Upload
lamnguyet
View
244
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH MOTIVASI KONSUMEN, PERSEPSI KUALITAS DAN SIKAP
KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN TOYOTA AVANZA
DI SEMARANG
Rully Priamitra
Drs. Sugiono M.Si
ABSTRACT
Competition in the four wheel drive vehicles industry at this time in the country
becomes more intense as indicated by the number of launching of new products in its each
class with their each advantages and disadvantages. One of the four wheel drive vehicle
brand which is already known is Toyota. Toyota produces vehicles with many variant,
namely Innova and Avanza. However, market share of Avanza is lower than the Innova. This
indicates that the consumer's decision to buy Toyota Avanza is still under Innova. Many
factors can influence consumer decisions to buy Toyota Avanza,such as the motivations,
perceptions and attitudes. The purpose of this study was to analyze the influence of
motivation, perceptions and attitudes of consumers towards buying decision in Semarang
Toyota Avanza.
The population in this study is consumers who are buying Toyota Avanza in Semarang
the period from January to November 2010. The sample in this study are some consumers
who are buying Toyota Avanza in Semarang the period from January to November 2010, that
is 60 respondents. Type of data is primary. Methods of data collection using
questionnaires.The Analytical techniques used were multiple regression ,that were previously
tested by validity test , reliability test and classic assumptions test.
The results of the analysis by using SPSS Version 13 shows that: 1). Motivation
significantly influence the purchase decisions of Toyota Avanza in Semarang. 2). Perceptions
significantly influence purchase decisions of Toyota Avanza in Semarang . 3). Attitudes
significantly influence the purchase decisions of Toyota Avanza in Semarang
Keywords: Motivation, Perception, Attitudes and Purchase Decision.
PENDAHULUAN
Saat ini, perkembangan jumlah penduduk yang cukup pesat serta beragamnya
aktivitas kerja setiap orang memungkinkan segala aktivitas tersebut harus dilakukan secara
cepat. Agar orang dapat melakukan pekerjaan secara cepat, dibutuhkan sarana pendukung,
seperti sarana transportasi. Transportasi merupakan alat yang berguna untuk memindahkan
barang atau orang dalam kuantitas tertentu, ke suatu tempat tertentu, dalam jangka waktu
tertentu (Tjiptono,1997:204).
Menurut Bambang (Republika,2003), untuk pasar di Indonesia mobil jenis MPV
(Multi Purpose Vehicle) dan mobil niaga atau mobil multiguna masih menjadi favorit. Mobil
jenis MPV (Multi Purpose Vehicle) tidak hanya mampu mengangkut penumpang dalam
jumlah yang besar tapi juga barang, karena amat sesuai dengan kultur orang Indonesia yang
rata-rata memiliki keluarga dalam jumlah besar. Selain itu orang Indonesia juga masih senang
mengangkut tetangga sehingga mereka lebih suka mobil yang memiliki kapasitas besar
(Republika, 2003). Keuntungan menggunakan mobil jenis MPV (Multi Purpose Vehicle)
adalah memiliki kapasitas muat yang banyak dan lebih ekonomis.
Lokasi yang dipilih adalah Kota Semarang, karena merupakan Ibu Kota Propinsi di
Jawa Tengah, dan kota dengan penduduk terbanyak di antara kota-kota lain di Jawa Tengah.
Adapun obyek yang diteliti adalah konsumen yang membeli Toyota Avanza di Semarang.
Alasannya karena Semarang merupakan Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah dan masyarakatnya
terdiri dari berbagai macam kelas maupun golongan, sehingga kemungkinan besar sebagian
penduduknya telah melakukan pembelian Toyota Avanza.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul
“PENGARUH MOTIVASI KONSUMEN, PERSEPSI KUALITAS DAN SIKAP
KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN TOYOTA AVANZA DI
SEMARANG”
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka dapat disampaikan
permasalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh motivasi konsumen terhadap keputusan pembelian Toyota Avanza
di Semarang ?
2. Bagaimana pengaruh persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian Toyota Avanza di
Semarang ?
3. Bagaimana pengaruh sikap konsumen terhadap keputusan Toyota Avanza di Semarang ?
TELAAH TEORI
Pengertian Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian adalah keputusan konsumen mengenai preferensi atas merek-
merek yang ada di dalam kumpulan pilihan (Kotler dan Keler, 2009:240). Definisi lain
keputusan pembelian adalah keputusan pembeli tentang merek mana yang dibeli (Kotler dan
Amstrong,2008:181).
Konsumen dapat membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Namun,
ada dua faktor yang dapat berada di antara niat pembelian dan keputusan pembelian, yaitu
sikap dan faktor situasi yang tidak terantisipasi (Kotler,2005:227).
Sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan
bergantung pada dua hal, yaitu : (1) intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif
yang disukai konsumen, (2) motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.
Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut dengan
konsumen, konsumen akan semakin mengubah niat pembeliannya. Keadaan sebaliknya juga
berlaku preferensi pembeli terhadap merek tertentu akan meningkat jiak orang yang disukai
juga sangat menyukai merek yang sama. Pengaruh orang lain menjadi rumit jika beberapa
orang yang dekat dengan pembeli memiliki pendapat yang saling berlawanan dan pembeli
tersebut ingin menyenangkan mereka (Kotler,2005:227).
Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda atau menghindari keputusan pembelian
sangat dipengaruhi oleh resiko yang terpikirkan. Besarnya resiko yang dipikirkan berbeda-
beda menurut besarnya uang yang dipertaruhkan, besarnya ketidakpastian atribut, dan
besarnya kepercayaan diri konsumen. Para konsumen mengembangkan rutinitas tertentu
untuk mengurangi resiko, seperti penghindaran keputusan, pengambilan informasi dari
teman-teman, dan preferensi atas nama merek dalam negeri serta garansi. Para pemasar
harus memahami faktor-faktor yang menimbulkan perasaan dalam diri konsumen akan
adanya resiko dan memberikan informasi serta dukungan untuk mengurangi resiko yang
dipikirkan itu (Kotler,2005:227).
