30
1 Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon nardus [L] Rendle) Terhadap Infestasi Lalat Hijau (Chrysomya megacephala [Fab] ) Feni Fardaniyah B04101139 DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

1

Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon nardus [L] Rendle) Terhadap Infestasi Lalat Hijau

(Chrysomya megacephala [Fab] )

Feni Fardaniyah

B04101139

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

Page 2: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

2

Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon nardus [L] Rendle) Terhadap Infestasi Lalat Hijau

(Chrysomya megacephala [Fab] )

Feni Fardaniyah

SKRIPSI Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan di

Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

Page 3: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

3

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi

(Cymbopogon nardus [L] Rendle) Terhadap Infestasi

Lalat Hijau (Chrysomya megacephala [Fab] )

Disusun Oleh : Feni Fardaniyah

NRP : B04101139

Menyetujui :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr.drh. Susi Soviana, Msi Ir. Agus Kardinan, Msc APU

Wakil Dekan I

Dr. Nastiti Kusumorini

Tanggal kelulusan :

Page 4: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

4

Kata Pengantar

Alhamdulillah, hanya kepada Allah segala puja dan puji dipanjatkan, atas

berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

merupakan satu syarat kelulusan menjadi Sarjana Kedokteran Hewan, Institut

Pertanian Bogor.

Penulis bersujud syukur kepada Allah SWT, karena telah diberikan

kemudahan selama pembuatan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis

haturkan kepada :

Dr. Nastiti Kusumorini, Msi, selaku Wakil Dekan FKH IPB yang telah

banyak membantu dan memberikan bimbingan hingga penulis dapat

menyelesaikan studi di FKH IPB.

Dr. drh. Susi Soviana, Msi dan Ir. Agus Kardinan, Msc APU, selaku

dosen pembimbing. Terimakasih untuk arahan serta bimbingannya

hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Drh. Kusdiantoro Mohammad, MSi, selaku dosen pembimbing

akademik. Terimakasih untuk arahan, bimbingan dan bantuannya selama

penulis menyelesaikan studi di FKH IPB.

Ayah dan Mama tercinta, adik-adikku yang baik (Nda, Yuew, Eby).

Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang tiada

henti. I love U all!.

A’ Yeye, penyemangatku yang ada jauh di sana…hatur nuhun untuk doa

dan semangatnya.

Teman-teman di FKH terimakasih untuk semangat dan bantuannya.

Staf Insektori FKH IPB, Balittro. Terimakasih atas bantuannya selama

penulis melakukan penelitian.

Akhir kata, penulis meyadari bahwa masih banyak kekurangan, oleh

karena itu penulis dengan senang hati menerima kritik maupun saran yang

membangun dari para pembaca. Mudah – mudahan karya kecil ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, Januari 2007

Feni Fardaniyah

Page 5: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

5

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis memiliki nama lengkap Feni Fardaniyah, dilahirkan di Bogor

tahun 1984, sebagai anak sulung dari tiga bersaudara keluarga Bapak Effendi dan

Ibu Yeni Heryani, S.Pd.

Penulis mengawali pendidikannya di bangku SDN Dewi Sartika 3 pada

tahun 1989, lulus tahun 1995. Kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 12, lulus

tahun 1998, dan pada tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikannya di SMU

Negeri 6 Bogor, pada tahun yang sama, melalui jalur USMI penulis diterima di

Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Page 6: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

6

Abstrak

Pengaruh Pemberian Minyak Serai wangi (Cymbopogon nardus) (L) Rendle

) Terhadap Infestasi Lalat Hijau (Chrysomya megacephala). Disusun oleh

Feni Fardaniyah B04101139, dibawah bimbingan Dr. drh. Susi Soviana, MSi

dan Ir. Agus Kardinan, MSc APU. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh minyak serai wangi (Cymbopogon nardus) sebagai alternatif insektisida

nabati terhadap infestasi lalat hijau (Chrysomya megacephala) pada ikan segar.

Penelitian ini dilakukkan dengan memasukkan ekor ikan mas segar yang masing-

masing dilumuri minyak serai wangi dengan konsentrasi bertingkat, dimulai dari

0% (kontrol), 2,5%, 5%, 10%, 20%, hingga 40%, kedalam kandang biakan lalat

C..megacephala. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan daya

hinggap lalat dimulai dari konsentrasi 2,5%, dan penurunan jumlah larva yang

signifikan pada ikan mas yang dilumuri minyak serai wangi mulai dari konsentrasi

2,5%, hingga 40% dibandingkan terhadap kontrol.

Abstract

This research was conducted to determine the influence of citronella oil as

an alternative insecticide towards oriental latrine fly (Chrysomya megacephala)

larvae infestation on fresh water fish. Five pieces of fresh goldfish (Cyprinus

caprio) as flies breeding place were each smeared with citronella oil in gradual

concentration 0% as control, 2,5%, 5%, 10%, 20%, and 40%. The result showed

that alight on ability was decreased strated from concentration 2,5% dan there was

also significant decrease on the amount of larva on goldfish smeared with

citronella oil from concentration 2,5% to 40%, compared with control

(concentration 0%).

Page 7: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

7

DAFTAR ISI

Daftar Tabel ……………………………………………………………….. iii

Daftar Gambar …………………………………………………………….. iv

PENDAHULUAN

Latar Belakang ………………………………………………………

Tujuan Penelitian ……………………………………………............

