Upload
others
View
19
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL, AUDIT
INTERNAL, RISK BASED AUDIT, KOMITE AUDIT DAN
WHISTLEBLOWING SYSTEM TERHADAP PENCEGAHAN
KECURANGAN (FRAUD) SERTA IMPLIKASINYA PADA
KUALITAS LAPORAN KEUANGAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Kimia dan Farmasi yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2018)
Oleh:
MONIKA BUDIMAN
NIM: 1660030010
TESIS
Disampaikan kepada:
Program Studi Magister Akuntansi Sebagai Bagian Dari
Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Magister Akuntansi
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI Y.A.I
JAKARTA
2019
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Saya mahasiswi Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Y.A.I.
Nama : MONIKA BUDIMAN
NIM : 1660030010
Menyatakan bahwa Tesis yang saya tulis ini adalah hasil karya saya sendiri dan
belum pernah diajukan untuk memperoleh Gelar Kesarjanaan di Perguruan Tinggi
manapun, dan sepanjang pengetahuan saya dalam Tesis ini tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang
dirujuk dalam Tesis ini secara tertulis disebutkan dalam Daftar Pustaka.
Jakarta, 02 Januari 2019
MONIKA BUDIMAN
Meterai
Tanda
Tangan
iii
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI Y.A.I
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
Tanggal, 02 Januari 2019
Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Y.A.I
Menerima Tesis Yang Ditulis Oleh
MONIKA BUDIMAN
Dengan Judul:
“PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL, AUDIT INTERNAL, RISK
BASED AUDIT, KOMITE AUDIT DAN WHISTLEBLOWING SYSTEM
TERHADAP PENCEGAHAN KECURANGAN (FRAUD) SERTA
IMPLIKASINYA PADA LAPORAN KEUANGAN”
(Studi Empiris Pada Perusahaan Kimia dan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2018)
Sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar
(Magister Akuntansi M.Ak.)
Dr. Sudjono, M.Acc
Pembimbing I
Dr. Choirul Anwar, MBA.,MAFIS.,CPA
Pembimbing 2
Mengetahui,
(Hendri, SE., MBA, Ph.D)
Ketua Program Studi Magister Akuntansi
iv
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI Y.A.I
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
TANDA LULUS UJIAN TESIS
Tanggal, 25 Februari 2019
Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Y.A.I
Menerima Tesis Yang Ditulis Oleh
MONIKA BUDIMAN
Dengan Judul:
“PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL, AUDIT INTERNAL, RISK
BASED AUDIT, KOMITE AUDIT DAN WHISTLEBLOWING SYSTEM
TERHADAP PENCEGAHAN KECURANGAN (FRAUD) SERTA
IMPLIKASINYA PADA LAPORAN KEUANGAN”
(Studi Empiris Pada Perusahaan Kimia dan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2018)
Sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar
(Magister Akuntansi M.Ak.)
Dr. Wawan Subawan, MM
Ketua Penguji
Dr. Sudjono, M.Acc
Penguji 1
Dr. Choirul Anwar, MBA.,MAFIS.,CPA
Penguji 2
Mengetahui,
(Dr. Reschiwati, SE.,MM.,Ak.,CA)
Ketua STIE Y.A.I
v
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pengendalian
internal, audit internal, risk based audit, komite audit dan whistleblowing system
terhadap pencegahan kecurangan (fraud) serta implikasinya pada kualitas laporan
keuangan. Responden dalam penelitian ini adalah komite audit, auditor internal,
manajer, supervisor dan staf bidang akuntansi yang bekerja di perusahaan kimia
dan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah 12 perusahaan di sub sektor kimia
dan 10 perusahaan di sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2018. Sumber data yang digunakan adalah data primer dengan metode
pengumpulan data menggunakan kuesioner. Sampel yang diambil terdiri dari 7
perusahaan di sub sektor kimia dan 5 perusahaan di sub sektor farmasi dengan
jumlah 180 responden sesuai dengan jumlah sampel yang memenuhi kriteria
purposive sampling, diterima kembali dan dapat diolah sebanyak 154 kuesioner
(85,6%). Teknik analisis yang digunakan ialah Structural Equation Modeling
(SEM) dan diolah dengan alat bantu software Lisrel 8.8. Data yang dihasilkan
normal dan memenuhi uji kecocokan model (goodness of fit).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial pengendalian
internal, audit internal, risk based audit dan komite audit berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud), sedangkan whistleblowing
system secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
pencegahan kecurangan (fraud). Namun secara simultan, pengaruh langsung
pengendalian internal, audit internal, risk based audit, komite audit dan
whistleblowing system terhadap pencegahan kecurangan (fraud) memiliki
pengaruh positif dan signifikan. Kemudian hasil penelitian ini juga menunjukkan
secara parsial pengendalian internal, audit internal, whistleblowing system dan
pencegahan kecurangan (fraud) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan sedangkan risk based audit berpengaruh positif namun
tidak signifikan dan komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan. Namun secara simultan, pengaruh tidak
langsung pengendalian internal, audit internal, risk based audit, komite audit,
whistleblowing system terhadap kualitas laporan keuangan melalui pencegahan
kecurangan (fraud) memiliki pengaruh positif dan signifikan.
Kata Kunci: pengendalian internal, audit internal, risk based audit, komite
audit, whistleblowing system, pencegahan kecurangan (fraud),
kualitas laporan keuangan.
vi
ABSTRACT
The study aims to determine the influence of internal control, internal
audit, risk based audit, audit committee and whistleblowing system on the
prevention of fraud and its implications to the quality of financial reports.
Respondents in this study were the audit committee, internal auditors, managers,
supervisors and accounting staff working in chemical and pharmaceutical
companies listed on the Indonesia Stock Exchange.
The population in this study was 12 companies in the chemical sub-
sector and 10 companies in the pharmaceutical sub-sector listed on the Indonesia
Stock Exchange in 2018. The sources of data were primary data and the method
of collecting data using a questionnaire. The sample consisted of 7 companies in
the chemical sub-sector and 5 companies in the pharmaceutical sub-sector with a
total of 180 respondents according to the number of samples that met the criteria
of purposive sampling. The received back questionnaires and processed was 154
(85.6%). The analysis technique used was Structural Equation Modeling (SEM)
and processed with software tools Lisrel 8.8. Data generated is normal and
satisfies the model of goodness of fit.
The results of this study indicate that partially internal control, internal
audit, risk based audit and audit committee have a positive and significant effect
on fraud prevention, while the whistleblowing system partially has a negative and
insignificant effect on fraud prevention. But simultaneously, the direct influence of
internal control, internal audit, risk based audit, audit committee and
whistleblowing system on fraud prevention has a positive and significant effect.
Then the results of this study also show partially internal control, internal audit,
whistleblowing system and fraud prevention have a positive and significant effect
on the quality of financial reports while risk based auditing has a positive but not
significant effect and the audit committee has a negative and insignificant effect
on the quality of financial reports. But simultaneously, the indirect influence of
internal control, internal audit, risk based audit, audit committee, whistleblowing
system on the quality of financial reports through prevention of fraud has a
positive and significant effect.
Keywords: internal control, internal audit, risk based audit, audit committee,
whistleblowing system, fraud prevention, quality of financial
reports.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan tesis dengan judul Pengaruh Pengendalian Internal, Audit
Internal, Risk Based Audit, Komite Audit dan Whistleblowing System
terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud) serta Implikasinya pada Kualitas
Laporan Keuangan. Penyusunan tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar Magister Akuntansi pada program Strata-2 Jurusan Akuntansi
Keuangan, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Y.A.I Jakarta.
Dalam penyelesaian proposal tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan
terima kasih setulusnya kepada:
1. H. Julius Syukur sebagai Ketua Yayasan Administrasi Indonesia (YAI).
2. Dr. Reschiwati SE.,MM.,Ak.,CA. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Y.A.I
3. Hendri, SE., MBA, Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Y.A.I yang telah memberi motivasi dan
bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan studinya dengan baik.
4. Dr. Sudjono M.Acc selaku Dosen Pembimbing 1 yang bersedia meluangkan
waktu untuk memberikan arahan sehingga penulisan tesis ini dapat
diselesaikan dengan baik.
5. Dr. Choirul Anwar, MBA., MAFIS., CPA selaku Dosen Pembimbing 2 yang
telah memberikan banyak bantuan, motivasi bimbingan dan ilmu tambahan
dalam menyelesaikan penulisan tesis.
6. Dr. J. Sumarno, MM, Ak yang telah memberi arahan dan dukungan dalam
menyelesaikan penulisan tesis.
7. Drs. Soeprijadi, M.Ak yang telah memberikan arahan dalam mengolah data
penelitian.
viii
8. Segenap Dosen Program Studi Magister Akuntansi STIE Y.A.I atas segala
ilmu yang telah diajarkan dan para Staf Administrasi atas bantuannya dalam
melancarkan kegiatan penulis selama masa perkuliahan.
9. Orang tua dan sahabat-sahabat atas segala perhatian, semangat dan doa yang
telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini
serta teman-teman tercinta kelas magister akuntansi STIE Y.A.I, semua pihak
yang telah membantu penulis dalam penyusunan tesis ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Dengan keterbatasan pengalaman, ilmu maupun pustaka yang ditinjau,
penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh
sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar tesis ini lebih
sempurna serta sebagai masukan bagi penulis untuk penelitian dan penulisan
karya ilmiah di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap tesis ini memberikan manfaat bagi pembaca
terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, 02 Januari 2019
Penulis
(Monika Budiman)
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ............................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS ................................................................ iii
TANDA LULUS UJIAN TESIS ...................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................ v
ABSTRACT ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 9
C. Pembatasan Masalah .................................................................. 11
D. Rumusan Masalah ...................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 13
F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori ........................................................................... 16
1. Teori Dasar (Grand Theory) ................................................ 16
a. Teori Keagenan (Agency Theory) .................................. 16
b. Teori Kegunaan Informasi (Decision-Usefulness
Theory) ........................................................................... 18
x
2. Teori Operasional (Operasional Theory) ............................ 20
a. Pengendalian Internal ..................................................... 20
b. Audit Internal ................................................................. 27
c. Risk based Audit ............................................................. 35
d. Komite Audit .................................................................. 41
e. Whistleblowing system ................................................... 46
f. Pencegahan Kecurangan (fraud) .................................... 53
g. Kualitas Laporan Keuangan ........................................... 60
B. Penelitian Terdahulu .................................................................. 70
C. Hubungan Antar Variabel .......................................................... 75
1. Hubungan Pengendalian Internal dengan Pencegahan
Kecurangan (fraud) .............................................................. 75
2. Hubungan Audit Internal dengan Pencegahan Kecurangan
(fraud) .................................................................................. 76
3. Hubungan Risk based Audit dengan Pencegahan
Kecurangan (fraud) .............................................................. 77
4. Hubungan Komite Audit dengan Pencegahan Kecurangan
(fraud) .................................................................................. 78
5. Hubungan Whistleblowing system dengan Pencegahan
Kecurangan (fraud) .............................................................. 79
6. Hubungan Pengendalian Internal, Audit Internal, Risk
based Audit, Komite Audit, dan Whistleblowing system
dengan Pencegahan Kecurangan (fraud) ............................. 80
7. Hubungan Pengendalian Internal dengan Kualitas Laporan
Keuangan ............................................................................. 81
8. Hubungan Audit Internal dengan Kualitas Laporan
Keuangan ............................................................................. 82
9. Hubungan Risk based Audit dengan Kualitas Laporan
Keuangan ............................................................................. 83
10. Hubungan Komite Audit dengan Kualitas Laporan
Keuangan ............................................................................. 84
xi
11. Hubungan Whistleblowing system dengan Kualitas
Laporan Keuangan ............................................................... 85
12. Hubungan Pencegahan Kecurangan (fraud) dengan
Kualitas Laporan Keuangan ................................................. 85
13. Hubungan Pengendalian Internal, Audit Internal, Risk
based Audit, Komite Audit dan Whistleblowing system
dengan Kualitas Laporan Keuangan Melalui Pencegahan
Kecurangan (fraud) .............................................................. 86
D. Kerangka Pemikiran ................................................................... 87
E. Hipotesis Penelitian .................................................................... 88
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................... 90
B. Populasi dan Sampel .................................................................. 91
1. Populasi ................................................................................. 91
2. Sampel ................................................................................... 91
C. Operasionalisasi Variabel Penelitian.......................................... 94
1. Definisi Konseptual Variabel ................................................ 94
a. Variabel Eksogen (X)........................................................ 95
b. Variabel Intervening (Y) ................................................... 97
c. Variabel Endogen (Z) ........................................................ 97
2. Definisi Operasional Variabel ............................................... 98
a. Variabel Eksogen (X) ........................................................ 98
b. Variabel Intervening (Y) ................................................... 100
c. Variabel Endogen (Z) ........................................................ 100
3. Pengukuran Variabel ............................................................. 101
D. Jenis Data dan Sumber Data ...................................................... 106
1. Jenis Data ............................................................................... 106
2. Sumber Data .......................................................................... 106
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 107
F. Metode Analisis Data ................................................................. 108
xii
1. Statistik Deskriptif ................................................................. 109
2. Uji Kualitas Data ................................................................... 112
a. Uji Validitas ..................................................................... 112
b. Uji Reliabilitas ................................................................. 114
3. Uji Normalitas Data ............................................................... 115
4. Analisis Jalur (Path Analysis) ................................................ 117
5. Analisis SEM ......................................................................... 122
a. Model Pengukuran (Measurement Model)/CFA ............. 124
b. Model Struktural (Structural Model) ............................... 129
c. Langkah-langkah SEM .................................................... 132
6. Uji Hipotesis .......................................................................... 143
a. Uji Parsial (Uji-t) ............................................................ 143
b. Uji Simultan (Uji-F) ....................................................... 144
c. Koefisien Determinasi .................................................... 145
d. Analisis Variabel Mediator/Intervening ......................... 145
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Sampel Penelitian ...................................................... 150
B. Tingkat Pengembalian Kuesioner .............................................. 151
C. Karakteristik Profil Responden .................................................. 152
D. Analisis Data dan Hasil Penelitian ............................................. 154
1. Statistik Deskriptif ................................................................. 154
2. Uji Kualitas Data ................................................................... 157
a. Uji Validitas ...................................................................... 157
b. Uji Reliabilitas .................................................................. 161
3. Uji Normalitas Data ............................................................... 163
4. Analisis SEM ......................................................................... 165
a. Analisis Confirmatory Factor Analysis (CFA) ................. 165
1) CFA Variabel Pengendalian Internal (X1).................... 165
2) CFA Variabel Audit Internal (X2) ................................ 172
3) CFA Variabel Risk Based Audit (X3) ........................... 178
xiii
4) CFA Variabel Komite Audit (X4) ................................ 184
5) CFA Variabel Whistleblowing System (X5) ................. 190
6) CFA Variabel Pencegahan Kecurangan (Fraud) (Y) ... 195
7) CFA Variabel Kualitas laporan Keuangan (Z) ............. 201
b. Analisis SEM Full Model ................................................. 207
c. Pengujian Model Struktural .............................................. 216
5. Uji Hipotesis .......................................................................... 220
a. Uji Parsial (Uji-t) .............................................................. 220
b. Uji Simultan (Uji-F) .......................................................... 224
c. Koefisien Determinasi ...................................................... 226
d. Analisis Variabel Mediator .............................................. 227
E. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................... 232
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ................................................................................ 245
B. Keterbatasan ............................................................................... 251
C. Rekomendasi .............................................................................. 252
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 254
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 265
xiv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ............................................... 70
Tabel 3.1 Kriteria Purposive Sampling Perusahaan .................................. 93
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen .................................................................... 101
Tabel 3.3 Skala Likert 5 Point .................................................................. 108
Tabel 3.4 Loading Factor yang signifikan berdasarkan ukuran sampel ... 127
Tabel 3.5 Kriteria Kecocokan Keseluruhan Model ................................... 141
Tabel 4.1 Distribusi Kuesioner ................................................................. 150
Tabel 4.2 Rincian Jumlah Sampel dan Tingkat Pengembalian ................. 151
Tabel 4.3 Profil Responden ....................................................................... 152
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif .................................................................... 154
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Pengendalian Internal ................................. 157
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Audit Internal ............................................. 158
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Risk Based Audit ........................................ 158
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Komite Audit .............................................. 159
Tabel 4.9 Hasil Uji Whistleblowing System .............................................. 159
Tabel 4.10 Hasil Uji Pencegahan Kecurangan (Fraud) .............................. 160
Tabel 4.11 Hasil Uji Kualitas Laporan Keuangan ...................................... 161
Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas ................................................................. 162
Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Data Univariate Normality ..................... 163
Tabel 4.14 Uji Reliabilitas Pengendalian Internal-Indikator ke Dimensi ... 171
Tabel 4.15 Uji Reliabilitas Pengendalian Internal-Dimensi ke Variabel .... 172
Tabel 4.16 Uji Reliabilitas Audit Internal-Indikator ke Dimensi................ 177
Tabel 4.17 Uji Reliabilitas Audit Internal-Dimensi ke Variabel ................ 178
Tabel 4.18 Uji Reliabilitas Risk Based Audit-Indikator ke Dimensi .......... 183
Tabel 4.19 Uji Reliabilitas Risk Based Audit -Dimensi ke Variabel .......... 184
Tabel 4.20 Uji Reliabilitas Komite Audit-Indikator ke Dimensi ................ 189
Tabel 4.21 Uji Reliabilitas Komite Audit-Dimensi ke Variabel ................. 189
xv
Tabel 4.22 Uji Reliabilitas Whistleblowing System-Indikator ke Dimensi . 194
Tabel 4.23 Uji Reliabilitas Whistleblowing System -Dimensi ke Variabel . 195
Tabel 4.24 Uji Reliabilitas Pencegahan Kecurangan (Fraud)-Indikator ke
Dimensi ..................................................................................... 200
Tabel 4.25 Uji Reliabilitas Pencegahan Kecurangan (Fraud)-Dimensi ke
Variabel ..................................................................................... 201
Tabel 4.26 Uji Reliabilitas Kualitas Laporan Keuangan-Indikator ke
Dimensi ..................................................................................... 206
Tabel 4.27 Uji Reliabilitas Kualitas Laporan Keuangan-Dimensi ke
Variabel ..................................................................................... 206
Tabel 4.28 Uji Reliabilitas Full Model - Dimensi Ke Variabel .................. 215
Tabel 4.29 Goodness of Fit Indices Full Model .......................................... 217
Tabel 4.30 Hasil Uji-t .................................................................................. 221
Tabel 4.31 Hasil Uji-F ................................................................................. 225
xvi
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .................................................................. 87
Gambar 3.1 Diagram Alur Hubungan Kausal ............................................... 133
Gambar 3.2 Diagram Jalur Struktural ........................................................... 134
Gambar 3.3 Diagram Jalur Full Model ......................................................... 136
Gambar 3.4 Variabel Mediator Penuh/Full................................................... 146
Gambar 3.5 Variabel Mediator Sebagian/Partial ......................................... 146
Gambar 3.6 Analisis Pemeriksaan Variabel Mediator .................................. 148
Gambar 4.1 CFA Variabel Pengendalian Internal– Standardized Solution .. 166
Gambar 4.2 CFA Variabel Pengendalian Internal– T-Values ....................... 166
Gambar 4.3 CFA Variabel Audit Internal– Standardized Solution .............. 173
Gambar 4.4 CFA Variabel Audit Internal– T-Values ................................... 173
Gambar 4.5 CFA Variabel Risk Based Audit– Standardized Solution ......... 179
Gambar 4.6 CFA Variabel Risk Based Audit– T-Values .............................. 179
Gambar 4.7 CFA Variabel Komite Audit– Standardized Solution ............... 185
Gambar 4.8 CFA Variabel Komite Audit– T-Values .................................... 185
Gambar 4.9 CFA Variabel Whistleblowing System– Standardized Solution 190
Gambar 4.10 CFA Variabel Whistleblowing System – T-Values .................... 190
Gambar 4.11 CFA Variabel Pencegahan Kecurangan (Fraud)–Standardized
Solution ..................................................................................... 195
Gambar 4.12 CFA Variabel Pencegahan Kecurangan (Fraud)– T-Values ..... 196
Gambar 4.13 CFA Variabel Kualitas Laporan Keuangan– Standardized
Solution ..................................................................................... 201
Gambar 4.14 CFA Variabel Kualitas Laporan Keuangan– T-Values ............. 202
Gambar 4.15 Diagram Lintasan Basic (Hybrid) Full Model dalam
Standardized Solution ............................................................... 207
Gambar 4.16 Diagram Lintasan Basic (Hybrid) Full Model dalam T-Values 208
Gambar 4.17 Diagram Lintasan Struktural Full Model dalam Standardized
Solution ..................................................................................... 218
xvii
Gambar 4.18 Diagram Lintasan Struktural Full Model dalam T-Values ........ 218
Gambar 4.19 Diagram Jalur Pengaruh Langsung PI ke KLK dan Pengaruh
Tidak Langsung dengan Mediasi PKF ...................................... 227
Gambar 4.20 Diagram Jalur Pengaruh Langsung AI ke KLK dan Pengaruh
Tidak Langsung dengan Mediasi PKF ...................................... 228
Gambar 4.21 Diagram Jalur Pengaruh Langsung RBA ke KLK dan Pengaruh
Tidak Langsung dengan Mediasi PKF ...................................... 229
Gambar 4.22 Diagram Jalur Pengaruh Langsung KA ke KLK dan Pengaruh
Tidak Langsung dengan Mediasi PKF ...................................... 230
Gambar 4.23 Diagram Jalur Pengaruh Langsung WS ke KLK dan Pengaruh
Tidak Langsung dengan Mediasi PKF ...................................... 231
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1 Kuesioner ................................................................................. 265
Lampiran 2 Rekapitulasi Data Variabel Pengendalian Internal ................. 272
Lampiran 3 Rekapitulasi Data Variabel Audit Internal .............................. 276
Lampiran 4 Rekapitulasi Data Variabel Risk Based Audit ......................... 280
Lampiran 5 Rekapitulasi Data Variabel Komite Audit .............................. 284
Lampiran 6 Rekapitulasi Data Variabel Whistleblowing System ............... 288
Lampiran 7 Rekapitulasi Data Variabel Pencegahan Kecurangan (Fraud) 292
Lampiran 8 Rekapitulasi Data Variabel Kualitas Laporan Keuangan ........ 296
Lampiran 9 Rekapitulasi Data Responden ................................................. 300
Lampiran 10 Output SPSS 23.0 .................................................................... 304
Lampiran 11 Output Lisrel 8.8 ..................................................................... 308
Lampiran 12 Tabel r (Pearson Product Moment) ........................................ 373
Lampiran 13 Tabel t ...................................................................................... 374
Lampiran 14 Tabel F .................................................................................... 375
Lampiran 15 Surat Penunjukan Pembimbing Tesis ..................................... 376
Lampiran 16 Kartu Bimbingan Tesis I ........................................................ 377
Lampiran 17 Kartu Bimbingan Tesis II ....................................................... 378
Lampiran 18 Surat Permohonan Izin Penelitian I ....................................... 379
Lampiran 19 Surat Permohonan Izin Penelitian II ...................................... 380
Lampiran 20 Daftar Riwayat Hidup ............................................................. 381
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan suatu laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas perusahaan yang
berguna dalam pengambilan keputusan (IAI 2012). Kualitas suatu laporan
keuangan sebuah perusahaan dinilai dari seberapa besar informasi yang
disajikan tersebut dapat bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan dan
sistematika penyusunan laporan keuangan berdasarkan kerangka konseptual
serta prinsip-prinsip dasar akuntansi. Kualitas laporan keuangan
dikategorikan memenuhi standar apabila informasi yang disajikan
didalamnya sesuai dengan kebutuhan pemakainya dalam pengambilan
keputusan, dapat dipahami, bebas dari kesalahan material dan pengertian
yang menyesatkan, serta dapat dibandingkan dengan periode-periode
sebelumnya (Kartadinata, 2016).
Semakin tinggi kualitas laporan keuangan, maka informasi perusahaan
semakin yang dihasilkan semakin baik. Mengingat peran manajemen dalam
hal pengambilan keputusan berdasarkan laporan keuangan perusahaan adalah
hal yang sangat penting, maka kondisi ini dapat membantu pengambilan
keputusan oleh manajemen perusahaan menjadi lebih efsien karena semakin
kecil asimetri informasi yang terjadi. Namun sekarang tidak sedikit pula
2
laporan keuangan yang dimanipulasi untuk mendapatkan berbagai
keuntungan dan merugikan pihak lain sehingga tidak lagi mencerminkan
hasil yang sebenarnya. Fenomena ini adalah bentuk kejahatan ekonomi yang
menyebabkan menurunnya kualitas laporan keuangan itu sendiri.
Dapat dilihat bahwa perkembangan akuntansi di era globalisasi
membawa manfaat yang banyak bagi masyarakat baik secara material
maupun non-material. Banyaknya perusahaan dalam industri manufaktur di
berbagai sektor telah memberikan kontribusi yang besar bagi negara. Data
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa sektor industri tetap
memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
nasional dengan pencapaian 20,16% pada tahun 2017. Industri pengolahan
nonmigas tumbuh sebesar 5,14% pada kuartal IV tahun 2017, lebih tingi
dibanding periode yang sama tahun 2016 yang mencapai sekitar 3,91%. Hal
ini membuktikan bahwa industri masih menjadi kontributor terbesar PDB
nasional (Kontan.co.id 07/02/18).
Namun di sisi lain, gambaran tersebut telah mengakibatkan persaingan
usaha yang semakin ketat yakni dengan mencari keuntungan semaksimal
mungkin dengan pengorbanan seminimal mungkin. Pada akhirnya persaingan
seperti ini telah mengakibatkan persaingan bisnis ke arah yang tidak sehat
atau curang. Tidak menutup kemungkinan bahwa kondisi ini menyebabkan
terjadinya penyimpangan serta pelanggaran yang menimbulkan konsekuensi
besar dan dapat merugikan banyak pihak. Pelanggaran yang paling sering
3
terjadi seperti korupsi, penyalahgunaan aset dan manipulasi laporan keuangan
yang sulit di deteksi oleh internal control perusahaan. (Sastiana, 2016).
Skandal kecurangan dalam pelaporan keuangan yang paling terkenal
yaitu Enron, Worldcom dan Xerox. Enron mencatat keuntungan 600 juta
Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Skandal ini juga turut
melibatkan KAP Arthur Andersen yang menjadi auditor eksternal Enron.
Kasus ini menyebabkan turunnya kepercayaan investor terhadap keandalan
dari laporan keuangan dan mengakibatkan 4.000 pegawai Enron kehilangan
pekerjaan mereka saat itu. Adapun di Indonesia, skandal kecurangan terbesar
yang dilakukan oleh PT Kimia Farma Tbk, juga melakukan manipulasi laba
bersih dalam laporan keuangannya tahun 2001. Dalam laporan keuangan
tersebut ditemukan adanya salah saji (overstatement) pada laporan laba rugi
sebesar Rp 32,7 milyar yang merupakan 2,3% dari penjualan dan 24,7% dari
laba bersih.
Tindak kecurangan (fraud) adalah suatu bentuk salah saji yang bersifat
material yang mengabaikan prinsip-prinsip kebenaran, mengambil
keuntungan sendiri dengan menipu pihak lain sehingga pihak lain tersebut
dirugikan (Holmes et al dalam Nurharyanto 2011:110). Kecurangan tidak
dapat dianggap remeh karena dapat menimbulkan masalah serius seperti
upaya menyembunyikan, memalsukan, memanipulasi dan menyesatkan untuk
mengambil keuntungan tidak sah (Abdullahi dan Mansor, 2015). Dengan
pandangan yang sama, Wells (2007) dalam Sastiana (2016) menyebutkan
bahwa kecurangan akuntansi (fraud) mengacu kepada kesalahan akuntansi
4
yang dilakukan dengan unsur kesengajaan untuk menyesatkan dan menipu
pengguna laporan keuangan.
Salah satu faktor pencegahan kecurangan ialah pengendalian internal.
Suginam (2017) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengendalian
internal memiliki peran yang sangat besar di dalam organisasi untuk
mengontrol dan menilai aktivitas perusahaan melalui lingkungan
pengendalian yang mencakup integritas dan etika, filosofi dan gaya
manajemen. Pengendalian internal juga terdiri dari penilaian risiko, aktivitas
pengendalian, informasi dan komunikasi serta aktivitas pemantauan.
Pengendalian internal dirancang dan diterapkan untuk menangani risiko
kecurangan dalam perusahaan yang diidentifikasi dapat mengancam
pencapaian tujuan entitas dalam hal pelaporan keuangan yang andal
(Tuanakotta, 2013). Untuk itu pengertian pengendalian ialah untuk
memberikan solusi untuk mencegah kemungkinan terjadinya risiko sehingga
dapat dideteksi secara dini. Pramudityo (2017) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa pengendalian internal memiliki pengaruh positif
terhadap kualitas laporan keuangan, namun sebaliknya Widyaningtias (2014)
menyatakan bahwa pengendalian internal berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.
Untuk mendukung pengendalian internal perlu dibentuk suatu
departemen pemeriksaan dan pengawasan yaitu audit internal. Seperti yang
diketahui bahwa audit internal memiliki independensi yang bebas terhadap
semua aktivitas audit, jujur dan objektif serta memiliki keahlian profesional
5
yang dipercayakan dapat mencegah terjadinya kecurangan. Audit internal
juga memiliki lingkup kerja pemeriksaan dan pelaksanaan pekerjaan yang
meliputi perencanaan, pengidentifikasian serta evaluasi informasi. Audit
internal menelaah apakah kontrol internal dalam suatu manajemen berjalan
dengan baik dan efisien, mampu menunjukkan keakuratan dan ketepatan dari
sebuah laporan keuangan dan dapat menjelaskan posisi keuangan. Hasil
pemeriksaan audit internal diharapkan dapat memberikan informasi yang
tepat dan objektif untuk membantu pengambilan keputusan serta dapat
meminimalkan kerugian dalam perusahaan.
Hasil penelitian Maliawan, Sujana, dan Diatmika (2017) menunjukkan
bahwa audit internal berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan (fraud).
Tidak hanya berdampak pada upaya pencegahan fraud, audit internal juga
berdampak positif pada pelaporan keuangan. Hal ini seperti yang dinyatakan
oleh Pramudityo (2017) dalam penelitiannya yang menemukan adanya
pengaruh peran audit internal terhadap kualitas laporan keuangan. Namun
hasil penelitian berbeda dipaparkan oleh Widyaningtias (2014) yaitu audit
internal tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.
Sejalan dengan perkembangan bisnis sekarang ini telah mampu
membawa perubahan paradigma penerapan audit dari pendekatan
pengendalian ke pendekatan audit berbasis risiko (Risk based Audit). Risk
based Audit (RBA) adalah metode audit internal untuk memberi keyakinan
bahwa risiko pada sebuah organisasi dikelola sesuai dengan batasan risiko
(Risk Appetite) yang ditetapkan . Rangkaian kerja dari Risk based Audit
6
(RBA) meliputi planning, execution audit plan, reporting, review and
monitoring. Dalam konsep audit berbasis risiko, risiko yang semakin besar
memerlukan perhatian lebih, hal ini dapat menekan penyimpangan apabila
perusahaan menerapkan pendekatan audit berdasarkan risiko dengan baik.
Dengan demikian dapat diyakini bahwa aktivitas manajemen risiko
perusahaan telah berjalan secara efektif dan efisien (Kumalasari, 2016).
Berdasarkan penelitian Rozali dan Mohammad (2015), diperoleh hasil bahwa
semakin meningkatnya pelaksanaan risk based audit maka akan menaikkan
tingkat pencegahan fraud.
Seperti yang kita ketahui bahwa di dalam sebuah entitas, ada komite
audit yang dibentuk Dewan komisaris yang bertugas membantu menjalankan
fungsi pengendalian dan pengawasan. Komite Audit bertanggung jawab
memberikan pendapat profesional atas informasi perusahaan serta kegiatan
eksternal dan internal perusahaan. Berbagai bentuk kecurangan membuat
masyarakat mempertanyakan keberadaan komite audit sebagai puncak
pengendali internal perusahaan. Komite audit merupakan salah satu unsur
kelembagaan dalam tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance)
yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas pengendalian internal, serta
mampu mengoptimalkan mekanisme checks and balances, dengan tujuan
memberikan perlindungan maksimal kepada shareholder maupun stakeholder
(IKAI, 2010). Gusnardi (2011) dalam penelitiannya mengatakan bahwa
komite audit dapat mencegah terjadinya kecurangan (fraud). Selain itu,
komite audit juga berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. Hal ini
7
seperti yang diutarakan Wulansari (2016) dalam risetnya. Namun terdapat
perbedaan dengan hasil penelitian Nugrahani (2015) yang mengatakan bahwa
komite audit tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.
Faktor pencegahan fraud selanjutnya yaitu whistleblowing system.
Organisasi menyadari pentingnya keberadaan whistleblowing dalam
mengungkapkan kecurangan atau pelanggaran setelah melihat banyak bukti di
awal dekade abad kedua puluh satu (Dyck et al., 2010) dalam Wulandari
(2017). Seperti contoh keruntuhan Enron dan Arthur Andersen merupakan
suatu fenomena yang terkuak berkat adanya perilaku whistleblowing. Dengan
adanya whistleblowing system, maka tersedia mekanisme untuk
menyampaikan informasi penting/kritis serta tindak pendeteksian dini.
Whistleblowing system juga dapat memberi masukan kepada entitas atau
organisasi untuk fokus ke area kritikal dan kelemahan pengendalian internal
kemudian merancang tindakan perbaikan. Perlunya pemahaman atas faktor-
faktor yang melandasi niat untuk melaporkan kecurangan (whistleblowing)
mengingat pentingnya peran whistleblowing dalam mengungkapkan
kecurangan dan berbagai pelanggaran. Dalam penelitian Suastawan, Sudjana
dan Sulindawati (2017) dikatakan bahwa whistleblowing berpengaruh
terhadap pencegahan kecurangan (fraud) namun berbeda dengan penelitian
Cahyo dan Sulhani (2017) yang mengatakan bahwa whistleblowing tidak
memiliki pengaruh terhadap pencegahan kecurangan (fraud).
Dengan memperhatikan kasus-kasus yang terjadi diatas, dan
mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencegahan
8
tindakan kecurangan atau fraud dengan berbagai hasil yang berbeda-beda dari
penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk menguji kembali
pengaruh pengendalian internal, audit internal dan komite audit terhadap
pencegahan fraud. Tentunya penelitian ini telah banyak dilakukan oleh
peneliti sebelumnya dengan batasan dan kombinasi variabel yang berbeda
pula. Oleh karena itu penelitian ini dimodifikasi dengan menambahkan
variabel lain seperti risk based audit yang berhubungan erat dengan auditor
internal. Mengingat belum semua auditor internal di perusahaan yang
menggunakan risk based audit, maka peneliti menambahkan risk based audit
sebagai variabel lain yang berbeda dengan audit internal dan diyakini dapat
memberikan pengaruh terhadap pencegahan fraud serta berimplikasi pada
kualitas laporan keuangan. Tidak hanya itu, peneliti juga menambahkan
whistleblowing system sebagai variabel bebas yang diyakini memiliki
pengaruh terhadap pencegahan kecurangan. Dan yang membedakan dari
penelitian-penelitian sebelumnya yakni variabel yang diujikan ini tidak hanya
sampai pada pencegahan kecurangan (fraud) tetapi juga berimplikasi pada
kualitas laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas, maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh
Pengendalian Internal, Audit Internal, Risk based Audit, Komite Audit
dan Whistleblowing system Terhadap Pencegahan Kecurangan (fraud)
Serta Implikasinya Pada Kualitas Laporan Keuangan (Studi Empiris
Pada Perusahaan Kimia dan Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2018).”
9
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka identifikasi
permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Banyak laporan keuangan yang dimanipulasi sehingga tidak lagi
mencerminkan hasil yang sebenarnya.
2. Manipulasi laporan keuangan sebagai bentuk kejahatan ekonomi
menyebabkan menurunnya kualitas laporan keuangan.
3. Semakin ketatnya persaingan usaha di sektor industri pada akhirnya
mengakibatkan persaingan bisnis ke arah yang tidak sehat atau curang.
4. Persaingan yang tidak sehat/curang yaitu dengan mencari keuntungan
yang semaksimal mungkin dengan pengorbanan seminimal mungkin.
5. Banyaknya penyimpangan serta pelanggaran yang menimbulkan
konsekuensi besar dan dapat merugikan banyak pihak.
6. Fraud begitu kompleks, yakni seperti korupsi, penyalahgunaan aset dan
manipulasi laporan keuangan yang sulit di deteksi.
7. Skandal kecurangan pelaporan keuangan mengakibatkan turunnya
kepercayaan investor terhadap keandalan laporan keuangan.
8. Fraud menimbulkan masalah serius karena telah merugikan pihak lain
dengan mengambil keuntungan tidak sah.
9. Maraknya praktik kecurangan dalam pelaporan keuangan telah
menurunkan kualitas laporan keuangan perusahaan.
10. Berbagai pelanggaran dan kecurangan dalam pelaporan keuangan
disebabkan lemahnya pengawasan dan pengendalian internal.
10
11. Pengendalian internal masih kurang efektif untuk menangkal ancaman
atau kemungkinan terjadinya risiko.
12. Masih sedikit penerapan perubahan paradigma pelaksanaan audit dari
pendekatan pengendalian ke pendekatan audit berbasis risiko.
13. Dunia mempertanyakan keberadaan peran komite audit sebagai puncak
pengendali internal perusahaan.
14. Kurangnya pemahaman atas faktor-faktor yang melandasi niat untuk
menjadi whistleblower.
15. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya penipuan dan kecurangan di
dalam penyusunan laporan keuangan.
16. Kasus penipuan yang terjadi sebagian besar ialah di perusahaan-
perusahaan besar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
17. Penipuan terjadi pada berbagai perusahaan dengan frekuensi yang
terbilang sering.
18. Masih banyak penelitian yang bias mengenai pengaruh sebab akibat antara
faktor-faktor pencegahan kecurangan dengan tindak pencegahan
kecurangan itu sendiri.
11
C. Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya perkembangan yang dapat dibahas dalam
permasalahan ini, maka peneliti membatasi pembahasan sebagai berikut:
1. Penelitian variabel independen dilakukan terhadap 5 variabel, yaitu
pengendalian internal, audit internal, risk based audit, komite audit dan
whistleblowing system terhadap pencegahan kecurangan (fraud) serta
implikasinya pada kualitas laporan keuangan.
2. Perusahaan yang diambil sebagai sampel adalah perusahaan kimia dan
farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2018.
3. Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
penelitian kausal asosiatif yaitu untuk mengetahui pengaruh sebab akibat
antara variabel bebas (independent variable) dengan variabel terikat
(dependent variable) baik secara langsung maupun melalui variabel
intervening (intervening variable).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah yang diteliti dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pengendalian internal berpengaruh terhadap pencegahan
kecurangan (fraud)?
2. Apakah audit internal berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan
(fraud)?
12
3. Apakah risk based audit berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan
(fraud)?
4. Apakah komite audit berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan
(fraud)?
5. Apakah whistleblowing system berpengaruh terhadap pencegahan
kecurangan (fraud)?
6. Apakah pengendalian internal, audit internal, risk based audit, komite
audit dan whistleblowing system memiliki pengaruh secara bersama-sama
terhadap pencegahan kecurangan (fraud)?
7. Apakah pengendalian internal berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan?
8. Apakah audit internal berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan?
9. Apakah risk based audit berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan?
10. Apakah komite audit berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan?
11. Apakah whistleblowing system berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan?
12. Apakah pencegahan kecurangan (fraud) berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan?
13. Apakah pengendalian internal, audit internal, risk based audit, komite
audit dan whistleblowing system memiliki pengaruh secara bersama-sama
terhadap kualitas laporan keuangan melalui pencegahan kecurangan
(fraud)?
13
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh pengendalian internal
terhadap pencegahan kecurangan (fraud).
2. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh audit internal terhadap
pencegahan kecurangan (fraud).
3. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh risk based audit terhadap
pencegahan kecurangan (fraud).
4. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh komite audit terhadap
pencegahan kecurangan (fraud).
5. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh whistleblowing system
terhadap pencegahan kecurangan (fraud).
6. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh pengendalian internal, audit
internal, risk based audit, komite audit dan whistleblowing system secara
bersama-sama terhadap pencegahan kecurangan (fraud).
7. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh pengendalian internal
terhadap kualitas laporan keuangan.
8. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh audit internal terhadap
kualitas laporan keuangan.
9. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh risk based audit terhadap
kualitas laporan keuangan.
14
10. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh komite audit terhadap
kualitas laporan keuangan.
11. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh whistleblowing system
terhadap kualitas laporan keuangan.
12. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh pencegahan kecurangan
(fraud) terhadap kualitas laporan keuangan.
13. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh pengendalian internal, audit
internal, risk based audit, komite audit dan whistleblowing system secara
bersama-sama terhadap kualitas laporan keuangan melalui pencegahan
kecurangan (fraud).
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu:
1. Manfaat Teoritis (Keilmuan)
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi ilmu pengetahuan
terutama yang berhubungan dengan disiplin ilmu ekonomi, khususnya
ilmu akuntansi dan pengauditan serta studi aplikasi dengan pengaruh
pengendalian internal, audit internal, risk based audit, komite audit dan
whistleblowing system serta implikasinya pada kualitas laporan keuangan
dengan teori-teori serta literatur-literatur lainnya dalam keadaan
sesungguhnya yang ada di perusahaan.
15
2. Manfaat Praktis
a. Bagi perusahaan: penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi
bagi manajemen tentang pentingnya penerapan pengendalian internal,
peran audit internal, risk based audit, komite audit serta whistleblowing
system dalam mencegah kecurangan (fraud) serta implikasinya terhadap
kualitas laporan keuangan untuk dijadikan bahan masukan dalam
pengambilan keputusan, penyusunan perencanaan dan kebijakan, serta
pengendalian yang lebih efektif.
b. Bagi akademisi: hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
mengembangkan penelitian dalam bidang akuntansi dan auditing,
khususnya meningkatkan pemahaman mengenai pengendalian internal,
audit internal, risk based audit, komite audit, whistleblowing system,
pencegahan kecurangan (fraud) dan kualitas laporan keuangan, serta
sebagai pendukung penelitian-penelitian selanjutnya.
c. Bagi pembaca: hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
sumbangan pemikiran, khususnya dalam bidang akuntansi dan auditing
serta membantu meningkatkan kepercayaan pembaca kepada keandalan
dan kualitas laporan keuangan yang dihasilkan suatu perusahaan.
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
1. Teori Dasar (Grand Theory)
a. Teori Keagenan (Agency Theory)
Prinsip utama teori keagenan ialah hubungan kerja antara dua pihak
yaitu pihak yang memberikan wewenang yang disebut prinsipal dengan
pihak yang menerima wewenang yang disebut agensi dalam suatu bentuk
kerja sama yang dikenal dengan sebutan “nexus of contract”. Teori
keagenan dapat diartikan adanya suatu hubungan diantara dua pihak yaitu
principal dan agent yang diperintah untuk suatu pekerjaan atau jasa
dalam suatu kontrak yang mengatasnamakan prinsipal dan memberikan
kebebasan penuh untuk agen dalam menentukan kebijakan yang
bermanfaat bagi prinsipal. Prinsipal adalah pihak yang memberikan
kontrak kepada agen untuk bekerja sesuai dengan kepentingannya (Jensen
dan Meckling, 1976 dalam Mulinda, 2017).
Umumnya prinsipal memiliki tujuan yang berbeda dengan agen.
Prinsipal menginginkan pengembalian (return) yang tinggi atas
investasinya, sedangkan agen menginginkan kompensasi yang besar atas
hasil kerjanya. Adanya keinginan kompensasi yang tinggi dapat
menyebabkan agen melakukan moral hazard. Perbedaan tujuan inilah
yang menyebabkan terjadinya conflict of interest di antara pihak agen dan
17
prinsipal sehingga mendorong terjadinya asimetri informasi di antara
kedua belah pihak. Tidak hanya itu, para agen memiliki informasi lebih
banyak tentang operasional dan kinerja perusahaan dibandingkan para
prinsipal. Hal ini yang menimbulkan kesempatan (opportunity) agen
untuk melakukan manipulasi.
Teori agensi memuat tiga asumsi sifat manusia yaitu mementingkan
diri sendiri, memiliki daya pikir terbatas tentang masa mendatang dan
selalu menghindari risiko. Ketiga sifat manusia tersebut menyebabkan
informasi yang dihasilkan tidak dapat dijamin reliabilitasnya dan
penyampaian informasi biasanya diterima tidak sesuai dengan kondisi
yang sebenarnya atau disebut sebagai informasi asimetris (Eisenhardt,
1989 dalam Suginam, 2017). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia,
manusia juga dikenal dengan sifat oportunistik misalnya manajer akan
lebih mendahulukan kepentingan pribadinya dibandingkan dengan
kepentingan pemilik. Agen sendiri akan berusaha mencari keuntungannya
seperti insentif atau bonus dari perusahaan dengan berbagai cara
termasuk memanipulasi data di laporan keuangan. Praktik-praktik
kecurangan pelaporan keuangan demikian akan menimbulkan konflik
antara principal dan agent.
18
b. Teori Kegunaan Informasi (Decision-Usefulness Theory)
Teori ini berhubungan dengan variabel dependen yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu kualitas laporan keuangan. Semakin baik
kualitas suatu laporan keuangan maka informasi yang dihasilkan juga
semakin relevan dan reliabel sehingga dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan oleh manajemen. Adapun paradigma kegunaan
keputusan (decision usefulness) pertama kali digunakan oleh Chambers.
Ia mengemukakan bahwa sebaiknya terdapat sistem yang
menyediakan informasi untuk pembuatan keputusan. Sistem penyajian
informasi secara formal akan menyesuaikan dua konsep umum. Pertama,
system seharusnya konsisten secara logika dan tidak ada aturan yang
dapat bertentangan dengan aturan lainnya. Kedua, oleh pemakai laporan
akuntansi sendiri, adanya kerelevanan antara informasi yang dihasilkan
dengan berbagai keputusan yang dibuat dan diharapkan dapat digunakan
(Belkoui, 2001).
Teori kegunaan keputusan informasi akuntansi menjadi referensi bagi
penyusunan kerangka konseptual FASB (Financial Accounting Standard
Boards) yakni SFAC (Statement of Financial Accounting Concepts)
yang berlaku di Amerika Serikat (Staubus, 2002 dalam Sukmaningrum,
2012). Ia juga mengatakan teori ini pada tahap awal disebut sebagai a
theory of accounting to investors. Fungsi informasi akuntansi yang
tercermin dalam laporan keuangan terdiri atas komponen-komponen yang
perlu dipertimbangkan oleh para penyaji informasi sebelum digunakan
19
untuk memenuhi kebutuhan pengambil keputusan yang akan
menggunakannya.
Qualitative Characteristics of Accounting Information dalam SFAC
No. 2 mencakup kualitas primer, kandungannya dan kualitas sekunder.
Kualitas primer dari informasi yang berguna dalam pengambilan
keputusan ekonomi adalah nilai relevan (relevance) dan reliabilitas
(reliability). Nilai relevan berarti adanya kapasitas informasi untuk
membuat perbedaan dalam pengambilan keputusan. Sedangkan
reliabilitas meyakinkan informasi tersebut mewakili apa yang disajikan
serta bebas dari kesalahan dan bias. Kandungan kualitas primer meliputi
komponen-komponen kandungan nilai relevan, yaitu nilai umpan balik
(feed-back value), nilai prediktif (predictivevalue) dan tepat waktu
(timeliness), kemudian komponen-komponen kandungan reliabilitas,
yaitu netralitas (neutrality), dapat diperiksa (verifiability) dan
penggambaran yang senyatanya (representational faithfullness).
Selanjutnya yang dimaksud kualitas sekunder yaitu menjadi penghubung
antara kualitas primer, yaitu taat asas (consistency) dan komparabilitas
(comparability).
20
2. Teori Operasional (Operasional Theory)
a. Pengendalian Internal
Samuel Johnson dalam Tunggal (2013) mengemukakan pengertian
awal pengendalian internal ialah sebagai “daftar atau akun yang dipegang
oleh seorang karyawan/pegawai, yang masing-masing dapat diperiksa
oleh karyawan/pegawai lain.” Istilah sebelumnya yang digunakan adalah
sistem pengendalian internal, sistem pengawasan internal dan struktur
pengendalian internal. Mulai tahun 2001 istilah resmi yang digunakan
IAI adalah pengendalian internal (Sukrisno Agoes, 2012:100).
The Commitee of Sponsoring Organizations of The Treadway
Commission (COSO) dalam Executive Summary (2013:3)
mendefinisikan pengendalian internal sebagai berikut:
“Internal control is a process, effected by an entity’s board of
directors, management, and other personnel, designed to providen
reasonable assurance regarding the achievement of objectives relating to
operations, reporting, and compliance.”
Berdasarkan rumusan COSO tersebut, bahwa definisi pengendalian
internal adalah proses, yang dilakukan oleh dewan direksi, manajemen,
dan personil lainnya dari entitas/perusahaan yang dirancang untuk
memberikan jaminan yang wajar dan keyakinan memadai mengenai
pencapaian tujuan operasi, pelaporan, dan kepatuhan.
COSO (2013:3) dalam framework terbarunya menyatakan mengenai
tujuan pengendalian yang mencakup tujuan operasi, tujuan pelaporan dan
tujuan ketaatan. Tujuan operasi berhubungan dengan efektivitas dan
efisiensi operasi entitas, mencakup tujuan kinerja operasional dan
21
keuangan, serta untuk menjaga harta perusahaan. Tujuan pelaporan
berhubungan dengan dengan pelaporan keuangan dan non-keuangan
internal dan eksternal dan dapat meliputi keandalan, ketepatan waktu,
transparansi, atau ketentuan lainnya sebagaimana ditetapkan oleh
regulator, pembuat standar yang diakui, atau kebijakan entitas.
Sementara itu, tujuan ketaataan berhubungan dengan ketaatan terhadap
hukum dan peraturan yang menjadi subjek organisasi.
Menurut COSO (2013:4) komponen pengendalian internal dalam
Internal Control-Integrated Framework antara lain sebagai berikut:
1) Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian adalah seperangkat standar, proses, dan
struktur yang memberikan landasan atau pedoman pelaksanaan
pengendalian internal di seluruh organisasi. Lingkungan pengendalian
terdiri dari nilai-nilai integritas dan etika organisasi, parameter yang
memungkinkan dewan direksi untuk melaksanakan tanggung jawab
pengawasan dan ketelitian dalam ukuran kinerja, insentif/bonus, dan
penghargaan untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja.
Selanjutnya, COSO (2013:7) menyatakan, bahwa terdapat 5 (lima)
prinsip untuk mendukung lingkungan pengendalian, yaitu (a) dewan
direksi, manajemen, dan personil lainnya dari entitas menunjukkan
komitmen terhadap integritas dan nilai-nilai etika; (b) dewan direksi
menunjukkan independensi dalam pengawasan kinerja pengendalian;
(c) penetapan struktur, jalur pelaporan, wewenang dan tanggung
22
jawab oleh manajemen dengan pengawasan dewan direksi; (d) adanya
komitmen pengembangan individu yang kompeten; (e)
pertanggungjawaban setiap individu atas tugas dan tanggung jawab
pengendalian internal.
2) Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Penilaian risiko merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
manajemen dalam mengidentifikasi, menganalisis atau
memperkirakan suatu risiko dari situasi yang bisa didefinisikan
dengan jelas ataupun potensi dari suatu ancaman. Risiko dapat berasal
dari dalam (aktivitas tertentu seperti karyawan tidak terlatih, kurang
cakap, atau perubahan dalam tanggung jawab manajemen sehingga
tidak efektifnya dewan direksi dan tim audit) atau risiko dari luar
perusahaan (tantangan dari pesaing, kemajuan teknologi, perubahan
kondisi ekonomi, peraturan pemerintah, dan bencana alam).
Adapun menurut COSO (2013:4) disebutkan bahwa pengertian
penilaian risiko (risk assessment) ialah kemungkinan bahwa suatu
peristiwa/kejadian akan terjadi dan mempengaruhi pencapaian tujuan
secara negatif. Penilaian risiko merupakan proses berulang dan secara
dinamis menilai dan menelaah risiko dalam pencapaian tujuan. Risiko
dianggap relatif sama terhadap toleransi risiko yang ditetapkan untuk
mencapai tujuan di seluruh organisasi. Sehingga dapat dikatakan
bahwa penilaian risiko menjadi landasan atau pedoman untuk
menetapkan cara pengelolaan risiko.
23
Selanjutnya, COSO (2013:7) menjelaskan mengenai prinsip-
penilaian risiko yaitu (a) penetapan tujuan untuk memungkinkan
pengidentifikasian dan penilaian risiko; (b) pengidentifikasian dan
analisis risiko sebagai pedoman pengelolaan risiko; (c) pertimbangan
kemungkinan adanya penipuan dalam menilai risiko; (d) penilaian
perubahan yang signifikan dalam pengendalian internal.
3) Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
COSO (2013:5) menjelaskan mengenai kegiatan pengendalian
melalui kebijakan, standar dan prosedur yang membantu memastikan
bahwa pencapaian tujuan telah dilakukan sesuai arahan manajemen
untuk mengidentifikasi risiko. Kegiatan pengendalian dilakukan di
semua tingkat organisasi, di berbagai tahap dalam proses bisnis serta
di lingkungan teknologi.
COSO (2013:7) mengemukakan prinsip-prinsip dalam organisasi
dalam aktivitas pengendalian, yaitu sebagai berikut (a)
pengembangan aktivitas pengendalian untuk memitigasi risiko
pencapaian sasaran pada tahap yang dapat diterima; (b)
pengembangan aktivitas pengendalian umum atas teknologi; (c)
penerapan aktivitas pengendalian melalui standar kebijakan sesuai
yang diharapkan dan penerapan prosedur-prosedur ke dalam tindakan.
4) Informasi dan komunikasi (Information and Communication)
Informasi dibutuhkan oleh seluruh tingkatan manajemen untuk
pengambilan keputusan dan memastikan ketaatan terhadap kebijakan
24
yang telah ditentukan. Infomasi yang berkualitas diidentifikasi,
diterima, diproses dan dilaporkan oleh sistem informasi. Komunikasi
menjadi sarana penyampaian pesan bahwa karyawan harus ikut
ambil bagian dalam pengendalian internal. Komunikasi mencakup
sistem informasi dan juga dalam bentuk tindakan manajemen.
Menurut COSO (2013:5) informasi dibutuhkan bagi organisasi
dalam pelaksanaan tanggung jawab pengendalian dan mendukung
pencapaian tujuannya. Manajemen menghasilkan informasi yang
relevan dan berkualitas baik dari sumber internal maupun eksternal
untuk mendukung fungsi komponen lain dari kontrol internal.
Komunikasi merupakan proses terus menerus, berulang untuk
menyediakan, berbagi dan memperoleh informasi yang dibutuhkan.
COSO (2013:7) juga menegaskan prinsip-prinsip komponen
informasi dan komunikasi dalam organisasi yaitu (a) penggunaan
informasi yang berkualitas dan yang relevan untuk mendukung fungsi
pengendalian; (b) mengkomunikasikan informasi, tujuan dan
tanggung jawab untuk pengendalian internal; (c) adanya komunikasi
dengan pihak eksternal tentang hal-hal yang berpengaruh pada fungsi
internal control.
5) Aktivitas Pemantauan (Monitoring Acivities)
Aktivitas pengawasan atau pemantauan berhubungan dengan
penilaian atas mutu pengendalian internal secara berkesinambungan
yang menjadi umpan terhadap perbaikan kegiatan organisasi.
25
Pemantauan dilakukan untuk memastikan bahwa pengendalian telah
berjalan sebagaimana mestinya, berorientasi pada peraturan yang
berlaku dan dimodifikasi sesuai perkembangan kondisi perusahaan
(Hery:2013:93).
Menurut COSO (2013:5) aktivitas pemantauan dapat dikatakan
sebagai evaluasi yang sedang berjalan, dirancang ke dalam proses
bisnis di berbagai tingkat entitas, memberikan informasi tepat waktu.
Adapun evaluasi dilakukan secara berkala dan bervariasi berdasarkan
penilaian risiko, efektivitas evaluasi yang sedang berlangsung dan
pertimbangan manajemen.
Menurut COSO (2013) yang diadopsi Herawati (2014), secara
ringkas indikator pengendalian internal dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Lingkungan Pengendalian
a. Nilai integritas dan etika, yaitu dengan memelihara etika dalam
organisasi dan menegakkan kedisiplinan sebagaimana mestinya.
b. Filosofi dan gaya manajemen, yaitu dalam pengambilan
keputusan pimpinan instansi perlu memperhatikan risiko dan
pimpinan instansi perlu bertindak adil serta tidak memihak pada
salah satu pihak.
2. Penilaian risiko
a. Identifikasi risiko yang menghambat tujuan instansi secara
efektif dan efisien dari pihak internal maupun eksternal.
26
b. Analisis risiko dengan menentukan dan mengatasi dampak
risiko yang telah teridentifikasi.
3. Aktivitas pengendalian
a. Perancangan dan penggunaan dokumentasi dengan benar serta
melakukan pengecekan secara independen dengan pemantauan
pihak internal dan eksternal.
b. Otorisasi dan pemisahan fungsi yang memadai dengan
menetapkan ketentuan dan syarat otorisasi serta mengawasi
seluruh kejadian maupun aspek transaksi tidak hanya
dikendalikan oleh satu orang.
4. Informasi dan komunikasi
a. Memiliki informasi yang dapat diandalkan dan relevan baik
informasi keuangan maupun non keuangan.
b. Mampu menyediakan berbagai bentuk dan sarana komunikasi,
mengelola, mengembangkan dan memperbarui sistem informasi.
5. Pemantauan
a. Melakukan pemantauan yang dilaksanakan secara berkelanjutan
(pengelolaan rutin, supervisi, dilakukan pembandingan,
rekonsiliasi dan tindakan lain terkait dalam pelaksanaan tugas).
b. Melakukan evaluasi terpisah (penilaian sendiri, pengujian
efektivitas sistem pengendalian internal yang dapat dilakukan
oleh aparat pengawasan intern atau pihak eksternal lainnya dan
dilakukan review) dan menindaklanjuti rekomendasi review.
27
b. Audit Internal
Pengertian audit internal menurut Hery (2017:238) adalah :
“Audit internal adalah suatu fungsi penilaian dan pemeriksaan intenal
untuk melaksanakan kegiatan penilaian dalam suatu entitas untuk
mengukur, menguji dan mengevaluasi aktivitas-aktivitas bidang
akuntansi, keuangan dan bidang-bidang operasi sebagai wujud pelayanan
terhadap organisasi perusahaan.”
Menurut Sukrisno Agoes (2013:204) pengertian audit internal yaitu:
“Audit Internal adalah suatu pemeriksaan yang dilaksanakan oleh bagian
internal audit perusahaan, terhadap laporan keuangan dan catatan
akuntansi perusahaan maupun kepatuhan terhadap kebijakan manajemen
puncak dan ketaatan terhadap regulator dan ketentuan-ketentuan ikatan
profesi yang berlaku.”
Sawyer (2009:28) mengemukakan fungsi audit internal yaitu :
“Suatu fungsi penilaian yang bebas dalam suatu organisasi, untuk
mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan perusahaan dan memberikan
saran-saran kepada manajemen dengan tujuan keefektifan pelaksanaan
tanggung jawab manajemen.”
Adapun fungsi audit internal mengenai pelaksanaan kerja audit
internal yaitu membantu manajer mengelola perusahaan seperti
membahas ketepatan pelaksanaan pengendalian akuntansi, keuangan
serta operasi; menilai kualitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab,
meyakinkan apakah harta perusahaan dipertanggungjawabkan dengan
baik dan kemungkinan risiko kerugian dapat diminimalisasi, memberi
keyakinan bahwa pelaksanaan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan,
meyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi.
Sukrisno Agoes (2013:205) menjelaskan tujuan audit internal yaitu:
“Tujuan Audit Internal adalah untuk membantu semua pimpinan
perusahaan (manajemen) dalam menyelesaikan tanggung jawabnya
28
dengan memberikan analisa, penilaian, dan komentar mengenai kegiatan
pemeriksaan.”
Terdapat dua tujuan atau sasaran dilakukannya aktivitas audit internal,
yaitu memberikan pelayanan kepada organisasi seperti penilaian yang
independen atas segala aktivitas di dalam suatu perusahaan dan
memberikan rekomendasi kepada top management untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam struktur pengendalian intern
dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektivitas dan keekonomisan
kegiatan operasi perusahaan (Alfred F. Kaunang, 2013:5).
Selain tujuan dan sasaran, adapun tanggung jawab auditor internal
menurut Tunggal (2012:21), yaitu menyusun dan melaksanakan rencana
audit internal tahunan, menerapkan program audit internal, mengevaluasi
pelaksanaan internal control dan sistem manajemen risiko sesuai dengan
peraturan perusahaan serta memberikan saran perbaikan dan informasi
tentang aktivitas yang diperiksa manajemen.
Ruang lingkup audit internal yakni penilaian yang sistematis dan
objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan
pengendalian dalam organisasi untuk menentukan keandalan informasi
keuangan, pengidentifikasian risiko, kebijakan dan prosedur internal,
sumber daya telah dimanfaatkan secara efisien dan ekonomis serta
pencapaian tujuan perusahaan yang efektif (Sawyer’s, 2009:10).
29
Menurut Hery (2017:239) aktivitas audit internal digolongkan menjadi
dua yakni financial auditing dan operational auditing sebagai berikut:
1) Financial Auditing.
Audit laporan keuangan ini adalah pengauditan oleh auditor
eksternal terhadap laporan keuangan kliennya serta memberikan opini
mengenai laporan keuangan apakah telah disajikan sesuai dengan
prinsip-prinsip yang berlaku. Aktivitas auditing ini meliputi
pengecekan atas kebenaran data keuangan, mencegah terjadinya
kecurangan dan menjaga harta perusahaan. Audit keuangan juga
berusaha memverifikasi adanya aset dan memastikan bahwa aset
tersebut telah mendapatkan pengamanan yang tepat.
2) Operational Auditing.
Audit operasional merupakan penelaahan secara sistematik
aktivitas operasi perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengidentifikasian lebih difokuskan pada bidang operasional untuk
dapat memberikan saran perbaikan dalam cara kerja, kebijakan-
kebijakan, standar-standar dan sasaran sistem pengendalian.
Pemeriksaan ini meliputi semua operasi perusahaan dan tidak
membatasi diri hanya pada bidang akuntansi dan keuangan.
Untuk menjaga perilaku dan standar praktik pelaksanaan pekerjaan
audit internal, Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal
menerbitkan Standar Profesi Auditor Internal (SPAI). Standar Profesi
Audit Internal ini merupakan salah satu dari Pedoman Praktik Audit
30
Internal (PPAI), yang diharapkan menjadi landasan auditor internal
untuk menjalankan fungsinya secara profesional.
Standar Profesi Audit Internal (SPAI) terdiri atas Standar Atribut,
Standar Kinerja dan Standar Implementasi (SPAI, 2013):
a) Standar Atribut
Standar Atribut merupakan karakteristik organisasi, individu, dan
pihak- pihak yang melakukan kegiatan audit internal.
1. Tujuan, Kewenangan, dan Tanggungjawab
Fungsi audit internal harus dinyatakan secara formal dalam
Charter Audit Internal, konsisten dengan Standar Profesi Audit
Internal (SPAI), dan mendapat persetujuan dari Pimpinan dan
Dewan Pengawas Organisasi.
2. Independensi dan Objektivitas
Fungsi audit internal harus independen dan objektif dalam
melaksanakan pekerjaannya. Jika fungsi audit internal memiliki
akses komunikasi yang memadai terhadap Pimpinan dan Dewan
Pengawas Organisasi maka diyakini independensi akan
meningkat.
3. Keahlian dan Kecermatan Profesional
Auditor Internal harus memiliki keterampilan, pengetahuan dan
kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung
jawab perorangan yang dapat dilakukan melalui pengembangan
profesional yang berkelanjutan.
31
4. Program Jaminan dan Peningkatan Kualitas Fungsi Audit
Internal
Penanggungjawab Fungsi Audit Internal harus mengembangkan
dan memelihara program jaminan dan peningkatan kualitas
yang mencakup fungsi audit internal dan secara berkala
memonitor efektivitasnya.
b) Standar Kinerja
Standar Kinerja terdiri dari pelaksanaan audit mulai dari
perencanaan sampai dengan pemantauan tindak lanjut. Standar
Atribut dan Standar Kinerja diterapkan untuk seluruh penugasan
audit internal.
1. Pengelolaan Fungsi Audit Internal
Fungsi audit internal harus dikelola secara efektif dan efisien
sehingga dipastikan kegiatan fungsi tersebut memberikan nilai
tambah bagi organisasi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
cara menyusun perencanaan yang relevan, menetapkan
kebijakan dan prosedur, mengkomunikasikan rencana audit,
pengelolahan terhadap sumber daya, dan menyampaikan laporan
kepada pimpinan dan dewan pengawas.
2. Lingkup Penugasan
Fungsi audit internal ialah melaksanakan evaluasi dan
memberikan masukan terhadap peningkatan proses
32
pengidentifikasian risiko, pengendalian, dan proses tata kelola
secara sistematis, teratur dan menyeluruh.
3. Perencanaan Penugasan
Auditor internal harus mengembangkan dan
mendokumentasikan rencana untuk setiap penugasan yang
meliputi tujuan, ruang lingkup, sasaran, waktu, alokasi sumber
daya, dan program kerja penugasan. Dalam merencanakan
penugasan, auditor internal harus mempertimbangkan beberapa
hal seperti target kegiatan yang diperiksa, mekanisme
pemeriksaan yang digunakan, risiko signifikan atas kegiatan,
kecukupan dan keefektifitas pengelolaan risiko.
4. Pelaksanaan Penugasan
Auditor internal harus menelaah informasi, menganalisis, dan
mengevaluasi informasi yang memadai. Setiap penugasan harus
dilaksanakan dengan tepat demi tercapainya sasaran,
terjaminnya kualitas, dan meningkatnya kemampuan pegawai.
5. Komunikasi Hasil Penugasan
Hasil penugasan harus dikomunikasikan auditor internal secara
tepat waktu. Komunikasi harus memenuhi sasaran dan lingkup
penugasan, saran-saran dan rencana tindakannya yang
disampaikan baik tertulis maupun lisan harus akurat, objektif,
jelas, lengkap, dan tepat waktu.
33
6. Pemantauan Tindak-lanjut
Penanggungjawab fungsi audit internal harus menyusun dan
mengevaluasi sistem untuk memonitor review hasil penugasan
yang telah disampaikan kepada manajemen.
7. Resolusi Penerimaan Risiko oleh Manajemen
Setelah manajemen senior memutuskan untuk menanggung
risiko residual yang sebenarnya tidak dapat diterima oleh
organisasi maka penanggungjawab fungsi audit internal harus
mendiskusikan dengan manajemen senior dan dilaporkan
kepada pimpinan dan dewan pengawas organisasi jika diskusi
tersebut tidak menghasilkan keputusan yang memuaskan.
c) Standar Implementasi.
Hanya berlaku untuk satu penugasan. Standar Implementasi
yang akan diterbitkan dimasa mendatang adalah standar
implementasi untuk kegiatan assurance (A), standar implementasi
untuk kegiatan consulting (C), standar implementasi kegiatan
investigasi (I), standar implementasi Control Self Assessment
(CSA).