Proses Pengambilan Keputusan Konsumen
Ketika membeli produk, secara umum konsumen mengikuti proses pengambilan
keputusan yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian,
dan perilaku pasca pembelian. Proses pengambilan keputusan konsumen dapat diuraikan
sebagai berikut (Lamb, dkk, 2001:189) :
1. Pengenalan kebutuhan
Pengenalan kebutuhan terjadi ketika konsumen menghadapi ketidakseimbangan antara
keadaan sebenarnya dan keinginan.
2. Pencarian informasi
Setelah mengenali kebutuhan atau keinginan, konsumen mencari informasi tentang
beragam alternatif yang ada untuk memuaskan kebutuhannya.
3. Evaluasi alternatif
Konsumen akan menggunakan informasi yang tersimpan di dalam ingatan, ditambah
dengan informasi yang diperoleh dari luar untuk membangun suatu kriteria tertentu.
4. Pembelian
Sejalan dengan evaluasi atas sejumlah alternatif-alternatif tadi, maka konsumen dapat
memutuskan apakah produk akan dibeli atau diputuskan untuk tidak dibeli sama sekali.
5. Perilaku setelah pembelian
Ketika membeli suatu produk, konsumen mengharapkan bahwa dampak tertentu dari
pembelian tersebut. Bagaimana harapan-harapan itu terpenuhi, menentukan apakah
konsumen puas atau tidak puas dengan pembelian tersebut.
Motivasi Konsumen
Pengertian Motivasi Konsumen
Motivasi adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang mendorong seseorang untuk
mencari kepuasan atas kebutuhan tersebut (Kotler dan Amstrong,2008:172). Motivasi adalah
kebutuhan yang cukup mampu mendorong seseorang bertindak (Kotler dan Keller,2009:226).
Teori Motivasi Konsumen
Pada umumnya teori motivasi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Teori Freud, Teori
Maslow dan Teori Herzberg (Kotler dan Keller,2009:226-227).
1. Teori Freud
Teori ini mengasumsikan bahwa kekuatan psikologis yang membentuk perilaku manusia
sebagian besar tidak disadari dan bahwa seseorang tidak dapat sepenuhnya memahami
motivasi dirinya. Ketika seseorang mengamati merek-merek tertentu, akan bereaksi tidak
hanya pada kemampuan yang terlibat nyata pada merek-merek tersebut, melainkan juga pada
petunjuk lain yang samar. Wujud, ukuran, berat, bahan, warna, dan nama merek dapat
memicu asosiasi (arah pemikiran) dan emosi tertentu.
2. Teori Maslow (Abraham Maslow)
Teori ini menyatakan bahwa kebutuhan manusia tersusun dalam hierarki, dari yang paling
mendesak sampai yang paling kurang mendesak. Berdasarkan urutan tingkat
kepentingannya, kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisik, kebutuhan
keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Orang akan berusaha memuaskan dulu kebutuhan mereka yang paling penting. Jika
seseorang berhasil memuaskan kebutuhan yang penting, kemudia dia akan berusaha
memuaskan kebutuhan yang terpenting berikutnya.
3. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Teori ini menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang membedakan dissatisfiers (faktor-
faktor yang menyebabkan ketidakpuasan) dan satisfiers (faktor-faktor yang menyebabkan
kepuasan). Tidak hanya dissatisfiers saja tidak cukup, sebaliknya satisfiers harus ada
secara aktif untuk memotivasi pembelian. Teori Herzberg memiliki dua implikasi.
Pertama, para penjual harus berusaha sebaik-baiknya menghindari dissatisfiers. Walaupun
tidak menyebabkan lakunya produk, hal tersebut bisa dengan mudah menyebabkan
produk tersebut tidak terjual. Kedua, para pabrikan harus mengidentifikasi satisfiers atau
motivator utama pembelian di pasar dan kemudian menyediakan faktor satisfiers itu.
Satisfiers itu akan menghasilkan perbedaan besar terhadap merek apa yang dibeli
pelanggan.
Pengaruh Motivasi Konsumen Pada Keputusan Pembelian
Motivasi adalah kebutuhan yang cukup mampu mendorong seseorang bertindak
(Kotler dan Keller,2009:226). Motivasi muncul karena ada kebutuhan yang dirasakan oleh
konsumen. Motivasi terbentuk karena adanya rangsangan yang datang dari dalam diri
seseorang (kondisi fisiologis). Rangsangan terjadi karena adanya gap antara apa yng
dirasakan dengan apa yang seharusnya dirasakan. Gap inilah yang mengakibatkan motivasi,
sehingga konsumen merasakan adanya pengenalan kebutuhan (Sumarwan,2003:35).
Pengenalan kebutuhan akan menyebabkan tekanan kepada konsumen, sehingga adanya
dorongan pada dirinya untuk melakukan tindakan. Menurut Wahyuni (2008) serta Supriyanto
dan Kristianto (2004), motivasi mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian.
Berdasarkan uraian di atas dapat dimunculkan hipotesis pertama (H1) sebagai berikut
: Ada pengaruh motivasi pada keputusan pembelian.
Persepsi Kualitas
Persepsi kualitas adalah persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau
keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh
pelanggan (Durianto,dkk,2001:96). Menurut Simamora (2001:74), persepsi kualitas adalah
persepsi pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau layanan ditinjau dari
fungsinya dengan produk-produk lain.
Persepsi kualitas merupakan persepsi dari pelanggan, sehingga persepsi kualitas tidak
dapat ditentukan secara subyektif. Persepsi pelanggan akan melibatkan apa yang penting bagi
pelanggan karena setiap pelanggan memiliki kepentingan (yang diukur secara relatif) yang
berbeda-beda terhadap suatu produk atau jasa. Maka dapat dikatakan bahwa membahas
persepsi kualitas berarti akan membahas keterlibatan dan kepentingan pelanggan
(Durianto,dkk,2001:96).
