Upload
lymien
View
271
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENAMBAHAN CETANE BOOSTER TERHADAP
EMISI GAS BUANG PADA MOBIL DAIHATSU HI-LINE
TUGAS AKHIR
ANGGI KURNIAWAN
NIM : 150309259591
PROGRAM STUDI ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
2018
i
PENGARUH PENAMBAHAN CETANE BOOSTER TERHADAP
EMISI GAS BUANG PADA MOBIL DAIHATSU HI-LINE
TUGAS AKHIR
KARYA TULIS INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU
SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA DARI
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
ANGGI KURNIAWAN
NIM : 150309259591
PROGRAM STUDI ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
2018
ii
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PENAMBAHAN CETANE BOOSTER TERHADAP
EMISI GAS BUANG PADA MOBIL DAIHATSU HI-LINE
Disusun Oleh:
ANGGI KURNIAWAN
NIM : 150309259591
Pembimbing I
Subur Mulyanto, S.Pd., M.T.
NIDN. 0006028206
Pembimbing II
Mohamad Amin, S.Pd.T., M.P.Fis.
NIDN. 0009118205
Ketua Penguji,
Zulkifli, S.T., M.T.
NIP. 198508282014041003
Anggota Penguji,
Donny Sayogi Sandhi
NRP. 80110011
Anggota Penguji,
Patria Rahmawaty, S.Psi., M.MPd, Psikolog.
NIP. 197601312003122002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Mesin
Zulkifli, S.T., M.T.
NIP. 198508282014041003
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Anggi Kurniawan
Tempat/Tgl Lahir : Balikpapan, 14 Desember 1996
NIM : 150309259591
Menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul “PENGARUH PENAMBAHAN
CETANE BOOSTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOBIL
DAIHATSU HI-LINE” adalah bukan merupakan hasil karya tulis orang lain,
baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam kutipan yang kami sebutkan
sumbernya.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar–benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi akademis.
Balikpapan, 03 April 2018
Mahasiswa
Anggi Kurniawan
NIM. 150309259591
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini kupersembahkan kepada
Ayahanda dan Ibunda tercinta
Muhammad Rasyid dan Naziroh
Saudariku yang kusayang
Lisa Fitriana dan Neti Kumalasari
v
SURAT
PERNYATAANRSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN yang bertanda tangan dibawah i Anggi Kurniawan
NIM : 150309259591
Program Studi : Teknik Mesin Alat Berat
vi
ABSTRAK
Permasalahan polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor sudah mencapai titik
yang mengkhawatirkan, terutama dikota-kota besar. Dari berbagai sumber
bergerak seperti mobil penumpang, truk, bus, lokomotif kereta api, pesawat, dan
kapal laut. Saat ini, maupun dikemudian hari akan terus menjadi sumber yang
dominan dari pencemaran udara di perkotaan. Dan yang menjadi masalah dalam
pencemaran udara adalah emisi kendaraan bermotor dimana sebagian besar
kendaraan bermotor ini menggunakan bahan bakar minyak (BBM) berupa solar
yang mengandung timah hitam (leaded) yang berperan sebagai penyumbang
polusi cukup besar terhadap kualitas udara dan kesehatan. Daya yang dihasilkan
oleh suatu motor bakar tergantung dari pembakaran campuran bahan bakar dan
udara yang terjadi di dalam ruang bakar (combustion chamber). Ini berarti
semakin baik kualitas dari suatu bahan bakar, maka performa yang dihasilkan
akan semakin baik pula. Upaya meningkatkan efisiensi proses pembakaran dalam
ruang bakar baik mesin bensin ataupun mesin diesel dilakukan melalui berbagai
cara, salah satunya dengan melakukan penambahan cetane booster pada bahan
bakar solar agar proses pembakaran menjadi lebih baik sehingga polusi yang
dihasilkan menurun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari tahu
pengaruh dari penambahan centane booster ke bahan bakar solar. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menambahkan cetane booster ke
bahan bakar solar dengan jumlah bervariabel kemudian melakukan uji emisi
terhadap gas buang kendaraan yang sudah dilakukan penambahan cetane booster.
Dari hasil uji coba didapatkan hasil penurunan opasitas sebanyak 0,51% dari hasil
sampel penambahan cetane booster. Sehingga jika semakin banyak penambahan
cetane booster maka semakin tinggi pula penurunan dari opasitas atau gas buang
kendaraan.
Kata kunci: Cetane Booster, Diesel, Emisi Gas Buang, Solar
vii
ABSTRACT
The problem of air pollution due to motor vehicle emissions has reached an
alarming point, especially in big cities. From various moving sources such as
passenger cars, trucks, buses, railroad locomotives, aircraft and ships. At present,
and in the future it will continue to be the dominant source of urban air pollution.
And the problem in air pollution is the emission of motorized vehicles where most
of these motorized vehicles use fuel (BBM) in the form of leaded diesel which acts
as a significant contributor to pollution of air quality and health. The power
produces by a combustion motor depends on the combustion of the fuel mixture
and the air that occurs in the combustion chamber. It means that the better quality
of a fuel, the better performance produced. Efforts to improve the efficiency of the
combustion process in the combustion chamber either gasoline or diesel engines
are carried out in various ways, one of which is by adding a cetane booster to
diesel fuel so that the combustion process is better therefore the resulting
pollution decreases. The purpose of this study is to find out the effect of adding
centane booster to diesel fuel. The method used in this study was to add a cetane
booster to diesel fuel with a variable number and then test the emissions of the
vehicle exhaust gas that had been carried out by adding cetane booster. From the
results of the trial obtained a decrease in opacity as much as 0.51% from the
results of the sample addition of cetane booster. Therefore if more cetane booster
was added, there higher was decreasing in the opacity or exhaust gas of the
vehicle.
Keywords: Cetane Booster, Diesel, Exhaust Gas Emission, Solar
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Tugas Akhir ini.
Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan program Diploma III pada Jurusan Teknik Mesin Program Studi
Alat Berat di Politeknik Negeri Balikpapan.
Pada saat penyusunan Tugas Akhir ini penulis harus melalui hambatan dan
masalah. Tetapi berkat dukungan, bantuan dan masukan-masukan dari berbagai
pihak Tugas Akhir ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ramli, S.E., M.M.,sebagai Direktur Politeknik Negeri Balikpapan.
2. Bapak Subur Mulyanto, S.Pd., M.T. yang telah banyak membantu,
membimbing serta memberikan saran kepada kami selaku Mahasiswa
dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
3. Bapak Mohamad Amin, S.Pd.T.,M.PFis sebagai pembimbing 2 yang juga
telah membantu, memberi masukan saran serta pengoreksian terhadap
penyelesaian Tugas Akhir ini.
4. Ayah, Ibu serta Paman dan Bibi, yang selalu memberikan motivasi dan
semangat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan penuh
pengertian dan kesabaran selama penyelesaian Tugas Akhir ini.
5. Rekan-rekan Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Alat Berat angkatan tahun
2015 khususnya rekan-rekan kelas 3TMAB1 yang memberikan semangat
dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
6. Keluarga Besar Bapak Muhammad Rasyid, yang juga memberikan banyak
motivasi dan semangat bagi diri penulis sehingga terciptanya Tugas Akhir
ini.
7. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan tugas akhir ini hingga selesai.
ix
Balikpapan, 3 April 2018
Anggi Kurniawan
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ............................................................... ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN ................................................................. iii
HALAMAN LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................... iv
HALAMAN SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH .................................................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah................................................................................................ 2
1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 2
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 3
1.6 Sistematika Penulisan ....................................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 4
2.1 Definisi Mesin Diesel ........................................................................................ 4
2.2 Cara Kerja Mesin Diesel ................................................................................... 5
2.3 Tipe – Tipe Mesin Diesel .................................................................................. 6
2.4 Emisi Gas Buang Bahan Bakar Solar.............................................................. 10
2.5 Definisi Solar .................................................................................................. 11
xi
2.6 Karakteristik Solar .......................................................................................... 11
2.7 Syarat-syarat Solar .......................................................................................... 12
2.8 Kandungan Solar ............................................................................................. 13
2.9 Kegunaan Solar ............................................................................................... 13
2.10 Bahan Bakar Diesel ....................................................................................... 13
2.11 Jenis-jenis Bahan Bakar Diesel ..................................................................... 15
2.12 Angka Cetane ................................................................................................ 17
2.13 Alat Uji Emisi ............................................................................................... 18
BAB III METODOLOGI PENILITIAN ............................................................... 19
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................ 19
3.2 Waktu dan Tempat Penelitan .......................................................................... 19
3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................................. 19
3.4 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................... 20
3.4.1. Alat .............................................................................................................. 20
3.4.2. Bahan .......................................................................................................... 21
3.5 Variasi Penambahan Cetane Booster .............................................................. 22
3.6 Pengumpulan Data .......................................................................................... 22
3.6.1 Data Primer .................................................................................................. 22
3.6.2 Data Sekunder .............................................................................................. 23
3.7 Tahap Analisis ................................................................................................. 23
3.8 Diagram Alir Penelitian .................................................................................. 23
3.9 Jadwal Penelitian ............................................................................................. 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 26
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................... 26
4.2 Eksperimen Penelitian ..................................................................................... 26
4.2.1 Persiapan Alat dan Bahan ............................................................................ 26
xii
4.2.2 Proses Eksperimen ....................................................................................... 26
4.3 Sampel Pencampuran dan Hasil Pengujian ..................................................... 29
4.4 Pembahasan dan Analisa Data ........................................................................ 30
4.4.1 Pembahasan .................................................................................................. 30
4.4.2 Analisa Data ................................................................................................. 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 31
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 31
5.2 Saran ................................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 32
LAMPIRAN .......................................................................................................... 33
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Mesin Diesel ........................................................................................ 4
Gambar 2.2 Kompresi Mesin Diesel 2 Tak ............................................................ 7
Gambar 2.3 Kompresi Mesin Diesel 2 Tak ............................................................. 8
Gambar 2.4 Kompresi Mesin Diesel 4 Tak ............................................................. 9
Gambar 3.1 Mesin uji emisi gas buang ................................................................. 20
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian .................................................................... 24
Gambar 4.1 Cetane Booster .................................................................................. 27
Gambar 4.2 Proses pencampuran bahan bakar dengan cetane booster ................ 27
Gambar 4.4 Hasil uji emisi gas buang .................................................................. 28
Gambar 4.5 Sampel Cetane Booster ..................................................................... 29
Gambar 4.10 Grafik Nilai Opasitas ....................................................................... 30
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Spesifikasi Mesin Emisi Gas Buang ..................................................... 21
Tabel 3.2 Pebandingan Bahan Bakar Solar dan Cetane Booster .......................... 22
Tabel 3.3 Timeframe Penelitian ............................................................................ 25
Tabel 4.1 Hasil uji coba pada variasi penambahan cetane booster....................... 29
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia yang terus meningkat telah
menyebabkan bertambah besar pengunaan bahan bakar terutama bahan bakar
minyak (BBM). Sedangkan jumlah cadangan minyak bumi mulai semakin
menurun. Cadangan minyak berada di level 1,258 triliun barrel pada akhir tahun
2008, turun dibandingkan dengan 1,261 triliun barrel pada tahun sebelumnya.
Penurunan cadangan minyak disebabkan oleh dua faktor utama yaitu eksploitasi
minyak selama bertahun-tahun dan minimnya eksplorasi atau survei geologi untuk
menemukan cadangan minyak terbaru.
Permasalahan polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor sudah
mencapai titik yang mengkhawatirkan, terutama dikota-kota besar. Dari berbagai
sumber bergerak seperti mobil penumpang, truk, bus, lokomotif kereta api,
pesawat, dan kapal laut, saat ini, maupun dikemudian hari akan terus menjadi
sumber yang dominan dari pencemaran udara di perkotaan. Dan yang menjadi
masalah dalam pencemaran udara adalah emisi kendaraan bermotor dimana
sebagian besar kendaraan bermotor ini menggunakan bahan bakar minyak (BBM)
berupa solar yang mengandung timah hitam (leaded) berperan sebagai
penyumbang polusi cukup besar terhadap kualitas udara dan kesehatan.
Daya yang dihasilkan oleh suatu motor bakar tergantung dari pembakaran
campuran bahan bakar dan udara yang terjadi di dalam ruang bakar (combustion
chamber). Ini berarti semakin baik kualitas dari suatu bahan bakar, maka performa
yang dihasilkan akan semakin baik pula. Upaya meningkatkan efisiensi proses
pembakaran dalam ruang bakar baik mesin bensin ataupun mesin diesel dilakukan
melalui berbagai cara.
Salah satunya menggunakan solar dengan nilai setana tinggi menjadi
mutlak. Namun harga bahan bakar dengan nilai setana yang tinggi seperti Dex
sangatlah mahal sehingga membebani rakyat. Volatile Fatty Acid Degraded
(VFAD) atau Asam lemak adalah senyawa dengan gugus karboksil. Bersama-
sama dengan gliserol, merupakan penyusun utama minyak nabati atau lemak dan
2
merupakan bahan baku untuk semua lipida pada makhluk hidup. Asam ini mudah
dijumpai dalam minyak goreng, margarin, atau lemak hewan dan menentukan
nilai gizinya.
Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang
terhidrolisis) maupun terikat sebagai gliserida. Volatile Fatty Acid Degraded
(VFAD) atau Asam lemak diharapkan mampu mengangkat nilai setana bagi solar,
sehingga pembakaran akan lebih sempurna dibanding dengan menggunakan
bahan bakar solar maupun dex sehingga diharapkan Performa mesin meningkat
dan konsumsi BBM semakin irit.
Berdasarkan latar belakang di atas diperlukan mengangkat nilai setana
(cetane booster). Salah satunya adalah mengangkat setana yang terbuat dari
Volatile Fatty Acid Degraded (VFAD) yang dapat mengankat nilai setana
sehingga menghasilkan performa yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat pengaruh cetane booster terhadap mesin Diesel Daihatsu DL41 diesel
OHV 2800cc ,dan kandungan emisi gas buang pada mesin diesel tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa
masalah yaitu sebagai berikut
1. Apakah pengaruh cetane booster terhadap engine unit Daihatsu Hiline ?
2. Bagaimana pengaruh emisi gas buang jika ditambahkan cetane booster ?
1.3 Batasan Masalah
Hanya membahas tentang pengaruh cetane booster terhadap mesin Diesel
Daihatsu DL41 diesel OHV 2800cc , dan melihat emisi gas buang kendaraan solar
tersebut.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh cetane booster pada unit Daihatsu Hiline
2. Mengetahui kadar emisi gas buang setelah ditambahkan cetane booster dan
tidak menggunakan cetane booster
3
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian tentang pengaruh bahan bakar yang ditambahkan zat additive
yang diharapkan memiliki manfaat yaitu :
1. Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis serta sebagai bahan
perbandingan untuk meneliti pengaruh cetane booster pada mesin diesel dan
serta perbandingan bagi pembaca selanjutnya
2. Sebagai salah satu referensi tentang penelitian kepada mahasiswa politeknik
negeri balikpapan yang ingin melakukan penelitian dalam bidang yang sama.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi dari tugas akhir ini,
maka penulis menyusun tugas akhir ini menjadi 5 (lima) bab. Berikut ini adalah
penjelasan tentang isi dari bab-bab yang ada dalam tugas akhir ini.
