dan posttest siswa yang
diajar selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Rangkuman dari lampiran
tersebut disajikan pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Data Statistik Deskriptif Nilai Pretest, Posttest
Pretest Posttest
Ukuran Sampel 30 30
Rata-Rata 76,57 83,77
Median 77,00 83,00
Modus 77 80
Deviasi Standar 5,740 4,470
Variansi 32,944 19,978
56
Rentang Skor 25 14
Skor Terendah 66 80
Skor Tertinggi 91 94
Berdasarkan tabel 4.2, hasil pretest dan posttest siswa memperlihatkan
bahwa nilai rata-rata yang berbeda pada nilai pretest 76,57 sedangkan posttest
sebesar 83,77.
Nilai tertinggi pada pretest yaitu 91, sedangkan nilai tertinggi posttest
yaitu 94. Selisih nilai tertinggi pretest dan posttest adalah 3. Berdasarkan
selisih tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada peningkatan hasil
menceritakan kembali siswa setelah pemberian perlakuan berupa media audio
visual (vidio animasi) yang dilihat dari hasil posttest siswa. Nilai terendah
pretest yaitu 66, sedangkan nilai terendah posttest yaitu 80. Selisih nilai
terendah pretest dan posttest yaitu 14. Berdasarkan selisih nilai terendah
pretest dan postest tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada
peningkatan hasil menceritakan kembali siswa.
Nilai median pada pretest yaitu 77,00 sedangkan nilai median pada
posttest yaitu 80,00. sehingga nilai median posttest lebih besar dari pada nilai
pretest.
Nilai modus pada pretest yaitu 77 sedangkan nilai modus pada posttest
yaitu 80. Sehingga nilai yang sering muncul pada data pretest dan posttest
yaitu 74 dan 80.
57
Nilai standar deviasi pretest yaitu 5,740 sedangkan pada nilai posttest
yaitu 4,470. Nilai standar deviasi (simpangan baku) pretest menunjukkan
lebih tinggi dari pada nilai posttest. Sehingga dapat dilihat keberagaman
sampel pretest dan posttest yaitu 5,740 dan 4,470.
Jika nilai hasil menceritakan kembali cerita fiksi dikelompokkan dalam 5
kategori, maka diperoleh daftar distribusi frekuensi dan persentase kategori
hasil pretest dan posttest pada tabel berikut :
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Pretest
Nilai Frekuensi Persentase Keterangan
90 – 100 1 3 % Sangat Tinggi
80 – 89 9 30% Tinggi
65 – 79 20 67% Sedang
55 – 64 0 0% Rendah
0 – 54 0 0% Sangat Rendah
Sumber : Output SPSS versi 20.0
Berdasarkan tabel 4.3, diketahui jmlah siswa yang memperoleh kategori
sedang sebanyak 20 orang dengan persentase 67%, jumlah siswa yang
memperoleh nilai ketegori tinggi sebanyak 9 siswa dengan persentase 30%,
siswa yang memperoleh kategori sangat tinggi sebanyak 1 siswa dengan
persentase 3%, Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa pretest berada pada kategori sedang. Hal ini dapat
dilihat berdasarkan nilai rata-rata (mean) pretest yaitu 76,57.
58
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Posttest
Nilai Frekuensi Persentase Keterangan
90 – 100 5 17% Sangat Tinggi
80 – 89 25 83% Tinggi
65 – 79 0 0% Sedang
55 – 64 0 0% Rendah
0 – 54 0 0 % Sangat Rendah
Sumber : Output SPSS Versi 20.0
Berdasarkan tabel 4.4, diketahui jmlah siswa yang memperoleh kategori
tinggi sebanyak 25 orang dengan persentase 83%, jumlah siswa yang
memperoleh nilai ketegori sangat tinggi sebanyak 5 siswa dengan persentase
17%. Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa posttest berada pada kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan nilai rata-rata (mean) posttest yaitu 83,77.
Gambar 4.1 Grafik perbandingan rata-rata nilai pretest dan posttest
Berdasarkan gambar 4.1 menunjukkan bahwa grafik rata-rata nilai
posttest lebih tinggi dibandingkan grafik nilai pretest.
70
75
80
85
PretestPosttest
Rata-Rata
59
Berdasarkan KKM yang berlaku di SDN 52 Welonge khususnya pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu 78, maka tingkat pencapaian
ketuntasan hasil tes menceritakan kembali cerita fiksi siswa kelas IV SDN 52
Welonge dengan menggunakan media audio visual (video animasi) dapat
dilihat pada tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5 Data ketuntasan klasikal
Tes KKM
Frekuensi Persentase
Tuntas
Tidak
Tuntas
Tuntas
Tidak
Tuntas
Pretest
78
10 20 33% 67%
Posttest 30 0 100% 0%
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada saat siswa menceritakan kembali
cerita fiksi menggunakan media teks (pretest) terdapat 10 siswa memperoleh
nilai di atas KKM dengan persentase 33 % dan 20 siswa memperoleh nilai di
bawah KKM dengan persentase 60%. Sedangkan pada saat siswa
menceritakan kembali cerita fiksi menggunakan media audio visual (video
animasi) (posttest) terdapat 30 siswa memperoleh nilai di atas KKM dengan
persentase 100%.
Berdasarkan uraian di atas, nilai tes menceritakan kembali siswa kelas
IV SDN 52 Welonge, setelah diajar dengan media audio visual (video
animasi) mencapai kriteria ketuntasan, dibandingkan dengan menggunakan
teks sebagai media.
60
2. Hasil Analisis Statistik Inferensial
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui data yang telah
diolah berdistribusi normal atau tidak. Data uji normalitas diambil dari
hasil pretest dan posttest hasil tes menceritakan kembali cerita fiksi siswa
kelas IV. Uji normalitas yang dilakakukan menggunakan sistem SPSS
versi 20.0, dengan kriteria pengujian bahwa data hasil bercerita siswa akan
terdistribusi normal jika signifikansi > 0,05. Sebaliknya, dikatakan tidak
terdistribusi normal jika dignifikansi yang diperoleh < 0,05. Dengan taraf
kesalahan (α) yang digunakan yaitu 0,05. Berikut hasil uji normalitas data
pretest dan posttest
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest
Kelompok Data
Kolmogrov-
Smirnov Z
Asymp.Sig(2-
tailed)
Keterangan
n = 30
Pretest 0.748 0.630 Sig > 0.05 (Normal)
Posttest 1.280 0.076 Sig > 0.05 (Normal)
Sumber: Data Output SPSS 20.0
Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang
diperoleh pada pretest dan posttest yaitu 0.630 dan 0.076. Karena p-value
> 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa semua data berdistribusi normal.
61
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk metahui kedua kelompok data
memiliki variansi yang sama atau berbeda, dengan nilai signifikansi yaitu
>0,05 maka data tersebut dinyatakan memiliki variansi yang sama (homogen),
begitupun sebaliknya apabila nilai signifikansi < 0,05 maka data tersebut
dinyatakan tidak memiliki variansi yang sama (tidak homogen). Berdasarkan
analisis data menggunakan SPSS versi 20.0 diperoleh uji homogenitas sebagai
berikut :
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas
Pretest dan Posttest (α = 0,05)
Sig. > α
0,351 > 0,05
Sumber: Output SPSS 20.0
Berdasarkan tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data
memiliki yang sama atau homogen karena nilai signifikansi lebih besar dari
nilai α = 9,05 dengan hasil uji homogenitas yakni 0,351 > 0,05.
c. Uji Hipotesis
Pengujian ini dilakukan dengan metode Paired Samples T-Test atau uji t
pada program SPSS versi 20.0. Paired Samples T-Test adalah pemgujian yang
dilakukan pada kelompok populasi yang sama, tetapi memiliki kondisi data
sampel sebagai akibat adanya perlakuan. H0 ditolak dan H1 diterima apabila
sig. < 0,05 dan thitung > nilai ttabel. Berikut disajikan hasil analisis uji-t nilai
pretest dan posttest:
62
Tabel 4.8 Hasil Paired Samples T-Test
Variabel T Df Sig.(2-tailed) Ket.
Pretest & Posttest -9,132 29 0,00
0,00 < 0,05 = ada
perubahan
Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa nilai thitung = -9,132 dan nilai
sig.(2-tailed)=0,00 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Dengan ttabel dilihat pada
tabel statistik dengan signifikansi 0,05 : 2 = 0,025 dengan derajat kebebasan
(df) 30-1 = 29, hasil diperoleh untuk ttabel = 2,045 (terdapat pada lampiran).
Maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Sehingga telah
diketahui bahwa terdapat pengaruh media audio visual (video animasi)
terhadap keterampilan menceritakan kembali cerita fiksi kelas IV SDN 52
Welonge Kabupaten Soppeng.
Sedangkan, pengambilan keputusan uji Paires Sample T-Test
berdasarkan perbandingan nilai signifikans yaitu diketahui nilai signifikansi
sebesar 0,00 karena nilai signifikansi < α (0,00 < 0,05) sesuai dasar
pengambilan keputusan dalam Paired Sample T-Test, maka dapat disimpulkan
pula bahwa Ho ditolak dan H1 diterima yaitu terdapat pengaruh media audio
visual (video animasi) terhadap keterampilan menceritakan kembali cerita fiksi
kelas IV SDN 52 Welonge Kabupaten Soppeng.
63
B. Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 52 Welonge pada kelas IV dengan
sampel 30 siswa, yang dilakukan menggunakan teks bacaan sebagai pretest dan
sebagai posttest menggunakan media audio visual (video animasi). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui penggunaan media audio visual (video animasi)
terhadap keterampilan menceritakan kembali cerita fiksi kelas IV SDN 52
Welonge Kabupaten Soppeng, dan pengaruh penggunaan media audio visual
(video animasi) terhadap keterampilan menceritakan kembali cerita fiksi kelas IV
SDN 52 Welonge Kabupaten Soppeng. Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 kali
pertemuan, pertemuan pertama dilakukan pretest dan pertemuan kedua dilakukan
posttest. Adapun desain penelitian yang digunakan yaitu One Groub Pretest-
Posttest. Sesuai yang dijelaskan Sumadi Suryabrata (2008:101) “Dalam
rancangan ini digunakan satu kelompok subjek”. Hanya ada satu kelas yang
diteliti, dengan terlebih dahulu diberi pretest berupa penggunaan media teks
bacaan, setelah itu diberi treatment yang berupa penggunaan media audio visual
(video animasi). Pada akhir pembelajaran diberikan posttest, pengaruh dari
diberlakukannya treatment, sehingga diperoleh nilai rata-rata posttest lebih tinggi
dibandingkan nilai rata-rata pretest.
Hasil penelitian ini menunjukkan deskripsi data diuraikan tentang
pengaruh penggunaan media audio visual (video animasi) terhadap ketarampilan
menceritakan kembali cerita fiksi kelas IV SDN 52 Welonge Kabupaten Soppeng.
Berdasarkan analisis statistik deskriptif dengan menggunakan program SPSS versi
64
20.0 diperoleh nilai pretest dengan nilai terendah dan tertinggi yaitu 66 dan 91.
Nilai rata-rata (mean) yaitu 76,57 dengan kategori sedang.
Kemudian, setelah diberikan treatment maka diperoleh nilai posttest
dengan nilai terendah yaitu 80 dan nilai tertinggi 94. Sehingga dapat dilihat bahwa
nilai terendah dan tertinggi posttest lebih baik dibandingkan nilai terendah dan
tertinggi pretest. Nilai rata-rata (mean) yaitu 83.77 dengan kategori tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai rata-rata posttest lebih tinggi dan ketogori meningkat
dibanding pretest. Dengan kata lain keterampilan bercerita siswa lebih baik
setelah diadakannya treatment dibandingkan sebelum diladakan treatment.
Perubahan keterampilan siswa setelah dilakukan treatment dikarenakan
penggunaan media audio visual (video animasi) sebagai media untuk membantu
seorang guru menyampaikan informasi kepada siswa yang dituangkan dalam
bentuk gambar animasi yang bergerak dan bersuara sehingga siswa dapat melihat
secara nyata (konkret) peristiwa dalam cerita. Sejalan dengan Hamalik
(Sayidiman 2012:39)Pada awalnya media hanya berfungsi sebagai alat bantu
visual dalam kegiatan pendidikan yaitu sebagai sarana yang dapat memberikan
pengalaman visual kepada siswa, Kemudian masuknya teknologi audio, maka
lahirlah media audio visual yang sampai sekarang fungsi utamanya yaitu
penggunaan pengalaman yang konkret untuk menghindarkan verbalistik. Sesuai
penjelasan tersebut video animasi dapat memberikan pengalaman konkret pada
siswa.
Proses pembelajaran menggunakan media audio visual (video animasi)
dilakukan dengan 2 kali pertemuan pada mata pelajaran bahasa indonesia dengan
65
cerita fiksi yang berbeda tiap pertemuannya. Pada pertemuan pertama dilakukan
pretest dengan menggunakan cerita “Si Dada Emas” cerita rakyat dari Sulawesi
Selatan. Proses pembelajarannya yaitu siswa hanya diberikan teks cerita rakyat
“Si Dada Emas” kemudian memahami isi cerita dan selanjutnya naik kedepan
temannya untuk menceritakan kembali cerita yang telah dibaca dan dipahami
sebelumnya. Sedangkan pada pertemuan kedua dilakukan treatment berupa
penggunaa media audio visual (video animasi) dengan judul cerita “Putri
Tandampalik” (Anon n.d.) cerita rakyat dari Sulawesi Selatan setelah itu
dilakukan posttest. Proses pembelajarannya yaitu peneliti menayangkan video
animasi dengan menggunakan LCD agar video dapat dilihat oleh seluruh siswa,
setelah siswa memahami isi video animasi tersebut siswa maju ke depan teman-
temanya untuk menceritakan kembali cerita yang telah ditontonnya.
Pelaksanaan pembelajaran menceritakan kembali cerita fiksi dengan
menggunakan media audio visual (video animasi) dapat dikatakan aktif. Hal ini
terlihat dari antusias dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Terlihat
siswa memperhatikan guru saat menjelaskan, bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran, keberanian siswa saat proses pembelajaran, respon baik siswa
terhadap media audio visual (video animasi) yang disediakan peneliti, dan
kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan dengan
hasil observasi keterlaksanaan proses pembelajaran. Pada pembelajaran pertama
yaitu pretest dapat dikategorikan aktif dengan persentase tingkat pencapaian
68,57%. Sedangkan pada pembelajaran kedua setelah dilakukan treatment yaitu
posttest dikategorikan sangat aktif dengan persentase tingkat pencapaian 88,57%.
66
Persentase pencapaian tersebut diperoleh dengan memagi skor skor indikator yang
dicapai dengan skor maksimal kemudian dikali dengan 100%.
Selanjutnya dapat dilihat dari analisis data yaitu analisis deskriptif dan
analisis inferensial (uji-t). Secara deskriptif hasil menceritakan kembali cerita fiksi
pada mata pelajaran bahasa indonesia dengan menggunakan media audio visual
(video animasi) lebih tinggi dibandingkan menggunakan teks bacaan. Tinjauan ini
didasarkan pada rata-rata hasil menceritakan kembali siswa. Berdasarkan nilai
analisis data , diketahui rata-rata saat menggunakan teks yaitu 76,57 sedangkan
saat menggunakan media audio visual (video animasi) yaitu 83,77. Keadaan ini
menggambarkan bahwa media audio visual (video animasi) berpengaruh terhadap
keterampilan menceritakan kembali cerita fiksi
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Mayer (Utami 2011:44)
“animasi memiliki 3 fitur utama yaitu gambar-gambar animasi , gerakan
animasi, simulasi animasi yang terdiri atas objek gambar”. Dengan fitur
tersebut membuat siswa sekolah dasar bergairah dalam belajar, karena
karakteristik anak sekolah dasar termasuk operasional konkret yang dilihat
secara nyata. Sehingga mendukung terjadi perubahan keterampilan bercerita
siswa setelah diberikan perlakuan (treatment).
Selanjtnya, pada analisis data statistik inferensial, pertama-tama
dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normlitas
menggunakan uji One-Sampel Komlomogorv-Spirnov dengan hasil pretest dan
posttest berdistribusi normal. Setelah itu dilakukan uji homogenitas
menggunakan One-Way ANOVA dengan pretest dan posttest dinyatakan
67
homogen. Setelah uji prasyarat dilakukan maka selanjutnya dilakukan uji
hipotesis.
