If you can't read please download the document
Upload
doannhi
View
228
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E
TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS IX SMP NEGERI 3 GETASAN SEMESTER I
TAHUN AJARAN 2014/2015
Ika Thakarina, Kriswandani S.Si, M.Pd., Inawati Budiono S.Pd, MA
Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana, Jl Diponegoro no 52-60 Salatiga, Indonesia.
Email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
learning cycle 5E terhadap keaktifan belajar dan hasil belajar siswa kelas IX
SMP Negeri 3 Getasan semester I tahun ajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini
adalah penelitian quasai eksperimen. Desain penelitian ini menggunakan Pretest-
Postest Group Design. Pengambilan sampel dilakukan secara Claster Randum
Sampling. Subyek penelitian adalah siswa kelas IX A dan siswa kelas IX B SMP
Negeri 3 Getasan tahun ajaran 2014/2015. Kelas IX A berjumlah 31 anak
sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas IX B berjumlah 30 anak sebagai kelas
kontrol. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa
memperoleh nilai signifikan 0,017
2
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua
jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi,
bahkan matematika diajarkan ditaman kanak-kanak secara informal
(Susanto,2013). Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa agar dapat
menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari
dan dalam mempelajari ilmu pengetahuan lainnya. Matematika mempunyai peran
penting dalam dunia pendidikan sehingga dibutuhkan guru yang kreatif dalam
memilih model pembelajaran sehingga siswa mudah memahami konsep
pembelajarannya. Hasil belajar menurut (Hamalik, 2010: 155) menyatakan bahwa
terjadinya perubahan pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk
perubahan pengetahuan sikap dan ketrampilan. Hal ini didukung oleh Nawani
dalam Susanto (2013) yang menyatakan bahwa hasil belajar sebagai tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dengan skor yang diperoleh dari hasil tes. Keberhasilan ini dapat
dilihat dari hasil belajar siswa yang berupa nilai atau dapat ditentukan dengan
melihat keaktifan siswa selama mengikuti proses belajar mengajar karena
keaktifan siswa menjadi unsur amat penting dalam menentukan kesuksesan
belajar, Budiningsih (2005). Hal ini juga ditekankan oleh Warsono dan Hariyanto
(2012: 12) bahwa keaktifan belajar siswa ialah keterlibatan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar siswa dalam melakukan kegiatan
pembelajaran memungkinkan siswa berinteraksi aktif dengan lingkungan dan
kelompoknya sebagai media untuk mengembangkan kemampuannya, Djamariah
(2010). Mengukur keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dikelompokkan
menjadi delapan indikator, diantaranya : visual, lisan, mendengar, membaca,
menulis, menggambar, motorik, mental, dan emosional (Hamalik, 2008).
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di Kelas IX
SMP Negeri 3 Getasan pada tanggal 12 juli 2014 dan penyebaran angket
keaktifan belajar menyatakan bahwa partisipasi siswa aktif dalam pembelajaran
di kelas cenderung masih kurang, siswa yang tidak memperhatikan guru saat
mengajar, berbicara dengan teman, melalum, ramai sendiri dan sulit utuk diajak
3
berdiskusi dalam pemecahan masalah. Kegiatan pembelajaran di kelas tidak
berjalan dengan baik karena pembelajaran didominasi oleh guru masih tinggi yang
mengakibatkan siswa belum memahami materi yang diajarkan dan kecenderungan
siswa malas mempelajarinya sendiri dan takut untuk bertanya jika masih belum
jelas.
Berkenaan dengan ini, dibutuhkan suatu pendekatan kontruktivistik yaitu
guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa saat mengalami kesulitan
dalam kegiatan belajar. salah satu model yang berorientasi pada pendekatan
kontuktivistik adalah model pembelajaran Learning Cycle 5 fase atau lebih
dikenal dengan Learning Cycle 5E. Hal ini, sangat membantu siswa untuk
berkesempatan dalam mengoptimalkan cara belajar dan mengembangkan daya
nalar siswa sehingga membantu siswa untuk menemukan hal baru (Wena,2011).