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulis.
BAB II : LANDASAN TEORI
Didalam bab ini menjelaskan tentang teori-teori dasar yang sesuai dengan
permasalahan yang dibahas dalam penulisan tugas akhir ini.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Di dalam bab ini akan membahas metode, instrument serta data-data yang
akan digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang dibahas
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Di dalam bab ini diuraikan deskripsi objek penelitian analisis data dan
pembahasan hasil penelitian.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Di dalam bab ini disajikan kesimpulan berdasarkan hasil analisa yang
merupakan jawaban dari perumusan masalah yang ada dan saran yang dapat
digunakan kedepanya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN DATA
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Mesin Diesel
Motor bakar diesel biasa disebut juga dengan mesin diesel (mesin pemicu
kompresi) adalah motor bakar pembakaran dalam yang menggunakan panas
kompresi untuk menciptakan penyalaan dan membakar bahan bakar yang telah
diinjeksikan ke dalam ruang bakar. Mesin ini tidak menggunakan busi seperti
mesin bensin atau mesin gas.
Gambar 2.1 Mesin Diesel
(Sumber : Wikipedia)
Mesin diesel memliki efisiensi termal tebaik dibandingkan dengan mesin
pembakaran dalam maupun pembakaran luar lainnya, karena memiliki rasio
kompresi yang sangat tinggi. Mesin diesel kecepatan-rendah (seperti pada mesin
kapal) dapat memiliki efisiensi termal lebih dari 50%
5
2.2 Cara Kerja Mesin Diesel
Mesin diesel menggunakan prinsip kerja hukum Charles, yaitu ketika
udara dikompresi maka suhunya akan meningkat. Udara disedot ke dalam ruang
bakar mesin diesel dan dikompresi oleh piston yang merapat dengan rasio
kompresi antara 15:1 dan 22:1 sehingga menghasilkan tekanan 40-bar (4,0 MPa;
580 psi), dibandingkan dengan mesin bensin yang hanya 8 to 14 bars (0,80 to
1,40 MPa; 120 to 200 psi). Tekanan tinggi ini akan menaikkan suhu udara sampai
550 °C (1.022 °F).
Beberapa saat sebelum piston memasuki proses kompresi. Bahan bakar
diesel diinjeksi ke ruang bakar langsung dalam tekanan tinggi memlalui nozzle
dan injector supaya bercampur dengan udara panas yang bertekanan tinggi.
Injektor memastikan bahwa bahan bakar terpecah menjadi butiran-butiran kecil
dan tersebar merata. Uap bahan bakar kemudian menyala akibat udara yang
terkompresi tinggi di dalam ruang bakar
Awal penguapan bahan bakar ini menyebabkan sebuah waktu tunggu
selagi penyalaan, suara detonasi yang muncul pada mesin diesel adalah ketika uap
mencapai suhu nyala dan menyebabkan naiknya tekanan diatas piston secara
mendadak. Oleh karena itu, penyemprotan bahan bakar ke ruang bakar mulai
dilakukan saat piston mendekati (sangat dekat) TMA untuk menghindari detonasi.
Penyemprotan bahan bakar yang langsung ke ruang bakar di atas piston
dinamakan injeksi langsung (direct injection) sedangkan penyemprotan bahan
bakar kedalam ruang khusus yang berhubungan langsung dengan ruang bakar
utama di mana piston berada dinamakan injeksi tidak langsung (indirect
injection).
Ledakan tertutup ini menyebabkan gas dalam ruang pembakaran
mengembang dengan cepat, mendorong piston kebawah dan menghasilkan tenaga.
Batang penghubung (connecting rod) menghubungkan gerakan ke crankshaft dan
dari crankshaft diubah menjadi tenaga putar.
Tingginya kompresi menyebabkan pembakaran dapat terjadi tanpa
dibutuhkan sistem penyala terpisah (pada mesin bensin digunakan busi),
sehingga rasio kompresi yang tinggi meningkatkan efisiensi mesin. Meningkatkan
6
rasio kompresi pada mesin bensin hanya terbatas untuk mencegah kerusakan pra-
penyalaan.
2.3 Tipe – Tipe Mesin Diesel
Ada dua kelas mesin diesel: dua-tak dan empat-tak.
Biasanya jumlah silinder dalam kelipatan dua, meskipun berapapun jumlah
silinder dapat digunakan selama poros engkol dapat diseimbangkan untuk
mencegah getaran yang berlebihan. Mesin 6 segaris paling banyak diproduksi
dalam mesin tugas-medium ke tugas-berat, meskipun V8 dan 4 segaris juga
banyak diproduksi.
Mesin diesel bekerja dengan kompresi udara yang cukup tinggi, sehingga pada
mesin disel besar perlu ditambahkan sejumlah udara yang lebih banyak. Maka
digunakan Supercharger atau turbocharger pada intake manifold, dengan tujuan
memenuhi kebutuhan udara kompresi.
Siklus mesin diesel 2 tak
Seperti yang kita tahu bahwa sebuah mesin baik yang 2 tak maupun yang
4 tak terdiri dari empat siklus. Siklus tersebut ialah siklus hisap atau intake, siklus
kompresi atau compression, siklus ledak atau power, dan yang terakhir adalah
siklus buang atau exhaust. Pada mesin 2 tak, satu kali putaran 360 derajat (poros
engkol atau crankshaft) terdiri dari 4 siklus.
4 siklus tadi terdiri dari setengah putaran (1800) yang melakukan 2 siklus.
Mesin 2 tak tidak menggunakan katup atau valve,camshaft seperti halnya pada
mesin 4 tak. Sebagai gantinya mesin 2 tak menggunakan membran yang posisinya
berada setelah karburator. Tak heran jika mesin 2 tak lebih responsif dan
akselerasinya juga lebih bagus. Akan tetapi mesin diesel 2 tak lebih boros bahan
bakar karena memerlukan tenaga besar pada saat putaran atau RPM tinggi.
Dimensi mesin 2 tak cenderung lebih kecil jika dibandingkan dengan mesin 4 tak.
Akan tetapi mesin 2 tak akan mengeluarkan banyak asap saat digunakan. Berikut
cara kerja dari siklus mesin diesel 2 tak.
7
Siklus 1 (Piston Bergerak dari TMA ke TMB)
Gambar 2.2 Kompresi Mesin Diesel 2 Tak
(Sumber : Cara Kerja Mesin Diesel)
Pada posisi TMA ke TMB, piston menekan ruang bilas yang letaknya
berada di bawahnya. Semakin jauh piston meninggalkan TMA menuju TMB,
maka semakin meningkat pula tekanan pada ruang bilas.