Pengujian hipotesis melalui uji-t dengan menggunakan metode Paired
Samples T-Test menunjukkan bahwa nilai thitung = -9,132 dan nilai sig.(2-
tailed)=0,00 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Dengan ttabel dilihat pada tabel
statistik dengan signifikansi 0,05 : 2 = 0,025 dengan derajat kebebasan (df)
30-1 = 29, hasil diperoleh untuk ttabel = 2,045. Karena thitung lebih kecil dari
ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Untuk nilai
signifikan sebesar 0,00 . Karena nilai signifikan lebih kecil dari taraf
signifikan(0,00<0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi dapat dikatakan
bahwa terdapat perbedaan signifikan hasil menceritakan kembali cerita fiksi
setelah menggunakan video animasi pada kelas IV SDN 52 Welonge. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh penggunaan media audio
visual (video animasi) terhadap keterampilan menceritakan kembali cerita
fiksi kelas IV SDN 52 Welonge Kabupaten Soppeng.
68
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Respon siswa pada pembelajaran menceritakan kembali cerita fiksi
dengan menggunakan media audio visual (video animasi) dapat
dikatakan aktif dengan persentase tingkat pencapaian 88,56%. Hal ini
terlihat dari antusias dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Terlihat siswa memperhatikan guru saat menjelaskan, bersemangat
dalam mengikuti pembelajaran, keberanian siswa saat proses
pembelajaran, respon baik siswa terhadap media audio visual (video
animasi) yang disediakan peneliti, dan kesiapan siswa dalam mengikuti
pembelajaran
2. Penggunaan media audio visual (video animasi) terlaksana dengan baik,
peneliti mempersiapkan media sebaik-baiknya dan mendapat respon
positive dari siswa, dibuktikan dari hasil menceritakan kembali siswa
kelas IV SDN 52 Welonge Kabupaten Soppeng sebelum dan sesudah
digunakan media audio visual (video animasi) mengalami peningkatan.
Hal ini terlihat dari rata-rata nilai keterampilan menceritakan kembali.
3. Media audio visual (video animasi) berpengaruh terhadap keterampilan
menceritakan kembali siswa kelas IV SDN 52 Welonge. Hal ini
dibuktikan dengan hasil pengujian hipotesis menggunakan uji Paired
69
Samples T-Test pada taraf signifikansi 5% yaitu nilai signifikan < α
(0,000 < 0,00) atau t hitung > t tabel (9,132 > 2,045) dengan demikian H0
ditolak dan H1 diterima.
4. Media audio visual (video animasi) berpengaruh terhadap keterampilan
menceritakan kembali cerita fiksi dibuktikan dari hasil penelitian
terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Sa’Diah n.d.) Sa’diah
(2017) menunjukkan bahwa kelas eksperimen yang menggunakan media
audio visual memperoleh nilai rata-rata lebih tinggi 88,25 dari kelas
kontrol 80,80. Dan juga penelitian yang dilakukan oleh Yuliana (2018)
memperoleh uji-t dengan t hitung > t tabel (5,024 > 1,668) yang artinya H0
ditolak dan H1 diterima.
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukan maka peneliti mengajukan
saran sebagai berikut:
1. Pembelajaran menggunakan media audio visual (video animasi)
hendaknya dapat diaplikasikan guru dalam proses pembelajaran di kelas,
khususnya pada menceritakan kembali cerita fiksi agar siswa lebih aktif,
dan lebih bersemangat dalam proses pembelajaran.
2. Penelitian ini sangatlah terbatas apalagi dilaksanakan dalam keadaan
new normal covid19, sehingga disarankan untuk peneliti selanjutnya
untuk melakukan penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama dan
menggunakan populasi yang lebih bervariansi dilihat dari jumlah
sekolah yang digunakan.
70
DAFTAR PUSTAKA
Agustien, Relis, Nurul Umamah, and S. Sumarno. 2018. “Pengembangan Media
Pembelajaran Video Animasi Dua Dimensi Situs Pekauman di Bondowoso
Dengan Model Addie Mata Pelajaran Sejarah Kelas X IPS.” Jurnal
Edukasi 5(1):19.
Ahmadi, Rulam. 2014. Asas Dan Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Anon. n.d. “Alifarose Syahda Zahra 10201244075.Pdf.”
Anon. n.d. “Ery Noviyani.” Retrieved August 30, 2020b
(https://www.slideshare.net/taufiq99/ery-noviyani).
Anon. n.d. “Kisah Putri Tandampalik Dari Sulawesi Selatan - Animasi Cerita
Indonesia (ACI) - YouTube.” Retrieved August 30, 2020c
(https://www.youtube.com/watch?v=PtdTrGXMAvY&feature=youtu.be).
Anon. n.d. “SKRIPSIYULIANA.Pdf.”
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pengajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Cahyani, Indah Dwi. n.d. “Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali
Cerita Fabel Melalui Teknik Paired Storytelling Berbantuan Media
Boneka Tangan Pada Siswa Kelas Ii A Sd Negeri Panggang Sedayu.” 372.
Endra, Febri. 2017. Pedoman Metodologi Penelitian (Statistika Praktis). Sidoarjo:
Zifatama Jawara.
Gani, Irwan, and Siti Amalia. 2019. Alat Analisis Data, Aplikasi Statistik Untuk
Penelitian Bidang Ekonomi Dan Sosial. Yogyakarta: Andi.
Isnanda, Romi. 2015. “Struktur Dan Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat
Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat.” Gramatika STKIP
PGRI Sumatera Barat 1(2).
Janattaka, Nugrananda, and Anik Ghufron. 2014. “Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Dengan Metode Kooperatif Jigsaw Di Kelas 4 SDN 1
Jimbung Klaten.” Jurnal Prima Edukasia 2(1):90.
Muda, Ahmad A. K. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Reality
Publisher.
70
71
Nuryanto, Sukarir, A. Zaenal Abidin, Umi Setijowati, and Nugraheti Sismulyasih
Sb. n.d. “Peningkatkan Keterampilan Berbicara Mahasiswa Pgsd Dalam
Perkuliahan Bahasa Indonesia Berbasis Konservasi Nilai-Nilai Karakter
Melalui Penerapan Metode Task Based Activity Dengan Media Audio
Visual.” 12.
Oktiarini, Elis, and Dewi Lutfiati. 2013. “Penggunaan Model Pengajaran
Langsung Pada Standar Kompetensi Melakukan Depilasi Di Kelas Xi
Smkn 6 Surabaya.” 02:9.
Purwanto, M. Ngalim. 2013. Psikologi pendidikan. Bandung, Indonesia: Remaja
Rosdakarya.
Purwono, Joni, Sri Yutmini, and Sri Anitah. 2014. “Penggunaan Media Audio-
Visual Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Pacitan.” 18.
Sa’Diah, Halimatus. n.d. “Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd.).” 132.
Samad, Muliati, and Maryati. 2017. Media Pembelajaran. Makassar: Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Sayidiman, Sayidiman. 2012. “Penggunaan Media Audio Visual Dalam
Merangsang Minat Mahasiswa Terhadap Mata Kuliah Seni Tari.”
Publikasi Pendidikan 2(1).
Sumadi Suryabrata. 2008. Metodologi Penelitian. Rajawali Pub.
Utami, Dina. 2011. “Efektifitas Animasi Dalam Pembelajaran.” 7:9.
Zulela. 2012. Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra Di Sekolah
Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
72
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) Pretest
Satuan Pendidikan : UPTD SPF SDN 52 WELONGE
Kelas / Semester : IV / 2
Tema 8 : Daerah Tempat Tinggalku
Subtema 1 : Lingkungan Tempat Tinggalku
Pembelajaran : 1
Alokasi Waktu : 1 Hari
A. KOMPETENSI INTI (KI)
KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca dan menanya) dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah,
sekolah, dan tempat bermain.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
peri-laku anak beriman dan berakhlak mulia.
73
B. KOMPETENSI DASAR (KD)
Bahasa Indonesia
3.9 Mencermati tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi.
4.9 Menyampaikan hasil identifikasi tokoh-tokoh yang terdapat pada teks
fiksi secara lisan, tulis, dan visual
Indikator Pencapaian Kompetensi :
3.9.1 Menemukan tokoh-tokoh pada teks cerita fiksi dengan tepat.
3.9.2 Menganalisis ciri-ciri cerita fiksi
4.9.1 Mengulangi cerita dengan tepat menggunakan artikulasi jelas,
ekspresif, intonasi tepat, dan penuh percaya diri.
