Upload
others
View
23
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGARUH PENDIDIKAN GIZI DAN PEMBERIAN MAKANAN
TAMBAHAN BERBAHAN IKAN TAMBAN TERHADAP
PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN IBU
YANG MEMILIKI ANAK STUNTING
DI DESA PANTAI LABU
SKRIPSI
MARGARET URSULA SIREGAR
P01031214035
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI
2018
2
PENGARUH PENDIDIKAN GIZI DAN PEMBERIAN MAKANAN
TAMBAHAN BERBAHAN IKAN TAMBAN TERHADAP
PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN IBU
YANG MEMILIKI ANAK STUNTING
DI DESA PANTAI LABU
Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Menyelesaikan Program Studi Sarjana Terapan Gizi
Di Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
MARGARET URSULA SIREGAR
P01031214035
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI
2018
3
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul : Pengaruh Pendidikan Gizi dan Pemberian
Makanan Tambahan Berbahan Ikan Tamban
Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan
Ibu Yang Memiliki Anak Stunting Di Desa
Pantai Labu
Nama Mahasiswa : Margaret Ursula Siregar
Nomor Induk Mahasiswa : P01031214035
Program Studi : Diploma IV
Menyetujui :
Dini Lestrina, DCN, M.Kes
Pembimbing Utama/Ketua Penguji
Berlin Sitanggang, SST, M.Kes Mincu Manalu, S.Gz, M.Kes
Penguji I Penguji II
Ketua Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
Dr. Oslida Martony, SKM, M.Kes
NIP. 196403121987031003
Tanggal Lulus : 14 Agustus 2018
iii
4
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Skripsi yang berjudul ”Pengaruh Pendidikan
Gizi dan Pemberian Makanan Tambahan Berbahan Ikan Terhadap
Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu Yang Memiliki Anak Stunting
Di Desa Pantai Labu“ .
Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orangtua tercinta,
Ayahanda Drs. Herry Giat Siregar dan Ibunda Dra. Uli Rajagukguk.
Juga kepada kakak adik penulis, Vanny Prayutri Siregar, S.ST,
Immanuel Marada Van Siregar, S.E dan Jakob Harimilu Siregar yang
tidak pernah lelah memberikan doa, semangat, motivasi dan nasihat
dalam proses pengerjaan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Dr. Oslida Martony, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Medan.
2. Ibu Dini Lestrina, DCN, M.Kes selaku dosen pembimbing yang
telah banyak memberikan masukan, saran dan motivasi.
3. Bapak Berlin Sitanggang, SST, M.Kes dan Mincu Manalu, S.Gz,
M.Kes sebagai penguji skripsi yang sudah membimbing saya
4. Seluruh dosen dan pegawai yang bekerja di Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Medan.
5. Sahabat penulis, Lucya, Friska, Saniah, Maysara, Elsa dan
teman-teman semasa perkuliahan Novita, Ayu, Rezeki, Dita yang
telah menjalin kebersamaan selama ini.
6. Teman-teman mahasiswa semester VIII Jurusan Gizi yang turut
membantu dalam penulisan usulan penelitian ini.
iv
5
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan sumbang saran yang membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan Skripsi ini. Semoga apa yang telah
ditulis bisa menambah pengetahuan bagi kita semua.
Medan, Agustus 2018
Penulis,
Margaret Ursula Siregar
NIM. P01031214035
v
6
ABSTRAK
MARGARET URSULA SIREGAR “PENGARUH PENDIDIKAN GIZI DAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBAHAN IKAN TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN IBU YANG MEMILIKI ANAK STUNTING DI DESA PANTAI LABU TAHUN 2018” (DIBAWAH BIMBINGAN DINI LESTRINA) Masalah anak pendek (stunting) merupakan salah satu permasalahan gizi yang dihadapi di dunia, khususnya di negara-negara miskin dan berkembang. Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan grafik pertumbuhan yang terhambat, terjadi selama periode sebelum dan sesudah kehamilan karena kekurangan zat gizi dalam jangka panjang. Pendidikan gizi adalah tindakan dan usaha untuk mengubah pikiran serta sikap manusia sesuai dengan tujuan pendidikan tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pendidikan gizi dan pemberian makanan tambahan berbahan ikan Tamban terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan ibu yang memiliki anak stunting.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Juli 2018. Penelitian quasi eksperiment one group dengan rancangan pre test and post test. Sampel penelitian berjumlah 31. Pendidikan gizi dilaksanakan sebanyak 4 kali dan pemberian makanan tambahan berbahan ikan tamban selama 31 hari. Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengukuran sebelum dan sesudah intervensi. Uji statistik yang digunakan adalah Uji T Dependent dengan α=0.05. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara pengetahuan, sikap dan tindakan responden sebelum dan sesudah intervensi, dengan selisih kenaikan pengetahuan ibu sebesar 5.48, sikap ibu sebesar 1.97 dan tindakan ibu sebesar 0.13. Kata kunci: pendidikan gizi, pengetahuan, sikap, tindakan. Stunting
vi
7
ABSTRACT
MARGARET URSULA SIREGAR "THE EFFECT OF NUTRITION EDUCATION AND SUPPLEMENT OF FOOD MADE FROM FISH TOWARDS THE KNOWLEDGE, ATTITUDE AND ACTION OF MOTHERS WITH STUNTED CHILDREN IN THE VILLAGE PANTAI LABU 2018" (CONSULTANT: DINI LESTRINA)
Stunting is one of the nutrition problems often found in the world, especially in poor and developing countries. Stunting is a chronic condition where the growth graph is obstructed, occurring during the period before and after the pregnancy as a result of malnutrition over a long period of time. Nutritional education is a human action and effort to change his mind and attitude.
This study aimed to determine the effect of nutrition education and supplementary feeding made from Tamban fish towards the knowledge, attitudes and actions of mothers with stunted children. The study was a quasi-experimental one group study with pre-test and post-test design carried out from April to July 2018 with 31 research samples. Nutrition education was carried out 4 times and supplementary feeding made from tamban fish for 31 days. The data were collected from the measurement results before and after the intervention and the statistics were tested by a Dependent T Test with α = 0.05.
Through the research it was found that there were significant differences between the knowledge, attitudes and actions of respondents before and after the intervention, with the difference in the increase in maternal knowledge by 5.48, the mother's attitude was 1.97 and the mother's action was 0.13..
Keywords: nutrition education, knowledge, attitude, action, stunting
vii
8
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN PERSETUJUAN .............................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................ vi
ABSTRACT ................................................................................................ viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 5
1. Tujuan umum .................................................................. 5
2. Tujuan khusus ................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 7
A. Stunting ............................................................................. 7
1. Pengertian Stunting ......................................................... 7
2. Faktor Penyebab Stunting .............................................. 8
B. Makanan Tambahan Anak Sekolah .................................... 10
1. Tujuan PMT-AS .............................................................. 10
2. Ruang Lingkup PMT-AS ................................................. 11
C. Pendidikan Gizi .................................................................. 12
D. Pengetahuan ...................................................................... 12
E. Sikap .................................................................................. 13
F. Tindakan ............................................................................. 14
G. Kerangka Teori ................................................................... 16
H. Kerangka Konsep ............................................................... 17
I. Defenisi Operasional ............................................................ 18
viii
9
J. Hipotesis ............................................................................. 19
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... 20
A. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 20
B. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................ 20
C. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................ 20
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data .................................... 21
E. Pengolahan dan Analisis Data ............................................ 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 26
A. Gambaran Umum ............................................................... 26
B. Gambaran Pelaksanaan Intervensi ..................................... 26
C. Hasil Penelitian .................................................................. 27
1. Karakteristik Sampel ................................................... 27
2. Karakteristik Responden ............................................. 29
D. Hasil Penelitian .................................................................. 30
1. Univariat ....................................................................... 30
2. Bivariat ......................................................................... 34
E. Pembahasan ...................................................................... 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 41
A. Kesimpulan ......................................................................... 41
B. Saran ................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 43
ix
10
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan TB/U ......................................... 8
2. Defenisis Operasional ...................................................................... 18
3. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur ................................................ 27
4. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 28
5. Distribusi Sampel Berdasarkan Tinggi Badan ................................... 28
6. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ......................................... 29
7. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan................................. 29
8. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan .................................. 30
9. Distribusi Rata-Rata Pengetahuan Ibu Sebelum Dan Sesudah
Intervensi. .......................................................................................... 30
10. Kategori Perolehan Nilai Pengetahuan Sebelum dan Sesudah
Intervensi ........................................................................................... 31
11. Distribusi Rata-Rata Sikap Ibu Sebelum Dan Sesudah Intervensi. ... 32
12. Kategori Perolehan Nilai Sikap Sebelum dan Sesudah Intervensi .... 32
13. Distribusi Rata-Rata Tindakan Ibu Sebelum Dan Sesudah Intervensi 33
14. Kategori Perolehan Nilai tindakan Sebelum dan Sesudah Intervensi 33
15. Pengaruh Pendidikan Gizi dan Pemberian PMT Nugget Ikan Tamban
Terhadap Pengetahuan Ibu Sebelum Dan Sesudah. ........................ 34
16. Pengaruh Pendidikan Gizi dan Pemberian PMT Nugget Ikan Tamban
Terhadap Sikap Ibu Sebelum Dan Sesudah. .................................... 34
17. Pengaruh Pendidikan Gizi dan Pemberian PMT Nugget Ikan Tamban
Terhadap Tindakan Ibu Sebelum Dan Sesudah. ............................... 35
xi
11
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Kerangka Teori ............................................................................... 16
2. Kerangka Konsep ............................................................................ 17
xi
12
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Master Tabel ................................................................................... 46
2. Hasil Uji Statistik .............................................................................. 48
3. Data Identitas Sampel dan Responden ........................................... 54
4. Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Subyek Penelitian .................. 55
5. Kuesioner ........................................................................................ 56
6. Satuan Acara Penyuluhan ............................................................... 62
7. Pernyataan ...................................................................................... 78
8. Bukti Bimbingan Skripsi ................................................................... 79
9. Lembar Bukti Bimbingan Skripsi ...................................................... 81
10. Daftar Riwayat Hidup ..................................................................... 82
11. Dokumentasi ................................................................................... 83
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah anak pendek (stunting) merupakan salah satu
permasalahan gizi yang dihadapi di dunia, khususnya di negara-negara
miskin dan berkembang (Unicef, 2013 dalam Mitra, 2015). Stunting
merupakan kondisi kronis yang menggambarkan grafik pertumbuhan yang
terhambat, terjadi selama periode sebelum dan sesudah kehamilan
karena kekurangan zat gizi dalam jangka panjang (Sedgh G, 2000 dalam
Oktarina, 2013). Stunting atau pendek, adalah suatu retardasi
pertumbuhan linear telah digunakan sebagai indikator secara luas untuk
mengukur status gizi individu maupun kelompok masyarakat (Rahmawati
dkk, 2017).
Prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi daripada negara-
negara lain di Asia Tenggara, seperti Myanmar (35%), Vietnam (23%),
dan Thailand (16%). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2013 diketahui prevalensi stunting di Indonesia mencapai 37,2%, yang
mengalami peningkatan dari 36,6% di tahun 2010. Di Sumatera Utara
prevalensi stunting mencapai angka 42,5%. Di Kabupaten Deli Serdang
tercatat bahwa pravalensi anak stunting sebesar 33.3% (Pemantauan
Status Gizi, 2017)
Banyak faktor yang menyebabkan tingginya kejadian stunting,
salah satunya ialah rendahnya asupan zat gizi baik masa lampau maupun
sekarang. Asupan zat gizi yang berkaitan dengan stunting dapat berupa
asupan makronutrien (karbohidrat, protein, lemak) dan asupan
mikronutrien (zinc, kalsium, vitamin D, Fe dan lain-lain) (Jumirah, 2007
dalam Rahmawati dkk, 2017). Faktor lain penyebab stunting seperti
pendidikan dan pengetahuan orang tua, pola asuh, ekonomi, ketersediaan
pangan, demografis dan pelayanan kesehatan.
2
Asupan zat gizi makro, seperti energi, protein, dan zat gizi mikro,
seperti Zn yang kurang, terutama pada masa pertumbuhan, akan
mengganggu proses pertumbuhan seorang anak yang berdampak pada
stunting (pendek). Infeksi berulang (kronis), seperti infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) dan diare, juga merupakan penyebab utama
terjadinya gangguan tumbuh kembang pada anak. Status gizi buruk dan
infeksi merupakan lingkaran setan yang diduga merupakan faktor
determinan utama terjadinya masalah gangguan tumbuh-kembang anak,
salah satunya adalah stunting (Kartini dkk, 2016). Asupan zat gizi yang
rendah dipengaruhi oleh pola asuh, salah satunya adalah perilaku
pemberian makan yang tidak tepat.
Penelitian menyebutkan adanya hubungan yang nyata antara pola
pengasuhan dengan stunting (Astri dkk, 2005 dalam Hestuningtyas,
2014). Salah satu parameter untuk menentukan sosial ekonomi keluarga
adalah tingkat pendidikan, terutama tingkat pendidikan pengasuh anak.
Pendidikan gizi adalah tindakan dan usaha untuk mengubah pikiran serta
sikap manusia sesuai dengan tujuan pendidikan tersebut. Tujuan
pendidikan gizi adalah menanamkan pengertian kepada seseorang
sehingga pengertian terwujud dalam sikap serta perbuatan dan kemudian
menjadi kebiasaan yang baik dalam mengelola dan mengontrol
kesehatannya, khususnya dalam hal gizi (Aroni Hasan, 2014). Menurut
Healthy People 2010, pendidikan gizi akan meningkatkan pengetahuan
gizi anak dan akan membantu sikap anak yang dapat mempengaruhi
kebiasaan anak dalam memilih makanan dan snack yang menyehatkan.
Pengaruh pendidikan gizi terhadap kesehatan mungkin akan lebih efektif
jika targetnya adalah langsung pada anak usia sekolah (Nuryanto dkk,
2014).
Pengetahuan gizi ibu adalah salah satu faktor yang mempunyai
pengaruh signifikan pada kejadian stunting (Jesmin dkk, 2005 dalam
Hestuningtyas, 2014). Pengetahuan yang baik akan menciptakan sikap
yang baik, yang selanjutnya apabila sikap tersebut dinilai sesuai, maka
3
akan muncul perilaku yang baik pula. Pengetahuan sendiri didapatkan dari
informasi baik yang didapatkan dari pendidikan formal maupun dari media
(non formal), seperti radio, TV, internet, koran, majalah, dll. Oleh karena
itu, upaya perbaikan stunting dapat dilakukan dengan peningkatan
pengetahuan sehingga dapat memperbaiki perilaku pemberian makan
pada anak, maka asupan makan anak juga dapat diperbaiki, yaitu dengan
pendidikan gizi (Ni’mah & Lailatul, 2015). Oleh karena itu, upaya
perbaikan stunting dapat dilakukan dengan peningkatan pengetahuan
sehingga dapat memperbaiki perilaku pemberian makan pada anak, maka
asupan makan anak juga dapat diperbaiki, yaitu dengan pendidikan gizi.
Peranan ibu sebagai pengasuh utama anaknya sangat diperlukan
mulai dari pembelian hingga penyajian makanan. Jika pendidikan dan
pengetahuan ibu rendah akibatnya ia tidak mampu untuk memilih hingga
menyajikan makanan untuk keluarga memenuhi syarat gizi seimbang
(UNICEF, 1998 dalam Rahayu & Laily, 2014). Hal ini senada dengan hasil
penelitian di Meksiko bahwa pendidikan ibu sangat penting dalam
hubungannya dengan pengetahuan gizi dan pemenuhan gizi keluarga
khususnya anak, karena ibu dengan pendidikan rendah antara lain akan
sulit menyerap informasi gizi sehingga anak dapat berisiko mengalami
stunting (Hizni dkk, 2010 dalam Atikah & Laily, 2014).