Pada posisi tertentu, piston akan melewati lubang pembuangan dan juga
pemasukan gas. Posisi masing-masing lubang berbeda tergantung desain. Pada
umumnya ring piston akan terlebih dahulu melewati lubang pembuangan.
Gas yang ada di dalam ruang bakar keluar melalui lubang pembuangan
pada saat piston melewati lubang pembuangan.Selain itu gas yang tertekan di
dalam ruang bilas akan terpompa menuju ke dalam ruang bakar, dan mendorong
keluar gas yang berada dalam ruang bakar menuju ke lubang pembuangan pada
saat ring piston melewati lubang pemasukan. Piston menekan ruang bilas terus
menerus sampai ke titik TMB, sekaligus memompa gas yang berada dalam ruang
bilas menuju ke dalam ruang bakar.
8
Siklus 2 (Piston Bergerak dari TMB ke TMA)
Gambar 2.3 Kompresi Mesin Diesel 2 Tak
(Sumber : Google Image)
Pada posisi TMB ke TMA, piston akan menghisap gas yang berasal dari
hasil percampuran udara, bahan bakar, serta pelumas menuju ke dalam ruang
bilas. Yang bertugas melakukan percampuran ini adalah karburator atau sistem
injeksi. Piston akan mengkompresi gas yang terjebak di dalam ruang bakar pada
saat melewati lubang pemasukan dan pembuangan sampai ke TMA.Busi akan
menyala untuk membakar gas yang berada dalam ruang bakar, beberapa saat
sebelum piston sampai ke TMA.
Siklus Mesin Diesel 4 Tak
Cara kerja mesin 4 tak memang sedikit berbeda jika dibandingkan dengan mesin 2
tak. Jika dibandingkan dengan mesin 2 tak, mesin 4 tak kurang responsif namun
lebih hemat bahan bakar. Mesin 4 tak punya 4 siklus dengan melakukan 2 kali
putaran 720 derajat poros engkol atau crankshaft. Mesin 4 tak juga lebih ramah
lingkungan karena tidak menggunakan oli samping.
9
Berbeda dengan mesin 2 tak, mesin 4 tak menggunakan klep atau valve yang
digerakan oleh camshaft. Efeknya semua siklus yang dijalankan berjalan dengan
lebih sempurna. Nah, jika anda ingin tahu cara kerja mesin diesel 4 tak, silahkan
simak 4 tahap dalam satu siklus berikut ini.
Gambar 2.4 Kompresi Mesin Diesel 4 Tak
(Sumber : Cara Kerja Mesin Diesel)
Tahap 1
Pada tahap satu, piston bergerak dari TMA ke TMB. Posisi katup masuk
terbuka, sedangkan katup keluar tertutup. Akibatnya udara atau gas terhisap
masuk menuju ke dalam ruang bakar. Proses dimana udara atau gas sebelum
masuk menuju ke ruang bakar dapat dilihat dan diamati pada sistem pemasukkan.
Tahap 2
Pada tahap dua, piston bergerak dari TMB ke TMA. Di tahap ini, posisi
katup masuk dan keluar sama-sama tertutup. Akibatnya udara atau gas dalam
ruang bakar menjadi terkompresi. Sebelum piston sampai pada posisi TMA,
waktu penyalaan terjadi (penyuntikan atau penyemprotan bahan bakar pada mesin
diesel).
Tahap 3
Pada tahap yang ke-3 ini, gas yang terbakar dalam ruang bakar akan
memberikan tekanan yang lebih dalam ruang bakar, sehingga mengakibatkan
10
piston terdorong dari TMA menuju ke TMB. Dalam tahap atau proses yang ketiga
inilah mesin akan menghasilkan tenaga yang diperlukan.
Tahap 4
Pada tahap yang terakhir atau tahap keempat, piston bergerak dari TMB
menuju ke TMA. Pada tahap ini. posisi katup masuk terutup, sedangkan katup
keluar terbuka. Akibatnya sisa gas pembakaran terdorong menuju ke katup keluar
yang sedang terbuka untuk diteruskan menuju ke lubang pembuangan.
2.4 Emisi Gas Buang Bahan Bakar Solar
Polusi udara oleh gas buang dan bunyi pembakaran motor diesel
merupakan gangguan terhadap lingkungan. Komponen-komponen gas buang yang
membahayakan itu antara lain adalah asap hitam, hidrokarbon yang tidak terbakar
(UHC), karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO) dan NO2. NO dan NO2
biasa disebut dengan NOx (W. Arismunandar, 2002). Namun jika dibandingkan
dengan motor bensin, motor diesel tidak banyak mengandung CO dan UHC.
Disamping itu, kadar NO2 sangat rendah jika dibandingkan dengan NO. jadi
boleh dikatakan bahwa komponen gas buang motor diesel yang membahayakan
adalah NO dan asap hitam. Bahan bakar dengan kadar belerang yang tinggi
sebaiknya tidak digunakan karena akan menyebabkan adanya SO2 di dalam gas
buang. Asap hitam membahayakan lingkungan karena mengeruhkan udara
sehingga menggangu pandangan, dan juga kemungkinan mengandung karsinogen.
Motor diesel yang mengeluarkan asap hitam yang sekalipun mengandung partikel
karbon yang tidak terbakar tetapi bukan karbon monoksida (CO), jika jelaga yang
terjadi terlalu banyak maka gas buang yang keluar dari mesin akan berwarna
hitam mengotori udara.
Menurut Nakoela Soenarta (1995:39), Faktor-faktor yang menyebabkan
terbentuknya jelaga pada gas buang motor diesel adalah :
1. Konsentrasi oksigen sebagai syarat pembakaran kurang mencukupi.
2. Bahan bakar yang disemprotkan terlalu banyak.
3. Suhu di dalam ruang bakar terlalu tinggi.
11
4. Penguapan dan pencampuran bahan bakar dan udara yang ada di dalam silinder
tidak dapat berlangsung sempurna.
2.5 Definisi Solar
Solar adalah salah satu jenis bahan bakar yang dihasilkan dari proses
pengolahan minyak bumi, pada dasarnya minyak mentah dipisahkan fraksi-
fraksinya pada proses destilasi sehingga dihasilkan solar dengan titik didih 250ºC
sampai 300ºC. Kualitas solar dinyatakan dalam satuan bilangan Cetane (pada
bensin disebut Oktan number), yaitu bilangan yang menunjukkan kemampuan
solar mengalami pembakaran di dalam mesin serta kemampuan mengontrol
jumlah ketukan (knocking), semakin tinggi bilangan cetane pada solar maka
kualitas solar akan semakin bagus (Anjas R,2015).
2.6 Karakteristik Solar
Sebagai bahan bakar, tentunya solar memiliki karakteristik tertentu sama
halnya dengan jenis bahan bakar jenis lainnya. Berikut karakteristik yang dimiliki
solar:
Tidak berwarna atau terkadang berwarna kekuning-kuningan dan berbau.
Tidak akan menguap pada temperatur normal
Memiliki kandungan Sulphur yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
bensin dan kerosin.
Memiliki flash point (titik nyala) sekitar 40ºC sampai 100ºC.
Terbakar spontan pada temperatur 300ºC.
Menimbulkan panas yang tinggi sekitar 10.500 kcal/kg.
Memiliki rantai hidrokarbon C14 sampai dengan C18.
Pada umumnya solar digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermesin
diesel ataupun peralatan-peralatan industri lainnya, agar menghasilkan
pembakaran yang baik, solar memiliki syarat-syarat agar memenuhi standar
yang telah ditentukan.
