8
79 ISSN 1410-7244 Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar Asam Humat dan Asam Fulvat Tanah The Effect of Organic Fertilizer Application on Concentrations of Soil Humic and Fulvic Acids Wiwik Hartatik*, Sarmah Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar No. 12a, Bogor 16114, Jawa Barat I N F O R M A S I A R T I K E L Abstrak. Asam humat dan asam fulvat adalah senyawa aktif dalam humus. Pemberian pupuk organik diharapkan dapat meningkatkan kadar asam humat dan asam fulvat tanah. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh pemberian beberapa jenis pupuk organik terhadap kadar asam humat dan asam fulvat tanah serta produksi sayuran di lahan pertanian organik. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang (pukan) ayam dan kambing yang dikombinasikan dengan hijauan Tithonia diversifolia, kirinyu (Chromolaena odorata), kompos batang pisang, kompos sisa tanaman, arang sekam dan benguk (Mucuna sp.). Tanaman indikator berupa tumpangsari bawang daun (Allium fistulosum L.) dan kembang kol (Brassica oleracea). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan beberapa jenis pupuk organik umumnya mampu meningkatkan kadar C organik tanah sebesar 0,33%. Kadar asam humat dan asam fulvat tanah tidak berbeda nyata akibat pemberian pupuk organik yang berbeda. Kadar asam humat dan asam fulvat tertinggi (0,28 dan 0,71%) pada perlakuan pukan ayam 25 kg bedeng -1 yang luasnya 10 m 2 (kontrol) pada pengamatan 30 HST. Kombinasi pukan ayam 10 kg bedeng -1 dan hijauan Tithonia 5 kg bedeng -1 dapat memberikan produksi bawang daun dan kembang kol yang cukup tinggi dan tidak berbeda nyata dengan praktek petani. Abstract. The objectives of this research were to determine the effects of various organic fertilizers on the concentrations of soil humic and fulvic acids and vegetable production under organic farming system. The organic fertilizers used were chicken and goat manures combined with the fresh cuttings of Tithonia diversifolia and Chromolaena odorata, banana stem compost, plant residue compost, rice husk charcoal, and Mucuna sp. cutting. The test crops were scallion (Allium fistulosum L.) and cauliflower (Brassica oleracea). The result indicated that applications of various organic fertilizers did not have significant differences on soil humic and fulvic acid concentrations. The highest concentrations of humic and fulvic acids (0.28 and 0.71%) were shown by application of 25 kg of chicken manure per 10 m 2 raised bed (as a control) 30 days after planting. Application of combined chicken manure of 10 kg (raised bed) -1 and Tithonia biomass of 5 kg (raised bed) -1 gave acceptably high yields of scallion and cauliflower, but was not significantly different from farmers’ practice. Riwayat artikel: Diterima: 01 Juni 2012 Disetujui: 26 November 2013 Kata kunci: Asam humat Asam fulvat Pupuk organik Sayuran Keywords: Humic acid Fulvic acid Organic fertilizer Vegetables Pendahuluan Pemberian pupuk organik ke dalam tanah, baik berupa pupuk kandang, kompos, maupun hijauan tanaman, dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Bahan organik tersebut akan terdekomposisi menjadi senyawa yang lebih sederhana, antara lain senyawa humat. Senyawa humat didefinisikan sebagai bahan koloidal terpolidispersi yang bersifat amorf, berwarna kuning hingga cokelat-hitam dan mempunyai bobot molekul relatif tinggi (Tan 2003). Senyawa humat berperan penting dalam memperbaiki sifat kimia, fisik, dan biologi tanah serta pertumbuhan tanaman. Peranan dari senyawa humat ini ditentukan oleh fraksi-fraksi aktif yang dikandungnya, yaitu asam humat dan asam fulvat (Schnitzer and Khan 1978). Stevenson (1994) mengemukakan bahwa proses dekomposisi bahan organik terbagi atas tiga fase, yaitu (1) fase perombakan bahan organik segar, di mana pada fase ini ukuran bahan organik diubah menjadi lebih kecil, (2) fase perombakan lanjutan, yang melibatkan aktivitas enzim mikroorganisme tanah, dan (3) fase perombakan dan sintesis ulang senyawa-senyawa organik (humifikasi) yang akan membentuk humus. Laju dekomposisi bahan organik dipengaruhi oleh jenis, umur, ukuran dan komposisi kimia bahan asal, pH, kelembaban, dan suhu. *Corresponding author: [email protected]

Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar Asam Humat

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar Asam Humat

79 ISSN 1410-7244

Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar Asam Humat dan Asam Fulvat Tanah

The Effect of Organic Fertilizer Application on Concentrations of Soil Humic and Fulvic Acids

Wiwik Hartatik*, Sarmah

Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar No. 12a, Bogor 16114, Jawa Barat

I N F O R M A S I A R T I K E L

Abstrak. Asam humat dan asam fulvat adalah senyawa aktif dalam humus. Pemberian pupuk organik diharapkan dapat meningkatkan kadar asam humat dan asam fulvat tanah. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh pemberian beberapa jenis pupuk organik terhadap kadar asam humat dan asam fulvat tanah serta produksi sayuran di lahan pertanian organik. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang (pukan) ayam dan kambing yang dikombinasikan dengan hijauan Tithonia diversifolia, kirinyu (Chromolaena odorata), kompos batang pisang, kompos sisa tanaman, arang sekam dan benguk (Mucuna sp.). Tanaman indikator berupa tumpangsari bawang daun (Allium fistulosum L.) dan kembang kol (Brassica oleracea). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan beberapa jenis pupuk organik umumnya mampu meningkatkan kadar C organik tanah sebesar 0,33%. Kadar asam humat dan asam fulvat tanah tidak berbeda nyata akibat pemberian pupuk organik yang berbeda. Kadar asam humat dan asam fulvat tertinggi (0,28 dan 0,71%) pada perlakuan pukan ayam 25 kg bedeng-1 yang luasnya 10 m2 (kontrol) pada pengamatan 30 HST. Kombinasi pukan ayam 10 kg bedeng-1 dan hijauan Tithonia 5 kg bedeng-1 dapat memberikan produksi bawang daun dan kembang kol yang cukup tinggi dan tidak berbeda nyata dengan praktek petani.