34
Menurut (Boynton and Kell, 1996) dalam (Fitzsimmons dan Mona,
2011), peran auditor internal dapat diukur dari indikator berikut:
1. Independensi
a. Bebas terhadap semua aktivitas yang diauditnya dan jujur atau
objektif dalam melaksanakan tugas.
b. Status organisasi cukup memberi kekuasaan untuk melaksanakan
tanggungjawab pemeriksaan.
2. Keahlian Profesional
a. Pendidikan dan keahlian.
b. Kecakapan dan kemahiran.
3. Lingkup Kerja Pemeriksaan
a. Penilaian dan evaluasi atas kecukupan kualitas informasi laporan
keuangan dan efektivitas pengendalian internal.
b. Kualitas pelaksanaan dalam menyelesaikan tanggung jawab yang
telah diberikan.
4. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Perencanaan audit, penelaahan dan evaluasi informasi.
b. Adanya komunikasi hasil dan tindak lanjut.
35
c. Risk based audit
Risiko adalah suatu konsep untuk menyatakan ketidakpastian atas
peristiwa dan atau akibatnya yang memiliki dampak secara material
bagi organisasi (Tunggal, 2007 dalam Rozali dan Mohammad, 2015).
Menurut Kloman (Yayon, 2006 dalam Budiman, 2013), kata "risk"
dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Italia kuno yaitu "riscare".
Risiko dapat dipandang sebagai sesuatu yang merugikan terjadi, suatu
ketidakpastian, sesuatu yang menguntungkan tidak terjadi.
Konsep risiko bagi auditor dan manajemen digunakan untuk
menyatakan tentang suatu ketidakpastian dalam pelaksanaan audit.
Risiko-risiko yang muncul dikarenakan ketidakpastian mengenai
kompetensi bukti, efektivitas struktur pengendalian, serta
ketidakpastian mengenai penyajian laporan keuangan telah disajikan
secara wajar. Setiap kejadian yang terjadi dapat menimbulkan
konsekuensi yang material dan signifikan bagi perusahaan.
Maribeth A. Wollard, CPA (2015) memberikan definisi risk-based
audit sebagai pengidentifikasian risiko salah saji material pada
laporan keuangan lalu menentukan upaya yang paling efisien dan
efektif untuk diterapkan pada setiap area. Pertama, auditor perlu
mengidentifikasi area dimana ada risiko tinggi kesalahan material dan
membutuhkan penerapan lebih banyak prosedur. Kedua, auditor harus
menentukan bagaimana mengurangi prosedur yang diterapkan pada
area yang diidentifikasi sebagai risiko rendah. Ketiga, auditor
36
menganalisis risiko bisnis klien (risiko bahwa suatu peristiwa akan
mempengaruhi tujuan dan sasaran perusahaan), bagaimana
manajemen mengurangi risiko tersebut dan bidang risiko yang belum
ditangani manajemen sama sekali.
Pendekatan risk based audit ini berkembang pesat karena dianggap
sebagai pendekatan yang paling efektif untuk diterapkan perusahaan
di era globalisasi ini yang mana memiliki lingkungan bisnis yang
berubah-ubah karena adanya pengaruh dari internal perusahaan
maupun dari pihak eksternal perusahaan. Aktivitas audit internal
awalnya hanya berfokus pada pemeriksaan terhadap tingkat
kepatuhan terhadap kebijakan namun organisasi juga dituntut
memanfaatkan sumber daya yang terbatas secara efektif dan efisien.
Salehi and Khatiri (2011) menyatakan bahwa auditor perlu
membuka diri terhadap perkembangan metode risk based audit karena
perkembangan teknologi ini akan memiliki banyak kelebihan
dibandingkan dengan metode audit tradisional. Risk based audit
sendiri telah diterapkan dalam International Standards on Auditing
(ISA), dimana ISA telah diadopsi oleh Ikatan Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) dalam membuat standar auditing, sehingga dapat
dikatakan penerapan pendekatan risk based audit bagi auditor di
Indonesia merupakan hal wajib (mandatory).
Dengan metode risk based audit, prioritas audit internal
dilaksanakan dalam bentuk yang sistematis dan terstruktur. Auditor
37
perlu mengutamakan tindakan pada area yang berisiko tinggi dalam
perusahaan. Risk based audit adalah audit berdasarkan hasil
identifikasi dan analisis risiko yang material dan berpotensi
menghambat strategi dan tujuan bisnis, agar perencanaan audit lebih
terukur serta pemeriksaan dan pelaporan lebih diutamakan (Rozali
dan Mohammad, 2015).
Tujuan umum risk based audit menurut Tunggal (2007) ialah:
1) Mengurangi risiko perusahaan
Adanya pendeteksian transaksi atau aktivitas perusahaan yang
memiliki risiko tinggi kemudian dilakukan penelaahan dan
pengevaluasian area berisiko tinggi hingga diperoleh penyebabnya
dan manajemen dapat melakukan mitigasi risiko serta perbaikan.
2) Mengantisipasi area dengan risiko potensial
Risk based audit dapat mengungkapkan letak area yang berisiko
tinggi yang mungkin tidak disadari oleh auditee.
3) Melindungi perusahaan
Dengan metode risk based audit, organisasi siap menghadapi risiko
dan mencegah kemungkinan kerugian yang berdampak besar bagi
organisasi.
Tunggal (2007) juga menyebutkan bahwa audit internal perlu
merubah pendekatan dalam melaksanakan audit, yaitu dari pendekatan
tradisional menuju audit berbasis risiko (risk based audit).
Dapat dijelaskan perubahannya sebagai berikut:
38
1) Perencanaan risk based audit menggunakan waktu audit untuk
sasaran perusahaan yang paling penting dan yang lebih banyak
berisiko tinggi.
2) Adanya pemberdayaan sumber daya audit yang terbatas dengan
lebih optimal. Keterbatasan sumber daya auditor, seperti waktu dan
biaya dapat diatasi dengan risk based audit yang mana perusahaan
dapat menghemat anggaran lebih efektif dan efisien.
3) Adanya peringatan dini atas kemungkinan risiko pada masa
mendatang sebagai wujud pendekatan dari gambaran masa lalu
yang mana risiko telah terjadi menuju ke masa depan.
4) Risk based audit lebih diutamakan untuk menjalankan evaluasi
kecukupan dan efektivitas tata kelola perusahaan, pengendalian
internal dan risiko manajemen.
Selain itu peran audit internal dalam praktik risk based audit
menurut Tunggal (2007) yaitu sebagai berikut:
1) Memfokuskan pekerjaan audit pada risiko yang signifikan, dimana
telah ditelaah oleh fungsi manajemen risiko dan melaksanakan
audit atas proses manajemen risiko tersebut untuk meyakinkan
risiko dikelola berdasarkan risiko yang telah diidentifikasi.
2) Menjadi konsultan internal untuk memberikan pelatihan bagi
karyawan lini demi efektivitas pengendalian.
3) Mendukung dan berpartisipasi aktif dalam proses pengendalian
internal perusahaan.
39
Menurut Tunggal (2007) metode risk based audit diilustrasikan
dalam 3 tahap besar, yaitu:
1) Penilaian Risiko
Menentukan intensitas dan waktu audit dengan mengidentifikasi,
menelaah dan mengukur risiko yang diutamakan guna
mengoptimalkan keterbatasan sumber daya perusahaan ke area
yang berisiko tinggi. Selain itu adapun penetapan kriteria unit oleh
auditor internal seperti unit yang memberikan kontribusi yang
besar bagi perusahaan dan mempertimbangkan besarnya biaya
pengendalian atas unit yang memiliki potensi kerugian
dibandingkan biaya pengendalian.
2) Penyusunan Program Audit Internal
Adapun faktor penetapan risiko pada masing-masing unit seperti
(a) audit assurance yaitu relevansi hasil kajian audit dengan tingkat
risiko tinggi pada periode sebelumnya; (b) audit judgement yaitu
pertimbangan atas perubahan sistem dan prosedur, restrukturisasi
organisasi yang berdampak pada area tertentu; (c) residual risk
yaitu nilai risiko yang mengandung faktor positif yang dimiliki
perusahaan; (d) materiality yaitu mengkaji area berisiko tinggi
dengan menggunakan parameter keuangan maupun non keuangan;
3) Pelaksanaan Program Audit Internal
Di dalam pelaksanaan program audit internal dilakukan (a)
pendeteksian kesenjangan praktik manajemen risiko dan
40
kebijakannya berdasarkan kerangka kerja yang telah ditetapkan;
(b) pengkajian keselarasan sasaran unit operasional, direktorat, dan
individu dengan tujuan perusahaan; (c) peninjauan efisiensi,
efektivitas dan perlindungan terhadap informasi serta akses
terhadap pengendalian; (d) pengevaluasian efektivitas ketersediaan
dan batasan risiko sesuai kebijakan dan prosedur perusahaan; (e)
penyediaan jaminan independen dan berfungsi sebagai konsultan
internal demi pencapaian tujuan organisasi.
Menurut Nayoan dan Masruchin (2017), indikator risk based audit
ialah sebagai berikut:
1. Planning
a. Menentukan target dan fokus yang tepat.
b. Annual planning mempertimbangkan durasi dan sumber daya.
2. Execution Audit Plan
a. Lingkup audit sesuai dengan fokus perbaikan perusahaan.
b. Lingkup audit saat pelaksanaan audit sesuai dengan
perencanaan awal.
3. Reporting
a. Rekomendasi memberikan nilai tambah dan implementasi.
b. Hasil pemeriksaan terkomunikasikan dengan baik.
4. Review & Monitoring
a. Rencana perbaikan ditindaklanjuti dan diimplementasikan.
b. Secara rutin dipantau.
41
d. Komite Audit
Menurut Hiro Tugiman (1995, 8) dalam Susilawati (2016) pengertian
Komite Audit adalah sebagai berikut:
“Komite Audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok
lain yang lebih besar untuk melakukan pekerjaan tertentu atau untuk
melaksanakan tugas-tugas khusus atau sejumlah anggota Dewan
Komisaris perusahaan klien yang bertanggung jawab untuk membantu
auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen.”
Menurut Arens at al (2010) dalam Wulansari (2016) menjelaskan
pengertian komite audit sebagai berikut:
“Audit committee is a selected number of members of a company's
board of directors whose responsibilities include helping auditors remain
independent of management. Most audit committees are made up of three
to five or sometimes as many as seven directors who are not a part of
company management.”
Pernyataan diatas menyebutkan bahwa komite audit adalah sejumlah
anggota dewan direksi perusahaan yang tanggung jawabnya termasuk
membantu auditor untuk menjaga independensinya. Kebanyakan komite
audit terdiri dari tiga hingga lima atau kadang-kadang sebanyak tujuh
direktur yang bukan merupakan manajemen perusahaan.
Hasnati (2014) dalam Nugrahani (2015) menyebutkan bahwa fungsi
dan peran dari para komite audit adalah untuk mewakili para pemegang
saham dan dewan komisaris ke dalam hal-hal berikut, seperti: (a)
penunjukan atau pembentukan auditor independen; (b) mengidentifikasi
hal-hal yang membutuhkan investigasi khusus oleh dewan komisaris; (c)
peninjauan kembali atas sistem pengendalian termasuk auditor internal;
(d) peninjauan kembali kegiatan serta hasil kegiatan auditor; (e)
42
peninjauan kembali terhadap laporan-laporan manajemen, terutama
laporan keuangan.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mengatakan
bahwa komite audit memiliki tujuan membantu Dewan Komisaris untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya, memenuhi tanggung jawab untuk
mengawasi secara menyeluruh, memperkuat independensi auditor
eksternal dan auditor internal dan memberikan kepastian mengenai
kebenaran dan integritas laporan keuangan (Susilawati, 2016).
Hiro Tugiman (1995, 11) dalam Susilawati (2016) mengemukakan
bahwa dengan adanya komite audit, diharapkan dapat membantu Dewan
Komisaris dan Direksi dalam mengelola perusahaan dan dapat menjadi
forum atau media komunikasi dengan perusahaan yang diperlukan oleh
auditor eksternal. Selain itu, semua aktivitas dan kegiatan eksternal
auditor yang berhubungan dengan pemeriksaan, tidak hanya secara
langsung tertuju kepada objek pemeriksaan, tetapi juga dibantu oleh
konsultasi dengan Komite Audit.
Komite audit memiliki tugas pokok dalam membantu dewan
komisaris melakukan pengawasan dan pengendalian atas kinerja
perusahaan. Menurut Peraturan Bapepam-LK No/IX/1/5 yang dikutip
Wulansari (2016), adapun tugas dan tanggung jawab komite audit
sebagai berikut: (a) menelaah informasi keuangan yang diterbitkan oleh
perusahaan dan pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan auditor
eksternal; (b) menelaah ketaatan perusahaan dalam mematuhi peraturan
43
perundang-undangan; (c) melaporkan kepada komisaris berbagai risiko
perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi serta
pengaduan yang berkaitan dengan perusahaan; (d) menjaga kerahasiaan
dokumen dan informasi entitas.
Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris dan bertanggung jawab
kepada dewan komisaris dengan tugas dan tanggung jawab utama untuk
memastikan prinsip tata kelola (good governance) yang baik terutama
transparansi yang konsisten dan memadai. Sedangkan Sarbanes Oxley
Act mengartikan komite audit sebagai sebuah badan yang setingkat, yang
didirikan dan terdiri dari Board of Directors dengan tujuan mengawasi
proses pelaporan dan pengauditan atas laporan keuangan perusahaan.
Menurut Hasnati (2003) dalam Susilawati (2016) Komite Audit
memiliki wewenang, yaitu mengidentifikasi semua kegiatan dalam ruang
lingkup tugas dan tanggung jawabnya, mencari informasi dari setiap
karyawan dalam perusahaan tersebut, memberikan saran hukum dan
profesional lainnya yang bersifat independen. Komite Audit memiliki
kewenangan yang dibatasi oleh fungsi mereka sebagai alat bantu Dewan
Komisaris yaitu hanya sebatas rekomendasi kepada Dewan Komisaris
dan tidak memiliki otoritas eksekusi apapun kecuali untuk hal spesifik
yang telah memperoleh hak kuasa dari Dewan Komisaris seperti
memimpin satu investigasi khusus atau mengevaluasi dan menentukan
komposisi auditor eksternal.
44
Dalam pelaksanaan tugasnya, baik pelaporan maupun tanggung jawab
kepada Komisaris, Komite Audit bersifat mandiri dan independen.
Independensi dalam komite audit yaitu kemandirian dalam menyatakan
sikap atau keterlibatan Komite Audit di dalam aktivitas perusahaan.
Komite Audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen sesuai
dengan integritasnya. Perlu disadari bahwa Komite Audit merupakan
pihak yang menghubungkan antara eksternal auditor dengan perusahaan
dan sekaligus menjembatani antara fungsi pengawasan Dewan Komisaris
dengan Auditor Internal.
Menurut Surat Edaran Direksi PT. Bursa Efek Indonesia No.
SE.008/BEJ/12-2001 yang dikutip Wulansari (2016) ketentuan anggota
komite audit adalah: (1) jumlah anggota komite audit sekurang-
kurangnya tiga orang; (2) anggota komite audit yang berasal dari
komisaris hanya satu orang, yaitu merupakan komisaris independen
perusahaan tercatat dan sekaligus menjadi ketua komite audit.
Syarat menjadi anggota lain dari komite audit yaitu pihak eksternal
yang independen, yang berarti pihak di luar perusahaan tercatat yang
tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan, komisaris, direksi
dan pemegang saham utama serta mampu memberi pendapat profesional
secara bebas dan tidak memihak kepada kepentingan siapapun. Selain
itu, pihak eksternal harus terdiri dari individu-individu yang independen
dan tidak terlibat dengan rutinitas sehari-hari manajemen yang mengelola
perusahaan, serta mempunyai pengalaman untuk melaksanakan fungsi
45
pengendalian secara efektif. Salah satu alasan utama independensi ini
adalah untuk menjaga integritas pelaporan dan penyusunan rekomendasi
yang diajukan oleh komite audit (FCGI, 2002 dalam Gusnardi, 2011).
Menurut Alijiyo (2003) dalam Sariah (2010) peran komite audit
diukur dengan dimensi dan indikator sebagai berikut:
1) Tujuan dan manfaat dibentuknya komite audit
a) Komite audit melakukan pengawasan laporan keuangan.
b) Proses risiko dan kontrol serta proses tata kelola perusahaan.
2) Tanggung jawab komite audit
a) Komite audit memberikan pendapat profesional atas informasi
perusahaan.
b) Komite audit bertanggung jawab terhadap kegiatan internal dan
eksternal perusahaan.
3) Lingkup kerja komite audit
a) Audit committee charter, struktur komite audit dan syarat
keanggotaan komite audit.
b) Rapat pertemuan komite audit, kinerja komite audit dan laporan
komite audit.
46
e. Whistleblowing system
Whistleblowing merupakan sebuah istilah dari Sarbanes-Oxley Act
yang dapat mendorong karyawan/pegawai perusahaan untuk melaporkan
kecurangan yang terjadi tanpa adanya rasa takut terhadap pihak yang
dilaporkan (Dimar, 2014). Menurut Brandon (2013) dalam Naomi
(2015), whistleblowing ialah tindakan untuk membocorkan pelanggaran
atau kecurangan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang
karyawan di dalam perusahaan kepada atasan atau pihak lain. Sedangkan
menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2008),
whistleblowing ialah suatu pengungkapan tindak kecurangan yang
melawan hukum, perbuatan tidak etis dan tidak bermoral atau suatu
perbuatan yang dapat merugikan perusahaan kepada pemimpin
perusahaan atau lembaga lain yang memiliki wewenang atas pelanggaran
tersebut.
Menurut Brandon (2013) dalam Naomi (2015), terdapat dua tipe
whistleblowing, yaitu :
1) Whistleblowing internal
Hal ini terjadi ketika seseorang atau beberapa orang karyawan
mengetahui kecurangan atau pelanggaran yang dilakukan oleh
karyawan lain atau kepala bagiannya, kemudian melaporkan
kecurangan itu kepada pimpinan perusahaan yang lebih tinggi. Tujuan
utama whistleblowing adalah menunjukkan motivasi moral untuk
mencegah kerugian bagi perusahaan tersebut.
47
2) Whistleblowing eksternal
Tindakan ini berkaitan dengan peristiwa dimana seorang karyawan
mengetahui pelanggaran yang dilakukan entitas/perusahaannya
kemudian membocorkan kepada masyarakat mengingat bahwa
kecurangan itu akan merugikan masyarakat. Tujuan utama dalam hal
ini adalah mencegah kerugian bagi masyarakat atau konsumen.
Whistleblowing akan muncul ketika terjadi konflik antara loyalitas
karyawan dan perlindungan terhadap kepentingan publik. Orang yang
melaporkan tindakan whistleblowing disebut whistleblower. Umumnya
whistleblower adalah karyawan/pegawai dari organisasi itu sendiri (pihak
internal), akan tetapi tidak menutup kemungkinan adanya pelapor berasal
dari pihak eksternal (pelanggan, pemasok, masyarakat). Whistleblower
atau pelapor diharuskan menyampaikan informasi, bukti atau indikasi
yang jelas atas terjadinya kecurangan yang dilaporkan, sehingga dapat
ditelusuri dan ditindaklanjuti (Tuanakotta, 2010). Menurut Sarbanes-
Oxley Act (2002) dalam Fajri (2009) menyatakan bahwa whistleblower
merupakan setiap karyawan yang mengungkapkan kepada atasannya atau
orang lain yang memiliki kewenangan untuk menginvestigasi, atau
menindaklanjuti kecurangan tersebut namun juga perlu mendapatkan
perlindungan.
Menurut Semendawai, dkk (2011:3), Marcia Meceli berargumen
bahwa ada beberapa alasan mengapa auditor internal juga dapat disebut
sebagai whistleblower, yaitu:
48
1) Auditor internal juga merupakan organ perusahaan yang memiliki
perintah formal untuk melaporkan bila terjadi kesalahan. Terlebih
pada umumnya auditor internal yang lebih memahami kesalahan yang
terjadi dalam perusahaan.
2) Tidak menutup kemungkinan laporan auditor internal mungkin tidak
sesuai dengan pernyataan top managers. Sehingga apabila para
manajer menutupi kesalahan guna memoles kondisi perusahaan, maka
disitulah peran auditor internal untuk melaporkan atau
mengungkapkan kecurangan tersebut.
3) Pengungkapan kecurangan adalah tindakan yang jarang diterapkan
dalam aturan perusahan. Hanya beberapa profesi saja seperti auditor
internal yang menegaskan bolehnya pelaporan kecurangan yang telah
ditetapkan melalui jalur pelaporan khusus.
Whistleblowing dalam perusahaan diterapkan dengan menggunakan
Whistleblowing system. Sistem ini dibentuk oleh Komite Audit
berdasarkan peraturan OJK Nomor: IX.1.5 Komite Audit wajib
menangani pengaduan. Selain itu adapun Sarbanes-Oxley Act of 2002
Section 310 tentang Public Company Audit Committee yang mewajibkan
Komite Audit untuk menerima, menelaah, dan menindaklanjuti
pengaduan yang berkenaan dengan masalah akuntansi dan pelaporan
keuangan, dengan tetap mempertahankan kerahasiaan identitas pelapor
(Semendawai dkk, 2011).
49
Tuanakotta (2010) menjelaskan beberapa manfaat dari whistleblowing
system, yaitu: (a) sebagai sarana atau mekanisme pendeteksi dini (early
warning system) atas kemungkinan terjadinya masalah yang diakibatkan
oleh suatu kecurangan; (b) adanya kesempatan untuk mengatasi
masalah/kecurangan secara internal terlebih dahulu, sebelum meluas ke
publik; (c) menjadi sarana penyampaian informasi penting dan kritis bagi
perusahaan kepada pihak yang harus menanganinya dengan tepat; (d)
memberikan rekomendasi kepada perusahaan untuk melihat lebih fokus
ke area kritikal dan bagian proses kerja yang memiliki kelemahan
pengendalian, serta membentuk tindakan perbaikan yang diperlukan; (e)
mengurangi risiko yang dihadapi organisasi sebagai akibat dari
kecurangan baik dari segi keuangan, hukum, operasional, keselamatan
kerja, dan reputasi.
Dasgupta dan Kesharwani (2010) dalam Asiah (2017) mengemukakan
beberapa penyebab seseorang melakukan whistleblowing:
1) Perspektif altrustik seorang whistleblower yakni tidak mementingkan
diri sendiri melainkan mengutamakan kepentingan orang lain dengan
keinginan untuk memperbaiki kesalahan yang merugikan kepentingan
perusahaan, konsumen dan masyarakat luas.
2) Harapan penghargaan. Whistleblower mengharaapkan apresiasi atau
penghargaan dari organisasi baik berupa puiian atau hadiah.
3) Adanya perspektif psikologi dan motivasi yaitu motivasi
whistleblower untuk memperoleh manfaat atas tindakannya.
50
Di dalam Pedoman Whistleblowing system yang diterbitkan KNKG
(2008) dalam Asiah (2017), whistleblowing terdiri dari 3 aspek, yaitu:
1) Aspek Struktural
Aspek struktural berisikan elemen-elemen infrastruktur yakni:
a) Pernyataan Komitmen
Diperlukan kesediaan karyawan untuk menjadi whistleblower dan
berpartisipasi aktif untuk ikut melaporkan bila menemukan adanya
kecurangan.
b) Kebijakan Perlindungan Pelapor
Adanya komitmen perusahaan untuk melindungi whistleblower
yang beriktikad baik serta taat terhadap segala peraturan
perundangan yang berlaku.
c) Struktur Pengelolaan Whistleblowing system
Organisasi sebaiknya membentuk unit pengelolaan whistleblowing
system dengan pertanggungjawaban Komite Audit dan Direksi
yang mana harus bersifat independen dan mempunyai akses kepada
pimpinan tertinggi organisasi.
d) Sumber Daya
Sumber daya yang dimaksud ialah kecukupan kualitas dan
kuantitas personil untuk menjadi petugas pengelola whistleblowing
system. Selain itu tersedianya media komunikasi sebagai sarana
pelaporan kecurangan.
51
2) Aspek Operasional
Aspek operasional ialah aspek yang berhubungan dengan
mekanisme dan standar kerja whistleblowing system. Perlu dibuatkan
mekanisme untuk menyampaikan laporan pelanggaran yang dapat
memudahkan pegawai melaporkan pelanggaran dan kemudian
dikirimkan langsung kepada Direktur Utama perusahaan. Petugas
pelaksana unit whistleblowing system segera menginvestigasi dengan
pengumpulan bukti tersebut.
3) Aspek Perawatan
Aspek perawatan ialah suatu aspek yang meyakinkan bahwa
whistleblowing system ini dapat berkesinambungan dan meningkat
efektivitasnya. Perusahaan juga harus memberikan pelatihan
(training) kepada seluruh karyawan, termasuk para petugas unit
whistleblowing system. Dalam pelaksanaan whistleblowing system
perlu dipantau secara berkala efektivitasnya yang dapat dilakukan
oleh Dewan Direksi, Dewan Komisaris, Komite Audit atau Satuan
Pengawasan Internal. Hal ini bertujuan untuk memastikan sistem
memenuhi sasaran dan pencapaian tersebut sesuai dengan tuntutan
bisnis perusahaan.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2008:22) dalam
Semendawai, dkk (2011:19) dimensi dan indikator whistleblowing
system adalah sebagai berikut:
1) Efektivitas penerapan whistleblowing system
52
a) Kondisi yang mendorong karyawan tidak hanya menyaksikan
atau mengetahui adanya pelanggaran tetapi juga mau
melaporkannya.
b) Tersedianya sarana pelaporan kecurangan ke luar perusahaan,
jika manajemen tidak mendapatkan respon yang memadai.
2) Cara pelaporan pelanggaran
1) Mekanisme internal yaitu kecurangan dilaporkan kepada
pimpinan perusahaan tertinggi, yang diharapkan dapat bersikap
bijak, netral dan tidak memihak.
2) Mekanisme eksternal yaitu membocorkan kecurangan
perusahaan kepada pihak luar seperti masyarakat karena
dianggap telah merugikan masyarakat dengan tujuan
mengantisipasi kerugian banyak orang.
3) Manfaat whistleblowing system
a) Sebagai sarana penyampaian informasi penting dan kritis bagi
perusahaan kepada pihak yang berwenang untuk menanganinya
serta pendeteksian dini atas kemungkinan terjadinya masalah
akibat kecurangan.
b) Mengurangi risiko yang dihadapi oleh organisasi akibat
pelanggaran, baik dari segi keuangan, operasi, hukum, maupun
keselamatan kerja serta meningkatkan citra perusahaan di mata
stakeholders, regulator dan masyarakat umum.
53
f. Pencegahan Kecurangan (fraud)
Menurut Karyono (2013:4-5) fraud dapat diartikan sebagai suatu
pelanggaran yang mengandung makna pelanggaran dan tindakan
melanggar hukum, yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu
seperti memanipulasi atau memberikan gambaran keliru kepada pihak
lain, yang dapat dilakukan oleh orang-orang baik dari dalam maupun dari
luar perusahaan. Kecurangan dirancang untuk memanfaatkan peluang-
peluang secara tidak jujur, yang secara langsung maupun tidak langsung
untuk menguntungkan diri sendiri atau suatu kelompok.
Definisi fraud menurut Tuanakotta (2013:28) adalah:
“Any illegal act characterized by deceit, concealment or violation of
trust. These acts are not dependent upon the application of threats of
violence or physical force. Fraud are perpetrated by individuals, and
organization to obtain money, property or service; to avoid payment or
loss of services; or to secure personal to business advantage.”
Pernyataan diatas memberikan pengertian bahwa fraud ialah setiap
perbuatan ilegal yang berkaitan dengan penipuan, pemalsuan atau
pelanggaran kepercayaan. Penipuan yang dimaksud adalah perbuatan
yang dilakukan oleh individu dan organisasi yang bertujuan untuk
memperoleh uang, kekayaan atau jasa demi menghindari kerugian jasa;
atau untuk mengamankan keuntungan pribadi.
Adapun menurut Association of Certified Fraud Examiner (ACFE)
dalam Fraud Examiners Manual 2006 yang dikutip Karyono (2013)
mengemukakan sebagai berikut:
54
“Fraud is an intentional untruth or dishonest schemed used to take
deliberate and unfair advantage of another person or group of person it
included any mean, such cheats another.”
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa fraud menyajikan sesuatu
yang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya dengan tujuan memperoleh
keuntungan dan di dalamnya termasuk unsur-unsur kelicikan, tak
terduga, tipu daya, dan tidak jujur serta menimbulkan kerugian bagi
orang lain.
Dari beberapa pengertian fraud di atas dapat disimpulkan bahwa fraud
adalah sebuah tindakan melanggar hukum yang dilakukan oleh individu
atau perusahaan secara sengaja untuk menipu, memalsukan dan
menghadirkan kondisi fiktif. Tindakan kecurangan ini dilakukan dengan
cara-cara ilegal dengan motif memperkaya diri sendiri/golongan
sehingga menimbulkan kerugian baik secara langsung maupun tidak
langsung bagi pihak lain.
Teori yang menjadi dasar pada penelitian ini adalah fraud triangle
theory, yang disebutkan dalam literatur profesional pada SAS no. 99,
Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit, Cressey (1953)
dalam Skousen et. al (2009). Fraud triangle terdiri atas tiga kondisi,
yaitu:
1) Pressure (Tekanan), yaitu timbulnya tekanan atau adanya kebutuhan
untuk melakukan fraud. Tekanan dapat meliputi berbagai hal seperti
tuntutan gaya hidup, tuntutan ekonomi dan sebagainya, termasuk hal
keuangan dan non keuangan yang juga mendorong seseorang untuk
55
melakukan kecurangan, seperti contoh tindakan untuk menutupi
kinerja yang buruk demi mendapatkan hasil yang baik.
2) Opportunity (Peluang), yaitu situasi yang membuka peluang
terjadinya suatu kecurangan. Para pelaku fraud meyakini bahwa
perbuatan mereka tidak akan terdeteksi. Kesempatan ini dapat terjadi
karena lemahnya internal control dan manajemen pengawasan yang
kurang maksimal. Kegagalan dalam penetapan kebijakan yang
memadai untuk mendeteksi aktivitas fraud juga dapat meningkatkan
peluang terjadinya fraud.
3) Rationalization (Rasionalisasi), yaitu karakter/ sikap atau serangkaian
nilai-nilai etis yang membenarkan individu tertentu untuk melakukan
tindakan kecurangan atau berada dalam lingkungan yang cukup
tertekan yang membuat mereka membenarkan tindakan fraud. Bagi
mereka yang umumnya suka berkata bohong akan lebih mudah
melegalkan penipuan. Pelaku fraud akan selalu mencari alasan yagn
rasional untuk mendukung perbuatannya.
Adapun bentuk-bentuk kecurangan (fraud) menurut Karyono
(2013:17-25) terdiri dari:
1) Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Financial Statement)
Kecurangan laporan keuangan adalah bentuk pelanggaran dengan cara
menyembunyikan informasi keuangan, mengatur dan mengubah
laporan keuangan yang bertujuan untuk mengelabui pembaca laporan
keuangan demi kepentingan pribadi atau perusahaan. Tindakan ini
56
mencakup kecurangan yang dilakukan oleh para eksekutif perusahaan
atau instansi pemerintah untuk menyembunyikan kondisi asli
keuangan dengan merekayasa laporan keuangannya untuk
memperoleh keuntungan.
2) Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation)
Asset misappropriation adalah bentuk kecurangan dengan cara
memanfaatkan atau mengambil aset perusahaan demi kepentingan
pribadi. Penyalahgunaan aset merupakan bentuk kecurangan yang
cukup mudah dideteksi karena bersifat tangible atau dapat
dihitung/diukur. Penyalahgunaan aset dapat terdiri dari kecurangan
penerimaan kas dan kecurangan pengeluaran kas. Kecurangan
penerimaan kas seperti pencurian terhadap penerimaan kas yang
belum dicatat (Skimming) dan yang sudah dicatat di pembukuan (Cash
Larceny). Kecurangan Pengeluaran Kas (Faudulent Disbursement)
yakni kecurangan penagihan (Billing Schemes), kecurangan
penggantian biaya (Expense Reimbursment Schemes), dan kecurangan
pembayaran gaji atau upah (Payroll Scheme).
3) Korupsi (Corruption)
Secara umum, korupsi dapat diartikan sebagai perbuatan yang
merugikan kepentingan publik untuk kepentingan pribadi atau suatu
kelompok tertentu. Jenis fraud ini merupakan kecurangan yang paling
sulit dideteksi karena menyangkut kerjasama dengan pihak lain untuk
menikmati keuntungan. Bentuk-bentuk korupsi antara lain
57
pertentangan kepentingan (Conflict of Interest) dan suap (Bribery).
Suap adalah suatu bentuk pemberian atau yang disebut gratifikasi,
permohonan dan penerimaan atas sesuatu yang bernilai untuk
mempengaruhi perbuatan seseorang karena kinerjanya. Bentuk suap
terdiri dari komisi (Kick Back), kecurangan untuk memenangkan
lelang (Bid Rigging), pemberian tidak sah (Illegal Grativities) dan
pemerasan ekonomi (Economic Extortion).
Pengertian pencegahan ialah salah satu upaya untuk menghindari
kerugian, kerusakan yang terjadi pada seseorang atau masyarakat
disekitarnya (Notosoedirdjo dan Latipun, (2005 : 145)).
Menurut Oktavia (2013) upaya pencegahan atau preventif adalah
sebuah tindakan yang dilakukan individu untuk mengurangi atau
mencegah terjadinya suatu peristiwa yang tidak diinginkan di masa yang
akan datang. Dalam pengertian yang luas preventif atau pencegahan
diartikan sebagai suatu upaya untuk mencegah terjadinya gangguan yang
bisa mengancam, ataupun kerusakan/kerugian bagi seseorang/pribadi
ataupun kelompok.
Pencegahan fraud menurut Pusdiklatwas BPKP (2008:37) adalah
usaha terintegrasi dan terstruktur yang dapat menekan terjadinya faktor
penyebab fraud. Selain itu, pencegahan kecurangan menurut Amrizal
(2004) dalam Mulinda (2017) ialah:
“Pencegahan kecurangan (fraud) adalah suatu upaya untuk
menghilangkan atau mengeleminir sebab-sebab timbulnya kecurangan
tersebut”.
58
Sedangkan menurut Muhammad Iqbal (2010), pencegahan
kecurangan dapat didefinisikan sebagai:
“Pencegahan kecurangan adalah suatu sistem dan prosedur yang
bertujuan khusus dirancang dan dilaksanakan untuk tujuan utama, kalau
bukan satu-satunya tujuan untuk mencegah dan menghalangi (dapat
membuat jera) terjadinya fraud”.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pencegahan
fraud merupakan suatu upaya, sistem dan prosedur terintegrasi yang
dapat menekan, menghilangkan, mengeliminasi atau menghalangi
terjadinya penyebab kecurangan/fraud.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan atau biasa disebut Pusdiklatwas BPKP
(2008:38) dalam Elsa Mulinda (2017) menjelaskan beberapa tujuan
pencegahan fraud sebagai berikut (1) prevention yaitu untuk
memperkecil peluang terjadinya kecurangan (fraud); (2) deference yaitu
mencegah pelaku potensial bahkan tindakan yang bersifat trial and error;
(3) disruption yaitu mempersulit pergerakan pelaku fraud sejauh
mungkin; (4) recertification yaitu mengidentifikasi kegiatan berisiko
tinggi dan kelemahan pengendalian, serta untuk meminimalisir alasan
atau pembenaran tindakan fraud; (5) civil action prosecution yaitu
pemberian sanksi yang sesuai dengan perbuatan kecurangan terhadap
pelakunya.
59
Menurut Pusdiklatwas BPKP (2008:38) dalam Mulinda (2017)
dimensi dan indikator pencegahan fraud dapat dijelaskan dari metode
pencegahan fraud berikut ini:
1) Penetapan kebijakan anti kecurangan (fraud)
a) Menetapkan prosedur anti kecurangan (fraud).
b) Adanya komitmen antara manajemen dengan para karyawan
perusahaan untuk melaksanakan kegiatan anti kecurangan.
2) Prosedur pencegahan baku
a) Pengendalian internal perusahaan yang dilakukan dengan
pemisahan fungsi sehingga menciptakan kondisi saling mengecek
antara satu fungsi dengan fungsi lainnya.
b) Sistem peninjauan kembali dan operasi yang memadai terhadap
sistem komputer.
3) Teknik pengendalian
a) Transparansi pembagian tugas dan pengawasan yang memadai.
b) Adanya pengendalian manual terhadap berkas-berkas yang
digunakan dalam pengoperasian komputer.
4) Kepekaan terhadap kecurangan (fraud)
a) Adanya implementasi prosedur curah pendapat yang efektif.
b) Setiap karyawan diingatkan dan dimotivasi untuk melaporkan
segala perbuatan karyawan lain yang mencurigakan.
60
g. Kualitas Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia, pengertian laporan keuangan
dalam Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 2012 No. 1 paragraf 10,
adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas.
Adapun menurut Thomas et. al (2013:35), menjelaskan pengertian
laporan keuangan adalah:
“Laporan keuangan adalah hasil akhir dari siklus akuntansi yang
memberikan gambaran keuangan tentang suatu perusahaan yang secara
periodik disusun oleh manajemen perusahaan. Laporan keuangan
memiliki sifat historis yaitu memuat angka-angka tentang kinerja dan
kondisi keuangan perusahaan pada masa yang lalu.”
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) 2012 No. 1 paragraf 10, menjelaskan bahwa:
“Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai
posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat
bagi pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Laporan keuangan juga merupakan hasil pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka”.
Menurut APB Statement No.4 dalam Sofyan S. Harahap (2013:126),
laporan keuangan bersifat deskriptif, dan laporan ini banyak
mempengaruhi studi-studi berikutnya tentang tujuan laporan keuangan.
Dalam laporan ini tujuan laporan keuangan dikategorikan menjadi tujuan
khusus, tujuan umum dan tujuan kualitatif. Tujuan khusus dari laporan
keuangan adalah untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha,
dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan
generally accepted accounting principles (GAAP).
61
Tujuan Umum yaitu (a) menyajikan informasi terpercaya mengenai
harta kekayaan bersih dari kegiatan usaha dalam mencari pendapatan; (b)
menyajikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi,
dan kewajiban perusahaan; (c) memberikan informasi yang diperlukan
lainnya tentang perubahan harta dan kewajiban; (d) menaksir informasi
keuangan yang dapat digunakan untuk memperkirakan potensi
perusahaan dalam menghasilkan laba; (e) mengungkapkan informasi
relevan yang dibutuhkan para pengguna laporan.
Tujuan Kualitatif terdiri dari (a) relevance: memilih informasi yang
berkaitan dengan maksud penggunanya dalam mengambil keputusan; (b)
understandability: informasi yang disajikan tidak hanya penting tetapi
juga dapat dipahami; (c) verifiability: hasil akuntansi itu harus dapat
diperiksa oleh pihak lain dan menghasilkan pendapat yang sama; (d)
neutrality: informasi tidak dimaksudkan untuk pihak-pihak tertentu saja;
(e) timeliness: informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk
menghindari penundaan pengambilan keputusan; (f) comparability:
informasi akuntansi harus dapat dibandingkan dengan periode
sebelumnya; (g) completeness: informasi akuntansi yang dilaporkan
harus memenuhi standar pengungkapan yang memadai dan mencakup
semua kebutuhan yang layak dari para pemakai.
Menurut Imam Santoso (2007:7-8), adapun pihak-pihak yang
memiliki kepentingan terhadap posisi keuangan dan pendapatan hasil
usaha perusahaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pihak internal
62
seperti manajemen dan pihak eksternal seperti pemegang saham,
pemerintah, kreditor, dan investor.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 2012 No.1 paragraf
11, laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen
berikut:
1) Laporan Posisi Keuangan
Laporan Posisi Keuangan atau Neraca adalah laporan berisikan
informasi tentang posisi keuangan, yaitu keadaan aset, liabilitas, dan
ekuitas dari suatu entitas pada suatu tanggal tertentu.
2) Laporan Laba Rugi Komprehensif
Melaporkan kinerja atau hasil usaha suatu entitas selama periode
tertentu.
3) Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi tentang
peningkatan atau penurunan aktiva bersih baik yang berasal dari
setoran modal dan pembagian dividen atau yang berasal dari kinerja
perusahaan selama periode berjalan.
4) Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas merupakan laporan yang menyajikan informasi
tentang perubahan saldo kas dan setara kas serta arus penerimaan dan
penggunaan dana kas dan setara kas suatu entitas selama suatu
periode tertentu.
63
5) Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian
dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi
mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam
laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan memiliki fungsi (1)
menyajikan informasi tentang dasar penyususnan laporan keuangan
dan kebijakan akutansi tertentu yang digunakan; (2) menggunakan
informasi berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan; (3) menyajikan
informasi tambahan yang tidak disebutkan dibagian manapun dalam
laporan keuangan, tetapi informasi memiliki kerelevanan dalam
memahami setiap pos laporan keuangan.
Salah satu pengertian kualitas dikemukakan oleh Goetsch & Davis
(2002) dalam Hessel Nogi S Tangkilisan (2007:209), sebagai berikut:
“Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan.”
Menurut Lyn M. Fraser dan Aileen Ormiston yang dialih bahasakan
oleh Sam Setyautama (2008), menyatakan bahwa kualitas laporan
keuangan sebagai berikut:
“Kualitas laporan keuangan adalah idealnya laporan keuangan
harusnya mencerminkan gambaran yang akurat tentang kondisi keuangan
dan kinerja perusahaan. Informasi yang terkandung harus berguna untuk
menilai masa lalu dan masa yang akan datang. Semakin jelas dan akurat
gambar yang disajikan lewat data financial, maka semakin mendekati
kebenaran.”
Laporan keuangan perusahaan dapat menunjukkan tingkat
keberhasilan perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Para
64
pelaku usaha dikatakan berhasil dalam menjalankan kegiatan usahanya
dan telah mampu meminimalkan risiko penyimpangan apabila laporan
keuangan perusahaan yang dihasilkan berkualitas baik. Laporan
keuangan harus mengandung informasi yang berkualitas dan bermanfaat
dalam pengambilan keputusan agar dapat berguna bagi para pemakainya.
Karakteristik kualitatif laporan keuangan sebagaimana yang diatur
dalam UU No 24 Tahun 2005 adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu
ditunjukkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya atau menghasilkan informasi yang berkualitas. Adapaun dalam
Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) Nomor 2 Tahun
1980 tentang Qualitative Characteristics of Accounting Information
menyebutkan bahwa informasi akuntansi yang berkualitas harus
menunjukkan manfaat yang lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan
untuk menyajikan informasi tersebut. Informasi akuntansi dikatakan
berkualitas jika para pengguna laporan keuangan mengerti dan
menggunakan informasi akuntansi tersebut sebagai dasar pengambilan
keputusan (Setyautama, 2008).
Berdasarkan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan dalam Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 2012, disebutkan
bahwa karakteristik kualitatif adalah ciri yang membuat informasi dalam
laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik
kualitatif pokok yaitu sebagai berikut:
65
1) Relevan
Informasi mempunyai kualitas relevan bila dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan,
menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi di masa lalu. Informasi
yang relevan memiliki manfaat umpan balik (feedback value) yang
memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau memperbaiki
ekspektasi mereka di masa lalu. Informasi juga memiliki manfaat
prediktif (predictive value) yang membantu memprediksi masa depan
berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini. Selain itu
informasi juga disajikan tepat waktu dan lengkap, meliputi semua
informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan dengan menimbang masalah yang ada.
2) Andal
Supaya bermanfaat, informasi juga harus mengandung keandalan
(reliable). Informasi dikatakan andal apabila bebas dari pengertian
yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan
penggunanya sebagai penyajian yang jujur dan wajar. Informasi
tersebut mungkin dapat dikatakan relevan, tetapi apabila dalam
penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi
tersebut secara potensial dapat menyesatkan.
66
Informasi yang andal memiliki karakteristik berikut:
a) Penyajian Jujur
Informasi harus menyajikan dengan jujur transaksi serta
kejadian lainnya yang seharusnya disajikan. Dalam hal ini bukan
dikarenakan dengan sengaja bermaksud menyesatkan, tetapi lebih
merupakan kesulitan dalam menelaah transaksi serta kejadian
lainnya yang dilaporkan atau penerapan teknik penyajian yang
sesuai dengan makna transaksi dan peristiwa tersebut.
b) Substansi Mengungguli Bentuk
Apa yang tampak dari bentuk hukum tidak selalu konsisten
dengan substansi transaksi atau peristiwa lain. Apabila informasi
bertujuan untuk menyampaikan dengan jujur transaksi serta
kejadian lain yang sebaiknya ditampilkan, maka kejadian tersebut
perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas
ekonomi dan bukan hanya karena bentuk hukumnya.
c) Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pengguna,
dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu.
Tidak diperkenankan adanya usaha untuk menyajikan informasi
yang menguntungkan beberapa pihak, mengingat hal tersebut akan
merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang
berlawanan.
67
d) Pertimbangan Sehat
Pertimbangan sehat harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian
pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian,
sehingga aset atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan
kewajiban atau beban tidak dinyatakan terlalu rendah.
e) Kelengkapan
Tidak hanya dapat diandalkan, informasi dalam laporan
keuangan juga harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.
Timbulnya kesengajaan untuk tidak mengungkapkan suatu
informasi, mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau
menyesatkan dan tentunya tidak dapat diandalkan dan tidak
relevan.
3) Dapat Dibandingkan
Laporan keuangan perusahaan antar periode harus dapat
dibandingkan oleh pengguna untuk menelaah kecenderungan (fraud)
posisi dan kinerja keuangan. Selain itu pengguna juga sebaiknya
membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk meninjau
kinerja dan perubahan posisi keuangan secara relatif. Dampak penting
dari karakteristik ini adalah bahwa pengguna harus memperoleh
informasi tentang kebijakan akuntansi, perubahan kebijakan dan
pengaruh perubahan tersebut.
68
4) Dapat Dipahami
Unsur penting informasi dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pengguna. Pengguna harus
mempunyai pengetahuan atau keahlian yang memadai tentang
akuntansi dan bisnis, serta keinginan untuk mempelajari lebih lanjut
informasi dengan tekun. Akan tetapi, informasi penting dan lengkap
yang seharusnya dimasukan dalam laporan keuangan tidak dapat
dikeluarkan hanya dikarenakan pertimbangan bahwa informasi
tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu.
Adapun menurut Mahmudi (2007) dalam Setyaningsih (2016),
indikator pengukuran kualitas laporan keuangan adalah:
1) Relevan
a) Manfaat umpan balik dan prediktif yaitu informasi yang ada
dalam laporan keuangan sesuai dengan kebutuhan dan dapat
digunakan untuk mengoreksi atau menegaskan ekspektasi di
masa lalu serta dapat digunakan untuk memperkirakan aktivitas
keuangan periode berikutnya dan memprediksi peristiwa pada
periode berikutnya berdasarkan hasil peristiwa masa lalu.
b) Tepat waktu yaitu laporan keuangan untuk stakeholder disajikan
tepat waktu baik harian, mingguan, bulanan maupun tahunan
dan disusun secara sistematis dan teratur.
69
2) Andal
a) Penyajian jujur dan lengkap yaitu laporan keuangan
menggambarkan transaksi secara apa adanya sesuai dengan
kejadian dan informasi disajikan bebas dari kesalahan yang
bersifat material yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi,
perubahan ekuitas, arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
b) Dapat diverifikasi yaitu informasi dalam laporan keuangan
dapat diuji dan pengujian dilakukan beberapa kali dengan pihak
yang berbeda menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dan
laporan keuangan disajikan secara independen.
3) Dapat dibandingkan
a) Laporan keuangan dapat dibandingkan dengan laporan
keuangan tahun sebelumnya.
b) Dibandingkan dengan laporan keuangan entitas lain pada
umumnya baik secara internal maupun eksternal.
4) Dapat dipahami
a) Informasi laporan keuangan dapat mudah dipahami oleh
pengguna.
b) Pengguna memiliki pengetahuan memadai untuk mempelajari
laporan keuangan.
70
B. Penelitian Terdahulu
Adapun hasil dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang
berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil
Penelitian
1. Bagus
Pramudityo
(2017)
Pengaruh
Kompetensi
Sumber Daya
Manusia,
Pemanfaatan
Sistem Informasi
Akuntansi
Keuangan
Daerah, Sistem
Pengendalian
Intern dan Peran
Internal Audit
Terhadap
Kualitas Laporan
Keuangan
Pemerintah
Daerah (Studi
Empiris Pada
SKPD Kabupaten
Tegal)
Variabel Independen:
- Kompetensi SDM
- Sistem Informasi
Akuntansi
Keuangan Daerah
- Sistem
Pengendalian
Intern
- Peran Audit
Internal
Variabel dependen:
Kualitas Laporan
Keuangan
Kompetensi
sumber daya
manusia,
pemanfaatan
sistem informasi
akuntansi
keuangan daerah,
sistem
pengendalian
intern dan peran
internal audit
berpengaruh
terhadap kualitas
laporan keuangan.
2 Eka
Widyaningtia
Pengaruh Sistem
Pengendalian
Variabel independen:
- Sistem
Pemanfaatan
teknologi
71
s (2014) Internal,
Pemanfaatan
Teknologi
Informasi dan
Kapasitas Auditor
Internal Terhadap
Kualitas Laporan
Keuangan Bank
Pembiayaan
Rakyat Syariah
se-Jabodetabek
Pengendalian
Internal
- Pemanfaatan
Teknologi
Informasi
- Kapasitas Auditor
Internal
Variabel dependen:
- Kualitas Laporan
Keuangan
informasi
memiliki pengaruh
positif dan
signifikan
terhadap kualitas
laporan keuangan
BPRS se-
Jabodetabek
sedangkan sistem
pengendalian
internal dan
kapasitas auditor
internal
berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan
terhadap kualitas
laporan keuangan
BPRS se-
Jabodetabek.
3 Gusnardi
(2011)
Pengaruh Peran
Komite Audit,
Pengendalian
Internal, Audit
Internal dan
Pelaksanaan Tata
Kelola
Perusahaan
Terhadap
Pencegahan
Kecurangan
Variabel independen:
- Komite Audit
- Pengendalian
Internal
- Audit Internal
- Pelaksanaan Tata
Kelola Perusahaan
Variabel dependen:
- Pencegahan
kecurangan
Peran Komite
Audit,
Pengendalian
Internal, Audit
Internal dan
Pelaksanaan Tata
Kelola Perusahaan
berpengaruh
signifikan
terhadap
pencegahan
72
kecurangan
4 I Made Indra
Dwi Putra
Suastawan,
Edy Sujana,
Ni Luh Gede
Erni
Sulindawati
(2013)
Pengaruh Budaya
Organisasi,
Proactive Fraud
Audit dan
Whistleblowing
Terhadap
Pencegahan
Kecurangan
Dalam
Pengelolaan Dana
BOS (Studi
Empiris Pada
Sekolah-Sekolah
di Kabupaten
Buleleng)
Variabel independen:
- Budaya Organisasi
- Proactive Fraud
Audit
- Whistleblowing
Variabel dependen:
- Pencegahan
Kecurangan
Pengelolaan Dana
BOS
Baik secara parsial
maupun simultan,
budaya organisasi,
proactive fraud
audit dan
whistleblowing
berpengaruh
positif signifikan
terhadap
pencegahan
kecurangan
(fraud)
5 Ida Bagus
Dwika
Maliawan,
Edy Sujana, I
Putu Gede
Diatmika
(2017)
Pengaruh Audit
Internal dan
Efektivitas
Pengendalian
Intern Terhadap
Pencegahan
Kecurangan
(fraud) (Studi
Empiris pada
Bank Mandiri
Kantor Cabang
Area Denpasar)
Variabel independen:
- Audit Internal
- Efektivitas
Pengendalian Intern
Variabel dependen:
- Pencegahan
Kecurangan
(fraud)
Baik secara parsial
maupun simultan,
audit internal dan
efektivitas
pengendalian
intern berpengaruh
signifikan
terhadap
pencegahan
kecurangan
(fraud)
6 Kirana
Wulansari
Pengaruh
Karakteristik
Variabel independen:
- Ukuran Komite
Ukuran Komite
Audit berpengaruh
73
(2016) Komite Audit
Terhadap
Kualitas
Pelaporan
Keuangan
Audit
- Independensi
Anggota Komite
Audit
- Keahlian Komite
Audit di Bidang
Keuangan
- Rangkap Jabatan
Anggota Komite
Audit Sebagai
Anggota Komite
Remunerasi
Variabel dependen:
- Kualitas Pelaporan
Keuangan
positif terhadap
kualitas pelaporan
keuangan
sedangkan
independensi
anggota komite
audit, keahlian
komite audit di
bidang keuangan,
rangkap jabatan
anggota komite
audit sebagai
anggota komite
remunerasi tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap kualitas
pelaporan
keuangan.
7 Mohe Nur
Cahyo dan
Sulhani
(2017)
Analisis Empiris
Pengaruh
Karakteristik
Komite Audit,
Karakteristik
Internal Audit,
Whistleblowing
system,
Pengungkapan
Kecurangan
Terhadap Reaksi
Pasar
Variabel independen:
- Karakteristik
Komite Audit
- Karakteristik
Internal Audit
- Whistleblowing
system
- Pengungkapan
Kecurangan
Variabel dependen:
- Reaksi Pasar
Karakteristik
komite audit
berpengaruh
terhadap
whistleblowing
system,
karakteristik
internal audit
berpengaruh
terhadap
whistleblowing
system,
74
whistleblowing
system
berpengaruh
terhadap
pengungkapan
kecurangan dan
pengungkapan
kecurangan
berpengaruh
terhadap reaksi
pasar.
8 Rozmita
Dewi
Yuniarti
Rozali dan
Jabbaar
Mohammad
(2015)
Pengaruh
Pelaksanaan Risk
based Internal
Auditing
Terhadap
Pencegahan
Fraud (Studi
Kasus pada Audit
Internal Kantor
Inspeksi Bank
BRI Wilayah
Bandung)
Variabel independen:
- Risk based internal
auditing
Variabel dependen:
- Pencegahan fraud
Terdapat pengaruh
positif antara
pelaksanaan risk
based internal
auditing terhadap
pencegahan fraud
pada audit internal
Kantor Inspeksi
Bank BRI
Wilayah Bandung
9 Tri Siwi
Nugrahani
(2016)
Pengaruh Dewan
Komisaris dan
Komite Audit
Pada Kualitas
Laporan
Keuangan
Variabel independen:
- Dewan Komisaris
- Komite Audit
Variabel dependen:
- Kualitas Laporan
Keuangan
Terdapat pengaruh
Dewan Komisaris
pada kualitas
laporan keuangan
namun komite
audit tidak
berpengaruh
75
terhadap kualitas
laporan keuangan.
Secara bersama-
sama Dewan
Komisaris dan
Komite Audit
berpengaruh
terhadap kualitas
laporan keuangan.
C. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan Pengendalian Internal dengan Pencegahan Kecurangan
(fraud)
Pengendalian internal (internal control) diperlukan manajemen untuk
mencapai tujuannya. Kecurangan (fraud) merupakan suatu risiko, untuk
menutup atau meminimalkannya, entitas atau perusahaan memerlukan
pengendalian internal. Pengendalian internal meliputi struktur organisasi,
metode dan standar-standar yang dikondisikan untuk menjaga harta
perusahaan, mengecek keakuratan dan keandalan data akuntansi,
mendorong efektivitas dan efisiensi serta dipatuhinya kebijakan
manajemen.
Upaya mencegah terjadinya kecurangan dimulai dari pengendalian
internal. Menurut K Dabbagoglu (2012:987) efektivitas pengendalian
internal yang merupakan indikator dari keberhasilan dalam mencapai
tujuan secara langsung berhubungan dengan tindakan kecurangan yang
terjadi dalam dunia bisnis. Sebuah pengendalian internal yang efektif harus
76
memiliki karakteristik pencegahan dan detektif. Dan dalam konteks ini,
sangat jelas bahwa pengendalian internal adalah langkah pencegahan
terhadap penipuan. Hasil penelitian Gusnardi (2011) menunjukkan bahwa
pengendalian internal berpengaruh signifikan terhadap pencegahan
kecurangan. Selain itu adapun penelitian lain yang sejalan yaitu Maliawan,
Sujana dan Diatmika (2017) yang menemukan adanya pengaruh signifikan
pengendalian internal terhadap pencegahan kecurangan (fraud).
2. Hubungan Audit Internal dengan Pencegahan Kecurangan (fraud)
Kecurangan (fraud) ialah suatu tindakan mengambil keuntungan yang
dilakukan oleh individu dalam perusahaan untuk dirinya sendiri atau
kelompok. Untuk mengatasi masalah kecurangan ini, diperlukan suatu
pengawasan. Untuk memperoleh hasil pengawasan yang baik, dibutuhkan
audit internal yang baik dan cakap. Manajemen siap menghadapi
perubahan ekonomi yang cepat di era globalisasi apabila memiliki auditor
internal yang baik, selain itu juga berbagai persaingan, permintaan
pelanggan serta restrukturisasi untuk kemajuan di masa yang akan datang.
Lemahnya audit internal di dalam perusahaan akan mengakibatkan
pencegahan kecurangan tidak berjalan baik dan efektif. Namun sebaliknya
audit internal yang kuat dan kompeten dapat mendorong pencegahan
kecurangan dalam suatu perusahaan berjalan dengan baik dan efektif
sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecurangan (Hery, 2010:64).
77
Peran audit internal yang efektif memberi pengaruh besar dalam usaha
mencegah terjadinya kecurangan, dengan adanya audit internal maka
pemeriksaan akan terjadi secara otomatis terhadap pekerjaan seseorang.
Hasil penelitian Gusnardi (2011) menunjukkan bahwa audit internal
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pencegahan kecurangan
(fraud). Peneliti lainnya seperti Maliawan, Sujana dan Diatmika (2017)
juga mengatakan bahwa audit internal memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pencegahan kecurangan (fraud).
3. Hubungan Risk based audit dengan Pencegahan Kecurangan (fraud)
Risk based audit atau audit berbasis risiko adalah metode
pengecekan yang digunakan untuk menjamin bahwa risiko telah dikelola
dengan batasan risiko yang telah ditetapkan manajemen perusahaan.
Pendekatan audit ini lebih fokus dalam meninjau risiko-risiko baik
strategis, operasional, finansial, regulasi dan risiko lainnya yang dihadapi
oleh organisasi.
Dalam risk based audit, daerah yang berisiko tinggi diaudit, sehingga
dapat segera diketahui manajemen dan diperbaiki sitem kontrolnya. Risk-
based audit juga memberi keyakinan bahwa seluruh tanggung jawab
manajemen telah dilaksanakan secara efektif dan efisien. Tanggung jawab
manajemen yang utama termasuk memastikan pengendalian internal telah
memadai dan pelaksanaan manajemen risiko dilakukan secara tepat,
diikuti oleh unit kerja dan fungsi perusahaan.
78
Risk based audit sangat penting untuk dijalankan. Dengan adanya
metode pendekatan audit ini dapat membantu terpenuhinya tanggung
jawab manajemen secara efektif. Pihak manajemen bertanggungjawab
dalam memastikan pengendalian internal berjalan dengan baik dan proses
manajemen risiko juga berjalan secara efektif. Risk based audit dapat
menjadi sistem pengecekan terhadap kontrol organisasi dan meningkatkan
kemampuan dalam menelaah adanya fraud atau masalah lainnya. Menurut
penelitian Rozali dan Mohammad (2015), terdapat pengaruh positif antara
pelaksanaan risk based audit terhadap pencegahan kecurangan (fraud).
4. Hubungan Komite Audit dengan Pencegahan Kecurangan (fraud)
Komite audit merupakan salah satu bagian kelembagaan sistem tata
kelola perusahaan yang diharapkan mampu memberikan kontribusi tinggi
dalam pengendalian dan pengawasan. Kehadirannya diharapkan
mampu meningkatkan kualitas pengendalian internal perusahaan, yang
bertujuan untuk melindungi para pemegang saham dan stakeholder dengan
optimum sehingga terhindar dari berbagai kecurangan (IKAI, 2010).
Keberadaan dari komite audit diharapkan dapat digunakan semaksimal
mungkin dalam upaya pencegahan kecurangan, karena komite audit
berperan besar dalam pengawasan. Komite Audit menelaah kejadian
tertentu atau kondisi yang berdampak pada pencapaian tujuan organisasi
(risiko dan peluang), menilai besarnya dampak, menentukan strategi, dan
memonitor perkembangan yang dapat menjadi pertimbangan pengambilan
79
keputusan. Dengan mengidentifikasi ikut aktif dalam mengatasi risiko dan
peluang, perusahaan dapat melindungi dan menciptakan nilai bagi para
stakeholder, termasuk pemilik, karyawan, pelanggan, masyarakat dan juga
regulator/pemerintah.
Komite audit memberikan arahan untuk menyempurnakan sistem
pengendalian manajemen perusahaan serta pelaksanaannya dan menelaah
hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris/Dewan Pengawas. Selain
itu Komite Audit memiliki tugas meninjau pelaksanaan kegiatan serta hasil
audit yang dijalankan Satuan Pengawasan Intern maupun Auditor
Eksternal sehingga pelaksanaan dan pelaporan yang tidak memenuhi
standar dapat dicegah. Hasil penelitian Gusnardi (2011) menunjukkan
bahwa peran komite audit berpengaruh signifikan terhadap pencegahan
kecurangan.
5. Hubungan Whistleblowing system dengan Pencegahan Kecurangan
(fraud)
Selain faktor pengendalian internal, audit internal, risk based audit dan
peran komite audit, diperlukan juga kesediaan seseorang untuk
mengungkapkan dan melaporkannya saat mengetahui adanya tindakan
pelanggaran di dalam perusahaan atau yang dikenal dengan istilah
whistleblowing. Whistleblowing itu sendiri ialah upaya seorang pegawai
atau mantan pegawai suatu organisasi untuk melaporkan sesuatu yang dia
80
yakini merupakan kesalahan atau kecurangan yang terjadi dalam
perusahaannya (Jalil, 2013).
Whistleblowing system dapat dengan cepat mengidentifikasi
penyalahgunaan wewenang/tanggung jawab sehingga dapat meningkatkan
efisiensi, meningkatkan moral pegawai, menghindari tuntutan hukum, dan
menghindari reputasi negatif. Pemerintah Indonesia tertarik untuk
mengadopsi sistem ini setelah melihat kesuksesan penerapan
whistleblowing system di berbagai perusahaan dan negara di dunia untuk
mencegah dan melaporkan tindakan yang tidak sesuai kode etik. Hasil
penelitian Suastawan, Sujana dan Sulindawati (2013) menunjukkan bahwa
whistleblowing berpengaruh positif signifikan terhadap pencegahan
kecurangan (fraud). Selain itu, Cahyo dan Sulhani (2017) juga mengatakan
bahwa whistleblowing system berpengaruh terhadap pengungkapan
kecurangan (fraud).
6. Hubungan Pengendalian Internal, Audit Internal, Risk based audit,
Komite Audit, dan Whistleblowing system dengan Pencegahan
Kecurangan (fraud)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai masing-masing
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam
penelitian ini, maka diharapkan pengendalian internal, audit internal, risk
based audit, komite audit dan whistleblowing system akan berpengaruh
terhadap pencegahan kecurangan (fraud) secara bersama-sama.
81
7. Hubungan Pengendalian Internal dengan Kualitas Laporan
Keuangan
Manajemen memiliki tanggung jawab untuk menyusun laporan
keuangan bagi para investor, kreditor dan para pengguna lainnya dan
menjamin bahwa informasi disajikan dengan wajar sesuai ketentuan
pelaporan. Tujuan sistem pengendalian internal yakni menjaga keandalan
pelaporan keuangan, dapat dikatakan bahwa sistem pengendalian internal
dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan mengingat sistem
pengendalian internal dapat memperkecil kesalahan-kesalahan dalam
penyajian data akuntansi, sehingga akan menghasilkan laporan yang benar,
tidak menyesatkan, mencegah kemungkinan terjadinya penggelapan-
penggelapan.
Pengendalian internal dikatakan semakin efektif dan berkualitas apabila
manajemen mampu mengoperasionalkan fungsi-fungsinya, menyajikan
informasi akuntansi dengan baik. Efektivitas pengendalian intern dalam
organisasi akan menjamin pelaksanaan pembukuan secara objektif, dapat
dipercaya sehingga menghasilkan informasi laporan keuangan yang
berkualitas, sesuai dengan tujuan pengendalian internal (Kartadinata,
2016). Hasil penelitian Bagus Pramudityo (2017) menunjukkan bahwa
sistem pengendalian internal berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan. Namun Eka Widyaningtias (2014) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa sistem pengendalian internal berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.
82
8. Hubungan Audit Internal dengan Kualitas Laporan Keuangan
Audit internal merupakan audit yang dilaksanakan dengan pemeriksaan
yang sistematis atas catatan-catatan, prosedur dan operasi perusahaan. Di
samping itu, audit internal merupakan alat bantu manajemen untuk
mengamankan harta organisasi, untuk mengetahui perkembangan
efektivitas suatu perusahaan, dan sejauh mana hal tersebut dipatuhi
perusahaan. Audit internal menjadi bagian penting karena berperan
mengawasi transaksi-transaksi yang tidak dapat diawasi langsung oleh
pihak manajemen maupun pimpinan perusahaan serta memastikan tujuan
dan prosedur perusahaan dapat terlaksana dengan baik.
Peran audit internal tidak hanya fokus mencari kesalahan dan
melaporkan kepada pimpinan, tetapi juga menyelesaikan masalah yang
terjadi secara independen dan objektif. Auditor internal yang cakap dalam
suatu perusahaan akan membantu manajemen menjaga keamanan
kekayaan milik perusahaan dan dapat mencegah serta menemukan
kecurangan dan penggelapan yang menyebabkan kerugian. Peran audit
internal tidak dimaksudkan untuk menghilangkan semua kemungkinan
terjadinya kesalahan atau penyelewengan, melainkan menekan terjadinya
kesalahan dan kecurangan (fraud). Menurut penelitian Bagus Pramudityo
(2017), peran audit internal berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan. Namun berbeda dengan penelitian Eka Widyaningtias (2014)
yang mengatakan bahwa kapasitas auditor internal berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.
83
9. Hubungan Risk based audit dengan Kualitas Laporan Keuangan
Risk based audit adalah suatu metode atau pendekatan audit yang
diawali dengan proses penilaian risiko audit, kemudian dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan auditnya lebih difokuskan pada
area-area penting yang berisiko terjadinya pelanggaran atau kecurangan.
Coetzee dan Lubbe (2014) menyatakan bahwa peran auditor internal
dalam melakukan mitigasi risiko utama yang mengancam organisasi telah
meningkat. Auditor internal tidak hanya memastikan bahwa risiko utama
telah ditangani, tetapi juga memastikan bahwa kegiatan bisnis perusahaan
telah dilakukan dengan lebih efektif dan efisien, sehingga informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan bebas dari manipulasi.