1

3

TINJAUAN PUSTAKA

Pengolahan Ikan Asin ……………………………………………….

Lalat Hijau Chrysomya megacephala ……....………………….........

Pengendalian Chrysomya megacephala dan permasalahannya .........

Serai Wangi (Cymbopogon nardus ) ………………………………

Kandungan minyak Serai wangi (Citronella oil) ……………………

4

5

7

8

10

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu …………………………………………….........

Bahan dan Alat ……………………………………………………...

Metode ………………………………………………………………

Rearing Lalat Hijau C. megacephala………………….. ……………

Penyulingan Minyak Serai wangi (Cymbopogon nardus) ………

Pengujian Dengan Minyak Serai wangi

(Citronella oil ) ……………………………………………….........

Analisis Data Statistik ……………………………………………..

11

11

12

12

13

13

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Daya Hinggap Lalat (C. megacephala)

Terhadap Minyak Serai wangi (Citronella oil ) …………………..

Pengaruh Pemberian Minyak Serai wangi Terhadap

Jumlah Larva Instar III……........... ………………………….........

SIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..

LAMPIRAN .................................................................................................

14

16

18

19

21

Page 8: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

8

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Lalat C.megacephala yang Hinggap Pada Jam

Pertama ………………………………………………………………...

Tabel 2. Jumlah Lalat C.megacephala yang Hinggap Pada Jam

Kedua ……………………………………………………..…………...

Tabel 3. Jumlah Lalat C.megacephala yang Hinggap Pada Jam

Ketiga ……………………………………………………..…………...

Tabel 4. Jumlah Rata-rata Larva Instar III ……………………………………...

14

15

15

16

Page 9: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

9

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penjemuran ikan asin …………………………………………………

Gambar 2. Chrysomya megacephala dewasa ……………………………….........

Gambar 3. Siklus Hidup Chrysomya megacephala ………………………………

Gambar 4. Tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus) ………………………...

6

7

6

9

Page 10: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

10

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Uji Statistika Daya Hinggap Lalat Pada Jam Pertama

……..............................................................................................

Lampiran 2. Hasil Uji Statistika Daya Hinggap Lalat Pada Jam Kedua

……................................................................................................

Lampiran 3. Hasil Uji Statistika Daya Hinggap Lalat Pada Jam Ketiga

…….................................................................................................

Lampiran 4. Hasil Uji Statistika Jumlah Larva Instar III

……………………………………………………………………..

23

24

25

26

Page 11: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

11

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Sebagai negara yang memiliki perairan yang luas, Indonesia merupakan

negara penghasil produk perikanan yang cukup besar, salah satu produk perikanan

yang dikenal luas oleh masyarakat adalah ikan yang diasinkan Produk ini terkenal

karena harga yang relatif murah,rasanya yang enak dan dapat diolah menjadi

aneka masakan. Pengolahan ikan asin secara tradisional dilakukan dengan

penjemuran ikan di bawah sinar matahari, akan tetapi dikarenakan Indonesia

adalah negara dengan tingkat curah hujan tinggi maka proses ini sering sekali

terganggu oleh hujan serta kelembaban udara yang cukup tinggi.

Faktor-faktor inilah yang dapat menyebabkan ikan yang diasin lebih cepat

berjamur dan menjadi busuk. Dalam keadaan busuk ikan akan cepat dikerumuni

lalat, yang berakhir dengan munculnya belatung. Beberapa tahun terakhir para

pengasin ikan menyiasati keadaan tersebut dengan mengunakan formalin dan

insektisida sintetis (Rahmawati 2007). Formalin digunakan agar ikan tidak cepat

busuk, sedangkan insektisida digunakan untuk mengusir serangga yang

menggangu selama proses penjemuran.

Serangga pada umumnya dapat hidup dengan baik di lingkungan yang

memiliki temperatur suhu yang optimal sekitar 25 – 280 C, dengan kelembaban

yang tidak begitu tinggi. Salah satu serangga yang hampir setiap hari kita jumpai

adalah lalat, serangga ini merupakan anggota famili Diptera yang tersebar

kosmopolitan yang dapat dijumpai di berbagai tempat, mulai dari sudut-sudut

rumah, kebun, pasar, hingga tempat sampah.

Lalat yang menimbulkan miasis pada produk ikan asin adalah lalat hijau. .

Miasis adalah infestasi larva lalat atau belatung pada jaringan hewan hidup,

maupun jaringan nekrotik. Miasis dikelompokkan berdasarkan kebutuhan hidup

larva lalat, yaitu miasis obligat apabila larva hanya dapat hidup pada jaringan

hidup dan miasis fakultatif bila larva terdapat pada jaringan mati atau luka yang

membusuk (Spradberry 1979).

Page 12: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

12

Saat ini terdapat berbagai macam insektisida sintesis yang mengandung zat

kimia tertentu. Insektisida sintesis dapat dengan cepat menurunkan populasi

serangga hama, selain itu juga lebih mudah dan praktis digunakan, maupun

disimpan dan harga yang relatif murah. Sebaliknya pengunaan insektisida sintesis

juga memiliki banyak kerugian diantaranya serangga menjadi lebih resisten,

menimbulkan pencemaran lingkungan dan gangguan pada kesehatan manusia dan

hewan non target di sekitarnya. Untuk itu diperlukan alternatif insektisida yang

aman bagi kesehatan lingkungan, antara lain insektisida nabati. Insektisida nabati

merupakan insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan (Kardinan

2000).

Insektisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal

dari tumbuhan, digunakan untuk tujuan pengendalian serangga pengganggu,

dalam hal ini adalah serangga. Efikasi yang dihasilkan terhadap satu atau lebih

organisme pengganggu adalah sebagai penolak (repllent), penarik (attraction),

antifertilitas, pembunuh dan lain-lain.

Insektisida nabati merupakan salah satu bahan pengendali serangga yang

layak dikembangkan, karena senyawa aktifnya mudah terurai di lingkungan dan

relatif aman bagi hewan. Selain itu jenis insektisida ini memiliki tingkat

keamanan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan racun-racun anorganik,

karena susunan molekulnya, terdiri atas karbon, nitrogen, oksigen, dan hidrogen

yang mudah terurai. Akan tetapi pengendalian serangga menggunakan insektisida

nabati belum berkembang dan memberikan hasil seperti yang diharapkan oleh

masyarakat pengguna. Sehingga masyarakat masih mengandalkan insektisida

sintetik (Imansyah 2000)

Insektisida nabati secara umum dapat ditemui dalam bentuk minyak atsiri.

Minyak atsiri sering disebut minyak terbang, biasanya banyak digunakan dalam

industri sebagai bahan pewangi atau penyedap (flavouring), selain itu minyak

atsiri juga digunakan dalam bidang kesehatan, dan sebagai zat aromatik.

Tanaman penghasil minyak atsiri meliputi sekitar 200 spesies, dengan 40

spesies diantaranya terdapat di Indonesia. Adapun jenis-jenis minyak atsiri yang

diekspor Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda adalah serai wangi, kenanga,

akar wangi dan nilam. Beberapa diantaranya dapat digunakan sebagai bahan

Page 13: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

13

antiseptik internal atau eksternal, sebagai bahan analgesik, haemolitik, enzimatik,

dan sedative.

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh insektisida nabati

yaitu minyak serai wangi (Cymbopogon nardus) sebagai alternatif yang digunakan

untuk menurunkan infestasi larva lalat hijau (Chrysomya megacephala) pada ikan

basah.

Page 14: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

14

TINJAUAN PUSTAKA

Pengolahan Ikan asin

Pengolahan ikan asin di Indonesia masih banyak dilakukan dengan cara

tradisional, yaitu dengan penjemuran dibawah sinar matahari. Pada proses ini ikan

yang masih basah dapat dengan mudah dikerumuni oleh lalat, diantaranya adalah

C.megacephala. Lalat ini menimbulkan miasis pada ikan,miasis adalah infestasi

larva lalat atau belatung pada jaringan hewan hidup, maupun jaringan nekrotik

(Spradberry 1979). Miasis yang terjadi pada ikan adalah miasis fakultatif karena

larva lalat terdapat pada jaringan mati. Untuk mengatasi kerumunan lalat para

pengasin menggunakan insektisida sintestis, menurut Redjani (2008) para

pengasin ikan menggunakan insektisida sintetis Baygon secara langsung pada

produk ikan. Selain itu untuk membuat ikan asin lebih tahan disimpan para

pengasin merendam ikan asin dalam larutan formalin. Darsono (2008)

menyebutkan formalin banyak digunakan di antaranya di Bandung dan sekitarnya.

Berdasarkan penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan

Indonesia tahun 2007 penggunaan formalin pada ikan dan hasil laut

cukup tinggi yaitu 66 persen dari total 786 sampel. Dan ditemukan hasil positif

untuk hampir seluruh produk ikan asin dari Teluk Jakarta. Dalam setiap 10 gram

jambal dan cumi-cumi asin ditemukan lebih dari 1,5 ppm formalin.

Gambar 2. Penjemuran ikan asin

sumber : http://www.trobos.com/show_article.php?rid=12&aid=481

Page 15: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

15

Lalat Hijau ( Chrysomya megacephala [Fab] )

Klasifikasi lengkap dari spesies ini adalah sebagai berikut :

Ordo : Diptera

Sub Ordo : Cyclorrhapha

Famili : Calliphoridae

Sub Famili : Chrysomyniae

Genus : Chrysomya

Spesies : Chrysomya megacephala Fab

Chrysomya megacephala, termasuk ordo Diptera, yaitu spesies yang pada

masa embrionalnya memiliki dua pasang sayap. Pada tahapan dewasa kedua

pasang sayap ini mengalami perubahan fungsi dan bentuk menjadi alat

keseimbangan yang disebut halter dan sepasang sayap sejati (Borror et al 1992).

Lalat ini memilki spirakel anterior dan rahang bawah yang berwarna coklat,

tubuhnya berwarna biru kehijauan dengan ungu metalik. Bagian posterior dari

segmen kedua dan ketiga tubuhnya berwarna hitam.C.megacephala memiliki

peranan penting pada kesehatan masyarakat. Spesies ini memiliki nama lain

Latrine Blowfly (USA), German schmeissfliege, Blauer brummer (Eropa).

Sedangkan di Indonesia tidak ada penamaan khusus (Webmaster a 2006).Panjang

tubuh dari C.megacephala berkisar antara 8-10 mm, dengan ukuran tubuh betina

lebih besar daripada jantan. Secara umum C.megacephala memiliki pembagian

tubuh yang sama seperti lalat pada umumnya. Tubuh terbagi atas tiga bagian yaitu

kepala, thoraks dan abdomen, serta dilengkapi dengan sepasang sayap (Axtell

1986).