Model pembelajaran Learning Cycle 5E, didalamnya siswa mengembangkan
pemahaman konsep secara langsung dan bertahap. Pembelajaran ini siswa teribat
langsung dan berinteraksi dalam lingkungan saat proses pembelajaran. Model
pembelajaran Learning Cycle 5E yakni memiliki 5 fase diantaranya: (1) fase
Engagement (Pembangkit minat) merupakan tahap awal pada pembelajaran
Learning Cycle 5E. Tahap ini guru berusaha membangkitkan dan
mengembangkan minat serta keingintahuan siswa tentang topik yang akan
diajarkan. (2) Fase Exploration (Eksplorasi) merupakan tahap yang dibentuk
kelompok-kelompok kecil yang diberikan kesempatan untuk bekerja sama
(berdiskusi) pada kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru. Dalam
kelompok ini siswa didorong untuk membuat hipotesis baru, mencoba alternatif
pemecahan dengan teman sekelompok, serta melakukan dan mencatat pengamatan
ide-ide atau pendapat dalam berdiskusi. (3) Fase Explanation (Penjelasan) yakni
guru mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat sendiri
atau dengan pemikiran siswa sendiri, guru meminta bukti dan klarifikasi atas
penjelasan siswa. (4) Fase Elaboration (Elaborasi), yaitu siswa menerapkan atau
mengaplikasikan konsep dan ketrampilan yang sudah dipelajari dalam kelompok
diskusi. Bertujuan untuk siswa lebih mempelajarinya secara bermakna. (5) Fase
Evaluation (Evaluasi) tahap ini guru dapat mengamati pengetahuan atau
4
pemahaman siswa dalam menanamkan konsep baru. Siswa melakukan evaluasi
dengan cara melakukan pengajuan pertanyaan dan mencari jawaban yang
menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya.
Berdasarkan permasalahan diatas dapat dirumuskan: (1). Apakah ada pengaruh
model pembelajaran Learning Cycle 5E terhadap keaktifan belajar siswa Kelas
IX SMP Negeri 3 Getasan Semester I Tahun Ajaran 2014/2015, (2). Apakah ada
pengaruh model pembelajaran Learning Cycle 5E terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Getasan Semester I Tahun Ajaran 2014/2015.
Rumusan tersebut bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak ada pengaruh model
pembelajaran Learning Cycle 5E terhadap keaktifan belajar dan hasil belajar
siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Getasan Semester I Tahun Ajaran 2014/2015. Hal
ini menarik penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Model
Pembelajaran Learning Cycle 5E terhadap Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar
Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Getasan Semester I Tahun Ajaran 2014/2015.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimen. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model
pembelajaran Learning Cycle 5E terhadap keaktifan belajar dan hasil belajar
siswa. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri 3 Getasan
semester I tahun ajaran 2014/2015. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas
IX A sebagai kelas eksperimen dan kelas IX B sebagai kelas kontrol yang diambil
secara cluster randum sampling (Sugiyono, 2011). Jumlah siswa untuk kelas
ekperimen adalah 31 siswa dan kelas kontrol adalah 30 siswa. Desain penelitian
ini menggunakan Pretest-Posttest Group Design untuk mengetahui nilai awal
kemampuan siswa sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan
(Sugiyono, 2010). Prosedur penelitian ini terbagi menjadi tiga tahapan yaitu : (1)
tahap perencanaan, tahap ini menyangkut kegiatan-kegiatan sebelum dilaksanakan
penelitian diantaranya melakukan pengajuan judul, penyusunan proposal skripsi,
mengurus surat perizinan penelitian, penyusunan instumen penelitian. (2) tahap
penelitian merupakan pelaksanaan pembelajaran di sekolah . (3) tahap
5
Penyelesaian merupakan kegiatan setelah dilakukan penelitian terhadap data yang
diperoleh. Tahap ini dilakukan untuk menjawab semua rumusan masalah serta
memperoleh kesimpulan akhir yang didapatkan berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung pada bulan Juli- Agustus 2014.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini ialah dengan tes, observasi,
angket, dan dokumentasi. Instumen data penelitian ini dengan nilai pretest yang
diambil dari hasil tes kenaikan kelas dan angket keaktifan belajar siswa untuk
melihat kondisi awal sebelum diberikan perlakuan. Data penelitian selanjutnya
berupa soal tes esai yang diberikan setelah diberikan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol setelah diberikan pembelajaran secara konvensional. Setelah
keduanya diberikan posttest, maka diberikannya angket keaktifan belajar siswa
untuk mengetahui tingkat keaktifan belajar siswa saat proses pembelajaran
berlangsung.