IPA
3.4 Menghubungkan gaya dengan gerak pada peristiwa di lingkungan
sekitar.
4.4 Menyajikan hasil percobaan tentang hubungan antara gaya dan gerak
Indikator Pencapaian Kompetensi:
3.4.1 Menemukan pengertian gaya dan gerak dengan benar.
3.4.2 Membandingkan perbedaan gaya dan gerak.
4.4.1 Melakukan gaya dorongan dan tarikan.
4.4.2 Membuat hasil percobaan tentang gaya dan gerak secara tertulis.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Dengan kegiatan membaca teks cerita fiksi, siswa dapat menemukan
tokoh-tokoh pada teks cerita fiksi dengan tepat.
Dengan kegiatan berlatih menceritakan kembali teks cerita fiksi, siswa
dapat mengulangi cerita dengan artikulasi jelas, ekspresif, intonasi tepat,
dan penuh percaya diri.
Dengan kegiatan mencari tahu pengertian dan ciri-ciri teks cerita fiksi,
siswa dapat menganalis pengertian dan ciri-ciri teks cerita fiksi.
74
Dengan kegiatan mengamati gambar anak menarik dan mendorong
ayunan, siswa dapat menemukan pengertian gaya dan gerak dengan
benar.
Dengan berdiskusi tentang perbedaan gaya dan gerak, siswa dapat
membandingkan perbedaan gaya dan gerak.
Dengan mendorong dan menarik meja, siswa dapat melakukan gaya
dorongan dan tarikan.
Dengan kegiatan menulis hasil percobaan mendorong dan menarik meja,
siswa dapat membuat hasil percobaan tentang gaya dan gerak secara
tertulis..
D. MATERI PEMBELAJARAN
Teks cerita fiksi.
Melakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh gaya terhadap arah
gerak benda.
E. PENDEKATAN, METODE DAN MODEL PEMBELAJARAN
Pendekatan : Saintifik
Model : Kooperatif tipe STAD
Metode : Simulasi, diskusi, tanya jawab, penugasan dan
ceramah.
F. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
Buku Pedoman Guru Tema : Daerah Tempat Tinggalku Kelas 4 (Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2013).
Buku Siswa Tema : Daerah Tempat Tinggalku Kelas 4 (Buku Tematik
Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2013).
Teks Cerita Si Dada Emas
75
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Nilai Karakter
(PPK), Literasi,
4C, HOTS
Alokasi
Waktu
Pendahu
luan
Guru memberikan salam dan mengajak
semua siswa berdo’a menurut agama dan
keyakinan masing-masing.
Guru mengecek kesiapan diri dengan
mengisi lembar kehadiran dan memeriksa
kerapihan pakaian, posisi dan tempat
duduk disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran.
Guru mengajak siswa bernyayi lagu
wajib“Indonesia Raya”
Menginformasikan tema yang akan
dibelajarkan yaitu tentang ”Daerah
Tempat Tinggalku”.
Menginformasikan tujuan pembelajaran
Pada awal pembelajaran, guru
mengondisikan siswa secara klasikal
dengan mengajukan pertanyaan:
a. Apa kamu senang membaca cerita?
b. Apa cerita yang pernah kamu baca?
c. Apa cerita yang terkenal di lingkungan
tempat tinggalmu?
Religius
Nasionalis
Rasa ingin tahu
10 menit
Inti Pada kegiatan AYO MEMBACA: Secara Literasi 150
76
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Nilai Karakter
(PPK), Literasi,
4C, HOTS
Alokasi
Waktu
mandiri siswa diminta untuk membaca
cerita Si Dada Emas di dalam hati.
Siswa diminta memahami isi cerita
tersebut sebelum menceritakan kembali
cerita ”Si Dada Emas”
Guru juga melakukan tanya jawab seputar
isi cerita, untuk melihat sejauh mana
pemahaman siswa terhadap cerita
Guru juga meminta siswa menemukan
tokoh yang terdapat di dalam cerita
Setelah memahami isi cerita dan
menemukan tokoh dalam cerita, guru
mempersilahkan siswa menceritakan
kembali cerita yang sudah dibaca melalui
teks di depan teman-temannya selama 3
menit dengan suara nyaring, artikulasi
jelas, ekspresif, intonasi tepat dan percaya
diri
Guru mengapresiasi keberanian siswa
dengan bertepuk tangan.
Pada kegiatan AYO BERDISKUSI: Guru
menjelaskan bahwa cerita Si Dada Emas
merupakan salah satu contoh teks fiksi
berupa cerita rakyat. Teks cerita fiksi
adalah teks berupa cerita yang sengaja
dikarang oleh pengarang. Cerita tersebut
Rasa ingin tahu
Berpikir Kritis
(Critical Thinking)
Kreativitas
(Creativity)
menit
77
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Nilai Karakter
(PPK), Literasi,
4C, HOTS
Alokasi
Waktu
dapat merupakan hasil imajinasi
pengarang ataupun yang pernah terjadi di
dunia nyata lalu diolah oleh pengarang
sehingga menghasilkan cerita rekaan.
Selanjutnya, siswa diminta untuk
menganalsis ciri-ciri cerita fiksi
berdasarkan cerita yang telah diceritakan
ulang.
Kegiatan ini dapat dilakukan, baik secara
individu, berpasangan, maupun kelompok.
Guru memberikan kebebasan kepada
siswa untuk mencari informasi dari
berbagai sumber, misalnya bertanya
kepada orang yang dianggap tahu,
membaca dari buku-buku di perpustakaan
sekolah.
Pada kegiatan AYO MENGAMATI:
Siswa membaca narasi pada buku siswa.
Kemudian, Guru menjelaskan bahwa
banyak sarana umum di lingkungan
tempat tinggal, misalnya taman bermain
untuk anak-anak.
Siswa diminta mengamati gambar.
Guru mengajukan pertanyaan kepada
siswa, ”Apa yang dilakukan Udin pada
gambar di sebelah kiri?” dan ”Apa yang
Berpikir Kritis
(Critical Thinking)
Kerja sama
(Collaborative)
Literasi
Rasa ingin tahu
78
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Nilai Karakter
(PPK), Literasi,
4C, HOTS
Alokasi
Waktu
dilakukan Udin pada gambar di sebelah
kanan?”
Siswa menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh Guru sesuai hasil
pengamatannya.
Guru mengonfirmasi dan mengapresiasi
jawaban siswa, meskipun jika terdapat
jawaban nyeleneh.
Siswa diminta menemukan pengertian
gaya dan gerak pada buku siswa.
Siswa yang telah menemukan pengertian
gaya dan gerak dipersilahkan untuk
membacakan hasil temuannya kepada
teman-temannya.
Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk melakukan tanya jawab tentang
pengertian gaya dan gerak jika belum
paham.
Pada kegiatan AYO MENCOBA: Siswa
telah memahami pengertian gaya dan
gerak. Kemudian, siswa diminta untuk
melakukan percobaan untuk mengetahui
pengaruh gaya tarikan dan dorongan
terhadap arah gerak benda.
Percobaan ini dilakukan secara
Berpikir kritis
(Critical Thinking)
Komunikatif
(Communicative)
Rasa ingin tahu
Kerja Sama
79
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Nilai Karakter
(PPK), Literasi,
4C, HOTS
Alokasi
Waktu
berkelompok. Setiap kelompok terdiri atas
tiga anak.
Siswa melakukan percobaan
menggunakan alat berupa meja.
Pada kegiatan AYO MENULIS: Siswa
telah melakukan percobaan tentang gaya
dan gerak.
Selanjutnya, siswa diminta untuk
membuat hasil percobaan tentang gaya
dan gerak secara tertulis.
Kegiatan ini dilakukan bersama anggota
kelompoknya.
Pada kegiatan AYO BERDISKUSI:
Setalah siswa menulis hasil diskusinya,
siswa diminta mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya di depan kelompok
lain.
Guru memberikan kesempatan kepada
kelompok lain untuk bertanya kepada
kelompok yang tampil.
Guru mengonfirmasi dan mengapresiasi
jawaban semua kelompok.
(Collabarative)
Gotong Royong
Berpikir Kritis
(Critical Thinking)
Kerja Sama
(Critical Thinking)
Komunikatif
(Communicative)
Rasa ingin tahu
Penutup Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk menyampaikan pendapatnya tentang
15 menit
80
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Nilai Karakter
(PPK), Literasi,
4C, HOTS
Alokasi
Waktu
pembelajaran yang telah diikuti.