Pengaruh Persepsi Kualitas Pada Keputusan Pembelian
Persepsi kualitas adalah persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau
keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh
pelanggan (Durianto,dkk,2001:96). Konsumen seringkali memutuskan pembelian suatu
produk berdasarkan persepsinya terhadap produk tersebut (Sumarwan, 2003:70). Konsumen
yang menerima dan memperhatikan suatu stimulus (rangsangan) yang sama, mungkin akan
mengartikan stimulus tersebut berbeda. Bagaimana seseorang memahami stimulus akan
sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai, harapan dan kebutuhannya, yang sifatnya sangat
individual. Semakin tinggi stimulus, maka akan berpengaruh terhadap tindakan konsumen,
seperti melakukan pembelian. Menurut Wahyuni (2008) serta Supriyanto dan Kristianto
(2004), persepsi mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan uraian
di atas dapat dimunculkan hipotesis kedua (H2) sebagai berikut : Ada pengaruh
persepsi kualitas pada keputusan pembelian
Sikap Konsumen
Sikap adalah evaluasi, perasaan seseorang, dan kecenderungan tindakan yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama pada seseorang terhadap obyek
atau gagasan tertentu (Kotler,2005:219). Definisi lain sikap adalah evaluasi, perasaan, dan
tendensi yang relatif konsisten dari seseorang terhadap sebuah obyek atau ide (Kotler dan
Amstrong,2008:176). Menurut Mowen dan Minor (2002:319), sikap adalah inti dari rasa suka
dan tidak suka bagi orang, kelompok, situasi, obyek, dan ide-ide tidak berwujud tertentu.
Fungsi Sikap
Seberapa besar konsumen menyukai sesuatu atau bagaimana perasaan mereka
terhadap sesuatu, maka jawabannya akan mengungkapkan sikap merek terhadap obyek.
Setelah sikap terbentuk, hal ini tersimpan dalam memori jangka panjang mereka yang dapat
diingat kembali pada saat yang tepat untuk membantu seseorang menghadapi sebuah isu atau
masalah. Pada keadaan seperti ini, orang-orang menggunakan sikap untuk membantunya
berinteraksi secara lebih efektif dengan lingkungan.
Dari semua teori fungsional tentang sikap yang telah dikembangkan, salah satu teori
yang paling menarik banyak pemasar adalah yang diusulkan oleh Daniel Katz. Katz
mengidentifikasi empat fungsi sikap : utilitarian, pembelaan ego, pengetahuan dan nilai
ekspresif (Mowen dan Minor,2002:320).
1. Fungsi Utilitarian
Fungsi ini mengacu pada ide bahwa orang mengekspresikan perasaan untuk
memaksimalkan penghargaan dan meminimalkan hukuman yang mereka teirma dari
orang lain. Sikap akan memandu perilaku untuk mendapatkan penguatan positif dan
menghindari hukuman ekspresi. Konsumen dapat mengekspresikan sikap positif terhadap
penyanyi tertentu.
2. Fungsi Pembelaan Ego
Fungsi ini adalah melindungi orang dari kebenaran tentang diri sendiri atau dari
kenyataan kekejaman dunia luar. Fungsi pembelaan ego, yang disebut fungsi pertahanan
harga diri mengandalkan pada teori psikoanalitik. Jadi sikap, seperti prasangka terhadap
kaum minoritas, berfungsi sebagai mekanisme pembelaan orang fanatik yang tidak mau
mengakui kegelisahan diri mereka yang paling mendasar.
3. Fungsi Pengetahuan
Fungsi ini dipergunakan sebagai standar yang membantu seseorang untuk memahami
dunia mereka. Dalam memainkan peran ini, sikap membantu seseorang untuk
memberikan arti pada dunia yang tidak beraturan. Dengan fungsi pengetahuan, sikap
seseorang membentuk sebuah kerangka kerja referensi di mana mereka
menginterpretasikan dunianya. Oleh karenanya, sikap konsumen sanga mempengaruhi
bagaimana mereka secara selektif mengekspos dirinya dan mengamati komunikasi
pemasaran. Fungsi pengetahuan juga membantu menjelaskan beberapa pengaruh
kesetiaan merek. Dengan mempertahankan sikap positif terhadap produk, konsumen
dapat menyederhanakan hidup mereka. Kesetiaan merek dapat mengurangi waktu
pencarian yang diperlukan untuk memperoleh sebuah produk dalam memenuhi
kebutuhannya.
4. Fungsi Nilai Ekspresif
Fungsi ini mengacu pada bagaimana seseorang mengekspresikan nilai sentral mereka
kepada orang lain yang juga disebut fungsi identitas sosial. Ekspresi sikap bahkan dapat
membantu seseorang dalam mendefinisikan konsep diri mereka kepada yang lain. Pada
kasus konsumen, fungsi nilai ekspresif dapat dilihat pada situasi di mana seseorang
mengekspresikan pandangan positif tentang berbagai produk, merek, dan jasa dalam
rangka membuat pernyataan tentang diri mereka.
Pengaruh Sikap Konsumen Pada Keputusan Pembelian
Sikap merupakan evaluasi, perasaan seseorang, dan kecenderungan tindakan yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama pada seseorang terhadap obyek
atau gagasan tertentu (Kotler,2005:219). Konsumen akan meyakini informasi yang
diterimanya dan memilih merek tertentu untuk dibeli, hal itu berkaitan dengan sikap yang
dikembangkan. Keyakinan-keyakinan dan pilihan konsumen (preference) atas suatu merek
merupakan suatu sikap konsumen. Dalam banyak hal, sikap terhadap suatu merek tertentu
sering mempengaruhi apakah konsumen akan membeli atau tidak. Sikap positif terhadap
suatu merek tertentu akan memungkinkan konsumen melakukan pembelian terhadap merek
itu, sebaliknya sikap negatif akan menghalangi konsumen dalam melakukan pembelian.
Menurut Wahyuni (2008) serta Supriyanto dan Kristianto (2004), sikap mempunyai pengaruh
terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan uraian di atas dapat dimunculkan hipotesis
ketiga (H3) sebagai berikut : Ada pengaruh sikap konsumen pada keputusan pembelian
METODE PENELITIAN
Variabel Terikat
1. Keputusan Pembelian (Y)
Keputusan pembelian adalah keputusan konsumen mengenai preferensi atas merek-merek
yang ada di dalam kumpulan pilihan (Kotler dan Keler, 2009: 240)
Keputusan pembelian diukur melalui :
a. Prioritas Pembelian Pada Produk Tertentu
b. Mencari informasi
c. Mengevaluasi terhadap produk
d. Merekomendasikan Kepada Orang Lain Setelah Melakukan Pembelian
Variabel Bebas
1. Motivasi Konsumen (X1)
Motivasi adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang mendorong seseorang untuk
mencari kepuasan atas kebutuhan tersebut (Kotler dan Amstrong,2008: 172).
