Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PEMAAFAN DAN KETERBUKAAN DIRI
TERHADAP KEPUASAN PERNIKAHAN PADA LIMA TAHUN
PERTAMA USIA PERNIKAHAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh :
Zikrina Aulia
1112070000004
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) 2019
C) Zikrina Aulia
D) Pengaruh Pemaafan, Self Disclosure dan Usia Pernikahan terhadap Kepuasan
Pernikahan pada Pria dan Wanita di Jakarta Selatan E) xiii + 81 halaman + lampiran
F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemaafan (berkaitan
dengan avoidance, revenge dan benevolence), self disclosure (berkaitan dengan
relationship, sexual, money dan inbalance) terhadap kepuasan pernikahan pada
pria dan wanita. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kuantitatif
dengan analisis regresi berganda. Sampel 203 orang terdiri dari 100 orang pria
dan 103 orang wanita yang diambil dengan teknik non probability sampling
dengan menggunakan metode convenience sampling. Penelitian ini menggunakan
alat ukur yang terdiri dari skala ukur ENRICH Marital Satisfaction (EMS), TRIM-
18 (Transgession-Related Interpersonal Motivation), dan MSDQ (Marital Self Disclosure
Questionnaire).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari
variabel pemaafan (berkaitan dengan avoidance, revenge dan benevolence), self
disclosure (berkaitan dengan relationship, sexual, money dan inbalance) terhadap
kepuasan pernikahan pada pria dan wanita. Hasil uji hipotesis minor diketahui
bahwa terdapat lima variabel yang signifikan mempengaruhi kepuasan pernikahan
pada pria yaitu avoidance, relationship, inbalance dan usia pernikahan memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada pria. Dan
terdapat tiga variabel yang signifikan yaitu revenge, relationship dan inbalance
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada
wanita.. Besarnya proporsi varians dari seluruh IV terhadap kepuasan pernikahan
pria adalah sebesar 71% dan pada wanita sebesar 73.5%, sedangkan sisanya
sebesar 29% pada pria dan 26.5% pada wanita dipengaruhi oleh variabel lain di
luar penelitian ini. Oleh sebab itu, disarankan pada penelitian selanjutnya untuk
meneliti variabel-variabel lain selain yang digunakan dalam penelitian ini yang
mempengaruhi kepuasan pernikahan pada pria dan wanita.
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) 2019
C) Zikrina Aulia
D) The Influence of Forgiveness, Self Disclosure and Marriage Age on Marital
Statisfaction of Man and Woman
E) xiii + 88 page + lampiran
F) This study was conducted to determine the effect of forgiveness (avoidance,
revenge and benevolence), self disclosure (relationship, sexual, money and
inbalance) and marriage age on marital statisfaction of man and woman. This
study uses a quantitative method approach with multiple regression analysis.
Sample of 203 (100 man, 103 woman), taken with non probability sampling
technique using convenience sampling. This study used a scale of ENRICH
Marital Satisfaction (EMS), TRIM-18 (Transgession-Related Interpersonal
Motivation), and MSDQ (Marital Self Disclosure Questionnaire)
The result shows that there was significant mutual effect of forgiveness
(avoidance, revenge and benevolence), self disclosure (relationship, sexual,
money and inbalance) and marriage age on marital statisfaction of man and
woman. Result of minor hypothesis known that there are five significant IV on
man, they are avoidance, relationship, inbalance and marriage age which have
positively significant and money which have negatively significant on marital
statisfaction of man. And there are three significant IV on woman, they are
revenge, relationship and, inbalance which have positively significant on marital
statisfaction of woman.The large proportion of the variance from the entire IV on
marital statisfaction of man is 71%, and on marital statisfaction of woman is
73.5% while the remaining 29% on man and 26.5% on waman are influenced by
other variables outside of this research. Therefore, for further research is
suggested to examine othe variables other than those used in this study.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat-Nya
kepada manusia. Banyak pihak yang telah membantu sehingga karya ini terselesaikan,
maka penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada:
1. Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si Dekan Fakultas Psikologi, dan Bapak Bambang
Suriyadi, Ph.D Wakil Dekan Fakultas Psikologi serta jajarannya yang telah
memfasilitasi mahasiswa dalam rangka menciptakan lulusan yang berakhlak dan
berkualitas.
2. Bapak Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan ketulusan dan kesabaran
serta memberikan wawasan baru terhadap penulis.
3. Dr. Diana Muthiah, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik serta seluruh
dosen dan staf Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
membantu dalam penyelesaian karya ini.
4. Ayah dan Bunda tercinta yang merupakan motivasi terbesar penulis dalam
menyelesaikan karya ini, yang selalu mendukung, mendoakan serta
mengorbankan segala yang dimilikinya untuk kebahagiaan penulis. Abang dan
adik adik tersayang yang telah membantu dan memberikan semangat kepada
penulis. Serta seluruh keluarga besar yang selalu membantu dan memberikan
kemudahan kepada penulis.
5. Suami dan Buah hati penulis yang telah memberikan “unconditional love”
kepada penulis secara tulus dan menyemangati sampai skripsi ini selesai.
6. Seluruh responden yang telah memberikan kemudahan kepada penulis untuk
mengambil data sebagai responden dalam karya ini.
viii
7. Terima kasih untuk Maisha, Restu, Abduh, Pire, Mbayas, Ulfa, Hendra, Jesyia,
yang telah banyak membantu penulis dalam proses pengerjaan dan penyelesaian
karya ini. Untuk ARDYS FAMILY yang selalu menghiasi hari-hari dan menjadi
inspirasi penulis.
8. Terimakasih untuk “PEYEMPUAN IG GRUP”, Zahra, uti, najwa dan suha.
Terimakasih telah banyak memberikan tawa.
9. Serta teman-teman Psikologi UIN angkatan 2012 dan grup “EMERGENCY 2012”
yang tidak disebutkan satu per satu terima kasih banyak, semoga silaturahmi ini
tetap terjaga dan sukses untuk kita semua.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
doa, dukungan, serta bantuannya kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam karya ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan,
oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis
berharap semoga karya ini dapat memberikan manfaat kepada penulis, pembaca,
pihak terkait, serta peneliti yang ingin mengelaborasi penelitian ini.
Jakarta, 3 Juli 2019
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii
PERNYATAAN ............................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
ABSTRAK .................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1-12
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................................... 9
1.2.1 Pembatasan Masalah ...................................................................... 9
1.2.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 11
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 11
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 12
BAB 2 LANDASAN TEORI ....................................................................... 13-31
2.1 Kepuasan Pernikahan ............................................................................... 13
2.1.1 Definisi Kepuasan Pernikahan ....................................................... 13
2.1.2 Faktor-faktor yang memengaruhi Kepuasan Pernikahan ............... 14
2.1.3 Teori & Dimensi Kepuasan Pernikahan......................................... 17
2.1.4 Pengukuran Kepuasan Pernikahan ................................................. 19
2.2 Pemaafan .................................................................................................. 20
2.2.1 Definisi Pemaafan .......................................................................... 20
2.2.2 Dimensi Pemaafan ......................................................................... 22
2.2.3 Pengukuran Pemaafan .................................................................... 25
2.3 Keterbukaan diri ....................................................................................... 25
2.3.1 Definisi Keterbukaan diri ............................................................... 25
2.3.2 Dimensi Keterbukaan diri .............................................................. 27
2.3.3 Pengukuran Keterbukaan diri ........................................................ 27
2.4 Usia Pernikahan ....................................................................................... 27
2.5 Kerangka Berpikir .................................................................................... 28
2.5.1 Pemaafan dalam Hubungan Pernikahan ........................................ 29
2.5.2 Keterbukaan diri dalam Hubungan Pernikahan ............................. 29
x
2.5.3 Hubungan pemaafan, rasa syukur, dan usia pernikahan terhadap
kepuasan pernikahan...................................................................... 31
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................ 32-49
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................................ 32
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .......................................... 32
3.3 Instrumen Penelitian................................................................................. 34
3.4 Uji Validitas Konstruk ............................................................................. 37
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Kepuasan Pernikahan ............................... 39
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Pemaafan .................................................. 41
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Keterbukaan diri ....................................... 44
3.5 Teknik Analisis Data ................................................................................ 49
BAB 4 HASIL PENELITIAN ..................................................................... 50-70
4.1 Karakteristik Subjek Penelitian ................................................................ 50
4.2 Hasil Analisis Deskriptif .......................................................................... 51
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ..................................................... 52
4.4 Uji Hipotesis Penelitian............................................................................ 55
4.4.1 Proporsi Varians ............................................................................. 65
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ..................................... 71-78
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 71
5.2 Diskusi ..................................................................................................... 72
5.3 Saran ......................................................................................................... 76
5.3.1 Saran Teoritis ................................................................................. 77
5.3.2 Saran Praktis .................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 79
LAMPIRAN ..................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue print skala kepuasan pernikahan menggunakan alat ukur
ENRICH Marital Statisfaction (EMS) ................................... 25
Tabel 3.2 Blue print skala Pemaafan menggunakan alat ukur TRIM-18
(Transgession-Related Interpersonal Motivation) ................. 28
Tabel 3.3 Blue print skala MSDQ (Marital Self Disclosure Questionnaire) .
................................................................................................ 29
Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Kepuasan Pernikahan ............................ 35
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Avoidance .............................................. 37
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Revenge .................................................. 38
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Benevolence ........................................... 39
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Relationship ........................................... 40
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Sexual .................................................... 41
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Money .................................................... 43
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Inbalance ............................................... 44
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Penelitian (N=203) ......................... 50
Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif ........................................................ 51
Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor ..................................................... 52
Tabel 4.4 Tabel Kategorisasi Skor Variabel Penelitian pada Pria .......... 53
Tabel 4.5 Tabel Kategorisasi Skor Variabel Penelitian pada Wanita ..... 54
Tabel 4.6 Analisis Regresi ...................................................................... 55
Tabel 4.7 Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV ...................... 56
Tabel 4.8 Koefisien Regresi ................................................................... 57
Tabel 4.9 Analisis Regresi ...................................................................... 60
Tabel 4.10 Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV ...................... 61
Tabel 4.11 Koefisien Regresi ................................................................... 62
Tabel 4.12 Proporsi Varians untuk Masing-Masing IV ............................ 65
Tabel 4.13 Proporsi Varians untuk Masing-Masing IV ............................ 68
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ...................................................... 22
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Path Diagram .......................................................................... 82
Lampiran B Output Statistik ....................................................................... 86
Lampiran C Syntax Lisrel ........................................................................... 98
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pernikahan merupakan proses menyatunya dua individu, yaitu pria dan wanita
yang sepakat untuk hidup bersama dan berkomitmen atas dasar cinta hingga akhir
hayatnya. Pernikahan adalah hubungan yang paling penting dan mendasar, serta
menyediakan struktur utama dalam membangun rumah tangga dan memiliki generasi
penerus (Rosen-Grandon, Myers, & Hattie, 2004). Dalam pasal 1 Undang-Undang
No 1 Tahun 1974 tentang Pernikahan, mengartikan bahwa pernikahan ialah ikatan
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga (berumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Seccombe & Warner (dalam Desmayanti, 2009) mengatakan bahwa
pernikahan adalah suatu hubungan yang sah dan diketahui secara sosial antara
seorang pria dan seorang wanita yang meliputi seksual, ekonomi, dan hak serta
tanggung jawab sosial untuk pasangan. Dalam menjalankannya pernikahan harus
memiliki ciri pernikahan yang berkualitas dan baik dengan adanya komunikasi yang
baik, keintiman dan kedekatan, seksualitas, kejujuran dan kepercayaan
(Sadarjoen,2005). Setiap pasangan yang terikat dalam suatu hubungan pernikahan
pasti mendambakan kehidupan pernikahan yang bahagia dan memuaskan. Dengan
kata lain, tujuan seseorang menikah adalah untuk mendapatkan kebahagiaan dan
kepuasan yang dirasakan masing-masing pasangan.
2
Untuk mencapai puncak kebahagiaan dalam hubungan pernikahan bukanlah
hal yang mudah. Pada umumnya, pasangan yang menikah akan menyesuaikan diri
dengan baik dalam pernikahannya setelah 3-4 tahun pernikahan. Penyesuaian yang
baik akan mendukung pencapaian kepuasan pernikahan. Puncaknya pada 5 tahun
pertama awal pernikahan kepuasan pernikahan tinggi (Hurlock, 1953). Saling
mencintai, menghargai, dan bertoleransi terhadap perbedaan merupakan harapan-
harapan yang sebenarnya sangat didambakan oleh setiap pasangan.
Dalam menjalani kehidupan pernikahan tentu tidak terlepas dari berbagai macam
permasalahan. Tidak sedikit dari pasangan yang menikah mengaku bahwa
pernikahan yang mereka jalani tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Setiap
individu dengan perbedaan pada masing-masing kepribadian, karakter, serta
pengalaman masa lalu akan menjalani kehidupan rumah tangga dengan melakukan
semua kegiatan, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan secara bersama.
Maka dari itu, tidak heran apabila dalam dinamikanya terjadi pergesekan emosi dan
konflik antara suami dan istri. Papalia, Old & Feldman (2011) menyatakan konflik
yang ditemui dalam menjalani pernikahan merupakan hal yang wajar, namun
ketidakmampuan pasangan untuk mengatasi konflik yang terjadi dapat menyebabkan
seseorang merasakan ketidakpuasan terhadap pernikahannya. Konflik sangat
berbahaya jika terjadi secara terus menerus tanpa jalan keluar dan berujung pada
perceraian.
Seperti yang terjadi saat ini, Indonesia tercatat sebagai Negara dengan
perceraian tertinggi di Asia-Pasifik. Satu dari sepuluh pasangan menikah berakhir
3
dengan perceraian di pengadilan (BKKBN, 2013). Tahun 2016 tercatat sebanyak
403.070 perkara (cerai talak: 113.968 dan cerai gugat: 289.102 perkara) dan yang
diputus sebanyak 365.654 perkara (cerai talak: 101.928 dan cerai gugat: 263.726
perkara). Sedangkan tahun 2017, tercatat totalnya sebanyak 415.848 perkara (cerai
talak: 113.987 dan cerai gugat: 301.861) dan yang diputus sebanyak 374.516 perkara
(cerai talak: 100.745 dan cerai gugat: 273.771). Sehingga, tren perkara perceraian
yang diputus dalam tiga tahun terakhir itu kisaran 353.843 hingga 374.516 perkara
dan pada 2018 sebanyak 419.268 pasangan bercerai. (Takairawan, 2018).
Penyebab perceraian bermacam- macam, mulai dari masalah keuangan,
perselingkuhan, kurangnya komunikasi, seks dan lain sebagainya selama menjalani
kehidupan berkeluarga. Dari kasus pernikahan yang terjadi 10 persen diantaranya
berakhir dengan perceraian, ironisnya lagi dari kasus perceraian yang terjadi tersebut
70 persen diantaranya perceraian diajukan oleh isteri (cerai gugat) dengan alasan
suami tidak bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Dan 80 persen
penyumbang terbesar perceraian adalah pasangan muda usia perkawinan dibawah 5
tahun (http://esqnews.com/nasional/2012/02/27/angka-perceraian-2012-
meningkat.html, 26 Juni 2012). Perceraian juga terjadi terutama karena ketidaksiapan
menikah yang ditandai dengan rumah tangga tidak harmonis, tidak ada tanggung
jawab, persoalan ekonomi, dan kehadiran pihak ketiga. Berdasarkan data yang telah
penulis paparkan sebelumya, menunjukkan bahwa angka perceraian cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Banyak hal yang menjadi alasan sepasang suami-istri
akhirnya memutuskan untuk mengakhiri bahtera rumah tangga mereka. Di wilayah
4
Jakarta Selatan, pada tahun 2017 mencapai 5.642 kasus dan meningkat sepanjang
2018 menjadi 5.690 kasus. Hal ini menjadi semakin menarik perhatian bahwa kasus
perceraian yang terjadi peningkatan terus menerus dan tentunya sangat
mengkhawatirkan. Ada banyak faktor yang meyebabkan perceraian, selain alasan
yang penulis paparkan diatas, sebab utama perceraian dengan angka terbesar ialah
tidak adanya keharmonisan dalam rumah tangga (Armanto, 2019) dan konflik
pernikahan semakin sulit dihindari.
Cinta kasih yang tulus, rasa hormat kepada pasangan, keterbukaan dalam
pengelolaan penghasilan keluarga, penyesuaian dalam kehidupan seksual, dan
kebersamaan dalam kegiatan beragama, merupakan empat pilar utama dalam
pernikahan (Sadarjoen, 2009) namun jika keempat pilar tersebut tidak dapat
dibangun, dijalin dan dipertahankan dengan baik, maka tujuan pernikahan tidak dapat
tercapai. Maka dari itu pilar tersebut harus tercapai, meskipun pada perjalanannya
sering menjumpai permasalahan. Dalam hal ini Surya (Dewi & Sudhana, 2013)
mengungkapkan bahwa kurangnya komunikasi dengan pasangan juga dapat
menimbulkan pikiran negatif sehingga sering terjadi kesalahpahaman yang dapat
menjadi konflik berlarut-larut dan membuat hubungan pernikahan menjadi tidak
harmonis.
Rumah tangga tidak harmonis merupakan penyebab yang menyumbangkan
angka terbesar diantara sebab perceraian lainnya. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, keharmonisan berasal dari kata harmonis yang memiliki arti serasi, selaras.
Maka dari itu, sebagai penyebab perceraian tertinggi di daerah Jakarta Selatan,
5
ketidakharmonisan dalam rumah tangga dapat diartikan sebagai tidak adanya
keserasian dan keselarasan dalam menjalani kehidupan rumah tangga yang dapat
memicu perselisihan secara terus menerus antara suami dan istri. Perselisihan yang
terjadi terus menerus dan tidak dapat terselesaikan dapat menjadi salah satu indikasi
tidak adanya kepuasan dalam pernikahan dan dapat berujung pada perceraian. Seperti
hasil penelitian yang dilakukan oleh Fan & Lui (2004), yang menyebutkan bahwa
perubahan yang dirasakan dalam kepuasan pernikahan merupakan suatu faktor
penting dalam membuat keputusan bercerai.
Kepuasan pernikahan diartikan sebagai perasaan yang bersifat subjektif dari
pasangan suami istri mengenai perasaan bahagia, puas, dan menyenangkan terhadap
pernikahan secara menyeluruh (Olson & DeFrain, 2006). Maka dari itu, kepuasan
pernikahan hanya dapat dinilai oleh individu yang menjalani hubungan pernikahan
bersama pasangannya. Sedangkan faktor yang memengaruhi kepuasan pernikahan
diantaranya adalah komitmen seumur hidup terhadap pasangan, kesetiaan terhadap
pasangan, keinginan untuk membahagiakan dan mendukung pasangan, menjadi
pendamping yang baik untuk pasangan, keinginan untuk meminta maaf dan
dimaafkan (Rosen-Grandon et al., 2004), keterbukaan diri (Jorgensen & Gaudy,
1980), dan usia pernikahan (Huston, dalam Igbo, Grace, & Ikoja, 2012). Namun,
untuk mencapai dan mempertahankannya bukanlah perkara yang mudah,
sebagaimana yang dinyatakan oleh Rosen-Grandon banyak yang menginginkan
hubungan pernikahan, tetapi banyak pula yang tidak bisa mempertahankan dan
menjaga kualitas hubungan pernikahan itu sendiri (Rosen-Grandon et al., 2004).
6
Maka bukanlah suatu hal yang mengherankan apabila terdapat banyak kasus
perceraian terjadi.