Febrina (2011) dalam Febriandi (2017), menyatakan bahwa
pelaksanaan risk based audit akan membuat audit menjadi lebih efektif
dan efisien, karena fokus audit internal yang hanya diutamakan pada area
berisiko tinggi. Risk based audit tidak hanya memusatkan perhatian pada
risiko kegagalan dan kecurangan namun juga memusatkan perhatian pada
catatan akuntansi, proses akuntansi, pemilihan dan pencatatan data serta
penyiapan laporan keuangan. Dengan pendekatan risk based audit
diharapkan auditor dapat mengidentifikasi risiko kegagalan, kekeliruan,
dan kecurangan, serta memberikan rekomendasi bagi auditee untuk
perbaikan operasinya, memberikan dasar yang kuat bagi tim audit dalam
memberikan opini atas laporan keuangan dengan mempertimbangkan
risiko salah saji yang terkait dengan risiko kecurangan.
84
10. Hubungan Komite Audit dengan Kualitas Laporan Keuangan
Bradbury et al (2004) dalam Situmorang (2017) menyatakan bahwa
Komite Audit memiliki tugas membantu Dewan Komisaris mengawasi
proses pelaporan keuangan oleh manajemen untuk mewujudkan integritas
laporan keuangan. Komite Audit dipandang sebagai mekanisme
pengawasan yang bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi antara
pihak dalam dan luar anggota dewan.
Komite audit merupakan bagian dari organ perusahaan yang menjadi
pemantau kinerja perusahaan. Tugas utama komite audit adalah memonitor
proses pelaporan keuangan dan memastikan bahwa laporan keuangan
secara etis dilaporkan manajer (Leong et al, 2015). Komite audit
bertanggungjawab dalam menciptakan pelaporan keuangan yang
berkualitas demi kelangsungan hidup perusahaan. Komite audit memiliki
peran penengah antara manajemen dan auditor. Peran penengah itu juga
membantu manajemen agar terfokus pada tujuan yang sama dengan
pemilik (prinsipal), dan auditor dalam mempertahankan independensinya,
sehingga laporan keuangan yang diberikan manjemen informatif dan
berkualitas bagi pemilik. Hasil penelitian Wulansari (2016) menunjukkan
bahwa ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan. Namun Nugrahani (2015) dalam penelitiannya mengatakan
bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.
85
11. Hubungan Whistleblowing system dengan Kualitas Laporan Keuangan
Untuk meminimalisir penyimpangan laporan keuangan, perusahaan
membutuhkan seseorang yang mampu mengemukakan bukti bahwa hal
tersebut sangat tidak etis. Salah satu cara mencegah kecurangan akuntansi
dengan melakukan whistleblowing, hal ini bertujugan mengembalikan
kepercayaan masyarakat. Adapun whistleblowing diartikan sebagai
pelaporan oleh anggota perusahaan aktif maupun nonaktif mengenai
penyimpangan, tindakan ilegal atau tidak bermoral kepada pihak di dalam
maupun di luar perusahaan (Khan, 2009) dalam Asiah (2017). Pentingnya
whistleblowing dalam perusahaan akan memberi peringatan ataupun sanksi
bagi orang yang melakukan kecurangan laporan keuangan.
12. Hubungan Pencegahan Kecurangan (fraud) dengan Kualitas Laporan
Keuangan
Salah satu bentuk pencegahan kecurangan ialah pencegahan salah saji
laporan keuangan (financial statement fraud). Pencegahan fraud
merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam hal penyusunan standar dan
kebijakan, sistem dan prosedur bahwa tindakan yang diperlukan sudah
dilakukan dewan komisaris, direksi dan manajemen dalam perusahaan
untuk dapat memberikan keyakinan memadai demi mencapai tujuan
perusahaan yang efektif dan efisien, laporan keuangan yang andal dan
ketaatan terhadap hukum yang berlaku (COSO, 1992) dalam (Mulinda,
2017). Laporan ini disusun untuk menyediakan informasi relevan yang
86
dilakukan oleh suatu perusahaan selama satu periode pelaporan. Setiap
perusahaan wajib memiliki laporan keuangan untuk melaporkan upaya
yang dilakukan dan hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatannya
karena hal ini bermanfaat bagi banyak pihak seperti investor, karyawan
perusahaan, kreditor, pelanggan dan pemerintah. Oleh karena itu sebuah
laporan keuangan adalah hal yang esensial, bebas dari kecurangan dan
harus bisa dipertanggungjawabkan oleh suatu perusahaan. Dengan adanya
tindakan pencegahan kecurangan (fraud) maka diyakini kualitas laporan
keuangan yang dihasilkan akan semakin baik dan dapat diandalkan.
13. Hubungan Pengendalian Internal, Audit Internal, Risk based audit,
Komite Audit, dan Whistleblowing system dengan Kualitas Laporan
Keuangan Melalui Pencegahan Kecurangan (Fraud)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai masing-masing
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen melalui variabel
intervening dalam penelitian ini, maka diharapkan pengendalian internal,
audit internal, risk based audit, komite audit dan whistleblowing system
akan berpengaruh secara bersama-sama terhadap kualitas laporan
keuangan melalui pencegahan kecurangan (fraud).
87
Audit Internal
(X2)
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian yang dimulai dari latar belakang hingga penelitian
terdahulu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pencegahan kecurangan (fraud) serta implikasinya pada
kualitas laporan keuangan. Variabel-variabel yang diduga dapat
mempengaruhinya yaitu pengendalian internal, audit internal, risk based audit,
komite audit dan whistleblowing system.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
H7
H1
H8
H2
H9
H3 H12
H6
H13
H4
H10
H5
H11
Pengendalian
Internal
(X1)
Risk based audit
(X3)
Komite Audit
(X4)
Whistleblowing
system
(X5)
Pencegahan
Kecurangan
(fraud)
(Y)
Kualitas
Laporan
Keuangan
(Z)
88
Keterangan:
= pengaruh secara parsial
= pengaruh secara simultan
X1 = variabel eksogen/ independen 1, pengendalian internal
X2 = variabel eksogen/ independen 2, audit internal
X3 = variabel eksogen/ independen 3, risk based audit
X4 = variabel eksogen/ independen 4, komite audit
X5 = variabel eksogen/ independen 5, whistleblowing system
Y = variabel intervening, pencegahan kecurangan (fraud)
Z = variabel endogen/ dependen, kualitas laporan keuangan
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Perumusan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H1 : terdapat pengaruh pengendalian internal (X1) terhadap
pencegahan kecurangan (fraud) (Y).
H2 : terdapat pengaruh audit internal (X2) terhadap pencegahan kecurangan
(fraud) (Y).
H3 : terdapat pengaruh risk based audit (X3) terhadap pencegahan
kecurangan (fraud) (Y).
H4 : terdapat pengaruh komite audit (X4) terhadap pencegahan kecurangan
(fraud) (Y).
89
H5 : terdapat pengaruh whistleblowing system (X5) terhadap pencegahan
kecurangan (fraud) (Y).
H6 : terdapat pengaruh pengendalian internal (X1), audit internal (X2), risk
based audit (X3), komite audit (X4) dan whistleblowing system (X5)
secara bersama-sama terhadap pencegahan kecurangan (fraud) (Y).
H7 : terdapat pengaruh pengendalian internal (X1) terhadap kualitas
laporan keuangan (Z).
H8 : terdapat pengaruh audit internal (X2) terhadap kualitas laporan
keuangan (Z).
H9 : terdapat pengaruh risk based audit (X3) terhadap kualitas laporan
keuangan (Z).
H10 : terdapat pengaruh komite audit (X4) terhadap kualitas laporan
keuangan (Z).
H11 : terdapat pengaruh whistleblowing system (X5) terhadap kualitas
laporan keuangan (Z).
H12 : terdapat pengaruh pencegahan kecurangan (fraud) (Y) terhadap
kualitas laporan keuangan (Z).
H13 : terdapat pengaruh pengendalian internal (X1), audit internal (X2), risk
based audit (X3), komite audit (X4) dan whistleblowing system (X5)
secara bersama-sama terhadap kualitas laporan keuangan (Z) melalui
pencegahan kecurangan (fraud) (Y).
90
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Menurut Sugiyono (2015:2) metode penelitian umumnya adalah cara
ilmiah untuk memperoleh data atau informasi dengan tujuan tertentu. Dengan
demikian terdapat empat konsep yang perlu dipahami yaitu cara ilmiah, data,
tujuan dan kegunaan. Cara ilmiah ialah aktivitas penelitian yang didasarkan
pada ciri-ciri keilmuan, yaitu sistematis, rasional dan empiris.
Sugiyono (2015:5) mengatakan bahwa metode penelitian adalah cara-
cara ilmiah untuk memperoleh data yang valid dengan maksud dapat
ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan oleh suatu pengetahuan tertentu
dengan demikian bermanfaat untuk mengerti, memecahkan, dan mencegah
masalah.
Sesuai dengan penelitian yang telah dijelaskan bab sebelumnya, maka
untuk mendapatkan hasil yang akurat dan sistematis diperlukan suatu metode
dan jenis penelitian yang baik dan benar, metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode survey yang digunakan untuk memperoleh data
dari tempat tertentu tetapi peneliti melakukan pengumpulan data seperti
menyebar kuesioner, tes, wawancara dan sebagainya (Sugiyono, 2015:14).
91
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
Penelitian Kausal Asosiatif (Causal Assosiatif Research). Metode penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sebab akibat antara variabel bebas
(independent variable) yaitu pengendalian internal (X1), audit internal (X2),
risk based audit (X3), komite audit (X4) dan whistleblowing system (X5)
dengan variabel terikat (dependent variable) yaitu kualitas laporan keuangan
(Z) baik secara langsung maupun melalui variabel intervening (intervening
variable) yaitu pencegahan kecurangan (fraud) (Y).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2015:80). Populasi dalam penelitian ini adalah 22 perusahaan yang terdiri
dari 12 perusahaan di sub sektor kimia dan 10 perusahaan di sub sektor
farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2015), “Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling atau sampel
bertujuan.
92
Teknik purposive sampling dapat diartikan sebagai cara penarikan
sampel nonprobabilitas yang mana unit yang akan diamati atau diteliti
dipilih berdasarkan pertimbangan unit mana yang dianggap paling
bermanfaat dan representatif (Sugiyono, 2015).
Kriteria perusahaan yang digunakan dalam pengambilan sampel
penelitian ini adalah:
a. Perusahaan manufaktur di sub sektor kimia dan farmasi yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2018.
b. Perusahaan tidak mengalami delisted di Bursa Efek Indonesia pada
periode penelitian (2018).
c. Kantor Pusat (Head Office) berada di Jakarta.
d. Memiliki struktur pengendalian yakni Komite Audit dan Audit
Internal.
Kriteria responden yang digunakan dalam pengambilan sampel
penelitian ini adalah:
a. Ditujukan pada komite audit, auditor internal, manajer, supervisor,
dan staf bidang akuntansi.
b. Memiliki pengalaman kerja atau menduduki jabatan tersebut paling
sedikit tiga tahun masa kerja.
c. Memiliki latar belakang pendidikan minimal S1.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka terpilih 12 perusahaan, yaitu 7
perusahaan di sub sektor kimia dan 5 perusahaan di sub sektor farmasi
93
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2018 yang akan
digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.
Tabel 3.1
Kriteria Purposive Sampling Perusahaan
Kode Nama
Perusahaan
Status
di BEI
Delisting
di Th.
2018
Lokasi
Head
Office
Komite
Audit
Auditor
Internal
Ketersediaan
Informasi
Riset
Sampel
Terpilih
Sub
Sektor
Kimia
ADMG Polychem
Indonesia Tbk. Terdaftar Tidak Jakarta Ada Ada Ya
AGII Aneka Gas
Industri Tbk. Terdaftar Tidak Jakarta Ada Ada Ya
BRPT Barito Pacific
Tbk. Terdaftar Tidak Jakarta Ada Ada Ya
DPNS Duta Pertiwi
Nusantara Tbk. Terdaftar Tidak Jakarta Ada Ada Ya
EKAD
Ekadharma
International
Tbk.
Terdaftar Tidak Luar
Jakarta
ETWA
Eterindo
Wahanatama
Tbk.
Terdaftar Tidak Jakarta Ada Ada Tidak
INCI
Intanwijaya
Internasional
Tbk.
Terdaftar Tidak Jakarta Ada Ada Ya
MDKI Emdeki Utama
Tbk. Terdaftar Tidak
Luar
Jakarta
SRSN
Indo
Acidatama
Tbk.
Terdaftar Tidak Jakarta Ada Ada Ya
TDPM
Tridomain
Performance
Materials Tbk.
Terdaftar Tidak Jakarta Ada Tidak
Ada
TPIA
Chandra Asri
Petrochemical
Tbk.
Terdaftar Tidak Jakarta Ada Tidak
Ada
UNIC Unggul Indah
Cahaya Tbk. Terdaftar Tidak Jakarta Ada Ada Ya
Sub
Sektor
Farmasi
DVLA
Darya-Varia
Laboratoria
Tbk.
Terdaftar Tidak Jakarta Ada Ada Ya
INAF Indofarma
Tbk. Terdaftar Tidak
Luar
Jakarta
KAEF Kimia Farma
Tbk. Terdaftar Tidak Jakarta Ada Ada Ya
KLBF Kalbe Farma
Tbk. Terdaftar Tidak Jakarta Ada Ada Ya
MERK Merck Tbk. Terdaftar Tidak Jakarta Ada Ada Ya
PYFA Pyridam
Farma Tbk. Terdaftar Tidak Jakarta Ada Ada Ya
94
SCPI
Merck Sharp
Dohme
Pharma Tbk.
Terdaftar Tidak Jakarta Ada Tidak
Ada
SIDO
Industri Jamu
dan Farmasi
Sido Muncul
Tbk.
Terdaftar Tidak Luar
Jakarta
SQBB
Taisho
Pharmaceutical
Indonesia Tbk.
Terdaftar Delisted
TSPC Tempo Scan
Pacific Tbk. Terdaftar Tidak Jakarta Ada Ada Tidak
Sumber: Kontan.co.id
C. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Operasionalisasi variabel adalah gambaran dan penjabaran mengenai
struktur penelitian tentang variabel atau sub variabel kepada konsep, dimensi,
indikator dan ukuran yang difokuskan untuk mendapatkan nilai variabel.
1. Definisi Konseptual Variabel
Variabel adalah suatu konsep yang mempunyai variasi nilai dengan
klasifikasi tertentu. Selain itu variabel dapat juga didefinisikan sebagao
segala sesuatu yang akan dijadikan obyek penelitian. Hatch dan Farhady
(1981) dalam Sugiyono (2015) menyebutkan secara teoritis variabel
merupakan atribut seseorang, atau objek, yang mempunyai keunikan
antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek lain.
Variabel dapat dikatakan sebagai atribut dari bidang keilmuan atau
aktivitas tertentu.
Pengertian variabel penelitian menurut Sugiyono (2015:38) adalah
suatu sifat atau atribut atau nilai dari orang, objek atau aktivitas yang
memiliki keunikan atau variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
95
Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi:
a. Variabel Eksogen (X)
Variabel eksogen merupakan variabel independen yakni variabel
yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen atau terikat (endogen), baik secara positif maupun
negatif, yaitu jika terdapat variabel eksogen, variabel endogen juga
hadir dengan setiap unit kenaikan dalam variabel eksogen, dan terdapat
pula kenaikan atau penurunan dalam variabel endogen (Sugiyono,
2015:39).
Terdapat lima variabel bebas dalam penelitian ini yang diyakini
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pencegahan kecurangan
(fraud) serta berimplikasi pada kualitas laporan keuangan, yaitu:
1) Pengendalian Internal
Pengendalian internal adalah struktur organisasi, proses, metode
yang dijalankan oleh dewan komisaris, direksi dan manajemen
yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian tujuan yang berkaitan dengan operasional, pelaporan,
dan ketaatan (COSO, 2013:3).
2) Audit Internal
Audit internal adalah pengecekan yang dilakukan oleh bagian
internal audit perusahaan, terhadap laporan keuangan dan catatan
akuntansi perusahaan maupun kepatuhan terhadap kebijakan
manajemen tinggi yang telah ditentukan dan kepatuhan terhadap
96
regulator dan peraturan dari ikatan profesi yang berlaku (Soekrisno
Agoes 2013:204).
3) Risk based Audit
Risk based audit adalah metode pemeriksaan audit berdasarkan
hasil penelaahan dan analisis terhadap risiko yang material dan
berpotensi menghambat strategi bisnis, agar perencanaan audit
lebih terstruktur serta pengecekan dan pelaporan menjadi lebih
fokus (Tunggal, 2007).
4) Komite Audit
Komite Audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh
kelompok yang lebih besar untuk melaksanakan pekerjaan tertentu
atau untuk menjalankan penugasan khusus atau sejumlah anggota
Dewan Komisaris perusahaan klien yang bertanggung jawab untuk
membantu auditor dalam mempertahankan independensinya (Hiro
Tugiman (1995,8) dalam Susilawati (2016)).
5) Whistleblowing system
Whistleblowing ialah tindakan melaporkan perbuatan menyimpang
atau suatu pelanggaran yang melawan hukum, perbuatan tidak
etis/tidak bermoral atau perbuatan lain yang dapat merugikan
organisasi/perusahaan kepada pemimpin organisasi atau lembaga
lain yang dapat memiliki wewenang atas pelanggaran tersebut
(KNKG, 2008) dalam Sagara (2013).
97
b. Variabel Intervening (Y)
Variabel intervening adalah jenis variabel yang menjadikan atau
mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen
menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan
diukur. Variabel ini merupakan variabel antara atau disebut juga
variabel penyela yang terletak di antara variabel bebas dan terikat,
sehingga variabel bebas tidak langsung mempengaruhi berubahnya
atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2015:39). Variabel
intervening yang diteliti dalam penelitian ini adalah pencegahan
kecurangan (fraud).
Pencegahan fraud merupakan upaya terintegrasi yang dapat
menekan terjadinya faktor penyebab fraud (Pusdiklatwas BPKP,
2008:37). Pencegahan kecurangan (fraud) menjadi variabel
intervening dalam penelitian ini karena sebagai perantara hubungan
pengendalian internal, audit internal, risk based audit, komite audit dan
whistleblowing system ke kualitas laporan keuangan. Dengan adanya
pencegahan kecurangan (fraud) sebagai variabel intervening maka
kelima variabel independen (eksogen) tersebut kemungkinan menjadi
berpengaruh terhadap variabel dependen (endogen).
c. Variabel Endogen (Z)
Variabel endogen merupakan variabel dependen yakni variabel
yang menjadi perhatian utama bagi peneliti. Variabel endogen ini
adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
98
adanya variabel bebas/eksogen (Sugiyono, 2015:39). Variabel terikat
yang diteliti dalam penelitian ini adalah kualitas laporan keuangan.
Kualitas laporan keuangan adalah laporan keuangan yang ideal
dimana mencerminkan gambaran yang akurat tentang keadaan
keuangan dan kinerja perusahaan serta informasinya harus berguna
untuk menilai masa lalu dan masa depan (Lyn M. Fraser dan Aileen
Ormiston yang dialih bahasakan oleh Sam Setyautama, 2008). Kualitas
laporan keuangan diyakini sebagai variabel dependen yang
dipengaruhi oleh pengendalian internal, audit internal, risk based audit,
komite audit dan whistleblowing system.
2. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini terdapat tiga tipe variabel, yaitu variabel eksogen
(X), variabel intervening (Y) dan variabel endogen (Z).
a. Variabel Eksogen (X)
1) Variabel X1 (Pengendalian Internal)
Variabel ini diukur dengan menggunakan 10 item instrumen
yang dikutip dari COSO (2013) dalam Herawati (2014). Semua
item pertanyaan diukur dengan skala Likert 1 sampai 5, dimana
skor terendah (poin 1) menunjukkan tingkat pengendalian internal
yang paling rendah, sedangkan skor tertinggi (poin 5)
menunjukkan tingkat pengendalian internal yang paling tinggi.
99
2) Variabel X2 (Audit Internal)
Variabel ini diukur dengan menggunakan 8 item instrumen
yang diadopsi dari Boynton and Kell (1996) dalam Fitzsimmons
dan Mona (2011). Semua item pertanyaan diukur dengan skala
Likert 1 sampai 5, dimana skor terendah (poin 1) menunjukkan
tingkat peran audit internal yang paling rendah, sedangkan skor
tertinggi (poin 5) menunjukkan tingkat peran audit internal yang
paling tinggi.
3) Variabel X3 (Risk based Audit)
Variabel ini diukur dengan menggunakan 8 item instrumen
yang dikembangkan oleh Nayoan dan Masruchin (2017). Semua
item pertanyaan diukur dengan skala Likert 1 sampai 5, dimana
skor terendah (poin 1) menunjukkan tingkat penerapan risk based
audit yang paling rendah, sedangkan skor tertinggi (poin 5)
menunjukkan tingkat penerapan risk based audit yang paling
tinggi.
4) Variabel X4 (Komite Audit)
Variabel ini diukur dengan menggunakan 6 item instrumen
yang diambil dari Alijiyo (2003) dalam Sariah (2010). Semua item
pertanyaan diukur dengan skala Likert 1 sampai 5, dimana skor
terendah (poin 1) menunjukkan tingkat peran komite audit yang
paling rendah, sedangkan skor tertinggi (poin 5) menunjukkan
tingkat peran komite audit yang paling tinggi.
100
5) Variabel X5 (Whistleblowing system)
Variabel ini diukur dengan menggunakan 6 item instrumen
yang diadopsi dari KNKG (2008:22) dan Semendawai, dkk
(2011:19). Semua item pertanyaan diukur dengan skala Likert 1
sampai 5, dimana skor terendah (poin 1) menunjukkan tingkat
whistleblowing system yang paling rendah, sedangkan skor
tertinggi (poin 5) menunjukkan tingkat whistleblowing system
yang paling tinggi.
b. Variabel Intervening (Y) Pencegahan Kecurangan (fraud))
Variabel ini diukur dengan menggunakan 8 item instrumen yang
dikutip dari Pusdiklatwas BPKP (2008:38) dalam Mulinda (2017).
Semua item pertanyaan diukur dengan skala Likert 1 sampai 5, dimana
skor terendah (poin 1) menunjukkan tingkat pencegahan kecurangan
(fraud) yang paling rendah, sedangkan skor tertinggi (poin 5)
menunjukkan tingkat pencegahan kecurangan (fraud) yang paling
tinggi.
c. Variabel Endogen (Z) Kualitas Laporan Keuangan
Variabel ini diukur dengan menggunakan 8 item instrumen yang
diambil dari Mahmudi (2007) dalam Setyaningsih (2016). Semua item
pertanyaan diukur dengan skala Likert 1 sampai 5, dimana skor
terendah (poin 1) menunjukkan tingkat kualitas laporan keuangan yang
paling rendah, sedangkan skor tertinggi (poin 5) menunjukkan tingkat
kualitas laporan keuangan yang paling tinggi.
101
3. Pengukuran Variabel
Di dalam sebuah penelitian dibutuhkan instrumen yang mendukung
untuk memperoleh data yang diperlukan. Instrumen penelitian digunakan
untuk mengukur variabel yang diteliti. Variabel-variabel yang telah
diberikan definisi operasionalnya, kemudian ditentukan indikator dan
dimensi yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi
butir-butir pertanyaan atau pernyataan dengan tipe skala ordinal. Untuk itu
digunakan matriks pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen
(Sugiyono, 2015:103).
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen
Variabel Dimensi Indikator No. Item
Pengendalian
Internal (X1)
(COSO (2013)
dalam Herawati
(2014)).
1. Lingkungan
pengendalian
- Nilai integritas dan etika
- Filosofi dan gaya manajemen
1
2
2. Penilaian
risiko
- Identifikasi risiko
- Analisis risiko
3
4
3. Aktivitas
pengendalian
- Perancangan, penggunaan
dokumentasi dan pengecekan
- Otorisasi dan pemisahan fungsi
yang memadai
5
6
4. Informasi dan
komunikasi
- Informasi dapat diandalkan dan
relevan
- Mampu menyediakan,
mengelola, mengembangkan
dan memperbarui sistem
informasi
7
8
Bersambung ke halaman berikutnya
102
Bersambung ke halaman beikutnya
5. Pemantauan - Pemantauan secara
berkelanjutan
- Melakukan evaluasi terpisah
9
10
Audit Internal
(X2)
(Boynton and
Kell, 1996)
dalam
(Fitzsimmons
dan Mona,
2011)
1. Independensi - Bebas terhadap semua aktivitas
audit, jujur, objektif
- Struktur organisasi cukup
memberi kekuasaan
melaksanakan tanggung jawab
pemeriksaan
11
12
2. Keahlian
profesional
- Pendidikan dan keahlian
- Kecakapan dan kemahiran
13
14
3. Lingkup kerja
pemeriksaan
- Penilaian dan evaluasi
efektifitas pengendalian intern
dan kualitas informasi laporan
keuangan
- Kualitas pelaksanan dalam
menyelesaikan tanggung jawab
yang telah diberikan
15
16
4. Pelaksanaan
pekerjaan
- Perencanaan audit, penelaahan
dan evaluasi informasi
- Mengkomunikasikan hasil dan
tindak lanjut
17
18
Risk based
Audit
(X3)
(Nayoan dan
Masruchin,
2017)
1. Planning - Menentukan target dan fokus
yang tepat
- Annual planning
mempertimbangkan durasi dan
sumber daya
19
20
2. Execution
Audit Plan
- Lingkup audit sesuai dengan
fokus perbaikan perusahaan
- Lingkup audit saat pelaksanaan
21
103
Bersambung ke halaman berikutnya
audit sesuai dengan
perencanaan awal
22
3. Reporting - Rekomendasi memberikan nilai
tambah dan implementasi
- Hasil pemeriksaan
terkomunikasikan dengan baik
23
24
4. Review &
Monitoring
- Rencana perbaikan
ditindaklanjuti dan
diimplementasikan
- Secara rutin dipantau
25
26
Komite Audit
(X4)
Alijiyo (2003)
dalam Sariah
(2010)
1. Tujuan dan
manfaat
dibentuknya
komite audit
- Pengawasan laporan keuangan
- Pengawasan atas proses risiko
dan kontrol serta proses tata
kelola perusahaan
27
28
2. Tanggung
jawab komite
audit
- Memberikan pendapat
profesional atas informasi
perusahaan
- Bertanggung jawab terhadap
kegiatan internal dan eksternal
perusahaan
29
30
3. Lingkup kerja
komite audit
- Audit committee charter,
struktur komite audit dan syarat
keanggotaan komite audit
- Rapat, kinerja dan laporan
komite audit
31
32
104
Whistleblowing
system
(X5)
KNKG
(2008:22) dalam
Semendawai,
dkk (2011:19)
1. Efektivitas
penerapan
whistleblowing
system
- Kondisi yang membuat
karyawan menyaksikan atau
mengetahui adanya pelanggaran
- Kemungkinan tersedianya akses
pelaporan pelanggaran ke luar
perusahaan, bila manajemen
tidak mendapatkan respon yang
sesuai
33
34
2. Cara
pelaporan
pelanggaran
- Mekanisme internal, yaitu
kecurangan dilaporkan ke
pimpinan perusahaan
- Mekanisme eksternal, yaitu
membocorkan kecurangan ke
pihak luar seperti masyarakat
35
36
3. Manfaat
whistleblowing
system
- Tersedianya cara penyampaian
informasi penting dan kritis
serta mekanisme deteksi dini
- Mengurangi risiko dari segi
keuangan, operasi, hukum,
keselamatan kerja dan
meningkatkan reputasi di mata
stakeholders, regulator dan
masyarakat
37
38
Pencegahan
Kecurangan
(Fraud)
(Y)
Pusdiklatwas
BPKP (2008:38)
1. Penetapan
kebijakan anti
kecurangan
(fraud)
- Menetapkan kebijakan anti
fraud
- Komitmen antara manajemen
dan karyawan untuk
melaksanakan kegiatan anti
fraud
39
40
Bersambung ke halaman berikutnya
105
dalam Hastika
(2014)
2. Prosedur
pencegahan
baku
- Pemisahan fungsi yang
menciptakan kondisi saling cek
antar fungsi
- Sistem review dan operasi yang
memadai bagi sistem komputer
41
42
3. Teknik
pengendalian
- Pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang memadai
- Manual pengendalian terhadap
file-file yang dipergunakan
dalam pemrosesan komputer
43
44
4. Kepekaan
terhadap
kecurangan
(fraud)
- Adanya implementasi prosedur
curah pendapat yang efektif
- Melaporkan kegiatan pegawai
lainnya yang mencurigakan
45
46
Kualitas
Laporan
Keuangan
(Z)
(Mahmudi, 2007
dalam
Setyaningsih,
2016)
1. Relevan - Manfaat umpan balik dan
prediktif
- Tepat waktu
47
48
2. Andal - Penyajian jujur dan lengkap
- Dapat diverifikasi
49
50
3. Dapat
dibandingkan
- Dapat dibandingkan dengan
tahun sebelumnya
- Dapat dibandingkan dengan
entitas lain baik secara internal
maupun eksternal
51
52
4. Dapat
dipahami
- Informasi laporan keuangan
mudah dipahami pengguna
- Pengguna memiliki
pengetahuan memadai untuk
mempelajari laporan keuangan
53
54
106
D. Jenis Data dan Sumber Data
1. Jenis Data
Menurut sifatnya, jenis data dalam penelitian ini menggunakan data
kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka. Contoh:
sangat setuju=5, setuju=4, cukup setuju=3, tidak setuju=2, sangat tidak
setuju=1. Data yang diteliti ini bersifat data kualitatif, maka data kualitatif
ini dikonversikan menjadi data kuantitatif dengan menggunakan skala
Likert.
Menurut Sugiyono (2015:93) skala Likert digunakan untuk mengukur
(mengumpulkan data dengan mengukur atau menimbang) sikap, pendapat
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial
yang butir pertanyaannya memuat pilihan berjenjang. Dengan skala Likert,
variabel- variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi dan
indikator. Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data subjek
(self-report data) yang merupakan jenis data penelitian yang berupa opini,
sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok
orang yang menjadi subjek penelitian (responden). Bentuk tanggapan
dalam penelitian ini adalah tertulis.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini merupakan data primer, yang
diperoleh secara langsung dari sumber asli yang dapat berupa opini, hasil
observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil
107
pengujian serta dicatat untuk pertama kalinya. Dalam penelitian ini sumber
datanya berupa jawaban kuesioner responden. Data diperoleh secara
langsung dari objek penelitian dan tidak melalui perantara sehingga
kebenaran datanya dapat lebih dipercaya. Data-data yang telah
dikumpulkan langsung dari responden berupa skor jawaban kuesioner
diolah kedalam statistik sehingga dapat ditarik kesimpulannya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kuantitatif ini, penulis menggunakan teknik
pengumpulan data yaitu teknik angket atau kuesioner. Menurut (Sugiyono,
2015:142) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data/informasi yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat (daftar) pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab sesuai permintaan
pengguna.
Pengumpulan data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada para
responden yang telah memenuhi syarat sebagai sampel terpilih. Penyebaran
kuesioner dilakukan dengan cara memberikan secara langsung ke perusahaan
yang memenuhi kriteria pemilihan sampel. Tipe pertanyaan dalam kuesioner
yang dibagikan merupakan jenis pertanyaan tertutup, tujuannya untuk
memudahkan responden dalam menjawab dengan cepat dan membantu
peneliti dalam melakukan analisis data terhadap seluruh kuesioner yang
terkumpul secara akurat dan terukur. Kuesioner disusun dalam bentuk
pernyataan mengenai pengaruh pengendalian internal, audit internal, risk
108
based audit, komite audit dan whistleblowing system terhadap pencegahan
kecurangan (fraud) serta implikasinya pada kualitas laporan keuangan.
Jawaban setiap responden diberi skor dengan menggunakan skala likert
5 poin, dengan memberikan tanda checklist ( ) pada alternatif jawaban
yang sesuai dengan jawaban responden.
Tabel 3.3
Skala Likert 5 Point
Sumber: Sugiyono (2015)
F. Metode Analisis Data
Kegiatan analisis data adalah upaya mengolah/mengubah data dari hasil
penelitian menjadi sebuah informasi baru. Kegiatan analisis data dimulai dari
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menabulasi
data berdasarkan variabel dari semua responden, menyajikan data tiap variabel
yang diteliti, menghitung untuk menjawab rumusan masalah. Data yang
diperoleh dari penyebaran kuesioner, akan diolah menggunakan software
LISREL versi 8.8.
Menurut Haryadi Sarjono (2011: 113) LISREL (Linear Structural
Relathionship) adalah salah satu program komputer yang dapat memudahkan
analisis dalam mengatasi masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh
perangkat analisis konvensional. LISREL diperkenalkan oleh Kark Joreskog
Pertanyaan Skor
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Cukup Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
109
pada tahun 1970 dan hingga saat ini telah dikembangkan serta digunakan
dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Paket aplikasi yang dikembangkan
oleh Joreskog dan Sorbom merupakan paket software yang lengkap yang
meliputi semua tahapan analisis, mulai dari entri dan manajemen data, analisis
data eksploratori, hingga evaluasi menyeluruh dari model persamaan SEM
(Usman Dachlan, 2014:11).
Penggunaan LISREL menjadi interaktif dan lebih mudah, serta memiliki
banyak fitur statistik terbaru terkait dengan penanganan missing data,
imputation data, dan multilevel data analysis. Analisis LISREL dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian, pertama terkait dengan model
pengukuran (measurement model) yaitu gambaran hubungan pokok yang
ditujukan untuk mengukur dimensi-dimensi yang membentuk sebuah faktor
atau variabel, yang kedua model struktural (structural equation model) yaitu
model yang menggambarkan hubungan yang ada diantara variabel-variabel.
Berikut metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Statistik Deskriptif
Statistik merupakan kumpulan metode-metode yang dibutuhkan untuk
menganalisis data penelitian dengan maksud menginterpretasikan data dan
menarik kesimpulan berdasarkan data tersebut. Statistik deskriptif
didefinisikan sebagai statistik yang dapat menggambarkan fenomena atau
karakteristik distribusinya. Metode statistik deskriptif dalam penelitian ini
memberikan gambaran suatu data dan dihitung dengan menggunakan Lisrel
8.8.
110
a. Nilai rata-rata (mean)
Pengukuran rata-rata digunakan untuk mengukur nilai sentral suatu
penyebaran data berdasarkan nilai rata-rata yang dihitung dengan cara
membagi nilai hasil penjumlahan sekelompok dengan jumlah data yang
diteliti. Terdapat dua rata-rata hitung (mean) yaitu rata-rata hitung
untuk populasi yang berukuran N dan rata-rata hitung untuk sampel
berukuran n. Jika rata-rata hitung untuk populasi yang dicari, maka
dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:
Jika yang dicari adalah rata-rata sampel, maka rata-rata dapat
diperoleh dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
= Rata-rata hitung populasi
x = Rata-rata hitung sampel
Xn = Variabel ke – n
xi = Data ke-i
N = Ukuran Populasi
n = Ukuran Sampel
N
xN
i
i 1
n
x
x
n
i
i 1
111
b. Simpangan baku (Standard Deviation)
Simpangan baku adalah salah satu ukuran dispersi yang diperoleh
dari akar kuadrat positif varians (Sugiyono, 2015). Standar deviasi
digunakan untuk menilai dispersi rata-rata atau sampel. Setelah rata-rata
diketahui maka perlu ditentukan sebaran datanya. Semakin kecil
sebarannya berarti nilai data semakin sama. Semakin besar nilai
sebarannya, maka nilai yang ada akan semakin bervariasi.
Simpangan baku untuk populasi didefinisikan dengan rumus:
𝜎 = √∑ (𝑥𝑖 − �̅�)2
𝑁
Simpangan baku untuk sampel didefinisikan dengan rumus:
𝑠 = √∑(𝑥𝑖 − �̅�)2
(𝑛 − 1)
Keterangan:
xi = Data ke-i
= Rata-rata populasi
= Simpangan baku populasi
N = Ukuran populasi
x = Rata-rata sampel
s = Simpangan baku sampel
n = Ukuran sampel
112
2. Uji Kualitas Data
Penelitian ini menggunakan data primer berupa kuesioner, maka dalam
analisis data akan memerlukan tahap pengujian kualitas. Pengujian kualitas
data instrumen atau kuesioner dalam penelitian ini menggunakan software
statistik berupa SPSS Versi 23. Kualitas data yang dihasilkan dari
penggunaan instrumen penelitian akan dievaluasi melalui uji reliabilitas dan
uji validitas.
Uji kualitas data adalah langkah pengujian yang bertujuan untuk
mengetahui apakah instrumen yang digunakan sah dan dapat diandalkan.
Hal ini dikarenakan kebenaran data yang akan diolah akan sangat
menentukan kualitas hasil penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian harus memiliki kualitas yang
baik agar tidak terjadi kesalahan atau bias dalam mengambil keputusan dan
kesimpulan penelitian. Informasi yang menyangkut kualitas data harus
disampaikan karena hasil penelitian harus dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
Prosedur uji validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut:
a. Uji Validitas
Validitas adalah bukti bahwa instrumen, teknik, atau proses yang
digunakan untuk mengukur sebuah konsep benar-benar mengukur
konsep yang dimaksudkan. Validitas data yang diukur ditentukan oleh
proses pengukuran yang tepat dan akurat. Oleh karena itu esensi dari
validitas adalah akurasi.
113
Tujuan dari uji validitas adalah menentukan sah atau tidaknya
kuesioner penelitian. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika
pertanyaannya mampu mengungkapkan sesuatu yang ingin diukur oleh
kuesioner tersebut (Ghozali, 2011). Validitas suatu kuesioner ditujukan
dengan nilai corrected item-total correlation masing-masing indikator
pertanyaan terhadap skor total variabel yang bersangkutan dengan
menggunakan uji Pearson Correlation atau sering disebut Korelasi
Product Moment.
Kriteria digunakan valid atau tidak valid apabila nilai corrected
item-total correlation (r-hitung) lebih kecil dari nilai r-tabel dengan tingkat
signifikasi 5 persen berarti butir pertanyaan tersebut tidak valid
(Ghozali, 2011). Sebaliknya apabila nilai corrected item-total
correlation (r-hitung) lebih besar dari r-tabel maka butir pertanyaan
tersebut valid.
Rumus korelasi Product Moment sebagai berikut.
2222xy
)Y(Yn.)X(Xn
)Y)(X(XYnr
Keterangan
rxy = Koefisien korelasi suatu item
N = Jumlah subyek
X = Skor suatu item
Y = Skor total
Sumber : Sugiyono (2015)
114
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur butir pertanyaan
kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu
kuesioner dikatakan reliable atau handal jika diperoleh jawaban yang
stabil atau konsisten dari waktu ke waktu (Ghozali 2011; 47).
Suatu pengukur dikatakan reliable (dapat diandalkan) jika dapat
dipercaya. Supaya dapat dipercaya, maka hasil dari pengukuran harus
akurat dan konsisten. Dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran
terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang sama.
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran konsisten, dengan menghitung besarnya Cronbach’s Alpha
antara item pertanyaan satu dengan yang lainnya. Cronbach’s Alpha
adalah koefisien keandalan yang menunjukkan seberapa baik item
dalam suatu kumpulan secara positif berkorelasi satu sama lain. Suatu
konstruk dikatakan reliable jika nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6.
Dasar pengambilan keputusan uji reliabilitas:
1) Cronbach’s Alpha > 0.6 _ Cronbach’s Alpha acceptable (construct
reliable)
2) Cronbach’s Alpha < 0.6 _ Cronbach’s Alpha poor acceptable
(construct unreliable)
115
Rumus reliabilitas dengan metode Alpha adalah :
2
2
11 11
t
b
Vk
kr
Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrumen
K = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2
b = Jumlah varian item
2
tV = Varian total
3. Uji Normalitas Data
Seluruh data yang diperoleh dari kuesioner ditabulasikan dalam lembar
kerja pada Microsoft Excel. Peneliti telah melakukan screening data secara
manual untuk memeriksa apakah terdapat missing value (responden tidak
memberikan jawaban pada item pertanyaan) atau tidak. Selanjutnya data
diimpor ke dalam lembar kerja LISREL dan dilakukan screening data
kembali untuk memastikan apakah terdapat outliers atau nilai yang lebih
besar (melenceng jauh atau ekstrim) dari 5 (skala yang digunakan adalah
likert 1-5) akibat kesalahan pengetikan data yang di-input, serta untuk
mengolah statistik deskriptif dari data berupa mean, standar deviasi, nilai
maksimum dan minimum, serta frekuensi masing-masing nilai.
Setelah screening data dan didapati bahwa tidak ada missing value dan
tidak ada outliers, baru kemudian dilakukan uji normalitas agar dapat
menentukan metode estimasi model yang tepat. LISREL secara default
116
menggunakan metode maximum likelihood untuk mengestimasi parameter
model, namun metode ini mengharuskan data memenuhi asumsi
normalitas multivariat. Apabila data tidak normal secara multivariat, maka
terdapat beberapa alternatif metode yang dapat digunakan yang meliputi
Weighted Least Square (Asymptotically Distribution Free), Diagonally
Weighted Least Square, atau Robust Maximum Likelihood. LISREL
mengeluarkan dua jenis output normalitas data, yaitu normalitas univariat
dan multivariat. Kedua uji ini hanya dapat dilakukan setelah data ordinal
didefinisikan sebagai data kontinu. Byrne dalam Wijanto (2008:158)
menegaskan bahwa yang umum terjadi dalam SEM adalah jika jumlah
kategori variabel lebih besar dari dua, maka variabel tersebut dapat
diperlakukan sebagai variabel kontinu. Dalam penelitian ini, skala data
yang digunakan adalah Likert dengan 5 kategori (melebihi 2), karena itu
data diubah menjadi kontinu.
Uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilakukan dengan membuat hipotesis:
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data tidak berdistribusi normal
Pedoman pengambilan keputusan tentang data tersebut mendekati atau
merupakan distribusi normal dapat dilihat dari :
a. Nilai signifikan atau probabilitas < 0,05 maka distribusi data adalah
tidak normal.
b. Nilai signifikan atau probabilitas > 0,05 maka distribusi data adalah
normal.
117
4. Analisis Jalur (Path Analysis)
Seperti yang diketahui bahwa analisis regresi menganalisis pengaruh
satu atau beberapa variabel independen terhadap variabel dependen.
Namun dalam penelitian ini selain variabel bebas dan variabel terikat, juga
terdapat variabel antara (intervening variabel). Ketika melibatkan
beberapa variabel bebas, variabel antara (intervening variabel) dan
variabel terikat, analisis pengaruh tidak bisa lagi diselesaikan dengan
analisis regresi. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan kasus yang
melibatkan ketiga variabel tersebut peneliti menggunakan analisis jalur
(path analysis). Analisis jalur berguna untuk mengetahui pengaruh
langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh total suatu variabel
bebas terhadap variabel terikat.
Analisis jalur adalah suatu teknik pengembangan dari regresi linear
ganda. Teknik analisis jalur digunakan untuk menganalisis besarnya
pengaruh yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur
dari hubungan kausal antar variabel X terhadap Y serta dampaknya
terhadap Z. Analisis jalur merupakan teknik analisis hubungan sebab
akibat dengan kondisi bahwa variabel independen mempengaruhi variabel
dependen tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung
(Robert D. Retherford 1993, dalam Sarwono, 2007).
Sedangkan pengertian lain menyebutkan bahwa analisis jalur ialah
pengembangan langsung dari regresi berganda yang bertujuan untuk
memberikan perkiraan tingkat kepentingan (magnitude) dan signifikansi
118
(significance) hubungan sebab akibat hipotetikal dalam seperangkat
variabel (Paul Webley, 1997 dalam Sarwono, 2007).
David Garson (North Carolina State University) mengartikan analisis
jalur sebagai suatu konsep regresi yang diperluas untuk menguji
keselarasan matriks korelasi dengan perbandingan dua atau lebih model
hubungan sebab akibat. Model yang digambarkan berbentuk lingkaran
dengan anak panah tunggal sebagai penyebab. Regresi dikenakan pada
masing-masing variabel dalam suatu model sebagai variabel tergantung
atau yang memberi respon sedangkan yang lain sebagai penyebab.
Besarnya regresi diprediksikan dalam suatu model yang dilakukan dengan
membandingkannya dengan matriks korelasi yang diobservasi untuk
semua variabel dan di model ini juga dilakukan uji keselarasan statistik
(David Garson, 2003 dalam Kuncoro dan Riduan, 2007).
Ghozali (2011), menyatakan bahwa:
“Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis linear berganda, atau
analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan
kausalitas antar variabel (model kausal) yang telah ditetapkan sebelumnya
berdasarkan teori.”
Analisis jalur tidak menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat dan
tidak dapat pula digunakan sebagai pengganti untuk melihat hubungan
kausalitas antar variabel. Hubungan kausalitas antar variabel telah
dibentuk berdasarkan model landasan teoritis. Yang diujikan analisis jalur
adalah penentuan pola hubungan antara tiga atau lebih variabel tetapi tidak
dapat digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis kausalitas
imajiner (Abdurahman dan Muhidin, 2007).
119
Menurut Land, Ching, Heise, Maruyama, Schumaker dan Lomax,
Joreskog (dalam Abdurahman dan Muhidin, 2007), karakteristik analisis
jalur adalah metode analisis data multivariat dependensi yang digunakan
untuk menganalisis hipotesis hubungan asimetris berdasarkan teori
tertentu, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak
langsung seperangkat variabel bebas terhadap variabel terikat.
Istilah Dasar dalam Analisis Jalur dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Model jalur. Model jalur ialah suatu diagram yang menghubungkan
antara variabel bebas, perantara dan terikat dengan menggunakan anak
panah. Anak panah tunggal mengindikasikan hubungan sebab akibat
antara variabel exogenous dan perantara dengan satu variabel
tergantung atau lebih serta menunjukkan hubungan kesalahan dengan
semua variabel endogenous masing-masing. Sedangkan Anak panah
ganda menunjukkan korelasi antara pasangan variabel-
variabel exogenous.
b. Jalur penyebab suatu variabel meliputi jalur-jalur arah dari anak-anak
panah menuju ke variabel tersebut dan jalur hubungan dari semua
variabel endogenous dikorelasikan dengan variabel lain yang memiliki
anak panah menuju ke variabel yang sudah ada tersebut.
c. Variabel exogenous. Variabel-variabel exogenous yaitu semua variabel
yang tidak ada penyebabnya atau dalam diagram tidak ada anak-anak
panah yang menuju kearahnya, kecuali kesalahan pengukuran. Apabila
dikorelasikan, variabel-variabel exogenous ditunjukkan dengan anak
120
panah dengan kepala dua yang menghubungkan variabel variabel
tersebut.
d. Variabel endogenous. Variabel endogenous adalah variabel yang
mempunyai anak-anak panah menuju kearah variabel tersebut. Variabel
ini meliputi semua variabel perantara dan tergantung. Variabel
perantara endogenous mempunyai anak panah yang menuju kearahnya.
Sedangkan variabel tergantung hanya mempunyai anak panah yang
menuju kearahnya.
e. Koefisien jalur / pembobotan jalur. Koefisien jalur adalah koefisien
regresi standar (beta) yang menggambarkan pengaruh langsung dari
variabel bebas terhadap variabel terikat dalam suatu model jalur.
f. Variabel Laten dapat diartikan sebagai variabel bebas yang tidak dapat
diamati secara langsung. Pengamatan variabel tersebut diamati melalui
variabel manifesnya yakni indikator terukur yang dapat diamati secara
langsung untuk mengukur variabel laten.
g. Variabel-variabel exogenous yang dikorelasikan. Hal ini berarti yang
menjadi penanda hubungannya adalah anak panah dengan dua kepala
yang dihubungkan diantara variabel-variabel dengan koefisien
korelasinya.
h. Istilah gangguan. Istilah kesalahan residual yang secara teknis disebut
sebagai ‘gangguan’ atau “residue” mencerminkan adanya varian yang
tidak dapat diterangkan atau pengaruh dari semua variabel yang tidak
terukur ditambah dengan kesalahan pengukuran.
121
i. Aturan multiplikasi jalur. Yang dimaksud nilai dari suatu jalur
gabungan adalah hasil dari emua koefisien jalurnya.
j. Dekomposisi pengaruh. Koefisien-koefisien jalur dapat digunakan
untuk menjabarkan korelasi dalam suatu model kedalam pengaruh
langsung dan tidak langsung yang berhubungan dengan jalur langsung
dan tidak langsung.
k. Signifikansi dan model keselarasan dalam jalur. Untuk menguji
koefisien jalur secara individual, dapat digunakan t standar atau
pengujian F dari angka-angka output regresi.
l. Anak panah dengan satu kepala dan dua kepala. Penyebab digambarkan
dengan anak panah dengan satu kepala. Sedangkan untuk
menggambarkan korelasi, digunakan anak panah yang melengkung
dengan dua kepala.
m. Pola hubungan. Dalam analisis jalur tidak mengenal istilah variabel
bebas ataupun terikat melainkan variabel exogenous dan endogenous.
n. Model Recursive. Model penyebab yang mempunyai satu arah. Tidak
ada arah membalik (feed back loop) dan tidak ada pengaruh sebab
akibat (reciprocal) dalam waktu bersamaan.
o. Model Non-recursive. Model penyebab dengan disertai arah yang
membalik (feed back loop) atau pengaruh sebab akibat (reciprocal).
p. Direct Effect. Pengaruh langsung yang dapat dilihat dari koefisien jalur
dari satu variabel ke variabel lainnya.
q. Indirect Effect. Urutan jalur melalui satu atau lebih variabel perantara.
122
5. Analisis SEM (Structural Equation Modeling)
Menurut Maruyama (1998) dalam Wijaya (2012) menyebutkan SEM
merupakan sebuah model statistik yang memperkirakan perhitungan dari
kekuatan hubungan hipotesis diantara variabel dalam sebuah model
teoritis, baik secara langsung atau melalui variabel antara (intervening or
mediating). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis SEM
karena variabel-variabel yang digunakan merupakan variabel laten yaitu
variabel yang tidak dapat langsung diukur tetapi harus dijabarkan dahulu
kedalam dimensi dan indikator. Variabel-variabel teramati atau yang
dikenal dengan indikator menunjukkan satu variabel laten tertentu (latent
dimension).
Tidak seperti path analysis dan regresi yang menguji dan
menggabungkan faktor analisis, SEM lebih merupakan metode
confirmatory dibandingkan exploratory, dengan tujuan meninjau proposed
dimensionality yang berasal dari penelitian sebelumnya dengan melihat
dan menguji model hubungan dimensi-dimensinya. Structural Equation
Modeling (SEM) ialah teknik analisis multivariat yang dikembangkan
dengan maksud menutupi keterbatasan yang dimiliki oleh model-model
analisis sebelumnya yang telah banyak digunakan seperti analisis regresi,
analisis jalur saja(Hox dan Bechger, 1998).
Analisis dalam penelitian ini lebih kompleks karena melibatkan
variabel laten yang dibentuk oleh satu atau beberapa indikator variabel
terukur/teramati. Analisis variabel laten dapat dilakukan dengan
123
menggunakan confirmatory factor analysis (CFA). Analisis pengaruh
tersebut makin menjadi kompleks saat melibatkan beberapa variabel laten
dan variabel terukur langsung. Melihat kondisi tersebut maka teknik
analisis yang paling tepat digunakan adalah pemodelan persamaan
struktural (Structural Equation Modeling). SEM merupakan teknik analisis
multivariat generasi kedua, yang menggabungkan model pengukuran
(analisis faktor konfirmatori) dengan model struktural (analisis regresi,
analisis jalur).
Menurut Widodo (2006), beberapa keterbatasan yang dimiliki oleh
SEM ialah seperti: (a) SEM hanya mengkonfirmasi suatu bentuk model
tetapi tidak untuk menghasilkan model; (b) SEM tidak menentukan
hubungan kausalitas diantara variabel, namun hubungan tersebut dibangun
oleh dasar teori yang mendukungnya; (c) SEM tidak menyatakan suatu
hubungan kausalitas, namun menerima atau menolak hubungan sebab
akibat secara teoritis melalui uji data empiris; (d) Model dasar untuk
pengujian aplikasi SEM menggunakan studi yang mendalam mengenai
teori yang saling berkaitan.
Menurut Bollen (1989) dalam Ghozali dan Faud (2012:3)
mengemukakan bahwa tidak seperti analisis multivariat biasa yaitu regresi
berganda, analisis jalur dan analisis faktor, SEM dapat menguji secara
bersama-sama:
124
a. Model Pengukuran (Measurement Model)
Model pengukuran disebut juga sebagai Confirmatory
FactorAnalysis (CFA). Analisis faktor konfirmatori ini adalah tahap
pengukuran terhadap dimensi pembentuk variabel laten dalam model
penelitian. Salah satu manfaat dari CFA adalah kemampuan menilai
validitas konstruk dari measurement theory yang diusulkan. Tahap ini
memiliki tujuan untuk menguji kelayakan, yakni reliabilitas dan
validitas tiap-tiap indikator untuk tiap konstruk. Analisis faktor
konfirmatori (CFA) merupakan alat statistik yang dapat menemukan
bentuk konstruk dari kumpulan variabel manifesnya, atau menganalisis
suatu variabel atas asumsi manifes yang membangunnya. Sehingga
analisis konfirmatori sangat cocok untuk mengujikan suatu teori
variabel atas manifes atau indikator-indikator yang membangunnya,
dimana variabel tersebut diasumsikan hanya dapat diukur dengan
indikator-indikator tersebut.
Menurut Joreskog dan Sorborn (1993), analisis CFA digunakan
untuk menguji unidimensional, validitas dan reliabilitas model
pengukuran konstruk yang tidak dapat diukur langsung. Model
pengukuran atau disebut juga model deskriptif (Ferdinant, 2002),
measurement theory (Hair, dkk, 2006), atau confirmatory factor model
(Long, 1983) yang menunjukkan operasionalisasi variabel atau konstruk
penelitian menjadi dimensi dan indikator terukur dan dirumuskan dalam
bentuk persamaan atau diagram jalur (dalam Kusnendi, 2008:98).
125
Pengujian Confirmatory Factor Analysis (CFA) dimaksudkan
untuk mengetahui model pengukuran dan bukan untuk mengetahui
hubungan antar variabel laten (Byrne, 1998). CFA bertujuan untuk
mengkonfirmasi atau menguji model, yaitu berdasarkan kajian teori
tertentu. Dengan demikian, CFA dapat dikatakan memiliki dua inti
kajian yakni: (1) indikator-indikator apa yang dominan membentuk
konstruk yang diteliti; (2) apakah indikator-indikator yang
dikonsepsikan secara tepat, unidimensional, dan konsisten. Selain itu
tujuan CFA juga untuk menelaah model pengukuran yang tepat yang
menjelaskan hubungan antara seperangkat item-item dengan konstruk
(construct) yang diukur oleh item tersebut. Model pengukuran yang
tepat diukur berdasarkan nilai Construct validity dan Contruct
Reliability. Pada intinya, CFA berguna untuk pengujian suatu konstruk
memiliki unidimensionalitas atau apakah indikator-indikator tersebut
mengkonfirmasikan sebuah konstruk. Semakin tinggi nilai loading
factor berarti semakin tinggi indikator-indikator tersebut dapat
mengukur konstruk.
Construct Validity (validitas konstruk) dalam analisis CFA
berhubungan dengan pemahaman argumentasi teoritik yang menjadi
dasar pengukuran yang diperoleh dan menunjukkan tingkat
keberhasilan yang diperoleh dari suatu pengukuran sesuai dengan teori-
teori yang digunakan untuk menjelaskan suatu konstruk. Validitas
konstruk berfungsi untuk mengukur seberapa jauh suatu indikator
126
mampu merefleksikan konstruk laten teoritisnya. Validitas konstruk
meyakinkan bahwa ukuran indikator yang diambil dari sampel
menggambarkan skor sesungguhnya di dalam populasinya.
Construct Validity dapat dinilai melalui validitas konvergen
(convergent validity). Validitas Konvergen ialah pengujian indikator-
indikator dari suatu bentuk konstruk laten yang harus konvergen
(converge) atau berbagi (share) dengan proporsi yang tinggi dari varian
secara umum. Penilaian convergent validity dilihat dari nilai loading
factor untuk masing-masing indikator. Convergent validity terjadi
apabila skor-skor yang didapatkan dari dua instrumen yang berbeda
dapat mengukur konstruk yang sama dan menghasilkan korelasi yang
tinggi (Sekaran & Bougie, 2010;68). Pengujian construct validity
dilakukan dengan menggunakan standardized loading estimate =
standardized regression weights hasil dari Confirmatory Factor
Analysis/ CFA.
Jadi, analisis faktor konfirmatori adalah analisis faktor yang
dimaksudkan untuk mengkonfirmasikan atau menguji secara empiris
model pengukuran (measurement model) sebuah atau beberapa
konstruk. Dengan demikian, CFA tidak bertujuan untuk menciptakan
model baru, tetapi menguji model pengukuran yang dikembangkan atas
dasar kajian teori tertentu (Maruyama, 1998 : 139 – 140).
127
Uji model pengukuran terdiri dari uji validitas dan reliabilitas, yang
dijelaskan sebagai berikut:
1) Uji Validitas Model Pengukuran
Item-item / indikator suatu konstruk laten harus converge atau
share (berbagi) proporsi varian yang tinggi. Hal ini dapat dilihat
dari besarnya nilai loading factor nya signifikan atau nilai
standardized loading estimate = standardized regression wights ≥
0.50 (idealnya 0.70)
Apabila koefisien variabel indikator itu lebih besar dari dua kali
standar error-nya maka indikator dimensi menunjukkan validitas
konvergen yang signifikan (Ferdinand, 2006:87). Model yang fit
suatu konstruk dipersyaratkan memenuhi nilai convergent validity,
namun nilai loading factor sangat sensitif dengan besarnya sampel.
Berikut nilai significant loading factor berdasarkan besarnya sampel.
Tabel 3.4
Loading Factor yang Signifikan Berdasarkan Ukuran Sampel
Loading
Factor
Jumlah Sampel yang
dibutuhkan
≥ 0,30 350
≥ 0,35 250
≥ 0,40 200
≥ 0,45 150
≥ 0,50 120
≥ 0,55 100
≥ 0,60 85
≥ 0,65 70
≥ 0,70 60
≥ 0,75 50 Sumber : Hair, et al (2010)
128
2) Uji Reliabilitas Model Pengukuran
Uji reliabilitas dapat diukur dengan menghitung nilai Construct
Reliability (CR) dan Variance Extracted (VE).
Construct Reliability (CR):
Reliabilitas juga merupakan salah satu indikator validitas
Convergent, misalnya koefisien Reliabilitas Cronbach-Alpha.
Tetapi kenyataannya Cronbach-Alpha memberikan reliabilitas
yang lebih rendah (underestimate) dibandingkan dengan Construct
Validity.
Rumus CR:
CR > 0.70, menunjukkan reliabilitas yang baik namun
0.60 < CR < 0.70, reliabilitas dapat diterima
Σλi = jumlah standardized loading (regression
weights)
Σδi = jumlah kesalahan pengukuran (measurement error)
= 1 - λ2
Variance Extracted
Dalam CFA prosentase nilai rata-rata Variance Extracted
(AVE) antar item atau indikator suatu set konstruk laten
merupakan ringkasan convergen indicator.
][][
][2
2
Ii
iCR
129
Rumus AVE:
λ = Standardized loading factor (Regression
Weights)
Σλ2 = jumlah squared multiple correlation
ε = error
Var (εi) = 1 - λ2
Jika nilai AVE ≥ 0.50, maka convergent yang baik.
Sebaiknya untuk nilai loading factor yang < 0.70 dibuang dari
analisis karena memberikan nilai convergent yang rendah.
b. Model Struktural (Structural Model)
Setelah analisis ditahap pertama yaitu measurement model selesai
dilakukan, maka dilanjutkan dengan structural model. Model
struktural memiliki tujuan untuk melihat keterkaitan antar variabel
yang sesuai dengan kerangka konseptual. Dengan demikian akan
terlibat hubungan antara variabel bebas dan terikat. Hal ini
berhubungan dengan peninjauan terhadap koefisien atau parameter
yang menyajikan hubungan kausal atau pengaruh satu variabel laten
dengan variabel laten yang lain (Wijanto, 2008).
Terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu: (1) tanda (arah)
hubungan antara variabel-variabel laten menunjukkan hasil hubungan
antara variabel yang memiliki pengaruh signifikan atau tidak dengan
)(2
2
ii
i
VarAVE
130
yang dihipotesiskan; (2) batas untuk menerima atau menolak suatu
hubungan dengan tingkat signifikan 5 % adalah 1,96 (mutlak), dimana
apabila nilai t terletak antara -1,96 dan 1,96 maka hipotesis yang
menyatakan adanya pengaruh harus ditolak sedangkan apabila nilai t
lebih besar daripada 1,96 atau lebih kecil dari -1,96 harus diterima
dengan taraf signifikansi 5% (t > |-1,96|) ; (3) koefisien determinasi
pada persamaan struktural mengindikasikan jumlah varian pada
variabel laten endogen yang dapat dijelaskan secara simultan oleh
variabel-variabel laten independen. Semakin tinggi nilai maka semakin
besar variabel independen dapat menjelaskan variabel endogen.
Menurut Wijanto (2008:22), untuk mengestimasi parameter model,
digunakan model LISREL yang merupakan model SEM yang sangat
populer. Secara matematis, model umum SEM dalah sebagai berikut:
a. Measurement Model (Model Pengukuran)
Model Pengukuran y
y = y +
Model Pengukuran x
x = x +
b. Structural Model (Model Struktural)
η = βη + +
c. Dengan asumsi :
tidak berkorelasi dengan
tidak berkorelasi dengan
tidak berkorelasi dengan
131
4) , dan tidak saling berkorelasi (mutual uncorrelated)
d. Di mana :
1) Variables :
(a) (eta) adalah latent endogenous variables
(b) (ksi) adalah latent exogenous variables
(c) (zeta) adalah latent errors in equations
(d) y adalah observed indicators of
(e) x adalah observed indicators of
(f) (epsilon) adalah measurement errors for y
(g) (delta) adalah measurement errors for x
2) Coefficients :
(a) Β (beta) adalah coeficient matrix for latent endogenous
variabels.
(b) (gamma) adalah coeficient matrix for latent exogenous
variables.
(c) y (lambda y) adalah coeficient matrix relating y to
(d) x (lambda x) adalah coeficient matrix relating x to
3) Covariance Matrix
(a) (phi) adalah covariance matrix of
(b) (psi) adalah covariance matrix of
(c) (theta-epsilon) adalah covariance matrix of
(d) (theta-epsilon) adalah covariance matrix of
132
c. Langkah-Langkah SEM
Menurut Ferdinand (2006), apabila menggunakan permodelan SEM
terdapat tujuh langkah yang harus dilakukan sebagai berikut:
1) Pengembangan Model Teoritis
Dalam mengembangkan model teoritis, yang harus dilakukan ialah
melaksanakan serangkaian eksplorasi ilmiah melalui telaah pustaka
dengan tujuan memperoleh jastifikasi atas model teoritis yang akan
dikembangkan. SEM bukan dimaksudkan untuk menghasilkan sebuah
model, tetapi digunakan untuk mengkonfirmasi model teoritis melalui
data empirik. SEM berdasarkan hubungan sebab akibat, yaitu
perubahan yang terjadi pada satu variabel diasumsikan menghasilkan
perubahan pada variabel lain.
2) Membentuk sebuah diagram alur dari hubungan kausal
Selanjutnya adalah melukiskan hubungan antara variabel pada
sebuah diagram alur yang secara khusus dapat membantu dalam
menunjukkan seperangkat hubungan antar konstruk dan model
teoritis yang telah dibangun pada tahap pertama.
Bagan alur dilukiskan menggunakan anak panah untuk
menghubungkan antar konstruk. Hubungan kausal yang langsung
antara satu konstruk dengan konstruk lainnya ditunjukkan dengan anak
panah yang lurus. Sedangkan garis-garis lengkung dengan anak panah
pada setiap ujungnya menunjukkan korelasi antar konstruk.
133
Konstruk-konstruk pada diagram alur dapat dibedakan dalam dua
kelompok (Ferdinand, 2006) yaitu:
1) Konstruk eksogen, atau disebut juga sebagai source variables
atau independent variables yang tidak diprediksi oleh variabel
yang lain dalam model. Konstruk eksogen adalah konstruk yang
dituju oleh garis dengan satu ujung panah.
2) Konstruk endogen, ialah faktor-faktor yang diprediksi oleh satu
atau beberapa konstruk. Konstruk endogen dapat memprediksi
satu atau beberapa konstruk endogen lainnya. Perlu diketahui
pula bahwa konstruk eksogen hanya dapat berhubungan kausal
dengan konstruk endogen.
Gambar 3.1
Diagram Alur Hubungan Kausal
X1
X2
X4
X3
X5
Y
Z
e1
e2
134
3) Mengubah alur diagram alur kedalam persamaan struktural dan
model pengukuran
Pada tahap ini dibuat persamaan struktural dan model pengukuran
yang spesifik yaitu dengan mengubah diagram alur ke model
pengukuran. Diagram alur membangun persamaan yang terdiri dari:
a) Persamaan Struktural, dirumuskan untuk menyatakan hubungan
kausalitas, bahwa setiap konstruk endogen merupakan variabel
dependen yang terpisah. Sedangkan variabel independen adalah
semua konstruk yang mempunyai garis dengan anak panah yang
menghubungkan ke konstruk endogen dengan pedoman berikut:
Variabel Endogen = Variabel Eksogen + Variabel Endogen +Error
Gambar 3.2
Diagram Jalur Struktural
1
2
3
4
5
1
2
1
2
12
23
34
45
13
24
35
15
1.1
2.1
1.2
2.3
1.3
2.4
2.2
1.4
1.5 2.5
2.1
14
25
135
Persamaan strukturalnya terdiri dari dua Sub-Struktur berikut:
Sub-Struktur I: 1 = 1.1 1 + 1.2 2 + 1.3 3 + 1.4 4 + 1.5 5 + 1.
Sub-Struktur II: 2 = 2.1 1 + 2..2 2 + 2.3 3 + 2.4 4 + 2.5 5 + 2.11+2.
Keterangan:
1 = Variabel Intervening (Y)
2 = Variabel Endogen (Z)
1 = Variabel Eksogen (X1)
2 = Variabel Eksogen (X2)
3 = Variabel Eksogen (X3)
4 = Variabel Eksogen (X4)
5 = Variabel Eksogen (X5)
= koefisien hubungan antar variable laten X eksogen
= koefisien jalur
= koefisien jalur
= error term
b) Persamaan spesifikasi model pengukuran (measurement model),
pada spesifikasi model ini diterapkan variabel pengukur konstruk
masing-masing, serta menentukan seperangkat matrik yang
menunjukkan korelasi yang dihipotesiskan antar konstruk atau
variabel. Measurement model juga dapat didefinisikan sebagai suatu
proses permodelan yang berfungsi melakukan konfirmasi pada
dimensi-dimensi yang digunakan.