Abstract. The objectives of this research were to determine the effects of various organic fertilizers on the concentrations of soil humic and fulvic acids and vegetable production under organic farming system. The organic fertilizers used were chicken and goat manures combined with the fresh cuttings of Tithonia diversifolia and Chromolaena odorata, banana stem compost, plant residue compost, rice husk charcoal, and Mucuna sp. cutting. The test crops were scallion (Allium fistulosum L.) and cauliflower (Brassica oleracea). The result indicated that applications of various organic fertilizers did not have significant differences on soil humic and fulvic acid concentrations. The highest concentrations of humic and fulvic acids (0.28 and 0.71%) were shown by application of 25 kg of chicken manure per 10 m2 raised bed (as a control) 30 days after planting. Application of combined chicken manure of 10 kg (raised bed)-1 and Tithonia biomass of 5 kg (raised bed)-1 gave acceptably high yields of scallion and cauliflower, but was not significantly different from farmers’ practice.

Riwayat artikel:

Diterima: 01 Juni 2012

Disetujui: 26 November 2013

Kata kunci:

Asam humat

Asam fulvat

Pupuk organik

Sayuran

Keywords:

Humic acid

Fulvic acid

Organic fertilizer

Vegetables

Pendahuluan

Pemberian pupuk organik ke dalam tanah, baik berupa

pupuk kandang, kompos, maupun hijauan tanaman, dapat

meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Bahan

organik tersebut akan terdekomposisi menjadi senyawa

yang lebih sederhana, antara lain senyawa humat.

Senyawa humat didefinisikan sebagai bahan koloidal

terpolidispersi yang bersifat amorf, berwarna kuning

hingga cokelat-hitam dan mempunyai bobot molekul

relatif tinggi (Tan 2003). Senyawa humat berperan penting

dalam memperbaiki sifat kimia, fisik, dan biologi tanah

serta pertumbuhan tanaman. Peranan dari senyawa humat

ini ditentukan oleh fraksi-fraksi aktif yang dikandungnya,

yaitu asam humat dan asam fulvat (Schnitzer and Khan

1978).

Stevenson (1994) mengemukakan bahwa proses

dekomposisi bahan organik terbagi atas tiga fase, yaitu (1)

fase perombakan bahan organik segar, di mana pada fase

ini ukuran bahan organik diubah menjadi lebih kecil, (2)

fase perombakan lanjutan, yang melibatkan aktivitas

enzim mikroorganisme tanah, dan (3) fase perombakan

dan sintesis ulang senyawa-senyawa organik (humifikasi)

yang akan membentuk humus. Laju dekomposisi bahan

organik dipengaruhi oleh jenis, umur, ukuran dan

komposisi kimia bahan asal, pH, kelembaban, dan suhu. *Corresponding author: [email protected]

Page 2: Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar Asam Humat

Jurnal Tanah dan Iklim Vol. 37 No. 2 - 2013

80

Humus merupakan senyawa kompleks berwarna

cokelat tua, bersifat koloidal, dan berbobot molekul tinggi

serta resisten terhadap dekomposisi oleh mikroba (Tan

1994). Bagian terbesar dari humus adalah senyawa humat.

Sifat asam fulvat dapat diekstrak dengan NaOH, larut pada

pH rendah dan mempunyai berat molekul rendah, gugus

karboksilat dan total kemasaman lebih tinggi dari asam

humat. Gugus karboksilat ini berperan dalam pertukaran

kation dan anion anorganik. Sifat asam humat adalah larut

dalam alkali, berat molekul besar dan mengendap dalam

pH rendah, mempunyai unsur C, N, dan S lebih banyak

dibandingkan asam fulvat (Smith et al. 1993).

Senyawa humat terlibat dalam reaksi kompleks dan

dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik secara

langsung maupun tidak langsung. Bahan humat nyata

meningkatkan hasil jagung, kedelai, kacang tanah dan

sayuran (Hayes and Wilson 1997). Secara tidak langsung,

senyawa humat dapat memperbaiki kesuburan tanah

dengan meningkatkan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

Secara langsung, senyawa humat dapat merangsang

pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya terhadap

metabolisme dan sejumlah proses fisiologi lainnya (Tan

1991; Kaye and Hart 1997). Peningkatan pertumbuhan

tanaman sebagai akibat pemberian asam humat diduga

disebabkan oleh adanya bahan-bahan aktif yang

terkandung di dalam asam humat yang mampu memacu

pertumbuhan tanaman. O'Donnell (1973) dalam Young

dan Chen (1997) dan Cacco dan Dell'Agnola (1984)

menyatakan bahwa asam humat menunjukkan aktivitas

seperti hormon pertumbuhan bagi tanaman, yakni Auksin.

Adanya hormon ini diduga menjadi pemacu pertumbuhan

tanaman sehingga berat kering tanaman serta jumlah daun

tanaman meningkat dengan pemberian asam humat. Hasil

serupa juga telah diperoleh Cheng (1977) yang

menunjukkan bahwa pemberian asam humat mampu

memacu pertumbuhan perakaran benih Lettuce serta

meningkatkan berat kering tanaman.

Sebagai sumber hara dari budidaya secara organik

menggunakan pupuk organik (IFOAM 2002). Jenis pupuk

organik yang berbeda akan memiliki komposisi hara yang

berbeda. Oleh karena itu, setelah terdekomposisipun akan

menghasilkan jumlah dan jenis senyawa yang berbeda

pula, termasuk kadar asam humat dan asam fulvat yang

dihasilkannya. Pupuk organik yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu pupuk kandang dan hijauan Tithonia,

kirinyu, dan Mucuna yang diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan hara sayuran organik. Hijauan Tithonia

merupakan pupuk hijau yang mempunyai kandungan hara

P dan K cukup tinggi (Jama et al. 2000).

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh pemberian beberapa jenis

pupuk organik terhadap kadar asam humat dan asam fulvat

tanah serta produksi sayuran di lahan pertanian organik.