Mudah terbakar.
Tidak mudah mengalami pembekuan pada suhu yang dingin.
12
Memiliki sifat anti knocking dan membuat mesin bekerja dengan lembut.
Solar harus memiliki kekentalan yang memadai agar dapat disemprotkan oleh
injektor di dalam mesin.
Tetap stabil atau tidak mengalami perubahan struktur, bentuk dan warna
dalam proses penyimpanan.
Memiliki kandungan sulphur sekecil mungkin, agar tidak berdampak buruk
bagi mesin kendaraan serta tidak menimbulkan polusi.(Anjas R, 2015)
2.7 Syarat-syarat Solar
Solar yang diperlukan sebagai bahan bakar mesin diesel ini harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
• Mudah terbakar
• Waktu tertundanya pembakaran harus pendek/singkat sehingga engine mudah
dihidupkan. Solar harus dapat memungkinkan mesin bekerja lembut dengan
sedikit knocking yang berakibat pada lifetime mesin itu sendiri.
• Tetap encer pada suhu dingin (tidak mudah membeku)
• Solar harus tetap cair pada temperatur rendah sehingga mesin akan mudah
dihidupkan dan berputar dengan halus, sehingga komponen sistem bahan bakar
dan mesin memiliki jam operasi yang panjang.
• Daya pelumasan
• Solar juga berfungsi sebagai pelumas untuk pompa injeksi dan nozzel. Oleh
karena itu harus mempunyai sifat daya pelumas yang baik dan terbebas dari
kotoran-kotoran yang ada agar sistem dapat bekerja dengan baik.
• Kekentalan
• Solar harus mempunyai kekentalan yang memadai sehingga dapat
disemprotkan oleh injektor yang berakibat pembakaran sempurna dapat tercipta
dan emisi gas buang yang dapat ditekan.
• Kandungan sulphur
• Sulphur merusak pemakaian komponen mesin, dan kandungan sulphur solar
harus sekecil mungkin agar mesin dapat bekerja dengan normal sehingga
lifetime engine dapat bertahan lama.
• Stabil
13
• Tidak berubah dalam kualitas, tidak mudah larut selama disimpan serta tidak
berubah dalam komposisi dan tidak mudah bereaksi dengan bahan kimia lain.
2.8 Kandungan Solar
Terdiri atas senyawa Hidrokarbon dan Non-Hidrokarbon
Senyawa Hidrokarbon: Parafinik, Naftenik, Olefin dan Aromatik.
Senyawa Non Hidrokarbon :
- Logam: Nikel, Vanadium, Besi
- Non Logam: Nitrogen, Sulfur, Oksigen.
2.9 Kegunaan Solar
Bahan bakar untuk mesin diesel pada kendaraan bermotor seperti bus, truk,
kereta api dan traktor, yang difungsikan sebagai alat transportasi maupun
sebagai kendaraan niaga serta alat bantu dalam industri maupun pertanian.
Memproduksi uap, sebagai bahan bakar dari mesin uap untuk digunakan pada
instalasi pembangkit listrik.
Mencairkan hasil perindustrian, sebagai bahan bakar dari peralatan industri
sehingga proses produksi dapat tetap berjalan dan memberikan benefit bagi
perusahaan.
2.10 Bahan Bakar Diesel
Untuk sebuah mesin kendaraan atau alat berat yang beroperasi dengan
menggunakan tenaga diesel pasti membutuhkan bahan bakar diesel yang
kandungannya disesuaiakan dengan jenis kendaraan atau apapaun itu yang penting
yang menggunakan mesin diesel. Pada mesin diesel pembakaran terjadi karena
kenaikan temperatur campuran udara dan bahan bakar akibat kompresi piston
hingga mencapai temperature penyalaan.
Pada mesin diesel mempunyai keuntungan dan kerugian sebagai berikut :
14
Keuntungan :
Mesin diesel membakar lebih sedikit bahan bakar daripada mesin bensin
untuk menghasilkan kerja yang sama karena suhu pembakaran dan rasio
kompresi yang lebih tinggi mesin bensin umumnya hanya memiliki tingkat
efisiensi 30%, sedangkan mesin diesel bisa mencapai 45% (mengubah energi
bahan bakar menjadi energi mekanik (lihat siklus Carnot untuk penjelasan
lebih lanjut).
Tidak ada tegangan listrik tinggi pada sistem penyalaan, sehingga tahan lama
dan mudah digunakan pada lingkungan yang keras. Tidak adanya koil, spark
plug, dsb juga menghilangkan sumber gangguan frekuensi radio yang dapat
mengganggu peralatan navigasi dan komunikasi, sehingga penting pada
pesawat terbang dan kapal.
Daya tahan mesin diesel umumnya 2 kali lebih lama daripada mesin
bensin karena suku cadang yang digunakan telah diperkuat.
Bahan bakar diesel dapat dihasilkan langsung dari minyak bumi. Destilasi
memang menghasilkan bensin, namun hasilnya tak akan cukup tanpa adanya
catalytic reforming, yang berarti memerlukan ongkos tambahan.
Bahan bakar diesel umumnya dianggap lebih aman daripada bensin.
Meskipun bahan bakar diesel dapat terbakar pada udara bebas jika disulut
dengan sumbu, namun tidak akan meledak dan tidak menghasilkan uap yang
mudah terbakar dalam jumlah besar. Tekanan uap yang rendah sangat
menguntungkan untuk aplikasi kapal laut, di mana campuran bahan bakar
dengan udara yang dapat meledak sangatlah berbahaya.
Untuk beban parsial berapapun, efisiensi bahan bakar (massa yang dibakar per
energi yang dihasilkan) hampir konstan untuk mesin diesel, sedangkan pada
mesin bensin akan proporsional.
Mesin diesel menghasilkan panas yang terbuang lebih sedikit.
Mesin diesel dapat menerima tekanan dari supercharger atau turbocharger
tanpa batasan (tergantung dari kekuatan komponen mesinnya saja). Tidak
seperti mesin bensin yang dapat menimbulkan detonasi/ketukan pada tekanan
tinggi.
15
Kandungan karbon monoksida pada gas buangnya minimal, oleh karena itu
mesin diesel digunakan pada tambang bawah tanah.
Biodiesel mudah disintesis, bahan bakar berbasis non-minyak bumi (melalui
proses transesterifikasi) dan dapat langsung digunakan di banyak mesin
diesel, sedangkan mesin bensin membutuhkan banyak ubahan untuk dapat
menggunakan bahan bakar sintetis untuk dapat digunakan. (misalnya etanol
dan ditambahkan ke gasohol)
Kerugian :
Tekanan pembakaran maksimum hampir dua kali mesin bensin. Hal ini berarti
bahwa suara dan getaran mesin diesel lebih besar
Tekanan pembakarannya yang lebih tinggi, maka mesin diesel harus dibuat dari
bahan yang tahan tekanan tinggi dan harus mempunyai struktur kuat. Hal ini
berarti bahwa untuk daya kuda yang sama, mesin diesel jauh lebih berat daripada
mesin bensin dan biaya pembuatannya menjadi lebih mahal.
Mesin diesel memerlukan sistem injeksi bahan bakar yang presisi dan harganya
lebih mahal dan memerlukan pemeliharaan yang lebih cermat dibandingkan mesin
bensin.