Program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS)
pada kelompok anak sekolah memiliki dampak luas yang tidak saja pada
aspek kesehatan, gizi dan pendidikan masa kini tetapi juga secara
langsung memengaruhi kualitas sumber daya manusia di masa
mendatang. Anak sekolah merupakan sasaran strategis dalam perbaikan
gizi masyarakat, karena anak sekolah sedang mengalami pertumbuhan
secara fisik dan mental yang sangat diperlukan guna menunjang
kehidupannya di masa mendatang (Suriaoka dkk, 2017). Program
makanan tambahan anak sekolah merupakan usaha yang dilakukan
negara-negara berkembang dalam rangka memenuhi makanan bergizi. Di
banyak Negara, program makanan tambahan berbeda jenisnya dan
4
biasanya tergantung dari tujuan yang akan dicapai (Berg, 1996 dalam
Rohima, 2016).
PMT-AS bertujuan untuk meningkatkan kecukupan asupan gizi
peserta didik melalui makanan tambahan; meningkatkan ketahanan fisik
dan kehadiran peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar;
meningkatkan pengetahuan dan perilaku peserta didik untuk menyukai
makanan lokal bergizi, menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dan Lingkungan Bersih dan Sehat (LBS); meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan dan pengadaan pangan
lokal; dan meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam
upaya perbaikan gizi peserta didik, produksi pertanian, pendapatan
masyarakat dan kesejahteraan keluarga (Suriaoka dkk, 2017).
Upaya perbaikan stunting difokuskan pada anak usia sekolah (usia
5 sampai 14 tahun), merupakan salah satu masa yang mengalami tumbuh
kembang yang cepat. Pada usia ini aktifitas fisik terus meningkat seperti,
bermain, berolah raga atau membantu orang tua dalam bekerja (Jukes
dkk, 2008 dalam Nuryanto, 2014). Asupan gizi yang baik dari segi
kuantitas maupun kualitas diperlukan agar tumbuh kembang anak dapat
optimal (Mahan, 2008 dalam Nuryanto, 2014).
Hasil skrining pada bulan Oktober 2017 dengan melakukan
pengukuran tinggi badan pada anak SD kelas 1 di SD Negeri 104258
Pematang Biara Desa Pantai Labu, berjumlah 68 orang, ditemukan siswa
stunting sebanyak 19 siswa (27,94%), dan di SD Negeri 105336 Rantau
Panjang Desa Pantai Labu dengan jumlah 44 orang siswa, ditemukan
sebanyak 13 orang yang mengalami stunting (29,54 %). Jika dijumlahkan
hasil dari kedua sekolah tersebut didapat angka sebesar 57.84%, ini
menunjukan bahwa angka tersebut dibawah prevalensi stunting di
Kabupaten Deli Serdang yaitu sebesar 33.3%.www
Dalam skrining ini juga dilakukan food recall 24 jam (1 hari) untuk
mendapat gambaran asupan zat gizi dari anak SD tersebut, diketahui
asupan energi rata-rata 613,36 kcal (33,15 % AKG), asupan protein
5
sebesar 23,3 gr ( 47,55% AKG), Fe (zat besi) sebesar 2,316 mg (21,96%
AKG). Hasil skrining ini menunjukkan rendahnya persentase asupan zat
gizi pada anak SD tersebut.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan intervensi gizi
dalam bentuk pendidikan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk
memanfaatkan sumber daya alam yang ada contohnya ikan tamban yang
ada banyak populasinya didaerah tersebut, dan paling murah harganya
sehingga terjangkau untuk semua kalangan masyarakat, yang akan diolah
menjadi PMT berbahan ikan, serta untuk menilai pengetahuan, sikap dan
tindakan ibu sebelum dan sesudah pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah
penelitiannya adalah sebagai berikut: Apakah pendidikan gizi dapat
meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu yang memiliki anak
stunting di Desa Pantai Labu?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan gizi dan pemberian
makanan tambahan berbahan ikan terhadap pengetahuan, sikap
dan tindakan ibu yang memiliki anak stunting.
2. Tujuan Khusus
a. Menilai pengetahuan ibu yang memiliki anak stunting sebelum
dan sesudah pendidikan gizi di Desa Pantai Labu.
b. Menilai sikap ibu yang memiliki anak stunting sebelum dan
sesudah pendidikan gizi di Desa Pantai Labu.
c. Menilai tindakan ibu yang memiliki anak stunting sebelum dan
sesudah pendidikan gizi di Desa Pantai Labu.
d. Menganalisis perbedaan pengetahuan ibu sebelum dan
sesudah diberikan pendidikan gizi dan pemberian makanan
tambahan berbahan Ikan Tamban di Desa Pantai Labu.
6
e. Menganalisis perbedaan sikap ibu sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan gizi dan pemberian makanan tambahan
berbahan Ikan Tamban di Desa Pantai Labu.
f. Menganalisis perbedaan tindakan ibu sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan gizi dan pemberian makanan tambahan
berbahan Ikan Tamban di Desa Pantai Labu.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan
dan wawasan penulis dalam menyusun skripsi.
2. Bagi Masyarakat
Menambah informasi dan pengetahuan bagi masyarakat tentang
pengaruh pendidikan gizi dan pemberian makanan tambahan
berbahan ikan terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan ibu yang
memiliki anak stunting di Desa Pantai Labu.
3. Bagi Pelayan kesehatan
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pemerintah daerah
khususnya dinas dan instansi yang terkait dalam mengamibil
kebijakan penanggulangan stunting pada anak sekolah dasar.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stunting
1. Pengertian Stunting
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat pendek adalah status gizi
yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah
stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Anak pendek
(stunting) dapat diketahui bila seorang anak sudah diukur panjang atau
tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada
di bawah normal. Anak pendek adalah anak dengan status gizi yang
berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umurnya bila
dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth
Reference Study) tahun 2005, nilai z-scorenya kurang dari -2SD dan
dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang dari -3SD.
Salah satu akibat anak yang mengalami kekurangan gizi dalam
waktu yang lama adalah gagal tumbuh, yaitu stunting. Keadaan ini
banyak terjadi di banyak negara berkembang (Richard dkk, 2012 dalam
Rahayu & Laily 2014). Stunting juga dihubungkan dengan perkembangan
kognitif yang merugikan pada anak-anak dan dewasa, singkatnya masa
sekolah, penurunan produktivitas, serta kurangnya tinggi badan pada
orang dewasa tidak mencapai potensial tumbuhnya (Croookston dkk,
1996-2001 dalam Rahayu & Laily 2014)
8
Tabel 1. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Indeks TB/U
Indeks Status Gizi Simpangan Baku (Z-score)
Tinggi badan
menurut umur
(TB/U)
Sangat pendek <- 3SD
Pendek -3 SD sampai <-2 SD
Normal -2 SD sampai 2 SD
Tinggi >2 SD
Sumber: Kemenkes, 2011
2. Faktor-faktor penyebab stunting
a. Pendidikan Ibu
Rendahnya pendidikan ibu merupakan penyebab utama dari
kejadian stunting pada anak. Ibu yang berpendidikan lebih mungkin untuk
membuat keputusan yang akan meningkatkan gizi dan kesehatan anak-
anaknya. Selain itu, Ibu yang berpendidikan cenderung menyekolahkan
semua anaknya sehingga memutus rantai kebodohan, serta akan lebih
baik menggunakan strategi demi kelangsungan hidup anaknya, seperti
ASI yang memadai, imunisasi, terapi rehidrasi oral, dan keluarga
berencana. (Senbanjo, 2011 dalam Pramudyat dkk, 2017).
b. Asupan Energi dan Protein
Asupan makan yang tidak adekuat merupakan penyebab langsung
terjadinya stunting pada balita. Kurangnya asupan energi dan protein
menjadi penyebab gagal tumbuh telah banyak diketahui. Kurangnya
beberapa mikronutrien juga berpengaruh terhadap terjadinya retardasi
pertumbuhan linear. Kekurangan mikronutrien dapat terjadi karena
rendahnya asupan bahan makanan sumber mikronutrien tersebut dalam
konsumsi balita sehari-hari serta disebabkan karena bioavailabilitas yang
rendah (Mikhail, et al., 2013 dalam Damayanti dkk, 2016).
9
Kecukupan protein hanya bisa terpenuhi jika asupan energi
tercukupi. Apabila asupan energi kurang, asupan protein akan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan energi. Pertumbuhan balita membutuhkan
tambahan protein. Ketidakcukupan asupan protein dapat menghambat
laju pertumbuhan (Adriani dan Wirjatmadi, 2012 dalam Damayanti dkk,
2016).
c. Tingkat Sosial dan Ekonomi Keluarga
Menurut Fikawati dan Shafiq (2010), tingkat sosial ekonomi
berkaitan dengan daya beli keluarga. Kemampuan keluarga untuk
membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya
pendapatan keluarga, harga bahan makanan itu sendiri, serta tingkat
pengelolaaan sumber daya lahan dan pekarangan. Keluarga dengan
pendapatan terbatas kemungkinan besar kurang dapat memenuhi
kebutuhan makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi
dalam tubuh anak (Fikrina, 2017). Berdasarkan teori Proverawati (2009),
keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang
dikelola setiap harinya baik dari segi kualitas maupun jumlah makanan .
Kemiskinan yang berlangsung dalam waktu lama dapat mengakibatkan
rumah tangga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan yang
dapat menyebabkan tidak tercukupinya gizi untuk pertumbuhan anak
(Fikrina, 2017).
d. Berat Badan Lahir
Anak yang terlahir dengan BBLR lebih berpotensi stunting
dibandingkan anak yang terlahir dengan berat normal (Cophra, 2003
dalam Rahayu dkk, 2015). Berat badan bayi lahir rendah (BBLR < 2.500
gram) telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting terkait
perkembangan anak selanjutnya (Lin dkk dalam Rahayu dkk, 2015) . Bayi
yang disebut anak lahir rendah adalah bila berat bayi lahir dengan berat
kurang dari 2.500 gram dan empat kali lebih tinggi mengakibatkan
10
kematian jika dibandingkan dengan berat bayi terlahir 2.500 – 3.000 gram
(Abenhaim, 2004 dalam Rahayu dkk, 2015).
B. Makanan Tambahan Anak Sekolah
Menurut PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 18
TAHUN 2011, Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah yang
selanjutnya disingkat PMT-AS adalah kegiatan pemberian makanan
kepada peserta didik dalam bentuk jajanan/kudapan atau makanan
lengkap yang aman dan bermutu beserta kegiatan pendukung lainnya,
dengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan.
1. PMT-AS bertujuan untuk:
a. Meningkatkan kecukupan asupan gizi peserta didik melalui
makanan tambahan;
b. meningkatkan ketahanan fisik dan kehadiran peserta didik dalam
mengikuti kegiatan belajar;
c. Meningkatkan pengetahuan dan perilaku peserta didik untuk
menyukai makanan lokal bergizi, menerapkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) dan Lingkungan Bersih dan Sehat (LBS);
d. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan dan
pengadaan pangan lokal; dan
e. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam upaya
perbaikan gizi peserta didik, produksi pertanian, pendapatan
masyarakat dan kesejahteraan keluarga.
11
2. Ruang Lingkup PMT-AS
a. Kegiatan Pendukung PMT-AS
Kegiatan Pendukung meliputi:
a. penganekaragaman pangan;
b. pendidikan gizi dan kesehatan;
c. pemanfaatan pekarangan rumah dan sekolah;
b. Bentuk PMT-AS
1. Makanan tambahan berupa jajanan/kudapan yang berbahan
pangan lokal/hasil pertanian setempat serta penyediaan air
minum.
2. Makanan tambahan dapat juga diberikan berupa makanan
lengkap.
c. Persyaratan PMT-AS
Makanan tambahan harus memenuhi persyaratan :
a. Beragam
b. Bergizi seimbang dan aman
c. Mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral
d. Pemberian Bahan Makanan
1. Makanan tambahan diberikan paling sedikit 3 (tiga) kali
seminggu selama kegiatan belajar mengajar dalam 1 tahun.
2. Pemberian makanan tambahan pada waktu istirahat pertama.
e. Pemilihan Bahan Makanan
1. Tidak tergantung pada satu jenis pangan, tetapi terhadap
bermacam-macam bahan pangan.
12
C. Pendidikan Gizi
Salah satu faktor yang mempengaruhi gizi seseorang adalah
kurangnya pengetahuan tentang gizi (Suharjo, 2003 dalam Nuryanto,
2014). Berkurangnya pengetahuan tersebut juga akan mengurangi
kemampuan seseorang untuk menerapkan informasi gizi dalam kehidupan
sehari-hari. Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan
seseoarang yaitu dengan cara memberikan pendidikan gizi sedini
mungkin. Pendidikan gizi ini dapat diberikan melalui penyuluhan,
pemberian poster, leaflet atau booklet pada anak sekolah (Machfoedz,
2007 dalam Nuryanto, 2014).
Pendidikan gizi merupakan upaya untuk membuat seseorang atau
sekelompok masyarakat mengerti akan pentingnya gizi. Penyampaian
pesan-pesan gizi sangat penting untuk meningkatkan status gizi
masyarakat melalui pendidikan gizi. Pendidikan gizi diberikan agar
seseorang merubah sikap maupun keterampilan atau praktek menjadi
lebih baik dalam hal pola konsumsi makan. Pendidikan gizi juga diberikan
khususnya untuk meningkatkan pengetahuan gizi agar membentuk sikap
positif terhadap makanan bergizi dalam rangka menciptakan kebiasaan
makan sehari-hari yang baik untuk kesehatan sesuai tingkat sosial
ekonominya (Khomsan, 2000 dalam Sari 2015).
Menurut Healthy People 2010, Pendidikan gizi akan meningkatkan
pengetahuan gizi anak dan akan membantu sikap anak yang dapat
mempengaruhi kebiasaan anak dalam memilih makanan dan snack yang
menyehatkan. Pengaruh pendidikan gizi terhadap kesehatan mungkin
akan lebih efektif jika targetnya adalah langsung pada anak usia sekolah
(Healthy People, 2010 dalam Nuryanto, 2014).
D. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental secara
langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Setiap
pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi),
bagaimana (epistologi) dan untuk apa (aksiologi). Pengetahuan yang
13
dimiliki seseorang mempengaruhi perilakunya, semakin baik pengetahuan
seseorang maka perilakunya pun semakin baik (Notoadmodjo, 2007
dalam Rajaratenam dkk, 2014)
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga dan sebagainya). Pengetahuan terdiri dari berbagai
tingkatan yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi
(application), analisis (analysis), sintesis dan evaluasi (evaluation)
(Akhmadi dkk, 2012).
Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan seseorang yaitu
dengan cara memberikan pendidikan gizi sedini mungkin. Pendidikan gizi
ini dapat diberikan melalui penyuluhan, pemberian poster, leaflet atau
booklet. Pengetahuan yang didapat seseorang tidak terlepas dari
pendidikan. Semakin tinggi pendidikan orang maka pengetahuan semakin
luas (Machfoedz I dan Suryani S 2007 dalam Nuryanto, 2014).
E. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak
dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan
sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus
sosial (Notoadmodjo, 2002 dalam Rajaratenam dkk, 2014). Sikap juga
merupakan evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau memihak
(favorable) maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada objek
tertentu (Azwar, 2003 dalam Rajaratenam dkk, 2014) .
Sikap positif atau negatif yang terbentuk dalam diri seseorang
tergantung dari segi manfaat atau tidaknya komponen pengetahuan,
makin banyak, manfaat yang diketahui semakin positif pula sikap yang
terbentuk. Peningkatan sikap responden dapat dilakukan dengan memberi
14
informasi melalui ceramah, dengan melakukan model, pengalaman dan
diskusi kelompok serta bermain peran (Akhmadi dkk, 2012).
Sikap dapat terwujud bila informasi yang didapatkan sesuai dengan
pengalaman seseorang. Informasi tentang gizi yang didapatkan Ibu
melalui media penyuluhan oleh kader dan bidan menjadikan pengetahuan
baru bagi Ibu, namun tidak merubah sikap karena isi informasi tidak
sesuai dengan pengalaman Ibu (Notoatmodjo.1997 dalam Azzahra, 2015)
F. Tindakan
Tindakan atau praktek mempunyai beberapa tingkatan, yaitu :
persepsi (perception), Respon terpimpin (guided response), respon
terpimpin (guided response), mekanisme (mechanism), dan adopsi
(adoption) (Notoatmodjo, 2010 dalam Lokbere dkk, 2013). Perilaku atau
perbuatan manusia tidak terjadi secara sporadis (timbul dan hilang saat-
saat tertentu), tetapi selalu ada keberlanjutan antara satu perbuatan
dengan perbuatan berikutnya (H Purwanto, 2001 dalam Pay dkk, 2016).