Bahan dan Metode

Lokasi dan rancangan percobaan

Penelitian dilakukan di lahan pertanian organik

Permata Hati Farm Cisarua, Bogor (06°40’31,6” LS dan

106°57’24,7”BT, ketinggian 1.004 m dpl) dan di

Laboratorium Kimia Balai Penelitian Tanah, Bogor.

Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok

dengan delapan perlakuan, tiga ulangan. Jenis

perlakuannya yaitu: (P1) 10 kg pukan ayam + 0,5 kg arang

sekam; (P2) 10 kg pukan ayam + 5 kg hijauan C. odorata

+ 0,5 kg arang sekam; (P3) 10 kg pukan ayam + 5 kg

hijauan Tithonia + 1 kg kompos sisa tanaman; (P4) 10 kg

pukan ayam + 5 kg hijauan Tithonia + 1 kg kompos batang

pisang; (P5) 10 kg pukan ayam + 5 kg hijauan Tithonia;

(P6) 10 kg pukan ayam; (P7) 10 kg pukan kambing + 0,5

kg arang sekam; (K) 25 kg pukan ayam (praktek petani

sebagai kontrol). Dosis pukan, arang sekam, kompos sisa

tanaman dan hijauan Tithonia dalam perlakuan merupakan

jumlah pemberian per bedeng. Setiap bedeng berukuran 1

x 10 m.

Sifat tanah dan bahan organik

Tanah di Permata Hati Farm termasuk Humic

Dystrudepts (Soil Survey Staff 2003). Tanah jenis ini

mempunyai sifat andik dan berkembang dari bahan induk

vulkan intermedier dengan kandungan C organik tinggi,

tekstur lempung liat berpasir dengan reaksi agak masam.

Berdasarkan sifat kimia tersebut, tanah yang digunakan

untuk penelitian cukup subur sehingga dapat mendukung

pertumbuhan tanaman sayuran.

Tabel 2 menyajikan sifat kimia pupuk organik yang

digunakan. Pupuk organik yang digunakan memiliki pH

basa (8,0-8,9), kandungan C-organik pupuk organik 13,66-

28,04% dengan kandungan N total berkisar 0,94 -1,85%

dengan rasio C/N berkisar 9,21-15,16. Kompos pupuk

kandang (pukan) ayam memiliki kandungan C-organik dan

N total tertinggi dibandingkan yang lainnya. Pukan ayam

yang dikombinasikan dengan kompos batang pisang

memiliki kandungan asam humat dan asam fulvat paling

tinggi dibandingkan dengan pupuk yang lain. Pukan

kambing yang dikombinasikan dengan arang sekam

memiliki kandungan asam humat dan asam fulvat

terendah, karena kandungan C-organik dan N totalnya

yang rendah.

Page 3: Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar Asam Humat

Wiwik Hartatik, Sarmah : Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar Asam Humat

81

Tabel 1. Sifat kimia tanah dari Permata Hati Farm

Table 1. Soil chemical properties from Permata Hati Farm

Sifat kimia tanah Hasil analisis

pH

H2O 6,0

Bahan organik

C (%) 2,69

N (%) 0,31

Ekstrak HCl 25%

P2O5 (mg 100g-1) 139

K2O (mg 100g-1) 63

P tersedia (ppm) 118

Kation dapat dipertukarkan

Ca (cmol kg-1) 7,60

Mg (cmol kg-1) 1,99

K (cmol kg-1) 0,76

Na (cmol kg-1) 0,17

Kapasitas tukar kation (cmol kg-1) 21,35

Kejenuhan basa (%) 49

Kadar asam humat (%) 0,28

Kadar asam fulfat (%) 0,62

Penelitian ini menggunakan bawang daun yang

ditumpangsarikan dengan kembang kol sebagai tanaman

indikator. Tanaman ditanam pada bedengan berukuran 1 x

10 m dengan jarak tanam 60 x 40 cm untuk kembang kol

dan 30 x 40 cm untuk bawang daun (Gambar 1).

Pengamatan agronomis yaitu produksi (bobot basah)

sayuran.

Gambar 1. Jarak tanam kembang kol dan bawang daun

Figure 1. Planting space of cauliflower and scallion

Sebelum percobaan dilakukan, bedengan ditanami

benguk (Mucuna sp.), yang kemudian dipangkas setelah

berumur dua bulan. Biomasanya dibenamkan ke dalam

tanah bedengan bersama hijauan Tithonia dan C. Odorata.

Tiga minggu setelah pembenaman, pupuk diaplikasikan

dan kedua sayuran ditanam. Pengolahan tanah dilakukan

minimum. Hama penyakit dikendalikan dengan

menggunakan pestisida nabati/hayati atau secara mekanis

dengan hand picking. Parameter yang diamati adalah kadar

C organik, N total, asam humat, dan asam fulvat tanah.

Parameter ini diamati empat kali, yaitu dua bulan setelah

penanaman Mucuna, tiga minggu setelah pembenaman

Mucuna, 30 hari setelah tanam (HST) sayur, dan pada saat

panen sayur. Untuk analisis parameter contoh tanah

tersebut diambil pada kedalaman 0-15 cm.

Hasil biomas Mucuna pada tiap bedengan memberikan

rata-rata hasil yang tidak berbeda nyata. Bobot basah

biomassa Mucuna yang dihasilkan tiap bedengan disajikan

pada Tabel 3.

Tabel 3. Biomassa Mucuna sp. yang dihasilkan tiap

bedeng untuk masing-masing perlakuan

Table 3. Biomass production of Mucuna sp. for each row

of treatments

No. Perlakuan Bobot biomassa Mucuna

I II III Rata-rata

.......................... kg ..........................