Motivasi konsumen diukur melalui :
a. Kebutuhan terhadap produk
b. Mencari kenyamanan
c. Meningkatkan prestise
d. Memperoleh keamanan dari cuaca
2. Persepsi Kualitas (X2)
Persepsi kualitas adalah persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau
keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh
pelanggan (Durianto,dkk,2001:96).
Persepsi diukur melalui :
a. Hemat bahan bakar
b. Mesin tangguh
c. Pelayanan purna jual
d. Tersedia suku cadang dalam beberapa pilihan kualitas
3. Sikap Konsumen (X3)
Sikap adalah inti dari rasa suka dan tidak suka bagi orang, kelompok, situasi, obyek, dan
ide-ide tidak berwujud tertentu (Mowen dan Minor,2002:319).
Sikap diukur melalui :
a. Produk sesuai dengan harapan
b. Suka terhadap desain produk
c. Suka terhadap warna produk
d. Percaya terhadap produk
Populasi Dan Sampel
Populasi adalah suatu kesatuan individu atau subyek pada wilayah dan waktu serta
dengan kualitas tertentu yang akan diamati/diteliti (Supardi, 2005:101). Populasi yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah konsumen yang melakukan pembelian Toyota Avanza
di Semarang periode Januari – November 2010 sebanyak 60 konsumen. Sampel dalam
penelitian ini adalah sebagian konsumen yang melakukan pembelian Toyota Avanza di
Semarang periode Januari – November 2010
Menurut Hair (1995), besarnya atau ukuran sampel mempunyai pengaruh langsung
terhadap ketepatan hitungan statistik dari regresi berganda. Hasil dalam regresi berganda ini
menerangkan probabilitas dari perhitungan sebagai ketepatan statistik satu tingkat yang
spesifik. R² atau koefisien regresi pada satu tingkat ketepatan tertentu atau satu ukuran
sampel tertentu.
Tabel 3.1
R2 Minimum Yang Dapat Diketahui Secara Statistik Dengan Satu Nilai 80
Untuk Sejumlah Variabel Bebas Dan Ukuran Sampel
Ukuran Tingkat ά = 0,01 Tingkat ά = 0,05
Sampel Jumlah Variabel Bebas Jumlah Variabel Bebas
2 5 10 20 2 5 10 20
20 45 56 71 NA 39 48 64 NA
50 23 29 36 49 19 23 29 42
100 13 16 20 26 10 12 15 21
250 5 7 8 11 4 5 6 8
500 3 3 4 6 3 4 5 9
1000 1 2 2 3 1 1 2 2
Ket : NA = Not Applicate atau tidak dapat ditetapkan
Sumber : Multivariate Data Analysis (Hair, 1995)
Tabel diatas menggambarkan tentang pengaruh antara ukuran sampel, pilihan
significance level (ά) dan jumlah variabel bebas untuk mengetahui jumlah R² yang signifikan.
sebagai contoh, peneliti memakai 5 variabel independen, dengan significance level (ά)
sebesar 0,05, sedangkan ukuran sampel yang dijadikan acuan sebesar 50 responden, maka
nilai dari R² adalah sebesar 23 persen, jika jumlah ukuran sampel meningkat menjadi 100
responden, maka nilai dari R² sebesar 12 persen, tetapi jika jumlah ukuran sampel sebeasr 50
responden, sedangkan significance level (ά) sebesar 0,01, maka analisis untuk nilai dari R²
adalah sebesar 29 persen.
Ukuran sampel juga berpengaruh pada penyamarataan hasil-hasil oleh rasio observasi
terhadap variabel-variabel bebas. Satu aturan umum bahwa rasio tidak boleh dibawah antara
1 sampai dengan 5, peneliti akan menemui resiko overfitting atau hasil yang kesannya terlalu
dipaksakan dari sampel –sampel yang ada, sehingga menjadikan hasil yang diperoleh terlalu
sesifik, sehingga mengurangi penyamarataan, walaupun rasio minimumnya adalah 5 sampai
1, level yang diharapkan antara 15 hingga 20 observasi untuk setiap variabel bebas, oleh
karena itu dalam penelitian ini diambil 60 sampel, yang diperoleh dari 20 observasi dikalikan
dengan 3 variabel bebas.Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
teknik Accidental Sampling. Sedangkan Accidental Sampling merupakan teknik pengambilan
sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan
Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang
diperoleh dari sumber pertama, baik dari individu atau perseorangan (Umar,2005:42).
Adapun sumber Data primer ini berupa data identitas responden dan tanggapan responden
yang akan dijawab langsung oleh responden mengenai pengaruh motivasi konsumen, sikap
konsumen dan persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian.
Uji Kualitas Data
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak sahnya suatu kuesioner.
Kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkap
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner itu.
1. Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator
dari variabel. Kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap kuesioner
stabil dari waktu kewaktu.
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variabel independen, variabel dependen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi normal atau mendekati normal. Data
distribusi normal dapat dilihat dari penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik
dari pengambilan keputusan. Jika data menyebar disekitar garis diagonal atau mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi normalitas. Begitu pula sebaliknya jika data
yang menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model
regresi tidak memenuhi normalitas.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen. Untuk mendeteksinya dengan cara
menganalisis nilai toleransi dan Variance Inflation Factor (VIF).
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas atau yang terjadi
Heteroskedastisitas kebanyakan data cross section mengandung situasi
Heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran
(kecil, sedang, dan besar).
Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regrsi linier berganda digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas
secara bersama mempengaruhi variabel terikat.
exbxbxbaY 332211
Dimana:
a = konstanta
b1 = koefisien regresi Motivasi Konsumen
b2 = koefisien regresi Persepsi Kualitas
b3 = koefisien regresi Sikap Konsumen
Y = Variabel Keputusan Pembelian
X1 = Variabel Motivasi Konsumen
X2 = Variabel Persepsi Kualitas
X3 = Variabel Sikap Konsumen
e = error
Pengujian Hipotesis
1. Uji statistik T
Uji statistik T pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Hipotesis nol (H0)
yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter ( ) sama dengan nol, atau H0 : = 0
yang artinya adalah apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya ( ), parameter suatu
variabel tidak sama dengan nol, atau H0 : ≠ 0 yang artinya adalah variabel tersebut
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen (Kuncoro, 2001).