Teknik Analisis data hasil penelitian ini menggunakan dua analisis data
yaiti statistik deskreptif dan uji persyaratan. Statistik deskrepsi merupakan
pengumpulan data dari hasil pretest dan postest pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol, karena untuk mengetahui nilai maksimum, minimum, jumlah, rata-rata,
dan standar daviasi kelas eksperimen dan kelas kontrol, yang dilakukan dengan
bantuan SPSS 20 for windows (Sukestiyarno, 2010). Uji persyaratan ini
menggunakan statistik inverensial yang meliputi : (1) Uji Normalitas digunakan
untuk mengetahui normalitas dari data distribusi nilai setiap kelas, yaitu kelas
eksperimen maupun kelas kontrol. Pengujian normalitas dilakukan dengan
bantuan SPSS dengan nilai signifikan lebih besar dari 0,05.(2) Uji homogenitas
bertujuan untuk mengetahui kedua kelas mempunyai variansi yang sama atau
tidak, jika hasil variansi kedua kelas tersebut sama maka kedua kelas dapat
dilanjutkan sebagai subjek penelitian. (3) Uji beda rata-rata bertujuan untuk
melihat besarnya pengaruh yang signifikan sehinggaa dapat menjawab hipotesis.
6
HASIL PENELITIAN
A. Kemampuan Awal sebelum diberikan Perlakuan
1. Deskripsi Nilai Pretest
Nilai pretest pada penelitian ini menggunakan nilai tes kenaikan
kelas IX untuk mengetahui keadaan awal kedua kelas. kelas eksperimen
mempunyai skor maksimal 78, minimal 30 dan rata-rata sebesar 58,81,
standar deviasi 9,846 , sedangkan pada kelas kontrol yang berjumlah 30
siswa mempunyai skor maksimal 82, minimal 35 dan rata-rata sebesar
60,57, standar deviasi 10,525. Uji normalitas dilakukan dengan Uji
Shapiro-Wilk dengan menggunakan SPSS 20 for windows diperoleh nilai
sig. untuk kelas eksperimen 0,610 dan untuk kelas kontrol 0,926, sehingga
dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal karena lebih besar dari
taraf signifikan () 0,05. Uji homogenitas nilai pretest dilihat berdasarkan
Tabel test of homogeniety of vriances dengan nilai signifikannya yaitu
0,571 > 0,05 sehingga kedua varian yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol sama atau homogen.
2. Deskripsi Angket Keaktifan Belajar
Analisis keaktifan belajar pada penelitian ini menggunakan angket
keaktifan belajar adalah untuk mengetahui keadaan awal kedua kelas.