Mesin diesel mempunyai perbandingan kompresi yang lebih tinggi dan
membutuhkan gaya yang lebih besar untuk memutarnya. Oleh karena itu, mesin
diesel memerlukan alat pemutar seperti motor starter dan baterai yang
berkapasitas besar.
2.11 Jenis-jenis Bahan Bakar Diesel
Bahan bakar Diesel dapat digolongkan dalam berbagai macam jenis yang
dibedakan oleh kekentalan, jumlah Cetane dan sebagainya. Tetapi walaupun
memiliki perbedaan, struktur utama pada bahan bakar Diesel tersebut tidak
memiliki perbedaan. Berikut adalah jenis-jenisnya:
High Speed Diesel (HSD)
HSD merupakan bahan bakar jenis solar yang digunakan untuk mesin diesel
yang memiliki jumlah Cetane 45. Umumnya mesin yang menggunakan bahan
bakar HSD merupakan mesin sistem injeksi pompa dan elektronik injeksi. Jadi,
16
pada dasarnya bahan bakar ini diperuntukkan untuk kendaraan bermotor dan
sebagai bahan bakar peralatan industri.
Marine Fuel Oil (MFO)
MFO dihasilkan dari proses pengolahan minyak berat (residu) sehingga
memiliki kekentalan yang lebih tinggi. Jenis ini sering digunakan sebagai
bahan bakar langsung pada sektor industri untuk mesin-mesin diesel yang
memiliki kecepatan proses yang rendah.
Industrial Diesel Oil (IDO)
IDO dihasilkan dari proses penyaringan minyak mentah pada temperatur
rendah, biasanya jenis ini memiliki kandungan sulfur yang tergolong rendah
sehingga dapat diterima oleh medium speed diesel engine.
Biodiesel
Bahan bakar biodiesel merupakan jenis bahan bakar yang cukup baik sebagai
pengganti solar yang berasal dari minyak bumi, hal ini disebabkan karena
biodiesel merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui karena berasal
dari minyak nabati dan hewani, walaupun secara kimia susunan biodiesel
terdiri dari campuran mono-alky ester dan rantai panjang asam lemak.
Biodiesel merupakan bahan bakar yang tidak memiliki kandungan berbahaya
bila terlepas ke udara, karena sangat mudah untuk terurai secara alami. Dalam
proses pembakarannnya, bahan bakar jenis ini hanya menghasilkan karbon
monoksida serta hidrokarbon yang relatif rendah sehingga cukup aman bagi
lingkungan sekitar, hal inilah yang membuat biodiesel memenuhi persyaratan
sebagai bahan bakar.
Keunggulan Biodiesel
Dengan kandungan minyak nabati, BBM menjadi ramah lingkungan. Biodiesel
memiliki angka cetane 51 hingga 55 atau lebih tinggi daripada solar standar
yang mempunyai angka cetane 48. Padahal makin tinggi angka cetane makin
sempurna pembakaran, sehingga gas buang polutan kendaraan dapat ditekan.
Kerapatan energy per volume yang diperoleh juga makin besar. Selain itu,
campuran FAME menurunkan sulfur sehingga tidak lebih dari 500 ppm.
17
Kelemahan Biodiesel
Tidak seperti solar murni, ternyata Biodiesel memiliki kelemahan yaitu tak
cocok dipakai untuk kendaraan bermotor yang memerlukan kecepatan dan
daya, karena biodiesel menghasilkan tenaga yang lebih rendah dibandingkan
solar murni.
Diesel Performa Tinggi
Bahan bakar ini merupakan bahan bakar yang memiliki kualitas lebih tinggi
jika dibandingkan dengan jenis bahan bakar yang berasal dari petroleum
lainnya. jenis bahan bakar telah mengalami proses peningkatan kualitas dari
segi Cetane Number serta pengurangan kandungan sulphur sehingga telah
dinjurkan bagi mesin diesel sistem injeksi commonrail. Sistem injeksi
commonrail adalah sebuah tube bercabang yang terdapat di dalam mesin
dengan katup injektor yang dikendalikan oleh komputer dimana masing-
masing tube tersebut terdiri dari nozzle mekanis dan plunger yang
dikendalikan oleh selenoid serta actuator piezoelectric. Pada solar jenis ini
memiliki jumlah bilangan cetane 53 serta kandungan sulphur dibawah 300
ppm sehingga digolongkan sebagai diesel modern yang memiliki standar gas
buang EURO 2.(Anjas R,2015)
2.12 Angka Cetane
Cetane number merupakan ukuran kualitas dari bahan bakar mesin
diesel selama terjadinya kompresi pengapian. angka cetane terdapat pada bahan
bakar solar yang digunakan sebagai bahan bakar pada motor diesel. Angka
cetane sama halnya dengan angka oktan pada bahan bakar bensin yaitu angka
cetane menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk menahan terjadinya
knocking. Angka cetane juga menunjukkan sebagai ukuran keterlambatan
pembakaran (pembakaran tertunda) pada bahan bakar, yaitu periode dari awal
bahan bakar diinjeksikan sampai bahan bakar bercampur secara homogen
dengan udara yang sudah dikompresikan.
Pada bahan bakar solar yang memiliki nilai cetane yang lebih tinggi
maka periode pembakaran tertunda akan semakin pendek. Sehingga jika angka
cetane semakin tinggi maka bahan bakar akan semakin mudah terbakar dengan
18
nilai kompresi yang tinggi. Knocking pada mesin diesel terjadi ketika periode
pembakaran tertunda semakin panjang sehingga bahan bakar akan sukar untuk
terbakar karena campuran antara bahan bakar dan udara kurang homogen,
dengan demikian akan menimbulkan knocking pada mesin dan bahkan mesin
terkadang susah untuk dihidupkan jika tekanan kompresi mesin tinggi namun
angka cetane nya terlalu rendah. Oleh sebab itu jika anda menggunakan
kendaraan dengan motor diesel yang memiliki nilai perbandingan kompresi
yang tinggi maka gunakanlah bahan bakar solar yang memiliki nilai cetane
yang tinggi pula.
2.13 Alat Uji Emisi
Alat uji emisi ini adalah sebuah alat uji untuk menganalisa dan mengetahui
tingkat konsentrasi dari nilai HC, CO, dan OZ yang mengikat berubah didalam zat
gas. pengujian juga dapat dilakukan untuk menguji perubahan kandungan gas
berlebih. Kegiatan pengujian ini baik dilakukan pengaplikasiannya pada mesin-
mesin industri maupun mesin-mesin kendaraan.
Instrument alat uji ini sangat mudah digunakan. Alat uji emisi Kendaraan
Bermotor untuk pengukuran Bahan Bakar Bensin, LPG, CNG dan
SOLAR/DIESEL dengan kemampuan Ukur: CO, CO2, HC, O2 NOx,
Lamda/AFR, RPM/Oil Temp dan Opacity. Dilengkapi dengan Memori Internal
dan PC Software pendukung untuk memudahkan menyimpan data baik di alat uji
emisi maupun pada sistem Komputerisasi. Emisi gas buang adalah sisa hasil
pembakaran bahan bakar di dalam mesin pembakaran dalam, mesin pembakaran
luar, mesin jet yang dikeluarkan melalui sistem pembuangan mesin.