Menurut Green dalam buku Notoatmodjo bahwa perilaku atau
tindakan seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh
pengetahuan, sikap dan karakteristik (pendidikan, kepercayaan, tradisi
dan sebagainya) dari orang atau masyarakat yang bersangkutan.
Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas
kesehatan terhadap kesehatan juga mendukung dan memperkuat
terbentuknya perilaku.
Maulana menyatakan bahwa dimana pengetahuan merupakan
pedoman dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku baru
khususnya pada orang dewasa diawali oleh pengetahuan, selanjutnya
muncul sikap terhadap objek yang diketahuinya. Setelah objek diketahui
dan disadari sepenuhnya kemudian timbul respon berupa tindakan
(Maulana 2009 dalam Anton, 2014) .
Perwujudan dari perilaku dapat melalui pengetahuan dan sikap,
namun suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan.
Terwujudnya suatu sikap agar menjadi tindakan perbuatan nyata
15
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
antara lain seperti fasilitas dan dukungan dari pihak lain seperti keluarga,
sekolah, lingkungan dan kelompok sebaya. Faktor lingkungan memiliki
kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kadang-kadang
kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu (contoh: motivasi,
nilai, kepribadian dan sikap) (Orion, 2012 dalam Anton,2014).
16
G. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori Unicef (1998) dalam Simatupang
(2016)
Status Gizi
Faktor Tidak
Langsung
Pengetahuan Ibu
Sikap Ibu
Tindakan Ibu
Pendidikan Sosial
Budaya Fasilitas
Kesehatan
o Sosial Ekonomi
o Penghasilan keluarga
o Frekuensi Makanan
Faktor Langsung
Penyakit
Infeksi
Asupan
Makanan
17
H. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep diatas dilihat bahwa tingkat
pengetahuan, sikap dan tindakan ibu akan mempengaruhi tumbuh
kembang anak stunting. Untuk menanggulangi masalah stunting
tersebut maka diberikan pendidikan gizi kepada ibu dan pemberian
PMT berbahan ikan yang memanfaatkan pangan lokal kepada anak.
Pendidikan Gizi
- Pengetahuan Ibu
- Sikap Ibu
- Tindakan Ibu
PMT Berbahan Ikan
18
I. Definisi Operasional
Tabel 2. Definisi Operasional
No
.
Variabel Definisi Operasional Skala
Pengu
kuran
1 Pengetahuan
Gizi
Pengetahuan gizi ibu yang memiliki anak
stunting adalah pengetahuan tentang
asupan dan gizi anak yang dperoleh dengan
cara wawancara kepada responden dengan
alat bantu kuesioner sebanyak 20
pertanyaan, dengan 3 opsi jawaban. Jika
jawaban salah diberi nilai 0, jika jawaban
kurang lengkap diberi nilai 1, dan jika jawab
benar diberi nilai 2 . nilai tertinggi 40 dan nilai
terendah 0.
Rasio
2 Sikap Sikap ibu yang memiliki anak stunting adalah
sikap tentang asupan dan gizi anak yang
dperoleh dengan cara wawancara kepada
responden dengan alat bantu kuesioner
sebanyak 15 pertanyaan, dengan opsi
jawaban aetuju dan tidak setuju. Jika
pernyataan positif disetujui maka nilai 1, jika
pernyataan positif tidak disetujui maka nilai
0. Jika pernyataan negatif disetujui maka
nilai 0, jika pernyataan negatif tidak disetujui
maka nilai 1. nilai tertinggi 15 dan nilai
terendah 0.
Rasio
3 Tindakan Tindakan adalah keputusan ibu yang
memiliki anak stunting untuk melakukan dan
menerapkan apa yang sudah diketahuinya
tentang gizi dan kesehatan. Data diambil
Rasio
19
menggunakan metode wawancara dengan
alat bantu kuesioner sebanyak 15
pertanyaan, dengan 3 opsi jawaban. Jika
jawaban salah diberi nilai 0, jika jawaban
kurang lengkap diberi nilai 1, dan jika jawab
benar diberi nilai 2 . nilai tertinggi 30 dan nilai
terendah 0
4 Pemberian
Makanan
Tambahan
Berbahan
Ikan
Pemberian makanan tambahan untuk anak
sekolah yang berbahan ikan tamban
(nugget) diberikan selama 31 hari. Nugget
ikan diberikan sebanyak 60 gram/hari,
dengan komposisi zat gizi E: 69.02 kkal;
P:5.6 gr; L:2.33 gr; Kh:6.42 gr; Zn: 1.254 mg;
Ca: 73 mg, yang diberikan oleh peneliti dan
diantar langsung sekolah sampel setiap hari.
Nugget
ikan:
60 Gr
Skala :
Rasio
5 Pendidikan
Gizi
Pendidikan gizi meliputi tentang pola makan
dan asupan zat gizi bagi anak sekolah usia
7-8 tahun. Pendidikan gizi dilakukan kepada
ibu yang memiliki anak SD kelas 1 dengan
status stunting. Pendidikan gizi dilakukan di
Puskesmas Pantai Labu, dilakukan
sebanyak 4 kali selama 31 hari dengan
waktu 20-30 menit setiap kali kegiatan.
Bentuk pendidikan yang diberikan ialah
penyuluhan.
Rasio
J. Hipotesis
Ha = Ada pengaruh pendidikan gizi dan pemberian makanan
tambahan berbahan ikan terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan
ibu yang memiliki anak stunting di Desa Pantai Labu
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada ibu yang memiliki anak SD kelas I
yang mengalami stunting di SD Negeri 104258 Pematang Biara dan
SD Negeri 105336 Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu
Kabupaten Deli Serdang. Survei pendahuluan telah dilakukan pada
bulan Oktober 2017 untuk mendapat jumlah sampel dalam penelitian
ini, sedangkan pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan
April – Juli 2018. Untuk mendapatkan sampel dilakukan pengukuran
tinggi badan dan penimbangan berat badan anak SD kelas I lalu
dibandingkan dengan AKG dengan kategori stunting ialah anak yang
z-scorenya <-2 SD.
B. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini adalah rancangan penelitian eksperimen semu
(quasi eksperimen) dengan pre and post test design one group.
O1 X O2
O1 : Pengetahuan, sikap dan tindakan ibu sebelum intervensi
O2 : Pengetahuan, sikap dan tindakan ibu sesudah intervensi
X : Intervensi pendidikan gizi sebanyak 4 kali dan pemberian
makanan tambahan berbahan ikan tamban selama 31 hari.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah anak SD kelas I di SD Negeri 104258
Pematang Biara dan SD Negeri 105336 Rantau Panjang sebanyak
144 siswa.
2. Sampel
Pada screening awal yang dilakukan pada bulan November
2017 didapat sampel sebanyak 32 siswa. Tetapi pada bulan April
21
2018 dilakukan screening kembali untuk dapat memastikan jumlah
sampel sesuai kriteria, hasil skrining ditemukan satu siswa yang z-
score TB/U sudah menjadi -1,76, sehingga siswa tersebut
dikeluarkan dari sampel. Maka total sampel pada penelitian ini
adalah 31 siswa, dengan perincian di SD Rantau Panjang
sebanyak 13 orang dan SD Pematang Biara sebanyak 18 orang.
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah sebagai berikut:
A. Data primer
Jenis data primer dalam penelitian ini meliputi :
a. Data Identitas Siswa.
Data identitas siswa meliputi nama siswa, jenis kelamin,
alamat, tanggal lahir dan kelas.
b. Pengetahuan
Penilaian pengetahuan ibu menggunakan kuesioner
sebanyak 20 soal.
c. Sikap
Penilaian sikap ibu menggunakan kuesioner sebanyak 15
soal.
d. Tindakan
Penilaian tindakan ibu menggunakan kuesioner sebanyak 15
soal
e. Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan sebelum
dan sesudah intervensi pendidikan gizi dan pemberian PMT
berbahan Ikan Tamban.
B. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini mencakup gambaran
sekolah dasar dan jumlah siswa/i, serta alamat sampel yang
diperoleh dari sekolah.
22
2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan ialah meliputi:
a. Pra Penelitian
1. Mencari jurnal yang berkaitan dengan masalah yang
hendak diteliti.
2. Mencari lokasi dengan populasi anak stunting di daerah
Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.
3. Melakukan tinjauan pendahuluan dengan melihat lokasi
penelitian.
4. Melakukan pertemuan untuk meminta izin kepada kepala
sekolah SD Negeri Pematang Biara dan Rantau Panjang
Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.
5. Melakukan penimbangan BB dan pengukuran tinggi badan
(TB) awal pada bulan November 2017 pada anak SD kelas
I yang ada di SD tersebut.
6. Penentuan sampel dengan melakukan skrining untuk
menyesuaikan dengan kriteria inklusi yang ditetapkan.
b. Penelitian
Kegiatan yang sudah dilakukan pada penelitian ini meliputi:
1. Melakukan skrining kembali dengan penimbangan BB dan
TB ulang pada tanggal 17 April 2018 di SD Rantau
Panjang dan Pematang Biara.
2. Melakukan penyuluhan pertama pada tanggal 18 April
2018 bertempat di Kantor Lurah Pantai Labu. Sasaran
penyuluhan ialah para responden (ibu) dari sampel
sebanyak 31 siswa. Materi I adalah tentang stunting,
kemudian dilakukan pretest.
3. Pemberian makanan tambahan berbahan ikan tamban
dilakukan pada tanggal 18 April 2018 diberikan setiap hari
selama 30 hari, diberikan setiap pukul 09.30 WIB di
sekolah masing-masing sampel. PMT diolah pada pagi
23
hari di laboratorium Diet Jurusan Gizi Poltekkes Medan.
Jumlah PMT dalam satu porsi pemberian sebanyak 60 gr.
Dalam kegiatan pengolahan ini peneliti dibantu oleh
enumerator sebanyak 4 orang.
4. Melakukan penyuluhan kedua pada tanggal 3 Mei 2018 di
Kantor Lurah Pantai Labu pada pukul 10.00 WIB. Dengan
topik pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-
AS).
5. Melakukan penyuluhan ketiga pada tanggal 9 Mei 2018 di
Kantor Lurah Pantai Labu pada pukul 10.00 WIB. Materi
yang disampaikan tentang gizi seimbang.
6. Melakukan penyuluhan keempat pada tanggal 17 Mei
2018 di Kantor Lurah Pantai Labu pada pukul 10.00 WIB.
Materi yang disampaikan tentang pemberian PMT
berbahan ikan tamban.
7. Melakukan pengumpulan data pengetahuan, sikap dan
tindakan (post test) pada tanggal 5 Juni 2018 di Kantor
Lurah Pantai Labu.
E. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan data
Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan program
komputer dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editing
Pada tahap ini dilakukan adalah pemeriksaan ulang kelengkapan
data yang telah dikumpul dan lihat susunannya, lalu perhatikan
apakah asih ada kesalahan yang terjadi dalam pengisian sertam
melihat konsistensi jaawab setiap pertanyaan per variable. Tujuan
langkah ini adalah agar data yang dikumpulkan dapat diolah secara
benar sehingga pengolahan data dapat memberi hasil yang dapat
menjelaskan amasalah yang telah diteliti kemudian dikelompokkan
menggunakan aspek pengukuran.
24
b. Tabulating atau Entri
Pada tahap ini dilakukan memasukkan data dari kuesioner ke
dalam komputer melalui perangkat lunak tertentu sesuai variable
yang telah disusun agar mudah dibaca dan dianalisis, serta
pengambilan kesimpulan dalam bentuk distribusi frekuensi.
c. Cleaning
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan kembali data yang telah
dimasukkan apakah masih ada pertanyaan yang belum diisi,
jawaban yang belum dikode, ataupun kesalahan dalam pemberian
kode.
2. Analisis Data
Analisis data diperoleh dengan menggunakan perhitungan uji statistik
dengan bantuan program computer, dimana :
a. Analisis data univariat
Analisis data univariat untuk melihat gambaran dan karakteristik
setiap variable independent (bebas) dan variable dependent
(terikat). Data yang dihasilkan dapat berupa ratio sesuai dengan
hasil ukur yang terdapat dalam definisi operasional disajikan dalam
table distribusi frekuensi dan dianalisis berdasarkan persentase dan
nilai mean. Adapun analisis berdasarkan nilai mean adalah analisis
kategori dari pengetahuan, sikap dan tindakan ibu sebelum dan
sesudah pendidikan gizi dan pemberian makanan tambahan.
1. Pengetahuan
- Sebelum : kategori kurang yaitu jika nilainya ≤ 28.00 dan
kategori baik yaitu jika nilainya > 28.00
- Sesudah : kategori kurang yaitu jika nilainya ≤ 33.48 dan
kategori baik yaitu jika nilainya > 33.48
25
2. Sikap
- Sebelum : kategori kurang yaitu jika nilainya ≤ 11.52 dan
kategori baik yaitu jika nilainya > 11.52
- Sesudah : kategori kurang yaitu jika nilainya ≤ 13.48 dan
kategori baik yaitu jika nilainya > 13.48
3. Tindakan
- Sebelum : kategori kurang yaitu jika nilainya ≤ 20.55 dan
kategori baik yaitu jika nilainya > 20.55
- Sesudah : kategori kurang yaitu jika nilainya ≤ 20.68 dan
kategori baik yaitu jika nilainya > 20.68
b. Analisis data Bivariat,
Analisis data Bivariat untuk melihat pengaruh antara variable bebas
dan variable terikat, yaitu pengaruh pendidikan gizi dan pemberian
makanan tambahan berbahan ikan terhadap pengetahuan, sikap
dan tindakan ibu yang memiliki anak stunting di Desa Pantai Labu .
Masing-masing data dilakukan uji kenormalan data yaitu dengan uji
Kolmogorov-Smirnov. Jika ternyata setelah dilakukan uji
kenormalan data, data yang dihasilkan adalah berdistribusi normal
(p>0,05) sehingga dilakukan uji statistik korelasi Pearson dengan
tingkat kepercayaan 95%. Dengan mengambil kesimpulan, jika
p<0.05 maka Ha diterima.
Untuk mengetahui keeratan hubungan dua variabel disimbolkan
dengan r, nilai r berkisar antara -1 s/d 1 dapat dilihat keeratannya
yaitu :
r = 0,001–0,25 = tidak ada hubungan atau hubungan lemah
r = 0,26 – 0,50 = hubungan sedang
r = 0,51 – 0,75 = hubungan kuat
r = 0,76 – 1,00 = hubungan sangat kuat/sempurna
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. SD N 104258 Pematang Biara
SD N 104258 Pematang Biara terletak di Jalan besar Pematang
Biara Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Provinsi
Sumatera Utara dengan Nomor Statistik Sekolah 100070116049 yang
memiliki luas tanah 2,230 M2. Data ruang kelas SD N 104258
Pematang Biara berjumlah 6 ruang kelas dengan jumlah siswa 438
orang dan rombongan belajar sebanyak 12 rombongan belajar. SD N
104258 Pematang Biara memiliki tenaga pendidik sebanyak 20 orang.
2. SD N 105336 Rantau Panjang
SD N 105336 Rantau Panjang terletak di Jalan Rantau Panjang
Desa Kelambir Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang
Provinsi Sumatera Utara yang memiliki luas tanah 2,973 M2. Data
ruang kelas SD N 105336 Rantau Panjang berjumlah 6 ruang kelas
dengan jumlah siswa sebanyak 219 orang dan rombongan belajar
sebanyak 9 rombongan belajar. SD N 105336 Rantau Panjang
memiliki tenaga pendidik sebanyak 17 orang.
B. Gambaran Pelaksanaan Intervensi
1. Melakukan skrining kembali dengan penimbangan BB dan TB
ulang pada tanggal 17 April 2018 di SD Rantau Panjang dan
Pematang Biara.
2. Melakukan penyuluhan pertama pada tanggal 18 April 2018
bertempat di Kantor Lurah Pantai Labu. Sasaran penyuluhan
ialah para responden (ibu) dari sampel sebanyak 31 siswa.