2. Uji statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
terikat. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam
model sama dengan nol atau H0 : = =……= = 0 yang artinya adalah apakah
semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
dependen. Hipotesis alternatifnya ( ), tidak semua parameter simultan sama dengan
nol, atau H0 : ≠ ≠……≠ ≠ 0 yang artinya adalah semua variabel independen
secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen
(Kuncoro, 2001).
3. Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara
nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi-variasi dependen (Kuncoro, 2001
HASIL PPENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Validitas
Variabel Indikator R hitung R tabel Keterangan
Motivasi Indikator 1 0,482 0,254 Valid
Indikator 2 0,583 0,254 Valid
Indikator 3 0,571 0,254 Valid
Indikator 4 0,621 0,254 Valid
Persepsi Indikator 1 0,507 0,254 Valid
Indikator 2 0,415 0,254 Valid
Indikator 3 0,557 0,254 Valid
Indikator 4 0,599 0,254 Valid
Sikap Indikator 1 0,509 0,254 Valid
Indikator 2 0,549 0,254 Valid
Indikator 3 0,611 0,254 Valid
Indikator 4 0,469 0,254 Valid
Keputusan
Pembelian
Indikator 1 0,538 0,254 Valid
Indikator 2 0,563 0,254 Valid
Indikator 3 0,537 0,254 Valid
Indikator 4 0,651 0,254 Valid
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2011
Hasil uji validitas memperlihatkan, nilai r hitung setiap indikator lebih besar
dibanding nilai r tabel, dengan demikian semua indikator yang digunakan dinyatakan valid
untuk mengukur variabel motivasi, persepsi, sikap dan keputusan pembelian
Hasil Reliabilitas
Variabel Hasil
Cronbach
alpha ( α )
Standar
Reliabilitas
Keterangan
Motivasi 0,761 0,60 Reliabel
Persepsi 0,727 0,60 Reliabel
Sikap 0,734 0,60 Reliabel
Keputusan Pembelian 0,761 0,60 Reliabel
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2011
Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha masing-masing
variabel di atas 0,60, hal ini berarti indikator dari variabel motivasi, persepsi, sikap dan
keputusan pembelian terbukti handal atau dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat ukur
variabel.
Uji Asumsi Klasik
a. Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji normalitas model regresi. Uji normalitas dilakukan
dengan menggunakan kurva normal p-p plot, yaitu apabila titik pada kurva menyebar dan
mengikuti garis diagonal maka model memenuhi asumsi normalitas. Hasil grafik normal p-p
plot untuk uji normalitas dapat dilihat pada gamber 4.1 (Lampiran 6, normal p-plot):
1.00.80.60.40.20.0
Observed Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Ex
pec
ted
Cu
m P
rob
Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Gambar 4.1
Grafik Normal P- P Plot
Pada grafik normal p-p plot memperlihatkan bawah semua titik-titik menyebar dan mengikuti
garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolineritas
Tabel Hasil Uji Multikolineritas
Variabel Tolerance VIF Keterangan
Motivasi 0,261 3,839 Tidak terjadi multikolinearitas
Persepsi 0,155 6,461 Tidak terjadi multikolinearitas
Sikap 0,184 5,422 Tidak terjadi multikolinearitas
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan dari nilai tolerance dan VIF masing-masing variabel independen terlihat bahwa
nilai tolerance masing-masing variabel di atas 0,1 dan nilai VIF di bawah 10, dengan
demikian antara variabel motivasi, persepsi dan sikap tidak terjadi multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
210-1-2
Regression Standardized Predicted Value
4
2
0
-2
-4
Re
gre
ssio
n S
tud
en
tize
d R
es
idu
al
Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Scatterplot
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Grafik Scatter Plot
Pada grafik scatterplot menujukkan bahwa titik-titik pada grafik tidak bisa
membentuk pola tertentu yang jelas dan titik-titik tersebut menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan model regresi tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas.
Analisis Regresi Berganda
Tabel 4.13
Hasil Analisis Regresi
Coefficientsa
,349 ,795 ,439 ,662
,218 ,103 ,206 2,121 ,038 ,261 3,839
,352 ,129 ,345 2,735 ,008 ,155 6,461
,409 ,112 ,422 3,652 ,001 ,184 5,422
(Constant)
Motivas i
Persepsi
Sikap
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff icients
Beta
Standardized
Coeff icients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Keputusan Pembeliana.
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan dari hasil regresi maka akan dibuat persamaan linier sebagai berikut :
Y = 0,206 (X1) + 0,345 (X2) + 0,422 (X3)
Persamaan regresi tersebut mengandung pengertian sebagai berikut :
1. Koefisien regresi motivasi (b1) bernilai positif sebesar 0,206 artinya setiap ada
peningkatan motivasi dari para konsumen akan mampu meningkatkan keputusan
pembelian terhadap Toyota Avanza.
2. Koefisien regresi persepsi (b2) bernilai positif sebesar 0,345 artinya setiap ada
persepsi yang lebih baik dari para konsumen akan mampu meningkatkan keputusan
pembelian terhadap Toyota Avanza.
3. Koefisien regresi sikap (b3) bernilai positif sebesar 0,422 artinya setiap ada sikap yang
lebih baik dari para konsumen, akan mampu meningkatkan keputusan pembelian
terhadap Toyota Avanza.
Goodnes Of Fit
Uji Goodnes Of Fit merupakan analisis untuk melihat fit atau baik tidaknya model
regresi antara motivasi, persepsi dan sikap terhadap keputusan pembelian. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan uji – F yaitu melihat pengaruh secara simultan (bersama-
sama) antara motivasi, persepsi dan sikap terhadap keputusan pembelian. Apabila nilai sig.
yang didapat ≤ α = 0,05 maka ada pengaruh signifikan secara simultan, yang berarti model
regresi yang digunakan fit atau baik. Hasil uji – F dapat dilihat hasilnya pada tabel 4.14
(Lampiran 8, Uji -F dan sig.) :
Tabel
ANOVAb
437,182 3 145,727 116,997 ,000a
69,751 56 1,246
506,933 59
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Sikap, Motivasi, Persepsia.