Kehidupan pasangan suami-istri yang penuh dinamika menjadi menarik bagi
penulis untuk diteliti, karena orang yang paling dekat dengan kita merupakan orang
yang paling berpeluang besar untuk menyakiti kita. Kesalahan terhadap pasangan
dalam pernikahan dapat menimbulkan perasaan negatif bahkan berpotensi merusak
hubungan (Fincham, Beach, & Davila, 2004). Sehingga bisa dikatakan bahwa
kemampuan mencari dan memberikan maaf adalah salah satu faktor penting yang
berkontribusi dalam kepuasan pernikahan (Fenell, 1993).
Individu pada hakikatnya membutuhkan kesadaran ketika memberikan maaf
setelah dirinya disakiti atau disalahkan (Fincham, et al., 2004). Memaafkan sangat
dibutuhkan untuk keberlangsungan suatu hubungan yang baik setelah kejadian yang
menyakitkan dari pengkhianatan atau kejadian yang tidak menyenangkan
(McCullough, 2006). Dengan kata lain, pemaafan merupakan suatu bagian penting
dalam kehidupan pernikahan terutama setelah terjadi konflik dan kesalahan yang
dilakukan oleh pasangan. Fincham (2002) juga menemukan bahwa pemaafan dan
kepuasan dalam pernikahan memiliki hubungan dan secara independen
memperlihatkan bahwa pemaafan memprediksi keseluruhan perilaku pasangan dari
kepuasan pernikahan.
Selain itu, para peneliti juga telah menemukan bahwa pemaafan dapat
mengarahkan pada kesehatan emosi dan hubungan yang lebih baik (Enright &
Fitzgibbons, dalam Jose & Alfons, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Paleari,
7
Regalia, dan Finchan (dalam Jose & Alfons, 2006) menunjukkan bahwa pemaafan
memprediksi kualitas pernikahan secara bersamaan dan terdapat efek timbal balik
antara pemaafan dan kualitas pernikahan dari waktu ke waktu. Dengan kata lain,
mamaafkan dapat memberikan efek positif baik secara fisik maupun mental, yang
mana dalam penelitian ini lebih fokus pada kehidupan pernikahan.
Salah satu bentuk yang paling penting dari komunikasi selain pemaafan
adalah keterbukaan diri (DeVito, 2016). Sejalan dengan pendapat DeVito, Billeter
(2002) juga mengatakan salah satu prediktor dalam kepuasan hubungan yakni adanya
keterbukaan diri. Menurut Waring, Holden & Wesley (1998) keterbukaan diri sebagai
proses mengungkapkan pikiran, perasaan dan pengalaman masa lalu kepada orang
lain. Seamon (2003) mengatakan orang yang tidak mau mengungkapkan dirinya
maka akan sulit dalam menyesuaikan diri sehingga tidak puas dengan hubungan
yang dijalaninya. Vera & Betz juga menemukan bahwa wanita lebih signifikan dalam
melakukan self disclosure dibandingkan pria dan ia juga menyatakan self
disclosure ternyata lebih signifikan sebagai prediktor dalam kepuasan hubungan
untuk pria dibandingkan dengan wanita (Billeter, 2002).
Berdasarkan data yang dipaparkan oleh kepala Seksi 1 bimbingan pada
Badilag MA, Hermansyah Hakim menilai angka cerai gugat lebih tinggi disbanding
cerai talak oleh suami, yakni kisaran 60-70 persen dari jumlah perkara yang masuk.
Hal tersebut menunjukkan bahwa ketidakpuasan pernikahan di Jakarta Selatan lebih
dirasakan oleh wanita dengan penyebab paling banyak karena adanya komunikasi
yang tidak terbuka. Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2010)
8
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kepuasan pernikahan yang
signifikan antara pria dan wanita. Franzoi mengungkapkan bahwa keterbukaan diri
pria berhubungan dengan kepuasan hubungannya sebagaimana dengan keterbukaan
diri wanita berhubungan dengan kepuasan hubungannya (Billeter, 2002).
ketidakpuasan pernikahan umumnya disebabkan adanya komunikasi yang
tidak terbuka dengan pasangan. Hal ini ditandai dengan tidak mengungkapkan apa
yang dirasakan dan dipikirkan bahkan kurang mempercayai pasangan sehingga
memilih untuk tidak menceritakan semua hal yang dialami kepada pasangan.
Idealnya pasangan suami istri memiliki rasa saling percaya, mencintai, menghargai,
dan dapat bertoleransi satu sama lain untuk mencapai kepuasan dalam pernikahannya.
Namun, pada kenyataannya tidak semua pasangan mampu merasakan hubungan
harmonis dan memuaskan seperti yang diharapkan pada awal pernikahan.
keterbukaan diri mengandung banyak kebaikan dimana individu lebih
mengenal secara dalam karakter personal dan rahasia pasangannya dan akan menjadi
rahasia bersama. Beragam definisi mengenai keterbukaan diri telah diungkapkan oleh
tokoh psikologi dan peneliti sepanjang sejarah, sebagaimana yang disebutkan oleh
Marton (dalam ningsih, 2016) bahwa keterbukaan diri merupakan proses individu
dalam membagi perasaan dan informasi yang bersifat pribadi kepada orang lain.
Sedangkan menurut Waring (2001) menyatakan bahwa keterbukaan diri merupakan
perilaku yang merefleksikan pikiran dan perasaan seseorang dalam membuka
informasi mengenai dirinya sendiri dengan pasangan.
9
Penulis juga menyertakan usia pernikahan sebagai faktor yang memengaruhi
kepuasan pernikahan. Awe (dalam Animsahum & Oladeni, 2012) menyatakan bahwa
pasangan biasanya menghabiskan beberapa tahun pertama pernikahan untuk
menyesuaikan diri terhadap perbedaan individual dan faktor eksternal lainnya yang
memengaruhi pernikahan. Satu atau dua hingga lima tahun pertama pernikahan
merupakan fase paling kritis bagi pasangan suami-istri, setalah lima tahun pertama
pernikahan pasangan mulai bertoleransi dan mengerti satu sama lain dengan lebih
baik lagi, terutama ketika anak mulai hadir dalam kehidupan pernikahan. Hal ini
dibuktikan dari fakta bahwa kebanyakan perceraian yang ada di daerah Jakarta
Selatan terjadi pada usia pernikahan kurang dari lima tahun (Amin, 2011)
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pengaruh pemaafan dan keterbukaan diri terhadap kepuasan pernikahan
pada 5 tahun pertama usia pernikahan.
1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Masalah yang menjadi fokus penulis adalah pengaruh pemaafan, keterbukaan diri dan
usia pernikahan terhadap kepuasan pernikahan pada dewasa awal di Jakarta Selatan.
Untuk menghindari ketidakjelasan dan melebarnya masalah penelitian, maka penulis
perlu memberikan penjelasan tentang batasan penelitian, yaitu sebagai berikut.
1. Kepuasan pernikahan adalah suatu perasaan subjektif yang dirasakan
pasangan suami istri berkaitan dengan aspek yang ada dala suatu perkawinan,
seperti rasa bahagia, puas, serta pengalaman-pengalaman yang menyenangkan
10
bersama pasangannya ketika mempertimbangkan semua aspek kehidupan
pernikahannya yang bersifat individual (Fowers & Olson, 1993).
2. Pemaafan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesediaan
menanggalkan kesalahan yang dilakukan individu yang telah menyatkiti hati
atau melakukan suatu perbuatan salah pada individu lain (McCullough, 2001).
3. Keterbukaan diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku yang
merefleksikan pikiran dan perasaan seseorang dalam membuka informasi
mengenai dirinya sendiri kepada pasangannya (Waring, 1998).
4. Usia pernikahan dalam penelitian ini adalah rentang waktu antara hari, bulan,
dan tahun ketika menikah hingga saat ini (Igbo, et.al., 2015).
5. Sampel pada penelitian ini adalah wanita dan pria yang berstatus sebagai istri /
suami di daerah Jakarta Selatan.
11
1.2.2 Perumusan masalah
Dari pembatasan masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara pemaafan, keterbukaan diri
dan usia pernikahan terhadap kepuasan pernikahan pria dan wanita?
2. Apakah terdapat perbedaan nilai kepuasan pernikahan, pemaafan, dan
keterbukaan diri antara pria dan wanita?
3. Berapa besar sumbangan pemaafan, keterbukaan diri, dan usia pernikahan
terhadap kepuasan pernikahan pada pria dan wanita?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui adanya pengaruh yang signifikan dari variable pemaafan,
keterbukaan diri, dan usia pernikahan terhadap kepuasan pernikahan pada pria
dan wanita.
2. Mengetahui perbedaan nilai kepuasan pernikahan, pemaafan, dan keterbukaan
diri antara pria dan wanita?
3. Mengetahui besar sumbangan variabel pemaafan, keterbukaan diri, dan usia
pernikahan terhadap kepuasan pernikahan pada pria dan wanita.
12
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat berupa:
Manfaat teoretis yaitu penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya untuk psikologi keluarga dan psikologi
perkembangan.
Manfaat praktis yaitu penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan konseling
bagi masyarakat, khususnya untuk para suami dan istri terkait bagaimana mencapai
kepuasan pernikahan apakah dapat dipengaruhi oleh pemaafan, keterbukaan diri, dan
usia pernikahan.
13
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Kepuasan Pernikahan
2.1.1. Definisi kepuasan pernikahan
Kepuasan pernikahan menurut Kaplan dan Maddux (2002) adalah pengalaman
individu dalam pernikahan yang hanya dapat dinilai oleh pasangan suami istri.
Mereka meyakini bahwa kepuasan pernikahan tergantung pada keyakinan dan
harapan masing-masing individu. Sehingga, kepuasan pernikahan bersifat subyektif.
Sejalan dengan pengertian berdasarkan Dynamic Goal Theory yang menyatakan
bahwa kepuasan pernikahan merupakan penilaian subyektif individu secara umum
mengenai kualitas pernikahannya (Li & Fung, 2011) sama dengan dengan Olson &
DeFrain (2006) yang meyakini bahwa kepuasan pernikahan sebagai perasaan yang
bersifat subjektif dari pasangan suami istri mengenai perasaan bahagia, puas, dan
menyenangkan terhadap pernikahannya secara menyeluruh
Sejalan dengan beberapa pengertian di atas, Bradbury, Fincham, dan Beach
(2000) mendefinisikan pernikahan sebagai gambaran evaluasi dengan lebih
menonjolnya aspek positif dan nyaris tidak adanya aspek negatif. Sedangkan Bahr,
Chappell, dan Leigh (1983) mendefinisikan kepuasan pernikahan sebagai evaluasi
subyektif atas keseluruhan kualitas pernikahan serta sejauh mana kebutuhan dan
keinginan terpenuhi dalam pernikahan.
Dari beberapa definisi di atas, kepuasan pernikahan adalah suatu perasaan
subjektif yang dirasakan pasangan suami istri berkaitan dengan aspek yang ada dala
14
suatu perkawinan, seperti rasa bahagia, puas, serta pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan bersama pasangannya ketika mempertimbangkan semua aspek
kehidupan pernikahannya yang bersifat individual (Fowers & Olson, 1993).
2.1.2 Faktor-Faktor yang memengaruhi kepuasan pernikahan
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan dalam sebuah pernikahan.
Menurut Duvall dan Miller (1985) secara garis besar ada dua faktor yang
mempengaruhi kepuasan pernikahan, yaitu faktor sebelum pernikahan dan faktor
setelah pernikahan. Faktor-faktor sebelum pernikahan yang dapat mempengaruhi
kepuasan pernikahan adalah menurut Duvall dan Miller (1985) antara lain : Kondisi
pernikahan orang tua, kebahagiaan pada masa kanak-kanak, ketegasan dalam disiplin,
pendidikan seks, tingkat pendidikan. lamanya berkenalan dengan pasangan sebelun
menikah.
Faktor-faktor setelah pernikahan yang dapat mempengaruhi kepuasan
pernikahan menurut Duvall dan Miller (1985) terdiri dari : Afeksi, keterbukaan dalam
mengekspresikan cinta pada pasangan, kepercayaan, rasa saling percaya satu sama
lain, Equaliatrium, tidak saling mendominasi dalam mengambil keputusan,
komunikasi, adanya komunikasi yang baik secara emosional, seksual, dan sosial
diantara pasangan, seks, Perasaan senang kedua belah pihak dalam berhubungan seks,
penghasilan yang cukup untuk kebutuhan keluarga, memiliki tempat tinggal yang
relatif menetap, kehidupan sosial, Partisipasi dalam kegiatan di luar rumah, menurut
Duvall dan Miller (1985) faktor-faktor setelah menikah atau masa kini merupakan
15
faktor yang sangat berpengaruh terhadap tercapainya kepuasan dalam pernikahan.
Kedua faktor tersebut penting, tetapi karena faktor sebelum menikah atau masa lalu
tidak dapat diubah, dan masing-masing individu hanya bias menerima kondisi
pasangan, maka yang akan dibahas hanya faktor masa kini. Karena seseorang yang
memasuki masa pernikahan akan menghadapi berbagai konflik yang dihadapi
bersama pasangan. Cinta dan kelekatan berperan penting untuk menjalani kehidupan
selama pernikahan yang akan dihadapkan dengan berbagai konflik.
Faktor lain yang juga memengaruhi kepuasan pernikahan, diantaranya:
1. Status sosial: Individu yang memiliki status social menengah ke atas cenderung
lebih positif dalam menilai pernikahannya (Miller dalam Hurlock, 1990).
2. Usia pernikahan: Usia 15 tahun awal pernikahan cenderung menghadapi banyak
perubahan dalam kehidupan pernikahan sehingga menimbulkan banyak masalah
yang menyebabkan ketidakpuasan dalam pernikahan (Miller dalam Hurlock,
1990).
3. Jumlah anak: Kehadiran anak serta jumlah anak yang terlalu banyak dapat
menimbulkan ketidakpuasan dalam pernikahan karena istri lebih banyak
menghabiskan waktu untuk mengurus anak sehingga waktu bersama suami
menjadi kurang (Miller dalam Hurlock, 1990).
4. Jarak kelahiran anak: Jarak yang berdekatan dapat menimbulkan konflik
dikemudian hari terutama saat anak-anak beranjak sekolah dan memerlukan
biaya pendidikan yang tidak sedikit sementara kehidupan ekonomi keluarga tidak
cukup (Miller dalam Hurlock, 1990).
16
5. Agama: Individu yang memiliki kesamaan agama serta keyakinan spiritual akan
lebih mudah dalam menyesuaikan diri dalam pernikahannya (Miller dalam
Hurlock, 1990). Ardhianita dan Andayani (2005) juga mengatakan bahwa
religiusitas mempengaruhi kepuasan pernikahan.
6. Pola Interaksi: Pola interaksi antara individu dapat mempengaruhi seberapa puas
mereka dengan pernikahan mereka. Pola yang paling sering dihubungkan dengan
ketidakpuasan pernikahan adalah permintaan atau penarikan. Dalam pola
interaksi ini, salah satu individu (seringkali istri) cenderung menuntut suami
untuk melakukan perubahan pada perilakunya karena tidak puas dengan perilaku
pasangannya, sementara suami akan cenderung menghindar dari tuntutan istri.
Pola seperti ini memiliki dampak yang jelas bagi kepuasan perkawinan.
Peningkatan tuntutan menyebabkan peningkatan penghindaran dimana suami
dituntut untuk menyelesaikan konflik yang dapat menyebabkan penurunan
kepuasan pernikahan (Bradbury, Fincham, & Beach, 2000).
7. Dukungan social: Dukungan sosial dipercaya berhubungan dengan fungsi
pernikahan yang baik agar tercipta hubungan yang sehat dalam keluarga.
Individu yang memberikan dukungan social yang baik kepada pasangannya telah
memberikan kontribusi terhadap kepuasan pernikahan (Bradbury, Fincham, &
Beach, 2000).
8. Kekerasan: Individu yang terlibat dalam hubungan yang kasar lebih cenderung
merasakan ketidakpuasan dengan hubungan pernikahannya (Bradbury, Fincham,
& Beach, 2000).
17
9. Kecerdasan emosi: Individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi lebih
merasa puas dengan pernikahannya (Mirgain & Cordova, 2007; Zeidner &
Kaluda, 2008; Smith, Heaven & Ciarrochi, 2008; Malouff, Schutte, &
Thorsteinsson, 2014).
10. Karakteristik kepribadian: Kepribadian salah satu pasangan mempengaruhi
kepuasan pernikahan pasangan mereka. Seseorang cenderung mencari pasangan
hidup yang memiliki karakteristik kepribadian yang mirip dengan dirinya
(Burpee & Langer, 2005). Individu yang memiliki kesamaan karakteristik
kepribadian tidak terlalu sering berargumen dan jarang memiliki kesalahpahaman
(Caspi & Herbener dalam Burpee & Langer, 2005).
Memaafkan (Pemaafan): Memaafkan tidak hanya dapat mempengaruhi kepuasan
pernikahan, akan tetapi memaafkan juga dapat mempengaruhi stabilitas pernikahan
(Fan & Lui, (2011).
2.1.3 Teori dan dimensi kepuasan pernikahan
Untuk menentukan kepuasan pernikahan seseorang, digunakan aspek-aspek yang
akan dievaluasi oleh seorang istri atau seorang suami terhadap pasangan dan terhadap
pernikahannya.
Olson dan Fowers (1993) menyebutkan 10 dimensi dalam pernikahan yang
sangat penting dalam membentuk kepuasan pernikahan. 10 dimensi tersebut adalah:
18
1. Personality Issues: Persepsi individu mengenai suami/istri yang berhubungan
dengan permasalahan perilaku dan tingkat kepuasan mengenai permasalahn
tersebut.
2. Communication: Perasaan dan sikap individu mengenai komunikasi dalam
pernikahan. Fokus pada tingkat kepuasan individu dalam berbagi dan menerima
informasi emosional dan kognitif.
3. Conflict Resolution: Persepsi suami/istri kehadiran dan penyelesaian masalah
dalam pernikahan. Berfokus pada keterbukaan suami/istri untuk mengenali dan
menyelesaikan permasalahan serta strategi yang digunakan untuk mengakhiri
argumen.
4. Financial Management: Berfokus pada sikap dan perhatian mengenai cara
mengatur permasalahan ekonomi dalam pernikahan.
5. Leisure Activities: Menilai pilihan kegiatan yang dilakukan ketika waktu luang
yang merefleksikan kegiatan yang dilakukan personal atau bersama.
6. Sexual Relationship: Memeriksa perasaan suami/istri mengenai rasa sayang dan
hal seksual dalam pernikahan.
7. Children and Parenting: Menilai sikap dan perasaan mengenai memiliki dan
membesarkan anak.
8. Family and Friends: Menilai perasaan dan perhatian mengenai hubungan dengan
keluarga, mertua, dan teman-teman
9. Equalitarian Roles: Menilai perasaan dan sikap individu mengenai berbagai
peraturan pernikahan dan keluarga.
19
10. Religious Orientation: Menilai keyakinan beragama dan penerapannya dalam
ikatan pernikahan.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan teori kepuasan pernikahan fowers dan
olson (1993).
2.1.4 Pengukuran Kepuasan Pernikahan
Dari hasil membaca literatur penelitian mengenai kepuasan pernikahan,
peneliti memperoleh beberapa alat ukur untuk mengukur kepuasan pernikahan,
diantaranya adalah ENRICH (evaluation and nurturing relationship issues,
communication and happiness) Marital Satisfaction (EMS) oleh Fower dan Olson
(1993). EMS terdiri dari sepuluh subskala, personality issues, communication,
conflict resolution, financial management, leisure activities, sexual relationship,
children and parenting, family and friends, equalitarian roles, dan religious
orientation. EMS terdiri dari 10 item yang secara teoritis relevan, valid, dan reliabel.