136
Gambar 3.3
Diagram Jalur Full Model
2.5
1.5
2.4
1.4
1.2
2.2
2.3
1.3
2.1
1.1
2.1
1.2
2.2
4.2
3.2
3.1
4.1
2.1
1.1
3.5
2.5
1.5
2.4
1.4
4.3
3.3
2.3
1.3
4.2
3.2
2.2
3.1
4.1
2.1
1.2
5.1
1.1
PI1
PI2 PI3 PI4 PI5
1
1
2
3
4
5
AI1
AI2
AI3
AI4
RBA1
RBA2
RBA3
RBA4
KA1
KA2
KA3
WS1
WS2 WS3
18
1
2
PF1
PF2
PF3
PF4
1
KLK1
KLK2 KLK3 KLK4
8 7
1
2
3.4
2 3 4 5
6
7
9
8
10
11
12
13
17 19
14
15
16
6 5
2
3
4
137
Persamaan untuk measurement model untuk konstruk eksogen 1 adalah:
PI1 = λ1.1 1 + 1
PI2 = λ2.1 1 + 2
PI3 = 3.1 1 + 3
PI4 = 4.1 1 + 4
PI5 = 5.1 1 + 5
Persamaan untuk measurement model untuk konstruk eksogen 2 adalah:
AI1 = λ1.2 2 + 6
AI2 = λ2.2 2 + 7
AI3 = 3.2 2 + 8
AI4 = 4.2 2 + 9
Persamaan untuk measurement model untuk konstruk eksogen 3 adalah:
RBA1 = λ1.3 3 + 10
RBA2 = λ2.3 3 + 11
RBA3 = λ3.3 3 + 12
RBA4 = λ4.3 3 + 13
Persamaan untuk measurement model untuk konstruk eksogen 4 adalah:
KA1 = λ1.4 4 + 14
KA2 = λ2.4 4 + 15
KA3 = λ3.4 4 + 16
Persamaan untuk measurement model untuk konstruk eksogen 5 adalah:
WS1 = λ1.5 5 + 17
WS2 = λ2.5 5 + 18
WS3 = λ3.5 5 + 19
Persamaan untuk measurement model untuk konstruk eksogen 1
adalah:
PF1 = λ1.1 1 + 1
PF2 = λ2.1 1 + 2
PF3 = 3.1 1 + 3
PF4 = 4.1 1 + 4
138
Persamaan untuk measurement model untuk konstruk endogen 2
adalah:
KLK1 = λ1.2 2 + 5
KLK2 = λ2.2 2 + 6
KLK3 = 3.2 2 + 7
KLK4 = 4.2 2 + 8
4) Memilih matriks input dan estimasi model
Hair et.al (1995) menyarankan supaya menerapkan matriks
varians/ kovarians pada saat menguji teori karena lebih memenuhi
asumsi metodologi dimana standard error yang dilaporkan
menunjukkan angka yang lebih akurat dibandingkan dengan matriks
korelasi (rentang umum matriks korelasi ialah antara 0 s/d 1).
Dijelaskan pula oleh Wijaya (2009) apabila sudah memiliki jumlah
sample antara 100 - 150 maka dianggap memadai untuk model SEM
dengan variabel laten (konstruk) sampai dengan lima buah, dengan
setiap konstruk dijelaskan oleh tiga atau lebih indikator. Ukuran sampel
dikatakan sesuai apabila terdiri antara 100-200 karena ukuran sampel
akan memunculkan estimasi kesalahan sampling. Program komputer
yang digunakan untuk mengestimasi model adalah program LISREL 8.8
dengan menggunakan teknik maximum likehood estimation.
139
5) Menganalisis kemungkinan munculnya masalah identifikasi
Masalah identifkasi adalah ketidakmampuan model yang
dikembangkan untuk menghasilkan estimasi yang balk. Jika
estimasi tidak dapat dilakukan maka software LISREL 8.8 akan
menampilkan pesan pada komputer tentang kemungkinan
penyebabnya.
Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala gejala berikut ini:
a) Besarnya nilai identifikasi standard error yang dihasilkan untuk
satu atau beberapa koefisien.
b) Program tidak mampu menyajikan/menghasilkan matrik informasi
yang seharusnya disajikan
c) Muncul angka-angka yang aneh dan tidak wajar seperti adanya
varians error yang negatif
d) Korelasi estimasi yang diperoleh sangat tinggi misalnya lebih dari
0,9.
Salah satu cara untuk mengatasi identifikasi adalah dengan
memperbanyak constrain pada model yang dianalisis dan berarti
sejumlah estimated coeffisient dieliminasi.
6) Mengevaluasi kriteria Goodness of-Fit
Pada tahap ini dilakukan peninjauan terhadap kesesuaian model
melalui identifikasi terhadap berbagai kriteria Goodness-of-fit, langah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
140
a) Asumsi-asumsi SEM.
Menurut Widarjono (2010) ada beberapa asumsi yang
melatarbelakangi model SEM yaitu:
1. Normalitas
Sebagai model yang berdasarkan pada sampel, maka sebaran
data harus memenuhi asumsi normalitas data. Jika asumsi
normalitas data terpenuhi maka kita bisa melakukan uji statistika
yang ada.
2. Linearitas
Hubungan antara variabel bersifat linear.
3. Outliers
Data tidak mengandung outlier. Outlier adalah data yang
bersifat ekstrim.
4. Multikolinearitas
Tidak koliniearitas atau hubungan sempurna antar variabel.
b) Uji Kelayakan Model
Terdapat tiga jenis ukuran untuk menguji apakah model SEM
secara keseluruhan cocok/fit terhadap data (good fit), yakni:
1. Absolute Fit Measures
2. Incremental Fit Measures
3. Parsimony Fit Measures
141
Tabel 3.5
Kriteria Kecocokan Keseluruhan Model
Ukuran Goodness of Fit Kriteria Penerimaan
Absolute Fit Measures
Probabilitas dari statistik
chi-kuadrat (𝜒2)
Nilai probabilitas statistik chi-kuadrat ≥ 0,05 berarti model
good fit.
Goodness of fit index
(GFI)
Nilai GFI di antara 0 dan 1. Nilai GFI ≥ 0,90 berarti model
sudah cocok/fit terhadap data (good fit). Untuk 0,8 ≤ 𝐺𝐹𝐼 ≤
0,9 termasuk marginal fit.
Adjusted goodness of fit
index (AGFI)
Nilai AGFI di antara 0 dan 1. Nilai AGFI ≥ 0,90 berarti
kemampuan model yang baik dalam hal mencocokkan/fit
data (good fit). Untuk 0,8 ≤ 𝐴𝐺𝐹𝐼 ≤ 0,9 ialah marginal fit.
Root mean square
residual (RMR)
Nilai 𝑅𝑀𝑅 ≤ 0,05 berarti model telah cocok/fit terhadap data
(good fit).
Standardized RMR
(SRMR)
Nilai SRMR ≤ 0,05 berarti kemampuan model yang baik
(good fit), sedangkan 0,05 < 𝑆𝑅𝑀𝑅 ≤ 0,1 termasuk
acceptable fit, namun 𝑆𝑅𝑀𝑅 > 0,1 berarti kemampuan
model yang buruk (poor fit).
Root mean square error
of approximation
(RMSEA)
Nilai RMSEA ≤ 0,05 berarti kemampuan model yang baik
(good fit), 0,05 < 𝑅𝑀𝑆𝐸𝐴 ≤ 0,08 menunjukkan cukup baik.
Expected Cross
Validation Index (ECVI)
Nilai ECVI digunakan untuk membandingkan beberapa
model. Nilai ECVI yang mendekati 1 berarti good fit.
Incremental Fit Measures
Normed fit index (NFI) Nilai NFI berkisar di antara 0 dan 1. Nilai NFI ≥ 0,9
menunjukkan good fit.
Non-normed fit index
(NNFI)
Nilai NNFI berkisar di antara 0 dan 1. Nilai NNFI ≥ 0,9
menunjukkan good fit.
Relative fit index (RFI) Nilai RFI berkisar di antara 0 dan 1. Nilai RFI ≥ 0,9
menunjukkan good fit.
142
Incremental fit index (IFI) Nilai IFI berkisar di antara 0 dan 1. Nilai IFI ≥ 0,9
menunjukkan good fit.
Comparative fit index
(CFI)
Nilai CFI berkisar di antara 0 dan 1. Nilai CFI ≥ 0,9
menunjukkan good fit.
Parsimony Fit Measures
Akaike information
criterion (AIC)
Nilai AIC yang lebih kecil dari suatu model menunjukkan
good fit.
Consistent akaike
information criterion
(CAIC)
Nilai CAIC yang lebih kecil dari suatu model menunjukkan
good fit.
Parsimony goodness of fit
index (PGFI)
Nilai PGFI berkisar di antara 0 dan 1. Nilai PGFI yang
lebih besar dari suatu model menunjukkan good fit.
Parsimony normed fit
index (PNFI)
Nilai PNFI berkisar di antara 0 dan 1. Nilai PNFI yang
lebih besar dari suatu model menunjukkan good fit.
Sumber : Widarjono (2010) dan Ferdinand (2006)
7) Interpretasi dan Modifikasi Model
Pada langkah berikutnya dilakukan dimodifikasi untuk model
yang tidak memenuhi syarat pengujian. Setelah model diestimasi,
residual kovariansnya haruslah kecil atau mendekati nol dan
distribusi frekuensi dari kovarians residual harus bersifat simetrik.
Batas keamanan jumlah residual yang dihasilkan oleh model adalah
5%. Nilai residual values yang lebih besar atau sama dengan 2,58
diinterpretasikan sebagai signifikan secara statistik pada tingkat 1% ;
selanjutnya residual yang signifikan ini menunjukkan adanya
prediction error yang substansial untuk sepasang indikator.
143
6. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini dengan cara
sebagai berikut :
a. Uji Parsial (Uji-t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui tingkah pengaruh
satu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi
variabel dependen (Ghozali, 2011). Pembuktian dilakukan dengan
cara membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel pada tingkat
kepercayaan 5% dan derajat kebebasan (degree of freedom).
Apabila t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel, maka variabel bebas
(X) secara individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikat (Y), dan apabila nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel,
maka variabel bebas (X) mempunyai pengaruh yang tidak signifikan
terhadap variabel terikat (Y).
Dasar pengambilan keputusan :
1) Jika nilai probabilitas (p value) < 0,05 maka H1 diterima dan H0
ditolak.
2) Jika nilai probabilitas (p value) > 0,05 maka H1 ditolak dan H0
diterima.
Menurut Sugiyono (2015: 130) nilai t-hitung dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut :
t −hitung=r√n − 2
√1 − r2
144
Keterangan :
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah anggota sampel
b. Uji Simultan (Uji-F)
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-
variabel independen yang dimasukkan model regresi mempunyai
pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen
(Ghozali, 2011). Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan
nilai F-hitung dengan F-tabel pada tingkat kepercayaan 5% dan derajat
kebebasan (degree of freedom) df.
Apabila F-hitung lebih besar dari nilai F-tabel, maka variabel bebas
(X) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat (Y) dan apabila F-hitung lebih kecil dari F-tabel,
maka variabel bebas (X) secara bersama-sama mempunyai pengaruh
yang tidak signifikan terhadap variabel terikat (Y).
Dasar pengambilan keputusan :
1) Jika nilai probabilitas (p value) < 0,05, maka H1 diterima dan H0
ditolak.
2) Jika nilai probabilitas (p value) > 0,05, maka H1 ditolak dan H0
diterima.
Nilai F-hitung dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
F −hitung=R2/k
(1 − R2)/(n − k − 1)
145
Keterangan :
R = Koefisien korelasi berganda
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah anggota sampel
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur sejauh
mana kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel
dependen (Ghozali, 2011). Nilai koefisien determinasi antara 0 (nol)
dan 1 (satu) atau dapat dinotasikan sebagai berikut :
Nilai R2 yang kecil mengindikasikan kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variasi dependen amat terbatas.
Apabila nilai R2 yang mendekati 1 (satu) artinya variabel
independen/variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen/variabel
terikat. Koefisien determinasi dihitung dengan: KD = R2 x 100%
d. Analisis Variabel Mediator/Intervening
Variabel mediator atau variabel antara atau variabel intervening
(intervene variables) adalah variabel yang bersifat menjadi perantara
(mediating) dari hubungan variabel eksogen/independen ke variabel
endogen/dependen. Sifatnya adalah sebagai penghubung (jembatan)
0 < R2< 1
146
antara variabel independen dengan variabel dependen (dapat bersifat
partial atau full mediation).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel intervening adalah
pencegahan kecurangan (fraud). Terdapat lima variabel independen
yaitu pengendalian internal, audit internal, risk based audit, komite
audit dan whistleblowing system dan satu variabel dependen yaitu
kualitas laporan keuangan. Berikut ini ilustrasi variabel intervening
yang digambarkan dengan mengambil contoh variabel independen
yang pertama yaitu pengendalian internal.
Gambar 3.4
Variabel Mediator Penuh/Full
Gambar 3.5
Variabel Mediator Sebagian/Partial
Sumber : Solimun, 2011
Pengendalian
Internal
Pencegahan
Kecurangan
(Fraud)
Kualitas
Laporan
Keuangan
Pengendalian
Internal
Kualitas
Laporan
Keuangan
Pencegahan
Kecurangan
(Fraud)
147
Analisis variabel mediator dapat diuji melalui dua pendekatan
yaitu perbedaan koefisien dan perkalian koefisien. Apabila
menggunakan metode pemeriksaan maka analisis dilakukan dengan
dan tanpa melibatkan variabel mediator. Sedangkan metode perkalian
dapat dilakukan dengan metode Sobel. Metode pemeriksaan dengan
cara melakukan dua kali analisis, yaitu analisis dengan melibatkan
variabel mediator dan analisis tanpa melibatkan variabel mediator.
Metode pemeriksaan variabel mediator dengan pendekatan
perbedaan koefisien dilakukan sebagai berikut:
1) Memeriksa pengaruh langsung variabel independen terhadap
variabel dependen pada model dengan melibatkan variabel
mediator
2) Memeriksa pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen pada model tanpa melibatkan variabel mediator
3) Memeriksa pengaruh variabel independen terhadap variabel
mediator
4) Memeriksa pengaruh variabel mediator terhadap variabel
dependen.
148
Gambar 3.6
Analisis Pemeriksaan Variabel Mediator
Sumber : Solimun, 2011
Keterangan:
Jika pengujian secara langsung (b) tidak signifikan, namun
pengujian secara tidak langsung (c) dan (d) signifikan, maka
pencegahan kecurangan (fraud) dikatakan sebagai variabel
mediator penuh atau full mediator.
Jika pengujian secara langsung (b) signifikan dan pengujian
secara tidak langsung (c) dan (d) juga signifikan, maka
pencegahan kecurangan (fraud) dikatakan sebagai variabel
mediator sebagian atau partial mediator.
Jika (c) dan (d) signifikan serta (a) juga signifikan, di mana
koefisien dari (a) lebih kecil (turun) dari (b) maka pencegahan
b
d c
a Pengendalian
Internal
Kualitas
Laporan
Keuangan
Pencegahan
Kecurangan
(Fraud)
Pengendalian
Internal
Kualitas
Laporan
Keuangan
149
kecurangan (fraud) dikatakan sebagai variabel mediator sebagian
(partial mediator).
Jika (c) dan (d) signifikan serta (a) juga signifikan, di mana
koefisien dari (a) hampir sama dengan (b) maka pencegahan
kecurangan (fraud) dikatakan bukan sebagai variabel mediator.
Jika salah satu (c) atau (d) atau keduanya tidak signifikan maka
dikatakan bukan sebagai variabel mediator (Hair et al., 2010
dalam Solimun, 2011).
Metode perkalian dilakukan dengan uji Sobel, yaitu melalui
pengujian hipotesis. Simpangan baku pengaruh tidak langsung
(perkalian) merujuk pada MacKinnon (2007) : 𝜎𝑎𝑏= √𝜎𝑎2𝑎2 + 𝜎𝑏
2𝑏2
Dalam hal ini a dan b adalah koefisien jalur yang dilalui. Statistik
uji Sobel yaitu:
z_value = 𝑎𝑏
√(𝑏2𝑆𝐸𝑎2)+(𝑎2𝑆𝐸𝑏
2)
Dalam hal ini:
a = koefisien regresi standardized pengaruh variabel
independen X terhadap variabel mediator M
SEa = standard error untuk koefisien a
B = koefisien regresi standardized pengaruh variabel
mediator M terhadap variabel dependen Y
SEb = standard error untuk koefisien
150
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah 22 perusahaan yang terdiri dari 12
perusahaan di sub sektor kimia dan 10 perusahaan di sub sektor farmasi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018. Informasi berdasarkan website
Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange) dan kontan.co.id.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive
sampling. Sebanyak 180 kuesioner disebarkan kepada 12 perusahaan
manufaktur, yakni 7 perusahaan di sub sektor kimia dan 5 perusahaan di sub
sektor farmasi. Penyebaran kuesioner dimulai pada akhir bulan November
2018 sampai bulan Desember 2018. Berikut tabel distribusi kuesioner
berdasarkan tempat penyebaran:
Tabel 4.1
Distribusi Kuesioner
No. Kode Nama Perusahaan
Jumlah Kuesioner
Disebar Kembali Dapat
Diolah
1 ADMG Polychem Indonesia Tbk. 15 15 13
2 AGII Aneka Gas Industri Tbk. 15 14 12
3 BRPT Barito Pacific Tbk. 15 13 11
4 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk. 15 15 14
5 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk. 15 12 12
6 INCI Intanwijaya Internasional Tbk. 15 12 12
151
7 KAEF Kimia Farma Tbk. 15 15 15
8 KLBF Kalbe Farma Tbk. 15 11 10
9 MERK Merck Tbk. 15 15 14
10 PYFA Pyridam Farma Tbk. 15 15 14
11 SRSN Indo Acidatama Tbk. 15 14 14
12 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk. 15 14 13
Sumber: Data primer diolah, 2018
B. Tingkat Pengembalian Kuesioner (Response Rate)
Total kuesioner yang disebar dalam penelitian ini adalah 180 kuesioner
dengan jumlah item pertanyaan sebanyak 54 butir. Dari total kuesioner yang
tersebut yang kembali adalah 165 kuesioner atau dapat dikatakan bahwa
tingkat pengembalian kuesioner (response rate) adalah sebesar 91,7%. Karena
pengisiannya yang tidak lengkap 11 kuesioner tidak dapat digunakan, sehingga
hanya 154 kuesioner yang dapat diolah atau sebesar 85,6%. Tabel 4.2 di bawah
ini menyajikan secara rinci tentang kuesioner yang disebar dan diterima
kembali untuk diolah peneliti.
Tabel 4.2
Rincian Jumlah Sampel dan Tingkat Pengembalian
Keterangan Jumlah Persentase (%)
Kuesioner yang disebar 180 100
Kuesioner yang tidak kembali (15) 8,3
Kuesioner yang kembali 165 91,7
Kuesioner yang tidak lengkap/cacat (11) 6,1
Kuesioner yang dapat diolah 154 85,6
Sumber: Data primer diolah, 2018
152
C. Karakteristik Profil Responden
Karakteristik 154 responden yang telah mengembalikan kuesioner
dengan pengisian yang lengkap diklasifikasikan dalam jenis kelamin, usia,
jabatan, pendidikan terakhir dan lama bekerja.
Tabel 4.3
Profil Responden
Karakteristik Kategori Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin Laki-laki 90 58.40%
Perempuan 64 41,6%
Jumlah 154 100,0%
Usia 25 - 30 tahun 61 39,6%
31 - 40 tahun 71 46,1%
41 - 50 tahun 18 11,7%
> 50 tahun 4 2,6%
Jumlah 154 100,0%
Jabatan Staf Akuntansi 48 31,2%
Supervisor 34 22,1%
Manajer 22 14,3%
Auditor Internal 35 22,7%
Komite Audit 15 9,7%
Jumlah 154 100,0%
Pendidikan Terakhir S1 129 83,8%
S2 17 11,0%
S3 8 5,2%
Jumlah 154 100,0%
Lama Bekerja 1 - 3 tahun 25 16,2
3 - 5 tahun 81 52,6
5 - 10 tahun 39 25,3
> 10 9 5,8
Jumlah 154 100,0% Sumber: Data primer diolah, 2018
153
Tabel 4.3 diatas menunjukkan karakteristik responden sebagai berikut:
1. Berdasarkan jenis kelamin, diperoleh sebanyak 90 orang atau 58,4%
responden didominasi oleh laki-laki, dan sisanya sebanyak 64 orang atau
41,6% responden berjenis kelamin perempuan.
2. Berdasarkan usia, diperoleh responden yang berkisar 25-30 tahun adalah
sebanyak 61 orang (39,6%), yang berusia 31-40 tahun sebanyak 71 orang
(46,1%), yang berusia 41-50 tahun sebanyak 18 orang (11,7%), dan yang
berusia > 50 tahun sebanyak 4 orang (2,6%).
3. Berdasarkan jabatan, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden
sebanyak 48 orang atau sebesar 31,2% menduduki posisi staf akuntansi.
Sebanyak 34 orang atau 22,1% menduduki jabatan sebagai supervisor dan
22 orang atau 14,3% menduduki jabatan manajer. Sedangkan yang
menduduki jabatan sebagai auditor internal sebanyak 35 orang atau 22,7%
dan sisanya 15 orang atau 9,7% menjabat sebagai komite audit.
4. Berdasarkan pendidikan terakhir, diketahui mayoritas responden sebesar
83,8% atau 129 orang berpendidikan Strata 1 (S1) sedangkan sisanya 11%
atau sebanyak 17 orang berpendidikan akhir Strata 2 (S2) dan 5,2% atau
sebanyak 8 orang berpendidikan Strata 3 (S3).
5. Berdasarkan lama bekerja, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
(sebanyak 81 orang atau 52,6%) sudah bekerja selama 3-5 tahun, yang
bekerja selama 1-3 tahun sebanyak 25 orang (16,2%), yang bekerja selama
5-10 sebanyak 39 orang (25,3%) dan yang telah bekerja lebih dari 10 tahun
adalah sebanyak 9 orang (5,8%).
154
D. Analisis Data dan Hasil Penelitian
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif bertujuan memberikan gambaran terhadap data-data
pada variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil mean
(rata-rata) dan standar deviasi untuk 154 data observasi sebagai berikut:
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif
Variabel Butir Mean Standar Deviasi
Pengendalian
Internal
PI1 3,94 0,65
PI2 4,21 0,63
PI3 3,73 0,74
PI4 4,20 0,71
PI5 3,84 0,59
PI6 3,94 0,59
PI7 4,25 0,69
PI8 3,61 0,80
PI9 4,18 0,73
PI10 4,08 0,56
Audit Internal
AI1 4,16 0,66
AI2 4,16 0,62
AI3 4,20 0,64
AI4 4,16 0,57
AI5 4,23 0,64
AI6 4,31 0,61
AI7 4,33 0,61
AI8 4,14 0,67
Risk based Audit
RBA1 4,29 0,65
RBA2 4,34 0,57
RBA3 4,38 0,55
RBA4 4,26 0,53
RBA5 4,12 0,58
RBA6 4,14 0,62
RBA7 4,25 0,59
RBA8 4,33 0,57
155
Komite Audit
KA1 4,36 0,50
KA2 4,39 0,50
KA3 4,29 0,54
KA4 4,50 0,53
KA5 4,52 0,50
KA6 4,53 0,50
Whistleblowing
system
WS1 4,44 0,59
WS2 4,26 0,64
WS3 4,22 0,53
WS4 4,35 0,56
WS5 4,34 0,63
WS6 4,34 0,65
Pencegahan
Kecurangan
(Fraud)
PKF1 4,23 0,68
PKF2 4,10 0,89
PKF3 4,25 0,64
PKF4 4,24 0,70
PKF5 4,28 0,58
PKF6 4,24 0,68
PKF7 4,31 0,62
PKF8 4,31 0,67
Kualitas
Laporan
Keuangan
KLK1 4,25 0,66
KLK2 4,25 0,60
KLK3 4,32 0,60
KLK4 4,19 0,64
KLK5 4,30 0,57
KLK6 4,18 0,67
KLK7 4,23 0,66
KLK8 4,19 0,65 Sumber : Data primer diolah, 2018
Berdasarkan tabel 4.4, output Lisrel 8.8 untuk pengujian statistik
deskriptif mean (rata-rata) dan standar deviasi sebagai berikut:
1. Variabel pengendalian internal dengan sepuluh butir pernyataan
mempunyai mean terendah 3,61 dan tertinggi 4,25 serta standar deviasi
terendah 0,56 dan tertinggi 0,80.
156
2. Variabel audit internal dengan delapan butir pernyataan mempunyai
mean terendah 4,14 dan tertinggi 4,33 serta standar deviasi terendah
0,57 dan tertinggi 0,67.
3. Variabel risk based audit dengan delapan butir pernyataan mempunyai
mean terendah 4,12 dan tertinggi 4,38 serta standar deviasi terendah
0,53 dan tertinggi 0,65.
4. Variabel komite audit dengan enam butir pernyataan mempunyai mean
terendah 4,29 dan tertinggi 4,53 serta standar deviasi terendah 0,50 dan
tertinggi 0,54.
5. Variabel whistleblowing system dengan enam butir pernyataan
mempunyai mean terendah 4,22 dan tertinggi 4,44 serta standar deviasi
terendah 0,53 dan tertinggi 0,65.
6. Variabel pencegahan kecurangan (fraud) dengan delapan butir
pernyataan mempunyai mean terendah 4,10 dan tertinggi 4,31 serta
standar deviasi terendah 0,58 dan tertinggi 0,89.
7. Variabel kualitas laporan keuangan dengan delapan butir pernyataan
mempunyai mean terendah 4,18 dan tertinggi 4,32 serta standar deviasi
terendah 0,57 dan tertinggi 0,67.
157
2. Uji Kualitas Data
Untuk menguji ketepatan instrumen dilakukan uji validitas dan uji
reliabilitas sebagai berikut :
a. Uji Validitas
Untuk mengetahui valid atau sahnya data dengan cara
membandingkan nilai r-hitung (pearson correlation) dengan r-tabel
(product moment). Jika nilai r-hitung > r-tabel maka dikatakan valid.
Berikut ini uji validitas untuk 30 responden yang dipilih secara acak
dari kerangka sampel yang sudah ditentukan.
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas Pengendalian Internal
Pertanyaan
Corrected Item-
Total Correlation
(r-hitung)
r-tabel 5% (30) Keterangan
PI1 0,416 0,349 Valid
PI2 0,475 0,349 Valid
PI3 0,484 0,349 Valid
PI4 0,620 0,349 Valid
PI5 0,489 0,349 Valid
PI6 0,626 0,349 Valid
PI7 0,530 0,349 Valid
PI8 0,519 0,349 Valid
PI9 0,789 0,349 Valid
PI10 0,770 0,349 Valid
Sumber : Data primer diolah dengan SPSS Versi 23
Pada tabel 4.9, nilai r-tabel dengan α = 0,05 dengan jumlah data (n)
= 30, maka diperoleh r-tabel sebesar 0,349. Jika dibandingkan, semua
nilai r-hitung > r-tabel sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ke-10
butir pernyataan pengendalian internal (X1) tersebut valid.
158
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Audit Internal
Pertanyaan
Corrected Item-
Total Correlation
(r-hitung)
r-tabel 5% (30) Keterangan
AI1 0,663 0,349 Valid
AI2 0,534 0,349 Valid
AI3 0,554 0,349 Valid
AI4 0,566 0,349 Valid
AI5 0,701 0,349 Valid
AI6 0,682 0,349 Valid
AI7 0,591 0,349 Valid
AI8 0,591 0,349 Valid Sumber : Data primer diolah dengan SPSS Versi 23
Pada tabel 4.10, nilai r-tabel dengan α = 0,05 dengan jumlah data (n)
= 30, maka diperoleh r-tabel sebesar 0,349. Jika dibandingkan, semua
nilai r-hitung > r-tabel sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ke-8 butir
pernyataan audit internal (X2) tersebut valid.
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Risk based Audit
Pertanyaan
Corrected Item-
Total Correlation
(r-hitung)
r-tabel 5% (30) Keterangan
RBA1 0,400 0,349 Valid
RBA2 0,500 0,349 Valid
RBA3 0,474 0,349 Valid
RBA4 0,644 0,349 Valid
RBA5 0,515 0,349 Valid
RBA6 0,576 0,349 Valid
RBA7 0,701 0,349 Valid
RBA8 0,558 0,349 Valid Sumber : Data primer diolah dengan SPSS Versi 23
159
Pada tabel 4.11, nilai r-tabel dengan α = 0,05 dengan jumlah data
(n) = 30, maka diperoleh r-tabel sebesar 0,349. Jika dibandingkan,
semua nilai r-hitung > r-tabel sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
ke-8 butir pernyataan risk based audit (X3) tersebut valid.
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Komite Audit
Pertanyaan
Corrected Item-
Total Correlation
(r-hitung)
r-tabel 5% (30) Keterangan
KA1 0,622 0,349 Valid
KA2 0,620 0,349 Valid
KA3 0,460 0,349 Valid
KA4 0,594 0,349 Valid
KA5 0,567 0,349 Valid
KA6 0,491 0,349 Valid Sumber : Data primer diolah dengan SPSS Versi 23
Pada tabel 4.12, nilai r-tabel dengan α = 0,05 dengan jumlah data
(n) = 30, maka diperoleh r-tabel sebesar 0,349. Jika dibandingkan,
semua nilai r-hitung > r-tabel sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
ke-6 butir pernyataan komite audit (X4) tersebut valid.
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Whistleblowing system
Pertanyaan
Corrected Item-
Total Correlation
(r-hitung)
r-tabel 5% (30) Keterangan
WS1 0,626 0,349 Valid
WS2 0,601 0,349 Valid
WS3 0,702 0,349 Valid
WS4 0,610 0,349 Valid
WS5 0,629 0,349 Valid
WS6 0,695 0,349 Valid Sumber : Data primer diolah dengan SPSS Versi 23
160
Pada tabel 4.13, nilai r-tabel dengan α = 0,05 dengan jumlah data
(n) = 30, maka diperoleh r-tabel sebesar 0,349. Jika dibandingkan,
semua nilai r-hitung > r-tabel sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
ke-6 butir pernyataan whistleblowing system (X5) tersebut valid.
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Pencegahan Kecurangan (Fraud)
Pertanyaan
Corrected Item-
Total Correlation
(r-hitung)
r-tabel 5% (30) Keterangan
PKF1 0,515 0,349 Valid
PKF2 0,595 0,349 Valid
PKF3 0,460 0,349 Valid
PKF4 0,655 0,349 Valid
PKF5 0,414 0,349 Valid
PKF6 0,725 0,349 Valid
PKF7 0,464 0,349 Valid
PKF8 0,629 0,349 Valid Sumber : Data primer diolah dengan SPSS Versi 23
Pada tabel 4.14, nilai r-tabel dengan α = 0,05 dengan jumlah data
(n) = 30, maka diperoleh r-tabel sebesar 0,349. Jika dibandingkan,
semua nilai r-hitung > r-tabel sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
ke-8 butir pernyataan pencegahan kecurangan (fraud) (Y) tersebut
valid.
161
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas Kualitas Laporan Keuangan
Pertanyaan
Corrected Item-
Total Correlation
(r-hitung)
r-tabel 5% (30) Keterangan
KLK1 0,529 0,349 Valid
KLK2 0,493 0,349 Valid
KLK3 0,557 0,349 Valid
KLK4 0,600 0,349 Valid
KLK5 0,672 0,349 Valid
KLK6 0,380 0,349 Valid
KLK7 0,477 0,349 Valid
KLK8 0,573 0,349 Valid Sumber : Data primer diolah dengan SPSS Versi 23
Pada tabel 4.15, nilai r-tabel dengan α = 0,05 dengan jumlah data
(n) = 30, maka diperoleh r-tabel sebesar 0,349. Jika dibandingkan,
semua nilai r-hitung > r-tabel sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
ke-8 butir pernyataan kualitas laporan keuangan (Z) tersebut valid.
b. Uji Reliabilitas
Pengujian reabilitas dilakukan pada pertanyaan atau pernyataan
yang sudah valid. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika
jawaban seseorang terhadap pertanyaaan adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu (Ghozali 2011; 47). Untuk menentukan reabilitas
suatu kuesioner dapat dilihat pada bagian cronbach’s alpha.
Dikatakan realibel jika nilai cronbach’s alpha > 0,60. Hasil disajikan
pada tabel berikut :
162
Tabel 4.12
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach
Alpha Kriteria Kesimpulan
Pengendalian Internal
(X1) 0,858 0,6 Reliabel
Audit Internal (X2) 0,856 0,6 Reliabel
Risk based Audit (X3) 0,826 0,6 Reliabel
Komite Audit (X4) 0,838 0,6 Reliabel
Whistleblowing system
(X5) 0,855 0,6 Reliabel
Pencegahan Kecurangan
(Fraud) (Y) 0,822 0,6 Reliabel
Kualitas Laporan
Keuangan (Z) 0,802 0,6 Reliabel
Sumber : Data primer diolah dengan SPSS Versi 23
Tabel 4.16 menunjukkan variabel pengendalian internal, audit
internal, risk based audit, komite audit dan whistleblowing system
yang masing-masing memiliki cronbach’s alpha sebesar 0,858; 0,856;
0,826; 0,838; 0,855 dan variabel intervening pencegahan kecurangan
(fraud) sebesar 0,822 serta variabel terikat sebesar 0,802. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini
reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari
0.6. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pertanyaan yang
digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti
bila pertanyaan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang
relatif sama dengan jawaban sebelumnya.
163
3. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data hanya dilakukan dengan test of univariate
normality pada Lisrel 8.8. Test of multivariat normality tidak dilakukan
karena data yang digunakan bersifat individu. Data dinyatakan normal jika
p-value pada skewness dan kurtosis tidak signifikan (p-value > 0.05).
Tabel 4.13
Hasil Uji Normalitas Data
Test of Univariate Normality for Continuous Variables
Skewness Kurtosis Skewness and Kurtosis
Variable Z-Score P-Value Z-Score P-Value Chi-Square P-Value
PI1 -0.400 0.689 -0.578 0.563 0.495 0.781
PI2 -1.033 0.302 -2.059 0.070 5.305 0.070
PI3 -0.589 0.556 -0.728 0.467 0.876 0.645
PI4 -1.518 0.129 -4.582 0.064 23.302 0.060
PI5 0.246 0.806 -0.597 0.551 0.416 0.812
PI6 0.040 0.968 0.009 0.993 0.002 0.999
PI7 -1.866 0.062 -3.763 0.086 17.637 0.120
PI8 -1.680 0.093 -0.764 0.445 3.404 0.182
PI9 -1.479 0.139 -6.163 0.059 0.168 0.090
PI10 0.154 0.878 0.605 0.545 0.390 0.823
AI1 -1.617 0.106 -0.220 0.826 2.663 0.264
AI2 -2.280 0.053 2.037 0.092 9.348 0.079
AI3 -1.760 0.078 0.359 0.720 3.228 0.199
AI4 -1.109 0.267 1.879 0.060 4.761 0.093
AI5 -2.007 0.065 0.266 0.790 4.099 0.129
AI6 -2.257 0.074 0.964 0.335 6.021 0.249
AI7 -1.485 0.137 -2.217 0.067 7.120 0.068
AI8 -2.168 0.080 0.864 0.388 5.446 0.066
RBA1 -3.191 0.091 1.751 0.080 13.247 0.081
RBA2 -0.915 0.360 -2.411 0.074 6.650 0.256
RBA3 -0.497 0.620 -3.872 0.089 15.242 0.340
RBA4 0.753 0.451 -1.009 0.313 1.586 0.453
RBA5 -1.120 0.263 1.720 0.085 4.212 0.122
RBA6 -0.469 0.639 -1.201 0.230 1.662 0.436
RBA7 -0.652 0.514 -1.459 0.145 2.554 0.279
RBA8 -0.697 0.486 -2.262 0.094 5.604 0.061
164
Sumber : Hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.8
Dari tampilan hasil uji normalitas data diatas menunjukkan bahwa
setiap indikator pada skewness dan kurtosis pada univariate normality test
memiliki nilai P-value > 0,05 maka data terdistribusi secara normal.
KA1 2.072 0.048 -17.745 0.061 19.194 0.520
KA2 1.543 0.123 -72.392 0.085 43.000 0.075
KA3 0.612 0.540 -1.840 0.066 3.760 0.153
KA4 -1.400 0.162 -11.612 0.069 36.797 0.142
KA5 -0.412 0.680 30.712 0.057 43.425 0.087
KA6 -0.549 0.583 30.774 0.070 47.364 0.093
WS1 -2.525 0.042 -2.262 0.054 11.492 0.103
WS2 -1.430 0.153 -2.322 0.060 7.438 0.054
WS3 0.987 0.324 -0.140 0.889 0.994 0.608
WS4 -0.436 0.663 -3.015 0.053 9.281 0.090
WS5 -2.049 0.058 -2.372 0.078 9.824 0.607
WS6 -2.336 0.099 -2.549 0.091 11.958 0.349
PKF1 -3.844 0.063 2.519 0.052 21.123 0.070
PKF2 -4.100 0.087 0.669 0.504 17.257 0.290
PKF3 -2.201 0.088 0.283 0.777 4.924 0.085
PKF4 -4.739 0.094 3.324 0.271 33.512 0.076
PKF5 -1.602 0.109 1.505 0.132 4.830 0.089
PKF6 -3.439 0.071 1.935 0.053 15.570 0.291
PKF7 -1.588 0.112 -2.243 0.055 7.552 0.063
PKF8 -3.924 0.090 2.317 0.181 20.768 0.476
KLK1 -1.692 0.091 -2.967 0.063 11.665 0.083
KLK2 -1.781 0.075 1.143 0.253 4.478 0.107
KLK3 -1.388 0.165 -2.171 0.070 6.636 0.086
KLK4 -3.722 0.060 3.125 0.262 23.620 0.095
KLK5 -0.577 0.564 -1.870 0.061 3.831 0.147
KLK6 -3.010 0.073 1.911 0.156 12.714 0.102
KLK7 -2.137 0.056 -0.219 0.827 4.616 0.099
KLK8 -1.815 0.070 -0.084 0.933 3.302 0.192
165
4. Analisis SEM
Analisis SEM terdiri dari 2 model yakni model pengukuran dan model
struktural. Model pengukuran dilakukan dengan analisis faktor konfirmatori
(confirmatory factor analysis = CFA) untuk masing-masing variabel,
kemudian dilanjutkan dengan analisis SEM Full Model atau yang dikenal
dengan model Hybrid yakni gabungan model pengukuran dan model
struktural. Pada model struktural akan terlihat hubungan antara konstruk
independen dan dependen (analisis jalur).
a. Analisis Confirmatory Factor Analysis (CFA)
Analisis CFA memodelkan hubungan antara variabel laten dengan
variabel-variabel teramati (observed/measured variables). Evaluasi atas
validitas konstruk dilakukan melalui second order confirmatory factor
analysis (2nd Order CFA) atau analisis faktor dua tahap karena dimensi
pengukuran masih bersifat laten dan terdiri dari indikator-indikator.
1) CFA Variabel Pengendalian Internal (X1)
Variabel Pengendalian Internal terdiri dari lima dimensi, yaitu: LP
(lingkungan pengendalian), PR (penilaian risiko), AP (aktivitas
pengendalian), IK (informasi dan komunikasi) dan PM (pemantauan).
166
Gambar 4.1
CFA Variabel Pengendalian Internal – Standardized Solution
Gambar 4.2
CFA Variabel Pengendalian Internal – T-Values
Sumber : Hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.8
167
Persamaan pengukuran dari Pengendalian Internal dalam
Standardized Solution dengan estimasi standar error (se) dan nilai t-
value sebagai berikut:
Measurement Equations
LP1 = 0.50*LP, Errorvar.= 0.34 , R² = 0.66
(0.043)
8.39
LP2 = 0.62*LP, Errorvar.= 0.42 , R² = 0.58
(0.083) (0.037)
4.70 6.70
PR1 = 0.55*PR, Errorvar.= 0.50 , R² = 0.50
(0.050)
8.87
PR2 = 0.57*PR, Errorvar.= 0.28 , R² = 0.72
(0.067) (0.042)
5.95 8.04
AP1 = 0.54*AP, Errorvar.= 0.41 , R² = 0.59
(0.033)
7.52
AP2 = 0.78*AP, Errorvar.= 0.26 , R² = 0.74
(0.10) (0.044)
4.35 2.92
IK1 = 0.56*IK, Errorvar.= 0.11 , R² = 0.89
(0.046)
8.30
IK2 = 0.53*IK, Errorvar.= 0.39 , R² = 0.61
(0.072) (0.062)
5.13 8.27
PM1 = 0.88*PM, Errorvar.= 0.23 , R² = 0.77
(0.023)
5.54
PM2 = 0.78*PM, Errorvar.= 0.40 , R² = 0.60
(0.036) (0.016)
12.13 7.59
168
Structural Equations
LP = 0.91*PI, Errorvar.= 0.17 , R² = 0.83
(0.18) (0.17)
4.93 2.05
PR = 0.69*PI, Errorvar.= 0.18 , R² = 0.82
(0.16) 0.12)
6.61 2.49
AP = 0.56*PI, Errorvar.= 0.31 , R² = 0,69
(0.14) (0.21)
4.10 3.27
IK = 0.78*PI, Errorvar.= 0.16 , R² = 0.84
(0.17) 0.19)
6.39 2.88
PM = 0.83*PI, Errorvar.= 0.41 , R² = 0.59
(0.073) (0.089)
16.15 4.55
Dari analisis second order CFA diatas menunjukkan bahwa:
1. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi dan
dimensi yang paling dominan untuk mengukur variabel;
a. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi
lingkungan pengendalian ialah LP2 dengan nilai koefisien jalur
(loading factor) sebesar 0,62. Artinya pengaruh LP2 sebesar
0,62 terhadap dimensi LP (Lingkungan Pengendalian). Dalam
kuesioner dapat dilihat pernyataan tersebut ialah:
“Dalam pengambilan keputusan pimpinan instansi perlu
memperhatikan risiko dan pimpinan instansi perlu bertindak adil
serta tidak memihak pada salah satu pihak”
b. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi
penilaian risiko ialah PR2 dengan nilai koefisien jalur (loading
169
factor) sebesar 0,57. Artinya pengaruh PR2 sebesar 0,57
terhadap dimensi PR (Penilaian Risiko). Dalam kuesioner dapat
dilihat pernyataan tersebut ialah:
“Analisis risiko dengan menentukan dan mengatasi dampak
risiko yang telah teridentifikasi”
c. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi
aktivitas pengendalian ialah AP2 dengan nilai koefisien jalur
(loading factor) sebesar 0,78. Artinya pengaruh AP2 sebesar
0,78 terhadap dimensi AP (Aktivitas Pengendalian). Dalam
kuesioner dapat dilihat pernyataan tersebut ialah:
“Adanya otorisasi dan pemisahan fungsi yang memadai dengan
menetapkan ketentuan dan syarat otorisasi serta mengawasi
seluruh kejadian maupun aspek transaksi tidak hanya
dikendalikan oleh satu orang”
d. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi
informasi dan komunikasi ialah IK1 dengan nilai koefisien jalur
(loading factor) sebesar 0,56. Artinya pengaruh IK1 sebesar 0,56
terhadap dimensi IK (Informasi dan Komunikasi). Dalam
kuesioner dapat dilihat pernyataan tersebut ialah:
“Memiliki informasi yang dapat diandalkan dan relevan baik
informasi keuangan maupun non keuangan”
e. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi
pemantauan ialah PM1 dengan nilai koefisien jalur (loading
factor) sebesar 0,88. Artinya pengaruh PM1 sebesar 0,88
terhadap dimensi PM (Pemantauan). Dalam kuesioner dapat
dilihat pernyataan tersebut ialah:
170
“Melakukan pemantauan yang dilaksanakan secara
berkelanjutan”
f. Dimensi yang paling dominan untuk mengukur variabel
pengendalian internal ialah Lingkungan Pengendalian (LP)
dengan nilai koefisien jalur (loading factor) sebesar 0,91.
Artinya pengaruh dimensi LP sebesar 0,91 terhadap variabel PI
(Pengendalian Internal). Sementara dimensi yang kurang
dominan untuk mengukur variabel pengendalian internal ialah
Aktivitas Pengendalian (AP) dengan nilai koefisien jalur
(loading factor) sebesar 0,56. Artinya pengaruh dimensi AP
hanya sebesar 0,56 terhadap variabel PI (Pengendalian Internal).
2. Masing-masing indikator pada output Lisrel diatas memiliki t-hitung
> 1,96 maka semua indikator tersebut signifikan. Selanjutnya untuk
masing-masing dimensi dapat dijelaskan sebagai berikut:
LP mempunyai nilai t-hitung sebesar 4,93; PR mempunyai nilai t-
hitung sebesar 6,61; AP mempunyai nilai t-hitung sebesar 4,10; IK
mempunyai nilai t-hitung sebesar 6,39 dan PM mempunyai nilai t-
hitung sebesar 16,15; karena > 1,96 maka dimensi-dimensi tersebut
positif dan signifikan membentuk variabel X1 (Pengendalian
Internal).
171
3. Validitas dan Reliabilitas Indikator ke Dimensi dan Dimensi ke
Variabel;
a. Untuk menentukan valid tidaknya masing-masing indikator dan
dimensi dapat dilihat pada ukuran Standardized Loading Factor
(SLF). Hair (2010:678) menyarankan nilai SLF ≥ 0,5
menunjukkan sifat convergent validity yang baik. Berdasarkan
output Lisrel diatas dapat dilihat bahwa seluruh nilai baik
indikator maupun dimensi memiliki SLF ≥ 0,5. Hal ini
menunjukkan bahwa sifat convergent validity yang baik telah
dicapai dari sisi ukuran SLF atau dapat dikatakan valid.
b. Untuk menentukan reliabilitasnya dapat dihitung dengan rumus
construct reliability (CR) dan average variance extracted
(AVE).
Tabel 4.14
Uji Reliabilitas Pengendalian Internal-Indikator Ke Dimensi
Indikator λ λ2 Error CR AVE
LP1 0,50 0,2500 0,34
0,9226 0,5534
LP2 0,62 0,3844 0,42
PR1 0,55 0,3025 0,50
PR2 0,57 0,3249 0,28
AP1 0,54 0,2916 0,41
AP2 0,78 0,6084 0,26
IK1 0,56 0,3136 0,11
IK2 0,53 0,2809 0,39
PM1 0,88 0,7744 0,23
PM2 0,78 0,6084 0,40
Jumlah 6,31 4,1391 3,34
Sumber : Data primer diolah, 2018
172
Berdasarkan Tabel 4,18, Hair (2010:679) menyatakan nilai
AVE ≥ 0,5 menunjukkan adequate convergence, dengan
kata lain uji reliabilitas untuk semua indikator ke dimensi
tersebut reliabel.
Tabel 4.15
Uji Reliabilitas Pengendalian Internal-Dimensi Ke Variabel
Dimensi λ λ2 Error CR AVE
LP 0,91 0,8281 0,17
0,9204 0,7033
PR 0,69 0,4761 0,18
AP 0,56 0,3136 0,31
IK 0,78 0,6084 0,16
PM 0,83 0,6889 0,41
Jumlah 3,77 2,9151 1,23
Sumber : Data primer diolah, 2018
Berdasarkan Tabel 4,19, diketahui nilai CR untuk masing-
masing dimensi sebesar 0,9204 ≥ 0,7 dan nilai AVE untuk
masing-masing dimensi adalah 0,7033 ≥ 0,5 dengan demikian
uji reliabilitas untuk semua dimensi ke variabel tersebut reliabel.
2) CFA Variabel Audit Internal (X2)
Variabel Audit Internal terdiri dari empat dimensi, yaitu: IDP
(independensi), KP (keahlian profesional), LKP (lingkup kerja
pemeriksaan) dan PP (pelaksanaan pekerjaan).
173
Gambar 4.3
CFA Variabel Audit Internal – Standardized Solution
Gambar 4.4
CFA Variabel Audit Internal – T-Values
Sumber : Hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.8
Persamaan pengukuran dari Audit Internal dalam Standardized
Solution dengan estimasi standar eror (se) dan nilai t-value sebagai
berikut:
174
Measurement Equations
IDP1 = 0.53*IDP, Errorvar.= 0.29 , R² = 0.71
(0.046)
6.71
IDP2 = 0.89*IDP, Errorvar.= 0.21 , R² = 0.79
(0.15) (0.070)
3.57 2.31
KP1 = 0.49*KP, Errorvar.= 0.76 , R² = 0.24
(0.039)
7.83
KP2 = 0.71*KP, Errorvar.= 0.49 , R² = 0.51
(0.081) (0.034)
5.04 4.75
LKP1 = 0.59*LKP, Errorvar.= 0.65 , R² = 0.35
(0.036)
7.43
LKP2 = 0.68*LKP, Errorvar.= 0.54 , R² = 0.46
(0.063) (0.032)
6.56 6.16
PP1 = 0.94*PP, Errorvar.= 0.11 , R² = 0.89
(0.043)
2.90
PP2 = 0.48*PP, Errorvar.= 0.77 , R² = 0.23
(0.060) (0.040)
5.36 8.44
Structural Equations
IDP = 0.50*AI, Errorvar.= 0.25 , R² = 0.75
(0.15) (0.26)
3.27 2.94
KP = 0.84*AI, Errorvar.= 0.29 , R² = 0.71
(0.16) (0.17)
5.18 1.70
175
LKP = 0.73*AI, Errorvar.= 0.52 , R² = 0.48
(0.17) (0.25)
7.36 2.14
PP = 0.85*AI, Errorvar.= 0.28 , R² = 0.72
(0.081) (0.15)
10.56 1.86
Dari analisis second order CFA diatas menunjukkan bahwa:
1. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi dan
dimensi yang paling dominan untuk mengukur variabel;
a. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi
independensi ialah IDP2 dengan nilai koefisien jalur (loading
factor) sebesar 0,89. Artinya pengaruh IDP2 sebesar 0,89
terhadap dimensi IDP (Independensi). Dalam kuesioner dapat
dilihat pernyataan tersebut ialah:
“Status organisasi cukup memberi kekuasaan untuk
melaksanakan tanggung jawab pemeriksaan”
b. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi
keahlian profesional ialah KP2 dengan nilai koefisien jalur
(loading factor) sebesar 0,71. Artinya pengaruh KP2 sebesar
0,71 terhadap dimensi KP (Keahlian Profesional). Dalam
kuesioner dapat dilihat pernyataan tersebut ialah:
“Memiliki kecakapan dan kemahiran”
c. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi lingkup
kerja pemeriksaan ialah LKP2 dengan nilai koefisien jalur
(loading factor) sebesar 0,68. Artinya pengaruh LKP2 sebesar
176
0,68 terhadap dimensi LKP (Lingkup Kerja Pemeriksaan).
Dalam kuesioner dapat dilihat pernyataan tersebut ialah:
“Memiliki kualitas pelaksanaan dalam menyelesaikan tanggung
jawab yang telah diberikan”
d. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi
pelaksanaan pekerjaan ialah PP1 dengan nilai koefisien jalur
(loading factor) sebesar 0,94. Artinya pengaruh PP1 sebesar
0,94 terhadap dimensi PP (Pelaksanaan Pekerjaan). Dalam
kuesioner dapat dilihat pernyataan tersebut ialah:
“Adanya perencanaan audit, penelaahan dan evaluasi informasi”
e. Dimensi yang paling dominan untuk mengukur variabel audit
internal ialah Pelaksanaan Pekerjaan (PP) dengan nilai koefisien
jalur (loading factor) sebesar 0,85. Artinya pengaruh dimensi PP
sebesar 0,85 terhadap variabel AI (Audit Internal). Sementara
dimensi yang kurang dominan untuk mengukur variabel audit
internal ialah Independensi (IDP) dengan nilai koefisien jalur
(loading factor) sebesar 0,50. Artinya pengaruh dimensi IDP
hanya sebesar 0,50 terhadap variabel AI (Audit Internal).
2. Masing-masing indikator pada output Lisrel diatas memiliki t-hitung
> 1,96 maka semua indikator tersebut signifikan. Selanjutnya untuk
masing-masing dimensi dapat dijelaskan sebagai berikut:
IDP mempunyai nilai t-hitung sebesar 3,27; KP mempunyai nilai t-
hitung sebesar 5,18; LKP mempunyai nilai t-hitung sebesar 7,36; dan
PP mempunyai nilai t-hitung sebesar 10,56; karena > 1,96 maka
177
dimensi-dimensi tersebut positif dan signifikan membentuk
variabel X2 (Audit Internal).
3. Validitas dan Reliabilitas Indikator ke Dimensi dan Dimensi ke
Variabel;
a. Berdasarkan output Lisrel diatas dapat dilihat bahwa seluruh
nilai baik indikator maupun dimensi SLF ≥ 0,5 kecuali indikator
KP1 dan PP2 dengan loading factor masing-masing sebesar 0,49
dan 0,48. Namun Hair (2010:680) juga menyebutkan bahwa
nilai loading factor sangat sensitif dengan besarnya sampel.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 154 data. Menurut Hair,
sampel dengan jumlah 150 sebaiknya memiliki nilai SLF ≥ 0,45.
Maka indikator-indikator tersebut masih dinyatakan valid.
b. Untuk menentukan reliabilitasnya dapat dihitung dengan rumus
construct reliability (CR) dan average variance extracted
(AVE),
Tabel 4.16
Uji Reliabilitas Audit Internal-Indikator Ke Dimensi
Indikator λ λ2 Error CR AVE
IDP1 0,53 0,2809 0,29
0,8864 0,5051
IDP2 0,89 0,7921 0,21
KP1 0,54 0,2916 0,76
KP2 0,71 0,5041 0,49
LKP1 0,59 0,3481 0,65
LKP2 0,68 0,4624 0,54
PP1 0,94 0,8836 0,11
PP2 0,58 0,3364 0,77
Jumlah 5,46 3,8992 3,82
Sumber : Data primer diolah, 2018
178
Berdasarkan Tabel 4.20, nilai CR untuk masing-masing
indikator variabel laten sebesar 0,8864 ≥ 0,7, Hair (2010:679)
menyatakan nilai CR ≥ 0,7 termasuk good reliability,
selanjutnya nilai AVE untuk masing-masing variabel laten
adalah 0,5051 ≥ 0,5, Hair (2010:679) menyatakan nilai AVE ≥
0,5 menunjukkan adequate convergence, dengan kata lain uji
reliabilitas untuk semua indikator ke dimensi tersebut reliabel.
Tabel 4.17
Uji Reliabilitas Audit Internal-Dimensi Ke Variabel
Dimensi λ λ2 Error CR AVE
IDP 0,50 0,2500 0,25
0,8642 0,6226
KP 0,84 0,7056 0,29
LKP 0,73 0,5329 0,52
PP 0,85 0,7225 0,28
Jumlah 2,92 2,2110 1,34
Sumber : Data primer diolah, 2018
Berdasarkan Tabel 4.21, diketahui nilai CR untuk masing-
masing dimensi sebesar 0,8642 ≥ 0,7 dan nilai AVE untuk
masing-masing dimensi adalah 0,6226 ≥ 0,5 dengan demikian
uji reliabilitas untuk semua dimensi ke variabel tersebut reliabel.
3) CFA Variabel Risk based Audit (X3)
Variabel Risk Based Audit terdiri dari empat dimensi, yaitu: PLN
(planning), EAP (execution audit plan), RPT (reporting) dan RM
(review and monitoring).
179
Gambar 4.5
CFA Variabel Risk based Audit – Standardized Solution
Gambar 4.6
CFA Variabel Risk based Audit – T-Values
Sumber : Hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.8
180
Persamaan pengukuran dari Risk Based Audit dalam Standardized
Solution dengan estimasi standard error (se) dan nilai t-value sebagai
berikut:
Measurement Equations
PLN1 = 0.62*IDP, Errorvar.= 0.21 , R² = 0.79
(0.036)
5.71
PLN2 = 0.78*IDP, Errorvar.= 0.07 , R² = 0.93
(0.25) (0.080)
4.57 2.31
EAP1 = 0.59*KP, Errorvar.= 0.20 , R² = 0.8
(0.029)
6.83
EAP2 = 0.41*KP, Errorvar.= 0.17 , R² = 0.83
(0.28) (0.044)
6.04 4.85
RPT1 = 0.69*LKP, Errorvar.= 0.36 , R² = 0.64
(0.038)
7.33
RPT2 = 0.58*LKP, Errorvar.= 0.40 , R² = 0.60
(0.063) (0.032)
8.56 5.16
RM1 = 0.84*PP, Errorvar.= 0.22 , R² = 0.78
(0.043)
4.90
RM2 = 0.57*PP, Errorvar.= 0.24 , R² = 0.76
(0.070) (0.054)
7.36 8.24
Structural Equations
PLN = 0.60*AI, Errorvar.= 0.24 , R² = 0.76
(0.18) (0.16)
3.37 3.94
181
EAP = 0.74*AI, Errorvar.= 0.28 , R² = 0.72
(0.15) (0.17)
7.18 5.70
RPT = 0.53*AI, Errorvar.= 0.42 , R² = 0.58
(0.27) (0.25)
8.36 2.42
RM = 0.81*AI, Errorvar.= 0.38 , R² = 0.62
(0.081) (0.18)
11.47 3.87
Dari analisis second order CFA diatas menunjukkan bahwa:
1. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi dan
dimensi yang paling dominan untuk mengukur variabel;
a. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi
planning ialah PLN2 dengan nilai koefisien jalur (loading
factor) sebesar 0,78. Artinya pengaruh PLN2 sebesar 0,78
terhadap dimensi PLN (Planning). Dalam kuesioner dapat
dilihat pernyataan tersebut ialah:
“Status organisasi cukup memberi kekuasaan untuk
melaksanakan tanggung jawab pemeriksaan”
b. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi
execution audit plan ialah EAP1 dengan nilai koefisien jalur
(loading factor) sebesar 0,59. Artinya pengaruh EAP1 sebesar
0,59 terhadap dimensi EAP (Execution Audit Plan). Dalam
kuesioner dapat dilihat pernyataan tersebut ialah:
“Lingkup audit sesuai dengan fokus perbaikan perusahaan”
182
c. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi
reporting ialah RPT1 dengan nilai koefisien jalur (loading
factor) sebesar 0,69. Artinya pengaruh RPT1 sebesar 0,69
terhadap dimensi RPT (Reporting). Dalam kuesioner dapat
dilihat pernyataan tersebut ialah:
“Adanya rekomendasi memberikan nilai tambah dan
implementasi”
d. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi review
and monitoring ialah RM1 dengan nilai koefisien jalur (loading
factor) sebesar 0,84. Artinya pengaruh RM1 sebesar 0,84
terhadap dimensi RM (Review and Monitoring). Dalam
kuesioner dapat dilihat pernyataan tersebut ialah:
“Rencana perbaikan ditindaklanjuti dan diimplementasikan”
e. Dimensi yang paling dominan untuk mengukur variabel risk
based audit ialah Review and Monitoring (RM) dengan nilai
koefisien jalur (loading factor) sebesar 0,81. Artinya pengaruh
dimensi RM sebesar 0,81 terhadap variabel RBA (Risk based
Audit). Sementara dimensi yang kurang dominan untuk
mengukur variabel risk based audit ialah Reporting (RPT)
dengan nilai koefisien jalur (loading factor) sebesar 0,53.
Artinya pengaruh dimensi RPT hanya sebesar 0,53 terhadap
variabel RBA (Risk Based Audit).
2. Masing-masing indikator pada output Lisrel diatas memiliki t-hitung
> 1,96 maka semua indikator tersebut signifikan. Selanjutnya untuk
183
masing-masing dimensi dapat dijelaskan sebagai berikut: PLN
mempunyai nilai t-hitung sebesar 3,37; EAP mempunyai nilai t-hitung
sebesar 7,18; RPT mempunyai nilai t-hitung sebesar 8,36; dan RM
mempunyai nilai t-hitung sebesar 11,47; karena > 1,96 maka dimensi-
dimensi tersebut positif dan signifikan membentuk variabel X3
(Risk Based Audit).
3. Validitas dan Reliabilitas Indikator ke Dimensi dan Dimensi ke
Variabel;
a. Berdasarkan output Lisrel diatas dapat dilihat bahwa seluruh
nilai baik indikator maupun dimensi memiliki SLF ≥ 0,5 maka
indikator dan dimensi tersebut dinyatakan valid.
b. Untuk menentukan reliabilitasnya dapat dihitung dengan rumus
construct reliability (CR) dan average variance extracted
(AVE)
Tabel 4.18
Uji Reliabilitas Risk Based Audit-Indikator Ke Dimensi
Indikator λ λ2 Error CR AVE
PLN1 0,62 0,3844 0,21
0,9327 0,6428
PLN2 0,78 0,6084 0,06
EAP1 0,59 0,3481 0,20
EAP2 0,41 0,1681 0,17
RPT1 0,69 0,4761 0,36
RPT2 0,58 0,3364 0,40
RM1 0,84 0,7056 0,22
RM2 0,57 0,3249 0,24
Jumlah 5,08 3,3520 1,86
Sumber : Data primer diolah, 2018
184
Berdasarkan Tabel 4.22, nilai CR untuk masing-masing
indikator variabel laten sebesar 0,9327 ≥ 0,7, Hair (2010:679)
menyatakan nilai CR ≥ 0,7 termasuk good reliability,
selanjutnya nilai AVE untuk masing-masing variabel laten
adalah 0,6428 ≥ 0,5, Hair (2010:679) menyatakan nilai AVE ≥
0,5 menunjukkan adequate convergence, dengan kata lain uji
reliabilitas untuk semua indikator ke dimensi tersebut reliabel.
Tabel 4.19
Uji Reliabilitas Risk Based Audit-Dimensi Ke Variabel
Dimensi λ λ2 Error CR AVE
PLN 0,60 0,3600 0,24
0,8448 0,5829
EAP 0,74 0,5476 0,28
RPT 0,53 0,2809 0,42
RM 0,81 0,6561 0,38
Jumlah 2,68 1,8446 1,32
Sumber : Data primer diolah, 2018
Berdasarkan Tabel 4.21, diketahui nilai CR untuk masing-
masing dimensi sebesar 0,8448 ≥ 0,7 dan nilai AVE untuk
masing-masing dimensi adalah 0,5829 ≥ 0,5 dengan demikian
uji reliabilitas untuk semua dimensi ke variabel tersebut reliabel.
4) CFA Variabel Komite Audit (X4)
Variabel Komite Audit terdiri dari tiga dimensi, yaitu: TM (tujuan
dan manfaat komite audit), TGJ (tanggung jawab komite audit), dan
LK (lingkup kerja komite audit).
185
Gambar 4.7
CFA Variabel Komite Audit – Standardized Solution
Gambar 4.8
CFA Variabel Komite Audit – T-Values
Sumber : Hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.8
Persamaan pengukuran dari Komite Audit dalam Standardized
Solution dengan estimasi standar error (se) dan nilai t-value sebagai
berikut:
186
Measurement Equations
TM1 = 0.93*TM, Errorvar.= 0.14 , R² = 0.86 (0.014)
2.40
TM2 = 0.97*TM, Errorvar.= 0.07 , R² = 0.93 (0.036) (0.015) 13.34 2.19
TGJ1 = 0.56*TGJ, Errorvar.= 0.69 , R² = 0.31 (0.027) 7.41
TGJ2 = 0.73*TGJ, Errorvar.= 0.47 , R² = 0.53 (0.069) (0.028)
5.55 4.74
LK1 = 0.93*LK, Errorvar.= 0.04, R² = 0.96 (0.027)
3.08
LK2 = 0.81*LK, Errorvar.= 0.35 , R² = 0.65 (0.050) (0.021)
8.03 4.23
Structural Equations TM = 0.54*KA, Errorvar.= 0.30 , R² = 0.70
(0.10) (0.12) 5.24 5.73
TGJ = 0.72*KA, Errorvar.= 0.50 , R² = 0.50 (0.23) (0.40) 5.42 2.26
LK = 0.50*KA, Errorvar.= 0.25 , R² = 0.75 (0.096) (0.15)
5.19 4.99
Dari analisis second order CFA diatas menunjukkan bahwa:
1. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi dan
dimensi yang paling dominan untuk mengukur variabel;
187
a. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi tujuan
dan manfaat komite audit ialah TM2 dengan nilai koefisien jalur
(loading factor) sebesar 0,97. Artinya pengaruh TM2 sebesar
0,97 terhadap dimensi TM (Tujuan dan Manfaat Komite Audit).
Dalam kuesioner dapat dilihat pernyataan tersebut ialah:
“Komite audit juga melakukan pengawasan atas proses risiko
dan kontrol serta proses tata kelola perusahaan proses risiko dan
kontrol serta proses tata kelola perusahaan”
b. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi
tanggung jawab komite audit ialah TGJ2 dengan nilai koefisien
jalur (loading factor) sebesar 0,73. Artinya pengaruh TGJ2
sebesar 0,73 terhadap dimensi TGJ (Tanggung Jawab Komite
Audit). Dalam kuesioner dapat dilihat pernyataan tersebut ialah:
“Komite audit bertanggung jawab terhadap kegiatan internal dan
eksternal perusahaan”
c. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi lingkup
kerja komie audit ialah LK1 dengan nilai koefisien jalur
(loading factor) sebesar 0,93. Artinya pengaruh LK1 sebesar
0,93 terhadap dimensi LK (Lingkup Kerja Komite Audit).
Dalam kuesioner dapat dilihat pernyataan tersebut ialah:
“Lingkup kerja komite audit meliputi committee charter,
struktur komite audit dan syarat keanggotaan komite audit”
d. Dimensi yang paling dominan untuk mengukur variabel komite
audit ialah Tanggung Jawab Komite Audit (TGJ) dengan nilai
koefisien jalur (loading factor) sebesar 0,72. Artinya pengaruh
188
dimensi TGJ sebesar 0,72 terhadap variabel KA (Komite Audit).
Sementara dimensi yang kurang dominan untuk mengukur
variabel komite audit ialah Lingkup Kerja Komite Audit (LK)
dengan nilai koefisien jalur (loading factor) sebesar 0,50.
Artinya pengaruh dimensi LK hanya sebesar 0,50 terhadap
variabel KA (Komite Audit).
2. Masing-masing indikator pada output Lisrel diatas memiliki t-hitung
> 1,96 maka semua indikator tersebut signifikan. Selanjutnya untuk
masing-masing dimensi dapat dijelaskan sebagai berikut:
TM mempunyai nilai t-hitung sebesar 5,24; TGJ mempunyai nilai t-
hitung sebesar 5,42; dan LK mempunyai nilai t-hitung sebesar 5,19;
karena > 1,96 maka dimensi-dimensi tersebut positif dan signifikan
membentuk variabel X4 (Komite Audit).
3. Validitas dan Reliabilitas Indikator ke Dimensi dan Dimensi ke
Variabel;
a. Berdasarkan output Lisrel diatas dapat dilihat bahwa seluruh
nilai baik indikator maupun dimensi memiliki nilai standardized
loading factor (SLF) ≥ 0,5 maka indikator dan dimensi tersebut
dinyatakan valid.
b. Untuk menentukan reliabilitasnya dapat dihitung dengan rumus
construct reliability (CR) dan average variance extracted
(AVE)
189
Tabel 4.20
Uji Reliabilitas Komite Audit-Indikator Ke Dimensi
Indikator λ λ2 Error CR AVE
TM1 0,93 0,8649 0,14
0,9325 0,7034
TM2 0,97 0,9409 0,07
TGJ1 0,56 0,3136 0,69
TGJ2 0,73 0,5329 0,47
LK1 0,93 0,8649 0,04
LK2 0,81 0,6561 0,35
Jumlah 4,93 4,1733 1,76
Sumber : Data primer diolah, 2018
Berdasarkan Tabel 4.24, nilai CR untuk masing-masing
indikator variabel laten sebesar 0,9325 ≥ 0,7. Hair (2010:679)
menyatakan nilai CR ≥ 0,7 termasuk good reliability,
selanjutnya nilai AVE untuk masing-masing variabel laten
adalah 0,7034 ≥ 0,5. Hair (2010:679) menyatakan nilai AVE ≥
0,5 menunjukkan adequate convergence, dengan kata lain uji
reliabilitas untuk semua indikator ke dimensi tersebut reliabel.