Bersama-sama siswa menyimpulkan hasil
belajar selama sehari
Melakukan penilaian, guru memberikan
tugas kepada siswa untuk mengetahui
cerita rakyat lainnya dan mengetahui
kegiatan yang termasuk gaya dan
dorongan
Guru memberikan pesan moral pada siswa
sebelum pelajaran diakhiri.
Mengajak semua siswa berdo’a menurut
agama dan keyakinan masing-masing
Kreativitas
(Creativity)
HOTS
Religius
H. PENILAIAN
1) Penilaian Sikap
Pengamatan sikap selama proses pembelajaran
2) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan diambil dari tes tertulis
3) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan diambil dari keterampilan menceritakan kembali
cerita fiksi dan keterampilan melakukan percobaan gaya dan dorongan.
I. REMEDIAL
a. Pembelajaran remedial dilakukan bagi siswa yang capaian kompetensi
dasarnya belum tuntas (dibawah KKM)
81
b. Tahapan remedial dilakukan melalui remedial teaching, tutor teman
sebaya atau tugas
J. PENGAYAAN
Bagi siswa yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pendalaman
materi sebagai pengetahuan tambahan.
Welonge, 22 Juni 2020
Guru Kelas IV
ARDIANA, S.Pd
NIP. 19840917 201001 2 027
Peneliti
RAHMAWATY RAHMAN
NIM. 105401101716
Mengetahui
Kepala UPTD SPF SDN 52 WELONGE,
HJ. ROSNAINI, S.Pd
NIP.19690923 198907 2 001
82
INSTRUMENT PENILAIAN SIKAP
Satuan Pendidikan : UPTD SPF SDN 52 WELONGE
Kelas/Semester : IV/II
No Nama
Perubanan Tingkah Laku
Teliti Cermat Percaya Diri
K C B SB K C B SB K C B SB
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 ……………..
2 ……………..
3 ………………
dst
Keterangan:
K (Kurang) : 1, C (Cukup) : 2, B (Baik) : 3, SB (Sangat Baik) : 4
83
INSTUMENT PENILAIAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN
KEMBALI CERITA FIKSI
Satuan Pendidikan : UPTD SPF SDN 52 WELONGE
Kelas/Semester : IV/II
Kompetensi Dasar : 4.9 Menyampaikan hasil identifikasi tokoh-tokoh yang
terdapat pada teks fiksi secara lisan, tulis, dan visual
Indikator : 4.9.1 Mengulangi cerita dengan tepat menggunakan
artikulasi jelas, ekspresif, intonasi tepat, dan penuh
percaya diri.
Nama Siswa :
No Aspek yang dinilai
Skor
Bobot Nilai
1 2 3 4 5
1 Pelafalan
2 Penggunaan Kosa Kata
3 Struktur Kalimat
4 Kesesuaian/Urutan Cerita
5 Kelancaran
Kriteria Penilaian :
5 = Sangat Baik
4 = Baik
3 = Cukup
2 = Kurang
1 = Sangat Kurang
Pedoman Penskoran :
84
Lampiran 2
BAHAN AJAR
TEKS CERITA SI DADA EMAS
Dahulu kala ada seorang raja yang hidup berdampingan dengan
permaisurinya. Kehidupan sudah lama, tetapi juga masih belum hamil. Raja
merasa cemas dan sedih, karena tidak punya anak, sehingga siapa yang akan
meneruskan tahta kerajaannya.
Pada suatu kesempatan raja punya gagasan ingin mengumpulkan semua
pengawalnya dan memerintahkan untuk pergi ke kolong rumah penduduk dan
mencari penduduk yang bersedia menjadi istri raja dan memberikan keturunan.
Mendengar perintah raja itu semua pengawalnya menyebar menuju ke kolong
rumah penduduk Terdengarlah dalam rumah si gadis miskin itu berkata,”
Seumpama saya menjadi istri raja, maka saya akan melahirkan tiga anak yang
berdada emas, seorang anak perempuan dan duanya laki-laki. Akhirnya gadis
miskin itu menikah dengan raja sebagai istri kedua, karena sang Raja benar-benar
ingin mendapatkan keturunan.
Tidak lama kemudian gadis miskin yang telah dikawin raja itu akhirnya
hamil dan dia mengidam daging rusa. Bahkan raja terjun sendiri berburu ke hutan.
Melihat raja menyayangi istri keduanya. Kini permaisurinya mulai cemburu.
Pada saat raja berburu tiba-tiba istrinya yang miskin melahirkan tiga anak
yang berdada emas, satu perempuan dan dua laki-laki. Pada saat melahirkan si
miskin mata dan telinga ditutup, hal ini merupakan aturan dari kerajaan. Saat itu
bertepatan juga dengan anjing beranak tiga ekor, satu betina dan dua jantan.
Ketiga anak anjing itu dimuat di baki lalu dibawa ke istana ditukarkan
dengan ketiga anak miskin tersebut. Sementara ketiga anak si miskin itu dibawa
85
ke tempat yang jauh dari istana. Si miskin yang baru saja melahirkan tadi ditaruh
di kolong istana tepatnya di bawah jamban dalam keadaan terikat.
Kini tibalah sang Raja dari hutan sambil membawa daging rusa. Beliau
dipersilahkan permaisurinya untuk melihat ketiga ekor anjing yang baru saja
dilahirkan dari si miskin itu. Saat melihat ketiga anjing itu raja marah-marah, dan
menganggap si miskin adalah pembohong.
Saat anak berdada emas itu dewasa, mereka diminta nenek Inang yang
merawatnya untuk pesta di istana yang acaranya yaitu penyambungan ayam.
Nenek Inang bahkan membuatkan ayam yang sudah disulap.
Setibanya di istana, pertandingan dimulai, ayam sang raja terpental oleh
ayam sang anak dada emas, akhirnya dia pulang membawa sekantong emas berkat
ayam yang dimilikinya tadi.
Raja merasa penasaran atas kekalahannya itu dan menyuruh anak berdada
emas itu kembali ke istana untuk menyambung ayam. Namun, nenek berpesan
bila nantinya kamu menang, maka janganlah minta emas, tetapi mintalah wanita
yang sedang diikat di bawah kolong jamban, dan itulah benar-benar ibumu.
86
Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) Postest
Satuan Pendidikan : UPTD SPF SDN 52 WELONGE
Kelas / Semester : IV / 2
Tema 8 : Daerah Tempat Tinggalku
Subtema 1 : Lingkungan Tempat Tinggalku
Pembelajaran : 1
Alokasi Waktu : 1 Hari
A. KOMPETENSI INTI (KI)
KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca dan menanya) dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah,
sekolah, dan tempat bermain.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
peri-laku anak beriman dan berakhlak mulia.
87
B. KOMPETENSI DASAR (KD)
Bahasa Indonesia
3.9 Mencermati tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi.
4.9 Menyampaikan hasil identifikasi tokoh-tokoh yang terdapat pada teks
fiksi secara lisan, tulis, dan visual
Indikator Pencapaian Kompetensi :
3.9.3 Menemukan tokoh-tokoh pada teks cerita fiksi dengan tepat.
3.9.4 Menganalisis ciri-ciri cerita fiksi
4.9.1 Mengulangi cerita dengan tepat menggunakan artikulasi jelas,
ekspresif, intonasi tepat, dan penuh percaya diri.
IPA
3.4 Menghubungkan gaya dengan gerak pada peristiwa di lingkungan
sekitar.
4.4 Menyajikan hasil percobaan tentang hubungan antara gaya dan gerak
Indikator Pencapaian Kompetensi:
3.4.3 Menemukan pengertian gaya dan gerak dengan benar.
3.4.4 Membandingkan perbedaan gaya dan gerak.
4.4.3 Melakukan gaya dorongan dan tarikan.
4.4.4 Membuat hasil percobaan tentang gaya dan gerak secara tertulis.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Dengan kegiatan membaca teks cerita fiksi, siswa dapat menemukan
tokoh-tokoh pada teks cerita fiksi dengan tepat.
Dengan kegiatan berlatih menceritakan kembali teks cerita fiksi, siswa
dapat mengulangi cerita dengan artikulasi jelas, ekspresif, intonasi tepat,
dan penuh percaya diri.