Materi I adalah tentang stunting, kemudian dilakukan pretest.
3. Pemberian makanan tambahan berbahan ikan tamban
dilakukan pada tanggal 18 April 2018 diberikan setiap hari
selama 30 hari, diberikan setiap pukul 09.00 WIB di sekolah
27
masing-masing sampel. PMT diolah pada pagi hari di
laboratorium Diet Jurusan Gizi Poltekkes Medan. Jumlah PMT
dalam satu porsi pemberian sebanyak 60 gr. Dalam kegiatan
pengolahan ini peneliti dibantu oleh enumerator sebanyak 4
orang.
4. Melakukan penyuluhan kedua pada tanggal 3 Mei 2018 di
Kantor Lurah Pantai Labu pada pukul 10.00 WIB. Dengan topik
pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS).
5. Melakukan penyuluhan ketiga pada tanggal 9 Mei 2018 di
Kantor Lurah Pantai Labu pada pukul 10.00 WIB. Materi yang
disampaikan tentang gizi seimbang.
6. Melakukan penyuluhan keempat pada tanggal 17 Mei 2018 di
Kantor Lurah Pantai Labu pada pukul 10.00 WIB. Materi yang
disampaikan tentang pemberian PMT berbahan ikan tamban.
7. Melakukan pengumpulan data pengetahuan, sikap dan tindakan
(post test) pada tanggal 5 Juni 2018 di Kantor Lurah Pantai
Labu.
C. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Sampel
a. Umur
Umur adalah rentang kehidupan yang dimulai sejak
lahir kemudian ditentukan dengan skala pengukuran
memakai tahun. Distribusi sampel menurut umur dapat
disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur
Umur n %
7 tahun 17 54.8
8 tahun 12 38.7
>8 tahun 2 6.5
Jumlah 31 100
28
Pada tabel 3 menjelaskan bahwa kategori umur yang
berusia 7 tahun yaitu sebanyak 17 orang (54.8%), 8 tahun
sebanyak 12 orang (38.7%) dan >8 tahun sebanyak 2 orang
(6.5%).
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah atribut-atribut fisiologis dan
anatomis yang membedakan antara laki-laki dan perempuan.
Distribusi sampel menurut jenis kelamin dapat disajikan pada
tabel di bawah ini.
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 19 61,3
Perempuan 12 38,7
Jumlah 31 100
Pada tabel 4 menjelaskan bahwa kategori jenis kelamin
laki-laki yaitu sebanyak 19 orang (61.3%) dan berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 12 orang (38.7%).
3. Status Gizi Menurut Tinggi Badan (TB/U)
Tinggi badan sebelum intervensi adalah jarak maksimum
antara ujung kepala ke telapak kaki sebelum dilakukan
intervensi selama 31 hari. Distribusi sampel menurut tinggi
badan dapat disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Tinggi Badan
Kategori Tinggi badan n %
Pendek 26 83.9
Sangat Pendek 5 16.1
Jumlah 31 100
29
Pada tabel 5 menjelaskan bahwa kategori tinggi badan
pendek yaitu sebanyak 26 orang (83.9%) dan sangat pendek
yaitu sebanyak 5 orang (16.1%).
2. Karakteristik Responden
a. Umur
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Kategori Umur n %
20-29 tahun 9 29.0
30-39 tahun 14 45.2
40-49 tahun 7 22.6
>49 tahun 1 3.2
Jumlah 31 100
Pada tabel 6 menjelaskan bahwa kategori 30-39 tahun
sebanyak 14 orang (45.2%), umur 20-29 tahun sebanyak 9
orang (29.0%), umur 40-49 tahun sebanyak 7 orang (22.6%)
dan umur >49 tahun sebanyak 1 orang (3.2%).
b. Pendidikan
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
Kategori Pendidikan n %
SD 11 35.5
SMP 10 32.3
SMA 10 32.3
Jumlah 31 100
Pada tabel 7 menjelaskan bahwa kategori pendidikan
pendidikan SD yaitu sebanyak 11 orang (45.5%), pendidikan
SMP dan SMA masing-masing sebanyak 10 orang (32.3%).
30
c. Pekerjaan
Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Kategori Pekerjaan n %
Ibu rumah tangga (IRT) 28 90.3
Wiraswasta 1 3.2
Pedagang 1 3.2
Guru 1 3.2
Jumlah 31 100
Pada tabel 8 menjelaskan bahwa kategori pekerjaan
pada responden ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 28 orang
(90.3%), wiraswasta, pedagang dan guru masing-masing
berjumlah 1 orang (3.2%)
3. Univariat
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui,
kepandaian, atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan
hal ilmu. Hasil penilaian untuk mengetahui pengetahuan ibu
dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebanyak 20
pertanyaan, serta dilakukan sebelum dan sesudah intervensi dan
didapatkan nilai pengetahuan ibu rata-rata, minimum, maksimum,
mean, standar devisi dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 9. Nilai Rata-Rata Pengetahuan Ibu Sebelum Dan Sesudah
Intervensi.
Pengetahuan n Minimum Maksimum Nilai rata-rata Standar deviasi
Sebelum 31 14.00 36.00 28.00 4.64
Sesudah 31 26.00 38.00 33.48 3.16
31
Dari tabel di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata nilai
pengetahuan ibu sebelum intervensi adalah 28.00, dengan nilai
minimum 14.00 dan maksimum 36.00. Sedangkan sesudah
intervensi nilai rata-rata pengetahuan ibu menjadi 33.48 dengan
nilai minimum 26.00 dan maksimum 38.00.
Tabel 10. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Pengetahuan
Kategori Sebelum Sesudah
n % n %
Kurang 16 51.6 12 38.7
Baik 15 48.4 19 61.3
Jumlah 31 100 31 100
Dari table di atas, diketahui bahwa jumlah ibu dengan
pengetahuan kurang sebanyak 16 orang (51.6%) dan jumlah ibu
dengan pengetahuan baik sebanyak 15 orang (48.4%). Namun,
setelah mendapat pendidikan gizi dan pemberian makanan
tambahan berbahan ikan tamban jumlah ibu dengan pengetahuan
kurang menurun menjadi 12 orang (38.7%) dan jumlah ibu dengan
pengetahuan baik meningkat menjadi 19 orang (61.3%).
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi kesiapan atau ketersediaan
seseorang untuk bertindak. Hasil penilaian untuk mengetahui sikap
ibu dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebanyak 15
pertanyaan serta dilakukan sebelum dan sesudah intervensi dan
didapatkan nilai sikap ibu rata-rata, minimum, maksimum, mean,
standar devisi dapat dilihat pada table berikut.
32
Tabel 11. Nilai Rata-Rata Sikap Ibu Sebelum Dan Sesudah
Intervensi.
Sikap n Minumum Maksimum Nilai rata-rata Standar deviasi
Sebelum 31 3.00 14.00 11.52 2.03
Sesudah 31 11.00 15.00 13.48 1.03
Dari table di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata nilai sikap
ibu sebelum intervensi adalah 11.52, dengan nilai minimum 3.00
dan maksimum 14.00. Sedangkan sesudah intervensi nilai rata-rata
sikap ibu menjadi 13.48 dengan nilai minimum 11.00 dan
maksimum 15.00.
Tabel 12. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Sikap
Kategori Sebelum Sesudah
n % n %
Kurang 12 38.7 15 48.4
Baik 19 61.3 16 51.6
Jumlah 31 100 31 100
Dari table di atas, diketahui bahwa jumlah ibu dengan sikap
kurang sebanyak 12 orang (38.7%) dan jumlah ibu dengan sikap
baik sebanyak 19 orang (61.3%). Namun, setelah mendapat
pendidikan gizi dan pemberian makanan tambahan berbahan ikan
tamban jumlah ibu dengan sikap kurang meningkat menjadi 15
orang (48.4%) dan jumlah ibu dengan sikap baik menurun menjadi
16 orang (51.6%). Meski mengalami penurunan, sikap ibu tetap
meningkat pada nilai rata-rata artinya terdapat ibu-ibu yang
mengalami peingkatan sikap setelah intervensi.
33
c. Tindakan
Tindakan merupakan suatu pergerakan tubuh atau aktivitas
ataupun perbuatan. Hasil penilaian untuk mengetahui tindakan ibu
dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebanyak 15
pertanyaan, dilakukan sebelum dan sesudah intervensi serta
didapatkan nilai tindakan ibu rata-rata, minimum, maksimum, mean,
standar devisi dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 13. Distribusi Rata-Rata Tindakan Ibu Sebelum Dan Sesudah
Intervensi.
Tindakan N Minumum Maksimum Nilai rata-rata Standar deviasi
Sebelum 31 12.00 27.00 20.55 3.91
Sesudah 31 20.00 30.00 20.68 2.57
Dari table di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata nilai
tindakan ibu sebelum intervensi adalah 20.56, dengan nilai
minimum 12.00 dan maksimum 27.00. Sedangkan sesudah
intervensi nilai rata-rata tindakan ibu menjadi 20.68 dengan nilai
minimum 20.00 dan maksimum 30.00.
Tabel 14. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Tindakan
Kategori Sebelum Sesudah
n % n %
Kurang 12 38.7 15 48.4
Baik 19 61.3 16 51.6
Jumlah 31 100 31 100
Dari table di atas, diketahui bahwa jumlah ibu dengan
tindakan kurang sebanyak 12 orang (38.7%) dan jumlah ibu
dengan tindakan baik sebanyak 19 orang (61.3%). Namun, setelah
mendapat pendidikan gizi dan pemberian makanan tambahan
berbahan ikan tamban jumlah ibu dengan tindakan kurang
meningkat menjadi 15 orang (48.4%) dan jumlah ibu dengan
34
tindakan baik menurun menjadi 16 orang (51.6%). Meski
mengalami penurunan, tindakan ibu tetap meningkat pada nilai
rata-rata artinya terdapat ibu-ibu yang mengalami peingkatan
tindakan setelah intervensi.
4. Bivariat
a. Pengaruh Pendidikan Gizi dan Pemberian PMT Berbahan
Ikan Tamban Terhadap Pengetahuan Ibu Sebelum Dan
Sesudah
Tabel 15. Pengaruh Pendidikan Gizi dan Pemberian PMT
Berbahan Ikan Tamban Terhadap Pengetahuan Ibu
Sebelum Dan Sesudah
Dari tabel di atas, diketahui bahwa ada perbedaan yang
bermakna terhadap pengetahuan ibu sebelum dan sesudah
pendidikan gizi dan pemberian PMT berbahan ikan tamban dengan
nilai p= 0,001 (p<α).
b. Pengaruh Pendidikan Gizi dan Pemberian PMT Berbahan
Ikan Tamban Terhadap Sikap Ibu Sebelum Dan Sesudah
Tabel 16. Pengaruh Pendidikan Gizi dan Pemberian PMT
Berbahan Ikan Tamban Terhadap Sikap Ibu
Sebelum Dan Sesudah
Dari tabel di atas, diketahui bahwa ada perbedaan yang
bermakna terhadap sikap ibu sebelum dan sesudah pendidikan gizi
Variabel n Selisih Kenaikan p-value
Sebelum 31 5.48 0.0001
Sesudah
Sikap n Selisih Kenaikan p-value
Sebelum 31 1.97 0.0001
Sesudah
35
dan pemberian PMT berbahan ikan tamban dengan nilai p= 0,001
(p<α).
c. Pengaruh Pendidikan Gizi dan Pemberian PMT Berbahan
Ikan Tamban Terhadap Sikap Ibu Sebelum Dan Sesudah
Tabel 17. Pengaruh Pendidikan Gizi dan Pemberian PMT
Berbahan Ikan Tamban Terhadap Sikap Ibu
Sebelum Dan Sesudah
D
a
ri tabel di atas, diketahui bahwa ada perbedaan yang bermakna
terhadap tindakan ibu sebelum dan sesudah pendidikan gizi dan
pemberian PMT berbahan ikan tamban dengan nilai p= 0,001 (p<α)
D. Pembahasan
a. Analisis Univariat
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indera yang dimiliki dan dipengaruhi oleh perhatian
dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan tentang kesehatan
lingkungan dapat menjadi dasar untuk masyarakat berperilaku
dengan baik (Notoatmodjo, 2005 dalam Elvira, 2015).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum intervensi
pendidikan, rata-rata nilai pengetahuan ibu 28.00, dengan nilai
terendah 14.00 dan tertinggi 36.00. setelah mendapat intervensi
pendidikan gizi rata-rata nilai pengetahuan meningkat menjadi
33.48 dengan nilai terendah 26.00 dan tertinggi 38.00.
Kurangnya pengetahuan dapat dipengaruhi oleh rendahnya
tingkat pendidikan responden, dimanan sebagian besar responden
memiliki tingkat pendidikan hanya sampai SD. Meningkatnya
pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan
kebiasaan seseorang karena dari pengalaman dan penelitian
Tindakan n Selisih Kenaikan p-value
Sebelum 31 0.13 0.0001
Sesudah
36
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
bertahan lama daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Novita dkk, 2014).
2. Sikap
Sikap menurut Notoatmodjo merupakan reaksi atau respon
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Sikap adalah kecenderungan bertindak dari individu, berupa respon
terhadap objek tertentu. Jadi sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap objek atau stimulus
(Muhammad, 2016)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup
dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo,
2003 dalam Rika, 2009). Menurut Newcomb yang dikutip oleh
Notoatmodjo bahwa sikap merupakan kesiapan atau ketersediaan
untuk bertindak, bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap
mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar
rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus
pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai,
diharapkan, diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak
diinginkan dan apa yang harus dihindari.
3. Tindakan
Tindakan berarti sesuatu yang dilakukan; perbuatan.
Tindakan merupakan predisposisi perilaku, sehingga merupakan
respon awal terhadap stimulus sebelum seseorang melakukan
sebuah perilaku, jadi tindakan akan memberikan dampak kepada
pencapaian indikator kesehatannya (Notoatmodjo, 2011).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum intervensi
pendidikan, rata-rata nilai tindakan ibu 20.55, dengan nilai terendah
12.00 dan tertinggi 27.00. setelah mendapat intervensi pendidikan
37
gizi rata-rata nilai pengetahuan meningkat menjadi 25.67 dengan
nilai terendah 20.00 dan tertinggi 30.00.
2. Analisis Bivariat
a. Pengaruh Pendidikan Gizi Dan Pemberian Nugget Ikan Tamban Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Sebelum Dan Sesudah
Pemberiann makanan tambahan berbahann ikan
tamban merupakan makanan selingan atau kedupan yang
terbuat dari beberapa bahan tertenru, ikan tamban
digunakan sebagai bahan utama. Hasil uji proksimat dalam
100 gr nugget ikat tamban menyumbang Energi=115kkal,
Protein=9.33 gr dan Lemak=3.88 gr. Pada pemberian
makanan tambahan berbahan ikan tamban 60 gr
memberikann sumbangan Energi=69.02 kkal, Lemak=2.33
gr, Protein=5.60gr, Karbohidrat=6.42 gr, Zinc=2.09 mg dan
Kalsium=73 gr. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 orang
anak mendapat 60 gr PMT berbahan ikan tamban perharinya
sehingga dalam 1 bulan intervensi (31 hari) seorang anak
menkonsumsi 1.83 Kg PMT berbahan ikan tamban.
Pengetahuan ibu mengalami peningkatan secara
signifikan antara awal dan akhir intervensi dengan rata-rata
5.48 dengan p=0.0001 (p<0.05). Nilai pengetahuan sebelum
intervensi sebesar 28.00 meningkat setelah intervensi
menjadi 33.48. Hasil ini sesuai dengan penelitian pada anak
SD di New Jersey tentang program pendidikan sekolah
untuk mempromosikan makanan yang sehat dan olah raga,
hasil penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa terjadi
peningkatan pengetahuan anak SD setelah mendapatkan
program pendidikan. Program pendidikan diberikan dalam
bentuk, poster, website dan pendidikan langsung ke anaknya
(Jan S Bellman, dkk dalam Nuryanto, dkk, 2014).
38
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Sofyana dan Noer (2013 dalam Elvira, 2015) yang
menyebutkan bahwa konseling dapat meningkatkan
pengetahuan ibu tentang pemberian makan pada balita gizi
buruk.