Tabel 4.21
Uji Reliabilitas Komite Audit-Dimensi Ke Variabel
Dimensi λ λ2 Error CR AVE
TM 0,54 0,2916 0,30
0,7468 0,5024 TGJ 0,72 0,5184 0,50
LK 0,50 0,2500 0,25
Jumlah 1,76 1,0600 1,05
Sumber : Data primer diolah, 2018
Berdasarkan Tabel 4.25, diketahui nilai CR untuk masing-
masing dimensi sebesar 0,7468 ≥ 0,7 dan nilai AVE untuk
masing-masing dimensi adalah 0,5024 ≥ 0,5 dengan demikian
uji reliabilitas untuk semua dimensi ke variabel tersebut reliabel.
190
5) CFA Variabel Whistleblowing system (X5)
Variabel Whistleblowing system terdiri dari tiga dimensi, yaitu:
EWS (efektivitas whistleblowing system), CPP (cara pelaporan
pelanggaran), dan MWS (manfaat whistleblowing system).
Gambar 4.9
CFA Variabel Whistleblowing system – Standardized Solution
Gambar 4.10
CFA Variabel Whistleblowing system – T-Values
Sumber : Hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.8
191
Persamaan pengukuran dari Whistleblowing system dalam
Standardized Solution dengan estimasi standar error (se) dan nilai t-
value sebagai berikut:
Measurement Equations
EWS1 = 0.41*TM, Errorvar.= 0.16 , R² = 0.84 (0.017) 3.40
EWS2 = 0.69*TM, Errorvar.= 0.27 , R² = 0.73 (0.031) (0.025)
12.34 6.19
CPP1 = 0.70*TGJ, Errorvar.= 0.29 , R² = 0.71 (0.024) 3.81
CPP2 = 0.87*TGJ, Errorvar.= 0.43 , R² = 0.57 (0.059) (0.029)
8.55 2.74
MWS1 = 0.40*LK, Errorvar.= 0.24, R² = 0.76 (0.017) 4.08
MWS2 = 0.83*LK, Errorvar.= 0.38 , R² = 0.62 (0.040) (0.026)
9.03 3.23
Structural Equations
EWS = 0.74*KA, Errorvar.= 0.32 , R² = 0.68 (0.10) (0.16) 6.25 4.73 CPP = 0.63*KA, Errorvar.= 0.53 , R² = 0.57 (0.23) (0.50) 7.48 4.86
192
MWS = 0.81*KA, Errorvar.= 0.15 , R² = 0.85 (0.095) (0.25) 5.39 2.69
Dari analisis second order CFA diatas menunjukkan bahwa:
1. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi dan
dimensi yang paling dominan untuk mengukur variabel;
a. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi
efektivitas whistleblowing system ialah EWS2 dengan nilai
koefisien jalur (loading factor) sebesar 0,69. Artinya pengaruh
EWS2 sebesar 0,69 terhadap dimensi EWS (Efektivitas
Whistleblowing system). Dalam kuesioner dapat dilihat
pernyataan tersebut ialah:
“Kemungkinan tersedianya akses pelaporan pelanggaran ke luar
perusahaan, bila manajemen tidak mendapatkan respon yang
sesuai”
b. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi cara
pelaporan pelanggaran ialah CPP2 dengan nilai koefisien jalur
(loading factor) sebesar 0,87. Artinya pengaruh CPP2 sebesar
0,87 terhadap dimensi CPP (Cara Pelaporan Pelanggaran).
Dalam kuesioner dapat dilihat pernyataan tersebut ialah:
“Adanya pembocoran kecurangan dilakukan kepada pihak luar
seperti masyarakat dengan tujuan mencegah kerugian banyak
orang”
c. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi
manfaat whistleblowing system ialah MWS2 dengan nilai
koefisien jalur (loading factor) sebesar 0,83. Artinya pengaruh
193
MWS2 sebesar 0,83 terhadap dimensi MWS (Manfaat
Whistleblowing system). Dalam kuesioner dapat dilihat
pernyataan tersebut ialah:
“Whistleblowing system dapat mengurangi risiko yang dihadapi
organisasi akibat dari pelanggaran, baik dari segi keuangan,
operasi, hukum, keselamatan kerja dan meningkatkan reputasi
perusahaan di mata pemangku kepentingan (stakeholders),
regulator dan masyarakat umum”
d. Dimensi yang paling dominan untuk mengukur variabel
whistleblowing system ialah Manfaat Whistleblowing system
(MWS) dengan nilai koefisien jalur (loading factor) sebesar
0,81. Artinya pengaruh dimensi MWS sebesar 0,81 terhadap
variabel WS (Whistleblowing system). Sementara dimensi yang
kurang dominan untuk mengukur variabel whistleblowing system
ialah Cara Pelaporan Pelanggaran (CPP) dengan nilai koefisien
jalur (loading factor) sebesar 0,63. Artinya pengaruh dimensi
CPP hanya sebesar 0,63 terhadap variabel WS (Whistleblowing
System).
2. Masing-masing indikator pada output Lisrel diatas memiliki t-hitung
> 1,96 maka semua indikator tersebut signifikan. Selanjutnya
untuk masing-masing dimensi dapat dijelaskan sebagai berikut:
EWS mempunyai nilai t-hitung sebesar 6,25; CPP mempunyai nilai
t-hitung sebesar 7,48; dan MWS mempunyai nilai t-hitung sebesar
5,39; karena > 1,96 maka dimensi-dimensi tersebut positif dan
signifikan membentuk variabel X5 (Whistleblowing System).
194
3. Validitas dan Reliabilitas Indikator ke Dimensi dan Dimensi ke
Variabel;
a. Berdasarkan output Lisrel diatas dapat dilihat bahwa seluruh
nilai baik indikator maupun dimensi memiliki nilai standardized
loading factor (SLF) ≥ 0,5 maka indikator dan dimensi tersebut
dinyatakan valid.
b. Untuk menentukan reliabilitasnya dapat dihitung dengan rumus
construct reliability (CR) dan average variance extracted
(AVE)
Tabel 4.22
Uji Reliabilitas Whistleblowing System-Indikator Ke Dimensi
Indikator λ λ2 Error CR AVE
EWS1 0,41 0,1681 0,16
0,8853 0,5817
EWS2 0,69 0,4761 0,27
CPP1 0,70 0,4900 0,49
CPP2 0,87 0,7569 0,43
MWS1 0,40 0,1600 0,24
MWS2 0,83 0,6889 0,38
Jumlah 3,90 2,7400 1,97
Sumber : Data primer diolah, 2018
Berdasarkan Tabel 4.24, nilai CR untuk masing-masing
indikator variabel laten sebesar 0,8853 ≥ 0,7. Hair (2010:679)
menyatakan nilai CR ≥ 0,7 termasuk good reliability,
selanjutnya nilai AVE untuk masing-masing variabel laten
adalah 0,5817 ≥ 0,5. Hair (2010:679) menyatakan nilai AVE ≥
0,5 menunjukkan adequate convergence, dengan kata lain uji
reliabilitas untuk semua indikator ke dimensi tersebut reliabel.
195
Tabel 4.23
Uji Reliabilitas Whistleblowing System -Dimensi Ke Variabel
Dimensi λ λ2 Error CR AVE
EWS 0,74 0,5476 0,32
0,8262 0,6155 CPP 0,63 0,3969 0,53
MWS 0,81 0,6561 0,15
Jumlah 2,18 1,6006 1,00
Sumber : Data primer diolah, 2018
Berdasarkan Tabel 4.25, diketahui nilai CR untuk masing-
masing dimensi sebesar 0,8262 ≥ 0,7 dan nilai AVE untuk
masing-masing dimensi adalah 0,6155 ≥ 0,5 dengan demikian
uji reliabilitas untuk semua dimensi ke variabel tersebut reliabel.
6) CFA Variabel Pencegahan Kecurangan (Fraud) (Y)
Variabel Pencegahan Kecurangan (Fraud) terdiri dari empat
dimensi, yaitu: KAF (kebijakan anti fraud), PPB (prosedur
pencegahan baku), TP (teknik pengendalian) dan KTK (kepekaan
terhadap fraud).
Gambar 4.11
CFA Variabel Pencegahan Kecurangan – Standardized Solution
196
Gambar 4.12
CFA Variabel Pencegahan Kecurangan – T-Values
Sumber : Hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.8
Persamaan pengukuran dari Pencegahan Kecurangan (Fraud)
dalam Standardized Solution dengan estimasi standar error (se) dan
nilai t-value sebagai berikut:
Measurement Equations
KAF1 = 0.67*KAF, Errorvar.= 0.43 , R² = 0.57
(0.051)
8.45
KAF2 = 0.64*KAF, Errorvar.= 0.38 , R² = 0.62
(1.48) (0.15)
5.43 2.63
PPB1 = 0.54*PPB, Errorvar.= 0.40 , R² = 0.60
(0.044)
9.08
PPB2 = 0.65*PPB, Errorvar.= 0.22, R² = 0.78
(1.71) (0.17)
7.38 4.31
197
TP1 = 0.88*TP, Errorvar.= 0.30 , R² = 0.70
(0.031)
9.68
TP2 = 0.66*TP, Errorvar.= 0.19, R² = 0.81
(1.21) (0.15)
8.55 5.13
KTK1 = 0.60*KTK, Errorvar.= 0.35 , R² = 0.65
(0.041)
8.55
KTK2 = 0.70*KTK, Errorvar.= 0.49, R² = 0.51
(1.15) (0.16)
5.61 3.31
Structural Equations
KAF = 0.52*PKF, Errorvar.= 0.32 , R² = 0.68
(0.047) (0.014)
11.14 5.15
PPB = 0.86*PKF, Errorvar.= 0.26 , R² = 0.74
(0.046) (0.0051)
8.72 5.23
TP = 0.64*PKF, Errorvar.= 0.20 , R² = 0.80
(0.045) (0.0074)
9.75 8.89
KTK = 0.52*PKF, Errorvar.= 0.13 , R² = 0.87
(0.045) (0.011)
11.65 5.73
Dari analisis second order CFA diatas menunjukkan bahwa:
1. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi dan
dimensi yang paling dominan untuk mengukur variabel;
a. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi
kebijakan anti fraud audit ialah KAF1 dengan nilai koefisien
jalur (loading factor) sebesar 0,67. Artinya pengaruh KAF1
198
sebesar 0,67 terhadap dimensi KAF (Kebijakan Anti Fraud).
Dalam kuesioner dapat dilihat pernyataan tersebut ialah:
“Pencegahan kecurangan dapat dilakukan dengan menetapkan
kebijakan anti fraud”
b. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi
prosedur pencegahan baku ialah PPB2 dengan nilai koefisien
jalur (loading factor) sebesar 0,65. Artinya pengaruh PPB2
sebesar 0,65 terhadap dimensi PPB (Prosedur Pencegahan
Baku). Dalam kuesioner dapat dilihat pernyataan tersebut ialah:
“Prosedur pencegahan fraud dapat dilakukan dengan sistem
review dan operasi yang memadai bagi sistem komputer”
c. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi teknik
pengendalian ialah TP1 dengan nilai koefisien jalur (loading
factor) sebesar 0,88. Artinya pengaruh TP1 sebesar 0,88
terhadap dimensi TP (Teknik Pengendalian). Dalam kuesioner
dapat dilihat pernyataan tersebut ialah:
“Adanya pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang
memadai”
d. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi
kepekaan terhadap kecurangan ialah KTK2 dengan nilai
koefisien jalur (loading factor) sebesar 0,70. Artinya pengaruh
KTK2 sebesar 0,70 terhadap dimensi KTK (Kepekaan Terhadap
Kecurangan). Dalam kuesioner pernyataan tersebut ialah:
“Setiap pegawai selalu diingatkan dan didorong untuk
melaporkan segala transaksi/kegiatan pegawai lainnya yang
mencurigakan.”
199
e. Dimensi yang paling dominan untuk mengukur variabel
pencegahan kecurangan (fraud) ialah Prosedur Pencegahan
Baku (PPB) dengan nilai koefisien jalur (loading factor) sebesar
0,86. Artinya pengaruh dimensi PPB sebesar 0,86 terhadap
variabel PKF (Pencegahan Kecurangan (Fraud)). Sementara
dimensi yang kurang dominan untuk mengukur variabel
pencegahan kecurangan (fraud) ialah Kebijakan Anti Fraud
(KAF) dan Kepekaan Terhadap Kecurangan (KTK) dengan nilai
koefisien jalur (loading factor) masing-masing sebesar 0,52.
Artinya pengaruh dimensi KAF dan KTK masing-masing hanya
sebesar 0,52 terhadap variabel PKF (Pencegahan Kecurangan
(Fraud)).
2. Masing-masing indikator pada output Lisrel diatas memiliki t-hitung
> 1,96 maka semua indikator tersebut signifikan. Selanjutnya
untuk masing-masing dimensi dapat dijelaskan sebagai berikut:
KAF mempunyai nilai t-hitung sebesar 11,14; PPB mempunyai nilai
t-hitung sebesar 8,72; TP mempunyai nilai t-hitung sebesar 9,75 dan
KTK mempunyai nilai t-hitung sebesar 11,65; karena > 1,96 maka
dimensi-dimensi tersebut positif dan signifikan membentuk
variabel Y (Pencegahan Kecurangan (Fraud)).
3. Validitas dan Reliabilitas Indikator ke Dimensi dan Dimensi ke
Variabel;
200
a. Berdasarkan output Lisrel diatas dapat dilihat bahwa seluruh
nilai baik indikator maupun dimensi memiliki nilai
standardized loading factor (SLF) ≥ 0,5 maka indikator dan
dimensi tersebut dinyatakan valid.
b. Untuk menentukan reliabilitasnya dapat dihitung dengan rumus
construct reliability (CR) dan average variance extracted
(AVE)
Tabel 4.24
Uji Reliabilitas Pencegahan Kecurangan (Fraud)-
Indikator Ke Dimensi
Indikator λ λ2 Error CR AVE
KAF1 0,67 0,4489 0,43
0,9112 0,5683
KAF2 0,64 0,4096 0,38
PPB1 0,54 0,2916 0,40
PPB2 0,65 0,4225 0,22
TP1 0,88 0,7744 0,30
TP2 0,66 0,4356 0,19
KTK1 0,60 0,3600 0,35
KTK2 0,70 0,4900 0,49
Jumlah 5,34 3,6326 2,76
Sumber : Data primer diolah, 2018
Berdasarkan Tabel 4.20, nilai CR untuk masing-masing
indikator variabel laten sebesar 0,9112 ≥ 0,7 selanjutnya nilai
AVE untuk masing-masing variabel laten adalah 0,5683 ≥ 0,5
maka uji reliabilitas untuk semua indikator ke dimensi tersebut
reliabel.
201
Tabel 4.25
Uji Reliabilitas Pencegahan Kecurangan (Fraud)-
Dimensi Ke Variabel
Dimensi λ λ2 Error CR AVE
KAF 0,52 0,2704 0,32
0,8764 0,65
PPB 0,86 0,7396 0,26
TP 0,64 0,4096 0,20
KTK 0,52 0,2704 0,13
Jumlah 2,54 1,6900 0,91
Sumber : Data primer diolah, 2018
Berdasarkan Tabel 4.21, diketahui nilai CR untuk masing-
masing dimensi sebesar 0,8764 ≥ 0,7 dan nilai AVE untuk
masing-masing dimensi adalah 0,65 ≥ 0,5 dengan demikian uji
reliabilitas untuk semua dimensi ke variabel tersebut reliabel.
7) CFA Variabel Kualitas Laporan Keuangan (Z)
Variabel Kualitas Laporan Keuangan terdiri dari empat dimensi,
yaitu: RLV (relevan), ADL (andal), DBD (dapat dibandingkan) dan
DPH (dapat dipahami).
Gambar 4.13
CFA Variabel Kualitas Laporan Keuangan – Standardized Solution
202
Gambar 4.14
CFA Variabel Kualitas Laporan Keuangan – T-Values
Sumber : Hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.8
Persamaan pengukuran dari Kualitas Laporan Keuangan dalam
Standardized Solution dengan estimasi standar error (se) dan nilai t-
value sebagai berikut:
Measurement Equations
RLV1 = 0.57*RLV, Errorvar.= 0.41 , R² = 0.59
(0.046)
6.71
RLV2 = 0.88*RLV, Errorvar.= 0.32 , R² = 0.68
(0.17) (0.070)
5.27 3.04
ADL1 = 0.69*ADL, Errorvar.= 0.46 , R² = 0.54
(0.039)
7.93
ADL2 = 0.74*ADL, Errorvar.= 0.29 , R² = 0.71
(0.091) (0.034)
6.04 4.65
DBD1 = 0.58*DBD, Errorvar.= 0.15 , R² = 0.85
(0.036)
7.23
203
DBD2 = 0.86*DBD, Errorvar.= 0.53 , R² = 0.47
(0.083) (0.032)
7.26 5.16
DPH1 = 0.91*DPH, Errorvar.= 0.31 , R² = 0.69
(0.043)
4.81
DPH2 = 0.49*DPH, Errorvar.= 0.17 , R² = 0.83
(0.060) (0.040)
9.46 7.84
Structural Equations
RLV = 0.90*KLK, Errorvar.= 0.24 , R² = 0.75
(0.19) (0.26)
6.36 3.94
ADL = 0.64*KLK, Errorvar.= 0.25 , R² = 0.82
(0.26) (0.16)
7.38 2.70
DBD = 0.73*KLK, Errorvar.= 0.48 , R² = 0.52
(0.15) (0.21)
8.16 4.14
DPH = 0.55*KLK, Errorvar.= 0.32 , R² = 0.68
(0.077) (0.25)
10.23 5.86
Dari analisis second order CFA diatas menunjukkan bahwa:
1. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi dan
dimensi yang paling dominan untuk mengukur variabel;
a. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi relevan
ialah RLV2 dengan nilai koefisien jalur (loading factor) sebesar
0,88. Artinya pengaruh RLV2 sebesar 0,88 terhadap dimensi
RLV (Relevan). Dalam kuesioner pernyataan tersebut ialah:
“Laporan keuangan untuk stakeholder disajikan tepat waktu baik
harian, mingguan, bulanan maupun tahunan dan laporan-laporan
tersebut disusun secara sistematis dan teratur”
204
b. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi andal
ialah ADL2 dengan nilai koefisien jalur (loading factor) sebesar
0,74. Artinya pengaruh ADL2 sebesar 0,74 terhadap dimensi
ADL (Andal). Dalam kuesioner dapat dilihat pernyataan
tersebut ialah:
“Informasi dalam laporan keuangan dapat diuji dan pengujian
dilakukan beberapa kali dengan pihak yang berbeda
menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dan laporan
keuangan disajikan secara independen”
c. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi dapat
dibandingkan ialah DBD2 dengan nilai koefisien jalur (loading
factor) sebesar 0,86. Artinya pengaruh DBD2 sebesar 0,86
terhadap dimensi DBD (Dapat Dibandingkan). Dalam kuesioner
dapat dilihat pernyataan tersebut ialah:
“Laporan keuangan juga dapat dibandingkan dengan laporan
keuangan entitas lain pada umumnya baik secara internal
maupun eksternal”
d. Indikator yang paling dominan untuk mengukur dimensi dapat
dipahami ialah DPH1 dengan nilai koefisien jalur (loading
factor) sebesar 0,91. Artinya pengaruh DPH1 sebesar 0,91
terhadap dimensi DPH (Dapat Dipahami). Dalam kuesioner
dapat dilihat pernyataan tersebut ialah:
“Informasi laporan keuangan dapat mudah dipahami oleh
pengguna”
e. Dimensi yang paling dominan untuk mengukur variabel kualitas
laporan keuangan ialah Relevan (RLV) dengan nilai koefisien
jalur (loading factor) sebesar 0,90. Artinya pengaruh dimensi
205
RLV sebesar 0,90 terhadap variabel KLK (Kualitas Laporan
Keuangan). Sementara dimensi yang kurang dominan untuk
mengukur variabel kualitas laporan keuangan ialah Dapat
Dipahami (DPH) dengan nilai koefisien jalur (loading factor)
sebesar 0,55. Artinya pengaruh dimensi DPH hanya sebesar
0,55 terhadap variabel KLK (Kualitas Laporan Keuangan).
2. Masing-masing indikator pada output Lisrel diatas memiliki t-hitung
> 1,96 maka semua indikator tersebut signifikan. Selanjutnya untuk
masing-masing dimensi dapat dijelaskan sebagai berikut:
RLV mempunyai nilai t-hitung sebesar 6,36; ADL mempunyai nilai
t-hitung sebesar 7,38; DBD mempunyai nilai t-hitung sebesar 8,16; dan
DPH mempunyai nilai t-hitung sebesar 10,23; karena > 1,96 maka
dimensi-dimensi tersebut positif dan signifikan membentuk
variabel Z (Kualitas Laporan Keuangan).
3. Validitas dan Reliabilitas Indikator ke Dimensi dan Dimensi ke
Variabel;
a. Berdasarkan output Lisrel diatas dapat dilihat bahwa seluruh
nilai baik indikator maupun dimensi memiliki SLF ≥ 0,5 maka
indikator-indikator tersebut dinyatakan valid
b. Untuk menentukan reliabilitasnya dapat dihitung dengan rumus
construct reliability (CR) dan average variance extracted
(AVE)
206
Tabel 4.26
Uji Reliabilitas Kualitas Laporan Keaungan-
Indikator Ke Dimensi Indikator λ λ2 Error CR AVE
RLV1 0,57 0,3249 0,41
0,9253 0,6178
RLV2 0,88 0,7744 0,32
ADL1 0,69 0,4761 0,46
ADL2 0,74 0,5476 0,29
DBD1 0,58 0,3364 0,15
DBD2 0,86 0,7396 0,53
DPH1 0,91 0,8281 0,31
DPH2 0,49 0,2401 0,17
Jumlah 5,72 4,2672 2,64
Sumber : Data primer diolah, 2018
Berdasarkan Tabel 4.26, nilai CR untuk masing-masing
indikator variabel laten sebesar 0,9253 ≥ 0,7, maka termasuk
good reliability, selanjutnya nilai AVE untuk masing-masing
variabel laten adalah 0,6178 ≥ 0,5, berarti uji reliabilitas untuk
semua indikator ke dimensi tersebut reliabel.
Tabel 4.27
Uji Reliabilitas Kualitas Laporan Keaungan-
Dimensi Ke Variabel Dimensi λ λ2 Error CR AVE
RLV 0,90 0,8100 0,24
0,8604 0,6144
ADL 0,64 0,4096 0,25
DBD 0,73 0,5329 0,48
DPH 0,55 0,3025 0,32
Jumlah 2,82 2,0550 1,29
Sumber : Data primer diolah, 2018
Berdasarkan Tabel 4.27, diketahui nilai CR untuk masing-
masing dimensi sebesar 0,8604 ≥ 0,7 dan nilai AVE untuk
masing-masing dimensi adalah 0,6144 ≥ 0,5 dengan demikian
uji reliabilitas untuk semua dimensi ke variabel tersebut reliabel.
207
b. Analisis SEM Full Model
Setelah dilakukan analisis CFA, selanjutnya ialah analisis SEM Full
Model. Dalam model ini, setiap variabel laten dimodelkan sebagai sebuah
faktor yang mendasari variabel-variabel teramati yang terkait. Bagian ini
menjelaskan model pengukuran seluruh variabel laten, tidak hanya
mengkonfirmasi variabel-variabel indikator pembentuk variabel laten,
tetapi juga pengaruh dari variabel eksogen/independen terhadap variabel
endogen/dependen.
Gambar 4.15
Diagram Lintasan Basic (Hybrid) Full Model dalam Standardized Solution
Sumber : Hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.8
208
Gambar 4.16
Diagram Lintasan Basic (Hybrid) Full Model dalam T-Values
Sumber : Hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.8
Persamaan pengukuran full model dalam Standardized Solution
dengan estimasi standar error (se) dan nilai t-value sebagai berikut:
Measurement Equations:
LP = 0.65*PI, Errorvar.= 0.51 , R² = 0.49
(0.014)
9.10
PR = 0.61*PI, Errorvar.= 0.37 , R² = 0.63
(0.14) (0.019)
7.65 9.16
AP = 0.76*PI, Errorvar.= 0.43 , R² = 0.57
(0.14) (0.014)
9.46 9.32
IK = 0.46*PI, Errorvar.= 0.19 , R² = 0.81
(0.15) (0.030)
5.96 9.29
209
PM = 0.66*PI, Errorvar.= 0.28 , R² = 0.72
(0.14) (0.032)
9.58 9.29
IDP = 0.83*AI, Errorvar.= 0.31 , R² = 0.69
(0.0100)
6.61
KP = 0.77*AI, Errorvar.= 0.41 , R² = 0.59
(0.092) (0.014)
11.15 7.56
LKP = 0.71*AI, Errorvar.= 0.50 , R² = 0.50
(0.083) (0.016)
11.25 8.06
PP = 0.80*AI, Errorvar.= 0.36 , R² = 0.64
(0.097) (0.016)
11.91 7.11
PLN = 0.91*RBA, Errorvar.= 0.17 , R² = 0.83
(0.0049)
6.31
EAP = 0.85*RBA, Errorvar.= 0.28 , R² = 0.72
(0.064) (0.0081)
16.35 7.87
RPT = 0.71*RBA, Errorvar.= 0.50 , R² = 0.50
(0.062) (0.015)
15.22 8.63
RM = 0.81*RBA, Errorvar.= 0.34 , R² = 0.66
(0.077) (0.013)
15.62 8.49
TM = 0.90*KA, Errorvar.= 0.20 , R² = 0.80
(0.0068)
6.82
TGJ = 0.89*KA, Errorvar.= 0.21 , R² = 0.79
(0.066) (0.010)
17.91 7.07
210
LK = 0.71*KA, Errorvar.= 0.50 , R² = 0.50
(0.056) (0.015)
14.73 8.75
EWS = 0.80*WS, Errorvar.= 0.36 , R² = 0.64
(0.014)
8.77
CPP = 0.81*WS, Errorvar.= 0.34 , R² = 0.66
(0.067) (0.0093)
12.79 8.66
MWS = 0.77*WS, Errorvar.= 0.41 , R² = 0.59
(0.077) (0.014)
11.81 9.02
KAF = 0.77*PKF, Errorvar.= 0.40 , R² = 0.60
(0.010)
7.87
PPB = 0.79*PKF, Errorvar.= 0.38 , R² = 0.62
(0.11) (0.013)
10.99 7.65
TP = 0.85*PKF, Errorvar.= 0.28 , R² = 0.72
(0.12) (0.013)
11.91 6.87
KTK = 0.87*PKF, Errorvar.= 0.23 , R² = 0.77
(0.16) (0.048)
9.41 9.21
RLV = 0.44*KLK, Errorvar.= 0.50 , R² = 0.50
(0.032)
9.02
ADL = 0.75*KLK, Errorvar.= 0.30 , R² = 0.70
(0.25) (0.030)
8.13 8.60
DBD = 0.86*KLK, Errorvar.= 0.37 , R² = 0.63
(0.20) (0.032)
9.98 9.16
211
DPH = 0.53*KLK, Errorvar.= 0.42 , R² = 0.58
(0.29) (0.044)
6.03 8.61
Dari analisis SEM Full Model diatas menunjukkan bahwa:
1. Dimensi yang paling dominan untuk mengukur masing-masing
variabel laten/konstruk;
a. Dimensi yang paling dominan untuk mengukur variabel
pengendalian internal ialah Aktivitas Pengendalian (AP) dengan
nilai koefisien jalur (loading factor) sebesar 0,76. Artinya
pengaruh dimensi AP sebesar 0,76 terhadap variabel
Pengendalian Internal. Sementara variabel yang kurang
dominan untuk mengukur variabel pengendalian internal ialah
Informasi dan Komunikasi (IK) dengan nilai koefisien jalur
(loading factor) hanya sebesar 0,46. Artinya pengaruh dimensi
IK sebesar 0,46 terhadap variabel Pengendalian Internal.
b. Dimensi yang paling dominan untuk mengukur variabel audit
internal ialah Independensi (IDP) dengan nilai koefisien jalur
(loading factor) sebesar 0,83. Artinya pengaruh dimensi IDP
sebesar 0,83 terhadap variabel Audit Internal. Sementara
variabel yang kurang dominan untuk mengukur variabel audit
internal ialah Lingkup Kerja Pemeriksaan (LKP) dengan nilai
koefisien jalur (loading factor) hanya sebesar 0,71. Artinya
pengaruh dimensi LKP hanya sebesar 0,71 terhadap variabel
Audit Internal.
212
c. Dimensi yang paling dominan untuk mengukur variabel risk
based audit ialah Planning (PLN) dengan nilai koefisien jalur
(loading factor) sebesar 0,91. Artinya pengaruh dimensi PLN
sebesar 0,91 terhadap variabel Risk Based Audit. Sementara
variabel yang kurang dominan untuk mengukur variabel risk
based audit ialah Reporting (RPT) dengan nilai koefisien jalur
(loading factor) sebesar 0,71. Artinya pengaruh dimensi RPT
hanya sebesar 0,71 terhadap variabel Risk Based Audit.
d. Dimensi yang paling dominan untuk mengukur variabel komite
audit ialah Tujuan dan Manfaat Komite Audit (TM) dengan
nilai koefisien jalur (loading factor) sebesar 0,90. Artinya
pengaruh dimensi TM sebesar 0,90 terhadap variabel Komite
Audit. Sementara variabel yang kurang dominan untuk
mengukur variabel komite audit ialah Lingkup Kerja Komite
Audit (LK) dengan nilai koefisien jalur (loading factor) sebesar
0,71. Artinya pengaruh dimensi LK hanya sebesar 0,71 terhadap
variabel Komite Audit.
e. Dimensi yang paling dominan untuk mengukur variabel
whistleblowing system ialah Cara Pelaporan Pelanggaran (CPP)
dengan nilai koefisien jalur (loading factor) sebesar 0,81.
Artinya pengaruh dimensi CPP sebesar 0,81 terhadap variabel
Whistleblowing System. Sementara variabel yang kurang
dominan untuk mengukur variabel whistleblowing system ialah
213
Manfaat Whistleblowing System (MWS) dengan nilai koefisien
jalur (loading factor) sebesar 0,77. Artinya pengaruh dimensi
MWS hanya sebesar 0,77 terhadap variabel Whistleblowing
System.
f. Dimensi yang paling dominan untuk mengukur variabel
pencegahan kecurangan (fraud) ialah Kepekaan Terhadap
Kecurangan (Fraud) (KTK) dengan nilai koefisien jalur
(loading factor) sebesar 0,87. Artinya pengaruh dimensi KTK
sebesar 0,87 terhadap variabel Pencegahan Kecurangan
(Fraud). Sementara variabel yang kurang dominan untuk
mengukur variabel pencegahan kecurangan (fraud) ialah
Kebijakan Anti Fraud (KAF) dengan nilai koefisien jalur
(loading factor) sebesar 0,77. Artinya pengaruh dimensi KAF
hanya sebesar 0,77 terhadap variabel Pencegahan Kecurangan
(Fraud).
g. Dimensi yang paling dominan untuk mengukur variabel kualitas
laporan keuangan ialah Dapat Dibandingkan (DBD) dengan
nilai koefisien jalur (loading factor) sebesar 0,86. Artinya
pengaruh dimensi DBD sebesar 0,86 terhadap variabel Kualitas
Laporan Keuangan. Sementara variabel yang kurang dominan
untuk mengukur variabel kualitas laporan keuangan ialah
Relevan (RLV) dengan nilai koefisien jalur (loading factor)
214
hanya sebesar 0,44. Artinya pengaruh dimensi RLV sebesar
0,44 terhadap variabel Kualitas Laporan Keuangan.
2. Masing-masing dimensi pada output Lisrel Full Model diatas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Dimensi variabel Pengendalian Internal yaitu LP, PR, AP, IK,
dan PM mempunyai nilai t-hitung > 1,96 maka dimensi-dimensi
tersebut positif dan signifikan membentuk variabel X1
(Pengendalian Internal).
b. Dimensi variabel Audit Internal yaitu IDP, KP, LKP dan PP
mempunyai nilai t-hitung > 1,96 maka dimensi-dimensi tersebut
positif dan signifikan membentuk variabel X2 (Audit Internal).
c. Dimensi variabel Risk Based Audit yaitu PLN, EAP, RPT dan
RM mempunyai nilai t-hitung > 1,96 maka dimensi-dimensi
tersebut positif dan signifikan membentuk variabel X3 (Risk
Based Audit).
d. Dimensi variabel Komite Audit yaitu TM, TGJ dan LK
mempunyai nilai t-hitung > 1,96 maka dimensi-dimensi tersebut
positif dan signifikan membentuk variabel X4 (Komite Audit).
e. Dimensi variabel Whistleblowing System yaitu EWS, CPP dan
MWS mempunyai nilai t-hitung > 1,96 maka dimensi-dimensi
tersebut positif dan signifikan membentuk variabel X5
(Whistleblowing System).
215
f. Dimensi variabel Pencegahan Kecurangan (Fraud) yaitu KAF,
PPB, TP, dan KTK mempunyai nilai t-hitung > 1,96 maka
dimensi-dimensi tersebut positif dan signifikan membentuk
variabel Y (Pencegahan Kecurangan (Fraud)).
g. Dimensi variabel Kualitas Laporan Keuangan yaitu RLV, ADL,
DBD dan DPH mempunyai nilai t-hitung > 1,96 maka dimensi-
dimensi tersebut positif dan signifikan membentuk variabel Z
(Kualitas Laporan Keuangan).
3. Validitas dan Reliabilitas Dimensi ke Variabel;
a. Berdasarkan output Lisrel Full Model diatas dapat dilihat bahwa
seluruh nilai dimensi memiliki SLF ≥ 0,5 maka dimensi-
dimensi tersebut dinyatakan valid.
b. Untuk menentukan reliabilitasnya dapat dihitung dengan rumus
construct reliability (CR) dan average variance extracted
(AVE).
Tabel 4.28
Uji Reliabilitas Full Model - Dimensi Ke Variabel
Dimensi λ λ2 Error CR AVE
LP 0,65 0,4225 0,51
0,8471 0,5315
PR 0,61 0,3721 0,37
AP 0,76 0,5776 0,43
IK 0,46 0,2116 0,19
PM 0,66 0,4356 0,28
Jumlah 3,14 2,0194 1,78
IDP 0,83 0,6889 0,31
0,8596 0,6056
KP 0,77 0,5929 0,41
LKP 0,71 0,5041 0,50
PP 0,80 0,6400 0,36
Jumlah 3,11 2,4259 1,58
216
PLN 0,91 0,8281 0,17
0,8929 0,6776
EAP 0,85 0,7225 0,28
RPT 0,71 0,5041 0,50
RM 0,81 0,6561 0,34
Jumlah 3,28 2,7108 1,29
TM 0,90 0,8100 0,20
0,8729 0,6983 TGJ 0,89 0,7921 0,21
LK 0,71 0,5041 0,50
Jumlah 2,50 2,1062 0,91
EWS 0,80 0,6400 0,36
0,8361 0,6299 CPP 0,81 0,6561 0,34
MWS 0,77 0,5929 0,41
Jumlah 2,38 1,8890 1,11
KAF 0,77 0,5929 0,40
0,8929 0,6764
PPB 0.79 0,6241 0,38
TP 0,85 0,7225 0,28
KTK 0,87 0,7569 0,23
Jumlah 3,28 2,6964 1,29
RLV 0,44 0,1936 0,50
0,8072 0,5277
ADL 0,75 0,3025 0,30
DBD 0,86 0,7396 0,37
DPH 0,53 0,2809 0,42
Jumlah 2,58 1,7766 1,59
Sumber : Data primer diolah, 2018
Berdasarkan Tabel 4.29, diketahui nilai CR untuk semua dimensi
ke masing-masing variabel ≥ 0,7 dan nilai AVE untuk semua dimensi
ke masing-masing variabel ≥ 0,5 dengan demikian uji reliabilitas
untuk semua dimensi ke variabel tersebut reliabel.
c. Pengujian Model Struktural
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pendekatan analisis
dalam SEM menggunakan two-step approach maka setelah diperoleh
model pengukuran, selanjutnya adalah menguji model struktural.
Hubungan hipotesis konstruk-konstruk penelitian pada model yang
217
diajukan ditunjukkan dengan hubungan kausal antar konstruk tersebut.
Pengujian model struktural ini mencakup pengujian hipotesis atau uji
signifikansi koefisien jalur (path analysis) yang akan dibahas dalam sub
bab berikutnya. Sebelum pengujian model struktural, perlu dilakukan uji
kecocokan model terlebih dahulu yang ditunjukkan dalam tabel evaluasi
goodness of fit dari model struktural Full Model pada Gambar 4.15 dan
4.16.
Tabel 4.29
Goodness of Fit Indices Full Model
Goodness of Fit Cut off Value Hasil Model Kriteria
2-chi square ≥ 0,05 0,00 Poor Fit
RMSEA ≤ 0,08 0,081 Good Fit
NFI ≥ 0,9 0,95 Good Fit
CFI ≥ 0,9 0,91 Good Fit
IFI ≥ 0,9 0,91 Good Fit
RFI ≥ 0,9 0,93 Good Fit
RMR ≤ 0,05 0,021 Good Fit
SRMR ≤ 0,05 0,051 Good Fit
GFI 0,8 ≤ 𝐺𝐹𝐼 ≤ 0,9 0,87 Marginal Fit
AGFI 0,8 ≤ 𝐴𝐺𝐹𝐼 < 0,9 0,85 Marginal Fit
Sumber: Hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.8
Tabel 4.29 diatas menunjukkan estimasi objektif bahwa hampir
seluruh parameter kecocokan model memenuhi syarat cut off goodness of
fit kecuali 2-chi square yang tidak memenuhi kriteria, kemudian GFI
dan AGFI yang masuk kategori marginal fit namun masih dapat diterima
(acceptable fit). Oleh karena itu secara keseluruhan model SEM memiliki
kemampuan yang baik dalam hal mencocokkan data sampel. Dengan kata
lain, matriks kovarian estimasi model SEM tidak berbeda secara statistik
terhadap matriks kovarian data sampel.
218
Selanjutnya untuk pengujian struktural dapat dilihat dengan
menyusun persamaan jalur variabel eksogen dan variabel endogen dalam
Standardized Solution dan T-Values dapat dijelaskan dalam gambar
berikut:
Gambar 4.17
Diagram Lintasan Struktural Full Model dalam Standardized Solution
Gambar 4.18
Diagram Lintasan Struktural Full Model dalam T-Values
Sumber : Hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.8
219
Analisis jalur (path analysis) full model dapat dilihat hasil pengujian
model diatas. Dari hasil pengujian model tersebut diperoleh model dari
estimasi parameter (koefisien) yang dapat menjelaskan hubungan model
struktural. Berdasarkan hasil estimasi model path diagram pada gambar
4.17 dan 4.18 dapat disusun persamaan struktural dalam Standardized
Solution dengan estimasi standar error (se) dan nilai t-value untuk
variabel-variabel penelitian sebagai berikut:
Persamaan Struktural Sub-Struktur I:
PKF = 0.52*PI + 0.83*AI + 0.47*RBA + 0.59*KA - 0.11*WS, Errorvar.= 0.21, R² = 0.79
s.e (0.25) (0.072) (0.11) (0.24) (0.19) (0.0070)
t 5.83 7.24 4.60 5.32 -1.24 3.48
Persamaan Struktural Sub-Struktur II:
KLK = 0.85*PKF + 0.42*PI + 0.56*AI + 0.09*RBA - 0.18*KA + 0.68*WS, Errorvar.= 0.14 , R² = 0.86
s.e (0.27) (0.41) (0.11) (0.15) (0.32) (0.26) (0.012)
t 10.32 3.65 4.05 0.70 -1.00 6.70 2.24
Dimana:
PKF = Pencegahan Kecurangan (Fraud)
KLK = Kualitas Laporan Keuangan
PI = Pengendalian Internal
AI = Audit Internal
RBA = Risk Based Audit
KA = Komite Audit
WS = Whistleblowing System
s.e = standard error of estimate
t = t-value
220
5. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari uji parsial
(uji-t), uji simultan (uji-F), koefisien determinasi dan dilanjutkan dengan
analisis variabel mediator.
a. Uji Parsial (Uji-t)
Uji t digunakan untuk mengukur sejauh mana pengaruh suatu
variabel independen secara parsial dalam menjelaskan variabel
dependen. Koefisien jalur yang bertanda positif menunjukkan bahwa
semakin tinggi nilai variabel bebas akan mengakibatkan semakin tinggi
nilai variabel terikat, dan sebaliknya koefisien jalur yang bertanda
negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai variabel bebas akan
menurunkan nilai variabel terikat. Pengujian hipotesis dilakukan melalui
uji signifikansi koefisien jalur dengan uji statistik t pada taraf nyata
alpha: α = 5%. Jika nilai statistik t-hitung > t-tabel maka terdapat pengaruh
yang signifikan, sedangkan nilai statistik t-hitung < t-tabel maka terdapat
pengaruh yang tidak signifikan. Berikut adalah tabel hasil uji-t dari
penelitian ini dimana nilai t-tabel diperoleh dengan rumus df: n-k-1 = 154-
5-1 = 148 pada α=5% yaitu 1,97612 (dibulatkan menjadi 1,98).
221
Tabel 4.30
Hasil Uji-t
Hubungan Koefisien Jalur (λ) t-hitung t-tabel Keputusan
H1: X1 → Y 0,52 5,83 1,98 t-hitung > t-tabel ;
H1 diterima
H2: X2 → Y 0,83 7,24 1,98 t-hitung > t-tabel ;
H2 diterima
H3: X3 → Y 0,47 4,60 1,98 t-hitung > t-tabel ;
H3 diterima
H4: X4 → Y 0,59 5,32 1,98 t-hitung > t-tabel ;
H4 diterima
H5: X5 → Y -0,11 -1,24 1,98 t-hitung < t-tabel ;
H5 ditolak
H7: X1 → Z 0,42 3,65 1,98 t-hitung > t-tabel ;
H7 diterima
H8: X2 → Z 0,56 4,05 1,98 t-hitung > t-tabel ;
H8 diterima
H9: X3 → Z 0,09 0,70 1,98 t-hitung < t-tabel ;
H9 ditolak
H10: X4 → Z -0,18 -1,00 1,98 t-hitung < t-tabel ;
H10 ditolak
H11: X5 → Z 0,68 6,70 1,98 t-hitung > t-tabel ;
H11 diterima
H12: Y → Z 0,85 10,32 1,98 t-hitung > t-tabel ;
H12 diterima
Sumber : Hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.8
Dari hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.8 uji statistik t diperoleh
hasil berikut :
1) Pengendalian Internal dengan koefisien jalur positif sebesar 0,52
memiliki t-hitung 5,83 > t-tabel 1,98 maka H1 diterima atau variabel
pengendalian internal (X1) secara parsial memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud) (Y).
2) Audit Internal dengan koefisien jalur positif sebesar 0,83 memiliki t-
hitung 7,24 > t-tabel 1,98 maka H2 diterima atau variabel audit internal
222
(X2) secara parsial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
Pencegahan Kecurangan (Fraud) (Y).
3) Risk Based Audit dengan koefisien jalur positif sebesar 0,47
memiliki t-hitung 4,60 > t-tabel 1,98 maka H3 diterima atau risk based
audit (X3) secara parsial memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud) (Y).
4) Komite Audit dengan koefisien jalur positif sebesar 0,59 memiliki t-
hitung 5,32 > t-tabel 1,98 maka H4 diterima atau variabel komite audit
(X4) secara parsial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
Pencegahan Kecurangan (Fraud) (Y).
5) Whistleblowing System dengan koefisien jalur negatif sebesar -0,11
memiliki t-hitung -1,24 < t-tabel 1,98 maka H5 ditolak atau variabel
pengendalian internal (X5) secara parsial memiliki pengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud) (Y).
6) Pengendalian Internal dengan koefisien jalur positif sebesar 0,42
memiliki t-hitung 3,65 > t-tabel 1,98 maka H7 diterima atau variabel
pengendalian internal (X1) secara parsial memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Z).
7) Audit Internal dengan koefisien jalur positif sebesar 0,56 memiliki t-
hitung 4,05 > t-tabel 1,98 maka H8 diterima atau variabel audit internal
(X2) secara parsial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
Kualitas Laporan Keuangan (Z).
223
8) Risk Based Audit dengan koefisien jalur positif sebesar 0,09
memiliki t-hitung 0,70 < t-tabel 1,98 maka H9 ditolak atau variabel risk
based audit(X3) secara parsial memiliki pengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Z).
9) Komite Audit dengan koefisien jalur negatif sebesar -0,18 memiliki
t-hitung -1,00 < t-tabel 1,98 maka H10 ditolak atau variabel komite
audit (X4) secara parsial memiliki pengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Z).
10) Whistleblowing System dengan koefisien jalur positif sebesar 0,68
memiliki t-hitung 6,70 > t-tabel 1,98 maka H11 diterima atau variabel
whistleblowing system (X5) secara parsial memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Z).
11) Pencegahan Kecurangan (Fraud) dengan koefisien jalur positif
sebesar 0,85 memiliki t-hitung 10,32 > t-tabel 1,98 maka H12 diterima
atau variabel pencegahan kecurangan (fraud) (Y) secara parsial
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Laporan
Keuangan (Z).
224
b. Uji Simultan (Uji-F)
Setelah melakukan analisis koefisien jalur secara parsial, maka tahap
selanjutnya adalah melakukan pengujian signifikansi secara bersama-
sama dengan menggunakan uji-F. Uji-F dalam penelitian ini ada 2 (dua),
yaitu menguji signifikansi pengaruh pengendalian internal (X1), audit
internal (X2), risk based audit (X3), komite audit (X4), dan
whistleblowing system (X5) secara bersama-sama terhadap pencegahan
kecurangan (Fraud) (Y) dan menguji signifikansi pengaruh
pengendalian internal (X1), audit internal (X2), risk based audit (X3),
komite audit (X4), dan whistleblowing system (X5) secara bersama-sama
terhadap kualitas laporan keuangan (Z) melalui pencegahan kecurangan
(fraud) (Y).
Statistik uji F untuk X1, X2, X3, X4,X5 → Y dengan rumus:
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑅2/𝑘
(1 − 𝑅2)/(𝑛 − 𝑘 − 1)=
0,79/5
(1 − 0,79)/(154 − 5 − 1)= 111,352
Statistik uji F untuk X1, X2, X3, X4,X5 melalui Y → Z dengan rumus:
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑅2/𝑘
(1 − 𝑅2)/(𝑛 − 𝑘 − 1)=
0,86/5
(1 − 0,86)/(154 − 5 − 1)= 181,829
Berikut adalah tabel hasil uji-F dari penelitian ini dimana nilai F-tabel
diperoleh dengan rumus df1: 5, df2: n-k-1 = 154-5-1 = 148 pada α=5%
yaitu 2,28.
225
Tabel 4.31
Hasil Uji-F
Hubungan Koefisien
Determinasi
F-hitung F-tabel Keputusan
H6: X1, X2, X3, X4,X5 → Y 0,79 111,352 2,28 F-hitung > F-tabel ;
H6 diterima
H13: X1, X2, X3, X4, X5 →
Y → Z 0,86 181,829 2,28
F-hitung > F-tabel ;
H13 diterima
Sumber : Hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.8
Dari tabel 4.31 diatas diketahui H6 yaitu pengaruh pengendalian
internal (X1), audit internal (X2), risk based audit (X3), komite audit (X4),
dan whistleblowing system (X5) secara bersama-sama terhadap
pencegahan kecurangan (Fraud) (Y) memiliki nilai F-hitung sebesar
111,352 > F-tabel sebesar 2,28 maka H6 diterima atau pengendalian
internal, audit internal, risk based audit, komite audit, dan
whistleblowing system secara bersama-sama berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud).
Selanjutnya untuk H13 yaitu pengaruh pengendalian internal (X1),
audit internal (X2), risk based audit (X3), komite audit (X4), dan
whistleblowing system (X5) secara bersama-sama terhadap kualitas
laporan keuangan (Z) melalui pencegahan kecurangan (fraud) (Y)
memiliki nilai F-hitung sebesar 181,829 > F-tabel sebesar 2,28 maka H13
diterima atau pengendalian internal, audit internal, risk based audit,
komite audit, dan whistleblowing system secara bersama-sama
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan
melalui pencegahan kecurangan (fraud).
226
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variansi variabel dependen. Dari table 4.31 diatas
diketahui bahwa pengaruh pengendalian internal (X1), audit internal
(X2), risk based audit (X3), komite audit (X4), dan whistleblowing
system (X5) secara bersama-sama terhadap pencegahan kecurangan
(Fraud) (Y) memiliki koefisien determinasi sebesar 0,79; artinya
kemampuan pengendalian internal, audit internal, risk based audit,
komite audit, dan whistleblowing system dalam menjelaskan pencegahan
kecurangan (fraud) sebesar 79% sedangkan sisanya 21% dapat
dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian ini.
Selanjutnya pengaruh pengendalian internal (X1), audit internal (X2),
risk based audit (X3), komite audit (X4), dan whistleblowing system (X5)
secara bersama-sama terhadap kualitas laporan keuangan (Z) melalui
pencegahan kecurangan (fraud) (Y) memiliki koefisien determinasi
sebesar 0,86; artinya kemampuan pengendalian internal, audit internal,
risk based audit, komite audit, dan whistleblowing system dalam
menjelaskan kualitas laporan keuangan melalui pencegahan kecurangan
(fraud) sebesar 86% sedangkan sisanya 14% dapat dijelaskan oleh
variabel lain diluar model penelitian ini.
227
d. Analisis Variabel Mediator
Untuk menguji variabel mediator dapat dilakukan dengan
menghitung besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung serta nilai
probabilitas signifikansinya sebagai berikut:
1) Analisis pengaruh PI (Pengendalian Internal) terhadap KLK
(Kualitas Laporan Keuangan) dengan mediasi PKF (Pencegahan
Kecurangan (Fraud)).
Gambar 4.19
Diagram Jalur Pengaruh Langsung PI ke KLK dan Pengaruh
Tidak Langsung dengan Mediasi PKF
Sumber : Hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.8
Pengaruh langsung PI ke KLK positif sebesar 0,42 dan
signifikan.
Pengaruh tidak langsung PI ke KLK melalui PKF positif sebesar
(0,52 x 0,85) = 0,442 dan signifikan.
Berdasarkan hasil analisa tersebut maka Pencegahan Kecurangan
(Fraud) (PKF) sebagai partial mediator pengaruh Pengendalian
Internal (PI) terhadap Kualitas Laporan Keuangan (KLK) dimana
pengaruh langsung < pengaruh tidak langsung, maka peran
Pencegahan Kecurangan (Fraud) (PKF) sebagai mediasi
PI KLK
PKF
0.52
0.42
0.85
228
memperbesar pengaruh Pengendalian Internal terhadap Kualitas
Laporan Keuangan.
2) Analisis pengaruh AI (Audit Internal) terhadap KLK (Kualitas
Laporan Keuangan) dengan mediasi PKF (Pencegahan Kecurangan
(Fraud)).
Gambar 4.20
Diagram Jalur Pengaruh Langsung AI ke KLK dan Pengaruh
Tidak Langsung dengan Mediasi PKF
Sumber : Hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.8
Pengaruh langsung PI ke KLK positif sebesar 0,56 dan
signifikan.
Pengaruh tidak langsung PI ke KLK melalui PKF positif sebesar
(0,83 x 0,85) = 0,7055 dan signifikan.
Berdasarkan hasil analisa tersebut maka Pencegahan Kecurangan
(Fraud) (PKF) sebagai partial mediator pengaruh Audit Internal (PI)
terhadap Kualitas Laporan Keuangan (KLK) dimana pengaruh
langsung < pengaruh tidak langsung, maka peran Pencegahan
Kecurangan (Fraud) (PKF) sebagai mediasi memperbesar pengaruh
Audit Internal terhadap Kualitas Laporan Keuangan.
AI KLK
PKF
0.83
0.56
0.85
229
3) Analisis pengaruh RBA (Risk Based Audit) terhadap KLK (Kualitas
Laporan Keuangan) dengan mediasi PKF (Pencegahan Kecurangan
(Fraud)).
Gambar 4.21
Diagram Jalur Pengaruh Langsung RBA ke KLK dan Pengaruh
Tidak Langsung dengan Mediasi PKF
Sumber : Hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.8
Pengaruh langsung RBA ke KLK positif sebesar 0,09 dan tidak
signifikan.
Pengaruh tidak langsung RBA ke KLK melalui PKF positif
sebesar (0,47 x 0,85) = 0,3995 dan signifikan.
Berdasarkan hasil analisa tersebut maka Pencegahan Kecurangan
(Fraud) (PKF) sebagai full mediator pengaruh Risk Based Audit
(RBA) terhadap Kualitas Laporan Keuangan (KLK) dimana
pengaruh langsung < pengaruh tidak langsung, maka peran
Pencegahan Kecurangan (Fraud) (PKF) sebagai mediasi
memperbesar pengaruh Risk Based Audit terhadap Kualitas Laporan
Keuangan.
RBA KLK
PKF
0.47
0.09
0.85
230
4) Analisis pengaruh KA (Komite Audit) terhadap KLK (Kualitas
Laporan Keuangan) dengan mediasi PKF (Pencegahan Kecurangan
(Fraud)).
Gambar 4.22
Diagram Jalur Pengaruh Langsung KA ke KLK dan Pengaruh
Tidak Langsung dengan Mediasi PKF
Sumber : Hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.8
Pengaruh langsung KA ke KLK negatif sebesar -0,18 dan tidak
signifikan.
Pengaruh tidak langsung KA ke KLK melalui PKF positif
sebesar (0,59 x 0,85) = 0,5015 dan signifikan.
Berdasarkan hasil analisa tersebut maka Pencegahan Kecurangan
(Fraud) (PKF) sebagai full mediator pengaruh Komite Audit (KA)
terhadap Kualitas Laporan Keuangan (KLK) dimana pengaruh
langsung < pengaruh tidak langsung, maka peran Pencegahan
Kecurangan (Fraud) (PKF) sebagai mediasi memperbesar pengaruh
Komite Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan.
KA KLK
PKF
0.59
-0.18
0.85
231
5) Analisis pengaruh WS (Whistleblowing System) terhadap KLK
(Kualitas Laporan Keuangan) dengan mediasi PKF (Pencegahan
Kecurangan (Fraud)).
Gambar 4.23
Diagram Jalur Pengaruh Langsung WS ke KLK dan Pengaruh
Tidak Langsung dengan Mediasi PKF
Sumber : Hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.8
Pengaruh langsung WS ke KLK positif sebesar 0,68 dan
signifikan.
Pengaruh tidak langsung WS ke KLK melalui PKF negatif
sebesar (-0,11 x 0,85) = -0,0935 dan tidak signifikan.
Berdasarkan hasil analisa tersebut maka Pencegahan Kecurangan
(Fraud) (PKF) bukan sebagai mediator pengaruh Whistleblowing
System (WS) terhadap Kualitas Laporan Keuangan (KLK) dimana
meskipun pengaruh langsung > pengaruh tidak langsung.
WS KLK
PKF
-0.11
0.68
0.85
232
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan
diatas dengan menggunakan Lisrel 8.8 menghasilkan pembahasan sebagai
berikut:
1. Analisis Faktor Konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis/CFA)
a. Berdasarkan hasil analisis CFA Pengendalian Internal, dimensi yang
paling dominan untuk mengukur variabel pengendalian internal ialah
Lingkungan Pengendalian (LP) dengan nilai koefisien jalur (loading
factor) sebesar 0,91 sedangkan dimensi yang kurang dominan ialah
Aktivitas Pengendalian (AP) dengan nilai koefisien jalur (loading
factor) sebesar 0,56. Semua indikator positif signifikan membentuk
dimensi dan semua dimensi positif signifikan membentuk variabel
pengendalian internal yang ditunjukkan dengan t-hitung > 1,96.
Selanjutnya untuk uji validitas dan reliabilitas diperoleh nilai SLF ≥
0,5; nilai CR ≥ 0,7 dan nilai AVE ≥ 0,5 maka uji validitas dan
reliabilitas untuk indikator ke dimensi dan dimensi ke variabel tersebut
valid dan reliabel.
b. Berdasarkan hasil analisis CFA Audit Internal, dimensi yang paling
dominan untuk mengukur variabel audit internal ialah Pelaksanaan
Pekerjaan (PP) dengan nilai koefisien jalur (loading factor) sebesar 0,85
sedangkan dimensi yang kurang dominan ialah Independensi (IDP)
dengan nilai koefisien jalur (loading factor) sebesar 0,50. Semua
indikator positif signifikan membentuk dimensi dan semua dimensi
233
positif signifikan membentuk variabel audit internal yang ditunjukkan
dengan t-hitung > 1,96. Selanjutnya untuk uji validitas dan reliabilitas
diperoleh nilai SLF ≥ 0,5; nilai CR ≥ 0,7 dan nilai AVE ≥ 0,5 maka uji
validitas dan reliabilitas untuk indikator ke dimensi dan dimensi ke
variabel tersebut valid dan reliabel.
c. Berdasarkan hasil analisis CFA Risk Based Audit, dimensi yang paling
dominan untuk mengukur variabel risk based audit ialah Review and
Monitoring (RM) dengan nilai koefisien jalur (loading factor) sebesar
0,81 sedangkan dimensi yang kurang dominan ialah Reporting (RPT)
dengan nilai koefisien jalur (loading factor) sebesar 0,53. Semua
indikator positif signifikan membentuk dimensi dan semua dimensi
positif signifikan membentuk variabel risk based audit yang
ditunjukkan dengan t-hitung > 1,96. Selanjutnya untuk uji validitas dan
reliabilitas diperoleh nilai SLF ≥ 0,5; nilai CR ≥ 0,7 dan nilai AVE ≥
0,5 maka uji validitas dan reliabilitas untuk indikator ke dimensi dan
dimensi ke variabel tersebut valid dan reliabel.
d. Berdasarkan hasil analisis CFA Komite Audit, dimensi yang paling
dominan untuk mengukur variabel komite audit ialah Tanggung Jawab
Komite Audit (TGJ) dengan nilai koefisien jalur (loading factor)
sebesar 0,72 sedangkan dimensi yang kurang dominan ialah Lingkup
Kerja Komite Audit (LK) dengan nilai koefisien jalur (loading factor)
sebesar 0,50. Semua indikator positif signifikan membentuk dimensi
dan semua dimensi positif signifikan membentuk variabel komite audit
234
yang ditunjukkan dengan t-hitung > 1,96. Selanjutnya untuk uji validitas
dan reliabilitas diperoleh nilai SLF ≥ 0,5; nilai CR ≥ 0,7 dan nilai AVE
≥ 0,5 maka uji validitas dan reliabilitas untuk indikator ke dimensi dan
dimensi ke variabel tersebut valid dan reliabel.
e. Berdasarkan hasil analisis CFA Whistleblowing System, dimensi yang
paling dominan untuk mengukur variabel whistleblowing system ialah
Manfaat Whistleblowing system (MWS) dengan nilai koefisien jalur
(loading factor) sebesar 0,81 sedangkan dimensi yang kurang dominan
ialah Cara Pelaporan Pelanggaran (CPP) dengan nilai koefisien jalur
(loading factor) sebesar 0,63. Semua indikator positif signifikan
membentuk dimensi dan semua dimensi positif signifikan membentuk
variabel whistleblowing system yang ditunjukkan dengan t-hitung > 1,96.
Selanjutnya untuk uji validitas dan reliabilitas diperoleh nilai SLF ≥
0,5; nilai CR ≥ 0,7 dan nilai AVE ≥ 0,5 maka uji validitas dan
reliabilitas untuk indikator ke dimensi dan dimensi ke variabel tersebut
valid dan reliabel.
f. Berdasarkan hasil analisis CFA Pencegahan Kecurangan (Fraud),
dimensi yang paling dominan untuk mengukur variabel Prosedur
Pencegahan Baku (PPB) dengan nilai koefisien jalur (loading factor)
sebesar 0,86 sedangkan dimensi yang kurang dominan untuk mengukur
variabel pencegahan kecurangan (fraud) ialah Kebijakan Anti Fraud
(KAF) dan Kepekaan Terhadap Kecurangan (KTK) dengan nilai
koefisien jalur (loading factor) masing-masing sebesar 0,52. Semua
235
indikator positif signifikan membentuk dimensi dan semua dimensi
positif signifikan membentuk variabel pencegahan kecurangan (fraud)
yang ditunjukkan dengan t-hitung > 1,96. Selanjutnya untuk uji validitas
dan reliabilitas diperoleh nilai SLF ≥ 0,5; nilai CR ≥ 0,7 dan nilai AVE
≥ 0,5 maka uji validitas dan reliabilitas untuk indikator ke dimensi dan
dimensi ke variabel tersebut valid dan reliabel.
g. Berdasarkan hasil analisis CFA Kualitas Laporan Keuangan, dimensi
yang paling dominan untuk mengukur variabel kualitas laporan
keuangan ialah Relevan (RLV) dengan nilai koefisien jalur (loading
factor) sebesar 0,90 sedangkan dimensi yang kurang dominan ialah
Dapat Dipahami (DPH) dengan nilai koefisien jalur (loading factor)
sebesar 0,55. Semua indikator positif signifikan membentuk dimensi
dan semua dimensi positif signifikan membentuk variabel kualitas
laporan keuangan yang ditunjukkan dengan t-hitung > 1,96. Selanjutnya
untuk uji validitas dan reliabilitas diperoleh nilai SLF ≥ 0,5; nilai CR ≥
0,7 dan nilai AVE ≥ 0,5 maka uji validitas dan reliabilitas untuk
indikator ke dimensi dan dimensi ke variabel tersebut valid dan reliabel.
2. Pengaruh Pengendalian Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan
(Fraud)
Berdasarkan hasil uji-t diperoleh t-hitung 5,83 > t-tabel 1,98 dengan
koefisien jalur positif sebesar 0,52. Dengan demikian pengendalian
internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan
236
kecurangan (fraud). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Gusnardi
(2011) dan penelitian Maliawan, Sujana dan Diatmika (2017) yang
menemukan adanya pengaruh signifikan pengendalian internal terhadap
pencegahan kecurangan (fraud). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
semakin tinggi pengendalian internal, maka tingkat pencegahan
kecurangan (fraud) semakin baik. Pengendalian internal dalam perusahaan
dapat menangkal kemungkinan terjadinya risiko kecurangan yang dapat
mengancam pencapaian tujuan entitas bisnis.
3. Pengaruh Audit Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud)
Berdasarkan hasil uji-t diperoleh t-hitung 7,24 > t-tabel 1,98 dengan
koefisien jalur positif sebesar 0,83. Dengan demikian audit internal
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan kecurangan
(fraud). Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya Gusnardi
(2011) dan penelitian Maliawan, Sujana dan Diatmika (2017) yang
mengatakan bahwa adanya pengaruh signifikan audit internal terhadap
pencegahan kecurangan (fraud). Hasil yang positif dan signifikan
menunjukkan bahwa semakin baik peran audit internal semakin baik pula
tingkat pencegahan kecurangan (fraud) di dalam perusahaan. Audit
internal merupakan faktor penting bagi perusahaan untuk mendorong
pencegahan kecurangan berjalan dengan baik dan efektif sehingga
kemungkinan terjadinya kecurangan dapat diperkecil.
237
4. Pengaruh Risk Based Audit Terhadap Pencegahan Kecurangan
(Fraud)
Berdasarkan hasil uji-t diperoleh t-hitung 4,60 > t-tabel 1,98 dengan
koefisien jalur positif sebesar 0,47. Dengan demikian risk based audit
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan kecurangan
(fraud). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rozali dan
Mohammad (2015), terdapat pengaruh positif antara pelaksanaan risk
based audit terhadap pencegahan kecurangan (fraud). Hal ini
membuktikan bahwa semakin baik penerapan risk based audit maka
pencegahan kecurangan (fraud) di dalam perusahaan juga semakin baik
karena risk based audit dapat menjadi sistem check and balance terhadap
kontrol organisasi dan meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi
adanya fraud atau masalah lainnya.
5. Pengaruh Komite Audit Terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud)
Berdasarkan hasil uji-t diperoleh t-hitung 5,32 > t-tabel 1,98 dengan
koefisien jalur positif sebesar 0,59. Dengan demikian komite audit
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan kecurangan
(fraud). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Gusnardi (2011)
menunjukkan bahwa peran komite audit berpengaruh signifikan terhadap
pencegahan kecurangan. Hal ini membuktikan pentingnya komite audit
dalam mencegah terjadinya fraud. Dengan adanya pengawasan komite
audit dalam perusahaan maka tingkat kecurangan dapat diminimalisir.
238
6. Pengaruh Whistleblowing System Terhadap Pencegahan Kecurangan
(Fraud).
Berdasarkan hasil uji-t diperoleh t-hitung -1,24 < t-tabel 1,98 dengan
koefisien jalur negatif sebesar -0,11. Dengan demikian whistleblowing
system berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pencegahan
kecurangan (fraud). Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian
Suastawan, Sujana dan Sulindawati (2013) dan penelitian Cahyo dan
Sulhani (2017) yang menunjukkan bahwa whistleblowing berpengaruh
positif signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud. Hasil penelitian
yang berbeda dengan penelitian sebelumnya disebabkan karena perbedaan
jumlah sampel, objek dan waktu penelitian. Alasan penolakan hipotesis ini
diduga karena data responden berdasarkan whistleblowing system dalam
penelitian ini hasilnya sangat bervariasi dengan pertimbangan masing-
masing persepsi responden. Selain itu mungkin adanya ketidakpahaman
responden mengenai whistleblowing system yang memang merupakan
variabel baru yang belum banyak diteliti dalam penelitian-penelitian
sebelumnya.
7. Pengaruh Pengendalian Internal, Audit Internal, Risk Based Audit,
Komite Audit dan Whistleblowing System secara bersama-sama
terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud).
Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai F-hitung sebesar 111,352 > F-tabel
sebesar 2,28 dengan koefisien determinasi sebesar 0,79 maka pengendalian
239
internal, audit internal, risk based audit, komite audit, dan whistleblowing
system secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pencegahan kecurangan (fraud) sebesar 79% sedangkan sisanya 21%
dipengaruhi variabel lain diluar penelitian ini. Dengan kata lain, semua
variabel independen tersebut dapat digunakan untuk memprediksi variabel
dependen dalam penelitian ini, yaitu pencegahan kecurangan (fraud).
8. Pengaruh Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
Berdasarkan hasil uji-t diperoleh t-hitung 3,65 > t-tabel 1,98 dengan
koefisien jalur positif sebesar 0,42. Dengan demikian pengendalian
internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bagus Pramudityo
(2017) menunjukkan bahwa pengendalian internal berpengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan. Namun berbeda dengan Eka Widyaningtias
(2014) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa sistem pengendalian
internal berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa semakin tinggi
pengendalian internal, maka kualitas laporan keuangan juga semakin baik
karena sistem pengendalian internal dapat memperkecil kesalahan-
kesalahan dalam penyajian data akuntansi, sehingga akan menghasilkan
laporan yang benar, melindungi atau membatasi kemungkinan terjadinya
240
kecurangan dan penggelapan-penggelapan, kegiatan organisasi dapat
dilaksanakan dengan efisien.