1. P1 2,25 4,90 6,90 4,68 a*

2. P2 3,20 5,80 4,50 4,50 a

3. P3 1,85 3,15 3,20 2,73 a

4. P4 2,40 4,25 5,00 3,88 a

5. P5 3,20 3,30 5,50 4,00 a

6. P6 3,20 4,85 4,10 4,05 a

7. P7 3,40 2,25 5,80 3,82 a

8. K 2,80 3,40 6,40 4,20 a

Keterangan:

*Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang

sama berarti tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf =

5%

40 cm

∆ ∆ ∆ ∆ ∆

x x x x x

30 cm

∆ ∆ ∆ ∆ ∆

= kembang kol = bawang daun

60

cm

Tabel 2. Sifat kimia pupuk organik yang digunakan

Table 2. Chemical properties of organic fertilizers

Sifat kimia Pukan

ayam

Pukan ayam +

arang sekam

Pukan kambing

+ arang sekam

Pukan ayam +

kompos sisa

tanaman

Pukan ayam +

kompos batang

pisang

Tithonia Kirinyu Mucuna

pH 8,1 8,1 8,9 8,2 8,0 - - -

C (%) 28,04 16,56 13,66 18,27 17,18 36,64 42,83 41,27

N (%) 1,85 1,66 0,94 1,96 1,44 3,98 2,42 3,06

C/N 15,16 9,98 14,53 9,32 11,93 9,21 17,70 13,49

Asam humat (%) 1,03 1,14 1,19 1,24 1,26 - - -

Asam fulvat (%) 2,15 2,36 1,98 2,28 3,57 - - -

Page 4: Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar Asam Humat

Jurnal Tanah dan Iklim Vol. 37 No. 2 - 2013

82

Biomassa mucuna selanjutnya dibenamkan ke dalam

tanah bersama-sama dengan Tithonia dan C. odorata. Tiga

minggu setelah pembenaman pupuk organik diaplikasikan

dan kedua tanaman sayuran ditanam. Tanah diolah

minimum.

Bobot biomassa Mucuna sp. pada ulangan II dan III

umumnya lebih tinggi daripada ulangan I. Pada ulangan I,

kondisi tanahnya padat, berkerikil dan sedikit dinaungi

pohon. Biomassa Mucuna yang dihasilkan setiap bedeng

selanjutnya dibenamkan ke dalam tanah pada kedalaman

±20 cm. Biomassa Mucuna akan menjadi salah satu

sumber bahan organik tanah yang nantinya akan

terdekomposisi menjadi asam humat dan asam fulvat.

Dengan demikian, perbedaan jumlah biomassa Mucuna

yang dibenamkan dapat berpengaruh terhadap kadar asam

humat dan asam fulvat tanah.

Analisis kimia dan pengolahan data

Kadar C-organik dianalisis menggunakan metode

Walkley-Black. Contoh tanah 0,5 gram ditambah dengan 5

ml K2Cr2O7 dan 7,5 ml H2SO4 pekat, dikocok dan

didiamkan 30 menit. Volumenya dijadikan 100 ml dengan

penambahan akuades. Keesokan harinya, absorbansi

larutan diukur dengan spektrofotometer. Sementara kadar

N total ditentukan dengan autoanalyzer setelah contoh

tanah didestruksi dengan asam sulfat pekat dan selenium

mixture pada suhu 350°C.

Ekstraksi senyawa humat dari tanah dilakukan dengan

menggunakan Na4P2O7 dan NaOH (Kononova 1966).

Ekstrak tersebut digunakan untuk analisis kadar asam

humat dan asam fulvat. Asam humat dipisahkan dari

senyawa humat yang lain (asam fulvat) dengan H2SO4

pekat. Setelah terpisah, kadar asam humat dan asam fulvat

dihitung berdasarkan kandungan C organiknya dengan

menggunakan metode Walkley-Black.

a. Perhitungan kadar asam humat dan fulvat (%)

= ppm kurva x ml ekstrak/1.000 ml x 100 mg-1

contoh

x fp x fk

= ppm kurva x 100/1000 x 100/5000 x 25/5 x fk

= ppm kurva x 0,01 x fk

b. Perhitungan kadar asam humat (% C)

= ppm kurva x ml ekstrak/1.000 ml x 100 mg-1

contoh

x fp x fk

= ppm kurva x 100/1000 x 100/5000 x 25/5 x fk

= ppm kurva x 0,01 x fk

c. Perhitungan kadar asam fulvat (% C) = a – b

Keterangan:

ppm kurva = kadar contoh yang diperoleh dari kurva

hubungan antara kadar deret standar dengan

pembacaannya setelah dikoreksi blangko

100 = konversi ke %

fp = faktor pengenceran

fk = faktor koreksi kadar air = 100/( 100 - % kadar air).

Analisis sidik ragam dilakukan untuk melihat pengaruh

perlakuan. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan

dilakukan analisis Duncan Multiple Range Test (DMRT)

dengan tingkat ketelitian 5 %.

Hasil dan Pembahasan

Kadar karbon organik tanah

Karbon merupakan komponen paling besar dalam

pupuk organik sehingga pemberian pupuk organik akan

meningkatkan kandungan karbon organik tanah. Karbon

juga merupakan sumber energi bagi mikroorganisme

tanah. Keberadaan unsur ini dalam tanah memacu kegiatan

mikroorganisme dalam mempercepat dekomposisi bahan

organik tanah dan juga proses reaksi yang memerlukan

bantuan mikroorganisme (seperti pelarutan P, fiksasi N,

dan sebagainya).

Hasil pengukuran karbon organik tanah di Permata

Hati Farm sebelum perlakuan sebesar 2,69% dan

meningkat rata-rata 0,33% setelah adanya perlakuan. Hasil

uji statistik menunjukkan bahwa kadar karbon organik

tanah pada beberapa jenis perlakuan pupuk dan periode

pengambilan contoh tidak berbeda nyata (Tabel 4). Hal ini

dikarenakan dosis pupuk yang diberikan hampir sama dan

masih rendah kandungan karbon organiknya.