Dependent Variable: Keputusan Pembelianb.
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Hasil uji – F sebesar 116,997 dengan sig. 0,000. Nilai sig. uji – F yang lebih kecil (<)
dari α = 0,05 menunjukkan bahwa motivasi, persepsi dan sikap berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian secara simultan. Hal ini menunjukkan model regresi yang
digunakan fit atau baik terhadap Toyota Avanza.
Pengujian Hipotesis
a. Uji Statistik T
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat dibuktikan dari hasil uji - t. Uji – t
ini digunakan untuk melihat pengaruh antara motivasi, persepsi dan sikap terhadap keputusan
pembelian secara parsial. Syarat penerimaan hipotesis yaitu apabila nilai sig. ≤ α = 0,05 maka
hipotesis (Ha) diterima, sedangkan apabila sig. > α = 0,05 maka hipotesis (Ha) ditolak. Hasil
uji – t dapat dilihat pada tabel 4.15 (Lampiran 8, Uji -t dan sig.):
Tabel 4.15
Uji – t
Variabel T hitung Sig. Ket.
Motivasi 2,121 0,038 Ha1 diterima
Persepsi 2,735 0,008 Ha2 diterima
Sikap 3,652 0,001 Ha3 diterima
Dependen Variabel : Keputusan Pembelian
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan dari hasil uji – t yang didapat, maka dapat dilakukan pengujian sebagai
berikut :
1. Pengaruh MotivasiTerhadap Keputusan Pembelian
Nilai uji – t antara motivasi terhadap keputusan pembelian sebesar 2,121 dengan sig.
0,038. Nilai sig. uji – t yang lebih kecil (<) dari α = 0,05 menunjukkan diterimanya
hipotesis yang menyatakan motivasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian Toyota Avanza
2. Pengaruh Persepsi Terhadap Keputusan Pembelian
Nilai uji – t antara persepsi terhadap keputusan pembelian sebesar 2,735 dengan sig.
0,008. Nilai sig. uji – t yang lebih kecil (<) dari α = 0,05 menunjukkan diterimanya
hipotesis yang menyatakan persepsi berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian Toyota Avanza.
3. Pengaruh Sikap Terhadap Keputusan Pembelian
Nilai uji – t antara sikap terhadap keputusan pembelian sebesar 3,652 dengan sig.
0,001. Nilai sig. uji – t yang lebih kecil (<) dari α = 0,05 menunjukkan diterimanya
hipotesis yang menyatakan sikap berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
Toyota Avanza
b. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Besarnya
kemampuan motivasi, persepsi dan sikap dalam menjelaskan keputusan pembelian dapat
dilihat pada nilai adjusted r square di tabel 4.16 (Lampiran 8, Adjusted R Square)
Tabel 4.16
Koefesien Determinasi
Model Summ aryb
,929a ,862 ,855 1,116
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), Sikap, Motivas i, Persepsia.
Dependent Variable: Keputusan Pembelianb.
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Besarnya koefesien determinasi dapat dilihat pada adjusted r square sebesar 0,855, hasil ini
mengandung pengertian bahwa kemampuan motivasi, persepsi dan sikap dalam menjelaskan
atau mempengaruhi keputusan pembelian Toyota Avanza adalah sebesar 85,5%, sementara
14,5% (100%-85,5%) keputusan pembelian Toyota Avanza di Kota Semarang dijelaskan oleh
faktor-faktor lain di luar motivasi, persepsi dan sikap
Pembahasan
Penelitian mengenai pengaruh motivasi, persepsi dan sikap terhadap
keputusan pembelian Toyota Avanza di Kota Semarang, memperoleh hasil-hasil sebagai
berikut :
1. Motivasi Berpengaruh Pada Keputusan Pembelian Toyota Avanza
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian Toyota Avanza, yang dibuktikan dari hasil uji – t sebesar 2,121
dengan sig. 0,038 < α = 0,05. Motivasi adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang
mendorong seseorang untuk mencari kepuasan atas kebutuhan tersebut (Kotler dan
Amstrong,2008:172). Adanya motivasi seorang konsumen untuk melakukan pembelian
suatu produk dipengaruhi oleh adanya kebutuhan terhadap produk tersebut atau juga
karena nilai atribut produk yang ditawarkan memberi manfaat dan menarik untuk dibeli
atau dikonsumsi.
Pada penelitian ini rata-rata konsumen menyatakan sedang tentang membutuhkan
mobil berkapasitas besar (MPV=Multi Purpose Vehicle), yang artinya kebutuhan
terhadap mobil (MPV=Multi Purpose Vehicle) tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu
rendah. Hal ini karena para konsumen juga melakukan berbagai pertimbangan yaitu
disesuaikan dengan berbagai kebutuhan seperti kebutuhan keluarga dan kebutuhan
pekerjaan. Faktor-faktor tersebut yang nantinya lebih mempengaruhi keputusan
konsumen untuk melakukan pembelian mobil yang memang sesuai kebutuhan. Sementara
itu penilaian yang lebih baik diberikan kepada konsumen mengenai ingin mencari
kenyamanan Toyota Avanza dengan fasilitas power window, power steering, AC double
bower), dimana hal ini tentu menjadi salah satu faktor utama yang ingin didapatkan oleh
konsumen. Seperti adanya power window yang merupakan tambahan fasilitas yang bisa
memberi kemudahan dan kenyamanan bagi konsumen. Sementara adanya power steering
akan memberi kemudahan didalam mengendalikan stir (kemudi) dan adanya AC double
bower akan memberikan kesejukan di seluruh bagian dalam mobil. Rata-rata konsumen
juga memberi pendapat bahwa dengan memiliki Toyota Avanza akan meningkatkan
prestise karena mereknya sudah dikenal oleh sebagian besar masyarakat, sehingga dengan
merek terkenal maka akan muncul anggapan bahwa kualitasnya pasti akan bagus. Faktor
warna juga menjadi faktor penting karena dapat menambah nilai keindahan bagi suatu
mobil sehingga dapat menambah daya tarik konsumen untuk melakukan pembelian.