Selain itu, Dynamic Adjustment Scale oleh Spainer (1976) juga biasa digunakan untuk
mengukur kepuasan pernikahan. DAS terdiri dari 32 item dan terdiri dari empat
komponen kepuasan pernikahan, yaitu consensus, cohesion, satisfaction, dan
affectional expression.
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan ENRICH Marital
Satisfaction (EMS) yang dibuat oleh Fower dan Olson (1993). Hal ini dikarenakan
EMS sesuai dengan teori yang peneliti gunakan pada penelitian ini.
20
2.2 Pemaafan
2.2.1 Definisi Pemaafan
Pemaafan menurut Enright (1996) adalah membuang amarah, prasangka, dan
perilaku negatif terhadap orang yang melukai kita, bersamaan dengan itu kita juga
menumbuhkan kasih sayang, kemurahan hati dan cinta terhadap orang tersebut.
Pemaafan juga berarti kesediaan menghilangkan kesalahan yang dilakukan seseorang
yang telah menyakiti hati atau melakukan perbuatan yang salah pada individu lain
(McCullough, 2001). Selain itu, McCullough (2001) menjelaskan bahwa pemaafan
adalah proses perubahan tiga dorongan dalam diri individu terhadap pelaku.
Dikatakan bahwa pemaafan merupakan peningkatan motivasi prososial kearah lain,
yaitu rendahnya dorongan untuk menghindari (avoidance motivations) pelaku,
rendahnya dorongan untuk menyakiti atau balas dendam (revenge motivations)
terhadap pelaku, dan peningkatan dorongan untuk bertindak positif atau membina
hubungan kembali (benevolence motivations) terhadap pelaku.
McCullough, Fincham, dan Tsang (2003) mendefinisikan pemaafan sebagai
perubahan motivasi, dengan mengurangi motivasi penghindaran dan balas dendam,
serta meningkatkan motivasi yang baik. Pemaafan terkait dengan perubahan pikiran,
perilaku, dan emosi dari negatif ke positif. Menurut McCullogh (dalam McCullogh,
Fincham, & Tsang, 2003) pemaafan merupakan sikap seseorang yang telah disakiti
untuk tidak melakukan perbuatan balas dendam terhadap pelaku, tidak adanya
keinginan untuk menjauhi pelaku, sebaliknya adanya keinginan untuk berdamai dan
21
berbuat baik terhadap pelaku, walaupun pelaku telah melakukan perilaku yang
menyakitkan.
Enright, Gassin, dan Wu (dalam McCullough, Fincham, & Tsang, 2003) juga
mendefinisikan pemaafan berhubungan dengan keinginan orang yang telah disakiti
untuk menghilangkan kemarahan, melawan dorongan-dorongan untuk menghukum,
berhenti untuk marah. Dengan memaafkan adanya perubahan sikap yang sebelumnya
ingin membalas dendam dan menjauhi pelaku, maka dengan memaafkan seseorang
memiliki keinginan untuk berdamai dengan pelaku, dimana perilaku memaafkan ini
akan tampil dalam pikiran, perasaan atau tingkah laku orang yang telah disakiti.
Berdasarkan uraian definisi di atas peneliti menggunakan taori pemaafan dari
McCullough (2001). Menurut McCullogh, bahwa pemaafan adalah peningkatan
dorongan dari arah negatif ke arah positif dari seseorang yang disakiti terhadap
seseorang yang menyakiti, yang ditandai dengan rendahnya dorongan seseorang
untuk menghindar, balas dendam dan meningkatnya dorongan untuk membina
hubungan kembali.
2.2.2 Dimensi Pemaafan
Dimensi pemaafan yang dikemukakan merupakan penjelasan lebih jauh dari
definisi McCullough (2001). Pemaafan merupakan proses perubahan tiga dorongan
dalam diri individu yang disakiti terhadap pelaku yang menyakiti. Tiga dorongan
tersebut juga menjadi dimensi yang mendasari pemaafan yaitu, avoidance
motivations, revenge motivations, dan benevolence motivations.
22
1. Avoidance motivations. Ditandai dengan individu (korban) yang menghindar atau
menarik diri (withdrawal) dari pelaku.
2. Revenge motivations. Ditandai dengan dorongan individu (korban) untuk
membalas dendam terhadap perbuatan pelaku. Dalam kondisi ini, individu
(korban) tersebut marah dan berkeinginan untuk membalas dendam terhadap
pelaku. Ketika individu (korban) dilukai oleh individu lain (pelaku), makan yang
terjadi dalam dirinya adalah peningkatan dorongan untuk menghindar
(avoidance) dan memblas dendam (revenge).
3. Benevolence motivations. Ditandai dengan dorongan untuk berbuat baik
terhadap pelaku. Dengan adanya kehadiran benevolence, berarti juga telah
menghilangkan kehadiran dua dimensi sebelumnya. Oleh karena itu, individu
yang memaafkan, memiliki benevolence motivations yang tinggi, namun di sisi
lain memiliki avoidance dan revenge motivations yang rendah.
Selain tiga dimensi pemaafan yang dikemukan oleh McCullough (2001).
Terdapat empat dimensi pemaafan yang diungkap oleh Enright dan Fitzgibbon
(2002). Dimensi-dimensi tersebut yaitu :
1. Uncovering Phase. Sebelum individu yang terluka atau korban bermaksud untuk
memaafkan pelaku, maka korban harus terlebih dahulu mengakui bahwa dirinya
dilukai. Pada saat korban merasa mengakui perasaan marah tersebut, ia harus
melepaskan perasaan marahnya dan tidak mengingatnya. Fase ini membantu
korban manyadari bahwa respon-respon ini bersifat self-defeating dan self-
hurting. Hal ini hanya akan membuat korban dilukai kedua kalinya. Karena yang
23
pertama adalah saat peristiwa yang melukai terjadi dan yang kedua saat ia
membiarkan perasaannya dikuasai oleh perasaan-perasaan negatif.
2. Decision Phase. Pada fase ini korban mengerti akan dampak dari luka yang
dialamainya dan respon apa yang diberikan. Korban menyadari bahwa harus ada
cara yang lebih baik untuk membantunya menyembuhkan rasa sakit. Pada tahap
ini korban mempertimbangkan pemaafakan sebagai pemilihan respon dan
berkomitmen pada diri sendiri untuk memaafkan pelaku.
3. Work-Phase. Untuk melaksanakan komitmen yang telah dibuat pada fase
sebelumnya, korban harus mewujudkannya dalam tindakan nyata. Korban dapat
ikut serrta dalam reframing atau menyusun kembali pandangannya terhadap
pelaku, dengan berusaha untuk melihat perilaku dalam konteks yang lebih luas
dan tidak hanya berdasarkan perbuatan yang melukai. Hal ini dapat dilakukan
korban dengan berempati kepada pelaku.
4. Deepening Phase. Setelah melakukan tiga fase sebelumnya, korban akan merasa
bahwa ketika ia memaafkan, maka ia akan mengalami kesembuhan. Pada saat
korban mulai memaafkan ia akan menemukan makna baru dalam peristiwa
menyakitkan yang dialaminya. Ia juga akan menyadari bahwa ia juga
membutuhkan pemaafan dari orang lain dan bukan ia sendiri saja yang
mengalami penderitaan. Mendekati akhir dari proses memaafkan ini korban akan
menyadari adanya penurunan emosi negatif dan akan terjadi peningkatan
perasaan postitif terhadap pelaku.
24
2.2.3 Pengukuran Pemaafan
Terdapat beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur pemaafan,
diantaranya adalah Transgression-Related Interpersonal Motivation (TRIM). TRIM
terdiri dari 18 item pernyataan untuk mengukur disposisi pemaafan (McCullough,
Root & Cohen, 2006).
Alat ukur lainnya merupakan hasil mengembangan dari TRIM 18 Inventory,
Transgression-Related Interpersonal Motivation (TRIM-12). Merupakan adaptasi
yang dikembangkan oleh Michael E. Mc Cullough dan digunakan untuk mengetahui
seberapa besar seorang individu mampu memaafkan. Aspek-aspek dari alat ukur ini
meliputi avoidance motivations, revenge motivations, dan benevolence motivations.
Alat ukur lain yang juga dapat digunakan untuk mengukur pemaafan dinamakan
Marital Offense-Specific Forgiveness Scale (MOFS). MOFS terdiri dari 10 item.
Item dalam alat ukur ini sesuai dengan dua komponen pemaafan, yaitu resentment-
avoidance dan benevolence.
Peneliti memilih menggunakan alat ukur Transgression-Related Interpersonal
Motivation (TRIM-12) untuk mengukur pemaafan karena dimensi yang diukur oleh
alat ini merupakan dimensi yang cocok dengan teori pemaafan yang digunakan dalam
penelitian ini.
25
2.3 Keterbukaan diri
2.3.1 Definisi Keterbukaan diri
Keterbukaan diri merupakan proses membuka diri, mengungkapkan pemikiran,
perasaan, dan pengalaman masalalu yang bersifat pribadi kepada orang lain (Waring,
Holden, Wesley, 1998). Altman dan Taylor mengungkapkan (dalam Waring dkk,
1998) bahwa keterbukaan diri adalah Pertukaran informasi mengenai diri sendiri yang
bersifat sangat pribadi,yang mana merupakan suatu proses besar dalam suatu
hubungan interpersonal pada manusia. Menurut Derlega, et al (1987) keterbukaan diri
merupakan proses pengungkapan informasi mengenai dirinya kepada orang lain yang
merupakan aspek penting dalam hubungan interpersonal seperti kencan dan
pernikahan. Individu dalam suatu hubungan dapat mendiskusikan segala perasaan dan
pendapatnya yang menjadi inti dari hubungan. Menurut jourard (dalam Devito, 1997)
bila kita mengungkapkan informasi dari daerah tertutup (hidden self) kita, berarti kita
melakukan keterbukaan diri. Devito (1997) juga menyatakan bahwa istilah
keterbukaan diri biasanya menyangkut pengungkapan informasi secara sadar maupun
tidak sadar.
Pengungkapan diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan
informasi diri kepada orang lain yang bertujuan untuk mencapai hubungan yang
akrab (Gainau, 2009). Pengungkapan diri bersifat deskriptif, artinya individu
melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri yang mungkin untukdiketahui oleh
orang lain, dan bersifat evaluatif, artinya individu mengemukakan pendapat atau
perasaan pribadinya lebih mendalam kepada orang lain sampai kepada tahap
26
pengungkapan hal-hal yang disukai atau tidak disukai (Hernanda, 2012). Menurut
Jourard dan Lasakow (dalam Yeanita, 2012)
Keterbukaan diri merupakan perilaku yang merefleksikan pikiran dan perasaan
seseorang dalam membuka informasi mengenai dirinya sendiri dengan pasangannya
(Waring, 2001). Keterbukaan diri dapat diartikan mengkomunikasikan informasi
tentang diri sendiri yang biasanya disembunyikan kepada orang lain (Devito, 2011).
Berdasarkan definisi yang telah dipaparkan, definisi keterbukaan diri yang digunakan
dalam penelitian ini adalah definisi yang dikemukakan oleh Waring (2001)
menyatakan bahwa keterbukaan diri merupakan perilaku yang merefleksikan pikiran
dan perasaan seseorang dalam membuka informasi mengenai dirinya sendiri dengan
pasangan.
2.3.2 Dimensi-dimensi keterbukaan diri
Menurut Waring (1998) menjelaskan mengenai dimensi keterbukaan diri, antara
lain:
1. Relationship (keterbukaan hubungan) yaitu merefleksikan ungkapan secara
langsung mengenai informasi yang berhubungan dengan pasangan.
2. Money (keterbukaan finansial) yaitu merefleksikan ungkapan secara langsung
mengenai informasi yang berhubungan dengan keuangan.
3. Sex (keterbukaan seksual) yaitu terbuka dengan mengungkapkan mengenai
aktivitas seksual kepada pasangan
27
4. Inbalance (keterbukaan imbalance) yaitu merefleksikan tidakterdapat
hubungan timbal balik dalam mengungkapkan sesuatu, yaitu ketika
keterbukaan didominasi oleh salah satu pasangan.
2.3.3 Pengukuran keterbukaan diri
Dari berbagai literature yang dibaca oleh peneliti ada beberapa alat ukur yang
digunakan dalam mengukur keterbukaan diri, yaitu diantaranya:
1. Revised self disclosure Scale. Dikembangkan oleh Wheeless dan Grotz
(1976). Alat ukur ini memiliki empat dimensi yaitu : intent, amount/depth,
honesty, dan positiveness.
2. The Jourad Sixty Item self disclosure Questionnaire. Dikembangkan oleh
Jourard dan Lasakow (1958). Kuesioner ini terdiri dari 60 item dengan skala
respon ya dan tidak. Kuesioner ini memiliki enam kategori informasi yaitu
attitude and option, taste and interest, work, money, personality, and body.
3. Marital self disclosure Questionnaire. Dikembangkan oleh Waring (1998).
Kuesioner ini terdiri dari 32 item dengan skala respon Ya dan Tidak.
Kuesioner ini memiliki empat dimensi yaitu: relationship, sexual, money dan
imbalance.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur Marital Keterbukaan diri
Questionnaire (MSDQ) yang dikembangkan oleh Waring (1998). Hal ini dikarenakan
alat ukur tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengukur keterbukaan diri
dalam pernikahan.
28
2.4 Usia Pernikahan
Usia pernikahan adalah waktu antara hari, bulan, dan tahun yang dihitung
sedari menikah hingga saat ini (Igbo, Grace, & Christina, 2015). Lebih ditegaskan
lagi bahwa durasi pernikahan ini sering diungkapkan dalam tahun (dalam Igbo, et.al.,
2015).
Salah satu penelitian terdahulu mengenai usia pernikahan atau lamanya
pernikahan menghasilkan bentuk kurva lengkung atau membentuk huruf U dalam
kaitannya dengan meningkat ataupun turunnya kepuasan pernikahan. Dimulai dengan
tinggi, kemudian menurun dengan tajam setelah lahirnya anak dan semakin rendah
seiring dengan usia anak yang beranjak remaja, setelah itu semakin meningkat seiring
dengan anak meninggalkan rumah dan pasangan pensiun (Dougherty & Jacobson,
dalam Lavenson, Carstensen, & Gottman, 1993).
2.5 Kerangka Berpikir
2.5.1 Pemaafan dalam hubungan pernikahan
Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan sehubungan dengan pemaafan dan
pernikahan, Fincham et all., (2004) meyimpulkan bahwa pemaafan memiliki dampak
positif terhadap pernikahan. Bahkan secara lebih spesifik Fincham (2002)
menemukan bahwa pemaafan dan kepuasan pernikahan memiliki hubungan dan
kemudian menunjukkan bahwa pemaafan memprediksi secara independen
keseluruhan perilaku terhadap pasangan dari kepuasan pernikahan.
29
Penelitian lain juga telah dilakukan oleh Gordon dan Baucom (dalam Paleari,
Regalia, & Fincham, 2002) menunjukkan bahwa individu yang memaafkan
pasangannya yang bersalah memiliki fungsi pernikahan yang paling adaptif; semakin
pasangan memaafkan, semakin mereka membuat asumsi pernikahan yang positif,
merasakan keseimbangan kekuatan dalam pernikahan mereka, dan memiliki
hubungan pernikahan yang dekat dan penyesuaian yang baik.
2.5.2 Keterbukaan diri dalam hubungan pernikahan
Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan keterbukaan diri dalam
dalam suatu hubungan dekat, baik yang sudah terjalin selama bertahun-tahun maupun
pada pasangan yang baru menikah. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Individu
yang memiliki Keterbukaan diri yang tinggi akan lebih terbuka dan mampu
menyelesaikan permasalah dengan baik sehingga dengan adanya kondisi-kondisi
tersebut sangat mendukung individu untuk memperoleh kepuasan pernikahan. Seperti
Hendrick (1981) yang menye-butkan salah satu variabel yang berhu-bungan dengan
kepuasan perkawinan adalah Keterbukaan diri. Seamon (2003) mengatakan orang
yang tidak mau mengungkapkan dirinya maka akan sulit dalam menyesuaikan diri
sehingga tidak puas dengan hubungan yang dijalaninya. Wardhani (2012) yang
menemukan bahwa kepuasan pernikahan dapat dirasakan ketika individu memiliki
keterbukaan mengenai dirinya kepada pasangan. Dalam hal ini Billeter (2002) juga
mengungkapkan salah satu prediktor dalam kepuasan hubungan yakni adanya
keterbukaan diri (keterbukaan diri).
30
Pada dasarnya pasangan suami istri menginginkan hubungan pernikahan yang
memuaskan seperti yang diharapkan pada awal pernikahan. Namun tidak sedikit dari
pasangan mengaku bahwa pernikahan yang mereka jalani seringkali mengalami
konflik. Hasil penelitian Olson, DeFrain & Skogrand (2011) menyimpulkan bahwa
pasangan suami istri merasa puas jika dapat menyatakan perasaan yang sebenarnya
kepada pasangan. Seamon (2003) mengatakan orang yang tidak mau mengungkapkan
dirinya maka akan sulit dalam menyesuaikan diri dan tidak puas dengan hubungan
yang dijalaninya. Sehingga adanya permasalahan antara pasangan dapat diatasi
dengan melakukan pengungkapan diri (keterbukaan diri) yang dapat menciptakan
kepuasan dalam pernikahan.
2.5.3 Hubungan pemaafan, keterbukaan diri, dan usia pernikahan terhadap
kepuasan pernikahan
Kepuasan pernikahan merupakan perasaan yang bersifat subjektif dari pasangan
suami istri mengenai rasa bahagia, puas, dan menyenangkan terhadap pernikahan
secara menyeluruh (Olson & DeFrain, 2006). Dengan kata lain, kepuasan pernikahan
hanya dapat dinilai oleh individu yang menjalani kehidupan pernikahan bersama
pasangannya. Lebih spesifik, Bradbury, Fincham, & Beach (2000) menyebutkan
bahwa kepuasan pernikahan merupakan gambaran evaluasi dengan aspek positif lebih
menonjol dan aspek negatif hampir tidak ada. Penelitian yang dilakukan oleh Karney
& Bradbury (1995) menemukan bahwa kepuasan pernikahan yang tinggi akan
membuat individu berani untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terdapat di
31
dalam rumah tangganya dengan pasangan. Maka dari itu, kepuasan pernikahan dapat
memberikan efek positif, baik secara fisik maupun psikis kepada masing-masing
individu yang sudah menikah.
Kepuasan pernikahan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah adanya komitmen seumur hidup, kesetiaan pada pasangan, komitmen pada
kesetiaan seksual, keinginan untuk membahagiakan dan mendukung pasangan, dan
keinginan untuk meminta maaf serta memaafkan (Fenell, dalam Rosen-Gradon,
et.al.,2004), terbuka kepada pasangan (Seamon, 2003), dan usia pernikahan (Glenn,
dalam Igbo, et.al., 2012).
Pemaafan merupakan merupakan salah satu faktor internal dari dalam
individu. Sebagaimana yang diungkapkan oleh McCullough et al., (1997), pemaafan
merupakan rendahnya dorongan seseorang untuk menghindar dan membalas dendam,
dan tingginya dorongan untuk berbuat positif pada pihak yang telah menyakitinya.