Tabel 4. Kadar C organik (%) tanah pada beberapa

perlakuan pupuk organik

Table 4. Level of soil organic carbon (%) in some

treatments of organic fertilizer

Perlakuan STM SBM 30HST Panen

P1 3,01a* 2,94a 3,09a 2,94ab

P2 2,81a 2,96a 3,07ab 2,91ab

P3 2,71a 2,56a 2,52b 2,53b

P4 2,73a 2,74a 2,79ab 2,58b

P5 3,00a 3,08a 3,06ab 3,11ab

P6 2,89a 2,98a 3,04ab 3,03ab

P7 2,80a 2,80a 2,92ab 3,05ab

K 2,86a 3,27a 3,19a 3,35a

Keterangan:

* Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom

yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut DMRT pada

taraf = 5%. STM = setelah penanaman Mucuna sp., SBM =

setelah pembenaman Mucuna sp., 30 HST = 30 hari setelah

tanam

Page 5: Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar Asam Humat

Wiwik Hartatik, Sarmah : Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar Asam Humat

83

Perubahan kadar karbon organik pada beberapa jenis

perlakuan pupuk organik bervariasi pada setiap periode

pengambilan contoh tanah, ada yang meningkat dan ada

pula yang menurun. Umumnya kadar karbon organik tanah

meningkat sampai periode 30 HST (Tabel 4), kecuali pada

tanah yang diberi perlakuan P1 dan P3, yang menurun

sebesar 0,11% pada tiga minggu setelah pembenaman

Mucuna dan meningkat pada masa 30 HST. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik dapat

meningkatkan kadar karbon organik tanah. Penurunan

kadar karbon organik yang terjadi pada P1 dan P3 dapat

disebabkan rendahnya jumlah karbon organik yang

disumbangkan oleh Mucuna sp. yang dibenamkan ke

dalam tanah, sementara laju pelepasan karbon organiknya

dalam bentuk CO2 lebih cepat.

Kombinasi pupuk organik dari setiap perlakuan

memiliki kadar karbon organik yang berbeda sehingga

kadar karbon organik tanah yang diberi pupuk tersebut pun

akan berbeda pula. Kadar karbon organik tanah tertinggi

(3,35%) dihasilkan dari tanah yang diberi pukan ayam 25

kg bedeng-1

(kontrol/praktek petani). Kadar karbon

organik tanah terendah (2,52%) terjadi pada tanah yang

diberi perlakuan 3 (pukan ayam, kompos sisa tanaman,

dan hijauan Tithonia) pada masa 30 HST. Hal ini

disebabkan karena kandungan C organik yang

disumbangkan pupuk pada Kontrol lebih banyak

dibandingkan pada P3.

Kadar karbon organik tanah saat panen pada P1, P2,

P4, dan P6 menurun rata-rata sebesar 0,13% sedangkan

yang lainnya meningkat. Penurunan ini disebabkan proses

penguraian bahan organik tanah tersebut oleh mikroorganisme

menjadi CO2 yang dibebaskan ke udara dan energi

(Kononova 1966).

Pada periode 30 HST, kadar karbon organik tanah yang

diberi pukan ayam (P1) lebih tinggi dibanding tanah yang

diberi pukan kambing (P7). Hal ini disebabkan kadar

karbon organik pukan ayam lebih tinggi (16,56%)

dibanding pukan kambing (13,66%) sehingga pukan ayam

lebih mampu meningkatkan kadar karbon organik tanah

daripada pukan kambing. Penambahan kompos sisa

tanaman (P3) dan kompos batang pisang (P4) pada

perlakuan kombinasi pukan ayam dan hijauan Tithonia

kurang mampu meningkatkan kadar karbon organik jika

dibandingkan dengan P5. Hal ini dapat disebabkan pada

P5 jumlah Mucuna sp. (salah satu sumber karbon) yang

dibenamkan lebih banyak (4 kg) dibanding pada P3 dan P4

(2,73 kg dan 3,88 kg).

Kadar nitrogen total tanah

Nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro yang

sangat diperlukan tanaman. Unsur ini disebut hara makro

primer karena dibutuhkan dalam jumlah banyak dan

merupakan unsur paling penting dalam siklus hidup

tanaman. Penyerapan nitrogen terjadi selama pertumbuhan

tanaman dalam siklus hidupnya. Selain untuk nutrisi

tanaman, nitrogen juga diperlukan untuk merangsang

aktivitas mikroorganisme yang berperan dalam proses

dekomposisi.

Tabel 5. Kadar N total tanah pada beberapa perlakuan

pupuk organik

Table 5. Concentration of soil total nitrogen in some

treatments of organic fertilizers

Perlakuan STM SBM 30HST Panen

P1 0,32a 0,25a 0,38ab 0,27ab

P2 0,31a 0,24a 0,38ab 0,27ab

P3 0,29a 0,22a 0,31b 0,24b

P4 0,27a 0,22a 0,36ab 0,24b

P5 0,33a 0,26a 0,38ab 0,28ab

P6 0,28a 0,26a 0,37ab 0,28ab

P7 0,28a 0,24a 0,36ab 0,28ab

K 0,33a 0,28a 0,41a 0,31a

Keterangan:

* Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom

yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut DMRT pada

taraf = 5%. STM = setelah penanaman Mucuna sp., SBM =

setelah pembenaman Mucuna sp., 30 HST = 30 hari setelah

tanam

Kadar nitrogen total tanah sebelum perlakuan, sebesar

0,31%. Setelah diberi perlakuan, kadar nitrogen total tanah

turun rata-rata sebesar 0,05% sampai masa setelah

pembenaman Mucuna sp. kemudian meningkat 0,12%

pada masa 30 HST dan menurun lagi setelah panen (rata-

rata sebesar 0,10%). Penurunan kadar nitrogen total

terbesar terjadi pada tanah yang diberi perlakuan 4 (pukan

ayam, hijauan Tithonia, dan kompos batang pisang)

sebesar 0,12% pada masa setelah panen.

Penurunan kadar nitrogen total tanah dapat disebabkan

oleh beberapa faktor, di antaranya penyerapan nitrogen oleh

tanaman, penguapan berupa gas amonia, dan pencucian oleh

air. Peningkatan kadar nitrogen terbesar terjadi pada tanah

yang diberi campuran pukan ayam, hijauan C. odorata,

dan arang sekam (P2) serta campuran pukan ayam, hijauan

Tithonia, dan kompos batang pisang (P4) sebesar 0,14%

pada masa 30 HST. Peningkatan kadar nitrogen total tanah

berasal dari mineralisasi pupuk organik yang ditambahkan

ke dalam tanah, fiksasi N dari udara, dan air hujan.