88
Dengan kegiatan mencari tahu pengertian dan ciri-ciri teks cerita fiksi,
siswa dapat menganalis pengertian dan ciri-ciri teks cerita fiksi.
Dengan kegiatan mengamati gambar anak menarik dan mendorong
ayunan, siswa dapat menemukan pengertian gaya dan gerak dengan
benar.
Dengan berdiskusi tentang perbedaan gaya dan gerak, siswa dapat
membandingkan perbedaan gaya dan gerak.
Dengan mendorong dan menarik meja, siswa dapat melakukan gaya
dorongan dan tarikan.
Dengan kegiatan menulis hasil percobaan mendorong dan menarik meja,
siswa dapat membuat hasil percobaan tentang gaya dan gerak secara
tertulis..
D. MATERI PEMBELAJARAN
Teks cerita fiksi.
Melakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh gaya terhadap arah
gerak benda.
E. PENDEKATAN, METODE DAN MODEL PEMBELAJARAN
Pendekatan : Saintifik
Model : Kooperatif tipe STAD
Metode : Simulasi, diskusi, tanya jawab, penugasan dan
ceramah.
F. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
Buku Pedoman Guru Tema : Daerah Tempat Tinggalku Kelas 4 (Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2013).
Buku Siswa Tema : Daerah Tempat Tinggalku Kelas 4 (Buku Tematik
Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2013).
89
Teks Cerita Putri Tandampalik
Media Audio Visual (Video Animasi)
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Nilai karakter
(PPK), Literasi,
4C, HOTS
Alokasi
Waktu
Pendahulu
an
Guru memberikan salam dan mengajak
semua siswa berdo’a menurut agama dan
keyakinan masing-masing.
Guru mengecek kesiapan diri dengan
mengisi lembar kehadiran dan
memeriksa kerapihan pakaian, posisi
dan tempat duduk disesuaikan dengan
kegiatan pembelajaran.
Guru mengajak siswa menyanyikan lagu
wajib “Indonesia Raya”
Menginformasikan tema yang akan
dibelajarkan yaitu tentang ”Daerah
Tempat Tinggalku”.
Pada awal pembelajaran, guru
mengondisikan siswa secara klasikal
dengan mengajukan pertanyaan:
a. Apa kamu senang membaca cerita?
b. Apa cerita yang pernah kamu baca?
c. Apa cerita yang terkenal di
lingkungan tempat tinggalmu?
Religius
Nasionalis
Rasa ingin tahu
10 menit
90
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Nilai karakter
(PPK), Literasi,
4C, HOTS
Alokasi
Waktu
Inti Pada kegiatan AYO MEMBACA:
Secara mandiri siswa diminta untuk
membaca cerita Putri Tandampalik di
dalam hati.
Guru memperlihatkan video animasi
kisah Putri Tandampalik yang termasuk
cerita fiksi jenis cerita rakyat melalui
LCD.
Setelah melihat dan mendengarkan
video animasi, guru meminta siswa
menemukan tokoh yang terdapat dalam
cerita
Setelah melihat kisah Putri Tandampalik
dan menemukan tokoh dalam cerita,
guru mempersilahkan siswa
menceritakan kembali cerita yang sudah
dibaca dan dilihatnya melalui video di
depan teman-temannya selama 3 menit
dengan suara nyaring, artikulasi jelas,
ekspresif, intonasi tepat dan percaya diri
Guru mengapresiasi keberanian siswa
dengan bertepuk tangan.
Pada kegiatan AYO BERDISKUSI:
Guru menjelaskan bahwa cerita Putri
Tandampalik merupakan salah satu
contoh teks fiksi berupa cerita rakyat.
Literasi
Berpikir Kritis
(Critical Thinking)
Kreativitas
(Creativity)
150
menit
91
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Nilai karakter
(PPK), Literasi,
4C, HOTS
Alokasi
Waktu
Teks cerita fiksi adalah teks berupa
cerita yang sengaja dikarang oleh
pengarang. Cerita tersebut dapat
merupakan hasil imajinasi pengarang
ataupun yang pernah terjadi di dunia
nyata lalu diolah oleh pengarang
sehingga menghasilkan cerita rekaan.
Selanjutnya, siswa diminta untuk
menganalisis ciri-ciri cerita fiksi
berdasarkan cerita.
Kegiatan ini dapat dilakukan, baik
berpasangan, maupun kelompok.
Guru memberikan kebebasan kepada
siswa untuk mencari informasi dari
berbagai sumber, misalnya bertanya
kepada orang yang dianggap tahu,
membaca dari buku-buku di
perpustakaan sekolah.
Pada kegiatan AYO MENGAMATI:
Siswa membaca narasi pada buku siswa.
Kemudian, Guru menjelaskan bahwa
banyak sarana umum di lingkungan
tempat tinggal, misalnya taman bermain
untuk anak-anak.
Siswa diminta mengamati gambar.
Guru mengajukan pertanyaan kepada
Berpikir Kritis
(Critical Thinking)
Kerja sama
(Collaborative)
Literasi
Rasa ingin tahu
92
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Nilai karakter
(PPK), Literasi,
4C, HOTS
Alokasi
Waktu
siswa, ”Apa yang dilakukan Udin pada
gambar di sebelah kiri?” dan ”Apa yang
dilakukan Udin pada gambar di sebelah
kanan?”
Siswa menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh Guru sesuai hasil
pengamatannya.
Guru mengonfirmasi dan mengapresiasi
jawaban siswa, meskipun jika terdapat
jawaban nyeleneh.
Siswa diminta menemukan pengertian
gaya dan gerak pada buku siswa.
Siswa yang telah menemukan pengertian
gaya dan gerak dipersilahkan untuk
membacakan hasil temuannya kepada
teman-temannya.
Guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk melakukan tanya jawab
tentang pengertian gaya dan gerak jika
belum paham.
Pada kegiatan AYO MENCOBA: Siswa
telah memahami pengertian gaya dan
gerak. Kemudian, siswa diminta untuk
melakukan percobaan untuk mengetahui
pengaruh gaya tarikan dan dorongan
Berpikir kritis
(Critical Thinking)
Komunikatif
(Communicative)
Rasa ingin tahu
93
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Nilai karakter
(PPK), Literasi,
4C, HOTS
Alokasi
Waktu
terhadap arah gerak benda.
Percobaan ini dilakukan secara
berkelompok. Setiap kelompok terdiri
atas tiga anak.
Siswa melakukan percobaan
menggunakan alat berupa meja.
Pada kegiatan AYO MENULIS: Siswa
telah melakukan percobaan tentang gaya
dan gerak.
Selanjutnya, siswa diminta untuk
membuat hasil percobaan tentang gaya
dan gerak secara tertulis
Kegiatan ini dilakukan bersama anggota
kelompoknya.
Pada kegiatan AYO BERDISKUSI:
Setelah siswa membuat hasil percobaan
tentang gaya dan gerak, siswa berdiskusi
bersama anggota kelompoknya tentang
perbedaan gaya dan gerak.
Siswa menuliskan hasil diskusinya.
Selanjutnya, siswa diminta
mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya di depan kelompok lain.
Guru memberikan kesempatan kepada
kelompok lain untuk bertanya kepada
Kerja Sama
(Collabarative)
Gotong Royong
Berpikir Kritis
(Critical Thinking)
Kerja Sama
(Critical Thinking)
Komunikatif
(Communicative)
94
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Nilai karakter
(PPK), Literasi,
4C, HOTS
Alokasi
Waktu
kelompok yang tampil.
Guru mengonfirmasi dan mengapresiasi
jawaban semua kelompok.
Rasa ingin tahu
Penutup Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk menyampaikan pendapatnya
tentang pembelajaran yang telah diikuti.
Bersama-sama siswa menyimpulkan
hasil belajar selama sehari
Melakukan penilaian, guru memberikan
tugas kepada siswa untuk mengetahui
cerita rakyat lainnya dan mengetahui
kegiatan yang termasuk gaya dan
dorongan
Guru memberikan pesan moral pada
siswa sebelum pelajaran diakhiri.
Mengajak semua siswa berdo’a menurut
agama dan keyakinan masing-masing
Kreativitas
(Creativity)
HOTS
Religius
15 menit
H. PENILAIAN
1. Penilaian Sikap
Pengamatan sikap selama proses pembelajaran
2. Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan diambil dari tes tertulis
95
3. Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan diambil dari keterampilan menceritakan kembali
cerita fiksi dan keterampilan melakukan percobaan gaya dan dorongan.