Sementara penelitian yang dilakukan oleh Firdaus D
(2003), di daerah Salatiga, dengan rancangan penelitian
panel observasional dengan survei dan pendekatan cross
sectional menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara tingkat pengetahuan gizi ibu dengan
konsumsi dan tingkat konsumsi fizi anak, dan ada hubungan
yang bermakna antara tingkat kecukupa gizi dengan status
gizi anak.
Penelitian yang dilakukan oleh Lily Yaa Appoh dan
Sturla Krekling (2005) di daerah Volta, Ghana menyebutkan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi,
pendidikan ibu dengan status gizi anak balita. Dengan
menggunakan metode analisis bivariat terdapat hubungan
yang signifikan antara status gizi anak balita dengan
pendidikan formal ibu dan status marital, sedangkan analisis
lebih lanjut dengan regresi li logistik didapatkan adanya
hubungan yang bermakna antara status gizi balita dengan
tingkat pengetahuan ibu tentang gizi, bahkan setelah
variabel lain seperti pendidikan formal dikendalikan.
b. Pengaruh Pendidikan Gizi Dan Pemberian Nugget Ikan Tamban Terhadap Peningkatan Sikap Ibu Sebelum Dan Sesudah
Sikap ibu mengalami peningkatan secara signifikan
antara awal dan akhir intervensi dengan rata-rata 1.97
dengan p=0.0001 (p<0.05). Nilai pengetahuan sebelum
intervensi sebesar 11.52 meningkat setelah intervensi
menjadi 13.48. Proses perubahan sikap merupakan suatu
39
hasil belajar yang dapat terjadi bila ada stimulus
(pengetahuan) pada aspek kognitip seseorang (Azwar,2007
dalam Windy, 2015). Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian pada anak SD tentang pengaruh pendidikan gizi
terhadap pengetahuan dan sikap tentang gizi anak SD, hasil
penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa terjadi
peningkatan sikap anak SD dengan pendekatan KIE
mengenai Gizi Seimbang pada anak sekolah dalam bentuk
buku saku, poster gizi seimbang dan penyuluhan kelompok
kepada anank SD serta memberikan buku gizi seimbang
kepada orang tua (Nuryanto dkk, 2014).
Dalam penelitian (Ambarwati, 2006 dalam Elvira,
2015) juga menyebutkan bahwa pemberian pendidikan
kesehatan pada ibu hamil mampu meningkatkan sikap
tentang mengatasi keluhan kehamilan pada ibu-ibu hamil di
Asrama Group II KOPASSUS Kartasura. Penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sofyana dan
(Noer, 2013 dalam Elvira, 2015) yang menyebutkan bahwa
konseling dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang
pemberian makan pada balita gizi buruk
c. Pengaruh Pendidikan Gizi Dan Pemberian Nugget Ikan Tamban Terhadap Peningkatan Tindakan Ibu Sebelum Dan Sesudah
Tindakan ibu mengalami peningkatan secara
signifikan antara awal dan akhir intervensi dengan rata-rata
5.13 dengan p=0.0001 (p<0.05). Nilai pengetahuan sebelum
intervensi sebesar 20.55 meningkat setelah intervensi
menjadi 25.68. Hasil penelitian ini menguatkan penelitian
yang menyebutkan bahwa konseling atau pendidikan gizi
sangat berperan penting dalam memperbaiki kepatuhan diet
karena konseling gizi adalah suatu pendekatan personal
yang digunakan untuk menolong individu memperoleh
40
pengertian yang lebih baik mengenai permasalahan gizi
yang dihadapi dan memotivasi menuju perubahan perilaku,
selanjutnya individu mampu mengambil langkah-langkah
dalam mengatasi permasalahan gizi tersebut, termasuk
perubahan praktik atau tindakan pemberian makan (Persagi,
2011 dalam Tiara, 2013).
Penelitian lain di wilayah Qashqa’i, Iran oleh Mousa
dkk (2004), menunjukkan hasil bahwa intervensi pendidikan
kesehatan dan gizi pada orang tua atau keluarga yang
mempunyai anak balita akan merubah perilaku atau tindakan
dari keluarga itu terutama dalam hal pengasuhan dan
pemberian makan pada anak sehingga akan meningkatkan
status gizi anak balita di keluarga itu (Munthofah 2008).
Dalam penelitian Indra Rositawati (2012),
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
pendidikan dengan tindakan ibu dalam pemberian ASI .
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Nilai rata-rata pengetahuan ibu yang memiliki anak stunting
sebelum intervensi sebesar 28.00, dan nilai rata-rata pengetahuan
sesudah intervensi sebesar 33.48.
2. Nilai rata-rata sikap ibu yang memiliki anak stunting sebelum
intervensi sebesar 11.52, dan nilai rata-rata sikap sesudah
intervensi sebesar 13.48.
3. Nilai rata-rata tindakan ibu yang memiliki anak stunting sebelum
intervensi sebesar 20.55, dan nilai rata-rata tindakan sesudah
intervensi sebesar 25.68.
4. Ada perbedaan yang bermakna nilai pengetahuan ibu sebelum dan
sesudah pendidikan gizi dan pemberian PMT berbahan ikan
tamban.
5. Ada perbedaan yang bermakna nilai sikap ibu sebelum dan
sesudah pendidikan gizi dan pemberian PMT berbahan ikan
tamban.
6. Ada perbedaan yang bermakna nilai tindakan ibu sebelum dan
sesudah pendidikan gizi dan pemberian PMT berbahan ikan
tamban.
42
B. Saran
Ibu diharapkan memanfaatkan pendidikan gizi tentang
makanan tambahan berbahan ikan yang diberikan, untuk
mendapatkan asupan yang cukup bagi anak serta memperbaiki status
gizi anak agar setara dengan status gizi anak seusianya.
Perlunya pelatihan dalam pembuatan berbahan ikan tamban
untuk lebih baik lagi agar pembuatan berbahan ikan tamban
memperoleh hasil yang maksimal. Karena pemberian berbahan ikan
tamban memiliki dampak yang baik untuk tinggi badan anak.
Diharapkan puskesmas dapat memberikan makanan tambahan
berbahan ikan bagi anak sekolah dasar sebagai bahan makanan
tambahan untuk pertumbuhan anak.
43
DAFTAR PUSTAKA
Anton, Abang(2014), Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Ibu
Tentang Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Selalong Kecamatan Sekadau Hilir
Kabupaten Sekadau, Program Studi Pendidikan Dokter
Universitas Tanjung Pura Pontianak
Azzahra, Margareta Fatimah dan Laitul Muniroh (2015), Pengaruh
Konseling Terhadap Pengetahuan dan Sikap Pemberian MP-ASI,
Jurnal Media Gizi Indonesia, 10(1): 20-25
Damayanti, Retty Anisa, Lailatul Muniroh dan Farapti ( 2016), Perbedaan
Tingkat Kecukupan Zat Gizi dan Riwayat Pemberian Asi Eksklusif
Pada Balita Stunting Dan Non Stunting, Jurnal Media Gizi
Indonesia, 11(1): 61-69
Fikrina, Lutfia Tazki (2017), Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Dengan
Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Desa
Karangrejek Wonosari Gunung Kidul, Naskah Publikasi Program
Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Hestuningtyas, Tiara Rosania, dan Etika Ratna Noer (2014), Pengaruh
Konseling Gizi Terhadap Pengetahuan, Sikap, Pratik Ibu Dalam
Pemberian Makan Anak, dan Asupan Zat Gizi Anak Stunting Usia
1-2 Tahun di Kecamatan Semarang Timur, Journal of Nutrition
College, 3(1) : 17-25.
Hombing, Windy Octavia Boru (2015), Peningkatan Pengetahuan, Sikap
Dan Tindakan Remaja laki-Laki Di SMK Negeri 4 Kecamatan
Umbulharjo Kota Yogyakarta Tentang Antibiotika Dengan Metode
CBIA (Cara Belajar Insan Aktif, Fakultas Farmasu Universitas
Santa Dharma Yogyakarta.
Infodatin (2016), Balita Pendek, Pusat Data dan Informasi
Kartini, Apoina, Suhartono, Hertanto Wahyu Subagio, Budiyono, Irene
Max Emman (2016), Kejadian Stunting dan kematangan Usia
Tulang Pada Anak Usia Sekolah Dasar di Daerah Pertanian
Kabupaten Brebes, Jurnal Kesehatan Masyarakat , 11(2) : 97-103.
Mitra (2015), Permasalahan Anak Pendek (Stunting) dan Intervensi untuk
Mencegah Terjadinya Stunting (Suatu Kajian Kepustakaan),
Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(6), 254-261.
44
Maloring, Novita dkk (2014), Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan
Kepatuhanperawatan Pada Pasien Post Operasi Katarak Di Balai
Kesehatan Mata Masyarakat Sulawesi Utara, Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Uneversitas Sam Ratulangi
Manado.
Nasikhah, Roudhotun dan Ani Margawati (2012), Faktor Risiko Kejadian
Stunting Pada Balita Usia 24 – 36 Bulan Di Kecamatan Semarang
Timur, Journal of Nutrition College. 1(1), 176-184.
Ni’mah, Cholifatun dan Lailatul Muniroh (2015) Hubungan Tingkat
Pendidikan, Tingkat Pengetahuan dan Pola Asuh Ibu dengan
Wasting dan Stunting Pada Balita Keluarga Miskin, Jurnal Media
Gizi Indonesia, 10(1), 84-90
Nuryanto dkk (2014), Pengaruh pendidikan gizi terhadap pengetahuan
dan sikap tentang gizi anak Sekolah Dasar, Jurnal Gizi Indonesia,
32-36
Oktarina, Nadia Hapsari dan Martha Irene Kartasurya (2013), Pengaruh
Pemberian Micronutrient Sprinkle Terhadap Status Antropometri
Bb/U, Tb/U dan Bb/Tb Anak Stunting Usia 12-36 Bulan, Journal of
Nutrition College, 2(1), 192-199
PMT-AS (2011), Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 18
Pramudyat, Sucipto, Purbowati, Galeh Septiar Pontang (2017), Hubungan
Karakteristik Ibu Dengan Stunting Pada Balita Usia 6-24 Bulan Di
Desa Gapura Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah,
Program Studi Ilmu Gizi Universitas Ngudi Waluyo Ungaran
Rahayu, Atikah dan Laily Khairiyati (2014), Risiko Pendidikan Ibu
Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak 6-23 Bulan, Jurnal Penel
Gizi Makan, 37(2): 129-136
Rahmawati, Dinar Putri, dkk (2017), Tingkat Kecukupan Asupan Protein,
Zinc, Kalsium, Vitamin D, Zat Besi (Fe), dan Kadar Hb Pada
Remaja Putri Stunting dan Non Stunting DI SMP N 1 Nguter
Kabupaten Sukaharjo, Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan UMS.
Sari, Mega Permata (2015), Pengaruh Pendidikan Gizi Tentang Anemia
Dengan Media Animasi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Gizi
Remaja Putri Di Smpn 01 Tasikmadu Karanganyar, Program Studi
Ilmu Gizi Universitas Muhammadiyah Surakatra
45
Sulastri, Delmi (2012), Faktor Determinan Kejadian Stunting Pada Anak
Usia Sekolah di Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang, Bagian
Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Suriaoka, PP, IA (2017), Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Anak
Sekolah Terhadap Status Gizi Kadar Hb Dan Prestasi Belajar
Anak Sd Di Kota Denpasar, Jurnal Sangkareang Mataram.
Wijayanto, Wisnu Prabowo (2017), Hubungan Pengetahuan Dan
Kemampuan Ekonomi Masyarakat Terhadap Aksesibilitas BPJS,
Jurnal Ilmu Kesehatan 2(2):131-140.
46
Lampiran 1.
Master Table
No Kode Asal Sekolah
Jenis Kelamin Tgl Lahir
Bulan Lahir
Bln Lhr Kat.TB_U
Umur Ibu Pendidikan Pekerjaan
Kode Umur. Ibu
Penget. Sebelum
Sikap Sebelum
Tindakan. Sebelum
Penget. Sesudah
Sikap Sesudah
Tindakan. Sesudah
1 PL1 Rantau Panjang Laki-Laki 5/28/2011 82
7 tahun pendek
74 tahun SD IRT
>49 tahun 27 13 18 36 13 26
2 PL2 Rantau Panjang Laki-Laki 8/27/2011 79
7 tahun pendek
32 tahun SMP IRT
30-39 tahun 32 12 19 33 13 29
3 PL3 Rantau Panjang Laki-Laki 9/21/2011 78
7 tahun pendek
45 tahun SD IRT
40-49 tahun 23 12 12 36 14 24
4 PL4 Rantau Panjang Perempuan 6/17/2011 82
7 tahun pendek
28 tahun SMA IRT
20-29 tahun 33 14 25 37 15 27
5 PL5 Rantau Panjang Laki-Laki 6/13/2010 94
8 tahun pendek
39 tahun SD IRT
30-39 tahun 26 12 25 28 14 27
6 PL6 Rantau Panjang Perempuan 8/24/2011 79
7 tahun pendek
46 tahun SMA IRT
40-49 tahun 32 13 22 35 14 28
7 PL7 Rantau Panjang Perempuan 12/5/2011 76
7 tahun pendek
30 tahun SD IRT
30-39 tahun 28 10 16 31 13 21
8 PL8 Rantau Panjang Perempuan 10/14/2010 90
8 tahun
sangat pendek
47 tahun SD IRT
40-49 tahun 27 9 16 28 13 29
9 PL9 Rantau Panjang Laki-Laki 11/21/2011 76
7 tahun pendek
30 tahun SMP IRT
30-39 tahun 31 11 21 36 14 26
10 PL10 Rantau Panjang Perempuan 3/1/2011 85
8 tahun pendek
38 tahun SD IRT
30-39 tahun 30 11 23 32 12 29
11 PL11 Rantau Panjang Laki-Laki 6/6/2011 82
7 tahun pendek
26 tahun SMP IRT
20-29 tahun 31 13 18 33 14 20
12 PL12 Rantau Panjang Perempuan 11/25/2011 76
7 tahun pendek
27 tahun SMP IRT
20-29 tahun 25 12 22 35 13 25
13 PL13 Rantau Panjang Laki-Laki 11/4/2010 89
8 tahun pendek
40 tahun SMA IRT
40-49 tahun 32 11 24 37 12 25
14 PL14 Pematang Biara Laki-Laki 3/3/2010 97
>8 tahun
sangat pendek
26 tahun SMP IRT
20-29 tahun 29 10 22 31 11 25
15 PL15 Pematang Biara Laki-Laki 2/6/2011 86
8 tahun
sangat pendek
33 tahun SD IRT
30-39 tahun 36 13 15 38 14 26
47
16 PL16 Pematang Biara Laki-Laki 8/11/2011 80
7 tahun
sangat pendek
37 tahun SMA IRT
30-39 tahun 29 12 22 34 13 28
17 PL17 Pematang Biara Laki-Laki 4/10/2011 84
8 tahun
sangat pendek
31 tahun SMP IRT
30-39 tahun 26 12 21 33 13 30
18 PL18 Pematang Biara Laki-Laki 8/1/2010 92
8 tahun pendek
44 tahun SMA IRT
40-49 tahun 23 13 14 26 14 22
19 PL19 Pematang Biara Perempuan 11/9/2011 77
7 tahun pendek
28 tahun SMP IRT
20-29 tahun 23 12 20 26 14 24
20 PL20 Pematang Biara Laki-Laki 7/7/2010 93
8 tahun pendek
28 tahun SMP IRT
20-29 tahun 24 3 27 35 14 27
21 PL21 Pematang Biara Laki-Laki 10/22/2011 77
7 tahun pendek
33 tahun SMA IRT
30-39 tahun 28 13 27 35 12 28
22 PL22 Pematang Biara Perempuan 3/23/2009 108
>8 tahun pendek
45 tahun SMA IRT
40-49 tahun 14 12 16 32 13 23
23 PL23 Pematang Biara Laki-Laki 8/10/2010 92
8 tahun pendek
40 tahun SD IRT
40-49 tahun 27 11 22 34 13 25
24 PL24 Pematang Biara Laki-Laki 1/13/2012 75
7 tahun pendek
33 tahun SMA WIRASWASTA
30-39 tahun 19 13 23 34 15 29
25 PL25 Pematang Biara Perempuan 10/20/2011 77
7 tahun pendek
22 tahun SD IRT
20-29 tahun 31 13 22 35 14 23
26 PL26 Pematang Biara Perempuan 10/27/2011 77
7 tahun pendek
35 tahun SD IRT
30-39 tahun 33 9 22 34 15 23
27 PL27 Pematang Biara Perempuan 1/5/2011 87
8 tahun pendek
27 tahun SD PEDAGANG
20-29 tahun 31 13 25 35 14 28
28 PL28 Pematang Biara Laki-Laki 2/5/2011 86
8 tahun pendek
35 tahun SMA IRT
30-39 tahun 29 10 23 34 13 25
29 PL29 Pematang Biara Perempuan 11/5/2011 77
7 tahun pendek
28 tahun SMP IRT
20-29 tahun 28 11 16 37 15 23
30 PL30 Pematang Biara Laki-Laki 4/11/2011 84
8 tahun pendek
31 tahun SMA GURU
30-39 tahun 35 13 23 37 15 27
31 PL31 Pematang Biara Laki-Laki 8/1/2011 80
7 tahun pendek
31 tahun SMP IRT
30-39 tahun 26 11 16 31 12 24
48
Lampiran 2. Hasil Uji Statistik
a. Uji Univariat Sampel
1. Umur
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 7 tahun 8 tahun >8 tahun Total
17 12 2
31
54.8 38.7
6.5 100.0
54.8 38.7
6.5 100.0
54.8 93.5
100.0
2. Frekuensi Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-laki Perempuan Total
19 12 31
61.3 38.7
100.0
61.3 38.7
100.0
61.3 100.0
3. Z-Score BB/U
Status Gizi (BB/U)
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid normal pendek Sangat pendek Total
3 24 4
31
9.7 77.4 12.9
100.0
9.7 77.4 12.9
100.0
9.7 87.1
100.0
4. Umur Ibu
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 20-29 tahun 30-39 tahun 40-49 tahun >49 tahun Total
9 14 7 1
31
29.0 45.2 22.6
3.2 100.0
29.0 45.2 22.6
3.2 100.0
29.0 74.2 96.8
100.0
49
5. Pendidikan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SD SMP SMA Total
11 10 10 31
35.5 32.3 32.3
100.0
35.5 32.3 32.3
100.0
35.5 67.7
100.0
6. Pekerjaan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid IRT WIRASWASTA PEDAGANG
28 1 1
90.3 3.2 3.2
90.3 3.2 3.2
90.3 93.5 96.8
b. Uji Statistik
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
penget_
sebelum
sikap_s
ebelum
Tindakan
_sebelum
penget_s
esudah
sikap_se
sudah
tindakan_
sesudah
N 31 31 31 31 31 31
Normal
Parametersa
Mean 28.0000 11.5161 20.5484 33.4839 13.4839 25.6774
Std.