Kadar nitrogen total tertinggi dicapai saat 30 HST pada

tanah yang diberi pukan ayam 25 kg bedeng-1

(kontrol/praktek petani) sebesar 0,41% dan kadar N total

terendah pada saat setelah pembenaman Mucuna sp. dan

pada perlakuan pemberian pukan ayam yang dicampur

kompos batang pisang dan kompos sisa tanaman serta

Page 6: Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar Asam Humat

Jurnal Tanah dan Iklim Vol. 37 No. 2 - 2013

84

hijauan Tithonia (P3) sebesar 0,22%. Hal ini sesuai dengan

dosis dan jumlah nitrogen yang disumbangkan pupuk dari

setiap perlakuan yang diberikan ke dalam tanah. Perlakuan

yang menyumbangkan kadar nitrogen terbesar adalah

praktek petani (kontrol).

Kadar nitrogen total tanah pada periode 30 HST yang

diberi pukan ayam (P1) lebih tinggi 0,02% dibanding

tanah yang diberi pukan kambing (P7). Hal ini

menunjukkan bahwa pukan ayam lebih mampu

meningkatkan kadar nitrogen total tanah daripada pukan

kambing. Penambahan kompos sisa tanaman (P3) dan

kompos batang pisang (P4) pada perlakuan kombinasi

pukan ayam dan hijauan Tithonia kurang mampu

meningkatkan kadar nitrogen total jika dibandingkan

dengan P5. Hal ini dapat disebabkan pada P5 jumlah

Mucuna (salah satu sumber nitrogen) yang dibenamkan

lebih banyak (4 kg) dibanding pada P3 dan P4 (2,73 kg

dan 3,88 kg).

Kadar asam humat tanah

Kadar asam humat tanah rata-rata meningkat sebesar

0,01% pada masa 30 HST dan menurun lagi pada saat

panen sebesar 0,12% (Tabel 6). Peningkatan kadar asam

humat diduga disebabkan oleh besarnya kandungan lignin

di dalam bahan organik tanah tersebut dan kinerja

maksimal mikroorganisme pengurai, sedangkan

penurunannya dapat disebabkan pencucian oleh air hujan

(leaching) dan terdegradasinya asam humat menjadi

senyawa yang bobot molekulnya lebih rendah seperti asam

fulvat.

Tabel 6. Kadar asam humat (%) tanah pada beberapa

perlakuan pupuk organik

Table 6. Concentration of soil humic acid (%) in some

treatments of organic fertilizers

Perlakuan STM SBM 30HST Panen

P1 0,22a 0,20a 0,25a 0,12ab

P2 0,25a 0,23a 0,22a 0,13ab

P3 0,20a 0,18a 0,21a 0,12ab

P4 0,21a 0,23a 0,25a 0,11b

P5 0,24a 0,26a 0,24a 0,12ab

P6 0,24a 0,25a 0,23a 0,11b

P7 0,27a 0,25a 0,24a 0,12ab

K 0,30a 0,26a 0,28a 0,14a

Keterangan:

* Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom

yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut DMRT pada

taraf = 5%. STM = setelah penanaman Mucuna sp., SBM =

setelah pembenaman Mucuna sp., 30 HST = 30 hari setelah

tanam

Berdasarkan hasil uji statistik, kadar asam humat tanah

pada beberapa jenis perlakuan pupuk tidak berbeda nyata.

Kadar asam humat tanah tertinggi diperoleh dari tanah

yang diberi pukan ayam 25 kg (praktek petani), yaitu

sebesar 0,28%. Hal ini disebabkan tingginya dosis pupuk

organik yang diberikan (25 kg bedeng-1

) sehingga

tambahan asam humat dari pupuk tersebut juga lebih

tinggi dibandingkan dengan kadar asam humat pada

kombinasi pupuk organik yang lain. Humic like substance

dari pupuk kandang mengandung asam humat sebesar

1,52% (Dariah dan Nurida 2011). Sedangkan asam humat

pada kebun organik berkisar 0,92 – 1,17% (Arifatun et al.

2013).

Hasil analisis asam humat tanah dari setiap jenis

perlakuan pupuk dan periode pengambilan contoh tanah

memiliki nilai yang bervariasi, namun tidak berbeda nyata

dari setiap jenis perlakuan pupuk. Menurut Cheng (1977),

jika proses humifikasi tinggi maka kadar asam fulvat akan

meningkat dan kadar asam humat akan menurun.

Berdasarkan Tabel 6, kadar asam humat tanah mengalami

penurunan pada periode setelah pembenaman Mucuna sp.

kecuali pada P4, P5, dan P6. Hal ini menunjukkan

tingginya proses humifikasi pada periode tersebut sebagai

akibat adanya tambahan sisa tanaman yang kaya akan

karbon dan nitrogen (Mucuna sp.).

Kadar asam humat tanah dalam penelitian ini sangat

dipengaruhi oleh jenis pupuk organik yang diberikan.

Berdasarkan Tabel 6, pada periode 30 HST, pemberian

pukan ayam (P1) menghasilkan kadar asam humat tanah

yang lebih tinggi 0,25% dibandingkan dengan pemberian

pukan kambing pada perlakuan 7 yaitu sebesar 0,24%.

Peningkatan kadar asam humat ini sejalan dengan

peningkatan komposisi pupuk organik yang diberikan.

Pukan ayam mengandung asam humat yang lebih besar

dibandingkan dengan pukan kambing, juga lebih

rendahnya nilai C/N menggambarkan bahwa pupuk

kandang ayam tersebut mempunyai tingkat humifikasi

yang lebih lanjut dari pada pukan kambing. Penambahan

kompos sisa tanaman (P3) dan kompos batang pisang (P4)

pada perlakuan kombinasi pukan ayam dan hijauan

Tithonia kurang mampu meningkatkan kadar asam humat

tanah jika dibandingkan dengan P5. Hal ini disebabkan

pada P5 jumlah Mucuna sp. yang dibenamkan lebih banyak

(4 kg) dibanding pada P3 dan P4 (2,73 kg dan 3,88 kg).