9. Pengaruh Audit Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Berdasarkan hasil uji-t diperoleh t-hitung 4,05 > t-tabel 1,98 dengan
koefisien jalur positif sebesar 0,56. Dengan demikian audit internal
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya Bagus Pramudityo
(2017) yakni peran audit internal berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan. Namun berbeda dengan penelitian Eka Widyaningtias (2014)
yang mengatakan bahwa kapasitas auditor internal berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Hasil yang positif
dan signifikan menunjukkan bahwa semakin baik peran audit internal
semakin baik kualitas laporan keuangan yang dihasilkan. Audit internal
merupakan faktor penting bagi perusahaan dengan pemeriksaan yang
sistematis atas catatan-catatan, prosedur dan operasi perusahaan sehingga
mencegah salah saji dalam pelaporan keuangan.
10. Pengaruh Risk Based Audit Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Berdasarkan hasil uji-t diperoleh t-hitung 0,70 < t-tabel 1,98 dengan
koefisien jalur positif sebesar 0,09. Dengan demikian risk based audit
berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan. Alasan penolakan hipotesis dapat disebabkan karena belum
241
banyak perusahaan yang menerapkan risk based audit (audit berbasis
risiko) di dalam perusahaan atau entitas bisnisnya. Selain itu tidak
menutup kemungkinan bahwa responden belum memahami definisi dari
risk based audit dan bagaimana penerapannya di dalam perusahaan. Risk
based audit juga merupakan variabel baru yang ditambahkan dalam
penelitian ini dan belum banyak peneliti yang meneliti variabel ini.
11. Pengaruh Komite Audit Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Berdasarkan hasil uji-t diperoleh t-hitung -1,00 < t-tabel 1,98 dengan
koefisien jalur negatif sebesar -0,18. Dengan demikian komite audit
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nugrahani (2015)
yang mengatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan. Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian
Wulansari (2016) menunjukkan bahwa ukuran komite audit berpengaruh
positif terhadap kualitas laporan keuangan. Hasil penelitian yang berbeda-
beda dengan penelitian sebelumnya disebabkan karena perbedaan jumlah
sampel, objek dan waktu penelitian. Alasan penolakan hipotesis ini diduga
karena responden tidak memahami butir pertanyaan/pernyataan dalam
kuesioner dan keterbatasan peneliti yang tidak dapat mengawasi secara
langsung proses pengisian kuesioner sehingga tidak dapat memastikan
apakah yang menjawab pertanyaan adalah pihak yang bersangkutan atau
tidak.
242
12. Pengaruh Whistleblowing System Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
Berdasarkan hasil uji-t diperoleh t-hitung 6,70 > t-tabel 1,98 dengan
koefisien jalur positif sebesar 0,68. Dengan demikian whistleblowing
system berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan. Hasil yang positif dan signifikan membuktikan bahwa semakin
baik penerapan whistleblowing system maka kualitas laporan keuangan
juga semakin baik. Pentingnya whistleblowing dalam perusahaan akan
bertindak sebagai pemberi peringatan ataupun saksi atas seseorang yang
melakukan kecurangan laporan keuangan sehingga dihasilkan laporan
keuangan yang andal dan dapat dipercaya, baik oleh pihak internal
perusahaan maupun eksternal yakni masyarakat.
13. Pengaruh Pencegahan Kecurangan (Fraud) Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
Berdasarkan hasil uji-t diperoleh t-hitung 10,32 > t-tabel 1,98 dengan
koefisien jalur positif sebesar 0,85. Dengan demikian pencegahan
kecurangan (fraud) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan. Hasil penelitian positif dan signifikan berarti semakin
tinggi tingkat pencegahan kecurangan (fraud) di dalam perusahaan maka
semakin tinggi pula kualitas laporan keuangan yang dihasilkan. Menurut
COSO (1992) dalam Mulinda (2017), salah satu tujuan dalam pencegahan
fraud adalah aktivitas yang dilaksanakan dalam hal penetapan kebijakan,
243
sistem dan prosedur yang membantu dewan komisaris, manajemen dan
personil lain dalam perusahaan untuk dapat memberikan keyakinan
memadai dalam mewujudkan keandalan laporan keuangan. Oleh karena itu
dengan adanya tindakan pencegahan kecurangan (fraud) terbukti
meningkatkan kualitas laporan keuangan.
14. Pengaruh Pengendalian Internal, Audit Internal, Risk based audit,
Komite Audit, dan Whistleblowing system terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Melalui Pencegahan Kecurangan (Fraud)
Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai F-hitung sebesar 181,829 > F-tabel
sebesar 2,28 dengan koefisien determinasi sebesar 0,86 maka pengendalian
internal, audit internal, risk based audit, komite audit, dan whistleblowing
system secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan melalui pencegahan kecurangan (fraud) sebesar
86% sedangkan sisanya 14% dipengaruhi variabel lain diluar penelitian
ini. Dengan kata lain, semua variabel independen tersebut dapat digunakan
untuk memprediksi variabel dependen yaitu kualitas laporan keuangan
melalui variabel intervening/mediator pencegahan kecurangan (fraud).
15. Analisis Variabel Mediator
Berdasarkan hasil analisis variabel mediator, diketahui bahwa
Pencegahan Kecurangan (Fraud) sebagai partial mediator pengaruh
Pengendalian Internal (PI) terhadap Kualitas Laporan Keuangan (KLK)
244
dan sebagai partial mediator pengaruh Audit Internal (PI) terhadap
Kualitas Laporan Keuangan (KLK) dimana pengaruh langsung < pengaruh
tidak langsung, maka peran Pencegahan Kecurangan (Fraud) (PKF)
sebagai mediasi memperbesar pengaruh Pengendalian Internal terhadap
Kualitas Laporan Keuangan dan memperbesar pengaruh Audit Internal
terhadap Kualitas Laporan Keuangan.
Kemudian Pencegahan Kecurangan (Fraud) sebagai full mediator
pengaruh Risk Based Audit (RBA) terhadap Kualitas Laporan Keuangan
(KLK) dan sebagai full mediator pengaruh Komite Audit (KA) terhadap
Kualitas Laporan Keuangan (KLK) dimana pengaruh langsung < pengaruh
tidak langsung, maka peran Pencegahan Kecurangan (Fraud) (PKF)
sebagai mediasi memperbesar pengaruh Risk Based Audit terhadap
Kualitas Laporan Keuangan dan memperbesar pengaruh Komite Audit
terhadap Kualitas Lapoan Keuangan.
Namun untuk pengaruh Whistleblowing System (WS) terhadap
Kualitas Laporan Keuangan (KLK) melalui Pencegahan Kecurangan
(Fraud) (PKF) diketahui negatif dan tidak signifikan, pengaruh langsung >
pengaruh tidak langsung maka Pencegahan Kecurangan (Fraud) (PKF)
bukan sebagai variabel mediator pengaruh Whistleblowing System (WS)
terhadap Kualitas Laporan Keuangan (KLK).
245
BAB V
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengendalian
internal, audit internal, risk based audit, komite audit dan whistleblowing
system terhadap pencegahan kecurangan (fraud) serta implikasinya pada
kualitas laporan keuangan perusahaan kimia dan farmasi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2018. Responden dalam penelitian ini berjumlah
154 orang setelah melalui proses purposive sampling. Hasil dari penelitian ini
ada yang mendukung penelitian terdahulu dan ada juga menolak penelitian
terdahulu. Terjadinya perbedaan hasil penelitian mungkin disebabkan karena
perbedaan jumlah sampel atau responden penelitian dan metode analisis data
yang digunakan. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis CFA untuk pengendalian internal, audit
internal, risk based audit, komite audit dan whistleblowing system,
pencegahan kecurangan (fraud) dan kualitas laporan keuangan, baik dari
indikator ke dimensi maupun dimensi ke variabel positif dan signifikan
serta memenuhi uji validitas dan reliabilitas.
2. Dimensi yang paling dominan mengukur pengendalian internal adalah
“lingkungan pengendalian” sedangkan yang kurang dominan adalah
246
“aktivitas pengendalian”. Dimensi yang paling dominan mengukur audit
internal adalah “pelaksanaan pekerjaan” sedangkan yang kurang dominan
adalah “independensi”. Dimensi yang paling dominan mengukur risk
based audit adalah “review and monitoring” sedangkan yang kurang
dominan adalah “reporting”. Dimensi yang paling dominan mengukur
komite audit adalah “tanggung jawab komite audit” sedangkan yang
kurang dominan adalah “lingkup kerja komite audit”. Dimensi yang
paling dominan mengukur whistleblowing system adalah “manfaat
whistleblowing system” sedangkan yang kurang dominan adalah “cara
pelaporan pelanggaran”. Dimensi yang paling dominan mengukur
pencegahan kecurangan (fraud) adalah “prosedur pencegahan baku”
sedangkan yang kurang dominan adalah “kebijakan anti fraud” dan
“kepekaan terhadap kecurangan”. Dimensi yang paling dominan
mengukur kualitas laporan keuangan adalah “relevan” sedangkan yang
kurang dominan adalah “dapat dipahami”.
3. Pengendalian internal (X1) secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud) (Y) karena
berdasarkan tabel 4.30 nilai t-hitung 5,83 > ttabel 1,98 dengan koefisien jalur
positif sebesar 0,52. Hasil penelitian ini sejalan dengan Gusnardi (2011)
dan penelitian Maliawan, Sujana dan Diatmika (2017).
4. Audit Internal (X2) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pencegahan kecurangan (fraud) (Y) karena berdasarkan tabel
4.30 nilai t-hitung 7,24 > t-tabel 1,98 dengan koefisien jalur positif sebesar
247
0,83. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya Gusnardi
(2011) dan penelitian Maliawan, Sujana dan Diatmika (2017).
5. Risk Based Audit (X3) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pencegahan kecurangan (fraud) (Y) karena berdasarkan tabel
4.30 nilai t-hitung 4,60 > t-tabel 1,98 dengan koefisien jalur positif sebesar
0,47. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Rozali dan
Mohammad (2015).
6. Komite Audit (X4) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pencegahan kecurangan (fraud) (Y) karena berdasarkan tabel
4.30 nilai t-hitung 5,32 > t-tabel 1,98 dengan koefisien jalur positif sebesar
0,59. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Gusnardi (2011).
7. Whistleblowing System (X5) secara parsial berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud) (Y) karena
berdasakan tabel 4.30 nilai t-hitung -1,24 < t-tabel 1,98 dengan koefisien
jalur negatif sebesar -0,11. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan
penelitian Suastawan, Sujana dan Sulindawati (2013) dan penelitian
Cahyo dan Sulhani (2017).
8. Hasil uji simultan (uji F) secara langsung berdasarkan tabel 4.31
diketahui nilai F-hitung sebesar 111,352 > F-tabel sebesar 2,28 maka Ha
diterima atau pengendalian internal (X1), audit inernal (X2), risk based
audit (X3), komite audit (X4), dan whistleblowing system (X5) secara
bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan
kecurangan (fraud) (Y).
248
9. Pengendalian internal (X1) secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan (Z) karena berdasarkan
tabel 4.30 nilai t-hitung 3,65 > t-tabel 1,98 dengan koefisien jalur positif
sebesar 0,42. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Bagus
Pramudityo (2017) namun tidak sejalan dengan penelitian Eka
Widyaningtias (2014).
10. Audit Internal (X2) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan (Z) karena berdasarkan tabel 4.30
nilai t-hitung 4,05 > t-tabel 1,98 dengan koefisien jalur positif sebesar 0,56.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Bagus Pramudityo (2017)
namun tidak sejalan dengan penelitian Eka Widyaningtias (2014).
11. Risk Based Audit (X3) secara parsial berpengaruh positif namun tidak
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan (Z) karena berdasarkan
tabel 4.30 nilai t-hitung 0,70 < t-tabel 1,98 dengan koefisien jalur positif
sebesar 0,09. Hasil penelitian ini belum mendukung ataupun menolak
penelitian sebelumnya karena merupakan variabel baru yang
ditambahkan dalam penelitian ini.
12. Komite Audit (X4) secara parsial berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan (Z) karena berdasarkan
tabel 4.30 nilai t-hitung -1,00 < t-tabel 1,98 dengan koefisien jalur negatif
sebesar -0,18. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nugrahani
(2015) namun berbeda dengan penelitian Wulansari (2016).
249
13. Whistleblowing System (X5) secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan (Z) karena berdasakan
tabel 4.30 nilai t-hitung 6,70 > t-tabel 1,98 dengan koefisien jalur positif
0,68. Hasil penelitian ini belum mendukung ataupun menolak penelitian
sebelumnya karena merupakan variabel baru yang ditambahkan dalam
penelitian ini.
14. Pencegahan kecurangan (fraud) (Y) secara parsial berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan (Z) karena berdasakan
tabel 4.30 nilai t-hitung 10,32 > t-tabel 1,98 dengan koefisien jalur positif
sebesar 0,85. Hasil penelitian ini belum mendukung ataupun menolak
penelitian sebelumnya karena merupakan variabel baru yang
ditambahkan dalam penelitian ini.
15. Hasil uji simultan (uji F) secara tidak langsung (melalui variabel
intervening) berdasarkan tabel 4.31 diketahui nilai F-hitung sebesar
181,829 > F-tabel sebesar 2,28 maka Ha diterima atau pengendalian
internal (X1), audit inernal (X2), risk based audit (X3), komite audit (X4),
dan whistleblowing system (X5) secara bersama-sama berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud) (Y) serta
berdampak pada kualitas laporan keuangan (Z).
16. Hasil uji koefisien determinasi untuk pengaruh bersama-sama secara
langsung menunjukkan bahwa 79% variasi nilai variabel Y (pencegahan
kecurangan (fraud)) dapat dijelaskan oleh variabel pengendalian internal,
audit internal, risk based audit, komite audit, dan whistleblowing system,
250
sedangkan sisanya yaitu 21% merupakan pengaruh variabel lainnya yang
tidak dimasukkan ke dalam model penelitian ini.
17. Hasil uji koefisien determinasi untuk pengaruh bersama-sama secara
tidak langsung (melalui variabel intervening) menunjukkan bahwa 86%
variasi nilai variabel Z (kualitas laporan keuangan) melalui variabel Y
(pencegahan kecurangan (fraud)) dapat dijelaskan oleh variabel
pengendalian internal, audit internal, risk based audit, komite audit, dan
whistleblowing system, sedangkan sisanya yaitu 14% merupakan
pengaruh variabel lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam model
penelitian ini.
18. Pencegahan kecurangan (fraud) sebagai partial mediator pengaruh
pengendalian internal terhadap kualitas laporan keuangan dan sebagai
partial mediator pengaruh audit internal terhadap kualitas laporan
keuangan. Kemudian pencegahan kecurangan (fraud) sebagai full
mediator pengaruh risk based audit terhadap kualitas laporan keuangan
dan sebagai full mediator pengaruh komite audit terhadap kualitas
laporan keuangan. Namun pencegahan kecurangan (fraud) bukan sebagai
mediator pengaruh whistleblowing system terhadap kualitas laporan
keuangan.
251
B. Keterbatasan
Peneliti mengakui bahwa penelitian ini tidaklah sempurna dan terdapat
keterbatasan yang dimiliki selama masa penelitian. Beberapa keterbatasan
dalam penelitian ini antara lain:
1. Peneliti tidak dapat mengawasi dan memastikan apakah kuesioner telah
diisi dengan sebaik-baiknya oleh responden. Masih terdapat kelemahan-
kelemahan yang ditemui seperti jawaban yang tidak cermat, tidak serius
serta responden yang tidak jujur.
2. Penelitian ini kurang mewakili perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia yakni hanya perusahaan kimia dan farmasi saja.
3. Variabel yang digunakan oleh peneliti dalam mengukur pemberian opini
audit hanya sebatas pengendalian internal, audit internal, risk based
audit, komite audit, dan whistleblowing system. Masih banyak faktor-
faktor lain yang dapat mempengaruhi pencegahan kecurangan (fraud)
dan kualitas laporan keuangan.
4. Masih terdapat kekurangan dalam pengolahan data menggunakan alat
bantu software Lisrel 8.8 yakni hasil penelitian belum sepenuhnya
memenuhi kriteria uji kesesuaian model.
252
C. Rekomendasi
Dengan segala keterbatasan yang telah diungkapkan sebelumnya, maka
peneliti memberi rekomendasi untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:
1. Bagi Penelitian Selanjutnya:
a. Diharapkan tidak hanya melakukan penyebaran kuesioner, tetapi juga
melakukan wawancara langsung kepada responden untuk memperoleh
data yang lebih berkualitas.
b. Diharapkan dapat menambah jumlah sampel serta memperluas
wilayah sampel penelitian, bukan hanya di wilayah Jakarta saja
melainkan di kota – kota besar lainnya, sehingga diperoleh hasil
penelitian dengan tingkat generalisasi lebih tinggi.
c. Diharapkan dapat berpartisipasi aktif meneliti aspek-aspek lain yang
mempengaruhi pencegahan kecurangan dan kualitas laporan keuangan
mengingat pengendalian internal, audit internal, risk based audit,
komite audit dan whistleblowing system bukanlah semata-mata faktor
yang dapat mempengaruhi pencegahan kecurangan dan kualitas
laporan keuangan.
2. Bagi perusahaan:
a. Diharapkan dapat meningkatkan aktivitas pengendalian dalam
menjalankan pengendalian internal, sementara lingkungan
pengendalian yang sudah berjalan baik tetap dipertahankan.
253
b. Diharapkan dapat meningkatkan independensi pada Audit Internal
dalam melaksanakan tugasnya, sementara pelaksanaan pekerjaan yang
sudah berjalan baik tetap dipertahankan.
c. Diharapkan dapat meningkatkan reporting dalam penerapan risk
based audit atau audit berbasis risiko, sementara review dan
monitoring yang sudah berjalan baik tetap dipertahankan.
d. Diharapkan dapat meningkatkan lingkup kerja Komite Audit dalam
menjalankan tugasnya, sementara tanggung jawab Komite Audit yang
sudah baik tetap dipertahankan.
e. Diharapkan dapat meningkatkan cara pelaporan pelanggaran dalam
whistleblowing system, sementara pengetahuan dan penerapan
manfaat whistleblowing system yang sudah baik tetap dipertahankan.
f. Diharapkan dapat meningkatkan kebijakan anti fraud dan kepekaan
terhadap kecurangan di dalam perusahaan agar pencegahan
kecurangan (fraud) dapat berjalan efektif, sementara prosedur
pencegahan baku yang sudah baik tetap dipertahankan.
g. Diharapkan informasi yang dihasilkan laporan keuangan dapat mudah
dipahami oleh pengguna sementara kerelevanan dalam laporan
keuangan yang sudah baik tetap dipertahankan.
h. Diharapkan dapat menerapkan variabel baru yang ditambahkan dalam
penelitian ini yaitu risk based audit (audit berbasis risiko) dan
whistleblowing system yang terbukti dapat mencegah terjadinya
kecurangan (fraud) di dalam perusahaan.
254
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Haris Semendawai dkk, 2011, Memahami Whistleblower, Jakarta:
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.
Abdullahi, Rabiu, dan Noorhayati Mansor, 2015, “Forensic Accounting And
Frauds Risk Factors: The Influence Of Fraud Diamond Theory,” The
American Journal Of Innovative Research and Applied Sciences. 1(5):
page 186-192
Achmad, Bachrudin, Harapan L Tobing, 2003, Analisis Data Untuk Penelitian
Survei, Bandung: FMIPA-UNPAD
Alfred F. Kaunang, 2013, Pedoman Audit Internal: Petunjuk Praktis Bagi Para
Auditor Internal, Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia,
hlm.5
Alvin. A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Amir Abadi Jusuf, 2011, Audit
dan Jasa Assurance: Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia), Jakarta :
Salemba Empat
Amelia Destita Situmorang, 2017, “Hubungan Komite Audit dan Kualitas
Pelaporan Keuangan,” Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Vol.2, No.2
Amin Widjaja Tunggal, 2007, Audit Manajemen, Jakarta: Rineka Cipta
Amin Widjaja Tunggal, 2012, Intisari Internal Audit, Jakarta: Rineka Cipta
Amin Widjaja Tunggal, 2013, The Fraud Audit: Mencegah dan Mendeteksi
Kecurangan Akuntansi, Jakarta: Harvarindo
255
Anthony, R. N. dan Govindarajan, V, 2011, Sistem Pengendalian Manajemen,
Edisi 12 Terjemahan, Tangerang: Karisma Publishing Group, hlm.57
Augusty Ferdinand, 2006, Metode Penelitian Manajemen: Pedoman penelitian
untuk Penulisan Skripsi, Tesis, dan Desertasi Ilmu Manajemen, Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Bagus Pramudityo, 2017, “Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia,
Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah, Sistem
Pengendalian Intern dan Peran Internal Audit Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Surakarta Vol.4, No.4
Belkaoui, Ahmed Riahi, 2001, Teori Akuntansi, Diterjemahkan oleh Marwata
dkk., Jakarta: Salemba Empat
Bollen, K. A, 1989, Structural Equations with Latent Variables, John Wiley &
Sons, Inc., Amerika
Coetzee, H & Lubbe, D., 2014, Improving The Efficiency and Effectiveness of
Risk-Based Internal Audit Engagements, International Journal of
Auditing, Vol. 18, page 115-125
COSO, 2013, Internal Control – Integrated Framework: Executive Summary,
Durham, North Carolina
Diaz Priantara, 2013, Fraud Auditing & Investigation, Jakarta: Mitra Wacana
Media
Eka Widyaningtias, 2014, “Pengaruh Sistem Pengendalian Internal, Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Kapasitas Auditor Internal Terhadap Kualitas
256
Laporan Keuangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah se-Jabodetabek,”
Jurnal Ilmiah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Vol.2, No.3
Elsa Mulinda, 2017, “Pengaruh Audit Internal Terhadap Pengendalian Internal
Penjualan E-Ticket dan Dampaknya Terhadap Pencegahan Fraud,” Jurnal
Ilmu dan Riset Akuntansi, Vol.1, No.4
Engkos Achmad Kuncoro dan Riduan, 2007, Cara Menggunakan dan Memakai
Analisis Jalur (Path Analysis), Bandung: Alfabeta, hlm.1
EQ, Zainal Mustafa dan Toni Wijaya, 2012, Panduan Teknik Statistik SEM & PLS
dengan SPSS AMOS, Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka
Firas Qusqas dan Brian H Kleiner, 2011, “The Difficulties of Whistleblowers
Finding Employment.” Management Research Vol.24 No.3/4
Fitri Yani Jalil, 2013, “Pengaruh Komitmen Profesional Auditor Terhadap Intensi
Melakukan Whistleblowing: Locus of Control Sebagai Variabel
Peintervening,” Simposium Nasional Akuntansi Manado XVI
Gusnardi, 2009, “Pengaruh Peran Komite Audit, Pengendalian Internal, Audit
Internal dan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Terhadap Pencegahan
Kecurangan,” Ekuitas Akreditasi No. 110/DIKTI/Kep/2009
Hair, J.F., Black, W.C., Babin, B.J., Anderson, R.E., dan Tatham, R. L., 2006,
Multivariat Data Analysis Sixth Edition, New Jersey: Pearson Prentice
Hall
Hair, J. F., et al., 2007, Multivariate Data Analysis 6 th Edition, New Jersey:
Pearson Education Inc.
257
Haryadi Sarjono dan Winda Julianita, 2011, SPSS vs LISREL: Sebuah Pengantar,
Aplikasi untuk Riset, Jakarta: Salemba Empat
Hery, 2013, Auditing (Pemeriksaan Akuntansi I), Cetakan Pertama, Jakarta:
Central of Academic Publishing Services
Hery, 2017, Auditing dan Asurans, Jakarta: Grasindo, hlm.238
Hessel Nogi S Tangkilisan, 2007, Manajemen Publik, Jakarta: Grasindo, hlm.209
I Made Indra Dwi Putra Suastawan, Edy Sujana, Ni Luh Gede Erni Sulindawati,
2017, “Pengaruh Budaya Organisasi, Proactive Fraud Audit, dan
Whistleblowing Terhadap Pencegahan Kecurangan Dalam Pengelolaan
Dana BOS,” e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan
Akuntansi Program S1 Vol.7, No.1
Ida Bagus Dwika Maliawan, Edy Sujana, I Putu Gede Diatmika, 2017, “Pengaruh
Audit Internal dan Efektivitas Pengendalian Interen Terhadap Pencegahan
Kecurangan (Fraud),” e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1, Vol.8, No.2
Ikatan Akuntan Indonesia, 2012, Standar Akuntansi Keuangan, Cetakan Keempat,
Buku Satu, Jakarta: Salemba Empat
Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI), 2010, Komite Audit. www.ikai.co.id.
Diakses 20 Juli 2018.
Imam Ghozali, 2011, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Imam Santoso, 2007, Akuntansi Keuangan Menengah, Bandung: PT. Refika
Aditama
258
Intan Asri Kumalasari, 2016, “Risk-Based Audit Atas Penjualan,” Jurnal Ilmu dan
Riset Akuntansi, Vol.5, No.5
Iqbaria, M. Zinatelli, N., Cragg, P., and Cavaye Angele, L. M, 1997, Personal
Computing Acceptance Factors in Small Firms: A Structural Equation
Model, MIS Quarterly, 21(3): 279-305
Irfan Febriandi, 2017, “Analisis Kualitatif Penerapan Audit Berbasis Risiko
Dalam Pembuatan Perencanaan Audit Pada Perwakilan BPKP Provinsi
Lampung,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Lampung Vol.4, No.5
James A. Fitzsimmons and Mona J. Fitzsimmons, 2011, Service Management:
Operations, Startegy, Infromation Technology 7th ed, New York:
McGraw-Hill
Jonathan Sarwono, 2007, Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS,
Yogyakarta: Andy, hlm.1
Juaenatis Sariah, 2010 “Analisis Pengaruh Peran Komite Audit dan Pengendalian
Intern Terhadap Kinerja Keuangan,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Vol.5, No.5
K Dabbagoglu, 2012 “Fraud in Businessees and Internal Control System,”
Journal of Modern Accounting and Auditing ISSN 1548-6583 July 8 (7):
983-989
Karla M. Johnstone, Gramling, Audrey A., & Larry E, 2014, Auditing A Risk-
Based Approach To Conductiong A Quality Audit, USA: South-Western
Cengage Learning
Karyono, 2013, Forensic Fraud Edisi 1, Yogyakarta: ANDI
259
Kirana Wulansari, 2016, “Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap
Kualitas Pelaporan Keuangan,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Diponegoro Semarang Vol.2, No.5
Komarudin Kartadinata, 2016, “Pengaruh Penerapan Pengendalian Internal
Terhadap Kualitas Laporan Keuangan,” Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi,
Vol.3, No.6
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), 2008, Pedoman Umum GCG
Indonesia, Jakarta
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, 2013, Standar Profesi Audit
Internal (SPAI), Jakarta: Yayasan Pendidikan Audit Internal
Lawrence B. Sawyer, 2009, Internal Auditing, Buku Satu, Edisi Lima, Jakarta:
Salemba Empat, hlm.28
Levinda Edvandini, Bambang Subroto dan Erwin Saraswati, 2014, “Telaah
Kualitas Informasi Laporan Keuangan dan Asimetri Informasi Sebelum
dan Setelah Adopsi IFRS,” Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Vol.5, No.1
Liem Mellina Dewi Budiman, 2013, “Penerapan Risk Based Audit Untuk
Meningkatkan Efektifitas Siklus Penjualan Pada PT “X” di Surabaya,”
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2, No.1
Lyn M Fraser dan Aileen Ormiston, 2008, Memahami Laporan Kuangan Edisi
Ketujuh, Alih Bahasa: Sam Setyautama, Jakarta: Indeks
Mahdi Salehi dan Mohammad Khatiri, 2013, A Study of Risk Based Auditing
Barriers: Some Iranian Evidence, Academic Journals
260
Maman Abdurahman dan Sambas Ali Muhidin, 2007, Analisis Korelasi, Regresi
dan Jalur dalam penelitian dengan Aplikasi program SPSS, Bandung:
Pustaka Setia, hlm.221.
Maribeth A. Wollard, CPA, 2015, Risk Based Auditing, Performance Standard
from the IIA
Marshall B. Romney dan Paul John Steibart, 2015, Accounting Information
Systems, 13th ed England: Pearson Educational Limited
Maruyama, G. M, 1998, Basic of Structural Equation Modeling, Thousand Oaks:
Sage Publications
Mas Achmad Daniri dkk, 2007, Modul Whistleblowing System, http://www.kadin-
indonesia.or.id/enm/images/dokumen/KADIN-107-2345- 03122007.pdf.
Diakses pada tanggal 20 Juli 2018
Mohammad Fajri M.P, 2009, “Whistleblower dan Peran Strategis di Korporasi
Indonesia,http://www.hrcentro.com/artikel/WHISTLEBLOWER_DAN_P
ERAN_STRATEGIS_DI_KORPORASI_INDONESIA_090927.html
Diakses 15 Juli 2018
Mohe Nur Cahyo dan Sulhani, 2017, “Analisis Empiris Pengaruh Karakteristik
Komite Audit, Karakteristik internal Audit, Whistleblowing System,
Pengungkapan Kecurangan Terhadap Reaksi Pasar,” Jurnal Dinamika
Akuntansi dan Bisnis Vol. 4(2), pp 249-270
Muhammad Dimar, 2014, “Persepsi Aparatur Pemerintah dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Malang Terhadap Fraud Dan Peran
261
Whistleblowing Sebagai Upaya Pencegahan Dan Pendeteksian Fraud,”
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Vol.2, No.2
Muhammad Iqbal, 2010, “Pengaruh Tindakan Pencegahan, Pendeteksian, dan
Audit Investigatif Terhadap Upaya Meminimalisasi Kecurangan Dalam
Laporan Keuangan,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Vol.4, No.1
Notosoedirdjo & Latipun, 2005, Kesehatan Mental, Konsep dan Penerapan,
Jakarta: EGC
Nur Asiah, 2017, “Pengaruh Bystander Effect dan Whistleblowing Terhadap
Terjadinya Kecurangan Laporan Keuangan,” Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi, Vol.6, No.5
Nurharyanto, 2011, “Memahami Fraud dan Melaksanakan Investigative Audit
Pada Prusahaan /Korporasi (Teori dan Aplikasinya),” Journal of
Accounting and Economics, hlm.109-117
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan, 2008, Kode Etik dan Standar Audit Edisi Kelima, Bogor:
Pusdiklatwas BPKP
Riska Dewi Setyaningsih, 2016, “Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Kinerja
Keuangan Dengan Corporate Social Responsibility Sebagai
Peintervening,” Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Vol.5, No.4
Rozmita Dewi Yuniarti Rozali dan Jabbaar Mohammad, 2015, “Pengaruh
Pelaksanaan Risk Based Internal Auditing Terhadap Pencegahan Fraud,”
Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan 3(3), 831-836
262
Santi Susilawati, 2016, “Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Financial
Distress,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Islam Bandung Vol.6,
No.2
Sastiana, 2016, “Pengaruh Audit Forensik dan Profesionalisme Auditor Terhadap
Pencegahan Fraud Dengan Kecerdasan Spiritual Sebagai Variabel
Intervening Pada Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan,” Akuntansi
Peradaban, Vol.1, No.1
Serly Nayoan dan Masruchin, 2017, “Pengaruh Kesiapan Auditor dan Manajemen
Risiko Terhadap Tata Kelola Perusahaan Dengan Variabel Mediator Risk
Based Audit,” Jurnal Bisnis dan Komunikasi Vol.1, No.7
Setyo Hari Wijanto, 2008, Structural Equation Modeling, Yogyakarta: Graha
Ilmu
Sharon Naomi, 2015, “Penerapan Whistleblowing System dan Dampaknya
Terhadap Fraud,” Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Vol.5, No.7
Sofyan Syafri Harahap, 2013, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi 11,
Jakarta: Rajawali Pers
Solimun, 2011, “Analisis Variabel Moderasi dan Mediasi,” Program Studi
Statistika FMIPA UB, 31-37
Suginam, 2017, “Pengaruh Peran Audit Internal dan Pengendalian Intern
Terhadap Pencegahan Fraud,” Riset dan Jurnal Akuntansi, Vol.1, No.1
Sugiyono, 2015, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Cetakan Ke-
22, Bandung: ALFABETA, hlm.38
263
Sukrisno Agoes, 2012, Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Akuntan Publik,
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, hlm.
78
Sukrisno Agoes, 2013, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh
Akuntan Publik, Edisi 4, Buku 2, Jakarta: Salemba Empat, hlm.204
Tabachnick, B. G., dan Fidell, L.S. 2, 2007, Using Multivariate Statistics. Ed.5.,
Boston: Pearson
Tantriani Sukmaningrum, 2012, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (studi empiris
pada pemerintah kabupaten dan kota Semarang),” Riset dan Jurnal
Akuntansi Vol.3., No.1
Theodorus M. Tuanakotta, 2010, Akuntansi Forensik dan Auditor Investigatif.
Edisi ke 2, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Theodorus M. Tuanakotta, 2013, Audit Berbasis ISA (International Standards on
Auditing), Jakarta: Salemba Empat
Tri Siwi Nugrahani, 2015, “Pengaruh Dewan Komisaris dan Komite Audit Pada
Kualitas Laporan Keuangan,” Jurnal Akuntansi Vol.1, No.3
Ujiyantho dan Pramuka, 2007, “Mekanisme Corporate Governance, Manajemen
Laba dan Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan go publik Sektor
Manufaktur),” Jurnal Simposium Nasional Akuntansi X Makasar
Uma Sekaran dan Roger Bougie, 2010, A Skill Building Approach, Edisi 5,
Research Method For Business: John Wiley @ Sons, New York
264
Usman Dachlan, 2014, Panduan Lengkap Structural Equation Modeling,
Semarang: Lentera Ilmu
W. Steve Albrecht dan Conan C. Albrecht, Chad O. Albrecht, Mark F.
Zimbelman, 2012, Fraud Examination, Edisi 4, Mason ohio: South
Western Cengage Learning
Walter T. Harrison Jr, Charles T. Horngren, C. William Thomas, Suwardy T,
2013, Akuntansi Keuangan-Edisi IFRS, Edisi Kedelapan, Jilid 2, Jakarta:
Erlangga
www.kontan.co.id Diakses 05 Juli 2018
Yuanto Kusnadi, Kwong Sin Leong, Themin Suwardy, Jiwei Wang, 2015, Audit
Committees and Financial Reporting Quality in Singapore, Available at
SSRN 2467456
Yuni Oktavia, Promotif, Preventif, Kuratif, Rehabilitatif, 2013,
www.blogspot.com Diakses 10 Juli 2018
Zaki Baridwan, 2010, Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh, Yogyakarta:
Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada
265
LAMPIRAN 1
KUESIONER
PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL, AUDIT INTERNAL, RISK BASED
AUDIT, KOMITE AUDIT DAN WHISTLEBLOWING SYSTEM TERHADAP
PENCEGAHAN KECURANGAN (FRAUD) SERTA IMPLIKASINYA PADA
KUALITAS LAPORAN KEUANGAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Kimia dan Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2018)
Responden yang terhormat,
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengendalian internal, audit
internal, risk based audit, komite audit dan whistleblowing system terhadap pencegahan
kecurangan (fraud) serta implikasinya pada kualitas laporan keuangan di perusahaan
kimia dan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018.
Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk meluangkan waktu sejenak untuk mengisi
angket (kuesioner) ini. Saya berharap Bapak/Ibu/Sdr/i menjawab setiap pertanyaan
dengan jujur dan terbuka. Hasil penelitian ini sangat ditentukan oleh jawaban
Bapak/Ibu/Sdr/i. Sesuai dengan kode etik penelitian, jawaban Bapak/Ibu/Sdr/i dijamin
kerahasiaannya dan digunakan semata-mata untuk kepentingan akademis.
Saya sangat menghargai bantuan Bapak/Ibu/Sdr/i dalam hal ini, untuk itu saya
mengucapkan terima kasih atas partisipasinya.
Peneliti :
Monika Budiman (NIM. 1660030010)
Pembimbing:
1. Dr. Sudjono, M.Acc
2. Dr. Choirul Anwar, MBA., MAFIS., CPA
Magister Akuntansi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Y.A.I
2018
266
Identitas Responden
Nama : ……………………………… (boleh tidak diisi)
Nama Perusahaan : ……………………………….
Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan
Usia : …………… tahun
Posisi Terakhir : Komite Audit Manajer Staf Akuntansi
Auditor Internal Supervisor
Pendidikan Terakhir : D3 S2
S1 S3
Pengalaman Kerja : < 1 tahun 3-5 tahun > 10 tahun
1-3 tahun 5-10 tahun
Mohon Bapak/Ibu/Sdr/i menjawab pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda
(√) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri Bapak/Ibu/Sdr/i.
Keterangan:
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
2 = Tidak Setuju (TS)
3 = Cukup Setuju (CS)
4 = Setuju (S)
5 = Sangat Setuju (SS)
267
1. Pengendalian Internal
No. Pernyataan STS TS CS S SS
1. Memelihara etika dalam organisasi dan
menegakkan kedisiplinan sebagaimana mestinya
2. Dalam pengambilan keputusan pimpinan instansi
perlu memperhatikan risiko dan pimpinan
instansi perlu bertindak adil serta tidak memihak
pada salah satu pihak
3. Identifikasi risiko yang menghambat tujuan
instansi secara efektif dan efisien dari pihak
internal maupun eksternal
4. Analisis risiko dengan menentukan dan
mengatasi dampak risiko yang telah
teridentifikasi
5. Adanya perancangan dan penggunaan
dokumentasi dengan benar serta melakukan
pengecekan secara independen dengan
pemantauan pihak internal dan eksternal
6. Adanya otorisasi dan pemisahan fungsi yang
memadai dengan menetapkan ketentuan dan
syarat otorisasi serta mengawasi seluruh kejadian
maupun aspek transaksi tidak hanya
dikendalikan oleh satu orang
7. Memiliki informasi yang dapat diandalkan dan
relevan baik informasi keuangan maupun non
keuangan
8. Mampu menyediakan berbagai bentuk dan
sarana komunikasi, mengelola, mengembangkan
dan terus memperbarui sistem informasi
9. Melakukan pemantauan yang dilaksanakan
secara berkelanjutan
10. Melakukan evaluasi terpisah dan
menindaklanjuti rekomendasi review
Sumber: COSO (2013) dalam Herawati (2014)
268
2. Audit Internal
No. Pernyataan STS TS CS S SS
11. Bebas terhadap semua aktivitas yang diauditnya
dan jujur atau objektif dalam melaksanakan
tugas
12. Status organisasi cukup memberi kekuasaan
untuk melaksanakan tanggung jawab
pemeriksaan
13. Memiliki keahlian dan pendidikan formal
14. Memiliki kecakapan dan kemahiran
15. Adanya penilaian dan evaluasi atas kecukupan
dan efektifitas pengendalian intern organisasi
dan kualitas informasi laporan keuangan
16. Memiliki kualitas pelaksanaan dalam
menyelesaikan tanggung jawab yang telah
diberikan
17. Adanya perencanaan audit, penelaahan dan
evaluasi informasi
18. Adanya komunikasi dan tindak lanjut
pemeriksaan
Sumber: Boynton and Kell (1996) dalam Fitzsimmons dan Mona ( 2011)
3. Risk Based Audit
No. Pernyataan STS TS CS S SS
19. Menentukan target dan fokus yang tepat
20. Adanya annual planning mempertimbangkan
durasi dan sumber daya
21. Lingkup audit sesuai dengan fokus perbaikan
perusahaan
22. Lingkup audit saat pelaksanaan audit sesuai
dengan perencanaan awal
23. Adanya rekomendasi memberikan nilai tambah
dan implementasi
24. Hasil pemeriksaan terkomunikasikan dengan
baik
25. Rencana perbaikan ditindaklanjuti dan
diimplementasikan
26. Rencana perbaikan juga secara rutin dipantau
Sumber: Nayoan dan Masruchin (2017)
269
4. Komite Audit
No. Pernyataan STS TS CS S SS
27. Komite audit melakukan pengawasan laporan
keuangan
28. Komite audit juga melakukan pengawasan atas
proses risiko dan kontrol serta proses tata kelola
perusahaan
29. Komite audit memberikan pendapat profesional
atas informasi perusahaan
30. Komite audit bertanggung jawab terhadap
kegiatan internal dan eksternal perusahaan
31. Lingkup kerja komite audit meliputi committee
charter, struktur komite audit dan syarat
keanggotaan komite audit
32. Terdapat rapat pertemuan komite audit, kinerja
komite audit dan laporan komite audit
Sumber: Alijiyo (2003) dalam Sariah (2010)
5. Whistleblowing System
No. Pernyataan STS TS CS S SS
33. Adanya kondisi yang membuat karyawan yang
menyaksikan atau mengetahui adanya
pelanggaran mau untuk melaporkannya
34. Kemungkinan tersedianya akses pelaporan
pelanggaran ke luar perusahaan, bila manajemen
tidak mendapatkan respon yang sesuai
35. Ketika ada kecurangan yang dilaporkan kepada
pimpinan perusahaan tertinggi, pemimpin yang
diberi tahu harus bersikap netral dan bijak
36. Adanya pembocoran kecurangan dilakukan
kepada pihak luar seperti masyarakat dengan
tujuan mencegah kerugian banyak orang
270
37. Tersedianya cara penyampaian informasi penting
dan kritis bagi perusahaan kepada pihak yang
harus segera menanganinya secara aman serta
adanya mekanisme deteksi dini atas
kemungkinan terjadinya masalah akibat sesuatu
pelanggaran
38. Whistleblowing system dapat mengurangi risiko
yang dihadapi organisasi akibat dari
pelanggaran, baik dari segi keuangan, operasi,
hukum, keselamatan kerja dan meningkatkan
reputasi perusahaan di mata pemangku
kepentingan (stakeholders), regulator dan
masyarakat umum
Sumber: KNKG (2008) dalam Semendawai, dkk (2011)
6. Pencegahan Kecurangan (Fraud)
No. Pernyataan STS TS CS S SS
39. Pencegahan kecurangan dapat dilakukan dengan
menetapkan kebijakan anti fraud
40. Adanya komitmen antara manajemen dan para
karyawan perusahaan untuk melaksanakan
kegiatan anti fraud
41. Pengendalian intern perusahaan dengan adanya
pemisahan fungsi yang menciptakan kondisi
saling cek antar fungsi
42. Prosedur pencegahan fraud dapat dilakukan
dengan sistem review dan operasi yang memadai
bagi sistem komputer
43. Adanya pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang memadai
44. Adanya manual pengendalian terhadap file-file
yang dipergunakan dalam pemrosesan komputer
45. Adanya implementasi prosedur curah pendapat
yang efektif
46. Setiap pegawai selalu diingatkan dan didorong
untuk melaporkan segala transaksi/ kegiatan
pegawai lainnya yang mencurigakan
Sumber: BPKP (2008:38) dalam Mulinda (2017)
271
7. Kualitas Laporan Keuangan
No. Pernyataan STS TS CS S SS
47. Informasi laporan keuangan sesuai dengan
kebutuhan dan dapat digunakan untuk
mengoreksi atau menegaskan ekspektasi di masa
lalu serta dapat digunakan untuk memperkirakan
aktivitas keuangan periode berikutnya dan
memprediksi peristiwa periode berikutnya
berdasarkan hasil peristiwa masa lalu
48. Laporan keuangan untuk stakeholder disajikan
tepat waktu baik harian, mingguan, bulanan
maupun tahunan dan laporan-laporan tersebut
disusun secara sistematis dan teratur
49. Penyajian laporan keuangan harus jujur dan
lengkap menggambarkan transaksi secara apa
adanya sesuai dengan kejadian dan informasi
disajikan bebas dari kesalahan yang bersifat
material yang terdiri dari neraca, laporan laba
rugi, perubahan ekuitas, arus kas dan catatan atas
laporan keuangan
50. Informasi dalam laporan keuangan dapat diuji
dan pengujian dilakukan beberapa kali dengan
pihak yang berbeda menunjukkan hasil yang
tidak jauh berbeda dan laporan keuangan
disajikan secara independen
51. Laporan keuangan dapat dibandingkan dengan
laporan keuangan tahun sebelumnya
52. Laporan keuangan juga dapat dibandingkan
dengan laporan keuangan entitas lain pada
umumnya baik secara internal maupun eksternal
53. Informasi laporan keuangan dapat mudah
dipahami oleh pengguna
54. Pengguna memiliki pengetahuan memadai untuk
mempelajari laporan keuangan
Sumber: Mahmudi (2007) dalam Setyaningsih (2016)
272
LAMPIRAN 2
Rekapitulasi Data Variabel Pengendalian Internal
Resp. Kode
PT
Butir Pertanyaan Variabel X1 Total
X1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 AGII 4 5 3 5 4 4 5 4 5 5 44
2 AGII 3 4 3 3 3 4 5 3 3 3 34
3 AGII 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 46
4 AGII 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 34
5 AGII 4 5 4 4 4 3 5 3 5 4 41
6 AGII 3 4 3 5 4 4 4 3 4 4 38
7 AGII 4 5 4 4 3 4 4 4 5 4 41
8 AGII 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 34
9 AGII 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
10 AGII 3 4 3 4 3 4 5 4 4 4 38
11 AGII 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 47
12 AGII 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
13 BRPT 4 5 3 3 3 3 3 3 3 3 33
14 BRPT 4 3 3 5 4 4 5 3 3 3 37
15 BRPT 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 39
16 BRPT 5 3 4 3 3 3 3 3 3 4 34
17 BRPT 4 5 4 4 3 4 4 5 5 4 42
18 BRPT 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 43
19 BRPT 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 49
20 BRPT 4 4 4 5 4 3 4 2 4 4 38
21 BRPT 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
22 BRPT 3 5 2 5 4 4 5 3 4 4 39
23 BRPT 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 41
24 DVLA 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 36
25 DVLA 3 4 3 5 4 4 5 4 5 4 41
26 DVLA 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 39
27 DVLA 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
28 DVLA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
29 DVLA 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 37
30 DVLA 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 46
31 DVLA 4 5 3 5 4 4 5 4 5 5 44
32 DVLA 3 4 3 3 3 4 5 3 3 3 34
33 DVLA 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 46
34 DVLA 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 34
35 DVLA 4 5 4 4 4 3 5 3 5 4 41
36 DVLA 3 4 3 5 4 4 4 3 4 4 38
273
37 DVLA 4 5 4 4 3 4 4 4 5 4 41
38 DPNS 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 34
39 DPNS 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
40 DPNS 3 4 3 4 3 4 5 4 4 4 38
41 DPNS 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 47
42 DPNS 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
43 DPNS 4 5 3 3 3 3 3 3 3 3 33
44 DPNS 4 3 3 5 4 4 5 3 3 3 37
45 DPNS 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 39
46 DPNS 5 3 4 3 3 3 3 3 3 4 34
47 DPNS 4 5 4 4 3 4 4 5 5 4 42
48 DPNS 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 43
49 DPNS 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 49
50 SRSN 4 4 4 5 4 3 4 2 4 4 38
51 SRSN 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
52 SRSN 3 5 2 5 4 4 5 3 4 4 39
53 SRSN 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 41
54 SRSN 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 36
55 SRSN 3 4 3 5 4 4 5 4 5 4 41
56 SRSN 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 39
57 SRSN 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
58 SRSN 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
59 SRSN 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 37
60 SRSN 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 46
61 SRSN 4 5 3 5 4 4 5 4 5 5 44
62 SRSN 3 4 3 3 3 4 5 3 3 3 34
63 SRSN 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 46
64 INAF 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 34
65 INAF 4 5 4 4 4 3 5 3 5 4 41
66 INAF 3 4 3 5 4 4 4 3 4 4 38
67 INAF 4 5 4 4 3 4 4 4 5 4 41
68 INAF 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 34
69 INAF 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
70 INAF 3 4 3 4 3 4 5 4 4 4 38
71 INAF 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 47
72 INAF 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
73 INAF 4 5 3 3 3 3 3 3 3 3 33
74 INAF 4 3 3 5 4 4 5 3 3 3 37
75 INAF 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 39
76 INCI 5 3 4 3 3 3 3 3 3 4 34
77 INCI 4 5 4 4 3 4 4 5 5 4 42
78 INCI 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 43
274
79 INCI 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 49
80 INCI 4 4 4 5 4 3 4 2 4 4 38
81 INCI 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
82 INCI 3 5 2 5 4 4 5 3 4 4 39
83 INCI 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 41
84 INCI 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 36
85 INCI 3 4 3 5 4 4 5 4 5 4 41
86 KLBF 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 39
87 KLBF 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
88 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
89 KLBF 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 37
90 KLBF 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 46
91 KLBF 4 5 3 5 4 4 5 4 5 5 44
92 KLBF 3 4 3 3 3 4 5 3 3 3 34
93 KLBF 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 46
94 KLBF 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 34
95 KLBF 4 5 4 4 4 3 5 3 5 4 41
96 KLBF 3 4 3 5 4 4 4 3 4 4 38
97 KLBF 4 5 4 4 3 4 4 4 5 4 41
98 KLBF 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 34
99 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
100 KLBF 3 4 3 4 3 4 5 4 4 4 38
101 KAEF 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 47
102 KAEF 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
103 KAEF 4 5 3 3 3 3 3 3 3 3 33
104 KAEF 4 3 3 5 4 4 5 3 3 3 37
105 KAEF 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 39
106 KAEF 5 3 4 3 3 3 3 3 3 4 34
107 KAEF 4 5 4 4 3 4 4 5 5 4 42
108 KAEF 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 43
109 KAEF 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 49
110 KAEF 4 4 4 5 4 3 4 2 4 4 38
111 KAEF 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
112 KAEF 3 5 2 5 4 4 5 3 4 4 39
113 KAEF 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 41
114 KAEF 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 36
115 ADMG 3 4 3 5 4 4 5 4 5 4 41
116 ADMG 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 39
117 ADMG 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
118 ADMG 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
119 ADMG 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 37
120 ADMG 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 46
275
121 ADMG 4 5 3 5 4 4 5 4 5 5 44
122 ADMG 3 4 3 3 3 4 5 3 3 3 34
123 ADMG 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 46
124 ADMG 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 34
125 ADMG 4 5 4 4 4 3 5 3 5 4 41
126 ADMG 3 4 3 5 4 4 4 3 4 4 38
127 ADMG 4 5 4 4 3 4 4 4 5 4 41
128 PYFA 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 34
129 PYFA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
130 PYFA 3 4 3 4 3 4 5 4 4 4 38
131 PYFA 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 47
132 PYFA 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
133 PYFA 4 5 3 3 3 3 3 3 3 3 33
134 PYFA 4 3 3 5 4 4 5 3 3 3 37
135 PYFA 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 39
136 PYFA 5 3 4 3 3 3 3 3 3 4 34
137 PYFA 4 5 4 4 3 4 4 5 5 4 42
138 PYFA 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 43
139 PYFA 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 49
140 PYFA 4 4 4 5 4 3 4 2 4 4 38
141 PYFA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
142 UNIC 3 5 2 5 4 4 5 3 4 4 39
143 UNIC 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 41
144 UNIC 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 36
145 UNIC 3 4 3 5 4 4 5 4 5 4 41
146 UNIC 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 39
147 UNIC 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
148 UNIC 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
149 UNIC 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 37
150 UNIC 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 46
151 UNIC 5 3 5 5 5 5 3 4 5 5 45
152 UNIC 4 3 2 3 4 4 4 3 4 3 34
153 UNIC 2 3 4 4 4 3 4 4 4 3 35
154 UNIC 5 4 4 4 3 5 3 5 5 3 41
276
LAMPIRAN 3
Rekapitulasi Data Variabel Audit Internal
No. Kode
PT
Butir Pertanyaan Variabel X2 Total
X2 1 2 3 4 5 6 7 8