Pemaafan dalam suatu pernikahan merupakan suatu bentuk perbaikan bagi sebuah
hubungan, melepaskan rasa sakit dan marah serta menyembuhkan luka emosional
(Dblasio & Proctor dalam Fincham et al., 2006). Untuk itu, pemaafan merupakan
suatu bagian penting dalam kehidupan pernikahan terutama setelah terjadi konflik dan
kesalahan yang dilakukan pasangan.
Selain pemaafan, factor lain yang sangat berperan dalam memengaruhi
kepuasan pernikahan adalah keterbukaan diri. keterbukaan diri yang baik dalam
pernikahan akan menyebabkan kepuasan dalam kehidupan pernikahan. Seorang
32
individu dikatakan memiliki adalah keterbukaan diri yang baik apabila individu
tersebut terbuka akan dirinya terhadap pasangannya (seamon 2003)
Peneliti mengasumsikan bahwa pemaafan dan keterbukaan diri memiliki
pengaruh dalam kepuasan pernikahan. Pada penelitian ini, peneliti akan melihat
bagaimana dimensi pemaafan dan dimensi keterbukaan diri memengaruhi kepuasan
pernikahan.
33
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Kepuasan
Pernikahan
Benevolence
motivations
Pemaafan
Avoidance
motivations
Keterbukaan
diri
Revenge
motivations
relationship
money
Benevolence
motivations
imbalance
sex
Usia Pernikahan
34
2.5. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hipotesis mayor pada penelitian ini adalah:
Ha : Ada pengaruh yang siginifikan dari avoidance motivations, revenge motivations,
dan benevolence motivations, relationship, sex, money, and imbalance terhadap
kepuasan pernikahan.
Hipotesis minor pada penelitian ini adalah:
Ha1 : Ada pengaruh yang signifikan avoidance motivations dari variabel pemaafan
terhadap kepuasan pernikahan.
Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan avoidance motivations dari variabel pemaafan
terhadap kepuasan pernikahan.
Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan avoidance motivations dari variabel pemaafan
terhadap kepuasan pernikahan.
Ha4 : Ada pengaruh yang signifikan relationship dari variable keterbukaan diri
terhadap kepuasan pernikahan.
Ha5 : Ada pengaruh yang signifikan sex dari variabel keterbukaan diri terhadap
kepuasan pernikahan.
Ha6 : Ada pengaruh yang signifikan money dari variabel keterbukaan diri terhadap
kepuasan pernikahan.
Ha7 : Ada pengaruh yang signifikan imbalance dari variabel keterbukaan diri terhadap
kepuasan pernikahan.
35
Ha8 : Ada pengaruh yang signifikan variable usia pernikahan terhadap kepuasan
pernikahan.
36
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pegambilan Sampel
Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah individu yang yang
berstatus sebagai suami dan istri dan telah terikat dalam hubungan pernikahan
heteroseksual. Sedangkan sampel penelitian ini adalah individu yang berstatus
sebagai suami / istri dan menikah untuk pertama kali, serta berada di wilayah
Jakarta Selatan. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 203 suami dan istri.
Pengambilan sampel pada penelitian ini bersifat non probability sampling
yang berarti kemungkinan terpilihnya anggota populasi yang akan menjadi sampel
tidak dapat ditentukan. Penulis akan menggunakan convenience sampling, yaitu
responden yang menjadi sampel penelitian ini sudah sesuai dengan kriteria yang
dibuat oleh penulis.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel di dalam penelitan ini terbagi menjadi dua, yaitu dependent
variable (variabel terikat) dan independent variable (variabel bebas). Dependent
variable dalam penelitian ini adalah kepuasan pernikahan dan independent
variable penelitian ini adalah pemaafan (avoidance motivations, revenge
motivations, benevolence motivations), dan keterbukaan diri (relationship, money,
sex, imbalance).
37
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kepuasan pernikahan
Kepuasan pernikahan adalah suatu perasaan subjektif yang dirasakan
pasangan suami istri berkaitan dengan aspek yang ada dala suatu
perkawinan, seperti rasa bahagia, puas, serta pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan bersama pasangannya ketika mempertimbangkan semua
aspek kehidupan pernikahannya yang bersifat individual (Fowers & Olson,
1993) yang terdiri dari sepuluh subskala, yaitu personality issues,
communication, conflict resolution, financial management, leisure activities,
sexual relationship, children and parenting, family and friends, equalitarian
roles, dan religious orientation.
2. Pemaafan
Pemaafan adalah kesediaan menanggalkan kesalahan yang dilakukan
individu yang telah menyakiti hati atau melakukan suatu perbuatan salah
pada individu lain (McCullough, 2001). Tiga aspek untuk mengukur
pemaafan dalam penelitian ini adalah avoidance motivations, revenge
motivations dan benevolence motivations.
3. Keterbukaan diri
Keterbukaan diri dalam penelitian ini adalah merupakan perilaku yang
merefleksikan pikiran dan perasaan seseorang dalam membuka informasi
mengenai dirinya sendiri dengan pasangan (Waring, 1998).
38
4. Usia pernikahan
Usia pernikahan adalah rentang waktu antara hari, bulan, dan tahun ketika
menikah hingga saat ini (Igbo, et.al., 2015).
3.3 Instrumen Penelitian
Bagian pertama pada instrument penelitian ini adalah pengantar dan isian
mengenai data demografis sampel. Pengantar berisi penjelasan identitas penulis
dan maksud dari penelitian, sedangkan isian data demografis berisi nama, usia
saat ini, usia saat menikah, lamanya pernikahan, status suami-istri, jumlah
pendapatan suami-istri, dan tingkat pendidikan suami-istri. Selanjutnya, terdapat
tiga alat ukur untuk mengukur variabel kepuasan pernikahan, pemaafan, dan rasa
syukur.
Penulis menggunakan skala model likert. Model ini terdiri sari pernyataan
positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Tiap pernyataan
dilengkapi dengan lima pilihan jawaban serta diskoring dengan bobot nilai sebagai
berikut, Selalu = 5, Sering = 4, Jarang = 3, Kadang = 2, dan Tidak Pernah = 1
untuk pernyataan favorable dan sebaliknya Selalu = 1, Sering = 2, Jarang = 3,
Kadang = 5, dan Tidak Pernah = 5 untuk pernyataan unfavorable.
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga alat
ukur. Adapun tiga alat ukur yang penulis maksud, yaitu:
1. Skala kepuasan pernikahan
Untuk mengukur kepuasan pernikahan dari individu, penulis menggunakan alat
ukur ENRICH Marital Satisfaction (EMS) oleh Fowers dan Olson (1993). Alat
ukur ini terdiri dari 15 item, menjelaskan sepuluh aspek kepuasan pernikahan.
39
Tabel 3.1
Blue Print skala Kepuasan Pernikahan menggunakan alat ukur ENRICH
Marital Satisfaction (EMS)
2. Skala Pemaafan
Untuk mengukur perilaku pemaafan dari individu, alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini adalah TRIM-18 (Transgression-Related Interpersonal
Motivations) oleh McCullough, et.al., (2006). Skala ini terdiri dari 18 item yang
No Dimensi Indikator No Item
Jumlah Favorable Unfavorable
1 Personality Issues
Persepsi individu
mengenai karakter
personal pasangan
- 1 1
2 Communication
Kenyamanan
berkomunikasi dengan
pasangan
- 2 1
3 Conflict Resolution
Cara individu dan
pasangan melakukan
strategi untuk
menyelesaikan masalah
3 - 1
4 Financial Management
Cara individu dan
pasangan membuat
keputusan finansial
- 4 1
5 Leisure Activities
Kegiatan
menyenangkan yang
dilakukan individu
bersama pasangan
5 - 1
6 Sexual Relationship
Cara individu
mengekspresikan kasih
sayang pada
pasangannya dan
berhubungan seksual
6 - 1
7 Children and Parenting
Cara individu dan
pasangan berperan
sebagai orang tua
- 7 1
8 Family and Friends
Hubungan individu dan
pasangan dengan orang
tua, mrtua, dan teman
- 8 1
9 Equalitarian Roles
Peran individu dan
pasangan dalam rumah
tangga
9 - 1
10 Religious Orientation
Cara individu dan suami
menjalankan keyakinan
agama
10 - 1
Jumlah 10
40
mencakup tiga dimensi dalam skalam pemaafan, yaitu avoidance motivations,
revenge motivations dan benevolence motivations.
Tabel 3.3
Blue Print skala Pemaafan
No Dimensi Indikator No Item Jumlah
1 Avoidance
Motivations
- Individu menjauhi pasangannya
- Individu tidak percaya pada pasangannya
- Individu sulit berikap hangat pada pasangannya
- Individu memutuskan hubungan dengan
pasangannya
1, 2, 3,
4, 5, 6, 7
7
2 Revenge
Motivations
- Individu ingin membalas pasangannya
- Individu mengharapkan hal buruk menimpa
pasangannya
8, 9, 10,
11, 12
5
3 Benevolence
Motivations
- Individu memiliki keinginan baik pada
pasangannya
- Individu berdamai dengan pasangannya
- Individu memaafkan pasangannya
- Individu memiliki keinginan untuk
mengembalikan hubungan dengan pasangannya
13, 14,
15, 16,
17, 18
6
Jumlah 18
3. Skala Keterbukaan diri
Untuk mengukur perilaku self disclosure individu. Alat ukur yang digunakan
adalah MSDQ (Marital Self Disclosure Questionnaire) oleh Waring 1998. Alat
ukut ini terdiri dari .. item yang hendak mengukur empat dimensi dalam
keterbukaan diri.
41
Tabel 3.3 Blue Print skala keterbukaan diri menggunakan alat ukur Marital
Self-Disclosure Questionnaire (MSDQ)
3.4 Uji Validitas Konstruk
Untuk menguji validitas konstruk pada instrument penelitian ini, peneliti
menggunakan metode Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan menggunakan
software LISREL 8.70 sebagai metode uji validitasnya sehingga dapat diketahui
apakah masing-masing item pada instrumen penelitian signifikan dalam mengukur
apa yang hendak diukur (Pedhazur, 1982). Menurut Umar (2013) langkah-langkah
dalam menguji validitas dari setiap alat ukur atau instrument dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Lakukan uji CFA dengan model satu faktor, lihat nilai P-value yang
dihasilkan. Jika P-value tidak signifikan (P > 0,05), maka item hanya
mengukur satu faktor saja, tetapi jika P-value yang dihasilkan signifikan (P <
0,05) maka perlu dilakuakan uji sesuai langkah berikutnya.
No Dimensi Indikator No Item
Jumlah Favorable Unfavorable
1 Relationship
Mengungkapkan
pikiran dan perasaan
secara langsung kepada
pasangan terkait
hubungan keduanya
- 1 1
2 Sexual
Mengungkapkan
pikiran dan perasaan
tentang seksualitas
- 2 1
3 Money
Mengungkapkan secara
langsung mengenai
informasi yang
berkaitan dengan
keuangan dan finansial
3 - 1
4 Imbalance
Pengungkapan diri
didominasi oleh
pasangan
10 - 1
Jumlah 10
42
2. Jika P-value signifikan (P < 0,05) maka dilakukan modifikasi model
pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan
pengukuran. Hal ini terjadi saat suatu item selain mengukur konstruk ingin
diukur, tetapi item ini juga mengukur lebih dari satu konstruk atau
multidimensional. Setelah beberapa kesalahan pengukuran dibebaskan untuk
saling berkorelasi maka akan diperoleh model yang fit, maka model yang
terakhir inilah yang digunakan pada langkah selanjutnya.
3. Jika telah diperoleh model yang fit, maka analisis item dilanjutkan dengan
melihat apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai
koefisien yang positif. Untuk melihat signifakan atau tidaknya item tersebut
dalam pengukuran faktor ini, yaitu dengan cara melihat nilai dari T-value dan
koefisien muatan faktor tersebut. Jika T-value> 1,96 maka item tersebut
signifikan dan tidak akan di-drop dan begitu pula sebaliknya.
4. Selain itu, juga perlu dilihat apakah ada item yang muatan faktornya negatif.
Dalam hal ini jika ada item pernyataan yang negatif, maka saat penskoran
pada item tersebut, arah skornya diubah menjadi positif. Jika setelah diubah
arah skornya masih terdapat item dengan muatan faktor negatif maka item
tersebut akan di-drop.
5. Selanjutya, yaitu melihat kesalahan pengukuran yang berkorelasi. Apabila
menemukan item dengan banyak kesalahan pengukuran yang berkorelasi
dengan banyak item lain, maka hal ini berarti item tersebut selain mengukur
satu hal, juga mengukur hal lainnya, sehingga item seperti ini juga dapat di-
drop karena bersifat multidimensional yang sangat kompleks.
43
6. Setelah melakukan modifikasi terhadap model, maka dilakukan olah data
untuk mendapatkan faktor skornya. Olah data dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0 dengan ketentuan tidak mengikut sertakan skor
mentah dari item yang sudah di drop.
7. Setelah proses mendapatkan faktor skor dilakukan, kemudian ditransform
dalam skala T-score (true score) dengan menggunakan formula berikut:
T-score = 50 + (10* F-score)
Faktor skor yang masih mengandung angka negatif harus ditransform
menjadi true score dengan mean = 50 dan standard deviation (SD) = 10
8. Setelah diperoleh true score (T-score) dari masing-masing variabel, maka
dilakukan analisis regresi. Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda (multiple regression analysis).
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Kepuasan Pernikahan
Peneliti menguji apakah 20 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-
item tersebut benar-benar hanya mengukur kepuasan pernikahan. Dari hasil
perhitungan data CFA model satu faktor dari kepuasan pernikahan diperoleh skor
awal perhitungan Chi-Square = 1065.02, df = 170, P-value = 0.0000, RMSEA =
0.161. Dari hasil tersebut, diketahui nilai P-value < 0.05 sehingga dapat dikatakan
bahwa model tersebut belum fit. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi
terhadap model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi.
Setelah dilakukan modifikasi diperoleh model yang fit dengan Chi-square =
117.87, df = 96, P- value = 0.06434, RMSEA = 0.034.
44
Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan dari item tersebut
memang mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item
tersebut perlu digugurkan/di-drop atau tidak, maka dari itu dilakukan pengujian
hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari setiap item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika
diketahui nilai t > 1.96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya,
jika diketahui nilai t < 1.96 maka item tersebut tidak signifikan. Koefisien muatan
faktor untuk item kepuasan pernikahan dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4
Muatan Faktor Item Kepuasan Pernikahan Item Koefisien Standard Error Nilai T-value Signifikan
1 0.55 0.07 7.89 V
2 0.64 0.07 9.43 V
3 0.70 0.07 10.45 V
4 0.41 0.07 6.25 V
5 0.45 0.07 6.25 V
6 0.62 0.07 8.53 V
7 0.72 0.07 10.79 V
8 0.54 0.07 7.32 V
9 0.53 0.07 7.31 V
10 0.50 0.07 6.78 V
11 0.66 0.07 9.54 V
12 0.81 0.06 12.72 V
13 0.70 0.07 10.46 V
14 0.68 0.07 9.99 V
15 0.57 0.07 7.69 V
16 0.83 0.06 13.27 V
17 0.77 0.07 11.33 V
18 0.58 0.07 8.38 V
19 0.58 0.07 8.36 V
20 0.65 0.07 9.52 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan Tabel 3.4 dapat diketahui bahwa dari 20 item yang mengukur
kepuasan pernikahan, keseluruhan item signifikan karena memiliki nilai (t>1.96).
Oleh karena itu, seluruh item yang mengukur kepuasan pernikahan tidak perlu
untuk digugurkan atau di-drop.
45
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Pemaafan
Pemaafan dalam penelitian ini memiliki tiga dimensi, yaitu: avoidance
motivations, revenge motivations, dan benevolence motivations. Adapun hasil dari
uji validitas konstruk pada setiap dimensi dari pemaafan dijelaskan pada setiap
subbab berikut :
3.4.2.1 Uji Validitas Konstruk Avoidance
Peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat unidimensional, artinya bahwa
seluruh item-item tersebut benar-benar hanya mengukur avoidance. Dalam
perhitungan data CFA model satu faktor dari avoidance diperoleh skor awal
perhitungan Chi-Square = 222.78 , df = 14, P-value = 0.0000, RMSEA = 0.272.
Dari hasil tersebut nilai P-value < 0.05 sehingga dapat dikatakan model ini belum
fit. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model ini, yaitu
dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi. Setelah dilakukan modifikasi
diperoleh model yang fit dengan Chi-square = 10.33, df = 8, P-value = 0.24283,
RMSEA = 0.038.
Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu digugurkan/di-drop atau tidak, maka dari itu dilakukan pengujian hipotesis
nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika diketahui nilai t > 1.96,
maka item tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya, jika diketahui nilai t <
1.96, maka item tersebut tidak signifikan. Koefisien muatan faktor untuk item
avoidance dapat dilihat pada tabel berikut:
46
Tabel 3.5
Muatan Faktor Item Avoidance Item Koefisien Standard Error Nilai T Signifikan
1 0.35 0.07 4.94 V
5 0.69 0.06 10.89 V
7 0.74 0.06 12.04 V
12 0.82 0.06 13.99 V
14 0.83 0.06 14.30 V
15 0.88 0.06 15.72 V
17 0.93 0.05 17.12 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan Tabel 3.5, dapat diketahui bahwa ke-7 atau keseluruhan item
yang ada tersebut signifikan karena memiliki nilai (t > 1.96). Oleh karena
itu, semua item tersebut tidak ada yang perlu untuk digugurkan atau di-drop.
3.4.2.2 Uji Validitas Konstruk Revenge
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat
unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur revenge.
Hasil perhitungan data CFA model satu faktor dari revenge diperoleh skor awal
perhitungan Chi-Square = 19.32, df = 5, P-value = 0.00168, RMSEA = 0.119.
Dari hasil tersebut nilai P-value < 0.05 sehingga dikatakan model ini belum fit.
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model ini, yaitu dengan
membebaskan setiap item untuk berkorelasi. Setelah dilakukan modifikasi
diperoleh model yang fit dengan Chi-square = 3.14, df = 4 , P- value = 0.53475,
RMSEA = 0.000.
Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu digugurkan atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut
47
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item
revenge dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Revenge Item Koefisien Standard Error Nilai T Signifikan
2 0.47 0.07 7.12 V
4 0.73 0.06 11.34 V
9 1.08 0.06 18.54 V
11 0.79 0.07 10.65 V
16 0.48 0.07 7.26 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan Tabel 3.6 diketahui bahwa terdapat kelima item yang
mengukur revenge motivations tersebut signifikan karena memiliki nilai(t > 1.96).
Oleh karena itu, semua item yang mengukur revenge motivations tidak ada yang
perlu untuk di-drop.
3.4.2.3 Uji Validitas Konstruk Benevolence
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat
unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur
benevolence. Hasil perhitungan data CFA model satu faktor dari benevolence
diperoleh skor awal perhitungan Chi-Square = 53.48, df = 9, P-value = 0.0000,
RMSEA = 0.156. Dari hasil tersebut nilai P-value < 0.05 sehingga dikatakan
model ini belum fit. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap
model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi. Setelah
dilakukan modifikasi diperoleh model yang fit dengan Chi-square = 13.25, df = 7,
P- value = 0.06625, RMSEA = 0.066.
Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu digugurkan atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
48
koefisien muatan faktor dari item. Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item
benevolence dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Benevolence Item Koefisien Standard Error Nilai T Signifikan
3 0.75 0.06 11.88 V
6 0.74 0.07 10.89 V
8 0.79 0.06 12.78 V
10 0.29 0.08 3.77 V
13 0.34 0.07 4.81 V
18 0.82 0.06 12.75 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan Tabel 3.7 diketahui bahwa terdapat keenam item tersebut
signifikan karena memiliki nilai (t > 1.96). Oleh karena itu, semua item tersebut
tidak ada yang perlu untuk di-drop.
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Keterbukaan diri
Keterbukaan diri dalam penelitian ini memiliki empat dimensi, keempat dimensi
tersebut yaitu: relationship, sexual, money dan inbalance. Adapun hasil dari uji
validitas konstruk pada setiap dimensi dari keterbukaan diri dijelaskan pada setiap
subbab berikut :
3.4.3.1 Uji Validitas Konstruk Relationship
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah 10 item yang ada bersifat
unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur
relationship. Hasil perhitungan data CFA model satu faktor dari relationship
diperoleh skor awal perhitungan Chi-Square = 310.38, df = 35, P-value = 0.0000,
RMSEA = 0.197. Dari hasil tersebut nilai P-value < 0.05 sehingga dikatakan
49
model ini belum fit. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap
model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi. Setelah
dilakukan modifikasi diperoleh model yang fit dengan Chi-square = 35.71 , df =
24 , P- value = 0.05857 , RMSEA = 0.049.
Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu digugurkan atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item
relationship dapat dilihat pada tabel 3.8.
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Relationship Item Koefisien Standard Error Nilai T Signifikan
1 0.14 0.08 1.81 X
4 0.77 0.06 12.05 V
14 0.88 0.06 14.33 V
15 0.68 0.07 10.15 V
18 0.77 0.07 11.73 V
20 0.86 0.06 13.85 V
24 0.97 0.06 16.81 V
26 0.63 0.07 9.31 V
31 0.92 0.06 15.74 V
34 0.44 0.07 6.14 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan Tabel 3.8 diketahui bahwa terdapat satu item yaitu nomor 1
yang tidak signifikan karena memiliki nilai (t<1.96). Oleh karena itu, item
tersebut perlu untuk di-drop.
3.4.3.2 Uji Validitas Konstruk Sexual
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah 9 item yang ada bersifat
unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur sexual.
50
Hasil perhitungan data CFA model satu faktor Sexual diperoleh skor awal
perhitungan Chi-Square = 458.61, df = 27, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.281.
Dari hasil tersebut nilai P-value < 0.05 sehingga dikatakan model ini belum fit.
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model ini, yaitu dengan
membebaskan setiap item untuk berkorelasi. Setelah dilakukan modifikasi
diperoleh model yang fit dengan Chi-square = 21.73, df = 16, P- value = 0.15216,
RMSEA = 0.042.
Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu digugurkan atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item sexual
dapat dilihat pada tabel 3.9.
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Sexual Item Koefisien Standard Error Nilai T Signifikan
2 0.50 0.07 7.30 V
6 0.45 0.07 6.23 V
10 0.93 0.05 17.32 V
12 0.75 0.06 12.12 V
13 0.74 0.06 12.00 V
16 0.89 0.06 16.06 V
17 0.90 0.06 16.17 V
21 0.77 0.06 12.84 V
29 0.66 0.06 10.39 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan Tabel 3.9 diatas ini, dapat diketahui bahwa kesembilan item
tersebut signifikan karena memiliki nilai (t<1.96). Oleh karena itu, semua item
tersebut tidak ada yang perlu untuk di-drop.
51
3.4.3.3 Uji Validitas Konstruk Money
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat
unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur money.
Hasil perhitungan data CFA model satu faktor money diperoleh skor awal
perhitungan Chi-Square = 260.61, df = 20, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.244.
Dari hasil tersebut nilai P-value < 0.05 sehingga dikatakan model ini belum fit.
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model ini, yaitu dengan
membebaskan setiap item untuk berkorelasi. Setelah dilakukan modifikasi
diperoleh model yang fit dengan Chi-square = 11.98, df = 8, P- value = 0.15215,
RMSEA = 0.050.
Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu digugurkan atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item money
dapat dilihat pada tabel 3.10.
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Money Item Koefisien Standard Error Nilai T Signifikan
3 0.84 0.06 14.35 V
7 0.90 0.05 16.47 V
9 0.76 0.06 12.70 V
11 0.67 0.06 10.32 V
22 0.93 0.05 17.39 V
23 0.94 0.05 17.69 V
27 0.64 0.06 10.06 V
32 0.70 0.06 11.16 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
52
Berdasarkan Tabel 3.10 diatas ini, dapat diketahui bahwa kedelapan item
tersebut signifikan karena memiliki nilai (t<1.96). Oleh karena itu, semua item
tersebut tidak ada yang perlu untuk di-drop.
3.4.3.4 Uji Validitas Konstruk Inbalance
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat
unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur
inbalance. Hasil perhitungan data CFA model satu faktor inbalance diperoleh
skor awal perhitungan Chi-Square = 59.58, df = 14, P-value = 0.00000, RMSEA =
0.127. Dari hasil tersebut nilai P-value < 0.05 sehingga dikatakan model ini belum
fit. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model ini, yaitu
dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi. Setelah dilakukan modifikasi
diperoleh model yang fit dengan Chi-square = 19.13, df = 11, P- value = 0.05879,
RMSEA = 0.060.
Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu digugurkan atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujianya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96, maka item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item
inbalance dapat dilihat pada tabel 3.11.
53
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item imbalance Item Koefisien Standard Error Nilai T Signifikan
5 0.80 0.06 13.67 V
8 0.62 0.07 9.22 V
19 0.12 0.07 1.67 X
25 0.80 0.06 13.52 V
28 0.78 0.06 13.03 V
30 0.78 0.06 12.98 V
33 0.96 0.05 18.25 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan Tabel 3.11 diatas ini, dapat diketahui terdapat 1 item yaitu
item no 19 yang tidak signifikan (t-value < 1.96). Oleh karena itu, item tersebut
perlu untuk di-drop.
3.5 Teknik analisis data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah multiple
regression atau analisis regresi berganda. Hal ini disebabkan, terdapat dua
independent variabel yaitu pemaafan dan keterbukaan diri yang ingin peneliti
lihat pengaruhya terhadap dependent variabel kepuasan pernikahan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui arah hubungan pemaafan dan keterbukaan diri
terhadap kepuasan pernikahan, apakah memiliki pengaruh positif atau negatif.
Metode ini juga dipilih karena peneliti ingin melihat pengaruh secara parsial
pemaafan dan keterbukaan diri terhadap kepuasan pernikahan serta presentase
hubungan sumbangan pengaruh pemaafan dan keterbukaan diri secara bersama-
sama terhadap kepuasan pernikahan dan apakah hasilnya dapat digeneralisasikan
untuk seluruh populasi.
Persamaan populasi multiple regression dalam penelitian ini adalah:
Y = a + b₁X₁ + b₂X₂ + b₃X₃ + b₄X₄ + b₅X₅ + b₆X₆ + b₇X₇ + b8X8 +
b9X9 + b10X10 + b11X11 + b12X12 + e
54
Keterangan:
Y = Kepuasan Pernikahan
a = Intercept (Konstan)
b = Koefisien regresi yang distandarisasikan untuk masing-masing X
X₁ = Avoidance,
X₂ = Revenge
X₃ = Benevolence
X₄ = Relationship
X₅ = Sexual
X₆ = Money
X₇ = Inbalance
X8 = Usia Pernikahan 0-1 tahun
X9 = Usia Pernikahan >1-2 tahun
X10 = Usia Pernikahan >2-3 tahun
X11 = Usia Pernikahan >3-4 tahun
X12 = Usia Pernikahan >4-5 tahun
e = Residu
Untuk dapat melihat apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model
yang paling sesuai dengan memiliki error terkecil pada penlitian ini, maka
dibutuhkan beberapa pengujian dan analisis yaitu:
1. Uji R² (koefisien determinasi berganda)
Dari pengujian multiple regression akan diperoleh hasil berupa nilai R,
dalam penelitian ini adalah pengujian multiple regression pemaafan,
55
keterbukaan diri dan usia pernikahan terhadap kepuasan pernikahan.
Tingginya kepuasan pernikahan ditunjukan oleh koefisien determinasi
berganda R², nilai ini menunjukan variasi perubahan independent variabel
(X) yaitu pemaafan, keterbukaan diri dan usia pernikahan. Dengan kata
lain dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
independent variabel (X) terhadap dependent variabel (Y) atau merupakan
proporsi varian yang dijelaskan oleh pemaafan, keterbukaan diri dan usia
pernikahan.
2. Uji F
Setelah R² diperoleh, maka untuk membuktikan signifikan regresi Y
(dependent variabel) terhadap X (independent variabel) dilakukan uji F.
Dari uji F ini akan diperoleh apakah benar independent variabel memiliki
pengaruh terhadap dependent variabel.
3. Uji t
Setelah melakukan Uji F, selanjutnya penelitian ini melakukan Uji t yang
berfungsi untuk melihat apakah pengaruh yang diberikan independent
variabel (X) signifikan terhadap dependent variabel (Y). oleh karena itu,
sebelum melakukan Uji t, perlu diketahui terlebih dahulu nilai standard
error estimate yang diperoleh melalui akan mean square dibagi SS. Hasil
dari Uji t ini diperoleh dari hasil regresi dalam penelitian ini.
56
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Subyek Penelitian
Total responden pada penelitian ini sebanyak 203 individu yang berstatus sebagai
suami/istri dan menikah untuk pertama kali, serta berada di wilayah Jakarta Selatan.
Dari data tersebut diperoleh deskripsi umum subjek penelitian berdasarkan usia, dan
status.
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Penelitian (N = 203)
Karakteristik n (%)
Usia
20-22 Tahun
23-25 Tahun
26-28 Tahun
29-30 Tahun
Lama Pernikahan
0-1 Tahun
>1-2 Tahun
>2-3 Tahun
>3-4 Tahun
>4-5 Tahun
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
12 (6%)
79 (38.9%)
79 (38.9%)
33 (16.2%)
53 (26.1%)
58 (28.6%)
37 (18.3%)
26 (12.8%)
29 (14.3%)
100 (49.3%)
103 (50.7%)
Jumlah Anak
0
1
2
3
60 (29.6%)
82 (40.4%)
21 (10.3%)
28 (13.8%)
57
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa karakteristik subyek penelitian
didominasi oleh responden yang berusia 23-25 tahun dan 26-28 tahun sebanyak
38.9%. dan 50.7% wanita atau berstatus sebagai istri. Lama pernikahan sebanyak
28.6% berada pada usia pernikahan >1-2 tahun serta didominasi oleh jumlah anak
sebanyak 1 (40.4%).
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Sebelum diuraikan secara lebih terperinci tentang beberapa sub bab selanjutnya, perlu
dijelaskan bahwa skor yang digunakan dalam analisis statistik adalah skor murni (t-
score) yang merupakan hasil proses konversi dari raw score. Proses ini ditujukan
agar mudah dalam membandingkan antar skor hasil pengukuran variabel-variabel
yang diteliti. Dengan demikian semua raw score menjadi z-score.
Untuk menghilangkan bilangan negatif dari z-score, semua skor
ditransformasi ke skalaT. Selanjutnya untuk menjelaskan gambaran umum tentang
statistik deskriptif dari variabel-variabel dalam penelitian ini, indeks yang menjadi
patokan adalah mean,median, standar deviasi (SD), nilai maksimal dan nilai minimal
dari masing-masing variabel. Nilai tersebut disajikan dalam tabel 4.2 berikut ini:
58
Tabel 4.2
Hasil Analisis Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kepuasan Pernikahan 203 9.85 67.95 50.0000 9.58304
Avoidance 203 6.97 61.62 50.0000 9.48477
Revenge 203 5.77 58.35 50.0000 9.08598
Benevolence 203 17.37 65.17 50.0000 9.00127
Relationship 203 24.04 65.35 50.0000 9.57419
Sexual 203 19.00 68.18 50.0000 9.63549
Money 203 25.41 64.30 50.0000 9.56766
Inbalance 203 22.70 65.06 50.0000 9.38524
Valid N (Listwise) 203
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pertama, variabel kepuasan pernikahan
memiliki nilai minimum = 9.85, nilai maksimum = 67.95, nilai mean = 50.0000, dan
nilai SD = 9.58304. Kedua variabel avoidance, memiliki nilai minimum = 6.97, nilai
maksimum = 61.62, nilai mean = 50.0000, dan nilai SD = 9.48477. Ketiga variabel
revenge, memiliki nilai minimum = 5.77, nilai maksimum = 58.35, nilai mean =
50.0000, dan nilai SD = 9.08598. Keempat variabel benevolence, memiliki nilai
minimum = 17.37, nilai maksimum = 65.17, nilai mean = 50.0000, dan nilai SD =
9.00127. Kelima variabel relationship, memiliki nilai minimum = 24.04, nilai
maksimum = 65.35, nilai mean = 50.0000, dan nilai SD = 9.57419. Keenam variabel
sexual, memiliki nilai minimum 19.00, nilai maksimum = 68.18, nilai mean =
50.0000, dan nilai SD = 9.63549. Ketujuh variabel money, memiliki nilai minimum =
25.41, nilai maksimum = 64.30, nilai mean 50.0000, dan nilai SD = 9.56766.
59
Kedelapan variabel inbalance, memiliki nilai minimum = 22.70, nilai maksimum =
65.06, nilai mean = 50.0000, dan nilai SD = 9.38524.
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Dengan menggunakan nilai mean dan standar deviasi, maka dapat ditetapkan norma
kategorisasi variabel penelitian seperti yang tertera pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Pedoman interpretasi skor
Kategori Rumus
Tinggi X M
Rendah X<M
Kategorisasi subyek penelitian dilakukan pada variabel penelitian dengan
tujuan untuk menempatkan individu dalam kelompok-kelompok terpisah secara
berjenjang menurut suatu continuum berdasarkan atribut yang diukur. Dalam
penelitian ini, kategorisasi dibagi kedalam dua interpretasi yaitu tinggi dan rendah,
tanpa menggunakan kategori sedang. Hal ini dilakukan untuk menghindari kelompok
subyek yang berada dalam kategori sedang menjadi bias, antara rentang tinggi dan
rendah, sehingga mayoritas subyek penelitian cenderung akan berada dalam kategori
sedang.
a. Kategorisasi Skor Variabel Penelitian pada Pria
Setelah kategori ditentukan, maka akan diperoleh nilai persentasi kategori
kepuasan pernikahan, pemaafan dan self-disclosure pada pria sebagai berikut:
60
Tabel 4.4
Tabel Kategorisasi Skor Variabel Penelitian pada Pria
Variabel Rentang Tinggi Rendah
Kepuasan Pernikahan 9.85 – 67.95 42 (42%) 58 (58%)
Avoidance 6.97 – 61.62 41 (41%) 59 (59%)
Revenge 5.77 – 58.35 55 (55%) 45 (45%)
Benevolence 17.37 – 65.17 50 (50%) 50 (50%)
Relationship 24.04 – 65.35 34 (34%) 66 (66%)
Sexual 30.05 – 68.18 59 (59%) 41 (41%)
Money 25.41 – 64.30 34 (34%) 66 (66%)
Inbalance 22.70 - 65.06 37 (37%) 63 (63%)
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebanyak 58% responden memiliki
kepuasan pernikahan yang rendah. Sedangkan, sebanyak 59% responden memiliki
avoidance yang rendah dalam pemaafan. Sebanyak 55% responden memiliki
revenge yang tinggi dalam pemaafan. Sebanyak 50% responden memiliki
benevolence yang rendah dan tinggi dalam pemaafan. Disamping itu, sebanyak 66%
responden memiliki relationship yang rendah dari self-disclosure. Sebanyak 59%
responden memiliki sexual yang tinggi dalam self-disclosure. Sebanyak 66%
responden memiliki money yang rendah dalam self-disclosure. Dan sebanyak 63%
responden memiliki inbalance yang rendah dalam self-disclosure.
a. Kategorisasi Skor Variabel Penelitian pada Wanita
Setelah kategori ditentukan, maka akan diperoleh nilai persentasi kategori
kepuasan pernikahan, pemaafan dan self-disclosure pada wanita sebagai berikut:
61
Tabel 4.5
Tabel Kategorisasi Skor Variabel Penelitian pada Wanita
Variabel Rentang Tinggi Rendah
Kepuasan Pernikahan 9.85 – 66.70 58 (56,3%) 45 (43,7%)
Avoidance 6.97 – 61.62 59 (57,3%) 44 (42,7%)
Revenge 5.77 – 58.35 77 (74,8%) 26 (25,2%)
Benevolence 17.37 – 65.17 41 (39,8%) 62 (60.2%)
Relationship 24.04 – 65.35 53 (51.5%) 50 (48.5%)
Sexual 19.00 – 68.18 53 (51.5%) 50 (48.5%)
Money 26.24 – 64.30 51 (49.5%) 52 (50.5%)
Inbalance 22.70 - 65.06 41 (39.87%) 62 (60.2%)
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebanyak 56,3% responden memiliki
kepuasan pernikahan yang tinggi. Sedangkan, sebanyak 57.3% responden memiliki
avoidance yang tinggi dalam pemaafan. Sebanyak 74.8% responden memiliki
revenge yang tinggi dalam pemaafan. Sebanyak 60.2% responden memiliki
benevolence yang rendah dalam pemaafan. Disamping itu, sebanyak 51.5%
responden memiliki relationship yang tinggi dari self-disclosure. Sebanyak 51.5%
responden memiliki sexual yang tinggi dalam self-disclosure. Sebanyak 50.5%
responden memiliki money yang rendah dalam self-disclosure. Dan sebanyak 60.2%
responden memiliki inbalance yang rendah dalam self-disclosure.
4.4 Uji Hipotesis Penelitian
Tahap selanjutnya, peneliti melakukan uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat menggunakan teknik multiple
regression analysis. Data yang dianalisis ialah faktor skor atau true skor yang
diperoleh dari hasil analisis faktor. Hal ini dilakukan untuk menghindari dampak
62
negatif dari kesalahan pengukuran. Pada tahapan ini, pengujian hipotesis dengan
teknik analisis berganda dengan menggunakan software SPSS 17.0.
Dalam regresi ada tiga hal yang dibuat, yaitu melihat besaran R square untuk
mengetahui berapa persen (%) varians variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel
bebas. Kedua, apakah secara keseluruhan variabel bebas berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel terikat. kemudian, yang terakhir melihat signifikan atau
tidaknya koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas.
a. Uji Hipotesis Penelitian pada Pria
Langkah pertama, peneliti melihat besaran R-square untuk mengetahui berapa
persen (%) varians variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas. Tabel R-
square dipaparkan pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6
Analisis Regresi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .843a .710 .674 5.02567
a. Predictors: (Constant), Lper4, Relationship, Lper3, Benevolence, Lper1,
Revenge, Sexual, Lper2, Money, Avoidance, Inbalance
Berdasarkan data pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa perolehan R square
sebesar 0.710 atau 71%. Artinya proporsi varians dari Kepuasan Pernikahan pada pria
yang dijelaskan oleh avoidance, revenge, benevolence, relationship, sexual, money,
inbalance dan usia pernikahan adalah sebesar 71% sedangkan 29% sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
63
Langkah kedua, peneliti menganalisa dampak dari keseluruhan variabel
independen terhadap kepuasan pernikahan. Adapun hasil Uji F dapat dilihat pada
Tabel 4.7 dibawah ini:.