I. REMEDIAL
c. Pembelajaran remedial dilakukan bagi siswa yang capaian kompetensi
dasarnya belum tuntas (dibawah KKM)
d. Tahapan remedial dilakukan melalui remedial teaching, tutor teman
sebaya atau tugas
J. PENGAYAAN
Bagi siswa yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pendalaman
materi sebagai pengetahuan tambahan.
Welonge, 22 Juni 2020
Guru Kelas IV
ARDIANA, S.Pd
NIP. 19840917 201001 2 027
Peneliti
RAHMAWATY RAHMAN
NIM. 105401101716
Mengetahui
Kepala UPTD SPF SDN 52 WELONGE,
HJ. ROSNAINI, S.Pd
NIP.19690923 198907 2 001
96
INSTRUMENT PENILAIAN SIKAP
Satuan Pendidikan : UPTD SPF SDN 52 WELONGE
Kelas/Semester : IV/II
No Nama
Perubanan Tingkah Laku
Teliti Cermat Percaya Diri
K C B SB K C B SB K C B SB
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 ……………..
2 ……………..
3 ………………
dst
Keterangan:
K (Kurang) : 1, C (Cukup) : 2, B (Baik) : 3, SB (Sangat Baik) : 4
97
PENILAIAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI
CERITA FIKSI
Satuan Pendidikan : UPTD SPF SDN 52 WELONGE
Kelas/Semester : IV/II
Kompetensi Dasar : 4.9 Menyampaikan hasil identifikasi tokoh-tokoh yang
terdapat pada teks fiksi secara lisan, tulis, dan visual
Indikator : 4.9.1 Mengulangi cerita dengan tepat menggunakan
artikulasi jelas, ekspresif, intonasi tepat, dan penuh
percaya diri.
Nama Siswa :
No Aspek yang dinilai
Skor
Bobot Nilai
1 2 3 4 5
1 Pelafalan
2 Penggunaan Kosa Kata
3 Struktur Kalimat
4 Kesesuaian/Urutan Cerita
5 Kelancaran
Kriteria Penilaian :
5 = Sangat Baik
4 = Baik
3 = Cukup
2 = Kurang
1 = Sangat Kurang
Pedoman Penskoran :
98
Lampiran 4
BAHAN AJAR
TEKS CERITA PUTRI TANDAMPALIK
Alkisah, pada zaman dahulu kala, di sebuah daerah di Provinsi Sulawesi
Selatan, berdiri sebuah kerajaan yang bernama Kerajaaan Luwu. Kerajaan ini
dipimpin seorang raja yang dikenal dengan nama Datu Luwu. Ia adalah seorang
raja yang adil, arif dan bijaksana, sehingga rakyatnya hidup makmur dan sentosa
Datu Luwu mempunyai seorang putri yang cantik jelita dan berperangai
baik, namanya Putri Tandampalik. Berita kecantikan dan perangai baiknya
tersebar sampai ke berbagai negeri di Sulawesi Selatan.
Tiba-tiba negeri Luwu geger. Putri Tandampalik terserang penyakit kusta.
Sekujur tubuhnya mengeluarkan cairan kental yang berbau anyir dan sangat
menjijikkan. Para tabib istana mengatakan bahwa Putri Tandampalik terserang
penyakit menular yang sangat berbahaya.
Berita tentang musibah yang menimpa sang Putri sudah tersebar ke
seluruh negeri. Rakyat negeri Luwu sangat bersedih atas penyakit yang diderita
oleh sang Putri yang mereka cintai itu. Setelah berpikir dan menimbang nimbang,
Datu Luwu memutuskan untuk mengasingkan putrinya ke suatu tempat yang jauh.
Ia khawatir penyakit putrinya akan menular ke seluruh rakyatnya.
Dengan berat hati, Datu Luwu terpaksa harus berpisah dengan putri yang
sangat dicintainya itu. Berangkatlah sang Putri dengan perahu bersama beberapa
pengawal istana. Sebelum berangkat, Datu Luwu memberikan sebuah keris
pusaka kepada Putri Tandampalik sebagai tanda bahwa ia tidak pernah
melupakan, apalagi membuang anaknya. Setelah mempersiapkan segala
perbekalan yang dibutuhkan, berangkatlah mereka ke suatu daerah yang jauh dari
Kerajaan Luwu. Berbulan-bulan sudah mereka berlayar tanpa arah dan tujuan.
Pada suatu hari, tampaklah bagi mereka sebuah pulau dari kejauhan.
99
“Lihat, Than Putri!” seru seorang pengawal sambil menunjuk ke arah
pulau itu.
“Akhirnya, kita pun menemukan pulau,” jawab sang Putri dengan perasaan
lega.
Sejak saat itu, Putri Tandampalik beserta pengawalnya memulai kehidupan
baru. Mereka hidup dengan penuh kesederhanaan. Meskipun demikian, mereka
tetap bekerja keras penuh dengan semangat dan gembira. Hari berganti hari,
minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, tak terasa satu tahun sudah mereka
berada di tempat itu.
Suatu waktu, Putri Tandampalik duduk di tepi danau yang terletak di
tengah pulau itu. Tiba-tiba seekor kerbau putih menghampiri dan menjilati kulit
sang Putri dengan lembut. Semula, sang Putri hendak mengusirnya. Tetapi, hewan
itu tampak jinak dan terus menjilatinya. Akhirnya, ia diamkan saja.
Sungguh ajaib! Setelah berkali-kali dijilat oleh kerbau itu, kulit sang Putri
yang mengeluarkan cairan tiba-tiba hilang tanpa bekas. Kulit sang Putri kembali
halus, mulus dan bersih seperti sediakala. Sang Putri terharu dan bersyukur
kepada Tuhan, karena penyakitnya telah sembuh.
la kemudian berpesan kepada para pengawalnya, “Mulai saat ini, aku
minta kalian untuk tidak menyembelih atau memakan kerbau putih yang ada di
pulau ini, karena hewan itu telah menyembuhkan penyakitku.” Permintaan sang
Putri itu langsung dipenuhi oleh seluruh pengawalnya. Hingga kini, kerbau putih
yang ada di Pulau Wajo dibiarkan hidup bebas dan beranak pinak. Kemudian oleh
masyarakat setempat, kerbau putih tersebut disebut sebagai sakkoli.