Ciri umum Chrysomya megacephala dewasa selain memiliki warna tubuh

hijau kebiruan metalik, mengkilat, lalat ini memiliki ukuran kira-kira 1,5 kali lalat

rumah. Sayapnya jernih dengan guratan venasi yang jelas, seluruh tubuh tertutup

dengan bulu-bulu pendek diselingi dengan bulu-bulu keras dan jarang letaknya.

Mempunyai abdomen berwarna hijau metalik (Cheng 1964 dalam Soviana 1996)

Page 16: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

16

Lalat jantan memiliki sepasang mata yang cenderung bersatu atau holoptik

sedangkan lalat betina memiliki sepasang mata yang sedikit terpisah antara satu

dan lainnya atau dikoptik. Mengenai ciri morfologi C. megacephala yang

menonjol dibandingkan terhadap spesies lainnya pada genus yang sama,

digambarkan oleh White et al. (1940) bahwa pada lalat jantan terdapat bentuk

mata faset yang membesar pada pertengahan atas mata sehingga memberi batas

yang jelas dan seolah-olah membagi mata faset atas dua bagian.

Gambar 3. Chrysomya megacephala dewasa sumber : http://cookislands.bishopmuseum.org/species.asp?id=9197

Gambar 4. Siklus Hidup Chrysomya megacephala sumber : http://cookislands.bioshopmuseum.org/species.asp?id=9197

Page 17: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

17

Dalam kehidupan alami, lalat C. megacephala mengalami metamorfosis

sempurna yang diawali dengan telur, yang kemudian menjadi larva, pupa dan

akhirnya menjadi bentuk dewasa. Lalat dewasa betina yang merupakan penyebab

miasis fakultatif yang meletakkan telurnya sejumlah 150-500 butir dalam satu

kelompok. Telur akan menetas menjadi larva dan larvanya segera masuk jauh ke

dalam jaringan sambil memakan jaringan tersebut.

Stadium larva terdiri atas tiga stadium yaitu stadium larva instar I, stadium

larva instar II dan stadium larva instar III lalu menjatuhkan diri dari jaringan

tersebut dan berkembang menjadi pupa Pada daging ikan “cod”(Gadus morhua),

dilaporkan bahwa umumnya telur diletakkan pada celah-celah sempit di antara

daging ikan atau di bawah permukaan antara daging ikan dan dasar wadahnya.

Hal ini terutama untuk melindungi telur dari kekeringan seperti halnya mengapa

telur diletakkan dalam kelompok-kelompok (Esser 1990).

Pada fase ini larva banyak makan dengan tujuan mengumpulkan energi

untuk fase selanjutnya yaitu fase pupa. Fase pupa diawali dengan tubuh larva

instar III kelamaan akan mengeras dan berubah warna menjadi coklat kehitaman.

Setelah 4-5 hari lalat dewasa akan keluar dari pupa (eklosi).

Pengendalian Chrysomya megacephala dan Permasalahannya

Usaha pengendalian Chrysomya megacephala agaknya tidak banyak

dilaporkan maupun dilakukan. Menurut Mihara dan Kurahashi (1991) C.

megacephala memiliki kerentanan terhadap lima jenis insektisida yaitu

fenitrotion, diazinon, diklorvos, permetrin dan γ-HCH. Sedangkan di Indonesia

para nelayan pengolah ikan asin terutama di Pantai Utara Jawa Barat yang

terkenal dengan produk ikan asin jambal roti telah lama menggunakan berbagai

insektisida permukiman, seperti propoksur dan transflutrin untuk menghindari

serangan lalat hijau (Esser 1978 dalam Anggawati et al. 1992).

Sebenarnya pada penggunaan pirimifos metil (Minawet® 250 EC) yang saat

ini merupakan satu-satunya insektisida yang terdaftar pada Depertemen Kesehatan

RI untuk produk perikanan, baik Esser (1990) di Cirebon maupun Nitibaskara

et al. (1988) di Indramayu menemukan bahwa dengan pencelupan ikan pada

Page 18: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

18

konsentrasi rekomendasi 0,03% dan 0,01% masing-masing selama 15 dan 30

detik, sudah dapat melindungi ikan asin dari belatung lalat C.megacephala,

walaupun tidak terhadap aktivitas lalat untuk hinggap dan meletakkan telur.

Adanya infestasi larva Chrysomya megacephala pada ikan asin berdaging

tebal seperti kakap atau manyung (jambal roti) yang bernilai ekonomi tinggi

menyebabkan turunnya kualitas ikan asin akibat buruknya penampilan ikan asin.

Alasan ini mendorong para nelayan pengolah menggunakan sembarang

insektisida. Padahal tanpa pengawasan, penggunaan sembarang insektisida

terhadap bahan makanan dapat berdampak serius bagi kesehatan masyarakat.

Penggunaan pestisida sintetik sudah umum dilakukan karena cukup efektif dan

relatif lebih mudah diaplikasikan. Namun penggunaan pestisida sintetik pada

usaha pengelolaan ikan asin dapat menimbulkan berbagai dampak negatif seperti

banyaknya residu insektisida yang terakumulasi dalam tubuh konsumen yang

memakan produk ikan asin tersebut, pencemaran lingkungan dan mengganggu

kesehatan pekerja serta dapat menimbulkan dampak serius bagi kesehatan

masyarakat.