Tabel 4.7
Pengaruh Keseluruhan Independent Variable terhadap Dependent Variable
Model
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 5439.683 11 494.517 19.579 .000a
Residual 2222.648 88 25.257
Total 7662.331 99
A. Predictors: (Constant), Lper4, Relationship, Lper3, Benevolence, Lper1,
Revenge, Sexual, Lper2, Money, Avoidance, Inbalance
B. Dependent Variable: Kepuasan
Berdasarkan data pada Tabel 4.7 diketahui bahwa (p<0.05) atau signifikan
maka, hipotesis nihil mayor yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan
seluruh variabel independen terhadap kepuasan pernikahan ditolak. Artinya, terdapat
pengaruh yang signifikan secara bersama dari pemaafan (terdiri dari avoidance,
revenge dan benevolence), self-disclosure (terdiri dari relationship, sexual, money
dan inbalance) dan usia pernikahan terhadap kepuasan pernikahan pada pria.
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap variabel independen.
Adapun untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan
dengan melihat nilai signifikan, jika p<0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan
signifikan pengaruhnya terhadap kepuasan pernikahan dan sebaliknya.
64
Tabel 4.8
Koefisien Regresi
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 13.627 4.189 3.253 .002
Avoidance .230 .105 .249 2.198 .031
Revenge .176 .097 .182 1.814 .073
Benevolence -.032 .051 -.038 -.618 .538
Relationship .501 .194 .528 2.584 .011
Sexual -.103 .083 -.112 -1.245 .216
Money -.499 .144 -.530 -3.471 .001
Inbalance .426 .155 .446 2.741 .007
Lama_pernikahan1 2.229 1.669 .107 1.336 .185
Lama_pernikahan2 -.238 1.560 -.013 -.152 .879
Lama_pernikahan3 8.218 1.868 .316 4.399 .000
Lama_pernikahan4 -.560 1.915 -.022 -.292 .771
a. Dependent Variable: KEPUASAN
Berdasarkan koefisien regresi pada Tabel 4.8 dihasilkan persamaan regresi
sebagai berikut:
Kepuasan Pernikahan = 13.627 + 0.249 Avoidance + 0.182 Revenge – 0.038
Benevolence + 0.528 Relationship - 0.112 Sexual – 0.530 Money + 0.446
Inbalance + 0.107 Usia Pernikahan1 – 0.013 Usia Pernikahan2 + 0.316 Usia
Pernikahan3 – 0.022 Usia Pernikahan4.
Dari hasil diatas koefisien regresi diperoleh hasil hipotesis minor bahwa
avoidance, relationship, money, inbalance dan usia pernikahan sebagai variabel
bebas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada pria.
Hal ini berarti bahwa dari 12 variabel independen terdapat lima variabel yang
65
signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-masing IV
adalah sebagai berikut:
1. Variabel avoidance pada pemaafan: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
0.249 dengan p-value 0.031 (P<0.05). yang berarti bahwa avoidance memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada pria. Dengan arah
positif menunjukkan bahwa semakin tinggi avoidance maka semakin tinggi
kepuasan pernikahan pada pria.
2. Variabel revenge pada pemaafan: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.182
dengan p-value 0.073 (p>0.05) yang berarti bahwa revenge tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada pria.
3. Variabel benevolence pada pemaafan: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -
0.038 dengan p-value 0.538 (p>0.05) yang berarti bahwa benevolence tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada pria.
4. Variabel relationship pada self-disclosure: diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar 0.528 dengan p-value 0.011 (p<0.05) yang berarti bahwa relationship
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada pria.
Dengan arah positif menunjukkan bahwa semakin tinggi relationship maka
semakin tinggi kepuasan pernikahan pada pria.
5. Variabel sexual pada self-disclosure: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -
0.112 dengan p-value 0.216 (p>0.05) yang berarti bahwa sexual tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada pria.
66
6. Variabel money pada self disclosure: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -
0.530 dengan p-value 0.001 (p<0.05) yang berarti bahwa money memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada pria. Dengan arah
negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi money maka semakin rendah
kepuasan pernikahan pada pria.
7. Variabel inbalance pada self-disclosure: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
0.446 dengan p-value 0.007 (p<0.05) yang berarti bahwa inbalance memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada pria. Dengan arah
positif menunjukkan bahwa semakin tinggi inbalance maka semakin tinggi
kepuasan pernikahan pada pria.
8. Perbedaan rata-rata mean kepuasan pernikahan antara usia pernikahan 0-1 tahun
dengan usia pernikahan >4-5 tahun tidak signifikan dengan nilai koefisien regresi
sebesar 0.107 dengan p-value 0.185 (p>0.05).
9. Perbedaan rata-rata mean kepuasan pernikahan antara usia pernikahan >1-2 tahun
dengan usia pernikahan >4-5 tahun tidak signifikan dengan nilai koefisien regresi
sebesar -0.013 dengan p-value 0.879 (p>0.05).
10. Perbedaan rata-rata mean kepuasan pernikahan antara usia pernikahan >2-3 tahun
dengan usia pernikahan >4-5 tahun signifikan dengan nilai koefisien regresi
sebesar 0.316 dengan p-value 0.000 (p<0.05).
11. Perbedaan rata-rata mean kepuasan pernikahan antara usia pernikahan >3-4 tahun
dengan usia pernikahan >4-5 tahun tidak signifikan dengan nilai koefisien regresi
sebesar -0.022 dengan p-value 0.771 (p>0.05).
67
12. Variabel usia pernikahan >4-5 tahun dalam penelitian ini dijadikan sebagai
variabel kelompok control yang mean-nya dibandingkan dengan mean usia
pernikahan 0-1 tahun, >1-2 tahun, >2-3 tahun, dan >3-4 tahun. Perbedaan rata-
rata mean kepuasan pernikahan signifikan pada usia pernikahan >2-3 tahun
dengan nilai koefisien regresi 0.316 dengan p-value 0.000, sedangkan perbedaan
rata-rata mean kepuasan pernikahan pada usia pernikahan 0-1 tahun, >1-2 tahun
dan >3-4 tahun tidak signifikan.
b. Uji Hipotesis Penelitian pada Wanita
Langkah pertama, peneliti melihat besaran R-square untuk mengetahui berapa
persen (%) varians variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas. Tabel R-
square dipaparkan pada tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.9
Analisis Regresi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .858a .735 .704 5.62454
a. Predictors: (Constant), Lper4, Relationship, Lper3, Benevolence, Lper1,
Revenge, Sexual, Lper2, Money, Avoidance, Inbalance
Berdasarkan data pada Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa perolehan R square
sebesar 0.735 atau 73,5%. Artinya proporsi varians dari Kepuasan Pernikahan pada
wanita yang dijelaskan oleh avoidance, revenge, benevolence, relationship, sexual,
money, inbalance dan usia pernikahan adalah sebesar 73,5% sedangkan 26,5%
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
68
Langkah kedua, peneliti menganalisa dampak dari keseluruhan variabel
independen terhadap kepuasan pernikahan. Adapun hasil Uji F dapat dilihat pada
Tabel 4.10 dibawah ini:.
69
Tabel 4.10
Pengaruh Keseluruhan Independent Variable terhadap Dependent Variable
Model
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 8004.824 11 727.711 23.003 .000a
Residual 2878.829 91 31.635
Total 10883.653 102
A. Predictors: (Constant), Lper4, Relationship, Lper3, Benevolence, Lper1,
Revenge, Sexual, Lper2, Money, Avoidance, Inbalance
B. Dependent Variable: Kepuasan
Berdasarkan data pada Tabel 4.10 diketahui bahwa (p<0.05) atau signifikan
maka, hipotesis nihil mayor yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan
seluruh variabel independen terhadap kepuasan pernikahan ditolak. Artinya, terdapat
pengaruh yang signifikan secara bersama dari pemaafan (terdiri dari avoidance,
revenge dan benevolence),self-disclosure (terdiri dari relationship, sexual, money
dan inbalance) dan usia pernikahan terhadap kepuasan pernikahan pada wanita.
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap variabel independen.
Adapun untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan
dengan melihat nilai signifikan, jika p<0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan
signifikan pengaruhnya terhadap kepuasan pernikahan dan sebaliknya.
70
Tabel 4.11
Koefisien Regresi
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 4.513 5.676 .795 .429
Avoidance .163 .117 .149 1.389 .168
Revenge .262 .104 .229 2.508 .014
Benevolence -.100 .092 -.070 -1.087 .280
Relationship .342 .152 .326 2.247 .027
Sexual .050 .075 .047 .666 .507
Money -.141 .104 -.132 -1.361 .177
Inbalance .376 .145 .349 2.596 .011
Lama_pernikahan1 -3.935 2.124 -.174 -1.853 .067
Lama_pernikahan2 -3.610 2.209 -.153 -1.634 .106
Lama_pernikahan3 -.339 2.206 -.014 -.154 .878
Lama_pernikahan4 -1.286 2.453 -.042 -.524 .601
a. Dependent Variable: Kepuasan
Berdasarkan koefisien regresi pada Tabel 4.11 dihasilkan persamaan regresi
sebagai berikut:
Kepuasan Pernikahan = 4.513 + 0.149 Avoidance + 0.229 Revenge – 0.070
Benevolence + 0.326 Relationship + 0.047 Sexual – 0.132 Money + 0.349
Inbalance - 0.174 Usia Pernikahan1 – 0.153 Usia Pernikahan2 - 0.014 Usia
Pernikahan3 – 0.042 Usia Pernikahan4.
Dari hasil diatas koefisien regresi diperoleh hasil hipotesis minor bahwa
revenge, relationship, money, dan inbalance sebagai variabel bebas memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada wanita. Hal ini berarti
bahwa dari 12 variabel independen terdapat tiga variabel yang signifikan. Penjelasan
dari nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-masing IV adalah sebagai berikut:
71
1. Variabel avoidance pada pemaafan: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
0.149 dengan p-value 0.168 (P>0.05). yang berarti bahwa avoidance tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada wanita.
2. Variabel revenge pada pemaafan: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.229
dengan p-value 0.014 (p<0.05) yang berarti bahwa revenge memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada wanita. Dengan arah positif
menunjukkan bahwa semakin tinggi revenge maka semakin tinggi kepuasan
pernikahan pada wanita.
3. Variabel benevolence pada pemaafan: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -
0.070 dengan p-value 0.280 (p>0.05) yang berarti bahwa benevolence tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada wanita.
4. Variabel relationship pada self-disclosure: diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar 0.326 dengan p-value 0.027 (p<0.05) yang berarti bahwa relationship
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada wanita.
Dengan arah positif menunjukkan bahwa semakin tinggi relationship maka
semakin tinggi kepuasan pernikahan pada wanita.
5. Variabel sexual pada self-disclosure: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
0.047 dengan p-value 0.507 (p>0.05) yang berarti bahwa sexual tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada wanita.
6. Variabel money pada self disclosure: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -
0.132 dengan p-value 0.177 (p>0.05) yang berarti bahwa money tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada wanita.
72
7. Variabel inbalance pada self-disclosure: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
0.349 dengan p-value 0.011 (p<0.05) yang berarti bahwa inbalance memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada wanita. Dengan
arah positif menunjukkan bahwa semakin tinggi inbalance maka semakin tinggi
kepuasan pernikahan pada wanita.
8. Perbedaan rata-rata mean kepuasan pernikahan antara usia pernikahan 0-1 tahun
dengan usia pernikahan >4-5 tahun tidak signifikan dengan nilai koefisien regresi
sebesar -0.174 dengan p-value 0.067 (p>0.05).
9. Perbedaan rata-rata mean kepuasan pernikahan antara usia pernikahan >1-2 tahun
dengan usia pernikahan >4-5 tahun tidak signifikan dengan nilai koefisien regresi
sebesar -0.153 dengan p-value 0.106 (p>0.05).
10. Perbedaan rata-rata mean kepuasan pernikahan antara usia pernikahan >2-3 tahun
dengan usia pernikahan >4-5 tahun tidak signifikan dengan nilai koefisien regresi
sebesar -0.014 dengan p-value 0.878 (p>0.05).
11. Perbedaan rata-rata mean kepuasan pernikahan antara usia pernikahan >3-4 tahun
dengan usia pernikahan >4-5 tahun tidak signifikan dengan nilai koefisien regresi
sebesar -0.042 dengan p-value 0.601 (p>0.05).
12. Variabel usia pernikahan >4-5 tahun dalam penelitian ini dijadikan sebagai
variabel kelompok control yang mean-nya dibandingkan dengan mean usia
pernikahan 0-1 tahun, >1-2 tahun, >2-3 tahun, dan >3-4 tahun. Perbedaan rata-
rata mean kepuasan pernikahan wanita pada usia pernikahan 0-1 tahun, >1-2
tahun, >2-3 tahun dan >3-4 tahun tidak signifikan.
73
4.4.1 Proporsi Varians
a. Proporsi Varians pada Pria
Pada bagian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varian
dari masing-masing variabel independen terhadap kepuasan pernikahan pada pria
sebagaimana yang disajikan dalam Tabel 4.12 dibawah ini:
Tabel 4.12
Proporsi Varians untuk Masing-Masing Independent Variable
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 .691a .478 .473 6.38833 .478 89.753 1 98 .000
2 .712b .506 .496 6.24476 .028 5.558 1 97 .020
3 .717c .514 .499 6.22725 .008 1.546 1 96 .217
4 .744d .554 .535 5.99622 .040 8.540 1 95 .004
5 .749e .561 .537 5.98474 .006 1.365 1 94 .246
6 .775f .601 .575 5.73662 .040 9.307 1 93 .003
7 .784g .615 .585 5.66494 .014 3.368 1 92 .070
8 .843h .710 .674 5.02567 .095 7.223 4 88 .000
Predictors: (Constant), Avoidance, Revenge, Benevolence, Relationship, Sexual, Money, Inbalance,
Lper1, Lper2, Lper3, Lper4
Pada Tabel 4.12 kolom keenam merupakan nilai murni variabel dependen dari
setiap variabel independen yang dimasukan secara satu per satu, kolom ketujuh
adalah nilai F hitung bagi variabel independen yang bersangkutan, kolom df adalah
derajat bebas bagi variabel independen yang bersangkutan pula, yang terdiri dari
numerator dan denumerator, kolom F tabel adalah kolom mengenai nilai variabel
independen pada tabel F dengan DF yang telah ditentukan sebelumnya, nilai kolom
74
inilah yang akan dibandingkan dengan nilai kolom F hitung. Apabila nilai F hitung
lebih besar dari pada F tabel, maka kolom selanjutnya, yaitu kolom signifikansi yang
akan dituliskan signifikan dan begitupun sebaliknya. Berdasarkan Tabel 4.12
diperoleh informasi sebagai berikut:
1. Variabel avoidance pada pemaafan memberikan sumbangan sebesar 47,8%
dalam varians kepuasan pernikahan pada pria. Sumbangan tersebut signifikan
dengan F Change= 89.753 dan df1= 1 dan df2=98 dengan sig. F Change= 0.000
(p<0.05).
2. Variabel revenge pada pemaafan memberikan kontribusi sumbangan sebesar
2,8% dalam varians kepuasan pernikahan pada pria. Sumbangan tersebut
signifikan dengan F Change= 5.558, dan df1= 1, df2= 97 dengan sig. f Change=
0.020 (p < 0.05).
3. Variabel benevolence pada pemaafan memberikan kontribusi sumbangan sebesar
0.8% dalam varians kepuasan pernikahan pada pria. Sumbangan tersebut tidak
signifikan dengan F Change= 1.546, dan df1= 1, df2= 96 dengan sig. F change=
0.217 (p>0.05).
4. Variabel relationship pada self-disclosure memberikan kontribusi sumbangan
sebesar 4% dalam varians kepuasan pernikahan pada pria. Sumbangan tersebut
signifikan dengan F Change= 8.540, dan df1= 1, df2= 95 dengan sig. F Change=
0.004 (p<0.05)
5. Variabel sexual pada self-disclosure memberikan kontribusi sumbangan sebesar
0.6% dalam varians kepuasan pernikahan pada pria. Sumbangan tersebut tidak
75
signifikan dengan F Change= 1.365, dan df1=1, df2= 94 dengan sig. F Change=
0.246 (p>0.05).
6. Variabel money pada self-disclosure memberikan kontribusi sumbangan sebesar
4% dalam varians kepuasan pernikahan pada pria. Sumbangan ini signifikan
dengan F Change= 9.307, dan df1= 1, df2= 93 dengan sig. F Change= 0.003
(p<0.05).
7. Variabel inbalance pada self-disclosure memberikan kontribusi sumbangan
sebesar 1.4% dalam varians kepuasan pernikahan pada pria. Sumbangan ini tidak
signifikan dengan F Change= 3.368, dan df1= 1, df2= 92 dengan sig. F Change=
0.070 (p>0.05).
8. Variabel usia pernikahan 0-1 tahun, usia pernikahan >1-2 tahun, usia pernikahan
>2-3 tahun, usia pernikahan >3-4 tahun dan usia pernikahan >4-5 tahun
memberikan kontribusi sumbangan sebesar 9.5% dalam varians kepuasan
pernikahan pada pria. Sumbangan ini signifikan dengan F Change = 7.223, dan
df1 = 4, df2 = 88 dengan sig. F Change = 0.000 (p<0.05).
Dengan demikian, terdapat lima variabel dari keseluruhan variabel, yaitu
avoidance, revenge, relationship,,money dan usia pernikahan mempengaruhi
kepuasan pernikahan pada pria secara signifikan jika dilihat dari besarnya R² yang
dihasilkan dari sumbangan proporsi variabel yang diberikan.
76
b. Proporsi Varians pada Wanita
Pada bagian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varian
dari masing-masing variabel independen terhadap kepuasan pernikahan pada wanita
sebagaimana yang disajikan dalam Tabel 4.13 dibawah ini:
Tabel 4.13
Proporsi Varians untuk Masing-Masing Independent Variable
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 .717a .514 .509 7.23555 .514 106.889 1 101 .000
2 .728b .530 .520 7.15529 .015 3.278 1 100 .073
3 .728c .530 .516 7.18880 .000 .070 1 99 .792
4 .823d .677 .664 5.98485 .148 44.837 1 98 .000
5 .829e .688 .672 5.91932 .010 3.182 1 97 .078
6 .830f .689 .670 5.93519 .002 .482 1 96 .489
7 .844g .712 .690 5.74756 .022 7.370 1 95 .008
8 .858h .735 .704 5.62454 .024 2.050 4 91 .094
Predictors: (Constant), Avoidance, Revenge, Benevolence, Relationship, Sexual, Money, Inbalance,
Lper1, Lper2, Lper3, Lper4
Pada Tabel 4.12 kolom keenam merupakan nilai murni variabel dependen dari
setiap variabel independen yang dimasukan secara satu per satu, kolom ketujuh
adalah nilai F hitung bagi variabel independen yang bersangkutan, kolom df adalah
derajat bebas bagi variabel independen yang bersangkutan pula, yang terdiri dari
numerator dan denumerator, kolom F tabel adalah kolom mengenai nilai variabel
independen pada tabel F dengan DF yang telah ditentukan sebelumnya, nilai kolom
inilah yang akan dibandingkan dengan nilai kolom F hitung. Apabila nilai F hitung
lebih besar dari pada F tabel, maka kolom selanjutnya, yaitu kolom signifikansi yang
77
akan dituliskan signifikan dan begitupun sebaliknya. Berdasarkan Tabel 4.13
diperoleh informasi sebagai berikut:
1. Variabel avoidance pada pemaafan memberikan sumbangan sebesar 51.4%
dalam varians kepuasan pernikahan pada wanita. Sumbangan tersebut signifikan
dengan F Change= 106.889 dan df1= 1 dan df2=101 dengan sig. F Change=
0.000 (p<0.05).