100
Lampiran 5
Lembar Observasi Respon Siswa dalam Proses Pembelajaran
101
102
103
104
Lampiran 6
Daftar Hadir Siswa (Pretest)
105
Lampiran 7
Daftar Hadir Siswa (Posttest)
106
Lampiran 8
Lembar Penilaian Ketrerampilan Menceritakan Kembali Cerita Fiksi Menggunakan Teks (Pretest)
No Nama
Aspek yang diukur
Bobot Nilai Ket Pelafalan
Penggunaan
Kosa Kata
Strukur
Kalimat
Kesesuaian
Urutan
Cerita
Kelancaran Keberanian
Gaya/
Ekspresi
1 AHMAD ALFA
REZA 4 4 3 3 4 4 5 27
77 TT
2 AHMAD FAHRI 3 4 3 5 3 4 4 26 74 TT
3 AIDAL GARNI 3 4 2 3 3 4 4 23 66 TT
4 AL FADRI
RAMADHAN 3 4 3 4 4 5 5 28
80 T
5 ANI SAKILAH 3 4 3 4 4 4 4 26 74 TT
6 ANUGRAH
ALWAQIAH 3 3 3 5 4 5 4 27
77 TT
7 ASDAR MUHAJIR 3 3 3 4 3 5 5 26 74 TT
8 FADEL
MUHAMMAD 4 3 3 4 4 5 5 28
80 T
9 FADIL ISLAMI 3 4 3 4 4 4 4 26 74 TT
10 HERIL 3 3 3 4 3 5 4 25 71 TT
11 M. ALVIN 4 4 3 5 4 4 4 28 80 T
12 MEYZA
KHAERUNNISA 4 4 3 4 4 4 4 27
77 TT
13 MUH. AFDAL 4 3 4 5 4 5 4 29 83 T
14 MUH. IKSAN 3 3 3 3 3 5 4 24 69 TT
15 MUHAMMAD
SAIFUL 3 4 3 5 3 3 4 25
71 TT
16 MUTIA RAHMAH 4 4 3 4 4 4 4 27 77 TT
107
17 NABILA
AZZAHRA 3 4 3 4 4 4 4 26
74 TT
18 NUR AULIA 3 4 4 4 4 5 5 29 83 T
19 NURHIKMAH P 3 4 3 4 4 5 5 28 80 T
20 NURHIKMAH 3 3 3 4 4 4 4 25 71 TT
21 PUTRI RESKY
NADA 4 3 3 4 4 4 4 26
74 TT
22 PUTRI SALZA
BILA 3 3 3 4 4 4 4 25
71 TT
23 RAHMAT TAUFIK 3 3 3 4 3 4 3 23 66 TT
24 SALSA NABILA 3 4 4 5 4 5 5 30 86 T
25 SALSABILAH 4 5 4 5 4 5 5 32 91 T
26 SAMSUDDIN
FAREL 3 3 3 4 4 5 5 27
77 TT
27 SITTI
NURHAEDAH 4 3 3 5 4 5 5 29
83 T
28 SITTI
NURHJAMILA 4 3 3 4 4 4 5 27
77 TT
29 TIARA RAHMAN 4 4 3 5 4 5 4 29 83 T
30 ZAHRA MULATUL
ATIFA 3 4 3 4 4 5 4 27
77
KET :
T = TUNTAS
TT = TIDAK TUNTAS
KKM = 78
108
Lampiran 9
Lembar Penilaian Ketrerampilan Menceritakan Kembali Cerita Fiksi Menggunakan Media Video Animasi (Posttest)
No Nama
Aspek yang diukur
Bobot Nilai Ket Pelafalan
Penggunaan
Kosa Kata
Strukur
Kalimat
Kesesuaian
Urutan
Cerita
Kelancaran Keberanian
Gaya/
Ekspresi
1 AHMAD ALFA
REZA 4 3 4 5 4 5 5 30 86 T
2 AHMAD FAHRI 4 4 4 5 4 5 4 30 86 T
3 AIDAL GARNI 3 4 3 4 4 5 5 28 80 T
4 AL FADRI
RAMADHAN 4 5 4 5 4 5 5 32 91 T
5 ANI SAKILAH 4 4 5 5 4 5 5 32 91 T
6 ANUGRAH
ALWAQIAH 4 4 4 5 4 5 5 31 89 T
7 ASDAR
MUHAJIR 4 3 3 5 4 5 5 29 83 T
8 FADEL
MUHAMMAD 4 5 4 5 5 5 5 33 94 T
9 FADIL ISLAMI 4 4 4 5 4 5 5 31 89 T
10 HERIL 5 4 4 5 4 5 4 31 89 T
11 M. ALVIN 4 4 5 5 5 5 5 33 94 T
12 MEYZA
KHAERUNNISA 5 4 4 5 4 5 5 32 91 T
13 MUH. AFDAL 4 4 5 5 5 4 5 32 91 T
14 MUH. IKSAN 3 5 4 4 4 5 5 30 86 T
15 MUHAMMAD
SAIFUL 4 4 4 5 4 5 5 31 89 T
109
16 MUTIA
RAHMAH 4 5 4 5 5 5 5 33 94 T
17 NABILA
AZZAHRA 5 4 4 5 5 5 4 32 91 T
18 NUR AULIA 4 5 3 5 5 5 5 32 91 T
19 NURHIKMAH P 4 4 4 5 4 4 4 29 83 T
20 NURHIKMAH 4 4 4 5 4 5 4 30 86 T
21 PUTRI RESKY
NADA 5 4 5 5 4 5 4 32 91 T
22 PUTRI SALZA
BILA 4 4 4 5 5 5 5 32 91 T
23 RAHMAT
TAUFIK 4 3 4 5 5 5 5 31 89 T
24 SALSA NABILA 4 4 4 5 5 5 5 32 91 T
25 SALSABILAH 4 5 4 5 5 5 5 33 94 T
26 SAMSUDDIN
FAREL 4 4 3 5 4 5 5 30 86 T
27 SITTI
NURHAEDAH 3 4 4 5 5 5 4 30 86 T
28 SITTI
NURHJAMILA 3 4 4 5 4 5 5 30 86 T
29 TIARA
RAHMAN 4 5 4 5 4 5 5 32 91 T
30
ZAHRA
MULATUL
ATIFA
3 4 4 5 4 5 4 29 83 T
KET :
T = TUNTAS
TT = TIDAK TUNTAS
KKM = 78
110
Lampiran 10
Hasil Analisis Data Deskriptif
Statistics
Pre Test Post Test
N Valid 30 30
Missing 0 0
Mean 76.57 83.77
Std. Error of Mean 1.048 .816
Median 77.00 83.00
Mode 77 80
Std. Deviation 5.740 4.470
Variance 32.944 19.978
Range 25 14
Minimum 66 80
Maximum 91 94
Sum 2297 2513
111
Lampiran 11
Freskuensi Tabel Pretest
Pre Test
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
66 2 6.7 6.7 6.7
69 1 3.3 3.3 10.0
71 4 13.3 13.3 23.3
74 6 20.0 20.0 43.3
77 7 23.3 23.3 66.7
80 4 13.3 13.3 80.0
83 4 13.3 13.3 93.3
86 1 3.3 3.3 96.7
91 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
112
Lampiran 12
Freskuensi Tabel Posttest
Post Test
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
80 13 43.3 43.3 43.3
83 6 20.0 20.0 63.3
84 1 3.3 3.3 66.7
86 5 16.7 16.7 83.3
91 3 10.0 10.0 93.3
94 2 6.7 6.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
113
Lampiran 13
UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pre Test Post Test
N 30 30
Normal Parametersa,b
Mean 76.57 83.77
Std. Deviation 5.740 4.470
Most Extreme Differences
Absolute .137 .234
Positive .137 .234
Negative -.097 -.200
Kolmogorov-Smirnov Z .748 1.280
Asymp. Sig. (2-tailed) .630 .076
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Keterangan :
Data berdistribusi normal jika sig > 0,05
114
Lampiran 14
UJI HOMOGENITAS
Test of Homogeneity of Variances
Nilai
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.885 1 55 .351
Keterangan :
Data homogen jika sig > 0,05
115
Lampiran 15
UJI HIPOTESIS
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviati
on
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1
Pre
Test
-
Post
Test
-7.200 4.318 .788 -8.813 -5.587 -9.132 29 .000
116
Lampiran 16
TABEL t
117
Lampiran 17
Dokumentasi Penelitian
Gambar 17.1 Siswa membaca teks bacaan “Sidada Emas”
Gambar 17.2 Siswa membaca teks bacaan “Si Dada Emas” dilakukan di rumah
siswa
118
Gambar 17.3 Siswa menceritakan kembali cerita fiksi “Si Dada Emas” (pretest)
Gambar 17.4 Siswa menceritakan kembali cerita fiksi “Si Dada Emas” (pretest)
dilakukan di rumah siswa
119
Gambar 17.5 Siswa menonton video animasi “Putri Tandampalik”
Gambar 17.6 Siswa menonton video animasi “Putri Tandampalik” dilakukan di
rumah siswa.
120
Gambar 17.7 Siswa menceritakan kembali cerita fiksi setelah menonton video
animasi (posttest)
Gambar 17.8 Siswa menceritakan kembali cerita fiksi setelah menonton video
animasi (posttest)
121
Lampiran 18
Surat Pengantar Penelitian
122
Lampiran 19
Surat Permohonan Izin Penelitian
123
Lampiran 20
Surat Izin Penelitian Dinas Penanaman Modal Dan Pelayan Terpadu
124
Lampiram 21
Surat Izin Penelitian Kabupaten Soppeng
125
Lampiran 22
Kontrol Pelaksanaan Penelitian
126
Lampiran 23
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
127
Lampiran 24
Kartu Kontrol Bimbingan Skripsi
128
129
RIWAYAT HIDUP
RAHMAWATY RAHMAN, lahir di Soppeng pada
tanggal 15 Oktober 1997, anak sulung dari 3
bersaudara, dari pasangan Drs. Rahman. K dengan
Sudarma, S.Pd. Penulis pertama kali menempuh
pendidikan formal pada tahun 2003 di TK Satu Atap.
Pada tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan di SDN 52 Welonge. Pada tahun
2009 melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Marioriawa. Kemudian pada tahun
20013 melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Marioriawa dan tamat pada tahun
2016. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Makassar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) program Strata 1 (S1)