Serai Wangi (Cymbopogon nardus L)

Tanaman ini dikenal dengan nama latin Cymbopogon confertiflorus Stapt,

yang tumbuh liar di Ceylon. Tanaman ini memikili dua tipe yaitu Maha Pengiri

dan Lena Batu. Serai wangi memiliki beberapa nama daerah seperti; Sere magat

(Aceh), Sereh (Sunda), Sere (Jawa), See (Bali), Hisa-Hisa (Ambon), dan Sare

(Makassar).

Cymbopogon nardus atau Andropogon nardus, termasuk famili

Geraminiae (rumput-rumputan). Genus dari rumput-rumputan ini meliputi hampir

80 spesies, dan diantaranya adalah C.nardus dan C.winterianus.

Page 19: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

19

Gambar 5. Tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus) sumber : http://www.titiandigital.net

Serai wangi (Cymbopogon nardus ) diklasifikasi sebagai berikut :

Divisio : Anthopyta

Phylum : Angiospermae

Kelas : Momocotyledonae

Famili : Geraminae

Genus : Cymbopogon

Spesies : Cymbopogon nardus

Minyak atsiri tanaman ini mengandung senyawa bahan aktif utama

yang dihasilkan adalah senyawa aldehida (sitronella C10 H16 O) sebesar 30-

45 %, senyawa alkohol (sitronella C10H20 O dan geraniol C10 H18 O) sebesar

55-65%, dan senyawa–senyawa lainnya seperti sitral, nerol, metil heptenon dan

dipentena (Yunus, 2007). Kandungan kedua senyawa utama ini dipengaruhi oleh

suhu pada saat dilakukan asetilasi pada proses penyulingan (Muchlis, 1978).

C. nardus merupakan jenis tanaman penghasil minyak atsiri, yang

tergolong sudah dikembangkan saat ini. Hasil dari penyulingannya dikenal dengan

nama citronella oil. Minyak yang dihasilkan dari Indonesia di pasaran dunia

disebut dengan nama Java citronella oil .

Page 20: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

20

Kandungan Minyak Serai wangi (citronella oil )

C .nardus, secara umum memiliki kandungan citronella oil dan geraniol

oil. Persentase kedua minyak atsiri ini tergantung dari tiap tipe. Tipe Maha

Pengiri, merupakan tipe yang paling banyak mengandung citronella oil

dibandingkan dengan Lena Batu.

Menurut Surahadikusumah (1989) kandungan batang serai wangi adalah

0,4% minyak atsiri dengan komponen utama sitronelol 66-85%, Berdasarkan

penelitian pada daun tanaman ini ditemukan minyak atsiri 1% dengan komponen

utama sitronella, geranil 25 – 35%. Disamping itu terdapat pula geranil butirat,

sitral, limonen, eugenol dan metileugenol (Heyne 1987).

Menurut Muchlis (1987) kandungan kedua senyawa ini juga dipengaruhi

oleh suhu pada saat dilakukan asetilasi pada penyulingan. Kegunaan dari dua

senyawa utama ini sangat beragam, yakni digunakan sebagai pengusir serangga,

sebagai bahan campuran pada industri sabun dan parfum, pasta gigi, dan obat-

obatan. Selain itu minyak atsiri yang terkandung didalamnya merupakan zat aktif

yang menghasilkan aroma cukup tajam sehingga serangga umumnya tidak

menyukai tanaman ini.

Geraniol dan citronella umumnya digunakan untuk bahan dasar ester-

ester, seperti hidroksi citronella, geraniol asetat dan mentol sintetik, yang

digunakan dalam pembuatan pencuci mulut. Selain itu menurut Santoso (1992)

minyak atsiri dari tanaman ini juga digunakan sebagai bahan wewangian, dan

bahan baku produk-produk sintesis.

Page 21: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

21

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Insektarium, bagian Parasitologi dan Entomologi

Kesehatan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan

November 2005. Sedangkan penyulingan minyak serai wangi dilakukan di

BALITRO (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat), Cimanggu Bogor.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: kandang

lalat, gelas plastik, kain kasa, karet gelang, kapas. Sedangkan bahan yang

digunakan adalah lalat C.megacephala dewasa berumur 3 hari, citronella oil,

alkohol 5%, beberapa ikan mas dengan berat 125 gram, pakan ayam atau dedak,

dan air gula 10 %.

Page 22: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

22

Prosedur Penelitian

Pembiakkan Massal Lalat C. megacephala

Lalat dewasa diperoleh dari lapang yang kemudian dibiakkan dalam

kandang lalat yang berukuran 45 x 45 x 45 cm3. Kandang berdinding kawat kasa

dengan kayu sebagai rangka dan alas kandang. Di dalam kandang disediakan susu

kental manis dan air gula 10% sebagai nutrisi lalat.

Sebagai media bagi lalat meletakkan telur serta perkembangan larva

digunakan ikan mas yang dimasukkan dalam wadah gelas plastik. Dari hasil

rearing inilah didapat persediaan Chrysomya megacephala untuk pengujian.