2. Variabel revenge pada pemaafan memberikan kontribusi sumbangan sebesar
1.5% dalam varians kepuasan pernikahan pada wanita. Sumbangan tersebut tidak
signifikan dengan F Change= 3.278, dan df1= 1, df2= 100 dengan sig. f Change=
0.073 (p > 0.05).
3. Variabel benevolence pada pemaafan memberikan kontribusi sumbangan sebesar
0% dalam varians kepuasan pernikahan pada wanita. Sumbangan tersebut tidak
signifikan dengan F Change= 0.070, dan df1= 1, df2= 99 dengan sig. F change=
0.792 (p>0.05).
4. Variabel relationship pada self-disclosure memberikan kontribusi sumbangan
sebesar 14.8% dalam varians kepuasan pernikahan pada wanita. Sumbangan
tersebut signifikan dengan F Change= 44.837, dan df1= 1, df2= 98 dengan sig. F
Change= 0.000 (p<0.05)
5. Variabel sexual pada self-disclosure memberikan kontribusi sumbangan sebesar
1% dalam varians kepuasan pernikahan pada wanita. Sumbangan tersebut tidak
signifikan dengan F Change= 3.182, dan df1=1, df2= 97 dengan sig. F Change=
0.078 (p>0.05).
78
6. Variabel money pada self-disclosure memberikan kontribusi sumbangan sebesar
0.2% dalam varians kepuasan pernikahan pada wanita. Sumbangan ini tidak
signifikan dengan F Change= 0.482, dan df1= 1, df2= 96 dengan sig. F Change=
0.489 (p<0.05).
7. Variabel inbalance pada self-disclosure memberikan kontribusi sumbangan
sebesar 2.2% dalam varians kepuasan pernikahan pada wanita. Sumbangan ini
signifikan dengan F Change= 7.370, dan df1= 1, df2= 95 dengan sig. F Change=
0.008 (p<0.05).
8. Variabel usia pernikahan 0-1 tahun, usia pernikahan >1-2 tahun, usia pernikahan
>2-3 tahun, usia pernikahan >3-4 tahun dan usia pernikahan >4-5 tahun
memberikan kontribusi sumbangan sebesar 2.4% dalam varians kepuasan
pernikahan pada wanita. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F Change =
2.050, dan df1 = 4, df2 = 91 dengan sig. F Change = 0.094 (p>0.05).
Dengan demikian, terdapat tiga variabel dari keseluruhan variabel, yaitu
avoidance, relationship, dan inbalance mempengaruhi kepuasan pernikahan pada
wanita secara signifikan jika dilihat dari besarnya R² yang dihasilkan dari sumbangan
proporsi variabel yang diberikan.
69
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan yang menjawab pertanyaan
penelitian berdasarkan analisis data yang telah dilakukan oleh penulis pada bab
sebelumnya. Selain itu, bab ini juga berisi diskusi hasil penelitian dan
keterbatasan penelitian. Di akhir bab ini terdapat saran penelitian yang terdiri atas
saran metodologis dan saran praktis.
5.1 Kesimpulan
Hasil analisis data penelitian seperti yang telah diuraikan dalam bab
sebelumnya, melalui pengukuran dengan menggunakan skala kepuasan
pernikahan, pemaafan dan keterbukaan diri, serta pengaruh yang diikuti dengan
pengujian signifikansi maka didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan antara pemaafan, keterbukaan diri dengan kepuasan
pernikahan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin individu
melakukan pemaafan dan keterbukaan diri, maka akan semakin tinggi pula
kepuasan pernikahan dan demikian pula sebaliknya semakin tidak bisa melakukan
pemaafan dan keterbukaan diri yang dilakukan maka akan semakin rendah pula
kepuasan pernikahan yang dirasakan.
Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian dinyatakan bahwa ada pengaruh
yang signifikan dari pemaafan yang meliputi: avoidance, revenge dan
benevolence, keterbukaan diri yang meliputi: relationship, sexual, money dan
inbalance, serta usia pernikahan terhadap kepuasan pernikahan. . Adapun
70
sumbangan yang diberikan oleh pemaafan, keterbukaan diri dan usia pernikahan
terhadap kepuasan pernikahan dalam penelitian ini adalah sebesar 71% pada pria
dan 73.5% pada wanita.
Hasil uji hipotesis minor menunjukkan bahwa terdapat lima variabel yang
signifikan mempengaruhi kepuasan pernikahan pada pria. Variabel avoidance
motivation (motivasi untuk menghindar) memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada pria. Variabel relationship pada
keterbukaan diri memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan
pernikahan pada pria. Hal ini menyatakan bahwa semakin pria terbuka mengenai
hubungannya dengan pasangan, maka semakin tinggi pula kepuasan pernikahan
yang dimiliki pria. Variabel money (keterbukaan keuangan) pada keterbukaan diri
memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada
pria.. Variabel inbalance (keterbukaan yang tidak seimbang) pada keterbukaan
diri memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada
pria. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tidak adanya keseimbangan pada
keterbukaan diri antar pasangan, maka pria lebih merasa puas dalam pernikahan.
Perbedaan rata-rata mean kepuasan pernikahan antara usia pernikahan >2-3 tahun
dengan usia >4-5 tahun signifikan. Dengan demikian, variabel lainnya seperti:
revenge, benevolence, sexual tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kepuasan pernikahan pada pria.
Hasil uji hipotesis minor menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel yang
signifikan mempengaruhi kepuasan pernikahan pada wanita. Variabel revenge
(balas dendam) pada pemaafan memiliki pengaruh positif yang signifikan
71
terhadap kepuasan pernikahan pada wanita. Variabel relationship memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada wanita. Hal
ini menyatakan bahwa semakin wanita terbuka mengenai hubungannya dengan
pasangan, maka semakin tinggi pula kepuasan pernikahan yang dimiliki wanita.
Variabel inbalance memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan
pernikahan pada wanita. hal ini berarti wanita yang memiliki inbalance yg tinggi,
maka tinggi pula kepuasan pernikahannya. Dengan demikian, variabel lainnya
seperti: Avoidance, benevolence, sexual, money dan usia pernikahan tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada wanita.
Jika dilihat dari proporsi varians, sumbangan variabel independen yang
signifikan mempengaruhi kepuasan pernikahan pada pria terdapat lima variabel
yaitu avoidance, revenge, relationship, money dan usia pernikahan. Untuk ketiga
variabel lainnya dalam penelitian ini tidak signifikan mempengaruhi kepuasan
pernikahan pada pria. Sedangkan kepuasan pernikahan pada wanita jika dilihat
dari proporsi varians, terdapat tiga variabel yaitu avoidance, relationship dan
inbalance. Untuk kelima variabel lainnya dalam penelitian ini tidak signifikan
mempengaruhi kepuasan pernikahan pada pria.
5.2 Diskusi
Hasil pengujian hipotesis pengaruh pemaafan, self-disclosure dan usia pernikahan
terhadap kepuasan pernikahan pada pria dan wanita menunjukkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan dari variabel pemaafan yang meliputi: avoidance;
revenge; dan benevolence, keterbukaan diri yang meliputi: relationship; sexual;
72
money; dan inbalance serta usia pernikahan terhadap kepuasan pernikahan pada
pria dan wanita.
Hasil uji hipotesis minor pada kepuasan pernikahan pria menunjukkan
bahwa terdapat lima variabel yang signifikan mempengaruhi kepuasan pernikahan
pada pria. Variabel avoidance, relationship, inbalance dan perbedaan rata-rata
mean kepuasan pernikahan antara usia pernikahan >2-3 tahun dengan usia >4-5
tahun memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan
pada pria. Adapum variabel money memiliki pengaruh negatif yang signifikan
terhadap kepuasan pernikahan pada pria. Dengan demikian, variabel lainnya
seperti: revenge, benevolence, sexual tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kepuasan pernikahan pada pria.
Sedangkan hasil uji hipotesis minor pada kepuasan pernikahan wanita
menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel yang signifikan mempengaruhi
kepuasan pernikahan pada wanita. Variabel revenge, relationship dan inbalance
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada
wanita. Dengan demikian, variabel lainnya seperti: Avoidance, benevolence,
sexual, money dan usia pernikahan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kepuasan pernikahan pada wanita.
Variabel avoidance memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
kepuasan pernikahan pada pria artinya semakin pria menghindari pasangan
(wanita) setelah disakiti, maka pria lebih merasa puas dalam pernikahannya.. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fincham et
all., (2004) yang menyimpulkan bahwa pemaafan memiliki dampak positif
73
terhadap pernikahan. Bahkan secara lebih spesifik Fincham (2002) menemukan
bahwa pemaafan dan kepuasan pernikahan memiliki hubungan dan kemudian
menunjukkan bahwa pemaafan memprediksi secara independen keseluruhan
perilaku terhadap pasangan dari kepuasan pernikahan.
Variabel revenge pada pemaafan memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada wanita artinya semakin tinggi
wanita melakukan revenge atau membalas perbuatan pasangannya, maka semakin
tinggi kepuasan pernikahan yang dimilikinya. Hal tersebut didukung oleh hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gordon dan Baucom (dalam Paleari,
Regalia, & Fincham, 2005) menunjukkan bahwa individu yang memaafkan
pasangannya yang bersalah memiliki fungsi pernikahan yang paling adaptif;
semakin pasangan memaafkan, semakin mereka membuat asumsi pernikahan
yang positif, merasakan keseimbangan kekuatan dalam pernikahan mereka, dan
memiliki hubungan pernikahan yang dekat dan penyesuaian yang baik.
Variabel relationship pada keterbukaan diri memiliki pengaruh positif
yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada pria dan wanita, artinya
apabila relationship tinggi maka akan semakin tinggi pula kepuasan pernikahan
pada pria dan wanita. Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan
keterbukaan diri dalam suatu hubungan dekat, baik yang sudah terjalin selama
bertahun-tahun maupun pada pasangan yang baru menikah. Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa Individu yang memiliki keterbukaan diti yang tinggi akan
lebih terbuka dan mampu menyelesaikan permasalah dengan baik sehingga
dengan adanya kondisi-kondisi tersebut sangat mendukung individu untuk
74
memperoleh kepuasan pernikahan. Seperti Hendrick (1981) yang menyebutkan
salah satu variabel yang berhubungan dengan kepuasan perkawinan adalah
keterbukaan diri.
Variabel money memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap
kepuasan pernikahan pada pria, artinya, semakin pria tidak terbuka soal
keuangannya kepada pasangan, maka pria akan semakin merasa puas dalam
pernikahannya. Wardhani (2012) yang menemukan bahwa kepuasan pernikahan
dapat dirasakan ketika individu memiliki keterbukaan mengenai dirinya kepada
pasangan. Dalam hal ini Billeter (2002) juga mengungkapkan salah satu prediktor
dalam kepuasan hubungan yakni adanya keterbukaan diri.
Variabel inbalance memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
kepuasan pernikahan pada pria dan wanita, artinya apabila inbalance tinggi maka
akan semakin tinggi pula kepuasan pernikahan pada pria dan wanita. Pada
dasarnya pasangan suami istri menginginkan hubungan pernikahan yang
memuaskan seperti yang diharapkan pada awal pernikahan. Namun tidak sedikit
dari pasangan mengaku bahwa pernikahan yang mereka jalani seringkali
mengalami konflik. Hasil penelitian Olson, DeFrain & Skogrand (2011)
menyimpulkan bahwa pasangan suami istri merasa puas jika dapat menyatakan
perasaan yang sebenarnya kepada pasangan. Seamon (2003) mengatakan orang
yang tidak mau mengungkapkan dirinya maka akan sulit dalam menyesuaikan diri
dan tidak puas dengan hubungan yang dijalaninya. Sehingga adanya permasalahan
antara pasangan dapat diatasi dengan melakukan pengungkapan diri (self
disclosure) yang dapat menciptakan kepuasan dalam pernikahan.
75
Perbedaan rata-rata mean kepuasan pernikahan pada pria antara usia
pernikahan >2-3 tahun dengan usia pernikahan >4-5 tahun signifikan. Hasil
tersebut sesuai dengan Awe (dalam Animsahum & Oladeni, 2012) yang
menyatakan bahwa pasangan biasanya menghabiskan beberapa tahun pertama
pernikahan untuk menyesuaikan diri terhadap perbedaan individual dan faktor
eksternal lainnya yang memengaruhi pernikahan. Satu atau dua hingga lima tahun
pertama pernikahan merupakan fase paling kritis bagi pasangan suami-istri,
setalah lima tahun pertama pernikahan pasangan mulai bertoleransi dan mengerti
satu sama lain dengan lebih baik lagi, terutama ketika anak mulai hadir dalam
kehidupan pernikahan.
Adapun variabel-variabel lain seperti benevolence dan sexual tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan pada pria
dan wanita. Ada variabel lain yang kemungkinan dapat memberikan pengaruh
lebih besar yang tidak peneliti perhitungkan dalam penelitian ini seperti
karakteristik latar belakang subjek, self esteem, dan locus of control. Hal-hal
semacam persepsi subjek terhadap stereotip gender, serta latar belakang keluarga
dapat dijadikan variabel tambahan dalam penelitian ini.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan didalamnya. Oleh karena itu, peneliti memberikan beberapa saran
untuk bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan penelitian selanjutnya, baik
secara teoritis maupun praktis.
76
5.3.1 Saran Teoritis
1. Hasil penelitian yang telah dijabarkan di atas memperlihatkan terdapat 71%
pada kepuasan pernikahan pria dan 73.5% pada kepuasan pernikahan wanita
dari pemaafan (avoidance, revenge dan benevolence), self-disclosure
(relationship, sexual, money dan inbalance), serta usia pernikahan
mempengaruhi dependent variable atau kepuasan pernikahan. Selain itu 29%
pada kepuasan pernikahan pria dan 26.5% pada kepuasan pernikahan wanita
lainnya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Oleh karena itu,
peneliti berikutnya yang tertarik untuk meneliti tentang kepuasan pernikahan
disarankan untuk melibatkan atau menemukan variabel independent lain
seperti sosial budaya, kemandirian, locus of control dan stereotip gender
sehingga penelitian ini akan terus berkembang agar dapat menghasilkan data
yang lebih akurat dan dapat menemukan variabel sama yang memiliki
pengaruh besar dalam kepuasan pernikahan.
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk mempertimbangkan karakteristik
sampel yang mengindikasikan ke arah kepuasan pernikahan sehingga hasil
penelitian menjadi lebih akurat.
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk menambah sampel dalam
penelitian guna memperkaya hasil penelitian.
4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk lebih mempertimbangkan
karakteristik latar belakang sampel seperti sosial ekonomi, budaya, suku, dan
keadaan keluarga, untuk memperkaya hasil penelitian, sehingga hasil
penelitian menjadi lebih menarik dan akurat.
77
5. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menyusuri lebih banyak lagi
penelitian-penelitian terdahulu yang berbasis pada psikologi keluarga agar
didapat perbandingan yang menyeluruh dan lengkap sehingga penelitian
selanjutnya diharapkan bisa menghasilkan data yang lebih baik dan akurat..
5.3.2 Saran Praktis
1. Hasil penelitian ini menemukan bahwa ada pengaruh secara bersama antara
pemaafan, self-disclosure dan usia pernikahan terhadap kepuasan pernikahan
pada pria dan wanita. Hal tersebut dapat menjadi acuan bagi individu agar
dapat lebih memupuk pemaafan dan keterbukaan kepada pasangan demi
terciptanya hubungan yang harmonis
2. Bagi para pasangan khususnya, disarankan untuk memperbanyak quality time
dengan pasangan sehingga memiliki dampak positif sehingga diharapkan
pasangan lebih mengenali, menerima serta mengembangkan kepuasan dalam
pernikahan.
78
DAFTAR PUSTAKA
Amin, S. (2011). 80 persen perceraian pada usia perkawinan di bawah 5 tahun.
Artikel Online. http://www.nu.or.id/post/read/33425/80-persen-perceraian-
pada-usia-perkawinan-di-bawah-5-tahun. Diakses 17 Maret 2019, Diakses
pada 17 Mei 2019
Armanto, J. (2019). Istri gugat cerai, so what!. Artikel Online.
https://indopos.co.id/read/2019/05/04/174066/istri-gugat-cerai-so- what.
Diakses pada 17 Mei 2019
Bahr, S. J., Chappell, C. B., & Leigh, G. K. (1983). Age at marriage, role enactment,
role consensus, and marital satisfaction. Journal of Marriage and the
Family, 45(4), 795-803. http://dx.doi.org/10.2307/351792
Billeter, C.B. (2002). An exploration of eight dimensions of self-disclosure with
relationship satisfaction. Thesis. Faculty of the Virginia Polytechnic Institute
and State University Virginia, Virginia.
BKKBN online. (2013). Angka perceraian di Indonesia tertinggi di Asia-Pasifik. Diakses
pada 12 November 2017 dalam
http:/www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=967.
Bradbury, T. N., Fincham, F. D., & Beach, S. R. H. (2000). Research on the nature
and determinants of marital satisfaction: A decade in review. Journal of
Marriage and the Family, 62(4), 964-980.
Derlega, V., Winstead, B., Wong, P., & Greenspan, M. (1987). Self-disclosure and
relationship development: An attributional analysis. In M. E. Roloff & G. R.
Miller (Eds.), Interpersonal processes: New directions in communication
research (pp. 172-187). Thousand Oaks, CA: Sage.
Devito, J. (1997). Komunikasi Antarmanusia. Professional Books: Jakarta
79
Devito, J.A. (2011). Komunikasi Antar Manusia. Pamulang-Tangerang Selatan:
Karisma Publishing Group.
Dewi, N.R.,& Sudhana,H. (2013). Hubungan antara komunikasi interpersonal pasutri
dengan keharmonisan dalam pernikahan. Jurnal Psikologi Udayana, 1 (1),
22-31.
Enright, R.D., & The Human Development Study Group. (1991). The moral
development of forgiveness. In W. Kurtines && J. Gerwitz (Eds).
Handsbook of moral behavior and development. Vol. 1, pp 123-152.
Hillsdale, NJ: Erlbaum
Fan, C. S, & Lui, Hon-Kwong. Extramarital affairs, marital satisfaction, and divorce:
evidence from hong kong. Contemporary Economic Policy. 22(4), 442-452
Fincham, F.D. (2009). Forgiveness: Integral to a Science of Close Relationships?. In
M. Mikulincer & P. Shaver (Eds.) Prosocial Motives, Emotions, and
Behavior: The Better Angels of Our Nature. Washington, D.C: APA Books.
Fincham, F. D., Beach, S. R., & Davila, J. (2004). Forgiveness and conflict resolution
in marriage. Journal of family Psychology, 18, 72-81.
Fincham, F. D., Paleari, & Regalia, G. (2002). Forgiveness in marriage: the role of
relationship quality, attributions, and empathy. Personal Relationship, 9, 27-
37.
Fenell, D. (1993). Characteristic of Long-term First Marriage. Journal of Mental
Health Counseling, 15(4), 446-460
Fowers, B. J., & Olson, D. H. (1993). Enrich Marital Satisfaction Scale: A Brief
Research and Clinical Tool. Journal of Famil Pschology, 2, 176-185
Hendrick, S. S. (1981). Self-disclosure and marital satisfaction. Journal of
Personality and Social Psychology, 40(6), 1150-1159.
http://dx.doi.org/10.1037/0022-3514.40.6.1150
80
Igbo., Grace. A. R., & Ekoja. (2015). Relationship between Duration of Marriage,
Personality Trait, Gender, Conflict Resolution Strategies of Spouses. Social
and Behavioral Sciences. 190, 490-496
Jorgensen, S. R. dan Gaudy, J. C. (1980). Self-disclosure and Satisfaction in
Marriage: The Relation Examined. Family Relations, 29, 281-287.