Sisa hasil pembakaran berupa air (H2O), gas CO atau disebut juga karbon
monooksida yang beracun, CO2 atau disebut juga karbon dioksida yang
merupakan gas rumah kaca, NOx senyawa nitrogen oksida, HC berupa senyawa
Hidrat arang sebagai akibat ketidak sempurnaan proses pembakaran serta partikel
lepas. Alat uji emisi yang dimiliki telah sesuai dengan standard international ISO
3930 or OLMI R99 Class 0.
19
BAB III
METODOLOGI PENILITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu penelitian yang
dilakukan melalui pengujian dengan pengumpulan data primer atau informasi
yang baru dan terkait dengan kondisi nyata yang ada di lapangan dengan metode
observasi dan pengujian.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitan
Tempat penelitian Politeknik Negeri Balikpapan, Kalimantan Timur.
Waktu penelitian sendiri pada bulan Juni-Juli
3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, ada beberapa teknik yang diterapkan oleh
penulis, yaitu:
1. Observasi yaitu pengamatan dan pengujian langsung terhadap sample uji untuk
memperoleh data atau informasi yang diperlukan penulis dalam penyusunan tugas
akhir ini.
2. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan
mengumpulkan data berupa gambar/foto yang berkaitan dengan tugas akhir ini.
3. Referensi yaitu sumber-sumber referensi yang menunjang penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir. Diperoleh dari buku,internet,dan lain-lain
20
3.4 Alat dan Bahan Penelitian
3.4.1. Alat
Mesin yang digunakan dalam penelitian ini adalah DL41 diesel OHV
2800cc spesifikasi motor diesel untuk percobaan:
Jenis Jip Pickup
Tipe F69
Mesin DL41 diesel OHV 2800cc
Bore X Stroke 92.0 X 104.0 mm
Sistem Bahan Bakar Injeksi
Transmisi Manual 4 Speed, Manual 5 Speed
Wheelbase 2.205 mm (SWB), 2.800 mm (LWB)
Panjang 3.775 mm (GTS)
4.580 mm (GTL)
4.560 mm (pickup)
Lebar 1.580 mm
Tinggi 1.840 mm
Mesin Uji Emisi Gas Buang Diesel
Gambar 3.1 Mesin uji emisi gas buang
(Sumber:Dokumentasi Pribadi)
21
Tabel 3.1 Spesifikasi Mesin Emisi Gas Buang
Uraian Keterangan
Power 270V 50-60Hz
Battery 16V (5A Fuse)
Max Consumption 70 W
Printer Thermal bi-color (black/red 24,
columns)
Serial Ports COM1, COM2 , RS232, RS485
Video plug VGA PALor NSTC
Parameter ambient temperature -40 - +60 Celcius
Ambient pressure 750 – 1060 hPa
Ambient relative humidty 0% - 100%
Refresh rate 20 times per second
Flow rate 10 liters per minute
Working temperature +5 - +40 Celcius
Feature Clock, date and time print
Size 400x180x450
Weight 8,6 kgs
3.4.2. Bahan
Cetane Booster
Solar
22
3.5 Variasi Penambahan Cetane Booster
Tabel 3.2 Pebandingan Bahan Bakar Solar dan Cetane Booster
Untuk membandingkan antara bahan bakar dengan menggunakan cetane
booster dapat dilihat ditabel 3.2
3.6 Pengumpulan Data
3.6.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh sendiri, dengan cara melakukan
observasi atau pengamatan secara langsung pada objek yang berhubungan dengan
penelitian ini.
Hasil observasi merupakan hasil dari pengamatan dari sampel yang diteliti.
Dokumentasi foto penelitian sebagai bukti telah dilakukannya penelitian.
Hasil pengujian pada mesin DL41 diesel OHV 2800cc merupakan hasil
dari pengujian dalam penelitian ini.
Variasi Solar (L) Cetane Booster (ml)
1 3 0
2 3 25
3 3 50
4 3 75
5 3 100
6 3 150
23
3.6.2 Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang tidak diperoleh sendiri melainkan
dari pihak lain. Data tersebut dijadikan acuan untuk mengembangkan Tugas Akhir
ini.
A. Jumlah Konsumsi Bahan Bakar Solar dan Melihat Emisi Gas Buang
B. Buku,Jurnal,Internet.
3.7 Tahap Analisis
1. Pengolahan Data
Berdasarkan data-data yang telah didapat, kemudian data-data tersebut diolah
untuk menentukan langkah awal dalam mengidentifikasi suatu permasalahan
yang terjadi.
2. Identifikasi Data
Setelah melakukan pengolahan, data-data tersebut diidentifikasi satu persatu
agar dapat dibedakan untuk menentukan analisis yang akan digunakan.
3. Analisis Data
Setelah melakukan pengolahan, data-data tersebut dianalisi untuk
mementukan kerusakan yang terjadi sesuai dengan fakta yang terjadi
dilapangan.
4. Kesimpulan dan Saran
Dari hasil-hasil yang sudah diolah dan kemudian dianalisis diperoleh sebuah
kesimpulan, guna untuk menangani masalah yang terjadi.
3.8 Diagram Alir Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis memerlukan gambaran penelitian seperti
diagram alir untuk memudahkan pembaca maupun penulis untuk memahami
proses penelitian yang diangkat penulis. Diagram alir penelitian tersebut dapat
dilihat pada gambar 3.2
24
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian
Identifikasi dan Perumusan Masalah
Studi Lapangan
Dokumentasi
Penelitian
Observasi
Studi Literatur
Buku
Internet
Jurnal
Pengumpulan
Data
Data Primer Data Sekunder
Foto Penelitian
Hasil Pengujian
Pada Mesin
Buku
Internet
Jurnal
Pengolahan Data
Identifikasi Analisa
Hasil Penelitian
Kesimpulan dan Saran
Mulai
Selesai
25
3.9 Jadwal Penelitian
Dalam tugas akhir ini penenliti melakukan kegiatan seperti yang
dijelaskan pada tabel 3.1
Tabel 3.3 Timeframe Penelitian
No Kegiatan
Waktu Kegiatan (2018)
Mar
et
Apri
l
Mei
Juni
Juli
Agust
us
1 . Studi Literatur
2. Pembuatan Proposal
3. Sidang Proposal
4. Penelitian/Pengambilan
Data
5. Pengolahan Data
6. Analisis Hasil Pengolahan
Data
7. Penyusunan Tugas Akhir
8. Sidang Akhir
Sudah Dilakukan
Belum Dilakukan
Jadwal Kegiatan atau Timeframe merupakan hal yang penting agar
langkah-langkah yang akan di lakukan dalam penelitian dapat berjalan dengan
baik sehinggga membuat kemudahan bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian
ini. Dari Timeframe di atas dapat dilihat bahwa proses pengambilan data dan
pengolahannya dilakukan pada bulan April - Juni 2018.
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian penulis tertarik untuk mengetahui seberapa besar
pangaruh cetane booster pada unit Daihatsu Hi-line dan melihat emisi gas buang
pada unit tersebut , dan melihat pengaruh besar terhadap gas buang apakah lebih
baik atau tidak. Penulis melakukan penelitan sebanyak 5 kali percobaan dengan
bahan bakar solar yang dicampur dengan cetane booster serta 1 kali percobaan
dengan tidak menggunakan cetane booster dan membandingkan hasilnya.