Kadar asam fulvat tanah

Berdasarkan hasil uji statistik, kadar asam fulvat tanah

tidak berbeda nyata antar perlakuan pupuk (Tabel 7).

Kadar asam fulvat tanah tertinggi diperoleh dari tanah

yang diberi pukan ayam 25 kg (praktek petani), yaitu

sebesar 0,71%. Hal ini disebabkan oleh tingginya dosis

pupuk organik yang diberikan (25 kg bedeng-1

).

Karenanya tambahan asam fulvat dari pupuk tersebut juga

lebih tinggi dibandingkan dengan tambahan kadar asam

fulvat dari kombinasi pupuk organik yang lain. Kandungan

Page 7: Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar Asam Humat

Wiwik Hartatik, Sarmah : Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar Asam Humat

85

asam fulvat dari humic like substance pukan sebesar

2,45% (Dariah dan Nurida 2011) dan kandungan asam

fulvat pada kebun organik berkisar 0,64 – 1,10% (Arifatun

et al. 2013).

Tabel 7. Kadar asam fulvat (%) tanah pada beberapa

perlakuan pupuk organik

Table 7. Concentration of soil fulvic acid (%) in some

treatments of organic fertilizers

Perlakuan STM SBM 30HST Panen

P1 0,83a* 0,87a 0,69a 0,29a

P2 0,81a 0,89a 0,69a 0,33a

P3 0,73a 0,78a 0,56b 0,27a

P4 0,73a 0,84a 0,59ab 0,30a

P5 0,89a 0,89a 0,70a 0,29a

P6 0,84a 0,83a 0,68a 0,28a

P7 0,77a 0,80a 0,67ab 0,24a

K 0,74a 0,92a 0,71a 0,26a

Keterangan:

* Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom

yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut DMRT pada

taraf = 5%. STM = setelah penanaman Mucuna sp., SBM =

setelah pembenaman Mucuna sp., 30 HST = 30 hari setelah

tanam

Kadar asam fulvat tanah dari setiap jenis perlakuan

pupuk dan periode pengambilan contoh tanah memiliki

nilai yang bervariasi, namun tidak berbeda nyata antar

jenis perlakuan pupuk. Kadar asam fulvat tanah meningkat

pada periode setelah pembenaman Mucuna sp. kecuali

pada P1 (Tabel 7). Pada periode tersebut terjadi proses

humifikasi yang tinggi karena adanya tambahan sisa

tanaman yang kaya akan karbon dan nitrogen (Mucuna

sp.).

Kadar asam fulvat tanah juga dipengaruhi oleh jenis

pupuk organik yang diberikan. Pada periode 30 HST,

pemberian pukan ayam (P1) menghasilkan kadar asam

fulvat tanah yang lebih tinggi 0,69% dibandingkan dengan

pemberian pukan kambing. Pukan ayam mengandung asam

fulvat yang lebih besar dibandingkan dengan pukan

kambing. Penambahan mucuna sp. memberikan asam fulvat

lebih tinggi dari penambahan kompos sisa tanaman (P3) dan

kompos batang pisang (P4) pada perlakuan kombinasi

pukan ayam dan hijauan Tithonia. Hal ini disebabkan

jumlah Mucuna sp. yang dibenamkan pada P5 lebih banyak

(4 kg) dibanding pada P3 (2,73 kg) dan P4 (3,88 kg).

Produksi tanaman bawang daun dan kembang kol

Ketersediaan hara dalam tanah dapat ditingkatkan

antara lain melalui perbaikan lingkungan tumbuh tanaman

dan pemupukan untuk mendapatkan produksi sayuran

yang optimum. Beberapa perlakuan pupuk organik mampu

memberikan pengaruh yang berbeda terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman. Perbedaan perlakuan

yang diberikan pada tanah, menyebabkan pertumbuhan

bawang daun dan kembang kol yang berbeda pula.

Pertumbuhan tanaman bawang daun dan kembang kol

membutuhkan suplai hara yang berasal dari tanah dan

pupuk organik yang diberikan.

Hasil produksi bawang daun dan kembang kol

ditunjukkan pada Tabel 8. Rataan produksi bawang daun

terbesar diperoleh pada tanaman yang diberi pukan ayam

dan hijauan Tithonia (P5), sebesar 8,37 kg bedeng-1

, dan

terendah pada tanaman yang diberi pukan ayam ditambah

hijauan Tithonia dan kompos sisa tanaman (P3), sebesar

4,93 kg bedeng-1

. Jumlah produksi kembang kol terbesar

dihasilkan dari tanaman yang diberi pukan ayam tanpa

bahan tambahan (kontrol) sebesar 10,67 kg bedeng-1

, hal

ini karena dosis pukan ayam lebih tinggi yaitu 25 kg

bedeng-1

. Produksi kembang kol terendah dari tanaman

yang diberi pukan ayam tanpa bahan tambahan (P6),

sebesar 6,23 kg bedeng-1

. Perbedaan ini disebabkan

kebutuhan hara suatu tanaman berbeda dengan tanaman

lainnya. Tanaman bawang daun membutuhkan lebih

banyak nitrogen dibandingkan tanaman kembang kol,

sehingga hasil produksi bawang daun terbesar pada P5

karena kadar hara nitrogennya lebih tinggi dibanding

perlakuan yang lain.