Jose, O., & Alfons, V. (2006). The effect of forgiveness on marital satisfaction in
relation to marital stability. Contemporary Family Therapy,28,251-261.
Jourard, S. M., & Lasakow, P. (1958). Some factors in self-disclosure. The Journal of
Abnormal and Social Psychology, 56(1), 91-98.
http://dx.doi.org/10.1037/h0043357
Kaplan, M., & Maddux, J. E. (2002). Goals and marital satisfaction: Perceived
support for personal goals and collective efficacy for collective
goals. Journal of Social and Clinical Psychology, 21(2), 157-164.
http://dx.doi.org/10.1521/jscp.21.2.157.22513
Karney, B. R., & Bradbury, T. N. (1995). The longitudinal course of marital quality
and stability: A review of theory, methods, and research. Psychological
Bulletin, 118(1), 3-34. http://dx.doi.org/10.1037/0033-2909.118.1.3
Levenson, R. W., Carstensen, L. L., & Gottman, J. M. (1993). Long-term marriage:
Age, gender, and satisfaction. Psychology and Aging, 8(2), 301-313.
http://dx.doi.org/10.1037/0882-7974.8.2.301
Li, T., Fung, H. (2011). The dynamic goal theory of marital satisfaction. Review of
General Psychology, 15(1), 246-254
81
McCullough, M.E., Kilpatrick, S.D., Emmons, R.A., Larson, D.B. (2001). Is gratitude
a moral affect?. Psychological Bulletin 127(2):249 DOI: 10.1037//0033-
2909.127.2.249
McCullough, M. E., Root, L. M., & Cohen, A. D. (2006).Writing About the Benefits
of an Interpersonal Transgression Facilitates Forgiveness. Journal of
Consulting and Clinical Psychology, 5, 887-897
Ningsih, T.Y. (2016). Hubungan keterbukaan diri dengan kepuasan pernikahan pada
istri di kecamatan Singosari Malang. Skripsi. Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang Olson, D. H., DeFrain, J. (2006). Marriages
and Families; Intermacy, Diversity, and Strength 5th ed. Boston; McGraw-
Hill
Olson, D., Defrain, J., Skogrand, L. (2014). Marriages and families: Intimacy,
diversity and strengths. McGraw Hill. ISBN13: 9780078026928
Papalia, D.E., Old. S.W., & Feldman, R.D (2011). Psikologi perkembangan (edisi
kesembilan). Jakarta: Kencana
Pargament, K. I. (1997). The psychology of religion and coping: Theory, research,
practice. New York, NY, US: Guilford Press.
Pedhazur, E.J. (1982). Multiple regression in behavioral research: Explanation and
prediction. USA: Thomson Learning Inc.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Rosen-Gradon, J. R., Myers, J. E., & Hattie, J. A. (2004). The Relationship between
Marital Characteristics, Marital Interaction Process, and Marital Satisfaction.
Journal of Counseling & Development, 58-68
Seamon, C.M. (2003). Self-esteem, sex differences, and self-disclosure: a study of the
closeness of relationships. Te Osprey Journal of Ideas and Inquiry. All
Volume 2001-2008
82
Spanier, G. B. (1976). Measuring dyadic adjustment: New scales for assessing the
quality of marriage and similar dyads. Journal of Marriage and the Family,
38(1), 15-28. http://dx.doi.org/10.2307/350547
Takairawan, C. (2018). Catatan akhir tahun 2018, belum ada perbaikan ketahanan
keluarga. Artikel Online. https://www.kompasiana.com/pakcah/
5c298c3eab12ae0cab7b7bea/catatan-akhir-tahun-2018-belum-ada-perbai
kan-ketahanankeluarga? page=all. Diakses pada 12 Maret 2019
Umar, J. (2013). Multiple Regression. Bahan Kuliah Statistik 3 Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Wardhani, N.A.K. (2012). Self disclosure dan kepuasan perkawinan pada istri di usia
awal pernikahan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universiatas Surabaya, 1
(1).Waring, E.M., Holden, R.R., & Wesley, S. (1998). Development of the
martial selfdisclosure questionnaire (MSDQ). Journal of Clinical
Psychology, 54 (6),817-824.
Waring. J.A. (2001). The marital self-disclosure questionnaire: A validation study.
Thesis. The University of British Columbia
Wheeless, L.R., Grotz, J. (1976). Conceptualization and measurement of reported self
disclosure. Human Communication Research 2(4):338-346 DOI:
10.1111/j.1468-2958.1976.tb00494.x
83
LAMPIRAN A PATH DIAGRAM
Gambar 1 Path Diagram Kepuasan Pernikahan
84
Gambar 2 Path Diagram Avoidance
Gambar 3 Path Diagram Revenge
Gambar 4 Path Diagram Benevolence
85
Gambar 5 Path Diagram Relationship
Gambar 6 Path Diagram Sexual
Gambar 7 Path Diagram Money
86
Gambar 8 Path Diagram Inbalance
87
LAMPIRAN B OUTPUT STATISTIK
Karakteristik Responden
USIA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 20 6 3.0 3.0 3.0
21 2 1.0 1.0 3.9
22 4 2.0 2.0 5.9
23 4 2.0 2.0 7.9
24 35 17.2 17.2 25.1
25 40 19.7 19.7 44.8
26 38 18.7 18.7 63.5
27 33 16.3 16.3 79.8
28 8 3.9 3.9 83.7
29 23 11.3 11.3 95.1
30 10 4.9 4.9 100.0
Total 203 100.0 100.0
LAMAPERNIKAHAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid .5 8 3.9 3.9 3.9
1.0 45 22.2 22.2 26.1
1.5 6 3.0 3.0 29.1
2.0 52 25.6 25.6 54.7
2.5 4 2.0 2.0 56.7
3.0 33 16.3 16.3 72.9
4.0 26 12.8 12.8 85.7
4.5 4 2.0 2.0 87.7
5.0 25 12.3 12.3 100.0
Total 203 100.0 100.0
88
JENISKELAMIN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid PRIA 100 49.3 49.3 49.3
WANITA 103 50.7 50.7 100.0
Total 203 100.0 100.0
JUMLAHANAK
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 60 29.6 31.4 31.4
1 82 40.4 42.9 74.3
2 21 10.3 11.0 85.3
3 28 13.8 14.7 100.0
Total 191 94.1 100.0
Missing System 12 5.9
Total 203 100.0
89
Kategori Responden Pria
KEPUASANSKOR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid RENDAH 58 58.0 58.0 58.0
TINGGI 42 42.0 42.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
AVOIDANCESKOR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid RENDAH 59 59.0 59.0 59.0
TINGGI 41 41.0 41.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
REVENGESKOR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid RENDAH 45 45.0 45.0 45.0
TINGGI 55 55.0 55.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
BENEVOLENCESKOR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid RENDAH 50 50.0 50.0 50.0
TINGGI 50 50.0 50.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
90
RELATIONSHIPSKOR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid RENDAH 66 66.0 66.0 66.0
TINGGI 34 34.0 34.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
SEXUALSKOR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid RENDAH 41 41.0 41.0 41.0
TINGGI 59 59.0 59.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
MONEYSKOR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid RENDAH 66 66.0 66.0 66.0
TINGGI 34 34.0 34.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
INBALANCESKOR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid RENDAH 63 63.0 63.0 63.0
TINGGI 37 37.0 37.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
91
Kategori Responden Wanita
KEPUASANSKOR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid RENDAH 45 43.7 43.7 43.7
TINGGI 58 56.3 56.3 100.0
Total 103 100.0 100.0
AVOIDANCESKOR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid RENDAH 44 42.7 42.7 42.7
TINGGI 59 57.3 57.3 100.0
Total 103 100.0 100.0
REVENGESKOR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid RENDAH 26 25.2 25.2 25.2
TINGGI 77 74.8 74.8 100.0
Total 103 100.0 100.0
92
BENEVOLENCESKOR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid RENDAH 62 60.2 60.2 60.2
TINGGI 41 39.8 39.8 100.0
Total 103 100.0 100.0
RELATIONSHIPSKOR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid RENDAH 50 48.5 48.5 48.5
TINGGI 53 51.5 51.5 100.0
Total 103 100.0 100.0
SEXUALSKOR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid RENDAH 50 48.5 48.5 48.5
TINGGI 53 51.5 51.5 100.0
Total 103 100.0 100.0
93
MONEYSKOR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid RENDAH 52 50.5 50.5 50.5
TINGGI 51 49.5 49.5 100.0
Total 103 100.0 100.0
INBALANCESKOR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid RENDAH 62 60.2 60.2 60.2
TINGGI 41 39.8 39.8 100.0
Total 103 100.0 100.0
94
Deskripsi Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KEPUASAN 203 9.85 67.95 50.0000 9.58304
AVOIDANCE 203 6.97 61.62 50.0000 9.48477
REVENGE 203 5.77 58.35 50.0000 9.08598
BENEVOLENCE 203 17.37 65.17 50.0000 9.00127
RELATIONSHIP 203 24.04 65.35 50.0000 9.57419
SEXUAL 203 19.00 68.18 50.0000 9.63549
MONEY 203 25.41 64.30 50.0000 9.56766
INBALANCE 203 22.70 65.06 50.0000 9.38524
Valid N (listwise) 203
95
Multiple Regression Analysis Kepuasan Pernikahan pada Pria
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .843a .710 .674 5.02567
a. Predictors: (Constant), LPER4, MONEY, LPER3, BENEVOLENCE, LPER1, REVENGE, LPER2, SEXUAL, AVOIDANCE, INBALANCE, RELATIONSHIP
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5439.683 11 494.517 19.579 .000a
Residual 2222.648 88 25.257
Total 7662.331 99
a. Predictors: (Constant), LPER4, MONEY, LPER3, BENEVOLENCE, LPER1, REVENGE, LPER2, SEXUAL, AVOIDANCE, INBALANCE, RELATIONSHIP
b. Dependent Variable: KEPUASAN
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 13.627 4.189 3.253 .002
AVOIDANCE .230 .105 .249 2.198 .031
REVENGE .176 .097 .182 1.814 .073
BENEVOLENCE -.032 .051 -.038 -.618 .538
RELATIONSHIP .501 .194 .528 2.584 .011
SEXUAL -.103 .083 -.112 -1.245 .216
MONEY -.499 .144 -.530 -3.471 .001
INBALANCE .426 .155 .446 2.741 .007
LPER1 2.229 1.669 .107 1.336 .185
LPER2 -.238 1.560 -.013 -.152 .879
LPER3 8.218 1.868 .316 4.399 .000
LPER4 -.560 1.915 -.022 -.292 .771
a. Dependent Variable: KEPUASAN
96
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .691a .478 .473 6.38833 .478 89.753 1 98 .000
2 .712b .506 .496 6.24476 .028 5.558 1 97 .020
3 .717c .514 .499 6.22725 .008 1.546 1 96 .217
4 .744d .554 .535 5.99622 .040 8.540 1 95 .004
5 .749e .561 .537 5.98474 .006 1.365 1 94 .246
6 .775f .601 .575 5.73662 .040 9.307 1 93 .003
7 .784g .615 .585 5.66494 .014 3.368 1 92 .070
8 .843h .710 .674 5.02567 .095 7.223 4 88 .000
97
Multiple Regression Analysis Kepuasan Pernikahan pada Wanita
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .858a .735 .704 5.62454
a. Predictors: (Constant), LPER4, SEXUAL, BENEVOLENCE, LPER1, REVENGE, LPER3, MONEY, LPER2, AVOIDANCE, INBALANCE, RELATIONSHIP
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 8004.824 11 727.711 23.003 .000a
Residual 2878.829 91 31.635
Total 10883.653 102
a. Predictors: (Constant), LPER4, SEXUAL, BENEVOLENCE, LPER1, REVENGE, LPER3, MONEY,
LPER2, AVOIDANCE, INBALANCE, RELATIONSHIP
b. Dependent Variable: KEPUASAN
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.513 5.676 .795 .429
AVOIDANCE .163 .117 .149 1.389 .168
REVENGE .262 .104 .229 2.508 .014
BENEVOLENCE -.100 .092 -.070 -1.087 .280
RELATIONSHIP .342 .152 .326 2.247 .027
SEXUAL .050 .075 .047 .666 .507
MONEY -.141 .104 -.132 -1.361 .177
INBALANCE .376 .145 .349 2.596 .011
LPER1 -3.935 2.124 -.174 -1.853 .067
LPER2 -3.610 2.209 -.153 -1.634 .106
LPER3 -.339 2.206 -.014 -.154 .878
LPER4 -1.286 2.453 -.042 -.524 .601
a. Dependent Variable: KEPUASAN
98
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .717a .514 .509 7.23555 .514 106.889 1 101 .000
2 .728b .530 .520 7.15529 .015 3.278 1 100 .073
3 .728c .530 .516 7.18880 .000 .070 1 99 .792
4 .823d .677 .664 5.98485 .148 44.837 1 98 .000
5 .829e .688 .672 5.91932 .010 3.182 1 97 .078
6 .830f .689 .670 5.93519 .002 .482 1 96 .489
7 .844g .712 .690 5.74756 .022 7.370 1 95 .008
8 .858h .735 .704 5.62454 .024 2.050 4 91 .094
a. Predictors: (Constant), AVOIDANCE
b. Predictors: (Constant), AVOIDANCE, REVENGE
c. Predictors: (Constant), AVOIDANCE, REVENGE, BENEVOLENCE
d. Predictors: (Constant), AVOIDANCE, REVENGE, BENEVOLENCE, RELATIONSHIP
e. Predictors: (Constant), AVOIDANCE, REVENGE, BENEVOLENCE, RELATIONSHIP, SEXUAL
f. Predictors: (Constant), AVOIDANCE, REVENGE, BENEVOLENCE, RELATIONSHIP, SEXUAL, MONEY
g. Predictors: (Constant), AVOIDANCE, REVENGE, BENEVOLENCE, RELATIONSHIP, SEXUAL, MONEY, INBALANCE
h. Predictors: (Constant), AVOIDANCE, REVENGE, BENEVOLENCE, RELATIONSHIP, SEXUAL, MONEY, INBALANCE, LPER1, LPER4, LPER3, LPER2
99
LAMPIRAN C SYNTAX LISREL
Syntax Kepuasan Pernikahan
UJI VALIDITAS KEPUASAN PERNIKAHAN DA NI=20 NO=203 MA=KM LA KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP88 KP9 KP10 KP11 KP12 KP13 KP14
KP15 KP16 KP17 KP18 KP19 KP20 KM SY FI=KEPUASAN.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20/ MO NX=20 NK=1 TD=SY,FI LK KEPUASAN PERNIKAHAN FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9
TD 10 10 FR TD 11 11 TD 12 12 TD 13 13 TD 14 14 TD 15 15 TD 16 16 TD 17 17
TD 18 18 TD 19 19 TD 20 20 FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1
LX 10 1 FR LX 11 1 LX 12 1 LX 13 1 LX 14 1 LX 15 1 LX 16 1 LX 17 1 LX 18
1 LX 19 1 LX 20 1 FR TD 12 3 TD 14 11 TD 20 18 TD 16 6 TD 19 16 TD 6 1 TD 9 1 TD 10
6 TD 16 12 TD 11 1 TD 19 5 TD 5 4 FR TD 17 4 TD 15 12 TD 20 11 TD 11 10 TD 14 2 TD 8 7 TD 8 6 TD 20
17 TD 18 17 TD 17 15 TD 15 13 FR TD 15 10 TD 20 7 TD 18 11 TD 10 9 TD 10 3 TD 19 18 TD 19 10 TD
18 9 TD 20 9 TD 14 10 TD 10 2 TD 2 1 FR TD 10 7 TD 7 2 TD 6 2 TD 16 3 TD 11 5 TD 14 5 TD 16 5 TD 19 4
TD 20 16 TD 20 2 TD 5 2 TD 12 10 TD 14 13 FR TD 15 11 TD 20 1 TD 12 4 TD 19 6 TD 17 8 TD 7 6 TD 16 7 TD 16
8 TD 8 4 TD 12 8 TD 8 5 TD 6 4 TD 7 3 FR TD 18 8 TD 11 2 TD 15 3 TD 15 6 TD 9 3 TD 14 3 TD 14 6 TD 16
14 TD 6 5 TD 9 6 TD 17 9 TD 11 9 TD 13 1 PD OU AD=OFF IT=1000 TV MI SS
Syntax Avoidance
UJI VALIDITAS AVOIDANCE DA NI=7 NO=203 MA=KM LA FG1 FG5 FG7 FG12 FG145 FG15 FG17 KM SY FI=AVOIDANCE.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 MO NX=7 NK=1 TD=SY,FI LK AVOIDANCE FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 FR TD 6 4 TD 2 1 TD 6 5 TD 5 1 TD 4 3 TD 3 2 PD
100
OU AD=OFF IT=1000 TV MI SS
Syntax Benevolence
UJI VALIDITAS BENEVOLENCE DA NI=6 NO=203 MA=KM LA FG3 FG6 FG8 FG10 FG13 FG18 KM SY FI=BENEVOLENCE.COR SE 1 2 3 4 5 6/ MO NX=6 NK=1 TD=SY,FI LK BENEVOLENCE FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 FR TD 6 4 TD 6 2 PD OU AD=OFF IT=1000 TV MI SS
Syntax Revenge
UJI VALIDITAS REVENGE DA NI=5 NO=203 MA=KM LA FG2 FG4 FG9 FG11 FG16 KM SY FI=REVENGE.COR SE 1 2 3 4 5/ MO NX=5 NK=1 TD=SY,FI LK REVENGE FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR TD 4 3 PD OU AD=OFF IT=1000 TV MI SS
Syntax Sexual
UJI VALIDITAS SEXUAL DA NI=9 NO=203 MA=KM LA SD2 SD6 SD10 SD12 SD13 SD16 SD17 SD21 SD29 KM SY FI=SEXUAL.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 8 9/ MO NX=9 NK=1 TD=SY,FI LK SEXUAL FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 FR TD 7 6 TD 8 5 TD 9 6 TD 2 1 TD 8 2 TD 5 2 TD 4 2 TD 4 1 TD 6 4
TD 7 5 TD 8 4 PD
101
OU AD=OFF IT=1000 TV MI SS
Syntax Money
UJI VALIDITAS MONEY DA NI=8 NO=203 MA=KM LA SD3 SD7 SD9 SD11 SD22 SD23 SD27 SD32 KM SY FI=MONEY.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 8/ MO NX=8 NK=1 TD=SY,FI LK MONEY FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 FR TD 4 3 TD 7 2 TD 4 1 TD 8 4 TD 8 3 TD 8 5 TD 8 7 TD 6 1 TD 7 4
TD 5 3 TD 3 1 TD 7 5 PD OU AD=OFF IT=1000 TV MI SS
Syntax Inbalance
UJI VALIDITAS INBALANCE DA NI=7 NO=203 MA=KM LA SD5 SD8 SD19 SD25 SD28 SD30 SD33 KM SY FI=INBALANCE.COR SE 1 2 3 4 5 6 7/ MO NX=7 NK=1 TD=SY,FI LK INBALANCE FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 FR TD 6 5 TD 7 2 TD 3 2 PD OU AD=OFF IT=1000 TV MI SS