Penyulingan Minyak Serai Wangi ( citronella oil )

Proses penyulingan minyak serai wangi memakai cara penyulingan dengan

uap atau indirect distilation. Serai wangi yang sudah dirajang, dimasukkan

kedalam ketel kemudian dialiri uap air dari ketel yang berbeda. Kemudian terjadi

penguapan minyak serai wangi, tetapi uap yang dihasilkan masih bercampur

dengan uap air.

Campuran uap air itu lalu dialirkan lagi melalui pipa ke alat pendingin.

Setelah melewati alat pendingin, terjadi pengembunan minyak serai wangi dan air,

selanjutnya campuran minyak ini dialirkan ke alat pemisah. Maka diperoleh hasil

minyak serai wangi. Minyak serai wangi yang dihasilkan dianggap 100%.

Pengujian Dengan minyak Serai wangi ( citronella oil )

Setelah diencerkan dengan alkohol 5% diperoleh konsentrasi minyak Serai

wangi untuk pengujian mulai dari 0% (tanpa minyak serai wangi) sebagai kontrol,

2,5%, 5%, 10%, 20%, dan 40%. Lalat hijau hasil rearing, yang berumur 3 hari

dipuasakan sehari sebelum pengujian. Kemudian dimasukkan kedalam kandang

lalat sebanyak 50 ekor dengan perbandingan jantan dan betina 1: 4. Ke dalam

kandang juga di masukkan beberapa ekor ikan mas basah yang masing-masing

dilumuri citronella oil dengan konsentrasi berbeda.

Page 23: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

23

Ke dalam kandang lalat juga ditempatkan air gula 10% sebagai sumber

nutrisi dan energi bagi lalat. Kemudian lalat diamati daya hinggapnya pada tiga

jam pertama, dan dibiarkan tiga sampai empat hari hingga betina meletakkan telur

pada media ikan mas. Jika pada salah satu media ikan mas terlihat larva lalat maka

seluruh media yang berisi ikan mas dikeluarkan dan ditempatkan dalam baskom

yang berisi pakan ayam untuk dihitung jumlah larva lalat yang ada pada setiap

konsentrasi. Penghitungan penurunan jumlah larva dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

X = K

PK − x 100%

Keterangan :

X = Persentase pengurangan larva

K = Jumlah larva pada perlakuan 0% (Kontrol)

P = Jumlah larva pada perlakuan yang akan dihitung

Analisis Data Statistik

Penelitian ini menggunakan Rancangan acak Lengkap (RAL) dengan uji

ANOVA dan dilanjutkan dengan uji beda nyata Duncan

Page 24: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

24

HASIL dan PEMBAHASAN

Daya Hinggap Chrysomya megacephala Pada Media ikan mas

Jumlah lalat yang hingap pada jam pertama, tersaji dalam Tabel 1. Jumlah

lalat yang hinggap pada seluruh perlakuan berbeda nyata terhadap kontrol

(P<0,005). Konsentrasi 2,5%, 5%, 10%, 20%, dan 40% dapat mencegah lalat

untuk hinggap pada media, atau engan kata lain jumlah lalat yang hinggap pada

media menurun sesuai dengan peningkatan jumlah konsentrasi. Pada jam ini

minyak serai wangi yang baru dioleskan pada ikan mas akan mengalami proses

penguapan yang cukup besar, sehingga menimbulkan bau serai wangi yang keras.

Selain itu alkohol 5% sebagai pencampur minyak serai wangi juga akan

membantu penguapan serai wangi. Bau serai wangi yang keras tidak disukai oleh

lalat untuk hingap pada ikan mas sehingga akan menekan jumlah lalat yang

hinggap.

Tabel 1. Lalat Crysomya megacephala yang Hinggap Pada Jam Pertama

Dari Lima Kali Ulangan.

Perlakuan Jam ke 1 Rata-rata

Jumlah lalat K1 K2 K3 K4 K5 0% (K) 7 8 6 5 6 6,4f ± 2.50% 5 6 6 5 7 5,8e±

5% 3 4 3 4 3 3,4cd± 10% 4 2 2 4 3 3,0c± 20% 2 1 0 2 2 1,4a± 40% 0 0 1 0 0 0,2a±

Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang signifikan, pada taraf uji α = 0,05

Pada jam kedua pengamatan, jumlah lalat yang hinggap pada konsentrasi

2,5%, 5%, 10%, 20%, dan 40% berbeda nyata terhadap kontrol (P<0,05).

Perlakuan 2,5%, 5%, 10%, 20%, dan 40% dapat mencegah lalat untuk hinggap

pada media. Kecenderungan penurunan jumlah lalat yang hinggap terhadap

peningkatan konsentrasi perlakuan masih terlihat, karena pada jam ini efek bau

minyak yang tidak disukai lalat masih ada, sehingga mencegah lalat untuk

hinggap pada media.

Page 25: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

25

Tabel 2. Lalat Crysomya megacephala yang Hinggap Pada Jam Kedua

Dari Lima Kali Ulangan.

Perlakuan Jam ke 1 Rata-rata

Jumlah lalat K1 K2 K3 K4 K5 0% (K) 4 5 4 3 4 4,0d± 2.50% 3 4 2 4 3 3,2c±

5% 5 5 4 4 2 4d± 10% 3 4 4 3 3 3,4c± 20% 1 1 1 2 1 1,2ab± 40% 1 0 1 0 0 0,4a±

Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang signifikan, pada taraf uji α = 0,05

Pada jam ini masih terlihat penurunan jumlah lalat yang hingap pada

media sesuai dengan peningkatan konsentrasi minyak serai wangi. Proses

penguapan minyak serai wangi pada jam ini mengalami penurunan, tetapi efek

bau yang dihasilkan masih ada meskipun tidak terlalu keras. Sehingga penurunan

jumlah lalat yang hinggap pada media ikan tidak terlalu banyak.