1 AGII 4 4 4 4 4 4 4 4 32
2 AGII 3 4 3 4 3 4 3 4 28
3 AGII 3 4 4 4 4 5 4 4 32
4 AGII 4 4 4 4 4 4 4 4 32
5 AGII 4 3 4 4 4 4 4 4 31
6 AGII 4 4 4 4 5 4 4 4 33
7 AGII 3 4 4 4 3 4 4 4 30
8 AGII 4 4 4 4 4 4 4 4 32
9 AGII 4 4 3 4 4 4 4 4 31
10 AGII 4 4 4 4 4 4 4 4 32
11 AGII 4 3 4 5 5 4 3 4 32
12 AGII 4 4 4 4 4 5 4 4 33
13 BRPT 4 4 3 4 4 4 4 4 31
14 BRPT 4 4 4 4 4 4 4 4 32
15 BRPT 3 3 4 4 3 4 4 4 29
16 BRPT 4 4 4 5 4 4 5 4 34
17 BRPT 5 5 5 5 5 5 5 4 39
18 BRPT 5 3 4 4 4 5 5 5 35
19 BRPT 4 5 5 4 5 5 5 5 38
20 BRPT 4 4 4 4 4 4 4 4 32
21 BRPT 4 4 4 4 4 4 4 4 32
22 BRPT 2 2 4 3 3 3 4 4 25
23 BRPT 4 4 4 4 4 4 4 4 32
24 DVLA 4 4 4 2 2 4 4 3 27
25 DVLA 4 4 4 4 4 4 4 4 32
26 DVLA 4 4 4 4 4 4 4 4 32
27 DVLA 5 5 5 5 5 5 5 5 40
28 DVLA 4 4 4 4 4 4 4 4 32
29 DVLA 4 3 4 4 4 4 4 4 31
30 DVLA 4 4 5 4 5 4 4 4 34
31 DVLA 4 4 4 5 5 5 4 4 35
32 DVLA 4 4 4 4 4 4 4 4 32
33 DVLA 4 4 4 4 4 4 4 4 32
34 DVLA 4 4 4 4 4 4 4 4 32
35 DVLA 4 4 4 4 4 4 4 4 32
36 DVLA 5 5 5 5 5 5 5 5 40
277
37 DVLA 5 5 5 5 5 5 5 5 40
38 DPNS 4 4 4 4 4 4 4 4 32
39 DPNS 4 4 4 4 4 4 4 4 32
40 DPNS 4 4 4 4 4 4 4 4 32
41 DPNS 4 4 4 4 4 4 4 4 32
42 DPNS 5 4 5 4 5 5 5 5 38
43 DPNS 5 4 5 4 5 5 4 4 36
44 DPNS 5 5 5 5 5 5 5 2 37
45 DPNS 5 5 5 5 5 5 5 2 37
46 DPNS 5 5 5 5 5 5 5 5 40
47 DPNS 4 4 4 4 4 4 4 4 32
48 DPNS 4 4 4 3 4 4 4 4 31
49 DPNS 3 3 3 4 5 4 4 3 29
50 SRSN 4 4 4 4 4 4 4 4 32
51 SRSN 4 4 4 4 4 4 5 5 34
52 SRSN 5 4 4 4 4 5 3 4 33
53 SRSN 5 4 5 5 4 5 5 4 37
54 SRSN 5 4 4 4 3 5 4 3 32
55 SRSN 5 5 5 5 5 5 5 5 40
56 SRSN 4 4 5 4 4 5 4 3 33
57 SRSN 4 4 3 4 4 4 4 4 31
58 SRSN 4 5 4 3 4 3 4 4 31
59 SRSN 4 4 5 4 5 4 4 4 34
60 SRSN 5 4 4 4 5 5 5 5 37
61 SRSN 5 4 5 5 4 5 5 4 37
62 SRSN 3 4 4 4 3 4 4 4 30
63 SRSN 4 4 3 4 4 4 4 4 31
64 INAF 4 4 5 4 4 5 5 4 35
65 INAF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
66 INAF 4 5 4 5 4 5 4 5 36
67 INAF 5 5 5 5 5 5 5 5 40
68 INAF 5 5 4 4 4 4 4 4 34
69 INAF 5 5 4 4 4 4 5 4 35
70 INAF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
71 INAF 3 4 4 4 4 5 5 3 32
72 INAF 4 4 4 4 4 4 4 3 31
73 INAF 3 3 3 4 5 5 5 4 32
74 INAF 5 5 5 5 5 5 5 5 40
75 INAF 3 4 4 3 3 4 3 4 28
76 INCI 4 4 3 4 4 5 5 5 34
77 INCI 5 4 4 4 4 5 4 4 34
78 INCI 4 4 4 4 5 4 4 3 32
278
79 INCI 4 4 4 4 4 4 5 4 33
80 INCI 4 4 4 4 4 4 4 3 31
81 INCI 5 5 4 5 5 5 5 4 38
82 INCI 4 4 4 4 4 4 4 4 32
83 INCI 5 5 5 5 5 5 5 5 40
84 INCI 5 5 5 5 5 5 5 5 40
85 INCI 4 4 4 4 3 2 3 3 27
86 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
87 KLBF 4 4 3 4 5 5 5 4 34
88 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
89 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
90 KLBF 3 4 4 4 4 4 4 3 30
91 KLBF 3 4 4 4 4 4 4 4 31
92 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
93 KLBF 4 3 4 4 4 4 3 4 30
94 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
95 KLBF 3 2 2 5 4 5 5 5 31
96 KLBF 4 5 5 4 5 5 5 4 37
97 KLBF 3 4 4 4 4 4 4 4 31
98 KLBF 5 5 5 5 5 5 5 5 40
99 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
100 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
101 KAEF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
102 KAEF 4 3 3 3 4 4 4 3 28
103 KAEF 5 5 5 5 5 4 5 3 37
104 KAEF 4 4 4 4 5 5 5 4 35
105 KAEF 4 4 4 5 4 5 5 4 35
106 KAEF 5 5 5 5 5 5 5 5 40
107 KAEF 4 4 4 4 4 3 3 3 29
108 KAEF 5 5 3 4 3 4 4 4 32
109 KAEF 4 5 5 5 5 5 5 5 39
110 KAEF 3 3 4 3 5 4 4 5 31
111 KAEF 5 5 5 4 4 4 5 5 37
112 KAEF 5 4 5 4 3 5 5 4 35
113 KAEF 5 5 5 4 4 4 4 5 36
114 KAEF 3 5 5 5 5 5 5 5 38
115 ADMG 5 5 5 4 5 3 3 3 33
116 ADMG 5 4 4 4 3 3 4 4 31
117 ADMG 4 4 5 5 5 4 4 4 35
118 ADMG 4 4 3 4 4 4 5 5 33
119 ADMG 4 4 4 5 5 5 5 5 37
120 ADMG 4 4 4 3 4 5 5 5 34
279
121 ADMG 4 5 5 4 5 5 5 4 37
122 ADMG 3 4 4 4 4 4 4 4 31
123 ADMG 5 5 5 5 5 5 5 5 40
124 ADMG 4 4 4 4 4 4 4 4 32
125 ADMG 4 4 4 4 4 4 4 4 32
126 ADMG 4 4 4 4 4 4 4 4 32
127 ADMG 4 3 3 3 4 4 4 3 28
128 PYFA 5 5 5 5 5 4 5 3 37
129 PYFA 4 4 4 4 5 5 5 4 35
130 PYFA 4 4 4 5 4 5 5 4 35
131 PYFA 5 5 5 5 5 5 5 5 40
132 PYFA 4 4 4 4 4 3 3 3 29
133 PYFA 5 5 3 4 3 4 4 4 32
134 PYFA 4 5 5 5 5 5 5 5 39
135 PYFA 3 3 4 3 5 4 4 5 31
136 PYFA 5 5 5 4 4 4 5 5 37
137 PYFA 5 4 5 4 3 5 5 4 35
138 PYFA 5 5 5 4 4 4 4 5 36
139 PYFA 3 5 5 5 5 5 5 5 38
140 PYFA 5 5 5 4 5 3 3 3 33
141 PYFA 5 4 4 4 3 3 4 4 31
142 UNIC 4 4 5 5 5 4 4 4 35
143 UNIC 4 4 3 4 4 4 5 5 33
144 UNIC 4 4 4 5 5 5 5 5 37
145 UNIC 4 4 4 3 4 5 5 5 34
146 UNIC 3 3 4 3 5 4 4 5 31
147 UNIC 5 5 5 4 4 4 5 5 37
148 UNIC 5 4 5 4 3 5 5 4 35
149 UNIC 5 5 5 4 4 4 4 5 36
150 UNIC 3 5 5 5 5 5 5 5 38
151 UNIC 5 5 5 4 5 3 3 3 33
152 UNIC 4 4 3 4 4 4 5 5 33
153 UNIC 4 4 4 5 5 5 5 5 37
154 UNIC 4 4 4 3 4 5 5 5 34
280
LAMPIRAN 4
Rekapitulasi Data Variabel Risk Based Audit
No. Kode
PT
Butir Pertanyaan Variabel X3 Total
X3 1 2 3 4 5 6 7 8
1 AGII 5 5 5 4 4 4 4 4 35
2 AGII 4 3 4 4 3 4 3 5 30
3 AGII 5 5 5 4 4 4 4 4 35
4 AGII 4 4 4 4 4 4 4 4 32
5 AGII 4 4 4 4 4 4 4 4 32
6 AGII 4 4 5 4 4 4 4 4 33
7 AGII 4 4 4 4 4 5 4 5 34
8 AGII 4 4 4 4 4 4 4 4 32
9 AGII 4 4 5 5 4 5 4 4 35
10 AGII 4 4 4 4 4 4 4 4 32
11 AGII 5 5 5 5 4 4 4 4 36
12 AGII 4 4 4 4 3 3 3 5 30
13 BRPT 5 5 5 5 3 4 4 4 35
14 BRPT 4 4 4 4 4 3 4 4 31
15 BRPT 5 4 3 3 4 4 4 4 31
16 BRPT 4 4 5 4 4 5 5 5 36
17 BRPT 4 4 5 5 5 5 5 5 38
18 BRPT 4 4 4 4 5 5 5 5 36
19 BRPT 5 5 5 5 5 5 5 5 40
20 BRPT 4 4 4 4 4 4 4 4 32
21 BRPT 4 4 4 4 4 5 4 4 33
22 BRPT 5 4 4 4 4 4 4 4 33
23 BRPT 4 4 4 4 4 4 4 4 32
24 DVLA 4 4 4 4 4 3 3 5 31
25 DVLA 4 4 4 4 4 4 4 4 32
26 DVLA 5 4 4 4 4 4 4 4 33
27 DVLA 5 5 5 5 5 5 5 5 40
28 DVLA 4 4 4 4 4 4 4 4 32
29 DVLA 4 4 4 4 4 4 4 5 33
30 DVLA 5 5 5 5 4 4 4 4 36
31 DVLA 5 4 4 4 4 5 5 5 36
32 DVLA 5 5 5 5 4 4 4 4 36
33 DVLA 3 4 4 4 4 4 4 4 31
34 DVLA 4 4 4 4 4 4 4 4 32
35 DVLA 4 4 4 4 4 4 4 4 32
36 DVLA 5 5 5 5 5 5 5 5 40
281
37 DVLA 5 5 5 5 5 5 5 5 40
38 DPNS 4 4 4 4 4 4 4 4 32
39 DPNS 5 4 4 5 4 4 4 4 34
40 DPNS 4 4 4 4 4 4 4 4 32
41 DPNS 5 5 5 5 5 5 5 5 40
42 DPNS 5 5 4 5 4 4 5 5 37
43 DPNS 5 5 4 5 4 4 5 5 37
44 DPNS 4 4 5 4 5 4 4 4 34
45 DPNS 4 4 5 4 4 5 4 4 34
46 DPNS 5 5 5 5 5 5 5 5 40
47 DPNS 4 5 4 4 4 4 4 4 33
48 DPNS 4 4 4 4 3 4 4 4 31
49 DPNS 5 4 4 5 4 4 4 4 34
50 SRSN 4 5 5 5 4 4 4 4 35
51 SRSN 2 5 5 5 5 5 5 5 37
52 SRSN 3 4 4 4 5 3 4 4 31
53 SRSN 4 4 5 4 4 4 5 5 35
54 SRSN 5 4 4 5 3 4 5 5 35
55 SRSN 5 5 5 5 5 5 5 5 40
56 SRSN 5 4 3 4 3 4 4 4 31
57 SRSN 4 4 4 4 4 4 4 4 32
58 SRSN 4 5 5 5 2 3 5 5 34
59 SRSN 4 5 4 4 5 4 4 4 34
60 SRSN 5 5 5 5 5 4 4 4 37
61 SRSN 4 5 5 4 5 5 5 5 38
62 SRSN 3 4 4 3 4 4 3 5 30
63 SRSN 4 4 4 4 4 4 4 4 32
64 INAF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
65 INAF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
66 INAF 5 5 5 5 5 4 4 4 37
67 INAF 5 5 4 5 5 5 5 5 39
68 INAF 5 5 5 4 4 4 5 5 37
69 INAF 5 5 5 5 5 5 5 5 40
70 INAF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
71 INAF 5 5 4 4 4 4 4 4 34
72 INAF 4 4 5 4 4 4 4 4 33
73 INAF 4 5 5 5 5 5 5 5 39
74 INAF 5 5 5 5 5 5 5 5 40
75 INAF 2 3 4 3 3 3 3 3 24
76 INCI 4 4 4 5 4 4 5 5 35
77 INCI 4 4 5 4 3 4 5 5 34
78 INCI 4 4 4 4 4 4 4 4 32
282
79 INCI 4 5 5 4 4 4 4 4 34
80 INCI 3 4 4 4 4 4 4 4 31
81 INCI 5 5 4 4 4 4 4 4 34
82 INCI 5 5 5 5 4 4 5 5 38
83 INCI 5 5 5 5 4 5 5 5 39
84 INCI 5 5 5 5 4 5 5 5 39
85 INCI 5 4 4 3 4 4 5 5 34
86 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
87 KLBF 5 5 5 4 5 4 4 4 36
88 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
89 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
90 KLBF 5 5 4 4 4 4 4 4 34
91 KLBF 5 5 4 4 4 4 4 4 34
92 KLBF 4 4 4 3 4 3 3 3 28
93 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
94 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
95 KLBF 5 5 4 5 5 3 4 4 35
96 KLBF 3 4 5 5 4 5 5 5 36
97 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
98 KLBF 5 5 5 5 5 5 5 5 40
99 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
100 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
101 KAEF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
102 KAEF 3 3 4 3 3 3 3 3 25
103 KAEF 3 4 5 4 3 4 4 4 31
104 KAEF 5 4 4 4 4 4 4 4 33
105 KAEF 4 4 4 4 5 3 3 3 30
106 KAEF 5 5 5 5 5 5 5 5 40
107 KAEF 4 4 5 5 5 5 5 5 38
108 KAEF 5 5 5 4 4 5 5 5 38
109 KAEF 4 4 4 4 3 3 4 4 30
110 KAEF 5 4 5 4 4 4 5 5 36
111 KAEF 4 3 5 5 5 5 5 5 37
112 KAEF 5 5 5 4 4 3 3 3 32
113 KAEF 5 5 5 5 5 3 4 4 36
114 KAEF 5 5 5 5 5 5 5 5 40
115 ADMG 4 4 4 4 5 5 5 5 36
116 ADMG 5 5 4 4 4 5 5 5 37
117 ADMG 4 4 4 4 4 4 5 5 34
118 ADMG 4 3 3 4 4 5 5 5 33
119 ADMG 4 5 5 4 4 3 4 4 33
120 ADMG 5 5 4 4 4 4 4 4 34
283
121 ADMG 4 5 5 4 4 4 4 4 34
122 ADMG 4 3 4 4 3 4 3 3 28
123 ADMG 4 5 5 4 4 4 4 4 34
124 ADMG 4 4 4 4 4 4 4 4 32
125 ADMG 4 4 4 4 4 4 4 4 32
126 ADMG 4 4 5 4 4 4 4 4 33
127 ADMG 4 4 4 4 4 4 4 4 32
128 PYFA 4 4 4 4 4 4 4 4 32
129 PYFA 4 4 5 5 4 5 4 5 36
130 PYFA 4 4 4 4 4 4 4 4 32
131 PYFA 3 5 5 5 4 4 4 4 34
132 PYFA 4 4 4 4 3 3 3 3 28
133 PYFA 3 5 5 5 3 4 4 4 33
134 PYFA 4 4 4 4 4 3 4 5 32
135 PYFA 5 4 3 3 4 4 4 4 31
136 PYFA 4 4 4 4 3 3 4 4 30
137 PYFA 5 4 5 4 4 4 5 5 36
138 PYFA 4 3 5 5 5 5 5 5 37
139 PYFA 5 5 5 4 4 3 3 3 32
140 PYFA 5 5 5 5 5 3 4 4 36
141 PYFA 5 5 5 5 5 5 5 4 39
142 UNIC 4 4 4 4 5 5 5 5 36
143 UNIC 5 5 4 4 4 5 5 5 37
144 UNIC 4 4 4 4 4 4 5 4 33
145 UNIC 4 3 3 4 4 5 5 5 33
146 UNIC 4 5 5 4 4 3 4 4 33
147 UNIC 5 5 4 4 4 4 4 4 34
148 UNIC 5 5 5 5 4 4 4 4 36
149 UNIC 3 4 4 4 4 4 4 5 32
150 UNIC 4 4 4 4 4 4 4 4 32
151 UNIC 4 4 4 4 4 4 4 4 32
152 UNIC 5 5 5 5 5 5 5 5 40
153 UNIC 5 5 4 4 4 5 5 5 37
154 UNIC 4 4 4 4 4 4 5 5 34
284
LAMPIRAN 5
Rekapitulasi Data Variabel Komite Audit
No. Kode PT Butir Pertanyaan Variabel X4 Total
X4 1 2 3 4 5 6
1 AGII 4 4 4 4 4 4 24
2 AGII 4 4 4 4 4 4 24
3 AGII 4 5 5 5 5 4 28
4 AGII 5 5 4 5 5 5 29
5 AGII 4 5 4 4 4 4 25
6 AGII 5 5 5 5 5 4 29
7 AGII 4 4 4 4 5 5 26
8 AGII 4 4 4 4 4 4 24
9 AGII 5 5 4 5 5 4 28
10 AGII 5 5 5 5 5 5 30
11 AGII 4 4 5 4 4 4 25
12 AGII 4 4 4 4 4 4 24
13 BRPT 5 5 5 5 5 5 30
14 BRPT 4 5 5 5 5 5 29
15 BRPT 4 4 5 5 4 4 26
16 BRPT 5 5 4 5 5 5 29
17 BRPT 5 5 5 5 5 5 30
18 BRPT 4 4 4 4 4 4 24
19 BRPT 5 5 5 5 5 5 30
20 BRPT 5 5 4 5 4 4 27
21 BRPT 4 4 5 5 5 5 28
22 BRPT 5 5 5 5 5 5 30
23 BRPT 4 5 5 5 4 4 27
24 DVLA 5 5 4 5 5 5 29
25 DVLA 4 4 4 4 4 4 24
26 DVLA 5 5 5 5 5 5 30
27 DVLA 5 5 4 5 5 5 29
28 DVLA 4 4 4 4 4 4 24
29 DVLA 4 4 4 4 4 5 25
30 DVLA 5 4 5 4 4 4 26
31 DVLA 4 4 4 4 4 5 25
32 DVLA 4 4 4 4 4 4 24
33 DVLA 5 5 5 5 4 4 28
34 DVLA 5 5 4 5 5 5 29
35 DVLA 4 4 4 4 5 5 26
36 DVLA 5 5 5 5 5 5 30
285
37 DVLA 4 5 4 5 4 5 27
38 DPNS 4 4 4 4 4 4 24
39 DPNS 5 5 4 4 4 4 26
40 DPNS 4 4 5 3 5 5 26
41 DPNS 5 5 5 4 4 5 28
42 DPNS 4 4 4 5 4 4 25
43 DPNS 5 5 4 4 4 4 26
44 DPNS 4 4 5 5 4 4 26
45 DPNS 4 4 4 4 5 5 26
46 DPNS 3 3 5 5 5 5 26
47 DPNS 4 4 4 5 5 5 27
48 DPNS 5 5 5 5 4 4 28
49 DPNS 5 5 5 5 5 5 30
50 SRSN 4 4 5 5 5 4 27
51 SRSN 5 4 4 5 5 5 28
52 SRSN 4 4 3 4 5 5 25
53 SRSN 4 4 4 5 5 5 27
54 SRSN 4 4 4 5 4 4 25
55 SRSN 4 4 4 4 4 4 24
56 SRSN 5 5 3 4 4 4 25
57 SRSN 4 4 4 4 5 5 26
58 SRSN 4 4 4 4 4 4 24
59 SRSN 4 4 5 4 4 4 25
60 SRSN 5 5 5 5 5 5 30
61 SRSN 4 4 3 5 5 5 26
62 SRSN 4 5 4 4 5 4 26
63 SRSN 4 4 4 5 5 5 27
64 INAF 4 4 4 4 5 4 25
65 INAF 4 4 4 5 5 5 27
66 INAF 4 4 4 4 4 4 24
67 INAF 4 4 4 4 4 4 24
68 INAF 5 5 5 5 4 4 28
69 INAF 5 5 4 5 5 5 29
70 INAF 4 4 4 4 5 4 25
71 INAF 5 5 5 5 5 5 30
72 INAF 5 5 5 5 5 5 30
73 INAF 4 4 4 5 5 5 27
74 INAF 5 5 4 4 5 5 28
75 INAF 4 4 4 5 4 4 25
76 INCI 4 4 4 4 4 4 24
77 INCI 5 5 4 4 4 4 26
78 INCI 4 4 4 4 4 5 25
286
79 INCI 4 4 3 4 4 4 23
80 INCI 4 4 4 4 4 4 24
81 INCI 5 5 5 5 5 5 30
82 INCI 4 4 4 5 5 5 27
83 INCI 4 4 4 4 5 5 26
84 INCI 5 5 4 5 5 5 29
85 INCI 4 4 4 4 5 5 26
86 KLBF 4 4 4 5 5 5 27
87 KLBF 4 4 3 5 4 4 24
88 KLBF 4 4 4 4 4 5 25
89 KLBF 5 5 4 4 4 4 26
90 KLBF 4 4 4 4 4 4 24
91 KLBF 4 4 4 4 4 4 24
92 KLBF 4 4 4 4 4 4 24
93 KLBF 5 5 5 5 5 5 30
94 KLBF 4 4 4 5 5 5 27
95 KLBF 4 4 4 4 4 4 24
96 KLBF 4 4 3 4 4 4 23
97 KLBF 5 5 5 5 5 5 30
98 KLBF 5 5 4 5 5 5 29
99 KLBF 5 5 4 3 4 4 25
100 KLBF 5 5 5 5 5 5 30
101 KAEF 4 4 4 4 4 4 24
102 KAEF 4 4 4 4 4 4 24
103 KAEF 4 4 4 4 4 4 24
104 KAEF 5 5 5 5 5 5 30
105 KAEF 5 5 5 4 4 4 27
106 KAEF 4 4 4 4 4 4 24
107 KAEF 4 4 4 4 5 5 26
108 KAEF 5 5 5 5 5 5 30
109 KAEF 4 4 4 5 5 5 27
110 KAEF 5 5 4 4 4 4 26
111 KAEF 4 4 4 5 4 4 25
112 KAEF 5 5 5 5 4 4 28
113 KAEF 5 5 4 5 5 5 29
114 KAEF 4 4 4 4 4 4 24
115 ADMG 5 5 5 5 5 5 30
116 ADMG 4 4 4 4 4 4 24
117 ADMG 4 4 4 4 5 5 26
118 ADMG 4 4 4 4 4 4 24
119 ADMG 4 4 4 5 5 5 27
120 ADMG 5 5 5 5 4 4 28
287
121 ADMG 4 4 4 4 5 5 26
122 ADMG 5 5 5 5 5 5 30
123 ADMG 4 4 4 5 5 5 27
124 ADMG 5 5 5 5 4 4 28
125 ADMG 5 5 5 5 5 5 30
126 ADMG 4 4 5 5 5 5 28
127 ADMG 4 4 4 5 5 5 27
128 PYFA 4 4 4 4 5 5 26
129 PYFA 4 4 5 5 5 5 28
130 PYFA 4 4 4 5 4 4 25
131 PYFA 4 4 4 5 4 4 25
132 PYFA 5 5 4 5 5 5 29
133 PYFA 4 4 4 4 4 4 24
134 PYFA 5 5 5 5 5 5 30
135 PYFA 4 4 4 4 5 5 26
136 PYFA 4 4 4 4 4 5 25
137 PYFA 4 4 4 4 4 4 24
138 PYFA 5 5 5 5 5 5 30
139 PYFA 4 4 5 4 4 4 25
140 PYFA 4 4 4 4 4 4 24
141 PYFA 4 4 4 4 4 4 24
142 UNIC 5 5 5 5 5 5 30
143 UNIC 4 4 4 5 5 5 27
144 UNIC 4 4 4 4 4 4 24
145 UNIC 5 5 5 5 5 5 30
146 UNIC 4 4 4 4 4 4 24
147 UNIC 4 4 4 4 4 4 24
148 UNIC 4 4 4 4 5 5 26
149 UNIC 5 5 5 5 5 5 30
150 UNIC 4 4 5 4 4 4 25
151 UNIC 4 4 4 4 5 5 26
152 UNIC 4 4 4 4 4 5 25
153 UNIC 5 5 5 5 5 5 30
154 UNIC 4 4 4 5 5 5 27
288
LAMPIRAN 6
Rekapitulasi Data Variabel Whistleblowing System
No. Kode
PT
Butir Pertanyaan Variabel X5 Total
X5 1 2 3 4 5 6
1 AGII 4 4 4 4 4 4 24
2 AGII 5 5 5 5 5 5 30
3 AGII 4 4 4 4 4 4 24
4 AGII 4 4 4 5 5 4 26
5 AGII 4 4 4 4 4 4 24
6 AGII 4 5 4 4 4 4 25
7 AGII 4 4 4 4 4 4 24
8 AGII 4 4 4 5 5 4 26
9 AGII 5 5 4 4 4 4 26
10 AGII 4 4 4 4 4 4 24
11 AGII 5 4 5 4 4 4 26
12 AGII 4 5 4 5 5 5 28
13 BRPT 4 5 4 4 4 5 26
14 BRPT 4 4 4 5 4 4 25
15 BRPT 5 5 4 5 4 5 28
16 BRPT 4 5 4 4 4 5 26
17 BRPT 4 5 4 4 4 5 26
18 BRPT 4 5 4 5 5 5 28
19 BRPT 5 5 5 5 5 5 30
20 BRPT 4 4 4 4 4 4 24
21 BRPT 4 4 4 4 4 4 24
22 BRPT 5 5 5 5 4 5 29
23 BRPT 5 5 4 4 4 4 26
24 DVLA 4 4 4 4 4 4 24
25 DVLA 5 5 5 5 5 5 30
26 DVLA 5 5 5 5 5 5 30
27 DVLA 5 5 5 5 5 5 30
28 DVLA 4 5 4 4 4 5 26
29 DVLA 4 4 4 5 4 4 25
30 DVLA 5 5 5 5 5 5 30
31 DVLA 4 4 4 3 5 3 23
32 DVLA 4 5 5 4 4 4 26
33 DVLA 4 4 4 5 5 5 27
34 DVLA 4 3 4 4 4 4 23
35 DVLA 4 4 4 4 4 3 23
36 DVLA 5 5 5 5 5 5 30
289
37 DVLA 5 3 5 5 5 5 28
38 DPNS 5 4 4 4 3 4 24
39 DPNS 4 4 4 4 4 4 24
40 DPNS 4 4 3 4 5 5 25
41 DPNS 5 4 4 4 4 4 25
42 DPNS 4 5 4 4 4 4 25
43 DPNS 3 5 4 4 4 3 23
44 DPNS 5 4 5 5 5 5 29
45 DPNS 5 4 5 5 5 5 29
46 DPNS 4 4 4 4 4 4 24
47 DPNS 4 4 4 4 4 4 24
48 DPNS 4 4 3 4 5 3 23
49 DPNS 4 5 5 5 5 5 29
50 SRSN 4 4 4 4 3 5 24
51 SRSN 5 4 5 5 5 5 29
52 SRSN 5 3 5 5 5 4 27
53 SRSN 3 4 4 5 4 4 24
54 SRSN 5 4 5 5 3 5 27
55 SRSN 5 3 5 5 5 5 28
56 SRSN 5 4 5 5 5 4 28
57 SRSN 5 4 4 4 4 3 24
58 SRSN 5 5 5 4 5 4 28
59 SRSN 3 4 5 4 4 4 24
60 SRSN 5 5 5 5 5 3 28
61 SRSN 5 5 4 4 5 5 28
62 SRSN 5 3 4 4 5 5 26
63 SRSN 4 4 4 4 4 4 24
64 INAF 4 4 4 4 3 4 23
65 INAF 4 4 4 4 4 4 24
66 INAF 5 4 5 4 5 4 27
67 INAF 5 3 5 5 5 5 28
68 INAF 4 4 4 4 4 4 24
69 INAF 5 5 5 5 5 5 30
70 INAF 5 4 4 4 4 4 25
71 INAF 5 4 4 4 5 4 26
72 INAF 5 5 4 4 4 4 26
73 INAF 5 4 4 5 4 4 26
74 INAF 5 4 4 5 4 4 26
75 INAF 4 4 4 4 5 4 25
76 INCI 5 5 4 4 4 4 26
77 INCI 4 5 4 4 4 4 25
78 INCI 4 4 4 4 4 4 24
290
79 INCI 4 4 4 3 4 4 23
80 INCI 4 5 5 4 4 4 26
81 INCI 5 4 4 4 4 3 24
82 INCI 5 3 4 4 4 4 24
83 INCI 5 5 4 4 5 4 27
84 INCI 3 5 4 4 5 4 25
85 INCI 5 4 4 3 4 4 24
86 KLBF 5 5 5 4 4 4 27
87 KLBF 5 4 4 4 4 3 24
88 KLBF 4 4 4 4 4 4 24
89 KLBF 5 5 5 5 5 5 30
90 KLBF 5 3 4 4 4 5 25
91 KLBF 5 4 4 4 4 5 26
92 KLBF 4 4 4 4 4 4 24
93 KLBF 4 4 4 4 3 4 23
94 KLBF 4 3 4 4 4 4 23
95 KLBF 5 5 5 4 4 5 28
96 KLBF 5 4 5 4 4 4 26
97 KLBF 5 5 5 4 4 5 28
98 KLBF 5 5 5 5 5 5 30
99 KLBF 4 4 4 5 5 3 25
100 KLBF 5 4 4 4 4 4 25
101 KAEF 5 5 5 4 4 5 28
102 KAEF 5 5 4 4 5 5 28
103 KAEF 5 5 3 5 4 5 27
104 KAEF 5 5 4 4 3 4 25
105 KAEF 5 4 4 5 4 5 27
106 KAEF 4 3 4 4 5 5 25
107 KAEF 5 5 5 4 3 5 27
108 KAEF 5 5 5 4 4 4 27
109 KAEF 4 4 4 5 5 3 25
110 KAEF 5 5 4 4 5 4 27
111 KAEF 5 5 4 4 5 5 28
112 KAEF 4 4 3 5 4 4 24
113 KAEF 4 4 4 5 5 5 27
114 KAEF 5 4 5 5 4 5 28
115 ADMG 4 4 4 5 5 3 25
116 ADMG 5 5 4 3 5 5 27
117 ADMG 3 4 4 5 5 5 26
118 ADMG 4 4 3 4 5 5 25
119 ADMG 4 4 4 5 5 4 26
120 ADMG 4 4 4 5 3 5 25
291
121 ADMG 5 5 3 5 5 5 28
122 ADMG 4 4 4 4 4 4 24
123 ADMG 5 4 3 4 4 4 24
124 ADMG 4 4 4 4 4 4 24
125 ADMG 5 3 4 4 5 3 24
126 ADMG 5 5 4 5 4 5 28
127 ADMG 5 5 4 4 4 4 26
128 PYFA 5 4 4 5 3 5 26
129 PYFA 4 3 4 4 5 5 25
130 PYFA 5 5 5 4 3 5 27
131 PYFA 5 5 5 4 4 4 27
132 PYFA 4 4 4 5 5 5 27
133 PYFA 5 5 4 4 5 4 27
134 PYFA 5 5 4 4 5 3 26
135 PYFA 4 3 5 5 4 4 25
136 PYFA 4 4 4 5 5 5 27
137 PYFA 5 4 5 3 4 5 26
138 PYFA 3 4 4 5 4 5 25
139 PYFA 5 5 4 4 5 5 28
140 PYFA 4 4 4 5 5 3 25
141 PYFA 4 4 4 4 5 5 26
142 UNIC 4 4 4 5 5 4 26
143 UNIC 3 5 4 4 5 5 26
144 UNIC 4 4 5 3 4 4 24
145 UNIC 4 4 4 5 3 5 25
146 UNIC 5 3 5 5 4 5 27
147 UNIC 4 4 4 5 4 5 26
148 UNIC 5 5 4 4 3 5 26
149 UNIC 4 3 4 5 5 3 24
150 UNIC 4 4 4 4 5 5 26
151 UNIC 3 4 4 5 5 4 25
152 UNIC 4 4 3 5 5 5 26
153 UNIC 4 4 4 4 3 5 24
154 UNIC 4 3 4 5 5 4 25
292
LAMPIRAN 7
Rekapitulasi Data Variabel Pencegahan Kecurangan (Fraud)
No. Kode
PT
Butir Pertanyaan Variabel Y Total
Y 1 2 3 4 5 6 7 8
1 AGII 4 3 4 4 4 4 4 4 31
2 AGII 4 4 4 4 5 4 5 5 35
3 AGII 5 4 4 4 4 4 4 4 33
4 AGII 4 2 4 4 4 4 4 4 30
5 AGII 4 4 4 5 4 4 3 4 32
6 AGII 4 4 3 4 4 4 4 4 31
7 AGII 4 4 5 4 4 4 5 4 34
8 AGII 4 4 4 4 4 4 4 4 32
9 AGII 4 5 5 5 4 5 4 4 36
10 AGII 4 4 4 3 4 3 4 4 30
11 AGII 4 3 4 4 4 4 4 4 31
12 AGII 4 4 4 5 4 5 4 4 34
13 BRPT 4 4 4 4 4 4 4 4 32
14 BRPT 4 4 4 4 3 4 4 3 30
15 BRPT 4 3 4 5 4 5 4 4 33
16 BRPT 5 5 5 5 4 5 5 5 39
17 BRPT 4 5 4 5 5 5 5 5 38
18 BRPT 5 5 5 5 5 5 5 5 40
19 BRPT 5 5 4 5 5 5 3 5 37
20 BRPT 4 2 4 4 4 4 4 4 30
21 BRPT 4 3 4 3 4 3 4 4 29
22 BRPT 4 4 4 4 4 4 4 4 32
23 BRPT 4 4 4 4 4 4 3 4 31
24 DVLA 5 5 5 5 4 5 5 5 39
25 DVLA 4 4 4 4 4 4 4 4 32
26 DVLA 4 4 3 4 4 4 4 4 31
27 DVLA 5 5 5 5 5 5 5 5 40
28 DVLA 2 2 5 4 5 4 3 5 30
29 DVLA 4 5 4 5 4 4 4 4 34
30 DVLA 5 5 5 4 4 4 4 4 35
31 DVLA 4 4 3 5 4 4 4 4 32
32 DVLA 5 2 4 5 4 4 4 4 32
33 DVLA 4 5 4 5 4 4 4 3 33
34 DVLA 4 4 4 4 4 4 4 4 32
35 DVLA 4 3 4 4 4 4 4 5 32
36 DVLA 5 5 5 5 5 5 5 5 40
293
37 DVLA 4 5 4 5 3 5 5 5 36
38 DPNS 5 5 4 4 4 4 4 4 34
39 DPNS 5 5 4 5 4 5 5 5 38
40 DPNS 4 3 4 4 4 3 4 4 30
41 DPNS 5 2 5 5 4 5 5 5 36
42 DPNS 4 4 3 5 4 4 4 4 32
43 DPNS 3 4 5 5 4 4 4 4 33
44 DPNS 4 4 4 4 5 3 4 4 32
45 DPNS 4 4 4 4 5 4 4 4 33
46 DPNS 4 5 3 4 5 4 4 4 33
47 DPNS 4 4 4 4 4 4 3 4 31
48 DPNS 4 4 4 5 4 4 4 4 33
49 DPNS 4 4 5 4 4 4 5 5 35
50 SRSN 5 5 3 4 4 4 4 4 33
51 SRSN 4 2 2 2 5 5 5 4 29
52 SRSN 4 4 4 5 5 4 4 4 34
53 SRSN 4 4 4 4 4 3 4 4 31
54 SRSN 4 5 5 4 5 4 4 4 35
55 SRSN 5 3 5 5 5 5 5 5 38
56 SRSN 4 5 5 4 5 4 3 4 34
57 SRSN 2 2 5 5 5 5 5 5 34
58 SRSN 4 5 4 5 4 4 5 5 36
59 SRSN 4 5 5 4 4 5 4 5 36
60 SRSN 3 5 4 4 4 4 5 5 34
61 SRSN 5 5 5 4 4 4 4 3 34
62 SRSN 5 5 3 5 5 5 5 5 38
63 SRSN 4 4 5 4 3 4 4 4 32
64 INAF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
65 INAF 4 4 4 4 4 4 3 4 31
66 INAF 5 3 5 5 5 5 5 5 38
67 INAF 4 5 4 5 5 5 5 5 38
68 INAF 2 5 4 3 5 2 5 5 31
69 INAF 4 4 5 2 5 2 5 2 29
70 INAF 2 2 5 5 2 2 5 5 28
71 INAF 5 2 5 2 5 5 4 4 32
72 INAF 4 4 4 4 4 4 3 4 31
73 INAF 5 5 5 5 4 4 4 4 36
74 INAF 5 5 3 5 5 5 5 5 38
75 INAF 5 5 5 5 5 5 5 5 40
76 INCI 5 4 5 4 4 5 5 3 35
77 INCI 4 5 4 4 4 4 5 4 34
78 INCI 4 4 4 4 4 4 4 4 32
294
79 INCI 4 3 4 4 3 4 4 4 30
80 INCI 4 5 5 5 4 4 5 4 36
81 INCI 5 5 4 4 4 4 4 3 33
82 INCI 5 4 5 4 4 3 4 4 33
83 INCI 5 3 5 5 5 5 5 5 38
84 INCI 5 5 5 5 5 5 5 5 40
85 INCI 4 4 4 3 4 4 5 5 33
86 KLBF 3 4 4 4 4 4 4 3 30
87 KLBF 4 5 4 4 4 4 5 4 34
88 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
89 KLBF 3 4 5 4 5 5 4 4 34
90 KLBF 4 4 3 4 4 4 4 4 31
91 KLBF 4 4 4 4 4 3 4 4 31
92 KLBF 5 4 4 4 4 5 4 5 35
93 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 5 33
94 KLBF 5 5 5 5 5 5 4 4 38
95 KLBF 5 2 5 2 4 4 5 2 29
96 KLBF 4 4 5 4 4 5 5 5 36
97 KLBF 3 5 5 4 4 3 4 4 32
98 KLBF 5 4 4 5 4 4 4 4 34
99 KLBF 5 5 4 4 4 4 4 4 34
100 KLBF 4 2 4 2 4 4 5 5 30
101 KAEF 5 5 4 4 4 4 3 4 33
102 KAEF 5 5 5 5 5 5 5 5 40
103 KAEF 4 5 3 4 5 5 4 5 35
104 KAEF 4 4 4 4 4 4 4 4 32
105 KAEF 5 5 5 5 5 4 5 5 39
106 KAEF 5 4 4 5 5 4 4 5 36
107 KAEF 5 5 4 4 4 3 4 4 33
108 KAEF 4 4 5 4 4 4 4 4 33
109 KAEF 4 4 4 5 5 5 5 5 37
110 KAEF 4 3 5 5 4 4 3 5 33
111 KAEF 4 4 5 5 5 5 5 5 38
112 KAEF 5 4 4 4 4 5 4 4 34
113 KAEF 4 5 5 4 5 5 5 4 37
114 KAEF 4 5 5 5 4 5 5 5 38
115 ADMG 3 4 3 4 4 5 5 5 33
116 ADMG 4 5 4 4 5 5 3 5 35
117 ADMG 4 4 4 3 5 5 5 5 35
118 ADMG 5 3 4 4 5 4 5 5 35
119 ADMG 5 4 4 4 5 5 4 3 34
120 ADMG 5 5 4 4 4 5 4 4 35
295
121 ADMG 4 5 4 4 5 5 4 5 36
122 ADMG 4 3 4 4 4 4 4 4 31
123 ADMG 5 5 5 5 5 3 5 5 38
124 ADMG 5 4 4 5 5 4 4 5 36
125 ADMG 5 5 4 4 4 4 3 4 33
126 ADMG 4 3 5 4 4 4 4 4 32
127 ADMG 4 4 4 5 5 5 5 5 37
128 PYFA 4 4 5 5 4 4 4 5 35
129 PYFA 3 4 5 5 5 5 5 5 37
130 PYFA 5 4 4 4 4 5 4 4 34
131 PYFA 4 5 3 4 5 5 5 4 35
132 PYFA 4 5 5 5 4 5 5 5 38
133 PYFA 4 4 3 4 4 3 5 5 32
134 PYFA 3 5 4 4 5 5 5 5 36
135 PYFA 4 4 4 5 5 5 5 5 37
136 PYFA 5 3 4 4 5 4 5 5 35
137 PYFA 5 4 5 4 4 4 4 4 34
138 PYFA 5 5 5 5 5 5 5 5 40
139 PYFA 5 5 5 5 5 3 5 5 38
140 PYFA 3 4 4 4 3 4 5 5 32
141 PYFA 4 4 4 4 4 4 4 4 32
142 UNIC 4 5 3 4 4 4 5 4 33
143 UNIC 4 4 4 4 4 4 4 3 31
144 UNIC 5 4 5 4 5 5 4 4 36
145 UNIC 4 3 4 4 4 4 4 4 31
146 UNIC 4 4 4 4 4 4 4 4 32
147 UNIC 5 4 4 4 3 5 4 5 34
148 UNIC 4 4 4 4 4 4 4 5 33
149 UNIC 5 5 5 5 5 5 3 4 37
150 UNIC 5 2 5 2 4 4 5 2 29
151 UNIC 4 3 5 4 4 5 5 5 35
152 UNIC 5 5 5 4 3 4 4 4 34
153 UNIC 3 5 4 4 4 4 5 3 32
154 UNIC 4 4 4 4 4 4 4 4 32
296
LAMPIRAN 8
Rekapitulasi Data Variabel Kualitas Laporan Keuangan
No. Kode
PT
Butir Pertanyaan Variabel Z Total
Z 1 2 3 4 5 6 7 8
1 AGII 4 4 4 5 4 4 4 4 42
2 AGII 4 4 4 4 4 4 4 4 40
3 AGII 5 4 5 4 5 4 3 4 42
4 AGII 4 4 4 4 4 4 4 4 42
5 AGII 4 4 4 4 4 4 4 4 40
6 AGII 3 4 4 4 4 5 4 4 41
7 AGII 3 4 4 4 4 4 4 3 39
8 AGII 4 4 4 4 4 4 4 4 40
9 AGII 3 4 4 4 4 4 4 4 39
10 AGII 4 4 4 4 4 4 4 4 41
11 AGII 3 4 4 4 5 3 3 3 38
12 AGII 4 4 4 4 4 3 4 4 39
13 BRPT 3 3 3 4 4 4 3 4 35
14 BRPT 4 3 5 5 4 4 4 4 41
15 BRPT 4 4 4 4 4 4 4 3 39
16 BRPT 5 4 4 5 4 4 4 3 43
17 BRPT 5 4 4 5 4 5 4 4 44
18 BRPT 5 4 5 5 4 4 4 5 43
19 BRPT 5 5 4 5 5 5 5 5 49
20 BRPT 4 4 4 4 4 4 3 4 39
21 BRPT 4 4 4 4 4 4 4 4 40
22 BRPT 4 4 4 3 4 4 3 4 37
23 BRPT 4 4 4 4 4 4 4 4 40
24 DVLA 4 4 4 4 4 4 4 4 40
25 DVLA 4 4 4 4 4 4 4 4 40
26 DVLA 4 4 4 4 4 4 4 4 40
27 DVLA 5 5 5 5 5 5 5 5 48
28 DVLA 4 4 4 2 4 4 4 2 34
29 DVLA 4 4 4 4 4 4 4 4 40
30 DVLA 4 4 5 5 4 4 4 4 43
31 DVLA 4 5 5 4 4 4 4 5 44
32 DVLA 4 4 5 4 4 4 3 4 40
33 DVLA 4 4 4 4 4 3 3 4 39
34 DVLA 4 4 4 4 4 4 4 3 39
35 DVLA 4 4 4 4 4 4 4 4 40
36 DVLA 5 5 5 5 5 5 5 5 50
297
37 DVLA 5 5 5 5 5 5 5 5 50
38 DPNS 5 5 4 4 4 3 4 4 42
39 DPNS 5 4 5 5 5 5 5 5 48
40 DPNS 5 4 5 5 5 5 5 5 48
41 DPNS 5 5 5 5 5 4 4 4 45
42 DPNS 5 5 5 5 5 5 5 5 50
43 DPNS 4 4 4 4 5 3 3 3 38
44 DPNS 5 5 5 5 5 2 2 5 44
45 DPNS 5 5 5 5 5 3 3 5 46
46 DPNS 5 5 5 5 5 5 5 5 50
47 DPNS 4 4 4 4 4 4 4 4 40
48 DPNS 4 4 4 4 4 4 3 3 37
49 DPNS 5 5 4 3 4 5 3 4 41
50 SRSN 4 4 4 4 4 4 4 4 40
51 SRSN 5 2 5 5 5 5 5 5 44
52 SRSN 3 4 5 4 4 4 5 3 40
53 SRSN 5 5 4 4 4 4 5 4 44
54 SRSN 4 5 4 5 5 5 4 4 46
55 SRSN 5 5 5 5 5 5 5 5 50
56 SRSN 5 4 5 4 5 5 4 4 44
57 SRSN 4 4 3 3 3 4 4 3 35
58 SRSN 3 4 3 4 3 4 4 3 36
59 SRSN 5 5 5 4 5 4 5 4 46
60 SRSN 3 4 5 5 5 5 5 3 44
61 SRSN 5 5 5 5 5 4 4 4 47
62 SRSN 5 4 5 4 3 4 5 4 42
63 SRSN 4 4 4 4 4 4 4 4 40
64 INAF 5 5 4 4 4 4 4 5 44
65 INAF 4 4 4 4 4 4 4 4 40
66 INAF 5 5 5 5 5 5 5 5 50
67 INAF 5 5 5 5 5 5 5 5 48
68 INAF 5 4 5 4 5 4 5 4 44
69 INAF 5 5 5 5 5 5 5 5 50
70 INAF 4 4 4 4 4 4 4 4 40
71 INAF 4 4 4 4 4 4 4 4 40
72 INAF 4 4 4 4 4 4 4 4 40
73 INAF 5 5 5 5 5 5 4 5 49
74 INAF 5 5 5 5 5 5 5 5 50
75 INAF 3 3 4 3 3 3 3 3 31
76 INCI 4 4 5 5 5 4 4 4 44
77 INCI 4 4 4 3 3 4 3 3 35
78 INCI 4 4 4 4 5 5 4 4 42
298
79 INCI 4 4 5 4 5 5 4 3 42
80 INCI 5 5 3 3 4 4 4 4 40
81 INCI 4 4 4 3 4 5 4 3 40
82 INCI 4 3 4 4 4 4 4 3 37
83 INCI 5 5 5 5 5 5 5 5 50
84 INCI 5 5 5 5 5 5 5 5 50
85 INCI 4 4 4 4 5 5 5 5 44
86 KLBF 5 4 5 5 5 4 4 4 45
87 KLBF 5 5 5 4 4 3 5 4 44
88 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 4 40
89 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 4 40
90 KLBF 4 4 4 4 4 2 4 4 38
91 KLBF 4 4 4 4 4 3 4 4 39
92 KLBF 3 4 3 4 3 4 3 4 36
93 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 4 40
94 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 4 40
95 KLBF 3 5 5 2 5 5 5 4 41
96 KLBF 5 5 4 4 5 4 5 4 45
97 KLBF 5 4 5 4 4 4 3 3 40
98 KLBF 5 5 5 5 5 5 5 4 49
99 KLBF 5 5 4 4 4 5 5 5 46
100 KLBF 4 4 4 4 4 4 4 4 40
101 KAEF 5 5 4 4 4 5 5 5 46
102 KAEF 4 3 3 3 3 4 4 3 34
103 KAEF 5 3 3 4 4 5 4 4 40
104 KAEF 5 5 5 4 4 4 4 4 44
105 KAEF 5 5 4 4 4 3 4 4 42
106 KAEF 4 4 4 4 4 4 4 5 40
107 KAEF 4 4 4 5 5 5 5 5 46
108 KAEF 5 5 4 4 4 4 4 4 43
109 KAEF 5 5 4 4 5 5 4 5 46
110 KAEF 3 3 5 4 4 4 5 5 40
111 KAEF 4 4 5 5 5 5 5 5 47
112 KAEF 4 4 5 5 5 5 5 5 48
113 KAEF 4 4 5 5 5 4 4 5 45
114 KAEF 5 5 5 5 5 5 4 4 48
115 ADMG 3 5 5 4 4 4 5 5 44
116 ADMG 4 4 4 4 4 4 5 5 42
117 ADMG 5 5 4 4 4 4 5 5 45
118 ADMG 4 4 5 5 4 4 5 5 46
119 ADMG 4 4 4 4 4 4 4 4 41
120 ADMG 4 3 3 4 4 5 5 5 40
299
121 ADMG 5 5 4 4 4 4 4 4 43
122 ADMG 5 5 4 4 5 5 4 5 46
123 ADMG 3 3 5 4 4 4 5 5 40
124 ADMG 4 4 5 5 5 5 5 5 47
125 ADMG 4 4 5 5 5 5 5 5 47
126 ADMG 4 4 5 5 5 4 4 5 45
127 ADMG 5 5 5 5 5 5 4 4 48
128 PYFA 3 5 5 4 4 4 5 5 44
129 PYFA 4 4 4 4 4 4 5 5 42
130 PYFA 5 5 4 4 4 4 5 5 45
131 PYFA 4 4 5 5 4 4 5 5 45
132 PYFA 4 4 4 4 4 4 4 4 40
133 PYFA 4 3 3 4 4 5 5 5 40
134 PYFA 5 5 5 5 5 5 5 5 50
135 PYFA 4 4 4 4 5 5 5 5 44
136 PYFA 5 4 5 5 5 4 4 4 45
137 PYFA 5 5 5 4 4 3 5 4 44
138 PYFA 4 4 4 4 4 4 4 4 40
139 PYFA 4 4 4 4 4 4 4 4 40
140 PYFA 4 4 4 4 4 2 4 4 38
141 PYFA 4 4 4 4 4 3 4 4 40
142 UNIC 3 4 3 4 3 4 3 4 36
143 UNIC 4 4 4 4 4 4 4 4 40
144 UNIC 4 4 4 4 4 4 4 4 40
145 UNIC 3 5 5 2 5 5 5 4 39
146 UNIC 5 5 4 4 5 4 5 4 45
147 UNIC 4 4 4 4 4 3 4 4 39
148 UNIC 3 4 3 4 3 4 3 4 36
149 UNIC 4 4 4 4 4 4 4 4 40
150 UNIC 4 4 4 4 4 4 4 4 41
151 UNIC 3 5 5 2 5 5 5 4 41
152 UNIC 5 5 4 4 5 4 5 4 45
153 UNIC 5 5 5 4 4 3 5 4 44
154 UNIC 4 4 4 4 4 4 4 4 41
300
LAMPIRAN 9
Rekapitulasi Data Responden
No. Responden Jenis
Kelamin Usia Jabatan Pendidikan
Lama
Bekerja
1 AGII Perempuan 30 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
2 AGII Perempuan 50 Manajer S3 5-10 Tahun
3 AGII Laki-laki 32 Auditor Internal S1 5-10 Tahun
4 AGII Laki-laki 31 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
5 AGII Perempuan 45 Komite Audit S2 5-10 Tahun
6 AGII Laki-laki 38 Supervisor S1 1-3 Tahun
7 AGII Laki-laki 36 Supervisor S1 5-10 Tahun
8 AGII Laki-laki 28 Auditor Internal S1 1-3 Tahun
9 AGII Perempuan 30 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
10 AGII Perempuan 29 Supervisor S1 1-3 Tahun
11 AGII Laki-laki 51 Manajer S2 5-10 Tahun
12 AGII Perempuan 37 Supervisor S1 3-5 Tahun
13 BRPT Laki-laki 45 Komite Audit S2 5-10 Tahun
14 BRPT Laki-laki 34 Auditor Internal S1 3-5 Tahun
15 BRPT Perempuan 28 Supervisor S1 1-3 Tahun
16 BRPT Laki-laki 43 Manajer S1 3-5 Tahun
17 BRPT Laki-laki 35 Supervisor S1 3-5 Tahun
18 BRPT Laki-laki 31 Supervisor S1 3-5 Tahun
19 BRPT Perempuan 34 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
20 BRPT Perempuan 40 Komite Audit S1 5-10 Tahun
21 BRPT Laki-laki 38 Supervisor S2 3-5 Tahun
22 BRPT Laki-laki 27 Auditor Internal S1 1-3 Tahun
23 BRPT Laki-laki 44 Auditor Internal S2 5-10 Tahun
24 DVLA Laki-laki 52 Manajer S3 5-10 Tahun
25 DVLA Laki-laki 35 Auditor Internal S1 1-3 Tahun
26 DVLA Laki-laki 39 Supervisor S1 1-3 Tahun
27 DVLA Laki-laki 36 Auditor Internal S1 3-5 Tahun
28 DVLA Laki-laki 31 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
29 DVLA Laki-laki 34 Auditor Internal S1 1-3 Tahun
30 DVLA Laki-laki 46 Komite Audit S3 > 10 Tahun
31 DVLA Laki-laki 35 Supervisor S1 5-10 Tahun
32 DVLA Laki-laki 32 Manajer S1 5-10 Tahun
33 DVLA Perempuan 51 Manajer S3 5-10 Tahun
34 DVLA Perempuan 30 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
35 DVLA Perempuan 27 Supervisor S1 1-3 Tahun
301
36 DVLA Perempuan 28 Staf Akuntansi S1 5-10 Tahun
37 DVLA Perempuan 27 Supervisor S1 1-3 Tahun
38 DPNS Laki-laki 30 Auditor Internal S1 3-5 Tahun
39 DPNS Perempuan 28 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
40 DPNS Laki-laki 43 Auditor Internal S1 3-5 Tahun
41 DPNS Laki-laki 39 Manajer S1 5-10 Tahun
42 DPNS Laki-laki 30 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
43 DPNS Laki-laki 38 Supervisor S1 5-10 Tahun
44 DPNS Laki-laki 35 Auditor Internal S1 5-10 Tahun
45 DPNS Laki-laki 42 Manajer S2 5-10 Tahun
46 DPNS Laki-laki 29 Supervisor S1 1-3 Tahun
47 DPNS Perempuan 31 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
48 DPNS Laki-laki 35 Supervisor S1 5-10 Tahun
49 DPNS Laki-laki 32 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
50 SRSN Perempuan 36 Auditor Internal S1 1-3 Tahun
51 SRSN Perempuan 28 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
52 SRSN Perempuan 31 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
53 SRSN Perempuan 26 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
54 SRSN Laki-laki 35 Auditor Internal S1 3-5 Tahun
55 SRSN Laki-laki 47 Komite Audit S3 > 10 Tahun
56 SRSN Laki-laki 34 Manajer S1 5-10 Tahun
57 SRSN Perempuan 28 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
58 SRSN Perempuan 30 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
59 SRSN Laki-laki 32 Supervisor S1 3-5 Tahun
60 SRSN Perempuan 29 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
61 SRSN Laki-laki 37 Auditor Internal S1 3-5 Tahun
62 SRSN Laki-laki 30 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
63 SRSN Laki-laki 34 Komite Audit S1 3-5 Tahun
64 INAF Perempuan 32 Supervisor S1 1-3 Tahun
65 INAF Laki-laki 39 Auditor Internal S1 3-5 Tahun
66 INAF Laki-laki 35 Supervisor S1 3-5 Tahun
67 INAF Laki-laki 37 Supervisor S1 3-5 Tahun
68 INAF Perempuan 30 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
69 INAF Laki-laki 35 Manajer S1 5-10 Tahun
70 INAF Laki-laki 50 Manajer S3 > 10 Tahun
71 INAF Laki-laki 37 Komite Audit S1 5-10 Tahun
72 INAF Laki-laki 32 Auditor Internal S1 3-5 Tahun
73 INAF Perempuan 38 Auditor Internal S1 3-5 Tahun
74 INAF Perempuan 28 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
75 INAF Perempuan 27 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
302
76 INCI Perempuan 30 Supervisor S1 3-5 Tahun
77 INCI Laki-laki 34 Manajer S1 3-5 Tahun
78 INCI Perempuan 31 Supervisor S1 1-3 Tahun
79 INCI Laki-laki 34 Auditor Internal S1 3-5 Tahun
80 INCI Laki-laki 29 Supervisor S1 1-3 Tahun
81 INCI Perempuan 35 Supervisor S1 3-5 Tahun
82 INCI Perempuan 26 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
83 INCI Perempuan 28 Auditor Internal S1 1-3 Tahun
84 INCI Laki-laki 31 Auditor Internal S1 3-5 Tahun
85 INCI Perempuan 27 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
86 KLBF Laki-laki 35 Supervisor S1 3-5 Tahun
87 KLBF Perempuan 33 Supervisor S1 1-3 Tahun
88 KLBF Laki-laki 52 Komite Audit S3 5-10 Tahun
89 KLBF Perempuan 27 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
90 KLBF Perempuan 27 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
91 KLBF Perempuan 28 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
92 KLBF Laki-laki 30 Manajer S2 5-10 Tahun
93 KLBF Laki-laki 37 Manajer S1 3-5 Tahun
94 KLBF Perempuan 26 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
95 KLBF Laki-laki 45 Komite Audit S3 > 10 Tahun
96 KLBF Perempuan 38 Auditor Internal S1 1-3 Tahun
97 KLBF Perempuan 27 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
98 KLBF Perempuan 25 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
99 KLBF Laki-laki 29 Auditor Internal S1 1-3 Tahun
100 KLBF Laki-laki 30 Auditor Internal S1 3-5 Tahun
101 KAEF Perempuan 36 Staf Akuntansi S1 5-10 Tahun
102 KAEF Laki-laki 31 Supervisor S1 3-5 Tahun
103 KAEF Perempuan 33 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
104 KAEF Laki-laki 38 Manajer S1 5-10 Tahun
105 KAEF Laki-laki 32 Supervisor S1 3-5 Tahun
106 KAEF Laki-laki 29 Auditor Internal S1 1-3 Tahun
107 KAEF Perempuan 37 Komite Audit S1 5-10 Tahun
108 KAEF Laki-laki 28 Auditor Internal S1 3-5 Tahun
109 KAEF Perempuan 26 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
110 KAEF Laki-laki 29 Auditor Internal S1 1-3 Tahun
111 KAEF Perempuan 26 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
112 KAEF Laki-laki 35 Komite Audit S1 5-10 Tahun
113 KAEF Laki-laki 30 Manajer S1 3-5 Tahun
114 KAEF Laki-laki 34 Supervisor S1 5-10 Tahun
115 ADMG Perempuan 29 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
303
116 ADMG Laki-laki 28 Auditor Internal S1 3-5 Tahun
117 ADMG Laki-laki 29 Auditor Internal S1 1-3 Tahun
118 ADMG Perempuan 27 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
119 ADMG Perempuan 30 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
120 ADMG Laki-laki 28 Manajer S1 1-3 Tahun
121 ADMG Perempuan 25 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
122 ADMG Laki-laki 47 Auditor Internal S2 5-10 Tahun
123 ADMG Perempuan 26 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
124 ADMG Laki-laki 44 Komite Audit S2 > 10 Tahun
125 ADMG Perempuan 28 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
126 ADMG Laki-laki 29 Supervisor S1 1-3 Tahun
127 ADMG Perempuan 26 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
128 PYFA Laki-laki 31 Supervisor S1 3-5 Tahun
129 PYFA Laki-laki 33 Supervisor S1 3-5 Tahun
130 PYFA Perempuan 47 Manajer S2 > 10 Tahun
131 PYFA Laki-laki 35 Auditor Internal S1 5-10 Tahun
132 PYFA Perempuan 30 Staf Akuntansi S1 5-10 Tahun
133 PYFA Perempuan 32 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
134 PYFA Laki-laki 46 Komite Audit S2 > 10 Tahun
135 PYFA Perempuan 29 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
136 PYFA Laki-laki 37 Manajer S2 5-10 Tahun
137 PYFA Laki-laki 35 Auditor Internal S1 3-5 Tahun
138 PYFA Perempuan 28 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
139 PYFA Laki-laki 38 Supervisor S2 5-10 Tahun
140 PYFA Laki-laki 31 Auditor Internal S1 3-5 Tahun
141 PYFA Perempuan 29 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
142 UNIC Perempuan 30 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
143 UNIC Laki-laki 34 Manajer S1 5-10 Tahun
144 UNIC Laki-laki 39 Supervisor S1 5-10 Tahun
145 UNIC Laki-laki 37 Auditor Internal S1 3-5 Tahun
146 UNIC Laki-laki 40 Komite Audit S1 5-10 Tahun
147 UNIC Perempuan 46 Manajer S2 > 10 Tahun
148 UNIC Laki-laki 32 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
149 UNIC Laki-laki 49 Komite Audit S2 > 10 Tahun
150 UNIC Laki-laki 35 Supervisor S1 5-10 Tahun
151 UNIC Perempuan 30 Auditor Internal S1 1-3 Tahun
152 UNIC Laki-laki 38 Manajer S2 5-10 Tahun
153 UNIC Laki-laki 45 Auditor Internal S2 5-10 Tahun
154 UNIC Perempuan 30 Staf Akuntansi S1 3-5 Tahun
304
LAMPIRAN 10
Output SPSS 23.0
1. Hasil Uji Validitas
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
PI1 36.07 17.306 .416 .856
PI2 35.77 17.082 .475 .851
PI3 36.27 16.478 .484 .852
PI4 35.80 15.890 .620 .839
PI5 36.17 17.178 .489 .850
PI6 36.07 16.616 .626 .840
PI7 35.73 16.478 .530 .847
PI8 36.40 15.903 .519 .850
PI9 35.83 14.833 .789 .822
PI10 35.90 16.231 .770 .831
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
AI1 28.27 6.961 .663 .831
AI2 28.30 7.252 .534 .848
AI3 28.13 7.706 .554 .844
AI4 28.13 7.430 .566 .843
AI5 28.17 6.489 .701 .827
AI6 28.00 7.517 .682 .831
AI7 28.07 7.651 .591 .840
AI8 28.10 8.093 .591 .844
305
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
RBA1 29.81 7.844 .400 .823
RBA2 29.76 7.778 .500 .807
RBA3 29.72 7.941 .474 .811
RBA4 29.84 7.536 .644 .789
RBA5 29.98 7.706 .515 .805
RBA6 29.96 7.397 .576 .797
RBA7 29.84 7.152 .701 .779
RBA8 29.77 7.628 .558 .800
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item1 22.23 3.340 .622 .756
Item2 22.20 3.325 .620 .757
Item3 22.30 3.505 .460 .794
Item4 22.09 3.299 .594 .762
Item5 22.07 3.413 .567 .769
Item6 22.06 3.538 .491 .786
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item1 22.10 3.610 .626 .834
Item2 21.90 3.610 .601 .839
Item3 22.20 3.614 .702 .821
Item4 22.00 3.586 .610 .837
Item5 22.13 3.637 .629 .834
Item6 22.00 3.448 .695 .821
306
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item1 29.20 8.648 .515 .805
Item2 29.40 7.007 .595 .806
Item3 29.17 8.971 .460 .812
Item4 29.07 8.202 .655 .786
Item5 29.20 9.407 .414 .817
Item6 29.13 8.120 .725 .778
Item7 29.27 8.754 .464 .812
Item8 29.13 8.671 .629 .793
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item1 38.13 12.976 .529 .810
Item2 38.13 13.408 .493 .813
Item3 38.06 13.146 .557 .807
Item4 38.19 12.759 .600 .802
Item5 38.08 12.849 .672 .797
Item6 38.21 13.617 .380 .825
Item7 38.16 13.204 .477 .815
Item8 38.19 12.825 .573 .805
307
2. Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.858 10
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.856 8
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.822 8
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.802 6
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.855 6
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.822 8
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.827 8
308
LAMPIRAN 11
Output Lisrel 8.8
1. CFA Variabel X1 (Pengendalian Internal)
DATE: 12/ 8/2018
TIME: 8:28
L I S R E L 8.80
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2006
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from file D:\TESIS_MONIKA\CFA\PI.spj:
Raw Data from file 'D:\TESIS_MONIKA\CFA\PI.psf'
Sample Size = 154
Latent Variables LP PR AP IK PM PI
Relationships
LP1-LP2=LP
PR1-PR2=PR
AP1-AP2=AP
IK1-IK2=IK
PM1-PM2=PM
LP PR AP IK PM = PI
Options=SC
Let Error Between PR1 and LP1 Correlated
Let Error Between IK2 and AP2 Correlated
Let Error Between IK1 and PR2 Correlated
Path Diagram
End of Problem
Sample Size = 154
309
Covariance Matrix
LP1 LP2 PR1 PR2 AP1 AP2
-------- -------- -------- -------- -------- --------
LP1 0.43
LP2 0.05 0.40
PR1 0.38 0.06 0.55
PR2 0.08 0.16 0.10 0.50
AP1 0.12 0.03 0.16 0.20 0.35
AP2 0.06 0.11 0.09 0.18 0.15 0.34
IK1 0.00 0.18 0.03 0.34 0.11 0.16
IK2 0.11 0.15 0.17 0.12 0.09 0.34
PM1 0.16 0.28 0.25 0.33 0.13 0.19
PM2 0.15 0.15 0.21 0.23 0.16 0.17
Covariance Matrix
IK1 IK2 PM1 PM2
-------- -------- -------- --------
IK1 0.47
IK2 0.12 0.64
PM1 0.27 0.30 0.54
PM2 0.14 0.20 0.28 0.31
Number of Iterations = 48
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
Measurement Equations
LP1 = 0.26*LP, Errorvar.= 0.36 , R² = 0.66
(0.043)
8.39
LP2 = 0.39*LP, Errorvar.= 0.25 , R² = 0.58
(0.083) (0.037)
4.70 6.70
PR1 = 0.33*PR, Errorvar.= 0.44 , R² = 0.50
(0.050)
8.87
PR2 = 0.40*PR, Errorvar.= 0.33 , R² = 0.72
(0.067) (0.042)
5.95 8.04
310
AP1 = 0.32*AP, Errorvar.= 0.25 , R² = 0.59
(0.033)
7.52
AP2 = 0.45*AP, Errorvar.= 0.13 , R² = 0.74
(0.10) (0.044)
4.35 2.92
IK1 = 0.30*IK, Errorvar.= 0.38 , R² = 0.89
(0.046)
8.30
IK2 = 0.37*IK, Errorvar.= 0.52 , R² = 0.61
(0.072) (0.062)
5.13 8.27
PM1 = 0.64*PM, Errorvar.= 0.13 , R² = 0.77
(0.023)
5.54
PM2 = 0.44*PM, Errorvar.= 0.12 , R² = 0.60
(0.036) (0.016)
12.13 7.59
Error Covariance for PR1 and LP1 = 0.30
(0.039)
7.68
Error Covariance for IK1 and PR2 = 0.19
(0.031)
6.18
Error Covariance for IK2 and AP2 = 0.24
(0.033)
7.21
Structural Equations
LP = 0.91*PI, Errorvar.= 0.17 , R² = 0.83
(0.18) (0.17)
4.93 2.05
PR = 0.69*PI, Errorvar.= 0.18 , R² = 0.82
(0.16) (0.12)
6.61 2.49
311
AP = 0.56*PI, Errorvar.= 0.31 , R² = 0.69
(0.14) (0.21)
4.10 3.27
IK = 0.78*PI, Errorvar.= 0.16 , R² = 0.84
(0.17) (0.19)
6.39 2.88
PM = 0.83*PI, Errorvar.= 0.41 , R² = 0.59
(0.073) (0.089)
16.15 4.55
Correlation Matrix of Independent Variables
PI
--------
1.00
Covariance Matrix of Latent Variables
LP PR AP IK PM PI
-------- -------- -------- -------- -------- --------
LP 1.00
PR 0.70 1.00
AP 0.56 0.61 1.00
IK 0.90 0.87 0.63 1.00
PM 0.80 0.57 0.68 0.48 1.00
PI 0.91 0.49 0.72 0.78 0.69 1.00
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 27
Minimum Fit Function Chi-Square = 39.15 (P = 0.083)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 30.39 (P = 0.085)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 10.39
90 Percent Confidence Interval for NCP = (71.52 ; 42.80)
Minimum Fit Function Value = 0.51
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.68
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.47 ; 0.93)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.058
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.13 ; 0.19)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.00
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 1.22
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (1.01 ; 1.48)
312
ECVI for Saturated Model = 0.72
ECVI for Independence Model = 7.93
Chi-Square for Independence Model with 45 Degrees of Freedom = 1092.80
Independence AIC = 1012.80
Model AIC = 186.39
Saturated AIC = 110.00
Independence CAIC = 1053.17
Model CAIC = 199.43
Saturated CAIC = 332.03
Normed Fit Index (NFI) = 0.88
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.84
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.53
Comparative Fit Index (CFI) = 0.90
Incremental Fit Index (IFI) = 0.90
Relative Fit Index (RFI) = 0.81
Critical N (CN) = 152.64
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.040
Standardized RMR = 0.096
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.85
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.70
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.52
The Modification Indices Suggest to Add the
Path to from Decrease in Chi-Square New Estimate
LP2 PR 10.2 0.76
PR2 AP 18.4 0.20
PR2 IK 14.2 1.38
AP1 PR 15.5 -0.69
PM1 AP 31.0 -0.28
PM1 IK 10.2 -0.88
PM2 IK 8.7 0.63
PR AP 9.9 0.25
AP PR 9.9 -0.96
AP PM 14.3 0.56
PM AP 14.3 -0.33
The Modification Indices Suggest to Add an Error Covariance
Between and Decrease in Chi-Square New Estimate
AP PR 9.9 0.17
PM AP 14.3 -0.23
AP1 PR2 12.9 0.07
IK1 LP2 11.0 0.07
IK2 PR2 14.2 -0.08
PM1 LP2 9.4 0.08
313
PM1 AP1 10.5 -0.07
PM1 AP2 11.5 -0.05
PM1 IK2 8.9 0.07
PM2 IK1 8.1 -0.05
Standardized Solution
LAMBDA-Y
LP PR AP IK PM
-------- -------- -------- -------- -------
LP1 0.26 - - - - - - - -
LP2 0.39 - - - - - - - -
PR1 - - 0.33 - - - - - -
PR2 - - 0.40 - - - - - -
AP1 - - - - 0.32 - - - -
AP2 - - - - 0.45 - - - -
IK1 - - - - - - 0.30 - -
IK2 - - - - - - 0.37 - -
PM1 - - - - - - - - 0.64
PM2 - - - - - - - - 0.44
GAMMA
PI
--------
LP 0.91
PR 0.69
AP 0.56
IK 0.78
PM 0.83
Correlation Matrix of ETA and KSI
LP PR AP IK PM PI
-------- -------- -------- -------- -------- --------
LP 1.00
PR 0.70 1.00
AP 0.56 0.61 1.00
IK 0.90 0.87 0.63 1.00
PM 0.80 0.57 0.68 0.48 1.00
PI 0.91 0.49 0.72 0.78 0.69 1.00
PSI
Note: This matrix is diagonal.
LP PR AP IK PM
-------- -------- -------- -------- --------
0.17 0.18 0.31 0.16 0.41
314
Completely Standardized Solution
LAMBDA-Y
LP PR AP IK PM
-------- -------- -------- -------- --------
LP1 0.50 - - - - - - - -
LP2 0.62 - - - - - - - -
PR1 - - 0.55 - - - - - -
PR2 - - 0.57 - - - - - -
AP1 - - - - 0.54 - - - -
AP2 - - - - 0.78 - - - -
IK1 - - - - - - 0.56 - -
IK2 - - - - - - 0.53 - -
PM1 - - - - - - - - 0.88
PM2 - - - - - - - - 0.78
GAMMA
PI
--------
LP 0.91
PR 0.69
AP 0.56
IK 0.78
PM 0.83
Correlation Matrix of ETA and KSI
LP PR AP IK PM PI
-------- -------- -------- -------- -------- --------
LP 1.00
PR 0.70 1.00
AP 0.56 0.61 1.00
IK 0.90 0.87 0.63 1.00
PM 0.80 0.57 0.68 0.48 1.00
PI 0.91 0.49 0.72 0.78 0.69 1.00
PSI
Note: This matrix is diagonal.
LP PR AP IK PM
-------- -------- -------- -------- --------
0.17 0.18 0.31 0.16 0.41
315
THETA-EPS
LP1 LP2 PR1 PR2 AP1 AP2
-------- -------- -------- -------- -------- --------
LP1 0.34
LP2 - - 0.42
PR1 0.62 - - 0.50
PR2 - - - - - - 0.28
AP1 - - - - - - - - 0.41
AP2 - - - - - - - - - - 0.26
IK1 - - - - - - 0.39 - - - -
IK2 - - - - - - - - - - 0.51
PM1 - - - - - - - - - - - -
PM2 - - - - - - - - - - - -
THETA-EPS
IK1 IK2 PM1 PM2
-------- -------- -------- --------
IK1 0.11
IK2 - - 0.39
PM1 - - - - 0.23
PM2 - - - - - - 0.40
Time used: 0.078 Seconds
2. CFA Variabel X2 (Audit Internal)
DATE: 12/ 8/2018
TIME: 17:44
L I S R E L 8.80
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2006
316
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from file D:\TESIS_MONIKA\CFA\AI.spj:
Raw Data from file 'D:\TESIS_MONIKA\CFA\AI.psf'
Sample Size = 154
Latent Variables IDP KP LKP PP AI
Relationships
IDP1-IDP2=IDP
KP1-KP2=KP
LKP1-LKP2=LKP
PP1-PP2=PP
IDP KP LKP PP = AI
Options=SC
Let Error Between KP1 and IDP2 Correlated
Let Error Between LKP2 and IDP2 Correlated
Let Error Between PP1 and LKP1 Correlated
Path Diagram
End of Problem
Sample Size = 154
Covariance Matrix
IDP1 IDP2 KP1 KP2 LKP1 LKP2
-------- -------- -------- -------- -------- --------
IDP1 0.43
IDP2 0.24 0.39
KP1 0.19 0.24 0.41
KP2 0.13 0.16 0.15 0.33
LKP1 0.07 0.13 0.16 0.19 0.41
LKP2 0.08 0.08 0.10 0.15 0.15 0.37
PP1 0.10 0.12 0.11 0.15 0.13 0.26
PP2 0.03 0.07 0.06 0.08 0.10 0.16
Covariance Matrix
PP1 PP2
-------- --------
PP1 0.36
PP2 0.19 0.45
Number of Iterations = 35
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
317
Measurement Equations
IDP1 = 0.35*IDP, Errorvar.= 0.31 , R² = 0.71
(0.046)
6.71
IDP2 = 0.52*IDP, Errorvar.= 0.073 , R² = 0.79
(0.15) (0.070)
3.57 2.31
KP1 = 0.31*KP, Errorvar.= 0.30 , R² = 0.24
(0.039)
7.83
KP2 = 0.41*KP, Errorvar.= 0.16 , R² = 0.51
(0.081) (0.034)
5.04 4.75
LKP1 = 0.38*LKP, Errorvar.= 0.26 , R² = 0.35
(0.036)
7.43
LKP2 = 0.42*LKP, Errorvar.= 0.20 , R² = 0.46
(0.063) (0.032)
6.56 6.16
PP1 = 0.57*PP, Errorvar.= 0.039 , R² = 0.89
(0.043)
2.90
PP2 = 0.32*PP, Errorvar.= 0.34 , R² = 0.23
(0.060) (0.040)
5.36 8.44
Error Covariance for KP1 and IDP2 = 0.10
(0.024)
4.18
Error Covariance for LKP2 and IDP2 = 0.04
(0.017)
2.58
Error Covariance for PP1 and LKP1 = 0.08
(0.027)
2.95
318
Structural Equations
IDP = 0.50*AI, Errorvar.= 0.25 , R² = 0.75
(0.15) (0.26)
3.27 2.94
KP = 0.84*AI, Errorvar.= 0.29 , R² = 0.71
(0.16) (0.17)
5.18 2.70
LKP = 0.73*AI, Errorvar.= 0.52 , R² = 0.48
(0.17) (0.25)
7.36 2.14
PP = 0.85*AI, Errorvar.= 0.28 , R² = 0.72
(0.081) (0.15)
10.56 2.86
Correlation Matrix of Independent Variables
AI
--------
1.00
Covariance Matrix of Latent Variables
IDP KP LKP PP AI
-------- -------- -------- -------- --------
IDP 1.00
KP 0.42 1.00
LKP 0.62 0.94 1.00
PP 0.42 0.72 0.55 1.00
AI 0.50 0.84 0.43 0.85 1.00
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 13
Minimum Fit Function Chi-Square = 53.07 (P = 0.061)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 50.69 (P = 0.063)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 37.69
90 Percent Confidence Interval for NCP = (19.49 ; 33.45)
Minimum Fit Function Value = 0.35
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.25
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.13 ; 0.41)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.084
319
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.09 ; 0.18)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.25
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.63
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.51 ; 0.80)
ECVI for Saturated Model = 0.47
ECVI for Independence Model = 4.08
Chi-Square for Independence Model with 28 Degrees of Freedom = 608.03
Independence AIC = 624.03
Model AIC = 96.69
Saturated AIC = 72.00
Independence CAIC = 656.33
Model CAIC = 189.54
Saturated CAIC = 217.33
Normed Fit Index (NFI) = 0.91
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.85
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.52
Comparative Fit Index (CFI) = 0.93
Incremental Fit Index (IFI) = 0.93
Relative Fit Index (RFI) = 0.81
Critical N (CN) = 80.83
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.036
Standardized RMR = 0.074
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.92
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.87
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.43
The Modification Indices Suggest to Add the
Path to from Decrease in Chi-Square New Estimate
IDP1 KP 11.0 0.56
KP1 IDP 21.5 0.52
KP2 IDP 12.9 0.20
LKP2 KP 10.7 -0.88
LKP2 PP 28.0 1.68
PP1 LKP 11.0 -0.63
IDP KP 27.4 1.80
IDP LKP 10.6 0.72
KP IDP 27.4 0.70
KP PP 10.6 -1.60
LKP IDP 10.6 -0.50
LKP PP 27.4 4.73
PP KP 10.6 -1.52
PP LKP 27.4 -2.49
320
The Modification Indices Suggest to Add an Error Covariance
Between and Decrease in Chi-Square New Estimate
KP IDP 27.4 0.52
LKP IDP 10.6 -0.38
PP KP 10.6 -0.44
PP LKP 27.4 1.31
KP1 IDP1 21.5 0.14
PP1 LKP2 11.0 0.14
Standardized Solution
LAMBDA-Y
IDP KP LKP PP
-------- -------- -------- --------
IDP1 0.35 - - - - - -
IDP2 0.52 - - - - - -
KP1 - - 0.31 - - - -
KP2 - - 0.41 - - - -
LKP1 - - - - 0.38 - -
LKP2 - - - - 0.42 - -
PP1 - - - - - - 0.57
PP2 - - - - - - 0.32
GAMMA
AI
--------
IDP 0.50
KP 0.84
LKP 0.73
PP 0.85
Correlation Matrix of ETA and KSI
IDP KP LKP PP AI
-------- -------- -------- -------- --------
IDP 1.00
KP 0.42 1.00
LKP 0.62 0.94 1.00
PP 0.42 0.72 0.55 1.00
AI 0.50 0.84 0.43 0.85 1.00
PSI
Note: This matrix is diagonal.
IDP KP LKP PP
-------- -------- -------- --------
0.25 0.29 0.52 0.28
321
Completely Standardized Solution
LAMBDA-Y
IDP KP LKP PP
-------- -------- -------- --------
IDP1 0.53 - - - - - -
IDP2 0.89 - - - - - -
KP1 - - 0.49 - - - -
KP2 - - 0.71 - - - -
LKP1 - - - - 0.59 - -
LKP2 - - - - 0.68 - -
PP1 - - - - - - 0.94
PP2 - - - - - - 0.48
GAMMA
AI
--------
IDP 0.50
KP 0.84
LKP 0.73
PP 0.85
Correlation Matrix of ETA and KSI
IDP KP LKP PP AI
-------- -------- -------- -------- --------
IDP 1.00
KP 0.42 1.00
LKP 0.62 0.94 1.00
PP 0.42 0.72 0.55 1.00
AI 0.50 0.84 0.43 0.85 1.00
PSI
Note: This matrix is diagonal.