Kelas eksperimen mempunyai skor maksimal 156, minimal 98 dan rata-
rata sebesar 131,09 standar deviasi 14,360 sedangkan pada kelas kontrol
yang berjumlah 30 siswa mempunyai skor maksimal 152, minimal 106
dan rata-rata sebesar 127,83 standar deviasi 11,771. Uji normalitas uji
Shapiro-Wilk dengan menggunakan SPSS 20 for windows. Uji
normalitas angket keaktifan diperoleh nilai signifikan untuk kelas
eksperimen 0,077 dan untuk kelas kontrol 0,731 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal karena lebih besar dari taraf
signifikan () 0,05. Uji homogenitas dapat dilihat nilai signifikannya yaitu
0,438 > 0,05 sehingga kedua varian yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol sama atau homogen. Uji beda rata-rata angket keaktifan belajar
7
menggunakan uji independent sampel t-test bertujuan untuk mengetahui
perbedaan rata-rata angket keaktifan belajar. Uji beda rata-rata keaktifan
belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini. Berdasarkan hasil F hitung
levene test sebesar 0,438 analisis uji t-test dengan nilai t = 0,969 dan
signifikan 0,337 > 0,05. Perbedaan rata-rata 3,263 maka ada perbedaan
rata-rata keaktifan belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan keaktifan belajar siswa.
B. Kemampuan setelah diberikan Perlakuan
1. Deskripsi Angket Keaktifan Belajar
Hasil keaktifan belajar pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
setelah mendapat perlakuan model pembelajaran Learning Cycle 5E
dengan bantuan SPSS 20 for windows bahwa kelas eksperimen dengan
jumlah siswa 31 mempunyai skor maksimal 163, skor minimal 111, dan
rata-rata sebesar 141,53 dan standar deviasinya 13,803. Kelas kontol
dengan jumlah siswa 30 mempunyai skor maksimal 159, skor minimal
108, dan rata-rata sebesar 129,16 dan standar deviasinya 11.560.
Penentuan kelas intrval kelas dalam keaktifan belajar menurut Supranto
(2008) yakni dengan menggunakan rumus =Nilai maksimum Nilai minimun
banyaknya kategori.
Tabel 1. Keaktifan Belajar
Kelas Interval Kategori Jml siswa Prosentase (%)
Ekperimen 109-126 Rendah 5 16,2%
127-144 Sedang 13 41.9%
145-163 Tinggi 13 41.9%
Kontrol 109-126 Rendah 8 27%
127-144 Sedang 19 63%
145-163 Tinggi 10 10%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa keaktifan siswa pada
kelas eksperimen terdapat 5 siswa dalam kategori keaktifan belajar rendah,
13 siswa dalam kategori sedang, dan 13 siswa dalam kategori keaktifan
belajar tinggi. Keaktifan pada kelas kontrol terdapat 8 siswa dalam
kategori keaktifan belajar rendah, 19 siswa dalam kategori sedang, dan 3
siswa dalam kategori keaktifan belajar tinggi. Berdasarkan perhitungan uji
8
normalitas yang menggunakan uji Shapiro-Wilk dapat diperoleh nilai sig
untuk kelas eksperimen 0,157 dan kelas kontrol 0,312 sehingga dapat
disimpulkan data berdistribusi normal karena lebih besar dari taraf
sigifikan () = 0,05. Berdasarkan perhitungan diperoleh dalam tabel test of
homogeneity of Variances nilai signifikan lebih dari 0,05 yaitu 0,385
menyatakan bahwa varian kelas eksperimen dan kelas kontrol sama atau
homogen. Hasil perhitungan keaktifan belajar pada penelitian ini
dilakukan dengan Uji t yang bantuan SPSS versi 20 menggunakan
independent sampel t-test bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata
keaktifan belajar yang mendapat perlakuan menggunakan model
pembelajaran Learning Cycle 5E dengan siswa yang melakukan
pembelajaran sacara konvensional.
Tabel 2. Hasil Uji Beda Rata-Rata Keaktifan Belajar
Berdasarkan hasil F hitung levene test sebesar 0,767 analisis uji t-test
dengan nilai t 0,385 dan signifikan 0,017 < 0,05. Perbedaan rata-rata berkisar
antara 1,483 -14,551 dengan perbedaan rata-rata 8,017 maka ada perbedaan
rata-rata keaktifan belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan keaktifan belajar siswa, sehingga model
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig. (2-
tailed)
Mean Differen
ce
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Keaktifa
n
Equal variances assumed ,767 ,385 2,455 59 ,017 8,017 3,265 1,483 14,551
Equal variances not assumed
2,462 57,824 ,017 8,017 3,256 1,500 14,535
9
pembelajaran Learning Cycle 5E berpengaruh terhadap keaktifan belajar
siswa pada kelas IX SMP Negeri 3 Getasan tahun ajaran 2014/2015.