Tabel 3. Lalat Crysomya megacephala yang Hinggap Pada Jam Ketiga

Dari Lima Kali Ulangan.

Perlakuan Jam ke 1 Rata-rata

Jumlah lalat K1 K2 K3 K4 K5 0% (K) 5 5 3 4 3 4d± 2.50% 1 3 2 2 3 2,2b±

5% 3 3 2 3 4 3c± 10% 3 2 2 2 1 2b± 20% 2 3 2 1 2 2b± 40% 1 1 2 1 1 1,2a±

Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang signifikan, pada taraf uji α = 0,05

Pada jam ketiga terjadi penguapan alkohol, pembusukkan ikan dan

kemungkinan lalat yang mulai terbiasa dengan aroma dari minyak sitronela

tersebut. Pada perlakuan 2,5%, terjadi penurunan jumlah lalat yang hinggap pada

media, karena minyak sitronela merupakan senyawa volatil, berbau sangat khas

(Deptan, 2007) yang dapat menolak serangga.

Page 26: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

26

Pengaruh Pemberian Minyak Serai wangi Terhadap Jumlah Larva Instar III

Lalat Chrysomya megacephala

Pada Tabel 4 di bawah ini terlihat penurunan jumlah larva yang nyata pada

setiap peningkatan jumlah konsentrasi minyak atsiri. Semakin tinggi konsentrasi

minyak atsiri C.nardus, maka jumlah larva yang hidup makin sedikit, atau dapat

dikatakan bahwa besar konsentrasi minyak atsiri C.nardus berbanding terbalik

dengan jumlah larva.

Tabel 4. Jumlah Rata-rata Larva Instar III

Konsentrasi

(%)

Ulangan Rata-rata Penurunan

(%) I II III IV V

0 (K) 2196 2147 216 2254 2082 2178,00f± 0

2,5 1602 1507 1764 1613 1416 1605,04e± 26

5 1374 1251 1302 1162 1104 1238,60d± 43

10 1084 1047 1124 983 936 1034,80c± 54

20 684 652 662 507 476 598,20b± 74

40 252 196 274 182 234 228,60a± 90,5 Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang signifikan pada taraf uji α = 0,05

Semua perlakuan berbeda nyata bila dibandingkan dengan kontrol (P,0,005).

Penurunan jumlah larva disebabkan karena bau minyak serai wangi yang khas dan

cukup keras mampu menurunkan jumlah lalat yang hingap, yang kemudian akan

meletakkan telur, dan berkembang menjadi larva. Salah satu rangsangan sensoris

yang mengakibatkan ketertarikan lalat untuk hinggap pada suatu media adalah

rangsangan bau disamping rangsangan visual, suhu dan kelembaban (Jenings

Page 27: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

27

1987). Penurunan jumlah larva instar III, terjadi mulai dari konsentrasi 2,5%,

karena pada konsentrasi ini lalat kemungkinan tidak banyak yang hinggap akibat

bau menyengat dari minyak tersebut. Selain itu serai wangi juga memiliki

kandungan seskuiterpen yang diduga dapat mempengaruhi terhadap

perkembangan serangga. Menurut Jennings (1987) ketertarikan lalat untuk

hinggap pada suatu media adalah melalui penghantaran rangsangan saraf sensoris.

Salah satu rangsangan sensoris yang mengakibatkan ketertarikan lalat untuk

hinggap pada suatu media adalah rangsangan bau disamping rangsangan visual,

suhu dan kelembaban. Oleh sebab itu salah satu cara yang cukup efektif untuk

mencegah ketertarikan lalat untuk hinggap pada suatu media adalah memblokir

saraf sensorisnya. Citronella yang merupakan kandungan utama minyak serai

wangi tampaknya bekerja memblokir syaraf sensoris lalat sehingga

menghindarkan lalat dewasa untuk hinggap yang mengakibatkan menurunkan

jumlah infestasi larva Chrysomya megacephala pada media ikan mas.

Walaupun ikan mas memiliki aroma alami yaitu bau amis yang

mengakibatkan lalat tertarik untuk hinggap dan bertelur. Citronella oil berperan

dalam menurunkan tingkat aroma alami ikan mas basah sehingga mencegah

ketertarikan lalat untuk hinggap pada media tersebut. Semakin tinggi konsentrasi

Citronella oil semakin tertutup aroma alami ikan basah.

Dibandingkan terhadap minyak nilam dan minyak rosemary sebagai bahan

nabati anti serangga, serai wangi memiliki daya insektisida yang kurang kuat.

minyak nilam pada konsentrasi 20% mampu menurunkan jumlah larva pada

media ikan mas hingga 100% (Novia 2006), sedangkan minyak rosemary mampu

menurunkan jumlah larva sebanyak 84% (Bangu 2006). Akan tetapi minyak serai

wangi lebih mudah didapat, murah dan dapat digunakan sebagai insektisida nabati

untuk mencegah miasis pada pengolahan ikan asin, dan tidak menimbulkan efek

yang merugikan. Sehingga minyak atsiri ini lebih aman, dan ekonomis untuk

digunakan sebagai insektisida nabati pada pengolahan makanan.