Dalam hal ini rata-rata konsumen berpendapat bahwa dengan memiliki Toyota Avanza,
maka akan memperoleh rasa aman dari kondisi cuaca, baik hujan maupun panas.
Secara keseluruhan meski tingkat kebutuhan terhadap mobil MPV termasuk
sedang, namun dengan faktor atribut produk Toyota Avanza yang memberi kenyamanan
bagi penumpang dan ingin mencari kenyamanan, ingin meningkatkan prestise serta ingin
memperoleh rasa aman dari kondisi cuaca, maka hal inilah yang memotivasi konsumen
untuk melakukan pembelian Toyota Avanza.
2. Persepsi Berpengaruh Pada Keputusan Pembelian Toyota Avanza
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa persepsi berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian Toyota Avanza, yang dibuktikan dari hasil uji – t sebesar 2,735
dengan sig. 0,008 < α = 0,05. Persepsi kualitas adalah persepsi konsumen terhadap
keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan
apa yang diharapkan oleh pelanggan (Durianto,dkk,2001:96). Persepsi yang diberikan
konsumen terhadap suatu produk sangat tergantung dari sudut pandang masing-masing
konsumen, dimana dalam hal ini faktor pengalaman didalam menggunakan produk yang
bersangkutan dan juga beberapa faktor subyektif yaitu rasa suka atau tidak suka terhadap
atribut produk yang ditawarkan, akan mengarahkan konsumen untuk membentuk suatu
persepsi terhadap suatu produk.
Pada penelitian ini rata-rata konsumen yang menjadi responden memberikan
persepsi yang sedang terhadap bahan bakar Toyota Avanza hemat diantara mobil kelas
MPV merek lain. Dimana hal ini menunjukkan bahwa hemat atau tidaknya bahan bakar
dibanding mobil MPV merek lain bersifat relatif atau tergantung dari penggunaan.
Dengan mengetahui cara menggunakan mobil yang hemat bahan bakar maka penggunaan
bahan bakar akan lebih irit, akan tetapi jika tidak mengetahui cara menghemat bahan
bakar maka bahan bakar yang digunakan akan lebih boros dibanding mobil kelas MPV
lainnya. Sementara itu rata-rata konsumen memberikan persepsi yang baik terjadap
Toyota Avanza tangguh (jarang mogok), sehingga tidak harus sering ke bengkel untuk
melakukan perbaikan. Hal ini juga akan lebih menghemat pengeluaran konsumen untuk
biaya perawatan Toyota Avanza. Rata-rata konsumen juga memberi pendapat bahwa
bengkel resmi Toyota Avanza tersebar hampir di seluruh Kota di Indonesia, sehingga
dapat memberikan kesan tidak perlu takut bila mobilnya mengalami kerusakan. Rata-rata
konsumen juga memiliki pendapat bahwa suku cadang Toyota Avanza disediakan dalam
beberapa pilihan kualitas (KWI, KWII, KWIII, KW IV), sehingga konsumen bisa
memilih sesuai kebutuhan dan kemampuan untuk melakukan pembelian suku cadang.
Secara keseluruhan meski memberikan persepsi yang sedang mengenai
penggunaan bahan bakar yang hemat, namun dengan adanya persepsi yang baik terhadap
mesin yang tangguh dan juga awet serta memberikan banyak pilihan suku cadang, maka
hal inilah yang menumbuhkan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian Toyota
Avanza.
3. Sikap Berpengaruh Pada Keputusan Pembelian Toyota Avanza
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa sikap berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian Toyota Avanza, yang dibuktikan dari hasil uji – t sebesar 3,652
dengan sig. 0,001 < 0,05. Menurut Mowen dan Minor (2002:319), sikap adalah inti dari
rasa suka dan tidak suka bagi orang, kelompok, situasi, obyek, dan ide-ide tidak berwujud
tertentu. Sikap konsumen dapat terbentuk dari pandangan masing-masing konsumen
terhadap kemampuan produk didalam memberikan berbagai manfaat dan nilai yang dapat
memenuhi kebutuhannya dan memuaskan dirinya. Apabila suatu produk mampu
memenuhi kebutuhan dan memuaskan konsumen maka konsumen akan memiliki sikap
yang baik terhadap produk tersebut.
Rata-rata konsumen menyatakan Toyota Avanza merupakan salah satu produk
yang baik diantara mobil kelas MPV merek lain karena sesuai harapan, yang
menunjukkan bahwa atribut produk yang ditawarkan seperti mesin dan berbagai fasilitas
yang menunjang kenyamanan dan keamanan didalam berkendara sudah relatif sesuai
dengan apa yang menjadi keinginan para konsumen. Rata-rata konsumen menyukai
Toyota Avanza karena desainnya menarik (bodi), yang berarti dengan desain yang
dimiliki saat ini relatif bisa diterima oleh para konsumen karena memberi kesan simpel
namun elegan. Rata-rata konsumen menyukai warna Toyota Avanza (desain warna yang
berbeda dengan merek lain), sehingga konsumen bisa melakukan penilaian bahwa desain
warna Toyota Avanza masih lebih menarik dan variatif dibanding mobil MPV merek
lainnya. Rata-rata konsumen juga memiliki kepercayaan bahwa Toyota Avanza salah satu
merek yang terkenal. Hal ini tidak terlepas dari nama Toyota yang sudah terkenal sebagai
produsen mobil-mobil berkualitas dan sudah dikenal di seluruh dunia, sehingga
konsumen yakin bahwa Toyota Avanza juga sudah dikenal meski hanya untuk ruang
lingkup di Indonesia. Dengan faktor-faktor yang dapat membangun sikap baik terhadap
Toyota Avanza, maka hal inilah yang mendorong konsumen melakukan pembelian
Toyota Avanza tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian mengenai analisis pengaruh pengaruh motivasi, persepsi
dan sikap konsumen terhadap keputusan pembelian Toyota Avanza di Kota Semarang adalah
sebagai berikut :
1. Motivasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Toyota Avanza di
Semarang, dengan didapat uji – t sebesar 2,121 dengan sig. 0,038 < α = 0,05. Hal ini
berarti setiap ada motivasi yang lebih tinggi dari para konsumen akan meningkatkan
keputusan pembelian terhadap Toyota Avanza.