Deviation 4.64040 2.03094 3.91441 3.16092 1.02862 2.57406
Most Extreme
Differences
Absolute .107 .207 .193 .178 .208 .116
Positive .076 .200 .135 .101 .165 .088
Negative -.107 -.207 -.193 -.178 -.208 -.116
Kolmogorov-Smirnov Z .598 1.153 1.075 .990 1.159 .644
Asymp. Sig. (2-tailed) .867 .140 .198 .281 .136 .801
a. Test distribution is
Normal.
50
Descriptives
Descriptive Statistics
n Minimum Maximum Mean Std. Deviation
penget_sebelum 31 14.00 36.00 28.0000 4.64040
sikap_sebelum 31 3.00 14.00 11.5161 2.03094
Tindakan_sebelum 31 12.00 27.00 20.5484 3.91441
penget_sesudah 31 26.00 38.00 33.4839 3.16092
sikap_sesudah 31 11.00 15.00 13.4839 1.02862
tindakan_sesudah 31 20.00 30.00 25.6774 2.57406
Valid N (listwise) 31
T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation
Std. Error
Mean
Pair 1 penget_sebelum 28.0000 31 4.64040 .83344
penget_sesudah 33.4839 31 3.16092 .56772
Paired Samples Correlations
N
Correlatio
n Sig.
Pair 1 penget_sebelum &
penget_sesudah 31 .448 .012
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 penget_s
ebelum -
penget_s
esudah
-5.48387 4.28852 .77024 -7.05691 -3.91083
-
7.12
0
30 .000
51
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 sikap_sebelum 11.5161 31 2.03094 .36477
sikap_sesudah 13.4839 31 1.02862 .18475
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 sikap_sebelum &
sikap_sesudah 31 .148 .428
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 sikap_sebelum -
sikap_sesudah -1.96774 2.13672 .38377 -2.75150 -1.18399 -5.127 30 .000
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Tindakan_sebelum 20.5484 31 3.91441 .70305
tindakan_sesudah 25.6774 31 2.57406 .46232
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Tindakan_sebelum &
tindakan_sesudah 31 .475 .007
52
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
taile
d)
Mean
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Tindakan_sebelum
- tindakan_sesudah -5.12903 3.51892 .63202 -6.41978 -3.83828 -8.115 30 .000
Frequencies
Kategori pengetahuan sebelum
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid kurang 16 51.6 51.6 51.6
baik 15 48.4 48.4 100.0
Total 31 100.0 100.0
Kategori sikap sebelum
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid kurang 12 38.7 38.7 38.7
baik 19 61.3 61.3 100.0
Total 31 100.0 100.0
Kategori tindakan sebelum
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid kurang 12 38.7 38.7 38.7
baik 19 61.3 61.3 100.0
Total 31 100.0 100.0
53
Kategori pengetahuan sesudah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid kurang 12 38.7 38.7 38.7
baik 19 61.3 61.3 100.0
Total 31 100.0 100.0
Kategori sikap sesudah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid kurang 15 48.4 48.4 48.4
baik 16 51.6 51.6 100.0
Total 31 100.0 100.0
Kategori tindakan sesudah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid kurang 15 48.4 48.4 48.4
baik 16 51.6 51.6 100.0
Total 31 100.0 100.0
54
Lampiran 3.
Data Identitas Sampel dan Responsen
Nomor Responden : .................................................
Tanggal Wawancara : .................................................
Nama Pewawancara : .................................................
A. Identitas Responden
1. Nama Responden :
2. Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan* (coret salah satu)
3. Tanggal lahir anak :
4. Umur :
5. Pekerjaan :
6. Alamat :
7. Pendidikan :
8. Telp/HP :
55
Lampiran 4.
SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI SUBYEK PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama :
Tempat, Tgl Lahir :
Alamat :
Telp/HP :
Bersedia dan mau menjadi Responden Penelitian dengan judul
“Pendidikan gizi dan pemberian makanan tambahan berbahan ikan
terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan ibu yang memiliki anak
stunting di Desa Pantai Labu” yang akan dilakukan oleh :
Nama : Margaret Ursula Siregar
Alamat : Jln. Kemuning Raya No. 15, Medan Helvetia
Instansi : Poltekkes Kemenkes Medan Jurusan Gizi Program D-IV
No. Hp : 085669184694
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sesungguhnya
tanpa ada paksaan dari siapapun.
Lubuk Pakam, ............. 2018
Peneliti Responden
(Margaret Ursula Siregar) (..........................................)
56
Lampiran 5.
Kuesioner
A. Pengetahuan Ibu
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberikan tanda silang (X)
pada jawaban yang paling benar!
1. Pengertian stunting (pendek) adalah?
a. Keadaan kurang gizi berdasarkan berat badan menurut umur
b. Keadaan kurang gizi berdasarkan tinggi badan menurut umur
c. Keadaan kelebihan berat badan dan tinggi badan
2. Pertumbuhan tulang didukung dengan konsumsi makanan dan
minuman sumber?
a. Iodium
b. Kalsium
c. Zat besi
3. Makanan yang banyak mengandung kalsium adalah?
a. Susu
b. Kembang kol
c. Wortel
4. Vitamin dibawah ini yang baik untuk pertumbuhan tulang
a. Vitamin B
b. Vitamin C
c. Vitamin D
5. Stunting merupakan indikator masalah gizi yang bersifat?
a. Kritis
b. Kronis
c. Kompleks
6. Apakah yang dimaksud dengan makanan bergizi menurut Ibu?
a. Segala sesuatu yang dimakan yang mengandung nilai gizi dan
bermanfaat bagi tubuh.
b. Segala sesuatu yang bermanfaat bagi tubuh.
c. Makanan yang enak-enak.
57
7. Menurut Ibu apakah yang dimaksud dengan menu seimbang?
a. Menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan
porsi yang sesuai dengan daya toleransi anak.
b. Menu makanan yang beraneka ragam.
c. Menu makanan yang jumlahnya cukup untuk anak.
8. Biasanya dalam hal menyediakan menu untuk anak Ibu, menu apa
saja yang Ibu hidangkan ?
a. Nasi + ikan + sayur + buah + susu.
b. Nasi + ikan + sayur/buah.
c. Nasi + ikan/sayur.
9. Menurut Ibu bahan makanan apa yang menjadi sumber kalori?
a. Tahu, tempe, ikan, daging
b. Beras, singkong, jagung
c. Bayam, wortel, kangkung
10. Menurut Ibu bahan makanan apa yang menjadi sumber protein?
a. Tahu, tempe, ikan, daging
b. Beras, singkong, jagung
c. Bayam, wortel, kangkung
11. Makanan berikut yang mengandung protein hewani adalah............
a. Tempe
b. Gandum
c. Daging
12. Menurut Ibu apakah manfaat makanan bagi anak?
a. Untuk pertumbuhan tubuh anak, mengganti sel-sel tubuh yang
rusak dan untuk memenuhi kebutuhan akan zat gizi.
b. Untuk pertumbuhan badan.
c. Agar anak gemuk.
13. Jika Ibu ingin memasak sayuran, bagaimanakah cara mencuci sayuran
yang benar?
a. Dicuci dahulu kemudian dipotong-potong
b. Dipotong dahulu kemudian dicuci
c. Tidak perlu dicuci
58
14. Menurut Ibu kapankah ditambahkan garam kepada bahan masakan
pada saat pemasakan?
a. Setelah masakan hampir matang
b. Saat masakan setengah matang
c. Saat awal memasak
15. Manfaat dari makanan beraneka ragam pada anak adalah :
a. Melengkapi kekurangan zat gizi dari berbagai bahan makanan,
yang menjamin terpenuhi kecukupan sumber zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur.
b. Melengkapi kekurangan zat pembangun dan pengatur
c. Tidak tahu
16. Menyusun / Mengolah Menu makanan anak diatur berdasarkan apa ?
a. Kebutuhan gizi anak
b. Kesukaan anak
c. Tidak tahu ‘
17. Agar kita mengetahui status /keadaan gizi anak perlu dilakukan:
a. Memeriksakan anak kedokter/puskesmas
b. Penimbangan Berat Badan dan Tinggi Badan anak
c. Tidak Tahu
18. Buah-buahan dan sayuran merupakan bahan makanan yang
mengandung zat gizi :
a. Protein
b. Vitamin dan Mineral
c. Tidak tahu
19. Manakah dari zat-zat gizi berikut yang berfungsi untuk pertumbuhan
dan pemeliharaan jaringan tubuh :
a. Lemak
b. Protein
c. Tidak tahu
59
20. Makanan yang banyak mengandung sumber protein adalah :
a. Kacang tanah, dagung ayam, ikan segar
b. Apel, pepaya, semangka, mie, dan ayam
c. Tidak tahu
B. Sikap Ibu
Pada pernyataan di bawah ini, baca dan simaklah kalimat tersebut
dengan baik. Kemudian berilah tanda checklist ( √ ) pada kalimat yang
anda anggap benar dengan memilih setuju atau tidak setuju
No. Pernyataan Setuju Tidak
Setuju
1 Pada usia sekola dasar, anak memerlukan makanan
yang lengkap karena pada periode ini pertumbuhan
dan perkembangannya sangat pesat.
2 Makanan yang dihidangkan setiap hari tidak perlu
beraneka ragam.
3 Makanan yang diberikan pada anak harus selalu
mengandung nilai gizi.
4 Anak perlu makan nasi + ikan + sayur + buah + susu
5 Menu makanan anak harus selalu diganti
6 Anak perlu diberikan makanan selingan terutama jika
porsi makan makan utama belum mencukupi.
7 Saat menyediakan makanan untuk anak harus terlebih
dahulu mencuci tangan.
8 Setiap bahan makanan tidak perlu dicuci sebelum
diolah
9 Setiap pengolahan makanan harus dibubuhkan garam
10 Ibu perlu mempertimbangkan makanan yang disukai
dan yang tidak disukai anak
11 Makanan sehat dan bergizi itu harus yang mahal-
mahal.
12 Waktu pemberian makan anak harus teratur
60
13 Porsi makan bagi anak harus mengandungan energi
dan protein tinggi untuk membantu tumbuh kembang
anak.
14 Bahan makanan anak harus dipilih yang tinggi energi,
tinggi protein.
15 Makanan untuk anak harus lebih diutamakan dari
anggota keluarga yang lain.
C. Tindakan Ibu
Berilah tanda checklist (√ ) pada pernyataan dibawah ini! Jawaban
harus sesuai dengan apa yang anda terapkan dalam kehidupan
sehari-hari
No. Pernyataan Selalu Kadang-
kadang
Tidak
Pernah
1 Ibu yang menyiapkan makanan untuk anak.
2 Ibu memberikan makan pada anak 3 kali sehari
3 Ibu memberikan sarapan pagi kepada anak.
4 Ibu menyediakan makanan bagi anak dengan
susunan yang berganti-ganti
5 Ibu menyediakan lauk pauk hewani (daging,
telur, ikan) atau lauk pauk nabati (tahu, tempe)
dalam makanan sehari-hari anak.
6 Ibu menyediakan sayuran (bayam, kangkung,
wortel, buncis, terung, dll) dalam makanan
sehari-hari anak.
7 Ibu memberikan susu kepada anak
8 Ibu memberikan makanan yang lengkap kepada
anak
9 Ibu menggunakan bumbu pada makanan anak
(contoh :garam, cabe, tomat, kecap, santan
kelapa, atau penyedap makanan).
10 Ibu menghidangkan makanan dengan cara yang
61
menarik (misal : piring dihias, atau menggunakan
peralatan yang bentuknya lucu).
11 Ibu menyiapkan bentuk makanan yang menarik
untuk anak.
12 Ibu mengutamakan makanan untuk anak
daripada anggota keluarga lainnya
13 Ibu tidak mengijinkan anak jajan sembarangan.
14 Ibu menyediakan makanan selingan (goreng,
kue, bubur kacang, dll) untuk anak setiap hari
15 Sebelum memberikan anak makan, ibu mencuci
tangan terlebih dahulu dengan sabun
62
Lampiran 6.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Materi Penyuluhan : 1. Pemilihan Bahan Makanan Untuk Anak Sekolah
2. Bekal yang Baik Untuk anak sekolah
3. Nutrisi Pada Usia anak sekolah
4. PMT Ikan Tamban
Sasaran : Orang Tua (Ibu) anak stunting
Hari/Tanggal : 1. 18 April 2018
2. 03 Mei 2018
3. 09 Mei 2018
4. 17 Mei 2018
Waktu : 30 menit
Tempat : SD Rantau Panjang dan Pematang Biara Desa
Pantai Labu.
Penyuluh : Margaret Ursula Siregar
1. Latar Belakang
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh
tidak sesuai dengan ukuran yang semestinya (pendek). Stunting
adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit
2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan populasi yang
menjadi refrensi internasional. Stunting adalah keadaan dimana tinggi
badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak
lebih pendek dibandingkan anak seusianya.
Stunting adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD),
ditandai dengan teerlambantnya pertumbuhan anak yang
mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal
dan sehat sesuai usia anak. Stunting dapat didiagnosis melalui indeks
antropometrik tinggi badan menurut umur yang mencerminkan
pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan
dengan indeks kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari
kekurangan gizi atau kesehatan.