Page 28: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

28

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Penelitian menunjukkan bahwa minyak serai wangi (citronella oil) mampu mencegah infestasi larva lalat Chrysomya megacephala.

2. Peningkatan konsentrasi minyak serai wangi diikuti dengan penurunan jumlah lalat yang hinggap dan penurunan jumlah larva.

3. Minyak serai wangi dengan konsentrasi 2,5% efisien menekan jumlah lalat yang hinggap pada media ikan mas sehingga menekan jumlah larva.

SARAN

Penulis menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang bahan aktif minyak serai wangi, terutama yang berperan dalam mencegah lalat hijau hinggap pada suatu media.

Page 29: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

29

DAFTAR PUSTAKA

Anggawati, AM., N. Indriati, JL., Madden, S. Rahayu dan Suparno. 1992. Use of

Pyrimiphosmethyl (Minawet), deltamethrin and cycloprothrin to control blowfly infestation on drying fish dalam Liang, O.B., A. Buchanan and D. Fardiaz, 1989. Development Food Science and Technology in South East Asia. IPB press

Axtell, R.C. 1986. Fly control in Cofined Lifestock and Poultry Production. United State of America: CIBA-GEIGY

Bangu, M.D. 2006. Pengaruh Pemberian Minyak Atsiri Tanaman Rosemary (Rosmarinus officinalis.L) Terhadap Infestasi Larva Lalat Hijau (Crysomya megcephala) Pada Ikan Mas Basah. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan. Insitut Pertanian Bogor. Bogor

Borror, D.J, C.A Triplehorn, and N.F Johnson. 1992. an Introduction to the Insect. Terjemahan Partosoedjono dan Mukayat, D.B. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.

Esser, John R. 1990 Factors influencing oviposition, larva growth and mortality

of Chrysomya megacephala (Diptera: Calliphoridae), a pest of salted dried fish in south East Asia. Bull. Ent Res. 80 : 369-376.

Darsono. 2008. http://www.medindo.com/index.php?menu=berita&actio [09 Sept 2008]

Departemen Pertanian. 2007.http://banten.litbang.deptan.go.id/ leaflet/minapadi.htm [11 Januari 2007]

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna indonesia. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta

Imansyah, B. 2002. Ekstrak Serai Pengusir Nyamuk Alamiah. hhtp://www.pikiran rakyat.com/cetak/1102/03/1004.htm. Jakarta

Jenning. 1987. Veterinary Parasitology. Glasgow: University of Glasgow Press Kardinan, A. 2000. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya.

Jakarta Kusrahashi, H. 1982. Probable Origin of a Synanthrophic Fly Chrysomya

Megacephala, in New Guinea (Diptera: Calliphoridae). Monorg. Biol. 42: 689-698

Page 30: Pengaruh Pemberian Minyak Serai Wangi (Cymbopogon …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/23167/B08ff.pdf · Terimakasih untuk doa, rasa sayang, dorongan dan semangat yang

30

Levine, N.N. 1990. Textbook of Veterinary Parasitology. Terjemahan: Wardiato. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Muchlis, A.N, R. Sofjan. 1978. Masalah Analisa Total Geraniol Pada Minyak Serai Wangi. Pemberitaan LPTI no: 28.LPTI. Bogor

Nitibaskara, RR., R. Suwandi, A.M. Yacoeb, I. Setyaningsi dan D. Poernomo.

1988. Pengujian Efikasi Insektisida Minawet 250 EC Dalam Mengendalikan Lalat dan Kumbang Pada Ikan Asin [Laporan Penelitian]. Bogor: Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. 42 hal

Novia, R. 2006. Studi Pengaruh Minyak Atsiri Nilam Terhadap Infestasi Lalat Hijau Pada Ikan Mas Basah [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Prijono, D. Triwidodo, H. 1994. Pemanfatan Insektisida Nabati di Tingkat Petani. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati. Balitro. Bogor

Rahmawati E. 2007. http://www.kapanlagi.com [06092008] Rendjani. 2008.http://students.stttelkom.ac.id/web/news/index.php?o

=view&id=64 [09 Sept 2008] Surahadikusumah, E. 1989. Kimia Tumbuhan. Pusat Antar Universitas Ilmu

Hayat. Institut Pertanian Bogor. Bogor Soviana, S. 1996. Beberapa aspek Biologi Reproduksi lalat hijau (Chrysomya

megacephala fabricus) [Tesis]. Bogor: Program Studi Entomologi Kesehatan, Institut Pertanian Bogor

Spradberry, L.P. 1991. A Manual for The Diagnosis of Screw Worm Fly. CSIRO Division of Entomology. Commonwealth of Australia

Webmaster a. 2006. hhtp://www.ento.csiro.au/aicn/system/c_1133.htm [12 Juli 2006]

Webmaster b. 2006.hhtp://www.geocities.com/mancingikan/biologi.htm [7 Juni 2006]

Yunus. 2008. http://jurnalsttm.wordpress.com/2008/04/29/serai-wangi-sebagai- [6 Sept 2008]

White, R. Senior, Daphne Aurbertine and John Smart. 1940. The Fauna of British India. Diptera Vol. VI. Family Calliphoridae. Taylor and Francis Ltd. London. 288 hal.