2. Persepsi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Toyota Avanza di
Semarang, dengan didapat uji – t sebesar 2,735 dengan sig. 0,008 < α = 0,05. Hal ini
berarti setiap ada persepsi yang lebih baik dari para konsumen akan meningkatkan
keputusan pembelian terhadap Toyota Avanza.
3. Sikap berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Toyota Avanza di Semarang,
dengan didapat uji – t sebesar 3,652 dengan sig. 0,001 < α = 0,05. Hal ini berarti setiap
ada sikap yang lebih baik dari para konsumen akan meningkatkan keputusan pembelian
terhadap Toyota Avanza
5.1 Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian yang didapat, maka saran yang bisa disampaikan,
yaitu :
1. Agar dapat lebih menimbulkan motivasi konsumen maka perlu melakukan perubahan
desain, yaitu membuat desain interior yang lebih luas sehingga memberi kenyamanan
para penumpang ketika berada di dalam mobil Toyota Avanza. Selain itu dengan desain
interior yang lebih luas juga akan memuat barang dalam jumlah lebih banyak apabila
digunakan untuk memuat barang. Dengan lebih memberikan nilai kenyamanan dan nilai
manfaat maka akan dapat menumbuhkan keinginan konsumen terhadap Toyota Avanza
sebagai mobil multiguna.
2. Agar dapat meningkatkan persepsi yang baik mengenai Toyota Avanza maka sangat
penting bagi dealer atau produsen untuk memberikan tips-tips kepada konsumen tentang
bagaimana cara mengemudi yang bisa hemat bakar seperti cara mengemudi yang benar
sesuai dengan tenaga yang dihasilkan mesin (max output 63 kw @ 6000 rpm dan max
torque 117 nm @ 3200 rpm). Dengan tips-tips yang berguna akan membuat konsumen
mengetahui cara mengemudi secara baik dengan benar sehingga dapat menumbuhkan
persepsi yang lebih baik terhadap Toyota Avanza.
3. Sikap yang diberikan konsumen terhadap Toyota Avanza sudah baik namun perlu
dipertahankan dan ditingkatkan, salah satu caranya yaitu membuat berbagai desain warna
yang menarik. Meski saat ini warna yang ditawarkan sudah bervariatif namun perlu juga
dibuat variasi lain seperti melakukan kombinasi warna dan menggunakan stripping
warna, sehingga dengan desain warna yang lebih menarik akan lebih menumbuhkan
keinginan konsumen untuk melakukan pembelian Toyota Avanza.
\
DAFTAR PUSTAKA
Anonym.2009. Mobil MPV Tetap Kuasai Pasar. http://www.bisnis.com/articles/mobil-
mpv-tetap-kuasai-pasar. Diakses tanggal 3 November 2009.
Anonym.2009. Merek-Merek Puncak Kategori Mobil MPV. http://www.Marketing.2009/.
Diakses tanggal 3 November 2009.
Cannon, Joseph P., William D. Perreault Jr. dan Jerome McCarthy. 2008. Alih Bahasa :
Diana Angelica dan Ria Cahyani. Pemasaran Dasar-Dasar : Pendekatan
Manajerial Global. Buku 2. Edisi 16. Salemba Empat. Jakarta.
Djarwanto dan Pangestu Subagyo. 2000. Statistik Induktif. Edisi Keempat. Cetakan Kelima.
BPFE. Yogyakarta.
Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariate SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Semarang.
Hair, Joseph, dkk. 1995. Multivariate Data Analysis, New Jersey : Pearson Education , Inc.
Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis : Salah Kaprah Dan Pengalaman –
Pengalaman. Edisi 2004/2005. Cetakan Pertama. BPFE. Yogyakarta.
Kotler, Philip. Alih Bahasa : Benyamin Molan. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi
Kesebelas. Jilid 1. PT. Intan Sejatei Klaten. Jakarta.
Kotler, Philip. Alih Bahasa : Benyamin Molan. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi
Kesebelas. Jilid 2. PT. Intan Sejatei Klaten. Jakarta.
Kotler, Philip dan Gary Amstrong, 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jilid 1. edisi
Keduabelas. Erlangga. Jakarta.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Alih Bahasa : Benyamin Molan. Manajemen
Pemasaran. Edisi Keduabelas. Jilid 1. Cetakan Keempat. PT. Indeks. Jakarta.
Mas’ud, Fuad. 2004. Survai Diagnosis Organisasional : Konsep dan Aplikasi. Badan
Peneribit UNDIP. Semarang.
Mowen, John C. dan Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jilid I. Edisi Kelima.
Erlangga. Jakarta.
Nurgiyantoro, Burhan. Gunawan dan Marzuki. 2004. Statistik Terapan : Untuk Penelitian
Ilmu-Ilmu Sosial. Cetakan Ketiga (Revisi). Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Business (Metodologi Penelitian untuk
Bisnis). Buku 1. Edisi 4. Salemba Empat. Jakarta.
Sigit, Murwanto. 2006. Pengaruh Sikap dan Norma Subyektif Terhadap Niat Beli
Mahasiswa Sebagai Konsumen Potensial Produk Pasta Gigi Close Up. Jurnal
Strategi Bisnis. Vol. 11. No.1. April. Hal. 81 – 91. Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kedelapan. CV Alfabeta. Bandung.
Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Cetakan Pertama. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Supardi. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Cetakan Pertama. UII Press.
Yogyakarta.
Supriyanto dan Bayu Tri Kristianto. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Konsumen Melakukan Pembelian Air Minuman Dalam Kemasan (AMDK)
(Studi pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang). Jurnal
Eksekutif. Volume 1. Nomor 1. April. Universitas Negeri Malang. Malang.
Umar, Husein. 2005. Metode Penelitian : Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi Baru
Cetakan Ketujuh. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar. 2006. Pengantar Statistika. Edisi Kedua.
Cetakan Pertama. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Wahyuni, Dewi Urip. 2008. Pengaruh Motivasi, Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap
Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek ”Honda” di Kawasan Surabaya
Barat. Jurnal Ekonomi Manajemen. Hal. 30 – 37. STIE Fatahillah Surabaya.
Surabaya