63
Sekitar 8,8 juta anak Indonesia menderita stunting karena kurang
gizi. Data Riskesdas 2013 mencatat angka kejadian stunting nasional
mencapai 37,2%. Angka ini meningkat dari tahun 2010 sebesar
35,6%. Oleh karena itu diperlukan upaya pencegahan stunting salah
satnya dengan penyuluhan bagaimana cara mencegah stunting
diberikan pada orangtua anak.
2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orangtua anak dapat
mengetahui dan memahami bagaimana memilih makanan untuk
anak sekolah, serta menyusun bekal untuk anak sekolah, dan
mengolah ikan tamban yang digemari anak-anak.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan ibu-ibu mengetahui
tentang:
1. Pemilihan Bahan Makanan Untuk Anak Sekolah
2. Bekal yang Baik Untuk anak sekolah
3. Cara menyusun menu anak sekolah
4. Resep Modifikasi PMT-AS
3. RENCANA KEGIATAN
1. Metode : ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab
2. Media dan Alat Bantu : slide (LCD), leaflet.
3. Tempat dan Waktu
a. Tempat Kegiatan : SD Rantau Panjang dan Pematang Biara
Desa Pantai Labu
b. Hari/Tanggal : 18 April 2018, 03 Mei 2018, 09 Mei 2018, 17
Mei 2018.
64
4. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi terstruktur
a. Adanya kordinasi antara pemateri, peserta penyuluhan dan
panitia penyelenggara selama penyuluhan berlangsung
b. Persiapan acara penyuluhan dapat dilakukan dengan baik,
misalnya dalam menyiapkan kursi, absen, dan leaflet
c. Sebelum penyuluhan telah dilakukan telah dilakukan
perjanjian penyuluhan dengan pihak puskesmas Pantai Labu
2. Evaluasi Proses
a. Peserta aktif mendengarkan dan menyimak acara penyuluhan
b. Peserta aktif bertanya topik yang dibahas dalam sesi tanya
jawab
c. Peserta mampu merespon pertanyaan yang diberikan pemateri
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu menjelaskan kembali materi yang telah
disampaikan dengan benar melalui pertanyaan lisan meliputi,
pemilihan bahan makanan untuk anak sekolah, PMT-AS, bekal yang
baik untuk anak sekolah, dan bagaimana cara menyusun menu yang
baik untuk anak sekolah.
65
MATERI PERTEMUAN I
TOPIK : Pemilihan Bahan Manakan Untuk Anak Sekolah
A. Pengertian Makanan
Pangan yang sehat mencakup pangan yang bergizi dan aman
dikonsumsi. Tanpa menghindari pangan yang tidak aman tidak mungkin
manfaat gizi terwujud pada pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan
seseorang. Oleh karena itu keamanan pangan merupakan salah satu
aspek yang perlu diperhatikan dalam pemenuhan pangan yang sehat
untuk dikonsumsi.
B. Pemilihan Bahan Makanan Yang Baik
1. Kebersihan diri dan kesehatan penjamah
Individu (pelaku) terutama yang bekerja langsung dengan
pangan dapat mencemari bahan pangan tersebut, baik berupa cemaran
fisik, kimia maupun biologis. Oleh karena itu, kebersihan individu atau
pelaku merupakan salah satu hal yang sangat penting yang harus
diperhatikan agar produk pangannya bermutu dan aman untuk
dikonsumsi. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) setiap pelaku termasuk
penjamah. Berikut merupakan beberapa contoh kegiatan hidup bersih
dalam mengolah pangan:
a. Mencuci tangan dengan seksama menggunakan sabun dan air
bersih yang dilakukan pada saat sebelum memasak atau
menyiapkan pangan, sebelum atau setelah menyentuh pangan,
setelah menyentuh bahan mentah, setelah dari toilet, dan setelah
memegang benda kotor (uang, piring kotor dan lain-lain).
b. Merawat kuku tetap pendek dan menjaga kuku tetap bersih.
c. Mengenakan pakaian bersih dan berwarna terang
d. Mengenakan celemek berwarna terang dan topi kerja
e. Menggunakan alas kaki
66
2. Pemilihan bahan baku
Bahan pangan mentah (bahan baku) dapat menjadi rusak dan
busuk karena beberapa penyebab, tetapi yang paling utama adalah
kerusakan atau kebusukan karena mikroba. Mutu dan keamanan suatu
produk pangan sangat tergantung pada mutu dan keamanan bahan
bakunya. Oleh karena itu, untuk dapat menghasilkan produk pangan
yang bermutu dan aman dikonsumsi, bahan baku harus dipilih terlebih
dahulu. Berikut memilih bahan makanan yang baik:
a. Pilih pangan segar atau bahan baku dalam kondisi yang baik
sebelum melewati batas kadaluarsa.
b. Bahan baku yang sudah rusak atau busuk beresiko untuk
kesehatan tubuh.
Berbagai kelompok bahan pangan memiliki tanda-tanda spesifik jika
sudah mengalami kerusakan. Berbagai tanda-tanda kerusakan yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Daging dan produk olahannya
Daging mudah sekali rusak oleh mikroba. Keruskan pada daging
dapat dikenal karena tanda-tanda berikut:
a. Adanya perubahan bau menjadi tengik atau bau busuk.
b. Terbentuknya lendir.
c. Adanya perubahan warna.
d. Adanya perubahan rasa menjadi asam.
e. Tumbuhnya kapang pada bahan/dendeng kering
2. Ikan dan olahannya
Disamping daging, ikan juga rentan sekali rusak oleh serangan
mikroba. Tanda-tanda kerusakan ikan karena mikroba adalah:
a. Adanya bau busuk karena gas amonia, sulfida atau senyawa
busuk lainnya.
b. Terbentuknya lendir pada permukaan ikan.
c. Adanya perubahan warna yaitu kulit dan daging ikan menjadi
kusam atau pucat.
d. Adanya perubahan daging ikan yang tidak kenyal lagi.
67
e. Tumbuhnya kapang pada ikan kering.
3. Susu dan produk olahannya
Susu juga termasuk bahan pangan yang mudah rusak oleh
mikroba. Tanda-tanda kerusakan susu adalah:
a. Adanya perubahan rasa susu menjadi asam.
b. Susu menggumpal.
c. Terbentuknya lendir.
d. Adanya perubahan bau menjadi tengik.
e. Tumbuhnya kapang pada produk olahan susu.
4. Telur dan produk olahannya
Telur utuh yang masih terbungkus kulitnya dapat rusak baik secara
fisik maupun karena pertumbuhan mikroba. Tanda-tanda kerusakan
telur utuh adalah:
a. Adanya perubahan fisik seperti penurunan berat karena airnya
menguap, pembesaran kantung telur karena sebagian isi telur
berkurang.
b. Timbulnya bintik-bintik berwarna hijau, hitam atau merah karena
tumbuhnya bakteri.
c. Tumbuhnya kapang perusak telur.
d. Timbulnya bau busuk.
5. Sayur dan buah-buahan serta produk olahannya
Sayuran atau buah-buahan dapat menjadi rusak baik secara fisik
maupun oleh serangga atau karena pertumbuhan mikroba. Tanda-
tanda kerusakan sayuran dan buah-buahan serta produk olahannya
adalah:
a. Menjadi memar karena benturan fisik.
b. Menjadi layu karena penguapan air.
c. Timbulnya noda-noda warna karena spora kapang yang tumbuh
pada permukaannya.
d. Timbulnya bau alkohol atau rasa asam.
e. Menjadi lunak karena sayuran dan buah-buahan menjadi berair.
68
6. Biji-bijian, kacang-kacangan, da umbi-umbian
Meskipun sudah dikeringkan, biji-bijian, kacang-kacangan dan
umbiumbian dapat menjadi rusak jika pengeringannya tidak cukup atau
kondisi penyimpanannya salah, misalnya suhu tinggi atau terlalu
lembab. Tanda kerusakan pada biji-bijian, kacang-kacangan dan umbi-
umbian adalah adanya perubahan warna dan timbulnya bintik-bintik
berwarna karena pertumbuhan kapang pada permukaannya.
7. Minyak goreng
Tidak menggunakan minyak goreng daur ulang atau minyak yang
telah digunakan lebih dari dua kali proses penggorengan. Tanda
minyak daur ulang komersial adalah harganya murah, ada
kemungkinan sudah diputihkan, dan makanan hasil penggorengannya
akan menyebabkan tenggorokan gatal jika dikonsumsi. Minyak goreng
yang lebih dari dua kali penggorengan biasanya warnanya sudah hitam
kecoklatan. Selain itu, waspadai pula penggunaan bahan plastik oleh
penjaja gorengan yang digunakan untuk meningkatkan kerenyahan
gorengan. Tandanya makanan gorengan tampak tersalut lapisan putih
dan gorengan akan tetap renyah meskipun telah dingin.
8. Saos
Saos yang rendah mutunya dan berisiko tidak aman dicirikan
oleh harga yang amat murah, warna merah yang mencolok, dijual
dalam kemasan tidak bermerek, citarasa yang tidak asli (bukan rasa
cabe dan tomat), dan rasa pahit setelah dikonsumsi.
69
c. ikan dan olahannya
d. telur dan produk olahannya
d. sayuran dan buah-buahan
Pemilihan Bahan Makanan Untuk Anak
Sekolah
Makanan
Pangan yang sehat mencakup pangan yang
bergizi dan aman dikonsumsi. Tanpa menghindari
pangan yang tidak aman tidak mungkin manfaat gizi
terwujud pada pertumbuhan, perkembangan dan
kesehatan seseorang. Oleh karena itu keamanan
pangan merupakan salah satu aspek yang perlu
diperhatikan dalam pemenuhan pangan yang sehat
untuk dikonsumsi.
Pemilihan Bahan Makanan Yang Baik
1. Kebersihan diri dan kesehatan
penjamah
2. Pemilihan Bahan Baku
Bahan pangan mentah (bahan baku) dapat
menjadi rusak dan busuk karena beberapa
penyebab, tetapi yang paling utama adalah
kerusakan atau kebusukan karena mikroba.
Mutu dan keamanan suatu produk pangan
sangat tergantung pada mutu dan
keamanan bahan bakunya.
a. Daging dan olahannya
b. Ikan dan olahannya
70
MATERI PERTEMUAN II
TOPIK : Bekal Yang Baik Untuk Anak Sekolah
A. Pengertian Bekal Anak Sekolah
Salah satu cara untuk mengurangi kebiasaan jajan
sembarangan pada anak adalah dengan membawakan anak bekal ke
sekolah. Ini memberi banyak manfaat untuk anak, terutama untuk
kesehatannya. Bekal makan siang yang sehat dapat memberikan
pemenuhan zat gizi anak dan juga mendukung pembentukan pola hidup
sehat pada anak. Penting bagi anak untuk memperoleh makan siang yang
sehat karena makan siang dapat memenuhi 1/3 kebutuhan kalori anak.
Anak yang sudah terbiasa menerima makan siang yang sehat memiliki
asupan zat gizi yang lebih tinggi, dibandingkan dengan anak yang tidak
menerima makan siang yang sehat. Manfaat bekal yang sehat yaitu:
1. Dapat menyediakan nutrisi yang dibutuhkan anak
Pada masa pertumbuhan ini, anak membutuhkan banyak zat gizi
penting, seperti protein, vitamin A, vitamin C, zat besi, dan kalsium.
Dengan membawakan bekal ke sekolah, Anda membantu anak untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi tersebut. Anda bisa mengkreasikan sendiri
bekal untuk anak dengan menu yang menyehatkan dan lengkap zat gizi,
terdiri dari:
a. Makanan sumber karbohidrat, misalnya nasi, mie, roti, roti gandum,
pasta
b. Sayuran
c. Makanan sumber protein, misalnya daging, telur, ikan, ayam,
kacang-kacangan (termasuk selai kacang), produk susu (keju atau
yogurt)
d. Buah-buahan
e. Dan, jangan lupa untuk selalu membawakan air atau susu untuk
anak
71
2. Membantu mengontrol asupan anak setiap harinya
Karena Anda mengkreasikan bekal anak sendiri, Anda dapat
mengatur makanan apa saja yang harus dibawa dan dimakan anak
sebagai bekalnya. Dengan cara seperti ini, Anda menjadi tahu makanan
apa saja yang dimakan anak, sehingga Anda juga dapat mengontrol
asupan makan anak, termasuk mengontrol asupan lemaknya. Secara
tidak langsung, Anda juga dapat mencegah anak dari obesitas. American
Heart Association merekomendasikan anak untuk mendapatkan lemak
sebesar 25-35% dari total kalorinya per hari, terutama jenis lemak tak
jenuh ganda dan lemak tak jenuh tunggal. Lemak jenis ini bisa Anda
dapatkan dari berbagai kacang-kacangan, ikan, dan minyak nabati.
Sebaiknya, masukkan makanan ini dalam menu bekal anak Anda.
Makanan ini dapat mendukung pertumbuhan anak, membantu memenuhi
kebutuhan gizinya, dan juga sangat bermanfaat untuk kesehatan jantung
anak Anda. Selain itu, juga bawakan bekal anak dengan makanan yang
mengandung serat tinggi, seperti buah-buahan dan sayuran. Makanan ini
dapat membuat anak kenyang lebih lama, sehingga dapat mencegah
kenaikan berat badan yang tidak diinginkan pada anak.
3. Meningkatkan energi dan performa anak di kelas
Anak membutuhkan energi yang cukup untuk melakukan
aktivitasnya di sekolah, terutama untuk belajar. Anak yang tidak makan
siang ternyata lebih sulit untuk berkonsentrasi di sekolah. Selain itu,
mereka juga mempunyai kemungkinan lebih besar untuk jajan makanan
ringan yang tidak sehat dan juga tidak mengenyangkan. Oleh karena itu,
bawakan bekal makanan untuk anak makan siang di sekolah, yang dapat
menyediakan energi cukup bagi anak untuk melakukan seluruh
aktivitasnya di sekolah maupun setelah pulang sekolah. Sebuah penelitian
yang dipublikasikan oleh Journal of School Health tahun 2008 melaporkan
bahwa anak sekolah yang makan sayuran, buah-buahan, protein, dan
sedikit kalori dari lemak mempunyai performa yang baik dalam tes aksara
72
dibandingkan dengan anak yang mempunyai asupan lemak dan garam
yang tinggi.
Sudah dibawakan bekal tetapi anak tidak mau makan, ini sering
sekali dirasakan ibu-ibu dalam memberikan bekal untuk anak. Seringkali
ibu-ibu malas untuk memberikan bekal pada anak. Tetapi sebelum itu
sebaiknya para ibu-ibu mencari tahu terlebih dahulu alasan mengapa
anak tidak memakan bekal nya. Terdapat beberapa alasan anak tidak
menghabiskan bekalnya yaitu:
a. Masalah pada tempat makan
Mungkin tempat makan anak kurang menarik seperti teman-
temannya yang lain, sehingga anak enggan untuk membuka tempat
makannya tersebut. Atau, bisa jadi tempat makan anak terlalu besar,
sehingga membuat anak merasa kenyang sebelum ia mampu
menghabiskan makanannya. Jika anak selalu tidak bisa menghabiskan
bekalnya, mungkin Anda bisa mengecilkan porsinya dan menempatkan
makanan dalam tempat makan yang lebih kecil. Sebaiknya, pilihkan
tempat makan yang sesuai untuk anak, sehingga ia juga senang untuk
membawanya ke sekolah.
b. Anak Bosan
Membawa bekal ke sekolah dengan makanan yang itu-itu saja
setiap hari tentu membuat anak bosan dengan bekalnya. Untuk anak yang
masih kecil, mungkin Anda bisa mengkreasikan makanan menjadi bentuk-
bentuk yang lucu dan menarik. Rancang menu bekal anak setiap hari,
usahakan untuk membuat menu yang berbeda setiap harinya.
c. Makanan Susah Untuk Dimakan
Alasan anak tidak menghabiskan bekalnya memang ada-ada
saja. Anak bisa saja tidak memakan bekalnya karena misalnya ayamnya
susah untuk dipotong, buahnya membuat tangannya menjadi lengket, dan
lain sebagainya. Untuk itu, Anda harus mengetahui selera anak seperti
apa. Permudahlah anak untuk memakan bekalnya. Misalnya, Anda sudah
73
membawakan bekal dengan makanan yang sudah dipotong kecil-kecil,
sehingga anak dapat langsung memakannya.