Tabel 8. Produksi bawang daun dan kembang kol

Table 8. Production of welsh onion and cauliflower

Perlakuan Produksi bawang

daun

Produksi kembang

kol

………...… kg bedeng-1 ………...…

P1 6,97 a 7,30 bc

P2 7,73 a 8,93 ba

P3 4,93 a 9,68 a

P4 5,35 a 8,87 ba

P5 8,37 a 9,62 a

P6 7,80 a 6,23 c

P7 7,10 a 7,37 bc

Kontrol (praktek

petani) 5,83 a 10,67 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama

pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata

menurut DMRT pada taraf = 5%

Jika dihubungkan dengan kadar asam humat dan asam

fulvat tanah, produksi tertinggi bawang daun diperoleh

pada perlakuan pupuk yang menghasilkan asam humat dan

asam fulvat dalam jumlah sedang (0,24 dan 0,70%) dan

produksi terendah diperoleh pada perlakuan pupuk yang

menghasilkan asam humat dan asam fulvat paling rendah

(0,21 dan 0,56%). Sedangkan produksi kembang kol

Page 8: Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Kadar Asam Humat

Jurnal Tanah dan Iklim Vol. 37 No. 2 - 2013

86

tertinggi diperoleh pada perlakuan pupuk yang

menghasilkan asam humat dan asam fulvat paling tinggi

(0,28 dan 0,71%) dan produksi terendah diperoleh pada

perlakuan pupuk yang menghasilkan asam humat dan

asam fulvat dalam jumlah sedang (0,23 dan 0,68%). Hal

ini menunjukkan bahwa asam humat dan asam fulvat dapat

meningkatkan pertumbuhan tanaman pada jumlah tertentu

dan berbeda untuk setiap jenis tanaman. Senyawa humat

dapat merangsang pertumbuhan tanaman melalui

pengaruhnya terhadap metabolisme dan sejumlah proses

fisiologi lainnya (Tan 1991). Pemberian asam humat, IAA

atau kombinasi keduanya nyata meningkatkan jumlah

bunga dan buah lada (Norman et al. 2006)

Kesimpulan

1. Perlakuan beberapa jenis pupuk organik umumnya

mampu meningkatkan kadar C organik tanah sebesar

0,33%. Kadar asam humat dan asam fulvat tidak

berbeda nyata akibat pemberian pupuk organik yang

berbeda. Kadar asam humat dan asam fulvat tertinggi

(0,28 dan 0,71%) ditemukan pada perlakuan pupuk

kandang ayam 25 kg bedeng-1

yang luasnya 10 m2

pada

pengamatan 30 hari sesudah tanam.

2. Kombinasi pupuk kandang ayam10 kg bedeng-1

dan

hijauan Tithonia 5 kg bedeng-1

dapat memberikan

produksi bawang daun dan kembang kol yang cukup

tinggi, namun tidak berbeda nyata dengan produksi

dengan praktek petani.

Daftar Pustaka

Alexander, M. 1977. Introduction to Soil Microbiology. John Wiley and Sons Inc. New York.

Arifatun, L.B., H. Purwanto, dan S.N.H. Utami. 2013. Humic acid and fulvic fraction on organic farming rice fields in Sawangan Magelang. Dalam Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik. Fakultas Pertanian UGM, 28 -29 Agustus 2013.

Cacco, G. and G. Dell'Agnola. 1984. Plant growth regulator activity of soluble humic complexe. Can. J. Soil Sci. 64: 225-228.

Cheng, B.T. 1977. Soil organic matter as a plant nutrient. In Proceeding of Soil Organic Matter Studies. Vienna: International Atomic Energy Agency.

Dariah, A. dan N.L. Nurida. 2011. Formula pembenah tanah diperkaya senyawa humat untuk meningkatkan produktivitas tanah Ultisols Taman Bogo, Lampung. Jurnal Tanah dan Iklim No. 33. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

IFOAM (International Federation Organic Movement). 2002.

Organic Agriculture Worldwide: Statistic and Future

Prospects. The World Organic Trade Fair Nurnberg, BIO-

FACH.

Jama, B.A., C.A. Palm, R.J. Buresh, A.I. Niang, C. Gachengo, G.

Mziguheba, and B. Amadalo. 2000. Tithonia diversifolia as

a green manure for soil fertility improvement in Western

Kenya: A Review. Agroforestry System. 49:201-221.

Kaye, J.P. and S.C. Hart. 1997. Competition for Nitrogen

between plants and soil microorganisms. Trends. Ecol. Evol.

12:139-143.

Kononova, M.M. 1966. Soil Organic Matter. London: Pergamon.

M.H.B. Hayes and W.S. Wilson. 1997. Humic substances, peats,

and sludges, health and environmental aspects. Royal. Soc.

Chem. 172:496.

Norman Q. Arancon, C.A. Edwards, S.Lee, and R. Byrne. 2006.

Effects of humic acids from vermicomposts on plant

growth. European Journal of Soil Biology 42:65-69.

Pusat Penelitian Tanah. 1983. TOR Survei Kapabilitas Tanah.

P3MT A 59/1983. Pusat Penelitian Tanah Bogor.

Pusat Penelitian Tanah. 1998. Kriteria Penilaian Angka-angka

Hasil Analisis. PPT, Bogor.

Schnitzer, M. and S.U. Khan. 1978. Soil Organic Matter. New

York: Elsevier.

Smith, J.L., R.I. Papendicks, D.F. Bezdicek, and J.M. Lynch.

1993. Soil organic matter dynamics and crop residue

management. In Soil Microbial Ecology. Application in

Agricultural and Environmental Management. F.B. Metting,

Jr (Ed.). Marcel Dekker, Inc.

Soil Survey Staff. 2003. Key to Soil Taxonomy. USDA. Natural

Resourses Conservation Servises (NRCS). Ninth Edition.

Washington D.C.

Stevenson, F.J. 1994. Humus Chemistry: Genesis, Composition,

and Reactions. New York: Willey Interscience.

Tan, K.H. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Didiek Hadjar

Goenadi, penerjemah. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Tan, K.H. 1994. Environmental Soil Science. New York: Marcel

Dekker.

Tan, K.H. 2003. Humic Matter in Soil and the Environment:

Principles and Controversies. New York: Marcel Dekker

Tisdale, S. L., W.L. Nelson, and J.D. Beaton. 1985. Soil Fertility

and Fertilizers. 4th ed. The Macmillan Publ. Co. New York.

p 694.

Young, C.C. dan L.F. Chen. 1997. Polyamines in humic acid and

their effect on radical growth of lettuce seedlings. Plant and

Soil 195:143-14.