4.2 Eksperimen Penelitian
Dalam penelitian ini penulis melakukan beberapa proses untuk
mendapatkan data yang diperlukan dalam proses penelitian melakukan
pencampuran cetane booster terhadap bahan bakar untuk mengetahui emisi gas
buang dan penelitian ini bertujuan untuk melihat penurunan opasitas , adapun
pencampuran cetane booster tersebut menggunakan 6 variasi yaitu 25ml,
50ml,75ml,100ml,150ml dengan bahan bakar solar sebanyak 3 liter. Dari hasil
pengujian emisi dan ditentukan variasi mana yang paling bagus.
4.2.1 Persiapan Alat dan Bahan
Alat
1. Gelas Ukur Kimia 250ml
2. Unit Daihatsu Hi-line
3. Alat uji emisi
Bahan
1. Solar
2. Cetane Booster
4.2.2 Proses Eksperimen
Berikut adalah langkah proses eksperimen
1. Warming alat uji emisi selama 15 menit
2. Running engine kendaraan selama ± 10 menit
27
3. Mencampur bahan bakar dengan cetane booster
Gambar 4.1 Cetane Booster
Setelah bahan yang diperlukan telah siap , lalu campurkan bahan bakar
solar dengan cetane booster kedalam tangki bahan bakar.
Gambar 4.2 Proses pencampuran bahan bakar dengan cetane booster
Lakukan pengambilan sampel gas buang dengan menggunakan alat smoke
diesel analyzer , pada saat engine running dengan memasang alat yang kedalam
exhaust.
28
Gambar 4.3 Proses pengambilan sampel gas buang
Kemudian lihat hasil uji emisi pada selembar kertas yang keluar dari mesin
tersebut.
Gambar 4.4 Hasil uji emisi gas buang
29
4.3 Sampel Pencampuran dan Hasil Pengujian
a. Sampel cetane booster yang akan digunakan sebagai bahan percobaan
terdapat 5 sampel diantaranya 25ml,50ml,75ml,100ml,150ml
Gambar 4.5 Sampel Cetane Booster
b. Hasil Pengujian
Tabel 4.1 Hasil uji coba pada variasi penambahan cetane booster
Berikut adalah hasil dari percobaan yang telah dilakukan sebanyak 5 kali
percobaan dapat dilihat dari tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa semakin banyak
kandungan cetane booster ke bahan bakar maka hasil opasitas semakin menurun.
Variasi Solar (L) Cetane Booster (ml) Peakleak
(K)
Opasitas
(N)
1 3 0 1,59/m 19,17%
2 3 25 1,08/m 14,36%
3 3 50 0,47/m 7,15%
4 3 75 0,23/m 3,77%
5 3 100 0,17/m 2,85%
6 3 150 0,07/m 1,29%
30
4.4 Pembahasan dan Analisa Data
4.4.1 Pembahasan
Berdasarkan dari tabel 4.1 uji coba menggunakan mesin uji emisi
didapatkan hasil jika tidak menggunakan cetane booster didapatkan hasil dengan
opasitas 1,59%. Setelah menggunakan cetane booster sebanyak 25 ml didapatkan
hasil opasitas 1,08% disini mengalami penurunan sebanyak 0,51% . Dan apabila
jumlah cetane booster semakin meningkat maka semakin baik hasil dari uji emisi
tersebut dapat dilihat pada grafik 4.10
Gambar 4.10 Grafik Nilai Opasitas
4.4.2 Analisa Data
Berdasarkan hasil pengukuran uji emisi yang telah dilakukan, penulis
melakukan sebuah analisa data yang mana data tersebut diperoleh hasil yang
cukup baik, antara campuran cetane booster dan bahan bakar solar didapatkan
perbedaan opasitas dari setiap campuran. Yaitu semakin banyak cetane booster
yang dicampurkan pada bahan bakar solar, maka semakin rendah tingkat opasitas
yang dihasilkan oleh kendaraan tersebut.
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
0 20 40 60 80 100 120 140 160
NILAI OPASITAS
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari serangkaian tahapan yang telah dilakukan pada penelitian ini penulis
menarik sebuah kesimpulan sebagai berikut:
1. Dapat diketahui jika semakin banyak campuran cetane booster maka
opasitasnya semakin menurun dan meningkatkan performa dari kendaraan
Daihatsu Hi-line tersebut.
2. Dilihat dari emisi gas buang pada kendaraan , apabila tidak dicampur dengan
cetane booster maka nilai opasitas 1,59% sedangkan jika ditambahkan dengan
cetane booster sebanyak 25ml didapat hasil 1,08% dari data tersebut terjadi
penurunan opasitas sebanyak 0,51% dan seterusnya semakin banyak
campurannya maka semakin turun nilai opasitas.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, ada beberapa saran
diantaranya:
1. Selalu perhatikan bahan bakar yang digunakan agar sesuai dengan mesin
sehingga performa mesin maksimal dan emisi gas buang kendaraan tidak
tinggi.
2. Penelitian ini difokuskan terhadap pengaruh penambahan cetane booster
terhadap emisi gas buang kendaraan, diharapkan kedepannya dilakukan
penelitian untuk melihat pengaruh konsumsi bahan bakar terhadap gas buang.
32
DAFTAR PUSTAKA
Winarto, Marsudi (2014): STUDI KOMPARASI PERFORMA MESIN
BERBAHAN BAKAR SOLAR DAN CAMPURAN SOLAR DENGAN
VOLATILE FATTY ACID DEGRADED (VFAD) PADA MESIN DIESEL
NISSAN D-22, Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014, 44-52
R. Suharto, (2012) : PENGARUH BIODIESEL TERHADAP EMISI GAS
BUANG MESIN DIESEL, TEKNIS Vol. 7, No.1, April 2012 : 36 - 40
Anonym,Wikipedia (2017): Motor Bakar Diesel , Available at:
https://id.wikipedia.org/wiki/Motor_bakar_diesel
Scribd, (2017): Mesin Diesel Available at:
https://www.scribd.com/document/348007983/Pengertian-Mesin-Diesel
Admin, (2017):Cara Kerja Mesin Diesel , Available at:
http://belajarelektronika.net/cara-kerja-mesin-diesel/
Anjas Reval,(2015) : Definisi Bahan Bakar Diesel Solar, Available at:
http://www.prosesindustri.com/2015/02/defenisi-bahan-bakar-diesel-solar.html.
Alfan Charis, (2017) : Spesifikasi Mobil Hiline, Available at:
http://www.mobilmotorlama.com/2017/08/daihatsu-taft-hiline-f69.html
Admin, (2018): Alat Uji Emisi , Available at:
https://www.alatuji.com/index.php?/kategori/157/emisi
33
LAMPIRAN
Undang-undang yang mengatur tentang ambang batas emisi gas buang:
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR 05 TAHUN 2006
TENTANG
AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG
KENDARAAN BERMOTOR LAMA
Catatan :
Untuk kendaraan bermotor berpenggerak motor bakar cetus api kategori
M,N dan O
- < 2007 : berlaku sampai dengan 31 Desember 2006
- > 2007 : berlaku mulai tanggal 1 Januari 2007
Untuk kendaraan bermotor kategori L dan kendaraan bermotor
berpenggerak motor bakar penyalaan kompresi
- < 2010 : berlaku sampai dengan 31 Desember 2009
- > 2010 : berlaku mulai tanggal 1 Januari 2010
* atau ekivalen % bosch
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun
2006 maka ambang batas emisi yang diijinkan terlampir pada table
diatas,sedangkan untuk kendaraan diesel terdapat di dalam table dengan border
warna merah.
Kertas Hasil Uji Emisi