Jika Anda sudah mengetahui alasan anak tidak menghabiskan
bekalnya dan Anda sudah memperbaikinya, tetapi anak tetap saja tidak
dapat menghabiskan bekalnya, maka Anda tetap bisa mencukupi
kebutuhan anak melalui sarapan atau makan malamnya di rumah.
74
75
Bekal Yang Baik Untuk Anak Sekolah
Salah satu cara untuk mengurangi
kebiasaan jajan sembarangan pada anak
adalah dengan membawakan anak bekal ke
sekolah. Ini memberi banyak manfaat untuk
anak, terutama untuk kesehatannya. Bekal
makan siang yang sehat dapat memberikan
pemenuhan zat gizi anak dan juga mendukung
pembentukan pola hidup sehat pada anak.
Penting bagi anak untuk memperoleh makan
siang yang sehat karena makan siang dapat
memenuhi 1/3 kebutuhan kalori anak.
Manfaat bekal yang sehat yaitu:
2. Dapat menyediakan nutrisi yang
dibutuhkan anak. Pada masa
pertumbuhan ini, anak membutuhkan
banyak zat gizi penting, seperti protein,
vitamin A, vitamin C, zat besi, dan
kalsium. Dengan membawakan bekal
ke sekolah, Anda membantu anak
untuk memenuhi kebutuhan zat gizi
tersebut.
2. Karena Anda mengkreasikan bekal anak
sendiri, Anda dapat mengatur makanan
apa saja yang harus dibawa dan dimakan
anak sebagai bekalnya. Dengan cara
seperti ini, Anda menjadi tahu makanan
apa saja yang dimakan anak, sehingga
Anda juga dapat mengontrol asupan
makan anak, termasuk mengontrol asupan
lemaknya. Secara tidak langsung, Anda
juga dapat mencegah anak dari obesitas.
1. Anak membutuhkan energi yang cukup
untuk melakukan aktivitasnya di sekolah,
terutama untuk belajar. Oleh karena itu,
bawakan bekal makanan untuk anak
makan siang di sekolah, yang dapat
menyediakan energi cukup bagi anak untuk
melakukan seluruh aktivitasnya di sekolah
maupun setelah pulang sekolah.
76
MATERI III
TOPIK : NUTRISI PADA USIA ANAK SEKOLAH
a. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat makanan yang diperlukan tubuh untuk
menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta
mengatur proses-proses kehidupan. Yang terdiri dari: karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
b. Tujuan Nutrisi Pada Usia Sekolah
a. Supaya pertumbuhan dan perkembangan maksimal.
b. Memperbaiki gizi anak.
c. Menentukan perkembangan zat gizi anak selanjutnya.
c. Contoh Makanan Sehari Untuk Anak Sekolah
a. 3 piring nasi atau padanannya (1 piring = 200 gr)
b. 2 potong lauk hewani (1 potong = 50 gr)
c. 2 potong lauk nabati (1 potong = 20 gr)
d. 1 ½ porsi sayur (1 porsi = 100 gr tanpa kuah)
e. 2 potong buah (1 potong = 100 gr buah matang)
f. 1 gelas susu (1 gelas susu = 200 ml)
77
d. Tips Bagi Orangtua Agar Anak Tidak Jajan Sembarangan
a. Ibu mengetahui makanan kesukaan anaknya.
b. Penyajian yang menarik dan pengolahan yang bervariasi,
perhatikan juga gizi seimbangnya.
c. Beri anak pengertian tentang bahaya anak jajan diluar.
d. Beri vitamin bila dibutuhkan untuk menambah nafsu makan
anak.
78
79
NUTRISI PADA USIA ANAK
SEKOLAH
1. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat makanan
yang diperlukan tubuh untuk
menghasilkan energi, membangun
dan memelihara jaringan serta
mengatur proses-proses
kehidupan. Yang terdiri dari:
karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral, dan air.
2. Tujuan Nutrisi Pada Usia
Sekolah
a. Supaya pertumbuhan dan
perkembangan maksimal.
b. Memperbaiki gizi anak.
c. Menentukan perkembangan
zat gizi anak selanjutnya.
3. Contoh Makanan Sehari Untuk
Anak Sekolah
a. 3 piring nasi atau padanannya (1
piring = 200 gr)
b. 2 potong lauk hewani
(1 potong = 50 gr)
a. 2 potong lauk nabati (1 potong =
20 gr)
d. 1 ½ porsi sayur (1 porsi =
100 gr tanpa kuah)
e. 2 potong buah (1 potong = 100 gr
buah matang)
f. 1 gelas susu (1 gelas susu = 200
ml)
4. Tips Bagi Orangtua Agar Anak
Tidak Jajan Sembarangan
a. Ibu mengetahui makanan
kesukaan anaknya.
b. Penyajian yang menarik dan
pengolahan yang bervariasi,
perhatikan juga gizi seimbangnya.
c. Beri anak pengertian tentang
bahaya anak jajan diluar.
d. Beri vitamin bila dibutuhkan untuk
menambah nafsu makan anak.
80
MATERI IV
TOPIK : PMT Ikan Tamban
Stunting adalah masalah gizi di Indonesia yang memiliki ciri-ciri
tinggi badan anak yang tidak sesuai dengan anak seusianya. Penyebab
stunting biasanya terjadi pada 1000 HPK sebelum golden periode.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi
badanmenurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai
pada pradan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka
panjang merupakan pertumbuhan linier yang gagal untuk men&apai
potensi geneti& sebagai akibatdari pola makan yang buruk dan penyakit.
Masalah gizi dapat terjadi pada setiap siklus kehidupan, dimulai
sejak janin. hingga menjadi bayi, anak, dewasa sampai usia lanjut. Saat
ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yaitu gizi kurang dalam
bentuk Kurang energy Protein, kurang vitamin A, Anemia dan gangguan
akibat kurang Iodium dan gizi lebih berkaitan dengan timbulnya penyakit
degenerative seperti Diabetes Mellitus, jantung,hipertensi,dll. Masalah gizi
kurang merupakan salah satu faktor penyebab kematian bayi. Keadaan
tersebut secara langsung disebabkan oleh asupan gizi yang kurang
mencukupi gizi balita. Oleh sebab itu untuk membantu mencukupi
kebutuhan gizi masyarakat tentang anak balita, pemerintah
mengembangkan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT). PMT
penyuluhan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak sekolah
sekaligus sebagai pembelajaran bagi kader. PMT penyuluhan diberikan
dalam bentuk makanan atau bahan makanan lokal, PMT juga sebagai
tambahan makanan sehari-hari bukan sebagai makanan pengganti
makanan utama.
81
Pemberian makana tambahan berupa nugget berbahan ikan
tamban dapat meningkatkan pangan lokal yang ada di daerah pantai labu.
PMT ini diberikan pada anak sekolah dasar Rantau Panjang dan
Pematang Biara selama 30 hari berturut-turut. Ikan tamban merupakan
hasil laut yang banyak di pantai labu tetapi kurang diminati karena durinya
yang banyak, dan hanya diolah sebagai lauk saja.penelitian ini bertujuan
untuk memodifikasi ikan tamban sebagai variasi baru makanan tambahan
untuk pertumbuhan anak sekolah
Resep Modifikasi nugget
Bahan pembuatan nugget berbahan ikan tamban dalam 100 gr
Prosedur persiapan awal bahan-bahan :
a. Ikan Tamban
- Pilih ikan tamban yang segar
- Bersihkan ikan dari sisik dan bagian dalam ikan
- Cuci bersih
No Bahan Jumlah
1 Ikan tamban 100 gr
2 Tepung terigu 8 gr
3 Tepung roti 2 gr
5 Garam Secukupnya
6 Telur ayam 10 gr
7 Wortel 3 gr
8 Daun bawang 2 gr
9 Minyak sayur 7 gr
82
- Presto ± 3 jam
- Hancurkan ikan yang sudah dipresto sampai halus
b. Wortel dan bawang
- Wortel dan bawang dikupas dan di cuci bersih
- Parut wortel agar halus
- Bawang dihaluskan
c. Daun bawang
- Bersihkan daun bawang dan cuci bersih
- Iris daun bawang
Prosedur resep modifikasi nuget berbahan ikan tamban memiliki
tahapan sebagai berikut:
Komposisi zat gizi nugget ikan tamban dalam 100 gr
No Jenis Zat Gizi Kandungan
1 Energi (kcal) 115
2 Protein (gr) 9.33
Campur wortel yang sudah diparut, daun bawang, bawang
putih,dan garam
Masukkan tepung terigu, serta telur
Siapkan kukusan, masukkan adonan nugget kedalam cetakan
loyang yang dilumuri minyak sayur, kemudian kukus sebentar ±
20 menit
Setelah itu angkat dan potong-potong sesuai selera
Kemudian gulingkan kedalam tepung roti/panir
Setelah itu siap untuk digoreng, untuk memperpanjang daya
awet nugget, simpan dilmeari es
83
3 Lemak (gr) 3.88
4 Karbohidrat (gr) 10.7
5 Kalsium (mg) 12.16
7 Zicn (mg) 3,5
Sumber: Program Komputer
84
PMT IKAN
TAMBAN
PMT bukan hanya pada
pemberian biskuit saja, pada
penelitian ini PMT yang
diberikan berupa nugget dari
ikan tamban.
Ikan merupakan makanan yang
banyak mengandung protein.
Salah satu komponen gizi yang
terkandung dalam ikan dan
diduga berperan dalam
meningkatkan kecerdasan
adalah kandungan asam lemak
tak jenuh dan DHA. Ikan yang
dikonsumsi perlu memenuhi
syarat seperti kondisi ikan harus
segar , dagingnya masih kenyal,
serta matanya tidak berwarna
merah.
Masalah gizi dapat terjadi pada
setiap siklus kehidupan, dimulai
sejak janin, hingga menjadi
bayi, anak, dewasa sampai
usia lanjut. Saat ini Indonesia
menghadapi masalah gizi
ganda yaitu gizi kurang dalam
bentuk Kurang energy Protein,
kurang vitamin A, Anemia dan
gangguan akibat kurang Iodium
dan gizi lebih berkaitan dengan
timbulnya penyakit degeerative
seperti Diabetes Mellitus,
jantung, hipertensi, dll.
Masalah gizi kurang
merupakan salah satu
faktor penyebab kematian
bayi. Keadaan tersebut
secara langsung
disebabkan oleh asupan
gizi yang kurang mencukupi
gizi balita.
Oleh sebab itu untuk
membantu mencukupi
kebutuhan gizi masyarakat
tentang anak balita,
pemerintah
mengembangkan program
Pemberian Makanan
Tambahan (PMT). PMT
dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan gizi
anak sekolah sekaligus
sebagai pembelajaran bagi
kader. PMT penyuluhan
diberikan dalam bentuk
85
Pemberianmakanan
tambahan berupa nugget ikan
tamban dapat meningkatkan
pangan lokal yang ada di
daerah pantai labu. Pada ikan
tamban 100 gr menyumbang
E=112 kkal, P= 20 gr, L=3 gr,
KH= 0 gr. Dalam hal ini anak-
anak sebaiknya banyak
mengonsumsi tinggi protein
untuk menunjang laju
pertumbuhan saat masa
remaja kelak. Selain ikan
tamban, ada banyak ikan yang
mengandung protein tinggi
untuk pertumbuhan.
PMT ini diberikan
pada anak sekolah dasar
Rantau Panjang dan
Pematang Biara selama 30
hari berturut-turut. Ikan
tamban merupakan hasil
laut yang banyak di pantai
labu tetapi kurang diminati
karena durinya yang
banyak, dan hanya diolah
sebagai lauk saja. Penelitian
ini bertujuan untuk
memodifikasi ikan tamban
sebagai variasi baru
makanan tambahan untuk
pertumbuhan anak sekolah.
86
Lampiran7. Pernyataan
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Margaret Ursula Siregar
NIM : P01031214035
Menyatakan bahwa data penelitian yang terdapat di Skripsi saya adalah
benar saya ambil dan bila tidak saya bersedia mengikuti ujian ulang (ujian
utama saya dibatalkan).
Yang Membuat Pernyataan,
(Margaret Ursula Siregar)
87
Lampiran 8. Bukti Bimbingan Skripsi
Nama : Margaret Ursula Siregar
NIM : P01031214035
Judul :Pengaruh Pendidikan Gizi Dan Pemberian Makanan
Tambahan Berbahan Ikan Terhadap Pengetahuan,
Sikap Dan Tindakan Ibu Yang Memiliki Anak
Stunting Di Desa Pantai Labu.
Dosen Pembimbing : Dini Lestrina, DCN, M.Kes
No. Tanggal Topik
Bimbingan
Hasil Diskusi T. Tangan
Mahasiswa
Bimbingan
T. Tangan
Dosen
Pembimbing
1. 4 Oct-
2017
Menulis
Penelusuran
Topik
Mendiskusikan topik
penelitian yang akan
diteliti
2. 9 Oct-
2017
Pengembangan
Topik
Pengembangan topik
penelitian yang telah
dipilih untuk melihat
masalah
3. 12 Oct-
2017
Penetapan
Judul
Menyusun judul
berdasarkan topik
4. 16 Oct-
2017
Bab I Penulisan
Latar Belakang
Mendiskusikan latar
belakang yang akan
dibuat menurut topik
yang dipilih
5. 18 Oct-
2017
Perbaikan Bab
I
Mendiskusikan Bab I
yang telah disusun
6. 20 Oct-
2017
Bab II
Pengembangan
Tinjauan
Mendiskusikan
Penulisan tinjauan
pustaka berdasarkan
88
Pustaka variabel yang diteliti
7. 23 Oct-
2017
Bab II
Pengembangan
DO, Kerangka
Teori,
Kerangka
Konsep dan
Hipotesis
Mendiskusikan
penulisan DO,
Kerangka Teori,
Kerangka Konsep,
dan Hipotesis sesuai
dengan tinjauan
pustaka yang dibuat
8. 25 Oct-
2017
Bab III
Pengembangan
Metode
Penelitian
Menulis menulis
metode penelitian
yang akan dikerjakan
9. 27 Oct-
2017
Perbaikan Bab
I, II, III
Mendiskusikan bab I,
II, III yang telah
disusun
10. 30 Oct-
2017
Perbaikan bab
I, II, II, dan
lampiran
Mendiskusikan bab I,
II, III dan lampiran
yang dibuat
11 25 Jui-
2018
Diskusi
penyusunan
hasil dan
pembahasan
Membahas hasil dan
penelitian
12 3 Agust-
2018
Revisi bab I-V Menambah
kekurangan Bab IV
dan V
13 6 Agust-
2018
Merapikan
skripsi dari Bab
I-V dan lampira
Merapikan semua isi
skripsi
Lubuk Pakam, Agustus 2018
89
Lampiran 9. LEMBAR BUKTI BIMBINGAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa :Margaret Ursula Siregar
NIM :P01031214035
Judul Karya Tulis Ilmiah : Pengaruh Pendidikan Gizi Dan Pemberian
Makanan Tambahan Berbahan Ikan Terhadap
Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu Yang
Memiliki Anak Stunting Di Desa Pantai Labu.
Bidang Peminatan :Gizi Masyarakat
Nama Pembimbing Utama :Dini Lestrina, DCN, M.Kes
NIP :197005221992032001
90
Lampiran 10. Daftar Riwayat Hidup
Nama Lengkap : Margaret Ursula Siregar
Tempat/Tanggal Lahir : Sidikalang, 20 Maret 1996
Jumlah Anggota Keluarga : 4 Orang
Alamat Rumah : Jalan Kemuning Raya No. 15 Perumnas
Helvetia, Medan
No Hp/Telp : 081511833593
Riwayat Pendidikan : 1. SD ST Yosef Sidikalang
2. SMP Negeri 1 Sidikalang
3. SMA Negeri 2 Sidikalang
Hobi : Mendengar Musik, Baca Komik.
Motto : Jangan Menyesal Melakukan Kesalahan Tapi
Menyesallah Karena Tidak Dapat melakukan
Kesalahan.
91
Lampiran 11. Dokumentasi