2. Deskripsi Hasi Belajar Nilai Posttest
Hasil nilai posttest pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan
dengan menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan kelas
kontrol dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Deskripsi Hasil Posttest
Penentuan interval kelas dalam kategori hasil belajar menurut Supranto (2008)
dengan menggunakan rumus = Nilai maksimum Nilai minimun
banyaknya kategori.
Tabel 4. Hasil belajar Nilai Posttest
Kelas Interval Kategori Jml siswa Prosentase (%)
Ekperimen 73,5-97,5 Tinggi 6 19%
48,5-72,5 Sedang 19 61%
23,5-46,5 Rendah 5 16%
Kontrol 73,5-97,5 Tinggi 2 6%
48,5-72,5 Sedang 12 40%
23,5-46,5 Rendah 16 54%
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen terdapat 5 siswa dalam kategori hasil belajar rendah, 19 siswa
dalam kategori sedang, dan 6 siswa dalam kategori tinggi. Kelas kontrol
terdapat 16 siswa dalam kategori hasil belajar rendah, 12 siswa dalam
kategori sedang, dan 2 siswa dalam kategori tinggi. Hal ini dapat dinyatakan
bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
kontrol. Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan Uji Shapiro-Wilk
sehingga diperoleh nilai Signifikan pada kelas eksperimen 0,962 sedangkan
kelas kontrol 0,018 sehingga dapat disimpulkan data diatas tidak berdistribusi
N Mean Std.
Deviatio
n
Std. Error Min Maxi
1 31 60,121 12,3927 2,2258 36,3 91,3
2 30 46,833 16,5562 3,0227 25,0 97,5
Total 61 53,586 15,9417 2,0411 25,0 97,5
10
normal karena nilai signifikan dari kelas kontol lebih kecil dari taraf sigifikan
() = 0,05. Uji beda rata-rata yang dilakukan dengan Uji Nonparametric
karena data tidak berdistribusi normal. Perhitungan uji homogenitas dipeoleh
dari tabel test of homogenity of variances nilai sig. lebih dari 0,05 yaitu 0, 187
maka varian dari kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama atau
homogen. Hasil perhitungan nilai posttest pada penelitian ini dilakukan
dengan Uji Nonparametric bantuan SPSS versi 20 menggunakan Uji Mann
Whitney U bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar siswa
yang mendapat perlakuan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle
5E dengan siswa yang melakukan pembelajaran sacara konvensional pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 5. Hasil Uji Mann Whitney U Nilai Posttest
Posttest
Mann-Whitney U 317,500
Wilcoxon W 782,500
Z -2,153
Asymp. Sig. (2-tailed) ,031
Berdasarkan Tabel diatas diperoleh nilai signifikan 0,031
11
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol mencapai 8,017. Berdasarkan uraian
diatas bahwa ada perbedaan keaktifan belajar siswa sehingga model
pembelajaran Learning Cycle 5E berpengaruh terhadap keaktifan belajar
matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Getasan , sehingga hipotesis yang
menyatakan Terdapat pengaruh model pembelajaran Learning Cycle 5E
terhadap keaktifan belajar siswa kelas IX SMP Negeri 3 Getasan Semester I
tahun ajaran 2014/2015,diterima.
Hasil belajar siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakan model
pembelajaran Learning Cycle 5E mempunyai perbedaan yang signifikan. Hal ini
ditunjukkan dengan Uji Mann Whitney U memperoleh signifikan 0,031
12
signifikan kelas eksperimen 0,962 dan kelas kontrol 0,018, sehingga hipotesis
menggunakan Uji Nonparametric menyatakan bahwa nilai Asyp.Sig.(2-tailed)
sebesar 0,031