IDP KP LKP PP
-------- -------- -------- --------
0.25 0.29 0.52 0.28
THETA-EPS
IDP1 IDP2 KP1 KP2 LKP1 LKP2
-------- -------- -------- ------- -------- --------
IDP1 0.29
IDP2 - - 0.21
322
KP1 - - 0.28 0.76
KP2 - - - - - - 0.49
LKP1 - - - - - - - - 0.65
LKP2 - - 0.12 - - - - - - 0.54
PP1 - - - - - - - - 0.21 - -
PP2 - - - - - - - - - - - -
THETA-EPS
PP1 PP2
-------- --------
PP1 0.11
PP2 - - 0.77
Time used: 0.047 Seconds
3. CFA Variabel X3 (Risk Based Audit)
DATE: 12/ 8/2018
TIME: 18:36
L I S R E L 8.80
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2006
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from file D:\TESIS_MONIKA\CFA\RBA.spj:
Raw Data from file 'D:\TESIS_MONIKA\CFA\RBA.psf'
Sample Size = 154
Latent Variables PLN EAP RPT RM RBA
Relationships
PLN1-PLN2=PLN
EAP1-EAP2=EAP
323
RPT1-RPT2=RPT
RM1-RM2=RM
PLN EAP RPT RM = RBA
Options=SC
Path Diagram
End of Problem
Sample Size = 154
Covariance Matrix
PLN1 PLN2 EAP1 EAP2 RPT1 RPT2
-------- -------- -------- -------- -------- --------
IDP1 0.45
IDP2 0.54 0.29
KP1 0.49 0.64 0.42
KP2 0.23 0.46 0.45 0.43
LKP1 0.17 0.23 0.66 0.25 0.46
LKP2 0.18 0.18 0.19 0.25 0.25 0.38
PP1 0.14 0.22 0.17 0.45 0.23 0.36
PP2 0.23 0.57 0.36 0.38 0.60 0.16
Covariance Matrix
RM1 RM2
-------- --------
PP1 0.37
PP2 0.29 0.55
Number of Iterations = 45
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
Measurement Equations
PLN1 = 0.45*IDP, Errorvar.= 0.21 , R² = 0.79
(0.036)
5.71
PLN2 = 0.62*IDP, Errorvar.= 0.07 , R² = 0.93
(0.25) (0.080)
4.57 2.31
EAP1 = 0.57*KP, Errorvar.= 0.20 , R² = 0.8
(0.029)
6.83
324
EAP2 = 0.47*KP, Errorvar.= 0.17 , R² = 0.83
(0.28) (0.044)
6.04 4.85
RPT1 = 0.68*LKP, Errorvar.= 0.36 , R² = 0.64
(0.038)
7.33
RPT2 = 0.45*LKP, Errorvar.= 0.40 , R² = 0.60
(0.063) (0.032)
8.56 5.16
RM1 = 0.55*PP, Errorvar.= 0.22 , R² = 0.78
(0.043)
4.90
RM2 = 0.38*PP, Errorvar.= 0.24 , R² = 0.76
(0.070) (0.054)
7.36 8.24
Structural Equations
IDP = 0.60*AI, Errorvar.= 0.24 , R² = 0.76
(0.18) (0.16)
3.37 3.94
KP = 0.74*AI, Errorvar.= 0.28 , R² = 0.72
(0.15) (0.17)
7.18 5.70
LKP = 0.53*AI, Errorvar.= 0.42 , R² = 0.58
(0.27) (0.25)
8.36 2.42
PP = 0.81*AI, Errorvar.= 0.38 , R² = 0.62
(0.081) (0.18)
11.47 3.87
Correlation Matrix of Independent Variables
RBA
--------
1.00
325
Covariance Matrix of Latent Variables
PLN EAP RPT RM RBA
-------- -------- -------- -------- --------
PLN 1.00
EAP 0.52 1.00
RPT 0.46 0.84 1.00
RM 0.49 0.52 0.35 1.00
RBA 0.52 0.85 0.48 0.75 1.00
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 27
Minimum Fit Function Chi-Square = 37.57 (P = 0.087)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 35.41 (P = 0.089)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 12.69
90 Percent Confidence Interval for NCP = (3.7 ; 32.15)
Minimum Fit Function Value = 0.35
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.083
90 Percent Confidence Interval for F0 = (3.8 ; 0.31)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.078
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.09 ; 0.18)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.34
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.73
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.59 ; 0.90)
ECVI for Saturated Model = 0.57
ECVI for Independence Model = 4.26
Chi-Square for Independence Model with 28 Degrees of Freedom = 508.23
Independence AIC = 528.23
Model AIC = 101.69
Saturated AIC = 72.00
Independence CAIC = 556.33
Model CAIC = 179.84
Saturated CAIC = 317.23
Normed Fit Index (NFI) = 0.91
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.95
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.56
Comparative Fit Index (CFI) = 0.97
Incremental Fit Index (IFI) = 0.93
Relative Fit Index (RFI) = 0.82
Critical N (CN) = 124.85
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.076
326
Standardized RMR = 0.054
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.92
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.89
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.53
The Modification Indices Suggest to Add the
Path to from Decrease in Chi-Square New Estimate
PLN1 EAP 12.0 0.66
EAP1 PLN 22.6 0.42
EAP2 PLN 17.7 0.40
RPT2 EAP 11.8 0.78
RPT2 RM 29.0 1.78
RM1 RPT 14.2 -0.53
PLN EAP 26.4 1.90
PLN RPT 13.7 0.42
EAP IDP 29.4 0.60
EAP RM 12.5 1.70
RPT PLN 11.6 -0.30
RPT RM 26.3 4.83
RM EAP 12.7 1.42
RM RPT 28.5 -2.59
The Modification Indices Suggest to Add an Error Covariance
Between and Decrease in Chi-Square New Estimate
EAP PLN 22.4 0.42
RPT PLN 10.5 -0.37
RM EAP 10.3 -0.34
RM RPT 22.4 1.21
EAP1 PLN1 25.5 0.24
EAP1 PLN2 11.5 0.24
RM1 RPT1 12.0 0.17
RM1 EAP2 16.0 0.15
PLN2 RPT2 20.0 0.12
Standardized Solution
LAMBDA-Y
PLN EAP RPT RM
-------- -------- -------- -------
PLN1 0.45 - - - - - -
PLN2 0.32 - - - - - -
EAP1 - - 0.41 - - - -
EAP2 - - 0.52 - - - -
RPT1 - - - - 0.35 - -
RPT2 - - - - 0.22 - -
RM1 - - - - - - 0.37
RM2 - - - - - - 0.28
327
GAMMA
AI
--------
IDP 0.60
KP 0.74
LKP 0.53
PP 0.81
Correlation Matrix of ETA and KSI
PLN EAP RPT RM RBA
-------- -------- -------- ------ --------
PLN 1.00
EAP 0.52 1.00
RPT 0.46 0.84 1.00
RM 0.49 0.52 0.35 1.00
RBA 0.52 0.85 0.48 0.75 1.00
PSI
Note: This matrix is diagonal.
IDP KP LKP PP
-------- -------- -------- --------
0.24 0.28 0.42 0.38
Completely Standardized Solution
LAMBDA-Y
PLN EAP RPT RM
-------- -------- -------- --------
PLN1 0.62 - - - - - -
PLN2 0.78 - - - - - -
EAP1 - - 0.59 - - - -
EAP2 - - 0.41 - - - -
RPT1 - - - - 0.69 - -
RPT2 - - - - 0.58 - -
RM1 - - - - - - 0.84
RM2 - - - - - - 0.57
GAMMA
AI
--------
IDP 0.60
KP 0.74
328
LKP 0.53
PP 0.81
Correlation Matrix of ETA and KSI
PLN EAP RPT RM RBA
-------- -------- -------- -------- --------
PLN 1.00
EAP 0.52 1.00
RPT 0.46 0.84 1.00
RM 0.49 0.52 0.35 1.00
RBA 0.52 0.85 0.48 0.75 1.00
PSI
Note: This matrix is diagonal.
PLN EAP RPT RM
-------- -------- -------- --------
0.24 0.28 0.42 0.38
THETA-EPS
PLN1 PLN2 EAP1 EAP2 RPT1 RPT2
-------- -------- -------- -------- -------- --------
PLN1 0.21
PLN2 - - 0.06
EAP1 - - - - 0.20
EAP2 - - - - - - 0.17
RPT1 - - - - - - - - 0.36
RPT2 - - - - - - - - - - 0.40
RM1 - - - - - - - - - - - -
RM2 - - - - - - - - - - - -
THETA-EPS
RM1 RM2
-------- --------
RM1 0.22
RM2 - - 0.24
Time used: 0.047 Seconds
329
4. CFA Variabel X4 (Komite Audit)
DATE: 12/ 9/2018
TIME: 7:49
L I S R E L 8.80
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2006
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from file D:\TESIS_MONIKA\CFA\KA.spj:
Raw Data from file 'D:\TESIS_MONIKA\CFA\KA.psf'
Sample Size = 154
Latent Variables TM TGJ LK KA
Relationships
TM1-TM2=TM
TGJ1-TGJ2=TGJ
LK1-LK2=LK
TM TGJ LK = KA
Options=SC
Path Diagram
End of Problem
Sample Size = 154
Covariance Matrix
TM1 TM2 TGJ1 TGJ2 LK1 LK2
-------- -------- -------- -------- -------- --------
TM1 0.25
TM2 0.22 0.25
TGJ1 0.12 0.12 0.29
TGJ2 0.10 0.11 0.11 0.28
LK1 0.06 0.06 0.06 0.13 0.25
LK2 0.06 0.05 0.05 0.11 0.20 0.25
330
Number of Iterations = 12
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
Measurement Equations
TM1 = 0.46*TM, Errorvar.= 0.034 , R² = 0.86
(0.014)
2.40
TM2 = 0.49*TM, Errorvar.= 0.017 , R² = 0.93
(0.036) (0.015)
13.34 2.19
TGJ1 = 0.30*TGJ, Errorvar.= 0.20 , R² = 0.31
(0.027)
7.41
TGJ2 = 0.38*TGJ, Errorvar.= 0.13 , R² = 0.53
(0.069) (0.028)
5.55 4.74
LK1 = 0.50*LK, Errorvar.= 0.0022, R² = 0.96
(0.027)
3.082
LK2 = 0.41*LK, Errorvar.= 0.087 , R² = 0.65
(0.050) (0.021)
8.03 4.23
Structural Equations
TM = 0.54*KA, Errorvar.= 0.30 , R² = 0.70
(0.10) (0.12)
5.24 5.73
TGJ = 0.72*KA, Errorvar.= 0.50 , R² = 0.50
(0.23) (0.40)
5.42 2.26
LK = 0.50*KA, Errorvar.= 0.25 , R² = 0.75
(0.096) (0.15)
5.19 4.99
Correlation Matrix of Independent Variables
KA
--------
1.00
331
Covariance Matrix of Latent Variables
TM TGJ LK KA
-------- -------- -------- --------
TM 1.00
TGJ 0.66 1.00
LK 0.27 0.61 1.00
KA 0.54 0.82 0.50 1.00
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 6
Minimum Fit Function Chi-Square = 10.42 (P = 0.11)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 10.14 (P = 0.12)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 4.14
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 17.07)
Minimum Fit Function Value = 0.068
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.027
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.11)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.067
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.14)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.29
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.26
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.24 ; 0.35)
ECVI for Saturated Model = 0.27
ECVI for Independence Model = 3.14
Chi-Square for Independence Model with 15 Degrees of Freedom = 468.37
Independence AIC = 480.37
Model AIC = 40.14
Saturated AIC = 42.00
Independence CAIC = 504.59
Model CAIC = 100.69
Saturated CAIC = 126.78
Normed Fit Index (NFI) = 0.98
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.98
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.39
Comparative Fit Index (CFI) = 0.99
Incremental Fit Index (IFI) = 0.99
Relative Fit Index (RFI) = 0.94
Critical N (CN) = 247.84
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.013
332
Standardized RMR = 0.047
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.98
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.92
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.28
The Modification Indices Suggest to Add the
Path to from Decrease in Chi-Square New Estimate
TGJ1 TM 8.2 0.22
TGJ1 LK 8.2 -0.19
TGJ2 TM 8.2 -0.29
TGJ2 LK 8.2 0.24
Standardized Solution
LAMBDA-Y
TM TGJ LK
-------- -------- --------
TM1 0.46 - - - -
TM2 0.49 - - - -
TGJ1 - - 0.30 - -
TGJ2 - - 0.38 - -
LK1 - - - - 0.50
LK2 - - - - 0.41
GAMMA
KA
--------
TM 0.54
TGJ 0.72
LK 0.50
Correlation Matrix of ETA and KSI
TM TGJ LK KA
-------- -------- -------- --------
TM 1.00
TGJ 0.66 1.00
LK 0.27 0.61 1.00
KA 0.54 0.82 0.50 1.00
PSI
Note: This matrix is diagonal.
TM TGJ LK
-------- -------- --------
0.30 0.50 0.25
333
Completely Standardized Solution
LAMBDA-Y
TM TGJ LK
-------- -------- --------
TM1 0.93 - - - -
TM2 0.97 - - - -
TGJ1 - - 0.56 - -
TGJ2 - - 0.73 - -
LK1 - - - - 0.93
LK2 - - - - 0.81
GAMMA
KA
--------
TM 0.54
TGJ 0.72
LK 0.50
Correlation Matrix of ETA and KSI
TM TGJ LK KA
-------- -------- -------- --------
TM 1.00
TGJ 0.66 1.00
LK 0.27 0.61 1.00
KA 0.54 0.82 0.50 1.00
PSI
Note: This matrix is diagonal.
TM TGJ LK
-------- -------- --------
0.30 0.50 0.25
THETA-EPS
TM1 TM2 TGJ1 TGJ2 LK1 LK2
-------- -------- -------- -------- -------- --------
0.14 0.07 0.69 0.47 0.04 0.35
Time used: 0.078 Seconds
334
5. CFA Variabel X5 (Whistleblowing System)
DATE: 12/ 13/2018
TIME: 16:33
L I S R E L 8.80
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2006
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from file D:\TESIS_MONIKA\CFA\WS.spj:
Raw Data from file 'D:\TESIS_MONIKA\CFA\WS.psf'
Sample Size = 154
Latent Variables EWS CPP MWS WS
Relationships
EWS1-EWS2=EWS
CPP1-CPP2=CPP
MWS1-MWS2=MWS
EWS CPP MWS = WS
Options=SC
Path Diagram
End of Problem
Sample Size = 154
Covariance Matrix
EWS1 EWS2 CPP1 CPP2 MWS1 MWS2
-------- -------- -------- -------- -------- --------
EWS1 0.35
EWS2 0.27 0.24
CPP1 0.32 0.22 0.49
CPP2 0.15 0.61 0.10 0.21
MWS1 0.76 0.26 0.26 0.17 0.35
MWS2 0.04 0.08 0.15 0.19 0.23 0.45
335
Number of Iterations = 32
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
Measurement Equations
EWS1 = 0.56*TM, Errorvar.= 0.36 , R² = 0.84
(0.017)
3.40
EWS2 = 0.48*TM, Errorvar.= 0.38 , R² = 0.73
(0.031) (0.025)
12.34 6.19
CPP1 = 0.31*TGJ, Errorvar.= 0.69 , R² = 0.71
(0.024)
3.81
CPP2 = 0.36*TGJ, Errorvar.= 0.53 , R² = 0.57
(0.059) (0.029)
8.55 2.74
MWS1 = 0.30*LK, Errorvar.= 0.44, R² = 0.76
(0.017)
4.08
MWS2 = 0.43*LK, Errorvar.= 0.42 , R² = 0.62
(0.040) (0.026)
9.03 3.23
Structural Equations
EWS = 0.74*KA, Errorvar.= 0.32 , R² = 0.68
(0.10) (0.16)
6.25 4.73
CPP = 0.63*KA, Errorvar.= 0.53 , R² = 0.57
(0.23) (0.50)
7.48 4.86
MWS = 0.81*KA, Errorvar.= 0.15 , R² = 0.85
(0.095) (0.25)
5.39 2.69
Correlation Matrix of Independent Variables
WS
--------
1.00
336
Covariance Matrix of Latent Variables
EWS CPP MWS WS
-------- -------- -------- --------
EWS 1.00
CPP 0.46 1.00
MWS 0.25 0.51 1.00
WS 0.44 0.72 0.60 1.00
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 8
Minimum Fit Function Chi-Square = 11.72 (P = 0.21)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 11.82 (P = 0.22)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 5.14
90 Percent Confidence Interval for NCP = (3.5 ; 18.07)
Minimum Fit Function Value = 0.059
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.028
90 Percent Confidence Interval for F0 = (3.7 ; 16.10)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.082
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.14)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.39
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.26
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (3.4 ; 0.35)
ECVI for Saturated Model = 0.27
ECVI for Independence Model = 3.24
Chi-Square for Independence Model with 15 Degrees of Freedom = 266.17
Independence AIC = 240.17
Model AIC = 30.15
Saturated AIC = 43.00
Independence CAIC = 407.53
Model CAIC = 98.69
Saturated CAIC = 116.78
Normed Fit Index (NFI) = 0.96
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.97
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.49
Comparative Fit Index (CFI) = 0.91
Incremental Fit Index (IFI) = 0.93
Relative Fit Index (RFI) = 0.90
Critical N (CN) = 227.64
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.025
337
Standardized RMR = 0.037
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.95
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.91
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.48
The Modification Indices Suggest to Add the
Path to from Decrease in Chi-Square New Estimate
CPP1 EWS 8.6 0.20
CPP1 MWS 8.6 -0.15
CPP2 EWS 8.6 0.19
CPP2 MWS 8.6 0.25
Standardized Solution
LAMBDA-Y
EWS CPP MWS
-------- -------- --------
EWS1 0.56 - - - -
EWS2 0.48 - - - -
CPP1 - - 0.31 - -
CPP2 - - 0.36 - -
MWS1 - - - - 0.30
MWS2 - - - - 0.43
GAMMA
KA
--------
EWS 0.74
CPP 0.63
MWS 0.81
Correlation Matrix of ETA and KSI
EWS CPP MWS WS
-------- -------- -------- --------
EWS 1.00
CPP 0.46 1.00
MWS 0.25 0.51 1.00
WS 0.44 0.72 0.60 1.00
PSI
Note: This matrix is diagonal.
EWS CPP MWS
-------- -------- --------
0.32 0.53 0.15
338
Completely Standardized Solution
LAMBDA-Y
EWS CPP MWS
-------- -------- --------
EWS1 0.41 - - - -
EWS2 0.69 - - - -
CPP1 - - 0.70 - -
CPP2 - - 0.87 - -
MWS1 - - - - 0.40
MWS2 - - - - 0.83
GAMMA
KA
--------
EWS 0.74
CPP 0.63
MWS 0.81
Correlation Matrix of ETA and KSI
EWS CPP MWS WS
-------- -------- -------- --------
EWS 1.00
CPP 0.46 1.00
MWS 0.25 0.51 1.00
WS 0.44 0.72 0.60 1.00
PSI
Note: This matrix is diagonal.
TM TGJ LK
-------- -------- --------
0.32 0.53 0.15
THETA-EPS
TM1 TM2 TGJ1 TGJ2 LK1 LK2
-------- -------- -------- -------- -------- --------
0.16 0.27 0.29 0.43 0.24 0.38
Time used: 0.078 Seconds
339
6. CFA Variabel Y (Pencegahan Kecurangan (Fraud))
DATE: 12/13/2018
TIME: 19:48
L I S R E L 8.80
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2006
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from file D:\TESIS_MONIKA\CFA\PKF.spj:
Raw Data from file 'D:\TESIS_MONIKA\CFA\PKF.psf'
Sample Size = 154
Latent Variables KAF PPB TP KTK PKF
Relationships
KAF1-KAF2=KAF
PPB1-PPB2=PPB
TP1-TP2=TP
KTK1-KTK2=KTK
KAF PPB TP KTK = PKF
Let Error Between TP2 and KAF2 Correlated
Options=SC
Path Diagram
End of Problem
Sample Size = 154
Covariance Matrix
KAF1 KAF2 PPB1 PPB2 TP1 TP2
-------- -------- -------- -------- -------- --------
KAF1 0.46
KAF2 0.11 0.79
PPB1 0.45 0.10 0.41
PPB2 0.36 0.21 0.28 0.48
340
TP1 0.26 0.48 0.23 0.15 0.33
TP2 0.12 0.38 0.34 0.19 0.13 0.46
KTK1 0.40 0.22 0.75 0.33 0.27 0.78
KTK2 0.12 0.37 0.23 0.21 0.10 0.15
Covariance Matrix
KTK1 KTK2
-------- --------
KTK1 0.38
KTK2 0.14 0.45
Number of Iterations = 43
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
Measurement Equations
KAF1 = 0.37*KAF, Errorvar.= 0.53 , R² = 0.57
(0.051)
8.45
KAF2 = 0.44*KAF, Errorvar.= 0.48 , R² = 0.62
(1.48) (0.15)
5.43 2.63
PPB1 = 0.34*PPB, Errorvar.= 0.47 , R² = 0.60
(0.044)
9.08
PPB2 = 0.45*PPB, Errorvar.= 0.45, R² = 0.78
(1.71) (0.17)
7.38 4.31
TP1 = 0.78*TP, Errorvar.= 0.30 , R² = 0.70
(0.031)
9.68
TP2 = 0.46*TP, Errorvar.= 0.29, R² = 0.81
(1.21) (0.15)
8.55 5.13
KTK1 = 0.50*KTK, Errorvar.= 0.37 , R² = 0.65
(0.041)
8.55
341
KTK2 = 0.64*KTK, Errorvar.= 0.52, R² = 0.51
(1.15) (0.16)
5.61 3.31
Error Covariance for LKP2 and IDP2 = 0.07
(0.027)
3.48
Structural Equations
KAF = 0.52*PKF, Errorvar.= 0.32 , R² = 0.68
(0.047) (0.014)
11.14 5.15
PPB = 0.86*PKF, Errorvar.= 0.26 , R² = 0.74
(0.046) (0.0051)
8.72 5.23
TP = 0.64*PKF, Errorvar.= 0.20 , R² = 0.80
(0.045) (0.0074)
9.75 8.89
KTK = 0.52*PKF, Errorvar.= 0.13 , R² = 0.87
(0.045) (0.011)
11.65 5.73
Correlation Matrix of Independent Variables
PKF
--------
1.00
Covariance Matrix of Latent Variables
KAF PPB TP KTK PKF
-------- -------- -------- -------- --------
KAF 1.00
PPB 0.45 1.00
TP 0.23 0.38 1.00
KTK 0.28 0.45 0.23 1.00
PKF 0.52 0.86 0.44 0.52 1.00
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 26
Minimum Fit Function Chi-Square = 39.94 (P = 0.078)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 36.12 (P = 0.079)
342
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 20.12
90 Percent Confidence Interval for NCP = (6.40 ; 41.55)
Minimum Fit Function Value = 0.26
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.13
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.042 ; 0.27)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.081
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.051 ; 0.13)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.046
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.50
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.41 ; 0.64)
ECVI for Saturated Model = 0.47
ECVI for Independence Model = 5.30
Chi-Square for Independence Model with 28 Degrees of Freedom = 482.66
Independence AIC = 498.66
Model AIC = 76.12
Saturated AIC = 72.00
Independence CAIC = 230.96
Model CAIC = 156.86
Saturated CAIC = 217.33
Normed Fit Index (NFI) = 0.88
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.93
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.55
Comparative Fit Index (CFI) = 0.95
Incremental Fit Index (IFI) = 0.86
Relative Fit Index (RFI) = 0.82
Critical N (CN) = 123.59
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.075
Standardized RMR = 0.080
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.94
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.88
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.49
The Modification Indices Suggest to Add the
Path to from Decrease in Chi-Square New Estimate
KAF1 PPB 11.0 0.56
PPB1 KAF 21.5 0.52
PPB2 KAF 12.9 0.70
TP2 PPB 10.7 -0.48
TP2 KTK 28.0 1.68
KTK1 TP 11.0 -0.63
KAF PPB 27.4 1.20
KAF TP 10.6 0.32
343
PPB KAF 27.4 0.70
PPB KTK 10.6 -1.40
TP KAF 10.6 -0.50
TP KTK 27.4 4.43
KTK PPB 10.6 -1.52
KTK TP 27.4 -2.69
The Modification Indices Suggest to Add an Error Covariance
Between and Decrease in Chi-Square New Estimate
PPB KAF 23.4 0.42
TP KAF 10.6 -0.38
KTK PPB 10.6 -0.44
KTK TP 17.4 1.21
PPB1 KAF1 11.5 0.14
PPB1 AF2 23.4 0.27
KTK1 TP1 12.9 0.20
KTK1 TP2 15.0 0.24
Standardized Solution
LAMBDA-Y
KAF PPB TP KTK
-------- -------- -------- --------
KAF1 0.37 - - - - - -
KAF2 0.44 - - - - - -
PPB1 - - 0.34 - - - -
PPB2 - - 0.45 - - - -
TP1 - - - - 0.78 - -
TP2 - - - - 0.46 - -
KTK1 - - - - - - 0.50
KTK2 - - - - - - 0.64
GAMMA
AI
--------
KAF 0.52
PPB 0.86
TP 0.64
KTK 0.52
Correlation Matrix of ETA and KSI
KAF PPB TP KTK PKF
-------- -------- -------- -------- --------
KAF 1.00
344
PPB 0.45 1.00
TP 0.23 0.38 1.00
KTK 0.28 0.45 0.23 1.00
PKF 0.52 0.86 0.44 0.52 1.00
PSI
Note: This matrix is diagonal.
KAF PPB TP KTK
-------- -------- -------- --------
0.32 0.26 0.20 0.13
Completely Standardized Solution
LAMBDA-Y
KAF PPB TP KTK
-------- -------- -------- --------
KAF1 0.67 - - - - - -
KAF2 0.64 - - - - - -
PPB1 - - 0.54 - - - -
PPB2 - - 0.65 - - - -
TP1 - - - - 0.88 - -
TP2 - - - - 0.66 - -
KTK1 - - - - - - 0.60
KTK2 - - - - - - 0.70
GAMMA
PKF
--------
KAF 0.52
PPB 0.86
TP 0.64
KTK 0.52
Correlation Matrix of ETA and KSI
KAF PPB TP KTK PKF
-------- -------- -------- -------- --------
KAF 1.00
PPB 0.45 1.00
TP 0.23 0.38 1.00
KTK 0.28 0.45 0.23 1.00
PKF 0.52 0.86 0.44 0.52 1.00
345
PSI
Note: This matrix is diagonal.
KAF PPB TP KTK
-------- -------- -------- --------
0.32 0.26 0.20 0.13
THETA-EPS
KAF1 KAF2 PPB1 PPB2 TP1 TP2
-------- -------- -------- -------- -------- --------
KAF1 0.43
KAF2 - - 0.38
PPB1 - - - - 0.40
PPB2 - - - - - - 0.22
TP1 - - - - - - - - 0.30
TP2 - - 0.14 - - - - - - 0.19
KTK1 - - - - - - - - - - - -
KTK2 - - - - - - - - - - - -
THETA-EPS
KTK1 KTK2
-------- --------
KTK1 0.35
KTK2 - - 0.49
Time used: 0.047 Seconds
7. CFA Variabel Z (Kualitas Laporan Keuangan)
DATE: 12/15/2018
TIME: 10:16
L I S R E L 8.80
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2006
346
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from file D:\TESIS_MONIKA\CFA\KLK.spj:
Raw Data from file 'D:\TESIS_MONIKA\CFA\KLK.psf'
Sample Size = 154
Latent Variables RLV ADL DBD DPH KLK
Relationships
RLV1-RLV2-RLV
ADL1-ADL2=ADL
DBD1-DBD2=DBD
DPH1-DPH2=DPH
RLV ADL DBD DPH = KLK
Let Error Between ADL1 and RLV2 Correlated
Let Error Between DBD2 and RLV2 Correlated
Let Error Between DPH1 and DBD1 Correlated
Options=SC
Path Diagram
End of Problem
Sample Size = 154
Covariance Matrix
RLV1 RLV2 ADL1 ADL2 DBD1 DBD2
-------- -------- -------- -------- -------- --------
RLV1 0.56
RLV2 0.26 0.35
ADL1 0.39 0.27 0.45
ADL2 0.15 0.26 0.25 0.33
DBD1 0.27 0.43 0.19 0.29 0.31
DBD2 0.18 0.58 0.17 0.25 0.45 0.39
DPH1 0.19 0.22 0.61 0.18 0.43 0.28
DPH2 0.33 0.47 0.36 0.10 0.20 0.46
Covariance Matrix
DPH1 DPH2
-------- --------
DPH1 0.26
DPH2 0.49 0.55
Number of Iterations = 37
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
347
Measurement Equations
RLV1 = 0.32*RLV, Errorvar.= 0.34 , R² = 0.59
(0.046)
6.71
RLV2 = 0.42*RLV, Errorvar.= 0.094 , R² = 0.68
(0.17) (0.070)
5.27 3.04
ADL1 = 0.41*ADL, Errorvar.= 0.33 , R² = 0.54
(0.039)
7.93
ADL2 = 0.36*ADL, Errorvar.= 0.15 , R² = 0.71
(0.091) (0.034)
6.04 4.65
DBD1 = 0.48*DBD, Errorvar.= 0.26 , R² = 0.85
(0.036)
7.23
DBD2 = 0.32*DBD, Errorvar.= 0.20 , R² = 0.47
(0.083) (0.032)
7.26 5.16
DPH1 = 0.56*DPH, Errorvar.= 0.039 , R² = 0.69
(0.043)
4.81
DPH2 = 0.42*DPH, Errorvar.= 0.34 , R² = 0.83
(0.060) (0.040)
9.46 7.84
Error Covariance for ADL1 and RLV2 = 0.17
(0.014)
3.15
Error Covariance for DBD2 and RLV2 = 0.14
(0.026)
2.58
Error Covariance for DPH1 and DBD1 = 0.09
(0.017)
3.95
348
Structural Equations
RLV = 0.90*KLK, Errorvar.= 0.24 , R² = 0.75
(0.19) (0.26)
6.36 3.94
ADL = 0.64*KLK, Errorvar.= 0.25 , R² = 0.82
(0.26) (0.16)
7.38 2.70
DBD = 0.73*KLK, Errorvar.= 0.48 , R² = 0.52
(0.15) (0.21)
8.16 4.14
DPH = 0.55*KLK, Errorvar.= 0.32 , R² = 0.68
(0.077) (0.25)
10.23 5.86
Correlation Matrix of Independent Variables
KLK
--------
1.00
Covariance Matrix of Latent Variables
RLV ADL DBD DPH KLK
-------- -------- -------- -------- --------
RLV 1.00
ADL 0.52 1.00
DBD 0.45 0.74 1.00
DPH 0.32 0.82 0.65 1.00
KLK 0.56 0.64 0.33 0.85 1.00
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 18
Minimum Fit Function Chi-Square = 73.07 (P = 0.069)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 70.69 (P = 0.068)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 38.65
90 Percent Confidence Interval for NCP = (18.44 ; 73.42)
Minimum Fit Function Value = 0.38
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.26
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.14 ; 0.31)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.075
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.089 ; 0.28)
349
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.00028
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.73
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.52 ; 0.70)
ECVI for Saturated Model = 0.48
ECVI for Independence Model = 5.08
Chi-Square for Independence Model with 28 Degrees of Freedom = 712.03
Independence AIC = 743.03
Model AIC = 98.69
Saturated AIC = 68.00
Independence CAIC = 756.33
Model CAIC = 180.54
Saturated CAIC = 212.33
Normed Fit Index (NFI) = 0.94
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.89
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.52
Comparative Fit Index (CFI) = 0.92
Incremental Fit Index (IFI) = 0.90
Relative Fit Index (RFI) = 0.84
Critical N (CN) = 90.74
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.036
Standardized RMR = 0.094
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.92
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.79
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.33
The Modification Indices Suggest to Add the
Path to from Decrease in Chi-Square New Estimate
RLV1 ADL 12.0 0.36
ADL1 RLV 23.5 0.22
ADL2 RLV 19.4 0.20
DBD2 ADL 12.7 -0.69
DBD2 DPH 18.2 1.68
DPH1 DBD 21.0 -0.51
RLV ADL 28.4 1.80
RLV DBD 11.6 0.62
ADL RLV 25.3 0.80
ADL DPH 12.6 -1.40
DBD RLV 17.8 -0.30
DBD DPH 12.4 5.73
DPH ADL 13.6 -1.51
DPH DBD 22.2 -3.29
350
The Modification Indices Suggest to Add an Error Covariance
Between and Decrease in Chi-Square New Estimate
ADL RLV 21.4 0.42
DBD RLV 11.6 -0.28
DPH ADL 12.6 -0.54
DPH DBD 28.4 1.21
ADL1 RLV1 25.5 0.16
DPH1 DBD2 13.0 0.19
Standardized Solution
LAMBDA-Y
RLV ADL DBD DPH
-------- -------- -------- --------
RLV1 0.32 - - - - - -
RLV2 0.42 - - - - - -
ADL1 - - 0.41 - - - -
ADL2 - - 0.36 - - - -
DBD1 - - - - 0.48 - -
DBD2 - - - - 0.32 - -
DPH1 - - - - - - 0.56
DPH2 - - - - - - 0.42
GAMMA
KLK
--------
RLV 0.90
ADL 0.64
DBD 0.73
DPH 0.55
Correlation Matrix of ETA and KSI
RLV ADL DBD DPH KLK
-------- -------- -------- -------- --------
RLV 1.00
ADL 0.52 1.00
DBD 0.45 0.74 1.00
DPH 0.32 0.82 0.65 1.00
KLK 0.56 0.64 0.33 0.85 1.00
PSI
Note: This matrix is diagonal.
RLV ADL DBD DPH
-------- -------- -------- --------
0.24 0.25 0.48 0.32
351
Completely Standardized Solution
LAMBDA-Y
RLV ADL DBD DPH
-------- -------- -------- --------
RLV1 0.57 - - - - - -
RLV2 0.88 - - - - - -
ADL1 - - 0.69 - - - -
ADL2 - - 0.74 - - - -
DBD1 - - - - 0.58 - -
DBD2 - - - - 0.86 - -
DPH1 - - - - - - 0.91
DPH2 - - - - - - 0.49
GAMMA
KLK
--------
RLV 0.90
ADL 0.64
DBD 0.73
DPH 0.55
Correlation Matrix of ETA and KSI
RLV ADL DBD DPH KLK
-------- -------- -------- -------- --------
RLV 1.00
ADL 0.52 1.00
DBD 0.45 0.74 1.00
DPH 0.32 0.82 0.65 1.00
KLK 0.56 0.64 0.33 0.85 1.00
PSI
Note: This matrix is diagonal.
RLV ADL DBD DPH
-------- -------- -------- --------
0.24 0.25 0.48 0.32
THETA-EPS
RLV1 RLV2 ADL1 ADL2 DBD1 DBD2
-------- -------- -------- -------- -------- --------
RLV1 0.41
RLV2 - - 0.32
352
ADL1 - - 0.25 0.46
ADL2 - - - - - - 0.29
DBD1 - - - - - - - - 0.15
DBD2 - - 0.16 - - - - - - 0.53
DPH1 - - - - - - - - 0.23 - -
DPH2 - - - - - - - - - - - -
THETA-EPS
DPH1 DPH2
-------- --------
DPH1 0.31
DPH2 - - 0.17
Time used: 0.062 Seconds
8. SEM Full Model
DATE: 12/23/2018
TIME: 15:43
L I S R E L 8.80
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2006
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from file
D:\TESIS_MONIKA\SEM_FULL_MODEL.spj:
Raw Data from file 'D:\TESIS_MONIKA\SEM_FULL_MODEL.psf'
Sample Size = 154
Latent Variables PI AI RBA KA WS PKF KLK
Relationships
LP=1*PI
PR AP IK PM = PI
IDP=1*AI
KP LKP PP = AI
353
PLN=1*RBA
EAP RPT RM = RBA
TM=1*KA
TGJ LK = KA
EWS=1*WS
CPP MWS = WS
KAF=1*PKF
PPB TP KTK = PKF
RLV=1*KLK
ADL DBD DPH = KLK
PKF = PI AI RBA KA WS
KLK = PI AI RBA KA WS
KLK=PKF
Let Error Between RPT and LKP Correlate
Let Error Between LK and RPT Correlate
Let Error Between TM and PLN Correlate
Let Error Between LK and LKP Correlate
Let Error Between ADL and KAF Correlate
Let Error Between AP and PPB Correlate
Let Error Between RM and AP Correlate
Let Error Between RM and PP Correlate
Let Error Between MWS and PR Correlate
Let Error Between TGJ and RPT Correlate
Let Error Between TGJ and KAF Correlate
Let Error Between LP and DPH Correlate
Options:SC EF
Path Diagram
End of Problem
Sample Size = 154
Covariance Matrix
KAF PPB TP KTK RLV ADL
-------- -------- -------- -------- -------- --------
KAF 0.21
PPB 0.15 0.26
TP 0.17 0.19 0.33
KTK 0.06 0.08 0.08 0.47
RLV 0.02 0.05 0.09 0.11 0.35
ADL 0.01 0.06 0.09 0.05 0.13 0.38
DBD 0.03 0.04 0.08 0.03 0.05 0.10
DPH 0.13 0.12 0.21 0.15 0.03 0.11
LP 0.05 0.08 0.10 0.06 0.17 0.11
354
PR 0.09 0.14 0.17 0.04 0.12 0.11
AP 0.11 0.21 0.18 0.13 0.07 0.12
IK 0.09 0.09 0.10 0.17 0.09 0.15
PM 0.16 0.10 0.13 0.22 0.14 0.21
IDP 0.06 0.05 0.07 0.15 0.21 0.10
KP 0.05 0.05 0.09 0.13 0.14 0.14
LKP 0.08 0.04 0.08 0.14 0.05 0.08
PP 0.06 0.09 0.08 0.24 0.22 0.10
PLN 0.08 0.10 0.13 0.09 0.08 0.13
EAP 0.05 0.10 0.12 0.09 0.09 0.21
RPT 0.11 0.07 0.12 0.10 0.04 0.08
RM 0.09 0.14 0.14 0.14 0.07 0.15
TM 0.14 0.16 0.18 0.10 0.07 0.10
TGJ 0.11 0.16 0.20 0.12 0.09 0.16
LK 0.16 0.11 0.15 0.11 0.03 0.15
EWS 0.14 0.16 0.23 0.15 0.07 0.12
CPP 0.13 0.14 0.16 0.07 0.12 0.07
MWS 0.15 0.19 0.21 0.07 0.08 0.09
Covariance Matrix
DBD DPH LP PR AP IK
-------- -------- -------- -------- -------- --------
DBD 0.34
DPH 0.07 0.50
LP 0.05 0.05 0.22
PR 0.04 0.08 0.16 0.28
AP 0.07 0.18 0.10 0.12 0.30
IK 0.02 0.10 0.10 0.09 0.10 0.36
PM 0.20 0.09 0.04 0.08 0.07 0.12
IDP 0.07 0.07 0.07 0.17 0.08 0.14
KP 0.07 0.10 0.08 0.09 0.10 0.04
LKP 0.06 0.08 0.08 0.06 0.10 0.09
PP 0.02 0.09 0.07 0.07 0.15 0.12
PLN 0.12 0.10 0.11 0.13 0.12 0.07
EAP 0.09 0.13 0.12 0.14 0.13 0.16
RPT 0.09 0.12 0.09 0.10 0.12 0.13
RM 0.06 0.12 0.12 0.14 0.22 0.15
TM 0.12 0.16 0.10 0.11 0.19 0.14
TGJ 0.11 0.20 0.13 0.17 0.22 0.15
LK 0.07 0.17 0.07 0.08 0.17 0.08
EWS 0.06 0.27 0.10 0.14 0.23 0.09
CPP 0.07 0.13 0.15 0.12 0.16 0.18
MWS 0.05 0.17 0.12 0.21 0.16 0.14
355
Covariance Matrix
PM IDP KP LKP PP PLN
-------- -------- -------- -------- -------- --------
PM 0.34
IDP 0.06 0.21
KP 0.03 0.15 0.26
LKP 0.03 0.14 0.12 0.25
PP 0.10 0.16 0.17 0.16 0.29
PLN 0.05 0.10 0.11 0.09 0.19 0.18
EAP 0.02 0.11 0.15 0.09 0.11 0.15
RPT 0.06 0.08 0.09 0.16 0.09 0.13
RM 0.04 0.09 0.11 0.10 0.15 0.17
TM 0.12 0.11 0.11 0.08 0.09 0.17
TGJ 0.08 0.13 0.17 0.10 0.12 0.16
LK 0.11 0.18 0.09 0.15 0.10 0.10
EWS 0.08 0.10 0.11 0.12 0.16 0.13
CPP 0.11 0.08 0.09 0.08 0.08 0.12
MWS 0.13 0.08 0.10 0.06 0.29 0.11
Covariance Matrix
EAP RPT RM TM TGJ LK
-------- -------- -------- -------- -------- --------
EAP 0.23
RPT 0.11 0.24
RM 0.16 0.17 0.30
TM 0.13 0.12 0.16 0.24
TGJ 0.19 0.11 0.17 0.23 0.33
LK 0.18 0.19 0.12 0.15 0.15 0.25
EWS 0.13 0.14 0.17 0.18 0.23 0.20
CPP 0.10 0.10 0.11 0.18 0.19 0.14
MWS 0.13 0.09 0.12 0.17 0.22 0.12
Covariance Matrix
EWS CPP MWS
-------- -------- --------
EWS 0.33
CPP 0.16 0.24
MWS 0.18 0.19 0.30
Number of Iterations = 19
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
356
Measurement Equations
KAF = 1.00*PKF, Errorvar.= 0.079 , R² = 0.60
(0.010)
7.87
PPB = 1.19*PKF, Errorvar.= 0.100 , R² = 0.62
(0.11) (0.013)
10.99 7.65
TP = 1.42*PKF, Errorvar.= 0.092 , R² = 0.72
(0.12) (0.013)
11.91 6.87
KTK = 0.54*PKF, Errorvar.= 0.44 , R² = 0.77
(0.16) (0.048)
9.41 9.21
RLV = 1.00*KLK, Errorvar.= 0.28 , R² = 0.50
(0.032)
9.02
ADL = 1.27*KLK, Errorvar.= 0.26 , R² = 0.70
(0.25) (0.030)
8.13 8.60
DBD = 0.81*KLK, Errorvar.= 0.29 , R² = 0.63
(0.20) (0.032)
9.98 9.16
DPH = 1.45*KLK, Errorvar.= 0.38 , R² = 0.58
(0.29) (0.044)
6.03 8.61
LP = 1.00*PI, Errorvar.= 0.13 , R² = 0.49
(0.014)
9.10
PR = 1.04*PI, Errorvar.= 0.18 , R² = 0.63
(0.14) (0.019)
7.65 9.16
AP = 1.35*PI, Errorvar.= 0.13 , R² = 0.57
(0.14) (0.014)
9.46 9.32
357
IK = 0.89*PI, Errorvar.= 0.28 , R² = 0.81
(0.15) (0.030)
5.96 9.29
PM = 0.66*PI, Errorvar.= 0.30 , R² = 0.72
(0.14) (0.032)
9.58 9.29
IDP = 1.00*AI, Errorvar.= 0.066 , R² = 0.69
(0.0100)
6.61
KP = 1.03*AI, Errorvar.= 0.11 , R² = 0.59
(0.092) (0.014)
11.15 7.56
LKP = 0.94*AI, Errorvar.= 0.13 , R² = 0.50
(0.083) (0.016)
11.25 8.06
PP = 1.15*AI, Errorvar.= 0.11 , R² = 0.64
(0.097) (0.016)
11.91 7.11
PLN = 1.00*RBA, Errorvar.= 0.031 , R² = 0.83
(0.0049)
6.31
EAP = 1.05*RBA, Errorvar.= 0.064 , R² = 0.72
(0.064) (0.0081)
16.35 7.87
RPT = 0.94*RBA, Errorvar.= 0.13 , R² = 0.50
(0.062) (0.015)
15.22 8.63
RM = 1.20*RBA, Errorvar.= 0.11 , R² = 0.66
(0.077) (0.013)
15.62 8.49
TM = 1.00*KA, Errorvar.= 0.046 , R² = 0.80
(0.0068)
6.82
TGJ = 1.19*KA, Errorvar.= 0.071 , R² = 0.79
(0.066) (0.010)
17.91 7.07
358
LK = 0.83*KA, Errorvar.= 0.13 , R² = 0.50
(0.056) (0.015)
14.73 8.75
EWS = 1.00*WS, Errorvar.= 0.12 , R² = 0.64
(0.014)
8.77
CPP = 0.86*WS, Errorvar.= 0.080 , R² = 0.66
(0.067) (0.0093)
12.79 8.66
MWS = 0.91*WS, Errorvar.= 0.13 , R² = 0.59
(0.077) (0.014)
11.81 9.02
Error Covariance for ADL and KAF = -0.03
(0.011)
-2.68
Error Covariance for LP and DPH = -0.11
(0.019)
-5.60
Error Covariance for AP and PPB = 0.057
(0.0094)
6.04
Error Covariance for RPT and LKP = 0.088
(0.013)
6.84
Error Covariance for RM and AP = 0.059
(0.0092)
6.34
Error Covariance for RM and PP = 0.040
(0.0089)
4.46
Error Covariance for TM and PLN = 0.030
(0.0048)
6.31
Error Covariance for TGJ and KAF = -0.04
(0.0071)
-4.96
359
Error Covariance for TGJ and RPT = -0.01
(0.0049)
-2.97
Error Covariance for LK and LKP = 0.083
(0.013)
6.55
Error Covariance for LK and RPT = 0.10
(0.014)
7.69
Error Covariance for MWS and PR = 0.071
(0.013)
5.38
Structural Equations
PKF = 0.525*PI + 0.86*AI + 0.58*RBA + 0.62*KA - 0.15*WS, Errorvar.= 0.084, R²= 0.79
(0.25) (0.072) (0.11) (0.24) (0.19) (0.0070)
5.83 7.24 4.60 5.32 -1.24 3.48
KLK = 0.88*PKF + 0.52*PI + 0.61*AI + 0.13*RBA - 0.25*KA + 0.71*WS, Errorvar.= 0.024 , R² = 0.86
(0.27) (0.41) (0.11) (0.15) (0.32) (0.26) (0.012)
10.32 3.65 4.05 0.70 -1.00 6.70 2.24
Reduced Form Equations
PKF = 0.525*PI + 0.86*AI + 0.58*RBA + 0.62*KA - 0.15*WS, Errorvar.= 0.084, R² = 0.79
(0.25) (0.072) (0.11) (0.24) (0.19)
5.83 7.24 4.60 5.32 -1.24
KLK = 0.50*PI + 0.52*AI + 0.082*RBA + 0.16*KA + 0.58*WS, Errorvar.= 0.097, R² = 0.73
(0.31) (0.083) (0.15) (0.30) (0.21)
2.15 3.18 0.64 0.53 5.74
Covariance Matrix of Independent Variables
PI AI RBA KA WS
-------- -------- -------- -------- --------
PI 0.10
(0.02)
4.84
AI 0.08 0.15
(0.01) (0.02)
5.42 6.43
360
RBA 0.10 0.10 0.15
(0.02) (0.02) (0.02)
6.47 6.27 7.82
KA 0.13 0.10 0.13 0.19
(0.02) (0.02) (0.02) (0.02)
6.83 6.01 6.85 7.67
WS 0.15 0.10 0.12 0.19 0.21
(0.02) (0.02) (0.02) (0.03) (0.03)
6.78 5.35 6.38 7.73 6.31
Covariance Matrix of Latent Variables
PKF KLK PI AI RBA KA
-------- -------- -------- -------- -------- --------
PKF 0.12
KLK 0.06 0.07
PI 0.09 0.08 0.10
AI 0.05 0.06 0.08 0.15
RBA 0.08 0.09 0.10 0.10 0.15
KA 0.12 0.09 0.13 0.10 0.13 0.19
WS 0.15 0.10 0.15 0.10 0.12 0.19
Covariance Matrix of Latent Variables
WS
--------
WS 0.21
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 191
Minimum Fit Function Chi-Square = 528.14 (P = 0.0)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 556.07 (P = 0.0)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 265.07
90 Percent Confidence Interval for NCP = (94.23 ; 173.45)
Minimum Fit Function Value = 2.14
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.93
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.68 ; 1.66)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.081
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.089 ; 0.097)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.00043
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 3.73
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (3.15 ; 2.36)
ECVI for Saturated Model = 3.40
ECVI for Independence Model = 52.64
361
Chi-Square for Independence Model with 351 Degrees of Freedom = 8719.39
Independence AIC = 8773.39
Model AIC = 546.07
Saturated AIC =540.00
Independence CAIC = 9885.53
Model CAIC = 791.40
Saturated CAIC = 1325.94
Normed Fit Index (NFI) = 0.95
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.97
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.73
Comparative Fit Index (CFI) = 0.91
Incremental Fit Index (IFI) = 0.91
Relative Fit Index (RFI) = 0.93
Critical N (CN) = 80.02
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.021
Standardized RMR = 0.051
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.87
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.85
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.58
The Modification Indices Suggest to Add the
Path to from Decrease in Chi-Square New Estimate
KTK KLK 11.3 0.92
DPH PKF 10.3 0.75
LP KA 36.3 -1.30
LP WS 20.2 -0.72
PR RBA 23.9 0.78
AP KA 21.7 1.10
IK RBA 10.4 -0.65
PM KA 9.1 0.94
PM WS 14.5 0.84
PP RBA 11.2 -0.37
EAP AI 8.4 0.24
RM AI 12.3 -0.34
LK WS 18.3 0.51
The Modification Indices Suggest to Add an Error Covariance
Between and Decrease in Chi-Square New Estimate
PR LP 17.9 0.04
PM IK 8.8 0.07
IDP PM 10.5 0.04
LKP RLV 8.8 0.04
PP AP 19.4 0.04
PLN PR 8.4 0.01
362
EAP KP 12.3 0.03
RPT AP 8.0 -0.01
RM PPB 11.9 0.03
TM IDP 8.2 0.01
TGJ PP 8.4 -0.02
LK KAF 9.4 0.02
EWS KTK 8.9 0.05
CPP AP 8.0 -0.02
MWS PPB 9.2 0.02
Standardized Solution
LAMBDA-Y
PKF KLK
-------- --------
KAF 0.34 - -
PPB 0.41 - -
TP 0.48 - -
KTK 0.19 - -
RLV - - 0.26
ADL - - 0.34
DBD - - 0.21
DPH - - 0.38
LAMBDA-X
PI AI RBA KA WS
-------- -------- -------- -------- --------
LP 0.31 - - - - - - - -
PR 0.32 - - - - - - - -
AP 0.42 - - - - - - - -
IK 0.28 - - - - - - - -
PM 0.20 - - - - - - - -
IDP - - 0.39 - - - - - -
KP - - 0.40 - - - - - -
LKP - - 0.36 - - - - - -
PP - - 0.44 - - - - - -
PLN - - - - 0.38 - - - -
EAP - - - - 0.40 - - - -
RPT - - - - 0.36 - - - -
RM - - - - 0.46 - - - -
TM - - - - - - 0.44 - -
TGJ - - - - - - 0.52 - -
LK - - - - - - 0.36 - -
EWS - - - - - - - - 0.46
CPP - - - - - - - - 0.40
MWS - - - - - - - - 0.42
363
BETA
PKF KLK
-------- --------
PKF - - - -
KLK 0.85 - -
GAMMA
PI AI RBA KA WS
-------- -------- -------- -------- --------
PKF 0.52 0.83 0.47 0.59 -0.11
KLK 0.42 0.56 0.09 -0.18 0.68
Correlation Matrix of ETA and KSI
PKF KLK PI AI RBA KA
-------- -------- -------- -------- -------- --------
PKF 1.00
KLK 0.65 1.00
PI 0.86 0.71 1.00
AI 0.41 0.64 0.64 1.00
RBA 0.65 0.92 0.83 0.65 1.00
KA 0.83 0.79 0.94 0.62 0.78 1.00
WS 0.93 0.83 0.88 0.56 0.69 0.97
Correlation Matrix of ETA and KSI
WS
--------
WS 1.00
PSI
Note: This matrix is diagonal.
PKF KLK
-------- --------
0.21 0.14
Regression Matrix ETA on KSI (Standardized)
PI AI RBA KA WS
-------- -------- -------- -------- --------
PKF 0.52 0.83 0.47 0.59 -0.11
KLK 0.32 0.16 0.84 -0.15 0.31
364
Completely Standardized Solution
LAMBDA-Y
PKF KLK
-------- --------
KAF 0.77 - -
PPB 0.79 - -
TP 0.85 - -
KTK 0.87 - -
RLV - - 0.44
ADL - - 0.75
DBD - - 0.86
DPH - - 0.53
LAMBDA-X
PI AI RBA KA WS
-------- -------- -------- -------- --------
LP 0.65 - - - - - - - -
PR 0.61 - - - - - - - -
AP 0.76 - - - - - - - -
IK 0.46 - - - - - - - -
PM 0.66 - - - - - - - -
IDP - - 0.83 - - - - - -
KP - - 0.77 - - - - - -
LKP - - 0.71 - - - - - -
PP - - 0.80 - - - - - -
PLN - - - - 0.91 - - - -
EAP - - - - 0.85 - - - -
RPT - - - - 0.71 - - - -
RM - - - - 0.81 - - - -
TM - - - - - - 0.90 - -
TGJ - - - - - - 0.89 - -
LK - - - - - - 0.71 - -
EWS - - - - - - - - 0.80
CPP - - - - - - - - 0.81
MWS - - - - - - - - 0.77
BETA
PKF KLK
-------- --------
PKF - - - -
KLK 0.85 - -
365
GAMMA
PI AI RBA KA WS
-------- -------- -------- -------- --------
PKF 0.52 0.83 0.47 0.59 -0.11
KLK 0.42 0.56 0.09 -0.18 0.68
Correlation Matrix of ETA and KSI
PKF KLK PI AI RBA KA
-------- -------- -------- -------- -------- --------
PKF 1.00
KLK 0.65 1.00
PI 0.86 0.71 1.00
AI 0.41 0.64 0.64 1.00
RBA 0.65 0.92 0.83 0.65 1.00
KA 0.83 0.79 0.94 0.62 0.78 1.00
WS 0.93 0.83 0.88 0.56 0.69 0.97
Correlation Matrix of ETA and KSI
WS
--------
WS 1.00
PSI
Note: This matrix is diagonal.
PKF KLK
-------- --------
0.21 0.14
THETA-EPS
KAF PPB TP KTK RLV ADL
-------- -------- -------- -------- -------- --------
KAF 0.40
PPB - - 0.38
TP - - - - 0.28
KTK - - - - - - 0.23
RLV - - - - - - - - 0.50
ADL -0.11 - - - - - - - - 0.30
DBD - - - - - - - - - - - -
DPH - - - - - - - - - - - -
366
THETA-EPS
DBD DPH
-------- --------
DBD 0.37
DPH - - 0.42
THETA-DELTA-EPS
KAF PPB TP KTK RLV ADL
-------- -------- -------- -------- -------- --------
LP - - - - - - - - - - - -
PR - - - - - - - - - - - -
AP - - 0.20 - - - - - - - -
IK - - - - - - - - - - - -
PM - - - - - - - - - - - -
IDP - - - - - - - - - - - -
KP - - - - - - - - - - - -
LKP - - - - - - - - - - - -
PP - - - - - - - - - - - -
PLN - - - - - - - - - - - -
EAP - - - - - - - - - - - -
RPT - - - - - - - - - - - -
RM - - - - - - - - - - - -
TM - - - - - - - - - - - -
TGJ -0.14 - - - - - - - - - -
LK - - - - - - - - - - - -
EWS - - - - - - - - - - - -
CPP - - - - - - - - - - - -
MWS - - - - - - - - - - - -
THETA-DELTA-EPS
DBD DPH
-------- --------
LP - - -0.31
PR - - - -
AP - - - -
IK - - - -
PM - - - -
IDP - - - -
KP - - - -
LKP - - - -
PP - - - -
PLN - - - -
EAP - - - -
RPT - - - -
367
RM - - - -
TM - - - -
TGJ - - - -
LK - - - -
EWS - - - -
CPP - - - -
MWS - - - -
THETA-DELTA
LP PR AP IK PM IDP
-------- -------- -------- ------- ------ -------
LP 0.51
PR - - 0.37
AP - - - - 0.43
IK - - - - - - 0.19
PM - - - - - - - - 0.28
IDP - - - - - - - - - - 0.31
KP - - - - - - - - - - - -
LKP - - - - - - - - - - - -
PP - - - - - - - - - - - -
PLN - - - - - - - - - - - -
EAP - - - - - - - - - - - -
RPT - - - - - - - - - - - -
RM - - - - 0.19 - - - - - -
TM - - - - - - - - - - - -
TGJ - - - - - - - - - - - -
LK - - - - - - - - - - - -
EWS - - - - - - - - - - - -
CPP - - - - - - - - - - - -
MWS - - 0.24 - - - - - - - -
THETA-DELTA
KP LKP PP PLN EAP RPT
-------- -------- -------- -------- ------- ------
KP 0.41
LKP - - 0.50
PP - - - - 0.36
PLN - - - - - - 0.17
EAP - - - - - - - - 0.28
RPT - - 0.09 - - - - - - 0.50
RM - - - - 0.04 - - - - - -
TM - - - - - - 0.15 - - - -
TGJ - - - - - - - - - - -0.01
LK - - 0.32 - - - - - - 0.40
EWS - - - - - - - - - - - -
368
CPP - - - - - - - - - - - -
MWS - - - - - - - - - - - -
THETA-DELTA
RM TM TGJ LK EWS CPP
-------- -------- -------- ------- ------- --------
RM 0.34
TM - - 0.20
TGJ - - - - 0.21
LK - - - - - - 0.50
EWS - - - - - - - - 0.36
CPP - - - - - - - - - - 0.34
MWS - - - - - - - - - - - -
THETA-DELTA
MWS
--------
MWS 0.41
Regression Matrix ETA on KSI (Standardized)
PI AI RBA KA WS
-------- -------- -------- -------- --------
PKF 0.52 0.83 0.47 0.59 -0.11
KLK 0.32 0.16 0.84 -0.15 0.31
Total and Indirect Effects
Total Effects of KSI on ETA
PI AI RBA KA WS
-------- -------- -------- -------- --------
PKF 0.525 0.86 0.58 0.62 -0.15
(0.25) (0.072) (0.11) (0.24) (0.19)
5.83 7.24 4.60 5.32 -1.24
KLK 0.50 0.52 0.082 0.16 0.58
(0.31) (0.083) (0.15) (0.30) (0.21)
2.15 3.18 0.64 0.53 5.74
Indirect Effects of KSI on ETA
PI AI RBA KA WS
-------- -------- -------- -------- --------
PKF - - - - - - - - - -
KLK 0.525 0.76 0.57 0.60 -0.14
(0.30) (0.07) (0.07) (0.13) (0.13)
369
5.83 7.23 3.84 4.80 -0.85
Total Effects of ETA on ETA
PKF KLK
-------- --------
PKF - - - -
KLK 0.88 - -
(0.27)
10.32
Largest Eigenvalue of B*B' (Stability Index) is 0.899
Total Effects of ETA on Y
PKF KLK
-------- --------
KAF 1.00 - -
PPB 1.19 - -
(0.11)
10.99
TP 1.42 - -
(0.12)
11.91
KTK 0.54 - -
(0.16)
3.41
RLV 0.88 1.00
(0.27)
10.32
ADL 0.80 1.27
(0.34) (0.25)
2.39 5.13
DBD 0.51 0.81
(0.23) (0.20)
2.23 3.98
DPH 0.92 1.45
(0.39) (0.29)
2.34 5.03
Indirect Effects of ETA on Y
PKF KLK
-------- --------
KAF - - - -
PPB - - - -
TP - - - -
KTK - - - -
RLV 0.88 - -
370
(0.27)
10.32
ADL 0.80 - -
(0.34)
2.39
DBD 0.51 - -
(0.23)
2.23
DPH 0.92 - -
(0.39)
2.34
Total Effects of KSI on Y
PI AI RBA KA WS
-------- -------- -------- -------- --------
KAF 0.525 0.86 0.58 0.62 -0.15
(0.25) (0.072) (0.11) (0.24) (0.19)
5.83 7.24 4.60 5.32 -1.24
PPB 1.07 -0.23 -0.11 0.20 0.06
(0.29) (0.09) (0.13) (0.28) (0.23)
3.70 -2.71 -0.83 0.70 0.26
TP 1.27 -0.28 -0.13 0.24 0.07
(0.34) (0.10) (0.15) (0.34) (0.27)
3.72 -2.70 -0.83 0.70 0.26
KTK 0.49 -0.11 -0.05 0.09 0.03
(0.19) (0.05) (0.06) (0.13) (0.10)
2.57 -2.15 -0.81 0.69 0.26
RLV 0.50 0.52 0.082 0.16 0.58
(0.31) (0.083) (0.15) (0.30) (0.21)
2.15 3.18 0.64 0.53 5.74
ADL 0.45 0.02 0.74 -0.96 0.74
(0.39) (0.11) (0.17) (0.37) (0.26)
1.15 0.18 4.34 -2.63 2.87
DBD 0.29 0.01 0.47 -0.61 0.47
(0.25) (0.07) (0.13) (0.25) (0.18)
1.13 0.18 3.57 -2.42 2.61
DPH 0.52 0.02 0.85 -1.10 0.84
(0.45) (0.12) (0.20) (0.43) (0.30)
1.15 0.18 4.23 -2.58 2.79
Standardized Total and Indirect Effects
Standardized Total Effects of KSI on ETA
PI AI RBA KA WS
-------- -------- -------- -------- --------
PKF 0.52 0.83 0.47 0.59 -0.11
KLK 0.32 0.16 0.84 -0.15 0.31
371
Standardized Indirect Effects of KSI on ETA
PI AI RBA KA WS
-------- -------- -------- -------- --------
PKF - - - - - - - - - -
KLK 0.525 0.74 0.37 0.45 -0.09
Standardized Total Effects of ETA on ETA
PKF KLK
-------- --------
PKF - - - -
KLK 0.85 - -
Standardized Total Effects of ETA on Y
PKF KLK
-------- --------
KAF 0.34 - -
PPB 0.41 - -
TP 0.48 - -
KTK 0.19 - -
RLV 0.25 0.26
ADL 0.33 0.34
DBD 0.21 0.21
DPH 0.37 0.38
Completely Standardized Total Effects of ETA on Y
PKF KLK
-------- --------
KAF 0.77 - -
PPB 0.79 - -
TP 0.85 - -
KTK 0.87 - -
RLV 0.42 0.44
ADL 0.73 0.75
DBD 0.85 0.86
DPH 0.51 0.53
Standardized Indirect Effects of ETA on Y
PKF KLK
-------- --------
KAF - - - -
PPB - - - -
TP - - - -
KTK - - - -
372
RLV 0.25 - -
ADL 0.33 - -
DBD 0.21 - -
DPH 0.37 - -
Completely Standardized Indirect Effects of ETA on Y
PKF KLK
-------- --------
KAF - - - -
PPB - - - -
TP - - - -
KTK - - - -
RLV 0.42 - -
ADL 0.73 - -
DBD 0.85 - -
DPH 0.51 - -
Standardized Total Effects of KSI on Y
PI AI RBA KA WS
-------- -------- -------- -------- --------
KAF 0.28 -0.07 -0.03 0.07 0.02
PPB 0.33 -0.09 -0.04 0.09 0.03
TP 0.40 -0.11 -0.05 0.10 0.03
KTK 0.15 -0.04 -0.02 0.04 0.01
RLV 0.11 0.01 0.22 -0.33 0.27
ADL 0.14 0.01 0.28 -0.42 0.34
DBD 0.09 0.00 0.18 -0.27 0.22
DPH 0.16 0.01 0.32 -0.48 0.39
Completely Standardized Total Effects of KSI on Y
PI AI RBA KA WS
-------- -------- -------- -------- --------
KAF 0.63 -0.17 -0.08 0.16 0.05
PPB 0.64 -0.17 -0.08 0.17 0.05
TP 0.69 -0.19 -0.08 0.18 0.06
KTK 0.22 -0.06 -0.03 0.06 0.02
RLV 0.19 0.01 0.37 -0.56 0.45
ADL 0.23 0.01 0.46 -0.69 0.56
DBD 0.15 0.01 0.31 -0.46 0.37
DPH 0.22 0.01 0.45 -0.66 0.53
Time used: 0.577 Seconds
373
LAMPIRAN 12
Tabel r (Pearson Product Moment)
Pada Sig.0,05 (Two Tail)
N r N r N r N r N r N r
1 0.997 41 0.301 81 0.216 121 0.177 161 0.154 201 0.138
2 0.950 42 0.297 82 0.215 122 0.176 162 0.153 202 0.137
3 0.878 43 0.294 83 0.213 123 0.176 163 0.153 203 0.137
4 0.811 44 0.291 84 0.212 124 0.175 164 0.152 204 0.137
5 0.754 45 0.288 85 0.211 125 0.174 165 0.152 205 0.136
6 0.707 46 0.285 86 0.210 126 0.174 166 0.151 206 0.136
7 0.666 47 0.282 87 0.208 127 0.173 167 0.151 207 0.136
8 0.632 48 0.279 88 0.207 128 0.172 168 0.151 208 0.135
9 0.602 49 0.276 89 0.206 129 0.172 169 0.150 209 0.135
10 0.576 50 0.273 90 0.205 130 0.171 170 0.150 210 0.135
11 0.553 51 0.271 91 0.204 131 0.170 171 0.149 211 0.134
12 0.532 52 0.268 92 0.203 132 0.170 172 0.149 212 0.134
13 0.514 53 0.266 93 0.202 133 0.169 173 0.148 213 0.134
14 0.497 54 0.263 94 0.201 134 0.168 174 0.148 214 0.134
15 0.482 55 0.261 95 0.200 135 0.168 175 0.148 215 0.133
16 0.468 56 0.259 96 0.199 136 0.167 176 0.147 216 0.133
17 0.456 57 0.256 97 0.198 137 0.167 177 0.147 217 0.133
18 0.444 58 0.254 98 0.197 138 0.166 178 0.146 218 0.132
19 0.433 59 0.252 99 0.196 139 0.165 179 0.146 219 0.132
20 0.423 60 0.250 100 0.195 140 0.165 180 0.146 220 0.132
21 0.413 61 0.248 101 0.194 141 0.164 181 0.145 221 0.131
22 0.404 62 0.246 102 0.193 142 0.164 182 0.145 222 0.131
23 0.396 63 0.244 103 0.192 143 0.163 183 0.144 223 0.131
24 0.388 64 0.242 104 0.191 144 0.163 184 0.144 224 0.131
25 0.381 65 0.240 105 0.190 145 0.162 185 0.144 225 0.130
26 0.374 66 0.239 106 0.189 146 0.161 186 0.143 226 0.130
27 0.367 67 0.237 107 0.188 147 0.161 187 0.143 227 0.130
28 0.361 68 0.235 108 0.187 148 0.160 188 0.142 228 0.129
29 0.355 69 0.234 109 0.187 149 0.160 189 0.142 229 0.129
30 0.349 70 0.232 110 0.186 150 0.159 190 0.142 230 0.129
31 0.344 71 0.230 111 0.185 151 0.159 191 0.141 231 0.129
32 0.339 72 0.229 112 0.184 152 0.158 192 0.141 232 0.128
33 0.334 73 0.227 113 0.183 153 0.158 193 0.141 233 0.128
34 0.329 74 0.226 114 0.182 154 0.157 194 0.140 234 0.128
35 0.325 75 0.224 115 0.182 155 0.157 195 0.140 235 0.127
36 0.322 76 0.223 116 0.181 156 0.156 196 0.139 236 0.127
37 0.316 77 0.221 117 0.180 157 0.156 197 0.139 237 0.127
38 0.312 78 0.220 118 0.179 158 0.155 198 0.139 238 0.127
39 0.308 79 0.219 119 0.179 159 0.155 199 0.138 239 0.126
40 0.304 80 0.217 120 0.178 160 0.154 200 0.138 240 0.126
374
LAMPIRAN 13
Tabel t
ttabel = tα/2(n-k-1)
ttabel = t0,05/2(154-5-1) = t0,025(148) = 1.97612
375
LAMPIRAN 14
Tabel F
Ftabel = Fαk (n-k-1)
Ftabel = F0,055 (120-5-1)= F0,055 (148) = 2,28
376
LAMPIRAN 15
Surat Penunjukan Pembimbing Tesis
377
LAMPIRAN 16
Kartu Bimbingan Tesis I
378
LAMPIRAN 17
Kartu Bimbingan Tesis II
379
LAMPIRAN 18
Surat Permohonan Izin Penelitian I
380
LAMPIRAN 19
Surat Permohonan Izin Penelitian II
381
LAMPIRAN 20
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Monika Budiman
NIM : 1660030010
Tempat, Tanggal Lahir : Bangka, 19 April 1994
Agama : Katholik
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Regensi Melati Mas Blok A8/ 10
Serpong Utara, Tangerang Selatan
Alamat E-mail : [email protected]
Pendidikan Formal
- SD Santa Maria, Bangka : Lulus Tahun 2006
- SMP Santa Maria, Bangka : Lulus Tahun 2009
- SMA Negeri I, Bangka : Lulus Tahun 2012
- S-1 STIE Y.A.I Jakarta : Lulus Tahun 2016
- S-2 STIE Y.A.I Jakarta : Lulus Tahun 2019
Pekerjaan
Accounting Staff di PT. Pratapa Nirmala, 2013 – sekarang